Top Banner
TUGAS FARMAKOLOGI III PENGGUNAAN ANTIMIKROBA PADA KASUS DIARE Disusun Oleh : Kelompok II I Komang Adi Swarbhawa 06.55341.00284.09 Aji Ayunita Kristiningrum 06.55348.00291.09 Anisha Sagita 06.55355.00298.09 Nur Azizah Lahdjie 06.55361.00304.09 Deti Fitria 06.55374.00317.09 Dwi Renti Astuti 06.55380.00323.09 Khairunnisa 06.55386.00329.09 Samuel Hananiel Rory 06.55395.00338.09 Nur Hijriah Putri
25

Antimikroba Diare Fix

Aug 13, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Antimikroba Diare Fix

TUGAS FARMAKOLOGI III

PENGGUNAAN ANTIMIKROBA PADA KASUS DIARE

Disusun Oleh :

Kelompok II

I Komang Adi Swarbhawa 06.55341.00284.09

Aji Ayunita Kristiningrum 06.55348.00291.09

Anisha Sagita 06.55355.00298.09

Nur Azizah Lahdjie 06.55361.00304.09

Deti Fitria 06.55374.00317.09

Dwi Renti Astuti 06.55380.00323.09

Khairunnisa 06.55386.00329.09

Samuel Hananiel Rory 06.55395.00338.09

Nur Hijriah Putri

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2009

Page 2: Antimikroba Diare Fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangSetiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia

dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Lebih dari 2 juta kasus diare akut infeksius di Amerika setiap tahunnya yang merupakan (Montgomery L.2002) penyebab kedua dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak per tahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita.

Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.

Diare akut pada orang dewasa merupakan tanda dan gejala penyakit yang umum dijumpai dan bila terjadi tanpa komplikasi, secara umum dapat di obati sendiri oleh penderita (Goldfinger SE.1987). Namun, bila terjadi komplikasi akibat dehidrasi atau toksik menyebabkan morbiditas dan mortalitas, meskipun penyebab dan penanganannya telah diketahui dengan baik serta prosedur diagnostiknya juga semakin baik.

Penatalaksanaan umum terhadap diare ialah dengan rehidrasi, dietary, obat anti diare, dan obat antimikroba. Karena kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan, self limited disease karena virus atau bakteri non-invasif, pengobatan empirik tidak dianjurkan pada semua pasien. Pengobatan empirik diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif,diare turis (traveler's diarrhea) atau imunosupresif.

Page 3: Antimikroba Diare Fix

B. TujuanAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah:1. Untuk mengetahui penyakit diare2. Untuk mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan diare3. Untuk mengetahui golongan antimikroba yang digunakan dalam

penatalaksanaan diare4. Untuk mengetahui farmakokinetik dan farmakodinamik masing-masing

golongan antimikroba dalam penatalaksanaan diare

Page 4: Antimikroba Diare Fix

BAB II

ISI

A. Diare

Diare adalah frekuensi dan liquiditas buang air besar (BAB) yang

abnormal. Frekuensi dan konsistensi BAB bervariasi dalam dan antar

individu. Sebagai contoh, beberapa individu defekasi tiga kali sehari,

sedangkan yang lainnya hanya dua atau tiga kali seminggu (Sukandar et all,

2008).

Berbagai penyebab diare akut dapat dikelompokkan oleh karena infeksi

dan non infeksi . Penyebab diare akut oleh karena infeksi saluran cerna oleh

virus, bakteri, jamut , parasit. Sedangkan penyebab non infeksi diantaranya

adalah pemakaian obat laksan, efek samping antibiotika, diabetes melitus,

psikogen. Penyebab diare kronik antara lain intoleransi disakarida,

divertikulosis, neoplasma saluran cerna, kolitis ulseratif (Samodro, 2008).

Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan

antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting).

Antibiotika hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya

kholera, shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus

(Rotavirus) (Subijanto et all, 2006).

