Top Banner
1. Pendahuluan Pada saat ini, seiring dengan berkembangnya IT terutama pada negara negara maju, menjadikan para peneliti berlomba lomba untuk menemukan inovasi baru. Para peneliti terus mencoba untuk mengembangkan teknologi yang sudah ada agar menjadi lebih bermanfaat dan dapat lebih effisien diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Berawal dari sebuah super komputer yang sudah diciptakan yang dalam pandangan orang awam komputer tersebut dapat dikatakan sudah dapat memenuhi kebutuhan komputasi saat ini namun tidak dalam pandangan peneliti mereka masih menganggap bahwa teknologi tersebut masih kurang mampu untuk melakukan komputasi baik saat ini ataupun masa depan sehingga munculah teknologi Cloud Computing. Cloud Computing, disadari atau tidak telah mengubah dunia bisnis dan industri secara drastis seperti yang dikenal sekarang. Tidak hanya dari segi perusahaan perusahaan IT namun juga dari segi pemakai atau user mulai mengarahkan perhatian ke Cloud Computing. Perusahaan perusahaan akan memulai untuk berpindah ke server Cloud karena lebih cost-efficient, yang berarti tidak perlu membeli peralatan yang mahal seperti software atau hardware, tidak perlu mempekerjakan teknisi IT untuk maintenance, dan meminimalisir kegagalan server hinga 75% [1]. Contoh penyedia jasa Cloud adalah jasa Cloud milik Google seperti Google Mail, Google Drive, Google Map, Google Calendar, dan Youtube. Google Drive adalah salah satu contoh layanan yang disediakan oleh Google yang memungkinkan pengguna untuk dapat menyimpan, mengakses dan berbagi file yang dimiliki pengguna dimana saja dan kapan saja. Permasalahan terjadi ketika dua buah Cloud server yang berbeda dicoba untuk dihubungkan, contoh adalah Cloud server milik Google yang tidak dapat dihubungkan dengan Cloud server lainnya seperti Cloud server milik Amazon dikarenakan perbedaan protokol pada tiap tiap server. Berdasarkan penjelasan dan perkembangan mengenai Cloud Computing dan Interconnect Over Cloud maka dalam penelitian ini akan dirancang sebuah penelitian mengenai apa itu Interconnect Over Cloud dan simulasi Interconnect Over Cloud sederhana serta penerapan sebuah aplikasi yang dapat dipakai menggunakan layanan Interconnect Over Cloud, sehingga dapat ditarik kesimpulan tentang peluang bisnis yang bisa didapat di dalam layanan Interconnect Over Cloud itu sendiri yang nantinya dapat digunakan dan dikembangkan sehingga dapat membantu pemakai dan penyedia jasa Cloud dalam konektifitas antar Cloud. 2. Tinjauan Pustaka Pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dijelaskan bahwa Komputasi Awan melalui konsep virtualisasi, standarisasi dan fitur mendasar lainnya dapat mengurangi biaya teknologi informasi, menyederhanakan pengelolaan layanan teknologi informasi, dan mempercepat penghantaran layanan. Selain itu, dalam artikel tersebut juga menyebutkan bahwa masih tetap
19

Analisis Proses Bisnis dan Implementasi Aplikasi pada ... · Mail, Google Drive, Google Map, Google Calendar, dan Youtube. Google Drive ... Komputasi Awan melalui konsep virtualisasi,

Feb 03, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1. Pendahuluan

    Pada saat ini, seiring dengan berkembangnya IT terutama pada negara –

    negara maju, menjadikan para peneliti berlomba – lomba untuk menemukan

    inovasi baru. Para peneliti terus mencoba untuk mengembangkan teknologi yang

    sudah ada agar menjadi lebih bermanfaat dan dapat lebih effisien diterapkan

    dalam kehidupan sehari – hari. Berawal dari sebuah super komputer yang sudah

    diciptakan yang dalam pandangan orang awam komputer tersebut dapat dikatakan

    sudah dapat memenuhi kebutuhan komputasi saat ini namun tidak dalam

    pandangan peneliti mereka masih menganggap bahwa teknologi tersebut masih

    kurang mampu untuk melakukan komputasi baik saat ini ataupun masa depan

    sehingga munculah teknologi Cloud Computing.

    Cloud Computing, disadari atau tidak telah mengubah dunia bisnis dan

    industri secara drastis seperti yang dikenal sekarang. Tidak hanya dari segi

    perusahaan – perusahaan IT namun juga dari segi pemakai atau user mulai

    mengarahkan perhatian ke Cloud Computing. Perusahaan – perusahaan akan

    memulai untuk berpindah ke server Cloud karena lebih cost-efficient, yang berarti

    tidak perlu membeli peralatan yang mahal seperti software atau hardware, tidak

    perlu mempekerjakan teknisi IT untuk maintenance, dan meminimalisir kegagalan

    server hinga 75% [1].

    Contoh penyedia jasa Cloud adalah jasa Cloud milik Google seperti Google

    Mail, Google Drive, Google Map, Google Calendar, dan Youtube. Google Drive

    adalah salah satu contoh layanan yang disediakan oleh Google yang

    memungkinkan pengguna untuk dapat menyimpan, mengakses dan berbagi file

    yang dimiliki pengguna dimana saja dan kapan saja. Permasalahan terjadi ketika

    dua buah Cloud server yang berbeda dicoba untuk dihubungkan, contoh adalah

    Cloud server milik Google yang tidak dapat dihubungkan dengan Cloud server

    lainnya seperti Cloud server milik Amazon dikarenakan perbedaan protokol pada

    tiap – tiap server.

    Berdasarkan penjelasan dan perkembangan mengenai Cloud Computing

    dan Interconnect Over Cloud maka dalam penelitian ini akan dirancang sebuah

    penelitian mengenai apa itu Interconnect Over Cloud dan simulasi Interconnect

    Over Cloud sederhana serta penerapan sebuah aplikasi yang dapat dipakai

    menggunakan layanan Interconnect Over Cloud, sehingga dapat ditarik

    kesimpulan tentang peluang bisnis yang bisa didapat di dalam layanan

    Interconnect Over Cloud itu sendiri yang nantinya dapat digunakan dan

    dikembangkan sehingga dapat membantu pemakai dan penyedia jasa Cloud dalam

    konektifitas antar Cloud.

