ANTIMIKROBA YANG MENGHAMBAT METABOLISME SEL MIKROBA
Mekanisme Kerja Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini
ialah sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS), dan
sulfon. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek
bakteriostatik.Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan
hidupnya. Kuman patogen harus mensintesis sendiri asam folat dari
asam amino benzoat (PABA) untung kelangsungan hidupnya.(Farmakologi
dan Terapi UI edisi 5)ANTIMIKROBAAntimikroba adalah obat pembasmi
mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Mikroba terbatas
pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit. (Farmakologi
dan Terapi UI edisi 5)
PEMBAGIAN ANTIMIKROBA BERDASARKAN MEKANISME KERJA(Farmakologi
dan Terapi UI edisi 5)1. Antimikroba yang mengganggu permeabilitas
membran sel mikroba5. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding
sel4. Antimikroba yang menghambat sintesis atau meusak asam nukleat
sel mikroba3. Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba2.
Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba1. Sulfon
Golongaan sulfon merupakan derivate 4.4 diamino difenil sulfon
(DDS, Dapson) yang memiliki sifat farmakologi yang sama.Dapson
bersifat bakteriostatik terhadap Mycobacterium leprae digunakan
sebagai obat lepra.Mekanisme kerja sulfon sama dengan sulfonamid.
Kedua golongan obat ini mempunyai spektrum antibakteri yang sama,
dan dapat dihambat aktivitasnya oleh PABA secara bersaing.
(Farmakologi dan Terapi UI edisi 5)Farmakokinetik Dapson diserap
lambat di saluran cerna, tetapi hampir sempurna di saluran
gastrointestinal. Konsentrasi puncak dapson dalam plasma tercapai
dalam waktu 2-8 jam setelah pemberian, rerata waktu paruh eliminasi
adalah sekitar 20-30 jam. Sekitar 70% obat ini terikat pada protein
plasma. Sulfon terdistribusi ke seluruh cairan tubuh dan dapat
ditemukan di semua jaringan. (Goodman and Gilman, 2007)Efek
sampingEfek samping yang paling sering terlihat adalah hemolisis
yang berhubungan erat dengan besarnya dosis. Anoreksia, mual,dan
muntah dapat terjadi pada pemberian sulfon secara oral. Sulfon
dapat pula menimbulkan reaksi lepromatosis analog dengan reaksi
Jarisch-Herxheimer. Sindrom yang disebut sindrom sulfon ini dapat
timbul 5-6 minggu setelah awal terapi pada pasien yang bergizi
buruk. Gejalanya dapat berupa demam, malaise, dermatitis
eksfoliatif, ikterus yang disertai nekrosis hati, limfadenopati,
methemoglobinemia, dan anemia.(Farmakologi dan Terapi UI edisi
5)
Pengobatan harus dimulai dengan dosis kecil kemudian dinaikkan
perlahan-lahan dengan pengawasan klinik dan laboratorium seara
teratur. Dapson diberikan dalam bentuk tablet 25 dan 100 mg secara
oral. Natrium sulfokson diberikan pada pasien yang mengalami
gangguan saluran cerna akibat dapson.(Farmakologi dan Terapi UI
edisi 5) 2. Asam ParaaminosalisilatPara-aminosalisilat merupakan
obat yang sering dikombinasikan dengan antituberkulosis yang lain.
Obat ini bersifat bakteriostatik. Akktivitas antimikroba PAS sangat
spesifik terhadap M. tuberculosis saja. (Farmakologi dan Terapi UI
edisi 5)
Mekanisme KerjaPAS mempunyai rumus molekul yang mirip dengan
asam para-aminobenzoat (PABA). Mekanisme kerjanya sangat mirip
dengan sulfonamide. PAS bekerja dengan menghambat sintesis aam
folat pada M. tuberculosis. Sulfonamid tidak efektif terhadap M.
tuberculosis dan sebaliknya PAS tidak efektif terhadap bakteri yang
efektif terhadap sulfonamid. Perbedaan ini mungkin disebabkan
perbedaan enzin untuk sintesis asam folat yang bersifat sangat
khusus bagi masing- masing jenis mikroba. (Farmakologi dan Terapi
UI edisi 5)
FarmakokinetikPAS mudah diserap melalui saluran cerna. Obat ini
mencapai kadar tinggi dalam berbagai cairan tubuh, kecuali dalam
cairan otak. Masa paruh obat sekitar 1 jam. 80% PAS diekskresi
melalu ginjal, 50% diantaranya dalam bentuk terasetilasi. Pasien
dengan insufisiensi ginjal tidak dianjurkan menggunakan PAS karena
ekskresinya terganggu(Farmakologi dan Terapi UI edisi 5)
Efek SampingKejadian efek samping pada pemberian PAS hampir
mencapai 10%, gejala yang agak menonjol yaitu anoreksia, mual,
nyeri eigastrik, distres abdomen, dan diare; sementara pasien
dengan user peptik kurang baik menoleransi obat tersebut. (Goodman
and Gilman, 2007)SediaanPAS terdapat dalam bentuk tablet 500 mg
yang diberikan dengan dosis oral 8-12 g sehari, dibagi dalam
beberapa dosis.3. SulfonamideMekanismeSulfonamide merupakan analog
structural PABA yang dapat menghambat secara kompetitif di
hidropteroatesintase. Sulfonamide menghambat pertumbuhan dengan
cara menyekatkan sintesis folic acid (asamfolat) secara reversible.
