Top Banner
8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 1/123  
123

Antologi Puisi Parepare Menulis

Jul 06, 2018

Download

Documents

Hidayatullah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 1/123

 

Page 2: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 2/123

Penulis Antologi Puisi

 Arianonaka 

 Ariyana Sawitri   Ariyanti M. Said   Arfan Arafah

 

 Asti Pratiwi   Ato’ Rachmat Saleh 

Daisy Wu 

Dirja Wiharja 

Etika Maria 

Fitri Ramadhani  

Fadjriani Ramadhan 

Hegel Avicena 

Ibrah La Iman 

Ilo. Id  

Nurul Fadhilah M .Nur Rahmah Safarina Hamzah 

Relia Minerva 

Muh Ridha Salam 

Syahrani Said  

R Wima Ariesta Natakoesoemah 

Page 3: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 3/123

Page 4: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 4/123

 Belajar Memecah Kenangan Arianonaka

 Aku tak pernah mengenali diriku sendiri

 Yang aku tahu hanya tunduk dan patuh pada angin, kemanapun ia

membawa ragaku pergi

Melewati petak-petak sawah dan sungai setengah mengering

Melewati genangan air yang dipeluk mesra rintik-rintik

Pada akhirnya aku tak akan tahu siapa diriku

Mengepul, bergulung dan termakan udara sunyi, hanya sebatas ituTanpa tahu dari siapa aku lahir dan pada siapa aku mencinta

Termasuk merajut harapan bersamamu

 Aku punya impian, sepersekian jam bisa duduk di sampingmu

menyaksikan pucatnya rembulan

Saling menatap, membagi tawa lalu diam dan kaku karena malu

 Aku ingin sekali merasakan itu,

 walau aku tak tahu bagaimana caranya Atau, maukah kau mengajariku? 

Hingga di detik-detik hilangnya aku

Setidaknya kita punya kenangan

 yang bisa dilipat menyerupai pesawat kertas

Lalu kita terbangkan bersama, membiarkan kenangan pecah di udara

Satu per satu terpisah-pisah hingga kita saling melupa

 Bilik Imajinasi, 12 Februari 2015

Page 5: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 5/123

Cemburu Arianonaka

Kusangka mawar akan terus tumbuh dengan cantiknya

Cih! Ini hanya bunga yang mengundang seribu tanda tanya

Tentang aku yang terlukai oleh durinya

Darah mengalir, tanda tanya pun semakin bergulir

Pada kelopak mawar kuletakkan kekaguman

Pada durinya kutancapkan harapan

Namun ia menguliti perasaan

Dari suka cita menjadi duka cita

Ketika aku sedang cemburu,

aku bagai ilalang yang mendamba setetes hujan

Hati dikuliti oleh prasangka-prasangka amukan

Dan lisanmu berbisa, racuni kepercayaan

Hingga aku lupa cara memaafkanmu, rupawan

Ketika aku sedang cemburu,

aku bagai lautan yang ditinggalkan ombak

Sendiri mengarungi perasaan yang seolah tertancap tombak

Lalu menenggelamkan segala yang mendatangkan onak

Cemburu ini kian berkecamuk, enggan berdamai walau sejenak

 Bilik Imajinasi, 13 Februari 2015

Page 6: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 6/123

 Lagu Hati Untuk Nabi Saya Arianonaka

Saya menghapus teja yang menghambur di angkasa, untuk lukiskan

gelisah-gelisah sebab tiada telacakmu yang dapat diikuti.

Saya bungkam mulut gerimis yang berlagu sendu, untuk lantunkan

syahadat rindu sebab hati kemarau dirajam risau.

Saya padamkan cahaya matahari yang menggerayangi tubuh bumi,

sebab hanya kilau akhlakmu hijaukan hati kami.

Saya sembunyikan pelangi di balik awan-awan, untuk ukir namamudi langit yang menaungi jelata tak tahu arah.

Yaa Nabi Salam Alaika… Ya Rosul Salam Alaika…

Yaa Habib Salam Alaika… Sholawatulloh Alaikaa..

Lelagu ini untukmu, Baginda, yang saya lantunkan dalam setiap asa

 yang membumbung ke angkasa.

Lelagu ini kekata hati yang saya resapi

dari sabda-sabdamu yang indah.Saya menangis dalam tilawah, sebab merindu merdu suaramu

 Bilik Imajinasi, 15 Juli 2014

Page 7: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 7/123

 Pagi Di Parepare Arianonaka

Lihat! Beberapa menit lagi obor ‘kan terbit dari timur 

Cahayanya sedikit-sedikit bersembulan dari balik dedaunan

 Aku tak sabar lagi menanti terang

agar bisa melihat wajahmu sepenuhnya

Lalu kita sama-sama berlarian

di Lapangan Andi Makkasau yang hijau

Lihat!

Obor pertama kita hari ini sedang tersenyum

Sinarnya terang menyapu gedung, pohon, dan juga wajahmu

Juga membuat peluhku berkelap-kelip

dan tetesnya meresap pada tanah

 Aku harap itu ‘kan menumbuhkan cinta 

Mari kita sejenak duduk selonjoran di pinggir Mattirotasi  

Melihat ombak-ombak kecil yang baru belajar menari

Sambil saling menyuap bubur ayam dan kacang kenariLalu kembali mengernyitkan mata

 berusaha melihat terang obor kita pagi ini

Hangat sekali, kan, Daeng?

Pagi ini kita tak harus kemana-mana, di sini saja

Bersamaku dan obor yang selalu kita damba setiap pagi

Jika kelak kau ke Jawa atau SumateraIngatlah satu hal tentang Parepare

Bahwa obor di sini sama hangatnya dengan di tempat lain

 Parepare, 29 Desember 2014

Page 8: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 8/123

 Perihal Kasih Sayang Arianonaka

Suatu sore di Pantai Mattirotasi ,

aku teringat pada wanita dengan wajah teduh berparas cantik

 walau tanpa disentuh hiasan

sebab, kasih sayang yang berdebar di dadanya

telah menumbuhkan sekuntum bunga hiasan berwujud senyuman

Dalam catatan Tuhan,

dia ditakdirkan untuk menjadi ibuku

Namanya wangi, sewangi tumis pare yang pahitnya menggetarkan lidah

Namun membuatku menagih sepiring lagi hingga sirna gelisah

 Aku berangan duduk bersamanya pada lengkungan bulan sabit

melihat ayah sedang mencari-cari kami di bawah

atau melihat pohon di halaman kami tumbuh subur

Konon katanya, pohon itu ditanam oleh ibu dan ayah atas nama cinta

Seperti merawat seorang anak perempuan yang beranjak remaja

 Aku tak tahu banyak teori tentang kasih sayang

sebab aku tak pernah mengenyam materi itu di bangku kuliah

tapi ayah dan ibu mempraktekkannya di rumah

pada saat pakaianku tak cocok warnanya

pada saat makananku tak sesuai selera

 Aku ingin sekali mengintip

 bagaimana Tuhan mencatat setiap takdir manusia

melihatNya mengutus dua malaikat menjelma orangtuamenanggalkan sayapnya menjadi sepasang tangan

 yang senantiasa mengeringkan sungai di pipiku

membelai lembut rambutku, memoles gincu di bibirku

dan merangkul tubuhku

hingga mendengar aliran sungai surga di dadanya

Tuhan, aku ingin bertanya perihal kasih sayang

Berapa harga sebuah kasih sayang?

 Parepare, 28 Januari 2015

Page 9: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 9/123

 

Tak Lagi Sama

 Ajari Aku Bertayammum

 Dialah Adam

 Harapan Kosong

 Dusta yang Indah

 Ariyana Sawitri  lahir di Teppo,

28 Februari 1992. Alamat rumah di Jl. Jend. Ahmad Yani KM.6, Kota Parepare.HP. 852 4222 5802

Page 10: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 10/123

Tak Lagi Sama Ariyana Sawitri

Ketika malam tak lagi memancarkan sinarnya

Ketika siang tak lagi menerangi dunia

Ketika tanah tak lagi berlumpur

Ketika langit tak lagi mendung

 Akankah kita masih saling menatap

 Akankah kita masih saling menyapa

 Akankah kita masih saling tersenyum

 Akankah kita masih saling tertawa

Riuh kota yang tak berarti apa-apa

 Alunan lagu terasa datar

Makanan mewah terasa hambar

Tidurpun terasa di atas bantalan balok

Kini semua tak lagi sama

Hati ini menyimpan seribu rahasiaMulut manisku berkata dirimu

Namun hati kecilku memikirkan dirinya

Hatiku tak lagi sama

 Virus anjing telah mengggerogoti otakku

Merasuki setiap urat syarafku

Mengaliri setiap tetes darahku

Seekor anjing pun lebih pintar dariku

Mereka tidak lupa jalan menuju rumahnya

Tapi saya lupa dengan asalku

Lupa dengan siapa aku melangkah

 Bulukumba, 21 Desember 2014

Page 11: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 11/123

 Ajari Aku Bertayammum Ariyana Sawitri

Khilafku...

Dosaku...

 Adalah satu paket tak terpisahkan

Siang hari ku sibuk mengolok-olok sesamaku

Malam hari ku sibuk dengan permainanku

Hingga tak sedikitpun waktuku tersisa

Untuk mengingatNya

Masihkah ada celah di surgaMu?

Masih pantaskah aku mengharap ridhoMu?

Diriku yang berkawan dosa

Diriku yang hina dan rentah

Sepenggal tubuhku kaku

Ku terbaring lemah di atas tikar usang ini

Ku rasakan hidup bagai benaluKu bernafas tapi tak hidup

Sebelum ajalku tiba

Izinkan aku memelukNya

 Ajari aku bertayammum

 Bulukumba, 21 Desember 2014

Page 12: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 12/123

 Dialah Adam Ariyana Sawitri

Terdengar sahutan ayam jantan

Panggilan alam kian menggema

Nalurinya terbangun dari kegelapan

Bersegera menyongsong cakrawala

 Aku datang wahai matahari

 Akan ku taklukkan bara apimu

Tak peduli kau meledekku dengan sinarmu

Kaki ini tetap tegak mengikutimu

Siapakah dia?

Dialah adam masa kini

Siapakah dia?

Dialah tombak kehidupan kami

Dan ku haramkan kaki ini melangkah

Bila tanganku tak menggenggam rupiahDan tak peduli tubuhku mengeluarkan mata air

Telah ku jihadkan hidupku untuk mereka

 Adakah ia seribu tahun lagi?

Tentu tidak

 Adakah aku dalam dirinya?

Kurasa tidak

Beribu riuh air mata luka yang engkau terima

Hingga waktumu akan tiba

Dan masih saja engkau bertaruh untuk kami

Kami tak pantas untukmu Adam

Namun,

 Aku masih menyimpan darahmu

 Parepare, 28 Agustus 2014

Page 13: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 13/123

 Harapan Kosong Ariyana Sawitri

Nafasku sesak mengingat wajahnya

Batinku pedih mengenang senyumnya

Otakku lumpuh memikirkan rayuannya

Lidahku keluh menyebut namanya

 Amarah dan dengki meliputi jiwaku

 Air mata terurai membalut pipiku

Namun kerinduan akan dirinya kian memuncak

Oh.. Tuhan

Perasaan apakah ini?