Pemberian antimikroba secara empiris jarang diindikasikan pada diare

akut infeksi karena 40% kasus diare infeksi sembuh dalam waktu kurang dari

3 hari tanpa pemberian antimikroba. Pemberian antimikroba diindikasikan

pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses

berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi

lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada

pelancong, dan pasien immunocompromised. Pemberian antimikroba secara

empiris dapat dilakukan tetapi terapi antimikroba spesifik diberikan

berdasarkan kultur dan resistensi kuman (Zein et all, 2004).

Page 5: Antimikroba Diare Fix

Tabel Antibiotik empiris untuk Diare infeksi Bakteri (Zein et all, 2004).

Organisme Pilihan Pertama Pilihan Kedua

Campylobacter,

Shigella atau

Salmonella spp

Ciprofloksasin 500 mg oral

2x sehari, 3 – 5 hari

Salmonella/Shigella

Ceftriaxon 1gr IM/IV

sehari

TMP-SMX DS oral 2x

sehari, 3 hari

Campilobakter spp

Azithromycin, 500 mg

oral 2x sehari

Eritromisin 500 mg oral

2x sehari, 5hr

Vibrio Cholera Tetrasiklin 500 mg oral 4x

sehari, 3 hari

Doksisiklin 300 mg Oral,

dosis tunggal

Resisten Tetrasiklin

Ciprofloksacin 1gr oral

1x

Eritromisin 250 mg oral

4x sehari 3 hari

Traveler diarrhea Ciprofloksacin 500 mg TMP-SMX DS oral 2x

sehari, 3 hari

Clostridium difficile Metronidazole 250-500 mg

4x sehari, 7-14 hari oral atau

IV

Vancomycin, 125 mg

oral 4x sehari 7-14 hari

B. Antimikroba Pada Diare

1. FluorokuinolonAntimikroba golongan ini disebut demikian karena adanya atom fluor

pada posisi 6 dalam strruktur molekulnya. Daya antibakteri fluorokuinolon jauh lebih kuat dibandingkan kelompok kuinolon lainnya. Selain itu kelompok obat ini diserap dengan baik pada pemberian oral dan beberapa derivatnya tersedia juga dalam bentuk parenteral sehingga dapat digunakan untuk penanggulangan infeksi berat, khususnya yang disebabkan oleh kuman Gram-negatif. Daya antibakterinya terhadap

Page 6: Antimikroba Diare Fix

kuman Gram-positif relative lemah. Yang termasuk golongan ini adalah siprofloksasin, pefloksasin, ofloksasin, norfloksasin, enoksasin, levofloksasin, fleroksasin, dll (Setiabudy, 2007b).a) Farmakokinetik

AbsorbsiFluorokuinolon diserap lebih baik melalui saluran pencernaan

daripada asam nalidiksat. Ofloksasin, levofloksasin, galtifloksasin dan moksifloksasin adalah golongan flurokuinolon yang diserap baik sekali pada pemberian oral. Pefloksasin adalah fluorokuinolon yang absorbsinya paling baik dan masa paruh eliminasinya paling panjang. Penyerapan siprofloksasin dan mungkin juga fluorokuinolon lainnya terhambat bila diberikan bersama antasida (Setiabudy, 2007b).

DistribusiFluorokuinolon hanya sedikit yang terikat dengan protein.

Golongan ini didistribusi dengan baik pada berbagai organ tubuh. Dalam urin semua fluorokuinolon mencapai kadar yang melampaui Kadar Hambat Minimal untuk kebanyakan kuman patogen selama minimal 12 jam. Salah satu sifat fluorokuinolon yang menguntungkan ialah bahwa golongan obat ini mampu mencapai kadar tinggi dalam kelenjar prostat. Beberapa fluorokuinolon seperti siprofloksasin dan ofloksasin dapat mencapai kadar tinggi dalam cairan serebrospinal bila ada meningitis. Sifat lain yang menguntungkan adalah masa paruh eliminasinya panjang sehingga obat cukup diberikan 2 kali sehari (Setiabudy, 2007b).