Sulfonamide merupakan obat bakteriostatik. Sulfonamide menghambat
bakteri gram positif dan gram negative nocardia, clamidia,
trachomatis, beberapa protozoa, dan bakteri enteric misalnya
E.coli.
ResistensiResistensi terhadap sulfonamide mungkin terjadi
sebagai akibat dari mutasi-mutasi yang menyebabkan produksi PABA
yang berlebihan, dan yang menyebabkan produksi suatu enzim sintesis
asam folat yang berafinitas rendah untuk sulfonamide, dan juga
menyebabkan hilangnya permeabilitas terhadp sulfonamide.Penggunaan
klinisUntuk pengobatan infeksi saluran kemih karena
organisme-organisme yang peka dan dalam kondisi klinis.
FarmakokinetikOral yang dapat diabsorbsiSulfisoxazole dan
Sulfametoxazole bekerja untuk mengobati infeksi saluran kemih.
Dosis Sulfisoxazole untuk dewasa 1 g untuk 4 kali sehari.
Sulfametoxazole 1g untuk 2/3 kali sehari.Sulfodiazine untuk terapi
pertama pengobatan Toxoplasmosis akut. Dosis 1g untuk 4 kali sehari
dengan pyrimethamine.Sulfadoxine untuk terapi kedua dalam
pengobatan malaria.Oral yang tidak dapat diabsorbsiSulfasalazine
digunakan dalam colitis ulserativa, enteritis, dan penyakit
peradangan usus lainnya. Dimana obat ini akan dipecah oleh
mikroflorausus untuk mendapatkan sulfapiridine yang kemudian dapat
diabsorbsi secara lambat.
TopikalLarutan atau salep mata natrium sulfacetamide adalah
pengobatan yang efektif untuk konjungtivits bakteri dan juga
merupakan terapi tambahan untuk trachoma.Mafenide acetate digunakan
secara topical untuk mencegah kolonisasi bakteri dan infeksi pada
luka bakar. Mafenide diabsorbsi dari tempat-tempat luka bakar dan
mencapai kadar sistemik.
Efek samping
Paling umum adalah demam , ruam kulit, dermatidis eksfoliativa,
fotoseksitivitas, stomatitis, artritis, gangguan hematopoitik,
urtikaria, mual, muntah, dan diare. Juga menyebabkan syndrome
steven Johnson.
4.TrimetoprimMekanismeSuatu trimethoxybenzylpyrimidine yang
menghambat dihidrofolic acid reductase. Trimetoprim yang diberikan
bersama sulfonamide menghasilkan penyekatan sekuensial di dalam
sekuen metabolic sehingga menyebabkan sinergisme yang bersifat
bakterisid dibandingkan dengan aktifitas bakteriostatik dari
sulfonamide sendiri.
Resistensi
Resistensi terhadap trimethoprim dapat diakibatkan oleh
menurunnya permeabilitassel, produksi berlebihan dari enzim
dihidrofolate reductase yang telah diubah dengan mengurangi ikatan
obatnya. Dan dapat muncul karena mutasi.
Farmakodinamik
Trimetoprim biasanya diberikan secara oral, baik tunggal maupun
kombinasi dengan sulfametoxazole. Trimetoprim-sulfametoxazole dapat
diberikan secara intravena. Trimethoprim diabsorbsi dengan baik
dari usus dan distribusikan secara luas dalam cairan-cairan dan
jaringan-jaringan tubuh, termasuk cairan cerebrospinal.
Penggunaan KlinisTrimetoprim oralTrimetoprim dapat diberikan
secara tunggal 100 mg 2 kali sehari pada infeksi saluran kemih
akut.Trimetoprim dan Sulfametoxazole oralSuatu kombinasi yang
efektif untuk pengobatan pneumonia P carinii, infeksi-infeksi
salmonella sistemik, infeksi saluran kemih dengan komplikasi,
prostatitis, infeksi-infeksi mikrobakteri non tuberculosis
tertentu.
Trimetoprim dan Sulfametoxazole intravenaDigunakan untuk
pneumonia pneumocystis yang agak parah hingga parah khususnya pada
pasien penderita AIDS. Obat ini bisa digunakan untuk sepsis bakteri
gram negative, termasuk yang disebabkan oleh spesies yang resisten
terhadap obat-obat tertentu.
Efek sampingTunggal : Anemia megaloblastik, leukopenia,
garanulositopenia.Kombinasi :mual, muntah, demamobat, vaskulitis,
kerusakan ginjal, dan gangguan system saraf pusat.AIDS : demam,
ruam, leukopenia, diare, peningkatan amino transferase hati,
hyperkalemia, dan hiponatremia.