ANATOMY DAN HISTOLOGI 2.1.1. PANCREAS Pancreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada epigastrium dan kuadran kiri atas. Strukturnya lunak, berlobulus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum sehingga termasuk organ retroperitonial kecuali bagian kecil caudanya yang terletak dalam ligamentum lienorenalis. Pancreas dapat dibagi dalam: 1. Caput Pancreatis berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagian cekung duodenum. Sebagian caput meluas ke kiri di belakang arteria san vena mesenterica superior serta dinamakan Processus Uncinatus. 2. Collum Pancreatis merupakan bagian pancreas yang mengecil dan menghubungkan caput dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak di depan pangkal vena portae hepatis dan tempat dipercabangkannya arteria mesenterica superior dari aorta. 3. Corpus Pancreatis berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah. Pada potongan melintang sedikit berbentuk segitiga. 4. Cauda Pancreatis berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenalis dan mengadakan hubungan dengan hilum lienale.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANATOMY DAN HISTOLOGI
2.1.1. PANCREAS
Pancreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada epigastrium dan kuadran
kiri atas. Strukturnya lunak, berlobulus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di belakang
peritoneum sehingga termasuk organ retroperitonial kecuali bagian kecil caudanya yang terletak
dalam ligamentum lienorenalis.
Pancreas dapat dibagi dalam:
1. Caput Pancreatis berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagian cekung
duodenum. Sebagian caput meluas ke kiri di belakang arteria san vena mesenterica
superior serta dinamakan Processus Uncinatus.
2. Collum Pancreatis merupakan bagian pancreas yang mengecil dan menghubungkan
caput dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak di depan pangkal vena portae
hepatis dan tempat dipercabangkannya arteria mesenterica superior dari aorta.
3. Corpus Pancreatis berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah. Pada potongan
melintang sedikit berbentuk segitiga.
4. Cauda Pancreatis berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenalis dan
mengadakan hubungan dengan hilum lienale.
Hubungan dari pancreas
1. Ke anterior: Dari kanan ke kiri: colon transversum dan perlekatan mesocolon
transversum, bursa omentalis, dan gaster.
2. Ke posterior: Dari kanan ke kiri: ductus choledochus, vena portae hepatis dan vena
(gerakan tangan dan kepala), traktus retikuloinal (fungsi motorik) yang digolongkan sebagai traktus
desenden. Traktus yang lainnya adalah traktus intersegmenal anterior (menghubungakn bagian kiri dan
kanan medula spinalis). Substansia grisea medula spinalis berisi perikarion yang merupakan pusat tropik
dan di daerah ini sangat banyak terdapat sinaps neuron. Kumpulan sel-sel saraf pada substansia grisea
ini disebut sebagai nukleus.
Kornu anterior medula spinalis pada sajian tampak sebagai bagian sayap yang gemuk dan
merupakan daerah yang paling banyak mengandung neuron. Sel saraf motorik pada daerah ini
merupakan sel saraf multipolar dengan ciri histologisnya yaitu selnya besar biasanya poligonal.
Sitoplasmanya bercabang-cabang dan intinya besar, berbentuk bulat atau lonjong dengan anak inti yang
jelas. Dendrit dan aksonnya terlihat jelas. Badan sel dan dendrit mengandung badan Nissl, sedangkan
bagian aksonnya tidak mengandung badan Nissl. Pangkal akson yang disebut “gumuk akson” atau
akson hilok (axon hillock) tidak mengandung substansia Nissl. Kebanyakan sel saraf motorik yang
terdapat di kornu anterior adalah sel saraf motorik besar yang aksonnya akan keluar melalui akar depan
(anterior root) dan dikenal sebagai serat saraf alpha eferen yang akan mempersarafi otot skelet (otot
rangka). Sel saraf motorik kecil juga akan melintasi akar depan (anterior root) membentuk serat saraf
gamma eferen yang akan mempersarafi muscle spindle. Sel saraf motorik dikelompokkan dalam
kelompok medial, sentral dan lateral. Sel-sel saraf yang terdapat pada kornu posterior (dorsal)
dikelompokkan menjadi substansia gelatinosa, nukleus propius, nukleus dorsalis (Clark’s nukleus),
nukleus viseral afferent. Sel-sel saraf yang terdapat pada kornu lateral dikelompokan sebagai grup
intermediolateral.
OTAK
Otak terdiri atas otak besar atau serebrum dan otak kecil atau serebelum. Disamping itu ada
bangunan berbentuk tabung yang letaknya di bagian inferior disebut batang otak (brainstem) yang
terdiri atas midbrain, pons dan medulla oblongata yang berisi pusat-pusat vital.
SEREBRUM
Serebrum dibagi oleh falks serebri menjadi 2 bagian yang serupa disebut hemisfer serebri kiri dan
kanan. Didalam hemisfer serebri substansia grisea terdapat dipermukaan (terbalik dengan medula
spinalis), berupa korteks serebri dan dibawahnya terdapat substansia alba dan lebih kedalam lagi
terdapat nukleus. Di dalam substansia grisea dan nukleus terdapat perikarion, dan di dalam substansia
alba terdapat akson bermielin. Secara histologis, serebrum terdiri atas 6 lapisan yaitu :
1. Lapisan Molekular, terutama terdiri atas serat-serat yang berasal dari sel-sel lapis lebih dalam, yang
berjalan paralel terhadap permukaan dan sedikit badan sel saraf yang dikenal sebagai sel horisontal
(Cajal). Sel ini berukuran kecil dengan bentuk pipih (gepang) dengan akson dan dendritnya berjalan
sejajar permukaan dan berkontak dengan dendrit sel piramid dan fusiform serta akson sel stellate.
2. Lapis granular luar, terdiri terdiri atas badan-badan sel saraf kecil berbentuk segitiga/piramid yang
berukuran 10-50 mikrometer. Dendritnya mengarah ke lapisan molekular dan bercabang-cabang,
sementara aksonnya mengarah ke lapisan di bawahnya dan substansia alba. Sel lainnya yang terdapat
pada lapisan ini adalah sel stellate (sel granular) yang berukuran kecil (8 mikrometer) dan berbentuk
poligonal. Akson sel granular ini panjang dan mengarah ke lapisan molekular, sementara dendritnya
pendek mengarah ke lapisan di bawahnya.
3. Lapis sel-sel pyramid luar, terdiri atas sel-sel piramid yang ukurannya makin ke dalam semakin
bertambah besar. Dendritnya mengarah ke lapisan molekular sementara aksonnya menuju ke arah
substansia alba
4. Lapis granular dalam, terdiri atas sel-sel granula bercabang (stelata) halus dan sel-sel pyramid
5. Lapis pyramid dalam atau lapis ganglion terdiri atas sel-sel piramid besar dan sedang. Disamping itu
juga terdapat sel stellate dan sel Martinotti. Sel Martinotti merupakan sel saraf multipolar berukuran
kecil, dengan dendrit yang pendek mengarah ke lapisan di atasnya, sedangkan aksonnya berjalan ke
arah lateral.
6. Lapis sel-sel multiform atau polimorf, terdiri atas sel-sel dengan macam-macam bentuk. Kebanyakan
sel yang terdapat disini adalah sel fusiform dengan dendritnya yang panjang mengarah ke arah
lapisan di atasnya.
Semua lapis ini tidak mempunyai batas yang tegas dan semuanya juga berisi neuroglia. Substansia
alba terdiri atas gabungan serat saraf bermielin yang menyebar kesegala arah. Serat-serat ini ditunjang
oleh neuroglia dan secara fungsional terdiri atas 3 kelompok:
1. Serat menghubungkan macam-macam bagian korteks pada satu hemisfer disebut serat asosiasi.
2. Serat yang menghubungkan bagian korteks hemisfer kiri dan kanan disebut serat komisural.
3. Serat yang menghubungkan korteks serebri dengan nukleus (pusat-pusat) dibawahnya disebut
serat proyeksi.
Serebrum atau otak besar mempunyai fungsi untuk menyimpan memori, berperan penting
dalam proses berpikir, belajar, rasa bertanggung jawab, analisa – sintesa dan berperan dalam proses
moral. Serebrum juga berperan untuk menerima, mengolah dan memberikan respon jawaban terhadap
rangsangan sensoris seperti pengaturan temperatur tubuh, rasa rabaan, penglihatan, pendengaran,
penghidu, rasa / kecap. Disamping itu bagian otak ini berfungsi untuk mengontrol kontraksi otot-otot
sadar ( skeletal ).
SEREBELLUM
Serebelum terbagi dua kiri dan kanan oleh bangunan seperti cacing bewarna abu-abu yang
disebut vermis (Gb-36). Permukaannya berlipat-lipat disebut folia
(=daun) yang tersusun paralel terhadap fissura (alur) utama.
Substansia grisea serebelum terdapat di permukaan berupa korteks
tipis. Di bawahnya terdapat substansia alba yang juga berisi kelompokan kecil perikarion membentuk
pusat-pusat (nukleus).
Korteks serebellum terdiri atas 3 lapisan, yaitu dari luar ke dalam:
Korteks serebellum terdiri atas 3 lapisan, yaitu dari luar ke dalam:
1. Lapisan Molekular yang merupakan lapisan terluar. Lapisan ini berisi sedikit sel saraf kecil dan banyak
serat saraf tidak bermielin.
