Page 1
i
ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI
PADI SISTEM SUBAK (Kasus : Usahatani Padi Beras Merah
Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Bali)
PUTU DEBBY SARI MUSTIKA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Page 3
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Produksi dan
Pendapatan Usahatani Padi Sistem Subak (Kasus: Usahatani Padi Beras Merah
Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Bali) adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 4 April 2014
Putu Debby Sari Mustika
NIM H44090009
Page 5
i
ABSTRAK
PUTU DEBBY SARI MUSTIKA. Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani
Padi Sistem Subak (Kasus: Usahatani Padi Beras Merah Desa Jatiluwih,
Kecamatan Penebel, Tabanan, Bali). Dibimbing oleh UJANG SEHABUDIN.
Kabupaten Tabanan merupakan kabupaten yang menghasilkan padi paling
banyak di Provinsi Bali (BPS 2012). Kabupaten Tabanan memiliki luas lahan
panen padi terbesar yaitu 40 859 ha dengan jumlah produksi padi sebesar 210 762
ton dan produktivitas sebesar 5.16 ton/ha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi
pada usahatani padi dengan sistem Subak di Desa Jatiluwih dan menganalisis
pendapatan usahatani padi dengan sistem Subak di Desa Jatiluwih. Analisis fungsi
produksi menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas dan analisis
pendapatan usahatani didapatkan dengan mencari selisih antara total penerimaan
dan total pengeluaran. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi padi di
Desa Jatiluwih meliputi benih, pupuk Kandang, pupuk Urea, pupuk KCl, pestisida
cair, dan tenaga kerja. R/C rasio atas biaya tunai sebesar 2.95 dan nilai R/C rasio
atas biaya total sebesar 2.43 yang menunjukkan bahwa penerimaan yang diterima
petnai dapat menutupi seluruh biaya usahatani.
Kata kunci: analisis produksi, padi, pendapatan, Subak
ABSTRACT
PUTU DEBBY SARI MUSTIKA. Production and Revenue Analysis of Rice
Farm in Subak System. Supervised by UJANG SEHABUDIN.
The increasing of rice consumption level in Indonesia with high population
growth indicates the need for effort to increase the productivity of rice farm.
Tabanan as the district that produced the most rice in Bali is mentioned by BPS
(2012). Tabanan has 40 859 ha rice farm area with a total production of 210 762
ton of rice and productivity of 5.16 ton/ha. The purpose of this research are to
analyze the characteristics and the factors that affecting the rice production rice
farm at Jatiluwih, to analyze the income of rice farming at Jatiluwih. Production
function analysis use Cobb Douglas production function model and the analysis
of rice farm income earned by finding the gap between total revenue and total
expenditure. Factors that affecting rice production in Jatiluwih are seed,
fertilizer, urea, KCl, liquid pesticides, and labor. R/C ratio of the direct cost is
2.95 and R/C ratio of total cost is 2.43, which indicates that the revenue which is
received by the farmer can cover the entire cost of farming .
Keywords: analysis of production, revenue, rice, Subak
Page 7
iii
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI
PADI SISTEM SUBAK (Kasus : Usahatani Padi Beras Merah
Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Bali)
PUTU DEBBY SARI MUSTIKA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Page 9
v
Judul Skripsi : Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sistem Subak
(Kasus: Usahatani Padi Beras Merah Desa Jatiluwih, Kecamatan
Penebel, Tabanan, Bali)
Nama : Putu Debby Sari Mustika
NIM : H44090009
Disetujui oleh
Ir. Ujang Sehabudin
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Aceng Hidayat, MT.
Ketua Departemen
Tanggal Lulus: (....)
Page 10
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi dengan
judul Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi dengan Sistem Subak di
Desa Jatiluwih, Bali. Penelitian dilakukan pada bulan April 2013.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini, terutama
kepada :
1. Bapak (I Putu Pidada, S.E.) dan Mama tercinta (Ni Made Dewi Anggarini),
kedua adik tersayang (Made Surya Giri Mustika dan Nyoman Ima Sati
Mustika), serta Bu Mang (Ni Nyoman Sunapti), dan seluruh keluarga
besar yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan moril dan
materiil yang tak pernah terputus kepada penulis.
2. Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan, arahan,
motivasi, dan inspirasi dengan penuh kesabaran serta kebaikan sehingga
membuat skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Adi Hadianto, SP, M.Si. selaku dosen penguji utama dan Beni Osta
Nababan, S.Pi, M.Si. selaku dosen perwakilan departemen.
4. Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto selaku dosen pembimbing akademik
yang telah membimbing dan memberikan masukan serta arahan selama
penulis menjalani kuliah.
5. Ketua Subak Desa Jatiluwih Bapak Nyoman Sutama, BSc. yang telah
membantu penulis dalam mendampingi dan memperoleh data.
6. Teman-teman satu bimbingan (Gugat, Kukuh, Mufqi, Faithy, Tari, Willy,
dan Kiki) atas dukungan, semangat, saran, kritik dan menemani selama
menjalani proses pembuatan skripsi hingga selesai.
7. Eno, Astari, Nyoman, Ratna, Made Ayu, Mimi, Mayun, Yoga, Kartika,
Didi, Darya, seluruh teman-teman ESL angkatan 46 dan KMHD, terima
kasih atas kebersamaan, bantuan, semangat, dan motivasinya.
8. Seluruh Dosen dan Tenaga Pendidikan Departemen ESL yang telah
membantu penulis selama masa studi di Departemen ESL.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Semoga kebaikan
yang telah diberikan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat.
Bogor, April 2014
Putu Debby Sari Mustika
Page 11
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... vi
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah............................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................. 5
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................... 5
1.5. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................... 6
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usahatani Padi..................................................................................... 7
2.2. Biaya Usahatani................................................................................... 8
2.3. Pendapatan Usahatani.......................................................................... 9
2.4. Irigasi................................................................................................... 10
2.5. Kelembagaan........................................................................................ 10
2.6. Subak.................................................................................................... 11
2.7. Konsep Biaya Transaksi...................................................................... 12
2.8. Beras Merah......................................................................................... 13
2.9. Penelitian Terdahulu............................................................................ 14
2.10. Penelitian tentang Analisis Pendapatan Usahatani.............................. 15
2.11. Penelitian tentang Analisis Pendapatan dan Produksi......................... 15
3. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis................................................................ 17
3.1.1. Konsep Fungsi dan Elastisitas Produksi.................................. 17
3.1.2. Konsep Pendapatan, Penerimaan, dan Biaya.......................... 20
Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)......... 20
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional......................................................... 21
4. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu................................................................................. 24
4.2. Jenis dan Sumber Data......................................................................... 24
4.3. Metode Pengumpulan Data.................................................................. 24
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data................................................. 25
4.4.1. Analisis Fungsi Produksi........................................................ 25
4.5. Metode Pengujian Hipotesis................................................................. 28
4.5.1. Uji Statistik............................................................................. 28
Uji F........................................................................................ 29
Uji t......................................................................................... 29
Koefisien Determinasi (R-squared)........................................ 30
4.5.2. Uji Ekonometrik..................................................................... 30
Uji Normalitas........................................................................ 30
Uji Heteroskedastisitas........................................................... 31
Uji Multikolinearitas............................................................... 32
Uji Autokorelasi...................................................................... 32
4.5.3. Analisis Pendapatan Usahatani............................................... 32
Page 12
viii
4.5.4. Analisis Kelembagaan............................................................ 34
4.5.5. Uji Beda Dua Sample Bebas................................................... 35
4.6. Definisi Operasional............................................................................. 35
5. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
5.1. Gambaran Daerah Penelitian................................................................ 38
5.1.1. Wilayah dan Topografi........................................................... 38
5.1.2. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian............................. 38
5.1.3. Karakteristik Petani Responden.............................................. 40
5.1.4. Kelembagaan Subak............................................................... 43
6. KARAKTERISTIK USAHATANI PADI BERAS MERAH
6.1. Proses Budidaya................................................................................... 46
6.2. Penggunaan Input................................................................................. 49
6.3. Output Usahatani.................................................................................. 53
6.4. Alat-alat Petanian................................................................................. 55
6.5. Biaya Transaksi Kelembagaan Subak................................................. 56
7. ANALISIS USAHATANI PADI SISTEM SUBAK
7.1. Struktur Biaya Usahatani Padi Beras Merah per Hektar...................... 58
7.2. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Beras Merah............................... 66
8. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHATANI
PADI SITEM SUBAK
8.1. Analisis Fungsi Produksi.......................................................................70
8.2. Analisis Elastisitas Produksi dan Skala Usaha......................................80
9. SIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 93
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................94
LAMPIRAN........................................................................................................... 96
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. 116
Page 13
ix
DAFTAR TABEL
1. Luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman padi Indonesia tahun
2009-2013.................................................................................................. 1 2. Luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman padi Provinsi Bali
tahun 2007-2011........................................................................................ 2
3. Luas panen, produksi padi sawah dan padi ladang, dan rata-rata
produksi menurut Kabupaten/ Kota di Bali tahun 2012 bulan Januari-
Desember................................................................................................... 3 4. Sebaran penduduk Desa Jatiluwih menurut umur dan jenis kelamin........ 39 5. Sebaran penduduk Desa Jatiluwih menurut tingkat pendidikan................ 39
6. Sebaran penduduk Desa Jatiluwih menurut mata pencaharian.................. 40 7. Petani responden di Desa Jatiluwih berdasarkan umur............................. 43
8. Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan di Desa Jatiluwih
Tahun 2013................................................................................................ 43 9. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa
Jatiluwih..................................................................................................... 44
10. Karakteristik responden petani padi sawah berdasarkan status
kepemilikan lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013...................................... 44 11. Karakteristik petani responden berdasarkan status usahatani.................... 45
12. Rata-rata penggunaan benih berdasarkan tipe petani dan luas lahan di
Desa Jatiluwih tahun 2013......................................................................... 50
13. Rata-rata pupuk per hektar yang digunakan usahatani padi berdasarkan
tipe petani dan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013........................... 51 14. Rata-rata penggunaan pestisida pada usahatani padi berdasarkan tipe
petani dan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013.................................. 51 15. Rata-rata penggunaan tenaga kerja usahatani padi di Desa Jatiluwih
tahun 2013................................................................................................. 52 16. Rata-rata penggunaan tenaga kerja usahatani padi berdasarkan tipe
petani dan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013.................................. 53
17. Rata-rata penerimaan usahatani padi berdasarkan tipe petani dan luas
lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013........................................................... 53 18. Rata-rata biaya penyusutan pada alat-alat pertanian usahatani padi
sawah di Desa Jatiluwih tahun 2013.......................................................... 54 19. Rata-rata biaya penyusutan pada alat-alat pertanian usahatani padi
berdasarkan tipe petani dan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013....... 55 20. Rincian biaya transaksi usahatani padi Desa Jatiluwih tahun 2013.......... 56 21. Rincian biaya transaksi usahatani padi petani beras merah berdasarkan
tipe petani dan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013........................... 56 22. Struktur biaya rata-rata usahatani padi di Desa Jatiluwih tahun 2013....... 59
23. Struktur biaya rata-rata usahatani padi petani pemilik dan penggarap
berdasarkan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013............................... 61
24. Unit Cost usahatani padi beras merah di Desa Jatiluwih Tahun 2013...... 66 25. Pendapatan rata-rata usahatani padi beras merah di Desa Jatiluwih
dengan biaya transaksi tahun 2013............................................................ 67 26. Pendapatan rata-rata usahatani padi beras merah petani pemilik dan
penggarap berdasarkan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013.............. 68
Page 14
x
27. Rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi per hektar yang diusahakan petani responden pada usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun 2013.................................................................................. 69
28. Analisis ragam fungsi produksi usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun 2013................................................................................................. 70
29. Hasil parameter penduga fungsi produksi per hektar yang diusahakan petani responden pada usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun 2013........................................................................................................... 70
30. Analisis ragam fungsi produksi usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun 2013................................................................................................. 72
31. Hasil parameter penduga fungsi produksi per hektar yang diusahakan petani responden pada usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun 2013........................................................................................................... 72
32. Analisis ragam fungsi produksi usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun 2013................................................................................................. 74
33. Hasil parameter penduga fungsi produksi per hektar yang diusahakan petani responden pada usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun 2013........................................................................................................... 74
34. Analisis ragam fungsi produksi usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun 2013................................................................................................. 76
35. Hasil parameter penduga fungsi produksi per hektar yang diusahakan petani responden pada usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun 2013........................................................................................................... 76
36. Besaran koefisien regresi usahatani padi Sistem Subak di Desa Jatiluwih tahun 2013.................................................................................. 78
37. Hasil uji beda pendapatan.......................................................................... 82
DAFTAR GAMBAR
1. Hubungan antara Produk Total (PT), Produk Marjinal (PM), dan
Produk Rata-Rata (PR) ................................................................................... 20 2. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 24
DAFTAR LAMPIRAN
1. Gambar lokasi penelitian........................................................................... 88 2. Kuesioner penelitian.................................................................................. 89 3. Karakteristik petani responden.................................................................. 95 4. Bentuk Ln faktor-faktor produksi.............................................................. 98 5. Dokumentasi penelitian............................................................................. 101 6. Hasil olahan data penelitian dengan Minitab 14....................................... 102 7. Hasil olahan data penelitian dengan SPSS 20........................................... 108
Page 15
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor ekonomi terpenting di Indonesia karena sebagian
besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Menurut BPS (2014), hingga Agustus
2013 penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas yang bekerja pada sektor
pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan sebanyak 38 068 254
jiwa. Angka ini menunjukkan besarnya nilai sektor tersebut pada pendapatan negara
sebagai lapangan pekerjaan utama. Pertanian juga memiliki produktivitas yang tinggi
di Indonesia. Rincian luasan lahan panen, besar produksi, dan produktivitas tanaman
padi Indonesia pada tahun 2009-2013 dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman padi Indonesia tahun
2009-2013
Tahun Luas Panen(ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)
2009 12 883 576 64 398 890 4.99
2010 13 253 450 66 469 394 5.02
2011 13 203 643 65 756 904 4.98
2012 13 445 524 69 056 126 5.36
2013 13 837 213 71 291 494 5.15
Sumber: http://bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3&id_subyek=53¬ab=0 [diunduh 6 April 2014]
Peningkatan produksi padi terus mengalami peningkatan dari tahun 2009
hingga tahun 2010 yang ditunjukkan pada Tabel 1. Penurunan jumlah produksi padi
terjadi pada tahun 2011, dimana produksi hanya mencapai 65 756 904 ton. Pada
tahun 2012 produksi padi mencapai 69 056 126 ton padi dengan produktivitas sebesar
5.36 ton/ha. Penurunan produksi padi tidak dapat diprediksi, sementara jumlah
penduduk terus meningkat. Hal ini menunjukkan perlunya menjaga produktivitas padi
yang stabil karena besarnya kontribusi usahatani padi bagi masyarakat Indonesia.
Rata-rata konsumsi kalori per kapita sehari pada masyarakat Indonesia masih
didominasi oleh komoditi padi-padian. Padi-padian merupakan bahan makanan yang
paling banyak dikonsumsi di Indonesia per September 2013, yaitu sebesar 869.36
kkal/kapita sehari (BPS.2014). Konsumsi beras yang tinggi juga diikuti oleh
Page 16
2
peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang tinggi. Jumlah penduduk Indonesia
menurut sensus penduduk tahun 2000 mencapai 206 264 595 jiwa dan pada sensus
penduduk yang diadakan pada tahun 2010 meningkat menjadi 237 641 326 jiwa (BPS
2013). Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir terjadi
penambahan jumlah penduduk sebanyak 31 376 731 jiwa. Tingginya tingkat
konsumsi beras masyarakat Indonesia disertai laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi menunjukkan perlunya usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas
usahatani padi. Produktivitas usahatani didukung oleh faktor penunjang seperti sistem
irigasi. Petani harus membuat agar irigasi cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan
yang diperlukan usahatani dan juga keuntungan pemakaian irigasi tersebut
(Soekartawi 1986). Salah satu sistem pengelolaan sumberdaya air tradisional yang
terkenal terdapat di Bali (Gandakoesoemah 1975).
Bali merupakan daerah tujuan wisata yang sudah terkenal di mancanegara.
Selain sektor pariwisata, Bali juga memiliki potensi pada sektor pertaniannya.
Rincian luasan panen, produktivitas, dan produksi tanaman padi Provinsi Bali pada
tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman padi Provinsi Bali tahun
2007-2011
Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)
2009 150 283 878 764 5.85
2010 152 190 869 161 5.71
2011 152 585 858 316 5.63
2012 149 000 865 553 5.81
2013 149 010 857 157 5.75 Keterangan : Data Tahun 2011 adalah Angka Sementara;
Sumber : http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3[diunduh 6 April 2014]
Tabel 2 menunjukkan bahwa Produksi padi di Bali mengalami penurunan pada
tahun 2009 hingga 2011, tetapi mengalami peningkatan pada tahun 2012. Pada tahun
2009, produksi padi di Bali dapat mencapai angka 878 764 ton dengan produktivitas
sebesar 5.85 ton/ha, sedangkan pada tahun 2013 hanya mencapai 857 157 ton dengan
produktivitas 5.75/ha.
Page 17
3
Kabupaten Tabanan merupakan kabupaten dengan luas lahan panen padi
terbesar yaitu 39 437 ha dengan jumlah produksi padi sebesar 222 706 ton dan
produktivitas sebesar 5.65 ton/ha ditunjukkan oleh Tabel 3. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Kabupaten Tabanan merupakan penghasil padi terbesar di Bali
dibandingkan Kabupaten/Kota lainnya di Bali. Kabupaten Tabanan juga memiliki
sistem Subak yang dapat menggabungkan aspek pertanian, pariwisata, dan juga
kelompok sosial masyarakat Bali dalam mengelola irigasi.
Tabel 3. Luas panen, produksi padi sawah dan padi ladang, dan rata-rata produksi
menurut Kabupaten/ Kota di Bali tahun 2012 bulan Januari-Desember
Kabupaten/Kota Luas Panen
(ha) Produksi (ton)
Rata-Rata Produksi
(ton/ha)
1. Jembrana 9 298 59 297 6.38
2. Tabanan 39 437 222 706 5.65
3. Badung 19 708 120 754 6.13
4. Gianyar 30 111 174 007 5.78
5. Klungkung 5 560 33 740 6.07
6. Bangli 5 986 28 165 4.71
7. Karangasem 11 857 68 618 5.79
8. Buleleng 22 359 128 616 5.75
9. Denpasar 4 684 29 650 6.33
Jumlah 149 000 865 554 5.81 Sumber : http://bali.bps.go.id/tabel_detail.php?ed=607002&od=7&id=7 [diunduh 6 April 2014]
Usahatani di Bali dengan sistem Subak perlu dipertahankan demi
mempertahankan produksi padi yang dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat
Bali sehingga tidak lagi bergantung pada impor (Sutawan et. al 2005). Berdasarkan
pemaparan tersebut, menarik dan perlu untuk dilakukan penelitian mengenai Analisis
Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi dengan Sistem Subak di Desa Jatiluwih,
Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Hal ini dikarenakan Desa Jatiluwih
merupakan salah satu desa yang memiliki produksi padi tinggi dan tetap menjaga
sistem Subak yang telah diwarisi dari tahun ke tahun.
1.2. Perumusan Masalah
Salah satu desa yang produktivitas padinya tinggi adalah Desa Jatiluwih yang
terletak di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Desa Jatiluwih memiliki
Page 18
4
tanah sawah seluas 303 ha. Ada dua jenis padi yang ditanam pada wilayah
persawahan Desa Jatiluwih yaitu; padi merah tahunan dan padi hibrida (IR 64) yang
mana masing-masing jenis padi tersebut ditanam setahun sekali (Subadra dan Nadra
2006). Penetapan Jatiluwih sebagai warisan budaya dunia telah diputuskan dalam
sidang komite warisan dunia UNESCO di Saint Petersburg pada tanggal 29 Juni
2012. Sistem irigasi di Desa Jatiluwih dinamakan sistem Subak.
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun
1972 tentang Irigasi Daerah Bali, Subak adalah masyarakat hukum adat di Bali yang
bersifat sosio-agraris religius, yang secara historis didirikan sejak dahulu dan
berkembang terus sebagai organisasi penguasa tanah dalam bidang pengaturan air dan
lain-lain persawahan dari suatu sumber di dalam suatu daerah. Ciri khas Subak
terdapat dalam hal pelaksanaan kegiatan ritual keagamaan yang sangat padat dan
terkait erat dengan tahap-tahap pertumbuhan tanaman padi (Sutawan et al. 2005). Hal
ini menimbulkan pertanyaan mengenai karakteristik usahatani dengan sistem Subak
di Desa Jatiluwih tersebut dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi
padi pada usahatani dengan sistem Subak.
Subak kini semakin ditinggalkan oleh masyarakat Bali padahal fungsi utama
Subak adalah pengelolaan air untuk memproduksi pangan, khususnya beras, yang
merupakan makanan pokok utama bagi orang Bali, seperti halnya juga kebanyakan
penduduk Asia. Hal tersebut disebabkan pendapatan usahatani padi yang tidak
sebanding dengan biaya produksi dan masuknya arus globalisasi melalui perdagangan
bebas atau WTO sehingga masyarakat tidak lagi tertarik pada usahatani. Usahatani di
Bali dengan sistem Subak perlu dipertahankan demi mempertahankan produksi padi
yang dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Bali sehingga tidak lagi
bergantung pada impor (Sutawan et. al 2005). Sehubungan dengan hal tersebut maka
timbul pertanyaan bagaimanakah pendapatan usahatani padi dengan sistem Subak di
Bali.
Sehubungan dengan pemaparan tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
Page 19
5
1. Bagaimanakah karakteristik usahatani dan apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi padi pada usahatani dengan sistem Subak di Desa
Jatiluwih ?
2. Bagaimanakah pendapatan usahatani padi dengan sistem Subak di Desa
Jatiluwih?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk :
1. Menganalisis karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
padi pada usahatani padi dengan sistem Subak di Desa Jatiluwih;
2. Menganalisis pendapatan usahatani padi dengan sistem Subak di Desa
Jatiluwih;
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat :
1. Melatih kemampuan analisis penulis terhadap suatu permasalahan yang terkait
dengan analisis produksi dan pendapatan usahatani padi dengan
mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah;
2. Memberikan informasi bagi petani mengenai alokasi faktor-faktor produksi,
pendapatan, dan pentingnya menjaga keberlanjutan sistem Subak di Bali
sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam
melakukan produksi maupun bagi perbaikan usahatani padi selanjutnya;
3. Memberikan manfaat bagi pelaku usaha, pemerintah, maupun pemilik modal
yang berminat terhadap usahatani padi sehingga penelitian ini dapat menjadi
bahan rujukan dan informasi mengenai keuntungan usahatani padi dan sistem
Subak di Bali;
4. Memberikan manfaat bagi peneliti lain yang ingin meneliti usahatani padi
sebagai bahan referensi.
Page 20
6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis produksi dan pendapatan
usahatani padi sistem Subak di Desa jatiluwih, Tabanan, Bali. Ruang lingkup dan
keterbatasan dalam penelitian mencakup :
1. Penelitian ini melakukan analisis produksi usahatani dengan sistem Subak di
Desa Jatiluwih, Tabanan, Bali.
2. Ruang contoh dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang tergabung
dalam Subak di Desa Jatiluwih.
3. Data yang digunakan adalah data Cross Section pada tahun 2013, yaitu data
data hasil produksi, data penggunaan input usahatani, pendapatan, dan
pengeluaran.
4. Perhitungan elastisitas produksi yang dilakukan untuk jangka pendek dan
tidak melakukan proyeksi terhadap kondisi yang akan datang.
5. Indikator untung atau rugi suatu usahatani dalam penelitian ini adalah
pendapatan usahatani.
Page 21
7
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usahatani Padi
Soekartawi (2002) menyatakan ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi
masukan (input). Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani
mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi,
pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinu untuk menghasilkan
produksi tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat
(Rahim.dan.Hastuti.2007).
Menurut Soekartawi (2002), faktor-faktor produksi yang diperlukan dalam
suatu usahatani dibagi dalam dua aspek sebagai berikut.
1. Aspek Sumberdaya
Pada awalnya, aspek penting yang dimasukkan dalam klasifikasi sumberdaya
pertanian adalah aspek alam (tanah), modal, dan tenaga kerja. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dituntut adanya aspek lain yang dianggap penting
dalam pengelolaan sumberdaya produksi tersebut yaitu aspek manajemen. Hal
tersebut dikarenakan walaupun sumberdaya tersedia dalam jumlah yang memadai,
namun tanpa adanya kemampuan untuk mengelola yang baik, maka penggunaan
sumberdaya tersebut tidak akan lebih efisien.
2. Faktor Produksi Alam atau Tanah
Pengusahaan pertanian selalu didasarkan atau dikembangkan pada luasan lahan
pertanian tertentu. Pentingnya faktor produksi tanah, bukan saja dilihat dari segi luas
atau sempitnya lahan, tetapi juga segi yang lain, misalnya aspek kesuburan tanah,
macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan, dan sebagainya) dan topografi
(tanah dataran pantai, rendah, dan dataran tinggi).
Page 22
8
3. Faktor Produksi Modal
Petani dapat digolongkan menjadi golongan pemilik modal yang kuat dan
petani yang tidak bermodal kuat. Modal dalam usahatani dapat diklasifikasikan
sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk
menghasilkan sesuatu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu
proses produksi.
4. Faktor Produksi Tenaga Kerja
Dalam analisa ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja
dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai
adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Skala usaha akan mempengaruhi
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan menentukan macam tenaga kerja yang
bagaimana yang diperlukan.
5. Manajemen
Faktor produksi manajemen sangat berkaitan dengan efisiensi. Artinya,
walaupun faktor produksi tanah, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan modal dirasa
cukup, tetapi kalau tidak dikelola dengan baik (mismanagement), maka produksi
tinggi yang diharapkan juga tidak akan tercapai.
6. Aspek Kelembagaan
Aspek kelembagaan ini dapat berupa kelembagaan Pemerintah maupun non-
Pemerintah, tergantung dari segi kepentingannya. Kelembagaan formal dan
kelembagaan non formal tersebut sangat beragam.
2.2. Biaya Usahatani
Menurut Daniel (2002), biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang
diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh petani dalam proses produksi. Biaya dapat dibedakan menjadi empat
(Soekartawi et al. 1986), keempat kriteria tersebut adalah sebagai berikut.
1. Biaya Tetap
Biaya tetap ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang
diproduksi. Besarnya biaya tetap tidak tergantung pada jumlah output yang
Page 23
9
diproduksi dan tetap harus dikeluarkan walaupun tidak ada produksi. Komponen
biaya tetap, antara lain : pajak, tanah, pajak air, penyusutan alat, pemeliharaan tenaga
ternak, pemeliharaan traktor, biaya kredit atau pinjaman, dan lain sebagainya.
