Top Banner
DAFTAR ISI 1. Kata Pengantar.................................. ......................................2 2. Wawancara Psikiatri.................................. ..............................3 3. Kegawatan psikiatri.................................. .............................15 4. Diagnosis Skozofrenia................................ .......................... 21 5. Penatalaksnaan Skizofrenia................................ ...................25 6. Psikoterapi Skizofrenia................................ ..........................31 7. ECT........................................ 1
117

anamnesis psikiatrik

Feb 20, 2016

Download

Documents

hgjh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: anamnesis psikiatrik

DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar........................................................................2

2. Wawancara Psikiatri................................................................3

3. Kegawatan psikiatri...............................................................15

4. Diagnosis Skozofrenia.......................................................... 21

5. Penatalaksnaan Skizofrenia...................................................25

6. Psikoterapi Skizofrenia..........................................................31

7. ECT........................................................................................35

8. Rehabilitasi ...........................................................................44

9. PANSS..................................................................................49

10. BPRS...................................................................................58

11. PSP......................................................................................61

12. HARDS HAM-A.............................................................. .72

13. MMSE.................................................................................

TATA TERTIB KOASS PSIKIATRI FK UNDIP ..................79

1

Page 2: anamnesis psikiatrik

Kata PengantarPsikiatri adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan pemeriksaan pengobatan, dan pencegahan penyakit jiwa. Materi yang harus diketahui oleh seorang dokter muda adalah kegawatan psikiatri dan penyakit gangguan jiwa yaitu skozofrenia. Gangguan ini sering terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, seorang dokter muda harus mampu untuk melakukan wawancara psikiatri, mendiagnosa, pemberian terapi seperti psikoterapi, terapi medikamentosa dan terapi lainnya dan rehabilitasi

Penanganan kegawatan psikiatri merupakan suatu keahlian yang harus dimiliki oleh seorang dokter muda untuk bekal menjadi dokter. Penanganan kegawatan psikiatri digunakan apabila terdapat pasien dengan gaduh gelisah, bunuh diri atau menyakiti orang lain. Buku ini dibuat untuk membantu dokter muda untuk melakukan diagnosis skizofren dan penanganan gawat darurat.

2

Page 3: anamnesis psikiatrik

WAWANCARA PSIKIATRI

Untuk mengobati pasien psikiatrik secara efektif—apakah dengan medikasi, manipulasi lingkungan, atau psikoterapi psikodinamika—dokter psikiatrik harus membuat diagnosis yang akurat dan dapat dipercaya. Wawancara itu sendiri mungkin bervariasi, tergantung pada tantangan spesifik yang ditemukan pada tiap-tiap pasien. Beberapa teknik adalah berlaku universal pada semua situasi; teknik lain terutama dapat diterapkan pada jenis wawancara tertentu. Nancy Andreason dan Donald Black telah menuliskan 11 teknik yang sering pada sebagian besar situasi wawancara psikiatrik yang dijabarkan sebagai berikut.

1. Dapatkan rapport seawal mungkin pada wawancara

2. Tentukan keluhan utama pasien

3. Gunakan keluhan utama untuk mengembangkan diagnosis banding sementara

4. Singkirkan atau masukkan berbagai kemungkinan diagnostik dengan menggunakan pertanyaan yang terpusat dan terinci

5. Ikuti jawaban yang samar-samar atau tak jelas dengan cukup gigih untuk menentukan dengan akurat jawaban pertanyaan

6. Biarkan pasien berbicara dengan cukup bebas untuk mengamati bagaimana kuatnya pikiran berkaitan.

7. Gunakan campuran pertanyaan terbuka dan tertutup

3

Page 4: anamnesis psikiatrik

8. Jangan takut menanyakan tentang topik yang Anda atau pasien rasakan sulit atau memalukan

9. Berikan pasien kesempatan untuk menanyakan pertanyaan pada akhir wawancara

10. Simpulkan wawancara awal dengan mendapatkan rasa kepercayaan dan, jika mungkin, harapan

11. Tanyakan tentang pikiran bunuh diri

Penatalaksanaan Waktu

Konsultasi awal berlangsung selama 30 menit sampai satu jam, tergantung pada keadaan. Wawancara dengan pasien psikotik atau dengan penyakit medis adalah singkat karena pasien mungkin merasakan bahwa wawancara adalah menegangkan.

Susunan Tempat Duduk

Cara kursi disusun di tempat periksa dokter psikiatrik adalah mempengaruhi wawancara. Kedua kursi harus kira-kira sama tingginya, sehingga tidak ada orang yang melihat ke bawah untuk melihat yang lainnya.

Tempat Periksa Dokter Psikiatrik

Dokter psikiatrik tidak dapat sama sekali tidak dikenal oleh pasiennya. Tempat periksa dokter psikiatrik dapat mengatakan kepada pasiennya suatu yang baik tentang kepribadian dokter psikiatrik.

Membuat Catatan

4

Page 5: anamnesis psikiatrik

Untuk alasan lebal dan medis suatu catatan tertulis yang adekuat tentang tiap-tiap pasien harus dibuat. Catatan pasien juga membantu ingatan dokter psikiatrik. Tiap-tiap klinisi harus membuat suatu sistem penyimpanan catatan dan memutuskan informasi mana yang akan dicatat.

Wawancara Selanjutnya

Wawancara setelah wawancara yang pertama memungkinkan pasien mengkoreksi tiap kesalahan informasi yang telah diberikan dalam pertemuan pertama. Seringkali sangat membantu untuk memulai wawancara kedua dengan bertanya pada pasien apakah ia telah berpikir tentang wawancara pertama dan untuk tiap reaksi terhadap pengalaman tersebut.

Melakukan Wawancara Situasi

Cara dengan mana wawancara dilakukan—teknik dan struktur spesifik—tergantung pada keadaan di mana wawancara dilakukan, tujuan wawancara, dan kekuatan, kelemahan, dan diagnosis pasien tertentu. Dokter psikiatrik dilatih untuk bersikap fleksibel dalam memodifikasi gaya wawancaranya untku mengikuti situasi tertentu. Pasien yang mempunyai diagnosis psikiatrik yang berbeda adalah berbeda dalam kemampuannya untuk berperan serta dalam wawancara dan berbeda dalam tantangan yang diberikannya pada dokter psikiatrik yang melakukan wawancara.

Bunuh Diri

Permasalahan khusus saat mewawancarai pasien yang mengalami depresi adalah kemungkinan untuk bunuh diri. Ingatlah bahwa kemungkinan bunuh diri adalah sangat penting jika melakukan wawancara pada tiap pasien depresi, bahkan jika tidak tampak risiko bunuh diri. Dokter psikiatrik harus bertanya

5

Page 6: anamnesis psikiatrik

secara spesifik, “Apakah Anda bunuh diri sekarang, atau apakah Anda mempunyai rencana untuk menghabisi hidup Anda sendiri?”

Pasien yang kasar

Pasien yang kemungkinan melakukan kekerasan harus didekati dengan sikap dan teknik yang sama dengan yang digunakan pada pasien bunuh diri.

Mewawancarai sanak saudara

Wawancara dengan anggota keluarga pasien dapat bermanfaat dan mungkin penuh dengan kesulitan. Wawancara dengan anggota keluarga dapat dipandang dari berbagai sudut pandangan. Jika tujuan dokter adalah untuk mendiagnosis suatu gangguan, maka semakin banyak fakta yang diberikan pada dokter, semakin mudah untuk menyusun diagnosis, prognosis, dan pengobatan. Tetapi, dari pandangan dinamika dan analitika, jika dokter melihat masalah pasien sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan tokoh penting di dalam kehidupannya, kenyataan eksternal adalah kurang penting daripada persepsi pasien sendiri. Pada umumnya, semakin serius keadaan pasien saat datang (sebagai contohnya, gangguan depresi berat, ide bunuh diri, atau psikosis), semakin mungkin dan kemungkinan lebih tepat bagi dokter psikiatrik berhadapan dengan anggota keluarga.

Satu aspek paling penting yang berhubungan dengan berbicara dengan anggota keluarga harus dilakukan secara konfidensial. Akhirnya, dokter harus belajar untuk mendapatkan informasi dan menawarkan harapan kepada anggota keluarga tanpa mengungkapkan informasi tentang pasien yang mana pasien tidak ingin untuk diungkapkan.

6

Page 7: anamnesis psikiatrik

I. RIWAYAT PSIKIARI ( allo & auto anamesis ).

A. Data identifikasi

1. Nama pasien :

2. Alamat :

3. Umur :

4. Jenis kelamin :

5. Status perkawinan :

6. Pendidikan :

7. Pekerjaan :

8. Penanggung jawab pasien :

Hubungan dengan pasien :

Alamat :

Pekerjaan/pendidikan :

9. Sumber data dari: a. Nama :

Hubungan dengan pasien :

Pekerjaan/pendidikan :

b. Nama :

Hubungan dengan pasien :

Pekerjaan/pendidikan :

10. Nomer rekam medik :7

Page 8: anamnesis psikiatrik

11. Tanggal pemeriksaan :

B. Keluhan utama pasien/Keluhan utama keluarg ( care giver ).

C. Riwayat penyakit sekarang ( 1. Onset 2. Faktor pencetus 3. Kronologi perjalanan penyakit dan gejala-2nya 4. GAF 5. Terkait untuk menegakkan diagnosis axis I. II, III, IV dan V ).

D. Penyakit sebelumnya ( 1. Gangguan psikiatri 2. Penyakit medik 3. Riwayat penggunaan alkohol dan zat lainnya.

E. Riwayat pramorbid dan pribadi.

1. Riwayat kehamilan & persalinan . . . . . . . . . . . .

2. Riwayat masa anak awal ( 3 th ) . . . . . . . . . . . . . . . .

3. Riwayat masa anak pertengahan ( 3 – 11 th ) . . . . . . . .

4. Riwayat masa anak akhir ( masa pubertas sampai remaja ) . . . . . . . . . . . . . . . .

5. Riwayat masa dewasa :

a. riwayat pekerjaan. . . . . . . . . . . . . . . .

b.riwayat perkawinan & persahabatan. . . . . . . . . . . . . . .

c. riwayat militer. . . . . . . . . . . . . . . .

d. riwayat pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . .

e. keagamaan. . . . . . . . . . . . . . . . .

f. aktifitas sosial . . . . . . . . . . . . . . . .8

Page 9: anamnesis psikiatrik

g. situasi hidup sekarang . . . . . . . . . . . . . .

h. riwayat hukum.. . . . . . . . . . . . . . . .

6. Riwayat psikoseksual. . . . . . . . . . . . . . . . . .

7. Riwayat keluarga. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

8. Mimpi, khayalan dan nilai hidup . . . . . . . . .

F. Kurva perjalanan penyakit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

II.PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

(simptomatologi)

A. Gambaran umum :

1. Penampilan : . . . . . . . . . . . . . . . .

2. Perilaku dan aktifitas psikomotor : . . . . . . . . .

3. Sikap terhadap pemeriksa : . . . . . . . . . . . . . . .

B. Mood dan afek :

1. Mood . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2. Afek . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3. Kesesuaian. . . . . . . . . . . . . . .

4. Ekspresi emosi/yg lain . . . . . . . . . . . .

Pengendalian . . . . .

Stabilitas . . . . . . . . .

Echt-unecht . . . . . .9

Page 10: anamnesis psikiatrik

Dalam/dangkal . . . .

Arus emosi . . . . . . .

Empati . . . .. . . . . . .

Skala differensiasi . ... . . . .

C. Bicara ( 1. kwalitas, 2. kwantitas, 3. bicara spontan, 4. sulit mulai bicara/sulit ditarik, 5. kecepatan bicara/lambat bicara ). . . . . . . . . . . . . .

D. Gangguan persepsi. . . . . . . . . . . . . . . .

E. Pikiran.

1. Bentuk pikir . . . . . . . . . . . . .

2. Arus pikir : . . . . . . . . . . . . .

3. Isi pikir :

Pola pikir sentral . . . . . . . . . .

Fobia . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .

Obsesi . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Gagasan bunuh diri . . . . . . . .

Waham . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Konfabulasi . . . . . . . . . . . . . .

Rasa bermusuhan . . . . . . . . . .

Rasa bersalah . . . . . . . . . . . . .

10

Page 11: anamnesis psikiatrik

Rasa rendah diri . . . . . . . . . . .

Hipokondri . . . . . . . . . . . . . . .

Kemiskinan isi pikir . . . . . . . .

