Top Banner
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakter perekonomian yang berbeda dari karakter perekonomian maju. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, perekonomian negara Indonesia memiliki permasalahan dalam keterbatasan modal untuk membiayai investasi pembangunan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah agar meningkatkan peran sektor keuangan dalam pembiayaan pembangunan secara mandiri dan tidak bergantung pada pembiayaan yang berasal dari luar negeri. Menurut Fabozzi dan Modigliani (2009) Pasar modal memiliki peran penting bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, selain itu pasar modal dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi. Pasar modal dibutuhkan dalam sebuah negara untuk menjalankan fungsi ekonomi dan keuangannya (Husnan dan Pujiastuti 2006). Dalam menjalankan fungsi ekonomi tersebut pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman (Investor) kepada penerima pinjaman, untuk membangun fasilitas produksi baru, dan ekspansi operasi (Bodie et al. 2008). Investasi merupakan sebuah proses yang melibatkan komitmen masa kini dari sumberdaya keuangan dengan tujuan mendapatkan sebuah tingkat return yang dapat diterima ketika memilih jangka waktu dan resiko yang dilibatkan kedalam pertimbangan (Cheng et al. 2009). Saham merupakan salah satu instrument investasi yang banyak dipilih investor. Menurut Wijaya (2013), saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena mampu memberikan return yang menarik. Supaya investasi dalam bentuk saham tersebut aman dan menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal, maka investor perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian (return) saham (Hadi dan Azmi 2005). Semakin tinggi tingkat return yang dapat dihasilkan oleh sebuah perusahaan, maka akan semakin menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Hal ini akan menyebabkan permintaan saham akan naik dan meningkatkan pula harga sahamnya, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan Malaysian Palm Oil Board (2015), Indonesia dan Malaysia merupakan penghasil minyak sawit sebesar 86 persen dari total produksi dunia. Maka industri sawit di Indonesia menjadi salah satu penyumbang devisa negara. Menurut penelitian Widyastutik dan Ashiqin (2011), negara Indoensia memiliki daya saing CPO yang lebih baik dibandingkan negara Malaysia. Permintaan terhadap minyak sawit saat ini banyak diserap oleh negara China, India, dan Eropa (Rifai et al. 2014). Perkembangan produksi dan ekspor minyak sawit negara Indonesia dari tahun 2010 sampai tahun 2015 terjadi peningkatan yang cukup signifikan, seperti
7

Analisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal ... · internal perusahaan dan faktor eksternal. Berdasarkan Gambar 2 nilai tukar Rupiah mulai menunjukkan tren pelemahan terhadap

Aug 18, 2019

Download

Documents

LêKhánh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Analisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal ... · internal perusahaan dan faktor eksternal. Berdasarkan Gambar 2 nilai tukar Rupiah mulai menunjukkan tren pelemahan terhadap

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakter perekonomian

yang berbeda dari karakter perekonomian maju. Untuk mencapai tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi, perekonomian negara Indonesia memiliki

permasalahan dalam keterbatasan modal untuk membiayai investasi pembangunan.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah agar meningkatkan peran sektor

keuangan dalam pembiayaan pembangunan secara mandiri dan tidak bergantung

pada pembiayaan yang berasal dari luar negeri. Menurut Fabozzi dan Modigliani

(2009) Pasar modal memiliki peran penting bagi pendanaan usaha atau sebagai

sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal

(investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk

pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, selain itu

pasar modal dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi.

Pasar modal dibutuhkan dalam sebuah negara untuk menjalankan fungsi

ekonomi dan keuangannya (Husnan dan Pujiastuti 2006). Dalam menjalankan

fungsi ekonomi tersebut pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan

dana dari pemberi pinjaman (Investor) kepada penerima pinjaman, untuk

membangun fasilitas produksi baru, dan ekspansi operasi (Bodie et al. 2008).

Investasi merupakan sebuah proses yang melibatkan komitmen masa kini dari

sumberdaya keuangan dengan tujuan mendapatkan sebuah tingkat return yang

dapat diterima ketika memilih jangka waktu dan resiko yang dilibatkan kedalam

pertimbangan (Cheng et al. 2009).

Saham merupakan salah satu instrument investasi yang banyak dipilih

investor. Menurut Wijaya (2013), saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan

atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Menerbitkan

saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk

pendanaan perusahaan. Saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih

para investor karena mampu memberikan return yang menarik. Supaya investasi

dalam bentuk saham tersebut aman dan menghasilkan tingkat pengembalian yang

optimal, maka investor perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat pengembalian (return) saham (Hadi dan Azmi 2005). Semakin tinggi

tingkat return yang dapat dihasilkan oleh sebuah perusahaan, maka akan semakin

menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Hal ini akan menyebabkan

permintaan saham akan naik dan meningkatkan pula harga sahamnya, begitu pula

sebaliknya.

Berdasarkan Malaysian Palm Oil Board (2015), Indonesia dan Malaysia

merupakan penghasil minyak sawit sebesar 86 persen dari total produksi dunia.

Maka industri sawit di Indonesia menjadi salah satu penyumbang devisa negara.

Menurut penelitian Widyastutik dan Ashiqin (2011), negara Indoensia memiliki

daya saing CPO yang lebih baik dibandingkan negara Malaysia. Permintaan

terhadap minyak sawit saat ini banyak diserap oleh negara China, India, dan Eropa

(Rifai et al. 2014).

Perkembangan produksi dan ekspor minyak sawit negara Indonesia dari

tahun 2010 sampai tahun 2015 terjadi peningkatan yang cukup signifikan, seperti

Page 2: Analisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal ... · internal perusahaan dan faktor eksternal. Berdasarkan Gambar 2 nilai tukar Rupiah mulai menunjukkan tren pelemahan terhadap

2

terlihat pada Tabel 1. Hal ini membuktikan kualitas minyak sawit negara Indonesia

diminati oleh pasar Internasional.

Tabel 1 Produksi dan jumlah ekspor minyak sawit negara Indonesia tahun 2010-

2015 Tahun Produksi

(Juta Ton)

Delta

Perubahan

Eksport

(Juta

Ton)

Delta

Perubahan

Eksport

(Dolar AS)

Delta

Perubahan

2010 21,8 - 17,1 - 16,4 -

2011 23,5 0,08 17,6 0,03 20,6 0,26

2012 26,5 0,13 18,2 0,03 21,6 0,05

2013 30 0,13 22,4 0,23 20,6 -0,05

2014 31,5 0,05 21,7 -0,03 21,1 0,02

2015 32,5 0,03 26,4 0,22 18,6 -0,12

Sumber: Gapki, 2016

Emiten subsektor perkebunan sawit dari tahun 2010 hingga tahun 2015

mengalami peningkatan jumlah yang cukup signifikan. Indonesia Stock Exchange

(IDX)mencatat terdapat peningkatan jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia dari delapan perusahaan menjadi 16 perusahaan. Peningkatan

jumlah emiten ini membuat alternatif pilihan bagi investor semakin beragam,

seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber : Indonesia Stock Exchange (IDX)

Gambar 1 Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2015

Emiten subsektor perkebunan sawit memang mengalami peningkatan yang

cukup signifikan, akan tetapi peningkatan ini tidak diikuti oleh nilai return yang

positif. Nilai return saham emiten subsektor perkebunan sawit mengalami

perubahan dengan tren yang cenderung menurun selama periode tahun 2010 hingga

tahun 2015. Fluktuasi dari harga saham daapt mempengaruhi nilai return saham,

sedangkan faktor yang mempengaruhi harga saham dapat berasal dari kondisi

internal perusahaan dan faktor eksternal.

Berdasarkan Gambar 2 nilai tukar Rupiah mulai menunjukkan tren

pelemahan terhadap US Dolar secara signifikan mulai kuartal 2 tahun 2011 hingga

kuartal 4 tahun 2015. Pada periode tersebut subsektor perkebunan yang

mengandalkan ekspor mengalami fenomena penurunan return saham.

8 810 11

15 16

0

5

10

15

20

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Page 3: Analisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal ... · internal perusahaan dan faktor eksternal. Berdasarkan Gambar 2 nilai tukar Rupiah mulai menunjukkan tren pelemahan terhadap

3

Gambar 2 Perubahan tingkat return emiten subsektor perkebunan sawit dan

nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar selama periode tahun 2010-

2015

Berbagai indikator makro ekonomi dapat turut mempengaruhi pergerakan

harga saham sehingga terjadi fluktuasi nilai return saham. Menurut Majid (2010)

tingkat inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap return saham. Karena

peningkatan nilai inflasi dapat menurunkan nilai riil dari setiap keuntungan yang

diperoleh investor dari return saham. Gambar 3 menunjukkan perubahan tingkat

return emiten subsektor perkebunan sawit terhadap tingkat inflasi selama periode

tahun 2010-2015. Sebagai investor harus dapat memperkirakan pergerakan dari

tingkat inflasi agar resiko yang diambil tidak mengurangi tingkat keuntungan

dengan hasil yang maksimal.

Gambar 3 Perubahan tingkat return emiten subsektor perkebunan sawit dan

nilai tukar Rupiah terhadap tingkat inflasi selama periode tahun

2010-2015

Tren perubahan harga sawit pada periode tahun 2010 hingga tahun 2015

menunjukkan tren yang cenderung yang menurun, penurunan tersebut diduga

memiliki pengaruh terhadap tren dari return emiten subsektor perkebunan sawit.

Harga CPO menunjukkan tren peningkatan kembali pada kuartal I tahun 2016

hingga kuartal II tahun 2016. Peningkatan harga CPO dapat menjadi sentimen

positif kepada kinerja dan performa emiten subsektor perkebunan sawit pada tahun

2016. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.

0.00

5,000.00

10,000.00

15,000.00

-0.200

-0.100

0.000

0.100

0.200

0.300

20

10 Q

1

20

10 Q

2

20

10 Q

3

20

10 Q

4

20

11 Q

1

20

11 Q

2

20

11 Q

3

20

11 Q

4

20

12 Q

1

20

12 Q

2

20

12 Q

3

20

12 Q

4

20

13 Q

1

20

13 Q

2

20

13 Q

3

20

13 Q

4

20

14 Q

1

20

14 Q

2

20

14 Q

3

20

15 Q

4

20

15 Q

1

20

15 Q

2

20

15 Q

3

20

15 Q

4

Return saham subsektor perkebunan sawit Nilai tukar Rp terhadap US $

0.00%

5.00%

10.00%

-0.200

-0.100

0.000

0.100

0.200

0.300

20

10 Q

1

20

10 Q

2

20

10 Q

3

20

10 Q

4

20

11 Q

1

20

11 Q

2

20

11 Q

3

20

11 Q

4

20

12 Q

1

20

12 Q

2

20

12 Q

3

20

12 Q

4

20

13 Q

1

20

13 Q

2

20

13 Q

3

20

13 Q

4

20

14 Q

1

20

14 Q

2

20

14 Q

3

20

15 Q

4

20

15 Q

1

20

15 Q

2

20

15 Q

3

20

15 Q

4

Return saham subsektor perkebunan sawit Inflasi

Page 4: Analisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal ... · internal perusahaan dan faktor eksternal. Berdasarkan Gambar 2 nilai tukar Rupiah mulai menunjukkan tren pelemahan terhadap

4

Gambar 4 Perubahan harga minyak CPO dunia pada periode tahun 2010 - 2016

Berdasarkan data-data tersebut maka diperlukan penelitian komprehensif

analisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap return saham emiten

perkebunan sawit di pasar modal. Berdasarkan hasil penelitian Wulandari (2009),

Arianto (2011), Utami (2014), Muthia (2015), dan Dirga (2015) harga saham dapat

dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar,

inflasi, juga harga minyak CPO serta faktor internal seperti quick ratio (QR), debt

on equity (DER), earning per share (EPS), price earning ratio (PER), dan return

on equity (ROE) sehingga berpengaruh terhadap return saham emiten perkebunan

sawit.

Perumusan Masalah

Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi investor untuk melakukan

kegiatan investasi baik berupa saham, obligasi maupun produk investasi lain yang

dikeluarkan oleh bursa efek indonesia selaku regulator yang mengatur jalannya

kegiatan pasar modal. Saham merupakan pilihan sekunder dari investor jangka

panjang karena nilai suku bunga bank lebih menarik (Uddin 2009). Saham memiliki

potensi untuk menarik investor karena dinamika perubahan harga dengan kenaikan

harga sebagai acuan dari penilaian kinerja perusahaan yang dipilih serta tingkat

efisien pasar (Chen et al. 2007).

Saham juga memungkinkan investor mendapatkan keuntungan secara cepat

karena perubahan harga yang meningkat drastis dalam waktu dan kondisi tertentu.

Berdasarkan penelitian Arianto (2011) menunjukkan bahwa return saham

subsektor perkebunan sawit dipengaruhi oleh indeks harga saham dan harga CPO.

Penelitian yang dilakukan oleh Dirga (2015) menyatakan bahwa pengaruh faktor

makroekonomi seperti variabel harga CPO, dan Inflasi berpengaruh signifikan

terhadap return saham subsektor perkebunan sawit. Hasil penelitian Utami (2015)

menunjukkan bahwa faktor internal perusahaan yaitu debt to equity ratio (DER),

return on equity (ROE), earning per share (EPS) berpengaruh secara signifikan

terhadap return saham subsektor konstruksi. Hasil penelitian Arabsalehi dan

Mahmoodi (2012), menyatakan analisis fundamental tradisional (PER, EPS, ROA,

ROE, ROS, dan CFO) mampu berasosiasi lebih baik terhadap return saham

dibandingkan analisis fundamental modern (EVA, REVA, MVA).

Melalui pendekatan analisis fundamental (rasio likuiditas, profitabilitas,

solvabilitas, dan rasio pasar) serta faktor makroekonomi diharapkan penelitian

dapat mengetahui pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap return sahamnya

pada periode penelitian tahun 2010-2015. Menurut Artha et al. (2014), analisis

fundamental dapat memperhitungkan tingkat resiko dan keuntungan yang bisa

0

500

1000

1500

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

201…

Page 5: Analisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal ... · internal perusahaan dan faktor eksternal. Berdasarkan Gambar 2 nilai tukar Rupiah mulai menunjukkan tren pelemahan terhadap

5

diterima investor. Sedangkan faktor eksternal dapat mempengaruhi cashflow

beberapa perusahaan secara simultan dan tingkat sensitifitasnya terhadap pasar

sehingga mampu mempengaruhi kinerja perusahaan dan harga saham (Benakovic

dan Posedel 2010). Faktor internal dapat menggambarkan kinerja perusahaaan dan

kondisi fundamental perusahan sedangkan faktor eksternal dari kondisi

makroekonomi dapat mempengaruhi keputusan dalam menjalankan operasional

masing-masing perusahaan.

Pembaharuan yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis faktor

internal dengan metode analisis fundamental tradisional quick ratio (QR), debt on

equity (DER), earning per share (EPS), price earning ratio (PER), dan return on

equity (ROE)) serta menggunakan faktor makroekonomi yang ditentukan yaitu nilai

tukar Rp terhadap US Dolar, inflasi, dan harga CPO terhadap return saham pada

periode penelitian selama tahun 2010 hingga tahun 2015. Berdasarkan latar

belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Apakah faktor-faktor internal (quick ratio (QR), debt on equity (DER), earning

per share (EPS), price earning ratio (PER), dan return on equity (ROE)) dapat

mempengaruhi return saham emiten subsektor perkebunan sawit di BEI

selama tahun 2010-2015?

2) Apakah faktor-faktor eksternal (nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar (NTR),

tingkat inflasi (INF), dan harga CPO (HMS)) dapat mempengaruhi return

saham emiten subsektor perkebunan sawit di BEI selama tahun 2010-2015?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat tujuan

penelitian adalah sebagai berikut:

1) Menganalisis dampak faktor-faktor internal (quick ratio (QR), debt on equity

(DER), earning per share (EPS), price earning ratio (PER), dan return on

equity (ROE)) terhadap return saham emiten subsektor perkebunan sawit di

BEI selama tahun 2010-2015.

2) Menganalisis dampak faktor-faktor eksternal (nilai tukar Rupiah terhadap US

Dolar (NTR), tingkat inflasi (INF), dan harga CPO (HMS)) terhadap return

saham emiten subsektor perkebunan sawit di BEI selama tahun 2010-2015.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada data laporan keuangan kuartal

dan annual report berupa quick ratio (QR), debt on equity (DER), earning per share

(EPS), price earning ratio (PER), dan return on equity (ROE), nilai tukar Rupiah

terhadap US Dolar (NTR), tingkat inflasi (INF), harga CPO (HMS), data pelengkap

selama tahun 2010 – 2015, serta return saham subsektor perkebunan sawit.

Penelitian ini difokuskan pada perusahaan sawit yang terdaftar dan tidak

mengalami delisting di BEI selama tahun 2010 – 2015 dan menerbitkan laporan

keuangan yang telah dilaporkan dan dipublikasikan.

Page 6: Analisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal ... · internal perusahaan dan faktor eksternal. Berdasarkan Gambar 2 nilai tukar Rupiah mulai menunjukkan tren pelemahan terhadap

6

Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Bagi Investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu

rekomendasi dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada

saham subsektor perkebunan sawit.

2. Bagi Penulis, penelitian ini merupakan sebuah kesempatan untuk

mengaplikasikan teori dan pengetahuan lainnya di bidang keuangan yang

diperoleh selama menempuh pendidikan di MB-IPB serta menambah wawasan

dan pengetahuan dalam bidang keuangan terutama mengenai kondisi pasar

modal khususnya subsektor perkebunan sawit.

3. Bagi Akademisi, penelitian ini dapat digunakan untuk mengevaluasi teori teori

dan metodologi yang digunakan serta dapat menjelaskan fenomena yang

terjadi di dalam pasar saham subsektor perkebunnan sawit.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teoritis

Pasar Modal

Menurut Tandelillin (2010), pasar modal adalah sebuah pasar tempat

diperjualbelikannya sekuritas yang pada umumnya memiliki umur lebih dari satu

tahun seperti saham dan obligasi. Keberadaan pasar modal dalam suatu negara

dapat menjadi indikator untuk mengukur tingkat kemajuan suatu perekonomian

negara. Pasar modal di Indonesia dikenal berbagai aktivitas pasar modal yaitu

transaksi saham, kinerja perusahaan, harga saham, laba perusahaan, dan banyak

informasi lainnya.

Pemain dalam pasar modal disebut investor dimana para investor akan

memperhitungkan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) dan

tingkat resiko dari investasi yang akan mereka ambil di pasar modal (Paramitasari

dan Mulyono 2015), investasi didefinisikan sebagai barang-barang yang dibeli oleh

individu ataupun perusahaan untuk menambah persediaan modal mereka (Mankiw

2000). Menurut Chandra (2010), investor asing akan lebih memilih berinvestasi di

pasar modal negara emerging market seperti di Indonesia ketimbang di pasar modal

negara maju, hal ini disebabkan pasar modal di emerging market memberikan

tingkat risk premium yang lebih tinggi dari pasar modal negara maju, sehingga

dapat memberikan expected return yang lebih tinggi.

Setiap investor yang melakukan investasi saham memiliki tujuan yang sama,

yaitu mendapatkan capital gain atau selisih positif antara harga jual dan harga beli

saham dan dividen tunai yang diterima dari emiten karena perusahaan mengalami

keuntungan. Apabila harga jual lebih rendah daripada harga beli saham, maka

investor akan menderita kerugian atau disebut capital loss (Samsul 2006).

Portofolio saham disusun atas pertimbangan mencari keuntungan yang lebih

Page 7: Analisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal ... · internal perusahaan dan faktor eksternal. Berdasarkan Gambar 2 nilai tukar Rupiah mulai menunjukkan tren pelemahan terhadap

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB