Undang-Undang....., Haryadi Wirawan, FT UI, 2009 Universitas indonesia Undang-Undang dan Peraturan yang Mengatur Arbitrase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa Undang-undang no 18 tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi Undang-undang no 30 tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa PP no 29 tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Haryadi Wirawan (1006706515) DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, MT DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2013
34
Embed
Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (Haryadi Wirawan 1006705615)
Arbitrase konstruksi , alternatif penyelesaian sengketa konstruksi , etika dan aspek hukum industri konstruksi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Undang-Undang....., Haryadi Wirawan, FT UI, 2009 Universitas indonesia
Undang-Undang dan Peraturan yang Mengatur
Arbitrase
dan
Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa
Undang-undang no 18 tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
Undang-undang no 30 tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa
PP no 29 tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Haryadi Wirawan (1006706515)
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, MT
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2013
Undang-Undang....., Haryadi Wirawan, FT UI, 2009 Universitas indonesia
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Mata Ajar Etika dan Aspek Hukum
Industri Konstruksi
Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat menjelaskan lebih detail mengenai
undang-undang yang mengatur tentang arbitrase dan alternatif pilihan penyelesaian sengketa
lewat diksi yang diharapkan dapat dimengerti oleh insinyur.
Tentunya dalam penulisan ini, penulis menemukan kesulitan-kesulitan mungkin
karena kurangnya pengetahuan dalam menulis laporan ini. Namun, berkat adanya bimbingan
dan motivasi dari berbagai pihak, makalah ini dapat diselesaikan walaupun masih banyak
kekurangannya. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Ir. Yusuf
Latief,MT selaku fasilitator yang telah membimbing kami dalam Mata Ajar Etika dan Aspek
Hukum Industri Konstruksi dan juga kepada seluruh pihak yang berusaha membantu dalam
penulisan makalah ini terutama Inayati Ulin Na’mah yang menjadi sumber inspirasi dan
dukungan moral untuk dapat lulus dengan nilai terbaik
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan-
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
positif agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa yang akan datang.
Harapan penulis, mudah-mudahan makalah ini dapat berguna bagi kita semua dan
dapat dijadikan media pembelajaran kuliah.
Jakarta, 26 Maret 2013
Penulis
Undang-Undang....., Haryadi Wirawan, FT UI, 2009 Universitas indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Makalah ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
NAMA : Haryadi Wirawan
NPM : 1006705615
Tanda Tangan :
Tanggal :
Undang-Undang....., Haryadi Wirawan, FT UI, 2009 Universitas indonesia
ABSTRACT
Construction conflict in Indonesia are often settled out of court for mutual benefit of both
parties who were in dispute. Alternative dispute resolution and arbitration were an good
option to achieve an agreement between the parties who were in dispute. Arbitration process
is fast and scalable is an advantage. Guidelines for dispute resolution set by the government
and protected decision. Any decision made by the Arbitration Board is final and binding for
both parties who were in dispute.
Keywords : conflict construction, alternative conflict service construction, arbitration
Undang-Undang....., Haryadi Wirawan, FT UI, 2009 Universitas indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iii
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 5
1.3 Pasal Yang Berkomplemen 7
1.4 Tujuan Penulisan 8
1.5 Manfaat Makalah 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Undang-Undang Jasa Konstruksi 9
2.2 Undang-Undang Terkait 11
2.3 Refrensi Pendukung 13
BAB III METODE PEMECAHAN MASALAH
3.1 Metode Pemecahan 15
3.2 Metode Pengumpulan Data 16
BAB IV HASIL ANALISA
4.1 Data Yang Didapat 17
4.2 Proses Analisa 18
4.3 Hasil Analisa 19
BAB V PEMBAHASAN 26
BAB VI KESIMPULAN 27
BAB VII SARAN 27
DAFTAR PUSTAKA 28
Undang-Undang....., Haryadi Wirawan, FT UI, 2009 Universitas indonesia
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Apabila kita membayangkan pembangunan di Indonesia, maka kita membayangkan
era pembangunan dimulai saat negara Indonesia terbentuk yaitu saat 17 Agustus 1945.
