Top Banner
ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DI UNIT BEDAH SENTRAL RS. TNI AU dr. ESNAWAN ANTARIKSA, HALIM PERDANA KUSUMA, JAKARTA Temmy Meil Siska Departement Occupational Health and Safety, University Of Indonesia,Depok,16424,Indonesia Email: [email protected] ABSTRAK Analisa risiko adalah keseluruhan proses mengestimasi besarnya suatu risiko dan memutuskan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak. Tujuan khusus penelitian ini adalah mengidentifikasi bahaya, melakukan penilaian risiko murni, menilai cara pengendalian risiko, melakukan penilain risiko sisa, dan memberikan rekomendasi pengendalian tambahan yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan dalam tahapan pembedahan di unit bedah sentral. Penilitian ini termasuk dalam penelitian observasional dan menurut waktunya penelitian ini termasuk penelitian cross sectional dengan metode pendekatan manajemen risiko ISO 31000:2009. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara dan observasi. Objek penelitian ini adalah proses tahapan pembedahan di unit bedah sentral. Dari hasil penelitian di dapatkan hasil banyak risiko berulang yaitu risiko terkena darah, tertusuk jarum suntik, dan risiko yang paling tinggi yaitu risiko kebakaran. Kata Kunci: Analisa Risiko, Petugas Kesehatan, ISO 3100:2009, Unit Bedah Sentral, Rumah Sakit Risk Assessment Health and Safaty Occupational In Surgical Unit Indonesia Air Force Hospital dr. Esnawan Antariksa, Halim Perdanakusuma, Jakarta. ABSTRACT Risk assessment is the overall process of estimating the magnitude of a risk ang deciding whether or not the risk is tolerable. This study have the main purpose of identifying the hazards, assessing the pure risk, assessing control measures implemented, assessing residul risk associated and additional control recommendations with surgery in the central surgical unit. This study was an observational study with cross- sectional approach to risk management ISO 31000:2009. Primary data were collected by means of interview and observation. The object of this study is the process stages of surgery in the central surgical unit. From the research on get results much risk is the risk of recurrent blood, needle stick, and the highest risk is the risk of fire. Keywords: Risk Analysis, Health Officer, ISO 3100: 2009, the Central Surgery Unit, Hospital Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015
17

ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DI UNIT BEDAH

SENTRAL RS. TNI AU dr. ESNAWAN ANTARIKSA, HALIM PERDANA KUSUMA, JAKARTA

Temmy Meil Siska

Departement Occupational Health and Safety, University Of Indonesia,Depok,16424,Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Analisa risiko adalah keseluruhan proses mengestimasi besarnya suatu risiko dan memutuskan apakah risiko

tersebut dapat diterima atau tidak. Tujuan khusus penelitian ini adalah mengidentifikasi bahaya, melakukan

penilaian risiko murni, menilai cara pengendalian risiko, melakukan penilain risiko sisa, dan memberikan

rekomendasi pengendalian tambahan yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan dalam tahapan

pembedahan di unit bedah sentral. Penilitian ini termasuk dalam penelitian observasional dan menurut

waktunya penelitian ini termasuk penelitian cross sectional dengan metode pendekatan manajemen risiko

ISO 31000:2009. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara dan observasi. Objek penelitian ini

adalah proses tahapan pembedahan di unit bedah sentral. Dari hasil penelitian di dapatkan hasil banyak

risiko berulang yaitu risiko terkena darah, tertusuk jarum suntik, dan risiko yang paling tinggi yaitu risiko

kebakaran.

Kata Kunci:

Analisa Risiko, Petugas Kesehatan, ISO 3100:2009, Unit Bedah Sentral, Rumah Sakit

Risk Assessment Health and Safaty Occupational In Surgical Unit Indonesia Air Force Hospital dr.

Esnawan Antariksa, Halim Perdanakusuma, Jakarta.

ABSTRACT

Risk assessment is the overall process of estimating the magnitude of a risk ang deciding whether or not the

risk is tolerable. This study have the main purpose of identifying the hazards, assessing the pure risk,

assessing control measures implemented, assessing residul risk associated and additional control

recommendations with surgery in the central surgical unit. This study was an observational study with cross-

sectional approach to risk management ISO 31000:2009. Primary data were collected by means of interview

and observation. The object of this study is the process stages of surgery in the central surgical unit. From

the research on get results much risk is the risk of recurrent blood, needle stick, and the highest risk is the

risk of fire.

Keywords:

Risk Analysis, Health Officer, ISO 3100: 2009, the Central Surgery Unit, Hospital

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 2: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

PENDAHULUAN

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka tuntutan

pengelolaan program keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit semakin tinggi karena sumber daya

manusia rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan keselamatan dan kesehatan kerja, baik

sebagai dampak proses kegiatan ataupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit tidak

memenuhi standar.

Rumah sakit merupakan instansi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif maupun negatif. Dampak

positif dari kegiatan rumah sakit adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak

negatif dari kegiatan rumah sakit adalah sampah dari limbah medis dan non medis yang dapat menyebabkan

gangguan kesehatan, ataupun risiko lain yang dapat menggangu keselamatan dan kesehatan kerja.

Data dan fakta secara global yang diterbitkan oleh International Labor Organization (ILO) dari 35

juta pekerja kesehatan, 3 juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan virus HBV, 0,9 juta terpajan virus HBC

dan 170,000 terpajan virus HIV/AIDS). Sekitar 41 % frekuensi kecelakaan akibat kerja dirumah sakit lebih

tinggi dibandingkan pekerja lain dengan kecelakaan akibat kerja terbesar adalah akibat jarum suntik.

Sedangkan menurut data instalasi bedah sentral di RSUD di jakarta pada tahun 2006, menyatakan gaya berat

yang ditanggung pekerja rata – rata lebih dari 20 kg. Keluhan subyektif low back pain di dapat pada 83,3%

pekerja. Untuk total kecelakaan akibat kerja mencapai 38 – 73% dari total petugas kesehatan.

RS TNI AU dr. Esnawan Antariksa merupakan rumah sakit pemerintah yang terletak di kawasan halim

perdana kusuma, jakarta timur. Rumah sakit RS TNI AU dr. Esnawan Antariksa memiliki Laboratorium,

IGD, Ruang Radiologi, Ruang Bedah, Ruang ICU, 8 Ruang inap (R.Garuda, R.Merpati, R.Cendrawasih,

R.Merak, R.Nuri, R.Parkit, R.Buana, R.Dirgantara), Kamar Jenazah. Rumah Sakit TNI AU Antariksa

memiliki beberapa poliklinik diantaranya poliklinik penyakit dalam, poli anak, poli kulit dan kelamin, poli

Dengan banyaknya layanan dalam bidang pembedahan, dimungkinkan lebih banyaknya aktifitas

yang dilakukan di ruang bedah. Ruang bedah di RS TNI AU dr. Esnawan Antariksa terletak dilantai 3.

Ruang bedah merupakan interaksi kompleks dari perangkat keras, perangkat lunak, sumber daya manusia

dan lingkungan. Di ruang bedah rentan sekali dengan kesalahan, keselahan dapat muncul dari setiap faktor

pada umumnya faktor manusia merupakan pembuat kesalahan yang terbanyak meskipun latar belakang yang

sebenarnya adalah manajemen yang tidak ade kuat.

Di ruang bedah banyak sekali potensi risiko yang dapat menimbulkan bahaya keselamatan dan

kesehatan bagi para pekerja yang bekerja di ruangan bedah tersebut. Ruang bedah harus dibangun sesuai

dengan persyaratan administratif dan teknis, dikarenakan setiap komponen dari bangunan tersebut dapat

saja memiliki risiko yang potensial, seperti bentuk atap, bentuk plafon, saluran pembuangan, bahan dinding

dan lantai, sistem aliran dan pendingin udara, serta tata letak peralatan di dalamnya. Demikian pula dengan

sterilisator, sistem gas sentral, serta genset dan kelistrikkan yang mendukung ruang bedah dapat juga

berpotensi menimbulkan risiko.

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 3: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

Tujuan penelitian ini adalah melakukan risk assesment di unit bedah sentral RS. TNI AU dr.

Esnawan Antariksa, serta mengidentifikasi bahaya, melakukan penilaian risiko murni, menilai cara

pengendalian risiko yang telah dilakukan dan melakukan penilaian risiko sisa pada proses kerja di unit

bedah sentral RS. TNI AU dr. Esnawan Antariksa.

TINJAUAN TEORI

Menajemen risiko merupakan metode yang sistematis yang terdiri dari menetapkan konteks,

mengidentifikasi, meneliti, mengevaluasi, perlakuan, monitoring dan mengkomunikasikan risiko yang

berhubungan dengan aktivitas apapun, proses atau fungsi sehingga dapat memperkecil kerugian perusahaan.

Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari suatu bentuk menajemen yang baik.

Berdasarkan ISO 31000,manajemen risiko adalah mengkoordinasikan ativitas secara langsung serta

mengendalikan organisasi dengan memperhatikan risiko dan memepunyai suatu proses yang terdiri dari

langkah – langkah yang telah dirumuskan dengan baik. ISO 31000:2009 merupakan standar internasional

tentang pedoman penerapan manajemen risiko yang diterbitkan oleh International Organization for

Standardization. Standar ini diterbitkan pada tanggal 13 November 2009 sebagai pengembangan dari

AS/NZS 4360:2004 yang dikeluarkan oleh australia.(Wahjudin Supeno, 2012)

Analisis risiko adalah suatu kegiatan sistematik dengan menggunakan informasi yang ada

untuk mendeterminasi seberapa besar konsekuensi yang mungkin akan terjadi dan seberapa besar

kemungkinan akan terjadi. Analisis ini harus mempertimbangkan kisaran konsekuensi potensial dan

bagaimana risiko dapat terjadi. Tujuan dilakukannya analisis risiko adalah untuk membedakan antara

risiko kecil dengan risiko besar dan menyediakan data untuk membantu evaluasi dan penanganan

risiko.

Tabel 2.1 Tingkat Kemungkinan Metode ISO 3100

Kategori   Kriteria   Rating  

Almost  Certain  

Kejadian  yang  paling  sering  terjadi    Dampak  dari  kerjadian  langsung  terlihat.   5  

Probable   Kemungkinan  Terjadi    50%   4  

Possible   Mungkin saja terjadi tetapi jarang.   3  

Unlikely   Kejadian yang sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.   2  

Rare  Mungkin saja terjadi, tetapi tidak pernah

terjadi meskipun dengan paparan yang bertahun – tahun.  

1  

Sumber : Risk Management ISO 31000

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 4: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

Tabel 2.2Tingkat Konsekuensi Metode ISO 31000

Kategori Deskripsi Rating

Catastropic Kejadian yang berhubungan dengan Kematian, serta kerusakan permanen yang kecil terhadap lingkungan.

5

Major Cacat atau penyakit yang permanen dan kerusakan sementara terhadap lingkungan.

4

Moderate

Cidera yang serius tapi bukan penyakit parah yang permanen dan sedikit berakibat buruk bagi lingkungan, terjadi emisi buangan.

3

Minor Cidera yang membutuhkan penanganan medis, di luar lokasi tetapi tidak menimbulkan kerusakan.

2

Insignificant Tidak ada cidera, terjadi kerugian finansial kecil

1

Sumber : Risk Management ISO 31000

Proses berikutnya adalah risk identification yaitu melakukan identifikasi risiko – risiko yang dapat

terjadi di masa yang akan datang. Identifikasi ini termasuk pengidentifikasian proses – proses atau tugas.

Pengenalan area risiko dan kategorinya. Dalam manajemen risiko ISO 31000:2009 harus dilakukan

pengalian antara konsekuensi dengan kemungkinan. Dari hasil pengalian, maka dapat diketahui

penggeolongan level risiko.

Tabel 2.3 Tingkat Risiko Metode ISO 31000

Kategori Tindakan

Unacceptable Aktifitas dihentikan sampai risiko bisa dikurangi hingga mencapai batas yang diperbolehkan atau diterima.

Issue Perlu pengendalian sesegera mungkin. Mengharuskan adanya perbaikan secara teknis

Supplementary issue

Perlu diawasi dan diperhatikan secara berkesinambungan.

Acceptable Intensitas yang menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin.

Sumber : Risk Management ISO 3100

Gambar 2.3 Skala Ukur Matriks Risiko ISO 31000:2009

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 5: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

Evaluasi risiko merupakan suatu proses membandingkan estimasi level risiko dengan kriteria

yang telah ditentukan terlebih dahulu dan mempertimbangkan keseimbangan antara manfaat potensial

dan hasil yang tidak menguntungkan untuk menilai dan menentukan prioritas pengendalian risiko

berdasarkan kriteria yang ditetapkan mengenai batasan risiko mana yang bisa diterima, risiko mana yang

harus dikurangi atau dikendalikan dengan cara yang lain.

