NAMA : ANGGA RUDIANTO (20130001)ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN
GANGGUAN SENSORY PENGLIHATAN
A. Anatomi Fisiologi MataBola mata berbentuk lonjong, mempunyai
garis tengah kurang lebih 2,5 cm, bagian depannya bening, dan
terdiri dari tiga lapisan (Tamsuri. A, 2011), yaitu :a. Lapisan
luar, fibrus, yang merupakan lapisan penyanggab. Lapisan tengah,
vasikulerc. Lapisan dalam, lapisan sarafAda enam otot penggerak
mata, empat diantaranya lurus, sementara dua lainnya serong.
Otot-otot lurus terdiri dari rectus superior, inferior, medial dan
lateral, otot ini menggerakan mata keatas, ke bawah, ke dalam dan
ke sisi luar bergantian. Otot-otot oblig adalah otot inferior dan
anterior. Otot Oblig superior menggerakan mata ke atas dan juga ke
sisi luar, sementara otot oblig inferior mata ke atas dan ke sisi
luar. Serabut saraf yang melayani otot-otot ini adalah nervimotores
okuli, yaitu saraf kranial ketiga, keempat, dan keenam (Tamsuri. A,
2011).Menurut Tamsuri. A, 2011 bagian-bagian mata dari depan
kebelakang yaitu sebagai berikut :a. Kornea merupakan bagian mata
depan yang transparan dan bersambung dengan sklera yang putih dan
tidak tembus cahaya.b. Bilik anterior (kamera okuli anterior) yang
terletak antara kornea dan iris.c. Iris adalah tirai berwarna
didepan lensa yang bersambung dengan selaput koroid.d. Pupil,
bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah dalam iris,
tempat cahaya masuk mencapai retina.e. Kamera okuli posterior
terletak diantara iris dan lensa, berisi oqueus humor.f. Oqueus
humor, caiaran yang berasal dari badan siliaris diserap kembali
kedalam aliran darah pada sudut antara iris dan konea melalui
saluran schlemm.g. Lensa adalah benda transparan yang bentuknya
biconvex (cembung depan belakang), yang terdiri dari beberapa
lapisan. h. Vitreus humor cairan penuh albumin berwarna keputihan
yang mengisi penuh bagian belakang lensa hingga retina.
Gambar : 2.1 Anatomi MataFungsi mata adalah indera penglihatan.
Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada
retina, lantas dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus,
mengalihkan rangsangan ini kepusat penglihatan pada otak untuk
ditafsirkan (Evelyn, 2009).
B. Perubahan Yang Terjadi Pada Mata Lansia1. Perubahan Struktur
Kelopak MataDengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran
seluruh jaringan kelopak mata. Perubahan ini yang disebut dengan
perubahan involusional terjadi pada:a. M. OrbicularisPerubahan pada
M.orbicularis bisa menyebabkan perubahan kedudukan palpebra yaitu
terjadi entropion atau ektropion. Entropion/ektropion yang terjadi
pada usia lanjut disebut entropion / ektropion senilis /
involusional. Adapun proses terjadinya mirip, namun yang membedakan
adalah perubahan M.orbicularis preseptual dimana pada entropion
musculus tersebut berpindah posisi ke tepi bawah tarsus, sedangkan
pada ektropion musculus tersebut relative stabil.Pada ektropion,
bila margo palpebra mulai eversi, konjunctiva tarsalis menjadi
terpapar (ekspose), ini menyebabkan inflamasi sekunder dan tarsus
akan menebal sehingga secara mekanik akan memperberat
ektropionnya.b. Retractor Palpebra inferiorKekendoran Retractor
Palpebra inferior mengakibatkan tepi bawah tarsus rotasi / berputar
kea rah luar sehingga memperberat terjadinya entropion.c.
TarsusBilamana tarsus kurang kaku oleh karena proses atropi akan
menyebabkan tepi atas lebih melengkung kedalam sehingga entropion
lebih nyata.d. Tendo Kantus Medial/lateralPerubahan involusional
pada usia lanjut juga mengenai tendon kantus medial /lateral
sehingga secara horizontal kekencangan palpebra
berkurang.Perubahan-perubahan pada jaringan palpebra juga
diperberat dengan keadaan dimana bola mata pada usia lanjut lebih
enoftalmus karebna proses atropi lemak orbita. Akhirnya,
kekencangan palpebra secara horizontal relative lebih nyata. Jadi
apakah proses involusional tersebut menyebabkan margo palpebra
menjadi inversi atau eversi tergantung pada perubahan m.orbicularis
oculi, retractor palpebra inferior dan tarsus.e. Aponeurosis
Muskulus Levator PalpebraAponeurosis Muskulus Levator Palpebra
mengalami disinsersi dan terjadi penipisan, akibatnya terjadi
blefaroptosis akuisita. Meskipun terjadi perubahan pada aponeurosis
muskulus levator palpebra namun m.levatornya sendiri relative
stabilsepanjang usia. Bila blefaroptosis tersebut mengganggu
penglihatan atau secara kosmetik menjadi keluhan bisa diatasi
dengan tindakan operasi.f. KulitPada usia lanjut kulit palpebra
mengalami atropi dan kehilangan elastisitasnya sehingga menimbulkan
kerutan atau lipatan lipatan kulit yang berlebihan. Keadaan ini
biasanya diperberat dengan terjadinya peregangan septum orbita dan
migrasi lemak preaponeurotik ke anterior. Keadaan ini bisa terjadi
pada palpebra superiormaupun inferior dan disebut sebagai
dermatokalasis.Gejala dan tanda :1) Kesulitan mengangkat palpebra
