Top Banner
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA TRIANI, S.Farm. 1206313116 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013
145

ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

Nov 08, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK KIMIA FARMA No.48

JL. MATRAMAN RAYA NO. 55

JAKARTA TIMUR

PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

FIENDA TRIANI, S.Farm.

1206313116

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JUNI 2013

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 2: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK KIMIA FARMA No.48

JL. MATRAMAN RAYA NO. 55

JAKARTA TIMUR

PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Apoteker

FIENDA TRIANI, S.Farm.

1206313116

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JUNI 2013

ii

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 3: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 4: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang selalu dan senantiasa mencurahkan berkat dan anugerah-Nya sehingga

penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek

Kimia Farma No. 48 pada periode 3 April - 30 April 2013. Kegiatan PKPA

bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dan mengaplikasikan ilmu yang

telah diperoleh selama perkuliahan.

Laporan PKPA ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian

akhir Apoteker pada Fakultas Farmasi UI. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan laporan ini, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Priyanggo Artadji M. Apt., selaku pembimbing dari Apotek Kimia

Farma no. 48 Jl. Matraman Raya no. 55 Jakarta Timur.

2. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi UI dan pembimbing di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI

yang telah memberikan kesempatan, arahan, dan bimbingan kepada penulis

selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di Apotek Kimia Farma No.

48.

3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI.

4. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma no. 48 atas segala

keramahan, pengarahan, dan bantuan selama penulis melaksanaan PKPA.

5. Seluruh dosen pengajar dan tata usaha program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi UI yang telah membantu kelancaran dalam perkuliahan dan

penyusunan laporan ini;

6. Keluarga tercinta atas semua dukungan, kasih sayang, perhatian, kesabaran,

dorongan, semangat, dan doa yang tidak henti-hentinya;

7. Teman-teman Apoteker Angkatan 76 Fakultas Farmasi UI atas dukungan dan

kerjasama selama ini;

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah turut

serta membantu selama penyusunan laporan ini.

iv

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 5: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

Penulis berharap agar Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih terdapat banyak

kekurangan dalam penulisan laporan ini. Semoga laporan PKPA ini dapat berguna bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia farmasi pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya.

Penulis

2013

v

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 6: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan

dibawah ini:

Nama : Fienda Triani

NPM : 1206313116

Program Studi : Profesi Apoteker

Fakultas : Farmasi

Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive RoyaltyFree

Right)atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Apotek Kimia Farma No. 48 Jl.

Matraman Raya No. 55 Periode 3 April- 30 April 2013.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis atau pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 1 Juli 2013

Yang menyatakan

(Fienda Triani)

viii

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 7: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL... ......................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ... ............................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ... ............................................................................. iii

KATA PENGANTAR ... .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ... ....................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ... ........................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ........................................................................................ ix

1. PENDAHULUAN ... ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ... ....................................................................................... 1

1.2 Tujuan ... .................................................................................................... 1

2. TINJAUAN UMUM APOTEK ... ................................................................. 3

2.1 Definisi Apotek ... .................................................................................... 3

2.2 Landasan Hukum Apotek ... ................................................................... 3

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek ... ................................................................... 4

2.4 Persyaratan Pendirian Apotek ... ............................................................ 4

2.5 Tata Cara Perizinan Apotek ... ................................................................ 8

2.6 Pencabutan Surat Izin Apotek ... ............................................................ 10

2.7 Pengelolaan Apotek ................................................................................ 11

2.7.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian ... ................................................ 11

2.7.1.1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi dan Alat

Kesehatan... .................................................................. 11

2.7.1.2. Pengelolaan Resep... ................................................... 16

2.7.1.3. Pengelolaan Narkotika... ............................................. 17

2.7.1.4. Pengelolaan Psikotropika... ........................................ 19

2.7.2 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian ... ........................................ 21

2.8 Penggolongan Obat Menurut Undang-Undang ... ................................. 22

2.8.1 Obat Bebas .................................................................................. 22

2.8.2 Obat Bebas Terbatas ... ............................................................... 22

2.8.3 Obat Keras dan Psikotropika ... .................................................. 23

2.8.4 Obat Narkotika ... ........................................................................ 24

2.8.5 Obat Wajib Apotek ... ................................................................. 25

2.8.6 Obat Generik ... ........................................................................... 26

2.9 Pelayanan Apotek ... ................................................................................ 26

2.9.1 Pelayanan Resep ......................................................................... 27

2.9.2 Promosi dan Edukasi ... .............................................................. 28

2.9.3 Pelayanan Residensial (Home Care) ... ..................................... 29

2.9.4 Pelayanan Swamedikasi ... ......................................................... 29

3. TINJAUAN PT. KIMIA FARMA (Persero), Tbk ... ................................. 32

3.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk ................................................ 32

vi

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 8: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

3.2 Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk ... ................................ 33

3.2.1 Visi ... ....................................................................................... 33

3.2.2 Misi ... ....................................................................................... 33

3.3 Maksud dan Tujuan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk ... ...................... 33

3.4 Budaya Perusahaan ... ............................................................................ 34

3.5 Struktur Organisasi Perusahaan ... ......................................................... 35

3.6 Bidang Kegiatan ... ................................................................................ 36

3.6.1 PT. Kimia Farma Holding ... ................................................... 36

3.6.2 PT. Kimia Farma Apotek ... ...................................................... 38

3.6.3 PT. Kimia Farma Trading and Distribution ... ......................... 40

3.7 Logo... .................................................................................................... 41

4. TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NO 48 ... ................ 43

4.1 Struktur Organisasi dan Personalia ....................................................... 43

4.2 Lokasi dan Tata Ruang Apotek ... ......................................................... 46

4.2.1 Lokasi ... ................................................................................... 46

4.2.2 Tata Ruang Apotek ... ............................................................... 47

4.3 Kegiatan Apotek Kimia Farma No. 48 ... .............................................. 49

4.3.1 Pengadaan Perbekalan Farmasi ... ........................................... 49

4.3.2 Penerimaan Barang ... ............................................................... 52

4.3.3 Penyimpanan Barang ... ............................................................ 53

4.3.4 Penjualan ... .............................................................................. 54

4.3.5 Pengendalian ... ......................................................................... 58

4.3.6 Pengelolaan Narkotika ... .......................................................... 59

4.3.7 Pengelolaan Psikotropika ... ..................................................... 61

4.3.8 Pemusnahan Resep ... ............................................................... 62

4.3.9 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian .......................................... 62

5. PEMBAHASAN ... ....................................................................................... 64

6. KESIMPULAN DAN SARAN ... .............................................................. 70

6.1 Kesimpulan ... ........................................................................................ 70

6.2 Saran ...................................................................................................... 70

DAFTAR ACUAN ... .......................................................................................... 72

vii

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 9: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas ... ....................................................................... 22

Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas ... ........................................................ 22

Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas ... .................................... 23

Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras ... ....................................................................... 23

Gambar 2.5 Penandaan Obat Narkotika ... ................................................................ 24

Gambar 2.6 Penandaan Obat Generik ....................................................................... 26

Gambar 3.1 Logo Kimia Farma ... ............................................................................. 41

viii

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 10: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.. . .................... 73

Lampiran 2 Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek ... ............................... 74

Lampiran 3 Struktur Organisasi Business Manager Jaya II. .. .............................. 75

Lampiran 4 Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Trading and Distribution 76

Lampiran 5 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma no. 48 Matraman ... ......... 77

Lampiran 6 Alur Pengadaan Apotek Kimia Farma no. 48 ... ................................ 78

Lampiran 7 Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) ... ...................................... 79

Lampiran 8 Dokumen Dropping dari BM ke Apotek Kimia Farma.. . ................. 80

Lampiran 9 Dokumen Dropping dari Apotek Kimia Farma ke Apotek

Kimia Farma Lainnya ... .................................................................... 81

Lampiran 10 Alur Pelayanan Resep... ..................................................................... 82

Lampiran 11 Format Layanan Informasi Obat Untuk Pasien Dengan Resep

Dokter ... ................................................................................................. 83

Lampiran 12 Salinan Resep ... ..................................................................................... 84

Lampiran 13 Kuitansi Pembayaran Tunai ... .............................................................. 85

Lampiran 14 Etiket dan Bungkus Obat ... .................................................................. 86

Lampiran 15 Label obat.. . ........................................................................................... 87

Lampiran 16 Kolom HTKP... ...................................................................................... 88

Lampiran 17 Alur Pelayanan Penjualan Bebas. .. ...................................................... 89

Lampiran 18 Alur Penjualan Obat Wajib Apotek melalui UPDS ... ........................ 90

Lampiran 19 Format Layanan Informasi Obat Untuk Pasien Swamedikasi ... 91

Lampiran 20 Kartu Stok ... .......................................................................................... 92

Lampiran 21 Surat Pesanan Narkotika... .................................................................... 93

Lampiran 22 Format Laporan Penggunaan Narkotika ... .......................................... 94

Lampiran 23 Berita Acara Pemusnahan Narkotika... ................................................ 95

Lampiran 24 Daftar dan Jumlah Narkotika yang Dimusnahkan............................... 96

Lampiran 25 Surat Pesanan Psikotropika.. . ............................................................... 97

Lampiran 26 Format Laporan Penggunaan Psikotropika ... ...................................... 98

Lampiran 27 Berita Acara Pemusnahan Resep. .. ...................................................... 99

Lampiran 28 Contoh Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH) ... ................... 100

ix

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 11: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari

pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pada pasien (patient

oriented) yang mengacu kepada Pharmaceutical Care (PC). Kegiatan

pelayanan kefarmasian yang semula terfokus pada pengelolaan obat sebagai

komoditi menjadi sebuah bentuk pelayanan yang komperhensif dengan tujuan

meningkatkan kualitas hidup pasien. Dengan adanya perubahan tersebut, apoteker

dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan

berkomunikasi dengan pasien agar dapat memberikan pelayanan yang baik.

Adanya interaksi antara apoteker dengan pasien ini diharapkan mampu

mendukung tercapainya tujuan terapi. (Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1027/ Menkes/SK/IX/2004, 2004)

Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) adalah bentuk pelayanan

dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian

untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian

menggambarkan adanya nteraksi antara apoteker dengan pasien dan rekan sejawat

lainnya seperti dokter dan perawat. Bentuk interaksi antara apoteker dengan

pasien tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi obat,

monitoring penggunaan obat untuk memastikan tujuan akhir terapi dapat dicapai

dan proses terapi yang terdokumentasi dengan baik. Adanya interaksi yang baik

ini dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam pengobatan (medication

error). Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia nomor 1027 tahun 2004

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian, medication error adalah kejadian merugikan

pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang

seharusnya dapat dicegah. Apoteker juga dapat memberikan konseling bagi pasien

untuk meningkatkan pemahaman pasien terhadap terapi yang dijalaninya.

Penigkatan pemahaman ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien

terhadap terapi yang sedang dijalaninya.

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 12: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

2

Apoteker sebagai penanggung jawab sebuah apotek memiliki peranan yang

besar dalam menjalankan fungsi apotek berdasarkan nilai bisnis maupun fungsi

sosial, terutama perannya dalam menunjang upaya kesehatan dan sebagai penyalur

perbekalan farmasi kepada masyarakat. Apoteker dituntut untuk dapat

menyelaraskan kedua fungsi tersebut. Kondisi masyarakat yang semakin kritis

terhadap kesehatan mereka dan kemudahan mengakses informasi menjadi

tantangan tersendiri bagi apoteker di masa depan. Kunjungan masyarakat ke

apotek kini tak sekedar membeli obat, namun untuk mendapatkan informasi

legkap tentang obat yang diterimanya.

Kesiapan institusi pendidikan dalam menyediakan sumber daya manusia

yang berkualitas dan mempunyai kompetensi menjadi faktor penting dalam

melahirkan apoteker masa depan yang profesional dan berwawasan serta

keterampilan yang cukup. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek

Kimia Farma merupakan perwujudan nyata dari Program Profesi Apoteker

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang bekerjasama dengan PT. Kimia

Farma Apotek untuk mempersiapkan apoteker masa depan yang kompeten di

bidangnya.

1.2. Tujuan

Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma

bertujuan agar calon apoteker:

a. Memahami peran dan fungsi apoteker di Apotek.

b. Mempelajari tata cara pengelolaan dan pelayanan apotek yang baik melalui

pengamatan langsung kegiatan yang dilakukan selama PKPA di apotek.

c. Mempelajari konsep swalayan farmasi sebagai bentuk modifikasi

pengembangan apotek.

d. Mempelajari tata cara berkomunikasi yang efektif dengan pasien terutama

saat memberikan informasi obat, edukasi, dan konseling mengenai terapi

suatu penyakit.

e. Mempelajari tata cara membantu pasien dalam melakukan kegiatan

swamedikasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 13: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

BAB 2

TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1. Definisi Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009

tentang Pekerjaan Kefarmasian dalam ketentuan umum, dijelaskan bahwa apotek

adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh

apoteker. Sementara berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/MENKES/PER/X/1993

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan

apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Pekerjaan Kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 51 tahun 2009 adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan

farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan

informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan

farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.

Dalam pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh Apoteker, yang telah

mengucapkan sumpah jabatan dan telah memperoleh Surat Izin Apotek (SIA) dari

Dinas Kesehatan setempat

2.2. Landasan Hukum Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang

diatur dalam:

a. Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

b. Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

c. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang

Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965 tentang Apotek.

e. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 14: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

4

f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja

Tenaga Kefarmasian.

h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek.

2. 3. Tugas dan Fungsi Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980

tentang Perubahan dan Tambahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun

1965 Tentang Apotek, tugas dan fungsi apotek adalah:

a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan.

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

d. Sebagai sarana informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan

lainnya.

2.4. Persyaratan Pendirian Apotek

Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apoteker

(SIA). Surat Izin Apoteker (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan

pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek disuatu tempat

tertentu (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 15: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

5

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Tata Cara Pemberian Izin Apotek, pada BAB

IV Pasal 6 menyebutkan persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut :

a. Untuk mendapatkan izin apotek, Apoteker yang telah memenuhi persyaratan

baik yang bekerjasama dengan pemilik sarana atau tidak, harus siap dengan

tempat (lokasi dan bangunan), perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan

perbekalan farmasi yang lain, merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

b. Sarana apotik dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan

pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi.

c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan

farmasi.

Persyaratan lain yang harus diperhatikan untuk mendirikan suatu apotek

antara lain:

a. Lokasi dan Tempat

Jarak minimum antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, tetapi tetap

mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan,

jumlah penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan dan hygiene

lingkungan. Selain itu apotek dapat didirikan di lokasi yang sama dengan

kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi (Firmansyah, M.,

2009). Apotek harus dapat dengan mudah di akses oleh masyarakat. Pada

halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata „Apotek‟.

b. Bangunan dan Kelengkapannya

Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai sehingga dapat

menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek (Firmansyah, M.,

2009). Persyaratan teknis bangunan apotek setidaknya terdiri dari (Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, 2002) :

1) Ruang tunggu pasien.

2) Ruang peracikan dan penyerahan obat.

3) Ruang administrasi.

4) Ruang penyimpanan obat.

5) Ruang tempat pencucian alat.

6) Kamar kecil (WC).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 16: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

6

Selain itu bangunan apotek harus dilengkapi dengan (Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, 2002):

1) Sumber air yang memenuhi persyaratan kesehatan.

2) Penerangan yang cukup sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan

fungsi apotek.

3) Alat pemadam kebakaran minimal dua buah yang masih berfungsi

dengan baik.

4) Ventilasi dan sistem sanitasi yang memenuhi persyaratan hygiene lainnya.

5) Papan nama apotek, yang memuat nama apotek, nama APA, nomor Surat

Izin Apotek (SIA), alamat apotek dan nomor telpon apotek (bila ada).

c. Perlengkapan Apotek (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2002)

Perlengkapan yang harus tersedia di apotek adalah:

1) Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan, seperti timbangan, mortar,

dan gelas ukur.

2) Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari

obat dan lemari pendingin.

3) Wadah pengemas dan pembungkus seperti plastik pengemas dan kertas

perkamen.

4) Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropik, dan bahan beracun.

5) Alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kuitansi, kartu stok,

dan salinan resep.

6) Buku standar yang diwajibkan antara lain Farmakope Indonesia.

d. Tenaga Kerja atau Personalia Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

889/MENKES/PER/V/2011, tenaga kefarmasian adalah tenaga yang

melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas apoteker dan tenaga

teknis kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus

sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam

menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli

Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga menengah Farmasi atau Asisten

Apoteker.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 17: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

7

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1332/Menkes/SK/2002, personil apotek terdiri dari:

1) Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah memiliki

Surat Izin Apotek.

2) Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di

samping APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari

buka apotek.

3) Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA selama

APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus-

menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak

sebagai APA di apotek lain.

4) Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-

undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten

apoteker yang berada di bawah pengawasan apoteker.

Selain itu, terdapat tenaga lainnya yang dapat mendukung kegiatan di

apotek yaitu (Umar, M., 2011):

1) Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker.

2) Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan,

dan pengeluaran uang.

3) Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi

apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan, dan

keuangan apotek.

e. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)

Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian

wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin

tersebut berupa:

1) SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan

kefarmasian;

2) SIPA bagi Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian;

3) SIK bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas

produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 18: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

8

Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, seorang

apoteker harus memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). STRA ini

dapat diperoleh jika seorang apoteker memenuhi persyaran sebagai berikut:

1) Memiliki ijazah apoteker.

2) Memiliki sertifikat kompetensi apoteker.

3) Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah atau janji apoteker.

4) Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang mempunyai surat

izin praktek.

5) Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika

profesi.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja

Tenaga Kefarmasian STRA dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan

mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite Farmasi Nasional (KFN).

STRA berlaku selama lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama

memenuhi persyaratan. Setelah mendapatkan STRA apoteker wajib mengurus

SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan

kefarmasian dilakukan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:

1) Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;

2) Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat

keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari

pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran;

3) Surat rekomendasi dari organisasi profesi;

4) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm

sebanyak dua lembar.

2.5. Tata Cara Perizinan Apotek

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI

No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek

adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 19: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

9

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1.

b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima

permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk

melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apoteker melakukan kegiatan.

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-

lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat

dengan menggunakan formulir APT-3.

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam butir (b) dan (c),

jika tidak dilaksanakan maka apoteker pemohon dapat membuat surat

pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi

dengan menggunakan formulir APT-4.

e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan

pemeriksaan sebagaimana dimaksud butir (c) atau pernyataan butir (d) Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek

dengan menggunakan formulir APT-5.

f. Dalam hal hasil pemeriksaan tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Balai POM sebagaimana dimaksud pada butir (c) jika masih belum

memenuhi syarat, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam

waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan surat penundaan dengan

menggunakan formulir APT-6.

g. Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud dalam butir (f), apoteker

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat

penundaan.

h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana

dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan

pemilik sarana.

i. Pemilik sarana yang dimaksud tersebut harus memenuhi persyaratan tidak

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 20: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

10

pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang

obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan.

j. Terhadap permohonan izin apotek dan APA atau lokasi tidak sesuai dengan

pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka

waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan

disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir APT-7.

2.6. Pencabutan Surat Izin Apotek (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

2002)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1332/Menkes/SK/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dapat

mencabut Surat Izin Apotek, apabila:

a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA.

b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan,

menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan

keabsahannya terjamin.

c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus

menerus.

d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang Narkotika, Undang-Undang

Psikotropika, Undang-Undang Kesehatan dan ketentuan perundang-undangan

lainnya.

e. Surat Izin Kerja (SIK) APA tersebut dicabut.

f. Pemilik sarana apotek tersebut terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-

undangan di bidang obat.

g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat

pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya

baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan surat

izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan

surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan:

a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut

dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 21: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

11

b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan

sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek.

Pembekuani izin apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas,

dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh

persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini. Pencairan izin apotek

dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila SIA dicabut, APA atau Apoteker

Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Pengamanan tersebut wajib mengikuti tata cara sebagai

berikut:

a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras

tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek.

b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang

tertutup dan terkunci.

Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada

Kepala Wilayah Kantor Kementerian Kesehatan atau petugas yang diberi

wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi

yang dimaksud dalam huruf (a).

2.7. Pengelolaan Apotek

Seluruh kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan

apotek disebut pengelolaan apotek. Pengelolaan apotek sepenuhnya berada

ditangan apoteker, oleh karena itu apoteker harus mengelola secara efektif

sehingga obat yang disalurkan kepada masyarakat akan lebih dapat

dipertanggungjawabkan, karena kualitas dan keamanannya selalu terjaga.

Pengelolaan apotek dibedakan atas:

2.7.1. Kegiatan Teknis Kefarmasian

2.7.1.1.Pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan (Mashuda, A., 2011)

Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah suatu proses yang

berkesinambungan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan. Penganggaran,

pengadaan, penerimaan, produksi, penyimpanan, distribusi, peracikan,

pengendalian, pengembalian, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan, jaminan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 22: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

12

mutu serta monitoring dan evaluasi, yang didukung oleh kebijakan, SDM,

pembiayaan dan sistem informasi manajemen yang efisien dan efektif.

a. Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan sediaan farmasi dan alat

kesehatan sesuai jumlah, jenis dan waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan

agar tercapai penggunaan obat yang rasional. Pemilihan sediaan farmasi dan alat

kesehatan harus berdasarkan:

1) Pola penyakit

2) Kebutuhan dan kemampuan daya beli masyarakat

3) Pengobatan berbasis bukti

4) Bermutu dan ekonomis

5) Budaya masyarakat (kebiasaan masyarakat setempat)

6) Pola penggunaan obat sebelumnya

b. Pengadaan

Suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia sediaan farmasi dengan

jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Pengadaan

yang efektif merupakan suatu proses yang mengatur berbagai cara, teknik dan

kebijakan yang ada untuk membuat suatu keputusan tentang obat-obatan yang

akan diadakan, baik jumlah maupun sumbernya. Kriteria yang harus dipenuhi

dalam pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah:

1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diadakan memiliki izin edar

atau nomor registrasi.

2) Mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat

kesehatan dapat dipertanggung jawabkan.

3) Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan berasal dari jalur resmi.

4) Dilengkapi dengan persyaratan administrasi.

Aktifitas pengadaan meliputi aspek-aspek:

1) Perencanaan

Perencanaan adalah kegiatan untuk menentukan jumlah dan waktu

pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan hasil

kegiatan pemilihan, agar terjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 23: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

13

jumlah, tepat waktu serta efisien. Ada 3 (tiga) metode perencanaan

sediaan farmasi dan alat kesehatan:

a) Pola penyakit

b) Pola konsumsi

c) Kombinasi antara pola konsumsi dan pola penyakit

2) Teknis Pengadaan

Teknis Pengadaan adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk

merealisasikan hasil perencanaan. Teknik pengadaan yang efektif harus

menjamin ketersediaan dalam jenis dan jumlah yang tepat dengan harga

yang ekonomis dan memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan

kemanfaatan. Teknis pengadaan dapat melalui pembelian, pembuatan dan

sumbangan. Teknis pengadaaan merupakan kegiatan yang

berkesinambungan yang dimulai dari pengkajian seleksi obat, penentuan

jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana,

pemilihan metode teknis pengadaan, pemilihan waktu pengadaan,

pemilihan pemasok yang baik, penentuan spesifikasi kontrak,

pemantauan proses pengadaan dan pembayaran. Teknis pengadaaan

merupakan penentu utama dari ketersediaan obat dan total biaya

kesehatan.

3) Penerimaan

Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah

diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian

langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Penerimaan adalah

kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu,

waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak/pesanan.

Penerimaan merupakan kegiatan verifikasi penerimaan/penolakan,

dokumentasi dan penyerahan yang dilakukan dengan menggunakan

"chrecklist" yang sudah disiapkan untuk masing-masing jenis produk

yang berisi antara lain :

a) kebenaran jumlah kemasan

b) kebenaran kondisi kemasan seperti yang disyaratkan

c) kebenaran jumlah satuan dalam tiap kemasan;

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 24: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

14

d) kebenaran jenis produk yang diterima;

e) tidak terlihat tanda-tanda kerusakan;

f) kebenaran identitas produk;

g) penerapan penandaan yang jelas pada label, bungkus dan brosur;

h) tidak terlihat kelainan warna, bentuk, kerusakan pada isi produk,

i) jangka waktu daluarsa yang memadai

4) Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menata dan memelihara dengan cara

menempatkan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima pada

tempat yang dinilai aman dari pencurian dan gangguan fisik yang dapat

merusak mutu obat. Penyimpanan harus menjamin stabilitas dan

keamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Metode penyimpanan

dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan dan alfabetis

dengan menerapkan prinsip Firsf ln First Out (FIFO) dan First Expired

First Out (FEFO) disertai sistem informasi manajemen. Untuk

meminimalisir kesalahan penyerahan obat direkomendasikan

penyimpanan berdasarkan kelas terapi yang dikombinasi dengan bentuk

sediaan dan alfabetis. Apoteker harus rnemperhatikan obat-obat yang

harus disimpan secara khusus seperti narkotika, psikotropika, obat yang

memerlukan suhu tertentu, obat yang mudah terbakar, sitostatik dan

reagensia. Selain itu apoteker juga perlu melakukan pengawasan mutu

terhadap sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima dan disimpan

sehingga terjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan

alat kesehatan

c. Pendistribusian

Pendistribusian adalah kegiatan menyalurkan atau menyerahkan sediaan

farmasi dan alat kesehatan dari tempat penyimpanan sampai kepada unit

pelayanan pasien. Sistem distribusi yang baik harus:

1) Menjamin kesinambungan penyaluran atau penyerahan.

2) Mempertahankan mutu.

3) Meminimalkan kehilangan, kerusakan dan kadaluarsa.

4) Menjaga ketelitian pencatatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 25: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

15

5) Menggunakan metode distribusi yang efisien, dengan memperhatikan

peraturan peundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

6) Menggunakan sistem informasi manajemen.

d. Penghapusan dan pemusnahan

Sediaan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat sesuai standar yang

ditetapkan harus dimusnahkan. Penghapusan dan Pemusnahan sediaan

farmasi harus dilaksanakan dengan cara yang baik dan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Prosedur pemusnahan obat

hendaklah dibuat yanng mencakup pencegahan pencemaran di lingkungan dan

mencegah jatuhnya obat tersebut di kalangan orang yang tidak

berwenang. Sediaan farmasi yang akan dimusnahkan supaya disimpan

terpisah dan dibuat daftar yanng mencakup jumlah dan identitas produk.

Penghapusan dan pemusnahan obat baik yang dilakukan sendiri maupun oleh

pihak lain harus didokumentasikan sesuai dengan ketentuan dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

e. Pengendalian

Pengendalian persediaan dimaksudkan untuk membantu pengelolaan

perbekalan (supply) sediaan farmasi dan alat kesehatan agar mempunyai

persediaan dalam jenis dan jumlah yang cukup sekaligus menghindari

kekosongan dan menumpuknya persediaan. Pengendalian persediaan yaitu

upaya mempertahankan tingkat persediaan pada suatu tingkat tertentu

dengan mengendalikan arus barang yang masuk melalui pengaturan sistem

pesanan atau pengadaan (scheduled inventory dan perpetual inventory),

penyimpanan dan pengeluaran untuk memastikan persediaan efektif dan

efisien atau tidak terjadi kelebihan dan kekurang, kerusakan, kadaluarsa,

dan kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi.

f. Penarikan kembali sediaan farmasi

Penarikan kembali (recall) dapat dilakukan atas permintaan produsen atau

instruksi instansi pemerintah yang berwenang. Tindakan penarikan kembali

hendaklah dilakukan segera setelah diterima permintaan instruksi untuk

penarikan kembali. Untuk penarikan kembali sediaan farmasi yang

mengandung risiko besar terhadap kesehatan, hendaklah dilakukan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 26: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

16

penarikan sampai tingkat konsumen. Apabila ditemukan sediaan farmasi

tidak memenuhi persyaratan, hendaklah disimpan terpisah dari sediaan

farmasi lain dan diberi penandaan tidak untuk dijual untuk menghindari

kekeliruan. Pelaksanaan penarikan kembali agar didukung oleh sistem

dokumentasi yang memadai.

g. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan kegiatan perencanaan kebutuhan, pengadaan,

pengendalian persediaan, pengembalian, penghapusan dan pemusnahan

sediaan farmasi harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan yang berlaku.

h. Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi merupakan tahapan untuk mengamati dan menilai

keberhasilan atau kesesuaian pelaksanaan Cara Pelayanan Kefarmasian

yang Baik disuatu pelayanan kefarmasian. Untuk evaluasi mutu proses

pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, dapat diukur dengan

indikator kepuasan dan keselamatan pasien/pelanggan/pemangku

kepentingan (stakeholders), dimensi waktu (time delivery), Standar

Prosedur Operasional serta keberhasilan pengendalian perbekalan kesehatan dan

sediaan farmasi.

2.7.1.2.Pengelolaan resep (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1981)

Resep yang telah dilayani harus disimpan selama tiga tahun. Resep yang

disimpan diberi penandaan mengenai tanggal, bulan dan tahun pelayanan.

Kemudian resep disusun rapih agar mampu ditelusuri bila sewaktu-waktu

diperlukan. Tanggal terdekat dengan bulan layanan ditempatkan yang lebih

mudah dijangkau agar mampu ditelusuri dengan cepat. Untuk pengelolaan resep

narkotik dan psikotropika. Pada saat pelayanan resep narkotika diberi tanda

garis warna merah. Resep narkotika dan psikotropika harus terarsip dengan baik

dan dicatat dalam buku penggunaan obat narkotika dan psikotropika. Resep

narkotika diarsipkan dan disimpan selama tiga tahun berdasarkan tanggal dan

nomor urut resep.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 27: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

17

2.7.1.3.Pengelolaan narkotika

a. Pemesanan narkotika

Undang-Undang Nomor 9 tahun 1976 menyatakan bahwa Menteri Kesehatan

memberikan izin kepada apotek untuk membeli, meracik, menyediakan,

memiliki atau menyimpan untuk persediaan, menguasai, menjual,

menyalurkan, menyerahkan, mengirimkan, membawa atau mengangkut

narkotika untuk kepentingan pengobatan (Presiden Republik Indonesia,

1976). Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pesanan tertulis

melalui Surat Pesanan Narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT.

Kimia Farma. Surat Pesanan Narkotika harus ditandatangani oleh APA

dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA dan stempel apotek. Satu

surat pesanan terdiri dari rangkap empat dan hanya dapat untuk memesan satu

jenis obat narkotika (Umar M., 2011).

b. Penyimpanan narkotika (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1978)

Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan

harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

2) Harus mempunyai kunci ganda yang kuat.

3) Dibagi menjadi dua bagian masing-masing bagian dengan kunci yang

berlainan. Bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin,

petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika sedangkan

bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika yang dipakai

sehari-hari.

4) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari

40×80×100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat melekat pada tembok

atau lantai.

5) Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain

selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.

6) Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan.

7) Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat

oleh umum.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 28: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

18

c. Pelayanan resep yang mengandung narkotika

Apotek hanya melayani pembelian narkotika berdasarkan resep dokter sesuai

dengan ketentuan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan No. 336/E/SE/77 antara lain dinyatakan :

1) Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) UU No. 9 tahun 1976 tentang

Narkotika, apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung

narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum

dilayani sama sekali.

2) Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani

sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep

tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep aslinya.

3) Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani

sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter

pada resep-resep yang mengandung narkotika.

d. Pelaporan narkotika

Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 pasal 14 ayat (2) dinyatakan bahwa

industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi

pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai

pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat,

menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan

dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dibawah penguasaannya. Laporan

tersebut meliputi laporan pemakaian narkotika dan laporan pemakaian morfin

dan petidin. Laporan harus di tandatangani oleh apoteker pengelola apotek

dengan mencantumkan SIK, SIA, nama jelas dan stempel apotek, kemudian

dikirimkan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan dengan tembusan kepada :

1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.

2) Kepala Balai POM setempat.

3) Penanggung jawab narkotika PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. (khusus

Apotek Kimia Farma).

4) Arsip.

Laporan penggunaan narkotika tersebut terdiri dari:

1) Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 29: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

19

2) Laporan penggunaan bahan baku narkotika

3) Laporan khusus penggunaan morfin dan petidin

Laporan narkotika tersebut dibuat setiap bulannya dan harus dikirim

selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya

e. Pemusnahan narkotika

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

28/MENKES/PER/I/1978 pasal 9, pemegang izin khusus, apoteker

pimpinan apotek, atau dokter yang memusnahkan narkotika harus membuat

berita acara pemusnahan paling sedikit rangkap tiga. Berita acara

pemusnahan memuat :

1) Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan.

2) Nama pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek, atau dokter

pemilik narkotika.

3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari

perusahaan atau badan tersebut.

4) Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.

5) Cara pemusnahan.

6) Tanda tangan penanggung jawab apotek/pemegang izin khusus, dokter

pemilik narkotika, dan saksi-saksi.

Kemudia berita acara tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan

Kesehatan dengan tembusan:

1) Balai POM setempat

2) Penanggung jawab narkotika PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

3) Arsip

2.7.1.4.Pengelolaan psikotropika

Ruang lingkup pengaturan psikotropika adalah segala hal yang

berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan.

Tujuan pengaturan psikotropika yaitu (Presiden Republik Indonesia, 1997):

a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan

dan ilmu pengetahuan.

b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 30: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

20

c. Memberantas peredaran gelap psikotropika.

Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi (Presiden Republik

Indonesia, 1997):

a. Pemesanan Psikotropika

Obat golongan psikotropika dipesan dengan menggunakan Surat Pesanan

Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK.

Surat pesanan tersebut dibuat rangkap dua dan setiap surat dapat digunakan

untuk memesan beberapa jenis psikotropika.

b. Penyimpanan Psikotropika

Kegiatan ini belum diatur oleh perundang-undangan. Namun karena

kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka disarankan untuk obat

golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari

khusus dan membuat kartu stok psikotropika.

c. Penyerahan Psikotropika

Obat golongan psikotropika diserahkan oleh apotek, hanya dapat dilakukan

kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan dan dokter

kepada pengguna/pasien berdasarkan resep dokter

d. Pelaporan Psikotropika

Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang

berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan pemakaiannya setiap

bulan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada

Kepala Balai Besar POM setempat dan 1 salinan untuk arsip apotek.

e. Pemusnahan Psikotropika

Pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana,

diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau

tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa atau tidak

memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk

kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika dilakukan dengan

pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya memuat tempat dan waktu

pemusnahan; nama pemegang izin khusus; nama, jenis, dan jumlah

psikotropika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas

lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 31: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

21

2.7.2. Kegiatan Non Teknis Kefarmasian

a. Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Sesuai ketentuan peundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh

seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker

senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan

pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu

berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam

situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu

belajar sepanjang karir dan membantu memberi pendidikan dan memberi

peluang untuk meningkatkan pengetahuan (Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, 2004).

b. Pengelolaan Keuangan

Laporan keuangan yang biasa dibuat di apotek adalah (Umar, M., 2011) :

1) Laporan Laba-Rugi yaitu laporan yang menggambarkan tentang aliran

pendapatan dan biaya operasional yang dikeluarkan selama periode

waktu tertentu.

2) Laporan Neraca yaitu laporan yang menggambarkan tentang potret

kondisi kekayaan apotek pada tanggal tertentu.

3) Laporan Aliran Kas yaitu laporan yang menggambarkan tentang aliran

kas yang masuk dan keluar pada periode tertentu.

c. Administrasi

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan

kegiatan administrasi yang meliputi (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

2004):

1) Administrasi umum

Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan

dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Administrasi pelayanan

Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil

monitoring penggunaan obat.

Hal lain yang harus diperhatikan dalam pengelolaan apotek adalah (Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, 1993a) :

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 32: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

22

1) Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan

perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.

2) Obat dan perbekalan farmasi lainnya yang karena suatu hal tidak dapat

digunakan atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara

dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan.

2.8. Penggolongan Obat Menurut Undang-Undang

Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka

pemerintah menggolongkan obat menjadi beberapa bagian, yaitu:

2.8.1. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa

resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran

hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas

2.8.2. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi

masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda

peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah

lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas

Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas,

berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima)

centimeter, lebar 2 (dua) centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih

sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). :

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 33: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

23

Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas

2.8.3. Obat Keras dan Obat Psikotropika

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep

dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran

merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat. Obat

psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh :

Diazepam, Phenobarbital (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras

Menurut UU No.5 Tahun 1997 psikotopika digolongkan menjadi

(Presiden Republik Indonesia, 1997):

a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan

untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, dan metilendioksi metilamfetamin

(MDMA).

b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 34: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

24

amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, dan fensiklidin.

c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan

dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contoh: amobarbital, pentabarbital, dan siklobarbital.

d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan

dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma

ketergantungan. Contoh: diazepam, estazolam, etilamfetamin, alprazolam.

2.8.4. Obat Narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman

baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Obat narkotika ditandai dengan simbol

palang medali atau palang swastika.

Gambar 2.5 Penandaan Obat Narkotika

Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Presiden Republik

Indonesia, 2009):

a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,

serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh: kokain, opium, heroin, dan ganja.

b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan,

digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: fentanil, metadon, morfin, dan

petidin

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 35: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

25

c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Contoh: etilmorfina kodein, dan norkodeina.

2.8.5. Obat Wajib Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek, menerangkan bahwa

obat wajib apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep

dokter oleh apoteker kepada pasien di apotek. Peraturan mengenai obat wajib

apotek dibuat untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong

dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan dan peningkatan pengobatan

sendiri secara tepat, aman dan rasional (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

1990).

Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria

(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1993b):

a. Tidak dikontraindikasikan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun, dan

orang tua diatas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko akan

kelanjutan penyakit.

c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia.

e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri

Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, Apoteker di apotek

diwajibkan untuk (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1993b) :

a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang

disebutkan dalam OWA yang bersangkutan.

b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 36: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

26

c. Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi,

efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

2.8.6. Obat Generik

Obat generik adalah obat dengan nama resmi Internasional Non

Proprietary Name (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku

standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, 2010).

Gambar 2.6 Penandaan Obat Generik

2.9. Pelayanan Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

922/MENKES/PER/X/1993, pelayanan apotek meliputi :

a. Apoteker wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan

dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab

APA, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan

masyarakat.

b. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep

dengan obat bermerek dagang.

c. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker

wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.

d. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan

obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat.

e. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau

penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada

dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep

tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau

membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep.

f. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker.

g. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 37: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

27

waktu 3 tahun.

h. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis

resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas

kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan

yang berlaku.

i. Apoteker diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai

Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) tanpa resep.

2.9.1. Pelayanan Resep (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004)

a. Skrining Resep

Apoteker melakukan kegiatan skrining resep yang meliputi:

1) Persyaratan administrasi: nama dokter, nomor SIP, alamat dokter,

tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter penulis resep,

nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, berat

badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara

pemakaian yang jelas dan informasi lainnya.

2) Kesesuaian farmasetik seperti bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

3) Pertimbangan klinis seperti adanya alergi, efek samping, interaksi,

kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan

terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep

dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu

menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

b. Penyiapan Obat

1) Peracikan

Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan

memberikan etiket pada wadah. Suatu prosedur tetap harus dibuat untuk

melaksanakan peracikan obat, dengan memperhatikan dosis, jenis, dan

jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat

dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok

sehingga terjaga kualitasnya.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 38: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

28

2) Penyerahan obat

Pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep harus

dilakukan sebelum obat diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat

dilakukan oleh asisten apoteker atau apoteker disertai pemberian

informasi obat atau konseling kepada pasien.

3) Informasi Obat

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat

pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, jangka

waktu pengobatan, cara penyimpanan obat, aktivitas serta makanan dan

minuman yang harus dihindari selama terapi.

4) Konseling

Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi,

pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat

memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari

bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk

penderita penyakit seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan

penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara

berkelanjutan.

5) Monitoring Penggunaan Obat

Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker melaksanakan

pemantauan penggunaan obat terutama untuk pasien tertentu seperti

kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.

2.9.2. Promosi dan Edukasi

Apoteker harus memberikan edukasi dalam rangka pemberdayaan

masyarakat, apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk

penyakit ringan, dengan memilihkan obat yang sesuai. Apoteker juga harus

berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu

diseminasi informasi antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster,

penyuluhan dan lain-lain (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 39: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

29

2.9.3. Pelayanan Residensial (Home Care)

Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat

melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya

untuk kelompok lanjut usia (lansia) dan pasien dengan pengobatan penyakit

kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan

pengobatan (medication record) (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

2.9.4. Pelayanan Swamedikasi

Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi adalah

pemilihan dan penggunaan baik obat modern maupun obat tradisional oleh

seseorang untuk melindungi diri dari penyakit dan gejalanya . Selain pengobatan

sendiri atau swamedikasi, saat ini juga berkembang perawatan sendiri (self care).

Perawatan sendiri ini lebih bersifat pencegahan terjadinya penyakit atau menjaga

supaya penyakitnya tidak bertambah parah dengan perubahan pola hidup,

menjaga pola makan, menjaga kebersihan dan lain-lain (World Health

Organization, 1998).

Peningkatan kesadaran untuk perawatan sendiri ataupun pengobatan sendiri

(swamedikasi) diakibatkan oleh beberapa faktor berikut ini (World Health

Organization, 1998):

a. Faktor sosial ekonomi

Dengan meningkatnya pemberdayaan masyarakat, berakibat pada semakin

tinggi tingkat pendidikan dan semakin mudah akses untuk mendapatkan

informasi. Dikombinasikan dengan tingkat ketertarikan individu terhadap

masalah kesehatan, sehingga terjadi peningkatan untuk dapat berpartisipasi

langsung terhadap pengambilan keputusan dalam masalah kesehatan.

b. Gaya hidup

Dengan meningkatnya pemberdayaan masyarakat, berakibat pada semakin

tinggi tingkat pendidikan dan semakin mudah akses untuk mendapatkan

informasi. Dikombinasikan dengan tingkat ketertarikan individu terhadap

masalah kesehatan, sehingga terjadi peningkatan untuk dapat berpartisipasi

langsung terhadap pengambilan keputusan dalam masalah kesehatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 40: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

30

c. Kemudahan memperoleh produk obat

Saat ini pasien dan konsumen lebih memilih kenyamanan membeli obat yang bisa

diperoleh dimana saja, dibandingkan harus menunggu lama di rumah sakit atau

klinik.

d. Faktor kesehatan lingkungan

Dengan adanya praktek sanitasi yang baik, pemilihan nutrisi yang tepat serta

lingkungan perumahan yang sehat, meningkatkan kemampuan masyarakat

untuk dapat menjaga dan mempertahankan kesehatan serta mencegah terkena

penyakit.

e. Ketersediaan produk baru

Saat ini, semakin banyak tersedia produk obat baru yang lebih sesuai untuk

pengobatan sendiri. Selain itu, ada juga beberapa produk obat yang telah

dikenal sejak lama serta mempunyai indeks keamanan yang baik, juga telah

dimasukkan ke dalam kategori obat bebas, membuat pilihan produk obat

untuk pengobatan sendiri semakin banyak tersedia.

Pelayanan swamedikasi merupakan pemilihan dan penggunaan obat oleh

individu untuk mengatasi masalah kesehatan tanpa menggunakan resep darii

dokter. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat untuk

swamedikasi, yaitu (World Health Organization, 1998):

a. Pengobatan yang digunakan harus terjamin keamanan, kualitas dan

keefektifannya.

b. Pengobatan yang digunakan diindikasikan untuk kondisi yang dapat dikenali

sendiri dan untuk beberapa macam kondisi kronis dan tahap penyembuhan

(setelah diagnosis medis awal). Pada seluruh kasus, obat harus didesain

spesifik untuk tujuan pengobatan tertentu dan memerlukan bentuk sediaan

dan dosis yang benar.

Untuk mewujudkan asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care) dalam

pelayanan swamedikasi digunakan metode WWHAM. Hal ini dilakukan untuk

memberikan pemilihan obat yang tepat dalam rangka penyembuhan, pencegahan

penyakit, pemulihan, maupun untuk peningkatan kesehatan pasien. Metode

WWHAM terdiri dari (Mashuda, A., 2011):

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 41: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

31

a. Who is it for? (Siapa yang sakit)

b. What are the symptoms? (Apa gejalanya)

c. How long have the symptoms ? (Sudah berapa lama gejala diderita)

d. Action taken so far? (Tindakan yang sudah dilakukan)

e. Medication being taken? (Obat yang sudah digunakan)

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 42: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

BAB 3

TINJAUAN UMUM

PT. KIMIA FARMA (Persero), Tbk

3.1. Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk

Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia

yang didirikan oleh Pemerintah Hndia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini

pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan

kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal

kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan

peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara

Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971,

bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Persero Terbatas, sehingga nama

perusahaan berubah menjadi PT. Kimia Farma (Persero) (Kimia Farma, 2012). PT.

Kimia Farma (Persero) pada saat itu bergerak dalam bidang usaha (Tim PKPA PT.

Kimia Farma Apotek, 2012):

a. Industri farmasi

b. Industri kimia dan makanan kesehatan

c. Perkebunan obat

d. Pertambangan farmasi dan kimia

e. Perdagangan farmasi, kimia dan ekspor-impor.

Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah

statusnya menjadi perusahaan publik yaitu PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. Bersamaan dengan perubahan tersebut, PT. Kimia Farma telah dicatatkan

pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang kedua bursa telah

merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia) (Kimia Farma, 2012).

Selanjutnya paada tanggal 4 Januari 2002 dibentuk dua anak perusahaan yaitu PT.

Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading and Distribution (Tim PKPA

PT. Kimia Farma Apotek, 2012). Berbekal pengalaman selama puluhan tahun,

PT. Kimia Farma telah berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan

kesehatan terintegrasi di Indonesia. PT. Kimia Farma kian diperhitungkan

32 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 43: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

33

kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya

pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia (Kimia Farma, 2012).

3.2. Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk (Kimia Farma, 2012)

3.2.1. Visi

Menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan

pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi

bisnis yang sinergis.

3.2.2. Misi

Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-

bidang:

a. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan produk

yang inovatif.

b. Perdagangan dan jaringan distribusi.

c. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan retail farmasi dan jaringan

pelayanan kesehatan lainnya.

d. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha

perusahaan.

3.3. Maksud dan Tujuan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk (Kimia Farma,

2012)

Maksud dan tujuan Perseroan adalah turut melaksanakan dan menunjang

program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada

umumnya, khususnya kegiatan usaha di bidang industri kimia, farmasi, biologi dan

kesehatan serta industri makanan dan minuman dengan menerapkan prinsipprinsip

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut,

Perseroan melaksanakan kegiatan usaha, baik dilakukan sendiri atau pun kerjasama

dengan pihak lain, sebagai berikut :

a. Mengadakan, menghasilkan, mengolah bahan kimia, farmasi, biologi dan

lainnya yang diperlukan guna pembuatan sediaan farmasi, kontrasepsi,

kosmetik, obat tradisional, alat kesehatan, produk makanan/minuman dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 44: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

34

produk lainnya termasuk bidang perkebunan dan pertambangan yang ada

hubungannya dengan produksi sebagaimana disebutkan di atas.

b. Memproduksi produk unggulan baik dari pengembangan sendiri maupun

kerja sama dengan pihak luar.

c. Menyelenggarakan kegiatan pemasaran, perdagangan dan distribusi dari hasil

produksi seperti pada poin (a), baik hasil produksi sendiri maupun hasil

produksi pihak ketiga, termasuk barang umum, baik di dalam maupun di luar

negeri serta kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan usaha

Perseroan.

d. Berusaha di bidang jasa, yang berhubungan dengan kegiatan usaha Perseroan,

serta upaya dan sarana pemeliharaan dan pelayanan kesehatan pada

umumnya, termasuk jasa konsultasi kesehatan.

e. Jasa penunjang lainnya termasuk pendidikan, penelitian dan pengembangan

sejalan dengan maksud dan tujuan Perseroan, baik yang dilakukan sendiri

maupun kerja sama dengan pihak lain.

3.4. Budaya Perusahaan (Kimia Farma, 2012)

Budaya perusahaan PRIMA yang mencakup aspek nilai diri dan nilai

kerja dan telah ditetapkan sejak tahun 2004, masih tetap relevan dengan visi misi PT.

Kimia Farma saat ini. Budaya perusahaan tersebut adalah:

a. Profesionalisme

Kesadaran dalam berpikir, berbicara dan bertindak dalam menjalani tugas dan

fungsinya dengan penuh semangat dan berbekal pengetahuan dan

keterampilan yang memadai dalam situasi dan kondisi apapun.

b. Kerjasama

Bekerja dalam kebersamaan dalam langkah dan pikiran yang tercermin dalam

kerjasama tim antar karyawan yang erat dan solid untuk mendapatkan hasil

terbaik bagi perusahaan.

c. Integritas

Merupakan sikap mental yang positif yang melandasi semangat dan

antusiasme dalam bekerja secara profesional.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 45: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

35

Berbekal budaya perusahaan tersebut, PT. Kimia Farma telah berhasil

menemukan inti sari budaya perusahaan yang merupakan nilai-nilai inti

perusahaan (corporates value) yaitu ICARE yang menjadi acuan atau pedoman

bagi PT. Kimia Farma dalam menjalankan usahanya, untuk berkarya

meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat luas. Berikut adalah nilainilai

inti PT. Kimia Farma:

a. Innovative (I): budaya berpikir out of the box, smart, dan kreatif untuk

membangun produk unggulan.

b. Customer First (C): mengutamakan pelanggan sebagai mitra kerja.

c. Accountability (A): dengan senantiasa bertanggung jawab atas amanah yang

dipercayakan oleh perusahaan dengan memegang teguh profesionalisme,

integritas dan kerja sama.

d. Responsibility (R): memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat

waktu, tepat sasaran dan dapat diandalkan, serta senantiasa berusaha untuk

tegar dan bijaksana dalam menghadapi setiap masalah.

e. Eco-Friendly (E): menciptakan dan menyediakan baik produk maupun jasa

layanan yang ramah lingkungan.

3.5. Struktur Organisasi Perusahaan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., dipimpin oleh seorang Direktur Utama

yang membawahi empat Direktur, yaitu Direktur Pemasaran, Direktur Produksi,

Direktur Keuangan dan Direktur Umum dan SDM (Kimia Farma, 2012). Dalam

upaya perluasan, penyebaran, pemerataan dan pendekatan pelayanan kefarmasian

pada masyarakat, PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. telah membentuk suatu

jaringan distribusi yang terorganisir. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. mempunyai

dua anak perusahaan, yaitu PT. Kimia Farma Trading and Distribution dan PT.

Kimia Farma Apotek yang masing-masing berperan dalam penyaluran sediaan

farmasi, baik distribusi melalui PBF maupun pelayanan kefarmasian melalui

apotek. Struktur organisasi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk dapat dilihat pada

lampiran 1. Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 46: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

36

3.6. Bidang Kegiatan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk memiliki beberapa bidang kegiatan antara lain

bidang industri yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma Holding dan bidang

pemasaran dilakukan oleh dua anak perusahaannya yaitu PT. Kimia Farma

Apotek dan PT. Kimia Farma Trading and Distribution.

3.6.1. PT. Kimia Farma Holding (Kimia Farma, 2012)

a. Manufaktur

Kegiatan usaha manufaktur ini dikelola oleh perusahaan induk yang

memproduksi obat jadi dan obat herbal, yodium, kina serta produk-produk

turunannya dan minyak nabati, terdapat 5 (lima) fasilitas produksi (Plant)

yang tersebar di beberapa kota di Indonesia:

1) Plant Jakarta, DKI Jakarta

Satu-satunya pabrik di Indonesia yang ditugaskan pemerintah untuk

memproduksi obat golongan narkotika dan ARV (Antiretroviral).

Memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) untuk

semua jenis sediaan yang diproduksi, serta menerapkan sistem

manajemen mutu ISO-9001:2008 serta mendapatkan Proper Biru dalam

pengolahan limbah dari Kementerian Lingkungan Hidup dan

penghargaan Gubernur DKI untuk Ketaatan dan Kinerja Pengelolaan

Lingkungan. Bentuk sediaan yang diproduksi yaitu tablet, tablet salut,

kapsul, granul, sirup, sirup kering, suspensi, krim, injeksi, produk

betalaktam, narkotikan dan ARV.

2) Plant Bandung, Jawa Barat

Memproduksi bahan baku kina dan turunannya, serta Alat Kontrasepsi

Dalam Rahim (AKDR) yang telah mendapatkan US-FD Approval.

Memperoleh sertifikat CPOB untuk produksi tablet, tablet salut, sirup,

serbuk, Pil KB serta bahan baku kina dan turunannya. Menerapkan

sistem manajemen mutu ISO-9001:2008. Mendapatkan Kosher

Certificate dari Court of the Chief Rabbi Beth Din London, sertifikat dari

European Directorate for the Quality of Medicines (EDQM). Sertifikat

Halal MUI Jabar serta Sertifikat Food Safety System Certification (FSSC)

22000:20 untuk produk garam kina dari SGS United Kongdom Ltd.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 47: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

37

3) Plant Semarang, Jawa Tengah

Khusus memproduksi minyak jarak, minyak nabati, dan kosmetika

(bedak). Telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO-9001:2008 dan

mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB)

serta memperoleh sertifikat HACCP untuk memproduksi minyak nabati.

4) Plant Watudakon, Jawa Timur

Satu-satunya pabrik pengolah tambang yodium di Indonesia.

Memproduksi bahan baku ferro sulfat sebagai bahan utama pembuatan

tablet besi untuk obat penambah darah. Menerapkan sistem manajemen

mutu ISO-9001:2008 dan ISO 14001 serta mendapatkan sertifikat CPOB

dalam memproduksi sediaan kapsul lunak, tablet, tablet salut, salep dan

cairan obat luar.

5) Plant Medan, Sumatera Utara

Memproduksi obat dalam sediaan tablet, krim dan kapsul. Mendapatkan

sertifikat CPOB untuk seluruh jenis sediaan yang diproduksi serta

menerapkan sistem manajemen mutu ISO-9001:2008.

b. Riset dan Pengembangan

Unit Riset dan Pengembangan melaksanakan kegiatan penelitian dan

pengembangan produk baru PT. Kimia Farma, yang dilengkapi dengan

laboratorium formulasi dan laboratorium analisis (skala laboratorium dan

skala pilot), fasilitas ekstraksi dan kebun percobaan tanaman obat seluas 5 Ha

di Banjaran, Bandung dan 1.060 Ha di Bintang, Cianjur Selatan, Jawa Barat.

Unit Riset dan Pengembangan melakukan penelitian formulasi, baik untuk

sediaan modern maupun herbal medicine, sintesa kimia sederhana dan

pengembangan tanaman obat. Saat ini, PT. Kimia Farma mengembangkan

obat atau produk farmasi yang berbasis knowledge yaitu produk bioteknologi

dan radiofarmasi. Di samping itu, Perseroan juga mengembangkan produk

obat yang berbahan dasar dari tumbuh-tumbuhan yang memanfaatkan

kekayaan hayati Indonesia sekaligus bermanfaat bagi masyarakat.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 48: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

38

3.6.2. PT. Kimia Farma Apotek

PT. Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan PT Kimia Farma

(Persero) Tbk yang didirikan berdasarkan akta pendirian No. 6 tanggal 4 Januari

2003 yang dibuat dihadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H. di Jakarta dan telah

diubah dengan akta No. 25 tanggal 14 Agustus 2009 yang dibuat dihadapan

Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H. Akta ini telah mendapat persetujuan dari Menteri

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan

No. : AHU-45594.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 15 September 2009 (Tim PKPA

PT. Kimia Farma Apotek, 2012). PT. Kimia Farma Apotek adalah bagian dari

bidang usaha farmasi yang bergerak di bidang ritel produk-produk farmasi. Saat

ini PT. Kimia Farma Apotek mempunyai 412 Apotek Pelayanan yang

terkoordinasi dalam 36 unit Business Manager yang tersebar di seluruh wilayah

Indonesia.

PT. Kimia Farma Apotek memiliki visi dan misi sebagai berikut:

a. Visi (Tim PKPA PT. Kimia Farma Apotek, 2012)

Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan terkemuka dan mampu

memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia.

b. Misi (Tim PKPA PT. Kimia Farma Apotek, 2012)

Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui:

1) Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek,

klinik, laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya.

2) Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal.

3) Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya

(Fee-Based Income).

PT. Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang

membawahi 3 direktur (Direktur Operasional, Direktur Keuangan dan Direktur

SDM & Umum. Direktur Operasional membawahi Manager Controller,

Compliance & Risk Management dan Manager Principal & Merchendise.

Direktur Operasional juga mengoordinasi PT. KF Distribusi, KF Klinik dan KF

Optik. Direktur Keuangan membawahi Manager Akuntansi, Keuangan & IT dan

Manager Apotik Bisnis (Unit Bisnis). Direktur SDM & Umum membawahi

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 49: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

39

Manager Human Capital & General Affair). Untuk lebih jelasnya, struktur

organisasi dapat dilihat pada lampiran 2.

Terdapat 2 (dua) jenis Apotek Kimia Farma, yaitu apotek administrator yang

sekarang disebut Business Manager (BM) dan apotek pelayanan. Business Manager

membawahi beberapa apotek pelayanan yang berada dalam suatu wilayah.

Business Manager bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan

administrasi apotek pelayanan yang berada di bawahnya.

Konsep BM ini bertujuan agar pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam

satu area menjadi lebih efektif dan efisien, serta memudahkan pengambilan keputusan

dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang didapat melalui konsep

BM adalah :

a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah

b. Apotek-apotek pelayanan dapat lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga

mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan berdampak pada

peningkatan penjualan.

c. Merasionalkan jumlah SDM, terutama tenaga administrasi yang diharapkan

berimbas pada efisiensi biaya.

d. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber

barang dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapat memperbesar

range margin atau HPP yang lebih rendah.

Sedangkan apotek pelayanan lebih fokus pada pelayanan perbekalan

farmasi dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas dan

berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan

setinggitingginya. Untuk wilayah Jabodetabek dibagi menjadi lima Unit Business

Manager, yaitu:

a. Business Manager Jaya I (Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Depok) dengan

BM di Apotek Kimia Farma No. 42 Kebayoran Baru.

b. Business Manager Tangerang (Tangerang, Serpong, Cilegon, Serang, dan

sekitarnya) dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 78 Tanggerang.

c. Business Manager Jaya II (Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan

Bekasi) dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman.

d. Business Manager Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 50: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

40

e. Business Manager Bogor (Bogor dan sekitarnya) dengan BM di Apotek

Kimia No. 7 Bogor.

Business Manager secara struktur organisasi langsung membawahi para

manager apotek pelayanan. Business Manager juga membawahi beberapa bagian

yang dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 3. Masing-masing dari bagian

tersebut terdiri dari fungsi-fungsi yang menjalankan perannya masing-masing.

3.6.3. PT. Kimia Farma Trading and Distribution

Kegiatan distribusi dilaksanakan PT. Kimia Farma Trading and

Distibution (KFTD), anak perusahaan yang berperan penting dalam upaya

peningkatan penjualan produk-produk PT. Kimia Farma. KFTD memiliki jaringan

sebanyak 44 cabang dan tenaga salesman sejumlah 338 orang untuk melayani

18672 outlet terdaftar di seluruh wilayah Indonesia. Disamping mendistribusikan

produk-produk perusahaan, KFTD juga bertindak sebagai distributor untuk

produk-produk prinsipal dari dalam dan luar negeri (Kimia Farma, 2012). PT.

Kimia Farma Trading and Distibution memiliki visi dan misi sebagai berikut:

a. Visi (Kimia Farma Trading and Distribution, 2011)

Menjadi perusahaan terkemuka dibidang distribusi dan perdangangan produk

kesehatan

b. Misi (Kimia Farma Trading and Distribution, 2011)

Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui :

1) Jaringan distribusi produk kesehatan baik produk kesehatan maupun

prinsipal.

2) Perdagangan dan pengadaan produk kesehatan di pasar institusi.

3) Perdagangan alat kesehatan dan diagnostik baik keagenan maupun private

label

PT. Kimia Farma Trading and Distibution dipimpin seorang Direktur

Utama yang membawahi 2 direktur (Direktur Operasional, Direktur Keuangan &

SDM) dan 1 manager (Principal Manager). Untuk lebih jelasnya, struktur

organisasi dapat dilihat pada lampiran 4. Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 51: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

41

3.7. Logo

Gambar 3.1. Logo Kimia Farma

Makna Tulisan biru di dalam kata Kimia Farma mengandung arti produk-

produk yang dihasilkan haruslah berkualiatas dan bermutu, sehingga mampu

meningkatkan kepercayaan terhadap produknya tersebut. Garis setengah

melingkar yang berwarna oranye melambangkan harapan yang dicapai oleh kimia

farma dalam meningkatkan dan mengembangkan produknya yang inovatif dan

bermutu.

a. Simbol matahari

1) Paradigma baru, matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru yang

lebih baik.

2) Optimis, matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya

tersebut adalah penggambaran optimisme PT. Kimia Farma dalam

menjalankan bisnisnya.

3) Komitmen, matahari selalu terbit dari arah timur dan tenggelam ke arah

barat secara teratur dan terus menerus, memiliki makna adanya

komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban

oleh PT. Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.

4) Sumber energi, matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan dan

PT. Kimia Farma yang baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi

bagi kesehatan masyarakat.

5) Semangat yang abadi, warna orange berarti semangat, warna biru berarti

keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna

yaitu semangat yang abadi.

b. Jenis huruf

Dirancang khusus untuk kebutuhan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk yang

disesuaikan dengan bilai dan image yang telah menjadi energi bagi PT. Kimia

Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang

telah ada.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 52: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

42

c. Sifat huruf

1) Kokoh, memperlihatkan PT. Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar

dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu ke hilir dan

merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.

2) Dinamis, dengan jenis huruf italic memperlihatkan kedinamisan dan

optimisme.

3) Bersahabat, dengan jenis huruf kecil dengan lengkung, memperlihatkan

keramahan PT. Kimia Farma dalama melayani konsumennya.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 53: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

BAB 4

TINJAUAN KHUSUS

APOTEK KIMIA FARMA NO 48

Apotek KF (Kimia Farma) No. 48 merupakan salah satu apotek pelayanan

yang tergabung dalam unit Business Manager Jaya 2 yang membawahi wilayah

Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Bekasi.

4.1. Struktur Organisasi dan Personalia

Apotek Kimia Farma No.48 Matraman dikepalai oleh seorang Apoteker

Pengelola Apotek (APA) yang juga bertugas sebagai Manager Apotek Pelayanan

(MAP). Dalam melakukan pelayanan kefarmasian, APA dibantu oleh Apoteker

Pendamping. APA membawahi supervisor yang mengawasi bagian layanan

farmasi dan swalayan farmasi. Bagian layanan farmasi ditangani oleh asisten

apoteker yang membawahi juru resep sedangkan bagian swalayan farmasi

ditangani oleh asisten apoteker yang membawahi petugas HV (Hand

Verkoop)/OTC (Over The Counter). Untuk lebih lengkapnya struktur organisasi dari

KF No. 48 Matraman dapat dilihat pada lampiran 5.

Untuk efisiensi dan efektivitas kerja, diterapkan pembagian tugas dan

tanggung jawab di setiap bagian sebagai berikut :

a. Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Apotek KF No.48 Matraman dipimpin oleh seorang Apoteker pengelola

apotek yang telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

yaitu memiliki surat izin kerja dan telah mengucap sumpah. APA

bertanggung jawab penuhi terhadap semua kegiatan yang terjadi di apotek,

baik di bidang teknis kefarmasian (seperti kegiatan pelayanan kefarmasian)

maupun non-teknis kefarmasian (bidang administrasi dan bidang

ketenagakerjaan). APA sebagai manager pelayanan di Apotek bertanggung

jawab secara langsung kepada Manager Bisnis Jaya 2. Tugas dan tanggung jawab

apoteker pengelola apotek adalah :

1) Memimpin, menentukan kebijaksanaan, melaksanakan pengawasan dan

pengendalian apotek sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

43 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 54: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

44

2) Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sesuai

dengan pedoman yang telah ditentukan oleh perusahaan antara lain

menentukan target yang akan dicapai, kebutuhan sarana, personalia dan

anggaran dana yang dibutuhkan.

