i ANALISIS PENGARUH PERILAKU PEDAGANG BUAH-BUAHAN DALAM PENGGUNAAN ALAT (LITERAN, TIMBANGAN), TERHADAP KONSUMEN DITINJAU DARI SISI HUKUM SYARIAH (STUDI KASUS PASAR PA’BAENG-BAENG KOTA MAKASSAR) SKRIPSI SKRIPSI Oleh: YUSFIRA SYAHRIR G NIM: 10525023015 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/ 2019 M
94
Embed
ANALISIS PENGARUH PERILAKU PEDAGANG BUAH ......viii ABSTRAK Yusfira Syahrir G.105 250 230 15. 2019. Analisis Pengaruh Perilaku Pedagang buah-buahan dalam penggunaan alat (literan,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
ANALISIS PENGARUH PERILAKU PEDAGANG BUAH-BUAHAN DALAM
PENGGUNAAN ALAT (LITERAN, TIMBANGAN), TERHADAP
KONSUMEN DITINJAU DARI SISI HUKUM SYARIAH
(STUDI KASUS PASAR PA’BAENG-BAENG KOTA MAKASSAR)
SKRIPSI
SKRIPSI
Oleh:
YUSFIRA SYAHRIR G
NIM: 10525023015
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/ 2019 M
ii
ANALISIS PENGARUH PERILAKU PEDAGANG BUAH-BUAHAN DALAM
PENGGUNAAN ALAT (LITERAN, TIMBANGAN), TERHADAP
KONSUMEN DITINJAU DARI SISI HUKUM SYARIAH
(STUDI KASUS PASAR PA’BAENG-BAENG KOTA MAKASSAR)
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H) Pada Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
YUSFIRA SYAHRIR G
NIM: 10525023015
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/ 2019 M
vii
MOTTO
“Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.
Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan
yang teguh”
“Kebanyakan dari kita tidak Mensyukuri apa yang sudah kita Miliki, tetapi kita
selalu menyesali apa yang belum kita capai"
viii
ABSTRAK
Yusfira Syahrir G.105 250 230 15. 2019. Analisis Pengaruh Perilaku Pedagang buah-buahan dalam penggunaan alat (literan, timbangan) di tinjau dari sisi Hukum Syariah (studi kasus Pasar Pa’baeng-baeng kota Makassa. Dibimbing oleh Dr.Ir.H. Muchlis Mappangaja, M.M dan Saidin Mansyur,S.S.,M.Hum.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang dilakukan di Pasar Pa’Baeng-baeng Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh perilaku pedagang buah-buahan terhadap konsumen ditinjau dari sisi Hukum Syariah. Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu X1 pedagang dan X2 Konsumen sebagai variabel independen dan Y Syariah sebagai variabel dependen.
Total sampel dalam penelitian ini berjumlah 70 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner atau angket. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut kemudian diolah melalui metode Partial Last Square (PLS) yaitu metode berbasis keluarga regresi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pedagang memiliki pengaruh yang singnifikan karena nilai thitung lebih besar dari ttabel terhadap variabel Konsumen dan variabel pedagang berpengaruh signifikan posistif dengan nilai thitung besar dari pada niai ttabel terhadap variabel syariah. Sedangkan variabel konsumen tidak berpengaruh singnifikan dengan nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel variabel syariah.
Kata Kunci: Pedagang, Konsumen dan Syariah
ix
ABSTRACT
Yusfira Syahrir G.105 250 230 15. 2019. Analysis of the Influence of Behavior of Fruit Traders in the use of tools (liters, scales) in terms of Sharia Law (a case study of the Pa'baeng-baeng Market in the city of Makassa. Supervised by Dr.Ir. H. Muchlis Mappangaja, MM and Saidin Mansyur,SS,M.Hum.
This type of research is a quantitative study, conducted at the Pa'Baeng-baeng Market in Makassar City. This study aims to determine how the influence of the behavior of fruit traders to consumers in terms of Sharia Law. In this study consists of three variables, namely X1 traders and X2 Consumers as independent variables and Y Sharia as the dependent variable.
The total sample in this study amounted to 70 people. Data collection is done by distributing questionnaires or questionnaires. Furthermore, the data obtained is then processed through the Partial Last Square (PLS) method, which is a family-based regression method. The results of this study indicate that the trader variable has a significant effect because the t-count value is greater than ttable to the Consumer variable and the trader variable has a significant positive effect with the t-count value greater than the ttable value of the sharia variable. While the consumer variable has no significant effect with a t-value smaller than the t-table value of the sharia variable.
Keywords: Traders, Consumers and Sharia
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil Alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan secerca karunia dan rahmatnya
serta hidayahnya sehingga sampai sekarang masih memberikan nikmat
iman, kesehatan,dan umur. Dan tak lupa penulis menghaturkan salawat dan
salam kepada seorang revolusional sejati baginda Nabi Muhammd Saw yang
telah berjuang mempertahankan panji-panji islam dan membangun
masyarakat menjadi masyarakat Madani.
Skripsi dengan Judul Analisis perilaku pedagang buah-buahan dalam
penggunaan alat (literan, timbangan) terhadap konsumen ditinjau dari sisi
Hukum Syariah (studi kasus pasar pa’baeng-baeng kota Makassar). Skripsi
ini penulis hadirkan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
studi pada Fakultas Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan
skripsi ini dari awal sampai akhir tidaklah mudah, banyak rintangan,
hambatan, serta cobaan yang penulis alami dalam proses ini, hanya dengan
tawakkal, berdoa, dan berusaha, karena dengan berusaha di sertai dengan
doa penulis yakin bisa menyelesaikan dan menjadi motivasi penulis sendiri.