Metabolisme dan EkskresiBioavailabilitas pada pemberian per oral sama dengan pemberian

parenteral. Kebanyakan fluorokuinolon dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui ginjal. Sebagian kecil obat akan dikeluarkan melalui empedu. Hemodialisis hanya sedikit mengeluarkan fluorokuinolon dari tubuh sehingga penambahan dosis umumnya tidak diperlukan (Setiabudy, 2007b).

b) FarmakodinamikFluorokuinolon bekerja dengan mekanisme yang sama dengan

kelompok kuinolon yang terdahulu. Fluorokuiolon baru menghambat topoisomerase II (=DNA dirase) dan IV pada kuman. Enzim topoisomerase II berfungsi menimbulakn relaksasi pada DNA yang mengalami positive supercoiling (pilinan positif yang berlebihan) pada

Page 7: Antimikroba Diare Fix

waktu trankripsi dalam proses replikasi DNA. Topoisomerase IV berfungsi dalam pemisahan DNA baru yang terbentuk setelah proses replikasi DNA kuman selesai (Setiabudy, 2007b).

IndikasiFluorokuinolon digunakan untuk indikasi yang jauh lebih luas,

antara lain:1) ISK yang disebabkan oleh kuman-kuman yang multiresisten dan P.

aeruginosa.2) Infeksi Saluran Cerna. Fluorokuinolon efektif untuk diare yang

disebabkan oleh Shigella, Salmonella, E. coli, dan Campylobacter.3) Infeksi Saluran Nafas.4) Penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.5) Infeksi tulang dan sendi6) Infeksi kulit dan jaringan lunak

Efek Samping1) Saluran cerna mual, muntah dan rasa tidak enak di perut.2) Susunan Saraf Pusat sakit kepala dan pusing3) Hepatotoksisitas4) Kardiotoksisitas5) Disglikemia6) Fototoksisitas7) Tendinitis dan sindroma hemolisis, gagal ginjal, serta

trombositopeni.

Kontra IndikasiGolongan kuinolon hingga sekarang tidak diindikasikan untuk

anak (sampai 18 tahun) dan wanita hamil karena data dari penelitian hewan menunjukkan bahwa golongan obat ini dapat menimbulkan kerusakan sendi.

Interaksi Obat1) Fluorokuinolon + Antasida dan preparat Fe absorbsi

fluorokuinolon dapat berkurang hingga 50%. Penggunaan antasida dan preparat harus diberikan dengan selang waktu 3 jam.

2) Fluorokuinolon + Teofilin menghambat metabolisme teofilin dan meningkatkan kadar teofilin dalan darah sehingga dapat terjadi intoksikasi.

3) Fluorokuinolon + obat-obat yang dapat memperpanjang QTc.

Page 8: Antimikroba Diare Fix

2. Kotrikmoxazole

Trimetropin dan sulfametoxazole menghambat reaksi enzimatik

obligat pada 2 tahap yang berurutan ehingga kombinasi kedua obat

memberikan efek sinergi. Kombinasi ini lebih dikenal dengan nama

kotrimoxazole (Mariana, 2007).

a) Kimia

Trimetropin adalah suatu diaminopirimidin yang bersifat basa

lemah dengan pKa 7,3 dan sedikit larut dalam air (Mariana,2007).

b) Aktivitas antimikroba

Spectrum antibakteri trimetropin sama dengan sulfametoxazole,

meskipun daya antibakterinya 20-100 kali lebih kuat dari

sulfametoxazole. Mikroba penyebab diare yang peka terhadap

kombinasi TMP/SMX ialah: E.Coli,Salmonella, Shigella.

Aktivitas antibakteri kotrimoxazole berdasarkan atas kerjanya dua

tahap yang berurutan dalam reaksi enzimatik untuk membentuk asam

tetrahidroclorat. Sulfanamid menghambat msuknya molekul paba ke

dalam molekul asam folat dan trimetropim menghambat terjadinya

reduksi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat penting

untuk reaksi-reaksi pemindahan 1 atom C, seperti pembentukan basa

purin dan beberapa asam amino. Sel-sel mamalia menggunakan folat

jadi yang terdapat dalam makanan dan tidak mensintesis senyawa

tersebut (Mariana,2007).

c) Farmakokinetik

Rasio kadar sulfametoksazole dan trimetropim yang ingin dicapai

dalam darah ialah sekitar 20 : Karena sifatnya yang lipofilik,

trimetropim mempunyai volume distribusi yang lebih besar daripada

sulfametoksazol. Dengan memberikan sulfametoksazol 800 mg dan

trimetropim 160 mg per oral (ratio sulfametoksazol : trimetropim =

5 : 1) dapat diperoleh rasio kadar kedua obat tersebut dalam darah

kurang lebih 20 : 1.