Namun dapat kita bayangkan juga bahwa para penyedia jasa konstruksi di Indonesia saat
itu masih dipegang oleh perusahaan milik Belanda meskipun ada pengusaha jasa
konstruksi milik pribumi saat itupun masih bergerak di pembangunan sektor kecil.
Hingga saat Republik Indonesia Serikat dihapuskan dan berubah menjadi Negara
Kesatuan Republik Indonesa pada tahun 1950, pembangunan masih belum merata dan
bentuk kontrak konstruksi saat itu masih mengacu kepada satu-satunya ketentuan warisan
Belanda yaitu SU (AV) 41 selengkapnya bernama “Algemene voorwarden voor de
uitvoering bij aanneming van openbare werken” atau dalam bahasa Indonesia yang
berarti “Syarat-syarat Umum untuk pelaksanaan bangunan umum yang dilelangkan”.
Syarat-syarat Umum ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda,
tanggal 28 Mei 1941, No.4. Oleh sebab itu dikenal dengan nama sebutan SU (AV) 41.
Kemudian ketika Dekrit Presiden pada tanggal 5 juli 1959 dikeluarkan oleh presiden
Ir. Soekarno, pembangunan mulai bergairah dan bergejolak khususnya pada proyek-
proyek megah yang diberi nama “proyek-proyek mandataris” yang artinya di pimpin
langsung oleh presiden Ir. Soekarno sebagai pucuk pimpinan tertinggi. Dengan bantuan
dari para penyedia jasa konstruksi saat itu yang masih berasal dari perusahaan milik
Belanda yang telah di nasionalisasikan oleh pemerintah. Sampai dengan tahun 1966
bentuk kontrak yang berlaku adalah Cost Plus Fee yang berarti pekerjaan langsung
ditunjuk pemerintah (tanpa tender) dan sektor swasta belum disertakan, hal tersebut
mengakibatkan banyaknya manipulasi pada efisiensi konstruksi. Namun setelah tahun
1966, akhirnya pemerintah melarang kontrak Cost Plus Fee tersebut. Sangat disayangkan
bawah proyek-proyek pada era itu lebih diutamakan kepada kemegahan bukan untuk
kesejahteraan rakyat umum.
Undang-Undang....., Haryadi Wirawan, FT UI, 2009 Universitas indonesia
Pembangunan di Indonesia mulai bergairah kembali dengan persaingan dikarenakan
adanya REPELITA atau biasa disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang
ditetapkan oleh presiden Soeharto demi pembangunan secara merata di Indonesia.
Perusahaan-perusahaan penyedia jasa konstruksi milik pemerintah pun tidak dapat lagi
mengandalkan nama besar mereka dikarenakan pada saat itu sudah mulai dilakukan
tender dan pihak swasta juga diikutsertakan.
Setelah mengalami pembangunan yang sangat pesat, pembangunan mulai melemah
disaat era krisis moneter periode 1997-2002 dimana banyak investor asing mulai tidak
percaya untuk berinvestasi di Indonesia. Iklim krisis moneter tersebut secara langsung
mempengaruhi keuntungan beberapa penyedia jasa konstruksi menjadi negatif atau dapat
dikatakan merugi secara dashyat.
Permasalahan tersebut akhirnya dapat diatasi secara perlahan dengan ide
pembangunan berdasarkan otonomi daerah yang berarti setiap daerah dapat
mengendalikan pembangunan di daerahnya sendiri tanpa campur tangan pihak
pemerintah pusat. Sehingga beberapa daerah yang berpotensi seperti dibagian timur
Indonesia diharapkan dapat membangun daerahnya sendiri tanpa terpengaruh kondisi
pemerintah pusat.
Mungkin setelah mengalami masa-masa suka dan duka yang banyak menimpa
perkembangan dunia konstruksi di Indonesia, banyak yang meragukan kembali apakah
aspek legalitas terhadap suatu pembangunan dapat dipercaya lagi mengingat banyaknya
praktik gelap dari beberapa penyelenggara jasa konstruksi seperti arisan tender dan
pengaturan tender , serta beberapa praktik lainnya. Namun untuk mencegah hal itu terjadi,
seringkali peraturan yang ada tidak memberikan kemudahan serta keuntungan bagi
penyedia jasa konstruksi. Seringkali banyak pengguna jasa yang selalu memiliki
keputusan terhadap segala prosedur yang diambil oleh penyedia jasa konstruksi atau
pengguna jasa terlalu dominan.
