Top Banner
PENGKAJIAN STRUKTUR PASAR DAN MARGIN PEMASARAN PADA KOMODITI BERAS DI KABUPATEN MALANG Oleh : Dwita Indrarosa, ST., MP. Widyaiswara BBPP Batu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran dianggap efisien bila mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan mampu melakukan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar oleh konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tataniaga. (Mubyarto ,1989). Salah satu komoditi pertanian yang selalu mendapat perhatian pemerintah adalah beras, karena beras merupakan bahan makan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Berbagai daerah telah mengalami perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok ke beras. Perubahan kebutuhan bahan makanan ini disamping karena kemajuan teknologi di bidang pertanian, juga karena alasan lain misalnya kelezatan, kandungan nilai energi dan lain sebagainya dari beras (AAK, 1990). Selain sebagai bahan makan pokok yang bernilai ekonomi, beras juga mempunyai nilai politik (komoditi politik), yang dapat mempengaruhi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika terjadi kelangkaan beras akan menyebabkan instabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian beras di Indonesia memiliki tingkat sensitivitas politik, ekonomi dan kerawanan sosial yang tinggi, sehingga masalah perberasan di Indonesia telah menyita banyak perhatian berbagai kalangan, terutama pemerintah. Intervensi pemerintah, berupa kebijakan harga dasar maupun kebijakan harga pembelian pemerintah diharapkan sebagai insentip bagi petani agar dapat meningkatkan produksi. Produksi beras nasional yang dikutip dari USDA (2010) menunjukkan bahwa pada tahun 2010 berhasil diproduksi sebanyak 38,55 juta ton beras. Data tersebut menunjukkan kecenderungan makin meningkatnya produksi beras nasional. Namun sesungguhnya kebijakan harga pembelian pemerintah yang diberlakukan sejak tahun 2002 didasarkan pada kuantitas sejumlah tertentu beras/gabah (untuk kebutuhan stok nasional) pada harga yang
29

Analisis Struktur Pasar

Jun 30, 2015

Download

Education

BBPP_Batu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Analisis Struktur Pasar

PENGKAJIAN STRUKTUR PASAR DAN MARGIN PEMASARAN PADA KOMODITI BERAS DI KABUPATEN MALANG

Oleh :

Dwita Indrarosa, ST., MP.

Widyaiswara BBPP Batu

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemasaran dianggap efisien bila mampu menyampaikan hasil-hasil dari

petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan

mampu melakukan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar

oleh konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan

produksi dan tataniaga. (Mubyarto ,1989).

Salah satu komoditi pertanian yang selalu mendapat perhatian

pemerintah adalah beras, karena beras merupakan bahan makan pokok bagi

sebagian besar penduduk Indonesia. Berbagai daerah telah mengalami

perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok

ke beras. Perubahan kebutuhan bahan makanan ini disamping karena kemajuan

teknologi di bidang pertanian, juga karena alasan lain misalnya kelezatan,

kandungan nilai energi dan lain sebagainya dari beras (AAK, 1990). Selain

sebagai bahan makan pokok yang bernilai ekonomi, beras juga mempunyai nilai

politik (komoditi politik), yang dapat mempengaruhi kelangsungan kehidupan

berbangsa dan bernegara. Jika terjadi kelangkaan beras akan menyebabkan

instabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian beras di

Indonesia memiliki tingkat sensitivitas politik, ekonomi dan kerawanan sosial

yang tinggi, sehingga masalah perberasan di Indonesia telah menyita banyak

perhatian berbagai kalangan, terutama pemerintah.

Intervensi pemerintah, berupa kebijakan harga dasar maupun kebijakan

harga pembelian pemerintah diharapkan sebagai insentip bagi petani agar dapat

meningkatkan produksi. Produksi beras nasional yang dikutip dari USDA (2010)

menunjukkan bahwa pada tahun 2010 berhasil diproduksi sebanyak 38,55 juta

ton beras. Data tersebut menunjukkan kecenderungan makin meningkatnya

produksi beras nasional. Namun sesungguhnya kebijakan harga pembelian

pemerintah yang diberlakukan sejak tahun 2002 didasarkan pada kuantitas

sejumlah tertentu beras/gabah (untuk kebutuhan stok nasional) pada harga yang

Page 2: Analisis Struktur Pasar

2

ditentukan, sedangkan pengaruh pembelian tersebut terhadap pembentukan

harga di pasar tidak menjadi perhatian penting (Irawan, 2006). Lanjutnya petani

harus berjuang sendiri dalam mekanisme pasar (laissez fair) yang cenderung

tidak berpihak kepada petani.

Kecamatan Tumpang merupakan daerah penghasil beras di Kabupaten

Malang Jawa Timur. Dari data yang diperoleh dari BPS, bahwa pada tahun 2011

berhasil diproduksi sebanyak 6-7 ton per hektar. Permintaan beras semakin

meningkat namun demikian kondisi harga di masyarakat petani masih rendah

sehingga menyebabkan pendapatan petani yang rendah. Hal ini disinyalir oleh

adanya permainan harga yang dilakukan oleh para pedagang atau tengkulak dan

hal inilah yang menyebabkan harga ditingkat konsumen menjadi tinggi.

Pada umumnya sistem pemasaran komoditi pertanian, tidak terkecuali

beras sangat kompleks, sehingga pemasarannya menjadi sulit (rumit) dan mahal,

karena komoditi pertanian dihasilkan dalam jumlah kecil dan beragam jenisnya,

kualitas komoditi pertanian yang tidak seragam, komoditi pertanian dihasilkan

secara musiman dan di daerah yang jauh dari konsumen. Diperlukan perhatian

yang serius terhadap pemasaran, namun kenyataannya fungsi-fungsi pemasaran

tidak dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan, sehingga

efisiensi pemasaran menjadi rendah. Ini diperparah lagi dengan ketrampilan dari

para pelaku pasar untuk melakukan pemasaran secara efisien masih terbatas

(Soekartawi (1993). Pemasaran beras tidak berpihak kepada petani, dimana

petani menerima harga yang rendah, sedangkan konsumen membayar dengan

harga tinggi. Hal ini sebagai konsekuensi dari struktur pasar oligopsoni yang

terjadi di tingkat petani produsen dan struktur pasar oligopoli di tingkat

konsumen.

1.2. Perumusan Masalah Informasi pasar yang dibutuhkan oleh para petani berupa perkiraan harga

tren pasar dan harga saat ini serta informasi situasi pasar. Informasi tentang tren-

tren pasar dan perubahan harga berguna untuk perencanaan produksi (Anindita,

2004).

Menurut Irawan (2006), ada dua struktur pasar yang mengatur

mekanisme distribusi beras, mulai dari produsen sampai ke konsumen. Struktur

pasar yang dimaksudkan adalah pasar oligopsoni dan pasar oligopoli.

