ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DIKABUPATENPANDEGLANG Dian Atikah JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANJCAN/AGRIBISNIS FAKULATAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF IDDAYATULLAH JAKARTA 2004 M I 1425 H
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN
DIKABUPATENPANDEGLANG
Dian Atikah
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANJCAN/AGRIBISNIS
FAKULATAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SY ARIF IDDAYATULLAH
JAKARTA
2004 M I 1425 H
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN
DIKABUPATENPANDEGLANG
Oleh: DIANATIKAH 100092020328
Skiipsi Sebagai Salab Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Saijana pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas !slain Negeri SyarifHidayatullab Jakarta
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PER.TANIAN/AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGEIU SY ARIF IDDAYATULLAH
JAKARTA 2004 M / 1425 H
PENGESAHAN U,TIAN
Skripsi yang berjudul ''Analisis Strategi Pengembangan Agropolitan di
Kabupaten Pandeglang". Telah cliuji clan dinyatakan lulus dalam Siclang Munaqosyah
Fakultas Sains clan Teknologi Universitas lsbm Negeri Syarif Hiclayatullah Jakarta.
pacla hari Sabtu tanggal 23 Oktober 2004. Skripsi ini telah cliterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata I (SI) pada Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian/ Agribisnis.
Penguji II c
Tim Penguji
Penguji I ,
~"'' ~~""' Prof. Dr.H. Aki Baihaki, M.Sc
Ir~j£1ddin, MM
an Teknologi
Jakar1a, Januari 2005
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh : Nama : Dian Atikah NIM : 100092020328 Program Stucli Juclul Skripsi
: Sosial Ekonomi Pertanian : Analisis Strategi Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pandeglang
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar smjana pada jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis. Fakultas Sains dar. Teknologi UJN Syarif Hiclayatullah Jakarta.
Pembimbing I,
~7J1
Jakarta. Januari 2005 Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing II,
Ir. Mudatsir Najamuddin, MM nf.~,~;£ Mengetanui,
nsyah Jaya Putra, !VI.Sis '0 317 956
Ketua J urusan
(
~~J(J Ir. Mudatsi.r Naja~;ddin, MM NlP. ISO 317 958
RlNGKASAN
DIAN ATIKAH, Analisis Strategi Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pandeglang. (Dibawah bimbingan Mudatsir Najamuddin dan Yudha Heryawan Asnawi) . ...,....., ..... ....,....,....,...,...,.,.. .... ...,,..., .... ..., ........ """"""""''m""""""""'"'~™~·~~!!!!!!!!!!!!!!!l~~!!!!!!!l...,~~
Krisis ekonomi menyebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tadinya sebesar 4,9% pada tahun 1997 menurun menjadi minus 13,2% pada tahun 1998. Pertumhuhan ekonomi negatif ini diperburnk dengan meningkatnya inflasi secara tajarn, dari 10,30% pada tahun 1997 menjadi 77,50% pada tahun 1998 (BPS, 2000). Walaupun harnpir selurnh sek'tor ekonomi terpurnk, namun pada kenyataannya masih ada sektor ekonomi yang cukup mampu bertahan selama krisis, yaitu >ektor pertanian.
Dalarn mempercepat pembangunan pertanian diperlukan komitmen dan tanggung jawab dari segenap aparatur pemerintahan, masyarakat maupun swasta. Untuk itu diperlukan terobosan program yang melibatkan berbagai pihak yang perlu dilakukan secara terarah dan terkoordinasi. Salah satu program keterpaduan tersebut adalah pengembangan kawasan agropolitan.
Departemen Pertanian bekerjasama dengan Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah dan departemen lainnya yang terkait mengembangkan program kawasan agropolitan sesuai dengan surat keputusan Menteri Pertanian No. 144/0T.210/NV/2002 tanggal 6 Mei 2002.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (I) mengetahui faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang, (2) mengetalrni faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang, (3) mernmuskan alternatif strategi dan prioritas strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam pengembangan agropolitan.
Pemilihan Kabupaten Pandeglang sebagai lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa Kabupaten Pandeglang mernpakan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan program agropolitan berdasarkan SK Bupati Kabupaten Pandeglang Nomor 520/Kep.378-Huk/2003. Data yang dikumpulkan dalan1 penelitian adalah data primer dan data sekunder. Untuk menganalisis lingkungan eksternal digunakan matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) dan lingkungan internal digunakan matriks Internal Faktor Evaluation (IFE). Sedm1gkan, untuk pernmusan alternatif strategi dan prioritas strategi menggunakan analisis matriks SWOT dan matriks QSPM.
Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang adalah pasar domestik dan internasional, kesempatan untuk melakukan kemitraan dengan pihak swasta, tersedianya kredit U3aha kecil dan menengah, pertumbuhan ekonomi nasional, pelaksanaan otonomi daerah, pertumbuhan penduduk yang meningkat clan konsumsi masyarakat meningkat
terhadap produk agribisnis. Faktor yang menjadi ancaman adalah tingkat inflasi dan suku bunga yang tinggi, perdagangan bebas dan standarisasi produk, persaingan antar wilayah, kondisi keamanan yang tidak stabil.
Faktor internal yang menjadi kekuatrn dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang adalah komitmen/kebijakan peme1intah Kabupaten Pandeglang, lahan pertanian pertanian yang cu.1<:up luas, sarana dan prasarana yang memadai, posisi Kabupaten Pandeglang yang strategis dan koordinasi antar dinas terkait dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Faktor yang menjadi kelemahan adalah sumberdaya mrumsia, ketersediaan dana untuk pengembangan agropolitan, belum tersedianya lembaga penelitian dan pengembangan, kurangya penyampaian hasil penelitian dan infomrnsi pasar, kurangya penggunaan teknologi tepat guna dan kualitas produk yang masih rendah.
Pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang berdasarkan analisis matriks EFE dan IFE diperoleh skor EFE sebesar 2.648. Nilai ini menunjukan bahwa posisi pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang sedang dalam usaha memanfaatkan peluang ekstemal dan menghindari ancaman. Sedangkan, skor IFE sebesar 2.703, menunjukan posisi Kabupaten Pandeglru1g dalrun keadaan sedang memanfaatkan kekuatan dan kelemahan internal.
Penetapan altematif strategi berdasarkan analisis matriks SWOT yru1g dapat diterapkan dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang untuk strategi (S-0), yaitu strategi pengembangan pasar dan penetrasi pasar melalui kemitraan, melakukru1 ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian dengan adanya lahan pertanian yang cukup luas untuk meningkatkan produksi pertanian. pembangunan pusat pasar pertanian (subtem1inal agribisnis) yang berada di sentra procluksi pertanian rakyat untuk menunjang strategi pengembru1gan pasar. Strategi (W-0), yaitu strategi pengembangan dan diversifikasi produk, strategi pengembangru1 lembaga ekonomi rakyat seperti usaha skala nunah tangga, kelompok asosiasi untuk menunjang strategi pengembangru1 produk, membuat profil .investasi untuk pengusaha yruig berminat memberikan kredit usaha, meningkatkan etos kerja dru1 jiwa kewirausahru1 pelaku agribisnis. Strategi (S-T), yaitu membuat database potensi agribisnis Kabupaten Pandeglruig sehingga dapat memperluas pasar clomestik clan intemasional. Stratcgi (W-T), yaitu peningkatan kesaclaran clalan1 penerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas produk khususnya pacla pengolahan hasil penyimpanan dan grading produk untuk rnenunjang pengembangan procluk.
Prioritas strategi berclasarkan matriks QSPM menghasilkru1 3 strategi utama clengan nilai TAS tertinggi 6.499 sampai nilai TAS terendah 5.717 yaitu strategi pengembangan pasar clan penetrasi pasm-, pembangunan pusat pasar pertanian (subsistem agribisnis), melakukan ekstensifikasi clan intensifikasi pertanian.
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARY A SENDIRI YANG BEL UM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Oktober 20041
DianAtikah 100092020328
KATA PENGANTAR
Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang dengan rahmat dan ridho-Nya
telah memberi petunjuk kepada penulis untuk menyelcsaikan penulisan skripsi
dengan judul "Analisis Strategi Pengembangan Agropolitan di Kabupaten
Pandeglang". Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada Rasullah Muhammad
SAW, para keluarga dan sahabatnya. Amiin
Penulis menyadari skripsi ini tidak akan pemah ada tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, iziukanlah penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi.
2. Bapak Drs. Ujang Maman, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi.
3. Bapak Ir. Mudatsir Najamuddin, MM sebagai Ketua Jurnsan Agribisnis,
dosen pembimbing dan penguji skripsi yang telah memberikan pengarahan,
saran dan meluangkan waktu dalam penyusunan skr:ipsi.
4. Bapak Drs.Yudha Heryawan Asnawi, MM sebagai dosen pembimbing dan
penguji sla·ipsi yang telah memberikan pengarahan, saran dan meluangkan
waktu dalam penyusunan skripsi.
5. Bapak Prof. Dr. H. Aki Baihaki, M.Sc, sebagai penguji skripsi yang telah
memberikan saran dan koreksiannya pada penulis.
6. Kedua orang tua tercinta" Ummi (Nurjannah) dan Abi (H.K. Hasani)", Kakak
(Aled) dan adik-adikku (Ridho dan Fitri) yang senantiasa memberikan doa,
kasih sayang, perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi.
7. Staf Tata Usaha: Ibu Opa, Ibu Yus, Mbak Fitro, Pak Sainih, Pak Gun, Pak
Muksin dan Staf Perpustakaan Faknltas Sains dan T·~knologi.
8. Special Thanks to Miss. Rizki yang sering direpoti
9. Pegawai Dinas Pemerintahan Kabupaten Pandeglang: Bapak Drs. H. Enjang
Sadina, M.Si, Ir. Supriyana, Dipl,HE, Ir. Atep Asmita Walujadi, MM,
Ir. Yepi Suherman, MM, Ir.Winarno, Boyke Pribadi, S.Si, H. Undang,
Ibu Ambar dan Ibu Kunti yang telah memberikan data serta informasi untuk
penulisan slaipsi.
I 0. Teman-teman jurusan Sosek angkatan 2000 : Ema, Eli, Nia, Aulia, Nella,
Afifah, Hilyati, Yati, Dini, Wahyu, Ina, Tanti, Fauza, Heni, Mila, Lubena,
Abu, Ajay, Fadli, Gopur, Arman, Yusuf, Nova!, J(Jmis, Jerry, Rino, David.
Terima kasih untuk persahabatan dan uhkuwah yang te1jalin selama kuliah.
Semoga persahabatan dan uhkuwah ini akan terus terjalin.
11. Teman-teman "Pondokan Mahasiswi" terkhusus Halimah, Puri, Ertin, Nure,
Eroh, Lilis, Kak Winda dan Kak Weni untuk empat tahun kebersamaannya.
Tedma kasih telah menyertai penulis selama menjalani hidup di Ciputat.
12. Ida dan Sufi, sukron atas tausiyah, jazakumullah khairon katsiran.
Untuk segala bantuannya penulis hanya dapat menyerahkan kepada Allah
SWT agar dapat memberikan balasan dan limpahan karunia, Amiin.
Wasalamu'alaikum Wr. Wb
Jakarta, Oktober 2004
Penulis
DAFT AR ISi
KA TA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFT AR ISi ............................................................................................................ iii DAFTAR TABEL .................................................................................................... vi DAFT AR GAMBAR .............................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 I. I Latar Belakang ......................................................................................... I 1.2 Perumusan Masai ah ................................................................................. 6 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 6 1.4 Kegunaan Penel itian ......................................................... ; ....................... 7 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi .................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUST AKA ......................................................................... 9 2.1 Kerangka Teori .......................................................................................... 9
2.1. I Konsep Agribisnis ......................................................................... 9 2.1.2 Agribisnis Perkotaan ...................................................................... 12 2.1.3 Konsep Agropolitan ....................................................................... 15 2.1.4 Lingkungan Organisa~i .................................................................. 20 2.1.5 Manajemen Strategi ....................................................................... 24 2.1.6 Model Manajemen Strategi ............................................................. 25 2.1. 7 Jen is Alternatif Strategi .................................................................. 27
2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ............................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 31 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 31 3 .2 Metode Penelitian ..................................................................................... 3 1 3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 31 3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 32
3.4.1 Analisis Matriks EFE dan !FE ........................................................ 33 3 .4.2 Matriks SWOT ............................................................................... 3 7 3 .4.3 Matriks QSPM ............................................................................... 40
3.5 Definisi Operasional ................................................................................ 41
BAB IV KEADAAN UMUM WILA Y AH PENELITIAN 4.1 Batas Administrasi dan Kondisi Geografis ............................................. 43 4.2 Topografi ................................................................................................. 43 4.3 Penggunaan Lahan .................................................................................. 44 4.4 Keadaan Sosial Ekonomi ......................................................................... 45
4.4.1 Perekonomian ................................................................................ 45 4.4.2 Penduduk ...................................................................................... 4 7
4.5 Komoditas Unggulan .............................................................................. 48 4.6 Visi dan Misi Kabupaten Pandcglang ...................................................... 48
BAB V EKSISTENSI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KABUPATEN PANDEGLANG
5.1 Aspek Hukum ......................................................................................... 50 5.2 Aspek Sosio Geografis ............................................................................ 50 5.3 Aspek Sosio Ekonomi.. ............................................................................ 52 5.4 Potensi Kecamatan Menes Sebagai Kawasan Agropolitan .................... 53 5.5 Sarana dan Prasarana yang tersedia ........................................................ 54
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Visi dan Misi Agropolitan Kabupaten Pandeglang .................... 55 6.2 Analisis Lingkungan Ekstemal Kabupaten Pandeglang .......................... 56
6.2.1 Peluang Pengembangan Agropolitan ............................................. 57 6.2.1.1 Pasar Domestik dan lnternasional .................................... 57 6.2.1.2 Kemitraan dengan Pihak Swasta dan Pihak Lainnya ........ 57 6.2.1.3 Kredit Usaha Kecil dan Menengah ................................... 58 6.2.1.4 Pertumbuhan Ekonomi Nasional ....................................... 61 6.2.1.5 Otonomi Daerah ................................................................ 62 6.2.1.6 Pertumbuhan Penduduk .................................................. 63 6.2.1.7 Konsumsi Masyarakat terhadap J'roduk Agribisnis ........ 65
6.2.2 Ancaman Pengembangan Agropolitan ........................................... 66 6.2.2.1 Tingkat Inflasi dan Suku Bunga yang Tinggi ................... 66 6.2.2.2 Perdagangan Bebas dan Standarisasi Produk .................... 69 6.2.2.3 Persaingan Antar Wilayah ................................................. 69 6.2.2.4 Kondisi Keamanan yang Tidak Stabil.. ............................. 70
6.3 Analisis Lingkungan Internal Kabupatcn Pandeglang ............................. 71 6.3.1 Kekuatan Pengembangan Agropolitan ........................................... 71
6.3.1.1 Komitmen Pemerintah Kabupaten Pandeglang ................ 71 6.3.1.2 Laban Pertanian yang Cukup Luas ................................... 72 6.3.1.3 Sarana dan Prasarana ......................................................... 78 6.3.1.4 Posisi Kabupatcn l'andcglang yang Stratcgis ................... 79 <>.3.1.5 Koordinasi Anlar llinas Terknil dl111 Prng. Agropolilan . 7')
6.3.2 Kelemahan Pengembangan Agropolitan ..................................... 81 6.3.2.1 Sumberdaya Manusia ...................................................... 81 6.3.2.2 Dana Pengembangan Agropolitan .................................. 83 6.3.2.3 Lembaga Penelitian dan Pengembangan ........................ 85 6.3.2.4 Penyampaian Hasil Penelitian dan Informasi Pasar ....... 85 6.3.2.5 Teknologi Tepat Guna dan Kualitas Produk .................. 86
6.4 Perumusan Altematif dan Prioritas Strategi ............................................ 87 6.4.1 Analisis Matriks External Factor Evaluation (EFE) .................. 87 6.4.2 Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (!FE) .................... 90 6.4.3 Matriks SWOT ........................................................................... 91 6.4.4 Matriks QSPM ............................................................................ 99
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan .............................................................................................. I 00 7.2 Saran .......................................................................................................... I 03
DAFT AR PUST AKA .............................................................................................. I 04
LAMPIRAN ............................................................................................................ I 06
DAFT ART ABEL
Hal
Tabel I : Penilaian Bobot Faktor Eksternal dan Internal ....................................... 36
Tabel 2: Matriks EFE dan !FE .............................................................................. 38
Tabel 3: Matriks QSPM ....................................................................................... 41
Tabel 4: Luas Laban Kering dan Penggunaannya di Kab. Pandeglang ............... 44
Tabel 5: Luas Lahan Sawah dan Penggunaannya di Kab. Pandeglang ................ 45
Tabel 6: Kontribusi Sektor dalam Perekonomian Kab. Pandeglang Tahun 2002 ............................................................................................. 46
Tabel 7: Penduduk Kab. Pandeglang Menurut Ke!. Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2002 ............................................................................................. 4 7
Tabel 8: Kawasan Pertanian Kebun Melinjo di Kabupaten Pandeglang ............. 52
Tabel 9: Portofolio Kredit Pertanian per Grup Bank ........................................... 58
Tabel I 0: Porto folio Kredit Pertanian UKM .......................................................... 59
Tabel 11: Posisi Krcdit Usaha Kecil pada Bank Umum di Kab. Pandeglang Tabun 2002 ........................... , ................................................................ 60
Tabel 12: Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Tahun 1999-2003 ............. 61
Tabel 13: Jumlab Penduduk (Juta) dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tabun 1999-2003 .................................................................................... 64
Tabel 14: Konsumsi Rata-Rata per Kapita Seminggu Beberapa Macam Bahan Makanan Penting di Indonesia Tahun 1999, 2002 dan 2003. ................ 65
Tabel 15: Suku Bunga Rupiah Menurut Kelompok Bank Tahun 1999-2003 ......... 67
Tabel 16: Laju Inflasi Kola Besar di Jawa dan Nasional Tahun 1999-2003 .......... 68
Tabel 17: Luas Lahan Panen, Produktivitas Padi dan Palawija di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 ........................................................................ 73
Tabel 18: Luas Lahan Panen, Produktivitas, Produksi Sayuran di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 ......................................................................... 74
Tabel 19: Jumlah Tanaman Buah-Buahan di Kab. Pandeglang Tahun 2003 ........ 75
Tabel 2C: Jumlah Populasi Temak di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 ............ 76
Tabel 21: Luas Areal, Jumlah Produksi dan Petani Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 ..................... 77
Tabel 22: Jenis Perikanan Air Tawar, Luas Fokok, Luas Tangkap dan Nilai Produksi di Kabupaten Pandeglang Tahun 2002 ................................... 77
Tabel 23: Penyebaran Mata Pencaharian Petani Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 .............................................................................................. 82
Tabel 24: Jumlah Pengrajin Emping pada Daerah Sentra Produksi Melinjo .......... 83
Tabel 25: Matriks Evaluasi Eksternal (EFE) Kabupaten Pandeglang dalam Pengembangan Agropolitan ................................................................... 88
Tabel 26: Matriks Evaluasi Internal (!FE) Kabupaten Pandcglang dalam Pengembangan Agropolitan ................................................................... 91
Tabel 27: Alternatif Perumusan Strategi Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pandeglang ........................................................................... 92
GAMBAR
Hal
Gamba.r I: Sistem Agribisnis ................................................................................ 11
Gambar 2: Konsep Pengembangan Agropolitan ................................................... 16
Gambar 3: Bagan Organisasi Pendampingan Agropolitan .................................... 19
Gamba.r 4: Lingkungan Ekstemal dan Internal Organisasi .................................... 23
Gamba.r 5: Model Manajemen Strategi .................................................................. 26
Gan1bar 6: Kerangka Pemikiran Konseptual.. ....................................................... 30
Gambar 7: Matriks SWOT ..................................................................................... 38
Gambar 8: Kuadran SWOT ................................................................................... 39
Gan1bar 9: Posisi Pengembangan Agropolitan pada Kuadran SWOT .................. 98
LAMPIRAN
Hal
Lampiran I: Surat Menteri Pertanian RI Tentang Pengembangan Agropolitan . I 06
Lampi ran 2: Tim Teknis Pokja Kawasan Agropolitan Kabupaten Pandeglang . I 07
Lampiran 3: Potensi Komoditas Unggulan Penentuan Kawasan Agropolitan Kabupaten Pandeglang ................................................................... I 08
Lampiran 4: Pedoman Indikator Penetapan Kawasan Agropolitan ..................... I 09
Lampiran 5: Penetapan Kawasan Agropolitan Kee. Menes Kah. Pandeglang ... 110
Lampi ran 6: Rekapitulasi Pelaksanaan Pengembangan Ka wasan Agropolitan Kabupaten Pandeglang .................................................................. 111
Lampiran 7: Site Plan Pusat Penjualan Hasil Pertanian Asosiasi Pengrajin Emping Kawasan Agropolitan Kabupaten Pandeglang ................................ 112
Lampiran 8: Site Plan Pasar Agropolitan ............................................................ 113
Lampiran 9: Peta Kawasan Agropolitan Kabupaten Pandeglang ........................ 114
Lampiran I 0: Penentuan Bobot Faktor Eksternal dan Internal .............................. 115
Lampiran 11 : Penentuan Rata-rata Bobet Faktor Ekstemal dan Internal .............. 116
Lampi ran 12: Penentuan Rata-rata Rating Faktor Eksternal dan Internal ............. 117
Lampiran 13: Penentuan Prioritas Strategi Berdasarkan lv!atriks QSPM ............. 118
Lampiran 14: Sarana dan Prasarana di Kawasan Agropolitan ............................... 119
Lampiran 15: Petunjuk Pengisian Kuisicner. ......................................................... 120
1.1 Latar Belakang
BABI
PENDAHULUAN
Krisis ekonomi menyebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tadinya
sebesar 4,9% pada tahun 1997 menurun menjadi minus 13,2% pada tahun 1998.
Pertumbuhan ekonomi negatif ini diperburuk dengan meningkatnya inflasi secara
tajam dari 10,30% pada tahun 1997 menjadi 77,50% pada tahun 1998 (BPS, 2000).
Walaupun hampir seluruh sektor ekonomi terpuruk, namun pada kenyataannya masih
ada sektor ekonomi yang cukup mampu bertahan selama krisis, yaitu sektor
pertanian.
Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian baik
dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun dalam hal penyerapan
tenaga kerja. Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDB sekitar 17 ,3
persen pada tahun 2002, menempati posisi kedua setelah sektor industri pengolahan.
Dalam hal penyerapan tenaga ke1ja, sektor pertanian juga mempunyai peranan yang
sangat strategis. Dari 90,8 juta penduduk yang beke1ja pada tahun 2002, sekitar
46,3 persennya bekerja di sektor pertanian (BPS, 2003). Sclain itu, sektor ini juga
berperan dalam penyedia bahan baku bagi keperluan industri.
Pertumbuhan pertanian yang meningkat akan memberikan dampak pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
International Food Policy Research Institute (IFPRI) menunjukan bahwa
peningkatan produksi pertanian senilai US$ I akan menghasilkan peningkatan
pe1tumbuhan kegiatan ekonomi senilai US$ 2.32. Studi irni menunjukan apabila
terjadinya peningkatan produksi pertanian sebesar I% akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 2,32 %. A1tinya jika sektor pi:rtanian tidak produktif,
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pada suatu :negara akan menurun
Clements dalam Daryanto (2003 : 32).
Untuk meningkatkan pembangunan pertanian diperlukan peran serta
masyarakat khususnya pelaku usaha pertanian baik itu individu maupun kelompok
juga pemerintah dan swasta. Melalui peran serta masyarakat selain dapat
meningkatkan pembangunan pe1tanian juga dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi khususnya di wilayah pedesaan.
Pembangunan pertanian di pedesaan sangat potensial untuk dikembangkan
karena basis pertumbuhan pe1tanian berada di daerah pedesaan. Daerah pedesaan
yang memiliki ketersediaan lahan pe1tanian yang cukup luas juga sebagai pemasok
hasil produksi pe1tanian dengan adanya daerah-daerah di pedesaan yang
menghasilkan bahan baku pertanian dimana sebagian b•esar mata pencaharian
masyarakatnya adalah bertani.
Dalam mempercepat pembangunan pedesaan dan pertanian diperlukan
komitmen dan tanggung jawab dari segenap aparatur pemerintahan, masyarakat
maupun swasta, sehingga pembangunan pertanian dapat dilakukan dengan
pembangunan sektor lainnya. Untuk mengatasi tantangan dan ancaman dalam
pengembangan agribisnis dan pedesaan, maka diperlukan terobosan program yang
melibatkan berbagai pihak yang perlu dilakukan secara terarah dan terkoordinasi.
Salah satu program keterpaduan tersebut adalah pengembangan kawasan agropolitan
yang diharapkan dapat mendorong berkembangya kegiatan pembangunan agribisnis
di desa-desa sekitarnya.
Pembangunan pertanian dengan pengembangan agropolitan di pedesaan
melalui pengembangan sistem agribisnis diharapkan dapat merubah cara pandang
masyarakat di desa untuk melihat pertanian bukan hanya sebagai mata pencaharian
yang hanya bersifat untuk memenuhi kebutuhan pokok. Tetapi menjadikan pertanian
sebagai bisnis (usaha). Dengan cara ini diharapkan dapat m1:ningkatkan pendapatan
masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah pedesaan. Selain itu,
dapat meningkatkan produktivitas lahan maupun hasil pertanian di daerah pedesaan.
Pengembangan agropolitan berupaya untuk mengoptimalkan potensi yang ada di
pedesaan.
Pendekatan konsep pengembangan agropolitan difokuskan untuk
menggerakan pembangunan daerah penghasil bahan baku pertanian atau sentra
produksi hasil pertanian di pedesaan. Hasil pertanian tersehut akan dijual maupun
diolah lebih lanjut untuk menghasilkan diversifikasi produk yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat yaitu kebutuhan pangan terutama masyarakat perkotaan.
Peluang memasarkan produk pertanian yang dihasilka.n di pedesaan akan
menciptakan hubungan timbal balik antara kegiatan pertanian di desa dan di kota.
Penciptaan lapangan ke1ja di desa akan meningkat seiring dengan adanya
peningkatan kebutuhan masyarakat perkotaan terhadap produk pe1tanian. Motivasi
masyarakat di desa untuk mencari pekerjaan di perkotaan akan berkurang karena
peluang usaha di desa yang telah tersedia melalui terciptanya sistem agribisnis di
pedesaan. Hal ini akan meningkatkan pendapatan dan kese_iahteraan masyarakat di
pedesaan khususnya di kawasan pengembangan agropolitan dan meningkatkan
pendapatan asli daerah karena pertumbuhan ekonomi di daerah meningkat. Keadaan
yang tercipta dari pengembangan agropolitan ini merupakan tujuan yang ingin
dicapai oleh pemerintah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan
pertanian dan kesejateraan pelaku pertanian terutama di daerah pedesaan.
Untuk itu Departemen Pertanian bekerjasama dengan Departemen
Pemukiman dan Prasarana Wilayah dan departemen lainnya yang terkait
mengembangkan program kawasan agropolitan sesuai dengan surat Menteri
Pertanian No. 144/0T.210/A/V/2002 tanggal 6 Mei 2002. Berdasarkan surat
tersebut, pada tahun 2002 telah dirintis pengembangan program agropolitan
dengan memulai program rintisan pada 8 kawasan di 8 kabupaten di Indonesia
yaitu : Agam (Sumatera Barat), Rejang Lebong (Bengkulu), Cianjur (Jawa Barat),
Kulonprogo (DI Yogyakarta), Bangli (Bali), Barru (Sulawesi Selatan), Boalemo
(Gorontalo ), dan Kutai Timur (Kalimantan Timur).
Tahun 2003 lokasi program ini berkembang ke seluruh Propinsi tepatnya 52
kabupaten di Indonesia. Salah satu kabupaten yang ditetapkan sebagai kawasan
agropolitan pada tahun 2003 adalah Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten.
Kabupaten Pandeglang mempunyai potensi pada sektor pertanian dengan agroklimat
yang mendukung untuk mengembangkan sektor agribisnis serta kegiatan sebagian
besar masyarakatnya mempunyai mata pencaharian utama didominasi oleh sektor
pertanian. Hal ini termasuk dalam syarat penetapan kawasan agropolitan. Oleh
karena itu, Kabupaten Pandeglang dipilih sebagai kawasan agropolitan.
Kondisi yang dihadapi Kabupaten Pandeglang dalam pengembangan
agropolitan saat ini belum maksimalnya produksi pertanian, karena masih banyak
pelaku agribisnis yang bersifat subsisten (hanya bersifat untuk memenuhi kebutuhan
sendiri), teknologi yang digunakan dalam pengolahan pada industri rumah tangga
masih sangat sederhana begitupun dalam masalah pengemasan produk.
Masalah yang tidak kalah penting adalah ketierbatasan dana untuk
pengembangan agropolitan, akses jaringan pemasaran produk agribisnis juga mutu
produk agribisnis yang masih rendah yang menyebabkan harga dipasaran yang
rendah dan jiwa kewirausahaan dari pelaku agribisnis yang masih rendah.
Untuk dapat mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi, beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan adalah potensi dan keunggulan sumberdaya yang
dimiliki dan strategi yang akan digunakan. Sehingga perlu direkomendasikan
alternatif perumusan strategi dan prioritas strategi dalam rangka pengembangan
agropolitan yang akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kawasan
agropolitan khususnya Kabupaten Pandeglang.
1.2 Perumusau Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian ini sebagai berikut :
l. Apa faktor-faktor eksternal yang dapat menjadi peluang dan ancaman untuk
pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang '?
2. Apa faktor-faktor internal yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan untuk
pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang '?
3. Apa alternatif strategi dan prioritas strategi yang dapat dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk mendukung pengembangan
agropolitan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor ekstenal yang menjadi peluang dan ancaman
dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pande:glang.
2. Untuk rnengetahui faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan
kelernahan dalam pengernbangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang.
3. Merurnuskan alternatif strategi dan prioritas strategi yang dapat dilakukan
oleh pernerintah Kabupaten Pandeglang dalarn pengembangan agropolitan.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan berguna bagi Pemerintah Kabupaten Pandeglang
dalam menentukan alternatif strategi yang dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang.
2. Penelitian ini untuk melatih kemampuan penulis dalam menganalisis masalah
serta menambah wawasan dan pengetahuan.
3. Penelitian ini juga diharapkan berguna sebagai bahan referensi dan
pembanding penelitian selanjutnya.
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini terdiri dari tujuh bab dengan susunan dari isi tiap-tiap
bab sebagai berikut :
BAB! PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri dari kerangka teori mengenai konsep agribisnis, agribisnis perkotaan, konsep
agropolitan, lingkungan organisasi, manajemen strategi, model manajemen strategi
dan alternatif pilihan strategi; kerangka pemikiran konseptual.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Terdiri dari lokasi dan waktu penelitian, metode penelitian, jenis dan sumber data
penelitian, metode pengolahan dan analisis data, definisi operasional.
BAB IV GAMBA RAN UMUM WILA Y AH PENELITIAN
Terdiri dari batas administrasi pemerintahan dan kondisi geografis, topografi,
penggunaan lahan, keadaan sosial ekonomi, komoditas unggulan, visi dan misi
Kabupaten Pandeglang.
BAB V EKSISTENSI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KABUPATEN PANDEGLANG
Terdiri dari aspek hukum pengembangan agropolitan, aspek sosio geografis, sosio
ekonomi, potensi Kecamatan Menes sebagai kawasan agropolitan dan sarana
prasarana yang tersedia dalam pengembangan agropolitan.
BAB VI BASIL DAN PEMBAHASAN
Terdiri dari analisis visi dan misi agropolitan Kabupaten Pandeglang, analisis
lingkungan ekstemal dan internal Kabupaten Pandeglang, perumusan alternatif
strategi dan prioritas strategi untuk pengembangan agropolitan.
BAB VII PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran.
2.1 Kerangka Teori
2.1.J Konsep Agribisnis
BABU
TINJAUAN PUSTAKA
Agribisnis atau konsep agribisnis pengertiannya sangat beragam mulai yang
sempit sampai sangat luas. Agribisnis, secara sempit, hanya dinyatakan sebagai
kegiatan budidaya pertanian, pemasaran pupuk, pestisida atau pemasaran produk
pengolahan hasil pertanian. Sedangkan, agribisnis secara luas didefinisikan sebagai
suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai
produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian
dalam arti luas (Soekartawi, 1999:2).
Pengertian pertanian dalam arti luas yang terdapat dalam definisi agribisnis
tersebut merupakan kegiatan usaha baik pe1tanian, pcrkebunan, peternakan,
kehutanan yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang
oleh kegiatan pertanian. Sedangkan, menurut Golbert dan Davis dalam Didu
(200 I :2) agribisnis adalah seluruh operasi yang terjadi dalam kegiatan manufaktur
dan distribusi yang bersumber dari pertanian; produksi on farm (usaha tani),
penyimpanan dan distribusi komoditas serta produk yang dihasilkan.
Dua ha! yang perlu diperhatikan dari definisi agribisnis tersebut, pertama
menurut Soekartawi (1999: 2) tampak bahwa penekanan definisi agribisnis adalah
kegiatan usaha (bisnis) di sektor pertanian sehingga bersifat mikro. Penekanan pada
usaha (bisnis) yang bersifat mikro ini mencakup aspek manajerial untuk produksi,
pemasaran, keuangan, sumberdaya manusia atau dengan kata lain bagaimana
organisasi usaha beroperasi secara efisien dalam arti produktivitas dan probabilitas
yang tinggi. Karena itulah agribisnis dapat dinyatakan sebagai kegiatan individu atau
kelompok untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa sektor pertanian yang
dibutuhkan masyarakat untuk mendapatkan keuntungan.
Definisi kedua menurut Golbert dan Davis dalan1 Didu (2001 :2) yang
menekankan bahwa agribisnis adalah kegiatan pertanian yang dimulai dari hilir
sampai hulu termasuk faktor-faktor pendukungya. Keselurnhan kegiatan agribisnis
sering dinyatakan sebagai sistem agribisnis dan aspek-aspek yang tercakup di
dalamnya dinyatakan sebagai subsistem.
Soehardjo dalam Gumbira Sa' id (200 I: 21) membagi sistem agribisnis dalam
empat subsistem, yaitu : (!) subsistem hulu (input pertanian), mencakup aktivitas
yang terkait dengan pengadaan dan penyaluran sarana produksi berupa: bibit!benih,
pupuk, pestisida/insektisida, serta sarana dan prasarana produksi, (2) subsistem
produksi atau budi daya, mencakup aktivitas proses produksi seperti kegiatan
penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan, (3) subsistem hilir, mencakup aktivitas
pengolahan hasil pertanian, berupa penanganan pasca panen, penyimpanan,
pengemasan, ( 4) subsistem pemasaran, mencakup aktivitas yang terkait dengan
proses perdagangan dan distribusi produk pertanian. Agribisnis juga membutuhkan
lembaga pendukung seperti lembaga keuangan dan pembiayaan, transportasi,
penyuluhan dan layanan informasi, penelitian (litbang), dan pengembangan kebijakan
pemerintah, dan lain-lain.
Secara skematis sistem agribisnis dapat ditunjukkan dalam gambar I .
.. .. Subsistem I Subsistem II Subsistem III ] Subsistem IV
(Pengadaan dan Penyaluran Sarana (Produksi Primer) (Pengolahan) (Pemasaran) Produksi)
...
l Lembaga Penunjang Agribisnis
Bank, R&D, Asuransi, Pendidikan,Kebijakan Pemerintah,dll
Gambar I : Sistem Agribisnis dan Lembaga P<munjang (Soehardjo dalam Gumbira Sa'id, 200 l)
"'
Sistem agribisnis dapat terlaksana apabila tidak ada gangguan pada salah satu
subsistem. Pengembangan agribisnis harus mengembangkan semua subsistem di
dalamnya karena tidak ada subsistem yang lebih penting dari subsistem lainnya.
Lembaga-lembaga penunjang dalam sistem agribisnis berada di luar sektor pertanian,
sehingga sektor pertanian terkait dengan sektor lainnya.
Konsep agribisnis, khususnya di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu
jalan keluar untuk memajukan sektor pertanian sekaligus meningkatkan kesejahteraan
pelakunya, terutama petani dan pelaku ekonomi rakyat lainnya, sehingga kajian
agribisnis juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, kajian
agribisnis menjadi sangat luas atau bersifat makro.
Pendekatan makro sistem agribisnis dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi,
politik, sosial budaya, hankam dan teknologi, baik nasional, regional, maupun
internasional. Analisis makro ini melihat agribisnis sebagai unit sistem dari suatu
komoditi tertentu yang membentuk sektor ekonomi secara regional maupun nasional.
Untuk membangun sistem agribisnis ini peran pemerintah sebagai penuntun,
pendorong, pengawas dan pengendali sistem sangat diperlukan.
Program pengembangan agropolitan merupakan wujud dari peran pemerintah
untuk membangun sistem agribisnis yang bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan agribisnis maupun pertumbuhan ekonomi masyarakat khususnya di
pedesaan.
2.1.2 Agribisnis Perkotaan
Agribisnis perkotaan pada dasarnya tidak berbeda dengan konsep agribisnis
pada umumnya, namun karakteristik agribisnis perkotaan S•endiri dipengaruhi oleh
karakteristik dari wilayah atau kawasan perkotaan.
Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan juga jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi(www.Jabar.go.id).
Lahan pertanian di wilayah perkotaan cenderung berkurang dari waktu ke
waktu, seiring dengan pertambahan penduduk yang tinggi akibat terjadinya migrasi
ke kota serta makin tingginya permintaan terhadap lahan untuk keperluan non
pertanian. Keadaan ini menyebabkan kegiatan agribisnis di perkotaan arahnya lebih
cenderung kepada subsistem off farm. Hal ini disebabkan pemilikan lahan yang
relatif sempit dalam usaha taninya, pengelolaan sumberdaya alam serta produksi
secara efisien, komoditi yang bernilai ekonomi tinggi serta berorientasi pasar sesuai
permintaan pasar atau dengan kata lain padat modal.
Subsistem on farm yang tergeser di perkotaan rn<~mberikan keuntungan,
peluang dan kesempatan pada subsistem agribisnis lainnya. Untuk itu diperlukan
pengenalan teknologi yang lebih intensif, baik pada subsistem on farm maupun
subsistem off farm. Menurut Pambudy (2001: 113) subsistem agribisnis yang akan
berkembang dengan berkembangnya perkotaan adalah
I. Bisnis pengolahan
Minat penduduk perkotaan untuk mengkonsumsi produk·produk back to nature,
harus diikuti oleh perubahan profesionalisme hisnis pengolahan agribisnis. Oleh
karena itu, secara teknis, teknologi budidaya dan pengolahan merupakan jawaban
utama untuk mengembangkan produk agribisnis tersebut.
2. Bisnis pemasaran
Banyak produk yang ditawarkan produsen, baik produk primer maupun
sekunder, membutuhkan strategi pemasaran yang efektif untuk menjangkau
masyarakat perkotaan. Hal ini karena masyarakat perkotaan umumnya lebih
responsif terhadap perubahan kualitas produk-produk agribisnis tersebut.
Dengan demikian, bisnis pemasaran membutuhkan perangkat pemasaran yang
lebih banyak dan professional. Sehingga, pertumbuhan perangkat-perangkat
pemasaran seperti perusahaan jasa pengantar sangat mungkin memiliki
keuntungan komparatif dan kompetitif dengan berkembangnya perkotaan.
3. Bisnis sarana produksi
Subsistem ini merupakan unit bisnis hulu dari sistem agribisnis misalnya pupuk,
obat-obatan dan bibit yang khusus melayani agribisnis perkotaan. Sebenarnya,
bisnis ini cenderung akan bergeser menjauhi kota tetapi dilakukan di pinggiran
kota, menyerupai subsistem on farm. Namun bisnis ini memiliki kesempatan
adaptasi dengan kondisi perkotaan, karena beberapa a.ktivitas yang memang
memiliki keunggulan untuk berada di kota, sepe1ti unit peralatan dan obat-obatan.
4. Subsistem lembaga penunjang
Para penentu kebijakan dan lembaga pendukung lain yang berpartisipasi aktif
dalam sistem agribisnis sangat dituntut untuk mengantisipasi setiap perubahan
yang terjadi dan dapat berfungsi secara professional menjadi fasilitator dan
koordinator.
Perkembangan perkotaan memberikan kemungkinan bagi mereka memiliki
fasilitas dan sumberdaya berkualitas, sehingga dalam melakukan pengawasan
dan pengambil keputusan akan lebih akurat. Jaringan k<:rja yang cepat akibat
perkembangan perkotaan, seperti komputer lebih memudahkan pengembangan
subsistem ini menjadi lembaga service yang sangat dibutuhkan oleh subsistem
lainnya.
2.1.3 Konsep Agropolitan
Dalam buku yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian (2003:5)
agropolitan dimtikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian.
Dengan kata lain agropolitan adalah pertanian di daerah kota yang mampu memacu
berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang dapat melayani, mendorong,
menarik kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis).
Kota pertanian dapat merupakan kota menengah atau kecamatan atau
pedesaaan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi serta dapat
mendorong pertumbuhan pembangunan pedesaaan dan desa-desa hinterland atau
wilayah sekitamya melalui pengembangan ekonomi, tidak 1erbatas pada pelayanan
sektor pertanian, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti usaha pertanian
(on farm dan off.farm), industri kecil, pariwisata,jasa pelayanan, dan lain-lain.
Kota pertanian (agropolitan) berada dalam pemasok hasil pertanian (sentra
produksi pertanian). Kawasan tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap
mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya, dengan batasan tidak ditentukan
oleh batasan administrasi pemerintahan ( desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten),
tetapi ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Dengan demikian,
bentuk dan luasan kawasan agropolitan dapat meliputi satu wilayah desa/kelurahan
atau kecamatan atau beberapa kecamatan dalam kabupaten/kota atau dapat menembus
wilayah kabupaten/kota dapat juga meliputi wilayah yang dapat menembus wilayah
kabupaten/kota lain yang berbatasan (www. Rudyct tripod.com).
Kota pertanian dalam konsep agropolitan ini bukan membentuk kota baru
pertanian tetapi merupakan program pengembangan suatu daerah pertanian menjadi
kawasan terpadu. Kawasan terpadu yang dimaksud di sini adanya kegiatan
agribisnis. Konsep agropolitan dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2: Konsep Pengembangan Agropolitan (www.Rudyct trypot, 2004)
Keterangan :
0
·· .. .....
Kota Sedang/Besar
Kota Kecil/Pusat Regional
Sentra Produksi
Pengumpul Bahan Baku
Penghasil Bahan Baku
Jalan dan dukungan Sarana Prasarana
Batas Kawasan Budidaya
Batas Kawasan Agropolitan
DPP Desa Pusat Pertumbuhan
16
Menurul Nasoetion dalam Sudaryanto dan Rusastra (2000:56), konsep
t.,!;ropolitan terdiri dari beberapa hal, yaitu:
I. Pengembangan kota-kota berukuran kecil sampai sedang d'engan jumlah penduduk
maksimum 600.000 jiwa dan luas maksimum 30.000 ha (setara dengan kola
kabupaten).
2. Daerah belakang (pedesaan) dikembangkan berdasarkan konsep perwilayahan
komoditas yang menghasilkan satu komoditas/bahan menr.ah utama dan beberapa
komoditas penunjang sesuai denp,an kebutuhan.
3. Pada daerah pusat pe1tumbuhan (kota) dibangun agroindustri terkait, terdiri atas
bcbcrapa pcrusahaan. sehingga tPrdapat kompetisi yang sehat.
4. Wilayah pedesaan didorong untuk membentuk satuan-satuan usaha yang optimal,
yang selanjutnya diorganisasikan dalam wadah koperasi, perusahaan kecil dan
menengah.
Ciri-ciri kawasan agropolitan menurut Depaitemen Pertanian (2003: 6) adalah
sebagian kegiatan masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan pertanian
atau agribisnis, adanya keterkaitan antara kota dengan desa yang liersifat
interdependensi, dan suasana kchidupan masyarakat di kawasan agropolitan yang
mirip dcngan suasana di perkotaan.
Bcberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan suatu kawasan
sebagai ka\vasan agropolitan :
I. Budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan J,esa terjamin. Memiliki
sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan
komoditi pertanian yang dapat dipasarkan (komoditi unggulan) serta berpotensi
atau telah berkembang divesifikasi usaha komoditas unggulan.
2. Memiliki berbagai sarana dan prasarana agribisnis yang memadai untuk
mendukung perkembangan sistem dan 11Saha agribisnis.
3. Memiliki berbagai sarana dan prasarana umum yang memadai (transportasi, listrik,
telekomunikasi, lernbaga perbankan, diklatlpenyuluhan, penelitian dan
pengembangan, dan lain-lain).
4. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial
maupun keharmonisan hubungan kota dan desa terjamin. (www.Bapeda
Banten.go.id).
Pengembangan kawasan agropolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis
pertanian di kmvasan agribisnis, dirancang dan dilaksanakan dengan tujuan untuk
mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribsnis yang berdaya saing, berbasis
kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi digerakan oleh masyarakat dan
difasilitasi oleh Pemerintah.
Pendampingan kepada masyarakat sangat diperlukan untuk membantu
program pengembangan agropolitan selain dari pemerintah sendiri yang dilakukan
secara terarah dan terkoordinasi. Pendampingan atau pemberian konsultasi kepada
masyarakat, terutama petani dan pelaku agribisnis lainnya dilakukan oleh tim
pemandu yang terdiri dari petugas/penyuluh pertanian, tokoh masyarakat. Bagan
organisasi pendampingan agropolitan dapat dilihat pada gambar 3.
18
"•~l);fi':F:•"'Y'''"'''''
~ Kooru1-· -~ Hub.Iiri Palm= fu :'lnpl Kootl
SW:Pdga
-<:-.·)> Fa<ilit&i&kaja
"'""
Gambar 3 : Bagan Organisasi Pendampingan Agropolitan(www.Deptango.id, 2004)
Program agropolitan merupakan program pembangunan wilayah pertanian
yang konsep pembangunannya berasal dari pemerintah pusat yaitu Departemen
Pertanian khusus untuk wilayah di tingkat Kabupaten. Berdasarkan buku Pedoman
Pengembangan Kawasan Agropolitan (Departemen Pertanian, 2003:34) kelancaran
dan keberhasilan program ini hams dilakukan dengan baik melalui fasilitas dan
kerjasama baik antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten. Untuk itu di setiap
tingkatan dibentuk tim kelompok kerja (pokja) yang terdiri dari dinas/instansi terkait
dalam program agropolitan. Pokja ini bertindak sebagai pos simpul koordinasi
(posko ). Posko sebagai pengolah informasi agar tugas, fungsi pokja berjalan dengan
baik. Untuk memberikan bimbingan kepada masyarakat baik pada subsistem on
farm maupun off farm dilakukan oleh pemandu lapangan yang diketuai oleh
!coordinator lapangan. Koordinator lapangan dan pemandu bertugas sebagai
penyuluh pertanian yang membantu tim pokja di Japangan.
19
koordinator lapangan. Koordinator lapangan dan pemandu bertugas sebagai
penyuluh pertanian yang membantu tim pokja di lapangan.
2.1.4. Lingkungan Organisasi
Organisasi menu rut Robbins dan Coulter ( 1999:4-8) adalah pengaturan orang
orang secara sengaja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan, lingkungan
organisasi merupakan kumpulan semua faktor yang terdapat baik di dalam maupun di
luar organisasi yang dapat mempengaruhi kemajuan organisasi dalam mencapai
sasaran dan tujuannya.
Lingkungan organisasi dapat dibagi atas dua lingkungan, yaitu lingkungan
eksternal dan internal. Lingkungan eksternal dibagi ke dalam dua kategori, yaitu:
lingkungan jauh dan lingkungan industri.
Lingkungan jauh organisasi/perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang ada
di luar dan terlepas dari perusahaan. Lingkungan industri lebih mengarahkan pada
aspek persaingan dimana organisasi/perusahaan berada. Sedangkan, lingkungan
internal merupakan aspek-aspek yang ada di dalam organisasi.
Lingkungan industri dalam penelitian ini tidak dibahas karena yang menjadi
fokus penelitian ini adalah program pengembangan wilayah yang berbasis agribisnis
dengan tujuan utama dari pogram ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Analisis lingkungan industri lebih kepada
analisis untuk mengetahui bagaimana kedudukan perusahaanlorganisasi dengan
20
tujuan akhirnya adalah keuntungan usaha, peningkatan penjualan dan pangsa pasar
yang dapat diserap perusahaan dibandingkan perusahaan pesaing.
Faktor-faktor utama yang diperhatikan dalam lingkunganjauh adalah:
I. Faktor politik dan ekonomi
Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah meryadi faktor penting bagi
para pengusaha untuk berusaha. Situasi politik yang tidak kondusif akan
berdampak negatifbagi dunia usaha, begitu pula sebaliknya.
Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi kegiatan suatu
usaha. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk iklim berbisnis. Oleh
karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat bersama-sama
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya agar lebih baik.
2. Kondisi sosial dan budaya
Kondisi sosial masyarakat selalu berubah-rubah. Perusahaan/organisasi harus
dapat mengantisipasi perubahan sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi
kondisi perusahaan/organisasi. Kondisi sosial dan budaya sepe1ti gaya hidup,
adat istiadat, dan kebiasaan orang-orang di luar perusahaan/organisasi.
3. Teknologi
Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat, baik di bidang bisnis
maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis. Sctiap kegiatan usaha yang
diinginkan untuk berjalan terus-menerus hams selalu mengikuti perkembangan
21
teknologi yang dapat diterapkan pada produk atau jasa. Contoh teknologi dalam
bidang agribisnis seperti sistem kultur jaringan.
Analisis Jingkungan internal bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan organisasi. Faktor-faktor fungsional dalam organisasi adalah :
I. Fungsi Manajemen
Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan dan pengawasan yang
mernpakan fungsi dari manajemen sangat diper!ukan dalam suatu organisasi
sehingga dapat melakukan kegiatan organisasi secara terarah untuk mencapai
lujuan yang diinginkan.
2. Keuangan
Dana dibutuhkan dalam operasional orgamsas1. Faktor-faktor yang perlu
diperhitungkan adalah : kemampuan organisasi memperoleh dana jangka pendek
dan jangka panjang, hubungan baik dengan penanarn modal dan pemegang
saham, struktur modal kerja, harga jual produk, dan sistcm akntansi yang handaL
Alokasi dana suatu organisasi digunakan untuk kebutuhan investasi, modal kerja,
biaya tetap dan biaya variabel untuk kegiatan !!Saha suatu organisasi/ per=haan.
3. Sumberdaya Manusia
Manusia merupakan sumberdaya terpenting bag1i perusahaanlorganisasi.
Sumberdaya mmmsia yang berkualitas akan mendukung kemajuan suatu
organisasi/perusahaan. Organisasi/perusahaan perlu melakukan pelatihan
pelatihan pada karyawannya untuk meningkatkan etos kerja karym.van tersebut.
22
proses, output berupa informasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Lingkungan organisasi digambarkan pada gambar 4.
Lingkungan Jauh :•_ -----Hukum
Lingkungan lndustri :
Pemerintahan Politik
Suppliers Pesaing ----Lingkungan Inter~ Manajemen, Keuangan ) SDM, Produksi Pemasaran R&D Sistem lnformasi
Pembeli arang Subtitusi
Demografi Sosial,Budaya
Stakeholder
Ekonomi Teknologi
Gan1bar 4: Lingkungan ekstemal dan internal organisasi (Umar, 2003)
Lingkungan organisasi perlu dianalisis untuk mengetahui faktor-faktor
peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang dapat mempengaruhi kinerja dan
kemajuan organisasi. Perubahan yang terjadi karena pengaruh dari lingkungan
23
eksternal dan internal organisasi dilakukan dengan menerapkan konsep manajemen
strategi dalam sebuah organisasi.
2.1.5. Manajemen Strategi
Manajemen menurut Hamel dan Prahald dalam Umar (2003:31) adalah proses
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan agar diselesaikan secara efisien
dan efektif melalui orang lain. Sedangkan, strategi merupakan tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan
sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.
Dengan demikian, strategi dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari
apa yang terjadi.
Jauch dan Glueck (1998:9) mendefinisikan strategi sebagai rencana yang
disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan
dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan
utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.
Jadi, strategi dapat diartikan sebagai penentuan rencana atau taktik yang berfokus
pada tujuan jangka panjang disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana
agar tujuan tersebut dapat dicapai.
David (2004:5) mengartikan manajemen strategi sebagai seni dan
pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan
lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuan. Manajemen
strategi selalu berorientasi tindakan, bergerak sepanjang waktu dan kegiatan-kegiatan
yang terns berjalan merespon perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan
bisnis.
Manajemen strategi menurut Pearce dan Robinson (1997:20) sebagai
sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan pernmusan (formulasi) dan
pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang diran·~ang untuk mencapai
sasaran-sasaran perusahaan.
Manajemen strategi secara umum dapat diartikan sebagai pemyataan yang
fokus pada aktivitas kegiatan usaha apa yang akan dilakukan di masa depan dengan
membuat serangkaian keputusan dan tindakan yang dilakukan melalui perumusan
visi, misi serta tujuan organisasi lalu mengimplementasikan dan mengevaluasi
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan sehingga dapat mencapai sasaran yang ingin
dicapai. Manajemen strategi didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi
seharusnya terus-menerus memonitor peristiwa dan kecenderungan eksternal dan
internal sehingga dapat melakukan perubahan tepat waktu.
2.1.6. Model Manajemen Strategi
Model manajemen strategi merupakan alat untuk menggambarkan,
mempelajari dan menerapkan proses manajemen strategi di dalam suatu
organisasi/perusahaan. Dengan kata lain, model manajemen strategi merupakan
tugas-tugas atau tahapan yang harus dilakukan oleh para pengambil keputusan dalam
organisasi. Salah satu model manajemen strategi dapat diHhat pada gambar 5 di
bawah ini.
Develop Craft a u-, Monitor, a Strategic Set Strategy to And Evaluate, Vision and Objective Achieve ~ecute and Take
Mision Objective ·ategic Corrective Action
Revise as Revise as Improve/ Gprove/ Recyleas Needed Needed Change hange Needed
Gambar 5: Model Manajemen Strategi (Thompson, 2001)
Model manajemen strategi menurut Thompson (2001:7) terdiri dari
mengembangkan visi dan misi strategi, menetapkan tujuan, menentukan dan
menjalankan strategi untuk mencapai tujuan, melaksanakan strategi serta melakukan
evaluasi basil kerja dan bagaimana memperbaiki kegiatan yang telah dilakukan jika
tujuan yang ingin dicapai tidak dapat terlaksana dengan mengubah strategi. Model
ini tidak menjamin sukses, tetapi menggambarkan pendekatan yang jelas dan praktis
untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi.
Manajemen strategi bersifat dinamis dan berkelanjutan. Suatu perubahan
dalam salah satu komponen utama dalam model dapat memaksa perubahan pada
salah satu atau semua komponen yang ada. Oleh karena itu., aktivitas merumuskan
atau mengembangkan pelaksanaan dan evaluasi strategi harus dilaksanakan secara
terus-menerus, bukan hanya di akhir tahun atau setengah tahun sekali.
2.1.7. Jenis AlternatifStrategi
Organisasi atau perusahaan mempunyai stategi dalam berusaha. Strategi
orgamsas1 m1 berbeda-beda antara industri, antar perusahaan atau organisasi, dan
antar situasi.
Alternatif strategi ditetapkan setelah para pengambil keputusan menganalisis
SWOT Hasil dari analisis tersebut mendorong pengambil kebijakan untuk
menampilkan beberapa macam strategi yang mungkin dapat dipakai. David
(2004:46-57) membagi alternatif strategi tersebut sebagai ba1ikut:
a. Strategi intensif/pertumbuhan terdiri dari kegiatan yang berupa penetrasi
pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Penetrasi pasar
berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada
di pasar lewat usaha pemasaran yang lebih gencar. Strategi pengembangan
pasar adalah memperkenalkan produk atau jasa yang sudah ada ke wilayah
geografi barn. Pengembani,>an produk adalah stratei,>i yang mencari
peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau
jasa yang sudah ada.
b. Strategi diversifikasi merupakan strategi yang bertujuan untuk memperluas
usaha dengan cara menambah pmduk atau jasa barn. Strategi ini umumnya
dilakukan karena perkembangan usaha yang dilakukan sudah maju.
27
c. Strategi penghematan lebih merupakan kemunduran dan kegagalan dari
kemajuan. Strategi ini dilakukan karena terpaksa, ketika sasaran yang
dikehendaki tidak dapat direalisasikan dengan tujuan efisiensi ke1ja.
d. Strategi akusisi dan merger. Akusisi dilakukan jika satu organisasi
memperoleh tambahan satu atau lebih unit kerja yang semula berada di luar
kegiatan operasionalnya. Merger merupakan penggabungan dua atau lebih
organisasi menjadi satu.
e. Strategi likuidasi berarti menghentikan semua aktivitas organisasi. Strategi
ini dilakukan karena suatu organisasi tersebut tidak mampu lagi melanjutkan
usahanya, mengalami kemunduran usaha.
2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual
Analisis dan pemilihan strategi, termasuk membuat keputusan-keputusan
didasarkan pada infonnasi obyektif. Untuk mendapatkan strategi yang dianggap
baik, perencanaan strategi berpedoman pada model manajem1:n strategi yang dimulai
dengan mengembangkan visi, misi, tujuan, bersama-sama dengan informasi hasil
analisis lingkungan ekstemal dan internal, sehingga dapat dijadikan dasar untuk
menghasilkan dan mengevaluasi altematif strategi dan prioritas strategi.
Penelitian ini bert{.\juan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal dan internal
pengembangan agropolitan sehingga dapat merumuskan altematif strategi dan
prioritas strategi untuk pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang.
Pertama yang hams diketahui adalah v1s1, m1s1, tujuan pemerintahan
Kabupaten Pandeglang yang berhubungan dengan Pengembangan Agropoiitan di
Kabupaten Pandeglang. Selanjutnya, mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan
agropolitan Kabupaten Pandeglang. Hal 1111 diperlukan untuk melakukan tahap
analisis lingkungan eksternal dan internal.
Hasil identifikasi fak"tor-faktor strategis tersebut kemudian dipetakan dalam
matriks EFE dan JFE lalu dilakukan pembobotan dan peringkat pada faktor-faktor
strategis baik faktor eksternal maupun internal dalam pengembangan agropolitan di
Kabupaten Pandeglang. Hasil pembobotan dikalikan peringkat diperoleh skor.
Untuk mengetahui alternatif strategi dalam pcngembangan agropolitan
dilakukan melalui analisis SWOT. Sedangkan, untuk prioritas strategi yang dapat
direkomendasikan dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang
menggunakan matriks QSPM. Secara ringkas kerangka pemikiran konseptual dapat
dilihat dalam gambar 6.
00
Visi dan Misi Pengembangan
Agropolitan Kabupaten Pandeglang
] Analisis Faktor EksternaJ dan Internal
Penge1nbangan Agropolitan
Visi dan Misi Kabupaten J, J_ Pandeglang
F. Eksternal F. Internal (Analisis PEST) (Analisis Fungsional)
Politik dan Pemerintahan Manajemen, SDM Ekonomi Keuangan, Produksi
Sosial,Budaya Penelitian dan Teknologi Pengembangan
Sistem Informasi Manajemen
1: 1 Ekstemal Factor Evaluation IL" '-M~'"''" Matrixs Matrixs
(EFE Matriks) (JFE Matrixs)
J,
r Matriks ~ !
Prioritas Strategi Pengembangan Agropolitan (Matriks QSPM)
Gambar 6 : Kerangka Pemikiran Konseptual
BAB HI
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktn Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten, selama
tiga bulan, dari Bulan Mei sampai Juli 2004. Pemilihan lokasi berdasarkan
pertimbangan bah\va Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu kaw-asan yang
ditetapkan sebagai kawasan program agropolitan berdasarkan SK Bupati Kabupaten
Pandeglang Nomor 520/Kep.378-Huk/2003.
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
menggunakan pendekatan konsep-konsep manajemen strategi. Metode deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang diteliti
tanpa membuat perbandingan, atau menglmbungkan dengan variabel yang lain
(Sugiyono, 2002 : 11 ).
3.3. Jenis d:m Samber Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pnmer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan dafi:ar pertanyaan (kuisioner)
kepada responden yang dilakukan secara purposive sampling (secara sengaja).
Responden dalam penelitian ini terdiri dari :
I. Drs. H. Endjang Sadina., M.Si (Ketua Pengembang:rn Agropolitan Kabupaten
Pandeglang, Asisten Setda Bi dang Ekonomi).
2. Ir. Supriyana, Dipl,HE (Kepala Bappeda Kab. Pandeglang)
3. Ir. Atep Asmita Walujadi, MM (Kepala Dinas Pertanian Kab. Pandeglang)
4. Ir. Yepi Suherman (Kasubdin Peru:mian dan Kehutanan Kab. Pandeglang)
5. Ir. Winarno (Kepala Seksi Penyebaran Ternak Kab. Pandeglang)
6. Boyke Pribadi, S.Si (Akademisi, FE. Universitas Sultan Agung Tirtayasa)
7. H. Undang (Sekretaris Asosiasi Pengrajin Emping)
Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas Pertanian, BPS serta studi
literatur lainnya. Untuk membantu memaparkan hasil analisis, infonnasi akan
disajikan dalam bentuk tabel maupun matriks sesuai den!o,>an hasil yang diperoleh.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data dan infom1asi yang terkumpul diolah dan dfanalisis secara kualitatif
maupun kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengembangkan alternatif
strategi dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Dalam
penelitian ini penentuan alternatif strategi mengunakan matriks SWOT dan untuk
prioritas strategi menggunakan matriks QSPM.
12
Perumusan strategi ini dilakukan melalui tiga tahap: pada tahap pertama
menggunakan analisis matriks EFE dan IFE, tahap kedua menggunakan matriks
SWOT untuk perumusan strategi, tahap ketiga untuk mengetahui prioritas strategi
menggunakan matriks QSPM.
3.4.1. Analisis Matriks Eksternal (EFE) dan Matriks Internal (JFE)
Analisis matriks E>:ternal Factor Evaluation (EFE) dan internal Factor
Evaluation (IFE) merupakan input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.
Analisis matriks EFE dan IFE didapat melalui ana!isis lingkungan eksternal dan
internal. Analisis lingkungan eksternal dilakukan dengan menganalisis faktor politik,
ekonomi, sosial, budaya, demoi,>rnfi dan teknologi atau disebut (PEST) dan
analisis lingkungan internal dengan menggunakan analisis fungsional yang terdiri
dari fungsi manajemen, keuangan, prnduksi, sumberdaya manusia dan sistem
informasi manajemen.
I. Identiiikasi Faktor Ek.sternal dan Internal Organisasi
Identifikasi faktor eksternal dilakukan dengan mendaftarkan semua variabel
yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan agrnpolitan di Kabupaten
Pancleglang. Semua peluang cliclaftarkan terlebih clahulu, baru kemudian didaftarkan
ancaman.
ldentifikasi fal1:or internal dilakukan dengan rnendaftarkan sernua variabel
yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi. Semua kekuatan
didaftarkan terlebih dahulu, baru kemudian didaftarkan kelemahan. Data eksternal
dan internal diperoleh dari wawancara dengan pihak yang mengetahui dan memahami
pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Hasil kedua identifikasi
faktor-faktor ekstemal dan internal selanjutnya akan diberikan bobot dan rating.
2. Penentuan Bobot Setiap Variabel.
Penentuan bobot dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor eksternal
dan internal kepada pihak-pihak yang mengetahui clan memahami masalah
pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang dengan menggunakan metode
Paired Comparison (Kinnear, 1991: 250).
1v1etode ini digunakan untuk n1emherika_n peniiaian lerhadap bobol sctiaµ
faktor penentu eksternal dan internal. Untuk menentukan bobot setiap variabel
digunakan skala 1,2, dan 3. Skala yang digunakan untuk p<~ngisian kolom adalah:
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripacla indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada label l . ~·
Tabel I. Penilaian Bobot Faktor Ekstemal dan Internal Pengembangan Agropolitandi Kabuoaten Pandeglam
Faktor Eksternal A B --- Total ____ 3 A -
B
:=J ---Total
Faktor Internal A B --- Total --
A B ---
Total
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai sctiap variabel
terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan rum us :
Ketcrangan : O:i = bobot variabc! kc~i
'lJ = nilai variable kc-i
n :i = 1,2.3 ..... n
I n = banyaknya variabe!
i=i Kinnear ( 1990:250)
3. Penentuan Peringkat
Penentuan peringkat oleh pihak manaJemen organisasi dilakukan terhadap
variabel-variabel dari basil analisis lingkungan organisasi. Untuk mengukur masing-
masing variabel terhadap kondisi lingkungan organisasi digunakan skala 1.2.3 dan 4
terhadap masing-masing faktor eksternal dan internal sehingga dapat diketahui
seberapa efcktif stratcgi organisasi saat ini.
