Page 1
ANALISIS SEMIOTIK MAKNA KESALEHAN SOSIAL
TOKOH ZAINUDDIN DALAM
FILM TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Indah Nurjanah
1110051000098
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1435 H
Page 2
i
ANALISIS SEMIOTIK MAKNA KESALEHAN SOSIAL
TOKOH ZAINUDDIN DALAM
FILM TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Indah Nurjanah
1110051000098
Dosen Pembimbing:
Kalsum Minangsih MA
NIP. 197704242007102002
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 11435 H
Page 4
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Agustus 2014
Indah Nurjanah
Page 5
iv
ABSTRAK
Indah Nurjanah
Analisis Semiotik Makna Kesalehan Sosial Tokoh Zainuddin Dalam Film
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi
yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Ia juga dapat
menjadi sarana rekreasi dan edukasi, di sisi lain dapat pula berperan sebagai
penyebarluasan nilai-nilai budaya baru. Film memiliki nilai seni tersendiri karena
film tercipta sebagai sebuah karya dari tangan-tangan kreatif yang profesional di
bidangnya. Seni peran dan unsur bahasa adalah unsur utamanya.
Berdasarkan permasalahan diatas, timbul beberapa pertanyaan, yaitu:
Bagaimana makna kesalehan sosial tokoh Zainuddin dalam film Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck secara denotasi, konotasi dan mitos? Bagaimana
pengkonstruksian pesan tokoh Zainuddin dalam film Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck?
Metode yang digunakan penulis yaitu pendekatan kualitatif yang bersifat
deskriptif analisis, yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara objektif,
dengan menggambarkan pesan-pesan secara simbolis dalam film Tenggelamnya
Kapal Van der Wijck. Peneliti menggunakan metode dalam penelitian ini ialah
analisis deskriptif, kemudian menggunakan model Roland Barthes.
Teori yang digunakan adalah teori Roland Barthes dan namun dikaitkan
dengan komponen dan elemen teknik semiotika Steve Campsall yang menjelaskan
unsur-unsur sinematografi dalam adegan-adegan yang diteliti.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh makna kesalehan dalam film
TKVDW disampaikan lewat tokoh Zainuddin. Makna kesalehan individual
terdapat pada kegigihan tokoh Zainuddin dalam menuntut ilmu agama dan diiringi
dengan kesalehan sosial tokoh Zainuddin yaitu sikap ta’awun dan amanah pada
dirinya terhadap Hayati dan Aziz. Sikap penonton semestinya harus lebih kritis
dalam menangkap pesan apa yang disampaikan disetiap film yang ditontonnya
agar penonton tidak hanya menjadi korban namun dapat mengambil pesan yang
baik dalam film tersebut.
Keyword: Film, Kesalehan, Pesan, Tokoh, Sosial
Page 6
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam tiada
kata yang pantas diucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT yang selalu
memberikan nikmat sehat, iman, islam, rezeki, dan sebagainya. Shalawat serta
salam teriring kepada Baginda Nabi besar Muhammad SAW, semoga kita semua
mendapat syafaat di hari akhir nanti. Amin ya rabbal alamin.
Dengan kesehatan dan kelancaran yang diberikan Allah SWT, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran, kekuatan fisik,
dan kekuatan mental untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis
Semiotik Makna Kesalehan Sosial Tokoh Zainuddin dalam Film Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck.
Sehubungan dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa
hormat dan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
bimbingan serta dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Faklutas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Dr. Suparto. M.ED, M.A, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs.
Jumroni, M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan, dan
Dr. H. Sunandar M.A selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Rachmat Baihaki, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,
dan Fita Faturrahman, M.M selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan dan arahan skripsi.
Page 7
vi
3. Kalsum Minangsih, M.A selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
berkenan meluangkan waktu dan memberi pengarahan dan bimbingan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanan
peminjaman buku-buku untuk digunakan dalam penulisan skripsi ini.
6. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda H. Sapri Samin dan Ibunda Hj. Juriah
Masir. Terimakasih atas pengorbanan materi yang tidak terhitung banyaknya,
dorongan semangat, serta do’a yang terus dipanjatkan demi kelancaran
menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada Kakak-kakak tersayang, Dedy Zupriadi, S.Sos, Deny Burhanudin,
Exta Sari Dewi, Ady Cahyadi SE., M.Si, Noor Hafidz, S.ST, Iif Rahmat
Fauzi, SE, yang telah memberikan arahan, bantuan materi, semangat, hadiah,
doa terus menerus dan penuh kasih sayang.
8. Haji Abdul Malik Karim Amrullah selaku penulis novel Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck dan Sunil Soraya selaku sutradara film Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck atas buah hasil karya besarnya yang memberikan inspirasi
penulis untuk menjadikan karyanya sebagai skripsi.
9. Teman-teman yang begitu baik Uphie Sofiani, Mila Yuliani, Suci Febriyani
atas bantuan, do’a, dan dukungan yang begitu besar dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Page 8
vii
10. Teman-teman seperjuangan Kelas KPI C dan teman-teman jurusan KPI
angkatan 2010, Anis, Atik, Rika, Dede, Lia, Ida, Dyah, Heni, Elis, Siska dan
yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
semangat yang begitu besar, pengorbanan waktu, bantuan, do’a untuk
kelancaran menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman KKN KOMPAK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
khususnya Nia, Syafaat, Fatahillah, Eva, Ayu, dan Rahmi yang selalu
memberikan semangat terus menerus dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Masyarakat Desa Citeureup, Bogor. Terimakasih atas do’a dalam
menyelesaikan skripsi ini untuk penulis.
13. Teman-teman yang membahas judul skripsi sama yaitu analisis semiotika
angkatan 2010 yaitu Cory Carolina, Itha Firman, Erniwati, dan yang lainnya
terimakasih atas semangat yang telah diberikan.
Atas kekurangan dalam penulisan penelitian ini, penulis mohon dibukakan
pintu maaf yang seluas-luasnya. Mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca
maupun penulis. Akhir kata terimakasih penulis ucapkan untuk para Dosen
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan begitu banyak
ilmunya, semoga ilmu yang diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat dan barokah.
Tangerang, 19 Agustus 2014
Penulis
Page 9
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................... i
LEMBARAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................... ii
LEMBARAN PERNYATAAN .......................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 4
D. Metode Penelitian ......................................................................... 5
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Film .............................................................................................. 11
1. Sejarah Film dan Perkembangan Film ................................... 11
2. Film Sebagai Media Dakwah ................................................. 14
3. Jenis dan Klasifikasi Film ...................................................... 16
4. Struktur dalam Film................................................................ 17
5. Gerakan Kamera (moving camera) ........................................ 20
B. Semiotika ...................................................................................... 21
1. Pengertian Semiotika.............................................................. 21
2. Konsep Semiotika Roland Barthes ......................................... 24
3. Semiotika Fillm ...................................................................... 27
C. Makna Kesalehan ........................................................................ 30
1. Pengertian Saleh ..................................................................... 30
2. Kesalehan Sosial .................................................................... 31
BAB III GAMBARAN UMUM FILM
A. Konsep Pembuatan Film Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck ............................................................................................ 34
B. Sinopsis ....................................................................................... 38
C. Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ................................. 39
D. Penghargaan Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ........... 40
E. Profil penulis novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ......... 41
F. Pemeran utama Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
...................................................................................................... 42
BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Penandaan Makna Kesalehan Sosial Tokoh Zainuddin ............... 43
Page 10
ix
B. Makna Kesalehan Sosial tokoh Zainuddin secara denotasi,
konotasi dan mitos ......................................................................... 45
1. Scene 1 .................................................................................... 45
2. Scene 2..................................................................................... 48
C. Konstruksi Pesan Kesalehan Soaial dalam Film
“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” ....................................... 54
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 56
B. Saran-Saran .................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA
Page 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi
dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV.1 Film
merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual dan sifatnya
sangat rumit. Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi
yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Ia juga dapat
menjadi sarana rekreasi dan edukasi, di sisi lain dapat pula berperan sebagai
penyebarluasan nilai-nilai budaya baru.2 Film bisa disebut sebagai sinema atau
gambar hidup yang mana diartikan sebagai karya seni, bentuk populer dari
hiburan, juga produksi industri atau barang bisnis. Film sebagai karya seni lahir
dari proses kreativitas yang menuntut kebebasan berkreativitas.3
Film bukan lagi hanya menampilkan “citra bergerak” (moving movies),
tetapi juga diikuti oleh muatan pesan dan ideologi tertentu misalnya politik,
kapitalisme, hak asasi manusia, atau life style seseorang. Sehingga sangat menarik
untuk meneliti film lebih jauh agar dapat diketahui muatan ideologi seperti apa
yang akan dituangkan dalam sebuah film dan apa pesan yang ingin disampaikan
dibalik visual film.
Film bukan hanya menyajikan pengalaman yang mengasyikan, melainkan
pengalaman hidup sehari-hari yang dikemas secara menarik. Alasan-alasan
khusus seseorang menyukai film karena adanya unsur dalam usaha manusia untuk
1 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008)
hal. 136 2 Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional Tinjauan dan Restrospeksi, (Jakarta: Panitia hari
Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010) hal. 26 3 Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional Tinjauan dan Restrospeksi, (Jakarta: Panitia hari
Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010) hal.40
Page 12
2
mencari hiburan dan meluangkan waktu, karena film tampak hidup dan memikat.
Hal ini merupakan sasaran utama bagi pembuatan film untuk dapat menghasilkan
produksi film yang dikemas dalam cerita yang menarik, dan memasukkan nilai-
nilai yang dapat memperkaya batin untuk disuguhkan kepada masyarakat sebagai
cerminan.
Film memiliki nilai seni tersendiri karena film tercipta sebagai sebuah
karya dari tangan-tangan kreatif yang profesional di bidangnya. Seni peran dan
unsur bahasa adalah unsur utamanya. Proses komunikasi secara primer adalah
proses penyampaian pikiran, dan perasaan seseorang kepada oranglain dengan
menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Bahasa yang banyak digunakan
dalam komunikasi, karena hanyalah bahasa yang mampu menerjemahkan pikiran
seseorang kepada oranglain. Apakah itu yang berbentuk ide, informasi, atau opini,
baik mengenai hal yang berbentuk konkret maupun abstrak. 4
Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dari novel karangan Haji Abdul
Malik Karim Amrullah atau Hamka, merupakan karya fiksi Indonesia modern
yang memasukkan unsur keagamaan (Islam) dalam sebuah film. Namun, agama
disini adalah agama sebagai keyakinan penuh para tokoh cerita, bukan keyakinan
(syariat) agama yang dipermasalahkan. Unsur agama itu sendiri tidak begitu
berpengaruh pada konflik cerita, konflik ceritanya sendiri masih berkisah pada
adanya ketidakbebasan memilih jodoh, ada pihak yang memaksakan kehendak
kepada pihak lain yang menyebabkan pihak itu menderita.
Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini juga menggambarkan
kesalehan sosial seorang pemuda. Seorang pemuda yang memiliki keinginan
menuntut ilmu agama lebih mendalam di daerah Sumatera walaupun jiwanya
4 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, Indonesia 2003) h.33
Page 13
3
sendiri terancam. Seorang pemuda yang ingin mencapai kesuksesan dan tidak
gentar diterpa beberapa musibah atau halangan ketika dia berusaha mewujudkan
mimpinya. Film ini juga menggambarkan kesalehan pemuda yang dalam hal ini
adalah Zainuddin yang diperankan oleh (Herjunot Ali) dengan keadaannya yang
sebatangkara namun tidak menghalanginya untuk tetap mewujudkan impiannya
untuk menjadi orang sukses melalui karya tulisannya.
Film ini dikemas dengan begitu menarik, dengan alur cerita maju, serta
pengisahan konflik demi konflik sebagai rintangan tokoh utama dalam
mewujudkan keinginannya mencapai kesuksesan yang diawali kegigihannya
menuntut ilmu agama. Kekentalan adat dan logat khas minang serta diwarnai
kisah cinta yang begitu menyentuh, dialog-dialog romantis membuat film ini
semakin bagus, penuh dengan motivasi, edukasi, dan berkualitas.
Dengan apa yang telah dipaparkan diatas, maka penulis melakukan
penelitian sekaligus dijadikan sebagai judul skripsi yaitu: ANALISIS
SEMIOTIK MAKNA KESALEHAN SOSIAL TOKOH ZAINUDDIN
DALAM FILM TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi masalah dalam penelitian ini mengenai makna arti
kesalehan sosial tokoh Zainuddin dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Hal ini untuk
memudahkan dan melengkapi pembuatan skripsi ini dan memudahkan pengguna
(pembaca) agar memahami tujuan dari penulis ini.
Page 14
4
2. Perumusan Masalah
Agar permasalahan lebih fokus dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam
memahami isi. Maka pembahasan dalam skripsi ini peneliti merumuskan
beberapa masalah yang dianggap penting yaitu:
a. Apa denotasi, konotasi dan mitos makna kesalehan sosial tokoh
Zainuddin dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?
b. Bagaimana pengkonstruksian pesan tentang makna kesalehan sosial
tokoh Zainuddin dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka ada beberapa tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
a. Tujuan teoritis:
1) Mengetahui denotasi, konotasi dan mitos makna kesalehan sosial
tokoh Zainuddin dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
2) Mengetahui pengkonstruksian pesan makna kesalehan sosial dari
tokoh Zainuddin dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
b. Tujuan praktis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada pembaca terhadap sesuatu yang merujuk kepada pembahasan
mengenai semiotika film, atau bagaimana film dapat menyampaikan
suatu pesan. Serta diharapkan dapat digunakan bahan kajian yang
bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswa UIN Jakarta, khususnya
jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Page 15
5
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan mendapatkan dua manfaat yaitu:
a. Manfaat Akademis
1) Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan khususnya akademik bagi Komunikasi Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2) Sebagai pengetahuan terhadap konstruksi pesan yang terkandung
dalam sebuah film bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Khususnya tentang analisis semiotika.
3) Menambah ilmu tentang cara penggambaran film bagi para
mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam khususnya,
serta mahasiswa lain yang mempunyai minat dalam bidang
penyiaran pada umumnya.
b. Manfaat Praktis
1) Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran, rujukan dan perbandingan bagi karya
ilmiah penulis dan lainnya.
2) Penulis mengharapkan penelitian ini dapat membuka cakrawala
audiens untuk memaknai pesan dalam film, dapat menghargai
sinema Indonesia dan lebih kritis dalam memilih film yang
bermutu.
D. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Page 16
6
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang
memberikan gambaran secara objektif, dengan menggambarkan pesan-pesan
secara simbolis dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Proses dan
makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori
dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran
umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Model yang digunakan dalam penelitian ini ialah Roland Barthes, berfokus
pada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification).
Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifer (penanda) dan
signified (petanda) didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes
menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda.5
Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes yang menunjukan
signifikasi tahap kedua. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan
isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan
menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.6
2. Objek Penelitian dan Unit Analisis
Adapun objek penelitian ini ialah film Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck. Sedangkan unit analisisnya adalah potongan gambar atau visual yang
terdapat dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, sesuai dengan
rumusan masalah penelitian.
5 Roland Barthes,. Imaji/ Music/ Teks. (Yogyakarta: Jalasutra. 2010), hal. 63
6 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) hal. 127-128.s
Page 17
7
3. Sumber Data terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Data primer yakni data yang diperoleh dari rekaman video film
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang berupa DVD, kemudian
dipilih gambar dari adegan adegan yang berkaitan dengan penelitian.
b. Data sekunder yakni data yang diperoleh dari literatur yang
mendukung data primer, seperti internet, artikel, koran, buku-buku
yang berhubungan dengan penelitian, catatan kuliah dan sebagainya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik penelitian yang dipakai antara lain:
a. Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data
dengan melakukan pengamatan terhadap suatu kegiatan secara akurat
serta mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.7 Dalam penelitian ini
observasi yang dilakukan adalah menonton, kemuadian mengamati
beberapa scene dari film ini untuk dianalisis.
b. Document research, yaitu pencarian dan pengumpulan data-data
dengan mengkaji berbagai literatur yang sesuai dengan materi
penelitian untuk dijadikan bahan argumentasi, seperti artikel, buku,
internet, dan catatan perkuliahan.
5. Waktu
Penelitian ini dilakukan dari Desember 2013 sampai Juni 2014. Pisau
analisa yang dipakai sengaja menggunakan analisis semiotika, karena
dianggap sesuai dengan penelitian dalam menafsirkan simbol-simbol yang
7 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal.106.
Page 18
8
mengandung pesan pada tayangan visual (gambar).
6. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, kemudian diklasifikasikan sesuai pertanyaan yang
terdapat pada rumusan masalah. Kemudian, dilakukan analisis data dengan
menggunakan teknik analisis semiotik Roland Barthes. Roland Barthes
mengembangkan semiotik menjadi dua, yaitu denotasi, konotasi dan mitos
yang menghasilkan makna secara objektif untuk memahami makna
kesalehan sosial tokoh Zainuddin yang tersirat dalam cuplikan-cuplikan
film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
7. Teknik Penulisan
Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) yang ditulis oleh Hamid Nasuhi,
Ismatu Ropi, Oman Fathurahman, M. Syairozi Dimyati, Netty Hartati,
Syopiansyah Jaya Putra. Yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Judul yang digunakan dalam skripsi ini memang banyak kemiripan dengan
judul-judul skripsi yang lain yang mencoba menganalisis film-film, dan objek
lainnya, seperti berikut ini Analisis Semiotik Film Turtles Can Fly, yang ditulis
oleh Istianah, NIM: 105051102014, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Yang membahas tentang makna
denotasi, konotasi, dan mitos dalam TCF.
Analisis Semiotik Film Freedom Writers yang ditulis oleh Dahliana Syahri
mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Page 19
9
Komunikasi 2011. Yang membahas tentang makna konotasi, denotasi dalam film
Freedom Writers.
Analisis Semiotik Pesan Moral Film THREE IDIOT yang ditulis oleh
Mohammad Samlawi, NIM: 207051000188, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam 2013. Yang membahas tentang
makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film THREE IDIOT.
Pesan Moral Dalam Film Memoirs Of A Geisha yang ditulis oleh Novi
Farida Priyadi, 2007, Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP “Veteran” Yogyakarta.
F. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II Bab ini menerangkan tinjauan umum tentang film, yang berisi
sejarah dan perkembangan film, film sebagai media dakwah, jenis
dan klasifikasi film, struktur dalam film, pengertian semiotika,
konsep semiotika Roland Barthes, Semiotika Roland Barthes,
pengertian saleh, dan kesalehan sosial.
BAB III Bab ini berisikan tentang konsep dasar pembuatan film
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, sinopsis film, penghargaan
film, profil penulis novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,
dan profil pemeran utama dalam film Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck.
BAB IV Bab ini menjelaskan tentang makna kesalehan tokoh Zainuddin
secara denotasi, konotasi dan mitos, kesalehan sosial tokoh
Page 20
10
Zainuddin, konstruksi pesan kesalehan sosial dalam film
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
BAB V Penutup
Kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian yang dilakukan.
Page 21
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Film
1. Sejarah Film dan Perkembangan Film
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian film secara fisik adalah
selaput tipis yang terbuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan
dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di
Bioskop). Sedangkan melalui kesepakatan sosial istilah film memperoleh arti
seperti yang secara umum dipahami yaitu lakon (cerita) gambar hidup atau
segala sesuatu yang berkaitan dengan gambar hidup.1
Secara harfiah, film (sinema) adalah cinematographie yang berasal dari
kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau grhap (tulisan,
gambar, citra). Pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Melukis gerak
dengan cahaya, harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut kamera. Film
sebagai karya seni sering diartikan hasil cipta karya seni yang memiliki
kelengkapan dari beberapa unsur seni untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya
spiritual. Unsur seni yang dimaksudkan terdapat dan menunjang sebuah karya fim
adalah: seni rupa, seni fotografi, seni arsitektur, seni tari, seni puisi sastra, seni
teater, seni musik. Kemudian ditambah lagi dengan seni pantomim dan novel.
Kesemuannya merupakan pemahaman dari sebuah karya film yang terpadu dan
biasa kita lihat.
Media film memiliki keampuhan yang besar untuk memengaruhi publik.
1 Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997).
Page 22
12
Media ini dapat menyajikan gambar-gambar, termasuk suara. Teknologi baru
yang hampir sejenis dengan film adalah kaset video dengan piringan laser (laser
disc). Teknologi baru mempunyai sifat praktis dengan menghubungkan melalui
monitor televisi di rumah-rumah, kemudian muncul gambar sekaligus suaranya.
Dapat disimpulkan bahwa film adalah bentuk media komunikasi massa
audiovisual yang mengandung unsur-unsur teknologi dan kesenian, yang di
dalamnya terdapat kode-kode atau simbol-simbol yang dapat melukiskan pesan
atau ideologi dari si pembuat film tersebut.
Film pertama kali diciptakan pada tahun 1805 oleh Lumiere Brothers.
Kemudian pada tahun 1899 George Melies mulai menampilkan film dengan gaya
editing yang berjudul Trip To The Moon. Pada tahun 1902, Edwin Peter membuat
film yang berjudul Life Of In American Fireman.
Film mencapai kejayaannya di negara Indonesia yaitu pada era 70-an
sampai 80-an atau tepatnya sebelum masuknya Broadcast-Broadcast TV pada
tahun 1988 (RCTI). Masyarakat sangat apresiatif dalam menanggapi film-film
yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan bobot dari film tersebut yang
memang dapat memenuhi kebutuhan psikologi dan spiritual dari masyarakat
Indonesia.
Bioskop yang pertama kali muncul di Batavia (Jakarta), tepatnya di Tanah
Abang Kebonjae, pada 5 Desember 1900. Namun, kehadiran bioskop ini tidak
dapat dikatakan sebagai tonggak awal sejarah film Indonesia. Alasannya, film-
filmnya saat itu masih impor dari luar negeri. Film cerita pertama yang diproduksi
di Indonesia, tepatnya di Bandung, baru ada pada tahun 1926. Film ini berjudul
Page 23
13
Loetoeng Kasaroeng. Film ini bisa dikatakan sebagai acuan tonggak sejarah
perfilman Indonesia. Kesuksesan produksi film tersebut tidak terlepas dari
keterlibatan bupati Bandung, Wiranatakusumah V di dalamnya.
Sejarah “gambar Idoep" di Indonesia mulai dikenal oleh masyarakat kita
sejak awal ke-20. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah iklan di suratkabar pada
masa itu. Iklan dari De Nederlandsche Bioscope Maatschappij yang dipasang di
suratkabar Bintang Betawi, Jum‟at 30 November 1900 menyatakan “...bahoewa
lagi sedikit hari ija nanti kasi liat tontonan amat bagoes jaitoe gambar-gambar
idoep dari banyak hal...”. dalam suratkabar yang sama terbitan selasa 4 Desember
1900, ada iklan yang berbunyi “... besok hari Rebo 5 Desember
PETOENDJOEKAN BESAR JANG PERTAMA di dalam satoe roemah di Tanah
Abang Kebondjae (MANEGE) moelain poekoel TOEDJOE malem...”. pada 5
Desember 1900, jam 7 malam, bioskop yang masih belum diberi nama itu
(kemudian diberi nama The Roijal Bioscope) mulai di oprasikan di Tanah Abang
Kebondjae dengan harga tiket f2 untuk kelas I; f1 untuk kelas II; dan f0,50 untuk
kelas II. Inilah bioskop pertama kali di Indonesia.2
Dilihat dari sejarah, penemuan film sebenarnya berlangsung cukup
panjang. Ini disebabkan karena film melibatkan masalah-masalah teknis yang
cukup rumit, seperti masalah optik, lensa, kimia, proyektor, kamera, roll film
bahkan sampai masalah psikologi. Hari film nasional yang telah di sepakati oleh
bangsa Indonesia adalah tanggal 30 Maret 1950, sebagaimana yang telah menjadi
aspirasi masyarakat perfilman dan telah menjadi keputusan presiden Republik
2 Misbach Yusa Biran, Sejarah Film 1900-1950 bikin film jawa, (Jakarta: Komunitas
Bambu, 2009), h. xvi
Page 24
14
Indonesia nomor 25 tahun 1999, semasa pemerintahan B.J. Habibie yang
berbunyi: butir a. Bahwa tanggal 30 Maret 1950 adalah hari bersejarah bagi
perfilman Indonesia karena pada tanggal tersebut pertama kalinya film citra dibuat
oleh orang dan perusahaan Indonesia.3
Sejak 1900, tontonan film mulai bisa disaksikan oleh masyarakat di kota-
kota besar Hindia Belanda. Pada saat itu, Gubernur Jendral Van Heutz baru
memperkenalkan pendidikan bagi orang jajahannya. Ia mendirikan Volkshcool
(Sekolah Rakyat) yang masa belajarnya hanya tiga tahun.
Perkembangan terakhir yang saat ini mulai banyak digemari oleh
parasineas ataupun film maker adalah metode pembuatan dan penayangan film
melalui format video digital. Walaupun format film tidak dapat ditinggalkan
karena memiliki kualitas gambar yang lebih tajam ketimbang format video digital,
namun format video digital mempunyai kelebihan dari segi efisiensi dan daya
produksi. Proyeksi layar lebar bioskop sampai saat ini masih menjadi pilihan
utama, adapun format video digital biasanya digunakan untuk film yang
diproyeksikan melalui layar televisi.
2. Film Sebagai Media Dakwah
Jika pandangan teologis mengenai media massa diberikan kedudukan
formal sebagai bagian dari sistem media massa yang berlaku, maka peran netral
agama dalam bidang itu sulit berkembang. Padahal sistem meda massa di negara
kita telah menentukan adanya keharusan bertanggung jawab kepada Tuhan Yang
Maha Esa (UU Pers dan UU Perfilman).
3 Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional Tinjauan dan Restropeksi, (Jakarta: Panitia Hari
Film Nasional ke-60 Direktorat Perfilman, tahun 2010), h. 5-7
Page 25
15
Agama banyak memberikan legitimasi kepada sistem media massa dalam
penentuan sajian hiburan yang “pantas” dan “tidak pantas”, maka protes lembaga-
lembaga agama terhadap berbagai sajian hiburan yang dinilai vulgar, misalnya
film, TV Swasta dan majalah-majalah hiburan, tak akan banyak artinya.
Pandangan teologis terhadap peranan media massa harus dinetralisasikan sesuai
dengan kesalihan yang menjadi ciri sebuah agama samawi.4
Sebagai media komunikasi massa, film dapat memainkan peran dirinya
sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dari dan untuk
manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan yang lazimnya disebut dakwah.
Sebagai agama dakwah, Islam harus dapat dihadirkan secara bersahabat oleh para
pemeluknya. Sebab, pada gilirannya, upaya penyebaran pesan-pesan keagamaan
itu harus mampu menawarkan satu alternatif dalam membangun dinamika masa
depan umat, dengan menempuh cara dan strategi yang lentur, kreatif, dan bijak.
Mengantisipasi perkembangan masyarakat seperti itu, usaha dakwah memiliki
unsur-unsur: (1) transformasi, yakni bahwa dakwah Islam merupakan kegiatan
mentransformasikan nilai-nilai ajaran; dan (2) adaptasi, yakni bahwa proses
transformasi ajaran itu dilakukan secara adaptif, dengan memperhatikan konteks
masyarakat dimana dakwah itu tetap hidup.5
Usaha penyampaian pesan-pesan keagamaan (Islam) lewat media tersebut
menitikberatkan pada usaha yang bersifat penerangan dan motivasi. Tampaknya,
kini film telah mampu merebut perhatian masyarakat. Lebih-lebih setelah
berkembang teknologi komunikasi massa yang dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangannya dunia perfilman.
4 Andi Abdul Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001) h.179.
5 Asep Saeful Muhtadi, komunikasi dakwah, teori, pendekatan, dan aplikasi, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2012) h.114
Page 26
16
Film dan dakwah adalah “semangat” dalam menyampaikan pesan-pesan
moral dan etika kehidupan. Jarak antara dua dunia kadang disikapi sebagai dua
kutub yang kontroversial, padahal sebetulnya amat berdekatan, dan bahkan bisa
menjalani hidup bersama. Lebih-lebih untuk film eksklusif yang sering
ditayangkan televisi, seperti halnya Kisah-kisah dari Ayat Suci Al-Quran. Selain
bernilai dakwah, kedua film itu sekaligus mengajarkan para pemirsanya sejarah
Islam pada periode kelahirannya.6
3. Jenis dan Klasifikasi Film
Seiring perkembangan Zaman dan dunia perfilman, genre dalam film pun
mengalami sedikit perubahan. Namun, tetap tidak menghilangkan keaslian dari
awal pembentukannya. Sejauh film ini diklasifikasikan menjadi lima jenis,7 yaitu:
a. Komedi, film yang mendeskipsikan kelucuan, kekonyolan, kebanyolan
pemain (actor/actress). Sehingga alur cerita dalam film tidak kaku,
hambar, hampa, ada bumbu kejenakaan yang dapat membuat penonton
tidak bosan.
b. Drama, film yang menggambarkan realita (kenyataan) di sekeliling
hidup manusia. Dalam film drama, alur ceritanya terkadang dapat
membuat penonton tersenyum, sedih dan meneteskan air mata.
c. Horor, film beraroma mistis, alam gaib, dan supranatural. Alur
ceritanya bisa membuat jantung penonton berdegup kencang,
menegangkan, dan berteriak histeris.
d. Musikal, film yang penuh dengan nuansa musik. Alur ceritanya sama
6 Asep Saeful Muhtadi, komunikasi dakwah, teori, pendekatan, dan aplikasi, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2012) h.116 7 Ekky Imanjaya, Why Not: Remaja Doyan Nonton, ( Bandung: PT Mizan Bunaya
Kreativa, 2004), cet-1, h. 104.
Page 27
17
seperti drama, hanya saja di beberapa bagian adegan dalam film para
pemain (actor/actress) bernyanyi, berdansa, bahkan beberapa dialog
menggunakan musik (seperti bernyanyi).
e. Laga (action), film yang di penuhi aksi, perkelahian, tembak-
menembak, kejar-kejaran, dan adegan-adegan berbahaya yang
menebarkan. Alur ceritanya sederhana, hanya saja dapat menjadi luar
biasa setelah dibumbui aksi-aksi yang membuat penonton tidak
beranjak dari kursi.
Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck termasuk kedalam genre
Drama, film yang disutradarai oleh Sunil Soraya, yang dibintangi oleh Herjunot
Ali, Reza Rahardian dan Pevita Pearce.
4. Struktur dalam Film
Teknik-teknik yang terdapat pada pengambilan gambar sangat bervariasi,
sehingga saat kita menonton suatu film terlihat macam-macam sudut pandang
pengambilan gambar yang merupakan hal penting dalam film. Penonton akan
merasa jenuh apabila gambar yang disajikan terlihat monoton. Adapun teknik-
teknik yang ada dalam pengambilan gambar yaitu8 :
a. Sudut pengambilan gambar (Camera Angle)
1) Bird Eye View
Pengambilan gambar dilakukan dari atas dari ketinggian tertentu
sehingga memperlihatkan lingkungan yang sedemikian luas dengan
benda-benda lain yang tampak dibawah sedemikian kecil.
Pengambilan gambar biasanya menggunakan helikopter maupun
dari gedung-gedung tinggi.
8 http://www.scribd.com/doc/141304630/Teknik-Pengambilan-Gambar diakses tanggal 2
Mei 2014 pukul 08.00 WIB
Page 28
18
2) High Angle
Sudut pengambilan gambar tepat diatas objek, pengambilan
gambar seperti ini memiliki arti yang dramatik yaitu kecil atau kerdil.
3) Low Angle
Pengambilan gambar diambil dari bawah si objek, sudut
pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle.
Kesan yang ditimbulkan dari sudutpandang ini yaitu keagungan
atau kejayaan.
4) Eye Level
Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata
objek, tidak ada kesan dramatik tertentu yang didapat dari eye level
ini, yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang
yang berdiri.
5) Frog Level
Sudut pengambilan gambar ini diambil sejajar dengan permukaan
tempat objek berdiri, seolah-olah memperlihatkan objek menjadi
sangat besar.
b. Ukuran gambar (frame size)
1) Extreem Close-up (ECU)
Pengambilan gambar sangat dekat sekali, hanya menampilkan
bagian tertentu pada tubuh objek. Fungsinya untuk kedetailan suatu
objek.
2) Big Close-up (BCU)
Pengambilan gambar hanya sebatas kepala hingga dagu objek.
Fungsi untuk menonjolkan ekpresi yang dikeluarkan oleh objek.
Page 29
19
3) Close-up (CU)
Ukuran gambar sebatas hanya dari ujung kepala hingga leher.
Fungsi untuk memberi gambaran jelas terhadap objek.
4) Medium Close-up (MCU)
Gambar yang diambil sebatas dari ujung kepala hingga dada.
Fungsinya untuk mepertegas profil seseorang sehingga penonton
jelas.
5) Mid Shoot (MS)
Pengambilan gambar sebatas kepala hingga pinggang. Fungsinya
memperlihatkan sosok objek secara jelas.
6) Knee Shoot (KS),
Pengambilan gambar sebatas kepala hingga lutut. Fungsinya
hampir sama dengan Mid Shot.
7) Full Shoot (FS)
Pengambilan gambar penuh objek dari kepala hingga kaki.
Fungsinya memperlihatkan objek beserta lingkungannya.
8) Long Shoot (LS)
Pengambilan gambar lebih luas dari pada Full Shoot. Fungsinya
menunjukkan objek dengan latar belakangnya.
