Top Banner
ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN POBOYA KECAMATAN MANTIKULORE, SULAWESI TENGAH A Risk Analysis on Cyanide Exposure of Rural Community In Poboya Village, Mantikulore District, Central Sulawesi MIFTAH CHAIRANI HAIRUDDIN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
207

ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA

MASYARAKAT DI KELURAHAN POBOYA KECAMATAN

MANTIKULORE,

SULAWESI TENGAH

A Risk Analysis on Cyanide Exposure of Rural Community

In Poboya Village, Mantikulore District, Central Sulawesi

MIFTAH CHAIRANI HAIRUDDIN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT

DI KELURAHAN POBOYA KECAMATAN MANTIKULORE,

SULAWESI TENGAH

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Kesehatan Masyarakat

Disusun dan diajukan oleh

MIFTAH CHAIRANI HAIRUDDIN

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 3: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

N a m a : Miftah Chairani Hairuddin

Nomor mahasiswa : P1801211004

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian tesis ini hasil karya

orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Agustus 2013

Yang Menyatakan

Miftah Chairani

Page 4: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada hambanya.

Salawat dan salam kepada Rasullullah SAW, sahabat, keluarga dan

mereka yang senantiasa mengikuti jalan yang telah Beliau SAW

gariskan, karena hanya dalam dua hal ini setiap hamba akan

memperoleh kebermaknaan yang hakiki atas setiap aktifitas hidup

termasuk dalam penyelesaian tesis ini sebagai persembahan kepada

Sang Khalik dan semoga bermanfaat kepada sebanyak—banyaknya

manusia.

Gagasan yang melatari permasalahan ini timbul dari hasil

penelusuran literatur dan informasi serta fakta-fakta tentang

bahayanya penggunaan merkuri oleh penambang pada masyarakat

sekitar penambangan emas tanpa ijin yang menjadi sumber

pencemaran air salah satunya adalah di Kelurahan Poboya Kota Palu.

Keberhasilan penulis dalam merampungkan tesis ini tidak

terlepas dari motivasi dan bantuan dari berbagai pihak selama proses

penyusunan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak

terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada Bapak

Dr. Anwar Daud, SKM., M.Kes., sebagai Ketua Komisi Penasihat

Tesis sekaligus Ketua Konsentrasi Kesehatan Lingkungan dan Ibu

Dr. Nurhaedar Jafar, Apt, M.Kes sebagai anggota komisi penasihat

atas segala bantuan, bimbingan, nasihat, petunjuk dan saran serta

waktu yang telah diberikan selama ini kepada penulis, juga ucapan

terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada :

1. Direktur Pascasarjana Universitas Hasanuddin Bapak Prof. Dr. Ir.

Mursalim, dan segenap Guru Besar, Dosen beserta stafnya.

Page 5: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

2. Bapak Dr. dr. Noer Bahry Noor, M.Sc., selaku Ketua Program

Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.

3. Bapak Dr. Dr. Burhanuddin Bahar, MS selaku penguji tesis yang

telah memberikan banyak masukan bagi kesempurnaan penulisan

tesis ini

4. Bapak Prof. Dr. Rafael Djayakusli, MOH yang telah meluangkan

waktu sebagai penguji tesis dan telah memberikan banyak

masukan bagi penulis

5. Bapak dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc, Ph.D yang telah

memberikan masukan sebagai penguji tesis.

6. Sahabat-sahabatku dan teman-teman seperjuangan di Konsentrasi

Kesehatan Lingkungan Angkatan 2011 yang telah memberikan

dukungan, saran dan turut membantu penulis dalam proses

pendidikan dan penyelesaian tesis ini.

Ucapan terima kasih tak terhingga kepada kedua orang tuaku

tercinta Ayahanda Hairuddin Abbas dan Ibunda Budi Setiawati

Palangkey. yang telah membesarkan, mendidik dengan penuh kasih

sayang dan selalu memberikan doa restunya selama ini kepada

penulis, saudara-saudaraiku (Ahmad Abrari, Qarina, Tenripada)

yang selalu membantu penulis dalam segala hal.

Semoga Allah SWT, menilai semua sumbangsih tersebut

sebagai amal ibadah yang tak pernah putus dan semoga Allah SWT

mengampuni atas segala kekhilafan yang mungkin terjadi selama

proses studi sampai pada penulisan tesis ini.

Page 6: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …
Page 7: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

DAFTAR ISI

Halaman

Judul i

Lembar Pengajuan ii

Lembar Pengesahan iii

Pernyataan Keaslian iv

Prakata v

Abstrak vi

Abstract vii

Daftar isi ix

Daftar Tabel xii

Daftar Lampiran xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah 9

C. Tujuan Penelitian 11

D. Manfaat Penelitian 12

E. Ruang Lingkup Penelitian 13

Page 8: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pencemaran Air 14

1. Pengertian Pencemaran Air 14

2. Sumber Pencemaran Air 18

3. Sianida Sebagai Salah Satu Pencemar 19

B. Tinjauan Umum Tentang Sianida 20

1. Sumber Sianida 21

2. Sejarah dan Penggunaan Sianida 23

3. Paparan Sianida 25

4. Sianida Dalam Rantai Makanan 29

5. Toksisitas Sianida 31

C. Tinjauan Umum Tentang Pengolahan Emas 36

1. Pengolahan Emas 36

2. Pemanfaatan Sianida dalam Pengolahan Emas 41

D. Analisis Risiko Kesehatan 44

E. Kerangka Teori 60

F. Kerangka Konsep 61

G. Variabel Penelitian 62

Bab III Metode Penelitian

A. Rancangan Penelitian 63

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 63

C. Populasi dan Sampel 63

D. Teknik Pengumpulan Data 65

Page 9: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

E. Pengolahan dan Analisis Data 68

Bab IV Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian 71

1. Gambaran umum lokasi penelitian 71

2. Gambaran hasil penelitian 74

3. Manajemen risiko 90

B. Pembahasan 95

1. Konsentrasi CN pada sumber air minum 97

2. Konsentrasi CN dalam urine 100

3. Durasi pajanan 102

4. Tingkat risiko 104

5. Manajemen risiko 105

6. Keterbatasan penelitian 106

Bab V Penutup

A. Kesimpulan 108

B. Saran 109

Page 10: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Daftar Tabel

Nomor Hal

1 Standar kualitas air minum 17

2 Sifat fisika dan kimia sianida (CN) 23

3 Beberapa penelitian terkait pajanan sianida (CN) 58

4 Karakteristik responden di Kel.Poboya 74

Kec.Mantikulore

5 Hasil pemeriksaan kadar CN pada sumber air minum 77

6 Hasil pemeriksaan konsentrasi sianida dalam urine 78

Di Kel. Poboya Kec. Mantikulore Tahun 2013

7 Frekuensi pajanan sianida responden 79

pada air minum di Kel. Poboya Tahun 2013

8 Durasi pajanan berdasarkan konsumsi air minum 80

Di kel. Poboya Kec. Mantikulore Tahun 2013

9 Distribusi berat badan responden di Kel. Poboya 81

Kec. Mantikulore Tahun 2013

10 Distribusi statistic variabel konsentrasi , waktu pajanan 83

Frekuensi pajanan, durasi pajanan, berat badan di Kel. Poboya

Kec. Mantikulore Tahun 2013

Page 11: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

11 Konsentrsi CN dalam air minum yang aman dikonsumsi 91

responden menurut kelompok berat badan untuk risiko

non karsinogen dan karsinogen di Kel. Poboya

Kec. Mantikulore Tahun 2013

12 Konsentrasi CN dalam air minum yang aman dikonsumsi 94

responden berdasarkan berat badan dan durasi pajanan

di Kel. Poboya Kec. Mantikulore Tahun 2013

Page 12: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Hasil pemeriksaan Sianida (CN) dalam sumber air minum

Lampiran 3 Peta lokasi

Lampiran 4 Hasil perhitungan RQ

Lampiran 5 Hasil perhitungan manajemen risiko

Lampiran 6 Hasil perhitungan batas aman

Lampiran 7 Hasil pengolahan data SPSS

Lampiran 8 Dokumentasi penelitian

Lampiran 9 Surat ijin penelitian

Lampiran 10 Surat keterangan telah melakukan penelitian

Page 13: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki berbagai macam bahan tambang yang terdapat di

berbagai daerah. Minyak bumi, gas alam, emas, batubara, bijih besi, dan aspal

merupakan jenis-jenis bahan tambang yang dimiliki oleh Indonesia. Salah satu

jenis bahan tambang yang cukup banyak dan tersebar ketersediaannya di

Indonesia adalah emas. Emas merupakan salah satu jenis bahan tambang yang

memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Emas hampir dipasarkan dan

diperdagangkan hampir di semua pasar perdagangan bahan tambang di seluruh

dunia. Nilai investasi emas meningkat setiap terjadi perdagangan emas dalam

jumlah yang cukup besar. Bahkan, jika dilihat lebih jauh lagi, emas memberikan

kontribusi berupa devisa yang sangat besar bagi negara-negara pengekspor

emas. (http://green.kompasiana.com/limbah/2010).

Emas tidak terdapat di lapisan tanah yang cukup dalam dari permukaan

bumi atau permukaan tanah. Bisa dikatakan bahwa bahan tambang jenis ini

terletak di permukaan tanah, daerah aliran sungai yang berisi endapan-endapan

mineral, bahkan di daerah hilir sungai yang merupakan akhir dari arah aliran air

sungai yang mungkin saja menjadi tempat berkumpulnya arah aliran beberapa

sungai yang membawa endapan-endapan mineral.

Pengolahan emas ini selain menguntungkan juga dapat memberikan

beberapa efek negatif. Selain melakukan eksplorasi alam secara berlebihan,

penambangan emas dan pengolahan emas akan menghasilkan limbah yang

Page 14: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

dapat mencemari lingkungan.Limbah tailing berasal dari batu-batuan dalam

tanah yang telah dihancurkan hingga menyerupai bubur kental oleh pabrik

pemisah mineral dari bebatuan. Proses itu dikenal dengan sebutan proses

penggerusan.

Batuan yang mengandung mineral seperti emas, perak, tembaga dan

lainnya,diangkut dari lokasi galian menuju tempat pengolahan yang disebut

Processing Plant dimana proses penggerusan dilakukan. Setelah bebatuan

hancur menyerupai bubur, biasanya dimasukan bahan kimia tertentu seperti

sianida atau merkuri agar mineral yang dicari mudah terpisah. Mineral yang

berhasil diperoleh biasanya berkisar antara 2% sampai 5% dari total bantuan

yang dihancurkan. Sisanya sekitar 95% sampai 98% menjadi tailing, dan dibuang

ketempat pembuangan.

Dalam proses pengolahan emas, selain merkuri (Hg) bahan kimia lain

yang digunakan dalam pemurnian emas adalah sianida (CN). Sianida (asam

sianida, asam prussiat), memiliki kegunaan yang tak sedikit, diantaranya di

bidang pertanian, fotografi dan industri logam. Penggunaannya untuk

pengolahan mineral untuk memulihkan emas, tembaga, seng dan perak mewakili

sekitar 13% dari penggunaan sianida secara global, dengan 87% sisa sianida

yang digunakan dalam proses industri lainnya seperti plastik, perekat, dan

pestisida. Namun, dampaknya terhadap kesehatan sangat mengerikan. Bila

terpapar zat ini, manusia dapat meninggal dalam waktu kurang dari setengah

jam. Karena sifat yang sangat beracun dari sianida, proses ini kontroversial dan

penggunaannya dilarang di sejumlah negara dan wilayah. (mineral

tambang.com).

Page 15: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Sebagai limbah sisa batuan-batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki

kandungan logam lain ketika dibuang. Tailing hasil penambangan emas biasanya

mengandung mineral inert (tidak aktif). Mineral itu antara lain: kuarsa, klasit dan

berbagai jenis aluminosilikat. Walau demikian,tidak berarti tailing yang dibuang

tidak berbahaya. Sebab, tailing hasil penambangan emas mengandung salah

satu atau lebih bahan berbahaya beracun seperti; Arsen (As), Kadmium (Cd),

Timbal (pb), Merkuri (Hg) Sianida (Cn) dan lainnya. Logam-logam yang berada

dalam tailing sebagian adalah logam berat yang masuk dalam kategori limbah

bahan berbahaya dan beracun (B3). Pada awalnya logam itu tidak berbahaya

jika terpendam dalam perut bumi. Tapi ketika ada kegiatan tambang, logam-

logam itu ikut terangkat bersama batu-batuan yang digali, termasuk batuan yang

digerus dalam processing plant. Logam-logam itu berubah menjadi ancaman

ketika terurai dialam bersama tailing yang dibuang.

Sianida digunakan untuk memisahkan emas dari bijih batuan. Dalam

bentuk yang murni, sianida tidak berwarna dan baunya seperti kacang almond

pahit. Bila sianida dicampur dengan bahan-bahan kimia lainnya, bau ini bisa tidak

tercium.Bahan ini bisa digunakan dalam bentuk bubuk, cair atau gas. Sianida

dapat mematikan jika ditelan.Hanya diperlukan sebesar sebutir beras untuk

mematikan seseorang.Pemaparan dosis rendah dalam jangka panjang dapat

menyebabkan pembengkakan di leher (gondok), yang dapat juga disebabkan

oleh kekurangan gizi.

Sianida sering dibuang ke saluran-saluran air ketika menambang emas

dan ketika kolam-kolam penampung limbah tambang bocor dan

luber.Perusahaan-perusahaan minyak menyatakan bahwa sianida dalam air

akan cepat menjadi tidak berbahaya lagi.Hal ini hanya bisa terjadi jika ada

Page 16: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

banyak cahaya matahari dan kandungan oksigen. Walaupun demikian masih

tetap meninggalkan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Jika sianida tumpah di

bawah tanah, atau jika udara mendung atau hujan, sianida akan tetap berbahaya

untuk jangka panjang, mematikan ikan dan tanaman sepanjang sungai dan

membuat air tidak layak untuk diminum dan untuk mandi.

Sejarah penggunaan sianida dalam pengelolaan tambang emas tidak

pernah terbukti ramah lingkungan. Selama ini, penggunaan bahan beracun

tersebut (sianida) sudah menimbulkan bencana bagi pengelolaan pertambangan

di belahan dunia. Di Amerika Serikat, Romania, Argentina, dan Kanada, sudah

lama melarang penggunaan sianida. Provinsi-provinsi yang ada di Argentina

sejak April 2003, berinisiatif mengeluarkan kebijakan berupa peraturan (UU) yang

melarang pertambangan terbuka dan penggunaan sianida (Hamran, Mahidin,

2011).

Di Romania pada Januari 2000, pernah runtuh bendungan limbah di

tambang emas Baia Mare yang melepaskan lebih dari 100 ribu ton air limbah

yang mengandung sianida menuju sungai Tisza dan Danube. Bahan beracun

tersebut membunuh 1.240 ton ikan dan mencemari air minum 2,5 juta orang di

sana. Untuk menghindari tanggung jawab, Esmeralda Exploration menyatakan

bangkrut dan masyarakat di sana menangung bencana tersebut.

Pada tahun 2006, tambang emas Bogoso Gold Limited juga

menggunakan sianida mencemari sungai Ajoo Steam, yang mengalir ke sungai

Apepre dan sungai Ankobra yang mengakibatkan kematian pada ikan-ikan dan

lobster. Sekitar 30 orang yang meminum air dan makan ikan tersebut terkena

penyakit. Amerika Serikat dan Kanada sudah lama melarang penggunaan

sianida, karena pada tahun 1992, tambang Emas Galactic Resources melakukan

Page 17: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

hal yang sama dan menyatakan bangkrut dan meninggalkan 3.300 hektar

kawasan tambang mengandung sianida yang mencemari dan merusak sekitar 25

Km kawasan sungai Galactic (Hamran,Mahidin, 2011).

Di Indonesia, penggunaan sianida dalam proses pertambangan telah

diatur dalam peraturan menteri negara lingkungan hidup no.23 tahun 2008.

Dalam pasal 5 disebutkan bahwa dalam proses pengolahan emas harus dihindari

penggunaan merkuri dan sianida. untuk ekstraksi sianidasi, pH larutan harus

dijaga pada kondisi basa dengan pH antara 10 sampai dengan 11 dan lokasi

pengolahan berhubungan dengan udara luar.

Kasus pencemaran limbah akibat penambangan emas salah satunya

terjadi di Perairan Pantai Buyat. Dugaan terjadinya pencemaran logam berat di

perairan pantai Buyat karena pembuangan limbah padat (tailing) seharusnya

tidak akan terjadi, seandainya limbah tersebut sebelum dibuang dilakukan

pengolahan lebih dulu. Pengolahan limbah bertujuan untuk mengurangi hingga

kadarnya seminimal mungkin bahkan jika mungkin menghilangkan sama sekali

bahan-bahan beracun yang terdapat dalam limbah sebelum limbah tersebut

dibuang.

Walaupun peraturan dan tata cara pembuangan limbah beracun telah

diatur oleh Pemerintah dalam hal ini Kementrian Lingkungan Hidup, tetapi dalam

prakteknya dilapangan, masih banyak ditemukan terjadinya pencemaran akibat

limbah industri. Mungkin terbatasnya tenaga pengawas disamping proses

pengolahan limbah biasanya memerlukan biaya yang cukup besar.

Buangan industri yang mengandung senyawa kimia berbahaya

merupakan toksikan yang mempunyai daya racun tinggi. Buangan industri yang

mengandung persenyawaan logam berat tersebut bukan hanya bersifat toksik

Page 18: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

terhadap tumbuhan, tetapi juga terhadap hewan dan manusia. Logam berat

dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia, tergantung

pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh serta

besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja

enzim sehingga menganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat

mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia maupun hewan.

Perairan sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik

diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya. Beberapa logam tersebut

banyak digunakan untuk untuk keperluan industri atau untuk kebutuhan sehari-

hari yang secara langsung maupun tidak langsung telah mencemari lingkungan.

Logam-logam tersebut diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu

organisme dan tetap tinggal dalam organisme tersebut dalam jangka waktu yang

lama sebagai racun yang terakumulasi.

Randu dari Media Relation & Communication Wahana Lingkungan Hidup

Indonesia (WALHI) melalui siaran persnya pada tanggal 3 Maret 2007

mengemukakan bahwa sumber penghidupan masyarakat nelayan di Teluk Kao

semakin sulit karena adanya pencemaran bahan-bahan kimia Hg dan CN yang

berasal dari proses penambangan emas di sekitarnya. Sebelum beroperasi

P.T.NHM setidaknya terdapat 150 unit bangan yang beroperasi di Teluk Kao dan

menghasilkan sekitar 3-6 ton ikan teri per unit bagan setiap hari. Setiap unit

bagan di Teluk Kao dapat memperkerjakan sekitar 15 orang dengan penghasilan

Rp 200.000 per orang/hari. Dengan tidak beroperasinya bagan akibat hilangnya

ikan teri di Teluk Kao dewasa ini, maka semakin berkurangnya hasil tangkapan

nelayan setempat sampai 75% dan diperkirakan sekitar 2.250 nelayan tidak

melakukan aktivitas melaut lagi. (Simange, Silvanus, 2010).

Page 19: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Penelitian yang dilakukan oleh Silvanus Simange, 2010 di area

penambangan emas Teluk Kao Halmahera Utara, menunjukkan bahwa

kandungan merkuri (Hg) dan sianida (CN) pada air laut disekitar Teluk Kao masih

dibawah ambang batas ( Hg 0,0002 ppm, dan CN 0,001 ppm). dibandingkan

dengan baku mutu air golongan C sesuai Kep-20/MENKLH/I/1990. Kandungan

merkuri (Hg) pada organ hati ke 4 jenis ikan tersebut lebih tinggi (0,13 – 0,51

ppm) dibandingkan pada dagingnya (0,02 – 0,19 ppm). Hati ikan yang paling

tinggi kandungan merkurinya adalah ikan Biji nangka (0,45 – 0,51). Kandungan

sianida (CN) pada organ hati juga lebih tinggi (6,0 – 18 ppm) dibanding pada

daging (4,2 – 9,7 ppm).

Kelurahan Poboya Kecamatan Mantikulore Sulawesi Tengah merupakan

salah satu lokasi penambangan emas tradisional yang beroperasi sejak tahun

2009 hingga sekarang, dan menggunakan Hg dan CN sebagai bahan untuk

memisahkan emas dengan pasir, sehingga masyarakat Poboya dan sekitarnya

berpotensi terkena dampak dari penggunaan Hg dan CN akibat aktivitas

penambangan tersebut. Badan Lingkungan Hidup Kota Palu, (2011) jumlah

penambang emas di tambang rakyat tersebut mencapai 5000 orang dan jumlah

tromol berkisar 20.000 unit, dimana setiap unit menggunakan merkuri 0,5

kilogram per hari dan 20% Hg dan CN terserap oleh tanah. Hal ini berpotensi

sebagai sumber pencemar baik udara, air dan tanah.

Hasil pemeriksaan PDAM kota Palu pada bulan Juni 2010 pada sumber

air di Kel. Paboya didapatkan kadar Hg yang telah melebihi ambang batas yaitu

0,001mg/l. Berdasarkan fakta ini, maka penulis tertarik untuk mengatahui kadar

sianida (CN) pada sumber air masyarakat yang juga digunakan dalam proses

Page 20: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

pengolahan emas pada sumber air di Kel.Paboya dan apakah masyarakat di

Kel.Paboya telah terpajan logam sianida (CN).

B. Rumusan Masalah

Paboya merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kota

Palu, tepatnya di Kec. Palu Timur. Paboya termasuk daerah yang

memiliki hutan yang merupakan daerah penyangga air untuk kota Palu

dan sekitarnya. Wilayah hutan di sekitar kawasan DAS Paboya

merupakan daerah tangkapan hujan (sumber air). Pada wilayah

disekitar kawasan DAS Paboya digunakan sebagai tempat

pengambilan material, seperti pasir, batu-batuan serta penambangan

emas yang digunakan sebagai sumber pendapatan.

Sianida (CN) merupakan salah satu logam berat yang digunakan

untuk memisahkan emas dari pasir dalam proses amalgamasi (Tailing)

dan selanjutnya dilakukan pembakaran untuk melepaskan atau

menghilangkan merkuri pada emas tersebut. Proses inilah yang

berpotensi menimbulkan pencemaran diantaranya adalah pencemaran air

(baik air tanah maupun air permukaan) dan berdampak pada kesehatan

masyarakat.

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pencemaran pada

air diantaranya adalah jarak dari sumber pencemar, jenis tanah dan kadar

atau konsentrasi dari zat pencemar, dimana pola pencemaran zat kimia

dapat mencapai jarak 96 meter dari sumber pencemar (Suyono dan

Budimawan, 2002). Selain itu, pencemaran air dapat berasal dari zat atau

Page 21: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

bahan kimia yang terdapat di udara yang turun bersamaan dengan hujan

(baik secara langsung maupun tidak langsung).

Pencemaran logam berat Hg dan CN, karena akan berpengaruh

terhadap produksi perikanan dan juga dapat mempengaruhi kesehatan

manusia. Tingginya kandungan kedua logam berat Hg dan CN dapat

menimbulkan dampak biologi yang serus karena logam berat tersebut

terkontaminasi dan terakumulasi pada tubuh biota laut melalui rantai

makanan. Bahaya yang besar bagi manusia dalam bentuk methyl merkuri

akan masuk ke tubuh lewat air , ikan, susu dan bahan makanan yang

terkontaminasi. Senyawa beracun ini bisa juga menyebabkan berbagai

penyakit termasuk kanker hingga mengakibatkan kecacatan dan

kematian, karena tingkat penyerapannya tinggi ke dalam tubuh.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengukur kadar Hg di

Kel.Paboya, dan berdasarkan hasil pengukuran PDAM pada bulan Juni

2010 kota Palu kadar Hg pada sumber air di Kel. Paboya telah melebihi

ambang batas yaitu 0,001mg/l. Namun untuk pengukuran kadar sianida

(CN) belum pernah dilakukan. Berdasarkan latar belakang masalah

tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana analisis risiko

pajanan Sianida (CN) pada masyarakat di Kelurahan Poboya Kec.

Mantikulore Kota Palu Sulawesi Tengah?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Page 22: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan

gambaran risiko kesehatan pajanan sianida (CN) pada masyarakat

sekitar pertambagan emas di kelurahan Paboya di Kecamatan

Mantikulore, Sulawesi Tengah.

2. Tujuan Khusus

a. Mengukur konsentrasi sianida (CN) dalam sumber air minum di

lokasi sekitar penambangan emas kelurahan Paboya Kecamatan

Mantikulore, Sulawesi Tengah.

b. Mengetahui waktu pajanan sianida (CN) pada masyarakat di

Kel.poboya Kec. Mantikulore Palu, Sulawesi Tengah

c. Mengetaui durasi pajanan sianida (CN) pada masyarakat di

Kel.Poboya Kec. Mantikulore Palu, Sulawesi Tengah

d. Mengetahui tingkat risiko (RQ) pajanan sianida (CN) pada

masyarakat di Kel. Poboya Kec. Mantikulore Palu, Sulawesi Tengah

e. Mengetahui manajemen pengurangan risiko kesehatan akibat

pajanan sianida (CN) pada masyarakat di Kel. Poboya Kec.

Mantikulore Palu, Sulawesi Tengah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu, pengetahu an dan

wawasan yang luas dalam mengetahui resiko yang di timbulkan

logam berat pada lingkungan

2. Bagi Masyarakat

Page 23: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Sebagai dasar dan masukan kepada masyarakat dalam

upaya kewaspadaan dini terhadap resiko penyaki t yang

disebabkan oleh bahan kimia berbahaya sehingga masyarakat

dapat berperan aktif dalam penanggulangannya.

3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Palu

Hasil penelitian ini kiranya dapat dipergunakan sebagai salah

satu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang sesuai

untuk mengendalikan sebaran kasus penyakit akibat

pencemaran.

4. Bagi Magister Kesehatan Lingkungan Universitas

Hasanuddin Makassar.

Dapat dijadikan sebagai tambahan pustaka untuk memperkaya

kajian ilmu kesehatan lingkungan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk lingkup materi Analisis Risiko Kesehatan

Lingkungan. Sasaran dalam penelitian adalah masyarakat yang tinggal di Kel.

Poboya selama minimal 1 tahun serta mengkonsumsi air minum dari di lokasi

tersebut..

Pembahasan dalam penelitian ini lebih ditekankan pada mengukur

konsentrasi agent (bahan pencemar) dan menganalisisnya dengan metode

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan untuk mengetahui risiko kesehatan

masyarakat akibat pencemaran agent tersebut.

Page 24: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Lokasi penelitian ini adalah Kel. Poboya Kec. Mantikulore Kota Palu

Provinsi Sulawesi Tengah. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan April -

Mei 2013.

Page 25: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pencemaran Air

1. Pengertian Pencemaran Air

Istilah pencemaran air atau polusi air dapat dipersepsikan berbeda

oleh satu orang dengan orang lainnya mengingat banyak pustaka acuan

yang merumuskan definisi istilah tersebut, baik dalam kamus atau buku

teks ilmiah, termasuk definisi dalam peraturan pemerintah sebagai turunan

dari undang-undang tentang definisi pencemaran lingkungan.

Definisi pencemaran air mengacu pada Undang-Undang (UU) No.

32 Tahun 2009 tentang Undang-Undang Lingkungan Hidup dan

dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 1990 tentang

Pengendalian Pencemaran Air dan PP No. 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, menjelaskan

bahwa pencemaran air adalah :

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan

manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang

menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

(Pasal 1, angka 2).

Berdasarkan definisi pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai

makna pokoknya dalam 3 (tiga) aspek, yaitu aspek kejadian, aspek

penyebab atau pelaku dan aspek akibat (Setiawan, 2001).

Page 26: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Pencemaran air juga merupakan penyimpangan sifat-sifat air dari

keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang ada di bumi ini tidak

pernah terdapat dalam keadaan murni bersih, tetapi selalu ada

senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini tidak

berarti bahwa semua air di bumi ini telah tercemar. Sebagai contoh, air

yang diambil dari mata air di pegunungan dan air hujan. Keduanya

dapat dianggap sebagai air yang bersih, namun senyawa atau

mineral (unsur) yang terdapat di dalamnya berlainan seperti tampak

pada keterangan berikut ini: Air hujan mengandung: SO4, Cl, NH3, CO2,

N2, C, 02, debu.

