Top Banner

of 21

Analisis spasial kerawanan tsunami

Apr 13, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    1/21

    BAB II

    KAJIAN LITERATUR TENTANG ANALISIS SPASIAL TINGKAT

    KERAWANAN TSUNAMI

    2.1 Tsunami

    2.1.1 Pengertian Tsunami

    Tsunami berasal dari bahasa jepang yang berarti gelombang pelabuhan.

    Dalam bahasa inggris, tsunami dikenal sebagai gelombang pasang (Dual wave).

    Tsunami merupakan gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh

    gangguan impulsif pada medium laut, Tsunami merupakan gelombang panjang yang

    timbul karena adanya perubahan dasar laut atau perubahan badan air yang terjadi

    secara tiba-tiba dan impulsif, karena terjadinya gempabumi, erupsi vulkanik, longsoran

    bawah laut, atau runtuhan gunung es bahkan akibat terjangan benda-benda angkasa

    ke permukaan laut (Nina, 2009).

    Tsunami merupakan bencana bencana yang terjadi pada wilayah yang letaknya

    berdekatan dengan lautan, khususnya pada lautan yang memiliki lempeng tektonik

    aktif Bencana tsunami tidak dapat diprediksi waktu terjadinya namun jika bencana

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    2/21

    aktif Bencana tsunami tidak dapat diprediksi waktu terjadinya namun jika bencana

    2.1.2 Karakteristik Tsunami

    Pada umumnya tsunami disebabkan oleh gangguan fisik alami seperti

    gempabumi, letusan gunung berapi, dan longsoran bawah laut. Tsunami bergerak

    menjauhi daerah sumbernya sebgai rangkaian gelombang. Kecepatan rambat tsunami

    bergantung pada kedalaman perairan, oleh karena itu cepat atau lambatnya

    perambatan tsunami dilautan ditentukan oleh bertambah atau berkurangnyakedalaman perairan. Kecepatan gelombang angin adalah sekitar 90 Km/jam

    sementara tsunami mampu bergerak dengan kecepatan 500-1000 Km/jam di laut

    dalam dan berkurang sampai puluhan kilometer pada saat memasuki perairan dangkal,

    kecepatan mencapai 60-100 Km/jam.

    Tinggi gelombang tsunami di laut dalam hanya mencapai beberapa meter,

    ketinggiannya mengalami peningkatan hingga puluhan meter di dekat pantai. Pada

    saat memasuki daerah pantai, tinggi gelombang akan meningkat sementara

    kecepatanya akan berkurang. Hal ini disebabkan karena gesekan dengan dasara

    perairan yang mengakibatkan terkonsentrasinya energi gelombang kearah vertikal

    sehingga tingginya meningkat sementara kearah horizontal energi gelombang

    berkurang akibat gesekan sehingga kecepatan berkurang (ITIC 2015)

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    3/21

    Dari gambar tersebut dapat diketahui perbedaan antara gelombang akibat

    angin dan gelombang akibat tsunami Gelombang yang disebabkan oleh angin datang

    Gambar II.1

    Perbedaan sifat gelombang akibat angin dan

    gelombang akibat gempa/tsunami

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    4/21

    ini tentu saja mengakibatkan matinya perekonomian dan kehipudan sosial. Selain itu

    juga dapat mengakibatkan terjadinya bencana lanjutan (collateral hazard) yang

    meliputi rendaman (run-up), angkutan sedimen, floating material dan kebakaran (Nina,

    2009)

    2.1.4 Sejarah Tsunami di Indonesia

    Selama kurun waktu 16001999, Indonesia mengalami tsunamisebanyak 105kali, tsunami tersebut paling banyak terjadi diakibatkan oleh gempabumi tektonik

    dengan prosentase kejadian 90%, 9% disebabkan gungung berapi, (Latief, dkk, 2000),

    berikut merupakan kejadian tsunami di Indonesia dan dampaknya sejak tahun 1961-

    2005 , dapat dilihat pada Tabel II.1

    Tahun Pusat Gempa Run-upmaksimum

    (meter)

    Jumlah korban Daerahbencana

    1961 8,2 LS122 BT Tidak terdata 2/6 NTT, Florestengah

    1964 5 8 LU 95 6 BT Tidak terdata 71 tewas Sumatera

    Tabel II.1Kejadian tsunami dan dampaknya di Indonesia sejak Tahun 1961 - 2005

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    5/21

    (Sulteng)