Seringkali beberapa tindakan diambil oleh pemerintah untuk menyelesaikan masalah
ini, namun masih memiliki beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya. Dimana dapat
kita lihat bahwa setiap investor menginginkan keuntungan sehingga memaksa para
penyedia jasa konstruksi untuk melakukan manipulasi terhadap nilai proyek. Hal tersebut
secara tidak langsung menguntungkan pihak penyedia jasa konstruksi namun sedikit
merugikan pengguna jasa konstruksi
Undang-Undang....., Haryadi Wirawan, FT UI, 2009 Universitas indonesia
Umumnya khalayak publik tidak mengetahui bahkan bingung mengenai kontrak
konstruksi. Padahal publik juga berkesempatan untuk mengetahui isi kontrak sebagai
stakeholder dalam pembangunan khususnya pembangunan untuk kepentingan bersama
seperti fasilitas umum.
Hal tersebut tercermin dalam UU no 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi dan PP no
29 tahun 200 tentang penyelenggaraan jasa konstruksi mengenai kesetaraan. Tertulis jelas
bahwa tidak ada kesetaraan dimana saat penyedia jasa konstruksi lalai akan mendapatkan
sanksi namun saat pengguna jasa konstruksi lalai maka sanksi akan ringan bahkan tidak
ada sama sekali. Hal tersebut dapat dikatakan membingungkan publik bahwa dalam
pembangunan suatu fasilitas, seringkali penyedia jasa konstruksi berada dalam posisi
yang tidak menguntungkan. Dari posisi itulah, maka penyedia jasa konstruksi sering
memanipulasi nilai proyek demi mendapatkan keuntungan.
Tak hanya berhenti disitu, namun hal-hal yang berkaitan dengan isi kontrak seringkali
tidak jelas, seperti kelengkapan, pengawasan yang tidak jelas, hingga deadline kontrak
yang disebutkan. Namun penyedia jasa konstruksi dapat berbahagia ketika akhirnya klaim
atas isi kontrak dan konstruksi dapat disetujui oleh pemerintah sehingga proyek dapat
berjalan dengan baik. Hal yang baik lainnya adalah dengan mulai adanya lembaga
penjamin untuk proyek konstruksi sehingga kedua belah pihak dapat merasa aman
terhadap proyek yang dikerjakan.
Dibalik semua intrik yang terjadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa dunia konstruksi
memiliki peran yang besar terhadap kemajuan suatu negara. Namun seringkali kemajuan
tersebut selalu disalahgunakan demi mengambil keuntungan semata, tetapi keuntungan
tersebut terpaksa diambil oleh pihak penyedia jasa karena mereka memiliki posisi yang
kurang setara terhadap pengguna jasa. Oleh karena itu diharapkan para pengguna dan
penyedia jasa dapat mengesampingkan hal tersebut demi tercapainya sinergis terhadap
kemajuan suatu negara
Undang-Undang....., Haryadi Wirawan, FT UI, 2009 Universitas indonesia
Perkembangan dunia konstruksi di Indonesia dapat dikatakan pesat namun ada satu
aspek yang tak kalah penting dalam dunia konstruksi khususnya dalam hal manajemen
proyek konstruksi. Dalam suatu manajemen konstruksi cukup banyak melibatkan sumber-
sumber daya, baik sumber daya manusia, sumber daya alam berupa bahan bangunan,
sumber daya tenaga dan energi peralatan, mekanikal dan elektrikal, serta sumber daya
keuangan. Dalam setiap tahapan pekerjaan tersebut dilakukan dengan pendekatan
manajemen proyek, yang prosedurnya telah diatur dan ditetapkan sedemikian rupa,
sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu
pelaksanaan.
Namun pada setiap tahapan-tahapan pekerjaan tersebut adakalanya mengalami
hambatan baik dari faktor manusia maupun sumber-sumber daya yang lain. Hambatan-
hambatan sekecil apapun harus diselesaikan dengan baik untuk mencegah kerugian yang
lebih besar, baik dari pelaksanaan waktu pekerjaan maupun operasional bangunan kelak.
