Top Banner
KARYA TULIS ILMIAH GAGASAN TERTULIS APLIKASI NITRIT OKSIDA SEBAGAI BIOMARKER ALTERNATIF UNTUK DETEKSI DINI DAN INDIKASI MANAJEMEN KEHAMILAN POSTTERM Penulis : Waskitho Nugroho NIM : 20080310143 Fithria Anggrayni NIM : 20080310031 Nur Rachmawati H. NIM : 20080310223 PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011
36

Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

Jul 29, 2015

Download

Documents

Nur Rachmawati
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

KARYA TULIS ILMIAH GAGASAN TERTULIS

APLIKASI NITRIT OKSIDA SEBAGAI BIOMARKER ALTERNATIF

UNTUK DETEKSI DINI DAN INDIKASI MANAJEMEN KEHAMILAN

POSTTERM

Penulis :

Waskitho Nugroho

NIM : 20080310143

Fithria Anggrayni

NIM : 20080310031

Nur Rachmawati H.

NIM : 20080310223

PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2011

Page 2: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

i

KARYA TULIS ILMIAH GAGASAN TERTULIS

APLIKASI NITRIT OKSIDA SEBAGAI BIOMARKER ALTERNATIF

UNTUK DETEKSI DINI DAN INDIKASI MANAJEMEN KEHAMILAN

POSTTERM

Penulis :

Waskitho Nugroho

NIM : 20080310143

Fithria Anggrayni

NIM : 20080310031

Nur Rachmawati H.

NIM : 20080310223

PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2011

Page 3: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

ii

HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH GAGASAN TERTULIS

Aplikasi Nitrit Oksida sebagai Biomarker Alternatif untuk Deteksi Dini dan

Indikasi Manajemen Kehamilan Postterm

Penulis :

Waskitho Nugroho

NIM : 20080310143

Fithria Anggrayni

NIM : 20080310031

Nur Rachmawati H.

NIM : 20080310223

Yogyakarta, 18 Agustus 2011

Asisten Wakil Dekan Bag. Kemahasiswaan

FKIK UMY,

dr. M. Ardhiansyah, Sp.S., M.Kes

NIP : 173052

Dosen Pembimbing,

dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG, M.Kes

NIP : 173027

Page 4: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis ini adalah hasil pekerjaan kami sendiri

dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, lembaga pendidikan dan lomba karya tulis

lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum / tidak

diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka

Yogyakarta, 18 Agustus 2011

Penulis

Page 5: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PENULIS KETUA

1. Nama : Waskitho Nugroho

2. NIM : 20080310143

3. Tempat, tanggal lahir : Tarakan, 23 Juli 1990

4. Jenis Kelamin : Laki - Laki

5. Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

6. Fakultas / Prodi : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan / Pendidikan

Dokter

7. Alamat Rumah : Tegalrejo Rt 1 No. 172 Ngebel, Tamantirto,

Kasihan, Bantul, DIY. Telp/HP

(085729000759)

e-mail: [email protected]

8. Pengalaman Dalam Bidang Penelitian :

No. Judul Penelitian Sumber dana Tahun

1 Hubungan Pola Kepekaan Kuman dengan

Mikroorganisme Penyebab Infeksi

Saluran Kemih di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Yogyakarta 2011

Hibah DIKTI

(proyek dosen) 2011

9. Pengalaman Organisasi :

No. Nama Organisasi dan Posisi Tahun

1 SKIF (Seksi Kerohanian Islam Fakultas) Al-Jundi

sebagai staf PSDM

2008 - 2010

2 SEMAKU (Senat Mahasiswa Kedokteran Umum)

sebagai staf PSDM

2009 - 2010

Page 6: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PENULIS ANGGOTA 1

1. Nama : Fithria Anggrayni

2. NIM : 20080310031

3. Tempat, tanggal lahir : Blora, 13 April 1990

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

6. Fakultas / Prodi : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Pendidikan

Dokter

7. Alamat : Peleman. Kos Putri Muthmainnah RT 4 DK II

Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY. Telp/HP

(085726505232)

e-mail : [email protected]

8. Pengalaman Dalam Bidang Penelitian :

No. Judul Penelitian Sumber dana Tahun

1 Hubungan antara Asupan Nutrisi dengan

Kejadian Gizi Kurang di Wilayah kerja

Puskesmas Kasihan I Bantul

LP3 UMY 2011

9. Pengalaman Organisasi :

No. Nama Organisasi dan Posisi Tahun

1 Senat Mahasiswa Kedokteran Umum FKIK UMY

sebagai staf divisi Kesekretariatan Informasi dan

Komunikasi

2008 - 2010

2 Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia

(ISMKI) Wilayah 3 sebagai staf bidang

Kesekretariatan Informasi dan Komunikasi

2009-2010

3 Senat Mahasiswa Kedokteran Umum FKIK UMY

sebagai koordinator divisi Kesekretariatan Informasi

dan Komunikasi

2010

4 Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia

(ISMKI) sebagai staf nasional departemen

Kesekretariatan Informasi dan Komunikasi

2010 –

sekarang

5 Medical Multimedia Research and Science Club

(MMARS) divisi Pelatihan

2010 –

sekarang

6 Unit Kerohanian Islam Jamaah Al Anhar UMY

sebagai sekretaris departemen Pengembangan dan

Pengkaryaan SKIF

2010 -

sekarang

Page 7: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PENULIS ANGGOTA 2

1. Nama : Nur Rachmawati Hanafiah.

2. NIM : 20080310223

3. Tempat, tanggal lahir : Prabumulih, 7 November 1990

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

6. Fakultas / Prodi : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan / Pendidikan

Dokter

7. Alamat Rumah : Jl. Kaliurang A. 18 Km 13,9

Pamungkas. Telp/HP (085 640 416 748)

e-mail : [email protected]

8. Pengalaman Dalam Bidang Penelitian :

No. Judul Penelitian Sumber dana Tahun

1 Pengaruh Seduhan Teh Kulit Lidah Buaya

(Aloe vera Linn) sebagai Pemanfaatan

Limbah Agroindustri Nata de aloe

terhadap Penghambatan HbA1c pada

Penderita Diabetes Mellitus di RS. Panti

Rapih

DIKTI 2010

9. Pengalaman Organisasi :

No. Nama Organisasi dan Posisi Tahun

1 SKIF (Seksi Kerohanian Islam Fakultas) Al-Jundi

sebagai staf Annisa

2008 - 2010

2 SEMAKU (Senat Mahasiswa Kedokteran Umum)

sebagai staf Sie LC (Language Club)

2009 - 2010

Page 8: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

vii

KATA PENGANTAR

Untaian rasa syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang

Maha Sempurna, yang telah memberikan hidayah dan kekuatan sehingga Karya Tulis

Ilmiah Gagasan Tertulis ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan.

Shalawat dan salam selalu dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga serta para sahabat, tabiin, tabi’ut tabiin dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Karya yang berjudul “ Aplikasi Nitrit Oksida sebagai Biomarker Alternatif

untuk Deteksi Dini dan Indikasi Manajemen Kehamilan Postterm” ini dibuat

dalam rangka mengikuti Sriwijaya Medical Scientific Olympiad 2011 yang diadakan

FK UNSRI.

Pada kesempatan ini, ijinkanlah tim penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah berperan serta dalam membantu penyelesaian Karya PKM-GT

ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada:

1. dr. Ardi Pramono, Sp. An., M. Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. dr. Alfaina Wahyuni, Sp. OG., M. Kes. selaku dosen pembimbing dalam

penulisan ini.

3. Semua pihak-pihak yang tidak mungkin tersebutkan namanya satu persatu, terima

kasih atas kerjasamanya sehingga penulisan ini dapat berjalan.

Penulis sadar bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah Gagasan Tertulis

mengenai Aplikasi Nitrit Oksida sebagai Biomarker Alternatif untuk Deteksi Dini dan

Indikasi Manajemen Kehamilan Postterm ini dapat bermanfaat. Amin.

