-
1. Pendahuluan
Pada saat ini, seiring dengan berkembangnya IT terutama pada
negara –
negara maju, menjadikan para peneliti berlomba – lomba untuk
menemukan
inovasi baru. Para peneliti terus mencoba untuk mengembangkan
teknologi yang
sudah ada agar menjadi lebih bermanfaat dan dapat lebih effisien
diterapkan
dalam kehidupan sehari – hari. Berawal dari sebuah super
komputer yang sudah
diciptakan yang dalam pandangan orang awam komputer tersebut
dapat dikatakan
sudah dapat memenuhi kebutuhan komputasi saat ini namun tidak
dalam
pandangan peneliti mereka masih menganggap bahwa teknologi
tersebut masih
kurang mampu untuk melakukan komputasi baik saat ini ataupun
masa depan
sehingga munculah teknologi Cloud Computing.
Cloud Computing, disadari atau tidak telah mengubah dunia bisnis
dan
industri secara drastis seperti yang dikenal sekarang. Tidak
hanya dari segi
perusahaan – perusahaan IT namun juga dari segi pemakai atau
user mulai
mengarahkan perhatian ke Cloud Computing. Perusahaan –
perusahaan akan
memulai untuk berpindah ke server Cloud karena lebih
cost-efficient, yang berarti
tidak perlu membeli peralatan yang mahal seperti software atau
hardware, tidak
perlu mempekerjakan teknisi IT untuk maintenance, dan
meminimalisir kegagalan
server hinga 75% [1].
Contoh penyedia jasa Cloud adalah jasa Cloud milik Google
seperti Google
Mail, Google Drive, Google Map, Google Calendar, dan Youtube.
Google Drive
adalah salah satu contoh layanan yang disediakan oleh Google
yang
memungkinkan pengguna untuk dapat menyimpan, mengakses dan
berbagi file
yang dimiliki pengguna dimana saja dan kapan saja. Permasalahan
terjadi ketika
dua buah Cloud server yang berbeda dicoba untuk dihubungkan,
contoh adalah
Cloud server milik Google yang tidak dapat dihubungkan dengan
Cloud server
lainnya seperti Cloud server milik Amazon dikarenakan perbedaan
protokol pada
tiap – tiap server.
Berdasarkan penjelasan dan perkembangan mengenai Cloud
Computing
dan Interconnect Over Cloud maka dalam penelitian ini akan
dirancang sebuah
penelitian mengenai apa itu Interconnect Over Cloud dan simulasi
Interconnect
Over Cloud sederhana serta penerapan sebuah aplikasi yang dapat
dipakai
menggunakan layanan Interconnect Over Cloud, sehingga dapat
ditarik
kesimpulan tentang peluang bisnis yang bisa didapat di dalam
layanan
Interconnect Over Cloud itu sendiri yang nantinya dapat
digunakan dan
dikembangkan sehingga dapat membantu pemakai dan penyedia jasa
Cloud dalam
konektifitas antar Cloud.
2. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dijelaskan
bahwa
Komputasi Awan melalui konsep virtualisasi, standarisasi dan
fitur mendasar
lainnya dapat mengurangi biaya teknologi informasi,
menyederhanakan
pengelolaan layanan teknologi informasi, dan mempercepat
penghantaran
layanan. Selain itu, dalam artikel tersebut juga menyebutkan
bahwa masih tetap
-
terdapat jenis – jenis layanan yang menjadi sangat effisien bila
dilakukan dengan
Cloud Computing [1]
Penelitian selanjutnya menjelaskan bahwa pemahaman yang baik
tentang
perbedaan klasifikasi Cloud Computing Delivery Service merupakan
hal yang
sangat berharga sebagai pengetahuan dasar dalam memahami sistem
Cloud
Computing bagi seluruh pengguna. Selain itu, dalam artikel ini
juga menyebutkan
bahwa Cloud Computing Delivery Service sangat diperlukan
mengingat model
bisnis mana yang dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan, sehingga
pada saat salah
satu layanan Cloud Computing ini dipilih dapat dipergunakan
dengan aman dan
nyaman oleh pengguna [2]. Penelitian lain yang meneliti mengenai
seberapa besar
peluang bisnis Cloud Computing di masa depan dikemukakan oleh
Moedjiono.
Moedjiono mengatakan bahwa ilmuwan, akademisi, dan
praktisi/professional
bidang komputer perlu mewaspadai dan mengikuti kecenderungan
perkembangan
teknologi ini untuk bisa ikut berkontribusi dan mendayagunakan
secara tepat
sesuai kebutuhan organisasi modern [3].
Cloud Computing merupakan perkembangan dari teknologi grid
computing
dan virtualisasi [4]. Pengertian sederhana Cloud Computing
adalah teknologi
komputasi yang memanfaatkan sumber daya secara bersama – sama
melalui
sebuah jaringan internet maupun intranet. National Institute of
Standards and
Technology (NIST) mendefinisikan Cloud Computing sebagai model
yang
memungkinkan untuk mengakses kumpulan sumber daya komputasi
(server,
media penyimpanan, aplikasi) darimana saja secara nyaman dan
sesuai
permintaan yang dapat disediakan secara cepat [5]. Cloud
Computing adalah
teknologi yang memanfaatkan layanan internet menggunakan pusat
server yang
bersifat virtual [6]. Skema Cloud Computing ditunjukan oleh
Gambar 1.
Gambar 1. Skema Cloud Computing [7]
Interconnect Over Cloud adalah sebuah fitur di dalam layanan
Cloud
Computing, fitur ini memungkinkan konektifitas antar dua atau
lebih layanan
Cloud Computing. Fitur ini adalah fitur baru yang masih dan
terus
dikembangkan, salah satunya oleh Google. Google Interconnect
adalah sebuah
fitur yang dikembangkan oleh Google, fitur ini memungkinkan
layanan Cloud
-
Computing milik Google untuk dapat berkomunikasi dengan penyedia
layanan
Cloud Computing lainnya, namun hingga saat ini tidak seluruh
penyedia layanan
dapat berkomunikasi melalui Google Interconnect.