2. Lapisan sel Purkinje atau disebut juga lapisan ganglioner, berisi sel Purkinje yang tampak besar,
dengan dendritnya bercabang seperti tanduk menjangan dan letaknya dalam satu bidang masuk
kedalam lapisan molekular, dengan satu akson yang masuk kedalam lapis dibawahnya3. Lapisan
Granular, berisi banyak perikarion kecil. Sel suatu folium.
LAPISAN PEMBUNGKUS (MENINGES)
SSP dilindungi oleh dari trauma luar oleh otot dan tulang yaitu tulang tengkorak dan vertebra. Di
samping itu SSP juga dilindungi oleh selubung jaringan ikat atau meninges. Selubung ini dari luar ke
dalam sebagai berikut:
Gb-38. Lapisan korteks serebellum
1. Duramater (dura=keras, mater= ibu)
merupakan lapisan terluar yang membungkus medula spinalis dan otak. Lapisan duramater
medula spinalis dan otak berbeda susunannya. Pada medula spinalis permukaan dalam ruang vertebra
dilapisi jaringan ikat padat disebut duramater periosteum.
Lapisan duramater fibrosa secara terpisah dan longgar membungkus medula spinalis. Di antara
duramater periosteum dan duramater fibrosa terdapat rongga epidural yang lebar berisi jaringan ikat
longgar, sel lemak dan pleksus venosa epidural. Permukaan dalam duramater dilapisi oleh sel gepeng
selapis yang berhubungan erat dengan medula spinalis melalui ligamentum dentikulata.
Duramater otak pada awalnya terdiri atas 2 lapisan tetapi pada orang dewasa kedua lapisan
tersebut menyatu. Lapisan terluar adalah duramater periosteum yang melapisi permukaan dalam
tengkorak (endosteum) terdiri dari jaringan ikat padat dengan banyak pembuluh darah. Lapisan dalam
yaitu lapisan fibrosa kurang mengandung pembuluh darah dan permukaan dalamnya dilapisi oleh epitel
selapis gepeng yang berasal dari mesoderm. Lapisan fibrosa ini terpisah dari lapisan luar pada tempat-
tempat tertentu untuk membentuk sinus-sinus venosus otak yang besar dan juga membalik ke dalam
dan terletak di dalam fisura-fisura besar di dalam otak sebagai pemisah, misalnya falks serebri yang
memisahkan serebrum kiri dan kanan, falks serebelli yang memisahkan serebellum kiri dan kanan.
Selain membentuk lipatan-lipatan, lapisan fibrosa ini juga membentuk atap fosa hipofiseal (diafragma
sela). Durakranium dan dura spinal berhubungan pada foramen magnum.
2. Arachnoid (Arachnoid= menyerupai laba-laba)
merupakan membran tipis, halus, avaskular yang melapisi duramater. Dari arachnoid ini keluar
trabekula jaringan ikat yang berjalan ke pia mater melintasi ruangan yang terisi oleh banyak trabekula.
Ruangan ini disebut ruang subarachnoid yang berisi cairan serebrospinal (likuwor serebrospinal). Pada
beberapa tempat arachnoid menembus duramater sebagai villi arachnoid yang menonjol ke dalam sinus
venosus duramater. Fungsi villi arachnoid ini adalah untuk menyalurkan cairan serebrospinal ke sinus
venosus. Pada trauma kepala yang parah pembuluh darah di pia mater dan di dalam otak akan pecah
dan darah akan berkumpul dalam ruang subarachnoid. Perdarahan ini disebut perdarahan subdural.
3. Piamater
Piamater adalah membran halus, lembut yang membungkus otak. Piamater meluas masuk ke
dalam sulkus serebri. Piamater terdiri atas 2 lapisan, yaitu bagian luar tersusun dari anyaman serat
kolagen, mengandung banyak pembuluh darah dan bagian dalam terdiri atas anyaman serat retikular
dan elastin halus yang melekat pada jaringan saraf di bawahnya tetapi terpisah dari unsur-unsur
saraf/otak oleh satu lapis cabang-cabang neuroglia.
CAIRAN SEREBROSPINAL (CEREBROSPINAL FLUID/CSF)
Cairan serebrospinal adalah cairan yang terdapat di dalam ruang-ruang otak (ventrikel otak) yaitu:
1. Ruang subarakhnoid
2. Ventrikel otak
3. Kanal sentralis medula spinalis.
Cairan ini dihasilkan oleh pleksus khoroid yang terdapat pada atap ventrikel ketiga dan ke
empat dan pada dinding medial ventrikel lateral. Cairan CSF dihasilkan secara aktif dan dalam keadaan
normal diimbangi oleh absorbsi kembali ke dalam darah.
Aliran serebrospinal (Gb-40) adalah sebagai berikut: dari ventrikel lateral CSF mengalir ke ventrikel III
dan disini jumlah CSF akan bertambah lebih banyak. Dari ventrikel III CSF mengalir melalui akuaduktus
Sylvii ke dalam ventrikel IV yang juga menghasilkan CSF. CSF kemudian keluar melalui foramen
Magendie dan Luschka masuk ke dalam ruang subarakhnoid. Di ruang subarakhnoid CSF mengalir ke
dalam sinus venosus kranial melalui vili arakhnoid yang merupakan berkas pia arakhnoid yang
menembus duramater untuk kemudian terletak dalam sinus venosus kranial dan kebawah di sekitar
medula spinalis.
Apabila salah satu foramen ventrikel otak mengalami penyumbatan maka cairan serebro-
spinalnya akan terus bertambah (tidak dapat ke luar) (Gb-41), akibatnya ventrikel otak membesar
karena tekanan cairan serebrospinal. Pembesaran ventrikel otak akan menekan unsur-unsur saraf di
sekitar ventrikel. Akibatnya fungsi otak terganggu. Bila hal ini terjadi pada bayi baru lahir (neonatus),
maka kepala bayi tersebut menjadi sangat besar. Keadaaan patologis ini disebut hidrosefalus.
Limbah metabolisme otak berdifusi bebas dari ruang ekstraselular, menembus ependim, masuk
ke CSF di ruang ventrikel. Cairan serebrospinal mengandung air, glukosa, asam-asam amino, vitamin C,
B dan asam folat. Gerakan bahan-bahan melalui epitel pleksus khoroid terjadi 2 arah. Molekul-molekul
seperti glukosa dan asam-asam amino yang dibutuhkan oleh otak dalam jumlah besar bergerak dengan
cara difusi yang difasilitasi (facilitatted diffusion) menuruni gradien konsentrasi, sedangkan bahan-
bahan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit seperti vitamin C, vitamin B dan asam folat bergerak
dengan cara transpor aktif. CSF diproduksi dengan kecepatan rata-rata 350 mikroliter permenit atau
500 ml perhari
Fungsi CSF :
1. Mempertahankan lingkungan cairan sesuai untuk otak.
2. Memberi perlindungan terhadap benturan ringan dan luka mekanik lainnya (sebagai bumper).
PLEKSUS KHOROIDEUS Seluruh SSP terbenam didalam cairan serebrospinal yang disekresi oleh pleksus khoroid. Pada
pleksus ini tidak ada jaringan saraf di dindingnya. Pleksus khoroideus dibentuk oleh sel-sel ependima
yang menempel langsung di permukaan luar lapisan pia mater dan membentuk lipatan-lipatan yang
menonjol ke dalam lumen ventrikel.
Pada permukaan apikal sel-sel ependima terdapat taut sekap (tight junction) yang akan mencegah
lolosnya CSF ke dalam darah melintasi celah antar sel. Di antara sel-sel ependima juga terdapat taut
lekat (adherens junction) dan taut rekah (gap junction) untuk merekatkan 2 sel yang berdekatan dan
menjamin adanya perlintasan zat-zat di antara 2 sel yang saling bersisian.
Pada sel-sel ependima terdapat pompa natrium untuk masuknya air dan garam-garam ke dalam
likuwor serebrospinal. Ada 2 cara sekresi zat-zat oleh pleksus khoroideus ke dalam CSF atau LCS yaitu
secara diffusi yang difasilitasi dan transpor aktif. Zat-zat yang disekresi dengan cara diffusi yang
difasilitasi adalah glukosa dan asam-asam amino. Sedangkan vitamin B, vitamin C dan asam folat
disekresi secara transpor aktif .
VILUS ARAKHNOID Duramater di beberapa tempat tertentu ditembus oleh tonjolan kecil arakhnoid disebut vilus
arakhnoid dan menonjol masuk ke sinus venosus endokranial besar. Pada basisnya vilus arakhnoid
berhubungan langsung dengan CSF. Cairan serebrospinal yang terdapat diruang subarakhnoid pada villus
arakhnoid dipisahkan dari darah hanya oleh selapis epitel tipis arakhnoid dan endotel yang membatasi
sinus venosus yang terdapat persis di atas epitel tipis arachnoid. Vilus arakhnoid merupakan jalan utama
untuk keluarnya cairan serebrospinal dan berfungsi sebagai katup sehingga aliran CSF hanya searah
saja. Aliran CSF melintasi villus arachnoid ini tergantung pada perbedaan tekanan pada setiap sisi dinding
villus. Bila tekanan CSF lebih besar daripada vena, CSF akan masuk ke dalam darah. Tekanan hidrostatik
yang rendah dan tekanan osmotik koloid yang relatif tinggi dari darah di sinus venosus memudahkan
proses difusi cairan CSF ke darah di sinus venosus, menembus lapisan sel yang tipis. Sebaliknya bila
tekanan vena lebih besar dari CSF, villus arachnoid akan kolaps dan mencegah unsur-unsur darah masuk
kedalam CSF.