Air dari mata air mengandung Na, Mg, Ca, Fe, 02. Selain

daripada itu air seringkali juga mengandung bakteri atau mikroorganisme

lainnya. Air yang mengandung bakteri atau mikroorganisme tidak dapat

langsung digunakan sebagai air minum tetapi harus direbus dulu agar

bakteri dan mikroorganismenya mati. Pada batas-batas tertentu air minum

justru diharapkan mengandung mineral agar air itu terasa segar. Air

murni tanpa mineral justru tidak enak untuk diminum.

Penggolongan air menurut peruntukkannya yang ditetapkan

menurut PP No. 20 Tahun 1990, Bab III, Pasal 7, sebagai berikut :

a. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum

secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

Page 27: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

b. Golongan B , yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air

minum.

c. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan

perikanan dan peternakan.

d. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan

pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri,

pembangkit listrik tenaga air.

Penentuan terhadap tercemar atau tidaknya air suatu daerah berdasarkan

beberapa peraturan pemerintah diantaranya adalah :

a. Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 1990 tentang

Pengendalian Pencemaran Air.

b. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

c. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik Indonesia No.

416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

d. Permenkes Republik Indonesia No 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum.

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari

sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih

dan aman tersebut, antara lain :

a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

c. Tidak berasa dan tidak berbau

Page 28: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuha domestic dan

rumah tangga

e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau

Departemen Kesehatan RI

Adapun standar kualitas air bersih dan air minum berdasarkan Kep.

Menkes no 492/Menkes/Per/IV/2010

Tabel 1 Standar Kualitas Air Minum

NO JENIS PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUMYANG

DIPERBOLEHKAN1 Parameter yang

berhubungan langsungdengan kesehatan

a. Parameter Biologi1) E.Coli Jumlah per

100mlsampel

0

2) Total Bakteri Coliform Jumlah per100mlsampel

0

b. Kimia Anorganik1) Arsen Mg/l 0,012) Flourida Mg/l 1,53) Total Kromium Mg/l 0,054) Cadmium Mg/l 0,0035) Nitrit, sebagai NO2 Mg/l 36) Nitrat, sebagai NO3 Mg/l 507) Sianida Mg/l 0,078) Selenium Mg/l 0,01

2 Parameter Yang TidakBerhubungan Langsung

Dengan Kesehatana. Parameter Fisik1) Bau Tidak Berbau2) Warna TCU 153) TDS Mg/l 5004) Kekeruhan NTU 55) Rasa Tidak Berasa

Page 29: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

6) Suhu °C Suhu udara ± 3°Cb. Parameter Kimiawi1) Aluminum Mg/l 0,22) Besi Mg/l 0,33) Kesadahan Mg/l 5004) Khlorida Mg/l 2505) Mangan Mg/l 0,46) Ph 6,5 – 8,57) Seng Mg/l 38) Sulfat Mg/l 2509) Tembaga Mg/l 210) Ammonia Mg/l 1,5

2. Sumber Pencemaran Air

Kurangnya fasilitas kebersihan yang cukup adalah suatu sebab

utama kontaminasi kotoran dan limbah dari sumber - sumber air di

daerah urban dan pabrik. Beberapa Kota Indonesia malah mempunyai

suatu sistem pembuangan kotoran yang tidak sempurna, dan karenanya

sebagian besar rumah tangga sangat mengandalkan tangki kotoran

pribadi atau pembuangan kotoran manusia langsung ke sungai dan

kanal. Sumber-sumber polusi air yang lain adalah pertambangan serta

pengaliran air yang tidak lancar dan tidak teratur, (Putranto, 2011).

Perbaikan pasokan air dan sistem sanitasi yang layak mungkin

dapat memberikan kontribusi kepada pengurangan kematian diare

yang signifikan dan kepada peningkatan hasil kesehatan. Suatu cara

pengelolaan sumber air terpadu, termasuk polusi air, dengan

pengumpulan data, bagi informasi, analisa dan penggunaan yang

cukup, diperlukan dalam suatu konteks dasar. Erat kaitannya dengan

masalah indikator pencemaran air dengan komponen pencemar air

Page 30: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

berperan menentukan indikator tersebut terjadi. Komponen pencemar air

menurut Putranto, (2011), dikelompokkan sebagai berikut :

a. Bahan buangan padat

b. Bahan buangan organik

c. Bahan buangan anorganik

d. Bahan buangan olahan bahan makanan

e. Bahan buangan cairan berminyak

f. Bahan buangan zat kimia

g. Bahan buangan berupa panas

3. Sianida Sebagai Salah Satu Bahan Pencemar Dalam Air

Sianida merupakan suatu senyawa yang secara kimia sangat

bersifat toksik dan berada dalam air dalam bentuk Hidrogen Sianida

(HCN). Sianida dapat ditemukan secara alamiah seperti pada tumbuh-

tumbuhan. Dalam tumbuh-tumbuhan sianida terikat pada glukosa (gula)

yang disebut amygdalin.

Bangsa Romawi kuno memperoleh CN dari sumber biji-bijian alami

seperti biji apel, apricot dan ceri. Sianida dapat larut dalam air karena

hanya sianida alkali yang terikat pada logam yang memiliki sifat kelarutan

tersebut. Dalam larutan murni, CN- adalah bentuk yang paling stabil

diatas pH kira-kira 10,5. Sianida bersifat toksik yang letal dan sub letal

terhadap organisme. Sianida dalam air bersih yang akan digunakan untuk

minum tidak boleh melewati batas 0,05 ppm karena dapat mengganggu

metabolisme.

Page 31: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Sianida dalam bentuk ion sianida (CN-) membentuk berbagai ikatan

kompleks dengan ion-ion transisi logam misalnya emas (Au(CN)2), perak

(Ag(CN)2) dan besi (Fe(CN)6). Alasan karakteristik inilah sehingga sianida

digunakan secara komersil. Sianida juga banyak digunakan secara luas

dalam industri terutama pembersih logam dan pengelasan listrik. Sianida

juga banyak digunakan dalam prosessing mineral-mineral tertentu.

Sianida yang terdapat di perairan berasal dari limbah industri,

misalnya industri pelapisan logam, pertambangan emas, pertambangan

perak, pupuk dan besi dan baja. Kadar sianida yang digunakan dalam

pertambangan emas dan perak dapat mencapai 250 ppm.

B. Tinjauan Umum Tentang Sianida (CN)

Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Sianida telah

digunakan sejak ribuan tahun yang lalu. Sianida juga banyak digunakan

pada saat perang dunia pertama. Efek dari sianida ini sangat cepat dan

dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit.1

Hidrogen sianida disebut juga formonitrile, sedang dalam bentuk cairan

dikenal sebagai asam prussit dan asam hidrosianik. Hidrogen sianida

adalah cairan tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat pada

suhu kamar. Bersifat volatile dan mudah terbakar. Hidrogen sianida dapat

berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak.Hidrogen sianida sangat

mudah bercampur dengan air sehingga sering digunakan.

Page 32: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Bentuk lain ialah sodium sianida dan potassium sianida yang

berbentuk serbuk dan berwarna putih. Sianida dalam dosis rendah dapat

ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang biasa kita makan

atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggan.

Sianida juga ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor, dan

makanan seperti bayam, bambu, kacang, tepung tapioka dan singkong.

Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapa produk sintetik. Sianida

banyak digunakan pada industri terutama dalam pembuatan garam seperti

natrium, kalium atau kalsium sianida.

Sianida yang digunakan oleh militer NATO (North American Treaty

Organization) adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik (HCN).

Gejala yang ditimbulkan oleh zat kimia sianida ini bermacam-macam;

mulai dari rasa nyeri pada kepala, mual muntah, sesak nafas, dada

berdebar, selalu berkeringat sampai korban tidak sadar dan apabila tidak

segera ditangani dengan baik akan mengakibatkan kematian.

Penatalaksaan dari korban keracunan ini harus cepat, karena prognosis

dari terapi yang diberikan juga sangat tergantung dari lamanya kontak

dengan zat toksik tersebut.

1. Sumber Sianida (CN)

Page 33: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

a. HCN ( Hydrogen Sianida ) terdapat pada : Gas gas penerangan,

sisa sisa pembakaran.

b. Hydrocyanic Acid ( Prussic Acid ) berbentuk cairan, dapat

tercampur dengan air dalam segala proporsi, dapat diuraikan

dengan cepat, larutan netral atau alkali dengan menghasilkan

ammomiak. Dua bentuk Prussic Acid :

Dalam bentuk larutan dengan kadar 4% ( Scheele’s Axid )

Dalam bentuk larutan dengan kadar 2% ( Acid Hydrocyanicum

dilutum ), dan bentuk inilah yang banyak digunakan di laboratorium.

Gas gas ini juga dapat dibentuk dari proses destilasi KCN atau

Kalium Fero Cyanida dengan asam sulfat.

c. Di alam, Asam sianida terdapat pada tumbuh tumbuhan yang

mengandung amygdalin. Misalnya, singkong, ubi, biji buah apel,

peer, aprikot. Cyanida dengan air dan emulsin akan terhidrolisir

menjadi hidrogen, glukosa dan benzaldehide. Biji biji tersebut

mengandung cyagenetik glycosid yang akan melepaskan cyanida

pada waktu dicerna.

Tabel 2 Sifat Fisika dan Kimia Sianida (CN)

Sifat Fisika Kimia Nilai1. Titik Didih 25,7 °C

2. Tekanan Uap 740mmHg

Page 34: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

3. Berat Jenis Uap 0,99 pada 20°C

4. Kepadatan Cairan 0,68g/mL pada 25°C

5. Volatilitas 1,1x106mpada25g/m3°C

6. Tingkat KelarutanDalam Air

25°C

Sumber : WHO, 2004

2. Sejarah dan Penggunaan Sianida

Walaupun beberapa substansi yang mengandung sianida telah

digunakan sebagai racun sejak berabad-abad yang lalu, sianida yang

sesungguhnya belum dikenal sampai tahun 1782. Pada saat itu sianida

berhasil diidentifikasi oleh ahli kimia yang berasal dari Swedia, Scheele,

yang kemudian meninggal akibat keracunan sianida di dalam

laboratoriumnya.

a. Penggunaan Militer

Pada zaman kejayaan kerajaan Romawi, sianida digunakan

sebagai senjata. Sianida sebagai komponen yang sangat

mematikan digunakan untuk meracuni angota keluarga kerajaan

dan orang-orang yang dianggap dapat mengganggu keamanan.

Tidak itu saja, Napoleon III mengusulkan untuk menggunakan

sianida pada bayonet pasukannya Selama perang dunia pertama,

Perancis menggunakan asam hidrosianik yang berbentuk gas.

Page 35: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Tetapi racun sianida yang berbentuk gas ini mempunyai efek yang

kurang mematikan dibandingkan dengan bentuk cairnya.

Sementara itu, pihak Jerman sendiri pada waktu itu telah

melengkapi pasukannya dengan masker yang dapat menyaring gas

tersebut. Karena kurang efektifnya penggunaan gas ini, maka pada

tahun 1916 Perancis mencoba jenis sianida gas lainnya yang

mempunyai berat molekul yang lebih berat dari udara, lebih mudah

terdispersi dan mempunyai efek kumulatif. Zat yang digunakan

adalah Cyanogen chlorida, yang dibentuk dari potassium sianida.

Racun jenis ini sudah cukup efektif pada konsentrasi yang rendah

karena sudah bisa mengiritasi mata dan paru. Pada konsentrasi

yang tinggi dapat mengakibatkan paralysis hebat pada sistem

pernafasan dan sistem saraf pusat.

Dilain pihak, Austria ketika itu juga mengeluarkan gas beracun

yang berasal dari potassium sianida dan bromin. Zat ini kemudian

disebut sianogen bromida yang mempunyai efek iritasi yang sangat

kuat pada konjungtiva mata dan pada mukosa saluran pernafasan.

Selama perang dunia ke II, Nazi Jerman menggunakan asam

hidrosianik yang disebut mereka Zyklon B untuk menghabisi ribuan

rakyat sipil dan tentara musuh.

b. Penggunan Non Militer

Sianida lebih banyak digunakan untuk kepentingan ekonomi

daripada kepentingan militer. Kebanyakn hampir tiap hari kontak

Page 36: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

dengan sianida. Ratusan bahkan ribuan ton sianida dibentuk oleh

dunia ini tiap harinya. Sianida banyak digunakan untuk bidang

kimia, pembuatan plastik, penyaringan emas dan perak, metalurgi,

anti jamur dan racun tikus. Sementara itu, keracunan sianida paling

banyak dilaporkan setelah memakan singkong dan kacang.

Singkong pada beberapa negara yang baru berkembang masih

menjadi makanan utama dan dianggap sebagai biang kerok

tingginya tropical ataxic neuropathy di negara ini.

Pada saat ini, sianida digunakan oleh pemerintah, perusahaan

maupun perorangan untuk bermacam keperluan.

3. Paparan Sianida (CN)

a. Inhalasi

Sisa pembakaran produk sintesis yang mengandung karbon

dan nitrogen seperti plastik akan melepaskan sianida. Rokok juga

mengandung sianida, pada perokok pasif dapat ditemukan sekitar

0.06µg/mL sianida dalam darahnya, sementara pada perokok aktif

ditemukan sekitar 0.17 µg/mL sianida dalam darahnya. Hidrogen

sianida sangat mudah diabsorbsi oleh paru, gejala keracunan dapat

timbul dalam hitungan detik sampai menit. Ambang batas minimal

hydrogen sianida di udara adalah 2-10 ppm, tetapi angka ini belum

dapat memastikan konsentrasi sianida yang berbahaya bagi orang

disekitarnya. Selain itu, gangguan dari saraf-saraf sensoris

Page 37: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

pernafasan juga sangat terganggu. Berat jenis hidrogen sianida

lebih ringan dari udara sehingga lebih cepat terbang ke angkasa.

Anak-anak yang terpapar hidrogen sianida dengan tingkat yang

sama pada orang dewasa akan terpapar hidrogen sianida yang

jauh lebih tinggi.

b. Mata

Paparan hidrogen sianida dapat menimbulkan iritasi pada mata

dan kulit. Muncul segera setelah paparan atau paling lambat 30

sampai 60 menit. Kebanyakan kasus disebabkan kecelakaan pada

saat bekerja sehingga cairan sianida kontak dengan kulit dan

meninggalkan luka bakar.

c. Saluran Pencernaan

Tertelan dari hidrogen sianida sangat fatal. Karena sianida

sangat mudah masuk ke dalam saluran pencernaan. Tidak perlu

melakukan atau merangsang korban untuk muntah, karena sianida

sangat cepat berdifusi dengan jaringan dalam saluran pencernaan.

d. Proses Biokimia

Walaupun sianida dapat mengikat dan menginaktifkan

beberapa enzim, tetapi yang mengakibatkan timbulnya kematian

atau timbulnya histotoxic anoxia adalah karena sianida mengikat

bagian aktif dari enzim sitokrom oksidase sehingga akan

mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara aerobik.

Sebagai akibatnya hanya dalam waktu beberapa menit akan

Page 38: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

mengganggu transmisi neuronal. Sianida dapat di buang melalui

beberapa proses tertentu sebelum sianida berhasil masuk kedalam

sel. Proses yang paling berperan disini adalah pembentukan dari

cyanomethemoglobin (CNMetHb), sebagai hasil dari reaksi antara

ion sianida (CN–) dan MetHb.

Selain itu juga, sianida dapat dibuang dengan adanya:

Ikatan dengan endothelial-derived relaxing factor (EDRF)

dalam hal ini adalah asam nitirit.

Bahan-bahan metal seperti emas, molibdenum atau

komponen organik seperti hidrokobalamin sangat efektif

mengeliminasi sianida dari dalam sel.

Terakhir kali, albumin dapat merangsang kerja enzim dan

menggunakan sulfur untuk mengikat sianida.

Page 39: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Gambar 1. Reaksi detoksifikasi sianida

Sumber: Baskin SI, Brewer TG. Cyanide Poisoning. Chapter.Pharmacology Division. Army Medical Research Institute ofChemical Defense, Aberdeen Proving Ground, Maryland. USA.Available from: www.bordeninstitute.army.mil/cwbw/Ch10.pdf.Access on: 15 March 2013

Sianida dapat dengan mudah menembus dinding sel. Oleh

karena itu pihak militer sering menggunakan racun sianida

walaupun secara inhalasi, memakan atau menelan garam sianida

atau senyawa sianogenik lainnya. Karena sianida ini sebenarnya

telah ada di alam walaupun dalam dosis yang rendah, maka tidak

heran jika kebanyakan hewan mempunyai jalur biokimia intrinsik

tersendiri untuk mendetoksifikasi ion sianida ini. Jalur terpenting

dari pengeluaran sianida ini adalah dari pembentukan tiosianat

(SCN-) yang diekresikan melalui urin. Tiosianat ini dibentuk secara

Page 40: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

langsung sebagai hasil katalisis dari enzim rhodanese dan secara

indirek sebagai reaksi spontan antara sianida dan sulfur persulfida.

4. Sianida (CN) Dalam Rantai Makanan

Sianida (CN) merupakan senyawa kimia carbon-nitrogen yang

terdiri dari sianida sederhana dan sianida kompleks. Beberapa sianida

sederhana yang larut dalam air seperti natrium sianida (NaCl), potasium

sianida (KAg(CN)2) dan kalsium sianida (KCN), sedangkan yang memiliki

tingkat kelarutan rendah dalam air yaitu kopper sianida (CuCN). Menurut

EPA (1978a), ada beberapa sianida yang berbentuk gas yang larut dalam

air dan sangat beracun antara lain hidrogen sianida (HCN), sianogen

(CN)2 dan klorida sianogen (CNCl). Sianida kompleks membentuk banyak

ikatan dengan logam yang sangat beracun bagi lingkungan. Sianida

banyak digunakan dalam industri baja, industri kimia dan dalam

pertambangan (Curry, 1992). Dalam pertambangan, CN digunakan untuk

ekstrasi biji emas dan perak dari batuan yang dikenal dengan nama

cyanida heap leaching. Pada kalangan nelayan, CN dikenal sebagai potas

dalam pemboman ikan.

Pada bulan Januari 2000, ditambang emas Baia Mare Romania,

bendungan tailingnya runtuh dan melepaskan lebih dari 100 ribu ton

limbah mengandung CN 17 dan logam berat menuju sungai Tisza. Bahan

bercun tersebut mengalir menuju Danube, dan membunuh 1.240 ton ikan

serta mencemari air minum 2,5 juta orang. Bahkan kabarnya, pencemaran

ini meluas ke negara tetanga Hungaria. Penduduk dan pemerintah

Page 41: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Romania harus menanggung bencana. Pada 9 Agustus 2000, Senat

Cekoslovakia secara resmi melarang penambangan yang menggunakan

sianida (cyanide heap leaching technology) melalui penetapan undang-

undang. Bahkan, banyak pakar negara itu menilai implementasi UU

tersebut merupakan akhir dari pertambangan emas di negara tersebut

(Czechs Ban, Cyanide Mining 2000 diacu dalam Silvanus Maxwel, 2010).

Sianida yang terdapat di perairan terutama yang berasal dari

limbah industri, misalnya industri pelapisan logam, industri besi baja dan

pertambangan emas. Kadar sianida yang digunakan dalam pertambangan

emas dan perak dapat mencapai 250 mg/liter (EPA, 1987). Dari studi

AMDAL, ternyata P.T. NHM, menggunakan beberapa jenis sianida dalam

mengekstrasi emas dan perak dari batuan antara lain: natrium sianida

(NaCN) serta beberapa sianida kompleks yang sangat berbahaya bagi

lingkungan dan makluk hidup lainnya. Pelindingan biji emas dilakukan

dengan penggunaan sianida berkosentrasi relatif tinggi yaitu mencapai

1200 ppm NaCN untuk memisahkan emas dan perak dari batuan dengan

berbagai proses dan kemudian sebelum limahnya dibuang ke Sungai

Kobok dilakukan proses detoksifikasi (Amdal PT.NHM, 2006).

Belum banyak penelitian yang mengkaji tentang peningkatan CN di

perairan, dan masih sedikit yang dipahami tentang dampak potensial dari

CN tersebut terhadap biota di perairan (ACGIH, 2001), sehingga informasi

jalur masuknya CN ke dalam rantai makanan di perairan laut belum

tersedia dengan baik. Menurut EPA (1978b), beberapa sianida dalam air

Page 42: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

akan berubah menjadi senyawa yang sangat beracun jika sianida tersebut

terakumulasi dalam tubuh tumbuhan maupun zooplanton. Waktu paruh

sianida dalam perairan belum diketahui dengan pasti. Sianida akan lebih

cepat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan dan makanan jika

dibandingkan dengan melalui kulit dan dapat dideteksi dengan sangat

cepat di dalam paru-paru dan darah.

Berdasarkan penelitian yang dilakuakan oleh Silvanus.M Simange

menunjukkan bahwa kandungan merkuri (Hg) dan sianida (CN) pada air

laut disekitar Teluk Kao masih dibawah ambang batas ( Hg 0,0002 ppm,

dan CN 0,001 ppm). dibandingkan dengan baku mutu air golongan C

sesuai Kep-20/MENKLH/I/1990. Kandungan merkuri (Hg) pada organ hati

ke 4 jenis ikan tersebut lebih tinggi (0,13 – 0,51 ppm) dibandingkan pada

dagingnya (0,02 – 0,19 ppm). Hati ikan yang paling tinggi kandungan

merkurinya adalah ikan Biji nangka (0,45 – 0,51). Kandungan sianida (CN)

pada organ hati juga lebih tinggi (6,0 – 18 ppm) dibanding pada daging

(4,2 – 9,7 ppm). Mengacu pada standar asupan merkuri pada tubuh

manusia yang telah ditetapkan oleh WHO dalam Darmono (2008) sebesar

0,5 ppm, maka ikan Kakap merah, ikan Belanak, ikan biji nangka dan

udang aman untuk di konsumsi.

5. Toksisitas Sianida (CN)

a. Farmakokinetik dan Farmakodinamik

Seseorang dapat terkontaminasi melalui makanan, rokok dan

sumber lainnya. Makan dan minum dari makanan yang

Page 43: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

mengandung sianida dapat mengganggu kesehatan. Setelah

terpapar, sianida langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Jika

sianida yang masuk ke dalam tubuh masih dalam jumlah yang kecil

maka sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan

diekskresikan melalui urin. Selain itu, sianida akan berikatan

dengan vitamin B12. Tetapi bila jumlah sianida yang masuk ke

dalam tubuh dalam dosis yang besar, tubuh tidak akan mampu

untuk mengubah sianida menjadi tiosianat maupun mengikatnya

dengan vitamin B12.

Jumlah distribusi dari sianida berubah-ubah sesuai dengan

kadar zat kimia lainnya di dalam darah. Pada percobaan terhadap

gas HCN pada tikus didapatkan kadar sianida tertinggi adalah pada

paru yang diikuti oleh hati kemudian otak. Sebaliknya, bila sianida

masuk melalui sistem pencernaan maka kadar tertinggi adalah di

hati. Sianida juga mengakibatkan banyak efek pada sistem

kardiovaskuler, termasuk peningkatan resistensi vaskuler dan

tekanan darah di dalam otak. Penelitian pada tikus membuktikan

bahwa garam sianida dapat mengakibatkan kematian atau juga

penyembuhan total. Selain itu, pada sianida dalam bentuk inhalasi

baru menimbulkan efek dalam jangka waktu delapan hari. Bila

timbul squele sebagai akibat keracunan sianida maka akan

mengakibatkan perubahan pada otak dan hipoksia otak dan

kematian dapat timbul dalam jangka waktu satu tahun.

Page 44: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

b. Toksisitas

Tingkat toksisitas dari sianida bermacam-macam. Dosis letal

dari sianida adalah:

Asam hidrosianik sekitar 2,500–5,000 mg•min/m3

Sianogen klorida sekitar 11,000 mg•min/m3.

Perkiraan dosis intravena 1.0 mg/kg,

Perkiraan dalam bentuk cairan yang mengiritasi kulit 100

mg/kg.

c. Gejala Klinis

Efek utama dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia

jaringan yang timbul secara progresif. Gejala dan tanda fisik yang

ditemukan sangat tergantung dari:

Dosis sianida

Banyaknya paparan

Jenis paparan

Tipe komponen dari sianida

Page 45: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Gambar 2. Efek yang ditimbulkan oleh sianida pada beberapaorgan tubuh.

Sumber: Baskin SI, Brewer TG. Cyanide Poisoning. Chapter.Pharmacology Division. Army Medical Research Institute ofChemical Defense, Aberdeen Proving Ground, Maryland. USA.Available from: www.bordeninstitute.army.mil/cwbw/Ch10.pdf.Access on: 15 March 2013.

Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk

pada tekanan darah, penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem

endokrin, sistem otonom dan sistem metabolisme. Biasanya penderita

akan mengeluh timbul rasa pedih dimata karena iritasi dan kesulitan

bernafas karena mengiritasi mukosa saluran pernafasan. Gas sianida

sangat berbahaya apabila terpapar dalam konsentrasi tinggi. Hanya dalam

jangka waktu 15 detik tubuh akan merespon dengan hiperpnea, 15 detik

setelah itu sesorang akan kehilangan kesadarannya. 3 menit kemudian

Page 46: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

akan mengalami apnea yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan

mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat karena hipoksia dan

berakhir dengan kematian.

Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar

15-30 menit kemudian, sehingga masih bisa diselamatkan dengan

pemberian antidotum.

Tanda awal dari keracunan sianida adalah:

Hiperpnea sementara,

Nyeri kepala,

Dispnea

Kecemasan

Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah

Berkeringat banyak, warna kulit kemerahan, tubuh terasa

lemah dan vertigo juga dapat muncul.

Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah

koma dan dilatasi pupil, tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan

pada pusat pernafasan, gagal nafas sampai henti jantung, tetapi gejala ini

tidak spesifik bagi mereka yang keracunan sianida sehingga menyulitkan

penyelidikan apabila penderita tidak mempunyai riwayat terpapar sianida.

Karena efek racun dari sianida adalah memblok pengambilan dan

penggunaan dari oksigen, maka akan didapatkan rendahnya kadar

oksigen dalam jaringan. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat warna

merah terang pada arteri dan vena retina karena rendahnya penghantaran

Page 47: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

oksigen untuk jaringan. Peningkatan kadar oksigen pada pembuluh darah

vena akan mengakibatkan timbulnya warna kulit seperti “cherry-red”, tetapi

tanda ini tidak selalu ada.

C. Tinjauan Umum Tentang Pengolahan Emas

1. Pengolahan Emas

a. Sejarah Emas

Awal dari ditemukan tambang emas ini berawal dari geologis

Belanda Jean-Jacquez Dozy yang mengunjungi Indonesia pada

tahun 1936 untuk menskala glasier Pegunungan Jayawijaya di

provinsi Irian Jaya di Papua Barat. Dia membuat catatan di atas

batu hitam yang aneh dengan warna kehijauan. Pada 1939, dia

mengisi catatan tentang Ertsberg (bahasa Belanda untuk “gunung

ore”). Namun, peristiwa Perang Dunia II menyebabkan laporan

tersebut tidak diperhatikan.

Dua puluh tahun kemudian, geologis Forbes Wilson, bekerja

untuk perusahaan pertambangan Freeport, membaca laporan

tersebut. Dia dalam tugas mencari cadangan nikel, tetapi kemudian

melupakan hal tersebut setelah dia membaca laporan tersebut. Dia

memutuskan untuk menyiapkan perjalanan untuk memeriksa

Ertsberg. Ekspedisi yang dipimpin oleh Forbes Wilson dan Del Flint,

menemukan deposit tembaga yang besar di Ertsberg pada 1960.

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki

simbol Au (bahasa Latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah

Page 48: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap,

kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi

dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua

regia. Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di

bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage.

Kode ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair pada

suhu sekitar 1000 derajat celcius.

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah

ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta

berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain

yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya

berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral

ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan

sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga

berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral

pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida,

sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur

belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain

dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau

pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk

karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal,

sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan

Page 49: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua

yaitu:

Endapan primer

Endapan plaser.

Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara

dan juga digunakan sebagai perhiasan, dan elektronik.

Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan

berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap

berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di

bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang

dolar Amerika. Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter

lazimnya berupa bulion atau batangan emas dalam berbagai

satuan berat gram sampai kilogram.

b. Metode Penambangan Emas

b.1 Metode Panning

Gold panning atau pendulangan emas, merupakan metode

penambangan emas yang sebagian besar dilakukan oleh para

penambang emas, dimana tempat penambangan ini biasanya

bekas dari penambangan besar. Dengan menggunakan sebuah

alat pendulang emas ( wajan ), di guncangkan kedalam air sungai,

dan emas tersebut bercampur dengan pasir serta kerikil. Emas

Page 50: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

yang memiliki berat jenis lebih besar daripada batu dan krikil,

secara otomatis jatuh kebagian dasar wajan.