superior 2) Rasa tidak enak di daerah periorbita akibat pengguanaan
otot ocipitofrontalis dan otot orbicularis oculi dalam mengatasi
kesulitan mengangkat palpebra.3) Terbatasnya lapangan pandang
superior4) Keluhan kosmetikPenanganan : Dilakukan blefaroplasti
untuk mengatasi gejala dan memperbaiki penampilan.Dengan terjadinya
perubahan struktur pada kelopak mata tersebut akibat proses
penuaan, maka secara klinis manifestasi yang sering kali dijumpai
adalah :1) Entropion involusional2) Ektropion involusional3)
Blefaroptosis4) DermatokalasisAspek klinis entropion dan ektropion
pada usia lanjut1) Entropion senile;is / involusionalYaitu suatu
keadaan dimana margo palpebra mengalami inverse yang terjadi pada
lanjut usiab.Gejala dan tanda :a) Mata merahb) Berairc) Rasa
gatalHal ini disebabkan oleh karena iritasi dan abrasi kornea. Bila
berlanjut bisa menyebabkan ulcus cornea.Penaganan: Koreksi
entropion yaitu dengan cara :a) Jahitan eversib) Prosedur weis (
splitting palpebra transversa + jahitan eversi) dengan / tanpa
pemendekan horizontal.c) Plikasi retractor palpebra inferior.2)
Ektropion senilis / involusionalYaitu suatu keadaan dimana margo
palpebra mengalami eversi yang terjadi pada usia lanjut.Gejala dan
tanda :a) Epiforab) Konjunctiva palpebra hiperemi dan hipertrofic)
Konjunctiva bulbi hiperemiPenanganan: Koreksi ektropion dengan cara
:a) Lazy-Tb) Eksisi diamond tarsokonjunctivac) Pemendekan palpebra
horizontal2. Perubahan sistim lakrimalPada usia lanjut sering
dijumpai nrocos. Kegagalan fungsi pompa pada sistim kanalis
lakrimalis disebabkan oleh karena kelemahan palpebra, eversi
punctum atau malposisi palpebra sehingga akan mernimbulkan keluhan
epifora.Namun sumbatan sistim kanalis lakrimalis yang sebenarnya
atau dacryostenosis sering juga dijumpai pada usia lanjut, dimana
dikatakan bahwa dacryostenosis akuisita tersebut lebih banyak
dijumpai pada wanita dibandingkan pria. Adapun pathogenesis yang
pasti terjadinya sumbatan duktus nasolakrimalis masih belum jelas,
namun diduga oleh karena terjadi proses jaringan mukosa dan
berakibat terjadinya sumbatan.Setelah usia 40 tahun khusunya wanita
pasca menopause sekresi basal kelenjar lakrimal secara progesif
berkurang. Sehingga seringlkali pasien dengan sumbatan pada duktus
nasolakrimalis tidak menunjukkkan gejala epifora oleh karena volume
matanya sedikit.Akan tetapi bilamana sumbatan sistim lakrimalis
tidak nyatab akan member keluhan mata kering yaitu adanya rasa
tidak enak seperti terdapat benda asing atau seperti ada pasir,
mata terasa lelah dan kering bahkan kabur. Sedangkan gejala
objektif yang didaptkan diantaranya konjunctiva bulbi kusam dan
menebal kadang hiperaemi, pada kornea didapatkan erosi dan
filament. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah schirmer, rose
Bengal, tear film break up time.3. Proses penuaan pada korneaArcus
senilis (gerontoxon, Arcus Cornea)Merupakan manifestasi proses
penuaan pada kornea yang sering dijumpai. Keberadaan arcus senilis
ini tidak memberikan keluhan, hanya secara kosmetik sering menjadi
masalah. Kelainan ini berupa infiltrasi bahan lemak yang berwarna
keputihan, berbentuk cincin dibagian tepi kornea. Mula-mula
timbunya dibagian inferior kemudian diikuti bagian superior
berlangsung meluas dan akhirnya membentuk cincin.Etiologi arcus
senilis diduga ada hubungannya dengan peningkatan kolesterol dan
low density lipoprotein (LDL). Bahan-bahan yang membentuk cincin
tersebut terdiri dari ester kolesterol, kolesterol dan
gliserid.Arcus senilis mulai dijumpai pada 60% individu usia 40-60
tahun dan terjadi pada hamper semua orang yang berusia diatas 80
tahun dimana laki-laki lebih awal timbulnya dibandingkan wanita.4.
Perubahan sensitivitas dan fragilitas kornea lansiaDengan
bertambahnya usia akan terjadi penurunan sensitivitas kornea yang
ditimbulkan oleh rangsangan mekanis. Bagian sentral kornea lebih
lama menurunnya disbandingdengan bagian lainnya. Pengukuran CTT
(Cornea Touch Treshold) pada orang sehat yang berbeda usianya yaitu
dengan merangsang kornea mengguanakan benang nylon microfilament
dengan berbagai ukuran panjang, menunjukkan bahwa CTT masih tetap
sama antara usia 7-40 tahun. Mulai awal decade kelima CTT menjadi
lebih tinggi, secara nermakna dan makin bertambah dengan semakin
bertambahnya usia. Pada usia 80 tahun, hamper 2 kalinya CTT usia 10
tahun. Penyebab dari penurunan sensitivitas kornea kemungkinan
disebabkan penebalan jaringan fibrous kornea, penurunan kandungan
air atau atro[I serabut-serabut saraf.Fragilitas kornea diukur
dengan menentukan seberapa besar tekanan yang diperlukan untuk
mencapai ambang kerusakan secara mekanis. Sampai usia 40 tahun
fragilitas kornea masih tetap sama. Namun setelah itu akan
meningkat. Berdasarkan pengalaman klinis hal ini sejalan dengan
peningkatan fragilitas kulit pada usia yang makin lanjut.5.
