Top Banner
i ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA PETERNAKAN BERBASIS SISTEM AGRIBISNIS DI JAWA TENGAH DISERTASI Oleh : TITIK EKOWATI 08/276234/SPN/00359 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012
50

ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

Aug 17, 2019

Download

Documents

trandung
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

i

ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA PETERNAKAN

BERBASIS SISTEM AGRIBISNIS DI JAWA TENGAH

DISERTASI

Oleh :

TITIK EKOWATI 08/276234/SPN/00359

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

2012

Page 2: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

ii

ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG

DAN OPTIMALISASI USAHA PETERNAKAN BERBASIS SISTEM AGRIBISNIS DI JAWA TENGAH

Disertasi untuk memperoleh

Derajat Doktor dalam Ilmu Pertanian

Minat Ekonomi Pertanian

Universitas Gadjah Mada

Dipertahankan di hadapan

Dewan Penguji Program Pasca Sarjana

Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Pada tanggal : 21 September 2012

Oleh :

TITIK EKOWATI 08/276234/SPN/00359

Lahir di Yogyakarta

Page 3: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

1

RINGKASAN

ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN

OPTIMALISASI USAHA PETERNAKAN BERBASIS SISTEM AGRIBISNIS

DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN

Usaha ternak sapi potong merupakan salah satu bentuk kegiatan usaha yang

banyak ditekuni masyarakat di Jawa Tengah. Makna yang terkandung dalam usaha

tersebut adalah bagaimana usaha ternak sapi potong dijalankan oleh peternak guna

mendapatkan hasil yang lebih baik, baik dari sisi pendapatan maupun skala usaha.

Kebijakan pengembangan usaha ternak sapi potong pada dasarnya mempunyai

korelasi dan hubungan sinergis dengan usaha pertanian khususnya tanaman pangan,

mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan bahan baku (pakan) dari usaha

ternak. Salah satu kebijakan dalam pengembangan pertanian lahan kering adalah pola

usahatani terpadu (integrated farming system), mengingat pola tersebut selain

memberikan manfaat ekonomi, juga memberikan keuntungan dalam konservasi lahan

dan meningkatkan produktivitas lahan. Dengan adanya pembangunan subsektor

peternakan, maka akan mendorong dan mencerminkan adanya potensi pengembangan

dari komoditas ternak dan terciptanya peluang penanaman modal. Langkah yang dapat

ditempuh antara lain dengan mendekatkan aspek komoditas pada sistem agribisnis.

Program Pengembangan Agribisnis (PPA) diarahkan pada pengembangan usaha

komoditas yang memiliki nilai komersial yang ditangani oleh rakyat banyak.

Page 4: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

2

Pembangunan pertanian (dalam arti luas) dengan pendekatan agribisnis merupakan

usaha rakyat dengan memperhatikan kelengkapan empat fungsi agribisnis (subsistem

sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pasca panen dan subsistem pemasaran).

Konsep ini mempunyai arti, bahwa pembangunan pertanian harus berorientasi pasar dan

tidak lagi sekedar berproduksi. Sehingga pembangunan usaha peternakan rakyat dengan

pendekatan agribisnis, mempunyai pengertian bahwa sebenarnya tidak ada hambatan

lain dalam pembangunan tersebut kecuali jika salah satu system agribisnis belum ada

dalam perekonomian tersebut (Sudaryanto, 1993 dan Baharsyah, 1997)

Dalam dua dasawarsa terakhir permintaan produk peternakan, khususnya daging

sapi, terus meningkat. Rata-rata laju peningkatan konsumsi daging sapi antara Tahun

2005 – 2009 mencapai 5,43% dibandingkan dengan laju peningkatan produksi sapi

potong sebesar 3,69%, maka dalam jangka panjang diperkirakan akan terjadi

kekurangan produksi akibat adanya pengurasan ternak sapi yang berlebihan (Priyanto,

2005).

Mengingat adanya kesenjangan produksi, konsumsi dan populasi, maka

pengembangan ternak sapi potong di daerah perlu mendapat perhatian. Beberapa

sumberdaya lokal yang ada dan dapat dipergunakan sebagai indikator pengembangan

sapi potong antara lain :

1. Ketersediaan biomasa yang berasal dari limbah pertanian maupun perkebunan

2. Tersedianya hijauan pakan yang cukup untuk kebutuhan ternak

3. Tersedianya sumberdaya genetik ternak lokal yang sudah beradaptasi di

lingkungan tropis (Diwyanto et al., 2005).

Page 5: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

3

II. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka tujuan yang penelitian adalah :

1. Menganalisis pengaruh aktivitas subsistem agribisnis terhadap penerapan

agribisnis usaha ternak sapi potong.

2. a. Menganalisis produksi usaha ternak sapi potong dan faktor yang mempengaruhi

nya

b. Menganalisis pendapatan peternak sapi potong dan faktor yang

mempengaruhinya

c. Menganalisis konsumsi pangan rumahtangga peternak sapi potong dan faktor

yang mempengaruhinya

d. Menganalisis modal usaha sapi potong dan faktor yang mempengaruhinya.

3. Menganalisis usaha ternak sapi potong secara optimal berdasarkan sumberdaya

yang tersedia pada peternak sapi potong.

III. LANDASAN TEORI

3.1. Konsep Agribisnis

Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas beberapa subsistem yang

tergabung dalam rangkaian interaksi dan interdependensi secara regular, serta

terorganisir sebagai suatu totalitas. Kegiatan agribisnis merupakan suatu sistem aktivitas

yang dimulai dari hulu sampai hilir. Berdasarkan aktivitas tersebut, maka kondisi aktual

penerapan agribisnis yang terdiri atas 4 (empat) subsistem yang merupakan obyek atau

komponen dari sistem agribisnis, yaitu : 1) subsistem penyediaan sarana produksi, 2)

Page 6: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

4

subsistem proses produksi (usahatani/ternak), 3) subsistem penanganan pasca panen dan

4) subsistem pemasaran. Keempat subsistem tersebut merupakan suatu runtut kegiatan

yang berkesinambungan mulai dari hulu sampai hilir, sehingga dapat dikatakan

keberhasilan dari sistem agribisnis sangat tergantung dari kemajuan yang dicapai dari

setiap subsistem sebagai simpulnya.

3.2. Pendekatan Rumahtangga Tani

Rumahtangga petani dapat dipandang sebagai suatu kesatuan aktivitas usaha

yang terdiri atas aktivitas produksi, aktivitas konsumsi dan aktivitas jasa tenaga kerja.

Semua aktivitas tersebut merupakan satu kesatuan sehingga rumahtangga petani tidak

dapat dipandang sebagai konsumen murni karena ada sebagian hasil produksi yang

dikonsumsi dan sebagian dijual sebagai bahan modal. Begitu pula dalam penggunaan

tenaga kerja, petani-peternak, tenaga kerja dapat berasal dari dalam keluarga ataupun

dari luar keluarga. Dengan demikian rumahtangga petani dapat dikatakan sebagai

produsen dan konsumen (Sawit, 1994).

Nakajima (1970) menyatakan bahwa rumahtangga petani berkaitan dengan

beberapa aktivitas yakni : (a) rumahtangga petani memperoleh pendapatan dari

penggunaan lahan, tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga untuk

berproduksi pada usahataninya sendiri, disebut dengan istilah rumahtangga petani, (b)

rumahtangga petani memperoleh pendapatan dari penggunaan tenaga kerja sendiri

sebagai upah, disebut dengan rumahtangga tenaga kerja, (c) rumahtangga petani dan

rumahtangga kerja mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan utilitas, (d)

Page 7: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

5

rumahtangga petani memaksimumkan utilitas melalui pengalokasian waktu dengan

bekerja dan menikmati waktu luang untuk mengkonsumsi hasil produksi usahatani

sendiri serta barang-barang lain yang dibeli di pasar.

Model rumahtangga petani oleh Nakajima yang dikembangkan oleh Sing et al.

(1986) dianggap meningkatkan kesejahteraan melalui maksimisasi kepuasan yang

diperoleh dari beragam komoditi. Pada kondisi ini waktu santai dianggap sebagai bentuk

konsumsi. Oleh karena itu, rumahtangga tidak hanya mengkonsumsi komoditi fisik,

tetapi juga waktu. Model rumahtangga pertanian menurut Sing et al. (1986) dinyatakan

sebagai fungsi kepuasan dalam bentuk:

U = U (Xa, Xm, X1), untuk a, m, 1 = 1, … n …………………….. (1)

Fungsi kepuasan memiliki sifat meningkat seiring dengan bertambahnya konsumsi atas

komoditi, namun dengan tingkat perubahan yang menurun. Berdasarkan persamaan (1)

diketahui bahwa kepuasan rumahtangga (U) diperoleh dari mengkonsumsi komoditi

yang diproduksi sendiri (Xa), komoditi yang dibeli di pasar (Xm) dan waktu santai (X1).