Selain itu karena adanya bantuan baik materil maupun non materil,
dorongan, semangat yang di berikan oleh beberapa pihak yang telah
membantu memudahkan penulis untuk menyelesaikan.
xi
Maka melalui kesempatan ini penuis mengucapkan banyak terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., M.M selaku Rektor
Universitas Muhamadiyah Makassar.
2. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakutas
Agama Islam.
3. Bapak Dr. Ir. Muchis Mappangaja, MP selaku Ketua Jurusan Hukum
Ekonomi Syariah.
4. Bapak Hasanuddin S.E, Sy., M.E selaku sekretaris Jurusan Hukum
Ekonomi Syariah.
5. Bapak Dr. H. Muchlis Mappangaja, M.M dan Bapak Saidin
Mansyur,S.S.,Hum selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Bapak/ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar.
7. Kedua orang tua saya yang bernama Syahrir Gafsan dan Sufriati
lassang, yang senantiasa mendoakan, memberikan dukungan moril
maupun materil selama menempuh pendidikan. Untukmu kedua sosok
yang luar biasa dalam hidupku, terimalah persembahan kecilku dari
pengorbanan besarmu, iringilah anakmu ini dengan do’a dalam setiap
sujudmu.
8. Kakak saya tiga orang; Evhi karmila syahrir, Nirwhana syahrir, Johan
islamuddin syahrir yang selalu memberikan supportnya kepada saya
selama menempuh pendidikan.
9. Teman sahabat serta adik-adik penulis yang selalu memberi
dukungan dalam menyeesaikan skripsi ini.
xii
10. Terakhir ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada mereka
yang namanya tidak sempat saya sebutkan satu persatu tetapi banyak
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai
pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu
persoalan tidak akan berarti sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama diri
pribadi penulis. Aamiin
Makassar, 15 Muharram 1440 H 15 September 2019 M
Penulis
Yusfira Syahrir G.
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Keadaan responden berdasarkan jenis kelamin dan umur .......... 54
Tabel 4.2. Jawaban responden mengenai variabel Pedagang ..................... 55
Tabel 4.3. Jawaban responden mengenai variabel Konsumen .................... 56
Tabel 4.4. Jawaban responden mengenai variabel Syariah ......................... 57
Manusia sebagai makhluk sosial yang kuadratnya tidak dapat hidup
sendiri yang membutuhkan dan memerlukan orang lain untuk berinteraksi
dan memenuhi semua kebutuhan dalam melakukan aktifitas, baik aktifitas
produksi, distribusi, konsumsi, ekspor, maupun impor. Kegiatan-kegiatan
manusia dalam melakukan aktifitas ada aturan-aturan yang mengaturnya.
“Aturan-aturan (Hukum-hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam
kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial disebut
muamalah”. Muamalah sangat berperan penting dalam kehidupan
manusia, sebab dengan muamalah manusia dapat berhubungan satu
sama lain yang menimbulkan atau melahirkan hak dan kewajiban,
sehingga kehidupan akan rukun, tenteram, damai dan terarah.
Muamalah adalah terjadinya interaksi antara seseorang atau
beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-masing . sedangkan
Fiqih muamalah adalah ilmu tentang hukum-hukum syara yang ditujukan
untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan yang berkaitan dengan
urusan dunia dan sosial masyarakat yang sasarannya adalah harta benda
atau mal. Hubungan tersebut sangat luas karena mencakup hubungan
antar sesama manusia baik muslim maupun nonmuslim.
Bagian-bagian dari muamalah seperti sewa menyewa, syirka, qard,
gadai, jual beli dan sebagainya.
1
2
Jual beli adalah hal yang penting dalam kehidupan, karena dengan
adanya jual beli mempermudah untuk memenuhi kebutuhan manusia
yang sangat beragam. Islam telah mengatur cara-cara jual beli yang bisa
membawa maslahat baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain
seperti tidak melakukan penipuan, manipulasi, kecurangan dan
sebagainya. Jual beli merupakan kesepakatan antara kedua belah pihak
dimana saling menukar benda atau barang dengan sukarela, dimana yang
satu menerima benda-benda atau barang dan pihak lain menerima uang
atau pengganti dari benda-benda atau barang-barang tersebut, sesuai
dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara dan
disepakati. Sesuai dengan ketetapan hukum maksudnya adalah
memenuhi semua syarat-syarat, rukun-rukun, dan hal-hal yang ada
hubungannya dengan jual beli sehingga apabila ada salah satu syarat
ataupun rukun jual beli yang tidak sesuai dengan syariat islam maka jual
beli tersebut dikatakan tidak sah.
Namun Keberagaman pola dagang dan di pengaruhi oleh beberapa
faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal menjadikan perilaku
dan tindakan pedagang berbeda-beda, baik dari segi pengambilan
keuntungan, cara menawarkan barang kepada konsumen, kejujuran
tentang kualitas barang yang diperdagangkan, kejujuran dalam meliter
atau menimbang dan lain sebagainya. sehingga mereka banyak
melakukan tindakan-tindakan yang melenceng dari rukun dan syarat jual
beli (perdagangan), sehingga dari tindakan-tindakan tersebut
3
menyebabkan jual beli tidak sah. Tindakan-tindakan yang melenceng dari
rukun dan syarat jual beli, diantaranya banyak yang di temukan dalam
pedagang buah-buahan mereka melakukan kecurangan dalam hal literan
atau timbangan serta kualitas barang yang dijualnya.
Kecurangan merupakan sebab timbulnya ketidakadilan dalam
masyarakat, padahal keadilan diperlukan dalam setiap perbuatan manusia
agar tidak menimbulkan perselisihan. Pemilik timbangan senantiasa dalam
keadaan terancam dengan azab yang pedih apabila ia bertindak curang
dengan timbangannya itu.1 Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan
bahwa kecurangan adalah sebuah tindakan yang bisa membawa
ketidakadilan dan akan menimbulkan perselisihan antara pedagang dan
pembeli karena adanya pihak yang merasa dirugikan. Oleh karena itu
pedagang dianjurkan untuk selalu berbuat adil dalam menimbang dan
agar bisa selamat dari azab Allah Swt.
Kecurangan dalam meliter dan menimbang mendapat perhatian
khusus dalam al-Qur‟an, karena praktik seperti ini telah merampas hak
orang lain. Selain itu, praktik seperti itu menimbulkan dampak yang sangat
buruk dalam dunia perdagangan yaitu timbulnya ketidak percayaan
pembeli terhadap pedagang yang curang. Oleh karena itu, pedagang yang
curang pada saat meliter dan menimbang mendapat ancaman siksa di
1Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam Sejarah, Konsep, Instrument, Negara dan
Pasar, (Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada, 2013), h. 160.
4
akhirat.2 sehingga di tempatkan dilembah neraka jahannam.
Oleh karena itu, setiap pedagang hendaknya harus berhati-hati
dalam melakukan peliteran ataupun penimbangan agar terhindar dari
azab Allah, yaitu ketika semua orang bangkit menghadap Allah Swt untuk
mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Selain terhindar dari
azab Allah Swt dengan tidak melakukan kecurangan dalam menimbang
maupun meliter, akan membawa kedamaian dan kepercayaan pembeli
kepada penjual juga medapatkan penghasilan yang halal, sehingga
membawa hidup dalam ketentraman, damai dan yang paling utama
mendapatkan jannahnya.3
Selain itu, pedagang juga tidak boleh berdusta atau melakukan
penipuan kepada pembeli yang berkaitan dengan kuantitas dan kualitas
barang yang dijualnya, seperti dalam hal kuantitas, pedagang tidak boleh
mengurangi timbangan atau literan barang yang dijualnya dan dalam hal
kualitas pedagang tidak boleh mengatakan kualitas barang yang
diperdagangkan bagus, tetapi menunjukkan cacat barang yang dijualnya,
intinya selalu jujur dan terbuka.4 Seperti hadist Rasulullah Saw yang
2Veithzel Rivai Dkk, Islamic Business And Economic Ethics Mengacu Pada al-
Qur’an Dan Mengikuti Jejak Rasululah saw Dalam Bisnis, Keuangan, Dan Ekonomi, h. 411-412.
3Lihat Veithzel Rivai Dkk, Islamic Business And Economic Ethics Mengacu Pada
al-Qur’an Dan Mengikuti Jejak Rasululah saw Dalam Bisnis, Keuangan, Dan Ekonomi, h. 411-412.
4Lihat Adiwawarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h. 31.
5
diriwayatkan oleh H.R. Ibnu Daud dan Nasa‟I, Rasulullah Saw bersabda:
Artinya :
“tidak halal bagi seseorang menjual suatu barang melainkan dia harus menjelaskan cacat barangnya, dan tidak halal bagi orang yang mengetahuinya hal itu melainkan dia harus menjelaskanya”.5
Hadist tersebut menjelaskan bahwa dalam melakukan aktifitas jual
beli seorang pedagang tidak boleh menyembunyikan cacat barang yang
dijualnya melainkan harus menjelaskannya, sehingga pembeli tidak
merasa dirugikan dan ditipu. Namun realitas yang terjadi di Negara kita
yang mayoritas Islam, masih banyak yang melakukan kecurangan dan
penipuan khususnya yang berkaitan dengan literan dan timbangan.
Misalnya yang sering kita jumpai di Pasar Pa‟baengbaeng yang
merupakan bagian dari Jalan yang ada di Makassar Kecamatan Tamalate
dan merupakan salah satu jalan yang terdapat beberapa pedagang buah.
Dari pengamatan sementara peneliti pedagang yang berjualan di
pasar Pabaengbaeng Kota Makassar. Melakukan beberapa tindakan,
mereka sengaja memasukkan buah plastik untuk menutupi kecacatan
barang, sehingga para pembeli tertipu oleh bentuk indah buah tersebut
tanpa mengetahui kekuranganya, tidak hanya itu banyak juga pedagang
yang Mengurangi timbangan sedangkan sebagian dari mereka adalah
mayoritas beragama islam. Padahal perbuatan tersebut merupakan
512Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah Di Indonesia, E.3(Jakarta: Salemba Empat,
2014), h. 68
6
perbuatan yang tercela tapi mereka masih ada yang melakukan
pengurangan timbangan dalam jual beli.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka penulis
tertarik untuk meneliti lebih lanjut masalah Analisis pengaruh perilaku
pedagang buah-buhan dalam penggunaan alat (Literan,Timbangan),
terhadap konsumen di tinjau dari sisi Hukum Syariah ( Studi kasus pasar
Pa‟baengbaeng Kota Makassar).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang dipaparkan pada latar belakang, maka peneliti
membuat beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah variabel pedagang berpengaruh terhadap variabel konsumen?
2. Apakah variabel pedagang berpengaruh terhadap variabel syariah?
3. Apakah variabel konsumen berpengaruh terhadap variabel syariah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, maka yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah variabel perilaku berpengaruh terhadap
variabel konsumen.
2. Untuk mengetahui apakah variabel perilaku berpengaruh terhadap
variabel syariah.
3. Untuk mengetahui apakah variabel konsumen berpengaruh terhadap
variabel syariah.