Perubahan muskulus siliarisDengan bertambahnya usia, bentuk
daripada muskulus siliaris akan mengalami perubahan. Pada masa
kanak-kanak muskulus tersebut cenderung flat, namun semakin
bertambah usia seseorang maka serabut otot dan jaringan ikatnyan
bertambah sehingga muskulus tersebut menjadi lebih tebal, terutama
bagian interior. Proses tersebut berlanjut dan mencapai tebal
maksimal pada usia kurang lebih 45 tahun. Setelah itu terjadi
proses degenerasi dimana muskulus tersebut mengalami atropi
sehingga menimbulkan pengerutan dan ini di duga untuk
mempertahankan bentuk. Dengan usia makin lanjut selain muskulus
siliaris mengalami proses atropi, juga terjadi hialinisasi. Tampak
peningkatan jaringan ikat di antara serabut-serabut muskulus
siliaris dan nukleusnya menipis. Tampak pula butiran lemak dan
deposit kalsium diantara serabut muskulus tersebut.Mengenai
manifestasi klimik yang dikaitkan dengan perubahan muskulus
siliaris paeda lanjut usia, dikatakan bahwa generasi muskulus
siliaris merupakan factor utama yang mendasari terjadinya
presbiopia. Dengan beertambanya usia terjadi penurunan amplitudo
akomodasi ini dikaitkan dengan manifestasi klinis yaitu presbiopia.
Penurunan amplitude ini dikaitkan dengan perubahan serabut-serabut
lensa yang menjadi padat da kapsul kurang elastic, sehingga lensa
kurang dapat menyesuaikan bentuknya. Untuk mengatasi ghal tersebut
meskulus siliaris mengadakan kompensasi sehingga mengalami
hipertrofi. Proses ini terus berlanjut dengan bertambahnya usia
sehingga terjadi manifestasi presbiopia.6. Produksi humor
aqueousPada mata sehat dengan pemeriksaan fluorofotometer
diperkirakan produksi H. Aqueous 2.4 0,06 micro liter/menit.
Beberapa factor berpengaruh pada produksi H. Aqueous . dengan
pemeriksaan fluorofotometer menunjukkan bahwa dengan bertambahnya
usia terjadi penurunan produksi H. Aqueous 2 % (0,06 micro
liter/menit) tiap decade. Penurunan ini tidak sebanyak yang
diperkirakan, oleh karena dengan bertambahnya usia sebenarnya
produksi H. Aqueous lebih stabil disbanding perubahan tekanan intra
okuler atau volume COA.7. Perubahan refraksiPada orang muda,
hipermetrop dapat diatasi dengan kontraksi muskulus siliaris.
Dengan bertambahnya usia hipermetrop laten menjadi lebih manifest
karena hilangnya cadangan akomodasi. Namun bila terjadi sklerosis
nucleus pada lensa, hipermetrop menjadi berkurang atau terjadi
miopisasi karena proses kekeruhan di lensa dan lensa cenderung
lebih cembung.Perubahan astigmant mulai terlihat pada umur 10-20
tahun dengan astigmant with the rule 75,5 % dan astigmant the rule
6,8 %. Pada umur 70-80 tahun di dapatkan keadaan astigmant with the
rule 37,2 % dan against the rule 35 %. Factor-faktor yang
mempengaruhi perubahan astigmant antara lain kornea yang mengkerut
oleh karena perubahan hidrasi pada kornea, proses penuan pada
kornea.Penurunan daya akomodasi dengan manifestasi presbiopia
dimana seseorang akan kesulitan untuk melihat dekat dipengaruhi
oleh berkurangnya elastisitas lensa dan perubahan pada muskulus
siliaris oleh karena proses penuaan. 8. Perubahan struktur jaringan
dalam bola mataa. Lensa CyrstalinaBentuk cakram biconvex, berukuran
diameter 9 mm dan tebal bagian sentral 4 mm.Susunan anatominya:1)
Kapsul2) Korteks3) NucleusPada usia muda lensa tidak bernukleus,
pada usia 20 tahun nucleus mulai terbentuk. Semakin bertambah umur
nucleus makin membesar dan padat, sedangkan volume lensa tetap,
sehingga bagian korteks makin menipis, elastisitas lensa menjadi
berkurang, indeks bias berubah (membias sinar jadi lemah). Lensa
yang mula-,mula bening transparan, menjadi keruh (sklerosis).b.