9) Extreem Long Shoot (ELS)
Pengambilan gambar melebihi Long Shoot, menampilkan
lingkungan si objek secara utuh. Fungsinya menunjukkan bahwa
objek tersebut bagian dari lingkungannya.
10) 1 Shoot
Pengambilan gambar satu objek. Fungsinya memperlihatkan
Page 30
20
seseorang atau benda dalam frame.
11) 2 Shoot
Pengambilan gambar dua objek. Fungsinya memperlihatkan adegan
dua orang yang sedang berkomunikasi.
12) 3 shoot
Pengambilan gambar tiga objek. Fungsinya memperlihatkan
adegan tiga orang sedang mengobrol.
13) Group Shoot
Pengambilan gambar sekumpulan objek. Fungsinya
memperlihatkan adegan sekelompok orang dalam melakukan suatu
aktifitas.
c. Gerakan kamera (moving camera)
1) Zooming (In/Out), Gerakan yang dilakukan oleh lensa kamera
mendekat maupun menjauhkan objek, gerakan ini merupakan
fasilitas yang disediakan oleh kamera video dan kameramen hanya
mengoperasikannya saja.
2) Panning (Left/Right), yang dimaksud dengan gerakkan panning
yaitu kamera bergerak dari tengah ke kanan atau dari tengah ke
kiri, namun bukan kameranya yang bergerak tapi tripodnya yang
bergerak sesuai arah yang diinginkan.
3) Tilting (Up/Down), gerakan tilting yaitu gerakan ke atas dan ke
bawah, masih menggunakan tripod sebagai alat bantu agar hasil
gambar yang didapat memuaskan dan stabil.
Page 31
21
4) Dolly (In/Out), gerakan yang dilakukan yaitu gerakan maju
mundur, hampir sama dengan gerakan Zooming namun pada dolly
yang bergerak adalah tripod yang telah diberi roda dengan cara
mendorong tripod maju ataupun menariknya mundur.
5) Follow, pengambilan gambar dilakukan dengan cara mengikuti
objek dalam bergerak searah.
6) Framing (In/Out), framing adalah gerakan yang dilakukan oleh
objek untuk memasuki (in) ataukeluar (out) framming shot.
7) Fading (In/Out), merupakan pergantian gambar secara perlahan-
lahan. Apabila gambar baru masuk menggantikan gambar yang
ada disebut fade in, sedangkan jika gambar yang ada perlahan-
lahan menghilang dan digantikan gambar baru disebut fade out.
8) Crane Shoot, merupakan gerakan kamera yang dipasang pada alat
bantu mesin beroda dan bergerak sendiri bersama kameramen, baik
mendekati maupun menjauhi objek.
B. Semiotika
1. Pengertian Semiotika
Semiotika berasal dari istilah semiotic berasal dari kata Yunani smeion
yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas
dasar konvensi sosial yang tergabung sebelumnya, dapat dianggap mewakili
sesuatu yang lain. Istilah semeion tampaknya dituturkan dari kedokteran hiokratik
atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtolatologi dan diagnostik
inferensial (Sinha, dalam Kurniawan, 2001:49). “tanda” pada masa ini masih
Page 32
22
bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain.9
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari
jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.
Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak
mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek
tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. (Barthes,
1988:179; Kurniawan, 2001:53).10
Teori modern pertama yang membahas tanda dikemukakan oleh seorang
ahli filsafat dari abad kesembilan belas, Charles Sauders Pierce, yang dianggap
sebagai pendiri semiotik modern. Ia mendefinisikan semiotik sebagai suatu
hubungan antara tanda (simbol), objek dan makna. Tanda mewakili objek
(referent) yang ada dalam pikiran orang yang menginterpretasikannya
(interprener). Pierce menyatakan bahwa representasi dari suatu objek disebut
dengan interpretant.11
Batasan yang lebih jelas dikemukakan Preminger (2001:89). Dikatakan:
“Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa
9 Kris Budiman. Semiotika Visual Konsep, Isu dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta;
Jalasutra, 2011), h.12. 10
Drs. Alex Sobur, M.Si. Semiotika Komunikasi, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya,
2006), cet ke-3, h.15. 11
Morissan dan Andy Corry Wardhany, Teori Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2009) h.27
Page 33
23
fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda.
Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang
memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti”.12
Banyak para tokoh yang menggeluti bidang semiotik atau semiotika, di
antarannya:13
a. Charles Sanders Pierce: Pierce terkenal karena teori tandanya. Di
dalam lingkup semiotika, Pierce seringkali mengulang-ulang bahwa
secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang.
Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas icon (ikon), index
(indeks), dan symbol (simbol). Di jelaskan, ikon adalah hubungan
antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Misalnya,
potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya
hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau
kenyataan. Contoh, asap sebagai tanda adanya api. Dan simbol adalah
tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan
petandanya.
b. Ferdinand de Saussure: awal mula konsep semiotika di perkenalkan
oleh Ferdinand de Saussure melalui dikotomi sistem tanda, signified
dan signifier atau signifie dan significant yang bersifat atimistis.
Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang
bersifat asosiasi antara yang ditandai (signified) dan yang menandai
(signifier).
12
Alex Sobur, Analisis Teks Media, suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis
semiotik, dan analisis framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2012) hal. 96 13
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 39-62.
Page 34
24
c. Roman Jakobson: Jakobson adalah salah seorang dari teretikus yang
pertama-tama berusaha menjelaskan komunikasi teks sastra. Pengaruh
Jakobson pada semiotika berawal pada abad 20. Menerangkan adanya
fungsi bahasa yang berbeda, yang merupakan faktor-faktor pembentuk
dalam setiap jenis komunikasi verbal, adresser (pengirim), message
(pesan), adresse (yang dikirim), context (konteks), code (kode), dan
contact (kontak).
d. Louis Hjelmslev: Hjemselv mengembangkan sistem dua pihak yang
merupakan ciri sistem Saussure. Sumbangan Hjemselv terhadap
semiologi Saussure adalah dalam menegaskan perlunya sebuah ilmu
yang mempelajari bagaimana tanda hidup dan berfungsi dalam
masyarakat. Dalam pandangan Hjemselv, sebuah tanda tidak hanya
mengandung sebuah hubungan internal antara aspek material
(penanda) dan konsep mental (petanda), namun juga mengandung
hubungan antara dirinya dan sebuah sistem yang luas di luar dirinya.
2. Konsep Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga kelas menengah Protestan
di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di
sebelah barat daya Prancis. Ia dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis
yang antusias dengan model linguistik dan semiologi Saussurean.14
Semasa
hidupnya Barthes telah banyak menulis buku, diantaranya adalah le degree zero
de l‟ecriture atau “nol derajat di bidang menulis” (diterjemahkan kedalam bahasa
inggris, writing degree zero 1977).
14
Alex Sobur, Semiotika Kominikasi, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet ke-3,
h.63.
Page 35
25
Menurut terminologi Barthes, jenis budaya populer apapun dapat diurai
kodenya dengan membaca tanda-tanda dalam teks. Tanda-tanda adalah hak
otonom pembacanya atau penonton. Saat sebuah karya selesai dibuat, makna yang
dikandung karya itu bukan miliknya, melainkan milik pembaca atau penontonnya
untuk menginterpretasikanya begitu rupa.15
Teori Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya Barthes
mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan, yaitu tingkat denotasi dan
konotasi. Kata konotasi berasal dari bahasa Latin connotare, “menjadi makna”
dan mengaruh pada tanda-tanda kultural yang terpisah atau berbeda dengan kata
dan bentuk-bentuk konotasi dari komunikasi. Kata melibatkan simbol-simbol,
historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional. Roland Barthes,
semiotikus terkemuka dari Prancis dalam bukunya Mythologies (1972)
memaparkan konotasi kultural dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang
Prancis, seperti steak dan fitness, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya,
tujuannya untuk membawakan dunia tentang “apa yang terjadi tanpa mengatakan”
dan menunjukan konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas basis ideologinya.
Barthes juga memiliki aspek lain dari penandaan yaitu mitos yang
menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua
penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda termaksud
akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan
membentuk tanda baru. Jadi, ketika satu tanda yang memiliki makna konotasi
kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut
akan menjadi mitos.
15
Ade Irwansyah, seandainya saya kritikus film, (Yokyakarta:Homerian, puataka, 2009), h.42.
Page 36
26
Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang
tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat
asli tanda, membutuhkan keaktifan penbaca agar dapat berfungsi. Barthes secara
lugas mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-
dua, yang dibagun diatas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem ke-dua ini
oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam buku Mythologies-nya
secara tegas ia bedakan dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.
Tabel 2.1
Peta Tanda Roland Barthes16
1. Signifier
(penanda)
2. Signifed
(petanda)
Denotative sign (tanda denotatif)
3. CONOTATIVE SIGNIFER
(PENANDA KONOTATIF)
4. CONOTATIVE SIGNNIFIED
(PETANDA KONOTATIF)
5. CONOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas
penanda (1) dan petanda (2). Pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga
petanda konotatif (4). Hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika anda
mengenal tanda “singa”. Barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan
keberanian menjadi mungkin.17
Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna
tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi
kebenarannya.
16
Cobley dan Jansz, 1999:51 17
Cobley dan Jansz, 1999:51
Page 37
27
3. Semiotika Fillm
Dalam sistem komunikasi visual terdapat fungsi komunikasi yaitu fungsi
tanda untuk menyampaikan pesan (message) dari sebuah pengirim pesan (sender)
kepada para penerima (receiver) tanda berdasarkan aturan atau kode-kode
tertentu.18
Desain komunikasi dilihat dari wujudnya mengandung tanda-tanda
yang komunikatif dimana pesan tersebut akan bermakna jika melalui bentuk-
bentuk komunikasi visual. Melalui pendekatan teori semiotika, karya desain
komunikasi visual diharapkan mampu untuk diklasifikasikan berdasarkan tanda,
kode, dan makna yang terkandung didalamnya. Pesan yang akan dikemukakan
dalam pesan karya desain komunikasi visual di kemukakan kepada khalayak
melalui tanda. Tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda
visual.
Upaya pemecahan komunikasi visual dalam desainnya mempelajari
perencanaan dan perancangan berbagai bentuk informasi komunikasi visual.
Perjalanan kreatif desain komunikasi visual diawali dengan menemukan
permasalahan komunikasi visual. Agar tercapai sebuah komunikasi verbal-visual
yang fungsional, persuasif, artistik, estetis dan komunikatif dilakukan dengan cara
mencari data verbal dan visual dengan menyusun konsep kreatif yang
berlandaskan pada karakteristik target sasaran sampai dengan penentuan
visualisasi final desain.19
Teori Steve Campsall merangkum aspek-aspek semiotika melalui
Analysing Moving Image Text: Film Language, semiotika film dapat
direalisasikan dengan berbagai komponen dan elemen yang dapat menjelaskan
18
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h.xi 19
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012) h.23
Page 38
28
teknis semiotika film secara mendetail melalui tabel berikut:
Tabel 2.3
Komponen dan Elemen
MISE EN SCENE Segala sesuatu yang ada dihadapan kamera
yang akan diambil gambarnya dalam
sebuah produksi film.
EDITING Proses memotong dan menggabungkan
gambar yang terpisah-pisah menjadi satu,
namun tetap teratur dan nampak realistis.