Yogyakarta, 18 Agustus 2011

Penulis

Page 9: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

viii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul ................................................................................................................ i

Halaman pengesahan .................................................................................................... ii

Halaman pernyataan......................................................................................................iii

Daftar riwayat hidup…...……………………………………………………………………iv

Kata pengantar ............................................................................................................ vii

Daftar isi..................................................................................................................... viii

Daftar gambar ............................................................................................................... x

Abstrak .......................................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 3

D. Manfaat Penulisan ............................................................................................... 3

BAB II TELAAH PUSTAKA ....................................................................................... 4

A. Kehamilan Postterm ............................................................................................ 4

1. Definisi Kehamilan Postterm .......................................................................... 4

2. Sebab terjadinya Kehamilan Postterm ............................................................ 4

3. Patofisiologi Kehamilan Postterm ................................................................... 5

4. Manajemen Kehamilan Postterm .................................................................... 6

B. Nitrik Oksida (NO) ............................................................................................. 6

1. Sintesis NO ...................................................................................................... 7

2. Peran NO ......................................................................................................... 9

3. Peran NO dalam System Reproduksi Wanita ............................................... 10

4. Peran NO dalam Pematangan Serviks ........................................................... 11

BAB III METODE PENULISAN ............................................................................... 13

A. Jenis Penulisan .................................................................................................. 13

B. Fokus Penulisan ................................................................................................ 13

Page 10: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

ix

C. Sumber Data...................................................................................................... 13

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 13

E. Pengolahan dan Analisa Data ........................................................................... 14

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS ......................................................................... 15

A. Analisis Permasalahan ...................................................................................... 15

B. Manajemen yang Ada Saat Ini ......................................................................... 15

C. Problematika yang Dihadapi ............................................................................. 17

D. Gagasan yang Diajukan .................................................................................... 18

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 20

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 20

B. Saran ................................................................................................................. 20

Daftar pustaka………………………………………………………………………...21

Page 11: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

x

DAFTAR GAMBAR

Nomer Halaman

1. Efek biologis NO sebagai regulator, protektif, dan deleterious……………….7

2. Sintesis NO yang berasal dari L-arginin………………………………………8

3. Pengaruh NO pada sistem reproduksi………………………………………..11

4. Ostium internal serviks, di mana pematangan mulai terjadi, terletak

berdekatan dengan membran janin…………………………………………...11

Page 12: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

xi

ABSTRAK

Kehamilan postterm atau kehamilan memanjang merupakan salah satu kondisi

kehamilan yang beresiko dapat menimbulkan beberapa komplikasi pada janin. Sekitar

7,5 % kehamilan merupakan kehamilan postterm atau prolonged gestation dengan

umur kehamilan 42 minggu atau lebih (4). Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari

kehamilan postterm ini, diantaranya keluarnya mekonium pada janin yang diakibatkan

stres janin (25% kehamilan postterm), makrosomia (10-20%), oligohidromnion,

hipoglikemi pada fetal dan distokia bahu (8-10% pada bayi yang memiliki berat lebih

dari 4000 gr) (2,3). Sebagian kehamilan posterm menyebabkan dysmaturitas, dan

kematian perinatal yang ditimbulkannya meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan

dengan kehamilan aterm (5). Diagnosis kehamilan postterm biasanya sulit ditegakkan

karena ibu tidak mengetahui Hari Pertama Menstruasu Terakhir (HPMT) secara tepat.

Usaha-usaha yang telah dilakukan dalam mendeteksi dan memanajemen kehamilan

postterm adalah pemeriksaan cairan amnion dengan amniosintesis atau USG untuk

melihat adanya oligohidramnion, pemeriksaan denyut jantung janin, dan scoring

profil biofisik untuk melihat pernafasan, tonus, serta pergerakan janin (10). Usaha –

usaha lain yang dilakukan untuk memanejemen kehamilan postterm adalah

penginduksian persalinan, atau Section Caesar (SC). Namun pemeriksaan cairan

amnion, pemeriksaan denyut jantung janin, dan scoring profil biofisik lebih sering

dilakukan sebagai tindakan pengawasan terhadap keadaan janin dibandingkan sebagai

tindakan screening awal terjadinya kehamilan postterm dan dilakukan setelah

kehamilan 40 minggu. Sedangkan penginduksian persalinan dan SC hanya boleh

dilakuka n apabila ada indikasi yang kuat. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengkaji aplikasi Nitrit Oksida (NO) sebagai biomarker alternatif deteksi dini dan

indikasi manajemen kehamilan postterm. Metode penulisan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif dengan cara

mengumpulkan dan menganalisis data dan literatur. NO merupakan salah satu media

penting dalam pematangan serviks. Pelepasan NO dan peningkatan PGE2 yang terjadi

akibat meningkatnya kadar progesteron dan aktifasi sitokin menyebabkan terjadinya

degenerasi kolagen-kolagen yang terdapat pada serviks dan remodeling jaringan-

jaringan serviks yang pada akhirnya akan timbul pematangan serviks secara fisiologis

(27). Rekomendasi penelitian ini terutama ditujukan kepada pemerintah dan

pelayanan kesehatan agar aplikasi nitrit oksida sebagai biomarker alternative untuk

deteksi dini dan indikasi manajemen kehamilan postterm dapat dikembangkan di

Indonesia untuk menangani masalah gizi berlebih atau obesitas.

Keyword : kehamilan postterm, nitrit oksida, deteksi dini, indikasi.

Page 13: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejadian mortalitas dan morbiditas pada janin akan semakin meningkat

pada usia kehamilan lebih dari 42 minggu. Kehamilan postterm atau kehamilan 42

minggu atau lebih sejak hari pertama haid terakhir merupakan salah satu kondisi

kehamilan yang beresiko dapat menimbulkan beberapa komplikasi pada janin.

Beberapa komplikasi yag dapat timbul pada kehamilan postterm ini adalah

meconium aspiration syndrome, makrosemia, distokia bahu, oligohidromnion,

intra uterine fetal distress dan lain-lain (1,2,3).

Sekitar 7,5 % kehamilan merupakan kehamilan postterm atau prolonged

gestation dengan umur kehamilan 42 minggu atau lebih (4). Lamanya umur

kehamilan yang melebihi waktu menyebabkan berbagai dampak negatif baik

untuk janin ataupun ibu hamil. Dampak yang timbul akibat kehamilan postterm

adalah keluarnya mekonium pada janin yang diakibatkan stres janin (25%

kehamilan postterm), makrosomia (10-20%), oligohidromnion, hipoglikemi pada

fetal dan distokia bahu (8-10% pada bayi yang memiliki berat lebih dari 4000 gr)

(2,3). Sebagian kehamilan posterm menyebabkan dysmaturitas, dan kematian

perinatal yang ditimbulkannya meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan dengan

kehamilan aterm (5).

Kehamilan postterm merupakan salah satu kondisi yang sampai saat ini

masih belum banyak diketahui penyebabnya. Beberapa penelitian menyatakan

bahwa kejadian timbulnya kehamilan postterm biasanya berhubungan dengan

BMI ibu yang melebihi 35 kg/m2 dan ibu yang mengkonsumsi ikan pada awal

trimester 2 (6,7). Teori lain juga menyebutkan bahwa janin dengan anensefalus

dapat meningkatkan resiko terjadinya kehamilan postterm 23,22 kali lipat

dibandingkan dengan janin normal yang terkait dengan teori maturitas otak janin

dalam faktor terjadinya persalinan (6,8). Resiko kehamilan postterm juga

meningkat dua sampai tiga kali pada wanita yang sudah pernah mengalami

kehamilan postterm sebelumnya (8,9).

Page 14: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

2

Diagnosis kehamilan posterm sering kali sulit ditegakkan. Hal ini

dikarenakan ibu tidak mengetahui Hari Pertama Menstruasi Terakhir (HPMT)

dengan tepat, sehingga komplikasi timbul tanpa diketahui kehamilan posterm

sebelumnya. Selain itu, berbagai usaha juga telah dilakukan untuk mendeteksi dan

memanejemen kehamilan postterm ini. Usaha-usaha tersebut adalah pemeriksaan

cairan amnion dengan amniosintesis atau USG untuk melihat adanya

oligohidramnion, pemeriksaan denyut jantung janin, dan scoring profil biofisik

untuk melihat pernafasan, tonus, serta pergerakan janin (10). Usaha –usaha lain

yang dilakukan untuk memanejemen kehamilan postterm adalah penginduksian

persalinan, atau Section Caesar (SC). Namun pemeriksaan cairan amnion,

pemeriksaan denyut jantung janin, dan scoring profil biofisik lebih sering

dilakukan sebagai tindakan pengawasan terhadap keadaan janin dibandingkan

sebagai tindakan screening awal terjadinya kehamilan postterm dan dilakukan

setelah kehamilan 40 minggu. Sedangkan penginduksian persalinan dan SC hanya

boleh dilakukan apabila ada indikasi yang kuat seperti adanya gawat janin.