Page 9: Antimikroba Diare Fix

Trimetropim cepat didistribusi ke dalam jaringan dan kira-kira

40% terikat pada protein plasma dengan adanya sulfametoksazol.

Volume distribusi trimetropim hampir 9 kali lebih besar daripada

sulfametoksazol. Obat masuk ke CSS dan saliva dengan mudah.

Masing-masing komponen juga ditemukan dalam kadar tinggi di

dalam empedu. Kira-kira 65% sulfametoksazol terikat pada protein

plasma. Sampai 60% trimetropim dan 25-50% sulfametoksazol

diekskresi melalui urin dalam 24 jam setelah pemberian. Dua-pertiga

dari sulfonamide tidak mengalami konjugasi. Metabolit trimetropim

ditemukan juga dalam urin. Pada pasien uremia, kecepatan ekskresi

dan adar urin kedua obat jelas menurun (Mariana,2007).

d) Sediaan

Kotrimoxazole tersedia dalam bentuk tablet oral, mengandung 400

mg sulfametoxazole dan 80 mg trimeptropim atau 800 mg

sulfametoksazole dan 160 mg trimeptropim. Untuk anak tersedia juga

bentuk suspensi oral yang mengandung 200 mg sulfametoxazole dan

40 mg trimeptropim/ 5 ml, serta tablet pediatrik yang mengandung

100 mg sulfametoxazole dan 20 mg trimeptropim. Untuk pemberian

IV tersedian sediaan infus yang mengandung 400 mg sulfametoxazole

dan 80 mg trimeptropim/ 5 ml. Dosis dewasa pada umumnya ialah

800 mg sulfametoksazole dan 160 mg trimeptropim setiap 12 jam.

Pada infeksi yang lebih berat dosis lebih besar. Pada pasien gagal

ginjal, diberikan dosis biasa bila klirens kreatinin lebih dari 30

ml/menit; bila klirens kreatinin 15-30 ml/menit, dosis 2 tablet

diberikan setiap 24 jam dan bila klirens kreatinin kurang dari 15

ml/menit, obat ini tidak boleh diberikan.

Dosis yang dianjurkan pada anak ialah tripmeptropim 8 mg/kgBB/

hari dan sulfametoxazole 40 mg/kgBB/hari yang diberikan dalam 2

dosis. Pemberian pada anak dibawah usia atahun dan ibu hamil atau

menyusui tidak dianjurkan. Trimeptropim juga terdapat sebagai

sediaan tunggal dalam bentuk tablet 100 dan 200 mg (Mariana,2007).

Page 10: Antimikroba Diare Fix

e) Efek samping

Pada dosis yang dianjurkan tidak terbukti bahwa kotrimoxazole

menimbulkan defisiensi folat pada orang normal. Namun batas antara

toksisitas untuk bakteri dan untuk manusia relatif sempit bila sel tubuh

mengalami defisiensi folat. Dalam keadaan demikian obt ini mungkin

menimbulkan megaloblastosis, leukopenia, atau trombositopenia.

Kombinasi trimetropim dan sulfametoxazole dilaporkan dapat

menimbulkan reaksi kulit sampai tiga kali lebih sering dibandingkan

sulfixazole pada pemberian tunggal (5,9% vs 1,7%). Glositis dan

stomatitis relatif sering terjadi. Ikterus terutama terjdi pada pasien yang

sebelumnya telah mengalami hepatitis kolestatik alergik. Reaksi

hematologik lainnya ialah berbagai macam anemia (aplastik, hemolitik

dan makrositik), gangguan koagulasi, granulositopenia,agranulositosis,

purpura, purpura Henoch-Schonlein dan sulfhemoglobinemia.