SHOT TYPES Jarak kamera terhadap objek dalam frame.
CAMERA ANGLE Sudut pandang kamera terhadap objek
yang berada dalam frame yang
menandakan arti.
CAMERA MOVEMENT Pergerakan kamera merupakan suatu
bentuk penciptaan makna yang dinamis.
Perpindahan dari Zoom Out ke Zoom In
misalnya, memiliki nilai dan dinamika
makna sendiri.
LIGHTING Pencahayaan merupakan salah satu aspek
penting dalam film. Pencahayaan dapat
menimbulkan suasana dan mood yang
menegaskan makna. Kegelapan di hutan
misalnya menciptakan makna ketakutan
dan kengerian.
DIEGESIS AND SOUND Dieges atau Diagenic sound di dalam film
merupakan „dunia film‟. Dia merupakan
bagian dari setiap aksi yang dijalankan
aktor. Misalnya suara musik yang
mengiringi jalannya aktor dan lainnya.
VISUAL EFFECTS/SFX Merupakan gambar generasi komputer
yang tujuannya untuk menciptakan sebuah
Page 39
29
realitas dan makna melalui efek-efek suara
dan gambar.
NARRATIVE Merupakan unsur film yang membuat
cerita dan kisah khusus di dalam film.
GENRE Ragam dari naratif yang sedang
dibicarakan di dalam film.
ICONOGRAPHY Aspek penting dari genre, hal ini lah yang
menjadi simbol-simbol pendukung genre.
Seperti padang pasir yang mendukung
karakter koboi.
THE STAR SYSTEM Bintang-bintang film tertentu bisa menjadi
bagian penting dalam ikonografi dan
menjadi penegas makna. Bisa menjadi
penegas karakter dan aksi.
REALISM Media dapat menyuguhkan tingkat realitas
yang sangat tinggi, sehingga sesuatu
terkesan benar-benar nyata. Dengan layar
yang jernih, jelas, sound yang kuat, dan
ruang yang sengaja dibuat gelap, pemirsa
dapat merasakan atmosfer realitas yang
tinggi.
Demikianlah kompleksitas di dalam semiotika film. Komponen tersebutlah
yang dijadikan acuan untuk mengkaji lebih dalam terkait sistem tanda di dalam
film. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa film merupakan salah satu produk
komunikasi massa yang di dalamnya memiliki dan menyimpan makna sendiri
bagi para penontonnya.
Page 40
30
C. Makna Kesalehan
1. Pengertian Saleh
Kata saleh seringkali diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dengan
“righteous”, yang juga dapat diterjemahkan dengan “good”. Apakah terjemahan
tersebut tepat atau tidak, itu adalah masalah yang tidak perlu dipersoalkan. Yang
penting adalah memilihkan kandungan deskriptif yang konkret dari kata ini dalam
konteks al-Qur‟an.
Saleh adalah keimanan yang sepenuhnya terwujud dalam perilaku lahiriah.
Saleh bagian dari buah hasil dari keimanan seseorang. Buah hasil keimanan yang
terwujudkan dalam bentuk perbuatan sehari-hari. Dalam ayat al-Qur‟an Allah
berfirman:
Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S al- „Ashr ayat: 3)
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh adalah salah satu ungkapan
yang paling sering digunakan dalam al-Qur‟an. Orang-orang yang beriman
belumlah dapat dikatakan beriman yang sesungguhnya bila ia belum mewujudkan
keyakinannya itu dalam bentuk perbuatan-perbuatan tertentu sehingga ia
mendapat julukan orang saleh.
Keyakinan atau keimanan seseorang erat kaitannya dengan perbuatan baik
atau kesalehan seseorang. Hal ini seolah tidak dapat dipisahkan. Keyakinan tidak
akan dipahami tanpa terwujud dalam perbuatan baik. Atau singkatnya keyakinan
tidak akan sempurna jika tidak disertai dengan perbuatan baik. Kesalehan dibagi
menjadi dua macam yaitu kesalehan ritual atau sering juga disebut dengan
Page 41
31
kesalehan individual dan kesalehan sosial. Hablum minallah untuk kesalehan
ritual dan Hablum minannas untuk kesalehan sosial.20
2. Kesalehan Sosial
Kesalehan sosial adalah perilaku orang-orang yang sangat peduli dengan
nilai-nilai Islami yang bersifat sosial. Sopan dan santun kepada orang lain, suka
menolong, bersikap amanah dan sebagainya. Kualitas hubungan sosial dengan
oranglain sangat baik. Karena orang ini mengutamakan kepentingan hablum
minan naas tanpa meninggalkan atau melupakan hubungannya dengan Allah.
Dituliskan dalam ayat al-Qur‟an mengenai hablum minallah sebagai berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang
laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan
itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak
bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah
20 Izutsu,Toshihiko. Etika Beragama Dalam Al-Qur’an. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993)
Page 42
32
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujuraat ayat 11-13).
Orang yang memiliki Kesalehan Sosial senantiasa menjalani kehidupannya
dengan selalu memberikan yang terbaik pada orang sekelilingnya. Sadar bahwa
hidupnya tidak akan terlepas dari bantuan orang lain. Dan kesalehan akan
menjadi sempurna apabila diiringi dengan perbuatan-perbuatan yang baik dalam
kehidupan sehari-hari. Kesalehan Sosial yang tinggi berarti seringkali bersikap
baik terhadap oranglain seperti menolong, berkomunikasi yang baik, ramah, sopan
santun, menghargai, menghormati orang lain dan sebagainya. Seperti halnya yang
menjadi fokus penelitian, peneliti menemukan sikap kesalehan sosial yang
tercermin dari hal yang ditunjukan tokoh Zainuddin dengan menolong dan
amanah terhadap Hayati dan Aziz.
a. Sikap menolong (ta’awun)
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Amat berat siksa-Nya”. (Q.S Al-Maa-idah ayat: 2)
Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain. Tidak
hanya sebagai teman dalam kesendirian, tetapi juga dalam melakukan
Page 43
33
sebuah kegiatan. Entah itu aktifitas ekonomi, sosial, budaya, politik
maupun amal perbuatan yang terkait dengan ibadah kepada Allah.
Disinilah tercipta hubungan saling tolong menolong antara manusia
satu dengan yang lainnya. Maka Allah memberikan kaidah atau
panduan agar dalam melakukan hal-hal yang baik, tidak bertentangan
dengan kaidah-kaidah kegamaan maupun budaya atau norma yang
berlaku dalam masyarakat.
b. Sikap Amanah
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat
zalim dan Amat bodoh”. (Q.S Al-Ahzab ayat: 72)
Setiap orang adalah pemimpin, baik itu pemimpin bagi dirinya sendiri,
keluarga, masyarakat maupun yang lainnya. Sebab, manusia adalah
makhluk sosial dan mempunyai tanggung jawab sosial pula. Tentu saja
semua itu akan dimintai pertanggung jawaban. Seorang yang amanah
menjalankan tugasnya dengan baik karena memahami bahwa apapun
yang dilakukannya Allah Maha Mengetahui.21
21 http://IIXa.yimg.com/kg/groups/22948171/778548222/kesalehan/
Page 44
34
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM
A. Konsep Pembuatan Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Film 'Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck' merupakan hasil adaptasi
novel besar karya mendiang Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal
dengan sebutan Buya Hamka. Awalnya sebagai cerita pendek bersambung yang
diterbitkan di majalah Pedoman Masyarakat tahun 1938. Hamka menuliskan
kisah rekaan tentang cinta Zainuddin dan Hayati yang akhirnya ditentukan oleh
sebuah peristiwa nyata tenggelamnya kapal Van Der Wijck di tahun 1936. Lalu
diterbitkan sebagai novel pada tahun 1939.
Butuh waktu yang cukup lama bagi produser sekaligus sutradara Sunil
Soraya untuk riset film 'Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck' sebelum
diproduksi. Dia mengaku menghabiskan waktu hingga lima tahun.
"Saya riset lima tahun itu untuk visualisasikan cerita Buya Hamka dengan
detail-detail yang menyamai aslinya," kata Sunil.
Observasi, proses pra-produksi, casting serta skenario untuk film ini
dimulai sejak 2008. Untuk pendalaman karakter (reading) disediakan waktu enam
bulan, dan pengambilan gambar selama enam bulan. Sunil Soraya selaku produser
dan sutradara bahkan sempat ragu film ini akan dirampungkan. Ia mengaku
menemui beberapa kesulitan, seperti membangun suasana di tahun 1930. Selain
itu ia juga ingin menjaga keaslian cerita dengan membagun Kapal Van Der Wijck.
"Skenario butuh 2 tahun, riset tentang kapal sampai ketemu blue print
Page 45
35
yang ternyata ada di Belanda itu habis 3 tahun," paparnya. Untuk adaptasi novel
ke skenario, Sunil mempercayakan pada dua penulis dari zaman yang berbeda,
yaitu Imam Tantowi dan Donny Dhirgantoro, dibantu juga oleh Riheam Junianti.
Dari departemen produksi, Soraya Intercine Films mendapuk Yudi Datau sebagai
Penata Kamera dan Samuel Wattimena sebagai penata kostum dengan latar film
1930-an.
"Produksi juga susah karena detail banget, tapi saya nggak mau kecewain
pembaca dan penonton," lanjut Sunil. Beberapa mobil antik dan mewah pada
zamannya, dicari Sunil dari kolektor. Set rumah bak istana tempat para
bangsawan berpesta, ia dapatkan dari kerabatnya.
"Sedangkan total figuran hampir 5 ribu orang," terangnya. Diakui oleh
Sunil Soraya, film garapannya ini memiliki biaya produksi terbesar yang pernah
dibikin oleh Soraya Intercine Films. "Termahal, mungkin selamanya," ucap Sunil
sembari terkekeh.
Sunil, yang juga ikut menulis skenario dan memproduseri film ini,
memang tidak menyebutkan angka pasti perihal biaya produksinya. Namun, boleh
jadi apa yang diklaimnya benar jika menyaksikan film Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck yang berdurasi 163 menit ini. Ada set artistik dan properti yang megah
dalam film ini, karena menyesuaikan dengan latar cerita dan waktunya. Sampai-
sampai, mobil lawas yang dipakai dalam syuting film Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck ini dipinjam dari para kolektor. Namun yang bikin repot, ternyata
mobil koleksi itu tak punya mesin yang masih bagus. Kru film kemudian
mendatangkan onderdil yang dibutuhkan langsung dari Jerman demi memperbaiki
mobil-mobil itu. Departemen wardrobe juga bekerja keras untuk film ini.
Page 46
36
Para aktor-aktris Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck mengenakan
pakaian yang disesuaikan dengan kondisi waktu dan sosial saat itu. Untuk itu,
Sunil melibatkan desainer Samuel Wattimena untuk mengurus wardrobe para
pemain.
"Riset busana susah. Yang riset orang-orang desain. Beliau (Samuel
Wattimena) sangat mengerti. Adat padang juga ngerti, songket, baju nikah dan
sebagainya," ucap Sunil.
Untuk menjaga keauntetikan cerita, produksi film juga dilakukan di
beberapa kota yang tercantum dalam novel, seperti di Padang, Makassar, Jakarta
dan Surabaya. Seperti di '5 CM' yang menangkap keindahan visual Gunung
Semeru dan sekitarnya, 'Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck' juga berusaha
menghadirkan keindahan bumi pertiwi yang menjadi latar tempat dalam cerita.
