i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar” Oleh: Samuel Firdaus Eliberty Pardede 712015018 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi : Teologi, Fakultas: Teologi Guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi Program Studi Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2019
33
Embed
“Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam ......i “Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
“Studi Sosial Budaya Makna Simbol Kekristenan Dalam Tradisi Mangongkal Holi
Di Jemaat HKBP Karang Bangun, Pematang Siantar”
Oleh:
Samuel Firdaus Eliberty Pardede
712015018
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi : Teologi, Fakultas: Teologi
Guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi
Program Studi Teologi
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan pujian dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas kasih dan berkatnya yang diberikan dalam kehidupan kita. Dalam pengerjaan skripsi ini,
penulis memiliki sebuah hambatan. Dalam hambatan itu tentu kesabaran penulis di uji dalam
pengerjaan skripsi ini. Tuhan ikut membantu dalam segala hambatan dalam pengerjaan skripsi
ini. Bersabar, bersukacita, dan berdoa itulah point saya terapkan dalam pengerjaan skripsi ini.
Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan syukur kepada
Tuhan atas penyertaan-Nya selama penulis dalam menempuh perkuliahan di Fakultas Teologi di
Universitas Kristen Satya Wacana dari awal hingga akhir perkuliahan ini. Penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan mendukung selama
menempuh pendidikan di UKSW ini:
1. Dosen pembimbing Pdt. Dr. Ebenhaezer I. Nuban Timo, terima kasih atas bimbingan
yang diberikan, dukungan dan arahan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan jurnal akhir ini dengan baik.
2. Pdt. Agus Supratikno, MTh selaku wali studi penulis. Terima kasih atas bimbingan dan
motivasi kepada penulis selama menempuh pendidikan di UKSW. Kiranya Tuhan
berkati dalam pelayanan dan keluarga.
3. Para staff dan tenaga pendidik Teologi, yang telah menerima dan mendidik penulis
dalam menempuh pendidikannya.
4. Untuk keluarga tercinta penulis, kel. Op. Vio Pardede (+) /br. Manik, banyak terima
kasih atas dukungan dalam doa selama pengerjaan skripsi ini sehingga berjalan dengan
baik.
5. Untuk kekasih penulis, Sri Wenny Panggabean atas kasih sayang serta selalu mendukung
dalam penulisan skripsi ini.
6. Untuk majelis dan jemaat HKBP Salatiga, terima kasih banyak atas mendidik penulis
dalam pelayanan di Jemaat selama 2,5 tahun.
7. Untuk majelis dan jemaat HKBP Karang Bangun, terima kasih banyak telah mendidik
penulis dalam pelayanan dan penelitian skripsi ini selama 4 bulan.
8. Untuk ibu Ika selaku pemilik kontrakan rumah penulis, terima kasih atas motivasi dalam
kehidupan ini.
vii
9. Untuk temen kontrakan yang pernah serumah dengan penulis, Ronihot L Sitorus dan
Jeremi C Simorangkir semangat untuk kalian berdua dalam perkuliahan dan pelayanan
baik di Gereja maupun di lingkungan masyarakat. Tuhan berkati.
10. Untuk rekan Komunitas Grab Driver Batak Salatiga dan Bagudung, terima kasih banyak
atas motivasi kehidupan ini dan dukungan doa dalam pengerjaan skripsi ini.
11. Untuk seluruh paman penulis, terkhusus Dorman Manik dan P Frans Manik yang selalu
senantiasa mendukung dalam penulisan skripsi ini.
12. Untuk keluarga angkatan Teologi 2015, kalian sangat terbaik.
13. Untuk keluarga tercinta penulis, kel. Op. Omri Manik (+) /br. Manurung, banyak terima
kasih atas dukungan dalam doa selama pengerjaan skripsi ini sehingga berjalan dengan
baik.
14. Untuk keluarga tercinta penulis, kel. Op. Samuel F E Pardede (+) /br. Lubis, banyak
terima kasih atas dukungan dalam doa selama pengerjaan skripsi ini sehingga berjalan
dengan baik.
15. Untuk Warmindo Kemiri, terima kasih atas sajian yang telah disediakan bagi mahasiswa
selama 4 tahun.
Akhir kata didalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa terdapat
kekurangan didalamnya. Oleh karna itu kritik dan saran dari berbagai pihak diperlukan guna
melengkapi penulisan tugas akhir ini. Demikian yang dapat saya sampaikan jika ada salah
saya mohon maaf.
Salatiga, 6 September 2019
Samuel Firdaus Eliberty Pardede
viii
MOTTO
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan
bertekunlah dalam doa!
Roma 12:12
Kehidupan ini pasti harus melewati berbagai tantangan, di dalam tantangan itu kita
harus bersabar,bersukacita, dan berdoa kepada-Nya. Ketika kita sudah
menjalankan ketiga point itu, percayalah kuasa Tuhan akan memberi jalan terbaik
melewati tantangan kehidupan ini. Tak mudah merangkai lima bab dalam
pengerjaan Tugas Akhir ini. Revisi adalah tantangan yang harus di lewati
mahasiswa tingkat akhir. Memang ada titik kejenuhan mendengar kata itu, tetapi
harus di jalani dengan penuh sukacita. Ingat ketiga point ayat itu, akhirnya Tuhan
memberikan jalan terbaik kepada anak-Nya melalui mendapatkan gelar sarjana.
Kiranya melalui gelar sarjana ini dapat kupergunakan dengan baik dan bijaksana
untuk kita semua.
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman Jemaat HKBP Karang Bangun terhadap
makna simbol kekristenan tradisi Mangongkal Holi. Penelitian ini dimotivasi oleh banyaknya
kasus penerapan tradisi kebudayaan yang agak bertentangan dengan Kristen. Serta adanya
tinjauan bagaimana tradisi kebudayaan Mangongkal Holi bisa beriringan sesuai dengan ajaran
Kristen. Dari kehidupan manusia selalu berupaya untuk menerapkan budaya dalam bermacam
praktik yang sesuai dan menyesuaikan kehidupan manusia dengan sekitarnya, sehingga budaya
dapat dikatakan suatu tradisi yang patut dihargai. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif, yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah makna simbol
kekristenan tradisi Mangongkal Holi. Pendekatan deskriptif merupakan jenis pendekatan dengan
lebih memaparkan keadaan objek yang diteliti. Teknik dalam pengumpul data terkait dengan
penelitian ini, dilakukan melalui wawancara, yaitu mencari informasi dengan memberikan
pertanyaan kepada seorang narasumber yang mengerti mengenai tradisi Mangongkal Holi. Hasil
dari penelitian ini adalah bahwa ada simbol kekristenan dalam upacara Mangongkal Holi seperti
penggunaan salib pada makam, adanya tulisan Alkitab pada ornamen bangunan rumah adat
Batak dalam makam. Serta dalam proses upacara Mangongkal Holi biasanya dipimpin doa sesuai
ajaran Kristen yang dipimpin oleh penatua Gereja. Pemberian doa biasanya berisis nasehat atau
wejangan kepada keluarga agar upacara Mangokal Holi yang sedang dijalankan berjalan lancar
dan tidak bertentangan dengan ajaran Kristen. Selain itu dalam penggunaan simbol dalam
upacara Mangongkal Holi mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif dalam
penggunaan simbol itu adalah agar seluruh keluarga tetap berdoa pada Tuhan dan dalam upacara
Mangongkal Holi tidak bertentangan dengan peraturan Gereja. Dampak negatifnya adalah
walaupun sudah ada penggunaan simbol kekristenan masih ada keluarga yang melanggar proses
upacara Mangongkal Holi misalnya banyak keluarga yang berdoa meminta pada leluhurnya yang
sudah meninggal.
Kata kunci : Upacara Mangongkal Holi, Kebudayaan, Simbol Kekristenan
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................... ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ........................................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ................................................................................. iv
PERNYATAAN BEBAS ROYALITI DAN PUBLIKASI ........................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. vi
MOTTO ..................................................................................................................................... viii
ABSTRAK .................................................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 4
pemilikan barang, setiap kejadian, tindakan, atau objek yang berkaitan dengan pikiran, gagasan
dan emosi.17
Aspek simbol dari kebudayaan ialah bahasa penggatian objek dengan kata-kata. Menurut
Stanley Salthe, bahasa simbolis adalah fundamental tempat kebudayaan manusia dibentuk.
Struktur politik, agama, kesenian, organisasi dan ekonomi merupakan pranata-pranata
kebudayaan.18
Fungsi simbol-simbol yang digunakan dalam upacara merupakan alat hubungan
dan menyampaikan pesan-pesan ajaran agama dan kebudayaan yang dimiliki, dengan tujuan
yang ingin di capai oleh adanya upacara tersebut. Simbol merupakan suatu gambaran sakral,
sekaligus sebagai media manusia untuk berhubungan dengan sesuatu yang berbentuk sakral.
Sakral merupakan sebuah transenden sedangkan manusia adalah makhluk temporer yang ada di
dalam dunianya, manusia bisa mengenal sakral melalui sebuah simbol. Oleh karena itu, simbol
merupakan sebuah cara untuk dapat pada pengenalan terhadap sakral.19
Simbol dalam bahasa Inggris symbol, Latin symbolinm, dari Yunani symbolon-dari
symballo (menarik kesimpulan, berarti, memberi kesan). Berikut beberapa pengertian tentang
simbol antara lain :
a. Sesuatu yang biasanya merupakan tanda kelihatan yang menggantikan gagasan atau
objek.
b. Kata, tanda ,isyarat, yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain: arti, kualitas,
abstrak, gagasan dan objek.
16
Budiono, Simbolisme Dalam Budaya, (Yogyakarta : Hanindita 1983), 10. 17
Achmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma,(Jakarta:Kencana, 2005), 289-290. 18
William A. Haviland, Antropologi Edisi Keempat, Jilid 1, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1985), 339. 19
Ifazli, Tradisi Kenduri Apam Desa Kemumu Sebrang Kecamatan Labuhanhaji Timur, “Skripsi”, (Banda Aceh: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry, 2016), 27.
12
c. Apa saja yang diberikan arti dengan persetujuan umum dan atau dengan kesepakatan atau
dengan kebiasaan.
d. Arti simbol sering terbatas pada tanda konvensional, yakni sesuatu yang di bangun oleh
masyarakat atau individi-individu dengan arti tertentu yang kurang lebih standar yang di
sepakati atau dipakai anggota masyarakat itu.
e. Dalam peristilahan modern sering kali setiap unsur dari suatu sistem tanda –tanda di
sebut simbol.
2.7. Simbol-simbol Kematian dalam Kekristenan
Kematian merupakan sebuah kenyataan hidup yang harus dihadapi oleh setiap manusia.
Pada menghadapi kenyataan itu kita sering merasa takut akan kenyataan akhir hidup kita di dunia
ini. Kematian dipandang sebagai suatu kenyataan akan menghapus segala keberadaan hidup
manusia. Tidak heran banyak orang memuja kehidupan dan masa muda yang penuh vitalitas
serta sedapat mungkin menghindar dari ketuaan. WJS. Poerdarminta mendefenisikan, kematian
merupakan sesuatu yang tidak bernyawa lagi.
Seperti yang tertulis dalam Alkitab bahwa kematian ialah peralihan status hidup kepada
status tidak hidup, tidak dipandang sebagai pemisahan jiwa dari badan melainkan sebagai
hilangnya vitalitas. Orang meninggal bukan lagi “jiwa yang hidup” sebagaimana statusnya sejak
ia tercipta (1 Kor 15:45), sebab ia sudah ditinggalkan oleh Roh yang kembali kepada Allah, satu-
satunya yang tidak pernah mati (Pkh 12:7; 1 Tim 6:16). Dalam Perjanjian Baru menjelaskan
kematian paling sering muncul dalam konteks kebangkitan, bukan dalam konteks kebinasaan.
Dalam konteks Perjanjian Baru, kematian dimengerti sebagai mati bersama Kristus yang
memiliki harapan akan bangkit bersama Kristus. Paulus menjelaskan dalam suratnya arti
kematian kristen itu memiliki arti yang lebih positif “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati
adalah keuntungan” (Flp 1: 21). Dengan ini Paulus menampilkan perspektif baru dari kematian
kita: “Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia (2 Tim 2: 11). Berikut sebuah
aspek yang baru dalam kematian Kristen, oleh pembaptisan warga kristen secara sakramental
sudah mati bersama Kristus supaya dapat menghidupi satu kehidupan baru.
Beberapa simbol-simbol kematian yang sering kita jumpai, diantaranya: Salib Tuhan
Yesus Kristus (yang memberi harapan baru dalam Iman), Bulir padi-gandum (tanda buah
perjuangan kehidupan yang memberi harapan baru), Anak domba Allah (yang menghapus dosa
13
dan memberi damai sejahtera), Lilin menyala (yang menghabiskan diri dan memberi terang bagi
lingkungan), Tangan terbuka (lambang kuasa tangan Allah pencipta serta mampu mengubah
hidup fana menjadi serupa dengan hidup-Nya).
2.8. Simbol-Simbol Kematian Dalam Budaya
Dalam budaya Indonesia pra-modern pemahaman simbol bukanlah sekadar mengacu pada
konsep, tetapi sesuatu yang absolut, transenden, imanensi Allah. Acuan simbol bukan sebuah
konotasi gagasan dan pengalaman manusia, akan tetapi hadirnya daya-daya (power) atau energi
adikodrati. Simbol merupakan sebuah tanda kehadiran yang absolut atau transenden. Dalam
peradaban modern simbol selalu mengacu kepada makna, konsep, dan pengalaman.20
Kehidupan
manusia dalam lingkungan budaya pada dasarnya dinyatakan dengan berlandaskan empat areal
atau lingkup keyakinan, yaitu kepercayaan, ikatan sosial, kepribadian dan permasalahan atau
makna. Keempatnya akan mempengaruhi pola pemikiran, perbuatan dan karyanya.
Keberadaan lingkungan buatan atau rumah tinggal atau karya arsitektur sebagai bagian dari
kehidupan budaya, ekspresi budaya untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dan dapat
menginterpretasikan budaya dari suatu bangsa.21
Mangunwijaya berpendapat, dalam pandangan
kepercayaan masyarakat mitologis, bentuk arsitektural hadir sebagai sarana mitis penghadiran,
selaku simbol kosmologis perwujudan bentuk dasar orientasi diri, menyangkut keberadan
manusia. Orientasi diri adalah naluri kodrati untuk mencegah manusia hanyut tanpa kepastian.22
Arsitektur menjadi cerminan dari sikap hidup manusia, yang melalui banyak perubahan,
tergantung pada perkembangan pemikiran manusia mengenai alam semesta.
Beberapa simbol kematian budaya yang sering kita jumpai, diantaranya: ritual adat, warna
bendera yang dipasang, batu nisan yang tertera dalam kuburan, bunga yang ditaburkan, kendi
yang berisi air, pakaian, musik, dan lain sebagainya. Simbol dalam tradisi yang diselenggarakan
bertujuan sebagai sarana untuk menunjukkan makna upacara yang dilakukan oleh masyarakat.
Dalam simbol tersebut memiliki misi luhur, yang dipergunakan untuk menunjukkan dan
mempertahankan nilai budaya dengan cara melestarikan.