Top Banner
Antimikroba yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S. 1. Aminoglikosid Aminoglikosid adalah suatu golongan antibiotic bakterisid yang asalnya didapat dari berbagai species Streptomyces dan memiliki sifat-sifat kimiawi antimikroba, farmakologis, dan toksik yang karakteristik. Golongan ini meliputi Streptomycin, neomycin, kanamycin, amikacin, gentamycin, tobramycin, sisomycin, netilmycin, dsb A. Sifat Kimiawi dan Fisik Aminoglikosid mempunyai cincin Hexose yaitu streptidine (pada streptomycin),atau 2-deoxystreptamine (pada aminoglikosid lain), dimana berbagai gula amino dikaitkan oleh ikatan glikosid. Agen-agen ini larut air, stabil dalam larutan dan lebih aktif pada pH alkali dibandingkan pH asam. B. Mekanisme Kerja Aminoglikosida merupakan penghambat sintesis protein irreversible, namun mekanisme pasti bakteriosidnya tidak jelas. Begitu memasuki sel, ia akan mengikat protein subunit-30S yang spesifik (untuk streptomycin S12). Aminoglikosid menghambat sintesis protein dengan 3 cara: 1. Agen-agen ini mengganggu kompleks awal pembentukan peptide
33

Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

Jan 16, 2016

Download

Documents

PutuAKarisma

Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

Antimikroba yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S.

1. Aminoglikosid

Aminoglikosid adalah suatu golongan antibiotic bakterisid yang asalnya didapat dari berbagai species Streptomyces dan memiliki sifat-sifat kimiawi antimikroba, farmakologis, dan toksik yang karakteristik.Golongan ini meliputi Streptomycin, neomycin, kanamycin, amikacin, gentamycin, tobramycin, sisomycin, netilmycin, dsb

A. Sifat Kimiawi dan Fisik

Aminoglikosid mempunyai cincin Hexose yaitu streptidine (pada streptomycin),atau 2-deoxystreptamine (pada aminoglikosid lain), dimana berbagai gula amino dikaitkan oleh ikatan glikosid. Agen-agen ini larut air, stabil dalam larutan dan lebih aktif pada pH alkali dibandingkan pH asam.

B. Mekanisme Kerja

Aminoglikosida merupakan penghambat sintesis protein irreversible, namun mekanisme pasti bakteriosidnya tidak jelas. Begitu memasuki sel, ia akan mengikat protein subunit-30S yang spesifik (untuk streptomycin S12).

Aminoglikosid menghambat sintesis protein dengan 3 cara:1. Agen-agen ini mengganggu kompleks awal pembentukan peptide2. Agen-agen ini menginduksi salah baca mRNA, yang mengakibatkan penggabunganasam amino yang salah ke dalam peptide, sehingga menyebabkan suatu keadaannonfungsi atau toksik protein3. Agen-agen ini menyebabkan terjadinya pemecahan polisom menjadi monosom non-fungsional.

C. Mekanisme Resistensi

Telah ditentukan 3 mekanisme prinsip yaitu1) Mikroorganisme memproduksi suatu enzim transferase atau enzim-enzim yang menyebabkan inaktivitas aminoglikosid, melalui adenilasi, asetilasi, atau fosforilasi

Page 2: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

2) Menghalangi masuknya aminoglikosida ke dalam sel3) Protein reseptor sub unit ribosom 30S kemungkinan hilang atau berubah sebagai akibat dari mutasi.

D. Farmakokinetika

Aminoglikosid diabsorbsi sangat buruk pada saluran gastrointestinal yang utuh. Setelah suntikan intramuscular, aminoglikosid diabsorbsi dengan baik dan mencapai konsentrasi puncak dalam darah antara 30-90 menit. Aminoglikosid biasanya diberikan secara intravena 30-60 menit. Secara tradisional aminoglikosid diberikan dalam 2 atau 3 dosis terbagi perhari bagi pasien-pasien dengan fungsi ginjal normal.

Aminoglikosid merupakan senyawa yang sangat polar dan tidak dapat langsung memasuki sel. Sebagian besar aminoglikosid tidak dapat masuk ke mata dan SSP. Aminoglikosid dibersihkan di ginjal, dan ekskresinya berbanding langsung dengan klirens kreatinin. Waktu paruh normal dalam serum adalah 2-3 jam, namun meningkat dalam 24-48 jam pada pasien dengan kerusakan fungsi ginjal yang signifikan. Aminoglikosid hanya mengalami klirens secara sebagian dan tidak beraturan melalui hemodialisis (misalnya 40-60% untuk gentamicyn), dan lebih efektif jika klirens melalui dialysis peritoneal.

Penyesuaian dosis harus dilakukan untuk menghindari akumulasi obat dan toksisitas pada pasien-pasien dengan insufisiensi fungsi ginjal. Bisa jadi dosis obat dibiarkan konstan dan interval antar dosis dinaikkan, atau interval dibiarkan konstan sementara dosisnya dikurangi. Berbagai monogram dan formula telah dikembangkan untuk menghubungkan kadar serum kreatinin dalam dengan penyesuaian pada regimen pengobatan.

Dosis harian Aminoglikosid dihitung dengan cara mengalikan dosi harian maksimum dengan rasio perbandingan klirens kreatinin yang diperkirakan terhadap klirens normal yaitu 120 mg/min, yang merupakan nilai tipikal untuk pria dewasa normal dengan bobot 70 kg. Untuk wanita berusia 60 tahun dengan bobot 60 kg dan serum kreatinin 3 mg/dL, dosis tepat untuk gentamicyn adalah sekitar 50 mg/hari.

Terdapat variasi individual yang patut dipertimbangkan dalam kadar serum Aminoglikosid diantara pasien-pasien dengan nilai klirens kreatinin yang diperkirakan sama. Oleh sebab itu, adalah wajib untuk mengukur kadar serum obat untuk menghindari toksisitas berat khususnya apabila dosis tinggi diberikan selama lebih dari beberapa hari atau jika fungsi ginjal berubah dengan cepat. Untuk regimen tradisional dengan pemberian dosis dua atau tiga kali sehari, konsentrasi serum puncak harus ditentukan dari sampel darah yang diambil sekitar 30-60 menit setelah pemberian satu dosis dan konsentrasi trough dari sampel yang diambil sebelum pemberian dosi berikutnya.

E. Efek-efek yang Tidak Diinginkan

Semua Aminoglikosid bersafat ototoksik dan nefrotoksik. Ototoksisitas dan nefrotoksisitas cenderung ditemukan saat terapi dilanjutkan hingga lebih dari 5 hari, pada dosis yang lebih tinggi, pada

Page 3: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

orang-orang lanjut usia dan dalam kondisi insufisiensi fungsi ginjal. Penggunaan bersama diuretic loop (misalnya furosemid) atau agen antimikroba nefrotoksik lain (missal vanomicyn atau amphotericyn) dapat meningkatkan nefrotoksisitas dan sedapat mungkin dihindarkan.