    2. Tinjauan Pustaka

    Pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dijelaskan bahwa

    Komputasi Awan melalui konsep virtualisasi, standarisasi dan fitur mendasar

    lainnya dapat mengurangi biaya teknologi informasi, menyederhanakan

    pengelolaan layanan teknologi informasi, dan mempercepat penghantaran

    layanan. Selain itu, dalam artikel tersebut juga menyebutkan bahwa masih tetap

  • terdapat jenis – jenis layanan yang menjadi sangat effisien bila dilakukan dengan

    Cloud Computing [1]

    Penelitian selanjutnya menjelaskan bahwa pemahaman yang baik tentang

    perbedaan klasifikasi Cloud Computing Delivery Service merupakan hal yang

    sangat berharga sebagai pengetahuan dasar dalam memahami sistem Cloud

    Computing bagi seluruh pengguna. Selain itu, dalam artikel ini juga menyebutkan

    bahwa Cloud Computing Delivery Service sangat diperlukan mengingat model

    bisnis mana yang dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan, sehingga pada saat salah

    satu layanan Cloud Computing ini dipilih dapat dipergunakan dengan aman dan

    nyaman oleh pengguna [2]. Penelitian lain yang meneliti mengenai seberapa besar

    peluang bisnis Cloud Computing di masa depan dikemukakan oleh Moedjiono.

    Moedjiono mengatakan bahwa ilmuwan, akademisi, dan praktisi/professional

    bidang komputer perlu mewaspadai dan mengikuti kecenderungan perkembangan

    teknologi ini untuk bisa ikut berkontribusi dan mendayagunakan secara tepat

    sesuai kebutuhan organisasi modern [3].

    Cloud Computing merupakan perkembangan dari teknologi grid computing

    dan virtualisasi [4]. Pengertian sederhana Cloud Computing adalah teknologi

    komputasi yang memanfaatkan sumber daya secara bersama – sama melalui

    sebuah jaringan internet maupun intranet. National Institute of Standards and

    Technology (NIST) mendefinisikan Cloud Computing sebagai model yang

    memungkinkan untuk mengakses kumpulan sumber daya komputasi (server,

    media penyimpanan, aplikasi) darimana saja secara nyaman dan sesuai

    permintaan yang dapat disediakan secara cepat [5]. Cloud Computing adalah

    teknologi yang memanfaatkan layanan internet menggunakan pusat server yang

    bersifat virtual [6]. Skema Cloud Computing ditunjukan oleh Gambar 1.

    Gambar 1. Skema Cloud Computing [7]

    Interconnect Over Cloud adalah sebuah fitur di dalam layanan Cloud

    Computing, fitur ini memungkinkan konektifitas antar dua atau lebih layanan

    Cloud Computing. Fitur ini adalah fitur baru yang masih dan terus

    dikembangkan, salah satunya oleh Google. Google Interconnect adalah sebuah

    fitur yang dikembangkan oleh Google, fitur ini memungkinkan layanan Cloud

  • Computing milik Google untuk dapat berkomunikasi dengan penyedia layanan

    Cloud Computing lainnya, namun hingga saat ini tidak seluruh penyedia layanan

    dapat berkomunikasi melalui Google Interconnect.

    Port dalam dunia komputer dapat dibagi menjadi dua, physical dan virtual,

    contoh dari physical port adalah Ethernet Port, USB Port, Serial Port, sedangkan

    virtual port adalah bagian dari sebuah jaringan TCP/IP. Port ini memungkinkan

    untuk berkomunikasi tanpa mengganggu kinerja dari physical port [8]. Virtual

    Port memiliki 65.536 port yang dapat dipilih dan digunakan [9]. Setiap program

    di komputer yang menggunakan internet dalam kata lain adalah program yang

    bekerja secara online telah diprogram untuk melakukan pengiriman paket melalui

    port tertentu. Kadang port yang dipilih sudah ditentukan oleh pembuat program

    tersebut, namun ada juga yang memakai port standar sesuai dengan fungsi dari

    software atau aplikasi yang dipakai, saat ini penggunaan port universal sudah

    banyak diimplementasikan untuk menghubungkan banak perangkat, contoh dari

    port universal adalah : HTML memakai port 80, FTP menggunakan port 21,

    Email POP3 menggunakan port 110, MSN Messenger memakai port 6901 dan

    6891 sampai 6900 [9].

    Berdasarkan pada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai Cloud

    Computing dan proses bisnis pada Cloud Computing maka akan dilakukan analisis

    proses bisnis dan implementasi aplikasi pada layanan Interconnect Over Cloud.

    Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai proses – proses bisnis yang dapat

    terjadi melalui kuesioner yang telah disebar pada kepada 100 responden meliputi

    sebagian dosen dan mahasiswa, selain itu akan dilakukan simulasi sederhana

    mengenai fitur Interconnect Over Cloud. Dalam simulasi ini akan menggunakan

    dua buah server sebagai server cloud dan server aplikasi menggunakan dua

    internet service provider (ISP) yang berbeda sehingga dapat dikatakan bahwa

    kedua server ini sebagai dua buah cloud server yang berbeda.

    3. Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu metode untuk pengambilan

    data yang nantinya digunakan untuk analisa proses bisnis dan metode untuk

    implementasi, Metode pengambilan data yang digunakan adalah data primer. Data

    primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek penelitian dalam hal

    ini adalah pengguna layanan Cloud Computing yang ada di Universitas Kristen

    Satya Wacana. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang

    disebar di lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana, responden berasal dari

    sebagian dosen dan mahasiswa yang ada di Universitas Kristen Satya Wacana.

    Kuesioner yang disebarkan berjumlah 100 bendel sehingga terdapat 100

    responden yang mengisi, kuesioner tersebut berisikan pertanyaan seputar Cloud

    Computing dan survey mengenai Cloud Computing dalam kehidupan sehari –

    hari, setelah kuesioner terisi dan terkumpul, maka dilakukan pengolahan data

    yang nantinya dijadikan bahan acuan untuk kesimpulan dari simulasi Interconnect

    Over Cloud ini.

