Top Banner
1 Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 Diterbitkan oleh PPPPTK Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter? Perencanaan Bahasa Mengajarkan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris: Konsep, Strategi, dan Jenis Kegiatannya Pembelajaran Multigrade/Kelas Rangkap di Pusat Bimbingan Belajar Borneo Child Aid Society Humana, Sabah
40

Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

Oct 27, 2019

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

1Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Diterbitkan olehPPPPTK Bahasa

Kementerian Pendidikan Nasional

Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?Perencanaan BahasaMengajarkan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris: Konsep,

Strategi, dan Jenis KegiatannyaPembelajaran Multigrade/Kelas Rangkap di Pusat Bimbingan

Belajar Borneo Child Aid Society Humana, Sabah

Page 2: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

2 3Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 3Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

MEDIA Komunikasi dan Informasi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa ini merupakan salah satu media informasi dan komunikasi antar-unit di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional,

terutama antara PPPPTK Bahasa dengan PPPPTK lain, LPMP, Direktorat-Direktorat yang relevan, pendidik, dan tenaga kepen-didikan bahasa.

Media Informasi dan Komunikasi ini memuat informasi tentang kebahasaan dan pengajarannya serta kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan guru bahasa. Kami mengundang para pembaca untuk berperan serta menyum-bangkan buah pikiran yang sesuai dengan misi media ini, berupa pendapat atau tanggapan tentang bahasa, pengajarannya, dan ulasan tulisan pada media ini serta tulisan di bidang non-pendidikan bahasa.

Kami akan memperbaiki redaksional tulisan atau meringkas naskah yang akan terbit tanpa mengubah materi pokok tulisan. Bagi penulis yang artikel atau tulisan beritanya dimuat akan diberi honorarium yang pantas. e

Kita sering melihat

berita sukacita

atau dukacita

di surat kabar atau majalah

seperti berikut:

Telah 1. menikah Adi dengan Bimbi pada 25 September 2001.Telah 2. meninggal dunia nenek kami tercinta pada tanggal 15 September 2001.

Berita seperti itu hampir

tidak pernah menggunakan

kata sudah walaupun kedua

kata itu bersinonim.

Telah menikah digunakan

untuk mengutamakan

‘peristiwa berlangsungnya

pernikahan’, telah menikah

dapat dilawankan dengan

akan menikah. Akan tetapi,

sudah menikah lebih

mengutamakan ‘keadaan

sudah berlangsungnya

sesuatu’ sehingga sudah

menikah dapat dilawankan

dengan belum menikah.

Kata sudah mencakupi

makna ‘cukup sekian’, ‘cukup

sampai di sini’, sedangkan

telah tidak.

Sudah 3. (bukan telah), jangan kautangisi lagi kematian itu.

Sudah dapat dirangkaikan

dengan partikel -lah atau

-kah, sedangkan telah tidak.

Oleh karena itu, sudahkah

dan sudahlah pada kalimat

berikut berterima, tetapi kata

telahkah dan telahlah tidak

berterima.

Sudahkah 4. (bukah telahkah) semua anak negeri ini mendapat pendidikan yang baik?Sudahlah 5. (bukan telahlah), jangan siksa dia lagi.

Kata sudah berdiri sendiri

sebagai unsur tunggal di

dalam klausa, sedangkan

telah tidak.

Sudah6. ! (bukan telah) Diam!Anda 7. sudah (bukan telah) makan? Sudah.

Sudah dapat digunakan

dalam bentuk inversi,

sedangkan telah tidak.

Lengkap 8. sudah (bukan telah) kebahagiaan hidupnya.

Sudah mempunyai

hubungan yang renggang

dengan predikat, tetapi telah

lebih rapat. Kerenggangan itu

tampak pada kemungkinan

penyisipan kata, seperti mau,

harus, akan, atau tidak, di

antara kata predikat dan kata

sudah.

Dia 9. sudah (bukan telah) mau makan sedikit-dikit.Anda 10. sudah (bukan telah) harus pergi besok pagi.

Namun, pada contoh

berikut kata sudah dan telah

dapat digunakan.

Pagi-pagi kami datang 11. menjemputnya, tetapi ternyata dia sudah/telah pergi.Dia sudah/telah dua hari 12. tinggal di desa kami.

Perhatikan bahwa

pada contoh 11 sudah/

telah digunakan untuk

menerangkan verba pergi,

sedangkan pada contoh 12

menerangkan numeralia dua

hari. e

senaraibahasaSudah dan Telah

Ditulis ulang oleh Yusup Nurhidayat dari buku Buku Praktis Bahasa Indonesia 2 Dendy Sugono (ed.) (Jakarta. Pusat Bahasa. 2003)

Page 3: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

3Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 3Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Pada edisi kali ini, Ekspresi me-

nyuguhkan tulisan utamanya

me nge nai kompetensi seorang guru. Salah satu

upa ya untuk meningkatkan kompetensi guru—

profesionalisme, pedagogik, kepribadian, dan

sosial—adalah melalui pendidikan dan pelatihan

(diklat). PPPPTK Bahasa adalah unit kerja Kemdik-

nas yang memiliki tupoksi yang berkaitan dengan

hal ini.

Dalam laporan utama kali ini, penulis menyoro-

ti bagaimana dengan diklat kemampuan guru bisa

ditingkatkan. Lewat diklat pula kesadaran guru

untuk terus selalu belajar akan muncul. Seorang

guru tidak bisa berhenti belajar, justru ia dituntut

untuk terus meningkatkan kemampuan dirinya.

Menjadi seorang guru tidaklah lantas berhen-

ti untuk belajar karena hakikatnya seorang guru

juga seorang pemelajar. Guru sebagai pemelajar

(learner) dituntut untuk selalu menambah penge-

tahuan dan keterampilan agar pengetahuan dan

keterampilan yang telah diperolehnya tidak ke-

tinggalan zaman. Oleh karena itu, PPPPTK Bahasa

pada tanggal 15 Desember kemarin telah melun-

curkan program e-Learning bahasa Indonesia, Ing-

gris, Arab, Jepang, Jerman, Mandarin, dan Prancis

untuk memperluas akses guru-guru di daerah agar

bisa mengikuti pembelajaran.

Artikel lain menyuguhkan kepada Anda be-

ragam tulisan mengenai bahasa secara umum dan

pembelajaran bahasa. Semua hal tersebut bisa

Anda baca lewat Ekspresi edisi kali ini. Semoga

bermanfaat. e

Senarai Bahasa

Salam Redaksi

Laporan Utama

Perubahan Tak Semudah Membalik

Telapak Tangan [4]

Bahasa dan Sastra

Apa dan Bagaimanakah Pendidikan

Karakter? [7]

Perencanaan Bahasa [13]

Mengajarkan Keterampilan Berbicara

Bahasa Inggris: Konsep, Strategi,

dan Jenis Kegiatannya [19]

Pembelajaran Multigrade/Kelas

Rangkap di Pusat Bimbingan

Belajar Borneo Child Aid Society

Humana, Sabah [26]

Lintas Bahasa Budaya

Serambi Foto

Pembina Kepala PPPPTK Bahasa Muhammad Hatta Penanggung Jawab Kabag Umum Abdul Rozak, Kasubbag Tatausaha dan Rumah Tangga Azokhigo Daeli Pemimpin Redaksi Kasatgas Protokol dan Dokumentasi Iri Agus Sudirdjo Redaktur Pelaksana Yusup Nurhidayat Redaktur Ririk Ratnasari, Mulawarni, Joko Subroto Desain Sampul dan Tataletak Yusup Nurhidayat Pencetakan dan Distribusi Naidi, Djudju, Komariah Alamat Redaksi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa Jalan Gardu,

Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640 Kotak Pos 7706 JKS LA Telp. (021) 7271034 Faks. (021) 7271032 Website: www.pppptkbahasa.net Email: [email protected]

daftarisi

salamredaksi

Page 4: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

4 5Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 5Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Saya tidak suka cara mengajar Bapak”. Bagaimana jika kalimat tersebut diucapkan oleh murid Anda untuk Anda? Sedih? Marah? Tidak tahu apa yang

harus dilakukan? Sebuah pukulan yang pasti dirasa sangat berat untuk seorang guru karena memang guru adalah ruh dari proses pembelajaran.

Ririk Ratnasari

Perubahan Tak Semudah membalik TelaPak Tangan

pedagogik, kepribadian dan sosial.

Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan

dan nilai-nilai lain yang se-jenis yang belum diketahui anak dan seharusnya dike-tahui oleh anak. Tugas ma-nusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tu-gas-tugas manusiawi adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri. Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, tu-

Guru seringkali menjadi so-rotan utama dalam pem-belajaran. Daoed Yoesoef, menteri pendidikan era kabinet pembangunan III menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas utama yaitu tugas profe-sional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (civic mission). Yang oleh Badan Standar Nasional Pendidikan diejawantahkan dalam em-pat kompetensi yang harus dikuasai guru yang melipu-ti: kompetensi profesional,

Page 5: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

5Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 5Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

laporanutama

Perubahan Tak Semudah membalik TelaPak Tangan

MenJAdI SeoRAng guRu

tIdAKlAH lAntAS BeRHentI

untuK BelAJAR KARenA

HAKIKAtnyA SeoRAng

guRu JugA SeoRAng

PeMelAJAR. guRu SeBAgAI

PeMelAJAR (leArner)

dItuntut untuK SelAlu

MenAMBAH PengetAHuAn

dAn KeteRAMPIlAn

AgAR PengetAHuAn dAn

KeteRAMPIlAn yAng telAH

dIPeRoleHnyA tIdAK

KetInggAlAn ZAMAn.

rut mengemban dan melak-sanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat peraturan per-undangan.

Menjadi seorang guru tidaklah lantas berhenti untuk belajar karena hakikatnya seorang guru juga seorang pemela-jar. Guru sebagai pemelajar (learner) dituntut untuk se-lalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar penge-tahuan dan keterampilan yang telah diperolehnya tidak ke-tinggalan zaman. Hal ini juga dilakukan untuk mening katan kemampuan profesionalisme-nya sebagai guru.

Dalam melaksanakan tugas profesinya guru dihadapkan pada berbagai pilihan, seper-ti cara bertindak bagaimana yang paling tepat, bahan be-lajar apa yang paling sesuai, metode penyajian bagaimana yang paling efektif, alat bantu apa yang paling cocok, lang-kah-langkah apa yang paling efisien, sumber belajar mana yang paling lengkap, sistem evaluasi apa yang paling te-pat, dan sebagainya. Seba-gai pelaksana tugas otonom, guru harus dapat menentu-kan pilihannya dengan mem-pertimbangkan semua aspek yang relevan atau menunjang tercapainya tujuan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pengambil keputusan. Guru

sebagai pihak yang berkepen-tingan secara operasional dan mental harus dipersiapkan dan ditingkatkan profesiona-lismenya, karena hanya de-ngan demikian kinerja mereka dapat efektif, Apabila kinerja guru efektif maka tujuan pen-didikan akan tercapai.

Profesionalisme da-lam hal ini adalah kemampuan dan ke-terampilan guru da-lam merencanakan, melaksanakan peng-ajaran dan keteram-pilan guru meren-canakan dan melak-sanakan evaluasi hasil belajar siswa. Mengingat penting-nya profesionalisme guru dalam penca-paian tujuan pen-didikan utamanya pada skala tingkat institusional, maka perlu adanya pe-ningkatan profesion-alisme guru. Upaya tersebut antara lain direalisasikan mela-lui berbagai macam pelatihan.

Hal ini sesuai de-ngan pendapat Nadler (1977) menyatakan bahwa penataran atau training adalah suatu kegiatan yang dirancang un-tuk memperbaiki performansi dalam tugas yang dihadapinya

atau dikerjakan. Pernyataan ini didukung oleh Siagian (1987) mengatakan bahwa pe-nataran dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja sese-orang atau sekelompok orang. Selanjutnya. Nain (dalam Pi-darta, 1988) mengemukakan.

bahwa pendidikan in-service education diberikan dengan maksud agar pengetahuan dan kemampuan profesional dapat ditingkatkan sehingga selalu bersifat “up to date”

Page 6: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

6 7Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 7Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

dan dapat bekerja lebih baik dari semula.

Pelatihan yang diberikan ke-pada para guru dapat meli-puti berbagai aspek baik yang berkaitan dengan kemam-puan profesionalnya sebagai seorang pendidik maupun kemampuannya secara aka-demis. Hal ini dikarenakan, ilmu tidaklah statis apalagi ilmu bahasa sebab bahasa adalah milik masyarakat yang berkembang dan mengikuti perkembangan masayarakat pemilik bahasa tersebut.

Demikian juga dengan perkembangan anak didik, setiap generasi memiliki karakternya masing- masing. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk meng-ikuti perkembangan mere-ka. Demikian juga dengan perkembangan sumber bela-jar yang semakin bervariasi membuat guru harus selalu sadar bahwa mereka juga dapat membawa sumber-sumber belajar otentik ke

dalam kelas mereka. Selan-jutnya, setelah pembelajaran berlangsung guru tugas guru tidak lantas berhenti, tetapi guru harus mampu melakukan refleksi/analisis terhadap apa yang telah terjadi di dalam kelas dan apa yang telah dica-pai oleh siswa. Akhirnya guru harus mampu memanfaatkan hasil refleksi atau analisis ini untuk memperbaiki perenca-naan dan pelaksanaan pem-belajaran berikutnya.

Di samping itu, program pelati-han juga memberi kesempa-tan kepada guru untuk ber-latih memecahkan masalah/menanggulangi situasi, yang semuanya ini dapat dikait-kan dengan mengelola inter-aksi di dalam kelas. Dalam hal ini, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dilatihkan seba-gai wahana untuk mengenal masalah serta merencanakan pemecahannya melalui berba-gai langkah.

Pelatihan merupakan salah satu aspek untuk mengeta-hui gambaran peningkatan profesionalisme guru yang ditandai dengan tercapai-nya kepuasan kerja dan op-timalisasi kerja para guru. Guru merasakan kegairahan dalam mengajar dan me-mang untuk melakukan pe-rubahan tidaklah semudah membalik telapak tangan. Diperlukan niat baik, wak-tu, dana, kesadaran, dan kesungguhan semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan. Semoga. e

laporanutama

Page 7: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

7Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 7Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Pendidikan karakTer?

Ahmad GhoziWidyaiswara Bahasa Arab

PPPPTK Bahasa

PenDAhULUAnMasih ingatkah kita dengan lagu Pergi Sekolah karya Ibu Sud yang kian jarang didendang-kan anak-anak. Padahal, liriknya amat bernas yang diakhiri dengan “Itulah tandanya kau murid budiman”.

Ya, kini menjadi budiman seolah bukan ke-banggaan lagi. Padahal itulah puncak capai-an pendidikan: menjadi pribadi budiman, menyayangi sesama, memiliki empati, dan berkepedulian sosial tinggi. Sudah seharusnya semakin berprestasi seseorang semakin ber-budi. Sebagaimana jauh-jauh hari ditekankan oleh “Bapak” Pendidikan Nasional Ki Hajar

Dewantoro, bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Undang-undang No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas juga mengga-riskan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rang-ka mencerdaskan kehidupan bangsa...”.

Beberapa dekade terakhir ini, sebagian masyarakat In-donesia menunjukkan sikap yang kurang positif, seperti, ba nyaknya kekerasan dalam segala aspek, suka tawuran antar kampung sampai de-ngan antaranggota DPR, kurang menghormati orang lain, ketidakjururan dalam pelaksanaan UN misalnya guru mengajarkan strategi menyontek kepada para siswa-nya agar lulus UN, banyak nya ijazah palsu, perjokian dalam seleksi masuk sekolah nege-

diPerlukan kembali Pemikiran unTuk

membangun kembali bangSa yang Sudah

jauh karakTer dari jaTi dirinya menuju kePada budaya dan karakTer PoSiTif yang dimiliki bangSa ini melalui

Pendidikan karakTer dan budaya bangSa.

Page 8: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

8 9Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 9Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

ri dan PNS, saling curiga, penggunaan bahasa yang bu-ruk, lemahnya rasa tanggung jawab, rapuhnya semangat nasionalisme, semakin tinggi perilaku merusak diri dengan narkoba dan perilaku seks be-bas (free sex) serta semakin kaburnya pedoman moral, dan sebagainya.

Oleh karena itu, diperlukan kembali pemikiran untuk membangun kembali bangsa yang sudah jauh karakter dari jati dirinya menuju ke-pada budaya dan karakter positif yang dimiliki bangsa ini melalui pendidikan karak-ter dan budaya bangsa. Pen-didikan karakter bukanlah pembelajar an sebuah bidang studi akan tetapi menjadi bagian yang terintegrasi da-lam keutuhan semua proses pendidikan yang terwujud da-lam pembelajaran dan layanan pendidikan lainnya.

P e M B A ­hASAnLatarSudah bu-kan raha-sia umum lagi, kalau k o n d i s i kehidupan berbangsa kita seka-rang ini d i t a n d a i oleh se-makin me-mudarnya karakter dan jati diri. Krisis multidimensi termasuk akhlak dan moral sudah menjadi akut dan marak dimana-mana.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara juga telah la-hir fenomena low trust society dan kecenderungan perilaku self destruction. Jika fenome-na dan perilaku ini tidak di-hentikan, tentu akan meng-gerogoti sendi-sendi kehidup-an berbangsa dan bernegara.

Tidak terke cuali, pemba-ngunan yang hanya ber-orientasi pada fisik dan ber-tumpu pada economic mar-gin or gain semata, tetapi mengabaikan pemba ngunan karakter dan jati diri bang-sa (nation and character building). Nilai-nilai (va-lues), budaya (culture), dan perilaku (behavior) yang sudah ber orientasi pada materialisme. Di samping itu, kesenangan duniawi

dan peradaban profan manu-sia Indonesia juga cenderung kurang tulus atau selalu pakai kedok, tidak jujur, tidak ama-nah, dan tidak bertanggung jawab serta kurang peduli dan hormat pada orang tua.

Bahkan menurut Soedarsono (2010:2), masyarakat Indone-sia meskipun masih bersifat indikatif, sedikit demi sedikit telah menuju seperti apa yang dikatakan Mahatma Gandhi yang pernah mensinyalir 7 dosa yang mematikan (seven deadly sins) bagi suatu bangsa yang patut dicermati, yakni:

Kekayaan tanpa kerja 1. (wealth without work);Kesenangan tanpa hati 2. nurani (pleasure without conscience);Pengetahuan tanpa karak-3. ter (knowledge without character);Bisnis tanpa moral (4. com-merce without morality);Ilmu pengetahuan tanpa 5. kemanusiaan (science

kriSiS mulTidimenSi TermaSuk akhlak dan moral yang

Sudah menjadi akuT menyebabkan makin

Pudarnya karakTer dan jaTi diri bangSa.

Page 9: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

9Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 9Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

without humanity);Agama tanpa pengorban-6. an (religion without sacri-fice); danPolitik tanpa prinsip (7. po-litics without principles).

Mengapa hal bisa terjadi (meski dalam skala kecil) di Indonesia? Padahal menurut Soedarsono masyarakat Indo-nesia adalah masyarakat yang tidak bodoh, bahkan banyak yang jenius, sumber daya alamnya sangat kaya. Jawab-nya, karena masyarakat Indo-nesia saat ini lebih memen-tingkan pembangunan fisik, terutama setelah tahun 1960-an, dan mengabaikan masalah pendidikan karakter, terlebih sisi kecerdasan emosional dan spiritual serta lupa terhadap falsafah Pancasila, yang sudah lama melekat dalam 10 fung-si, yaitu sebagai dasar negara, pandangan hidup, kepribadian bangsa, jiwa bangsa, tujuan bernegara, perjanjian luhur bangsa, asas kehidupan ber-masyarakat, moral pembangun an , dan jati diri bang-sa (Soedarsono, 2010:2-3).

Sebab itu, da-pat disimpulkan bahwa dasar pen-didikan karakter adalah agama, pancasila, budaya, dan tujuan pen-didikan nasional.

Dari perspektif kultural, ba-nyak contoh bangsa lain yang tangguh dan terkenal memi-liki karakter yang kuat. Mi-salnya bangsa Rusia mampu melawan kekuatan Napoleon Bonaparte yang saat itu gagah perkasa, begitu pula bangsa Jepang yang diluluhlantakkan oleh tentara sekutu pada PD II, namun tetap berdiri tegar, bahkan secara menakjubkan bangkit dengan cepat men-jadi negara yang makmur dan kuat, namun tetap memi-liki karakter dan jati dirinya sendiri (Muhaimin, 2010:2). Bagaimana dengan bangsa Indonesia setelah hampir 70 tahun merdeka?

Demi menjawab kegelisahan itu, Kementerian Pendidikan Nasional menggelar acara ”Sarasehan Nasional Pengem-bangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” di Ho-tel Bidakara Jakarta pada 14 Januari 2010.

Sekitar 200 orang yang terdiri dari pakar pendidikan, tokoh masyarakat, budayawan, ro-haniwan, akademisi, birokrat, praktisi, pengelola pendidik-an, dan pihak lain yang terkait hadir dalam acara tersebut. Pada akhir sarase-han di sepakati komitmen pen-didikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif sebagai proses pembudayaan.

KOnSeP PenDIDIKAn KARAK TeRPendidikan adalah usaha yang sadar yang sistematis da-lam mengembangkan potensi

peserta didik. Pendidikan juga merupakan usaha suatu masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasinya un-tuk menghadapi tantangan demi keberlangsungan hidup di masa depan. Melalui pendidikan, ke-

daSar Pendidikan karakTer adalah agama, PancaSila,

budaya, dan Tujuan Pendidikan

naSional.

Page 10: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

10 11Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 11Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

belangsungan suatu bangsa terwujud dalam pewarisan bu-daya dan karakternya kepada generasi penerusnya.

Adapun karakter terdiri dari tiga unjuk perilaku yang sa-ling berkaitan yaitu tahu arti kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berperilaku baik (Lickona,1991:51 dalam Puskur). Ketiga substansi dan proses psikologis tersebut ber-muara pada kehidupan moral dan kematangan moral indi-vidu. Dengan kata lain, karak-ter dapat dimaknai sebagai kualitas pribadi yang baik.

Menurut dokumen Desain In-duk Pendidikan Karakter terbi-tan Kementerian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter didefinisikan sebagai pendidi-kan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang ber-tujuan mengembangkan ke-mampuan peserta didik untuk mengambil keputusan yang baik, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaik-an itu dalam kehidupan

s e h a r i -

hari dengan sepenuh hati (Puskur,2010:15).

Adapun budaya diartikan se-bagai keseluruhan sistem ber-pikir, nilai, moral, norma dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat.

Berdasarkan pengertian pen-didikan, dan karakter di atas, maka dapat dinyatakan bah-wa pendidikan budaya dan karak ter bangsa adalah pen-didikan yang mengembang-kan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri pe-serta didik sehingga mereka memilik nilai dan karakter se-bagai karakter dirinya, mene-rapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik dan bermartabat.

TUJUAn PenDIDIKAn KA­RAKTeRTujuan Pendidikan budaya dan karekter bangsa adalah sebagai berikut :

Mengembangkan kal-1. bu/ nurani peserta didik sebagai individu dan masyarakat yang memi-liki karakter dan budaya bangsa;Mengembangkan perilaku 2. dan kebiasaan yang ter-puji sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang reli-gius;Menanamkan jiwa kepe-3. mimpinan dan tanggung jawab peserta didik se-bagai generasi penerus bangsa;Mengembangkan kemam-4. puan peserta didika men-jadi manusia yang mandi-ri, kreatif, berwawasan kebangsaan, danMengembangkan lingku-5. ngan kehidupan sekolah yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persaha-batan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dig-nity) (Puskur, 2010:7).