Gagasan sederhana yang ditawarkan sebagai deteksi dini dan indikasi

manajemen kehamilan postterm pada karya tulis ini adalah dilakukannya

pemeriksaan kadar Nitrit Oksida (NO) pada kehamilan mendekati hari perkiraan

lahir. Secara umum kehamilan postterm belum dapat ditentukan teori

persalinannya yang jelas. Terdapat beberapa teori yang mendasari terjadinya

persalinan, salah satunya adalah teori progesteron. Teori ini menyatakan bahwa

proses persalinan dimulai pada saat terjadi penurunan kadar progesteron (11).

Penurunan kadar progesteron ini kemudian akan mempengaruhi terjadinya

pelepasan NO pada endometrium dan serviks. Pelepasan NO ini dapat

mempengaruhi pematangan serviks yaitu dimana serviks akan berdegenerasi yang

kemudian dapat terjadi pembukaan serviks yang dibantu adanya kontraksi dari

dinding uterus (12). Berdasarkan uraian di atas, maka kajian mengenai aplikasi

NO sebagai biomarker alternatif deteksi dini kehamilan postterm perlu untuk

dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada karya tulis ini adalah apakah pemeriksaan kadar nitrit

oksida dapat digunakan sebagai biomarker deteksi dini terjadinya kehamilan

postterm.

Page 15: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

3

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengkaji aplikasi NO sebagai

biomarker alternatif deteksi dini dan indikasi manajemen kehamilan postterm.

D. Manfaat Penulisan

1. Dapat digunakan sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya.

2. Jika nitrit oksida terbukti dapat digunakan sebagai biomarker deteksi dini

terjadinya kehamilan postterm, maka diharapkan hal ini dapat digunakan

sebagai aplikasi screening awal resiko terjadinya kehamilan postterm.

3. Jika pengukuran kadar nitrit oksida pada usia kehamilan 37 sampai 40 minggu

memiliki nilai yang signifikan dalam menentukan outcome terjadinya

kehamilan postterm, maka diharapkan hal ini dapat digunakan sebagai indikasi

pasti untuk dilakukannya manajemen kehamilan postterm.

Page 16: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

4

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Kehamilan Postterm

1. Definisi Kehamilan Postterm

Kehamilan postterm atau disebut juga kehamilan memanjang yang

didefinisikan sebagai kehamilan 42 minggu lengkap (294 hari) atau lebih sejak

hari pertama haid terakhir dengan siklus haid rata – rata 28 hari. Definisi

kehamilan postterm yang mengartikan bahwa kehamilan berlangsung selama

42 minggu atau lebih sejak menstruasi menganggap bahwa menstruasi yang

dimaksud adalah menstruasi terakhir yang diikuti dengan proses ovulasi 2

minggu kemudian. Meskipun demikian, tidak semua kehamilan benar-benar

dikatakan sebagai kehamilan postterm dikarenakan kesalahan penaksiran usia

gestasi. Hal ini dapat menjelaskan alasan mengapa pada 10% kehamilan yang

telah mencapai kira-kira 42 minggu relative sedikit mengalami postmaturitas

pada janin (13).

2. Sebab terjadinya Kehamilan Postterm

Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini

sebab terjadinya kehamilan postterm masih belum jelas. Beberapa teori yang

diajukan pada umumnya menyatakan bahwa kehamilan postterm sebagai

akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori yang diajukan

antara lain sebagai berikut.

a. Pengaruh progesteron

Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan merupakan kejadian

perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler

pada persalinan seperti NO dan prostaglandin dalam pematangan proses

pematangan serviks dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap

oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan

postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron (11).

Page 17: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

5

b. Teori oksitosin

Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan dalam kehamilan

postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis

memegang peran penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan

oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan

lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan postterm.

c. Teori Kortisol / ACTH janin

Dalam teori ini merupakan “pemberi tanda” untuk dimulainya

persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba – tiba kadar

kortisol pada plasma janin. Peningkatan kadar kortisol ini terkait dengan

tanda terjadinya pematangan sempurna otak pada janin. Kosrtisol janin

akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang

dan memperbesar sekresi esterogen, selanjutnya berpengaruh terhadap

meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat kongenital janin seperti

anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan ada tidaknya kelenjar hipofisis

pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik

sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.

3. Patofisiologi Kehamilan Postterm

Patofisiologi kehamilan postterm lebih dikaitkan dengan keadaan

kehamilan yang memiliki ciri-ciri klinis tertentu. Ciri-ciri klinis tersebut

meliputi cairan amnion dan keadaan janin serta tali pusat. Berkurangnya

cairan amnion atau kontaminasi mekonium biasanya merupakan patofisiologi

kehamilan postterm yang dikaitkan dengan cairan amnion , sedangkan

disfungsi plasenta, sindrom postmaturitas, atau berkurangnya aliran darah ke

tali pusat merupakan patofisiologi kehamilan postterm yang dikaitkan dengan

keadaan janin. Namun kejadian antara berkurangnya cairan amnion dengan

penurunan fungsi plasenta memiliki hubungan dimana jika terjadi penurunan

fungsi plasenta terjadi maka aliran darah utero-plasenta mengalami penurunan

yang pada akhirnya menyebabkan gangguan pada fisiologi dari janin yang

ditandai dengan penurunan jumlah cairan amnion akibat berkurangnya

ekskresi urin janin (14).

Page 18: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

6

4. Manajemen Kehamilan Postterm

Manajemen yang sampai saat ini digunakan pada kehamilan postterm

meliputi dua strategi. Strategi pertama adalah penginduksian persalinan yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan memanjang. Strategi kedua

adalah manajemen ibu hamil dengan pengawasan ketat, dan manajemen aktif

dengan penginduksian persalinan atau tindakan Section Caesar (SC) yang

hanya dilakukan pada indikasi tertentu. (15). Beberapa penelitian menyatakan

bahwa penginduksian persalinan dapat mencegah terjadinya komplikasi yang

diakibatkan kehamilan postterm dan mencegah kelahiran dengan SC

(17,18,19,20). Walaupun deimikian, perlu ditekankan bahwa tindakan-

tindakan tersebut hanya boleh dilakukan apabila sesuai dengan indikasi supaya

dapat mencegah intervensi yang tidak diperlukan (15,21). Manajemen lain

yang dilakukan adalah pemeriksaan cairan amnion dengan amniosintesis atau

USG untuk melihat adanya oligohidramnion, pemeriksaan denyut jantung

janin, scoring profil biofisik untuk melihat pernafasan, tonus, dan pergerakan

janin, serta insiden terjadinya SC (10,22), akan tetapi manajemen tersebut

lebih sering dilakukan sebagai manajemen pencegahan komplikasi pada janin

dan baru dilakukan setelah usia kehamilan 40 minggu, yaitu ketika mulai

terjadi penurunan fungsi plasenta (22).

B. Nitrik Oksida (NO)

NO merupakan molekul gas sederhana yang tidak berwarna dan sangat reaktif.

Molekul ini dibentuk hampir di semua sel dan berfungsi sebagai pengatur

berbagai kondisi fisiologis dan patologis dalam tubuh manusia (23). Secara

umum, NO memiliki 3 macam (gambar 1), yaitu efek sebagai regulator, protektif,

dan deleterious atau efek merugikan (24).

Page 19: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

7

Gambar 1. Efek biologis NO sebagai regulator, protektif, dan deleterious.

1. Sintesis NO

NO dibentuk dari asam amino L-arginin. NO disintesis dari konversi

L-arginin menjadi L-Citrulin (gb.II). NO diaktivasi oleh enzim Nitric Oxide

Synthase(NOS). Co-faktor NOS adalah oksigen, NADPH,

tetrahydrobiopterin, dan flavin adenine nucleotides. Isoenzim NOS terdiri dari

3 macam sesuai dengan masing-masing karakteristiknya, yaitu neural NOS

(nNOS atau disebut juga NOS tipe I), inducible NOS (iNOS atau disebut juga

NOS tipe II), dan endothelial NOS (eNOS atau disebut juga NOS tipe III).