Pemberian diuretik sebelumnya atau bersamaan dengan

kotrikmoxazole dapat mempermudah timbulnya trombositopenia,

terutama pada pasien usia lanjut dengan payah jantung ; kematian

dapat terjadi. Pada pasien AIDS yang diberikan pengobatan

kotrikmoxazole untuk infeksi Pneumocystis carinii, sering terjadi efek

samping demam, lemah, erupsi kulit, dan pansitopenia (Mariana,2007).

f) Penggunaan Klinik

Kotrimoxazole dapat digunakan pada infeksi saluran kemih, infeksi

saluran cerna, infeksi saluran napas, infeksi saluran cerna, infeksi oleh

Pneumocystis carinii, infeksi genitalia, dan infeksi lainnya.

Penggunaan untuk infeksi saluran cerna digunakan sedian kombinasi

yang berguna untuk Shigellosis karena beberpa strain mikroba

penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin. Kotrikmoxazole efektif

untuk carier S. typhi dan Salmonella spesien lainnya. Dosis yang

dianjurkan: 160 mg trimeptripim -800 mg sulfametoxazole dua kali

sehari selam 3 bulan, tepai dengan dosis ini penyakit masih sering

kambuh. Terjdinya penyakit kronik pada kandung empedu diduga

Page 11: Antimikroba Diare Fix

karena kegagalam menghilangkan carier state ini. Diare akaut karena

E. coli dapat dicegah atau diobati dengan pemberian trimeptropim

tunggal tau kotrimoxazole (Mariana,2007).

3. Tetrasiklin

a) Asal dan Kimia

Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama kali berhasil

ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces

aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces

rimosus. Tetrasiklin dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin

tetapi dapat dibuat juga dari golongan Streptomyces yang lain.

Tetrasiklin bersifat basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk

garam natrium atau garam HCl mudah larut (Setiabudy,2007a).

b) Aktivitas Antimikroba

Tetrasiklin merupakan antibiotik berspektrum luas yang

menghambat sintesis protein. Antibiotik ini bersifat bakteriostatik

terhadap berbagai bakteri gram positif dan gram negative termasuk

anaerob, ricketsiae,chlamidiae,mycoplasma,serta aktivitas beberapa

protozoa misalnya amoeba. Tetrasiklin memasuki mikroorganisme

melalui difusi pasif dan transport aktif yang tergantung pada energi.

Sel-sel yang rentan akan mengkonsentrasi obat secara intraseluler.

Begitu berada dalam sel, tetrasiklin akan mengikatkan diri secara

reversible ke subunit 30s dari ribosom bakteri sehingga menghambat

ikatan tRNA-aminoasil ke situs aseptor ke kompleks ribosom mRNA.

Hal ini akan menghalangi penambahan asam amino ke peptide yang

sedang dibentuk (Katzung, 2004).

c) Farmakokinetik

Absorbsi

Hampir 30-80% tetracycline diserap lewat saluran cerna.

Doxyciclyn dan minoxyclin diserap lebih dari 90%. Absorbs ini

sebagian besar berlangssung di lambung dan usus halus bagian atas.

Terdapat beberapa faktor yang menghambat absorbsi tetracycline

Page 12: Antimikroba Diare Fix

seperti makanan dalam lambung (kecuali minoxyclin dan doxicyclin),

pH tinggi,pembentukan kelat (kompleks tet racyclin dengan zat lain

yang sulit diserap, seperti Ca2+, Mg2+, Fe2+, Al3+ yang terdapat dalam

susu dan antasida). Sehingga tetracycline lebiih baik diberikan

sebelum atau 2 jam sesudah makan (Setiabudy, 2007a).

Distribusi

Di dalam plasma semuajenis tetracycline terikat oleh protein

plasma dalam jumlah yang bervariasi. Pemberian oral 250mg

tetracycline,klortetracyclin dan oksitetracyclin tiap 6 jam

menghasilkan kadar sekitar 2-2,5µg/mL.