    Pertanyaan pertama dalam kuesioner mengenai pengetahuan mengenai

    konsep Cloud Computing, pada pertanyaan ini dapat diketahui berapa banyak

    responden yang telah mengetahui tentang konsep Cloud Computing, dengan

  • semakin banyaknya responden yang mengetahui konsep Cloud Computing, pada

    pertanyaan ini dapat terlihat berapa responden yang benar – benar telah mengerti

    mengenai konsep Cloud Computing dan responden yang hanya memakai layanan

    Cloud Computing tanpa mengerti konsep dari Cloud Computing itu sendiri. Dari

    pertanyaan ini, dapat dilakukan analisa terhadap tingkat ketertarikan masyarakat

    terhadap teknologi Cloud Computing itu sendiri. Semakin tinggi jumlah

    responden yang mengenal teknologi Cloud Computing, maka semakin tinggi pula

    ketertarikan masyarakat terhadap teknologi ini. Pertanyaan ke-dua adalah survey

    dari responden yang memiliki layanan Cloud Computing pribadi, dalam hal ini

    yang dimaksudkan adalah kepemilikan akun atau penggunaan layanan Cloud

    Computing, jumlah responden yang menjawab memiliki layanan Cloud

    Computing berlanjut pada pertanyaan berikutnya sedangkan yang menjawab tidak

    memiliki layanan Cloud Computing berhenti pada pertanyaan nomor dua.

    Semakin banyak jumlah pengguna layanan Cloud Computing maka semakin

    membuat penyedia layanan Cloud Computing untuk berlomba – lomba

    menawarkan yang terbaik dari layanan yang ditawarkan. Semakin banyak jumlah

    pengguna layanan Cloud Computing maka semakin membuat jasa penyedia Cloud

    Computing semakin diminati oleh masyarakat luas.

    Setelah didapat responden yang memiliki layanan Cloud Computing,

    dilanjutkan pada pertanyaan ke-tiga yaitu jumlah layanan Cloud Computing yang

    dimiliki oleh responden. Pada pertanyaan ini didapatkan berapa jumlah

    responden yang memiliki layanan Cloud Computing lebih dari satu penyedia

    layanan Cloud Computing. Semakin banyak jumlah layanan Cloud Computing

    yang dimiliki oleh satu responden, maka semakin tinggi kebutuhan masyarakat

    terhadap fitur, fungsi, dan fasilitas pada layanan Cloud yang ditawarkan.

    Pertanyaan ke-empat adalah survey mengenai penyedia layanan yang paling

    sering dipakai oleh responden sehingga didapatkan penyedia layanan yang paling

    sering dipakai oleh responden. Pada pertanyaan ke-lima, membahas mengenai

    jenis layanan yang paling sering dipakai oleh responden, terdapat tiga jenis

    layanan yaitu Software as a Service (SaaS), Infrastructure as a Service (IaaS) dan

    Platform as a Service (PaaS). Pada ke-dua pertanyaan ini menunjukan jenis

    layanan dan penyedia layanan apa saja yang paling sering digunakan oleh

    responden sehingga didapatkan jenis layanan yang lebih dibutuhkan oleh

    responden.

    Pertanyaan ke-enam membahas tentang tingkat pentingnya Cloud

    Computing bagi responden. Hasil yang didapatkan menunjukan pentingnya

    sebuah Cloud Computing untuk responden dilanjutkan dengan pertanyaan ke-

    tujuh mengenai tingkat kepuasan terhadap layanan Cloud Computing yang

    digunakan saat ini oleh rsponden. Pada dua pertanyaan ini, maka didapatkan data

    mengenai seberapa penting dan seberapa puaskah responden terhadap layanan

    Cloud Computing saat ini. Pertanyaan ke-delapan membahas mengenai fitur

    Interconnect Over Cloud, pada pertanyaan ini dijelaskan mengenai apa itu

    Interconnect Over Cloud dan surver kepada responden mengenai fitur tersebut

    apakah dibutuhkan atau tidak, sehingga didapatkan data mengenai kebutuhan

    fitur Interconnect Over Cloud oleh responden. Selanjutnya pada pertanyaan ke-

    sembilan berisikan survey mengenai penyedia layanan yang digunakan mengenai

  • ketersediaan fitur Interconnect Over Cloud, jika responden menjawab bahwa

    penyedia layanan yang dimiliki sudah memiliki fitur tersebut, maka lanjut pada

    pertanyaan berikutnya namun jika tidak maka responden berhenti pada pertanyaan

    ke-sembilan. Data yang didapat menunjukan tingkat kebutuhan responden

    terhadap fitur Interconnect Over Cloud, semakin banyak responden yang

    membutuhkan fitur Interconnect Over Cloud maka peluang bisnis dari fitur ini

    juga semakin besar. Pada pertanyaan ke-10 responden yang menjawab diambil

    dari responden pada pertanyaan ke-sembilan yang menjawab bahwa fitur

    Interconnect Over Cloud sudah tersedia pada penyedia layanan yang dimiliki.

    Pada pertanyaan ini dapat diketahui mengenai penggunaan fitur Interconnect Over

    Cloud oleh responden apakah responden telah menggunakan fitur tersebut atau

    belum. Pada pertanyaan ini, responden yang menjawab belum menggunakan fitur

    Interconnect Over Cloud berhenti pada pertanyaan ke-10 sedangkan responden

    yang menggunakan fitur Interconnect Over Cloud lanjut menjawab pertanyaan

    ke-11. Jumlah penyedia layanan Cloud Computing yang telah memiliki fitur

    Interconnect Over Cloud dan jumlah pengguna yang telah menggunakan fitur ini

    dapat menjadi acuan mengenai proses bisnis yang dapat terjadi pada fitur

    Interconnect Over Cloud. Pertanyaan ke-11 berisikan tentang tingkat kepuasan

    mengenai fitur Interconnect Over Cloud yang telah disediakan oleh penyedia

    layanan yang digunakan responden sehingga didapatkan data mengenai tingkat

    kepuasan responden terhadap fitur Interconnect Over Cloud yang telah ada pada

    penyedia layanan Cloud Computing yang dimiliki. Tingkat kepuasan terhadap

    fitur Interconnect Over Cloud juga dapat menjadi acuan terhadap proses bisnis

    yang dapat terjadi pada fitur ini. Pertanyaan ke-12 berisikan survey mengenai

    tingkat kebutuhan fitur Interconnect Over Cloud. Responden yang menjawab

    pertanyaan ini diambil dari responden yang memiliki akun atau menggunakan

    layanan Cloud Computing sehingga didapatkan data mengenai pentingnya fitur

    Interconnect Over Cloud dalam sebuah layanan Cloud Computing. Data yang

    diambil dari pertanyaan ini menjadi sebuah kesimpulan terhadap kebutuhan

    terhadap fitur Interconnect Over Cloud pada layanan Cloud Computing yang

    digunakan responden.