Baik nNOS maupun eNOS diaktivasi oleh calcium/calmodulin-dependent,

sedangkan iNOS diaktivasi oleh bacterial lipopolysaccharides (LPS) dan

cytokines. NOS tipe III biasanya ditemukan di sel endotel, NOS tipe I dapat

ditemukan di serebellum dan otot skelet, sedangkan NOS tipe II biasanya

ditemukan di sel makrofag (23,25).

Gambar 2. Sintesis NO yang berasal dari L-arginin

Page 20: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

8

Nitrik oksida berperan sebagai messenger (pembawa pesan) pertama

yang sangat mudah berdifusi dan mempengaruhi sel secara langsung maupun

tak langsung. Efek-efek langsungnya diperantarai oleh molekul NO itu sendiri,

sedangkan efek tak langsung diperantarai oleh nitrogen reaktif yang

diproduksi oleh interaksi NO dengan oksigen atau radikal superoksida (O2-).

Pada konsentrasi rendah, NO diproduksi melalui eNOS dan nNOS, efek

langsungnya yang mendominasi, sedangkan pada konsentrasi yang lebih tinggi

NO diproduksi melalui iNOS, dan efek tak langsungnya yang mendominasi

(12). Pembentukan siklik guanosin 3’,5’-monofosfat (cGMP) berperan untuk

berbagai efek fisiologik langsung dari NO. Nitrik oksida juga dapat

berinteraksi dengan protein mengandung seng dan protein mengandung besi

nonheme, atau membentuk S-nitrosotiol melalui nitrosilasi (12).

Efek-efek tak langsung dari NO meliputi oksidasi, nitrosasi dan nitrasi.

Produksi NO yang dipicu oleh sitokin memperantarai sitotoksisitas pada sel-

sel target makrofag. Dalam reaksi dengan O2 (otooksidasi), NO membentuk

dinitrogen trioksida (N2O3), yang dapat menimbulkan deaminasi DNA dan

nitrosilasi. Melalui reaksi dengan superoksida, NO memproduksi peroksinitrit

(ONOO-), yang merupakan zat nitrasi toksik dan oksidan yang kuat,

mengubah protein, lemak, tirosin, dan asam nukleat (12). Deteksi NO endogen

dalam sistem biologik adalah hal yang menantang, karena waktu paruhnya

yang sangat pendek. Nitrik oksida pertama kali dikuantifikasi melalui

pemeriksaan kemiluminesens, karena interaksi NO dengan ozon menghasilkan

cahaya. In vitro, mikroelektroda spesifik NO telah digunakan untuk

mendeteksi NO. Selain itu, sebuah analyzer kemiluminesens respon cepat

telah digunakan juga untuk deteksi NO. Pengukuran konversi arginin berlabel

radioaktif menjadi sitrullin dapat digunakan untuk mengukur produksi NO,

begitu pula pembentukan messenger keduanya yaitu cGMP. Sayangnya,

metode ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena hemoglobin

menangkap NO sebelum reaksinya dengan guanilat siklase. Produksi NO juga

dapat dideteksi melalui aktivitas NADP diaforase yang positif (12,43).

Pengkajian NO in vivo lebih sulit lagi. Fungsi vasomotor endotel,

mencerminkan penglepasan NO in vivo, dapat diukur melalui pletismografi

oklusi vena lengan atas dan melalui analisis gelombang-denyut. Ekspresi NOS

yang mengakibatkan produksi NO telah dikaji di berbagai jaringan melalui

Page 21: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

9

metode Western-blot dan imunohistokimia, dan hasilnya telah dihubungkan

dengan penglepasan NO. Namun, pengumpulan sampel biopsi jaringan in

vivo dapat dipandang tidak etis dan tentu menimbulkan trauma, yang secara

tak disengaja dapat mengubah pelepasan NO(12).

Nitrik oksida dengan cepat diubah menjadi metabolit NO yang stabil,

yaitu nitrat dan nitrit (Nox), yang dapat dikaji secara in vitro maupun in vivo

melalui reaksi Griess pada cairan fisiologis, misalnya plasma, urin, cairan

peritoneum dan folikel. Cairan vagina juga pernah dikaji untuk mendeteksi

Nox. Reagen Griess membentuk zat warna azo dengan nitrit, yang dapat

diukur menggunakan spektrofotometri. Nitrat dalam sampel harus direduksi

dulu menjadi nitrit sebelum dikaji, dan sampel plasma harus dimurnikan dari

protein lebih dulu. Makanan-makanan yang kaya nitrat (seperti daging merah,

berbagai sayuran, teh, bir dan anggur) dapat meningkatkan kadar nitrat dalam

plasma. Asupan makanan kaya NO harus dibatasi selama 48 jam sebelum

mengambil sampel plasma untuk pengkajian kadar NO plasma15. Kadar NO

serviks tidak dipengaruhi oleh faktor diet dan kadar NO plasma (46).

2. Peran NO

Nitrik oksida adalah molekul pengisyaratan intra dan ekstrasel yang

penting dan terlibat dalam pengaturan berbagai mekanisme fisiologik maupun

patofisiologik pada sistem kardiovaskuler, sistem saraf, sistem imunologik,

reproduksi dan kehamilan. Nitrik oksida merelaksasi otot polos pembuluh

darah, menghambat agregasi trombosit, merangsang angiogenesis, mengurangi

tekanan darah dan menghantarkan isyarat-isyarat neuron. Nitrik oksida

mengaktifkan makrofag untuk mensintesis sejumlah besar NO perusak

mikroorganisme, terutama melalui iNOS. Nitrik oksida berperan sebagai zat

sitotoksik pada peradangan. Nitrik oksida juga mungkin berperan pada asma

dan hal yang menarik ialah pasien-pasien dengan gejala asma dan memiliki

fungsi paru normal telah terbukti memiliki peningkatan konsentrasi NO di

alveolus dan bronkus. Singkatnya, NO terlibat dalam berbagai proses fisiologi

manusia (12).

Page 22: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

10

3. Peran NO dalam System Reproduksi Wanita

NO memiliki berbagai peran pada sistem reproduksi, baik wanita

maupun pria. NO berperan dalam proses ereksi pada pria, sedangkan pada

wanita, sirkulasi NO diketahui berperan dalam perkembangan folikel dan

berpengaruh pada ovulasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Majedah

Al-Azemi tahun 2010, ekspresi iNOS juga dapat mempengaruhi fertilisasi dan

perkembangan embrio pada fase awal. Keadaan patologis melalui peningkatan

produksi iNOS akan menyebabkan menurunnya kontraksi pada otot polos tuba

yang dapat mempengaruhi transportasi embrio, sehingga dapat mengakibatkan

terjadinya kehamilan ektopik (26). Selain itu, produksi NO juga berpengaruh

pada kehamilan, yaitu proses implantasi embrio, penghambatan kontraksi

uterus, dan saat proses persalinan (gambar 3.) (23).

Nitrik oksida mengatur fungsi-fungsi endometrium, seperti reseptivitas

endometrium, implantasi dan menstruasi. Nitrik oksida memperantarai

perubahan arteri spiralis pada desidualisasi, dan membantu implantasi embrio.

Produksi NO sangat penting untuk mempertahankan kehamilan. Pada

perkembangan embrionik preimplantasi awal, NO mengatur pembelahan

mitotik. Pada wanita dengan missed abortion atau blighted ovum, dapat

terdeteksi kadar NO serviks yang lebih tinggi yaitu 59,4 µmol/L pada missed

abortion dan 25,6 µmol/L pada blighted ovum dibandingkan dengan wanita

hamil awal yang viable yaitu 4,3 µmol/L. Konsentrasi NO pada cairan

serviks berhubungan secara terbalik dengan kadar progesteron uterus.

Pelepasan NO serviks menurun pada kehamilan lewat bulan. Pada wanita

hamil lewat bulan dengan kadar NO serviks yang rendah kemungkinan besar

tidak dapat mencapai persalinan spontan dan kemajuan persalinannya akan

lebih lambat dibandingkan dengan wanita hamil lewat bulan dengan kadar NO

yang tinggi. Semakin matang serviks semakin tinggi pelepasan NO serviks.

Pada multipara mempunyai kadar NO yang lebih tinggi dibandingkan nulipara

(12).

Page 23: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

11

Gambar 3. Pengaruh NO pada sistem reproduksi.

4. Peran NO dalam Pematangan Serviks

Serviks pada manusia terdiri dari sel-sel otot polos dan jaringan ikat,

sedangkan pada matriksnya terdiri dari air, glikosaminoglikan, dan

proteinoglikan, serta dermanat sulfat, asam hialuronat, dan heparin sulfat.

Stroma atau jaringan yang sebagian besar menyusun jaringan ikat ini terdiri

dari beberapa jenis kolagen, yaitu kolagen tipe I dan kolagen tipe II. Kolagen-

kolagen ini bersifat kaku, tetapi kekakuannya dapat menghilang apabila

terdapat proses kolagenase. Pematangan serviks merupakan proses dari

degenerasi kolagen-kolagen yang terdapat di dalam serviks. Selain itu,

pematangan serviks juga dikaitkan dengan adanya peningkatan sintesis IL

yang merangsang diproduksinya Prostaglandin dan leukotrien.

Gambar 4.Ostium internal serviks, di mana pematangan mulai

terjadi, terletak berdekatan dengan membran janin.

Page 24: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

12

Meningkatnya kadar progesterone akan menyebabkan telepasnya NO

pada endometrium dan serviks serta adanya aktifasi sitokin. Aktifasi sitokin

melalui jalur cyclo-oxygenase (COX) II akan menyebabkan terjadi

peningkatan prostaglandin E2 (PGE2). Pelepasan NO dan peningkatan PGE2

akan menyebabkan terjadinnya degenerasi kolagen serviks dan remodeling

jaringan serviks yang pada akhirnya kemudian akan terjadi pematangan

serviks (23, 27). Serviks mengalami perubahan dalam dua fase, fase

pematangan, yang meliputi pengaturan ulang kesegarisan serabut-serabut

kolagen, dan fase dilatasi. Pematangan serviks merupakan bagian tak

terpisahkan dari fase pengkondisian parturisi, dan terjadi tanpa bergantung

kontraksi uterus. Pematangan serviks mencerminkan reaksi peradangan, yang

melibatkan kaskade kompleks dari enzim-enzim degradatif disertai

penyusunan ulang protein dan glikoprotein matriks ekstrasel. Perubahan-

perubahan fisiologik yang terjadi pada kehamilan meliputi hiperplasia dan

hipertrofi fibroblas serviks dan sel otot polos, bersama dengan peningkatan

hidrasi jaringan (12).

.

Page 25: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

13

BAB III

METODE PENULISAN

A. Jenis Penulisan

Dalam melakukan penulisan ini dipergunakan bermacam-macam metode,

tergantung dari sifat dan masalah yang sedang dianalisis. Dengan memerhatikan

tujuan penulisan yang dikaitkan dengan topik yang diteliti, jenis penelitian yang

akan digunakan adalah penelitian studi kepustakaan karena dilakukan dengan cara

mempelajari, mendalami, dan mengutip teori-teori atau konsep-konsep dari

sejumlah literatur, baik buku, jurnal, majalah, koran, atau karya tulis lainnya yang

relevan dengan topik, fokus, atau variabel penelitian. Pendekatan yang digunakan

adalah kualitatif karena data dalam bentuk bukan angka dan berupa teks,

dokumen, atau obyek-obyek lainnya. Penulisan ini dilakukan dengan tujuan untuk

memaparkan dan menjelaskan sejumlah variabel yang terkait dengan masalah dan

unit yang ditulis dengan mengeksplorasi teori dan data dari kepustakaan.

B. Fokus Penulisan

Fokus penulisan dalam karya tulis ini adalah:

1. Menganalisis

2. Menganalisis

C. Sumber Data

Sumber data penulisan karya tulis ini adalah data sekunder, yakni dari

jurnal, literatur buku, situs internet, dan dokumen lain yang relevan dengan objek

penulisan bersangkutan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penulisan ini adalah

dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dari

dokumen. Literat dilakukan dengan memanfaatkan dokumen-dokumen tertulis,

teks, literatur, atau benda-benda lainnya yang berkaitan dengan aspek-aspek yang

diteliti

Page 26: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

14

E. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis data sekunder. Data yang

sudah dikumpulkan dari berbagai sumber kemudian diseleksi dan diklasifikasi

menurut fokus penulisan, sehingga mampu menjelaskan dan menjawab

permasalahan. Selanjutnya data tersebut diolah dengan melakukan penggalian

teori, pemikiran, dan penafsiran.

Page 27: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

15

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

A. Analisis Permasalahan

Kehamilan postterm atau kehamilan memanjang merupakan salah satu

komplikasi yang terdapat pada kehamilan. Penyebab utama terjadinya kehamilan

postterm ini masih belum diketahui secara jelas. Selama hampir tiga perempat aad

ke-20, kehamilan postterm dianggap tidak bermasalah, terkecuali apabila

kehamilan tersebut disertai makrosemia atau persalinan yang sulit. Pada tahun

1950an, peningkatan angka kematian perinatal pada kehamilan 42 minggu atau

lebih dianggap belum cukup untuk dilakukannya intervensi pada kehamilan ini.

Hingga pada tahun 1970an, peningkatan kematian perinatal terjadi sangat

signifikan sehingga intervesi seperti persalinan atau pengawasan kesehatan janin

dirasa sangat diperlukan (13,28,29).

Peningkatan kematian perinatal yang terjadi pada kehamilan postterm

biasanya disebabkan oleh komplikasi-komplikasi yang timbul setelah 42 minggu

usia kehamilan. Komplikasi-komplikasi tersebut diantaranya adalah meconium

aspiration syndrome, makrosemia, distokia bahu, oligohidromnion, stres janin,

hipoglikemi pada janin, dysmaturitas, dan Intrauterine Fetal Death (2,3,5,30).

Komplikasi yang terjadi akibat kehamilan postterm tidak hanya dialami

oleh janin. Penelitian yang dilakukan Runa dkk menunjukkan bahwa semakin

lama usia kehamilan, maka persalinan dengan SC akan semakin meningkat.

Perpanjangan persalinan kala I dan kala II juga banyak terjadi pada kehamilan

postterm. Hemoragik maternal yang terjadi pada kehamilan postterm biasanya

berhubungan dengan makrosemia pada janin (30).

B. Manajemen yang Ada Saat Ini

Manajemen yang telah dilakukan saat ini dalam menangani kehamilan

postterm adalah penginduksian persalinan yang lebih sering dilakukan pada usia

kehamilan ke 40 minggu dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan

memanjang. Manajemen konservatif juga dapat dilakukan dengan pengawasan

keadaan janin yang ketat apabila kehamilan masih berusia 37 minggu. Manajemen

Page 28: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

16

lainnya adalah dengan tindakan SC apabila usia kehamilan sudah mencapai 42

minggu atau terdapat indikasi lain (15,17,18,19,20,30). Selain manajemen yang

telah disebutkan sebelumnya, pemeriksaan cairan amnion juga sering dilakukan

sebagai manajemen kehamilan postterm yang dilakukan pada usia kehamilan 37

minggu dengan tujuan sebagai deteksi dini kehamilan postterm (10,22).

Induksi persalinan memiliki dua fungsi secara garis besar, yaitu

memperkuat kontraksi pada uterus dan memicukan pematangan serviks. Obat-obat

yang biasanya digunakan adalah oksitosin, dinoproston yang mengandung sintetik

dari prostaglandin E2, dan misoprostol yang mengandung sintetik dari

prostagladndin E1. Oksitosin merupakan obat yang bekerja reseptor protein-G

terkopel dan perantara kedua fosfoinositida-kalsium sehingga akan memicu

kontraksi pada uterus. Oksitosin yang diberikan pada dosis kecil dapat

meningkatkan frekuensi dan kekuatan kontraksi uteris (31). Walaupun digunakan

untuk menginduksi persalinan, obat ini kurang efektif apabila digunakan pada

kehamilan postterm dengan pematangan serviks yang kurang baik (32).

Obat lain yang digunakan adalah dinoproston dan misoprostol. Kedua

macam obat ini biasanya digunakan untuk penginduksian kontraksi pada uterus

dan pematangan serviks. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat

keefektifan kedua obat ini. Hasil yang didapat dari penelitian-penelitian tersebut

adalah misoprostol dan dinoproston memang efektif dalam penginduksian

kontraksi uterus dan pematangan serviks (33,34,35,36).

Manajemen lain yang dilakukan adalah Section Caesar atau disingkat

sebagai SC. SC adalah operasi abdominal mayor yang dilakukan dengan membuat

dua insisi, yaitu insisi pada dinding abdomen (laparotomy) dan insisi pada dinding

uterus (hysterotomy) dengan tujuan untuk mengeluarkan bayi (13,37). Indikasi

dilakukannya tindakan SC ini adalah riwayat SC sebelumnya, distokia persalinan,

gawat janin, dan presentasi bokong. Pada riwayat SC sebelumnya perlu

diperhatikan jenis insisi uterus sebelumnya, jumlah SC, indikasi dilakukannya SC

sebelumnya, dan SC elektif berulang (13). Indikasi lain dilakukannya tindakan SC

adalah apabila pasien menderita infeksi aktif herpes pada organ genital atau

menderita HIV, dan cephalopelvic disproportion (37). Penatalaksanaan dengan

tindakan SC perlu dilakukan dengan indikasi yang kuat mengingat bahayanya

komplikasi yang dapat timbul setelah melakukan SC.

Page 29: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

17

Selain penginduksian persalinan dan SC, pemeriksaan cairan amnion yang

dilakukan dengan amnionsintesis atau USG juga sering dilakukan sebagai

pendeteksian dini kehamilan postterm. Pemeriksaan ini biasa dilakukan pada usia

kehamilan kira-kira 40 minggu. Pemeriksaan amnion dilakukan dengan mengukur

Amnion Fluid Index (AFI) untuk mendeteksi terjadinya oligohidromnion dalam

uterus ibu.

C. Problematika yang Dihadapi

Induksi persalinan dan tindakan SC merupakan penatalaksanaan

kehamilan postterm yang lebih sering dilakukan, akan tetapi dalam menentukan

penatalaksanaan ini, perlu dipikirkan apakah pasien memang memiliki indikasi

yang kuat untuk dilakukannya induksi persalinan atau tindakan SC ini. Hal ini

perlu dipikirkan untuk menghindari tindakan intervensi yang tidak diperlukan

mengingat komplikasi-komplikasi yang dapat timbul akibat tindakan SC atau efek

samping yang timbul akibat pemberian induksi persalinan.

Sebuah penelitian yang dilakukan Anthony Sciscione dkk tahun 2001

menunjukkan bahwa pemberian misoprostol sama efektifnya dengan penggunaan

kateter foley untuk pematangan serviks, akan tetapi pada group misoprostol

ditemukan beberapa kasus terjadinya uterine tachysystole atau hiperkontraksi pada

uterus yang merupakan efek samping pada pemberian misoprostol (35). Walaupun

penelitian lain juga menunjukkan bahwa induksi persalinan dengan misoprostol

termasuk tindakan yang efektif, akan tetapi tetap perlu diperhatikan efek samping

yang dapat timbul dalam pemakaian obat ini (38). Sama halnya dengan SC,

beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk meneliti outcomes dari tindakan

SC postpartum didapatkan bahwa kematian maternal meningkat setelah

dilakukannya SC. Hal ini berkaitan dengan komplikasi-komplikaso yang timbul,

diantaranya perdarahan, cardiac arrest, tromboemboli vena, dan infeksi mayor.

Komplikasi lainnya adalah rupture uterin, dan histerektomi (39,40). Tindakan lain

yang dilakukan pada kehamilan postterm adalah pemeriksaan cairan amnion yang

dilakukan untuk mendeteksi terjadinya oligohidromnion akibat mulai terjadinya

penurunan fungsi plasenta. Walaupun tindakan ini dapat digunakan sebagai

deteksi dini kehamilan postterm, akan tetapi pemeriksaan cairan amnion baru

dapat dilakukan ketika usia kehamilan mencapai 40 minggu. Oleh sebab itu,

Page 30: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

18

pendeteksian kehamilan postterm yang lebih dini dan penentuan indikasi yang

tepat untuk menentukan tindakan selanjutnya perlu dilakukan.

D. Gagasan yang Diajukan

Manajemen yang akan dilakukan selalu didahului dengan ada tidaknya

indikasi yang memang dibutuhkan untuk dilakukannya tindakan manajemen

tersebut. Dalam istilah medis, “indikasi” mengacu pada penentuan tindakan

manajemen untuk menatalaksanakan suatu kondisi patologis (41). Suatu kondisi

patologis dapat dijadikan indikasi ketika kondisi tersebut secara pasti dapat

menimbulkan suatu penyakit atau komplikasi penyakit lainnya. Penurunan kadar

NO diduga merupakan peyebab timbulnya salah satu komplikasi umum yang

terjadi pada kehamilan, yaitu kehamilan postterm.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, NO merupakan salah satu media

penting dalam pematangan serviks. Pelepasan NO dan peningkatan PGE2 yang

terjadi akibat meningkatnya kadar progesteron dan aktifasi sitokin menyebabkan

terjadinya degenerasi kolagen-kolagen yang terdapat pada serviks dan remodeling

jaringan-jaringan serviks yang pada akhirnya akan timbul pematangan serviks

secara fisiologis (27). Atas dasar proses fisiologis itulah, banyak penelitian

dilakukan dengan tujuan untuk mencari ada tidaknya hubungan antara kadar NO

dengan terjadinya kehamilan postterm terutama yang diakibatkan pematangan

serviks yang kurang baik.

Suatu penelitian yang dilakukan di RS Kariyadi Semarang pada tahun

2008 menunjukkan bahwa ditemukannya kadar NO serviks yang lebih rendah

pada kehamilan postterm dibandingkan kehamilan cukup bulan yang sudah

inpartu (42). Penelitian lain yang dilakukan oleh Vaisanen-Tommiska dkk juga

menunjukkan hal yang serupa. Pada pasien yang memiliki kadar NO, memiliki

resiko akan mengalami kehamilan postterm. Rendahnya kadar NO serviks dapat

menyebabkan pematangan serviks yang terhambat sehingga tidak terjadi

persalinan dan berlanjut menjadi kehamilan postterm (43). Pada kehamilan cukup

bulan dengan kadar NO serviks rendah diprediksi akan mengalami kehamilan

postterm sehingga sebaiknya dilakukan tindakan untuk mencegah komplikasi

yang dapat terjadi akibat kehamilan postterm seperti dengan memberikan obat –

Page 31: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

19

obatan NO dan mengakhiri kehamilan pada usia kehamilan 41 minggu. Pemberian

obat – obatan NO ini diharapkan dapat meningkatkan kadar NO di serviks

sehingga diharapkan terjadinya pematangan serviks yang dimana merupakan

faktor penting dalam proses persalinan (44).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

penulis menyarankan suatu gagasan bahwa penentuan kadar NO pada usia

kehamilan sekitar 37 minggu hingga 40 minggu dapat mendeteksi terjadinya

kehamilan postterm sebagai outcome. Selain dapat mendeteksi terjadinya

kehamilan postterm, penentuan kadar NO dan persentesi terjadinya kehamilan

postterm mungkin dapat digunakan sebagai indikasi diperlukannya manajemen

penginduksian persalinan atau tindakan SC jika dibutuhkan. Pemeriksaan kadar

NO dilakukan dengan cara pengambilan sampel pada cairan serviks dengan

menggunakan dacron polyester swab ke dalam canalis servikalis pada ibu hamil,

kemudian didiamkan selama 20 detik. Kemudian swab dibilas dengan larutan

saline 1,5 ml selama 2 menit dalam tabung reaksi, dan setelah itu sediaan

dimasukkan ke dalam tabung penyimpanan yang diberi label identitas responden.

Tabung di disimpan dalam freezer dengan suhu -21 ◦C. Kemudian sediaan

diperiksa dan dianalisis kadar metabolit NO. Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan Nitric Oxide Colorimetric Assay Kit. Prinsip dasar pemeriksaan

adalah konversi enzimatik nitrat menjadi nitrit oleh nitrat reduktase. Reaksi ini

akan dideteksi secara kolorimetrik adanya nitrit sebagai zat warna azo oleh reaksi

Griess enzymatic conversion of nitrate to nitrite by nitrate reductase.

Pemeriksaan dilakukan dengan microplate reader pada panjang gelombang 540 -

570 nm.

Page 32: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

20

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Karya tulis ini dibuat sebagai gagasan untuk mendeteksi dini kehamilan

postterm dan sebagai indikasi manajemen persalinan dengan menggunakan

biomarker pengukuran kadar NO. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan

cairan serviks yang diambil dengan menggunakan swab Dacron. Kemudian

sediaan akan diuji metabolit NO dengan menggunakan reaksi Griess yang

kemudian akan diukur kadarnya dengan menggunakan Nitric Oxide Colorimetric

Assay Kit.

B. Saran

Karya tulis ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam menilai

tingkat sensitifitas dan spesifisitas untuk mendeteksi dini kehamilan postterm dan

sebagai indikasi manajemen persalinan dengan menggunakan biomarker

pengukuran kadar NO.

Page 33: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Crowley, P. 2000. Interventions for preventing or improving the outcome of

delivery at or beyond term. Cochrane Database: CDOOO170 [abstract]. Diakses

pada 26 Juli 2011, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10796167/

2. College of Midwives of Manitoba. (2000). Guideline for management of post-

term pregnancy. Diakses 22 Juli 2011, dari

http://www.midwives.mb.ca/policies_and_standards/guideline-management-of-

post-term.pdf

3. Salud. (2010). Obstetric: preterm birth, postterm pregnancy, and fetal growth

disorders. Trans4med2012. Diakses 22 Juli 2011, dari

http://images.xixcalibur19.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/TK1tuQoo

Cy0AAHIdbhg1/OB%20-

%20preterm,%20post%20term,%20fetal%20growth%20disorders.pdf?key=uemed

2012b:journal:805&nmid=372605370

4. Harrington DJ, MacKenzie IZ, Thompson K, et al; Does a first trimester dating

scan using crown rump length measurement reduce the rate of induction of labour

for prolonged pregnancy? An uncompleted randomised controlled trial of 463

women. BJOG. 2006 Feb;113(2):171-6. [abstract]

5. Sastrawinata, S., Martaadisoebrata, D., Wirakusumah, F., dkk. 2005. Ilmu

Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi (Ed. 2). Jakarta : EGC

6. Olesen AW, Westergaard JG, Olsen J; Prenatal risk indicators of a prolonged

pregnancy. The Danish Birth Cohort 1998-2001. Acta Obstet Gynecol Scand.

2006;85(11):1338-41. [abstract]

7. Olsen SF, Osterdal ML, Salvig JD, et al; Duration of pregnancy in relation to

seafood intake during early and mid pregnancy: prospective cohort. Eur J

Epidemiol. 2006;21(10):749-58. Epub 2006 Nov 17. [abstract]

8. Handaria, Diana. 2001. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Kehamilan Lewat Bulan. FK UNDIP : Semarang.

9. I Mogren, H Stenlund, U Hogberg. Recurrence of prolonged pregnancy.

International Journal of Epidemiology, Volume 28, Number 2, pp. 253-257(5);

April 1999

10. L, Pasquini., R, Nasto., ME, Mie., B, Giuliani, & E, Periti. 2003. Amniotic fluid

analysis as a screening test in term and post-term pregnancy. Minerva Ginecol

55(1):66-73. [abstract] Diakses pada 26 Juli 2011, dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12598846

11. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap II LC, Hauth JC, Wenstrom

KD.2001. Mechanism of normal labor. In Williams obstetrics . 21st ed. McGraw

Hill Inc.

12. Tommiska MV.2006. Nitric oxide in human uterine cervix: role in cervical

ripening [Academic dissertation]. Helsinki : Departement of Obstetrics and

Gynecology, Medical Faculty of the University of Helsinki – Helsinki University

Central Hospital. Diakses dari : http://ethesis.helsinki.fi

13. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap II LC, Hauth JC, Wenstrom

KD.2006. Williams Obstetrics . 21st ed (Andry Hartono & Y. Joko Suyono,

Trans.). Jakarta:EGC.

14. Gilbert, Elizabeth Stepp., & Harmon, Judith Smith. 2003. Manual of High

Pregnancy & Delivery

Page 34: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

22

15. Mandruzzato, Giampaolo., Alfirevic, Zarko., Chervenak, Frank., Gruenebaum,

Amos., Heimstads, Runa., Heinonens, Seppo., et al. 2010. Guidelines for the

management of porstterm pregnancy. J. Perinat. Med 111-119. Diakses pada 27

Juli 2011, dari http://www.anestesia-dolor.org/repositorio/Anestesia-en-

obstetricia/17.%20Guias%20del%20manejo%20del%20embarazo%20post%20ter

mino.pdf

16. Caughey, Aaron B., Sundaram, Vandana., Kaimal, Anjali J., Gienger, Allison.,

Cheng, Yvonne W., McDonald, Kathryn M., et al. 2009. Systematic Review:

Elective Induction of Labor Versus Expectant Management of Pregnancy. Annals

of Internal Medicine 151:252-263. Diakses pada 28 Juli 2011, dari

http://www.annals.org/content/151/4/252.full.pdf+html

17. Treger, M., Hallak, M., Silberstein, T., Friger, M., Katz, M., & Mazor, M. 2002.

Post-term pregnancy: should induction of labor be considered before 42 weeks?.

Journal of Maternal-Fetal and Neonatal Medicine, Vol 11, No.1, Pages 50-53

[abstract]. Diakses pada 27 Juli 2011, dari

http://informahealthcare.com/doi/abs/10.1080/jmf.11.1.50.53

18. Heimstad, Runa., Romunstad, Pal R., Hyett, Jon., Mattson, Lars-ake., & Salvesen,

Kjella. 2007. Women’s experiences and attitudes towad expectant management

and induction of labor for post-term pregnancy. ACTA Obstetricia et

Gynecologica Scandinavica, Vol 86, Issues 8, pages 950-956 [abstract]. Diakses

pada 28 Juli 2011, dari

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1080/00016340701416929/full

19. Sanchez-Ramos, Luis., Olivier, Felicia., Delke, Isaac., & Kaunitz, Andrew M.

2003. Labor induction versus expectant management for postterm pregnancies: a

systematic review with meta analysis. Obstetric & Gynecology, Vol 101, Issues 6,

p 1312-1318 [abstract]. Diakses pada 28 Juli 2011, dari

http://journals.lww.com/greenjournal/Abstract/2003/06000/Labor_Induction_Vers

us_Expectant_Management_for.29.aspx

20. Maternity Hospital Leonor Mendes de Barros, São Paulo, Brazil. 2003.

Misoprostol versus oxytocin for labor induction in term and post-term pregnancy:

randomized controlled trial. Medical Journal Sāo Paulo, Vol 121, Issues 3, p 102-

106.

21. Heimstad, Runa., Skogvoll, Eirik., Mattsson, Lars-Åke., Johansen, Ole Jakob.,

Eik-Nes, Sturla H., & Salvesen, Kjell Å. 2007. Induction of labor or serial

antenatal fetal monitoring in postterm pregnancy: a randomized control trial.

Obstetric & Gynecology, Vol 109, Issues 3, pp 609-617. Diakses pada 28 Juli

2011, dari

http://journals.lww.com/greenjournal/Abstract/2007/03000/Induction_of_Labor_o

r_Serial_Antenatal_Fetal.6.aspx

22. Verrotti, Carla., Bedocchi, Laura.,Piantelli, Giovanni., Cavalloti, Davide., Fieni,

Stefani., & Gramellini, Dandolo. 2004. Amniotic fluid index versus largest

vertical pocket in the prediction of perinatal outcome in post-term pregnancies.

Acta Bio Medica Anteno Parmense, Vol 75, Suppl. 1, pp 67-70.

23. Väisänen-Tommiska, Mervi. 2006. Nitric oxide in human uterine cervix : role in

cervix ripening. Department of Obstetrics and Gynecology, Helsinki University

Central Hospital, University of Helsinki, Finland. Diakses pada 27 Juli 2011, dari

https://helda.helsinki.fi/bitstream/handle/10138/23082/nitricox.pdf?sequence=2

24. Grisham, Matthew B., Jourd'Heuil, David., & Wink, David A. 2011. Physiological

chemistry of nitric oxide and its metabolites: implications in inflammation.

American Journal of Physiology: Gastrointestinal and Liver Physiology, Vol 279

Page 35: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

23

No. 2. Diakses pada 28 Juli 2011, dari

http://ajpgi.physiology.org/content/276/2/G315.full

25. Klabunde, Richard E. 2008. Nitric oxide. Cardiovascular Physiology Concepts.

Diakses pada 28 Juli 2011, dari

file:///D:/Documents/Reproduksi/Nitrit%20oxide%20metabolism.htm

26. Al Azemi, Majedah., Refaat, Bassem., Amer, Saad Amer., Ola, Bolarinde.,

Chapman, Neil., & Ledger, William. 2010. The expression of inducible nitric

oxide synthase in the human fallopian tube during the menstrual cycle and in

ectopic pregnancy . Sciencedirect,Vol 94, Issues 3, pp 833-840 [abstract]. Diakses

pada 28 Juli 2011, dari

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0015028209008644

27. Tommiska MV.2006. Nitric oxide in human uterine cervix: role in cervical

ripening [Academic dissertation]. Helsinki : Departement of Obstetrics and

Gynecology, Medical Faculty of the University of Helsinki – Helsinki University

Central Hospital. Diakses dari : http://ethesis.helsinki.fi

28. Olesen, Annette W., Westergaard, Jes G., & Olsen, Jorn. 2003. Perinatal and

maternal complications related to postterm delivery: A national register-based

study, 1978-1993. American Journal of Obstetric & Gynecology, Vol 168, Issues

1, pp 222-227 [abstract]. Diakses pada 23 Juli 2011, dari

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0002937803004022

29. Caughey, Aaron B & Musci, Thomas J. 2004. Complications of term pregnancies

beyond 37 weeks of gestation. American College of Obstetricians and

Gynecologists, Vol 103, No.1. diakses pada 23 Juli 2011, dari

http://journals.lww.com/greenjournal/Abstract/2004/01000/Complications_of_Ter

m_Pregnancies_Beyond_37_Weeks.11.aspx

30. Heimstad, Runa., Romundstad, Pål R., Eik-Nes, Sturla H., & Salvesen, Kjell Å.

2006. Outcomes of pregnancy beyond 37 weeks of gestation. American College of

Obstetricians & Gynecology, Vol 108, No. 3. Diakses pada 23 Juli 2011, dari

http://journals.lww.com/greenjournal/Abstract/2006/09000/Outcomes_of_Pregnan

cy_Beyond_37_Weeks_of_Gestation.6.aspx

31. Masters, Susan B. Hormon-hormon hipotalamik & hipofisis. In Bertram G.

katzung (Eds.). Farmakologi Dasar & Klinik Ed. 10. Jakarta: EGC.

32. Kelly, A.j., & Tan, B. 2001. Intravenous Oxytocin Alone for Cervical Ripening

and Induction of Labour. Birth: issues in Periinatal Care, Vol 28, Issues 4, pp

280-281 [abstract]. Diakses pada 29 Juli 2011, dari

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1046/j.1523-536X.2001.00280.x/abstract.

33. Tan, T-C., Yan, SY., Chua, TM., Biswas, A., & Chong, Y. S. 2010. A randomised

controlled trial of low-dose misoprostol and dinoprostone vaginal pessaries for

cervical priming. BJOG: An International Journal of Obstetric & Gynecology, Vol

117, Issues 10, pp 1270-1277 [abstract]. Diakses pada 29 Juli 2011, dari

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1471-0528.2010.02602.x/full

34. Nunes, Filomena P., Camos, Ana P.,Pedroso, Sónia R., Leite, Cristina F., Avillez,

Teresa P., Rodrigues, Rosalinda D., et al. Intravaginal glyceryl trinitrate and

dinoprostone for cervical ripening and induction of labor. American Journal of

Obstetrics & Gynecology, Vol 194, Issues 4, pp 1022-1026 [abstract]. Diakses

pada 29 Juli 2011, dari

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0002937805024373

35. Sciscione, Anthony., Nguyen, Lisa., Manley, James., Pollock, Marjoriemsn.,

Maas, Bridget., & Colmorgen, Garrett. 2001. A randomized comparison of

transcervical foley catheter to intravaginal misoprostol for preinduction cervical

Page 36: Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan Postterm

24

ripening. Obstetric & Gynecology, Vol 97, Issues 4, pp 603-607. Diakses pada 29

Juli 2011, dari

http://journals.lww.com/greenjournal/Abstract/2001/04000/A_Randomized_Comp

arison_of_Transcervical_Foley.22.aspx

36. GJ, Hofmeyr & AM, Gülmezoqlu. 2003. Vaginal misoprostol for cervical ripening

and induction of labour.US National Libraryof Medicine: National Institutes of

Health [abstract]. Diakses pada 29 Juli 2011, dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12535398

37. Balentine, Jerry R., Talavera, Fransisco., & Shulman, Lee P. 2011Cesarean

childbirth. Emedicine Health. Diakses pada 29 Juli 2011, dari

http://www.emedicinehealth.com/cesarean_childbirth/article_em.htm

38. Ezechi, OC., Kalu, BKE., Njokanma, FO., Nwokoro, CA., & Okeke, GCE. 2004.

Vaginal misoprostol induction of labour: a Nigerian hospital experience. Journal

of Obstetrics & Gynecology, Vol 24, No. 3, pp 239-242 [abstract]. Diakses pada

29 Juli 2011, dari

http://informahealthcare.com/doi/abs/10.1080/01443610410001660698

39. Liu, Shiliang., Liston, Robert M., Joseph, K.S., Heaman, Maureen., Sauve, Reg.,

& Kramer, Michael S. 2007. Maternal mortality and severe morbidity associated

with low-risk planned cesarean delivery versus planned vaginal delivery at term.

Canadian Medical Association, Vol 176, No. 4, pp 455-460. Diakses pada 29 Juli

2011, dari http://www.ecmaj.ca/content/176/4/455.short

40. Landon, Mark B., hauth, John C., Leveno, Kenneth J., Spong, Catherine Y.,

Leindecker, Sharon., Varner, Michael W et al. 2004. Maternal and perinatal

outcomes associated with a trial of labor after prior cesarean delivery.The New

England Journal of Medicine, Vol 351, No. 25, pp 2581-2589. Diakses pada 29

Juli 2011, dari http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMoa040405

41. Marks, Jay. 2009. Indication for drugs (uses), approved vs. non-approved.

MedicineNet.com. Diakses pada 30 Juli 2011, dari

http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=20732

42. Mochtar, AA. 2008. Perbandingan Kadar Nitrik Oksida Serviks pada Kehamilan

Lebih dari 41 Minggu Inpartu dan Belum Inpartu. Fakultas kedokteran

Universitas Diponegoro bagian spesialis 1 obstetri dan ginekologi. Semarang.

43. Vaisanen-Tommiska M, Nuutila M, Tlikorkala O.2004. Cervical nitric oxide

release in women postterm. Obstet. Gynecol. Diakses pada 30 Juli 2011, dari

http://journals.lww.com/greenjournal/Abstract/2004/04000/Cervical_Nitric_Oxide

_Release_in_Women_Postterm.9.aspx

44. Troncoso GA, Alvarado AV, Gomez AB.2005. Intracervical Application of the

Nitric Oxide Donor Isosorbide Dinitrate for Induction of Cervical Ripening : a

Randomized Controlled Trial to Determine Clinical Efficacy and Safety Prior to

First Trimester Surgical Evacuation of Retained Products of Conception. Br J

Obstet Gynecol.

45. Prawirohardjo S.2010. Ilmu Kebidanan cetakan ketiga. Penerbit; Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo; Jakarta.

46. Vaisanen-Tommiska M, Mikkola TS, Ylikorkala O.2004. Increased release of

cervical nitric oxide in spontaneous abortion before clinical symptoms: A possible

mechanism for preabortal cervical ripening. J Clin Endocrinol Metab; 89: 5622-6.