Pengendalian risiko yaitu suatu upaya penanganan dan pengendalian terdahap risiko, terutama risiko

dengan tingkat tinggi serta mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi. Menurut PERMENAKER

No. 05/MEN/1996, pengendalian risiko dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu :

Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi (engineering

control), Pendidikan dan pelatihan, Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus,

insentif, penghargaan, dan motivasi diri, Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.

METODE

Berdasarkan jenisnya penelitian ini termasuk penelitian observasional karena data yang diperoleh

melalui pengamatan dan dilakukan pada objek penelitian selama penelitian berlangsung. Berdasarkan

desainnya, penelitian ini termasuk penelitian cross sectional karena pengamatan terhadap variabel dilakukan

pada waktu atau periode tertentu saja. Berdasarkan sistem analisisnya termasuk penelitian deskriptif yaitu

suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu

keadaan secara objektif.Objek penelitian adalah tahapan proses kerja di unit bedah sentral RS TNI AU dr.

Esnawan Antariksa, Halim Perdanakusuma Jakarta dan penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober – April

2015.

Variabel penelitian ini meliputi proses kerja di unit bedah sentral, identifikasi bahaya, risiko murni,

penentuan kategori risiko penilaian pengendalian risiko yang ada dan penelian risiko sisa. Teknik dan

isntrumen pengumpulan data adalah: (a) observasi pekerjaan pada proses tahapan kerja di unit bedah sentral

dengan bantuan lembar job hazard analysis (JHA), (b) wawancara dilakukan dengan para pekerja yang

terdapat di ruang unit bedah sentral, dengan bantuan pedoman wawancara. Data sekunder meliputi

gambaran umum perusahaan, visi dan misi perusahaan.

Data yang telah diperoleh dicek kelengkapannya kemudian diolah dan dilakukan analisis dengan cara

menentukan consequensy dan likelihood, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang telah

dilakukan kemudian menentukan nilai risiko dari perkalian antara consequensy dan likelihood untuk

mengetahui tingkat risiko pekerjaan sesuai risk assessment matrix. Hasil pengolahan dan analisis disajikan

dalam bentuk matriks dan narasi yang digunakan untuk menarik kesimpulan sebagai hasil akhir dari

penelitian.

HASIL dan PEMBAHASAN

Tahapan Kerja Unit bedah Sentral

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 6: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

Tahapan kerja di unit bedah sentral yang pertama yaitu tahapan pre operasi. Tahapan pre operasi yaitu

membawa pasien dari ruang perawatan ke ruang UBS, pasien dimasukan ke ruang pre operasi untuk

dilakukan tindakan. Kegiatan selanjutnya melakukan anamnesa kepada pasien hal ini dilakukan untuk

mengetahui keadaan fisik pasien, riwayat pembedahan pasien sebelumnya, pengkajian perawatan serta

pemeriksaan penunjang lainnya yang dilakukan sebelum dilakukan pembedahan. Tahapan yang ke dua yaitu

tahapan selama operasi. Tahapan selama operasi diawali dengan persiapan alat, mempersiapkan alat yang

dibutuhkan pada saat operasi dan memastikan alat sudah dalam kondisi steril. Setelah itu melakukan anastesi

pada pada pasien, Proses kerja berikutnya menetapkan lokasi insisi yang akan di bedah. Setelah posisi

sesuai, baru dapat dilakukan pembedahan. Tahap terakhir adalah tahapan setelah operasi, proses ini yaitu

menutup insisi bagian yang sudah selesai di bedah. Pada proses ini pasien dipindahkan ke ruangan

pemulihan yang masih terdapat di UBS. selanjutnya ruangan dibersihkan oleh petugas kebersihan untuk

selanjutnya dipersiapkan untuk proses pembedahan berikutnya. Selama pasien diruang pemulihan petugas

kesehatan seperti perawat dan dokter harus selalu memantau keadaan pasien, dan dicatat ke laporan rekam

medik pasien. Setelah keadaan pasien satbil, pasien dapat dipindahkan keruang perawatan, dan perawat UBS

melaporkan keadaan pasien ke perawat ruangan perawatan.

Identifikasi Risiko

Pre Operasi

Pada tahapan pre operasi 11 risiko dari seluruh tahapan proses kerja, risiko yang paling banyak ditemukan

yaitu potensi terjatuh pada pasien, potensi terkena air liur dan potensi pejangga tirai terjatuh. Potensi terjatuh

pada pasien ini dapat terjadi dikarenakan tidah dipasangnya barier pada brankar pasien, dengan tidak

terpasangnya barier pada brankar dapat memungkinkan pasien untuk terjatuh dari atas brankar. Untuk

potensi terkena air liur dapat terjadi pada saat melakukan anamnesa pasien diwajibkan untuk mencopot gigi

palsu sebelum dilakukan tindakan operasi. Pada tahap ini pekerja dapat saja terkena air liur pasien

dikarenakan tidak adanya tempat khusus untuk membuka gigi palsu. Sedangkan untuk terjatuhnya pejangga

tirai risiko ini dapat terjadi pada saat melakukan anamnesa dalam salah satu tahapan pekerjaan pada proses

pre operasi.

Selama Operasi

Pada proses kerja Selama Operasi didapatkan hasil 24 risiko dari seluruh tahapan pekerjaan pada proses ini.

Adapun 5 risiko yang paling banyak ditemukan adalah potensi kebakaran, terkena darah, terhirup uap,

tertusuk jarum dan bising. Potensi kebakaran dapat terjadi ketika proses penggunaan electric courter yang

sering terjadi kesetrum, dimana pada saat pemeriksaan di dapatkan adanya kabel electric couter yang

terkelupas hal ini dapat menyebabkan timbul konsleting arus pendek listrik. Dari konstleting ini dapat

menimbulkan potensi terjadinya kebakaran. Untuk risiko terkena darah dapat terjadi pada setiap kegiatan

Selama Operasi yaitu proses insisi, penggunaan electric couter,dan penutupan insisi. Risiko terhirup uap ini

dapat terjadi saat melakukan anastesi. Sedangkan untuk risiko tertusuk jarum, risiko ini dapat terjadi saat

melakukan proses insisi dan penutupan insisi dikarenakan pada saat proses dapat saja menularkan penyakit

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 7: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

menular pada pekerja jika pekerja tersebut tidak mengunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan.

Untuk risiko bising, risiko ini dapat terjadi pada saat penggunaan suction pada proses Selama Operasi.