Emas yang terdapat pada sungai, biasanya tersembunyi pada

dasar aliran, dimana padatan emas memungkinkan untuk

berkonsentrasi. Jenis emas yang ditemukan di dasar sungai disebut

sebagai endapan plaser.

b.2 Metode Sluicing

Metode ini menggunakan kotak pintu air yang dipergunakan

untuk mengekstrak emas. Saluran pintu air ini merupakan buatan

manusia dengan jeram pada bagian bawahnya. Jeram tersebut

dirancang sebagai zona mati, untuk memungkinkan emas putus

suspensi. Pada bagian bawah terdapat sebuah kotak, yang

berfungsi mengalirkan air. Materi gold bearing ditempatkan di atas

di bagian atas kotak. Materi yang dibawa oleh arus kotak dimana

emas dan bahan padat mengendap di balik jeram. Bahan padat

yang mengalir keluar, disebut sebagai Tailing.

Sebagai limbah sisa batuan-batuan dalam tanah, tailing pasti

memiliki kandungan logam lain ketika dibuang. Tailing hasil

penambangan emas biasanya mengandung mineral inert (tidak

aktif). Mineral itu antara lain: kuarsa, klasit dan berbagai jenis

aluminosilikat. Walau demikian,tidak berarti tailing yang dibuang

tidak berbahaya. Sebab, tailing hasil penambangan emas

mengandung salah satu atau lebih bahan berbahaya beracun

Page 51: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

seperti; Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (pb), Merkuri (Hg)

Sianida (Cn) dan lainnya. Logam-logam yang berada dalam tailing

sebagian adalah logam berat yang masuk dalam kategori limbah

bahan berbahaya dan beracun (B3). Pada awalnya logam itu tidak

berbahaya jika terpendam dalam perut bumi. Tapi ketika ada

kegiatan tambang, logam-logam itu ikut terangkat bersama batu-

batuan yang digali, termasuk batuan yang digerus dalam

processing plant. Logam-logam itu berubah menjadi ancaman

ketika terurai dialam bersama tailing yang dibuang.

b.3 Metode Hard Rock

Metode hard rock ini dilakukan jika emas yang terkandung

bukan terdapat didalam sedimen longgar. Hard rock pertambangan,

merupakan penghasil emas sebagian besar di dunia. Tambang

emas lainnya menggunakan penambangan emas bawah tanah,

dimana bijih diekstraksi melaui terowongan atau lubang.

Pada kedalaman tersebut, pada umumnya, panas yang

dikeluarkan tidak dapat tertahankan oleh Manusia, dan beberapa

bentuk pengkondisian udara harus disediakan untuk menjaga suhu

dibawah tingkat tertentu untuk keselamatan pekerja.

Page 52: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

2. Pemanfaatan Sianida Dalam Pengolahan Emas

Penggunaan sianida dalam proses penambangan logam seperti

emas dan perak, menyebabkan risiko lingkungan yang parah.

Penggunaan sianida dalam tambang emas telah menyebabkan bencana

lingkungan di banyak negara di seluruh dunia seperti Amerika Serikat,

Kanada, Cina, Guyana, Bolivia, Zimbabwe, Filipina dan Ghana. Baru-baru

ini, Kelompok masyarakat dan LSM di Eropa dan Amerika Serikat

mengeluarkan laporan yang terkena bahaya senyawa sianida yang tidak

diatur rilis dari tambang di seluruh dunia.

Sianida mematikan untuk manusia lingkungan serta. Risiko utama

yang terkait dengan penggunaan sianida dalam proses penambangan

adalah paparan pekerja untuk terkonsentrasi gas hidrogen sianida, bocor

sianida ke lingkungan sekitarnya dan eksposur masyarakat untuk akibat

sianida untuk rilis disengaja. Selama proses Pertambangan, pelepasan

sianida bersama dengan bahan kimia beracun lainnya seperti arsenik,

kadmium timah, dan merkuri, menyebabkan efek-efek berbahaya dan

kerusakan permanen pada beberapa spesies hewan, tumbuhan dan

manusia. Hal ini juga dapat mengakibatkan deforestasi, erosi tanah, tanah

longsor, dan kontaminasi air bawah tanah.

Pelepasan arsenik dan bahan kimia beracun lainnya selama proses

pelindian sianida sangat berbahaya. Sianida-resapan limbah dari proses

penambangan memiliki potensi untuk dampak negatif limbah kota dan

Page 53: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

prosedur pengolahan air. Hal ini juga berpotensi meningkatkan asupan zat

beracun manusia beberapa. Semua badan air yang mengandung sianida

terbentuk selama operasi penggilingan pertambangan emas berbahaya

bagi hewan liar dan unggas air seperti burung migran dan kelelawar, jika

tidak dikelola dengan baik. Bahkan disengaja bocor solusi sianida ke

sungai dan sungai akan membunuh ikan dan lainnya hewan air besar-

besaran. Terutama, ikan air tawar adalah organisme akuatik yang paling

sianida-sensitif.

Penggunaan sianida di pertambangan menyebabkan resiko tidak

masuk akal bagi kesehatan orang, satwa liar, dan ikan. Sebagai bahaya

sianida dalam proses penambangan sangat banyak jelas, itu adalah

tanggung jawab Pemerintah dan perusahaan pertambangan untuk

mengambil langkah-langkah penting. Kode Internasional Manajemen

Sianida memberikan arah dan pedoman tentang bagaimana mengelola

sianida untuk memastikan perlindungan pekerja, lingkungan dan

masyarakat yang berdekatan dengan kegiatan pertambangan. Limbah

tambang harus diatur dengan cara yang sama seperti kimia lainnya atau

limbah industri. Masyarakat membutuhkan kesadaran yang cukup tentang

bahaya pertambangan. Pemerintah harus melarang proyek-proyek

pertambangan yang mengakibatkan bahaya lingkungan dalam rangka

mencegah bencana ekologis. Warga juga harus menentang proyek

pertambangan tersebut. Banyak organisasi di negara-negara seperti

Page 54: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Amerika Serikat, Kanada dan Turki sudah mulai asosiasi untuk melarang

pencucian sianida di pertambangan.

Cara kerja pengolahan emas menggunakan sianida (CN) :

1. Bahan berupa batuan dihaluskan menggunakan aat grinding

sehingga menjadi tepung (mesh + 200)

2. Bahan dimasukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan

H2O (2/3 dari bahan).

3. Tambahkan tohor atau kapur hingga pH mencapai 10,2 – 10,5 dan

kemudian tambahkan nitrat (PbNO3) 0,05%.

4. Tambahkan sianida 0,3% sambil diaduk hingga (t=48/72H) sambil

menjaga pH larutan ( 10- 11) dengan t ( T = 85°).

5. Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan

di aduk hingga (t= 48h), kemudian di saring. Karbon dikeringkan

lalu di bakar, hingga menjadi Bullion atau gunakan. (metode 1)

6. Metode Merill Crow (dengan penambahan Zink Anode / Zink Dass),

saring lalu dimurnikan / dibakar hingga menjadi Bullion. (metode 2)

7. Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan Asam (3 / 5 %),

selama (t =30/45m), kemudian di bilas dengan H2O selama (t = 2j)

pada (T = 80 – 90 derajat).

8. Lakukan proses Pretreatment dengan menggunakan larutan Sianid

3 % dan Soda (NaOH) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (T = 90 –

100o).

Page 55: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

9. Lakukan proses Recycle Elution dengan menggunakan larutan

Sianid 3 % dan Soda 3 % selama (t = 2.5 j) pada (T = 110 – 120

derajat).

10.Lakukan proses Water Elution dengan menggunakan larutan H2O

pada (T = 110 – 120°) selama (t = 1.45j).

11.Lakukan proses Cooling.

12. Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (V = 3) dan

(A = 50) selama (t = 3.5j). (metode 3)

D. Analisis Risiko Kesehatan

Public Health Assessment (PHA) diperkenalkan tahun 2005 oleh

Agency For Toxyc Substances and Drug Registry (ATSDR), US

Department of Health and Human and Services, dalam publikasi yang

berjudul ATSDR Public Health Assessment Guidance Manual (ATSDR,

2005). Menurut ASTDR, PHA didefinisikan sebagai berikut :

‘The evaluation of data and information on the release of hazardous

substances into the environment in order to asses any (past),

current, or future impact on public health, develop health advisories

and other recommendation, and identify studies or actions needed

to evaluate and mittigate or prevent human health effects’.

(Evaluasi data dan informasi mengenai pelepasan bahan-bahan

berbahaya ke lingkungan untuk menilai setiap dampak (pada masa

lalu), kini, atau yang akan datang terhadap kesehatan masyarakat,

Page 56: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

mengembangkan anjuran-anjuran kesehatan dan rekomendasi-

rekomendasi lain, mengidentifikasi kajian-kajian atau tindakan-

tindakan yang dibutuhkan untuk mengevaluasi dan meniadakan

atau mencegah efek-efek tehadap kesehatan manusia).

Selama ini terdapat dua model kajian dampak lingkungan terhadap

kesehatan yang biasanya dilakukan secara independen, yaitu studi

Epidemiologi Kesehatan Lingkungan (EKL) dan Analisis Resiko

Kesehatan Lingkungan (ARKL). Epidemiologi Kesehatan Lingkungan

umumnya dilakukan atas dasar kejadian penyakit (disease oriented) atau

kondisi lingkungan yang spesifik (agent oriented) yang dinyatakan oleh

WHO pada tahun 1983 (WHO, 1983), sedangkan Analisis Risiko

Kesehatan Lingkungan bersifat agent specific dan site specific. Analisis

risiko kesehatan lingkungan adalah proses perhitungan atau perkiraan

risiko pada suatu organisme sasaran, sistem atau (sub)populasi, termasuk

identifikasi ketidakpastian-ketidakpastian yang menyertainya, setelah

terpajan oleh agent tertentu, dengan memerhatikan karakterisktik yang

melekat pada agent itu dan karakterisktik system sasaran yang spesifik.

Risiko itu sendiri didefinisikan sebagai kebolehjadian (probabilitas)

efek merugikan pada suatu organisme, sistem atau (sub) populasi yang

disebabkan oleh pamajanan suatu agent dalam keadaan tertentu ada juga

ahli lain yang berpendapat bahwa risiko adalah sebuah probabilitas suatu

peristiwa berbahaya atau bencana, kesempatan sesuatu yang buruk akan

terjadi. Metode, teknik dan prosedur analisis risiko kesehatan lingkungan

Page 57: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

saat ini dikembangkan dari Risk Analysis Paradigm yang terbagan pada

Gambar 3.

Dalam Public Health Assessment kedua studi tersebut dapat

digabungkan dengan tidak menghilangkan cirinya masing-masing. Analisis

risiko kesehatan lingkungan mampu meramalkan besaran tingkat risiko

secara kuantitatif sedangkan epidemiologi kesehatan lingkungan dapat

membuktikan apakah prediksi itu sudah terbukti atau belum. Public Health

Assessment tidak saja memberikan estimasi numerik risiko kesehatan

melaInkan juga persfektif kesehatan masyarakat dengan memadukan

analisis mengenai kondisi-kondisi pemajanan setempat, data efek-efek

kesehatan dan kepedulian masyarakat.

Gambar 3 Paradigma Analisis Risiko (NRC, 1983)

PENELITIAN ANALISIS RISIKO MANAJEMEN RISIKO

Pemeriksaan :

LaboratoriumLapangan

KlinikEpidemiologi

Mekanisme toksisitas :

pengembanganmetode dan validasi

spesies dan dosisextrapolasi

Pengukuran danobservasi lapangan

Nasib bahanpencemar di

lingkungan dantransport model

Identifikasi bahaya :

agen kimia, fisika,biologi yangberbahaya

Analsisidosis-respons :

Bagaimana dosistersebut

menimbulkan efek

Analisis pemajanan :

Siapa yang terpaparatau akan terpapardengan apa, kapan,dimana, dan untuk

berapa lama

Karakterisasi risiko :

Efek apa yangmungkin akan terjadipada populasi yang

terpapar

Pengembanganperaturan

perundang-undangan

Pertimbanganekonomi, sosial,politik dan teknis

Tujuan,Pembambilankeputusan dan

Tindakan

Page 58: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

1. Prinsip Dasar ARKL

Gambar.4 Ilustrasi logika pengambilan keputusan untuk menetukan tipestudi yang dapat dilakukan dalam mempelajari efek lingkunganterhadap kesehatan manusia (Rahman, 2007)

ARKL berjalan dengan proses yang dibagankan dalam alur

pengambilan keputusan seperti pada Gambar 4.

Decesion logic ini menetukan komponen studi mana yang dapat

dilakukan berdasarkan data dan informasi awal yang tersedia. Decesion

logic ini dijelaskan dalam Guidance for ASTDR Health Studies (ATSDR,

1996).

Secara garis besarnya analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL)

menurut National Research Council (NRC) terdiri dari empat tahap kajian,

yaitu : Identifikasi bahaya, Analisis pemajanan,Analisis dosis-respon, dan

Karakterisasi risiko.

Kategori 1a :Dosis-respon riskagent telah tersedia

Kategori 1b :Dosis-respon riskagent belumtersedia

ARKL

EKL

Penyelidikan efek biologiskesehatan yang masuk akal

Penyelidikan pajanan (sumberyang lalu dan sekarang, produksidan pelepasan)

Kategori 2 :Pajanan manusia padatingkat yang harusdipedulikan belumcukup terdokumentasi

Kategori 1 :Pajanan manusia padatingkat yang harusdipedulikanterdokumentasi

Tipe, media, konsentrasi

risk agents (polutan)

Jalur pajanan

Populasi berisiko

Page 59: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Langkah – langkah ini tidak harus dilakukan secara berurutan,

kecuali karakterisasi risiko sebagai tahap terakhir. Karakterisasi risiko

kesehatan pada populasi berisiko dinyatakan secara kuantitatif dengan

menggabungkan analisis dosis-respon dengan analisis pemajanan. Nilai

numerik estimasi risiko kesehatan kemudian digunakan untuk

merumuskan pilihan-pilihan manajemen risiko untuk mengendalikan risiko

tersebut. Selanjutnya opsi-opsi manajemen risiko itu dikomunikasikan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan agar risiko potensial dapat

diketahui, diminimalkan atau dicegah (NRC, 1983).

2. Metode, Tekhnik, dan Prosedur ARKL

Kajian ARKL dimulai dengan memeriksa secara cermat apakah

data dan informasi berikut sudah tersedia (ATSDR, 2005) :

a. Jenis spesi kimia risk agent.

b. Dosis referensi untuk setiap jenis spesi kimia risk agent.

c. Media lingkungan tempat risk agent berada (udara, air, tanah,

pangan).

d. Konsentrasi risk agent dalam media lingkungan yang bersangkutan.

e. Jalur-jalur pemajanan risk agent (sesuai dengan media

lingkungannya).

f. Populasi dan sub-sub populasi yang berisiko.

g. Gangguan kesehatan (gejala-gejala penyakit atau penyakit-penyakit)

yang berindikasikan sebagai efek pajanan risk agent yang merugikan

kesehatan pada semua segmen populasi berisiko.

Page 60: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Jika sekurang-kurangnya data dan informasi 1 s/d 4 sudah tersedia,

ARKL sudah bisa dikerjakan. Ada dua kemungkinan kajian ARKL yang

dapat dilakukan, yaitu (NRC, 1983) :

a. Evaluasi di atas meja (Desktop Evaluation), selanjutnya disebut ARKL

Meja. Analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) meja dilakukan

untuk menghitung estimasi risiko dengan segera tanpa harus

mengumpulkan data dan informasi baru dari lapangan.Evaluasi di atas

meja hanya membutuhkan konsentrasi risk agent dalam media

lingkungan bermasalah, dosis referensi risk agent dan nilai default

faktor-faktor antropometri pemajanan untuk menghitung asupan

menurut Persamaan (1).

b. Kajian lapangan (Field Study), selanjutnya disebut ARKL Lengkap.

ARKL Lengkap pada dasarnya sama dengan evaluasi di atas meja

namun didasarkan pada data lingkungan dan faktor-faktor pemajanan

antropometri sebenarnya yang didapat dari lapangan, bukan dengan

asumsi atau simulasi. Kajian ini membutuhkan data dan informasi

tentang jalur pemajanan dan populasi berisiko.

Berikut adalah langkah-langkah ARKL, baik ARKL Meja maupun

ARKL Lengkap.

a. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya atau hazard identification adalah tahap awal

analisis risiko kesehatan lingkungan untuk mengenali risiko. Informasinya

bisa ditelusuri dari sumber dan penggunaan risk agent memakai agent

Page 61: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

oriented (WHO, 1983). Identifikasi bahaya juga bisa dilakukan dengan

mengamati gejala dan penyakit yang berhubungan dengan toksisitas risk

agent di masyarakat yang telah terkumpul dalam studi-studi sebelumnya,

baik di wilayah kajian atau tempat-tempat lain. Penelusuran seperti ini

dikenal sebagai pendekatan disease oriented (WHO, 1983).

Data identifikasi bahaya risk agentdari berbagai sumber

pencemaran dapat dirangkum dalam suatu tabel. Bila data awal tidak

tersedia, harus dilakukan pengukuran pendahuluan dengan sedikitnya 2

sampel yang mewakili konsentrasi risk agent paling tinggi dan paling

rendah. Selanjutnya dihitung Risk Quotient (RQ) untuk asupan konsentrasi

risk agent. Bila ternyata RQ> 1 berarti ada risiko potensial dan perlu untuk

dikendalikan. Sedangkan bila RQ≤ 1 untuk sementara pencemaran

dinyatakan masih aman dan belum perlu dikendalikan (Rahman, 2007).

b. Analisis Pemajanan

Analisis pemajanan atau exposure assessment yang disebut juga

penilaian kontak, bertujuan untuk mengenali jalur-jalur pajanan risk agent

agar jumlah asupan yang diterima individu dalam populasi berisiko bisa

dihitung. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menghitung asupan

adalah semua variabel yang terdapatdalam Persamaan (1) (ATSDR,

2005).

=× × × ×

×

Keterangan :

I : Asupan (intake), mg/kg/hari

(1)

Page 62: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

C : konsentrasi risk agent, mg/M3untuk medium udara, mg/L untuk

air minum, mg/kg untuk makanan atau pangan

R : laju asupan atau konsumsi, M3/jam untuk inhalasi, L/hari untuk

air minum, g/hari untuk makanan

tE : waktu pajanan

fE : frekwensi pajanan

Dt : durasi pajanan, tahun (real time atau proyeksi, 30 tahun untuk

nilai default residensial)

Wb : Berat badan, kg

tavg : Periode waktu rata-rata (30 x 365 hari/tahun untuk zat

nonkarsinogen, 70 tahun x 365 hari/tahun untuk zat

karsinogen)

Waktu pajanan (tE) harus digali dengan cara menanyakan berapa

lama kebiasaan responden sehari-hari berada di luar rumah seperti ke

pasar, mengantar dan menjemput anak sekolah dalam hitungan jam.

Demikian juga untuk frekuensi pajanan (fE), kebiasaan apa yang dilakukan

setiap tahun meninggalkan tempat mukim seperti pulang kampung,

mengajak anak berlibur ke rumah orang tua, rekreasi dan sebagainya

dalam hitungan hari. Untuk durasi pajanan (Dt), harus diketahui berapa

lama sesungguhnya (real time) responden berada di tempat mukim

sampai saat survey dilakukan dalam hitungan tahun. Selain durasi

pajanan lifetime, durasi pajanan real time penting untuk dikonfirmasi

Page 63: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

dengan studi epidemiologi kesehatan lingkungan (EKL) apakah estimasi

risiko kesehatan sudah terindikasikan (ATSDR, 2005).

Konsentrasi risk agent dalam media lingkungan diperlakukan

menurut karakteristik statistiknya. Jika distribusi konsentrasi risk agent

normal, bisa digunakan nilai arithmetik meannya. Jika distribusinya tidak

normal, harus digunakan log normal atau mediannya. Normal tidaknya

distribusi konsentrasi risk agent bisa ditentukan dengan menghitung

coefficience of variance(CoV), yaitu SD dibagi mean. Jika CoV ≤ 20%

distribusi dianggap normal dan karena itu dapat digunakan nilai mean

(NRC, 1983).

Sebelum nilai default nasional tersedia berdasarkan hasil survey

maka tE, fE dan Wbdapat dipakai sebagai nilai numerik faktor antropometri

pemajanan(Rahman, 2007). Nilai numerik lainnya diambil dari Exposure

Factors Handbook(US-EPA, 1997). Nilai numerik beberapa variabel

Persamaan (1) ini mungkin belum mencukupi karena ada beberapa kasus

dengan tata guna lahan (land use) lain belum tercantum (NRC, 1983).

c. Analisis Dosis-Respon

Analisis dosis-respon, disebut juga dose-response assessment

atau toxicity assessment, menetapkan nilai-nilai kuantitatif toksisitas risk

agent untuk setiap bentuk spesi kimianya. Toksisitas dinyatakan sebagai

Page 64: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

dosis referensi (reference dose, RfD) untuk efek-efek nonkarsinogenik dan

Cancer Slope Factor (CSF) atau Cancer Unit Risk (CCR) untuk efek-efek

karsinogenik. Analisis dosis-respon merupakan tahap yang paling

menentukan karena ARKL hanya bisa dilakukan untuk risk agent yang

sudah ada dosis-responnya (US-EPA, 1997).

Menurut IPCS, Reference dose adalah toksisitas kuantitatif

nonkarsinogenik, menyatakan estimasi dosis pajanan harian yang

diprakirakan tidak menimbulkan efek merugikan kesehatan meskipun

pajanan berlanjut sepanjang hayat (Rahman, 2007). Dosis referensi

dibedakan untuk pajanan oral atau tertelan (ingesi, untuk makanan dan

minuman) yang disebut RfD (saja) dan untuk pajanan inhalasi (udara)

yang disebut reference concentration (RfC). Dalam analisis dosis-respon,

dosis dinyatakan sebagai risk agent yang terhirup (inhaled), tertelan

(ingested) atau terserap melalui kulit (absorbed) per kg berat badan per

hari (mg/kg/hari) (US-EPA, 1997).

Dosis yang digunakan untuk menetapkan RfD adalah yang

menyebabkan efek paling rendah yang disebut NOAEL (No Observed

Adverse Effect Level) atau LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect

Level). NOAEL adalah dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik

atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak menunjukkan efek

merugikan pada hewan uji atau pada manusia sedangkan LOAEL berarti

dosis terendah yang (masih) menimbulkan efek. Secara numerik NOAEL

Page 65: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

selalu lebih rendah daripada LOAEL. RfD atau RfC diturunkan dari

NOAEL atau LOAEL menurut persamaan berikut ini (ATSDR, 2005) :

(2)

UF adalah uncertainty factor (faktor ketidakpastian) dengan nilai

UF1 = 10 untuk variasi sensitivitas dalam populasi manusia (10H, human),

UF2 = 10 untuk ekstrapolasi dari hewan ke manusia (10A, animal), UF3 =

10 jika NOAEL diturunkan dari uji subkronik, bukan kronik, UF4 = 10 bila

menggunakan LOAEL bukan NOAEL. MF adalah modifying factor bernilai

1 s/d 10 untuk mengakomodasi kekurangan atau kelemahan studi yang

tidak tertampung UF. Penentuan nilai UF dan MF tidak lepas dari

subyektivitas. Untuk menghindari subyektivitas, tahun 2004 telah diajukan

model dosis-respon baru dengan memecah UF menjadi ADUF (= 100,4

atau 2,5), AKUF (= 100,6 atau 4,0), HDUF (=100,5 atau 3,2) dan HKUF

(=100,5 atau 3,2)8(ATSDR, 2005).

Menentukan dosis-respon suatu risk agent sangat sulit,

membutuhkan data dan informasi studi toksisitas yang asli dan lengkap,

ahli-ahli kimia, toksikologi, farmakologi, biologi, epidemiologi dan spesialis-

spesialis lain yang berhubungan dengan toksisitas dan farmakologi zat.

Namun, saat ini RfD, RfC, SF dan UCR zat-zat kimia dalam berbagai

spesi, termasuk fomulanya, telah ada pada data Integrated Risk

Information System (IRIS) dari US-EPA yang tersedia di

http://www.epa.gov/iris dan pangkalan data TOXNET di http://www.nlm/.

RfD atau RfC =

NOAEL atau LOAEL

UF1x UF2x UF3x UF4xMF

Page 66: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Ada ratusan spesi kimia zat yang telah dimasukkan ke dalam daftar IRIS

dan sudah ditabulasi sehingga bisa langsung digunakan. Contoh toxycity

summary beberapa zat bisa dilihat pada tabel berikut (Rahman, 2007).

d. Karakteristik Risiko

Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan sebagai Risk

Quotient(RQ, tingkat risiko) untuk efek-efek nonkarsinogenik dan Excess

Cancer Risk (ECR) untuk efek-efek karsinogenik .RQ dihitung dengan

membagi asupan nonkarsinogenik (Ink) risk agent dengan RfDatau

RfC-nya menurut persamaan (3) (ATSDR, 2005).

(3)

Baik Ink maupun RfD atau RfC harus spesifik untuk bentuk spesi

kimia risk agent dan jalur pajanannya. Risiko kesehatan dinyatakan ada

dan perlu dikendalikan jika RQ> 1. Jika RQ ≤ 1, risiko tidak perlu

dikendalikan tetapi perlu dipertahankan agar nilai numerik RQ tidak

melebihi 1(Rahman, 2007).

ECR dihitung dengan mengalikan CSF dengan asupan

karsinogenik risk agent (Ink) menurut Persamaan (4). Harap diperhatikan,

asupan karsinogenik dan nonkarsinogenik tidak sama karena perbedaan

bobot waktu rata-ratanya (tavg) seperti dijelaskan dalam keterangan rumus

asupan Persamaan (1) (ATSDR, 2005).

ECR = CSF× Ink (4)

Baik CSF maupun Ink harus spesifik untuk bentuk spesi kimia risk

agent dan jalur pajanannya. Karena secara teoritis karsinogenisitas tidak

RfCatauRfD

InkRQ

Page 67: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

mempunyai ambang non threshold, maka risiko dinyatakan tidak bisa

diterima (unacceptable) bila E-6<ECR<E-4. Kisaran angka E-6 s/d E-4

dipungut dari nilai default karsinogenistas US-EPA. (US-EPA, 1997).

e. Manajemen Risiko

Berdasarkan karakterisasi risiko, dapat dirumuskan pilihan-pilihan

manajemen risiko untuk meminimalkan RQ dan ECR dengan

memanipulasi (mengubah) nilai faktor-faktor pemajanan yang tercakup

dalam Persamaan (1) sedemikian rupa sehingga asupan lebih kecil atau

sama dengan dosis referensi toksisitasnya. Pada dasarnya hanya ada dua

cara untuk menyamakan Ink dengan RfD atau RfC atau mengubah

Inksedemikian rupa sehingga ECR tidak melebihi E-4, yaitu menurunkan

konsentrasi risk agent atau mengurangi waktu kontak. Ini berarti hanya

variabel-variabel Persamaan (1) tertentu saja yang bisa diubah-ubah

nilainya. (Rahman, 2007). Berikut, penjelasan cara-cara manajemen risiko

secara lengkap.

1) Menurunkan konsentrasi risk agent bila pola dan waktu konsumsi

tidak dapat di ubah. Cara ini menggunakan prinsip Ink = RfD, maka

persamaan yang digunakan adalah :

(5)

2) Mengurangi pola (laju) konsumsi bila konsentrasi risk agent dan

waktu konsumsi tidak dapat diubah. Persamaan yang digunakan

dalam manajemen risiko cara ini adalah :

(6)

mg/LtE

avgB

DfR

tWRfDC

L/haritEAs

avgB

DfC

tWRfDR

Page 68: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

3) Mengurangi waktu kontak bila konsentrasi risk agent dan pola

konsumsi tidak dapat di ubah. Cara ini sering juga digunakan

dalam strategi studi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan.