Selanjutnya, Irawan (2006) mengatakan bahwa dalam struktur pasar oligopsoni

posisi penjual (petani) amat lemah dimana secara institusional tengkulak adalah

Page 3: Analisis Struktur Pasar

3

price maker yang bisa menekan harga di tingkat petani, sedangkan dalam

struktur pasar oligopoli posisi konsumen lemah, karena lagi-lagi pedagang besar

sebagai price maker dan konsumen hanya berposisi sebagai penerima harga

(price taker). Dari pernyataan Irawan (2006) tersebut, dapat dikatakan bahwa

sebagai penerima harga (price takker), baik petani maupun konsumen tidak

mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga. Harga yang terbentuk

ditetapkan oleh pedagang. Konsekuensinya adalah petani dan konsumen

dieksploitasi oleh para pedagang. Dimana petani selalu menerima harga jual

rendah sedangkan konsumen membayar dengan harga tinggi. Pembagian

margin tidak adil dan share harga yang diterima oleh petani rendah, sedangkan

para pedagang memperoleh keuntungan yang besar. Walaupun demikian,

kehadiran para pedagang perantara tidak dapat dihindarkan, karena peranan

mereka sebagai penghubung antara petani produsen dengan konsumen.

Pemasaran beras di kecamatan Tumpang didominasi oleh para

pedagang perantara. Hal ini disebabkan oleh ciri khas dari komoditas beras, yaitu

bersifat musiman, diusahakan dalam skala kecil, dan di tempat yang jauh dari

konsumen. Arifin (2006) mengatakan bahwa distribusi beras sangat tidak efisien

dan menyisahkan fenomena asimetri pasar yang menjadi kendala serius

pembangunan ekonomi. Lanjutnya, ini disebabkan oleh struktur pasar beras

sangat tidak sehat dan sangat tidak simetris, karena perbedaan informasi yang

dimiliki para pelaku ekonomi perdagangan beras.

II. METODE DAN BAHAN PENELITIAN 2.1 Tempat dan Waktu Pengkajian

Pengkajian ini dilaksanakan di Kecamatan Tumpang Kab Malang,

Propinsi Jawa Timur. Selain itu juga dipilih dua pasar, yaitu pasar Lawang dan

pasar Gadang, dengan pertimbangan kedua pasar tersebut menjual beras

produksi Kecamatan Tumpang. Penelitian lapangan dilakukan selama bulan

September-Oktober 2011.

2.2 Metode Penentuan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah petani beras (padi) dan lembaga

pemasaran. Penentuan sampel petani beras dilakukan secara probability

sampling dengan teknik stratified random sampling berdasarkan luas lahan

sawah yang diolah. Ukuran sampel petani beras diambil secara proposional,

Page 4: Analisis Struktur Pasar

4

yaitu sebesar 20% dari populasi petani beras. Oleh karena itu ukuran sampel

petani beras sebanyak 120 orang, dengan distribusi sebagai berikut:

Luas lahan ≤ 0,25 ha sebanyak 67 orang (jumlah populasi 335 orang).

Luas lahan 0,26–0,50 ha sebanyak 37 orang (jumlah populasi 183

orang).

Luas lahan 0,51-0,75 ha sebanyak 6 orang (jumlah populasi 29

orang).

Luas lahan 0,76–1 ha sebanyak 6 orang (jumlah populasi 30 orang).

Luas lahan > 1 ha sebanyak 4 orang (jumlah populasi 18 orang).

Pengambilan sampel lembaga pemasaran beras dilakukan secara snow

ball sampling sebanyak 18 orang yang terdiri dari 8 orang pedagang pengumpul

dan 10 orang pedagang pengecer.

2.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diklasifikasikan atas dua

jenis, yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung

dengan responden yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah

dipersiapkan sebelumnya. Secara garis besar data yang akan dijaring meliputi

data struktur pasar (seperti volume beras yang diperdagangkan, hambatan

masuk keluar pasar, akses informasi pasar), saluran dan lembaga-lembaga

pemasaran, margin pemasaran (seperti harga jual, harga beli, biaya pemasaran,

keuntungan lembaga pemasaran), berbagai informasi tentang sarana dan

prasarana pemasaran beras (seperti jalan raya, alat transportasi, dan peralatan

komunikasi).

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari instasi terkait, seperti

dari Kantor Camat, BKP3 Malang, Biro Pusat Statistik TTU, serta berbagai

pustaka yang bertalian dengan penelitian ini. Data sekunder berupa data harga

beras secara deret waktu (time series) bulan/tahun selama kurun waktu 5 tahun

mulai dari tahun 2005–2010.

2.4 Metode Analisa Data Data yang telah terkumpul, ditabulasi kemudian dianalisis struktur pasar,

saluran pemasaran, marjin pemasaran, dan integrasi pasar horisontal dan

integrasi pasar vertikal.

Page 5: Analisis Struktur Pasar

5

1.Struktur Pasar Analisis struktur pasar pada pemasaran beras di Kecamatan Tumpang

meliputi deskriptif kualitatif dari hambatan masuk-keluar pasar (barriers to entry)

dan pengetahuan atau informasi pasar dan analisis kuantitatif yang dilakukan

melalui Market Share, dan CR4 (Concentration Ratio for Biggest Four).

a. Analisis Market Share dan Konsentrasi rasio Analisis ini bertujuan untuk mengetahui derajad konsentrasi pembeli dari

suatu wilayah pasar, sehingga dapat diketahui secara umum gambaran

keseimbangan kekuatan posisi tawar petani produsen terhadap pembeli.

Kriterianya:

Monopoli murni, bila 1 perusahaan memiliki 100% dari pangsa pasar.

Perusahaan dominan, bila memiliki 50-100% dari pangsa pasar dan

tanpa pesaing yang kuat.

Oligopoli ketat, bila penggabungan 4 perusahaan terkemuka memiliki

60-100% dari pangsa pasar.

Oligopoli longgar, bila penggabungan 4 perusahaan terkemuka

memiliki 40% atau kurang dari 60% pangsa pasar.

Persaingan monopolistik, bila banyak pesaing yang efektif tidak

satupun yang memiliki > 0% pangsa pasar.

Persaingan murni, lebih dari 50 pesaing, tapi tidak satupun yang

memiliki pangsa pasar berarti.

b. Indeks Herfindahl Analisis ini bertujuan untuk mengetahui derajat konsentrasi pembeli dari

suatu wilayah pasar, sehingga dapat diketahui secara umum gambaran

keseimbangan kekuatan posisi tawar petani (penjual) terhadap pedagang

(pembeli). Secara matematis Indeks Herfindahl dirumuskan sebagai berikut:

IH = (S1)2 + (S2)2 + .... + (Sn)2

Dimana :

IH = Indeks Hefindahl

S1,S1....Sn= Pangsa pembelian komoditi dari pedagang ke-1, ke-2.....ke-n

n = Jumlah pelaku perdagangan beras, dalam penelitian ini untuk

pedagang pengumpul sebanyak 8 dan n untuk pedagang penecer

sebanyak 10.