SAWAR DARAH OTAK
Sawar darah otak merupakan suatu lapisan yang menseleksi pemasukan zat-zat atau material
ke dalam parenkim otak. Sawar darah otak (blood brain barrier) di bentuk oleh 3 komponen yaitu
1. Dinding sel endotel
2. lamina basal sel endotel
3. Kaki perivaskular astrosit (end feet astrosit)
Di antara sel-sel endotel kapiler terdapat taut sekap (tight atau occluding junction) yang akan
melapisi celah antara sel-sel endotel kapiler darah dan mencegah lewat atau merembesnya zat-zat
melintasi celah ini. Zat-zat harus melewati dinding kapiler darah dengan cara mikropinositosis. Zat-zat
hanya dapat menembus dinding endotel kapiler darah masuk kedalam parenkim otak bila zat tersebut
mempunyai reseptor pada dinding endotel tersebut.
Material-material seperti O2, H2O, CO2 dan material-material berukuran kecil yang larut dalam
lemak, termasuk beberapa obat dapat melintasi sawar darah otak ini. Molekul-molekul seperti glukosa,
asam amino, vitamin-vitamin, nukleosida masuk lewat mekanisme diffusi yang difasilitasi. Ion-ion
masuk melalui mekanisme transport aktif.
Sawar darah otak berfungsi untuk:
1. Melindungi SSP dari perubahan konsentrasi ion yang terjadi secara tiba-tiba di cairan
ekstraselular.
2. Mencegah masuknya molekul-molekul dari sirkulasi ke dalam LCS yang dapat mengganggu
fungsi normal neuron di dalam SSP.
Kerugian dari sawar darah otak adalah antibiotik dan obat-obatan tidak dapat masuk ke dalam otak.
GANGLIA Ganglia adalah kumpulan neuron yang letaknya diluar SSP. Sedangkan kumpulan perikarion yang
terdapat di dalam SSP dan mempunyai fungsi tertentu disebut Nukleus.
Ada 2 macam ganglia yaitu:
1. Ganglia Kranio-spinal (sensorik) yang terdiri atas saraf kranial dan saraf spinal.
2. Ganglia Autonom yang berfungsi motorik dan berhubungan dengan sistim saraf otonom.
Ganglion ini terbagi menjadi 2 yaitu ganglion simpatis dan parasimpatis
Ganglia Kranio-spinalis
Ganglia spinalis bentuknya fusiform atau globular pada cabang posterior (radiks posterior
saraf-saraf spinal). Ganglia kranialis merupakan gembungan serupa pada beberapa saraf kranial. Sel
ganglionnya merupakan sel saraf jenis pseudounipolar, globular yang mempunyai cabang tunggal suatu
akson dan kemudian sewaktu meninggalkan badan saraf pada jarak tertentu bercabang dua menjadi
bentuk T atau Y , satu cabangnya secara fungsional berfungsi sebagai dendrit (serat eferen) menjadi
lebih tebal dan via saraf spinal atau kranial menuju ke perifer dan bermuara pada organ reseptor
(misalnya badan Meissner) dan cabang lainnya yang lebih ramping masuk ke SSP dan berfungsi sebagai
akson (saraf aferen). Secara Histologis kedua cabang sitoplasma ini mempunyai struktur yang identik.
Perikarionnya besar dengan inti dan anak inti yang jelas, tersusun dalam kelompok-kelompok dan
dipisahkan oleh berkas serat saraf. Perikarionnya mungkin berdiameter 15-25 mikrometer dengan
cabang yang tidak bermielin atau berdiameter lebih besar dari yaitu 100 mikrometer dengan cabangnya
bermielin. Setiap perikarion dikelilingi oleh satu lapis sel –sel kecil, gepeng atau kuboid yang disebut
sebagai sel satelit atau sel kapsul atau amfisit. Sel-sel satelit ini merupakan sel penyokong serupa
dengan sel glia di SSP.
Ganglia Autonom
Seperti ganglion kraniospinal, ganglion otonom juga mempunyai kapsul atau simpai jaringan ikat,
kecuali di ganglion perifer yang sangat kecil. Sel ganglion berukuran lebih kecil daripada ganglion
kraniospinal (15-45 mikrometer), berbentuk multipolar, dengan beberapa dendrit dan satu akson tidak
bermielin. Di sekitar perikarion terdapat sel-sel kapsul, meskipun hanya beberapa buah dan kecil-kecil.
Berbeda dengan ganglia kraniospinal, perikarion disini tidak menunjukkan kecenderungan untuk
mengelompok, akson-aksonnyapun tidak mengelompok membentuk berkas-berkas, perikarion dan serat-
serat di dalam ganglia bercampur baur. Sel ganglion ada yang bersifat kolinergik (mengeluarkan
neurotransmiter asetilkolin) dan ada yang adrenergik (mengeluarkan neurotransmiter noradrenalin
atau norepinefrin). Disamping itu juga ada yang bersifat dopaminergik.
Susunan Saraf Otonom
Walapun secara anatomi susunan saraf otonom digolongkan ke dalam SST, tetapi secara
fungsional merupakan sistim yang terpisah yang sangat dipengaruhi oleh SSP. Sistim saraf ini berperan
untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh yang disebut sebagai homeostasis. Sistim ini
mengatur:
1. Sekresi kelenjar
2. Kontraksi dan kecepatan denyut otot jantung
3. Kontraksi dan kecepatan kontraksi otot polos.
4. Sistim sirkulasi darah.
Sejak sistim ini ditemukan oleh Langley tahun 1921, sistim ini hanya meliputi serat eferen viseral
saja. Pendapat ini sesungguhnya sudah tidak tepat lagi karena disamping serat eferen juga ada serat
aferen (serat saraf sensoris viseral) yang memberi informasi pada badan kita akan adanya rasa sakit atau
tidak enak yang terjadi di dalam tubuh yang tidak terpisahkan dari sistim ini seperti rasa berdebar-debar
karena detak jantung yang cepat, rasa melilit pada perut dan sebagainya. Walaupun sistim ini berfungsi
secara otomatis, tetapi tetap dikendalikan oleh SSP, misalnya emosi terhadap lingkungan sekitar.
Pusat koordinasi antara sistim saraf ini dengan bagian saraf lainnya terletak di hipotalamus.
Sistim saraf otonom mempunyai 2 buah neuron motorik yaitu sebuah di dalam substansia grisea
medula spinalis atau batang otak (brain stem) yang disebut neuron preganglionar dan sebuah diluar
SSP (di dalam ganglia) yang disebut sebagai neuron postganglionar. Sistim saraf otonom ini terdiri
atas sistim saraf simpatis dan parasimpatis.
Sistim Persarafan Simpatis
Neuron preganglion sistem saraf simpatis mulai dari vertebra torakal pertama sampai vertebra
lumbal ke tiga, karenanya disebut juga sebagai divisi torakolumbar sistim saraf otonom . Serat
preganglionik bermielin dan meninggalkan medula spinalis via akar atau radiks ventral (motorik) nervus
spinalis. Serat saraf ini kemudian bersinaps dengan neuron postganglionik di dalam ganglia. Selanjutnya
serat saraf postganglionik ini akan menuju ke organ sasaran.
Berdasarkan lokasinya neuron postganglion ini terbagi atas 3 yaitu :
1. Ganglion paravertebra
2. Ganglion prevertebra
3. Ganglion terminal
Ganglion Paravertebralis
Letaknya antero-lateral medula spinalis, terbentang mulai dari vertebra servikal pertama sampai
vertebra sakral terakhir, membentuk trunkus simpatis (trunkus=rantai). Terdapat hubungan antara
trunkus kiri dengan kanan. Ganglion ini memberikan cabang postganglionar yang mengurus persarafan
simpatis sistim sirkulasi darah dan kelenjar yang terdapat di seluruh tubuh.
Ganglion Prevertebra
Letaknya di daerah anterior kolumna vertebralis, membentuk pleksus abdominalis. Ada 3 buah
ganglion prevertebral yaitu:
1. Ganglion Seliaka (Celiac).
2. Ganglion Mesenterika Superior.
3. Ganglion Mesenterika Inferior.
Serat saraf preganglionar keluar dari medula spinalis via akar atau radix ventral dan selanjutnya menuju
ganglion prevertebral melintasi trunkus simpatis yang dibentuk oleh ganglion paravertebralis.
Ganglion Terminalis
Letaknya paling perifer, dekat sekali dengan organ yang akan dipersarafinya.
Kedua serat saraf postganglionar dari ganglion prevertebral dan terminalis akan mensarafi otot polos
yang terdapat diseluruh tubuh. Semua serat saraf postganglionik adalah serat saraf tak bermielin
Sistim Persarafan Parasimpatis .