F. Penggunaan Klinis

Aminoglikosid paling sering digunakan melawan bakteri enteric gram-negatif, khusunya ketika isolatnya resisten obat dan ketika dicurigai sepsis. hampir selalu digunakan dalam kombinasi dengan antibiotic beta-laktam dalam upaya untuk memperluas cakupan meliputi patogen-patogen gram positif yang potensial dan untuk mendapatkan keuntungan sinergisme kedua klas obat ini. Pemilihan aminoglikosid dan dosisnya sebaiknya tergantung pada infeksi yang sedang dihadapi dan kerentanan dari isolate tersebut.

2. Makrolid

Macrolide merupakan suatu kelompok senyawa yang berhubungan erat, dengan ciri suatu cincin lakton (biasanya terdiri dari 14 atau 16 atom) di mana terkait gula-gula deoksi. Obat prototipnya adalah Eritromycin, yang terdiri dari dua belahan gula yang terkait pada cincin lakton 14-atom, diambil dari Streptomyces erytheus pada tahun 1952. Clartromycin dan artitromycin merupakan turunan semisintesis eritromycin.

A.Eritromicyn

Kimia

Struktur umum dari ertromycin ditunjukkan diatas cincin makrolida dan gula-gula desosamin dan kladinose. Obat ini sulit larut dalam air (0,1%) namun dapat langsung larut pada zat-zat pelarut organik. Larutan ini cukup satabil pada suhu 4oC, namun dapat kehilangan aktivitas dengan cepat pada suhu 20oC dan pada suhu asam. Ertromycin biasanya tersedia dalam bentuk berbagai ester dan garam.

Aktivitas Antimikroba

Eritromycin efektif terhadap organisme-oragnisme gram positif, terutama pneumokokkus, sterptokokkus, dan corynebacteria, dalam konsentrasi plasma sebesar 0,02 mg/mL. Selain itu mycoplasma, legionella, Chlamydia trachomatis, C psittaci, C pneumonia, helicobacter, listeria, dan mycobacteria tertentu, juga rentan terhadap ertromycin. Demikian pula organism-organisme gram negative, seperti spesies neisseria, Bordetella pertussis, Batonella henselae, dan B quintana (agen-agen penyebab pada penyakit catscratch dan angiomatosis basiler), beberapa spesies rickettise, Tropenome pallidum, serta spesies campylobacter. Sekalipun demikian, Haemophilus influenza agak kurang rentan. Hambatan sintesis protein terjadi melalui ikatan ke RNA ribosom 50S. Sintesis protein terhambat karena reaksi-reaksi translokasi aminoasil dan hambatan pembentuk awal.

Page 4: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

Resistensi

Resistensi terhadap ertromycin biasanya dikode oleh plasmid. Terdapat 3 mekanisme yang telah dikenal :1) Penurunan permeabilitas membrane sel atau pengaliran keluar (efflux) yang aktif2) Produksi esterase (oleh enterobacteriaceae) yang menghidrolisi makrolida3) Modifikasi situs ikatan ribosom (disebut juga preoteksi ribosom) oleh mutasi kromosom atau oleh metilase pengganti atau penginduksi makrolida.

Farmakokinetika

Ertromycin basa dihancurkan oleh asam lambung dan harus diberikan dengan salut enteric. Stearat dan ester cukup tahan pada keadaan asam dan diabsorbsi lebih baik. Garam lauryl dan ester propionil ertromycin merupakan preprata oral yang paling baik diabsorbsi. Dosis oral sebesar 2 g/hari menghasilkan konsentrasi basa ertromycin serum dan konsentrasi ester sekitar 2 mg/mL. Akan tetapi, yang aktif secara mikrobiologis adalah basanya, sementara konsentrasinya cenderung sama tanpa memperhitungkan formulasi. Waktu paruh serum adalah 1,5 jam dalam kondisi normal dan 5 jam pada pasien dengan anuria. Penyesuaian untuk gagal ginjal tidak diperlukan. Ertromycin tidak dapat dibersihkan melalui dialysis. Jumlah besar dari dosis yang diberikan diekskresikan dalam empedu dan hilang dalam fases, hanya 5% yang diekskresikan dalam urine. Obat yang telah diabsorbsi didistribusikan secara luas, kecuali dalam otak dan cairan serebrospinal. Ertromycin diangkut oleh leukosit polimorfonukleus dan makrofag. Oabt ini melintasi sawar plasenta dan mencapai janin.

Penggunaan Klinis

Eritromycin merupakan obat pilihan dalam:a. Infeksi-infeksi corynebacterial (diphtheria, corynebacterial sepsis, erythasma)b. Infeksi kuman Chlamydia pada pernafasan, neonates, okuler, atau genitalc. Mengobati pneumonia dalam komunitas.d. Sebagai penggenti untuk individu yang alergi terhadap Penisiln, dalam infeksi yang disebabkan oleh stapilokokkus, streptokokkus, dan pneumokokkus.e. Sebagai profilaksis terhadap endokarditis dalam prosedur-prosedur dental pada individu penyakit jantung valvular, sekalipun Clindamycin yang ditoleransi dengan baik telah banyak menggantikannya.

Efek Sampinga. Efek-efek gastrointestinal : Anoreksia, mual, muntah dan diare sesekali menyertai pemberian oral. Intoleransi ini disebabkan oleh stimulitas langsung pada motilitas usus.b. Toksisitas hati : dapat menimbulkan hepatitis kolestasis akut (demam, ikterus, kerusakan fungsi hati), kemungkinan sebagai reaksi hepersensitivitas.c. Interaksi-interaksi obat : menghambat enzim-enzim sitokrom P450 dan meningkatkan konsentarsi serum sejumlah obat, termasuk teofilin, antikoagulan oral, siklosporin, dan metilprednisolon. Meningkatkan konsentrasi serum digoxin oral dengan jalan meningkatkan bioavailabilitas.

Page 5: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

B. Claritromycin

• KimiaClaritromycin diturunkan dari eritromycin dengan penambahnsatu kelompok methyl, serta memiliki satbilitas asam dan absorbi oral yang lebih baik dibandingkan dengan eritromycin.

• Aktivitas AntimikrobaMekanisme kerja claritromycin sama dengan eritromycin, kecuali bahwa claritromycin lebih aktif terhadap kompleks mycobacterium avium. Claritromycin juga mempunyai aktivitas terhadap M leprae dan Toxoplasma gondii. Streptokokkus dan stapilokokkus yang resisten terhadap eritromycin juga resisten terhadap claritromycin.

• FarmakokinetikaDosis 500 mg menghasilkan konsentrasi serum sebesar 2-3 mg/mL. Waktu paruh claritromycin (6 jam) yang lebih panjang dibandingkan dengan eritromycin memungkinkan pemberian dosis 2 kali sehari. Claritromycin dimetabolisme dalam hati. Metabolit utamanya adalah 14-hidroksiclaritromycin, yang juga mempunyai aktivitas antibakteri. Sebagian dari obat aktif dan metabolit utama ini dieliminsai dalam urine, dan pengurangan dosis dianjurkan bagi pasien-pasien dengan klirens kreatinin dibawah 30 mL/menit.• Penggunaan KlinisKeuntungan claritromycin dibandingkan eritromycin adalah lebih rendahnya frekuensi intoleransi gastrointestinal dan lebih jarangnya frekuensi pemberian dosis.