Kriterianya :

Jika IH = 1, maka pasar mengarah pada monopsonistik.

Page 6: Analisis Struktur Pasar

6

Jika IH = 0, maka pasar mengarah pada persaingan sempurna.

Jika 0 < IH < 1, maka pasar mengarah oligopsonistik

c. CR4 (Concentration Ratio for Biggest Four)

CR4 digunakan untuk mengetahui derajat konsentrasi empat pembeli

terbesar dari suatu wilayah pasar, sehingga dapat diketahui secara umum

gambaran keseimbangan kekuatan posisi tawar penjual terhadap pembeli,

dengan rumus:

totalMS4MS.........1MS

=CR4

Dimana:

CR4 = Concentration Ratio for Biggest Four

MS1......MS4 = Market share dari pedagang ke-1 sampai ke-4

Kriterianya:

Jika CR4 < 20%, maka struktur pasar bersifat persaingan sempurna.

Jika 20% ≤ CR4 < 40%, maka struktur pasar bersifat monopolistik.

Jika 40% ≤ CR4 < 80%, maka struktur pasar bersifat oligopsoni.

Jika CR4 > 80%, struktur pasar cenderung monopsoni.

Dalam penelitian ini, formula perhitungan CR4 tersebut berlaku untuk

setiap lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang

pengecer.

Analisis struktur pasar secara kualitatif, meliputi analisis hambatan masuk

keluar pasar (barriers to entry) dan tingkat pengetahuan atau informasi pasar.

Bentuk pasar yang terjadi berdasarkan hambatan masuk keluar pasar dapat

dikategorikan atas:

1 Pasar persaingan sempurna, jika lembaga pemasaran mudah masuk

keluar pasar.

2 Pasar monopoli, jika tertutup kemungkinan padagang lain untuk

memasuki pasar.

3 Pasar oligopoli, jika padagang sulit untuk masuk pasar.

Page 7: Analisis Struktur Pasar

7

Kriterianya:

Jika tidak ada ikatan antara petani dengan pedagang, maka pasar

mengarah pada persaingan sempurna.

Jika ada ikatan yang sangat kuat antara petani dengan pedagang,

maka pasar mengarah pada monopoli.

Jika ikatan antara petani dengan pedagang tidak terlalu kuat, dimana

petani masih mempunyai kesempatan untuk menjual ke pedagang-

pedagang lain, maka pasar mengarah pada oligopoli.

Saluran pemasaran adalah aliran atau arus mengalirnya beras dari

produsen ke konsumen. Dalam penelitian ini akan dideskripsikan saluran

pemasaran, sejak beras berada di tangan produsen sampai ke tangan

konsumen. Adapun data yang digunakan adalah data primer, baik yang berasal

dari petani beras maupun lembaga pemasaran beras.

2.Analisis Margin Pemasaran Margin pemasaran menunjukkan perbedaan harga di antara tingkat

lembaga dalam sistem pemasaran. Hal tersebut juga dapat didefinisikan sebagai

perbedaan antara apa yang dibayar oleh konsumen dan apa yang diterima oleh

produsen untuk produknya. Margin pemasaran dapat pula merupakan biaya dari

jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran

dari jasa-jasa pemasaran. Secara matematis dapat diformulasikan sebagai

berikut: 1. Marjin Pemasaran

M = Pr – Pf atau M = Σ(ΣC + ΣΠ)

Dimana :

M = Margin pemasaran merupakan marjin total

Pr = Harga ditingkat pengecer (Rp/Kg)

Pf = Harga di tingkat petani produsen (Rp/kg)

C = Biaya-biaya pemasaran

Π = Keuntungan lembaga pemasaran

2. Share Harga yang Diterima oleh Petani

%100xHeHp

=Lp

Dimana :

Lp = Bagian (%) harga yang diterima petani

He = Harga pada tingkat pengecer

Page 8: Analisis Struktur Pasar

8

Hp = Harga pada tingkat petani

3. Share Harga yang Diterima oleh Lembaga Pemasaran

%100xrP

iPb-iPr=iSPr

Dimana:

SPri = Share harga di tingkat lembaga pemasaran ke-i (i = 1,2,3,...,n)

Pri = Harga ditingkat lembaga pemasaran ke-i (i = 1,2,3,...,n)

Pbi = Harga beli lembaga pemasaran ke-i (i = 1,2,3,...,n)

Pr = Harga ditingkat pengecer

Page 9: Analisis Struktur Pasar

9

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis Struktur Pasar

Struktur pasar menunjukkan bagaimana suatu pasar terorganisasi

berdasarkan pada karakteristik yang menentukan hubungan antara berbagai

penjual di pasar, antara berbagai pembeli, dan antara pembeli dan penjual di

pasar, sehingga organisasi pasar mempengaruhi keadaan persaingan dan

penentuan harga di pasar.

Terdapat beberapa kriteria untuk menentukan struktur pasar yaitu tingkat

konsentrasi pembeli dan penjual, barriers to entry dan pengetahuan pasar.

3.2 Tingkat Konsentrasi Pembeli dan Penjual Pemasaran beras di kecamatan Tumpang melibatkan peran aktif

pedagang perantara yang menghubungkan petani produsen dengan konsumen.

Dalam penelitian ini pedagang perantara terdiri dari pedagang pengumpul

sebanyak 8 orang dan pedagang pengecer sebanyak 10 orang. Sedangkan

petani sebanyak 120 orang.

a. Market Share Analisis ini bertujuan untuk mengetahui market share dan derajad

konsentrasi pasar di lokasi penelitian, sehingga dapat diketahui gambaran umum

dari posisi tawar petani terhadap pembeli.

Pada tingkat petani, market share terbesar terdapat pada petani dengan

market share sebesar 0,0704 dengan konsentrasi rasio sebesar 7,04%. Dimana

jumlah beras yang dijual sebanyak 4.000.000 kg/musim tanam, sedangkan

market share terendah berada pada petani dengan market share sebesar 0,0016

dengan konsentrasi rasio sebesar 0,16%. Dimana jumlah beras yang dijual

sebanyak 93 kg/musim tanam.

Market share terbesar pada tingkat pedagang pengumpul terdapat pada

pedagang pengumpul dengan market share sebesar 0,2545 dengan konsentrasi

rasio sebesar 25,45%. Dimana jumlah beras yang dibeli sebanyak 69.983

kg/musim tanam, sedangkan market share terendah berada pada pedagang

pengumpul dengan market share sebesar 0,0535 dengan konsentrasi rasio

sebesar 5,35%. Dimana jumlah beras yang dijual sebanyak 15.000 kg/musim

tanam.