Setelah Operasi

Pada proses Setelah Operasi ditemukan sebanyak 22 risiko dari seluruh tahapan proses kerja ini. Bahaya

yang paling banyak ditemukan yaitu low back pain, potensi terjatuh pada pasien, terkena darah dan infeksi

nosokomial. Untuk risiko low back pain dapat terjadi saat melakukan pemindahan pasien dari ruang

pemulihan di ubs menuju ruang perawatan. Untuk potensi terjatuh pada pasien dapat terjadi pada tahapan

kerja yaitu pada saat pemindahan pasien. Untuk risiko terkena darah risiko ini dapat terjadi disemua tahapan

kerja pada proses setelah operasi. Untuk risiko infeksi nosokomial ini dapat terjadi pada tahapan kerja

pelaporan keadaan pasien pada proses Setelah Operasi. Pada tahapan pelaporan keadaan pasien, disini

pekerja duduk dilantai. Dimana dilantai tersebut terdapat banyak kuman atau virus yang dapat saja

menularkan penyakit kepada para pekerja.

Penilaian Basic Risk dan Existing Risk

Pre Operasi

Pada proses Pre Operasi ditemukan 11 risiko dari seluruh tahapan proses kerja. Untuk nilai basic risk

ditemukan sebanyak 8 risiko yang termaksud dalam kategori unacceptable. Dengan adanya penurunan risiko

secara keseluruhan sebanyak 20,5%, maka untuk nilai existing risk jumlah risiko yang termaksud kedalam

kategori unacceptable menjadi 5 risiko. Setelah dilakukan evaluasi risiko berdasarkan tabel analisa risiko,

maka didapatkan 3 risiko terbesar, yaitu pasien terjatuh, terjatuhnya pejangga tirai, dan terkena air liur.

Dengan nilai existing risk paling tinggi yaitu 20 yang dimiliki oleh potensi pasien terjatuh. Risiko terbesar

ditentukan berdasarkan nilai existing risk yang dimiliki oleh masing – masing risiko.

Bagan 1 Risiko Terbesar Pada Tahapan Kerja Pre Operasi

Berikut ini adalah penilaian risiko pada 3 risiko terbesar yang disajikan pada tabel analisis risiko pada proses

Pre Operasi:

0  

5  

10  

15  

20  

25  

Pasien  Terjatuh     Terjatuhnya  Pejangga    

Terkena  Air  Liur    

Risiko  Terbesar    

Pre  Operasi  

Basic  Risk  

Exis>ng  Risk  

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 8: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

a. Potensi Terjatuh Pada Pasien

Nilai risiko dari potensi terjatuh pada pasien adalah 25 sebelum dilakukan pengendalian dan termasuk

dalam kategori unacceptable. Kemudian setelah dilakukan pengendalian berupa penyediaan brankar

dengan barier, nilai risiko dapat berkurang menjadi 20 dan level risiko dari potensi terjatuhnya pasien

tetap dalam kategori unacceptable. Risk reduction dari risiko ini sebesar 20%. Hasil tersebut berdasarkan

perhitungan analisis sebagai berikut :Nilai konsekuensi dari risiko potensi terjatuh pada pasien adalah 5

karena dampak yang ditimbulkan dapat menyebabkan kematian, sehingga termasuk dalam kategori

kecelakaan fatal. Karena tersedianya brankar dengan barier maka konsekuensi setelah dilakukan

pengendalian dapat diturunkan menjadi 4 yaitu cidera serius. Nilai Likelihood dari risko ini adalah 5 yaitu

kejadian terjadi secara terus menurus, tidak dipasangnya barier pada brankar. Untuk itu dilakukan

pengendalian berupa adanya penyediaan brankar dengan barier. Namun hal ini belum dapat menurunkan

nilai likelihood dikarenakan ketersediaan brankar dengan barier masih sangatlah minim.

b. Potensi Terjatuh Pejangga Tirai

Nilai risiko dari potensi terjatuhnya pejangga tirai pada ruang Pre Operasi adalah 20 sebelum dilakukan

pengendalian dan termasuk dalam kategori unacceptable. Kemudian setelah dilakukan pengendalian

yaitu dengan adanya maintenance dan komunikasi tentang hazard tentang potensi terjatuhnya pejangga

tirai pada ruang pre operasi, nilai risiko berkurang menjadi 16 dan tetap termasuk dalam kategori

unacceptable. Selain itu risk reduction dari risiko ini sebesar 20%. Hasil tersebut berdasarkan

perhitungan sebagai berikut : Nilai konsekuensi dari risiko ini adalah 4 karena dampak dari potensi

terjatuhnya pejangga tirai adalah cidera yang serius dan dapat sedikit berakibat buruk pada ruangan Pre

Operasi. karena hal ini kurang mendapatkan perhatian oleh pihak rumah sakit, dan mempunyai dampak

yang cukup besar makan nilai dari konsekuensi ini tetap 4 yang dapat menyebakan cidera serius. Nilai

likelihood dari risiko ini adalah 5 yaitu dampak dari kejadian langsung terlihat sebelum adanya

pengendalian yang dilakukan oleh rumah sakit. Setelah dilakukan maintenance dan komunikasi hazard,

maka nilai likelihood dari risiko ini dapat berkurang menjadi 4 yaitu kemungkinan terjadinya 50%.

c. Terkena Air Liur

Nilai risiko dari terkena air liur adalah 20 sebelum dilakukan pengendalian dan termasuk dalam kategori

unacceptable. Kemudian, setelah dilakukan pengendalian yaitu dengan adanya penggunaan bengkok,

penggunaan plastik penyimpanan nilai risiko dari terkena air liur adalah sebesar 16 dan termasuk dalam

kategori unacceptable. Selain itu risk reduction dari resiko ini sebesar 20%. Hasil tersebut diperoleh

berdasarkan perhitungan sebagai berikut: Nilai konsekuensi dari risiko ini adalah 4 karena dampak dari

terkena air liur ini dapat menyebabkan penyakit menular yang apabila tidak ditangani secepat mungkin

akan menyebakan penyakit permanen. Setelah adanya pengendalian berupa pemakaian sarung tangan,

pemakaian tempat plastik untuk penyimpanan. Nilai risiko konsekuensi tidak dapat diturunkan

dikarenakan masih banyaknya pekerja yng tidak mengguanakan peralatan yang disediakan. Nilai

Likelihood dari risiko ini adalah 5 yaitu kejadian terjadi secara terus menerus sebelum adanya

pengendalian yang dilakukan oleh rumah sakit. Setelah dilakukan penyediaan sarung tangan, dan

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 9: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

tersedian plastik untuk penyimpanan maka risiko ini dapat berkurang menjadi 4 yaitu kejadian

kemungkinan untuk terjadi 50%.

Selama Operasi

Bagan  2  Risiko  Terbesar  Selama  Operasi

Pada proses kerja Selama Operasi didapatkan hasil 24 risiko dari seluruh tahapan pekerjaan pada proses ini.

pada nilai basic risk, ditemukan sebanyak 18 risiko yang termasuk kedalam level risiko unacceptable.

Dengan adanya penurunan risko sebesar 30,6%, maka pada existing risk jumlah risiko yang termaksud

dalam high risk berkurang jadi 8 risiko. Setelah dilakukan evaluasi risiko berdasarkan tabel analisa risiko,

maka didapatkan nilai risiko terbesar dan harus segera mendapatkan perhatian oleh pihak manajemen.

Adapun 5 risiko tersebut adalah potensi kebakaran, terkena darah, terhirup uap, tergores dan bising. Berikut

ini adalah penilaian risiko terbesar yang disajikan pada tabel evaluasi risiko pada proses Selama Operasi :

a. Potensi kebakaran

Nilai risiko potensi kebakaran sebesar 20 seblum dilakukan pengendalian dan termasuk ke dalam level

risiko kategori unacceptable. Kemudian setelah dilakukan pengendalian dengan penyediaan APAR,

adanya training kebakaran dan tanggap darurat, nilai risiko tetap pada 20, level risiko dari kebakaran

tetap dalam kategori high risk.hal ini dikarenakan pengendalian yang dilakukan masih kurag. Hasil

tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan analisis sebagai berikut : Nilai konsekuensi dari risiko ini

0  

5  

10  

15  

20  

Potensi  Kebakaran     Terkena  

darah     Terhirup  Uap    Tergores    

Bising    

Risiko  Terbesar    

Selama  Operasi      Basic  Risk    

Exis>ng  Risk    

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 10: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

adalah 5 karna dapat menyebabkan kematian dan kerugian yang sangat besar bagi rumah sakit. Dalam

hal ini bagunan rumah sakit tidak dilengkapi dengan hydrant, smoke detector, dan springkel. Namun

rumah sakit hanya menyediakan alat pemadam api ringan, hal ini belum dapat menurunkan nilai

konsekuensi. Nilai Likelihood dari risiko ini adalah 4 yaitu kemungkinan terjadinya 50% sebelum

adanya pengendalian yang dilakukan. Setalah adanya pengendalian berupa penyediaan APAR, adanya

training kebakaran dan tanggap darurat, belum dapat menurunkan nilai likelihood dikarenakan dari

struktur bangunan rumah sakit yang belum menyediaan sistem proteksi kebakaran aktif dan tidak

adanya emergency response plan di UBS .

b. Terkena darah

Nilai risiko dari terkena darah pada proses insisi adalah 20 sebelum dilakukan pengendalian dan

termasuk dalam level risiko kategori unacceptable. Setelah dilakukan pengendalian berupa penggunaan

sarung tangan, apron, penutup kepala, masker, kacamata dan sepatu boots nilai risiko berkurang

menjadi 16 dan tetap termasuk dalam kategori risiko unacceptable. Hasil tersebut diperoleh berdasarkan

perhitungan analisis sebagai berikut : Nilai konsekuensi dari risiko ini adalah 4 karena dapat

menyebabkan penularan penyakit menular yang berasal dari darah pasien. Apabila pasien tersebut

memiliki riwayat penyakit menular. Setelah adanya pengendalian nilai dari konsekuensi belum dapat

diturunkan dikarenakan pengunaan APD belum sesuai. Nilai Likelihood dari risiko ini adalah 5

dikarenakan kejadian ini sering terjadi setiap kali tindakan insisi dilakukan. Namun dengan adanya

pengendalian berupa berupa penggunaan sarung tangan, apron, penutup kepala, masker, kacamata dan

sepatu boots nilai likelihood dapat turun menjadi 4 yaitu kemungkinan terjadi kecelakaan 50%.

Kejadian masih dapat terjadi dikarenakan belum semua pegawai memakai APD yang sesuai dengan

fungsinya.

c. Terhirup uap

Nilai risiko dari terhirup uap gas anastesi adalah sebesar 15 sebelum ada pengendalian dan termasuk

kedalam kategori unacceptable. Setelah dilakukan pengendalian yaitu dengan penggunaan masker level

risiko dari terhirupnya uap anastesi masih tetap temasuk dalam kategori unacceptable, dikarenakan

pengendalian yang dilakukan masih kurang tepat. Hasil tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan

analisis sebagai berikut : Nilai konsekuensi dari risiko terhirup uap gas anastesi adalah 3 dikarenakan

dapat menyebakan pusing dalam melakukan pekerjaan dan pingsan, hal ini juga terdapat emisi

pembuangan dari hasil gas anastesi sehingga nilai konsekuensi tetap 3 setelah dilakukan pengendalian.

Karna pengendalian berupa penggunaan masker belum cukup untuk mengendalikan risiko ini. Nilai

Likelihood dari risiko ini adalah 5 sebelum adanya pengendalian dikarenakan kejadian ini sering terjadi

dan dampaknya langsung terasa kepada pekerja. Setalah adanya pengendalian dengan penggunaan

masker nilai Likelihood tetap 5 yaitu dampak langsung terlihat, dikarenakan pengunaan masker ini

belum tepat guna karena masker yang digunakan masih belum sesuai. Pada saat penggunaan maskerpun

pekerja masih dapat merasakan gas buangan dari proses anatesi yang dapat menyebabkan pusing dan

mengantuk.

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 11: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

d. Tertusuk Jarum

Nilai risiko dari kejadian tertusuk jarum yaitu 20 sebelum dilakukan pengendalian dan termasuk dalam

kategori unacceptable. Kemudian setelah dilakukan pengendalian nilai risiko menjadi sebesar 16 dan

masih termasuk dalam kategori level risiko unacceptable. Hasil tersebut diperoleh berdasarkan

perhitungan analisis sebagai berikut : Nilai konsekuensi dari risiko ini adalah 4 karena apabila tahapan

kerja ini tanpa menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, dapat menyebabkan tangan

tertusuk dan dapat menyebabkan tertularnya penyakit menular dikarenakan alat benda tajam tersebut

sudah kontak dengan darah pasien. Dikarenakan dampak yang dihasilkan dapat menyebabkan cidera

yang serius dan penyakit menular, nilai konsekuensi dari tertusuk jarum tetap pada angka 4 dan

termasuk dalam kategori unacceptable. Nilai Likelihood dari risiko ini adalah 5 yaitu kejadian terjadi

secara terus menerus, dikarenakan pada saat melakukan pekerjaan ini pekerja sering kali tertusuk jarum

namun pekerja tidak segera mengganti sarung tanggan namun masih tetap saja dipakai. Namun setelah

diberikan penyuluhan mengenai bahaya tersebut para pekerja menambah sarung tangan apabila sarung

tangan yang dipakai sobek. Hal ini masih bisa saja menimbulkan penularan penyakit, sehingga nilai

likelihood dari risiko ini turun menajadi 4 yaitu kemungkinan terjadi 50%.

e. Bising

Nilai risiko dari pajanan risiko bising adalah 20 sebelum dilakukan pengendalian dan termasuk kedalam

level risiko kategori unacceptable. Namun untuk pajanan risiko ini belum memiliki pengendalian,

sehingga nilai risko masih tetap 20 dan masih termasuk kedalam kategori unacceptable. Hal tersebut

diperoleh berdasarkan perhitungan analisis sebagai berikut. Nilai konsekuensi dari risiko ini adalah 4

karena dampak dari pajanan bising dapat menyebabkan noise induced hearing loss (NIHL). Karena

belum adanya pengendalian yang terfokus terhadap bising yang didapatkan dalam penggunaan alat

suction maka nilai konsekuensi pada risiko ini tetap diangka 4, sampai adanya pengendalian yang

dilakukan oleh pihak rumah sakit. Nilai Likelihood dari risiko ini adalah 5 yaitu kejadian terjadi secara

terus menerus. Karena belum adanya pengendalian yang dilakukan, maka nilai likelihood dari risiko ini

tetap yaitu 5 kejadian terjadi secara terus menerus. Penggolongan ini didapatkan dari hasil pengamatan

penulis terhadap para pekerja saat melakukan suction. Dimana saat mesin suction dijalankan, volume

suara dari pekerja yang menggunakan suction ke pekerja lain menjadi lebih keras. Hal ini menunjukan

bahwa adanya penurunan pendengeran. Untuk itu harus segera dilakukan identifikasi lebih mendalam

untuk didapatkan pengendalian yang sesuai.

Setelah Operasi

Bagan  3  Risiko  Terbesar  Setelah  Operasi  

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 12: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

a. Low Back Pain

Nilai risiko dari low back paint pada tahap pemindahan pasien ini sebesar 20 sebelum dilakukan

pengendalian dan termasuk kedalam kategori unacceptable. Setelah adanya pengendalian yang dilakukan

oleh pihak UBS merupa penyedian DUK untuk memindahkan pasien, namun hal ini belum dapat

mengurangi nilai risiko dikarenakan risiko low back paint ini masih terjadi sehingga nilai tetap sebesar 20

karena pengendalian yang kurang tepat. Selain itu, risk reduction ini sebesar 0% hasil tersebut diperoleh

berdasarkan perhitungan analisis sebagai berikut : Nilai konsekuensi dari risiko ini adalah 4 karena

dampak dari risiko ini dapat menyebabkan cidera yang serius. Karena pengendalian yang dilakukan oleh

pihak UBS belum tepat sehingga menyebabkan nilai konsekuensi tetap sebesar 4, pengendalian yang

dilakukan oleh pihak ubs dengan menggunakan DUK untuk memindahkan pasien belum tepat

dikarenakan masih timbulnya risiko low back paint yang dikeluhkan oleh pekerja. Nilai Likelihood dari

risiko ini adalah 5 yaitu kejadian yang paling sering terjadi dan dampak dari kejadian langsung terlihat.

Dengan adanya pengendalian menggunakan duk, namun para pekerja masih mengeluhkan low back paint

dikarenakan pengendalian yang dilakukan belum sesuai, dan tidak adanya pergantian pekerja dalam

pemindahan pasien sehingga nilai likelihood tetap yaitu 5.

b. Potensi Terjatuh Pada Pasien

Nilai existing risk yaitu pada saat pemindahan pasien , nilai risiko dari potensi terjatuh pada pasien adalah

sebesar 20 sebelum dilakukan pengendalian dan termasuk dalam ketegori unacceptable. Kemudian

setelah dilakukan pengendalian berupa pemasangan barier dan komunkasi hazard mengenai potensi

pasien terjatuh maka risiko dari potensi terjatuh pada pasien turun menjadi 16, namun masih dalam

termasuk dalam ketegori unacceptable. Hasil tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan analisis sebagai

berikut :Nilai konsekuensi dari risiko ini adalah 4 karena dampak dari potensi terjatuh pada pasien dapat

berupa cacat atau penyakit permanen. Karena hal ini nilai konsekuensi setelah dilakukan pengendalian

tetap menjadi 4 dikarenakan para pkerja belum semuanya memasangkan barier pada brankar saat

memindahkan pasien. Nilai Likelihood dari risiko ini adalah 5 yaitu kejadian paling sering terjadi

0  

5  

10  

15  

20  

Low  Back  Pain   Potensi  

Terjatuh  Pada  Pasien    

Terkena  Darah     Infeksi  

Nosokomial    

     

A:er  Surgery    

Basic  Risk    

Exis>ng  Risk  

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 13: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

sebelum adanya pengendalian yang dilakukan oleh rumah sakit. Selain adanya penyediaan brankar

dengan barier, adanya komunikasi hazard tentang potensi terjatuh pada pasien sehingga membuat nilai

likelihood berkurang menjadi 4 yaitu kejadian ini mungkin terjadi 50%.

c. Terkena darah

Nilai risiko dari terkena darah ini adalah sebesar 20 sebelum dilakukan pengendalian dan termasuk dalam

kategori unacceptable. Kemudian setelah dilakukan pengendalian berupa penggunaan sarung tangan,

masker, dan sepatu boots nilai risiko berkurang menjadi 16. Hal tersebut diperoleh berdasarkan

perhitungan analisis sebagai berikut: Nilai konsekuensi dari risiko ini adalah 4 karena dapat

menyebabkan penularan penyakit menular yang berasal dari darah pasien. Apabila pasien tersebut

memiliki riwayat penyakit menular. Setelah adanya pengendalian nilai dari konsekuensi belum dapat

turun dikarenakan penyediaan APD belum sesuai dengan jumlah pekerja. Nilai Likelihood dari risiko ini

adalah 5 yaitu kejadian terjadi secara terus menerus. Setelah dilakukan komunikasi mengenai bahaya

terkena darah kepada para pekerja, kesadaran pada pekerja mulai timbul untuk memakai APD maka nilai

kemungkinan turun menjadi di angka 4 yaitu mungkinsaja terjadi 50%.

d. Infeksi nosokomial

Nilai risiko dari infeksi nosokomila ini sebesar 20 sebelum ada pengendalian dan termasuk kedalam

kategori unacceptable. Dengan adanya penegndalian berupa penyediaan kursi dan meja nilai risiko

menjadi sebesar 16 dan masih termasuk kedalam kategori unacceptable. Hasil tersebut diperoleh

berdasarkan perhitungan analisi sebagai berikut : Nilai konsekuensi dari risiko ini adalah 4 karena

dampak dari infeksi nosokomial ini adalah dapat menyebabkan penularan penyakit. Setelah dilakukan

pengendalian berupa penyediaan meja dan kursi sehingga para pekerja tidak lagi duduk di lantai maka

nilai konsekuensi dari risiko ini belum dapat berkurang dikarenakan penyedian pengendalian belum

sesuai dengan jumlah pekerja. Nilai Likelihood dari risiko ini adalah 5 yaitu kejadian terjadi secara terus

menerus. Dengan adanya penyediaan kursi, meja dan komunikasi hazard mengani bahaya infeksi

nosokomial, maka nilai likelihood dari risiko ini dapat berkurang menjadi 4 yaitu kemungkin terjadi 50%

Residual Risk

Pre OPerasi

a. Potensi terjatuh pada pasien

Jadi nilai risiko dari potensi terjatuhnya pasien pada residual risk adalah sebesar 6 dan digolongkan

kedalam supplementary issue. Menurut konsep ALARP dalam ISO 31000:2009 suplementary issue

termasuk dalam zona hijau yaitu risiko yang sangat kecil, namun perlu dilakukan pengontrolan dalam

penerapan pengendaliannya.

b. Potensi pejangga tirai terjatuh

Jadi nilai risiko dari potensi terjatuhnya penyangga tirai pada residual risk adalah 4 dan digolongkan

kedalam Acceptable. Menurut konsep ALARP dalam ISO 31000:2009 acceptable termasuk dalam zona

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 14: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

hijau yaitu risiko yang sangat kecil, namun perlu dilakukan pengontrolan dalam penerapan

pengendaliannya.

c. Terkena air liur

Jadi nilai risiko dari terkena air liur pada residual risk adalah sebesar 3 dan digolongkan kedalam

Acceptable. Menurut konsep ALARP dalam ISO 31000:2009 acceptable termasuk dalam zona hijau

yaitu risiko yang sangat kecil, namun perlu dilakukan pengontrolan dalam penerapan pengendaliannya.

Selama Operasi

a. Potensi kebakaran

Jadi nilai risiko dari potensi terjatuhnya kebakaran pada residual risk adalah sebesar 12 dan

digolongkan kedalam issue. Menurut konsep ALARP dalam ISO 31000:2009 issue termasuk dalam

zona kuning yaitu risiko dapat diterima namun harus dilakukan pengendalian secara bertahap sampai

dengan nilai risiko dapat diturunkan apabila pengendalian sudah dilaksanakan, Untuk itu harus

dilakukan pengendalian yang dapat menurunkan nilai risiko. Pengendalian harus dijadikan program

kerja dari manajeman unit bedah sentral untuk diterapkan.

b. Potensi terkena darah

Jadi nilai risiko dari potensi terkena darah pada residual risk adalah sebesar 9 dan digolongkan kedalam

issue. Menurut konsep ALARP dalam ISO 31000:2009 issue termasuk dalam zona kuning yaitu risiko

dapat diterima namun harus dilakukan pengendalian secara bertahap sampai dengan nilai risiko dapat

diturunkan apabila pengendalian sudah dilaksanakan, Risiko terkena darah pada residual risk perlu

dilakukan pengendalian tambahan agar nilai risiko tersebut dapat diturunkan. Pengendalian tambahan

harus dimasukkan kedalam program kerja selanjutnya oleh pihak manajemen unit bedah sentral.

c. Terhirup O2 dan N2O

Jadi nilai risiko dari potensi terhirup uap pada residual risk adalah sebesar 12 dan digolongkan kedalam

issue. Menurut konsep ALARP dalam ISO 31000:2009 issue termasuk dalam zona kuning yaitu risiko

dapat diterima namun harus dilakukan pengendalian secara bertahap sampai dengan nilai risiko dapat

diturunkan apabila pengendalian sudah dilaksanakan, Risiko terhirup uap O2 dan N2O pada residual

risk masih termasuk dalam kategori issue. hal ini harus dilakukan pengendalian selanjutnya, agar dapat

menurunkan nilai risiko dari terhirup uap O2 dan N2O. Untuk itu perlu dilakukan komunikasi kembali

mengenai pentingnya tambahan pengendalian kepada pihak unit bedah sentral.

d. Tertusuk jarum suntik

Jadi nilai risiko dari tertusuk jarum pada residual risk adalah sebesar 6 dan digolongkan kedalam

supplementary issue. Menurut konsep ALARP dalam ISO 31000:2009 suplementary issue termasuk

dalam zona hijau yaitu risiko yang sangat kecil, namun perlu dilakukan pengontrolan dalam penerapan

pengendaliannya.

e. Bising

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 15: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

Jadi nilai risiko dari bising pada residual risk adalah sebesar 12 dan digolongkan kedalam issue.

Menurut konsep ALARP dalam ISO 31000:2009 issue termasuk dalam zona kuning yaitu risiko dapat

diterima namun harus dilakukan pengendalian secara bertahap sampai dengan nilai risiko dapat

diturunkan apabila pengendalian sudah dilaksanakan. Nilai risiko bising pada residual risk masih

termasuk dalam kategori issue, hal ini dikarenakan ada beberapa pengendalian yang belum dijalankan

oleh pihak unit bedah sentral. Untuk itu perlu dilakukan komunikasi mengenai pengendalian yang harus

dilakukan.