F. Sensorium dan kognitif.

1. Kesiagaan dan tingkat kesadaran . . . . . . . . . . . . . .

2. Orientasi . . . . . . . . . . .

3. Daya ingat ( daya ingat segera, daya ingat baru, daya belum lama, daya jauh ).

4. Konsentrasi dan perhatian . . . . . . . . . . . . . .

5. Kemampuan visuo- spasial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

6. Pikiran abstrak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

7. Sumber informasi dan kecerdasan . . . . . . . . . . . .

8. Test MMSE . . . . . . . . . . . . . .

G. Pengendalian impuls : . . . . . . . .

H. Tilikan ( sebutkan 6 tingkatan tilikan ). dan perasaan dlm psn dan orang penting ( terkait ) dalam kehidupannya yg dapat menyebabkan perubahan dasar perilakunya.........

I. Empati : . . . . .

J. Intelegensia ( Prakiraan taraf IQ : RM berat / sedang / ringan / tidak ada, demensia/pseudo demensia, berfikir konkrit, berfikir abstrak ).......................

11

Page 12: anamnesis psikiatrik

K. Pertimbangan ( pertimbangan kritis, pertimbangan outomatik, pertimbangan terganggu )................

L. Realibilitas. . . . . . . . . . . . . . .

III. LAPORAN PSIKIATRI.

A. Pemeriksaan diagnosis lanjutan (usulan ).............................

B. Pemeriksaan fisik umum/internistik. . . . . . . . . . .

C. Pemeriksaan neurologis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

D. Pemeriksaan/test psikometrik. . . . . . . . . . . . . . . . . .

E. Wawancara dengan keluarga, teman/tetangga atau petugas sosial . . . . . . . . . . . . . . .

F. Pemeriksaan penunjang :

1. Test psikiatri/psikologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2. Pemeriksaan elektromedik . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3. Pemeriksaan laboratorium . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

4. Pemerksaan lain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

G. Temuan posistif/negatif ( tanda/gejala mengacu kriteria diagnosis / formula diagnostik ).

IV. Diagnosis ( multi axial ) :

Axis I. . . . . . . . . . . . . .

II. . . . . . . . . . . . . .

12

Page 13: anamnesis psikiatrik

III. . . . . . . . . . . . . .

IV. . . . . . . . . . . . . .

V. . . . . . . . . . . . . .

V. Formulasi psikodinamika.

VI. Terapi ;

VII. Problematik & anjuran/pemecahannya

VII. Prognosis.

1. Genetik ada/tidak

2. Onset cepat/lambat

3. Faktor pencetus ada/tidak

4. Kepribadian pramorbid baik/buruk

5. Status marietal kawin/tidak kawin

6. Status ekonomi mampu/tidak mampu

7. Kekambuhan ada/tdk

8. Support lingkungan ada/tdk

9. Gejala positif ada/tdk

10. Gejala negatif ada/tdk

11. Respon terapi baik/buruk

12. .........................................................

13

Page 14: anamnesis psikiatrik

Sumber pustaka

1. Kaplan Harold I, Sadock Benjamin J, Grebb Jack A. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi 7. Jilid Satu. Jakarta: 1997

14

Page 15: anamnesis psikiatrik

KEGAWATAN PSIKIATRI

Kegawatan Psikiatri adalah gangguan apapun dalam pikiran, perasaan atau tindakan seseorang yang membutuhkan penanganan segera. Berikut ini adalah strategi dalam penilaian awal yang optimal pada pasien dengan kelainan biopsikososial:

1. Proteksi diria. Kenali sebanyak mungkin hal tentang pasien

sebelum bertemub. Jangan mengembangkan sikap bermusuhan dengan

pasienc. Posisikan diri untuk dekat dengan akses keluar

2. Cegah kekerasana. cegah pasien menyakiti dirinya sendiri selama

evaluasi dilakukanb. lakukan penilaian cepat dan singkat mengenai

apakah pasien memiliki resiko untuk melakukan kekerasan.

3. Tentukan apakah pasien dengan kelainan mental organik4. Tentukan kemungkinan adanya psikosis

Kelainan Medis atau Kelainan Psikiatri?

Pertanyaan terpenting yang ditanyakan pada pasien dengan kegawatan psikiatri yaitu apakah pasien tersebut datang karena masalah medis, masalah psikiatri atau keduanya. Kondisi medis seperti trauma kepala, diabetes mellitus, penyakit tiroid, intoksikasi akut, atau status withdrawal dapat menunjukkan perubahan status mental meyerupai kelainan psikiatri. Setiap pasien harus dinilai kemungkinan penyakit organik kombinasi dengan penyakit psikiatri misalnya seorang laki-laki muda

15

Page 16: anamnesis psikiatrik

terintoksikasi ataupun sedang dalam status withdrawal dari penggunaan alkohol 2 atu 3 kali sebulan, suatu hari dapat datang ke ruang gawat darurat dengan hematom subdural oleh karena jatuh di suatu tempat. Berikut adalah daftar karakter yang dapat menunjukkan kelainan mental disebabkan oleh kelainan medis:

1. Onset akut (dalam menit atau jam tanpa gejala yang menonjol)

2. Episode pertama3. Usia tua4. Memiliki riwayat baru saja terkena cedera atau baru saja

memiliki penyalit medis5. Penyalahgunaan substansi zat berbahaya6. Gangguan persepsi non auditori7. Gejala neurologis: hilang kesadaran, kejang, cedera

kepala, gangguan pengllihatan8. Tanda status mental klasik: disorientasi, gangguan

memori, konsentrasi dan perhatian,9. Tanda kelainan status mental lainnya dalam berbicara,

bergerak10. Apraksia konstruksional: kesulitan dalam menggambar

jam dinding, kubus, pentagon

PENATALAKSANAAAN

1. Prinsip Umum

Sewaktu pertama menemui orang yang terganggu emosinya, ambil waktu untuk mengamatinya. Bicara kepada saksi, teman, dan keluarga pasien serta minta bantuan mereka dalam berbicara dengan pasien. Usahakan berbicara dengan pasien untuk bekerja sama. Pertahankan kontak verbal dan visual. Tunjukkan bahwa

16

Page 17: anamnesis psikiatrik

kamu mengetahui pasien ketakutan dan menderita serta kamu hendak melihat bahwa pasien mendapat apa yang dibutuhkan. Tegas dan jujur. Perlihatkan dengan kata-kata dan tingkah laku bahwa kamu dapat mengatasi keadaan.

2. Pengendalian Fisik bagi Pasien Yang Melawan

Bersiaplah untuk tindakan cepat  bila pasien tidak bereaksi terhadap permintaan verbal. Bila diperlukan pengendalian fisik, pastikan telah mempunyai cukup orang untuk memegang pasien. Usungan dan pengendali lain yang diperlukan, harus telah disiapkan sebelumnya. Keranjang usungan biasanya bermanfaat dalam mengangkut pasien yang melawan

3. Obat-obatan

a) Antipsikotik

Haloperidol suatu trankuilizer yang tidak menyebabkan sedative, tak ada atau sedikit menyebabkan gangguan kardiovaskular, dan tersedia dalam bentuk parenteral dan tablet. Dosis biasa 5-10 mg intramuskular tiap 30 menit.

b) Antiansietas

Diazepam mempunyai efek antiansietas, antikejang serta pelemas otot, yang membuatnya berguna dalam kedaruratan psikiatrik. Ia tersedia dalam bentuk parenteral dan tablet. Dosis biasa 5-10 mg intravena dalam 2 menit setiap 30-60 menit atau 10 mg peroral setiap jam sampai pasien terkontrol.

Kasus kedaruratan psikiatrik yang sering ditemukan adalah: 17

Page 18: anamnesis psikiatrik

1. BUNUH DIRI

Di Amerika tiap tahun kasus bunuh diri yang berhasil mencapai 30.000 orang per tahun. Dari data yang ada, 95% kasus bunuh diri berkaitan dengan masalah kesehatan jiwa; 80% mengalami Depresi, 10% Skizofrenia dan 5% Dementia/Delirium. Sedangkan sekitar 25% lainnya mempunyai diagnosa ganda yang berkaitan dengan Ketergantungan Alkohol.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menduga adanya resiko bunuh diri:

Adanya ide bunuh diri atau percobaan bunuh diri sebelumnya

Adanya kecemasan yang tinggi, depresi yang dalam dan kelelahan

Adanya ide bunuh diri yang diucapkan Ketersediaannya alat atau cara untuk bunuh diri Adanya krisis dalam kehidupan baik fisik maupun

mental Adanya riwayat keluarga yang melakukan bunuh diri Adanya keputus-asaan yang mendalam

Pasien yang bunuh diri tetap berorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang tetapi memperlihatkan perubahan pada tingkah laku seperti pikiran, bicara, dan gerakan melambat atau agitasi.

Mula-mula ajak orang itu bercakap-cakap. Kenali keputusasaannya dan kesulitannya untuk berpikir jernih. Coba mengenali maslah dan berikan jawaban yang mungkin.penawaran pemecahan terjelas dan tersederhana bisa membantu pasien melihat sejumlah harapan dan bisa menunda usaha bunuh dirinya. Walaupun pasien bermaksud bunuh diri, namun pada saat yang sama mungkin ia tidak benar-benar ingin

18

Page 19: anamnesis psikiatrik

mati. Sekali ia setuju menerima pertolongan, ia mungkin ingin bekerja sama, tetapi awasi terhadap perubahan apapun dalam pernyataannya atau tingkah lakunya sementara di bawa ke rumah sakit.

Yang seharusnya dilakukan pada pasien percobaan bunuh diri:

Mengamankan jalan pernafasan.  Memperbaiki fungsi kardiovaskulair. Mengeluarkan zat yang digunakan dari saluaran

pencernaan dan pengobatan toksikologik.

Bila tindakan pertolongan medik berhasil dengan baik, maka dilanjutkan dengan penatalaksanaan Psikiatrik. 

Bila tidak terdapat perbaikan keadaan fisik pada penatalaksanaan medik, maka penderita segera dirujuk kerumah sakit. 

2. GADUH GELISAH

Pada keadaan seperti ini yang paling utama kita harus bisa menentukan apakah karena gangguan fisik ataukah karena masalah mental. Tanda-tanda adanya penilaku kekerasan yang mengancam:

Kata-kata keras /kasar atau ancaman akan kekerasan Adanya perilaku agitatif Membawa benda-benda tajam atau senjat Adanya pikiran dan perilaku paranoid Adanya penyalah gunaan zat/intoksikasi alkohol Adanya halusinasi dengar yang memerintahkan untuk

melakukan tindak kekerasan. Kegelisahan katatonik Episode Manik Episode DepresiAgitatif Gangguan Kepnibadian tertentu

19

Page 20: anamnesis psikiatrik

Adanya penyakit di Otak(terutama di lobus frontal)

Jika resiko tersebut dianggap signifikan, maka pertimbangkan pilihan di bawah ini:

1) Informasikan pasien bahwa tindak kekerasan apapun tidak dapat diterima

2) Lakukan pendekatan ke pasien dengan cara yang tidak mengancam

3) Yakinkan kembali, tenangkan dan bantu pasien dalam melakukan uji realita

4) Berikan medikasi5) Informasikan kepada pasien behwa penahanan fisik atau

pengasingan akan dilakukan jika dibutuhkan6) Ketika pasien telah ditahan, selalu lakukan observasi

ketat. Isolasi pasien dari lingkungan yang dapat memberi rangsangan marah.

Yang bisa dilakukan tim medis adalah rujuk ke Rumah Sakit Jiwa terdekat jika sudah bisa dipastikan bukan disebabkan masalah fisik. Selain itu, penting untuk diingat obat antipsikotik kontraindikasi pada pasien trauma kepala walaupun menunjukkan gejala gaduh gelisah.

Sumber:

1.Kaplan Harold I, Sadock Benjamin J, Grebb Jack A. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi 7. Jilid Satu. Jakarta: 1997

2.Simposium Sehari Kesehatan Jiwa Dalam Rangka Menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. IDI Cabang Jakarta Barat. 27 Oktober 2007. Diunsuh dari: http://www.idijakbar.com/prosiding/psikiatri.htm

DIAGNOSIS SKIZOFRENIA20

Page 21: anamnesis psikiatrik

F20 – SKIZOFRENIA

F20.0 Skizofrenia paranoid

F20.1 Skizofrenia hebefrenik

F20.2 Skizofrenia katatonik

F20.3 Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)

F20.4 Depresi pasca skizofrenia

F20.5 Skizofrenia residual

F20.6 Skizofrenia simpleks

F20.8 Skizofrenia lainnya

F20.9 Skizofrenia YTT ( yang tidak tergolongkan )

Karakter kelima dapat digunakan untuk mengklasifikasikan perjalanan penyakit:

.x0 Berkelanjutan

.x1 Episodik dengan kemunduran progresif

.x2 Episodik dengan kemunduran stabil

.x3 Episodik berulang

.x4 Remisi tak sempurna

.x5 Remisi sempurna

.x8 Lainnya

21

Page 22: anamnesis psikiatrik

.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun

SKIZOFRENIA

Pedoman diagnosis

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas ( dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)

a) - Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau

- Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya sendiri diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

- Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinyaa

b) - Delution of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau

- Delution of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau

- Delution of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan tertentu dari luar, atau

(tentang dirinya : secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau pengindraan khusus);

22

Page 23: anamnesis psikiatrik

- Delution of perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c) Halusinasi auditorik- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-

menerus terhadap perilaku pasien, atau- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka

sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah

satu bagian tubuhd) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut

budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :

e) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berben tuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ole ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;

f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, ata neologisme;

23

Page 24: anamnesis psikiatrik

g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitemen), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

h) Gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara social.