Kendala yang dihadapi rumahtangga untuk memaksimalkan fungsi kepuasan

yaitu pendapatan potensial, sumberdaya waktu dan fungsi produksi. Pendapatan

potensial merupakan kendala yang bersifat endogen, secara matematis dinyatakan dalam

persamaan:

pmXm = Y* =pa(Qa-Xa) – w(L-F) – V(Z) + E …………………… (2)

Persamaan (2) menjelaskan keseimbangan anggaran rumahtangga yaitu pengeluaran

(pmXm) sama dengan pendapatan potensial (Y*). Pm, pa dan W merupakan harga

komoditi pasar, harga komoditi sendiri dan tingkat upah. Qa, L, F, V dan Z adalah

Page 8: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

6

jumlah produksi rumahtangga, tenaga kerjam tenaga kerja keluarga, tenaga kerja luar

keluarga, harga input produksi variabel non kerja dan input produksi variabel non kerja

(input produksi lain). Pa dalam model Sing et al. (1986) sama dengan Px pada model

Nakajima (1970).

3.3. Produksi

Kendala fungsi produksi merupakan kendala dalam model rumahtangga (Singh et

al., 1986) dimana bentuk implisit fungsi produksi dinyatakan pada persamaan:

G(Qa:L,Z) …………………………………………………………. (.3)

Rumahtangga dianggap menghasilkan satu komoditi (Qa) atas penggunaan input (L) dan

(Z) dalam proses produksi.

Fungsi produksi model Cobb Douglas dapat digunakan sebagai alat analisis

penelitian dengan pendekatan ekonometrika (Debertin, 1986; Nicholson, 1999). Secara

matematis fungsi produksi model Cobb Douglas dapat diformulasikan sebagai berikut :

Y = A ∑(Xi)αi

∑(Zj)βj

............................................................................. (4)

m n

Ln Y = Ln A + ∑α1 ln X1 + ∑βj Ln Zj ………………………………. (5)

i-1 j=1

Keterangan :

Y = produk

A = intercept

Xi = faktor produksi variabel

Zj = faktor produksi tetap

α, β = koefisien regresi

α, β = koefisien regresi

Page 9: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

7

3.4. Alokasi Waktu

Singh et al. (1986) menyatakan bahwa sumberdaya waktu merupakan kendala

dalam rumahtangga tani. Waktu yang dialokasikan untuk santai dan bekerja sama

dengan total sumberdaya yang dimiliki rumahtangga (T= L + X1). Sedangkan fungsi

produksi dalam model rumahtangga tani tergantung pada penggunaan input L, yaitu

tenaga kerja dalam keluarga (G(Qa; L; Z)).

3.5. Pendapatan Usahatani dan Fungsi Keuntungan

Mubyarto (1989) menyatakan bahwa pendapatan merupakan selisih antara

penerimaan dengan biaya usaha yang telah dikeluarkan. Penerimaan adalah seluruh nilai

dari hasil produksi baik yang diterima, dikonsumsi sendiri, diberikan kepada orang lain

sebagai upah maupun yang digunakan dalam proses selanjutnya. Menurut Soekartawi

(2001) pendapatan kotor dihitung dalam bentuk nilai produksi baik yang dijual maupun

tidak dijual yang merupakan penerimaan dari kegiatan usaha. Penerimaan usaha dihitung

dari jumlah produksi dikalikan dengan harga per satuan produk. Nilai jual produksi yang

diperhitungkan dengan harga yang diterima petani merupakan gambaran keuntungan

nyata yang akan diterima petani (Sharma dan Sharma, 1981). Dengan demikian untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahaternak sapi potong

dapat dianalisis dengan fungsi keuntungan.

3.6. Konsumsi

Keputusan mengkonsumsi barang dan jasa juga termasuk dalam model

rumahtangga tani menurut Singh et al. (1986). Setelah rumahtangga membentuk

Page 10: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

8

pendapatan potensialnya, maka kesejahteraan akan dicapai melalui maksimisasi fungsi

kepuasan. Apabila pa adalah harga output usahatani, pm adalah harga barang yang dijual

di pasar, Y* adalah pendapatan potensial, maka maksimisasi fungsi kepuasan dengan

syarat pendapatan potensial membentuk persamaan permintaan rumahtangga atas

komoditi yang dikonsumsi, yakni :

Xi(pa, pm, Y*), untuk i= a, m ................................................................. (6)

3.7. Modal

Modal usahatani dalam arti mikro adalah faktor produksi modal yang disediakan,

diolah dan dikontrol di dalam suatu usahatani agribisnis maupun usahatani sederhana.

Rumahtangga tani berbeda dengan perusahaan pada umumnya. Rumahtangga tani

dipandang sebagai sebuah perusahaan komplek, yang terdiri atas berbagai aktivitas

produksi, konsumsi dan suplai tenaga kerja. Semua aktivitas tersebut tidak dipisah satu

sama lain, sehingga rumahtangga tidak dapat dipandang sebagai konsumen murni.

Aktivitas produksi yang berupa hasil produksi tidak semua dikonsumsi melainkan ada

yang dijual atau dijadikan sebagai bahan modal atau faktor produksi.

3.8. Hipotesis Penelitian

1) Penerapan agribisnis usaha ternak sapi potong dipengaruhi oleh subsistem sarana

produksi ternak, subsistem proses produksi (usahatani/ternak), subsistem pasca

panen dan penanganan produk ternak, subsistem pemasaran produk hasil ternak,

dan lembaga pendukung agribisnis pada usaha ternak sapi potong.

Page 11: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

9

2a) Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usaha ternak sapi potong adalah jumlah

induk, curahan waktu kerja, service per conception, jumlah hijauan pakan, jumlah

pakan tambahan, jumlah obat, pengalaman beternak, penerapan agribisnis dan

bangsa ternak.

2b) Pendapatan peternak sapi potong dipengaruhi oleh harga induk, jumlah sapi

potong, harga ternak sapi potong, harga hijauan pakan ternak, harga pakan

tambahan, upah tenaga kerja, penerapan agribisnis dan bangsa ternak sapi potong.

2c) Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah jumlah anggota

keluarga, harga beras, harga jagung, harga gula pasir, harga ikan, harga daging,

harga susu, harga tembakau, harga minyak tanah, usia suami, usia istri dan

pendapatan total rumahtangga petani-peternak sapi potong.

2d) Faktor-faktor yang mempengaruhi modal usaha sapi potong adalah jumlah induk

sapi potong, produksi ternak, curahan waktu kerja, harga ternak sapi potong,

konsumsi pangan, pendapatan total rumahtangga petani-peternak, harga pakan

hijauan, harga pakan tambahan dan penerapan agribsinis dan bangsa ternak.

3) Usaha ternak sapi potong dikembangkan secara optimal berdasarkan sumberdaya

yang tersedia pada peternak, yang meliputi penyediaan induk ternak, lahan dan

tenaga kerja.

IV. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Jawa Tengah pada bulan Maret sampai Juni 2010.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey. Purposive sampling

Page 12: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

10

ditetapkan untuk penentuan lokasi penelitian yaitu berdasarkan potensi yang ditunjukkan

dari jumlah ternak terbanyak dan nilai LQ (Location Quotient) yang lebih besar dari satu

(LQ>1), maka ditentukan lima (5) kabupaten sebagai lokasi penelitian yang berpotensi

untuk pengembangan Sapi Potong, yaitu Kabupaten Rembang, Blora, Grobogan,

Boyolali dan Wonogiri. Metode penentuan responden didasarkan atas quota sampling

dengan 20 responden setiap kabupaten.

Metode analisis yang digunakan adalah metode desktiptif kualitatif dan deskriptif

kuantitatif, yang secara parsial dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi peternak sapi potong

di daerah penelitian, meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak,

mata pencaharian dan kepemilikan ternak.

2) Hipotesisi 1 : Penerapan agribisnis usaha ternak sapi potong dianalisis dengan

metode Path Analysis.

3) Hipotesis 2a digunakan uji t terhadap koefisien regresi dengan model fungsi

produksi Cobb Douglass dengan metode 2 SLS.

4) Hipotesis 2b digunakan uji t terhadap koefisien regresi dengan model fungsi

pendapatan dengan metode 2 SLS

5) Hipotesis 2c : digunakan uji t terhadap koefisien regresi dengan model fungsi

konsumsi dengan metode 2 SLS

6) Hipotesis 2d : digunakan uji t terhadap koefisien regresi dengan model fungsi

modal dengan metode 2 SLS.

Page 13: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

11

7) Tujuan 3 Menganalisis usaha ternak sapi potong secara optimal berdasarkan

sumberdaya yang tersedia pada peternak sapi potong dianalisis dengan Linear

Programming.

V. HASIL PENELITIAN

5.1. Penerapan Subsistem Agribisnis

Penerapan agribisnis usaha ternak sapi potong dipengaruhi oleh subsistem sarana

produksi ternak, subsistem proses produksi (usahatani/ternak), subsistem pasca panen,

subsistem pemasaran produk hasil ternak, dan lembaga pendukung agribisnis pada usaha

ternak sapi potong.

Berdasarkan analisis deskriptif subsistem agribisnis usaha ternak sapi potong,

maka diketahui bahwa ditinjau dari score pelaksanaan subsistem setiap agribisnis

berkisar antara sedang dan baik. Selanjutnya dari nilai score tersebut dianalisis dengan

indeks penerapan subsistem agribisnis. Hasil analisis Indeks Penerapan agribisnis sapi

potong menunjukkan kisaran nilai 0,626-0,721 dan masuk pada kriteria cukup.

Penerapan setiap subsistem agribisnis yang dilakukan peternak masih pada kriteria

cukup memberikan makna bahwa sebenarnya peternak sudah mengaplikasikan berbagai

kegiatan yang berkaitn dengan konsep agribsisnis. Namun penerapan yang dilakukan

masih dalam kriteria sedang. Hal tersebut beralasan mengingat berbagai keterbatasan

yang dihadapi peternak, seperti misalnya aksesibilitas, sarana pendukung dan juga

sumberdaya. Lain halnya bila setiap subsisten telah diaplikasikan dengan baik dan tepat,

Page 14: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

12

maka akan memberikan hasil yang efisien. Dengan demikian dapat mempengaruhi

pendapatan peternak sapi potong dari pendekatan agribisnis ini.

Analisis aktivitas menggambarkan hubungan antara variabel subsistem agribisnis

terhadap penerapan agribisnis. Hasil penerapan agribisnis sapi potong diwujudkan dalam

populasi sapi potong dan pendapatan peternak.

Hasil uji konstruk sebuah model yang dianalisis dengan Path Analyisis

ditunjukkan dari nilai uji Chi-Square=30,893; RMSEA=0,018; Probabilitas=0,370 dan

TL1=0,993. Syarat sebuah konstruk agar mewakili model adalah konstruk yang

memiliki nilai Chi-Square rendah, memiliki probabilitas lebih dari 0.05; nilai TL1

mendekati 1 dan nilai RMSEA lebih rendah dari 0.08. dari persayaratan tersebut maka

model Path analysis yang dibangun merupakan model yang layak untuk menganalisis

penerapan subsistem agribisnis.

Gambar 1. Hasil Analisis Path Aktivitas Subsistem Agribisnis Sapi Potong

Page 15: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

13

Berdasarkan Gambar 1. (Hasil Analisis Path) Aktivitas Subsistem Agribisnis

Sapi Potong) diketahui bahwa terdapat beberapa variabel subsistem agribisnis

berpengaruh terhadap variabel subsistem agribisnis yang lain dan variabel subsistem

agribisnis berpengaruh terhadap penerapan agribisnis.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat beberapa variabel yang

berpengaruh significant terhadap variabel lain, yakni : Subsistem ketersediaan sarana

produksi (X1) berpengaruh terhadap induk sapi potong (X11); Subsistem ketersediaan

sarana produksi (X1) berpengaruh terhadap subsistem proses produksi (on-farm

agribisnis) (X2); Subsistem proses produksi (X2) berpengaruh terhadap teknologi dalam

proses produksi (X22); Subsistem proses produksi (X2) berpengaruh terhadap subsistem

pasca panen (X3); Subsistem pasca panen (X3) berpengaruh terhadap modal usaha (X31);

Subistem pasca panen (X3) berpengaruh terhadap penerapan agribisnis (Y) yang pada

akhirnya dapat mempengaruhi peningkatan populasi dan pendapatan peternak;

Subsistem pasca panen (X3) berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak

(Y11); Subsistem pemasaran (X4) berpengaruh terhadap ketersediaan sarana produksi

(X1); Subsistem pemasaran (X4) berpengaruh terhadap penjualan produk agribisnis

(X42); Subsistem Lembaga Penunjang Agribisnis (X5) berpengaruh terhadap subsistem

pemasaran (X4); Subsistem Lembaga Penunjang Agribisnis (X5) berpengaruh terhadap

ketersediaan sarana produksi ternak (X1); Subsistem Lembaga Penunjang Agribisnis

(X5) berpengaruh terhadap pasca panen (X3).

Page 16: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

14

Dari hasil analisis distribusi frekuensi penerapan subsistem agribisnis, indeks

penerapan agribisnis dan analisis Path maka secara simultan ‖Penerapan agribisnis usaha

ternak sapi potong dipengaruhi oleh subsistem sarana produksi ternak, subsistem proses

produksi (usahatani/ternak), subsistem pasca panen dan pengolahan produk ternak,

subsistem pemasaran produk hasil ternak, dan lembaga pendukung agribisnis pada usaha

ternak sapi potong‖. Sedangkan dari aktivitas subsistem, maka subsistem pasca panen

berpengaruh secara tidak langsung terhadap penerapan agribisnis dan peningkatan

populasi ternak.

5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Sapi Potong

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel independent

mempengaruhi variabel produksi dengan nilai Prob. F. hitung 0,0000, R2 0,915834 dan

adj R2 0,911848. Sedangkan dari analisis parsial diketahui bahwa faktor yang dapat

meningkatkan produksi sapi potong adalah : jumlah induk; curahan waktu kerja; service

per conception; jumlah pakan hijauan; jumlah pakan tambahan; pengalaman beternak

dan penerapan agribisnis.

Peternak mengelola usaha ternaknya dengan skala rata-rata 4,94 ekor atau 4,07 Unit

Ternak (AU) dapat memberikan hasil sebesar Rp 1.934.861,713,- per tahun.

5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Sapi Potong

Berdasarkan analisis diketahui bahwa secara bersama-sama variabel independent

mempengaruhi variabel pendapatan dengan Prob. F-hitung 0.0000, R2 0,897834 dan adj

R2 0,893555. Sedangkan secara parsial variabel yang dapat meningkatkan pendapatan

Page 17: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

15

adalah harga induk, jumlah sapi potong, harga pakan hijauan, upah tenaga kerja dan

bangsa ternak

5.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Rumah Tangga Peternak

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara bersama-sama semua variabel independen

berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga peternak dengan Prob. F-hitung 0,0000,

R2 0,966669 dan adj R

2 0,964530. Sedangkan secara parsial variabel yang dapat

meningkatkan konsumsi pangan meliputi jumlah anggota keluarga, harga beras, harga

ikan, harga daging, harga minyak, usia suami, usia istri dan pendapatan rumahtangga

petani-peternak.

5.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal

Hasil analisis regresi mengacu dari kriteria statistik dilihat dari nilai koefisien

determinasi (R2) dan uji t-statistik. Persamaan modal memiliki nilai R

2=0.885161 dan

adjusted R2= 0.879085 yang lebih besar dari 0,5 dan Prob. F-hitung 0,0000. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel penjelas mampu menjelaskan variabel endogen.

Sedangkan secara parsial variabel yang dapat meningkatkan modal adalah jumlah induk,

jumlah produksi ternak, curahan waktu kerja, pendapatan rumahtangga, konsumsi

pangan dan penerapan agribisnis.

Page 18: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

16

Simulasi Pengaruh Perubahan Harga Input dan Output terhadap Produksi,

Pendapatan, Konsumsi dan Modal Usaha Ternak Sapi Potong

Hasil simulasi menunjukkan bahwa : 1) perubahan kenaikan harga input sebesar

10% ternyata tidak menyebabkan perubahan pendapatan usaha ternak sapi potong. Hal

ini dapat terjadi karena perubahan kenaikan harga input masih lebih rendah

dibandingkan dengan perubahan kenaikan harga output, sehingga tidak menyebabkan

perubahan pendapatan. 2) perubahan kenaikan harga barang konsumsi menyebabkan

penurunan konsumsi pangan sebesar 44,7%. Hal ini dapat dimengerti karena dengan

semakin mahalnya harga konsumsi pangan maka kemampuan keluarga peternak

terhadap konsumsi juga akan menurun. Disamping itu, perubahan kenaikan harga input

menyebabkan adanya peningkatan modal usaha ternak sapi potong. Hal ini dapat terjadi

karena dengan bertambahnya harga input maka kebutuhan modal untuk membeli input

akan semakin meningkat. 3) Hasil simulasi kenaikan harga output terhadap pendapatan

dan modal menyebabkan kenaikan masing-masing 61,797% dan 2,019%. Hal ini terjadi

karena adanya kenaikan harga output berarti penerimaan hasil usaha semakin meningkat

sehingga pendapatan akan bertambah, sedangkan kenaikan harga input tidak

menenyebabkan perubahan pendapatan . Disamping itu, adanya kenaikan harga output

maka modal juga akan bertambah, hal ini dapat terjadi karena kenaikan pendapatan

dapat menyebabkan penyisihan modal juga akan bertambah.

5.6. Optimasi

Hasil analisis optimasi menunjukkan bahwa sumberdaya induk sapi potong,

lahan, tenaga kerja menunjukkan hasil solusi optimal dengan ketersediaan masing-

Page 19: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

17

masing sebesar 1,445 sapi lokal, 0,295 sapi non lokal, 89,415 HOK dan pendapatan

yang diperoleh sebesar Rp 44. 108.020,-. Sumberdaya yang tersedia tersebut habis

terpakai untuk usaha tani dan usaha ternak.

Simulasi terhadap Kondisi Optimal

Model analisis optimasi alokasi sumberdaya rumahtangga petani-peternak

menunjukkan hasil yang valid dan tercapai kondisi optimal. Oleh karena itu, untuk

mengetahui adanya perubahan baik pada fungsi tujuan maupun kendala maka dilakukan

simulasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar terjadi perubahan pada

pola usahatani-ternak dan pendapatan rumahtangga petani-peternak agar tetap pada

kondisi optimal, apabila terjadi perubahan kendala sumberdaya ternak, harga input dan

harga output .

Simulasi 1 dilakukan terhadap kenaikan harga input 10%, penurunan harga

output 15% dan peningkatan jumlah induk 2 UT ternak lokal dan 1 UT ternak non lokal..

Tabel 1. Hasil Simulasi Perubahan Kendala Sumberdaya Ternak pada Rumahtangga

Petani-Peternak di daerah Penelitian

Sumberdaya Kondisi Optimal Hasil Simulasi 1 Persentase

Perubahan (%)

Sapi Lokal 1.445 2 27,75

Sapi non lokal 0,295 1 70,50

Lahan usaha 0,48 0,48 Tetap

Tenaga kerja 89,415 89,415 Tetap

Pendapatan 44.108.020,00 48.661.570,00 9,36

Sumber : Analisis Data Primer.

Page 20: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

18

Hasil simulasi menunjukkan bahwa adanya penambahan jumlah induk hasil

solusi optimal berubah dari 1,445 menjadi 2 untuk sapi local dan 0,295 UT menjadi 1

UT sapi non lokal. Kenaikan harga input dan penurunan harga output yang dimbangi

dengan kenaikan jumlah induk memberikan hasil solusi optimal pendapatan yang

berubah, yakni ada peningkatan pendapatan. Simulasi 1 menunjukkan kemampuan

peternak untuk mengelola usahanya jika terjadi kenaikan skala usaha induk, harga input

dan penurunan harga output.

Oleh karena itu, simulasi dilanjutkan dengan simulasi 2 yaitu kenaikan skala

usaha induk lokal dari 1,445 ekor menjadi 3 ekor dan induk non lokal dari 0,295 ekor

menjadi 2 ekor, harga input naik 10% dan harga jual ternak turun menjadi 15%. Hasil

simulasi 2 secara rinci disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Simulasi 2 Perubahan Kendala Sumberdaya Ternak pada Rumahtangga

Petani-Peternak di daerah Penelitian

Sumberdaya Kondisi Optimal Hasil Simulasi2 Persentase

Perubahan (%)

Sapi Lokal 1,445 3 51,83

Sapi non lokal 0,295 2 85,25

Lahan usaha 0,48 0,48 Tetap

Tenaga kerja 89,415 89,415 Tetap

Pendapatan 44.108.020,00 67.319.740,00 34,48

Sumber : Analisis Data Primer.

Simulasi 2 memberikan kenaikan pendapatan sebesar 34,48% dari Rp

44.108.020,- menjadi Rp 67.319.740,- dengan adanya kenaikan skala induk menjadi 3

ekor dan 2 ekor dan kenaikan harga input 10% dan harga jual output turun 15%, dengan

Page 21: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

19

sumberdaya lahan dan tenaga kerja tidak berubah. Hasil simulasi 2 menunjukkan bahwa

peternak masih mempunyai kemampuan mengembangkan usaha ternak dengan

menambah induk lokal menjadi 3 ekor dan non lokal menjadi 2 ekor. Sedangkan

sumberdaya lahan dan tenaga kerja tetap.

VI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

6.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Analisis Usaha Ternak Sapi Potong dan Optimalisasi

Usaha dalam Rangka Pengembangan Peternakan Berbasis Sistem Agribisnis dapat

disimpulkan bahwa :

1) Penerapan subsistem agribisnis berada pada kriteria sedang dan baik, sedangkan

hasil analisis Indeks Penerapan agribisnis sapi potong berada pada kriteria cukup.

Hasil estimasi variabel endogen dan variabel eksogen menunjukkan bahwa kegiatan

subsistem agribisnis pengaruhnya rendah terhadap tingkat penerapan agribisnis.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa : Subsistem ketersediaan sarana produksi

(X1) berpengaruh terhadap induk sapi potong (X11); Subsistem ketersediaan sarana

produksi (X1) berpengaruh terhadap subsistem proses produksi (on-farm agribisnis)

(X2); Subsistem proses produksi (X2) berpengaruh terhadap teknologi dalam proses

produksi (X22); Subsistem proses produksi (X2) berpengaruh terhadap subsistem

pasca panen (X3); Subsistem pasca panen (X3) berpengaruh terhadap modal usaha

(X31); Subistem pasca panen (X3) berpengaruh terhadap penerapan agribisnis (Y)

yang pada akhirnya dapat mempengaruhi peningkatan populasi dan pendapatan

Page 22: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

20

peternak; Subsistem pasca panen (X3) berpengaruh terhadap peningkatan

pendapatan peternak (Y11); Subsistem pemasaran (X4) berpengaruh terhadap

ketersediaan sarana produksi (X1); Subsistem pemasaran (X4) berpengaruh terhadap

penjualan produk agribisnis (X42); Subsistem Lembaga Penunjang Agribisnis (X5)

berpengaruh terhadap subsistem pemasaran (X4); Subsistem Lembaga Penunjang

Agribisnis (X5) berpengaruh terhadap ketersediaan sarana produksi ternak (X1);

Subsistem Lembaga Penunjang Agribisnis (X5) berpengaruh terhadap pasca panen

(X3).

2.a. Usahaternak sapi potong dapat memberikan hasil yang menguntungkan.

2.b. Produksi ternak dipengaruhi oleh jumlah induk; curahan waktu kerja; service per

conception; jumlah pakan hijauan; jumlah pakan tambahan; pengalaman beternak

dan penerapan agribisnis.

2.c. Pendapatan usaha ternak sapi potong dipengaruhi oleh harga induk, jumlah sapi

potong, harga pakan hijauan, upah tenaga kerja dan bangsa ternak.

2.d. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, harga beras, harga

ikan, harga daging, harga minyak, usia suami, usia istri dan pendapatan

rumahtangga petani-peternak.

2.e. Modal usaha ternak sapi potong dipengaruhi oleh jumlah induk sapi potong,

produksi ternak, curahan waktu kerja, pendapatan total rumahtangga, konsumsi

pangan dan penerapan agribisnis.

Page 23: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

21

2.f. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kenaikan dari a) 10% harga input tidak

meningkatkan atau menurunkan pendapatan usaha sapi potong, b) 15% harga bahan

konsumsi pangan mengakibatkan penurunan 44.7% konsumsi pangan dan c) 10%

harga sapi potong meningkatkan 61.79% pendapatan dan 2.019% modal.

3a. Kondisi optimal usaha ternak sapi potong dicapai pada kombinasi sapi lokal

sebanyak 1,445 ekor dan sapi unggul 0,295 ekor. Sedangkan luas lahan optimal

usahatani tanaman pangan adalah 0,48 ha dan tenaga kerja 89,415

3b. Peternak telah mengalokasikan sumberdaya lahan, ternak dan tenaga kerja secara

optimal.

3c. Hasil simulasi perubahan kendala sumberdaya ternak, harga input dan penurunan harga

output adalah meningkatkan jumlah skala usaha dan meningkatkan pendapatan.

6.2. IMPLIKASI KEBIJAKAN

1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan agribisnis masih dilakukan pada

kriteria cukup sampai sedang, sedangkan indeks penerapan agribisnis pada kategori

cukup. Oleh karena itu untuk dapat meningkatkan penerapan agribisnis, perlu upaya

baik dari pemerintah ataupun lembaga lain dalam pemberdayaan peternak. Hal yang

dapat dilakukan antara lain :

a. Pelatihan dan pendampingan aspek teknologi pakan ternak.

b. Peningkatan peran Lembaga Pendukung Agribisnis baik Lembaga Keuangan,

Kelompok tani-ternak, Pasar Ternak, Koperasi, Lembaga Penelitian dan Pos

Keswan yang mudah diakses peternak guna mendekatkan diri pada peternak

mengingat Lembaga Pendukung ini berpengaruh terhadap pemasaran,

Page 24: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

22

ketersediaan sarana produksi dan pasca panen. Disamping itu, lembaga yang

sangat penting adalah lembaga sarana produksi baik pakan ternak maupun

lembaga perbibitan sapi potong.

c. Aksesibilitas peternak pada Lembaga Pendukung agribisnis berkaitan dengan

pemasaran

d. Peningkatan ketrampilan inseminator agar calving interval lebih singkat.

e. Penerapan agribisnis peternak perlu ditingkatkan untuk memperbaiki penampilan

agribisnis peternakan. Pengembangan teknologi yang berkaitan dengan

teknologi produksi adalah langkah perbaikan untuk kualitas bibit ternak,

penggunaan input faktor, pakan tambahan, peralatan, dukungan ketrampilan

bagi peternak untuk dapat mengelola agribisnis peternakan dan memperbaiki

penerapan subsistem agribisnis.

2a. Pendapatan peternak sapi potong yang diperoleh sebesar Rp 1.934.861,713,- per

tahun, atau dalam satu bulan dapat memperoleh pendapatan Rp 161.238,5,-. Jika

dilihat dari nilai yang diperoleh pendapatan ini sangat kecil namun bila disimak dari

usaha yang dilakukan, usaha sapi potong dapat memberikan manfaat yang berarti

bagi peternak rakyat, karena bila peternak membutuhkan uang yang mendadak

maka peternak akan menjual ternak untuk menutup kebutuhan yang diperlukan.

Mengacu dari kondisi ini dapat disampaikan bahwa usaha ternak rakyat sapi potong

perlu dikelola dengan lebih baik melalui peningkatan ketrampilan dan penerapan

agribisnis hulu. Jika hal tersebut dikelola secara baik dengan berorientasi usaha atau

agribisnis maka sangat dimungkinkan dapat memberikan peluang pengembangan

Page 25: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

23

bagi subsektor peternakan dan juga dapat merupakan kesempatan kerja bagi

masyarakat pedesaan.

2b. Faktor yang berpengaruh terhadap produksi adalah jumlah induk; curahan waktu

kerja; service per conception; jumlah pakan hijauan; jumlah pakan tambahan;

pengalaman beternak dan penerapan agribisnis.

Berkaitan dengan hal itu, maka upaya untuk mengadakan induk ternak agar

produksi ternak sapi potong tetap terjaga baik melalui program pemerintah maupun

kemampuan peternak melalui alokasi modal sapi potong perlu dipertahankan.

Disamping itu, kebijakan melarang penyembelihan ternak betina produktif

merupakan upaya untuk menjaga kestabilan populasi dan juga menjaga

keberlanjutan usahaternak sapi potong . Hal ini berkaitan dengan koefisien dari

induk ternak yang nilainya paling besar diantara variabel-variabel yang

mempengaruhi produksi sapi potong. Peningkatan populasi ternak selain bersumber

dari induk ternak juga dari berapa kali ternak berhasil bunting atau service per

conception. Penurunan angka S/C merupakan suatu langkah agar jarak ternak

beranak menjadi lebih singkat sehingga keberlanjutan populasi ternak dapat terjaga.

Oleh karena perlu adanya peningkatan ketrampilan bagi tenaga kesehatan ternak

yang berkaitan dengan reproduksi ternak dan juga menjaga kualitas semen untuk

inseminasi buatan.

2c. Pendapatan peternak dipengaruhi oleh harga induk, jumlah sapi potong, harga pakan

hijauan, upah tenaga kerja dan bangsa ternak berpengaruh terhadap pendapatan

usaha sapi potong. Oleh karena itu, perlu adanya fasilitasi pengadaan pakan ternak

Page 26: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

24

melalui koperasi ternak sehingga akses peternak lebih mudah dan diharapkan harga

juga lebih terjangkau sehingga kebutuhan pakan ternak lain dapat dibeli peternak.

2d. Variabel yang meningkatkan terhadap konsumsi pangan meliputi jumlah anggota

keluarga, harga beras, harga ikan, harga daging, harga minyak, usia suami, usia istri

dan pendapatan keluarga. Oleh karena itu, kebijakan stabilitas harga barang

konsumsi perlu dilakukan agar supaya rumahtangga petani-peternak tetap bertahan

dengan pengeluaran untuk konsumsi mengingat fluktuasi harga konsumsi sering

berfluktuasi kearah yang lebih tinggi. Disamping itu, deversifikasi konsumsi juga

perlu dilakukan mengingat terdapat komoditas pangan lain selain beras dan juga

pemanfaatan energy alternative untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga perlu

diperhatikan, seperti pemanfaatan gas bio.

2.e. Variabel yang dapat meningkatkan penggunaan modal usaha ternak sapi potong

adalah jumlah induk sapi potong, produksi ternak, curahan waktu kerja, pendapatan

rumahtangga, konsumsi pangan dan penerapan agribisnis. Oleh karena itu,

aksesibilitas peternak terhadap permodalan perlu dilakukan. Disamping itu, terlihat

pula bahwa penerapan agribisnis dapat meningkatkan permodalan, dimana dalam

penerapan agribisnis terdapat subsitem lembaga penunjang agribisnis yang antara

lain adalah lembaga keuangan. Berdasarkan hal inilah akses permodalan peternak

dapat ditingkatkan.

3. Kondisi optimal usaha ternak sapi potong induk anak tercapai pada induk lokal

1,445 UT dan induk non lokal 0,295. Mengacu dari kondisi tersebut, maka upaya

pengembangan usaha ternak sapi potong khususnya pengadaan induk menjadi

Page 27: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

25

sangat penting. Program pemerintah yang telah dijalankan melalui pemberian

insentif kepada peternak untuk ternak betina produktif perlu dipertahankan, selain

itu, kredit usaha ternak juga perlu diteruskan. Hal ini dilakukan dengan tujuan

untuk mempertahankan ternak betina dan meningkatkan populasi sapi potong.

Kondisi ini sesuai dengan hasil analisis produksi ternak, dimana koefisien induk

adalah paling tinggi sehingga pengembangan sapi potong masih dapat dilakukan

dengan pengadaan induk sapi.

4. Sumberdaya lahan, induk ternak sapi dan tenaga kerja menjadi faktor pembatas

atau kendala utama dalam memperoleh pendapatan. Oleh karena itu, untuk

meningkatkan pendapatan rumahtangga tani maka perlu memperhatikan dan

mengutamakan pada peningkatan pemanfaatan lahan dan peningkatan jumlah induk

ternak sapi. Berkaitan dengan pengembangan pertanian tanaman pangan maka

salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan produktivitas. Oleh

karena itu, upaya pengenalan teknologi untuk meningkatkan produktivitas

merupakan solusi yang dapat dilakukan.

5. Peningkatan jumlah induk sapi potong dapat meningkatkan pendapatan

rumahtangga petani-peternak. Oleh karena itu, rumahtangga petani-peternak dapat

mengembangkan usaha ternak dengan menambah jumlah ternak, khususnya induk

sapi.

Page 28: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

26

SUMMARY

BEEF CATTLE FARM ANALYSIS AND ITS OPTIMALIZATION OF

THE LIVESTOCK BASED ON THE AGRIBUSINESS SYSTEM

IN CENTRAL JAVA

I. INTRODUCTION

Beef cattle farm is an activity which was done by community in Central Java.

Regulation on beef cattle development basically has a synergic correlation with

agriculture, especially food crops. This is because agricultural waste which substantially

becomes forages for livestock. One of regulations for dry farming development is

integrated farming system, considering that this mechanism can yields benefits such as

land conservation and raise land productivity beside economic value. It has close

relationship with animal husbandry development which is purposed to bring into reality

a developed, efficient, and solid livestock, thus the products resulted can meet the

demand of regional, national, even global markets. By the development on animal

husbandry subsector, it will motivate and reflect the development potential of livestock

commodity and create capital investment. One example taken is by making it closer

between the commodity aspect and agribusiness system. Agribusiness Development

Program (PPA) is directed to develop commodity which has commercial value carried

by public.

In general definition, agricultural development with agribusiness system is a public

work with considering four elements of agribusiness system (production facility,

cultivation, processing, and marketing subsystems). It means that agricultural

Page 29: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

27

development must be market-oriented and not just ‗produced‘ anymore. Thus, it can be

concluded that within the development of public animal-husbandry with agribusiness

system, there is no other challenge except if one of these subsystems of agribusiness was

not existed in this economic (Sudaryanto, 1993 and Baharsyah 1997).

In the last two decades, the demand of animal-husbandry products—especially

beef—has grown significantly. This phenomenon almost happened in every developing

country due to several factors, such as economic growth, population growth, improved

education and nutritional awareness, urbanization, and globalization that influence

behavior and consumption pattern (Diwyanto and Priyanti, 2006). On average, the

growth rate of beef consumption over 2005–2009 period is 5.43% compared to the rate

of beef cattle production of 3.69%, which means that there will be a lack of production

predicted due to excessive consumption (Priyanto, 2005).

Concerned with the discrepancy of production, consumption, and population, the

development of beef cattle farming in local areas must be paid more attention. Livestock

development in an area reflects the potential resource of the area, such as nutrition

availability, farmers, and other supported system. Several local resources existing can be

utilized as indicator of beef cattle development;

4. Biomass availability from agricultural waste and plantation

5. The availability of forage for livestock

6. The availability of genetic resource for local livestock which has been adapted to

tropical environment (Dwiyanto et al., 2005).

Page 30: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

28

II. OBJECTIVES OF RESEARCH

According to the background of research, this research has several objectives as

follow:

1. Analyze the correlation of agribusiness subsystems‘ activity towards agribusiness

implementation on beef cattle farming.

2 a) Analyze beef cattle production and its influencing factors.

b) Analyze farmer‘s income and its influencing factors.

c) Analyze food consumption of farm‘s household and its influencing factors.

d) Analyze the capital of beef cattle farming and its influencing factors.

3. Analyze the development of beef cattle farming optimally based on the existing

resources available to the farmer.

III. THEORETICAL FRAMEWORK

3.1. Agribusiness Concept

Agribusiness is a system consisted of several subsystems which is integrated

regularly into a series of interaction and interdependence and organized as a totality.

Agribusiness activity is an activity system that started from the upper to the lower end

process. Based on this activity, then the actual condition for agribusiness

implementation—which is consisted of 4 (four) subsystems as the object or component

from an agribusiness system—are: 1) supply of production facility (down stream

agribusiness), 2) production process (on-farm agribusiness), 3) post-harvest

management, and 4) marketing (upstream agribusiness). These four subsystems is a

Page 31: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

29

series started from down-stream to the up-stream agribusiness. Thus, it can be concluded

that the success of an agribusiness system is very depend on the development achieved

by every subsystem.

3.2. Household-Farm Approach

Household-farm can be interpreted as a business unit consisted of activities such

as production, consumption, and labor use. All of these activities are in one unity,

therefore household-farm cannot be considered as a real consumer because part of its

product are consumed and sold to earn capital. So with the labor use, farmer farming,

labor can come from family or non-family. Thus, household-farm can be defined as

producer and consumer (Sawit, 1994).

Nakajima (1970) stated that household-farm is correlated to several activities

such as: (a) household-farm that earn income from land use, labor use from family or

non-family to operate their own farm, it is called with household-farm, (b) household-

farm that earn income from their own labor use as wage, it is called with household-

labor, (c) household-farm and household-labor has a same purpose to maximize utility,

(d) household-farm maximize utility by allocating time for working and enjoy their

spare time to consume their self-produced crop and other commodities bought from the

market.

Models of farm household stated by Nakajima which developed by Singh et al.

(1986) considered to improve their welfare through the maximization of satisfaction they

derive from the consumption of various commodities. Singh et al. (1986) expressed

satisfaction as function of the form:

Page 32: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

30

U = U (Xa, Xm, X1), for a, m, 1 = 1, … n …………………….. (1)

Satisfaction function tends to increase consumption of these commodities with

the decreasing rate of change. Based on equation (1), it is known that satisfaction of

households (U) can be obtained from the consumption of domestically produced

commodities (Xa), commodities purchased from the market (Xm) and leisure (X1).

Constraints faced by household for the purpose of maximizing satisfaction

function are the income potential, resources time and production function. Income

potential is the endogenous constraint, as expressed mathematically in the following

equation:

pmXm = Y* =pa(Qa-Xa) – w(L-F) – V(Z) + E …………………… (2)

Equation (2) describes the balancing of the household budget expenditures pmXm that

equal to the potential income (Y*). Pm, Pa and W are the price of commodity market,

commodity price and wage rate respectively. While, Qa, L, M, V and Z are the number

of household production, family labor outside the family, the price of non labor variable

inputs and variable non labor inputs respectively (referred to other production inputs). Pa

in the model of Singh et al. (1986) is same with the Px on Nakajima model (1970).

3.3. Production

Production is an activity or process to change input of production factor into an

output (Debertin, 1986). Whereas, production function is a function that showing output

with production factors (input) (Mubyarto, 1989; Nicholson, 1999; Salvatore, 2001;

Pindyck and Rubenfield, 2005).

Page 33: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

31

Constraints of the production function is the third constraint in the model

household by Singht et al. (1986), where the implicit form of production function is

expressed in equation : (G(A: L, Z)) ………………………………… (3)

Implicit production function has the same meaning as the economic theory of

production normally. Household considered to produce a single commodity (Qa), which

relies on the use of two types of labor input in the family (L) and other inputs (Z) used in

the production process.

Cobb Douglas production function is one that is often used in agricultural

production function analysis that systematically can be formed:

Y = A ∑(Xi)αi

∑(Zj)βj

............................................................................. (4)

m n

Ln Y = Ln A + ∑α1 ln X1 + ∑βj Ln Zj ………………………………. (5)

i-1 j=1

Description:

Y = output

A = intercept

Xi = variables factors of production

Zj = fixed factors of production

α, β = coefficient of regression

The production function is commonly used in estimating the factors of

production which will be analyzed. The specialty of this model is estimated coefficients

of variables that directly represents the value of production elasticity of production

factors.

Page 34: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

32

3.4. Time Allocation

Singh et al. (1986) stated that the resources of time is one of the constraints in the

model of farm household, in which leisure and work are the same as the total of

resources time owned by the household (T= L + X1). Furthermore, the production

function constraint in farm household model depending on the use of input L is family

labor (G(Qa: L, Z)).

3.5. Farm Income and Profit Functions

Mubyarto (1989) stated that income is the difference between revenue and

operational cost. Revenue is all values from production output, whether it is received,

self-consumed, paid to other people as wage, or utilize in the next process. According to

Soekartawi (2001) gross income is estimated in the form of production value either it is

sold or not, that is revenue from business activity. Business revenue is estimated from

total production multiplied by the unit price of product.

Selling price of production which is estimated with the price received by farmer is

an illustration of the real profit received by farmer (Sharma and Sharma, 1981). Thus,

factors that influence the income from beef cattle farming can be analyzed using profit

function.

According to Nurmanaf (1988), total family income can be derived from one or

more diverse sources of income. Source of income comes from agriculture and outside

agriculture.

Page 35: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

33

3.6. Consumption and Capital

Singh et al. (1986) stated that the decision to consume goods and service are also

included in the model farm household. After forming household potential income, then

welfare can be achieved through maximization of utility function. Maximization of

utility functions provided potential form household demand equation for commodity

consumption is presented as fallows :

Xi(pa, pm, Y*), untuk i= a, m ................................................................. (6)

3.7. Farm Capital

Farming capital in micro definition is capital for production factor that served,

managed, and controlled both in an agribusiness and simple farming.

Farm household is different with the enterprise commonly. The farm household

can be seen as a complex enterprise, which is consisting of production activity,

consumption and labor supply. All these activities cannot be separated, so the household

cannot be seen as a real consumption. The some of production result is consumed while

another can be used for capital or production factors.

3.8. Hypotheses

1) Agribusiness implementation on beef cattle farming is influenced by subsystems

of production facility, production process (on-farm), post-harvest, marketing, and

supporting agribusiness institutions for beef cattle farming.

2a) Factors that influence beef cattle production are number of breed, outflow of

working time, service per conception, amount of forages, amount of feed

Page 36: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

34

supplement, years of breed, agribusiness implementation and dummy variable

(race of beef cattle).

2b) Farmer‘s income was influenced by price of breed, numbers of beef cattle, price of

beef cattle, price of forages, price of feed supplement, labor cost, agribusiness

implementation and dummy variable (race of beef cattle).

2c) Factors that influence food consumption are total of family members, price of rice,

price of corn, price of sugar, price of fish, price of meat, price of milk, price of

tobacco, price of oil, husband age, wife age and total income of farm household.

2d) Factors that influence capital for beef cattle farm are number of breed, production,

outflow of working time, beef cattle price, food consumption, price of forages,

price of feed supplement, total income of farm household, agribusiness

implementation and race of beef cattle.

3) Beef cattle farming has been optimally developed based on resources available to

the farmer, namely breed cattle, land and labor.

IV. RESEARCH METHOD

The research was taken in Central Java Province since March to June, 2010. This

research was taken using survey method. Purposive sampling was selected to locate

research location which is based on the potential showed by the largest number of cattle

and LQ (Location Quotient) value (LQ>1). So, there were 5 (five) locations selected for

research location that have potential for beef cattle farming, i.e. Rembang, Blora,

Page 37: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

35

Grobogan, Boyolali and Wonogiri regencies. Method for determining respondent was

quota sampling with 20 respondents for each regency.

Based on the research objectives, analysis method selected for this research is

descriptive qualitative and descriptive quantitative methods, which partially can be

described as follows:

1) Descriptive analysis is selected to describe the condition of beef cattle farmer in

the research location, including age, level of education, livestock experience,

livelihood and livestock ownership.

2) Hypothesis 1 : it is analyzed using Path Analysis method.

3) Hypothesis 2a: it is analyzed using t test of regression coefficient model with Cobb

Douglass production function with type 2 SLS method.

4) Hypothesis 2b: it is analyzed using t test of regression coefficient model with

income function with type 2 SLS method.

5) Hypothesis 2c: it is analyzed using t test of regression coefficient model with

consumption function of food with type 2 SLS method.

6) Hypothesis 2d: it is analyzed using t test of regression coefficient model with

capital function of food with type 2 SLS method.

7) To answer objective 3: Analyze development of beef cattle farm optimally based

on the existing resources available to the farmer is analyzed by Linear

Programming.

Page 38: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

36

V. RESULTS

5.1. Implementation of Agribusiness Subsystems

Agribusiness implementation on beef cattle husbandry was influenced by

subsystems of production facility, production process (farming / animal husbandry),

post-harvest, marketing, and supporting agribusiness institutions for beef cattle farming.

Based on descriptive analysis on agribusiness subsystems of beef cattle farming, it

was suggested from its score that subsystem implementation of each agribusiness is

ranged from moderate and good. Moreover, this score then analyzed using index of

agribusiness subsystem implementation.

The analysis result on agribusiness implementation index of beef cattle farming

showed value of 0,626-0,721 and it is categorized into adequate. Every agribusiness

subsystem implemented by the farmer which was still in adequate criteria means that

actually farmer had applied various activities that correlated to agribusiness concept.

However, its implementation was not completely perfect yet. It was well founded

considering that there were many challenges faced by the farmer such as accessibility,

facility, and resource. The condition was different if every subsystem had been applied

perfectly and correctly, where this was brings an efficient result. Therefore, it can

influence the income of beef cattle farmer (according to this agribusiness method).

Activity analysis illustrated the correlation between variables of agribusiness subsystem

towards agribusiness implementation. The result of beef cattle agribusiness implemented

was realized into beef cattle population and farmer‘s income.

Page 39: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

37

The result of construct test towards model analyzed using Path Analysis was

showed from Chi-Square tests = 30,893; RMSEA = 0,018; Probability = 0,370 and TL1

= 0,993. In order to represent the model, a construct must have several conditions as

follows; it must have low Chi-Square value, have probability of more than 0.05; its TL1

value must be close to 1 and its RMSEA value must be lower than 0.08. From these

conditions, then the model of Path Analysis constructed was a proper model for

analyzing the implementation of agribusiness subsystems.

Picture 1 : Result of Path Analysis

Based on Picture 1 (Result of Path Analysis towards Activity of Beef Cattle

Agribusiness Subsystem), it was suggested that there are several variables of

agribusiness subsystem which correlates to agribusiness subsystem variable and

agribusiness subsystem variable is correlated to agribusiness implementation.

Page 40: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

38

The result of estimation analysis between endogenous and exogenous variables

suggested that activity of agribusiness subsystem has small influence towards the level

of agribusiness implementation; where in this case it was realized in the level of

farmer‘s income and increased population of beef cattle. It was agreed with the result of

agribusiness implementation index that give criteria of moderate implementation by the

farmer. This condition of course has influenced on the correlation test between

agribusiness subsystem variable and agribusiness implementation, especially farmer‘s

income and population increase.

The result of regression analysis showed that there are several variables with

significant correlation towards other variables : Subsystem of production facility

available (X1) was influenced to breed of beef cattle (X11) and subsystem of production

process (on-farm agribusiness) (X2); Subsystem of production process (X2) was

influenced to technology in the production process (X22) and post-harvest subsystem

(X3) which including capital, labor, management, equipment, quality and comparative

level of product, and list price feasibility; Post-harvest subsystem (X3) was influenced to

the capital (X31); beef cattle population (Y11) and implementation agribusiness (Y);

Marketing subsystem (X4) was influenced towards the availability of production facility

(X1), the sales of agribusiness products (X42) and Subsystem of agribusiness supporting

institutions (X5) was influenced towards marketing subsystem (X4), Subsystem of

production facility available and post-harvest subsystem.

From the analysis results of agribusiness subsystem implementation, agribusiness

implementation index and Path analysis, then simultaneously ―Agribusiness

Page 41: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

39

implementation on beef cattle farming was influenced by subsystems of production

facility, production process (farming/animal husbandry), post-harvest, marketing, and

supporting agribusiness institutions for beef cattle husbandry‖. Meanwhile, subsystem

post-harvest was influenced indirect to agribusiness implementation.

Agribusiness implementation must be developed to improve agribusiness

performance of the animal husbandry. Technology development related to production

technology can takes form of improved progeny quality, input factor utility, additional

woof, facility, training to improve rancher‘s skill, and improved implementation of

agribusiness subsystems. Finally, characteristic classification of agribusiness

implementation is a useful alternative for agribusiness people, especially beef cattle

rancher, to simplify observation on several main questions (Gupta and Chintangunta,

1994; Wyner, 2000; Mudambi, 2002). While development strategy for an effective

marketing and anticipation for recent and future demands from the consumer is a real

challenge faced by agribusiness people (Corinne et al., 2005).

5.2. The Influencing Factors for Beef Cattle Production

The analysis result suggested that independent variable was simultaneously

influenced towards production variable with probability of estimated F = 0.0000; R2

0.915834 and adjusted R2 0.911848. Whereas from partial analysis it was showed that

factors which had significant influence towards beef cattle production were number of

breed, outflow of working time, service per conception, amount of forages, amount of

feed supplement, years of breed and agribusiness implementation. Farmer who manages

Page 42: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

40

their beef cattle farm average scale of 4.94 heads or 4.07 Animal Unit (AU) can earn

IDR 1,934,861.713 per year.

5.3. The Influencing Factors for Beef Cattle Income

Based on the analysis, it was suggested that independent variables had simultaneous

influenced towards income variable with probability of estimated F = 0.0000; R2

0.898070 and adjusted R2 0.893242. Whereas partially, variables which influence to the

income were price of breed, numbers of beef cattle, price of forages, labor cost and

dummy variable (race of beef cattle)

5.4. The Influencing Factors for Food Consumption of Farmer’s Household

The analysis resulted that simultaneously, all independent variables were

influencing to consumption of farmer‘s household with probability of estimated F =

0.0000; R2 0.966669 and adjusted R

2 0.964530. Whereas partially, variables which

influenced to food consumption were total of family members, rice price, fish price,

meat price, oil price, husband age, wife age and total income of farm household.

5.5. The Influencing Factors for Capital

The result of regression analysis was based on statistics criteria—determination

coefficient (R2) and t-statistic values—. Equation for capital had R

2=0.885161 and

adjusted R2= 0.879085, values which greater than 0.5 and probability of estimated F =

0.00. This suggested that variables were able to describe endogenous variable. Whereas

partially, variables which influenced to capital were number of breed, production of beef

Page 43: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

41

cattle, outflow of working time, household‘s total income, food consumption and

agribusiness implementation

Simulation result of increasing: a) 10% price of input factors was not influencing

on beef cattle income, b) 15% price of food caused decreasing 44.7% of food

consumption and c) 10% price of beef cattle caused increasing 61.79% income and

2.019% capital.

5.6. Optimization

The analysis of optimizing of beef cattle farm showed that beef cattle farming

achieve its optimal condition with the combination of 1.445 AU (animal unit) local

cattle and 0.295 AU crossbred beef cattle non local beef cattle), while the optimal width

of paddy field was achieved on 0.48 ha. An optimal of income was IDR 44,108,020

whereas family labor involved in the operational of beef cattle farming was 89.415 man-

hour.

Simulation towards Optimal Condition

Analysis model of resource allocation for farmer households showed a valid

result and an optimal condition is achieved. Thus, a simulation is performed in order to

know the change happened both on objective function and constrain. It is purposed to

know how significance is the change on farming-husbandry system and farmer‘s income

of households to stay in an optimal condition if there was a changing on beef cattle

resource, increasing input and decreasing output price.

Page 44: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

42

Table 1. Simulation Result on Change of Cattle Resource for Farmer Households in

The Research Location

Resources Optimal

Conditions

Simulation

Results

Percentage of

Change (%)

Local Cattle 1.445 2 27.75

Non local Cattle 0.295 1 70.50

Land 0.48 0.48 Constant

Labor 89.415 89.415 Constant

Income 44,108,020 46,661,570 9.36

Source: Analysis of Primary Data

The result of simulation showed that there was increasing number of local beef

cattle 27.75%, and 70.50% of non local beef cattle. Meanwhile there was no change

found on land and labor. Besides that, the simulation can increase the farmer income

9.36%.

VI. CONCLUSIONS AND IMPLICATIONS OF POLICY

6.1. CONCLUSIONS

Based on the analysis result of beef cattle husbandry and its optimization in order

to develop an animal husbandry based on agribusiness system, it can be concluded that:

2) The implementation of agribusiness subsystems was in moderate and good

conditions, while the analysis results on the agribusiness implementation index of

beef cattle farming was in adequate criteria.

The estimation result of endogenous and exogenous variables showed that

agribusiness subsystem activities had minor influence towards the level of

agribusiness implementation.

Page 45: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

43

The result of regression analysis showed that there are several variables with

significant influenced towards other variables : Subsystem of production facility

available (X1) was influenced to breed of beef cattle (X11) and subsystem of

production process (on-farm agribusiness) (X2); Subsystem of production process

(X2) was influenced to technology in the production process (X22) and post-harvest

subsystem (X3) which including capital, labor, management, equipment, quality and

comparative level of product, and list price feasibility; Post-harvest subsystem (X3)

was influenced to the capital (X31); beef cattle population (Y11) and implementation

agribusiness (Y); Marketing subsystem (X4) was influenced towards the availability

of production facility (X1), the sales of agribusiness products (X42) and Subsystem

of agribusiness supporting institutions (X5) was influenced towards marketing

subsystem (X4), Subsystem of production facility available and post-harvest

subsystem.

2.a. Beef cattle farm gave a profit

2.b. Factors influencing production were number of breed, outflow of working time,

service per conception, amount of forages, amount of feed suplement, years of breed

and agribusiness implementation.

2.c. Factors influencing income were price of breed, numbers of beef cattle, price of

forages, labor cost and dummy variable (race of beef cattle).

2.d. Factors influencing food consumption were total of family members, rice price, fish

price, meat price, oil price, husband age, wife age and total income of farm

household

Page 46: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

44

2.e. Variables which were influenced to the capital of beef cattle farm were number of

breed, production, operational time, total income of farm household, food

consumption and agribusiness implementation.

2.f. Simulation result of increasing: a) 10% price of input factors was not influencing on

beef cattle income, b) 15% price of food caused decreasing 44.7% of food

consumption and c) 10% price of beef cattle caused increasing 61.79% income and

2.019% capital.

3a. Optimal condition for beef cattle farm was achieved with the combination between

local beef cattle of 1.445 head and non local beef cattle 0.295 head. Whereas, the

optimal land width for paddy planting was 0.48 ha; labor was 89.45 man-hour and

farm income was IDR 44,108,020.

3b. Beef cattle farmer has been allocated optimally of the resources, namely breed cattle,

land, and labor.

3c. Here were simulation results of change on cattle resource, input and output prices:

(i) The increase of total cattle breed, input price and decreasing output price caused

increasing number of beef cattle and farm income.

6.2. IMPLICATIONS OF POLICY

1. The result suggested that agribusiness implemented was still in adequate to

moderate criteria, whereas the index of agribusiness implementation can be

categorized into adequate. Thus, to improve agribusiness implementation,

cooperation between government and other institution becomes necessity for the

beef cattle farm development. It can be put into realization through:

Page 47: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

45

a. Training and consultation on the technology of cattle food.

b. Improving contribution of Agribusiness Supporting Institutions such as Finance

Institution, Farmer Group, Cattle Market, Cooperation, Research Institution, and

Veterinary Post in order to get closer with farmer considering that these

institutions have influence on marketing, the availability of production facility,

and post-harvest.

c. Farmer accessibility towards agribusiness supporting institutions related to the

marketing.

d. Increase the skill of inseminator to shorten calving interval.

e. Agribusiness implementation must be improved for farmer in order to make up

the agribusiness performance of beef cattle farm. Technology development

which related to production was an alternative to improve the quality of cattle

progeny, the utility of factor input, additional woof, equipment, supporting skill

for farmer to manage beef cattle farm and improve the quality of agribusiness

subsystem.

2a. The income earned by beef cattle farmer was IDR 1,934,861.713 per year, or IDR

161,238.5 in a month. If it seen from the value, the income was very small but from

the activity performed, beef cattle farm can give a significant benefit for public

husbandry because farmer can sell their cattle when they needs money. Related to

this condition, beef cattle farm must be well managed by improving skill and

implementing upper agribusiness. If it was well managed with business or

Page 48: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

46

agribusiness-orientation, it can creates opportunity for the development of animal

farm subsectors and job for rural people.

2b. Factors which correlated to production were number of breed, outflow of working

time, service per conception, amount of forages, amount of feed suplement, years of

breed and agribusiness implementation

Related to this, many efforts taken to make available number of breed supply both

through governmental program and farmer‘s skill by allocating capital must be

maintained. Besides that, regulation which prohibits slaughtering of productive

female beef cattle was a kind of effort to keep population stability and the

sustainability of beef cattle farm. It was correlated to the coefficient of number of

breed which has the greatest value among variables that influence beef cattle

production. The increase of cattle population besides come from number of breed

was also from service per conception. The decreased value of service per conception

was a way to shorten its interval thus the sustainability of cattle population can be

well maintained. Moreover, farmer‘s skill related to cattle reproduction and

knowledge on good quality cement for artificial insemination must be improved.

2c. Farmer‘s income was influenced by were price of breed, numbers of beef cattle,

price of forages, labor cost and dummy variable (race of beef cattle). Thus, the

facilitation towards forages and feed supplement supply must be supported through

cooperation to easier farmer accessibility and it also must be affordable by farmers.

2d. Variables which influenced to food consumption were total family member, the

prices of rice, fish, meat, oil, husband and wife ages and the household farm

Page 49: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

47

income. Therefore, policy on the stability of consumption commodities must be

implemented in order to save farmer households concerning fluctuation of

commodity prices which commonly directed to the higher level. Besides,

diversification of consumption also must be put into realization because there are

many food commodities other than rice and the utility of alternative energy, such as

biogas, must be improved.

2.e. Variables which were influenced to the capital of beef cattle farm were number of

breed beef cattle, production, operational time, total income of farm household, food

consumption and agribusiness implementation. So, the beef cattle farmer needs

accessibility of capital trough supporting institution, especially financing institution.

3. The optimal condition for cow calf cattle was achieved with local beef cattle of 1.445

AU and non local beef cattle of 0.295 AU. Concerning this condition, many efforts

for the development of beef cattle farm—especially breed of beef cattle supply—

were very significant. Governmental program through incentive allocated to the

breed cattle for the development of productive breed cattle — must be continued. It

was purposed to maintain the availability of breed cattle and increase beef cattle

population. This condition was comply with the analysis result on cattle production

where the coefficient of breed cattle was the highest thus the development of beef

cattle still can be maintained by provisioning breed cattle supply.

4. Land resource, breed cattle and labor becomes limiting factor or the main constrain

faced in earning income. Thus in order to increase the income of household-farm,

land utility and increased number of breed cattle must be prioritized. Related to the

Page 50: ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3165_RD-201301033...mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan

48

agricultural development especially food planting, one of several efforts can be

taken is increase the productivity. This was become reasonable because the

extensification of agricultural land was very difficult due to many land transfers to

non-agricultural use. Thus, technology introduction to improve productivity was a

correct solution.

5. The increase on beef cattle number can increase the income of farmer households.

Thus, farmer households must develop their beef cattle farm by increasing their

cattle number especially breed of beef cattle.