Top Banner
ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP JUMLAH DANA PIHAK KETIGA BANK SYARIAH BUKOPIN PERIODE 2016-2019 SKRIPSI Oleh: ALIMATUR ROOSYIDAH NIM: 210816139 Pembimbing: MAULIDA NURHIDAYATI, M.Si. NIP.198910222018012001 JURUSAN PERBANKAN SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM 2020
146

ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

Nov 01, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT

SUKU BUNGA SBI TERHADAP JUMLAH DANA PIHAK

KETIGA BANK SYARIAH BUKOPIN PERIODE 2016-2019

SKRIPSI

Oleh:

ALIMATUR ROOSYIDAH

NIM: 210816139

Pembimbing:

MAULIDA NURHIDAYATI, M.Si.

NIP.198910222018012001

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

2020

Page 2: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

vi

ABSTRAK

Roosyidah, Alimatur. 2020. “Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs, dan Tingkat Suku

Bunga SBI Terhadap Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank Syariah Bukopin

Periode 2016-2019”. Skripsi. Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.

Pembimbing Maulida Nurhidayati, M.Si.

Kata Kunci: DPK, Faktor Makroekonomi, ECM.

Keberhasilan suatu bank dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat

dilihat dari seberapa besar DPK yang berhasil dihimpun oleh bank tersebut.

Pengalokasian DPK mempunyai tujuan diantaranya mendapat profitabilitas yang

diharapkan serta menjaga kepercayaan masyarakat dengan menjaga resiko

likuiditas bank tetap aman. Penurunan DPK sangat mempengaruhi kinerja bank

dalam hal pemberian pembiayaan. Berdasarkan data yang dikumpulkan Bank

Syariah Bukopin memiliki rata-rata penghimpunan DPK yang rendah. Karena

pentingnya DPK bagi kinerja suatu bank, maka Bank Syariah Bukopin perlu

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penghimpunan DPK pada bank

tersebut. Sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

makroekonomi inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI terhadap jumlah dana

pihak ketiga pada Bank Syariah Bukopin.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan data

sekunder yakni data bulanan yang dipublikasikan oleh Bank Syariah Bukopin dan

BI. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah inflasi, kurs,

dan tingkat suku bunga SBI. Sedangkan variabel dependen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah DPK. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Error Correction Model (ECM) dengan tingkat signifikansi 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi dalam jangka pendek

maupun jangka panjang tidak berpengaruh signifikan terhadap DPK. Kurs dalam

jangka pendek tidak berpengaruh signifikan terhadap DPK, namun dalam jangka

panjang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPK. Artinya ketika kurs

mengalami kenaikan 1 rupiah (melemah 1 rupiah) maka DPK akan mengalami

penurunan sebesar 431,4712 juta rupiah dengan asumsi variabel yang lain tetap.

Tingkat suku bunga SBI dalam jangka pendek maupun jangka panjang

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPK. Artinya dalam jangka pendek

ketika tingkat suku bunga SBI ditingkatkan sebesar 1% maka DPK akan

mengalami penurunan sebesar 223.642,4 juta rupiah, sedangkan dalam jangka

panjang sebesar 190.732,8 juta rupiah dengan asumsi variabel yang lain tetap.

Secara simultan dalam jangka pendek inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI

berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga sebesar 35,6336%.

Sedangkan dalam jangka panjang berpengaruh signifikan sebesar 72,1033%.

Berdasarkan hasil penelitian, kurs dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh

terhadap DPK. Oleh karena itu Bank Syariah Bukopin harus terus memperhatikan

perubahan kurs dan tingkat suku bunga SBI. Dengan begitu diharapkan bank

dapat menjaga kestabilan jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.

Page 3: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...
Page 4: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...
Page 5: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Alimatur Roosyidah

NIM : 210816139

Jurusan : Perbankan Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs, dan Tingkat Suku Bunga SBI

Terhadap Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank Syariah Bukopin

Periode 2016-2019.

Menyatakan bahwa naskah skripsi telah diperiksa dan disahkan oleh dosen

pembimbing. Selanjutnya saya bersedia naskah skripsi tersebut dipublikasikan

oleh perpustakaan IAIN Ponorogo yang dapat diakses di

etheses.iainponorogo.ac.id. Adapun isi dari keseluruhan tulisan tersebut,

sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari penulis.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan semestinya.

Ponorogo, 17 Juni 2020

Page 6: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...
Page 7: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi Islam pada saat ini mengalami perkembangan yang

sangat signifikan, yang ditandai dengan berkembangnya lembaga

keuangan bank dan non-bank yang berprinsip syariah Islam. Ekonomi

Islam berorientasi pada tujuan (goal oriented) prinsip-prinsip yang

mengarahkan pengorganisasian kegiatan-kegiatan ekonomi pada tingkat

individu dan kolektif bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan menyeluruh

dalam tata sosial Islam.1 Ekonomi Islam lebih mengutamakan

kesejahteraan masyarakat dibandingkan mencari keuntungan.

Perbankan sebagai lembaga keuangan merupakan faktor penggerak

perekonomian masyarakat. Hal tersebut dikarenakan perbankan memiliki

peran dalam mendorong peningkatan dan pertumbuhan ekonomi melalui

peningkatan kinerja perbankan sebagai lembaga keuangan yang bertugas

dalam pembangunan perekonomian suatu negara.2 Bentuk peran

perbankan tersebut salah satunya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi

suatu masyarakat dengan cara menghimpun dana yang berasal dari

1 Eko Suprayitno, Ekonomi Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), 18. 2 Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2011), 3.

Page 8: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

2

masyarakat yang sedang kelebihan dana, dan menyalurkan dana kepada

masyarakat yang membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhannya.3

Perbankan syariah di Indonesia telah tumbuh pesat mulai tahun

2006 menunjukkan tren pertumbuhan yang terus meningkat. Dalam

delapan tahun terakhir aset tumbuh rata-rata sebesar 37,6% per tahun.

Pertumbuhan aset yang pesat tersebut diiringi dengan pertumbuhan Dana

Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan yang pesat pula dengan rata-rata

sebesar 37,2% dan 37,8% dalam tujuh tahun terakhir. Pada akhir 2012 aset

perbankan syariah Indonesia tumbuh 34,1% sehingga mencapai Rp 195,01

trilliun, DPK tumbuh 27,8% sehingga mencapai Rp 147,5 trilliun, dan

pembiayaan tumbuh 43,7% sehingga mencapai Rp 147,5 trilliun. Pesatnya

pertumbuhan perbankan di Indonesia tersebut jauh melebihi rata-rata

pertumbuhan keuangan syariah global yang rata-rata tumbuh 15%-20%

per tahun.4

Meskipun tumbuh pesat, ukuran perbankan syariah Indonesia

masih terbilang kecil dalam sistem perbankan Indonesia. Besar

keseluruhan perbankan syariah pada tahun 2013 yang mencapai Rp 227,7

trilliun sedikit lebih besar dari bank terbesar kelima, CIMB Niaga yang

memiliki aset mencapai Rp 211,0 trilliun.5

Bank syariah adalah lembaga investasi dan perbankan yang

beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Sumber dana yang

3 Ismail, 3. 4 Iskandar Simorangkir, Pengantar Kebanksentralan: Teori Dan Praktik Di Indonesia

(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 377. 5 Simorangkir, 378.

Page 9: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

3

didapatkan harus sesuai dengan syariah, alokasi investasi yang dilakukan

bertujuan untuk menumbuhkan ekonomi dan sosial masyarakat, dan jasa-

jasa perbankan yang dilakukan harus sesuai dengan nilai-nilai syariah.6

Bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya.

Dalam sistem operasional bank syariah, pembayaran dan penarikan bunga

dilarang dalam semua bentuk transaksi. Bank syariah tidak mengenal

sistem bunga, baik bunga yang diperoleh dari nasabah yang meminjam

uang atau bunga yang dibayar kepada penyimpan dana di bank syariah.7

Definisi tersebut menjelaskan bahwa perbankan syariah tidak hanya

semata-mata mencari keuntungan dalam operasionalnya, tetapi terdapat

nilai-nilai sosial kemasyarakatan dan spiritualisme yang ingin dicapai.8

Bank syariah menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS),

Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS).9

Bank umum syariah (BUS) adalah bank yang dalam aktivitasnya

melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip syariah dan

melaksanakan kegiatan lalu lintas pembayaran. Bank umum syariah

disebut juga dengan full branch, karena tidak di bawah koordinasi bank

konvensional, sehingga aktivitasnya terpisah dengan konvensional. Bank

umum syariah dapat dimiliki oleh bank konvensional, akan tetapi aktivitas

6 Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global (Jakarta: Zikrul

Hakim, 2007), 143. 7 Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 31–32. 8 Marthon, Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global, 144. 9 Ismail, Perbankan Syariah, 33.

Page 10: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

4

serta pelaporannya terpisah dengan induk banknya.10 Beberapa bank

umum syariah antara lain Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah

Mandiri, Bank Syariah Mega, Bank Syariah Bukopin, Bank BCA Syariah,

Bank BRI Syariah, Bank BNI Syariah, Bank Aceh, Bank BJB Syariah,

Maybank Syariah, Panin Dubai Syariah Bank, Bank Victoria Syariah,

Bank BPD NTB Syariah, dan BTPN Syariah.11

Bank Umum Syariah saat ini mengalami kemajuan yang sangat

signifikan. Kemajuan tersebut ditandai dengan perkembangan aset Bank

Umum Syariah yang ditunjukkan oleh Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Perkembangan Aset Bank Umum Syariah

Tahun Aset Bank Umum Syariah (dalam Miliar Rupiah)

2014 204.961

2015 213.423

2016 254.184

2017 288.027

2018 316.691

Sumber: Statistika Perbankan Syariah, diolah 2020

Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa aset Bank Umum Syariah

mengalami perkembangan setiap tahunnya. Perkembangan tersebut bukan

tidak mungkin dikarenakan tujuan dari perbankan syariah sendiri yang

selain memperoleh keuntungan maksimal juga mempertimbangkan

kesejahteraan bagi masyarakat luas.

10 Ismail, 51. 11 Ismail, 33.

Page 11: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

5

Bank syariah yang terdiri dari BUS, UUS, dan BPRS pada

dasarnya melakukan kegiatan usaha yang sama dengan bank konvensional,

yaitu penghimpunan, penyaluran dana masyarakat serta penyediaan jasa

keuangan lainnya. Perbankan syariah dalam menjalankan kegiatan

usahanya juga mengalami kendala. Kendala yang dialami perbankan

syariah salah satunya dikarenakan perbankan syariah hadir di tengah-

tengah perkembangan dan praktik-praktik perbankan konvensional yang

sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat secara luas. Kendala yang

dihadapi perbankan syariah tidak lepas dari belum tersedianya sumber

daya manusia secara memadai dan peraturan perundang-undangan.12

Keberhasilan suatu bank dapat dilihat dari seberapa besar dana

pihak ketiga yang dihimpun oleh bank tersebut. Dana Pihak Ketiga atau

DPK merupakan salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan.

Umumnya dana dari masyarakat memegang peran yang sangat besar

dalam menopang usaha bank.13 Modal merupakan faktor yang penting

bagi bank dalam rangka membangun dan menampung risiko kerugian.

Pengalokasian DPK mempunyai beberapa tujuan diantaranya

mendapatkan profitabilitas yang diharapkan, serta menjaga kepercayaan

masyarakat dengan menjaga tingkat resiko likuiditas bank tetap aman.

Penurunan DPK sangat mempengaruhi kinerja bank dalam hal pemberian

pembiayaan. Dengan demikian, perkembangan suatu bank sangat

12 Muhammad Sholahuddin, Lembaga Keuangan Dan Ekonomi Islam (Yogyakarta:

Ombak, 2014), 91. 13 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 217.

Page 12: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

6

dipengaruhi oleh kemampuan bank tersebut untuk menghimpun dana dari

masyarakat.14

Produk penghimpunan dana (funding) yang ada dalam sistem

perbankan syariah terdiri dari giro wadi’ah, giro mudharabah, tabungan

wadi’ah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah.15 Simpanan

giro (demand deposit) adalah simpanan pada bank yang penarikannya

dapat dilakukan setiap saat, artinya uang yang disimpan direkening giro

dapat diambil setiap waktu setelah memenuhi berbagai persyaratan yang

ditetapkan, misalnya pada jam kantor kas buka, keabsahan dan

kesempurnaan cek serta saldonya masih tersedia.16

Tabungan (saving deposit) dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan

menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan

cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.17

Penarikan dapat dilakukan dengan datang langsung membawa buku

tabungan, slip penarikan atau melalui sarana Authomated Teller

Machine/Anjungan Tunai Mandiri (ATM).18

Deposito (time deposit) adalah simpanan yang penarikannya hanya

dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah

14 Frianto Pandia, Manajemen Dana Dan Kesehatan Bank (Jakarta: Rineka Cipta, 2012),

31. 15 Khotibul Umam, Perbankan Syariah: Dasar-Dasar Dan Dinamika Perkembangannya

Di Indonesia, 1st ed. (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 79. 16 Umam, 80. 17 Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. 18 Umam, Perbankan Syariah: Dasar-Dasar Dan Dinamika Perkembangannya Di

Indonesia, 80.

Page 13: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

7

penyimpan dengan bank.19 Jangka waktu penarikan biasanya berkisar

antara satu bulan, tiga bulan, enam bulan dan seterusnya. Dengan kata lain

penarikannya dapat dilakukan setelah tanggal jatuh tempo.20

Data pada tahun 2000 hingga 2007 menunjukkan bahwa jenis

simpanan yang paling digemari oleh para penyimpan di Bank Syariah

adalah deposito mudharabah yaitu 46%, kemudian diikuti oleh tabungan

mudharabah 33% dan giro wadi’ah 21%. Hal itu menunjukkan bahwa

masyarakat memiliki kecenderungan menyimpan uang untuk mendapatkan

return yang lebih tinggi, walaupun mereka masih menempatkan dalam

jangka waktu relatif pendek, mudah diperpanjang dan dicairkan.21

Hasil perhitungan rata-rata laju penghimpunan dana pihak ketiga

Bank Umum Syariah di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai

berikut:

Tabel 1.2

Rata-Rata Laju Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Bank Umum

Syariah di Indonesia

No. Nama Bank

Rata-Rata Laju Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Bank Umum

Syariah Indonesia (%)

2012-

2013

2013-

2014

2014-

2015

2015-

2016

2016-

2017

2017-

2018 Rata-Rata

1 Bank BNI

Syariah 27,65 42,23 18,94 25,41 21,24 20,82 26,05

2 Bank BRI

Syariah 15,45 21,15 17,57 17,02 14,71 9,43 15,89

3 Bank Syariah

Mandiri 19,09 5,95 3,83 12,62 11,37 12,28 10,86

19 Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. 20 Umam, Perbankan Syariah: Dasar-Dasar Dan Dinamika Perkembangannya Di

Indonesia, 80. 21 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, 1st ed. (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 160.

Page 14: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

8

No. Nama Bank

Rata-Rata Laju Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Bank Umum

Syariah Indonesia (%)

2012-

2013

2013-

2014

2014-

2015

2015-

2016

2016-

2017

2017-

2018 Rata-Rata

4 Bank Aceh 10,09 2,39 17,64 1,96 28,21 -0,59 9,95

5 Bank BCA

Syariah 34,94 37,35 39,16 18,03 23,27 16,26 28,17

6 Bank Mega

Syariah 8,82 -23,98 -25,95 14,19 2,61 12,15 -2,03

7

Bank

Muamalat

Indonesia

19,73 22,53 -11,97 -7,01 16,14 -6,26 5,53

8 Bank Syariah

Bukopin 14,77 22,10 19,05 14,44 1,01 -17,35 9,00

9 Panin Dubai

Syariah Bank 134,67 76,86 16,78 16,38 9,07 -8,23 40,92

10

Bank

Victoria

Syariah

57,28 11,42 -0,27 6,73 25,48 -1,39 16,54

11 Bank BPD

NTB Syariah 11,36 29,81 11,30 14,25 38,00 -32,19 12,09

12 Bank BJB

Syariah - - -1,46 13,86 6,25 -21,40 -0,69

13 Bank BTPN

Syariah - 121,97 40,69 41,42 21,49 16,28 48,37

14 Maybank

Syariah 36,07 6,76 -9,97 -23,86 -21,4 - -2,48

Sumber: Statistik Perbankan Syariah, diolah 2020

Berdasarkan Tabel 1.2 yang menunjukkan rata-rata laju

penghimpunan dana pihak ketiga Bank Umum Syariah Indonesia tahun

2012 hingga 2018 diketahui bahwa terdapat tiga bank yang data dari dana

pihak ketiga tidak ditemukan di laporan keuangan tahunan dari masing-

masing bank. Sementara dari 11 Bank Umum Syariah Indonesia yang

memiliki data dana pihak ketiga tahun 2012 hingga 2018, terdapat tiga

bank yang memiliki rata-rata laju penghimpunan dana pihak ketiga

terrendah, yaitu Bank Mega Syariah dengan rata-rata laju penghimpunan

dana pihak ketiga sebesar -2,03%, Bank Muamalat Indonesia dengan rata-

rata laju penghimpunan dana pihak ketiga sebesar 5,53%, dan Bank

Syariah Bukopin dengan rata-rata laju penghimpunan dana pihak ketiga

Page 15: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

9

sebesar 9,00%. Dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh ketiga

Bank tersebut mulai tahun 2012 hingga 2018 ditunjukkan oleh Tabel 1.3

sebagai berikut:

Tabel 1.3

Rata-Rata Jumlah Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

Nama Bank

Jumlah Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (dalam Miliar Rupiah)

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Rata-

Rata

Bank Mega

Syariah 7109 7736 5881 4355 4973 5103 5723 5840,00

Bank

Muamalat

Indonesia

34904 41790 51206 45078 41920 48686 45636 44174,29

Bank Syariah

Bukopin 2851 3272 3995 4756 5443 5498 4544 4337,00

Sumber: Laporan Tahunan Bank Umum Syariah, diolah 2020

Berdasarkan Tabel 1.3 dapat diketahui dari ketiga Bank Umum

Syariah di atas, ternyata Bank Syariah Bukopin memiliki rata-rata

penghimpunan dana pihak ketiga yang lebih rendah dibandingkan dengan

Bank Mega Syariah dan Bank Muamalat Indonesia. Selain itu, laju

penghimpunan DPK pada tahun 2017 hingga 2018 mengalami penurunan

sebesar 17,35% membuat Bank Syariah Bukopin perlu menerapkan

langkah agar penurunan yang besar tidak terjadi dikemudian hari.

Berdasarkan paparan data tersebut selanjutnya Bank Syariah Bukopin

menjadi fokus dalam penelitian ini.

Bank Syariah Bukopin merupakan Bank Umum Syariah yang

beroperasi dengan prinsip syariah. Bank Syariah Bukopin secara resmi

mulai efektif beroperasi pada tanggal 9 Desember 2008. Berdasarkan

laporan keuangan tahunan Bank Syariah Bukopin perkembangan dana

Page 16: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

10

pihak ketiga yang berhasil dihimpun terus menunjukkan perkembangan

namun di tahun 2018 mengalami penurunan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik perkembangan

jumlah dana pihak ketiga Bank Syariah Bukopin periode 2012 hingga

2018:

2,800,000

3,200,000

3,600,000

4,000,000

4,400,000

4,800,000

5,200,000

5,600,000

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Dana Pihak Ketiga

Sumber: Laporan Tahunan Bank Syariah Bukopin, diolah 2020

Gambar 1.1

Perkembangan Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank Syariah Bukopin

Periode 2012-2018 (dalam Jutaan Rupiah)

Berdasarkan Gambar 1.1 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah

dana pihak ketiga dari tahun 2012 terus mengalami peningkatan namun di

tahun 2018 mengalami penurunan. Menurut Veithzal Rivai dan Arviyan

Arifin, usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang terdiri dari faktor ekstern dan faktor intern.

Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar bank yang terdiri

Page 17: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

11

dari kondisi perekonomian, kegiatan dan kondisi pemerintah, kondisi atau

perkembangan pasar uang dan pasar modal, kebijakan pemerintah, dan

peraturan Bank Indonesia. Sedangkan faktor intern merupakan faktor yang

berasal dari dalam bank, yang meliputi produk bank, kebijakan bagi hasil,

kualitas layanan, suasana kantor bank, lokasi kantor, dan reputasi bank.22

Faktor ekstern yang dapat mempengaruhi penghimpunan dana

adalah kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian suatu negara yang

mengalami kemajuan berdampak positif bagi dunia usaha dan pendapatan

masyarakat akan tumbuh sehingga akan meningkatkan minat masyarakat

atau perusahaan untuk menabung dan dampaknya tabungan masyarakat

akan meningkat. Sebaliknya jika kondisi perekonomian menurun, akan

berdampak pada perkembangan dunia usaha yang akan lesu, tingkat

pendapatan masyarakat tidak bertambah atau bahkan menurun. Hal

tersebut dapat berdampak pada minat masyarakat atau perusahaan untuk

menyimpan uang akan menurun, sehingga berakibat penghimpunan dana

bank cenderung akan menurun.23

Inflasi atau kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus menerus

merupakan kondisi perekonomian suatu negara yang tidak baik. Inflasi

memiliki hubungan yang negatif terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Menurut M. Umer Chapra, inflasi mengandung implikasi bahwa uang

tidak berfungsi sebagai satuan hitungan yang adil dan benar. Hal itu

22 Veithzal Rivai and Arviyan Arifin, Islamic Banking (Jakarta: PT Bumi Askara, 2010),

572. 23 Rivai and Arifin, 573.

Page 18: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

12

menyebabkan uang menjadi standar pembayaran tertunda yang tidak adil

dan suatu alat penyimpanan nilai yang tidak dapat dipercaya. Inflasi

menyebabkan orang berlaku tidak adil terhadap orang lain, meskipun

disadarinya, dengan merosotnya daya beli aset-aset moneter secara tidak

diketahui. Hal itu merusak efisiensi sistem moneter dan menimbulkan

ongkos kesejahteraan pada masyarakat. Hal itu meningkatkan konsumsi

dan mengurangi tabungan.24

Menurut Nurul Huda, dkk. inflasi telah menimbulkan beberapa

dampak buruk kepada individu dan masyarakat, para penabung,

kreditur/debitur dan produsen, ataupun pada kegiatan perekonomian secara

keseluruhan. Dampak inflasi bagi para penabung ini menyebabkan orang

enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun.

Tabungan memang menghasilkan bunga, tetapi jika tingkat inflasi di atas

bunga, tetap saja nilai mata uang akan menurun. Jika orang sudah enggan

menabung, maka dunia usaha dan investasi akan sulit untuk berkembang,

karena berkembangnya dunia usaha membutuhkan dana dari masyarakat

yang disimpan di bank.25

Variabel kondisi perekonomian selanjutnya adalah kurs atau nilai

tukar. Nilai tukar memiliki hubungan yang negatif dengan jumlah dana

pihak ketiga. Menurut Veithzal Rivai, dkk. nilai tukar uang di dunia

perekonomian makro suatu negara juga menjadi acuan pertumbuhan

24 M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 5. 25 Nurul Huda et al., Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2008), 180–81.

Page 19: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

13

ekonominya, semakin kuat nilai tukar uang negara bisa dikategorikan

semakin sehat juga perekonomiannya. Dengan demikian akan berdampak

pada simpanan masyarakat pada bank umum ataupun bank syariah yang

juga akan meningkat.26

Pengolahan nilai tukar yang realistis dan perubahan yang cukup

rendah dapat memberikan kepastian dunia usaha sebagaimana yang terjadi

pada beberapa waktu terakhir merupakan suatu hal yang penting dalam

peningkatan investasi maupun kegiatan yang berorientasi pada ekspor.

Keadaan tersebut pada gilirannya akan mendorong meningkatnya

permintaan kredit untuk usaha yang produktif sehingga dapat mendorong

perkembangan perbankan yang sehat.27

Nilai tukar uang yang melemah akan mengakibatkan barang-

barang yang diimpor dari luar negeri menjadi lebih mahal sehingga

industri-industri yang harus mengimpor barang input yang dibutuhkan

dalam proses produksinya dari luar negeri harus membeli lebih mahal,

yang lebih lanjut akan membuat harga produksinya menjadi lebih mahal.28

Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi penghimpunan dana

perbankan adalah kebijakan pemerintah serta peraturan Bank Indonesia.29

Salah satu kebijakan BI tersebut yaitu mengenai bunga acuan BI atau BI

26 Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, and Arifiandy Permata Veithzal, Credit

Management Handbook: Teori, Konsep, Prosedur, Dan Aplikasi: Panduan Praktis Mahasiswa,

Bankir, Dan Nasabah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 34. 27 Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2008), 55. 28 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, 3rd ed. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),

172. 29 Rivai and Arifin, Islamic Banking, 573.

Page 20: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

14

Rate. Tingkat suku bunga yang berlaku di dunia usaha maupun tingkat

suku bunga perbankan konvensional mengacu pada tingkat suku bunga BI

atau BI Rate.30

Menurut Muhamad, kebijakan otoritas moneter menaikkan

instrumen moneter seperti tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia

mengakibatkan bank konvensional juga menaikkan tingkat suku bunganya

sehingga deposan yang memiliki mind-set rasional akan menarik dananya

dari bank syariah dan memindahkannya ke bank konvensional. Bank

konvensional lebih memiliki fleksibilitas dalam menyesuaikan returnnya

(suku bunganya) dibandingkan dengan bank syariah. Tidak bisa dipungkiri

bahwa persaingan di dalam menarik dana masyarakat tidak hanya datang

dari bank sejenis (syariah) tetapi juga datang dari bank konvensional,

terutama persaingan di dalam memperebutkan segmen deposan rasional.31

Sedangkan margin bagi hasil dana pihak ketiga perbankan syariah

tidak demikian karena didasarkan pada penyaluran pembiayaan bagi

masyarakat dalam hal ini khususnya pada produk simpanan mudharabah.

Akibatnya, ketika seluruh bank konvensional menaikkan suku bunganya

karena kenaikan BI Rate nasabah lebih memilih menempatkan dana

mereka di bank konvensional, hal ini karena bagi hasil bank syariah tidak

dapat mengimbangi.

30 Ismail, Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2010), 134. 31 Manajemen Dana Bank Syariah, 2015, 161–62.

Page 21: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

15

Berdasarkan laporan keuangan bulanan yang diperoleh dari Bank

Syariah Bukopin periode 2016 hingga 2019, jumlah dana pihak ketiga

menunjukkan keadaan yang tidak stabil. Secara rinci dapat dilihat pada

Gambar 1.2 sebagai berikut:

4,200,000

4,400,000

4,600,000

4,800,000

5,000,000

5,200,000

5,400,000

5,600,000

5,800,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2016 2017 2018 2019

Dana Pihak Ketiga

Sumber: Laporan Bulanan Bank Syariah Bukopin, diolah 2020

Gambar 1.2

Perkembangan Jumlah Dana Pihak Ketiga Perbulan Bank Syariah

Bukopin Periode 2016-2019 (dalam Jutaan Rupiah)

Berdasarkan Gambar 1.2 diketahui bahwa jumlah dana pihak

ketiga bulanan tidak stabil. Bahkan di tahun 2017 hingga 2019 jumlah

dana pihak ketiga cenderung menurun. Selanjutnya laju inflasi pada

periode tersebut juga tidak stabil. Berdasarkan teori, inflasi berpengaruh

negatif terhadap jumlah dana pihak ketiga, di mana ketika tingkat inflasi

mengalami kenaikan maka diikuti oleh penurunan jumlah dana pihak

Page 22: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

16

ketiga. Namun berdasarkan data inflasi bulanan yang diperoleh, pada

bulan Agustus 2016 hingga Juni 2017 tingkat inflasi mengalami tren

meningkat dari 2,79% ke 4,37% justru diikuti peningkatan jumlah dana

pihak ketiga dari 5.249.606 juta rupiah ke 5.634.192 juta rupiah,

sedangkan pada bulan Juli 2017 hingga Februari 2019 tingkat inflasi

mengalami tren menurun dari 3,88% ke 2,57% justru diikuti penurunan

jumlah dana pihak ketiga dari 5.573.275 juta rupiah ke 4.875.530 juta

rupiah. Hal tersebut tidak sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh M.

Umer Chapra dan juga teori dari Nurul Huda, dkk.

Nilai tukar atau kurs Rupiah terhadap Dollar AS pada periode

penelitian juga tidak stabil. Berdasarkan teori, kurs berpengaruh negatif

terhadap jumlah dana pihak ketiga, di mana ketika nilai kurs menurun atau

menguat maka diikuti pula oleh kenaikan jumlah dana pihak ketiga. Data

bulanan kurs Rupiah terhadap Dollar AS yang diperoleh mulai tahun 2016

hingga 2019 menunjukkan bahwa pada bulan Oktober 2018 ke bulan Juli

2019 mengalami penurunan atau menguat dari Rp 15.178,87 ke Rp

14.043,91 justru diikuti penurunan jumlah dana pihak ketiga dari

4.671.689 juta rupiah ke 4.322.632 juta rupiah. Hal tersebut tidak sejalan

dengan teori yang dinyatakan oleh Veithzal Rivai, dkk.

Sementara untuk tingkat suku bunga SBI pada periode penelitian

juga tidak stabil. Berdasarkan teori tingkat suku bunga SBI berpengaruh

negatif terhadap jumlah dana pihak ketiga bank syariah, di mana ketika

tingkat suku bunga SBI mengalami kenaikan maka diikuti pula oleh

Page 23: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

17

penurunan jumlah dana pihak ketiga. Data bualan tingkat suku bunga SBI

yang diperoleh mulai tahun 2016 hingga 2019 menunjukkan bahwa pada

bulan Agustus 2018 ke Maret 2019 mengalami kenaikan dari 5,5% ke 6%,

justru diikuti oleh kenaikan jumlah dana pihak ketiga dari 4.632.697 juta

rupiah ke 5.050.679 juta rupiah, sedangkan pada bulan Maret 2019 hingga

Juli 2019 tingkat suku mengalami tren menurun dari 6% ke 5,75% justru

diikuti penurunan jumlah dana pihak ketiga dari 5.050.679 juta rupiah ke

4.322.632 juta rupiah. Hal tersebut bertentangan dengan teori yang

dinyatakan oleh Muhamad.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sutono dan Batista

Sufa Kefi (2014), yang berjudul “Pengaruh Faktor Makro Ekonomi

Terhadap Penghimpunan Dana pada Bank Umum di Indonesia”

menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif namun tidak signifikan

terhadap DPK, kurs berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap

DPK, Suku Bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPK.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Bellinda Fatriada Indah (2017),

yang berjudul “Tingkat Bagi Hasil, Inflasi, dan Kurs Dollar Terhadap

Dana Pihak Ketiga (Studi pada Bank Muamalat Indonesia(BMI) Tahun

2011-2015)” menunjukkan bahwa secara bersama-sama (uji F) tingkat

bagi hasil, inflasi, dan kurs dollar berpengaruh terhadap dana pihak ketiga

sedangkan dari hasil uji t tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap dana

pihak ketiga, inflasi berpengaruh terhadap dana pihak ketiga, dan kurs

dollar tidak berpengaruh terhadap dana pihak ketiga.

Page 24: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

18

Berdasarkan permasalahan di atas dan penelitian terdahulu, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh

Inflasi, Kurs, dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Dana Pihak

Ketiga Bank Syariah Bukopin Periode 2016-2019”, diharapkan untuk

mengetahui besarnya pengaruh inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI

terhadap jumlah dana pihak ketiga Bank Syariah Bukopin.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

1. Apakah inflasi berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga dalam

jangka pendek dan jangka panjang?

2. Apakah kurs berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga dalam

jangka pendek dan jangka panjang?

3. Apakah tingkat suku bunga SBI berpengaruh terhadap jumlah dana

pihak ketiga dalam jangka pendek dan jangka panjang?

4. Apakah inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI secara simultan

berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga dalam jangka pendek

dan jangka panjang?

Page 25: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

19

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian pada

penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh inflasi terhadap jumlah

dana pihak ketiga dalam jangka pendek dan jangka panjang.

2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh kurs terhadap jumlah

dana pihak ketiga dalam jangka pendek dan jangka panjang.

3. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh tingkat suku bunga SBI

terhadap jumlah dana pihak ketiga dalam jangka pendek dan jangka

panjang.

4. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh inflasi, kurs, dan tingkat

suku bunga SBI secara simultan terhadap jumlah dana pihak ketiga

dalam jangka pendek dan jangka panjang.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, manfaat penelitian pada penelitian ini

adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,

mempertajam dan mengembangkan ilmu perbankan syariah, serta

sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

Page 26: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

20

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Bank Syariah Bukopin, hasil dari penelitian dapat dijadikan

referensi untuk memahami lebih dalam tentang pengaruh inflasi,

kurs, dan tingkat suku bunga SBI terhadap jumlah dana pihak

ketiga serta diharapkan dapat berguna dalam pengambilan

keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk

merencanakan strategi baru maupun meningkatkan kinerja dari

bank syariah.

b. Bagi Bank Indonesia, diharapkan dapat berguna dalam menentukan

kebijakan yang akan diambil baik di bidang perekonomian dan

perbankan, sehingga dapat memberikan kemaslahatan bersama.

E. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan kemudahan dalam pemahaman terhadap

penulisan skripsi ini peneliti menyajikan dalam bentuk beberapa bab.

Sistematika pembahasan skripsi ini akan disusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai judul, latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

pembahasan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisi tentang deskripsi teori, yaitu Dana Pihak

Ketiga, Inflasi, Kurs, dan Tingkat Suku Bunga SBI, studi penelitian

Page 27: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

21

terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis. Bab ini berfungsi sebagai

penjelas teori-teori yang akan diuji.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini membahas tentang rancangan penelitian, variabel

penelitian dan definisi operasional, populasi dan sampel, jenis dan sumber

data, metode pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data.

Bab ini berfungsi sebagai penjelas tentang prosedur penelitian, mulai dari

pengumpulan data sampai analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan hasil pengujian deskripsi, hipotesis

menggunakan E-Views 10 dan pembahasan. Bab ini berfungsi sebagai

penguji teori dengan data yang diambil sekaligus pembuktian atas teori-

teori yang telah dipaparkan.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil analisis data

yang berkaitan dengan penelitian. Bab ini berfungsi untuk mengetahui

hasil pembuktian dari teori.

Page 28: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

22

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Dana Pihak Ketiga

a. Pengertian Dana Pihak Ketiga

Dana pihak ketiga atau yang lebih dikenal dengan dana

masyarakat, merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang

berasal dari masyarakat dalam arti luas, meliputi masyarakat

individu, maupun badan usaha. Bank menawarkan produk

simpanan kepada masyarakat dalam menghimpun dananya.1

Produk penghimpunan dana (funding) yang ada dalam

sistem perbankan syariah terdiri dari giro yakni giro wadi’ah dan

giro mudharabah, tabungan yakni tabungan wadi’ah dan tabungan

mudharabah, dan deposito mudharabah.2 Simpanan giro (demand

deposit) adalah simpanan pada bank yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat, artinya adalah bahwa uang yang disimpan

direkening giro dapat diambil setiap waktu setelah memenuhi

berbagai persyaratan yang ditetapkan, misalnya pada jam kantor

1 Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi, 1st ed. (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2010), 43. 2 Khotibul Umam, Perbankan Syariah: Dasar-Dasar dan Dinamika Perkembangannya di

Indonesia, 1st ed. (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 79.

Page 29: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

23

kas buka, keabsahan dan kesempurnaan cek serta saldonya masih

tersedia.3

b. Jenis-Jenis Dana Pihak Ketiga

1) Giro Wadi’ah

a) Pengertian Giro Wadi’ah

Giro wadi’ah adalah titipan pihak ketiga pada bank

syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat

dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah

pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

Nasabah yang memiliki simpanan giro wadi’ah akan

memperoleh nomor rekening dan disebut juga sebagai

pemegang rekening giro wadi’ah. Pemegang rekening giro,

dalam hal sedang membutuhkan dana tunai atau bila ingin

memindahkan dananya ke rekening lain, maka transaksi

penarikan atau pemindahbukuan dapat dilakukan dengan

menggunakan cek atau bilyet giro.

Pemegang rekening giro wadi’ah dapat mencairkan

dananya berkali-kali dalam sehari dengan catatan dana

yang tersedia masih mencukupi dan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Simpanan giro wadi’ah merupakan

jenis produk yang dibutuhkan oleh masyarakat luas

3 Umam, 80.

Page 30: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

24

terutama masyarakat pengusaha baik pengusaha perorangan

maupun badan usaha.4

b) Sarana Penarikan Giro Wadi’ah

Sarana penarikan giro wadi’ah yang terdapat di

bank syariah pada umumnya terdiri dari cek dan bilyet giro.

(1) Cek (Cheque)

Salah satu sarana penarikan rekening giro

wadi’ah yaitu dengan menggunakan cek. Penarikan

menggunakan cek artinya penarikan dana secara tunai,

oleh karena itu cek juga berfungsi sebagai alat

pembayaran. Cek merupakan surat perintah pembayaran

yang diberikan oleh nasabah kepada bank penerbit

rekening giro.5

(2) Biyet Giro

Sarana penarikan rekening giro wadi’ah selain

cek yaitu berupa bilyet giro. Bilyet giro digunakan oleh

pemilik rekening giro apabila akan melakukan

penarikan secara nontunai atau pemindahbukuan.6

2) Giro Mudharabah

Giro mudharabah adalah giro yang operasionalnya

berdasarkan akad mudharabah. Berbeda dengan giro wadi’ah

4 Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 65–66. 5 Ismail, 68. 6 Ismail, 72.

Page 31: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

25

yang bersifat titipan, giro mudharabah bersifat investasi.7

Berdasarkan pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 21

Tahun 1998, fitur dan mekanisme giro mudharabah adalah

bentuk simpanan yang bersifat investasi yang penarikannya

dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan

menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran

lainnya, atau dengan pemindahbukuan, dengan pembagian hasil

usaha antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana

atau bank syariah (mudharib) berdasarkan nisbah yang telah

disepakati sebelumnya. 8

Giro yang berdasarkan prinsip mudharabah, nasabah

bertindak selaku pemilik dana (shahibul maal), sedangkan bank

syariah bertindak selaku pengelola dana (mudharib). Sebagai

mudharib, bank syariah dapat melakukan pengelolaan dana

yang memungkinkan tercapainya suatu laba tertentu dengan

tingkat keleluasaan yang tinggi selama tidak memasuki wilayah

yang dilarang oleh syariah. Dananya harus dinyatakan secara

jelas sebagai modal dalam bentuk tunai yang dihadirkan dan

bukan piutang. Porsi keuntungan berdasarkan bagi hasil

dinyatakan tegas dan dalam bentuk rasio persentase dalam akad

giro mudharabah. Biaya operasional giro mudharabah menjadi

7 Rachmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia: Implementasi

dan Aspek Hukum (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2009), 143. 8 Usman, 145.

Page 32: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

26

tanggung jawab sepenuhnya bank syariah yang bersangkutan

dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi

haknya. Pengertian biaya operasional di sini adalah biaya

pengoperasian dan pengelolaan dana sesudah dana tersebut

menjadi modal pembiayaan.9

3) Tabungan Wadi’ah

a) Pengertian Tabungan Wadi’ah

Tabungan (saving deposit) merupakan jenis

simpanan yang sangat populer di lapisan masyarakat

Indonesia mulai dari masyarakat kota hingga masyarakat di

pedesaan. Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10

1998, tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya

dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati,

tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau

alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan

wadi’ah merupakan jenis simpanan yang menggunakan

akad wadi’ah atau titipan yang penarikannya dapat

dilakukan sesuai perjanjian.10

b) Sarana Penarikan Tabungan Wadi’ah

(1) Buku Tabungan

Buku tabungan ini merupakan salah satu bukti

bahwa nasabah tersebut adalah nasabah penabung di

9 Usman, 145. 10 Ismail, Perbankan Syariah, 74.

Page 33: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

27

bank syariah.11 Setiap nasabah tabungan akan diberikan

buku tabungan yaitu buku yang menggambarkan mutasi

setoran, penarikan, dan saldo atas setiap transaksi yang

terjadi.

(2) Slip Penarikan

Slip penarikan merupakan formulir yang

disediakan oleh bank syariah untuk kepentingan

nasabah yang ingin melakukan penarikan tabungan

melalui kantor bank syariah yang menerbitkan

tabungan.12

(3) ATM

Sarana lain yang dapat digunakan untuk

rekening tabungan adalah ATM. ATM dalam

perkembangan dunia modern ini merukapan sarana

yang perlu diberikan oleh setiap bank syariah untuk

dapat bersaing dalam menawarkan produk tabungan.13

(4) Sarana Lainnya

Sarana lain yang diberikan oleh bank syariah

ialah adalah formulir transfer.14 Formulir transfer

merupakan sarana pemindahanbukuan yang disediakan

untuk nasabah dalam melakukan transfer baik ke bank

11 Ismail, 75. 12 Ismail, 75. 13 Ismail, 76. 14 Ismail, 76.

Page 34: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

28

syariah sendiri maupun ke bank syariah lain. Beberapa

bank syariah dapat melayani nasabah yang ingin

menarik atau memindahkan dananya dari rekening

tabungan tanpa harus membawa buku tabungan.

Fasilitas ini diberikan oleh bank syariah kepada nasabah

yang telah dikenal memiliki loyalitas yang tinggi

kepada bank syariah.15

4) Tabungan Mudharabah

a) Pengertian Tabungan Mudharabah

Tabungan mudharabah merupakan produk

penghimpunan dana oleh bank syariah yang menggunakan

akad mudharabah muthlaqah. Bank syariah bertindak

sebagai mudharib dan nasabah sebagai shahibul maal.

Nasabah menyerahkan pengelolaan dana tabungan

mudharabah secara mutlak kepada mudharib (bank

syariah), tidak ada batasan baik dilihat dari jenis investasi,

jangka waktu, maupun sektor usaha, dan tidak boleh

bertentangan dengan prinsip syariah Islam.16

Bank syariah akan membayar bagi hasil kepada

nasabah setiap bulan, sebesar sesuai nisbah yang telah

diperjanjikan pada saat pembukaan rekening tabungan

mudharabah. Bagi hasil yang akan diterima nasabah akan

15 Ismail, 76. 16 Ismail, 89.

Page 35: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

29

selalu berubah pada akhir bulan. Perubahan bagi hasil ini

disebabkan karena adanya fluktuasi dana tabungan nasabah.

Bagi hasil tabungan mudharabah sangat

dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:

(1) Pendapat bank syariah.

(2) Total investasi mudharabah muthlaqah.

(3) Total investasi produk tabungan mudharabah.

(4) Rata-rata saldo tabungan mudharabah.

(5) Nisbah tabungan mudharabah yang ditetapkan sesuai

dengan perjanjian.

(6) Metode perhitungan bagi hasil yang diberlakukan.

(7) Total pembiayaan bank syariah.17

17 Ismail, 89–90.

Page 36: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

30

b) Skema Tabungan Mudharabah

Gambar 2.1

Skema Tabungan Mudharabah

Keterangan:

(1) Nasabah investor menempatkan dananya dalam bentuk

tabungan mudharabah.

(2) Bank syariah akan menyalurkan seluruh dana nasabah

penabung dalam bentuk pembiayaan.

(3) Bank syariah memperoleh pendapatan atas pembiayaan

yang telah disalurkan.18

(4) Bank syariah akan menghitung bagi hasil atas dasar

revenue sharing, yaitu pembagian bagi hasil atas dasar

18 Ismail, 90.

Bank Syariah Nasabah

Saldo rata-rata

tabungan

Pembiayaan

Pendapatan

Saldo Tabungan

Akad Tabungan

Mudharabah

1 2

3

4

5

% Nisbah bagi

hasil

% Nisbah bagi

hasil

6

Page 37: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

31

pendapatan sebelum dikurangi biaya. Jumlahnya

disesuaikan dengan saldo rata-rata tabungan dalam

bulan laporan.

(5) Pada akhir bulan, nasabah penabung akan mendapatkan

bagi hasil dari bank syariah sesuai dengan nisbah yang

telah diperjanjikan.

(6) Pada saat nasabah memerlukan dana, maka dana

nasabah akan dikembalikan sesuai dengan jumlah

penarikannya.19

5) Deposito Mudharabah

a) Pengertian Deposito Mudharabah

Deposito mudharabah merupakan dana investasi

yang ditempatkan oleh nasabah yang tidak bertentangan

dengan prinsip syariah dan penarikannya hanya dapat

dilakukan pada waktu tertentu, sesuai dengan akad

perjanjian yang dilakukan antara bank dan nasabah

investor. Deposito mudharabah diprediksi ketersediaan

dananya karena terdapat jangka waktu dalam

penempatannya. Sifat deposito mudharabah yaitu

penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai jangka

waktunya, sehingga pada umumnya balas jasa yang berupa

19 Ismail, 90–91.

Page 38: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

32

nisbah bagi hasil yang diberikan oleh bank untuk deposito

lebih tinggi dibandingkan tabungan mudharabah.

Deposito menurut Undang-Undang No. 21 Tahun

2008 adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah

atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan

dan bank syariah ataupun UUS (Unit Usaha Syariah).

Deposito merupakan dana yang dapat diambil sesuai

dengan perjanjian berdasarkan jangka waktu yang

disepakati. Penarikan deposito hanya dapat dilakukan pada

waktu tertentu, misalnya deposito diperjanjikan jangka

waktunya satu bulan, maka deposito dapat dicairkan setelah

satu bulan.

Contoh, deposito ditempatkan pada tanggal 20 Juni

2006, dengan jangka waktu penempatannya satu bulan,

maka jatuh temponya adalah tanggal 20 Juli 2006, satu

bulan setelah deposito ditempatkan. Nasabah pemilik

deposito baru dapat mencairkan dananya pada tanggal 20

Juli 2006, yaitu satu bulan setelah penempatan. 20

20 Ismail, 90-92.

Page 39: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

33

Jangka waktu deposito berjangka ini bervariasi

antara lain:

(1) Deposito jangka waktu 1 bulan.

(2) Deposito jangka waktu 3 bulan.

(3) Deposito jangka waktu 6 bulan.

(4) Deposito jangka waktu 12 bulan.

(5) Deposito jangka waktu 24 bulan.

Perbedaan jangka waktu deposito berjangka

merupakan perbedaan masa penyimpanan, juga akan

menimbulkan perbedaan balas jasa berupa besarnya

presentasi nisbah bagi hasil. Pada umumnya, semakin lama

jangka waktu deposito berjangka akan semakin tinggi

presentase nisbah bagi hasil yang diberikan oleh bank

syariah. 21

Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik, atas

nama perorangan maupun atas nama badan hukum. Bukti

kepemilikan deposito berjangka yang diberikan oleh bank

kepada pemegang rekening deposito berjangka berupa

bilyet deposito. Dalam bilyet deposito tertera nama

pemiliknya, nama perorangan maupun nama badan hukum.

Pihak yang dapat mencairkan deposito berjangka hanya

pihak yang namanya tercantum dalam bilyet deposito

21 Ismail, 92.

Page 40: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

34

berjangka. Pemilik deposito berjangka adalah pemegang

hak yang namanya tertera dalam bilyet deposito berjangka.

Deposito berjangka tidak dapat dipindahtangankan atau

diperjualbelikan.22

Bank memberikan imbalan atas penempatan

deposito berjangka berupa bagi hasil yang besarannya

ditentukan pada saat pembukaan sesuai dengan nisbah yang

diperjanjikan. Pembayaran bagi hasil deposito berjangka

dilakukan secara tunai, dipindah bukukan ke rekening lain

yang dimiliki oleh nasabah seperti giro atau tabungan, atau

langsung dikirimkan ke bank lain atau menambah nominal

deposito berjangka.23

22 Ismail, 92. 23 Ismail, 93.

Page 41: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

35

b) Skema Deposito Mudharabah

Gambar 2.2

Skema Deposito Mudharabah

Keterangan:

(1) Nasabah investor menempatkan dananya dalam bentuk

deposito mudharabah.

(2) Bank syariah menyalurkan dana nasabah investor dalam

bentuk pembiayaan.

(3) Bank syariah memperoleh pendapatan atas penempatan

dananya dalam bentuk pembiayaan. 24

24 Ismail, 94.

Bank

Syariah Nasabah

Nominal

Deposito

Pembiayaan

Pendapatan

Nominal Deposito

Akad Deposito

Mudharabah

1

2

3

4

5

% Nisbah

bagi hasil

% Nisbah

bagi hasil

6

Page 42: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

36

(4) Bank syariah akan menghitung bagi hasil atas dasar

revenue sharing, yaitu pembagian bagi hasil atas dasar

pendapatan sebelum dikurangi biaya.

(5) Pada tanggal valuta, yaitu tanggal penempatan deposito,

nasabah akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan

nisbah yang diperjanjikan.

(6) Pada saat jatuh tempo, maka dana nasabah akan

dikembalikan seluruhnya.25

c) Bentuk-Bentuk Mudharabah

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak

pemilik dana, terdapat dua bentuk mudharabah, yaitu: 26

(1) Mudharabah Mutlaqah (Unrestricted Investment

Account/URIA)

Pemilik dana dalam deposito mudharabah

mutlaqah (URIA) tidak memberikan batasan atau

persyaratan tertentu kepada Bank Syariah dalam

mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan

tempat, cara maupun objek investasinya. Dengan kata

lain, Bank Syariah mempunyai hak dan kebebasan

sepenuhnya dalam menginvestasikan dana URIA ini ke

25 Ismail, 94–95. 26 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2006), 304.

Page 43: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

37

berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan

memperoleh keuntungan.27

(2) Mudharabah Muqayyadah (Restricted Investment

Account/RIA)

Pemilik dana dalam deposito mudharabah

muqayyadah (RIA) memberikan batasan atau

persyaratan tertentu kepada Bank Syariah dalam

mengelola investasinya, baik yang ebrkaitan dengan

tempat, cara, maupun objek investasinya. Dengan kata

lain, Bank Syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan

sepenuhnya dalam menginvestasikan dana RIA ini ke

berbagai sektor bisnis yang diperkirakan memperoleh

keuntungan.28

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dana Pihak Ketiga

Menurut Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, usaha bank

dalam menghimpun dana dari masyarakat dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang terdiri dari faktor ekstern dan faktor intern.

Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar bank yang

terdiri dari kondisi perekonomian, kegiatan dan kondisi

pemerintah, kondisi atau perkembangan pasar uang dan pasar

modal, kebijakan pemerintah, dan peraturan Bank Indonesia.

Sedangkan faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam

27 Adiwarman Karim, 305. 28 Adiwarman Karim, 307.

Page 44: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

38

bank, yang meliputi produk bank, kebijakan bagi hasil, kualitas

layanan, suasana kantor bank, lokasi kantor, dan reputasi bank.29

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha bank

syariah dalam menghimpun dana dari masyarakat adalah kondisi

perekonomian suatu negara.30 Kondisi perekonomian suatu negara

yang dimaksud adalah bagaimana perkembangan perekonomian

negara tersebut. Apabila perkembangan perekonomian maju pesat,

berarti dampak positif bagi dunia usaha dan pendapatan

masyarakat akan tumbuh sehingga akan meningkatkan minat

masyarakat atau perusahaan untuk menabung dan dampaknya

tabungan masyarakat akan meningkat. Demikian pula halnya jika

perekonomian menurun, berarti akan berdampak pada

perkembangan dunia usaha yang akan lesu, tingkat pendapatan

masyarakat tidak bertambah dan bahkan menurun, minat

masyarakat atau perusahaan untuk menyimpan uang akan

menurun, yang akan berakibat penghimpunan dana bank cenderung

akan menurun.31

29 Veithzal Rivai and Arviyan Arifin, Islamic Banking (Jakarta: PT Bumi Askara, 2010),

572. 30 Veithzal Rivai and Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan

Aplikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 573.

31 Rivai and Arifin, 573.

Page 45: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

39

2. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk

menaik secara terus menerus.32 Inflasi juga dapat diartikan sebagai

kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena

permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran

barang di pasar.33 Kenaikan dari satu atau dua jenis barang saja dan

tidak menyeret harga barang lain tidak bisa disebut inflasi.

Kenaikan harga-harga secara musiman, misalnya menjelang

lebaran, natal, dan tahun baru hanya sekali saja, serta tidak

memiliki pengaruh lanjutan, tidak bisa disebut inflasi. Kenaikan

harga semacam ini tidak dianggap sebagai suatu penyakit ekonomi

yang memerlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya.34

Inflasi juga didefinisikan sebagai gejala atau keadaan

naiknya tingkat biaya dan harga, yaitu naiknya harga-harga roti,

bensin, mobil, naiknya upah, harga tanah, sewa barang-barang

modal dan lain sebagainya. Jadi inflasi merupakan kenaikan secara

umum barang-barang dan jasa serta faktor-faktor produksi.

Kebalikan inflasi adalah deflasi, di mana harga-harga dan biaya

produksi pada umumnya turun.35

32 Julius R. Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta Selatan: Salemba

Empat, 2011), 22. 33 Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 333. 34 Julius R. Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, 22. 35 Masyhuri Machfudz and Nurhadi Sujoni, Teori Ekonomi Makro (Malang: UIN-Maliki

Press, 2016), 181.

Page 46: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

40

Jika seandainya harga-harga dari sebagian besar barang

diatur oleh pemerintah, maka harga-harga yang disubsidi

pemerintah dan dicatat Biro Pusat Statistik, adalah harga-harga

resmi pemerintah. Tetapi mungkin dalam realita ada

kecenderungan harga untuk terus naik. Keadaaan seperti ini

tercermin dari harga-harga pasar atau harga tidak resmi untuk terus

naik. Celah inflasi (gap inflation) ditutupi atau suppressed inflation

sering juga muncul bila pemerintah terus menerus mensubsidi

harga BBM, bagaimanakah bila harga beras juga mengandung

subsidi. Inflasi yang sesungguhnya akan muncul jika pemerintah

sudah tidak mampu lagi mensubsidi barang-barang penting seperti

disebutkan di atas.36

Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu

tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum. Persamaannya

adalah sebagai berikut:37

Keterangan:

Tingkat harga t = tingkat harga pada tahun t

Tingkat harga t-1 = tingkat harga sebelum tahun t

36 Julius R. Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, 22–23. 37 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, 3rd ed. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),

136.

Rate of Inflation =

Page 47: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

41

b. Indeks Harga

Tingkat atau laju inflasi dapat diketahui dengan

menggunakan indeks harga. Indeks harga adalah ukuran

statistikyang digunakan untuk mengukur tingkat harga pada suatu

periode tertentu. beberapa angka indeks harga di Indonesia disusun

dan disajikan oleh BPS (Biro Pusat Statistik) meliputi Indeks Biaya

Hidup (IBH) mencangkup sandang pangan, perumahan dan umum

keseluruhan meliputi beberapa puluh kota. Ada pula harga indeks

lainnya yaitu indeks harga konsumsi dan perdagangan besar

berdasarkan harga di beberapa kota besar tertentu, dan ada pula

disajikan untuk daerah pedesaan serta daerah perkotaan.38

c. Macam-Macam Inflasi

Terlepas dari berbagai macam inflasi yang ada, yang jelas

inflasi itu kan mengganggu kehidupan masyarakat banyak, karena

harga terus menerus naik sehingga menggoncangkan kehidupan

ekonomi rakyat. Contoh inflasi parah yang dialami Indonesia

adalah sejak tahun 1963 sebesar 178% yang naik menjadi 194%

pada tahun 1965 dan memuncak menjadi 635% pada tahun 1966.

Pada saat itu, muncullah Orde Baru yang berhasil menekan inflasi

menjadi 112% tahun 1967, 85,1% tahun 1968, turun lagi secara

drastic tahun 1969 menjadi 9,8%, dan 8,9% pada tahun 1970. Sejak

saat itu inflasi dapat terus dikendalikan. Hanya saja di akhir Pelita I

38 Machfudz and Sujoni, Teori Ekonomi Makro, 181–82.

Page 48: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

42

tahun 1974, oleh karena investasi yang begitu besar dari Pertamina,

terjadilah permintaan uang yang tinggi yang menyebabkan

terjadinya inflasi sebesar 33,3%. Inflasi yang cukup tinggi terjadi

lagi pada tahun 1979 sebagai akibat dari tindakan devaluasi rupiah

pada tanggal 15 November 1978, yang mengakibatkan inflasi

sebesar 21,8%.39

Jenis inflasi dapat dibedakan berdasarkan pada tingkat laju

inflasi dan berdasarkan pada sumber atau penyebab inflasi.

1) Berdasarkan pada tingkat laju inflasi:

a) Moderat Inflation (laju inflasi antara 7-10%) adalah inflasi

yang ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara

lambat.40

b) Galloping inflation adalah inflasi ganas (tingkat laju inflasi

antara 20-100%) yang dapat menimbulkan gangguan-

gangguan serius terhadap perekonomian dan timbulnya

distorsi-distorsi besar dalam perekonomian. Hal ini ditandai

dengan uang kehilangan nilai dengan cepat, sehingga orang

tidak suka memegang uang atau lebih suka memegang

barang. Kredit jangka panjang didasarkan pada indeks

harga atau atau menggunakan mata uang asing seperti

dolar. Kegiatan investasi masyarakat lebih banyak di luar

negeri.

39 Julius R. Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, 23. 40 Asfia Murni, Ekonomika Makro, Revisi (Bandung: PT Refika Aditama, 2016), 219.

Page 49: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

43

c) Hyper inflation, adalah inflasi yang tingkat laju inflasinya

sangat tinggi (di atas 100%), inflasi ini sangat mematikan

kegiatan perekonomian masyarakat. Kondisi hiper inflasi

dapat dinyatakan sebelum inflasi bila ke pasar bawa uang di

saku dapat digunakan untuk membeli barang sekeranjang,

disaat terjadi hiper inflasi untuk membeli barang sesaku

memerlukan uang sekeranjang.

2) Berdasarkan pada sumber atau penyebab inflasi:

a) Demand full inflation

Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian

sedang berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi

menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan

selanjutnya daya beli sangat tinggi. Daya beli yang tinggi

akan mendorong permintaan melebihi total produk yang

tersedia. Permintaan aggregate meningkat lebih cepat

dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian,

akibatnya timbul inflasi. 41

b) Cost push inflation

Inflasi ini terjadi bila biaya produksi mengalami

kenaikan secara terus-menerus. Kenaikan biaya produksi

dapat berawal dari kenaikan harga input seperti kenaikan

upah minimum, kenaikan bahan baku, kenaikan tariff

41 Asfia Murni, 220.

Page 50: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

44

listrik, kenaikan BBM, dan kenaikan-kenaikan input

lainnya yang mungkin semakin langka dan harus diimpor

dari luar negeri.

c) Imported inflation

Inflasi ini dapat bersumber dari kenaikan harga-

harga barang yang diimpor, terutama barang yang diimpor

tersebut mempunyai peranan penting dalam setiap kegiatan

produksi.42

3) Berdasarkan asas dari inflasi:

a) Domestic Inflation

Domestic inflation adalah inflasi yang berasal dari

dalam negeri. Inflasi yang berasal dari daalam negeri

timbul misalnya dikarenakan defisit anggaran belanja yang

dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal,

dan sebagainya.

b) Imported Inflation

Imported inflation adalah inflasi yang berasal dari

luar negeri. Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah

inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga (inflasi) di

luar negeri atau di negara-negara langganan berdagang

negara kita. Kenaikan harga barang yang kita impor

mengakibatkan:

42 Asfia Murni, 220.

Page 51: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

45

(1) Secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena

sebagian dari barang-barang yang tercakup di dalamnya

berasal dari impor.

(2) Secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui

kenaikan ongkos produksi (yang akan diikuti kenaikan

harga jual) dari berbagai barang yang menggunakan

bahan mentah atau mesin-mesin yang harus diimpor

(cost inflation).

(3) Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga di

dalam negeri karena ada kemungkinan (tetapi ini tidak

harus demikian) kenaikan harga barang-barang impor

mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah atau

swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga

impor tersebut (demand inflation).

Penularan inflasi dari luar negeri ke dalam negeri

bisa juga melalui kenaikan harga barang-barang ekspor, dan

saluran-salurannya hanya sedikit berbeda dengan penularan

melalui kenaikan harga barang- barang.43

(1) Jika harga barang-barang ekspor (seperti kopi dan teh)

naik, maka indeks biaya hidup akan naik pula sebab

barang-barang ini langsung masuk dalam daftar barang-

barang yang tercakup dalam indeks harga.

43 Julius R. Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, 24.

Page 52: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

46

(2) Bila harga barang-barang ekspor (seperti kayu, karet,

timah, dan sebagainya) naik, maka ongkos produksi

dari barang-barang yang menggantikan barang-barang

tersebut dalam proses produksinya (perumahan, sepatu,

kaleng, dan sebagainya) akan naik yang akan diikuti

dengan naiknya haarga jual (cost inflation).

Kenaikan harga barang-barang ekspor berarti

kenaikan penghasilan eksportir (dan juga para produsen

barang-barang ekspor tersebut) naik. Kenaikan penghasilan

ini kemudian akan dibelanjakan untuk membeli barang-

barang (baik dari dalam maupun luar negeri). Bila jumlah

barang yang tersedia di pasar tidak bertambah, akibatnya

harga-harga barang lain akan naik pula (demand

inflation).44

Penularan inflasi dari luar negeri ke dalam negeri ini

jelas lebih mudah terjadi pada negara-negara yang

perekonomiannya terbuka, yaitu yang sektor perdagangan

luar negerinya penting (seperti Indonesia, Korea, Taiwan,

Singapura, Malaysia, dan sebagainya). Namun seberapa

jauh penularan tersebut terjadi juga tergantung kepada

kebijaksanaan pemerintah yang diambil. Dengan

kebijaksanaan-kebijaksanaan moneter dan perpajakan

44 Julius R. Latumaerissa, 24.

Page 53: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

47

tertentu pemerintah dapat menetralisir kecenderungan

inflasi yang berasal dari luar negeri tersebut.45

d. Teori Inflasi

1) Teori Kuantitas

Teori kuantitas adalah teori yang paling tua mengenai

inflasi, namun teori ini masing sangat berguna untuk

menerangkan proses inflasi di zaman modern ini terutama di

negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini menyoroti

peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang yang beredar,

dan harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga

(expectations). Inti dari teori ini adalah sebagai berikut:

a) Inflasi hanya dapat terjadi jika ada penambahan volume

uang yang beredar (apakah berupa penambahan uang kartal

atau penambahan uang giral tidak menjadi soal). Tanpa ada

kenaikan jumlah uang yang beredar, kejadian misalnya

kegagalan panen, hanya akan menaikkan harga-harga untuk

sementara waktu saja. Penambahan jumlah uang ibarat

bahan bakar bagi api inflasi, bila jumlah uang tidak

ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya apa pun

sebab awal dari kenaikan tersebut.

b) Laju inflasi ditentukan oleh pertambahan jumlah uang yang

beredar dan oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan

45 Julius R. Latumaerissa, 24–25.

Page 54: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

48

harga-harga di masa mendatang. Ada tiga kemungkinan

keadaan, yaitu:

(1) Masyarakat tidak atau belum mengharapkan harga-

harga untuk naik pada bulan-bulan mendatang. Dalam

hal ini, sebagian dari penambahan jumlah unang yang

beredar akan diterima oleh masyarakat untuk

menambah likuiditasnya (yaitu memperbesar pos kas

dalam buku neraca anggota masyarakat). Ini berarti

bahwa sebagian besar dari kenaikan jumlah uang

tersebut tidak dibelanjakan untuk pembelian barang.

Selanjutnya, ini berarti bahwa tidak akan ada kenaikan

permintaan yang berarti akan barang-barang, jadi tidak

ada kenaikan harga barang-barang (atau harga-harga

mungkin naik sedikit sekali). Dalam keadaan ini jumlah

uang yang beredar sebesar 10% diikuti oleh kenaikan

harga-harga sebesar misalnya 1%. Keadaan ini biasanya

dijumpai ketika inflasi masih baru dimulai dan

masyarakat masih belum menyadari bahwa inflasi

sedang berlangsung.

(2) Masyarakat atas dasar pengalaman pada waktu

sebelumnya, mulai sadar akan adanya inflasi. Orang-

orang mulai mengharapkan kenaikan harga.

Penambahan jumlah uang yang beredar tidak lagi

Page 55: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

49

diterima oleh masyarakat untuk menambah pos kasnya

tetapi akan digunakan untuk membeli barang-barang.

Hal ini dilakukan karena masyarakat berusaha guna

menghindari kerugian yang diakibatkan oleh keinginan

mereka untuk menahan uang tunai.

(3) Terjadi pada tahap inflasi yang lebih parah yaitu tahap

hiperinflasi. Dalam kondisi ini masyarakat sudah

kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang.

Dalam kondisi ini kenaikan jumlah uang dimisalkan

20%, maka kenaikan permintaan barang-barang akan

naik sebesar 20%. Inflasi semacam ini pernah dialami

oleh bangsa Indonesia antara tahun 1961-1966.

Hiperinflasi bukan hanya menghancurkan sendi-sendi

ekonomi, tetapi juga sendi-sendi sosial politik dari suatu

masyarakat.46

e. Dampak Inflasi

Inflasi yang tinggi tingkatannya tidak akan menggalakkan

perkembangan ekonomi suatu negara. Hal-hal yang timbut antara

lain sebagai berikut:

1) Biaya produksi yang naik akibat inflasi akan sangat merugikan

pengusaha dan ini menyebabkan kegiatan investasi beralih

46 Julius R. Latumaerissa, 27–28.

Page 56: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

50

pada kegiatan kurang mendorong produk nasional, seperti

tindakan para spekulan yang ingin mencari keuntungan sesaat.

2) Kondisi harga yang tidak menentu (inflasi) mendorong pemilik

modal lebih cenderung menanamkan modalnya dalam bentuk

pembelian tanah, rumah, dan bangunan. Pengalihan investasi

seperti ini akan menyebabkan investasi produktif berkurang

dan kegiatan ekonomi menurun.

3) Inflasi menimbulkan efek yang buruk pada perdagangan

mematikan pengusaha dalam negeri. Hal ini dikarenakan

kenaikan harga menyebabkan produk-produk dalam negeri

tidak bersaing dengan produk negara lain sehingga kegiatan

ekspor turun dan impor meningkat.

4) Inflasi menimbulkan dampak yang buruk pula pada neraca

pembayaran. Hal ini dikarenakan menurunnya ekspor dan

meningkatnya impor menyebabakan ketidakseimbangan

terhadap dana yang masuk dan keluar negeri. Kondisi neraca

pembayaran akan memburuk.47

Dampak buruk dari inflasi dapat pula ditinjau dari tingkat

kesejahteraan masyarakat, yakni sebagai berikut:

1) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil yang diterima

masyarakat, dan ini sangat merugikan orang-orang yang

berpenghasilan tetap. Inflasi yang terjadi akan menyebabkan

47 Asfia Murni, 221–222.

Page 57: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

51

kenaikan tingkat upah tidak secepat kenaikan harga barang

yang diperlukan dan dijual di pasar.

2) Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.

Seperti tabungan masyarakat di bank nilai riilnya akan

menurun.

3) Inflasi akan mempeburuk pembagian kekayaan, karena bagi

masyarakat yang berpenghasilan tetap dan mempunyai

kekayaan dalam bentuk uang bisa-bisa jatuh miskin. Tetapi

bagi masyarakat yang menyimpan kekayaan dalam bentuk

tanah dan rumah akan terjadi peningkatan kekayaan, baik

secara riil maupun secara nominal. Demikian pula bagi

pedagang, pendapatan riil mereka akan dapat bertambah dan

mungkin meningkat pada saat terjadi inflasi.48

f. Pengaruh Inflasi Terhadap Jumlah Dana Pihak Ketiga

Inflasi atau kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus

menerus telah menimbulkan beberapa dampak buruk kepada

individu dan masyarakat, para penabung, kreditur/debitur dan

produsen, ataupun pada kegiatan perekonomian secara

keseluruhan.49

Menurut M. Umer Chapra inflasi berpengaruh negatif

terhadap inflasi, di mana inflasi mengandung implikasi bahwa

48 Asfia Murni, 222. 49 Nurul Huda et al., Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, 1st ed. (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008), 180.

Page 58: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

52

uang tidak berfungsi sebagai satuan hitungan yang adil dan benar.

Hal itu menyebabkan uang menjadi standar pembayaran tertunda

yang tidak adil dan seuatu alat penyimpanan nilai yang tidak dapat

dipercaya. Inflasi menyebabkan orang berlaku tidak adil terhadap

orang lain, meskipun disadarinya, dengan merosotnya daya beli

asset-aset moneter secara tidak diketahui. Hal itu merusak efisiensi

sistem moneter dan menimbulkan ongkos kesejahteraan pada

masyarakat. Hal itu meningkatkan konsumsi dan mengurangi

tabungan.50

Sementara menurut Nurul Huda, dampak inflasi bagi para

penabung adalah dapat menyebabkan orang enggan untuk

menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Tabungan

memang menghasilkan bunga, tetapi jika tingkat inflasi di atas

bunga, tetap saja nilai mata uang akan menurun. Bila orang enggan

menabung, maka dunia usaha dan investasi akan sulit untuk

berkembang, karena berkembangnya dunia usaha membutuhkan

dana dari masyarakat yang di simpan di bank.51

3. Kurs

a. Pengertian Kurs

Exchange Rate (nilai tukar uang) atau yang lebih dikenal

dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga

pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata

50 M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 5. 51 Huda et al., Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, 180–81.

Page 59: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

53

uang domestik (domestic currency) begitu pula sebaliknya, yaitu

harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang

merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang

yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain

transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi

internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antar negara yang

melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.52

b. Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia

Dalam suatu negara, satu-satunya institusi resmi yang dapat

mengubah penawaran mata uangnya adalah Bank Sentral dari

negara tersebut. Bank Sentral dalam kesehariannya acap kali

menjual dan membeli mata uang asing. Setiap Bank Sentral dapat

memilih antara dua rezim kebijakan nilai tukar yang berbeda

yaitu:53

1) Fixed Exchange Rate Regime

Dalam sistem kebijakan ini Bank Sentral suatu negara

cukup mengumumkan suatu nilai tukar tertentu untuk mata

uangnya terhadap mata uang asing tertentu di mana Bank

Sentral bersedia membeli dan dan menjual mata uang asing

dengan kuantitas berapapun. Contohnya adalah Indonesia yang

pada era sebelum pertengahan tahun 1980-an memakai rezim

nilai tukar dipagu. Kita ketahui bahwa setiap beberapa periode

52 Karim, Ekonomi Makro Islami, 157. 53 Karim, 160.

Page 60: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

54

waktu mata uang Rupiah mengalami penyesuaian nilai tukar

terhadap Dollar AS dan mata uang asing lainnya.54

Dalam resim nilai tukar dipagu Bank Sentral acap kali

dipaksa untuk mencetak uang melebihi apa yang

diinginkannya. Dalam rezim nilai tukar dipagu Bank Sentral

dapat mengendalikan nilai tukar atau penawaran uang, akan

tetapi tidak keduanya sekaligus. Jika Bank Sentral menetapkan

nilai tukar, maka Bank Sentral harus menawarkan berapapun

kuantitas uang yang dibutuhkan oleh pada pedagang atau

dengan kata lain Bank Sentral harus membeli berapapun

kuantitas mata uang asing yang ditawarkan oleh para pedagang

(kehilangan kendali atas penawaran mata uang) yang mana hal

tersebut jika terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan

international reserve erisis, yaitu keadaan di mana sebuah

Bank Sentral kehilangan kemampuannya untuk menjaga nilai

tukar tertentu untuk mata uang negaranya. Ketika Bank Sentral

menyadari bahwa cadangan devisanya telah banyak berkurang,

maka Bank Sentral terpaksa harus menaikkan nilai tukar mata

uang asing terhadap mata uang domestik dengan harapan agar

permintaan terhadap cadangan devisa yang demikian menurun.

Hal tersebut dikenal dengan devaluasi. Jika yang terjadi

sebaliknya, di mana Bank Sentral harus terus membeli devisa,

54 Karim, 160.

Page 61: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

55

maka Bank Sentral dapat menurunkan nilai tukar mata uang

negaranya terhadap mata uang asing. Hal tersebut dikenal

revaluasi. 55

Pada saat Bank Sentral kehilangan kendali atas

penawaran uang, Bank Sentral juga kehilangan kendali atas

tingkat harga, sehingga jika Bank Sentral harus membiarkan

nilai tukar untuk mengambang bebas.

2) Flexible Exchange Rate Regime

Rezim sistem nilai tukar mengambang ini adalah sistem

yang dipakai oleh hampir sebagian besar negara di dunia pada

saat ini. Jika Bank Sentral ingin menambah penawaran uang,

Bank Sentral dapat mencetak uang dan kemudian membeli

sesuatu asset (biasanya berbentuk obligasi pemerintah). Jika

Bank Sentral ingin mengurangi penawaran uang, maka Bank

Sentral dapat menjual sesuatu asset (biasanya berbentuk

obligasi pemerintah) dan memusnahkan uang yang didapatnya

dari penjualan tersebut.

Bank Sentral di luar negeri juga mengendalikan

penawaran uangnya dengan cara-cara yang secara esensial

sama dengan cara yang dilakukan oleh Bank Sentral domestik.

Jika Bank Sentral membeli atau menjual mata uang negaranya

sendiri, maka akan memengaruhi penawaran uang. Selain itu

55 Karim, 161.

Page 62: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

56

Bank Sentral juga dapat memperjualbelikan mata uang asing

(mata uang negara lainnya).56

Nilai tukar uang ditentukan oleh permintaan dan

penawaran dari mata uang itu sendiri. Penawaran terhadap IDR

ditentukan oleh Bank Indonesia sedangkan permintaan akan

IDR tergantung pada pendapatan dari warga Indonesia. Orang-

orang dengan pendapatan yang tinggi akan membutuhkan lebih

banyak uang. Begitu juga dengan mata uang asing, ditentukan

dengan cara-cara yang sama. Nilai tukar uang atau kurs karena

mengikut pada ketentuan oleh paritas daya beli mempunyai

persamaan matematis sebagai berikut: 57

Keterangan:

= tingkat harga domestik (domestic price)

= tingkat harga luar negeri (foreign price)

= nilai tukar (exchange rate)

Tingkat harga dan ditentukan melalui interaksi

permintaan dan penawaran uang di masing-masing negara.

Kemudian tawar-menawar dari kesempatan arbitrase akan

memaksa nilai tukar ke tingkat di mana persamaan paritas

daya beli = berlaku.

56 Karim, 161–62. 57 Karim, 163.

Page 63: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

57

Dalam teori Neoklasikal, tingkat harga dalam suatu

negara dapat berubah karena berubahnya penawaran uang atau

karena factor-faktor yang mendahului perubahan dari output

negara tersebut seperti kebijakan fiskal, teknologi, peperangan,

cuaca, dan lain sebagainya. Kenaikan penawaran IDR akan

mengakibatkan Rupiah mengalami depresiasi, sebaliknya

kenaikan penawaran mata uang asing (missal SGD) akan

mengakibatkan Rupiah mengalami apresiasi. Jika terjadi

kenaikan penawaran uang yang signifikan, maka otoritas akan

terjadi kenaikan harga yang signifikan pula (inflasi). Kita

ketahui bahwa tingkat harga melonjak baik karena terjadi

penurunan permintaan uang, juga lonjakan dari nilai tukar

(depresiasi) uang. Lonjakan ini dinamakan exchange rate

overshooting. Exchange rate overshooting adalah salah satu

fenomena yang penting karena bisa membantu kita dalam

menjelaskan mengapa nilai tukar uang bergerak tajam dari hari

ke hari.58

c. Pengaruh Kurs (Nilai Tukar) Terhadap Jumlah Dana Pihak

Ketiga

Kurs atau nilai tukar merupakan perbandingan harga mata

uang suatu negara dengan mata uang negara asing. Menurut

Veithzal Rivai, dkk. nilai tukar uang di dunia perekonomian makro

58 Karim, 163.

Page 64: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

58

suatu negara juga menjadi acuan pertumbuhan ekonominya,

semakin kuat nilai tukar uang negara bisa dikategorikan semakin

sehat juga perekonomiannya. Dengan demikian akan berdampak

pada simpanan masyarakat pada bank umum ataupun bank syariah

yang juga akan meningkat.59

4. Tingkat Suku Bunga SBI

a. Pengertian Tingkat Suku Bunga SBI

Tingkat suku bunga SBI atau BI Rate adalah suku bunga

kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada

publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia

setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan

pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui

pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk

mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Umumnya

naiknya suku bunga acuan sebuah negara dikarenakan untuk

mengimbangi besaran inflasi. Suku bunga acuan dikeluarkan untuk

menjaga agar perekonomian tetap berjalan dengan baik.60

Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka operasi

moneter dengan mengimplementasikan suku bunga acuan atau

suku bunga kebijakan baru yaitu BI 7-Day (Reverse) Repo Rate,

59 Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, and Arifiandy Permata Veithzal, Credit

Management Handbook: Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi: Panduan Praktis Mahasiswa,

Bankir, dan Nasabah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 34. 60 https://www.bi.go.id (diakses pada 15 Januari 2020, pukul 10.00).

Page 65: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

59

yang belaku efektif sejak 19 Agustus 2016, menggantikan BI Rate.

penguatan kerangka operasi moneter ini merupakan hal yang lazim

dilakukan di berbagai bank sentral dan merupakan best practice

internasional dalam pelaksanaan operasi moneter. Kerangka

operasi moneter senantiasa disempurnakan untuk memperkuat

efektivitas kebijakan dalam mencapai sasaran inflasi yang

ditetapkan. Instrument BI 7-Day (Reverse) Repo Rate digunakan

sebagai suku bunga kebijakan baru karena dapat secara cepat

mempengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil. Instrument

BI 7-Day (Reverse) Repo Rate sebagai acuan yang baru memiliki

hubungan yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang, sifatnya

transaksional atau diperdagangkan di pasar, dan mendorong

pendalaman pasar keuangan khususnya penggunaan instrument

repo.61

Instrumen BI 7-Day (Reverse) Repo Rate sebagai suku

bunga kebijakan baru terdapat tiga dampak utama yang

diharapkan, yaitu:

1) Menguatnya sinyal kebijakan moneter dengan suku bunga

(Reverse) Repo Rate 7 hari sebagai acuan utama di pasar

keuangan.

61 https://www.bi.go.id (diakses pada 15 Januari 2020, pukul 10.00).

Page 66: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

60

2) Meningkatnya efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui

pengaruhnya pada pergerakan suku bunga pasar uang dan suku

bunga perbankan.

3) Terbentuknya pasar keuangan yang lebih dalam, khususnya

transaksi dan pembentukan struktur suku bunga di pasar uang

antar bank (PUAB) untuk tenor 3-12 bulan.62

b. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Dana

Pihak Ketiga

Menurut Muhamad, kebijakan otoritas moneter menaikkan

instrumen moneter seperti tingkat suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia mengakibatkan bank konvensional juga menaikkan

tingkat suku bunganya sehingga deposan yang memiliki mind-set

rasional akan menarik dananya dari bank syariah dan

memindahkannya ke bank konvensional. Bank konvensional lebih

memiliki fleksibilitas dalam menyesuaikan returnnya (suku

bunganya) dibandingkan dengan bank syariah. Tidak bias

dipungkiri bahwa persaingan di dalam menarik dana masyarakat

tidak hanya dating dari bank sejenis (syariah) tetapi juga datang

dari bank konvensional, terutama persaingan di dalam

memperebutkan segmen seposan rasional.63

62 https://www.bi.go.id (diakses pada 15 Januari 2020, pukul 10.00). 63 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, 1st ed. (Jakarta: Rajawali Pers, 2015),

161–62.

Page 67: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

61

B. Studi Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Studi Penelitian Terdahulu

No.

Nama Peneliti,

Tahun, dan

Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian

Metode

Penelitian

dan Hasil

Penelitian

Persamaan Perbedaan

1. Abida

Muttaqiena.

2013. Analisis

Pengaruh PDB,

Inflasi, Tingkat

Bunga, dan

Nilai Tukar

Terhadap Dana

Pihak Ketiga

Perbankan

Syariah di

Indonesia

2008-2012.64

Variabel

Independen:

PDB, Inflasi,

Suku Bunga

Deposito 1

Bulan Bank

Umum, dan

Nilai Tukar.

Variabel

Dependen:

Dana Pihak

Ketiga.

Metode

Penelitian:

Analisis

Regresi

Linier

Berganda.

Hasil

Penelitian:

PDB, inflasi

IHK, suku

bunga

deposito 1

bulan bank

umum, dan

nilai tukar

rupiah secara

simultan (Uji

F) maupun

parsial (Uji t)

berpengaru

signifikan

terhadap

DPK.

Terdapat

variabel

independen

yakni

inflasi, nilai

tukar, dan

variabel

dependen

yakni dana

pihak

ketiga.

Terdapat

variabel

independen

PDB dan suku

bunga deposito

1 bulan bank

umum. Metode

yang

digunakan

peneliti yaitu

Error

Correction

Model (ECM).

2. Sutono dan

Batista Sufa

Kefi.

2014. Pengaruh

Faktor Makro

Ekonomi

Terhadap

Penghimpunan

Dana pada

Bank Umum di

Indonesia.65

Variabel

Independen:

Inflasi, Kurs,

Suku Bunga

SBI.

Variabel

Dependen:

DPK.

Metode

Penelitian:

Analisis

Regresi

Linier

Berganda.

Hasil

Penelitian:

Inflasi

berpengaruh

negatif

namun tidak

signifikan

terhadap

Terdapat

variabel

independen

inflasi,

kurs, dan

suku bunga

SBI, serta

variabel

dependen

yakni DPK.

Metode yang

digunakan

peneliti yaitu

Error

Correction

Model (ECM).

64 Abida Muttaqiena, “Analisis Pengaruh PDB, Inflasi, Tingkat Bunga, Dan Nilai Tukar

Terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah Di Indonesia 2008-2012,” Economics

Development Analysis Journal, 2 (2013). 65 Sutono and Batista Sufa Kefi, “Pengaruh Faktor Makro Ekonomi Terhadap

Penghimpunan Dana Pada Bank Umum Di Indonesia,” Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi,

2014.

Page 68: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

62

No.

Nama Peneliti,

Tahun, dan

Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian

Metode

Penelitian

dan Hasil

Penelitian

Persamaan Perbedaan

DPK, Kurs

berpengaruh

positif

namun tidak

signifikan

terhadap

DPK, Suku

Bunga SBI

berpengaru

negatif dan

signifikan

terhadap

DPK.

3. Bellinda

Fatriada Indah.

2017. Pengaruh

Tingkat Bagi

Hasil, Inflasi,

dan Kurs Dolar

Terhadap Dana

Pihak Ketiga

(Studi pada

Bank

Muamalat

Indonesia

(BMI) Tahun

2011-2015).66

Variabel

Independen:

Tingkat Bagi

Hasil,

Inflasi, Kurs

Dollar.

Variabel

Dependen:

Dana Pihak

Ketiga.

Metode

Penelitian:

Analisis

Regresi

Berganda.

Hasil

Penelitian:

secara

bersama-

sama (uji F)

tingkat bagi

hasil, inflasi,

dan kurs

dollar

berpengaruh

terhadap

dana pihak

ketiga

sedangkan

dari hasil uji

t tingkat bagi

hasil

berpengaruh

terhadap

dana pihak

ketiga, inflasi

berpengaruh

terhadap

dana pihak

ketiga, dan

kurs dollar

tidak

berpengaruh

Terdapat

variabel

independen

inflasi, kurs

dollar, dan

variabel

dependen

dana pihak

ketiga.

Terdapat

variabel

independen

tingkat bagi

hasil. Metode

analisis yang

digunakan

peneliti adalah

Error

Correction

Model (ECM).

66 Bellinda Fatriada Indah, “Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Inflasi, Dan Kurs Dolar

Terhadap Dana Pihak Ketiga (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia (BMI) Tahun 2011-2015),”

2017.

Page 69: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

63

No.

Nama Peneliti,

Tahun, dan

Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian

Metode

Penelitian

dan Hasil

Penelitian

Persamaan Perbedaan

terhadap

dana pihak

ketiga.

4. Yenti Afrida

dan Romi

Iskandar. 2018.

Pengaruh

Inflasi, Kurs,

Tingkat Suku

Bunga,

Pertumbuhan

Ekonomi, dan

Jumlah Uang

Beredar

Terhadap

Jumlah DPK

Bank

Syariah.67

Variabel

Independen:

Inflasi, Kurs,

Tingkat

Suku Bunga,

Pertumbuhan

Ekonomi,

dan Jumlah

Uang

Beredar

Variabel

Dependen:

Jumlah DPK

Metode

penelitian:

analisis jalur.

Hasil

penelitian:

tingkat

inflasi, nilai

tukar, tingkat

bunga,

pertumbuhan

ekonomi, dan

jumlah uang

beredar di

Indonesia

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap

tabungan dan

simpanan

perbankan

syariah.

Terdapat

variabel

independen

yakni

inflasi,

kurs,

tingkat

suku

bunga, dan

variabel

dependen

yakni

jumlah

DPK

Terdapat

variabel

independen

yakni

pertumbuhan

ekonomi dan

jumlah uang

beredar.

Metode yang

digunakan

peneliti yaitu

Error

Correction

Model (ECM).

5. Agusti Nia

Aghnawati dan

Malik

Cahyadin.

2019. Faktor-

Faktor Penentu

Dana Pihak

Ketiga Bank

Umum Syariah

di Indonesia

Tahun 2010-

2017.68

Variabel

Independen:

Bagi Hasil,

Biaya

Promosi dan

Jumlah

Kantor

Layanan.

Variabel

Dependen:

Dana Pihak

Ketiga.

Metode

penelitian:

Random

Effect Model

(REM).

Hasil

penelitian:

bagi hasil,

jumlah

kantor

layanan, dan

biaya

promosi

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap

DPK BUS.

Selain itu,

Terdapat

variabel

dependen

yakni dana

pihak

ketiga.

Terdapat

variabel

independen

yakni bagi

hasil, biaya

promosi, dan

jumlah kantor

layanan.

Metode yang

digunakan

peneliti yaitu

Error

Correction

Model (ECM).

67 Yenti Afrida and Romi Iskandar, “Pengaruh Inflasi, Kurs, Tingkat Suku Bunga,

Pertumbuhan Ekonomi, Dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Jumlah DPK Bank Syariah,” Jurnal

Kajian Ekonomi Islam, 3 (2018). 68 Agusti Nia Aghnawati and Malik Cahyadin, “Faktor-Faktor Penentu Dana Pihak

Ketiga Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2010-2017,” Jurnal Penelitian Ekonomi, 4

(2019).

Page 70: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

64

No.

Nama Peneliti,

Tahun, dan

Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian

Metode

Penelitian

dan Hasil

Penelitian

Persamaan Perbedaan

hasil uji

koefisien

determinasi

(R2) yaitu

sebesar

0,869811.

Hal tersebut

menunjukkan

bahwa

sebesar

86,9811%

variasi

variabel

dependen

dijelaskan

oleh variabel

independen.

Posisi penelitian ini terhadap penelitian sebelumnya adalah

penelitian ini menggunakan Inflasi, Kurs, dan Tingkat Suku Bunga SBI

sebagai variabel independen, serta Dana Pihak Ketiga sebagai variabel

dependen. Metode analisis penelitian ini menggunakan metode analisis

Error Correction Model (ECM) dengan alat bantu penelitian

menggunakan EViews versi 10. Data penelitian diperoleh dari website

resmi Bank Indonesia dan Bank Syariah Bukopin yang diinput mulai tahun

periode 2016 hingga 2019.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Veithzal

Rivai dan Arviyan Arifin untuk kondisi perekonomian, sedangkan setiap

variabelnya yakni inflasi menggunakan teori M. Umer Chapra dan juga

teori Nuruh Huda, dkk. Variabel kurs menggunakan teori Veithzal Rivai,

dkk. Sedangkan tingkat suku bunga SBI menggunakan teori Muhamad.

Page 71: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

65

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan proses memilih aspek-aspek dalam

tinjauan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dibuat dalam

bentuk bagan merupakan satu rangkaian konsep dasar secara sistematis

menggambarkan variabel dan hubungan antar variabel.69 Kerangka yang

terdapat dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel independen atau

bebas yaitu inflasi (X1), kurs (X2), tingkat suku bunga SBI (X3), dan satu

variabel dependen atau terikat yaitu dana pihak ketiga (Y).

Berdasarkan teori yang digunakan, peneliti menyimpulkan bahwa

variabel yang dapat mempengaruhi jumlah dana pihak ketiga adalah

inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI. Untuk itu peneliti ingin

mengetahui pengaruh variabel X tersebut terhadap dana pihak ketiga

dalam jangka panjang dan jangka pendek menggunakan Error Correction

Model (ECM).

Error Correction Model (ECM) merupakan suatu model analisis

ekonometrik yang diperkenalkan Sargan dan dipopulerkan oleh Engel

Granger. Model ini mampu meliputi banyak variabel dalam analisis

fenomena ekonomi jangka panjang dan juga dapat memecahkan masalah

variabel time series yang rentang dengan ketidakstasioneran data.

69 Firdaus and Fakhry Zamzam, Aplikasi Metodologi Penelitian (Yogyakarta: CV Budi

Utama, 2018), 76.

Page 72: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

66

Gambar 2.3

Gambar 2.3

Kerangka Berfikir Variabel X dan Variabel Y

Berdasarkan Gambar 2.3 ketika dilakukan pengujian secara parsial

diperoleh jika inflasi menurun maka akan berdampak positif terhadap

peningkatan jumlah dana pihak ketiga. Jika kurs Rupiah terhadap Dollar

AS menguat maka akan berdampak positif terhadap peningkatan jumlah

dana pihak ketiga. Begitu pula dengan tingkat suku bunga SBI, jika tingkat

Inflasi (X1) Kurs (X2) Tingkat Suku

Bunga SBI (X3)

Dana Pihak Ketiga (Y)

Uji Stasioneritas, Uji

Kointegrasi, Uji

Jangka Pendek, Uji

Analisis, Uji Jangka

Panjang

ECM

Interpretasi Hasil

Input Data

Page 73: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

67

suku bunga SBI tidak mengalami kenaikan maka suku bunga bank

konvensional juga tidak mengalami kenaikan, sehingga akan berpengaruh

positif terhadap jumlah dana pihak ketiga perbankan syariah.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang

masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas, dan

dapat diuji. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Hipotesis inflasi terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Ho1 : Variabel inflasi dalam jangka pendek tidak berpengaruh

signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Ha1 : Variabel inflasi dalam jangka pendek berpengaruh signifikan

terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Ho2 : Variabel inflasi dalam jangka panjang tidak berpengaruh

signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Ha2 : Variabel inflasi dalam jangka panjang berpengaruh signifikan

terhadap jumlah dana pihak ketiga.

2. Hipotesis kurs terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Ho3 : Variabel kurs dalam jangka pendek tidak berpengaruh signifikan

terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Ha3 : Variabel kurs dalam jangka pendek berpengaruh signifikan

terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Page 74: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

68

Ho4 : Variabel kurs dalam jangka panjang tidak berpengaruh

signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Ha4 : Variabel kurs dalam jangka panjang berpengaruh signifikan

terhadap jumlah dana pihak ketiga.

3. Hipotesis tingkat suku bunga terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Ho5 : Variabel tingkat suku bunga SBI dalam jangka pendek tidak

berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Ha5 : Variabel tingkat suku bunga SBI dalam jangka pendek

berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Ho6 : Variabel tingkat suku bunga SBI dalam jangka panjang tidak

berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Ha6 : Variabel tingkat suku bunga SBI dalam jangka panjang

berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga.

4. Hipotesis inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI secara simultan

terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Ho7 : Variabel inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI secara

simultan dalam jangka pendek tidak berpengaruh signifikan

terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Ha7 : Variabel inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI secara

simultan dalam jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap

jumlah dana pihak ketiga.

Page 75: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

69

Ho8 : Variabel inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI secara

simultan dalam jangka panjang tidak berpengaruh signifikan

terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Ha8 : Variabel inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI secara

simultan dalam jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap

jumlah dana pihak ketiga.

Page 76: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

70

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dapat diartikan sebagai pedoman, prosedur,

atau teknik dalam perencanaan penelitian yang berguna sebagai panduan

untuk membangun strategi yang menghasilkan model penelitian.

Rancangan penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.

Metode penelitian kuantitatif yaitu metode yang digunakan untuk meneliti

sampel atau populasi tertentu.

Analisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan angka-angka

yang dijumlahkan sebagai data yang kemudian di analisis. Metode ini

dimaksud untuk menjelaskan fenomena dengan menggunakan data-data

numerik, kemudian dianalisis yang umumnya menggunakan statistik.

Pendekatan kuantitatif memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang

mempunyai karakteristik tertentu di dalam kehidupan manusia yang

dinamakan variabel. Hubungan diantara variabel-variabel dalam

pendekatan hakikat menggunakan teori yang objektif.1 Penelitian ini

1 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan (Bandung:

Refika Aditama, 2012), 49.

Page 77: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

71

merupakan penelitian asosiatif yang digunakan untuk menemukan

hubungan antara variabel independen yang diobservasi.2

Dalam penelitian ini penulis menggunakan empat variabel yang

pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut. Dengan demikian penelitian ini menggunakan

variabel independen (yang mempengaruhi) berupa variabel X dan variabel

dependen (yang dipengaruhi) berupa variabel Y, yaitu:

1. X1 : Inflasi

2. X2 : Kurs

3. X3 : Tingkat Suku Bunga SBI

4. Y : Dana Pihak Ketiga

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal-hal tersebut.3 Terdapat dua macam variabel dalam penelitian

ini, yakni:

1. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas yaitu variabel yang

mempengaruhi variabel lain dan sifatnya berdiri sendiri. Variabel

2 Agus Widarjono, Analisis Multivariat Terapan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015),

189. 3 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2009), 35.

Page 78: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

72

independen dari penelitian ini adalah inflasi yang dilambangkan

dengan X1, kurs yang dilambangkan dengan X2, dan tingkat suku

bunga SBI yang dilambangkan dengan X3.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat yaitu variabel yang

dipengaruhi oleh variabel lain dan sifatnya tidak dapat berdiri sendiri.

Variabel dependen dari penelitian ini adalah dana pihak ketiga yang

dilambangkan dengan Y.

Agar dapat mempermudah dalam pembahasan, maka dapat

didefinisikan operasional variabelnya sebelum dilakukan analisis

instrumen, serta sumber pengukuran berasal dari mana.4 Adapun

definisi operasional variabel dan pengukuran variabel dapat dilihat

sebagai berikut:

4 Wiratna Sujarweni, Metode Penelitian Bisnis Ekonomi (Yogyakarta:

PUSTAKABARUPRESS, 2015), 90.

Page 79: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

73

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel

Penelitian

Definisi

Operasional Rumus Sumber

Dana Pihak

Ketiga

Dana pihak

ketiga

biasanya

merupakan

dana yang

dihimpun oleh

bank yang

berasal dari

masyarakat,

meliputi

masyarakat

individu,

maupun badan

usaha.

DPK = Giro Wadi’ah + Giro

Mudharabah + Tabungan

Wadi’ah + Tabungan

Mudharabah + Deposito

Mudharabah

Khotibul

Umam,

Perbankan

Syariah:

Dasar-

Dasar dan

Dinamika

Perkemban

gannya di

Indonesia,

((Jakarta:

Rajawali

Pers, 2016),

79.

Inflasi Inflasi adalah

kecenderungan

dari harga-

harga untuk

menaik secara

terus menerus.

Rate of Inflation =

Tingkat harga t – Tingkat harga t-1

Tingkat harga t

x 100

Keterangan:

Tingkat harga t = tingkat harga

pada tahun t

Tingkat harga t-1 = tingkat

harga sebelum

tahun t

Adiwarman

A. Karim,

Ekonomi

Makro

Islam

(Jakarta:

Rajawali

Pers, 2014),

136.

Kurs Exchange Rate

(nilai tukar

uang) atau

yang lebih

dikenal dengan

Keterangan:

e = nilai tukar (exchange rate)

P = tingkat harga domestik

Adiwarman

A. Karim,

Ekonomi

Makro

Islam

Page 80: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

74

Variabel

Penelitian

Definisi

Operasional Rumus Sumber

sebutan kurs

mata uang

adalah catatan

(quotation)

harga pasar

dari mata uang

asing (foreign

currency)

dalam harga

mata uang

domestik

(domestic

currency)

begitu pula

sebaliknya,

yaitu harga

mata uang

domestik

dalam mata

uang asing.

(domestic price)

P = tingkat harga luar negeri

(foreign price)

(Jakarta:

Rajawali

Pers, 2014),

67.

Tingkat

Suku

Bunga SBI

Tingkat suku

bunga SBI

adalah suku

bunga

kebijakan yang

mencerminkan

sikap atau

stance

kebijakan

moneter yang

ditetapkan

Laporan Keuangan Bank

Indonesia

https://www.

bi.go.id

Page 81: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

75

Variabel

Penelitian

Definisi

Operasional Rumus Sumber

oleh Bank

Indonesia dan

diumumkan

kepada publik.

Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan

benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang

ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.5 Populasi

dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Bank Syariah Bukopin

periode 2016 hingga 2019.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi yang besar, dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta,

2016), 80.

Page 82: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

76

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Kesimpulan dari

sampel yang telah dipelajari akan dapat diberlakukan untuk populasi.

Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif

(mewakili).6 Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive

sampling, yaitu didasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap

mempunyai karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Bank

Syariah Bukopin yang memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Merupakan laporan keuangan bulanan yang terdapat informasi

tentang jumlah dana pihak ketiga.

b. Merupakan laporan keuangan bulanan time series yang

dipublikasikan.

Berdasarkan kriteria di atas, sampel dalam penelitian ini adalah

laporan keuangan bulanan Bank Syariah Bukopin periode 2016 hingga

2019, data bulanan lain yakni inflasi IHK, data kurs Rupiah terhadap

Dollar AS, dan data tingkat suku bunga SBI periode 2016 hingga 2019

yang dipublikasikan secara online oleh Bank Indonesia.

D. Jenis dan Sumber Data

Data yaitu data berbentuk angka atau bilangan yang diolah atau

dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika. Data yang

6 Sugiyono, 81.

Page 83: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

77

digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang kemudian

diolah oleh peneliti menggunakan perhitungan statistik.7

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder.

Sumber data pada penelitian ini berasal dari laporan keuangan bulanan

Bank Syariah Bukopin periode 2016 hingga 2019 yang berisi jumlah dana

pihak ketiga yang sudah tersedia di website Bank Syariah Bukopin, data

bulanan inflasi IHK, kurs tengah Rupiah terhadap Dollar AS, dan tingkat

suku bunga SBI yang sudah tersedia di website Bank Indonesia.

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk

memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan realistis. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

dokumentasi dan metode studi pustaka. Metode dokumentasi yaitu

mempelajari dokumen yang berkaitan dengan seluruh data yang

diperlukan dalam penelitian. Metode dokumentasi dalam penelitian ini

adalah peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti laporan keuangan

Bank Syariah Bukopin, laporan moneter Bank Indonesia, laporan

keuangan Bank Indonesia, serta dokumen lain dalam perusahaan yang

relevan dengan kepentingan penelitian. Sedangkan metode kepustakaan

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahan-bahan yang diperoleh

dari instansi-instansi terkait, buku referensi, maupun maupun jurnal-jurnal

7 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, Dan

Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, 2nd ed. (Jakarta: Kencana, 2005), 132.

Page 84: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

78

ekonomi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

yaitu data runtun waktu yang merupakan data yang dikumpulkan, dicacat

atau diobservasi sepanjang waktu secara beruntutan dengan jenis data

yang digunakan adalah data sekunder. Data yang dikumpulkan berupa data

laporan keuangan bulanan Bank Syariah Bukopin periode 2016 hingga

2019 yang diambil di website resmi Bank Syariah Bukopin

https://wwwsyariahbukopin.co.id dan website resmi Bank Indonesia

https://www.bi.go.id.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis data kuantitatif. Analisis data yang digunakan adalah

analisis data time series dengan Model Kesalahan Koreksi (Error

Correction Model atau ECM). Error Correction Model adalah suatu

bentuk model yang digunakan untuk mengetahui pengaruh jangka pendek

dan jangka panjang variabel bebas terhadap variabel terikat. Selain dapat

mengetahui pengaruh model ekonomi dalam jangka pendek dan jangka

panjang, model ECM juga memiliki kegunaan diantaranya mengatasi data

yang tidak stasioner dan masalah regresi lancung.8

Perangkat yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengolah

dan menganalisis data-data yang ada adalah software Econometric Views

8 Inung Oni Setiadi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang Di

Indonesia Tahun 1999 : Q1 - 2010 : Q4 Dengan Pendekatan Error Correction Models (ECM),”

Economics Development Analysis Journal, 2 (2013): 3.

Page 85: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

79

(Eviews) versi 10 dan Microsoft Excel 2013. Terdapat lima tahap

pengujian yang harus dilakukan antara lain Uji Stasioneritas Data, Uji

Kointegrasi, Model Jangka Pendek, Uji Asumsi Klasik, dan Model Jangka

Panjang.

1. Pengujian Stasioneritas Data

Proses yang bersifat random atau stokastik merupakan

kumpulan dari variabel random atau stokastik dalam urutan waktu.

Setiap data time series yang kita punya merupakan suatu data dari hasil

proses stokastik. Suatu data hasil proses random dikatakan stasioner

jika memenuhi tiga kriteria yaitu jika rata-rata dan variannya konstan

sepanjang waktu dan kovarian antara dua data runtun waktu hanya

tergantung dari kelambanan antara dua periode waktu tersebut. 9

Metode stasioner data telah berkembang pesat seiring dengan

perhatian para ahli ekonometrika terhadap ekonometrika time series.

Metode yang akhir-akhir ini banyak digunakan oleh ahli ekonometrika

untuk menguji masalah stasioner data adalah uji akar-akar unit (unit

root test). Uji akar unit pertama kali dikembangkan oleh Dickey-Fuller

dan dikenal dengan uji akar unit Dickey-Fuller (DF). Ide dasar uji

stasioneritas data dengan uji akar unit dapat dijelaskan melalui model

berikut ini:

Yt = ρYt-1 + et -1 ≤ ρ ≤ 1 (3.1)

9 Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar Dan Aplikasinya Disertai Panduan EViews

(Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2017), 320.

Page 86: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

80

Dimana et adalah variabel gangguan yang bersifat random atau

stakostik dengan rata-rata nol, varian yang konstan dan tidak saling

berhubungan (nonautokorelasi) sebagaimana asumsi metode OLS.

Varian gangguan yang mempunyai sifat tersebut disebut gangguan

yang white noise.10

Jika nilai ρ = 1 maka kita katakana bahwa variabel random

(stokastik) Y mempunyai akar unit (unit root). Jika data time series

mempunyai akar unit maka dikatakan data tersebut bergerak secara

random (random walk) dan data yang mempunyai sifat random walk

dikatakan data tidak stasioner. Oleh karena itu jika kita melakukan

regresi Yt pada lag Yt-1 dan mendapatkan nilai ρ = 1 maka data

dikatakan tidak stasioner. Inilah ide dasar uji akar unit untuk

mengetahui apakah data stasioner atau tidak.

Jika persamaan (3.1) tersebut dikurangi kedua sisinya dengan

Yt-1 maka akan menghasilkan persamaan sebagai berikut:

Yt - Yt-1 = ρYt-1 - Yt-1 + et (3.2)

= (ρ – 1) Yt-1 + et

Persamaan (3.2) dapat ditulis menjadi:

ΔYt = ϕYt-1 + et (3.3)

dimana ϕ = (ρ – 1) dan ΔYt = Yt - Yt-1

Di dalam prakteknya untuk menguji ada tidaknya masalah akar

unit kita mengestimasi persamaan (3.3) dari pada persamaan (3.1)

10 Widarjono, 307.

Page 87: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

81

dengan menggunakan hipotesis nol ϕ = 0. Jika ϕ = 0 maka ρ = 1

sehingga data Y mengandung akar unit yang berarti data time series Y

adalah tidak stasioner. Tetapi perlu dicatat bahwa jika ϕ = 0 maka

persamaan (3.3) dapat ditulis menjadi:

ΔYt = et (3.4)

karena et adalah variabel gangguan yang mempunyai sifat white noise,

maka perbedaan atau differensi pertama (first difference) dari data time

series random walk adalah stasioner.11

Sebagai alternatifnya Dickey-Fuller telah menunjukkan bahwa dengan

hipotesis nol ϕ = 0, nilai estimasi t dari koefisien Yt-1 di dalam

persamaan (3.3) akan mengikuti distribusi statistik τ (tau). Distribusi

statistik τ kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Mackinnon dan

dikenal dengan distribusi statistik Mackinnon.12

Dickey-Fuller menyarankan di dalam menguji apakah data

mengandung akar unit atau tidak untuk menggunakan regresi model-

model berikut ini:

ΔYt = ϕYt-1 + et (3.5)

ΔYt = β1 + ϕYt-1 + et (3.6)

ΔYt = β1 + β2t + ϕYt-1 + et (3.7)

Dimana t adalah variabel tren waktu.

Persamaan (3.5) merupakan uji tanpa konstanta dan tren waktu.

Persamaan (3.6) uji dengan konstanta tanpa tren waktu. Sedangkan

11 Widarjono, 307-8. 12 Widarjono, 308.

Page 88: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

82

persamaan (3.7) merupakan uji dengan konstanta dan tren waktu.

Dalam setiap model, jika data time series mengandung unit root yang

berarti data tidak stasioner hipotesis nolnya adalah + ϕ = 0. Sedangkan

hipotesis alternatifnya + ϕ = 0 yang berarti data stasioner.13

Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak

dengan cara membandingkan antara nilai statistik DF dengan nilai

kritisnya yakni distribusi statistik τ. Nilai statistik DF ditunjukkan oleh

nilai t statistik koefisien ϕYt-1ϕ. Jika nilai absolut statistik DF lebih

besar dari nilai kritisnya maka kita menolak hipotesis nol sehingga

data yang diamati menunjukkan stasioner. Sebaliknya data tidak

stasioner jika nilai absolut nilai statistik DF lebih kecil dari nilai kritis

distribusi statistik τ.

Uji akar unit dari Dickey Fuller di persamaan (3.5) – (3.7)

adalah model sederhana dan ini hanya bisa dilakukan jika data time

series hanya mengikuti pola AR(1). Akan tetapi dalam banyak kasus,

data time series mengandung unsur AR yang lebih tinggi sehingga

asumsi tidak adanya autokorelasi variabek gangguan (et) tidak

terpenuhi. Dickey-Fuller kemudian mengembangkan uji akar unit

dengan memasukkan unsur AR yang lebih tinggi dalam modelnya dan

menambahkan kelambanan variabel diferensi di sisi kanan persamaan

yang dikenal dengan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Dalam

13 Widarjono, 309.

Page 89: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

83

prakteknya uji ADF inilah yang seringkali digunakan untuk

mendeteksi apakah data stasioner atau tidak.14

Hasil t-Statistic dibandingkan dengan nilai t-MacKinnon

Ceitical Value. Jika t-Statistic lebih kecil dari test critical value berarti

data tidak stasioner. Sebaliknya, jika t-Statistic lebih besar dari Test

Critical Value berarti data stasioner. Dapat juga dengan melihat nilai

Probability hasil uji ADF. Jika nilai probability lebih besar dari tingkat

Level (5%), maka data tidak stasioner. Sebaliknya, jika nilai

probability lebih kecil tingkat Level berarti data stasioner.15

2. Pengujian Kointegrasi

Regresi yang menggunakan data time series yang tidak

stasioner kemungkinan besar akan menghasilkan regresi lancung

(spurious regression). Regresi lancung terjadi jika koefisien

determinasi cukup tinggi tapi hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen tidak mempunyai makna. Hal ini terjadi karena

hubungan keduanya yang merupakan data time series hanya

menunjukkan tren saja. Jadi tingginya koefisien determinasi karena

tren bukan karena hubungan antar keduanya.16

Secara umum bisa dikatakan bahwa jika data time series Y dan

X tidak stasioner pada tingkat level tetapi menjadi stasioner pada

14 Widarjono, 309. 15 Satrio Wijoyo, “Analisis Faktor Makroekonomi Dan Kondisi Spesifik Bank Syariah

Terhadap Non-Performing Financing (Studi Pada Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah

Yang Ada Di Indonesia Periode 2010:1-2015:12),” 2016, 79.

16 Widarjono, Ekonometrika Pengantar Dan Aplikasinya Disertai Panduan EViews, 315.

Page 90: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

84

diferensi (difference) yang sama yaitu Y adalah I(d) dan X adalah I(d)

di dimana d tingkat diferensi yang sama maka kedua data adalah

terkointegrasi. Dengan kata lain uji kointegrasi hanya bisa dilakukan

katika data yang digunakan dalam penelitian berintegrasi pada derajat

yang sama.17

Untuk mengetahui apakah residual dalam regresi merupakan

data stasioner maka kita akan regresi persamaan dan kemudian

mendapatkan residualnya. Sedangkan uji akar unit terhadap

residualnya untuk mengetahui stasioneritasnya dilakukan

menggunakan uji kointegrasi Augmented Dickey-Fuller (ADF).18

Metode uji kointegrasi dalam penelitian ini menggunakan uji

kointegrasi dari Engle-Granger. Untuk melakukan uji dari EG harus

dilakukan regresi persamaan dan kemudian mendapatkan residualnya.

Dari hasil residual ini kemudian diuji dengan ADF. nilai statistik ADF

kemudian dibandingkan dengan nilai kritisnya. Jika nilai statistikanya

lebih besar dari nilai kritisnya maka variabel-variabel yang diamati

saling berkointegrasi atau mempunyai hubungan jangka panjang.

Data dikatakan ada kointegrasi ketika nilai residualnya yang

dimiliki stasioner pada tingkat level atau signifikansinya nilai

probabilitas nilai residual lebih kecil dari test critical value 1%, 5%,

dan 10%. Selain itu juga dapat dilihat dari nilai t-Statistic yang lebih

17 Widarjono, 316. 18 Widarjono, 316.

Page 91: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

85

besar dari MacKinnon critical value sehingga data terkointegrasi pada

I (0).19

3. Model Koreksi Kesalahan Engle Granger

Variabel X dan Y yang sebelumnya tidak stasioner pada tingkat

level, tetapi stasioner pada tingkat diferensi dan kedua variabel

terkointegrasi. Adanya kointegrasi antara variabel X dan Y berarti ada

hubungan atau keseimbangan jangka panjang antara variabel X dan Y.

Dalam jangka pendek mungkin saja ada ketidakseimbangan

(disequilibrium). Ketidakseimbangan inilah yang sering kita temui

dalam pelaku ekonomi. Artinya, bahwa apa yang diinginkan pelaku

ekonomi (desired) belum tentu sama dengan apa yang terjadi

sebenarnya. Adanya perbedaan apa yang diinginkan pelaku ekonomi

dan apa yang terjadi maka diperlukan penyesuaian (adjustment).

Model yang memasukkan penyesuaian untuk melakukan koreksi bagi

keseimbangan disebut sebagai pendekatan model koreksi kesalahan

(Error Correction Model = ECM).

Pendekatan model ECM mulai timbul sejak perhatian para ahli

ekonometrika membahas secara khusus ekonometrika time series.

Model ECM pertama kali diperkenalkan oleh Sargan dan kemudian

dikembangkan lebih lanjut oleh Hendry dan akhirnya dipopulerkan

oleh Engle-Granger. Model ECM mempunyai beberapa kegunaan,

namun penggunaan yang paling utama bagi pekerjaan ekonometrika

19 Yudhistira Ardana, “Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham

Syariah Di Indonesi: Model ECM,” Jurnal Bisnis dan Manajemen, 6 (2016): 24.

Page 92: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

86

adalah di dalam mengatasi masalah data time series yang tidak

stasioner dan masalah regresi lancung.20

a. Model Hubungan Jangka Pendek

Uji ECM jangka pendek digunakan untuk melihat apakah

seluruh variabel independen secara individu berpengaruh jangka

pendek terhadap variabel dependen. Model hubungan jangka

pendek ECM adalah sebagai berikut:

ΔY = β0 + β1ΔX1t + β2ΔX2t + β3ΔX3t + β4RESID + ut

Keterangan:

Y : Dana Pihak Ketiga

X1 : Inflasi

X2 : Kurs

X3 : Tingkat Suku Bunga SBI

ut : nilai residual (periode sebelumnya)

b. Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah uji persyaratan yang digunakan

untuk uji regresi dengan metode estimasi Ordinal Least Squares

(OLS). Uji asumsi klasik yang hasilnya memenuhi asumsi maka

akan memberikan hasil Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).

Sebaliknya, apabila uji asumsi tidak memenuhi kriteria asumsi,

20 Widarjono, 320.

Page 93: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

87

maka model regresi yang diuji akan memberikan makna bias dan

menjadi sulit untuk diinterpretasikan.21

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki

distribusi normal. Hasil uji normalitas diharuskan terdistribusi

normal, karena untuk uji t dan uji F mengasumsikan bahwa

nilai residual mengikuti distribusi normal.22 Uji statistik

normalitas residual dapat dilakukan dengan uji statistik non

parametrik Kolmogorov Smirnov (K-5), dengan ketentuan

sebagai berikut:

a) Ho : nilai sig > 0,05 maka data residual terdistribusi

normal.

b) Ha : nilai sig ≤ 0,05 maka data residual tidak

terdistribusi normal.23

2) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain.24 Uji heteroskedastisitas

dalam penelitian ini menggunakan Uji Glejser yaitu dengan

21 Slamet Riyanto and Aglis Andhita Hatmawan, Metode Riset Penelitian Kuantitatif

Penelitian Di Bidang Manajemen, Teknik, Pendidikan Dan Eksperimen (Yogyakarta: CV Budi

Utama, 2020), 137. 22 Riyanto and Hatmawan, 137. 23 Riyanto and Hatmawan, 138. 24 Riyanto and Hatmawan, 139.

Page 94: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

88

melihat nilai sig dari variabel bebasnya, dengan ketentuan

sebagai berikut:

a) Apabila pada uji t untuk variabel bebas memiliki nilai sig <

0,05 (5%) maka dapat dipastikan terdapat

heteroskedastisitas.

b) Apabila pada uji t untuk variabel bebas memiliki nilai sig ≥

0,05 (5%) maka dapat dipastikan tidak terdapat

heteroskedastisitas.25

3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam

metode regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu

pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode

sebelumnya (t-1). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW

test). Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

a) Jika 0 < d < dL, berarti ada autokorelasi positif.

b) Jika 4 – dL < d < 4, berarti ada autokorelasi negatif.

c) Jika dU < d < 4 – dU, berarti tidak ada autokorelasi positif.

d) Jika dL ≤ d ≤ dU atau 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL, pengujian tidak

meyakinkan.

Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

25 Riyanto and Hatmawan, 140.

Page 95: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

89

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)

tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model

regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.26

4) Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah korelasi tinggi yang terjadi

antara variabel bebas satu dengan variabel bebas lainnya. Uji

multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel independen. Nilai tolerance > 0,10 dan nilai

VIF < 10 maka dikatakan bahwa tidak ada multikolinieritas

antar variabel independen dalam model regresi.27

4. Model Hubungan Jangka Panjang

Uji ECM jangka panjang digunakan untuk melihat apakah

seluruh variabel independen secara individu berpengaruh jangka

panjang terhadap variabel dependen. Model hubungan jangka panjang

ECM adalah sebagai berikut:

Yt = β0 + β1INFL + β2KURS + β3SB + ut

Keterangan:

Y = Dana Pihak Ketiga

INFL = Inflasi

26 Riyanto and Hatmawan, 138. 27 Riyanto and Hatmawan, 139.

Page 96: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

90

KURS = Kurs

SB = Tingkat Suku Bunga SBI

5. Uji Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji t)

Uji statistik t bertujuan untuk menguji signifikan pengaruh

secara parsial antara variabel independen terhadap variabel

dependen. Tingkat signifikansi 5% dengan pengujian yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1) Signifikan thitung < α 0,05 berarti ada pengaruh yang signifikan

antara variabel independen terhadap variabel dependen secara

parsial.

2) Signifikan thitung > α 0,05 berarti tidak ada pengaruh yang

signifikan antara variabel independen terhadap variabel

dependen secara parsial.28

b. Uji Simultan (Uji F)

Pengujian hipotesis ini dimaksudkan untuk mengetahui

sebuah tafsiran parameter secara bersama-sama, yang artinya

seberapa besar pengaruh dari variabel-variabel independen

terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Tingkat

signifikansi 5% dengan pengujian yang digunakan adalah sebagai

berikut:

28 Riyanto and Hatmawan, 141.

Page 97: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

91

1) Signifikan Fhitung < α 0,05 berarti ada pengaruh yang signifikan

antara variabel independen terhadap variabel dependen secara

simultan.

2) Signifikan Fhitung > α 0,05 berarti tidak ada pengaruh yang

signifikan antara variabel independen terhadap variabel

dependen secara simultan.29

c. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen

(variabel terikat). Nilai koefisien determinasi (R2) berkisar 0 – 1.

Nilai koefisien determinasi (R2) yang kecil menunjukkan

kemampuan variabel-variabel bebas (independen) dalam

menjelaskan variabel terikat (dependen) sangat terbatas.

Sebaliknya, nilai koefisien determinasi (R2) yang besar dan

mendekati 1 menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas

(independen) memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat

(dependen).30

29 Riyanto and Hatmawan, 142–43. 30 Riyanto and Hatmawan, 141.

Page 98: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

92

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Profil Bank Syariah Bukopin

PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan)

merupakan bank umum yang beroperasi dengan prinsip syariah.

Perseroan sebelumnya bernama PT Bank Persyarikatan Indonesia yang

menjalankan usaha konvensional. Legalitas Perseroan didasarkan pada

Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia nomor

10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang

Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional

menjadi Bank Syariah dan Perubahan Nama PT Bank Persyarikatan

Indonesia menjadi PT Bank Syariah Bukopin. SK Gubernur BI

tersebut diterbitkan setelah Perseroan diakusisi oleh PT Bank Bukopin

Tbk secara bertahap sejak 2005 hingga 2008. Perseroan secara resmi

mulai efektif beroperasi pada tanggal 9 Desember 2008. Saat itu,

kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M.

Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004-2009.1

Sebelumnya, PT Persyarikatan Indonesia bernama PT Bank

Swansarindo Internasional yang didirikan di Samarinda, Kalimantan

Timur, berdasarkan Akta nomor 102 tanggal 29 Juli 1990. Melalui

1 Laporan Keuangan Bulanan Bank Syariah Bukopin, diakses dari

https://www.syariahbukopin.co.id, pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 12.23

Page 99: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

93

Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 1659/KMK.013/1990

tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian izin peleburan usaha

dua Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank Umum dengan

nama PT Bank Swansarindo Internasional yang memperoleh kegiatan

operasi berdasarkan Surat Bank Indonesia nomor

24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin

Usaha Bank Umum dan Pemindahan kantor bank.

Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akusisi dilakukan

oleh Organisasi Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT

Swansarindo Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia

yang memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia nomor

5/4/KEP.DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 yang dituangkan ke

dalam akta nomor 109 tanggal 31 Januari 2003.

Pada tahun 2009, penggabungan Unit Usaha Syariah PT Bank

Bukopin Tbk. ke dalam PT Bank Syariah Bukopin disetujui oleh Bank

Indonesia melalui surat No. 11/842/DPbS tanggal 30 Juni 2009.

Pengalihan hak dan kewajibannya dilaksanakan pada tanggal 10 Juli

2009 dan telah dituangkan ke dalam akta pemisahan Unit Usaha

Syariah (UUS) PT Bank Bukopin Tbk. sebagaimana akta nomor 18

tanggal 18 Juni 2009 oleh Notaris Rakhmat Syamsul Rizal, SH. MH.2

PT Bank Bukopin Tbk. melihat prospek perbankan syariah

untuk terus bertumbuh pada masa mendatang. Hal itu didasarkan pada

2 Laporan Keuangan Bulanan Bank Syariah Bukopin, diakses dari

https://www.syariahbukopin.co.id, pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 12.13

Page 100: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

94

beberapa faktor antara lain mayoritas penduduk muslim yang

merupakan potensial market, dukungan dari Majelis Ulama Indonesia

(MUI), political will pemerintah dalam bentuk regulasi dan

kelembagaan, berkembangnya lembaga pendidikan keuangan syariah,

dan masuknya lembaga-lembaga keuangan syariah Internasional.

Untuk lebih memperkuat permodalan Perseroan dan

pengembangan ke depannya, PT Bank Bukopin Tbk. siap dan

berkomitmen untuk menyediakan tambahan setoran modal kepada PT

Bank Syariah Bukopin. Sampai dengan akhir Desember 2018,

Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu 1 Kantor Pusat dan

Operasional, 11 Kantor Cabang, 6 Kantor Cabang Pembantu, 4 Kantor

Kas, 6 unit mobil kas keliling, dan 97 Kantor Layanan Syariah, serta

33 mesin ATM BSB dengan jaringan Prima BCA dan ATM Bersama.

Sesuai dengan Perubahan Anggaran Dasar pada Akta No. 28 tanggal

31 Maret 2008, bidang usaha Perseroan yaitu Usaha Perbankan

berdasarkan prinsip syariah.3

2. Visi dan Misi Bank Syariah Bukopin

a. Visi

Menjadi Bank Syariah pilihan dengan pelayanan terbaik.

b. Misi

1) Memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah.

3 Laporan Keuangan Bulanan Bank Syariah Bukopin, diakses dari

https://www.syariahbukopin.co.id, pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 12.23

Page 101: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

95

2) Memberntuk Sumber Daya Insani yang professional dan

amanah.

3) Memfokuskan pengembangan usaha pada sektor UMKM

(Usaha Mikro Kecil dan Menengah).

4) Meningkatkan nilai tambah kepada stakeholder.

3. Produk-Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah Bukopin

a. Tabungan iB SiAga

Simpanan pada Bank Syariah Bukopin untuk perorangan

dalam bentuk mata uang rupiah yang penarikannya dapat dilakukan

sewaktu-waktu dengan cara tertentu yang telah dipersyaratkan.

b. Tabungan iB Haji

Simpanan untuk perorangan dalam bentuk mata uang

rupiah untuk yang mempunyai rencana berangkat ibadah Haji.

c. Tabungan iB Rencana (iB Rencana Umrah, iB Rencana

Pendidikan dan iB Rencana Multiguna)

Jenis tabungan berjangka dengan potensi bagi hasil yang

kompetitif guna memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang,

sekaligus memberikan manfaat proteksi asuransi jiwa gratis.4

d. Tabungan iB SiAga Bisnis

Simpanan yang diperuntukkan bagi perorangan dan badan

usaha, yang penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan syarat

dan ketentuan tertentu yang telah disepakati dan tidak dapat ditarik

4 Laporan Keuangan Bulanan Bank Syariah Bukopin, diakses dari https://www.syariah

bukopin.co.id, pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 12.23

Page 102: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

96

dengan cek, bilyet giro atau media lainnya yang dipersamakan

dengan itu.

e. TabunganKu iB

Tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan

ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di

Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

f. Tabungan SimPel iB

Tabungan untuk siswa yang diterbitkan secara bersama

oleh seluruh bank di Indonesia, dengan persyaratan mudah dan

sederhana serta fitur yang menarik dalam rangka edukasi dan

inklusi keuangan untuk mendorong budaya menabung sejak usia

dini.

g. Tabungan iB SiAga Pensiun

Tabungan dalam mata uang rupiah yang diperuntukkan

untuk penerimaan pembayaran Manfaat Pensiun rutin setiap

bulannya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

atau dari instansi lain. 5

h. Deposito iB

Jenis simpanan dalam mata uang rupiah yang penarikannya

hanya dapat dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut

perjanjian antara deposan dengan pihak bank.

5 Laporan Keuangan Bank Syariah Bukopin, diakses dari

https://www.syariahbukopin.co.id, pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 12.23

Page 103: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

97

i. Giro iB

Simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran

dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan Cek atau sarana perintah pembayaran lainnya atau

melalui pemindahbukuan lainnya. Terdapat Giro iB Matic, yaitu

fasilitas pemindahbukuan secara sistem dari Tabungan untuk

memenuhi kekurangan dana pada rekening Giro iB serta

pemindahbukuan dari rekening Giro iB ke rekening Tabunga iB

atau sebaliknya untuk optimalisasi dana nasabah.

Pemindahbukuan secara sistem tersebut hanya dapat

dilaksanakan berdasarkan Standing Instruction (SI)dari nasabah

yang telah ditetapkan oleh Bank Syariah Bukopin dalam bentuk

Formulir Permohonan Giro iB Matic.6

B. Hasil Pengujian Deskripsi

1. Statistik Deskriptif Variabel

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen yaitu dana

pihak ketiga dan tiga variabel independen yaitu inflasi, kurs, dan

tingkat suku bunga SBI. Untuk mengetahui karakteristik data masing-

masing variabel digunakan statistik data. Statistik data digunakan

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

6 Laporan Keuangan Bank Syariah Bukopin, diakses dari

https://www.syariahbukopin.co.id, pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 12.23

Page 104: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

98

terkumpul tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi.

Tabel 4.1 menunjukkan statistik data masing-masing variabel

dengan total observasi 48 yang meliputi nilai rata-rata, nilai tengah,

nilai maksimum dan nilai minimum.

Tabel 4.1

Data Mean, Median, Maksimum, dan Minimum dari Masing-

Masing Variabel Penelitian

Nilai

Dana

Pihak

Ketiga (Y)

(Jutaan

Rupiah)

Inflasi

(X1) (%)

Kurs (X2)

(Rp)

Tingkat Suku

Bunga SBI

(X3) (%)

Mean 5057913 3,39 13768,44 5,32

Median 5085010 3,32 13573,13 5,13

Maksimum 5786437 4,45 15178,87 7,25

Minimum 4322632 2,48 13017,24 4,25

Sumber: Data Sekunder, diolah 2020

Berdasarkan statistik data yang telah disajikan pada Tabel 4.1

diperoleh gambaran dari variabel dependen dan masing-masing

variabel independen sebagai berikut:

Page 105: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

99

a. Dana Pihak Ketiga

4,200,000

4,400,000

4,600,000

4,800,000

5,000,000

5,200,000

5,400,000

5,600,000

5,800,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2016 2017 2018 2019

Dana Pihak Ketiga

Sumber: Laporan Bulanan Bank Syariah Bukopin, diolah 2020

Gambar 4.1

Jumlah Dana Pihak Ketiga Bulanan Bank Syariah Bukopin

Periode 2016-2019 (dalam Jutaan Rupiah)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dana pihak

ketiga mempunyai nilai rata-rata sebesar 5.057.913 juta rupiah,

nilai tengah sebesar 5.085.010 juta rupiah, nilai maksimum sebesar

5.786.437 juta rupiah, serta nilai minimum sebesar 4.322.632 juta

rupiah. Jumlah dana pihak ketiga tertinggi terjadi pada bulan

September 2017, sedangkan jumlah dana pihak ketiga terrendah

terjadi pada bulan Juli 2019.

Berdasarkan Gambar 4.1 jumlah dana pihak ketiga secara

keseluruhan terus mengalami perubahan yang tidak stabil. Pada

tahun 2016 hingga 2017 terlihat bahwa jumlah dana pihak ketiga

Page 106: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

100

cenderung meningkat, namun pada tahun 2018 hingga 2019 jumlah

dana pihak ketiga cenderung menurun.

b. Inflasi

2.4

2.8

3.2

3.6

4.0

4.4

4.8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2016 2017 2018 2019

Inflasi

Sumber: Laporan Bank Indonesia, diolah 2020

Gambar 4.2

Laju Inflasi IHK Periode 2016-2019

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa inflasi

mempunyai nilai rata-rata sebesar 3,39%, nilai tengah sebesar

3,32%, nilai maksimum sebesar 4,45%, serta nilai minimum

sebesar 2,48%. Tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan Maret

2016, sedangkan tingkat inflasi terendah terjadi pada bulan Maret

2019.

Secara keseluruhan laju inflasi periode Januari 2016 hingga

Desember 2019 mengalami tren menurun seperti yang terlihat pada

Gambar 4.2. Tingkat inflasi dalam empat tahun terakhir

Page 107: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

101

menunjukkan angka di bawah 10% artinya inflasi yang terjadi

tergolong dalam inflasi rendah.

c. Kurs

12,800

13,200

13,600

14,000

14,400

14,800

15,200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2016 2017 2018 2019

Kurs

Sumber: Laporan Bank Indonesia, diolah 2020

Gambar 4.3

Kurs Tengah Transaksi Rupiah Bulanan Terhadap Dollar AS

Periode 2016-2019

Gambar 4.3 menunjukkan perkembangan kurs atau nilai

tukar Rupiah terhadap Dollar AS periode Januari 2016 hingga

Desember 2019. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa

secara keseluruhan nilai tukar mengalami tren meningkat atau

penurunan nilai (depresiasi). Berdasarkan Tabel 4.1 dapat

diketahui bahwa nilai tukar/exchange rate mempunyai nilai rata-

rata sebesar Rp 13.768,44, nilai tengah sebesar Rp 13.573,13, nilai

maksimum sebesar Rp 15.178,87, serta nilai minimum sebesar

Page 108: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

102

sebesar Rp 13.017,24. Nilai tukar tertinggi terjadi pada bulan

Oktober 2018, sedangkan nilai tukar terendah terjadi pada bulan

Oktober 2016.

Berdasarkan Gambar 4.3 secara keseluruhan nilai tukar

Rupiah terhadap Dollar AS cenderung meningkat atau melemah.

Perubahan yang sangat drastis terjadi pada bulan Oktober 2018

yang mencapai angka Rp 15.178,87 dan pada bulan November

kembali menguat dengan angka Rp 14.696,86.

d. Tingkat Suku Bunga SBI

4.0

4.5

5.0

5.5

6.0

6.5

7.0

7.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2016 2017 2018 2019

Tingkat Suku Bunga SBI

Sumber: Laporan Bank Indonesia, diolah 2020

Gambar 4.4

Tingkat Suku Bunga SBI Periode 2016-2019

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa tingkat suku

bunga SBI mempunyai rata-rata sebesar 5,32%, nilai tengah

sebesar 5,13%, nilai maksimum sebesar 7,25%, serta nilai

Page 109: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

103

minimum sebesar 4,25%. Tingkat suku bunga SBI tertinggi terjadi

pada bulan Januari 2016, sedangkan tingkat suku bunga SBI

terendah terjadi pada bulan Septeber 2017 hingga April 2018.

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa setiap beberapa bulan

tingkat suku bunga SBI cenderung dalam keadaan stabil namun

secara keseluruhan tingkat suku bunga SBI periode Januari 2016

hingga Desember 2019 cenderung menurun.

2. Uji Error Correction Model (ECM)

a. Uji Stasioneritas Data: Uji Akar Unit (Uji Root Test)

Uji stasioneritas pada penelitian ini menggunakan uji akar

unit atau uji root test Augmented Dickey-Fuller (ADF). Dalam

prakteknya uji ADF seringkali digunakan untuk mendeteksi apakah

data stasioner atau tidak. Jika hasil uji stasioneritas ADF yang

diperoleh pada tingkat level tidak stasioner maka dapat dilakukan

uji stasioneritas ADF pada tingkat first difference. Langkah

tersebut dilakukan hingga data semua variabel berada pada tingkat

stasioner. Hasil uji stasioneritas Augmented Dickey-Fuller pada

tingkat level ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Hasil Uji Augmented Dickey-Fuller pada Tingkat Level

Variabel Nilai ADF

test statistic Probabilitas Keterangan

Inflasi -2,697709 0,2423 Tidak stasioner

Kurs -2,538854 0,3090 Tidak stasioner

Suku Bunga

SBI -2,150542 0,5048 Tidak stasioner

Page 110: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

104

DPK -3,165195 0,1039 Tidak stasioner

Sumber: Data Sekunder Diolah Menggunakan EViews 10, 2020

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa semua

variabel yaitu inflasi, kurs, tingkat suku bunga SBI, dan dana pihak

ketiga tidak stasioner pada tingkat level yakni probabilitas ADF

lebih besar dari 0,05. Karena semua variabel tidak stasioner pada

tingkat level maka dilakukan uji stasioneritas Augmented Dickey-

Fuller pada tingkat first difference. Hasil uji stasioneritas

Augmented Dickey-Fuller pada tingkat first difference dapat dilihat

pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Hasil Uji Augmented Dickey-Fuller pada Tingkat First

Difference

Variabel Nilai ADF

test statistic Probabilitas Keterangan

Inflasi -6,578274 0,0000 Stasioner

Kurs -5,972740 0,0001 Stasioner

Suku Bunga

SBI -4,919408 0,0013 Stasioner

Dana Pihak

Ketiga -8,604944 0,0000 Stasioner

Sumber: Data Sekunder Diolah Menggunakan EViews 10, 2020

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai

probabilitas dari semua variabel lebih kecil dari 0,05. Artinya, pada

tingkat first difference semua variabel dinyatakan stasioner.

b. Uji Kointegrasi

Setelah dilakukan uji stasioneritas maka tahap berikutnya

adalah uji kointegrasi yang bertujuan untuk mengetahui ada atau

Page 111: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

105

tidaknya kointegrasi pada data variabel yang menunjukkan

hubungan jangka pendek dan jangka panjang antar variabel. Uji

kointegrasi dalam penelitian ini menggunakan uji kointegrasi

Augmented Dickey-Fuller. Syarat untuk memenuhi kriteria diantara

variabel-variabel yang diteliti terkointegrasi adalah dengan melihat

perilaku residual dari regresi persamaan yang digunakan, yaitu

residualnya harus stasioner di mana nilai probabilitas kurang dari

0,05. Berikut hasil uji uji stasioneritas residual regresi dapat dilihat

pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4

Hasil Uji Stasioner Residual Regresi

Augmented

Dickey-Fuller test

statistic

t-Statistic Probabilitas Keterangan

-4,878287 0,0014 Stasioneritas

Sumber: Data Sekunder Diolah Menggunakan EViews 10, 2020

Berdasarkan Tabel 4.4 nilai probabilitas menunjukkan

angka 0,0014. Karena nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka nilai

residualnya stasioner. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

kointegrasi atau hubungan jangka panjang antara variabel inflasi,

kurs, dan tingkat suku bunga SBI terhadap jumlah dana pihak

ketiga.

Page 112: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

106

c. Model Hubungan Jangka Pandek

1) Uji Asumsi Klasik

a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, variabel penggangu atau residual

memiliki distribusi normal. Hasil uji normalitas diharuskan

terdistribusi normal, karena untuk uji t dan uji F

mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal. Jika nilai probabilitas yang dihasilkan lebih dari

tingkat signifikan α = 5% maka dapat dikatakan bahwa

berdistribusi normal. Namun apabila hasilnya lebih kecil

dari tingkat signifikan α = 5% maka tidak berdistribusi

normal. Pada penelitian ini menggunakan uji normalitas

dengan histogram residual. Hasil uji normalitas dengan

histogram residual dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut:

0

2

4

6

8

10

12

-400000 -200000 1 200001 400001

Series: Residuals

Sample 2016M02 2019M12

Observations 47

Mean 3.10e-12

Median -37801.12

Maximum 428207.5

Minimum -364160.9

Std. Dev. 166953.8

Skewness 0.522987

Kurtosis 3.541566

Jarque-Bera 2.716901

Probability 0.257059

Sumber: Data Sekunder Diolah Menggunakan EViews 10,

2020

Gambar 4.5

Hasil Uji Normalitas dengan Metode Jarque-Bera

Page 113: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

107

Berdasarkan Gambar 4.5 diketahui bahwa nilai

probabilitas yang dihasilkan sebesar 0,257059 > α = 0,05.

Maka dapat diartikan bahwa data yang digunakan dalam

regresi jangka pendek model ECM berdistribusi normal.

b) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah

terdapat atau tidaknya kasus heteroskedastisitas dalam

model regresi menggunakan uji Glejser. Jika Obs*R-

Squared dalam regresi jangka pendek menunjukkan lebih

besar dari α = 5%, maka dapat dikatakan bahwa data yang

digunakan dalam jangka pendek model ECM tidak

memiliki kasus heteroskedastisitas. Hasil uji

heteroskedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 0.173507 Prob. F(4,42) 0.9508

Obs*R-squared 0.764025 Prob. Chi-Square(4) 0.9432

Scaled explained SS 0.785551 Prob. Chi-Square(4) 0.9404

Sumber: Data Sekunder Diolah Menggunakan EViews 10,

2020

Berdasarkan pengolahan data pada uji

heteroskedastisitas diperoleh probabilitas chi-square dari

Obs*R-Squared sebesar 0,9432, di mana nilai tersebut lebih

Page 114: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

108

besar dari α = 5% (0,9432 > 0,05), maka dapat dikatakan

bahwa dalam model persamaan regresi jangka pendek ECM

tidak ada masalah heteroskedastisitas.

c) Uji Autokolinieritas

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui tidak

adanya indikasi autokorelasi. Untuk mengetahui ada atau

tidaknya indikasi autokorelasi digunakan uji Breusch-

Godfrey Serial Correlation LM Test. Jika nilai probabilitas

Obs*R-Squared lebih besar dari tingkat signifikasi α = 5%

maka dapat dikatakan bahwa data pada model tersebut tidak

memiliki masalah autokorelasi. Namun jika nilai

probabilitas Obs*R-Squared lebih kecil dari tingkat

signifikasi α = 1%, 5% maka data pada model tersebut

memiliki masalah autokorelasi. Hasil uji autokolinieritas

dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokolinieritas dengan Uji Breusch-Godfrey

Serial Correlation LM Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.036815 Prob. F(2,40) 0.9639

Obs*R-squared 0.086357 Prob. Chi-Square(2) 0.9577

Sumber: Data Sekunder Diolah Menggunakan EViews 10,

2020

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa hasil

dari perhitungan persamaan jangka pendek diperoleh nilai

Page 115: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

109

probabilitas chi-sqeare Obs*R-Squared sebesar 0,9577, di

mana nilai tersebut lebih besar dari tingkat signifikasi α =

5% (0,9577 > 0,05) yang artinya bahwa dalam persamaan

jangka pendek dengan model ECM tidak memiliki masalah

autokorelasi.

d) Uji Multilinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara

variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Deteksi

multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat dari

beberapa hal, yaitu jika Variance Inflation Factor (VIF)

tidak lebih dari 10 dan jika Tolerance tidak kurang dari 0,1,

maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas.

Tabel 4.7

Hasil Uji Multikolinieritas

Variance Inflation Factors

Date: 05/08/20 Time: 06:27

Sample: 2016M01 2019M12

Included observations: 47 Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF C 6.82E+08 1.050035 NA

D(INFLASI) 7.79E+09 1.015551 1.004605

D(KURS) 18611.77 1.025082 1.024868

D(SUKUBUNGA_SBI) 1.10E+10 1.062008 1.023066

RESIDUAL 0.018885 1.005110 1.004871

Sumber: Data Sekunder Diolah Menggunakan EViews 10,

2020

Page 116: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

110

Berdasarkan hasil uji multikolinieritas dapat

diketahui bahwa Centered VIF inflasi sebesar 1,004605,

Centered VIF kurs sebesar 1,024868, dan Centered VIF

sebesar 1,023066 lebih kecil dari 10, sehingga dapat

diartikan bahwa model terbebas dari multikolinieritas.

2) Model Hubungan Jangka Pendek

Tabel 4.8

Hasil Uji Regresi Jangka Pendek

Dependent Variable: D(DPK)

Method: Least Squares

Date: 05/08/20 Time: 06:24

Sample (adjusted): 2016M02 2019M12

Included observations: 47 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -275.6815 26115.81 -0.010556 0.9916

D(INFLASI) 7933.543 88252.51 0.089896 0.9288

D(KURS) -88.85884 136.4250 -0.651339 0.5184

D(SUKUBUNGA_SBI) -223642.4 105057.1 -2.128770 0.0392

RESIDUAL 0.673001 0.137423 4.897295 0.0000 R-squared 0.412306 Mean dependent var 11877.77

Adjusted R-squared 0.356336 S.D. dependent var 217781.4

S.E. of regression 174723.2 Akaike info criterion 27.08008

Sum squared resid 1.28E+12 Schwarz criterion 27.27691

Log likelihood -631.3819 Hannan-Quinn criter. 27.15415

F-statistic 7.366453 Durbin-Watson stat 1.859371

Prob(F-statistic) 0.000137

Sumber: Data Sekunder Diolah Menggunakan EViews 10,

2020

Dengan demikian diperoleh persamaan dari hasil estimasi

jangka pendek sebagai berikut:

Δ(DPK) = -275,6815 + 7933,543 Δ(INFLASI) –

88,85884Δ(KURS) – 223642,4Δ(SUKUBUNGA_SBI) +

0,673001(RESIDUAL)

Page 117: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

111

Hasil regresi jangka pendek pada Tabel 4.8 dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Variabel Δ(INFLASI) dengan nilai t-Statistic sebesar

0,089896, hasil pengolahan data penelitian menunjukkan

bahwa untuk variabel inflasi memiliki koefisien bertanda

positif. Kemudian didapat t-kritis pada tabel dengan α = 5%

dan df = n – k (df = 47 – 3 = 44) yaitu sebesar 2,01537, dapat

dilihat bahwa t-Statistic (t-hitung) lebih kecil dari t-kritis

(0,089896 < 2,01537), maka menerima Ho1 artinya dalam

jangka pendek inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap

jumlah dana pihak ketiga.

Variabel Δ(KURS) dengan nilai t-Statistic sebesar

0,651339, hasil pengolahan data penelitian menunjukkan

bahwa untuk variabel kurs memiliki koefisien bertanda negatif.

Kemudian didapatkan t-kritis pada tabel dengan α = 5% dan df

= n – k (df = 47 – 3 = 44) yaitu sebesar 2,01537, dapat dilihat

bahwa t-Statistic (t-hitung) lebih kecil dari t-kritis (0,651339 <

2,01537), maka menerima Ho3 artinya dalam jangka pendek

kurs tidak berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Variabel Δ(SUKUBUNGA_SBI) dengan nilai t-

Stastistic sebesar 2,128770, hasil pengolahan data penelitian

menunjukkan bahwa untuk variabel kurs memiliki koefisien

bertanda negatif. Kemudian didapat t-kritis pada tabel dengan α

Page 118: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

112

= 5% dan df = n – k (df = 47 – 3 = 44) yaitu sebesar 2,01537,

dapat dilihat bahwa t-Statistic (t-hitung) lebih besar dari t-kritis

(2,128770 > 2,01537), maka menolak Ho5 artinya dalam

jangka pendek tingkat suku bunga SBI berpengaruh terhadap

jumlah dana pihak ketiga. Ketika tingkat suku bunga SBI

mengalami kenaikan, maka jumlah dana pihak ketiga

mengalami penurunan. Ketika perubahan tingkat suku bunga

mengalami kenaikan sebesar 1%, maka jumlah dana pihak

ketiga mengalami penurunan sebesar 223.642,4 juta rupiah

dengan asumsi variabel yang lain tetap.

d. Model Hubungan Jangka Panjang

Tabel 4.9

Hasil Uji Model Hubungan Jangka Panjang

Dependent Variable: DPK

Method: Least Squares

Date: 05/08/20 Time: 06:28

Sample: 2016M01 2019M12

Included observations: 48 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 11898370 968921.4 12.28002 0.0000

INFLASI 34049.42 68526.89 0.496877 0.6217

KURS -431.4712 63.23916 -6.822848 0.0000

SUKUBUNGA_SBI -190732.8 34714.04 -5.494400 0.0000 R-squared 0.738839 Mean dependent var 5057913.

Adjusted R-squared 0.721033 S.D. dependent var 365855.0

S.E. of regression 193234.8 Akaike info criterion 27.26085

Sum squared resid 1.64E+12 Schwarz criterion 27.41679

Log likelihood -650.2605 Hannan-Quinn criter. 27.31978

F-statistic 41.49292 Durbin-Watson stat 1.369094

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data Sekunder Diolah Menggunakan EViews 10, 2020

Page 119: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

113

Dengan demikian diperoleh persamaan dari hasil estimasi

jangka panjang sebagai berikut:

DPK = 11898370 + 34049,42INFLASI – 431,4712KURS –

190732,8SUKUBUNGA_SBI + ut

Variabel inflasi dengan t-Statistic sebesar 0,496877, hasil

pengolahan data penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi

memiliki koefisien positif. Kemudian didapat t-kritis pada tabel-t

dengan α = 5% dan df = n – k (df = 48 – 3 = 45) yaitu sebesar

2,01410. Sehingga dapat dilihat bahwa t-Statistic (t-hitung) lebih

kecil dari t-kritis (0,496877 < 2,01410), maka menerima Ho2

artinya dalam jangka panjang inflasi tidak berpengaruh terhadap

jumlah dana pihak ketiga.

Variabel kurs dengan t-Statistic sebesar 6,822848, hasil

pengolahan data penelitian menunjukkan bahwa variabel kurs

memiliki koefisien negatif. Kemudian didapat t-kritis pada tabel-t

dengan α = 5% dan df = n – k (df = 48 - 3 = 45) yaitu sebesar

2,01410. Sehingga dapat dilihat bahwa t-Statistic (t-hitung) lebih

besar dari t-kritis (6,822848 > 2,01410) maka menolak Ho4 artinya

dalam jangka panjang kurs berpengaruh negatif terhadap jumlah

dana pihak ketiga. Ketika kurs rupiah mengalami kenaikan

(melemah) sebesar 1 maka jumlah dana pihak ketiga mengalami

penurunan sebesar 431,4712 juta rupiah dengan asumsi variabel

yang lain tetap.

Page 120: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

114

Variabel tingkat suku bunga SBI dengan t-Statistic sebesar

5,494400, hasil pengolahan data penelitian menunjukkan bahwa

variabel tingkat suku bunga SBI memiliki koefisien negatif.

Kemudian didapat t-kritis pada tabel-t dengan α = 5% dan df = n –

k (df = 48 - 0 = 48) yaitu sebesar 2,01410. Sehingga dapat dilihat

bahwa t-Statistic (t-hitung) lebih besar dari t-kritis (5,494400 >

2,01410), maka menolak Ho6 artinya dalam jangka panjang tingkat

suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap jumlah dana pihak

ketiga. Ketika tingkat suku bunga SBI mengalami kenaikan 1%

maka jumlah dana pihak ketiga mengalami penurunan sebesar

190.732,8 juta rupiah dengan asumsi variabel yang lain tetap.

C. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Hubungan Jangka Pendek

a. Uji Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen dengan tingkat signifikasi

α = 1%, 5%, 10%. Pengujian dalam uji t dilihat dari nilai t-Statistic

dan probabilitas dari masing-masing variabel. Hasil uji t dapat

dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut:

Page 121: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

115

Tabel 4.10

Hasil Uji Parsial (Uji t)

Variabel Independen t-Statistic Probabilitas

INFLASI 0,089896 0,9288

KURS -0,651339 0,5184

SUKUBUNGA_SBI -2,128770 0,0392

Sumber: Data Sekunder, Diolah Menggunakan EViews 10 2020

1) Variabel Inflasi Terhadap Jumlah Dana Pihak Ketiga

Berdasarkan hasil dari Tabel 4.10 di atas, diketahui dari

t-Statistic sebesar 0,089896 diperoleh nilai probabilitas sebesar

0,9288. Karena nilai probabilitas lebih besar dari α = 5%

(0,9288 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel

inflasi dalam jangka pendek tidak berpengaruh signifikan

terhadap jumlah dana pihak ketiga.

2) Variabel Kurs Terhadap Jumlah Dana Pihak Ketiga

Berdasarkan hasil dari Tabel 4.10 di atas, diketahui dari

t-Statistic sebesar -0,651339 diperoleh nilai probabilitas

sebesar 0,5184. Karena nilai probabilitas lebih besar dari α =

5% (0,5184 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel

kurs dalam jangka pendek tidak berpengaruh signifikan

terhadap jumlah dana pihak ketiga.

3) Variabel Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Dana

Pihak Ketiga

Berdasarkan hasil dari Tabel 4.10 di atas, diketahui dari

t-Statistic sebesar -2,128770 diperoleh nilai probabilitas

Page 122: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

116

sebesar 0,0392. Karena nilai probabilitas lebih kecil dari α =

5% (0,0392 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel

tingkat suku bunga SBI dalam jangka pendek berpengaruh

signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga.

b. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

menguji secara menyeluruh dan bersama-sama apakah seluruh

variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen

secara signifikan dengan ketentuan jika nilai probabilitas F-statistic

lebih kecil dari tingkat signifikasi yaitu α = 1%, 5%, dan 10%

maka secara bersama-sama variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen. Namun, jika nilai probabilitas F-

statistic lebih besar dari tingkat signifikasi yaitu α = 1%, 5%, dan

10% maka secara bersama-sama variabel independen tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 4.11

Uji Simultan (Uji F)

Nilai F-Statistic Prob (F-Statistic)

7,366453 0,000137

Sumber: Data Sekunder, diolah 2020

Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa nilai F-statistic

sebesar 0,000137 lebih kecil daripada nilai signifikasi α = 5%

(0,000137 < 0,05), maka dapat diartikan bahwa secara simultan

variabel independen inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI

Page 123: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

117

dalam jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana

pihak ketiga.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji determinasi digunakan untuk mengukur besarnya

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dalam

hal ini pengaruh nilai variabel inflasi kurs, dan tingkat suku bunga

SBI terhadap jumlah dana pihak ketiga Bank Syariah Bukopin.

Hasil uji determinasi dari regresi jangka pendek

menunjukkan nilai Adjusted R-Squared sebesar 0,356336 yang

artinya variabel independen inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga

SBI dalam persamaan jangka pendek mempengaruhi jumlah dana

pihak ketiga sebesar 35,6336% sedangkan sisanya sebesar

64,3664% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.

2. Hubungan Jangka Panjang

a. Uji Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen dengan tingkat signifikasi

α = 1%, 5%, 10%. Pengujian dalam uji t dilihat dari nilai t-Statistic

dan probabilitas dari masing-masing variabel. Hasil uji t dapat

dilihat pada Tabel 4.12 sebagai berikut:

Page 124: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

118

Tabel 4.12

Hasil Uji Parsial (Uji t)

Variabel Independen t-Statistic Probabilitas

INFLASI 0,496877 0,6217

KURS -6,822848 0,0000

SUKUBUNGA_SBI -5,494400 0,0000

Sumber: Data Sekunder, Diolah Menggunakan EViews 10 2020

1) Variabel Inflasi Terhadap Jumlah Dana Pihak Ketiga

Berdasarkan hasil dari Tabel 4.12 di atas, diketahui dari

t-Statistic sebesar 0,496877 diperoleh nilai probabilitas sebesar

0,6217. Karena nilai probabilitas lebih besar dari α = 5%

(0,6217 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel

inflasi dalam jangka panjang tidak berpengaruh signifikan

terhadap jumlah dana pihak ketiga.

2) Variabel Kurs Terhadap Jumlah Dana Pihak Ketiga

Berdasarkan hasil dari Tabel 4.12 di atas, diketahui dari

t-Statistic sebesar -6,822848 diperoleh nilai probabilitas

sebesar 0,0000. Karena nilai probabilitas lebih kecil dari α =

5% (0,0000 < 0,05) dan berkoefisien negatif, maka dapat

disimpulkan bahwa variabel kurs dalam jangka panjang

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah dana pihak

ketiga.

Page 125: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

119

3) Variabel Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Dana

Pihak Ketiga

Berdasarkan hasil dari Tabel 4.12 di atas, diketahui dari

t-Statistic sebesar -5,494400 diperoleh nilai probabilitas

sebesar 0,0000. Karena nilai probabilitas lebih kecil dari α =

5% (0,0000 < 0,05) dan berkoefisien negatif, maka dapat

disimpulkan bahwa variabel tingkat suku bunga SBI dalam

jangka panjang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

jumlah dana pihak ketiga.

b. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

menguji secara menyeluruh dan bersama-sama apakah seluruh

variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen

secara signifikan dengan ketentuan jika nilai probabilitas F-statistic

lebih kecil dari tingkat signifikasi yaitu α = 1%, 5%, dan 10%

maka secara bersama-sama variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen. Namun, jika nilai probabilitas F-

statistic lebih besar dari tingkat signifikasi yaitu α = 1%, 5%, dan

10% maka secara bersama-sama variabel independen tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 4.13

Hasil Uji Simultan (Uji F)

Nilai F-Statistic Prob (F-Statistic)

41,49292 0,000000

Sumber: Data Sekunder, Diolah 2020

Page 126: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

120

Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa nilai F-statistic

sebesar 0,000000 lebih kecil daripada nilai signifikasi α = 5%

(0,000000 < 0,05), maka dapat diartikan bahwa secara simultan

variabel independen inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI

dalam jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap jumlah

dana pihak ketiga.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji determinasi digunakan untuk mengukur besarnya

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dalam

hal ini pengaruh nilai variabel inflasi kurs, dan tingkat suku bunga

SBI terhadap jumlah dana pihak ketiga Bank Syariah Bukopin.

Hasil uji determinasi dari regresi jangka panjang

menunjukkan nilai Adjusted R-Squared sebesar 0,721033 yang

artinya variabel independen inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga

SBI dalam persamaan jangka panjang mempengaruhi jumlah dana

pihak ketiga sebesar 72,1033% sedangkan sisanya sebesar

27,8967% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.

D. Pembahasan

1. Pengaruh Inflasi Terhadap Jumlah Dana Pihak Ketiga

Inflasi diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa, yang

terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan

Page 127: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

121

penawaran barang di pasar.7 Inflasi atau kenaikan harga-harga yang

tinggi dan terus menerus telah menimbulkan beberapa dampak buruk

kepada individu dan masyarakat, para penabung, kreditur/debitur dan

produsen, ataupun pada kegiatan perekonomian secara keseluruhan.8

Menurut M. Umer Chapra inflasi berpengaruh negatif terhadap

inflasi, di mana inflasi mengandung implikasi bahwa uang tidak

berfungsi sebagai satuan hitungan yang adil dan benar. Hal itu

menyebabkan uang menjadi standar pembayaran tertunda yang tidak

adil dan seuatu alat penyimpanan nilai yang tidak dapat dipercaya.

Inflasi menyebabkan orang berlaku tidak adil terhadap orang lain,

meskipun disadarinya, dengan merosotnya daya beli aset-aset moneter

secara tidak diketahui. Hal itu merusak efisiensi sistem moneter dan

menimbulkan ongkos kesejahteraan pada masyarakat. Hal itu

meningkatkan konsumsi dan mengurangi tabungan.9

Sementara menurut Nurul Huda, dkk, dampak inflasi bagi para

penabung adalah dapat menyebabkan orang enggan untuk menabung

karena nilai mata uang semakin menurun. Tabungan memang

menghasilkan bunga, tetapi jika tingkat inflasi di atas bunga, tetap saja

nilai mata uang akan menurun. Bila orang enggan menabung, maka

dunia usaha dan investasi akan sulit untuk berkembang, karena

7 Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 333. 8 Nurul Huda et al., Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, 1st ed. (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008), 180. 9 M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 5.

Page 128: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

122

berkembangnya dunia usaha membutuhkan dana dari masyarakat yang

di simpan di bank.10

Namun berdasarkan uji jangka pendek dan jangka panjang,

inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga

tahun 2016 hingga tahun 2019. Berdasarkan hasil uji hubungan jangka

pendek variabel inflasi, diperoleh t-Statistic (t-hitung) lebih kecil dari

t-kritis (0,089896 < 2,01537), maka menerima Ho1 yang artinya dalam

jangka pendek inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah dana pihak

ketiga. Sementara berdasarkan uji hubungan jangka panjang, variabel

inflasi memperoleh t-Statistic (t-hitung) lebih kecil dari t-kritis

(0,496877 < 2,01410), dan nilai probabilitas lebih besar dari α = 5%

(0,6217 > 0,05), maka menerima Ho2 yang artinya dalam jangka

panjang inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka

pendek maupun jangka panjang inflasi tidak berpengaruh terhadap

jumlah dana pihak ketiga. Hal tersebut dikarenakan tingkat inflasi

dalam periode penelitian tergolong inflasi rendah yakni kurang dari

10%, artinya tingkat inflasi tersebut masih tergolong wajar.

Berdasarkan PMK No. 93/PMK.011/2014 tentang sasaran

inflasi tahun 2016, 2017, dan 2018 tanggal 21 Mei 2014 sasaran inflasi

yang ditetapkan oleh pemerintah untuk periode 2016 hingga 2018

masing-masing sebesar 4%, 4%, dan 3,5%, dengan deviasi masing-

10 Huda et al., Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, 180–81.

Page 129: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

123

masing ± 1%. Sementara sasaran inflasi 2019 hingga 2021 ditetapkan

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 124/PMK.010/2017,

masing-masing sebesar 3,5%, 3,0%, dan 3,0% dengan deviasi masing-

masing ± 1%. Target inflasi dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut ini:11

Tabel 4.14

Target Inflasi Periode 2016-2019

Tahun Target Inflasi Inflasi Aktual (%,yoy)

2016 4 3,02

2017 4 3,61

2018 3,5 3,13

2019 3,5 2,72

Sumber: Laporan Moneter Bank Indonesia

Berdasarkan data pada Tabel 4.14 diketahui bahwa tingkat

inflasi untuk empat tahun terakhir masih di bawah target inflasi.

Artinya dalam empat tahun terakhir inflasi masih bisa diterima oleh

masyarakat. Dalam artian lain masyarakat masih mampu mencukupi

kebutuhannya. Karena tingkat inflasi tidak menimbulkan efek yang

besar bagi perkonomian masyarakat, hal ini berarti bahwa disamping

untuk memenuhi kebutuhannya masyarakat masih bisa

mengalokasikan sebagian dananya untuk disimpan di bank.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Levi Septiani (2019) yang berjudul “Pengaruh Faktor Eksternal dan

Internal Terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Provinsi

11 “Laporan Moneter Bank Indonesia”, diakses dari https://www.bi.go.id, pada tanggal 21

April 2020 pukul 21.10.

Page 130: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

124

Lampung Periode 2014-2018”. Hasil penelitian menunjukkan inflasi

secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap dana pihak ketiga.

2. Pengaruh Kurs Terhadap Jumlah Dana Pihak Ketiga

Exchange Rate (nilai tukar uang) atau yang lebih dikenal

dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar

dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang

domestik (domestic currency) begitu pula sebaliknya, yaitu harga mata

uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang

merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang yang

lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi

perdagangan internasional, turisme, investasi internasional, ataupun

aliran uang jangka pendek antar negara yang melewati batas-batas

geografis ataupun batas-batas hukum.12

Pengolahan nilai tukar yang realistis dan perubahan yang cukup

rendah dapat memberikan kepastian dunia usaha sebagaimana yang

terjadi pada beberapa waktu terakhir merupakan suatu hal yang

penting dalam peningkatan investasi maupun kegiatan yang

berorientasi pada ekspor. Keadaan tersebut pada gilirannya akan

mendorong meningkatnya permintaan kredit untuk usaha yang

12 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, 3rd ed. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),

157.

Page 131: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

125

produktif sehingga dapat mendorong perkembangan perbankan yang

sehat.13

Nilai tukar uang yang melemah akan mengakibatkan barang-

barang yang diimpor dari luar negeri menjadi lebih mahal sehingga

industri-industri yang harus mengimpor barang input yang dibutuhkan

dalam proses produksinya dari luar negeri harus membeli lebih mahal,

yang lebih lanjut akan membuat harga produksinya menjadi lebih

mahal.14

Menurut Veithzal Rivai, dkk. nilai tukar uang di dunia

perekonomian makro suatu negara juga menjadi acuan pertumbuhan

ekonominya, semakin kuat nilai tukar uang negara bisa dikategorikan

semakin sehat juga perekonomiannya. Dengan demikian akan

berdampak pada simpanan masyarakat pada bank umum ataupun bank

syariah yang juga akan meningkat.15

Namun berdasarkan hasil uji hubungan jangka pendek kurs

tidak berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga. Berdasarkan

hasil uji hubungan jangka pendek variabel kurs diperoleh t-Statistic (t-

hitung) lebih kecil dari t-kritis (0,651339 < 2,01537), maka menerima

Ho3 artinya dalam jangka pendek kurs tidak berpengaruh terhadap

jumlah dana pihak ketiga.

13 Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2008), 55. 14 Karim, Ekonomi Makro Islami, 172. 15 Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, and Arifiandy Permata Veithzal, Credit

Management Handbook: Teori, Konsep, Prosedur, Dan Aplikasi: Panduan Praktis Mahasiswa,

Bankir, Dan Nasabah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 34.

Page 132: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

126

Berdasarkan hasil analisis penelitian, dalam jangka pendek kurs

tidak berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga. Ketua Dewan

Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso

menyebutkan kondisi bank di Indonesia tetap akan tahan banting

meski nilai rupiah melemah. Pihaknya pun sudah melakukan uji

ketahanan (stress test) terhadap perbankan. Di sisi lain, daya tahan

bank yang relatif baik tercermin dari rasio kecukupan modal (Capital

Adequacy Ratio/CAR) sebesar 22,67 hingga Maret 2018.16

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Belinda Fatriada Indah (2017) yang berjudul “Pengaruh Tingkat Bagi

Hasil, Inflasi, dan Kurs Dollar Terhadap Dana Pihak Ketiga (Studi

pada bank Muamalat Indonesia (BMI) Tahun 2011-2015)”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kurs dollar tidak berpengaruh terhadap

dana pihak ketiga.

Sementara berdasarkan hasil uji hubungan jangka panjang kurs

berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga. Berdasarkan uji

hubungan jangka panjang variabel kurs diperoleh t-Statistic (t-hitung)

lebih besar dari t-kritis (6,822848 > 2,01410), dan nilai probabilitas

lebih kecil dari α = 5% (0,0000 < 0,05) maka tolak Ho4 artinya dalam

jangka panjang kurs berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga.

Ketika kurs mengalami kenaikan (melemah) maka jumlah dana pihak

16 Yuli Yanna Fauzie, “OJK Klaim Bank Tahan Banting Meski Rupiah Melemah”,

diakses dari https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20180430204000-78-294781/ojk-klaim-bank-

tahan -banting-meski-rupiah-melemah, pada tanggal 8 Mei 2020 pukul 11.10

Page 133: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

127

ketiga mengalami penurunan. Ketika kurs mengalami kenaikan sebesar

1 rupiah maka jumlah dana pihak ketiga mengalami penurunan sebesar

431,4712 juta rupiah dengan asumsi variabel yang lain tetap.

Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS yang

berlangsung lama bisa berdampak pada permintaan kredit perbankan.

Dengan adanya pelemahan Rupiah maka perdagangan domestik yang

mengandalkan barang impor otomatis akan membuat daya beli

masyarakat melemah karena harga barangnya naik. Sehingga

kemungkinan omset usaha menurun dan akan mengurangi perputaran

uang. Hal tersebut juga bisa menimbulkan multiplier effect negatif

apabila barang tersebut adalah barang modal yang akan membuat

biaya produksi naik sehingga harga jual barang juga naik.17

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan

oleh Abida Muttaqiena (2013), yang berjudul “Analisis Pengaruh

PDB, Inflasi, Tingkat Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Dana Pihak

Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia 2008-2012”. Hasil penelitian

menujukkan bahwa nilai tukar Rupiah secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap DPK Perbankan Syariah.

17 Gita Rossiana, “Pelemahan Rupiah Bikin Seret Kucuran Kredit Bank”, diakses dari

https://www.cnbcindonesia.com/market/20180423131606-17-12055/pelemahan-rupiah-bikin-

seret-kucuran-kredit-bank, pada tanggal 8 Mei 2020 pukul 12.30.

Page 134: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

128

3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Dana Pihak

Ketiga

Tingkat suku bunga SBI atau BI Rate adalah suku bunga

kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.

BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap

Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi

moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas

(liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran

operasional kebijakan moneter.18

Menurut Muhamad, kebijakan otoritas moneter menaikkan

instrumen moneter seperti tingkat suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia mengakibatkan bank konvensional juga menaikkan tingkat

suku bunganya sehingga deposan yang memiliki mind-set rasional

akan menarik dananya dari bank syariah dan memindahkannya ke

bank konvensional. Bank konvensional lebih memiliki fleksibilitas

dalam menyesuaikan returnnya (suku bunganya) dibandingkan dengan

bank syariah. Tidak bias dipungkiri bahwa persaingan di dalam

menarik dana masyarakat tidak hanya dating dari bank sejenis

(syariah) tetapi juga datang dari bank konvensional, terutama

persaingan di dalam memperebutkan segmen seposan rasional.19

18 https://www.bi.go.id (diakses pada 15 Januari 2010, pukul 10.00). 19 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, 1st ed. (Jakarta: Rajawali Pers, 2015),

161–62.

Page 135: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

129

Sedangkan margin bagi hasil dana pihak ketiga perbankan

syariah tidak demikian karena didasarkan pada penyaluran pembiayaan

bagi masyarakat dalam hal ini khususnya pada produk simpanan

mudharabah. Akibatnya, ketika seluruh bank konvensional menaikkan

suku bunganya karena kenaikan BI Rate nasabah lebih memilih

menempatkan dana mereka di bank konvensional, hal ini karena bagi

hasil bank syariah tidak dapat mengimbangi.

Berdasarkan hasil uji hubungan jangka pendek maupun jangka

panjang tingkat suku bunga SBI sesuai dengan teori yang digunakan

oleh peneliti yang menyebutkan bahwa tingkat suku bunga SBI

berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga. Berdasarkan hasil uji

hubungan jangka pendek variabel tingkat suku bunga SBI diperoleh t-

Statistic (t-hitung) lebih besar dari t-kritis (2,128770 > 2,01537), maka

menolak Ho5 yang artinya dalam jangka pendek tingkat suku bunga

SBI berpengaruh terhadap dana pihak ketiga. Ketika tingkat suku

bunga SBI ditingkatkan, maka jumlah dana pihak ketiga mengalami

penurunan. Ketika tingkat suku bunga SBI ditingkatkan sebesar 1%

maka jumlah dana pihak ketiga mengalami penurunan sebesar

223.642,4 juta rupiah. Sementara hasil uji hubungan jangka panjang

diperoleh t-Statistic (t-hitung) lebih besar dari t-kritis (5,494400 >

2,01410), dan nilai probabilitas lebih kecil dari α = 5% (0,0000 < 0,05)

maka menolak Ho6, dan karena koefisien negatif maka dalam jangka

panjang tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan

Page 136: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

130

terhadap jumlah dana pihak ketiga. Ketika tingkat suku bunga SBI

meningkat sebesar 1% maka jumlah dana pihak ketiga mengalami

penurunan sebesar 190.732,8 juta rupiah dengan asumsi variabel yang

lain tetap.

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan sejak BI

mengerek bunga acuannya melambat dari bulan ke bulan, meski bank

turut menaikkan bunga deposito guna menjaga minat nasabah. Tercatat

pertumbuhan DPK pada Januari dan Februari atau sebelum BI

mengerek bunga acuan dinaikkan, pertumbuhan DPK loyo ke kisaran

7,7% pada Maret 2018 walau kemudian naik kembali menjadi 8,1%

pada April 2018. Begitu BI mengerek bunga acuan pada Mei 2018,

pertumbuhan DPK terjun bebas ke kisaran 6,5% hingga akhirnya naik

tipis menjadi 7% pada Juni 2018. Kala itu, BI mengklaim penurunan

DPK terjadi karena kebetulan ada momen Ramadhan dan Lebaran.

Lebaran membuat nasabah menarik dana dari bank besar-besaran

untuk mencukupi kebutuhan hari raya mereka. Tapi klaim BI tersebut

sirna, setelah lebaran usai dana pihak ketiga tetap loyo.

Piter menjelaskan kenaikan bunga acuan BI membuat

pertumbuhan DPK melambat karena kebijakan tersebut turut

mempengaruhi pergerakan imbal hasil (yield) dari instrumen investasi

lain. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance

(INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara menambahkan kebijakan BI

yang memicu kenaikan yield SBN memunculkan perebutan dana

Page 137: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

131

antara pemerintah, swasta, dan bank. Jadi saling memberikan return

yang menarik. Hal selanjutnya membuat instrument investasi yang

ditawarkan oleh bank, yaitu deposito turut terkena imbas hasil. Sebab

tak hanya bersaing dengan pemerintah, bank juga harus berkompetisi

dengan swasta yang menawarkan surat utang jangka pendek dan

penawaran saham ke publik. Selain bertujuan menarik minat nasabah

agar tetap menyimpan dananya, kenaikan bunga deposito yang tinggi

rupanya memunculkan perebutan dana nasabah. Pada akhirnya hanya

bank yang menawarkan bunga deposito paling menarik dan risiko

minim yang akan dilirik nasabah. Hal ini membuat pertumbuhan DPK

merata di setiap bank.20

Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Sutono dan Batista Sufa Kefi (2014) yang berjudul “Pengaruh Faktor

Makro Ekonomi Terhadap Penghimpunan Dana pada Bank Umum di

Indonesia”. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Mimin Widaningsih dan Risma Ratna Sanjaya, yang

berjudul “Pengaruh Pergerakan BI Rate Terhadap Pertumbuhan Dana

Pihak Ketiga Bank Syariah”. Hasil penelitian keduanya menunjukkan

bahwa suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

dana pihak ketiga. Ketika suku bunga SBI naik maka jumlah dana

20 Yuli Yanna Fauzie, “Likuiditas Ketat Perbankan, Pil Pahit Kenaikan Bunga BI”,

diakses dari https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/2018030112319-532-342575/likuiditas-ketat-

perbankan-pil-pahit-kenaikan-bunga-bi, pada tanggal 8 Mei 2020 pukul 12.50.

Page 138: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

132

pihak ketiga menurun, dan sebaliknya ketika suku bunga SBI menurun

maka jumlah dana pihak ketiga mengalami kenaikan.

4. Pengaruh Inflasi, Kurs, dan Tingkat Suku Bunga SBI Secara

Simultan Terhadap Jumlah Dana Pihak Ketiga

Berdasarkan hasil uji hubungan jangka pendek maupun jangka

panjang inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh

signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga. Hasil uji determinasi

dari regresi jangka pendek menunjukkan nilai Adjusted R-Squared

sebesar 0,356336, maka menolak Ho7 yang artinya variabel

independen inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI secara simultan

dalam persamaan jangka pendek mempengaruhi jumlah dana pihak

ketiga sebesar 35,6336% sedangkan sisanya sebesar 64,3664%

dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.

Sementara hasil uji determinasi dari regresi jangka panjang

menunjukkan nilai Adjusted R-Squared sebesar 0,721033, maka

menolak Ho8 yang artinya variabel independen inflasi, kurs, dan

tingkat suku bunga SBI secara simultan dalam persamaan jangka

panjang mempengaruhi jumlah dana pihak ketiga sebesar 72,1033%

sedangkan sisanya sebesar 27,8967% dipengaruhi oleh faktor lain

diluar model.

Page 139: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

133

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Inflasi dalam jangka pendek maupun jangka panjang tidak

berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga. Hal tersebut

dibuktikan dengan uji jangka pendek dan uji jangka panjang. Hasil uji

jangka pendek menunjukkan bahwa t-Statistic (t-hitung) lebih kecil

dari pada t-kritis (0,089896 < 2,01537). Sementara hasil uji jangka

panjang menunjukkan bahwa t-Statistic (t-hitung) lebih kecil dari pada

t-kritis (0,496877 < 2,01410), maka pada uji jangka pendek dan uji

jangka panjang menerima Ho1 dan Ho2, artinya dalam jangka pendek

maupun jangka panjang inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah

dana pihak ketiga.

2. Kurs dalam jangka pendek tidak berpengaruh terhadap jumlah dana

pihak ketiga. Hal tersebut dibuktikan dengan uji jangka pendek di

mana t-Statistic (t-hitung) lebih kecil dari pada t-kritis (0,651339 <

2,01537), maka menerima Ho3 yang artinya dalam jangka pendek kurs

tidak berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga. Sementara

dalam jangka panjang, kurs berpengaruh terhadap jumlah dana pihak

ketiga. Hal tersebut dibuktikan dengan t-Statistic (t-hitung) lebih besar

Page 140: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

134

dari pada t-kritis (6,822848 > 2,01410), maka menolak Ho4 yang

artinya dalam jangka panjang kurs berpengaruh terhadap jumlah dana

pihak ketiga. Ketika kurs mengalami kenaikan (melemah), maka

jumlah dana pihak ketiga mengalami penurunan. Ketika kurs rupiah

melemah 1 rupiah, maka jumlah dana pihak ketiga menurun sebesar

431,4712 juta rupiah dengan asumsi variabel yang lain tetap.

3. Tingkat suku bunga SBI dalam jangka pendek maupun jangka panjang

berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga. Hal tersebut dibutikan

dengan uji jangka pendek di mana diperoleh nilai t-Statistic (t-hitung)

lebih besar dari t-kritis yaitu sebesar (2,128770 > 2,01537), maka

menolak Ho5 yang artinya dalam jangka pendek tingkat suku bunga

SBI berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga. Ketika tingkat

suku bunga SBI mengalami kenaikan, maka jumlah dana pihak ketiga

mengalami penurunan. Ketika tingkat suku bunga mengalami kenaikan

sebesar 1%, maka jumlah dana pihak ketiga mengalami penurunan

sebesar 22.3642,4 juta rupiah dengan asumsi variabel yang lain tetap.

Sementara dalam jangka panjang diperoleh t-Statistic (t-hitung) lebih

besar dari t-kritis yaitu sebesar (5,494400 > 2,01410), maka menolak

Ho6 yang artinya dalam jangka panjang tingkat suku bunga SBI

berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga. Ketika tingkat suku

bunga SBI mengalami penurunan sebesar 1%, maka jumlah dana pihak

ketiga mengalami penurunan sebesar 190.732,8 juta rupiah dengan

asumsi variabel yang lain tetap.

Page 141: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

135

4. Inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI secara simultan dalam jangka

pendek maupun jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap

jumlah dana pihak ketiga. Hal itu dibuktikan dengan uji jangka pendek

di mana diperoleh nilai Adjusted R-Squared sebesar 0,356336, maka

menolak Ho7 yang artinya variabel independen inflasi, kurs, dan

tingkat suku bunga SBI secara simultan dalam persamaan jangka

pendek mempengaruhi jumlah dana pihak ketiga sebesar 35,6336%

sedangkan sisanya sebesar 64,3664% dipengaruhi oleh faktor lain

diluar model. Sementara dalam jangka panjang diperoleh nilai

Adjusted R-Squared sebesar 0,721033, maka menolak Ho8 yang

artinya variabel independen inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga SBI

simultan dalam persamaan jangka panjang mempengaruhi jumlah dana

pihak ketiga sebesar 72,1033% sedangkan sisanya sebesar 27,8967%

dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.

B. Saran/Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, maka dapat

disampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Diharapkan kedepannya Bank Syariah Bukopin tetap mewaspadai

tingkat inflasi dalam jangka pendek maupun jangka panjang dan tetap

teliti dalam menghimpun dana pihak ketiga dari masyarakat dengan

melihat prospek perekonomian di masa yang akan datang, baik ketika

kondisi ekonomi mengalami kemajuan maupun penurunan.

Page 142: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

136

2. Diharapkan kedepannya Bank Syariah Bukopin untuk terus

memperhatikan pergerakan kurs dalam jangka pendek maupun jangka

panjang agar ketika nilai tukar Rupiah melemah Bank Syariah

Bukopin tetap dapat mempertahankan jumlah dana pihak ketiga yang

dihimpun dari masyarakat.

3. Diharapkan kedepannya Bank Syariah Bukopin untuk memperhatikan

tingkat suku bunga SBI dalam jangka pendek maupun jangka panjang

berpengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga. Oleh karena itu dapat

dijadikan acuan bank syariah dalam menentukan kebijakan lain untuk

tetap menjaga kestabilan jumlah dana pihak ketiga, dengan begitu

selain dapat bersaing dengan bank syariah lain Bank Syariah Bukopin

juga dapat bersaing dengan bank konvensional, terutama persaingan di

dalam memperebutkan segmen deposan rasional.

Page 143: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, Dan

Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. 2nd ed. Jakarta: Kencana,

2005.

Chapra, M. Umer. Sistem Moneter Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

Huda, Nurul, Handi Risza Idris, Mustafa Edwin Nasution, and Ranti Wiliasih.

Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2008.

Ismail. Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2010.

---------. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Karim, Adiwarman A. Ekonomi Makro Islami. 3rd ed. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Karim, Adiwarma. Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2006.

Firdaus, and Fakhry Zamzam. Aplikasi Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV

Budi Utama, 2018.

Julius R. Latumaerissa. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta Selatan:

Salemba Empat, 2011.

Machfudz, Masyhuri, and Nurhadi Sujoni. Teori Ekonomi Makro. Malang: UIN-

Maliki Press, 2016.

Marthon, Said Sa’ad. Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global. Jakarta:

Zikrul Hakim, 2007.

Muhamad. Manajemen Dana Bank Syariah. 1st ed. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

Murni, Asfia. Ekonomika Makro. Revisi. Bandung: PT Refika Aditama, 2016.

Pandia, Frianto. Manajemen Dana Dan Kesehatan Bank. Jakarta: Rineka Cipta,

2012.

Pohan, Aulia. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2008.

Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

Page 144: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

Rivai, Veithzal, and Arviyan Arifin. Islamic Banking. Jakarta: PT Bumi Askara,

2010.

Rivai, Veithzal, Andria Permata Veithzal, and Arifiandy Permata Veithzal. Credit

Management Handbook: Teori, Konsep, Prosedur, Dan Aplikasi: Panduan

Praktis Mahasiswa, Bankir, Dan Nasabah. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2006.

Riyanto, Slamet, and Aglis Andhita Hatmawan. Metode Riset Penelitian Kuantitatif

Penelitian Di Bidang Manajemen, Teknik, Pendidikan Dan Eksperimen.

Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020.

Sholahuddin, Muhammad. Lembaga Keuangan Dan Ekonomi Islam. Yogyakarta:

Ombak, 2014.

Simorangkir, Iskandar. Pengantar Kebanksentralan: Teori Dan Praktik Di

Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung:

Alfabeta, 2016.

---------. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2009.

Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Tindakan.

Bandung: Refika Aditama, 2012.

Sujarweni, Wiratna. Metode Penelitian Bisnis Ekonomi. Yogyakarta:

PUSTAKABARUPRESS, 2015.

Sukirno, Sadono. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Suprayitno, Eko. Ekonomi Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.

Umam, Khotibul. Perbankan Syariah: Dasar-Dasar Dan Dinamika

Perkembangannya Di Indonesia. 1st ed. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Usman, Rachmadi. Produk Dan Akad Perbankan Syariah Di Indonesia:

Implementasi Dan Aspek Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2009.

Widarjono, Agus. Analisis Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN,

2015.

---------. Ekonometrika Pengantar Dan Aplikasinya Disertai Panduan EViews.

Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2017.

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an Al-Qur’an dan

Terjemahannya. Saudi Arabia: Mujamma’ al Malik Fahd li thiba’at al

Mush-haf asy Syarif Madinah Al-Munawwarah, 2004.

Page 145: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

Jurnal:

Afrida, Yenti, and Romi Iskandar. “Pengaruh Inflasi, Kurs, Tingkat Suku Bunga,

Pertumbuhan Ekonomi, Dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Jumlah DPK

Bank Syariah,” Jurnal Kajian Ekonomi Islam, 3 (2018).

Aghnawati, Agusti Nia, and Malik Cahyadin. “Faktor-Faktor Penentu Dana Pihak

Ketiga Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2010-2017,” Jurnal

Penelitian Ekonomi, 4 (2019).

Ardana, Yudhistira. “Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham

Syariah Di Indonesi: Model ECM,” Jurnal Bisnis dan Manajemen, 6 (2016).

Muttaqiena, Abida. “Analisis Pengaruh PDB, Inflasi, Tingkat Bunga, Dan Nilai

Tukar Terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah Di Indonesia 2008-

2012,” Economics Development Analysis Journal, 2 (2013).

Setiadi, Inung Oni. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang

Di Indonesia Tahun 1999 : Q1 - 2010 : Q4 Dengan Pendekatan Error

Correction Models (ECM),” Economics Development Analysis Journal, 2

(2013).

Sutono, and Batista Sufa Kefi. “Pengaruh Faktor Makro Ekonomi Terhadap

Penghimpunan Dana Pada Bank Umum Di Indonesia,” Jurnal Ekonomi

Manajemen Akuntansi, 2014.

Skripsi:

Bayu Ayom Gumelar. “Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Deposito, Dan

Jumlah Bagi Hasil Deposito Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi

Kasus PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2008-2012).” 2013.

Indah, Bellinda Fatriada. “Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Inflasi, Dan Kurs Dolar

Terhadap Dana Pihak Ketiga (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Tahun 2011-2015),” 2017.

Internet:

Bank Syariah Bukopin, Laporan Tahunan, https://www.syariahbukopin.co.id

Laporan Keuangan Bank Indonesia, https://www.bi.go.id

Fauzie, Yuli Yanna, “Likuiditas Ketat Perbankan, Pil Pahit Kenaikan Bunga BI”, diakses

dari https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/2018030112319-532-342575/likuiditas-

ketat-perbankan-pil-pahit-kenaikan-bunga-bi, pada tanggal 8 Mei 2020 pukul

12.50.

Page 146: ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN TINGKAT SUKU BUNGA ...

Rossiana, Gita, “Pelemahan Rupiah Bikin Seret Kucuran Kredit Bank”, diakses dari

https://www.cnbcindonesia.com/market/20180423131606-17-12055/pelemahan-

rupiah-bikin-seret-kucuran-kredit-bank, pada tanggal 8 Mei 2020 pukul 12.30.