C. Azitromycin

• KimiaAzitromycin merupakan senyawa dengan cincin makrolida lakton 15-atom yang diturunkan dari eritromycin dengan penambahan suatu nitrogen yang dimetilasi ke dalam cincin laktone eritromycin.• Aktivitas Antimikroba dan Penggunaan KlinisSpektrum aktivitas dan penggunaan klinis identik dengan claritromycin. Azitromycin aktif terhadap kompleks M avium dan T gondii. Azitromycin sedikit kurang aktif dibandingkan eritromycin dan claritromycin terhadap satpilikokkus dan sterptokokkus, namun sedikit lebih aktif terhadap H influenzae. Azitromycin sangat aktif terhadap klamidia.

Farmakokinetika

Azitromycin berbeda dengan eritromycin dan claritromycin terutama dalam sifat farmakokinetika. Satu dosi Azitromycin 500 mg dapat menghasilkan konsentrasi serum yang lebih rendah, yaitu sekitar 0,4 µg/mL. Akan tetapi Azitromycin dapat melakukan penetrasi kesebagian besar jaringan dapat melebihi konsentrasi serum sepuluh hingga seratus kali lipat. Obat dirilis perlahan dalam jaringan-jaringan (waktu paruh jaringan adalah 2-4 hari) untuk menghasilkan waktu paruh eliminasi mendekati 3 hari. Sifat-sifat

Page 6: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

yang unik ini memungkinkan pemberian dosis sekali sehari dan pemendekan durasi pengobatan dalam banyak kasus.

Azitromycin diabsorbsi dengan cepat dan ditoleransi dengan baik secara oral. Obat ini harus diberikan 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Antasida aluminium dan magnesium tidak mengubah bioavaibilitas, namun memperlama absorbsi dan dengan 15 atom (bukan 14 atom), maka Azitromycin tidak menghentikan aktivitas enzim-enzim sitokrom P450, dan oleh karena itu tidak mempunyai interaksi obat seperti yang ditimbulkan oleh eritromycin dan claritmycin.

3. Tetrasiklin

Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin kemudian ditemukan oksitetrasiklin. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari species Streptomyces lain. Demeklosiklin, doksisiklin dan minosiklin juga termasuk antibiotic golongan tetrasiklin.

a. Mekanisme kerjaGolongan tetrasiklin menghambat sintesis protin bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertam yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transport aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.

b. Efek Antimikroba

Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama (sebab mekanismenya sama), namun terdapt perbedaan kuantitatif dan aktivitas masing-masing drivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini.Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.Spektrum antimikroba

Tetrasiklin memperlihatkan spektrum antibakteri luas yang meliputi kuman gram-positif dan negatif, aerobik dan anaerobik. Selain itu juga aktif terhadap spiroket, mikoplasma, riketsia, klamidia, legionela dan protozoa tertentu.Pada umunya tetrasiklin tidak digunakan untuk pengobatan infeksi oleh streptokokus karena lebih efektif dengan penisilin G, eritromisin, sefalosporin; kecuali doksisiklin yang digunakan untuk pengobatn sinusitis pada orang dewasa yang disebabkan oleh Str. pneumoniae dan Str.pyogenes. banyak strai S.aureus yang resisten terhadap tetrasiklin.

Tetrasiklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin dalam pengobatan infeksi batang gram-positif seperti B.anthracis, Erysipel, Iothrix rhusiopathiae, Clostridium tetani dan Listeria monocytogenes.

Page 7: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

Kebanyakan strain N.gonorrhoeae sensitif terhadap tetrasiklin, tetapi N.gonorrhoeae penghasil penisilinase (PPNG) biasanya resisten terhadap tetrasiklin.Efektivitasnya tinggi terhadap infeksi batang gram-negatif seperti Brucella, Francisella tularensis, Pseudomonas mallei, Pseudomonas pseudomallei, Vibrio cholorae, Campylobacter fetus, Haemophyllus ducreyi, dan Calymmatobacterium granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella multocida, Spirillum minor, Leptotrichia buccalis, Bordetella pertusis, Acinetobacter dan Fusobacterium. Strain tertentu H.influenza mungkin sensitif tetapi E.coli, Klebsella, Enterobacter, Proteus indol positif dan Pseudomonas umumnya resisten.

Tetrasiklin merupakan obat yang sangat efektif untuk infeksi Mycoplasma pneumoniae, Ureaplasma urealyticum, Chlamydia trachomatis, Chlamydia psittaci dan berbagai riketsia. Selain itu juga aktif terhadap Borrelia recurrentis, Treponema pertenue, Actinomyces israelii. dalam kadar tinggi aktif menghambat Entamoeba histolytica.Resistensi

Beberapa spesies kuman terutama streptokokus beta hemolotikus, E.coli, Pseudomonas aeruginosa, Str.pneumoniae, N.gonorrhoeae, Bacteroides, Shigella, dan S.aureus makin meningkatkan resistensinya terhadap tetrasiklin. Reistensi terhadap satu jenis tetrasiklin biasanya disertai resistensi terhadap semua tetrasiklin lainnya, kecuali minosiklin pada resistensi S.aureus dan doksiiklin pada resistensi B.fragilis.

c. Farmakokinetik

AbsorpsiSekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam salura cerna. Doksisiklin dan minosiklin iserap lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus. Adanya makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.

Distribusi

Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun di hati, limpa dan sumssum tulang serta di sentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus sawar uri dan terdapat dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih baik.

Ekskresi

Page 8: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui empedu. Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.

d. Efek sampingGangguan lambung. Penekanan epigastrik biasanya disebabkan iritasi ari mukosa lambung dan sering kali terjadi pada penderita yang tidak patuh yang diobati dengan obat ini.

Efek terhadap kalsifikasi jaringan. Deposit dalam tulang dan pada gigi timbul selama kalsifikasi pada anak yang berkembang. Hal ini menyebabkan pewarnaan dan hipoplasi pada gigibdan menganggu pertumbuhan sementara.Hepatotoksisitas fatal. Efek samping ini telah diketahui timbul bila obat ini diberikan pada perempuan hamil dengan dosis tinggi terutama bila penderita tersebut juga pernah mengalami pielonefritis.

Fototoksisitas . Fototoksisitas, misalnya luka terbakar matahari yang berat terjadi bila pasien menelan tetrasiklin terpajan oleh sinar matahari atau UV. Toksisitas ini sering dijumpai dengan pemberian tetrasiklin, doksisiklin dan deklosiklin.Gangguan keseimbangan. Efek samping ini misalnya pusing, mual, muntah terjadi bila mendapat minosiklin yang menumpuk dalam endolimfe telinga dan mempengaruhi fungsinya.Pseudomotor serebri. Hipertensi intrakranial benigna ditandai dengan sakit kepala dan pandangn kabur yang dapat terjadi pad orang dewasa. Meskipun penghentian meminum obat membalikkan kondisi, namun tidak jelas apakah dapat terjadi sekuela permanen.Superinfeksi. Pertumbuhan berlebihan dari kandida (misalnya dalam vagina) atau stafilokokus resisten (dalam usus) dapat terjadi.

e. Penggunaan klinik

Penyakit yang obat pilihannya golongan tetrasiklin adalah:Riketsiosis. Perbaikan yangdramatik tampk setelah penggunaan obat golongan ini. Demam mereda dalam 1-3 hari dan ruam kulit hilang dalam 5 hari. Perbaikan klinis tampak 24 jam setelah terapi.

Infeksi klamidia. Limfogranuloma venereum: Golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama penyakit ini. Terapi 3-4 minggu dan 1-2 bulan untuk keadaan kronik.Psitakosis: pemberiaan golongan tetrasiklin selama beberapa hari mengatasi gejala klinis.

Inclusion conjunctivitis: pengobatannya dengan salep mata atau tetes mata yang mengandung golongan tetrasiklin selama 2-3 minggu.Trakoma: pengobatan dengan salep mata golongan tetrasiklin dikombinasikan dengan doksisiklin oral

Page 9: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

selama 40 hari.Uretritis nonspesifik. Pengobatan dengan tetrasiklin oral 4 kali sehari 500 mg selama 7 hari.

Infeksi Mycoplasma pneumoniae. Dapat diatasi dengan obat golongan tetrasiklin. Walaupun penyembuhan cepat dicapau, bakteri ini mungkin tetap ada dalam sputum setelah obat dihentikan.

Infeksi basil

Bruselosis: Pengobatan yang memuaskan didapat setelah 3 minggu dengan golongan tetrasiklin. Untuk kasus berat dikombinasi dengan streptomisin.

Tularemia: Terapi dengan tetrasiklin cukup baik meskipun streptomisin adalah obat pilah utama penakit ini.

Kolera: tetrasiklin adalah antibiotik paling efektif untuk kasus i ni. Dapat mengurangi kebutuhan cairan infus sebanyak 50 %dari yang dibutuhkan.Sampar: stretomisin adalah pilihan utama untuk penyakit ini . namun bila streptomisin tidak dapat digunakan maka dapat dipakai golongan tetrasiklinInfeksi kokus. Golongan tetrasiklin tida lagi diindikasikan untuk infeksi staphylacoccus maupun streptococcus karena seing dijumpai resistensi. Adanya resistensi strain Str.pneumoniaemembatasi penggunaannya untk penumonieae akibat kuman ini.

Infeksi venerik.

Gonore: penisilin merupakan obat pilihan utama namun bagi paseien yang alergi penisilin dapat diberikan tetrasiklin oral 4 kali sehari 500 mg atau doksisiklin 2 kali sehari 100 mg selama 7 hari. Tetrasiklin mempunyai masking effect terhadap infeksi sifilis sehingga menyulitkn diagnosis.Sifilis: tetrasiklin merupakan obat pilihan ke dua setelah penisilin untuk sifilis dengan dosis 4 kali sehari 500 mg per oral selama 15 hari. Juga efektif untuk chancroid dan granuloma inguinal.Akne vulgaris.tetrasiklin dapat menghambat prouksi asam lemak dari sebum, dengan dosis 2 kali sehari 250 mg selama 2-3 minggu hingga beberapa bulanInfeksi lain.Actinomycosis: Golongan tetrsiklin dapat digunakan jik penisilin G tidak dpat diberikan pada pasien.

Frambusia: respon penderita terhadapa golongan tetrasiklin berbeda-beda. Ada yang hasilnya baik, dapula yang tidak memuaskan. Penisilin merupakan pilihan utama untuk penyakit ini.

Leptospirosis: walaupun tetrasiklin dan penisilin G sering digunakan untuk penyakit ini, efektivitasnya tidak terbukti secara mantap.Infeksi saluran cerna: tetrasiklin merupakan ajuvan yang bermanfaat pada amubiasis intestinal akut, dan infeksi Plasmodium falciparum. Selain itu efektif untuk disentri oleh strain shigella yang peka.

Page 10: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

Penggunaan topikal

Hanya dibatasi untuk infeksi mata saja. Salep mata golongan tetrasiklin efektif untuk mengobati trakoma dan infeksi lain pada mata oleh gram-positif dan gram negatif yang sensitif. Selain itu juga untuk profilaksis oftalmianeonatorum pada neonatus.

Profilaksis pada penykit paru menahunBanyak penelitian yang hasilnya kontroversial mengenai keamanan tetrasiklin 500 mg sehari per oral pad pasien ini. Bahaya potensial pemberiaan jangka lama ini ialah timbulnya superinfeksi bakteri atau jamur yang sulit dikendalikan.

f. interaksi obatBila tetrasiklin diberikan dengan metoksifluoran maka dapat menyebabkan nefrotoksisk. Bila dikombinasikan dengan penisilin maka aktivitas antimikrobanya dihambat. Bila tetrasiklin digunakan bersamaan dengan produk susu maka akan menurunkan absorpsinya karena membentuk khelat tetrasiklin dengan ion kalsium yang tidak dapat diabsorpsi.

4. KloramfenikolKloramfenikol diisolasi pertama kali dari Streptomyces venezuelae. Karena daya anti mikrobanya yang kuat, maka penggunaannya meluas hingga tahun 1950, dan diketahui obat ini dapt menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Karena toksisitasnya, penggunaan obat ini dibatasi hanya untuk mengobati infeksi yang mengancam kehidupan dan tidak ada alternatif lain.

a. Mekanisme kerjakloramfenikol bekerja dengan mengikat sub unit 50S ribosom bakteri dan menghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat ialah enzim peptidil trasferase yang merupakan katalisator untuk pembentukan ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman. Karena kemiripan ribosom mitokondria mamalia dengan bakteri, sintesis protein pada organela ini dihambat dengan kadar klorafenikol tinggi yang dapat menimbulkan toksisitas sumsum tulang. Efek toksiknya pada sel mamalia terutama terlihat pada sistem hemopoetik dan diduga berhubungan dengan mekanisme kerja obat ini.

b. Spektrum antibakteriSpektrum antibakterinya meliputi D.pneumoniae, Streptomyces pyogenes, Streptomycesviridans, Neiserria, Haemophilus, Bacillus sp, Listeria, Bartonella, Brucella, P.multocida, C.diphtheriae, Chlamydia, Mycoplasma, Rickettsia, Treponema, dan kebanyakan kuman anaerob.Bebrapa strain D.pneumoniae, H.influenzae dan N.meningitidis brsifat resisten; S.aureus umunya sensitif, sedang Enterobactericeae banyak yang telah resisten.Obat ini juga efektif terhadap kebanyakan strain E.coli, K.pneumoniae dan Pr.mirabilis . Kebanyakan strain Serratia, Providencia, dan Proteus rettgerii resisten, juga kebanyakan strain Pseudomonas aeruginosa danstrain tertentu Salmonella typhi.

Page 11: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

c. FarmakokinetikSetelah pemberiaan oral, kloramfenikol diserap dengan cepat. Kadar punck dalam darah tercapai dalam 2 jam. Untuk anak diberikan ester kloramfenikol palmitat atau stearat yang tidak pahit. Bentuk ester ini akan terhidrolisis di usus dan membebaskan kloramfenikol. Masa paruh eliminasi pada orang dewasa kurang lebih 3 jam, pada bayi umur kurang 2 minggu sekitar 24 jam. Kira-kira 50% kloramfenikol dalam darah terikat dengan albumin. Obat ini diditribusikan secara baik ke berbagai jaringan tubuh, termasuk otak, cairan cerebrospinal dan mata. Dalam hati kloramfenikol mengalami konyugasi dengan asam glukoronat oleh enzim glukuronil transferase. Dalam waktu 24 jam, 80-90% kloramfenikol yang diberikan per oral telah diekskresi melalui urin, hany 5-10% dalam bentuk aktif. Sisanya terdapat dalam bentuk glukuronat atau hidrolisat lain yang tidak aktif. Bentuk aktif kloramfenikol diekskresi terutam melalui filtrat glomerulus sedangkan metabolitnya dengan sekresi tubulus.

d. Efek sampingReaksi hematologik. Terdapat dalam 2 bentuk. Pertama yaitu reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang. Kelainan darah yng terlihat yaitu anemia, retikulositopenia, peningkatan serum ion dan iron binding capacity serta vakuolisasi seri eritrosit bentuk muda. Bentuk kedua prognosinya sangat buruk karena anemia yang timbul bersifat irreversibel. Bentuk yang hebat bermanifestasi sebagai anemia aplastik dengan pansitopenia.Reaksi alergi

Kloramfenikol dapat menimbulkan kemerahan kulit, angioudem, urtikaria dan anafilaksis. Kelainan menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi pada pengobatan demam tifoid walaupun jarang dijumpai.Reaksi saluran cerna. Bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis.

Gray baby sindrom. Efek ini terjadi pada neonatus bila regimen dosis kloramfenikol tidak disesuaikan secara akurat. Neonatus memiliki kapasitas rendah dalam mengglukuronidasi antibiotika dan fungsi ginjalnya belum sempurna sehingga kemampuannya untuk mengekskresi obat menurun, yang menumpuk sampai tingkat yang mengganggu fungsi ribosom mitokondria. Hal ini menyebabkan masuknya makanan terganggu, menekan pernafasan, kardiovaskular kolaps, sianosis (karena itu disebut ”grey baby”) dan kematian.Reaksi neurologik. Terlihat dalam bentuk depresi, bingung, delirium, dan sakit kepala. Neuritis perifer atau neuropati optik dapat juga timbul terutama setelah pengobatan lama.

e. Penggunaan klinikDemam tifoid. Walaupun akhir-akhir ini sering dilaporkan adanya resistensi S.typhi terhadap kloramfenikol, tapi masih tetap sebagai pilhan utama untuk penyakit ini. Untuk pengobatannya, kloramfenikol diberikan 4 kali sehari 500 mg selama 2-3 minggu. Untuk anak 50-100 mg/kgBB sehari selama 10 hari. Dapat pula digunakan tiamfenikol dengan dosis 50 mg/kgBB sehari pada minggu pertama dan diteruskan 1-2 minggu lagi dengan dosis separuhya.Meningitis purulenta. Kloramfenikol efektif untuk penyakit yang disebabkan H.influenzae ini. Untuk terapi awal pada anak, kloramfenikol diberikan bersama dengan suntikan penisilin G.

Page 12: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

Riketsiosis. Tetrasiklin merupakan obat pilihan pertama untuk penyakit ini. Namun apabil tetrasiklin tidak dapat diberikan, maka digunakan kloramfenikol dengan dosis awal 50 mg/kgBB dilanjutkan dengan pemberian 1 g tiap 8 jam. Untuk anak kloramfenikol palmitat 100 mg/kgBB sehari. Dilanjutkan sampai 8 jam bebas demam.Infeksi lain. Klorafenikol memliki efktivitas yang sama dengan tetrasiklin dalam pengobatan lymphogranuloma venerum, psittcosis, infeksi mycoplasma pneumoniae danP.pestis. namun untuk kasus ini sebaiknya digunakan tetrasiklin yang toksisitasnya relatif rendah. Kloramfenikol dapat digunakan untuk bruselosis dengan dosis 0,75-1 gram tiap 6 jam bila tetrasiklin tidak dapat diberikan. Kloramfenikol dapat pula digunakan untuk mengatasi infeksi kuman anaerobik yang berasal dari lumen usus.

f. Interaksi obatKloramfenikol mampu menghambat fungsi penggabungan oksidase hepatik sehingga dapat menghambat metabolisme obat seperti warfarin, fenitoin, tolbutamid dan klopropamid, sehingga meningkatkan konsentrasi dan efeknya.

5. Klindamisin

a. Mekanisme kerjaMekanisme kerja klindamisin sama dengan eritromisin yaitu mengikat secara ireversibel pada tempat sub unit 50S ribosom bakteri, sehingga menghambat langkah translokasi sintesis protein.

b. Spektrum antibakteriSpektrum antibakterinya menyeruapai linkomisisn hanya in vitro klindamisin lebih aktif. Obat ini aktif terhadap S.aureus, D.pneumoniae, Str.pyogenes, Str.anaerobic, Str.viridans dan Actinomyces israelli. Obat ini juga aktif terhadap Bacteroides fragilis dan kuman anaerob lainnya.

c. Farmakokinetik

Klindamisin diserap hampir lengkap pada pemberiaan oral. Adanya makanan dalam lambung tidak banyak mempengaruhi absorpsi obat ini. Klindamisin palmitat yang digunakan sebagai preparat oral pediiatrik, tidak aktif secara in vitro. Tetapi setelah mengalami hidrolisis akan dibebakan klindamisin yang aktif. Klindamisin didistribusi dengan baik, ke berbagai cairan tubuh, jaringan dan tulang, kecuali CSS walaupun sedang terjadi meningitis. Dapat menembus sawar uri dengan baik. Kira-kira 90% klindamisin dalam serum terikat dengan albumin. Hanya sekitar 10% klindamisin diekskresi dalam bentuk asal melalui urin. Sejumlah kecil klindamisin ditemukan dalam feses. Sebagian besar obat dimetabolisme menjadi N-demetilklindamisin dan klindamisin sulfoksid untuk selanjutnya diekskresi melalui urin dan empedu.

d. Efek sampingselain kulit kemerahan, efek samping yang paling serius yang dapat berakibat fatal yaitu kolitis pseudomembranosa yang disebabkan pertumbuhan berlebihan Clostridium difficile yang mengeloborasi

Page 13: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

toksin nekrotik. Reaksi lain yang jarang terjadi ialah sindrom stevens-johnson, peningkatan SGPT dan SGOT sementara, granulisitopenia, trombositopenia dan reaksi anfilaksis. Tromboflebitis dapat terjadi karena pemberian iv.

e. Penggunaan klinikWalaupun beberapa infeksi kokus gram positif dapat diobati dengan klindamisin, pengobatan ini harus dipertimbangkan baik-baik karena mungkin menimbulkan kolitis. Klindamisin terutam bermanfaat untuk infeksi kuman anaerobik, terutama B.fragilis. untuk pengobatan abses paru, pemberiaan klindamisin 3 kali 600 mg secara iv lebih efektif daripada penisilin 1 juta unit tiap 4 jam. Peranan obat ini untuk pneumonia aspirasi, pneumonia pasca obstruksi atau abses paru belum dipastikan, tetapi didapat kesan bahwa klindamisin merupakan alternatif yang baik untuk penisilin.

Antagonis Folat

1. SulfonamidaSemua sulfonamida yang digunakan dalam klinik adalah analog struktural p-aminobenzoat (PABA) sintetik.Sulfadiazin perak, suksinilsulfatiazol, sulfasetamid, sulfadiazin, sulfametoksazol, sulfasalazin, sulfisoksazol.

a. Mekanisme kerja• Menjadi impermeabel terhadap asam folat, banyak bakteri harus tergantung pada kemampuannya untuk mensintesis asam folat dari PABA, pteridin dan glutamat.• Sebaliknya, manusia tidak dapat mensintesis asam folat dan folat didapat dari vitamin dan makanannya.• Karena strukturnya mirip PABA, sulfonamida berkompetisi dengan substrat ini untuk sintetase enzim dihidropteroat.• Hal ini menghilangkan kofaktor esensial sel terhadap purin, pirimidin dan sintesis asam amino.

b. Spektrum Bakteri• Golongan sulfa termasuk kotrimoksasol (sulfametoksasol plus trimetoprim) bersifat bakteriostatik.• Obat-obat ini aktif terhadap enterobakteria, klamidia, pneumocytis dan nokardia.

c. ResistensiResistensi secara umum bersifat irreversibel dan mungkin disebabkan oleh tiga kemungkinan.1. Perubahan enzim : Dihidropteroat sintetasi bakteri dapat mengalami mutasi atau ditransfer melalui plasmid yang menimbulkan penurunan afinitas sulfa.2. Penueunan masukan : Permeabilitas terhadap sulfa mungkin menurun pada beberapa starin yang resisten.3. Meningkatnya sintesis PABA

d. Farmakokinetik

Page 14: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

1. Pemberian: Kebanaykan obat sulfa diabsorpsi secara baik setelah pemberian oral. Karena resiko sensitasi sulfa biasanya tidak diberikan secara topikal.2. Distribusi: Gol. Sulfa didistribusikan ke seluruh cairan tubuh dan penetrasinya baik ke dalam cairan serebrospinal. Obat ini juga dapat melewati sawar plasenta dan masuk ke dalam ASI. Sulfa berikatan dengan albumin serum dalam sirkulasi.3. Metabolisme: Sulfa diasetilasi pada N4, terutama di hati. Produknya tanpa aktivitas antimikroba, tetapi masih bersifat potensial toksik pada PH netral atau asam yang menyebabkan kristaluria dan karena itu, dapat menimbulkan kerusakan ginjal.4. Ekskresi: Eliminasi sulfa yaitu melalui filtrasi glomerulus.

e. Efek Samping• Kristaluria: Nefrotoksisitas berkembang karena adanya kristaluria. Hidrasi dan alkalinasi urin yang adekuat mencegah masalah tersebut dengan menurunkan konsentrasi obat dan menimbulkan ionisasinya.sulfisoksazol dan sulfametoksazol >> larut pada pH urin dibandingkan sulfa yang lama (mis:sulfadiazin) shg <<>85 3,1 400 Non-ginjalNorfloxacin 3,5-5 80 1,5 400 GijalOfloxacin 5-7 95 2,9 400 GinjalSparfloxacin 18 92 50% ginjal, 50% fesesTrovafloxacin 11 88 2,2 200 Non-ginjal

2. Rifampicin

Rifampisin adalah derivate semisintetik rifampisin B yaitu satu anggota kelompok antibiotic makrosiklik yang disebut rifamisin. Kelompok zat ini dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei. Obat ini merupakan zwitter, larut dalam pelarut organic dan air yang pH nya asam.

a. Aktivitas antibakteriRifampisin menghambat pertumbuhan berbagal kuman gram-positif dan gram-negatif. Terhadap kuman gram-positif kerjanya tidak sekuat penisilin G tetapi sediklt lebih kuat daripada eritromisin, linkomisin, sefalotin. Terhadap kuman gram-negatif kerjanya lebih lemah daripada tetrasiklin, kloramfenikol, kanamisin dan kolistin. Antibiotik Ini sangat aktif terhadap N meningitis ; kadar hambat minimalnya berkisar 0,1-0,8 µg/ml. Obat ini dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis virus.In vivo, rifampisin meningkatkan aktivitas streptomisin dan isoniazid terhadap M.tubercolosis, tetapi tidak bersifat aditif terhadap etambutol.

b. Farmakokinetik• Pemberian rifampisin per oral menghasilkan kadar puncak dalam plasma 2-4 jam; dosis tunggal sebesar 600 mg menghasilkan kadar sekitar 7 µg/ml.• T ½ : 1,5 – 5 jam• Ekskresi : empedu• Pemberian PAS bersama rifampisin akan menghambat absorpsi rifampisin sehingga kadarnya dalam

Page 15: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

darah tidak cukup.• Rifampisin merupakan pemacu metabolisme obat yang cukup kuat, sehingga berbagai obat hipoglikemik oral, kortikosteroid, dan kontrasepsi oral akan berkurang efektivitasnya bila diberikan bersama rifampisin.• Mungkin dapat terjadi kehamilan pada pemberian bersama kontrasepsi oral.• Rifampisin mungkin menganggu metabolisme vitamin D sehingga dapat menimbulkan kelainan tulang berupa osteomalasia.• Disulfiram dan probenesid dapat menghambat ekskresi rifampisin melalui ginjal. Rifampisin tampaknya meningkatkan hepatotokslsltas INH terutama pada asetilator lambat

c. Efek-efek yang tidak diinginkan• penyakit kuning (ikterus)• gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, sakit ulu hati, kejang perut dan diare, begitu pula gejala gangguan SSP dan reaksi hipersensitasi.

d. SediaanKapsul 150 mg dan 300 mgTablet 450 mg dan 600 mgSuspensi yang mengandung 100 mg/5 ml rifampisin.

e. DosisDewasa dengan berat badan kurang dari 50 kg ialah 450 mg/ hari dan untuk berat badan lebih dari 50 kg ialah 1000 mg/hari.anak-anak 10-20 mg/kg BB per hari dan dengan dosis maksimum 600 mg/ hari.

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek

menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam

proses infeksi oleh bakteri. Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai substansi yang

bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan dan reproduksi

bakteri dan fungi. Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:

1.   Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap

bakteri.

2.   Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat

pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.