    2004 3,298 LU95,6 BT 34 Lebih dari200.000 tewas

    NAD dan Sumut

    2005 2,065 LU97,01 BT 3,5 Tidak terdata Pulau NiasSumber : Diposaptono dan Budiman, 2005

    2.1.5 Penyebab tsunami

    Tsunami dapat disebabkan oleh tiga sumber yaitu akibat meletusnya gunung

    berapi yang berada dalam perairan, tanah longsor dan gempa tektonik yang

    bersumber dari dasar laut, kemungkinan terjadinya tsunami di pesisir pantai selatan

    adalah akibat adanya gempa tektonik yang terjadi di dasar laut karena pantai selatan

    terletak dekat dengan lempeng tektonik yaitu Lempeng Eurasia dan Indo-Australia

    yang sewaktuwaktu dapat menimbulkan gempa.

    Gempa tektonik berupa gerakan-gerakan retakan yang akan menyebabkan

    gerakan vertikal massa batuan bukan pergerakan horizontal masa batuan. Jika proses

    tersebut terjadi di dasar laut dalam akan menyebabkan perubahan muka laut yaitu

    terbentuknya puncak dan lembah gelombang yang berukuran 150 km antara puncak

    gelombang yang satu dengan puncak gelombang berikutnya ke segala arah

    (Diposaptono dan Budiman, 2005).

    Gempa tektonik terjadi akibat dua lempeng tektonik yang saling berbatasan

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    6/21

    Gambar (1)merupakan kejadian ketika lempeng samudera menujam lempeng

    benua, kemudian (2) bagian dari lempeng benua tertarik turun dan terjadi akumulasi

    tegangan dan (3) tegangan mencapai batasnya dan ujung lempeng benua melanting

    ke atas menyebabkan gempa bumi yang berujung dengan tsunami.

    2.1.6 Kerawanan Tsunami dan Faktor yang mempengaruhi

    Kerawanan tsunami merupakan suatu wilayah yang masih berpotensi

    (1) (2) (3)

    Gambar II.2

    Proses terjadinya tsunami akibat gempa dasar laut (ITIC, 2015)

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    7/21

    Gelombang tsunamiyang menerpa daratan pesisir menyebabkan bencana yag

    dahsyat di wilayah pesisir. Berdasarkan beberapa hasil kajian, tingkat kerawanan

    bencana tsunami di kawasan pesisir dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

    morfologi pesisir, elevasi daratan pesisir, ekosistem pesisir, Kelerengan, jarak dari

    garis pantai (run-up), Jarak dari muara sungai, danpenggunaan lahan.

    2.1.6.1 Morfologi PesisirMenurut Bentuk atau relief daratan pesisir berpengaruh terhadap kerawanan

    bencana tsunami, jenis relief pada daratan pesisir yaitu datar, berteluk/tidak berteluk,

    berbukit, atau daratan pantai yang memiliki sand-dune, telah dibuktikan bahwa

    kecepatan gelombang tsunamimenurun signifikan setelah gelombang tersebut

    mencapai daerah pantai, hal tersebut menunjukan bahwa morfologi atau bentuk

    daratan yang tergolong berbukit, berteluk atau daerah pantai yang memiliki sand -

    dune tersebut mempengaruhi kecepatan atau laju gelombang tsunami. Energi pada

    gelombang tsunami akan menurun secara signifikan setelah mencapai daratan karena

    menghantam relief pada daratan pesisir tersebut (Wallace, 1973)

    Menurut Rasheed (2006) Intensitas kerusakan yang disebabkan oleh tsunami

    tidak han a tergant ng pada kek atan gempa dasar la t dan sifat lepas pantai tetapi

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    8/21

    daratan, sedangkan daratan yang landai maka gelombang kekuatan atau energi

    gelombang tsunami tidak akan menurun atau gelombang tersebut akan langsung

    bebas menuju daratan yang lebih jauh (Rabinovich, 1997).