Port dalam dunia komputer dapat dibagi menjadi dua, physical dan
virtual,
contoh dari physical port adalah Ethernet Port, USB Port, Serial
Port, sedangkan
virtual port adalah bagian dari sebuah jaringan TCP/IP. Port ini
memungkinkan
untuk berkomunikasi tanpa mengganggu kinerja dari physical port
[8]. Virtual
Port memiliki 65.536 port yang dapat dipilih dan digunakan [9].
Setiap program
di komputer yang menggunakan internet dalam kata lain adalah
program yang
bekerja secara online telah diprogram untuk melakukan pengiriman
paket melalui
port tertentu. Kadang port yang dipilih sudah ditentukan oleh
pembuat program
tersebut, namun ada juga yang memakai port standar sesuai dengan
fungsi dari
software atau aplikasi yang dipakai, saat ini penggunaan port
universal sudah
banyak diimplementasikan untuk menghubungkan banak perangkat,
contoh dari
port universal adalah : HTML memakai port 80, FTP menggunakan
port 21,
Email POP3 menggunakan port 110, MSN Messenger memakai port 6901
dan
6891 sampai 6900 [9].
Berdasarkan pada beberapa penelitian yang telah dilakukan
mengenai Cloud
Computing dan proses bisnis pada Cloud Computing maka akan
dilakukan analisis
proses bisnis dan implementasi aplikasi pada layanan
Interconnect Over Cloud.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai proses – proses
bisnis yang dapat
terjadi melalui kuesioner yang telah disebar pada kepada 100
responden meliputi
sebagian dosen dan mahasiswa, selain itu akan dilakukan simulasi
sederhana
mengenai fitur Interconnect Over Cloud. Dalam simulasi ini akan
menggunakan
dua buah server sebagai server cloud dan server aplikasi
menggunakan dua
internet service provider (ISP) yang berbeda sehingga dapat
dikatakan bahwa
kedua server ini sebagai dua buah cloud server yang berbeda.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu metode untuk
pengambilan
data yang nantinya digunakan untuk analisa proses bisnis dan
metode untuk
implementasi, Metode pengambilan data yang digunakan adalah data
primer. Data
primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek
penelitian dalam hal
ini adalah pengguna layanan Cloud Computing yang ada di
Universitas Kristen
Satya Wacana. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner yang
disebar di lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana,
responden berasal dari
sebagian dosen dan mahasiswa yang ada di Universitas Kristen
Satya Wacana.
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 100 bendel sehingga terdapat
100
responden yang mengisi, kuesioner tersebut berisikan pertanyaan
seputar Cloud
Computing dan survey mengenai Cloud Computing dalam kehidupan
sehari –
hari, setelah kuesioner terisi dan terkumpul, maka dilakukan
pengolahan data
yang nantinya dijadikan bahan acuan untuk kesimpulan dari
simulasi Interconnect
Over Cloud ini.
Pertanyaan pertama dalam kuesioner mengenai pengetahuan
mengenai
konsep Cloud Computing, pada pertanyaan ini dapat diketahui
berapa banyak
responden yang telah mengetahui tentang konsep Cloud Computing,
dengan
-
semakin banyaknya responden yang mengetahui konsep Cloud
Computing, pada
pertanyaan ini dapat terlihat berapa responden yang benar –
benar telah mengerti
mengenai konsep Cloud Computing dan responden yang hanya memakai
layanan
Cloud Computing tanpa mengerti konsep dari Cloud Computing itu
sendiri. Dari
pertanyaan ini, dapat dilakukan analisa terhadap tingkat
ketertarikan masyarakat
terhadap teknologi Cloud Computing itu sendiri. Semakin tinggi
jumlah
responden yang mengenal teknologi Cloud Computing, maka semakin
tinggi pula
ketertarikan masyarakat terhadap teknologi ini. Pertanyaan
ke-dua adalah survey
dari responden yang memiliki layanan Cloud Computing pribadi,
dalam hal ini
yang dimaksudkan adalah kepemilikan akun atau penggunaan layanan
Cloud
Computing, jumlah responden yang menjawab memiliki layanan
Cloud
Computing berlanjut pada pertanyaan berikutnya sedangkan yang
menjawab tidak
memiliki layanan Cloud Computing berhenti pada pertanyaan nomor
dua.
Semakin banyak jumlah pengguna layanan Cloud Computing maka
semakin
membuat penyedia layanan Cloud Computing untuk berlomba –
lomba
menawarkan yang terbaik dari layanan yang ditawarkan. Semakin
banyak jumlah
pengguna layanan Cloud Computing maka semakin membuat jasa
penyedia Cloud
Computing semakin diminati oleh masyarakat luas.
Setelah didapat responden yang memiliki layanan Cloud
Computing,
dilanjutkan pada pertanyaan ke-tiga yaitu jumlah layanan Cloud
Computing yang
dimiliki oleh responden. Pada pertanyaan ini didapatkan berapa
jumlah
responden yang memiliki layanan Cloud Computing lebih dari satu
penyedia
layanan Cloud Computing. Semakin banyak jumlah layanan Cloud
Computing
yang dimiliki oleh satu responden, maka semakin tinggi kebutuhan
masyarakat
terhadap fitur, fungsi, dan fasilitas pada layanan Cloud yang
ditawarkan.