3) Menyusun program kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang

ditetapkan.

4) Memberikan pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi kepada

pasien, dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

5) Mengelola dan mengawasi persediaan perbekalan farmasi di apotek

untuk memastikan ketersediaan barang atau obat sesuai dengan

kebutuhan dan rencana yang telah ditetapkan.

6) Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan farmasi

yang berlaku, seperti pelaporan bulanan narkotika.

7) Memberikan laporan berkala tentang kegiatan apotek secara keseluruhan

kepada Manager Bisnis Jaya II

b. Apoteker Pendamping

Apoteker dibantu oleh seorang pendamping apabila Apoteker Pengelola

Apotek berhalangan dalam melakukan tugasnya pada jam buka apotek.

Apoteker pendamping ini bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas APA.

Tugas Apoteker pendamping :

1) Mengawasi secara langsung pelayanan dan teknis farmasi.

2) Memberikan informasi obat (praktek Pharmaceutical Care) kepada

pasien, baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan dokter dan

tenaga kesehatan lainnya.

c. Supervisor Apotek Pelayanan

Supervisor apotek pelayanan adalah seorang asisten apoteker yang

bertanggung jawab langsung terhadap Apoteker Pengelola Apotek. Tugas dan

tanggung jawab dari supervisor :

1) Mengoordinasi dan mengawasi kerja para pegawai apotek, termasuk

mengatur jadwal kerja, pembagian tugas dan tanggung jawab terhadap

persediaan obat.

2) Bertanggung jawab atas kelancaran pada tiap shift dinas.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 55: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

45

3) Mengatur dan mengawasi penyediaan dan pengeluaran obat-obatan.

4) Menandatangani dan mengetahui bukti setoran kas apotek.

d. Asisten Apoteker (AA)

Tugas dan tanggung jawab asisten apoteker secara garis besar terbagi

menjadi 2 (dua), yaitu :

1) Pelayanan (Penjualan)

Tugas pokok pelayanan (penjualan) adalah:

a) Melayani resep tunai dan kredit serta memasukkan data pasien dan

resep di komputer.

b) Memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya

berdasarkan resep yang diterima.

c) Mengatur dan menyusun penyimpanan obat dan perbekalan farmasi

lainnya di ruang peracikan berdasarkan jenis dan sifat barang yang

disusun secara alfabetis dan berurutan serta mencatat keluar

masuknya barang di kartu stok.

d) Menyiapkan dan meracik obat sesuai dengan resep dokter, yaitu

menghitung dosis, menimbang bahan, menyiapkan obat, mengemas

dan memberikan etiket.

e) Membuat kwitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya ditebus

sebagian atau bila diperlukan pasien.

f) Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan pada pasien,

meliputi etiket (nama pasien, nomor utut, tanggal resep, tanggal

daluwarsa), nama dan jumlah obat, bentuk sediaan, aturan pakai dan

salinan resep.

g) Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya serta memberikan

informasi yang harus diberikan kepada pasien.

2) Pengadaan

Tugas pokok pengadaan adalah:

a) Mencatat dan merencanakan barang yang akan dipesan berdasarkan

defekta dari bagian peracikan maupun penjualan bebas. Jenis barang

yang akan dipesan disusun dalam Bon Permintaan Barang Apotek

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 56: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

46

(BPBA). Melakukan pemesanan barang yang telah direncanakan ke unit

bisnis menggunakan BPBA.

b) Memeriksa kesesuaian antara faktur pembelian asli,

salinannya,jumlah barang, harga dan potongan.

c) Menerima barang dari administrator maupun distributor langsung

dan memeriksa kesesuaian barang yang diterima.

d) Mencatat barang yang sudah diterima dan mencocokan dengan

BPBA

e. Juru Resep

Tugas pokok juru resep adalah:

1) Membantu menyiapkan obat, baik obat racikan dan obat jadi dibawah

pengawasan AA.

2) Mengarsipkan resep sesuai nomor urut, tanggal dan penyerahan kepada

petugas administrasi penjualan di apotek.

3) Menjaga kebersihan seluruh ruangan di apotek.

f. Petugas HV (Hand Verkoop)/OTC (Over The Counter)

Petugas HV/OTC bertanggung jawab untuk :

1) Melayani penjualan obat bebas, obat bebas terbatas serta barang-barang

lain yang dijual bebas dengan menggunakan bon penjualan bebas.

2) Menerima pembayaran tunai dari semua transaksi yang terjadi dari

penjualan bebas dan alat kesehatan.

3) Menjaga kebersihan dan menata ruangan penjualan bebas.

4.2. Lokasi dan Tata Ruang Apotek

4.2.1. Lokasi

Lokasi Apotek Kimia Farma No. 48 terletak di Jl. Matraman Raya No. 55

Jakarta Timur yang berada di lingkungan yang sangat strategis dan ramai karena

terletak pada tepi jalan raya dua arah yang dapat dilalui oleh kendaraan umum dan

pribadi, serta berada dekat dengan pemukiman, sekolah, perkantoran, dan

pertokoan. Di sekitar apotek juga terdapat halte busway dan jembatan

penyeberangan sehingga dapat dijangkau oleh pejalan kaki dari kedua arah jalan.

Area parkir terletak di depan apotek dan dikhususkan bagi pelanggan apotek.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 57: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

47

Desain apotek dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh PT. Kimia

Farma Apotek. Bagian paling depan apotek dilengkapi dengan papan iklan Kimia

Farma berwarna biru tua dan logo berwarna jingga untuk tulisan “Kimia Farma” hal

ini dibuat dengan tujuan agar masyarakat lebih mudah untuk menemukan Apotek

Kimia Farma.

4.2.2. Tata Ruang Apotek

Ditinjau dari tata ruangnya, apotek terdiri dari 2 lantai yang dilengkapi

dengan pendingin ruangan dan penerangan lampu yang baik. Kegiatan pelayanan

di apotek dilakukan di lantai 1 sedangkan lantai 2 merupakan kantor Unit

Business Manager Jaya 2. Pada lantai 1 apotek dilengkapi dengan kamera CCTV

dimana kameranya dipasang pada beberapa titik ruang apotek. Kamera CCTV

bertujuan untuk memantau situasi atau keadaan di apotek.

Pengaturan tata ruang ini ditujukan untuk kelancaran kegiatan di apotek dan

kenyamanan pasien. Sesuai dengan standarisasi tata ruang dalam apotek dari Kimia

Farma Apotek pusat, tata ruang Apotek Kimia Farma no. 48 berkonsep terbuka

sehingga pasien dapat melihat langsung apa yang sedang dilakukan oleh para

pegawai apotek. Adapun pembagian ruang atau tempat yang terdapat di dalam

apotek antara lain :

a. Ruang Tunggu

Ruang tunggu terdapat di sebelah kiri pintu masuk apotek. Ruang ini

dilengkapi dengan pendingin ruangan sehingga dapat memberikan kenyaman bagi

pasien yang menunggu. Selain itu juga terdapat koran dan majalah yang dapat

dibaca ditempat selama pasien menunggu

b. Ruang Optik

Ruangan ini berada di sebelah kiri pintu masuk apotek dan berseberangan

dengan ruang tunggu. Ruang optik dilengkapi dengan alat pemeriksaan mata. Pada

bagian yang dipisahkan oleh sekat kaca terdapat laboratorium pemotongan

lensa.

c. Swalayan Farmasi

Swalayan farmasi terdiri dari perbekalan kesehatan yang dapat dibeli secara

bebas tanpa resep dokter. Area swalayan farmasi terletak dekat pintu masuk

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 58: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

48

dan mudah terlihat dari ruang tunggu, menyediakan obat bebas, obat bebas

terbatas, obat herbal, vitamin dan suplemen, alat kesehatan, perawatan tubuh,

perawatan bayi, makanan dan minuman ringan serta produk susu.

Produkproduk ditata dan disusun sedemikian rupa berdasarkan

golongan/jenis produk agar menarik perhatian dan memudahkan pelanggan

dalam memilih produk yang dibutuhkan.

d. Tempat Penerimaan Resep, Upaya Pelayanan Diri Sendiri (UPDS), kasir dan

Penyerahan Obat

Bagian pelayanan resep ini dipisahkan oleh counter yang tidak terlalu tinggi

dan merupakan tempat bagi pasien yang ingin membeli obat tanpa dengan

resep dokter namun dengan pengarahan oleh apoteker dalam pemberian

informasi obat. Bagian kasir terdapat disebelah tempat penyerahan obat yang

menjadi tempat pembayaran baik pembelian obat dengan resep maupun tanpa

resep.

e. Ruang Penyimpanan Obat dan Ruang Peracikan

Ruang penyimpanan obat terletak di bagian belakang tempat penerimaan

resep dan penyerahan obat. Pada ruangan ini terdapat lemari yang terdiri dari

banyak rak dimana obat tersusun sedemikian rupa sehingga mudah untuk

disimpan dan dijangkau pada saat penyiapan, peracikan dan pengemasan.

Setiap jenis obat dimasukkan ke dalam kotak yang berukuran sama dan

tersusun rapi pada rak obat. Pada kotak diberi label nama obat dan dilengkapi

dengan kartu stok. Penataan obat disusun berdasarkan bentuk sediaan dan

cara pemakaian (sediaan padat; setengah padat; cair oral; cair tetes mata,

hidung, telinga; topikal; dan preparat mata). Penyusunan obat dilakukan

secara farmakologis (kelas terapi) dan alfabetis agar mempermudah dalam

pencarian dan penyimpanan obat. Khusus pada sediaan padat, tiap kelas

terapi diberi warna yang berbeda agar mudah dibedakan (misalnya obat

antibiotik diberi warna hijau dan antihipertensi diberi warna merah).

Penyimpanan obat juga dibedakan atas obat generik, produk PT. Kimia

Farma, Tbk., narkotika & psikotropika, dan obat-obatan yang harus disimpan

di kulkas (suhu dingin).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 59: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

49

Ruang peracikan menyatu dengan ruang penyimpanan obat,

dilengkapi dengan fasilitas untuk peracikan seperi timbangan manual,

blender, lumpang dan alu, bahan baku, bahan pengemas seperti cangkang

kapsul, kertas perkamen, kertas pembungkus puyer, wadah plastik dan etiket

serta wastafel. Pada ruang peracikan ini dilakukan kegiatan penimbangan,

pencampuran, peracikan dan pengemasan obat-obat yang dilayani

berdasarkan resep dokter.

f. Ruang Apoteker Pengelola Apotek

Ruangan ini digunakan oleh Apoteker Pengelola Apotek untuk melaksanakan

tugas kesehariannya.

g. Ruang Administrasi

Ruangan ini dilengkapi dengan komputer yang digunakan untuk membuat Bon

Permintaan Barang Apotek (BPBA) serta menginput barang-barang yang dikirim

oleh distributor serta kegiatan adminstrasi lainnya.

h. Ruang Praktek Dokter

Ruang praktek dokter yang tersedia yaitu praktek dokter umum, dokter anak,

dokter kulit dan kelamin serta dokter gigi.

i. Ruang Penunjang Lainnya

Ruang ini terdiri atas toilet, ruang penyimpanan arsip resep, mushala, dan

ruang makan pegawai.

4.3. Kegiatan Apotek Kimia Farma No.48

Apotek Kimia Farma No 48 Matraman memberikan peayanan setiap hari

selama 24 jam sejak tanggal 3 Agustus 2009. Pelayanan terbagi dalam 3 shift

yaitu shift pagi pukul 08.00 - 15.00, shift siang pukul 15.00 - 22.00, dan shift

malam pukul 22.00 - 08.00. Setiap shift memiliki penganggung jawab shift, yaitu

asisten apoteker senior. Kegiatan di Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman,

antara lain :

4.3.1. Pengadaan Perbekalan Farmasi

Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 48 dilakukan

dengan sistem grouping, artinya pembelian dilakukan secara terpusat oleh bagian

pembelian di BM yang kemudian disalurkan ke apotek-apotek pelayanan yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 60: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

50

berada di bawah BM tersebut. Pengadaan dilakukan berdasarkan data yang

tercatat pada buku defekta yang berisi data persediaan barang yang hampir habis

atau sudah habis. Bagian pengadaan dan pembelian melakukan pemeriksaan

kembali kesesuaian antara data pada buku defekta dengan persediaan barang yang

ada untuk menetukan jumlah barang yang akan dipesan. Selain itu diperhatikan

juga tingkat keterjualan barang agar tidak terjadi kekosongan persediaan atau

penumpukkan barang di apotek. Kebutuhan barang yang telah mendapat

persetujuan dari manager apotek ditulis pada Bon Permintaan Barang Apotek

(BPBA).

Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No. 48 dilakukan melalui

Business Manager Jaya II. Prosedur pengadaan barang melalui BM Jaya II adalah:

a. Bagian pengadaan dari masing-masing apotek pelayanan membuat daftar

kebutuhan barang atau Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) sesuai

dengan buku defekta yang sebelumnya telah diseleksi dan telah mendapat

persetujuan dari manager apotek. BPBA dilakukan seminggu sekali setiap hari

Senin yang kemudian dikirim ke bagian pembelian di Business Manager melalui

program KIS (Kimia Farma Information System).

b. Bagian pembelian di Business Manager mengumpulkan data barang yang

harus dipesan berdasarkan BPBA dari apotek pelayanan.

c. Jika barang yang dipesan oleh apotek tersedia di gudang BM Jaya II, maka

BM Jaya II akan mengantar langsung (dropping) barang tersebut ke apotek.

Jika barang yang dipesan tidak tersedia di gudang BM Jaya II, maka pihak

BM Jaya II akan melakukan pemesanan ke PBF atau pemasok resmi yang

telah dipilih (standarisasi pemasok).

d. Bagian pembelian Business Manager membuat surat pesanan yang berisi

nama distributor, nama barang, kemasan, jumlah barang dan potongan harga

yang kemudian ditandatangani oleh bagian pembelian dan Manager Apotek

Pelayanan. Surat pesanan dibuat rangkap dua untuk dikirim ke pemasok dan

untuk arsip apotek.

e. Setelah membuat surat pesanan, bagian pembelian BM langsung memesan

barang ke pemasok. Bila ada pesanan mendadak maka bagian pembelian akan Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 61: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

51

melakukan pemesanan melalui telepon dan surat pesanan akan diberikan pada saat

barang diantarkan.

f. Pemasok akan mengantar langsung barang yang dipesan melalui bagian

pembelian BM ke apotek pelayanan yang bersangkutan disertai dengan

dokumen faktur dan SP (surat pesanan). Setelah dilakukan pengecekan, faktur

di entry oleh Apotek Pelayanan kemudian dikirim ke Business Manager

bagian hutang atau pemasok mengantarkan barang ke gudang BM.

Jika ada perbekalan farmasi yang dibutuhkan segera tetapi tidak ada

persediaan (cito), apotek dapat mengadakan by pass atau pembelian mendesak ke

BM Jaya II. Perbekalan farmasi yang akan di by pass tidak boleh terdapat pada

daftar BPBA minggu tersebut karena jumlah permintaan menjadi ganda. Selain itu

apotek dapat juga melakukan dropping antar apotek, yaitu permintaan barang

antar apotek (pembelian intern antar apotek Kimia Farma). Permintaan barang

antar apotek Kimia Farma diajukan dengan menggunakan BPBA, sehingga apotek

yang meminta menambah pembelian dan apotek yang memberikan barang

menambah penjualan atau pembelian dilakukan kepada apotek swasta lainnya.

Untuk pemilihan apotek swasta dilakukan berdasarkan pengalaman dan

berdasarkan citra dari apotek swasta tersebut.

Untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, terdapat formulir khusus SP

Narkotika dan Psikotropika. Pengadaan psikotropika dapat dipesan ke BM Jaya II,

tetapi untuk pengadaan narkotika pemesanan dilakukan oleh masing-masing

apotek pelayanan langsung kepada PBF Kimia Farma melalui surat pesanan (SP)

tertentu yang harus ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek.

Apotek Kimia Farma juga melakukan pengadaan dengan sistem

konsinyasi. Konsinyasi merupakan bentuk kerjasama yang biasanya dilakukan untuk

produk atau obat-obat baru, barang promosi, alat kesehatan, food supplement.

Konsinyasi dilakukan dengan cara menitipkan produk dari perusahaan

kepada Kimia Farma, kemudian setiap bulannya dilakukan pengecekan dari

pihak perusahaan untuk mengetahui jumlah produk yang terjual. Barang konsinyasi ini

apabila tidak laku, maka dapat diretur dan yang difakturkan untuk dibayar adalah barang

yang terjual saja.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 62: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

52

Pengadaan dengan sistem satu pintu yang dilakukan secara terpusat oleh

Business Manager ini memberikan beberapa keuntungan, yaitu apotek tidak perlu

membeli barang dalam kemasan utuh (box); efisiensi tempat karena apotek

pelayanan tidak memerlukan gudang; efisiensi SDM karena apotek pelayanan

dapat meminimalkan tenaga kerja yang diperlukan untuk mengatur kegiatan

pembelian, penyimpanan, keuangan dan administrasi; penyediaan barang lebih

terkoordinir baik jumlah maupun sistem pembayarannya; memungkinkan untuk

mendapat diskon besar karena pembelian dalam jumlah banyak; jika terdapat

kelebihan barang tertentu dapat dialihkan ke Apotek Kimia Farma lainnya

sehingga dapat dimanfaatkan oleh apotek yang bersangkutan serta mengurangi

kerugian dan mencegah terjadinya barang sisa akibat salah peramalan dan

kadaluarsa. Selain itu dengan sistem terpusat ini Apotek Kimia Farma dapat fokus

menjalankan perannya sebagai sarana pelayanan kesehatan dan dapat

mengoptimalkan pelayanannya untuk masyarakat.

Pemesanan barang di Apotek Kimia Farma hanya dilakukan kepada

pemasok yang telah mempunyai ikatan kerjasama dengan Kimia Farma sehingga

masuknya obat palsu dapat dicegah. Pemilihan pemasok dilakukan oleh Bussines

Manager dengan mempertimbangkan mutu barang yang ditawarkan, ketepatan

waktu pengiriman, masa kredit yang panjang, harga yang bersaing serta potongan

harga yang diberikan, serta pemasok tersebut merupakan agen resmi yang

ditunjuk oleh industri farmasi. Penggantian pemasok yang sudah tidak kompeten

harus melalui Business Manager Kimia Farma

4.3.2. Penerimaan Barang

Penerimaan barang di Apotek Kimia Farma No. 48 dapat berasal dari dua

sumber yaitu dari gudang BM dan dari distributor. Perbekalan farmasi yang telah

dipesan akan dikirim ke apotek disertai faktur, kemudian petugas apotek

melakukan pemeriksaan terhadap barang yang diterima meliputi nama, kemasan,

jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch dan kondisi barang serta dilakukan

pencocokan antara faktur dengan surat pesanan yang meliputi nama, kemasan,

jumlah, harga barang, diskon serta nama distributor.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 63: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

53

Bila sudah sesuai, penerima barang akan menandatangani, memberi

tanggal penerimaan dan nomor unit penerimaan serta stempel apotek pada faktur asli

dan copy faktur. Faktur asli diserahkan kembali kepada petugas pengantar barang

atau distributor untuk kemudian dijadikan bukti pada saat penagihan

pembayaran. Selanjutnya petugas apotek mencatat barang yang datang dalam

buku penerimaan barang sesuai faktur.

Bila barang tidak sesuai dengan SP atau terdapat kerusakan fisik maka

bagian pembelian akan membuat surat retur dan mengembalikan barang tersebut ke

PBF yang bersangkutan untuk ditukar dengan barang yang sesuai.

4.3.3. Penyimpanan Barang

a. Penyimpanan obat di ruang penyimpanan dan peracikan

Setiap obat dimasukkan dalam sebuah kotak dan disusun secara alfabetis

dalam rak penyimpanan obat. Rak penyimpanan obat dikelompokkan

berdasarkan efek farmakologi, bentuk sediaan seperti sediaan padat (tablet

dan kapsul), sediaan setengah padat (salep, krim dan gel), sediaan cair (sirup,

larutan, suspensi), sediaan tetes mata/telinga/hidung, salep mata,

inhaler/spray dan sediaan injeksi serta berdasarkan kelompok obat tertentu

seperti obat generik, antibiotika, obat narkotika dan psikotropika. Selain itu

terdapat pula lemari es untuk menyimpan obat-obat seperti suppositoria,

ovula dan insulin serta terdapat meja untuk menulis etiket dan aktivitas

penyiapan obat lain sebelum diserahkan kepada pasien.

Tiap kotak obat diberi identitas berupa nama obat, dosis, bentuk

sediaan dan/atau nama pabrik, juga dilengkapi dengan kartu stok

masingmasing obat untuk mencatat keluar masuknya barang. Setiap pemasukan

dan pengeluaran obat/barang harus diinput kedalam sistem komputer dan dicatat

pada kartu stok yang meliputi tanggal pemasukan/pengeluaran, nomor

dokumen, jumlah barang yang dimasukkan/dikeluarkan, sisa barang, tanggal

kadaluarsa, nomor batch serta paraf petugas.