Sumber pustaka

1. Muslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan RingkasanPPDGJ-III.Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-UNIKA Atma Jaya. Jakarta: 2001

PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

24

Page 25: anamnesis psikiatrik

A. TERAPI PSIKOFARMAKA Obat anti psikotik sangat efektif dalam mengatasi

simtom-simtom skizofrenia tersebut, terutama antipsikotik generasi kedua.

Obat antipsikotik dapat dikelompokkan dalam dua, yaitu :

1. Antipsikotik generasi pertama (APG I)Antipsikotik generasi pertama mempunyai cara

kerja dengan memblok reseptor D2 khususnya di mesolimbik dopamin pathway, oleh karena itu sering disebut juga dengan Antagonis Reseptor Dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional atau atipikal. Kerugian pemberian APG I adalah mudah terjadi EPS dan tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin, sering menyebabkan terjadinya kekambuhan, memperburuk simtom negatif dan kognitif. Keuntungan pemberian APG I adalah jarang menyebabkan terjadinya Sindroma Neuroleptik Malignan (SNM) dan cepat menurunkan simtom positif.

APG I menyebabkan efek samping antikolinergik berupa mulut kering, pandangan kabur, konstipasi dan kognitif tumpul. APG I memblok reseptor histamin (H1) sehingga timbul efek samping mengantuk dan berat badan meningkat. APG I memblok reseptor alfa 1 adrenergik sehingga timbul efek samping kardiovaskuler berupa hipotensi ortostatik, mengantuk, pusing dan tekanan darah menurun.APG I dapat dibagi berdasarkan potensi dan rumus

kimia. Pembagian menurut potensi adalah:a. potensi tinggi: <10mg ( haloperidol, fluperazine,

trifluoperazine dan thiothixene)

25

Page 26: anamnesis psikiatrik

b. potensi sedang: dosis 10-50 mg (perpenazine, loxapine dan molindone)

c. potensi rendah: dosis >50mg (chlorpromazine, thioridazine, mezoridazine).

Sedangkan pembagian berdasarkan rumus kimia adalah:a. Phenotiazine : Rantai alifatik (chlorpromazine),

Rantai piperazine ( triluoperazine, flupenazine, perpenazine dan prochlorperazine) dan Rantai piperidine (tioridazine dan mesoridazine)

b. non phenotiazine adalah butirofenon (haloperidol), thioxantenes (chlorprotixine, thiotixene), dibenzoxantenes (loxapine), dihidroindolene (molindone), diphenylbutylpiperidines (pimozide), benzamide (sulpiride)

APG I sering digunakan adalah haloperidol, fluphenazine trifluoperazine dan chlorpromazine. Pemberian APG I dapat secara peroral, injeksi short acting (IM) dan injeksi longacting (depot) dalam bentuk haloperidol/fluphenazine depacanoate.

Obat yang dapat menurunkan absorbsi dari APG I dari usus adalah antasida, activated charcoal, simetidin, kolestiramin dan kaolin pektin. Obat yang dapat meningkatkan absorbsi dari APG I adalah digoksin dan steroid. Obat yang dapat meningkatkan konsentrasi dari APG I di plasma adalah anti depresan selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Konsentrasi APG I menurun di dalam plasma bila diberikan bersama-sama dengan fenitoin, carbamazepine, barbiurat atau pada penderita skizofrenia yang merokok.

2. Antipsikotik generasi kedua (APG II)APG II disebut juga serotonin dopamin

antagonis (SAD) atau psikoik tipikal. APG II bekerja melalui interaksi antara serotonin dan dopamin pada ke 4

26

Page 27: anamnesis psikiatrik

jalur dopamin, efek samping EPS lebih rendah dan sangat efektif untuk mengatasi simtom negatif. APG I hanya memblok reseptor D2 sedangkan APG II memblok secara bersamaan reseptor serotonin dan reseptor dopamin. APG II yang di kenal adalah clozapine, risperidone, olanzapine, quitiapine, zotepine, ziprasidone, aripiprazole.

APG II dapat juga memperbaiki mood dan menurunkan suicide, tidak hanya pada skizofrenia tetapi juga pada penderita bipolar I dan II. APG II dapat menyebabkan efek samping misalnya peningkatan berat badan, sedasi, kejang atau agranulositosis. APG II dalam klinis praktis, memiliki empat keuntungan yaitu : EPS jauh lebih kecil, mengurangi simtom positif, tidak memperburuk simtom negatif, menurunkan simtom afektif, menurunkan simtom kognitif, mengatasi hostile/agresif/impuls tidak terkontrol, gangguan Mood. Antipsikotik generasi kedua (APG II) yang digunakan sebagai first line (risperidon, olanzapine, quetiapine, ziprasidone, aripiprazole) dan second line (clozapine).

Sediaan obat antipsikosis dan dosis anjuran

Nama generic Nama dagang Sediaan

Dosis anjuran

Chlorpromazin

Largactil,promactil,meprosetil,etibernal

25, 100 mg

150-600 mg/hr

Haloperidol Serenace, hadol, govotil, lodomer ½ , 2, 5mg 5-15

mg/hr

Perphenazine Trilafon 2, 4, 8 mg 12-24

27

Page 28: anamnesis psikiatrik

mg/hr

Flupenazine Anatensol 2,5 mg , 5 mg

10-15 mg/hr

Levomapromazine Nozinan 25 mg 25-50

mg/hr

Trifluoperazine Stelazine 1, 5 mg 10-15

mg/hr

Thioridazine Melleril 50, 100 mg

150-600 mg/hr

Sulpride Dogmatil forte 50, 200 mg

300-600 mg/hr

Pimozide Orap forte 4 mg 2-4 mg/hr

Risperidone Risperdal, neripros, noprenia, persidal 1, 2, 3 mg 2-6

mg/hr

Clozapine Clozarin 25,100 mg25-100 mg/hr

Quetiapine Seroquel 25,100,200mg

50-400 mg/hr

Olanzapine Zyprexa 5, 10 mg 10-20 mg/hr

3. Pengaturan dosis antipsikotikDalam pengaturan dosis antipsikotik perlu mempertimbangkan :

28

Page 29: anamnesis psikiatrik

Onset efek primer (efek klinis ) : 2-4 minggu. Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam Waktu paruh : 12-14 jam Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk

mengurangi pengaruh efek samping obat terhadap kualitas hidup pasien

Mulai dengan ”dosis awal” sesuai ”dosis anjuran”, dinaikkan tiap 2-3 hari→ sampai ”dosis efektif”( mulai peredaan gejala psikotik)→ evaluasi tiap 2 minggu dan dinaikkan bila perlu→ ”dosis optimal”→ pertahankan 8-12 minggu (stabilisasi)→ turunkan tiap 2 minggu→ ”dosis maintenance”→ pertahankan 6-2 tahun ( selingi drug holiday 1-2 hari/ minggu)→ tapering off( turunkan tiap 2-4 minggu)→ stop.

B. TERAPI PSIKOSOSIAL Penatalaksanaan psikososial meliputi psikoterapi

individual, terapi kelompok, terapi keluarga, rehabilitasi psikiatri, latihan keterampilan sosial dan manajemen kasus.

Psikoterapi individual pada penderita skizofrenia bertujuan prosmosi terhadap kesembuhan penderita atau mengurangi penderitaan pasien. Psikoterapi ini terdiri dari fase awal difokuskan pada hubungan antara stres dengan gejala, fase menengah difokuskan pada relaksasi dan kesadaran untuk mengatasi stres, kemudian fase lanjut difokuskan pada inisiatif umum dan keterampilan di masyarakat.

Psikoterapi kelompok meliputi terapi suportif, terstruktur dan anggotanya terbatas, umumnya antara 3-15 orang. Kelebihan terapi kelompok adalah kesempatan untuk mendapatkan umpan bakik segera dari teman kelompok, dan dapat mengamati respon psikologis, emosional dan

29

Page 30: anamnesis psikiatrik

perilaku penderita skizofren terhadap berbagai sifat orang dan masalah yang timbul.

Terapi keluarga bertujuan memberikan pengetahuan mengenai skizofrenia. Materi berupa pengenalan tanda kekambuhan secara dini, peranan dari pengobatan, antisipasi dari efek samping pengobatan dan peran keluarga terhadap penderita skizofrenia.

Rehabilitasi psikiatri bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penderita skozofrenia dalam hal merawat diri, bekerja, menikmati kesenangan, berhubungan dengan orang lain dan keluarga. Dengan demikian dapat meningkatkan kemandirian penderita dalam masyarakat. Rehabilitasi psikiatri diharapkan terjadi perubahan menuju perbaikan dari ketidakmampuan, meningkatkan kemampuan baru yang menjadi penyebab kelemahan, memanipulasi lingkungan agar dapat lebih memberi dukungan serta meningkatkan fungsi.

Pelatihan ketrampilan sosial menekankan pada aspek edukasi, pembelajaran yang unik pada setiap situasi dan mengambil kesimpulan bahwa setiap individu selalu melakukan yang terbaik. Pelatihan ini memfokuskan pada stressor-stressor lingkungan dan defisit yang karakteristik dari setiap pasien.

Ada tiga model pelatihan ketrampilan sosial pada penderita skizofrenia yaitu model ketrampilan sosial dasar, model pemecahan masalah sosial, dan kognitif remediation.

Sumber pustaka

1. Sinaga,R. Skizofrenia dan Diagnosis Banding.FK UI. Jakarta: 2007

PSIKOTERAPI

30

Page 31: anamnesis psikiatrik

Psikoterapi berasal dari kata Psyche yang artinya jiwa dan kata therapy yang artinya pengobatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa psikoterapi adalah pengobatan gangguan mental emosional dengan menggunakan cara fisiologis. Menurut Wolberg, psikoterapi merupakan terapi dengan cara psikologis dilakukan oleh orang terlatih dalam hubungan profesional dengan tujuan menghambat, menghilangkan gejala dan penderitaan.

Tujuan psikoterapi, antara lain :

a. Mempengaruhi perasaan dan tingkah laku pasien dalam menyembuhkan ketegangan.

b. Menaikkan efektifitas fungsi jiwa, pasien menjadi matur, indipenden, dan bahagia

c. Memperbaiki adaptasi pasiend. Membantu memodifikasi perilaku, kognisi, emosi, dan

karakteristik pribadi lainnya kearah yang diharapkan.

Keterampilan yang harus dimiliki seorang psikoterapis:

a. Pengetahuan dasar ilmu psikologi, psikopatologi, dan proses mental.

b. Menarik konklusi keadaan mental klienc. Terampil dalam menerapkan teknik dan metode

penanganan fungsi mental

Persyaratan psikoterapis :

a. Sensitive dan sensibleb. Objektif dan jujurc. Fleksibeld. Dapat berempati

31

Page 32: anamnesis psikiatrik

e. Relatif bebas dari problem emosional atau problem kepribadian yang serius.

Prinsip dasar psikoterapi :

Pada dasarnya psikoterapi adalah interviewing, sehingga yang dipelajari adalah keterampilan wawancara (termasuk observasi). Dalam wawancara, sulit dipisahkan sifat terapeutik dan penegakan diagnosis, namun yang lebih diutamakan adalah optimalisasi hubungan interpersonal dengan pasien sehingga secara berangsur, data akan terkumpul.

Penting dalam psikoterapi :

a. Membina raport dan empatib. Membangun dan mengembangkan kerjasamac. Pendengar aktif yang terampil, menjaga dinamika

komunikatisi dengan kliend. Berbicara singkat, tidak lebih banyak daripada kliennya,

kecuali pada saat merangkume. Pada saat tidak mengetahui, lebih baik diam daripada

mengatakan sesuatu yang salahf. Mengenali resistensi pada klieng. Bila mengalami keragu-raguan, fokuskan pada perasaan,

misalnya sedih, marah, takut, senang.

Dalam pemilihan jenis psikoterapi, tergantung dari beberapa hal, antara lain:

a. Perkembangan kepribadian atau kematanganb. Perkembangan penyakit atau diagnosisc. Umur pasiend. Intelegensi pasiene. Problem yang dihadapif. Situasi keluarga dan social

32

Page 33: anamnesis psikiatrik

g. Pengalaman psikiater

Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada penderita skizofrenia baru dapat diberikan apabila dengan terapi medikamentosa sudah tercapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan tilikan sudah baik.