35
Untuk matriks EFE, skala nilai peringkat yang digunakan adalah :
I = Rendah, respon kurang
2 = Sedang, respon sama dengan rata-rata
3 = Tinggi. respon diatas rata-rata
4 = Sangat tinggi, respon superior
Untuk matriks JFE, skala nilai peringkat yang digunakan yait11 :
1 =Kelemahan utama
2=Kelemahan kecil
3= Kekuatan kecil
4=Kekuatan utama
Nilai dari pembobotan tersebut dikaLkan dengan peringkat pada tiap faktor
dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan ;ecara vertikal untuk memperoleh nilai
pembobotan. Hasil pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan nilai analisis
organisasi dalam matriks.
Matriks EFE, total nilai yang dibobot antara 1.0 - 4.0 dengan rata-rata 2.5.
Total nilai 4.0 menunjukan organisasi sccara efektif mcmanfoatkan pcluang yang ada
dan meminimalkan ancaman eksternal. Sedangkan. total nilai 1.0 tidak dapat
memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada ( David, 2004: 132).
Matriks JFE, total nilai yang dibobot antara 1.0-4.0 dengan rata-rata 2.5.
Total nilai di atas 2.5 menunjukan kondisi internal organisasi yang kuat. Sedangkan.
jika di bawah 2.5 menunjukan posisi internal yang lemah. Tabel matriks EFE dan
matriks !FE dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Matriks EFE dan Matriks !FE Faktor Eksternal Bo bot Rating Total Nilai
Peluan2 1. 2. dst An ca man 1. 2. dst
--Faktor Internal Bo bot Ra tin!:! Total Nilai
Kekuatan f--
1. 2. dst Kelemahan 1. 2. dst
3.4.2 Analisis Matriks SWOT
Analisis SWOT mernpakan alat pencocokan yang penting untuk membantu
pihak-pihak dalam organisasi menghasilkan empat tipe strategi : strategi SO, strategi
WO, strategi ST, strategi WT. Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal
kunci mempakan kesulitan terbesar dalam mengembangkan matriks SWOT dan
memerlukan penilaian yang baik serta tidak ada satu pun kecocokan terbaik. Delapan
langkah untuk menyususn matriks SWOT, yaitu :
1. Mendaftarkan peluang eksternal organisasi yang menentukan.
2. Mendaftarkan ancaman eksternal organisasi yang menentukan.
3. Mendaftarkan kekuatan internal organisasi yang mencntukan.
4. Mendaftarkan kelemahan internal organisasi yang menentukan.
37
5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasil
strategi S-0 dalam sel yang tepat.
6. Mencocokkan kelemahan internal dcngan peluang eksternal dan mencatat
hasil strategi W-0 dalam sel yang tepat.
7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasil
strategi S-T.
8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
hasil strategi W-T.
Faktor Internal
Faktor Ekstemal
KEKUATAN-Sl KELEMAHANI
Daftar kekuatan Daftar kelemahan
I
PELUANG-0 STRATEGI SO STRATEGI WO
Daftar peluang Gunakan kekuatan untuk Atasi kelemahan dengan I 1nemanfaatkan pcluang 1nen1anfaatkan pe\uang
<-----------1------------<--------- ·---ANCAMAN-T STRATEGI ST
Daftar ancaman Gunakan kekuatan untuk
menghidari ancaman
STRATEGI WT
Meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman
Gan1bar 7: Matriks SWOT (David, 2004)
38
Tahap selanjutnya setelah analisis matriks SWOT adalah analisis kuadran
SWOT diperoleh dari skor peluang dan ancaman pada matriks EFE serta kekuatan
dan kelemahan pada matriks JFE. Kuadran SWOT dipilih dengan alasan melalui
kuadran ini dapat diketahui jenis strategi yang sesuai dalam penelitian ini pada
daerah-daerah di kuadran SWOT. Langkah untuk mengembangkan kuadran SWOT
adalah sebagai berikut (gambar 8) :
1. Menggambarkan titik nilai skor dari peluang (0) dan ancaman (T) pada
sumbu-y. Sedangkan, kekuatan (S) dan kelemahan (W) pada sumbu-x yang
tepat dalam kuadran SWOT.
2. Membandingkan masing-masing nilai tertinggi dari peluang dengan ancaman
serta kekuatan dan kelemahan.
3. Menggambarkan vektor penunjuk arah dari kuadran SWOT lewat titik
perpotongan (langkah 2). Vektor ini mcngungkapkan tipc strategi yang
direkomendasikan untuk organisasi : pertumbuhan (growth), stabilitas.
survival atau diversifikasi. 0
Stabilitas Growth
w s
Survival Diversifili:asi
T
Gambar 8 : Kuadran SWOT (Aki Baihaki, 2004)
39
3.4.3 Matriks Quantitative Strategic Pla1111i11g (QSPM)
Matriks QSPM adalah alat yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas
strategi dengan melihat alternatif strategi yang dipcroleh dari matriks SWOT,
berdasarkan pada faktor-faktor eksternal dan internal yang telah diketahui
sebelumnya. Menurut David (2004:200-201), langkah untuk mengembangkan
matriks QSPM sebagai berikut (tabel 3) :
I. Mendaftarkan peluang/ancaman kunci eksternal dan kekuatan/kelemahan
internal dalam kolom kiri dari QSPM. lnformasi ini cliambil clari matriks
EFE clan !FE.
2. Memberikan bobot untuk sctiap faktor eksternal dan internal. Bobot nu
identik dengan yang clipakai clalam matriks EFE dan JFE.
3. Memeriksa talmp tahap 2 (pencocokan) matriks clan mengiclentifikasi strategi
alternatif yang harus dipertimbangkan oleh orga111sas1 untuk
diimplementasikan.
4. Menetapkan nilai daya tarik (AS) yang menunjukkan claya tarik relatif dari
tiap strategi terhadap strategi lainnya.
5. Mcnghitung total nilai claya tarik yang merupakan hasil perkalian bobot
(Jangkah 2) clengan nilai claya tarik (langkah 4).
6. Menghitung jumlah total nilai claya tarik. Nilai ini menunjukkan strategi
mana yang paling menarik clari alternatif strategi yang acla. Semakin tinggi
nilai totalnya, maka strategi tersebut semakin menarik.
40
6. Otonomi daerah adalah kewenangaa daerah otonorn untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri sesuai
peraturan perundang-undangan.
7. Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan clibatasi pematang saluran
untuk menyalurkan air biasanya ditanami padi.
8. Ladang/huma adalah lahan yang ditanami tanaman mw:iman dan pemakaiannya
hanya semusim atau dua musim kemudian ditinggalkan karena tidak subur lagi.
9. Tegal/kebun adalah lahan sawah yang ditanam tanaman musiman atau tahunan
letaknya terpisah dengan halaman sekitar rumah serta pemakaiannya tidak
berpindah-pindah.
I 0. Visi adalah gambaran kondisi masa depan yang belum 1.ampak tetapi merupakan
konsep yang dapat dibaca oleh setiap orang atau dengan kata lain sebagai
petunjuk atau arah suatu organisasi untuk mencapai l11juan yang ingin dicapai
suatu organisasi.
11. Misi adalah pcrnyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam
bcntuk produk atau pelayanan yang dapat ditawarkan jika lingkup organisasi
terse but sebuah perusahaan, kelompok masyarakat yang dilayani j ika organisasi
tersebut sebuah badan pemerintahan serta aspirasi dan cita-cita di masa depan.
12. Penduduk adalah semua orang yang herdomisili di suatu wilayah geografis yang
bertujuan untuk menentap pada wilayah geogafis tersebut.
13. Angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas yang beke1ja atau
mempunyai pekerjaan sementara atau penduduk yang tcrnrnsuk pcngnngguran.
42
BAB IV
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Batas Administrasi dan Letak Geografis
S'ecara administrasi Kabupaten Pandeglang terdiri dari 24 Kecamatan, 13
Kelurahan dan 322 Desa. Secara geogafis, Kabupaten Pandeglang terletak antara
6°21 - 7°10' Lintang Selatan dan 104°48'-106°11' Bujur Timur dengan luas daerah
2.746,89 Km2 atau sebesar 29,98 % dari luas Propinsi Banten. Kabupaten
Pandeglang berada di ujung barat dari Propinsi Banten yang mempunyai batas
administrasi sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang
2. Sebelah Selatan dibatasi dengan Samudera Hindia
3. Sebelah Barat dibatasi oleh Selat Sunda
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak
4.2 Topografi
Wilayah Kabupaten Pandeglang sebagian rrierupakan dataran rendah yang
terletak di bagian tengah dan selatan dengan variasi ketinggian antara 0 - 1.778 meter
di atas permukaan laut. Daerah pegunungan pada umumnya mempunyai ketinggian
400 meter di atas permukaan laut. Dataran rendah bukan pantai umumnya
mempunyai ketinggian rata-rata 30 meter di atas permukaan laut, sedangkan dataran
rendah pantai umumnya mempunyai ketinggian rata-rata 3 meter di atas permukaan
laut.
4.3 Pengunaan Lahan
Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang berperan penting dalam
kegiatan pertanian. Penggunaan lahan di wilayah Kabupalen Pandeglang sebagian
besar dimanfaatkan untuk pertanian baik pertanian lahan kering (perladangan)
maupun lahan basah (persawahan). Pertanian lahan kering mencapai 220.861 ha atau
99,8 % dari total luas lahan pertanian di Kabupaten Pandeglang. Jenis penggtmaan
lahan di Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada label 4 dan 5.
Tabel 4. Luas Lahan Kering dan Penggunaannya di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003
NO JEN IS LUAS (Ha) I Ladang 25.160
-----------2 Tega! dan kebun 47.864 3 Kolam dan empang 861
..
4 Tarnbak •oo ).) /
5 Pengembalaan I padang rumput 2.505 -
6 Perkebunan 16.424 7 Hutan rakyat 12.424 8 Pekarangan 13.054 9 Tidak diusahakan 5.549 I
10 Hutan negara ss.969 I 721 11 Rawa yang tidak ditanami
12 Lahan yang belum diusahakan 10.435
I JUMLAH 220.861 Sumber : Dmas Pertaman Kab.Pandeglang 2003
Berdasarkan label 4 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan kering di
Kabupaten Pandeglang tahun 2003 didominasi oleh hutan negara/lindung, kemudian
penggunaan lahan untuk tegalan dan kebun, ladang, perkebunan, hutan rakyat,
pekarangan dan lahan tidak diusahakan seluas 112.937 ha.
44
Laban basab (sawab) yang banya 19,6 % dari luas lahan kering (perladangan)
umumnya telab dimanfaatkan secara optimal, walaupun sebagian besar belum
berpengairan teknis (tabel 5).
Tabel 5. Luas Laban Sawah di Kabupmen Pandeglang Tabun 2003 --No JENIS Luas (Ha) --1 lrigasi teknis 6.163 2 Irigasi Yi teknis 7.028 -3 lrigasi scdcrhana 7.155 --
·4 Irigasi non PU 9.615 5 Tadah hujan 23.508
JUMLAl-1 53.919 Sun1ber: Dinas Pc11anian Kab. Pandeglang 2003
Pacla tabel 5 dapat clilihat babwa penggunaan lahan sawah berpengairan
(irigasi) yang banyak diusahakan C:i Kabupaten Pandeglang dengan luas lahan sebesar
29.961 ha
4.4 Keadaan Sosial Ekonomi
4.4.1 Perekonomian
Salah satu inclikator penting untuk mengetahui kond.isi ekonomi suatu claerab
dalam suatu periocle tertentu dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) baik dari barga berlaku ataupun dari harga konstan. PDB alas harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
yang berlaku setiap tahun, digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.
Sedangkan, PDB alas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar). Untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupatcn Pandeglang tahun 2002 mcnunjukkan angka positif. Laju Pertumbuhan
Ekonomi dikelompokan menjadi sektor primer, sekunder clan tersier (tabel 6).
Tabel 6. Kontribusi Sektor dalam Perekonomian Kabupaten Pandeglang Tahun 2001-2002 (%)
PDRB Atas Dasar Kclompok Scktor Harga Bcrlaku
2001 2002 ~ -
1. Primer 38, 13 37,54 a. Pertanian 36,97 36,23 b. Pcrtambangan
--I, 16 1,31
r-----· 2.Sekundcr 22,45 23,67 a. lndustri pengolahan 12,04 11,96 b. Listrik,Gas&Air 6,50 8,21 c. Bangunan 3,91 3,50 3.Tcrsier 43,8 46,91 a. Perdagangan,Hotel&Restoran 22,81 23,72 b. Angkutan 4.23 5,32 c. Bank&Lembaga keuangan 3.68 4,46
lainnya d. Jasa 13,08 13,41 PDRB 100.00 100.00 ~.
Sumber: BAPEDA BekerJaSama dengan BPS Kabupaten Pandeglang, 2002 Keterangan : r) Angka Perbaikan
*) A ngka Sementara
PDRB Atas Dasar Harga Konstan
2001') 2002*) 45,01 43,95 36,57 35,72 8,44 8,23 17,04 17,01 12,30 12,27 1,02 1,03 3,72 3,71
46,06 47, 11 21,86 22,00 6,51 6,45 4,64 5,72
13,05 12,94 100.00 100.00
Struktur perekonomian Kabupaten Pandeglang didominasi oleh sektor
pertanian dengan kontribusi lebih besar dibandingkan sektor-sektor lainnya.
Lapangan usaha pertanian memegang pcranan penting dalam pola kehidupan
masyarakat. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk memperoleh
pendapatan dari lapangan usaha ini.
4.4.2 Penduduk
Jumlah penduduk Kaabupaten Pandeglang tahun 2003 mencapai 1.082.012
jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebesar 533.814 dan 528.198 jiwa
penduduk perempuan, atau dengan kata lain rasio jenis kelarnin sebesar 104,85 dapat
dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Penduduk Kabupaten Pandeglang menurnt Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2003
Kelornnok urnur Laki-laki PeremEuan Jnmlah ~ 0-4 61.762 53.382 115.114
~ 5-9 84.814 74.564 159.378 10-14 76.524 67.029 143.553 _j 15-19 56.468 47.826 104.294 ----1 20-24 30.360 30.886 61.246 25-29 33.826 42.855 76.681 -30-34 38.778 44.503 83.281 35-39 42.407 48.693 91.100 40-44 38.018 32.082 70. l 00 45-49 31.422 23.157 54.579 50-54 18.561 17.258 35.819 -· 55-59 14.175 13.761 27.936 60-64 25.236 16.12 l 41.357 65-69 5.386 6.651 12.037 70-74 4.736 7.789 12.525 75 + 1.338 1.645 2.983
JUMLAH 553.814 528.198 1.082.012 Sumber : Pandeglang dalam Angka 2003
Dari label diatas dapat dilihat bahwa angkatan kei:ja yang tersedia di
Kabupaten Pandeglang cukup banyak. Jumlah angkatan kerja (15-64 tahun) yang
tersedia sebanyak 60,52% dari total jumlah penducluk Kabupaten Pandeglang.
47
4.5 Komoditas Unggulan
Komoditas yang diprogramkan oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam
pengembangan agropolitan adalah komoditas padi dan melinjo. Dalam
pengembangan ai,rropolitan ini komoditas melinjo diharapkan sebagai komoditas yang
dapat menjadi ciri khas Kabupaten Pandeglang pada pengembangan agropolitan.
4.6 Visi dan Misi Kabupaten Pandeglang
Visi Kabupaten Pandeglang yaitu "Pandeglang me:njadi Daerah Penghasil
Agribisnis dan Daerah Tujuan Wisata Unggulan di Propinsi Banten Tahun 201 O".
Visi ini diarahkan pada terbentuknya masyarakat yang dapat rnempertahankan
prinsip-prinsip kehidupan dan pembangunan yang sesuai de11gan akhlak, hati nurani,
nilai-nilai kebenaran, dengan motto juang " Pandeglang Bersih, Elok, Ramah, Kuat,
Hidup dan Aman". Melalui visi ini diharapkan dapat diwttiudkan masyarakat yang
sejahtera, manusiawi, cerdas, berkepribadian dan konsisten dalam melaksanakan
pembangunan.
Kata agribisnis yang terdapat dalam visi memiliki pengertian bidang usaha
pertanian, perikanan, petemakan, perkebunan dan kehutanan yang memiliki daya
saing kompetitif dan komparatif serta ditopang industri pengolahan. Tumbuhnya
usaha dan industri pengolahan pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan
kehutanan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Kata ttijuan wisata dalam v1s1 rncmiliki pcngertian untuk rnenjadikan
Kabupaten Pandeglang sebagai daerah tujuan wisata baik dornestik rnaupun
mancanegara dengan tujuan wisata yang sudah terkcnal di tingkat nasional antara lain
Pantai Carita. Tanjung Lesung. Taman Nasional Ujung Kulon.
Unggul berarti mernpunyai kelebihan kompetitif dan komparatif bila
dibandingkan dengan daerah lain. khususnya di Propinsi Banlen.
Untuk mewujudkan visi Kabupaten Pandeglang. maka ditetapkan iv!isi
pcmbangunan Kabupaten Pandeglang sebagai bcrikut :
a. Membangun dan rnemberdayakan kehidupan masyarakat dan aparatur
pemerintah yang professional. produktiL transparan. bcbas kolusi. korupsi.
dan nepotismc
b. Mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang
sesuai dengan komoditas unggulan untuk meningkatkan kesejahteraan
rnasyarakat dan pendapatan asli daerah (PAD)
c. Pembangunan politik dan penegakan suprernasi hukum yang diselenggarakan
mclalui nilai-nilai demokrasi yang santun.
BABY
KONDISI EKSISTENSI AGROPOLITAN DI KABUPATEN PANDEGLANG
5.1 Aspek Hukum
Pengembangan agropolitan berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian
Nomor 144/0T.210/A/V/2002 bahwa pengembangan kawasan agropolitan dilakukan
di seluruh daerah di Indonesia yaitu di tingkat Kabupaten. Pengembangan
agropolitan di Kabupaten Pandeglang berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor
520/Kep.3 78-Huk/2003. Sebagai tahap awal pengembangan agropolitan di
Kabupaten Pandeglang ditetapkan Kecamatan Menes sebagai kawasan agropolitan.
5.2 Aspck Sosio Gcografis
Kecamatan Menes salah satu dari 24 Kecamatan di Kabupaten Pandeglang.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten No. 28 Tahun 2001 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja, Kecamatan Menes terdiri dari 18 desa yang terbagi
menjadi 101 Rukun Warga (RW), 281 Rukun Tetangga (RT) dan 156 Kampunis.
Kecamatan Menes berada di sebe!ah barat !bu Kota Kabupaten Pandeglang
dengan luas wilayah 5.044 Ha atau 5.004 KM2 yang terdiri dari tanah darat dengan
luas 2.219.089 ha dan tanah sawah dengan luas 2.083.937 ha.
Secara geografis Kecamatan Menes berbatasan dengan empat kecamatan
laillllya di Kabupaten Pandeglang, yaitu :
I. Sebelah Utara Kecamatan Mandalawangi
2. Sebelah Timur Kecamatan Cisata
3. Sebelah Baral Kecamatan Cikedal
4. Sebelah Selatan Kecamatan Pagelaran
Kecamatan Menes mempunyai lahan darat seluas 2.219.089 Ha. Dari lahan tersebut
ditanam1 oleh :
I. Pohon Melinjo 6.000.000 pohon
2. Pohon Durian 5.000.000 pohon
3. Pohon Manggis 250.000 pohon
4. Pohon Salak 2.000.000 pohon
5. Pohon Pete 800.000 pohon
Para petani komoditi tanaman keras tersebut telah membuat kelompok-kelompok tani
untuk masing-masing komoditi.
Lima desa yang menjadi prioritas kawasan agropolitan di kecamatan Menes
yaitu :
I. Desa Kenanga, dengan komoditas unggulan : pcte. rnelinjo, durian
2. Desa Menes, dengan komoditas unggulan : pete, melinjo, salak, durian
3. Desa Purwaraja, dengan komoditas unggulan : durian. meli1~0
4. Desa Alaswangi, dengan unggulan : durian. melinjo, manggis
5. Desa Tega! Wangi, dengan komoditas unggulan : durian, melinjo. manggis.
pete
51
Pemerintah Kabupatcn Pandeglang mcmprioritaskan mclinjo scbagai
komoditas yang dapat menjadi ciri khas dan kornoditas unggulan Kabupaten
Pandeglang dalan1 Pengernbangan Agropolitan. Kawasan pertanian kebun melinjo
berada pada lima desa di Kecamatan Menes dapat dilihat pada tabel 8.
Tabet 8. Kawasan Pertanian Kebun Melinjo ~·
No Kebun Luas Kelompok Tani 1 Desa Kenanga :
- Relokasi Kebun 65 Ha - Kebtm Percontohan 10 Ha 5 Kelompok - Pembibitan 2 Ha i
2 Desa Menes : - Relokasi Kebun 65 Ha - Kebun Percontohan 10 Ha 5 Kclompok - Pembibitan 2 Ha
3 Desa Purwaraja: - Relokasi Kebun 65 Ha - Kebun Percontohan 10 Ha 5 Kelompok - Pembibitan 2 Ha -- --
4 Desa Alas wangi : - Relokasi K.ebun 65 Ha - Kebun Percontohan 10 Ha 5 Kelompok - Pembibitan 2 Ha
5 Desa Tega! Wangi: - Relokasi Kebun 65 Ha - Kebun Percontohan 10 Ha 5 Kelornpok - Pembibitan 2 Ha ..
Sumber: Asos1as1 PengraJm Empmg Kab. Pandeglang 2003
5.3 Aspek Sosio Ekonomi
Berdasarkan data BPS (2003), jumlah penducluk Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang sebesar 47.541 jiwa cerdiri clari 24.379 jiwa penducluk laki-
laki clan 23.162 jiwa penduduk perempuan. Dari jumlah tersebut, 13.000 jiwa
52
penduduk laki-laki bekerja sebagai petani dan menggantungkan kehidupannya dari
hasil pertanian_ Sedangkan, penduduk perempuan yang jumlahnya 23_162 jiwa,
18.000 jiwa bekerja sebagai pengrajin emping.
5-4 Potensi Kecamatan .Menes Sebagai Kawasa11 Agropolitan
Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang dengan luas wilayah 5.0044 Ha
atau 50-44 KM2 dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agropolitan dengan
potensi sebagai berikut:
1. Memiliki sumber daya Iahan dengan agroklimat yang sesuai untuk
mengembangkan komoditas pertanian melinjo yang telah mempunyai pasar
untuk konsumennya.
2. Memiliki pasar penjualan melinjo di pasar Menes (Selasa-Sabtu) setiap
mingguny~,: Pengrajin emping melinjo sebanyak 56 kelompok dipusatkan di
sentra pengrajin emping melalui Asosiasi Pengrajin Emping (APE) dan telah
memiliki gudang hasil produksi di kebun Jeruk Desa Menes bantuan dari
KIMPRASWIL Pusat.
3. Kecamatan Menes telah tersedia BRI Unit Desa sebagai lembaga keuangan
untuk membantu para pengrajin emping dan petani melinjo_
4. Memiliki dua Iembaga penyangga, terdiri dari :
J) Pusat Koperasi Pertanian (PU SK OPT AN) " Pengembangan Banten"
sebagai wadah untuk para petani melinjo_
'i1
2) Asosiasi Pengrajin Emping (APE) merupakan lembaga yang menghimpun
para pengrajin emping di lima desa di Kecamatan Menes.
5. Memilik PPL pada masing-masing desa dengan diberikan penyuluhan kepada
para petani melalui pelatihan dan kont'lk tani.
6. Telah memiliki sarana umum yang memadai seperti air bersih, listrik,
lembaga pendidikan. dll.
5.5 Sarana dan Prasarana di Kccamatan Menes
Sarana dan prasarana umum yang dapat mendukung pengembangan
agropolitan seperti jalan (transpo11asi), telekomunikasi, lcmbaga keuangan. lembaga
pendidikan. Prasarana jalan untuk pengembangan agropolitan di Kabupaten
Pandeglang telah mendapat bantuan dari KIMPRASWIL Pusat sepanjang 5.7 KM
dan P2SDPP KIMPRASWIL Pusat sepanjang 3,8 KM di Kecamatan Menes
(lampiran 3 ).
Sarana dan prasarana yang telah tersedia di Kecamatan Menes sangat
mendukung untuk pengembangan agropolitan. Hal ini dapat dilihat pada lampiran
l 4 mengenai sarana prasarana yang tersedia di K1:camatan Menes.
54
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Visi dan Misi Agropolitan di Kabupaten Pandcglang
Pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang selama ini berpedoman
pada visi Kabupaten Pandeglang yaitu "Pandeglang Menjadi Daerah Penghasil
Agribisnis dan Daerah Tujuan Wisata Unggulan di Propinsi Banten Tahun 2010".
Mengacu pada visi Kabupaten Pandeglang maka visi pengembangan agropolitan
adalah "Terwujudnya Pandeglang sebagai Daerah Agropolitan Tahun 2010".
Konsep ini dipilih agar Kabupaten Pandeglang dapat mewujudkan daerahnya sebagai
kota pertanian tidak hanya menjadi daerah penghasil agribisnis seperti pernyataan
yang ada dalarn visi Kabupaten Pandeglang.
Untuk mewujudkan visi tersebut maka misi dari program agropolitan adalah
"Membangun Pandeglang Melalui Pembangunan Agropolitan".
dilaksanakan dengan cara :
I. Pengembangan agribisnis
2. Meningkatkan ketahanan pangan
Misi tersebut
3. Optima!isasi pcmanfaatan lahan pertanian baik dengan cara ekstensifikasi
maupun intensifikasi pertanian
4. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan pengembangan sarana dan
prasarana pertanian
5. Mengembangkan iklim usaha yang mendukung bagi pelaku agribisnis
melalui kerjasama atau kemitraan dengan pemerintah dan pihak swasta.
Visi agropolitan diatas dapat dijadikan arah untuk pcngcmbangan agropolitan
di Kabupaten Pandeglang. Sedangkan, misi agropolitan tersebut sebagai earn untuk
mewujudkan visi yang telah ditetapkan sehingga melalui visi dan misi agropolitan ini
dapat mencapai tujuan program pengembangan agropolitan yang telah dirumuskan
oleh Departemen Pertanian. Tujuan program pengembangan agropolitan Kabupaten
Pandeglang adalah :
I. Meningkatkan pendapatan dan keseja:11eraan masyarakat di kawasan
agropolitan
2. Mendorong berkembangnya sistem usaha agribisnis
3. Meningkatkan keterkaitan desa dan kota, mempercepat pertumbuhan kegiatan
ekonomi pedesaan, mempercepat industirlisasi pedesaan
4. Mengurangi arus migrasi dari desa ke kota
5. Menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan pendapatan asli daerah
(PAD)
6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Kabupaten Pandegla.ng
Lingkungan ekstemal adalah lingkungan yang berada di luar organisasi.
Analisis lingkungan ini bertujuan mengetahui kecenderungan-kecenderungan yang
dapat menjadi peluang dan ancaman organisasi. Dalam kai tannya dengan penelitian
ini, analisis lingkungan eksternal terdiri dari faktor politik, pemerintahan dan hukum.
faktor ekonomi, faktor sosial, budaya dan demografi, faktor teknologi serta faktor
persamgan.
6.2.l Peluang Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pandeglang
6.2.1.1 Pasar Domestik dan Internasional
Produk pertanian merupakan produk yang dikonsurnsi seluruh masayarakat
baik di dalam dan diluar negeri. Liberalisasi perdagangan rnaupun kebcrhasilan
industrialisasi akan menyebabkan peningkatan perrnintaan berbagai produk salah
satunya produk pertanian. Hal tersebut merupakan kesempatan maupun peluang yang
dapat dimanfaatkanutuk memasarkan produk pertanian baik di pasar domestik dan
internasional khususnya untuk pengembangan agropolitan.
Untuk memanfaatkan peluang tersebut para pelaku agribisnis di Kabupaten
Pandeglang dapat melakukan ke1jasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
maupun pihak lain dalam subsistem pemasaran. Sehingga. dapat memperkenalkan
dan memperluas pemasaran produk yang dihasilkan.
6.2.l.2 Kemitraan dengan Pihak Swasta dan Pihak Lainnya
Untuk mempercepat perkembangan agribisnis salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah melakukan kerjasama atau kemitraan dcngan pihak swasta dan
pihak lain. Pihak yang mempunyai modal atau suatu perusahaan besar yang bergerak
pada salah satu scktor agribisnis dapat bcrtindak scbagai pcnyedia sarana produksi
seperti obat-obatan pertanian, pemasaran produk akhir. maupun mendukung dengan
memberikan bimbingan kepada petani.
Kemitraan ini diharapkan dapat membantu pelaku agribisnis dalarn rnengatasi
masalab-masalah seperti keterbatasan modal, penerapan teknologi clan pemasaran.
Bentuk kerjasama .antara pelaku agribisnis dengan pihak swasta akan sangat
membantu mempercepat perkembangan usaha di bidang agribisnis yang pada
umumnya berskala mikro dan menengab.
57
Kerjasama atau kemitraan yang telah dilakukan saat ini yaitu antara Asosiasi
Pengrajin Emping (APE) dengan hotel yang berada di kawasan Pantai Carita melalui
penjualan produk emping ke pihak hotel seperti Carita Resort Hotel, Mutiara Carita
Cottage dan Tanjung Lesung Cottage.
6.2.1.3 Kredit Usaha Kecil dan Menengah
Salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap sektor agribisnis melalui
bank BUMN yaitu dalam bentuk pemberian kredit pertanianiagribisnis seperti Kredit
Usaha Tani (KUT) atau Kredit Ketahanan Pangan (KKP). Distribusi penyaluran
kredit pertanian berdasarkan kelompok bank (tabel 9), sampai dengan posisi
septemb;;:r 2003, terlihat bank BUMN masih menguasai pangsa pasar sebesar
62,35%, sedangkan bank swasta memiliki pangsa pasar sebesar 26,83%, bank asing
dan campuran memiliki pangsa sebesar 5,8%, sedangkan sisanya sebesar 5,01 %
dikuasai bank Daerah (BPD). Selengkapnya, portofolio kredit pertanian per grup
bank dapat dilihat pada label 9.