IrisMengalami proses degenerasi, menjadi kurang cemerlangdan
mengalami depigmentasi tampak ada bercak berwarna muda sampai
putih.c. PupilKonstriksi, mula-mula berdiameter 3mm, pada usia tua
terjadi 1mm, reflek direk lemah.d. Badan kaca (vitreous)Terjadi
degenerasi, konsistensi lebih encer (synchisis), dapat menimbulkan
keluhan photopsia (melihat6 kilatan cahaya saat ada perubahan
posisi bola mata).e. RetinaTerjadi degenerasi (senile
degeneration). Gambaran fundus mata mula-mula merah jingga
cemerlang, menjadi suram dan ada jalur-jalur berpigment (tygroid
appearance) terkesan seperti kulit harimau. Jumlah sel fotoreseptor
berkurang sehingga adaptasi gelap dan terang memanjang dan terjadi
penyempitan lapangan pandang.9. Perubahan fungsionalProses
degenerasi dialami oleh berbagai jaringan didalam bola mata, media
refrakta menjadi kurang cemerlang dan sel-sel reseptor berkurang,
visus kurang tajam dibandingkan pada usia muda. Keluhan silau
(foto-fobi) timbul akibat proses penuaan pada kornea dan lensa
(Darmojo, Boedhi, dan Hadi Martono, 2006)
C. Penyakit Mata Yang Sering Terjadi Pada Lansia1. Cataracta
senilis (kekeruhan lensa pada usia tua )Perjalanan prosesnya lewat
4 stadia:a. Stadia insipiensBelum ada keluhan penurunan visus,
kekeruhan pada korteks daerah equator, yang dapat di tegakkan
di9agnosis bila pupil dilebarkanb. Stadia immatureKekeruhan lensa
lebih merata, sudah menimbulkan keluhan visus saat ini terjadi
inbibisi cairan ke dalam lensa, sehingga bentuk lensa cembung
menyebabkan reflaksi ke arah myope, di samping itu dapat terjadi
komlikasi glaukoma sekunder, oleh karena kamar dapat lebih dangkal
dan sudut Iridio-cornealis lebih sempit.c. Stand. MaturaKekeruhan
lebih padat dan merata, pemeriksaan refleks fundus tidak tamapak.
Pada stadium ini indikasi paling baik untuk melakukan operasi
Cataract Ekstraksd. Stand. Hipermaturae. Korteks lenca mencair,
sehingga nukles tidak lagi pada posisi sentral, bergeser ke bawah
dan dapat bergoyang bila bola mata bergerak. Kapsul lentis
mengalami exsfoliasi dapat menimbulkan Lends Induced Uveitis dan
glukoma sekunder.2. GlaukomaGlaukoma adalah penyakit mata dengan
tanda : tekanan intra-okuler meninggi penyempitan lapang pandang
dan atrofim papil syaraf optikus umumnya terjadi pada usia di atas
40 tahun.Ada 2 macam glukoma :a. Glaukoma primerAda 2 macam :1)
Glaukoma sudut sempit/ tertutup2) Galaukoma sudut lebar/
terbuka
Perjalanan proses glaukoma lewat 4 stadium :1) Stadium
prodromalStadium ini mempunyai ciri khas antara lain : terjadi
serangan (attack), tekana intra okuler mendadak meningkat, denga
keluhan kemeng, visus menurun, nrocos. Gambaran objektif adanya
tanda kongestif (ciliary injection, edema kornea dan iris, kamar
depan dangka, pupil melebar).2) Stadium akutBila sdtadium prodromal
tida dikelola dengan baik, akan timbul stadium akut, keluhan
subyektif dan gambaran kongestif menetap, kadang-kadang disertai
cephlagia dan mual. Funduscopy terdapat Exchapatio Glaukomatosa
stadium ini termasuk kedaruratan medis3) Stadium kronisMasih ada
gambaran kongesif dengan tambahan kel;ainan yang disebabkan oleh
proses yang menetap lama, ialah Keratophatia Bullosa dan Staphiloma
Scelerae. Tekanan intra-okuler sanggat tinggi dan sukit diturunkan
dengan obat.4) Stadium absolutTerjadi kebutaan (Ophthalmological
Blind) dengan visus nol, tidak dapat melihat/ menerima rangsangan
cahaya. Visus tidak dapat direhabilitasi dengan upaya apapun.Upaya
pencegahan kebutaan dan glaukoma harus dilakukan sedini mungkin
ialah pada stadium prodromal, dilakukan operasi idectomy. Bila
terjadi perubahan (atrofi) pada pupil syaraf optik, visus tidak
lagi dapat normal.Glaukoma sudut lebar/terbuka Dapat proses
perjalanan penyakit ini tidak pernah menimbulkan keluhan sakit yang
mencolok., visus turun pelan-pelan dan lapang pandang menyempit.
Oleh karena tidak sakit, umumnya penderita datang berobat
terlambat, pada pemeriksaan fundus copy sudah tampak terjadi
Excavasio Glaukomatosa dan Atrofi Papil Syaraf Opticus. Pengelolaan
penyakit ini lebih ditekankan pada pemakaian obat anti glaukoma;
operasi baru dilakukan bila tekanan intra-okuler tinggi menetap
tidak dapat turun dengan pemberian obat. Obat dapat dihentikan
sementara dan diganti dengan tindakan Laser Trabeculopasty, obat
digunakan lagi setelah kira-kira 2 bulan.3. Age Related Mascular
Degeneration (ARMD)Ada 2 tipe :a. Atrophyc ARMDb. Evcudative
ARMDBeberapa faktor resiko terjadinya ARMD :a. Atherosclerosisb.