Psikoterapi ini banyak macamnya tergantung kebutuhan dan latar belakang penderita sebelum sakit ( premorbid ), contohnya:

a. Psikoterapi supportifDimaksudkan untuk memberi dorongan, semangat, dan motivasi agar penderita tidak putus asa dan punya semangat juang dalam menghadapi hidup ini

b. Psikoterapi re-edukatifDimaksudkan untuk member pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu serta mengubah pola menjadi baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.

c. Psikoterapi re-konstruktifDimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah retak menjadi kepribadian utuh seperti sebelum sakit

d. psikoterapi kognitifdimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai2 moral, etika, mana yang bak dan buruk (discriminative judgment)

e. Psikoterapi psiko-dinamikDimaksudkan untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan keluarnya dan diharapkan penderita mampu menggunaka mekanisme pertahanan diri dengan baik.

33

Page 34: anamnesis psikiatrik

f. Psikoterapi perilakuDimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu (maladaptive) menjadi perilaku yang adaptif ( menyesuaikan diri) agar penderita mampu berfungsi kembali secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, sekolah, tempat kerja, ataupun lingkungan sosialnya.

g. Psikoterapi keluargaDiamksudkan untuk memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya. Diharapkan kelluarga mampu memahami mengenai gangguan jiwa skizofren dan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penderita.

Sumber pustaka

1. Hawari,D.Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.Balai Penerbit FK UI .Jakarta: 2001

ECT34

Page 35: anamnesis psikiatrik

ECT Electro Convulsive Therapy Terapi Kejang Listrik

Macam:

ECT Konvensional ECT Monitor / Premedikasi

Mekanisme Kerja Teori Neurofisiologi

Selama KejangTerjadi peningkatan aliran darah cerebral, peningkatan pemakaian glukosa, pemakaian O2

dan peningkatan permiabilitas Blood Brain Barrier Setelah Kejang

Terjadi penurunan aliran darah cerebral dan penurunan metabolisme gukosa

Teori Neurokimiawi Mempengaruhi perubahan system neuronal:

Muskarinik Kolinergik Dopaminergik

Meningkatkan reseptor serotonergik pasca sinaps Indikasi

Depresi berat, Mania, Gangguan bipolar Psikosis akut, Skizofrenia katatonik Paranoid, cemas hebat, Obsesif kompulsif Histeri konversi, Delirium tremens, Epilepsi

psikomotor, dll Kontra Indikasi

1. Absolut: Tumor serebri, TIK , infark miokrad,TBC caverne

2. Relatif: Infeksi/radang, TBC tanpa caverne, wanita hamil, tiroksokosis + eksoftalfmus, gangguan

35

Page 36: anamnesis psikiatrik

kardiovaskuler, hipertensi, epilepsi, osteomyelitis, osteoporosis, glomerulonefritis

ECT Konvensional Alat konvulsator Tipe 622 untuk poliklinik Tipe 2077 untuk bangsal Dilengkapi:

Pengatur tekanan listrik (voltase) 100 – 150 v Pengatur waktu otomatis 2 – 3 detik Electrode: dipasang bifrontotemporalis (2 inch

diatas pertengahan antara mata dan telinga) Persiapan

Persetujuan penderita / keluarga Pemeriksaan fisik diagnose, darah atau urin rutin Puasa 3 – 6 jam Tidak memakai obat anti konvulsan, hipnotik, sedative,

litium dan reserpin clorazil Baju dilonggarkan dan gigi palsu dilepas

Fase-Fase ECT1. Laten : 2 – 5 detik terjadi tremor cepat2. Kejang tonik selama 10 detik dengan aura3. Kejang klonik selama 30 detik4. Penurunan kejang belum sadar, belum nafas5. Nafaas spontan irama nafas belum normal6. Sadar dengan disorientasi selama 5 menit7. Tidur 30 – 60 menit

Efek Samping Selalu terjadi:

Perdarahan lembut otak Amnesia Sianosis, apneu Sincope

Tidak selalu:

36

Page 37: anamnesis psikiatrik

Bibir, lidah tergigit, gigi goyang Luxasi mandibula Dislokasi caput humeri Fraktur vertebra, lengan, tungkai Penyebaran radang Pneumonia aspirasi Apneu memanjang, amnesia lama

Frekuensi Diberikan 3 – 10 x Bisa diulang 2 – 3 x

ECT Monitor Alat:

Monitor: EEG, EKG, vital sign, saturasi O2 Ventilator lengkap ARF () dan mouth gag

(pengganjal gigi), laringoskop, ET, O2 Premedikasi:

Sulfas atropine 0,25 – 0,5 mg IM / SC / IV Ma Penthanol (Thiopental) 10 cc / 200 mg (3 – 4

mg/kgBB) atau Midazolam (dormicum) 15 mg (0,3 mg/kgBB)

Suceynil cholin 5 cc / 60 mg IV Pemasangan Elektrode Stimulus

Bilateral Pertama kali diindikasikan untuk gejala depresif

yang parah, agitasi yang jelas, risiko bunuh diri segera, gejala manic, stupor katatonik dan skizofrenia resisten terapi

Elektroda pada masing-masing hemisfer, masing-masing pusat elektroda berada pada kira-kira satu inchi di atas titik pertengahan garis khayalan yang ditarik dari tragus ke kantus eksternal.

Respon terapi lebih cepat dan ESO lebih berat Unilateral

37

Page 38: anamnesis psikiatrik

Elektroda pada hemisfer non dominan (hemisfer kanan)

Respon terapi lebih lambat dan ESO lebih ringan Efek merugikan kognitif lebih sedikit dalam

minggu atau minggu-minggu pertama setelah terapi

Jika pasien tidak membaik setelah 4 – 6 terapi, maka teknik dignati menjadi pemasanga bilateral

Efek Samping Efek cerebral / amnesia, apneu, delirium, confusion Alergi, aritmia jantung Kematianm karena anastesi umum dan komplikasi

kardiovaskuler

ECT Monitor ECT Konvensional

Alat: MECTA (Monitor Electro Convulsator Therapy Aparatus) + monitor

Alat konvensional (SIMEN) + tidak memakai monitor

Operator 3 orang Operator 4 orang Premedikasi (+) Premedikasi (-) Efek samping >

berat dan > sedikit Efek samping > ringan dan > banyak

Kontra Indikasi sedikit

Kontra Indikasi banyak

Kejang ringan Kejang berat Mahal Murah

Perbedaan ECT monitor VS konvensional

Tehnik ECT

38

Page 39: anamnesis psikiatrik

Dalam melakukan ECT, diperlukan pemakaian anestesi dan monitor psikological. Pasien diminta untuk tidak makan selama 8 jam sebelum terapi dan mengosongkan lambung sebelum masuk ke ruang terapi. Saat terapi dilakukan, pasien lebih baik menggunakan pakaian dari rumah sakit. Namun untuk pasien rawat jalan, pasien diperbolehkan menggunakan pasien biasa dengan catatan benda-benda tertentu harus dilepas. Pada pasien dipasang infus yang akan digunakan untuk pemberian anestesi intravena, kemudian pada pasien dipasang elektroda. Selama bertahun-tahun telah digunakan metode ECT unilateral, namun karena metode ini tidak sepenuhnya efektif, maka saat ini digunakan metode bilateral. Baru-baru ini digunakan metode dengan memasang elektroda bifrontal, dengan demikian efek terapi hampir sama dengan metode bilateral namun efek samping pada kognitif dan memori lebih sedikit

Karakteristik kejang dapat di pantau melalui monitor, manset untuk tekanan darah dipasang pada ekstermitas inferior, manset kemudian dipompa sebelum muscle relaxant diberikan. Elektroda elektromiogram diletakkan pada bawah manset untuk merekam aktifitas kejang yang terjadi. Elektroda EEG biasanya dipasang pada dahi dan mastoid.

Saat prosedur berlangsung, pasien diberikan ventilasi tekanan positif dengan menggunakan masker oksigen. Antikolinergic (atropine 1.0 mg atau glycopyrrolate 0.2mg) diberikan secara intravena, kemudian diikuti dengan pemberian barbiturate, biasanya menggunkan methohexital(0.5 – 1.0mg/kg) dan kemudian diberikan succinylcjoline (0.5 – 1.0 mg/kg). etomidate, ketamine dan golongan barbiturate lainnya dapat digunakan sebagai alternatif. Propofol tidak digunakan selama terapi karena diketahui dapat menghambat pengobatan.

39

Page 40: anamnesis psikiatrik

Atracurium dan mivacurium dapat digunakan sebagai alternatif succinylcholine.

Manset pada ekstremitas dipompa di atas tekanan sistolik sebelum succinylcholine diberikan dan kemudian dilihat respon motorik untuk rangsang nyeri atau rangsang otot. Pasien siap dilakukan kejang saat respon ini tak tampak. Pada saat ini, dokter anestesi menyiapkan bite-bloc untuk dipasangkan pada mulut pasien untuk melindungi lidah dan gigi saat adanya stimulasi pada otot masseter, yang biasanya menyebabkan terkatupnya rahang. Dokter anestesi melakukan chin-lift yang dimaksudkan agar pasien tidak membuka mulutnya sehingga bite-bloc tidak lepas saat stimulasi diberikan.

Pemberian dosis terapi merupakan hal yang rumit. Dosis yang biasanya diberikan adalah sebesar setengah dari usia pasien. Perangkat modern saat ini dapat memberikan energy mulai dari 25 sampai 500 mC dan hal ini memungkinkan pasien untuk mendapat 500 mC pada awal permulaan terapi. Beberapa dokter memberikan dosis sesuai usia penuh. Pendapat lain merekomendasikan untuk memberikan energy rendah dan melakukan secara bearulang-ulang sampai kejang grand-mal dapat diamati. Pada terapi selanjutnya, energy yang yang diberikan sebesar 1,5 sampai 2,0 kali dari ambang kejang. Rumus setengah usia diperhitungkan untuk pemberian energy selektif yang dapat diterima pada penggunaan elektroda bitemporal atau bifrontal, namun perkiraan ambang kejang dapat langsung diperhitungkan bila menggunakan eletroda unilateral. Setelah ambang kejang ditentukan, kita belum tentu dapat memperkirakan berapa besar energy efektif yang akan digunakan. Energy sebesar 1.5 sampai 2.5 kali ambang kejang, belum dapat memberikan terapi yang efektif. Dua penelitian mengatakan bahwa penggunaan metode unilateral mempunyai

40

Page 41: anamnesis psikiatrik

efek yang sama dengan metode bilateral dengan meningkatkan energy hingga 6 kali ambang kejang. Namun hal ini membuat efek samping pada memori dan kognitif tidak dapat dihindari dan membuat keuntungan dari ECT unilateral menghilang.

Seorang dokter mempunyai 3 panduan dalam memperkirakan kulitas kejang. Pertama, dokter dapat mengamati kejang pada elektromyogram. Durasi minimal yang diterima adalah sekitar 25 detik, kecuali pada orang tua. Pada orang tua, dokter harus puas dengan mendapatkan waktu yang lebih pendek dari kejang. Karena ini merupakan waktu terbaik yang didapatkan.

Yang kedua, seorang dokter harus mencatat peningkatan denyut jantung. Selama kejang, denyut jantung akan meningkat 50% dari keadaan istirahat dan kemudian akan turun dengan cepat ketika kejang berhenti. Durasi meningkatnya denyut jantung biasanya lebih lama daripada aktivitas kejang.

Yang ketiga, dengan mengingat bahwa durasi kejang pada EEG biasanya berkisar sekitar 30 sampai 120 detik, maka seorang dokter harus memperkiran dosis energy yang akan diberikan pada terapi kedua bila pada terapi yang pertama tidak menunjukkan fase kejang yang jelas. Kadang-kadang kejang berlangsung selama 150 sampai 180 detik. Pada kasus tersebut, diberikan diazepam (5mg) dan diulang setiap 30 detik sampai kejang berhenti. Selama kejang EEG yang berkepanjangan, aktivitas motorik dan denyut jantung tidak dipantau, pemantauan EEG dimaksudkan untuk melindungi agar tidak terjadi komplikasi. Beberapa dokter merekomendasikan untuk memberikan phenytoin secara intravena, tetapi terapi ini tidak efektif, karena efek antikonvulsan dari phenytoin berasal dari otak besar, dan ini membuat efek antikonvulsan muncul dalam beberapa jam bukan beberapa detik, sehingga terlalu lama untuk

41

Page 42: anamnesis psikiatrik

mencegah terjadinya kerusakan akibat kejang yang berkepanjangan. Beberapa pendapat juga menyarankan untuk memberikan barbiturate, namun efek antikonvulsan barbiturate lebih kecil daripada benzodiazepine.