T b 1 9 P f' l' K d' P G B k (R i\f!J' ) a e orto o 10 re it etaman per JrtlE._ an . p. 1 l iar No Jen is 1999 2000 ___ -2001 ___ 2oo:~_~[2o~[J
Des Des Des Des Sep 1
- ~----
l Total Pinjaman 23.777 19.503 20.863 ')') ')') ~~ . .J~ 24.458
2 Bank Pemerintah 15.516 11.209 12.0.34 13.632
~ -----3=2:1 % thd Total 62,26% 54.47% 57,68% 61.04% 0
4 Bank Pembangunan 853 527 536 969 1.225 -
5=4:1 % thd Total 3,59% 2,70% 2,57% 4,34% 5.01% 6 Bank Swasta 5.740 4.987 6.049 6.383 6.563
--- ---- ----- -----7=6:1 % thd Total 24,14% 25.57% 28.99% 28,58% 26,83%
8 Bank Asing 1.668 2.780 2.244 1.348 1.420 9=8:1 % thd Total 7,02% 14,25% 10,76% 6.04% 5.81%
Sumber: www.Bt.go.td
58
Besarnya peranan Bank BUMN tcrutarna Bank Rakyat Indonesia (BR!) dalarn
rnenopang perturnbuhan sektor pertanian, dilandasi olch pengalaman dari bank
BUMN yang telah cukup lama bergerak dalam pemberian kredit kepada sektor
pertanian. Walaupun portofolio kredit pc11anian sempat mengalami pennrunan, yaitu
dari Rp. 23.777 milliar (Desember 1999) menjadi 19.503 rnilliar (Desember 2000),
namun mulai meningkat kembali setelah tahun 2000. Portofolio kredit pertanian
UKM dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Portofolio Kredit Pertanian UKM No Jenis 1999 2000 2001 2002 2003 1 Total Pinjaman 23.777 J'l.503 20.863 22.332 24.458 I
-14.519-1 2 Total Pinjaman 7.744 9.275 10.135 11.072
Pertanian -- --3=2:1 % Pertanian 32,57% 47,56% 48,58% 49,58% 59,36%
4 Bank Pemerintah 5.211 4.437 5.328 5.624 7.879
5=4:1 % thd Total 21,92% 22,75% 25,54% 25,18% 32,21%
6=4:2 % Bank Pem thd Total 67,29% 22,75% 25,54% 25,18% 32.21%
7 Bank Pembangunan 506 1.028 998 1.499 1.801
8=7:1 % thd Total 2,13% 5,27% 4,78% 6,71% 7,36% -
9=7:2 %BPD thd Total 6,53% 11,8% 9,85% 13,54% 12.40%
10 Bank Swasta 2.027 3.810 3.809 3.949 4.839
l 1=10:1 % thd Total 8,53% 19,54% 18,26% 17.68% 19,78%
12=10:2 % B.Swasta th Total 26,18% 41.085 37,58% 35,67% 33,33%
13 Bank Asing - - - - -14=13:1 % thd Total - - - - -15=13:2 % Bank Asing - - - - -
Somber: www.B1.go.1d
Untuk posisi kredit usaha kecil pada bank umum di Kabupaten Pandeglang
khususnya sektor pertanian mengalami pcnurunan pada tahun 2001 dari Rp. 3 .259
juta (tahun 2000) menjadi Rp. 694 juta (tahun 2001) kemudian meningkat menjadi
<O
Rp. 3.512 juta (tahun 2002). Dana penyaluran kredit pertanian menempati urutan
kedua setelah sektor jasa dunia usaha dan sosial masyarakat di Kabupaten
Pandeglang. Data posisi kredit usaha kccil untuk sektor ekonomi di Kabupaten
Pandeglang dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Posisi Kredit Usaha Kecil pada Bank Umum di Kabupaten Pandeglang Tahun 2002 (juta Rp)
No Sektor Ekonomi 2000 2001 2002 I Pertanian 3.259 694 3.512
·--·---2 Perindusstrian 213 344 338
-· 3 Bangunan dan konstruksi 730 1.720 7.047 4 Perdagangan, restoran clan hotel 1.875 3.263 2.244 5 Pengangkutan clan komunikasi 9 - -6 Jasa dunia usaha clan sosial masvarakat 52.928 63 .391 58. l 04
Sumber: Ind1kator Ekonom1 Banten 2002
Peluang adanya pemberian kredit tersebut harus dapat dirnanfaatkan oleh
Pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk pengembangan agropolitan. Pemerintah
Kabupaten Pandeglang khususnya Dinas Koperasi clan Dinas Pertanian sebagai
fasilitator dapat rncrckorncndasikan pclaku agribisnis di Kabupatcn Pandcglang
kepada pihak perbankan atau pihak swasta, juga sebagai lembaga penjamin krcdit
(avalis).
Lembaga pcnJamtn kredit sangal dipcrlukan pihak pcrbankan dalam
mempelancar pemberian kredit karena pihak perbankan ataupun swasta scbclurn
mernbvrikan pinjarnan harus mengctahui kondisi pclaku agribisnis tersebut seperti
usaha yang dilakukan mereka benar-benar nyata, telah mempunyai kelompok usaha.
adanya komitmen dari pelaku agribisnis untuk membayar kredit yang tclah diberikan
karena kebanyakan pelaku agribisnis khususnya usaha kecil cukup sulit ketika akan
60
mengembalikan pembayaran kredit. Untuk itu Dinas Koperasi ataupun Dinas
Pertanian Kabupaten Pandeglang harus mempunyai data mengenai petani atau pelaku
usaha kecil yang tidak mau membayar atau melunasi kredi1. Melalui data tersebut
perbankan dapat menyalurkan kredit secara selektif kepada pelaku agribisnis.
6.2.1.4 Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat diketahui dengan melihat
perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan harga konstan. Laju
pertumbuhan PDB mengalami perubahan yang cukup drastis yaitu dai~ hanya 0,79
persen pada tahun 1999 menjadi 4,92 pcrsen . pada tahun 2000. Hal ini
memperlihatkan ekonomi Indonesia mulai keluar dari keadaan krisis. Walaupun,
pada tahun 2001 mengalami penurunan sebesar 1,48 persen dibandingkan tahun
2000, namun pada tahun 2002 terjadi peningkatan sebesar 3,66 persen dibandingkan
tahun sebelumnya yang hanya 3,4 persen. Walaupun pertumbuhan ekonomi berjalai1
lam ban, nainun he! terse but jauh lebih baik bi la dibandingkan masa krisis tahun 1998
dan 1999. Laju pertumbuhan PDB clapat clilihat pacla tabel 12.
Tb I 12 L. P a e a1u ertum bh P dkD u an ro u 'kB omestt · ruto (PDB) T h 1999 2003 a un - -Tahun PDB (%) 1999 0,79 2000 4,92 2001 3,45 2002 3,69
·-2003 4,10
Sumber: BPS, Pendapatan Nasional 2003.
61
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat merupakan peluang untuk
tersedianya infrastruktur yang dapat menggerakan perekonomian. Terciptanya usaha
skala mikro seperti UKM salah satu infrastruktur dari peluang pertumbuhan ekonomi,
sehingga terciptanya lapangan kerja. Pengembangan agropolitan merupakan salah
satu cara pemerintah yang dapat mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi di
daerah khususnya Kabupaten Pandeglang.
6.2.1.5 Otonomi Daerah
Era otonomi telah memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah untuk
mengatur daerahnya masing-masing. Pemerintah daerah dalam era otonomi berperan
sebagai fasilitator, dinamisator dan stimulator bagi masyarakat. Konsep agropolitan
menjadi salah satu alternatif bagi peme1~ntah daerah untuk mengembangkan dan
meningkatkan perekonomian wilayahnya, sehingga dapat mcngoptimalkan
sumberdaya alam khususnya pe11anian yang mcrcka rniliki scbcsar-bcsamya untuk
kemakmuran rakyat.
lmplementasi UU No.22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah serta UU
No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat clan Daerah memberikan
peluang di setiap daerah untuk pengembangan agribisnis ataupun pengernbangan
agropolitan yang merupakan bagian dari beberapa program pengembangan kawasan
pertumbuhan ekonomi seperti kawasan sentra produksi, kawasan pengembangan
ekonomi terpadu.
67
Konsep agropolitan menjadi salah satu alternatif bagi pemerintah daerah
untuk mengembangkan dan meningkatkan perekonomian wilayahnya, sehingga dapat
mengoptimalkan sumberdaya alam khususnya pertanian yang mereka miliki scbesar
besamya untuk kemakmuran rakyat.
Otonomi daerah yang merupakan peluang dan tanggung jawab yang harus
dijalani oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang. Untuk rnenjalankan pengembangan
agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Pemerintah Kabupaten mensikapi kebijakan
ini dengan eara melakukan sharing dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Kabupaten Pandeglang dengan menyampaikan hal-hal yang menjadi kendala dalam
pengembangan agropolitan seperti keterbatasan dana untuk pengembangan karena
PAD daerah yang rendah. Untuk mengatasi keterbaiasan dana tersebut setiap dinas
diwajibkan untuk meningkatkan pendapatan masing-masing dinas sehingga dapat
menunjang program agropolitan.
6.2.1.6 Pcrtumbuhan Penduduk
Perkembangan jumlah penduduk menjacli salah satu faktor yang harus
diperhatikan karena masyarakat yang mernbentuk pasar. Mereka membutuhkan
produk-produk yang dapat memenuhi kebutuhannya terutama kebutuhan bahan
pangan. Dilihat dari besarnya jumlah penduduk dan laju pertumtuhan penduduk
Indonesia yang tcrus mcningkat merupakan peluang bagi prngcmbangan agropolitan.
Jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat dilihat pada tabel 13.
61
Tabel 13. Jumlah Penduduk dan Tingkat Pert•1mbuhan Penduduk Tahun 1999-2003 Tahun Jumlah Penduduk (Juta) Tingkat Pertumbuhan Penduduk (%)
1990 178.500 1,97 2000 205.843 1,49 2003 215.276 1,50
Sumber: BPS, Statistik Indonesia 2003.
Data pada label 13 menunjukkan bahwa perkembangan jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2000 dibandingkan tahun 2003 mengal.ami peningkatan sebesar
9.433 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang meningkat sebesar 1,50
persen. Pelaku agribisnis di Kabupaten Pandeglang dapat memperluas pasar untuk
produk-produk yang mereka hasilkan ke daerah-daerah konsumen seperti wilayah
Jabotabek melalui kerjasama dengan perusahaan besar yang bergerak dalam bidang
pengolahan hasil pertanian, asosiasi pemasaran seperti yang telah dilakukan pelaku
agribisnis khususnya pengrajin emping dengan kerjasanrn melalui Asosiasi Pengrajin
Emping (APE).
Adanya pasar-pasar yang dapat menerima produk agribisnis Kabupaten
Pandeglang akan memberi peluang bagi pelaku agribisnis di daerah tersebut untuk
melakukan strategi pengembangan produk melalui penciptaan produk barn khususnya
masyarakat yang bergerak pada industri rumah tangga seperti diversifikasi produk
emping dari segi rasa. Hal tersebut dilakukan tentunya dengan melihat selern dan
keinginan konsumen.
64
6.2.1.7 Konsumsi Masyarakat Meningkat Terhadap Proctuk Agribisnis
Era globalisasi yang ditandai dengan perilaku hidup masyarakat yang semakin
modern, secara bersamaan diikuti dengan meningkatnya kesaclaran masyarakat untuk
mengkonsumsi produk back to nature. Makin berkembangnya daerah-daerah
k.hususnya perkotaan dan meningkatnya kesibukan masyarakat perkotaan,
mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap bahan makanan yang mudah
diproses atau siap saji dan bemilai gizi tinggi.
Konsumsi bahan makanan penting penclucluk tahun 2003 rnenunjukkan
konsumsi masyarakat kecuali beras, pacla umumnya menurun clibanclingkan tahun
2002, namun penurunannya ticlak berarti. Relatif stabilnya tingkat konsumsi beras
dan terjadinya penurunan pacla makanan pokok lainnya rnenggambarkan sernakin
tingginya ketergantungan penclucluk Indonesia pacla beras, clan semakin jauhnya
harapan terjadinya diversifikasi konsumsi makanan pokok.
Konsumsi rata-rata untuk kelompok makanan hewani mengabni peningkatan
kecuali pacla konsumsi telur clan susu bubuk. Pada tahun 2003, konsumsi ikan dan
udang segar diawetkan, daging sapi/kerbau, daging ayam dan susu kental manis
meningkat dibandingkan tahun 1999 clan 2002. Data mengenai konsumsi rata-rata
perkapita seminggu macam bahan makanan pcnting di Indonesia dapat dilihat pada
tabel 14.
65
Tabel 14. Konsumsi Rata-rata Perkapita Seminggu Bcberapa Macam Bahan Makanan Penting di Indonesia Tahun 1999, 2002 dan 2003
No Jenis Bahan Makanan Satuan 1999 2002 2003 1 Beras Kg 1,991 1.924 1.930 2 Jagung basah berkulit Kg 0,014 0.023 0,020 --3 Jagung pocelan/pipilan Kg 0.057 0.054 0.044 --4 Ketela pohon Kg 0,187 0.163 0,162
-~ -5 Ketela rambat Kg 0.057 0.052 0,062
--6 lkan dan udang segar Kg 0,210 0.252 0.286 7 Ikan dan udang diawetkan Ons 0,383 0,441 0,484 8 Daging sapi/kerbau Kg 0.010 0,011 0.012 9 Daging ayam ras/kampung Kg 0.033 0.063 0.075 10 Telur ayam Kg 0,060 0.095 0,094 11 Telur itik/manila/asin Butir 0,062 0.123 0,108 12 Susu kental manis (397gr) 0.029 0,014 0.047 - ---13 Susu bubuk kaleng/bayi Kg 0,006 0,022 0,012 14 Tahu Kg OJ 17 0.148 0,143 ---15 Tempe Kg 0,130 0.159 0.158 16 Min yak kelapa/ goreng,tj agung Lit;--ro.J67 o,197 0.190 17 Kelapa Butir . o,1s2 I 0230 0.243 18 Gula pasir Ons 1.585 1,765 1.739 -19 Gula merah Ons 0, 184 0.214 o~
Sumber: BPS, Susenas 2003
Tingkat konsumsi masyarakat yang semakin meningkat terhadap procluk
agribisnis karena kesaclaran masyarakat akan pentingnya gizi menjacli peluang bagi
perkembangan agribisnis terutama daerah pedesaan sebagai penyedia bahan pangan
untuk penduduk daerah perkotaan.
6.2. l An ca man Pengembangan Agro po Ii tan cli Kabupa ten Pandcglang
6.2.2.1 Tingkat Inflasi clan Suku Bunga Tinggi
Usaha di seoktor pe1tanian dalam lingkungan makro menghadapi kenclala pada
tingginya tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga berpengaruh terhadap modal kerj a
suatu organisasi jika organisasi tersebut melakukan pinjaman uang clari lcmbaga
66
perbankan. Pelaku agribisnis di daerah-daerah, kebanyakan adalah perorangan atau
usaha kecil dan menengah (UKM) yang terbatas permodalannya. Hal ini merupakan
kendala yang dihadapi para pelaku agribisnis. Tanpa didukung dengan kebijakan
pemerintah dari otoritas moneter untuk mengembangkan sektor agribisnis, maka akan
sulit diharapkan terwujudnya kemajuan pengembangan agribisnis.
Suku bunga kredit bank pada tahun 2003 pada kredit modal kerja untuk
beberapa kelompok bank bekisar antara 1 1 % samapai 19%. Sedangkan, kredit
investasi anlara 13% sampai 16 %. Perkembangan suku bunga kredit rupiah menurut
kelompok bank periode tahun 1999-2004 dapat dilihat pada tabel 15.
T b 1 15 S k B R "ahM Kl kB k P . d 1999 ?00" a e. u ·u unga UPI enurut e ompo an· eno e -- ~
Katce;ori 1999 2000 2001 1. Modal Kerja 26,22 19,55 19,15
Investasi 20,97 16,35 17, 11 2. Modal Kerja 24,08 20,53 20,48
Investasi 14,86 16.23 17,76 3. Modal Kerja 32,58 17,76 19,16
Investasi 32,93 18,04 19.02 4. Modal Kerja 29,59 15,95 19,09
lnvestasi 34,12 15,62 18.55 5. Modal Kerja 28,89 18.43 19,19
Investasi 22,93 16,59 17,90 Catatan: Suku bunga rata-rata tert1mbang untuk kred1t non pnoritas
*sampai September 2003 I = Bank Perscro 2 = Bank Pemerintahan Daerah 3 =Bank Swasta Nasional 4 = Bank Asing Campuran 5 =Bank Umum Sumber =BPS, lndikator Ekonomi 2003.
. 2002 2003 * 18,85 17.16 17,50 16.42 19,93 19.38 17.89 17.76
' 18,21 15,67
' 18.30 16.61 i I 15.71 11.89 ' 16.09 13.42
18.25 16.07
' 17.82 16,53
67
Para pelaku agribisnis di Kabupaten Pandeglang khususnya untuk
pengembangan agropolitan dalam usaha mereka masih sangat membutuhkan modal
dari pinjaman dalam mengembangan usahanya. Tetapi dengan suku bunga yang
tinggi, maka para pelaku agribisnis kesulitan rnemperoleh pinjaman modal dari
perbankan. Oleh karena itu. tingkat suku bunga yang tinggi rnernpakan ancaman bagi
pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Sebaliknya, jika tingkat suku
bunga rendah akan sangat membantu pengembangan agropolitan bagi pelaku
agribisnis karena mereka relatif lebih mampu membayar cicilan dari pinjaman.
Laju inflasi juga perlu diperhatikan karena inflasi mempengaruhi kenaikan
harga-harga secara umum, termasuk bahan baku untuk industri baik industri kecil.
menengah maupun besar. Pada tahun 1999 inflasi secara nasional sebesar 2.01 %
mernpakan tingkat inflasi terendah antara tahun 1999-2003. P·1da tahun 2003 laju
inflasi tertinggi untuk kola besar di Indonesia terjadi di Ko ta Y ogyakarta scbcsar
6,07 %. Inflasi secara nasional pada tahun 2003 sebesar 5,06 %. Laju lnflasi di
Indonesia dapat dilihat pada tabel 16.
T b l 16 L . I fl . K t B a e. UJU n as1 oa esar
Ko ta 1999 Jakarta 1,77 Bandung 4,29 Semarang 1,51 Yogyakarta 2,51 Surabaya 0,24 Nasional 2,01
Sumber: BPS, lnd1kator Ekonom1 2003. Catatan : • sampai Agustus 2003
d' J I awa d N . l Tl an 1 as1ona a rnn 1999 2003 --Tahun
2000 2001 2002 2003* -
10,29 11,52 9,08 5.78 8,52 11,91 11.97 5.69 8,73 13.98 13.56 6,07 -7.32 12,56 12.01 5.73 10,46 14.13 9.15 4.79 9,35 12.55 10.03 5.06
68
I
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga pada barang dan jasa. Inflasi
yang rendah sangat membantu pelaku agribis:-iis khususnya di Kabupaten Pandeglang
karena harga barang dan jasa yang tidak mengalami peningkatan berdampak kepada
biaya produksi yang rendah akan memberikan keuntungan bagi pelaku agribisnis
dalam melakukan kegiatan usahanya.
6.2.2.2 Perdagangan Bebas dan Tuntutan ~tandarisasi Produk
Program pembangunan pertanian Tahun 2000-2004 telah dibuat kebijakan
pemerintah yang mengacu pada GBHN Tahun 1999-2004 berdasarkan UU No.25
Tahun 2000 tentang Progran1 Pembangunan Nasional (PROPENAS) yaitu
pembangunan sistem agribisnis. Kebijakan di bidang pertanian saat ini bertujuan
merespon perubahan perekonomian dunia seperti berlakunya Asian Free Trade
Association (AFTA), yang menuntut adanya usaha yang lebih baik lagi dari para
pelaku agribisnis Indonesia untuk dapat menciptakan produk yang sesuai permintaan
pasar baik dari segi standar mutu maupun kesehatan dan keamanan pangan sehingga
dapat bersaing di pasar bebas. Namun, AFT A dapat menj adi ancaman bagi sektor
agribisnis saat ini karena rendahnya kualitas produk yang dihasilkan. sehingga belum
terbiasa menghasilkan produk yang memenuhi standar.
6.2.2.3 Persaingan Antara Dacrah
Kegiatan agribisnis di Kabupaten Pandcglang lebih didominasi kepada
kegiatan on farm. Daya saing komoditi yang dihasilkan oleh para pelaku agribisnis
di Kabupaten Pandeglang sangatlah kurang, baik d1 tingkat regional ataupun
69
internasional. Hal ini disebabkan karena kualitas produk yang masih rendah sehingga
komoditi tersebut tidak dapat bersaing di pasaran.
Untuk mel'linimalkan persaingan komoditi antar daerah, Kabupaten
Pandeglang harus mengadakan kerjasama yang baik dengan daerah lain dalam sistem
agribisnis. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan antara lain pada subsistem
pemasaran dengan membentuk kemitraan pasar dengan pelaku agribisnis daerah lain
sehingga dapat memperoleh akses pemasaran. Dalam subsistem pengolahan
khususnya dalam hal pengemasan produk inelalui ke1:jasama penggunaan teknologi.
Kerjasanm dengan lembaga penunjang yang ada di daerah lain seperti bekerjasama
dengan lembaga penelitian atau institusi pertanian sehingga memudahkan
mendapatkan informasi seperti penerapan teknologi barn, pcrbaikan teknologi
pembibitan dan budidaya maupun pengolahan hasil pe1ianian.
6.2.2.4 Kondisi Keamanan yang Tidak Stabil
Faktor keamanan juga perlu diperhatikan dalam pengeir.bangan agribisnis.
Isu-isu yang mempengarnhi keamanan nasional menjadi penting untuk menjamin
keamanan investasi baik penanan1an modal dalam negeri maupun modal dari pihak
asing. Peristiwa pemboman terhadap hotel JW. Marriot d1 Jakarta pada 5 Agustus
2003 telah menimbulkan kekhawatiran pihak asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Begitu pula pemilihan umum yang diselenggarakan tahun 2004 akan berpengaruh
pada investasi. Sejumlah investor akan menunda investasi di Indonesia. Mereka
akan melihat bagaimana kondisi dan suasana setelah pemilu setelah siapa yang duduk
pada pemerintahan.
70
6.3 Analisis Lingkungan Internal Kabupaten Pandeglang
Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada di dalam orgamsas1
tersebut. Organisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Kabupaten
Pandeglang. Analisis internal ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki Kabupaten Pandeglang dalam mengembangkan
llb>ropolitan.
6.3.1 Kekuatan Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pandeglang
6.3.1.1 Kebijakan Pemerintab dalam Pengembangan Agrnpolitan
Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No.13 Tahun 2003 tentang Revisi
Program Pembangunan Daerah Kabupaten Pandeglang (Prnpeda) Tahun 2001-2005
dalam aspek ekonomi menyatakan bahwa salah satu program Kabupaten Pandeglang
adalah pengembangan agribisnis. Sebagai langkah operasional untuk· mewujudkan
Propeda tersebut, dibuat Rencana Strategis Daerah (Restrada) sesuai dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No.14 Tahun 2003. Tujuan dari program
pengembangan agribisnis adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara
bertahap dan terciptanya perekonomian yang kuat berdasarkan keunggulan kompetitif
dan komparatif
Program Pembangunan Daerah khususnya bi dang ekonomi sangat mendukung
Pengembangan agropolitan dan juga mendukung pencapaian visi pembangunan
Kabupaten Pandeglang, yaitu "Pandeglang Menjadi Daerah Penghasil Agribisnis dan
Tujuan Wisata Unggulan di Propinsi Banten Tahun 2010".
.,,
Properda, renstrada dan visi pembangunan Kabupaten Pandeglang meruoaktm
pedoman pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk membuat kebijakan
pengembangan agropolitan. Aktualisasi komitmen pemerintah daerah Kabupaten
Pandeglang untuk pengembangan agropolitan dengan menyusun Properda Tahun
2005-2010 dimana salah satu strategi pembangunan daerah melalui strategi
pengembangan agropolitan.
Sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan agropolitan ini adalah
meningkatkan produksi, produktivitas komoditi p(!rtanian se1ta produk-produk olahan
pertanian khususnya produk yang dapat mertjadi produk unggulan, pengembangan
kelembagaan serta sistem agribisnis, menciptakan lapangan kerja, pengembangan
iklim yang mendukung bagi usaha dan investasi.
6.3.1.2 Laban Pertanian yang Cukup Luas
Data Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang menunjukkan bahwa lahan
pertanian di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2003 tercatat seluas 274.780 ha
dengan proporsi lahan sawah sebesar 19,6 persen dan lahan kering sebesar 99,8
persen. Dari lahan sawah, lahan yang dialiri irigasi sebesar 37,73 persen, dialiri
irigasi desa (non PU) sebesar l 7,87 perscn dan tanpa pcngairan scbcsar 43, 5 persen.
Dari luas lahan kering, hutan Negara merupakan penggunaan lahan yang paling luas
yaitu sekitar 38,92 persen.
Kabupaten Pandeglang masih memiliki lahan yang belum diusahakan
sekitar 16.052 ha dari total luas lahan pertanian. Lahan yang belum diusahakan ini
dapat menjadi lahan yang berpotensi untuk dikembangkan pada sektor pertanian.
Juga dapat menjadi peluang dalam pengembangan agropolitan melalui pengoptimalan
lahan tersebut baik secara ekstensifikasi maupun intensifikasi pertanian.
Potensi pertanian di Kabupaten Pandeglang pada sub sektor usaha tani
tanaman pangan dan palawija tahw1 2003 c\engan luas lahan dan produktivitasnya
dapat dilihat pada label 17.
Tabel 17. Luas Panen dan Produktivitas Padi dan Palawija di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003.
No. Komoditi Luas Panen (Ha) ] Prnduktivitas (Kw/Ha) ..
1 Padi 113.518 73.05 - padi sawah 96.105 47.64 - padi gogo 17.413 25.41 --
2 Palawija 12.535 33,04 -Jagung 3.045 26.68 - kedelai 2.220 13.43 - kacang tanaJ1 1.266 13.33 - kacang hijau 1.733 11. l 0 - ubi jalar 1.296 129.80 - singkong 2.975 136.70
Sumber: Dtnas Pertanian Kabupaten Pandeglang 2003.
Usaha tani padi pada tabel 17 di atas dapat dilihat bahwa produktivitas padi
sawah lebih besar dari padi gogo sebanyak 47.64 kw/ha atau sekitar 67,71 persen dari
total produktivitas padi yang dihasilakan. Produksi gabah kering giling yang
dihasilkan sebanyak 502.090 ton. Untuk mendukung program agropolitan.
pemerintah Kabupaten Pandeglang telah membuka lahan seluas 30 ha untuk usaha
tani padi yang berada di Kecamatan Cimanuk.
73
Usaha tani holtikultura komoditas sayuran dan bu'lh-buahan yang diusahakan
pelaku agribisnis di Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada tabel 18 dan 19.
Tabel 18. Luas Lahan Panen, Produktivitas. Produksi Sayur-Sayuran di Kabupaten P d l Th 2003 an eg ang a un
No Komoditas Luas Panen Produktivitas Produksi <Hal <Kw/Ha' IHal
1 Bawang me;-ah 27,00 110,00 297,00 2 Bawangdaun 197,00 97,00 1.910,90 3 Sawi 228.00 164,00 3.739.20 4 Wortel 35,00 107,00 374,50 5 Kacang panjang 663.00 260,00 17.238,00 6 Cabe 976,00 138,00 13.468,80 7 Tomat 157,00 267.00 4.191,90 8 Terong 144,00 386,00 5.558,40 9 Buncis 102,00 125,00 1.275,00 10 Ketimun 784,00 249,00 19.521,60 11 Kangkung 75,00 129,00 967.50 12 Ba yam 75,00 120,00 900.00 13 Labu sian1 36,00 223,00 802,80 14 Lobak 31,00 131,00 458,50
Jumlah 3.579,00 2.768.00 71.516.30
Sumber: Dmas Pertaman Kabupaten Pandeglang 2003.
Sayuran dengan nilai produksi te11inggi yang dihasilkan di Kabupaten
Pandeglang adalah cabe, ketimun dan kacang panjang masing-masing dengan luas
panen 976 ha, 784 ha dan 663 ha atau 67,70 % dari luas panen seluruh komoditas
sayuran.
Buah-buahan yang banyak ditanam di Kabupaten Pandeglang pisang. melinjo.
patai, durian, salak. Komoditas ini juga yang dikembangkan dalam pcngembangan
agropolitan yang diharapkan dapat menjadi komoditas unggulan Kabupaten
Pandeglang dengan sentra produksi di Kecamatan Menes. Banyaknya tanaman yang
menghasilkan buah-buahan dapat dilihat pada label 19.
Tabel 19. Jumlah Tanaman Buah-Buahan di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 No Komoditas Jumlah Tanaman Jurnlah Tanaman yang J
(Pohon) Menghasilkan <Pohon) 1 Alpukat 14.714 3.722 2 Belimbing 73.602 I 0.585 3 Duku 38.122 7.832 4 Durian 191.865 104.154 5 Jambu biji 47.171 40.381 6 Jambu air 44.625 35.670 7 Jeruk 29.173 15.677 8 Mangga 126.104 68.191 9 Manggis 64.250 42.784 10 Nangka 64.370 57.303 11 Nenas 40.126 22.552 12 Pe pa ya 24.372 23.065 13 Pi sang 4.060.122 3.448.755 14 Rambutan 190.231 132.108 15 Salak 252.735 235.695 16 Sawo 22.387 10.305 17 Sirsak 22.117 20.674 18 Sukun 19.386 12.316 19 Melinjo 396.956 338.809 20 Patai 146.236 135.558
Jumlah 5.752.906 4.734.033 --Sumber: Dmas Pertan1an Kabupaten Pandeglang 2003.
Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mendukung pengembangan
agropolitan dengan memberikan bantuan langsung kepada masyarakat Menes untuk
pengrajin emping, pengaclaan kios sarana procluksi pcrtanian dan pctcrnakan
sebanyak 2 buah, pengadaan alat pembuatan pengelolaan pupuk organik clan bantuan
75
bibit durian t:ebanyak 17900 bibit (lampiran 3). Subsektor peternakan yang
dilakukan oleh pelaku agribsnis di Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada tabel 20.
Tb 120 P I . T a e opu ast erna kd. Kb l a upaten P d I an eg ang T h '003 a un ..;~
No Jenis Ternak Pooulasi Tcrnak ( ckor) I - Sapi jantan 204
- Sapi betina 136 Jumlah 340
2 - Kerbau jantan 9.446 - Kerbau betina 31.169 Jumlah 40.615 -
3 - Kam bing jantan 42.889 - Kan1bing betina 120.281 Jumlah 163.170
4 - Dombajantan 30.663 - Domba betina I 08.155 Jumlah 138.818 --
5 - Itik jantan 9.672 - Itik betina 97.621 Jumlah 107.293
6 - Ayam burns jantan 444.092 - Ayam buras betina 1.127.711 Jumlah 1.571.803
7 - Ayam ras betina 281. 746 -------~
Sumber: Pandeglang dalam Angka d1olah 2003.
Pada tabel 20 tcrlihat bahwa usaha tcrnak yang banyak diusahakan pclaku
agribisnis adalah ayam buras yaitu sebanyak 1.571.803 ekor. Sedangkan, ayam ras
hanya ayam ras betina yang diusahakan yaitu sebanyak 281.746 ekor. Usaha ternak
ayam ras dan ayam buras ini telah menjalin kemitraan dengan Charoen Pokphand.
Usaha pada subsektor perkebunan yang dilakukan di Kabupaten Pandeglang dapat
dilihat pada label 21.
76
Tabel 21. Luas Areal, Jumlah Produksi dan Petani Perkebunan Rakyat Menurut Jenis T d' K b P d 1 T 1 2003 anaman 1 a upaten an eg ang a 11111
Jen is Luas Areal (Ha) Produksi Jnmlah
Tanaman Olahan Petani
Tanaman Tanaman Tana man .Jumlah (Ton) Pemilik
Mud a Produksi Tua
Karel - 2.544 109 2.653 1.465.34 l.925 Kelana 3.999 37.212 496 41.707 25.564.64 61.262 Hvbrida - 475 53 528 34.502 4.028 K. Sawit 28 2.712,60 304,25 3.044,85 1.830
119.519 Koni 207 2.577 127 2.911 1.306,54 6.613 Teh - 3 6 9 0.34 225 Cengkeh 520 2.112 1.629 4.261 1.045,44 10.831 Lada 61 108 4 173 10.)-2_ 167
~---
Coklat 444 380 372 1.196 173,66 1.488 Kanuk - 103 125 228 21,84 l.574 Pan iii - 5 5 10 0,88 36 Ar en 63 146 51,50 260,50 91,86 1.404 Pandan 29 75 7 111 49.75 118 Kanolaga 62 141 82 285 25.94 176 Pala 3 4 6 13 1,75 40
' Sumber : Pandeg!ang dalam Angka 2003
Tanaman perkebunan yang mempunyai luas areal dengan nilai produksi
tertinggi berdasarkan tabel 21 yaitu untuk komoditas kelapa dengan luas areal 41. 707
ha dan jumlah produksi sebanyak 25.564,64 ton. kelapa sawit dengan luas areal
3.044,85 ha dan jumlah produksi 119.519 ton. Usaha pada subscktor perikanan di
Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada tabd 22.
Tabel 22. Jenis Perikanan Air Tawar, Luas l'okok. Luas Tangkap dan Nilai Produksi di Kabu aten Pande Jang Tahun 2002
Jenis Perikanan Air Luas Pokok-~~L-u_a_s=T~a-n._g_k_a_p--1-,-ro-dtiksr-
1. Kolan1 2. Tamhak 1. 811\\l!ih .
Tawar Ha Ha Ton 322 646 1.428.20 29] - ---- 58(-, --.. ·--··-
4.085 8.170 s11nihcr: 11antlcglang f>al11111 Angka diol11h. 21111;>
77
Data pada tabel 22 di atas menunjukan k1:giatan masyarakat di Kabupaten
Pandeglang pada subsektor perikanan yang lebih dominan dilakukan adalah
perikanan air tawar pada sawah dengan luas pokok, lua> tangkap maupun nilai
produksi yang lebih tinggi dibandingkan perikanan air tawar pada kolam atau tambak
yaitu sebesar 4.085 ha untuk luas pokok, 8.170 !ta untuk luas tangkap dan produksi
sebesar 3.315,10 ton.