2. Biaya Variabel
Biaya variabel atau biaya tidak tetap ialah biaya yang berubah apabila luas
usahanya berubah. Komponen biaya variabel, antara lain : pupuk, benih atau bibit,
pestisida, upah tenaga kerja, biaya pemanenan, pengolahan tanah.
3. Biaya Tunai
Biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani dalam usahataninya. Biaya
tunai dari biaya tetap dapat berupa pajak tanah dan pajak air, sedangkan biaya tunai
dari biaya variabel antara lain biaya pemakaian bibit atau benih, pupuk, pestisida, dan
tenaga luar keluarga.
4. Biaya Tidak Tunai
Biaya tidak tunai adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan oleh petani
dalam menjalankan usahataninya, namun ikut diperhitungkan. Biaya tidak tunai dari
biaya tetap, antara lain : biaya sewa lahan milik sendiri, penyusutan alat-alat
pertanian, bunga kredit bank dan sebagainya. Biaya tidak tunai dari biaya variabel,
antara lain biaya untuk tenaga kerja dalam keluarga dalam pengolahan lahan dan
pencemaran, serta jumlah pupuk kandang yang dipakai. Biaya langsung adalah semua
biaya yang langsung digunakan dalam proses produksi (actual cost), sedangkan biaya
tidak langsung meliputi biaya penyusutan, dan lain sebagainya.
2.3. Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya,
atau dengan kata lain pendapatan usahatani meliputi pendapatan kotor atau
penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/ penerimaan total adalah
nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya
produksi (Rahim dan Hastuti 2007).
Page 24
10
2.4. Irigasi
Irigasi adalah usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan-bangunan
dan saluran-saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagi-
bagikan air ke sawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara yang teratur dan
membuang air yang tidak diperlukannya lagi setelah air itu dipergunakan dengan
sebaik-baiknya. Di Indonesia, irigasi yang dikelola oleh pemerintah dulu disebut
―irigasi rakyat‖ atau ―irigasi tradisional‖, tetapi menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku resminya disebut ―irigasi pedesaan‖ atau ―irigasi desa‖.
Irigasi tersebut telah dibangun dengan atau tanpa bantuan dari pemerintah dan
dikelola sepenuhnya oleh petani yang bersangkutan. Irigasi sejenis ini dapat disebut
―irigasi petani‖ (Gandakoesoemah 1975).
2.5. Kelembagaan
Yang dimaksud lembaga (institution) adalah organisasi atau kaidah-kaidah,
baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota
masyarakat tertentu baik dalam kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya
untuk mencapai tujuan tertentu (Mubyarto 1989). Menurut Ambler et al. (1991),
indikator keragaan (performance) kelembagaan terdiri dari efisiensi teknis, efisiensi
ekonomis, dan efisiensi sosial. Organisasi yang efisien secara teknis adalah organisasi
yang dapat mengoperasikan sarana fisik yang ada sedemikian rupa sehingga
jaringannya dapat mencapai efisiensi teknis yang setinggi mungkin. Efisiensi
ekonomis menurut teori ekonomi murni, setiap tindakan memerlukan biaya dan setiap
tindakan juga dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai. Nilai yang diharapkan itu
lebih besar dari biaya yang harus dikeluarkan, maka orang terdorong untuk
melakukannya. Kemampuan organisasi petani pengelola air untuk memperhitungkan
faktor-faktor ekonomis tidak dapat diabaikan.
Tidak ada definisi yang pasti tentang efisiensi sosial. Efisiensi sosial bertalian
dengan rasa senang dan rasa adil dari petani setempat, yang kadang-kadang teramat
sulit untuk diukur dengan orang luar. Tingkat efisiensi sosial yang tinggi adalah
ketika petani meras bahwa sistem yang sedang berlaku itu sudah adil. Organisasi
Page 25
11
pemakai air merupakan suatu mekanisme dimana petani secara aktif berpartisipasi
dalam pengelolaan irigasi. Aspek-aspek kebijaksanaan terhadap organisasi petani
pemakai air, terdiri dari :
a. Status hukum;
b. Status pemilikan sarana fisik;
c. Hak pemakai air;
d. Wewenang wilayah hidrologis;
e. Kewajiban serta wewenang keuangan; serta
f. Keterlibatan dalam desain dan konstruksi fasilitas fisik jaringan irigasi.
Kelembagaan pangan merupakan salah satu komponen penting dalam
menunjang kerangka dasar perumusan kebijakan pangan dan pembangunan pertanian
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan yang dimaksud disini
adalah suatu aturan yang dikenal, diikuti, dan ditegakkan secara baik oleh anggota
masyarakat, yang memberi naungan dan hambatan (constraints) bagi individu atau
anggota masyarakat. Pendekatan dan kerangka analisis yang ditempuh dalam
penelusuran ekonomi kelembagaan pangan lebih banyak bersifat kualitatif, walaupun
beberapa penarikan kesimpulan juga dilakukan berdasarkan data kuantitatif dan
informasi relevan lain. Fokus analisis kelembagaan mencakup 2 aspek penting, yaitu:
aturan main dan organisasi, terutama yang berhubungan erat dengan skema kebijakan
publik bidang pangan (Arifin 2005).
2.6. Subak
Subak adalah masyarakat hukum adat di Bali yang bersifat sosio-agraris
religius, yang secara historis didirikan sejak dulu kala dan berkembang terus sebagai
organisasi penguasa tanah dalam bidang pengaturan air dan lain-lain, persawahan dari
suatu sumber di dalam suatu daerah (Gandakoesoemah 1975). Ciri khas Subak
terdapat dalam hal pelaksanaan kegiatan ritual keagamaan yang sangat padat dan
terkait erat dengan tahap-tahap pertumbuhan tanaman padi. Fungsi utama Subak
adalah pengelolaan air untuk memproduksi pangan, khususnya beras, yang
Page 26
12
merupakan makanan pokok utama bagi orang Bali, seperti halnya juga kebanyakan
penduduk Asia (Sutawan et al. 2005).
Sebagai lembaga adat, Subak berlandaskan pula falsafah ―Tri Hita Karana‖,
yaitu hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara manusia dengan manusia,
manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhannya. Menurut Gandakoesoemah
(1975), Subak dalam penyelenggaraan usahataninya tidak terlepas kaitannya dengan
landasan Tri Hita Karana (tiga penyebab kebaikan), dimana terdapat tiga unsur,
yaitu:
1. Unsur Parahyangan dengan membangun Pura Subak sebagai perwujudan bakti ke
hadapan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa);
2. Unsur Pawongan perwujudan hubungan yang harmonis diantara para anggota
Subak yang diikat dengan susunan organisasi dan peraturan-peraturan yang dibuat
lewat musyawarah mufakat;
3. Unsur Palemahan, yang berwujud lahan persawahan serta semua prasarana dan
sarana irigasi dari Subak itu yang dikelola dengan penuh tanggung jawab.
Supartama et al. (2013) menyatakan bahwa konsep Tri Hita Karana memiliki
hubungan timbal balik antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan lingkungan,
dan manusia dengan manusia sehingga kegiatan usahatani berjalan dengan baik dan
harmonis. Dalam pelaksanaan kegiatannya, Subak mempunyai landasan operasional
yang disebut paras paros salunglung subayantaka sarpanaya, artinya segala baik
buruk atau berat ringan dipikul bersama. Hal itu menunjukkan bahwa pelaksanaan
kegiatan Subak berdasarkan atas prinsip kerja sama atau gotong royong.
2.7. Konsep Biaya Transaksi
Richter dan Furubotn (2000) menyatakan bahwa transaksi adalah perpindahan
barang, jasa, informasi, pengetahuan, dan lain-lain, dari satu tempat (komunitas) ke
tempat (komunitas) lain atau pemindahan barang dari produsen ke konsumen atau
pemindahan barang dari satu individu ke individu yang lain. Biaya transaksi
mencakup biaya untuk mengolah sumber daya alam sehingga dapat dimanfaatkan,
Page 27
13
penggunaan, perubahan, dan yang lainnya dari suatu lembaga dan organisasi. Biaya
transaksi dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Biaya Transaksi Pasar
Biaya transaksi pasar adalah seluruh biaya yang dikeluarkan agar barang
atau jasa dapat sampai di pasar. Biaya ini mencakup biaya persiapan kontrak,
biaya monitoring dan penegakan kontrak, biaya informasi, biaya iklan, biaya
mendatangi konsumen, biaya pameran, biaya komunikasi, biaya pengujian
kualitas, dan biaya mencari pegawai.
2. Biaya Transaksi Manajerial
Biaya transaksi manajerial adalah biaya yang terkait upaya menciptakan
keteraturan, yaitu : 1. Biaya membuat, mempertahankan atau mengubah
rancangan atau struktur organisasi, meliputi biaya personal management,
mempertahankan kemungkinan pengambilalihan pihak lain, public relation, dan
lobby; 2. Biaya menjalankan organisasi, meliputi biaya informasi (biaya
pembuatan keputusan, pengawasan pelaksanaan perintah sesuai keputusan),
mengukur kinerja pegawai, biaya agen, manajemen informasi.
3. Biaya Transaksi Politik
Biaya transaksi politik adalah biaya terkait pembuatan tata aturan atau
kelembagaan (public goods) sehingga transaksi pasar dan manajerial bisa
berlangsung dengan baik yang meliputi : 1. Biaya pembuatan (setting up),
pemeliharaan, pengubahan organisasi politik formal dan informal, seperti biaya
penetapan kerangka hukum, struktur administrasi pemerintahan, militer, sistem
pendidikan, pengadilan, dll; 2. Biaya menjalankan bentuk pemerintahan,
peraturan pemerintah atau masyarakat yang bertata negara, seperti biaya legislasi,
pertahanan, administrasi hukum, pendidikan, termasuk di dalamnya biaya
pencarian atau pengumpulan dan pengolahan informasi yang diperlukan agar tata
pemerintahan dapat berjalan. Biaya upaya pelibatan masyarakat dalam proses
politik juga termasuk dalam biaya transaksi politik.
Page 28
14
2.8. Beras Merah
Beras merah mengandung pigmen antosianin yang termasuk komponen
flavonoid, yaitu turunan polifenol yang mempunyai kemampuan antioksidan,
antikanker, dan antiatherogenik. Masyarakat di Indonesia yang mengonsumsi beras
merah masih sedikit, umumnya varietas lokal, seperti Jembar Beureum, Cere Beurem
dari Jawa Barat, Lembah Pasaman dari Sumatera Barat, Gunung Sari dari Bali, dan
ketan merah Mandoti dari Sulawesi Selatan. Preferensi konsumen terhadap beras
merah telah diteliti di tujuh provinsi pada tahun 2005. Dari 86 responden yang
dikunjungi di Bali, 38% mengonsumsi beras merah lokal setiap hari, 16%
mengonsumsi lebih dari 6 bulan sekali dan sisanya mengonsumsi 3-6 bulan sekali
(Indrasari et al. 2010).
Agroinovasi (2012) menyatakan beras merah mempunyai khasiat yang lebih
dibandingkan dengan beras putih. Kandungan asitonin dalam beras merah dapat
menjadi sumber antioksidan yang baik bagi kesehatan. Komposisi gizi beras merah
per 100 gram terdiri atas protein 7.5 g, lemak 0.9 g, karbohidrat 77.6 g, kalsium 16
mg, fosfor 163 g, zat besi 0.3 g, dan vitamin B1 0.21 g. Konsumsi beras merah tanpa
penyosohan ternyata mengandung banyak serat, minyak alami, dan lemak esensial
yang berguna bagi tubuh manusia.
Kebutuhan beras merah terus meningkat seiring dengan meningkatnya
permintaan. Hal ini mendorong produsen beras untuk menyediakan beras merah di
pasaran. Kendala yang dihadapi adalah terbatasnya verietas unggul beras merah di
petani. Sebagian besar varietas beras merah yang ada berasal dari beras merah lokal
yang berumur panjang (5-6 bulan). Persediaan yang terbatas membuat harga beras
merah lebih mahal dari beras putih.
2.9. Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini tentunya peneliti mengacu kepada beberapa
penelitian sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa penelitian sebelumnya yang
menjadi acuan bagi peneliti.
Page 29
15
2.9.1. Penelitian tentang Analisis Pendapatan Usahatani
Amri (2011) melakukan penelitian tentang ―Analisis Efisiensi Produksi dan
Pendapatan Usahatani Ubi Kayu‖. Tujuan penelitian tersebut, antara lain :
1. Menganalisis penerapan pedoman usahatani ubi kayu (POB) di Desa Pasirlaja;
2. Menganalisis pendapatan petani dalam usahatani ubi kayu di Desa Pasirlaja;
3. Menganalisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani ubi kayu di
Desa Pasirlaja.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara dan pengamatan langsung
ke petani dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari literatur,
baik buku, jurnal, situs internet,maupun dari instansi-instansi terkait, seperti BPS
Pusat, BPS Kabupaten Bogor, Departemen Pertanian,dan beberapa instansi lainnya
yang terkait dengan penelitian tersebut.
Pemilihan responden dilakukan dengan metode Simple Random Sampling,
dimana kriteria petani yang dipilih adalah petani yang menanam ubi kayu pada satu
musim tanam dan dipilih sebanyak 30 orang responden. Analisis data yang digunakan
adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis pendapatan usahatani dilakukan
dengan mencari selisih antara total penerimaan dan total pengeluaran. Analisis fungsi
produksi dilakukan dengan menggunakan model Cobb-Douglas. Hasil penelitian
mengemukakan bahwa usahatani ubi kayu memberikan keuntungan secara ekonomi
bagi petani. Hal ini ditunjukkan oleh nilai R/C rasio atas biaya tunai sebesar 2.80 dan
R/C rasio atas biaya total sebesar 1.59.
2.9.2. Penelitian tentang Analisis Pendapatan dan Produksi
Damayanti (2007) melakukan penelitian tentang ―Analisis Pendapatan dan
Efisiensi Produksi Usahatani Padi Sawah‖. Tujuan penelitian tersebut, antara lain :
1. Menganalisis tingkat pendapatan usahatani padi sawah di Desa Purwoadi;
2. Menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi sawah di
Desa Purwoadi;
Page 30
16
3. Menganalisis dan menentukan kombinasi optimal penggunaan faktor-faktor
produksi yang dapat memberikan keuntungan maksimal.
Data yang diambil mencakup data primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan petani responden
yang dibantu kuesioner. Data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka seperti
buku, literatur-literatur, sumber bacaan lain yang berkaitan dengan topik penelitian,
serta data dari kantor desa, kantor Balai Penyuluhan Pertanian, kantor Dinas
Pertanian, serta instansi lainnya.
Jumlah petani responden yang dijadikan sebagai sampel pada penelitian
sebanyak 42 orang (15% dari total petani) yang dipilih secara acak sederhana (simple
random sampling) dari populasi dengan cara undian. Analisis data yang digunakan
adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk
mengetahui gambaran umum yang diurai secara deksriktif. Analisis kuantatitatif
dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan usahatani, analisis R/C ratio,
analisis fungsi Cobb-Douglas, dan analisis efisiensi ekonomi penggunaan faktor-
faktor produksi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan kalkulator,
program Microsoft Excel, dan Minitab versi 14 for windows.
Pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 5 525 684/ha, pendapatan atas biaya
total sebesar Rp 3 596 309/ha, dan pendapatan tunai yang diperoleh sebesar Rp
2.876.596/ha. Nilai R/C rasio atas biaya total adalah sebesar 1.74. Hasil uji-t
menunjukkan faktor produksi luas lahan, benih, pupuk urea, tenaga kerja berpengaruh
nyata terhadap produksi padi sawah, sedangkan pupuk SP-36, pupuk KCL, pupuk ZA,
serta pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah. Penggunaan
faktor-faktor produksi usahatani padi di Desa Purwoadi belum mencapai kondisi
efisien dan optimal karena rasio antara NPM dan BKM untuk setiap faktor produksi
tidak sama dengan 1.
Penelitian ini memiliki kesamaan dan juga kebaruan dibandingkan penelitian
Poetryani (2011) dan Damayanti (2007). Persamaan penelitian ini dengan penelitian
Poetryani (2011) yaitu dalam penggunaan metode analisis pendapatan usahatani,
sedangkan perbedaannya terletak pada rumusan masalah, dimana penelitian ini tidak
Page 31
17
membandingkan dua jenis usahatani dan pemilihan lokasi. Penelitian ini juga
memiliki kesamaan dengan penelitian Damayanti (2007), yaitu dalam metode analisis
produksi dan pendapatan. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian
Damayanti (2007) adalah dalam hal pemilihan lokasi penelitian dan pengkajian biaya
kelembagaan serta penelitian ini tidak melakukan analisis efisiensi usahatani.
Page 32
18
3. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai hal-hal
yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Kerangka pemikiran
dalam penelitian ini diantaranya mengenai karakteristik dan faktor-faktor yang
mempengaruhi usahatani padi sistem Subak, serta pendapatan usahatani padi sistem
Subak. Beberapa teori yang dipaparkan adalah mengenai fungsi produksi, elastisitas
produksi, pendapatan, penerimaan, biaya, dan biaya transaksi sistem Subak.
3.1.1. Konsep Fungsi dan Elastisitas Produksi
Menurut Debertin (1986), fungsi produksi menjelaskan hubungan teknis yang
mengubah input (sumberdaya) menjadi output (komoditi). Secara umum, fungsi
produksi ditulis sebagai berikut.
y = f(x)
dimana y adalah output dan x adalah input. Semua nilai x yang lebih besar atau sama
dengan 0 merupakan daerah hasil dari fungsi tersebut.
Soekartawi (2002) mendefinisikan fungsi produksi sebagai hubungan fisik
antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Fungsi
produksi menunjukkan hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output)
secara langsung. Fungsi produksi juga untuk mengetahui hubungan antara variabel
yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabel yang menjelaskan (independent
variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas. Secara
matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2,….Xi,….,Xn)
dimana :
Y = Output
X1,X2,Xi, Xn = input-input yang digunakan dalam proses produksi
Fungsi produksi di atas menunjukkan hubungan Y dan X dapat diketahui dan
sekaligus hubungan X1…Xn, dan X lainnya juga dapat diketahui.
Page 33
19
Tambahan satu-satu input X yang dapat menyebabkan pertambahan atau
pengurangan satu satuan output, Y, disebut dengan istilah produk marjinal (PM). PM
dapat dituliskan dengan . Jika PM konstan, maka dapat diartikan bahwa setiap
tambahan setiap unit input, X, dapat menyebabkan tambahan satu satuan unit output,
Y, secara proporsional (Soekartawi 2002).
Elastisitas produksi (Ep) menurut Soekartawi (2002) adalah persentase
perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan dari input. Ep dapat
dituliskan melalui rumus sebagai berikut :
Ep = atau Ep = . ;
Karena adalah PM, maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya PM dari
suatu input, misalnya input X.
Soekartawi (2002) menjelaskan bahwa pembahasan terhadap PM akan lebih
bermanfaat bila dikaitkan dengan produk rata-rata (PR) dan output atau produk total
(PT) sehingga dapat diketahui elastisitas produksi (Ep) yang sekaligus juga akan
diketahui apakah proses produksi yang sedang berjalan dalam keadaan elastisistas
produksi yang rendah atau sebaliknya. Coelli et al. (1998) menggambarkan hubungan
antara PM, PR, dan PT melalui Gambar 1 berikut.
Page 34
20
Sumber : Coelli et al. (1998)
Grafik pada Gambar 1 dapat dibagi menjadi 3 daerah produksi. Ketiga daerah
tersebut antara lain :
I. PR yang meningkat;
II. PR yang menurun dimana PM positif; dan
III. PM negatif.
Keuntungan maksimum dicapai pada taraf II karena taraf I dan III tidak efisien.
Daerah III tidak efisien karena penambahan beberapa unit xi mengakibatkan
penurunan jumlah output yang dihasilkan. Daerah I tidak efisien karena penambahan
dari unit tenaga kerja mengakibatkan kenaikan produk rata-rata dari seluruh unit
tenaga kerja yang dipekerjakan. Suatu unit usaha seharusnya tidak berproduksi saat
PR meningkat karena hal tersebut mengindikasikan unit usaha dapat meningkatkan
P
T
Gambar 1. Hubungan antara Produk Total (PT), Produk Marjinal (PM), dan Produk
Rata-Rata (PR)
PT
[y=f(x1|x2=x20]
PM,
PR
xi 0
xi 0
Daerah III
Daerah II
Daerah I
y
PM
PR
x3
x2
x1
Page 35
21
produktivitas tenaga kerja rata-rata dengan memperkerjakan lebih banyak tenaga
kerja. Unit usaha seharusnya berproduksi di daerah II. Pemilihan titik optimal
(maksimalisasi keuntungan) pada daerah II tidak hanya memerlukan pengetahuan
tentang teknologi produksi, tetapi juga memerlukan pengetahuan tentang harga input
dan output.
3.1.2. Konsep Pendapatan, Penerimaan, dan Biaya
Total pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya
dalam suatu proses produksi, sedangkan total penerimaan diperoleh dari produksi
fisik dikalikan dengan harga produksi (Soekartawi 1986). Pendapatan yang nilainya
positif disebut keuntungan, sedangkan pendapatan yang nilainya negatif disebut
kerugian. Biaya usahatani atau pengeluaran usahatani merupakan pengorbanan yang
dilakukan oleh produsen (petani, nelayan dan peternak) dalam mengelola usahanya
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya usahatani dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya
tetap umumnya diartikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus
dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tidak tetap
atau biaya variabel merupakan biaya besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi
komoditas pertanian yang diperoleh (Rahim dan Hastuti 2007).
Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (B/C Ratio)
Soekartawi (1981) mendefinisikan R/C ratio sebagai perbandingan antara
total penerimaan dengan total biaya. Semakin besar R/C ratio maka semakin besar
pula keuntungan yang diperoleh petani. Hal ini dapat dicapai bila petani
mengalokasikan faktor produksi dengan lebih efisien. Analisis Revenue Cost (R/C)
ratio merupakan perbandingan (ratio atau nisbah) antara penerimaan (revenue) dan
biaya (cost). Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut
(Rahim et al. 2007) :
a = R/C
R = Py.Y
C = FC + VC
Page 36
22
a = Py. Y / (FC + VC)
dimana :
a = R/C ratio
R = penerimaan (revenue)
C= biaya (cost)
Y = output
FC = biaya tetap (fixed cost)
VC = biaya variabel (variable cost)
Py = harga output
Kriteria keputusan :
R/C > 1, usahatani untung
R/C < 1, usahatani tugi
R/C = 1,usahatani impas (tidak untung/tidak rugi)
3.1. Kerangka Pemikiran Operasional
Produksi padi yang menurun menyebabkan perlunya perhatian khusus pada
usahatani padi di Indonesia karena banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang
mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan pokok. Salah satu faktor pendukung
dalam usahatani padi adalah irigasi. Di Bali terdapat kelembagaan adat yang
mengatur irigasi yang disebut Sistem Subak. Subak di Bali memiliki upacara-upacara
adat tertentu yang dilaksanakan sesuai dengan umur tanaman yang menjadikan suatu
ciri khas bagi usahatani padi di Bali. Fakta tersebut menarik sehingga perlu diteliti
mengenai bagaimana karakteristik usahatani padi di Bali, faktor-faktor yang
mempengaruhi usahatani padi tersebut, dan bagaimana pendapatan usahatani dengan
sistem Subak di Bali.
Karakteristik usahatani padi dengan sistem Subak dijelaskan menggunakan
analisis deksriptif. Analisis deksriptif menyangkut bagaimana kelembagaan sistem
Subak dan apa keuntungan yang dirasakan oleh petani dengan menggunakan sistem
Subak. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani padi dengan sistem
Page 37
23
Subak juga dijabarkan secara deksriptif, dimana faktor-faktor tersebut mencakup
tanah, modal, tenaga kerja, manajemen, dan kelembagaan.
Analisis produksi usahatani padi dengan sistem Subak di Bali dicari dengan
menggunakan fungsi produksi linear, dimana kemudian dilakukan uji statistik untuk
mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh sehingga faktor-faktor produksi
dapat dialokasikan secara optimal. Analisis pendapatan dilakukan dengan mencari
pendapatan dan rasio R/C sehingga dapat diketahui tingkat keuntungan usahatani padi.
Setelah melakukan analisis deksriptif mengenai karakteristik usahatani padi
dengan sistem Subak dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi, serta
menghitung tingkat keuntungan usahatani, maka dapat diberikan rekomendasi untuk
keberlanjutan usahatani padi dengan sistem Subak di Desa Jatiluwih. Kerangka
pemikiran operasional penelitian ini disajikan pada Gambar 2 berikut ini.
Page 38
24
Produksi padi di Bali
menurun
Usahatani padi
Sistem Subak di Bali
Karakteristik
usahatani padi
sistem Subak
Struktur
biaya
Perhitungan
biaya
transaksi
Analisis
deskriptif
Fungsi
produksi
linear
Kelembagaan
Subak
Uji
Statistik
Faktor-faktor
produksi yang
berpengaruh
dengan Cobb
Douglas
Analisis
pendapatan
Pendapatan R/C Ratio
Kelayakan
usahatani
sistem Subak
Rekomendasi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Page 39
25
4. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini mengkaji mengenai keadaan umum suatu usahatani padi yang
memiliki sistem Subak, baik analisis karakteristik dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya maupun pendapatannya. Studi kasus penelitian ini dilaksanakan di
Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Pemilihan lokasi ini
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Jatiluwih
merupakan salah satu lumbung padi Provinsi Bali dan masuk dalam nominasi warisan
dunia UNESCO. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan bulan April sampai Juni
2013. Kurun waktu penelitian tersebut mencakup pencarian dan pengumpulan data,
pengolahan, penulisan hasil laporan, dan penyajian hasil secara keseluruhan.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung ke
petani dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data primer
yang dikumpulkan meliputi keadaan umum mengenai petani dan pertanian padi
secara umum, data penggunaan sarana produksi, biaya produksi yang dikeluarkan
untuk satu musim tanam, data penerimaan usaha serta data lain yang berkenaan
dengan penelitian ini. Data sekunder yang dipergunakan diperoleh dari literatur, baik
buku, jurnal, situs internet, maupun dari instansi-instansi terkait, seperti BPS Pusat,
BPS Provinsi Bali, Dinas Pertanian Provinsi Bali, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali,
dan beberapa instansi lain yang terkait dengan penelitian ini.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Pemilihan responden dilakukan dengan metode pengambilan contoh acak
sederhana (random sampling). Pengambilan contoh acak (random sampling)
dilakukan sebagai berikut : setiap anggota populasi diberi nomor, kemudian contoh
diambil dengan menggunakan random sampling pada Microsoft Excel sampai jumlah
Page 40
26
contoh yang diinginkan tercapai. Cara ini dijamin bahwa setiap anggota populasi
mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai contoh (Soekartawi et.al. 1986).
Kriteria petani yang dipilih adalah petani yang menanam padi pada satu musim
tanam. Jumlah petani padi beras merah dengan sistem Subak di Desa Jatiluwih
sebanyak 395 orang. Petani dipilih dengan acak sederhana sebanyak 66 orang sebagai
responden. Pemilihan sampel sebanyak 66 orang yang dilakukan dengan
pertimbangan bahwa karakteristik petani tidak terlalu beragam, sehingga jumlah 66
orang responden dianggap mewakili.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi analisis keadaan umum usahatani padi
serta penerapan pedoman usahatani padi, sedangkan analisis kuantitatif berupa
analisis pendapatan usahatani padi dan analisis efisiensi produksi. Tahap analisis data
dimulai dengan transfer data, editing, serta pengolahan data menggunakan Software
Microsoft Excel, SPSS 20, dan Minitab 14, serta alat hitung kalkulator, kemudian
dilanjutkan dengan tahap interpretasi data.
4.4.1. Analisis Fungsi Produksi
Analisis fungsi produksi adalah analisis yang menjelaskan hubungan antara
produksi dengan faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya (Soekartawi 2002).
Hubungan fisik antara faktor-faktor produksi dengan hasil produksi sangat kompleks.
Sulit untuk mengetahui secara pasti pengaruh faktor-faktor produksi terhadap hasil
produksi. Pemodelan diperlukan untuk melakukan analisis ini. Model yang diajukan
dalam penelitian ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Penjelasan dari fungsi
produksi tersebut adalah sebagai berikut :
Y = aX1b1
X2b2
X3b3
X4b4
X5b5
X6b6
X7b7
X8b8
X9b9
…Xnbn
eu....................................... (4.1)
dimana
Y : jumlah produksi
Xi: jumlah faktor produksi ke-i yang digunakan
Page 41
27
bi: besaran parameter, elastisitas masing-masing faktor produksi
a : konstanta, intersep, besaran parameter
e : bilangan natural (2.781)
u : sisa (residual)
i : 1,2,3,…n
Dengan mentransformasikan dari fungsi Cobb-Douglas ke dalam bentuk linear
logaritmik, maka model fungsi produksi tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
Model I Tanpa Variabel Dummy
Ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + b6 ln X6
+ b7 ln X7 + b8 ln X8 + b9 ln X9 + u......................................................... (4.2)
Besaran parameter yang diharapkan adalah b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7, b8, b9 > 0
Model II dengan Variabel Dummy Tipe Petani
Ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + b6 ln X6
+ b7 ln X7 + b8 ln X8 + b9 ln X9 + D1 + u................................................ (4.3)
Besaran parameter yang diharapkan adalah b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7, b8, b9 > 0
Model III dengan Variabel Dummy Luas Lahan
Ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + b6 ln X6
+ b7 ln X7 + b8 ln X8 + b9 ln X9 + D2 + u................................................ (4.4)
Besaran parameter yang diharapkan adalah b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7, b8, b9 > 0
Model IV dengan Variabel Dummy Tipe Petani dan Luas Lahan
Ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + b6 ln X6
+ b7 ln X7 + b8 ln X8 + b9 ln X9 + D1 + D2 + u....................................... (4.5)
Besaran parameter yang diharapkan adalah b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7, b8, b9 > 0
Keterangan :
Ln Y = Produksi padi (kg/ha)
Ln X1 = Benih (kg/ha)
Page 42
28
Ln X2 = Pupuk kandang (kg/ha)
Ln X3 = Pupuk Urea (kg/ha)
Ln X4 = Pupuk KCL (kg/ha)
Ln X5 = Pupuk NPK (kg/ha)
Ln X6 = Pestisida cair (ml/ha)
Ln X7 = Pestisida padat (kg/ha)
Ln X8 = Tenaga kerja (HOK)
Ln X9 = Biaya transaksi (Rp)
D1 = Tipe petani : 0 = petani penggarap lahan, 1 = petani pemilik lahan
D2 = Luas lahan : 0 = lahan sempit (kurang dari 0.5 ha), 1 = lahan luas (lebih
dari 0.5 ha)
b1, b2, b3, b4,....bi = besaran parameter, elastisitas masing-masing faktor produksi
a = konstanta, intersep, besaran parameter
u = sisa (residual)
i = 1, 2, 3, ....n
Menurut Soekartawi (2002), ada tiga alasan pokok mengapa fungsi Cobb-
Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti, yaitu :
1. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan
fungsi yang lain, misalnya pada fungsi kuadratik. Fungsi Cobb-Douglas dapat
dengan mudah ditransfer ke bentuk linear;
2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien
regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas;
3. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran returns to
scale.
Usahatani padi Desa Jatiluwih dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi.
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi padi adalah luas
lahan, jumlah bibit, jumlah penggunaan pupuk urea, jumlah penggunaan pupuk
kandang, serta penggunaan tenaga kerja. Variabel-variabel tersebut kemudian akan
diestimasi ke dalam model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS.
Page 43
29
4.5. Metode Pengujian Hipotesis
Metode pengujian hipotesis terdiri dari uji statistik dan uji ekonometrik. Uji
statistik terdiri dari uji t dan uji F. Uji ekonometrik terdiri dari uji kenormalan, uji
heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas.
4.5.1. Uji Statistik
Terdapat dua hipotesis dalam uji statistik. Hipotesis pertama adalah bahwa
model yang telah dipilih berpengaruh nyata terhadap keragaman hasil produksi padi.
Hipotesis ini diuji dengan menggunakan uji-F. Hipotesis yang kedua adalah bahwa
faktor-faktor produksi luas lahan, jumlah bibit, jumlah penggunaan pupuk, jumlah
penggunaan tenaga kerja, biaya transaksi secara terpisah benar-benar berpengaruh
nyata terhadap hasil produksi padi. Hipotesis ini diuji dengan menggunakan uji-t.
Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-
sama mempengaruhi variabel dependennya (Juanda 2009). Hipotesis yang digunakan
untuk uji F, secara matematis adalah sebagai berikut (Juanda 2009) :
H0 : b1 = b2 = …=b10 = 0 ; artinya tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh
nyata
H1 : minimal ada satu b1 0 ; artinya ada minimal satu variabel bebas yang
berpengaruh nyata
Rumus untuk menghitung F-hitung adalah sebagai berikut:
F hitung = .......................................................................................... (4.6)
dimana;
dbe = n-k
n = jumlah pengamatan
k = jumlah variabel termasuk intersep
Kriteria uji :
P-value uji F > (k-1, n-k),maka terima H0; model tidak berpengaruh
P-value uji F < (k-1, n-k), maka terima H1; model berpengaruh nyata
Page 44
30
Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara terpisah
mempengaruhi variabel dependennya. Hipotesis yang digunakan untuk uji t secara
matematis (Juanda 2009) adalah sebagai berikut:
H0 : bi = 0 ; artinya variabel bebas tidak memiliki pengaruh nyata
H1 : bi > 0 ; i = 1, 2, 3,…., 10 ; artinya variabel bebas memiliki pengaruh yang nyata
Rumus untuk menentukan t-hitung dan t-tabel adalah sebagai berikut :
t hitung = ............................................................................................... (4.7)
t tabel = (a, dbe)........................................................................................... (4.8)
dimana :
bi = koefisien regresi ke-i yang diduga
Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i yang diduga
Kriteria uji :
P value uji t < , maka terima H1 ; artinya variabel bebas berpengaruh
P value uji t > , maka terima H0 ; artinya variabel bebas tidak berpengaruh
Koefisien Determinasi (R-squared)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana keragaman
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen di dalam model
(Gujarati 2007). Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1. Nilai koefisien
determinasi yang semakin mendekati 1 menunjukkan model yang semakin baik,
karena semakin sedikit keragaman variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel
lain di luar model (Gujarati 2003). Rumus koefisien determinasi adalah sebagai
berikut (Juanda 2009):
R2 =
Page 45
31
4.5.2. Uji Ekonometrik
Pengujian ekonometrik yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri atas tiga
jenis pengujian. Pengujian ini meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, serta uji
multikolinearitas.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat di dalam model regresi variabel terikat
dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah model regresi yang berdistribusi normal (Wijaya, 2012). Penelitian
ini menggunakan uji Jarque-Berra. Uji Jarque-Berra ini menggunakan perhitungan
Skwennes dan Kurtosis. Rumus uji Jarque-Berra adalah sebagai berikut (Gujarati
2003):
JB = ................................................................................................ (4.9)
dimana;
n = jumlah pengamatan
S = Koefisien Swekness
K = Koefisien Kurtosis
Hipotesis pada uji normalitas adalah sebagai berikut :
H0 : Error term terdistribusi normal
H1 : Error term tidak terdistribusi normal
Kriteria uji :
Jika P-value uji normalitas < maka tolak H0; error term tidak terdistribusi normal.
Jika P-value uji normalitas > maka terima H0; error term terdistribusi normal.
Uji Heteroskedastisitas
Jika ragam tidak sama atau untuk titik pengamatan ke-i
dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka terdapat masalah
heteroskedatisitas (Juanda 2009). Penelitian ini menggunakan uji Glejser. Uji Glejser
Page 46
32
meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen. Rumus uji Glejser
adalah sebagai berikut (Gujarati 2003) :
........................................................................................... (4.10)
dimana :
= nilai absolute residual
Xt = variabel independen
Apakah variabel independen dalam persamaan regresi ini signifikan secara
statistik mempengaruhi variabel dependen,maka ada indikasi heteroskedastisitas
(Gujarati 2003). Hipotesis yang digunakan dalam pengujian heteroskedastisitas
dengan adalah sebagai berikut :
H0 : tidak terdapat heteroskedastisitas
H1 : terdapat heteroskedastisitas
Kriteria uji yang digunakan adalah :
Jika P-value uji heteroskedastisitas < maka tolak H0; artinya terdapat
heteroskedastisitas.
Jika P-value uji heteroskedastisitas > maka terima H0; artinya tidak terdapat
heteroskedastisitas.
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear sempurna antara peubah bebas
di dalam model (Juanda 2009). Adanya multikolinearitas dalam persamaan regresi
akan berdampak pada varian penduga koefisien regresi menjadi tidak signifikan.
Pengujian adanya multikolinearitas dapat dilihat dengan menggunakan pengujian
Variance Inflation Faktor (VIF). Apabila nilai VIF kurang dari 10, maka tidak
terdapat masalah multikolinearitas. Adapun rumus VIF sebagai berikut :
VIF = ......................................................................................................... (4.11)
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian terhadap model regresi linear untuk
mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar nilai sisaan (error). Cara mendeteksi ada
Page 47
33
atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat dilakukan uji Durbin Watson
(DW). Masalah autokorelasi umumnya terdapat pada data time series, sehingga
penelitian ini tidak dilakukan uji autokolinearitas karena menggunakan data cross
section.
4.5.3. Analisis Pendapatan Usahatani
Penerimaan total usahatani adalah semua nilai input yang dikeluarkan dalam
proses produksi, sedangkan pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan
total pengeluaran (Soekartawi et al 1986). Secara matematis, penerimaan total, biaya,
dan pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut :
TR = P*Q............................................................................................................... (4.12)
TC = biaya tunai + biaya diperhitungkan.............................................................. (4.13)
II atas biaya tunai = TR – biaya tunai....................................................................(4.14)
II atas biaya total = TR – TC................................................................................. (4.15)
Keterangan :
TR : total penerimaan usahatani (Rp)
TC : total biaya usahatani (Rp)
II : keuntungan usahatani (Rp)
P : harga output (Rp)
Q : jumlah output (Rp)
Pendapatan petani padi dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yakni
pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya
tunai adalah pendapatan berdasarkan biaya yang benar-benar dikeluarkan petani
(explicit cost), sedangkan pendapatan atas biaya total adalah pendapatan yang
diperoleh dengan memperhitungkan input milik keluarga sebagai biaya (inputed
cost). Pendapatan tersebut dirumuskan sebagai berikut :
= NP-BT-BD...................................................................................................... (4.16)
dimana
= pendapatan (Rp)
NP = nilai produksi, hasil kali jumlah produk dengan harganya (Rp)
Page 48
34
BT = biaya tunai (Rp)
BD = biaya diperhitungkan (Rp)
Biaya penyusutan alat-alat pertanian dihitung dengan membagi selisih antara
nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal dipakai. Rumus biaya penyusutan
adalah sebagai berikut :
Biaya penyusutan = ........................................................................... (4.17)
Keterangan :
Nb : nilai pembelian (Rp)
n : umur ekonomis (tahun)
Umumnya petani di Desa Jatiluwih tidak membeli alat pertaniannya setiap
musim. Hal ini disebabkan karena alat-alat tersebut masih dapat digunakan beberapa
kali sampai sudah tidak dapat digunakan kembali, sehingga yang diperhitungkan
dalam analisis pendapatan hanya nilai penyusutan dari penggunaan peralatan tersebut.
Seberapa jauh petani memberikan keuntungan bagi petani sebagai pelaku usaha
dinilai dengan Revenue dan Cost Ratio (R/C Rasio). R/C rasio menunjukkan
besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran dalam satu satuan biaya.
Apabila nilai R/C > 1 berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar dari unit biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut, sedangkan nilai R/C < 1
menunjukkan bahwa tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari
penerimaan yang diperoleh. R/C rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah
R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. R/C rasio atas biaya tunai
diperoleh dengan membandingkan antara penerimaan total (TR) dengan biaya tunai
pada periode tertentu. R/C rasio atas biaya total diperoleh dengan membandingkan
antara penerimaan total dengan biaya total pada periode tertentu (Soekartawi et al
1986).
4.5.4. Analisis Kelembagaan
Analisis kelembagaan dilakukan dengan mengidentifikasi sistem Subak dan tata
kelolanya, serta biaya transaksi yang diperlukan. Menurut Furubotn dan Ritcher
(2000), biaya transaksi manajemen terdiri dari biaya penyusutan, pemeliharaan, atau
Page 49
35
perubahan desain (S11) dan biaya menjalankan organisasi (S12). Sementara itu, biaya
transaksi politik terdiri dari biaya penyusutan (S21), pemeliharaan (S22), dan
perubahan organisasi politik (S23) formal dan informal, serta biaya untuk menjalankan
politik (S24). Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
TrC = ............................................................................................................ (4.18)
Keterangan :
TrC : Total biaya transaksi
Sij : Komponen biaya transaksi
Analisis biaya transaksi pada penelitian ini lebih difokuskan pada biaya menjalankan
organisasi, seperti biaya pengambilan keputusan, biaya kumpul rutin dan upacara
adat.
4.5.5. Uji Beda Dua Sampel Bebas (Independent Samples T Test)
Uji beda dua sampel bebas (Independent Samples T Test) menggunakan asumsi
sample menyebar normal. Menurut Walpole (1993), rumus yang digunakan untuk
mencari t hitung dan standar deviasi adalah sebagai berikut :
t
Sd =
Keterangan: d = Rata-rata selisih pasangan
di = Contoh responden
Sd = Standar deviasi selisih pasangan
n = jumlah populasi
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
H0 : Pendapatan petani pemilik = petani penggarap
H1 : Pendapatan petani pemilik > petani penggarap
Level signifikan (α) yang digunakan adalah 5% (0.05). Hipotesis H0 akan ditolak
apabila P value < α dan sebaliknya hipotesis H0 akan diterima apabila P value > α.
Page 50
36
4.5.6. Definisi Operasional
Beberapa definisi dari istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian. Definisi
operasional tersebut antara lain :
1. Petani padi adalah petani yang melakukan usahatani padi selama satu musim
tanam.
2. Luas lahan garapan adalah luas lahan usahatani padi dalam satuan hektar.
3. Modal berupa lahan,alat-alat,tanaman di lahan, sarana produksi, dan uang tunai
yang digunakan untuk menghasilkan padi.
4. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, baik
untuk pengolahan lahan, alat-alat, tanaman di lahan, sarana produksi, dan uang
tunai yang digunakan untuk menghasilkan padi.
5. Produksi total adalah hasil padi yang didapat dari luas lahan tertentu setelah
dibersihkan dari tanah yang menempel (dicuci dengan air), diukur dalam kilogram.
6. Biaya tunai adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan petani untuk
membeli pupuk dan upah tenaga kerja keluarga. Biaya yang diperhitungkan dalam
penelitian ini adalah biaya penyusutan alat, pajak lahan, penggunaan bibit, serta
penggunaan tenaga kerja dalam keluarga.
7. Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan.
8. Harga produk adalah harga padi di tingkat petani dalam satu musim panen dalam
satuan rupiah per kilogram.
Dalam rangka menganalisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam
usahatani padi, fungsi produksi yang dianalisis adalah fungsi produksi per rata-rata
luas lahan di desa Jatiluwih. Variabel-variabel yang diamati adalah :
1. Jumlah bibit (X1) adalah jumlah batang bibit yang digunakan dalam satu musim
tanam padi.
2. Pupuk Kandang (X2) adalah jumlah kilogram pupuk Kandang yang digunakan
dalam satu musim tanam.
3. Pupuk Urea (X3) adalah jumlah kilogram pupuk Urea yang digunakan dalam satu
musim tanam.
Page 51
37
4. Pupuk KCl (X4) adalah jumlah kilogram pupuk KCl yang digunakan dalam satu
musim tanam.
5. Pupuk NPK (X5) adalah jumlah kilogram pupuk NPK yang digunakan dalam satu
musim tanam.
6. Pestisida cair (X6) adalah jumlah mililiter pestisida cair yang digunakan dalam
satu musim tanam.
7. Pestisida padat (X7) adalah jumlah kilogram pestisida padat yang digunakan dalam
satu musim tanam.
8. Tenaga kerja (X8) adalah jumlah hari kerja pria yang digunakan dalam satu musim
tanam padi. Satuan yang digunakan adalah hari kerja pria (HKP). Perhitungan
HKP untuk pria sebesar 1, dan untuk wanita sebesar 0.8.
9. Kelembagaan (X9) adalah jumlah biaya kelembagaan Subak yang digunakan
dalam satu musim tanam.
10. Dummy tipe petani (D1) adalah tipe petani di Desa Jatiluwih, dimana 1 untuk
petani pemilik lahan, sedangkan 0 untuk petani penggarap.
11. Dummy luas lahan (D2) adalah luas lahan di Desa Jatiluwih, dimana 1 untuk
usahatani lahan luas, sedangkan 0 untuk usahatani lahan sempit.
Page 52
38
5. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
5.4. Gambaran Daerah Penelitian
1.1.1. Wilayah dan Topografi
Penelitian dilaksanakan di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten
Tabanan, Bali. Menurut Monografi Desa Jatiluwih (2011), Desa Jatiluwih terletak
pada ketinggian 500-1500 m dari permukaan laut dengan curah hujan sebanyak 2600
cm/tahun. Suhu udara rata-rata antara 26° C hingga 29° C. Jarak desa dari ibukota
kabupaten terdekat sejauh 26 km, jarak desa dari ibukota provinsi sejauh 47 km. Jalan
desa terbuat dari aspal dan sarana angkutan yang menjangkau desa ini berupa mobil
dan motor.
Desa Jatiluwih terletak di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Provinsi
Bali. Desa penelitian ini berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan hutan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Babahan
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Wangaya Gede
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Senganan dan Desa Babahan.
Luas wilayah Desa Jatiluwih secara keseluruhan adalah 2 233 ha. Pemanfaatan
lahan desa sebagian besar digunakan untuk persawahan yaitu seluas 303 ha.
Sedangkan peruntukan lain adalah untuk jalur hijau 68 ha, pemukiman 24 ha, jalan 17
ha, bangunan umum 11.02 ha, perkuburan 0.35 ha, serta sarana dan prasarana lain
seluas 383.55 ha. Monografi desa Jatiluwih tahun 2011 menyatakan bahwa jenis
tanah Desa Jatiluwih adalah tanah Latosol kekuning-kuningan. Sesuai dengan
pedoman usahatani padi sawah, tekstur tanah ini cocok untuk menanam padi.
1.1.2. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian
Keadaan penduduk yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi umur dan
tingkat pendidikan. Mata pencaharian penduduk Desa Jatiluwih sebagian besar di
sektor pertanian sehingga pertanian padi beras merah di desa ini tergolong besar.
Hasil padi di desa ini merupakan salah satu yang terbesar di Kabupaten Tabanan.
Page 53
39
a. Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Berdasarkan data tahun 2011, penduduk desa Jatiluwih berjumlah 2 685 jiwa
dengan 823 kepala keluarga yang terdiri dari 1 280 laki-laki dan (47.67%) dan 1405
perempuan (52.33%). Sebaran penduduk desa Jatiluwih adalah sebagai berikut.
Tabel 4. Sebaran penduduk Desa Jatiluwih menurut umur dan jenis kelamin
Golongan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
0-10 293 10.91
10-14 203 7.56
15-19 416 15.49
20-26 389 14.49
27-40 311 11.58
41-56 462 17.21
>57 611 22.76
Total 2 685 100.00 Sumber : Monografi Desa Jatiluwih 2011
Rata-rata umur petani di Desa Jatiluwih adalah lebuh tua dari 57 tahun.
Komposisi tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Desa Jatiluwih
terbilang banyak, termasuk untuk sektor pertanian.
b. Sebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sebagian besar penduduk desa Jatiluwih berpendidikan tamat Sekolah Dasar
(SD) yaitu sebanyak 643 jiwa ( 41.14%). Mayoritas penduduk berpendidikan SD
sehingga perlunya pelatihan dalam pengelolaan usahatani. Sebaran penduduk desa
Jatiluwih menurut pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sebaran penduduk Desa Jatiluwih menurut tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Tidak Tamat SD 180 11.52
Tamat SD 643 41.14
Tamat SMP 229 14.65
Tamat SMA 254 16.25
Lulus D-3 143 9.15
Lulus S-1 114 7.29
Total 1 563 100.00 Sumber : Monografi Desa Jatiluwih 2011
Page 54
40
c. Sebaran Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian warga desa Jatiluwih sebagian besar adalah sebagai petani
yakni sebanyak 84.15% (1 444 jiwa) dari angkatan kerja.
Tabel 6. Sebaran penduduk Desa Jatiluwih menurut mata pencaharian
Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Petani 1 444 84.15
PNS/TNI/POLRI 52 3.03
Pensiunan 12 0.70
Karyawan Swasta 40 2.33
Pedagang 28 1.63
Lainnya 140 8.16
Total 1 716 100.00 Sumber : Monografi Desa Jatiluwih 2011
PNS/TNI/POLRI merupakan mata pencaharian terbesar kedua, yaitu sebanyak
3.03%, disusul oleh karyawan swasta sebanyak 2.33%. Penduduk yang bermata
pencaharian sebagai pedagang sebanyak 1.63% dan pensiunan sebanyak 0.7%.
1.1.3. Kelembagaan Subak
Usahatani padi di Desa Jatiluwih memiliki sistem Subak. Ketua Subak disebut
Pekaseh. Subak di Desa Jatiluwih dibagi menjadi 7 Tempek, yaitu : Tempek Telabah
Gede, Besi Kalung, Kedamian, Uma Dwi, Kesambi, Gunung Sari, Uma Kayu.
Pembagian Tempek tersebut hanya berdasarkan wilayah lahan garapan dan masing-
masing Tempek memiliki aturan atau awig-awig yang sama. Masing-masing Tempek
diketuai oleh Ketua Tempek. Musyawarah dilakukan rutin sesuai dengan kondisi
usahatani petani Subak dan jika terdapat permasalahan yang ingin dibahas. Petani
yang berani mengambil air irigasi melebihi bagiannya akan ditutup saluran irigasinya.
Menurut Sirtha (2008), sistem irigasi Subak mempunyai kegiatan utama dalam
aspek pengairan, pola tanam, dan upacara yang merupakan manifestasi karakteristik
Subak yang bersifat sosial, agraris, dan religius. Kegiatan Subak Desa Jatiluwih akan
diuraikan sebagai berikut :
1. Aspek pengairan
Page 55
41
Tugas utama organisasi Subak adalah menyediakan air dan mengatur
pembagian air secara adil kepada seluruh warga Subak. Pembagian air
dilaksanakan atas dasar musyawarah mufakat dengan cara membagi air
berdasarkan luas lahan maupun kesepakatan lainnya. Satuan pembagian air disebut
bit atau wit. Satu bit air memadai untuk mengairi sawah yang luasnya kurang lebih
25 are.
2. Aspek pola tanam
Sistem pola tanam dibedakan menjadi dua, yaitu sistem tulak sumur dan kerta
masa. Sistem pola tanam tulak sumur adalah pelaksanaan pola tanam yang tidak
beraturan, dimana warga Subak secara bebas melakukan kegiatan usahataninya.
Sistem pola tanam kerta masa adalah pelaksanaan pola tanam secara serempak,
dimulai dari mengolah lahan hingga panen. Jika persediaan air tidak memadai,
maka masyarakat tidak dapat melaksanakan pola tanam padi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pelaksanaan pola tanam tergantung pada persediaan air.
3. Aspek upacara
Kegiatan upacara dapat dibedakan pada upacara yang dilakukan secara
perseorangan dan upacara yang dilakukan bersama oleh seluruh warga Subak.
Pelaksanaan upacara yang dilakukan perseorangan, antara lain : upacara ngendag
(pada saat mulai membajak), upacara ngurit (saat menabur bibit atau menyemai),
upacara nandur (saat menanam padi), upacara biyukukung (saat padi mulai
berbuah), upacara ngulapin (saat mulai menuai), dan upacara mantenin (setelah
padi disimpan di lumbung). Jenis-jenis upacara bersama yang dilakukan oleh
seluruh warga Subak, antara lain : upacara mendak toya atau menyongsong air
yang dilakukan pada saat mulai memasukkan air ke sawah sebagai persiapan
pengolahan lahan. Upacara tersebut dilakukan di Pura Besakih, Pura Batur, dan
pura Ulun Danu (Danau Batur) pada setiap sasih keenam (Bulan Desember).
Upacara nampeh rare, yakni upacara yang dilakukan pada saat padi baru berumur
14 hari, dimana para warga Subak secara simbolis memercikkan air suci di sawah
masing-masing, yang mengandung makna agar padi tumbuh subur. Upacara
nampeh nyungsung pada saat padi berumur 42 hari, yaitu ketika padi bunting atau
Page 56
42
sudah ada yang berbunga, dimana warga Subak memercikkan air suci (tirtha) di
sawah masing-masing. Upacara neduh atau nangluk nerana yaitu upacara
pemberantasan hama yang dilakukan apabila padi terserang hama penyakit.
Upacara odalan di Pura Subak yang dilakukan setiap 210 hari sekali.
Jenis pura Subak, antara lain : Pura Empelan yang terletak di areal bendungan
merupakan tempat persembahyangan bagi seluruh warga Subak; Pura Ulun Suwi
yang terletak di hulu Subak masing-masing merupakan tempat persembahyangan
bagi warga Subak yang bersangkutan; Sanggah Catu yang terletak di hulu sawah
setiap masing-masing warga Subak merupakan tempat persembahyangan bagi
warga Subak bersangkutan.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan bersama warga Subak sebagian
besar bertumpu pada pengairan, pola tanam, dan upacara. Kegiatan pengairan
bertujuan untuk mengadakan dan mengatur pembagian air. Keberhasilan pengairan
untuk menyediakan dan mengelola air menentukan keberhasilan pelaksanaan pola
tanam. Pelaksanaan kegiatan pengairan dan pola tanam itu diawali, diikuti, dan
diakhiri dengan kegiatan upacara. Ketiga jenis kegiatan tersebut merupakan kegiatan
utama yang satu sama lain berkaitan. Pelaksanaan kegiatan tersebut juga
membutuhkan biaya yang disebut biaya transaksi, dimana biayanya didapat dari iuran
anggota Subak dan bantuan Pemerintah.
1.1.4. Karakteristik Petani Responden
Petani responden dalam penelitian ini berjumlah 66 orang, yang menanam padi
beras merah dalam satu musim tanam. Karakteristik petani responden antara lain,
umur, pendidikan, dan pengalaman bertani padi sawah serta luas lahan garapan.
a. Umur Petani
Petani responden yang mengusahakan padi sawah dengan sistem subak di Desa
Jatiluwih berusia antara 25-75 tahun. Rata-rata petani di Desa Jatiluwih berusia 51-55
tahun. Berdasarkan Tabel 7, petani responden tersebut dikelompokkan menjadi petani
responden berumur 25-30 tahun, 31-35 tahun, 36-40 tahun, 41-45 tahun, 46-50 tahun,
51-55 tahun, 56-60 tahun, dan lebih dari 60 tahun. Petani pada usia 51-55 tahun, 46-
Page 57
43
50 tahun, 56-60 tahun dan 41-45 tahun merupakan mayoritas, dengan persentase
masing-masing sebesar 19.70%, 18.84%, 13.64% dan 13.64%.
Tabel 7. Petani responden di Desa Jatiluwih berdasarkan umur
Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
25-30 4 6.06
31-35 4 6.06
36-40 8 12.12
41-45 9 13.64
46-50 12 18.84
51-55 13 19.70
56-60 9 13.64
>60 7 10.61
Jumlah 66 100.00 Sumber : Monografi Desa Jatiluwih 2011
b. Luas Lahan Garapan
Luas lahan yang dimiliki petani responden beragam, yaitu lahan yang luasnya
kurang dari 0.5 ha dan lahan yang luasnya lebih dari 0.5 ha. Sebaran petani responden
berdasarkan luas lahan garapan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan di Desa Jatiluwih Tahun
2013
Luas Lahan (ha) Rata-rata Luas
Lahan
Jumlah (orang) Persentase (%)
<0,5 0.32 27 62.69
>0,5 0.78 39 37.31 Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Berdasarkan Tabel 8, dapat kita ketahui bahwa jumlah responden yang
memiliki luas lahan kurang dari 0.5 ha lebih banyak daripada responden yang
memiliki luas lahan lebih besar dari 0.5 ha yaitu sebesar 62.69%. Jadi, dapat
dikatakan bahwa usahatani di Desa Jatiluwih masih berskala kecil.
c. Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Petani Responden
Sebagian besar petani di Desa Jatiluwih hanya berpendidikan SD dengan
persentase sebesar 48.49% meskipun ada juga yang telah lulus S1 dan S2 sebesar
3.03%.
Page 58
44
Tabel 9. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Jatiluwih
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SD 32 48.49
SMP 13 19.70
SMA 15 22.73
D1 1 1.52
D3 1 1.52
S1 2 3.03
S2 2 3.03
Jumlah 67 100.00 Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Berdasarkan Tabel 9, rata-rata petani di Desa Jatiluwih masih berpendidikan
SD. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani belum dapat mengambil keputusan
dengan baik dengan mempertimbangkan resiko yang akan dihadapinya.
a. Status Kepemilikan Lahan
Berdasarkan status kepemilikan lahan terdapat dua kelompok petani, yaitu
petani yang menggarap lahannya sendiri (pemilik) dan petani yang menggarap lahan
orang lain (sewa atau sakap). Karakteristik petani responden berdasarkan
keikutsertaan status kepemilikan lahan disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Karakteristik responden petani padi sawah berdasarkan status kepemilikan
lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013
Status Kepemilikan Lahan Jumlah (orang) Persen (%)
Milik sendiri 34 51.52
Sewa 32 48.49
Jumlah 66 100.00 Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani di Desa Jatiluwih
adalah petani pemilik atau petani yang memiliki tanah dan ia pulalah yang secara
langsung mengusahakan dan menggarap lahannya tersebut. Petani pemilik lahan
sebesar 51.52% dari total responden, sedangkan yang merupakan petani penggarap
sebesar 48.49% dari total responden. Sebagian besar petani responden merupakan
petani pemilik lahan yang menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di Desa
Jatiluwih masih dimiliki dan diusahakan oleh masyarakat asli.
Page 59
45
b. Status Usahatani
Karakteristik petani responden berdasarkan status usahatani disajikan pada
Tabel 11. Berdasarkan tabel diketahui bahwa sebagian besar petani mengusahakan
usahatani padi sawah sebagai usaha pokok.
Tabel 11. Karakteristik petani responden berdasarkan status usahatani
Status Usahatani Jumlah (orang) Persen (%)
Utama 55 83.33
Sampingan 11 16.67
Jumlah 66 100.00 Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Persentase jumlah petani yang mengusahakan usahatani padi sawah sebagai
usaha pokok sebesar 83.33% dan persentase untuk petani yang mengusahakan
usahatani padi sawah sebagai usaha sampingan sebesar 16.67%.
Page 60
46
2. KARAKTERISTIK USAHATANI PADI BERAS MERAH
Sistem usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih dilakukan secara monokultur.
Penanaman dilakukan dua kali dalam setahun. Musim tanam I (MT I) dilakukan
antara bulan Januari-Juni dan Musim Tanam II (MT II) dilakukan pada bulan Juni-
Oktober 2013. Pola tanam yang dilakukan yaitu padi beras merah lokal kemudian
padi beras putih. Varietas padi yang umumnya digunakan di Desa Jatiluwih ini adalah
padi Cendana (lokal) dan padi beras putih IR 64 atau Ciherang.
2.1. Proses Budidaya
Sistem budidaya padi sawah di Desa Jatiluwih dimulai dengan penyemaian
yang dilanjutkan dengan pengolahan lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan,
pemberantasan hama dan penyakit, pemanenan. Keragaan sistem usahatani padi
sawah di Desa Jatiluwih dijelaskan sebagai berikut :
2.1.1. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan cara membajak atau mencangkul. Cara
membajak atau mencangkul dilakukan sedemikian rupa sehingga tanahnya terbalik,
yaitu yang semula berada di bagian atas menjadi di bagian bawah menjadi bagian atas.
Tanah bagian bawah dibawa ke atas bertujuan untuk menganginkan tanah dan
memberi kesempatan kepada tanah untuk melepaskan racun-racun yang sangat
mungkin terbentuk dalam tanah (Siregar 1981).
Pengolahan lahan berguna untuk menstabilkan kondisi tanah, perbaikan sifat
fisik tanah, dan perbaikan drainase tanah. Pengolahan tanah untuk lahan sawah yang
ada di Desa Jatiluwih sebagian besar dilakukan dengan menggunakan traktor, tetapi
ada juga beberapa orang petani yang melakukannya dengan cara dibajak
menggunakan traktor tradisional dengan bantuan tenaga kerbau. Proses pengolahan
lahan hanya dilakukan satu kali dalam satu musim tanam. Kegiatan ini dilakukan
sebelum memulai penanaman. Pada saat pengolahan lahan ini dilakukan juga
pembuatan atau penguatan pematang sawah (bedengan). Tanah dibiarkan selama
Page 61
47
beberapa hari hingga akhirnya dapat ditanami bibit padi yang telah disiapkan
sebelumnya.
Proses pengolahan lahan yang dilakukan pada usahatani padi sawah di Desa
Jatiluwih sebagian besar menggunakan traktor, tetapi ada juga yang menggunakan
tenaga kerbau. Biaya sewa untuk pembajakan dengan traktor adalah sebesar
Rp.1.000.000/ha. Biaya tersebut sudah termasuk upah tenaga kerja manusia yang
menjalankan traktor. Kegiatan tersebut dilakukan oleh dua orang tenaga kerja pria.
2.1.2. Penyemaian
Petani mulai dengan persiapan-persiapan untuk menanami sawahnya dengan
padi, pekerjaan yang paling pertama dilakukannya ialah mempersiapkan di salah satu
sudut dari sawahnya itu, sebidang tanah dimana petani yang bersangkutan
menyebarkan benih untuk memperoleh bibit yang diperlukannya. Petani di Desa
Jatiluwih menaburkan benih di permukaan bedengan dengan cara uritan. Uritan
dilakukan tanpa melepaskan butir-butir/gabah yang masih melekat kepada mayang
bulir, petani memegang bulir pada kedua ujungnya dan menghindarkan bulir jatuh di
permukaan bedengan.
Jenis benih padi yang disemai di Desa Jatiluwih adalah padi Cendana atau padi
beras merah lokal. Kegiatan penyemaian dilakukan pada lahan yang telah disiapkan
untuk tempat penyemaian. Benih akan dicabut setelah 14-18 hari dan ditanam ke
lahan sawah.
2.1.3. Penanaman
Penanaman benih padi beras merah ini sebagian besar menggunakan tenaga
kerja dari luar keluarga. Penanaman padi atau dikenal dengan ‗tandur‘ ini dilakukan
dengan sistem borongan. Jarak tanam benih padi di Desa Jatiluwih adalah 25 x 25 cm.
2.1.4. Penyiangan
Rerumputan pada umumnya tumbuh dari biji rerumputan yang datang
diterbangkan angin dari segala penjuru. Rerumputan tersebut perlu dihilangkan
dengan jalan menyiang yaitu suatu pekerjaan dimana rerumputan itu satu demi satu
Page 62
48
dicabut untuk kemudian dibuang dari lapangan atau dibenamkan ke dalam tanah.
Kegiatan penyiangan dilakukan untuk membersihkan tanaman padi dari gangguan
rumput dan gulma yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman karena berebut
unsur hara. Kegiatan ini dilakukan sebanyak dua sampai lima kali.
2.1.5. Pemupukan
Kegiatan pemupukan dilakukan untuk memberikan unsur-unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman padi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya
dan juga untuk menghasilkan produksi yang lebih baik. Ketersediaan zat hara N, P,
dan K di alam dalam tanah seringkali tidak mencukupi untuk menutup kebutuhan
tanaman padi agar dapat memperoleh hasil yang tinggi sehingga kekurangan itu perlu
ditambah dari luar dengan pemberian zat hara ke dalam tanah berupa pupuk yang
kemudian disebut pemupukan (Siregar 1981). Kegiatan ini dilakukan dua sampai tiga
kali.
Pupuk yang digunakan di Desa Jatiluwih adalah pupuk Kandang, pupuk Urea,
NPK dan KCl. N (Nitrogen) penting untuk pembentukan protein (putih telur) dan
senyawa lainnya. Nitrogen juga berperan dalam menghijaukan daun dan merangsang
pertumbuhan. Fosfat merangsang pertumbuhan akar dan pembentukan anakan.
Tanaman menjadi lebih cepat berbunga sehingga umurnya menjadi lebih pendek.
Fosfat merupakan zat hara yang sangat diperlukan untuk pembentukan protein dan
buah. Zat hara Kalium (K) penting dalam proses fotosintesis, pembentukan protein,
dan selulosa (Siregar 1981).
2.1.6. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Kegiatan ini dilakukan dengan mengendalikan atau memusnahkan hama dan
penyakit yang menyerang tanaman padi. Kegiatan pemberantasan hama dan penyakit
dilakukan sebanyak dua hingga tiga kali. Pestisida yang digunakan dalam usahatani
padi sawah terdiri dari pestisida padat dan pestisida cair.
Page 63
49
2.1.7. Pemanenan
Waktu yang tepat untuk pemanenan hasil sesungguhnya ditetapkan oleh kadar
air yang dikandung oleh butir-butir yang terdapat pada bulir. Petani mengetahui
waktu yang tepat untuk pemungutan hasil dengan memeriksa apakah semua butir-
butir, termasuk juga butir-butir/ gabah yang terdapat pada bagian paling bawah dari
bulir telah menguning (Siregar 1981). Kegiatan pemanenan mencakup aktivitas
pemetikan dan perontokan padi. Kegiatan pemanenan biasa dilakukan setelah
tanaman berumur 4 -5 bulan. Padi kering panen ialah padi berupa bulir diwaktu
pemungutan hasil. Padi kering giling ialah padi yang berupa buliran sesudah dijemur
untuk beberapa hari sebelum siap untuk diproses menjadi beras. Gabah kering giling
ialah butiran-butiran sesudah dirontokkan dari malainya atau bulirnya sebelum
diproses menjadi beras.
2.1.8. Penggunaan Input
Input usahatani beras merah sistem Subak, terdiri dari benih, pupuk Kandang,
pupuk Urea, KCl, NPK, pestisida padat, dan pestisida cair. Berikut ini adalah uraian
penggunaan input pada usahatani beras merah sistem Subak.
Benih
Benih yang digunakan oleh petani di Desa Jatiluwih adalah varietas beras
merah lokal atau disebut juga padi Cendana. Benih padi beras merah didapat dari
hasil panen sebelumnya. Alasan para petani menggunakan varietas tersebut karena
kualitasnya baik serta rasa nasi yang dihasilkan lebih enak. Rata-rata jumlah benih
per hektar yang digunakan oleh petani di Desa Jatiluwih sebesar 26.81 kg/ha dengan
harga per kilogramnya sebesar Rp 7 833.33. Biaya benih yang dikeluarkan oleh
petani adalah sebesar Rp 209 994.62/ha. Rata-rata penggunaan benih berdasarkan tipe
petani dan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 12.
Page 64
50
Tabel 12. Rata-rata penggunaan benih berdasarkan tipe petani dan luas lahan di Desa
Jatiluwih tahun 2013
Pemilik Penggarap
Luas Sempit Luas Sempit
Jumlah Benih (kg/ha) 26.48 27.44 26.15 26.30
Biaya (Rp) 207 401.27 214 911.28 207 595.24 205 966.93 Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Rata-rata benih yang digunakan usahatani padi petani pemilik lahan sempit
lebih banyak daripada lahan luas, yaitu sebesar 27.44 kg/ha dengan biaya yang
dihabiskan sebesar Rp 214 911.28. Rata-rata benih yang digunakan usahatani padi
petani penggarap lahan sempit lebih banyak daripada usahatani padi petani penggarap
lahan luas yaitu sebanyak 26.30 kg/ha dengan biaya sebesar Rp 205 966.93.
Pupuk
Pupuk yang sering digunakan oleh petani responden adalah pupuk Kandang,
pupuk Urea, NPK, dan KCl. Kegiatan pemupukan dilakukan dua sampai tiga kali
dalam satu musim tanam. Rata-rata jumlah pupuk per hektar yang digunakan petani
di Desa Jatiluwih dijadikan pada Tabel 14. Pupuk yang paling banyak digunakan
adalah pupuk Kandang, sedangkan pupuk yang paling sedikit digunakan adalah
pupuk KCl. Harga pupuk Kandang sebesar Rp 500, harga pupuk Urea sebesar 1 906,
harga pupuk NPK Rp 2 107, dan harga pupuk KCl sebesar Rp 2 029. Pengeluaran
untuk pembelian pupuk adalah sebesar Rp 1 434 120.49/ha.
Rata-rata jumlah pupuk yang digunakan usahatani pemilik dengan lahan luas
lebih banyak daripada usatani petani pemilik dengan lahan sempit, terutama untuk
pupuk Kandang, NPK, dan KCL. Rata-rata jumlah pupuk yang digunakan usahatani
penggarap lahan sempit lebih banyak dari pada usahatani penggarap lahan luas, yaitu
pupuk Kandang dan Urea. Rata-rata pupuk yang digunakan oleh usahatani padi beras
merah di Desa Jatiluwih dapat dilihat pada Tabel 13.
Page 65
51
Tabel 13. Rata-rata pupuk per hektar yang digunakan usahatani padi berdasarkan tipe
petani dan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013 Pemilik Penggarap
Luas Sempit Luas Sempit
Kandang Jumlah 1 215.65 1 418.45 1 041.98 1392.42
Nilai 625 824.18 709 223.65 520 988.73 696 212.12
Urea Jumlah 240.27 181.1 164.89 282.63
Nilai 457 993.52 345 198.77 314 297.72 538 729.14
NPK Jumlah 100.00 101.63 187.50 70.37
Nilai 210 700.00 214 140.00 395 062.50 148 270.37
KCl Jumlah 89.50 92.26 94.64 25.00
Nilai 181 553.36 187 159.86 191 989.80 50 714.29 Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Pestisida
Pengendalian hama dan penyakit merupakan salah satu komponen teknologi
yang berfungsi untuk mengurangi resiko gagal panen. Penggunaan pestisida
merupakan salah satu cara pembasmian hama dan penyakit Penggunaan pestisida
biasanya dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali tergantung dari kondisi serangan
hama dan penyakitnya. Usahatani padi beras merah di Desa Jatiluwih rata-rata
menggunakan 0.21 ml/ha pestisida cair seharga Rp 56 333.33 dan 0.85 kg/ha
pestisida padat seharga Rp 10 300. Biaya yang dikeluarkan oleh petani di Desa
Jatiluwih untuk penggunaan pestisida adalah sebesar Rp 20 646.17.
Tabel 14. Rata-rata penggunaan pestisida pada usahatani padi berdasarkan tipe petani
dan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013
Jenis
Pestisida Keterangan
Pemilik Penggarap
Luas Sempit Luas Sempit
Padat Jumlah(kg/ha) 0.04 0.93 1.19 0.10
Nilai (Rp) 412.00 9 608.43 12 242.29 1 030.00
Cair Jumlah(ml/ha) - 0.14 0.50 -
Nilai (Rp) - 7 886.67 28 166.67 -
Total Nilai (Rp) 412.00 17 495.10 40 408.95 1 030.00 Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Usahatani padi petani pemilik lahan sempit menggunakan pestisida cair dan
pestisida padat lebih banyak daripada usahatani padi petani pemilik lahan luas, yaitu
sebanyak 0.14 ml/ha dan 0.93 kg/ha dengan biaya sebesar Rp 7 886.67 dan
Rp.9.608.43. Usahatani padi petani penggarap lahan luas menggunakan pestisida
Page 66
52
padat dan cair lebih banyak daripada usahatani petani penggarap lahan sempit, yaitu
sebanyak 1.19 kg/ha dan 0.50 ml/ha dengan biaya sebesar Rp 12 242.29 dan
Rp.40.408.95.
Tenaga Kerja
Rata-rata penggunaan tenaga kerja usahatani padi di Desa Jatiluwih adalah
sebanyak 103.41 HOK/Ha. Usahatani di Desa Jatiluwih lebih banyak menggunakan
tenaga kerja luar keluarga (TKLK) yaitu sebanyak 103.82 HOK/Ha. Kegiatan
penyulaman dan pemupukan lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga
yaitu sebesar 0.67 HOK/Ha dan 4.46 HOK/Ha karena petani dapat melakukannya
sendiri. Kegiatan penyemaian, pengolahan lahan, penanaman, penyiangan,
penyemprotan, dan pemanenan lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga
yaitu sebesar 5.26 HOK/Ha, 23.81 HOK/Ha, 7.52 HOK/Ha, 19.37 HOK/Ha,
10.71.HOK/ha dan 32.72 HOK/Ha karena membutuhkan banyak orang agar
pekerjaan cepat selesai.
Tabel 15. Rata-rata penggunaan tenaga kerja usahatani padi di Desa Jatiluwih tahun
2013
Kegiatan
TKDK
Rata-Rata
(HOK/Ha)
TKLK
Rata-Rata
(HOK/Ha)
Tenaga Kerja Rata-
Rata (HOK/Ha)
Penyemaian 2.30 5.26 3.07
Pengolahan Lahan 18.27 23.81 33.12
Penanaman 6.22 7.52 8.28
Penyulaman 0.67 - 0.67
Penyiangan 11.11 19.37 15.92
Pemupukan 4.46 4.43 4.73
Penyemprotan 2.20 10.71 3.15
Pemanenan 8.91 32.72 34.47
Total 54.14 103.82 103.41 Sumber: Data Primer (diolah) 2013
Usahatani padi pemilik lahan sempit menggunakan tenaga kerja lebih banyak
daripada usahatani padi pemilik dengan lahan luas, yaitu sebanyak 123.82 HOK/ Ha.
Kegiatan penyemprotan pada usahatani padi petani pemilik dengan lahan luas
menggunakan tenaga kerja lebih banyak daripada usahatani padi petani pemilik
Page 67
53
dengan lahan sempit, yaitu sebanyak 5.67 HOK/Ha. Usahatani padi penggarap lahan
sempit menggunakan tenaga kerja lebih banyak daripada usahatani padi penggarap
lahan luas, yaitu sebanyak 100.26 HOK/Ha. Kegiatan penyemprotan pada usahatani
padi penggarap lahan luas menggunakan tenaga kerja lebih banyak daripada
usahatani padi petani penggarap dengan lahan sempit, yaitu sebanyak 3 HOK/Ha.
Rincian penggunaan tenaga kerja usahatani beras merah sistem Subak dapat dilihat
pada Tabel 16.
Tabel 16. Rata-rata penggunaan tenaga kerja usahatani padi berdasarkan tipe petani
dan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013
Kegiatan Tenaga Kerja Rata-Rata (HOK/Ha)
Pemilik Penggarap
Luas Sempit Luas Sempit
Penyemaian 3.63 4.35 1.74 2.13
Pengolahan Lahan 35.57 36.27 14.97 31.89
Penanaman 6.75 9.41 6.46 9.76
Penyulaman - 0.76 0.39 0.69
Penyiangan 9.90 21.03 8.06 20.77
Pemupukan - 5.92 2.72 4.44
Penyemprotan 5.67 3.80 3.00 0.63
Pemanenan 31.09 42.28 28.83 29.95
Total 92.61 123.82 66.17 100.26 Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Output Usahatani
Keberhasilan kegiatan usahatani dilihat dari produksi dan penerimaan yang
diperoleh petani. Rata-rata produksi per hektar dari usahatani padi sawah di Desa
Jatiluwih disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Rata-rata penerimaan usahatani padi berdasarkan tipe petani dan luas lahan
di Desa Jatiluwih tahun 2013 Pemilik Penggarap
Luas Sempit Luas Sempit
Hasil Panen (kg/ha) 5 537.07 5 714.91 5 739.52 5 584.13
Nilai 38 759 490 40 004 370 40 176 640 39 088 910 Sumber : Data Primer diolah (2013)
Rata-rata produksi gabah kering panen yang diperoleh petani responden adalah
sebesar 5 699.63 kg/ha dengan harga jual sebesar Rp 7 000/kg, maka penerimaan
yang diperoleh petani di Desa Jatiluwih pada musim tanam (MT) I tahun 2013 adalah
Page 68
54
sebesar Rp 39 897 410/ha. Usahatani padi petani pemilik dengan lahan sempit
memiliki hasil panen lebih banyak daripada usahatani padi petani pemilik dengan
lahan luas, yaitu sebanyak 5 714.91 kg/ha dengan nilai penerimaan sebesar
Rp.40.004.370. Usahatani padi petani penggarap lahan luas memiliki hasil panen
lebih banyak daripada usahatani padi petani penggarap lahan sempit, yaitu sebanyak
5 739.52 kg/ha dengan nilai penerimaan sebesar Rp 40 176 640.
Alat-Alat Pertanian
Jenis alat-alat pertanian yang digunakan dalam kegiatan usahatani padi sawah
di Desa Jatiluwih adalah cangkul, sabit, ani-ani, dan mesin rumput. Traktor dalam
penggunaannya diperoleh dengan cara menyewa. Biaya sewa untuk pembajakan
dengan traktor adalah sebesar Rp 839 042.69/hari/ha. Rata-rata jumlah alat-alat
pertanian yang dimiliki petani responden adalah sebanyak 1 sampai 3 buah. Peralatan
yang dimiliki petani pada umumnya memiliki umur ekonomis satu sampai 5 tahun
dan jumlah musim dalam 1 tahun sebanyak dua kali. Nilai penggunaan dari alat-alat
pertanian yang digunakan oleh petani di Desa Jatiluwih adalah sebesar
Rp.666.534.90/ha. Nilai terbesar dikeluarkan untuk penggunaan mesin rumput, yaitu
sebesar Rp 467 816/ha, sedangkan nilai terkecil dikeluarkan oleh penggunaan
cangkul, yaitu sebesar Rp 29 954.55. Rata-rata biaya penyusutan pada usahatani beras
merah sistem Subak disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18. Rata-rata biaya penyusutan pada alat-alat pertanian usahatani padi sawah di
Desa Jatiluwih tahun 2013
Jenis Peralatan Nilai Ekonomis (Rp) Umur Ekonomis (Tahun) Penyusutan (Rp)
Cangkul 134 772.73 5 26 954.55
Sabit 105 610.50 1 105 610.50
Ani-ani 66 153.85 1 66 153.85
Mesin Rumput 1 403 448.00 3 467 816.00
Jumlah 666 534.90 Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Rata-rata biaya penyusutan pada alat-alat pertanian usahatani beras merah
berdasarkan tipe petani dan luas lahan disajikan pada Tabel 19.
Page 69
55
Tabel 19. Rata-rata biaya penyusutan pada alat-alat pertanian usahatani padi
berdasarkan tipe petani dan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013 Pemilik Penggarap
Luas Sempit Luas Sempit
Cangkul Nilai ekonomis 169 444 137 400 123 333 122 500
Penyusutan 33 889 137 400 123 333 40 833
Sabit Nilai ekonomis 88 347 100 007 135 556 88 214
Penyusutan 17 670 100 007 135 556 29 405
Ani-ani Nilai ekonomis 76 000 60 250 71 333 65 417
Penyusutan 15 200 60 250 71 333 21 806
Mesin
rumput
Nilai ekonomis 1 266 667 1 463 636 1 481 818 1 125 000
Penyusutan 253 333 1 463 636 1 481 818 375 000
Total Penyusutan 320 092 1 761 293 1 812 040 467 044 Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Nilai penyusutan mesin rumput pada usahatani petani pemilik lahan sempit
lebih besar dari usahatani petani pemilik lahan luas, yaitu sebesar Rp 1 761 293.
Peralatan pertanian pada usahatani padi petani penggarap lahan luas memiliki nilai
penyusutan lebih besar daripada usahatani padi petani penggarap lahan sempit, yaitu
sebesar Rp 1 812 040.
2.1.9. Biaya Transaksi Kelembagaan Subak
Biaya transaksi terdiri dari biaya transaksi pasar, biaya transaksi manajerial, dan
biaya transaksi politik. Biaya transaksi yang dikeluarkan oleh petani di Desa
Jatiluwih dapat dikategorikan kepada biaya manajerial. Biaya transaksi yang
dikeluarkan oleh petani dalam pengelolaan usahatani di Desa Jatiluwih meliputi : (1)
biaya pengambilan keputusan, yaitu biaya rapat, biaya musyawarah (2) biaya
operasional bersama, yaitu biaya biaya perawatan saluran air Subak dan biaya
pelaksanaan upacara adat. Besarnya rata-rata biaya transaksi yang dikeluarkan oleh
petani di Desa Jatiluwih dalam pengelolaan usahatani padi dapat dilihat pada Tabel
20.
Page 70
56
Tabel 20. Rincian biaya transaksi usahatani padi Desa Jatiluwih tahun 2013
No Jenis Biaya Biaya per Musim Tanam (Rp)
1 Biaya pengambilan keputusan
- Biaya musyawarah Rp 10 000.00
2 Biaya operasional bersama
- Biaya perawatan saluran air Subak Rp 120 000.00
- Biaya pelaksanaan upacara adat Rp 211 666.67
Total Biaya Rp 341 666.70 Sumber: Data Primer (diolah) 2013
Berdasarkan tabel di atas, total biaya transaksi yang dikeluarkan oleh petani
dalam pengelolaan usahatani padi di Desa Jatiluwih setiap musim tanam sebesar
Rp.341.666.70. Biaya terbesar yang dikeluarkan adalah biaya untuk melaksanakan
upacara adat yaitu sebesar Rp 211 666.67.
Tabel 21. Rincian biaya transaksi usahatani padi petani beras merah berdasarkan tipe
petani dan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013 No Jenis Biaya Biaya Lahan
Luas (Rp)
Biaya Lahan
Sempit (Rp)
Biaya Lahan
Luas (Rp)
Biaya Lahan
Sempit (Rp)
1 Biaya pengambilan
keputusan
- Biaya musyawarah Rp 10 000.00 Rp 10 000.00 Rp 10 000.00 Rp 10 000.00
2 Biaya operasional
bersama
- Biaya perawatan
saluran air Subak
Rp 166 666.67 Rp 88 333.33 Rp 145 000.00 -
- Biaya pelaksanaan
upacara adat
Rp 286 111.10 Rp 187 200.00 Rp 217 222.20 Rp 200 357.10
Total Biaya Rp 462 777.80 Rp 285 533.30 Rp 372 222.20 Rp 210 357.10
Sumber: Data Primer (diolah) 2013
Tabel 21 menunjukkan bahwa total biaya transaksi yang dikeluarkan oleh
usahatani pemilik lahan luas sebesar Rp 462 777.80 dan total yang dikeluarkan oleh
usahatani petani pemilik lahan sempit sebesar Rp 285 533.30. Jadi, usahatani lahan
luas menghabiskan biaya transaksi yang lebih besar daripada usahatani dengan lahan
sempit. Selisih biaya transaksi antara usahatani pemilik lahan luas dan sempit adalah
sebesar Rp 177 244.50. Total biaya transaksi yang dikeluarkan usahatani petani
penggarap lahan luas sebesar Rp 372 222.20 dan biaya transaksi yang dikeluarkan
usahatani petani penggarap lahan sempit sebesar Rp 210 357.10. Jadi, usahatani
petani penggarap lahan luas menghabiskan biaya transaksi yang lebih besar daripada
Page 71
57
usahatani petani penggarap lahan sempit. Selisih biaya transaksi usahatani penggarap
lahan luas dan sempit adalah sebesar Rp 161 865.10.
Page 72
58
3. ANALISIS USAHATANI PADI SISTEM SUBAK
Analisis usahatani padi dengan Sistem Subak musim tanam Januari-Juni 2013
dilakukan dengan cara mengidentifikasi penggunaan sumber daya (input) dan
keluaran (output) yang dihasilkan selama musim tanam. Selanjutnya, dilakukan
analisis biaya, penerimaan, serta pendapatan dengan menghitung tingkat pendapatan
usahatani. Efisiensi biaya usahatani ditentukan dengan analisis perbandingan antara
penerimaan dan biaya (R/C rasio).
3.1. Struktur Biaya Usahatani Padi Sawah per Hektar di Desa Jatiluwih
dengan Sistem Subak
Biaya yang tergolong biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan untuk biaya
benih, pupuk, pestisida, sewa traktor atau kerbau, pajak lahan atau Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), biaya untuk membayar tenaga kerja luar keluarga (TKLK), biaya
sewa lahan, dan biaya transaksi kelembagaan Subak. Biaya diperhitungkan mencakup
biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dan biaya penyusutan alat.
Total biaya usahatani padi sawah yang dikeluarkan petani di Desa Jatiluwih
untuk satu musim tanam adalah sebesar Rp 16 447 580.08/ha yang terdiri dari total
biaya tunai sebesar Rp 13 514 177.69/ha atau 80.49% dari total biaya usahatani dan
total biaya diperhitungkan sebesar Rp 3 275 069.09/ha atau 19.51% dari total biaya
usahatani. Struktur biaya usahatani padi beras merah di Desa Jatiluwih dapat dilihat
pada Tabel 20.
Page 73
59
Tabel 22. Struktur Biaya Rata-Rata Usahatani Padi di Desa Jatiluwih Tahun 2013
Satuan Jumlah
Fisik
Harga Fisik/
Satuan (Rp) Nilai (Rp)
Persentase
(%)
A. Biaya Tunai
1. Sarana Produksi
a. Benih Kg/Ha 26.81 7 833.33 210 011.58 1.25
b. Pupuk Kandang Kg/Ha 1 310.85 500.00 655 425.00 3.90
c. Pupuk Urea Kg/Ha 204.28 1 906.15 389 388.32 2.32
d. Pupuk KCl Kg/Ha 87.18 2 029.00 176 888.22 1.05
e. Pupuk NPK Kg/Ha 100.84 2 107.00 212 469.88 1.27
f. Pestisida Cair Ml/Ha 0.21 56 333.33 11 829.99 0.07
g. Pestisida Padat Kg/Ha 0.85 10 300.00 8 755.00 0.05
h. Sewa Traktor Ha 0.46 824 375.85 379 212.89 2.26
Jumlah
2 043 980.89 12.17
2. Tenaga Kerja Luar
Keluarga
- Pria HOK 29.54 70 000.00 2 067 800.00 12.32
- Wanita HOK 42.88 60 000.00 2 572 800.00 15.64
3. Pajak Lahan Ha 0.51 306 711.89 156 423.06 0.93
4. Sewa Lahan Ha 0.51 12 414 719.69 6 331 507.04 37.71
5. Biaya Transaksi 341 666.70 2.04
Total Biaya Tunai 13 514 177.69 80.49
B. Biaya
Diperhitungkan
1.Tenaga Kerja Dalam
Keluarga
- Pria HOK 28.16 70 000.00 1 971 200.00 11.74
- Wanita HOK 15.64 60 000.00 938 400.00 5.59
2. Biaya Penyusutan - 365 469.09 2.18
Total Biaya
Diperhitungkan 3 275 069.09 19.51
Total Biaya Usahatani - 16 447 580.08 100.00
Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Pengeluaran terbesar adalah untuk biaya tenaga kerja yaitu
Rp.7.550.200/HOK/ha atau 45.29% dari total biaya usahatani dengan perincian
Rp.4.640.600/HOK/ha atau 27.96% dari total biaya usahatani untuk biaya tenaga
kerja luar keluarga (TKLK) dan Rp 2 909 600/HOK/ha atau 17.33% dari total biaya
usahatani untuk biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Besarnya biaya untuk
faktor produksi tenaga kerja ini disebabkan karena tanaman padi sangat rentan
Page 74
60
terhadap hama dan penyakit sehingga usahatani ini membutuhkan perawatan yang
cukup intensif, mulai dari kegiatan pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman padi,
seperti pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, sampai dengan
kegiatan pemanenan.
Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk sewa lahan. Petani yang tidak
memiliki lahan atau petani penggarap harus membayar sewa lahan dengan membagi
hasil panen berupa gabah kering panen (GKP). Sewa lahan sebesar Rp 6 331 507.04
atau 37.71% dari total biaya usahatani.
Pengeluaran terbesar ketiga adalah biaya untuk pembelian pupuk, yaitu
sebesar Rp 1 434 171.42/ha atau 8.54% dari total biaya usahatani. Besarnya biaya
untuk faktor produksi pupuk disebabkan pentingnya pemberian unsur-unsur hara
tambahan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sehingga
menghasilkan produksi yang lebih baik. Persentase biaya terbesar untuk masing-
masing pupuk yang digunakan tersebut, berturut-turut adalah pupuk Kandang sebesar
3.90% dari total biaya usahatani, Urea sebesar 2.32% dari total biaya usahatani, NPK
sebesar 1.27% dari total biaya usahatani, dan KCl sebesar 1.05% dari total biaya
usahatani.
Pengeluaran terbesar keempat adalah biaya untuk menyewa traktor, yaitu
sebesar Rp 379 212.89 atau 2.26% dari total biaya usahatani. Pengeluaran terbesar
berikutnya adalah biaya penyusutan yaitu sebesar Rp 365 469.09 atau 2.18% dari
total biaya usahatani. Biaya transaksi kelembagaan sebesar Rp 341 666.70 atau
2.04% dari total biaya usahatani. Pengeluaran lainnya adalah untuk membeli benih
yaitu sebesar 210 011.58 atau 1.25%, membayar pajak lahan yaitu sebesar
Rp.156.423.06 atau 0.93% dari total biaya usahatani, dan pestisida sebesar Rp 20 585
atau 0.12% dari total biaya usahatani. Struktur biaya pada Tabel 22 juga
menunjukkan bahwa unit cost usahatani padi dengan Sistem Subak di desa Jatiluwih
sebesar Rp.2.885.73.
Page 75
61
Tabel 23. Struktur biaya rata-rata usahatani padi petani pemilik dan penggarap berdasarkan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun
2013 Pemilik Penggarap
Nilai Lahan
Luas (Rp)
Persentase
(%)
Nilai Lahan
Sempit (Rp)
Persentase
(%)
Nilai Lahan
Luas (Rp)
Persentase
(%)
Nilai Lahan
Sempit (Rp)
Persentase
(%)
A. Biaya Tunai
1. Sarana Produksi
a. Benih 207 426.58 2.21 214 946.58 1.85 204 841.58 1.06 206 016.58 1.40
b. Pupuk Kandang 607 825.00 6.49 709 225.00 6.11 520 990.00 2.69 696 210.00 4.72
c. Pupuk Urea 457 990.66 4.89 345 203.77 2.97 314 305.07 1.62 538 735.18 3.65
d. Pupuk KCl 181 595.50 1.94 187 195.54 1.61 192 024.56 0.00 50 725.00 0.34
e. Pupuk NPK 188 576.50 2.01 194 391.82 1.67 199 406.48 1.03 148 269.59 1.01
f. Pestisida Cair - - 7 886.67 0.07 28 166.67 0.15 - -
g. Pestisida Padat 412.00 0.01 9 579.00 0.08 12 257.00 0.06 1 030.00 0.01
h. Sewa Traktor 32 975.03 0.35 247 312.76 2.13 552 331.82 2.85 272 044.03 1.84
Jumlah 1 676 801.27 17.90 1 915 741.12 16.51 2 024 323.18 10.46 1 913 030.37 12.97
2. Tenaga Kerja Luar Keluarga
- Pria 2 522 800.00 26.93 2 067 100.00 17.81 2 112 600.00 10.91 1 725 500.00 11.70
- Wanita 2 646 000.00 28.25 3 080 400.00 26.54 1 769 400.00 9.14 2 737 200.00 18.56
3. Pajak Lahan 211 631.20 2.26 95 080.69 0.82 251 503.75 1.30 107 349.16 0.73
4. Sewa Lahan - - - - 10 180 070.10 52.58 4 345 151.89 29.46
5. Biaya Transaksi 462 777.80 4.94 285 533.30 2.46 386 944.44 2.00 374 722.22 2.54
Total Biaya Tunai 7 520 010.27 80.28 7 443 855.11 64.14 16 724 841.50 86.38 11 202 953.6 75.95
B. Biaya Diperhitungkan
1.Tenaga Kerja Dalam Keluarga
- Pria 1 112 300.00 11.87 2 778 300.00 23.94 1 227 100.00 6.34 1 920 800.00 13.02
- Wanita 384 600.00 4.11 976 800.00 8.42 877 200.00 4.53 1 352 400.00 9.17
3. Biaya Penyusutan 350 106.54 3.74 407 440.04 3.51 533 240.74 2.75 275 297.62 1.87
Total Biaya Diperhitungkan 1 847 006.54 19.72 4 162 540.04 35.86 2 637 540.74 13.62 3 548 497.62 24.06
Total Biaya Usahatani 9 367 016.81 100.00 11 606 395.15 100.00 19 362 382.20 100.00 14 751 451.30 100.00
Sumber : Data Primer (diolah) 2013
61
Page 76
62
Total biaya usahatani padi sawah yang dikeluarkan petani di Desa Jatiluwih
untuk satu musim tanam pada usahatani petani pemilik lahan luas adalah sebesar
Rp.9 367 016.81/ha yang terdiri dari total biaya tunai sebesar Rp 7 520 010.27/ha
atau 80.28% dari total biaya usahatani dan total biaya diperhitungkan sebesar
Rp.1.847.006.54/ha atau 19.72% dari total biaya usahatani. Petani pemilik lahan
sempit mengeluarkan biaya total usahatani sebesar Rp 11 606 395.15/ha yang
terdiri dari biaya tunai sebesar Rp 7 443 855.11/ha atau 64.14% dari total biaya
usahatani dan biaya diperhitungkan sebesar Rp 4 162 540.04/ha atau 35.86% dari
total biaya usahatani. Selisih antara total biaya usahatani antara pemilik lahan luas
dan pemilik lahan sempit adalah sebesar Rp 2 416 622.84/ha. Petani penggarap
lahan luas memiliki total biaya usahatani sebesar Rp 19 362 382.20/ha yang
terdiri dari Rp.16.724 841.50/ha atau 86.38% dari total biaya usahatani dan biaya
diperhitungkan sebesar Rp 2 637 540.74/ha atau 13.62% dari total biaya usahatani.
Petani penggarap lahan sempit memiliki total biaya usahatani sebesar
Rp.14.751.451.30/ha yang terdiri dari Rp 11 202 953.6/ha biaya tunai atau
75.95% dari total biaya usahatani dan biaya diperhitungkan sebesar Rp 3 548
497.62/ha atau 24.06% dari total biaya usahatani.
Pengeluaran terbesar adalah untuk biaya tenaga kerja. Usahatani petani
pemilik lahan sempit mengeluarkan biaya tenaga kerja yang lebih besar daripada
usahatani petani pemilik lahan luas. Usahatani pemilik lahan luas menghabiskan
biaya sebesar Rp 6 665 700/HOK/ha atau 71.16% dari total biaya usahatani yang
terdiri dari biaya TKLK sebesar Rp 5 168 800/HOK/ha atau 55.18% dari total
biaya usahatani dan biaya TKDK sebesar Rp 1 496 900/HOK/ha atau 15.98% dari
total biaya usahatani. Usahatani pemilik lahan sempit menghabiskan biaya sebesar
Rp.8.902.600/HOK/ha atau 76.71% dari total biaya usahatani yang terdiri dari
biaya TKLK sebesar Rp 5 147 500/HOK/ha atau 44.35% dari total biaya
usahatani dan biaya TKDK sebesar Rp 3 755 100/HOK/ha atau 33.36% dari total
biaya usahatani. Selisih biaya yang dikeluarkan antara usahatani pemilik lahan
sempit dan pemilik lahan luas adalah sebesar Rp 2 236 900/HOK/ha. Usahatani
penggarap lahan sempit menghabiskan biaya tenaga kerja yang lebih besar
daripada usahatani penggarap lahan luas. Usahatani penggarap lahan sempit
menghabiskan biaya sebesar Rp.7.735.900/HOK/ha atau 52.45% dari total biaya
Page 77
63
usahatani yang terdiri dari biaya TKLK sebesar Rp 4 462 700/HOK/ha atau
30.26% dari total biaya usahatani dan biaya TKDK sebesar Rp 3 273 200/HOK/ha
atau 22.19% dari total biaya usahatani. Usahatani penggarap lahan luas
menghabiskan biaya sebesar Rp 5 986 300/HOK/ha atau 30.52% dari total biaya
usahatani yang terdiri dari biaya TKLK sebesar Rp.3.882.000/HOK/ha atau
20.05% dari total biaya usahatani dan biaya TKDK sebesar Rp 2 104 300/HOK/ha
atau 10.87% dari total biaya usahatani. Selisih biaya tenaga kerja penggarap lahan
sempit dan penggarap lahan luas adalah sebesar Rp.1.749.600/HOK/ha.
Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk sewa lahan. Sewa lahan sebesar
Rp.10.180.070.1/ha atau 52.58% dari total biaya usahatani pada petani penggarap
lahan luas dan sebesar Rp 4 345 151.89/ha atau 29.46% dari total biaya usahatani
pada petani penggarap lahan sempit. Selisih biaya sewa lahan antara petani
penggarap lahan luas dan lahan sempit adalah sebesar Rp 5 834 918.21/ha.
Pengeluaran terbesar ketiga adalah biaya untuk pembelian pupuk.
Usahatani pemilik lahan sempit menghabiskan biaya untuk pembelian pupuk lebih
besar daripada usahatani pemilik lahan luas. Usahatani pemilik lahan luas
menghabiskan biaya sebesar Rp 1 435 987.7 atau 15.33% dari total biaya
usahatani dengan persentase pupuk Kandang sebesar 6.49%, Urea sebesar 4.89%,
KCl sebesar 1.94%, NPK sebesar 2.01% dari total biaya usahatani. Usahatani
pemilik lahan sempit menghabiskan biaya sebesar Rp 1 436 016.13 atau 12.36%
dari total biaya usahatani dengan persentase pupuk Kandang sebesar 6.11%, Urea
sebesar 2.97%, KCl sebesar 1.61, dan NPK sebesar 1.67% dari total biaya
usahatani. Selisih biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk antara usahatani
pemilik lahan sempit dan lahan luas adalah sebesar Rp 28.4. Usahatani penggarap
lahan sempit menghabiskan biaya untuk pembelian pupuk lebih besar daripada
usahatani penggarap lahan luas. Usahatani penggarap lahan luas menghabiskan
biaya sebesar Rp 1 226 726.11 atau 5.35% dari total biaya usahatani untuk
pembelian pupuk dengan persentase pupuk Kandang sebesar 2.69%, Urea sebesar
1.62%, KCl sebesar 0.01%, dan NPK sebesar 1.03% dari total biaya usahatani.
Usahatani penggarap lahan sempit menghabiskan biaya sebesar Rp 1 433 939.77
untuk pembelian pupuk dengan persentase pupuk Kandang sebesar 4.72%, Urea
sebesar 3.65%, KCl sebesar 0.34%, dan NPK sebesar 1.01% dari total biaya
Page 78
64
usahatani. Selisih biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk antara petani
penggarap lahan sempit dan lahan luas adalah sebesar Rp.207.213.66.
Pengeluaran terbesar keempat adalah biaya untuk menyewa traktor.
Usahatani pemilik lahan sempit menghabiskan biaya untuk menyewa traktor yang
lebih besar daripada usahatani pemilik lahan luas. Usahatani pemilik lahan luas
menghabiskan biaya untuk menyewa traktor sebesar Rp 32 975.03 atau 0.35%
dari total biaya usahatani, sedangkan usahatani pemilik lahan sempit
menghabiskan biaya sebesar Rp.247.312.76 atau 2.13% dari total biaya usahatani.
Selisih biaya yang dikeluarkan untuk menyewa traktor antara petani pemilik lahan
sempit dan lahan luas adalah sebesar Rp 214 337.73. Usahatani penggarap lahan
luas menghabiskan biaya untuk menyewa traktor lebih besar daripada usahatani
penggarap lahan sempit. Usahatani penggarap lahan luas menghabiskan biaya
sebesar Rp 552 331.82 atau 2.85% dari total biaya usahatani, sedangkan usahatani
penggarap lahan sempit menghabiskan biaya sebesar Rp 272 044.03 atau 1.84%
dari total biaya usahatani. Selisih biaya yang dikeluarkan untuk menyewa traktor
antara usahatani penggarap lahan luas dan lahan sempit adalah sebesar
Rp.280.287.79.
Pengeluaran terbesar berikutnya adalah biaya penyusutan yaitu sebesar
Rp.350.106.54 atau 3.74% dari total biaya usahatani pada usahatani pemilik lahan
luas dan Rp 407 440.04 atau 3.51% dari total biaya usahatani pada usahatani
pemilik lahan sempit. Usahatani pemilik lahan sempit memiliki biaya penyusutan
alat-alat pertanian yang lebih besar daripada usahatani pemilik lahan luas. Selisih
biaya penyusutan antara usahatani pemilik lahan sempit dan lahan luas adalah
sebesar Rp.57.333.5. Biaya penyusutan usahatani penggarap lahan luas sebesar
Rp.533.240.74 atau 2.75% dari total biaya usahatani, sedangkan biaya penyusutan
usahatani penggarap lahan sempit sebesar Rp 275 297.62 atau 1.87% dari total
biaya usahatani. Hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani penggarap lahan
lahan luas memiliki biaya penyusutan yang lebih besar daripada usahatani
penggarap lahan sempit. Selisih biaya penyusutan antara usahatani penggarap
lahan luas dan sempit adalah sebesar Rp 257 943.12.
Pengeluaran lainnya adalah untuk membeli benih, biaya transaksi, biaya
untuk membayar pajak lahan dan pestisida. Biaya pembelian benih usahatani
Page 79
65
pemilik lahan sempit menghabiskan biaya yang lebih besar dari usahatani pemilik
lahan luas, yaitu sebesar Rp 214 946.58 atau 1.85% dari total biaya usahatani.
Selisih biaya pembelian benih antara ushatani pemilik lahan sempit dan luas
adalah sebesar Rp 7 520. Usahatani penggarap lahan lahan sempit menghabiskan
biaya yang lebih besar untuk pembelian benih, yaitu sebesar Rp 206 016.58 atau
1.40% dari total biaya usahatani. Selisih biaya pembelian benih antara usahatani
penggarap lahan sempit dan luas adalah sebesar Rp 1 175. Biaya transaksi pemilik
lahan luas lebih besar dari lahan sempit yaitu sebesar Rp 462 777.80. Selisih biaya
transaksi pemilik usahatani lahan luas dan lahan sempit adalah sebesar
Rp.177.244.50. Biaya transaksi penggarap lahan luas lebih besar daripada lahan
sempit yaitu sebesar Rp 386 944.44. Selisih biaya transaksi penggarap lahan luas
dan sempit adalah sebesar Rp 12 222.22. Biaya untuk pembayaran pajak lahan
pada usahatani pemilik lahan luas lebih besar daripada lahan sempit, yaitu
Rp.211.631.20 atau 2.26% dari total biaya usahatani. Selisih biaya untuk
pembayaran pajak lahan antara usahatani pemilik lahan luas dan lahan sempit
adalah sebesar Rp 116 550.51. Usahatani penggarap lahan luas juga
menghabiskan biaya yang lebih besar untuk pembayaran pajak lahan daripada
usahatani penggarap lahan sempit yaitu sebesar Rp 251 503.75 atau 1.30% dari
total biaya usahatani dan selisih biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak
lahan antara usahatani penggarap lahan luas dan sempit adalah sebesar Rp 144
154.59. Biaya untuk pembelian pestisida pada usahatani pemilik lahan sempit
lebih besar daripada usahatani pemilik lahan luas yaitu Rp 17 465.67 atau 0.15%
dari total biaya usahatani. Selisih biaya pembelian pestisida antara usahatani
pemillik lahan sempit dan luas adalah sebesar Rp 17 053.67. Usahatani penggarap
lahan luas memiliki biaya pembelian pestisida yang lebih besar daripada usahatani
penggarap lahan sempit yaitu Rp 40 423.67 atau 0.21% dari total biaya usahatani.
Selisih biaya pembelian pestisida usahatani penggarap lahan luas dan sempit
adalah sebesar Rp 39 393.67.
Berdasarkan struktur biaya pada Tabel 23, maka unit cost usahatani padi
beras merah dapat disajikan pada Tabel 24.
Page 80
66
Tabel 24. Unit Cost Usahatani Padi Beras Merah di Desa Jatiluwih Tahun 2013
Pemilik Penggarap
Lahan Luas Lahan Sempit Lahan Luas Lahan Sempit
Unit cost (Rp/kg) 1 619.69 2 030.90 3 373.52 2 641.67 Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Tabel 24 menunjukkan bahwa unit cost usahatani pemilik lahan sempit lebih besar
daripada lahan luas, yaitu sebesar Rp 2 030.90/kg. Selisih unit cost pemilik lahan
sempit dan lahan luas adalah sebesar Rp 411.21/kg. Unit cost penggarap lahan
luas lebih besar daripada penggarap lahan sempit, yaitu ssebesar Rp 3 373.52/kg.
Selisih unit cost penggarap lahan luas dan lahan sempit adalah sebesar Rp
731.85/kg. Usahatani petani penggarap memiliki unit cost yang lebih besar
daripada usahatani petani pemilik.
3.2. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Padi Beras Merah dengan
Sistem Subak di Jatiluwih
Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi
total padi sawah dengan harga jual dari hasil produksi tersebut. Selain penerimaan
usahatani, terdapat pula biaya usahatani atau pengeluaran usahatani yang
merupakan nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses
produksi usahatani.
Pendapatan dari suatu usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan
biaya dari usahatani tersebut. Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas
biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan tunai merupakan selisih
antara penerimaan total dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan yang
diperhitungkan merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya yang
diperhitungkan. Pendapatan rata-rata usahatani yang dibandingkan terdiri dari
pendapatan rata-rata atas biaya tunai dan pendapatan rata-rata atas biaya total.
Pendapatan rata-rata atas biaya tunai merupakan selisih antara penerimaan total
rata-rata dengan biaya tunai rata-rata. Pendapatan rata-rata atas biaya total
merupakan selisih antara penerimaan total rata-rata dengan biaya total rata-rata.
Perbandingan penerimaan dengan biaya (rasio R/C) ini terdiri dari rasio
R/C total yang merupakan rasio antara penerimaan total rata-rata dengan biaya
total rata-rata dan rasio R/C tunai yang merupakan rasio antara penerimaan total
Page 81
67
rata-rata dengan biaya tunai rata-rata. Tabel 25 menunjukkan pendapatan rata-rata
usahatani padi beras merah di Desa Jatiluwih dengan biaya transaksi tahun 2013.
Tabel 25. Pendapatan rata-rata usahatani padi beras merah di Desa Jatiluwih
dengan biaya transaksi tahun 2013
Komponen Nilai (Rp)
Penerimaan Total 39 897 410
Biaya Tunai 13 172 510.99
- Biaya Transaksi 341 666.70
Biaya Diperhitungkan 3 275 069.09
Total Biaya Usahatani 16 447 580.08
Pendapatan atas Biaya Tunai 26 383 232.30
Pendapatan atas Biaya Total 23 449 829.90
R/C atas Biaya Tunai 2.95
R/C atas Biaya Total 2.43
Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Rata-rata produksi padi sawah per hektar yang dijual oleh petani adalah
sebesar 5 699.63 kg/ha dalam bentuk gabah kering panen (GKP) dengan harga
jual rata-rata sebesar Rp 7 000/kg/ha, sehingga rata-rata penerimaan yang
diperoleh petani dari produksi padi sawah adalah sebesar Rp 39 897 410/kg/ha.
Biaya tunai sebesar Rp 13 514 177.69, sedangkan biaya diperhitungkan sebesar
Rp 3 275 069.09. Pendapatan tunai diperoleh dari mengurangi penerimaan total
dengan total biaya tunai, sedangkan pendapatan total diperoleh mengurangi
penerimaan total dengan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai sebesar
Rp.26.383.232.30 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 23.449.829.90.
Berdasarkan nilai penerimaan dan biaya usahatani, diperoleh juga R/C
ratio total usahatani padi adalah sebesar 2.43 artinya setiap Rp 1 dari total biaya
yang dikeluarkan oleh petani padi sawah di desa Jatiluwih akan memberikan
penerimaan sebesar Rp 2.43. Adapun R/C ratio tunai usahatani padi sawah desa
Jatiluwih adalah sebesar 2.95 yang berarti bahwa setiap Rp 1 dari biaya tunai yang
dikeluarkan oleh petani padi sawah di desa Jatiluwih akan memberikan
penerimaan sebesar Rp 2.95. Berdasarkan nilai R/C rasio total dan tunai,
usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih layak atau sudah efisien. Pendapatan
usahatani petani pemilik dan penggarap berdasarkan luas lahan dapat dilihat pada
Tabel 26.
Page 82
68
Tabel 26. Pendapatan rata-rata usahatani padi beras merah petani pemilik dan
penggarap berdasarkan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013
Komponen
Pemilik Penggarap
Nilai Lahan
Luas (Rp)
Nilai Lahan
Sempit (Rp)
Nilai Lahan
luas (Rp)
Nilai Lahan
sempit (Rp)
Penerimaan Total 38 759 490.00 40 004 370.00 40 176 640.00 39 088 910.00
Biaya Tunai 7 057 232.47 7 158 321.81 16 337 897.06 10 828 231.38
- Biaya Transaksi 462 777.80 285 533.30 386 944.44 374 722.22
Biaya Diperhitungkan 1 847 006.54 4 162 540.04 2 637 540.74 3 548 497.62
Total Biaya Usahatani 9 367 016.81 11 606 395.15 19 362 382.20 14 751 451.30
Pendapatan atas Biaya
Tunai 31 239 479.70 32 560 514.90 23 451 798.50 27 885 956.40
Pendapatan atas Biaya
Total 29 392 473.20 28 397 974.90 20 814 257.80 24 337 458.70
R/C atas Biaya Tunai 5.15 5.37 2.40 3.49
R/C atas Biaya Total 4.14 3.45 2.08 2.65
Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Tabel 26 menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya total setelah
ditambahkan biaya transaksi usahatani pemilik lahan luas lebih besar daripada
usahatani pemilik lahan sempit, yaitu sebesar Rp 29 392 473.20. Selisih
pendapatan atas biaya total usahatani pemilik lahan luas dan sempit adalah sebesar
Rp.994 498.34. R/C ratio atas biaya total usahatani pemilik lahan luas juga lebih
besar dari usahatani pemilik lahan sempit, yaitu sebesar 4.14 sehingga usahatani
pemilik lahan luas lebih layak diusahakan dengan selisih R/C ratio sebesar 0.69.
Usahatani penggarap lahan sempit memiliki pendapatan atas biaya total yang
lebih besar daripada usahatani penggarap lahan luas, yaitu sebesar Rp 24 337
458.70. Selisih pendapatan atas biaya total usahatani penggarap lahan luas dan
sempit adalah sebesar Rp.3 523 200.90. R/C ratio atas biaya total usahatani
penggarap lahan sempit lebih besar dari usahatani penggarap lahan luas, yaitu
sebesar 2.65 sehingga usahatani penggarap lahan sempit lebih layak untuk
diusahakan. R/C ratio usahatani penggarap lahan luas maupun lahan sempit juga
sudah layak diusahakan dengan selisih sebesar 0.58.
Biaya transaksi yang dikeluarkan petani untuk melaksanakan kegiatan
Subak tidak mengurangi keuntungan yang diterima oleh petani. Hal tersebut
menunjukkan pentingnya untuk tetap menjaga keberlanjutan usahatani padi sistem
Subak karena Subak dapat mengatur pembagian air dan menuntun masyarakat
untuk tetap menjaga sumber airnya beserta lingkungannya.
Page 83
69
4. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI USAHATANI PADI SISTEM SUBAK
4.1. Analisis Fungsi Produksi
Analisis fungsi produksi didasarkan pada data yang terkumpul dari 66
petani responden. Data yang dikumpulkan meliputi data produksi sebagai variabel
yang dijelaskan atau dependen (Y), sedangkan data jumlah benih, jumlah pupuk
(Kandang, Urea, KCl, NPK), jumlah pestisida, jumlah tenaga kerja, serta biaya
transaksi yang digunakan oleh petani responden per hektar yang diusahakan
sebagai variabel yang menjelaskan atau independent (Xi). Data rata-rata
penggunaan faktor-faktor produksi per hektar yang diusahakan petani responden
pada usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih Musim Tanam I Tahun 2013
disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27. Rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi per hektar yang
diusahakan petani responden pada usahatani padi sawah di Desa
Jatiluwih tahun 2013
No. Uraian Satuan Rata-Rata
1. Luas Lahan Ha 0.51
2. Benih Kg 13.52
3. Kandang Kg 1 310.85
4. Urea Kg 204.28
5. KCl Kg 87.18
6. NPK Kg 100.84
7. Pestisida Padat Kg 0.85
8. Pestisida Cair Ml 0.21
9. Tenaga Kerja HOK 103.41
10. Biaya Transaksi Rupiah 341 666.70
11. Produksi Kg 5699.63 Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Untuk menguji pengaruh variabel independent terhadap variabel
dependent secara simultan dapat diuji dengan menggunakan uji-F atau sering
disebut analisis ragam. Hubungan antara faktor-faktor produksi sebagai variabel
independent dengan produksi padi sawah sebagai variabel dependent dapat dilihat
pada tabel 27. Uji F terhadap data yang dikumpulkan diperoleh nilai F-hitung
sebesar 19.09 dimana F-hitung nyata pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini
menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor-faktor produksi yang digunakan
dalam proses produksi berkaitan atau berkorelasi terhadap produksi padi sawah.
Page 84
70
Model I Tanpa Variabel Dummy
Uji F terhadap data yang dikumpulkan diperoleh nilai F-hitung sebesar
13.82 dimana F-hitung nyata pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini menunjukkan
bahwa secara bersama-sama faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi berkaitan atau berkorelasi terhadap produksi padi sawah.
Tabel 28. Analisis ragam fungsi produksi usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih
tahun 2013
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Jumlah Kuadrat
Tengah
F-hitung Peluang
Regresi 9 0.7971 0.8856 13.82 0.000
Galat 56 0.3590 0.0064
Total 65 1.1560 Keterangan : *Nyata pada selang kepercayaan 99%
Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Dari pengolahan data pada Tabel 28 diperoleh pendugaan fungsi produksi,
dimana faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi padi sawah di Desa
Jatiluwih adalah benih (X1), pupuk kandang (X2), pupuk Urea (X3), pupuk KCl
(X4), pupuk NPK (X5), pestisida cair (X6), pestisida padat (X7), Hari Orang Kerja
(X8), dan biaya transaksi (X9). Hasil parameter penduga fungsi produksi dapat
dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Hasil parameter penduga fungsi produksi per hektar yang diusahakan
petani responden pada usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun
2013
Penduga Koefisien Regresi Simpangan Baku P-value VIF
Konstanta 6.9163* 0.2678 0.000
Benih (X1) 0.3413* 0.0569 0.000 1.2
Pupuk kandang (X2) 0.0043* 0.0011 0.000 1.1
Urea (X3) 0.0043* 0.0014 0.004 1.2
KCl (X4) -0.0112* 0.0015 0.000 1.3
NPK (X5) -0.0003 0.0016 0.847 1.3
Pestisida cair (X6) 0.0036 0.0032 0.268 1.1
Pestisida padat (X7) -0.0001 0.0027 0.981 1.3
Hari orang kerja (X8) 0.0862* 0.0257 0.001 1.2
Biaya transaksi (X9) 0.0113 0.0122 0.356 1.0
R-square 68.9
R-square (adjusted) 64.0 Keterangan :
* Nyata pada selang kepercayaan 99% atau α = 0,01
Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Page 85
71
Dari uji-t terlihat bahwa variabel benih, pupuk Kandang, Urea, KCl, dan
tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99%.
Dari Tabel 29, dapat diperoleh persamaan analisis fungsi produksi Cobb Douglass
usahatani padi dengan sistem Subak adalah sebagai berikut :
Y = 6.9163 + 0.3413 X1 + 0.0043 X2 + 0.0043 X3 – 0.0112 X4 - 0.0003 X5 +
0.0036 X6 – 0.0001 X7 + 0.0862 X8 + 0.0113 X9
Dimana :
Y : Produksi padi sawah (ton/Ha)
X1 : Benih (Kg/Ha)
X2 : Pupuk Kandang (Kg/Ha)
X3 : Pupuk Urea (Kg/Ha)
X4 : Pupuk KCl (Kg/Ha)
X5 : Pupuk NPK (Kg/Ha)
X6 : Pestisida Cair (ml/Ha)
X7 : Pestisida Padat (kg/Ha)
X8 : Tenaga kerja (HOK)
X9 : Biaya Transaksi Subak (Rp)
Tabel 29 juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi untuk
pendugaan (R2-adjusted) didapat sebesar 64.0% yang berarti 64.0% dari variabel
produksi dapat dijelaskan oleh variasi variabel yang menerangkan yaitu benih (X1),
pupuk Kandang (X2), pupuk Urea (X3), pupuk KCl (X4), pupuk NPK (X5), pestisida
cair (X6), pestisida padat (X7), Hari Orang Kerja (X8), dan biaya transaksi (X9),
sedangkan 36.0% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Faktor-faktor lain
di luar model yang diduga berpengaruh terhadap produksi padi sawah adalah tingkat
kesuburan tanah, pengaruh iklim dan cuaca, serta serangan hama dan penyakit.
Model II dengan Variabel Dummy Tipe Petani
Uji F terhadap data yang dikumpulkan diperoleh nilai F-hitung sebesar
12.62 dimana F-hitung nyata pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini menunjukkan
bahwa secara bersama-sama faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi berkaitan atau berkorelasi terhadap produksi padi sawah.
Page 86
72
Tabel 30. Analisis ragam fungsi produksi usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih
tahun 2013
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Jumlah Kuadrat
Tengah
F-hitung Peluang
Regresi 10 0.8052 0.0805 12.62 0.000
Galat 55 0.3508 0.0064
Total 65 1.1560 Keterangan : *Nyata pada selang kepercayaan 99%
Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Dari pengolahan data pada Tabel 30 diperoleh pendugaan fungsi produksi,
dimana faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi padi sawah di Desa
Jatiluwih adalah benih (X1), pupuk kandang (X2), pupuk Urea (X3), pupuk KCl
(X4), pupuk NPK (X5), pestisida cair (X6), pestisida padat (X7), Hari Orang Kerja
(X8), biaya transaksi (X9), dan dummy tipe petani (D1). Dari uji-t terlihat bahwa
variabel benih, pupuk Kandang, Urea, KCl, dan tenaga kerja berpengaruh nyata
terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99%. Hasil parameter penduga fungsi
produksi dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Hasil parameter penduga fungsi produksi per hektar yang diusahakan
petani responden pada usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun
2013
Penduga Koefisien Regresi Simpangan Baku P-value VIF
Konstanta 6.9377* 0.2678 0.000
Benih (X1) 0.3390* 0.0568 0.000 1.2
Pupuk kandang (X2) 0.0045* 0.0011 0.000 1.1
Urea (X3) 0.0044* 0.0014 0.003 1.2
KCl (X4) -0.0108* 0.0016 0.000 1.4
NPK (X5) -0.0001 0.0016 1.000 1.3
Pestisida cair (X6) 0.0434** 0.0033 0.189 1.1
Pestisida padat (X7) -0.0002 0.0027 0.952 1.3
Hari orang kerja (X8) 0.0935* 0.0264 0.001 1.3
Biaya transaksi (X9) 0.0099 0.0122 0.423 1.0
Dummy tipe petani -0.0251 0.0222 0.264 1.3
R-square 69.7
R-square (adjusted) 64.1 Keterangan :
* Nyata pada selang kepercayaan 99% atau α = 0,01
** Nyata pada selang kepercayaan 95% atau α = 0,05
Sumber : Hasil Analisis Data (2013)
Pestisida cair berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat
kepercayaan 95%. Dari Tabel 31, dapat diperoleh persamaan analisis fungsi
Page 87
73
produksi Cobb Douglass usahatani padi dengan sistem Subak adalah sebagai
berikut :
Y = 6.9377 + 0.3390 X1 + 0.0045 X2 + 0.0044 X3 – 0.0108 X4 - 0.0001 X5 +
0.0043 X6 – 0.0002 X7 + 0.0935 X8 + 0.0099 X9 - 0.0251 D1
Dimana :
Y : Produksi padi sawah (ton/Ha)
X1 : Benih (Kg/Ha)
X2 : Pupuk Kandang (Kg/Ha)
X3 : Pupuk Urea (Kg/Ha)
X4 : Pupuk KCl (Kg/Ha)
X5 : Pupuk NPK (Kg/Ha)
X6 : Pestisida Cair (ml/Ha)
X7 : Pestisida Padat (kg/Ha)
X8 : Tenaga kerja (HOK)
X9 : Biaya Transaksi Subak (Rp)
D1 : Dummy Tipe Petani
Tabel 31 juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi untuk
pendugaan (R2-adjusted) didapat sebesar 64.1% yang berarti 64.1% dari variabel
produksi dapat dijelaskan oleh variasi variabel yang menerangkan yaitu benih (X1),
pupuk Kandang (X2), pupuk Urea (X3), pupuk KCl (X4), pupuk NPK (X5), pestisida
cair (X6), pestisida padat (X7), Hari Orang Kerja (X8), biaya transaksi (X9), dan
dummy tipe petani (D1), sedangkan 35.9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar
model. Faktor-faktor lain di luar model yang diduga berpengaruh terhadap produksi
padi sawah adalah tingkat kesuburan tanah, pengaruh iklim dan cuaca, serta serangan
hama dan penyakit.
Model III dengan Variabel Dummy Luas Lahan
Uji F terhadap data yang dikumpulkan diperoleh nilai F-hitung sebesar
21.29 dimana F-hitung nyata pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini menunjukkan
bahwa secara bersama-sama faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi berkaitan atau berkorelasi terhadap produksi padi sawah.
Page 88
74
Tabel 32. Analisis ragam fungsi produksi usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih
tahun 2013
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Jumlah Kuadrat
Tengah
F-hitung Peluang
Regresi 10 0.9187 0.9187 21.29 0.000
Galat 55 0.2374 0.0043
Total 65 1.1560 Keterangan : *Nyata pada selang kepercayaan 99%
Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Dari pengolahan data pada Tabel 32 diperoleh pendugaan fungsi produksi,
dimana faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi padi sawah di Desa
Jatiluwih adalah benih (X1), pupuk kandang (X2), pupuk Urea (X3), pupuk KCl
(X4), pupuk NPK (X5), pestisida cair (X6), pestisida padat (X7), Hari Orang Kerja
(X8), biaya transaksi (X9), dan dummy luas lahan (D2). Hasil parameter penduga
fungsi produksi dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Hasil parameter penduga fungsi produksi per hektar yang diusahakan
petani responden pada usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun
2013
Penduga Koefisien Regresi Simpangan Baku P-value VIF
Konstanta 6.7887* 0.2210 0.000
Benih (X1) 0.3545* 0.0467 0.000 1.2
Pupuk kandang (X2) 0.0050* 0.0009 0.000 1.1
Urea (X3) 0.0055* 0.0012 0.000 1.2
KCl (X4) -0.0119* 0.0012 0.000 1.3
NPK (X5) 0.0012 0.0013 0.354 1.3
Pestisida cair (X6) 0.0054** 0.0026 0.047 1.1
Pestisida padat (X7) -0.0003 0.0022 0.884 1.3
Hari orang kerja (X8) 0.1246* 0.0223 0.000 1.4
Biaya transaksi (X9) 0.0028 0.0101 0.780 1.3
Dummy luas lahan 0.1010* 0.0190 0.000 1.1
R-square 79.5
R-square (adjusted) 75.7 Keterangan :
* Nyata pada selang kepercayaan 99% atau α = 0,01
** Nyata pada selang kepercayaan 95% atau α = 0,05
Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Dari uji-t terlihat bahwa variabel benih, pupuk Kandang, Urea, KCl,
tenaga kerja, dan dummy luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi pada
tingkat kepercayaan 99%. Pestisida cair berpengaruh nyata terhadap produksi
pada tingkat kepercayaan 95%. Dari Tabel 33, dapat diperoleh persamaan analisis
Page 89
75
fungsi produksi Cobb Douglass usahatani padi dengan sistem Subak adalah
sebagai berikut :
Y = 6.7887 + 0.3545 X1 + 0.0050 X2 + 0.0055 X3 – 0.0119 X4 + 0.0012 X5 +
0.0054 X6 – 0.0003 X7 + 0.1246 X8 + 0.0028 X9 + 0.1010 D2
Dimana :
Y : Produksi padi sawah (ton/Ha)
X1 : Benih (Kg/Ha)
X2 : Pupuk Kandang (Kg/Ha)
X3 : Pupuk Urea (Kg/Ha)
X4 : Pupuk KCl (Kg/Ha)
X5 : Pupuk NPK (Kg/Ha)
X6 : Pestisida Cair (ml/Ha)
X7 : Pestisida Padat (kg/Ha)
X8 : Tenaga kerja (HOK)
X9 : Biaya Transaksi Subak (Rp)
D2 : Dummy Luas Lahan
Tabel 33 juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi untuk
pendugaan (R2-adjusted) didapat sebesar 75.7% yang berarti 75.7% dari variabel
produksi dapat dijelaskan oleh variasi variabel yang menerangkan yaitu benih (X1),
pupuk Kandang (X2), pupuk Urea (X3), pupuk KCl (X4), pupuk NPK (X5), pestisida
cair (X6), pestisida padat (X7), Hari Orang Kerja (X8), biaya transaksi (X9), dan
dummy luas lahan (D2), sedangkan 24.3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar
model. Faktor-faktor lain di luar model yang diduga berpengaruh terhadap produksi
padi sawah adalah tingkat kesuburan tanah, pengaruh iklim dan cuaca, serta serangan
hama dan penyakit.
Model IV dengan Variabel Dummy Tipe Petani dan Luas Lahan
Uji F terhadap data yang dikumpulkan diperoleh nilai F-hitung sebesar
19.09 dimana F-hitung nyata pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini menunjukkan
bahwa secara bersama-sama faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi berkaitan atau berkorelasi terhadap produksi padi sawah.
Page 90
76
Tabel 34. Analisis ragam fungsi produksi usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih
tahun 2013
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Jumlah Kuadrat
Tengah
F-hitung Peluang
Regresi 11 0.919537 0.083594 19.09 0.000
Galat 54 0.236487 0.004379
Total 65 1.156024 Keterangan : *Nyata pada selang kepercayaan 99%
Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Dari pengolahan data pada Tabel 34 diperoleh pendugaan fungsi produksi,
dimana faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi padi sawah di Desa
Jatiluwih adalah benih (X1), pupuk kandang (X2), pupuk Urea (X3), pupuk KCl
(X4), pupuk NPK (X5), pestisida cair (X6), pestisida padat (X7), Hari Orang Kerja
(X8), biaya transaksi (X9), dummy tipe petani (D1), dan dummy luas lahan (D2).
Dari uji-t terlihat bahwa variabel benih, pupuk Kandang, Urea, KCl, tenaga kerja,
dan dummy luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat
kepercayaan 99%. Pestisida cair berpengaruh nyata terhadap produksi pada
tingkat kepercayaan 95%. Hasil parameter penduga fungsi produksi dapat dilihat
pada Tabel 35.
Tabel 35. Hasil parameter penduga fungsi produksi per hektar yang diusahakan
petani responden pada usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun
2013
Penduga Koefisien Regresi Simpangan Baku P-value VIF
Konstanta 6.7977* 0.2236 0.000
Benih (X1) 0.3536* 0.0471 0.000 1.2
Pupuk kandang (X2) 0.0051* 0.0009 0.000 1.1
Urea (X3) 0.0055* 0.0012 0.000 1.2
KCl (X4) -0.0117* 0.0013 0.000 1.4
NPK (X5) 0.0013 0.0013 0.333 1.4
Pestisida cair (X6) 0.0056** 0.0027 0.044 1.1
Pestisida padat (X7) -0.0004 0.0022 0.875 1.3
Hari orang kerja (X8) 0.1265* 0.0228 0.000 1.4
Biaya transaksi (X9) 0.0025 0.0102 0.810 1.1
Dummy tipe petani -0.0083 0.0187 0.658 1.3
Dummy luas lahan 0.0995* 0.0195 0.000 1.4
R-square 79.5%
R-square (adjusted) 75.4% Keterangan :
* Nyata pada selang kepercayaan 99% atau α = 0,01
** Nyata pada selang kepercayaan 95% atau α = 0,05
Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Page 91
77
Dari Tabel 35, dapat diperoleh persamaan analisis fungsi produksi Cobb
Douglass usahatani padi dengan sistem Subak adalah sebagai berikut :
Y = 6.80+ 0.3540 X1 + 0.0051 X2 + 0.0055 X3 – 0.0117 X4 + 0.0013 X5 + 0.0056
X6 – 0.0004 X7 + 0.1260 X8 + 0.0025 X9 - 0.0083 D1 + 0.0995 D2
Dimana :
Y : Produksi padi sawah (ton/Ha)
X1 : Benih (Kg/Ha)
X2 : Pupuk Kandang (Kg/Ha)
X3 : Pupuk Urea (Kg/Ha)
X4 : Pupuk KCl (Kg/Ha)
X5 : Pupuk NPK (Kg/Ha)
X6 : Pestisida Cair (ml/Ha)
X7 : Pestisida Padat (kg/Ha)
X8 : Tenaga kerja (HOK)
X9 : Biaya Transaksi Subak (Rp)
D1 : Dummy Tipe Petani
D2 : Dummy Luas Lahan
Tabel 35 juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi untuk
pendugaan (R2-adjusted) didapat sebesar 75.4% yang berarti 75.4% dari variabel
produksi dapat dijelaskan oleh variasi variabel yang menerangkan yaitu benih (X1),
pupuk Kandang (X2), pupuk Urea (X3), pupuk KCl (X4), pupuk NPK (X5), pestisida
cair (X6), pestisida padat (X7), Hari Orang Kerja (X8), biaya transaksi (X9), dummy
tipe petani (D1), dan dummy luas lahan (D2), sedangkan 24.6% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain di luar model. Faktor-faktor lain di luar model yang diduga
berpengaruh terhadap produksi padi sawah adalah tingkat kesuburan tanah, pengaruh
iklim dan cuaca, serta serangan hama dan penyakit.
4.2. Analisis Elastisitas Produksi dan Skala Usaha
Dalam model fungsi produksi Cobb-Douglas, besaran koefisien regresi
merupakan elastisitas produksi dari variabel-variabel tersebut. Tabel 36 menunjukkan
besaran koefisien regresi usahatani padi sistem Subak di Desa Jatiluwih.
Page 92
78
Tabel 36. Besaran Koefisien Regresi Usahatani Padi Sistem Subak di Desa
Jatiluwih Tahun 2013
Model I Model II Model III Model IV
Benih (X1) 0.34127* 0.33904* 0.35352* 0.35358*
Pupuk kandang (X2) 0.0043* 0.0045* 0.0050* 0.0051*
Urea (X3) 0.0043* 0.0044* 0.0055* 0.0055*
KCl (X4) -0.0112* -0.0108* -0.0119* -0.0117*
NPK (X5) -0.0003 -0.0001 0.0012 0.0013
Pestisida cair (X6) 0.0036 0.0434** 0.0054** 0.0056**
Pestisida padat (X7) -0.0001 -0.0002 -0.0003 -0.0004
Hari orang kerja (X8) 0.0862* 0.0935* 0.1246* 0.1265*
Biaya transaksi (X9) 0.0113 0.0099 0.0028 0.0025
Dummy tipe petani - -0.0251 0.1010* -0.0083
Dummy luas lahan - - - 0.0995* Keterangan :
* Nyata pada selang kepercayaan 99% atau α = 0,01
** Nyata pada selang kepercayaan 95% atau α = 0,05
Sumber : Data primer (diolah) 2013
Pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi padi sawah dengan
sistem Subak adalah sebagai berikut :
1. Benih (X1)
Koefisien regresi benih pada model I sebesar 0.34127, 0.33904 pada model II,
0.35352 pada model III, dan 0.35358 pada model IV. Penggunaan benih berpengaruh
positif terhadap produksi padi beras merah pada selang kepercayaan 99%. Pada
model I, benih mempunyai elastisitas produksi sebesar 0.34127, artinya jika terjadi
penambahan penggunaan faktor produksi benih sebesar 1% akan meningkatkan
produksi padi sawah sebesar 0.34127% dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris
paribus), begitu pula dengan model II, III, dan IV. Elastisitas produksi yang positif
menunjukkan bahwa penggunaan benih berada pada daerah rasional.
2. Pupuk Kandang (X2)
Pupuk kandang mempunyai elastisitas produksi sebesar 0.00426 pada
model I, 0.00445 pada model II, 0.00503 pada model III, dan 0.00508 pada model
IV. Penggunaan pupuk kandang berpengaruh positif terhadap produksi padi sawah
pada selang kepercayaan 99% pada seluruh model. Nilai elastisitas produksi pada
model I berarti setiap penambahan jumlah pupuk kandang sebesar 1% akan
meningkatkan produksi sebesar 0.00426% dengan faktor lain dianggap tetap
(ceteris paribus), begitu pula dengan model II, III, dan IV. Elastisitas produksi
Page 93
79
yang positif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang berada pada daerah
rasional.
3. Pupuk Urea (X3)
Pupuk urea merupakan pupuk penyedia unsur nitrogen bagi tanaman.
Tanaman yang kekurangan unsur ini akan tumbuh kerdil dan terhambat
pertumbuhannya. Hasil regresi menunjukkan elastisitas produksi pupuk urea
sebesar 0.00429 pada model I, 0.00439 pada model II, 0.00549 pada model III,
dan 0.00551 pada model IV. Elastisitas produksi sebesar 0.00429 pada model I
berarti setiap penambahan jumlah pupuk urea sebesar 1% akan meningkatkan
produksi sebesar 0.00429% dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus),
begitu pula dengan model II, III, dan IV. Elastisitas produksi yang positif
menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea berada pada daerah rasional.
4. Pupuk KCl (X4)
Pupuk KCl merupakan pupuk penyedia unsur Kalium yang berperan dalam
proses fotosintesis, produksi makanan di dalam tanaman, reaksi enzim,
meningkatkan mekanisme ketahanan terhadap penyakit, dan menjaga agar
tanaman tetap berdiri tegak. Nilai elastisitas produksi pupuk KCL adalah sebesar -
0.01123 pada model I, -0.01078 pada model II, -0.01188 pada model III, dan -
0.01172 pada model IV. Nilai elastisitas produksi sebesar -0.01123 pada model I
berarti jika terjadi penambahan penggunaan faktor produksi pupuk KCL sebesar
1% akan menurunkan produksi padi sawah sebesar 0.01123% dengan faktor lain
dianggap tetap (ceteris paribus), begitu pula dengan model II, III, dan IV. Hal ini
diduga karena unsur Kalium yang terkandung di dalam tanah masih relatif banyak
tersedia. Elastisitas produksi yang negatif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk
KCL berada pada daerah irrasional.
5. Pupuk NPK (X5)
Pupuk NPK merupakan pupuk penyedia Nitrogen, Fosfor, dan Kalium
yang digunakan sebagai pengganti atau penyempurna pupuk Urea atau pupuk KCl.
Nilai elastisitas pupuk NPK adalah sebesar -0.00031 pada model I, -0.00001 pada
model II, 0.00123 pada model III, dan 0.00131 pada model IV. Nilai elastisitas
pupuk NPK sebesar -0.00031 pada model I artinya jika terjadi penambahan
penggunaan faktor produksi pupuk NPK sebesar 1% akan menurunkan produksi
Page 94
80
padi sawah sebesar 0.00031% dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus),
begitu pula dengan model II, III, dan IV. Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa
faktor produksi pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada
selang kepercayaan 99%, sehingga penambahan pupuk NPK sebesar 1% tidak
akan mengakibatkan perubahan secara signifikan terhadap produksi padi sawah
dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Elastisitas produksi yang
negatif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk NPK berada pada daerah
irrasional.
6. Pestisida Cair (X6)
Hasil regresi menunjukkan nilai elastisitas faktor produksi pestisida cair
adalah sebesar 0.00357 pada model I, 0.00434 pada model II, 0.00536 pada model
III, dan 0.00559 pada model IV. Nilai elastisitas sebesar 0.00357 pada model I
berarti jika terjadi penambahan penggunaan faktor produksi pestisida sebesar 1%
akan meningkatkan produksi padi sawah sebesar 0.00357% dengan faktor lain
dianggap tetap (ceteris paribus). Pestisida cair berpengaruh nyata pada selang
kepercayaan 95% pada seluruh model. Elastisitas produksi yang positif
menunjukkan bahwa penggunaan pestisida berada pada daerah rasional.
7. Pestisida Padat (X7)
Nilai elastisitas produksi pestisida padat adalah sebesar -0.00006 pada
model I, -0.00016 pada model II, -0.00032 pada model III, dan -0.00035 pada
model IV. Elastisitas produksi sebesar -0.00006 pada model I berarti jika terjadi
penambahan penggunaan faktor pestisida padat sebesar 1% akan menurunkan
produksi padi sawah sebesar 0.00006% dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris
paribus). Hal ini diduga karena penggunaan pestisida sudah terlalu banyak.
Elastisitas produksi yang negatif menunjukkan bahwa penggunaan pestisida padat
berada pada daerah irrasional.
8. Tenaga kerja (X8)
Penggunaan tenaga kerja berada pada daerah rasional pada fungsi produksi
dengan nilai elastisitas sebesar 0.08619 pada model I, 0.09350 pada model II,
0.12461 pada model III, dan 0.12646 pada model IV. Nilai elastisitas sebesar
0.08619 pada model I berarti setiap penambahan penggunaan tenaga kerja sebesar
1% akan meningkatkan produksi padi sawah sebesar 0.08619 dengan faktor lain
Page 95
81
dianggap tetap (ceteris paribus), begitu pula pada model II, III, dan IV. Elastisitas
produksi yang positif menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja berada pada
daerah rasional. Faktor produksi tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap
produksi pada selang kepercayaan 99% pada seluruh model, sehingga
penambahan tenaga kerja sebesar 1% akan meningkatkan perubahan terhadap
produksi padi sawah.
9. Biaya Transaksi (X9)
Nilai elastisitas produksi faktor biaya transaksi sebesar 0.01134 pada
model I, 0.00986 pada model II, 0.00284 pada model III, dan 0.00284 pada model
IV. Elastisitas produksi yang positif pada seluruh model menunjukkan bahwa
penggunaan faktor biaya transaksi berada pada daerah rasional. Berdasarkan hasil
uji-t diketahui bahwa faktor biaya transaksi tidak berpengaruh nyata terhadap
produksi pada selang kepercayaan 99% pada seluruh model, sehingga
penambahan biaya transaksi sebesar Rp 1 tidak akan mengakibatkan perubahan
secara signifikan terhadap produksi padi beras merah dengan faktor lain dianggap
tetap (ceteris paribus).
10. Dummy Tipe Petani (D1)
Nilai elastisitas variabel dummy tipe petani sebesar -0.02506 pada model II
dan -0.00831 pada model IV. Nilai elastisitas sebesar -0.02506 pada model II
berarti setiap usahatani petani pemilik akan menghasilkan produksi padi sawah
0.02506 lebih sedikit dari usahatani petani penggarap, sedangkan nilai elastisitas
sebesar -0.00831 pada model IV berarti setiap usahatani petani pemilik akan
menghasilkan produksi padi sawah 0.00831 lebih sedikit dari usahatani petani
penggarap. Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa dummy tipe petani tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi pada selang kepercayaan 99% pada model II
dan IV.
11. Dummy Luas Lahan (D2)
Nilai elastisitas variabel dummy luas lahan sebesar 0.10097 pada model III
dan 0.09945 pada model IV. Nilai elastisitas sebesar 0.10097 pada model III
berarti setiap petani yang luas lahan sawahnya lebih besar atau sama dengan 0.5
hektar akan menghasilkan produksi padi sawah 0.10097 lebih banyak dari petani
yang luas lahan sawahnya lebih kecil dari 0.5 hektar, sedangkan nilai elastisitas
Page 96
82
sebesar 0.09945 pada model IV berarti setiap petani yang luas lahan sawahnya
lebih besar atau sama dengan 0.5 hektar akan menghasilkan produksi padi sawah
0.09945 lebih banyak dari petani yang luas lahan sawahnya lebih kecil dari 0.5
hektar. Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa dummy luas lahan berpengaruh
nyata terhadap produksi pada selang kepercayaan 99% pada model III dan IV.
Pada seluruh model fungsi produksi Cobb-Douglas, nilai koefisien regresi
selain menunjukkan elastisitas dari masing-masing variabel yang bersangkutan,
penjumlahan dari nilai koefisien regresi tersebut merupakan pendugaaan terhadap
keadaan skala usaha proses produksi yang berlangsung. Penjumlahan nilai
elastisitas dari faktor-faktor produksi dalam seluruh model fungsi produksi di atas
adalah sebesar 0.58. Jumlah elastisitas produksi yang kurang dari 1 tersebut
menunjukkan bahwa usahatani padi sawah di desa Jatiluwih berada pada skala
yang meningkat (decreasing rate) atau berada pada daerah II, artinya bahwa
setiap output yang dihasilkan semakin meningkat hingga titik tertentu.
4.3. Uji Beda Pendapatan Usahatani Padi Pemilik dan Penggarap
Uji beda pendapatan dalam penelitian ini adalah uji beda pendapatan atas
biaya total usahatani padi di Desa Jatiluwih. Hasil uji beda pendapatan usahatani
padi pemilik dan penggarap dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37. Hasil Uji Beda Pendapatan
No Uraian
Pemilik Penggarap
Mean Std. Dev Std. Error
Mean Mean Std. Dev
Std. Error
Mean
1.
Pendapatan
atas biaya
total per
hektar
27318840 5505993.70 944270.13 14815352.04 6519681.01 1152527.66
Sig.
(2-
tailed)
Equal
variances
assumed
0.000
Equal
variances
not
assumed
0.000
Sumber : Data Primer diolah (2013)
Uji beda pendapatan atas biaya total usahatani padi di Desa Jatiluwih juga
dibedakan antara petani pemilik dan penggarap. Hasil uji menunjukkan bahwa t
Page 97
83
hitung sebesar 8.435. T tabel diperoleh dengan df sebesar 64 dengan sig 5% (1-
tailed) = 1.671 sehingga T tabel < T hitung (1.671 < 8.435) maka tolak H0. Hal
tersebut berarti bahwa secara statistik pendapatan atas biaya total usahatani padi
pemilik dan penggarap berbeda nyata.
Page 98
84
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi padi sawah di daerah
penelitian adalah benih (X1), pupuk Kandang (X2), pupuk Urea (X3), pupuk
KCl (X4), pestisida cair (X6), Hari Orang Kerja (X8), dan dummy luas lahan
(D2) dengan koefisien determinasi pendugaan sebesar 75.4%.
2. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani padi sawah di daerah
penelitian secara umum dikatakan menguntungkan dan layak untuk
diusahakan.
3. Hasil analisis biaya transaksi menunjukkan bahwa rata-rata biaya transaksi
yang dikeluarkan oleh petani padi di desa Jatiluwih adalah sebesar
Rp.341.666.70 sehingga R/C ratio atas biaya total menjadi 2.43 sehingga
usahatani padi sistem Subak masih layak untuk diusahakan dan dilestarikan.
5.2. Saran
1. Petani sebaiknya mengurangi pengunaan pupuk KCl, NPK, dan pestisida padat
karena penambahan pupuk dan pestisida tersebut dapat mengurangi hasil
panen.
2. Diperlukannya pembinaan dan penyuluhan dari Dinas Pertanian mengenai
pengoptimalan penggunaan faktor-faktor produksi seperti benih, pupuk, dan
pestisida sesuai dengan luas lahan garapan petani, terutama pada usahatani
lahan sempit.
3. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan analisis terhadap nilai ekonomi air
sistem Subak.
Page 99
DAFTAR PUSTAKA
Agroinovasi. 2012. Inovasi Teknologi Tanaman Pangan Mendukung
Kesejahteraan Petani. Jakarta Selatan : Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Ambler, John S. 1991. Irigasi Indonesia, Dinamika Kelembagaan Petani. Jakarta :
LP3ES.
Amri, Alfian Nur. 2011. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Ubi Kayu
(Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor). Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Arifin, Bustanul. 2005. Ekonomi Kelembagaan Pangan. Jakarta : Pustaka LP3ES
Indonesia.
BPS. 2013. Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000
dan 2010. [diunduh 2013 Maret 30]. Tersedia pada:
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12
¬ab=1.
BPS. 2014. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan
Pekerjaan Utama 2004 – 2013. [diunduh 2014 April 4]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subye
k=06¬ab=2.
BPS. 2014. Rata-rata Konsumsi Kalori (KKal) per Kapita Sehari Menurut
Kelompok Makanan 1999, 2002-2013. [diunduh 2014 April 4]. Tersedia
pada:http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_s
ubyek=05¬ab=5.
BPS. 2014. Tabel Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Padi Provinsi
Bali. [diunduh 2014 April 6]. Tersedia pada:
http://bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3&id_subyek=53¬ab=0.
BPS. 2014. Tabel Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Padi Provinsi
Indonesia. [diunduh 2014 April 4]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3&id_subyek=53¬ab=0.
BPS Provinsi Bali. 2014. Luas Panen, Rata-Rata Produksi, dan Produksi Padi
Sawah dan Padi Ladang Menurut Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2012.
[diunduh 2014 April 6]. Tersedia pada:
http://bali.bps.go.id/tabel_detail.php?ed=607002&od=7&id=7.
Coelli, D.S. Prasada Rao, George E. Battese. 1998. An Introduction to Efficiency
and Productivity Analysis. United States : Kluwer Academic Publishers.
Damayanti, Fitria Silvi. 2007. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi
Usahatani Padi Sawah (Kasus di Desa Purwoadi, Kecamatan Trimurjo,
Page 100
86
Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung). Skripsi. Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Debertin, David L. 1986. Agricultural Production Economics. New York :
Macmillan Publishing Company.
Furubotn EG and Rudolf Richter. 2000. Institutions and Economic Theory : The
Contribution of the New Institutional Economics. The University of Michigan
Press.
Gandakoesoemah, R. 1975. Ilmu Irigasi. Bandung : Sumur Bandung.
Gudjarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Zain Sumarno dan Zein
[penerjemah]. Jakarta : Erlangga.
Gunawan, Suminar Setiati Achmadi, Laksmi Arianti. 2008. Pedoman Penyajian
Karya Ilmiah. Bogor : IPB Press.
Indrasari Siti Dewi, Wibowo Prihadi, Purwani E.Y. 2010. Evaluasi Mutu Fisik,
Mutu Giling, dan Kandungan Antosianin Kultivar Beras Merah. Jurnal
Penelitian Tanaman Pangan. 29(1): 56-62.
Juanda, Bambang. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor : IPB
Press.
Monografi Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian Desa Jatiluwih. 2011.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES.
Novita, Ade. 2011. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usaha
Penggemukan Sapi Potong Serta Keberlanjutannya (Studi Kasus PT Andini
Persada Sejahtera, Cikalong Bandung). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Rahim, A. Hastuti, D. 2007. Ekonomika Pertanian. Jakarta : PT. Penebar Swadaya.
Siregar, Hadrian. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Jakarta : PT. Sastra
Hudaya.
Sirtha, Nyoman. 2008. Subak, Konsep Pertanian Religius, Persfektif Hukum,
Budaya, dan Agama Hindu. Surabaya : Paramita.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasi. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
Soekartawi et.al. 1986. Ilmu Usahatani untuk Pengembangan Petani Kecil.
Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Page 101
87
Subadra I Nengah, Nadra Nyoman Mastiani. 2006. Dampak Ekonomi, Sosial-
Budaya, dan Lingkungan Pengembangan Desa Wisata di Jatiluwih-Tabanan.
Jurnal Manajemen Pariwisata. 5(1): 46-64.
Supartama M., Antara M., Rustam A R. 2013. Analisis Pendapatan dan
Kelayakan Usahatani Padi Sawah di Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan
Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. Agrotekbis [e-J]. [diunduh 2013 Des 4];
1(2):166-172. Tersedia pada: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/
Agrotekbis/article/download/1517/1019.
Sutawan, Nyoman. 2005. Revitalisasi Subak dalam Memasuki Era Globalisasi.
Pitana I Gde, AP I Gede Setiawan, editor. Yogyakarta (ID): ANDI.
Wijaya, Toni. 2012. Praktis dan Simpel Cepat Menguasai SPSS 20 untuk Olah
Data dan Interpretasi Data.Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
Page 102
88
Lampiran 1 Gambar Lokasi Penelitian
Page 103
89
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN
USAHATANI PADI DENGAN SISTEM SUBAK DI DESA
JATILUWIH, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN
TABANAN, BALI
Oleh Putu Debby Sari Mustika (H44090009)
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Tanggal Wawancara
NO. Responden
Nama Responden
Alamat
Desa/ Kelurahan Jatiluwih
Kecamatan Penebel
Kabupaten Tabanan
Provinsi Bali
A. Karakteristik Responden
1. Nama Responden :
2. Umur Responden : Tahun
3. Pendidikan formal terakhir : Tahun
4. Pendidikan non formal yang terkait dengan pertanian :
No. Jenis Pendidikan Lama (bulan)
5. Jumlah tanggungan keluarga : orang
B. Karakteristik Usahatani
1. Sistem usahatani : Padi beras merah/ Padi hibrida (IR 64)
Alasannya : 1. Harga komoditas tinggi, 2. Memenuhi kebutuhan keluarga, 3.
Ikut petani lain mengikuti program pemerintah, 4. Biaya lebih murah,
5. Lainnya ...................
2. Waktu tanam : bulan ....................
3. Status usahatani*) : 1. Penghasilan utama 2. Penghasilan sampingan
Besarnya pendapatan Rp.........................*) dilihat dari curahan waktu kerja
4. Jika sebagai pekerjaan sampingan, sebutkan pekerjaan utamanya:...............
Page 104
90
Besarnya pendapatan Rp ..........................................
5. Pengalaman bertani : .............tahun
6. Tergabung dalam Subak: 1. Ya 2. Tidak
Jika ya, nama Subak..........................., tergabung sejak tahun........
Peran dalam kelompok tani sebagai...................................
7. Luas lahan yang ditanami padi : ha
8. Status kepemilikan lahan : 1. Pemilik 2. Non Pemilik
9. Status penguasaan lahan : 1. Milik 2. Sewa 3. Sakap/bagi hasil 4. Gadai
Rp ...........................
10. Jenis lahan : 1. Irigasi 2. Tadah hujan 3. Tegalan 4. Lainnya .............
11. Pengelolaan : 1. Digarap sendiri 2. Digarap orang lain
12. Modal usahatani dari : 1. Sendiri 2. Koperasi 3. Lainnya...............
Besarnya modal Rp .................................
13. Memperoleh input produksi dari: 1. Sendiri 2.Koperasi 3.Lainnya...........
Jika dari koperasi input produksi yang didapatkan berupa:
No Input Produksi Satuan Jumlah Nilai (Rp)
14. Input produksi yang digunakan:
Jenis Input Satuan Volume Harga Satuan
(Rp)
Total Nilai
(Rp)
A. Benih
B. Pupuk
a) Pupuk organik
1. Pupuk kompos
2. Pupuk kandang
3. ........................
4. ........................
b) Pupuk Anorganik
1. Urea
2. TSP
3. KCL
4. Phoska
5. NPK
6. .......................
7. ..........................
Page 105
91
C. Obat-obatan /
Pestisida
1. Padat
a............................
b............................
c............................
2. Cair
a............................
b............................
c............................
15. Tenaga kerja yang digunakan
No Kegiatan Waktu
penyelesai
an
(jamxhari)
Jumlah
TK
Total
(orang)
Jumlah
TK
dalam
Keluar
ga
(orang)
Jumlah
TK Luar
Keluarga
(orang)
Upah
(Rp/
HOK)
Biaya Sewa (Rp)
L P L P L P Traktor Ternak
1. Persiapan
Lahan
Pembersihan
lahan
Pengolahan
lahan
2. Persemaian
Penanaman
benih
Pemupukan
Pembuatan
bedengan
3. Penanaman
4. Pemeliharaan
Penyiangan 1
Penyiangan 2
Penyiangan 3
Pemupukan 1
Pemupukan 2
Pemupukan 3
Penyemprotan
1
Penyemprotan
2
Penyemprotan
3
5. Pemanenan
Panen
Pengangkutan
6. Total
Page 106
92
16. Biaya usahatani lainnya
Jenis Pengeluaran Jumlah Biaya (Rp)
1. Biaya Pengairan 1 MT
2. Pajak (PBB) 1 MT
3. Bunga Pinjaman
4. Biaya Sewa Lahan 1 MT
5. Biaya perawatan Subak
6. ..............................
7. ...............................
17. Penyusutan peralatan yang digunakan:
No Jenis Alat Jumlah
(buah)
Nilai
Pembelian
(Rp)
Waktu
Pembelian
(tahun)
Estimasi
Umur
Ekonomis
(tahun)
Biaya
Penyusutan
(Rp)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Total Penyusutan
18. Penanganan hasil panen dan Pascapanen:
Uraian Satuan Volume Persentase
(%)
Harga
(Rp/kg)
Nilai
(Rp)
Total Produksi Padi
- Dijual:
1.Pedagang Pengumpul
2.Pabrik Pengolahan
3.KUD
4.Gapoktan
5.Pasar
6.Lainnya........................
- Disimpan untuk
konsumsi
-Lainnya.......................
Total Produksi Lain-lain
1. Kadelai
2. Kacang panjang
3. Sekam
Page 107
93
4. Jerami
5. Lainnya.......................
6. ................................
...
19. Sumber modal usahatani selama setahun terakhir
No. Sumber Modal Jumlah (Rp) Share (%) Alasan
1. Sendiri
2. Pinjaman dari bank
komersial
3. Kredit program
4. Pinjaman dari pedagang
input
5. Pedagang pengumpul
6. Pelepas uang (rentenir)
7. Saudara
8. Hibah dari
pemerintah/swasta
9. Lainnya .......................
20. Permasalahan yang dihadapi selama ini :
a.Masalah pengadaan input (ketersediaan, harga, cara
mendapatkan,dll): ..........................................................................................
........................................................................................................................
...........
b.Masalah teknik budidaya usahatani (ketersediaan air,
hama/penyakit,bencana alam):
........................................................................................................................
........................................................................................................................
c. Masalah pasca panen :
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
d. Masalah pemasaran (harga, kesulitan pemasaran, daya tawar, dll) :
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
e. Masalah pemodalan :
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Page 108
94
C. IDENTIFIKASI KELEMBAGAAN SUBAK DESA JATILUWIH OLEH
PEKASEH SUBAK
1. Aktor
Siapa saja yang terlibat dalam kelembagaan, beserta peran dan wewenangnya
dalam kelembagaannya? (identifikasi struktur kelembagaan)
.............................................................................................................................
............................................................................................................................
2. Aturan-aturan kelembagaan Subak
Identifikasi kelembagaan formal dan informal yang ada di Subak Desa
Jatiluwih
a. Kelembagaan Formal
Apakah ada peraturan formal mengenai kelembagaan Subak ?
Ya
Tidak
Kalau ya, sebutkan jenis peraturan dan hal-hal yang
diatur:............................................................................................................
b. Kelembagaan Informal
Apakah ada peraturan informal mengenai kelembagaan Subak ?
Ya
Tidak
Kalau ya, sebutkan jenis peraturan dan hal-hal yang
diatur:............................................................................................................
Bagaimana dengan boundary yang terdapat di Subak Desa Jatiluwih ?
Bagaimana monitoring terhadap aturan dan sanksi bila melakukan kesalahan?
Apabila terjadi konflik, jenis konflik apa yang biasa terjadi dan bagaimana
menyelesaikannya?
3. Biaya transaksi oleh Ketua atau Sekretaris Subak
Biaya manajemen organisasi
No Biaya Jumlah Nominal Keterangan/alasan
1. Biaya pertemuan musyawarah
anggota
2. Biaya kumpul rutin
3. Biaya monitoring dan sanksi
Page 109
Lampiran 3. Karakteristik Petani Responden
No Nama Alamat Umur JK Status Pendidikan Status Usahatani Luas Status Lahan
1 I Gede Ketut Sukayasa Dusun Gunung Sari Kelod 43 L Menikah SMP Sampingan 0.8 Pemilik
2 Gede Butaradmaja Dusun Gunung Sari Kelod 33 L Menikah SMP Utama 0.25 Penggarap
3 I Gede Made Tamba Dusun Gunung Sari Kelod 60 L Menikah SD Utama 1 Pemilik
4 Gede Ketut Artawan Dusun Gunung Sari Kelod 40 L Menikah SMA Utama 0.45 Penggarap
5 Gede Ketut Windrayasa Dusun Gunung Sari Kelod 50 L Menikah SD Utama 0.8 Pemilik
6 I Gede Made Duarsa Dusun Gunung Sari Kelod 30 L Menikah SMA Utama 0.15 Penggarap
7 I Gede Putu Hendrajaya Dusun Gunung Sari Kelod 27 L Menikah SMP Sampingan 0.25 Penggarap
8 I Gede Made Sutarja Yasa Dusun Gunung Sari Kelod 38 L Menikah SMA Utama 0.35 Penggarap
9 Susila Darma Dusun Gunung Sari Kelod 33 L Menikah SMP Utama 0.39 Penggarap
10 I Ketut Dwi Dusun Gunung Sari 55 L Menikah SD Utama 0.5 Pemilik
11 I Wayan Subadra Dusun Gunung Sari Desa 48 L Menikah SMP Utama 0.4 Penggarap
12 I Nengah Mertayasa Dusun Gunung Sari 50 L Menikah D1 Sampingan 0.52 Pemilik
13 Ni Putu Purniawati Dusun Gunung Sari Kelod 25 P Menikah SMP Utama 0.25 Penggarap
14 Ketut Budiartawan Dusun Gunung Sari Desa 51 L Menikah SMA Utama 0.3 Penggarap
15 I Gede Putu Janatika Dusun Gunung Sari Desa 44 L Menikah SMA Utama 0.45 Penggarap
16 Made Centing Dusun Gunung Sari Desa 53 L Menikah SD Sampingan 0.75 Pemilik
17 Nengah Sudiatmika Dusun Kesambi 32 L Menikah SMP Utama 0.8 Pemilik
18 I Ketut Landra Dusun Kesambi 58 L Menikah SD Sampingan 0.7 Pemilik
19 I Ketut Dauh Dusun Kesambi 53 L Menikah SD Utama 0.52 Pemilik
20 Mamik Suryani Dusun Jatiluwih Kangin 31 P Menikah S1 Utama 1 Pemilik
21 Nengah Sunatra Dusun Kesambahan Kaja 50 L Menikah SD Utama 0.3 Penggarap
22 Ketut Sueyana Dusun Kesambahan Kaja 52 L Menikah SD Sampingan 0.3 Penggarap
23 I Ketut Gita Dusun Jatiluwih Kawan 56 L Menikah SD Utama 0.5 Penggarap
24 Nengah Wates Dusun Jatiluwih Kawan 54 L Menikah SMA Utama 1 Pemilik
25 Ketut Sudantra Dusun Jatiluwih Kawan 57 L Menikah SD Utama 0.6 Pemilik
26 I Wayan Suena Dusun Jatiluwih Kawan 52 L Menikah SMA Utama 0.4 Penggarap
27 I Nyoman Lontaryawan Dusun Jatiluwih Kawan 45 L Menikah S1 Sampingan 0.65 Pemilik
28 I Wayan Kajin Dusun Jatiluwih Kangin 65 L Menikah SMA Utama 0.4 Penggarap
29 I Nengah Rinteh Dusun Jatiluwih Kawan 67 L Menikah SD Utama 0.9 Pemilik
30 I Nengah Wijana Dusun Jatiluwih Kawan 60 L Menikah SMP Utama 0.3 Penggarap
95
Page 110
96
No Nama Alamat Umur JK Status Pendidikan Status Usahatani Luas Status Lahan
31 I Ketut Landra Dusun Jatiluwih Kangin 60 L Menikah SD Utama 1 Pemilik
32 Ketut Bagiarta Dusun Jatiluwih Kangin 50 L Menikah SD Utama 0.2 Penggarap
33 I Nengah Rames Dusun Jatiluwih Kawan 75 P Menikah SD Utama 1 Pemilik
34 Wayan Suryada Dusun Kesambahan Kaja 52 L Menikah SD Utama 0.79 Pemilik
35 Nyoman Gampang Dusun Jatiluwih Kawan 57 L Menikah SD Utama 0.4 Penggarap
36 I Wayan Semarajaya Dusun Gunung Sari 42 L Menikah SMA Utama 0.5 Pemilik
37 Made Sukayasa Dusun Kesambahan Kelod 42 L Menikah SD Utama 0.3 Penggarap
38 I Wayan Singkreg Dusun Kesambahan Kelod 68 L Menikah SD Utama 0.4 Penggarap
39 I Nyoman Tama Dusun Kesambahan Kelod 60 L Menikah SD Utama 0.25 Penggarap
40 I Wayan Suparka Dusun Kesambahan Kelod 46 L Menikah SMP Utama 1.1 Pemilik
41 Nengah Suwija Dusun Jatiluwih Kangin 48 L Menikah SD Utama 0.25 Penggarap
42 I Ketut Toka Dusun Jatiluwih Kangin 55 L Menikah SMP Utama 1.1 Pemilik
43 Nengah Sutama Dusun Kesambahan Kelod 48 L Menikah SMA Utama 0.4 Penggarap
44 I Ketut Kisit Dusun Kesambahan Kelod 75 L Menikah SD Utama 0.5 Pemilik
45 Ni Made Dwi Artini Dusun Utu 33 P Menikah SMP Utama 0.4 Penggarap
46 Made Astika Jaya Dusun Utu 50 L Menikah S2 Utama 0.25 Penggarap
47 I Wayan Watra Dusun Utu 54 L Menikah SD Utama 0.4 Penggarap
48 Nyoman Danayasa Dusun Utu 48 L Menikah S2 Utama 0.4 Penggarap
49 Made Suardika Dusun Utu 36 L Menikah SMP Utama 0.25 Penggarap
50 I Made Sukarya Dusun Utu 40 L Menikah SD Utama 0.25 Penggarap
51 Made Muliarta Dusun Utu 50 L Menikah D3 Utama 0.25 Penggarap
52 I Wayan Sukartana Dusun Utu 54 L Menikah SMA Utama 0.4 Penggarap
53 I Nuarta Dusun Utu 70 L Menikah SD Utama 0.25 Penggarap
54 Nyoman Suryanata Babahan Kawan 39 L Menikah SMA Utama 0.4 Penggarap
55 I Wayan Yastra Dusun Utu 50 L Menikah SD Utama 0.2 Penggarap
56 I Nengah Karta Kesambahan Kelod 55 L Menikah SMA Sampingan 0.52 Pemilik
57 Wayan Sudra Kesambahan Kelod 60 L Menikah SMA Sampingan 0.21 Penggarap
58 Ketut Suwini Kesambahan Kelod 40 P Menikah SD Utama 0.5 Pemilik
59 Wayan Rumiati Kesambahan Kelod 45 P Menikah SMP Sampingan 1 Pemilik
60 Ketut Subagia Dusun Utu 42 L Menikah SMA Utama 0.28 Penggarap
61 Wayan Mudiari Kesambahan Kelod 45 P Menikah SD Utama 0.35 Penggarap
62 Nyoman Mariani Kesambahan Kelod 45 P Menikah SD Utama 0.4 Penggarap
96
Page 111
No Nama Alamat Umur JK Status Pendidikan Status Usahatani Luas Status Lahan
63 Ni Nyoman Ariani Kesambahan Kelod 38 P Menikah SD Utama 0.5 Pemilik
64 Ketut Kemirta Babahan Kawan 65 L Menikah SD Utama 1.2 Pemilik
65 I Made Sukaryadana Babahan Kawan 40 L Menikah SD Sampingan 0.25 Penggarap
66 Nyoman Wiryadana Babahan Tengah 55 L Menikah SD Utama 0.7 Pemilik
97
Page 112
98
Lampiran 4. Bentuk Ln Faktor-Faktor Produksi
No Ln Y Ln B
(X1)
Ln Kd
(X2)
Ln U
(X3)
Ln KCl
(X4)
Ln NPK
(X5)
Ln Pcr
(X6)
Ln Pdt
(X7)
Ln HOK
(X8)
Ln Biaya
transaksi
(X9)
Pemilik
(D1)
Lahan
(D2)
1 8.8173 3.21888 7.1309 4.5406 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.34276 12.2549 0 1
2 8.76405 3.17805 7.6009 4.6052 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.78272 12.2549 1 0
3 8.79482 3.21888 6.5511 6.2146 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.51595 14.352 1 1
4 8.62255 3.10109 -13.8155 5.4037 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.97289 12.2549 1 0
5 8.69951 3.44202 5.9269 4.8283 4.1352 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.8886 13.8255 0 1
6 8.69951 3.28341 7.1954 5.116 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.69469 13.1422 1 0
7 8.29405 2.99573 -13.8155 5.2983 4.6052 -13.8155 -13.8155 -2.5257 4.58351 11.6082 1 0
8 8.65072 3.35241 7.2644 -13.8155 -13.8155 4.9618 -13.8155 -13.8155 4.3833 11.6082 1 0
9 8.63782 3.24419 7.1562 5.5468 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.12708 11.6082 1 0
10 8.55641 3.17805 7.6009 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.64713 12.2549 0 1
11 8.69951 3.4012 5.2983 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.59476 12.9239 0 0
12 8.60549 3.21888 5.9522 5.2591 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 3.68991 13.1422 0 1
13 8.69951 3.17805 5.2983 4.6052 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.75482 12.2549 0 0
14 8.69951 3.28341 7.4186 6.2146 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.85184 12.6443 0 0
15 8.66177 3.1964 -13.8155 5.4037 -13.8155 4.7105 -13.8155 -13.8155 4.9388 13.1422 0 0
16 8.58173 3.17805 7.1954 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.03354 12.2549 1 1
17 8.69951 3.26767 -13.8155 -13.8155 -13.8155 5.2338 -13.8155 -13.8155 4.98052 12.8992 0 1
18 8.76851 3.57555 7.4876 4.9618 4.2687 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.63631 11.9829 0 1
19 8.72483 3.36198 -13.8155 5.2591 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 5.01064 12.2549 1 1
20 8.69951 2.99573 7.6009 5.2983 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -3.2189 4.47449 11.0021 1 1
21 8.51719 3.14988 -13.8155 5.116 -13.8155 4.8929 -13.8155 -13.8155 4.84062 10.1266 1 0
22 8.64236 3.50656 7.6009 4.4228 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.20469 10.7144 1 0
23 8.69951 3.4012 7.6009 2.9957 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 3.87714 11.9829 0 0
24 8.69951 3.46574 -13.8155 5.2983 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.09494 12.2549 0 1
25 8.51719 3.28341 7.4186 -13.8155 4.4228 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.26814 11.6082 1 1
26 8.74034 3.21888 7.6009 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -2.3026 -13.8155 5.00825 12.6443 1 0
27 8.43715 3.20337 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.32114 12.2549 0 1
98
Page 113
99
No Ln Y Ln B
(X1)
Ln Kd
(X2)
Ln U
(X3)
Ln KCl
(X4)
Ln NPK
(X5)
Ln Pcr
(X6)
Ln Pdt
(X7)
Ln HOK
(X8)
Ln Biaya
transaksi
(X9)
Pemilik
(D1)
Lahan
(D2)
28 8.74034 3.21888 7.1309 5.4161 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.62287 12.6443 1 0
29 8.66177 3.1964 -13.8155 5.116 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 3.78527 11.0021 0 1
30 8.51719 2.99573 6.9078 5.116 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.10225 10.5966 0 0
31 8.59415 2.99573 6.9078 5.9915 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -3.2189 3.75871 11.813 0 1
32 8.77956 3.21888 6.2146 5.5215 -13.8155 -13.8155 -1.6094 -13.8155 4.69069 11.0021 1 0
33 8.47637 2.99573 -13.8155 4.6052 -13.8155 -13.8155 -0.6931 -13.8155 3.93253 11.0021 0 1
34 8.3374 3.23145 -13.8155 5.534 4.8409 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.00272 12.2549 1 1
35 8.74034 3.55535 -13.8155 7.1309 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 5.20871 11.0021 0 0
36 8.51719 2.99573 7.6009 -13.8155 -13.8155 4.6052 -13.8155 -13.8155 4.54481 11.9829 1 1
37 8.80488 3.28341 7.6009 5.116 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 5.25202 11.6082 1 0
38 8.74034 3.62434 7.6009 4.8283 -13.8155 3.912 -13.8155 -13.8155 4.34102 11.9829 1 0
39 8.63052 2.99573 7.6009 5.2983 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 5.02794 10.5966 1 0
40 8.75836 3.04018 7.5056 5.203 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.3465 11.0021 0 1
41 8.69951 3.46574 -13.8155 5.7038 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.6485 10.7144 1 0
42 8.74397 3.30589 -13.8155 4.9153 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.35646 11.9829 0 1
43 8.74034 3.4012 7.6009 4.8283 4.8283 4.8283 -13.8155 -13.8155 5.25234 11.6082 1 0
44 8.51719 2.77259 -13.8155 5.2983 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.30407 12.2549 0 1
45 8.51719 3.21888 -13.8155 5.2338 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -2.3026 3.55535 12.2549 0 0
46 8.76405 3.17805 7.6009 5.2983 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.49663 11.6082 0 0
47 8.51719 3.11352 7.4674 -13.8155 -13.8155 3.912 -13.8155 -13.8155 4.52817 12.2549 0 0
48 8.65696 3.21888 7.6009 -13.8155 -13.8155 3.912 -13.8155 -13.8155 4.62111 12.2549 0 0
49 8.47637 2.99573 7.6009 5.2983 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.22996 12.2549 0 0
50 8.55641 3.17805 7.6009 5.2983 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.17219 12.2549 0 0
51 8.82468 3.3322 7.6009 5.2983 -13.8155 3.6889 -13.8155 -13.8155 4.89571 11.6082 1 0
52 8.74034 3.21888 5.5215 4.1352 -13.8155 -13.8155 -2.3026 -13.8155 4.16287 12.4292 1 0
53 8.76405 3.3322 7.6009 5.2983 -13.8155 -13.8155 -1.8326 -13.8155 4.67149 12.1007 1 0
54 8.56598 3.21888 5.5215 4.8283 -13.8155 4.8283 -13.8155 -13.8155 4.01542 14.352 1 0
55 8.29405 3.21888 -13.8155 5.5215 4.8283 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.80226 12.2549 1 0
56 8.66029 3.64966 6.8685 4.5659 3.8728 -13.8155 -13.8155 -13.8155 3.93912 11.3504 1 1
57 8.80488 3.64009 6.859 -13.8155 -13.8155 4.5564 -13.8155 -13.8155 4.83239 11.6082 1 0
99
Page 114
100
No Ln Y Ln B
(X1)
Ln Kd
(X2)
Ln U
(X3)
Ln KCl
(X4)
Ln NPK
(X5)
Ln Pcr
(X6)
Ln Pdt
(X7)
Ln HOK
(X8)
Ln Biaya
transaksi
(X9)
Pemilik
(D1)
Lahan
(D2)
58 8.66561 3.4012 4.6052 5.2983 4.6052 -13.8155 -13.8155 -13.8155 5.1197 12.9239 1 1
59 8.69951 3.4012 3.912 4.6052 -13.8155 -13.8155 -13.8155 0 4.23152 11.0021 0 1
60 8.51719 3.67086 5.655 5.185 4.4918 -13.8155 -13.8155 0.5798 4.38171 11.9184 1 0
61 8.36304 3.35241 -13.8155 -13.8155 2.6593 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.98723 11.7753 1 0
62 8.51719 3.62434 6.2146 4.1352 3.2189 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.67333 11.3504 0 0
63 8.55641 3.58352 -13.8155 5.5215 5.0106 -13.8155 -13.8155 1.0986 3.88009 11.8845 0 1
64 8.70644 3.4012 -13.8155 3.7297 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -13.8155 5.42428 11.6082 0 1
65 8.29405 3.17805 -13.8155 5.2983 4.6052 -13.8155 -13.8155 -13.8155 4.44935 11.813 1 0
66 8.69951 3.35241 6.5713 4.9618 -13.8155 -13.8155 -13.8155 -0.3365 3.86822 13.039 0 1
100
Page 115
101
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian
Page 116
102
Lampiran 6 Hasil Olahan Data Penelitian dengan Minitab 14
Model Tanpa Variabel Dummy
————— 27/03/2014 18:05:03 ——————————————————
————— 15/04/2014 11:19:47 ———————————————————— Welcome to Minitab, press F1 for help.
Regression Analysis: Y_1 versus X1; X2; ... The regression equation is
Y_1 = 6,92 + 0,341 X1 + 0,00426 X2 + 0,00428 X3 - 0,0112 X4 - 0,00031 X5
+ 0,00357 X6 - 0,00006 X7 + 0,0862 X8 + 0,0113 X9
Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant 6,9163 0,2678 25,83 0,000
X1 0,34127 0,05687 6,00 0,000 1,2
X2 0,004258 0,001051 4,05 0,000 1,1
X3 0,004285 0,001423 3,01 0,004 1,2
X4 -0,011225 0,001513 -7,42 0,000 1,3
X5 -0,000305 0,001571 -0,19 0,847 1,3
X6 0,003573 0,003195 1,12 0,268 1,1
X7 -0,000062 0,002661 -0,02 0,981 1,3
X8 0,08619 0,02569 3,35 0,001 1,2
X9 0,01134 0,01218 0,93 0,356 1,0
S = 0,0800619 R-Sq = 68,9% R-Sq(adj) = 64,0%
Page 117
103
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 9 0,797068 0,088563 13,82 0,000
Residual Error 56 0,358955 0,006410
Total 65 1,156024
Source DF Seq SS
X2 1 0,110553
X3 1 0,192053
X4 1 0,037928
X5 1 0,357137
X6 1 0,000902
X7 1 0,009809
X8 1 0,011839
X8 1 0,071284
X9 1 0,005563
Unusual Observations
Obs X1 Y_1 Fit SE Fit Residual St Resid
62 3,62 8,51719 8,66864 0,02844 -0,15145 -2,02R
R denotes an observation with a large standardized residual.
Durbin-Watson statistic = 1,63114
Residual Plots for Y_1
Model dengan Dummy Tipe Petani
Standardized Residual
Pe
rce
nt
420-2-4
99,9
99
90
50
10
1
0,1
Fitted Value
Sta
nd
ard
ize
d R
esid
ua
l
8,888,768,648,528,40
2
1
0
-1
-2
Standardized Residual
Fre
qu
en
cy
210-1-2
12
9
6
3
0
Observation Order
Sta
nd
ard
ize
d R
esid
ua
l
65605550454035302520151051
2
1
0
-1
-2
Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values
Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data
Residual Plots for Y_1
Regression Analysis: Y_1 versus X1; X2; ... The regression equation is
Page 118
104
Y_1 = 6,94 + 0,339 X1 + 0,00445 X2 + 0,00439 X3 - 0,0108 X4 - 0,00000 X5
+ 0,00434 X6 - 0,00016 X7 + 0,0935 X8 + 0,0099 X9- 0,0251 D1
Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant 6,9377 0,2678 25,91 0,000
X1 0,33904 0,05677 5,97 0,000 1,2
X2 0,004446 0,001062 4,19 0,000 1,1
X3 0,004393 0,001423 3,09 0,003 1,2
X4 -0,010775 0,001561 -6,90 0,000 1,4
X5 -0,000001 0,001590 -0,00 1,000 1,3
X6 0,004338 0,003258 1,33 0,189 1,1
X7 -0,000159 0,002656 -0,06 0,952 1,3
X8 0,09350 0,02644 3,54 0,001 1,3
X9 0,00986 0,01222 0,81 0,423 1,0
D1 -0,02506 0,02222 -1,13 0,264 1,3
S = 0,0798678 R-Sq = 69,7% R-Sq(adj) = 64,1%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 10 0,805186 0,080519 12,62 0,000
Residual Error 55 0,350838 0,006379
Total 65 1,156024
Source DF Seq SS
X1 1 0,110553
X2 1 0,192053
X3 1 0,037928
X4 1 0,357137
X5 1 0,000902
X6 1 0,009809
X7 1 0,011839
X8 1 0,071284
X9 1 0,004150
D1 1 0,009531
Unusual Observations
Obs X1 Y_1 Fit SE Fit Residual St Resid
62 3,62 8,51719 8,69050 0,03436 -0,17331 -2,40R
R denotes an observation with a large standardized residual.
Durbin-Watson statistic = 1,59616
Residual Plots for Y_1
Model dengan Dummy Luas Lahan
Page 119
105
Standardized Residual
Pe
rce
nt
420-2-4
99,9
99
90
50
10
1
0,1
Fitted Value
Sta
nd
ard
ize
d R
esid
ua
l
8,88,68,48,2
2
1
0
-1
-2
Standardized Residual
Fre
qu
en
cy
210-1-2
20
15
10
5
0
Observation Order
Sta
nd
ard
ize
d R
esid
ua
l
65605550454035302520151051
2
1
0
-1
-2
Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values
Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data
Residual Plots for Y_1
Regression Analysis: Y_1 versus X1; X2; ... The regression equation is
Y_1 = 6,79 + 0,355 X1 + 0,00503 X2 + 0,00549 X3 - 0,0119 X4 + 0,00123 X5
+ 0,00536 X6 - 0,00032 X7 + 0,125 X8 + 0,0028 X9 + 0,101 D2
Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant 6,7887 0,2210 30,71 0,000
X1 0,35452 0,04673 7,59 0,000 1,2
X2 0,0050325 0,0008747 5,75 0,000 1,1
X3 0,005487 0,001190 4,61 0,000 1,2
X4 -0,011875 0,001247 -9,52 0,000 1,3
X5 0,001234 0,001321 0,93 0,354 1,3
X6 0,005359 0,002643 2,03 0,047 1,1
X7 -0,000321 0,002184 -0,15 0,884 1,3
X8 0,12461 0,02229 5,59 0,000 1,4
X9 0,00284 0,01012 0,28 0,780 1,1
D2 0,10097 0,01902 5,31 0,000 1,3
S = 0,0656925 R-Sq = 79,5% R-Sq(adj) = 75,7%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 10 0,918671 0,091867 21,29 0,000
Residual Error 55 0,237353 0,004316
Total 65 1,156024
Source DF Seq SS
X1 1 0,110553
X2 1 0,192053
X3 1 0,037928
X4 1 0,357137
X5 1 0,000902
X6 1 0,009809
Page 120
106
X7 1 0,011839
X8 1 0,071284
X9 1 0,000340
D2 1 0,126825
Unusual Observations
Obs X1 Y_1 Fit SE Fit Residual St Resid
62 3,62 8,51719 8,64631 0,02371 -0,12912 -2,11R
R denotes an observation with a large standardized residual.
Durbin-Watson statistic = 1,85568
Residual Plots for Y_1
Model dengan Dummy Tipe Petani dan Luas Lahan
Standardized Residual
Pe
rce
nt
420-2-4
99,9
99
90
50
10
1
0,1
Fitted Value
Sta
nd
ard
ize
d R
esid
ua
l
8,88,68,48,2
2
1
0
-1
-2
Standardized Residual
Fre
qu
en
cy
210-1-2
16
12
8
4
0
Observation Order
Sta
nd
ard
ize
d R
esid
ua
l
65605550454035302520151051
2
1
0
-1
-2
Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values
Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data
Residual Plots for Y_1
Regression Analysis: Y_1 versus B (X1); Kd (X2); ... The regression equation is
Y_1 = 6,80 + 0,354 X1 + 0,00508 X2 + 0,00550 X3 - 0,0117 X4 + 0,00131 X5
+ 0,00559 X6 - 0,00035 X7 + 0,126 X8 + 0,0025 X9 - 0,0083 D1 + 0,0995 D2
Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant 6,7977 0,2236 30,40 0,000
X1 0,35358 0,04712 7,50 0,000 1,2
X2 0,0050832 0,0008885 5,72 0,000 1,1
X3 0,005505 0,001199 4,59 0,000 1,2
X4 -0,011716 0,001306 -8,97 0,000 1,4
Page 121
107
X5 0,001312 0,001343 0,98 0,333 1,4
X6 0,005586 0,002711 2,06 0,044 1,1
X7 -0,000349 0,002201 -0,16 0,875 1,3
X8 0,12646 0,02284 5,54 0,000 1,4
X9 0,00247 0,01023 0,24 0,810 1,1
D1 -0,00831 0,01870 -0,44 0,658 1,3
D2 0,09945 0,01946 5,11 0,000 1,4
S = 0,0661770 R-Sq = 79,5% R-Sq(adj) = 75,4%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 11 0,919536 0,083594 19,09 0,000
Residual Error 54 0,236488 0,004379
Total 65 1,156024
Source DF Seq SS
X1 1 0,110553
X2 1 0,192053
X3 1 0,037928
X4 1 0,357137
X5 1 0,000902
X6 1 0,009809
X7 1 0,011839
X8 1 0,071284
X9 1 0,000256
D1 1 0,009531
D2 1 0,118244
Unusual Observations
Obs X1 Y_1 Fit SE Fit Residual St Resid
62 3,62 8,51719 8,65389 0,02936 -0,13670 -2,30R
R denotes an observation with a large standardized residual.
Durbin-Watson statistic = 1,86483
Residual Plots for Y_1
Page 122
108
Lampiran 7 Hasil olahan data penelitian dengan SPSS 20
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Cons
tant) 6,798 ,224
30,403 ,000
X1 ,354 ,047 ,504 7,503 ,000 ,841 1,189
X2 ,005 ,001 ,372 5,721 ,000 ,898 1,114
X3 ,006 ,001 ,314 4,591 ,000 ,809 1,236
X4 -,012 ,001 -,657 -8,970 ,000 ,707 1,414
X5 ,001 ,001 ,070 ,978 ,333 ,737 1,357
X6 ,006 ,003 ,135 2,061 ,044 ,883 1,132
X7 ,000 ,002 -,011 -,159 ,875 ,798 1,254
X8 ,126 ,023 ,408 5,538 ,000 ,699 1,431
X9 ,002 ,010 ,015 ,242 ,810 ,937 1,067
D1 -,008 ,019 -,031 -,445 ,658 ,760 1,316
D2 ,099 ,019 ,369 5,110 ,000 ,725 1,380
a. Dependent Variable: Y
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Y
N 66
Normal Parametersa,b
Mean 8,6332
Std. Deviation ,13336
Most Extreme Differences
Absolute ,175
Positive ,076
Negative -,175
Kolmogorov-Smirnov Z 1,425
Asymp. Sig. (2-tailed) ,035
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Page 123
109
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant
) ,178 ,107
1,665 ,102
X1 ,003 ,022 ,020 ,144 ,886 ,841 1,189
X2 ,000 ,000 ,063 ,468 ,641 ,898 1,114
X3 ,000 ,001 -,027 -,191 ,850 ,809 1,236
X4 ,001 ,001 ,162 1,064 ,292 ,707 1,414
X5 ,001 ,001 ,132 ,884 ,381 ,737 1,357
X6 ,001 ,001 ,107 ,788 ,434 ,883 1,132
X7 -,001 ,001 -,105 -,732 ,468 ,798 1,254
X8 -,007 ,011 -,094 -,611 ,544 ,699 1,431
X9 -,007 ,005 -,180 -1,365 ,178 ,937 1,067
D1 -,017 ,009 -,283 -1,926 ,059 ,760 1,316
D2 -,004 ,009 -,065 -,429 ,669 ,725 1,380
a. Dependent Variable: ABRESID
Page 124
110
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Putu Debby Sari Mustika yang
dilahirkan di Denpasar, Bali pada tanggal 6 September
1991. Penulis merupakan putri pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan I Putu Pidada, S.E. dan Ni Made
Dewi Anggarini. Penulis memulai pendidikan Taman
Kanak-Kanak di TK Barunawati, lulus pada tahun 1997.
Penulis melanjutkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar
Anugrah Denpasar, lulus pada tahun 2003. Tahun 2006,
penulis lulus dari SMP Negeri 3 Denpasar dan melanjut-
kan pendidikan di SMA Negeri 2 Denpasar hingga akhirnya lulus pada tahun
2009. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan melalui jalur USMI.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di bidang keagamaan sebagai
Bendahara Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) IPB pada tahun
2010/2011 dan tahun 2011/2012 menjadi Sekretaris Divisi Search and Research
Development (SRD), Himpunan Profesi Resources and Environmental Economics
Student Assosiation (REESA). Penulis juga tergabung dalam Organisasi
Mahasiswa Daerah (OMDA) Bali atau lebih dikenal dengan Brahmacarya Bogor.
Penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan acara di tingkat kampus, fakultas,
maupun departemen.