7
D. Manfat Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian di atas,
maka dapat disusun manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini semoga bisa menjadi bahan
informasi dan penambahan ilmu pengetahuan untuk jurusan Hukum
Ekonomi Syariah tentang Analisis perilaku pedagang buah-buhan
dalam penggunaan alat (Literan,Timbangan) terhadap konsumen di
tinjau dari sisi Hukum Syariah ( Studi kasus pasar Pa‟baengbaeng Kota
Makassar).
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar S-1, juga untuk
menambah wawasan pengetahuan dalam bidang ekonomi syariah
khususya dalam jual beli yang menggunakan literan,timbangan.
b. Bagi perpustakaan
Bisa digunakan untuk memperkaya koleksi dalam ruang lingkup karya -
karya penulisan lapangan.
c. Bagi masyarakat
Memberikan pengetahuan tentang jual beli yang sesuai dengan
tuntutan syariah dan apa dampak apabila mengurangi literan,
timbangan.
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Pembahasan dan penelitian tentang jual beli yang menggunakan
literan atau timbangan sudah banyak dilakukan baik didalam buku
maupun skripsi. Seperti dalam bukunya Prof. Dr. Veithzal Rivai, S.E.,
M.M., M.B.A dkk yang berjudul “Islamic Business and Economic Ethics
mengacu pada al-Qur‟an dan mengikuti jejak Rasulullah saw dalam Bisnis,
Keuangan, dan Ekonomi” yang menjelaskan tentang larangan terhadap
kecurangan dalam takaran dan timbangan.6
Kemudian dalam buku Prof. Dr. Aminur Nuruddin, M.A. yang
berjudul “Renungan tentang bisnis Islam dan ekonomi Islam syariah dari
mana sumber hartamu” yang menjelaskan Timbangan adalah alat yang
selalu di pergunakan untuk mengukur berat agar didapatkan
keseimbangan dan keadilan.7
Selain itu dalam bukunya Dr. Akhmad Mujahiddin, M. Ag yang
berjudul “Ekonomi Islam Sejarah, Konsep, Instrument, Negara, dan
Pasar.” yang menjelaskan tentang larangan curang dalam takaran dan
6Veithzel Rivai Dkk, Islamic Business And Economic Ethics Mengacu Pada al-
Qur’an Dan Mengikuti Jejak Rasululah SAW Dalam Bisnis, Keuangan, Dan Ekonomi, h. 411.
7Amiur Nurddin, Renungan Tentang Bisnis Islam Dan Ekonomi Islam Syariah
Dari Mana Sumber Hartamu, (Medan: Erlangga, 2010), h. 27.
8
9
timbangan dan ancaman orang yang melakukanya seperti dijelaskan
dalam surah Al-Mutafiffin.8
Sementara dalam Skripsi dari Sutiah “penerapan sistem timbangan
dalam jual beli ayam potong di Pasar Selasa Panam Pekanbaru ditinjau
dari aspek ekonomi Islam”. Hasil dari penelitianya menyimpulkan
Penerapan sistem timbangan dalam jual beli ayam potong di Pasar Selasa
Panam Pekanbaru, transaksi yang dilakukan tidak semua pedagang
bertransaksi dengan jujur.
Pedagang yang tidak jujur dalam bertransaksi jual beli sebanyak
67%, serta tidak menjunjung tinggi nilai etika dalam perdagangan, dan
pedagang yang jujur sebanyak 33%.9 Sedangkan dalam skripsi Endro Tri
Cahyono “analisis hukum Islam terhadap praktek menimbang para
pedagang muslim di pasar godong kabupaten grobogan”. Hasil dari
penelitian menyimpulkan bahwa Praktek timbangan para pedagang di
Pasar Godong 95% sesuai dengan aturan timbangan Islam atau Hukum
Islam, sedangkan 5% masih kurang sesuai dengan aturan timbangan
dalam Islam.10
8Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, h. 159-166
9Sutiah “Penerapan Sistem Timbangan Dalam Jual Beli Ayam Potong Di Pasar
Selasa Panam Pekanbaru Ditinjau Dari Aspek Ekonomi Islam”, (Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau 2015).
10
Endro Tri Cahyono “Analisis hukum Islam terhadap praktek menimbang para pedagang muslim di pasar godong kabupaten grobogan”, (Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang 2014).
10
B. Kajian Teori
1. Pengertian Pedagang
Pedagang adalah orang atau badan yang melakukan aktivitas jual
beli barang atau jasa dipasar (PemkotYogyakarta,2009).
Dalam konteks usaha mikro, pedagang mikro adalah suatu bentuk
kegiatan ekonomi yang berskala kecil yang banyak dilakukan oleh
sebagian masyarakat lapisan bawah dengan sektor informal atau
perekonomian subsisten, dengan ciri-ciri tidak memperoleh pendidikan
formal yang tinggi, keterampilan rendah,pelanggannya banyak berasal
dari kelas bawah, sebagian pekerja adalah keluarga dan dikerjakan
secara padat karya serta penjualan eceran, dengan modal pinjaman
dari bank formal kurang dari dua puluh lima juta rupiah guna modal
pinjaman dari bank formal kurang dari dua puluh lima juta guna modal
usahanya.
Di dalam aktivitas perdagangan, pedagang adalah orang atau
institusi yang memperjualbelikan produk atau barang, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
a. Perilaku Jujur
Kata jujur dalam bahasa Arab semakna dengan as-sidqu atau
siddiq yang berarti benar, nyata atau berkata benar. Lawan kata jujur
adalah dusta, dalam bahasa Arab adalah al-kadzibu.Menurut istilah, jujur
atau as-sidqu bermakna sebagai berikut:
Kesatuan antara ucapan dan perbuatan.
11
Kesesuaian antara informasi dan kenyataan.
Ketegasan dan kemantapan hati.
Sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan.
Sifat-sifat yang kemudian diterapkan oleh Rasulllah dalam bidang
ekonomi diantaranya sebagai berikut:
a) Bahwa Rasulullah selalu jujur dalam hal kualitas dan kuantitas
barang yang dijualnya dan tidak pernah melakukan penipuan
terhadap pembeli. Dalam berbisnis beliau selalu tanggung jawab,
transparan dan tepat waktu.
b) Selalu menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan barang
yang dijualnya, baik itu keuntungan yang ingin diporoleh, harga
awal barang tersebut serta kekurangan dari barang yang di
jualnya.
c) Memiliki pengetahuan yang luas, seorang pemimpin yang
cerdas.11
Sifat-sifat tersebut diharpakan bisa melekat pada diri seorang
muslim dan dijadikan contoh dalam melakukan aktifitas ekonomi
agar bisa mendapatkan kemaslahatan di dunia dan akhirat.
b. Penjualan
Penjulan merupakan suatu transaksi yang dilakukan oleh dua
belah pihak atau lebih dengan menggunakan alat pembayaran
11
Lihat Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 28.
12
yang sah, dengan penjualan juga seseorang atau perusahaan yang
melakukan transaksi jual beli, dalam suatu perusahaan apabila
semakin besar penjualan maka akan semakin besar pula
pendapatan yang diperoleh.
Pengertian penjualan menurut para ahli:
a) Menurut Basu Swastha penjualan merupakan ilmu atau seni yang
memengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual, untuk
mengajak orang lain bersedia membeli barang atau jasa yang
ditawarkan.12
b) Sementara Moekijat menyatakan penjualan adalah suatu kegiatan
yang ditunjukan untuk mencari pembeli, memengaruhi, dan
memberi petunjuk agar pembelian dapat menyesuaikan
kebutuhannya dengan produksi yang ditawarkan serta
mengadakan perjanjian mengenai harga yang menguntungkan
kedua belah pihak.
c) Hendry Simamora juga menjelaskan bahwa penjualan adalah
pendapat yang diperoleh dalam perusahaan yang biasanya
dilakukan secara teratur.
d) Menurut Chairul Marom penjualan artinya penjualan barang
dagang sebagai usaha pokok perusahaan yang dilakukan secara
teratur.
Dari penjelasan penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
12
Basu swatha. Azas-Asas Maketing. 1998 Jakarta http :/s-hukum. Blogdpot.
13
penjualan adalah suatu kegiatan dan cara untuk memengaruhi
individu agar terjadi pembelian (penyerahan) barang atau jasa
yang ditawarkan, berdasarkan harga yang telah disepakati pleh
kedua belah pihak dalam kegiatan tersebut.
Tujuan utama dari penjualan yaitu mendatangkan
keuntungan atau laba dari produk ataupun barang yang dihasilkan
produsennya dengan pengelolaan yang baik dan mengharapkan
keuntungan yang sebsar-besarnya, namun hal ini perlu kinerja
dari pihak distributor dalam menjamin mutu barang dan jasa yang
akan dijual tersebut.
c. Perilaku Pedagang
Perilaku pedagang merupakan suatu sikap atau tindakan
seseorang dalam melakukan perdagangan atau dalam menjalankan
jual beli. Dalam menjalankan aktifitas jual beli pedagang muslim
harus senantiasa memiliki sikap yang sesuai dengan prinsip-prinsip
etika bisnis Islam. Menurut Syed Nawab Heider Naqvi, ada ada lima
prinsip dalam etika bisnis Islam yaitu, prinsip kesatuan (tauhid),
keseimbangan (balance), kehendak bebas (free will), tanggung
jawab (responsibility), kebajikan (ihsan).13
a) Prinsip Kesatuan (Tauhid)
Tauhid, merupakan wacana teologis yang mendasari segala
aktifitas manusia, termasuk dalam kegiatan bisnis. Tauhid
13
Syed Nawab Heider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm.37.
14
menyadarkan manusia sebagai makhluk ilahiyah, sosok makhluk
yang bertuhan. Dengan demikian kegiatan bisnis manusia tidak
terlepas dari pengawasan Tuhan. Konsep tauhid juga dapat diartikan
sebagai dimensi yang bersifat vertikal sekaligus horizontal. Karena
dari kedua dimensi tersebut akan lahir satu bentuk hubungan yang
sinergis antara Tuhan dan hamba-Nya, sekaligus hamba dengan
hamba yang lain.
Prinsip tauhid juga dapat diartikan sebagai seorang makhluk
harus benar-benar tunduk, patuh dan berserah diri sepenuhnya atas
apa yang menjadi kehendak-Nya. Bentuk dari konsep tauhid adalah
berupa ketakwaan diri yang dilakukan oleh pedagang yaitu berupa
menjalankan sholat lima waktu, berdoa dan bersedekah, serta jujur
dalam berdagang. Prinsip tauhid yang ditunjukkan oleh para
pedagang pasar Kedungwuni adalah dengan percaya bahwa rejeki
itu tidak akan tertukar karena telah di atur oleh Allah SWT.
Sebagai seorang pedagang muslim sekali-kali tidak boleh
menyibukkan dirinya semata-mata untuk mencari keuntungan materi
dan meninggalkan keuntungan akhirat. Sehingga jika datang waktu
sholat, mereka harus mengehentikan aktifitas bisnisnya, begitu pula
dengan kewajiban-kewajiban yang lain. Sekali-sekali seorang
pedagang muslim hendaknya tidak melalaikan kewajiban agamanya
dengan alasan kesibukan perdagangan.