    Tipe kelerengan pada daratan pesisir akan mempengaruhi jarak jangkauan

    tsunami yang menghempas daratan. Pada daratan pesisir yang memiliki kelerengan

    landai, jangkauan gelombang tsunami akan merendam jauh sampai ke daratan,

    sedangkan pantai yang memiliki kelerngan dengan tipe terjal, gelombang tsunamitersebut tidak akan merendam jauh sampai ke daratan dikarenakan sebagian

    gelombang tsunami tersebut akan tertahan dan dipantulkan kembali oleh daratan

    pantai yang memiliki kelerengan terjal tersebut.

    Tsunami yang menjalar ke pantai yang menyempit dan dangkal akan menglami

    proses yang kompleks. Proses-proses tersebut meliputi shoaling, refraksi, difraksi dan

    refleksi (Diposaptono dan Budiman,2005).

    Shoaling merupakan pembesaran tinggi gelomabang karena pendangkalan

    dasar laut. Gelombang tsunami diperairan dangkal mempunyai sifat seperti gelombang

    perairan dangkal. Sifat tersebut berpengaruh terhadap terjadinya refraksi gelombang

    tsunami.

    R f i k b h l b kib t d b h t i

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    9/21

    Pembangunan penahan-penahan atau bunker berupa pemecah gelombang

    khusus atau tembok tembok laut merupakan salah satu upaya untuk melindungi garis

    pantai dan dapat memperlambat arus air dan menghambat terpaan gelomabang

    tsunami (Diposaptono dan Budiman, 2005).

    Gambar II.3

    Tembok laut penahan gelombang tsunami di Jepang

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    10/21

    2.1.6.4 Muara Sungai

    Muara sungai akan mempengaruhi tingkat kerawanan tsunami, muara sungai

    merupakan salah satu faktor yang dominan karena gelombang tsunami yang mencapai

    daratan yang mendekati muara sungai akan mempengaruhi proses rambatan

    gelombang penjelasanya, gelombang tsunamiyang menerpa melewati muara sungai

    akan melaju menerpa lebih jauh ke daratan dibandingkan dengan gelombang yangmenerpa daratan pantai.

    Menurut Tanaka (2011) muara sungai dapat memberikan pengaruh terhadap

    rambatan gelombang tsunami, telah terbukti bahwa gelombang yang merambat melalui

    muara sungai menimbulkan kerusakan yang lebih karena muara sungai akan

    mendorong gelombang tsunami untuk menerpa jauh ke daratan atau membuat

    gelombang tersebut semakin melesat karena tidak adanya penghalang ketika

    gelombang tersebut melewati muara sungai, berbanding terbalik dengan gelombang

    tsunami yang menerpa melewati daratan, gelombang tersebut akan terhalang oleh

    karakteristik dari daratan pantai terebut seperti adanya ekosistem dan bentuk lahan.

    2 1 6 5 J k d i i t i

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    11/21

    2.1.6.6 Ekosistem pesisir

    Energi gelombang tsunami yang menerpa daratan akan dilemahkan oleh

    kelerengan dan gesekan (tutupan lahan), tidak hanya dilemahkan oleh kelerengan dan

    tutupan lahan, gelombang tsunami, gelombang tsunami juga akan dilemahkan oleh

    hutan bakau atau ekosistem pesisir.

    Selain morfologi dan tutupan lahan, energi gelombang tsunami akan melemah

    ketika gelombang tersebut menerpa hutan bakau yang terdapat pada kawasan pesisir,sehingga gelombang tsunami yang menerpa tidak akan melesat jauh sampai

    kedaratan (Harada, 2004).

    Di wilayah pesisir, ekosistem mempunyai peran penting, seperti hutan bakau

    (mangrove) yang mempunyai sistem perakaran yang mampu meredam ombak

    maupun menahan sedimen. Fungsi ekosistem pantai terhadap bencana tsunami itu

    sendiri antara lain sebagai penghalang terpaan gelombang tsunami, menahan material

    yang terbawa oleh gelombang tsunami, sebagai pegangan untuk menyelamatkan jiwa

    dan dapat merendam gelombang tsunami, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar II.6

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    12/21

    2.2 Pemodelan Tsunami

    Terdapat beberapa metode dalam pemodelan kerawanan tsunami, metode-

    metode ini sudah banyak digunakan baik dalam pemecahan masalah perencaan dan

    mengetahui tingkat risiko dari suatu bencana, salah satunya adala mutiple criteria

    evaluationprinsip penggunaaan metode ini adalah Menyelidiki sejumlah kemungkinan

    pilihan dalam beberapa kriteria untuk mencapai tujuan atau keputusan, metode ini

    menghasilkan peringkat dari alternatif pilihan, keunggulan dari metode ini adalahalgoritma linier yang sederhana, optimasi multi tujuan, dan multi dimensi (pandangan)

    dari masalah perencanaan (Alkema, 2011).