Mencintainya adalah siksaan

Membencinya adalah bunuh diri

 Aku telah menciptakan malapetaka

Jatuh hati pada orang yang tak seharusnya ku cintai

Ku harus berperang melawan hatiku sendiriHingga rasa itu telah kosong

 Parepare, 14 Februari 2015

Page 14: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 14/123

 Dusta yang Indah Ariyana Sawitri

 Aku akan hidup seribu tahun lagi

 Aku telah menemukan jati diriku

Semua karena cinta baru ku

Cinta yang akan mengembalikan ronaku

Dunia telah mengirimkanku malaikat yang nyata

Takkan ku sia-siakan sisa waktu ku

 Aku bahagia dalam dekapannya

 Aku bagai terlahir dari rahim yang baru

 Aku adalah pendusta yang hebat

Bisa tertawa di atas dunia keji ini

Ku temukan keindahan dunia pada dirinya

Ku tak peduli lagi dengan mereka yang pernah menikamku

 Parepare, 15 Februari 2015

Page 15: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 15/123

 

 Aku dan Kamu Sajak Tentang Rindu

 Ketika Februari Datang Menyapa

 Kesetiaan Rasa

 Iriku pada Kisah Sang Langit

 Ariyanti M. Said , lebih kerap

di sapa Ririi, seorang mahasiswi keguruantingkat akhir yang tengah menyelesaikanpendidikan di UNM. Lahir di Amparita,18 Juni 1992. Daydreamer  yang sukamenulis, paling suka baca novel, dan punyamimpi untuk tinggal di Praha meskipun saat

ini masih menikmati bermukim di Parepare.FB: Ariyanti M. Said, IG: @ririraya Email:[email protected]

Page 16: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 16/123

 Aku dan Kamu Ariyanti M. Said

Derai rintik hujan menemani anganku mengembara

Menjadi pengiring langkahku menyusuri kenangan tentangmu

Mengingatkanku betapa aku merindukanmu

Kenangan demi kenangan kuurai dalam lamunan

Berharap tiap imaji yang terbentuk menemani sepi sendiriku

Mengikis kerinduan yang membuncah akanmu

Puzzle demi puzzle kususun apik

Berharap di ujung senja yang terbentuk adalah wajahmu

Tersenyum penuh cinta

Menatap satu arah

Diriku

 Ya, ini aku

Menanti kamu dalam lamunan

Meski kutahu yang kunanti hanya mimpi

Meski kutahu kau takkan pernah datang

Page 17: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 17/123

 Sajak Tentang Rindu Ariyanti M. Said

Kutitip tanya pada sang malam Adakah kita memandang langit yang samaMenatap mesra pada kerlip bintang serupa

 Ataukah terpesona pada pendar cahaya bulan yang menggila

Kutitip sajak pada sang malamTentang cinta yang merinduTentang rindu yang menggilaTentang kegilaan atas rasaTentangku dan kamu

Kerlip bintang menjadi ganti atas kilau mata yang tak lagi bisa kutatap mesraDesau angin menjadi ganti atas raga yang tak lagi bisa kurabaDingin malam seolah menahbiskan kesenduan hati yang menggila

 Aku merinduSajak ini tentang rinduTentang rindu yang senduMenggebu atas kamuKamu yang kurindu

Maka kutitip sajak ini pada sang malam Agar angin mengantarkannya pada sang pecintaMembuat ia mengerti bahwa rindu adalah bagian rasa yang takterpisahSang pecinta yang kini bertahta atas hati yang lainPemilik rasa serupa untuk raga yang berbeda

Kutitip sajak ini pada sang bintangBerharap kerlipnya menyiratkan kenangan yang pernah terukirdalam waktu dan ruang

 Agar sang pecinta tak pernah lupa dan selalu terkenang

Kutitip sajak ini pada sang bulan yang merona Agar pesonanya mengantar rasa pada yang dinyanaMengingatkan sang pecinta ini bukan kisah durjana

 Aku merinduSajak ini tentang rinduTentang rindu yang senduMenggebu atas kamu

Kamu yang kurindu

Page 18: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 18/123

 Ketika Februari Datang Menyapa Ariyanti M. Said

Ketika Februari datang menyapa,

Mengingatkanku akan bayang semu dirimu

 Yang setiap saat terpatri lekat dibenakku

Ketika Februari datang menyapa,

Menghadirkan kenangan masa lalu

Mengingatkanku akan rasa yang masih tertambat di dermaga hatimu

Ketika Februari datang menyapa,

Membuatku mengakui rindu yang membuncah untukmu

Bersama bayang semumu yang terukir tajam di palung hati

Ketika Februari datang menyapa,

Saat yang lain bercumbu dalam kemesraan rasa

 Aku masih di sini setia menantimu Kembali  

Page 19: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 19/123

 Kesetiaan Rasa Ariyanti M. Said

 Aku terlena olehmu, Bayangmu jadi candu bagiku,Untukku kaulah hidup dan matiku,

 Klise memang.

Dalam diam aku menata rasa ini untukmuLelap dunia membuatku mampu menguntai rasaKegelapan membantuku merajut cinta

Kau rasa, Kau kasih, Kau sayang, Kau cinta

Kau… Aku… Selamanya terukir di hatiTerendap disetiap sudut imaji

Meski bagimu aku hanya setitik“ pungguk merindukan bulan”, itu kata mereka.

 Walau hatimu tak pernah tulus menyambut rasakuSemua kuterima

Demi rasa yang kusemai di awal musimDemi kasih yang kupupuk dengan ketulusan dan keikhlasanDemi cinta yang akan kutuai di ujung pelangi

Demi kamu,Masa depan terindah yang selalu mewarnai mimpikuTerendap dalam asa yang membuncah tak terkendali

 Walau tak pernah terapresiasi

Hatiku tersenyumMasa menuntunku ke ambang kedewasaanMengenalkan ketulusan yang lalu mengajariku tentang menekan ego

Untuk selalu bersikap terbukaMenerimamu sebagai sosok tercinta tanpa cela

 Walau kadang merana, sosokmu akan diterima hati apa adanya Just the way you are, istilahnya

Seburuk apapun lakumuSelegam apapun kulitmu

 Atau sebusuk apapun hatimuRasa ini akan menerimamu apa adanya

 Andaipun suatu saat kau kembali melepehkuRasa ini akan selalu mencari celah untuk kembali

Page 20: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 20/123

 Iriku pada Kisah Sang Langit Ariyanti M. Said

Matahari mengulum senyumMenawarkan sinarnya di tengah awan yang bergelayut manjaBerharap sang hujan tak mengurai rintikMembawa bahagia bagi yang dicinta

 Angin berhembus merduMelantunkan melodi mesra bagi sang pujanggaMerangkai nada dalam jalinan harmoni mempesonaMelahirkan romantisme bagi sang pecintadi tengah temaramnya suasana

 Awanpun berarak menjauhSeakan paham pada pertanda yang tergambarMemberi ruang bagi sang surya untuk bercumbuMenikmati hari bersama alunan melodi angin

 yang kian melodramatis

Ketika senja datang dan sang bulan bersiap pada orbitnya

Mentari pamit dan meninggalkan tahtanyaSemburat jingga diujung hariMenjadi awal sinar digelapnya langit malam

Di sini aku berdiriMenikmati perputaran hariMemandang iri pada cumbu mesra sang mentari pada sang anginMenatap sendu pada kebesaran hati sang awanTerlarut dalam kisah cinta penuh intrik

 Aku berdiriSendiri… Menatap sinar rembulan di atas sanaTakjub akan gemerlap sinar sang rembulandi tengah suramnya malamMenanti kisah yang akan terjadi selanjutnya.

Page 21: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 21/123

 

 Pernyataan Rindu

 Sebelum Kau Kenal

 Entah Siapa

Cinta Pelepas Identitas

Cinta Akan Pena

 Arfan Arafah, pria bernama Arfan

Putra lahir dan besar di Kab. Sidrap,semenjak antologi puisi ini ditulis umur 23tahun. Nama pena Arfan Arafah, temukansaya di facebook dengan akun Arfan Putradan di twitter @jangkaret

Page 22: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 22/123

 

 Pernyataan Rindu Arfan Arafah

Besar rinduku padamu pemilik hatiku

Berbulan sudah ombak kerinduanku

Tak surut menepi pasir

Kering bagai gurun gersang

Malam, menjadi waktu ku berkeluh kesah

Memeluk erat angan jiwamu yg buram

Inginku memberontak menembus sangkar Apa daya sayap dan paruhku patah

Engkau ketenangan jiwaku

Penyembuh atom atom kerinduanku

Datanglah secepat kuda

Dan pulanglah selambat kura-kura tua

Page 23: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 23/123

 

 Sebelum Kau Kenal Arfan Arafah

 Aku tak sepanas api

Tapi aku bisa menghangatkan

 Warnaku bukan emas

Namun aku bisa dipuja

Setiap kali mereka merasa terhangatkan

 Aku berubah jadi dingin

Mencekam, membekuDan tiba-tiba pecah

Setiap kali mereka merasa terpuja

 Aku hilang entah kemana

Tak berbekas, tak berjejak

Dan tiba-tiba hening

Jangan sebut aku cintaJika mengharap lebih dariku

Karena jika aku terus berpura-pura

Kamu akan hanyut dalam permainanku

Page 24: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 24/123

 

 Entah Siapa Arfan Arafah

Cinta,

Bagaimana harus kulukis cinta buatmu ?

 Aku tak mampu merangkai bait terindah

Tuk melukis cinta dihatiku

Buat sang bidadariku

 Aku ragu, seperti berada dipersimpangan

 Aku kehilangan kompas Aku telah kehilangan arah

Tapi taukah kau bidadariku

 Aku tak getir, aku tak takut

Kau tau kenapa !!!

Karena cintamu yang kelak akan menuntunku

Hingga tujuan akhirku

Meski saat ini kau tak tau membedakan

 Antara citna dan nafsu duniawi belaka

Tapi suatu saat nanti kekuatan cintaku

 Akan menuntunmu pada kebenaran cinta

Page 25: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 25/123

Cinta Pelepas Identitas Arfan Arafah

Cinta itu penuh muslihatSeringkali menggelisahkan dan membabi butaBetul kata pujanggaCinta itu godaan maha dahsyat

Kala cinta itu telah menghasutMeski kau anak raja

 Yg lebih memilih mengabdi pada cintaDari keyakinan akan adatnya

Tak ada jalan lainKecuali melepaskan diri dari identitasnyaJika cinta untuk dipilihMaka adatnya untuk disetiai.

Page 26: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 26/123

Cinta Akan Pena Arfan Arafah

Sudihkah kau

 jika kunyatakan kau sbgai cintaku

Stelah kudiamkan kau

Bersama kebisuanku

Kutahu kau rindu menari-nari

Diatas kertas kertas itu

Ku tahu kau menantikanku

Berteman erat bersama nyanyianku

Penaku...

 Apa kau masih menyimpan semburat kisahku

Kisah saat kita tergenggam bersama

Menggoreskan masa lalu denganmu

Namun tak mampu menatap masa depan

Page 27: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 27/123

 

 Sajak Dini Hari.

 R. i. n. d. ..

 Rindu Bapak.. Ganteng

 Sepotong Surga di Neraka

 Mata Pisau dan Cintanya

 Asti Pratiwi  dengan nama sapaan :

 Asti , Tiwi , Tiwol. Lahir 15 September 1994Twitter: @tiwol _“bukan perindu yang baik,hanya penikmat kopi”. 

Page 28: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 28/123

 Sajak Dini Hari. Asti Pratiwi

lalu mimpimu mulai memanjakan ,menghanyutkanmu pada pertemuan tak terduga .

tetap seperti itu sayangku

karna aku menjadi cantik di mimpi mu .

tanpa kupusingi gaun apa yg harus kupakai untuk bertemu

denganmu .

sementara aku ,

masih senang memegangmu erat , begitu eratnya sampai rinduku tak dapat kuingat .

 begitu eratnya sampai denyut jantungmu begitu nyata .

aku senang menggenggam mu dalam doa .

dalam segala harap .

dalam segala rindu .

sajak dini hari..tak sedingin sifatmu .

tak sehangat aroma kopi mu .

Page 29: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 29/123

 R. i. n. d. .. Asti Pratiwi

hujan , kacamata, kopi.

aku ingin berlari mengejar mimpi saat dia menyerang sepi.

hujan, kacamata, kopi.

maaf aku sering mengeluh,

 berkeluh karna aku tak berdaya melawan rindu.

hujan, kacamata, kopi.

rinduku hadir seiring kau pergi bersajak bayang.

Terimakasih sayang … Hujan kembali membawa kenang yang menguap.

pada tiap rintiknya kutemui kamu.

sejuk bagai sajak kemarin.

namun lusuh,

seperti aku pada fikiranmu.

Kacamata tak pernah mampu mendekatkan kita ..

karna lensaku tak pernah dirancang untuk mendekatkan yang ingin menjauh.

seperti kamu pada kita ,

atau pada sikapmu ke dia… 

Page 30: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 30/123

Page 31: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 31/123

 Sepotong Surga di Neraka Asti Pratiwi

Cinta selalu membawaku pulang ,Dari segala penat dan segala keluh kesah yang doyan diisi ulang.

 Aku pulang pada surga yang dipanjar Tuhan ,Meski Amalanku tak seputih gadis-gadis kota.

Saat Dunia menjadi munafik ,Hanya ini tempat terjujur di Bumi .Senyum Bapak, Peluk Mama, dan tawa renyah Nidia.

 Adalah bukti Firdaus yang tak pernah Dusta.

Terimakasih ya Tuhan Ku ..

Page 32: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 32/123

 Mata Pisau dan Cintanya Asti Pratiwi

Jadi apa yang paling sedih dari mata pisau

 yang mencintai leher putih jenjangmu wahai puan ?

ia ingin seprti sabun yang tiap cumbunya adalah harum,

ia ingin seprti air yang menghapus peluh lelah mu ,

ia ingin seperti kasurmu ,

Dan bagi siapa luka sayat ini diperuntukkan ?

Diiris tajam asmara, dirajam rindu… 

mestinya luka-luka dititip di buih sabun saja.

Sayang ia hanya mata pisau,

rajin di asah agar sayatan-sayatannya mengiris,

sakit, membekas, sakit.

 bagai ingatan membekas manis.

puan, ia hanya mata pisau.

Page 33: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 33/123

 

 Sajak Coto

 Sajak Jomblo

 Kugenapkan Asaku dalam Enampuluh Kata

 Jangan Diam

di atas bilah bambu

 Ato’ Rachmat Saleh, lahir di

Ujung Pandang pada awal penghujung 1986.(dulu) menjadi tukang marah-marah diKomunitas Orang Baru Belajar (KOBAR)Makassar dan menggagas gerakan donasi:Gerakan Cibu-Cibu di Parepare SulawesiSelatan. Sejak 2009, ia jatuh cinta berulang

kali pada seorang perempuan yang kini jadiibu dari Kenzie Ksatria Revolusi, anaknya.

Page 34: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 34/123

 

 Sajak Coto Ato’ Rachmat Saleh 

daeng, coto satu!

 jantung; hati; dan lidah...

 jeruknya banyak biar kecut;

lomboknya tambah biar pedas.

daeng, bungkuskan juga untuk Puang!

(jantung; hati; dan lidah...)

siapa tahu,Dia mau mengembalikan rusuk kiri atasku.

 Kantin, 080109

Page 35: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 35/123

 Sajak Jomblo Ato’ Rachmat Saleh 

Berulang kali kukunjungi langit,

 bertanya pada kawah-kawah rembulan;

 bertanya pada bintang-bintang;

“siapakah?” 

Berulang kali kukunjungi langit,

menuliskan namamu,

tanpa huruf dan tinta;

melukiskan wajahmu, tanpa mata, hidung, bibir, rambut, dan telinga;“siapakah?” 

Kutanyakan lagi;

kutuliskan lagi;

kulukiskan lagi; tapi

“siapakah?” 

Pada pendarpendar sinar matahari dan rembulan,aku masih setia menitipkan gelisah padamu;

pada sela jari waktu,

aku slalu setia menyelipkan rindu padamu;

pada hembusan angin,

aku tetap setia membisikkan cinta padamu;

... pada pemilik nama dan wajah itu. Tapi

“siapakah?” 

 RedViolet, 300109

Page 36: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 36/123

 Kugenapkan Asaku dalam Enampuluh Kata Ato’ Rachmat Saleh 

ajari aku menghitung waktu, karena setiap detik yang kulewatkan;

selalu berlalu dalam usahaku untuk tetap terapung

di cekungan lesung pipimu.

ajari aku menghitung waktu,

seperti menit-menit yang selalu kupakai;

untuk menunggu berbagai stimulus bekerja padamu,

hingga tergambar lekuk senyummu itu.

ajari aku menghitung waktu, agar dapat kucipta jeda di antara

pergantiannya; untuk lebih bijak dalam mendamaikan

peperangan rasa dengan logika.

 Kantin, 27 April 2009

Page 37: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 37/123

 Jangan Diam Ato’ Rachmat Saleh 

Segenap pilihan ada di telunjukmu, bukan untuk dirapatkan pada bibirmutunjuk saja; tapi jangan diam!

 Aku takkan menyebutmu misteri,sebab kaulah rahasia danaku tak hak menyingkapnya; kau saja!

Kau boleh menggeleng

; pun teriak: “Tidak!” jika tak,tapi jangan diam!

 Atau mungkin mengangguk; mungkin menaikkan ibujari kananmu; pun menelponku, atau sekedar SMS‘tuk menyebut: “Iya...” jika memang, maka jangan diam...

Segenap jawaban terpatridi jantungmu; di hatimu; di lidahmu; maka ungkapkanlah!

Paling tidak itu bisa memenangkanku; danatau paling tidak,aku bisa menenangkanmu di rusuk kiriku...

redviolet, 20 Nov. 2008

Page 38: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 38/123

di atas bilah bambu Ato’ Rachmat Saleh 

di atas bilah bambu,kita bercerita mengumpulkan pecahan-pecahan masa lampau;ketika setahun yang lalu,kita selalu bertatap tapi tak pernah bercakap.

di atas bilah bambu,kita berbaring mendamaikan perasaan yang membara;saat matamu terantuk mataku,seolah kita baru pertama jatuh cinta.

di atas bilah bambu,kita berpelukan berurai air mata;

 jika saja esok tibadan lelaki itu menculikmu dari rengkuhanku

1 september *09

Page 39: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 39/123

 

 Dalam Diam, Bukan Sekadar

 Pada Sepotong Senyum Langit yang Menguning

di Ufuk Barat Sana

 Sekelebat Ingin

 Bukan Lewat Kata

 Pada Sebatang Ketapang

Daisy Wu telah menerbitkan sebuah

novel teenlit berjudul Devilsitter . Facebook :Daisy Wu (Hyuraiza Ken), Twitter:@Hy_Daisy, Email :[email protected], blog:itabawanni.blogspot.com

Page 40: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 40/123

 Dalam Diam, Bukan SekadarDaisy Wu

Dalam diam aku memujamu

Melalui dua bola matamu

Kulirik ada keberanian terpancar

Untuk menantang segala rintang kehidupan

: aku tertawan

Dalam sepinya hiruk-pikuk keramaian

 Aku sembunyi memerhatikan di kejauhan

Sesosok kekar memesona nan berkilau

: dirimu

Dalam hening kuresapi rindu seorang diri

Terasa begitu mencekam dan menjerat jiwa

Ketika wujudmu jauh dari jangkauku, digoda sibuknya aktivitasmu

Namun aku memilih bertahan

: tetap menantimu

Dalam hati kusimpan hasratku

Dalam-dalam, dalam diam

Tanpa kekata, tanpa bicara; bungkam

Hingga waktu tak lagi ada, rasaku ‘kan tetap ada 

Sebab tulusnya, sungguh, bukan sekadar…. 

 Ruangku sendiri, 2014

Page 41: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 41/123

 Pada Sepotong Senyum Langit yang Menguningdi Ufuk Barat SanaDaisy Wu

Pada sepotong senyum langit yang menguning di ufuk barat sana

kubisikkan segala rasa dan gundah yang tak terkatakan oleh

alat ucap, pun embun yang mengintip di pelupuk mata

: hening

Pada sepotong senyum langit yang menguning di ufuk barat sana

tertampung segala rindu dan mimpi

serta harapan yang entah layak atau tidak untuk dikabulkan

Pada sepotong senyum langit yang menguning di ufuk barat sana

Renggut kembali salamku yang diambilpaksa angin

sembunyikan dalam awan yang beringsut manja di sekitarmu

lalu antarkan segera padanya

pada dia yang harus bertanggung jawab

untuk bibit rindu yang tersemai mimpi

dan subur dipupuki harapan

: pada-Nya

 Ruangku sendiri, 2014

Page 42: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 42/123

 Sekelebat InginDaisy Wu

Bersembunyi dari tirai hujan

Namun gigilnya menemukanku

Tersudut di kelabunya wajah langit

Menahan segenap ingin

‘Ku sembunyi dari kenyataan

Tapi rindu menemukanku

Ia berkacak pinggang di ambang hati

Menuntut sebuah pertemuan, denganmu

Terhela napas panjang nan berat

Tak kuasa mengakui ketaklukanku pada pasrah

Segumpal kekata tertahan di pangkal kerongkongan

Tertelan kembali; bungkam

 Ya, pinta itu nihil

Sebab ragamu berada di entah, bersama entahDan aku pun entah; peduli atau tidak lagi…. 

 Ruangku sendiri, 2014

Page 43: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 43/123

 Bukan Lewat KataDaisy Wu

 Ada banyak kisah yang ingin kuceritakanTentang awan yang berarak menuju entahTentang senja yang begitu pasrah tumbang di kaki langit Tentangpurnama yang belajar purnamaTentang ilalang yang menari diiringi sepoi-sepoisang bayuJuga tentang pohon mangga yang tak kunjung berbuah di depanrumah

 Ada banyak tawa yang mau kupamerkanKarena badut yang terpeleset dan bola-bolanya berhamburKarena Daisy di depan rumah sudah mekarKarena bianglala berhasil mengudarakan akuKarena sendalku yang lain sebelahJuga teringat saat ada tai burung mendarat di kepalamu

 Ada banyak kenangan yang hendak kubagikanPada hujan yang gerimis Pada awan yang menipis

Pada pelangi yang tergaris Pada luka yang meringisJuga padamu, Tuan!

Namun, semua menguap begitu mataku menangkap wujudmuMereka berakhir di ujung matakuTepat di butiran pertama yang meliuk di wajahkuDisusul ujung-ujung bibir yang terangkat menyambut embun itu....

 Ruangku sendiri, 294'15  

Page 44: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 44/123

 Pada Sebatang KetapangDaisy Wu

 Ada kenangan kuselipkan pada biji-biji ketapang Kemudian kutanam

dalam-dalam dalam ingatan Kupupuki kesabaran Rajin pula

kusirami air mata kerinduan

Hingga tumbuhlah sebatang ketapang kenangan

 Ada namamu tertulis di tiap-tiap lembar daunnya

 Ada senyummu terukir di tiap gurat seratnya

 Ada candamu di tiap gemulai rantingnya

 Ada kamu di tiap bagian dari ketapang itu

Sengaja kutanam kenangan tentang kamu di sebatang ketapang

Bukan pada akasia, bukan mahoni, bukan pula trembesi Hanya pada

ketapang

 Ya, hanya pada sebatang ketapang

Sebab dialah saksi jumpa kita, dulu Sebelum tangan-tangan usil

menyulapnya jadi gedung beton berlantai tiga

Hei, masihkah kau mengingatku?

 Hutan Jompi'E, 194'15  

Page 45: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 45/123

 

 Kata Pengantar Tuhan

 Puang

 Aku Bukan Puisimu

 Mengaji Ikhlas 

 Beri Aku 

Dirja Wiharja, adalah roh yang

lebih dikenal dengan nama JaahilMurokkab,

Page 46: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 46/123

 Kata Pengantar TuhanJaahil Murokkab

 Aku terjebak oleh sebab-akibat

Diringkus daging dan lemak

Sepi bukan kosong

Diam maha bergerak

Tiada benar-benar ada

 Ada kafan di selaput mata

Tiba-tiba saja

Kucing tardji mencakarku,

Rendra menderas didadaku

Burung-burung attar serak diatas ubun

Taring izrail lapar meminta darah

Keindahan nun membakar nafsuku

Mistik rumi mengetuk-ngetuk dari dalam

 Ada apa ini?

 Aku lelah menjilat mangkuk bekas Gibran

Sedang sarung ini semakin melilit perut

Sejarah disusun oleh kawanan topeng

 Akhirnya aku patahkan hati pada dunia

 Aku percaya Tuhan karena kata

Tanpa kata, Tuhan tak pernah ada

 Aku bertemu Tuhan dalam kata

 Yang bersembunyi dalam mantra

Lalu aku patahkan kata pada Tuhan

Karena ternyata,

Kata

hanya pengantar

Page 47: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 47/123

 PuangJaahil Murokkab

 Puang,

apalagi yang kutuang disini

Bagiku Engkau bukan saja energi

tapi induk dari segala kesadaran kami

Pusat inspirasi medan magnet kosmik hati

 yang selalu bergerak, bekerja terus

Hingga selalu mengusik tidur nyenyakku

Bangun dan bangkitkan aku, selalu

takkan aku sia-siakan puncak semesta ini Akan kuhirup selama ia dikandung badan

 Puang,

terima kasih kenapa-karena

Tadinya saya hanya barang mati

Tadinya dunia saya kecil

Tadinya kekuatanku bahkan nihil

Tapi dengan ini aku bisa terbang,melayang

Kini kemana-mana sesuka hati

Melampaui diri

menembus kini

melewati nanti

 bermeditasi di dasar laut mati

Melintasi kobaran api

 berenang diamukan tsunamiDengan ini

aku jadikan tiada menjadi ada

 Yang mustahil ku sulap jadi nyata

aku bebas sebebas-bebasnya aku

Dengan Puang, aku takkan terluka

Page 48: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 48/123

Page 49: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 49/123

 Mengaji IkhlasJaahil Murokkab

 Ayat-ayat-Mu menghancurkan tempat tidurku,

merobohkan kesombongan

 yang berkamar dalam jiwaku,

iluminasi yang menempel

melekat tak terlacak oleh rasa,

ruh-ruh kehidupan itu sebenarnya sederhana,

cukup ambil keputusan wahid

dan pantang menyesalinya, lalu

hiruplah embun kebebasandi dalam pagar keyakinanmu,

Suatu saat kita semua akan berteriak, bahwa

 yang kita sebut-sebut benar itu ternyata,

adalah salah yang belum ketemu ujung pangkalnya, kecuali

qul huwa Allahu ahad sampai akhir ayat, karena

ialah tidak ada alibi yang bisa meledakkannya, maka

lampu aladin takkan sanggup melawannya, sebabangkasa raya,

 bumi dan seisinya bersujud kepada-Nya. . .

Page 50: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 50/123

 Beri AkuJaahil Murokkab

Berikan aku ruang,

Untuk mengenalmu..

Hanya untuk mengenalmu..

Berikan Aku waktu,

Untuk mengenalmu..

Hanya untuk mengenalmu..

Tidak Untuk mencintaimu..

 Apalagi untuk memilikimu...

Sebab mencintai tanpa memilikimu..

 Adalah kegilaan yang tak ada penyembuhnya..

 Adalah sakit yang mencincang pikiran..

 Adalah peluru yang tembus di kepala..

 Adalah belati yang tertancap di dada...

 Adalah mayat hidup yang berjalan..

Sekali lagi,

Beri aku walau sedetik

Hanya untuk mengenalmu..

Tidak Untuk mencintaimu..

 Apalagi untuk memilikimu...

Page 51: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 51/123

 

 Purnama Cinta 

Getar Dawai CintaCaraku Merinduimu Berpulangnya Mawar Pesan Hujan

Etika Maria, penulis adalah

seorang guru matematika yang saat inimasih berteduh di rumah orang tua diBarru, perbatasan Parepare. Menyukaipuisi dan baru belajar menulis. Penulislebih suka dikenal dengan nama Etika

Maria, punya makna tersendiri baginya.Lebih lengkapnya, bisa hubungi akun fbnya di Etika Maria.

Page 52: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 52/123

 Purnama Cinta 

Etika Maria

Di purnama esok,

 Aku ingin engkau ada disini,

Merajut peradaban yang telah membelantara,

Di balik semak belukar kebiadaban zionis,

 Antara jeruji para teroris kebajikan,

Hingga purnama berubah sabit,

 Yang dengannya kita menenung

Larik-larik mimpi dengan cinta sebenar,

Mengurai semua benang kusut dihati para biadabis,

Mengintai hari indah tanpa perang,

Melahirkan bidadari dan pejuang-pejuang surge,

Dan saat bulan tak lahi muncul,

Bumi telah terang oleh cinta

Page 53: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 53/123

Getar Dawai CintaEtika Maria

Matamu mengisyaratkan kata

Ketika kulihat butiran itu menetes

Seketika frekuensi hatiku menjadi lain

Gelombang nada dari dawai cintamu terdengar pilu

 Algoritma jiwaku kacau dalam sekejap

Lalu kau bertanya apa yang kau rasakan?

Ketahuilah…

Bahwa setiap untaian kalimat dan tanyamuMenggetarkan jendela jiwa

Lewat garpu tala yang kau ketuk

Dan hujan pun kian deras

Page 54: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 54/123

Caraku MerinduimuEtika Maria

Rindu ini tak punya bahasa

Hingga tak bisa kukirim via sms, email,

Inbox ataupun surat bahkan status

Kebodohanku selalu mengira kau tak bisa membacanya

Sementara ini hanya pecahan kalimat yang mesti dituliskan

 Yang setiap kali kutulis dan kubaca

 Aku selalu ingin menghapusnya

Karena itu bukan rindu yang ku maksudKadang juga aku malu,

Orang-orang membaca kerinduanku

Lalu aku menghapusnya lagi

Tapi kerinduan yang bukan rindu ini

Harus menjadi bukti tentang caraku merinduimu

Page 55: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 55/123

Page 56: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 56/123

 Pesan HujanEtika Maria

Telah aku titipkan setetes pesan pada hujan

Bacalah ketika ketukan-ketukannya menyapa pundakmu

 Atau dengarkan saja

 Angin akan membacakannya untukmu

 Aku tak akan menyapa lagi

Dengan menghambur debar rasa

Karena tafsir kalimat seolah tak bertepi

Menghilang ditelan keindahan makna-maknaLenyap terusir teriakan air

Hujan itulah, pesanku… 

Page 57: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 57/123

 

 Kata-Katamu Bukanlah Cinta

 Seperti Salju

Cintaku Bukanlah Racikan

 Harapan tak Sampai

 Seorang Gadis

Fitri Ramadhani , nama pena

 Afira, akun fb [email protected]. Menulis adalah salah satu cara menyiarkankebaikan, hal yang masih teringat adalah jikakita banyak membaca maka kita bisamengenal dunia, jika kita banyak menulis

maka kita akan dikenal dunia. Menulismerupakan penyadaran.

Page 58: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 58/123

 Kata-Katamu Bukanlah Cinta Afira

Malam yang indah

Namun hati terasa hampa

Kulangkahkan kaki dengan anggun

Sapaan mulai menyapa

Hai gadis

 Wajahmu bagaikan matahari

Matamu membuat duniaku terhenti

Kuterpesona

Kuterjatuh pada pandaganmu

Maukah engkau menjadi yang terakhir dihatiku

Kata cinta yang kau ucapkan

Tiada kepercayaan lagi

Bagaikan kedustaan yang tidak kau mengerti

Cintamu kau obral

Bagaikan permainan

Ingin kubicara pada dunia

Mengapa

Lidahmu kau jadikan pedang cinta

Berapa banyak lagi gadis

Kau pupuskan kesetiannya

Hanya karena kata-kata

Kau atas namakan cinta

Rayuan tiada harapan

 Yang kau utarakan.

Page 59: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 59/123

 Seperti Salju Afira

 Aku mendekat

 Aku merayu

 Aku terpesona

 Aku bahagia

Melihatmu bagaikan putri salju

 Wajah yang anggun

 Akhlak yang mulia

Tutur kata yang baik

Hati seputih salju

Meski langit runtuh

Meski bintang berjatuhan

Meski lautan diluapkan

Meski daratan digoncangkan

Hatiku takkan berpaling

Karena dinda

Seperti salju

Mendinginkan hati

Menenangkan pikiran

Bersamamu

Surga dunia kumiliki.

Page 60: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 60/123

Cintaku Bukanlah Racikan Afira

Pukulan yang kau berikan

Cercaan yang kuterima

Kesakitan yang kurasakan

Tidaklah memadamkan api cintaku

Cinta tulus

Maski mutiara bening sering terjatuh

Namun cinta tak mengenal penghinaan

Hati tetap tegar

Bagaikan merpatih putihTerbang melayang

Mengelilingi Samudra

Tak mengenal rintangan

Cinta ini suci

Tak senodahpun tinta hitam

Tak secuilpun rekayasa

Tak sebongkah kebohongan

Karena cintakuBukanlah racikan.

Page 61: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 61/123

 Harapan tak Sampai Afira

Bunga mekar di malam hari

Senyumnya mengguyur perasaan

Pandangan bahagia melihatnya

Siapa gerangan

Hati ini melayang

Jantung ini berdebar

 Wajah ini tersipu malu

Matanya membuatku hilang kesadaran

Inikah cinta Wajahnya bagaikan bulan

Menerangi hati yang hampa

Kugantung angan-anganku padanya

Cinta menjadi alasan bahagia

Cinta pula menjadi alasan bersedih

Namun

Ketika kesdihan mengintai

Tak kunjung untaian cinta terlafadzkanHaapan tak sampai

Bayangan cinta terhenti

Dalam hening malam.

Page 62: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 62/123

 Seorang Gadis Afira

Bayaganmu selalu hadir dalam mimpiku

Seorang gadis

Pernah, menjadi bagian hidupku

Pernah, menghiasi hari-hariku dengan warna

Setiap pagi disuguhkan semangat hidup

Dikala kesedihan melanda

Senyumku tak pudar karena dia

Hari-hari yang kulalui bersamanya

Meski hanya sekejapTapi dia abadi di hati

Kini, arti cinta kumengerti

Seorang gadis

 Yang masih terlukis

Di hati dan pikiranku

Seorang gadis

 Yang menggores serpihan hatiku

Kata-katanyaMembuatku tak berarah dan bertujuan

Seorang gadis

 Yang ku rindukan

 Yang ku sayang

 Yang ku cinta

Namun dia berpaling

Kini bahagiaku

Terhenti bersamanya.

Page 63: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 63/123

 

 Ku Temui Kau Panggil Aku Cinta

 Di Mariso, Kau Pinang Aku dengan Syahadat Pergilah Cinta Kepada Suamiku

Fadjriani Ramadhan, nama

pena Fani Yo, lahir di Parepare, SulawesiSelatan. Sekarang ini tercatat sebagai Gurudi SMPN 8 Parepare, pengurus PGRI tingkatkota dan bergabung dalam komunitasParepare Menulis. Menyukai Keheningan,persahabatan, cinta dan keromantisan.

Karya-karya yang dipublikasikan di mediaberupa opini Woman What's Wrong With You(2007), The Emancipation (2 009),Valentine’sDay (2009), Rapuhnya Nasionalisme (2009),The bullying (2009). Sering menulis puisiyang sifatnya hanya koleksi pribadi dandipublikasikan pada event-event baca puisi.Judul teater yang pernah dipentaskanbersifat visualisasi puisi yakni Adam dan

Hawa, serta Diary Bangku Tua. Telahmemenangkan event lomba Majalah DindingReformasi sebagai juara I(1998), OpiniPlesetan sebagai juara I(1999), dan lombabaca puisi karya BJ.Habibie berjudul PuisiUntuk Ainun sebagai Juara II(2015) . Memilikiemail [email protected] [email protected]. Nama

facebook Fadjriani Ramadhan.

Page 64: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 64/123

 Ku Temui KauFadjriani Ramadhan

 Adalah senja ketika mentari menggeliat sendu

Burung-burung malam menjemput kisah

Terbangkan raga menuju hadirmu

Bersama angin menguak birahi kerinduan

Kutemui kau di tengah keheningan malam

Ketika kesunyian mendesiskan cinta terpenggal masa

Tiada kata merangkai rasa dalam kegamangan

 Antara ada dan tiada

Kutemui kau dalam pekik kegalauan

 Ada tirani memasung hasrat yang bergelora

Menyimpan tanya kemana hati meski berlabuh?

Berdiriku dalam persimpangan

Berpaling tanpa jawaban

 Adalah pagi ketika embun mewarnai daun

Burung-burung malam meninggalkan kisah

Terbangkan raga menuju takdirnya

Tiada lukisan indah seperti harap yang terajut

 Parepare, 15 April 2015

Page 65: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 65/123

 Panggil Aku CintaFadjriani Ramadhan

 

Terbang terbanglah bersamaku

Di antara riak air dan nyayian embun

Menari dalam kelopak-kelopak bunga ros

Bersemi dan bersemedi dalam takjub

 Aku kan mengetuk sunyimu

Membiarkanmu terjaga tanpa nyenyak

Selalu dan selalu meremas kerinduanmuPada perhelatan simponi hatimu

Melayang

Melayanglah bersamaku

Di antara rimbun dedaunan hijau

Menjamah sosok hati dalam kebeningan hasrat

Untuk menyatu dalam indahnya rasa

Tapi maafkan aku

Terkadang ku tiba-tiba menghunus pedangku

Diantara rindumu yang membuncah

Membiarkanmu meringis

Menangis dalam harap yang tak menjelma

Panggil aku CINTA

 Parepare, 19 April 2015

Page 66: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 66/123

 Di Mariso, Kau Pinang Aku dengan SyahadatFadjriani Ramadhan 

Mariso Kota bercinta,

merajut netra dalam kemayu pandang.

 Adalah desember ketika cinta menggelitik manja

merasuk sukma dalam hening tanpa kekata.

Sakarosa cinta, cumbu hatiku pada hatimu.