Persamaan yang digunakan disini adalah :

(7)tahun

E

avgB

tfRC

tWRfDD

Page 69: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

14

Tabel 3 Beberapa Penelitian Terkait Pajanan Sianida (CN)

No Peneliti dan

Desain

Subyek Tujuan Hasil

1. Bobby J. Polii,2009Observasional

DAS BuyatMinahasa

Mengetahuikadar Hg danCN pada DASBuyat Minahasa

1. Kadar Hg =0,0032mg/l –0,00049 mg/l

2. Kadar CN =0,088 mg/l –0,144 mg/l(telah melebihistandar bakumutu PP no.20tahun 1990 <0,5 mg/l)

3. Konsentrasitertinggi CNterdapat padahati dan perutikan 2,77 mg/l

2. Fauzia Syarif,2009Eksperimen

TanamanMikaniaCordota,ControsemaPubsences,LeersiaNexandraSwarta

Mengetahuiakumulasi CNpada tanamanMikaniaCordota,ControsemaPubsences,LeersiaNexandraSwarta yangtumbuh didaerah yangterkontaminasilimbah CN

1. KandunganCN di tajuktertinggi yaitu0,085 mg padaMikaniaCordota dan ditajuk LeersiaNexandra0,144mgkeduanya padakonsentrasi2,5ppm CN

2. Controsema Pubsences,MikaniaCordota,LeeersiaNexandraSwarta masihmampu tumbuhdengan baik dimedia tailingCN sampaipada kadar

Page 70: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

15

75ppm CN.3. Rasio

kandungan CNtajuk yangmelebihi saudihasilkanMikaniaCordota padasemuaperlakuan CN,dengan nilaitertinggi 11.783padakonsentrasi7,5ppm.

Page 71: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

E. Tinjauan Umum Tentang Pencemaran Air

4. Pengertian Pencemaran Air

Istilah pencemaran air atau polusi air dapat dipersepsikan berbeda

oleh satu orang dengan orang lainnya mengingat banyak pustaka acuan

yang merumuskan definisi istilah tersebut, baik dalam kamus atau buku

teks ilmiah, termasuk definisi dalam peraturan pemerintah sebagai turunan

dari undang-undang tentang definisi pencemaran lingkungan.

Definisi pencemaran air mengacu pada Undang-Undang (UU) No.

32 Tahun 2009 tentang Undang-Undang Lingkungan Hidup dan

dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 1990 tentang

Pengendalian Pencemaran Air dan PP No. 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, menjelaskan

bahwa pencemaran air adalah :

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan

manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang

menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

(Pasal 1, angka 2).

Berdasarkan definisi pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai

makna pokoknya dalam 3 (tiga) aspek, yaitu aspek kejadian, aspek

penyebab atau pelaku dan aspek akibat (Setiawan, 2001).

Page 72: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

17

Pencemaran air juga merupakan penyimpangan sifat-sifat air dari

keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang ada di bumi ini tidak

pernah terdapat dalam keadaan murni bersih, tetapi selalu ada

senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini tidak

berarti bahwa semua air di bumi ini telah tercemar. Sebagai contoh, air

yang diambil dari mata air di pegunungan dan air hujan. Keduanya

dapat dianggap sebagai air yang bersih, namun senyawa atau

mineral (unsur) yang terdapat di dalamnya berlainan seperti tampak

pada keterangan berikut ini: Air hujan mengandung: SO4, Cl, NH3, CO2,

N2, C, 02, debu.

Air dari mata air mengandung Na, Mg, Ca, Fe, 02. Selain

daripada itu air seringkali juga mengandung bakteri atau mikroorganisme

lainnya. Air yang mengandung bakteri atau mikroorganisme tidak dapat

langsung digunakan sebagai air minum tetapi harus direbus dulu agar

bakteri dan mikroorganismenya mati. Pada batas-batas tertentu air minum

justru diharapkan mengandung mineral agar air itu terasa segar. Air

murni tanpa mineral justru tidak enak untuk diminum.

Penggolongan air menurut peruntukkannya yang ditetapkan

menurut PP No. 20 Tahun 1990, Bab III, Pasal 7, sebagai berikut :

e. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum

secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

Page 73: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

18

f. Golongan B , yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air

minum.

g. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan

perikanan dan peternakan.

h. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan

pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri,

pembangkit listrik tenaga air.

Penentuan terhadap tercemar atau tidaknya air suatu daerah berdasarkan

beberapa peraturan pemerintah diantaranya adalah :

e. Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 1990 tentang

Pengendalian Pencemaran Air.

f. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

g. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik Indonesia No.

416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

h. Permenkes Republik Indonesia No 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum.

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari

sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih

dan aman tersebut, antara lain :

f. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

g. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

h. Tidak berasa dan tidak berbau

Page 74: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

19

i. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuha domestic dan

rumah tangga

j. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau

Departemen Kesehatan RI

Adapun standar kualitas air bersih dan air minum berdasarkan Kep.

Menkes no 492/Menkes/Per/IV/2010

Tabel 1 Standar Kualitas Air Minum

NO JENIS PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUMYANG

DIPERBOLEHKAN1 Parameter yang

berhubungan langsungdengan kesehatan

c. Parameter Biologi3) E.Coli Jumlah per

100mlsampel

0

4) Total Bakteri Coliform Jumlah per100mlsampel

0

d. Kimia Anorganik9) Arsen Mg/l 0,0110)Flourida Mg/l 1,511)Total Kromium Mg/l 0,0512)Cadmium Mg/l 0,00313)Nitrit, sebagai NO2 Mg/l 314)Nitrat, sebagai NO3 Mg/l 5015)Sianida Mg/l 0,0716)Selenium Mg/l 0,01

2 Parameter Yang TidakBerhubungan Langsung

Dengan Kesehatanc. Parameter Fisik7) Bau Tidak Berbau8) Warna TCU 159) TDS Mg/l 50010)Kekeruhan NTU 511)Rasa Tidak Berasa

Page 75: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

20

12)Suhu °C Suhu udara ± 3°Cd. Parameter Kimiawi11)Aluminum Mg/l 0,212)Besi Mg/l 0,313)Kesadahan Mg/l 50014)Khlorida Mg/l 25015)Mangan Mg/l 0,416)Ph 6,5 – 8,517)Seng Mg/l 318)Sulfat Mg/l 25019)Tembaga Mg/l 220) Ammonia Mg/l 1,5

5. Sumber Pencemaran Air

Kurangnya fasilitas kebersihan yang cukup adalah suatu sebab

utama kontaminasi kotoran dan limbah dari sumber - sumber air di

daerah urban dan pabrik. Beberapa Kota Indonesia malah mempunyai

suatu sistem pembuangan kotoran yang tidak sempurna, dan karenanya

sebagian besar rumah tangga sangat mengandalkan tangki kotoran

pribadi atau pembuangan kotoran manusia langsung ke sungai dan

kanal. Sumber-sumber polusi air yang lain adalah pertambangan serta

pengaliran air yang tidak lancar dan tidak teratur, (Putranto, 2011).

Perbaikan pasokan air dan sistem sanitasi yang layak mungkin

dapat memberikan kontribusi kepada pengurangan kematian diare

yang signifikan dan kepada peningkatan hasil kesehatan. Suatu cara

pengelolaan sumber air terpadu, termasuk polusi air, dengan

pengumpulan data, bagi informasi, analisa dan penggunaan yang

cukup, diperlukan dalam suatu konteks dasar. Erat kaitannya dengan

masalah indikator pencemaran air dengan komponen pencemar air

Page 76: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

21

berperan menentukan indikator tersebut terjadi. Komponen pencemar air

menurut Putranto, (2011), dikelompokkan sebagai berikut :

a. Bahan buangan padat

b. Bahan buangan organik

c. Bahan buangan anorganik

d. Bahan buangan olahan bahan makanan

e. Bahan buangan cairan berminyak

f. Bahan buangan zat kimia

g. Bahan buangan berupa panas

6. Sianida Sebagai Salah Satu Bahan Pencemar Dalam Air

Sianida merupakan suatu senyawa yang secara kimia sangat

bersifat toksik dan berada dalam air dalam bentuk Hidrogen Sianida

(HCN). Sianida dapat ditemukan secara alamiah seperti pada tumbuh-

tumbuhan. Dalam tumbuh-tumbuhan sianida terikat pada glukosa (gula)

yang disebut amygdalin.

Bangsa Romawi kuno memperoleh CN dari sumber biji-bijian alami

seperti biji apel, apricot dan ceri. Sianida dapat larut dalam air karena

hanya sianida alkali yang terikat pada logam yang memiliki sifat kelarutan

tersebut. Dalam larutan murni, CN- adalah bentuk yang paling stabil

diatas pH kira-kira 10,5. Sianida bersifat toksik yang letal dan sub letal

terhadap organisme. Sianida dalam air bersih yang akan digunakan untuk

minum tidak boleh melewati batas 0,05 ppm karena dapat mengganggu

metabolisme.

Page 77: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

22

Sianida dalam bentuk ion sianida (CN-) membentuk berbagai ikatan

kompleks dengan ion-ion transisi logam misalnya emas (Au(CN)2), perak

(Ag(CN)2) dan besi (Fe(CN)6). Alasan karakteristik inilah sehingga sianida

digunakan secara komersil. Sianida juga banyak digunakan secara luas

dalam industri terutama pembersih logam dan pengelasan listrik. Sianida

juga banyak digunakan dalam prosessing mineral-mineral tertentu.

Sianida yang terdapat di perairan berasal dari limbah industri,

misalnya industri pelapisan logam, pertambangan emas, pertambangan

perak, pupuk dan besi dan baja. Kadar sianida yang digunakan dalam

pertambangan emas dan perak dapat mencapai 250 ppm.

F. Tinjauan Umum Tentang Sianida (CN)

Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Sianida telah

digunakan sejak ribuan tahun yang lalu. Sianida juga banyak digunakan

pada saat perang dunia pertama. Efek dari sianida ini sangat cepat dan

dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit.1

Hidrogen sianida disebut juga formonitrile, sedang dalam bentuk cairan

dikenal sebagai asam prussit dan asam hidrosianik. Hidrogen sianida

adalah cairan tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat pada

suhu kamar. Bersifat volatile dan mudah terbakar. Hidrogen sianida dapat

berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak.Hidrogen sianida sangat

mudah bercampur dengan air sehingga sering digunakan.

Page 78: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

23

Bentuk lain ialah sodium sianida dan potassium sianida yang

berbentuk serbuk dan berwarna putih. Sianida dalam dosis rendah dapat

ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang biasa kita makan

atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggan.

Sianida juga ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor, dan

makanan seperti bayam, bambu, kacang, tepung tapioka dan singkong.

Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapa produk sintetik. Sianida

banyak digunakan pada industri terutama dalam pembuatan garam seperti

natrium, kalium atau kalsium sianida.

Sianida yang digunakan oleh militer NATO (North American Treaty

Organization) adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik (HCN).

Gejala yang ditimbulkan oleh zat kimia sianida ini bermacam-macam;

mulai dari rasa nyeri pada kepala, mual muntah, sesak nafas, dada

berdebar, selalu berkeringat sampai korban tidak sadar dan apabila tidak

segera ditangani dengan baik akan mengakibatkan kematian.

Penatalaksaan dari korban keracunan ini harus cepat, karena prognosis

dari terapi yang diberikan juga sangat tergantung dari lamanya kontak

dengan zat toksik tersebut.

6. Sumber Sianida (CN)

Page 79: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

24

d. HCN ( Hydrogen Sianida ) terdapat pada : Gas gas penerangan,

sisa sisa pembakaran.

e. Hydrocyanic Acid ( Prussic Acid ) berbentuk cairan, dapat

tercampur dengan air dalam segala proporsi, dapat diuraikan

dengan cepat, larutan netral atau alkali dengan menghasilkan

ammomiak. Dua bentuk Prussic Acid :

Dalam bentuk larutan dengan kadar 4% ( Scheele’s Axid )

Dalam bentuk larutan dengan kadar 2% ( Acid Hydrocyanicum

dilutum ), dan bentuk inilah yang banyak digunakan di laboratorium.

Gas gas ini juga dapat dibentuk dari proses destilasi KCN atau

Kalium Fero Cyanida dengan asam sulfat.

f. Di alam, Asam sianida terdapat pada tumbuh tumbuhan yang

mengandung amygdalin. Misalnya, singkong, ubi, biji buah apel,

peer, aprikot. Cyanida dengan air dan emulsin akan terhidrolisir

menjadi hidrogen, glukosa dan benzaldehide. Biji biji tersebut

mengandung cyagenetik glycosid yang akan melepaskan cyanida

pada waktu dicerna.

Tabel 2 Sifat Fisika dan Kimia Sianida (CN)

Sifat Fisika Kimia Nilai1. Titik Didih 25,7 °C

2. Tekanan Uap 740mmHg

Page 80: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

25

3. Berat Jenis Uap 0,99 pada 20°C

4. Kepadatan Cairan 0,68g/mL pada 25°C

5. Volatilitas 1,1x106mpada25g/m3°C

6. Tingkat KelarutanDalam Air

25°C

Sumber : WHO, 2004

7. Sejarah dan Penggunaan Sianida

Walaupun beberapa substansi yang mengandung sianida telah

digunakan sebagai racun sejak berabad-abad yang lalu, sianida yang

sesungguhnya belum dikenal sampai tahun 1782. Pada saat itu sianida

berhasil diidentifikasi oleh ahli kimia yang berasal dari Swedia, Scheele,

yang kemudian meninggal akibat keracunan sianida di dalam

laboratoriumnya.

a. Penggunaan Militer

Pada zaman kejayaan kerajaan Romawi, sianida digunakan

sebagai senjata. Sianida sebagai komponen yang sangat

mematikan digunakan untuk meracuni angota keluarga kerajaan

dan orang-orang yang dianggap dapat mengganggu keamanan.

Tidak itu saja, Napoleon III mengusulkan untuk menggunakan

sianida pada bayonet pasukannya Selama perang dunia pertama,

Perancis menggunakan asam hidrosianik yang berbentuk gas.

Page 81: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

26

Tetapi racun sianida yang berbentuk gas ini mempunyai efek yang

kurang mematikan dibandingkan dengan bentuk cairnya.

Sementara itu, pihak Jerman sendiri pada waktu itu telah

melengkapi pasukannya dengan masker yang dapat menyaring gas

tersebut. Karena kurang efektifnya penggunaan gas ini, maka pada

tahun 1916 Perancis mencoba jenis sianida gas lainnya yang

mempunyai berat molekul yang lebih berat dari udara, lebih mudah

terdispersi dan mempunyai efek kumulatif. Zat yang digunakan

adalah Cyanogen chlorida, yang dibentuk dari potassium sianida.

Racun jenis ini sudah cukup efektif pada konsentrasi yang rendah

karena sudah bisa mengiritasi mata dan paru. Pada konsentrasi

yang tinggi dapat mengakibatkan paralysis hebat pada sistem

pernafasan dan sistem saraf pusat.

Dilain pihak, Austria ketika itu juga mengeluarkan gas beracun

yang berasal dari potassium sianida dan bromin. Zat ini kemudian

disebut sianogen bromida yang mempunyai efek iritasi yang sangat

kuat pada konjungtiva mata dan pada mukosa saluran pernafasan.

Selama perang dunia ke II, Nazi Jerman menggunakan asam

hidrosianik yang disebut mereka Zyklon B untuk menghabisi ribuan

rakyat sipil dan tentara musuh.

c. Penggunan Non Militer

Sianida lebih banyak digunakan untuk kepentingan ekonomi

daripada kepentingan militer. Kebanyakn hampir tiap hari kontak

Page 82: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

27

dengan sianida. Ratusan bahkan ribuan ton sianida dibentuk oleh

dunia ini tiap harinya. Sianida banyak digunakan untuk bidang

kimia, pembuatan plastik, penyaringan emas dan perak, metalurgi,

anti jamur dan racun tikus. Sementara itu, keracunan sianida paling

banyak dilaporkan setelah memakan singkong dan kacang.

Singkong pada beberapa negara yang baru berkembang masih

menjadi makanan utama dan dianggap sebagai biang kerok

tingginya tropical ataxic neuropathy di negara ini.

Pada saat ini, sianida digunakan oleh pemerintah, perusahaan

maupun perorangan untuk bermacam keperluan.

8. Paparan Sianida (CN)

a. Inhalasi

Sisa pembakaran produk sintesis yang mengandung karbon

dan nitrogen seperti plastik akan melepaskan sianida. Rokok juga

mengandung sianida, pada perokok pasif dapat ditemukan sekitar

0.06µg/mL sianida dalam darahnya, sementara pada perokok aktif

ditemukan sekitar 0.17 µg/mL sianida dalam darahnya. Hidrogen

sianida sangat mudah diabsorbsi oleh paru, gejala keracunan dapat

timbul dalam hitungan detik sampai menit. Ambang batas minimal

hydrogen sianida di udara adalah 2-10 ppm, tetapi angka ini belum

dapat memastikan konsentrasi sianida yang berbahaya bagi orang

disekitarnya. Selain itu, gangguan dari saraf-saraf sensoris

Page 83: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

28

pernafasan juga sangat terganggu. Berat jenis hidrogen sianida

lebih ringan dari udara sehingga lebih cepat terbang ke angkasa.

Anak-anak yang terpapar hidrogen sianida dengan tingkat yang

sama pada orang dewasa akan terpapar hidrogen sianida yang

jauh lebih tinggi.

b. Mata

Paparan hidrogen sianida dapat menimbulkan iritasi pada mata

dan kulit. Muncul segera setelah paparan atau paling lambat 30

sampai 60 menit. Kebanyakan kasus disebabkan kecelakaan pada

saat bekerja sehingga cairan sianida kontak dengan kulit dan

meninggalkan luka bakar.

c. Saluran Pencernaan

Tertelan dari hidrogen sianida sangat fatal. Karena sianida

sangat mudah masuk ke dalam saluran pencernaan. Tidak perlu

melakukan atau merangsang korban untuk muntah, karena sianida

sangat cepat berdifusi dengan jaringan dalam saluran pencernaan.

d. Proses Biokimia

Walaupun sianida dapat mengikat dan menginaktifkan

beberapa enzim, tetapi yang mengakibatkan timbulnya kematian

atau timbulnya histotoxic anoxia adalah karena sianida mengikat

bagian aktif dari enzim sitokrom oksidase sehingga akan

mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara aerobik.

Sebagai akibatnya hanya dalam waktu beberapa menit akan

Page 84: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

29

mengganggu transmisi neuronal. Sianida dapat di buang melalui

beberapa proses tertentu sebelum sianida berhasil masuk kedalam

sel. Proses yang paling berperan disini adalah pembentukan dari

cyanomethemoglobin (CNMetHb), sebagai hasil dari reaksi antara

ion sianida (CN–) dan MetHb.

Selain itu juga, sianida dapat dibuang dengan adanya:

Ikatan dengan endothelial-derived relaxing factor (EDRF)

dalam hal ini adalah asam nitirit.

Bahan-bahan metal seperti emas, molibdenum atau

komponen organik seperti hidrokobalamin sangat efektif

mengeliminasi sianida dari dalam sel.

Terakhir kali, albumin dapat merangsang kerja enzim dan

menggunakan sulfur untuk mengikat sianida.

Page 85: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

30

Gambar 1. Reaksi detoksifikasi sianida

Sumber: Baskin SI, Brewer TG. Cyanide Poisoning. Chapter.Pharmacology Division. Army Medical Research Institute ofChemical Defense, Aberdeen Proving Ground, Maryland. USA.Available from: www.bordeninstitute.army.mil/cwbw/Ch10.pdf.Access on: 15 March 2013

Sianida dapat dengan mudah menembus dinding sel. Oleh

karena itu pihak militer sering menggunakan racun sianida

walaupun secara inhalasi, memakan atau menelan garam sianida

atau senyawa sianogenik lainnya. Karena sianida ini sebenarnya

telah ada di alam walaupun dalam dosis yang rendah, maka tidak

heran jika kebanyakan hewan mempunyai jalur biokimia intrinsik

tersendiri untuk mendetoksifikasi ion sianida ini. Jalur terpenting

dari pengeluaran sianida ini adalah dari pembentukan tiosianat

(SCN-) yang diekresikan melalui urin. Tiosianat ini dibentuk secara

Page 86: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

31

langsung sebagai hasil katalisis dari enzim rhodanese dan secara

indirek sebagai reaksi spontan antara sianida dan sulfur persulfida.

9. Sianida (CN) Dalam Rantai Makanan

Sianida (CN) merupakan senyawa kimia carbon-nitrogen yang

terdiri dari sianida sederhana dan sianida kompleks. Beberapa sianida

sederhana yang larut dalam air seperti natrium sianida (NaCl), potasium

sianida (KAg(CN)2) dan kalsium sianida (KCN), sedangkan yang memiliki

tingkat kelarutan rendah dalam air yaitu kopper sianida (CuCN). Menurut

EPA (1978a), ada beberapa sianida yang berbentuk gas yang larut dalam

air dan sangat beracun antara lain hidrogen sianida (HCN), sianogen

(CN)2 dan klorida sianogen (CNCl). Sianida kompleks membentuk banyak

ikatan dengan logam yang sangat beracun bagi lingkungan. Sianida

banyak digunakan dalam industri baja, industri kimia dan dalam

pertambangan (Curry, 1992). Dalam pertambangan, CN digunakan untuk

ekstrasi biji emas dan perak dari batuan yang dikenal dengan nama

cyanida heap leaching. Pada kalangan nelayan, CN dikenal sebagai potas

dalam pemboman ikan.

Pada bulan Januari 2000, ditambang emas Baia Mare Romania,

bendungan tailingnya runtuh dan melepaskan lebih dari 100 ribu ton

limbah mengandung CN 17 dan logam berat menuju sungai Tisza. Bahan

bercun tersebut mengalir menuju Danube, dan membunuh 1.240 ton ikan

serta mencemari air minum 2,5 juta orang. Bahkan kabarnya, pencemaran

ini meluas ke negara tetanga Hungaria. Penduduk dan pemerintah

Page 87: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

32

Romania harus menanggung bencana. Pada 9 Agustus 2000, Senat

Cekoslovakia secara resmi melarang penambangan yang menggunakan

sianida (cyanide heap leaching technology) melalui penetapan undang-

undang. Bahkan, banyak pakar negara itu menilai implementasi UU

tersebut merupakan akhir dari pertambangan emas di negara tersebut

(Czechs Ban, Cyanide Mining 2000 diacu dalam Silvanus Maxwel, 2010).

Sianida yang terdapat di perairan terutama yang berasal dari

limbah industri, misalnya industri pelapisan logam, industri besi baja dan

pertambangan emas. Kadar sianida yang digunakan dalam pertambangan

emas dan perak dapat mencapai 250 mg/liter (EPA, 1987). Dari studi

AMDAL, ternyata P.T. NHM, menggunakan beberapa jenis sianida dalam

mengekstrasi emas dan perak dari batuan antara lain: natrium sianida

(NaCN) serta beberapa sianida kompleks yang sangat berbahaya bagi

lingkungan dan makluk hidup lainnya. Pelindingan biji emas dilakukan

dengan penggunaan sianida berkosentrasi relatif tinggi yaitu mencapai

1200 ppm NaCN untuk memisahkan emas dan perak dari batuan dengan

berbagai proses dan kemudian sebelum limahnya dibuang ke Sungai

Kobok dilakukan proses detoksifikasi (Amdal PT.NHM, 2006).

Belum banyak penelitian yang mengkaji tentang peningkatan CN di

perairan, dan masih sedikit yang dipahami tentang dampak potensial dari

CN tersebut terhadap biota di perairan (ACGIH, 2001), sehingga informasi

jalur masuknya CN ke dalam rantai makanan di perairan laut belum

tersedia dengan baik. Menurut EPA (1978b), beberapa sianida dalam air

Page 88: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

33

akan berubah menjadi senyawa yang sangat beracun jika sianida tersebut

terakumulasi dalam tubuh tumbuhan maupun zooplanton. Waktu paruh

sianida dalam perairan belum diketahui dengan pasti. Sianida akan lebih

cepat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan dan makanan jika

dibandingkan dengan melalui kulit dan dapat dideteksi dengan sangat

cepat di dalam paru-paru dan darah.

Berdasarkan penelitian yang dilakuakan oleh Silvanus.M Simange

menunjukkan bahwa kandungan merkuri (Hg) dan sianida (CN) pada air

laut disekitar Teluk Kao masih dibawah ambang batas ( Hg 0,0002 ppm,

dan CN 0,001 ppm). dibandingkan dengan baku mutu air golongan C

sesuai Kep-20/MENKLH/I/1990. Kandungan merkuri (Hg) pada organ hati

ke 4 jenis ikan tersebut lebih tinggi (0,13 – 0,51 ppm) dibandingkan pada

dagingnya (0,02 – 0,19 ppm). Hati ikan yang paling tinggi kandungan

merkurinya adalah ikan Biji nangka (0,45 – 0,51). Kandungan sianida (CN)

pada organ hati juga lebih tinggi (6,0 – 18 ppm) dibanding pada daging

(4,2 – 9,7 ppm). Mengacu pada standar asupan merkuri pada tubuh

manusia yang telah ditetapkan oleh WHO dalam Darmono (2008) sebesar

0,5 ppm, maka ikan Kakap merah, ikan Belanak, ikan biji nangka dan

udang aman untuk di konsumsi.

10. Toksisitas Sianida (CN)

d. Farmakokinetik dan Farmakodinamik

Seseorang dapat terkontaminasi melalui makanan, rokok dan

sumber lainnya. Makan dan minum dari makanan yang

Page 89: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

34

mengandung sianida dapat mengganggu kesehatan. Setelah

terpapar, sianida langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Jika

sianida yang masuk ke dalam tubuh masih dalam jumlah yang kecil

maka sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan

diekskresikan melalui urin. Selain itu, sianida akan berikatan

dengan vitamin B12. Tetapi bila jumlah sianida yang masuk ke

dalam tubuh dalam dosis yang besar, tubuh tidak akan mampu

untuk mengubah sianida menjadi tiosianat maupun mengikatnya

dengan vitamin B12.

Jumlah distribusi dari sianida berubah-ubah sesuai dengan

kadar zat kimia lainnya di dalam darah. Pada percobaan terhadap

gas HCN pada tikus didapatkan kadar sianida tertinggi adalah pada

paru yang diikuti oleh hati kemudian otak. Sebaliknya, bila sianida

masuk melalui sistem pencernaan maka kadar tertinggi adalah di

hati. Sianida juga mengakibatkan banyak efek pada sistem

kardiovaskuler, termasuk peningkatan resistensi vaskuler dan

tekanan darah di dalam otak. Penelitian pada tikus membuktikan

bahwa garam sianida dapat mengakibatkan kematian atau juga

penyembuhan total. Selain itu, pada sianida dalam bentuk inhalasi

baru menimbulkan efek dalam jangka waktu delapan hari. Bila

timbul squele sebagai akibat keracunan sianida maka akan

mengakibatkan perubahan pada otak dan hipoksia otak dan

kematian dapat timbul dalam jangka waktu satu tahun.

Page 90: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

35

e. Toksisitas

Tingkat toksisitas dari sianida bermacam-macam. Dosis letal

dari sianida adalah:

Asam hidrosianik sekitar 2,500–5,000 mg•min/m3

Sianogen klorida sekitar 11,000 mg•min/m3.

Perkiraan dosis intravena 1.0 mg/kg,

Perkiraan dalam bentuk cairan yang mengiritasi kulit 100

mg/kg.

f. Gejala Klinis

Efek utama dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia

jaringan yang timbul secara progresif. Gejala dan tanda fisik yang

ditemukan sangat tergantung dari:

Dosis sianida

Banyaknya paparan

Jenis paparan

Tipe komponen dari sianida

Page 91: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

36

Gambar 2. Efek yang ditimbulkan oleh sianida pada beberapaorgan tubuh.

Sumber: Baskin SI, Brewer TG. Cyanide Poisoning. Chapter.Pharmacology Division. Army Medical Research Institute ofChemical Defense, Aberdeen Proving Ground, Maryland. USA.Available from: www.bordeninstitute.army.mil/cwbw/Ch10.pdf.Access on: 15 March 2013.

Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk

pada tekanan darah, penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem

endokrin, sistem otonom dan sistem metabolisme. Biasanya penderita

akan mengeluh timbul rasa pedih dimata karena iritasi dan kesulitan

bernafas karena mengiritasi mukosa saluran pernafasan. Gas sianida

sangat berbahaya apabila terpapar dalam konsentrasi tinggi. Hanya dalam

jangka waktu 15 detik tubuh akan merespon dengan hiperpnea, 15 detik

setelah itu sesorang akan kehilangan kesadarannya. 3 menit kemudian

Page 92: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

37

akan mengalami apnea yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan

mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat karena hipoksia dan

berakhir dengan kematian.

Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar

15-30 menit kemudian, sehingga masih bisa diselamatkan dengan

pemberian antidotum.

Tanda awal dari keracunan sianida adalah:

Hiperpnea sementara,

Nyeri kepala,

Dispnea

Kecemasan

Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah

Berkeringat banyak, warna kulit kemerahan, tubuh terasa

lemah dan vertigo juga dapat muncul.

Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah

koma dan dilatasi pupil, tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan

pada pusat pernafasan, gagal nafas sampai henti jantung, tetapi gejala ini

tidak spesifik bagi mereka yang keracunan sianida sehingga menyulitkan

penyelidikan apabila penderita tidak mempunyai riwayat terpapar sianida.

Karena efek racun dari sianida adalah memblok pengambilan dan

penggunaan dari oksigen, maka akan didapatkan rendahnya kadar

oksigen dalam jaringan. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat warna

merah terang pada arteri dan vena retina karena rendahnya penghantaran

Page 93: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

38

oksigen untuk jaringan. Peningkatan kadar oksigen pada pembuluh darah

vena akan mengakibatkan timbulnya warna kulit seperti “cherry-red”, tetapi

tanda ini tidak selalu ada.

G. Tinjauan Umum Tentang Pengolahan Emas

1. Pengolahan Emas

c. Sejarah Emas

Awal dari ditemukan tambang emas ini berawal dari geologis

Belanda Jean-Jacquez Dozy yang mengunjungi Indonesia pada

tahun 1936 untuk menskala glasier Pegunungan Jayawijaya di

provinsi Irian Jaya di Papua Barat. Dia membuat catatan di atas

batu hitam yang aneh dengan warna kehijauan. Pada 1939, dia

mengisi catatan tentang Ertsberg (bahasa Belanda untuk “gunung

ore”). Namun, peristiwa Perang Dunia II menyebabkan laporan

tersebut tidak diperhatikan.

Dua puluh tahun kemudian, geologis Forbes Wilson, bekerja

untuk perusahaan pertambangan Freeport, membaca laporan

tersebut. Dia dalam tugas mencari cadangan nikel, tetapi kemudian

melupakan hal tersebut setelah dia membaca laporan tersebut. Dia

memutuskan untuk menyiapkan perjalanan untuk memeriksa

Ertsberg. Ekspedisi yang dipimpin oleh Forbes Wilson dan Del Flint,

menemukan deposit tembaga yang besar di Ertsberg pada 1960.

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki

simbol Au (bahasa Latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah

Page 94: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

39

logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap,

kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi

dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua

regia. Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di

bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage.

Kode ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair pada

suhu sekitar 1000 derajat celcius.

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah

ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta

berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain

yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya

berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral

ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan

sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga

berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral

pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida,

sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur

belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain

dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau

pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk

karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal,

sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan

Page 95: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

40

endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua

yaitu:

Endapan primer

Endapan plaser.

Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara

dan juga digunakan sebagai perhiasan, dan elektronik.

Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan

berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap

berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di

bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang

dolar Amerika. Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter

lazimnya berupa bulion atau batangan emas dalam berbagai

satuan berat gram sampai kilogram.

d. Metode Penambangan Emas

b.1 Metode Panning

Gold panning atau pendulangan emas, merupakan metode

penambangan emas yang sebagian besar dilakukan oleh para

penambang emas, dimana tempat penambangan ini biasanya

bekas dari penambangan besar. Dengan menggunakan sebuah

alat pendulang emas ( wajan ), di guncangkan kedalam air sungai,

dan emas tersebut bercampur dengan pasir serta kerikil. Emas

Page 96: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

41

yang memiliki berat jenis lebih besar daripada batu dan krikil,

secara otomatis jatuh kebagian dasar wajan.

Emas yang terdapat pada sungai, biasanya tersembunyi pada

dasar aliran, dimana padatan emas memungkinkan untuk

berkonsentrasi. Jenis emas yang ditemukan di dasar sungai disebut

sebagai endapan plaser.

b.2 Metode Sluicing

Metode ini menggunakan kotak pintu air yang dipergunakan

untuk mengekstrak emas. Saluran pintu air ini merupakan buatan

manusia dengan jeram pada bagian bawahnya. Jeram tersebut

dirancang sebagai zona mati, untuk memungkinkan emas putus

suspensi. Pada bagian bawah terdapat sebuah kotak, yang

berfungsi mengalirkan air. Materi gold bearing ditempatkan di atas

di bagian atas kotak. Materi yang dibawa oleh arus kotak dimana

emas dan bahan padat mengendap di balik jeram. Bahan padat

yang mengalir keluar, disebut sebagai Tailing.

Sebagai limbah sisa batuan-batuan dalam tanah, tailing pasti

memiliki kandungan logam lain ketika dibuang. Tailing hasil

penambangan emas biasanya mengandung mineral inert (tidak

aktif). Mineral itu antara lain: kuarsa, klasit dan berbagai jenis

aluminosilikat. Walau demikian,tidak berarti tailing yang dibuang

tidak berbahaya. Sebab, tailing hasil penambangan emas

mengandung salah satu atau lebih bahan berbahaya beracun

Page 97: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

42

seperti; Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (pb), Merkuri (Hg)

Sianida (Cn) dan lainnya. Logam-logam yang berada dalam tailing

sebagian adalah logam berat yang masuk dalam kategori limbah

bahan berbahaya dan beracun (B3). Pada awalnya logam itu tidak

berbahaya jika terpendam dalam perut bumi. Tapi ketika ada

kegiatan tambang, logam-logam itu ikut terangkat bersama batu-

batuan yang digali, termasuk batuan yang digerus dalam

processing plant. Logam-logam itu berubah menjadi ancaman

ketika terurai dialam bersama tailing yang dibuang.

b.3 Metode Hard Rock

Metode hard rock ini dilakukan jika emas yang terkandung

bukan terdapat didalam sedimen longgar. Hard rock pertambangan,

merupakan penghasil emas sebagian besar di dunia. Tambang

emas lainnya menggunakan penambangan emas bawah tanah,

dimana bijih diekstraksi melaui terowongan atau lubang.

Pada kedalaman tersebut, pada umumnya, panas yang

dikeluarkan tidak dapat tertahankan oleh Manusia, dan beberapa

bentuk pengkondisian udara harus disediakan untuk menjaga suhu

dibawah tingkat tertentu untuk keselamatan pekerja.

Page 98: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

43

2. Pemanfaatan Sianida Dalam Pengolahan Emas

Penggunaan sianida dalam proses penambangan logam seperti

emas dan perak, menyebabkan risiko lingkungan yang parah.

Penggunaan sianida dalam tambang emas telah menyebabkan bencana

lingkungan di banyak negara di seluruh dunia seperti Amerika Serikat,

Kanada, Cina, Guyana, Bolivia, Zimbabwe, Filipina dan Ghana. Baru-baru

ini, Kelompok masyarakat dan LSM di Eropa dan Amerika Serikat

mengeluarkan laporan yang terkena bahaya senyawa sianida yang tidak

diatur rilis dari tambang di seluruh dunia.

Sianida mematikan untuk manusia lingkungan serta. Risiko utama

yang terkait dengan penggunaan sianida dalam proses penambangan

adalah paparan pekerja untuk terkonsentrasi gas hidrogen sianida, bocor

sianida ke lingkungan sekitarnya dan eksposur masyarakat untuk akibat

sianida untuk rilis disengaja. Selama proses Pertambangan, pelepasan

sianida bersama dengan bahan kimia beracun lainnya seperti arsenik,

kadmium timah, dan merkuri, menyebabkan efek-efek berbahaya dan

kerusakan permanen pada beberapa spesies hewan, tumbuhan dan

manusia. Hal ini juga dapat mengakibatkan deforestasi, erosi tanah, tanah

longsor, dan kontaminasi air bawah tanah.

Pelepasan arsenik dan bahan kimia beracun lainnya selama proses

pelindian sianida sangat berbahaya. Sianida-resapan limbah dari proses

penambangan memiliki potensi untuk dampak negatif limbah kota dan

Page 99: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

44

prosedur pengolahan air. Hal ini juga berpotensi meningkatkan asupan zat

beracun manusia beberapa. Semua badan air yang mengandung sianida

terbentuk selama operasi penggilingan pertambangan emas berbahaya

bagi hewan liar dan unggas air seperti burung migran dan kelelawar, jika

tidak dikelola dengan baik. Bahkan disengaja bocor solusi sianida ke

sungai dan sungai akan membunuh ikan dan lainnya hewan air besar-

besaran. Terutama, ikan air tawar adalah organisme akuatik yang paling

sianida-sensitif.

Penggunaan sianida di pertambangan menyebabkan resiko tidak

masuk akal bagi kesehatan orang, satwa liar, dan ikan. Sebagai bahaya

sianida dalam proses penambangan sangat banyak jelas, itu adalah

tanggung jawab Pemerintah dan perusahaan pertambangan untuk

mengambil langkah-langkah penting. Kode Internasional Manajemen

Sianida memberikan arah dan pedoman tentang bagaimana mengelola

sianida untuk memastikan perlindungan pekerja, lingkungan dan

masyarakat yang berdekatan dengan kegiatan pertambangan. Limbah

tambang harus diatur dengan cara yang sama seperti kimia lainnya atau

limbah industri. Masyarakat membutuhkan kesadaran yang cukup tentang

bahaya pertambangan. Pemerintah harus melarang proyek-proyek

pertambangan yang mengakibatkan bahaya lingkungan dalam rangka

mencegah bencana ekologis. Warga juga harus menentang proyek

pertambangan tersebut. Banyak organisasi di negara-negara seperti

Page 100: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

45

Amerika Serikat, Kanada dan Turki sudah mulai asosiasi untuk melarang

pencucian sianida di pertambangan.

Cara kerja pengolahan emas menggunakan sianida (CN) :

13.Bahan berupa batuan dihaluskan menggunakan aat grinding

sehingga menjadi tepung (mesh + 200)

14.Bahan dimasukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan

H2O (2/3 dari bahan).

15.Tambahkan tohor atau kapur hingga pH mencapai 10,2 – 10,5 dan

kemudian tambahkan nitrat (PbNO3) 0,05%.

16.Tambahkan sianida 0,3% sambil diaduk hingga (t=48/72H) sambil

menjaga pH larutan ( 10- 11) dengan t ( T = 85°).

17.Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan

di aduk hingga (t= 48h), kemudian di saring. Karbon dikeringkan

lalu di bakar, hingga menjadi Bullion atau gunakan. (metode 1)

18.Metode Merill Crow (dengan penambahan Zink Anode / Zink Dass),

saring lalu dimurnikan / dibakar hingga menjadi Bullion. (metode 2)

19.Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan Asam (3 / 5 %),

selama (t =30/45m), kemudian di bilas dengan H2O selama (t = 2j)

pada (T = 80 – 90 derajat).

20.Lakukan proses Pretreatment dengan menggunakan larutan Sianid

3 % dan Soda (NaOH) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (T = 90 –

100o).

Page 101: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

46

21.Lakukan proses Recycle Elution dengan menggunakan larutan

Sianid 3 % dan Soda 3 % selama (t = 2.5 j) pada (T = 110 – 120

derajat).

22.Lakukan proses Water Elution dengan menggunakan larutan H2O

pada (T = 110 – 120°) selama (t = 1.45j).

23.Lakukan proses Cooling.

24. Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (V = 3) dan

(A = 50) selama (t = 3.5j). (metode 3)

H. Analisis Risiko Kesehatan

Public Health Assessment (PHA) diperkenalkan tahun 2005 oleh

Agency For Toxyc Substances and Drug Registry (ATSDR), US

Department of Health and Human and Services, dalam publikasi yang

berjudul ATSDR Public Health Assessment Guidance Manual (ATSDR,

2005). Menurut ASTDR, PHA didefinisikan sebagai berikut :

‘The evaluation of data and information on the release of hazardous

substances into the environment in order to asses any (past),

current, or future impact on public health, develop health advisories

and other recommendation, and identify studies or actions needed

to evaluate and mittigate or prevent human health effects’.

(Evaluasi data dan informasi mengenai pelepasan bahan-bahan

berbahaya ke lingkungan untuk menilai setiap dampak (pada masa

lalu), kini, atau yang akan datang terhadap kesehatan masyarakat,

Page 102: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

47

mengembangkan anjuran-anjuran kesehatan dan rekomendasi-

rekomendasi lain, mengidentifikasi kajian-kajian atau tindakan-

tindakan yang dibutuhkan untuk mengevaluasi dan meniadakan

atau mencegah efek-efek tehadap kesehatan manusia).

Selama ini terdapat dua model kajian dampak lingkungan terhadap

kesehatan yang biasanya dilakukan secara independen, yaitu studi

Epidemiologi Kesehatan Lingkungan (EKL) dan Analisis Resiko

Kesehatan Lingkungan (ARKL). Epidemiologi Kesehatan Lingkungan

umumnya dilakukan atas dasar kejadian penyakit (disease oriented) atau

kondisi lingkungan yang spesifik (agent oriented) yang dinyatakan oleh

WHO pada tahun 1983 (WHO, 1983), sedangkan Analisis Risiko

Kesehatan Lingkungan bersifat agent specific dan site specific. Analisis

risiko kesehatan lingkungan adalah proses perhitungan atau perkiraan

risiko pada suatu organisme sasaran, sistem atau (sub)populasi, termasuk

identifikasi ketidakpastian-ketidakpastian yang menyertainya, setelah

terpajan oleh agent tertentu, dengan memerhatikan karakterisktik yang

melekat pada agent itu dan karakterisktik system sasaran yang spesifik.

Risiko itu sendiri didefinisikan sebagai kebolehjadian (probabilitas)

efek merugikan pada suatu organisme, sistem atau (sub) populasi yang

disebabkan oleh pamajanan suatu agent dalam keadaan tertentu ada juga

ahli lain yang berpendapat bahwa risiko adalah sebuah probabilitas suatu

peristiwa berbahaya atau bencana, kesempatan sesuatu yang buruk akan

terjadi. Metode, teknik dan prosedur analisis risiko kesehatan lingkungan

Page 103: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

48

saat ini dikembangkan dari Risk Analysis Paradigm yang terbagan pada

Gambar 3.

Dalam Public Health Assessment kedua studi tersebut dapat

digabungkan dengan tidak menghilangkan cirinya masing-masing. Analisis

risiko kesehatan lingkungan mampu meramalkan besaran tingkat risiko

secara kuantitatif sedangkan epidemiologi kesehatan lingkungan dapat

membuktikan apakah prediksi itu sudah terbukti atau belum. Public Health

Assessment tidak saja memberikan estimasi numerik risiko kesehatan

melaInkan juga persfektif kesehatan masyarakat dengan memadukan

analisis mengenai kondisi-kondisi pemajanan setempat, data efek-efek

kesehatan dan kepedulian masyarakat.

Gambar 3 Paradigma Analisis Risiko (NRC, 1983)

PENELITIAN ANALISIS RISIKO MANAJEMEN RISIKO

Pemeriksaan :

LaboratoriumLapangan

KlinikEpidemiologi

Mekanisme toksisitas :

pengembanganmetode dan validasi

spesies dan dosisextrapolasi

Pengukuran danobservasi lapangan

Nasib bahanpencemar di

lingkungan dantransport model

Identifikasi bahaya :

agen kimia, fisika,biologi yangberbahaya

Analsisidosis-respons :

Bagaimana dosistersebut

menimbulkan efek

Analisis pemajanan :

Siapa yang terpaparatau akan terpapardengan apa, kapan,dimana, dan untuk

berapa lama

Karakterisasi risiko :

Efek apa yangmungkin akan terjadipada populasi yang

terpapar

Pengembanganperaturan

perundang-undangan

Pertimbanganekonomi, sosial,politik dan teknis

Tujuan,Pembambilankeputusan dan

Tindakan

Page 104: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

49

3. Prinsip Dasar ARKL

Gambar.4 Ilustrasi logika pengambilan keputusan untuk menetukan tipestudi yang dapat dilakukan dalam mempelajari efek lingkunganterhadap kesehatan manusia (Rahman, 2007)

ARKL berjalan dengan proses yang dibagankan dalam alur

pengambilan keputusan seperti pada Gambar 4.

Decesion logic ini menetukan komponen studi mana yang dapat

dilakukan berdasarkan data dan informasi awal yang tersedia. Decesion

logic ini dijelaskan dalam Guidance for ASTDR Health Studies (ATSDR,

1996).

Secara garis besarnya analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL)

menurut National Research Council (NRC) terdiri dari empat tahap kajian,

yaitu : Identifikasi bahaya, Analisis pemajanan,Analisis dosis-respon, dan

Karakterisasi risiko.

Kategori 1a :Dosis-respon riskagent telah tersedia

Kategori 1b :Dosis-respon riskagent belumtersedia

ARKL

EKL

Penyelidikan efek biologiskesehatan yang masuk akal

Penyelidikan pajanan (sumberyang lalu dan sekarang, produksidan pelepasan)

Kategori 2 :Pajanan manusia padatingkat yang harusdipedulikan belumcukup terdokumentasi

Kategori 1 :Pajanan manusia padatingkat yang harusdipedulikanterdokumentasi

Tipe, media, konsentrasi

risk agents (polutan)

Jalur pajanan

Populasi berisiko

Page 105: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

50

Langkah – langkah ini tidak harus dilakukan secara berurutan,

kecuali karakterisasi risiko sebagai tahap terakhir. Karakterisasi risiko

kesehatan pada populasi berisiko dinyatakan secara kuantitatif dengan

menggabungkan analisis dosis-respon dengan analisis pemajanan. Nilai

numerik estimasi risiko kesehatan kemudian digunakan untuk

merumuskan pilihan-pilihan manajemen risiko untuk mengendalikan risiko

tersebut. Selanjutnya opsi-opsi manajemen risiko itu dikomunikasikan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan agar risiko potensial dapat

diketahui, diminimalkan atau dicegah (NRC, 1983).

4. Metode, Tekhnik, dan Prosedur ARKL

Kajian ARKL dimulai dengan memeriksa secara cermat apakah

data dan informasi berikut sudah tersedia (ATSDR, 2005) :

h. Jenis spesi kimia risk agent.

i. Dosis referensi untuk setiap jenis spesi kimia risk agent.

j. Media lingkungan tempat risk agent berada (udara, air, tanah,

pangan).

k. Konsentrasi risk agent dalam media lingkungan yang bersangkutan.

l. Jalur-jalur pemajanan risk agent (sesuai dengan media

lingkungannya).

m. Populasi dan sub-sub populasi yang berisiko.

n. Gangguan kesehatan (gejala-gejala penyakit atau penyakit-penyakit)

yang berindikasikan sebagai efek pajanan risk agent yang merugikan

kesehatan pada semua segmen populasi berisiko.

Page 106: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

51

Jika sekurang-kurangnya data dan informasi 1 s/d 4 sudah tersedia,

ARKL sudah bisa dikerjakan. Ada dua kemungkinan kajian ARKL yang

dapat dilakukan, yaitu (NRC, 1983) :

c. Evaluasi di atas meja (Desktop Evaluation), selanjutnya disebut ARKL

Meja. Analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) meja dilakukan

untuk menghitung estimasi risiko dengan segera tanpa harus

mengumpulkan data dan informasi baru dari lapangan.Evaluasi di atas

meja hanya membutuhkan konsentrasi risk agent dalam media

lingkungan bermasalah, dosis referensi risk agent dan nilai default

faktor-faktor antropometri pemajanan untuk menghitung asupan

menurut Persamaan (1).

d. Kajian lapangan (Field Study), selanjutnya disebut ARKL Lengkap.

ARKL Lengkap pada dasarnya sama dengan evaluasi di atas meja

namun didasarkan pada data lingkungan dan faktor-faktor pemajanan

antropometri sebenarnya yang didapat dari lapangan, bukan dengan

asumsi atau simulasi. Kajian ini membutuhkan data dan informasi

tentang jalur pemajanan dan populasi berisiko.

Berikut adalah langkah-langkah ARKL, baik ARKL Meja maupun

ARKL Lengkap.

f. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya atau hazard identification adalah tahap awal

analisis risiko kesehatan lingkungan untuk mengenali risiko. Informasinya

bisa ditelusuri dari sumber dan penggunaan risk agent memakai agent

Page 107: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

52

oriented (WHO, 1983). Identifikasi bahaya juga bisa dilakukan dengan

mengamati gejala dan penyakit yang berhubungan dengan toksisitas risk

agent di masyarakat yang telah terkumpul dalam studi-studi sebelumnya,

baik di wilayah kajian atau tempat-tempat lain. Penelusuran seperti ini

dikenal sebagai pendekatan disease oriented (WHO, 1983).

Data identifikasi bahaya risk agentdari berbagai sumber

pencemaran dapat dirangkum dalam suatu tabel. Bila data awal tidak

tersedia, harus dilakukan pengukuran pendahuluan dengan sedikitnya 2

sampel yang mewakili konsentrasi risk agent paling tinggi dan paling

rendah. Selanjutnya dihitung Risk Quotient (RQ) untuk asupan konsentrasi

risk agent. Bila ternyata RQ> 1 berarti ada risiko potensial dan perlu untuk

dikendalikan. Sedangkan bila RQ≤ 1 untuk sementara pencemaran

dinyatakan masih aman dan belum perlu dikendalikan (Rahman, 2007).

g. Analisis Pemajanan

Analisis pemajanan atau exposure assessment yang disebut juga

penilaian kontak, bertujuan untuk mengenali jalur-jalur pajanan risk agent

agar jumlah asupan yang diterima individu dalam populasi berisiko bisa

dihitung. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menghitung asupan

adalah semua variabel yang terdapatdalam Persamaan (1) (ATSDR,

2005).

=× × × ×

×

Keterangan :

I : Asupan (intake), mg/kg/hari

(1)

Page 108: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

53

C : konsentrasi risk agent, mg/M3untuk medium udara, mg/L untuk

air minum, mg/kg untuk makanan atau pangan

R : laju asupan atau konsumsi, M3/jam untuk inhalasi, L/hari untuk

air minum, g/hari untuk makanan

tE : waktu pajanan

fE : frekwensi pajanan

Dt : durasi pajanan, tahun (real time atau proyeksi, 30 tahun untuk

nilai default residensial)

Wb : Berat badan, kg

tavg : Periode waktu rata-rata (30 x 365 hari/tahun untuk zat

nonkarsinogen, 70 tahun x 365 hari/tahun untuk zat

karsinogen)

Waktu pajanan (tE) harus digali dengan cara menanyakan berapa

lama kebiasaan responden sehari-hari berada di luar rumah seperti ke

pasar, mengantar dan menjemput anak sekolah dalam hitungan jam.

Demikian juga untuk frekuensi pajanan (fE), kebiasaan apa yang dilakukan

setiap tahun meninggalkan tempat mukim seperti pulang kampung,

mengajak anak berlibur ke rumah orang tua, rekreasi dan sebagainya

dalam hitungan hari. Untuk durasi pajanan (Dt), harus diketahui berapa

lama sesungguhnya (real time) responden berada di tempat mukim

sampai saat survey dilakukan dalam hitungan tahun. Selain durasi

pajanan lifetime, durasi pajanan real time penting untuk dikonfirmasi

Page 109: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

54

dengan studi epidemiologi kesehatan lingkungan (EKL) apakah estimasi

risiko kesehatan sudah terindikasikan (ATSDR, 2005).

Konsentrasi risk agent dalam media lingkungan diperlakukan

menurut karakteristik statistiknya. Jika distribusi konsentrasi risk agent

normal, bisa digunakan nilai arithmetik meannya. Jika distribusinya tidak

normal, harus digunakan log normal atau mediannya. Normal tidaknya

distribusi konsentrasi risk agent bisa ditentukan dengan menghitung

coefficience of variance(CoV), yaitu SD dibagi mean. Jika CoV ≤ 20%

distribusi dianggap normal dan karena itu dapat digunakan nilai mean

(NRC, 1983).

Sebelum nilai default nasional tersedia berdasarkan hasil survey

maka tE, fE dan Wbdapat dipakai sebagai nilai numerik faktor antropometri

pemajanan(Rahman, 2007). Nilai numerik lainnya diambil dari Exposure

Factors Handbook(US-EPA, 1997). Nilai numerik beberapa variabel

Persamaan (1) ini mungkin belum mencukupi karena ada beberapa kasus

dengan tata guna lahan (land use) lain belum tercantum (NRC, 1983).

h. Analisis Dosis-Respon

Analisis dosis-respon, disebut juga dose-response assessment

atau toxicity assessment, menetapkan nilai-nilai kuantitatif toksisitas risk

agent untuk setiap bentuk spesi kimianya. Toksisitas dinyatakan sebagai

dosis referensi (reference dose, RfD) untuk efek-efek nonkarsinogenik dan

Cancer Slope Factor (CSF) atau Cancer Unit Risk (CCR) untuk efek-efek

karsinogenik. Analisis dosis-respon merupakan tahap yang paling

Page 110: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

55

menentukan karena ARKL hanya bisa dilakukan untuk risk agent yang

sudah ada dosis-responnya (US-EPA, 1997).

Menurut IPCS, Reference dose adalah toksisitas kuantitatif

nonkarsinogenik, menyatakan estimasi dosis pajanan harian yang

diprakirakan tidak menimbulkan efek merugikan kesehatan meskipun

pajanan berlanjut sepanjang hayat (Rahman, 2007). Dosis referensi

dibedakan untuk pajanan oral atau tertelan (ingesi, untuk makanan dan

minuman) yang disebut RfD (saja) dan untuk pajanan inhalasi (udara)

yang disebut reference concentration (RfC). Dalam analisis dosis-respon,

dosis dinyatakan sebagai risk agent yang terhirup (inhaled), tertelan

(ingested) atau terserap melalui kulit (absorbed) per kg berat badan per

hari (mg/kg/hari) (US-EPA, 1997).

Dosis yang digunakan untuk menetapkan RfD adalah yang

menyebabkan efek paling rendah yang disebut NOAEL (No Observed

Adverse Effect Level) atau LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect

Level). NOAEL adalah dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik

atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak menunjukkan efek

merugikan pada hewan uji atau pada manusia sedangkan LOAEL berarti

dosis terendah yang (masih) menimbulkan efek. Secara numerik NOAEL

selalu lebih rendah daripada LOAEL. RfD atau RfC diturunkan dari

NOAEL atau LOAEL menurut persamaan berikut ini (ATSDR, 2005) :

(2)RfD atau RfC =

NOAEL atau LOAEL

UF1x UF2x UF3x UF4xMF

Page 111: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

56

UF adalah uncertainty factor (faktor ketidakpastian) dengan nilai

UF1 = 10 untuk variasi sensitivitas dalam populasi manusia (10H, human),

UF2 = 10 untuk ekstrapolasi dari hewan ke manusia (10A, animal), UF3 =

10 jika NOAEL diturunkan dari uji subkronik, bukan kronik, UF4 = 10 bila

menggunakan LOAEL bukan NOAEL. MF adalah modifying factor bernilai

1 s/d 10 untuk mengakomodasi kekurangan atau kelemahan studi yang

tidak tertampung UF. Penentuan nilai UF dan MF tidak lepas dari

subyektivitas. Untuk menghindari subyektivitas, tahun 2004 telah diajukan

model dosis-respon baru dengan memecah UF menjadi ADUF (= 100,4

atau 2,5), AKUF (= 100,6 atau 4,0), HDUF (=100,5 atau 3,2) dan HKUF

(=100,5 atau 3,2)8(ATSDR, 2005).

Menentukan dosis-respon suatu risk agent sangat sulit,

membutuhkan data dan informasi studi toksisitas yang asli dan lengkap,

ahli-ahli kimia, toksikologi, farmakologi, biologi, epidemiologi dan spesialis-

spesialis lain yang berhubungan dengan toksisitas dan farmakologi zat.

Namun, saat ini RfD, RfC, SF dan UCR zat-zat kimia dalam berbagai

spesi, termasuk fomulanya, telah ada pada data Integrated Risk

Information System (IRIS) dari US-EPA yang tersedia di

http://www.epa.gov/iris dan pangkalan data TOXNET di http://www.nlm/.

Ada ratusan spesi kimia zat yang telah dimasukkan ke dalam daftar IRIS

dan sudah ditabulasi sehingga bisa langsung digunakan. Contoh toxycity

summary beberapa zat bisa dilihat pada tabel berikut (Rahman, 2007).

i. Karakteristik Risiko

Page 112: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

57

Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan sebagai Risk

Quotient(RQ, tingkat risiko) untuk efek-efek nonkarsinogenik dan Excess

Cancer Risk (ECR) untuk efek-efek karsinogenik .RQ dihitung dengan

membagi asupan nonkarsinogenik (Ink) risk agent dengan RfDatau

RfC-nya menurut persamaan (3) (ATSDR, 2005).