P R I n S I P ­PRInSIP DA­LAM Pe nGeM ­B A n G A n PenDIDIKAn KA RAKTeRPe nd i d i k a n karakter se-l a y a k n y a d ikembang-kan dengan pendeka tan

terpadu dan

Page 11: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

11Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 11Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

menyeluruh. Efektivitas pendidikan karakter tidak selalu harus dengan menam-bah program tersendiri, me-lainkan bisa melalui trans-formasi budaya dan kehidu-pan di lingkungan sekolah. Melalui pendidikan karakter semua berkomitmen untuk menumbuhkembangkan pe-serta didik menjadi pribadi utuh yang menginternalisasi kebajikan (tahu dan mau), dan terbiasa mewujudkan ke-bajikan itu dalam kehidupan sehari hari.

Dalam tataran implementa-sinya, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pem-belajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pela-jaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demiki-an, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi me-nyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata da-lam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Adapun prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengemba-ngan pendidikan

karakter

d a n budaya bangsa adalah sebagai berikut;

berkelanjutan;a.

melalui semua mata pela-b. jaran, mulok, kepribadian, dan kegiatan sekolah, ser-ta budaya sekolah;Nilai tidak diajarkkan c. tetapi dikembangkanProses pendidikan dilaku-d. kan secara aktif dan me-nyenangkan.

nILAI­nILAI YAnG DIKeM­BAnGKAnAdapun nilai-nilai yang dikembangkan dalam pen-didikan karakter dan budaya bangsa menurut Pusat Kuriku-lum, kementerian Pendidikan Nasional, adalah sebagai beri-kut: (lihat tabel di belakang)

P e n U ­TUPPendidi-kan

karakter dan budaya bangsa

adalah pendidikan yang beru-paya untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karak-

ter yang dimiliki bangsa ke-pada anak didik agar dapat hidup lebih baik, maju dan produktif berdasarkan nilai-nilai, agama, pancasila, bu-daya, dan tujuan pendidikan nasional.

Penanaman nilai-nilai luhur tersebut dilakukan dengan melalui proses pendidikan yang sistematis, terpadu, dan tanpa memasukkan sebagai mata pelajaran baru, namun dengan mengintegrasikannya melalui mata pelajagaran dan kegiatan-kegiatan yang ber-langsung di sekolah. e

Sudah Selayaknya kiTa memberikan makna lebih TenTang Tema beSar yang diangkaT Pada acara hari Pendidikan naSional Tahun 2010 ini yaiTu ”Pendidikan karakTer

unTuk membangun keberadaban bangSa”

Page 12: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

12 13Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 13Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

no nilai deskripsi

1 ReligiusSikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2 JujurPerilaku yang didasarkan pada upaya yang menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3 ToleransiSikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yangberbeda dari dirinya.

4 DisiplinTindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan

5Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan

belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6 KreatifBerpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7 MandiriSikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan

orang lain.

9 Rasa Ingin TahuSikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar

10Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11 Cinta Tanah airCara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13Bersahabat/Komuniktif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14 Cinta DamaiSikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya

15 Gemar MembacaKebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17 Peduli SosialSikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

18 Tanggung JawabSikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

DAFTAR PUSTAKAMuhaimin, Yahya, 2010. Pembinaan Karakter

Bangsa, Jakarta: kemdiknasPuskur , Pengembangan Pendidikan Karakter dan

Budaya Bangsa, Jakarta: Puskur, Kemdiknas, 2010.

_____ , Buku Pendidikan Karakter, Jakarta: Puskur, Kemdiknas, 2010.

______, Power point Pendidikan Karakter, Jakarta: Puskur, kemdiknasm 2010

Soedarsono, H.Soemarno,. 2010. Intisari Karakter Mengantar Bangsa dari Gelap Menuju Terang, Jakarta: Kemdiknas

ALPTKI, 2009, Pemikiran tentang Pendidikan Karakter dalam Bingkai Utuh Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: ALPTKI

Page 13: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

13Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 13Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Ha s i l dar i Ing-

g r i s i s a s i tidak sesu ai dengan ha-rapan para penganjur s e b e l u m -nya. Tahun 1922 juga me n a nd a i perkembangan negara bagian Irlandia (pada masa ini masih terdapat perbudakan), men-dorong Irlandia terlepas dari kekuasaan Inggris. Gangguan pada bahasa tunggal tidak membantu pada persatuan Kepulauan Britania, tetapi juga mendekati 100 persen ke-berhasilan untuk penghapu-san bahasa Gael (Gaelic) se-bagai salah satu mayoritas keluhan yang digunakan oleh sekelompok pen-duduk untuk melawan penyebabnya. Takdir bahasa Gael (Gaelic) nampak meluas se-bagai penyebab na-sionalis yang dinya-takan bahwa konstitusi Irlandia mendeklarasikan bahasa Gael (Gaelic) se-bagai bahasa nasional pertama, serta pemerintahan Irlandia memanfaatkan se-bagian besar energi dan sum-ber dayanya untuk merevital-isasi bahasa.

Hasil akhir dari percobaan dua kebijakan bahasa yakni penyatuan Irlandia dengan Inggris dipersulit dengan ke-

tiadaan harapan adanya reuni dari penyatuan Quebec dan kepentingan Kanada yang me-nimbulkan masalah berkelanju-tan. Nasionalis di Irlandia ber-hubungan dengan takdir baha-sa Gael (Gaelic) sebagai masalah nasionalis utama, sedangkan masa depan Perancis merupa kan s a l a h

s a t u pusat per-

hatian francophones di Kanada. Hal ini mudah terlihat bahwa kebijakan anti-Perancis lebih mengutamakan bagian pusat anglophones yang mem-buat kesetiaan berkelanjutan Quebec pada penyatuan bang-sa Kana da yang tidak dapat diperta hankan.

Jawaban lain masalah li-nguistik dari bangsa multili-ngual adalah mempertahan-kan kebijakan berkaitan de-ngan sejumlah bahasa yang disahkan secara resmi dalam wilayah geografis khusus suatu bangsa. Tetapi, satu bahasa memiliki kedudu k-an khusus sebagai ‘bahasa

nasional’ dan diharapkan diketahui oleh seluruh

penduduk dunia dan dipakai sebagai pusat permasalahan nasion-al. Kehancuran Uni So-viet, India meru pakan contoh paling menyo-

lok berkaitan dengan pendekatan tersebut.

Perencanaan mendasar, yang diimpikan oleh konstitu-si, menjadikan Hindi sebagai bahasa nasional, dikatakan se-bagai bahasa pertama atau ba-hasa kedua bagi seluruh warga negara. Sebaliknya, terkadang kekerasan, dari pembicara ba-hasa lain sampai pada penge-sahan bahasa Hindi, meng-hasilkan modus vivendi diang-gap sebagai kebijakan bahasa ketiga. Berdasarkan kebijakan tersebut, setiap orang In-

http:/

/3.bp

.blogsp

ot.com/_CSdrsjK

gxpo/SwGdExdMv1I/AAAAAAAAAKw/m29nKzk5gzQ/s320/iq-bowl-44300.jpg

Vera Aulia Lesmana ChaniagoWidyaiswara Bahasa Arab PPPPTK Bahasa

Page 14: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

14 15Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 15Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

dia diharapkan sedikitnya menge nal tiga bahasa, bahasa Inggris dan bahasa Hindi se-bagai bahasa nasional sekali-gus bahasa kenegaraan, yang t i d a k t e r -masuk bahasa H ind i . Wa r g a negara y a n g m e n -jadikan bahasa H i n d i s e b a -gai bahasa kenegaraan, juga mempelajari bahasa India lain, salah satunya lebih ba-nyak terlihat di selatan India. Objek dari kebijakan ini ada-lah menyamakan perbedaan linguistik antara pembicara bahasa Hindi dan bahasa In-dia lain. Pada masa bersa-maan, kebijakan ini meleng-kapi setiap orang India dan bahasa yang digunakan un-tuk berkomunikasi dengan pemerintah nasional.

Pelaksanaan ke-bijakan ini, mem-berikan kerangka dalam fungsi ke-bangsaan, yang diimplementasikan dalam tata krama yang berada di luar keinginan. Negara bagian non-Hindi khususnya bahasa Dravidian berfungsi secara monolingual

dalam menggunakan bahasa tersebut dengan meminimal-isasi peranan Hindi. Kebi-jakan ini berpengaruh untuk menghasilkan sederetan kesa-

tuan monolingual, yang ber-dampingan dalam satu unit federal. India membanding-kan dengan baik pernyataan bilingual secara resmi yang ditunjukkan antara Belgia dan Kanada. Perbedaan ini sangat memainkan peranan di India dan dua bangsa lainnya memiliki komitmen konstitu-sional untuk penyamaan ba-hasa regional. Sementara itu,

konstitusi India menegaskan keunggulan bangsa Hindi.

Kesamaan konteks di atas juga berlaku di Spanyol meskipun dalam tingkatan ba-hasa terkecil. Kelenyapan ba-hasa Perancis (franco) meng-adopsi konstitusi baru untuk mempertahankan kedudukan bahasa regional dari Basque dan Catalan. Sekurang-kurangnya di Catolian, konsti-tusi ini menjelaskan tentang pendidikan dan pemerintahan regional, Catalan menjadi semakin monolingual, dan penggunaan bahasa Spanyol menjadi semakin berkurang.

***

Kebanyakan negara ber-hasil memberlakukan penya-maan hukum dasar bagi dua atau beberapa bahasa seperti Kana da, Belgia, dan Swiss. Se-lain itu, keberhasilan terbesar dalam pemberlakuan bahasa nasional dicapai beberapa Nega ra seperti India dan Spa-nyol dengan menggunakan sistem de jure (Swiss, Belgia, dan Spanyol) atau sistem de

facto (Ka-nada dan I n d i a ) y a n g s e c a r a regi onal didefini-s i k a n s e b a g a i mono l i -ngualisme.

F a k -tor de-

mografi sangat penting da-lam menentukan kebijakan

Page 15: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

15Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 15Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

bahasa. Kebijakan bahasa dapat berjalan lancar jika bahasa ditentukan sebagai bahasa pertama ditentukan sebagai perluasan mayoritas pembicara di suatu negara atau bahasa pertama menjadi bagian yang diabaikan oleh penduduk setempat. Penya-maan hukum antara dua atau lebih bahasa tampak seperti pada negara Kanada, dengan sejumlah bahasa terkecil se-cara bersamaan dipakai oleh sebagian besar mayoritas penduduknya. Konteks ba-hasa nasional-bahasa regional sangat sulit untuk didefinisi-kan. Salah satu konteks yang menonjol di India dan bekas Uni Soviet, berakibat secara signifikan bagi negara-negara yang menggunakan bahasa percakapan dalam sejumlah penduduk. Spanyol menerap-kan kebijakan ini dengan me-libatkan bahasa ketiga.

Faktor di atas memerlukan penjelasan secara mendalam. Berdasarkan pandangan perta-ma, India dan Nigeria tampak serupa. Keduanya merupakan negara bekas penjajahan Ing-gris dengan berbagai pem-bagian penduduk berdasarkan bahasa. India menerapkan kebijakan bahasa nasional-bahasa regional, sedangkan Nigeria memberlakukan secara resmi monolingualisme dalam bahasa asli, seperti bahasa Ing gris. Tidak satu pun Negara yang mempertimbangan se-cara serius tentang kebijakan bahasa lain. Faktor perbedaan tampak dalam martabat ba-hasa asli, yang dipengaruhi oleh keyakinan para pengguna bahasa yang menganggpnya sebagai penghargaan terhadap bahasa nasional. Martabat ke-bahasaan ini mengandung tra-disi kesusasteraan tertulis. Di India, keenam bahasa secara

menyeluruh berfungsi seba-gai bahasa kenegaraan (state languages) yang mengandung tradisi tertulis selama berabad-abad, contohnya, ketiadaan bahasa asli di Nigeria.

Faktor terpenting dari martabat bahasa terlihat da-lam konteks yang berlangsung di Senegal, Burundi, dan Para-guay. Setiap kasus di negara tersebut memiliki bahasa per-cakapan khusus yang diguna-kan oleh mayoritas terbesar penduduknya, Wolof, Kirundi, dan Guarani. Beberapa negara memberlakukan monolingual secara resmi dalam bahasa percakapan asing yang di-gunakan oleh sebagian kecil penduduk. Perancis merupa-kan negara pertama yang menerapkan hal tersebut, Spanyol merupakan Negara ketiga yang menerapkannya. Ketiga mayoritas bahasa, Wolof, Kirundi, atau Guarani

Page 16: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

16 17Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 17Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

tidak memiliki tradisi tertulis yang mendahului masa penja-jahan (kolonialisasi).

Faktor penghargaan sa-ngat ditekankan dalam kon-teks di atas meskipun fakta menunjukkan ratusan bahasa percakapan dipakai oleh 53 bangsa Afrika yang merdeka. Salah satu dari keempat ba-hasa memiliki tradisi kesusas-teraan yang panjang: bahasa Arab, Inggris, Perancis, atau Portugis dijadikan sebagai bahasa nasional oleh setiap negara di benua tersebut. Berdasarkan fakta, ketiga ba-hasa Eropa sebenarnya tidak memiliki bahasa percakapan asing dari berbagai negara. Kebanyakan Negara Eropa hanya memiliki bahasa na-sional tunggal. Ketiga bahasa Eropa yang dijadikan sebagai kekuasaan kolonial utama bu-kan terjadi secara kebetulan tetapi banyak dipengaruhi oleh tradisi penjajahan. Nega-ra Afika Utara, Maroko, Alge-ria, Tunisia dan Lybia meng-abaikan bahasa penjajahan. Pengabaian tersebut dilaku-kan terhadap bahasa Perancis pada tahap pertama dan Italia pada tahap akhir, dan bahasa Arab dipakai sebagai bahasa asli. Bahasa Arab mengan-dung penghargaan mahahe-bat sebagai bahasa suci bagi umat Islam sebaik dengan tradisi yang panjang dan kesusastera an terpenting.

Faktor lain yang menentukan penghargaan terhadap keanekaragaman bahasa biasa adalah kekuasaan para pem-bicara pada sejumlah varietas bahasa yang dianggap sebagai pemisahan bahasa atau sebagai dialek bahasa satu sama lain. Perluasan ini tidak menimbulkan masalah bagi bahasa.

Keanekaragaman bahasa tidak dapat dipahami satu sama lain, seperti bahasa Mandarin dan Cantonese secara umum dihubungkan de ngan dialek kesamaan bahasa. Dialek ter-identifikasi dalam bahasa Mandarin, sedangkan jenisnya menunjukkan kesamaan (identical) sebenarnya, tidak seperti pada bahasa Hindi dan Urdu. Pembedaan kedua jenis bahasa didasarkan dari perbedaan bahasa, kedekatan bahasa, dan penyatuan politis. Ketentuan semakin jelas dengan memper-timbangkan dari bahasa Basque dan standar bahasa Spanyol berlawanan bahasa Sisilia dan standar bahasa Italia.

Pada kedua kaSuS TerSebuT, jeniS Pendahulu diPakai oleh kelomPok minoriTaS dalam SuaTu negara bangSa. TeTaPi, bahaSa SiSilia Secara umum dianggaP Sebagai dialek iTalia meSkiPun Tidak Seorang Pun menganggaP baSque Sebagai dialek SPanyol. baSque berbeda dengan bahaSa SPanyol diTinjau Secara TiPologi dan geneTikal berkaiTan dengan Pandangan hubungan dialek yang memPermainkan benTuk Permukaan. di SiSi lain, bahaSa SiSilia dan STandar iTalia Tidak TamPak jelaS SaTu Sama lain, karena berhubungan

dengan TiPologi dan geneTikal.

Page 17: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

17Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 17Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Kebijakan bahasa menyebabkan dua akibat serius dalam menetapkan dua jenis bahasa menjadi bahasa sendiri atau per-bedaan bahasa. Jenis ini berkaitan dengan perbedaan bahasa yang hanya menekankan setimen nasionalis, sedang kan dialek biasanya disederhanakan sebagai bentuk varietas li nguistik dominant yang kurang tepat. Di China, jenis li nguistik secara genetis berdekatan dengan bahasa Mandarin khususnya dalam dialek orang China, dan tidak memiliki perlin dungan konsti-tusional.

di SiSi lain, konSTiTuSi menjamin PemerinTah unTuk melindungi dan mendukung varieTaS Se PerTi orang mongolia dan TibeT, yang menggunakan bahaSa berbeda. PemerinTah memPublikaSikan maTerial bagi Sekurang-kurangnya Tiga juTa Pembicara bahaSa mongol di china. PemerinTah juga melengkaPi keTiadaan PenyeSuaian Selebih-lebihnya bagi 77 juTa Pembicara dialek Wu dalam bahaSa china. Pengabaian dialek TerSebuT TamPaknya diTerima Sebagai kePanTaSan keadaaan dianTara Pengguna bahaSa mandarin, varieTaS dominan, Pengguna

bahaSa lain.

Italia, Lombard, Neapoli-tan, Piedmontese, dan Sisilia cukup dibedakan berdasar-kan standar bahasa Italia yang tidak dapat dipahami satu sama lain. Tetapi, se-cara keseluruhan memper-hatikan dialek bahasa Italia dan masalah kedudukan yang tidak menonjol dalam agenda politik Italia.

Faktor potensial dari ba-hasa yang digunakan sebagai pelengkap bagi aspirasi na-sional telah disadari selama berabad-abad. Perencanaan penyatuan gagasan Perancis oleh Richeliau merumuskan kebijakan pemerintah tentang standar kebangsaan Perancis yang mengagumkan dan me-ngurangi varietas percakapan bahasa Romance lainnya ke dalam bahasa Perancis, yang dianggap sebagai status dia-lek Perancis.

Perencanaan ini masih berlanjut sampai sekarang. Penguasa Spanyol selama berabad-abad mengembang-kan standarisasi bahasa-dia-lek yang berhubungan de-ngan Kerajaan Spanyol, serta hubungan genetis lain yang berhubungan dengan varie-tas bahasa seperti yang ber-langsung di Spanyol sampai sekarang. Kebijakan Spanyol lebih berhasil dibandingkan dengan pemerintahan Peran-cis. Beberapa kebijakan resmi diberlakukan oleh Catalan sebagai dialek Spanyol, pen-duduk Catalan mempertah-ankan keyakinannya dalam

Page 18: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

18 19Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 19Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

pemisah an bahasa, dan telah berhasil mengabadikan pan-dangan dalam konstitusi pada tahun belakangan ini.

Salah satu contoh varietas terpenting mengklasifikasi-kan bahasa atau dialek yang berasal kontroversi Amerika dalam bahasa daerah Inggris-Amerika, yang dikenal se-bagai Ebonics. The Oakland

School melancarkan serangan pandangan pertama tentang kebijakan dalam perang Ebon-ics, yang menganjurkan para guru terkemuka di sekolah Afrika-Amerika seharusnya memiliki keakraban dengan

para murid dalam berbagai varietas bahasa percakapan. Document ini juga memperte-gas Ebonics sebagai bagian bahasa. Lawan Ebonics memi-liki kesamaan kekuatan yang menegaskan bahwa Ebonics termasuk dalam dialek bahasa Inggris. Para ahli linguistik hanya mempermasalahkan subjek dari permasalahan per-

tama menjadi ‘Apakah Ebon-ics termasuk dalam bahasa?’ Pengujian dari permasalahan subjek tersebut secara jelas menunjukkan jawaban pene-gasan dari permasalahan yang menegaskan Ebonics sebagai

penghormatan studi subjek dan ketepatan penggunaan. Jawaban negatif menyarankan Ebonics hanya menjadi dialek, merupakan seperangkat kesa-lahan yang perlu diperbaiki.

Secara ringkas, kebijakan bahasa nasional dapat di-dasarkan atas penghargaan varietas tunggal sebagai ba-hasa nasional tunggal, atau penghargaan terhadap dua atau lebih varietas tung-gal sepanjang bangsa terse-but berada pada kedudukan resmi yang sama dengan varietas lain dalam sebagian bangsa khusus. Salah satu kebijakan ini menyertai tole-ransi terbesar atau terkecil terhaadap bahasa lain da-lam ruang lingkup hukum dan pendidikan. Keberhasil-an kebijakan bahasa akan mempertimbangkan fakta demografi dari distribusi ba-hasa dalam kebangsaan dan penghargaan yang dihasil-kan oleh setiap persaingan varietas bahasa. e

RujukanAronoff, Mark dan Janie

Rees-Miller. The Handbook of Linguistics. 2001. Blackwell Publishers Ltd, Massachucettes, USA

Page 19: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

19Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 19Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

PenGAnTARTampaknya, jika kita merenung dan kemudian menengok kem-bali metode pembe-lajaran bahasa Inggris berbasis tata bahasa yang lebih banyak mengedepan-kan penggunaan bahasa (language usage) daripada pemakaian bahasa (language use), kita bisa menilainya positif bahwa metode tersebut memiliki dampak yang positif pula pada siswa dalam guyup persekolahan (schooling com-munity) bahasa Inggris pada umumnya dan pembelajaran keterampilan bahasa Ing-gris pada khususnya. Dampak positif itu adalah bahwa siswa begitu pandai bertata bahasa. Mereka begitu hafal beragam formula tata bahasa yang didapatkannya di tingkat SMP atau MTs dan kemudian dida-

laminya lagi di t i n g k a t SMA, SMK atau MA. Itu bermakna, siswa sudah memi-liki modal dan kekuatan yang cukup tentang tata bahasa; dan bisa dikatakan bahwa siswa yang memiliki kekuat-an cukup dalam bidang tata bahasa berkemungkinan be-sar memiliki pola dan logika bahasa yang runtut manakala ia mampu berbicara bahasa Inggris. Namun, persoalan yang dihadapi dan dikeluh-kan sebagian (besar) guru bahasa Ing gris setakat ini adalah bahwa siswanya me-mang memiliki bahasa Inggris tetapi tidak bisa membunyi-kan bahasa Inggrisnya. De-ngan kata lain, kita memang tidak meragukan kemampuan siswa kita bertata bahasa pada aras kompetensi (com-petence) namun kita masih memiliki tanda tanya tentang kinerja siswa kita berbahasa pada aras performansi (perfor-mance). Siswa kita memang sudah bersiap sedia bertata

bahasa tetapi masih skeptis berbahasa. Meskipun kondisi-nya semerana itu, tugas kita sebagai guru bahasa Inggris idealnya adalah menyiapkan siswa berbahasa dan mem-buatnya berbicara bahasa Ing-gris. Secara praksis, perlu di-upayakan kegiatan yang bisa mengasah keterampil annya berbicara. Tulisan ini mem-bentangkan anekakegiatan (speaking activities) yang bisa diadopsi dan diadaptasi oleh guru untuk membuat siswanya bisa berbicara bahasa Inggris. Namun, diuraikan lebih dulu konsep dan strategi meng-ajarkan keterampilan berbi-cara bahasa Inggris.

KOnSeP DAn STRATeGI MenG AJARKAn KeTeRAM­PILAn BeR BICARABerbicara sering dianggap sebagai kemahiran terpen-ting di antara empat kema-hiran berbahasa meskipun keempatnya memang berjalin

people who know a language are referred

to as ‘speakers’ of that language, as if speaking included all other kinds

of knowing; and many if not most foreign

language learners are primarily interested in

learning to speak.

Page 20: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

20 21Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 21Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

kelindan (integrated). Hal ini karena, sebagaimana dinya-takan oleh Penny Ur (1996), orang yang mengetahui suatu bahasa diacu sebagai penu-tur bahasa itu, seolah-olah berbicara mencakupi semua jenis pengetahuan dan ba-nyak pemelajar bahasa asing tertarik belajar berbicara (people who know a language are referred to as 'speakers' of that la nguage, as if speak-ing included all other kinds of knowing; and many if not most foreign language learn-ers are primarily interested in learning to speak).

Ada dua tujuan bagi pe-melajar bahasa asing (Ing-gris) untuk tertarik dan perlu (fasih) berbicara, yakni tu-juan transaksional dan tujuan interaksional. Tujuan yang pertama berhubung kait de-ngan tujuan yang berorientasi pesan, yakni memberi dan menerima infor-masi; sedang-kan tujuan y a n g kedua berkait r a p a t d e n g a n k e g i a t a n berbagi pendapat dan pengala-man personal, yakni me-melihara hubung-an sosial.

Oleh kare-na itu, penye-

lenggaraan kegiatan belajar mengajar bahasa Inggris se-layaknya diselaraskan dengan tujuan itu, yakni mengem-bangkan kefasihan lisan (oral fluency) siswa, dalam arti bahwa ia bertujuan mening-katkan keterampilan komu-nikatif dan mengembangkan kemampuan untuk mengung-kapkan diri secara terpahami (intelligibly).

Secara lebih spesifik, dalam konteks pengajaran, meng-ajarkan keterampilan berbi-cara, sebagaimana dinyatakan Nunan (2003), adalah meng-ajar pemelajar bahasa Inggris supaya bisa (1) memproduksi pola bunyi dan bunyi ujaran bahasa Inggris, (2) meng-g u n a k a n t e -

k a -n a n

kalimat dan kata, pola into-

nasi, dan irama ba-

h a s a I n g -g r i s ,

( 3 ) m e m i l i h

kata dan ka-

limat yang se suai de ngan konteks sosial, pendengar, dan pokok persoal annya, (4) menata pola pikir secara ber-makna dan logis, (5) menggu-nakan bahasa sebagai alat un-tuk mengungkapkan nilai dan menyatakan pendapat, dan (6) menggunakan bahasa dengan cepat dan yakin tanpa banyak jeda. Manakala di kelas, ber-hasilnya kegiatan berbicara dicirikan oleh (1) banyaknya berbicara siswa, dalam arti bahwa kegiat an berbicara dengan sebagian besar waktu yang dialokasikan memang diperuntukkan bagi siswa; (2) meratanya partisipasi siswa, dalam arti bahwa semua siswa mendapat kesem patan berbi-

cara dan berkontribusi demi tercapai-

nya tujuan ke giatan; (3) ting-g i n y a mot ivas i

siswa, yang ditandai de-

ngan tertariknya mereka pada topik ke-

giatan dan memiliki sesuatu yang baru untuk dikatakan; dan (4) keberterimaannya aras bahasa yang digunakan, dalam arti bahwa antara satu siswa dan lainnya memakai ujaran yang relevan dan sa-ling bisa dipahami (Penny Ur, 1996:120).

Saat ini sebagian (besar) guru bahasa Inggris sependa-pat bahwa siswa belajar ber-bicara bahasa Inggris dengan

Page 21: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

21Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 21Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

cara berinteraksi. Pengajaran bahasa interaktif dan kolabo-ratif merupakan metode ter-baik untuk mencapai tujuan ini. Pengajaran bahasa inter-aktif didasarkan atas situasi sesungguhnya yang memer-lukan komunikasi. Dengan metode ini dalam kelas ba-hasa Inggris, siswa bisa memi-liki kesempatan untuk saling berkomunikasi. Singkatnya, guru bahasa Inggris sudah seharusnya menciptakan ling-kungan kelas yang siswanya bisa berkomunikasi secara rill (real life communication), kegiatan autentik, dan tugas bermakna yang bisa mening-katkan pemakaian bahasa lisan (oral language). Hal ini bisa terjadi manakala siswa berkolaborasi dalam kelom-pok untuk mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas.

JenIS KeGIATAn UnTUK Me­nInGKATKAn KeTeRAMPIL­An BeRBICARADalam tulisan ini terdapat 13 jenis kegiatan berbicara, yakni (1) berdiskusi, (2) mendeskripsikan gambar, (3) mengisahkan cerita, (4) me-laporkan berita, (5) simulasi, (6) wawancara, (7) curah ga-gasan, (8) melengkapi kisah (9) mencari perbedaan, (10) menceritakan gambar, (11) celah informasi, (12) ber-main kartu, dan (13) bermain peran. Penjelasan lebih lan-jut mengenai tiap-tiap ke-giatan tersebut dipaparuarai-

kan di bawah ini. Ketigabelas jenis kegiatan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga moda interaksi (interaction mode), yakni kegiatan indi-vidual, kegiatan berpasangan, dan kegiatan berkelompok.

BerdiskusiKegiatan diskusi dilaku-

kan agar siswa bisa berbagi ide tentang sebuah peristiwa atau mencari solusi dalam ke-lompok diskusinya. Sebelum memulai diskusi, sebaiknya guru menyampaikan tujuan diskusi agar poin diskusi men-jadi gayut (relevant) dengan tujuannya. Dengan demikian, siswa tidak menghabiskan masanya hanya untuk me-ngobrol tentang hal-hal yang tidak gayut. Sebagai contoh, siswa bisa terlibat dalam dis-kusi tentang kesetujuan atau ketidaksetujuan. Dalam dis-kusi yang demikian, guru bisa membentuk kelompok-kelom-pok dan setiap kelompok ber-anggotakan 4 sampai 5 siswa dan memberi topik kontro-versial, semisal “people learn best when they read vs. peo-ple learn best when they are involved in discussion”. Selan-jutnya setiap kelompok mem-bincangkan topik tersebut dalam masa yang diberikan, dan menyatakan pendapatnya di hadapan kelas. Sebaiknya setiap siswa dalam kelompok itu mendapatkan giliran yang sama untuk berbicara. Pada akhirnya, kelas menentukan kelompok pemenang yang pa-

13 jeniS kegiaTan berbicara

(1) berdiskusi,

(2) mendeskripsikan gambar,

(3) mengisahkan cerita,

(4) melaporkan berita,

(5) simulasi,

(6) wawancara,

(7) curah gagasan,

(8) melengkapi kisah

(9) mencari perbedaan,

(10) menceritakan gambar,

(11) celah informasi,

(12) bermain kartu, dan

(13) bermain peran.

Page 22: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

22 23Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 23Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

ling baik mempertahankan pendapatnya. Kegiatan ini bisa mengembangkan kritis-nya pemikiran dan cepatnya pengambilan keputusan siswa, dan siswa bisa belajar ba-gaimana mengungkapkan dan membenar-kan dirinya dengan cara yang sopan tatka-la tidak sependapat dengan lainnya. Demi efisiensi kelompok diskusi, sebaiknya tidak dibentuk kelompok besar karena siswa yang pendiam bisa jadi kurang berkontri-busi untuk berbicara. Anggota kelompok bisa ditentukan oleh guru atau siswa sendiri, tetapi kelompok sebaik-nya diatur ulang dalam setiap kegiatan diskusi agar siswa bisa bergan-tian bekerja dengan be-ragam orang dan belajar terbuka terhadap bera-gam ide. Terakhir, dalam diskusi kelas atau ke-lompok, apapun tujuan-nya, siswa semestinya senantiasa disemangati untuk mengajukan pertanyaan, memara-frasa ide, menyampaikan dukungan, dan meminta kejelasan.

Mendeskripsikan GambarCara lain penggunaan gambar dalam

kegiatan berbicara adalah memberi siswa sebuah gambar dan memintanya men-deskripsikan apa yang ada dalam gambar itu. Untuk kegiatan ini, siswa bisa mem-bentuk kelompok dan setiap kelompok diberi gambar yang berbeda. Siswa mendis-kusikan gambar itu dengan kelompoknya, kemudian seorang juru bicara dari setiap kelompok itu mendeskripsikan gambar ke-pada semua temannya di kelas. Kegiatan ini mengembangkan kreativitas dan ima-jinasi siswa maupun kemahirannya dalam berbicara di muka umum.

Mengisahkan CeritaSiswa bisa meringkas sebuah cerita yang

didengarnya dari seseorang sebelumnya, atau ia bisa menciptakan sendiri sebuah cerita untuk dikisahkan kepada teman-teman sekelasnya. Kegiatan ini bisa mengembangkan pemikiran kreatif dan membantu siswa mengungkapkan idenya dalam format permulaan, perkembang-an, pengakhiran, termasuk pelaku, waktu, dan tempat kejadian dalam cerita itu. Siswa juga bisa menceritakan lelucon atau berteka-teki.

Sebagai contoh, pada awal sebelum dimu-lainya mata pelajaran, guru bisa memanggil beberapa siswa untuk menceritakan lelucon atau teka-teki sebagai pembukaan. Dengan demikian, guru tidak hanya mengetahui ke-mampuan berbicara siswa tetapi juga me-minta perhatian semua siswa di kelas.

Melaporkan BeritaSebelum masuk ke kelas, siswa diminta

membaca koran atau majalah, dan di kelas, mereka melaporkan berita yang dia anggap paling menarik kepada teman-temannya. Siswa juga bisa berbicara tentang pengalaman sehari-hari yang layak diceritakan kepada te-man-temannya di depan kelas.

SimulasiSimulasi agak mirip dengan kegiatan ber-

main peran tetapi simulasi lebih rumit. Dalam simulasi, siswa bisa membawa barang-barang ke kelas untuk menciptakan lingkungan yang realistis. Misalnya, bila seorang siswa bertindak sebagai penyanyi, dia bisa membawa mikro fon. Kegiatan ini memiliki dua keuntung an. Perta-

Page 23: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

23Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 23Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

ma, ia memotivasi siswa karena sifatnya yang menghibur. Kedua, sebagaimana dinyatakan Harmer (1984), ia meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri siswa peragu, karena dalam kegiatan ini, siswa memainkan peran yang berbeda dan tidak harus berbicara untuk dirinya sendiri, yang berarti bahwa ia tidak harus memikul tanggung jawab yang sama.

WawancaraSiswa dapat melakukan

wawancara dengan ber-bagai jenis orang tentang topik-topik pilihan. Un-tuk kegiatan ini sebaik-nya guru menyediakan rubrik bagi siswa sehingga siswa mengetahui jenis perta nyaan apa yang bisa dita nyakan atau langkah apa yang harus diikuti. Siswa sendiri sebaiknya me nyiapkan pertanyaan wawancara. Melaku-kan wawancara memberi kesem patan kepada siswa untuk mempraktikkan ke-mampuan berbicaranya tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas dan membantunya berso-sialisasi. Setelah wawan-cara, setiap siswa bisa me-laporkan hasil wawancara-nya ke kelas. Tambahan pula, siswa bisa saling mewawancarai dan memperkenalkan pasangannya ke kelas.