Pada setiap kotak penyimpanan obat juga diberi penandaan dalam

bentuk stiker berwarna untuk mengetahui waktu kadaluarsa obat. Stiker

berwarna orange menyatakan bahwa waktu kadaluarsa obat tersebut terjadi

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 64: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

54

pada tahun ini. Stiker berwarna kuning menyatakan bahwa waktu kadaluarsa

obat tersebut terjadi pada tahun depan. Stiker berwarna hijau menyatakan

bahwa waktu kadaluarsa obat tersebut terjadi pada 2 tahun yang akan datang.

b. Penyimpanan obat/barang di swalayan farmasi

Obat/barang yang disimpan di swalayan farmasi adalah obat/barang yang

dapat dibeli secara bebas. Produk-produk yang ada di swalayan farmasi

ditempatkan berdasarkan kelompok tertentu misalnya hair care, skin care,

baby care sedangkan untuk obat-obatan diletakkan secara alfabetis

berdasarkan efek farmakologi dan bentuk sediaan.

c. Penyimpanan dokumen

Dokumen sebagai arsip apotek disimpan dalam jangka waktu tiga tahun.

Untuk resep penyimpanan disusun berdasarkan tanggal dan nomor resep

untuk mempermudah penelusuran resep apabila diperlukan, baik untuk

kepentingan pasien maupun untuk pemeriksaan. Resep yang mengandung

narkotika disimpan terpisah, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam

pembuatan laporan penggunaan narkotika. Setelah tiga tahun, resep dapat

dimusnahkan dengan cara dibakar dan dibuatkanberita acara pemusnahan

resep.

4.3.4. Penjualan

Penjualan di Apotek Kimia Farma No. 48 meliputi pelayanan resep dokter

secara tunai maupun kredit, penjualan bebas, penjualan OWA dan penjualan

intern Kimia Farma. Untuk resep tunai maupun kredit, semua barang yang terjual

dicatat dalam Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH). Bentuk pelayanan lain yang

disediakan oleh Apotek Kimia Farma ini adalah fasilitas antar jemput resep/obat

ke daerah perumahan dan perusahaan-perusahaan.

a. Penjualan obat dengan resep tunai

Pelayanan resep tunai merupakan penjualan obat berdasarkan resep dokter

kepada pasien melalui pembayaran langsung, prosedurnya yaitu:

1) Resep diterima di bagian penerimaan resep, lalu diperiksa kelengkapan

dan keabsahan resep tersebut.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 65: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

55

2) Diperiksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. Bila obat yang

dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan

diberitahukan kepada pasien.

3) Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran atas obat pada bagian

kasir dan dilakukan pula input nama, alamat serta nomor telepon pasien.

Kasir kemudian akan memberikan struk pembayaran yang tercantum

nomor resep dan struk tersebut juga berfungsi untuk pengambilan obat.

4) Kasir juga mencetak struk pembayaran yang tertulis jumlah obat yang

dibeli. Struk tersebut disatukan dengan salinan resep/resep asli, kemudian

diserahkan ke bagian penyiapan obat dan peracikan.

5) Asisten apoteker di bagian peracikan atau penyiapan obat akan meracik

atau menyiapkan obat sesuai dengan resep dibantu oleh juru resep.

Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas.

6) Bila resep tersebut diulang (iter) atau obat hanya ditebus sebagian maka

petugas akan membuat salinan resep untuk pengambilan sisanya. Apabila

pasien memerlukan kuitansi maka dapat pula dibuatkan kuitansi dengan

ditulis salinan resep dibelakang kuitansi.

7) Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali oleh petugas

yang berbeda meliputi nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah

dan etiketnya. Juga dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai resep

aslinya serta kebenaran kuitansi.

8) Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep. Pada saat

obat diserahkan kepada pasien, apoteker memberikan informasi tentang

cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien.

Pemberian layanan informasi obat ini dicatat dalam buku Layanan

Informasi Obat Untuk Pasien dengan Resep Dokter yang terdiri dari

identitas pasien, informasi yang diberikan oleh dokter dan informasi yang

diberikan apoteker. Format Layanan Informasi Obat Untuk Pasien

dengan Resep Dokter dapat dilihat pada lampiran 11.

9) Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep

serta disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun.Pada setiap tahapannya,

petugas apotek wajib membubuhkan paraf atas apa saja yang dikerjakan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 66: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

56

pada resep tersebut, sehingga jika terjadi sesuatu dapat dipertanggung

jawabkanatas pekerjaan yang dilakukan. Alur penjualan resep tunai dapat

dilihat pada lampiran 10

b. Penjualan obat dengan resep kredit

Resep kredit adalah resep yang ditulis dokter yang bertugas pada suatu

instansi atau perusahaan untuk pasien dari instansi yang telah mengadakan

kerjasama dengan apotek yang sering disebut Ikatan Kerja Sama (IKS),

pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian

yang telah disepakati bersama. Pelayanan resep kredit dapat dilakukan

melalui faksimili, telepon, selanjutnya asisten apoteker akan membuat salinan

resep atau pasien datang sendiri membawa resep yang telah diberikan oleh

dokter perusahaan. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama

dengan pelayanan resep tunai, hanya saja pada pelayanan resep kredit

terdapat beberapa perbedaan seperti:

1) Setelah resep kredit diterima dan diperiksa kelengkapannya maka tidak

dilakukan penetapan harga dan pembayaran oleh pasien. Pasien cukup

menunjukkan kartu identitas kepegawaiannya kepada petugas apotek dan

memenuhi administrasinya, kemudian resep langsung dikerjakan oleh

petugas apotek.

2) Penomoran resep kredit dibedakan dengan resep tunai. Resep diberi

nomor urut resep dalam lembar pemeriksaan proses resep.

3) Pada saat penyerahan obat, petugas akan meminta tanda tangan pasien

pada lembar tanda terima obat.

4) Resep, lembar penagihan, nomor resep, nama pasien dan harga obat

dicatat dalam tanda terima kredit. Tanda terima kredit tersebut terdiri dari

tiga rangkap, masing-masing untuk arsip, untuk pasien dan untuk

penagih.

5) Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep tunai kemudian

dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan masing-

masing instansi atau perusahaan dan dibuat lembar atau kuitansi

penagihan untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 67: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

57

sesuai kesepakatan bersama. Alur penjualan resep kredit dapat dilihat pada

lampiran 10.

c. Penjualan bebas

Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan perbekalan

farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC

(Over The Counter) baik obat bebas maupun obat bebas terbatas, obat herbal,

vitamin dan suplemen, kosmetika, alat kesehatan, perawatan tubuh,

perawatan bayi, makanan dan minuman kesehatan serta produk susu.

Penjualan ini dikenal sebagai pelayanan HV (Hand Verkoop). Konsumen

dapat memilih dan mengambil sendiri produk yang diperlukannya. Konsumen

juga dapat meminta bantuan petugas penjualan bebas jika tidak menemukan

produk yang diperlukan. Prosedur penjualan bebas yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1) Pasien (konsumen) mengajukan barang yang akan dibeli tanpa resep

dokter.

2) Petugas melayani permintaan barang dari pasien dan langsung

menginformasikan harga.

3) Setelah harga disetujui, pasien langsung membayar ke kasir.

4) Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti penyerahan

struk penjualan bebas.

5) Barang beserta bukti pembayaran struk pembayaran obat bebas

diserahkan kepada pasien.

6) Bukti penjualan obat bebas dikumpulkan dan diurutkan berdasarkan

nomor

Alur penjualan bebas dapat dilihat pada lampiran 17.

d. Penjualan Obat Wajib Apotek melalui UPDS (Upaya Pengobatan Diri

Sendiri)

Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras tertentu yang dapat diserahkan

apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter sesuai dengan peraturan

yang ditetapkan pemerintah. Di Apotek Kimia Farma No. 48, pasien yang

membeli Obat Wajib Apotek dipisahkan dalam jenis layanan UPDS (Upaya

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 68: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

58

Pengobatan Diri Sendiri). Prosedur pelayanan OWA Apotek Kimia Farma No.

48 adalah sebagai berikut:

1) Pasien menyebutkan obat yang diinginkan.

2) Asisten apoteker memeriksa apakah obat yang diminta pasien termasuk

dalam daftar OWA atau tidak.

3) Bila obat termasuk dalam daftar OWA maka asisten apoteker akan

mencatat nama, alamat atau nomor telepon pasien pada formulir

permintaan OWA. Kasir akan memberi harga dan pasien membayar

harga obat di kasir, kemudian asisten apoteker akan menyiapkan dan

mengemas obat.

4) Setelah obat disiapkan, apoteker menyerahkan obat disertai pemberian

informasi tentang obat tersebut.

5) Formulir permintaan OWA dikumpulkan dan digabung dengan arsip

resep tunai setelah dicatat dalam buku khusus.

Alur penjualan obat wajib apotek melalui UPDS dapat dilihat pada lampiran 18

dan format layanan informasi obat untuk pasien swamedikasi dapat dilihat pada

lampiran 19.

4.3.5. Pengendalian

Dalam hal pengendalian barang, apotek menyediakan kartu stok untuk

masing-masing obat. Setiap penerimaan dan pengeluaran barang selain

dimasukkan dalam sistem data komputer, juga ditulis dalam kartu stok masing-

masing obat. Dari dua data tersebut dapat dicek kecepatan perputaran barang dan

jika ada barang yang hilang. Pada setiap kotak penyimpanan obat juga diberikan

penandaan dalam bentuk stiker berwarna untuk mengetahui waktu kadaluarsa obat

dan dilakukan stock opname setiap tiga bulan sekali dengan cara menghitung

jumlah fisik obat untuk masing-masing item kemudian dicek kesesuaiannya

dengan data yang ada. Hal ini dilakukan untuk mengontrol stok obat serta

pengawasan terhadap kualitas, kehilangan barang, barang kadaluarsa, barang fast

moving atau slow moving, demikian juga barang yang tidak laku. Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 69: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

59

4.3.6. Pengelolaan Narkotika

Pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman meliputi:

a. Pemesanan narkotika

Pemesanan sediaan narkotika dilakukan oleh masing-masing apotek

pelayanan dan harus dilakukan secara tertulis sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Pemesanan dilakukan ke Pedagang Besar Farmasi Kimia Farma

selaku distributor tunggal dengan membuat surat pesanan khusus narkotika

yang dibuat rangkap empat, yang masing-masing diserahkan kepada

Pedagang Besar Farmasi yang bersangkutan (Surat Pesanan asli dan 2 lembar

copy Surat Pesanan), dan satu lembar sebagai arsip di apotek. Surat Pesanan

Narkotika ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas,

nomor SIK, nomor SIA, nama dan alamat apotek, nama dan alamat

distributor serta stempel apotek. Satu lembar Surat Pesanan hanya berlaku

untuk satu jenis narkotika. Surat pesanan narkotika dapat dilihat pada

lampiran 21

b. Penerimaan narkotika

Penerimaan narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau asisten

apoteker dengan mencantumkan nomor SIK pada faktur setelah dilakukan

pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat penerimaan dilakukan

pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan.

c. Penyimpanan narkotika

Obat-obat yang termasuk golongan narkotika disimpan dalam lemari yang

terbuat dari kayu yang kuat dan mempunyai kunci ganda yang dipegang oleh

asisten apoteker penanggung jawab yang diberi kuasa oleh APA.

d. Pelayanan narkotika

Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman hanya melayani resep narkotika dari

resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No. 48

Matraman sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil

sebagian. Apotek tidak melayani resep narkotik yang mencantumkan iter

(pengulangan resep). Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 70: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

60

e. Pelaporan narkotika

Laporan pemakaian narkotika di Apotek KimiaFarma No. 48 Matraman

dilakukan setiap bulan, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.

Laporan dibuat rangkap empat dan ditandatangani oleh APA dengan

mencantumkan nama jelas, SIK, SIA, alamat apotek dan stempel apotek,

kemudian dikirimkan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Madya

Jakarta Timur dengan tembusan kepada:

1) Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta.

2) Penanggung Jawab Obat Narkotika PT. Kimia Farma (Persero), Tbk.

3) Arsip Apotek

Format Laporan Penggunaan Narkotika dapat dilihat pada lampiran 22.

f. Pemusnahan narkotika

Pemusnahan narkotika dan psikotropika dilakukan atas izin direksi kemudian

mengajukan surat permohonan tentang pemusnahan narkotika kepada Badan

POM. Setelah ijin keluar, maka dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari

seorang apoteker, asisten apoteker dan petugas dari Badan POM. Kemudian

tanggal pemusnahan tersebut ditentukan dan dibuat berita acara yang

memuat:

1) Nama jelas, sifat dan jumlah narkotika yang dimusnahkan

2) Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan

pemusnahan.

3) Nama apoteker pengelola apotek

4) Nama saksi dari pemerintah dan dari apotek (masing-masing 1 orang)

5) Cara pemusnahan

6) Tanda tangan dan identitas apotek pengelola apotek dan saksi-saksi

Selanjutnya berita acara ini dikirim kepada:

1) Badan POM RI di Jl. Percetakan Negara no. 23 Jakarta

2) Balai Besar POM DKI Jakarta Jl. Kesehatan No. 10 Jakarta

3) Kantor Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta Jl. Kesehatan no. 10

Jakarta

4) Kantor Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Timur

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 71: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

61

5) Penanggung jawab narkotika PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Jl. Budi

Utomo no.1 Jakarta

6) Arsip Apotek

Acara pemusnahan disaksikan oleh:

1) Satu saksi dari Badan POM Jakarta

2) Apoteker pengelola apotek setempat

3) Asisten apoteker setempat 1 orang

Berita acara pemusnahan narkotika dapat dilihat pada lampiran 23.

4.3.7. Pengelolaan Psikotropika

Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 48 meliputi:

a. Pemesanan Psikotropika

Pemesanan psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman dilakukan ke

PBF Kimia Farma atau PBF lain dengan menggunakan surat pesanan

psikotropika yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dengan

mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIPA dan stempel apotek.

Setiap surat pesanan dapat berlaku untuk lebih dari satu item psikotropika.

Surat pesanan dibuat rangkap 2, yang masing-masing diserahkan ke Pedagang

Besar Farmasi yang bersangkutan dan sebagai arsip di apotek. Surat pesanan

psikotropika dapat dilihat pada lampiran 25.

b. Penyimpanan Psikotropika

Penyimpanan obat psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman

diletakkan di dalam lemari khusus yang terpisah dari sediaan lain dan terkun.

c. Pelayanan Psikotropika

Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman hanya melayani resep psikotropika

dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No.

48 Matraman sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil

sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa resep.

d. Pelaporan Psikotropika

Pelaporan penggunaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No.48 dibuat

setiap bulan dan dikirimkan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta

Timur. Laporan psikotropika memuat nama apotek, nama obat, nama

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 72: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

62

distributor, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran, tujuan pemakaian, dan

stok akhir. Laporan ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama dan

nomor surat ijin kerja (SIK), serta stempel apotek dengan tembusan kepada:

1) Kepala Kantor Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

2) Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta.

3) Arsip Apotek.

Format Laporan Penggunaan Psikotropika dapat dilihat pada lampiran 26.

e. Pemusnahan Psikotropika

Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan

narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan psikotropika dapat dilakukan

bersamaan dengan pemusnahan narkotika.

4.3.8. Pemusnahan Resep

Tata cara pemusnahan resep telah diatur dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 280/MenKes/V/1981 tentang ketentuan dan

Tata Cara Pengelolaan Apotek pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5) disebutkantentang

resep sebagai berikut :

a. Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep menurut urutan tanggal dan

nomor urutan penerimaan resep dan harus disimpan sekurang-kurangnya

selama 3 tahun.

b. Resep yang telah disimpan dalam jangka waktu 3 tahun dapat dimusnahkan.

c. Pemusnahan resep dapat dilakukan dengan cara dibakar atau cara lain oleh

Apoteker Pengelola Apotek bersama-sama dengan sekurang-kurangnya

petugas apotek. Berita acara pemusnahan dikirimkan ke Dinas KesehatanKota

dengan tembusan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Daerah Khusus

Ibukota Jakarta.

4.3.9. Kegiatan Non Teknis Kefarmasian

Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia

Farma No.48 Matraman hanya berupa administrasi harian dalam bentuk : Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 73: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

63

a. Administrasi Resep

Administrasi ini berupa pencatatan data pasien, pembuatan kuitansi dan

salinan resep.

b. Administrasi Non Resep

1) Administrasi keuangan

Secara berkala Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman mempunyai

kewajiban untuk melaporkan :

2) Bukti Setoran Kas (BSK)

Dibuat oleh kasir sebagai tanda terima dari APA atas hasil penjualan

tunai pada tiap shift dan bukti setoran kas ini divalidasi dan dicetak oleh

APA.

3) Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH)

Laporan ini dibuat pada akhir transaksi hari berjalan untuk pembayaran

tunai. Laporan ini memberikan informasi jumlah penjualan OTC, UPDS, HV,

debet dan tunai. Laporan ini dibuat dan divalidasi oleh APA. Khusus untuk

laporan konsinyasi dibuat terpisah dan dicetak per supplier serta direkap

tiap bulan.

4) Laporan Realisasi Penggunaan Dana Kas Kecil (LRPDKK)

Laporan ini merupakan laporan mengenai penggunaan kas kecil (petty

cash) untuk keperluan operasional apotek, misalnya untuk pembayaran

listrik, air, bensin, keamanan dan lain-lain. Laporan ini dibuat oleh

bagian administrasi yang ditunjuk dan diketahui oleh APA, biasanya

laporan ini divalidasi tiap 2 minggu.

5) Administrasi barang

Kegiatan meliputi pembuatan dan pengarsipan dokumen pembelian

(faktur pembelian), defekta, Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA),

Surat Pesanan (terutama narkotika dan psikotropika), kartu stok, laporan

stock opname dan lain-lain.

6) Administrasi SDM

Kegiatannya meliputi tata tertib pegawai, pengaturan jadwal kerja,

absensi, lembur pegawai, perhitungan hari kerja, cuti dan lain-lain.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 74: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

BAB 5

PEMBAHASAN

Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman terletak di lokasi yang strategis dan

mudah diakses karena terletak di tepi jalan besar yang memiliki dua arah, cukup

ramai, banyak dilalui oleh kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dan

terletak dekat dengan jembatan penyebrangan sehingga dapat dijangkau oleh

pejalan kaki dari kedua arah jalan. Lokasi Apotek Kima Farma ini diperjelas

dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/2004 tentang

sarana dan prasarana menurut standar pelayanan kefarmasian di apotek, dalam

keputusan menteri ini disebutkan bahwa apotek berlokasi pada daerah yang

mudah dikenal dan dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat.

Lay out apotek terdiri atas dua lantai yang dilengkapi dengan tempat parker

yang dapat memuat kurang lebih 8 mobil dan 10 motor. Lantai I merupakan

apotek sebagai sarana farmasi dan lantai II merupakan Kantor unit BM Jaya II.

Lay out apotek terdiri dari pelayanan depan dan belakang. Pelayanan depan

terdapat swalayan farmasi dan non farmasi, optik beserta dokter mata, ATM, dan

ruang tunggu. Pelayanan belakang merupakan tempat praktek dokter bersama

yaitu dokter umum, dokter anak, dokter gigi, dan dokter kecantikan serta sarana

lainnya seperti mushalla dan toilet. Pelayaan di bilik racik apotek terdapat ruangan

persediaan obat, ruang peracikan, dan ruang penyerahan obat. Bagian pelayanan

depan dengan mudah dilihat oleh konsumen yang datang, swalayan farmasi dan

non farmasi dengan mudah dilihat. Tata letak yang berbentuk mirip huruf L ini

disusun sedemikian rupa berdasarkan kategori tertentu seperti body care, personal

care, alat kesehatan serta makanan ringan. Penyusunan barang menurut kategori

ini dimaksudkan untuk memudahkan konsumen dalam mencari dan memilih

barang yang diperlukan atau yang akan dibeli.

Swalayan farmasi berisi obat-obat golongan OTC, suplemen, vitamin, susu,

serta gula rendah kalori. Namun, beberapa produk ini tidak diberi label harga,

sehingga agak menyulitkan konsumen untuk mengetahui harga barang-barang

tersebut. Selain itu, kehilangan barang yang diletakkan di gondola swalayan kerap

kali terjadi.

64 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 75: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

65

Apotek Kimia Farma No. 48 tidak hanya melayani penjualan obat OTC

tetapi juga melayani pelayanan resep. Pasien yang ingin menebus resep obat dapat

menyerahkan resepnya pada kasir, kemudian kasir akan melakukan pengecekan

ketersediaan obat dan harga obat-obat tersebut. Apabila pasien setuju dengan

jumlah harga yang diinformasikan oleh kasir maka penyiapan obat baru akan

dilakukan. Bagian ini tampak jelas dan mudah terlihat karena diberi penanda

“Pelayanan Resep” di bagian atasnya. Sudut lain dari meja kasir yang berbentuk

seperti huruf L terdapat meja khusus yang digunakan apoteker untuk melayani

konseling obat kepada pasien. Namun, adanya keterbatasan sumber daya manusia

maka pelayanan konseling di Apotek Kimia Farma no. 48 saat ini belum

terlaksana karena baru memiliki dua orang apoteker pendamping yang bekerja

shift, yaitu pagi dan malam secara bergantian jadwal. Sehingga pasien tidak dapat

berkonsultasi kepada apoteker setiap saat.