(3)

Baik Ink maupun RfD atau RfC harus spesifik untuk bentuk spesi

kimia risk agent dan jalur pajanannya. Risiko kesehatan dinyatakan ada

dan perlu dikendalikan jika RQ> 1. Jika RQ ≤ 1, risiko tidak perlu

dikendalikan tetapi perlu dipertahankan agar nilai numerik RQ tidak

melebihi 1(Rahman, 2007).

ECR dihitung dengan mengalikan CSF dengan asupan

karsinogenik risk agent (Ink) menurut Persamaan (4). Harap diperhatikan,

asupan karsinogenik dan nonkarsinogenik tidak sama karena perbedaan

bobot waktu rata-ratanya (tavg) seperti dijelaskan dalam keterangan rumus

asupan Persamaan (1) (ATSDR, 2005).

ECR = CSF× Ink (4)

Baik CSF maupun Ink harus spesifik untuk bentuk spesi kimia risk

agent dan jalur pajanannya. Karena secara teoritis karsinogenisitas tidak

mempunyai ambang non threshold, maka risiko dinyatakan tidak bisa

diterima (unacceptable) bila E-6<ECR<E-4. Kisaran angka E-6 s/d E-4

dipungut dari nilai default karsinogenistas US-EPA. (US-EPA, 1997).

j. Manajemen Risiko

RfCatauRfD

InkRQ

Page 113: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

58

Berdasarkan karakterisasi risiko, dapat dirumuskan pilihan-pilihan

manajemen risiko untuk meminimalkan RQ dan ECR dengan

memanipulasi (mengubah) nilai faktor-faktor pemajanan yang tercakup

dalam Persamaan (1) sedemikian rupa sehingga asupan lebih kecil atau

sama dengan dosis referensi toksisitasnya. Pada dasarnya hanya ada dua

cara untuk menyamakan Ink dengan RfD atau RfC atau mengubah

Inksedemikian rupa sehingga ECR tidak melebihi E-4, yaitu menurunkan

konsentrasi risk agent atau mengurangi waktu kontak. Ini berarti hanya

variabel-variabel Persamaan (1) tertentu saja yang bisa diubah-ubah

nilainya. (Rahman, 2007). Berikut, penjelasan cara-cara manajemen risiko

secara lengkap.

1) Menurunkan konsentrasi risk agent bila pola dan waktu konsumsi

tidak dapat di ubah. Cara ini menggunakan prinsip Ink = RfD, maka

persamaan yang digunakan adalah :

(5)

2) Mengurangi pola (laju) konsumsi bila konsentrasi risk agent dan

waktu konsumsi tidak dapat diubah. Persamaan yang digunakan

dalam manajemen risiko cara ini adalah :

(6)

3) Mengurangi waktu kontak bila konsentrasi risk agent dan pola

konsumsi tidak dapat di ubah. Cara ini sering juga digunakan

dalam strategi studi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan.

Persamaan yang digunakan disini adalah :

mg/LtE

avgB

DfR

tWRfDC

L/haritEAs

avgB

DfC

tWRfDR

Page 114: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

59

(7)tahun

E

avgB

tfRC

tWRfDD

Page 115: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

60

Tabel 3 Beberapa Penelitian Terkait Pajanan Sianida (CN)

No Peneliti dan

Desain

Subyek Tujuan Hasil

1. Bobby J. Polii,2009Observasional

DAS BuyatMinahasa

Mengetahuikadar Hg danCN pada DASBuyat Minahasa

4. Kadar Hg =0,0032mg/l –0,00049 mg/l

5. Kadar CN =0,088 mg/l –0,144 mg/l(telah melebihistandar bakumutu PP no.20tahun 1990 <0,5 mg/l)

6. Konsentrasitertinggi CNterdapat padahati dan perutikan 2,77 mg/l

2. Fauzia Syarif,2009Eksperimen

TanamanMikaniaCordota,ControsemaPubsences,LeersiaNexandraSwarta

Mengetahuiakumulasi CNpada tanamanMikaniaCordota,ControsemaPubsences,LeersiaNexandraSwarta yangtumbuh didaerah yangterkontaminasilimbah CN

4. KandunganCN di tajuktertinggi yaitu0,085 mg padaMikaniaCordota dan ditajuk LeersiaNexandra0,144mgkeduanya padakonsentrasi2,5ppm CN

5. Controsema Pubsences,MikaniaCordota,LeeersiaNexandraSwarta masihmampu tumbuhdengan baik dimedia tailingCN sampaipada kadar

Page 116: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

61

75ppm CN.6. Rasio

kandungan CNtajuk yangmelebihi saudihasilkanMikaniaCordota padasemuaperlakuan CN,dengan nilaitertinggi 11.783padakonsentrasi7,5ppm.

Page 117: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

62

Bab IV

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian

Kelurahan Poboya merupakan salah satu kelurahan yang terletak

di Kecamatan Mantikulore Kota Palu Propinsi Sulawesi Tengah yang

berada di bagian timur dari wilayah kecamatan tersebut. Kelurahan ini

terletak sekitar ± 7 km dari pusat kecamatan, dengan luas wilayah 41km2.

Secara administrasi kelurahan Poboya ini berbatasan

langsung dengan wilayah – wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kelurahan Tondo

Sebelah Selatan : Kelurahan Kawatuna

Sebelah Barat : Kelurahan Lasoani

Sebelah Timur : Kab. Parigi Moutong

Luas wilayah Kelurahan Poboya 41 km2 (kilometer persegi) dengan

jumlah penduduk sebanyak 3.513 jiwa (2011) sebelum pemekaran.

Jumlah penduduk saat ini (Tahun 2013) disebanyak 2.341 jiwa (Laki-laki :

1.249 jiwa dan perempuan : 1.092 jiwa). Penduduk Kelurahan Poboya

terdistribusi di empat RW, tiap RW terdiri dari dua RT yaitu RT 1 dan RT 2,

sehingga jumlah RT keseluruhan sebanyak delapan RT

Page 118: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

63

Wilayah Poboya dari segi topografi merupakan dataran tinggi, suhu

udara rata-rata 30 -32 ºC dan curah hujan 150 mm/tahun dengan

ketinggian dari permukaan laut ± 200 m dpl. Lalu keadaan tanah dilihat

dari jenis tumbuhan yang tumbuh memiliki tingkat kesuburan tanah yang

baik.

Berdasarkan topografi wilayahnya Kelurahan Poboya dapat

diklasifikasikan kedalam tiga zona ketinggian yaitu :

1. Dataran rendah dengan ketinggian 0-200 m di atas

permukaan laut yang memanjang dari arah Barat ke

Timur,

2. Perbukitan dengan ketinggian antara 200-250 m di atas

permukaan laut yang memanjang dari Barat ke Timur,

3. Pegunungan dengan ketinggian 250 m sampai 700 m di

atas permukaan laut,

Wilayah dengan tingkat kemiringan tanah yaitu 0-20% hingga 20-30

% dengan luas ± 4038,10 Ha (30,12%), sedangkan ketinggian diatas 700

m dari permukaan laut yang paling luas dengan luas ± 997,98Ha

(70,12%).

Penambangan dan pengolahan emas di wilayah Kelurahan Poboya

telah berlangsung ± 5 tahun yaitu sejak tahun 2009 hingga sekarang.

Lokasi tambang terbagi dua lokasi yaitu lokasi pengolahan emas (tumbuk,

tromol dan tong) dan lokasi pengambilan batu ref (batu yang terdapat urat

kuarsa) dan coral (pecahan batuan dan pasir)

Page 119: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

64

Lokasi pengambilan material batuan yang memiliki urat kuarsa

berada pada ketinggian 700 meter diatas permukaan laut, kemudian

diangkut menuju lokasi pengolahan emas masing-masing (peralatan dan

proses pengolahan seperti tumbuk-tumbuk, tromol, dan tong berada di

bawah lokasi pengambilan material).

Lokasi pengambilan material (batu ref dan coral) terbagi menjadi

dua lokasi yaitu Lokasi A dan B, dimana lokasi A merupakan bagian dari

wilayah RT 2 RW IV (lokasi lama), sedangkan lokasi B berada di wilayah

RT 1 RW I (lokasi baru).

Masyarakat Kelurahan Poboya sebagian besar bermukim di antara

ke dua lokasi pengolahan emas tersebut, dimana letak pemukiman berada

di bawah kedua lokasi pengolahan emas tersebut, meskipun sebagian

kepala keluarga bermukim dan beraktifitas di kedua lokasi tersebut.

Proses pengolahan emas di Kelurahan Poboya umumnya sama

dengan pengolahan emas pada daerah lain di Indonesia khususnya pada

penambangan emas tanpa izin (PETI) ataupun skala kecil, termasuk

peralatan yang digunakan untuk memperoleh emas murni.Lokasi

pengolahan emas di Kelurahan Poboya berada di 2 lokasi yaitu RT 1/RW

1 dan RT 2/RW 1 dengan topografi perbukitan (ketinggian 200 hingga 250

meter dpl).

Wilayah Kelurahan Poboya dibagi dua oleh Sungai Pondo, dimana

sebagian kecil masyarakat masih memanfaatkannya sebagai sumber air

minum selain dari mata air dan sumur bor (sumur suntik).

Page 120: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

65

Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data penduduk

sebagai sampel subjek atau responden dan mengambil sampel urine

sebagai sampel objek dan sampel air minum sebagai sampel lingkungan.

Sampel lingkungan diambil di delapan titik. Sedangkan untuk sampel urine

di ambil sebanyak 100 responden.

2. Gambaran Hasil Penelitian

a. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2013, dengan

jumlah sampel sebanyak 100 orang yang terdistribusi secara proporsional

di 4 RW dan 8 RT. Karakteristik responden di wilayah Kelurahan Poboya

disajikan pada tabel 10. Pengelompokan umur menurut Depkes (2009)

yaitu masa balita (0 – 5 tahun), masa kanak-kanak (6 – 11 tahun), masa

remaja awal (12 - 16 tahun), masa remaja akhir (17 – 25 tahun), masa

dewasa awal (26 – 35 tahun), masa dewasa akhir (36 – 45 tahun), masa

lansia awal (46 – 55 tahun), masa lansia akhir (56 – 65 tahun), masa

manula (diatas 65 tahun).

Tabel 4 Karakteristik Responden di Kel. Poboya Kec.

Mantikulore,Palu Tahun 2013.

No Karakteristik n (100) %

1 Kelompok umur (tahun)

a. 17 – 25 7 7,0

b. 26 – 35 25 25,0

c. 36 – 45 31 31,0

d. 46 – 55 26 26,0

Page 121: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

66

e. 56 – 65 9 9,0

f. ≥ 65 2 2,0

2 Jenis Kelamin

a. Laki-laki 65 65

b. Perempuan 35 35

3 Jenis Pekerjaan

a. PNS 8 8

b. Swasta 5 5

c. Wiraswasta 2 2

d. Pedagang 11 11

e. Petani 11 11

f. Pendulang emas/penambang 35 35

g. Tukang emas 4 4

h. Peternakan 6 6

i. Lain-lain 8 8

j. IRT 10 10

4 Pendidikan Responden

a. TTS 8 8

b. SD 24 24

c. SMP 29 29

d. SMA 31 31

e. PT 8 8

5. Lama tinggal (tahun)

a. 2 – 14 23 23,0

b. 15 – 27 7 7,0

c. 28 – 40 31 31,0

d. 41 – 53 29 29,0

e. 54 – 66 8 8,0

f. 67 – 79 2 2,0

Sumber : data primer 2013

Page 122: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

67

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat responden berdasarkan

kelompok umur sebanyak 100 orang dengan kelompok umur paling

tinggi yaitu umur 36 - 45 tahun sebanyak 31 orang, dan kelompok

umur terendah yaitu umur ≥ 65 tahun sebanyak 2 orang.

Jumlah responden laki-laki sebanyak 65 orang dan perempuan 35

orang. Jenis pekerjaan responden yang paling banyak adalah sebagai

pendulang emas/penambang. Dan pekerjaan yang paling rendah

jumlahnya adalah wiraswasta sebanyak 2 orang. Berdasarkan tingkat

pendidikan jumlah terbanyak pada jenjang SMA sebanyak 31

responden dan yang terendah dalah tidak tamat sekolah/ tidak sekolah

dan perguruan tinggi sebanyak 8 orang.

Syarat waktu tinggal minimal responden dalam penelitian ini adalah

1 tahun. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lama tinggal yang

tertinggi adalah 28 – 40 tahun dengan jumlah responden 31 orang dan

yang paling rendah adalah lama tinggal 67 - 79 tahun sebanyak 2

orang.

b. Konsentrasi Sianida (CN) dalam air minum

Lokasi mata air yang digunakan masyarakat sebagai sumber air

minum di Kelurahan Poboya berada di pinggir jalan raya yang

merupakan akses menuju lokasi tambang, tepatnya di kumpulan

tanaman sagu dan terjangkau oleh masyarakat dan berada di dua

lokasi, mata air sagu 1 dan mata air sagu 2. Air dari mata air tersebut

didistribusikan menggunakan jaringan perpipaan yang sebelumnya

Page 123: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

68

melalui bak penampungan (umum dan pribadi). Bak penampungan

tersebut dibangun oleh swadaya masyarakat, Perusahaan (CSR dari

PT.Citra Palu Material) dan bantuan luar negeri (Program Health Care

dari Canada tahun 1990/1991).

Terdapat delapan (8) sumber air minum yang digunakan oleh

warga di kelurahan poboya, yaitu mata air sagu 1, mata air sagu 2,

sumur dap (bor) 6 meter, sumur bor (dap) 9 meter, air sungai, bak

penampungan 1, bak penampungan 2, dan bak penampungan 3.

Berikut ini adalah hasil pemeriksaan kadar Sianida (CN) dalam sumber

air minum masyarakat dan distribusi jumlah masyarakat yang

menggunakan sumber air minum.

Tabel 5 Hasil pemeriksaan kadar Sianida (CN) dalam Sumber Air

Minum Masyarakat di Kel. Poboya Kec. Mantikulore Palu

Tahun 2013

No Sumber Air Minum Kadar Sianida (CN)

mg/l

n

1 Mata air sagu 1 0,0010504 27

2 Mata air sagu 2 0,0009672 26

3 Sumur dap (bor) 6 meter 0,0010212 3

4 Sumur dap (bor) 9 meter 0,0009072 7

5 Air sungai 0,0010096 15

6 Bak penampungan 1 0,0009704 9

7 Bak penampungan 2 0,0009722 7

8 Bak penampungan 3 0,0007524 6

Sumber : data primer 2013

Page 124: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

69

Tabel 5 diatas menunjukkan hasil pemeriksaan konsentrasi

sianida (CN) dalam sumber air minum dan jumlah responden yang

mengkonsumsinya. Berdasarkan Kep.Menkes no

492/Menkes/Per/IV/2010 konsentrasi maksimal sianida (CN) yang

diperbolehkan adalah 0,07mg/l. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

dari 8 sumber air minum masyarakat kadar sianida (CN) yang tertinggi

terdapat di mata air sagu 1dengan kadar sianida (CN) 0,0010504

dengan jumlah responden yang mengonsumsi sebanyak 27 orang dan

kadar sianida (CN) terendah terdapat di bak penampungan 3 dengan

kadar sianida (CN) 0,0007524 dengan jumlah responden yang

mengkosumsi sebanyak 6 orang.

c. Konsentrasi Sianida (CN) Dalam Urine Responden

Pengukuran konsentrasi sianida dalam tubuh manusia, dilakukan

dengan mengukur konsentrasi sianida (CN) dalam urine responden.

Pengukuran dilakukaan pada 100 orang responden dengan mengambil

urine pagi hari dan diperiksa di Laboratorium Kesehatan Makassar.

Tabel 6 memperlihatkan konsentrasi sianida (CN) dalam urine

responden.

Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Konsentrasi Sianida (CN) Dalam Urine

di Kel. Poboya Kec. Mantikulore Tahun 2013

Page 125: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

70

No

Konsentrasi Sianida

(CN) dalam Urine

(ppm)

Frekuensi Persen (%)

1 0,21 – 1,21 21 21,0

2 1,22 – 2,22 30 30,0

3 2,23 – 3,23 16 16,0

4 3,24 – 4,24 8 8,0

54,24 –

5,2512 12,0

65,26 –

6,2613 13,0

Total 100 100 %

Sumber : data primer 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat, bahwa dari 100 responden,

yang tertinggi yaitu konsentrasi sianida 1,22 – 2,22 ppm dengan jumlah

responden sebanyak 30 orang dan jumlah terendah yaitu konsentrasi

4,25 – 5,25 ppm. Konsentrasi sianida tertinggi berkisar antara 5,26 –

6,26 dengan jumlah responden 13 orang dan konsentrasi terendah

yaitu 0,21 – 1,21 dengan jumlah responden 21 orang. Konsentrasi

sianida (CN) dalam urine responden belum melebihi nilai ambang

batas, berdasarkan ATSDR,1997 kosentrasi normal sianida (CN) dalam

urine yaitu 0,85 – 14 ppm/hari.

d. Frekuensi Pajanan

Frekuensi pajanan merupakan jumlah hari dalam setahun

dimana responden tinggal atau berada dilokasi penelitian. Gambaran

Page 126: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

71

frekuensi pajanan dalam penelitian ini yaitu jumlah hari dalam setahun

responden mengkonsumsi air minum yang diteliti. Tabel di bawah ini

menggambarkan frekuensi pajanan responden terhadap Sianida dalam

sumber air minum.

Tabel 7. Frekuensi Pajanan Sianida (CN) Responden Pada Air

Minum di Kel. Poboya Kec. Mantikulore Tahun 2013.

NoFrekuensi Paparan

(Hari/Tahun)Frekuensi Persen (%)

1 234 – 255 4 4,0

2 256 – 277 12 12,0

3 278 – 299 16 16,0

4 300 – 321 30 30,0

5 322 – 343 19 19,0

6 344 – 365 19 19,0

Total 100 100 %

Sumber : data primer, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa frekuensi pajanan

sianida (CN) tertinggi adalah 300 – 321 hari/tahun sebanyak 30

responden. Sedangkan frekuensi pajanan terendah adalah 234 – 255

hari/tahun sebanyak 4 responden.

e. Durasi Pajanan

Durasi pajanan merupakan salah satu komponen utama dalam

menghitung intake yang diterima penduduk dari suatu komponen

Page 127: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

72

pencemar. Dalam bahasa sederhananya, durasi pajanan diartikan

sebagai lama waktu tinggal responden dilokasi penelitian. Proses

pertambangan di Kel.Poboya ini beroperasi sejak tahun 2009. Syarat

waktu tinggal minimal responden dalam penelitian ini adalah 1 tahun.

Tabel di bawah ini menggambarkan distribusi responden berdasarkan

durasi pajanan.

Tabel 8. Durasi Pajanan Berdasarkan Konsumsi Air Minum di Kel.

Poboya Kec. Mantikulore Tahun 2013

No Durasi Paparan (Tahun) Frekuensi Persent (%)

1 2 3 3,0

2 3 4 4,0

3 4 4 4,0

4 5 89 89,0

Total 100 100 %

Sumber : Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel di atas bahwa dari 100 responden, durasi

pajanan tertinggi yaitu 5 tahun sebanyak 89 responden. Dan durasi

pajanan terendah yaitu 2 tahun sebanyak 3 responden.

f. Berat Badan

Berat badan merupakan komponen yang ikut menentukan

besarnya intake yang diterima responden dari suatu paparan. Berat

badan responden hasil penelitian ini bervariasi antara 35kg sampai 88

kg. Rata-rata berat badan responden adalah 57,92 kg dengan nilai

Page 128: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

73

median 57,50 kg. Tabel 11 menggambarkan tentang distribusi berat

badan responden.

Tabel 9. Distribusi Berat Badan Responden di Kel. Poboya Tahun

2013.

No Berat Badan (Kg) Frekuensi Persent (%)

1 35 – 43 8 8,0

2 44 – 52 21 21,0

3 53 – 61 36 36,0

4 62 – 70 23 23,0

5 71 – 79 10 10,0

6 80 – 88 2 2,0

Total 100 100 %

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 100 responden,

kelompok berat badan tertinggi yaitu 53 – 61 kg sebanyak 36

responden. Dan kelompok berat badan terendah yaitu 80 – 88 kg

sebanyak 2 responden.

g. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis untuk menggambarkan

masing – masing variabel jenis data numerik. Adapun untuk kebutuhan

penelitian ini, maka analisis univariat yang dibutuhkan adalah nilai rata

– rata (mean), nilai tengah (median), 95% interval kepercayaan (CI),

dan uji normalitas. Untuk sampel yang besar (lebih dari 50)

Page 129: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

74

menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnof sedangkan untuk

sampel yang sedikit (sama dengan atau kurang dari 50) menggunakan

uji Shapiro-Wilk. Bila uji Shapiro-wilkatau Kolmogorov-Smirnov

menunjukkan nilai p < 0,05 menandakan distribusi data tidak normal

maka menggunakan median sebagai nilai tengah, sedangkan bila nilai

p > 0,05 menandakan distribusi data normal maka menggunakan mean

sebagai nilai tengah (Riyanto, 2011).

Dalam penelitian ini variabel yang akan dianalisis adalah waktu

pajanan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, dan berat badan. Waktu

pajanan adalah jumlah jam dalam sehari dimana responden terpapar

oleh risk agent. Gambaran waktu pajanan dalam penelitian ini adalah

jumlah jam dalam sehari responden mengkonsumsi air minum.

Frekuensi pajanan merupakan jumlah hari dalam setahun dimana

responden tinggal atau berada dilokasi penelitian. Gambaran

frekuensi pajanan dalam penelitian ini yaitu jumlah hari dalam setahun

responden mengkonsumsi air minum yang diteliti.

Durasi pajanan merupakan salah satu komponen utama dalam

menghitung intake yang diterima penduduk dari suatu komponen

pencemar. Dalam bahasa sederhananya, durasi pajanan diartikan

sebagai lama waktu tinggal responden dilokasi penelitian. Berat badan

merupakan komponen yang ikut menentukan besarnya intake yang

diterima responden dari suatu paparan. Berat badan responden hasil

penelitian ini bervariasi antara 35kg sampai 88 kg.

Page 130: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

75

Tabel 10 menggambarkan hasil analisis univariat variabel secara

lengkap. Analisis univariat digunakan untuk melanjutkan perhitungan

ke tahapan manajemen risiko, dengan mengurangi konsentrasi, laju

konsumsi serta durasi pajanan biota serta air yang di dapatkan dari

hasil perhitungan manajemen risiko dengan menggunakan nilai

median dan mean.

Tabel 10 Distribusi Statistik Variabel Konsentrasi, Waktu Pajanan,

Frekuensi Pajanan, Durasi Pajanan, Berat Badan di

Kel. Poboya Kec. Mantikulore Tahun 2013

Variabel

Mean

Median

Min

Maks

95% CI SD p-value

Klomogorov

Smirnov

Konsentrasi CN

dalam sumber air

minum (mg/L)

Tidak dilakukan uji distribusi pengukuran air

Waktu pajanan

(jam/hari)

14,45

16,00

8 - 21 14,01

14,89

2,204 0,000

Frekuensi pajanan air

(hari/tahun)

310,70

310,00

234 -365 304,64

316,76

30,543 0,11

Durasi Pajanan

(tahun)

32,85

35,00

2 - 79 29,17

36,53

18,536 0,001

Laju konsumsi air

minum (L/hari)

Tidak dilakukan analisa karena homogen.

Jumlah konsumsi air minum adalah (2L/hari)

Berat badan (kg) 57,92

57,50

35 - 88 55,83

60,01

10,509 0,200

Rata-rata RQ untuk

pajanan 30 tahun

0,478

0,482

0,026

1,93

0,413

0,544

0,331 0,065

Rata-rata RQ untuk

pajanan 70 tahun

0,205

0,206

0,011

0,829

0,177

0,233

0,142 0,065

Page 131: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

76

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata waktu

pajanan adalah 14,45 jam/hari dan nilai median 16 jam/hari. Nilai

minimum 8 jam dan nilai maksimum 21 jam. Hasil uji klomorgov-

smirnov waktu pajanan p value 0,000, yang berarti data tidak

terdistribusi normal. Untuk frekuensi pajanan rata-ratanya adalah

310,70 hari dan nilai median 310 hari. Nilai minimum 234 hari dan nilai

maksimum 365 hari. P value klomorgov-smirnov untuk frekuensi

pajanan 0,11, yang berarti data terdistribusi normal.

Durasi pajanan berdasarkan tabel di atas nilai rata-ratanya 32,85

tahun dan nilai median 35 tahun, dengan nilai minimun 2 tahun dan

maksimum 79 tahun. Durasi pajanan tidak terdistribusi normal, karena p

value klomorgov- smirnov 0,001. Nilai rata-rata berat badan responden

57,92 kg dengan nilai median 57,50 kg. Berat badan minimum 35 kg

dan maksimum 88kg. P value klomorgov-smirnov berat badan

0,200,yang berarti data ini terdistribusi normal.

h. Analisis Risiko

Analisis risiko terdiri atas 2 tahap yaitu analisis tingkat pajanan

atau intake (I) dan analisis tingkat risiko atau Risk Qoutien (RQ).

1) Analisis intake

Analisis tingkat pajanan atau Intake dilakukan untuk mengetahui

besarnya pajanan risk agent merkuri yang diterima responden per

kilogram berat badan setiap harinya.

Page 132: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

77

Perhitungan Intake menggunakan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

Ink: intake (asupan), jumlah risk agent yang diterima responden per

berat badan per hari (mg/kg/hari)

C : konsentrasi risk agent (mg/kg) atau (mg/L)

R : laju (rate) asupan (gr/hari) atau (L/hari)

tE : waktu pajanan

fE : frekuensi pajanan tahunan (hari/tahun)

Dt : durasi pajanan (tahun)

Wb : berat badan (kg)

tavg: periode waktu rata-rata (30 tahun x 365 hari/tahun) untuk efek non

karsinogen dan (70 tahun x 365 hari/tahun) untuk efek

karsinogen

Nilai C didapat dari pemeriksaan laboratorium terhadap konsentrasi

sianida dalam sumber air minum. Nilai R, tE , fE dan Dt, didapat dari hasil

wawancara responden. Nilai Wb didapat dari pengukuran berat badan

responden. Nilai tavg didapat dari standar US-EPA untuk efek risk agent.

Contoh perhitungan untuk intake tiap responden adalah sebagai berikut :

Responden bernama AND dengan nomor responden 004, setiap

hari berada di Kel.Poboya. Memiliki berat badan 60 kg, dan menetap di

lokasi tersebut selama 60 tahun. Setiap hari mengkonsumsi air minum

avgb

tE

tW

DfRxteCInk

Page 133: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

78

sebanyak 2 L. Sumber air minum yang dikonsumsi adalah mata air sagu 1

dengan konsenntrasi sianida sebesar 0,00105mg/l. Maka besarnya intake

sianida untuk pajanan 30 tahun dan 70 tahun adalah sebagai berikut :

a) Intake sianida untuk air minum untuk efek non karsinogenik :

b) Intake sianida untuk air minum untuk efek karsinogen :

Jadi konsesntrasi sianida (CN) oleh responden AND untuk

perhitungan pajanan 30 tahun dari air minum adalah 0,00112 L/kg/hari

dan untuk pajanan 70tahun sebesar 0,000480 L/kg/hari .

2) Tingkat Risiko (RQ)

Setelah diketahui intake, langkah selanjutnya adalah menghitung

tingkat risiko (RQ) sianida terhadap responden tersebut. RQ didapat

dari perbandingan antara intake dan nilai dosis acuan (Rfd), dengan

menggunakan rumus berikut :

Dosis acuan (Rfd) untuk sianida menurut US-EPA sebesar 0,001

mg/kg/hari. Maka perhitungan RQ sianida dari air untuk waktu

pajanan 30 tahun adalah sebagai berikut :

hari950.10kg60

tahun60hari/tahun365162L/harimg/l00105,0

jamxInk

kg/hariL/0,00112Ink

hari550.25kg60

tahun60hun365hari/taxjam16L/hari2mg/L00105,0

Ink

L/kg/hari0,000480Ink

Page 134: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

79

1) RQ untuk air minum :

Responden AND termasuk dalam kelompok berisiko terhadap

efek non karsinogen karena hasil perhitungan RQ nya sebesar 1,12 . Nilai

rata-rata RQ untuk pajanan 30 tahun pada semua responden dapat dilihat

pada lampiran. Sedangkan distribusi RQ sianida (CN) dalam sumber air

minum untuk risiko karsinogen (paparan 70 tahun) dan risiko non

karsinogen (paparan 30 tahun) pada responden dapat dilihat pada gambar

4.1 dan 4.2 di bawah ini.