Pertanyaan ke-empat adalah survey mengenai penyedia layanan yang
paling
sering dipakai oleh responden sehingga didapatkan penyedia
layanan yang paling
sering dipakai oleh responden. Pada pertanyaan ke-lima, membahas
mengenai
jenis layanan yang paling sering dipakai oleh responden,
terdapat tiga jenis
layanan yaitu Software as a Service (SaaS), Infrastructure as a
Service (IaaS) dan
Platform as a Service (PaaS). Pada ke-dua pertanyaan ini
menunjukan jenis
layanan dan penyedia layanan apa saja yang paling sering
digunakan oleh
responden sehingga didapatkan jenis layanan yang lebih
dibutuhkan oleh
responden.
Pertanyaan ke-enam membahas tentang tingkat pentingnya Cloud
Computing bagi responden. Hasil yang didapatkan menunjukan
pentingnya
sebuah Cloud Computing untuk responden dilanjutkan dengan
pertanyaan ke-
tujuh mengenai tingkat kepuasan terhadap layanan Cloud Computing
yang
digunakan saat ini oleh rsponden. Pada dua pertanyaan ini, maka
didapatkan data
mengenai seberapa penting dan seberapa puaskah responden
terhadap layanan
Cloud Computing saat ini. Pertanyaan ke-delapan membahas
mengenai fitur
Interconnect Over Cloud, pada pertanyaan ini dijelaskan mengenai
apa itu
Interconnect Over Cloud dan surver kepada responden mengenai
fitur tersebut
apakah dibutuhkan atau tidak, sehingga didapatkan data mengenai
kebutuhan
fitur Interconnect Over Cloud oleh responden. Selanjutnya pada
pertanyaan ke-
sembilan berisikan survey mengenai penyedia layanan yang
digunakan mengenai
-
ketersediaan fitur Interconnect Over Cloud, jika responden
menjawab bahwa
penyedia layanan yang dimiliki sudah memiliki fitur tersebut,
maka lanjut pada
pertanyaan berikutnya namun jika tidak maka responden berhenti
pada pertanyaan
ke-sembilan. Data yang didapat menunjukan tingkat kebutuhan
responden
terhadap fitur Interconnect Over Cloud, semakin banyak responden
yang
membutuhkan fitur Interconnect Over Cloud maka peluang bisnis
dari fitur ini
juga semakin besar. Pada pertanyaan ke-10 responden yang
menjawab diambil
dari responden pada pertanyaan ke-sembilan yang menjawab bahwa
fitur
Interconnect Over Cloud sudah tersedia pada penyedia layanan
yang dimiliki.
Pada pertanyaan ini dapat diketahui mengenai penggunaan fitur
Interconnect Over
Cloud oleh responden apakah responden telah menggunakan fitur
tersebut atau
belum. Pada pertanyaan ini, responden yang menjawab belum
menggunakan fitur
Interconnect Over Cloud berhenti pada pertanyaan ke-10 sedangkan
responden
yang menggunakan fitur Interconnect Over Cloud lanjut menjawab
pertanyaan
ke-11. Jumlah penyedia layanan Cloud Computing yang telah
memiliki fitur
Interconnect Over Cloud dan jumlah pengguna yang telah
menggunakan fitur ini
dapat menjadi acuan mengenai proses bisnis yang dapat terjadi
pada fitur
Interconnect Over Cloud. Pertanyaan ke-11 berisikan tentang
tingkat kepuasan
mengenai fitur Interconnect Over Cloud yang telah disediakan
oleh penyedia
layanan yang digunakan responden sehingga didapatkan data
mengenai tingkat
kepuasan responden terhadap fitur Interconnect Over Cloud yang
telah ada pada
penyedia layanan Cloud Computing yang dimiliki. Tingkat kepuasan
terhadap
fitur Interconnect Over Cloud juga dapat menjadi acuan terhadap
proses bisnis
yang dapat terjadi pada fitur ini. Pertanyaan ke-12 berisikan
survey mengenai
tingkat kebutuhan fitur Interconnect Over Cloud. Responden yang
menjawab
pertanyaan ini diambil dari responden yang memiliki akun atau
menggunakan
layanan Cloud Computing sehingga didapatkan data mengenai
pentingnya fitur
Interconnect Over Cloud dalam sebuah layanan Cloud Computing.
Data yang
diambil dari pertanyaan ini menjadi sebuah kesimpulan terhadap
kebutuhan
terhadap fitur Interconnect Over Cloud pada layanan Cloud
Computing yang
digunakan responden.
Metodologi penelitian yang digunakan untuk tahap implementasi
adalah
metode PPDIOO yang dikembangkan oleh CISCO. Metode ini digunakan
karena
dalam penelitian ini dilakukan implementasi aplikasi serta
dilakukan optimasi
sehingga memberikan hasil yang optimal. Tahapan-tahapan dalam
metode
PPDIOO diantaranya adalah prepare, plan, design, implement,
operate, optimize.
-
Gambar 2. Metode PPDIOO [10].