Pedagang yang mengindahkan norma-norma Al-Qur‟an tidak
15
akan melalaikan tugasnya kepada Allah lantaran mengurus dan
melakukan aktifitas perdagangan. Selain itu, pedagang yang
berbekal kecerdasan spritual tidak akan menyimpang dari aturan
agama Islam dalam praktek bisnisnya seperti menjual barang haram
dan penimbunan barang tertentu dengan maksud untuk
mendapatkan untung yang berlipat-lipat.
Motivasi Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan usaha
semata-mata demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, bukan untuk
menjadi jutawan. Beliau tidak pernah memperlihatkan kecintaan
yang sangat besar terhadap harta kekayaan. Hal itu membuktikan
bahwa beliau mencukupi kebutuhan duniawi secukupnya saja, dan
tidak pernah melupakan akan kepentingan mempersiapkan bekal
untuk hidup di akhirat kelak.
b) Prinsip Keseimbangan
Prinsip keseimbangan menggambarakan dimensi kehidupan
pribadi yang bersifat horizontal. Hal itu disebabkan karena banyak
berhubungan dengan sesama. Dalam dunia bisnis prinsip keadilan
sangat menentukan perilaku kebijakan seseorang dalam dunia
bisnis, prinsip keadilan harus diwujudkan dalam bentuk penyajian
produk-produk yang bermutu dan berkualitas, selain ukuran,
kualitas, serta kuantitas, serta takaran atau timbangan harus
benar-benar sesuai dengan prinsip kebenaran.14
14
Johan Arifin, Etika Bisnis...hlm.138.
16
Perilaku keseimbangan dan keadilan dalam bisnis secara
tegas dijelaskan dalam konteks perbendaharaan bisnis (klasik)
agar pengusaha muslim menyempurnakan takaran bila menakar
dengan neraca yang benar, karena hal itu merupakan perilaku
yang terbaik dan membawa akibat yang terbaik pula.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Isra‟[17]:( 35 ):15
ل إذا ر وأحسن تأولا وأوفواٱلك لك خ كلتم وزنوا بٱلقسطاسٱلمستقم ذ
Terjemahannya: “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
Menurut peneliti keseimbangan atau keadilan sepatutnya
harus dilakukan oleh para pedagang dalam menjalankan
bisnisnya agar hak-hak seorang pembeli dapat terpenuhi.
c) Prinsip Kehendak Bebas (Free will)
Dalam Islam kehendak bebas mempunyai tempat sendiri,
karena potensi kebebasan itu sudah ada sejak manusia
dilahirkan dimuka bumi ini. Namun, sekali lagi perlu ditekankan
bahwa kebebasan yang ada dalam diri manusia bersifat terbatas,
sedangkan kebebasan yang tak terbatas hanya milik Allah SWT
semata.
d) Prinsip Tanggung Jawab (Responsibility)
15
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : CV Diponegoro,2005), Q.S Al-Isra‟ ayat 35 hlm198.
17
Manusia diciptakan di dunia mempunyai satu peran untuk
mengelola kehidupannya sebaik mungkin. Dan semua aspek
kehidupannya bukan suatu yang terbebas dari sebuah tanggung
jawab. Rasa tanggung jawab itu tentunya bukan sekedar
omongan belaka, melainkan harus benar-benar diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari melalui perbuatan.
Dalam dunia bisnis hal semacam itu juga sangat berlaku.
Setelah melaksanakan segala aktifitas bisnis dengan berbagai
bentuk kebebasan, bukan berarti semuanya selesai saat tujuan
yang dikehendaki tercapai, atau ketika sudah mendapatkan
keuntungan. Semua itu perlu adanya pertanggungjawaban atas
apa yang telah pebisnis lakukan, baik itu pertanggungjawaban
ketika ia bertransaksi, memproduksi barang, menjual barang,
melakukan perjanjian dalam jual beli dan lain sebagainya.
Pertanggungjawaban sebagai pelaku bisnis atau pedagang
yaitu dengan cara senantiasa menepati janji yang dibuat baik
kepada pembeli maupun mitra usaha.
e) Prinsip Kebijakan (Ihsan)
Prinsip ini mengajarkan untuk melakukan perbuatan yang
dapat mendatangkan manfaat kepada orang lain, tanpa harus
ada aturan yang mewajibkan atau memerintahkannya untuk
melakukan perbuatan itu, atau dalam istilah lainnya adalah
18
beribadah maupun berbuat baik karena merasa Allah
senantiasa melihat apa yang kita kerjakan.
Sikap kebajikan dalam bisnis dapat diartikan dan ditunjukkan
para pedagang dengan keramahan kepada calon pembeli. Dalam
melayani pembeli, pedagang dituntut untuk memberikan pelayanan
yang terbaik demi mewujudkan kepuasan terhadap pembeli. Bentuk
pelayanan yang baik dengan bersikap ramah kepada calon
pembeli, dengan bersikap ramah maka pembeli tak segan-segan
untuk sekedar mampir bahkan akan membeli barang dagangan
yang ditawarkan oleh pedagang. Akan tetapi sikap yang
ditunjukkan para pedagang berbeda-beda ketika melayani pembeli
yang suka marah atau membandingkan harga.
seharusnya para pedagang harus melayani dengan baik dan
bersikap ramah kepada setiap pembeli baik pembeli itu ramah atau
kurang ramah. Dengan sikap ramah tamah dan sopan kepada
pembeli maka pembeli tidak segan-segan untuk mampir bahkan
membeli barang dagangan yang ditawarkan. Sebaliknya, jika
penjual bersikap kurang ramah, apalagi kasar dalam melayani
pembeli, maka pembeli enggan untuk membeli dan tidak mau
kembali lagi.
19
Allah berfirman dalam Q.S Ali-Imran [3] : (159)
وا من حولك فٱعف عنه ا غلظ ٱلقلب لنفض لنت لهم ولو كنت فظ ن ٱلله م فبما رحمة م
حب ٱلمتوك وٱستغفر لهم إنه ٱلله ل على ٱلله لنوشاورهم ف ٱلمر فإذا عزمت فتوكه
Terjemahannya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
2. Pengertian Liter
Liter sama hal nya dengan meter kubik(m3) adalah salah satu
unit untuk mengukur volume , Liter tidak termasuk salah satu dari unit SI
(Sistem Satuan Internasional) meski begitu liter disenaraikan sebagai
salah satu dari " unit di luar SI yang diterima penggunaanya dengan SI
".Simbol liter adalah huruf l kecil atau huruf besarnya, L. Huruf l kecil yang
lebih melengkung (ℓ) juga digunakan, namun tidak diterima oleh BIPM
(Bureau International des Poids et Mesures; bahasa Prancis) atau Biro
Internasional untuk Ukuran dan Timbangan, adalah sebuah organisasi
antar pemerintah di mana setiap negara secara bersama-sama melakukan
penelitian dan pengawasan hal-hal yang berhubungan dengan ilmu-ilmu
dan standar-standar pengukuran. BIPM adalah satu dari tiga organisasi
20
standar yang dibentuk untuk memelihara Satuan (SI) di bawah peraturan
Konvensi Meter.
3. Timbangan
“Timbangan diambil dari kata imbang yang artinya
banding”16.Sedangkan secara terminologi timbangan adalah alat yang
selalu di pergunakan untuk mengukur berat agar di dapatkan
keseimbangan dan keadilan. Dalam kegiatan aktivitas ekonomi timbangan
di perlukan untuk mengukur massa suatu benda. Dalam Islam timbangan
disebut dengan al-wazn dan di sebut berulang-ulang dalam al-Qur‟an
sebanyak duapuluh tiga kali yang memiliki makna keseimbangan, ukuran
dan timbangan.17
4. Konsumen
Menurut ketentuan pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah setiap orang yang
memakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
bagi kepentingan diri sendiri, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
16
Sayid Sabiq dalam Sutiah, h. 48-49. 17 Amiur Nurddin Renungan tentang bisnis Islam dan Ekonomi Islam syariah dari
mana sumber hartamu, h. 27.
21
a. Pendapatan
Pendapatan berasal dari kata dasar “dapat”. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pengertian pendapatan adalah hasil kerja (usaha
dan sebagainya). Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa
uang maupun berupa barang yang berasal dari pihak lain maupun hasil
industri yang dinilai atas dasar sejumlah uang dari harta yang berlaku
saat itu. Pendapatan merupakan sumber penghasilan seseorang untuk
memenuhi kebutuhan sehari – hari dan sangat penting artinya bagi
kelangsungan hidup dan penghidupan seseorang secara langsung mau
pun tidak lagsung. (Suroto, 2000).
b. Kualitas
Menurut istilah, kata kualitas berarti mutu, yaitu tingkat baik buruknya
sesuatu. Akan tetapi banyak pakar dan organisasi yang mencoba
mendefinisikan kualitas (mutu) berdasarkan sudut pandangnya masing-
masing seperti yang terurai di bawah ini:
a) Menurut Joseph Juran, kualitas adalah kesesuaian untuk
penggunaan (fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau
jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan
oleh pengguna.
b) Menurut Edward Deming, suatu tingkat yang dapat diprediksi dari
keseragaman dan kebergantungan pada biaya rendah dan sesuai
Berarti Jauh lebih rendah daripada harga yang berlaku dipasaran
dengan melakukan penawaran yang paling rendah maka itulah yang
disebut murah [Risna].
5. Syariah
Syariah adalah ajaran islam yang berupa norma-norma ilahiyah,
baik istilah syar‟i hukum-hukum allah yang disyariatkan kepada hamba-
hamba-Nya, baik hukum-hukum dalam Al-Quran dan sunnah nabi saw
dari perkataan, perbuatan dan penerapan. Syariat dalam penjelasan
Qardhawi adalah hukum-hukum Allah yang ditetapkan berdasarkan dalil-
dalil alquran dan sunnah serta dalil-dalil yang berkaitan dengan keduanya,
seprti ijma‟ dan qiyas.
a. Jual beli dalam Hukum Syariah
a) Pengertian Jual beli
Menurut M. Ali Hasan berbagai macam transaksi dalam islam (fiqih
islam) mengemukakan bahwa pengertian jual beli menurut bahasa
yaitu jual-beli artinya menjual, mengganti, pertukaran atau saling
menukar, sedangkan menurut fiqih, jual beli adalah menukar suatu
barang dengan barang yang lain dengan rukun syarat tertentu. Jual
beli juga dapat diartikan menukar uang dengan barang yang
diinginkan sesuai dengan rukun dan syarat tertentu. Setelah jual beli
dilakukan secara sah, barang yang di jual menjadi milik pembeli
24
sedangkan uang yang dibayarkan pembeli sebagai pengganti harga
barang, menjadi milik penjual.18
Suatu ketika Rasulullah SAW ditanya oleh para sahabat
tentang pekerjaan yang paling baik. Beliau menjawab, pekerjaan
yang baik adalah pekerjaaan yang dilakukan dengan tangannya
sendiri dan jual beli yang dilakukan dengan baik. Jual beli hendaknya
dilakukan oleh pedagang yang mengerti ilmu fiqih. Hal ini untuk
menghindari terjadinya penipuan dari kedua bela pihak. Khalifah
Umar Bin Khattab, sangat memperhatikan jual beli yang terjadi
dipasar. Beliau mengusir pedagang yang memiliki pengetahuan ilmu
fiqih karena takut jual beli yang dilakukan tidak sesuai dengan
Hukum Islam. Pada masa sekarang, cara melakukan jual beli
mengalami perkembangan, di pasar Swalayan ataupun Mall, para
pembeli dapat memilih dan mengambil barang yang dibutuhkan
tanpa berhadapan dengan penjual, pernyataan penjual (ijab)
diwujudkan dalam daftar harga barang atau label harga pada barang
yang di jual sedangkan pernyataan pembeli (Kabul) berupa tindakan
pembeli membayar barang-barang yang diambil.
Ada berbagai macam defenisi yang paling mendekati
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnuh Qudamah “ Menukar
18
Ali Hasan, Fiqhi Muamalah, 2003 cet 1 : Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
25
harta dengan harta (ada timbal balik) dengan tujuan dimiliki dan
dikuasi”.19
Menurut etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan
sesuatu (yang lain). Kata dari jual beli adalah al-bi,asysira‟, al-
mubadah, dan at-tijarah, menurut terminology, para ulama berbeda
pendapat dalam mendefinisikannya. Antara lain :
Menurut Imam Nabawi dalam Al – majmu‟ : jual beli adalah
“pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikannya”.
Menurut ulama hanafiah : jual beli adalah pertukaran harta
(benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).
Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Al- mugni‟ : jual beli adalah
pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadi milik,
pengertian lainnya jual beli adalah persetujuan saling mengikat
antara penjual (yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) dan
pembeli ( sebagai pihak yang membayar / membeli barang yang
dijual). Pada masa Rasulullah SAW hrga barang itu dibayar dengan
mata uang yang terbuat dari perak (dirham).20
b) Landasan atau dasar Hukum Jual Beli
Hukum Islam adalah hukum yang lengkap, mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia baik berkaitan dengan hablumminallah maupun
hablumminannas.Hukum-hukum tersebut mengatur manusia dalam
melakukan segala aktifitas begitupun yang berkaitan dengan jual beli.
19
Muhammad Abduh Tuasikal. Bermodalkan Ilmun Sebelum Dagang, 2003 yogyakarta. 20
Iyan Syafutra, Pengaruh Penjualan Hasil Pertanian Terhadap Agen Pembeli Hasil Pertanian Menurut Hukum Islam, 2014 Uin Makassar.
26
Jual beli merupakan bagian dari mu‟amalah yang mempunyai dasar
hukum yang jelas baik dari al-Qur‟an, as-Sunnah, dan telah menjadi
ijma ulama dan kaum muslimin.
Bahkan jual beli bukan hanya sekedar mu‟amalah, akan tetapi
menjadi sebuah wadah yang digunakan untuk berinteraksi dan saling
tolong menolong antara sesama manusia, penjual menolang pembeli
untuk mendapatkan manfaat (keuntungan) dari suatu barang yang
dibelinya sedangkan pembeli menolong penjual untuk mendapatkan
keuntungan (uang) dari barang yang di jualnya.Landasan atau dasar
hukum mengenai jual beli ini disyariatkan berdasarkan Al-Quran,
Hadis Nabi, Ijma‟ yaitu :
-Al-Qur‟an
Landasan atau dasar hukum mengenai perdagangan/jual beli ini di
isyaratkan berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadist, yaitu:
Allah SWT Berfirman QS. An-Nisa [4] : (29).
رة عن ترا أن تكون تج طل إله نكم بٱلب لكم ب ا أمو هاٱلهذن ءامنوا ل تأكلو أ نكم ض م
ا كان بكم رحما ا أنفسكم إنه ٱلله ول تقتلو
Terjemahannya : ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
27
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.21
Surah Al-Baqarah [2] : (275).
ل ن من ٱلمس ذ ط طه ٱلشه تخبه قوم ٱلهذي قومون إله كما ا ل بو أكلون ٱلر ك ٱلهذن
ا وأحله بو ع مثل ٱلر ما ٱلب ا إنه هم قالو ن بأنه ا فمن جاءهۥ موعظة م بو م ٱلر ع وحره ٱللههٱلب
ار هم فه ب ٱلنه ئك أصح ومن عاد فأول هۦ فٱنتهى فلهۥ ما سلف وأمرهۥ إلى ٱلله ب ا ره
لدون .خ
Terjemahannya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Qs. Al- Baqarah [2] : (198)
ن كم فإذا أفضتم م ب ن ره كم جناح أن تبتغوا فضلا م س عل عند ل ت فٱذكرواٱلله عرف
الن ن قبلهۦ لمن ٱلضه كم وإن كنتم م .ٱلمشعرٱلحرام وٱذكروه كما هدى
Terjemahannya: “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang
21
Kementrian Agama RI. al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Cordoba Internasional Indonesia, 2012), h. 83.
28
ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.
-Hadis
1) Dari Abi Hurairah r.a Dari Nabi saw Bersabda:
Artinya :
“janganlah dau orang yang jual beli terpisah, sebelum salin meridhai” (Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi).”22
2) Dari Abi Sa‟id al-Khidri berkata, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya :
“sesungguhnya jual beli itu didasarkan atas saling meridai. (HR. Baihaqi dan Ibnu Maajah)”.
-Sunnah
Hadist yang telah diriwayatkan oleh „Aisyah radiyallaahu „anhaa :
Dari „Aisyah radiyallaahu „anhaa : “Bahwasannya Nabi shallalaahu
„alaihi wasallam pernah membeli makanan dari seorang Yahudi dengan
pembayaran tertunda dan menggadaikan baju besinya sebagai boroh