RfD

InkRQ

RQmg/kg/hari0,001

L/kg/hari0,00112

12,1RQ

Page 135: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

80

Gambar 4.1 Distribusi RQ pajanan sianida (CN) untuk risiko penyakit

karsinogen pada responden di Kel. Poboya Kec.

Mantikulore Tahun 2013

Dari gambar diatas dapat dilihat RQ tertinggi untuk risiko

karsinogen berkisar antara 0,21 – 0,22 sebanyak 31 responden dan RQ

terendah berkisar ≥ 0,56 sebanyak 1responden. Dari gambar diatas dapat

dilihat bahwa semua responden memiliki RQ ≤ 1, sehingga dapat

dikatakan bahwa responden aman untuk efek pajanan karsinogenik

sianida (CN).

28 31 28 7 5

Page 136: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

81

Gambar 4.1 Distribusi RQ pajanan sianida (CN) untuk risiko penyakit

non karsinogen pada responden di Kel. Poboya Kec.

Mantikulore Tahun 2013

Dari gambar diatas dapat dilihat RQ tertinggi untuk risiko non

karsinogen berkisar antara 0,33 – 0,63 sebanyak 43 responden dan RQ

terendah berkisar 1,26 – 2,56 dan ≥ 1,57 sebanyak 1 responden. Dari

gambar diatas dapat dilihat bahwa 96 responden memiliki RQ ≤ 1,

sedangkan 6 responden memiliki RQ ≥ 1. Responden yang memiliki RQ ≤

1 dikategorikan sebagai responden yang aman terhadap efek non

karsinogenik sianida, sedangkan responden yang memiliki RQ ≥ 1

diketegorikan sebagai responden yang berisiko terhadap efek non

karsinogen sianida (CN).

304

43 21

Page 137: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

82

3. Manajemen Risiko

Berdasarkan karakterisasi risiko, dapat dirumuskan pilihan-pilihan

manajemen risiko untuk meminimalkan nilai RQ sehingga sama atau lebih

kecil dari 1. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memanipulasi

(mengubah) nilai faktor-faktor pemajanan yang tercakup dalam

persamaan (1) sedemikian rupa sehigga nilai asupan (Ink) menjadi lebih

kecil atau sama nilainya dengan dosis referensi (Rfd) toksisitasnya.

Terdapat tiga pilihan cara untuk menyamakan nilai Ink dengan Rfd yaitu

menurunkan risk agent( C), mengurangi jumlah konsumsi (R ), atau

mengurangi durasi paparan (Dt). Ini berarti hanya variabel-variabel pada

persamaan (1) tersebut saja yang bisa diubah-ubah atau disesuaikan

nilainya (Rahman, 2007). Berdasarkan hasil perhitungan RQ, nilai RQ ≥1

sebanyak 6 responden.

a. Penurunan konsentrasi Sianida pada Sumber air minum

Penurunan konsentrasi sianida (CN) dalam sumber air minum

pada dasarnya berbeda-beda untuk setiap responden. Hal ini

dipengaruhi oleh pola paparan dan karakteristik antropometri tiap

responden berbeda. Berikut contoh perhitungan penurunan

konsentrasi CN pada sumber air minum yang dikonsumsi oleh

responden dengan berat badan 42kg pada durasi pajanan 70 tahun

dengan frekuensi pajanan 345hari/tahun dan waktu pajanan 19

jam/hari dengan laju konsumsi 2l/hari, dan nilai Rfd =

0,001mg/kg/hari. Rfd = Ink, maka rumusnya menjadi :

Page 138: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

83

Rfd =

0,001 mg/kg/hari = C x 2l/hari x 19jam/harix345hari/tahunx70tahun

42kg x 10.950

C = 0,00049 mg/kg

Konsentrasi sianida 0,00049 adalah konsentrasi yang aman bagi

responden dengan berat badan 42 kg dan mengkonsumsi air minum

sebanyak 2 liter/hari untuk dikonsumsi terus menerus selama 70

tahun dengan frekuensi 345 hari/ tahun selama 19 jam/hari.

Perhitungan ini juga dilakukan kepada responden lain yang memiliki

nilai RQ ≥ 1. Perhitungan selengkapnya mengenai manajemen risiko

pengurangan konsentrasi sianida (CN) pada sumber air minum dapat

dilihat pada lampiran. Tabel 7 memperlihatkan konsentrasi air minum

yang aman dikonsumsi dalam durasi pajanan 30 tahun dan 70 tahun

berdasarkan berat badan.

Tabel 11. Konsentrasi CN dalam air minum yang aman

dikonsumsi responden menurut kelompok berat

badan untuk risiko non karsinogen dan risiko

karsinogen di Kel Poboya Kec. Mantikulore, Tahun

2013

Berat Badan

(Kg)

Konsentrasi sianida (CN)

dalam sumber air minum

risiko non karsinogen

(mg/kg)

Konsentrasi sianida

(CN) dalam sumber air

minum risiko karsinogen

(mg/kg)

Page 139: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

84

35 0,001285 0,000551

44 0,001615 0,000692

53 0,001946 0,000834

62 0,002276 0,000975

71 0,002607 0,001117

80 0,002937 0,001259

Sumber : data primer 2013

Berdasarkan tabel diatas dapt dilihat bahwa semakin berat

badan responden maka batas aman konsentrasi sianida juga

semakin tinggi, namun untuk waktu pajanan sebaliknya, semakin

lama responden terpapar makan batas aman sianida (CN) yang

dikonsumsi semakin kecil.

b. Pengurangan jumlah konsumsi

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk menurunkan atau memanipulasi

nilai intake agar sama dengan Rfd adalah dengan mengurangi jumlah

konsumsi atau dengan kata lain menurunkan laju asupan. Namun cara ini

tidak dapat digunakan untuk pajanan melalui sumber air minum. Mengacu

pada standar air minum yang digunakan US-EPA dalam buku Exposure

Factor Handbook (US-EPA 1997), maka standar konsumsi air minum

setiap orang adalah 2 l/hari.

c. Pengurangan durasi pajanan

Cara ketiga untuk dapat memanipulasi intake sehingga sama dengan

Rfd adalah dengan mengurangi durasi pajanan. Berikut adalah contoh

perhitungan pengurangan durasi pajanan sianida melalui sumber air

Page 140: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

85

minum pada salah satu responden dengan berat badan 42kg dengan laju

konsumsi 2l/hari pada frekuensi pajanan 345hari/tahun dan waktu pajanan

19 jam/hari dengan konsentrasi CN = 0,0009672, dan nilai Rfd =

0,001mg/kg/hari. Rfd = Ink, maka rumusnya menjadi :

Rfd =

0,001 mg/kg/hari = 0,0009672 x 2l/hari x 19jam/hari x 345harix Dt

42kg x 10.950 hari

Dt = 36,16 tahun

Jadi responden tersebut aman mengkonsumsi air minum dengan

konsentrasi sianida 0,0009672 mg/kg dengan berat badan 42 kg

dengan durasi pajanan selama 36,16 tahun dan frekuensi 345

hari/tahun.

Batas aman konsentrasi CN pada dasarnya berbeda-beda untuk

setiap responden. Hal ini dipengaruhi oleh pola paparan dan

karakteristik antropometri tiap responden berbeda. Berikut contoh

perhitungan batas aman konsentrasi CN di sumber air minum pada

responden dengan berat badan 50 kg pada durasi pajanan 30

tahun dengan frekwensi pajanan 350 hari dengan laju asupan 2

l/hari, dan nilai RfC = 0,001 mg/m3. Rfc = Ink, maka rumusnya

menjadi :

4.avgb

tE

tW

DfRCRfC

Page 141: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

86

0,001 mg/m =C x 2 l/hari x 350 hari x 30 tahun

50 Kg x 10950 hari

C = 0,026 mg/l

Konsentrasi CN 0,026 mg/l adalah konsentrasi yang aman bagi

responden dengan berat badan 50 kg, durasi paparan selama 30

tahun dengan frekwensi 350 hari/tahun dan laju asupan 2 mg/l. Tabel

berikut ini memperlihatkan hasil perhitungan konsentrasi CN dalam

sumber air minum yang aman responden dengan frekuensi 310,7

hari/tahun, waktu paparan (t) 16 jam/hari dan laju asupan 2 mg/l

berdasarkan berat badan dan durasi paparan.

Tabel 12 Konsentrasi CN yang aman bagi responden berdasarkan

berat badan dan durasi pajanan di kel.Poboya Kec.

Mantikulore Palu, Tahun 2013.

BBDURASI (TAHUN)

5 10 15 20 25 30 35 40

35 0,007709 0,003855 0,00257 0,001927 0,001542 0,001285 0,001101 0,000964

44 0,009692 0,004846 0,003231 0,002423 0,001938 0,001615 0,001385 0,001211

53 0,011674 0,005837 0,003891 0,002919 0,002335 0,001946 0,001668 0,001459

62 0,013657 0,006828 0,004552 0,003414 0,002731 0,002276 0,001951 0,001707

71 0,015639 0,00782 0,005213 0,00391 0,003128 0,002607 0,002234 0,001955

80 0,017621 0,008811 0,005874 0,004405 0,003524 0,002937 0,002517 0,002203

Sumber : data primer 2013

Berdasarkan tabel 12 di atas menunjukkan bahwa semakin berat

seseorang maka batas aman konsentrasi CN (mg/kg) akan semakin

besar, namun bila didasarkan pada durasi paparan (tahun), semakin

lama seseorang terpapar dengan CN maka batas aman konsentrasi

Page 142: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

87

akan semakin kecil. Batas aman tertinggi yang diperoleh adalah

0,017621 mg/l3 untuk berat badan 80 Kg dan durasi paparan 5 tahun

dan batas aman terendah adalah 0,000964 mg/l untuk berat badan 35

Kg dan durasi paparan 40 tahun.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Poboya Kecamatan

Mantikulore Kota Palu, Sulawesi Tengah. Jumlah responden dalam

penelitian ini sebanyak 100 orang yang terbagi dalam 8 RT. Wawancara

dilakukan untuk mengetahui frekuensi pajanan, waktu pajanan, durasi

pajanan dan karakteristik responden. Selain wawancara dilakukan juga

pengambilan sampel sumber air minum yang digunakan oleh responden

untuk mengatahui konsentrasi sianida (CN) dalam sumber air minum

responden. Dan pengambilan sampel urine untuk pengukuran kadar

sianida (CN) dalam tubuh responden.

Risiko, menurut WHO (2000) adalah suatu konsep matematis yang

mengacu pada kemungkinan terjadinya efek yang tidak diinginkan akibat

pemaparan terhadap suatu polutan. Analisis risiko kesehatan bertujuan

untuk menghitung besarnya probabilitas gangguan kesehatan yang

mungkin terjadi pada penduduk akibat mengkosumsi air yang

mengandung CN yang berada di lingkungan masyarakat di mana

Page 143: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

88

terdapat tempat pengolah emas di Kel.Poboya Kec. Mantikulore Kota

Palu. Analisis risiko dilakukan dengan empat tahapan kajian yaitu

identifikasi bahaya, analisis dosis respon, analisis pemajanan dan

karakterisasi risiko (Rahman, 2007).

Untuk memperoleh nilai tingkat risiko (RQ), langkah pertama yang

dilakukan adalah mengidentifikasi adanya agen risiko yang terdapat di

lingkungan dan penduduk berisiko. Dalam penelitian ini, agen risiko yang

dimaksud adalah CN yang berada di lingkungan masyarakat di Kel.

Poboya Kec.Mantikulore Kota Palu.

Langkah kedua adalah penilaian jalur pajanan CN. Jalur pajanan

merupakan jalur masuknya bahan polutan ke dalam tubuh manusia,

dalam penelitian ini jalur paparan utama CN pada penduduk adalah

melalui saluran oral (konsumsi) air minum,yang dikonsumsi masyarakat di

Kel. Poboya Kec. Mantikulore Kota Palu.

Langkah ketiga adalah analisis pajanan. Pajanan yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah besarnya intake (I) CN dari konsumsi sumber

air minum yang masuk ke dalam tubuh responden selama satu tahun.

Nilai I dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai C, R, Te, fE, Dt, dan Wb diperoleh berdasarkan hasil

wawancara, pengukuran langsung kepada responden dan sampel

penelitian. Sedang nilai tavg adalah periode waktu rata-rata yang diperoleh

avgb

tE

tW

DTexfRCI

Page 144: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

89

dari referensi (US.EPA). Nilai tavg adalah sebesar 30 tahun (untuk efek

nonkarsinogenik) x 365 hari/tahun (10950 hari). Langkah terakhir adalah

pengkajian karakteristik risiko (RQ = risk quotient) intake air minum CN

yang dilakukan dengan membandingkan antara besarnya Intake (I)

dengan nilai RfC (nilai referensi) yang ditetapkan. Untuk menghitung RQ

tersebut dibutuhkan nilai dosis respon CN (RfC, mg/m3).

1. Konsentrasi Sianida (CN) pada Sumber air minum

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian

mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan

sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air

bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan dapat diminum apabila dimasak.

Sumber-sumber air yang ada dapat dimanfaatkan untuk

keperluan air minum adalah (Budi D. Sinulingga, Pembangunan Kota

Tinjauan Regional dan Lokal, 1999) :

a. Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan

mengalami pencemaran sehingga tidak memenuhi syarat apabila

langsung diminum.

Page 145: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

90

b. Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai, danau

yang tidak dapat diminum sebelum melalui pengolahan karena

mudah tercemar.

c. Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur dangkal

dan air sumur dalam. Air sumur dangkal dianggap belum memenuhi

syarat untuk diminum karena mudah tercemar. Sumber air tanah ini

dapat dengan mudah dijumpai seperti yang terdapat pada sumur

gali penduduk, sebagai hasil budidaya manusia. Keterdapatan

sumber air tanah ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

seperti topografi, batuan, dan curah hujan yang jatuh di permukaan

tanah. Kedudukan muka air tanah mengikuti bentuk topografi, muka

air tanah akan dalam di daerah yang bertopografi tinggi dan

dangkal di daerah yang bertopografi rendah. Di lain pihak sumur

dalam yang sudah mengalami perjalanan panjang adalah air yang

jauh lebih murni, dan pada umumnya dapat langsung diminum,

namun memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan

kualitasnya. Keburukan dari pemakaian sumur dalam ini adalah

apabila diambil terlalu banyak akan menimbulkan intrusi air asin

dan air laut yang membuat sumber air jadi asin, biasanya daerah-

daerah sekitar pantai.

d. Mata air (spring water). Sumber air untuk penyediaan air minum

berdasarkan kualitasnya dapat dibedakan atas :

a) Sumber yang bebas dari pengotoran (pollution).

Page 146: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

91

b) Sumber yang mengalami pemurniaan alamiah (natural

purification).

c) Sumber yang mendapatkan proteksi dengan pengolahan

buatan (artificial treatment).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Poboya,

Kecamatan Mantikulore, Sulawesi Tengah, sumber air yang

digunakan oleh masyarakat berupa mata, sumur gali, dan air sungai

dan berdasarkan hasil observasi, ketiga sumber air tersebut telah

memenuhi syarat fisik air bersih.

Pengukuran kandungan sianida dalam sumber air dilakukan

dengan mengunakan alat AAS AA 7000 di Laboratorium Kesehatan

Masyarakat dan hasil yang diperoleh yaitu dari delapan titik

pengambilan sampel air menunjukkan kandungan sianida (CN)

semua sampel sumber air masih berada dalam batas normal ( ≤

0,07mg/l) dapat dilihat pada lampiran. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Silvanus maxwel tentang analisis

kandungan sianida (CN) di perairan Teluk Kao yang hasilnya

kadarnya masih dibawah batas normal.

Hal tersbut dimungkinkan karena sianida yang berada di air

permukaan akan membentuk HCN dan kemudian akan terevaporasi.

Meskipun demikian, jumlahnya tetap tidak mencukupi untuk

memberikan pengaruh negative terhadap manusia. Beberapa dari

sianida di air tersebut akan diuraikan menjadi bahan yang tidak

berbahaya oleh mikroorganisme atau akan membentuk senyawa

Page 147: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

92

kompleks dengan berbagai logam. Waktu paruh sianida dalam

perairan belum diketahui dengan pasti..

Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Bobby J. (2009) yang melakukan penelitian di DAS

Buyat Minahasa, mendapatkan hasil pemeriksaan sianida (CN)

0,088mg/l – 0,144mg/l yang telah melebihi standar baku mutu. Hal ini

dapat disebabkan karena perbedaan lama pajanan, pencemaran di

DAS Buyat Minahasa disebabkan oleh proses pertambangan yang

telah beroperasi lebih lama dibandingkan dengan pertambangan

yang dilakukan masyarakat di Kel,Poboya yang baru berjalan

selama 5 tahun.

Sianida yang berada di tanah juga dapat mengalami proses

evaporasi dan penguraian oleh mikroorganisme. Sekarang ini,

bahkan telah dideteksi sianida di air tanah di bawah beberapa landfill

dan tempat pembuangan limbah industri. Ditemukan pula sianida

dalam konsentrasi tinggi di dalam lindi di landfill atau di dalam

buangan limbah industri, konsentrasi tinggi ini menjadi racun bagi

mikroorganisme tanah. Dikarenakan tidak ada lagi mikroorganisme

tanah yang dapat menguraikannya, sianida dapat memasuki air

tanah di bawahnya.

Sianida memasuki udara, air, dan tanah baik dengan proses

alami maupun karena proses industri. Keberadaan sianida di udara

jauh di bawah ambang batas yang dapat berbahaya. Sianida di

udara berbentuk partikel kecil yang halus. Adanya hujan atau salju

Page 148: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

93

mengurangi jumlah partikel sianida di dalam udara, namun tidak

begitu dengan gas HCN. Waktu paruhnya untuh menghilang dari

udara adalah 1-3 tahun.

2. Konsentrasi Sianida Dalam Urine

Seseorang dapat terkontaminasi sianida melalui makanan,

rokok dan sumber lainnya. Makan dan minum dari makanan yang

mengandung sianida dapat mengganggu kesehatan. Setelah

terpapar, sianida langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Jika

sianida yang masuk ke dalam tubuh masih dalam jumlah yang kecil

maka sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan

diekskresikan melalui urin. Selain itu, sianida akan berikatan dengan

vitamin B12. Tetapi bila jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh

dalam dosis yang besar, tubuh tidak akan mampu untuk mengubah

sianida menjadi tiosianat maupun mengikatnya dengan vitamin B12.

Setelah sianida diserap oleh tubuh, akan segara didistribusikan

oleh darah ke seluruh tubuh. Pada tubuh seorang pria yang

meninggal paparan inhalasi hydrogen sianida, konsentrasi sianida

dalam tubuhnya yaitu 0,75mg/100g di paru-paru, 0,42mg/100g di

jantung, 0,41mg/100g di darah, 0,33mg/100g diginjal, dan 0,32

mg/100g di otak. Dalam satu kasus kematian akibat paparan oral

sianida, diperkirakan bahwa 30 mg hidrogen sianida telah tertelan

dan bahwa 3 jam telah berlalu sebelum kematian (Gettler dan Baine

1938). Dalam kasus lain,tingkat sianida jaringan dari seorang pria

Page 149: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

94

yang meninggal akibat menghirup hidrogen sianida dilaporkan

sebagai 0,5 mgper 100 mL darah dan 0,11mg/100g pada ginjal,

0,07mg/100g pada otak, dan 0,03 mg/100 g pada hati. Tingkat

sianida dalam urin dilaporkan 0,2 mg/100 mL, dan 0,03 mg/100 g

dalam lambung (Finck 1969). Setelah pajanan kronis 0,19-0,75 ppm

hidrogen sianida, 56,0 dan 18,3 mg CN-/100 mL ditemukan dalam

darah perokok dan bukan perokok, masing-masing

(Chandra et al. 1980). Tingkat sianida dalam kelompok kontrol

adalah 4,8 mg / mL untuk perokok dan 3,2 mg / mL. (ATSDR,2006)

Dalam penelitian ini konsentrasi sianida dalam urine belum ada

yang melebihi ambang batas. Hal ini bisa disebabkan karena sumber

sianida dalam penelitian ini adalah yang terdapat di air minum, dan

kadar sianida dalam air minum belum ada yang melebihi nilai

ambang batas. Sianida akan lebih cepat masuk kedalam tubuh

melalui pernafasan dan makanan. tingkat tiosianat metabolit sianida

dalam serum darah dan urin plasma telah digunakan sebagai

indikator paparan sianida yang tinggi pada manusia. Namun, pada

tingkat paparan rendah. Hubungan antara paparan dan konsentrasi

tiosianat urin menunjukkan variasi antar dan intraindividual luas

karena berbagai faktor. Oleh karena itu, pengukuran kadar sianida

dan / atau thiocyanite dalam darah dan urin tidak dapat diandalkan

sebagai biomarker pada paparan sianida konsentrasi rendah.

3. Durasi pajanan

Page 150: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

95

Durasi pajanan diartikan sebagai lama tinggal responden di

lokasi penelitian dalam hitungan tahun. Dari hasil analisis univariat,

diperoleh nilai P untuk durasi pajanan adalah 0,001 yang berarti

distribusi data tidak normal. Rata-rata (median) durasi pajanan

responden adalah 35 tahun.

Dari hasil perhitungan RQ diketahui, responden dengan nilai

durasi pajanan besar mempunyai nilai RQ yang lebih tinggi dari pada

responden dengan nilai durasi pajanan yang kecil. Dengan kata lain,

semakin lama responden tinggal dilokasi tersebut, semakin besar

tingkat risiko kesehatan yang akan dialaminya. Ke-enam responden

yang memiliki RQ ≥ 1 durasi pajanannya ≥ 5 tahun.

Penelitian Siprianus (2011) membandingkan nilai RQ pajanan 30

tahun pada responden asal desa Nyiur Hijau dengan rata-rata durasi

pajanan 6 tahun mempunyai rata-rata nilai RQ 0,2113, responden

dari desa Mamungga dengan rata-rata durasi pajanan 27,36 tahun

mempunyai rata-rata RQ 1,0138, serta responden dari desa

Kaidundu dengan rata-rata durasi pajanan 37,45 tahun mempunyai

rata-rata nilai RQ 1,5429. Namun secara keseluruhan, nilai RQ

responden juga sangat dipengaruhi oleh berat badan, laju konsumsi

dan frekuensi pajanan responden.

Penelitian Hartono pada masyarakat teluk Buyat dan Ratatotok

menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan (p =0,028) antara

lama tinggal (durasi pajanan) dengan nilai RQ responden dan

Page 151: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

96

mempunyai pola hubungan yang positif. Hal ini juga berarti semakin

lama responden tinggal di lokasi penelitian tersebut, semakin tinggi

pula tingkat risiko kesehatan yang akan dialami responden tersebut

(Hartono, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Novianti (2011) pada

masyarakat di sekitar sungai Pangkajene, menyatakan semakin lama

durasi pajanan responden, maka RQ juga semakin tinggi.

Responden dengan durasi pajanan 60 tahun menghasilkan RQ yaitu

5,332, sedangkan pada responden dengan durasi pajanan 40 tahun

menghasilkan RQ yaitu 0,976

4. Tingkat risiko

Tingkat risiko (RQ) merupakan karakterisasi risiko yang mungkin

dialami responden sebagai akibat dari mengkonsumsi air minum

yang mengandung sianida. RQ pada penelitian ini secara umum

disatukan menjadi RQ rata-rata yaitu RQ Biota dan RQ air untuk efek

non karsinogen (pajanan 30 tahun) dan RQ rata-rata yaitu RQ Biota

dan RQ air untuk efek karsinogen (pajanan 70 tahun). Responden

dengan RQ ≤ 1 dikategorikan dalam kelompok yang aman dari efek

pajanan, sedangkan responden dengan RQ > 1 dikategorikan dalam

kelompok yang berisiko terhadap efek dari pajajan (US-EPA, 1997).

Rata-rata nilai RQ untuk pajanan 30 tahun pada seluruh

responden adalah 0,478 dengan nilai median 0,482. Nilai RQ

pajanan 30 tahun terendah adalah 0,026 dan tertinggi 1,93. Dari

Page 152: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

97

analisa diketahui sebanyak 94 responden (94%) mempunyai nilai RQ

≤ 1. Sedangkan 6 responden lainnya (6%) mempunyai nilai RQ > 1.

Dengan demikian, 94 responden dinyatakan aman dan 6 responden

lainnya dinyatakan berisiko terhadap efek non karsinogen dari

pajanan sianida di Kel. Poboya Kec. Mantikulore Palu, Sulawesi

Tengah.

Rata-rata nilai RQ untuk pajanan 70 tahun pada seluruh

responden adalah 0,205 dengan nilai median 0,206. Nilai RQ

pajanan 70 tahun terendah adalah 0,011 dan tertinggi adalah 0,829.

Dari analisa diketahui sebanyak 100 responden (100%) mempunyai

nilai RQ ≤ 1. Hal ini dimungkinkan terjadi karena konsentrasi sianida

(CN) dalam sumber air minum belum ada yang melebihi batas

normal yang ditetapkan. Dengan demikian, 100 responden

dinyatakan aman dari efek karsinogen dari pajanan sianida di Kel.

Poboya Kec. Mantikulore Palu, Sulawesi Tengah.

5. Manajemen risiko

Manajemen risiko untuk pengendalian nilai RQ pada dasarnya

dilakukan dengan cara menyamakan nilai intake dengan Rfd

(Rahman, 2007). Pengendalian terhadap nilai RQ dalam penelitian

ini dilakukan dengan 3 cara yaitu menurunkan konsentrasi sianida

(CN) dalam air minum, dan membatasi durasi pajanan dengan air

minum.

Page 153: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

98

Dari manajemen risiko diketahui bahwa, konsentrasi sianida

(CN) yang disarankan 0,00049 untuk responden yang memiliki nilai

RQ 1, 93 dengan berat badan 42 kg dan 0,0009385 untuk responden

yang memiliki berat badan 63 kg dengan nilai RQ 1,12.

Dari manajemen risiko diketahui bahwa, durasi pajanan yang

diperbolehkan untuk efek non karsinogenik sianida (CN) pada

sumber air minum adalah 36,16 tahun untuk orang dengan berat

badan 42 kg dan 64,04 tahun untuk berat badan 63 kg.

Dari manajemen risiko diketahui bahwa semakin besar berat badan

seseorang maka semakin besar pula konsentrasi sianida (CN) yang

diperbolehkan. Namun semakin lama responden berada di lokasi maka

konsentrasi sianida (CN) yang diperbolehkan semakin sedikit.

Berdasarkan hasil perhitungan hanya 6 responden memiliki RQ ≥1 dan

kadar sianida (CN) dalam sumber air minum masih di bawah ambang

batas.

6. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat

mengurangi kesempurnaan penelitian. Keterbatasan dalam

penelitian ini antara lain :

a. Data hasil pengukuran konsentrasi sianida (CN) dalam sumber air

minum hanya sekali pengukuran, sehingga data yang peroleh

kurang mewakili konsentrasi sianida (CN) dalam air minum yang

dikonsumsi oleh penduduk.

Page 154: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

99

b. Dalam menghitung asupan sianida (intake), data yang dipakai

hanya asupan dari sumber air minum oleh responden, tanpa

memperhitungkan faktor lainnya yang mungkin berpengaruh seperti

udara yang dihirup, faktor merokok, makanan dan lain-lain.

c. Informasi yang didapat dari hasil wawancara seperti, frekwensi

pajanan (fE), waktu pajanan (tE) , lama tinggal (Dt) dan laju asupan

atau jumlah konsumsi (R) untuk melengkapi data penelitian secara

akurat cukup sulit diperoleh karena kesulitan responden dalam

mengingat kembali aktifitasnya selama tinggal di lokasi penelitian.

d. Tidak ditelusurinya aktifitas responden di luar lokasi penelitian,

yang dapat mempengaruhi konsentrasi sianida (CN) dalam darah

dan urine responden, seperti makanan, air minum, kontak kulit dan

sebagainya.

Berdasarkan keterbatasan penelitian ini maka diharapkan

peneliti selanjutnya dapat menggunakannya sebagai dasar untuk

penelitian lanjutan.

Page 155: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

100

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat

dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Konsentrasi sianida (CN) pada sumber air minum di Kel. Poboya

tertinggi terdapat di mata air sagu 1dengan kadar sianida (CN)

0,0010504 dan kadar sianida (CN) terendah terdapat di bak

penampungan 3 dengan kadar sianida (CN) 0,0007524 adalah

0,03366 mg/L. Nilai ini masih berada di bawah batas normal

berdasarkan ketetapan Kep Menkes No.492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu

tidak boleh melebihi 0,07 mg/l..

2. Laju konsumsi air minum berdasarkan US-EPA 2l/hari, sehingga tidak

dilakukan manajemen risiko pengurangan laju asupan.