    Metodologi penelitian yang digunakan untuk tahap implementasi adalah

    metode PPDIOO yang dikembangkan oleh CISCO. Metode ini digunakan karena

    dalam penelitian ini dilakukan implementasi aplikasi serta dilakukan optimasi

    sehingga memberikan hasil yang optimal. Tahapan-tahapan dalam metode

    PPDIOO diantaranya adalah prepare, plan, design, implement, operate, optimize.

  • Gambar 2. Metode PPDIOO [10].

    Dalam penelitian ini, tahap prepare atau persiapan dan perencanaan

    dilakukan secara bersama, karena antara persiapan dan perencanaan keduanya

    saling berhubungan dan menjadi dasar yang harus diperhatikan sehingga tahap

    selanjutnya menjadi lebih terarah. Dalam penelitian Implementasi Interconnect

    Over Cloud ini hal-hal yang dilakukan dalam persiapan adalah melakukan studi

    pustaka dan membuat rencana kerja. Pada tahap prepare juga dilakukan analisis

    awal, analisis awal didapat dari kuesioner yang disebar berjumlah 100 rangkap,

    responden meliputi sebagian dosen dan mahasiswa pada lingkup Universitas

    Kristen Satya Wacana Salatiga, kuesioner berikut meliputi 12 pertanyaan

    mengenai Cloud Computing dan penggunaanya. Dari data yang telah

    dikumpulkan dapat diketahui bahwa sebanyak 77% atau sebanyak 77 orang dari

    total 100 orang telah memiliki atau menggunakan layanan Cloud Computing

    membuktikan bahwa layanan Cloud Computing telah diketahui dan digunakan

    oleh sebagian besar orang, dalam hal ini responden yang diambil adalah

    mahasiswa dan dosen di Universitas Kristen Satya Wacana, dengan data ini maka

    dapat terlihat bahwa pengguna layanan Cloud Computing saat ini dapat dikatakan

    cukup banyak seperti ditunjukan oleh Gambar 3.

    Gambar 3. Grafik Kepemilikan Cloud Computing

    Sebanyak 88.3% atau sejumlah 68 responden dari 77 responden yang

    menggunakan Cloud Computing memakai sebanyak dua atau tiga dan bahkan ada

    yang mempunyai lebih dari empat penyedia layanan Cloud Computing, dari data

    tersebut membuktikan bahwa sebagian besar responden memiliki dan

    menggunakan lebih dari satu penyedia layanan Cloud Computing seperti

    77

    23

    0

    50

    100

    Ya Tidak

    Kepemilikan Layanan Cloud Computing Pribadi

  • 21

    47

    90 0

    01020304050

    Sangat Penting Penting Biasa Tidak Penting Sangat TidakPenting

    Seberapa Penting Layanan Cloud Computing

    ditunjukan Gambar 4, maka dapat disimpulkan bahwa selain banyaknya

    responden yang memiliki atau menggunakan penyedia layanan Cloud Computing

    lebih dari satu penyedia layanan Cloud Computing jumlah penyedia layanan

    Cloud Computing saat ini juga sudah dapat dikatakan cukup banyak.

    Gambar 4. Grafik Jumlah Penyedia Layanan Cloud Computing yang dipakai

    Sebanyak 61% responden menganggap bahwa Cloud Computing penting,

    sebanyak 27.3% menganggap bahwa Cloud Computing sangat penting,

    menunjukan bahwa lebih dari 50% responden pengguna Cloud Computing

    memerlukan layanan tersebut dalam kehidupan sehari – hari seperti ditunjukan

    oleh Gambar 5. Dengan data ini dapat diukur seberapa tinggi tingkat kepentingan

    layanan Cloud Computing hadir di tengah – tengah masyarakat.

    Gambar 5. Grafik Tingkat Kepentingan Cloud Computing

    Pada Gambar 6 menunjukan bahwa sebanyak 79.2% dari jumlah

    responden yang menggunakan layanan Cloud Computing memerlukan adanya

    fitur Interconnect Over Cloud, Interconnect Over Cloud adalah fitur yang

    memungkinkan dua buah layanan Cloud Computing untuk dapat saling

    berkomunikasi. Fitur ini dirasa sangat diperlukan bagi sebagian besar responden.

    9

    2824

    4

    12

    0

    10

    20

    30

    1 2 3 4 Lebih dari 4

    Jumlah Penyedia Layanan Cloud Computing Yang Digunakan

    61

    16

    0

    50

    100

    Ya Tidak

    Apakah Membutuhkan Fitur Interconnect Over Cloud

  • Gambar 6. Grafik Kebutuhan Interconnect Over Cloud

    Sebanyak 37.7% responden menjawab bahwa penyedia layanan Cloud

    Computing yang digunakan saat ini telah memiliki fitur Interconnect Over Cloud,

    data ini didapat dari responden yang memakai Google sebagai penyedia layanan

    Cloud Computing, Google sendiri saat ini telah membuat sebuah fitur

    Interconnect Over Cloud yang bernama Google Interconnect. Sedangkan sebesar

    62.3% lainnya tidak memiliki fitur Interconnect Over Cloud seperti ditunjukan

    oleh Gambar 7. Dari data ini dapat diambil kesimpulan bahwa saat ini penyedia

    layanan Cloud Computing yang telah menggunakan fitur Interconnect Over Cloud

    masih sedikit.