Masa paruh doksisiklin tidak berubah pada insufisiensi ginjal

sehingga obat ini boleh diberikan pada gagal ginjal. Dalam cairan

serebrospinal kadar golongan tetracycline hanya 10-20% kadar dalam

serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya meningitis.

Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat

golongan ini ditimbun dalam system retikuloendotelial di hati, limfa

dan sumsum tulang, serta di dentin dan email gigi yang belum

bererupsi. Golongan tetracycline menembus sawar uri, dan terdapat

dalam air susu ibu dalam kadar yang relative tinggi. Dibandingkan

dengan tetracycline lainnya, daya penetrasi doksisiklin dan minosiklin

ke jaringan yang lebih baik.

Metabolisme

Obat golongan ini tidak dimetabolisme secara berarti di hati.

Doksisiklin dan minosiklin mengalami metabolisme di hati yang cukup

berarti sehingga aman diberikan pada pasien gagal ginjal.

Ekskresi

Tetrasiklin diekskresi terutama pada empedu dan urin. Konsentrasi

dalam empedu melebihi konsentrasi dalam serum 10 kali lipat.

Page 13: Antimikroba Diare Fix

Sebagian obat yang diekskresi dalam empedu diabsobsi ulang oleh

usus (sirkulasi enterohepatis) yang mempertahankan kadar dalam

serum. Sekitar 10-50% tetracycline diekskresi melalui urin, terutama

melalui filtrasi dalam glomerulus. Sekitar 10-40% dalam tubuh

diekskresi dalam feses. Berbeda dengan tetracyklin yang lain,

doksisiklin dieliminasi oleh mekanisme non ginjal, tidak terakumulasi

secara signifikan dalam kondisi ginjal yang rusak dan tidak

memerlukan penyesuaian dosis. Oleh sebab itu, doksisiklin merupakan

tetracycline pilihan dalan keadaan menurunnya fungsi ginjal.

d) Dosis obat

1) Dosis oral : dewasa : 0,25-0,5 mg 4 kali sehari

Anak-anak : 20-40 mg/kg/hari (usia 8 tahun ke atas)

Dosis harian : 600mg untuk demeclocyclin atau methacycline, 100

mg 1-2 kali /hari untuk doxycylin dan 100 mg 2 kali/hari untuk

minocyclin.

2) Dosis parenteral :

Tetracycline tersedia untuk suntikan IV dalam dosis 0,1-0,5 g tiap

6-12 jam, tergantung pada agen yang digunakan. Suntikan IM tidak

dianjurkan karena menimbulkan nyeri dan peradangan pada

tempat suntikan. Doxycyclin merupakan agen yang lebih dipilih,

dengan dosis 100mg tiap 12-24 jam.

e) Pengggunaan klinik

Tetracycline dapat digunakan pada infeksi karena mikoplasma

pneumonie, clamydiae, ricketsia dan beberapa spirocetae. Tetracycline

dapat diterapkan dalam beberapa infeksi bakteri gram positif maupun

gram negative termasuk infeksi vibrio, apabila organismenya tidak

resisten. Dalam kasus kolera, tetracycline dengan cepat menghentikan

pembelahan vibrio, namun telah timbul resistensi terhadap tetracycline

selama epidemic. Tetracycline terkadang diterapkan dalam infeksi-

infeksi protozoa, misalnya yang disebabkan oleh Entamoeba

histolytica dan Plasmodium falciparum (Katzung, 2004).

Page 14: Antimikroba Diare Fix

f) Efek Samping

Tetracycline memiliki beberapa efek yang tidak diinginkan antara

lain pada saluran cerna dapat menimbulkan mual-mual, muntah-

muntah, dan iritasi langsung dalam saluran cerna. Iritasi lambung

sering terjadi terutama pada pemberian per oral. Tetracycline akan

terikat secara langsung dengan kalsium yang tersimpan pada tulang

atau gigi yang baru terbentuk pada anak-anak. Sehingga apabila

diberikan pada masa kehamilan, maka obat akan tersimpan dalam gigi

sang janin dan mengakibatkan pendaran (fluorescence), pemudaran

warna, dan displasia enamel. Apabila tersimpan dalam tulang akan

menimbulkan kelainan bentuk atau hambatan pertumbuhan. Obat ini

dapat merusak fungsi hati, khususnya pada masa kehamilan, pada

pasien-pasien dengan penurunan fungsi hati bawaan, dan bila dosis

tinggi diberikan secara intravena. Tetracyclin (kecuali doxycyclin)