Page 16: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

Cara yang ditempuh oleh antibiotik dalam menekan bakteri dapat bermacam-macam,

namun dengan tujuan yang sama yaitu untuk menghambat perkembangan bakteri. Oleh

karena itu mekanisme kerja antibiotik dalam menghambat proses biokimia di dalam

organisme dapat dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan antibiotik sebagai berikut:

1.      Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Yang termasuk ke dalam

golongan ini adalah Beta-laktam, Penicillin, Polypeptida, Cephalosporin, Ampicillin,

Oxasilin.

a)      Beta-laktam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada enzim

DD-transpeptidase yang memperantarai dinding peptidoglikan bakteri, sehingga dengan

demikian akan melemahkan dinding sel bakteri Hal ini mengakibatkan sitolisis karena

ketidakseimbangan tekanan osmotis, serta pengaktifan hidrolase dan autolysins yang

mencerna dinding peptidoglikan yang sudah terbentuk sebelumnya. Namun Beta-laktam

(dan Penicillin) hanya efektif terhadap bakteri gram positif, sebab keberadaan membran

terluar (outer membran) yang terdapat pada bakteri gram negatif membuatnya tak mampu

menembus dinding peptidoglikan.

b)      Penicillin meliputi natural Penicillin, Penicillin G dan Penicillin V, merupakan

antibiotik bakterisidal yang menghambat sintesis dinding sel dan digunakan untuk

penyakit-penyakit seperti sifilis, listeria, atau alergi bakteri gram

positif/Staphilococcus/Streptococcus. Namun karena Penicillin merupakan jenis antibiotik

pertama sehingga paling lama digunakan telah membawa dampak resistansi bakteri

terhadap antibiotik ini. Namun demikian Penicillin tetap digunakan selain karena harganya

yang murah juga produksinya yang mudah.

c)      Polypeptida meliputi Bacitracin, Polymixin B dan Vancomycin. Ketiganya bersifat

bakterisidal. Bacitracin dan Vancomycin sama-sama menghambat sintesis dinding sel.

Bacitracin digunakan untuk bakteri gram positif, sedangkan Vancomycin digunakan untuk

bakteri Staphilococcus dan Streptococcus. Adapun Polymixin B digunakan untuk bakteri

gram negatif.

d)     Cephalosporin (masih segolongan dengan Beta-laktam) memiliki mekanisme kerja

yang hampir sama yaitu dengan menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri.

Normalnya sintesis dinding sel ini diperantarai oleh PBP (Penicillin Binding Protein) yang

akan berikatan dengan D-alanin-D-alanin, terutama untuk membentuk jembatan

Page 17: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

peptidoglikan. Namun keberadaan antibiotik akan membuat PBP berikatan dengannya

sehingga sintesis dinding peptidoglikan menjadi terhambat.

e)      Ampicillin memiliki mekanisme yang sama dalam penghancuran dinding

peptidoglikan, hanya saja Ampicillin mampu berpenetrasi kepada bakteri gram positif dan

gram negatif. Hal ini disebabkan keberadaan gugus amino pada Ampicillin, sehingga

membuatnya mampu menembus membran terluar (outer membran) pada bakteri gram

negatif.

f)       Penicillin jenis lain, seperti Methicillin dan Oxacillin, merupakan antibiotik

bakterisidal yang digunakan untuk menghambat sintesis dinding sel bakteri. Penggunaan

Methicillin dan Oxacillin biasanya untuk bakteri gram positif yang telah membentuk

kekebalan (resistansi) terhadap antibiotik dari golongan Beta-laktam.

g)      Antibiotik jenis inhibitor sintesis dinding sel lain memiliki spektrum sasaran yang

lebih luas, yaitu Carbapenems, Imipenem, Meropenem. Ketiganya bersifat bakterisidal.

2.      Antibiotik yang menghambat transkripsi dan replikasi. Yang termasuk ke dalam

golongan ini adalah Quinolone, Rifampicin, Actinomycin D, Nalidixic acid, Lincosamides,

Metronidazole.

a)      Quinolone merupakan antibiotik bakterisidal yang menghambat pertumbuhan bakteri

dengan cara masuk melalui porins dan menyerang DNA girase dan topoisomerase sehingga

dengan demikian akan menghambat replikasi dan transkripsi DNA.  Quinolone lazim

digunakan untuk infeksi traktus urinarius.

b)      Rifampicin (Rifampin) merupakan antibiotik bakterisidal yang bekerja dengan cara

berikatan dengan -subunit dari RNA polymerase sehingga menghambat transkripsi RNAβ

dan pada akhirnya sintesis protein. Rifampicin umumnya menyerang bakteri spesies

Mycobacterum.

c)      Nalidixic acid merupakan antibiotik bakterisidal yang memiliki mekanisme kerja yang

sama dengan Quinolone, namun Nalidixic acid banyak digunakan untuk penyakit demam

tipus.

d)     Lincosamides merupakan antibiotik yang berikatan pada subunit 50S  dan banyak

digunakan untuk bakteri gram positif, anaeroba Pseudomemranous colitis. Contoh dari

golongan Lincosamides adalah Clindamycin.

Page 18: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

e)      Metronidazole merupakan antibiotik bakterisidal diaktifkan oleh anaeroba dan

berefek menghambat sintesis DNA.

3.      Antibiotik yang menghambat sintesis protein. Yang termasuk ke dalam golongan ini

adalah Macrolide, Aminoglycoside, Tetracycline, Chloramphenicol, Kanamycin,

Oxytetracycline.

a)      Macrolide, meliputi Erythromycin dan Azithromycin, menghambat pertumbuhan

bakteri dengan cara berikatan pada subunit 50S ribosom, sehingga dengan demikian akan

menghambat translokasi peptidil tRNA yang diperlukan untuk sintesis protein. Peristiwa

ini bersifat bakteriostatis, namun dalam konsentrasi tinggi hal ini dapat bersifat

bakteriosidal. Macrolide biasanya menumpuk pada leukosit dan akan dihantarkan ke

tempat terjadinya infeksi. Macrolide biasanya digunakan untuk Diphteria, Legionella

mycoplasma, dan Haemophilus.

b)      Aminoglycoside meliputi Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin, merupakan

antibiotik bakterisidal yang berikatan dengan subunit 30S/50S sehingga menghambat

sintesis protein. Namun antibiotik jenis ini hanya berpengaruh terhadap bakteri gram

negatif.

c)      Tetracycline merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit

ribosomal 16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom,

sehingga dengan demikian akan menghambat translasi protein. Namun antibiotik jenis ini

memiliki efek samping yaitu menyebabkan gigi menjadi berwarna dan dampaknya

terhadap ginjal dan hati.

d)     Chloramphenicol merupakan antibiotik bakteriostatis yang menghambat sintesis

protein dan biasanya digunakan pada penyakit akibat kuman Salmonella.

4.      Antibiotik yang menghambat fungsi membran sel. Contohnya antara lain Ionimycin

dan Valinomycin. Ionomycin bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium intrasel

sehingga mengganggu kesetimbangan osmosis dan menyebabkan kebocoran sel.

5.      Antibiotik yang menghambat bersifat antimetabolit. Yang termasuk ke dalam

golongan ini adalah Sulfa atau Sulfonamide, Trimetophrim, Azaserine.

a)      Pada bakteri, Sulfonamide bekerja dengan bertindak sebagai inhibitor kompetitif

terhadap enzim dihidropteroate sintetase (DHPS). Dengan dihambatnya enzim DHPS ini

menyebabkan tidak terbentuknya asam tetrahidrofolat bagi bakteri. Tetrahidrofolat

Page 19: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

merupakan bentuk aktif asam folat, di mana fungsinya adalah untuk berbagai peran

biologis di antaranya dalam produksi dan pemeliharaan sel serta sintesis DNA dan protein.

Biasanya Sulfonamide digunakan untuk penyakit Neiserria meningitis.

b)      Trimetophrim juga menghambat pembentukan DNA dan protein melalui

penghambatan metabolisme, hanya mekanismenya berbeda dari Sulfonamide.