    Gambar 7. Grafik Fitur Interconnect Over Cloud pada Penyedia Layanan

    Pada Gambar 8, sebanyak 20 dari 29 responden yang menggunakan

    layanan Cloud Computing dimana layanan tersebut terdapat fitur Interconnect

    Over Cloud atau 69% responden menggunakan fitur tersebut, dan sisanya tidak

    menggunakan fitur tersebut. Google telah membuat fitur Interconnect Over

    Cloud bernama Google Interconnect pada layanan Cloud Computing miliknya,

    pengguna fitur ini bisa dikatakan cukup banyak, dilihat dari data yang didapat,

    lebih dari separuh dari total responden telah memakai fitur ini, namun kurangnya

    sosialisasi terhadap fitur ini dan keterbatasan partner juga masih membatasi fitur

    ini bisa berjalan dengan baik. Dengan data ini membuktikan bahwa meskipun

    fitur Interconnect Over Cloud ini masih terbilang baru, namun minat masyarakat

    untuk mencoba dan menggunakan fitur ini terbilang cukup tinggi.

    Gambar 8. Grafik Pengguna Fitur Interconnect Over Cloud

    29 48

    1

    10

    Ya Tidak

    Apakah Penyedia Layanan Cloud Computing Yang Dipakai Telah Menggunakan Fitur

    Interconnect Over Cloud

  • Sebanyak 64.9% dari total responden yang memiliki layanan Cloud

    Computing pribadi merasa bahwa fitur Interconnect Over Cloud penting dan

    sebanyak 23.4% responden menyatakan bahwa fitur tersebut dirasa sangat penting

    seperti ditunjukan oleh Gambar 9.

    Gambar 9. Grafik Tingkat Kepentingan Interconnect Over Cloud

    Dari simpulan data yang telah terkumpul, dapat ditarik sebuah kesimpulan.

    Jumlah pengguna layanan Cloud Computing saat ini dapat dikatakan cukup tinggi

    karena Cloud Computing dianggap sebagai hal yang penting dalam kehidupan

    sehari - hari, banyak pengguna layanan Cloud Computing yang memiliki atau

    menggunakan lebih dari satu penyedia layanan Cloud Computing. Interconnect

    Over Cloud adalah sebuah fitur baru di dalam layanan Cloud Computing, fitur ini

    memungkinkan sebuah penyedia layanan Cloud Computing dapat berkomunikasi

    dengan layanan Cloud Computing lainnya. Dari data yang didapat terlihat bahwa

    kebutuhan akan fitur Interconnect Over Cloud saat ini cukup tinggi namun tidak

    diiringi dengan jumlah penyedia layanan Cloud Computing yang telah

    menyediakan fitur ini, tingginya minat responden terhadap fitur ini juga dapat

    terlihat pada data yang menunjukan mengenai jumlah responden yang

    menggunakan fitur Interconnect Over Cloud. Setelah tahap Prepare dirasa cukup,

    tahapan lain yang harus di lakukan adala Plan. Hal yang dilakukan dalam tahap

    ini adalah analisis kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak yang

    digunakan.

    Perangkat lunak yang digunakan dalam simulasi ini adalah Windows Server

    2008 R2 yang digunakan sebagai sistem operasi pada server 1 yang berfungsi

    sebagai Active Directory, Open SUSE Linux Enterprise Server 10 SP1 yang

    digunakan sebagai sistem operasi pada server 2 atau server aplikasi, Cisco Video

    Surveillance Operation Manager yang digunakan sebagai aplikasi yang

    diimplementasikan pada server 2, VMWare 8.0.2 yang digunakan sebagai Virtual

    Machine dari server 2, IIS 7 dan PHP Manager yang digunakan sebagai web

    server yang diimplementasikan pada server 2. Perangkat keras yang digunakan

    pada penelitian ini ditunjukan pada Tabel 1.

    18

    50

    3 6 00

    20

    40

    60

    Sangat Penting Penting Biasa Tidak Penting Sangat TidakPenting

    Seberapa Penting Fitur Interconnnect Over Cloud

  • Tabel 1. Spesifikasi Hardware yang digunakan

    Hardware Spesifikasi Keterangan Server 1

    - Processor Intel Core 2 Duo E6300 1,86GHz

    - RAM 2 GB - 1 buah Gigabit Ethernet Card - 80 GB SATA Hard Disk

    Berfungsi sebagai

    server database atau

    cloud server 1

    Server 2 - Processor Intel Core i5 M460 Arrandale 2,53GHz

    - RAM 2 GB - 1 buah Gigagbit Ethernet

    Card

    - 20 GB SATA Hard disk

    Berfungsi sebagai

    server aplikasi atau

    cloud server 2

    Komputer server database dan server aplikasi merupakan server yang

    dibangun dalam satu pc dan satu laptop. Keduanya menjadi server cloud yang

    berdiri sendiri – sendiri yang nantinya dipakai sebagai server database dan server

    aplikasi.

    Setelah persiapan hardware dan software pada tahap Plan selesai,

    selanjutnya masuk pada tahapan Design. Design merupakan tahap perancangan

    topologi jaringan yang digunakan. Topologi jaringan fisik yang digunakan dalam

    penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 10. Design merupakan tahap awal

    sebelum membangun sistem secara keseluruhan. Sebelum sistem dibangun

    diperlukan adanya blue print, sehingga sistem bisa dibangun dengan baik.

    Membuat topologi jaringan adalah hal yang dilakukan dalam tahap ini, sehingga

    bisa terlihat gambaran sederhana bagaimana sistem nantinya diaplikasikan.