Diet lipid tinggic. Kadar kolesteroln serum tinggi d. Merokok dan
adanya refraksi anomali hypermetropeTeori yang mengemukakan bahwa
ARMD disebabkan oleh kerusakan retinal pigment epithelium (RPE)
akibat dari tekanan paparan sinar yang kuat (excessive exposure to
light) atau karena deficiency vitamin anti-oxidant dan mineral
dalam diet, semua itu tidak pasti (not consistent).Patogenesis ARMD
berpangkal pada peningkatan resistensi sirkulasi choroid (tekanan
chorio-capilar), menyebabkan gangguan perfusi dan terjadi gangguan
metabolisme dalam RPE, terjadi degenerasi dan atropht RPE, ini
merupakan gambaran ARMD type atrophy.Peningkatan tensi chorio
capillaris menyebabkan gangguan transport metabolit didalam RPE
terjadi akumulasi drusendan deposit pada membran baslais juga
deposit lipoid dan membran bruch, mudah terjadi RPE detachment dan
membran neo vaskuler choroidal; ini gambaran klasik dari bentuk
ARMD exudative dan proliferative.Prognosis qua ad visam pada dua
type ARMD, jelek; lebih-lebih pada type proliferative sangat mudah
terjadi perdarahan sub-retina, akibatnya visus mendadak hilang.4.
Degenerasi retina senilis (senile retinal degeneration)Perubahan
retina karena usia merupakan hal yang fisiologis, degenerasi retina
senilis.Pada pemeriksaan objektif didapatkan suatu gambaran fundus
senilis, fundus trygoid.Faktor-faktor yang mendukung dari gambaran
fundus normal, adalah :a. Darah didalam pembuluh darah besar dan
chorio-capillaris choroid, merupakan komponen merah.b. Kepadatan
pigment dalam sel RPE dan sel melanosit di lapisan choroid
merupakan komponen coklat.c. Jenis dan intensitas cahaya yang
berasal dari alat yang untuk melakukan pemeriksaan merupakan sinar
gelombang panjang (merah-kuning)Perpaduan komponen merah dan
coklat, yang mendapat pacuan sinar merah-kuning mendapatkan hasil
merah-jingga yang cemerlang, sebagai gambaran fundus mata
normal.Perubahan elemen-elemen di retina dan choroid yang
menyebabkan terjadi gambaran objektif fundus tygroid :a. Sklerosis
involusional/sklerosis senilis, terjadi pada arteriole retina dan
choroid, menyebabkan berkurangnya komponen merah.b. Kerusakan RPE
dapat menimbulkan bercak hyper-pigmentasi disamping kepadatan
pigment dalam sel melanosit choroid.Beberapa perubahan/ penurunan
fungsi pada degenerasi retina senilis :a. Sebagaii akibat dari
hilangnya sel reseptor dalam sel saraf, kira-kira 2,5 % per dekade,
maka visus kurang tajam, kemunduran sensitivitas lapangan pandang,
penurunan sensitivitas kontras warna dan kenaikan ambang adaptasi
gelap.b. Perubahan kualitas saraf optikJumlah akson saraf optik
berkurang dan ada penambahan jaringan ikat, warna papil saraf optik
lebih pucat. Atropi peripapiler, depigmentasi sekeliling papil
menimbulkan warna pucat sekeliling papil.5. Degenerasi retina
perifer Pada usia tua, retina dibagian perifer (antara ora serrata
dan equator) mengalami proses degenerasi lebih awal bila
dibandingkan dengan bagian sentral.Beberapa macam yang dapat /
sering ditemukan :a. Paving stone degenerationTerjadi pada 40%
populasi usia diatas 45 tahun, lesi mulai disebelah bawah.
Degenerasi macam ini berhubungan dengan penipisan retina, hilangnya
sejumlah sel reseptor, membran limitans luar serta sejumlah sel
RPE, retina kurang melekat pada membran bruch dan adanya perubahan
chorio-capillaris. Lesi permulaan berbentuk bulat, diameter
kira-kira 1,5mm, dapat melebar dan bergabung (confluency) menjadi
lebih besar. Tidak ada therapi.b. Cystoid degenerationTampak ada
rongga-rongga pada lapisan pleksiformis luar umumnya area
tempo-inferior. Lesi dapat menyebabkan gangguan lapangan pandang
dan dapat berkembang menjadi retinoschisis.c.
