Top Banner
i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar” Oleh: Samuel Firdaus Eliberty Pardede 712015018 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi : Teologi, Fakultas: Teologi Guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi Program Studi Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2019
33

“Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

Dec 01, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

i

“Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi

Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

Oleh:

Samuel Firdaus Eliberty Pardede

712015018

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi : Teologi, Fakultas: Teologi

Guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2019

Page 2: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

ii

Page 3: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

iii

Page 4: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

iv

Page 5: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

v

Page 6: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

vi

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan pujian dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas kasih dan berkatnya yang diberikan dalam kehidupan kita. Dalam pengerjaan skripsi ini,

penulis memiliki sebuah hambatan. Dalam hambatan itu tentu kesabaran penulis di uji dalam

pengerjaan skripsi ini. Tuhan ikut membantu dalam segala hambatan dalam pengerjaan skripsi

ini. Bersabar, bersukacita, dan berdoa itulah point saya terapkan dalam pengerjaan skripsi ini.

Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan syukur kepada

Tuhan atas penyertaan-Nya selama penulis dalam menempuh perkuliahan di Fakultas Teologi di

Universitas Kristen Satya Wacana dari awal hingga akhir perkuliahan ini. Penulis juga ingin

mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan mendukung selama

menempuh pendidikan di UKSW ini:

1. Dosen pembimbing Pdt. Dr. Ebenhaezer I. Nuban Timo, terima kasih atas bimbingan

yang diberikan, dukungan dan arahan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan jurnal akhir ini dengan baik.

2. Pdt. Agus Supratikno, MTh selaku wali studi penulis. Terima kasih atas bimbingan dan

motivasi kepada penulis selama menempuh pendidikan di UKSW. Kiranya Tuhan

berkati dalam pelayanan dan keluarga.

3. Para staff dan tenaga pendidik Teologi, yang telah menerima dan mendidik penulis

dalam menempuh pendidikannya.

4. Untuk keluarga tercinta penulis, kel. Op. Vio Pardede (+) /br. Manik, banyak terima

kasih atas dukungan dalam doa selama pengerjaan skripsi ini sehingga berjalan dengan

baik.

5. Untuk kekasih penulis, Sri Wenny Panggabean atas kasih sayang serta selalu mendukung

dalam penulisan skripsi ini.

6. Untuk majelis dan jemaat HKBP Salatiga, terima kasih banyak atas mendidik penulis

dalam pelayanan di Jemaat selama 2,5 tahun.

7. Untuk majelis dan jemaat HKBP Karang Bangun, terima kasih banyak telah mendidik

penulis dalam pelayanan dan penelitian skripsi ini selama 4 bulan.

8. Untuk ibu Ika selaku pemilik kontrakan rumah penulis, terima kasih atas motivasi dalam

kehidupan ini.

Page 7: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

vii

9. Untuk temen kontrakan yang pernah serumah dengan penulis, Ronihot L Sitorus dan

Jeremi C Simorangkir semangat untuk kalian berdua dalam perkuliahan dan pelayanan

baik di Gereja maupun di lingkungan masyarakat. Tuhan berkati.

10. Untuk rekan Komunitas Grab Driver Batak Salatiga dan Bagudung, terima kasih banyak

atas motivasi kehidupan ini dan dukungan doa dalam pengerjaan skripsi ini.

11. Untuk seluruh paman penulis, terkhusus Dorman Manik dan P Frans Manik yang selalu

senantiasa mendukung dalam penulisan skripsi ini.

12. Untuk keluarga angkatan Teologi 2015, kalian sangat terbaik.

13. Untuk keluarga tercinta penulis, kel. Op. Omri Manik (+) /br. Manurung, banyak terima

kasih atas dukungan dalam doa selama pengerjaan skripsi ini sehingga berjalan dengan

baik.

14. Untuk keluarga tercinta penulis, kel. Op. Samuel F E Pardede (+) /br. Lubis, banyak

terima kasih atas dukungan dalam doa selama pengerjaan skripsi ini sehingga berjalan

dengan baik.

15. Untuk Warmindo Kemiri, terima kasih atas sajian yang telah disediakan bagi mahasiswa

selama 4 tahun.

Akhir kata didalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa terdapat

kekurangan didalamnya. Oleh karna itu kritik dan saran dari berbagai pihak diperlukan guna

melengkapi penulisan tugas akhir ini. Demikian yang dapat saya sampaikan jika ada salah

saya mohon maaf.

Salatiga, 6 September 2019

Samuel Firdaus Eliberty Pardede

Page 8: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

viii

MOTTO

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan

bertekunlah dalam doa!

Roma 12:12

Kehidupan ini pasti harus melewati berbagai tantangan, di dalam tantangan itu kita

harus bersabar,bersukacita, dan berdoa kepada-Nya. Ketika kita sudah

menjalankan ketiga point itu, percayalah kuasa Tuhan akan memberi jalan terbaik

melewati tantangan kehidupan ini. Tak mudah merangkai lima bab dalam

pengerjaan Tugas Akhir ini. Revisi adalah tantangan yang harus di lewati

mahasiswa tingkat akhir. Memang ada titik kejenuhan mendengar kata itu, tetapi

harus di jalani dengan penuh sukacita. Ingat ketiga point ayat itu, akhirnya Tuhan

memberikan jalan terbaik kepada anak-Nya melalui mendapatkan gelar sarjana.

Kiranya melalui gelar sarjana ini dapat kupergunakan dengan baik dan bijaksana

untuk kita semua.

Page 9: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

ix

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman Jemaat HKBP Karang Bangun terhadap

makna simbol kekristenan tradisi Mangongkal Holi. Penelitian ini dimotivasi oleh banyaknya

kasus penerapan tradisi kebudayaan yang agak bertentangan dengan Kristen. Serta adanya

tinjauan bagaimana tradisi kebudayaan Mangongkal Holi bisa beriringan sesuai dengan ajaran

Kristen. Dari kehidupan manusia selalu berupaya untuk menerapkan budaya dalam bermacam

praktik yang sesuai dan menyesuaikan kehidupan manusia dengan sekitarnya, sehingga budaya

dapat dikatakan suatu tradisi yang patut dihargai. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

dengan pendekatan deskriptif, yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah makna simbol

kekristenan tradisi Mangongkal Holi. Pendekatan deskriptif merupakan jenis pendekatan dengan

lebih memaparkan keadaan objek yang diteliti. Teknik dalam pengumpul data terkait dengan

penelitian ini, dilakukan melalui wawancara, yaitu mencari informasi dengan memberikan

pertanyaan kepada seorang narasumber yang mengerti mengenai tradisi Mangongkal Holi. Hasil

dari penelitian ini adalah bahwa ada simbol kekristenan dalam upacara Mangongkal Holi seperti

penggunaan salib pada makam, adanya tulisan Alkitab pada ornamen bangunan rumah adat

Batak dalam makam. Serta dalam proses upacara Mangongkal Holi biasanya dipimpin doa sesuai

ajaran Kristen yang dipimpin oleh penatua Gereja. Pemberian doa biasanya berisis nasehat atau

wejangan kepada keluarga agar upacara Mangokal Holi yang sedang dijalankan berjalan lancar

dan tidak bertentangan dengan ajaran Kristen. Selain itu dalam penggunaan simbol dalam

upacara Mangongkal Holi mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif dalam

penggunaan simbol itu adalah agar seluruh keluarga tetap berdoa pada Tuhan dan dalam upacara

Mangongkal Holi tidak bertentangan dengan peraturan Gereja. Dampak negatifnya adalah

walaupun sudah ada penggunaan simbol kekristenan masih ada keluarga yang melanggar proses

upacara Mangongkal Holi misalnya banyak keluarga yang berdoa meminta pada leluhurnya yang

sudah meninggal.

Kata kunci : Upacara Mangongkal Holi, Kebudayaan, Simbol Kekristenan

Page 10: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................... ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ........................................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ................................................................................. iv

PERNYATAAN BEBAS ROYALITI DAN PUBLIKASI ........................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. vi

MOTTO ..................................................................................................................................... viii

ABSTRAK .................................................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 4

1.5. Metode Penelitian ......................................................................................................... 5

1.5.1. Sifat Penelitian ............................................................................................. 5

1.5.2. Jenis Penelitian ............................................................................................. 5

1.5.3. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 5

1.5.4. Wawancara ................................................................................................... 6

1.6.Sistematika Penulisan ........................................................................................ 6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kebudayaan .................................................................................... 7

2.2 Tujuan dan Fungsi Kebudayaan ....................................................................... 7

2.3 Unsur-Unsur Kebudayaan ................................................................................ 8

2.4 Konsep Kebudayaan Menurut Clifford Geertz ............................................... 9

2.5 Sosial Budaya ................................................................................................. 10

2.6 Pengertian Simbol .......................................................................................... 11

2.7 Simbol-simbol Kematian dalam Kekristenan................................................. 12

2.8 Simbol-Simbol Kematian Dalam Budaya ...................................................... 13

BAB III HASIL PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum HKBP Karang Bangun ..................................................... 14

3.2. Kreativitas dan simbol-simbol sekristenan dalam tradisi Mangongkal Holi.. 14

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA

4.1. Pembahasan dan Analisa ................................................................................ 17

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 20

5.2. Saran ............................................................................................................... 21

Daftar Pustaka ................................................................................................................. 22

Page 11: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebudayaan ialah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk

memahami lingkungan sekitarnya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.1 Salah satu

Unsur Kebudayaan adalah sistem religi dan upacara keagamaan.2 Dalam kehidupan manusia

budaya merupakan satu dasar yang penting. Budaya memiliki nilai, pola pikir, etika, kearifan,

dan berinteraksi yang diikuti oleh manusia dan membentuk kepribadian mereka, baik secara

personal maupun komunal.

Sebagian kehidupan manusia selalu berusaha untuk menerapkan budaya dalam berbagai

praktik yang menata serta menyesuaikan kehidupan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya,

sehingga budaya dipegang sebagai suatu tradisi yang patut dihargai. Setiap budaya memiliki ciri

khas tertentu. Budaya ialah suatu dasar yang penting dalam kehidupan ini, karena memiliki

identitas yang menunjukkan karakter setiap orang yang memilikinya. Budaya sebagai landasan

komunikasi di dalam lingkungan sekitar. Semakin banyak beragam aneka budaya, maka

beraneka ragam juga pelakasaan komunikasinya.3

Timbulnya pemikiran menggali tulang belulang leluhur, pada umunya di latarbelakangi

oleh adanya kepercayaan bahwa roh leluhur yang sudah meninggal masih memberikan berkat

kepada seluruh keluarga yang ditinggal serta masih bisa berkomunikasi dengan orang yang

hidup. Usaha penggalian tulang belulang yang dilakukan oleh keluarga dilatarbelakangi oleh

kepercayaan “animisme atau hasipelebeguon”. Walaupun mereka percaya adanya ilah-ilah lain,

namun sebenarnya yang mendominasi hidup keberagaman mereka adalah memuja arwah

(sumangot ni ompu). Memang mereka diperbudak oleh banyak sekali kuasa-kuasa kegelapan,

yang selalu mengancam dari segala penjuru. Menurut mereka sangat penting untuk mengambil

hati arwah nenek moyang yang dianggap sebagai pelindung utama mereka terhadap berbagai

pergumulan kehidupan.4

1 Arti kebudayaan dalam KBBI .

2 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 2004), 2

3 Malau, Gens G, Budaya Batak, (Jakarta: Yayasan Binabudaya Nusantara Taotoba Nusabudaya 2000)

4 St. H. Gultom, Penggalian Tulang-Belulang Leluhur (Jakarta:BPK Gunung Mulia 1991) 1

Page 12: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

2

Kepercayaan Kristen dan adat berdiri berdampingan dan saling mempengaruhi. Hal ini

menjadi nampak dalam pemujaan nenek moyang & dalam kebiasan-kebiasan pada hal yang

lainya. Keadaan yang sedemikian itu sangat mempengaruhi kehidupan gereja. Dalam memasuki

kehidupan dan beralih ke dalam cara hidup yang lain, yang dibayangkan sebagai suatu eksistensi

yang tidak berwujud tetapi yang tak kurang nyatanya. Pengaruh agama Kristen yang telah

menyerap rasa kehidupan itu telah membuat bentuk-bentuk yang bermacam-macam itu

berkurang jumlahnya menjadi minimun yang rupa-rupanya paling hakiki.5

Masyarakat Batak merupakan salah satu kelompok suku di Indonesia. Upacara

mangongkal holi dikenal sebagai ritual pemakaman yang di lakukan oleh suku Batak. Adat

istiadat mengandung nilai, aturan dan norma norma yang harus dipatuhi oleh masyarakat yang

menganutnya. Masyarakat Batak meneladani tata hidup para leluhurnya ditunjukkan dengan jelas

melalui pepatah dan peribahasa Batak yang menjadi rujukan dalam pertemuan orang-orang

Batak. Upacara mangongkal holi suatu ritual yang sudah menjadi sebuah tradisi unik yang

dimiliki oleh suku Batak Toba. Tradisi membongkar kembali dan memindahkan tulang belulang

ke tempat yang dianggap lebih layak, sudah berlangsung sejak zaman nenek moyang suku

bangsa Batak. Tradisi membongkar kembali dan memindahkan tulang belulang dimiliki juga

oleh kebudayaan daerah yang lain di Indonesia.

Tradisi ini sudah lama dilestarikan oleh masyarakat batak. Mangongkal holi diadakan

dengan berbagai ritual dan dilakukan apabila orang tua keluarga menyampaikan pesan

terakhirnya kepada anak-anaknya. Tradisi mangongkal holi yang dilakukan setiap pada acara

tersebut membuat penulis tertarik untuk menelitinya, karena di dalam pelaksanaannya memiliki

simbol-simbol serta perilaku/kegiatan yang saling berhubungan dan memiliki makna tersendiri.

Tradisi Mangongkal Holi sangat penting bagi masyarakat Batak Toba sehingga tradisi tersebut

harus dilaksanakan.6 Sering kali masyarakat memberikan arti kebudayaan dengan cara yang

sederhana, ada yang mengatakan bahwa kebudayaan itu merupakan seni, padahal perlu diingat

bahwa kebudayaan bukan hanya sekedar sebuah seni, kebudayaan melebihi seni itu sendiri

karena kebudayaan meliputi sebuah jaringan kerja dalam kehidupan antar manusia. Kebudayaan

itu mempengaruhi nilai-nilai yang dimiliki manusia, bahkan mempengaruhi sikap dan

5 Bnd. H. Schekatz, yang telah mengamat-amati kejadian ini di pulau Nias (Indonesia Raya, 1966) 40.

6 Tinambunan, W. E, Simbol-Simbol Tradisional Ulos Tujung dan Ulos Saput Proses Pemakaman Adat Batak

Toba,(Pekanbaru: Yayasan Sinar Kalesan 2010) 11.

Page 13: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

3

karakternya. Dengan kata lain, setiap manusia merupakan pemeran utama dalam kebudayaan

yang bertindak dalam lingkup kebudayaan.7

Dalam upacara mangongkal holi, tulang-belulang yang digali kembali dari kuburan

sebelumnya dan dikuburkan kembali secara terpisah. Setelah tulang-belulang para leluhur

mereka sudah dikumpulkan dan dicuci bersih, tulang-belulang itu dimasukkan ke dalam peti

kecil dan dikubur kembali dalam sebuah tugu peringatan (Batu Na Pir) yang telah dibangun. Di

dalam tugu peringatan inilah tulang-belulang tersebut disatukan. Dalam prosesi menggali

tulang-belulang dan memindahkan kembali dalam tugu biasanya bisa memakan waktu berhari-

hari. Prosesi ini membutuhkan dana yang mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah dan bagi

masyarakat batak untuk membangun tugu itu sebanding dengan penghormatan bagi orang tua

dan leluhur mereka.

Tugu peringatan ini sendiri memiliki bentuk tertentu. Semakin besar pembuatan tugu

peringatan itu, maka akan besar pula dana yang dikeluarkan oleh pihak keluarga. Ada yang

berbentuk rumah toba, ada pula yang berbentuk biasa. Dalam pembuatan tugu peringatan itu

sendiri biasanya ada simbol yang terdapat dalam tugu itu. Misalnya: Nama keluarga, gambar

Tuhan Yesus, dan lain sebagainya.

Dalam pembuatan tugu peringatan sebagian orang Batak melakukan pembuatan tugu

tersebut di perkebunan atau persawahan dari keluarga tersebut. Di sekitar pembangunan tugu

peringatan itu sendiri terbentuklah suatu kelompok sosial, kelompok genealogis atau teritorial

lainnya, terutama dengan marga. Pembangunan tugu berlangsung dalam beberapa tahap, diawali

dengan pembicaraan pendahuluan-yang sering kali berlangsung sangat lama. Mengenai

pemilihan ompu-parsadaan, yang akan didirikan tugu. Pemusatan perhatian kekuatan-kekuatan

ekonomis dan sosial sekitar ompu parsadaan, yaitu mengkonsentrasian atas persekutuan itu,

merongrong daya pengikat marga.

Meskipun para perantau itu memperlihatkan semangat yang kuat di bidang sosial &

ekonomi bagi dirinya sendiri dan kelompok sosialnya. Mereka berpandangan bahwa kehidupan

di luar daerah suku asal mereka sebagai diaspora (perserakan). Kebutuhan-kebutuhan elementer

yang turut berpengaruh di waktu berdirinya tugu peringatan, yakni menjamin kesatuan geologis,

7 Liliweri, Alo, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar budaya, (Yogyakarta: Lkis 2003), 7.

Page 14: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

4

memohon dan menerima berkat-berkat baru. Tentu saja alasan-alasan penggerak ini tidak baru,

semuanya itu hanya membantu mengembangkan kebudayaan megalit yang dahulu. Alasan-

alasan itu memperlihatkan corak khas gerakan untuk mendirikan tugu peringatan.

HKBP Karang Bangun Resort Dame terletak di Jl. Bangun Anyer, Huta V-Karang

Bangun, Rambung Merah Pematangsiantar berdiri sekitar tahun 1952. HKBP Karang Bangun

memiliki jumlah jemaat kurang lebih 65 keluarga dan masing-masing di bagi dengan dua sektor.

Pemahaman Jemaat HKBP Karang Bangun akan makna simbol Kekristenan dalam tradisi

mangongkal holi masih kurang di mengerti. Padahal dalam simbol-simbol itu mungkin dapat

merubah dalam kehidupan Jemaat HKBP Karang Bangun. Desa ini terdapat beberapa tugu

peringatan, yang dapat kita lihat di area perladangan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pemahaman Jemaat HKBP Karang Bangun terhadap makna simbol kekristenan

tradisi Mangongkal Holi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kreativitas dan unsur-unsur Makna

Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangokal Holi di Jemaat HKBP Karang Bangun.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi umum maupun penelitian

berikutnya. Begitu juga dapat menambah wawasan bagi Majelis dan Jemaat Gereja terhadap

Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangokal Holi di Jemaat HKBP Karang Bangun.

b. Secara Praktis

Bagi peneliti, hasil ini menambah wawasan akan hadirnya Makna Simbol Kekristenan Dalam

Tradisi Mangokal Holi. Selain itu bagi Gereja, pemahaman akan Makna Simbol Kekristenan

Dalam Tradisi Mangokal Holi saat pelaksanaan Tradisi tersebut.

Page 15: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

5

1.5 Metode Penelitian

a. Sifat Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif,

yang dideskripsikan dalam penelitian ini. Pendekatan deskriptif merupakan jenis pendekatan

penelitian sebagai prosedur pemecahan masalah yang diamati dengan menggambarkan keadaan

objek penelitian.8 Metode kualitatif dimengerti sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan

secara bertahap dirnulai dengan penentuan topik, pengumpulan data dan rnenganalisis data,

sehingga nantinya diperoleh suatu pemahaman dan pengertian atas topik, gejala atau isu tertentu

berdasarkan orang yang diwawancara.9 Metode kualitatif merupakan metode terkait cara yang

digunakan oleh peneliti dalam memahami, menggali, mengungkap fenomena tertentu dari

responden penelitiannya.

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian menggunakan penelitian Deskriptif yang bertujuan untuk pemecahan

masalah secara sistimatis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi berdasarkan

data-data yang akan di analisis dan diinterprestasi.10

Data berupa hasil wawancara, dokumentasi,

video, catatan dan hasil rekaman suara.

c. Tempat & Waktu Penelitian

Tempat yang akan penulis jadikan penelitian sesuai dengan judul penelitian berada di

Gereja HKBP Karang Bangun. Alasan penulis memilih lokasi ini, karena banyak terdapat tugu

peringatan (Batu Na Pir) untuk meneliti makna simbol Kekristenan dalam tradisi Mangongkal

Holi. Penelitian ini akan dilakukan dengan wawancara mengenai makna simbol Kekristenan

dalam tradisi Mangongkal Holi terhadap Jemaat HKBP Karang Bangun. Waktu penilitian akan

dilaksanakan selama satu bulan di HKBP Karang Bangun.

8 Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), 68.

9 Raco, Metode Kualitatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), 15

10 Narbuko Cholid dan Abu achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007), 44.

Page 16: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

6

d. Wawancara

Di dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak

terstruktur atau yang biasa disebut wawancara mendalam (in-depth interview-ing). Dalam teknik

wawancara mendalam ini, wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat “open-ended”

dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal

terstruktur, guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat

bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam.

Penulis akan menjadikan Pendeta, Majelis & Jemaat Gereja serta Ketua Adat Kampung sebagai

narasumber dalam pengumpulan data menggunakan wawancara. Alat bantu yang digunakan

dalam wawacara yaitu audio tipe recorder, video, dan kamera yang mengambil gambar saat

wawancara.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulis membagi tulisan ini menjadi lima bagian, yakni sebagai berikut: Bagian

Pertama membahas tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian. Bagian Kedua

definisi Landasan Teori yang digunakan, khususnya mengenai kreativitas dan unsur-unsur

makna simbol Kekristenan dalam tradisi Mangongkal Holi. Bagian Ketiga membahas tentang

hasil penelitian, yang meliputi: 1. Pemahaman Jemaat HKBP Karang Bangun dalam tradisi

Mangongkal Holi dalam makna simbol Kekristenan. 2. Kegunaan imbol-simbol itu serta

merubah dalam kehidupan Jemaat HKBP Karang Bangun. Bagian Keempat berisi tentang

analisa makna simbol Kekristenan dalam tradisi Mangongkal Holi. Bagian Kelima berisi

penutup dalam tulisan ini didalamnya berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian di

HKBP Karang Bangun disertai saran dan masukan-masukan yang ditinjau dari pihak-pihak yang

ada hubungannya dengan tujuan dari penelitian ini.

Page 17: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

7

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan ialah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk

memahami lingkungan sekitarnya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Salah satu

Unsur Kebudayaan adalah sistem religi dan upacara keagamaan. Dalam kehidupan manusia

budaya merupakan satu dasar yang penting. Budaya memiliki nilai, pola pikir, etika, kearifan,

dan berinteraksi yang diikuti oleh manusia dan membentuk kepribadian mereka, baik secara

personal maupun komunal.

Sebagian dari kehidupan manusia selalu berupaya untuk menerapkan budaya dalam

berbagai praktik yang menata dan menyesuaikan kehidupan manusia dengan lingkungan alam

sekitarnya, sehingga budaya dipegang sebagai suatu tradisi yang patut dihargai. Setiap budaya

memiliki ciri khas tertentu. Budaya ialah suatu dasar yang penting dalam kehidupan ini, karena

memiliki identitas yang menunjukkan karakter setiap orang yang memilikinya. Budaya sebagai

landasan komunikasi di dalam lingkungan sekitar. Semakin banyak beragam aneka budaya,

maka beraneka ragam juga pelakasaan komunikasinya.11

2.2. Tujuan dan Fungsi Kebudayaan

Dalam hal ini tujuan manusia berkebudayaan ialah untuk mewujudkan kehidupannya.

Kebudayaan menjadi alat manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Baik kebutuhan fisik maupun

jiwa rohani (cita-cita dan harapan). Rangkaian kegiatan keagamaan dalam bentuk-bentuk

upacara dilakukan manusia untuk mencapai puncak kepercayaanya, selain itu juga untuk

memperoleh kebahagiaan hidup dengan sesama manusia lain. Demikian juga dalam pelaksanaan

unsur-unsur kebudayaan yang lain, sepenuhnya untuk mewujudkan cipta, rasa, dan karsa

manusia.12

11

Malau, Gens G, Budaya Batak, (Jakarta: Yayasan Binabudaya Nusantara Taotoba Nusabudaya 2000) 12

Simanjuntak, Bungaran, Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan: Membangun Pendidikan Berbasis Budaya Lokal (Jakarta: Pustaka Obor, 2014), 18.

Page 18: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

8

2.3. Unsur-Unsur Kebudayaan

Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat tidak diwariskan secara biologis. Kebudayaan

tersebut dapat didukung dan diteruskan. Kebudayaan merupakan salah satu pernyataan dan

wujud dari rasa serta akal manusia. Oleh sebab itu, kebudayaan dapat berkembang dari tingkat

yang sederhana menuju yang lebih kompleks. Kebuyaan yang kompleks tersebut dapat diuraikan

ke dalam unsur-unsur yang lebih khusus. Setiap unsur tersebut akan saling berkaitan dan

membentuk menjadi satu.

Berikut ini pendapat para antropologi mengenai pandangan dalam merumuskan unsur-

unsur suatu kebudayaan. Menurut, Melville J.Herskovits empat unsur pokok kebudayaan,

diantaranya: Alat-alat teknologi (technological equipment), Sistem ekonomi (economic system),

Keluarga (family), Kekuasan politik (political control).

Menurut Bronislaw Malinowsky, dalam kebudayaan harus memiliki unsur-unsur pokok sistem

norma yang memungkinkan masyarakat untuk saling bekerja sama sehingga dapat menguasai

dan menaklukan alam sekitar, Organisasi ekonomi, Alat dan lembaga pendidikan, yaitu keluarga

yang merupakan lembaga pendidikan utama, Organisasi kekuasaan.

Lebih lanjut Koentjaraningrat, mengutip Kluckhon merumuskan unsur-unsur pokok

kebudayaan berdasarkan pendapat para ahli antropologi menjadi tujuh unsur, yaitu: Bahasa,

Sistem pengetahuan, Organisasi sosial, Sistem peralatan hidup dan teknologi, Sistem mata

pencarian, Sistem religi, Kesenian.

Rumusan unsur-unsur kebudayaan tersebut disebut unsur-unsur universal. Tujuh unsur

kebudayaan itu dapat ditemukan dalam semua wujud kebudayaan. Dalam ketujuh unsur

kebudayaan tersebut dijabarkan ke dalam tiga wujud kebudayaan. Adapun ketiga wujud

kebudayaan itu menurut Koentjaraningrat, diantaranya:

a. Sistem Budaya

Wujud kebudayaan bersifat abstrak karena berkaitan dengan ide-ide (gagasan), nilai-nilai,

dan norma yang mengkita pada masyarakat.

b. Sistem Sosial

Keseluruhan aktivitas dan tindakan manusia yang berpola dalam masyarakat

pendukungnya.

Page 19: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

9

c. Kebudayaan Fisik

Kebudayaan bersifat konkret, karena berkaitan dengan aktivitas manusia yang berupa

benda-benda konkret.13

2.4.Konsep Kebudayaan Menurut Clifford Geertz

Menurut Geertz, konsep kebudayaan merupakan sebuah konsep yang dianggap baru pada

masanya. Dalam bukunya yang berjudul Interpretation of Culture, ia mendefinisikan kebudayaan

yang berasal dari konsep yang diajukan oleh Kluckholn sebelumnya, yang menurutnya agak

terbatas dan tidak mempunyai standar yang baku dalam penentuannya. Sedangkan Kluckholn,

Geertz menawarkan konsep kebudayaan yang sifatnya interpretatif, yaitu: sebuah konsep

semiotik, melihat kebudayaan sebagai suatu teks yang perlu diinterpretasikan maknanya daripada

sebagai suatu pola perilaku yang sifatnya kongkrit.

Definisi kebudayaan menurut Geertz ialah suatu sistem makna dan simbol yang disusun.

ia mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya;

suatu pola makna yang ditransmisikan secara historis diwujudkan di dalam bentuk-bentuk

simbolik melalui sarana di mana orang-orang dapat mengkomunikasikan, mengabadikannya, dan

mengembangkan pengetahuan dan sikap-sikapnya ke arah kehidupan; suatu kumpulan peralatan

simbolik untuk mengatur perilaku, sumber informasi yang ekstrasomatik.” Karena kebudayaan

merupakan suatu sistem simbolik, yang harus dilalui dengan proses dibaca, diterjemahkan, dan

diinterpretasikan. Konsep kebudayaan simbolik yang dikemukakan oleh Geertz merupakan suatu

pendekatan yang sifatnya hermeneutik (suatu pendekatan yang lazim dalam dunia semiotik).

Dalam pendekatan inilah yang kemudian menginspirasikan Geertz untuk melihat kebudayaan

sebagai teks-teks yang harus dibaca, ditransliterasikan, dan diinterpretasikan.

Simbol adalah suatu garis penghubung antara pemikiran manusia dengan kenyataan yang

ada di sekitar, dimana pemikiran harus saling berhubungan dan dalam hal ini pemikiran manusia

dapat dilihat sebagai “suatu bentuk sistem simbol-simbol yang signifikan”. Terdapat dua sumber

dari simbol-simbol itu, diantaranya: (1) berasal dari kenyataan luar yang terwujud sebagai

kenyataan-kenyataan sosial dan ekonomi (2) berasal dari dalam dan yang terwujud melalui

konsepsi-konsepsi dan struktur-struktur sosial.

13

Sutardi, Tedi, Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya (Bandung: PT Setia Purna Inves, 2007), 34.

Page 20: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

10

Sistem kebudayaan dan sistem konsepsi mempunyai persamaan struktur-struktur dinamik

dan bentuk-bentuk simbolik. Menurut Geertz, peranan upacara (ritual) merupakan

mempersatukan dua sistem paralel dan berbeda tingkat hierarkinya dengan menempatkannya

pada hubungan-hubungan formatif dan reflektif antara yang satu dengan yang lainnya dalam

suatu cara sebagaimana masing-masing itu dihubungkan dengan asal simboliknya dan asal

ekspresinya. Bentuk-bentuk kesenian dan upacara merupakan keadaannya dengan perwujudan-

perwujudan simbolik lainnya, dalam arti “mendorong untuk menghasilkan mengenai hal-hal

yang subyektif.14

2.5. Sosial Budaya

Setiap manusia hidup dalam memiliki suatu lingkungan sosial budaya tertentu. Dalam

memberlakukan lingkungan sosial budaya itu adanya nilai-nilai sosial budaya yang diacu oleh

warga masyarakat. Melalui sebuah proses secara berkelanjutan setiap manusia tentu menganut

suatu nilai yang diperoleh dari lingkungannya. Dari nilai itu diterapkan dalam bentuk

“kebiasaan” ialah pola sikap dan perilaku sehari-hari. Dengan demikian pola perilaku seseorang

dalam berelasi dengan orang lain, akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diperoleh dari

lingkungan sosial budayanya.

Dari kekuatan nilai-nilai maupun sumberdaya sosial budaya akan membentuk dan

mempengaruhi pola tingkah laku individu. Oleh sebab itu, setiap seseorang memiliki lingkungan

sosial budaya yang berbeda dengan yang lain. Karakter seseorang tidaklah sama persis dengan

yang lainnya. Banyak aspek budaya mempengaruhi pola tingkah laku manusia dalam bersosial

dengan yang lain. Dalam bermasyarakat memiliki nilai-nilai sosia budaya tersendiri, diantaranya:

Etika (sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari), Kejujuran dan integritas, Bertanggung

jawab, Menghormati aturan/hukum masyarakat.15

14

Clifford Geertz, Kebudayaan dan Agama, (Yogyakarta: Kanisius Press, 1992), 33. 15

Aw. Suranto, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2010), 27.

Page 21: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

11

2.6. Pengertian Simbol

Kata simbol berasal dari bahasa Yunani yaitu symbolos yang berarti tanda atau ciri yang

memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Simbol ialah suatu hal atau keadaan yang

merupakan media pemahaman terhadap suatu objek.16

Simbol adalah objek, kejadian, bunyi

bicara, atau bentuk-bentuk tertulis yang diberi makna oleh manusia. Bentuk primer dari

simbolisasi oleh manusia adalah melalui bahasa. Akan Tetapi, manusia juga komunikasi dengan

menggunakan tanda dan simbol dalam lukisan, tarian, musik,arsitektur, mimik wajah,gerak

gerik,postur tubuh, perhisan, pakaian ,ritus, agama, kekerabatan, nasionalitas, tata ruang,

pemilikan barang, setiap kejadian, tindakan, atau objek yang berkaitan dengan pikiran, gagasan

dan emosi.17

Aspek simbol dari kebudayaan ialah bahasa penggatian objek dengan kata-kata. Menurut

Stanley Salthe, bahasa simbolis adalah fundamental tempat kebudayaan manusia dibentuk.

Struktur politik, agama, kesenian, organisasi dan ekonomi merupakan pranata-pranata

kebudayaan.18

Fungsi simbol-simbol yang digunakan dalam upacara merupakan alat hubungan

dan menyampaikan pesan-pesan ajaran agama dan kebudayaan yang dimiliki, dengan tujuan

yang ingin di capai oleh adanya upacara tersebut. Simbol merupakan suatu gambaran sakral,

sekaligus sebagai media manusia untuk berhubungan dengan sesuatu yang berbentuk sakral.

Sakral merupakan sebuah transenden sedangkan manusia adalah makhluk temporer yang ada di

dalam dunianya, manusia bisa mengenal sakral melalui sebuah simbol. Oleh karena itu, simbol

merupakan sebuah cara untuk dapat pada pengenalan terhadap sakral.19

Simbol dalam bahasa Inggris symbol, Latin symbolinm, dari Yunani symbolon-dari

symballo (menarik kesimpulan, berarti, memberi kesan). Berikut beberapa pengertian tentang

simbol antara lain :

a. Sesuatu yang biasanya merupakan tanda kelihatan yang menggantikan gagasan atau

objek.

b. Kata, tanda ,isyarat, yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain: arti, kualitas,

abstrak, gagasan dan objek.

16

Budiono, Simbolisme Dalam Budaya, (Yogyakarta : Hanindita 1983), 10. 17

Achmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma,(Jakarta:Kencana, 2005), 289-290. 18

William A. Haviland, Antropologi Edisi Keempat, Jilid 1, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1985), 339. 19

Ifazli, Tradisi Kenduri Apam Desa Kemumu Sebrang Kecamatan Labuhanhaji Timur, “Skripsi”, (Banda Aceh: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry, 2016), 27.

Page 22: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

12

c. Apa saja yang diberikan arti dengan persetujuan umum dan atau dengan kesepakatan atau

dengan kebiasaan.

d. Arti simbol sering terbatas pada tanda konvensional, yakni sesuatu yang di bangun oleh

masyarakat atau individi-individu dengan arti tertentu yang kurang lebih standar yang di

sepakati atau dipakai anggota masyarakat itu.

e. Dalam peristilahan modern sering kali setiap unsur dari suatu sistem tanda –tanda di

sebut simbol.

2.7. Simbol-simbol Kematian dalam Kekristenan

Kematian merupakan sebuah kenyataan hidup yang harus dihadapi oleh setiap manusia.

Pada menghadapi kenyataan itu kita sering merasa takut akan kenyataan akhir hidup kita di dunia

ini. Kematian dipandang sebagai suatu kenyataan akan menghapus segala keberadaan hidup

manusia. Tidak heran banyak orang memuja kehidupan dan masa muda yang penuh vitalitas

serta sedapat mungkin menghindar dari ketuaan. WJS. Poerdarminta mendefenisikan, kematian

merupakan sesuatu yang tidak bernyawa lagi.

Seperti yang tertulis dalam Alkitab bahwa kematian ialah peralihan status hidup kepada

status tidak hidup, tidak dipandang sebagai pemisahan jiwa dari badan melainkan sebagai

hilangnya vitalitas. Orang meninggal bukan lagi “jiwa yang hidup” sebagaimana statusnya sejak

ia tercipta (1 Kor 15:45), sebab ia sudah ditinggalkan oleh Roh yang kembali kepada Allah, satu-

satunya yang tidak pernah mati (Pkh 12:7; 1 Tim 6:16). Dalam Perjanjian Baru menjelaskan

kematian paling sering muncul dalam konteks kebangkitan, bukan dalam konteks kebinasaan.

Dalam konteks Perjanjian Baru, kematian dimengerti sebagai mati bersama Kristus yang

memiliki harapan akan bangkit bersama Kristus. Paulus menjelaskan dalam suratnya arti

kematian kristen itu memiliki arti yang lebih positif “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati

adalah keuntungan” (Flp 1: 21). Dengan ini Paulus menampilkan perspektif baru dari kematian

kita: “Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia (2 Tim 2: 11). Berikut sebuah

aspek yang baru dalam kematian Kristen, oleh pembaptisan warga kristen secara sakramental

sudah mati bersama Kristus supaya dapat menghidupi satu kehidupan baru.

Beberapa simbol-simbol kematian yang sering kita jumpai, diantaranya: Salib Tuhan

Yesus Kristus (yang memberi harapan baru dalam Iman), Bulir padi-gandum (tanda buah

perjuangan kehidupan yang memberi harapan baru), Anak domba Allah (yang menghapus dosa

Page 23: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

13

dan memberi damai sejahtera), Lilin menyala (yang menghabiskan diri dan memberi terang bagi

lingkungan), Tangan terbuka (lambang kuasa tangan Allah pencipta serta mampu mengubah

hidup fana menjadi serupa dengan hidup-Nya).

2.8. Simbol-Simbol Kematian Dalam Budaya

Dalam budaya Indonesia pra-modern pemahaman simbol bukanlah sekadar mengacu pada

konsep, tetapi sesuatu yang absolut, transenden, imanensi Allah. Acuan simbol bukan sebuah

konotasi gagasan dan pengalaman manusia, akan tetapi hadirnya daya-daya (power) atau energi

adikodrati. Simbol merupakan sebuah tanda kehadiran yang absolut atau transenden. Dalam

peradaban modern simbol selalu mengacu kepada makna, konsep, dan pengalaman.20

Kehidupan

manusia dalam lingkungan budaya pada dasarnya dinyatakan dengan berlandaskan empat areal

atau lingkup keyakinan, yaitu kepercayaan, ikatan sosial, kepribadian dan permasalahan atau

makna. Keempatnya akan mempengaruhi pola pemikiran, perbuatan dan karyanya.

Keberadaan lingkungan buatan atau rumah tinggal atau karya arsitektur sebagai bagian dari

kehidupan budaya, ekspresi budaya untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dan dapat

menginterpretasikan budaya dari suatu bangsa.21

Mangunwijaya berpendapat, dalam pandangan

kepercayaan masyarakat mitologis, bentuk arsitektural hadir sebagai sarana mitis penghadiran,

selaku simbol kosmologis perwujudan bentuk dasar orientasi diri, menyangkut keberadan

manusia. Orientasi diri adalah naluri kodrati untuk mencegah manusia hanyut tanpa kepastian.22

Arsitektur menjadi cerminan dari sikap hidup manusia, yang melalui banyak perubahan,

tergantung pada perkembangan pemikiran manusia mengenai alam semesta.

Beberapa simbol kematian budaya yang sering kita jumpai, diantaranya: ritual adat, warna

bendera yang dipasang, batu nisan yang tertera dalam kuburan, bunga yang ditaburkan, kendi

yang berisi air, pakaian, musik, dan lain sebagainya. Simbol dalam tradisi yang diselenggarakan

bertujuan sebagai sarana untuk menunjukkan makna upacara yang dilakukan oleh masyarakat.

Dalam simbol tersebut memiliki misi luhur, yang dipergunakan untuk menunjukkan dan

mempertahankan nilai budaya dengan cara melestarikan.

20

Sumardjo, Estetika Paradoks (Bandung: Sunan Ambu Press, 2006), 43. 21

Ronald, Nilai-nilai Arsitektur Rumah Tradisonal Jawa (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), 3. 22

Mangunwijaya, Wastu Citra (Jakarta: PT. Gramedia, 1992), 89.

Page 24: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

14

HASIL PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum HKBP Karang Bangun

Tempat penelitian yang dipilih oleh penulis yaitu HKBP Karang Bangun Ressort HKBP

Dame terletak di Jl. Bangun Anyer, Huta V-Karang Bangun, Rambung Merah Pematang Siantar.

HKBP Karang Bangun berdiri sekitar tahun 1952. HKBP Karang Bangun yang berada kota

Pematang Siantar sangat dikenal dengan toleransi antar umat beragama. HKBP Karang Bangun

memiliki jumlah jemaat kurang lebih 65 keluarga dan masing-masing di bagi dengan dua sektor.

Profesi jemaat HKBP Karang Bangun lebih mendominasi ke Petani dan Petenun.

HKBP Karang Bangun memiliki sebuah tujuan, program, dan prinsip pelayanan. Dalam

tujuan HKBP Karang Bangun berkembang menjadi gereja dialogis dan terbuka, serta dapat

mengembangkan kehidupan jemaat yang bermutu di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus. Dalam

Program HKBP Karang Bangun berusaha meningkatkan mutu segenap jemaat melalui pelayanan

Gereja yang bermutu.Untuk melaksanakan program menuju tujuan tersebut di , HKBP

berpegang teguh pada prinsip tiga tugas panggilan Gereja, diantaranya: Koinonia, Marturia,

Diakonia.

3.2 Kreativitas dan simbol-simbol sekristenan dalam tradisi Mangongkal Holi

Pada awalnya simbol kekristenan dalam tradisi Mangokal Holi ini tidak ada disaat belum

adanya para misionaris gereja datang ke tanah Batak. Pada saat itu masyarakat Batak masih

memakai simbol kebudayaan Batak. Setelah datangnya para missionaries gereja ke tanah Batak,

mulai terbuka pemikiran masyarakat Batak untuk meninggalkan akan kepercayaan “animism

atau hasipelebeguon”.23

Kepercayaan Kristen dan adat, berdiri berdampingan serta saling

mempengaruhi, hal ini menjadi nampak dalam pemujaan nenek moyang & dalam kebiasan-

kebiasan yang lainya. Dalam memasuki kehidupan dan beralih ke dalam cara hidup yang lain,

yang dibayangkan sebagai suatu eksistensi yang tidak berwujud tetapi yang tak kurang nyatanya.

Banyak arti dalam makna-makna yang terdapat dalam upacara Mangongkal Holi di

Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar antara lain simbol kekristenan dan simbol

kebudayaan.24

Simbol kebudayaaan melalui upacara Mangongkal Holi yaitu misalnya Ulos,

23

David Pardede,Wawancara, Karang Bangun, 11 Juli 2019. 24

Bpk. Usman Manurung (Ketua Adat Kampung), wawancara,Karang Bangun, 19 Juni 2019.

Page 25: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

15

cawan berisi air jeruk purut.25

Simbol kekristenan yang ada di upacara Mangongkal Holi

misalnya seperti banyak kuburan-kuburan yang dibangun dengan model atau ornamen dengan

menggunakan salib sebagai pertanda bahwa kuburan leluhur orang Batak sudah menganut

agama Kristen. Selain itu simbol kekristenan yang ada didalam upacara Mangokal Holi adalah

adanya tulisan ayat alkitab yang tertulis pada nisan orang yang sudah meninggal.26

Simbol

kekristenan juga ditaruh di Batu Na Pir karena Batu Na Pir adalah tempat penyatuan tulang

belulang sehingga bertujuan bisa memberi persaudaraan bagi leluhurnya dan mendekatkan diri

kepada Tuhan.

Dari hasil wawancara dalam pemakaian simbol-simbol tersebut memang saling

mengeratkan satu sama lain. Simbol lainnya dalam upacara Mangongkal Holi semenjak

masuknya agama Kristen mendapatkan pengawasan yang ketat oleh pihak Gereja dalam

upacaranya.27

Banyak orang-orang berpendapat upacara Mangongkal Holi identik dengan

upacara yang sifatnya animisme. Pendapat itu muncul dikarenakan menggali makam untuk

membersihkan tulang leluhurnya. Banyak orang-orang yang berdoa meminta atau mengutarakan

keinginannya pada leluhur mereka bukan kepada Tuhan. Untuk itu HKBP Karang Bangun

memberikan pemahaman terhadap jemaat mengenai simbol kekristenan tradisi Mangongkal Holi.

Pemberian pemahamaan atas simbol kekristenan oleh HKBP Karang Bangun dengan

ibadah singkat yang dipimpin oleh pendeta dan penatua gereja dengan memberikan ibadah

singkat yang berisi penyampaian firman-firman Tuhan.28

Jemaat HKBP Karang Bangun

memahami bahwa simbol-simbol kekristenan bisa meminimalisir kesalahan atau mencegah

jemaat dari aspek-aspek kekafiran. Bagi Jemaat HKBP Karang Bangun kegunaan simbol

kekristenan dalam upacara Mangongkal Holi memiliki arti yang kuat bagi jemaat seperti

penggunaan salib dan tulisan ayat Alkitab melambangkan sebuah keimanan Kristen.29

Apabila

ada di antara warga Jemaat yang akan mengadakan acara pemindahan tulang belulang anggota

Jemaat dari antara keluarga yang bersangkutan harus memberitahukannya secara resmi kepada

Majelis gereja, agar Majelis menghadiri dan memimpin acara tersebut sejak penggalian sampai

25

Ibu Nursi Lubis., wawancara,Karang Bangun, 18 Juni 2019. 26

Bpk. Usman Manurung (Ketua Adat Kampung), wawancara, Karang Bangun, 19 Juni 2019. 27

St. Dayan Sihaloho., wawancara,Karang Bangun, 19 Juni 2019. 28

Pdt. Pulo Aruan, MTh., wawancara,Karang Bangun, 18 Juni 2019. 29

Pdt. Pulo Aruan, MTh., wawancara,Karang Bangun, 18 Juni 2019.

Page 26: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

16

kepada memasukkannya ke dalam kuburan baru.30

Dalam segi manfaatnya, upacara ini untuk

mengimani kepada Tuhan Yesus agar tidak berpaling. Hanya dari Tuhan penyertaan dan berkat

yang dia berikan kepada sebuah keluarga.

Rangkuman :

Dari hasil penelitian bahwa makna-makna yang terdapat dalam upacara Mangongkal Holi

di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar jadi pada awalnya simbol kekristenan

dalam tradisi Mangongkal Holi ini tidak ada disaat belum adanya para misionaris gereja datang

ke tanah Batak. Simbol-simbol dalam upacara Mangongkal Holi ada dua yaitu simbol

kekristenan dan simbol kebudayaan. Simbol kebudayaaan melalui upacara Mangokal Holi yaitu

misalnya Ulos, cawan berisi air jeruk purut. Simbol kekristenan yang ada di upacara

Mangongkal Holi misalnya seperti banyak kuburan-kuburan yang dibangun dengan model atau

ornamen dengan menggunakan salib sebagai pertanda bahwa kuburan leluhur orang Batak sudah

menganut agama Kristen. Selain itu simbol kekristenan yang ada didalam upacara Mangongkal

Holi adalah adanya tulisan ayat alkitab yang tertulis pada nisan orang yang sudah meninggal.

Simbol kekristenan juga ditaruh di Batu Na Pir karena Batu Na Pir adalah tempat penyatuan

tulang belulang sehingga bertujuan bisa memberi persaudaraan bagi leluhurnya dan mendekatkan

diri kepada Tuhan. Pemberian pemahamaan atas simbol kekristenan oleh HKBP Karang Bangun

dengan ibadah singkat yang dipimpin oleh pendeta dan penatua Gereja dengan berisi

penyampaian firman-firman Tuhan. Dengan adanya pemahaman simbol-simbol kekristenan bisa

meminimalisir kesalahan atau mencegah jemaat dari aspek-aspek kekafiran. Kegunaan simbol

kekristenan dalam upacara Mangokal Holi memiliki arti yang kuat bagi jemaat seperti

penggunaan salib dan tulisan ayat Alkitab melambangkan sebuah keimanan Kristen. Jadi dalam

upacara Mangongkal Holi ini dijalankan dengan pengawasan Gereja sehingga upacara ini tidak

menyalahi aturan-aturan dalam Kristen.

30

St. Dayan Sihaloho., wawancara,Karang Bangun, 19 Juni 2019.

Page 27: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

17

PEMBAHASAN DAN ANALISA

Penulis menemukan hasil penelitian simbol-simbol yang ada dalam upacara Mangongkal Holi di

Jemaat HKBP Karang Bangun adalah

1. Simbol Kekristenan

a. Salib

Salib merupakan kayu bersilang tempat Yesus di hukum oleh orang Yahudi. Salib

mempunyai makna sebagai wujud penyelamatan Tuhan dan sebagai belarasa Tuhan

dalam kesepian seseorang serta melambangkan sebuah keimanan Kristen. Dalam

upacara Mangongkal Holi banyak makam-makam leluhur diberi bangunan ornamen

bangunan rumah adat Batak sesuai dengan keinginan dan selera mereka, akan tetapi

bagunan ornament makam tersebut diberi salib sebagai penanda bahwa orang-orang

Batak sudah menganut ajaran Kristen. Semenjak Kristen masuk kepada orang-orang

Batak, dalam melaksanakan upacara Mangokal Holi harus mengundang pihak gereja,

saat menggali kubur juga membersihkan tulang belulang leluhur dan membuat

bagunan kubur dengan adanya kamar-kamar dibuat seperti rumah dan bertingkat

sesuai dengan anggota keluarga dari generasi kegenerasi serta diberi tanda salib.

b. Tulisan Ayat Alkitab

Tulisan ayat alkitab dalam upacara Mangokal Holi mempunyai arti bahwa sebagai

menandakan sebuah tulisan terakhir di dalam kehidupan seseorang dan telah

mengimani selama hidupnya. Banyak makam-makam leluhur diberi bangunan

ornament bangunan rumah adat Batak juga ada tulisan ayat alkitab. Ini menandakan

bahwa semasa hidupnya telah mempercayakan pada Tuhan. Setelah melakukan

upacara itu, keluarga harus mempercayakan Tuhan dalam segala hal. Bangunan kubur

dengan diberi tulisan ayat alkitab sebagai penanda bahwa mereka sudah memeluk

agama Kristen dan keluarga memaknai arti dari ayat Alkitab itu. 31

c. Doa Singkat yang Dipimpin oleh Pendeta dan Penatua Gereja

Prosesi upacara Mangongkal Holi yang dilakukan oleh keluarga Batak Kristen harus

diawasi dengan pihak gereja. Sebelum upacara Mangongkal Holi dimulai biasanya

ada pembukaan dengan doa. Biasaya pada hari yang ditentukan sebelumnya proses

31

Defri Simatupang. Pengaruh Kristen Dalam Upacara Mangokal Holi Pada Masyarakat Batak.(Medan : Balai Arkeolog Medan,2006),10

Page 28: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

18

penggalian makam diawali oleh upacara keagamaan atau ibadah singkat yang

dipimpin oleh penatua gereja. Pada saat ibadah singkat diisi oleh nasehat-nasehat dan

wejangan pada keluarga agar acaranya lancar dan prosesi mangokal holi tidak

menyalahi peraturan Gereja . Sebelum acara Mangongkal Holi dimulai ada nyanyian

pujian serta penyampaian firman Tuhan. Ibadah merupakan sarana untuk

memanjatkan doa dan pujian kepada Tuhan Yesus. Agar pelaksanaan acara dapat

berjalan dengan lancar dan baik.

2. Simbol Kebudayaan

Simbol Kebudayaan adalah tanda titipan dari nenek moyang yang tidak bisa di

tinggalkan. Simbol kebudayaan upacara Mangokal Holi merupakan adat istiadat atau

tradisi masih mereka junjung tinggi dan mereka lestarikan. Kuatnya tradisi ini dapat

dirasakan hingga sekarang. Bagi masyarakat Batak, upacara ini sangatlah penting,

untuk menghormati arwah para leluhur dan sesuatu yang sangat sakral. Tradisi

membongkar dan memindahkan tulang belulang ke tugu peringatan. Mangongkal holi

diadakan dengan berbagai ritual dan dilakukan apabila orang tua keluarga

menyampaikan pesan terakhirnya kepada anak-anaknya. Salah satu wujud hubungan

kekeluargaan yang ditunjukkan dalam setiap upacara adat Batak Toba adalah

peristiwa pemberian ulos tindakan memberi/menyelimuti ulos yang disertai dengan

umpasa-umpasa (pantun) yang berisikan doa dan dianggap sebagai lambang

pemberian restu, curahan kasih sayang, harapan, dan kebaikan-kebaikan lainnya. 32

32

Lopiana Margaretha dan Dadang Sundawa. Pelestarian Nilai-Nilai Civil Culture dalam Memperkuat Identitas Budaya Masyarakat.( Bandung: UPI, 2016), 65.

Page 29: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

19

Penulis juga menemukan dalam hasil penelitian dampak-dampak dalam penggunaan simbol

Upacara Mangokal Holi HKBP Karang Bangun adalah

1. Dampak Positif

Dampak positif dalam penggunaan simbol itu ialah agar seluruh keluarga yang di

tinggalkan orang yang meninggal tetap dapat mengadalkan kuasa Tuhan. Sebagai

penggembalaan dan mengawasi mereka agar jangan jatuh ke dalam pencobaan dan

melaksanakan yang bertentangan dengan iman kepercayaan orang Kristen karena mereka

sudah memegang teguh agama mereka dengan ditunjukkan adanya tanda salib yang

dipakai di pemakaman.

2. Dampak Negatif

Walaupun sudah ada penggunaan simbol kekristenan masih ada keluarga yang melanggar

proses upacara Mangokal Holi. Masih banyak keluarga yang berdoa meminta pada

leluhurnya dan keluarga masih mempercayai akan hadirnya komunikasi khusus antara

orang yang sudah meninggal. Dalam ajaran gereja sudah melarang akan kepercayaan itu

sendiri. Tetapi, masih saja ada beberapa keluarga yang mempecayai hal tersebut.

Page 30: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

20

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan kajian hasil penelitian Penulis menemukan hasil penelitian simbol-simbol yang ada

dalam upacara Mangongkal Holi di Jemaat HKBP Karang Bangun adalah

1. Simbol Kekristenan

a. Salib

Salib merupakan kayu bersilang tempat Yesus di hukum oleh orang Yahudi. Salib

mempunyai makna sebagai wujud penyelamatan Tuhan dan sebagai belarasa Tuhan

dalam kesepian seseorang serta melambangkan sebuah keimanan Kristen. Semenjak

Kristen masuk kepada orang-orang Batak, dalam melaksanakan upacara Mangongkal

Holi harus mengundang pihak gereja, saat menggali kubur juga membersihkan tulang

belulang leluhur dan membuat bagunan kubur dengan adanya kamar-kamar dibuat

seperti rumah dan bertingkat sesuai dengan anggota keluarga dari generasi kegenerasi

serta diberi tanda salib.

b. Tulisan Ayat Alkitab

Tulisan ayat alkitab dalam upacara Mangongkal Holi mempunyai arti bahwa sebagai

menandakan sebuah tulisan terakhir didalam kehidupan seseorang dan telah

mengimani selama hidupnya. Banyak makam-makam leluhur diberi bangunan

ornament bangunan rumah adat Batak juga ada tulisan ayat alkitab. Ini menandakan

bahwa semasa hidupnya telah mempercayakan pada Tuhan.

c. Doa Singkat yang Dipimpin oleh Penatua Gereja

Prosesi upacara Mangongkal Holi yang dilakukan oleh keluarga Batak Kristen harus

diawasi dengan pihak gereja. Sebelum upacara Mangongkal Holi dimulai biasanya

ada pembukaan dengan doa. Pada saat ibadah singkat diisi oleh nasehat-nasehat dan

wejangan pada keluarga agar acaranya lancar dan prosesi mangokal holi tidak

menyalahi peraturan Gereja .

Page 31: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

21

5.2 Saran

1. Bagi Gereja HKBP Karang Bangun Majelis Jemaat harus mengadakan penggembalaan

dan mengawasi dalam upacara Mangongkal Holi agar jangan jatuh ke dalam pencobaan

dan melaksanakan yang bertentangan dengan iman kepercayaan orang Kristen.

2. Bagi masyarakat untuk selalu mempunyai tanggungjawab besar untuk melestarikan

upacara adat dan perlunya mengajarkan dan membina kepada para generasi muda

tentang upacara adat tersebut agar generasi muda dapat mengerti dan memaknai bahwa

upacara tersebut sangat penting bagi masyarakat Batak.

3. Bagi Fakultas Teologi untuk memberikan referensi ilmu mengenai mengenai sosial

budaya dalam kekristenan agar bisa memaksimalkan cara pembuatan tugas akhir.

Page 32: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

22

Daftar Pustaka

Budiono, S. Simbolisme Dalam Budaya. Yogyakarta : Hanindita 1983.

Cholid, Narbuko dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007.

Geertz, Clifford. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius Press, 1992.

Gultom, St. H. Penggalian Tulang-Belulang Leluhur. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991.

Haviland, William A. Antropologi Edisi Keempat, Jilid 1. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama,

1985.

Ifazli. Tradisi Kenduri Apam Desa Kemumu Sebrang Kecamatan Labuhanhaji Timur. Banda

Aceh: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry, 2016.

Koentjaraningrat. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka

Utama, 2004.

Liliweri, Alo. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar budaya. Yogyakarta: LKIS, 2003.

Malau, Gens G. Budaya Batak. Jakarta: Yayasan Binabudaya Nusantara Taotoba Nusabudaya,

2000.

Mangunwijaya. Wastu Citra. Jakarta: PT. Gramedia, 1992.

Margaretha, Lopiana dan Dadang Sundawa. Pelestarian Nilai-Nilai Civil Culture dalam

Memperkuat Identitas Budaya Masyarakat. Bandung: UPI, 2016.

Raco. Metode Kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010.

Ronald. Nilai-nilai Arsitektur Rumah Tradisonal Jawa. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2005.

Saifuddin, Achmad Fedyani. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai

Paradigma. Jakarta:Kencana, 2005.

Schekatz, Bnd. H. Yang telah mengamat-amati kejadian ini di pulau Nias. Jakarta: Indonesia

Raya, 1966.

Simanjuntak, Bungaran. Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan: Membangun Pendidikan

Berbasis Budaya Lokal. Jakarta: Pustaka Obor, 2014.

Simatupang, Defri. Pengaruh Kristen Dalam Upacara Mangokal Holi Pada Masyarakat Batak.

Medan : Balai Arkeolog Medan, 2006.

Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2012.

Sumardjo. Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu Press, 2006.

Tedi, Sutardi. Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya. Bandung: PT Setia Purna Inves,

2007.

Page 33: “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”

23

Tinambunan, W. E. Simbol-Simbol Tradisional Ulos Tujung dan Ulos Saput Proses Pemakaman

Adat Batak Toba. Pekanbaru: Yayasan Sinar Kalesan, 2010.

Wawancara dengan Bpk. David Pardede di Karang Bangun.

Wawancara dengan Bpk. Usman Manurung (Ketua Adat Kampung) di Karang Bangun.

Wawancara dengan Ibu Nursi Lubis di Karang Bangun.

Wawancara dengan Pdt. Pulo Aruan, MTh di Karang Bangun.

Wawancara dengan St. Dayan Sihaloho di Karang Bangun.

Yolanda dan Margaretha Yohanna. Sistem Pakar Penggunaan Jenis Ulos Pada Acara Adat Batak

dengan Metode Forward Chaining Berbasis Web. Medan : Universitas Methodist Indonesia,

2019.