Pada bagian dalam kasir, terdapat lemari penyimpanan obat. Obat-obatan

yang disimpan dalam lemari ini disusun berdasarkan kelas terapi yang kemudian

diberi label yang berbeda ditandai dengan perbedaan warna dari tiap kelas terapi,

kemudian obat-obat yang berada dalam kelas terapi yang sama diurutkan secara

alfabetis dan berdasarkan kekuatan obat tersebut. Hal ini juga dimaksudkan agar

apoteker maupun asisten apoteker yang melakukan pelayanan resep dapat dengan

mudah mencari dan mengambil obat-obat yang dibeli oleh pasien, sehingga dapat

lebih mengefisienkan waktu pelayanan. Obat golongan psikotropik disimpan di

lemari khusus yang selalu terkunci. Obat golongan ini hanya dapat ditebus oleh

pasien yang memiliki resep. Obat golongan narkotika juga disimpan dalam lemari

khusus dengan pintu ganda yang selalu terkunci. Obat golongan ini hanya dapat

ditebus oleh pasien yang membawa resep asli. Transaksi pembelian dan

penyerahan obat golongan narkotika dan psikotropika terdokumentasi dengan baik

dan dilaporkan secara berkala ke kantor pusat Kimia Farma Apotek dan

pemerintah bagian terkait yakni Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota tebusan

kepada Dinas kesehatan Propinsi tebusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan (BPOM).

Penandaan obat-obat yang tersedia di Apotek Kimia Farma juga meliputi

tahun kadaluarsa obat. Penandaan ini dilakukan dengan penempelan stiker yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 76: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

66

memiliki warna tertentu untuk menunjukkan tahun daluarsa obat. Warna yang

digunakan oleh seluruh Apotek Kimia Farma adalah sama, yaitu warna jingga

untuk tahun daluarsa 2013, hijau untuk tahun daluarsa 2014, kuning untuk tahun

daluarsa 2015, dan krem untuk tahun daluarsa 2016. Penandaan ini dimaksudkan

untuk menjamin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien memenuhi

persyaratan. Selain itu, untuk menjaga kepercayaan konsumen dan meyakinkan

konsumen petugas apotek kerap kali memperlihatkan dan menyebutkan tahun

daluarsa obat yang tercantum pada kemasan obat. Hal ini membuat pasien yakin

akan kualitas obat yang diberikan oleh Apotek Kimia Farma.

Tempat peracikan terletak di bagian samping tempat penyimpanan obat.

Ruangan peracikan obat dilengkapi dengan rak-rak yang digunakan untuk

menyimpan obat, timbangan, blender, lumpang dan alu, bahan baku, dan alat-alat

lainnya yang diguakan untuk meracik. Wastafel terletak di sudut ruangan

digunakan untuk mencuci peralatan meracik yang telah digunakan.

Proses administrasi di Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman dilakukan

secara komputerisasi untuk meningkatkan kelancaran dan efisiensi pelayanan

apotek. Sistem ini juga membantu apotek untuk mencegah maupun mengatasi

masalah yang mungkin baru diketahui setelah obat diserahkan ke pasien dimana

sistem komputer pada kasir mengharuskan petugas memasukkan alamat dan

nomor telepon pasien yang dapat dihubungi sebelum melakukan pencetakan struk

pembayaran. Walaupun telah diterapkan dalam sistem komputerisasi namun untuk

informasi jumlah persediaan obat masih dilakukan secara manual, sehingga saat

melayani resep petugas apotek harus melihat stok obat yang tersedia terlebih

dahulu. Hal ini dilakukan untuk mencegah atau mengantisipasi kesalahan pada

sistem komputerisasi dan sebagai bahan pengecekan stok obat.

Tata ruang dan bangunan Apotek Kimia Farma No. 48 ini sudah sesuai

dengan KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, dimana bangunan apotek

terdiri dari ruang tunggu, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang

penyimpanan obat, ruang peracikan dan penyerahan obat, tempat pencucian obat

dan toilet yang dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan,

penerangan yang baik, ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi

syarat higienis. Apotek Kimia Farma No. 48 juga memiliki papan nama yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 77: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

67

memuat nama apotek, nama APA (Apoteker Pengelola Apotek), nomor SIA,

alamat dan nomor telepon apotek.

Selain bangunan yang memenuhi syarat, apotek Kimia Farma No. 48 juga

memiliki perlengkapan antara lain alat pengolahan dan peracikan seperti

timbangan, mortar, gelas ukur, perlengkapan penyimpanan perbekalan farmasi

seperti lemari obat dan lemri pendingin, tempat penyimpanan khusus narkotika

dan psikotropika, buku standar yang berhubugan dengan apotek seperti ISO,

MIMS, dan DPHO serta alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur,

kuitansi, dan salinan resep. Tempat penyiapan obat terletak di bagian belakang

counter penerimaan resep dan penyerahan obat. Dalam ruangan ini terdapat rak-

rak kayu yang di dalamnya terdapat obat-obat yang disusun menurut abjad dan

dikelompokkan menurut bentuk sediaan serta kelompok subterapinya. Untuk obat

antibiotik dan obat psikotropik diletakkan di rak terpisah dengan obat yang lain

sedangkan untuk obat narkotik diletakkan di lemari khusus sesuai dengan

persyaratan yang dipasang pada dinding, terdapat pula lemari pendingin untuk

menyimpan obat obat seperti suppositoria, ovula dan insulin serta terdapat meja

untuk menulis etiket dan aktivitas penyiapan obat lain sebelum diserahkan kepada

pasien. Di bagian atas meja ini terdapat rak untuk meletakkan buku defekta,

blanko bon permintaan barang apotek, salinan resep, kuitansi, tanda terima obat,

permintaan DOWA sedangkan rak bagian bawah digunakan untuk meletakkan

buku-buku seperti ISO, MIMS dan DPHO.

Perencanaan pengadaan barang di apotek ini dilakukan berdasarkan buku

defekta dari bagian pelayanan resep dan penjualan OTC atau swalayan farmasi.

Perencanaan ini dilakukan setiap sabtu dengan mencatatnya di buku defekta dan

menuliskannya kembali pada Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA). BPBA ini

dikirim secara online ke bagian gudang paling lambat hari Senin pukul 09.00 pagi.

Barang akan di dropping ke apotek dari gudang pada hari senin sore atau selasa

pagi. Setelah barang datang di apotek, petugas akan mencocokkan barang dengan

dropingannya, jika sudah sesuai selanjutnya barang akan dimasukkan ke tempat

masing-masing dan dicatat pada kartu stok masing-masing, namun untuk barang-

barang swalayan dan OTC barang yang masuk tidak ditulis di kartu stok. Bagi

barang-barang yang terlupa untuk dipesan atau habis sebelum pemesanan senin

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 78: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

68

selanjutnya maka BPBA dapat dikirim kembali pada hari selasa dan kamis.

Pengawasan persediaan obat atau barang dilakukan dengan mencatat barang atau

obat yang disimpan dan masuk pada kartu stok. Setiap kotak penyimpanan obat atau

barang dilengkapi dengan kartu stok yang berisi tanggal disimpan atau diambil,

no. dokumen, jumlah yang disimpan atau diambil, jumlah sisa obat atau barang, paraf,

tanggal kadaluarsa obat atau barang, dan no.batch obat atau barang. Pencatatan

barang masuk dan barang keuar (dibeli oleh pasien) dilakukan pada kartu stok.

Pengeluaran barang dilakukan dengan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO

(First Expired First Out).

Pelayanan resep di Apotek Kimia Farma No.48 terdiri dari pelayanan

penjualan bebas, resep dokter, resep tunai, resep kredit, dan swamedikasi yang

dikenal sebagai Upaya Penyembuhan Diri Sendiri (UPDS). Pada pelayanan resep

kredit, untuk pembelian dan pembayarannya berdasarkan kerjasama serta

perjanjian yang disetujui antara apotek dengan instansi atau perusahaan tertentu.

Pada Apotek Kimia Farma No. 48, pelayanan resep kredit hampir sama

banyaknya dengan pelayanan resep tunai. Pada dasarnya, banyaknya resep kredit

menunjukkan suatu apotek cukup baik dalam mengembangkan usahanya, akan

tetapi semakin meningkatnya resep kredit yang diterima oleh apotek, maka

semakin besar modal apotek yang tertahan dalam bentuk piutang, namun karena

diimbangi dengan pelayanan resep tunai yang banyak maka hal tersebut tidak

menjadi masalah. Alur resep yang datang di Apotek Kimia Farma No. 48

Matraman yaitu resep yang dibawa oleh pasien diterima asisten apoteker atau

apoteker, kemudian resep di skrinning untuk melihat persyaratan administrasi

berupa nama dokter, alamat praktek dokter, paraf dokter, nama pasien, umur, obat

yang diminta, signa dan lain-lain, kesesuaian farmasetik yang meliputi bentuk

sediaan, dosis, potensi dan lain-lain, dan pertimbangan klinis yang meliputi

interaksi, alergi, efek samping dan lain-lain. Setelah dinyatakan resep sah dan

lengkap, selanjutnya dilakukan pengecekan terhadap persediaan obat dan dihargai,

kemudian asisten apoteker atau apoteker menanyakan kepada pasien terkait harga

yang harus dibayar jika pasien telah setuju, maka obat langsung disiapkan. Guna

memperkecil kesalahan dalam pelayanan resep maka dilakukan proses

pemeriksaan obat sebelum diserahkan ke pasien. Pengecekan ini dilakukan lebih

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 79: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

69

dari 1 orang bertujuan untuk menghilangkan kesalahan penyerahan obat.

Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan terhadap nama obat, jumlah,

penandaan etiket, permintaan salinan resep dan kuitansi sehingga pasien

menerima obat sesuai dengan yang diresepkan baik jenis, sediaan, jumlah,

maupun aturan penggunaannya. Tahap selanjutnya adalah penyerahan obat oleh

apoteker bersamaan dengan informasi obat berupa obat yang diberikan, aturan

pakai, waktu minum, durasi, efek samping, interaksi obat dan waktu penyimpanan

obat. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) di apotek ini masih kurang

optimal, hal ini disebabkan adanya keterbatasan tenaga dan waktu apoteker yang

tersedia. Pada umumnya, petugas yang bekerja sudah melayani dengan baik,

ramah, sigap dan mau membantu mengatasi kesulitan pelanggan. Selain itu,

petugas juga cukup informatif dalam melayani pelanggan, berbicara dengan

bahasa yang mudah dimengerti pasien dan cepat tanggap dalam mengatasi

keluhan konsumen. Keadaan ini harus terus dipertahankan dan jika mungkin

ditingkatkan.

Pelaporan yang dilakukan apoteker telah sesuai dengan yang

dipersyaratkan bahwa untuk narkotika dilakukan setiap akhir bulan sedangkan

untuk psikotropika dilakukan setiap satu tahun sekali. Pelaporan ini dilakukan

dengan menunjukkan jumlah yang dipesan dengan jumlah yang telah dijual, agar

adanya tranparansi penjualan secara sah sesuai resep dokter. Untuk resep yang

mengandung morfin dan petidin harus melampirkan resepnya karena narkotika ini

termasuk golongan II, yaitu narkotika yang memiliki potensi yang sangat kuat untuk

menimbulkan ketergantungan sehingga sangat diatur ketat penggunaannya. Laporan

dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan dinas

Kesehatan Provinsi dan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan setempat

dan arsip Kimia Farma Apotek.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 80: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang telah dilakukan di

Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman dapat disimpulkan:

Apoteker sebagai pengelola apotek memiliki peran, tugas, fungsi dan tanggung

jawab yang sangat penting dalam pengelolaan segala aspek di apotek.

a. Pelayanan di Apotek Kimia Farma mengacu kepada konsep Pharmaceutical

Care melalui penerapan Standar Operating Procedure (SOP) untuk setiap

aspek pelayanan.

b. Apotek Kimia Farma menerapkan konsep swalayan farmasi dalam penjualan

obat bebas (OTC) dimana perbekalan farmasi disusun berdasarkan

farmakologi, bentuk sediaan dan alfabetis.

c. Keterampilan berkomunikasi dilatih dengan berani memberikan informasi,

edukasi, dan konseling mengenai penyakit dan obat kepada pasien.

d. Dalam Melakukan pelayanan swamedikasi pencatatan mengenai data dan

keluhan pasien dan obat yang dapat diberikan kepada pasien adalah obat

bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek.

6.2. Saran

a. Perlu disiplin dan tindakan tegas dalam penulisan stok barang di kartu stok,

sehingga tidak terjadi kekurangan obat atau kehilangan obat.

b. Perlu ditingkatkan sistem informasi di komputer dalam hal stok barang,

sehingga pada saat pembeli datang tidak perlu dilakukan pengecekan ulang.

c. Perlu ditingkatkan pengawasan keamanan dari swalayan farmasi agar risiko

pencurian dapat dihindari.

d. Perlu adanya data harga-harga produk farmasi maupun non-farmasi dalam

bentuk buku (tidak tersimpan dalam komputer) atau label pada produk untuk

memudahkan pelayanan bagi pasien dan mengefisiensikan waktu pelayanan.

Berdasarkan pengamatan, sebagian besar pasien selalu menanyakan harga

produk tersebut sebelum membeli sedangkan daftar harga produk tersebut

70 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 81: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

71

hanya terdapat di komputer dan hanya dapat dioperasikan oleh karyawan

apotek.

e. Untuk urusan administrasi yaitu pengadaan barang di Apotek Kimia Farma

No. 48 sebaiknya dikerjakan oleh apoteker pendamping sebagai pengganti

APA yang tidak selalu berada di tempat, sehingga dapat terlihat jelas fungsi,

peran, tugas, serta tanggung jawab apoteker di Apotek.

f. Perlu adanya tambahan Apoteker Pendamping agar seluruh pasien yang

menebus obat dan memerlukan informasi mengenai terapi yang dijalaninya

dapat terlayani.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 82: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

DAFTAR ACUAN

Bodagenta, A. (2012). Manajemen Pengelolaan Apotek. Jakarta: D-Medika.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat

Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta.

Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. (1977). Surat Edaran Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 336/E/SE/77 Tentang Salinan Resep Narkotika. Jakarta.

Firmansyah, M. (2009). Tata Cara Mengurus Perizinan Usaha Farmasi dan

Kesehatan. Jakarta: Transmedia Pustaka.

Hartono. (2000). Manajemen Apotek. Jakarta: Depot Informasi Obat.

Kimia Farma Trading and Distribution. (2011). Tentang Kimia Farma Trading

and Distribution. Mei 13, 2013. http://www.kftd.biz.

Kimia Farma. (2012). Laporan Tahunan (Annual Report) 2012. Mei 13, 2013. http://www.kimiafarma.co.id/.

Mashuda, A. (2011). Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB).

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Pengurus Pusat

Ikatan Apoteker Indonesia.

Menteri Kersehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 28/MENKES/PER/I/1978 Tentang Tata Cara

Penyimpanan Narkotik. Jakarta.

Menteri Kersehatan Republik Indonesia. (1981). Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 280/MENKES/V/1981 Tentang Ketentuan dan

Tata Cara Pengelolaan Apotek. Jakarta.

Menteri Kersehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 347/MENKES/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotik. Jakarta.

Menteri Kersehatan Republik Indonesia. (1993a). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta.

Menteri Kersehatan Republik Indonesia. (1993b). Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 919/MENKES/PER.X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat

Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta.

72 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 83: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

73

Menteri Kersehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 922/MENKES/PER/X/1993

Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta.

Menteri Kersehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta.

Menteri Kersehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02./MENKES/068/I/2010 Tentang

Kewajiban Menggunakan Obat Generik Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pemerintah. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (1976). Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976

Tentang Narkotika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan dan Tambahan Atas

Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika. Jakarta

Saragi, S. (2011). Panduan Penggunaan Obat. Jakarta: Rosemata Publisher.

Tim PKPA PT. Kimia Farma Apotek. (2012). Panduan dan Materi Praktek Kerja

Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma. Jakarta: PT. Kimia Farma

Apotek.

Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis Cetakan ke-4. Jakarta: Wira Putra

Kencana.

World Health Organization. (1998). The Role of The Pharmacist In Self-Care and Self-Medication. Report of the 4

th WHO Consultative Group on the Role

of The Pharmacist, Hague, Netherlands.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 84: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

LAMPIRAN

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 85: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

Direktur Utama

President Director

Direktur Produksi Direktur Pemasaran Direktur Keuangan Direktur Umum&SDM Director of Production Director of Marketing Director of Finance Director of GA&HR

Divisi Supply Divisi Pengembangan Divisi Human Divisi Sekretaris Divisi Satuan Chain Bisnis Strategis Capital Perusahaan Pengawas Internal

Division of Division of Strategic Division of Human Division of Division of Internal

Supply Chain Business Development Capital Corporate Secretary Control

Unit Treasuri Unit Akuntansi Unit Teknologi Unit Kepatuhan &

Unit of Unit of Internet Manajemen Risiko

Treasury Accounting Unit of Information Unit of Risk Management &

Technology Compliance

SBU SBU Farma SBU Manajemen Aset PT KF TRADING & PT KF PT SINKONA Manufaktur SBU of SBU of Asset DISTRIBUTION APOTIK INDONESIA LESTARI

SBU of Pharmaceutical Managementt

SBU Kimia PT KF DIAGNOSTIK

SBU of Chemical

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 86: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek

Direksi

Coporate &

Communication

& Legal

Operation Director

Manager Director

Finance Director HRD & GA Director

Controller, Accounting, Human Business

Manager Compliance & Finance, IT Capital &GA Development Risk Management

Principle &

Merchandise

PT KFD

KF Klinik

KF Optik

Bisnis

Manager

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 87: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

75

Lampiran 3. Struktur Organisasi Business Manager Jaya II

Bisnis Manajer

Manajer Apotek Pelayanan

Supervisor Supervisor Keuangan

Pengadaan dan Akuntansi

Pembelian Pemegang Kas

Gudang Pengelola Administrasi

Pembelian/Hutang

Dagang

Pengelola Administrasi

Penjualan/Piutang

Dagang

Petugas Inkaso

Pengelola Administrasi

Kas Bank

Pengelola Administrasi

Pajak

Pengelola SDM dan

Umum

Pengelolaan Penagihan

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 88: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

Lampiran 4. Struktur Organisasi Kimia Farma Trading and Distribution

MANAGING DIRECTOR

LEGAL

FINANCE & HRD

DIRECTOR

ACCOUNTING & PRINCIPAL

FINANCE MANAGER MANAGER

HRD & ADM

PERSONALIA MANAGER

OPERATION DIRECTOR

LOGISTIC &

PROCUREMENT MANAGER

SALES MANAGER

REGIONAL BUSINESS RO PBF 1st CLASS

REGULER & INSTITUTION RO PBF 2

nd CLASS

RO PBF 3rd

CLASS

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 89: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

77

Lampiran 5. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma no. 48 Matraman

MANAGER APOTEK

PELAYANAN

APOTEKER

PENDAMPING

SUPERVISOR

LAYANAN FARMASI: SWALAYAN FARMASI:

- ASISTEN APOTEKER - PELAYANAN OTC

- JURU RACIK - SPG

- KASIR

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 90: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

78

Lampiran 6. Alur Pengadaan Apotek Kimia Farma No. 48

4) BPBA

Dropping

Defecta

Apotek KF no. 48

1) BPBA Dropping

2)

Apotek KF lainnya

SP Narkotika Faktur

PBF Kimia Farma

BM Jaya II

Gudang Pengadaan

SP

Distributor

3)

Pembelian Mendesak

Apotek selain KF

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 91: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

79

Lampiran 7. Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 92: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

80

Lampiran 8. Dokumen Dropping dari BM ke Apotek Kimia Farma

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 93: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

81

Lampiran 9. Dokumen Dropping dari Apotek Kimia Farma ke Apotek Kimia

Farma Lainnya

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 94: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

82

Lampiran 10. Alur Pelayanan Resep

Penerimaan Resep

Resep Tunai Resep Kredit

Pemeriksaan Kelengkapan Pemeriksaan Kelengkapan

Resep, Persediaan Obat Resep dan Persediaan dan Pemberian Harga Obat

Pasien membayar di kasir Pemberian nomor Urut

dan diberi nomor urut

sesuai nomor resep

Penyiapan Obat

Obat Paten Obat Racikan

Pemberian Etiket

Pemeriksaan kesesuaian obat

dan etiket dengan resep

Penyerahan Obat

Resep disimpan oleh Resep disimpan oleh

petugas petugas

Resep diberi harga &

dibayar dengan syarat

sesuai perjanjian kerjasama

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 95: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

Lampiran 11. Format Layanan Informasi Obat Untuk Pasien Dengan Resep Dokter

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 96: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

84

Lampiran 12. Salinan Resep

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 97: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

85

Lampiran 13. Kuitansi Pembayaran Tunai

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 98: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

86

Lampiran 14. Etiket dan Bungkus Obat

Etiket untuk obat dalam Etiket untuk obat luar

Bungkus puyer Bungkus Obat

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 99: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

87

Lampiran 15. Label obat

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 100: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

88

Lampiran 16. Kolom HTKP

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 101: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

89

Lampiran 17. Alur Pelayanan Penjualan Bebas

Pembelian barang

oleh konsumen

Barang

diserahkan

Input data ke

komputer dan

periksa Harga

Persetujuan Harga

Laporan Harian

Disetujui beserta uang disesuaikan

Pembelian barang

oleh konsumen

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 102: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

90

Lampiran 18. Alur Penjualan Obat Wajib Apotek melalui UPDS

Permintaan OWA

oleh Pasien

Pemberian

Informasi Obat

Pencatatan Data

Pasien dan Periksa

Harga

Persetujuan Harga

Penyiapan Obat

Penyerahan Obat

oleh Apoteker

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 103: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

Lampiran 19. Format Layanan Informasi Obat Untuk Pasien Swamedikasi

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 104: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

92

Lampiran 20. Kartu Stok

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 105: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

Lampiran 21. Surat Pesanan Narkotika

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 106: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

94

Lampiran 22. Format Laporan Penggunaan Narkotika

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 107: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

95

Lampiran 23. Berita Acara Pemusnahan Narkotika

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 108: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

96

Lampiran 24. Daftar dan Jumlah Narkotika yang Dimusnahkan

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 109: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

Lampiran 25. Surat Pesanan Psikotropika

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 110: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

98

Lampiran 26. Format Laporan Penggunaan Psikotropika

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 111: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

99

Lampiran 27. Berita Acara Pemusnahan Resep

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 112: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

100

Lampiran 28. Contoh Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH)

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 113: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

UNIVERSITAS INDONESIA

PENILAIAN KELAYAKAN

LOKASI APOTEK KIMIA FARMA NO. 48

DI JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR

BERDASARKAN ASPEK INTERNAL DAN EKSTERNAL

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

FIENDA TRIANI, S.Farm.

1206313116

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 114: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ... ................................................................................................... vi

BAB 1. PENDAHULUAN ... .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ... ........................................................................... 1

1.2 Tujuan ... ......................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... ..................................................................... 3

2.1 Definisi Apotek ... .......................................................................... 3

2.2 Landasan Hukum Apotek ... .......................................................... 3

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek ... .......................................................... 4

2.4 Persyaratan Pendirian Apotek ... .................................................... 4

2.5 Definisi Studi Kelayakan ... ........................................................... 8

2.6 Aspek-aspek penilaian Lokasi Apotek ... ...................................... 10

BAB 3. METODOLOGI PENGKAJIAN ... .................................................... 13

3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian ... .................................................. 13

3.2 Metode Pengkajian ... ..................................................................... 13

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ... .......................... 14

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... ........................................................ 28

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 28

5.2 Saran ... ........................................................................................... 28

DAFTAR ACUAN ... .......................................................................................... 29

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 115: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Apotek adalah tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian,

penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat

(Menkes, 2004). Fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian apoteker yang

telah mengucapkan sumpah jabatan, dan sebagai sarana farmasi untuk melakukan

peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat dan sarana

penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan

masyarakat secara meluas dan merata (Menkes, 1993).

Apotek dapat dikategorikan sebagai salah satu bisnis eceran (retail) yang

komoditasnya (barang yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan farmasi (obat

dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan (alat kesehatan). Sebagai perantara,

apotek dapat mendistribusikan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan dari

supplier kepada konsumen, memiliki beberapa fungsi kegiatan yaitu pembelian,

gudang, pelayanan dan penjualan, keuangan, dan pembukuan. Sehingga dapat

dikelola dengan baik, maka seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) disamping

menguasai ilmu kefarmasian juga perlu menguasai ilmu lainnya seperti ilmu

pemasaran (marketing) dan ilmu akuntansi (accounting). Apotek bukanlah suatu

badan usaha yang semata-mata hanya mengejar keuntungan saja tetapi apotek

mempunyai fungsi sosial yang menyediakan, menyimpan dan menyerahkan

perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya.

Mengingat bahwa bisnis apotek merupakan suatu usaha, sama halnya

dengan menjalankan usaha pada umumnya, ada banyak faktor-faktor tertentu yang

perlu dipertimbangkan untuk mengembangkan maupun meningkatkan bisnis

tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa-analisa baik internal maupun

eksternal untuk menilai apakah usaha yang sedang dijalankan ini sudah berada

pada posisi yang aman ataupun perlukah dilakukannya usaha-usaha

pengembangan lanjutan untuk lebih meningkatkan keuntungan maupun kepuasan

pelanggan, sehingga tidak semata-mata apotek mencari keuntungan tetapi juga

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 116: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

2

mementingkan kebutuhan dan kenyamanan dari pelanggan sehingga dapat lebih

meningkatkan kualitas hidup pasien maupun memenuhi kebutuhan-kebutuhan

lainnya yang diperlukan oleh pelanggan, serta dapat mengidentifikasi

kemungkinan-kemungkinan yang dapat menurunkan kualitas pelayanan maupun

kepercayaan pelanggan, sehingga hal-hal yang dapat merugikan pihak pemilik

apotek maupun pasien sebagai pelanggan dapat dicegah.

1.2. Tujuan

Tujuan dari tugas khusus ini adalah menilai kelayakan Apotek Kimia

Farma no. 48 di lokasi saat ini. Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 117: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009

tentang Pekerjaan Kefarmasian dalam ketentuan umum, dijelaskan bahwa apotek

adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh

apoteker. Sementara berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek

adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Pekerjaan Kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

51 tahun 2009 adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran

obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat

serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan farmasi yang

dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. Dalam

pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh Apoteker, yang telah

mengucapkan sumpah jabatan dan telah memperoleh Surat Izin Apotek (SIA) dari

Dinas Kesehatan setempat

2.2. Landasan Hukum Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang

diatur dalam:

a. Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

b. Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

c. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang

Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965 tentang Apotek. 3 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 118: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

4

e. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja

Tenaga Kefarmasian.

h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek.

2. 3. Tugas dan Fungsi Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980, tugas dan fungsi

apotek adalah:

a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan.

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

d. Sebagai sarana informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan

lainnya.

2.4. Persyaratan Pendirian Apotek

Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apoteker

(SIA). Surat Izin Apoteker (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan

pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek disuatu tempat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 119: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

5

tertentu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002

tentang Tata Cara Pemberian Izin Apotek, pada BAB IV Pasal 6 menyebutkan

persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut :

a. Untuk mendapatkan izin apotek, Apoteker yang telah memenuhi persyaratan

baik yang bekerjasama dengan pemilik sarana atau tidak, harus siap dengan

tempat (lokasi dan bangunan), perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan

perbekalan farmasi yang lain, merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

b. Sarana apotik dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan

pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi.

c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan

farmasi.

Persyaratan lain yang harus diperhatikan untuk mendirikan suatu apotek

antara lain:

a. Lokasi dan Tempat

Jarak minimum antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, tetapi tetap

mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan,

jumlah penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan dan hygiene

lingkungan. Selain itu apotek dapat didirikan di lokasi yang sama dengan

kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi (Firmansyah, M.,

2009). Apotek harus dapat dengan mudah di akses oleh masyarakat. Pada

halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata ‟Apotek‟.

b. Bangunan dan Kelengkapannya

Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai sehingga dapat

menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek (Firmansyah, M.,

2009). Persyaratan teknis bangunan apotek setidaknya terdiri dari (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2002) :

1) Ruang tunggu pasien.

2) Ruang peracikan dan penyerahan obat.

3) Ruang administrasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 120: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

6

4) Ruang penyimpanan obat.

5) Ruang tempat pencucian alat.

6) Kamar kecil (WC).

Selain itu bangunan apotek harus dilengkapi dengan (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2002):

1) Sumber air yang memenuhi persyaratan kesehatan.

2) Penerangan yang cukup sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan

fungsi apotek.

3) Alat pemadam kebakaran minimal dua buah yang masih berfungsi

dengan baik.

4) Ventilasi dan sistem sanitasi yang memenuhi persyaratan hygiene lainnya.

5) Papan nama apotek, yang memuat nama apotek, nama APA, nomor Surat

Izin Apotek (SIA), alamat apotek dan nomor telpon apotek (bila ada).

c. Perlengkapan Apotek (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002)

Perlengkapan yang harus tersedia di apotek adalah:

1) Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan, seperti timbangan, mortar,

dan gelas ukur.

2) Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari

obat dan lemari pendingin.

3) Wadah pengemas dan pembungkus seperti plastik pengemas dan kertas

perkamen.

4) Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropik, dan bahan beracun.

5) Alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kuitansi, kartu stok,

dan salinan resep.

6) Buku standar yang diwajibkan antara lain Farmakope Indonesia.

d. Tenaga Kerja atau Personalia Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

889/MENKES/PER/V/2011, tenaga kefarmasian adalah tenaga yang

melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas apoteker dan tenaga

teknis kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus

sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 121: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

7

Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam

menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli

Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga menengah Farmasi atau Asisten

Apoteker.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/Menkes/SK/2002, personil apotek terdiri dari:

1) Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah memiliki

Surat Izin Apotek.

2) Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di

samping APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari

buka apotek.

3) Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA selama

APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus-

menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak

sebagai APA di apotek lain.

4) Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-

undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten

apoteker yang berada di bawah pengawasan apoteker.

Selain itu, terdapat tenaga lainnya yang dapat mendukung kegiatan di

apotek yaitu (Umar, 2011):

1) Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker.

2) Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan,

dan pengeluaran uang.

3) Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi

apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan, dan

keuangan apotek.

e. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)

Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian

wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin

tersebut berupa:

1) SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 122: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

8

kefarmasian;

2) SIPA bagi Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian;

3) SIK bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas

produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran

Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan PP RI No. 51 tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian, seorang apoteker harus memiliki Surat Tanda

Registrasi Apoteker (STRA). STRA ini dapat diperoleh jika seorang apoteker

memenuhi persyaran sebagai berikut:

1) Memiliki ijazah apoteker.

2) Memiliki sertifikat kompetensi apoteker.

3) Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah atau janji apoteker.

4) Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang mempunyai surat

izin praktek.

5) Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika

profesi.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja

Tenaga Kefarmasian STRA dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan

mendelegasikan pemberian STRA kepada KFN. STRA berlaku selama lima

tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Setelah

mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA dan SIKA di Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan.

Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:

1) Fotokopi STRA yang dilegalisisr oleh KFN;

2) Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat

keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari

pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran;

3) Surat rekomendasi dari organisasi profesi;

4) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm

sebanyak dua lembar.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 123: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

9

2.5 Definisi Studi Kelayakan

Studi kelayakan (feasibility study) adalah metode penjajagan gagasan

(idea) suatu proyek mengenai kemungkinan layak atau tidaknya untuk

dilaksanakan dan merupakan suatu proses yang terkontrol untuk

mengidentifikasi masalah dan kesempatan, menentukan tujuan, menjelaskan

keadaan, menetapkan hasil akhir dan menilai biaya serta keuntungan yang

berkaitan dengan penentuan keputusan (Umar, M., 2011). Dalam pengertian lain

studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis

tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan (Subagyo, A., 2007).

Ide bisnis memiliki bermacam-macam bentuk, antara lain (Subagyo, A., 2007) :

a. Pendirian usaha baru.

b. Pengembangan usaha yang sudah ada, sepeti merger, penambahan

permodalan, penggantian teknologi, pembukaan kantor

baru/cabang/perwakilan.

c. Pembelian perusahaan dengan cara akuisisi.

Pendirian suatu apotek yang didahului dengan studi kelayakan belum

tentu dapat menjamin keberhasilannya karena studi kelayakan pendirian suatu

apotek hanya berfungsi sebagai pedoman atau landasan pelaksanaan

pekerjaan, karena dibuat berdasarkan data-data dari berbagai sumber yang

dianalisis dari banyak aspek. Studi kelayakan dilakukan untuk mendukung

proses pengambilan keputusan, berdasarkan analisis cost-benefit, untuk melihat

keberlangsungan bisnis atau perusahaan dalam hal ini adalah apotek. Studi

kelayakan dilakukan sebelum rencana bisnis dilaksanakan (saat membuat rencana

pembuatan apotek) dan pada saat pertimbangan pengambilan keputusan.

Tingkat keberhasilan suatu proyek dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu

(Umar, M., 2011) :

a. Kemampuan sumber daya internal (kecakapan manajemen, kualitas pelayanan,

produk yang dijual, kualitas karyawan).

b. Lingkungan eksternal yang tidak dapat dipastikan (pertumbuhan pasar, pesaing

pemasok, perubahan peraturan). Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 124: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

10

2.6 Aspek-Aspek Penilaian Kelayakan Lokasi Apotek

Aspek-aspek yang menjadi bahan penilaian studi kelayakan dapat terdiri

dari :

a. Penilaian Aspek Internal

Penilaian terhadap aspek internal dapat meliputi:

1) Aspek kunjungan pelanggan ke apotek

Aspek ini dilakukan karena banyaknya pasien yang berkunjung ke apotek

merupakan suatu indikator maju atau tidaknya suatu apotek.

2) Bangunan dan fasilitas yang dimiliki apotek

Dalam menetapkan bentuk dan tata letak bangunan, terdapat beberapa hal

yang harus diperhatikan yaitu:

Bentuk bangunan sebaiknya dapat menggambarkan:

- Identitas perusahaan untuk membentuk opini konsumen

- Nuansanya (physical evident) baik interior ataupun eksterior sesuai

dengan target konsumen yang akan dilayani

- Kemudahan untuk dikembangkan

Sistem tata letak (lay out) dapat member:

- Kemudahan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian

mutasi barang.

- Kemudahan bagi konsumen untuk memperolehnya (untuk produk

OTC).

Estetika, rapih,teratur dan tersusun dengan baik.

Fasilitas-fasilitas seperti bangunan dengan luas yang cukup dan

memenuhi persyaratan teknis. Luas bangunan untuk standar apotek adalah

minimal 4 m x 15 m, selebihnya dapat diperuntukkan bagi ruang praktik

dokter, sehingga dapat menjaminmkelancaran pelaksanaan tugas dan

fungsinya. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari:

a. ruang tunggu yang nyaman bagi pasien

b. tempat untuk mendisplay informasi bagi pasien, termasuk

penempatan brosur atau materi informasi Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 125: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

11

c. ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi meja

dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien,

d. ruang racikan,

e. keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien

f. harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat

kesehatan, penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran,

ventilasi dan sanitasi yang baik, serta

g. papan nama apotek

3) Praktek dokter yang berada didalam apotek

Dengan mengetahui jumlah pasien yang berkunjung ke dokter yang

melakukan praktek didalam apotek tersebut maka dapat menjadi salah satu

acuan dalam menilai kelayakan suatu apotek. Hal ini dikarenakan salah satu

ciri dari dokter yang potensial adalah dokter yang memiliki pasien dalam

jumlah banyak atau dikatakan ramai pasien yang mengunjungi prakteknya.

Apabila kunjungan pasien ke dokter tersebut ramai, maka secara langsung

akan menambah pula jumlah pasien yang berkunjung ke apotek dan dapat

memberikan peluang yang besar terhadap pemasukan apotek.

b. Penilaian Aspek Eksternal

Beberapa hal penting yang menjadi pertimbangan pada penilaian aspek

eksternal antara lain:

1) Aspek Lokasi dan lingkungan sekitar Apotek

Penilaian aspek lokasi dapat dinilai dari dimana letak apotek

tersebut, apa saja fasilitas-fasilitas yang terdapat disekitar apotek

seperti praktek dokter yang berada diluar apotek (exhouse), pusat -

pusat perbelanjaan yang ada disekitar apotek, fasilitas pelayanan

kesehatan lainnya.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 126: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

12

2) Pemetaan (Mapping) dan tingkat sosial ekonomi masyarakat

sekitar apotek

Pemetaan jumlah penduduk disekitar apotek, dilihat dari segi kepadatan

penduduk. Sehingga dari hal tersebut dapat direncanakan usaha-usaha dan

strategi-strategi apa yang akan dilakukan apotek untuk menarik perhatian

pasien ataupun penduduk apotek disekitar daerah apotek untuk membeli

ataupun melakukan kunjungan ke apotek tersebut.

3) Apotek-apotek pesaing yang berada disekitar lokasi apotek

Tujuan pembentukan struktur organisasi untuk memberi gambaran

mengenai:

Jumlah apotek yang ada disekitar lokasi saat ini

Harga obat-obatan di apotek pesaing

Jumlah pasien maupun pelanggan yang berkunjung

Kelengkapan obat maupun produk yang terdapat pada apotek pesaing

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 127: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

BAB 3

METODOLOGI PENGKAJIAN

3.1. Waktu dan Tempat Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 April - 19 April 2013 yang

bertempat di Apotek Kimia Farma No. 48 Jalan Matraman Raya No. 55 Jakarta

Timur.

3.2. Metode Pengkajian

Metode yang digunakan dalam pengkajian mengenai analisa kelayakan

lokasi Apotek Kimia Farma No. 48 adalah dengan melakukan perbandingan dan

evaluasi terhadap apotek di sekitar Apotek Kimia Farma No. 48 serta untuk

mengetahui sarana kesehatan yang ada di sekitarnya. Selanjutnya data tersebut diolah

dan dibandingkan dengan Apotek Kimia Farma No. 48.

13 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 128: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

BAB 4

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Penilaian kelayakan Apotek Kimia Farma 48 Matraman dilakukan untuk

mengetahui apakah lokasi Apotek Kimia Farma pada saat ini sudah layak atau

tidak sehingga dapat diketahui apakah Apotek Kimia Farma 48 layak tetap berada

di lokasi sekarang atau perlu dilakukan relokasi ketempat yang lainnya. Untuk

melakukan analisis tersebut dilakukan penilaian terhadap aspek intenal dan

eksternal, dengan mengolah data-data seperti data kunjungan pelanggan, fasilitas

yang dimiliki apotek, jumlah resep yang masuk beserta sumber resep tersebut,

jumlah penjualan Over The Counter (OTC), jumlah penjualan obat-obat

swamedikasi, dan jumlah penjualan kredit. Selain itu, dilakukan pula pengamatan

terhadap lingkungan internal dan lingkungan di sekitar apotek yang bersifat

menyokong bisnis apotek maupun yang bersifat mengancam bisnis apotek. Halhal

yang diamati meliputi jumlah kepadatan penduduk khususnya penduduk

Kecamatan Matraman, komposisi penduduk, pendapatan penduduk, kondisi

pesaing seperti keberadaan apotek di sekitar Apotek Kimia Farma No. 48 pada

radius 5 km, kepadatan lalu lintas, dan lain sebagainya.

4.1. Penilaian Aspek Internal

4.1.1. Aspek Kunjungan Konsumen

Letak yang sangat strategis dan dekat dengan berbagai pusat pelayanan

kesehatan menjadikan potensi pasar Apotek Kimia Farma No.48 cukup

menjanjikan. Berikut adalah data jumlah konsumen per bulan di Apotek Kimia

Farma No. 48 :

a. OTC

Jumlah konsumen yang membeli produk OTC di Apotek Kimia Farma No. 48 pada

bulan Maret 2013 yaitu ± 7416 orang

b. Swamedikasi

Jumlah pasien swamedikasi di Apotek Kimia Farma No. 48 pada bulan Maret

2013 ± 2656 orang

14 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 129: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

15

c. Resep yang masuk ke Apotek Kimia Farma No. 48 selama Bulan Maret 2013

1) Praktek Dokter

No. Nama Dokter Lokasi

1. dr. E Wiradian Inhouse

2. drg. Neffo Julyan Inhouse

3. dr. Dian A Ratna Dewi, SpKK Inhouse

4. dr. H.M. Hadat, SpA Inhouse

6. dr. H.M. Hanafi Exhouse

8. drg. Amelia Lesmana Exhouse

10. dr. Rochismandoko Exhouse

11. dr. Harro H Liman Exhouse

TOTAL

Rata-Rata Jumlah

Resep/bulan

47

38

422

35

23

5

99

11

680

2) Rumah Sakit

No. Nama Rumah Sakit

1. RS. Premiere

2. RS. UKI

3. RS. Persahabatan

4. RS. PGI Cikini

5. RS. St. Carolus

6. RS. Cipto Mangunkusumo

7. RSPAD Gatot Subroto

8. RS. Islam Jakarta

9. RS. Omni Medical Center

10. RS. Evasari

11. RS. Hermina Jatinegara

12. RS. Tebet

13. RS. MH Thamrin

TOTAL

Rata-rata Jumlah

Resep/Bulan

12

6

14

12

21

38

17

11

9

8

6

7

9

170 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 130: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

16

3) Instansi yang Bekerjasama dengan Apotek Kimia Farma No. 48

No. Nama Debitur

1. JPK Dasar Rawat JA

2. Nayaka Era Husada

3. PLN AP Cikokol

4. Dok & Perkapalan

5. Angkasa Pura cabang

6. Askes suka rela

7. Angkasa Pura

8. Dep. Kebudayaan

9. BPKP Pusat

10. Poli/Puskesmas Instansi

11. Jasindo Health Care

12. Astra Graphia

13. Bon Karyawan

14. BP West Java Ltd

15. Gramedia Kompas

16. Sharp Yasonta

17. RS Tebet

18. Kimia Farma Tbk

19. PBF KF Matraman

20. Kimia Farma Trading

21. Kimia Farma Apotek

22. Optik Kimia Farma

23. Resep Pegawai

TOTAL

Rata-rata Jumlah lembar

Resep/Bulan

144

3

1

1

8

84

1

1

1

4

1

8

58

10

1

2

23

13

23

5

4

7

20

423

Dari data-data kunjungan dan resep-resep yang masuk ke Apotek Kimia

Farma No. 48 terlihat bahwa apotek ini telah memiliki potensi yang cukup baik

dalam penjualan produk maupun resepnya. Banyaknya pengunjung yang datang

ke Apotek Kimia Farma No. 48 menjadi indikator bahwa apotek ini telah maju.

4.1.2. Bangunan dan Fasilitas yang dimiliki Apotek Kimia Farma No. 48

Desain apotek dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh PT.