RetinoschisisPemisahan lapisan retina, biasanya pada lapisan
pleksiformis luar sebagai perluasan dari degenerasi cystoid yang
progresif. Dinding retinoschisis dapat robek dan terjadi retinal
detachment. Retinoschisis yang meluas ke belakang equator
menimbulkan gangguan lapangan pandang. Setiap ada lesi
retinoschisis perlu tindakan untuk mencegah retinal detachment,
dengan laser foto-koagulasi (Darmojo, Boedhi, dan Hadi Martono,
2006)D. Penatalaksanaan Gangguan Tersebut1. Glaukoma sudut
terbukaUntuk glaukoma sudut terbuka, terapi obat-obatan awal
bertujuan untuk mengurangi tekanan karena penurunan produksi humor
aqueosa. Obat-obatan tersebut meliputi penyekat beta, seperti
timolol (digunakan secara hati-hati pada pasien yang menderita asma
dan menderita bradikardia) serta betaksolol; epineprin untuk
mendilatasi pupil (dikontraindikasikan pada glaucoma sudut
tertutup); dan obat tetes mata miotik, seperti pilokarpin, untuk
meningkatkan aliran balik humor aqueosa.Pasien yang tidak berespons
terhadap terapi obat-obatan dapat memanfaatkan trabekuloplasti
laser argon; yaitu ahli oftalmologi memfokuskan sinar laser argon
pada jalinan trabekular pada sudut terbuka. Prosedur ini
menghasilkan pembakaran termal yang mengubah permukaan meshwork
tersebut dan mudah aliran balik humor aqueosa.Untuk melakukan
trabekulektomi, ahli bedah mendiseksi lipatan sclera untuk membuka
jalinan trabekular. Ahli bedah menghilangkan blok jaringan kecil
dan melakukan iridektomi perifer, yang menciptakan lubang untuk
aliran balik humor aqueosa dibawah konjungtiva dan menghasilkan
filtering bleb. Pada pascaoperatif, injeksi
subkonjungtivafluororasil dapat diberikan untuk mempertahankan
tekanan fistula. Iridektomi mengurangi tekanan dengan cara
mengeksisi sebagian iris untuk mengembalikan aliran balik humor
aqueosa. Beberapa hari kemudian, ahli bedah melakukan iridektomi
profilaktik pada mata lainnya (yang normal) untuk mencegah episode
glaukoma akut pada mata tersebut.2. Glukoma sudut tertutupGlaukoma
sudut tertutup (glaukoma akut) adalah kedaruratan yang membutuhkan
terapi segera untuk mengurangi tekanan intraokuler yang tinggi.
Terapi obat-obatan praoperatif awal menurunkan tekanan intraokuler
dengan asetazolamid, pilokarpin (yang mengontriksikan pupil,
mendorong iris jauh dari trabekula dan memungkinkan cairan
terbebas) dan manitol lewat I.V. atau gliserin aoal (yang mendorong
cairan dari mata dengan menjadikan hipertonik). Jika pengobatan ini
gagal untuk menurunkan tekanan, iridotomi laser atau
iridektomiperifer dengan pembedahan harus dilakukan dengan cepat
untuk menyelamatkan penglihatan pasien.Analgetik narkotik dapat
digunakan jika pasien mengalami nyeri berat. Setelah iridektomi
perifer, tetes mata sikloplegik dapat diberikan untuk merilekskan
otot-otot siliaris dan mengurangi inflamasi, sehingga mencegah
perlekatan.https://muhammadananggadipa.wordpress.com/2012/01/12/lansia-dengan-gangguan-sistem-penglihatan/
diakses pada tanggal 18 Mei 2015E. Modifikasi Lingkungan Yang Perlu
Dilakukan Faktor resiko pada gangguan penglihatan adalah
terpaparnya pada asinar UV. Untuk itu, dapat dicegah dengan
menggunakan pelindung kepala (topi) dan kaca mata pelindung.
Perawat perlu mengajari lansia/ kerabat tentang pentingnya
mendeteksi glaukoma dan katarak.bila katarak telah menyebabkan
gangguan penglihatan yang berat, perlu dipertimbangkan tindakan
menyebabkan gangguan penglihatan berat, perlu dipertimbangkan
tindakan bedah. Pembedahan katark dewasa ini semakin berhasil
dilakukan, lansia dinasehati untuk melakukan pemerikasaan mata
selaku tindaka kolaboratif.Bila kluhan lain sepeperti kekeringan
mata menonjol, maka dapat digunakan obat tetes mata sesuai resep
dokter. Lansia dentgan keluhan tersebut dengan keluhan terakhir
ini, perlu menghibndari asap rokok dan yang sejenis (sprai) maupun
terhadap angin kencang. Obat-obatan tertentu dapat dapat
menyebabkan kekeringan mata seperti diurewtik, antihistamin,
antikolinergik, dan adrenergik. Lansia dengan visus dapat
memanfaatkan alat bantu (kaca mata). Selain itu, termasuk alat
bantu seperti Loupe, kontras, serta iluminasi. Suatu cara yang
sederhana adalah dengan bantu fotokopi dapat membesar bahan bacaan
yang diperlukan lansia.Seperti halnya pada gangguan pendengaran,
maka dengan melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan
penglihatan secara tidak langsung dapat memperbaiki kualitas hidup
lansia. Contoh sederhana adalah dengan memakai ukuran kaca mata
yang cocok memungkinkan lansia dapat membaca buku, koran, majalah,
serta sekaligus dapat meningkatkan kepuasan dan interaksi sosial
serta stimulasi sosial. (Kusriadi, 2010)
F. Pemeriksaan Fisik Dan Pemeriksaan Visus
Mata.LangkahNormal/Variasi individu/penyimpangan
1. Kaji ketajaman penglihatan (SK II)a. Ukur jarak
penglihatanTehnik : tempat kan kartu snelen 20 kaki dari klien pada
cahaya terang tes setiap mata secara individual minta klien untuk
menutup 1 mata dengan kartu buram. Minta klien untuk membaca huruf
pada lanjut yang dapat dibaca klien paling baik. Tuntutsn lsnjut
paling kecil dimana klien mengidentifikasi huruf dan catat
ketajaman pada lanjur tersebut. Ulangi dengan dan tanpa kaca mata,
atau tanpa kacamata sebelumnya. b. Ukur penglihatan dekatTeknik :
Minta klien untuk memegang kartu rosen bau 14 inci dari wajah
setinggi mata. Tes dan catat penglihatan seperti dengan kartu
snelen. Klien prosbiop harus membaca melalui sekmen bifocal dari
kaca mata. 20/20 sampai 20/30 OU dengan lensa korektif Penyimpangan
: adanya lanjur diatas lanjur 20/30 pada kartu
2. Kaji lapang pandang dengan konfrontasi (SK II) Teknik : duduk
atau berdiri berlawanan dengan klien pada setinggi mata, 1 sampai 2
kaki terpisah. Minta klien untuk menutup mata kanan buram sambil
pemeriksa menutup mata kiri. Saling menatap lurus. Pemeriksa
merentangkan tangan dengan penuh ke samping diantara klien dan
dirinya sendiri, secara bertahap maju ke arah garis tengan dengan
jari bergerak. Instruksikan klien untuk menandai bila gerakan jari
pertama kali terlihat. Bandingkan respon klien dengan respon anda
sendiri. Ulangi untuk mengetes lapang pandang superor, inferior,
dan temporal. Ulangi seluruh prosedur dengan mata yang lain
tertutup. (CATATAN: ini pengukuran besar yamng mengasumsikan
pemeriksa mempunyai lapang pandang normal)Klien dan pemeriksa
melihat jari bergerak pada waktu yang bersamaan : Secara nasal : 60
oSecara posterior : 50 o Secara inferior : 70 oSecara temporal : 90
oPenyimpangan : klien tidak melihat jari bergerak pada saat
bersamaan dengan pemeriksa.
3. Kaji fungsi otot ekstra ocular: a. 6 lapang pandang utama (
SK III, IV, VI) Tekhnik: minta klien untuk menahan kepala pada
posisi terviksasi dan hanya 1 mata mengikuti jari pemeriksa saat
bergerak melalui 6 lapang pandang utama. Minta klien untuk melihat
pada posisi temporal ekstrim sementara pemeriksa memegang jari pada
posisi ini secara sementara.b. Reflek cahaya korneaTekhnik: minta
klien menatap lurus kedepan saat pemeriksa menyalakan pena senter
pada nasal dari jarak 12-15 inci. c. Tes tutup-tak tertutupTeknik:
minta klien untuk menatap lurus kedepan pada titik terviksasi.
Tutup 1 mata klien dengan kartu buram dan observasi mata yang tak
tertutup terhadap gerakan terhadap vokus titik yang ditunjuk.
Lepaskan penutup dan observasi mata sama dengan mata yang tak
ditutup untuk gerakan yang sama. Ulangi prosedur dengan mata yang
lain.a. Gerakan halus dan terorganisasi melalui 6 posisis, tak ada
difergen pada satu pasisiPenyimpangan : gerakan kaku, tak
terkoordinasi pada suatu posisi : penderita nistagmusb. Beberapa
denyutan nistagmus posisi-akhirPenyimpangan: penderita nistagmus c.
Sinar direfleksikan secara simetris dari kedua pupilPenyimpangan:
refleksi sinar asimetris pada masing-masing mata. d. Mata tertutup
tidak bergerak saat kartu ditempatkan diatas mata yang lain, mata
yang baru tak ditutupi tidak bergerak.Penyimpangan: gerakan mata
tak ditutup terhadap focus titik terviksasi: mata yang baru tak
ditutup terhadap ocus
4. Kaji struktur okulara. Inspeksi kelopak mata terhadap posisi
dan warna, penutupan tinggi visural palpebra, dan posisi bola mata.
b. Inspeksi alis mata terhadap kuantitas, kondisi, dan distribusi
rambut, dan terhadap gerakan.c. Inspeksi dan palpasi kelenjar
lakrimal, punkta dan duktus terhadap edema, nyeri tekan, kemerahan,
rabas.d. Inspeksi sclera dan konjungtiva terhadap warna pola
vaskuler, lesi edemaTeknik: pisahkan kelopak mata dengan lebar
dengan ibu jari dan jari telunjuk. Berikan tekanan terhadap
tonjolan tulang orbita disekitar mata. Minta klien untuk melihat
keatas, kebawah, dan kesamping. Ulangi prosedur pada mata yang
lain.e. Inspeksi kornea terhadap karakteristik transparan dan
permukaanTeknik: pena senter langsung secara menyerong dari
beberapa posisi.Tes sensivitas SK VTekhnik: instruksikan klien
untuk mempertahankan mata terbuka dan melihat serta menjauh saat
pemeriksa menyentuh kornea dengan gulungan kapas halus.f. Inspeksi
ruang anterior, dengan menggunakan tekhnik pena senter serong
terhadap transpalansi dan permukaan serta kedalaman iris.g.
Inspeksi iris terhadap warna dan bentukh. Inspeksi terhadap ukuran
dan bentuki. Tes reaksi terhadap sinar dan akomodasi (SK III)
Teknik : buat cahaya ruangan redup. Instruksikan klien
mempertahankan mata terbuka dan melihat lurus kedepan saat anda
mendekatkan pena senter dari suatu sisi dan menyalakan langsung ke
pupil. Ulangi prosedur pada mata yang lain.j. Reflek merah cahaya
k. Piringan optic terhadap ukuran, bentuk, warna, lengkung dan
marginl. Pembuluh darah retina m. Latar belakang retina terhadap
warna dan karakteristik permukaan n. Area makulara. Posisi simetris
dengan berbagai derajat penurunan kelopak atas: warna konsisten
dengan kulit tubuh. Tak ada kemerahan Secara bilateral visual
palpebra tingginya sama. Gerakan involunter sering secara
bilateral.Penempatan bola mata simetris agak enoftalmus
Penyimpangan: penurunan kelopak mata berlebihan mempengaruhi
penglihatan: posisi asimetris: berkedip cepat, blefarosfasme,
menatap 1 titik : penempatan asimetris : enoftalmus mata atau
eksoftalmusb. Tipis sedang, khususnya pada sisi temporal:
kasarTumbuh secara simetris sesuai penonjolan tulang diatas orbita:
mengangkat alis simetrisPenyimpangan: kepadatan kurang atau sama
sekali tidak ada: alis tidak simetrisc. Merah muda, tak ada ireteme
pada area punkta atau duktus : tanpa edema, kemerahan, nyeri tekan,
eksudat, atau cairanTak ada nyeri tekan kelenjarPenyimpangan:
kemerahan, edema, nyeri tekan, drainase, kering atau air mata
berlebihan.d. Sclera putih: titik coklat dekat limbusKonjungtiva
bulbaris penampilanya agak kering: jelas dengan pembuluh darah
kecil yang dapat dilihat: jelas dengan pembuluh darah kecil yang
dapat dilihat: inguekula mungkin ada dekat limbusKonjungtiva
palpebra merah, mudah terang, tanpa lesi atai rabas. Penyimpangan:
sangat kuning atau biru gelap: peningkatan jumlah dan ukuran
pembuluh darah yang dapat dilihat: pucat atau sangat merah, lesi
rabas.e. Transparan, bulat halus, jelas: sering kuning:
arkussenilis mungkin ada Penyimpangan: keruh atau buram:
pigmentasi: abrasi atau ulserasi permukaan: peterigium : kegagalan
reflex berkedip secara unilateral atau secara bilateralf.
TransparanIris datarAgak dangkal tetapi dengan kebersihan diantara
kornea dan iris dipertahankanPenyimpangan: ada materi yang terlihat
: penonjolan kedepan, dibuktikan oleh bayangan serpihan diiris:
kedangkalan nyatag. Simetris, tapi mungkin sedikit dangkalBulat,
halus, ada cekungBaji atau bagian mungkin hilang sekunder
pengangkatan katarakPenyimpangan: inkontinensia diantara mata:
bentuk tak teratur h. Bulat, simetris, dilatasi lebar atau timpoin
dibawah kondisi sinar normal: agak lebih kecil sesuai pertambahan
usiai. Konstriksi cepat dari pupil yang diterangi atau respon
langsung dan konstriksi secara simultan pada pupil yang lain atau
respon konsensualPenyimpangan: ukuran tak sama, bentuk tak teratur:
tak ada atau respon tak samaPupil lebar dan secara simetris
konstriksi saat mata memfokuskan pada objek dekatPenyimpangan:
konvergrn tak ada/tak sama/ konstriksij. Cahaya merah atau merah
jingga, cahaya dapat dihentikan ileh titik gelap atau bayangan
hitam yang menunjukan daerah perutPenyimpangan: penurunan atau tak
adanya reflek merah.k. Kira-kira diameter 1,5 mnBulat,
lonjongKemerahan pucat kuning sampai merah muda kekuningan, warna
lebih gelap pada orang berkulit gelapArea piringan tengah halus dan
abu-abuMargin temporal tajam, margin nasal kurang jelas, sabit
abu-abu atau gelap pada margin temporalPenyimpangan : Margin kabur,
secara bilateral ukuran dan bentik tak sama, pucat, menyebar,
sangat pucat, meliputi lebih daru setengah diameter piringanl.
Arteriol lebih kecil dalam diameter (rasio : 2 : 3 atau 4 : 5 )
Dari pada fenula yang menyertaiPenyempitan lapisan ditengah
anterior , anterior tampak lebih buram, warna abu-abu dan lebih
sempitFenula warna lebih gelap (merah keunguan) dengan bercak atau
tak ada reflek sinarPotongan arteriol fenula tidak harus mengubah
besar lubang pembuluh darah besarPenyimpangan : ateriol menjadi
lebih sempit, lapisan cahaya lebih dari 1/3 arteriol, sangat buram
atau sangat pucat, fenula menjadi lebih besar, torehan A-V m.
Kuning atau merah muda seluruhnya permukaan glanular dan
halusPenyimpangan : pucat umum atau local, hemoraginodamerah atau
gelap dari berbagai ukuran dekat pembuluh darah, mikroanurisma
terlihat sebagai kecil, titi merah terisolasi, drusenn. Agak gelap
dari latar belakang retinaRetina fovea sentralis ( titik tengah
berkilau) kurang terang sesuai pertambahan usiaPenyimpangan :
peningkatan pigmentasi di sekitar macula
(Luecknotte, 1998)
DAFTAR PUSTAKA
Kushariyadi.2010 Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut
Usia.Jakarta : Salemba MedikaTamher,S., dan
Noorkasiani.2009.Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Salemba MedikaLueckenotte.1998.Pengkajian
Gerontologi, Edisi 2. Jakarta : EGCDarmojo,Boedhi dan Hadi
Martono.2006.Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).Jakarta :
FKMIhttps://muhammadananggadipa.wordpress.com/2012/01/12/lansia-dengan-gangguan-sistem-penglihatan/
diakses pada tanggal 18 Mei 2015Evelyn, P. (2009). Anatomi
Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.Tamsuri, A. (2011).
Klien Gangguan Mata & Penglihatan :Keperawatan Medikal Bedah,
EGC. Jakartawww.anatomi mata&hl.co.id diakses tanggal
19-05-2015