Dalam penelitian ini, tahap prepare atau persiapan dan
perencanaan
dilakukan secara bersama, karena antara persiapan dan
perencanaan keduanya
saling berhubungan dan menjadi dasar yang harus diperhatikan
sehingga tahap
selanjutnya menjadi lebih terarah. Dalam penelitian Implementasi
Interconnect
Over Cloud ini hal-hal yang dilakukan dalam persiapan adalah
melakukan studi
pustaka dan membuat rencana kerja. Pada tahap prepare juga
dilakukan analisis
awal, analisis awal didapat dari kuesioner yang disebar
berjumlah 100 rangkap,
responden meliputi sebagian dosen dan mahasiswa pada lingkup
Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga, kuesioner berikut meliputi 12
pertanyaan
mengenai Cloud Computing dan penggunaanya. Dari data yang
telah
dikumpulkan dapat diketahui bahwa sebanyak 77% atau sebanyak 77
orang dari
total 100 orang telah memiliki atau menggunakan layanan Cloud
Computing
membuktikan bahwa layanan Cloud Computing telah diketahui dan
digunakan
oleh sebagian besar orang, dalam hal ini responden yang diambil
adalah
mahasiswa dan dosen di Universitas Kristen Satya Wacana, dengan
data ini maka
dapat terlihat bahwa pengguna layanan Cloud Computing saat ini
dapat dikatakan
cukup banyak seperti ditunjukan oleh Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Kepemilikan Cloud Computing
Sebanyak 88.3% atau sejumlah 68 responden dari 77 responden
yang
menggunakan Cloud Computing memakai sebanyak dua atau tiga dan
bahkan ada
yang mempunyai lebih dari empat penyedia layanan Cloud
Computing, dari data
tersebut membuktikan bahwa sebagian besar responden memiliki
dan
menggunakan lebih dari satu penyedia layanan Cloud Computing
seperti
77
23
0
50
100
Ya Tidak
Kepemilikan Layanan Cloud Computing Pribadi
-
21
47
90 0
01020304050
Sangat Penting Penting Biasa Tidak Penting Sangat
TidakPenting
Seberapa Penting Layanan Cloud Computing
ditunjukan Gambar 4, maka dapat disimpulkan bahwa selain
banyaknya
responden yang memiliki atau menggunakan penyedia layanan Cloud
Computing
lebih dari satu penyedia layanan Cloud Computing jumlah penyedia
layanan
Cloud Computing saat ini juga sudah dapat dikatakan cukup
banyak.
Gambar 4. Grafik Jumlah Penyedia Layanan Cloud Computing yang
dipakai
Sebanyak 61% responden menganggap bahwa Cloud Computing
penting,
sebanyak 27.3% menganggap bahwa Cloud Computing sangat
penting,
menunjukan bahwa lebih dari 50% responden pengguna Cloud
Computing
memerlukan layanan tersebut dalam kehidupan sehari – hari
seperti ditunjukan
oleh Gambar 5. Dengan data ini dapat diukur seberapa tinggi
tingkat kepentingan
layanan Cloud Computing hadir di tengah – tengah masyarakat.
Gambar 5. Grafik Tingkat Kepentingan Cloud Computing
Pada Gambar 6 menunjukan bahwa sebanyak 79.2% dari jumlah
responden yang menggunakan layanan Cloud Computing memerlukan
adanya
fitur Interconnect Over Cloud, Interconnect Over Cloud adalah
fitur yang
memungkinkan dua buah layanan Cloud Computing untuk dapat
saling
berkomunikasi. Fitur ini dirasa sangat diperlukan bagi sebagian
besar responden.
9
2824
4
12
0
10
20
30
1 2 3 4 Lebih dari 4
Jumlah Penyedia Layanan Cloud Computing Yang Digunakan
61
16
0
50
100
Ya Tidak
Apakah Membutuhkan Fitur Interconnect Over Cloud
-
Gambar 6. Grafik Kebutuhan Interconnect Over Cloud
Sebanyak 37.7% responden menjawab bahwa penyedia layanan
Cloud
Computing yang digunakan saat ini telah memiliki fitur
Interconnect Over Cloud,
data ini didapat dari responden yang memakai Google sebagai
penyedia layanan
Cloud Computing, Google sendiri saat ini telah membuat sebuah
fitur
Interconnect Over Cloud yang bernama Google Interconnect.
Sedangkan sebesar
62.3% lainnya tidak memiliki fitur Interconnect Over Cloud
seperti ditunjukan
oleh Gambar 7. Dari data ini dapat diambil kesimpulan bahwa saat
ini penyedia
layanan Cloud Computing yang telah menggunakan fitur
Interconnect Over Cloud
masih sedikit.
Gambar 7. Grafik Fitur Interconnect Over Cloud pada Penyedia
Layanan
Pada Gambar 8, sebanyak 20 dari 29 responden yang
menggunakan
layanan Cloud Computing dimana layanan tersebut terdapat fitur
Interconnect
Over Cloud atau 69% responden menggunakan fitur tersebut, dan
sisanya tidak
menggunakan fitur tersebut. Google telah membuat fitur
Interconnect Over
Cloud bernama Google Interconnect pada layanan Cloud Computing
miliknya,
pengguna fitur ini bisa dikatakan cukup banyak, dilihat dari
data yang didapat,
lebih dari separuh dari total responden telah memakai fitur ini,
namun kurangnya
sosialisasi terhadap fitur ini dan keterbatasan partner juga
masih membatasi fitur
ini bisa berjalan dengan baik. Dengan data ini membuktikan bahwa
meskipun
fitur Interconnect Over Cloud ini masih terbilang baru, namun
minat masyarakat
untuk mencoba dan menggunakan fitur ini terbilang cukup
tinggi.
Gambar 8. Grafik Pengguna Fitur Interconnect Over Cloud
29 48
1
10
Ya Tidak
Apakah Penyedia Layanan Cloud Computing Yang Dipakai Telah
Menggunakan Fitur
Interconnect Over Cloud
-
Sebanyak 64.9% dari total responden yang memiliki layanan
Cloud
Computing pribadi merasa bahwa fitur Interconnect Over Cloud
penting dan
sebanyak 23.4% responden menyatakan bahwa fitur tersebut dirasa
sangat penting
seperti ditunjukan oleh Gambar 9.
Gambar 9. Grafik Tingkat Kepentingan Interconnect Over Cloud
Dari simpulan data yang telah terkumpul, dapat ditarik sebuah
kesimpulan.
Jumlah pengguna layanan Cloud Computing saat ini dapat dikatakan
cukup tinggi
karena Cloud Computing dianggap sebagai hal yang penting dalam
kehidupan
sehari - hari, banyak pengguna layanan Cloud Computing yang
memiliki atau
menggunakan lebih dari satu penyedia layanan Cloud Computing.
Interconnect
Over Cloud adalah sebuah fitur baru di dalam layanan Cloud
Computing, fitur ini
memungkinkan sebuah penyedia layanan Cloud Computing dapat
berkomunikasi
dengan layanan Cloud Computing lainnya. Dari data yang didapat
terlihat bahwa
kebutuhan akan fitur Interconnect Over Cloud saat ini cukup
tinggi namun tidak
diiringi dengan jumlah penyedia layanan Cloud Computing yang
telah
menyediakan fitur ini, tingginya minat responden terhadap fitur
ini juga dapat
terlihat pada data yang menunjukan mengenai jumlah responden
yang
menggunakan fitur Interconnect Over Cloud. Setelah tahap Prepare
dirasa cukup,
tahapan lain yang harus di lakukan adala Plan. Hal yang
dilakukan dalam tahap
ini adalah analisis kebutuhan perangkat keras dan perangkat
lunak yang
digunakan.
Perangkat lunak yang digunakan dalam simulasi ini adalah Windows
Server
2008 R2 yang digunakan sebagai sistem operasi pada server 1 yang
berfungsi
sebagai Active Directory, Open SUSE Linux Enterprise Server 10
SP1 yang
digunakan sebagai sistem operasi pada server 2 atau server
aplikasi, Cisco Video
Surveillance Operation Manager yang digunakan sebagai aplikasi
yang
diimplementasikan pada server 2, VMWare 8.0.2 yang digunakan
sebagai Virtual
Machine dari server 2, IIS 7 dan PHP Manager yang digunakan
sebagai web
server yang diimplementasikan pada server 2. Perangkat keras
yang digunakan
pada penelitian ini ditunjukan pada Tabel 1.
18
50
3 6 00
20
40
60
Sangat Penting Penting Biasa Tidak Penting Sangat
TidakPenting
Seberapa Penting Fitur Interconnnect Over Cloud
-
Tabel 1. Spesifikasi Hardware yang digunakan
Hardware Spesifikasi Keterangan Server 1
- Processor Intel Core 2 Duo E6300 1,86GHz
- RAM 2 GB - 1 buah Gigabit Ethernet Card - 80 GB SATA Hard
Disk
Berfungsi sebagai
server database atau
cloud server 1
Server 2 - Processor Intel Core i5 M460 Arrandale 2,53GHz
- RAM 2 GB - 1 buah Gigagbit Ethernet
Card
- 20 GB SATA Hard disk
Berfungsi sebagai
server aplikasi atau
cloud server 2
Komputer server database dan server aplikasi merupakan server
yang
dibangun dalam satu pc dan satu laptop. Keduanya menjadi server
cloud yang
berdiri sendiri – sendiri yang nantinya dipakai sebagai server
database dan server
aplikasi.
Setelah persiapan hardware dan software pada tahap Plan
selesai,
selanjutnya masuk pada tahapan Design. Design merupakan tahap
perancangan
topologi jaringan yang digunakan. Topologi jaringan fisik yang
digunakan dalam
penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 10. Design merupakan
tahap awal
sebelum membangun sistem secara keseluruhan. Sebelum sistem
dibangun
diperlukan adanya blue print, sehingga sistem bisa dibangun
dengan baik.
Membuat topologi jaringan adalah hal yang dilakukan dalam tahap
ini, sehingga
bisa terlihat gambaran sederhana bagaimana sistem nantinya
diaplikasikan.
Gambar 10. Perancangan Topologi
Pada Gambar 10 terdapat dua Cloud server, peran masing – masing
Cloud
server adalah sebagai server database dan server aplikasi. Pada
server database
-
di tanamkan Active Directory yang digunakan pada aplikasi yang
tertanam pada
server 2 sebagai user untuk login kedalam aplikasi yang ada pada
server 2 dan
Web Service menggunakan IIS7 sehingga server 1 mempunyai dua
fitur yaitu Web
Service dan Active Directory dimana fitur Web Service pada
server 1 menjadikan
server 1 dapat dikatakan sebagai sebuah Cloud. Server database
dan server
aplikasi berada dalam dua jaringan yang berbeda, menggunakan dua
IP public
yang berbeda sehingga bisa dikatakan bahwa server database dan
server aplikasi
adalah dua cloud server yang berdiri sendiri – sendiri. Masing –
masing fisik PC
server mempunyai satu ethernet card dan konfigurasi pengalamatan
IP dari
masing – masing ethernet card tersebut ditunjukan pada Tabel
2.
Tabel 2. Pengalamatan IP tiap Server
Komputer Network Card IP Address
Server 1 Eth 0 222.124.21.115
Server 2 Eth 0 103.26.128.85
Tahap Implementasi adalah tahap membangun sistem yang telah
dirancang, dalam hal ini implementasi yang dilakukan adalah
pembuatan Active
Directory dan user pada server 1 yang nantinya digunakan sebagai
database user
untuk login pada server 2, pembuatan web server pada server 1,
implementasi
aplikasi pada server 2, menghubungkan antar kedua server, dan
menambahkan
user pada aplikasi
Setelah tahap implementasi selesai, maka dalam tahap ini
dilakukan
ujicoba terhadap interconnect over cloud yang telah dibuat, sisi
client masuk ke
server aplikasi sehingga didapatkan sebuah aplikasi yang dapat
berjalan pada sisi
client, aplikasi didapatkan dari server aplikasi dimana aplikasi
tersebut
menggunakan server 1 sebagai database untuk login menggunakan
Active
Directory pada server 1. Pada tahap operate juga dilakukan
analisis terhadap
sistem yang berjalan. Analisa yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui apakah
sistem telah bekerja sesuai dengan landasan teori yang
dibuat.