Sunil menjelaskan, dari skenarionya film buatannya ini jauh berbeda
dengan Titanic.
"Film buatan saya ini skenarionya tentang percintaan tiga orang di
Padang yaitu Zainuddin, Hayati, dan Aziz. Sedangkan kalau film Titanic
skenarionya hampir semuanya di Kapal," kata Sunil.
Namun untuk membuat setting kapal Van Der Wijck bukanlah hal yang
mudah. Sunil menceritakan, kapal Van Der Wijck dibangun dengan skala 1 : 1
dengan eksterior dan interior persis dengan kapal Van Der Wijck asli yang
tenggelam tahun 1930-an saat berlayar membawa ribuan penumpang. "Riset
tentang kapal sampai konsep blue print yang ada di Belanda itu habis 3 tahun,"
paparnya.
"Untuk membuat setting kapal ini, kami perlu bantuan dari luar negeri
Page 47
37
untuk detail teknis pembuatan kapal, kami cari blue print nya dulu, seperti kapal
Van Der Wijck asli yang tenggelam," kata Sunil. Bagi Sunil, proses pencarian
blue print bukanlahlah hal yang mudah, karena harus melalui nara sumber di
Belanda. Sunil mendapatkan blue print nya bukan dari museum di Belanda,
melainkan di tempat pembuatan kapal. "Kapal Van Der Wijck yang asli tidak ada
replikanya. Syuting film ini kan terdiri dari beberapa angle, dimana ada
beberapa bagian yang di modifikasi," kata Sunil. Lebih lanjut, dia
mengungkapkan, tidak main-main membangun replika kapal yang digunakan
dalam film berdurasi dua jam 45 menit itu. Demi menyerupai kapal aslinya, Sunil
pun langsung mendatangi pabrik kapal yang dibuat di Belanda."Kita kirim orang
ke Makassar, tapi enggak dapat. Kita kontak ke sana, ke tempat pembuatan
Vander Wijck ternyata ada dua, mereka sangat kooperatif itu prosesnya dua
setengah tahun," tutup dia. Cerita Junot dan Pevita Pearce Belajar Dialek dan
Hapalkan Dialog PanjangHerjunot Ali dan Pevita Pearce menyimpan cerita
menarik saat keduanya melakukan pendalaman karakter dalam film
'Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck'. Selama enam bulan, mereka melewati
proses skenario. Memerankan karakter pemuda kelahiran Makassar berdarah
Minang, Junot pun harus mempelajari dialek sesuai dengan tokohnya. Ia pun
harus beradaptasi dalam waktu yang singkat. "Kalau Padang, saya pernah
berperan menjadi orang Padang. Orang Padang sering banget kita dengar
familiar, tapi orang Makassar kalau nggak ketemu sama orang Makassar saat dia
bicara, itu jadi agak sulit," ujar Junot yang sebelumnya berperan di film 'Di
Bawah Lindungan Kabah'. Junot mengaku mempelajari dialek Makassar selama
tiga bulan dengan didampingi pelatih akting. "Dialek Makassar merupakan dialek
Page 48
38
yang sulit di copy," lanjut Junot. Namun usaha ekstra justru ia rasakah ketika
harus menghapal dialog sepanjang enam halaman dalam satu adegan. Saat
melakukan hal itu, Junot harus konsentrasi penuh dan mengeluarkan tiap kata
dengan alur yang sistematis hingga kesan yang ingin ditonjolkan terasa. "Itu
bukan dialog tektok tetapi saya harus hapal semua dan diambil one shoot,"
terangnya. Sementara bagi Pevita Pearce, hal utama yang ia lakukan sebagai
upaya pendalaman karakter adalah membuka ruang diskusi dengan sutradara dan
lawan main. "Saya hidup di zaman 90-an sampai 2000-an sekarang. Hayati
tinggal di zaman 1930-an dan memang butuh waktu riset yang serius untuk
memahami karakter Hayati," tuturnya. "Aku memberikan yang terbaik, karena
sebagai pemain, untuk persiapan semuanya itu satu tahun," jelasnya. Peran
Hayati juga memberikan wawasan baru bagi Pevita bahwa di daerah sangat
memegang teguh adat istiadat.1
B. Sinopsis
Bersetting pada tahun 1930, terjalinlah kisah cinta yang bersemi antara 2
orang anak manusia Zainuddin (Herjunot Ali) dan Hayati (Pevita Pearce)
terhalang oleh masalah adat. Hayati yang sebelumnya telah berjanji untuk setia
menunggu Zainuddin sampai pria itu mampu melamarnya, akhirnya mengkhianati
cinta suci mereka. Hayati dengan penuh keterpaksaan menerima lamaran dari
Aziz (Reza Rahadian), laki-laki kaya terpandang yang lebih disukai keluarga
Hayati daripada Zainuddin. Tetapi sebuah peristiwa tak diduga kembali
menghampiri Zainuddin yang telah sukses. Dalam sebuah pertunjukan opera,
1https://id-id.facebook.com/notes/fans-film-box-office/di-balik-pembuatan-film-
tenggelamnya-kapal-van-der-wijck-sedang-tayang-di-bioskop/472861519489033 diakses tanggal 2
Mei 2014 pukul 10.30 WIB
Page 49
39
Zainuddin kembali bertemu Hayati, kali ini bersama Aziz, suaminya. Pada
akhirnya, kisah cinta Zainuddin dan Hayati menemui ujian terberatnya, Hayati
pulang ke kampung halamannya dengan menaiki kapal Van Der Wijck.2
C. Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck resmi dirilis pada tanggal 19
Desember 2013. Film yang diangkat dari novel best seller yang terbit pada tahun
1939 ini adalah sebuah karya tulis dari penulis terkenal dan hebat yaitu Haji
Abdul Malik Karim Amrullah yang di filmkan oleh Sutradara sekaligus Produser
Sunil Soraya. Berkisah tentang masalah percintaan yang ditentang karena masalah
adat. Kemahiran Hamka dalam menulis melahirkan kisah yang begitu
mengharukan. Kisah nyata dari peristiwa Kapal Van Der Wijck menarik Hamka
untuk memasukan peristiwa bersejarah ini dalam tulisannya. Kapal Van Der
Wijck adalah sebuah kapal yang berlayar dari Pelabuhan Tanjung Perak,
Surabaya, menuju Tanjung Priok, Jakarta. Kapal ini tenggelam di Laut Jawa,
Timur Laut Semarang pada 21 oktober 1936. Peristiwa itu kemudian diabadikan
dalam sebuah monumen bersejarah bernama Monumen Van Der Wijck yang
dibangun pada tahun 1936 di Desa Brondong, Kecamatan Brondong, Kabupaten
Lamongan sebagai tanda terimakasih masyarakat Belanda kepada para nelayan
yang telah banyak membantu saat kapal itu tenggelam. Dan Hamka
mengabadikannya dalam sebuah novel. Peristiwa itu benar-benar terjadi, namun
kisah yang ditulis Hamka dalam novel tentu saja fiksi belaka, dan Sunil Soraya
mengabadikannya dengan mengangkatnya menjadi film yang berjudul
2https://id-id.facebook.com/notes/fans-film-box-office/di-balik-pembuatan-film-
tenggelamnya-kapal-van-der-wijck-sedang-tayang-di-biosko/472861519489033 diakses tanggal 2
Mei 2014 pukul 10.30 WIB.
Page 50
40
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.3
D. Penghargaan Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Penghargaan Piala Antemas diberikan pada Sutradara Sunil Soraya untuk
mengapresiasikan film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck sebagai film terlaris
2013. Film ini berhasil menyedot perhatian banyak masyarakat Indonesia di tahun
2013. Film ini sukses menjadi film terlaris 2013 di box office Indonesia dan
disaksikan lebih dari 1,7 juta penonton. Penghargaan Piala Antemas diberikan
oleh Badan Perfilman Indonesia (BPI) untuk memberikan apresiasi terhadap film
yang paling laris di Bioskop Indonesia.
Saat diputar di bioskop, film ini mampu menarik perhatian 570 penonton
hanya dalam waktu satu minggu. Penghargaan ini diberikan Sunil Soraya di
Peringatan Hari Film Nasional di Jakarta Theatre XXI, Jakarta Pusat.4
3 http://m.wowkeren.com/berita/tampil/00048991.html diakses pukul 02.00 WIB tanggal
29 Agustus 2014 4 http://ahmadgaus.wordpress.com/2013/07/24/tenggelamnya_kapal_van_der_wijck/
Page 51
41
E. Profil penulis Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Haji Abdul Malik Karim Amrullah
Nama panggilan Hamka
Lahir 17 Februari 1908
Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam, Hindia Belanda
Meninggal 24 Juli 1981 (umur 73)
Jakarta
Kebangsaan Indonesia
Suku bangsa Minangkabau
Minat utama Tafsir Al-Qur'an, hukum Islam, dan sejarah Islam
Karya terkenal Tafsir Al-Azhar
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck
Di Bawah Lindungan Ka'bah5
5 http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah diakses tanggal 18
Agustus 2014 pukul 19.00 WIB
Page 52
42
F. Pemeran Utama Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Mahbub Herjunot Ali atau yang akrab dipanggil Junot saja lahir di
Jakarta, 8 Oktober 1985 (umur 29 tahun) adalah aktor dan presenter Indonesia.
Junot memulai kariernya setelah menjadi finalis MTV VJ Hunt 2004 yang
diselenggarakan MTV Indonesia yang akhirnya dimenangi Evan Sanders.
Junot pernah menjadi pembawa acara Indonesian Idol Extra musim kedua
bersama dengan salah satu finalis Indonesian Idol musim pertama, Suci
Wulandari.a
Junot memerankan tokoh sebagai Zainuddin dalam film Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck. Seorang pemuda Makassar yang ingin menuntut ilmu
agama ke tanah minang sekaligus mencari asal mula ayah dan ibunya di tanah
kelahiran ayahnya di Batipuh. Zainuddin adalah lelaki yang sopan, ramah, dan
memiliki ambisi tinggi untuk sukses. Kepiawaiannya menulis menghantarkan
dia pada kesuksesan di Batavia. Junot memerankan pemuda minang ini
dengan baik. Usaha kerasnya menjadi laki laki minang dalam film ini terlihat
dari bagaimana dia dengan mahirnya berlogat minang dalam tiap scene dalam
film ini.6
6 http://www.wowkeren.com/seleb/herjunot_ali/profil.html diakses tanggal 18 Agustus
2014 pukul 20.00 WIB
Page 53
43
BAB IV
DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Makna Kesalehan Sosial Tokoh Zainuddin
Film yang menjadi penelitian penulis berjudul Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck. Berkisah tentang perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi
hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian. Banyak
adegan yang terdapat dalam film ini yang berkenaan langsung dengan fokus
penelitian. Film yang berdurasi 2 jam 49 menit ini memulai adegan dengan
membahas keinginan Zainuddin untuk berangkat dari tanah Makassar ke tanah
Minang dengan niat suci belajar agama.