    Tsunami Dynamic Modelling, Pemodelan ini dilakukan untuk mengetahui

    perambatan gelombang tsunami serta waktu kedatangan dan besarnya run-up

    maksimum pada suatu lokasi, dilakukan dengan simulasi menggunakan model

    numerik. Pemodelan ini mengggunakan persamaan gelombang panjang dengan

    persamaan yang umum dipakai (nonlinear shallow water equation).

    Cellbase Modelling,model ini banyak dilakukan untuk memodelkan keadaan di

    alam. Secara umum suatu model dapat merepresentasikan kekompleksitasan dan

    interaksi si alam dengan suatu penyederhanaan, pemodelan ini dapat menolong kita

    t k ti b k d dik i b k h l di l C k j

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    13/21

    Data yang digunakan untuk menganalisis daerah rawan tsunami ini dibuat

    berdasarakan aplikasi SIG yang dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu data spasial

    dan data atribut. SIG mampu menyajikan data spasial melalui fungsifungsi yang

    dimilikinya, beberapa fungsi dalam SIG antara lain Klasifikasi, Jaringan, Overlay,

    Buffering, 3D Analysis dan masing banyak fungsifungsi yang lain.

    Cara kerja SIG untuk menghasilkan informasi geografi suatu wilayah yaitu SIG

    akan menyimpan semua informasi deskriptif unsurunsur sebgai atributatribut dalambasis data, kemudian SIG membentuk dan menyimpannya dalam tabeltabel

    relasional, setelah itu SIG menghubungkan unsurunsur diatas dengan tabeltabel

    yang bersangkutan. Dengan demikian, atributatribut tersebut dapat diakses melalui

    lokasilokasi unsurunsur peta, dan sebaliknya unsurunsur peta juga dapat dicari dan

    ditemukan berdasarkan atributatributnya, atau singkatnya SIG menghubungkan

    sekumpulan unsurunsur peta dengan atributatributnya didalam satuansatuan layer

    (Aronof, 1989).

    2.3.1 Pemodelan Spasial

    Menurut Aronoff (1989) Pemodelan spasial merupakan penggambaran atau

    d l b h b d titik d d d t

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    14/21

    4. Surface modelling, Digunakan untuk mengkaji tingkat penyebaran pada

    suatu lokasi.

    Keseluruhan model tersebut lebih efisien dilakukan pada data raster karena

    dalam bentuk raster, pixelpixel memiliki nilai yang lebih spesifik dibandingkan dengan

    data vektor, analisis spasial pada data raster disebut dengan cellbase modelling, cara

    kerja metode ini berdasarkan pixel.

    2.3.2 Pemetaan Spasial

    Data yang digunakan untuk menganalisa tingkat kerawanan tsunami ini dibuat

    berdasarakan aplikasi SIG yang dikelompokan menjadi 2 macam, yaitu data spasial

    dan data atribut. Data spasial yaitu data yang mengacu pada posisi permukaan bumi

    atau data geografis. Data atibut merupakan data deskriptif dari data spasial. Data

    atibut dan data spasial bersifat saling melengkapi, sehingga menjadi satu kesatuan

    data/informasi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kemampuan SIG untuk

    menyajikan data spasial adalah melalui fungsifungsi analisis spasial yang dimilikinya.

    Beberapa macam fungsifungsi spasial antara lain : klasifikasi, jaringan, overlay,

    buffering, Digital image processing dan masih banyak lagi fungsifungsi analisis

    i l l i

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    15/21

    2.4.1 Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data merupakan suatu proses yang dilakukan untuk

    pengumpulan data yang digunakan untuk analisis guna tercapainya tujuan, penentuan

    dalam pengumpulan data sangat menentukan keakuratan data yang dihasilkan. Dalam

    penyusunan laporan ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai

    berikut :

    1. Teknik Pengumpulan Data PrimerData primer merupakan data yang diperoleh dari sumber asli atau hasil

    pengamatan langsung di wilayah studi yaitu kawasan pesisir Kabupaten

    Purworejo. Metode pengumpulan data primer yang digunakan adalah

    observasi.