Apabila kerugian tersebut diderita oleh kedua belah pihak maka jarang ditemukan adanya
sengketa yang diusut. Tapi apabila kerugian tersebut hanya diderita oleh salah satu pihak
yang berkepentingan seperti pihak pengguna jasa atau pihak penyedia jasa konstruksi
maka sering ditemukan adanya klaim atau sengketa atas kerugian yang diderita oleh pihak
yang berkepentingan.
Oleh karena alasan tersebut tulisan ini akan berusaha sedemikian rupa untuk
membahas klaim atau sengketa di bidang konstruksi, alternatif penyelesaian dan arbitrase
secara lebih lanjut serta berbagai peraturan yang mengikat sistem penyelesaian jasa
konstruksi di indonesia dalam diksi yang dapat dengan mudah dimengerti oleh pihak
engineer atau ahli rekayasa berdasarkan pada literatur yang terpercaya.
Undang-Undang....., Haryadi Wirawan, FT UI, 2009 Universitas indonesia
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Pada realita yang terjadi di zaman ini, peraturan maupun perundang-undangan di
daerah dan pusat yang didesain khusus untuk menangani permasalahan penyelesaian
sengketa dirasakan telah cukup banyak. Apabila kita ingin mencari landasan atau
pegangan aturan yang tepat untuk menangani penyelesaian sengketa dapat dipilih sesuai
dengan perkara dan kondisi yang terjadi. Namun banyaknya peraturan maupun
perundang-undangan seringkali tidak diketahui oleh para pihak yang berkepentingan
khususnya para insinyur sipil yang bergerak di bidang konstruksi. Kondisi yang terjadi di
pengadilan juga nampak selalu menyulitkan para insinyur dengan pasal-pasal dan ayat-
ayat serta nomor-nomor peraturan yang sukar untuk dihapalkan.
Undang-Undang....., Haryadi Wirawan, FT UI, 2009 Universitas indonesia
Namun tidak dapat dipungkiri ada berbagai alternatif penyelesaian sengketa dalam
konstruksi yang dapat digunakan bersama undang-undang maupun peraturan yang
mengikat sistem konstruksi tersebut. Perpaduan antara alternatif penyelesaian sengketa
dengan undang-undang maupun peraturan tersebut dapat menjadi keuntungan bagi kedua
belah pihak yang bersengketa dengan kondisi dan kesepakatan yang ingin dicapai.
Keadaan tersebut dapat ditunjukkan dengan diagram 1.1 sebagai berikut :
---------------- ---------
------------------- -----
2.
Diagram 1.1 Alur penyelesaian sengketa konstruksi
Adapun permasalahan yang muncul sebagai berikut berdasarkan pemikiran 5 W + 1 H :
Mengapa ditemukan sengketa dalam dunia konstruksi?
Apakah insinyur dapat berperan dalam penyelesaian sengketa?
Bagaimana cara insinyur dapat menentukan alternatif penyelesaian sengketa yang
efektif?
Pedoman yang digunakan untuk membantu alternatif penyelesaian sengketa?
Siapa saja yang berwenang menjadi pihak ketiga dalam alternatif penyelesaian
sengketa?
Komplemen
UUJK
Insinyur
Penyedia jasa Pengguna jasa
Sengketa
Konstruksi
berjalan lancar
Damai
Alternatif
penyelesaian Peraturan
Ya
Tidak
Ya Peninjauan
kembali
Tidak
Peran Peran
Pedoman
Pihak Ketiga
Kontrak
Oleh : Haryadi Wirawan
S.T
Undang-Undang....., Haryadi Wirawan, FT UI, 2009 Universitas indonesia
1.3 PASAL YANG BERKOMPLEMEN
Undang-undang jasa konstruksi no 18 Tahun 1999
BAB IX
PENYELESAIAN SENGKETA
Bagian Pertama
U m u m
Pasal 36
Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa Di luar Pengadilan
Pasal 37
Bagian Ketiga
Gugatan Masyarakat
Pasal 38 ; Pasal 39 ; Pasal 40
Undang-undang No. 30 / 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
BAB II
Alternatif Penyelesaian Sengketa
Pasal 6
BAB VI
Pelaksanaan Putusan Arbitrase
Bagian Pertama
Arbitrase Nasional
Pasal 60
Peraturan Pemerintah No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi