i
ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANCE
SEPEDA MOTOR PADA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR JENIS
PERTAMAX 92, BIO PERTAMAX, DAN PERTAMAX PLUS
Oleh :
YUDHI SETIAWAN
NIM : 0815213035
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BALI
JIMBARAN
2011
i
ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANCE
SEPEDA MOTOR PADA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR JENIS
PERTAMAX 92, BIO PERTAMAX, DAN PERTAMAX PLUS
Oleh :
Yudhi Setiawan
NIM. 0815213035
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk kelulusan Diploma III
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
I Made Rajendra, ST , M. Eng Ir. I Putu Sastra Negara, M. Si
NIP. 197108251995121001 NIP. 196605041994031003
Disahkan Oleh:
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Ir. I Ketut Gd Juli Suarbawa, M. Erg
NIP. 196607111993031003
ii
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI
Judul Tugas Akhir:
ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANCE
SEPEDA MOTOR PADA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR JENIS
PERTAMAX 92, BIO PERTAMAX, DAN PERTAMAX PLUS
Oleh :
Yudhi Setiawan
NIM. 0815213035
Telah Dipertahankan di Depan Dosen Penguji dan Dinyatakan Lulus
Hari Senin Tangal 15 Agustus 2011
Tim Penguji :
Ketua : I Made Rajendra, ST, M.Eng .
Anggota :
1. : I Made Aryana,ST .
2. : Putu Wijaya Sunu, ST, MT .
iii
ABSTRAK
Setiap kendaraan pasti membutuhkan tenaga untuk dapat bergerak dan
beroperasi sebagaimana mestinya. Motor bakar membutuhkan bahan bakar, udara,
dan sistem pengapian untuk dapat melakukan proses pembakaran di dalam ruang
bakar. Energi panas dari proses pembakaran akan diubah menjadi energi gerak.
Gerakan tersebut selanjutnya ditransmisikan menjadi gerak putar sehingga kendaraan
bermotor dapat bergerak dan beroperasi. Rumusan masalah pada pengujian ini ialah
bagaimana hasil performance pada penggunaan 3 jenis bahan bakar yang berbeda
dari varian Pertamax yaitu : Pertamax 92, Bio Pertamax, dan Pertamax Plus dan
seberapa besar perbedaan performance ditinjau dari daya (Hp),dan torsi (N.m).
Alat yang digunakan pada pengujian adalah dinamometer, sebuah alat yang
digunakan untuk mengukur performance kendaraan bermotor ditinjau dari perolehan
daya dan torsi maksimum yang mampu dicapai oleh kendaraan bermotor. Kendaraan
yang digunakan adalah Honda Vario tahun 2008. Honda Vario merupakan sepeda
motor yang menggunakan sistem transmisi automatis dengan memanfaatkan gaya
sentrifugal untuk mentransmisikan dan mereduksi putaran mesin menuju roda
penggerak.
Jenis dari bahan bakar yang berbeda ternyata dapat mempengaruhi hasil
performance ditinjau dari daya dan torsi maksimum yang dicapai suatu kendaraan
dan mendapatkan hasil yang berbeda beda. Bio Pertamax mampu menghasilkan daya tertinggi hingga 6,724 Hp di putaran mesin 4500 Rpm serta torsi tertinggi
hingga 10,96 N.m di putaran mesin 4250 Rpm. Pertamax Plus mampu menghasilkan
daya tertinggi hingga 6,790 Hp di putaran mesin 5000 Rpm dan torsi tertinggi hingga
10,52 N.m di putaran mesin 4250 Rpm. Pertamax 92 mampu menghasilkan daya
tertinggi hingga 6,325 Hp di putaran mesin 5000 Rpm dan torsi tertinggi hingga 9,46
N.m di putaran mesin 4500 Rpm. Penggunaan bahan bakar beroktan tinggi tidak
dapat meningkatkan pencapaian daya dan torsi pada kendaraan. Perbandingan
kompresi suatu kendaraan jika didukung dengan penggunaan bahan bakar yang
sesuai akan dapat meningkatkan pencapaian daya dan torsi lebih maksimal.
Kata kunci : Performance, Pertamax, Daya, Torsi
iv
ABSTRACT
Each vehicle would require energy to be able to move and operate as it
should. Motor fuel needs fuel, air, and ignition systems to be able to perform the
combustion process inside the combustion chamber. Heat energy from the
combustion process is converted into energy of motion. The movement is then
transmitted into rotary motion so that vehicles can move and operate. Formulation of
the problem on this test is how the performance results on the use of three different
types of fuel from Pertamax variants namely: Pertamax 92, Bio Pertamax and
Pertamax Plus and how big the performance difference in terms of power (hp) and
torque (Nm).
The tools used in testing is a dynamometer, a device used to measure the
performance of motor vehicles in terms of the acquisition of power and maximum
torque that can be achieved by a motor vehicle. The vehicles used are the Honda
Vario 2008. Honda Vario is a motorcycle that uses automatic transmission system
utilizing centrifugal force to transmit and reducing engine speed to the drive wheel.
Kinds of different fuels it can affect performance results in terms of power
and maximum torque is achieved of a vehicle and get different results - different. Bio
Pertamax capable of producing the highest power of up to 6.724 hp at 4500 rpm
engine speed and torque of 10.96 Nm at the highest up to 4250 rpm engine speed.
Pertamax Plus is able to produce the highest power of up to 6.790 hp at 5000 rpm
engine speed and high torque of up to 10.52 Nm at 4250 rpm engine speed. Pertamax
92 capable of producing the highest power of up to 6.325 hp at 5000 rpm engine
speed and high torque of up to 9.46 Nm at 4500 rpm engine speed. The use of high-
octane fuel can not increase the achievement of power and torque on the vehicle.
Compression ratio of a vehicle if it is supported by the appropriate use of fuel would
be able to improve the achievement of maximum power and more torque.
Key words: Performance, Pertamax, Power, Torque
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena atas rahmat beliaulah penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Analisis
Perbandingan Performance Sepeda Motor Pada Pemakaian Bahan Bakar Jenis
Pertamax 92, Bio Pertamax dan Pertamax Plus ini selesai tepat pada waktunya.
Tugas Akhir ini disusun berdasarkan kegiatan-kegiatan proses pengambilan data di
Bengkel Gede Widi Motor.
Tugas Akhir ini merupakan syarat untuk kelulusan Diploma III Jurusan
Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali. Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna,
mengingat keterbatasan pengalaman dan buku acuan yang telah digunakan dalam
proses pengambilan data ini. Sehingga bantuan, petunjuk, serta saran-saran dari
Dosen Pembimbing ataupun Dosen Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Bali, dan teman-teman telah banyak membantu dalam penyelesaian Tugas
Akhir ini.
Melalui kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Bapak Ir. Made Mudhina, MT. selaku Direktur Politeknik Negeri Bali, yang
telah memberikan fasilitas selama penulis belajar di Politeknik Negeri Bali.
2. Bapak Ir. I Ketut Gede Juli Suarbawa, M.Erg selaku Ketua Jurusan Teknik
Mesin Politeknik Negeri Bali, yang telah banyak memberikan bimbingan dan
saran-saran.
3. Bapak I Made Arsawan, ST, M. Si selaku Sekretaris Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Bali, yang telah memberikan bimbingan dan saran.
4. Bapak I Made Rajendra, ST , M. Eng selaku Dosen Pembimbing I yang telah
begitu banyak memberikan tuntunan, petunjuk, bimbingan, dan saran dalam
penyelesaian laporan ini.
vi
5. Bapak Ir. I Putu Sastra Negara, M. Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah
begitu banyak memberikan tuntunan, petunjuk, bimbingan, dan saran dalam
penyelesaian laporan ini.
6. Bapak I GD Nyoman Suta Waisnawa, SST, MT, selaku Kaprodi Teknik
Mesin yang telah memberikan dukungan moral dalam penyusunan tugas
akhir ini.
7. Seluruh Staf Dosen dan Instruktur dilingkungan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Bali yang telah memberikan perkuliahan sehingga pengetahuan
penulis menjadi lebih baik.
8. Seluruh karyawan Bengkel Gede Widi Motor, yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan pengujian dan pengambilan data uji.
9. Serta terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu dalam
bertukar pikiran sehingga tugas ini dapat tersusun tepat pada waktunya.
Tugas Akhir ini jauh dari sempurna, maka sangat diharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini. Akhirnya, semoga Tugas
Akhir ini bisa member manfaat.
Denpasar , Agustus 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI ............................................. ii
ABSTRAK .......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR LAPIRAN .......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................... 3
1.4 Manfaat Pengujian .............................................................................. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Motor Bakar ....................................................................................... 4
2.1.1 Motor Pembakaran Luar ........................................................... 4
2.1.2 Motor Pembakaran Dalam ........................................................ 4
2.2 Motor Bakar Torak Berdasarkan Sistem Penyalaannya ...................... 5
2.2.1 Motor Bakar Bensin .................................................................. 5
2.2.2 Motor Bakar Diesel ................................................................... 6
2.3 Perinsip Kerja Motor Bakar Torak ..................................................... 6
2.3.1 Perinsip Kerja Motor Bakar 4 (empat) Langkah ....................... 6
2.3.2 Perinsip Kerja Motor Bakar 2 (dua) Langkah ........................... 8
2.4 Pembakaran Yang Tidak Semestinya ................................................. 10
2.4.1 Detonasi / Knocking .................................................................. 10
2.4.2 Pra nyala / Preignition ............................................................... 12
2.5 Sistem Bahan Bakar ........................................................................... 13
viii
2.6 Sistem Pengapian ............................................................................... 16
2.7 Bahan Bakar Bensin ........................................................................... 21
2.8 Perbandingan Kompresi ..................................................................... 24
2.9 Angka Oktan ...................................................................................... 24
2.10 Pertamax 92 ...................................................................................... 26
2.11 Bio Pertamax .................................................................................... 26
2.12 Pertamax Plus ................................................................................... 27
2.13 Definisi Tentang Prestasi Motor Bakar ............................................ 27
BAB III METODE PENGUJIAN
3.1 Lokasi Pengujian ................................................................................ 30
3.2 Ruang Lingkup Pengujian .................................................................. 30
3.3 Perlengkapan Pengujian ..................................................................... 31
3.3.1 Alat ............................................................................................ 31
3.3.2 Bahan ......................................................................................... 31
3.4 Spesifikasi Kendaraan Uji .................................................................. 31
3.4.1 Dimensi ..................................................................................... 32
3.4.2 Rangka ....................................................................................... 32
3.4.3 Mesin ......................................................................................... 33
3.4.4 Karburator ................................................................................. 33
3.4.5 Peralatan Penggerak .................................................................. 33
3.4.6 Kelistrikan ................................................................................. 34
3.5 Instrumen Pengujian ........................................................................... 34
3.6 Langkah Pengujian ............................................................................. 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian .................................................................................. 36
4.2 Pembahasan ........................................................................................ 43
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................................. 51
5.2 Saran ................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 53
LAMPIRAN ........................................................................................................ 54
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Prinsip Kerja Motor Bakar 4 (Empat) Langkah ............................................ 8
2.2 Prinsip Kerja Motor Bakar 2 (Dua) Langkah ................................................ 10
2.3 Sistem Bahan Bakar ...................................................................................... 13
2.4 Tangki Bahan Bakar ...................................................................................... 14
2.5 Saringan Udara .............................................................................................. 14
2.6 Saringan Bahan Bakar ................................................................................... 15
2.7 Saluran Bahan Bakar ..................................................................................... 15
2.8 Karburator ..................................................................................................... 16
2.9 Sistem Pengapian dan Diagram Sistem ........................................................ 17
2.10 Baterai .......................................................................................................... 18
2.11 Sekring ......................................................................................................... 18
2.12 Kunci Kontak ............................................................................................... 19
2.13 Ignition Control Module (ICM) ................................................................... 19
2.14 Ignition Pulse Generator .............................................................................. 20
2.15 Ignition Coil ................................................................................................. 20
2.16 Busi .............................................................................................................. 21
3.1 Honda Vario .................................................................................................. 31
4.1 Grafik Hubungan Antara Daya dengan Putaran Mesin pada Pemakaian
Bahan Bakar Pertamax 92 ............................................................................ 37
4.2 Grafik Hubungan Antara Daya dengan Putaran Mesin pada Pemakaian
Bahan Bakar Bio Pertamax ........................................................................... 38
4.3 Grafik Hubungan Antara Daya dengan Putaran Mesin pada Pemakaian
Bahan Bakar Pertamax Plus ......................................................................... 39
4.4 Grafik Hubungan Antara Torsi dengan Putaran Mesin pada Pemakaian
Bahan Bakar Pertamax 92 ............................................................................ 40
4.5 Grafik Hubungan Antara Torsi dengan Putaran Mesin pada Pemakaian
Bahan Bakar Bio Pertamax ........................................................................... 41
4.6 Grafik Hubungan Antara Daya dengan Putaran Mesin pada Pemakaian
Bahan Bakar Pertamax Plus ......................................................................... 43
x
4.7 Grafik Hubungan Antara Daya dengan Putaran Mesin pada Pemakaian
Berbagai Bahan Bakar .................................................................................. 46
4.8 Grafik Hubungan Antara Torsi dengan Putaran Mesin pada Pemakaian
Berbagai Bahan Bakar .................................................................................. 49
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Hubungan Perbandingan Kompresi dengan Nilai Oktan ......................... 25
4.1 Data Hasil Pengujian Daya (Hp) Menggunakan Bahan Bakar Pertamax
92 ............................................................................................................... 36
4.2 Data Hasil Pengujian Daya (Hp) Menggunakan Bahan Bakar Bio
Pertamax ................................................................................................... 37
4.3 Data Hasil Pengujian Daya (Hp) Menggunakan Bahan Bakar Pertamax
Plus ............................................................................................................ 38
4.4 Data Hasil Pengujian Torsi (N.m) Menggunakan Bahan Bakar Pertamax
92 ............................................................................................................... 39
4.5 Data Hasil Pengujian Torsi (N.m) Menggunakan Bahan Bakar Bio
Pertamax ................................................................................................... 40
4.6 Data Hasil Pengujian Torsi (N.m) Menggunakan Bahan Bakar Pertamax
Plus ............................................................................................................ 42
4.7 Perbandingan Daya dan Putaran Mesin pada Pemakaian Berbagai Bahan
Bakar ......................................................................................................... 45
4.8 Perbandingan Torsi dan Putaran Mesin pada Pemakaian Berbagai Bahan
Bakar ......................................................................................................... 48
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Grafik Total Pengujian Bahan Bakar Pertamax 92 ........................................... 1
2 Grafik Total Pengujian Bahan Bakar Bio Pertamax .......................................... 2
3 Grafik Total Pengujian Bahan Bakar Pertamax Plus ......................................... 3
4 Foto Kendaraan Uji Honda Vario dan Proses Pengujian .............................. 4
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketergantungan manusia terhadap sarana transportasi sudah menjadi hal yang
wajib dalam mendukung aktifitas kehidupan manusia. Dari sekian banyak jenis
kendaraan transportasi darat yang ada, sepeda motor merupakan alat transportasi
yang paling populer dikalangan masyarakat Indonesia khususnya di daerah Bali. Hal
tersebut dapat dilihat dari jumlah sepeda motor yang beroperasi lebih banyak jika
dibandingkan dengan kendaraan transportasi darat jenis lainnya seperti; mobil, bus,
truck, dan kereta api.
Setiap kendaraan pasti membutuhkan tenaga untuk dapat bergerak dan
beroperasi sebagaimana mestinya. Begitupula dengan kendaraan bermotor
membutuhkan motor bakar untuk dapat beroperasi. Motor bakar membutuhkan
bahan bakar, udara, dan sistem pengapian untuk dapat melakukan proses pembakaran
di dalam ruang bakar. Energi panas dari proses pembakaran akan diubah menjadi
energi gerak. Gerakan tersebut selanjutnya ditransmisikan menjadi gerak putar
sehingga kendaraan bermotor dapat bergerak dan beroperasi.
Pertamax merupakan jenis bahan bakar kendaraan bermotor yang memiliki
kualitas yang baik dibandingkan dengan jenis bahan bakar motor bakar bensin
lainnya. Dimana pertamax memiliki komposisi khusus yaitu tidak memiliki unsur
timbal yang berbahaya dan tidak mencemari lingkungan khususnya udara.
1
2
Pemilihan jenis bahan bakar yang tepat sesuai dengan teknologi yang
diadopsi dari kendaraan tersebut dapat menghasilkan kinerja kendaraan tersebut
menjadi maksimal dan secara tidak langsung dapat memperpanjang usia pakai
kendaraan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Pada dasarnya ruang lingkup permasalahan dalam menganalisis perbedaan
performance ini sangatlah luas, namun pada pengujian ini hanya dirumuskan
beberapa permasalahan yaitu :
1. Bagaimana performance sepeda motor jenis Honda Vario pada penggunaan 3
jenis bahan bakar yang berbeda dari varian Pertamax yaitu ; Pertamax 92, Bio
Pertamax, dan Pertamax Plus?
2. Seberapa besar perbedaan performance yang ditinjau dari daya (Hp),dan torsi
(N.m) ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Sebagai salah satu persyaratan kelulusan program Diploma III Teknik Mesin
Politeknik Negeri Bali.
2. Sebagai penerapan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh selama duduk dibangku
kuliah dan mengaplikasikannya pada kenyataan yang ada di lapangan.
3
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui perbedaan performance sepeda motor jenis Honda Vario pada
penggunaan jenis bahan bakar yang berbeda dari ketiga varian Pertamax.
2. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan daya dan torsi yang di hasilkan
antara tiga varian dari Pertamax.
1.4 Manfaat Pengujian
Adapun manfaat dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi penulis salah satunya dapat mengaplikasikan pengetahuan yang
didapatkan selama duduk dibangku kuliah dalam proses penyelesaian Tugas
Akhir ini.
2. Manfaat bagi Politeknik Negeri Bali dimana hasil pengujian ini nantinya dapat
menjadi sumber bacaan ataupun sumber informasi di lingkungan Kampus
Politeknik Negeri Bali.
3. Manfaat bagi masyarakat diharapkan pengujian ini nantinya dapat berupa
informasi yang jelas terhadap pengaruh perbedaan penggunaan jenis bahan bakar
untuk kendaraan. Sehingga masyarakat dapat menentukan jenis bahan bakar apa
yang cocok untuk kendaraan mereka masing-masing.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Motor Bakar
Motor bakar adalah mesin atau pesawat yang menggunakan energi termal
untuk melakukan kerja mekanik, yaitu dengan cara mengubah energi kimia dari
bahan bakar menjadi energi panas, dan menggunakan energi tersebut untuk
melakukan kerja mekanik. Energi termal diperoleh dari pembakaran bahan bakar
pada mesin itu sendiri. Jika ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini (proses
pembakaran bahan bakar), maka motor bakar dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
motor pembakaran luar dan motor pembakaran dalam.
2.1.1 Motor Pembakaran Luar
Pada motor pembakaran luar ini, proses pembakaran bahan bakar terjadi di
luar mesin itu, sehingga untuk melaksanakan pembakaran digunakan mesin
tersendiri. Panas dari hasil pembakaran bahan bakar tidak langsung diubah menjadi
tenaga gerak, tetapi terlebih dulu melalui media penghantar, baru kemudian diubah
menjadi tenaga mekanik. Misalnya pada ketel uap dan turbin uap.