Market share terbesar pada tingkat pedagang pengecer terdapat pada

pedagang pengecer dengan market share sebesar 0,1903 dengan konsentrasi

rasio sebesar 19,03%. Dimana jumlah beras yang dibeli sebanyak 36.529

Page 10: Analisis Struktur Pasar

10

kg/musim tanam, sedangkan market share terendah terdapat pada pedagang

pengecer dengan market share sebesar 0,0354 dengan konsentrasi rasio

sebesar 3,54%. Dimana jumlah beras yang dijual sebanyak 6.790 kg/musim

tanam.

Tabel 1. Perhitungan Market Share dari Empat Pedagang Pengumpul

dan Empat Pedagang Pengecer Beras Terbesar

No Jumlah Penjualan

Beras (Kg)

Market Share Konsentrasi

Rasio (%)

Pedagang Pengumpul

1

2

3

4

69.983

48.000

35.000

35.000

0,2545

0,1746

0,1273

0,1273

25,45

17,46

12,73

12,73

Jumlah 187.983 0,6837 68,37

Pedagang Pengecer

1

2

3

4

36.529

34.484

31.091

20.294

0,1903

0,1796

0,1620

0,1057

19,03

17,96

16,20

10,57

Jumlah 122.398 0,6376 63,77

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Berdasarkan perhitungan market share dapat diketahui bahwa market

share dari empat pedagang pengumpul sebesar 0,6837 dengan konsentrasi

rasionya sebesar 68,37%, sehingga struktur pasar yang terjadi mengarah pada

oligopsoni ketat. Sedangkan market share dari empat pedagang pengecer

sebesar 0,6376 dengan konsentrasi rasion sebesar 63,76%, sehingga struktur

pasar yang terjadi mengarah pada oligopsoni ketat.

b. Indeks Herfindahl Analisis Indeks Herfindahl bertujuan untuk mengetahui derajad

konsentrasi pembeli di lokasi penelitian, sehingga dapat diketahui gambaran

umum kekuatan posisi tawar petani (produsen) terhadap pembeli.

Tabel 2 . Nilai Indeks Herfindahl

No Jumlah Penjualan

Beras (Kg)

Market

Share

IH

Page 11: Analisis Struktur Pasar

11

Pedagang Pengumpul

1

2

3

4

5

6

7

8

69.983

48.000

35.000

35.000

32.000

23.000

17.000

15.000

0,2545

0,1746

0,1273

0,1273

0,1164

0,0836

0,0618

0,0535

0,0648

0,0305

0,0162

0,0162

0,0135

0,0070

0,0038

0,0029

Jumlah 267.000 1,0000 0,1549

Pedagang Pengecer

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

36.529

34.484

31.091

20.294

15.931

13.701

12.610

10.802

9.745

6.790

0,1903

0,1796

0,1620

0,1057

0,0830

0,0714

0,0657

0,0563

0,0508

0,0354

0,0362

0,0323

0,0262

0,0112

0,0069

0,0051

0,0043

0,0032

0,0026

0,0013

Jumlah 191.977 1,0000 0,1292

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Berdasarkan perhitungan Indeks Herfindahl dapat diketahui bahwa nilai

Indeks Herfindahl pedagang pengumpul sebesar 0,1549, sehingga struktur

pasarnya mengarah pada oligopsonistik. Sedangkan nilai Indeks Herfindahl

pedagang pengecer sebesar 0,1292, sehingga struktur pasarnya mengarah pada

oligopsonistik.

c. CR4 (Concentration Ratio for Biggest Four) Analisis CR4 bertujuan untuk mengetahui derajad konsetrasi empat

pembeli terbesar di lokasi penelitian, sehingga dapat diketahui posisi tawar

petani produsen terhadap pembeli.

Page 12: Analisis Struktur Pasar

12

Tabel 3 . Nilai CR4

No Jumlah Penjualan

Beras (Kg)

Market

Share

Konsentrasi

Rasio (%)

Keterangan

Pedagang Pengumpul

1

2

3

4

69.983

48.000

35.000

35.000

0,2545

0,1746

0,1273

0,1273

25,45

17,46

12,73

12,73

Jumlah 187.983 0,6837 68,37 Oligopsoni

Pedagang Pengecer

1

2

3

4

36.529

34.484

31.091

20.294

0,1903

0,1796

0,1620

0,1057

19,03

17,96

16,20

10,57

Jumlah 122.398 0,6376 63,76 Oligopsoni

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Struktur pasar pada pedagang pengumpul adalah oligopsoni dan

pedagang pengecer adalah oligopoli dengan nilai CR4 masing-masing sebesar

68,37% dan 63,76%

Analisis struktur pasar dengan tiga metode di atas menunjukkan bahwa

struktur pasar beras di Kecamatan Tumpang berada pada persaingan tidak

sempurna, yaitu mengarah pada oligopsoni. Struktur pasar ini menyebabkan

posisi tawar dari petani selalu lemah dibandingkan dengan posisi tawar para

pedagang, terutama dalam kesempatannya untuk memperoleh harga yang layak.

Petani selalu diposisikan sebagai penerima harga (price taker). Sebagai price

takker, petani tidak mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga jual dari

produknya. Harga yang terbentuk ditetapkan oleh pedagang pengumpul.

Konsekuensinya dari struktur pasar bersaing tidak sempurna adalah petani dan

konsumen dieksploitasi oleh pedagang perantara. Dimana petani selalu

menerima harga rendah sedangkan konsumen membayar dengan harga tinggi.

Pembagian margin tidak adil dan share harga yang diterima petani produsen

rendah. Sedangkan pedagang perantara memperoleh keuntungan yang besar.

Page 13: Analisis Struktur Pasar

13

3.3 Hambatan Masuk Keluar Pasar (Barriers to Entry) Hubungan antara petani dengan lembaga pemasaran sudah terjalin

dalam waktu yang cukup lama. Hubungan ini bukan saja dilandasi pada faktor

ekonomi namun juga faktor sosial.

Pedagang pengumpul dengan modal yang cukup besar menjadi “dewa”

penolong bagi petani dikala petani dalam kesulitan keuangan. Di tingkat petani

terjadi praktek jual beli gabah sebelum gabah dipanen bahkan masih pada awal

pengolahan lahan. Dengan demikian telah terjadi ikatan antara petani dengan

pedagang pengumpul yang cukup erat.

3.4 Saluran dan Lembaga Pemasaran Produksi padi oleh petani di Kecamatan Tumpang sebanyak 1.167

kg/petani atau 3.269,04 kg/ha. Dari hasil tersebut dimanfaatkan sebagai bibit

sebanyak 1,28%, dijual sebagai gabah kering panen ke pedagang pengumpul

sebanyak 12,96% dan diolah menjadi beras sebanyak 85,76%. Beras yang

dihasilkan oleh petani, dimanfaatkan untuk makan sekeluarga sebanyak 27,06%

dan dipasarkan sebanyak 72,94%.

Pemasaran beras oleh petani dapat secara langsung ke konsumen

maupun melalui lembaga pemasaran. Sebanyak 19,72% dari total beras yang

dipasarkan oleh petani dilakukan tanpa melalui lembaga pemasaran, sedangkan

sebanyak 80,28% dari total beras yang dipasarkan oleh petani dilakukan melalui

lembaga pemasaran.

Lembaga pemasaran dalam mengalirkan beras dari produsen

berhubungan satu sama lain yang membentuk beberapa saluran pemasaran.

Petani Gabah

Petani Beras

Pedagang Pengumpul

Pengecer Gadang

Pengecer Lawang

Konsumen Lawang

Konsumen Lawang

Pedagang Pengumpul

Konsumen Gadang

Konsumen Lawang

Konsumen Gadang

Konsumen Lokal

Gambar 4. Saluran Pemasaran Beras di Tumpang

Page 14: Analisis Struktur Pasar

14

Adapun saluran pemasaran beras di daerah penelitian ditampilkan pada gambar

4.

Dari gambar 4, dapat diuraikan 5 saluran saluran pemasaran, yaitu:

a. Saluran Pemasaran I (Petani gabah – Pedagang Pengumpul – Konsumen Lawang)

Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen terjadi

melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah para

pedagang pengumpul. Komoditi yang dipasarkan oleh petani berupa gabah.

Gabah yang dipasarkan melalui saluran ini sebanyak 12,96% dari total gabah

yang dihasilkan oleh para petani. Gabah dibeli oleh pedagang pengumpul

dengan sistem pembayaran dimuka atau ijon, sedangkan penyerahan gabah

oleh petani ke pedagang pengumpul pada saat panen. Pengolahan gabah

menjadi beras terjadi di tingkat pedagang pengumpul dan menjualnya ke

konsumen di Lawang.

b. Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Lawang)

Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Lawang

terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah

para pedagang pengumpul. Komoditi yang dipasarkan oleh petani berupa beras

sebanyak 14,44% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di

kecamatan Tumpang.

c. Saluran Pemasaran III (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Gadang)

Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Gadang

terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah

para pedagang pengumpul. Komoditi yang dipasarkan oleh petani berupa beras

sebanyak 5,17% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di

kecamatan Tumpang. d. Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang

Pengecer Lawang– Konsumen Lawang) Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Lawang

terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah

para pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Komoditi yang dipasarkan

berupa beras. Beras yang dipasarkan melalui saluran ini adalah sebanyak

Page 15: Analisis Struktur Pasar

15

41,86% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di kecamatan

Tumpang.

e. Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer Gadang– Konsumen Gadang)

Pada saluran ini, hubungan antara petani dengan konsumen di Gadang

terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara yang terlibat adalah

para pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Komoditi yang dipasarkan

berupa beras. Beras yang dipasarkan melalui saluran ini adalah sebanyak

18,61% dari total produksi beras yang dipasarkan oleh petani di Kecamatan

Tumpang.

3.5 Analisis Margin Pemasaran Beras Dalam pemasaran produk pertanian, setiap lembaga pemasaran akan

berhadapan dengan kenyataan akan adanya produk yang hilang, penurunan

kualitas produk dan produk yang rusak, serta adanya perlakuan khusus atau

pengolahan atas produk, maka dalam perhitungan margin pemasaran diperlukan

produk referensi. Produk referensi diusulkan oleh Smith yang menyatakan bahwa

perlu adanya titik awal yang menunjukkan 1 kg dari produk yang dijual kepada

konsumen.

Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran I (Petani gabah – Padagang Pengumpul – Konsumen Lawang)

Perhitungan margin pemasaran beras untuk produk asal dari petani

berupa gabah menggunakan produk referensi di tingkat pedagang pengumpul

sebesar 1,667. Hal ini disebabkan dari 1 kg gabah yang dibeli oleh pedagang

pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,40 kg atau 40%,

sehingga 1 kg gabah yang dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,60 kg beras

yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan 1,667

kg gabah di tingkat petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-

0,40)=1,667). Produk referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor konversi

untuk seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul.

Page 16: Analisis Struktur Pasar

16

Tabel 4. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga pada

Saluran Pemasaran I (Petani Gabah–Pedagang Pengumpul–

Konsumen Lawang)

No Uraian Nilai Distribusi Marjin Share harga

Rp/kg Rp % (%)

1 Petani:

Harga jual

(1.148,48 x 1,667)

Biaya Usahatani

(586,94 x 1,667)

Biaya panen

(236,42 x 1,667)

Keuntungan

1.914,14

978,43

394,11

541,60

34,80

17,79

7,16

9,85

2 Pedagang Pengumpul: 3.585,86

Harga jual

Biaya komunikasi

5,52 x 1,667

Biaya transportasi

242,42 x 1,667

Biaya packing

45,36 x 1,667

Biaya resiko

114,85 x 1,667

Biaya Penjemuran

48,48 x 1,667

Biaya Giling

225,00 x 1,667

Biaya Tenaga Kerja

102,42 x 1,667

Harga beli

1.148,48 x 1,667

Keuntungan

5.500,00

9,19

404,04

75,61

191,41

80,81

375,00

170,71

1.914,14

2.279,09

0,26

11,27

2,11

5,34

2,25

10,46

4,76

63,56

65,20

0,17

7,35

1,37

3,48

1,47

6,82

3,10

34,80

41,44

Marjin 3.585,86 100,00

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Berdasarkan perhitungan margin pamasaran beras yang ditunjukkan

pada tabel diatas diketahui bahwa margin pemasaran sebesar Rp 3.585,86/kg.

Distribusi margin terbesar berada pada komponen keuntungan pedagang

Page 17: Analisis Struktur Pasar

17

pengumpul, yakni sebesar 63,56%. Sedangkan ditribusi margin terkecil berada

pada kompnen biaya komunikasi pedagang pengumpul, yakni sebesar 0,26%.

Harga jual gabah berdasarkan referensi ke beras adalah sebesar Rp

1.914,14, sehingga petani memperoleh share harga atas produknya berdasarkan

referensi ke beras adalah sebesar 34,80% dari harga yang dibayar oleh

konsumen beras. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri dari

biaya sebesar 24,95% (biaya usahatani sebesar 17,79% dan biya panen sebesar

7,16%) dan keuntungan sebesar 9,85%. Dimana biaya yang dikeluarkan oleh

petani sebesar Rp 1372,27/kg produk referensi yang terdiri dari biaya usahatani

dan biaya panen. Sedangkan keuntungan yang diperoleh petani adalah sebesar

Rp 541,60/kg produk referensi.

Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Lawang)

Perhitungan margin pemasaran beras pada saluran ini menggunakan

produk referensi. Dalam penelitian ini produk referensi di tingkat pedagang

pengumpul sebesar 1,0309. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh

pedagang pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,03 kg atau

3%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,97 kg

beras yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan

1,0309 kg beras di tingkat petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-

0,03)= 1,0309). Produk referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor

konversi untuk seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul.

Berdasarkan perhitungan margin pamasaran beras yang ditunjukkan

pada tabel dibawah ini, diketahui bahwa margin pemasaran sebesar Rp

867,82/kg. Distribusi margin terbesar berada pada komponen keuntungan

pedagang pengumpul, yakni sebesar 63,76%. Sedangkan ditribusi margin

terkecil berada pada komponen biaya komunikasi pedagang pengumpul, yakni

sebesar 1,18%.

Page 18: Analisis Struktur Pasar

18

Tabel 5. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga Beras

pada Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang

Pengumpul – Konsumen Lawang)

No Uraian Nilai Distribusi Marjin Share harga

Rp/kg Rp % (%)

1 Petani:

Harga jual

Biaya Usahatani

Biaya panen

Biaya penjemuran

Biaya penggilingan

Biaya transportasi

Keuntungan

3.847,46

1.013,95

546,20

31,40

384,64

71,45

1.799,82

79,59

20,97

11,30

0,65

7,96

1,48

37,23

2 Pedagang Pengumpul: 867,82

Harga jual

Biaya komunikasi

9,98 x 1,0309

Biaya transportasi

136,29 x 1,0309

Biaya packing

41,73 x 1,0309

Biaya resiko

117,08 x 1,0309

Harga beli

3.847,46 x 1,0309

Keuntungan

4.834,28

10,28

140,50

43,02

120,70

3.966,46

553,32

1,18

16,19

4,96

13,91

63,76

17,95

0,21

2,91

0,89

2,50

82,05

11,45

Marjin 867,82 100,00

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.847,47/kg, sehingga

petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 79,59% dari harga yang

dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri

dari biaya sebesar 42,36% dan keuntungan sebesar 37,23%. Dimana biaya yang

dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 2.047,64/kg yang terdiri dari biaya usahatani,

biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan biaya transportasi.

Sedangkan keuntungan yang diperoleh petani adalah sebesar Rp 1.799,82/kg.

Page 19: Analisis Struktur Pasar

19

Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran III (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Gadang)

Perhitungan margin pemasaran beras pada saluran ini menggunakan

produk referensi di tingkat pedagang pengumpul sebesar 1,0309. Hal ini

disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang pengumpul mengalami

kehilangan/penyusutan sebesar 0,03 kg atau 3%, sehingga 1 kg beras yang

dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,97 kg beras yang dapat dijual oleh

pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan 1,0309 kg beras di tingkat

petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,03)= 1,0309). Produk

referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor konversi untuk seluruh biaya

yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul.

Tabel 6. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga pada

Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen Gadang)

No Uraian Nilai Distribusi Marjin Share harga

Rp/kg Rp % (%)

1 Petani:

Harga jual

Biaya Usahatani

Biaya panen

Biaya penjemuran

Biaya penggilingan

Biaya transportasi

Keuntungan

3.736,15

947,90

464,86

25,64

384,57

60,60

1.852,58

78,42

19,90

9,76

0,54

8,07

1,27

38,89

2 Pedagang Pengumpul: 912,43

Harga jual

Biaya komunikasi

9,36 x 1,0309

Biaya transportasi

144,34 x 1,0309

Biaya packing

55,08 x 1,0309

Biaya resiko

113,58 x 1,0309

Harga beli

3.736,15 x 1,0309

4.764,14

9,65

148,80

56,78

117,09

3.851,71

1,06

16,31

6,22

12,83

18,59

0,20

3,12

1,19

2,46

80,85

Page 20: Analisis Struktur Pasar

20

Keuntungan 580,11 63,58 12,18

Marjin 912,43 100,00

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Berdasarkan perhitungan margin pamasaran beras, diketahui bahwa

margin pemasaran sebesar Rp 912,43/kg. Distribusi margin terbesar berada

pada komponen keuntungan pedagang pengumpul, yakni sebesar 63,58%.

Sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada komponen biaya komunikasi

pedagang pengumpul, yakni sebesar 1,06%.

Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.736,15/kg, sehingga

petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 78,42% dari harga yang

dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri

dari biaya usahatani, biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan

biaya transportasi sebesar 39,54% (Rp 1883,57/kg) dan keuntungan sebesar

38,89% (Rp 1.852,58/kg). Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer Lawang– Konsumen Lawang)

Perhitungan margin pemasaran beras menggunakan produk referensi di

tingkat pedagang pengumpul sebesar 1,03093. Hal ini disebabkan dari 1 kg

beras yang dibeli oleh pedagang pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan

sebesar 0,03 kg atau 3%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari petani hanya

menghasilkan 0,97 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul.

Dengan demikian diperlukan 1,03093 kg beras di tingkat petani untuk

menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,03) = 1,03093). Sedangkan produk

referensi di tingkat pedagang pengecer sebesar 1,0101. Hal ini disebabkan dari 1

kg beras yang dibeli oleh pedagang pengecer mengalami kehilangan/penyusutan

sebesar 0,01 kg atau 1%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari pedagang

pengumpul hanya menghasilkan 0,99 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang

pengecer. Dengan demikian diperlukan 1,0101 kg beras di tingkat pedagang

pengumpul untuk menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,01) = 1,0101).

Produk referensi yang diperoleh digunakan sebagai faktor konversi untuk seluruh

biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.

Page 21: Analisis Struktur Pasar

21

Tabel 7. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga Beras

pada Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang Pengumpul –

Pedagang Pengecer – Konsumen Lawang)

No Uraian Nilai Distribusi Marjin

Share

Harga

Rp/kg Rp % (%)

1 Petani:

Harga jual

Biaya Usahatani

Biaya panen

Biaya penjemuran

Biaya penggilingan

Biaya transportasi

Keuntungan

3.964,75

1.018,50

584,41

71,43

384,64

69,46

1.836,31

78,31

20,12

11,54

1,41

7,60

1,37

36,27

2 Pedagang Pengumpul: 975,14 64,65

Harga jual

Biaya komunikasi

9,79 x 1,03093

Biaya transportasi

133,40 x 1,0309

Biaya packing

45,97 x 1,0309

Biaya resiko

119,09 x 1,0309

Harga beli

3.964,75 x 1,0309

Keuntungan

5.062,52

10,09

137,52

47,39

122,78

4.087,38

657,36

1,03

14,10

4,87

12,59

67,41

17,27

0,18

2,44

0,84

2,17

72,38

11,64

3 Pedagang Pengecer: 533,14 35,35

Page 22: Analisis Struktur Pasar

22

Harga jual

Biaya komunikasi

8,43 x 1,0101

Biaya transportasi

5,75 x 1,0101

Biaya Packing

35,39 x 1,0101

Biaya resiko

57,08 x 1,0101

Harga beli

5.062,52 x 1,0101

Keuntungan

5.646,80

8,52

5,8

35,74

57,66

5.113,66

425,42

1,60

1,09

6,70

10,82

79,80

9,44

0,15

0,10

0,63

1,02

90,56

7,53

Marjin 1.508,28 100,00 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Berdasarkan perhitungan margin pamasaran beras sebesar Rp

1.508,28/kg. Distribusi margin terbesar berada pada pedagang pengumpul,

yakni sebesar 64,65%. Sedangkan ditribusi margin terkecil berada pada

pedagang pengecer, yakni sebesar 35,35%.

Margin pemasaran di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp

975,14/kg. Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengumpul berada

pada komponen keuntungan, yakni sebesar 67,41%, sedangkan ditribusi margin

terkecil berada pada komponen biaya komunikasi, yakni sebesar 1,03%.

Margin pemasaran di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 533,14/kg.

Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengecer berada pada komponen

keuntungan, yakni sebesar 79,80%, sedangkan ditribusi margin terkecil berada

pada kompnen biaya transportasi, yakni sebesar 1,09%.

Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.964,75/kg, sehingga

petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 78,31% dari harga yang

dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri

dari biaya usahatani, biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan

biaya transportasi sebesar 42,04% (Rp 2.126,34/kg) dan keuntungan sebesar

36,27% (Rp 1.836,31/kg).

Harga jual beras di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 5.062,52/kg,

sehingga pedagang pengumpul memperoleh share harga sebesar 89,65% dari

harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh pedagang

Page 23: Analisis Struktur Pasar

23

pengumpul tersebut terdiri dari harga beli beras dari petani seberas 72,38% (Rp

4.087,38/kg), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya transportasi, biaya

packing, dan biaya resiko sebesar 5,63% (Rp 317,78/kg) dan keuntungan

sebesar 11,64%.

Harga jual beras di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 5.646,80/kg.

Harga tersebut terdiri dari harga beli beras dari pedagang pengumpul sebesar

90,56% (Rp 5.113,66), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya

transportasi, biaya packing, dan biaya resiko sebesar 2,90% (Rp 97,72/kg) dan

keuntungan sebesar 7,53% (Rp 425,42/kg). Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer Gadang– Konsumen Gadang)

Perhitungan margin pemasaran beras menggunakan produk referensi.

Dalam penelitian ini produk referensi di tingkat pedagang pengumpul sebesar

1,03093. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh pedagang

pengumpul mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,03 kg atau 3%,

sehingga 1 kg beras yang dibeli dari petani hanya menghasilkan 0,97 kg beras

yang dapat dijual oleh pedagang pengumpul. Dengan demikian diperlukan

1,03093 kg beras di tingkat petani untuk menyediakan 1 kg produk referensi

(1/(1-0,03) = 1,03093). Sedangkan produk referensi di tingkat pedagang

pengecer sebesar 1,0101. Hal ini disebabkan dari 1 kg beras yang dibeli oleh

pedagang pengecer mengalami kehilangan/penyusutan sebesar 0,01 kg atau

1%, sehingga 1 kg beras yang dibeli dari pedagang pengumpul hanya

menghasilkan 0,99 kg beras yang dapat dijual oleh pedagang pengecer. Dengan

demikian diperlukan 1,0101 kg beras di tingkat pedagang pengumpul untuk

menyediakan 1 kg produk referensi (1/(1-0,01) = 1,0101). Produk referensi yang

diperoleh digunakan sebagai faktor konversi untuk seluruh biaya yang

dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.

Margin pemasaran tabel 8 sebesar Rp 1.430,20/kg. Distribusi margin

terbesar berada pada pedagang pengumpul, yakni sebesar 59,58%. Sedangkan

ditribusi margin terkecil berada pada pedagang pengecer, yakni sebesar 40,32%.

Margin pemasaran di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp

853,56/kg. Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengumpul berada

pada komponen keuntungan, yakni sebesar 59,59%, sedangkan ditribusi margin

terkecil berada pada komponen biaya komunikasi, yakni sebesar 0,88%.

Page 24: Analisis Struktur Pasar

24

Margin pemasaran di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 576,63/kg.

Distribusi margin terbesar di tingkat pedagang pengecer berada pada komponen

keuntungan, yakni sebesar 73,54%, sedangkan ditribusi margin terkecil berada

pada kompnen biaya Komunikasi dan transportasi, masing-masing sebesar

2,20%.

Harga jual beras di tingkat petani sebesar Rp 3.818,54/kg, sehingga

petani memperoleh share harga atas produknya sebesar 70,51% dari harga yang

dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh petani tersebut terdiri

dari biaya usahatani, biaya panen, biaya penjemuran, biaya penggilingan, dan

biaya transportasi sebesar 39,84% (Rp 2.157,49/kg) dan keuntungan sebesar

30,67% (Rp 1.661,05/kg).

Harga jual beras di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 4.790,21/kg,

sehingga pedagang pengumpul memperoleh share harga sebesar 88,46% dari

harga yang dibayar oleh konsumen. Share harga yang diterima oleh pedagang

pengumpul tersebut terdiri dari harga beli beras dari petani seberas 72,70% (Rp

3.936,65/kg), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya transportasi, biaya

packing, dan biaya resiko sebesar 6,37% (Rp 344,89/kg) dan keuntungan

sebesar 9,39% (Rp 508,67/kg).

Page 25: Analisis Struktur Pasar

25

Tabel 8. Margin, Distribusi Margin Pemasaran dan Share Harga Beras

pada Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang Pengumpul –

Pedagang Pengecer – Konsumen Gadang)

No Uraian Nilai Distribusi Marjin

Share

Harga

Rp/kg Rp % (%)

1 Petani:

Harga jual

Biaya Usahatani

Biaya panen

Biaya penjemuran

Biaya penggilingan

Biaya transportasi

Keuntungan

3.818,54

988,53

612,78

97,60

388,96

69,62

1.661,05

70,51

18,25

11,32

1,80

7,18

1,29

30,67

2 Pedagang Pengumpul: 853,56 59,68

Harga jual

Biaya komunikasi

7,32 x 1,0309

Biaya transportasi

162,90 x 1,0309

Biaya packing

9,43 x 1,0309

Biaya resiko

14,91 x 1,0309

Harga beli

3818,54 x 1,0309

Keuntungan

4.790,21

7,54

167,94

50,95

118,46

3.936,65

508,67

0,88

19,68

5,97

13,88

59,59

15,76

0,14

3,10

0,94

2,19

72,70

9,39

3 Pedagang Pengecer: 576,63 40,32

Page 26: Analisis Struktur Pasar

26

Harga jual

Biaya komunikasi

12,58 x 1,0101

Biaya transportasi

12,58 x 1,0101

Biaya Packing

77,38 x 1,0101

Biaya resiko

48,55 x 1,0101

Harga beli

4.790,21 x 1,0101

Keuntungan

5.415,23

12,7

12,7

78,16

49,04

4.838,60

424,03

2,20

2,20

13,55

8,50

73,54

10,65

0,23

0,23

1,44

0,91

89,35

7,83

Marjin 1.430,20 100,00 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Harga jual beras di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 5.415,23/kg.

Harga tersebut terdiri dari harga beli beras dari pedagang pengumpul sebesar

89,35% (Rp 4.838,60/kg), biaya yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya

transportasi, biaya packing, dan biaya resiko sebesar 2,82% (Rp 152,60/kg) dan

keuntungan sebesar 7,53% (Rp 424,03/kg).

3.6 Perbandingan Marjin Pemasaran

Tabel 9. Rekapitulasi Margin Pemasaran Beras pada Saluran I-V

Saluran

Pemasaran Lembaga Pemasaran

Marjin

Pemasaran

(Rp)

Share Harga yg

Diterima Petani

(%)

I

Petani

Pedagang Pengumpul

3.585,86 34,80

II

Petani

Pedagang Pengumpul

867,82 79,59

III Petani

Pedagang Pengumpul

912,43 78,97

IV Petani

Pedagang Pengumpul

Pedagang Pengecer

1.508,28 78,31

V Petani 1.430,20 70,51

Page 27: Analisis Struktur Pasar

27

Pedagang Pengumpul

Pedagang Pengecer

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2011

Berdasarkan tabel 9, diketahui bahwa saluran I menunjukkan margin

pemasaran paling besar bila dibandingkan dengan margin pemasaran pada

saluran lainnya. Hal ini disebabkan pada saluran I petani menjual produknya

dalam bentuk gabah, pembelian gabah oleh pedagang penuh resiko, karena

pembayarannya didepan/sebelum gabah itu ada (ijon), sehingga harga gabah

rendah, penjualan oleh pedagang dalam bentuk beras dan waktunya pada saat

harga jual yang tinggi. Selain itu adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh

pedagang pengumpul untuk prossesing dari gabah ke beras.

Sedangkan bila membandingkan antara saluran II dan III dengan IV dan

V, maka terlihat bahwa margin pemasaran pada saluran IV dan V lebih besar dari

pada saluran pemasaran II dan III. Hal ini disebabkan saluran IV dan V lebih

panjang daripada saluran II dan III. Lebih panjangnya saluran pemasaran

memiliki konsekuensi pada makin banyaknya jasa-jasa yang terlibat dalam aliran

beras dan balas jasa berupa keuntungan dari setiap lembaga pemasaran yang

terlibat.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan penelitian ini dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Struktur pasar yang terjadi pada pemasaran beras di kecamatan Tumpang

adalah persaingan tidak sempurna, yaitu mengarah pada pasar oligopsoni.

Hal ini ditunjukkan dengan adanya ikatan yang cukup kuat antara petani

dengan pedagang pengumpul berupa penjualan beras/gabah oleh petani

secara ijon, bahkan pada awal tahap usahatani, karena petani kekurangan

modal, mesin pengolahan lahan, perontokan padi dan penggiling beras.

Struktur pasar tersebut juga ditunjukkan dengan informasi pasar yang tidak

menyebar secara merata dan tingkat konsentrasi berada diantara 40%-

80%, yakni sebesar 68,37%. Struktur pasar tersebut memposisikan petani

pada pihak yang lemah sebagai price taker, sehingga penentuan harga

didominasi oleh pedagang pengumpul.

Page 28: Analisis Struktur Pasar

28

2. Secara umum, saluran pemasaran beras di Kecamatan Tumpang dapat

diklasifikasikan atas dua, yaitu:

Petani – Padagang Pengumpul – Konsumen, dan

Petani – Padagang Pengumpul – Padagang Pengecer - Konsumen.

Klasifikasi ini didasarkan pada jenis lembaga atau pelaku pasar yang

terlibat dalam perdagangan beras di kecamatan tersebut. Dari dua saluran

pemasaran tersebut dapat bagi menjadi lima saluran pemasaran sebagai

berikut:

a. Saluran Pemasaran I (Petani gabah – Padagang Pengumpul –

Konsumen Lawang),

b. Saluran Pemasaran II (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen

Lawang),

c. Saluran Pemasaran III (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen

Gadang),

d. Saluran Pemasaran IV (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang

Pengecer Lawang – Konsumen Lawang), dan

e. Saluran Pemasaran V (Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang

Pengecer Gadang – Konsumen Gadang).

Dari saluran-saluran pemasaran tersebut di atas, hanya terdapat dua

lembaga pemasaran sebagai penghubung antara petani dengan

konsumen, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa saluran pemasaran beras di kecamatan

Tumpang cukup pendek, sehingga diharapkan petani dapat memperoleh

harga yang cukup tinggi, namun pada kenyataannya petani diperadapkan

pada struktur pasar oligopsoni yang telah melemahkan posisi tawar petani

atas harga jual yang harus diterima oleh petani.

3. Marjin pemasaran beras di Kecamatan Tumpang berbeda antar saluran

pemasaran dan distribusi margin antar pelaku pasar beras tidak merata.

Dimana distribusi marjin terbesar dikuasai oleh para pedagang pengumpul.

Hal ini disebabkan oleh informasi pasar yang tidak menyebar secara

merata sebagai akibat dari struktur pasar oligopsoni di tingkat petani,

Page 29: Analisis Struktur Pasar

29

sehingga penentuan harga di tingkat petani didominasi oleh pedagang

pengumpul.

4.2 Saran

Pada kesempatan ini beberapa saran dapat disampaikan, antara lain:

1. Bagi Pemerintah:

a. Pemerintah perlu menyediakan program terpadu berupa pendanaan

usahatani padi dan penyediaan peralatan, seperti hand traktor dan

perontok padi bagi petani, guna membantu petani pada awal periode

usahatani maupun saat panen. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan

petani dari praktek-praktek pasar yang cenderung merugikan petani

secara ekonomi.

b. Agar pemasaran beras dapat lebih menguntungkan petani (lebih

terintegrasi), diharapkan kepada pemerintah perlunya meningkatkan

layanan informasi pasar yang lebih baik dan akurat.

2. Bagi petani: a. Mengingat struktur pasar yang terbentuk, yaitu oligopsoni, maka perlu

adanya kelompok tani yang mempunyai peranan bukan hanya pada

tingkat usahatani tetapi berperan juga dalam memasarkan beras,

sehingga para petani dapat terhindar dari praktek-praktek pemasaran

yang tidak adil dan berpihak kepada mereka.

b. Informasi pasar merupakan hal penting, diharapkan kiranya petani

lebih aktif dalam mencari informasi pasar dan sarana informasi pasar

yang sudah ada, seperti radio dan TV kiranya dapat lebih

dimanfaatkan.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang praktek pemasaran gabah

dan integrasi pasar di tingkat petani, karena gabah dijual dengan sistem

ijon, bahkan gabah dijual pada awal periode usahatani. Ikatan antara

petani dengan pedagang ini mempunyai resiko. Petani menanggung

resiko menjual gabah dengan harga yang cukup rendah, sedangkan

pedagang menanggung resiko pengembalian modal jika gagal panen.