Trimetophrim akan menghambat enzim dihidrofolate reduktase yang seyogyanya

dibutuhkan untuk mengubah dihidrofolat (DHF) menjadi tetrahidrofolat (THF).

c)      Azaserine (O-diazo-asetyl-I-serine) merupakan antibiotik yang dikenal sebagai purin-

antagonis dan analog-glutamin. Azaserin mengganggu jalannya metabolisme bakteri

dengan cara berikatan dengan situs yang berhubungan sintesis glutamin, sehingga

mengganggu pembentukan glutamin yang merupakan salah satu asam amino dalam

protein.

Yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotik adalah dosis serta jenis antibiotik

yang diberikan haruslah tepat. Jika antibiotik diberikan dalam jenis yang kurang efektif

atau dosis yang tanggung maka yang terjadi adalah bakteri tidak akan mati melainkan

mengalami mutasi atau membentuk kekebalan terhadap antibiotik tersebut.

Asumsi Dasar Pemakaian Antibiotik

Sifat toksisitas selektif : membunuh mikroorganisme yang menginvasi host tanpa

merusak sel host.

Toksisitas Antibiotik lebih bersifat relatif daripada absolut : perlu kontrol

konsentrasi obat secara hati-hati sehingga dapat ditolerir tubuh.

Seleksi Obat Antimikroba

Dasar pertimbangan (ideal) :

Identifikasi & sensitivitas organisme,

Tempat infeksi,

Status pasien (umur, BB, keadaan patologis, kehamilan & laktasi),

Keamanan antibiotik,

Biaya.

Page 20: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

Dalam prakteknya :

Terapi empirik sebelum identifikasi organisme.

Berdasar bukti-bukti ilmiah & pengalaman, dengan mempertimbangkan :

mengutamakan obat bakterisid, memilih obat dengan daya penetrasi baik (jaringan

tubuh, sistem saraf pusat), memilih obat dengan frekuensi pemberian rendah (drug

compliance), mengutamakan obat dengan pengikatan protein rendah, tidak

merutinkan penggunaan antibiotik mutakhir (misalnya sefalosporin gen-3) agar

terjamin ketersediaan antibiotik yang lebih efektif bila dijumpai resistensi)

Pemberian AB :

Dosis : kadar obat di tempat infeksi harus melampaui MIC kuman. Untuk mencapai

kadar puncak obat dlm darah, kalau perlu dengan loading dose (ganda) dan dimulai

dengan injeksi kemudian diteruskan obat oral.

Frekuensi pemberian : tergantung waktu paruh (t½) obat. Bila t½ pendek, maka

frekuensi pemberiannya sering.

Lama terapi : harus cukup panjang untuk menjamin semua kuman telah mati &

menghindari kekambuhan. Lazimnya terapi diteruskan 2-3 hari setelah gejala

penyakit lenyap.

Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja

Bakteriostatika :

Menahan pertumbuhan & replikasi bakteri pada kadar serum yang dapat dicapai

tubuh pasien.

Membatasi penyebaran infeksi saat sistem imun tubuh bekerja memobilisasi &

mengeliminasi bakteri patogen.

Misalnya : Sulfonamid, Kloramfenikol, Tetrasiklin, Makrolid, Linkomisin.

Bakterisid :

Membunuh bakteri serta jumlah total organisme yang dapat hidup & diturunkan.

Page 21: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

Pembagian : a) Bekerja pd fase tumbuh kuman, misalnya : Penisilin, Sefalosporin,

Kuinolon, Rifampisin, Polipeptida. b) Bekerja pada fase istirahat, misalnya :

Aminoglikosid, INH, Kotrimoksazol, Polipeptida.

Spektrum Antimikroba

Spektrum Sempit : bekerja hanya pada mikroorganisme tunggal / grup

tertentu. Misalnya, Isoniazid untuk mikobakteria.

Spektrum Sedang : efektif melawan organisme Gram (+) & beberapa bakteri Gram

(-). Misalnya, Ampisilin. 

Spektrum Luas : mempengaruhi spesies mikroba secara luas. Misalnya,

Kloramfenikol & Tetrasiklin.

Kombinasi Obat-Obat Antimikroba

Pemberian AB tunggal lebih dianjurkan untuk :

Organisme penyebab infeksi spesifik. 

Menurunkan kemungkinan superinfeksi. 

Menurunkan resistensi organisme. 

Mengurangi toksisitas

Pemberian Antibiotik kombinasi untuk keadaan khusus :

Infeksi campuran. 

Ada risiko resistensi organisme, misalnya pada TBC. 

Keadaan yang membutuhkan AB dengan dosis besar, misalnya sepsis, dan

etiologi infeksi yang belum diketahui.

Keuntungan Pemberian Antibiotik kombinasi :

Efek sinergistik / potensiasi, misalnya : a) Betalaktam + Aminoglikosid; b)

Kotrimoksazol (Sulfametoksazol + Trimetoprim); c) MDT pada AIDS (AZT +

Ritonavir + 3TC).

Page 22: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

Mengatasi & mengurangi resistensi, misalnya : a) Amoksisilin + Asam klavulanat; b)

Obat-obat TBC & lepra; c) MDT pada AIDS.

Mengurangi toksisitas, misalnya : Trisulfa + sitostatika.

Kerugian Pemberian Antibiotik kombinasi :

Antagonisme pada penggunaan bakteriostatika & bakterisid yang bekerja pada fase

tumbuh.

Resistensi Obat 

Definisi “resisten” : 

Bila pertumbuhan bakteri tidak dapat dihambat oleh antibiotik pada kadar

maksimal yang dapat ditolerir host.

Penyebab resistensi :

Perubahan genetik,

Mutasi spontan DNA,

Transfer DNA antar organisme (konjugasi, transduksi, transformasi),

Induksi antibiotik.

Perubahan ekspresi protein pada organisme yang resisten :

Modifikasi tempat target,

Menurunnya daya penetrasi obat (adanya lapisan polisakarida, adanya sistem

efluks),

Inaktivasi oleh enzim.

Antibiotika Profilaktik

Pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi, bukan untuk pengobatan infeksi.

Lama pemberian ditentukan oleh lamanya risiko infeksi.

Dapat timbul resistensi bakteri & superinfeksi.

Page 23: Antimikroba Yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba

Komplikasi Terapi AB

Hipersensitivitas, misalnya pada pemberian Penisilin berupa reaksi alergi ringan

(gatal-gatal) hingga syok anafilaktik.

Toksisitas langsung, misalnya pada pemberian Aminoglikosid  berupa

ototoksisitas.

Superinfeksi, misalnya pada pemberian antibiotik spektrum luas atau kombinasi

akan menyebabkan perubahan flora normal tubuh sehingga  pertumbuhan

organisme lain seperti jamur menjadi berlebihan dan resistensi bakteri.

Klasifikasi Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :

Inhibitor metabolisme asam folat (antagonisme kompetisi).

Inhibitor sintesis dinding sel, misalnya betalaktam, vankomisin.

Inhibitor sintesis membran sel.

Inhibitor sintesis protein sel, misalnya tetrasiklin, aminoglikosid, makrolid,

klindamisin, kloramfenikol.

Inhibitor sintesis / fungsi asam nukleat, misalnya fluorokuinolon, rifampin.

Daftar pustaka: Buku Farmakologi dan biokimia harper