Sistim parasimpatis berbeda dengan simpatis dalam beberapa aspek yaitu:
1. Serat saraf preganglionnya berjalan keluar dari SSP bersama nervus kranial III, VII, IX dan X
yang keluar dari otak tengah (midbrain) dan batang otak (brainstem) dan bersama nervus
sakralis 2, 3 dan 4, karena itu sistim parasimpatis dikenal juga sebagai divisi Kraniosakral
Sistim Saraf Autonom.
2. Mempunyai serat preganglioner yang panjang terbentang dari otak atau saraf spinal sakral sampai
ke ganglion terminal yang letaknya dekat dengan organ sasaran.
3. Ganglion parasimpatis tidak tersusun dalam suatu rantai melainkan hanya berupa kumpulan
sel saraf yang difus yang tersebar bersama kapsul/simpainya atau antara jaringan suatu organ
(contohnya ganglion Auerbach dan Meissner di dinding usus).
Secara histologik, perikarion dari sel-sel ganglion ini membentuk kelompokan yang tersebar yang
dikelilingi oleh jaringan ikat. Di sekitar sel-sel ganglion terdapat sel-sel satelit. Contoh ganglia parasimpatis
adalah ganglia siliaris, genikulata, submandibula, otik, pterigopalatina, ganglia Meissner dan Aurbach di
kolon dan ganglia vesikalis di vesika urinaria.
Serat saraf preganglioner yang berjalan bersama saraf kranial berkaitan dengan fungsi sekresi
kelenjar, contohnya kelenjar lakrimal, kelenjar liur, dan sebagainya. Serat saraf preganglioner yang
berjalan bersama saraf kranial X akan bersinaps dengan neuron postganglionik yang akan mempersarafi
organ-organ yang terdapat di rongga abdomen dan toraks. Serat saraf preganglionik yang keluar dari
segmen sakral akan bersinaps dengan neuron postganglionik yang akan mempersarafi organ-organ yang
terdapat di dalam rongga pelvis, seperti kolon, rektum, vesika urinaria, dan sebagainya.
SELUBUNG SERAT SARAF ATAU SELUBUNG AKSON
Berdasarkan ada atau tidak adanya selubung mielin, serat saraf (akson) di SSP dan SST terbagi
menjadi 2 yaitu:
1. Serat saraf bermielin (Myelinated nerve)
Pada susunan saraf pusat (SSP) selubung mielin dibentuk oleh sel oligodendroglia. Satu sel
oligodendroglia membentuk selubung mielin untuk beberapa serat saraf. Sedangkan pada
susunan saraf tepi (SST) selubung mielin dibentuk oleh sel Schwann. Satu sel Schwann hanya
dapat membentuk 1 selubung mielin untuk satu akson.
2. Serat saraf tak bermielin (unmyelinated nerve)
serat saraf atau akson ini tidak mempunyai selubung mielin. Pada serat saraf tepi hanya
diselubungi oleh selubung sel Schwann yang juga menyelubungi serat saraf bermielin. Pada
susunan saraf pusat serat saraf ini hanya dilingkupi oleh jaringan ikat. Pada serat saraf
bermielin satu sel Schwann hanya dapat menyelubungi satu serat saraf. Sedangkan pada serat
saraf tak bermielin, satu sel schwann dapat menyelubungi beberapa serat saraf (akson).
SELUBUNG MIELIN
Selubung mielin adalah lapisan yang melingkari akson secara konsentris dan terdiri atas lipid dan
neurokeratin. Pada susunan saraf pusat selubung mielin dibentuk oleh sel oligodendroglia sedangkan
pada susunan saraf tepi dibentuk oleh sel Schwann (Gb-52).
Dalam keadaaan segar selubung mielin sangat refraktil dan putih (mielin memberikan warna
putih pada substansia alba otak dan medula spinalis) (Gb-53). Mielin yang terutama terdiri atas lipid,
melarut sesudah cara-cara fiksasi biasa, meninggalkan anyaman bahan-bahan protein yang disebut
neurokeratin disekeliling serat saraf. Mielin dapat difiksasi dan terpulas hitam osmium tetraoksida.
Sesudah difiksasi dengan bikromat, mielin dapat dapat diwarnai dengan hematoksilin.
Dengan mikroskop cahaya, selubung mielin terlihat sebagai silinder yang tidak sempurna atau
terputus-putus, karena pada setiap jarak 0,1-1,5 mm terdapat celah pada selubung-selubung yang
dikenal sebagai nodus Ranvier atau pinggetan Ranvier (Gb-54). Pada pulasan perak nodus Ranvier akan
terisi oleh endapan perak yang dikenal sebagai palang Ranvier. Dengan mikroskop elektron terlihat
bahwa mielin merupakan suatu seri lapisan konsentris membran plasma sel Schwann atau
oligodendroglia.
Proses Pembentukan Selubung Mielin
Proses pembentukan selubung mielin diawali oleh terjadinya invaginasi serat saraf ke dalam
sitoplasma sel Schwann. Kedua ujung sitoplasma sel Schwann kemudian akan menyatu dan
membungkus serat saraf. Tempat penyatuan awal ini dikenal sebagai mesaxon interna. Mesaxon
kemudian meluas ke arah dalam membentuk lapisan atau lamel-lamel sitoplasma sel Schwann.
Sitoplasma sel Schwann kemudian menghilang dan ke dua sisi dalam membran sitoplasma akan
menyatu dan menebal membentuk garis perioda. Membran ekstraselular dari sitoplasma sel
Schwann kemudian mendekat tetapi tidak menyatu membentuk garis interperioda. Pada akhir
proses mielinisasi terjadi penyatuan dinding sitoplasma sel Schwann untuk kedua kali yang disebut
mesaxon eksterna.
Pada saat penyatuan kedua sisi dalam membran sitoplasma sel Schwann terdapat kegagalan di
beberapa tempat sehingga meninggalkan sejumlah kecil sitoplasma yang terjerat dalam selubung
milein yang dikenal sebagai celah atau insisura Schmidt Lanterman. Fiksasi dengan menggunakan
osmium tetraoksida dapat menunjukkan adanya celah Schmidt Lanterman (Gb-57).
Pada SSP, proses pembentukan selubung mielin berjalan serupa dengan proses pembentukan di
SST, tetapi pada SSP satu sel oligodendroglia dapat membuat selubung mielin untuk beberapa
serat saraf.
Hipotesis tentang pembentukan lamel-lamel mielin ini dikenal sebagai teori “Jelly Roll”.
Fungsi Selubung Mielin
Fungsi selubung mielin adalah seperti insulator pada kawat listrik. Arus listrik meloncat dari dari
nodus Ranvier yang satu ke nodus Ranvier berikutnya dengan sangat cepat (saltatory conduction).
Dengan demikian kecepatan rambat saraf listrik pada saraf yang bermielin jauh lebih cepat dibandingkan
dengan serat saraf tanpa mielin.
SELUBUNG SCHWANN
Seluruh serat saraf perifer (akson) baik yang bermielin maupun tanpa mielin akan di selubungi
dibagian luar oleh selubung sel Schwann. Selubung Schwann ini disebut juga sebagai neurilema yang
dibentuk oleh sitoplasma sel Schwann.
Pada pinggetan Ranvier akson hanya diliputi oleh juluran sel Schwann dan selalu ada celah (gap)
diantara juluran sel schwann (Gb-58). Pada celah tersebut akson tidak terselubung alias telanjang, hal ini
sangat penting artinya bagi kelangsungan perambatan impuls saraf.
Sel Schwann penting artinya bagi kelangsungan hidup atau fungsi akson. Suatu serat saraf
perifer bila putus, akan kehilangan akson bagian distal. Akson baru akan tumbuh dari ujung proximal
potongan dan akan mengikuti jalur yang dibentuk oleh selubung Schwann yang masih utuh dibagian
distal.
Sel Schwann mempunyai inti yang heterokromatik biasanya gepeng dan terdapat ditengah sel,
banyak mengandung mitokondria, mikrotubulus, mikrofilamen, tetapi mengandung hanya sedikit
lisosom, endoplasmik retikulum dan apparatus Golgi .
SELUBUNG SARAF PERIFER
Saraf tepi disusun oleh berkas-berkas serat saraf, yang dipersatukan oleh jaringan ikat dan
mencakup baik saraf-saraf spinal yang berhubungan dengan medula spinalis maupun saraf-saraf kranial
yang berhubungan dengan otak. Kebanyakan saraf tepi nampak bewarna putih karena mengandung
lapisan mielin. Selain mempunyai selubung mielin dan selubung Schwann, saraf tepi dibungkus oleh
jaringan ikat yang kuat. Jaringan ikat yang membungkus saraf tepi adalah:
1. Epineurium
Epineurium merupakan jaringan ikat fibrosa yang membungkus satu bundle kumpulan berkas
serat saraf yang dikenal sebagai bundle berkas serat saraf (bundles of nerve fibers) . Satu berkas
serat saraf disebut sebagai fasikulus yang terdiri atas beberapa serat saraf . Epineurium tersusun
dari fibroblas dan serat kolagen yang tersusun secara longitudinal. Selain itu juga mengandung
sedikit serat elastin. Epineurium mengandung pembuluh-pembuluh darah utama untuk saraf.
2. Perineurium
Perineurium merupakan jaringan ikat padat kolagen yang membungkus satu fasikulus. Selubung
ini dibentuk juga oleh sel-sel fibroblas dan lapisan serat-serat kolagen yang tersusun secara
konsentris. Perineurium merupakan sawar terhadap keluar masuknya materi atau zat-zat pada
fasikulus saraf. Satu fasikulus saraf tersusun oleh banyak serat saraf (akson).
3. Endoneurium
Endoneurium merupakan jaringan ikat halus yang menyelubungi satu serat saraf (akson). Lapisan
ini dibentuk oleh sel fibroblas yang gepeng , serat kolagen dan serat retikulin halus. Endoneurium
berhubungan erat dengan neurilema.
RESPONS NEURON TERHADAP LUKA (INJURI)
Bila suatu sel saraf mengalami trauma yang menghancurkan, sel saraf yang hancur ini tidak dapat
diganti baru karena sel saraf tidak dapat berproliferasi, karenanya kerusakan pada SSP bersifat
permanen. Akan tetapi jika serat saraf tepi mengalami luka atau terpotong, sel saraf berusaha untuk
memperbaiki kerusakan, melakukan regenerasi juluran saraf yang rusak dan memperbaharui fungsinya
dengan cara menstimulus serangkaian proses metabolisma dan proses struktural yang dikenal sebagai
reaksi akson. Berdasarkan lokasi terjadinya reaksi akson ini di bagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Reaksi lokal (local reaction): reaksi yang terjadi pada tempat traumanya
2. Reaksi anterograde (anterograde reaction): reaksi yang terjadi pada bagian distal dari tempat
trauma.
3. Reaksi Retrograde: reaksi yang terjadi pada bagian proksimal dari tempat terjadinya trauma.
Beberapa reaksi berlangsung secara serentak, sementara yang lain mungkin terjadi mingguan atau
bulanan.
Reaksi lokal
Ke dua ujung yang mengalami trauma akan saling berusaha mendekat dan menyatu guna
menutup ke dua puntung yang terpotong dan mencegah hilangnya bagian sitoplasma akson. Makrofag
kemudian datang untuk memakan dan membersihkan daerah yang luka dari debris (kotoran).
Reaksi Anterograd
Ujung akson menjadi hipertrofi dan berdegenerasi dalam waktu seminggu, sehingga kontak
dengan membran pasca-sinaps akan berakhir. Sel Schwann kemudian akan berproliferasi, memfa-
gositasi puing-puing akson terminal yang hancur dan menduduki ruang sinaps. Bagian distal akson ini
mengalami degenerasi Wallerian yang menyebabkan akson menjadi terpecah-pecah dan sel-sel
Schwann berproliferasi dengan cepat yang kemudian akan memakan puing-puing akson dan selubung
mielin. Jaringan ikat yang menyelubungi serat saraf tersebut tidak mengalami perubahan. Ruangan yang
terdapat di antara jaringan ikat ini kemudian akan terisi oleh sel-sel Schwann yang berproliferasi secara
cepat., yang akan berfungsi sebagai penuntun bagi akson yang baru tumbuh yang bergerak menuju ke
bagian postsinaps.
Reaksi retrograd
Perikarion neuron yang hancur menjadi hipertrofi, badan Nisslnya akan tercerai berai dan inti sel
akan bergeser dari tempatnya semula. Kejadian ini disebut kromatolisis (chromatolysis). Setelah 3
minggu bila sel saraf luput dari trauma, badan sel kemudian secara aktif mensintesa ribosom-ribosom
bebas, protein dan berbagai molekul-molekul berukuran besar (makromolekul). Proses ini dapat
berlangsung selama beberapa bulan. Selama masa ini bagian proksimal akson dan selubung mielin yang
menyelubunginya akan berdegenerasi. Kemudian beberapa tunas akson akan muncul dari ujung
proksimal tersebut, dan berjalan mengisi ruang selubung jaringan ikat dengan dibimbing oleh sel-sel
Schwann menuju ke sel sasaran. Tunas yang pertama mencapai sel target akan langsung membentuk
sinaps, sementara tunas-tunas yang lain akan berdegenerasi. Proses regenerasi ini berlangsung kira-kira
dengan kecepatan 3-4 mm/hari. Sel saraf mempunyai pengaruh tropik (mempengaruhi kehidupan) sel
target. Jika sel saraf mati, maka sel-sel lainnya yang merupakan target dari sel saraf tersebut juga akan
mengalami atropi dan degenerasi. Proses ini disebut dengan degenrasi transneuron (transneuronal
degeneration).
Regenerasi pada SSP sangat-sangat sulit dibandingkan dengan serat saraf perifer, karena SSP tidak
mengandung jaringan ikat. Sel saraf yang rusak di dalam SSP akan difagositosis oleh makrofag yang khas
yaitu mikroglia. Ruang-ruang yang telah dibersihkan lewat proses fagositosis ini kemudian akan
diduduki oleh sel-sel glia yang berproliferasi secara besar-besaran membentuk parut glia (Glial scar).
Adanya glial scar ini menghalangi proses perbaikan, sehingga kerusakan sel saraf di dalalm SSP adalah
permanen dan tidak dapat diperbaiki.
UJUNG SARAF ATAU NERVE ENDINGS Tiap serat saraf perifer, sensoris, motoris atau sekretorius akhirnya berujung pada organ (badan)
perifer dengan satu atau beberapa cabangnya. Beberapa serat saraf bercabang sebagai ujung akhir saraf
bebas (naked nerve endings) diantara sel jaringan. Serat saraf yang berakhir pada reseptor sensoris
adalah dendrit dan yang berakhir sebagai ujung motoris atau sekretorius adalah akson. Ada 3 kelompok
ujung akhir saraf
1. Yang berakhir pada otot skeletal (cakram motorik atau motor end plate, “muscle spindle”).
Cakram motorik atau motor end plate bersifat motorik (efektor), sedangkan muscle spindle
bersifat sensorik.
2. Yang berakhir pada epitel (ujung akhir saraf bebas, bersifat sensoris).
3. Yang berakhir pada jaringan ikat (badan Vater Pacini, Meissner, dsbnya sifatnya sensoris).
1. CAKRAM MOTORIK (MOTOR END PLATE)
Serat saraf yang keluar dari SSP disebut serat eferen. Serat saraf eferen yang menuju ke otot
skelet (rangka) adalah serat saraf motorik dan efektornya adalah serat otot. Efektor artinya yang
memberikan efek pada jaringan atau daerah tertentu, sedangkan afektor artinya yang memberi kesan,
perasaan jadi sifatnya sensoris).
Selubung mielin akson menghilang sewaktu akson bercabang-cabang seperti cakar ayam
mendekati serat otot rangka. Selubung Schwann tetap melanjutkan diri meliputi akson yang bercabang
–cabang tersebut. Pada tempat cabang akson berhubungan dengan serat otot rangka, terdapat
pengelompokan sarkoplasma ditempat tersebut yang berisi banyak mitokondria dan inti sel otot rangka.
Cabang terminal akson yang mirip cakar ayam, menempati alur atau lekukan yang ada pada
permukaan serat otot rangka. Ujung akhir akson membengkak mirip ujung jarum pentol dan berisi
penuh dengan mitokondria dan vesikel sinaptik. Membran akson yang berhadapan dengan membran
serat otot rangka tidak menyatu dan dipisahkan oleh glikoprotein. Terdapat celah (gap) antara
permukaan membran akson dengan membran serat otot selebar 50 nanometer.
2. Badan Vater Paccini
Bangunan ini merupakan badan khusus yang bersifat sensorik dan bangunan reseptor berkapsul
yang terbesar. Alat pengindera ini terdiri atas sejumlah lapisan fibroblas dan ruangan berisi cairan
jaringan yang tersusun berlapis-lapis dengan serat saraf tak bermielin ditengahnya ,sehingga pada salah
satu potongannya akan terlihat berupa sejumlah lingkaran yang sepusat mengelilingi sebuah bintik.
Bintik itu sebenarnya bagian ujung serat saraf yang akan bermielin lagi setelah keluar dari badan
tersebut. Pada potongan yang lain bangunan ini dapat tampak mirip potongan sagital bawang bombai.
Bangunan ini ditemukan pada dermis dan hipodermis kulit, genital eksterna, puting payudara,
payudara, pankreas, jaringan ikat jarang, pankreas, mesenterium, dinding pembuluh darah,
ligamentum dan otot.
Fungsinya: reseptor tekanan dan getaran (mekanoreseptor)
3. Badan Meissner
Badan ini terdiri atas percabangan ujung serat saraf sensoris yang diselubungi sel Schwann yang
tersusun secara horizontal melingkar ke ujung. Di luar selubung sel Schwann ini terdapat lapisan
fibroblas dan serat kolagen kasar. Oleh karena itu bangunan ini tampak mirip jaringan ikat yang
tersusun berpilin membentuk bangunan bulat telur. Didalamnya terdapat percabangan ujung serat
saraf.
Badan Meissner terdapat di stratum papilare dermis ujung jari tangan dan kaki, telapak kaki,
telapak tangan, bibir dan puting payudara.