2.1.2 Motor Pembakaran Dalam
Pada motor pembakaran dalam, proses pembakaran bahan bakar terjadi di
dalam mesin itu sendiri, sehingga panas dari hasil pembakaran langsung bisa diubah
menjadi tenaga mekanik. Misalnya : pada turbin gas, motor bakar torak dan mesin
propulasi pancar gas.
4
5
2.2 Macam-macam Motor Bakar Torak Berdasarkan Sistem Penyalaannya
Berdasarkan sistem penyalaannya motor bakar torak dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu motor bensin (otto) dan motor disel. Bahan bakar pada motor bensin
dinyalakan oleh loncatan bunga api listrik, karena itu motor bakar bensin dinamai
juga spark ignition engines. Didalam motor bakar disel, yang bisa disebut
compression ingnition engines, terjadi proses pembakaran sendiri, bahan bakar
disemprotkan kedalam silinder berisi udara yang bertemperatur dan bertekanan
tinggi. (Wiranto Arismunandar, 1983: 5)
2.2.1 Motor Bakar Bensin
Pada motor bakar bensin dilengkapi dengan busi dan karburator. Busi
menghasilkan loncatan bunga api listrik yang menyalakan campuran bahan bakar dan
udara segar. (Wiranto Arismunandar, 1983: 60)
Karburator adalah tempat pencampuran bahan bakar dengan udara. Campuran
bahan bakar dengan udara tersebut masuk ke dalam silinder saat langkah hisap dan
dinyalakan oleh loncatan bunga api listrik dari busi, menjelang akhir langkah
kompresi. Pembakaran bahan bakar dan udara ini menyebabkan mesin menghasilkan
daya. Di dalam siklus otto, pembakaran tersebut dimisalkan sebagai pemasukan
panas pada volume konstan. (Wiranto Arismunandar, 1983: 60)
2.2.2 Motor Bakar Diesel
Motor bakar diesel adalah motor bakar torak yang berbeda dengan motor
bakar bensin, dari proses penyalaannya bukan menggunakan loncatan bunga api
listrik. Pada langkah hisap hanya udara saja yang masuk ke dalam silinder. Pada
waktu torak hampir mencapai TMA (Titik Mati Atas) bahan bakar disemprotkan ke
6
dalam silinder melalui nozzele. Terjadilah proses penyalaan untuk pembakaran, pada
saat udara di dalam silinder sudah bertemperatur tinggi akibat di kompresikan.
(Wiranto Arismunandar, 1983: 85)
2.3 Prinsip Kerja Motor Bakar Torak
Berdasarkan prinsipnya, terdapat 2 (dua) prinsip pada motor bakar torak,
yaitu: 4 (empat) langkah dan 2 (dua) langkah. Adapun prinsip kerja motor bakar 4
(empat) langkah dan 2 (dua) langkah adalah sebagai berikut:
2.3.1 Prinsip Kerja Motor Bakar 4 (empat) Langkah
Yang dimaksud dengan motor bakar 4 (empat) langkah adalah bila 1 (satu)
kali proses pembakaran terjadi pada setiap 4 (empat) langkah gerakan piston atau 2
(dua) kali putaran poros engkol. Dengan anggapan bahwa katup masuk dan katup
buang terbuka tepat pada waktu piston berada pada TMA (Titik Mati Atas) dan TMB
(Titik Mati Bawah), maka siklus motor 4 (empat) langkah dapat diterangkan sebagai
berikut:
7
1. Langkah Hisap
Piston bergerak dari TMA ke TMB. Pada ruangan di atas piston terjadi
pembesaran volume yang menyebabkan tekanan menjadi kurang. Tekanan kurang
tersebut mengakibatkan terjadinya hisapan terhadap campuran udara bahan bakar
dari karburator. Keadaan katup masuk terbuka dan katup buang tertutup.
2. Langkah Kompresi
Piston bergerak dari TMB ke TMA mengadakan kompresi terhadap campuran
udara bahan bakar yang baru masuk pada langkah pengisian. Tekanan dan
temperatur menjadi naik sedemikian rupa sehingga campuran bahan bakar udara
berada dalam keadaan yang mudah sekali untuk terbakar. Sebelum langkah kompresi
berakhir maka busi mengadakan pembakaran kedua katup tertutup.
3. Langkah Usaha
Akibat adanya pembakaran maka pada ruang bakar terjadi panas dan pemuaian
yang tiba-tiba. Pemuaian tersebut mendorong piston untuk bergerak dari TMA ke
TMB. Kedua katup masih dalam keadaan tertutup rapat sehingga seluruh tenaga
panas mendorong piston untuk bergerak.
4. Langkah Buang
Pada langkah buang ini katup masuk tertutup sedangkan katup buang terbuka.
Piston bergerak dari TMB menuju TMA mendesak gas sisi pembakaran keluar
melalui katup buang dan saluran buang (exhaust manifold) menuju atmosfer.
8
Gambar 2.1 Prinsip kerja motor 4 (empat) langkah
Sumber: Wiranto Arismunandar, 1988 : 8
2.3.2 Perinsip Kerja Motor Bakar 2 (dua) Langkah
Pada motor bensin 2 (dua) langkah, setiap siklus terdiri dari 2 (dua) langkah
piston atau 1 (satu) kali putaran poros engkol. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Langkah Naik
Piston bergerak dari TMB ke TMA. Beberapa saat sebelum piston sampai di
TMB, gas bekas hasil pembakaran sudah mulai dikeluarkan dan campuran udara
bahan bakar barupun sudah mulai dimasukkan. Langkah ini merupakan langkah
kompresi. Pada waktu piston hampir mencapai TMA busi mengadakan pembakaran.
2. Langkah Turun
Dengan adanya pembakaran pada akhir langkah naik maka terjadi panas dan
pemuaian yang tiba-tiba. Piston bergerak dari TMA ke TMB. Sebelum piston
mencapai TMB maka lubang buang sedah terbuka. Lubang masukpun kemudian
9
terbuka pula, gas baru masuk dan sekaligus mendorong gas bekas keluar yang
disebut dengan langkah bilas.
Suatu hal yang sangat penting pada motor 2 (dua) langkah ialah adanya
lubang-lubang masuk dan buang sebagai pengganti katup. Piston yang bergerak dari
TMB ke TMA dan sebaliknya menutup dan membuka lubang-lubang tersebut. Jadi
motor 2 (dua) langkah umumnya tidak mempunyai katup masuk dan katup buang.
Kelemahan yang paling menonjol pada motor 2 (dua) langkah yaitu sangat
singkatnya waktu yang tersedia untuk pemasukkan dan pembuangan gas bekas.
Akibatnya bahan bakar baru ada yang tercampur dengan gas bekas atau sudah
terbuang keluar bersama gas bekas sebelum sempat terbakar. Tapi kelemahan ini
telah diusahakan memperkecilnya dengan membuat bermacam sistem pembilasan.
Pada motor bensin 2 (dua) langkah, karena pemasukan dan pengeluaran gas baru dan
gas bekas tidak diatur oleh katup maka terdapat beberapa kelemahan, yaitu:
1. Dengan adanya lubang transfer dari lubang buang maka kompresi tidak dimulai
dari TMB. Kerugian ini tidak sama pada masing-masing motor, berkisar antara
20-45%. Berarti lubang buang baru tertutup pada waktu piston sudah bergerak
ada kalanya 800 putaran sesudah TMB.
2. Terlalu sedikit waktu untuk pemasukan gas baru dan pembuangan gas bekas
sehingga besar kemungkinan sebagian gas bekas tidak sempat keluar dan
sebaliknya ada juga gas baru yang sudah keluar sebelum terbakar.
10
Gambar 2.2 Prinsip kerja motor 2 (dua) langkah
Sumber: http://www.otomaster.wordpress.com
2.4 Pembakaran Yang Tidak Semestinya
2.4.1 Detonasi/ Knocking
Pada motor bensin dengan perbandingan kompresi yang tinggi cenderung
akan menimbulkan detonasi/ knocking. Karena itu kompresi tidak boleh melebihi 7 :
1, lebih-lebih pada motor dengan pendingin udara. (Nakoela Soenarta, 2002: 28)
Kita dapat melihat bagaimana terjadinya knock pada motor bakar. Api listrik
yang ditimbulkan oleh busi mengakibatkan terjadinya pembakaran yang cepat
didekat busi. Bagian yang telah terbakar suhunya naik dan arena ekpansinya maka
sisa bahan bakar yang belum terbakar terdesak olehnya menjadikan suhunya naik
tinggi sekali sehingga sisa bahan bakar terbakar dengan sendirinya. Bila semua
campuran udara dan bahan bakar yang belum terbakar ini tiba-tiba terbakar maka
akan terjadi kenaikan tekanan yang tiba-tiba sehingga akan menghasilkan detonasi/
knocking yang dapat dideteksi dengan terdengarnya pukulan / knocking. Bila ini
11
terjadi banyak panas yang hilang sedangkan suhu torak dan katup buang menjadi
naik. (Nakoela Soenarta, 2002: 28)
Kemungkinan-kemungkinan terjadinya knocking adalah:
1. Perbandingan kompresi yang tinggi sehingga suhu dan tekanan dari campuran
udara dan bahan bakar cukup tingi untuk dapat menyala dengan sendirinya.
2. Kualitas bahan bakar, angka oktan yang rendah cenderung meningkatkan
terjadinya knocking.
3. Bentuk ruang bakar yang datar dan cenderung lebar pada motor bakar dengan
katup sisi. Penyalaan spontan cenderung meningkatkan terjadinya knocking
karena penyebaran api listrik dari busi.
4. Sistem pendingin udara yang digunakan pada kebanyakan cenderung lebih
mudah terjadi knocking karena pendinginannya kurang baik dibandingkan
dengan sistem pendingin air.
5. Pada kecepatan rendah dan beban berat, knocking akan cenderung terjadi karena
suhu yang tinggi.
6. Campuran yang kurus akan terbakar dengan lambat sehingga cenderung
mengakibatkan knocking.
12
2.4.2 Pra nyala / Preignition
Pada tempat-tempat tertentu seperti di isolator porselin atau elektroda busi
dan di katup buang, mungkin terdapat endapan endapan karbon yang mampu
mencapai suhu sampai 900O
C. Jika hal ini terjadi, campuran udara dan bahan bakar
akan dapat terbakar dengan sendirinya, sebelum terjadi loncatan bunga api listrik dari
busi, peristiwa ini disebut dengan pra nyala/ preignition. (Nakoela Soenarta, 2002:
29)
Pra nyala/ Preignition kadang-kadang terjadi lebih awal yaitu sebelum katup
masuk tertutup sehingga api dapat masuk atau membakar campuran udara dan bahan
bakar yang terdapat di dalam saluran masuk, sehingga akan menimbulkan suara
ledakan yang keras, peristiwa ini disebut back firing. Ada juga peristiwa yang
disebut after firing peristiwa ini akan diuraikan sebagai berikut; pada saat katup
throttle terbuka sebagian sedangkan campuran udara dan bahan bakar agak kurus
kosentrasi rata-rata bahan bakar tidak cukup tinggi untuk terbakar yang
mengakibatkan bunga api listrik tidak dapat menyalakan campuran tersebut sehingga
menghasilkan gas bekas yang terlalu banyak, setelah gagal terbakar dalam beberapa
siklus akhirnya campuran tersebut akan terbakar dan jumlah gas bakar berkurang.
Tapi bila campuran terlalu lambat menyala sejumlah campuran udara dan bahan
bakar yang belum sempat terbakar yang terdapat di dalam pipa gas buang, akan
menimbulkan ledakan, kejadian ini yang disebut dengan after firing. (Nakoela
Soenarta, 2002: 29)
Motor dapat hidup terus meskipun kunci kontak sudah dimatikan, peristiwa
ini disebut dengan run on, dan ini sering terjadi bila kompresi dan suhu naik sangat
13
tinggi di dalam ruang bakar yang mengandung endapan karbon. (Nakoela Soenarta,
2002: 29)
2.5 Sistem Bahan Bakar
Sistem bahan bakar dalam teknik otomotif adalah suatu sistem yang berfungsi
untuk menyimpan bahan bakar secara aman, menyalurkan bahan bakar ke mesin dan
mengkabutkan bahan bakar agar bercampur dengan udara dan mengalirkannya
menuju ruang bakar. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem bahan bakar)
Gambar 2.3 Sistem bahan bakar
Sumber: Astra, 2005
Sistem bahan bakar pada sepeda motor terdiri atas:
14
1. Tangki bahan bakar
Tangki bahan bakar berfungsi untuk tempat penampung bahan bakar sementara
sebelum digunakan saat proses pembakaran di dalam silinder
Gambar 2.4 Tangki bahan bakar
Sumber: Dokumentasi
2. Saringan udara
Saringan udara berfungsi untuk menyaring udara luar agar tidak ada debu
maupun kotoran yang ikut masuk ke dalam silinder.
Gambar 2.5 Saringan udara
Sumber: Dokumentasi
15
3. Saringan bahan bakar
Saringan bahan bakar berfungsi untuk menyaring kotoran yang di bawa oleh
bahan bakar sebelum bahan bakar masuk ke sistem bahan bakar.
Gambar 2.6 Saringan bahan bakar
Sumber: Dokumentasi
4. Saluran bahan bakar
Saluran bahan bakar berfungsi untuk menyalurkan bahan bakar dari tangki bahan
bakar menuju karburator.
Gambar 2.7 Saluran bahan bakar
Sumber: Dokumentasi
5. Karburator
Karburator berfungsi untuk mengkabutkan bahan bakar dan mencampurkannya
dengan udara segar hingga bahan bakar lebih mudah terbakar saat terjadinya
proses pembakaran.
16
Gambar 2.8 Karburator
Sumber: Dokumentasi
2.6 Sistem Pengapian
Sistem pengapian hanya terdapat pada motor bensin saja, dimana sistem ini
berfungsi untuk menghasilkan tegangan tinggi dengan mengadakan bunga api
diantara elektrode busi sehingga campuran udara dan bahan bakar dibakar secara
sempurna walaupun kecepatan putaran mesin yang berubah-ubah. (Daryanto, 2003:
121)
Motor bensin dapat menghasilkan tenaga guna menjalankan kendaraan
dengan jalan membakar campuran udara dan bahan bakar di dalam silinder. Untuk
melakukan proses pembakaran di dalam silinder diperlukan loncatan binga api listrik
dari busi hal ini dibebankan pada sistem pengapian (ignition system). (Daryanto,
2003: 121)
17
Gambar 2.9 Sistem pengapian dan diagram sistem
Sumber: Astra, 2005
Komponen standar sistem pengapian sepeda motor:
1. Baterai
Baterai berfungsi untuk menyimpan dan mensuplai arus listrik ke semua
komponen kelistrikan.
18
Gambar 2.10 Baterai
Sumber: Dokumentasi
2. Sekring
Sekring berfungsi untuk mengamankan sistem saat terjadinya hubungan pendek.
Gambar 2.11 Sekring
Sumber: Dokumentasi
3. Kunci kontak.
Kunci kontak berfungsi untuk menghubung dan memutuskan arus dari baterai ke
sistem.
19
Gambar 2.12 Kunci kontak
Sumber: Dokumentasi
4. Ignition Control Module (ICM)
Ignition Control Module (ICM) berfungsi untuk menerima perintah untuk
mengalirkan arus ke Ignition coil dari Ignition pulse generator.
Gambar 2.13 Ignition Control Module (ICM)
Sumber: Dokumentasi
5. Ignition pulse generator
Ignition pulse generator berfungsi untuk menerima signal dari magnet kapan
waktunya pengapian.
20
Gambar 2.14 Ignition pulse generator
Sumber: Dokumentasi
6. Ignition coil
Ignition coil berfungsi untuk membangkitkan arus tegangan tinggi yang mulanya
12 Volt baterai menjadi lebih dari 15.000 Volt untuk mencukupi terjadinya
loncatan bunga api listrik pada busi.
Gambar 2.15 Ignition coil
Sumber: Dokumentasi
7. Busi
Busi berfungsi untuk media pengadaan pengapian yang diperlukan untuk
melakukan proses pembakaran campuran udara dan bahan bakar di dalam
silinder sebelum akhir langkah kompresi.
21
Gambar 2.16 Busi
Sumber: Dokumentasi
2.7 Bahan Bakar Bensin
Bensin adalah zat cair yang di hasilkan dari hasil pemurnian minyak bumi
dan mengandung unsur karbon dan hydrogen. Sifat-sifat utama bensin adalah:
(Daryanto, 2003: 66)
1. Mudah menguap pada suhu biasa
2. Tidak berwarna, jernih, dan berbau merangsang
3. Titik nyalanya rendah
4. Berat jenisnya rendah (0,71 Kg/liter - 0,76 Kg
/liter)
5. Melarutkan minyak dan karet
6. Menghasilkan panas yang tinggi antara 9.500-10.500 kkal/kg
7. Meninggalkan sedikit sisa karbon
Bensin juga sering disebut dengan gas olin atau petrol. Bensin untuk
kendaraan bermotor dan pembangkit tenaga stationer dibedakan menjadi empat
tingkat, yaitu : bensin putih, bensin regular (umum), bensin premium dan bensin
super premium. Bensin putih sesungguhnya hanya beda sedikit dari bensin yang
lainnya, yakni kandungan bahan anti ketukan yang rendah. Bensin regular
22
mengandung sedikit tetraetilin, karena itu mempunyai kualitas anti ketukan yang
lebih baik dari bensin putih. Bensin ini dapat digunakan untuk semua mesin
kompresi tinggi untuk kendaraan, traktor, dan truk pada kondisi biasa. (Daryanto,
2003: 84)
Bensin premium mempunyai sifat ketukan yang lebih baik dan dapat dipakai
pada mesin kompresi tinggi pada semua kondis. Pembuatan bensin selain dengan
cara destilasi juga dibuat dengan cara polimerisasi atau ekstraksi. (Daryanto, 2003:
84)
Sifat-sifat penting yang harus diperhatikan pada bahan bakar bensin adalah:
1. Kecepatan menguap
Kecepatan menguap adalah sifat yang menyatakan mudah atau tidaknya bensin
itu menguap pada kondisi tertentu.
2. Kualitas pengetukan
Kualitas pengetukan adalah kualitas bensin untuk berdetonasi yang sangat
dipengaruhi oleh nilai oktan yang terkandung di dalam bensin tersebut.
3. Kadar belerang
Kadar belerang adalah kandungan belerang yang terdapat dalam bensin jika
terbakar akan menjadi gas dioksida belerang, dioksida belerang ini akan barubah
menjadi asam sulfat yang dapat menimbulkan karat pada logam. Maka dari itu
suhu gas buang harus tinggi untuk menghindari pembentukan asam di dalam
saluran buang. Sebaiknya kadar belerang dalam bensin harus serendah mungkin.
4. Kadar damar dan kestabilan penyimpangan
23
Kadar damar dan kestabilan penyimpangan merupakan kestabilan bensin untuk
disimpan. Damar sangat merugikan karena dapat merekat di katup, saluran
buang, dan torak. Dan dapat mengurangi kadar oktan jika disimpan terlalu lama.
5. Titik beku dan embun
Suhu pada saat uap bensin mulai mengembun dinamakan titik embun. Bila titik
embun terlalu tinggi, maka tetesan bensin yang belum sempat menguap di dalam
saluram hisap dapat masuk ke dalam silinder dan mengakibatkan campuran udara
dan bahan bakar menjadi tidak homogen. Hal ini mengakibatkan proses
pembakaran yang berlangung menjadi tidak baik dan konsumsi bahan bakar akan
menjadi boros.
6. Titik nyala
Titik nyala ialah suhu terendah di mana uap minyak yang terdapat di atas
cairannya dapat membentuk campuran yang dapat menyala dengan udara, bila
terkena percikan api.
7. Berat jenis
Perbandingan jumlah tertentu suatu zat terhadap berat murni pada volume dan
suhu yang sama dinamakan berat jenis zat. Berat jenis bensin yang digunakan
untuk bahan bakar berkisar dari 0,71 Kg
/liter - 0,76 Kg
/liter .
2.8 Perbandingan Kompresi
Perbandingan kompresi adalah perbandingan volume saat posisi piston paling
bawah TMB (volume silinder+volume ruang bakar), dibandingkan dengan volume
24
saat posisi piston paling atas TMA (volume ruang bakar).
(http://bengkelsepedamotor.wordpress.com/2008/03/18/perbandingan-kompresi-
cuma-teori/)
=
4 . D2 . s + Vc
Vc
CR = rasio kompresi
D = diameter silinder
s = langkah torak
Vc = volume ruang bakar
2.9 Angka Oktan
Angka oktan adalah suatu bilangan yang menunjukan kemampuan bertahan
suatu bahan bakar terhadap terjadinya knocking (gejala detonasi). Bensin dengan
angka oktan lebih tinggi tidak mudah untuk detonasi, semakin tinggi angka oktan
akan semakin kecil kemungkinannya untuk berdetonasi. Bensin dengan angka oktan
yang tinggi sangat cocok untuk motor yang mempunyai perbandingan kompresi yang
tinggi. (Daryanto, 2003: 72)
Sebenarnya para ahli yang berkecimpung di laboratorium mesin sudah
mengeluarkan data hubungan antara perbandingan kompresi dan oktan bahan bakar
seperti berikut.
Tabel 2.1 Hubungan perbandingan kompresi dengan nilai oktan
25
Perbandingan
Kompresi
Kebutuhan
Nilai Oktan
7 : 1 sampai dengan 9 : 1 88
9 : 1 sampai dengan 10 : 1 92
10 : 1 sampai dengan 11 : 1 95
Sumber: http:// groups.yahoo.com/group/DIKBUD/message/12398
Angka oktan bensin dapat ditetapkan dengan jalan membandingkan bensin
yang bersangkutan dengan dua macam bensin yang telah mempunyai tingkat oktan
tertentu. Adapun kedua jenis bensin sebagai bahan pembanding yang telah
mempunyai angka oktan tersebut ialah iso-oktana dan normal hep-tana, iso-oktana
mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap timbulnya knocking dan diberi angka
oktan oktana sedangkan normal heptana mempunyai daya tahan yang rendah
terhadap timbulnya knocking dan diberi angka oktana 0. (Daryanto, 2003: 72)
Bensin adalah campuran hidrokarbon yang kompleks dan angka oktan adalah
merupakan salah satu angka karakteristik bensin bila dinyalakan di dalam mesin.
Karakteristik ini mungkin saja dapat berubah selama disimpan dalam berbagai
kondisi cuaca yang berubah-ubah. Oktan yang dibutuhkan oleh sebuah mesin juga
dapat berubah-ubah, ini tergatung berapa lama kendaraan itu dioperasikan dan juga
seberapa jauh kendaraan tersebut digunakan. (Daryanto, 2003: 73)
2.10 Pertamax 92
26
Pertamax merupakan bensin yang ditujukan untuk kendaraan yang
menggunakan bahan bakar beroktan tinggi tanpa timbal dan terutama untuk
kendaraan yang menggunakan electronic fuel injection dan catalyc converters.
Mempunyai (Research Octane Number) RON 92, bebas dari bahan tambah timbal
yang menggunakan ethanol sebagai peningkat bilangan oktannya, menghasilkan
NOx dan Cox dalam jumlah yang sangat sedikit dibanding dengan bensin premium.
Komposisi spesifikasi bahan bakar Pertamax 92 dapat dilihat pada lampiran.
(http://fotounik.net/tips-otomotif-pilih-bensin-premium-atau-petramax-ini-
penjelasannya/ 6april2011: 22.07)
2.11 Bio Pertamax
Bio Pertamax merupakan bahan bakar berkualitas tinggi dan modern yang
ramah lingkungan yang terbuat dari 95% Pertamax dan 5% etanol murni. Sebagai
energi terbaru bio pertamax dapat digunakan untuk semua jenis kendaraan non-diesel
tanpa modifikasi mesin dan dapat menjaga lingkungan untuk masa depan yang lebih
baik. Komposisi spesifikasi bahan bakar Bio Pertamax dapat dilihat pada lampiran.
(http://www.pertamina.com/index.php/detail/read/special-fuel-biopertamax/
7mei2011: 19.15)
2.12 Pertamax Plus
Pertamax Plus merupakan bahan bakar superior dari Pertamina yang
mengandung energi tinggi dan ramah lingkungan, berkualitas tinggi. Pertamax Plus
telah memenuhi International World Wide Fuel Charter (WWFC) standar. Pertamax
Plus merupakan jawaban atas kebutuhan teknologi otomotif tercanggih saat ini.
27
Pertamax Plus diproduksi tanpa timbal dari komponen pilihan jenis High Octane
Mogas Component (HOMC) serta aditif generasi terbaru yang dapat memberikan
perlindungan pada mesin dengan pembakaran yang lebih sempurna membuat mesin
menjadi bersih dari deposit pada intake valve, port fuel injector dan combustion
chamber. Selain itu juga memberikan keuntungan lain berupa proteksi anti karat
pada tangki maupun saluran bahan bakar. Untuk pengguna kendaraan yang
menginginkan kinerja mesin dalam kondisi terbaik, akselerasi tinggi, efisien, dan
rendah emisi dapat menggunakan produk pertamax plus. Komposisi spesifikasi
bahan bakar Pertamax Plus dapat dilihat pada lampiran.
(http://www.pertamina.com/index.php/detail/read/special-fuel-pertamaxplus/
7mei2011: 19.15)
2.13 Definisi Tentang Prestasi Motor Bakar
Ni : Daya motor , Hp
P rata-rata : Tekanan efektif rata-rata , kg/cm2
| lbf/in2
VL : Volume langkah torak , cm3 | in
3
z : Jumlah silinder
n : Putaran poros engkol , Rpm
a : Jumlah siklus per putaran,
: 1 untuk motor 2 langkah
: 1
2 untuk motor 4 langkah
28
Ni = Pi rata rata x VL x z x n x a
33.000,
Pada motor bakar torak, daya yang berguna adalah daya poros, karena poros
itulah yang menggerakkan beban. Daya poros itu sendiri dibangkitkan oleh daya
indikator yang merupakan daya gas pembakaran yang menggerakkan torak. (Wiranto
Arismunandar, 1988: 32)
Sebagian daya indikator dibutuhkan untuk mengatasi gesekan mekanik dan
juga daya indikator menggerakkan beberapa aksesori seperti pompa pelumas, pompa
air pendingin dan generator. Dengan demikian besar daya poros itu adalah.
Ne = Ni (Ng + Na)
Ne : daya poros atau daya efektif, Hp
Ni : daya indikator, Hp
Ng : daya gesek, Hp
Na : daya aksesori, Hp
Momen putar (T) merupakan ukuran beban dari suatu mesin dimana:
T = ( VL x z x a x 1
2 x
1
100 ) x Pe rata-rata x 9,807 , N.m
29
Beberapa alat laboratorium yang diperlukan untuk mengetahui daya poros
adalah dinamometer untuk mengukur momen putar dan kemudian daya poros itu di
hitung dengan persamaan.
Ne =
30
1
75=
716,2 0,9863,
T : momen putar, Kg.m
n : putaran poros engkol, Rpm
1 PS : 0,9863 Hp
1 Kg.m : 9,807 N.m
30
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 Lokasi Pengujian
Pelaksanaan pengujian ini bertempat di Bengkel Gede Widi Motor, Jl. Tukad
Balian No. 118 Denpasar-Bali, hari rabu tanggal 29 Juni 2011, pada jam 13.00
WITA sampai dengan 18.00 WITA.
3.2 Ruang Lingkup Pengujian
Agar tidak terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dalam pembuatan tugas
akhir ini maka, penulis memberikan batasan-batasan permasalahan yang di antaranya
adalah:
1. Pengujian yang dilakukan adalah menghitung : daya (Hp), torsi (N.m)
2. Kondisi sepeda motor yang diuji dalam keadaan standar pabrik.
3. Alat ukur yang digunakan berupa Dynamo Meter untuk mengukur daya dan torsi.
4. Dalam proses pengujian dan pengambilan data perbandingan faktor lingkungan
diasumsikan tetap.
30
31
3.3 Perlengkapan Pengujian
3.3.1 Alat
Alat-alat yang dingunakan dalam proses pengujian adalah:
1. Dynamo meter
2. Tool box
3. Tabung dan saluran bahan bakar
4. Kendaran uji, Honda Vario
3.3.2 Bahan
1. Pertamax 92
2. Bio Pertamax
3. Pertamax Plus
3.4 Spesifikasi Kendaraan Uji
Gambar 3.1 Honda Vario
Sumber: Astra, 2005
32
3.4.1 Dimensi
a. Panjang : 1.897 mm
b. Lebar : 680 mm
c. Tinggi : 1.083 mm
d. Jarak sumbu roda : 1.273 mm
e. Tinggi sadel : 758 mm
f. Tinggi pijakan kaki : 257 mm
g. Jatak terendah ketanah : 132,5 mm
h. Berat motor (jenis jari-jari) : 99,9 kg
(jenis cast wheel) : 99,3 kg
3.4.2 Rangka
a. Jenis rangka : tulang bawah
b. Suspensi depan : garpu teleskopik
c. Jarak pergerakan poros depan : 81 mm
d. Suspensi belakang : unit berayun
e. Jarak pergerakan poros belakang : 75 mm
f. Ukuran ban depan : 80/90-14m/c 40p
g. Ukuran ban belakang : 90/90-14m/c 46p
h. Rem depan : rem cakram hidrolik
i. Sudut caster : rem tromol mekanis
j. Panjang trail : 80 mm
k. Kapasitas tangki bahan bakar : 3,6 liter
33
3.4.3 Mesin
a. Diameter dan langkah : 50 x 55 mm
b. Volume langkah : 108 cm3
c. Perbandingan kompresi : 10,7 : 1
d. Daya Maksimum : 8,99 PS/8.000 rpm
e. Torsi Maksimum : 0,86 kgf.m/6.500 rpm
f. Mekanisme katup : 2 katup SOHC
g. Katup masuk membuka : 5 sebelum TMA
menutup : 30 setelah TMB
h. Katup buang membuka : 30 sebelum TMB
menutup : 0o TMA
i. Sistem pelumasan : sistem sirkulasi
j. Jenis pompa oli : trochoid
k. Sistem pendingin : cairan pendingin
l. Saringan udara : saringan kertas
m. Berat kosong kendaraan : 27,3 kg
3.4.4 Karburator
a. Jenis karburator : CV (kecepatan tetap)
b. Diameter throttle : 22 mm
3.4.5 Peralatan Penggerak
a. Sistem kopling : Kopling kering sentrifugal otomatis
b. Perbandingan sabuk penggerak : 2,53 : 1 0,85 : 1
c. Reduksi akhir : 10,256 (51/18x45/12)
34
3.4.6 Kelistrikan
a. Sistem pengapian : DC - CDI
b. Sistem starter : Kickstarter dan motor starter listrik
c. Sistem pengisian : Alternator dengan output fase
tunggal
d. Regulator : Fuse tunggal/dibuka oleh
SCR, pembetulan setengah gelombang
e. Sistem penerangan : Alternator
3.5 Instrumen Pengujian
Dinamometer merupakan alat untuk mengukur daya serta torsi maksimum
yang dapat dicapai oleh sepeda motor. Sepeda motor yang akan diuji diletakkan di
atas dinamometer. Saat kendaraan di running on putaran roda belakang sepeda motor
akan memutar roll dari dinamometer dari putaran tersebut dinamometer akan
mengolahnya menjadi data yang akan ditampilkan di layar monitor dinamometer
tersebut. Data hasil pengujian tersebut yang akan diolah untuk mengetahui
perbandingan performance dari jenis bahan bakar yang akan digunakan saat proses
pengujian antara beberapa varian dari pertamax antara lain Pertamax 92, Bio
Pertamax dan Pertamax Plus.
35
3.6 Langkah Pengujian
Data uji
Mempersiapkan alat dan kendaraan uji
Kalibrasi alat ukur
Pengaplikasian alat dan bahan bakar pada kendaraan uji
Proses pengujian
Pengolahan data
Pembahasan
Kesimpulan
Bio Pertamax Pertamax Plus Pertamax 92
Proses pengujian Proses pengujian
Data uji Data uji
Mulai
Selesai
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian
Tabel 4.1 Data hasil pengujian daya (Hp) menggunakan bahan bakar Pertamax
92
PERTAMAX 92
RPM PENGUJIAN DAYA (Hp)
I II III IV V
3750
4000
4250 5,130 5,876 5,520 5,509
4500 5,501 5,692 6,333 6,346 6,053 5,985
4750 6,009 5,827 6,523 6,667 6,531 6,311
5000 5,850 5,845 6,588 6,661 6,682 6,325
5250 5,742 5,801 6,360 6,631 6,482 6,203
5500 5,837 5,900 6,445 6,505 6,503 6,238
5720 5,331 5,940 6,298 6,216 6,485 6,054
6000 5,978 5,945 6,145 5,839 6,162 6,014
6250 5,609 5,559 6,181 6,151 6,313 5,963
6500 5,690 6,020 6,052 6,124 6,314 6,040
6750 5,554 5,911 5,928 6,118 6,256 5,953
7000 5,695 5,882 5,703 6,275 6,302 5,971
7250 5,617 5,634 5,600 5,777 6,320 5,790
7500 5,627 5,753 5,888 6,051 6,198 5,903
7750 5,367 5,392 5,543 5,916 6,165 5,677
8000 5,304 5,267 5,263 5,262 5,656 5,350
8250 4,538 5,053 5,204 5,490 5,445 5,146
8500 4,217 4,109 5,300 4,889 5,184 4,740
8750 3,335 4,051 4,066 4,048 4,347 3,969
9000 3,525 4,606 4,106 4,314 4,138
9250 3,158 3,491 3,415 3,355
9500
36
37
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara daya dengan putaran mesin pada pemakaian
bahan bakar Pertamax 92
Tabel 4.2 Data hasil pengujian daya (Hp) menggunakan bahan bakar
Bio Pertamax
BIO PERTAMAX
RPM PENGUJIAN DAYA (Hp)
I II III IV V
3750
4000 6,475 5,689 5,929 6,079 6,043
4250 6,041 6,857 6,657 6,606 6,654 6,563
4500 6,399 6,768 6,843 6,771 6,841 6,724
4750 6,502 6,563 6,698 6,786 6,819 6,674
5000 6,593 6,419 6,697 6,840 6,762 6,662
5250 6,121 6,371 6,440 6,689 6,690 6,462
5500 5,906 6,112 6,294 6,535 6,384 6,246
5720 5,930 5,863 6,103 6,245 6,186 6,065
6000 6,113 6,171 5,817 6,266 6,127 6,099
6250 5,992 6,316 5,810 6,040 6,402 6,112
6500 5,907 5,926 6,094 5,996 6,057 5,996
6750 5,986 5,776 6,024 5,740 6,085 5,922
7000 5,632 5,813 5,862 5,977 5,911 5,839
7250 5,958 5,697 5,774 6,098 5,879 5,881
7500 5,367 5,631 5,753 5,432 5,943 5,625
7750 5,687 5,162 5,431 6,125 5,458 5,573
8000 5,292 4,758 4,751 5,269 5,818 5,178
6,325
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
3750
4000
4250
4500
4750
5000
5250
5500
5720
6000
6250
6500
6750
7000
7250
7500
7750
8000
8250
8500
8750
9000
9250
9500
Hp
Rpm
76543210
38
8250 4,939 4,169 5,055 4,968 4,894 4,805
8500 4,633 3,855 4,704 4,661 5,005 4,572
8750 3,768 3,643 4,361 4,162 4,763 4,139
9000 3,368 3,558 3,515 3,524 4,165 3,626
9250 3,121 3,163 3,033 2,371 3,691 3,076
9500 2,345 2,409 2,946 2,567
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara daya dengan putaran mesin pada pemakaian
bahan bakar Bio Pertamax
Tabel 4.3 Data hasil pengujian daya (Hp) menggunakan bahan bakar
Pertamax Plus
PERTAMAX PLUS
RPM PENGUJIAN DAYA (Hp)
I II III IV V
3750 5,280 5,280
4000 5,860 5,450 6,192 6,048 5,888
4250 5,359 6,468 6,166 6,772 6,693 6,292
4500 6,130 6,762 6,522 6,958 6,969 6,668
4750 6,531 6,815 6,640 6,864 7,007 6,771
5000 6,675 6,828 6,662 6,818 6,965 6,790
5250 6,493 6,720 6,606 6,729 6,884 6,686
5500 6,570 6,603 6,508 6,312 6,769 6,552
5720 6,172 6,131 6,698 5,983 6,645 6,326
6000 6,446 6,088 6,409 5,970 6,555 6,294
6250 5,975 6,328 6,294 6,046 6,563 6,241
6500 6,370 6,171 6,259 6,176 6,321 6,259
6,724
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
3750
4000
4250
4500
4750
5000
5250
5500
5720
6000
6250
6500
6750
7000
7250
7500
7750
8000
8250
8500
8750
9000
9250
9500
Hp
Rpm
876543210
39
6750 6,277 5,690 6,351 5,924 6,366 6,122
7000 6,048 6,149 6,251 6,093 6,398 6,188
7250 6,055 5,876 6,432 6,339 6,116 6,164
7500 5,952 5,811 6,119 5,362 6,469 5,943
7750 5,917 5,499 5,935 5,591 6,240 5,836
8000 5,123 5,471 5,689 5,681 6,150 5,623
8250 4,933 5,582 5,885 5,497 5,716 5,523
8500 4,198 4,869 4,560 4,481 4,942 4,610
8750 3,503 4,539 4,319 4,997 4,929 4,457
9000 3,912 4,413 4,366 4,949 4,974 4,523
9250 3,579 3,238 3,947 3,231 3,639 3,527
9500 3,529 3,717 3,906 3,594 3,687
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara daya dengan putaran mesin pada pemakaian
bahan bakar Pertamax Plus
Tabel 4.4 Data hasil pengujian torsi (N.m) menggunakan bahan bakar
Pertamax 92
PERTAMAX 92
RPM TORSI (N.m)
I II III IV V
3750
4000
6,790
01,0002,0003,0004,0005,0006,0007,0008,000
3750
4000
4250
4500
4750
5000
5250
5500
5720
6000
6250
6500
6750
7000
7250
7500
7750
8000
8250
8500
8750
9000
9250
9500
Hp
Rpm
876543210
40
4250 8,54 9,83 9,23 9,20
4500 8,68 8,97 9,98 10,11 9,54 9,46
4750 8,96 8,70 9,75 9,95 9,74 9,42
5000 8,27 8,26 9,34 9,45 9,46 8,96
5250 7,74 7,82 8,58 8,95 8,74 8,37
5500 7,51 7,59 8,28 8,37 8,38 8,03
5720 6,56 7,29 7,75 7,65 7,97 7,44
6000 7,04 7,00 7,25 6,88 7,25 7,08
6250 6,34 6,28 6,98 6,95 7,15 6,74
6500 6,19 6,55 6,58 6,66 6,87 6,57
6750 5,81 6,18 6,20 6,40 6,55 6,23
7000 5,74 5,93 5,75 6,33 6,36 6,02
7250 5,47 5,49 5,45 5,62 6,15 5,64
7500 5,30 5,42 5,54 5,70 5,83 5,56
7750 4,89 4,91 5,05 5,39 5,61 5,17
8000 4,68 4,64 4,64 4,64 4,99 4,72
8250 3,88 4,32 4,45 4,69 4,65 4,40
8500 3,50 3,14 4,40 4,06 4,30 3,88
8750 2,69 3,26 3,28 3,26 3,50 3,20
9000 2,76 3,61 3,21 3,38 3,24
9250 2,41 2,66 2,60 2,56
9500
Gambar 4.4 Grafik hubungan antara torsi dengan putaran mesin pada pemakaian
bahan bakar Pertamax 92
9.46
0123456789
10
3750
4000
4250
4500
4750
5000
5250
5500
5720
6000
6250
6500
6750
7000
7250
7500
7750
8000
8250
8500
8750
9000
9250
9500
Tors
i (N
.m)
Rpm
41
Tabel 4.5 Data hasil pengujian torsi (N.m) menggunakan bahan bakar
Bio Pertamax
BIO PERTAMAX
RPM TORSI (N.m)
I II III IV V
3750
4000 11,52 10,09 10,54 10,82 10,74
4250 10,07 11,45 11,09 11,04 11,13 10,96
4500 10,10 10,69 10,77 10,68 10,81 10,61
4750 9,72 9,79 10,03 10,13 10,19 9,97
5000 9,35 9,10 9,51 9,71 9,58 9,45
5250 8,24 8,57 8,69 9,04 9,03 8,71
5500 7,60 7,86 8,10 8,41 8,21 8,15
5720 7,29 7,20 7,51 7,69 7,60 7,46
6000 7,20 7,27 6,85 7,39 7,22 7,19
6250 6,77 7,14 6,57 6,83 7,25 6,91
6500 6,42 6,44 6,63 6,52 6,59 6,52
6750 6,26 6,04 6,30 6,00 6,36 6,19
7000 5,68 5,87 5,92 6,04 5,97 5,95
7250 5,80 5,55 5,62 5,94 5,72 5,73
7500 5,05 5,30 5,42 5,11 5,60 5,30
7750 5,18 4,70 4,95 5,58 4,97 5,08
8000 4,67 4,20 4,19 4,65 5,13 4,57
8250 4,22 3,56 4,32 4,25 4,18 4,11
8500 3,84 3,20 3,91 3,88 4,15 3,79
8750 3,04 2,94 3,52 3,35 3,84 3,34
9000 2,64 2,79 2,75 2,76 3,26 2,84
9250 2,38 2,41 2,31 1,81 2,81 2,34
9500 1,74 1,79 2,19 1,91
10.96
0
2
4
6
8
10
12
3750
4000
4250
4500
4750
5000
5250
5500
5720
6000
6250
6500
6750
7000
7250
7500
7750
8000
8250
8500
8750
9000
9250
9500
Tors
i (N
.m)
Rpm
42
Gambar 4.5 Grafik hubungan antara torsi dengan putaran mesin pada pemakaian
bahan bakar Bio Pertamax
Tabel 4.6 Data hasil pengujian torsi (N.m) menggunakan bahan bakar
Pertamax Plus
PERTAMAX PLUS
RPM PENGUJIAN TORSI (N.m)
I II III IV V
3750 10,02 10,02
4000 10,37 9,66 11,01 10,73 10,44
4250 8,96 10,80 10,32 11,31 11,21 10,52
4500 9,66 10,64 10,28 10,93 10,98 10,50
4750 9,73 10,16 9,92 10,26 10,44 10,10
5000 9,45 9,68 9,44 9,66 9,88 9,60
5250 8,75 9,07 8,92 9,06 9,30 9,02
5500 8,44 8,50 8,37 8,11 8,70 8,42
5720 7,58 7,53 8,25 7,36 8,17 7,78
6000 7,59 7,17 7,56 7,03 7,72 7,41 6250 6,75 7,16 7,11 6,84 7,43 7,06
6500 6,93 6,71 6,80 6,70 6,87 6,80
6750 6,57 5,95 6,65 6,20 6,66 6,41
7000 6,10 6,20 6,31 6,14 6,45 6,24
7250 5,90 5,72 6,27 6,17 5,96 6,00
7500 5,60 5,47 5,76 5,05 6,09 5,50
7750 5,39 5,01 5,40 5,09 5,68 5,31
8000 4,52 4,82 5,02 5,01 5,43 4,96
8250 4,22 4,78 5,03 4,70 4,89 4,72
8500 3,48 4,04 3,78 3,72 4,10 3,82
8750 2,82 3,66 3,48 4,03 3,97 3,59
9000 3,07 3,46 3,42 3,88 3,90 3,55
9250 2,73 2,47 3,01 2,45 2,77 2,69
9500 2,62 2,76 2,90 2,67 2,74
43
Gambar 4.6 Grafik hubungan antara torsi dengan putaran mesin pada pemakaian
bahan bakar Pertamax Plus
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan data pengujian daya dan torsi dengan
menggunakan tiga jenis bahan bakar yang berbeda dalam varian Pertamax yaitu;
Pertamax 92, Bio Pertamax dan Pertamax Plus mendapatkan hasil yang berbeda
untuk setiap bahan bakar.
Perbedaan performance ditinjau berdasarkan daya tertinggi yang mampu
dicapai oleh masing-masing bahan bakar seperti ditunjukkan pada tabel 4.7 terdapat
perbedaan sebesar 0,399 Hp antara Bio Pertamax dengan Pertamax 92 dan perbedaan
sebesar 0,066 Hp antara Pertamax Plus dengan Bio Pertamax. Sedangkan ditinjau
dari nilai torsi tertinggi yang mampu dicapai oleh ketiga bahan bakar seperti
ditunjukkan pada tabel 4.8 terdapat perbedaan sebesar 0,44 N.m antara Bio Pertamax
dengan Pertamax Plus dan perbedaan sebesar 1,06 N.m antara Pertamax Plus dengan
Pertamax 92.
Perbandingan daya masing-masing penggunaan bakar seperti disajikan pada
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa bahan bakar Bio Pertamax mencapai hasil paling
10.52
0
2
4
6
8
10
12
3750
4000
4250
4500
4750
5000
5250
5500
5720
6000
6250
6500
6750
7000
7250
7500
7750
8000
8250
8500
8750
9000
9250
9500
Tors
i (N
.m)
Rpm
44
tinggi yakni 6,724 Hp dibandingkan Pertamax Plus 6,668 Hp dan Pertamax 92 5,985
Hp pada putaran mesin 3750 Rpm sampai dengan 4500 Rpm. Nilai tertinggi yang
dicapai oleh Bio Pertamax karena mengandung kadar etanol murni sebesar 5% dan
kadar Pertamax 95% sehingga Bio Pertamax lebih mudah terbakar pada putaran
mesin rendah dan saat suhu mesin sedang dingin. Namun setelah melewati putaran
mesin 4500 Rpm daya yang dihasilkan oleh Bio Pertamax menurun secara perlahan,
dan di putaran mesin selanjutnya hingga putaran mesin 9500 Rpm terlihat
kemampuan Pertamax Plus mencapail daya lebih besar dibandingkan dengan bahan
bakar Bio Pertamax dan Pertamax 92, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.7. Salah
satu kemampuan Pertamax Plus inilah yang menyebabkan harganya lebih tinggi
dibandingkan dengan bahan bakar Pertamax yang lain. Kondisi berbeda dialami oleh
Pertamax 92 yaitu pada putaran mesin 3750 Rpm sampai dengan 5250 Rpm daya
yang dicapai lebih rendah dibandingkan dengan Bio Pertamax dan Pertamax Plus.
Setelah melewati putaran mesin 5250 Rpm, daya yang dicapai oleh Pertamax 92
hampir sebanding dengan daya yang dicapai oleh Bio Pertamax. Pada putaran mesin
6500 Rpm sampai dengan 9500 Rpm Pertamax 92 mencapai daya yang lebih besar
dibandingkan Bio Pertamax. Pembakaran Pertamax 92 lebih sempurna pada putaran
mesin tinggi yaitu di atas 6500 Rpm dibandingkan Bio Pertamax, karena Pertamax
92 tidak mengandung etanol murni. Etanol murni memiliki keunggulan yang mampu
menghasilkan pembakaran yang sempurna pada putaran mesin yang rendah dan saat
suhu mesin dingin. Kelemahan etanol murni ini baru terlihat ketika mesin bekerja
pada putaran tinggi dan saat suhu mesin sudah mulai panas, yakni menyebabkan
pembakaran yang terjadi tidak sempurna. Terjadinya proses pembakaran yang lebih
45
awal menyebabkan pencapaian daya Bio Pertamax lebih rendah dibandingkan
Pertamax 92.
Tabel 4.7 Perbandingan daya dan putaran mesin pada pemakaian berbagai bahan
bakar
Perbandingan Daya (Hp)
Rpm Pertamax
Plus
(
Pertamax
92
(
Bio
Pertamax
(
3750 5,280
4000 5,888
6,043
4250 6,292 5,509 6,563
4500 6,668 5,985 6,724
4750 6,771 6,311 6,674
5000 6,790 6,325 6,662
5250 6,686 6,203 6,462
5500 6,552 6,238 6,246
5720 6,326 6,054 6,065
6000 6,294 6,014 6,099
6250 6,241 5,963 6,112
6500 6,259 6,040 5,996
6750 6,122 5,953 5,922
7000 6,188 5,971 5,839
7250 6,164 5,790 5,881
7500 5,943 5,903 5,625
7750 5,836 5,677 5,573
8000 5,623 5,350 5,178
8250 5,523 5,146 4,805
46
8500 4,610 4,740 4,572
8750 4,457 3,969 4,139
9000 4,523 4,138 3,626
9250 3,527 3,355 3,076
9500 3,687
2,567
Gambar 4.7 Grafik hubungan antara daya dengan putaran mesin pada pemakaian
berbagai bahan bakar
Perbandingan torsi masing-masing penggunaan bakar seperti disajikan pada
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa bahan bakar Bio Pertamax mencapai hasil paling
tinggi yakni 10,96 N.m dibandingkan Pertamax Plus 10,52 N.m dan Pertamax 92
9,46 N.m pada putaran mesin 3750 Rpm sampai dengan 4500 Rpm. Nilai tertinggi
yang dicapai oleh Bio Pertamax karena mengandung kadar etanol murni sebesar 5%
dan kadar Pertamax 95% sehingga Bio Pertamax lebih mudah terbakar pada putaran
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
3750
4000
4250
4500
4750
5000
5250
5500
5720
6000
6250
6500
6750
7000
7250
7500
7750
8000
8250
8500
8750
9000
9250
9500
Hp
Rpm
Pertamax Plus
Pertamax 92
Bio Pertamax
0
47
mesin rendah dan saat suhu mesin sedang dingin. Namun setelah melewati putaran
mesin 4500 Rpm torsi yang dihasilkan oleh Bio Pertamax menurun secara perlahan,
dan di putaran mesin selanjutnya hingga putaran mesin 9500 Rpm terlihat
kemampuan Pertamax Plus mencapail torsi lebih besar dibandingkan dengan bahan
bakar Bio Pertamax dan Pertamax 92, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.8. Salah
satu kemampuan Pertamax Plus inilah yang menyebabkan harganya lebih tinggi
dibandingkan dengan bahan bakar Pertamax yang lain. Kondisi berbeda dialami oleh
Pertamax 92 yaitu pada putaran mesin 3750 Rpm sampai dengan 5250 Rpm daya
yang dicapai lebih rendah dibandingkan dengan Bio Pertamax dan Pertamax Plus.
Setelah melewati putaran mesin 5500 Rpm, torsi yang dicapai oleh Pertamax 92
hampir sebanding dengan torsi yang dicapai oleh Bio Pertamax. Pada putaran mesin
6500 Rpm sampai dengan 9500 Rpm, Pertamax 92 mencapai torsi yang lebih besar
dibandingkan Bio Pertamax. Pembakaran Pertamax 92 lebih sempurna pada putaran
mesin tinggi yaitu di atas 6500 Rpm dibandingkan Bio Pertamax, karena Pertamax
92 tidak mengandung etanol murni. Etanol murni memiliki keunggulan yang mampu
menghasilkan pembakaran yang sempurna pada putaran mesin yang rendah dan saat
suhu mesin dingin. Kelemahan etanol murni ini baru terlihat ketika mesin bekerja
pada putaran tinggi dan saat suhu mesin sudah mulai panas, yakni menyebabkan
pembakaran yang terjadi tidak sempurna. Terjadinya proses pembakaran yang lebih
awal menyebabkan pencapaian torsi Bio Pertamax lebih rendah dibandingkan
Pertamax 92.
48
Tabel 4.8 Perbandingan torsi dan putaran mesin pada pemakaian berbagai bahan
bakar
Perbandingan Torsi (N.m)
Rpm Pertamax
Plus
(
Pertmax
92
(
Bio
Pertamax
(
3750 10,02
4000 10,44
10,74
4250 10,52 9,20 10,96
4500 10,50 9,46 10,61
4750 10,10 9,42 9,97
5000 9,60 8,96 9,45
5250 9,02 8,37 8,71
5500 8,42 8,03 8,15
5720 7,78 7,44 7,46
6000 7,41 7,08 7,19
6250 7,06 6,74 6,91
6500 6,80 6,57 6,52
6750 6,41 6,23 6,19
7000 6,24 6,02 5,95
7250 6,00 5,64 5,73
7500 5,50 5,56 5,30
7750 5,31 5,17 5,08
8000 4,96 4,72 4,57
8250 4,72 4,40 4,11
8500 3,82 3,88 3,79
8750 3,59 3,20 3,34
9000 3,55 3,24 2,84
9250 2,69 2,56 2,34
9500 2,74
1,01
49
Gambar 4.8 Grafik hubungan antara torsi dengan putaran mesin pada pemakaian
berbagai bahan bakar
Perbandingan performance ditinjau dari daya dan torsi mendapatkan hasil
yang sebanding pada masing-masing bahan bakar. Kenaikkan pencapaian daya pada
masing-masing bahan bakar akan diikuti pula dengan kenaikan torsinya hingga
mencapai nilai maksimum. Berlaku juga saat masing-masing bahan bakar mengalami
penurunan pencapaian daya dan torsi setelah tercapainya daya dan torsi maksimum
yang mampu dicapai pada masing-masing bahan bakar.
Peningkatan pencapaian daya dan torsi maksimum pada kendaraan bukan
semata - mata disebabkan oleh penggunaan bahan bakar yang beroktan tinggi.
Penggunaan bahan bakar yang memiliki nilai oktan tinggi pada kendaraan, juga
harus didukung oleh perbandingan kompresi yang dimiliki oleh kendaraan tersebut
0
2
4
6
8
10
12
14
3750
4000
4250
4500
4750
5000
5250
5500
5720
6000
6250
6500
6750
7000
7250
7500
7750
8000
8250
8500
8750
9000
9250
9500
Tors
i (N
.m)
Rpm
Pertamax Plus
Pertamax 92
Bio Pertamax
50
untuk mendapatkan meningkatkan daya dan torsinya. Semakin tinggi angka oktan
yang dikandung bahan bakar, maka titik bakar bahan bakar tersebut akan semakin
tinggi akibatnya adalah bahan bakar tersebut akan lambat untuk terbakar.
Penggunaan bahan bakar yang nilai oktannya sesuai dengan perbandingan kompresi
yang dianjurkan jauh akan mendapatkan hasil yang maksimal.
51
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil pengujian dan analisa data tabel serta grafik hasil pengujian dapat
disimpulkan sebagai berikut;
1. Berdasarkan hasil perhitungan data pengujian daya dan torsi pada sepeda motor
jenis Honda Vario dengan menggunakan tiga jenis bahan bakar yang berbeda
dalam varian Pertamax yaitu; Pertamax 92, Bio Pertamax dan Pertamax Plus
mendapatkan hasil yang tidak terlalu signifikan untuk setiap bahan bakar.
2. Perbedaan performance ditinjau berdasarkan daya tertinggi yang mampu dicapai
oleh masing-masing bahan bakar terdapat perbedaan sebesar 0,399 Hp antara Bio
Pertamax dengan Pertamax 92 dan perbedaan sebesar 0,066 Hp antara Pertamax
Plus dengan Bio Pertamax. Sedangkan ditinjau dari nilai torsi tertinggi yang
mampu dicapai oleh ketiga bahan bakar terdapat perbedaan sebesar 0,44 N.m
antara Bio Pertamax dengan Pertamax Plus dan perbedaan sebesar 1,06 N.m
antara Pertamax Plus dengan Pertamax 92.
3. Bio Pertamax mampu menghasilkan daya tertinggi hingga 6,724 Hp di putaran
mesin 4500 Rpm serta torsi tertinggi hingga 10,96 N.m di putaran mesin 4250
Rpm.
4. Pertamax Plus mampu menghasilkan daya tertinggi hingga 6,790 Hp di putaran
mesin 5000 Rpm dan torsi tertinggi hingga 10,52 N.m di putaran mesin 4250
Rpm.
51
52
5. Pertamax 92 mampu menghasilkan daya tertinggi hingga 6,325 Hp di putaran
mesin 5000 Rpm dan torsi tertinggi hingga 9,46 N.m di putaran mesin 4500
Rpm.
5.2 Saran
1. Mengingat fungsi dari kendaraan yang sangat berperan penting bagi kehidupan
dan aktifitas dari manusia hendaknya dipilih jenis bahan bakar yang tepat sesuai
dengan teknologi yang diadopsi oleh kendaraan tersebut untuk mendapatkan
performance kendaraan yang maksimal.
2. Jika memungkinkan untuk dikembangkan pada kesempatan berikutnya
hendaknya menggunakan dinamometer yang lebih akurat yang mampu untuk
menghitung daya dan torsi pada poros engkol. Serta lakukanlah pengujian
mencari efisiensi dari konsumsi bahan bakar untuk dapat mengetahui
perbandingan performance dengan jarak tempuh kendaraan per-liternya.
53
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, Wiranto. 1988. Penggerak Mula Motor Bakar Torak. ITB Bandung.
Astra Honda Motor. 2005. Buku Pedoman Reparasi. Jakarta: PT. Astra Honda
Motor.
Daryanto, Drs. 2003. Motor Bensin pada Mobil. Jakarta: CV. Yrama Widya.
Nakoela Soenarta dan Shoichi Furuhama. 2002. Motor Serbaguna. Jakarta: Pt.
Pradnya Paramita.
Pertamina. Bahan Bakar Minyak, Jakarta.
Http://bengkelsepedamotor.wordpress.com/2008/03/18/perbandingan-kompresi-
cuma-teori/ diunduh 1Agustus 2011
Http://fotounik.net/tips-otomotif-pilih-bensin-premium-atau-petramax-ini-
penjelasannya/ di unduh 6 April 2011
Http://groups.yahoo.com/group/DIKBUD/message/12398 diunduh 1 Agustus 2011
Http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem bahan bakar diunduh 6 April 2011
Http://Mengenal.Hubungan.Kompresi.dan.Nilai.Oktan.htm/ diunduh 6 April 2011
http://www.otomaster.wordpress.com 11 Juli 2011
Http://www.pertamina.com/index.php/detail/read/special-fuel-pertamaxplus/
diunduh 7 Mei 2011
Http://www.pertamina.com/index.php/detail/read/special-fuel-biopertamax/ diunduh
7 Mei 2011
54
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4