Setelah Operasi

a. Low Back Pain

Jadi nilai risiko dari low back pain pada residual risk adalah sebesar 12 dan digolongkan kedalam

issue. Menurut konsep ALARP dalam ISO 31000:2009 issue termasuk dalam zona kuning yaitu risiko

dapat diterima namun harus dilakukan pengendalian secara bertahap sampai dengan nilai risiko dapat

diturunkan apabila pengendalian sudah dilaksanakan, Nilai risiko low back pain pada residual risk

masih termasuk dalam kategori issue, dikarenakan ada beberapa pengendalian yang belum dijalankan

sehingga tidak dapat menurunkan nilai risiko. Untuk itu perlu dilakukan komunikasi kepada pihak unit

bedah sentral agar pengendalian dilakukan.

b. Potensi Terjatuh Pada Pasien

Jadi nilai risiko dari potensi terjatuh pasien pada residual risk adalah sebesar 6 dan digolongkan

kedalam supplementary issue. Menurut konsep ALARP dalam ISO 31000:2009 supplementary issue

termasuk dalam zona hijau yaitu risiko yang sangat kecil, namun perlu dilakukan pengontrolan dalam

penerapan pengendaliannya.

c. Terkena Darah

Jadi nilai risiko dari terkena darah pada residual risk adalah sebesar 6 dan digolongkan kedalam

supplementary issue. Menurut konsep ALARP dalam ISO 31000:2009 supplementary issue termasuk

dalam zona hijau yaitu risiko yang sangat kecil, namun perlu dilakukan pengontrolan dalam penerapan

pengendaliannya.

d. Infeksi Nosokomial

Jadi nilai risiko infeksi nosokomial pada residual risk adalah sebesar 12 dan digolongkan kedalam

issue. Menurut konsep ALARP dalam ISO 31000:2009 issue termasuk dalam zona kuning yaitu risiko

dapat diterima namun harus dilakukan pengendalian secara bertahap sampai dengan nilai risiko dapat

diturunkan apabila pengendalian sudah dilaksanakan.

KESIMPULAN

1. Bahaya yang telah teridentifikasi pada tiga tahapan proses kerja yang telah dilakukan penilaian risiko

terdiri dari bahaya mekanik, bahaya ergonomi,bahaya fisik, bahaya elektrik dan bahaya kimia.

2. Risiko yang telah teridentifikasi pada tahapan proses kerja di unit bedah sentral meliputi: potensi terjatuh

pada pasien, terkena air liur pasien, potensi terjatuhnya tirai pejangga, tergores benda tajam, tertusuk

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 16: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

jarum, tersetrum peralatan, terpajan bising dan getar, terkena darah, potensi kebakaran, terhirup uap O2

dan N2O, infeksi nosokomial, postur janggal.

3. Nilai basic risk terbesar terdapat pada risiko kesetrum, potensi kebakaran, low back pain, potensi terjatuh

pada pasien, terpajan bising.

4. Nilai existing risk terbesar terdapat pada risiko potensi terjadinya kebakaran, low back paint, terpajan

bising dan infeksi nosokomial.

5. Risiko terbesar pada tahapan pre operasi adalah potensi terjatuh pada pasien, potensi terjatuhnya

pejangga tirai, terkena air liur.

6. Risiko terbesar pada tahapan selama operasi adalah potensi kebakaran, terkena darah, terhirup uap,

tergores benda tajam, bising.

7. Risiko terbesar pada tahapan setelah operasi adalah low back pain, potensi terjatuh pada pasien, terkena

darah, infeksi nosokomial.

8. Pada tahapan residual risk terdapat risiko yang belum dapat diturunkan nilai risikonya dikarenakan

pengendalian yang direkomendasikan belum dilaksanakan. Untuk itu penulis melakukan komunikasi

kepada pihak terkait agar rekomendasi pengendalian segera dilaksanakan dan dimasukkan kedalam

program kerja selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk menurunkan nilai risiko.

SARAN

1. Pihak manajemen rumah sakit dapat meningkatkan efektivitas pengendalian bahaya dan risiko

berdasarkan hierarki pengendalian bahaya sesuai dengan tingkat risiko yang telah dinilai.

2. Melakukan pencatatan dan pelaporan kejadian kecelakaan kerja setiap bulannya. Agar data menjadi lebih

lengkap dan menjadi evaluasi untuk kemudian harinya.

3. Melakukan promosi keselamatan dan kesehatan kerja agar pekerja lebih peduli terhadap keselamatan dan

kesehatan diri.

4. Melakukan pengawasan terhadap kepatuhan pekerja pada SPO dan kepatuhan terhadap pemakain APD

dengan cara melakukan inspeksi

5. Menyediakan sarana dan prasarana memadai sesuai dengan standar yang ada.

6. Melakukan pemeriksaan rutin terhadap peralatan dan seluruh komponen yang terdapat di unit bedah

sentral untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja.

7. Penambahan jumlah pegawai, untuk mengurangi beban kerja.

KEPUSTAKAAN

Budiono, A.M Sugeng. 2003. Manajemen Risiko dalan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bunga Rampai

Hiperkes dan KK Edisi Kedua. Semarang: Universitas Diponegoro.

Colling, David A. 1990. Industrial Safety Management and Technology. United State Of America: Prentice

Hall.

Cross, Jean. 1998. Study Notes SESC9211 : Risk Management. Department of Safety Science University of

New South Wales.

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015

Page 17: ANALISIS TINGKAT RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA …

Diberadinis, Louis J. 1999. Handbook of Occupational Safety and Health Second Edition. John Wiley

& Sons Inc.

Hinze, W Jimmie. 1997. Construction Safety. Prentice-Hall, Inc.

International Labour Office. 1989. Pencegahan Kecelakaan Seri Manajemen No. 131. Jakarta: PT.

Gramedia.

International Organization for Standardization (ISO). “ISO 31000:2009 – Risk Management: Priciples and Guidelines.” Geneva,2009. (http://www.iso.org/iso/home/standards/iso31000.htm).

Kevin w Knight AM “Applying ISO 31000:2009 in Regulatory Work”. Kolluru, Rao. Et al. 1996. Risk Assesment and Management Handbook for Enviromental, Health, and

Safety Proffesionals. New York: Mc Graw hill, Inc.

Keputusan Mentri Pertambangan dan Energi Nomor 555 tahun 1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Pertambangan Umum.

Mulya, Adi. 2008. Analisis dan Pengendalian Risiko Keselamatan Kerja dengan Metode Semi Kuantitatif

pada Pekerja Pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk. UBP Emas Pongkor Bogor

Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3).

Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3. Jakarta: PT. Dian

Rakyat.

Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Rijanto, Boedi. 2011. Pencegahan Kecelakaan Di Industri. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sahab, Syukri. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Bina Sumber

Daya Manusia.

Silalahi Bernett dan Silalahi Rumondang. 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Seri

Manajamen No.112. Jakarta: PT. Pertja.

Suardi, Rudi. 2005. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: PPM.

Suma’mur. 1996. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Himpunan Peraturan

Perundang – Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Departemen Tenaga Kerja R.I.

Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan.

 

Analisis risiko..., Temmy Meil Siska, FKM UI, 2015