Delirium pasca kejang terjadi sekitar 10% dari pasien yang diterapi. Pasien biasanya lupa dimana dia berada dan bingung dengan keadaan sekitar. Hal ini biasanya banyak terjadi pada terapi pertama dan kedua. Keyakinan, bicara yang tenang dan gerakan yang lembut dapat menghilangkan gejala tersebut. Bila ada kegelisahan yang tidak menimbulkan resiko, makan dapat diberikan diazepam atau droperidol intravena.

Setelah pemberian terapi, pasien dirumah sakit diminta untuk masuk ke ruangan dimana keadaan mereka dapat dipantau sampai mereka dapat merawat diri mereka sendiri sepenuhnya. Banyak pasien yang sudah dapat kembali ke bangsal kerja dalam waktu 2 jam, pada pasien lansia harus tetap mendapat pengawasan selama 1 hari itu. Pada pasien rawat jalan, mereka bisa meninggalkan rumah sakit sampai mereka bisa berjalan dengan mudah. Pasien rawat jalan juga dimotivasi untuk tetap melakukan kegiatan sehari-hari dibawah pengawasan.

Sumber : New oxford textbook of psychiatry

42

Page 43: anamnesis psikiatrik

43

Page 44: anamnesis psikiatrik

REHABILITASI

Maksud dan Tujuan Dasar RehabilitasiRehabilitasi merupakan suatu usaha terpadu untuk mengembalikankemampuan individu ketaraf yang akseptabel. WHO (1980) merumuskan tujuan rehabilitasi sebagai penggunaan secara terpadu dan terkoordinasi daripada tindakan medik, sosial, pendidikan dan vokasional untuk melatih kembaliindividu kearah kemungkinan tertinggi dari tingkatan kemampuan fungsional.

Tahap-tahap RehabilitasiUpaya rehabilitasi tersebut menurut Direktorat Kesehatan Jiwa (1985)merupakan proses yang bertahap untuk mengembalikan individu baik hak danfungsinya sebagai warga masyarakat yang mandiri dan berguna. Proses usaha tersebutdiatur melalui tahap kerja sebagai berikut:a. Tahap persiapan

Tahap persiapan merupakan serangkaian upaya untuk mempersiapkan

rehabilitan agar selanjutnya dapat disalurkan kedalam masyarakat, melalui kegiatan:

1) Seleksi, evaluasi dan uji kerja (work assesment).Seleksi dilakukan atas dasar case conference yang dihadiri oleh masing-masing anggota team profesi, yang mempertimbangkan hasil evaluasinya untuk membuat suatu program yang jelas dan terperinci untuk masing-masing rehabilitan. Hasil seleksi yang berupa program untuk rehabilitan langsung menentukan apakah seorang

44

Page 45: anamnesis psikiatrik

rehabilitan dapat mengikuti proses rehabilitasi secara lengkap (yaitu mengikuti terapi kerja dan latihan kerja atau dipersiapkan ke sheltered workshop) atau cukup mengikuti terapi kerja saja atau belum dapat diberikan aktivitas dalam unit rehabilitasi, sehingga sementara ditangguhkan rehabilitasinya (masih memerlukan pelayanan medik psikiatrik secara intensif).Cth: Tim profesi memilah-milah dari sekian banyak pasien, siapa saja yang ststus mentalnya telah membaik dan dapat dilatih untuk bekerja.

2) Terapi kerja (okupasiterapi/occupational therapy)Atas dasar hasil seleksi, pasien selanjutnya dikirimkan ke Terapi kerja untuk diberi aktivitas terapi sesuai dengan saran dan program hasil seleksi tersebut. Kegiatan yang dilakukan umumnya dan seharusnya dalam waktu yang relative Singkat, sebaiknya tidak lebih dari dua atau tiga minggu untuk setiap pasien. Tugas pokok petugas terapi kerja adalah membangkitkan aktivitas positif melalui pekerjaan atau aktivitas lain (diskusi, bermain, relaksasi dan lain-lain) yang bersifat terapeutik dan mengevaluasi perkembangan tingkah laku pasien secara teratur dan kontinu (dari hari ke hari), terapis dapat memulihkan/meningkatkan kembali daya konsentrasi, kemampuan komunikasi, daya ingat, kemauan dan sebagainya melalui berbagai kegiatan yang sesuai dengan diripasien.Cth: Pasien diajarkan melakukan kegiatan positif ringan seperti bermain, berdiskusi, kemudian ditingkatkan lagi menjadi berhitung, menulis cerita, melukis, olahraga.

3) Latihan kerja (vocational training).Rehabilitan yang mengikuti latihan kerja adalah yang telah diseleksi dan diprogramkan untuk mengikuti

45

Page 46: anamnesis psikiatrik

latihan kerja agar mereka mereka memiliki keterampilan kerja sebagai bekal untuk kembali kemasyarakat sebagai warga yang mandiri dan berguna. Dalam melatih kerja hendaknya tingkat kesukaran pekerjaan tersebut selalu diperhatikan dan disesuaikan dengan kemampuan rehabilitan.Cth: Pasien dilatih keterampilan sederhana seperti menganyam, menjahit, membuat ukiran, memahat, membuat karangan bunga.

4) Latihan keterampilan sosial (social skills training).Sering disebut sebagai terapi keterampilan sosial (social skills therapy), yaitu teknik latihan dengan menggunakan hadiah ekonomi untuk meningkatkan kemakmuran sosial, kemampuan memenuhi kebutuhan diri sendiri, latihan komunikasi interpersonal.Cth : Hasil karya pasien seperti anyaman baju, karangan bunga, patung, di jual ke masyarakat, dan pasien diajari langsung untuk kontak dengan pembeli.

b. Tahap Penempatan/PenyaluranSetelah rehabilitan dipersiapkan melalui kegiatan seleksi terapi dan latihan kerja, maka selanjutnya adalah penempatan kedalam masyarakat. Usaha penempatan ini tidak lain merupakan tujuan akhir upaya rehabilitasi yaitu menyalurkan rehabilitant ke masyarakat sebagai warga masyarakat yang mandiri dan berguna. Penempatan dapat dilakukan kedalam keluarga atau masyarakat, ke instansi lain seperti perusahaan atau panti rehabilitasi serta ditempatkan kedalam sheltered workshop. Penyaluran keluarga berfungsi untuk mempertahankan kesehatan rehabilitant dan untuk menjaga hubungan antara rehabilitan dengan keluarga atau masyarakat

46

Page 47: anamnesis psikiatrik

sekitarnya. Sheltered workshop dijalankan bagi rehabilitan yang benar-benar tidak dapat dipulangkan keluarga/masyarakat. Bengkel kerja terlindung (sheltered workshop) dilakukan untuk mempekerjakan rehabilitan yang terampil/memiliki kemampuan kerja akan tetapi karena sesuatu hal mereka tidak dapat hidup bersaing dalam masyarakat yang bersifat umum.

c. Tahap PengawasanTahap pengawasan terhadap rehabilitan sudah dilakukan sejak mengikuti persiapan rehabilitasi. Pengawasan ini dimaksudkan agar kondisi kesehatan rehabilitan selalu terjaga, baik fisik maupun mentalnya. Untuk melakukan pengawasan terhadap rehabilitan yang belum disalurkan perlu disediakan pelayanan psikiatrik dalam unit rehabilitasi agar rehabilitan yang dinilai mengalami kemunduran atau tidak pernah ada kemajuan dapat segera memperoleh terapi serta secara periodic diperiksa keadaan kesehatannya. Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu pengawasan ke dalam dan pengawasan keluar. Pengawasan kedalam bertujuan memelihara kesehatan fisik dan mental rehabilitan dengan mengadakan pelayanan medik psikiatrik dan usaha-usaha lain yang bersifat meningkatkan kesehatan fisik dan mental rehabilitan. Pengawasan keluar ditujukan kepada rehabilitan yang sudah disalurkan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan home visit (kunjungan rumah), job visit (kunjungan ketempat kerja/tempat penyaluran) dan mengadakan pelayanan after care (perawatan lanjutan bagi rehabilitan/pasien).

Sumber PustakaDirektorat Kesehatan Jiwa. 1985. Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit

47

Page 48: anamnesis psikiatrik

Jiwa di Indonesia. Cetakan Kedua. Jakarta: Direktorat Jendral PelayananMedik. Direktorat Kesehatan Jiwa.

Asean Forum on the Rehabilitation of the Psychosocially Disabled Persons. 1981.Toward a Better Future for the Psychosocially Disabled. Jakarta.

WHO. 1980. International Classification of Impairments, Disabilities andHandicaps. Geneva: England USA.

48

Page 49: anamnesis psikiatrik

THE POSITIVE AND NEGATIVE SYNDROME SCALE (PANSS)

Instrumen PANSS digunakan untuk mengukur gejala positif dan negatif pada penderita skizofrenia. Instrumen ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain, metode operasionalnya lebih jelas,penilaian gejalanya lebih menyeluruh, penentuan skornya lebih terstandarisasi serta sudah divalidasi di Indonesia.

Pengukuran PANSS berdasarkan hasil wawancara klinis 4 tahap,ditambah informasi perilaku pasien yang didapatkan dari laporan keluarga atau perawat. Skala terdiri dari 7 angka untuk menilai 30 butir gejala dengan derajat beratnya masing-masing skala penilaian diberikan definisi yang jelas dan terperinci.

SKALA PENILAIANSkala 1 tidak ada gejalaSkala 2 gejala minimalSkala 3 gejala ringanSkala 4 gejala sedangSkala 5 gejala agak beratSkala 6 skala beratSkala 7 gejala sangat berat

Instrumen PANSS dapat digunakan untuk mengukur respon terapi yang diberikan terhadap penderita skizofrenia yang ditandai dengan menurunnya nilai total skor PANSS.

PANSS terdiri dari skala positif, skala negatif dan skala psikopatologi umum.

49

Page 50: anamnesis psikiatrik

Skala Positif : waham, kekacauan proses pikir, perilaku halusinasi, gaduh gelisah, waham kebesaran, kecurigaan dan permusuhan.

Skala Negatif : afek tumpul, perilaku emosional, kemiskinan rapport, kesulitan dalam pemikiran abstrak, kurangnya spontanitas dan arus percakapan, dan pemikiran stereotipik.

Skala Psikopatologi Umum :kekhawatiran somatik, ansietas, rasa bersalah, ketegangan, mannerisme dan sikap tubuh, depresi,retardasi motorik, ketidakkooperatifan, isi pikiran yang tidak biasa, disorientasi, perhatian buruk, kurangnya daya nilai dan tilikan, gangguan dorongan kehendak, pengendalian impuls yang buruk, preokupasi dan penghindaran sosial secara aktif.

SKALA POSITIF (P)

P1 WahamKeyakinan yang tidak mempunyai dasar, tidak realistik dan aneh (ideosinkratik). Dasar penilaian : isi pikir yang diekspresikan dalam wawancara dan pengaruhnya terhadap realisasi sosial dan perilaku.

P2 Kekacauan proses pikir (Conceptual Disorganization)Kekacauan proses pikir yang ditandai oleh putusnya tahapan penyampaian maksud, misalnya sirkumstansial, asosiasi longgar, tidak berurutan, ketidaklogisan yang parah, atau putusnya arus pikir.Dasar penilaian: proses pikir kognitif verbal yang diamati selama wawancara.

P3 Perilaku halusinasiLaporan secara verbal atau perilaku yang menunjukkan persepsi yang tidak dirangsang oleh stimuli luar. Dapat terjadi halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman atau somatik.

50

Page 51: anamnesis psikiatrik

Dasar penilaian : laporan verbal dan menifestasi fisik selama wawancara dan juga perilaku yang dilaporkan oleh perawat atau keluarga.

P4 Gaduh gelisah (exicitement)Hiperaktifitas yang ditampilkan dalam bentuk percepatan perilaku motorik, peningkatan respon terhadap stimuli, waspada berlebihan (hipervigilence) atau labilitas alam perasaan (mood) yang berlebihan.Dasar penilaian : menifestasi perilaku selama wawancara dan juga laporan perawat atau keluarga tentang perilaku.

P5 Waham kebesaranPendapat tentang diri sendiri yang berlebihan dan keyakinan tentang superioritas yang tidak realistik termasuk waham tentang kemampuan diri yang luar biasa, kekayaan, pengetahuan, kemasyuran, kekuasaan, dan kebajikan moral.Dasar penilaian : isi pikiran yang diekspresikan selama wawancara dan pengaruhnya terhadap perilaku.

P6 Kecurigaan atau kejaranIde-ide kejaran yang tidak realistik atau berlebihan yang tercermin dalam sikap berjaga-jaga,sikap tidak percaya, kewaspadaan yang berlebihan berdasarkan kecurigaan atau waham jelas bahwa orang lain berniat mencelakakan.Dasar penilaian : isi pikiran yang diekspresikan dalam wawancara dan pengaruhnya terhadap perilaku.

P7 PermusuhanEkspresi verbal dan nonverbal tentang kemarahan dan kebencian, termasuk sarkasme, perilaku pasif agresif, caci maki dan penyerangan.Dasar penilaian : perilaku interpersonal yang diamati selama wawancara dan laporan oleh perawat atau keluarga.

SKALA NEGATIF (N)51

Page 52: anamnesis psikiatrik

N1 Afek tumpulBerkurangnya respon emosional yang ditandai berkurangnya ekspresi wajah, gelombang (modulation) perasaan dan gerak-gerik komunikatif.Dasar penilaian : observasi manifestasi klinik, suasana afek dan respon emosional selama wawancara.

N2 Penarikan emosional (emosional withdrawal)Berkurangnya minat dan keterlibatan serta curahan perasaan terhadap peristiwa kehidupan. Dasar penilaian : laporan-laporan tentang fungsi dari perawat atau keluarga dan observasi perilaku interpersonal selama wawancara.

N3 Kemiskinan RapportBerkurangnya empati interpersonal , kurangnya keterbukaan dalam percakapan dan rasa keakraban, minat atau keterlibatan dengan pewawancara. Ini ditandai oleh adanya jarak interpersonal dan berkurangnya komunikasi verbal dan nonverbal.Dasar penilaian : perilaku interpersonal selama wawancara.

N4 Penarikan diri dari hubungan sosial secara pasif atau apatisBerkurangnya minat dan insiatif dalam interaksi sosial yang disebabkan oleh pasivitas, apatis, anergi atau tidak ada dorongan kehendak. Hal ini mengarah pada berkurangnya keterlibatan interpersonal dan mengabaikan aktivitas kehidupan sehari-hari.Dasar penilaian : laporan perilaku sosial penderita dari perawat atau keluarga.

N5 Kesulitan dalam pemikiran abstrakHendaya dalam penggunaan cara berpikir abstrak atau simbolik, yang dibuktikan dalam kesulitan mengklasifikasikan, membentuk generalisasi dan berpikir secara konkret atau egosentrik dalam memecahkan masalah.

52

Page 53: anamnesis psikiatrik

Dasar penilaian : respon terhadap pertanyaan mengenai interpretasi persamaan dan peribahasa, dan penggunaan cara berpikir konkrit dengan abstrak selama wawancara.

N6 Kurangnya spontanitas dan arus percakapanBerkurangnya arus normal percakapan yang disertai dengan apatis, avolisi (tidak ada dorongan kehendak) , defensif atau defisit kognitif.ini dimanifestasikan oleh berkurangnya kelancaran dan produktivitas dalam proses interaksi verbal.Dasar penilaian : proses kognitif verbal yang dapat diobservasi selama wawancara.

N7 Pemikiran stereotipikBekurangnya kelancaran, spontanitas dan fleksibilitas proses pikir yang terbukti dari kekakuan, pengulangan atau isi pikir yang miskin.Dasar penilaian : proses kognitif verbal yang diobservasi selama wawancara.

SKALA PSIKOPATOLOGI UMUM (G)

G1 Kekhawatiran somatic

keluhan-keluhan fisik atau keyakinan tentang penyakit atau malfungsi tubuh. Ini mungkin berkisar dari rasa yang samar tentang perasaan tidak sehat sampai pada waham yang jelas tentang penyakit fisik yang parah.

Dasar penilaian : isis pikiran yang diekspresikan dalam wawancara.

G2 Anxietas

Pengalam subjektif tentang kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan atau ketidaktenangan yang berkisar dari

53

Page 54: anamnesis psikiatrik

kekhawatiran berlebihan tentang masa kini atau masa depan sampai perasaan panik.

Dasar penilaian : lapoan lisan selam wawancara dan manifestasi fisik yang terkait.

G3 Rasa bersalah

Rasa penyesalan yang mendalam atau menyalahkan diri sendiri terhadap perbuatan salah atau bayangan kelakuan buruk pada masa lampau.

Dasar penilaian : laporan lisan mengenai rasa bersalah selama wawancara dan pengaruhnya terhadap sikap dan pikiran.

G4 Ketegangan

Manifestasi fisik yang jelas tentang ketakutan, ansietas dan agitasi seperti kekakuan, tremor, keringat berlebihan dan ketidaktenagaan.

Dasar penilaian : laporan lisan membuktikan adanya anxietas dan karenanya derajat keparahan menifestasi fisik ketegangan dapat dilihat selama wawancara.

G5 Mannerisme dan sikap tubuh

Gerakan atau sikap yang tida wajar seperti yang ditandai oleh kejanggalan, kaku, disorganisasi, atau penampilan yang bizar.

Dasar penilaian : observasi tentang manifestasi fisik selama wawancara dan juga laporan dari perawat atau keluarga.

G6 Depresi

Perasaan sedih, putus asa, rasa tidak berdaya dan pesimisme.

Dasar penilaian : laporan lisan tentang alam perasaan depresi selama wawancara dan yang teramati pengaruhnya terhadap

54

Page 55: anamnesis psikiatrik

sikap dan perilaku.

G7 Retardasi motorik

Penurunan aktivitas seperti tampak dalam perlambatan atau kurangnya gerakan dan pembicaraan, penurunan respons terhadap stimuli dan pengurangan tonus tubuh.

Dasar penilaian : manifestasi selama wawancara dan juga laporan oleh perawat atau keluarga.

G8 Ketidakkooperatifan

Aktivitas menolak untuk patuh terhadap keinginan tokoh bermakna termasuk pewawancara, staf rumah sakit, atau keluarga yang mungkin disertai dengan rasa tidak percaya, defensif, keras kepala, negativistik, penolakan terhadap otorita, hostilitas atau suka membangkang.

Dasar penilaian : perilaku interpersonal yang diobservasi selama wawancara dan juga dilaporkan oleh perawat atau keluarga.

G9 Isi pikiran yang tidak biasa

Proses pikir ditandai oleh ide-ide yang asing, fantastik atau bizar berkisar dari yang ringan atau atipikal sampai distorsi tidak logis dan sangat tidak masuk akal.

Dasar penilaian : isis pikiran yang diekspresikan selama wawancara.

G10 Disorientasi

Kurang menyadari hubungan seseorang dengan lingkungannya, termasuk orang, tempat dan waktu yang mungkin disebabkan oleh kekacauan atau penarikan diri.

55

Page 56: anamnesis psikiatrik

Dasar penilaian : respons terhadap pertanyaan tentang orientasi.

G11 Perhatian buruk gagal dalam memusatkan perhatian yang ditandai oleh konsentrasi yang buruk, perhatian yang mudah teralih oleh stimuli eksternal dan internal dan kesulitan dalam mengendalikan, mempertahankan, atau mengalihkan fokus pada stimuli yang baru.

Dasar penilaian : manifestasi-menifestasi selama wawancara

G12 Kurangnya daya nilai dan tilikan

Hendaya kesadaran atau pemahaman atas kondisi psikiatri dan situasi kehidupan dirinya. Dibuktikan oleh kegagalan untuk mengenali penyakit atau gejala-gejala psikiatri yang lalu atau sekarang, menolak perlunya perawatan atau pengobatan psikiatri, keputusan ditandai oleh buruknya antisipasi terhadap konsekuensi, serta rencana jangka pendek dan jangka panjang yang tidak realistik.

Dasar penilaian : isi pikiran yang diekspresikan selama wawancara.

G13 Gangguan dorongan kehendak

Gangguan dorongan kehendak, makan dan minum dan pengendalian pikiran, perilaku dan gerakan – gerakan serta pembicaraan.

Dasar penilaian : isi pikiran dan perilaku yang dimanifestasikan selama wawancara.

G14 Pengendalian impus yang buruk

Gangguan pengaturan dan pengendalian impuls yang mengakibatkan pelepasan ketegangan dan emosi yang tiba-tiba, tidak teratur, sewenang-wenang atau tidak terarah tanpa

56

Page 57: anamnesis psikiatrik

merisaukan konsekuensinya.

Dasar penilaian : perilaku selama wawancara dan yang dilaporkan oleh perawat atau keluarganya.

G15 Preokupasi

Terpaku pada pikiran dan perasaan yang timbul dari dalam diri dan disetai pengalaman autistik sedemikian rupa sehingga terjadi gangguan orientasi realita dan perilaku adaptif.

Dasar penilaian : perilaku interpersonal yang tampak selama wawancara.

G16 Penghindaran sosial secara aktif

Penurunan keterlibatan sosial yang disertai adanya ketakutan yang tidak beralasan, permusuhan atau ketidakpercayaan.

Dasar penilaian : laporan fungsi sosial oleh perawat atau keluarga.

Sumber pustaka

1. Rudyanto,B.Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Balai penerbit FK UI.Jakarta: 2007

2. www.tepou.co.zn/file/information-programme/panss.pdf

3. Kaya,s,A.Fiszbein, L.A.Opler.PANSS.Psychiatric university hospital Zurich.Division of Clinicalpsychiatry:2007

57

Page 58: anamnesis psikiatrik

BPRS

BPRS adalah 24 poin skala pengukuran gejala positif, psikopatologi umum dan gejala afektif.. Beberapa (diantaranya seperti tingkah laku dan sikap) dapat dinilai hanya dengan pengamatan pada pasien, hal lainnya (misalnya kecemasan) melibatkan elemen diri yang dilaporkan oleh pasien.

BPRS mencakup 24 poin yang mengatasi masalah somatic, anxietas, emotional withdrawal, konseptual disorganisasi, perasaan bersalah, tension, tingkah laku dan sikap, waham kebesaran, mood depresi, permusuhan, waham curiga, halusinasi, retardasi motorik, tidak kooperatif, isi pikiran yang tidak biasa, afek tumpul, perasaan kegembiraan, disorientasi, dll.

Tujuan Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS) adalah skoring yang dirancang untuk menilai perubahan keparahan psikopatologi. BPRS awalnya dirancang untuk mengukur perubahan gejala pada pasien dengan penyakit psikotik. Dengan demikian, hal-hal yang terdapat pada BPRS fokus pada gejala yang umum pada pasien dengan gangguan psikotik, termasuk skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya, serta yang ditemukan pada pasien dengan gangguan mood yang parah, terutama mereka dengan gejala psikotik. Poin-poin yang terdapat didalam BPRS mencakup berbagai gejala yang biasanya terlihat di kambuh psikotik, termasuk halusinasi, delusi, dan disorganisasi, serta gangguan mood yang mungkin juga menyertai kambuh (misalnya, permusuhan, kecemasan, dan depresi. BPRS tidak dirancang untuk secara komprehensif mengukur domain teoritis psikopatologi..

58

Page 59: anamnesis psikiatrik

Tabel Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS)1 Kekhawatiran somatik NA 1 2 3 4 5 6 7

2 Kecemasan NA 1 2 3 4 5 6 7

3 Depresi NA 1 2 3 4 5 6 7

4 Percobaan bunuh diri/ melukai diri

NA 1 2 3 4 5 6 7

5 Rasa bersalah NA 1 2 3 4 5 6 7

6 Permusuhan NA 1 2 3 4 5 6 7

7 Mood yang meningkat/ euforia

NA 1 2 3 4 5 6 7

8 Kebesaran NA 1 2 3 4 5 6 7

9 Kecurigaan NA 1 2 3 4 5 6 7

10 Halusinasi NA 1 2 3 4 5 6 7

11 Isi pikiran yang aneh NA 1 2 3 4 5 6 7

12 Tingkah laku aneh NA 1 2 3 4 5 6 7

13 Pengabaian diri NA 1 2 3 4 5 6 7

14 Disorientasi NA 1 2 3 4 5 6 7

15 Disorganisasi konsep NA 1 2 3 4 5 6 7

16 Afek tumpul NA 1 2 3 4 5 6 7

17 Emotional withdrawal NA 1 2 3 4 5 6 7

59

Page 60: anamnesis psikiatrik

18 Retardasi motorik NA 1 2 3 4 5 6 7

19 Ketegangan NA 1 2 3 4 5 6 7

20 Tidak kooperatif NA 1 2 3 4 5 6 7

21 Emosional yang memuncak (excitement)

NA 1 2 3 4 5 6 7

22 Distraktibilitas NA 1 2 3 4 5 6 7

23 Hiperaktif motorik NA 1 2 3 4 5 6 7

24 Prilaku dan sikap tubuh NA 1 2 3 4 5 6 7

Ketereagan: NA: not assessed ( tidak dinilai)

1 2 3 4 5 6 7

Tidak sangat ringan sedang sedang berat sangat ada ringan berat berat

Sumber pustaka

1. Rudyanto,B.Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Balai penerbit FK UI.Jakarta: 2007

60

Page 61: anamnesis psikiatrik

PERSONALITY AND SOCIAL PERFORMANCE ( PSP )

Tes Personality and Social Performance adalah salah satu alat ukur yang dikembangkan pada tahun 1999 dan mulai dipublikasikan pada tahun 2000 oleh Morosini dkk, dimana alat ini dipergunakan untuk mengukur fungsi sosial seorang pasien. Alasan utama pengembangan PSP ini diantaranya adalah untuk menciptakan alat ukur yang sederhana, misalnya hanya membutuhkan sedikit latihan untuk dapat menggunakannya dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengisi, khususnya untuk klinisi yang sibuk dan berorientasi pada praktis klinis sehari-hari.