    Observasi

    Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui

    pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan

    atau lokasi studi. Dalam hal ini, studi berpedoman pada variabel

    yang telah ditentukan untuk selanjutnya perlu mengunjungi lokasi di

    lapangan. Tujuan observasi adalah untuk memberi kemudahan atas

    t i t t i i l l i d k i i i l t l h dil k k

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    16/21

    daftar data data yang diperlukan dalam penyusunan laporan ini. Kebutuhan data

    dapat dilihat pada Tabel II.2

    SASARAN VARIABEL JENIS

    DATA

    BENTUK

    DATA

    TEKNIK

    PENGUMPULANDATA

    SUMBER

    DATA

    Melakukankajian terhadapbencanatsunami diIndonesia

    Tinggigelombangdan (run up)

    SekunderDeskripsidan angka Telaah dokumen BNPB

    Mengidentifikasi

    k kt fi ik

    MorfologiPrimer

    DeskripsidanDokumentasi(foto)

    Observasi Surveylapangan

    Topografi Sekunder Deskripsidan angka

    Telaah Peta DPU

    El i S k d D k i i T l h P t DPU

    Tabel II.2

    Tabel Kebutuhan Data

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    17/21

    membagi ruang berdasarkan satuan unit sel dengan bentuk dan ukuran yang seragam

    serta terdistribusi secara sistematis sebagai suatu fungsi permukaan ruang.

    Konsep ini didasarakan pada proses individu dari setiap sel (cell processing)

    yang digunakan sebagai sarana untuk menganalisis obyek diatas permukaan bumi

    (ESRI, 2015). Setiap sel tersebut memuat parameter yang digunakan untuk

    menentukan tingkat kerawanan tsunamidan memiliki format grid. Dari setiap sel yang

    dimaksud memiliki nilai tertentu yang besarnya tergantung dari besarnya nilai masing masing parameter dari seluruh parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat

    kerawanan tsunami.

    Hasil dari perhitungan seluruh sel tersebut akan dikelompokan berdasarkan

    nilainilai kedalam lima kelas (zona). Lima kelas tersebut adalah kelas sangat rawan,

    kelas rawan, kelas cukup rawan, kelas cukup aman, dan kelas aman. Variabel yang

    mempengaruhi tingkat kerawanan tsunami yang digunakan dalam studi ini antara lain :

    Morfologi pantai, Ekosistem pantai, Topografi daratan, Elevasi daratan, Jarak dari garis

    pantai, Jarak dari sungai dan penggunaan lahan.

    Penentuan tingkat kerawanan tsunami dilakukan melalui skoring dengan faktor

    pembobot dari setiap variabel yang menjadi kriteria dalam penentuan daerah rawan

    t i V i b l d i iliki f kt b b t li b b i

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    18/21

    29

    No Kriteria (tinggi gelombang 12 meter dan run up 6 km) Bobot Skor Justifikasi

    1 Morfologi pesisir Dataran Rendah

    15

    4Gelombang tsunami dapat dengan mudah melaju kedaratan

    Bergelombang 3Sand dunes dalam jumlah yang banyak dan memilikiketinggian >5m mampu mengurangi energiGelombang tsunami.

    Berbukit 2Morfologi berbukit akan mampu mengurangi energigelombang tsunami secara signifikan

    Pegunungan 1Gelombang tsunami akan tertahan oleh tebing dan tidakmelaju lebih jauh ke daratan

    2 Kelerengan daratanterhadap garis pantai

    Datar (02%)

    15

    4 Gelombang tsunami dapat melaju jauh ke daratan,

    Landai (28 %) 3Gelombang tsunami yang menerpa daratan, energinyaakan berkurang karena menghantam lereng daratan.

    Agak Curam ( 8 - 15%) 2Mengurangi energi gelombang tsunami secara signifikan

    Curam ( 1540%) 1Signifikan mengurangi energi gelombang tsunami danmampu membalikkan energi gelombang (refraksi)

    3 Jarak dari garis pantai < 2000 meter

    20

    4Kecepatan tsunami dijarak 6000 meter 1Merupakan jarak aman dari terpaan gelombang tsunami

    4 Elevasi daratan < 4 meter 4

    Berkaitan dengan variabel jarak dari garis pantai daratandengan ketinggian

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    19/21

    30

    Sumber : Hasil generalisasi penyusun, 2015

    20

    tsunami

    48 meter 3Merupakan zona berbahaya dikaitkan dengan variabel jarakdari garis pantai

    812 meter 2Zona cukup berbahaya dikaitkan dengan variabel jarak darigaris pantai

    > 12 meter 1Merupakan ketinggian yang aman dari terpaan gelombangtsunami

    5 Keterlindungan pesisir Terbuka/ tidak terlindung

    15

    4Gelombang tsunami dengan mudah melaju ke daratanyang lebih jauh

    Vegetasi pantai 3Mampu mengurangi energi gelombang tsunami, karenaterhalang oleh tumbuhtumbuhan

    Hutan Pantai/ Hutan Bakau 2Dengan ketebalan dan intensitas tertentu, mampumengurangi energi pada gelombang tsunami secarasignifikan

    Bangunan 1Bangunan penghalang mampu mengurangi bahkanmemballikan eneri gelombang tsunami (refraksi)

    6 Jarak dari sungai 0500 meter

    15

    4Gelombang tsunami yang melewati sungai dapat melajulebih jauh dan menyebar disekitar sungai, jarak 0 500m,merupakan jarak paling rawan terendam oleh gelombangtsunami

    500750 meter 3Gelombang tsunami yang menyebar melewati sungaienerginya berkurang karena terhalang vegetasi d isekitarsungai

    7501000 meter 2Gelombang tsunami yang menyebar energi berkurangsecara signifikan karena terhalang oleh vegetasi danbangunan

    >1000 meter1 Jarak aman dari terpaan gelombang tsunami yang

    menyebar lewat sungai

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    20/21

    Nilai dari masing - masing kelas tersebut akan dideskripsikan secara otomatis

    berupa model klasifikasi berdasarkan tingkat kerawanan bencana tsunami. Seluruh

    bobot dan skor pada keseluruhan variabel yang mempengaruhi kerawanan di atas

    akan di proses melalui software sistem informasi geografis dan akan dihasilkan

    klasifikasi daerah rawan tsunamiberdasarkan tingkat kerawanan tsunami.

    Kriteria dan skor dibuat berdasarkan hasil kajian dan simulasi kejadian tsunami

    di Bengkulu, nilai skor yang makin besar mengindikasi bahwa kriteria pada variabel

    tingkat kerawanan memiliki pengaruh ancaman yang semakin tinggi dan sebaliknya,

    nilai skor yang semakin kecil mengindikasi bahwa kriteria pada variabel tingkat

    kerawanan memiliki pengaruh ancaman yang semakin rendah. Untuk nilai skor dan

    klasifikasi dapat dilihat pada tabel II.4

    Nilai Klasifikasi

  • 7/26/2019 Analisis spasial kerawanan tsunami

    21/21

    31

    Digital Elevation

    Model (DEM)

    Citra ikonos 2014

    Peta kontur (6,25m)

    Interpolasi

    Data Spasial

    - Penggunaan Lahan

    - Ekosistem Pesisir

    Data hidrologi :

    - Sungai dan- Garis pantai

    Distance Analysis

    Jarak dari sungai

    dan Jarak dari garis

    pantai

    Interpretasi

    Reklasifikasi Kelas

    Morfologi

    Slope AnalysisReklasifikasi kelas

    lereng

    Reklasifikasi kelas

    Ketinggian

    Reklasifikasi Kelas

    Jarak dari Sungai

    Reklasifikasi Kelas

    Penggunaan Lahan

    Reklasifikasi Kelas

    Jarak dari garis pantai

    Kelas Kerawanan

    Berdasarkan Morfologi

    Kelas Kerawanan

    Berdasarkan Morfologi

    Kelas Kerawanan

    Berdasarkan

    Kelerengan

    Kelas Kerawanan

    Berdasarkan Elevasi

    Kelas Kerawanan

    Berdasarkan Jarak

    dari sungai

    Kelas Kerawanan

    Berdasarkan Jarak

    dari garis pantai

    Weighted sum

    Overlay

    Kerawanan

    Base height (3D

    View)

    Gambar II.5

    Kerangka Analisis