    Gambar 10. Perancangan Topologi

    Pada Gambar 10 terdapat dua Cloud server, peran masing – masing Cloud

    server adalah sebagai server database dan server aplikasi. Pada server database

  • di tanamkan Active Directory yang digunakan pada aplikasi yang tertanam pada

    server 2 sebagai user untuk login kedalam aplikasi yang ada pada server 2 dan

    Web Service menggunakan IIS7 sehingga server 1 mempunyai dua fitur yaitu Web

    Service dan Active Directory dimana fitur Web Service pada server 1 menjadikan

    server 1 dapat dikatakan sebagai sebuah Cloud. Server database dan server

    aplikasi berada dalam dua jaringan yang berbeda, menggunakan dua IP public

    yang berbeda sehingga bisa dikatakan bahwa server database dan server aplikasi

    adalah dua cloud server yang berdiri sendiri – sendiri. Masing – masing fisik PC

    server mempunyai satu ethernet card dan konfigurasi pengalamatan IP dari

    masing – masing ethernet card tersebut ditunjukan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Pengalamatan IP tiap Server

    Komputer Network Card IP Address

    Server 1 Eth 0 222.124.21.115

    Server 2 Eth 0 103.26.128.85

    Tahap Implementasi adalah tahap membangun sistem yang telah

    dirancang, dalam hal ini implementasi yang dilakukan adalah pembuatan Active

    Directory dan user pada server 1 yang nantinya digunakan sebagai database user

    untuk login pada server 2, pembuatan web server pada server 1, implementasi

    aplikasi pada server 2, menghubungkan antar kedua server, dan menambahkan

    user pada aplikasi

    Setelah tahap implementasi selesai, maka dalam tahap ini dilakukan

    ujicoba terhadap interconnect over cloud yang telah dibuat, sisi client masuk ke

    server aplikasi sehingga didapatkan sebuah aplikasi yang dapat berjalan pada sisi

    client, aplikasi didapatkan dari server aplikasi dimana aplikasi tersebut

    menggunakan server 1 sebagai database untuk login menggunakan Active

    Directory pada server 1. Pada tahap operate juga dilakukan analisis terhadap

    sistem yang berjalan. Analisa yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah

    sistem telah bekerja sesuai dengan landasan teori yang dibuat.

    Langkah terakhir adalah tahap optimize. Pada tahap ini dilakukan ujicoba

    terakhir dari aplikasi yang digunakan sebagai media percobaan simulasi

    interconnect over cloud ini. Setelah itu dilakukan pencocokan hasil dari simulasi

    ini dengan data dari kuesioner yang telah dibagikan kepada beberapa responden

    sehingga didapatkan kesimpulan berdasarkan pengamatan dari data yang

    didapatkan dari kuesioner dengan data yang didapatkan dari simulasi ini.

    4. Hasil dan Pembahasan

    Implementasi yang dilakukan meliputi pembuatan Active Directory dan

    implementasi aplikasi pada Cloud yang berbeda. Penggunaan Active Directory

    pada cloud 1 ditujukan sebagai database user yang nantinya digunakan dalam

    aplikasi VSOM pada cloud 2 dan Web Server yang ditujukan agar Cloud 1 dapat

    disebut sebagai Cloud Computing. Setelah Active Directory terpasang dan

    implementasi aplikasi berhasil dilakukan, maka dilakukan pengujian untuk

  • melakukan pengujian fitur Interconnect Over Cloud dengan cara melakukan

    pengujian login.

    Langkah awal yang disiapkan dalam pembuatan Active Directory ini

    adalah instalasi Windows Server 2008 R2, setelah Windows Server siap

    digunakan, langkah selanjutnya adalah pembuatan forest. Forest adalah suatu

    wadah atau tempat untuk menampung banyak domain dalam suatu server, setelah

    forest terbentuk, langkah selanjutnya adalah pembuatan domain, dalam penelitian

    ini, domain yang digunakan bernama server.cloud. Active Directory kemudian

    dibuat di dalam domain server.cloud yang telah dibuat sehingga server saat ini

    memiliki Active Directory di dalam sebuah forest dimana di dalam forest tersebut

    terdapat sebuah domain bernama server.cloud. Setelah pembuatan Domain dan

    Active Directory selesai, langkah selanjutnya adalah pemberian IP Public pada

    server ini.

    Setelah tahapan pembuatan Domain dan Active Directiory selesai, langkah

    selanjutnya adalah pembuatan user, dalam tahap ini user yang dibuat nantinya

    dipakai sebagai user yang dapat digunakan untuk login pada aplikasi Cisco Video

    Surveillance Operation Manager (VSOM) 6.3.2.Pada tahap ini dibuat tiga user,

    masing – masing user nantinya diberikan previledges yang berbeda – beda untuk

    mengakses VSOM. Masing –masing user diberikan previledges sebagai

    Administrator, Operator, dan Super User. User pertama yang dibuat diberikan

    previledges sebagai Administrator, user ke dua diberikan previledges sebagai

    Operator sedangkan user ke tiga diberikan previledges sebagai Administrator dan

    Operator sehingga disebut Super User.

    Pembuatan user pertama menggunakan username “skripsi 1” dan

    password “skripsi1”, berada pada domain server.cloud, sehingga terbentuk sebuah

    user dengan username “skripsi 1” dan password “skripsi1” yang nantinya

    digunakan oleh VSOM demikian juga untuk user ke dua dan ke tiga, user ke dua

    menggunakan username “skripsi 2” dan password “skripsi2” sedangkan pada user

    ke tiga menggunakan username “skripsi 3” dan “skripsi3” sehingga terdapat tiga

    user seperti ditunjukan Gambar 11.

  • Gambar 11. Hasil Pembuatan Seluruh User.

    Setelah pembuatan user maka langkah selanjutnya adalah pembuatan Web

    Server, Web Server ini nantinya menjadi salah satu fitur tambahan pada Server 1,

    sehingga jika IP dari Server 1 diakses dari luar jaringan maka menampilkan

    tampilan web dapat dikonfigurasi pada server 1 sesuai dengan keinginan, pada

    langkah ini pembuatan Web Server menggunakan Internet Information Service

    (IIS 7). Langkah pertama adalah instalasi IIS 7 pada server 1, installasi IIS 7 pada

    Windows Server 2008 R2 menggunakan cara yang berbeda dengan Windows

    Desktop seperti Windows 7, Windows 8, dan lain sebagainya. Instalasi IIS 7 pada

    Windows Server dilakukan melalui Server Manager pada Windows Server

    dengan cara menambahkan Role. Setelah IIS7 terpasang pada Server 1, yang

    dilakukan selanjutnya adalah implementasi halaman web pada IIS7, file Hyper

    Text Markup Language (HTML) yang diimplementasikan berada pada folder

    C:\inetpub\wwwroot.

    VSOM atau Video Surveillance Operation Manager adalah sebuah

    software yang diciptakan oleh Cisco sebagai sebuah software yang membantu

    dalam manajemen dan mengkonfigurasi video secara effisien dan efektif. VSOM

    diimplementasikan pada sebuah Virtual Machine (VM), sistem operasi yang

    digunakan adalah Open SUSE.

    Konfigurasi awal dalam implementasi VSOM adalah pemberian IP Public

    pada VM yang telah dibuat, VSOM yang tersedia telah diberikan user dan

    password default yaitu “root” untuk username dan “secur4u” untuk password.

    Tampilan login VSOM dapat dilihat pada Gambar 12.

    Gambar 12. Tampilan Login Open SUSE.

    Pemberian IP dilakukan melalui panel YAST, pada panel ini terdapat

    beberapa menu untuk untuk konfigurasi pada Open SUSE. Untuk menambah IP,

    yang kita lakukan adalah mengedit alamat IP pada network card yang ada pada

    hardware tersebut. Setelah pemberian IP selesai, pengujian berikutnya adalah

    mencoba untuk melakukan koneksi antar dua server.

    Setelah dua Server terkoneksi, maka langkah selanjutnya adalah

    penggabungan ke dua buah Server. Langkah ini bertujuan untuk mengambil user

  • yang ada pada Server Active Directory sehingga dapat digunakan untuk login

    pada VSOM. Langkah awal adalah melakukan konfigurasi LDAP pada VSOM

    melalui PC Client, LDAP atau Lightweight Directory Access Protocol adalah

    protokol client/server yang digunakan untuk mengakses dan mengelola direktori

    informasi. LDAP membaca dan mengedit melalui jaringan IP dan berjalan

    langsung di atas TCP/IP menggunakan format string sederhana untuk transfer

    data (Janssen, Cory, 2010).

    Untuk melakukan konfigurasi LDAP pada VSOM, langkah pertama yang

    harus dilakukan adalah membuka console VSOM atau Video Surveillance

    Management Console (VSMC) melalui client, untuk membuka console dari

    VSOM, yang harus dilakukan adalah mengakses IP VSOM dari client. IP yang

    harus diakses adalah http://222.124.21.115/vsmc sehingga didapatkan tampilan

    seperti pada Gambar 13 yang nantinya diperlukan autentifikasi untuk masuk ke

    dalam console tersebut menggunakan username “root” dan password “secur4u”.

    Gambar 13. Tampilan Login VSMC.

    Setelah masuk ke halaman Operation Manager pada VSMC, langkah

    selanjutnya adalah mengenalkan Active Directory pada VSOM, pada halaman

    tersebut terlihat pengaturan seperti, tipe autentifikasi, host name, host port, dan

    domain control. Tipe autentifikasi yang digunakan adalah LDAP Server, host

    name adalah alamat Server Active Directory, sehingga host name yang diisi

    adalah IP Server Active Directory yaitu 103.26.128.85, host port yang digunakan

    adalah 389, port 389 adalah port yang digunakan LDAP, domain control adalah

    nama domain dari Server Active Directory yaitu server.cloud hingga didapatkan

    tampilan seperti Gambar 14.

  • Gambar 14. Tampilan Operation Manager.

    Setelah berhasil pada tahap sebelumnya, maka VSOM sudah terhubung ke

    Server Active Directory. Langkah selanjutnya adalah mengenalkan user yang ada

    pada Server Active Directory, karena VSOM tidak dapat langsung mengenali user

    yang ada pada Server Active Directory lain. Langkah pertama untuk mengenalkan

    user yang ada pada Server Active Directory adalah mengakses alamat IP VSOM

    yaitu http://222.124.21.115 yang menampilkan tampilan login untuk masuk ke

    dalam VSOM dengan menggunakan username “root” dan password

    “secur4u”seperti ditunjukan oleh Gambar 15.

    Gambar 15. Tampilan Login VSOM.

    Setelah berhasil masuk ke dalam VSOM, maka langkah selanjutnya adalah

    menambahkan user pada VSOM, untuk menambahkan user, yang harus

    dikenalkan pada VSOM adalah nama user yang ada pada Server Active Directory.

    Pada langkah ini terdapat beberapa pengaturan untuk mengenalkan user yang ada

    pada Server Active Directory antara lain pengaturan User Name dan Roles yang

  • diterapkan pada user tersebut. Terdapat dua buah Roles yang dapat dipilih, antara

    lain Administrator dan Operator seperti terlihat dalam Gambar 16.

    Gambar 16. Tampilan Add Roles.

    Roles yang dipakai berbeda – beda pada tiap user, user pertama diberikan

    Roles sebagai Administrator, user ke dua diberikan Roles sebagai Operator dan

    user ke tiga diberikan Roles sebagai Administrator dan Operator. User pertama

    adalah user skripsi 1, user ke dua adalah user skripsi 2 dan user ke tiga adalah

    user skripsi 3 sehingga didapatkan tiga user yang telah dikenalkan dalam VSOM.

    Untuk mengetahui apakah fitur Interconnect Over Cloud berjalan, maka

    diperlukan percobaan untuk mengetahuinya. Setelah user pada Active Directory

    dikenalkan pada VSOM, maka langkah selanjutnya adalah uji coba login VSOM

    menggunakan user pada Active Directory.

    User yang ada telah diberikan Roles yang berbeda – beda sebagai indikator

    bahwa hasil uji coba login tersebut berhasil. Pada uji coba menggunakan user

    pertama, yaitu skripsi 1, menggunakan username “skripsi 1” dan password

    “skripsi1” seperti yang telah dibuat pada Server Active Directory. Pada Gambar

    17 terlihat bahwa deskripsi yang muncul setelah login pada sebelah kanan atas

    bernama “skripsi user satu”, deskripsi tersebut terdapat pada konfigurasi add user

    pada tahap sebelumnya.

    Gambar 17. Tampilan Menu User skripsi 1.

    Pengujian berikutnya juga dilakukan pada ke dua user yang tersisa yaitu user

    ke dua dan user ke tiga. Melakukan login menggunakan user dan password yang

    sama dengan yang ada pada Server Active Directory. Perbedaan dari seluruh user

    yang berhasil login adalah pada tampilan menu, dimana tiap user mempunyai

    Roles yang berbeda, sesuai dengan yang telah dipilih pada langkah sebelumnya,

    menu yang tampil berbeda, antara Administrator, Operator, dan keduanya atau

  • disebut Super User, tampilan dari ke dua user ditunjukkan oleh Gambar 18 dan

    Gambar 19.

    Gambar 18. Tampilan Menu User skripsi 2

    Gambar 19. Tampilan Menu User skripsi 3

    Setelah tahap pengujian login maka dilanjutkan dengan tahap optimize yaitu

    uji coba terakhir dari seluruh sistem yang telah dibangun. User mengakses server

    1 menggunakan web browser dengan menembak IP server 1 sehingga terdapat

    tampilan seperti pada Gambar 20.

    Gambar 20. Tampilan Web Server pada Server 1 Gambar 20 adalah tampilan dari Web Server yang ada pada server 1, pada

    tampilan tersebut terdapat sebuah tombol yaitu VSOM Access, apabila user

    menekan tombol tersebut, maka user diarahkan menuju server 2 dimana terdapat

    aplikasi VSOM di dalamnya sehingga terdapat tampilan seperti pada Gambar 15.

    Pada Gambar 15 terdapat sebuah autentifikasi untuk login, autentifikasi

    tersebut meliputi user dan password, user dan password diambil dari Active

    Directory yang ada pada server 1 menggunakan port 389, dalam percobaan

  • simulasi sederhana ini dapat diambil kesimpulan bahwa fitur Interconnect Over

    Cloud dapat dibuat menggunakan port universal dalam penelitian yang saya

    lakukan adalah port 80 dan 389.

    5. Simpulan

    Dari simpulan data yang telah terkumpul, dapat ditarik sebuah kesimpulan.

    Jumlah pengguna layanan Cloud Computing saat ini dapat dikatakan cukup tinggi

    karena Cloud Computing dianggap sebagai hal yang penting dalam kehidupan

    sehari - hari, banyak pengguna layanan Cloud Computing yang memiliki atau

    menggunakan lebih dari satu penyedia layanan Cloud Computing. Interconnect

    Over Cloud adalah sebuah fitur baru di dalam layanan Cloud Computing, fitur ini

    memungkinkan sebuah penyedia layanan Cloud Computing dapat berkomunikasi

    dengan layanan Cloud Computing lainnya. Dari data yang didapat terlihat bahwa

    kebutuhan akan fitur Interconnect Over Cloud saat ini cukup tinggi namun tidak

    diiringi dengan jumlah penyedia layanan Cloud Computing yang telah

    menyediakan fitur ini, tingginya minat responden terhadap fitur ini juga dapat

    terlihat pada data yang menunjukan mengenai jumlah responden yang

    menggunakan fitur Interconnect Over Cloud. Dari analisis awal maka dibuatlah

    sebuah simulasi sederhana mengenai Interconnect Over Cloud.

    Pada tahap implementasi menunjukan bahwa dua buah penyedia layanan

    Cloud Computing dapat saling terhubung menggunakan protokol universal.

    Protokol yang digunakan adalah protokol Lightweight Directory Access Protocol

    (LDAP), yaitu port 389 pada Server 1, untuk penggunaan port selain port LDAP

    yaitu 389, dapat juga diimplementasikan menggunakan port universal lain seperti

    port 80 yang digunakan untuk HTML, port 21 yang digunakan untuk FTP, port

    110 yang digunakan untuk Email POP3, dan port 6901 dan 6891 sampai 6900

    yang digunakan untuk MSN Messenger. Selain menggunakan port universal,

    dapat juga menggunakan Aplication Programing Interface (API), API adalah

    sekumpulan perintah, fungsi dan protocol yang disediakan oleh sistem komputer

    atau library program yang berfungsi untuk mensupport sebuah program

    berkomunikasi dengan sistem operasi atau hardware. Cisco yang selama ini

    dikenal selalu membuat protocol tertutup seperti OSPF masih dapat terhubung

    dengan perangkat lain menggunakan port universal, hal ini membuktikan bahwa

    Interconnect Over Cloud mudah dibuat dan hemat menggunakan universal

    protocol.

    6. Daftar Pustaka

    [1] Sudaryono, Diah Aryani dan Ira Tyas Ningrum, 2012, Cloud Computing : Teori dan Implementasinya dalam Dunia Bisnis dan Pemasaran, Journal

    CCIT. Volume 5 No. 2.

    [2] Afdhal, 2013, Studi Perbandingan Layanan Cloud Computing, Jurnal Rekayasa Elektrik. Volume. 10 No. 4.

    [3] Moedjiono, 2010, Cloud Computing : Gelombang Informatisasi Layanan Dunia Bisnis Masa Depan, Jurnal TELEMATIKA MKOM. Volume 2 No. 2.

  • [4] Mohammed, Arif, 2009, A History of Cloud Computing, http://www.computerweekly.com/Articles/2009/06/10/235429/A-history-of-

    cloud-computing.htm. Diakses tanggal 4 Februari 2015 pukul 18.44 WIB.

    [5] Mell Peter, Grance Timothy, 2011, The NIST Definition of Cloud Computing, U.S Department of Commerce Special Publication 800-145.

    [6] Syaikhu, Akhmad, 2012, Komputasi Awan (Cloud Computing) Perpustakaan Pertanian, Jurnal Pustakawan Indonesia. Volume 10 No. 1.

    [7] Johnson, Thomas, 2013, All data stored on cloud computing services can be accessed by US government without a warrant,

    http://endthelie.com/2013/01/30/all-data-stored-on-cloud-computing-

    services-can-be-accessed-by-us-government-without-a-warrant/. Diakses

    tanggal 8 Februari 2015 pukul 13.03 WIB.

    [8] Rouse, Margaret, 2005, Port, http://searchnetworking.techtarget.com/definition/port. Diakses tanggal 7

    Februari 2015 pukul 11.24 WIB.

    [9] Bauer, Jason, 2003, How to Port Forward a Router, http://portforward.com/english/routers/port_forwarding/. Diakses tanggal 21

    Februari 2015 pukul 16.43 WIB.

    [10] Occhiogrosso, Stephen. J, The Cisco PPDIOO Life Cycle, http://ccie-or-null.net/tag/ppdioo/. Diakses pada tanggal 23 Februari 2015 pukul 11.31

    WIB.