Curah GagasanDari topik yang diberikan, siswa meng-

hasilkan ide dalam masa yang terbatas. Ber-gantung pada konteks, baik curah gagasan individu maupun kelompok sungguh efektif

dan siswa membangkitkan idenya dengan cepat dan bebas. Ciri positif kegiatan ini adalah bahwa siswa tidak dikritik karena idenya sehingga siswa merasa terbuka un-tuk berbagi ide-ide baru

Melengkapi KisahKegiatan ini merupakan kegiatan bebas

bicara dengan konfigurasi tempat duduk yang melingkar. Untuk kegiatan ini, guru

bisa memulainya dengan menceritakan sebuah ki-sah, tetapi setelah den-gan beberapa kalimat dia bercerita, dia berhenti. Selanjutnya, setiap siswa mulai bercerita dari poin guru berhenti bercerita tadi. Setiap siswa diminta menambah 3 hingga 4 ka-limat. Siswa bisa menam-bah pelaku baru, kejadian, deskripsi dan lainnya.

Mencari Perbedaan Untuk kegiatan ini,

siswa bisa bekerja secara berpasangan dan setiap pasangan diberi dua gam-bar yang berbeda. Misalnya, gambar yang satu adalah anak-anak lelaki bermain sepak bola dan gambar kedua adalah anak-anak perempuan bermain tenis.

Para siswa membahas kesamaan dan/atau perbedaan dalam gambar tersebut.

Menceritakan GambarKegiatan ini didasarkan atas beberapa

gambar sekuensial. Siswa diminta mengi-sahkan cerita yang terjadi dalam gambar sekuensial dengan memerhatikan kriteria

guru bahasa inggris sudah

seharusnya mencurahkan

perhatian yang besar

pada pengajaran

keterampilan berbicara.

Page 24: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

24 25Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 25Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

yang disediakan oleh guru se-bagai sebuah rubrik. Rubrk ini bisa mencakupi kosakata dan struktur yang ia gunakan tat-kala bercerita.

Celah InformasiDalam kegiatan ini, siswa

diminta bekerja secara berpasa-ngan. Satu siswa memiliki informasi yang tidak dimiliki oleh pasangan-nya dan pasa-ngan itu akan berbagi infor-masi tersebut. Kegiatan ini bertujuan me-n y e l e s a i k a n masalah atau mengh impun informasi. Se-lain itu, setiap pasangan me-mainkan peran penting karena tugas tidak bisa d i s e l e s a i k a n bila pasangan tidak menyedia-kan informasi yang dibutuh-kan oleh yang lainnya. Kegiat-an ini sungguh

efektif karena setiap siswa memiliki kesempatan untuk berbicara secara ekstensif da-lam bahasa Inggris.

Bermain KartuDalam kegiatan ini, siswa

membentuk kelompok empat orang. Setiap kelompok me-nyajikan suatu topik, misal-nya: (a) Diamonds: Earning money, (b) Hearts: Love and relationships, (c) Spades: An unforgettable memory, dan (d) Clubs: Best teacher. Setiap siswa dalam kelompok memi-lih sebuah kartu. Selanjutnya, setiap siswa menulis 2-3 per-tanyaan tentang topik terse-but untuk ditanyakan kepada anggota lain dalam kelompok itu. Misalnya, jika topik "Dia-monds: Earning Money" yang dipilih, kemungkinan perta-nyaannya adalah (a) Is money important in your life? Why?, (b) What is the easiest way of earning money?, dan (c) What do you think about lottery? Guru sejak awal sebaiknya memberitahu bahwa siswa tidak diperbolehkan me-nyiapkan pertanyaan ya-tidak (yes-no questions), karena de-ngan menjawab ya atau tidak, siswa tidak bisa banyak ber-praktik berbicara. Alih-alih, siswa saling bertanya dengan pertanyaan terbuka sehingga mereka menjawabnya dengan kalimat yang lengkap.

Bermain PeranSalah satu cara meminta

siswa berbicara adalah ber-main peran. Siswa seolah-olah berada dalam berbagai konteks sosial dan memainkan aneka peran sosial. Dalam kegiatan

2 tujuan bagi pemelajar bahasa inggris

tujuan transaksional, 1. dan tujuan interaksional. 2.

tujuan yang pertama berhubung kait

dengan tujuan yang berorientasi

pesan, yakni memberi dan meneri ma

informasi, sedangkan tujuan yang

kedua berkait rapat dengan kegiatan

berbagi pendapat dan pengalam­

an personal, yakni memelihara

hubungan sosial.

Page 25: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

25Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 25Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

ini, guru memberi informasi kepada siswa tentang siapa dia dan apa yang dia pikirkan atau rasakan. Misalnya, guru bisa memberitahu siswa: "You are Ani, you go to the doctor and tell him what happened last night (Harmer, 1984).

PenUTUPMengajar keterampilan berbi-cara merupakan bagian sangat penting dalam pemelajaran Bahasa Inggris. Kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris begitu jelas memberi kontribusi pada keberhasilan siswa di sekolah dan keber-hasilannya kelak di setiap fase kehidupannya.

Oleh karena itu, guru ba-hasa Inggris sudah seharusnya

mencurahkan perhatian yang besar pada pengajaran kete-rampilan berbicara. Mencipta-kan lingkungan yang memung-kinkan terjadinya komunikasi bermakna sepatutunya lebih diutamakan daripada meng-giring siswa ke arah kegiatan penghafalan semata.

Dengan demikian, ber-aneka ragamnya kegiatan berbicara sebagaimana dise -naraikan di atas bisa mem-beri kontribusi besar pada siswa dalam mengembangkan kete rampilan interaktif dasar yang perlu demi kehidupan-nya. Kegiatan-kegiatan terse-but membuat siswa lebih aktif dalam pemelajaran dan secara simultan membuat pemelajar-an lebih bermakna dan menye-nangkan bagi siswa. e

RUJUKAnBrown, G. and G. Yule. 1983.

Teaching the Spoken Language. Cambridge: Cambridge University Press.

Harmer, Jeremy. 1984. The Practice of English Language Teaching. London: Longman.

Kayfetz, Janet K. And Randy L. Stice. 1997. Academically Speaking. Massachusetts: Heinle and Heinle.

Nunan, David., 2003. Practical English Language Teaching. NY:McGraw-Hill.

Penny Ur .1996. A Course in Language Teaching: Practice and Theory. Cambridge: Cambridge University Press.

memang tidak diragukan lagi kemampuan siswa bertata bahasa pada aras kompetensi (competence). namun, kita masih memiliki tanda tanya tentang kinerja siswa

berbahasa pada aras performansi (performance).

siswa kita memang sudah bersiap sedia bertata bahasa tetapi masih

skeptis berbahasa!

Page 26: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

26 27Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 27Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Dalam uud 1945 pasal 31 dikatakan bahwa “setiap warga negara

berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak.” pendidikan yang

layak semestinya dialami warga sampai pada tingkatan yang paling

kecil yaitu pembelajaran di dalam kelas. artinya, bagi semua warga indonesia

yang belum masuk kelas ataupun sudah berada dalam sistem pembelajaran di

kelas memiliki hak yang sama untuk memperoleh pembelajaran yang layak.

Page 27: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

27Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 27Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

PengAntARPembelajaran yang layak ada-lah pembelajaran yang di-lakukan dengan memenuhi standar minimal pembela-jaran yang harus terjadi di dalam kelas, ada kelas, ada guru, ada bahan ajar. Pembe-lajaran dapat berjalan dengan baik ketika memiliki keleng-kapan komponen pembelaja-ran. Pembelajaran belum bisa dikatakan bisa berjalan baik dan efektif bila gurunya be-lum kompeten. Apalagi para murid tidak memiliki sumber belajar yang diperlukan?

Permasalahan lainnya un-tuk sekolah-sekolah yang terbatas dari komponen guru, siswa, pembiayaan, sarana dan prasarana adalah terfasilita-sinya setiap kemampuan dan minat anak untuk mata pela-jaran tertentu. Tidak jarang seorang anak yang karena minat dan penguasaan atas satu mata pelajaran sudah jauh dari teman seangkatan-nya, mereka tidak terfasili-tasi sehingga memungkinkan memunculkan kebosanan dan kurang bergairahnya dalam belajar karena merasa sudah memiliki apa yang diajarkan oleh gurunya di kelas.

Masa menunggu ketika teman-temannya memperoleh apa yang sudah diperoleh inilah yang sebetulnya dapat dikelola ke dalam satu model pembelajaran yang memberi-kan kesempatan kepada anak untuk masuk dan mempela-jari mata pelajaran tersebut

pada tingkatan yang lebih tinggi seperti pada kelas se-lanjutnya.

Kelas dengan berbagai tingkatan umur tidaklah mu-dah dilakukan, hal ini me-merlukan perencanaan yang matang. Banyak guru yang merasa enggan dan putus asa mengubah gaya mengajarnya dengan sesuatu yang baru dan berbeda. Untuk itu, perlu ditetapkan prioritas dalam pengembangan guru dengan sesuatu yang baru tentang bagaimana mengajar dengan keragaman dalam tingkatan umur, jenis kelamin, sikap, dan kemampuan anak.

Keuntungan yang dapat diambil oleh siswa dengan menggunakan pembelajaran kelas rangkap adalah bagi siswa yang lebih tua ada pro ses pengukuran dari keterampil-an yang dimilikinya. Juga bagaimana bergaul dengan siswa yang lebih muda, tole-ransi dengan berbagai ting-katan umur, jenis kelamin, dan keterampilan. Bagi siswa yang lebih muda dapat belajar bagaimana bersikap terhadap orang yang lebih tua, bekerja sama dengan siswa yang sikap dan umurnya lebih tua, dan mampu menempatkan diri dalam lingkungan yang ber-beda.

Pembelajaran kelas rangkap sangat potensial dilakukan di sekolah-sekolah yang memili-ki keterbatasan jumlah guru. Data yang diperoleh pada ta-hun 1999 dari Balitbang Dep-

diknas menunjukkan jumlah 150.921 SD dan 25.667.578 murid hanya memiliki jumlah guru 1.158.004 guru. Data ini akan terus meningkat 100% setiap 10 tahun. Anak Indo-nesia—baik di Indonesia mau-pun di negara-negara lain—akan memiliki kecerdasan yang maksimal bila diberikan kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan.

Sementara itu kondisi ke-beradaan sekolah atau pusat belajar di ladang kelapa sawit, Sabah Malaysia, yakni berjum-lah 105 pusat pembelajaran/sekolah dengan 8.000 murid dan 200 guru. (www.borneo-childaid.org). Ada sejumlah sekolah yang jumlah murid-nya sedikit dengan satu atau dua guru saja cukup, namun di sisi lain ada sekolah yang jumlah muridnya terlampau banyak dengan jenjang kelas yang beragam serta guru atau cikgu yang sedikit atau tidak mencukupi. Kondisi seperti ini sesuai apabila menerapkan pembelajaran kelas rangkap.

PeMBelAJARAn MultIgRAde AtAu KelAS RAngKAPMultigrade teaching atau pem-belajaran kelas rangkap di SD sudah banyak dilaksanakan di Indonesia di negara-negara maju hal ini sudah menjadi bagian dari sistem pendidikan secara utuh. Pengembang-an dan penggunaan model ini dilakukan karena faktor kekurangan tenaga guru, le-tak geografis yang sulit di-

Page 28: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

28 29Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 29Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

jangkau, jumlah siswa relatif kecil, keterbatasan ruangan, atau ketidakhadiran guru.

Pembelajaran Kelas Rang-kap (PKR) merupakan model pembelajaran dengan men-campur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga ting-katan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk be-berapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap sangat mene-kankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara ter-integrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program yang berbeda. Namun murid dari dua kelas bekerja secara sendiri-sendiri di ruangan yang sama, masing-masing duduk di

sisi ruang kelas yang berlainan dan diajarkan program yang berbeda oleh satu guru.

Kelas rangkap merupakan gabungan dari beberapa pe-serta didik dengan tingkatan kelas yang berdekatan, misal-nya kelas 1 dan 2, atau kelas 4, 5, dan 6; belajar dengan satu guru di kelas yang sama dan berlangsung selama satu tahun ajaran penuh. Hal yang perlu mendapat penekanan di sini adalah:

Guru tidak mengajar 1. dua kelas terpisah se-cara bergantian dengan program yang berbeda,pembelajaran dilakukan 2. secara tematik, namun untuk kompetensi-kom-petensi tertentu yang tidak dapat diikat de-ngan tema tetap diajar-kan secara terpisah,

strategi pembelajaran 3. yang dipilih guru dalam kelas rangkap disesuai-kan dengan banyaknya jumlah peserta didik dan dengan mengguna-kan kombinasi berbagai metode pembelajaran, strategi pembelajaran 4. hendaknya mencermin-kan pembelajaran yang berbeda dan Pa KEM (Pembelajaran aktif, Kreatif, Efektif dan Me-nyenangkan).

PKR adalah suatu bentuk pembelajaran yang mensyarat-kan seorang guru mengajar dalam satu ruangan kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda (IG.AK.Wardhani, 1998). Alasan dilakukannya

Page 29: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

29Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 29Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Pembelajaran Kelas Rangkap tidak hanya karena faktor kekurangan guru. PKR juga sering dite rapkan karena ala-san letak geografis yang su-lit dijangkau, ruangan kelas terbatas, kekurangan tenaga guru, jumlah siswa yang relatif sedikit, guru berhalang an hadir, atau mungkin faktor keamanan seperti di daerah pengungsi.

Katz (1992), menegaskan bahwa kelas rangkap dilak-sanakan tidak hanya karena alasan-alasan letak gegorafis, kekurangan murid, atau kekurangan tenaga guru, akan tetapi lebih dari itu adalah ba-gaimana meningkatkan mutu pendidikan melalui fasilitasi yang tinggi bagi perkembang-an dan potensi siswa.

Oleh karena itu, Katz mengembangkan tiga jenis kelas rangkap dalam rangka pembelajaran; 1) Combined grades, 2) continuous progress, 3) mixed age/multiage group-ing. Model pertama Combine grades; atau juga dikatakan s e b a g a i combined c l a s s e s , yaitu da-lam satu kelas ter-dapat le-bih dari satu tingkatan kelas anak. Membagi kelas menjadi beberapa bagian sesuai de-ngan tuntutan kurikulum un-tuk beberapa tingkatan atau hanya dua tingkatan. Tujuan utamanya adalah untuk me-

maksimalkan kemampuan siswa dan pemahaman ling-kungan juga meningkatkan sikap dan pengalaman dalam kelompok-kelompok umur yang berbeda.

Model kedua Continuous progress; model ini beru-pa ke lompok anak dengan penca paian kurikulum yang tinggi dimana proses bela-jar meng ajar melihat keber-lanjutan pengalaman dan tingkat perkembangan anak, dalam model ini setiap anak berkesempatan untuk terus berkelanjutan dalam meng-ikuti setiap tingkatan kelas sesuai dengan lama sekolah, tujuannya adalah setiap anak berkesempatan untuk mem-peroleh keuntungan dari per-bedaan umur dan perbedaan

sikap dan kemampuan ketika belajar bersama.

Model ketiga mixed age/multiage grouping; proses pem-belajaran dan praktik kuriku-lum memaksimalkan keuntu-ngan dari berinteraksi dan be-kerjasama dari beragam umur. Dalam model ini grup dibuat secara fleksibel atau proses regrouping anak dibuat dalam kelompok umur, jenis kelamin, kemampuan, mungkin terjadi satu guru mengajar untuk lebih dari satu tahun.

PolA PeMBelAJARAn KelAS RAngKAPAda lima Pola dalam pelaksa-naan pembelajaran kelas rang-kap seperti dikemukakan oleh Oos M. Anwas dalam peneliti-annya yang berjudul Pengem-bangan Model Pembelajaran Kelas Rangkap Berbantuan Media Audio di Sekolah Dasar. Pola pertama, seorang guru menghadapi dua ruangan un-tuk dua tingkatan kelas yang berbeda, misalnya kelas IV dan V. Masing-masing ruangan ditempati oleh satu tingkatan kelas. Biasanya antarkelas di-hubungkan oleh pintu peng-hubung. Pintu penghubung ini bisa digunakan guru da-lam memberikan penjelasan kepada seluruh siswa di se-mua tingkatan yang berbeda tersebut. (Lihat Gambar 1).

Pola kedua, Seorang Guru menghadapi siswa dalam tiga

Page 30: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

30 31Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 31Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

tingkatan kelas yang berbe-da. Masing-masing ruangan ditempati oleh kelas III, IV, dan V. (Lihat Gambar 2)

Pola ketiga, seorang guru menghadapi dua tingkatan kelas yang berbeda, misal-nya kelas IV dan V pada satu ruangan. Pemisahan kelas biasanya dibatasi oleh skat, dinding kain, lemari, atau hanya dikelompokan ber-

dasarkan tempat duduk. (Li-hat Gambar 3)

Pola keempat, seorang guru menghadapi tiga tingkat an kelas yang berbeda pada dua ruangan kelas; mi-salnya, kelas IV dan V di satu ruangan, sedangkan kelas VI diruangan lain. Atau mungkin kelas V dan VI yang disatukan disesuakan dengan kondisi sekolah dan jumlah siswa. (Li-hat Gambar 4).

Pola kelima, seorang guru menghadapi tiga tingkatan kelas yang berbeda dalam satu ruangan. Di sini biasanya di-upayakan agar antara kelom-

pok siswa yang satu dengan siswa lainnya ada peng halang/ba-tas. (Lihat Gambar 5)

Pengembang an pola pembelajaran tidak hanya terbatas pada lima contoh di

atas, Akan tetapi ba nyak pola yang bisa dikembangkan. Bisa saja guru meng ajar di lebih dari tiga kelas dalam ruangan

terpisah atau mungkin saja dalam satu ruang an. Pola yang dikembangkan ini disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah.

Umumnya model-model di atas diterapkan di pusat bela-

jar Borneo Child Aid di ladang sawit, Sabah. Penulis sendiri sebagai cikgu atau guru di pusat belajar tersebut meng-alami tiga dari lima model yang telah disebutkan. Awal-nya, berhubung keterbatasan kelas yang hanya terdiri dari tiga kelas dengan tujuh jen-jang yang berbeda dan ha-nya satu guru, maka kondisi seperti itu diterapkan model

pembelajaran kelas rangkap dengan menggabungkan be-berapa jenjang dalam satu kelas.

Page 31: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

31Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 31Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Model 1 ini diterapkan karena keterbatasan guru. Guru menjadi class moving atau bergerak terus dari satu kelas ke kelas yang lainnya. Kelas dimulai dari kelas te-rendah hingga yang tertinggi. Pembelajaran di kelas Tadika 1 dibuka dengan salam dan doa. Kemudian menyanyi dan mulai membaca dan menulis. Ketika siswa menulis, guru berpindah ke kelas yang lebih tinggi lagi, yakni kelas tadika 2 dan darjah 1 begitu sete-rusnya.

Model ini memang sa ngat membantu kondisi sekolah yang kekurangan jumlah guru. Namun, setelah kesulitan da-lam mengelola kelas dengan begitu beragamnya siswa, penulis memohon mendapat bantuan cikgu baru. Sete-lah satu bulan, model ini sedikit berubah karena sudah mendapatkan bantuan tenaga

cikgu lagi. Cikgu ini mengajar pada kelas tingkat TK 0 kecil / Tadika 1 dengan dua waktu pagi dan petang.Hal ini dilakukan mengingat jum-lah siswa tadika 1

yang begitu ba nyak sehingga melebihi daya tamping kelas. Cikgu tersebut tidak mene-rapkan kelas rangkap, namun waktu rangkap. Sementara itu penulis dengan tugas menga-jar dua kelas dengan enam jenjang yang berbeda. Oleh

karena itu, model kelas rang-kap yang dikembangkan seba-gai berikut:

Selanjutnya setelah enam bulan menunggu, ternyata mendapat ban-tuan cikgu kembali yang membantu mengajar. Cik-gu tersebut ditugaskan mengajar kelas rangkap Tadika1 dan Darjah 1. Penulis sendiri mengem-

bangkan model yang terdiri hanya satu kelas dengan em-pat jenjang yang berbeda se-bagai berikut:

Di bawah ini ada sebuah contoh model pembelajaran kelas rangkap yang telah dite rapkan, lebih jelasnya se-bagai berikut: cikgu atau guru

menghadapi dua kelas pada tingka-tan yang ber-beda dalam satu ruangan kelas (2.1). Model penge-

lolan kelas yang dilakukan ini untuk pembelajaran sekitar 80 menit. Pada kegiatan pen-dahuluan (±10 menit) guru memberikan pengantar dan pengarahan sekaligus untuk dua kelas di dalam satu ruang-an. Di sini guru bisa menggu-

nakan dua papan tulis atau satu papan tulis dibagi dua.

Page 32: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

32 33Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 33Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Topik dan tujuan belajar perlu ditulis agar diketahui siswa dari masing-masing kelas. Guru menjelaskan pula langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan se-lama proses pembelajaran berlangsung. Pada bagian ini guru juga memberikan pen-jelasan khusus mengenai tu-gas-tugas yang harus disele-saikan bagi kelas yang akan mendengarkan cerita atau dongeng “Sangkuriang” dari Jawa Barat. Kegiatan inti (± 60 menit) adalah tahapan inti dalam proses pembelajaran. Pada tahapan ini diterapkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai untuk masing- masing kelas berdasarkan topik yang diajarkan. Misal-nya pada 15 menit pertama, siswa kelas IV belajar melalui media audio. Ketika meman-fatkan media audio, siswa diberikan keleluasaan untuk memanfaatkan program secara mandiri/berkelompok. Siswa juga dituntut untuk mencatat

hal-hal yang dianggap pen-ting apa yang didengarnya. Pada saat yang bersamaan itu guru membimbing kelas V da-lam belajar kelompok.

Kemudian 15 menit se-lanjutnya, guru menugaskan pada siswa kelas V untuk belajar melalui audio secara mandiri/berkelompok. Guru pindah ke siswa kelas V untuk melakukan diskusi di bawah bimbingan guru terutama tentang materi dari media au-dio tadi. 15 menit berikutnya, di kelas IV guru menugaskan siswa untuk kerja kelompok. Sedangkan di kelas V, siswa berdiskusi secara kelompok di bawah bimbingan guru. Se-lanjutnya, 15 menit terakhir, di kelas V guru meminta se-tiap kelompok untuk menyaji-kan hasil diskusinya di depan kelas. Begitu pula untuk kelas V, siswa diminta untuk me-nyajikan laporan hasil diskusi kelompok dihadapan teman-temannya.

PenutuPMasalah kesulitan kurang atau minimnya tenaga guru di la dang kelapa sawit Sabah Malaysia tepecahkan de ngan model pembelajaran kelas rangkap. Model ini sangat disa rankan bagi sekolah-sekolah yang memiliki kon-disi serupa. Kelas rangkap yang merupakan gabungan dari beberapa peserta didik sebaiknya menempatkan ting-katan kelas yang berdekatan, misalnya kelas 1 dan 2, atau kelas 4, 5, dan 6; belajar den-gan satu guru di kelas yang sama dan berlangsung selama satu tahun ajaran penuh. Hal yang perlu mendapat peneka-nan di sini adalah:

guru tidak mengajar 1. dua kelas tepisah se-cara bergantian de-ngan program yang berbeda,pembelajaran dilaku-2. kan secara tematik, namun untuk kom-petensi-kompetensi tertentu yang tidak dapat diikat dengan tema tetap diajarkan secara terpisah,strategi pembelajar-3. an yang dipilih guru dalam kelas rangkap disesuaikan dengan banyaknya jumlah peserta didik dan de-ngan menggunakan kombinasi berbagai metode pembelajaran misalnya active learn-

Page 33: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

33Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 33Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

ing dan collaborative learning. strategi pembelajaran 4. hendaknya mencer-minkan pembela-jaran yang berbeda yang mengarah pada pembelajan yang me-nyenangkan. agar perencanaan 5. matang, sebaiknya satu kelas rangkap dipegang oleh guru yang sama untuk dua tahun pelajaran, Tetap mengacu pada 6. Kurikulum. e

dAFtAR PuStAKAAnderson, Ronal H. 1994. Selecting and Developing Media for Instruction, edisi Indonesia.

Jakarta: RajaGrafindo Persada. Birch, Ian dan Mike Lally. 1995. Multygrade Teaching in Primary Schools. Bangkok:Unesco,

http:/unesdoc.unesco.org/images/0010/001038/103817e.pdf. Djalil, Aria, dkk. 1998. Pembelajaran Kelas Rangkap, Modul PGSD. Jakarta: Depdiknas. Goodlad, John I., and Robert H. Anderson. 1987. The Nongraded Elementary School, Revised

Edition. New York: Teachers College Press, Columbia University. 248 pages. Katz, L.G., Evangelou, D., and Hartman. 1990 J.A. The Case for Mixed-Age Grouping in Early

Childhood. Washington, DC: National Association for the Education of Young Children. ED 326 302.

Suryana, Asep. 2008. “Pembelajaran Kelas Rangkap / Multigrade Teaching” Bandung: UPI. Wardhani, IGK. 1998. Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap; Buku Materi Pokok 1. Jakarta:

Universitas Terbuka. Wilkinson, Gene L. 1980. Media dalam Pembelajaran; Penelitian Se-lama 60 Tahun, Edisi Indonesia. Jakarta: CV Rajawali.

www.balitbang.depdiknas go.id www.borneochildaid.org

strategi pembelajaran hendaknya mencerminkan pembelajaran yang

berbeda dan paKem (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan).

Page 34: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

34 35Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 35Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Ditulis ulang oleh Yusup Nurhidayat dari buku Komunikasi Jenaka karya Dr. Deddy Mulyana, M.A. (Bandung. Remaja Rosdakarya. 2003)

Tendjewberrymud

Anda harus membacanya dengan aksen Thai. Semoga Anda berhasil dan

mengerti. Bergembiralah jika Anda memahami percakapan ini, maka Anda pun layak untuk bekerja di negeri Timur Jauh manapun meskipun Anda tidak menguasai bahasa setempat.

“Tendjewberrymud” telah dinominasikan sebagai email terbaik tahun 1999. Berikut ini adalah suatu percakapan telepon antara seorang tamu hotel dan seorang pegawai (room service) di sebuah hotel di Asia yang direkam dan dipublikasikan dalam majalah Far East Economic Review. Anda akan memahami kata di atas pada akhir percakapan. Bacalah dengan keras untuk memperoleh hasil terbaik.

Pegawai Hotel (PH) : “Morny. Ruin sorbees.”

Tamu (T) : “Sorry, I thought I dialled room-service.”

PH : “ Rye...Ruin sorbees...morny! Djewish to odor sunteen?”

T : “Sorry, I thought I dialled room-service.”

PH: “ Rye...Ruin sorbees...morny!! Djewish to odor sunteen??”

T : “Uh...yes...I’d like some bacon and eggs.”

PH : “Ow July den?”

T : “What??”

PH : “Ow July den? Pry, boy, pooch?”

T : “Oh, the eggs! How do I like them? Sorry, scrambled please.”

PH : “Ow July dee baychem...crease?”

T : “Crisp will be fine.”

PH : “Hokay. And San tos?”

T : “What??”

PH : “San tos. July San tos?”

T : “I don’t think so.”

PH : “No? Judo one toes?”

T : “I feel really bad about this, but I don’t know what ‘judo one toes’ means.”

PH : “Toes! Toes! Why djew Don Juan toes? Ow bow singlish mopping we bother.”

T : “English muffin!! I’ve got it! You were saying ‘Toast’. Fine. Yes, an English muffin will be fine.”

PH : “We bother?”

T : “No, just put the bother on the side.”

lintasbudayabahasa

PH : “Wad?”

T : “I mean butter...just put it on the side.”

PH : “Copy?”

T : “Sorry!”

PH : “Copy...tea...mill?”

T : “Yes. Coffee please, and that’s all.”

PH : “One Minnie. Ass ruin torino fee, strangle ache, crease baychem, tossy singlish mopping we bother honey sigh, and copy...rye??”

T : “Whatever you say.”

PH : “Tendjewberrymud!”

T : “You’re welcome!”

Iklan CoCa Cola dI arab SaudI

Menghadapi persaingan ekonomi yang semakin ketat kian hari, banyak

perusahaan yang giat melancarkan pemasaran produknya secara besar-besaran. Termasuk pula perusahaan minuman Coca Cola yang mengadakan promosi besar-besaran ke berbagai daerah di seluruh dunia.

Namun, ketika harus mempromosikan Coca Cola di Arab Saudi, Marketing PR-nya yang berkewarganegaraan Amerika mengalami kesulitan karena iklan Coca Cola tersebut tidak bisa ditulis dalam bahasa Arab. Maka dipikirkanlah cara lain, yaitu dengan menggunakan bahasa gambar. Iklan-iklan dan reklamenya pun mulai tersebar dan terpajang di seluruh pelosok Arab Saudi. Iklan-iklan tersebut hanya berupa empat gambar yang berdampingan dari kiri ke kanan.

Gambar pertama melukiskan seorang pengembara sedang berjalan di padang pasir dan kehausan.

Gambar kedua menggambarkan bahwa pengembara tersebut berusaha mencari sumber air hingga akhirnya ia terjatuh dan tak sanggup berjalan lagi.

Gambar ketiga melukiskan pengembara tadi tiba-tiba menemukan botol Coca Cola dan langsung meminumnya.

Gambar keempat melukiskan bahwa setelah meminumnya pengembara tadi kembali bertenaga dan riang gembira.

Demikianlah gambar-gambar ini disebarluaskan. Namun, upaya ini gagal.

Page 35: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

35Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 35Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Bahkan, penjualan Coca Cola di Arab Saudi kian hari kian menurun. Setelah dicari penyebab kegagalannya, ternyata Marketing PR tadi lupa mempertimbangkan bahwa di Arab orang membaca dari kanan ke kiri! Sehingga gambar-gambar tadi berarti sebaliknya.

PuTIng SuSu

Bahasa Malaysia dan Indonesia memang banyak kesamaan bentuk. Tetapi kata yang

sama bentuknya itu pengertiannya bisa jauh berbeda. Salah tafsir pun sering terjadi ketika seorang Indonesia menetap di Malaysia. Seperti terjadi pada percakapan berikut.

“Kok repot-repot sih, pakai kirim-kirim segala,“ kata saya basa-basi, pada tetangga yang datang membawa sepiring makanan.

Anehnya, cik (mbak dalam bahasa Jawa) itu menjawab, “Saye tak kirim awak repot, hanya keropok dan ikan bilis sahaja daripade kampong,” katanya.

Saya tergagap. Keropok pastilah kerupuk, ikan bilis itu teri, dan kampong adalah kampung. Tapi apa maksudnya ‘Saye tak kirim awak repot’? Ternyata yang mereka maksud repot itu adalah report (bahasa Inggris) yang berarti laporan.

Memang banyak kata yang berbeda maknanya. Kata comel artinya lucu, pengacara

AEGE ADLAIHAG NAKLNEHESAIENLG APGSLOOROTLSNOOI DTINSRSWVSTTSTSTS SUUPS

www.puzzlersparadise.com www.puzzles.com

Permission is granted for personal use only. This puzzle may not be duplicated for personal profit.

Defining a Language by Shelly HazardLanguage comes in many forms and can be as simple as a few hand signals andsounds. So what defines a language? Here's Carl Sandberg's take on thedefinition of slang.

Copyright © 2004-2007 Shelly Hazard and ThinkFun Inc. All Rights Reserved.

June, 2007

AnSWeR

(MC/pembawa acara), sulit (rahasia), hubungan sulit (selingkuh), ibu pejabat (kantor pusat), banci (sensus), jahil (bodoh), tak payah (tak usah). Sering kata-kata itu terdengar lucu di telinga. Mencabuli, misalnya, adalah melanggar hak seseorang. Ambil berat itu peduli, ambil ringan berarti masa bodoh. Cetak rompak (pembajak hak cipta). Anda ingin beli penyejuk udara? Datang saja ke Syarikat Hawa Sejuk alias perusahaan penjual AC.

Satu kali di toko elektronik, saya melihat sederetan pesawat tv dengan embel-embel kata berjimat. Ternyata yang dimaksud dengan berjimat adalah diskon. Tapi di sebuah gerai perlengkapan bayi, saya jadi terkejut, ketika seorang pelayan toko (laki-laki) menawarkan sesuatu, yang rasanya sangat tidak sopan untuk diucapkan. “Cik nak beli puting susu, ke?” katanya sambil beranjak ke sudut rak.

Antara tersinggung dan penasaran, saya tunggu ia kembali. Ternyata sambil tersenyum ramah ia memperlihatkan pada saya satu kotak dot bayi bertuliskan ‘puting buatan Malaysia’ lengkap dengan brosur peringatan Ibu Pejabat Kasihatan (kantor pusat kesehatan) setempat, berbunyi “Jangan biarkan kanak-kanak berkongsi puting. Sekiranya puting jatuh, cuci dahulu sebelum kanak-kanak itu menghisapnya

kembali”. e

Page 36: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

36 37Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 37Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Peserta Diklat Peningkatan Kompetensi Komunikasi Guru Bahasa Inggris SD SNBI (2/11) terlihat sedang berdiskusi.

Suasana kelas Diklat Tingkat Dasar (B1) Guru Bahasa Jerman SMA (16/11) di PPPPTK Bahasa.

Suasana kelas Diklat Tingkat Dasar Guru Bahasa Mandarin SMA/SMK (27/10) di PPPPTK Bahasa.

serambifoto

Page 37: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

37Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 37Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

serambifoto

Suasana kelas Diklat Tingkat Dasar Guru Bahasa Prancis SMA (2/11) di PPPPTK

Bahasa.

Auditor dari SAI Global sedang melakukan audit (23/8) di bagian Wakil Manajemen Mutu ISO PPPPTK Bahasa.

Para pegawai PPPPTK Bahasa tampak tengah menyimak siraman rohani

(6/8) dalam acara Tarhib Ramadhan menyambut bulan suci puasa.

Page 38: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

38 39Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 39Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Foto bersama usai pembukaan International Teacher Teaching E9 Programm di Aula Gedung D Kemdiknas (20/9).

Para pegawai PPPPTK Bahasa berfoto bersama dalam kegiatan Koordinasi Pembinaan Pegawai PPPPTK Bahasa di Patra Anyer, Banten (25/9).

Tes seleksi penerimaan CPNS PPPPTK Bahasa Kemdiknas di Aula Serba Guna (27/10).

serambifoto

Page 39: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

39Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010 39Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

serambifoto

Foto bersama usai penandatanganan MoU antara PPPPTK Bahasa dan Badan

Koordinasi Pendidikan Bahasa Mandarin (BKPBM) di PPPPTK Bahasa (3/11).

Upacara memperingati hari Pahlawan di PPPPTK Bahasa (10/11).

Peluncuran Program e-Learning PPPPTK Bahasa Tahun 2010 oleh Dirjen PMPTK

Prof. Dr. Baedhowi, M.Si. (18/11).

Page 40: Apa dan Bagaimanakah Pendidikan Karakter?p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/011-Ekspresi... · Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu menerus-kan atau

40 40Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Edisi 15 Tahun VIII Desember 2010

Diterbitkan olehPPPPTK BahasaKementerian Pendidikan Nasional

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PUSAT PenGeMBAnGAn DAn PeMBeRDAYAAn PenDIDIK DAn TenAGA KePenDIDIKAn BAhASA