Langkah terakhir adalah tahap optimize. Pada tahap ini dilakukan
ujicoba
terakhir dari aplikasi yang digunakan sebagai media percobaan
simulasi
interconnect over cloud ini. Setelah itu dilakukan pencocokan
hasil dari simulasi
ini dengan data dari kuesioner yang telah dibagikan kepada
beberapa responden
sehingga didapatkan kesimpulan berdasarkan pengamatan dari data
yang
didapatkan dari kuesioner dengan data yang didapatkan dari
simulasi ini.
4. Hasil dan Pembahasan
Implementasi yang dilakukan meliputi pembuatan Active Directory
dan
implementasi aplikasi pada Cloud yang berbeda. Penggunaan Active
Directory
pada cloud 1 ditujukan sebagai database user yang nantinya
digunakan dalam
aplikasi VSOM pada cloud 2 dan Web Server yang ditujukan agar
Cloud 1 dapat
disebut sebagai Cloud Computing. Setelah Active Directory
terpasang dan
implementasi aplikasi berhasil dilakukan, maka dilakukan
pengujian untuk
-
melakukan pengujian fitur Interconnect Over Cloud dengan cara
melakukan
pengujian login.
Langkah awal yang disiapkan dalam pembuatan Active Directory
ini
adalah instalasi Windows Server 2008 R2, setelah Windows Server
siap
digunakan, langkah selanjutnya adalah pembuatan forest. Forest
adalah suatu
wadah atau tempat untuk menampung banyak domain dalam suatu
server, setelah
forest terbentuk, langkah selanjutnya adalah pembuatan domain,
dalam penelitian
ini, domain yang digunakan bernama server.cloud. Active
Directory kemudian
dibuat di dalam domain server.cloud yang telah dibuat sehingga
server saat ini
memiliki Active Directory di dalam sebuah forest dimana di dalam
forest tersebut
terdapat sebuah domain bernama server.cloud. Setelah pembuatan
Domain dan
Active Directory selesai, langkah selanjutnya adalah pemberian
IP Public pada
server ini.
Setelah tahapan pembuatan Domain dan Active Directiory selesai,
langkah
selanjutnya adalah pembuatan user, dalam tahap ini user yang
dibuat nantinya
dipakai sebagai user yang dapat digunakan untuk login pada
aplikasi Cisco Video
Surveillance Operation Manager (VSOM) 6.3.2.Pada tahap ini
dibuat tiga user,
masing – masing user nantinya diberikan previledges yang berbeda
– beda untuk
mengakses VSOM. Masing –masing user diberikan previledges
sebagai
Administrator, Operator, dan Super User. User pertama yang
dibuat diberikan
previledges sebagai Administrator, user ke dua diberikan
previledges sebagai
Operator sedangkan user ke tiga diberikan previledges sebagai
Administrator dan
Operator sehingga disebut Super User.
Pembuatan user pertama menggunakan username “skripsi 1” dan
password “skripsi1”, berada pada domain server.cloud, sehingga
terbentuk sebuah
user dengan username “skripsi 1” dan password “skripsi1” yang
nantinya
digunakan oleh VSOM demikian juga untuk user ke dua dan ke tiga,
user ke dua
menggunakan username “skripsi 2” dan password “skripsi2”
sedangkan pada user
ke tiga menggunakan username “skripsi 3” dan “skripsi3” sehingga
terdapat tiga
user seperti ditunjukan Gambar 11.
-
Gambar 11. Hasil Pembuatan Seluruh User.
Setelah pembuatan user maka langkah selanjutnya adalah pembuatan
Web
Server, Web Server ini nantinya menjadi salah satu fitur
tambahan pada Server 1,
sehingga jika IP dari Server 1 diakses dari luar jaringan maka
menampilkan
tampilan web dapat dikonfigurasi pada server 1 sesuai dengan
keinginan, pada
langkah ini pembuatan Web Server menggunakan Internet
Information Service
(IIS 7). Langkah pertama adalah instalasi IIS 7 pada server 1,
installasi IIS 7 pada
Windows Server 2008 R2 menggunakan cara yang berbeda dengan
Windows
Desktop seperti Windows 7, Windows 8, dan lain sebagainya.
Instalasi IIS 7 pada
Windows Server dilakukan melalui Server Manager pada Windows
Server
dengan cara menambahkan Role. Setelah IIS7 terpasang pada Server
1, yang
dilakukan selanjutnya adalah implementasi halaman web pada IIS7,
file Hyper
Text Markup Language (HTML) yang diimplementasikan berada pada
folder
C:\inetpub\wwwroot.
VSOM atau Video Surveillance Operation Manager adalah sebuah
software yang diciptakan oleh Cisco sebagai sebuah software yang
membantu
dalam manajemen dan mengkonfigurasi video secara effisien dan
efektif. VSOM
diimplementasikan pada sebuah Virtual Machine (VM), sistem
operasi yang
digunakan adalah Open SUSE.
Konfigurasi awal dalam implementasi VSOM adalah pemberian IP
Public
pada VM yang telah dibuat, VSOM yang tersedia telah diberikan
user dan
password default yaitu “root” untuk username dan “secur4u” untuk
password.
Tampilan login VSOM dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Tampilan Login Open SUSE.
Pemberian IP dilakukan melalui panel YAST, pada panel ini
terdapat
beberapa menu untuk untuk konfigurasi pada Open SUSE. Untuk
menambah IP,
yang kita lakukan adalah mengedit alamat IP pada network card
yang ada pada
hardware tersebut. Setelah pemberian IP selesai, pengujian
berikutnya adalah
mencoba untuk melakukan koneksi antar dua server.