Sekilas saja ros memerah terkulai layu,

Kuanyam denting dalam pengasingan.

Merindumu dalam guguran daun

tak ada celah buatku memanggil namamu, pun kau sayang.

Pagi adalah senja , senja adalah gulita,

Kau si Burung gereja bertengger di atas mesjid

Menjadi tirani bagi penyaksi cinta

Mimpi terkubur dalam harapan yang entah

Mariso Kota bercinta….saksi sujudku akan do’a yang tetiba 

 Air mata ….mata air …air mata mata cinta… 

 Air mata kehilangannya…namun 

 Asyahadu anla Ilaahaillah…wa assyahadu anna Muhamanadar

Rasulullah

Kau pinang aku dengan syahadat….. 

 Makassar, Januari 2000

Page 67: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 67/123

 Pergilah CintaFadjriani Ramadhan 

Masih saja kau berdiri di situ

Bertelanjang dada membiarkan peluhmu menetes perlahan

Di kaki bukit di tengah cemara yang menua

Menatap tanpa cahaya dengan senyum yang mengilalang

Bukankah kau telah meninggalkan aku disini

Di hamparan air kolam yang melumut bisu

Bukankah telah kau kabarkan kematianmu

Hingga kau renggut separuh nafasku

Masih saja kau berdiri di situ

Menatap tepi kolam di atas bongkahan batu yang retak menghitam

Melambaikan tanganmu di antara kabut, di antara kupu-kupu yang

ketakutan

Pergilah…karena telah kutitip cintaku pada batu nisan yang telah

kutetesi dengan air mata

Karena aku tak ingin lagi menyapamu

 Suatu hari di Jompie, Parepare, 2 Mei 2015

Page 68: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 68/123

 Kepada SuamikuFadjriani Ramadhan 

Hari ini… 

 Adakah nyanyian merdu melebihi nyanyian hati?

 Adakah bahagia yang bertasbih melebihi bahagiaku tentang

hadirmu?

Suamiku

Kini ku tak muda lagi, pun kau sayang

Mungkin tak pernah lagi kau membaca sepucuk surat tentang

kerinduankuTak pernah lagi berlari di bawa rinai hujan sambil bergenggaman

tangan

Entah…keriput di kulit ini yang membuatnya senyap 

Tapi suamiku

Detak jantung ini terus berlari riang dikeabadiannya

Bersama hati mendendangkan cinta yang terpenjara untukmu

Meski lukisannya tak lagi secerah warna pelangiNamun namamu tetap terpahat pada bingkainya

Suamiku sayang

Jika bunga yang kupersembahkan, durinya menusukmu

Maka kutancapkan durinya di hatiku agar kau paham

 Aku tak ingin melukaimu… 

 Parepare, 26 Mei 2015

Page 69: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 69/123

 

 Hati Tak Bertuan 

 Benih

 Nafas

 Semilir

 Malu tanpa Mahabbah 

Hegel Avicena, nama KTP

adalah Hendra Ahmad namun lebih dikenaldengan sebutan hegel avicena, lahir di

Parepare, 17 Oktober 1987, beralamat diSuppa Kab. Pinrang Sulawesi Selatan,Pendidikan akhir adalah S1 PendidikanMatematika Universitas MuhammadiyahParepare.

Page 70: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 70/123

 Hati Tak Bertuan Hegel Avicena

Sekujur tubuh berpakaian luka

Disayat dengan perpisahan

Teriris bersama ketakmungkinan

Tersiksa kesendirian

Mati oleh tangis sedih

 yang berbuah tetesan air mata

Mata menyaksikan meretakkan hati

Pedih tak berperi

 wahai kau sang penakluk hati

Kau kaburkan setiap nafas

Tapi

masih ada bahagia di atas rindu

 wahai sang pembunuh hati

kau menang dalam kejauhan

Namun

Cinta masih melimpah mengisi retak

Cinta sesak mendesak di tiap jarak

Meski hati tak bertuan

Page 71: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 71/123

 BenihHegel Avicena

 Ada yang berkata

 benih itu ada dalam sekali tanam

 Ada juga berbisik

Benih itu tumbuh ditanah yang dalam

 Ada pula dengan lantang

Benih itu subur selalu disiram

 Ada jua dengan tenangnya berujar

Benih itu adalah muasal Cinta

Sekali pandang ia tertanam

Tumbuh oleh ucap yang mendalam

Subur sebab kasih sayang tumpah tersiram

Ia ada dalam doa

Semoga ia adalah benih

Page 72: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 72/123

 NafasHegel Avicena

Nafas dalam cerita itu

Sekali hirup dua insan hidup

Nafas dalam dongeng yang disana

Sesak oleh jarak, retak jantung berdetak

Nafas dalam cerita ini

Ia adalah sepasang nyawa

Cinta ada di tiap helanya

Kembali ia bernafas

Muasal benih cinta selembut kafas

Page 73: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 73/123

 SemilirHegel Avicena

Sepoi-sepoi bertiup

Menyejukkan malam yang redup

Lembutnya angin tak mau kalah

 berhembus gagah tanpa lengah

 Ya… ia beriringan tak mau sendiri 

Membawa hela dan detak agar sehati

Hela nafas menyatu seakan tersihir

Bersamaan hadir dalam semilir

Cinta terselip bersamanya

 Yang kuberi nama semilir cinta

Page 74: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 74/123

 Malu tanpa Mahabbah Hegel Avicena

Dalam heningku Wahai Sang Mahabbah

Tidakkah Engkau iri

aku cenderung memandang materi

Tidak… 

aku yakin Engkau Suci

Lebih dari yang selalu pakai peci

Olehnya itu… 

aku berpalingMencoba keluar dari diriku

Memandang tubuh, wajah, pikirku

kulihat cinta yang melekat

tapi bukan untuk diri-MU

 Ah… aku malu 

Tak jua kutemukan Cinta

Untuk dia…  yang memikirkan manusia di penghujung nafasnya

 Ah… aku malu 

Rinduku pada Mahabbah

Sempurna Cinta untuk-Mu

Page 75: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 75/123

 

 Aku Cinta Parepare 

Cinta Cenninrara

 Berita Cinta

Cinta Tong Sampah

 Semangatlah Cinta

Ibrah La Iman, nama pena dari

Muhammad Ibrahim Leman, lahir di Lajoa,Soppeng, ber KTP Parepare motivasi

awalnya menulis adalah karenaketidaksengajaan terpilih menjadi utusansekolah dan bisa juara tingkat kelurahanpada mata pelajaran bahasa indonesia saatduduk di bangku SD, lebih senangmengenakan sarung, terbawah dari waktumondok di Pesantren IMMIM PutraMakassar. Saat ini ia terlibat dalamperjuangan usaha bersama sang istri tercinta

Nur Fadillah Nurchalis untuk memenuhisebuah impian, ditahun 2014 menulis sebuahbuku yang berjudul The Spirit of Parepare,ayo kenalan ki’, bisa ki’ follow@sumange’naparepare dan add fb kursusbahasa inggris parepare, serta jangan lupasubscribe channel youtube Pare Tv Cappo’.

Page 76: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 76/123

 Aku Cinta ParepareIbrah La Iman

Hujan akan terus ada bersama

 bukan berarti mereka datang untuk meraja

Terik akan terus ada bersama

Bukan berarti mereka datang untuk menyiksa

Sentuhan impian para pejuang akan terus abadi

Gejolak rasa perjuangan mereka kini ada pada generasi

Kota ini adalah tanah air leluhur phinisi

Kapal penuh cinta dengan hidup serasi

Parepare riwayatmu kini

Kota yang akan terus menjadi belahan jiwa kami

Betapa pun keadaanmu kami akan ada disini

Kelembutan rasamu akan menjadi energi

Bila dirimu mencari tubuh manusia

Di setiap sudut kota manapun bisa

Namun bila dirimu mencari hati manusia

Maka engkau telah menemukannya di kota cinta

Kota Parepare

 Aku Cinta Parepare

Page 77: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 77/123

Cinta CenninraraIbrah La Iman

Tangkai-tangkai bintang jatuh menyentuh bumi

Komat-kamit mantra tak berhenti mengelabui

Cinta-cinta ditolak cenninrara syahdu berdawai

Sabda-sabda yang terus diyakini menembus nurani

Orang-orang percaya cinta bisa dengan 40 hari puasa.

Orang-orang percaya cinta bisa dengan bersemedi dalam gua

Orang-orang percaya cinta bisa dengan menaburi permata dupa

Orang-orang percaya cinta bisa dengan cenninrara

Kata-kata sastra mati disini

Rayuan-rayuan pujangga hanyut disini

Titah-titah raja bisu disini

Putusan-putusan pemerintah putus disini

Cenninrara jadi cinta tanpa pengampunan

Cenninrara jadi cinta tanpa pengakuanCenninrara jadi cinta tanpa perasaan

Cenninrara jadi cinta tanpa pasangan

Page 78: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 78/123

 Berita CintaIbrah La Iman

Puisi ini tentang berita

Berita yang sendu penuh derita

Derita kaki tangan para durhaka

Durhaka hidup menunggu sangkakala

Sangkakala konon hari ini akan diterka

Diterka berada tak jauh dari jiwa

Jiwa penuh dengan cerita

Cerita akan rasa dalam cinta

Cinta…. 

Cinta kami datang dari lembaran-lembaran surga

Surga yang berasal dari lipatan-lipatan selaksa

Selaksa tanah ibu bahagia

Bahagia mengandung cinta

Cinta…. 

Cinta anaknya yang bukan Dewata

Dewata sempurna yang berkuasa

Berkuasa menjaga segalanya

Segalanya termasuk dalam cinta

Cinta… 

Cinta ini kini menjadi berita

 berita hati penuh rasa

Rasa yang menjelma pusaka

Pusaka diantara hati kita

Page 79: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 79/123

Cinta Tong SampahIbrah La Iman

 Ada tong sampah di pinggiran gedung mengaduh

Tong sampah nyaring bunyinya bila beraduh deruh

Sehelai kain putih terdampar terbawa gemuruh

Sehelai kain putih penuh hasrat menatap tong sampah

Seakan bertanya tentang bau busuk kehidupan tong sampah

Penuh sampah setiap hari kering dan basah

Menyengat sisa kehidupan manusia terpencil yang berdesah

Terasa nyawa sesak serba salah

 Warna putih kain itu berhenti berkilau dekat dengan tong sampah

Perasaannya sendu karena warnanya berubah

Tak lagi putih berkilau dan bersih

Tapi semakin gelap, bau dan perlahan menjadi sampah

Serasa ada yang hilang saat kain putih bersama tong sampah

Banyak petakan-petakan hidupnya berganti lebih indahSederhana tenang walau berselimut sampah

Bahagia itu bisa saja menjadi seperti tong sampah

Page 80: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 80/123

 Semangatlah CintaIbrah La Iman

 Ada petuah yang terjadi di atas sadar duniaKeyakinan manusia tidak berada dalam frekuensi yang samaBegitu juga dengan semangat hidup manusiaPenuh dengan tanda tanyaPertanyaan itu hanya diri sendiridan pencipta yang mampu menjawabnya

Namun bila semangatmu sedang terpurukdan jatuh di bawah garis batas sadarmu

Ingatlah bahwa segala sesuatutidak akan tercapai tanpa perjuanganmuSalah seorang sosok manusia yang hidup penuh belantara senduadalah Thomas Alva Edison sang penemu

Hidup dengan kekurangan memang menyedihkan.Rasanya kita tidak sesempurna orang laindan karenanya sekian banyak penderitaan.Demikian pula dengan kegagalan.Mimpi indah yang kita buat, ketika ia menemui kegagalan,

terasa memalukan, menyindir, dan terus menerus merusak kelenjarkesadaran.

Kenyataannya,keberhasilan erat kaitannya dengan kembali bangkit setelah jatuhdari setiap keadaan.Keberhasilan tidak berarti nol persen kekurangan.Bukan juga berarti nol persen kegagalan.Keberhasilan yang instan tidak akan mencerdaskan.Justru keberhasilan yang dibayar dengan berbagai kesulitan

dan kegagalanlah yang paling indah dan luar biasa untuk kehidupan.

Semua itu hanyalah sebagian dari hal kecil yang kita harus terima didunia.Sebuah harga dari sebuah takdir baru milik kita.Sebuah harga yang perlu kita bayar untuk mimpi besar yang kitatengah tuju bersama.

Tidak perlu takut mengerimis.Tidak perlu pesimis.

Majulah dengan semangat dan hati yang optimis.

Page 81: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 81/123

 

 Lentera 

 Jika Aku Kamu CintaTentang Cinta Menjadi Bijak Harmoni Cinta

Ilo. Id  nama pena dari Ilham Mustamin,

lahir hari kamis Desember 1988. Suka kopi,buku, dan lapar. Biasanya pake sandal jikake mesjid.

Page 82: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 82/123

 LenteraIlo Id

Bacalah,

 Aku Pengasih Tak Terlihat

 Aku Pemerhati Tak Tergugat

 Aku Perindu Tak Bertepi

 Aku Pemuja Rahasia Seorang Bidadari

Memilih Bungkam Pada Realita

Pada Cinta Tak Berpelita

Kini Hati Meridukan Sentuhan

 Adakah Lentera Senantiasa Menerang

Menjaga Qalbu Untuk Hubungan Terlarang?

Page 83: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 83/123

 Jika Aku Kamu CintaIlo Id

Jika Aku Kamu Cinta

Berhenti Membual

Tak Perlu Menyusun Kata Mutiara

Seperti Dewan Paripurna Berdasi Mewah

Berkumandang Nyaring Tak Tentu Arah

Jika Aku Kamu Cinta

Berhenti Membungkam

Tak Perlu Meresah Ketidakpastian

Seperti Menerkah Mendung

 Apakah Akan Turun Hujan ?

Jika Aku Kamu Cinta

Berhenti Merendah

Tak Perlu Merisau Kasta

Seperti Cerita Fiksi Buya Hamka

Menyuap Kasih Oleh Harta Dan Dara

Jika Aku Kamu Cinta

Cukupkan Keadilanmu Memimpin

Cukupkan Keberanianmu Meminang

Cukupkan Kekuatanmu Menafkahi

Cukupkan Keimananmu Menuntun

Melawan Gelombang Tarian Kehidupan

Page 84: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 84/123

Tentang CintaIlo Id

Sungguh, Aku Tak Tahu Bahasa Cinta

Mengapa Manusia Menggantung Cita

Lewat Ungkapan Cinta Sederhana

Menguatkan Mimpi Di Kehidupan Nyata

Sungguh, Aku Tak Tahu Menikmati Cinta

Bagaimana Peraduan Rasa Pada Satu Jiwa

Muara Kepuasan Hasrat Dan Nafsu Manusia

Terbingkai Balutan Kasih Dan Sayang Sesama

Sungguh, Aku Tak Tahu Tujuan Cinta

Kemana Labuhan Akhir Dari Manusia

Bekal Menghadapi Malaikat Berbicara

Ketika Pulang Menghadap Rahmatullah

Sungguh, Yang Kutahu Arti Cinta

Ketika Sujud Berlinang Air Mata

Pengakuan ke-Esa-an Kepada Pencipta

Termaktub Keikhlasan Dalam Doa

Page 85: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 85/123

 Menjadi BijakIlo Id

Langit Malam Memerah Suram

Menyulam Mimpi Kian Buram

Kamu Cantik Yang Tenggelam

Merintih Menahan Sakit Tertikam

Sangat Dalam Meski Bukan Pedang Tajam

Melainkan Tertusuk Khianat Cinta Yang Haram

Menangis, Karena Itulah Sebaik Pilihan

Menangis, Karena Itulah Sebaik Penyesalan

Menangis, Karena Itulah Sebaik Renungan

Menangislah, Hanya Itu Yang Kau Bisa Untuk Tenang

 Walau Berbalut Perih Dendam Bukan Solusi

Meski Berbayang Sedih Membenci Takkan Mengakhiri

Hanya Kepedihan Takkan Membuat Kamu Mati

Berhenti Meratapi Dewasalah Untuk Menghadapi

Cinta Itu Damai Yang Hakiki

Senantiasa Saling Mengisi Hati

Berjanji Bersama Meneguhkan Kata Hati

Belajarlah Dari Risalah Nabi

Itulah Cinta Halal Yang Islami

Page 86: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 86/123

 Harmoni CintaIlo Id

 Aku Mencintaimu Lewat Kata

Meski Sangat Sederhana

Hanya Inilah Yang Kupunya

Rangkaian Kata Penuh Makna

Berbalut Rasa Bertahta Logika

Berwujud Fakta Dalam Buku Karya

 Walau Mungkin Tak Terbaca

Kepuasan Dan Curahan Hati Yang Utama

Untuk Sebuah Cita Tak Ada Putus Asa

Kupercaya Hanya Walau Satu Kata

Manusia Bisa Beribadah Dan Menggila

Karena Titisan Pena Di Cipta

Oleh Maha Cinta Untuk Mengenal Dia

Dia Pemilik Dunia Seluruh Alam Semesta

 Apapun Karya Tercipta Oleh Manusia

Niat Beribadahlah Yang Mendapat Anugerah

Page 87: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 87/123

 

 SeruniCintaku Ditelan MalamC Kenangan Kunantikan Cinta

Nurul Fadhilah M . Sejak bumi

berusaha menjaga sinar sang mentari disitulah terdengar tangisan awal dari seoranganak yang dilahirkan tepat pada hari Ahad, dikecamatan Cempa 7 November 1993,sebutlah dia dengan nama Nurul FadhilahMustari, akrab disapa dengan namasedrhananya Dila. Sangat menyukai duniakepenulisan. Dila sekarang masih terusmengasah tintanya dan mencari mata airilmu di salah satu perguruan tinggi di KotaParepare. Untuk menjalin silaturahmi, dapatdihubungi melalui fb: nurul fadhilah mustari,emai: [email protected]

Page 88: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 88/123

 SeruniNurul Fadhilah M

Gerincing berbunyi melingkar indah di kakimu

Menari berselendang indah

Tersenyum gemulai bergaya kemayu

Duhai dik seruni pesonamu adalah bak mutiara alam

Seruni ……….

Terdiam aku melirikmu

Melirik- lirik dengan malu

Tapi tenang seruni ruapanya tak melihatku

Duhai dik seruni

Senyummu bagai delima merah

Kakimupun semakin menjinjit

Menari dan menari di bawah pohon jati milik ayahku

Bunga- bunga pagi itu mekar

Merah jingga, serasa pelangi ada dihadapanku Ikut menari dan

tersenyum gemulai Sungguh rasa ini hanya untukmu seorang

Dik …… seruni

Duhai Seruni si gadis muda

 Aku merindu sosokmu seruni 2 tahun silam

Page 89: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 89/123

Cintaku Ditelan MalamNurul Fadhilah M

Ini kali ku cemas, menyisir jejak kelam

Ini kali kuberjalan sendiri dan bertemu kebohongan

Ini kali aku menyaksikan

Ombak dan air dilautan menghilang ditelan malam cintaku….

Diriku rasanya terasingkan oleh malam

Rasa itu tenggelam dan menjauh

Berlari hingga ke seberang pulau

Tiada lagi cerita

Hilanglah cinta ditelan malam

Gerimis pun mempercepat kelam

Pada malam yang berwajah muram

Malam pun semakin gelap

Hingga akhirnya aku menyerah

Rasanya pengap

Namun telah ku bebaskan dia pergi

mendayung hingga ke pulau seberang

Page 90: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 90/123

CNurul Fadhilah M

Berani kubersajak

Menguntai dan menyulam di atas selebaran suci

Berani kubersajak

Menguntai dan merajut mesra bersama pemikiran sederhana

dari seorang wanita

 Aku adalah wanita

Merajut dan menyulam

Bersama sajak yang ingin selalu bercengkrama di atas selebaran tipis

Hingga rajutan itu kurasakan ternyata ini adalah sulaman Cinta

Rasa seorang wanita ini telah menjadi raja

Terasa rasa itu hidup di setiap sela- sela jemari ini

 Yang ingin kugenggam namun belum halal

Rasaku malu, malu akan rasa dari seorang wanita

Duhai Cinta

Tersulamlah engkau bersama sarung sutera di hadapanku

Kurajut bunga- bunga merah jingga yang serasi

dengan sutera putih ini

Duhai Cinta

Cintaku akan kurajut dan kusulam

dengan kesabaran di atas sutera putih

Page 91: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 91/123

 KenanganNurul Fadhilah M

Kita bersua dahulu

Bertemu dalam kisah indah

Bertemu dalam bahagia

Bertemu dalam satu cinta

Rasanya indah, bahagia, mengusik kerisauan

Namun itu adalah kisah kemarin

Rasanya pahit, sepi, mengundang kerisauan

Inilah kita sekarang

Senja pun berlabu di sore itu

Menampakkan gelapnya yang membuatku merinding

Kisah itu benar- benar pergi

Hingga tak lagi bisa aku menceritakannya

Kini aku membisu

Terpaku takut pada kisah kita

Tak ingin mengungkit lagi karena sejatinya kita sudah beda

 Akupun harus percaya

Pada masa yang telah membuat kisah kita seperti ini

Page 92: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 92/123

 Kunantikan CintaNurul Fadhilah M

Sepi bercerita berwajah cemasMananti seolah rasa mencekikPada rasa cemas menanti hingga sampai di puncakMemeluk rasa yang mendesak

Ini rasa…… Di penghabisan terus menantiMemberatkan pundak hatiku pun semakin cemasPada penantian cinta

Duhai cintaMenepilah menyapaHilangkan sepi disepertiga malamkuKini ku damaiMemandang wajah hitam bermekar bunga melatiTernyata penantian ini tidaklah sia- siaCinta datang pada penantian yang panjang

Page 93: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 93/123

 

 Bisikan Cinta Lukisan PenyempurnaCinta itu Anugerah Menuai Cinta

Nur Rahmah SafarinaHamzah, kelahiran Rappang 21 Juli

1995. Putri pertama pasangan

Drs. Hamzah M. Si-Dra. Hj. Masjuni Nusu,Mahasiswa Fakultas Pertanian, Peternakandan Perikanan Universitas MuhammadiyahParepare. 

Page 94: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 94/123

 Bisikan CintaNur Rahmah Safarina Hamzah

Dibalik sebuah kegelapan

 Ada sebuah cahaya kan meredup

Ingin ku jaga namun perlahan tiada

Entah sudah sejauh mana

 Aku mesti berjalan mencarimu

Entah dirimu masih ada untukku

Irama tak semerdu dahulu

Meski kaku,

Meski sakit,

Namun biarkan aku menantimu

Page 95: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 95/123

 LukisanNur Rahmah Safarina Hamzah

Mencintai dirimu dalam ketidaktahuaan

Mencari dirimu dalam barisan kegelapan

Seuntai senyum penuh dalam kerinduan

 Walau besi besi bersuara

Untuk memberi batasan bertemu

Namun, kasihmu selalu menemaniku

Melintasi jalan setapak tak bersuara

Mendaki reruntuhan tanah kering

Kelak kutemukan dirimu dalam lukisan

Kan ku jaga dengan segenap jiwa raga

Sehingga tak kan pudar, selamanya

Karena lukisan itu berada dalam relung hatiku

Page 96: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 96/123

 PenyempurnaNur Rahmah Safarina Hamzah

Engkau ada

Engkau ada ketika matahari terbit

Matahari terbenam serta

Bulan menampakkan sinar terangnya

Engkau selalu mencoba melintasi langitNya

Mengetuk pintu surgaNya

Kini keadaan membuatmu pasrah

Rinai hujan membasahi jalanmu

Memudarkan khayalan tuk berbuat dosa

Engkau menggapai penderitaan

Terobos nestapa menuju tujuan

Cinta dari semua makhlukNya

Tak akan membeku

Tak akan menghilang

Dan akan selalu memberi arti

Page 97: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 97/123

Cinta itu AnugerahNur Rahmah Safarina Hamzah

Menghayut waktu mendekap rindu

Kamu bersandung dalam satu waktu

Meruntuhkan asumsi yang lalu

Dirimu menjajah hasrat jiwaku

 Aku tak lagi seperti toples kosong

Pernah terisi lalu terbuang

Delusi cinta, namun hanya seberkas yang tulus

Keluar dari jangkauan rasionalisasi

Pada dirinya ku melihat 2 belahan bumi

Memancar bersama nan menyatu dalam melodi

Terdengar riang melebur alunan berima

 Aku berbagi cerita

Tertawa lepas menyekap air mata

Tak ingin senja hanya terlalui

Namanya telah terpahat

 Aku tak lagi membungkam

Tak takut lagi pada bayangan

Mimpiku tak lagi sekedar fantasi

Telah ku rengkuh dirinya tak lagi hanya dalam imajinasi

Page 98: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 98/123

 Menuai CintaNur Rahmah Safarina Hamzah

Kamu Matahari

Menghangat Kasih Di Pagi Hari

Memupuk Sejuta Rindu

Menghias Setumpuk Mimpi

Kamu Matahari

Menderang Menuju Senja

Menyambut Mesra Sang Petang

Membiaskan Jutaan Warna

Mengetuk Jendela Pujaan Hati

Selamat Datang Cinta

Tetaplah Terang Di Nadiku

Tetaplah Tenang Di Sukmaku

Tetaplah Tentram Di Kalbuku

Page 99: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 99/123

 

 Doa Sang Perawan Manusia Setengah Ilalang Kekasih Diujung Langit Surat Cinta Untuk Rembulan Kala Tuhan Berkata Tidak

Relia Minerva, nama pena dari

Resqie Awwaliah Parenrengi. Lahir diPangkajenne 14 Oktober 1991.Menyelesaikan studi S1 pada tahun 2014 diUniversitas Muhammadiyah Parepare,program pendidikan matematika. PendidikanSMA ditamatkan pada tahun 2010 di SMA N2 Mamuju Kab. Mamuju, SMP diselesaikan diSMP N 3 Liliriaja Kab. Soppeng pada tahun2007 dan selama 6 tahun menempuhpendidikan di SDN 285 Sompe kabupatenWajo.

Page 100: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 100/123

 Doa Sang PerawanRelia Minerva

Tersadarku dalam lautan angan

Terombang ambing melawan arus kehidupan

Kala nyata menjadi khayal

Terhempasku, jatuh tersungkur

Rintih ku panjatkan dalam hening

Memohon dalam sadar dan mimpi

Satu purnama tenggelam bersama malam

Berganti cakrawala yang tak pudarDan aku terus disini menanti takdir

Kala Tuhan masih membisu

Ratap terus kusampaikan hingga batas sadar

Menjangkau langit tak bertuan

Merenda dalam keheningan

Kepada angin malam

Terbang bersama kehidupanTerangkat beriring telapak tangan

Merintih doa kepada sang pemilik hidup

Inilah doa sang perawan

Bersama bentangan malam

Tak surut kala nasib berganti

Inilah doa sang perawan

Tuhan...Cintakan aku padanya

 Yang dapat mengantar cinta ini kepada-Mu

Tuhan...

Rindukan aku padanya

 Yang masih bersembunyi dibawah takdir-Mu

Tuhan...

 Aku titip salam cinta untuknya

 Yang menunggu bersama mimpi-mimpi surga

Page 101: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 101/123

 Manusia Setengah IlalangRelia Minerva

Gersang, terhempas dalam takdiku

Meninggalkan goresan halus diantara lekukan hati

Meratap pada malam yang tak bekesudahan

Menarik takdir dari masa lalu

Mendekat, semakin mendekat

Dan gelap itu teus memelukku erat

Sesak, namun jiwa tak mampu melepasnya

Harap terus ku bentangkanMemohon untuk angan itu

Memohon untuk sekat yang menghimpit

Dan duka ini menjeratku

Kugapai tangan-tangan iman

Membawaku larut pada rasa senyap

 Aku hanyalah manusia setengah ilalang

Terombang ambing bersama angin

Tetapi aku adalah manusia setengah ilalangMembujuk nasib untuk membawaku kembali

Teriakku pada hening

Tafakur bersanding dengan masa lalu

Terkekang tak bergerak

Semakin membawaku pada harap yang kosong

 Angkat aku bersama bentang malam

Tarik aku pada cahaya fajarBimbing aku bersama lentera kehidupan abadi

Merubah gugusan mimpi memjadi nyata

Sadarkan aku wahai Engkau Yang Pengasih

Ketuk hatiku untuk pintu yang baru

Hapus lukaku bersama mimpi tak berujung

Berikan waktu pada sang waktu

Hingga pelangi tak penah pudar

Page 102: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 102/123

 Kekasih Diujung LangitRelia Minerva

Lupakah aku kepada Engkau disana

Kekasih diujung langit

Fana terus menggenggamku

Beradu bersama gemerlap khayal

Terus dan terus memelukku

Membawa jauh bersama cakrawala

 Aku katakan tidak pada teriak-Mu

Enggan hatiku menoleh pada-MuKekasih diujung langit

Gontai, terus berlaju

Melupakan Engkau dengan semua kuasa-Mu

Melenggang tak berbalik

Padamu kekasih diujung langit

Kau tulis takdir diantara belah tangan

Tetapi hati beku tak mencairSurat cinta-Mu terabaikan

Tergeletak usang bersama debu kemarin

Berbalikku tak pernah

Mendongak berjalan bersama keangkuhan

Melupakan tangan-tangan insan

Buaian ego terus menjerat cintaku

Terkurung bersama mimpi dunia

Merindu pada cinta yang abadi

Kekasih diujung langit

Tarik hatiku bersama cahaya-Mu

Genggam jiwaku yang mulai kosong

Peluk ragaku yang mulai kaku

Lihat aku dalam sujud panjang ini

Rangkul aku pada cinta dan kasih-Mu

Jadikan aku kekasih-Mu diujung langit ketujuh

Page 103: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 103/123

 Surat Cinta Untuk RembulanRelia Minerva

Kungkap kehidupan bersama tabir takdirBait-bait senja terpampang dalam hatiMelukis cinta yang tak berujung

Engkaulah tangan TuhanMalaikat nyata dalam hidupkuEngkaulah bidadari TuhanMatahari untuk duniakuBulan untuk gelap mimpiku

Untuk setiap detik yang terdengarUntuk setiap tarikan nafasNamaku terukir disanaDarahku mengalir bersama cintanya

Hamparan lirik cinta merajut kasihnyaMembalut hati yang terlukaBuaian cinta terindahMendendang syair-syair surgaLalu terlelap bersama masa depan

Silih malam bertukar fajarDoa cinta terus berlaguMengganti setiap lara dijiwa

 Aku nyatakan ikrar cintaUntuk rembulan yang tak pernah hilang

Lalu...Ku tulis surat cinta pada rembulanBersama doa untuk angan kehidupan

Untukmu yang maha melihatKu titip surat cinta iniPadanya sang rembulan

Engkau yang maha mendengarkanKatakan padanya,Cinta ini, cinta surga yang tak berakhirHingga raga tak lagi berdayaHingga fajar tak lagi menyinsing

Karena diaTuhan dalam duniaku

Page 104: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 104/123

 Kala Tuhan Berkata TidakRelia Minerva

Kubalut hati bersandar mimpiMenyapa kehampaan dalam gelapKusampaikan pada mentariPada fajar dan pada cakrawalaTuhan berkata tidak

Relung berontak tak berkesudahanMenuntut pada pelangi yang mulai pudarBersama kosong, larut merangkai asa

Sabda cinta mulai usangTerkubur kaku dalam dingin jagad rayaLalu Tuhan mengatakan tidak

Lara semakin laraDuka bertambah-tambahTerseok dalam ketidak pastian yang abadiBuih-buih rindu bernanah membusuk bersama takdirMelupakan nyata yang tak berujungDan Tuhan meneriakkan tidak

Sampai batas takdir menjaring mimpi Aku disini berkawan gelap nasibTerkubur bersama himpitan masa laluDialah lukisan kehidupanMengetuk hati yang mulai bekuMenjangkau nurani yang kelam

Ratap tak pernah habisMenggantung diujung langit

Bersama kenangan menanti dibalik kabut Wujudku terjulur kakuMencari Tuhan untuk cinta abadinya

 Walaupun Dia berkata tidakMimpi itu tetap pastiTeukir bersama asaTertulis indah dalam genggaman takdirHingga Tuhan tak lagi bekata tidak

Page 105: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 105/123

 

 Syukur

Tak Sampai Bintang Hatimu

 Pemuja Rahasia Hujan Bulan Februari

Muh Ridha Salam, nama pena

bang ridho, lahir di Lambai, 10 Oktober 1990. Alamat di Jl. Toddopuli 10 no. 20. Fb: Ridho

 Al Salam. Ketika menulis puisi cinta sayaseolah seperti pujangga, idola saya KahlilGibran, meskipun puisi hanya sampingandari rutinitas saya sebagai karyawan swastayang menyukai romantisme.

Page 106: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 106/123

 SyukurRidho

Kicau burung di pagi hari

Seolah bernyanyi sebuah harapan baru

Ku buka jendela kamarku menatap indahnya pagi

Sejuk senang yang kurasakan

Kupejamkan mata sejenak menghirup udara pagi

 Angin berhembus berderik

Saat fajar menegakkan cahayanya menusuk citraEmbun perlahan menghilang

Deretan gunung berbaris laksana tentara

Berselimut awan beralaskan zamrud

Tinggi menjulang mencakar langit

Pohon-pohon menari melambai mengikuti irama alam

Siang dan malam pesonamu tak pudarKau ciptakan alam ini sebagai penghias mata

Bukti keagunganmu

Membuat semua orang terpana memandangmu

Tak ada lagi kata yang mampu ku rangkai

Kecuali kata takjub dan syukur akan ciptaanmu

 Yang begitu elok di pandang mata

Bak taman surgawi

 Parepare, 15 Februari 2015

Page 107: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 107/123

Tak SampaiRidho

Ketika malam semakin larut suara binatang malam

Mulai terdengar dengan irama cinta menggetarkan hati

Lolongan anjing malam mencekam di jiwa

Ku tetap berjalan sendiri di sebuah jalan setapak membisu

Menyusuri keheningan malam

Berharap di ujung jalan ini ada secercah harapan

Harapan yang selama ini tak tersampaikan

 Yang hanya memenuhi palung hati ini

 Aku tetap berjalan penuh harapan

Meski jalan ini ku tau tak berujung

Namun semangat di dalam hati tak pernah surut

Meski semakin jauh kaki ini melangkah harapan tak kunjung tiba

 Parepare, 15 Februari 2015

Page 108: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 108/123

 Bintang HatimuRidho

 Andai aku dapat menjadi bintang hatimu

 Akan selalu kuterangi dirimu dengan cahaya indahku

 Aku ingin jadi bintang hatimu

 Yang selalu bersinar menemani malammu

Jika Aku adalah bintang hatimu

 Aku akan selalu menemanimu dikalah hatimu gundah

Disaat hatimu kehilangn harapan Aku hadir memberimu sebuah harapan

Namun aku bukanlah bintang hatimu

 Aku hanya tetesan jiwa dari jiwa yang ternoda

 Yang berharap menjadi bintang hatimu

Di kalah senja berganti malam

Biarkan aku jadi bintang hatimuTenggelam dalam dinginnya malam

Terlupakan di kala senja tiba

Tapi aku akan selalu hadir di kala malam tiba

Biarkan aku jadi bintang hatimu

Berharap malam tak akan berganti senja

 Agar aku selalu melihat senyum indahmu

 Yang tak akan pudar hingga akhir waktu.

 Parepare, 15 Februari 2015

Page 109: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 109/123

 Pemuja RahasiaRidho

 Aku yang hanya bisa menatapmu

 Aku yang diam-diam mengagumimu

 Aku yang terlalu takut menjauh

 Aku yang ingin selalu di dekatmu

Bukan sekali dua kali aku memperhatikanmu

Setiap saat setiap waktu selalu mataku tertujuh padamu

Dalam hati terselip sebuah harapan

Untuk bersua dirimu wahai pujaan hati ini

Kamu hadir membawa warna baru

Senyummu, canda dan tawamu

Selalu membuat hati ini damai

Meski engkau tak tau akan besarnya rasa kekaguman ini

Dalam hati bertanya-tanya

 Akankanh diriku tetap menjadi pengagum rahasiamu ?

 Apakah ini cinta atau rasa kagum ?

Tapi satu hal yang pasti aku mengagumimu

Let time all of it

Hanya kata inilah yang mampu

Terucap ketika tak mampu ku sampaikan

 Aku mengagumimu.

 Parepare, 15 Februari 2015

Page 110: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 110/123

 Hujan Bulan FebruariRidho

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan bulan Februari

Rintik rindunya selalu dinanti dan selalu hadir

Di kala hati merindukan purnama

Tak ada yg lebih mengerti

Dari hujan bulan Februari

Selalu menghapus jejak luka

 Yang tertinggal karena keegoisan

Kehadiranmu selalu dirahasiakan

Engkau hadir membawa sejuta rindu

Rindu yang tak pernah tersampaikan

Kepada hati yang selalu kurindukan

Dinginnya malam ini dan gemuruh petir di langit februari

Sejenak menghapuskan rasa rindu di dalam jiwa

Namun hujan bulan Februari turun membasahi bumi

Membuat rasa rindu itu kembali hadir dalam hati sanubari

Hujan bulan februari kehadiranmu mengingatkanku

 Akan kenangan tentang dirinya

Hujan bulan februari ku pinta darimu

Sampaikan salamku untuk seseorang yg selalu ku rindu.

 Parepare, 15 Februari 2015

Page 111: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 111/123

 

Candu Melodi Tak Bernada Kisah Sang Pagi Dia Akan KembaliTanah Air Terkasih

Syahrani Said , diberi titipan roh

pada tanggal 26 mei 1992. Tempat yangakan menjadi tujuan saya akan pulangadalah rumahku yang beralamat di Jl.

 Angsana E/64 Perumnas wekke e Parepare.Jika ditanya mengapa saya senang menulis,

 jawabannya karena cita-cita saya yaitumelakukan hal-hal yang saya sukai, salahsatunya menulis. Senang melaukan hal-halbersifat sosial, tertarik pada sejarah dan

budaya. melanglang buana adalah favoritkudengan kamera sebagai senjata untukmengabadikan moment. Pesan saya“hiduplah bagai berada di sebuah sekolah,belajar bagai seorang murid mengajarlaksana seorang guru” 

Page 112: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 112/123

CanduSyahrani Said

 Ada mata seindah senja

 Ada hati selembut kapas

 Ada tutur semegah dunia

Itu kamu

Kucoba meraba apa ini hanya ilusi

 Ataukah kenyataan kepalsuan rasa

Namun tetap saja senyummu merobohkan iman

Menggunung sudah kekagumanku padamu

Laksana berada di atas gunung

Puncaknya sedikit lagi kuraih

Kubalikkan badan menolak berada di puncak itu

Sebab puncak itu tak lagi member candu

Candu oleh rindu seuntai senyum mu

Candu saat hilang waras karena mu

Page 113: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 113/123

 Melodi Tak BernadaSyahrani Said

ruang itu tanpa pintu, jendela pun tak ada.

tak begitu luas, sempit pun enggan.

kadang dindingnya berlukis permadani ,

sesaat kemudian gelap menyisakan tanya.

suatu hari ruang itu bagai bioskop penuh euforia

keesekon harinya sunyi sepi bak lorong rumahku.

untuk sesaat ruang itu bagai hari cerah,

kemudian detik berikutnya

 berubah cuaca menjadi mendung seakan badai menghampiri.

dialah ruang bagai alunan

 bersanding melodi nan indah dibalut nada yang menyiram lembut

kemudian bagai melodi tak bernada,

hampa tak ada suara, bahkan jika debu dapat berbisik

Page 114: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 114/123

 Kisah Sang PagiSyahrani Said

Kutemui diriki diantara indahnya sisa mimpi

Menggelayut di langit-langit kamar

Kudengar samar sahutan ayam, kicauan burung

Menembus telinga mendamaikan hati

Sementara di garis timur cakrawala

Si tangguh mentari siap melintas mengusir kegelapan

Memeluk kedinginan dengan sedikit sinar kehangatan

Dialah pagi

 Akan selalu menukar kepedihan hati

Dengan setangkai obor harapan

Untukku yang tersesat dalam gelap kekecewaan

Pagi adalah bentuk cinta sang pencipta bagi ciptaannya

 Yang memberi malam terasa begitu panjang oleh sesak

Lalu menawarkan pagi berhiaskan embun, suci nan jernih

Page 115: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 115/123

 Dia Akan KembaliSyahrani Said

deburan ombak menggullung air laut,

meliuk-liuk bagai pentas sebuah tarian alam

penuh suara benturan khas antar gulungan ombak

ku letakkan pandangan pada koridor garis cakrawala.

nampak dewa kehidupan dengan gagah

memantapkan diri melebur ke dalam ujung pandangan

dan senja itu kembali datang

senja telah beranjak tersisia semburat warna langit

aku tak beranjak mataku terkunci oleh indahnya lukisan langit

tergembok oleh sisa-sisa senja.

satu hal yang membuatku suka dengan kepergian.

kepergian senja tak pernah menyisakan dusta.

dia akan kembali.

Page 116: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 116/123

Tanah Air TerkasihSyahrani Said

Saya berpijak di atas tanah ini

Terjatuh pun di atas tanah ini

Berlari kecil menuju sebuah impian

Lintasanku tanah ini

Bahkan saat waktunya kembali

Raga ini akan menyatu dengan tanah ini

Mata air dari puncak sana, tanpa keraguan mengalir

Menghantam kokohnya batuan penghias sungai

Terjatuh terhempas pada dahsyatnya air terjun

Menopang hidup segala mahluk, bahkan bagi dia yang tak

meginginkan

Begitu murni penuh kesucian dan selalu merendah

Bersyukur atas tiap jengkal tanahku tempat berpijak

Bersyukur atas tiap tetes air memberiku kehidupan

Janjiku akan menjaga tiap genggam tanah airku terkasih.

Kelak menjadi gubuk terhangat anak cucuku.

Page 117: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 117/123

Page 118: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 118/123

 AkuWima

Diam… Mendua pada parasnyaMemadu demi dustanyaPalsu dalam ceritaMengadu tiap deritaPadam..Kelana fana, telikung buntung ketika kemarau parau, kau sibukterpukau kilau danau..Malam..

DatangTerangMenantangMenghadangNamun gulita yang kau pandangTikam..Menghujam dalamIris, miris, gerimis, darah menguar amis, nadi terkuras habis, hatimenyapa tangis

 Apa?Bagaimana?

Jikalau mana?Siapa?

 Aku Ya, akuHilang dalam sembilu

 Ya, akuBukan kau, bangsat

Bukan kau Aku!

Page 119: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 119/123

 Sepenggal Kisah HujanWima

Sore hari... Waktu bergerak mundur menjemput malam sebagai penutuprangkaian denyut nadi yang berpacu deras di bawah tikaman terikmatahari siang. Aku adalah debu, yang terhempas dari utara keselatan untuk kemudian sunyi berdiam di pelataran rumah seorang

 bocah sederhana yang sedang bermain tanah. Binar mata sang bocahmenyingkap sebuah isyarat penantian akan pulangnya sosok bapak

 yang berjibaku melawan takdir sejak dimulainya hari waktu subuhmenyapa. Barangkali akan ada sebungkus kebahagiaan serupa

martabak spesial untuk sang bocah. Barangkali kelak akan tersuguhsebuah cerita penggoda gelak tawa di sela seruput kopi hitam dansejumput gorengan panas. Barangkali sebelum tersiar azan magrib,telah berkumandang pelukan hangat bertulis rindu dari seoranglelaki yang begitu cinta pada rumahnya...Dan sejuta barangkali-barangkali lainnya yang selalu pasti terjadimengiring datangnya senja...

 Aku adalah awan, yang bergerak dari timur ke barat, mempercepathadirnya gelap untuk kemudian berhenti diam di atas atap tanah liat

kediaman seorang wanita sederhana yang menyungging senyumketika pandangnya bertemu pada buah hati yang gembira bermaintanah. Pada senyumnya terlintas rasa syukur akan bahagianya jalinankeluarga kecil sederhana yang hingga kini bergulir tanpa cela.Tak terbendung...Tak tertahan lagi...Setetes air meleleh terjun bebas menghantam tanah. Sungguhpuntelah beribu kali aku menjadi saksi tragedi, aku hanyalah sebongkahuap air lemah yang bergumpal di udara, yang tak kuasa menghujan

nestapa bilamana duka menghujam terlalu dalam.Detik berikutnya aku adalah hujan. Jatuh menyatu dengan debu.Deras. Kelam. Duka.Hujan kali ini menyampaikan kisah tentang bapak yang tak akanpulang...Selamanya...

Page 120: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 120/123

 NafasWima

Dalam satu tarikan nafas.. Aku terlibat dalam kemelut hati dan otak yang sedari dini hari tak berhenti membabibuta meneriakkan definisi posibilitas dan memori..Dalam satu tarikan nafas..

 Waktu bergerak mundur, jiwa meredup teratur, kemungkinan-kemungkinan tentang mimpi indah yang berangsur nyata terlelap

 jauh-jauh dalam kubur..Dalam satu tarikan nafas..Siang berganti malam, kata beranjak dusta, walau itu berarti sang

kata harus rela membunuh makna nyata mereka sendiri, walau itu berarti sang surya harus tabah meringkuk tanpa daya di balik senja.Dalam satu tarikan nafas..

 Aku kehilangan nyawa yang berpuluh tahun aku percaya untukmengisi dan menyisi angkuhnya mayat hidup yang kini tak berjiwa.Lalu...Dalam satu hembusan nafas..Keputusasaan yang membahana serta-merta hilang, bertukar posisidengan kepastian akan bahagianya masa depan, meyakinkanku

 bahwa semua yang indah bisa mengganti mimpi buruk dengan begitucepat, bahwa hidup tak semestinya hancur oleh waktu.Kemudian..

 Aku sadar..Bahwa suatu saat di depan sana, aku kembali harus menarik nafas..

Page 121: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 121/123

 Seserpih Kata Untuk BulanWima

Lalu kukayuh perahu kecilku menantang posibilitas sains dan hukumgravitasi menuju ke-mahaindah-an hakiki yang dipersembahkanlangit malam ini. Imaji adalah dayungku, absolutisme pujian bintangterhadap angkasa adalah layarku, lalu manakala aku menyimpanmozaik debu emas fiksional yang terhampar di permukaan bulansebagai arus yang meniup maju perahuku, aku mulai menjemputmimpi. Perjalanan kecilku mengarungi gemintang yang berkedipmanja demi rasa terima kasih pada sang Satu terasa begitu sejukuntuk tidak dikunci rapat dalam kotak memori. Aku takluk pada

ganasnya tatapan sang Luna yang menghujam dalam ke palung jantung, mengarung relung-relung tak terjamah yang pada akhirnyamembuatku pasrah mengisahkan seluruh rahasia terkelamku untukkuserahkan seutuhnya pada rembulan. Dua, tiga, empat, terhitungcepat detik yang kulumat demi merengkuh abadinya kehangatan

 yang kerap kau tawarkan bila aku mulai lelah mengayuh. Padaakhirnya, di penghujung detik perjalananku, aku hanya mampumenderma senyum dalam mata yang terpejam atas rasa yang begituhangat kau tancapkan pada dunia kecilku. Semesta mungil yang tak

pernah lupa kudekap dalam ranumnya malam setiap kali kaumemanggilku lagi untuk menjulang-tegakkan layar perahu kecilkudemi bisa menyapamu lagi dalam dekat, tanpa jarak, melupa realita,dan menyambung mimpi.Sungguhpun kau mengorbit pada angkuhnya tanah yang kupijak, inirahasiaku: Aku tak peduli. Karena perahu kecilku selalu siap berlayarkapanpun meninggalkan bumi sejenak untuk bisa mencurikesempatan mengitarimu, memuja sempurnamu, dan menjaditergila-gila akan candumu.

Page 122: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 122/123

 Melankolis Batas SenjaWima

Hai senja :)Entah sudah yang ke-berapa, pun batinku bercengkrama padanestapa, kembali lagi kita saling sapa, lalu aku mau bilang apa? Kaliitu kau serbu aku hingga lupa, sejenak berlalu realita yang burukrupa, kau tatap tatapanku yang buta, bangunkanku menuju mimpitentang semesta. Pada detik yang berjalan terbata, aku berkata, ataskata-kata yang kian kau tata, ada mata-mata rasa tanpa makna yangnyata, namun ada pada tiadanya. Aku percaya, kau-lah senja yang

membaca arah cahaya, membentang kepastian dalam ragu yangmeraya, selalu penuh daya, tanpa tanya, menyeru qualia kian kaya,mengajakku beranjak sejenak melupa bahaya. Lalu aku tersimpuhentah untuk yang ke-berapa, entah demi sesiapa. Liukan memori itukerap menyala, tanpa cela, dan aku tersesat dalam kala.Hai senja :)Bila patut aku meminta, jangan pernah menghilang dalam gulita.Jika pantas aku bercerita, izinkan ku meminang derita, yang begitudalam kau kubur dalam dusta...

Page 123: Antologi Puisi Parepare Menulis

8/16/2019 Antologi Puisi Parepare Menulis

http://slidepdf.com/reader/full/antologi-puisi-parepare-menulis 123/123