dapat terakumulasi hingga mencapai kadar toksik pada pasien-pasien

dengan kerusakan fungsi ginjal. Tetracyclin juga dapat menimbulkan

rasa pusing, vertigo, mual dan muntah (Katzung, 2004; Setiabudy,

2007a).

Page 15: Antimikroba Diare Fix

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Diare adalah frekuensi dan liquiditas buang air besar (BAB) yang abnormal.

2. Diare terdiri dari : diare akut (infeksi dan non infeksi) dan diare kronik.

3. Antibiotika tidak selalu diberikan pada semua penderita diare karena umumnya dapat sembuh sendiri tetapi Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare ( shigella dan kolera).

4. Cotrimomoxazole (Trimetropin dan sulfametoxazole) menghambat tetrahidrofolat menghambat pembentukan purin dan asam amino.

5. Tetrasiklin mengikatkan secara reversible subunit 30s (ribosom bakteri) menghambat ikatan tRNA-aminoasil ke kompleks ribosom mRNA menghambat penambahan asam amino ke peptide.

6. Fluorokuiolon menghambat topoisomerase II (=DNA dirase) dan IV pada kuman menimbulakn relaksasi pada DNA trankripsi dalam proses replikasi DNA dan pemisahan DNA baru yang terbentuk setelah proses replikasi DNA kuman selesai.

B. Saran

1. Diperlukan diagnose yang tepat pada penyakit.

2. Diperlukan pemahaman mengenai farmakokinetik dan farmakodinamik pada tiap obat agar diperoleh sasaran terapi yang tepat dan menghindari terjadinya efek samping.

Page 16: Antimikroba Diare Fix

DAFTAR PUSTAKA

Golgfinger SE. (1987). Constipation, Diarrrhea, and Disturbance of Anorectal

Function. In Braunwald,E, et all (Eds), Harrison’s Principles of

Internal Medicine 11th Edition. New York: McGraw Hill Book

Company.

Katzung, B. (2004). Farmakologi Dasar dan Klinik (8th ed. Vol. 3). Jakarta:

Salemba Medika.

Mariana, Yanti dan Rianto Setyabudi. (2007). Sulfonamid, Kotrimoksazol dan

Antiseptik Saluran Kemih. In Rianto Setiabudy (Ed.), Farmakologi dan

Terapi (5th ed., pp. 606-609). Jakarta: Gaya Baru.

Montgomery, L. (2002). What is The Best Way to Evaluate Acute Diarrhea?

Journal of Family Practice.

Samodro, P. (2008). Patofisiologi Diare [Electronic Version]. Retrieved March,

17 2009, from http://pugud.blogspot.com/2008/05/patofisiologi-

diare.html

Setiabudy, R. (2007a). Antimikroba Golongan Tetrasiklin dan Kloramfenikol. In

R. Setiabudy (Ed.), Farmakologi dan Terapi (5th ed., pp. 694-704).

Jakarta: Gaya Baru.

Setiabudy, R. (2007b). Antimikroba Golongan Kuinolon dan Flourokuinolon. In

R. Setiabudy (Ed.), Farmakologi dan Terapi (5th ed., pp. 718-722).

Jakarta: Gaya Baru.

Sukandar,Elin Yulinah A., Dr. Retnosari Andtajati, Apt. Dr.Joseph I. Sigit, Apt,

Dr.I Ketut Adnyana, Apt, Drs. Adji Prayitno Setiadi, MS., Apt, Dr.

Kusnandar, Apt. (2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI

Penerbitan.

Umar Zein, K. H. S., Josia Ginting. (2004). [Electronic Version]. Diare Akut

Disebabkan Bakteri. Retrieved March, 17 2009