6.3.1.3 Sarana dan Prasarana
Kegiatan usaha di suatu daerah perlu didukung dengan ketersediaan fasilitas
atau infrastruktur seperti jalan raya, kereta api, pelabuhan yang menghubungkan
lokasi produksi dengan pasar dan input produksi, kuantitas, kualitas lahan, sarana
irigasi dan air bersih. Faktor infrastuktur fisik dinilai berdasarkan ketersediaan
infrastruktur dan kualitas infrastrnktur. Sarana dan prasarana yang menunjang
kegiatan agribisnis dalam pengembangan agropolitan yang telah tersedia dari
dukungan pemerintah seperti peningkatan poros jalan sepaiijang 5, 7 km, pcngadaan
kios sarana produksi, pengadaan alat/mcsin pcmbuatan pupuk secara lengkap. Sarana
dan prasarana untuk pengembangan agropolitai1 yang berasal dari bantuan
pemerinmtah dapat dilihat pada lan1piran 6.
Untuk penyediaan sarana input terdapat 53 kios sarana produksi pertanian
yang bertindak sebagai pengecer sedangkan distributor sebanyak 2 distributor yaitu
toko Anugerah dan Bina Karya.
Sarana dan prasarana pada subsistem pemasaran, Kabupaten Pandeglang
memiliki 25 pasar dengan bangunan permanent, 24 pasar tanpa bangunan permanent.
33 unit pertokoan, 4 pasar hewan, 6 rumah pemotongan hewan, 8 te1npat pelclangan
ikan (BPS, 2003).
78
6.3.1.4 Posisi Kabupatcn Pandcglang yang Stratcgis
Dilihat dari posisi geografis dan ekowimi Kabupaten Pandeglang merupakan
wilayah yang cukup strategis. Posisi Kabupaten Pandeglang selain dekat dengan
Daerah Khusus lbukota (DK!) Jakarta, Kota Tangerang dan Bekasi juga dekat dengan
Kota Bogor. Kondisi ini merupakan peluang untuk memasarkan produk-produk
agribisnis yang dihasilkan Kabupaten Pandeglang.
6.3.1.5 Koordinasi Antar Dinas Terkait dalam Pcngembangan Agropolitan
Untuk menunjang pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang telah
dibentuk Tim Pokja Kawasan Agropolitan (lampiran 2). Sebagai ketua Tim Pokja
adalah Asisten Daerah Bidang Ekonomi Pcmbangunan Kabupatcn Pandcglang.
Anggota tim pokja tersebut terdiri dari dinas-dinas terkait dan yang merupakan
lembaga pembina utama yaitu : Bappeda bidang ekonomi, Dinas Pertanian dan Dinas
Perternakan. Dinas-dinas ini melakukan tugasnya scsuai dengan tugas pokok instansi
masing-masing.
Keberadaan lembaga Pembina ini berfungsi scbagai fasilitator pengembangan
agropolitan. Badan Perencanaan Daerah Bidang Ekonomi berfungsi sebagai
fasilitator dalam menyusun program-program kegiatan yang menu1~ang pelaksanaan
program agropolitan dengan membuat master plan untuk Kabupaten Pandeglang
tahun 2004, penyusunan profil investasi untuk investor. Dinas Pertanian berfungsi
sebagai fasilitator dalam kegiatan on:fimn. Program bantuan pengadaan sarana
produksi, melakukan sekolah lapangan kepada petani dengan cara mcmberikan
79
penyuluhan mengenai teknis usaha tani, kesadaran pentingnya melakukan usaha tani
agar tidak meninggalkan daerah untuk melakukan migrasi ke kota. Dinas Peternakan
berftmgsi sebagai fasilitator pada subsektor peternakan seperti pembinaan usaha dan
pemasaran, melakukan monitoring perkembangan ternak, pelayanan dibidang
peternakan dan kesehatan ternak. Melalui program peningkatan kesehatan hewan dan
ternak serta masyarakat veteriner, pencegahan dan pemberantasan penyakit NO,SE
dan Brucellosis pada temak, program pelatihan agribisnis dan para medis petemakan.
Keberhasilan program pengembangan agropolitan ini sangat tergantung pada
dukungan dinas-dinas yang ada dalam susu111m tim pokja. Koordinasi dalam bentuk
keselarasan dan keterkaitan program antar dinas sangat pcnting dalam menunjang
program pengembangan agropolitan di Kab Pandeglang. Sejauh ini tidak ada
kebijakan antar dinas pemerintahan yang bertentangan dalam program ini. A11inya
dari aspek manajemen pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang telah
berjalan dengan baik.
Koordinasi yang dilakukan tim pokja secara formal melalui rapat rutin setiap
tiga bulan sekali melalui forum koordinasi pembangunan daerah. kunjungan ke
kecarnatan tempat lokasi agropolitan melalui dinas-dinas secara berkala setiap tahun
sebanyak tiga kali yaitu pada awal bulan, bu Ian ketiga clan akhir tahun juga dilakukan
pertcmuan-pertemuan yang memang dianggap perlu yang disesuaikan kondisi dan
pem1asalahan yang sedang dihadapi. Hal ini menjadi salah satu kekuatan dalam
pengembangan agropolitan.
80
6.3.2 Kclcmahan Pcngcmhangan Agropolitan di Kabupatcn Pandcglang
6.3.2.1 Sumhcrdaya Manusia
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang berperan penting
dalam pemhentukan nilai tambah suatu kegiatan ckonomi. Hanya deng:m
sumberdaya manusia yang unggul dan mempunyai daya ~;aing yang tinggi, suatu
masyarakat atau organisasi dapat memprediksikan, mengantisipasi dan
mengendalikan setiap perubahan ke arah yang diharapkan. Munandar.S dalam Dcddy
Effendi (2004:1) menyatakan bahwa untuk mempercepat perkembangan agribisnis
diperlukan sumberdaya manusia yang responsif terhadap teknologi dan informasi,
berorientasi pada pasar, memiliki ketrampilan teknis, memiliki kemampuan
manajemen usaha, mempunyai akses terhadap lembaga ekonomi dan risct.
Oleh karena itu, kualitas tenaga ker:ja serta ketersediaan tenaga ke1ja di
Kahupaten Pandeglang menjadi faktor utama dalam pengembangan agropolitan.
Faktor tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja dihitung berdasarkan ketersecliaan
tenaga kerja, kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Menurut BPS Kabupaten
Pandeglangjumlah penduduk pada tahun 2003 mencapai l.082.012jiwa dengan usia
pr::iduktif (15-64 tahun) berjumlah 636.422 jiwa. Rasio antara usia produktif dengan
jumlah pencluduk adalah 60,52%. Artinya ketersediaan tenaga ker:ja produktif sangat
banyak di Kabupaten Pancleglang, dengan lapangan pekerjaan utama di sektor
pertanian sebesar 66,46% dari total tenaga kerja produktif. Tetapi kualitas tenaga
kerja ini masih sangal renclah karena berl&tar belakang pendidikan sekolah dasar
(SD).
81
Latar belakang pendidikan yang menjadi salah satu penyebab kurangnya
etos kerja dari pelaku agribisnis untuk mernajukan usahanya. Mereka dalarn
rnelakukan usahanya belurn berorientasi pasar rnasih bersifat subsisten. kurang
berusaha untuk berkernbang lebih baik lagi ctalam melakukan usahru.ya. Pada label
23 dapat dilihat data penyebaran mata pencalnrian petani Kabupaten Pandeglang.
T b I 23 P a e b enye arru1 M p ata enc a Lapangan Usaha
I. Pertanian Sawah 2.Pertanian Holtikultura 3. Perkebunan 4. Kehutanan 5. Petemakan 6. Perikanan
Sumber : BPS ,Sens us Pertaman 2003. • Angka Sementara
h . p a nan . Kb etarn a upaten P d I an eg ang T I 'l003 a 1un,,... Jumlah Pctani*
129508 7771
47938 34252 26872 14976
Untuk meningkatkan kernarnpuan usaha (etos kerja) pelaku agribisnis
Kabupaten Pandeglang, khususnya dinas pertanian rnelakukan pernbinaan.
penyuluhan dan pelatihan kepada pelaku agribisnis sesuai dengan tugas pokok dari
dinas pertanian yang fokus kegiatannya melakukan kegiatan 011j(1rm dan <?/(farm.
l.Jntuk komoditi emping yang diharapkan menjadi e1111:i· poinl dalam
pengernbangru1 agropolitan telah rnenyerap tenaga kerja dengan jumlah pengrajin
pada tahun 2002 sebanyak 28.540 orang. Mereka telah menjadi anggota dan
dikoordinir oleh Koperasi Pe11anian Pengernbangan Banten melalui Asosiasi
Pengrajin Ernping berjurnlah 14.000 orang dengan jumlah kelornpok sebanyak 56
kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 25 orang di enarn kecarnatan. keenarn
82
kecamatan ini merupakan sentra penghasil komoditi empmg. Kelompok pengrajin
emping yang telah menjadi anggota APE dapat di Ii hat pada tabel 24.
Tabel 24. Jumlah Pengrajin Emping pada Daerah Sentra Produksi Melinjo di Kb P d I a upaten an eg ang
Kecamatan Jumlah Kelompok* Jumlah Anggota I I I
Menes 11 kelompok 275 orang :j Pagelaran Labuan Saketi Bo jong Jumlah
" Sumber: Asos1as1 PengraJm Empmg 2003. *per kelompok berjumlah 25 orang
23 kelompok 575 orang --20 kelompok 500 orang I kelom2ok 25 orang ' I kelompok 2sorang3
14.000 orang
Para pengrajin emping yang telah menjadi anggota APE dalam kegiatan
usahanya dibimbing oleh APE baik dari segi pengolahan produk maupun pemasaran.
Sedangkan, pengrajin emping yang berjumlah 14.540 hanya melakukan kegiatan
usahanya di rumah, mereka belum menjadi anggota asosiasi pengrajin cmping (APE).
6.3.2.2 Dana Pengembangan Agropolitan
Keterbatasan modal clan minimnya investasi adalah kendala yang masih
dihadapi pelaku agribisnis di Kabupaten Pandcglang. Surnber dana dalam rangka
program pengembangan kawasan agropolitan dari segi pembiayaan berasal dari dana
Al'BN scbcsar Rp 2.44 l .'JJ'!.OOO . .lumlah anggarnn l<:rsehut. tl'lah direalisasikan
sebesar Rp 1.412.634.000 untuk pengembangan prasarana dan sarana desa
agropolitan dan dana schesar i{p I .0~~ 1J.JOS.OOO untuk pL"11ingkata11 pn1snr1.111a da11
HI
sarana pemukiman (di desa Menes). Sedangkan, sumber pembiayaan dari dana
APBD Propinsi Banten sebesar Rpl.751.030.000. Jwnlah anggaran APBD tersebut
telah direalisasikan sebesar Rp 491.250.000 untuk kegiatan peningkatan perencanaan
pengembangan agropolitan dan pengendalian sumberdaya alam. Untuk penyediaan
prasarana dasar pemukiman kawasan desa pusat pe11.umbuhan sebesar Rp
430.000.000 dan realisasi dana sebesar Rp 829.780.000 untuk pereneanaan
pengembangan pembangunan pertanian dan peternakan (larnpiran 6).
Pernerintah Kabupaten Pandeglang sendiri mempunyai ketebatasan dana
khususnya dalarn pengembangan agropolitan. Pcrnerintah Kabupaten Pandeglang
menganggarkan belanja pembangunan sektor agribisnis pada tahun 2003 sebesar
Rp 1.015.067.000. Jumlah anggaran tersebut, dialokasikan Rp 350.000.000 untuk
sektor pertanian, sektor perkebunan clan kehutanan dengan alokasi dana sebesar
Rp 300.000.000, sektor peternakan sebesar Rp 295.000.000 clan sektor perikanan
sebesar Rp 70.067.000. Walaupun relatif kecil, namun alokasi biaya pcmbangunan
sektor agribisnis yang telah dianggarkan dapat menunjang pcngcmbangan
agropolitan.
Hingga saat ini, belum ada pihak lain ataupun investor yang melakukan
investasi dalam pengembangan agropolitan. Hal ini menjadi tantangan bagi
Pemerintah Kabupaten Pandeglang dengan segenap jajarnn yang terkait dengan
pengembangan agropolitan untuk menyediakan sarana prnsarana clan infrastruktur
agar pihak swasta/investor bersedia terlibat dalam pengembangan agropolitan.
84
6.3.2.3 Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan penelitian dan pengembangan, baik berupa penyebaran teknologi
baru, perbaikan teknologi pembibitan dan budidaya, teknologi pengolahan basil
merupakan faktor-faktor penting dalam mempercepat pengembangan agropolitan di
Kabupaten Pandeglang.
Balai penelitian dan pengembangan saat ini belum tersedia di Kabupaten
Pandeglang. Basil penelitian dan pengemba:igan masib mengandalkan dari tingkat
propinsi juga basil penelitian dari institusi pertanian diperoleh dari luar daerab
Kabupaten Pandeglang seperti Institut Pertanian Bogor (!PB).
6.3.2.4 Penyampaian Hasil Penelitian dan lnformasi Pasar
lnfo1masi yang dapat mempercepat perkembangan agribisnis di suatu daerah
adalab informasi untuk pemasaran produk. potensi wilayab. informasi basil penelitian
dan pengembangan (varietas unggul, teknik budidaya dan peni;olaban. informasi
usaba, dan lain-lain).
lnformasi pasar mengenai akses pasar dan barga komoditi diperoleb para
pelaku agribisnis dengan memantau secara langsung di pasar. Kabupaten Pandeglang
saat ini belum terdapat suatu pusat pelayanan informasi untuk komoditi-komoditi
agribisnis. lnformasi tentang potensi agribisnis yang berbcntuk layanan on-line yang
bersifat komputerisasi baru ada di tinght Propinsi yaitu Banlen Agribusiness
Alarkering Jncoporalion (BAMIC).
Pelaku agribisnis kbususnya Kabupaten Pandeglang belum memanfaatkan
layanan ini secara maksimal. Hal yang dapat dilakukan adalah pembuatan database
85
produk-produk agribisnis Kabupaten yang terkomputerisasi disertai dengan
penyampaian infom1asi yang up lo dale kepada pelaku agribisnis uengan
fasilitatomya dinas-dinas terkait seperti Dinas Pertanian dan Bappeda. Sehingga
nantinya kegiatan jual beli produk agribisnis dapat dijalankan secara on-line.
6.3.2.5 Kualitas Produk dan Penggunaan Teknologi
Pemasaran untuk produk agribisnis di Kabupaten Pandeglang masih bersifat
domestik dengan wilayah pemasaran daerah Serang, Jakarta, Bogor. Tangerang,
Bekasi dan Bandung.
Untuk pemasaran luar negeri (ekspor), dua perusahaan besar seperti PT
Nutrifood dan PT Madu Mas sebagai pengekspor emping ke beberapa negara seperti
Malaysia, Timur Tengah, Belanda dengan volume 15 ton per bulan. Selain kedua
perusahaan tersebut, terdapat PTPN VIII yang bergerak pada komoditi perkcbunan
seperti kelapa sawit, karet, coklat, kelapa.
Usaha lain yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pemasaran hasil
produk agribisnis adalah mengikuti pameran-pameran. pembuatan brosur yang
disebarluaskan ke hotel, toko. restoran. Juga pcmbuatan spanduk-panduk dan papan
reklarne yang ditempatkan di tempat khusus. Keterbatasan usaha pemasaran selain
dikarenakan oleh modal juga dikarenakan oleh rendahnya kualitas produk-produk
agribisnis.
Rendahnya kualitas produk agribisnis yang dihasilkan oleh Kabupaten
Pandeglang dikarenakan rendahnya kesadaran pelaku agribisnis dalam hal
penanganan pasca panen yang belum menggunakan teknologi tepat guna misalnya
86
masalah grading. Hal ini menyebabkan produk bermutu baik bercampur dengan
produk bennutu kurang baik secara umum kualitas produk menjadi jelek. Untuk
produk olahan pada industri rumah tangga masih menggunakan •eknologi yang
scderhana sehingga rendahnya kualitas produk dalam hal daya tahan produk dan
pengemasan kurang menarik.
Pengembangan teknologi untuk pengembangan agropolitan di Kabupaten
Pandeglang difokuskan pada teknologi yang dapat memanfaatkan sumberdaya lokal
bersifat tepat guna. Teknologi yang digunakan dalam pengembangan agropolitan di
Kabupaten Pandeglang antara lain pembibit:m menggunakan varietas unggul lokal.
sistem pemupukan melalui penggunaan pupuk organik, pengolahan hasil dan pola
tanam serta pasca panen yang disesuaikan kemampuan masyarakat. Pcnggunaan
teknologi ini tidak harus menggunakan teknologi canggih. Penggunaan teknologi
yang disesuaikan kemampuan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan dan
mengoptimalkan kemampuan masyarakat. Hal ini dilakukan bertujuan sehagai
pembelajaran kepada masyarakat di Kabupaten Pandeglang.
6.4 Perumusan Alternatif Stratcgi
6.4.1 Analisis Matriks External Factor Eva/11atio11 (EFE)
Matriks ini merupakan hasil clari iclentifikasi faktor-faktor cksternal
Kabupaten Pandeglang berupa peluang clan ancaman yang bcrpengaruh dalam
pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Pene111.uan bobot menggunakan
metode paired comparison sehingga diperoleh bobot dari masing-masing variabel.
Penentuan bobot menggunakan kuisioner yang telah diisi oleh tujuh orang responden
87
yang dianggap memiliki kapasitas sebagai pengambil kcputusan dan pelaksana
dalam pengembangan agropolitan. Penentuan peringkat dilakukan jug:l oleh tujuh
responden sehingga diperoleh nilai terbobot dari faktor-faktor tersebut. Hasil dari
identifikasi peluang dan ancaman sebagai faktor strategis eksternal, bobot dan
peringkat kemudian dimasukkan ke dalam matriks ekstemal. Matriks ini dapat dilihat
dalam tabel 25.
Hasil evaluasi matriks eksternal ini, kemuclian cligabungkan dengan evaluasi
matriks internal, kemudian dipetakan ke dalam matriks SWOT. Matriks ini untuk
memudahkan merumuskan alternatif strategi usaha yang akan dilakukan dalam
pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang.
Tabel 25. Matriks Evaluasi Eksternal (EFE) Kabupaten Pandeglang dalam P b A l' en gem angan gropo 1tan
Faktor Eksternal Bo bot Rating Skor PELUANG Pasar domestik dan internasional (A) 0,095 2 0.190 Kemitraan dengan pihak swasta dan pihak lain (B) 0,071 3 0.213 Tersedianya kreclit usaha kecil clan menengah (C) 0.108 3 0.324 Pertumbuhan ekonomi nasional (D) 0.085 2 0.170 Otonomi daerah (E) 0.098 3 0.294 Pe1iumbuhan penduduk yang meningkat (.J) 0.093 " 0.279 ~
Konsumsi masyarakat meningkat terhadap produk 0.099 3 0.297 agribisnis (K)
1.767 ANCAMAN Tingkat inflasi dan suku bunga yang tinggi (E) 0.136 2 0.272 Perdagangan bebas clan standarisasi produk (F) 0.078 2 0.156 Persaingan antar wilayah (G) 0.084
~-
2.5 0.210 Kondisi keamanan yang tidak stabil (H) 0.097 2.5 0.243
0.881 Total I 2.648
88
Hasil matriks EFE menunjukan bahwa pengembangan agropolitan
mempunyai peluang cukup besar dibandingkan ancaman dengan nilai skor sebesar
1,767 dibandingkan dengan ancaman dengan nilai skor sebesar 0.881. Total nilai
yang dibobot untuk faktor strategis ekstema' sebesar 2,648. Artinya pengembangan
agropolitan di Kabupaten Pandeglang memiliki peluang un.tuk berkembang dengan
menghindari ancarnan .
Peluang adanya ketersediaan kredit usaha kecil dan menengah akan sangat
membantu kegiatan agropolitan khususnya para pelaku agribisnis. Begitu pula.
otonomi daerah memberikan kebebasan aparat pemerintahan untuk mengatur daernh
masing· masing sehingga dalam pengembangan agropolitan ini diharapkan pemerintah
dapat menjadi fasilitator, dinamisator dalam pengembangan agropolitan.
Faktor ancaman terbesar tehadap pengembangan agropolitan dengan skor
0,272 adalah tingkat intlasi dan suku bunga yang tinggi. Jika inflasi clan suku bunga
tinggi maka para pclaku agibisnis akan kesulitan clalam membeli bahan baku untuk
kegiatan usaha begitu pula dengan suku bunga yang tinggi akan menyebabkan para
pclaku agribisnis kcsulitan memperoleh pinjaman krcdit pcrbankan. Keadaan ini
menyebabkan tidak berjalannya perekonomian masyarakat khususnya para pelaku
agribisnis di Kabupatcn Pandcglang.
5UJ
6.4.2 Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Matriks ini merupakan hasil dari identifikasi faktor internal Kabupaten
Pandeglang berupa kekuatan dan kelemahan yang berpengaruh terhadap
pengembangan agropolitan di daerah tersebut. Pada tabel 26, terlihat total matriks
!FE sebesar 2.703, menunjukan posisi Kabupaten Pandeglang yang diatas rata-rata
dalam kekuatan internal. Hal ini ditunjukan dengan nilai skor untuk kekuatan sebesar
1.561 dibandingkan dengan skor kelemahan sebesar 1.142. Kekuatan utama yang
dimiliki Kabupaten Pandeg!ang yaitu sarana dan prasarana yang memadai seperti
lahan pertanian, prasarana umum seperti air bersih, listrik, lembaga pendidikan, jalan
(transportasi) yang tentunya sangat mendukung pengembangan ag10politan.
Kabupaten Pandeglang memiliki kelemahan utama karena belum tersedianya
lembaga penelitian dan pengembangan dengan skor 0,348. Lembaga penelitian dan
pengembangan sangat diperlukan karena akan sangat membantu pe!aku agibisnis
untuk mengetahui berbagai infonnasi seperti teknologi pembibitan dan budidaya.
Tetapi adanya komitmen pemerintah Kaburaten Pandeglang juga koordinasi yang
baik antar dinas pemerintahan untuk pengembangan agropolitan dengan skor 0.322
pada matriks !FE. Kelemahan yang dapat menjadi kendala dalam pengembangan
agropolitan dapat diatasi dengan kekuatan yang dimiliki Kabupaten Pandeglang
90
Tabel 26. Matriks Evaluasi Internal (IFE) Kabupaten Pandeglang dalam Pengembangan Agropolitan
Faktor Internal I Bo'bot Rathm: Skor KEKUATAN Kebijakan/komitmen pemerintah Kabupaten 0.092 3.5 0.322 Pandeglang untuk pengembangan_~()p_()!i!~~-{AJ __
·--·-·-··- -·---·- .... ,.---~ ----·--~--
Ketersediaan lahan pertanian (B) 0.089 3.5 0.312
Sarana dan prasarana yang memadai (D) 0.095 3.5 0.332
Posisi Kabupaten Pandeglang yang Strategis (E) 0.091 3 0.273
Koordinasi an tar dinas-dinas terkait dalam 0.092 3.5 0.322 pengembangan am-ooolitan (F)
1.561 KELE MAHAN Sumberdaya manusia (C) 0.094 2 0.188 Ketersediaan dana pengembangan ai,>ropolitan (G) 0.083 1.5 0.125
--··----Lembaga penelitian dan pengembangan (H) 0.174 2 0.348 Penyampaian basil penelitian dan infonnasi pasar (I) 0.081 2 0.162 Penggunaan teknologi tepat guna (J) 0.088 2 0.176 Kualitas produk (K) 0.095 I 1.5 0.143
1.142 Total I 1,000 2.703
6.4.3 Analisis Matrik SWOT
Aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terdapat dalam
analisis eksternal dan internal bertujuan untuk mengetahui usaha yang akan dilakukan
dalam pengembangan agropolitan. Melalui analisis SWOT dapat disusun beberapa
altematif slrategi pengembangan agropolitan dengan cara memindahkan hasil dari
analisis EFE dan JFE ke dalam matriks SWOT. Proses penggabungan pada
matriks SWOT (tabel 27) menghasilkan beberapa alternatif strategi pengembangan
yaitu strategi S-0, strategi W-0, strategi S-T dan strategi
01
label 27. Alten1atif Perumusan Stratcgi Pengembangan Agrooolitan Faktor Internal
Faktor Eksternal Peluang (0)
1. Pasar domestik dan intemasional (01)
2. Kemitraan dgn pihak swasta dan pihak lain (02)
3. Tersedianya kredit usaba kecil dan menengab (03)
4. Pertumbuhan ekonomi nasional yang mernbaik (04 )
5. Otonomi daerah yang memberikan kebebasan pada Pemerintah daerah untuk mengatur wilayahnya (05)
6. Pertumbuhan penduduk yang meningkat (06)
7. Konsumsi masyarakat meningkat terhadap produk agribisnis (01)
Aucamau (T) 1. Tingkat inflasi dan suku bungayang tinggi (T1)
2. Perdagangan be bas dan tun tu tan standarisasi produk (T 2)
3. Persaingan antar wilayab (T3)
4. Kondisi keamanan yang tidak stabil (Ts)
Kekuatan (S) 1. Komitmcn pemerintah Kab. Padeglang untuk
pengembangan agropolitan (S1)
2. Laban pertanian yang cukup luas (S2)
3. Sarana dan prasarana yang memadai (S3)
4. Posisi Kabupaten Pandeglang yang strategis (S,)
5. Koordinasi yang baik antar dinas terkait dalam pengembangan agropolitan (Ss)
Strategi S-0 1. Strategi pengembangan pasar dan penetrasi pasar
melalui kemitraan (S2, S3,S4,0,, 0 2 )
2. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian (S,, S,, S,, Oi, Os)
3. Pembangunan pusat pasar pertanian (subtenninal agribisnis yang berada disentra produksi pertanian rakyat untuk menunjang strategi pengembangan pasar (Si, s,, ,0,,06,07)
St•ategi S -T 1. Membuat database potensi agribisnis Kabupaten
Pandeglang sehingga dapat memperluas pasar domestik dan intemasional (Si, S5, Ti.T2)
Kelemahan (W) 1. Kualitas sumbcrdaya manusia masih
rendab (W1)
2. Dana untuk pengembangan agropolitan (W2)
3. Belum tersedianya lembaga penelitian dan pengembangan (W3)
4. Kurangya penyrunpaian basil penelitian dan informasi pasar (W4)
5. Kurangnya penggunan teknologi tepat guna (Ws)
6. Kualitas produk rendab (W 6)
Strategi W-0 1. Strategi pengembangan produk
(w .. w,,w., o,, o,o,) 2. Strategi pengemballgan lembaga ekonomi
rakyat seperti kelompok usaha skala rumah tangga, kelompok asosias1 untuk menunjang strategi pengembangan produk (W2,02, 0 3,0., Os)
3. Membuat profile investasi untuk pengusaha yang benninat memberikan modal kredit ( W2, 02, O,, Os)
4. Meningkatkan etos kerja dan jiwa ke\virausahan pelaku agribisnis (W,, 02, Os)
St:-ateg: W-T I. Peningkatan kesadaran untuk menerapkan
penggunaan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas produk khususnya untuk pengolahan basil penyimpanan, grading produk ( W,, W6, T,,T3)
92
1. Strategi S-0
Strategi S-0 merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk
memanfaatkan peluang eksternal sehingga mendapatkan ke1mt1111gan bagi Kabupaten
Pandeglang dalam pengembangan agropolitan. Beberapa alternatif strategi S-0 yang
diperoleh sebagai berikut:
I. Strategi pengembangan pasar dan penetrasi pasar melalui kemitraan dengan
pihak swasta Strategi ini merupakan rekomendasi dari kekuatan yang dimiliki
oleh Kabupaten Pandeglang yaitu adanya sumberdaya lahan dan sarana
prasarana yang memadai didukung dengan peluang terbukanya pasar
domestik dan internasional, adanya kesempatan untuk melakukan kemitraan
dengan pihak swasta atau pihak lainnya. Strategi ini baik 1111tuk dilakukan
agar wilayah pemasaran produk agribisnis Kabupaten Pandeglang bertambah
luas. Pengembangan pasar dan penetrasi pasar dapat dilakukan dengan
bekerjasama dengan perusahaan yang sudah maju yang khususnya bergerak
pada sektor agribisnis dimana pelaku agribisnis Kabupaten Pandeglang
sebagai supplier bahan baku pertanian sedangkan perusahaan tersebut sebagai
pengolah hasil, memberikan bantuan baik saprotan, modal usaha,
pembimbingan baik untuk subsistem hulu, budidaya, maupun subsistem hilir
sehingga untuk jangka pa1:tjang nantinya pelakut agribisnis Kabupaten
Pandeglang dapat memasarkan produk-produk yang mereka hasilkan secara
mandiri karena telah mendapat bimbingan dari pihak swasta yang sebelumnya
sebagai pembeli produk mereka. Dengan cara ini memperpendek tataniaga
produk sehingga pelaku agribisnis ini mempernleh harga jual yang
memuaskan. Untuk melakukan strategi ini dapat dilakukan dengan bantuan
dari dinas perindustrian, perdagangan dan pasar serta Bappeda Kabupaten
Pandeglang.
2. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian untuk meningkatkan
produksi pertanian. Strategi ini didasarkan atas kekuatan adanya komitmen
pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk mengembangkan program
agropolitan dengan sumberdaya lahan yang tersedia.. Juga adanya peluang
yaitu pasar domestik dan internasional dan diteraplkannya otonomi daerah.
Strategi ini dilakukan selain dapat meningkatkan produksi pertanian juga
dapat meningkatkan kualitas dan kontinyunitas hasil produk agribisnis karena
peluang pasar untuk basil produk agribisnis sani,>at besar, klmsusnya untuk
komiditas bahan pangan. Hal ini tentunya didukung dengan kebijakan
pemerintah, koordinasi dinas-dinas terkait dalam pengembangan agropolitan
dengan pemerintah sebagai fasilitator dapat memban1u pelaku agribisnis baik
secara teknis maupun nonteknis khusrnmya dari dinas pertanian dengan
pelatihan, penyuluhan/pembimbingan dalam masalah budidaya, mencarikan
investor untuk kegiatan ru;aha tersebut melalui bantuan dari Bappeda
Kabupaten Pandeglang.
3. Pembangunan pusat pasar pertanian (subtern1inal agribisnis) yang berada
disentra produksi pertanian rakyat Strategi ini didukung dengan kekuatan
komitmen pemerintah dalam pengembangan agropolitan, sumberdaya lahan
yang tersedia, adanya sarana dan prasarana pendukung yang memadai.
Didukung dengan peluang diterapkannya otonomi daerah dan pertumbuhan
penduduk yang meningkat, konsumsi masyarakat terhadap produk agribisnis.
Pembangunan subterminal agribisnis dilakukan untuk menunjang strategi
pengembangan pasar dan pengembangan produk. Subterminal agribisnis ini
berfongsi untuk mensupplai produk yallg dihasilkan dari sentra-sentra
produksi pertanian rakyat ke pasar lain yang berada diwilayahnya maupun
wilayah lain, fusilitas perdagangan lain seperti toko atau supennarket,
pengumpul produk dari daerah penghasil. Subterminal agribisnis tersebut
diharapkan dapat memberikan supplai barang konsumsi kesetiap pasar
sehingga memudahkan konsmnen untuk membeli produk dan juga petani
yang berada disentra produksi lebih rnudah me11jual hasil pertanian mereka.
2. Strategi W-0
Strategi W-0 mempakan strategi yang digunakan untuk mengatasi kelemahan
yang dimilik dalam memanfaatkan peluang yang ada A.lternatif strategi yang
dihasilkan :
I. Strategi pengembangan dan diversifikasi produk dengan cara peningkatan
kualitas produk. Strategi ini direkomendasikan untuk mengatasi kelemahan
Kabupaten Pandeglang bempa kualitas produk yang masih rendah, kurangnya
penyampaian informasi pasar dengan memanfaatkan peluang adanya
pertumbuhan penduduk yang meningkat dan konsumsi masyarakat meningkat
terhadap produk a!,'fibisnis. Strategi ini bermanfaat agar konsumen yang telah
mengenal produk dari Kabupten Pandeglang tetap rnemiliki royalitas tinggi
terhadap produk yang dihasilkan dan untuk mencari konsumen-konsumen
baru. Dengan cara ini dapat meningkatkan penjualan melalui perbaikan
kualitas produk serta menambah produk barn. Contohnya, produk emping
dengan melakukan diversifikasi dari segi rasa produk melalui bantuan dari
dinas pertanian, dinas perindustrian dan perdagangan atau kelompok asosiasi
seperti asosiasi pengrajin emping yang telah terbentuk di Kabupaten
Pandeglang.
2. Strategi pengembangan lembaga ekonomi rakyat melalui bantuan dari dinas
koperasi. Strategi ini untuk mengaiasi kelemahan ketersediaan dana dalam
pengembangan agropolitan dengan adanya peluang kesempatan bermitra
dengan pihak swasta atau pihak lainnya, tersedianya kTedit usaha kecil dan
menengah, pertumbuhan ekonomi nasional yang membaik, dan otonomi
daerah. Strategi ini memmjang strategi pengembangan dan diversifikasi
produk.
3. Membuat profile investasi untuk investor yang bem1inat memberikan modal
kredit Strategi ini w1tuk mengatasi kelemahan kurangnya dana ootuk
pengembangan agropolitan, adanya kesempatan untuk bermitra dengan pihak
sw<JSta, tersedianya kTedit usaha kecil dan mene11gah dan otonomi daerah.
4. Meningkatkan etos kerja dan jiwa kewirausahaan pelaku agribisnissebagai
fasilitator dinas pertanian, dinas perindustrian dan perdagangan dan dinas
koperasi. Untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki kare11a kualitas
sumberdaya manusia yang rendah, dengan peluang kesempatan untuk
bermitra dengan pihak lain serta otonomi daerah yang dapt mendukung
program agropolitan. Alternatif strategi ini dilakukan dengan harapan dapat
membantu meningkatkan etos kerja maupun memotivasi jiwa ke1Nirausahaan
pelaku agribisnis agar rnampu mernajukan usaha rnernka.
3. Strategi S-T
Strategi ini merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
menghindari atau mengurangi dampak ancaman yang akan terjadi di lingkungan
eksternal. Alternatif strategi yang dapat direkomendasikan a.dalah membuat database
potensi agribisnis kabupaten Pandeglang sehingga dapat memperluas pasar domestik
dan internasional sebagai fasilitatornya Bappeda dan dinas pertanian. Strategi ini
didasari adanya komitmen pemerintah kabupaten Pandeglang untuk memajukan
program agropolitan, adanya koordinasi yang baik antar dinas terkait dalam
pengembangan agropolitan serta untuk menghindari ancaman perdagangan bebas dan
standarisasi produk. Strategi ini dilakukan agar konsumen fokal maupun luar negeri
dapat memperoleh informasi secara cepat dan muda11 mengenai potensi agribisnis
baik dari subsistem hulu sampai hilir ataupun bertransaksi secara on-line.
4. Strntegi \V-T
Strategi W-T merupakan strategi yang mengurangi kelemahan internal dan
menghindari ancaman ekstemal yang ada. Altematif stategii yang dihasilkan adalah
peningkatan kesadaran untuk menerapkan penggunaan teknologi tepat guna
khususnya untuk pengolahan hasil penyimpanan untuk menunjang strategi
pengembangan produk dengan bantuan dari dinas pertanian. Strategi ini untuk
mengatasi kelemahan kurangnya lembaga pembina dalam pengembangan
agropolitan, kualitas produk yang masih rendah juga menghindari ancaman
perdagangan bebas dan standarisasi produk serta persaingan antar wilayah.
07
Tahap selanjutnya setelah analisis matriks SWOT adalah analisis kuadran
SWOT. Berdasarkan skor matriks EFE (tabel 23) untuk peluang dengan nilai skor
yaitu 1,767 dan untuk ancaman nilai skor sebesar 0,881. Pada matriks IFE (tabel 24)
untuk kekuatan dengan nilai skor sebesar 1,561 dan kelemahan dengan nilai skor
sebesar 1,142. Kemudian masing-masing skor dari faktor ekstemal dan internal
tersebut dipetakan dalam kuadran SWOT. Pada gambar 9 dapat dilihat analisis
kuadran SWOT bahwa tipe strategi yang dapat diterapkan adalah strategi
pertnmbuhan (growth and build).
0
w I I s
l,142 1,561
0,881 ·-
T
Gambar 9: Posisi Strategi Pengembangan Aropolitan pada Kuadran SWOT
00
Pcngcmbangan pasar dan pcnctru,si pasar n1erupakan kcgiatan yang
dilakukan pada strategi ini. Strategi ini dilakukan clengan rneningkatkan pangsa pasar
produk atau jasa yang dihasilkan rnelalui usaha pcrnasaran dcngan mcncari IVilayah
pcmasaran yang lebih luas baik di clalarn wilayah ataupun kduar wilayah Kabupalen
Pandeglang yang dibantu oleh dinas pcrtanian clan pcrdagangan. dinas koperasi.
kelornpok asosiasi seperti asosiasi pengrajin ernping Kabupatcn Pandeglang.
6.4. 5 Prioritas Stratcgi Berdasarkan Matriks QSPM
Alternatif strategi yang clihasilkan mclalui matriks SWOT berguna untuk
rnenyusun rnatriks QSPM. Penentuan alternatif strategi yang terpilih rnclalui rnatriks
QSPM. didasarkan pada penilaian pada kondisi Kabupaten Pancleglang dalam
pengernbangan agropolitan dan hasil dari wawancara dengan respondcn. Beberapa
strategi yang cenderung sarna digabung clalarn satu strategi.
Peneliti rncrckomendasikan 3 strategi vang dipil'11 dari 8 strategi yang
diformulasikan pada matriks SWOT yang dipaparkan pnda lam pi ran I 0. Ketiga
strategi tersebut dipilih karena sesuai dengan tujuan pengembangan agropolitan
dibandingkan strategi yang lain. Berdasarkan jurnlah TAS pada masing-masing
strategi dalam rnatriks QSPM. menghasilkan prioritas strategi sebagai berikut :
I. Strategi pengembangan pasar dan penetrnsi pasar dengan nilai TAS 6.499.
2. Pembangunan pusat pasar pertanian (subterminal agribisnis) dengan nilai TAS
5.717
3. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian dengan nilai TAS 5.949
7.1 Kesimpulan
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis lingkungan internal clan cksternal (rnatriks !FE dan
rnatriks EFE), analisis SWOT clan rnatriks QSPM maka dapal disirnpulkan sebagai
berikut :
I. Faktor-faktor eksternal adalah terbukanya pasar domcstik dan intcrnasional.
adanya kesernpatan untuk rnelakukai1 kernitraan dengan pihak swasta dan
pihak lainnya. terbukanya kesempatan untuk mempcroleh kredit usaha kecil
dan menengah. pertumbuhan ekonomi n::isional yang rnernbaik. otonomi
daerah yang mcrnberi kebebasan pada pcrnerintah untuk mengatur
wilayahnya. pertumbuhan penduduk yang meningkat dan tingkat konsurnsi
masyarakat meningkat terhadap produk agribisnis. Fa~tor-faktor yang rnenjadi
ancaman adalah tingkat inllasi dan suku bunga yang tinggi. perdagangan
bebas dan standarisasi produk, persaingan antar wilayah, pertahanan clan
kearnanan nasional yang tidak stabil. Hasil analisis matrik EFE menunjukan
bahwa para pelaku agribisnis di r(abupaten Panclcglang rnulai mampu
rnernanfaatkan peluang yang ada untuk rnenghindari ancarnan yang dihadapi.
2. Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dalam pengembangan
agropolitan di Kabupaten Pandeglang adalah adanya kebijakan clan komitmen
pcmerintah Kabupatcn Pandcglang untuk pengcmbangan agropolitan.
tersedianya sumbcrdaya pertanian (lahan rertanian yang eukup luas). sarana
dan prasarana yang memadai. adanya koordinasi yang baik antar dinas-dinas
terkait dalam pengembangan agropolitan clan Posisi Kabupatcn Pandcglang
yang stategis. Sedangkan. faktor internal yang menjadi kelemahan adalah
kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah (etos kerja pelaku
agribisnis), ketcrsediaan dana untuk pengembangan agropolitan. belum
tersedianya lembaga penelitian dan pengembangan. kurangya basil penelitian
dan infomrnsi pasar, serta kurangnya penggunaan teknologi tepat guna clan
kualitas produk y1mg masih rendah. I !asil dari matriks !FE mcnunjukkan
pos1s1s1 Kabupaten Pandeglang yang mulai marnpu memanfoatkan kekuatan
yang ada dalam mengatasi kclemahan yang dihadapi.
3. Matriks SWOT untuk pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang.
menghasi!kan beberapa perumusan alternatif strategi sebagai berikut :
a. Strategi pengembangan pasar dan penctrasi pasar rne!alui kemitraan
dengan pihak swasta yang dapat di!akukan o!eh Bappeda untuk
mencarikan perusahaan sebagai mitra usaha pelaku agribisnis
bekerjasama dcngan Dinas Perindustrian. Perdagangan dan Pasar
Kabupaten Pandeglang.
IOI
b. Ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian dcngan fasilitatornya Dinas
Pertanian.
c. Pembangunan subterminal agribisnis yang berada di sentra produksi
pertanian rakyat untuk menunjang strategi pcngembangan pasar yang
dilakukan oleh Bappeda bekerjasama dengan Dinas Pemukiman Sarana
dan Prasarana.
d. Strategi pengembangan dan clivcrsifikasi produk dengan cara peningkatan
kualitas produk melalui kerjasama dengan bimbingan dari Dinas
Pertanian.
e. Pengembangan lcmbaga lemb~ga ekonomi rakyat dengan kerjasama
melalui Dinas Koperasi.
f. Meningkatkan etos kerja clan jiwa kcwirausahaan pelaku agribisnis yang
dapat dilakukan oleh Dinas Pertanian. Dinas Perindustrian dan
Perdagangan. Dinas Koperasi.
g. Membuat database potensi agribisnis Kahupatrm Pandeglang sehingga
dapat mempcrluas pasar domestik clan internasional dapat dilakukan olch
Bappcda Kabupatcn Pandcglang dan dinas pertanian.
h. Peningkatan kcsadaran untuk menerapkan penggunaan teknologi tepat
guna untuk rneningkatkan kualitas produk khususnya pada pengolahan
hasil. pcnyirnpanan. grnding produk rndalui bantuan dari dinas pertanian
dalam mclakukan pcmbinaan. pelatihan clan penyuluhan.
102
4. Matriks QSPM untuk pcngembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang
menghasilkan prioritas strategi sebagai berikut :
a. Strategi pengembangan pasar clan penetrasi pasar.
b. Pembangunan pusat pasar pertanian (subterminal agribisnis) yang beracla
clisentra procluksi pertanian.
c. Ekstensifikasi clan intensifikasi pertanian
7.2 Saran
Berclasarkan analisis dan pembahasan faktor-faktor internal dan eksternal
yang mendukung untuk pengembangan agropolitan di Kabupaten Pancleglang. maka
saran yang clirekomendasikan penulis sebagai berikut:
1. Untuk dapat melakukan pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang
dapat dilakukan dengan menjalankai 1 strategi yang telah clirekomendasikan
berclasarkan matriks QSPM.
2. Pemerintah Kabupaten Pandeglang sebaiknya meningkatkan produk unggulan
menjadi strategi bersaing sehingga clapat meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD).
3. Meningkatkan swasembada pangan dengan menerapkan kebijakan yang lebih
jelas untuk clapat mewujudkan Pandeglang sebagai daerah agropolitan.
4. Pemerintah Kabupaten Pandeglang sebaiknya bertindak sebagai fasilitator
masyarakat untuk dapat mencarikan investor/pengusaha yang berminat dalam
penanaman modal dalam pcngembani:an agropolitan.
103
DAFTARPUSTAKA
Anonymous. Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Pedoman Program Rintisan Pengembangan Kawasan Agropolitan. (Jakarta: Pengembangan Kewirausabaan Agribisnis Departemen Pertanian Rl, 2003).
Anonymous. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999. Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999. Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. http//www. Ristek go id. 21Juni2004. Pk. 14.00 WIB.
Badan Pusat Statistik Pendapatan Nasional Indonesia. (Jakarta : BPS, 2000).
Pendapatan Nasional Indonesia. (Jakarta : BPS, 2003).
------- Buletin Statistik Bulan:Indikator Ekonomi. (Jakaita: BPS,2003).
Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2003. (Jakarta: BPS, 2003).
Baihaki, Aki. "Manajemen Strategi". Diktat Kuliab Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah . Jakarta, 2004.
Daryanto, Arief. Disparitas Pembangunan Perkotaan-Perdesaan di Indonesia. Agrimedia 2003; 8 (2): 30-39.
David,Fred.R. Konsep Manajemen Strategi. Ed ke-7 (Jakarta: PT Indeks, 2004).
Dukungan Sektor Perbankan Bagi Pemberdayaan Pertanim1. http//www. Bi.go.id. 29 Desember 2003. Pk. 08.50 WIB.
GU111bira Sa'id, E dan A. Harizt Intan. Manqjemen Agribisnis (Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2001 ).
Hartyasning, Devi. Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Bihun Instan pada Pt Kuala Pangan, Citereup, Bogor. (Skripsi). (Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian; 2001).
Jauch, Lawrence dan Glueck WF. Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan. Ed ke-2 (Jakarta: Erlangga, 1992).
Kinnear. Marketing Research : An Applied Appraoch. 4 th ed. (New York: Mc GrawHill, 1991 ).
lf>A
Pambudy, Rachmat. Bisnis dan Kewirausahaan dalam Sistem Agribisni~ (Bogor : Pustaka Wirausaha Muda, 2001).
Pearce dan Robinson. Manajemen Strategi : Formulasi, Jmplementasi dan Pengendalian. Jilid satu. (Jakarta : Binarupa Aksara, 1997).
Pengembangan Kawasan Agropolitan sebagai Pendekatan Wilayah dan Pemberdayaan Masyarakat Pertanian. http//www. Rudyct. tripod. com, 21 Juni 2004, Pk. 09.45 WIB.
Robbins, Stephen P dan Mary Coulter. Management. (New York : Prentice Hall International Inc, 1999).
Said Didu, Muhammad. "Reposisi Pertanian lkfenjadi Basis Ekonomi Bangsa''. Stadium General Program Studi Agribisnis, di UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, 8 September 200 I.
Soekartawi. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. ( Jakarta : PT Raja Grafindo Raja Persada, 1999).
Sudaryanto, Tahlim dan Rusastra, I Wayan. Kebijaksanaan dan Perspektif Penelitian dan Pengembangan dalam Mendukung Otonomi Daerah. Bogor: Forum Penelitian Agroekonomi. Vol. 18 No.I dan 2, 2000:65-78.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. (Bandung: CV Alvabet, 2002).
Umar, Husein. Strategic Manajement In Action ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003).
Prinsip Dasar Kawasan Agropolitan. http II www. Bapeda Banten. go .id. 5 April 2004. Pk 10.15 WIB.
Thompson, Arthur A. Jr, Strickland III, AJ. Strategic Manajemen : Concepts and Cases. (New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc, 2001).
Tujuan Program Agropolitan. http// www. Deptan. go. id. 5 April 2004. Pk 10.15
Pemda Kabupaten Pandeglang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). (Pandeglang: BAPPEDA Pandeglang Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang, 2002).
Pandeglang dalam Angka Tahun 2003. (Pandeglang: BPS, 2003).
L'lmpiran I
,'\Jn11Hir
La111pi1un I fin ! lin I
I ~4/()T.: J l\'t\/V 12002 : 2 (dua) Pedoni;in
\JL,°\i I L!U !'Elll:\81A>. ;{Fl'lll!l IK l,'\;Jil>Nl'..'.;J..\
. l'v11gun1fli111gun t:11w.ih1111 i\~•1tP11tJ1t.111
Kepada Yth : Para Gubemur dan Bupati I \Vt.1\kot::i ji Selur.i.li Indonesia
Sesuai kesepakatan kan1i dcngan J\1cntcri Pcnnuki1na11 ciJ.n i'ra5aran'1 \Vi!ayah n1engenai pengc1nbangan agrop::ilitJ.n dan kcrnuJiw1 Uitindak ]anjuti dengan kegiatan koordinasi dengan instan:;i te1kait, Departemcn Penanian, bcrsan1a Departemcn Permukiman d.an Prasarana \Vilayab dan Departemen !ainnya yang t:::rkait, te!aI1 sepakat dalam upaya pe1nbangunan •;konomi b!!rbasis pcrtanian, untuk mengembangkan program kn";asan agropoiitan, Da!mn 1a11un 2002 dan tahun 2003 program ini dimulai dengan pe!aksana.an progra1n pcrinti:;.
Sebagai salah s~liu bahJn ac.~an bagi Pcmcrtntah Daerah da!am 1nengcmbangkan kavrasan agropolitan, kami bers;una 1n!·tansi tcrkait tc!ah n1cnyusun Pcdornan Urnun1 Pengembangan Kawasan Agropo 11itan dan PeJon1an Pro;;ram R.intisan Pcngetnbangan Ka\lr<tSan Agropolitan yang dikcnias dalarn satu buku S:!bagairnana terla1npir. Kcdua pedonian tersebut. 1ncrupakan so.n1 kcsatua11 yang tidak d.:ipat dipisahkan, k:trcna untuk melaksanakan Program Rjntisan Pengen1bangJ1.n Ka\vasnn J\gropo!itan pcr!u n1engacu pada Pedornan Uruwn Pcngc1nb<:n1.;<''l Agropolitan. Ka1ni nH!ll[!hirnbau paril Gubcn1llf dan Bupati/WaJikota untuk dapat 1ncla.k.sanakan prognun rintis.an p.enge1nbangan ka\11asan agropolit.111 yang pada tahun ?:003 1ninin1:i.J disetinp provinsi terdap:it snn1 Kabuparen/Kota pelaksana program perintis.
Dernikian dis:unp:•.ikan, a!:i.s pcrh.:-:ti:u1 (12.n kc:j,1s:Hna yang Oaik di11co.rk3n tcrinia kasib.
// ~l ·10 ~-;·'rcntcn ertaJl\, ~
(/o'""'-~-~~~-----_-/ ==}!.;:,_;'...-.::::::::::=:----- ---------
~---- I /Prof. Dr. !r. Bungaran Saragih, tv1.Ec. Tcmbusn:-i kepada Yth : I
) , Ibu Presidcn RJ (zcbagai la1xir;in); 2. Bapak \Vak.i! Presiden :u (seb:igai Liporan); 3. ?-.1cnteri Koordinator Pl•.re.konon1ian; ii. M'."':ntcri Pr.nnukin1an dan Pr.1s.1rana \Vilay:ih;
.------·-
Lampiran 2
l<EPUTllSAN BllPATI PANDEGLANG
NOMOR 520/Kep. 378 - Huk/2003
TENTANG
PEMBENTUKJ\N TIM TEKNIS POKJA PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLJTAN KA/3UPATEN PANDEGLANG
Menin1bang
Mengingal
BUPATI PANDEGLANG,
a. balnva untul< kclancaran pcngelolaan dan pe!aksanaan kegiatan Pengcmbangan Kawasan Agropo/itan, per/u dibentuk Tim Teknis POKJA yang bertanggungjawab alas kelancaran dan keberhasilan pengelolaan kegiatan diwaksud;
b. bahwa berdasarkan penimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf "a" di atas, pcrlu ditetap1<an dengan Keputusan Bupati;
I. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tcntang Pokok-pokok Kepegawaian (Lcmbaran Negara Ta/nm 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagairnana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun i 999 (Lembaran Negara Tahun 1999 · Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lernbaran Negara Tahun 1999 Nornor 60, Tambahan Lembaran Negara Nornor 3839);
_1. Undang-un<lang Noinor 25 '!'ahun I 99~ ten tang Peri111bangan Kcuangan Antara Pen1erin1ah Pusat dan Daerah (Len1baran Negnra Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lcmbarnn Negara Nomor 3848);
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Hanten (Lc111baran i\Jegara ·1'uhtin 2000 No1nor 182, 1'arnbahan Lcn~barnn Nl!gara No1nor 40 l U);
5. Pcraluran Pcrncrintah No1nor 6 'l'ahun l 988 tentarig Koordinasi Kcgiatan lnstansi Vcrtikal di Daerah (Lcrnllarnn Negara Tahun 1988 N"nror 111. T:rrrdi:rharr i.l'.rrili;11:irr Nq•.:11:r Ntnnor .>:173);
6. l\~ralu1~111 1it.:111cri11lah ~lo111or ~~'.} ·raliun '..OOIJ tcnlang J<.,'.\VC1u1;:gan Pcr11erintah dan Ke\vcnangan Propinsi scbagai !)acrah ()tonotn (Lcn1baran Neg<-ira '!'ahun 2000 No1nor 54, ·rarnhahan Lc1~b.iran
Negara No11101 3952);
Mcn1perhatikan
Menetapkan
PloRTAMA
KEDUA
7. Kcputusan Prcsiden Nomor 44 Tahun l 999 tentang Tclrnik Penyusunun Peraturan Perundang-undanga.n dan Bentuk R.ancangan Undang-undang, Rancangan Pernturar. Pcn1erintah dun Rancangan Keputosan Presiden (Lcmbara;i Negara Tatum 1999 Nomor 70);
8. Peratornn Daerah Kabupaten Daerah Tirgkat II Pandeglang N0.ncr 3 Tahon 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabopatcn Daerah Tingkat II Pandcglang \Lembaran Daerah Tahon 1994 Nomor l Seri G. I);
9. Peraturan ·-oaerah Kabupaten Pandeglang Nomor 24 Tahun 200 l tentang Pembenlukan Organisasi Sekrntariat Dacrah Kllbupat.en Pandeglang (Lcmbaran Daernh Tahun 2001Nomor33 Seri D.7);
10. Peraturan Daerah Kabupaten Fandeglang Nomor 26 Tahon 2001 tcntmw Pembcntukan Organisasi Dinas Daerah Kabopatcn Pandeglang (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 335Seri D.9) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2003 (Lembaran Dacrah Tahun 2003 Nornor 19 Seri D.16);
l l. Peraturan Daerah Kabupalen Pandeglang Nomor 27 Tahun 200 l tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah Tahun 200 I Nomor 36 Seri D. IO);
l 2. Peraturan Daerah Kabupaten l'andeglang Nomor 09 Tahun 2002 lentang Anggaran Pendapatan clan Belanja Daerah Kabopaten Pandeglang Tahun 2003 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 62 Seri D.59);
L Surat !'vtcntcri Pcrtanian Rcpublik Indonesia No1nor 144/0T.210/AN/2002 tentang Pengembangan Kawasan Agropolitan;
2. Pedo1nan Un1un1 Pengernbangan Ka\vasan At,rropolitan dan Pedo1nan Prot,~·am Rinlisan Pengembangan Kawasan Agropolitan Tahun 2003;
3. Pedoman Operasional Pengcmbangan Kawasan Agropolitan Tahun 2003;
4. Keputusan Bupati Pandeglang Nomor l 5 Tahun 2002 tcntang Tugas· Pokok dan Fongsi Pcrangkat Daerah Kabupaten Pandeglang.
MEMUTUSKAN:
Mc1nbc11tul~ 'l'i1n 't\:knis Pokj,~ Pcngc111bangan Ka\vasan Agropolitan 1'-abupatcn P~1ndcglang th.:ngan snsu11a!1 pcrsona!ia scbagai1r1ana tcrcanturn dalarn latnpiran Kcputusan ini.
·rugas dan Fungsi ·riin ·rcknis sebagaimana <li1naksud pada Dikturn "PERT AMA" adalah sebagai berikul:
l. Merun1us~an program pcngcn1bangan ka\vasan Abrropolitan untuk wilayah Ka bu paten Pandeglang;
- ·· -· _,_ ___ .: ___ ; .... ,. ... c.,..,,.....,,~,.,,.,n rl!'ln nPlnl<<.:.:innnn
KET!GA
KEEMPAT
Ternbu.}an :
J. Mcnyiapkan pcluniuk lcknis dan bahan-liahan inl(>rniasi; 4. Pcrnecahan masalah yang dihadapi dalarn mclaksanakan program
pengernbangan kawasan agror:olitan; 5. Mcnyampaikan informasi kcpada instansi tcrscbut untuk
ditindaklanj uti; 6. Membuat laporan berkala kepada Bupati
Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Keputusan ini dibebankan kepada APBD Kabupaten Pandeglang dan sumber pernbiayaan lain yang sah dan tidak mcngikal.
Keputusan ini mulai bcrlaku pada tanggal ditctapkan dengan ketentuan akan diadakan pcrubahan dan atau perbaikan siobagaimana mcstinya apnbila dikcmudian hari tcrnyata lcrdapat kckcliruan didalamnya.
I. Yth. (Jubcrnur BantGn di Snang \ 2. Yth. l'impinan Dl'RD KabupatGn l'andcglang 3. Yth. Kepala Sadan Pcngawas Daerah Kabupaten Pandeglang 4. Yth. Anggota Tim Teknis POKJA.
/o:J
L~~nipiran KloPlJTlJSAN mJl'ATI i'ANDf:GLANG
No111or Tanggal
520/Kep. 378 ·• Huk/20J5 16 Juli 2003
TIM TEKNIS POKJA KAWASAN AGI<OPOLITAN I..:ABUPATE,N PANDEGLANG
I. Pembina
1!. Pcngarah
Ill. Ketua
Wakil Kctua
IV. Anggota
1. Bupati Pandeglang 2. Wakil llupati Pandcgiang
Sekretaris Dacrah Kabupatcn Panckglang
Assisten Ekonomi dan Pcmbangunan Setda Kabupaten Pandeglang
Kcpala llappcda l\.abupatrn l'andcglang
.ic .. K.epala Dinas Pcrindustrian, i'crd.agangan dan Pasar Kabupatcn l'andcglang
2. t<epala J)lnas !(clautan (!an Pcrikanan l<abupatcn Pandcglang 3. ·. i(cpala Dinas l'crtanian Kabupatcn l'andcglang ~ , Kepala Dinas Kehutanan dan l'crkebunan Kabupaten Pandeglang S Kcpala Dinas Pcmul:iman dan Sarana Prasarana I<dlbupaten
Pandeglang · 6. Sc~kn;taris Bappeda Kabupaten Pandeglang 7. K.cpi:iia Bida:!g Fisik & Fras2rana Bappe<la Kabupnten P!lnd:;gl2.!1,S 8. Kepala Bagian Prekonomian clan Penanaman
Kabupaten Pandeglang 9 Kepala Kantor Koperasi Kabupaten Pandeglang
·I.CY. Kepala Kantor Peternakan Kabupaten Pandeglang 11. Kepala BR! Kabupaten Pandeglang 12. Kepala Bank Jabar Cabang Pandeglang 13. Kepala BRI L.abuan 14. Kcpala l3ank Jabar Cabang Labuan 15. KTNA Pandeglang 16. HKTI Pandeglang 17. KADIN Pandeglang
Modal Setda
/.
/!?>
/ /
Potcnsi Ko1noditi ljnµ_gulan Pencntuan Ka\vasan A!..!.ropolitan Kabupaten Pancteglani!,.
, I . I : .. , Kebijakan RTRW Q Tl' I LQ I Kawasan No Kccamatan 'I Komod1tas Unggulan Kond1s1 Sarana p B L . I . P .. " ... l LA 1• I rop. an ten +---. ·- gropo 1tan I
] Sumur I Tanaman padi dan ternak Pusk~smas dan 1 _06 I 0.49 1 • besar pcnd1d1kan 1
I ('in1anggu I ·rana1nan padi Jan ternak Puskes1nas dan - r- I
I j besar pendidikan .
j Cibaliung I Tanaman palawija dan Puskesmas dan Pengembangan 0 86 I 2.10 I I i tcrnak unggas oendidikan rambutan ·
Cikeus1k I Tanaman padi dan ternak I Puskcsmas dan 1 _06 056 I 1 besar cnd1d1kan I ·--.. -I
5 I Cigculis l'anan1an pala\vija dan I Puskes1nas dan Pcngen1hangan 0 94
I 1 44 __ I ternak besar I cndidikan ···- .. n!1nbutan · __ 1
• t---·--~·- ··----.. - ... ··-1
6 Panitnbang ·rana1nan pala\vija dan I Pusk~s:11as dan . 1. _06 ~ ~--J .. -·--------·-~-t_e_n_ia_k_h_e_s_a_r _______ I pend1d1kan J _____ .. ____ ---L-~+-----·--
11ur~jul ·ranan1an pala\vija clan 11
· Puskcsn1as dan i ~--+---· ternak besar 1.pendidikan . L---·-·-..
8 I Angsana Ternak bcsar I Pendidikan I
~an1p1ran J.
2 1.02 0.87
3
-l
1.08 0.40
- .- -- - ____ ... ---· .... --r ----·--- -· 9 l Picung ·rcrnak bcsar __ ! Pcndi~ikan ________ ~ ··----.. -~ IO I Bojong Tana'.nan palawija clan I Kesehatan dan I !'engcmbangan 0_96 I l.3J I _L ternaK unugas I cnd1d1kan ___ ... _+.! __,n__,u__,H"H~"·o.."c.'.cclc.a_n.cs_a__,la._k __ -+----I-----+------__,
--1 1 I Saketi l'anan1an pala\vija dan I Kcschatan dan I I~cnge1nbangan durian ~ 1 . - tcrnak unggas I pendidikan lJ!'l.n salak ,
12 I Pa£claran ·ranan1an pala\vija dan I Kesehatan dan I Pengen1bangan , ,. , ",....,. I , I - I . k ' ' ! d'd'k ! ' • ' 1.111 V,70 I I , 1 terna, unggas i pen 1 1 -an i rnanog1s i
1.00 I.OJ
13 i Labuan ______ 'l'ana1nan padi dan ternak I Kese~1~tan dan I Pcngcn1hangan salak l ,06 0
_57
I ·--1 L unggas ·---- I pend1d1kan .. i i ___J
14 i Jiput 'fana1nan padi dan ternak i Kesehatan dan I Pcnge111bangan 1 04 0 67 I i
~--l ---t_bcsar ____ I pendidikan I 1nan~_ ' ' I -·---· I i 5 I Menes i ·ranan1an pala\vija dan I Kesehatan dan I Pcngcn1hangan
0 80 ')
59 I Pra ka\-vasanl
______ ._J._ _______________ __lter:.!_1ak ~g_~1s _ I pendidikan --~-~ I n1anggis d~~~-3!.liak · -· I ag~~oli!.£12.iJlJ
~ ....__ -~
16 Mandala\vangi 'ranaman pala\vija Jan Kcschatan dan Penge1nbangan durian 0,87 2,02
temak bcsar pendidikan 18 Cipeucang Ternak besar ! SD dan SMP
I - L -
19 Banjar Tanaman palawija dan Kcsehatan dan Pengembangan durian 0,91 1-72
ternak besar pendidikan Jan ra1nhutan 20 Kaduhcjo Ternak unggas SD dan SMP
- -21 ! Pandeglang Tanarnan palawija dan Kcsehatan dan Penge1nbangan durian
0,89 1,85 i ! temak unggas pendidikan
I ,, I Cadasari Tanarnan palawija dan Keschatan dan
0.91 1,73 I ternak unggas pcndidikan _,,_,_ -----
23 I Cisata I - . - I ' I ' ! ' --1---·· -·-------~---[-· ..
i 2-1 I Patia I I
I I J - I -I '-·----~-·-·- ,_,,__________ ~·-··
Sumbcr: Bapcda Prop.Banten 2003
~
>:
La11101ran 4 Pedo1nan lndikator Pcnetapan Ka\vasan A.gropo\itan No Indikator Pra Kan·asnn P1~a l(an,~1san -I KaWasan .,
Agi:_~Jl!l!itan_!_ -~gropolitan II Agropolitan --~-.-~~~~~~~~~~~~~~~__,~
Komoditi unggulan
2
3
a b c
a
b
c
a
b
c
5.2
15.3
I Satu jenis komoditi Lebih dari ljenis komoditi Komoditi unggulan & produk olahaannya
I Kelen1bagaan Pasar I Menan1pung hasil dari sebag.ai kecil
a b c
I
kawasan I
Menan1pung hasil dari sebagai bcsar ' a b c i ~~ , I Menampung hasil dari ka\vasan I 1'
a!!rono\itan dan luar ka\vasan '
Prasarana dan Sarana U1nu1n a. Sedang
I b. Cukup c. Baik
Prasarana clan Sarana Kcscjahtcraan Sosial
a. b.
Sedang Cukup Baik
c
b c
a b c
a
Sun1bcr: Dcparten1en Pe1ianian. 2003
(/J
--- p . K /\ -, . r K
i I Pra Ka\vasan ' No lndikator
Agropolitan I I
I Kon1oditas Unggulan a Satu jenis kotnoditas b I Lcbih dari I jenis ko1noditas
0 c I Ko111oditas unggulan dan produk
, olahan I
2 Kclernbagaan Pasar i a Mcna1npung hasi! dari sebagian I keci I kav.-asan I
I b Menatnpung hasil dari sebagian
() bcsar ka\vasan
c I Menan1pung hasil dari ka\vasan I agropokitan dan luar ka,vasan
I 4 : KPlcn1bagaan BPP
a BPP sebagai Balai Penyuluhan Pertanian
i b BPP sebagai Ba!ai Pcnyuluhan I
' Agribisnis I
I c BPP sebagai Balai Pcnyuluhan
Pcn1bangunan
\s --Sarana dan Prasarana
i a Aksesibilitas kc/di sentra produk5i
I a. Se dang 0
I b. Cukup I Baik I L c.
Kal" Pand
Pra Ka"·asan Ka'''asan Agropolitan 11
I Agropolitan
0 3
-
l 2 ()
I
I ' I r~----
I I
I
() I 0
I I
I I I
I
I I
2 0 ' I I
' I i
Kcbijakan Perhitungan LQ Pcmerintah Bobo!
Ka bu paten
I 3 I 3 9
I I - -------j
I
I I
0 () 2 I
------1-~-,-
0 0 . I
-·--
0 I 0 _ _J I --1...-.. __ , __
-~ ~
I b I Prasarana dan Sarana lJJnu1n I _ .. _ f i I a. Sedang I 0 o '
II b. Cukup - I
c. Baik I 1
·ol2 0 0
c Prasarana dan Sarana Kcsejahteraan Sosial
I a. Scdang 0 2 0 I 0 I 0 b. Cukup , j c. Baik /
0
Surnbcr : Bapcda Prop. Bantcn, 2003 Keterangan : a. Nilai bobot I I 0 = Pra Ka\vasan Agropolitan I
b. Nilai bobot I I - 20 = Pra Ka.,vasan Agropolitan ll c. Nilai bobot 21 - 30 = Ka\vasan Agropolitan d. Nilai LQ - LQ < I Nilai 2 LQ - LQ - I Nilai J l.Q "LQ · e. Nilai 0 '=" Tidak ada dukungan dari Pemerintah Nilai 3 ada dukungan Jari Peinerintah
* T\1etode Location Quotient (LQ)* digunakan untuk 111cngctahui suatu ko111oditas unggulan di suatu keca1n.atan apakah t..on1oditas i1u berorientasi ekspor atau hanya n1an1pu untuk n1c1nerH1hi kebutuhan lokal
Rumus LQ: Xr/RVr Xn!RYn
Keterangan: Xr = nilai produksi subsektor i pada daerah Kabupaten R Yr - total PDRB Kabupatcn Xn ~-C total ni!a! produk<;i 'tib<>ektnr 1 pnda propinsi R Yn ~total PDRB propinsi
-....._ -, '-)
Lampiran 6
REKAPITULASI PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KABlJPATEN PANOEGLANG
YANG DIBIA YA! DARI APBN DAN APBD PROPINSI BANTEN 2003
Ll_lnstansi Proyek Kcgiatan l\.~iatan /()byck Pekcrja;tn I ()utput Alokasi Dana .lad\\·al Kcgiatan ·rahapan I (Rp) Kcgiatan I
ALOK\SI IH'>A APBD Pl!OPl1'SI llA'>H:r> l.75Ul30.00
I I llAPEDA Pt:ningkatan -191.250.00 Susunan Tin1Pokja
Propinsi Pcn:ncanaan dihcn!uk puda huh.in
I H:.1ntcn l1cngc1nhangan a. Tim Pokja Agropotitmi dari 1·crlxntukn:a 9.0()()_()()() April - Dcs2003 18 Juni 2003 dgn
Agropolit;:m dan Dinas ti.:rkait yaitu : susunan;m aiigggtlla Sun.II Kcputusan
I Pcngcndalian SDA -BAPEDA Prop. Bantcn riin Tt:knis Pokja shg (iuhcnur I -Dinas Pcrtanian dan fungsi si1npul No.124.3/Kcp.168-
I Pc1crnakan Prop.Ban!t.:n koor<linasi dan I !uk/2003 I -Dinas PU n1c1np..:lant:ar
-BPiv1 Prop. Bantcn JX'!l)t:knggaraan I I
-:)in .. :; l.1d.ukop :'.,11).Banlcn program I pengernbangan I
I I
agrop(1litan
I I Pcnandatanganan
I Kontral\ 3 IJuni 2003
h. Pcnyusunsn l\1astcr Plan 1·crsusunnya d11h.urni.:n
I 280.000.000 Juni s/d ()kt 2003 dgn No1nor Kontrak
I Ka\vasan Agropolitan l\1P Pcnge111hangan 520/ 13 J-Bap/2003 Prop.Bantcn Kaw.Agn1politan. I
I I l)rop.llan!cn
I c. Sosialisasi Pcngc1nbangan rcrinfonnasin:-·a Prog. 52.250.000 Juni 2003 Pe!aks<1naan I I Sept
dan Apn:si<L<>i Program Yang akan 2003 di Aula Sctda dirc1icanakan 'l'h.2110"1 Prop. Bantcn
•
·1·crsosialisasikannya Prog. KinnL'ian Agropolitan di Prop. Bani en
i_' L--~~---·-· . ·--·-·----··· -·--·-I J
·-..__ 0:::-
2
3
Dinas Pl· Suhdin ('ipta h:arya Pro. Hanten
l>inas Pcrtanian dan l'eternakun Prop. Hanten
Pcnycdiaan l>nL<;arana J)asar l\:1nuki1nan Ka\vtL-.an
Agropolitan 1)1.!sa Pusat Pcrtun1buhan
Pcrncanaan i Pengc1nbangan I !'cmbangunan Pertanian dan Petcrnakan
d. Bantum1 L<msung kcpada !'vla'>yarakt (BLfvt) di Kee. Nlcnt.'S
a. l\:n.:nl'anaan !)ED
h. Pdaksanaan kcgia1an pe1nbangun;:m :
- Jin. Lingkungan LJ5 i'vl - J In. Sctapak 560 !'v1 (J In Lingkungan Kp. Rcngal Ds. Karyasari
a. Pcnyusunan Rcncana ()pcrasional Rintisari Pcngc1nbangan Kawasan Agropo!itan Kah.Pandcg!ang
b. Pcngadaan tcrnak Kcrbau (40 orang) di KEc. Menes 24 ckur dan Kee. Panimhang I 6 ckor
"l'crsclcnggaranya bantuan langsung kcpada 1nasyarakat di Kee. ivtcncs untuk pcngrajin cmping <li: -Ds. Kcnanga -Os. Tega! \Vangi -Ds. 1\las \Vangi -l)s. Purwun9a -Ds. Menes
rcrhangunnya jalan lingkungan I Jin D~. Di k<nvasan Ds. Karyasari
J'crhangunnyaj In. Se1apak dan saluran sl.!"kunder di k;nvasan J)esa Kary<L<>ari
1511.1100.1111
430.0110.1100
J0.000.01)0
4011.000.000
829.iHH.OOU 110.600.000
250.000.000
Agiustus 2003
April-Juni 200J
Juli-()k!ohcr 2003
Juli-Sept 2003
Juli-Sep'. 2003
Pcnycrahan BLM Tg!.20 Agustus 2003 dcng<ul APE
!"1.!"lah dilai..sanai..an
Pcnyu luhan/Sosial isasi Pcrnbcrian Bantuan
J>claksanaan ht.:rtahap sdl.!"sai tgl 25 Sept 03
I ·-----~-----L-...--------'----- .. ___ __J
~ ..... ~
c.l>cngadmu1 kios sarana 100.000.000 Juli-()ktohcr 2003 pro<luksi pcrtaniw1 <lan pctcrnakan (2 buah)
d. Pcngadmm alaU1nesin 100.000.0txl Juli-()ktober 2003 pcmbuatan pengelolaan pupuk orgru1ik (3 unit}
! c. Bantuan hihit durimi 17900 269.180.000 Sept-()kt 2003
I bi bit
-~" I --=·~~si J_~rny~-K~gillt~~J-~cgiatan~h)ck PckecjaaI~~~tput _____ _ Alok11si Dana
(Hp)
.J:1dwal Ke}!iatan
·ruhapan Kcgi:ilan
-~·-.-.... -_, _______ i __ , ____ , ________ L .... -·-·----·-~·--------1
ALOKASI DANA Al'llN
Ditjen Tata Perkot:utn dan Tata Pcdcsaan Kl~IPRASWll.
- - --· L --- - -- -- -·-----
a.l\:nyusunan ni:L-;tcr Plan K;nvasan Agropo!i1an (i\lcnt:s)
h.!dentifikasi kebutuhan P dan S KHvlPRAS\Vll. un1uk 1ncndukung Ka\\·asan Agrop()]itan
·1·crsusuny;1 arah pcngcinbangan ka\\·asan agropo!ilan Kci.:. ivlenes Kah. Pandeglang
rcrscJianya data akurat n1engcani kchutuhan riil P dan S Ki1npras\vil di \Vilayah agropolitan schingga dapat dijadikan acuan da!ain p~nyusun;_u1 kebutuhcu1 P dan S di Kaw. Agrorolitan di 1nasa yang akan datang
2.4-f 1.939.000
I A 12.63~.0llO 14~_(){11).{){){)
49.660.000
Jun ·-·Nov 200~
Juni-Juli 2003
Prakualilik<L<ii 26 i\.-1ci s/d 16 Juni 2003 Proses !clang 17 Juni s/d 6 Agustus 2003 Pclaksa:.um 6 Ags - Des 2003
Pcnunjuk:u1 1.angsung 9 tv1ci 03 Pclaksanaan 14 tvk i s/d 11 Juni 2003
-~ =
c. Pcnyusumu1 l)ED Kaw<L'ian ·rerseJianya pcrcncanaan Pcnunjukan langsung
Agro tcknis pcrnbm1gu1um P 9 rvtd 2003 dan S Kin1pnL'>\vil yang 49. 700.000 Juni2003 Pclaksanaan 14 t>.1ci scsuai dgn kondisi s/d 11 Juli 2003 \vilayah sehingga diharapkan tcrbangun pen1hangunan pra.;;arana
Pi.:nunjukan Jang.sung
d. Pi.:mhaha.san l\1asti.:r Plan ·1·crsusunnya ri.:ncana 9 t>.1d 2003
Agropolitan di Kah. tcknis arah kebijakan Perintah 1nulai 14 ivtei
Pandeglang Penge1nbm1gan 8.<JS0.000 Juni-Sept 2003 Agn)politan 2003 Pclaksanaan 14 l'vh.:i
s/d I J Juli 2003
i.:. Sosialisasi Program I crscdian,;. a infonnasi l'cnunjukan langsung !)cngcmbangan Agnipo!i1an di bagi :iparat pcmcrintah ' 9 l\·Ici 2003
Tk. Kah dan K<nvasan Th. dan niasyarakat .Yang l\:rintah 14 t\ih:i 2003
2003 rncngL'!ahui latar Juni-Juli l\:laksanaan l-1 iV1L'i bclakang, lu,iuan, sasaran 13.46-LOOO 2003 s/d 11 Juli 2003 dan manl~iat pcngt:nibangan Kaw;L<;an
I Agn1politan sehingga dapat 1nendukung pdaksanaan Program
I Agropolitnn I I i I
f.Pt:ningkatanjalan poros dcsa Tt:rst:dianya jalan poros I
Tmnhahan .300 i\.1 scpanjang 5.7 Kn1 Ds. Penghubung antara kcbujakan dari
I pernukinl<Ul dgn k<nvasan I kontraktor
I lahan pcrtanian yg A gs· Nov inemadai dan scsuai dgn 1.129.750.000 2003
! kebutuhan masyarakat yaitu: I. JI. Kadul 1 lauk L ____ Ds. Tcgahvangi I
2.Jl. Cin1edang I -·-~
Ds A las \\'<HH.!.i J kni I I L1 I _____ ...l __ _
~
~
2
I
I I
B~ngpro
P2SDPP
Ll I
I
I Pcninekatan Prasanma dan Sarana Pcrun1ahan d:u1 Pc1nukin1an (di dcsa I\1cncs)
g.Pcn1antauan dan Pcngcndalian Pclaksanaan Agropo!itan
a. l\:ningkatan jL Poros Dl'sa scpanjang 2000 nH.:tcr
h. Pcningkatanjl. Porps Dcsa scpanjang 1865 1ndl'r JI. Kcbon jcruk-Kp Parompnng
c. Pcrnbangunan gudang hasil pcngclolaan ernping J:intai jernur. !os pcngrajin 1 unit
3. Jl.Cimcd<mg-Alun alun ~.1cncs 1 kn1
4. JI. Sin1ayin&'-Tcga!l~aros. Ds.Ala'>\\;_uigi
5. JI Tega! HarosKp.AhL'>wangi
6.JI. Kp. Kadu KaungKayu Jati I kn1
!1c1nanlauan dan 1:.valuasi Pdaksana:.m Agropolitan
l ln1uk mcnduh.ung pcningkatan pniduh.si
. pi.:ngdolaan tuL-.il dan j k.cmudahan pclay:~na11 I s1stl'1n transport:l-.1 yang
1 mcliputi k1.:giatan/ohyek
I pckcrjaan
13.0XO.OOO
I i
I 1.1129.3113.11011 400.000.000
I
90 hari
I kalcnder 373.000.000 25 Jul 03
s/d 23 Nop 03
I 256.305.000 I 1
I I j1
-~----~~-----L ........ ---- --·- . . . ...... J ____ ,, ____ i_ --- -------··---TOTAL APBD PROP+ APBN TA. 2003 4.192.969.00
-1;
La111pira:1 7
SITE PLAN PENGEMBANGAN
SITE PLAN PUSAT PENjUALJ.N HASIL f'ERfAl4lAN ASOSlASI PENGRAJIN EMPING (APE)
KAWASAN AGROPOLITJ'>N KECAM.\TAN IAENl:S KABUPATEN PANDEGLANG - PROVlNSI BANTEN
,\ · P:JSAT Pt:NJVAi.J\.'l C'\.EH·0L£.'i
B : AHEA ?N\KIR
( ; ITl.WAT PENJU/U.JI BIG!T
D : KAHTQr; PUS.A.T INF00.h'A5!AGROP0\.ITA.'I
ASOS\AS: PENGRA.JIN EMi'l!~G (!·PE}
E · A-"EA r:NGRAJ1t1
l l '.'USHCLLI..
,\! ros JAGA
/:ll
:l ()
0
(JOI
-··-=·-==·--=-~
r;cffit rR. !
1~1. __ ····• [_~_·
I
I
088
I ,r---~:; I
I ,
- ~s ;:.;
I~ ~ ::i
I
z :5 ~
"' t: ~
0
"· "
0 c: 0 oc; <O
IP
~
~i----1 "' ,3 0 z
211
2 <( ::: ,_.J ' p_. '
[J.:J :5 f-< - ~ Cf) ~
1.. 1 ENE S • .:mcdi_t;~ Pert_ar,ia·~--(thn_20.02') _____ ,,
=~:i ;Q-WCh --- -- ---------- :22. ls4~-8o ton
~;i_::::r.g _IaflOh~~- --~ -· Ti-42: ?78-t~----__ ----·-·---t::· .01or Q430.6 lt001
l<AbUp.i\TEN c;ERANG - I
:j-_,:g =-=~-~- --=~=~~~iSTO;~OiOn_ -.::-·;;Kung il 62,60 ton
~--7.::S~ ~~==~-==-~]32e.2_!on ·-=--- ~---~-. .. ..-··-··-..... ·-..... :-.-. /.· ·,_ .-i \ \._ .. .....-·· C'°d~~-
-~-=.:.:~oi!i_~s ~er'r:ebur.an fthn 2002) . ··-:. ·-.. ;:, -. . .._.· ' . (
·,e,:cv !l.397.00 ton ' '' 1 I ' - ~ I!) 1 "' ' · '1 _r'"""J'•'-"-"'
~ I ' I ' , .\,'i(,.;1.M11.:1Nri r:i''~, .. ,r,c<-1 \''G
~'." :·· .,··. p,,..,t:;:r.h~i1;
-:__ · C1~--~:f~·i,,1-iyo. \ ' ,. ..
, ~ ) ·.' "8A'it11i
.. ~ - ~5)3 S:.kui r Ci ptu9\Nq ;
:: ~-~~¥_!': ... -· :251,00 ton --- .. -----~-----
~ ._· ~-'.C_1? __ -- -- --- ---- ----- J1~~-~-~S'.:1 -' :moditas Peternakan (thn 2002)
. • •. ~IS~l.\···~- .-··., .:-·\--.... r *'P....:::._,-h1t.\N ( .._ ••
~=---;-::ic-sesor~----- ----··-·--·--Ti'69.a 1 o KQ-d091nQ--:.,::- .:.Jffo.wor - ~94,8 ton ..... _____________ ! ~S~~- -------·--· 11 ss.200 kg dOginq_~==·==l
" J _r-1 )' Pt.Ni11-tJ)'._.,:\G
, L / • . ...__.~ . ~..__;
P.>.T\.\. .. ' Bojo:.q_/· . ' " / · .. _-/ ..
Picu1><i •(
/ (
)
: ' "...:
. .-·---.
CiGtulis
......... , '~~~"' ,/ l\AbupATEN
, r·· . :··._)/'l{u1-1juf\
,ys')~~·: .. ·--.. ?---··:··::.::~?'' \ ... _:·_, ";() ../\ / • c· t{Gu CtbAllUNG • ..
,... . \.._ ;// • !MAN) e } _ ("_. /_) (J ( } ) Cikc(!
~, __ / "vc ,, .. ' \ ""i ( ---- -'---.. ' ' \ ,. : - -, ' } ,-· ., , -,j ,_
\ ~~ / ;_ i ----- . " ' "'- - .~ ~ "'-,' \ r-....., ,.l ___,_..,.,,..-.___, - "~
• LEbAk
11 1 I PEi~YUSUN1~i~ f-.1AS!E~ P!JiS-~
PE~~GE1·1Dt-:.NGAN Vv'\\-'i'i~,S/i._N I I j AGROPOLITAt; I
I 1G,mbac S 7
f.'ETA KP-.V/AS/:..,N AGR.o;;·oLlTAi·~ VJ\BUPATEN Pt'\ND~GU.J~G
B:i.r.'\5 Ku::;i."!J.'"'" E3:..rAS Mbcp.tn:.t> GA~is P:..:-.1;1.i AnrERi Prii~1£ri 0ATAS Pttopi:-..si
@ K:..wASAN AqnopoliTAN
{;) HiNT£nlANd
Slrnbd ; 8Al'EDA PROP. eANTEtl Th. 2X)
r--------------------~-----'~------_,1: D ~ ---· ! h """I _E __ ,_. ·G_,.,;.:-1-A--N-G--~! ~ BADA;;PERENCANPAN ~~R~)
KABUPATEN PAN D - 1 ~ PROPINS! EANTEN "''iv \-:i
Larnpiran JO, Pencntuan Bobnt Faktnr Ekstenial dan Faktor Internal
RC'Snonden I : A.~dfl Ekban11 Setda Faktor Ek.~ternul I,\ In le I J) E F G II I .I " lotul Bo hot
Pasar Domcsiik dan lntcmasional (Ai 2 2-r 2 3 2 I I 2 2 2 19 l),1)86
Kcmitman dcnuan Pihak Swas!n dan Pihak Lamnva (Bl 2 2 J J 2 2 2 2 2 2 22 0,!00 Tcrscdianya Krcdit Usaha Kccil & Mcncnuah <' ' J J J J ·' 2 J J 27 0.123 '
Pcrtumbuhan Ekononu Na.~mnal (0) ' I I 2 2 2 2 2 2 2 18 O,OlU '
tinl!kat inOasi san suku bunua Yan!! tmm1i IEJ I I I 2 I 2 I I I 1.1 0,059
Pcrdamm •an Be bas dan Tuntutan Standansas1 Pro<luk <Fl 2 2 I 2 I I I I I " O,lK14
Pcrsaml.!a11 iu1tar \Vilavah (G) ) ' I 2 J ) I ' 2 21 0,095 '
Pcnahanan dan Kcamanan Nasmnal iHl 3 2 I 2 2 ) 2 3 J 3 24 0,109
Otonorm Dacrah 1 l l 2 2 ' 2 J J 3 3 2 23 0,105 '
Pcrtumbuhan Pcnduduk \"ang Mcnin11kat ()) ' 2 I 2 J 3 2 I 2 19 0,086 '
Konsumsi Masyarnkat Mcnin!!kal tcrhadan r.roduk A!.!oh1sms ( K J 2 2 I 2 J J ' I 2 2 20 0.091
Total 21 18 13 22 27 26 19 16 17 21 20 220 t.nno
Resoonden 2: Ker.ala Btt"""d!I Fnklor Ek.\lernal ,\ ll c II E F G II I ,J K Total Bo bot Pa.~ar Domc-s!ik da.r1 !nternas10na! (A) 2 ) ) ) J J J 2 2 ) 27 0,122 Kemi1raan rlcngan Pihak Swas1a dan P1hak Lamn\a fBI 2 2 J ) 2 J ) ' 2 J 24 O,JIJ'J
Tcrscdianva Krcdit Usaha Kee ii & Mencnl!ah <CJ I 2 2 J ) ) 2 J 2 ) 24 0,10')
Pcrtumbuhan Ekonomi Na'>ional ( D l I ...!.. 2 2 2 2 2 2 2 2 Ill 0,081
Tinl!kat !nlla~i dan Suku Bun •a vanl! lllw1!1 <El I I I 2 ' I 2 2 2 2 !(i 0,072 '
Pcnlal!an •an Be has dan Ttmtu1an S1andarisa.~1 Pr0<luk 1 Fl I ' I ' 2 3 2 J 2 2 21 n,095 ' '
l'crsamc.rm antar \Vilavah (GJ I 2 I - J I 2 2 2 2 20 0,()')0
Pcnahaniu1 <lan Keamanan Nasional (I!) I I 2 2 ' 2 2 2 ' I 17 O,tri7 '
Otonom1 Dacrah (I l 2 2 I 2 2 I ' 2 2 I 17 0,077
Pcrtumhuhan Pcnduduk van' Menm·•kat Ul 2 ' 2 2 2 2 2 2 2 I 19 0,086 '
Konsumsi Masv:irakt1t Mcninukal tcrhada 1 Prrl\\uk Al!nh1~ms l Kl I I I 2 ' 2 2 I J 1 18 0,()8]
l'otal IJ 16 16 22 " 21 24 21 2J \ 21 2\l\ 221 l,000
Hc-s1wndc11 3: Kenala Dlnns Pcrtanian Faktor Ek.~lernril l\ IB iclu E F (; II I .I ' rornl Bnhot Pa..~ar Domcsuk <lan lntcmasional (Al I I I 2 I 2 J 2 I I ' "' 0,073 Kcmitraan denuan Pihak Swnsta dan Piha\..: Lainma !B) ) 2 3 J 2 2 2 2 2 2 2J 0,105 ferscdianva Krcdn Usnha Kccil & Mencni>ah (Cl J ' 2 ' I I 2 2 ' J 20 1\,091 - '
l'crtumb11han Ekonomi N11s1ona! (UJ ' I ' 2 2 2 2 2 2 2 19 0,0SI> '
Trnl!kat JoOasi dun Su\..:u Bmwa yanl! Ttnl!gl <1:1 ] I 2 2 2 2 ' 2 2 211 0,0',l[ ' '
Perdal!aJH~an Bcbas dan Tuntutan Standarisa<>i Produk !Fl 2 2 J 2 2 2 2 2 ' 2 21 U,ll<J.5 -Pcrsnin1mn antar Wilavah (G) I ' J ' ' ' 2 2 2 2 211 l\,{l'J]
' -~ '---'-Pcrtahanan <lan Kcnmanan Nasional {!ll 2 2 ' ' ' ' ' 2 ' 2il n,091 ' ' -Otonomi Dncrnh I!) 1
' ' 2 2 2 2 ' 2 2 21 0,095 '
Pcrtumhuhan Pcnd11duk van!.! Meninl'kal (J) ] 2 2 2 2 2 2 2 2 2 21 0,095 Ko11sums1 Ma~•arakat Mcnini:?kat terhadan Produk /\l'rilnsn1s I KJ ' 2 I 2 2 2 2 2 I 2 2 19 H,086
'
Total 24 17 20 21 20 '" 20 2ol 19l J9 21 220 I,()(){)
R~pondl'.'n 4: Akademi~i fl'emb;intu Delrnn Ill F.E l-ntirtu) Faktor Ek.~ternal "' IJ IC llJ E F G II I .I K l'otal Bohol Pa~ar Domcst1k dan lmerna~1onal !AJ ' , , J ) J 3 2 I I I 21 (),09:'
Kcmitrnan tlctll!an Pihak Swnsti1 tlan Pihak Lainnva <BJ I J 3 3 J 2 I I I 19 0,086
rcrsctlianva f.::rcdit Us.'lha Kcci! & f<.-kncrll!ah I Cl .' J ] ~ cl. 3 J I I 26 IJ,l 18 Pcnurnhuhan Ekonomi Na.~ional fDl I I I ) I 2 I I I IJ \\,059
l"muka1 lntlas1 dan Suku Bunim v<mi! T1-n!!l!i IEl I I ,_I_ ) I I I I I I 12 0.()55
Pcrd:rnanuan Bcbas dan Tun1utan Stanlians<L~1 Produk ( 1-1 I I I I J I I I I " 0,064 f'crsamuan antar \Vilavah ( G i I .+ ,_,_ .1 ~- I J I I I 16 0,073 Pcrtahanan dan Kcamanan Nasional! I! 1 2 \ 2 ) 3 I ) I I 19 0,086
Otonomi Dacrnh Ill .1 3 I 3 3 J 3 I I I 22 n.100 Pcnurnbuhan Pcndud11k van<> Mc111nokal (J) 3 J ) 1 J ) J 3 J I 28 0, 127 Kon:;umsi /'vtnsrarakat /\.-kni11ukat tcrhmla•1 Prntluk Ai:ribisnis rK) ) 3 3 J 3 3 3 " ) 3 JD 0, IJ(, Total 19 21 14 27 28 26 " 21 18 ll IOI 220 1,000 J
Res1wnden 5; Din115 Peternakan fKf'nala Sek.~i P('nYeb:iran lk\\an) Faktor Ekstf'rnal I..\ BICID E F G II I ,J K To!al Bobot Pasnr Domestik dan lmcmasional (Al ' ! ! 3 3 ' ) ' ' ' ' 22 O,!flO Remitraan dcncan Pthak Swasta dan P1hal Lamma '"' ' I ' 3 J ' I I ' I 18 0,082 Tcrsedirul\'a Krcdit Usaha Rccil & 1'.lcncnt>ah !Cl J 3 I 3 3 3 I ' I ' 22 f),]i}(l
Pcnumbuhan Ekonomi Nasional ID) I ' ) J J 3 ' ' 3 ' 24 0.109 rurnkat ln!lasi dan Suku Buntia V<lnP Tinv!!iH'.) I I I I 2 ' I I I I 12 0,055 Pcrdai.rnngan Bcbas dan Tumu1an Standnrisasi Prociuk (Fl ' I I I ' ' I I 2 I 14 O,O<H Pcrsaingan antar \l/1!avah CG) I ' I I ' ' I I I I IJ 0,059 Pcnahanan dan Kcamanan Nasional (H) ' 3 J ' ) ) J 2 J 2 26 0,118 Otonom1 Dae rah l I) ' 3 2 ' ) ) J 2 ) ' 2S 0,114 Pcnumbuhan Penduduk vang Mc111nc:kat tJ) ' ' 3 I 3 2 ) I I I 19 0,086 -Konsumsi Masvarakat Mcninl!kat cerhadall Produk Aenbisms (Kl ' ) ' 2 J J ) 2 ! 2 3 l5 0,\ 14 -Total 18 22 18 "' 28 26 27 1-1115121 151 220 1,000
R d 6 K bd. P l'!inon en ' a.~u m crtanian d 1· I '" \.C iutnnan "" ! !IOI! - ·on1Hni d ll!lllC a Faktor E~tcrnnl '" JI j(" Ill E F G II I ,J K Total Bobo! Pasar Domestik dan lntcmasional (Al 2 I 2 3 2 I I 2 2 2 19 0,086 Kcmitrnan dcnnan Pihak Swa..~ta dan Pihak Lamnva 18) ' ' ) ) ' ' ' ' 2 2 22 ll,100 Tcrscd1anva Krcdit Usaha Kcci! & Mcncnoah 1C) ' ' ) ) ) ) 2 ) ) 27 0.123 -Pcrtumbuhan Ekonomi Nasional fDl ' I I 0 ' ' 2 2 2 2 18 0,082 Tin1•kat lnflasi dan Suku Bu111m ~·ang Tmgci tEJ I I I ' ' I 2 I I I IJ 0,059 Pcrdat•am•an Bcbas dan Tuntutan Standarisasi Produk !Fl 2 ' I 2 2 I I I I I " 0,064 Pcrsaingan antar \l/ilavah (Gl 3 ' I ' 3 J ' I ' ' 21 0,095 -Pcnahanan dan Kcamanan Nasional fr!) ) ' I ' ' 3 ' 1 ) J " il,109 Otonomi Dae rah (!) ' ' ' ' ) J ) I 3 ' lJ 0,105 - - -Pcnumhuhan Pcnd11d11k rmw Mcnion~kat (J) 2 ' I 2 ) J ' I I ' 19 11,0~6
Ronsumsi 1\.1a..~\'arakat Mcninl!kat 1crhadan Produk .A.l!nb1snis ( K) ' ' I ' ) ) ' ! ! 2 ' 20 0,091 Total ll 18 I) 22 27 26 19 16! 17121 201 220 l,{l{IO
Resnondcn 7: Sckretarl.~ Asosia.<1i PenE:raiin Emninl! Faklor Ek.\lcrnnl L\ B IC ID E F G II I .I ' rntnl HuhtH
Pasar Domeslik dan !ntemasional (A) 3 3 ! 2 ) ' ' ' I ) 3 24 O,lilJ Kcmitrnan dcrwan Pihak Swasta dan Pihak Lainn\'a (BI I ) ' ) 2 ) 2 2 J ' 23 0,099 fcrsed1anva Krcdu Usalia Rccll & Mcncrwah {CJ I ) ' 2 ' 2 ) ' ' ' 21 0,09! Pen11mbuhru1 Ekonomi Nasional (0) ' ' - ) 2 ) ' ' ' 2 22 0,09.5
Tingkat lnflasi dan Suku Bunga vang Tinggi (E) I 3 2 3 I I I I ' I 16 0,069 l'crdal!mHmn Bcbas dan Tuntutan Standaris.15i Produk rFl ' ' ""T':: J J 2 J ' ' 2J 0,099 -Pcrsain1rnn antar \Vilavah <Gl ' ) ' J J I 2 I ' I 20 0.086 Pcnahanan dan Keamanan Nasional <!-!) ' ' I ' ) 2 ' 2 ' ' 20 0,086 Otonomi Oaerah (!) ) ' 2 ' ) I ) ' 2 I ll 0,091 Pcrtumbuhan Penduduk \'fill!~ Meninl!kat (Jl I ) ' ' ' 2 ' ' ' 2 20 0,086 Konsumsi Mas\'arakat Meninl!ka1 tcrhadan Produk At!nb1s111s (K) I ' ' 2 ) ' ) ~ ! 3 ' 22 (),095 Total 16 25 21 22 28 17 " 21Hl9122 18! 232 l,000
Resoonden I :A.~da Ekban1• Sctda Faktor lntl'rnal .-\ ,n c D E F G II I .I K Total Bo bot
Komitmcn Pcmennrnh Pandel!lan • rAl 2 2 2 2 J I 2 J 2 2 19 0,087
Lah an Pertanian van1• Cuf..u) Luas (Bl 2 2 2 2 2 I 2 2 2 2 19 0,087
Sumber Dava Manusia C 2 2 2 ' 2 2 2 2 2 2 20 0,()<}2 -Sur.ma dan Pra.."-arana IDl 2 2 2 2 2 2 2 J ' 2 21 tl,096 -Posis1 Kabupa1en PandcJ'lanl! van!! Strn1cl!!S l El 2 2 2 2 2 I 2 2 2 2 19 o.mn K<.x1rdinasi (Fl I 2 2 2 2 I 2 J 2 2 19 0,087
Kctcrscdiaan Dana un!uk Pcnl!cmbanl!an Al!ro[l{1h1an ({il ) J ' 2 J J 2 J ' ' 15 ll,I 15 - - -Pcncli11ru1 dan Pcnccmban 1an (I-\) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 lll 11,092
Pcnvamnaian llasil Pcnchtian dan !nfom1asi Pasar i ! l I 2 2 I 2 I I 2 2 2 Jfo ll,07J
Pen!! •uru\.1.!l TcknoloPi Tcnat Ciuna rJ 1 2 2 2 ' 2 2 2 2 2 2 lO 0,092
Kualuas Produk ft\:) 2 2 ' 2 2 2 2 2 ! 2 ,_
lO 0,092 -Total 19 l I lll 19 l I 21 15 :mi 241 201 201 l 18 1,000
R~nonden 2 :Kcpala Balli'da f'nktor Internal ! ,\ B!CID E F G II I .I K Total Bo bot Komnmcn Pcmcnntah PandegJang (Al 2 I I 3 ) I I 2 2 2 I 18 (1,082
Lah an Pcrtanian vam! Cukup Luas (8) 2 I I J I 2 I 2 2 2 17 11,077
S1m1ber Dava Manus1a C: J J J 2 I 2 2 2 2 2 ll O,JOO Sarana <lan Prasamna (DJ I J I 2 2 2 ' 2 2 2 19 11,086 -Posisi Kabuoatcn Pandc!!.lanl! van!! Stmtel!is (El I I 2 2 2 2 2 2 ' 2 18 0,08.'. -Koordinasi (Fl J J l 2 2 2 2 2 2 2 lJ 0,!05 Kcterscdtaan Dana untuk Pcnt!.ernbanl!an Al!to[l{\l1tan (G l ) 2 2 2 2 2 2 ' 2 2 l I 0,095 Pcnclman dan Pcnl!t:mbaiwan 1 H) ' l ' 2 2 ' 2 ' ' 2 ll 0,{)95 -Pt:nvampaian Hasil Penclitian dan lnformasi pa_,ar ! ! ) 2 2 2 2 2 2 2 - 2 2 lO 0,091
Pcni!l!Unaan Teknolol!i Tenat Guna Ul ' 2 2 2 2 2 ' 2 ' 2 20 0,091 - -K11ah1as Produk IK) l 2 2 2 2 2 2 2 2 2 l I 0,095 Total 22 lJ 18 21 22 17 19 19 lll lll J9 220 1,0110
Rc:1oondcn J :Kenala DimH Pcrtaninn Faktor Internal .\ B c J) E F " II I .J ' rota I Hobo! Komllmcn Pcm<.:nntah Parn.kl!!ang (Al 2 2 ' 2 2 2 2 2 2 2 20 0,091 -Lahan Pcrtanian van!! Cukup Luas (BJ ' . 2 2 2 2 2 2 2 2 lO 0,09! . Sumt)¢r Dava Ma1rnsia C. ' 2 2 2 2 2 2 2 2 ' lO 0,09! - -Sarnna dan Prnsaraiia (!J) 2 2 . 2 2 2 2 2 2 2 20 0,091 -Posisi Knbupa1cn l'andeglanl! \'ang strnlcl!iS !El 2 2 - 2 2 2 2 2 2 2 lO 0,091 . -Koordina..~i !Fl 2 2 ' 2 .. 2 2 2 2 2 2 211 0,091 Kcterscdiaan Dana untuk Pcnl!cmbangan A!!.TO!}()!itan !Gl 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 JO 0,091 l'cnclitian dan Pengcmbanl!an (/-[) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 0,091 Pcnvampaian Hasil Pcnclitian dan lnfonnasi Pasar ( I l ' 2 2 2 ' 2 2 2 ' 2 20 0,09]
Penl!l!una:m Tekno!ol!i Tcoat Guna Ul 2 2 ' 2 2 2 2 2 2 2 lll 0,091 K11ahta..~ !'rodul.. (h) 2 2 ' 2 ' 2 2 2 2 2 lll 0,091 -Total lll 211 20 211 lll lO 211 .to 211 lO 211 220 !,!}()()
d " knd lo' R~oon en :A cm s1 (Pcmhantu Dclurn Ill F.E t:n!lrtu) Faktor lnlernnl I " BICIU E F G II I ,J ' Totnl Bohul
Komumcn l'!!rncrintah Pandl!!!.lanl! fA) ) J I l I ) J I I I lll 11,091 !.~1han Pcr1anian ~·ang Cukup Luas {G) I J J ) J I I I I I 18 0,082
Surnber Dava Manusia 0 I I J ) ) l I I I I ltt 0,082 Saran a dan Prasarana ID) l I l J l J ) J J '" 0,J IH
l'os1s1 Kabuoatcn Pandcglang vang stratcc_is (E) I I I J J l J J 211 0,091 Koordina.~i CFl J I I I J J J l2 0.100 Kc!crscdiaan Dana untuk Pcnl!cmban!!m1 Amonol1tan (Gl I J I I I I I I J.j {),064
Pcncli1ian dan Pencembam•an /HJ I J J I I I J J I I Ill U,082 Penvamoaian l-la..<;i[ Pcnclitian dan l11formas1 Pasar ( ! ) l J J I I I J I 3 I lll 0,0')J Pcnom•naan Teknolol!i Tcoat Gunn (J) J ) ) I I I J J I 2 ll 0,095 Ku ah ta~ Produk fK) J J ) I I I J J J 2 lJ 0,1115
Total 211 l2 l2 " 211 18 26 2l 10 19 17] 2211 l,000
Re11Xlnd('n S:Dinus Petcrnukan lh:('nala S('k\i l'envchurnn llC\\Un)
Faktor Internal A B (' D E F G II I .I K Total Bobm
Komitmcn Pemerintah Pandci!lanl:' IAI ' ' ' ' ' ' J J J ' 2 lJ 0,105
!.ahan Pcrtanian vant> Cukuo l.uas On ' ' J J 2 J ' J 2 2 25 ll, 1\.1
Sumber Dava Manusia C ' ' J J ' J ' J 2 2 " 0.114
Sarana dan Prasarann (!)) 2 I I J ' 2 ' J ' 2 l 1 0,095
Posisi K:1buoa1en Pandcclang van1• s1rn1cc1s (El - I I I ' ' I ' ' ' 18 lJ,082 -Koordmasi IFl ' ' ' 2 ' I ,, ) ' ' lll 0,1191
Kcicrscdman Dana untuk Pcnm:mbanr't\11 Aurooo!nan IG l I I I ' ' ,\ 3 ' ' lll 0,091 Penclitian dan Pcngembam.mn (Ill I I I I I ' I J ' 2 " (),{168
Pcnvamnaian Hasil Pcnelitmn dan Jnfonnasi Pa~ar I I l I I I I 2 I I I ' 2 13 0,059
Peni!1•unaan Tcknoloui Teoat Guna dl - ' 2 ' ' 2 2 ' 2 I J9 0,086 -Kua!Jtas ProJuk /Kl ' ' 2 ' 2 2 2 ~ ! 2 3 21 0.095 Total 17 " 19 19 l2 20 211 2sl 21l 21\19 220 1,000
Resoondcn 6: BidanP Ekooomi Banneda Kasubdin Pcrtanian dan h:chut.anan Faktor [nf('rnal ,\ n!c D E F G II I .I K Total Bo bot Komitmcn Pcmcnntah Pande,,lanc 1 A) ' ' 2 2 J I ' J 2 2 21 0,095
!.ahan Pcnaninn vang Cukuo Luas (Bl - ' 2 2 2 I ' 2 2 2 19 0.086 -Sumbcr Dava Manusia C ' - 2 2 2 2 2 2 2 2 20 0,090
Sarana dan Prasarana ([;) ' ' 2 2 - ' ' J 2 2 21 0,095 " '-"- ~c
Posisi Kabuoaten Pandcu!ang vanu Strntcuis IE i 2 ' 2 ) I 2 ' 2 2 211 0,090 KoorJmas1 IF\ I ' 2 2 I 2 3 ' 2 18 0,081 Kctcrscdiaan Dan<i untuk l'clll'<.'11ibancan A1•ronol11ai1 (li l ) ) 2 2 J 3 ' - ' 2 25 O,! 13
Pcnclitian dan Pcnl!cmhan1mn l!ll ' 2 ' 2 - - 2 20 O,IYJO ~ ~
Pcnvamnaian Jiasil Penchtran dim lnfomrnsi Pasar ( I 1 I ' - I ' ' I ' 18 0,081 -l'cni!1Itmaan Teknolovi Tenat Guna (Jl 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 0,090 Kualitas Produk iK) 2 2 ' 2 2 2 ' 2 ' 2 20 O,O<JO
Total 19 21 211 19 20 22 JS ;!O 26 20 20 m l.OO<J
H.t:':'! ionden 7: Sekrctaris Aso.,h1.~i Pen·•niiin Emninl' Faktor Internal .\ II (' f) E F " II I .J ~ l'otal llohot Konutmcn Pcmcrinlah Pandc '!an!! (A) I 2 I 2 2 I ) 2 ) ' l'l 0,08(1
Lahan Pcnanian van' Cukun Luas !Bl ) 2 J ' - - ' ) ' I 22 0,100 - -Sumbc-r Daya Manusia C - 2 ' ) 3 ' J ) 3 2 25 ll,114 -Sarana dan Prasarana 1 D1 ~ i-J. 2 ' J 2 2 ' 3 2 22 tl,100
Pos1si Kabuoa1cn Pandc1!lan1I van!! Strateuis (E) - 2 I 2 2 ' 2 2 ) 2 20 0,09\
Koordirut~t (Fl 2 2 I I ' 2 ' 2 J 2 19 0,086
Kc!erscdiaan Dana untuk Pcn11embanuan A 'ronoluan !Gl J 2 2 2 2 2 2 2 I 2 20 0,i)IJ! l'enc!man dan Pcn1!cmban1,nn (!-!) I ' I 2 2 2 2 2 ' 2 18 0.082 Pcnnunpaian !lasil Pcnelitian dan !nfonn;L~i Pasar ( I ) ' I I ' ' 2 ' - ' ' 18 0,082
Pcn~i.?unaan Tekno!og1 Teoat Guna (J) I 2 I I I I 3 ' 2 I " 0,068 Kunluas Produk (K) ' ) ' ' 2 2 2 2 I 2 3 " 0.100
Total 21 " " 18 lll 21 20 22122125 181 220 l,000
La1npiran J ! . Rata-Rata Pcncntuan Bobot Faktor Ek sternal dan !ntcn1al
Rata-Rata Peneutuiin Bohol Faktor Eksternal Faklor Ek.<;lernal
I 2 J PEl.ll:\NG Pasar Domcstik d:ui lntcrnasiona! (A) 0,086 0,122 0,073
Kcmitraan dcngan Pihak Swa-;tn dan Pihak Lainnva (Bl 0,100 0.109 0.105 Tcrscdianva Krcdit Usaha Kecil & Mcncngah (C) 0,123 0.109 ()J)9J
!'crtumbuhan Ekonomi Nasional (D) 0,082 0,081 0,086
Otonomi Dacrah (I) 0,105 0J)77 0,095 Pcrtumbuhan (>cnduduk vang lvknin!!kat (J) 0.()86 0.08(1 0,095
Konsumsi lvla.,;yarakat Mcningkat tcrhadap Produk A!!ribsnis (Kl 0,091 0,081 0,086
ANCAMAN Tingkat ln!lusi dan Suku Bunga vang Tim:w..i (E) 0.059 0.072 tl,091
Pcrdm~anrrnn Bi:ba.,; dan Tuntutan Standarisa'ii Produk ( F) 0.064 0.095 0.095 Pcrsaingan m1tar \Vilavah (G} 0.095 0,090 0,091
Kondisi K.camanan vang tidak Stabil {H) 0,109 0.077 0,091 To1al 1.000 1.000 1,000
Hata-i{ata Pl'llt'Uluan Bohol Faklor lnltrna! ~-Faklor ln!enrnl
I ' J KEKllATAN Kcbijakan/Komitmcn Pcmcrintah Pandeglan" (A) 0,087 0.(J82 0.091 Laban Pertanian vang Cukup Luas (B) 0,087 0.077 0,091
Sarana dan Prasarana vang mcmadai (D) 0.092 0,077 0.091 Posisi Kabuoaten Pandeglang vang Stratce:is (!-;) 0,097 0.100 0.091 KnnnJiml"i antar din as terknit dim ncn!! a1'?nionlitan (Fl 0.087 0.105 0.09\ KELEI\J..\llAN Sumbcrdava Manusia {'; 0,092 0,100 0.091 Dana untuk Pcngcmhangan Al!.nmolitan ((il 0.115 0,095 0,091
Lcmbal!.a Penclitian dan Pcngcmbangan {l l / 0,092 0,095 0,091 Pcnvampaian Has ii Pcncli!ian dan lnl\xnn.L<>l pasar (!) 0.073 0,091 0,091
Pcnogunaan Tcknokwi Tcrat {iuna (J) 0.(J92 0.091 OJ/91 Kualitas Produk (K) OJ/92 0.095 ()_{)\)\
Total
Resnouden
4 5
0,095 0,100 0,086 0.082 0,118 0,100
0,059 0,109 0,100 0,114
0.127 0,086
0,136 0.114
0.055 0.550 0,064 0.06-l 0,073 0Jl59
0,086 0,118 1,0110 1,0011
H.csnoutlt•n
4 5
OJJYI 0.105 ().()82 0,114
O.! 18 0.095 0,091 0.082 0.106 O.(l9J
0,082 0.114 0.064 0.091 0,082 0.680 0,091 0,059 0,095 0.0:\6 0.105 (\.()95
6 7
0,086 0,1 OJ
0, I 00 0,(~)'J
0,123 0.091
0.082 0,095 0,105 ().09!
0,086 0.086 OJJ91 0.()95
0.059 0.069
0.064 0.099
0.095 0.086 0.!09 O,OX6
1.000 1.000
6 7
OJJ95 0,095
0.086 0.086
0.095 0,095
0,086 ()JJ90
0.081 I 0.081
0,090 0,090
0.(ll 3 11.113 0,090 0.090 0,081 0.081 0,090 0.068 0.090 0.100
Riita-l{ara Bohot
0,095 0,071
O,IOS 0,085 0,098 0,093 0,099
0,JJ6
0.078 0.084 0Jl97
1.000
Hala-Hala Bohol
0.092
0.089 0,095 0,091
0.092
0.094 0.083 0,174 0.(J81
0.088 (J,095 l,flOO
' !"" ~
Lan1piran 12. Rata-Rata Pcncntuan Rating Faktor Ekstcrnal dan Internal
- -- -----
Faktor Eksternal I 2 J
PEl,l!ANG Pasar J)omcstik dan lntcrnasional (A) 2 2 .J Kcmitraan dcngan Pihak Swasta dan Pihak Lain (B) J 4 3 Tcrscdianva Krcdit lJsaha Kccil & Mcncrw.ah (C) 3 4 2 Pcrtumhuhan Ek{1rn1rni Na-;iona! (!}) 2 J 2 Otonon1i Dacrah (I) 4 4 J Pcrtumhuh11n Pcnduduk vang Mcningkat (J) 2 J J Konsu1nsi Masyarakat l'vknin~kal tcrhadan Pn1duk Agribisnis ( K) 2 .J 3
ANCAt\.1AN Tingkal lnll:L..;i dan Suku Bunga vang Tinggj (E) I J 3 PcrJagangan lkhas dan Tuntutan S1and;irisasi Prtiduk (F) 2 J J Pcrsaingan antar \Vila\ ah((;) J J 3 Kondisi Kcarnanan \ling tidnk St;1b1l (!I) 2 2 J
Rllta-Rata Hatiug l't•1wntm-111 Faktor l111ern:il I Faktor lnll"rnal
' 2 J . h:Eh:t:ATA!\ Kcbiiakan I Komitrncn l'cmcrimah P:wndc!!lang (A) 4 I ·1 4 l,ahan Pcnanian \'all!l Cukun l.ua:. I lJ) 4 I 4 4 Sarana dan Prasarana (DJ 4 I 4 4 Posisi Kahupaten Pandcgiang \·an!! S!rateµ.i:... (El 4 I 4
~+··· Klmrdinasi anlar dinasd12n pcn!lcmbangan a!ln.molilan (Fl .J 3 KELE'.\-IAllAl'li Sumbcr Dava /l.-1:musia '-(' 2 2 2 /);ma untuk Pcn!!i.:-mb.:11112an A!!.n1nl1t11an !G) 2 I I Iklwn Tcr:...cdianva Lcmbaga !'cndi1ian llan !'cnucmhanuan (I!) 2 2 2 Pcnvamnaian llasil l'cncli!ian dan lnrormasi Pa:.ar ( l ) ' 2 2 PCIH!!lUnaan TcknohH!i Tcp:ll (iuna (.I) 2 2 2 Kua!iws Produk (!\.) 2 2 I
Rcsoondcn
4 s
2 I ·1 J 4 J 2 2 3 J 3 4 .J 4
I I I I 2 2 2 I
Ht•s wntkn
4 s
·' I -1
4 J J 4
L} 4
3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
I 2 I 2
6 7
J 2 2 J 2 3
J 2 3 2 2 4 J J
I .1
2 1 2 2 4 4
6 7
4 4 4 4 4 4 4 4 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Ruta-Rata Hatin"
2 3 3 2 3 3 3
2 2
2.5 2.5
Rata-H.atu ll:Hing
3.5 35 3.5
······\°
2 !.5 2 2 2
1.5
...,___ ~
\...si
l.atnpinm 13. Pcncntuan Prioritas Stratcgi Bcnfosarkan iY1atriks QSl'N1
Faktor-Faktor Sukses Kritis Bohol AS 1
PcluanL' 1. Pasar domestik dan lnlcnulsional 0.095 4 2. Kcmitraan dcngan oihak s\vasta 0.071 4 3. Tcrscdianva krcdit usaha kccil dan 1ncncngah 0.108 3 4. Pcrtun1buhan ckonomi nasional 0.085 3 5. Otono1ni dacrah 0.098 3 6. Pcrtumbuhan pcnduduk vang n1cningka1 0.093 3 7. Konsunisi n1asvan1kat 1ncnini!kat tcrhadao nro<luk agribsnis 0.099 3 Ancmnan J. Tingkat inllasi Jan suku bunga vang tin2gi 0.136 2 2. Pcrdaeangan bcbas dan tuntutan standarisasi produk 0.078 I 3. Pcrs<Jin!!an antar \Vilavah 0.084 I 4. Kondisi kearnanan v;:mg tidak stabil 0.097 2
1.000 Kekuatan I. Koinitn)Cn Pcmcrintah Kabunaten Pandctdant?. I 0.092 3 2. Lahan nertanian vang cukup Juas 0.089 4 3. Sarana dan prasarmui vang 1ncmadai 0.095 3 4. Posisi Kabuoatcn Pandcolan2 van!! siratcgis 0.091 4
5. Koordinasi antar dinas-dinas tcrkait dalam pcngc1nb~!Y~J;.~!,.,~.!?:.r.l.)P~.~.U~~.'.! 0.092 I 4 Kelcmahan I. Su1nberdaya nianusia I 0.094 3 2. Dana untuk pcnge1nbangan agrooolitan 0.083 3 3. Bdum tersedianva lc1nbaga pcnclitian Jan ncnocn1bm1£an 0.174 3 4. Pcnymnpaian hasil ocnclitian Jan in!Onnasi nasar 0.081 4
5. Penggunaan tcknolu11i tcpat Puna 0.088 4 6. Kualitas produk 0.095 4
Total Nilai Daya T:.1rik 1.000
ALTERNATIF STRATEGIS
TASI AS 2 TAS2 AS 3
0.38 3 0.285 4
0.284 3 0.213 4
0.324 4 0.324 3 0.255 - - 3 0.294 3 0.294 2 0.279 2 0,186 3 0.297 4 0.396 4
0.272 I 0.!36 -o.on 4 0.312 3 0.(l84 3 0.252 3 0.194 I 0.097
0.276 4 0.368 )
0.356 ) 0.267 4
0.285 3 0.285 4
0.364 3 0.273 4
o.,3c~s L~1 __ 0.276 3
0,282 2 0.188 4
0.249 4 0.332 -
0,522 -' 0,522 2 0.324 2 0.162 3
0.352 ·' 0.264 4
0.38 3 0.285 4 6,-199 5,717
TAS3
0,38
0.284 0.324 0.255 0.196 0.279 0.396
-0.234 0.252
0,274 0.356 0,38 0,364
0.276
0.376 -
0.348 0.243 0.352 0.38
5,9-19
...____ w <;,:)
Lampiran 15. Petunjuk Pengisian Kuisioner
PENENTUAN FAKTOR EKSTERNAL
faktor ekstemal penelitian 1111 adalah foktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangar. agropolitan di Kabupaten Pandeglang yang berasal dari luar
kawasan itu sendiri.
Petutunjuk Pcngisian :
No
I 2 3 4 5 6 7
>---8 9 10 11
l. Pemberian nilai positif (+) didasarkan apakah faktor-foktor tersebut
dapat menjadi pcluang c!alam mengembangkan agropolitan di
Kabupaten Panc!eglang. berikan tanda ( v) dibawah tanda ( +) pad a tabel
berikut ini. apabila faktor-faktor tersebut menjacli peluang dalam
pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang.
2. Pemberian nilai negative (-) cliclasarkan apakuh faktor-foktor tersebut
clapat menjacli ancaman dalam pengembangan agropolitan di
Kabupaten Pancleglang. berikan tancla (v) dibawah tanda (-) pada tabel
bcrikut. apabila ll1ktor-li1ktor tersebut dapat menjadi ancaman dalam
pcngembangan agropolitan di Kabupaten Panclcglang.
---
Faktor Eksternal Pcluang Ancan1an I
+ - ----l -Pasar do1nestik dan internasional I Kernitraan dgn pihak S\vasta dan oihak Jainnva
··-~·--~-1 I
Tersedianva kredit usaha kecil dan menengah I I --·--·-·
~ Perturr1buhan ekono111i nasional ·------·ringkat inflasi dan suku bun~_Lang __ t~g_gi +-- ' ---------------< Perdagangan bebas dan standarisasi produk I
-~ j
Persain_gan antar \vilavah ____ j ___ I Kondisi kea1nanan vang tidak stabil ______ J I : - c
Oionomi daerah I \ Pertumbuhan penduduk yang meningk_;;-\___ ! ____ =J ------~ Konsum.si masyarkat meningkat terhadap produk l [ agr1b1s111s _ ----· __ , __ .. ____ J
/~ (
L a~ran 14 Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Kecarnatan Menes F'-- -·-·------- - -----·-·--------·----· -----------------·-··-No lJraian .Jumlnh I Relokasi Kebun 625 Ha 2 Kebun Percontohan 50 Ha 3 Pernbibitan IO Ha 4 Kantor Kecarnatan Menes I 5 Kantor Urusan Agarna I 1 6 Cabang Dinas Penddidikan I
7 P!'L KB I 8 Cabang Dinas Pertanian I 9 Cabang Dinas Perairan I 10 Cabang Dinas Kehutanan I
~-
11 Puskesrnas I --12 UPTD Pasar I 13 Pos dan G raha I . ··-14 PLN I
--------·· .. 15 PDAM I 16 BRI Unit I 17 Telkom I 18 Koordinasi Kebersihan I --19 Koramil I 20 Polsek I 21 Taman Kanak-Kanak I 22 SDNegeri I 23 Sekolah Dasar Islam Swasta I 24 Madrasah lbtidaivah Swasta I 25 SLTPNegeri I 26 Madrasah Tsanawiyah Swasta I 27 SMUNegeri l 28 SMU Swasta l 29 SMU Swasta I 30 SMK Swasta I 31 Madrasah Aliyah I 32 Perguruan Ting_gi I -------· .. ----33 SLB I 34 Masi id I 35 Mushola I 36 Pondik Pesantren I 37 Masilis Taqlim I
Posvandu .. ·-------!--------------
38 I 39 Balai Peneobatan I 40 Dokter Praktek I
PENENTUAN FAKTOR INTERNAL
Faktor internal penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang yang berasal dari dalam
kawasan itu sendiri.
Pctutunjuk Pengisian :
1. Pemberian nilai positif (+) didasarkan apakah faktor-faktor tersebut
dapat menjadi kekuatan dalam mengembangkan agropolitan di
Kabupaten Pandeglang. berikan tanda (v) dibawah tanda (+) pada table
berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kekuatan dalam
pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang.
2. Pemberian nilai negative (-) didasarkan apaknh lftktor-faktor tcrsebut
dapat menjadi kelemahan dalam pengembangan agropolitan di
Kabupaten Pandeglang, bcrikan tanda (v) dibawah tanda (-) pada table
berikut, apabila faktor-faktor tersebut dapat menjadi kelemahan dalam
pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang.
~N-o~~~~~~~-F-•-ak_t_o_r_I_n_te·-,-.-n-~-~~--~~~-.,~K-'c-k--.~-a-t-an~'l_K_e_•l-e1-~-,·;-h--a-nl
Kebijakan/kom itmen pemerintah untuk pen_gernbangan agropolitan
Kab. Pandeglang
e~"~;~L_a_h,_·11_1~p_e1_1a_1_1i_a1_1~y_ai~1g~•-c_uk_·L~1p~lu_a_s~~~~~-------~~-~~~-1-~~· I 3 Sumberdava manusia =l ~----,--,--------+---+-- -
4 Sarana dan prasarana yang 1ne111adai 5 Posisi Kabupaten Pandeglang van.Q strategis 6 Koordinasi antar dinas terkait dalam pengcmbangan -·---l
agrooolitan ~J 7 Laban pertanian yang cukup luas J 8 Lcrnbaga pcncnlitian clan ~~ge1nbangan 9 Penvampaian hasil penelitian dan ,-in-ctl~o-rn_ia_s-ci-p.a-sa-r---t--------t----- j 10 Penuuunaan teknologi tepat guna I i--:-=--i--:-.::.:.:.;::,Q,::.:.:,:::;,:.:_;.:.;:.;,;,;;:.:.,::,;::,:_:c=.c:::...;'-=.:::::_ ______ ~~~-t-~--~~--t~·~-------l
I I Kualitas produk I
/33
PENENTUAN BO BOT FAKTOR EKSTERNAL
Tujuan:
Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor eksternal mengenai tingkat
kepentingan faktor-faktor strategis eksternal dalam pengernbangan agropolitm1 di
Kabupaten Pandeglang. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa
pemberim1 bobot terhadap seberapa besar faktor eksternal tersebut menentukan
keberhasilan pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandcglang.
PENENTUAN BO BOT FAKTOR INTERNAL
Tujuan:
Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal rnengenai tingkat
kepentingan faktor-faktor trategis internal dalam pengembangan agropolitan di
Kabupaten Pandeglang. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah bcrupa
pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor tersebut menentukan
keberhasilan pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang.
PETUNJUK KHUSUS
Untuk menentukan bobot setiap variabel cligunakan skala I, 2. dan 3. Skala yang
digunakan untuk pengisian kolom adalah :
Jika indikator horizontal kurang penting daripada i:1dikator vertical
2 Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertical
Contoh:
a. Apakah pasar domestik clan internasional (point A pada baris)
kurang penting daripada kemitraan dengan pihak swasta (point B
pada kolom). maka nilainya = I
b. Apakah pasar domestik dan internasional (point A pada baris)
sama penting clengan tcrsedianya kredit usaha kccil dan mcnengah
(point C pada kolom), maka nilainya = 2
c. Apakah pasar domestik dan internasional (point A pada baris) lebih
penting dengan pet1umbuhan ckonomi (point D pada kolom), maka
nilainya = 3
Faktor Eksternal A B c Pasar Domestik dan lnternasional (A) Kemitraan dcngan Pihak Swasta dan Pihak Lainnya (B)
Tersedianya Kredit Usaha Kecil & Menengah © Pertumbuhan Ekonomi Nasional (D) Tingkat lntlasi dan suku Bunga yang Tinggi (E)
Perdagangan Bebas dan Tuntutan Standarisasi Produk (F) Pcrsaingan antar Wilayah (G) Kondisi Keamanan yang tidak Stabil (H) Otonomi Daerah (I) Pertumbuhan Penduduk yang Mcningkat (J)
Konsumsi Masyarakat Meningkat terhadap produk J\gribisnis (K) Total
Faktor Internal A B c Kebijakan/Kornitmcn Pemcrintah Pandeglang (/\)
Lahan Pe11anian yang Cukup Luas (B) Sumber Daya Manusia © Sarana dan Prasarana (D) Posisi Kabupaten Pandegiang yang Stratcgis (EJ Koordinasi antar Dinas terkait dim Pengembangan J\gropolitan (F) Dana untuk Pengembangan Agropolitan (G) Lembaga Pcnelitian dan Pcngcmbangan (II) Penyampaian !-las ii Penclitian Jan In formasi Pasar ( I ) Penrrgunaan 'reknologi ~rcpat Ciuna (J)
Kualitas Produk (K) Total
D E F G H
I) E F G H
I ,j K
I .J K
Total Bo bot
Total Bo bot
'"".,,,~
"' \
PENENTUAN RATING
Faktor Eksternal
Penentuan peringkat (rating) bertujuan untuk mengetahui pengaruh rnasrng
rnasing faktor-faktor ekstcrnal baik itu pcluang dan ancaman tcrhadap kondisi
lingkungan. Untuk rnengukur variable-variabel pada faktor-faktor eksternal
terhadap kondisi pengernbangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang digunakan
nilai peringkat dengan rnenggunakan skala 1 sarnpai 4, dimana:
= rendah, respon kurang
2 = sedang, respon sarna dengan rata-rata.
3 = tinggi, respon diatas rata-rata.
4 = sangat tinggi.respon superior.
-·--·-·----
~ Faktor Eksternal 1 2 3
Pasar Domestik dan Internasional (A) Kemitraan dengan Pihak Swasta dan Pihak Lain (B) Tersedianya Kredit Usaha Kecil & Menengah © I Pertumbuhan Ekonomi Nasional (D) Tingkat Inflasi dan suku Bunga vang Tinggi (E)
I-·----
Perdagangan Bebas dan Tuntutan Standarisasi Produk (F) -Persaingan antar Wilayah (G)
Kondisi Keamanan yang tidak Stabil (H) Otonomi Daerah (]) -1 Pertumbuhan Penduduk yang Meningkat (J)
-· -1 Konsumsi Masyarakat Meningkat terhadap produk Agribisnis (K) I
/~6
PENENTUAN RA TING
Faktor Internal
Penentuan peringkat (rating) bertujuan untuk mengetahui pengaruh mas111g-
rnasing faktor-faktor internal baik itu kckuatan dan kelernahan terhadap kondisi
lingkungan. Untuk rnengukur variable-variabel pada foktor-faktor internal
terhadap kondisi pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandcglang digunakan
nilai peringkat dengan menggunakan skala I sarnpai 4. dimana
I = kelemahan utama.
2 = kelemahan kecil,
3 = kekuatan keciL
4 = kekuatan utama.
-- --- ················ -r1 Faktor Internal Kebi.akan/Komitmen Pernerintah Pandeglang (A)
Laban Pertanian yang Cukup Luas (B) ___ _
Sumber Da 'a Manusia © Sarana dan Prasarana ( D)
Posisi Kabu aten Pandeglan, yang Strategis (E) Koordinasi antar Dinas terkait dim Pengembangan (F)
Penyampaian Hasil Penelitian dan lnformasi Pasar
Pen' >unaan Teknologi Tcpat Guna (J)
Kualitas Produk (K)
I I ------
·----=.=] Agropolitan
( I l
-
-21~1 -~I
-I I ,
~d
1±1 r-1 I
I 1 I
I I I