Fungsi : reseptor rabaan halus (mekanoreseptor).
4. Badan Ruffini
Ujung-ujung reseptor membentuk rami-rami atau jala-jala yang luas di antara serat-serat jaringan
ikat yang menyokongnya di dalam suatu bangunan berkapsul yang berbentuk lonjong. Perubahan
pada reseptor Ruffini tergantung pada temperatur. Aktivitas akan meningkat bila temperatur kulit
dingin dan menurun bila temperatur kulit hangat. Fungsinya: reseptor temperatur panas-dingin dan
reseptor rabaan dan tekanan. Bangunan ini terdapat pada bagian dermis dan hipodermis kulit,
khususnya di ujung jari tangan dan kaki.
5. Badan Krausse (End Bulbs of Krausse)
Ujung-ujung terminal saraf tak bermielin membentuk jala-jala di antara jaringan gelatinosa dalam
suatu bangunan bulat berkapsul jaringan ikat.
Fungsinya sebagai reseptor temperatur dingin.
Jaringan ini tersebar luas di seluruh tubuh , misalnya di stratum papilare konjungtiva palpebra, bola
mata, lidah, genital eksterna dsbnya.
6. Badan Golgi-Mazzoni
Mempunyai bentuk seperti korpus Paccini, tetapi reseptornya bercabang-cabang dengan perluasan
pada bagian ujungnya. Fungsinya belum diketahui dengan jelas, tetapi diduga berkaitan dengan
pendetekasian getaran (kurang dari 200 Hz). Bangunan ini banyak terdapat di jaringan subkutan
tangan dan permukaan tendon.
7. Neuromuscular spindle ( Muscle spindle)
Bangunan yang terletak di antara otot rangka yang berfungsi untuk mengontrol gerakan otot.
Bangunannya bersimpai jaringan ikat padat. Setiap muscle spindle mengandung 2-12 serat-serat
otot skelet khusus (serat-serat intrafusal/intrafusal fibers) yang terbenam di dalam kapsul jaringan
ikat yang berjalan paralel dengan serat-serat otot skeletal biasa dikelilingnya (serat –serat
ekstrafusal/extrafusal fibers). Secara histologik, muscle spindle disusun oleh 2 jenis serat otot
intrafusal yaitu:
A. Nuclear chain fiber yang berukuran lebih kecil dan lebih pendek yang mengandung sat deret
inti tunggal yang terletak di tengah.
B. Nuclear bag fiber yang berukuran lebih lebih besar dan lebih panjang dengan inti- inti yang
bertaburan di bagian tengah yang melebar menyerupai tas.
Setiap serat otot intrafusal dipersarafi oleh serat saraf eferen (serat gamma) yang merupakan
akson dari neuron motoris gamma yang terletak di tanduk anterior medula spinalis yang berakhir
pada ke 2 jenis serat otot intrafusal tersebut. Serat saraf aferen berasal dari 2 jenis ujung reseptor
pada serat intrafusal , ujung annulospiral dan ujung flower spray. Ujung annulospray membentuk
jala yang mengitari bagian tengah chain fiber dan nuclear chain.
Ujung flower spray tersebar luas sepanjang serat-serat otot intrafusal, terutama pada setiap sisi
bagian tengah yang berdekatan dengan ujung annulospiral. Ujung reseptor serat otot intrafusal
akan bereaksi terhadap peregangan serat-serat otot ekstrafusal atau tendonnya. Bila otot skelet
berkontraksi, muscle spindle akan berelaksasi.
BAB VI
MUSKULOSKELETAL
A. ANATOMI PELVIS Pelvis adalah daerah batang tubuh yang berada di sebelah dorsokaudal terhadap abdomen
dan merupakan daerah peralihan dari batang tubuh ke extremitas inferior. Pelvis bersendi
dengan vertebra lumbalis ke-5 di bagian atas dan dengan caput femoris kanan dan kiri
pada acetabulum yang sesuai. Pelvis dibatasi oleh dinding yang dibentuk oleh ulang,
ligamentum, dan otot.Cavitas pelvis yang berbentuk seperti corong, memberi tempat
kepada vesicaurinaria, alat kelamin pelvic, rectum, pembuluh darah dan limfe, dan saraf.
Kerangka kepala pelvis terdiri dari:
Dua os coxae yang masing-masing dibentuk oleh tiga tulang : os ilii, osischii, dan os
pubis,Os sacrum,Os coccyges.
a.OsSacrum
osacrum terdiri dari lima vertebrae rudimenter yang bersatu membentuk tulang
berbentuk baji yang cekung kea rah anterior. Pinggir atas atau basis ossis sacribersendi dengan vertebra lumbalis V. Pinggir inferior yang sempit bersendi dengan os coceygis. Di lateral, os sacrum bersendi dengan kedua os coxae membentuk articulation sacroiliaca. Pinggir anterior dan atas vertebra sacralis pertama menonjol ke depan sebagai batas posterior apertura pelvis superior, disebut promontorium os sacrum, yang merupakan bagian penting bagi ahli kandungan untuk menentukan ukuran pelvis. Foramina vertebralia bersama-sama membentuk canalis sacralis.Canalis sacralis berisi radix anterior dan posterior nervi lumbales, sacrales, dan coccygeus filum terminale dan lemak fibrosa.
b . Os Coccygis
Os coccygis berartikulasi dengan sacrum di superior. Tulang ini terdiri dari empat vertebra ru dimenter yang bersatu membentuk tulang segitiga kecil yang basisnya bersendi dengan ujung bawah sacrum.Vertebra coccygea hanya terdiri atas corpus, namun vertebra pertama mempunyai processus transverses rudimenter dan cornu coccygeum. Cornu adalah sisa pediculusdan processus articularis superior yang menonjol ke atas untuk bersendi dengan cornusacrale.
c.Os Inominatum (tulang panggul)
Tulang ini terdiri dari tiga bagian komponen, yaitu: ilium, iskium, dan pubis. Saat dewasa tulang-tulang ini telah menyatu selurunya pada asetabulum.
• ilium batas atas tulang ini adalah Krista iliaka. Krista iliaka berjalan kebelakang dari spina iliaka posterior superior.Di bawah tonjolan tulang ini terdapat spina inferiornya. Permukaan aurikularis ilium disebut permukaan glutealis karena disitulah pelekatan mgluteus. Linea glutealis inferior, anterior, dan posterior membatasi pelekatan glutei ke tulang.Permukaan dalam ilium halus dan berongga membentukfosailiaka. Fosailiaka merupakan tempat melekatnya m. iliakus. Permukaan aurikularis ilium berartikulasi dengan sacrum pada sendi sakro iliaka (sendi sinovial). Ligamentum sakro iliaka posterior, interoseus, dan anterior memperkuat sendi sakro iliaka. Linea iliopektinealis berjalan di sebelah anterior permukaan dalam ilium dari permukaan aurikularis menuju pubis.
• Iskium : terdiri dari spina di bagian posterior yang membatasi insisura iskiadika mayor (atas) dan minor (bawah. Tuberositas iskia adalah penebalan bagian bawah korpus iskium yang menyangga berat badan saat duduk. Ramus iskium menonjol kedepan dari tuberositas ini dan bertemu serta menyatu dengan ramus pubis inferior.
• Pubis : terdiri dari korpus serta rami pubis superior dan inferior. Tulang ini berartikulasi dengan tulang pubis di tiap sisi simfisis pubis. Permukaan superi or dari korpus memiliki
krista pubikum dan tuberkulum pubikum. Foramen obturatorium merupakan lubang besar yang dibatasi oleh rami pubis dan iskium.
d. Plevis major (panggul besar, pelvis spurium)
• Terletak cranial terhadap aperture pelvis superior (aditus pelvis)
• Terbuka dan melebar pada ujung atasnya dan harus dipikirkan sebagai bagian cavitas abdominalis.
• Melindungi isi abdomen dan setelah kehamilan bulan ketiga, membantu menyokong uterus gravidarum.
• Selama stadium awal persalinan, pelvis major membantu menuntun janin masuk ke pelvis minor.
• Kearah ventral dibatasi dinding abdomen, kearah lateral oleh fossa iliaca dextra dan fossa iliaka sinistra, dan kearah dorsal oleh vertebra L. S dan vertebra S1.
e. Pelvis minor (panggul kecil, pelvis verum)
• Berada antara aperture pelvis superior dan aperture pelvis inferior (exitus pelvis).
• Merupakan lokasi visera pelvis (misalnya vesica urinaria).
• Dibatasi oleh permukaan dalam os coxae, os sacrum, dan os coccygis. • Ke bawah dibatasi oleh diaphragma pelvis • Pelvis minor mempunyai pintu masuk, pintu keluar, dan sebuah cavitas. • Pelvis minor merupakan saluran tulang yang harus dilalui oleh janin pada proses
persalinan.
A.Sendi (Articulatio) dan Ligamen PelvisAda 4 sendi pelvis, yaitu:• Dua articulation sacroiliaca • Symphisis pubis • Articulation sacrococcygea
a. Dua Articulatio Scaro iliaca
Articulation sacroiliaca kanan dan kiri terletak di anara corpus vertebrae sacralis ke-1 dan ke-2 dan facies articularis ilium pada kedua sisi. Karena berat tubuh dihantarkan lewat pelvis, maka sendi-sendi ini dapat mengalami tekanan yang berat. Permukaan sacrum dan ilium mempunyai banyak tonjolan dan cekungan yang saling mengunci seperti jigsaq puzzle dan dengan demikian memberikan kestabilan pada sendi tersebut sesuai dengan kebutuhan, karena terdapat sedikit gerakan sinovia pada setinggi vertebra sacralis ke-2.Ligamenta sacroiliaca yang kuat mengelilingi sendi ini. Ligament sacrospinosa dan sacrotuberosa menghubungkan sacrum dan os coxae.Ligament sacrotuberostum terentang dari tepi baah sacrum sampai tuber ischiadicum.Ligament sacrospinosum terentang dari tepi bawah sacrum sampai spina ischiadicum.Semua ligamentum tersebut secara normal membantu membatasi gerakan sacrum.
b. Symphisis Pubis
Adalah articulation cartilaginosa sekunder yang panjangnya kira-kira 4 cm. facies articularis dari corpus ossis pubis ditutupi oleh kartilago hialin, dan suatudiscus cartilaginosa yang menggabungkan kedua corpora tersebut. Ligamentum pubicum mengelilingi sendi tersebut dan hanya dapat melakukan gerakan yang minimum.
c.Articulatio Saccrococcygea
Merupakan articulation cartilaginosa sekunder dibentuk oleh tepi bawah sacrum dan tepi atas coccyx. Sendi ini dikelilingi dan ditopang oleh ligamentum sacrococcygeum dan dapat melakukan fleksi dan ekstensi yang merupakan gerakan pasif saatdefekasi dan melahirkan.Ligamentum poupart juga disebut ligamentum inguinale terentang antara spina iliaca anterior superior dan corpus ossis pubis.Membrane obturatoria: Membrana obturatoria menutup foramen obturatorium dan padanya terdapat celah sempit untuk lewat pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfatika.Semua sendi ini dapat bertambah keluasan gerakannya selama kehamilan karena terjadi elastisitas (kelenturan) ligament yang memperkuat sendi tersebut akibat adanya hormone relaksin.
B.Struktur Dinding Pelvis
Dinding pelvis dapat dibedakan atas dinding ventral, dua dinding lateral, dinding dorsal,
dan sebuah dasar pelvis.Dinding pelvis ventral. Dinding pelvis ventral pertama-tama dibentuk oleh keduacorpus ossis pubis dan ramus ossis pubis serta symphisis pubica.Dinding-dinding Pelvis Lateral. Dinding-dinding pelvis lateral memiliki kerangka tulang yang dibentuk oleh bagian-bagian os coxae. Musculus obturator internus menutupi hampir seluruh dinding-dinding ini. Medial terhadap musculus obturator internus terdapat nervus obturatorius dan pembuluh obturatoria, dan cabang lain dari pembuluh iliaca interna. Masing-masing musculus obturator internus meninggalkan pelvis melalui foramen ischiadicum minus dan melekat pada femur (os femoris)Dinding Pelvis Dorsal. Dinding pelvis dorsal dibentuk oleh sacrum, bagian-bagian os ischii yang berdekatan, dan articulation sacro-iliaca serta ligamenta sacroiliaca. Musculus piriformis melapisi dinding ini di sebelah lateral. Masing-masing musculus piriformis meninggalkan pelvis minor melalui foramen ischiadicum (sciaticum) majus. Medial terhadap musculus piriformis terdapat saraf-saraf dari plexus sacralis dan pembuluh iliaca interna serta cabangnya.Dasar Pelvis. Dasar pelvis dibentuk oleh diaphragma pelvis yang dibentuk oleh musculus levator ani dan musculus coccygeus serta fascia-fascia yang menutupi permukaan cranial dan permukaan kaudal otot tersebut. Diaphragma pelvis terbentang antara os pubis di sebelah ventral, dan os coccyges di sebelah dorsal, dan dari dinding-dinding pelvis lateral yang satu ke dinding-dinding pelvis lateral di seberangnya. Karena itu, diaphragma pelvis menyerupai sebuah corong yang tergantungpada tempat perlekatan tadi.
C.Macam-macam Pelvis
Klasifikasi normal yang dipakai adalah klasifikasi dari Caldwell dan Mol loy. Ada empat kelompok utama:
1.GinekoidPelvis Ginekoid adalah nama lain dari pelvis wanita normal. Mempunyai pintu masuk berbentuk bulat dan pintu keluarnya mempunyai spina ischiadica yang tumpul ( bulat ), tidak tajam dan tidak menonjol. Arcus pubis mempunyai sudut yang membulat. Pelvis jenis ini memiliki efek yang menguntunkan pada sat persalinan, karena pelvis bulat di depan, maka fetus akan memberikan presentasi kepala sehingga jalannya persalinan akan lebih mudah.
2.Android Pelvis Android mempunyai pintu masuk yang berbentuk jantung, menyebabkanpelvisbagian
depan sangat sempit. Mempunyai kurvatura yang buruk. Pintu keluar membentuk angulus subpubicus yang lebih tajam dan mempersempit ruangan. Spina ischiadica tajam dan membelok. Pelvis jenis ini membuat persalinan cenderung lebih lama,tetapi berlangsung normal.
3.PlatipeloidPelvis jenis ini dapat disebabkan oleh faktor perkembangan, rakitis atau faktorherediter. Pintu masuknya berbentuk ginjal. Pintu keluarnya cukup luas karena arcus pubisnya sangat besar. Pada pelvis Platipeloid proses persalinannya cukup sulit karena kepala fetus mengalami kesulitan dalam memasuki pintu masuk pelvis.
4.AntropoidPintu masuknya berbentuk oval, mempunyai diameter anteroposterior yang panjang,tetapi diameter tranversa yang lebih pendek. Kavitas pelvisnya cukup memadai pada semua diameternya, tetapi agak dalam. Pintu keluarnya juga cukup memadai pada semua diameternya, dengan arcus pubis yang agak lebar. Pelvis ini mempunyai pintu masuk yang paling mudah dilalui kepala fetus. Lebih sering occiput terletak pada cekung sacrum dan bukannya mengarah ke anterior. Kemudian fetus melewati pelvis dengan posisi yang sama, dan lahir dengan posisi oksipitoposterior yang tidakmengalami reduksi, dan bukannya muka yang menghadap perinium.
BAB VI
MUSKULOSKELETAL
B. ANATOMI PELVIS Pelvis adalah daerah batang tubuh yang berada di sebelah dorsokaudal terhadap abdomen
dan merupakan daerah peralihan dari batang tubuh ke extremitas inferior. Pelvis bersendi
dengan vertebra lumbalis ke-5 di bagian atas dan dengan caput femoris kanan dan kiri
pada acetabulum yang sesuai. Pelvis dibatasi oleh dinding yang dibentuk oleh ulang,
ligamentum, dan otot.Cavitas pelvis yang berbentuk seperti corong, memberi tempat
kepada vesicaurinaria, alat kelamin pelvic, rectum, pembuluh darah dan limfe, dan saraf.
Kerangka kepala pelvis terdiri dari:
Dua os coxae yang masing-masing dibentuk oleh tiga tulang : os ilii, osischii, dan os
pubis,Os sacrum,Os coccyges.
a.OsSacrum
osacrum terdiri dari lima vertebrae rudimenter yang bersatu membentuk tulang berbentuk baji yang cekung kea rah anterior. Pinggir atas atau basis ossis sacribersendi dengan vertebra lumbalis V. Pinggir inferior yang sempit bersendi dengan os coceygis. Di lateral, os sacrum bersendi dengan kedua os coxae membentuk articulation sacroiliaca. Pinggir anterior dan atas vertebra sacralis pertama menonjol ke depan sebagai batas posterior apertura pelvis superior, disebut promontorium os sacrum, yang merupakan bagian penting bagi ahli kandungan untuk menentukan ukuran pelvis. Foramina vertebralia bersama-sama membentuk canalis sacralis.Canalis sacralis berisi radix anterior dan posterior nervi lumbales, sacrales, dan coccygeus filum terminale dan lemak fibrosa.
b . Os Coccygis
Os coccygis berartikulasi dengan sacrum di superior. Tulang ini terdiri dari empat vertebra ru dimenter yang bersatu membentuk tulang segitiga kecil yang basisnya bersendi dengan ujung bawah sacrum.Vertebra coccygea hanya terdiri atas corpus, namun vertebra pertama mempunyai processus transverses rudimenter dan cornu coccygeum. Cornu adalah sisa pediculusdan processus articularis superior yang menonjol ke atas untuk bersendi dengan cornusacrale.
c.Os Inominatum (tulang panggul)
Tulang ini terdiri dari tiga bagian komponen, yaitu: ilium, iskium, dan pubis. Saat dewasa tulang-tulang ini telah menyatu selurunya pada asetabulum.