3. Rata-rata waktu pajanan responden 14,45 jam/hari dengan niai

median 16 jam/hari. Waktu maksimum pajanan sianida (CN) 21 jam

perhari dan minimum 8 jam/hari

4. Rata-rata durasi pajanan responden 32,85 tahun dengan nilai median

35 tahun. Durasi pajanan maksimum 78 tahun dan minimum 2 tahun

5. Rata-rata RQ pajanan 30 tahun yaitu 0,478 dengan nilai median 0,482

dengan jumlah responden berisiko terhadap efek non karsinogenik

adalah 6 orang. Sedangkan rata-rata RQ pajanan 70 tahun adalah

0,205 dengan nilai median 0,206, dan tidak ada responden yang

berisiko terhadap efek karsinogen pajanan sianida (CN).

Page 156: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

101

6. Manajemen pengurangan yang dapat dilakukan adalah menurunkan

konsentrasi arsen pada biota dan membatasi durasi pajanan.

B. Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi responden yang nilai RQ > 1 agar membatasi jumlah dan

frekuensi konsumsi air minum yang berasal dari sumber air minum

di Kel. Poboya sehingga risiko non karsinogenik pajanan sianida

(CN) terhadap kesehatannya dapat dikurangi.

2. Melakukan pemantauan secara rutin terhadap konsentrasi sianida

(CN) pada sumber air minum yang dikonsumsi masyarakat.

3. Pihak pertambangan di sekitar Kel. Poboya agar lebih melakukan

proses pengolahan limbah sianida (CN) sebelum dibuang ke

lingkungan.

Page 157: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

102

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Tambang Emas di Indonesia

http://green.kompasiana.com/limbah/2010.( Diakses pada tanggal

22 Januari 2013).

Anonim, 2009. Air Diduga Tercemar Sianida.

http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist. diakses tanggal 1 Maret

2013.

Anonim, 2008. Pertambangan dan Kesehatan. Hesperian.org/wp-content/.Diakses tanggal 20 Februari 2013.

Anonim. 2011. Pencemaran Air Oleh Sianida. Kimlingiwill.blogspot.com.

diakses tanggal 12 Maret 2013.

Anonim, 2010. Penggunaan Sianida Dalam Pertambangan Emas. Mineral

Tambang.com diakses tanggal 3 Maret 2013.

Anonim, 2010. Penggunaan Sianida Dalam Pertambangan Emas.

MineralTambang.com. Diakses tanggal 3 Maret 2013.

Andesta dan Sinta Meilena. 2009. analisis lingkungan tambang emas

rakyat paboya. Fakultas pertanian Universitas Bengkulu.

Antari Welly. 2010. Kelurahan Paboya, Palu. http://wellyluh.blogspot.com.

diakses tanggal 20 Februari 2013.

ACGIH. 2001. Threshold Limit Values For Chemical Subtances and

Physical Agents and Biological Exposure Indices. Cincinnati :

kemper Medow Drive

Page 158: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

103

ATSDR, 2006, Toxicological Profile For Cyanide.

http://www.atsdr.cdc.gov/hac/PHAMANUAL/toc.html. diakses 3 Maret

2013.

ATSDR (2005), Public Health Assessment Guidance Manual. Atalanta, US

Department of Health and Human Services (Online)

http://www.atsdr.cdc.gov/HAC/PHAManual/ [Diakses 12 Maret 2013]

Badan Lingkungan Hidup Kota Palu. 2011. Inventarisasi dan Indentifikasi

Kerusakan Pencemaran Lingkungan Akibat Penambangan Emas

Di Poboya Kota Palu, Sulawesi Tengah

Baskin SI, Brewer TG. Cyanide Poisoning. Chapter. Pharmacology

Division. Army Medical Research Institute of Chemical Defense,

Aberdeen Proving Ground, Maryland. USA. Available from:

www.bordeninstitute.army.mil/cwbw/ch.pdf. diakses 3 Maret 2013.

Bachriul.Putriawan. 2012. Tambang Emas Paboya.

www.regionaltimur.com. Diakses tanggal 20 Februari 2013.

Chandra, B, 2008, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Buku

Kesehatan EGC : Jakarta.

Daud, Anwar. 2010. Analisis Kualitas Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit

Ombak.

Dullah, Arif. 2011. Analisis Risiko Paparan Kadmium (Cd) Pada

Penduduk Kelurahan Tallo Makassar. Thesis Peminatan

Kesehatan Lingkungan Program Pascasarjana UNHAS Makassar

Elisa, Margareth, 2009. Analisis Kadar Total Suspended Solid (TSS)Amoniak, Sianida, dan Sulfida Pada Limbah Cair

Page 159: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

104

BAPEDALDASU. Fak.Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Sumatera Utara, Medan.

Habibi. 2011. Analisis Kelayakan Debit Andalan Sungai Paboya Untuk

Suplai Air Bersih Palu Timur. Universitas Tadulako, Palu.

Hamran, Mahidin. 2011. Dinegara Lain Sianida Banyak Dilarang.

www.jatam.org, di unduh 3 Maret 2013

Harry Wahyudi Utama. 2006. Keracunan Sianida. Klikharry. Com, diakses

tanggal 3 Maret 2013.

Maxwel, Silvanus. 2010. Analisis Kandungan Merkuri (Hg) dan Sianida(CN) pada Beberapa Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di TelukKao ,Halmahera Utara. Institute Pertanian Bogor.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. No 492 tahun 2010 tentang Syarat-syarat Air Minum.

Polii.J.Bobby. 2002. PENDUGAAN KANDUNGAN MERKURI DANSIANIDA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BUYATMINAHASA. EKOTON Vol. 2, No. 1: 31-37.

Pramana, Ferry. 2010. Sejarah Tambang Emas Paboya, Palu SulawesiTengah. http://fherrypramana01.blogspot.com. Diakses tanggal 20Februari 2013.

Rahman, Abdur. 2007. Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan

(Program Intensif Tingkat Dasar). Depok: FKM UI.

Riyanto, Agus. 2010. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan.Yogyakarta. Mulia Medika.

SNI (Standar Nasional Indonesia). 2002. Prosedur Pemeriksaan KadarSianida Pada Air Sungai. Badan Standarisasi Nasional ICS-09-2601.

Syarif, Fauzia. 2009. Serapan Sianida (CN) Pada Mikania cordata (Burm.f)

B.L. Robinson, Centrosema pubescens Bth DAN Leersia

hexandra Swartz Yang Ditanam Pada Media Limbah

Page 160: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

105

Terkontaminasi CN. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol.10 hal 1.

Jakarta.

Novianti, Sri. 2012. Risiko Paparan Arsen Pada Masyarakat Sekitar

Sungai Pangkajene Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep.

Thesis Peminatan Kesehatan Lingkungan Program Pascasarjana

UNHAS Makassar.

Widhiyatna, Denni, Pendataan Penyeberan Merkuri Akibat Usaha

Pertambangan Emas di Daerah Tasikmalaya, Provinsi Jawa

Barat http://psdg.bgl.esdm.go.id/Konservasi.tasikmalaya. diakses

20 Februari 2013.

Wijayanti, Anita. 2011. Metode Penambangan Emas.

http://anitawijayanti86.blogspot.com. Di akses tanggal 20 Februari

2013.

WHO. 2004. Hydrogen Cyanide and Cyanides : Human Health Aspects.

Geneva : Conicies International Chemical Assesment.

WHO, 2006, Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan

Lingkungan (Hazardous Chemicals and Environmental Health),

Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 161: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

106

Page 162: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

107

PETA LOKASI PENELITIAN KELURAHAN POBOYA KOTA PALU SULAWESI

TENGAH

Page 163: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

108

Page 164: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

KUESIONER

ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN)

PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN POBOYA

KECAMATAN MANTIKULORE, SULAWESI TENGAH

A. PENGENALAN TEMPAT (PT)

PT1 Kecamatan …………………………………………….

PT2 Kelurahan ……………………………………………..

PT3 RW ……………………………………………..

PT4 RT ……………………………………………..

II. KETERANGAN PENCACAHAN (KP)

Pewawancara (a) Supervisor (b) Editor MD (c)

KP1 Nama ………………………….. ………………………….. …………………………..

KP2 Tgl/ Bln/ Thn / / / / / /

KP3 Tandatangan

PETUNJUK PENGISIAN :

1. Lingkari kode jawaban jika kode jawaban berupa angka

2. Pindahkan kode jawaban yang dilingkari jika pada kolom jawaban disediakan kotak

3. Jika satu pertanyaan terdiri dari beberapa bagian, lingkari kode jawaban dari tiap bagian tsb & isikan pada kotak yang disediakan

4. Tulislah jawaban yang diminta jika terdapat perintah sebutkan atau catatlah

5. Jika jawaban bukan berupa pilihan maka isilah kotak atau (…………………..) yang disediakan

III. DATA KARAKTERISTIK (DK)

DK1 NomorurutResponden

DK2 Namaresponden ……………………………………………………(…………………namapanggilan)

DK3 Umur ............................... tahun

DK4 Status dalam keluarga 1.Kepala keluarga 2. Istri 3.anak4. Ibu/ayah 5. Mertua

6..Sepupu 7. Keluarga 8. Lainnya ………………………..

DK5 Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan

DK6 Agama 1. Islam 2. KristenProtestan 3.Katolik4. Budha5. Hindu

6. Lainnya…………………

Page 165: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

DK7 Suku 1. Gorontalo 2. Minahasa 3.Bugis4. Makassar 6. Jawa 7. Bolmon

9. Lainnya…………………

DK8 Status perkawinan 1. Kawin 2. Belum 3. Duda/Janda

DK9 Pendidikan responden :1. Tidak sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. PerguruanTinggi

DK10 Pekerjaan responden : 1. PNS 2. TNI/ Polisi 3. Swasta 4. Wiraswasta 5. Pedagang

6. Nelayan 7. Petani 8. Pedulang Emas/Penambang9. Tukang Emas 10. Bengkel

11. Peternakan 12. Lainnya…………………………

DK11 Alamat ................................................................................................................

RT / RW : /

DK12 No Telepon/HP

DK13 Jumlah anggota kelurga dalam rumah ..........................................

Page 166: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

IV.ANALISIS PAJANAN (AP)

AP1 Berapa lama anda tinggal di daerah ini (Dt)? .................................. tahun

AP2 Dalamkeseharian (kebiasaansetiaphari ) berapa lama andabiasadiluarrumah (tE)

(Sepertipergikepasar, berkebunataumenganataranaksekolahdsb) ? …………... jam

AP3 Dalam setiap tahun apakah anda meninngalkan tempat pemukimanan dan kedaerah lain

(seperti pergi berlibur, Pulang kampung, kerumah org tua, dsb)

1. Ya2. Tidak(lanjut ke AP5)

AP4 Jika ya biasanya waktu yang anda gunakan berapa hari ( fE) ? ……………….. hari

AP5 Selain pekerjaan yang utama (pada DK10) apakah anda juga bekerja sebagai penambang?

1. Ya2. Tidak(lanjut ke AP8)

AP6 Jika ya berapa lama anda bekerja sebagai penambang ?........................ tahun

AP7 Dalam satu hari berapa lama anda biasa berada di daeah pertambanga tersebut ………….

……….. Jam

AP8 Dalam 10 tahun terakhir, Apakah anda pernah bekerja ditempat lain sebelum bekerja

sebagai pekerjaan utama atau penambang ditempat ini? 1. Ya 2. Tidak (lanjut ke AP12)

AP9 Jika Ya, Apakah Jenis pekerjaan tersebut ……………………………………..

AP10 Dimana Lokasi pekerjan saudara?.............................................................

AP11 Berap lama anda menekuninya pekerjaanan saudara tersebu? ………………………tahun

AP12 Dalam 10 tahun terakhir, apakah anda pernah tinggal di tempat lain diluar wilayah

Kelurahan Poboya ? 1. Ya 2. Tidak(lanjut ke SP1)

AP13 Jikaya berapa lama anda tinngal di daerah tersebut ?........................ tahun

AP14 Dimana Lokasi tinggal saudara tersebut?.............................................................

V. SUMBER PAJANAN (SP)

SP1 Sumber air minum yang digunakan : 1. Sumur gali 2. Sumur bor 3. Sungai

4. Mata air 5. PDAM 6. Air hujan 7. Air isi ulang (dibeli dimana : .............................)

SP2 Apakah air minum yang digunakan telah memenuhi syarat secara fisik? (observasi)

a. Keruh :1. Ya 2. Tidak

b. Berwarna : 1. Ya 2. Tidak

c. Berbau : 1.Ya 2. Tidak

d. Berasa : 1. Ya 2. Tidak

SP3 Jika menggunakan sumur, berapa kedalaman sumur? ……………….. m

SP4 Jika menggunakan sumur, apakah dinding sumur kedap air? 1. Ya 2. Tidak

Page 167: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

SP5 Sumber air mandi yang digunakan : 1. Sumur gali 2. Sumur bor 3. Sungai

4. Mata air 5. PDAM 6. Air hujan

SP6 Apakah anda sering mandi ke sungai dan laut? 1. Ya 2. Tidak (lanjut SP5)

SP7 Jika Ya, berapa lama waktu setiap kali anda mandi ke sungai dan laut? ................ menit

SP8 Berapa kali anda mandi dalam sehari?1. 1 kali 2. 2 kali 3. 3 kali

SP9 Kalau mandi apakah selalu menggunakan sabun? 1. Ya 2. Tidak

SP10 Jika anda bekerja juga sebagai penambang (AP5) dari mana sumber air minum anda

dapat ? 1. Sumur gali daerah tersbut 2. Sumur bor daearh tersebut 3. Sungai

4. Mata air 5. PDAM 6. Air hujan 7. Air isi ulang (dibeli dimana : .............................)

8. membawa dari rumah

VI. GANGUAN KESEHATAN DAN GEJALA PENYAKIT (GK)

GK1

A. GANGGUAN PADA KULIT :

Dalam 5 tahun terakhir, Apakah anda mengalami gangguan pada kulit yang disebutkan di bawah ini?

No Jenis Gangguan Kulit Ya Tdk Lama waktu Lokasi pada tubuh

1. Gatal-gatal

2. Kemerah-merahan

3. Bintil-bintil tanpa cairan

4. Bintil-bintil dengan cairan

5. Bentol-bentol

6. Luka berair

7. Luka bernanah

8. Benjol-benjol

9. Kulit bersisik

GK2 Gangguan sakit kulit lainnya, sebutkan : .........................................................................................................

……………………………………………………………………………………………………….............................

……………………………………………………………………………………………………….............................

Page 168: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

GK3

B. GANGGUAN PENCERNAAN

Dalam 2 minggu terakhir, Apakah anda mengalami gangguan pencernaan yang disebutkan dibawah ini?

No Jenis Gangguan Pencernaan Ya Tdk Lama waktu

1. Terdapat luka pada rongga mulut

2. Terasa logam di mulut

3. Mual / muntah

4. Mulas / sakit perut

5. Diare / mencret

GK4 Jika ada gangguan perncernaan lainnya, sebutkan : …………………………………………............................

……………………………………………………………………………………………………….............................

.........................................................................................................................................................................

GK5 C. GANGGUAN PADA SARAF :

Dalam 10 tahun terakhir, Apakah anda mengalami gangguan syaraf seperti yang disebutkan dibawah ini?

No Jenis Gangguan Syaraf Ya Tdk Lama waktu

1. Tremor / gemetar pada anggota tubuh

2. Gangguan lapangan penglihatan

3. Mati rasa/ rasa kebas pada anggota gerak bawah jika disentuh

4. Kaku pada rahang waktu bicara

5. Nyeri pada otot atau sendi

6. Gangguan pada gerakan anggota tubuh

7. Gangguan pendengaran

GK6

D. GANGGUAN PERNAPASAN, KARDIOVASKULER DAN KEJIWAAN :

Dalam 10 tahun terakhir, Apakah anda mengalami gangguan – gangguan yang disebutkan di bawah ini?

No Jenis Gangguan Ya Tdk Lama waktu

1. Sesak napas

1. Jantung berdebar-debar

2. Tekanan darah tinggi

3. Didiagnosa dokter menderita penyakit jantung

4 Susah tidur

VIII. KEBIASAAN MEROKOK (KM)

Page 169: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

KM1 Apakah anda merokok dalam sebulan terakhir ? 1. Ya, setiap hari 2.Kadang-kadang

3. Tidak tapi sebelumya pernah merokok tiap hari, 4. Tidak, tapi sebelumnya pernah

merokok kadang-kadang 5. Tidak pernah sama sekali

KM2 Berapa umur anda saat pertama kali merokok ? ….. tahun

KM3 Berapa umur anda ketika pertama kali merokok setiap hari ? …. Tahun

KM4 Berapa batang rokok yang anda hisap perhari/per minggu ? ………

KM5 Sudah berapa lama anda merokok? ……

KM6 Sebutkan jenis rokok yang biasa anda hisap ? 1. Kretek 2. Rokok putih 3. Rokok linting

4. Cangklong/cerutu

KM7 Dimana biasanya anda merokok?

1. Di dalam ruangan/gedung

2. Di luar ruangan/gedung

IX. ANTROPOMETRI

SG1 Lakukan pengukuran Tinggi Badan........................ cm

SG2 Lakukan pengukuran Berat Badan..................... kg

X. FORM PENGAMBILAN SAMPEL BIOMARKER DAN LINGKUNGAN (SLB)

SBL1 Lakukan pengambilan urine 1. Ya 2. Tidak

SBL2 No. sampel urine…………………...........

SBL3 Lakukan pengambilan sampel air minum 1. Ya 2. Tidak

SBL4 Sumber air minum yang diambil :1. Sumur gali 2. Sumur bor

3. Sungai 4. Mata air 5. PDAM 6. Air hujan 7. Air isi ulang

SBL5 No. sampel air minum ………………….......

SBL6 pH air

SBL 7 Suhu

SBL 8 Kelembaban

SBL 9 Arah Angin

SBL 10 Titik Koordinat sampel air

SBL 11 Kecepatan Angin

SBL 12 Jarak Tempat Tinggal dengan Tailing terdekat

Page 170: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Palu, ……………….. 2013

Pewawancara,

SBL 13 Jarak Sumber Air Minum dengan Tailing Terdekat

Page 171: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN SETELAH

MENDAPAT PENJELASAN

Saya yang bertandatangandibawahini :

Nama : ...............................................................

Umur : ...............................................................

Alamat : ..............................................................

Setelah mendengar/membaca dan mengerti penjelasan (Telah memahami Naskah

Penjelasan Untuk Responden) yang diberikan oleh....................................... baik mengenai

tujuan, manfaat apa yang akan diperoleh pada penelitian ini, serta risiko yang mungkin

terjadi, maka dengan ini saya menyatakan setuju untuk ikut dalam penelitian ini secara

sukarela tanpa paksaan.

Saya mengerti bahwa pengambilan darah dan rambut dapat menimbulkan

ketidaknyamanan, namun saya percaya hal ini dapat diminimalkan dengan tata cara yang

benar dan dilakukan oleh petugas yang terlatih.

Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya ini bersifat sukarela tanpa paksaan, sehingga saya

bias menolak ikut atau mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa risiko apapun. Juga saya

berhak bertanya atau meminta penjelasan bila masih ada hal yang belum jelas atau masih

ada hal yang ingin saya ketahui tentang penelitian ini.

Saya juga mengerti bahwa semua biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pemeriksaan

darah dan rambut dalam penelitian ini, dan kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak

diinginkan, menjadi beban peneliti. Apabila terjadi perselisihan akan diselesaikan secara

musyawarah untuk mencapai mufakat.

Provinsi, ......................... 2011

Page 172: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

(..............................................)

NAMA SAKSI TANDA TANGAN TANGAL DI TTD

Saksi 1:………………………….

Saksi2:………………………….

Page 173: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

HASIL OLAH DATA SPSS

DISTRIBUSI FREKUENSI

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid L 65 65.0 65.0 65.0

P 35 35.0 35.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

kelompok umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 17-25 7 5,1 7,0 7,0

26-35 25 18,4 25,0 32,0

36-45 31 22,8 31,0 63,0

46-55 26 19,1 26,0 89,0

56-65 9 6,6 9,0 98,0

>= 65 2 1,5 2,0 100,0

Total 100 73,5 100,0

Missing System 36 26,5

Total 136 100,0

Pendidikan Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Tamat Sekolah 8 8.0 8.0 8.0

SD 24 24.0 24.0 32.0

SMP 29 29.0 29.0 61.0

SMA 31 31.0 31.0 92.0

PT 8 8.0 8.0 100.0

Page 174: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid L 65 65.0 65.0 65.0

P 35 35.0 35.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Kebiasaan Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Merokok 58 58.0 58.0 58.0

tidak merokok 42 42.0 42.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Sumber Air Minum

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sumur Bor/Sumur suntik 10 10.0 10.0 10.0

Air sungai 15 15.0 15.0 25.0

Mata Air 75 75.0 75.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

frekuensi pajanan 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

Page 175: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Descriptives

Statistic Std. Error

frekuensi pajanan Mean 310.70 3.054

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 304.64

Upper Bound 316.76

5% Trimmed Mean 311.67

Median 310.00

Variance 932.879

Std. Deviation 30.543

Minimum 235

Maximum 365

Range 130

Interquartile Range 58

Skewness -.365 .241

Kurtosis -.457 .478

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

frekuensi pajanan .103 100 .011 .961 100 .005

a. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

durasi pajanan 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

Page 176: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Descriptives

Statisti

c

Std.

Error

durasi pajanan Mean 32.85 1.854

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 29.17

Upper Bound 36.53

5% Trimmed Mean 32.67

Median 35.00

Variance 343.58

3

Std. Deviation 18.536

Minimum 2

Maximum 78

Range 76

Interquartile Range 28

Skewness -.214 .241

Kurtosis -.772 .478

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

durasi pajanan .121 100 .001 .943 100 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 177: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

berat badan 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

berat badan Mean 57.92 1.051

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 55.83

Upper Bound 60.01

5% Trimmed Mean 57.82

Median 57.50

Variance 110.438

Std. Deviation 10.509

Minimum 35

Maximum 88

Range 53

Interquartile Range 15

Skewness .133 .241

Kurtosis -.274 .478

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

berat badan .062 100 .200*

.989 100 .554

a. Lilliefors Significance Correction

Page 178: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

berat badan .062 100 .200*

.989 100 .554

*. This is a lower bound of the true significance.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

RQ Non Karsinogen 100 73,5% 36 26,5% 136 100,0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Waktu paparan 100 73,5% 36 26,5% 136 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Waktu paparan Mean 14,45 ,220

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 14,01

Upper Bound 14,89

5% Trimmed Mean 14,46

Page 179: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Median 16,00

Variance 4,856

Std. Deviation 2,204

Minimum 8

Maximum 21

Range 13

Interquartile Range 4

Skewness -,238 ,241

Kurtosis -,151 ,478

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Waktu paparan ,269 100 ,000 ,855 100 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 180: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Descriptives

Statistic Std. Error

RQ Non Karsinogen Mean ,4789118 ,03315707

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound ,4131209

Upper Bound ,5447026

5% Trimmed Mean ,4559813

Median ,4827300

Variance ,110

Std. Deviation ,33157075

Minimum ,02636

Maximum 1,93557

Range 1,90921

Interquartile Range ,48067

Skewness 1,024 ,241

Kurtosis 2,716 ,478

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

RQ Non Karsinogen ,086 100 ,065 ,926 100 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

RQ Karsinogen 100 73,5% 36 26,5% 136 100,0%

Page 181: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Descriptives

Statistic Std. Error

RQ Karsinogen Mean ,0811644 ,08095794

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound -,0794737

Upper Bound ,2418026

5% Trimmed Mean ,0001999

Median ,0002089

Variance ,655

Std. Deviation ,80957936

Minimum ,00001

Maximum 8,09600

Range 8,09599

Interquartile Range ,00020

Skewness 10,000 ,241

Kurtosis 100,000 ,478

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

RQ Karsinogen ,530 100 ,000 ,075 100 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

frekuensi pajanan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 234-255 4 2,9 4,0 4,0

Page 182: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

256-277 12 8,8 12,0 16,0

278-299 16 11,8 16,0 32,0

300-321 30 22,1 30,0 62,0

322-343 19 14,0 19,0 81,0

344-365 19 14,0 19,0 100,0

Total 100 73,5 100,0

Missing System 36 26,5

Total 136 100,0

durasi pajanan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 3 2,2 3,0 3,0

3 4 2,9 4,0 7,0

4 4 2,9 4,0 11,0

5 89 65,4 89,0 100,0

Total 100 73,5 100,0

Missing System 36 26,5

Total 136 100,0

kelompok bb

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 35-43 8 5,9 8,0 8,0

44-52 21 15,4 21,0 29,0

53-61 36 26,5 36,0 65,0

62-70 23 16,9 23,0 88,0

71-79 10 7,4 10,0 98,0

Page 183: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

80-88 2 1,5 2,0 100,0

Total 100 73,5 100,0

Missing System 36 26,5

Total 136 100,0

kelompok umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 17-25 7 5,1 7,0 7,0

26-35 25 18,4 25,0 32,0

36-45 31 22,8 31,0 63,0

46-55 26 19,1 26,0 89,0

56-65 9 6,6 9,0 98,0

>= 65 2 1,5 2,0 100,0

Total 100 73,5 100,0

Missing System 36 26,5

Total 136 100,0

Lama Tinggal Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2-14 23 16,9 23,0 23,0

15-27 7 5,1 7,0 30,0

28-40 31 22,8 31,0 61,0

41-53 29 21,3 29,0 90,0

54-66 8 5,9 8,0 98,0

67-79 2 1,5 2,0 100,0

Total 100 73,5 100,0

Missing System 36 26,5

Page 184: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Lama Tinggal Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2-14 23 16,9 23,0 23,0

15-27 7 5,1 7,0 30,0

28-40 31 22,8 31,0 61,0

41-53 29 21,3 29,0 90,0

54-66 8 5,9 8,0 98,0

67-79 2 1,5 2,0 100,0

Total 100 73,5 100,0

Missing System 36 26,5

Total 136 100,0

frekuensi pajanan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 234-255 4 2,9 4,0 4,0

256-277 12 8,8 12,0 16,0

278-299 16 11,8 16,0 32,0

300-321 30 22,1 30,0 62,0

322-343 19 14,0 19,0 81,0

344-365 19 14,0 19,0 100,0

Total 100 73,5 100,0

Missing System 36 26,5

Total 136 100,0

Konsentrasi CN dalam urine

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0,21 - 1,21 21 15,4 21,0 21,0

1,22 - 2,22 30 22,1 30,0 51,0

2,23 - 3,23 16 11,8 16,0 67,0

Page 185: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

3,24 - 4,24 8 5,9 8,0 75,0

4,25 - 5,25 12 8,8 12,0 87,0

5,26 - 6,26 13 9,6 13,0 100,0

Total 100 73,5 100,0

Missing System 36 26,5

Total 136 100,0

RQ Non Karsinogen

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0,02 - 0,32 30 22,1 30,0 30,0

0,33 - 0,63 43 31,6 43,0 73,0

0,64 - 0,94 21 15,4 21,0 94,0

0,95 - 1,25 4 2,9 4,0 98,0

1,26 - 1,56 1 ,7 1,0 99,0

>= 1,57 1 ,7 1,0 100,0

Total 100 73,5 100,0

Missing System 36 26,5

Total 136 100,0

RQ Karsinogen

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0,01 - 0,11 28 20,6 28,0 28,0

0,12 - 0,22 31 22,8 31,0 59,0

0,23 - 0,33 28 20,6 28,0 87,0

0,34 - 0,44 7 5,1 7,0 94,0

0,45 - 0,55 5 3,7 5,0 99,0

>= 0,56 1 ,7 1,0 100,0

Page 186: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Total 100 73,5 100,0

Missing System 36 26,5

Total 136 100,0

Page 187: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …
Page 188: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

DOKUMENTASI PENELITIAN

Page 189: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Wawancara Responden

Page 190: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Tempat pengolahan emas

menggunakan sianida(CN)

Page 191: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Sianida (CN) yang digunakan dalam

proses pengolahan emas

Page 192: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

CN yang digunakan dalam

proses pengolahan emas

Bubuk Sodium

Cyanida

Page 193: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …
Page 194: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …

Limbah Sianida (CN)

Sampel Sumber Air

Minum

Page 195: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …
Page 196: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …
Page 197: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …
Page 198: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …
Page 199: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …
Page 200: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …
Page 201: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …
Page 202: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …
Page 203: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …
Page 204: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …
Page 205: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …
Page 206: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …
Page 207: ANALISIS RISIKO PAJANAN SIANIDA (CN) PADA MASYARAKAT …