Penuntun wawancara ini merupakan alat bantu untuk mendapatkan informasi yang penting mengenai performa sosial dan pekerjaan serta dampak perilaku-perilaku yang berhubungan dengan gangguan mental. Oleh sebab itu, alat ini tidak dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai simptomatologi atau untuk digunakan secara eksklusif ketika menentukan informasi mengenai perilaku dan atau perubahan-perubahan yang berhubungan dengan penyakit atau fungsi seorang subyek.

Personal and Social Performance Scale adalah menggunakan Social and Occupational Functioning Assessment Scale (SOFAS) sebagai dasar pengembangannya, yang terdiri dari 4 ranah yaitu:

– Merawat diri dengan 6 komponennya– Aktivitas sosial yang berguna dengan 3 komponennya– Relasi personal dan sosial dengan 2 komponennya

61

Page 62: anamnesis psikiatrik

– Perilaku agresif dan mengganggu dengan 5 komponennya.

Social and Occupational Functioning Assessment Scale (SOFAS) sendiri adalah skala yang diusulkan dalam DSM IV-TR untuk menilai secara khusus fungsi sosial dan okupasi pasien. SOFAS disusun berdasarkan GAF yang sudah sejak lama digunakan.

Empat ranah dari PSP adalah mencakup 16 komponen terukur dengan dibantu 19 butir pertanyaan dalam bentuk wawancara terstruktur. Jawaban atas setiap butir pertanyaan, digunakan untuk menilai derajat setiap ranah, masing-masing ranah diwakili oleh 6 derajat. Indeks ini tidak membebani subyek yang diukur, karena hanya perlu menjawab 19 butir pertanyaan dengan jawaban yang sederhana. Kalkulasi skor total yang sederhana yaitu dengan mencocokkan derajat masing-masing ranah dengan tabel skor dalam bentuk interval 10 poin seperti skoring GAF dan kemudian menentukan skor final diantara 10 poin interval tersebut. Waktu yang diperlukan untuk melakukan seluruh proses ini dalam praktek klinis sehari-hari adalah antara 5 – 10 menit.

PSP memiliki tingkat reliabilitas: koefisien korelasi intra-kelas adalah 0.98; koefisien inter-rater adalah 0.77-1. Dengan demikian, hasil koefisien reliabilitas secara keseluruhan mengindikasikan PSP memiliki reliabilitas yang tinggi

62

Page 63: anamnesis psikiatrik

Domain/Ranah penilaian

Komponen

a.Perawatan diri • Minum obat • Makan• Mandi

• Keramas • Menyikat gigi• Mengganti pakaian

b.Aktivitas yangberguna secara sosial

• Bekerja atau bersekolah • Bekerja sebagai relawan atau mengikuti

aktivitas kelompok• Melakukan pekerjaan rumah tangga

c.Hubungan personal dan social

• Hubungan dengan pasangan, keluarga dan/atau teman-teman

• Sistem pendukung di luar terapi

d.Perilaku mengganggu dan agresif

• Bicara terlalu keras atau menyumpah • Mengancam melukai diri sendiri atau orang

lain• Memecahkan atau melempar benda-benda• Penyerangan fisik atau perkelahian• Perilaku sosial yang tidak pantas (misal:

membuka baju di depan umum, bersikap terlalu akrab, berbicara dengan suara terlalu keras/ berisik)

SKALA PSP

Pendahuluan: Saya akan bertanya kepada anda beberapa pertanyaan tentang kejadian selama satu bulan terakhir (atau protokol dengan kurun waktu tertentu). Jadi, tolong beritahu saya, bagaimana keadaan anda selama satu bulan terakhir?

PERAWATAN DIRI

1. Dimanakah Anda tinggal? Menurut pendapat Anda, bagaimana Anda mengurus diri sendiri selama sebulan terakhir?

2. Apakah Anda mendapat resep obat? Apakah Anda secara teratur meminum obat sesuai aturan yang dianjurkan menurut resep? Apakah ada orang lain yang harus mengingatkan atau menolong Anda?

63

Page 64: anamnesis psikiatrik

3. Rata-rata, apakah biasanya Anda makan paling tidak 2 kali sehari selama satu bulan terakhir? Apakah orang lain harus mengingatkan atau menolong Anda? (Jika ya: seberapa sering?)

4. Seberapa sering Anda mandi dalam sehari? Apakah orang lain harus mengingatkan Anda atau menolong Anda mandi? (Jika ya: seberapa sering?)

5. Berapa sering Anda menggosok gigi? Apakah orang lain yang harus mengingatkan atau menolong Anda? (Jika ya: seberapa sering?)

6. Menurut pendapat Anda, bagaimana penampilan Anda selama sebulan terakhir ini? Seberapa sering Anda keramas rambut? Apakah orang lain harus mengingatkan atau menolong Anda? (Jika ya: seberapa sering? Seberapa sering Anda mengganti baju? Apakah orang lain harus mengingatkan atau menolong Anda? (Jika ya: seberapa sering?)

Seberapa sering Anda mencuci baju Anda? Apakah orang lain harus mengingatkan atau menolong Anda? (Jika ya: seberapa sering?)

(Catatan: Paling tidak pasien berinisiatif meminta bantuan orang lain utk mencuci bajunya)

AKTIFITAS YANG BERGUNA SECARA SOSIAL

( termasuk bekerja dan sekolah / belajar )

1. Bagaimana Anda menghabiskan waktu Anda selama sebulan terakhir?Apakah Anda bekerja? (Jika ya: Berapa sering Anda dijadwalkan bekerja? Berapa sering Anda hadir bekerja?)

Apakah Anda menjadi relawan di sesuatu tempat?(Jika ya: Berapa sering Anda dijadwalkan bekerja? Berapa sering Anda hadir bekerja?)

Apakah Anda pergi ke sekolah?(Jika ya: Berapa sering jadwalnya? Berapa sering Anda hadir?)

Apakah Anda menghadiri suatu program terapi?(Jika ya: Berapa sering Anda dijadwalkan? Berapa sering Anda hadir?)

2. Apakah Anda melakukan pekerjaan rumah tangga sebulan terakhir ini?

64

Page 65: anamnesis psikiatrik

(Seperti: memasak, mencuci, dll) (Jika ya: Seberapa sering aktivitas-aktivitas ini dilakukan?)

3. Apakah Anda berpartisipasi dalam aktivitas kelompok?(seperti: klub, kelompok pendukung, tim) (Jika ya: Seberapa sering aktivitas-aktivitas ini dijadwalkan? Seberapa sering Anda menghadirinya?)

4. Apakah Anda berpartisipasi dalam organisasi keagamaan atau menghadiri pelayanan keagamaan (seperti sholat berjamaah di rumah/ sholat Jumat di Masjid/ kebaktian di Gereja/Wihara/Pura/tempat ibadah lainnya? (Jika ya: Seberapa sering aktivitas-aktivitas ini dijadwalkan? Seberapa sering Anda menghadirinya?)

5. Bagaimana Anda mengisi waktu luang Anda? Apakah Anda mempunya hobi (kesukaan)? (Jika ya: Berapa kali frekuensi melakukan hal tersebut?

HUBUNGAN SOSIAL DAN PERSONAL

1. Siapakah orang yang dekat dengan Anda?2. Bagaimana hubungan Anda dengan mereka selama sebulan

terakhir ini? Berapa lama Anda menghabiskan waktu seorang diri dalam sehari?

Berapa lama waktu yang Anda habiskan bersama keluarga?

Berapa lama waktu yang Anda habiskan bersama teman-teman Anda?

Apakah Anda menelepon keluarga atau teman?

Bagaimana hubungan Anda dan rekan-rekan di tempat kerja/sekolah/ program terapi?

PERILAKU MENGGANGGU DAN AGRESIF

1. Selama sebulan terakhir, apakah Anda mudah tersinggung oleh orang lain?

Jika ya: Tolong ceritakan pada saya lebih lanjut tentang hal itu. Apa yang telah Anda lakukan dalam sebulan terakhir ini, jika Anda teriritasi atau marah dengan seseorang?

65

Page 66: anamnesis psikiatrik

2. Apakah Anda pernah bersikap yang oleh orang lain dianggap tidak pantas?

(seperti: berbicara pada orang asing dengan cara yang terlalu akrab, mengganggu orang lain dengan berbicara terlalu keras, membuka baju di depan umum)

3. Selama sebulan terakhir, apakah Anda pernah secara sengaja merusak sesuatu? Jika pernah: Tolong ceritakan pada saya lebih lanjut tentang hal itu.Apakah Anda pernah melempar barang?

Apakah Anda pernah memukul perabot rumah tangga atau dinding?

Jika pernah: Seberapa sering hal ini terjadi dalam sebulan terakhir? 

4. Selama sebulan terakhir, apakah Anda pernah bertengkar mulut?5. Bagaimana dengan perkelahian fisik?

Jika pernah: Tolong ceritakan pada saya lebih lanjut tentang hal itu.

Pernahkah Anda menyumpahi seseorang?

Pernahkah suara Anda meninggi atau berteriak pada seseorang?

Pernahkah Anda mengancam untuk melukai seseorang?

Pernahkah Anda mencoba melukai diri sendiri?

Pernahkah Anda melakukan percobaan bunuh diri? 

Jika pernah: Apakah percobaan ini mempengaruhi kemampuan atau fungsi Anda?

Jika ya: Tolong ceritakan pada saya lebih lanjut tentang hal itu (contohnya: kehilangan pekerjaan, dirawat di rumah sakit) 

6. Seberapa sering perilaku yang Anda ceritakan tadi terjadi selama satu bulan terakhir ini?

Domain / Komponen

66

Page 67: anamnesis psikiatrik

Ranah penilaian

a. Perawatan diri • Minum obat • Makan• Mandi• Keramas • Menyikat gigi• Mengganti pakaian

b.Aktivitas yang berguna secara sosial

• Bekerja atau bersekolah • Bekerja sebagai relawan atau

mengikuti aktivitas kelompok• Melakukan pekerjaan rumah tangga

c. Hub. personal dan social

• Hubungan dengan pasangan, keluarga dan/atau teman-teman

• Sistem pendukung di luar terapid. Perilaku mengganggu

dan agresif

• Bicara terlalu keras atau menyumpah • Mengancam melukai diri sendiri atau

orang lain• Memecahkan atau melempar benda-

benda• Penyerangan fisik atau perkelahian• Perilaku sosial yang tidak pantas

(misal: membuka baju di depan umum, bersikap terlalu akrab, berbicara dengan suara terlalu keras/ berisik)

Keparahan hendaya (ranah a-c) :

67

Page 68: anamnesis psikiatrik

1. Tidak ada

2. Ringan : hanya oleh seseorang yang sangat mengenal pasien.

3. Terlihat : kesulitan jelas terlihat oleh semua orang. Secara substansial tidak mengganggu kemampuan dalam menjalankan peran dalam area tersebut sesuai kontek sosio-kultural, usia, jenis kelamin, pendidikan pasien.

4. Nyata/ jelas : kesulitan mengganggu peran kemampuannya dalam bidang tersebut, namun individu masih dapat melakukan beberapa hal tanpa pertolongan profesional/ sosial, meskipun tidak adequat dan/ kadang-kadang saja. Bila dibantu mungkin dapat mencapai taraf fungsi sebelumnya.

5. Berat : Kesulitan membuat individu tidak dapat menjalankan peran apapun dalam bidang tersebut jika tidak dibantu profesional atau mendorong individu menjadi destruktif, meskipun demikian tidak ada resiko kematian.

6. Sangat berat : intensitas hendaya/ kesulitan yang ada membahayakan diri individu. Resiko bunuh diri harus diperhitungkan hanya jika pikiran bunuh diri itu mempengaruhi fungsi sosialnya.

Keparahan hedaya (ranah d):

1. Tidak ada

2. Ringan : setara kekasaran ringan, tidak dapat bergaul/ mengeluh.

3. Terlihat : perilaku seperti berbicara keras atau berbicara pada orang lain dengan sikap terlalu akrab atau makan dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial.

4. Nyata/ jelas : menghina orang ditempat umum, memecahkan/ merusak benda, sering berperilaku tidak sesuai secara sosial tetapi dalam cara yang tidak membahayakan (telanjang, kencing ditempat umum), tidak terjadi sesekali.

5. Berat : sering mengancam secara verbal / menyerang secara fisik, tanpa sebab/ kemungkinan luka yang serius, tidak terjadi sesekali.

6. Sangat berat: berniat/ tampak dapat menyebabkan luka serius, tidak terjadi sesekali.

68

Page 69: anamnesis psikiatrik

*Pada konteks ini,’tidak terjadi sesekali’ didefinisikan sebagai kemunculan > 3 kali selama periode tertentu.

Perilaku mengganggu ini dapat dipertimbangkan ‘hanya sesekali’ jika muncul hanya satu atau dua kali selama periode, dan professional kesehatan jiwa dan pengasuh yakin bahwa tidak akan muncul lagi dalam 6 bulan mendatang. Pada kasus ini, skornya harus diturunkan 1 (contoh, berat menjadi nyata/jelas)

No

Nilai ke-4 Ranah

Tidak

Ringan

Terlihat

Nyata/ jelas

Berat

Sangat Berat

1 Perawatan diri

2 Aktivitas yang berguna secara social

3 Hubungan personal dan social

4 Perilaku mengganggu dan agresif

Skoring PSP dengan interval 10 poin69

Page 70: anamnesis psikiatrik

100-91 : Fungsi yang sangat baik pada semua ranah. Pasien dipertimbangkan dalam kualitas yang baik, mampu beradaptasi terhadap masalah kehidupan dengan adekuat, dan terlibat dalam aktivitas dan ketertarikan yang luas.

90-81 : Fungsi yang baik pada semua ranah. Pasien hanya menunjukkan masalah dan kesulitan yang umum.

80-71 : Kesulitan ringan pada satu atau lebih dari ranah a-c

70-61 : Kesulitan yang terlihat tetapi tidak sampai nyata/jelas pada satu atau lebih ranah a-c; atau kesulitan ringan pada d. Untuk ranah b, bengkel kerja dapat dimasukkan jika prestasi kerjanya baik.

60-51 : Kesulitan yang nyata/jelas hanya pada salah satu ranah a-c; atau adanya kesulitan yang terlihat pada ranah d.

50-41 : Kesulitan yang nyata/jelas pada dua atau tiga ranah a-c; atau kesulitan berat hanya pada satu domain a-c tanpa kesulitan yang nyata/jelas pada dua ranah lainnya. Tidak ada kesulitan yang nyata/jelas pada d.

40-31 : Kesulitan berat hanya pada satu dari ranah a-c dan kesulitan yang nyata/jelas pada paling tidak satu dari dua yang lainnya; atau kesulitan yang nyata/jelas pada ranah d.

30-21 : Kesulitan berat pada dua ranah a-c; atau kesulitan berat pada d, walaupun jika kesulitan berat dan nyata/jelas tidak ada pada ranah a-c.

20-11 : Kesulitan berat pada semua ranah a-c; atau kesulitan sangat berat pada d, walaupun kesulitan berat tidak ada pada ranah a-c. Jika pasien bereaksi terhadap stimulus eksternal, skor yang disarankan (20-16); jika tidak (16-11).

10-1 : Tidak adanya otonomi pada fungsi dasar dengan perilaku yang ekstrim tetapi. tanpa risiko pertahanan hidup (skor 10-6); atau dengan risiko pertahanan hidup, seperti malnutrisi, dehidrasi, infeksi, tidak dapat menyadari situasi berbahaya (skor 5-1)

Sumber pustaka

70

Page 71: anamnesis psikiatrik

1. Rudyanto,B.Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Balai penerbit FK UI.Jakarta: 2007

HDRS DAN HAM-A

71

Page 72: anamnesis psikiatrik

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)skor 0-7 normal (atau dalam remisi klinis)skor 20 atau lebih tinggi (keparahan moderat) biasanya diperlukan untuk masuk ke uji klinis.

1 Mood Depresi (sedih, putus asa, tak berdaya, tak berharga)0 | __ | Absen.1 | __ | menyatakan perasaan hanya sesuai pertanyaan.2 | __ | menyatakan perasaan secara spontan melaporkan secara lisan.3 | __ | Berkomunikasi menyatakan perasaan non-verbal, yaitu melalui ekspresi wajah, postur, suara dan kecenderungan untuk menangis.4 | __ | Pasien melaporkan hampir hanya perasaan dinyatakan ini dalam / komunikasinya verbal dan non-verbal spontan.

2 DARI PERASAAN BERSALAH0 | __ | Absen.1 | __ | cela diri, merasa dia telah membiarkan orang-orang gagal.2 | __ | perasaan bersalah atau merasa atas kesalahan masa lalu atau perbuatan berdosa.3 | __ | penyakit sebagai hukuman. Delusi bersalah.4 | __ | menuduh atau yg mencela suara dan / atau pengalaman mengancam halusinasi visual.

3 BUNUH DIRI0 | __ | Absen.1 | __ | Terasa enggan untuk hidup2 | __ | berharap ia sudah mati atau pikiran kematian mungkin untuk diri sendiri.3 | __ | Ide atau usaha bunuh diri.4 | __ | Usaha-usaha bunuh diri (setiap upaya serius tingkat 4).

72

Page 73: anamnesis psikiatrik

4 INSOMNIA : AWAL MALAM0 | __ | Tidak sulit tidur.1 | __ | Keluhan kesulitan kadang-kadang jatuh tertidur, yaitu lebih dari 1 / 2 jam.2 | __ | Keluhan kesulitan tidur malam.

5 INSOMNIA: TENGAH MALAM0 | __ | tidak ada kesulitan1 | __ | Pasien mengeluh menjadi gelisah dan terganggu pada malam hari.2 | __ | jalan pada malam hari - setiap bangun dari tempat tidur tingkat 2 (kecuali untuk tujuan miksi).

6 INSOMNIA: AKHIR MALAM0 | __ | tidak ada kesulitan1 | __ | Bangun di pagi hari, namun kembali tidur.2 | __ | Tidak dapat jatuh tertidur lagi jika dia beranjak dari tempat tidur.

7 KERJA DAN KEGIATAN0 | __ | Tidak ada kesulitan1 | __ | Pikiran dan perasaan tidak mampu, kelelahan atau kelemahan yang berkaitan dengan kegiatan, pekerjaan atau hobi.2 | __ | Kehilangan minat dalam kegiatan, hobi atau pekerjaan - baik secara langsung dilaporkan oleh pasien atau tidak langsung lesu, keragu-raguan dan kebimbangan (merasa dia tidak ada dorongan diri untuk bekerja atau kegiatan).3 | __ | Penurunan dalam waktu aktual yang dihabiskan dalam kegiatan atau penurunan produktivitas. Tingkat 3 jika pasien tidak menghabiskan setidaknya tiga jam sehari dalam kegiatan (pekerjaan atau hobi) tidak termasuk tugas-tugas rutin.4 | __ | Berhenti bekerja karena sakit ini. Tingkat 4 jika pasien

73

Page 74: anamnesis psikiatrik

tidak terlibat dalam kegiatan selain tugas rutin, atau jika pasien gagal untuk melaksanakan tugas-tugas rutin tanpa bantuan.

8 retardasi (kelambatan berpikir dan berbicara, gangguan kemampuan untuk berkonsentrasi, penurunan aktivitas motorik)0 | __ | pidato Normal dan berpikir.1 | __ | Sedikit terlambat selama wawancara.2 | __ | keterbelakangan nyata selama wawancara.3 | __ | Wawancara sulit.4 | __ | stupor/mematung.

9 AGITASI/GUGUP0 | __ | Tidak ada.1 | __ | keresahan.2 | __ | Bermain dengan tangan, rambut, dll3 | __ | Bergerak-gerak, tidak bisa duduk diam.4 | __ | memeras tangan, menggigit kuku, menarik rambut, menggigit bibir.

10 Kecemasan Psikis0 | __ | kesulitan No.1 | __ | subjektif ketegangan dan mudah tersinggung.2 | __ | Khawatir tentang hal-hal kecil.3 | __ | memprihatinkan sikap tampak dalam wajah atau ucapan.4 | __ | Ketakutan dinyatakan tanpa ditanyakan.

11 kecemasan somatik (bersamaan kecemasan fisiologis) seperti: gastro-intestinal - mulut kering, angin, gangguan pencernaan, diare, kram, sendawa cardio-vascular - palpitasi, sakit kepala pernafasan - hiperventilasi, mendesah berkeringat frekuensi kencing0 | __ | Absen.1 | __ | Ringan.

74

Page 75: anamnesis psikiatrik

2 | __ | Sedang.3 | __ | Parah.4 | __ | disabilitas.

12 GEJALA somatik gastro-intestinal0 | __ | Tidak ada.1 | __ | Kehilangan nafsu makan tetapi makan tanpa dorongan. Perasaan berat di perut.2 | __ | Kesulitan makan tanpa. Permintaan atau memerlukan obat pencahar atau obat pencahar atau obat untuk gejala gastro-intestinal.

13 GEJALA somatik UMUM0 | __ | Tidak ada.1 | __ | Berat di kaki, punggung atau kepala. Sakit punggung, sakit kepala, nyeri otot. Kehilangan energi dan kelelahan.2 | __ | Setiap gejala yang jelas tingkat 2.

14 GEJALA Genital (gejala seperti kehilangan libido, gangguan haid)0 | __ | Absen.1 | __ | Sedang.2 | __ | Parah.

15 HYPOCHONDRIASIS0 | __ | Absen.1 | __ | Self-absorpsi (tubuh).2 | __ | kecenderungan dengan kesehatan.3 | __ | Sering muncul keluhan, permohonan bantuan, dll4 | __ | Hypochondriacal delusi.

16 KEHILANGAN BERAT a) Menurut pasien b) Menurut pengukuran mingguan patient:

75

Page 76: anamnesis psikiatrik

0 | __ | Tidak ada penurunan BB.1 | __ | Kemungkinan BB turun2 | __ | Pasti (menurut pasien)3 | __ | Tidak dinilai.

0 | __ | < 1 kg dalam 1 minggu BB.1 | __ | > 1 kg kehilangan BB, diikuti sakit2 | __ | > 2 kgkehilangan BB.3 | __ | Tidak dinilai.

17 WAWASAN0 | __ | Mengakui menjadi tertekan dan sakit.1 | __ | penyakit Mengakui tetapi dengan alasan makanan yang buruk, iklim, kerja paksa, virus, perlu untuk istirahat, dll2 | __ | Bantah sedang sakit sama sekali.

Total nilai: |__|__||

HAMILTON ANXIETY RATING SCALE (HAM-A)Klasifikasi gejala: 0 - tidak ada; 1 - ringan; 2 - sedang; 3 - berat; 4 – sangat berat. HAM-Tingkat skor kecemasan: <17 ringan; 18 - 24 ringan sampai sedang; 25 - 30 sedang sampai berat.

1. Mood Cemas 0 1 2 3 4 • kekhawatiran • mengantisipasi terburuk 2. Ketegangan 0 1 2 3 4 • mengejutkan • mudah menangis • gelisah • gemetar 3. Ketakutan 0 1 2 3 4

9. Gejala Kardiovaskular 0 1 2 3 4 • takikardia • berdebar-debar • nyeri dada • perasaan pingsan 10. Gejala Pernapasan 0 1 2 3 4 • Dada tertekan

76

Page 77: anamnesis psikiatrik

• takut gelap • takut orang asing • takut sendirian • takut hewan 4. Insomnia 0 1 2 3 4 • kesulitan jatuh tertidur atau tetap tertidur • kesulitan dengan mimpi buruk 5. Intelektual 0 1 2 3 4 • miskin konsentrasi • penurunan memori 6. Mood Depresi 0 1 2 3 4 • menurunkan keinginan dalam aktivitas • anhedonia • insomnia 7. Keluhan somatik - Muscular 0 1 2 3 4 • nyeri otot atau nyeri • bruxism 8. Keluhan somatik - Sensory 0 1 2 3 4 • tinnitus • penglihatan kabur

• sensasi tersedak • sesak napas 11. Gejala gastrointestinal 0 1 2 3 4 • disfagia • mual atau muntah • sembelit • berat badan 12. Gejala Genitourinari 0 1 2 3 4 • frekuensi kemih meningkat atau urgensi • dismenore • impotensi 13. Gejala Otonom 0 1 2 3 4 • kering mulut • flushing • muka pucat • berkeringat 14. Perilaku saat Wawancara 0 1 2 3 4 • gelisah • tremor • mondar-mandir

SKOR TOTAL: ___________

Sumber Pustaka1. Hamilton M. A rating scale for depression. J Neurol

Neurosurg Psychiatry 1960;23:56–62

77

Page 78: anamnesis psikiatrik

78