• ilium batas atas tulang ini adalah Krista iliaka. Krista iliaka berjalan kebelakang dari spina iliaka posterior superior.Di bawah tonjolan tulang ini terdapat spina inferiornya. Permukaan aurikularis ilium disebut permukaan glutealis karena disitulah pelekatan mgluteus. Linea glutealis inferior, anterior, dan posterior membatasi pelekatan glutei ke
tulang.Permukaan dalam ilium halus dan berongga membentukfosailiaka. Fosailiaka merupakan tempat melekatnya m. iliakus. Permukaan aurikularis ilium berartikulasi dengan sacrum pada sendi sakro iliaka (sendi sinovial). Ligamentum sakro iliaka posterior, interoseus, dan anterior memperkuat sendi sakro iliaka. Linea iliopektinealis berjalan di sebelah anterior permukaan dalam ilium dari permukaan aurikularis menuju pubis.
• Iskium : terdiri dari spina di bagian posterior yang membatasi insisura iskiadika mayor (atas) dan minor (bawah. Tuberositas iskia adalah penebalan bagian bawah korpus iskium yang menyangga berat badan saat duduk. Ramus iskium menonjol kedepan dari tuberositas ini dan bertemu serta menyatu dengan ramus pubis inferior.
• Pubis : terdiri dari korpus serta rami pubis superior dan inferior. Tulang ini berartikulasi dengan tulang pubis di tiap sisi simfisis pubis. Permukaan superi or dari korpus memiliki krista pubikum dan tuberkulum pubikum. Foramen obturatorium merupakan lubang besar yang dibatasi oleh rami pubis dan iskium.
d. Plevis major (panggul besar, pelvis spurium)
• Terletak cranial terhadap aperture pelvis superior (aditus pelvis)
• Terbuka dan melebar pada ujung atasnya dan harus dipikirkan sebagai bagian cavitas abdominalis.
• Melindungi isi abdomen dan setelah kehamilan bulan ketiga, membantu menyokong uterus gravidarum.
• Selama stadium awal persalinan, pelvis major membantu menuntun janin masuk ke pelvis minor.
• Kearah ventral dibatasi dinding abdomen, kearah lateral oleh fossa iliaca dextra dan fossa iliaka sinistra, dan kearah dorsal oleh vertebra L. S dan vertebra S1.
f. Pelvis minor (panggul kecil, pelvis verum)
• Berada antara aperture pelvis superior dan aperture pelvis inferior (exitus pelvis).
• Merupakan lokasi visera pelvis (misalnya vesica urinaria).
• Dibatasi oleh permukaan dalam os coxae, os sacrum, dan os coccygis. • Ke bawah dibatasi oleh diaphragma pelvis
• Pelvis minor mempunyai pintu masuk, pintu keluar, dan sebuah cavitas. • Pelvis minor merupakan saluran tulang yang harus dilalui oleh janin pada proses
persalinan.
D.Sendi (Articulatio) dan Ligamen PelvisAda 4 sendi pelvis, yaitu:• Dua articulation sacroiliaca • Symphisis pubis • Articulation sacrococcygea
b. Dua Articulatio Scaro iliaca
Articulation sacroiliaca kanan dan kiri terletak di anara corpus vertebrae sacralis ke-1 dan ke-2 dan facies articularis ilium pada kedua sisi. Karena berat tubuh dihantarkan lewat pelvis, maka sendi-sendi ini dapat mengalami tekanan yang berat. Permukaan sacrum dan ilium mempunyai banyak tonjolan dan cekungan yang saling mengunci seperti jigsaq puzzle dan dengan demikian memberikan kestabilan pada sendi tersebut sesuai dengan kebutuhan, karena terdapat sedikit gerakan sinovia pada setinggi vertebra sacralis ke-2.Ligamenta sacroiliaca yang kuat mengelilingi sendi ini. Ligament sacrospinosa dan sacrotuberosa menghubungkan sacrum dan os coxae.Ligament sacrotuberostum terentang dari tepi baah sacrum sampai tuber ischiadicum.Ligament sacrospinosum terentang dari tepi bawah sacrum sampai spina ischiadicum.Semua ligamentum tersebut secara normal membantu membatasi gerakan sacrum.
d. Symphisis Pubis
Adalah articulation cartilaginosa sekunder yang panjangnya kira-kira 4 cm. facies articularis dari corpus ossis pubis ditutupi oleh kartilago hialin, dan suatudiscus cartilaginosa yang menggabungkan kedua corpora tersebut. Ligamentum pubicum mengelilingi sendi tersebut dan hanya dapat melakukan gerakan yang minimum.
e.Articulatio Saccrococcygea
Merupakan articulation cartilaginosa sekunder dibentuk oleh tepi bawah sacrum dan tepi atas coccyx. Sendi ini dikelilingi dan ditopang oleh ligamentum sacrococcygeum dan
dapat melakukan fleksi dan ekstensi yang merupakan gerakan pasif saatdefekasi dan melahirkan.Ligamentum poupart juga disebut ligamentum inguinale terentang antara spina iliaca anterior superior dan corpus ossis pubis.Membrane obturatoria: Membrana obturatoria menutup foramen obturatorium dan padanya terdapat celah sempit untuk lewat pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfatika.Semua sendi ini dapat bertambah keluasan gerakannya selama kehamilan karena terjadi elastisitas (kelenturan) ligament yang memperkuat sendi tersebut akibat adanya hormone relaksin.
E. Struktur Dinding Pelvis
Dinding pelvis dapat dibedakan atas dinding ventral, dua dinding lateral, dinding dorsal,
dan sebuah dasar pelvis.Dinding pelvis ventral. Dinding pelvis ventral pertama-tama dibentuk oleh keduacorpus ossis pubis dan ramus ossis pubis serta symphisis pubica.Dinding-dinding Pelvis Lateral. Dinding-dinding pelvis lateral memiliki kerangka tulang yang dibentuk oleh bagian-bagian os coxae. Musculus obturator internus menutupi hampir seluruh dinding-dinding ini. Medial terhadap musculus obturator internus terdapat nervus obturatorius dan pembuluh obturatoria, dan cabang lain dari pembuluh iliaca interna. Masing-masing musculus obturator internus meninggalkan pelvis melalui foramen ischiadicum minus dan melekat pada femur (os femoris)Dinding Pelvis Dorsal. Dinding pelvis dorsal dibentuk oleh sacrum, bagian-bagian os ischii yang berdekatan, dan articulation sacro-iliaca serta ligamenta sacroiliaca. Musculus piriformis melapisi dinding ini di sebelah lateral. Masing-masing musculus piriformis meninggalkan pelvis minor melalui foramen ischiadicum (sciaticum) majus. Medial terhadap musculus piriformis terdapat saraf-saraf dari plexus sacralis dan pembuluh iliaca interna serta cabangnya.Dasar Pelvis. Dasar pelvis dibentuk oleh diaphragma pelvis yang dibentuk oleh musculus levator ani dan musculus coccygeus serta fascia-fascia yang menutupi permukaan cranial dan permukaan kaudal otot tersebut. Diaphragma pelvis terbentang antara os pubis di sebelah ventral, dan os coccyges di sebelah dorsal, dan dari dinding-dinding pelvis lateral yang satu ke dinding-dinding pelvis lateral di seberangnya. Karena itu, diaphragma pelvis menyerupai sebuah corong yang tergantungpada tempat perlekatan tadi.
F. Macam-macam Pelvis
Klasifikasi normal yang dipakai adalah klasifikasi dari Caldwell dan Mol loy.
Ada empat kelompok utama:
1.GinekoidPelvis Ginekoid adalah nama lain dari pelvis wanita normal. Mempunyai pintu masuk berbentuk bulat dan pintu keluarnya mempunyai spina ischiadica yang tumpul ( bulat ), tidak tajam dan tidak menonjol. Arcus pubis mempunyai sudut yang membulat. Pelvis jenis ini memiliki efek yang menguntunkan pada sat persalinan, karena pelvis bulat di depan, maka fetus akan memberikan presentasi kepala sehingga jalannya persalinan akan lebih mudah.
2.Android Pelvis Android mempunyai pintu masuk yang berbentuk jantung, menyebabkanpelvisbagian depan sangat sempit. Mempunyai kurvatura yang buruk. Pintu keluar membentuk angulus subpubicus yang lebih tajam dan mempersempit ruangan. Spina ischiadica tajam dan membelok. Pelvis jenis ini membuat persalinan cenderung lebih lama,tetapi berlangsung normal.
3.PlatipeloidPelvis jenis ini dapat disebabkan oleh faktor perkembangan, rakitis atau faktorherediter. Pintu masuknya berbentuk ginjal. Pintu keluarnya cukup luas karena arcus pubisnya sangat besar. Pada pelvis Platipeloid proses persalinannya cukup sulit karena kepala fetus mengalami kesulitan dalam memasuki pintu masuk pelvis.
4.AntropoidPintu masuknya berbentuk oval, mempunyai diameter anteroposterior yang panjang,tetapi diameter tranversa yang lebih pendek. Kavitas pelvisnya cukup memadai pada semua diameternya, tetapi agak dalam. Pintu keluarnya juga cukup memadai pada semua diameternya, dengan arcus pubis yang agak lebar. Pelvis ini mempunyai pintu masuk yang paling mudah dilalui kepala fetus. Lebih sering occiput terletak pada cekung sacrum dan bukannya mengarah ke anterior. Kemudian fetus melewati pelvis dengan posisi yang sama, dan lahir dengan posisi oksipitoposterior yang tidakmengalami reduksi, dan bukannya muka yang menghadap perinium.