Setelah dua Server terkoneksi, maka langkah selanjutnya
adalah
penggabungan ke dua buah Server. Langkah ini bertujuan untuk
mengambil user
-
yang ada pada Server Active Directory sehingga dapat digunakan
untuk login
pada VSOM. Langkah awal adalah melakukan konfigurasi LDAP pada
VSOM
melalui PC Client, LDAP atau Lightweight Directory Access
Protocol adalah
protokol client/server yang digunakan untuk mengakses dan
mengelola direktori
informasi. LDAP membaca dan mengedit melalui jaringan IP dan
berjalan
langsung di atas TCP/IP menggunakan format string sederhana
untuk transfer
data (Janssen, Cory, 2010).
Untuk melakukan konfigurasi LDAP pada VSOM, langkah pertama
yang
harus dilakukan adalah membuka console VSOM atau Video
Surveillance
Management Console (VSMC) melalui client, untuk membuka console
dari
VSOM, yang harus dilakukan adalah mengakses IP VSOM dari client.
IP yang
harus diakses adalah http://222.124.21.115/vsmc sehingga
didapatkan tampilan
seperti pada Gambar 13 yang nantinya diperlukan autentifikasi
untuk masuk ke
dalam console tersebut menggunakan username “root” dan password
“secur4u”.
Gambar 13. Tampilan Login VSMC.
Setelah masuk ke halaman Operation Manager pada VSMC,
langkah
selanjutnya adalah mengenalkan Active Directory pada VSOM, pada
halaman
tersebut terlihat pengaturan seperti, tipe autentifikasi, host
name, host port, dan
domain control. Tipe autentifikasi yang digunakan adalah LDAP
Server, host
name adalah alamat Server Active Directory, sehingga host name
yang diisi
adalah IP Server Active Directory yaitu 103.26.128.85, host port
yang digunakan
adalah 389, port 389 adalah port yang digunakan LDAP, domain
control adalah
nama domain dari Server Active Directory yaitu server.cloud
hingga didapatkan
tampilan seperti Gambar 14.
-
Gambar 14. Tampilan Operation Manager.
Setelah berhasil pada tahap sebelumnya, maka VSOM sudah
terhubung ke
Server Active Directory. Langkah selanjutnya adalah mengenalkan
user yang ada
pada Server Active Directory, karena VSOM tidak dapat langsung
mengenali user
yang ada pada Server Active Directory lain. Langkah pertama
untuk mengenalkan
user yang ada pada Server Active Directory adalah mengakses
alamat IP VSOM
yaitu http://222.124.21.115 yang menampilkan tampilan login
untuk masuk ke
dalam VSOM dengan menggunakan username “root” dan password
“secur4u”seperti ditunjukan oleh Gambar 15.
Gambar 15. Tampilan Login VSOM.
Setelah berhasil masuk ke dalam VSOM, maka langkah selanjutnya
adalah
menambahkan user pada VSOM, untuk menambahkan user, yang
harus
dikenalkan pada VSOM adalah nama user yang ada pada Server
Active Directory.
Pada langkah ini terdapat beberapa pengaturan untuk mengenalkan
user yang ada
pada Server Active Directory antara lain pengaturan User Name
dan Roles yang
-
diterapkan pada user tersebut. Terdapat dua buah Roles yang
dapat dipilih, antara
lain Administrator dan Operator seperti terlihat dalam Gambar
16.
Gambar 16. Tampilan Add Roles.
Roles yang dipakai berbeda – beda pada tiap user, user pertama
diberikan
Roles sebagai Administrator, user ke dua diberikan Roles sebagai
Operator dan
user ke tiga diberikan Roles sebagai Administrator dan Operator.
User pertama
adalah user skripsi 1, user ke dua adalah user skripsi 2 dan
user ke tiga adalah
user skripsi 3 sehingga didapatkan tiga user yang telah
dikenalkan dalam VSOM.
Untuk mengetahui apakah fitur Interconnect Over Cloud berjalan,
maka
diperlukan percobaan untuk mengetahuinya. Setelah user pada
Active Directory
dikenalkan pada VSOM, maka langkah selanjutnya adalah uji coba
login VSOM
menggunakan user pada Active Directory.
User yang ada telah diberikan Roles yang berbeda – beda sebagai
indikator
bahwa hasil uji coba login tersebut berhasil. Pada uji coba
menggunakan user
pertama, yaitu skripsi 1, menggunakan username “skripsi 1” dan
password
“skripsi1” seperti yang telah dibuat pada Server Active
Directory. Pada Gambar
17 terlihat bahwa deskripsi yang muncul setelah login pada
sebelah kanan atas
bernama “skripsi user satu”, deskripsi tersebut terdapat pada
konfigurasi add user
pada tahap sebelumnya.
Gambar 17. Tampilan Menu User skripsi 1.
Pengujian berikutnya juga dilakukan pada ke dua user yang
tersisa yaitu user
ke dua dan user ke tiga. Melakukan login menggunakan user dan
password yang
sama dengan yang ada pada Server Active Directory. Perbedaan
dari seluruh user
yang berhasil login adalah pada tampilan menu, dimana tiap user
mempunyai
Roles yang berbeda, sesuai dengan yang telah dipilih pada
langkah sebelumnya,
menu yang tampil berbeda, antara Administrator, Operator, dan
keduanya atau
-
disebut Super User, tampilan dari ke dua user ditunjukkan oleh
Gambar 18 dan
Gambar 19.
Gambar 18. Tampilan Menu User skripsi 2
Gambar 19. Tampilan Menu User skripsi 3
Setelah tahap pengujian login maka dilanjutkan dengan tahap
optimize yaitu
uji coba terakhir dari seluruh sistem yang telah dibangun. User
mengakses server
1 menggunakan web browser dengan menembak IP server 1 sehingga
terdapat
tampilan seperti pada Gambar 20.
Gambar 20. Tampilan Web Server pada Server 1 Gambar 20 adalah
tampilan dari Web Server yang ada pada server 1, pada
tampilan tersebut terdapat sebuah tombol yaitu VSOM Access,
apabila user
menekan tombol tersebut, maka user diarahkan menuju server 2
dimana terdapat
aplikasi VSOM di dalamnya sehingga terdapat tampilan seperti
pada Gambar 15.
Pada Gambar 15 terdapat sebuah autentifikasi untuk login,
autentifikasi
tersebut meliputi user dan password, user dan password diambil
dari Active
Directory yang ada pada server 1 menggunakan port 389, dalam
percobaan
-
simulasi sederhana ini dapat diambil kesimpulan bahwa fitur
Interconnect Over
Cloud dapat dibuat menggunakan port universal dalam penelitian
yang saya
lakukan adalah port 80 dan 389.
5. Simpulan
Dari simpulan data yang telah terkumpul, dapat ditarik sebuah
kesimpulan.
Jumlah pengguna layanan Cloud Computing saat ini dapat dikatakan
cukup tinggi
karena Cloud Computing dianggap sebagai hal yang penting dalam
kehidupan
sehari - hari, banyak pengguna layanan Cloud Computing yang
memiliki atau
menggunakan lebih dari satu penyedia layanan Cloud Computing.
Interconnect
Over Cloud adalah sebuah fitur baru di dalam layanan Cloud
Computing, fitur ini
memungkinkan sebuah penyedia layanan Cloud Computing dapat
berkomunikasi
dengan layanan Cloud Computing lainnya. Dari data yang didapat
terlihat bahwa
kebutuhan akan fitur Interconnect Over Cloud saat ini cukup
tinggi namun tidak
diiringi dengan jumlah penyedia layanan Cloud Computing yang
telah
menyediakan fitur ini, tingginya minat responden terhadap fitur
ini juga dapat
terlihat pada data yang menunjukan mengenai jumlah responden
yang
menggunakan fitur Interconnect Over Cloud. Dari analisis awal
maka dibuatlah
sebuah simulasi sederhana mengenai Interconnect Over Cloud.
Pada tahap implementasi menunjukan bahwa dua buah penyedia
layanan
Cloud Computing dapat saling terhubung menggunakan protokol
universal.
Protokol yang digunakan adalah protokol Lightweight Directory
Access Protocol
(LDAP), yaitu port 389 pada Server 1, untuk penggunaan port
selain port LDAP
yaitu 389, dapat juga diimplementasikan menggunakan port
universal lain seperti
port 80 yang digunakan untuk HTML, port 21 yang digunakan untuk
FTP, port
110 yang digunakan untuk Email POP3, dan port 6901 dan 6891
sampai 6900
yang digunakan untuk MSN Messenger. Selain menggunakan port
universal,
dapat juga menggunakan Aplication Programing Interface (API),
API adalah
sekumpulan perintah, fungsi dan protocol yang disediakan oleh
sistem komputer
atau library program yang berfungsi untuk mensupport sebuah
program
berkomunikasi dengan sistem operasi atau hardware. Cisco yang
selama ini
dikenal selalu membuat protocol tertutup seperti OSPF masih
dapat terhubung
dengan perangkat lain menggunakan port universal, hal ini
membuktikan bahwa
Interconnect Over Cloud mudah dibuat dan hemat menggunakan
universal
protocol.
6. Daftar Pustaka
[1] Sudaryono, Diah Aryani dan Ira Tyas Ningrum, 2012, Cloud
Computing : Teori dan Implementasinya dalam Dunia Bisnis dan
Pemasaran, Journal
CCIT. Volume 5 No. 2.
[2] Afdhal, 2013, Studi Perbandingan Layanan Cloud Computing,
Jurnal Rekayasa Elektrik. Volume. 10 No. 4.
[3] Moedjiono, 2010, Cloud Computing : Gelombang Informatisasi
Layanan Dunia Bisnis Masa Depan, Jurnal TELEMATIKA MKOM. Volume 2
No. 2.
-
[4] Mohammed, Arif, 2009, A History of Cloud Computing,
http://www.computerweekly.com/Articles/2009/06/10/235429/A-history-of-
cloud-computing.htm. Diakses tanggal 4 Februari 2015 pukul 18.44
WIB.
[5] Mell Peter, Grance Timothy, 2011, The NIST Definition of
Cloud Computing, U.S Department of Commerce Special Publication
800-145.
[6] Syaikhu, Akhmad, 2012, Komputasi Awan (Cloud Computing)
Perpustakaan Pertanian, Jurnal Pustakawan Indonesia. Volume 10 No.
1.
[7] Johnson, Thomas, 2013, All data stored on cloud computing
services can be accessed by US government without a warrant,
http://endthelie.com/2013/01/30/all-data-stored-on-cloud-computing-
services-can-be-accessed-by-us-government-without-a-warrant/.
Diakses
tanggal 8 Februari 2015 pukul 13.03 WIB.
[8] Rouse, Margaret, 2005, Port,
http://searchnetworking.techtarget.com/definition/port. Diakses
tanggal 7
Februari 2015 pukul 11.24 WIB.
[9] Bauer, Jason, 2003, How to Port Forward a Router,
http://portforward.com/english/routers/port_forwarding/. Diakses
tanggal 21
Februari 2015 pukul 16.43 WIB.
[10] Occhiogrosso, Stephen. J, The Cisco PPDIOO Life Cycle,
http://ccie-or-null.net/tag/ppdioo/. Diakses pada tanggal 23
Februari 2015 pukul 11.31
WIB.