Kimia Farma Apotek. Bagian paling depan apotek dilengkapi dengan papan iklan

Kimia Farma berwarna biru tua dan logo berwarna jingga untuk tulisan “Kimia

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 131: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

17

Farma” hal ini dibuat dengan tujuan agar masyarakat lebih mudah untuk

menemukan Apotek Kimia Farma. Ditinjau dari tata ruangnya, apotek terdiri dari 2

lantai yang dilengkapi dengan pendingin ruangan dan penerangan lampu yang baik.

Kegiatan pelayanan di apotek dilakukan di lantai 1 sedangkan lantai 2 merupakan

kantor Unit Business Manager Jaya 2. Adapun pembagian ruang atau tempat yang

terdapat di dalam apotek antara lain :

a. Ruang Tunggu

Ruang tunggu terdapat di sebelah kiri pintu masuk apotek. Ruang tunggu ini

dilengkapi dengan dua baris tempat duduk, koran dan majalah, serta

timbangan badan.

b. Ruang Optik

Ruangan ini berada di sebelah kiri pintu masuk apotek dan berseberangan

dengan ruang tunggu. Ruang optik dilengkapi dengan alat pemeriksaan mata. Pada

bagian yang dipisahkan oleh sekat kaca terdapat laboratorium pemotongan

lensa.

c. Swalayan Farmasi

Ruangan ini berada di sebelah kanan pintu masuk apotek dan mudah terlihat dari

ruang tunggu pasien. Ruangan ini terdiri atas lemari pendingin yang berisi

minuman ringan dan susu, rak-rak untuk meletakkan obat-obat bebas dan bebas

terbatas, alat kesehatan, kosmetika, peralatan dan makanan bayi serta obat-obat

herbal.

d. Tempat Penerimaan Resep dan Penyerahan Obat

Tempat ini dibatasi oleh suatu meja yang tingginya sebatas dada yang

membatasi ruang dalam apotek dengan pasien.

e. Tempat Penyiapan dan Tempat Peracikan

Tempat penyiapan obat terletak di bagian belakang tempat penerimaan resep

dan penyerahan obat. Dalam ruangan ini terdapat rak-rak kayu yang di

dalamnya terdapat obat-obat yang disusun menurut abjad dan dikelompokkan

menurut bentuk sediaan sedangkan untuk obat narkotik diletakkan di lemari

khusus yang dipasang pada dinding. Selain itu terdapat pula lemari es untuk

menyimpan obat-obat seperti suppositoria, ovula dan insulin serta terdapat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 132: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

18

meja untuk menulis etiket dan aktivitas penyiapan obat lain sebelum

diserahkan kepada pasien. Tempat peracikan terletak di bagian samping

tempat penyiapan obat. Di ruangan ini dilakukan penimbangan, peracikan,

pencampuran dan pengemasan obat-obat yang dilayani berdasarkan resep

dokter. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperi timbangan,

blender, lumpang dan alu, bahan baku dan alat-alat meracik

f. Ruang Apoteker Pengelola Apotek

Ruangan ini digunakan oleh Apoteker Pengelola Apotek untuk melaksanakan

tugas kesehariannya.

g. Ruang Penunjang Lainnya

Ruang ini terdiri atas toilet, ruang penyimpanan arsip resep, mushala, dan

tempat praktek dokter.

4.1.3. Praktek Dokter yang Berada didalam Apotek Kimia Farma No. 48

No. Nama Dokter Lokasi

1. dr. E Wiradian Inhouse

2. drg. Neffo Julyan Inhouse

3. dr. Dian A Ratna Dewi, SpKK Inhouse

4. dr. H.M. Hadat, SpA Inhouse

6. dr. H.M. Hanafi Exhouse

8. drg. Amelia Lesmana Exhouse

10. dr. Rochismandoko Exhouse

11. dr. Harro H Liman Exhouse

TOTAL

Rata-Rata Jumlah

Resep/bulan

47

38

422

35

23

5

99

11

680

Dengan mengetahui jumlah pasien yang berkunjung ke dokter yang

melakukan praktek didalam apotek tersebut maka dapat menjadi salah satu

acuan dalam menilai kelayakan suatu apotek. Dari data diatas terlihat bahwa

praktek dokter inhouse memberikan potensi yang cukup besar terhadap

kunjungan pelanggan, karena pasien-pasien yang berobat pada dokter-dokter

inhouse tersebut secara otomatis akan melakukan kunjungan pula ke Apotek

Kimia Farma No. 48. Terlihat dari data bahwa praktek dokter yang paling

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 133: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

19

banyak dikunjungi pasien adalah dr. Dian A Ratna Dewi, SpKK yang

membuka praktek spesialis kulit. Pada pengamatan yang dilakukan, diketahui

jumlah pengunjung yang ramai adalah pasien yang melakukan perawatan

kecantikan pada dokter kulit tersebut.

4.2. Penilaian Aspek Eksternal

4.2.1. Aspek Lokasi dan Lingkungan Sekitar Apotek

a. Denah Lokasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 134: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

20

b. Identitas Lokasi Apotek Kimia Farma No. 48

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 135: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

Kota/Kabupaten

Alamat

Letak Outlet

Lokasi praktek dokter in house

Lokasi praktek dokter ex house (radius ± 5 km)

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 136: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

Jakarta Timur

Jl. Matraman Raya No. 55

Pusat keramaian

Jalan arteri

Kawasan bisnis

Ruko

Dekat dengan pemukiman penduduk Fasilitas umum (klinik, sekolah, toko

buku, rumah sakit)

Ada,

dr. E Wiradian

drg. Neffo Julyan

dr. Dian A Ratna Dewi

dr. H.M. Adat, SpA

Ada,

dr. H M. Hanafi

drg. Amelia Lesmana

dr. Rochismandoko

dr. Harro H. Liman

c. Aspek Lokasi Apotek Kimia Farma No. 48

Akses menuju lokasi

Jalan dua arah

Lalu lintas ramai dan lancar; parkir memadai; pusat bisnis, lebar jalan 15 m

Visibilitas lokasi

Lokasi cukup terlihat

Terlihat dari dua arah

Keterjangkauan lokasi

Lokasi mudah terjangkau

Jalan lancar

Fasilitas umum/penunjang di sekitar lokasi

Bank (Bank Mandiri, BCA, Bank Syariah, Bank BJB, CIMB, Bank Jasa Jakarta, Bank BTN, Bank BRI)

ATM (Mandiri, BCA, BNI)

Praktek dokter

Rumah Sakit (RSCM, RS PGI Cikini, RS Kramat 128, RS. Moh. Ridwan

Meuraksa, RS St.Carolus, RSS Medika, RSIA Tambak, RS THT Proklamasi, RS

Hermina Jatinegara,

Klinik (Klinik Nirmala, Global Matra Medika, YKKP bank DKI klinik umum

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 137: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

21

kesehatan )

Balai Pengobatan Santo Yosef

Laboratorium Klinik (Prodia Child Lab, Hi-Lab, Lab. Pramita) Polsek Matraman

Toko Buku Gramedia

Pusat Perbelanjaan (Kenari Mas, Kenari Baru) Pasar Jatinegara

Hotel (Hotel Grand Menteng, Hotel Balairung)

Transportasi umum menuju lokasi

Angkutan Umum

Transjakarta

Taksi

Kapasitas parkir

Tersedia lahan parkir, dapat menampung kurang lebih 8 kendaraan beroda

empat, dan kurang lebih 10 kendaraan beroda dua

Rintangan fisik

Tidak ada rintangan fisik yang berarti

4.2.2. Pemetaan (Mapping)

Apotek Kimia Farma no. 48 berada di daerah dengan kepadatan penduduk yang

tinggi, dekat dengan kawasan perkantoran, bank swasta, hotel, pertokoan dan

pemukiman penduduk. Berdasarkan pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta

Timur tahun 2012, diperoleh jumlah penduduk di kecamatan matraman sebagai

berikut :

a. Jumlah Penduduk : 193700 jiwa

b. Tingkat Pertumbuhan Penduduk : 0.24 % per tahun

Tingkat Sosial Ekonomi masyarakat yang brada disekitar apotek Kimia

Farma No. 48 dapat dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat relatif tinggi

mengingat letak Apotek Kimia Farma No. 48 yang berada di perkantoran, pusat

perbelanjaan, dan sekolah. Dengan demikian tingkat kesadaran masyarakat akan

pentingnya kesehatan cukup baik. Keadaan ekonomi di sekitar apotek Kimia

Farma No. 48 secara relatif cukup baik. Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 138: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

22

4.2.3. Apotek-apotek Pesaing yang Berada disekitar Lokasi Apotek Kimia

Farma No. 48

1) Daftar pesaing di sekitar Apotek Kimia Farma No. 48 (radius ± 5 km)

No Nama Apotek Pesaing

1. Apotek Djatinegara

2. Apotek K-24

3. Apotek Unifarma

4. Apotek Titi Murni

5. Apotek Melawai II

Alamat

Jl. Matraman Raya No. 151

Jl. Matraman Raya No. 36

Jl. Matraman Raya N0. 30

Jl. Kramat Raya No. 128

Jl. Salemba Raya No. 57-59

2)

Pelayanan kesehatan lain yang juga memiliki instalasi farmasi

Nama Rumah No.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Sakit/Klinik

RS. Premiere Jatinegara

RS. UKI

RS. Persahabatan

RS. PGI Cikini

RS. St. Carolus

RS. Cipto Mangunkusumo

RSPAD Gatot Subroto RS.

Islam Jakarta

RS. Omni Medical Center

RS. Evasari

RS. Hermina Jatinegara

RS. Tebet

RS. MH Thamrin

Klinik Nirmala

Klinik Global Matra

Medika

Alamat

Jl. Jatinegara Timur 85-87

Jl. Let. Jend. Sutoyo, Cawang

Jl. Persahabatan Raya No. 1,

Rawamangun

Jl. Raden Salah 40

Jl. Salemba Raya 41

Jl. Diponegoro No. 71

Jl. Abdul Rahman Saleh No. 24 Jl.

Cempaka Putih Tengah I No. 1 Jl.

Pulo Mas Barat VI

Jl. Rawamngun No. 47

Jl. Raya Jatinegara Barat 126

Jl. MT Haryono No. 13

Jl. Salemba Tengah No. 24-28

Jl. Jatinegara Barat 125

Jl. Matraman Raya No. 107b

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 139: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

23

3) Evaluasi Apotek Kimia Farma No. 48 dengan Apotek Pesaing

a) Dari segi lokasi

No. Aspek Lokasi

1. Akses menuju

lokasi

2. Lokasi terlihat

(visibilitas

lokasi)

3. Kemudahan

lokasi untuk

dijangkau

4. Keberadaan

fasilitas umum

di sekitar

lokasi

5. Transportasi

menuju lokasi

6. Kapasitas

parkir

7. Rintangan fisik

menuju lokasi

8. Persaingan di

sekitar area

9. Kepadatan lalu

lintas

Apotek

Kimia

Farma 48

**

Apotek

K-24

**

Apotek Apotek

Titi Unifarma

Murni

*

** *

Apotek Apotek

Melawai Djatinegara

II

**

*

**

**

Keterangan: (***) Sangat baik

(**) Baik

(*) Kurang baik

Pada Tabel penilaian terhadap Aspek Lokasi dapat terlihat perbandingan

apotek-apotek lain di sekitar Apotek Kimia Farma No.48. Untuk akses menuju

lokasi dan kemudahan lokasi untuk dijangkau, baik Apotek Kimia Farma maupun

apotek pesaingnya seperti Apotek Djatinegara, Apotek K-24, Apotek Unifarma,

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 140: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

24

Apotek Titi Murni, dan Apotek Melawai memiliki akses yang sangat baik. Hal ini

dikarenakan apotek-apotek tersebut berada di sepanjang jalan utama, dengan lebar

15 meter dan dua arah jalan. Di lokasi tersebut pun dilewati oleh beberapa

angkutan umum seperti Bus Trans Jakarta, mikrolet, bajaj, kopaja, taksi, ojek.

Untuk transit berganti angkutan umum terdapat Terminal Kampung Melayu,

Terminal Senen, dan Terminal Manggarai. Selain itu terdapat pula Stasiun Kereta

Api Jatinegara, Tebet, dan Manggarai. Lokasi Apotek Kimia Farma 48 dapat

terlihat dengan mudah dikarenakan Apotek Kimia Farma memiliki papan nama

depan dan papan nama samping. Begitu pula Apotek K-24, Apotek Unifarma dan

Apotek Melawai dapat terlihat dengan mudah dikarenakan memiliki papan nama

depan dan samping yang besar. Berbeda dengan Apotek Djatinegara yang hanya

memiliki papan nama depan sedangkan papan nama samping tidak terlalu terlihat

sehingga orang yang lewat di depannya tidak menyadari bahwa terdapat apotek di

tempat tersebut. Apotek Titi Murni pun tidak terlalu terlihat dikarenakan terhalang

oleh pohon dan papan namanya sudah mulai pudar.

Fasilitas umum di sekitar lokasi Apotek Kimia Farma dan apotek-apotek

pesaingnya antara lain rumah sakit, klinik pengobatan, laboratorium klinik, pusat

perbelanjaan, terminal dan stasiun, Toko Buku Gramedia, Polsek, dan hotel.

Kapasitas parkir yang dimiliki Apotek Kimia Farma cukup baik dan dapat

menampung sekitar 8 mobil begitu pula Apotek K-24 dan Apotek Unifarma.

Apotek Melawai memiliki fasilitas parkir yang sangat baik dan dapat menampung

sekitar 20 mobil. Sedangkan Apotek Djatinegara dan Apotek Titi Murni memiliki

fasilitas parkir yang kurang baik karena terlalu berhimpit dengan jalan raya.

Untuk menuju lokasi Apotek Djatinegara terdapat rintangan fisik berupa lokasi

yang berada di putaran jalan sehingga pelanggan kurang nyaman parkir di tempat

tersebut terlebih lagi jika tidak ada tukang parkir.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 141: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

25

b) Dari segi internal apotek

No. Aspek Internal

1. Kelengkapan

2. Kenyamanan

3. Fasilitas Internal

1) Ruang tunggu

2) Display sumber

informasi obat

3) Ruang

Konseling

4) Toilet

5) Kondisi

lingkungan di

dalam apotek

(cahaya,

ventilasi, dll)

4. Kecepatan

Pelayanan

5. Keramahan

pelayanan

6. Pelayanan

Informasi Obat

Apotek Apotek

Djatinegara K-24

* **

Ada Ada

Tidak Ada Tidak

ada

Tidak Ada Tidak

ada

Ada Ada

** **

**

* **

Apotek

Unifarma

*

*

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Ada

*

**

**

**

Apotek

Titi

Murni

Ada

Ada

Tidak

ada

Ada

**

**

Apotek Apotek

Melawai KF 48

Ada Ada

Ada Ada

Tidak Tidak

ada ada

Ada Ada

* **

Keterangan: (***) Sangat baik

(**) Baik

(*) Kurang baik

Evaluasi terhadap aspek internal dalam hal kelengkapan barang maupun

obat-obatan, Apotek Kimia Farma cukup dapat bersaing dengan apotek-apotek di

sekitarnya, baik untuk obat OTC maupun ethical. Begitu pula dengan Apotek

Djatinegara, Apotek K-24, Apotek Titi Murni, dan Apotek Melawai. Sedangkan

Apotek Unifarma memiliki persediaan yang kurang lengkap, terbukti dari

ketiadaan obat OMZ, bahkan pihak apotek tidak dapat member tahu harga OMZ

tersebut yang mengindikasikan bahwa apotek tersebut telah lama tidak

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 142: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

26

menyediakan obat OMZ tersebut. Apotek Kimia Farma memiliki aspek

kenyamanan yang sangat baik dilihat dari kebersihan apotek, keindahan dan

kerapihan interior, pencahayaan yang baik, dan suhu ruang yang sejuk. Begitu

pula Apotek Titi Murni dan Apotek Melawai yang juga memiliki kenyamanan

yang sangat baik. Bahkan Apotek Melawai memiliki penataan ruang yang sangat

cantik dan menarik yang membuat pelanggan ingin berkeliling ruangan untuk

melihat-lihat produk-produk yang dijual. Berbeda dengan Apotek Djatinegara dan

Apotek Unifarma yang pencahahayaannya kurang baik, desain interior kurang

menarik, dan tidak memiliki swalayan. Fasilitas internal yang mendukung

pelayanan di apotek seperti ruang tunggu ada di Apotek Kimia Farma maupun

apotek-apotek pesaingnya kecuali Apotek Unifarma. Tempat display brosur obat

ada di Apotek kimia Farma, Apotek Titi Murni dan Apotek Melawai, sedangkan

Apotek Djatinegara, Apotek K-24, Apotek Unifarma tidak memiliki tempat

display brosur obat. Fasilitas toilet ada di Apotek Kimia Farma dan apotek-apotek

pesaingnya. Untuk ruang konseling obat baik Apotek Kimia Farma maupun

apotek-apotek pesaingnya tidak memiliki ruang tersebut. Kecepatan pelayanan di

Apotek Kimia Farma dan apotek-apotek pesaingnya sangat baik kecuali apotek

Djatinegara dan Apotek Unifarma yang sedikit lama. Hal ini dikarenakan kedua

apotek tersebut belum menggunakan sistem komputerisasi untuk mengetahui

persediaan barang-barangnya. Dalam hal keramahan, baik Apotek Kimia Farma

maupun apotek-apotek pesaingnya memiliki tingkat keramahan yang sangat baik

kecuali pada Apotek Unifarma dan Apotek Titi Murni yang keramahan

pegawainya masih kurang. Dalam memberikan infomasi mengenai obat yang

dibeli pasien, baik Apotek Kimia Farma maupun apotek-apotek pesaingnya masih

kurang baik. Hal ini dikarenakan pegawai apotek hanya memberikan beberapa

informasi hanya jika pasien menanyakan suatu masalah. Padahal masih banyak

pasien yang awam tentang penggunaan obat, baik dosis, cara penggunaan, jarak

waktu pemakaian, dan informasi lainnya. Walaupun pasien hanya membeli

vitamin, seharusnya pegawai apotek tetap memberikan informasi, minimal

mengenai dosis, cara penggunaan, dan frekuensi serta jarak waktu pemakaian. Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 143: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

27

Apotek semestinya tidak hanya menjadi tempat untuk membeli obat melainkan

menjadi pusat informasi obat.

a) Dari segi perbandingan harga produk

No. Apotek Harga

Resep (OMZ) Neurobion

1. Apotek Kimia Farma No. 48 110.100 13.500

2. Apotek Djatinegara 106.500 13.000

3. Apotek K24 118.000 12.000

4. Apotek Unifarma - 12.000

5. Apotek Titi Murni 106.700 13.600

6. Apotek Melawai II 105.900 14.200

Pada tabel dapat dilihat bahwa harga produk obat Kimia Farma baik

OTC(neurobion) maupun resep (OMZ) berada di tengah-tengah, artinya tidak

terlalu mahal dan bukan yang paling murah. Untuk obat resep (OMZ), Apotek

Melawai menjual dengan harga yang paling murah yaitu Rp. 105.900 dan Apotek K24

menjual dengan harga yang paling mahal yaitu Rp. 118.000. Sedangkan untuk obat

OTC (neurobion) Apotek K24 dan Apotek Unifarma menjual dengan harga yang

paling murah yaitu R. 12.000 dan Apotek Melawai II menjual dengan harga yang

paling mahal yaitu Rp. 14.200.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 144: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Lokasi Apotek Kimia Farma No. 48 saat ini yaitu di Jl. Matraman Raya No. 55

Jakarta Timur sudah layak dan tidak perlu dilakukan adanya relokasi karena

memiliki daya saing yang cukup tinggi dalam hal lokasi, kemudahan untuk dijangkau,

keberadaan fasilitas internal, kelengkapan barang, keramahan dan kecepatan

pelayanan, serta harga obat-obat yang dijual di Apotek Kimia Farma masih dapat bersaing

dengan apotek-apotek di sekitarnya.

5.2 Saran

1. Untuk memberi nilai tambah kepada Apotek Kimia Farma sebaiknya pelayanan

konseling obat dijalankan dan disediakan tempat khusus untuk melakukan

pelayanan tersebut.

2. Sebaiknya pegawai di Apotek Kimia Farma tetap memberikan informasi obat

walaupun yang dibeli pelanggan berupa vitamin.

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013

Page 145: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM ......penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

DAFTAR ACUAN

Anonim. Kecamatan Matraman. http://timur.jakarta.go.id. Diakses pada tanggal 18

april 2013.

Bogadenta, A. 2012. Manajemen Pengelolaan Apotek. Yogyakarta: D-Medika.

David, Fred R. (2006). Manajemen Strategi. Buku 1, Edisi kesepuluh. Jakarta:

Salemba Empat.

Seto, S. (2001). Manajemen Apoteker. Surabaya: Airlangga University Press.

Google Maps. http://maps.google.com/. Diakses pada tanggal 18 April 2013.

Menteri Kesehatan. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan No.

1027/MENKES/SK/IX/2004. Jakarta.

Menteri Kesehatan. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI No

922/MENKES/PER/X/1993. Jakarta.

Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis. Cetakan keempat. Jakarta: Wira

Putra Kencana.

Seto, S. (2001). Manajemen Apoteker. Surabaya: Airlangga University Press.

Subagyo, A. (2007). Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Elex Media

Komputiondo.

Laporan praktek…., Fienda Triani, FF, 2013