Perjalanan dan perjuangan Zainuddin belajar ilmu agama mengalami fase
fase sulit diantaranya:
1. Zainuddin diusir atau diasingkan dari Batipuh ke padang panjang
disebabkan fitnah orang yang mengatakan Zainuddin bukan laki-laki baik-
baik yang berani mendekati Hayati yaitu gadis desa paling dibanggakan di
Batipuh. Zainuddin yang dikatakan bukan dari keturunan minang dan
dianggap tidak memiliki asal usul yang jelas.
2. Pengkhianatan Hayati kepadanya yang meninggalkannya demi laki-laki
yang dipandang kaya raya dibandingkannya. Laki-laki yang bergaya hidup
modern dan pengusaha hebat dibandingkannya. Laki laki yang telah
merebutnya dari Zainuddin, yaitu Aziz.
3. Terpuruk dan tidak diperdulikan rasa sakit hatinya oleh Hayati terlebih
lagi Aziz sebagai suami sekaligus orang yang telah merebut Hayati
darinya.
Page 54
44
Apa yang telah dialami Zainuddin pada akhirnya menghantarkan Zainuddin
pada kesuksesan. Zainuddin meraih kesuksesan melalui hasil karya tulisnya yang
dimuat dalam sebuah buku yang berjudul Teroesir karya Z. Kesuksesan Zainuddin
tidak menjadikan Zainuddin tinggi hati dan melupakan Hayati. Zainuddin tetap
selalu mengingat Hayati sebagai kekasihnya, mencoba mengikhlaskan kepergian
Hayati yang meninggalkannya dan menghormati keputusan Hayati memilih
menjadi istri dari Aziz yaitu laki laki kaya raya di Batipuh saat itu.
Suatu ketika Hayati kembali hadir dalam hidup Zainuddin. Hayati dengan
suaminya Aziz meminta bantuan kepada Zainuddin untuk mengizinkannya
sementara tinggal dirumahnya. Hayati dan Aziz terpaksa tinggal menumpang di
rumah Zainuddin karena kebangkrutan usaha yang digeluti Aziz dan banyaknya
hutang yang dimiliki Aziz. Pertemuan kembali Zainuddin dengan mereka
membuat hatinya terluka. Namun, sikap yang ditunjukan justru sebaliknya,
Zainuddin menolong mereka, menyediakan tempat tinggal yang istimewa,
menyediakan makanan dan pelayanan yang terbaik kepada mereka selama di
rumahnya. Zainuddin juga menjalankan amanah yang diberikan Aziz kepadanya
untuk menjaga Hayati dengan baik selama Aziz meninggalkannya.
Dalam penelitian dengan menggunakan metode semiotik pada film
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ditemukan beberapa bentuk makna
kesalehan sosial. Adapun makna kesalehan sosial yang disampaikan dalam film
tersebut adalah pelajaran mengenai sikap kesalehan sosial tokoh Zainuddin yang
tercermin dari sikap ta‟awun dan amanah yang ditunjukannya kepada Hayati dan
Aziz disaat mereka membutuhkan pertolongan.
Tanpa bermaksud mengurangi esensi cerita secara keseluruhan, peneliti
Page 55
45
akhirnya dapat mengidentifikasi dua scene yang berkaitan dengan rumusan
masalah yang diteliti. Scene pertama dengan sikap ta‟awun Zainuddin terhadap
Hayati dan Aziz serta scene kedua yaitu sikap amanah Zainuddin kepada Aziz.
Tidak dimasukkannya semua scene dalam film ini, semata-mata agar
analisis yang ada, sesuai dengan fokus penelitian. Dari dua scene tersebut peneliti
menemukan makna kesalehan sosial yang ada pada tokoh Zainuddin dalam film
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang direpresentasikan dalam beberapa
bentuk berdasarkan referensi yang telah dituliskan dalam bab II kesalehan sosial.
B. Makna Kesalehan Sosial tokoh Zainuddin dalam film Tenggelamnya
kapal Van Der Wijck secara denotasi, konotasi dan mitos
Zainuddin menolong Hayati dan Aziz (bersikap ta’awun)
1. Scene 1
Setelah perpisahannya dengan Hayati, Zainuddinpun melanjutkan
perjuangannya menuntut ilmu agama di padang panjang sesuai permintaan
ibunda Hayati. Ujian hidup Zainuddinpun dimulai disana, Hayati yang
bermula berjanji untuk setia menunggu Zainuddin kembali dari padang
panjang tiba tiba dikabarkan akan menikah dengan Aziz, mendengarkan
pernikahan itu, Zainuddin terpuruk dan hampir putus asa. Kedatangan
Hayati dan Aziz semakin menambah Zainuddin terluka hatinya. Terlebih
lagi melihat ukiran inai indah ditangan Hayati yang menandakan Hayati
telah dipinang oranglain. Kemudian Zainuddin geram, sadar, bangkit dan
pergi ke Batavia bersama Bang Muluk. Disana Zainuddin bertemu dengan
seseorang yang tertarik dengan tulisan Zainuddin dan menyuruhnya pergi
ke Surabaya meneruskan usaha percetakannya. Zainuddin dipercaya,
menjalankan kepercayaannya dengan amanah lalu tidak lama
Page 56
46
kesuksesanpun diraihnya. Disana, ia menjadi penulis terkenal dan hidup
berkecukupan.
Ternyata Aziz dan Hayati juga pindah ke Surabaya karena tuntutan
pekerjaan. Lambat laun, rumah tangga mereka di ambang kehancuran,
ditambah lagi Aziz yang mulai hancur karena dihantam berbagai masalah,
lalu menumpang hidup dirumah Zainuddin. Zainuddinpun dengan tangan
terbuka menolong tanpa memikirkan apa yang telah dilakukan Hayati
maupun Aziz dahulu yang telah dibahas sebelumnya.
Visual Keterangan Type of Shot
Awal mula
pertemuan
kembali
Zainuddin dengan
Hayati serta Aziz.
Mid Shoot (MS)
Pengambilan gambar
sebatas kepala hingga
pinggang. Fungsinya
memperlihatkan sosok
objek secara jelas.
Zainuddin, Aziz,
Hayati, Bang
Muluk dan para
pendamping
Zainuddin
menyambut
kedatangan
Hayati dan Aziz
yang bertamu
sekaligus
meminta bantuan
Full Shoot (FS)
Pengambilan gambar penuh
objek dari kepala hingga
kaki. Fungsinya
memperlihatkan objek
beserta lingkungannya.
a. Denotasi
1) Gambar pertama terlihat pertemuan Zainuddin dengan hayati dan
Aziz ditengah keramaian sebuah acara.
2) Gambar kedua terlihat Zainuddin, Aziz dan Hayati yang sedang
Page 57
47
berdialog di kediaman Zainuddin yang sangat megah.
b. Konotasi
Kesuksesan Zainuddin dalam hidupnya tidak lantas membuatnya tinggi
hati, Zainuddin tetap bersikap baik kepada oranglain sekalipun
oranglain tidak bersikap baik kepadanya. Zainuddin tetap memberikan
pertolongan kepada Hayati dan Aziz disaat mereka membutuhkan
bantuan. Bahkan memberikan bantuan lebih dari apa yang mereka
butuhkan.
c. Mitos
Penggambaran diatas menunjukan bahwa adegan-adegan diatas adalah
bagaimana seorang Zainuddin tetap bersikap rendah hati dan gemar
menolong ditengah keberhasilan yang diraihnya saat itu. Manusia
adalah makhluk sosial yang hidupnya pasti akan membutuhkan
oranglain. tolong menolong dalam hidup sudahlah seharusnya
dilakukan. Orang yang hidupnya berlebihan sudahlah seharusnya
menolong orang yang kesusahan. Masyarakat yang kurang mampu
seringkali menaruh harap kepada para dermawan yang dapat
membantu mereka dalam menghadapi kesulitan hidup mereka. sikap
orang yang suka menolong dikenal dalam masyarakat yaitu dermawan.
Menjalankan amanah dengan baik
2. Scene 2
Kebangkrutan yang dialami Aziz membuat Aziz merasa harus
berusaha merubah keadaan. Selama tinggal dirumah Zainuddin Aziz
berfikir perlu keluar dari rumah Zainuddin untuk merubah keadaan rumah
Page 58
48
tangganya menjadi lebih baik. Pada akhirnyapun Aziz keluar dari rumah
Zainuddin dan menitipkan Hayati kepada Zainuddin selama dirinya
berusaha menyelesaikan masalahnya diluar sana. Zainuddinpun menerima
serta mengemban amanah yang diberi Aziz dengan sangat baik. Walaupun
hatinya masih mencintai Hayati tidak lantas Zainuddin melakukan hal
semena-mena dengan Hayati. Zainuddin menjaga, memberi fasilitas dan
kenyamanan kepada Hayati dengan menghormati Hayati sebagai istri dari
Aziz.
Bersikap bijaksana untuk tidak membahas hal yang pernah terjadi
diantara Hayati dan Zainuddin dahulu. Memendam rasa cintanya terhadap
Hayati hingga menjadikan Zainuddin bersikap lebih dingin dan terlihat
angkuh dengan Hayati yang sesungguhnya adalah pertentangan hati
Zainuddin yang justru ingin hayati kembali dengannya, sementara Hayati
kini telah menjadi istri oranglain yaitu orang yang memberi amanah
kepadanya untuk menjaga Hayati selama dia tidak ada disisinya.
Visual Keterangan Type of shot
Hayati yang
sedang menjamu
Zainuddin
dengan
secangkir teh
manis hangat di
pagi hari
2 shoot yaitu Pengambilan
gambar dua objek.
Fungsinya
memperlihatkan adegan
dua orang yang sedang
berkomunikasi.
Page 59
49
Zainuddin saat
menyampaikan
surat dari Aziz
kepada Hayati
2 shoot yaitu Pengambilan
gambar dua objek.
Fungsinya
memperlihatkan adegan
dua orang yang sedang
berkomunikasi.
a. Denotasi
1) Gambar pertama Zainuddin dan Hayati saling menatap. Hayati
menyediakan secangkir minuman untuk Zainuddin yang sedang
sibuk dengan tulisan-tulisannya.
2) Zainuddin dan Hayati sedang berdialog. Zainuddin memberikan
surat dari Aziz untuk disampaikan kepada Hayati.
b. Konotasi
Zainuddin memberi jarak kepada Hayati disetiap harinya. Menunjukan
sikap dingin serta acuh tak acuh kepada Hayati meskipun Zainuddin
masih mencintainya. Hal itu menunjukan sikap menghormati,
menghargai, dan menjaga amanah yang diterima Zainuddin dari Aziz
untuk selalu menjaganya selama Aziz tidak ada.
c. Mitos
Dari gambar diatas menunjukan bahwa adegan-adegan tersebut
memperlihatkan jarak, sikap dingin, acuh tak acuh Zainuddin terhadap
Hayati.
Sikap menjaga jarak kepada Hayati adalah sikap menghargai dan
menghormati seorang laki-laki terhadap perempuan yang sekaligus
perempuan itu adalah istri oranglain yang berada satu atap dengannya.
Page 60
50
Karena perempuan adalah kaum yang lemah dan sudah menjadi kewajiban
laki-laki melindungi perempuan bukan bersikap sebaliknya.
Unsur Sinematografi
Mise en scene What:
Berdasarkan adegan yang ditampilkan Zainuddin
yaitu, adegan Zainuddin betemu Hayati selepas
dia pulang mengaji. Menunjukan kesungguhan
Zainuddin jauh datang bukan hanya untuk hal
yang sia-sia namun Zainuddin datang untuk
mengaji dan menuntut ilmu agama secara
mendalam ke tanah minang.
Beberapa objek yang terlihat dari adegan tersebut
adalah Al-qur‟an yang dipegang Zainuddin yang
memberikan kesan kesungguhan Zainuddin
menuntut ilmu agama yaitu mengaji dan mengkaji
ilmu agama di Batipuh.
What Effect:
Effect yang muncul dalam adegan ini yaitu shot on
location yang menggunakan lokasi yang
sesungguhnya.
What Meaning:
Makna yang ditampilkan pada adegan ini adalah
dalam sistem pemaknaan denotasi dan konotasi.
Denotasi yang muncul pada adegan tersebut
adalah kesalehan individual, menuntut ilmu,
Page 61
51
perjuangan, pemuda muslim. Yang mana makna
konotasinya telah dipaparkan diatas.
How:
Dalam membangun aspek mise en scene yang
relevan dengan narasi dan cerita film pada adegan
ini sutradara berfokus pada masa era tahun 1930-
an dalam penelitian makna kesalehan individual
Zainuddin.
Purpose:
Tujuan sutradara menampilkan adegan diatas
adalah untuk menunjukan kesalehan individual
Zainuddin di era 1930-an yang memiliki jiwa dan
semangat menuntut ilmu agama dengan
perjuangan yang tidak kalah sulitnya namun bisa
dilewati dengan baik.
Editing Bentuk editting pada adegan ini menggunakan cut,
dimana cut ini merupakan tradisi shot ke shot
lainnya secara langsung yang menimbulkan
editing continue pada suatu rangkaian adegan
dialog atau aksi pada umumnya. Ada beberapa
aspek yang diperhatikan peneliti yaitu dalam
melakukan teknik editting, yaitu aspek kontinuitas
grafik, aspek ritmik, aspek apasial, dan temporal.
Shot types Dalam scene ini terdapat beberapa shot type. Yang
pertama medium shot yang menunjukan ekspresi
Zainuddin ketika bertemu Hayati seusai mengaji
Page 62
52
di sebuah surau. Yang kedua diikuti dengan
pergerakan kamera zoom in jarak kamera
berpindah menjadi medium close up untuk
memperlihatkan ekspresi wajah Zainuddin.
Camera movement Pergerakan kamera dalam adegan ini yaitu tilt
yang merupakan pergerakan kamera secara
vertikal atau bergerak dari arah atas ke bawah.
Pergerakan ini terjadi ketika Zainuddin sedang
berbicara dengan Hayati.
Lighting Ada beberapa aspek yang harus dilihat dalam
menjelaskan lighting:
1. Kualitas , kualitas cahaya yang ditampilkan pada
adegan ini adalah soft light atau dengan kata lain
cahaya lembut.
2. Arah pencahayaan: arah pencahayaan pada adegan
ini adalah frontal lighting, dimana sutradara ingin
menghapus bayangan dan menegaskan bentuk
sebuah objek atau wajah karakter dari objek
sehingga tampak jelas dalam scene.
3. Sumber cahaya, sumber cahaya pada adegan ini
menggunakan key light. Dimana sumber cahaya
utama dan paling kuat menghasilkan cahaya.
Diegesis and sound Pada scene ini terdapat effect suara dari sekeliling
lokasi setting yang menunjukan bahwa lokasi
tersebut berada disebuah warung yang tidak jauh
dari surau atau tempat mengaji. Ketika Zainuddin
Page 63
53
hendak pulang dan harus berteduh karna
kehujanan kemudian bertemu dan berbicara
dengan Hayati. Terdapat instrumen yang
menunjukan adanya diegetik sound dalam adegan
ini.
Visual Effect Berdasarkan narasi atau skenario film yang
bergenre drama film ini tidak menimbulkan visual
effect.
Narative Narasi ini menggunakan pola linier dimana waktu
berjalan sesuai adegan urutan peristiwa tanpa
adanya interupsi waktu yang signifikan.
Genre Film ini merupakan film drama cinta dengan
sentuhan adat dan agama yang kental.
Iconography Ikongrafi merupakan sebuah sistem yang
mendukung genre. Ikongrafi dalam film ini
ditunjukan dengan lingkungan yang kental dengan
adat dan sangat agamis.
The star system Herjunot Ali adalah bintang yang dipercaya
memerankan karakter Zainuddin. Dengan
kelebihan yang dia punya seperti postur tubuh
tinggi, kulit bersih, dirasa cocok memerankan
karakter Zainuddin yang bersahaja, baik, polos,
salih, lagi penuh dengan pesona.
Realism Realitas yang terlihat dalam film ini adalah
realitas kehidupan yang seolah nyata dibuat
sutradara dengan kekentalan adat istiadat dan
Page 64
54
suasana religius. Suasana yang diciptakan menjadi
masa era tahun 1930an pun terasa dengan pakaian
yang dipakai para pemain, kendaraan yang terlihat
pada film ini serta onamen ornamen yang menjadi
faktor pendukung semakin terlihat nyata era 1930-
an dalam film ini.
C. Konstruksi Pesan Kesalehan Sosial dalam Film “Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck”
Film merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang menyampaikan
pesan dengan menggunakan audio dan visual. Tokoh Zainuddin dalam Film
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck menggambarkan secara visual dan verbal
dari karakter pemain dalam film yang kemudian menyampaikan pesan kepada
khalayak baik tersirat maupun tersurat. Melalui pesan yang dikandungnya, film
dapat menyampaikan nilai-nilai budaya, ideologi, politik, sosial dan sebagainya.
Melalui film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini pesanpun tersirat
seperti apa sebenarnya kesalehan sosial seseorang.
Zainuddin yang diperankan Herjunot Ali yaitu pemeran utama dalam film
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini, merupakan fokus yang menunjukan
akhlak baik seorang pemuda muslim. Zainuddin menunjukan kesalehan sosial
merupakan penyempurna kesalehan yang harus ada dalam diri kita.
Kesalehan sosial yang ada dalam diri Zainuddin melalui sikap ta’awun
dan amanah nya, menjadikan penyempurna dari sikap saleh Zainuddin menjadi
kesalehan yang sesungguhnya. Karena kesalehan tidak hanya mementingkan
hamblum minallah namun harus disempurnakan dengan sikap hamblum minanas
Page 65
55
yang baik pula. Orang yang memiliki kesalehan sosial senantiasa istiqomah
dijalan Allah. Melakukan segala perbuatan baik kemaslahatan banyak orang
dengan niat karena Allah, bukan semata ingin dipandang baik oleh oranglain.
Page 66
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil temuan penelitian dan pembahasan, kesimpulan yang diperoleh
adalah kesalehan sosial tokoh Zainuddin dalam film Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck secara semiotik ditemukan dalam dua scene yang dibahas penulis yaitu
scene pertama sikap ta‟awun dan scene kedua sikap amanah Zainuddin. Dua sikap
itu adalah penggambaran kesalehan sosial yang dimiliki Zainuddin berkenaan
dengan hubungannya dengan oranglain dalam hidupnya atau sikap hamblum
minannas-nya. Adapun pengkonstruksian pesan yang terkandung dalam film
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah bahwa kesalehan tidak hanya
mementingkan hamblum minallah namun harus disempurnakan dengan sikap
hamblum minanas yang baik pula. Orang yang memiliki kesalehan sosial
senantiasa istiqomah dijalan Allah. Melakukan segala perbuatan baik
kemaslahatan banyak orang dengan niat karena Allah, bukan semata ingin
dipandang baik oleh oranglain.
B. Saran
Saran yang ingin disampaikan penulis mengenai film ini adalah:
1. Saat menonton sebuah film dibutuhkan sikap kritis untuk tidak hanya
menerima cerita yang disuguhkan dengan apa adanya. Penonton harus
lebih aktif dalam menggali pesan-pesan yang tersirat dalam sebuah film.
Sehingga penonton tidak hanya menjadi korban tapi aktif memahami
Page 67
57
pesan komunikatif dari film tersebut.
2. Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck memakai logat bahasa minang
yang sangat kental. Bahasa yang digunakan serta logat yang dilakonkan
oleh para tokoh dalam film ini terasa kurang maksimal. Logat yang
dilakoni para tokoh justru terdengar aneh bukan seperti yang seharusnya
bahkan terdengar lucu. Namun usaha keras dari setiap pemain maupun
sutradara tetap patut diacungkan jempol karena membuat penonton seperti
benar-benar terasa diantara orang-orang minang dan suasana di tanah
minang.
Page 68
58
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Muis, Prof. Dr. Andi. Komunikasi Islam. (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2001)
Alex, Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006)
Budiman, Kris. Semiotika Visual Konsep, Isu dan Problem Ikonisitas.
(Yogyakarta; Jalasutra, 2011)
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2008)
Departemen Pendidikan & kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997).
Franz Bernhard Meier, Kurt. Membina Minat Baca Anak, Terj. Soeparmo.
(Bandung: Remaja Karya, 1983)
Imanjaya, Ekky. Why Not: Remaja Doyan Nonton. (Bandung: PT Mizan Bunaya
Kreativa, 2004)
Irawan, Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004).
Irwansyah, Ade. seandainya saya kritikus film. (Yokyakarta:Homerian, puataka,
2009)
Izutsu,Toshihiko. Etika Beragama Dalam Al-Qur’an. (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1993)
L. Rivers, William, Jay W. Jensen, dan Theodore Peterson. Media Massa dan
Masyarakat Modern, Edisi Kedua, (Terj.) oleh Haris Munandar dan
Dudy Priatna. (Jakarta: Prenada Media, 2004)
Morissan dan Andy Corry Wardhany. Teori Komunikasi. (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2009)
Roland Barthes,. Imaji/Music/Tesis/. (Yogyakarta: Jalasutra.2010)
Saeful Muhtadi, PROF. DR. Asep. komunikasi Dakwah, teori, pendekatan, dan
aplikasi. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012)
Saeful Muhtadi, PROF. DR. Asep. komunikasi Dakwah, teori, pendekatan, dan
aplikasi. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012)
Page 69
59
Sobur, M.Si., Drs. Alex. Analisis Teks Media, suatu pengantar untuk analisis
wacana, analisis semiotik, dan analisis framing. (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2012)
Sobur,M.Si., Drs. Alex. Semiotika Kominikasi. (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2006)
Suryapati, Akhlis. Hari Film Nasional tinjauan dan Restrospeksi. (Jakarta:
Panitia hari Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010)
Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. (Yogyakarta: Jalasutra, 2012)
Uchjana Effendy, Onong. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. (Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, Indonesia 2003)
Yusa Biran, Misbach. Sejarah Film 1900-1950 bikin film jawa. (Jakarta:
Komunitas Bambu, 2009)
http://IIXa.yimg.com/kg/groups/22948171/778548222/kesalehan/
http://www.scribd.com/doc/141304630/Teknik-Pengambilan-Gambar
https://id-id.facebook.com/notes/fans-film-box-office/di-balik-pembuatan-film-
tenggelamnya-kapal-van-der-wijck-sedang-tayang-di-
biosko/472861519489033
http://ahmadgaus.wordpress.com/2013/07/24/TKVDW/
www.wowkeren.com/film/tenggelamnya-kapal-van-der-wijck/
http://m.wowkeren.com/berita/tampil/0048991
Page 71
COVER FILM TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK