+ All Categories
Home > Documents > ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN MINYAK GAHARU … · GAHARU (STUDI KASUS DI CV AROMINDO)...

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN MINYAK GAHARU … · GAHARU (STUDI KASUS DI CV AROMINDO)...

Date post: 08-Mar-2019
Category:
Author: lythu
View: 258 times
Download: 8 times
Share this document with a friend
Embed Size (px)
of 104 /104
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN MINYAK GAHARU (STUDI KASUS DI CV AROMINDO) SKRIPSI ANDINA GEMAH PERTIWI H34080103 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
Transcript

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN MINYAK

GAHARU (STUDI KASUS DI CV AROMINDO)

SKRIPSI

ANDINA GEMAH PERTIWI

H34080103

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR 2013

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN MINYAK

GAHARU (STUDI KASUS DI CV AROMINDO)

Andina Gemah Pertiwi1)

dan Ratna Winandi 2)

1) Mahasiswi Departemen Agribisnis FEM IPB, H34080103 2) Dosen Pembimbing, Departemen Agribisnis FEM IPB, Dr. Ir., Ms

ABSTRACT CV Aromindo is agarwood processing company located in Bogor. Agarwood oil

production is resulting the added value that can increase revenue for the company and

other production factors. However, sales of agarwood oil is still far from the target

company, it is indicated by lack of marketing management process undertaken by CV

Aromindo. Agarwood oil sales has implications for the value added. Success in achieving

marketing objectives set by good marketing management process. Therefore, this study

aims to analyze the value-added and marketing aloes. Based on the percentage value

added ratio of 51.032 percent, then the CV Aromindo can be said to have great added

value. In the implementation of marketing management, CV Aromindo has implemented

marketing management in the company. Opportunity has not been fully utilized, for

example, the opportunity to enter the China market that already exists. The marketing

strategy is done. However, CV aromindo need to improve management of marketing,

companies must have an employee who focused on marketing activities, expand markets,

in cooperation with relevant parties aloes to get a higher yield and grow agarwood oil

products to perfume or aromatherapy so as to increase profit.

Keywords: agarwood oil, value-added, marketing

ABSTRAK CV Aromindo adalah perusahaan pengolah gaharu yang terletak di Bogor.

Minyak gaharu merupakan hasil produksinya yang menghasilkan nilai tambah yang dapat

meningkatkan pendapatan bagi perusahaan dan faktor-faktor produksi lainnya. Akan

tetapi, penjualan minyak gaharu masih jauh dari target perusahaan, itu diindikasikan

karena kurang baiknya proses manajemen pemasaran yang dilakukan oleh CV Aromindo.

Penjualan minyak gaharu berimplikasi pada nilai tambah. Keberhasilan dalam mencapai

tujuan pemasaran yang ditetapkan oleh proses manajemen pemasaran yang baik. Oleh

karena itu, penelitian ini bertujuan untuk analisis nilai tambah dan pemasaran minyak

gaharu. Berdasarkan persentase rasio nilai tambah 51,032 persen, maka CV Aromindo

dapat dikatakan memiliki nilai tambah yang besar. Dalam pelaksanaan manajemen

pemasaran, CV Aromindo telah menerapkan manajemen pemasaran di perusahaannya.

Peluang belum dimanfaatkan seluruhnya, contohnya peluang untuk masuk ke pasar China

yang sudah ada. Strategi pemasaran sudah dilakukan. Namun, CV Aromindo perlu untuk

memperbaiki manajemen pemasarannya, perusahaan harus memiliki karyawan khusus

yang berfokus pada kegiatan pemasaran, memperluas pasar, bekerjasama dengan pihak

terkait gaharu untuk mendapatkan rendemen yang lebih tinggi dan mengembangkan

produk minyak gaharu menjadi minyak wangi atau aromaterapi sehingga dapat

meningkatkan keuntungan.

Kata kunci: minyak gaharu, nilai tambah, pemasaran

RINGKASAN

ANDINA GEMAH PERTIWI. Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Minyak

Gaharu (Studi Kasus di CV Aromindo). Skripsi. Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan

RATNA WINANDI ASMARANTAKA).

Gaharu merupakan salah satu produk primadona ekspor bagi HHBK.

Namun, produksi gaharu Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan gaharu

dunia sebesar 4000 ton per tahun. CV Aromindo merupakan perusahaan yang

melakukan pengolahan untuk produk gaharu. Produk olahan terbaik yang

dihasilkan oleh CV Aromindo adalah minyak gaharu yang memiliki nilai tambah

akibat adanya perubahan bentuk produk. CV Aromindo mempunyai peran yang

cukup strategis dalam perekonomian. Akan tetapi, perkembangan usaha gaharu

CV Aromindo belum seperti yang diharapkan karena beberapa kendala. Salah satu

permasalahan CV Aromindo yaitu penjualan minyak gaharu yang masih jauh dari

target perusahaan sehingga keuntungan yang diterima belum maksimal.

Dari fakta yang ada maka timbul pertanyaan penelitian yaitu: bagaimana

besaran dan pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik faktor-faktor produksi

yang dihasilkan melalui adanya usaha penyulingan kayu gaharu menjadi minyak

gaharu serta pelaksanaan proses manajemen pemasaran minyak gaharu di CV

Aromindo. Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui

besarnya nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik faktor-

faktor produksi yang dihasilkan melalui adanya usaha penyulingan kayu gaharu

menjadi minyak gaharu serta mengetahui dan menganalisis pelaksanaan proses

manajemen pemasaran minyak gaharu di CV Aromindo. Tujuan penelitian

dijawab dengan metode Hayami yang dilengkapi dengan analisis deskriptif untuk

pemasaran. Kerangka teoritis disusun berdasarkan teori yang ada dan penelitian

terdahulu yang terkait.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh nilai tambah

penyulingan gaharu menjadi minyak gaharu sebesar Rp 66.342,01 per kg bahan

baku per tahun dan keuntungan sebesar Rp 57.542,01 per kg bahan baku per tahun

atau sebesar 86,735 persen dari nilai tambah dan 44,263 persen dari nilai minyak

gaharu. Adapun balas jasa terbanyak dari faktor keuntungan perusahaan yaitu

sebesar 76,723 persen. Faktor lainnya yaitu pendapatan tenaga kerja sebesar

11,733 persen dan sumbangan input lain sebesar 11,544 persen. Seluruh hasil

yang diperoleh tersebut merupakan perhitungan per kg bahan baku.

Dalam pelaksanaan pemasaran minyak gaharu, CV Aromindo telah

menerapkan manajemen pemasaran pada perusahaannya. Akan tetapi, peluang

yang ada belum dimanfaatkan oleh perusahaan, contohnya peluang untuk masuk

ke pasar China. Perusahaan menetapkan segmentasi pasarnya berdasarkan

geografis dimana segmen pasar tersebut berada pada wilayah geografis Timur

Tengah tepatnya Saudi Arabia. Target pasar CV Aromindo yaitu perusahaan

minyak wangi dan aromaterapi. CV Aromindo menetapkan posisi produknya

sebagai bahan baku pembuatan minyak wangi dan aromaterapi yang memiliki

kualitas tinggi. Strategi bauran pemasaran juga dilakukan oleh CV Aromindo

dimana produk yang dijual berupa minyak gaharu dengan penetapan harga

berdasarkan going rate atau mengikuti harga yang berlaku dipasaran.

Tempat/pendistribusian, CV Aromindo menetapkan pendistribusian produknya ke

pasar Saudi Arabia terutama Al Obaid Trading sebagai pelanggan tetapnya.

Dalam menjalankan usahanya CV Aromindo memperkenalkan produk minyak

gaharu melalui website. Sebagai tahap pengendalian pemasaran, CV Aromindo

cenderung mempertahankan pelanggan yang sudah ada.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyarankan kepada

CV Aromindo agar melakukan kerjasama dengan pihak terkait gaharu untuk

menghasilkan rendemen minyak gaharu yang lebih tinggi agar besar nilai tambah

yang diciptakan dari proses penyulingan dapat lebih tinggi. Selain itu, perusahaan

sebaiknya mengembangkan produk minyak gaharu yang masih merupakan bahan

baku menjadi minyak wangi dan aromaterapi yang merupakan bahan jadi,

sehingga bisa meningkatkan keuntungan perusahaan. Adapun untuk pemasaran

perusahaan, CV Aromindo sebaiknya memiliki karyawan khusus di bagian

pemasaran untuk mengerjakan tugas pemasaran terkait dengan penyusunan

strategi yang tepat, misalnya dalam penetapan bauran pemasaran 4P, yaitu produk,

harga, distribusi, dan promosi, sehingga mampu meningkatkan keuntungan

perusahaan. Hal lainnya yaitu sebaiknya CV Aromindo melakukan perluasan

pasar, misalnya dengan memasuki pasar China yang sudah ada, sehingga dapat

lebih meningkatkan volume penjualan dan keuntungan perusahaan.

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN MINYAK

GAHARU (STUDI KASUS DI CV AROMINDO)

ANDINA GEMAH PERTIWI

H34080103

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR 2013

Judul Skripsi : Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Minyak Gaharu (Studi

Kasus Di CV Aromindo)

Nama : Andina Gemah Pertiwi

NIM : H34080103

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Ratna Winandi Asmarantaka, MS

NIP. 19530718 197803 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus:

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Nilai

Tambah dan Pemasaran Minyak Gaharu (Studi Kasus di CV Aromindo) adalah

karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

Andina Gemah Pertiwi

H34080103

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Maret 1990 yang merupakan

anak kedua dari empat bersaudara yang berasal dari pasangan Ir. H. Nata

Suwarya, M.Si dan Hj. Ida Tinawati, S.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan

dasar di SDN PAI Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Sulawesi Selatan

pada tahun 2002, dilanjutkan ke SMPN 12 Kota Makassar Sulawesi Selatan pada

tahun 2005, dan pendidikan menengah atas diselesaikan di SMAN 5 Kota Bogor

Jawa Barat pada tahun 2008. Penulis diterima di Mayor Agribisnis di Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selain itu penulis

juga mengikuti program Minor Komunikasi di Departemen Komunikasi

Pengembangan Masyarakat.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif terlibat pada kegiatan

organisasi baik yang diadakan oleh Departemen Agribisnis, tingkat Fakultas

Ekonomi dan Manajemen maupun kegiatan yang diadakan Institut Pertanian

Bogor.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya serta

shalawat dan salam senantiasa terlimpah pada Rasulullah Muhammad SAW

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Nilai

Tambah dan Pemasaran Minyak Gaharu (Studi Kasus di CV Aromindo).

Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya nilai tambah dan

pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik faktor-faktor produksi yang

dihasilkan melalui adanya usaha penyulingan kayu gaharu menjadi minyak

gaharu, serta mengetahui dan menganalisis pelaksanaan proses manajemen

pemasaran minyak gaharu di CV Aromindo. Penulis berharap semoga hasil yang

diperoleh dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Maret 2013

Andina Gemah Pertiwi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang atas rahmat dan hidayah-

Nya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, terutama dalam

penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian

skripsi tidak terlepas dari bantuan, motivasi, doa, dan kerjasama dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Ratna Winandi Asmarantaka, MS selaku dosen pembimbing skripsi

atas segala bimbingan, masukan, koreksi, dan bantuan selama pra,

pelaksanaan, hingga setelah pelaksanaan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM dan Ir. Harmini, M.Si selaku dosen penguji

utama dan dosen penguji Komisi Pendidikan Departemen Agribisnis pada

sidang penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya serta memberikan

kritik dan saran demi perbaikan skripsi.

3. Drs. Iman Firmansyah selaku dosen pembimbing proposal penelitian atas

segala bimbingan, masukan, koreksi, dan bantuan selama pra, pelaksanaan,

hingga setelah pelaksanaan proposal penelitian.

4. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan saran selama perkuliahan.

5. Ir. H. Nata Suwarya, M.Si dan Hj. Ida Tinawati, S.Pd orang tua tercinta atas

kasih sayang, semangat, dukungan, motivasi, doa yang tiada henti-hentinya

selama penulis menempuh pendidikan hingga saat ini, dan mendidik penulis

agar selalu menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat. Semoga skripsi

ini menjadi persembahan terbaik.

6. Kakak dan Adik penulis Anandita Irianti Utami, S.Hut, Indra Suryadinata dan

Ghaissani Arifah Hidayati, atas kasih sayang, semangat, dukungan, motivasi

dan doa yang tiada henti-hentinya selama penulis menempuh pendidikan

hingga saat ini.

7. Bapak Ir. Ramzi Salim sebagai pemimpin sekaligus pemilik perusahaan,

Bapak Solihin, SE, sebagai kepala Humas yang menerima dan membantu

penulis dalam pencarian informasi dan pelaksanaan skripsi di CV Aromindo.

8. Ibu Ida, Mbak Dian, Bapak Yusuf, dan seluruh dosen dan staf Departemen

Agribisnis yang telah banyak membantu penulis selama ini.

9. Sahabat tersayang, M. Hadinoor Gorbachev, ST, Busrol Karim, SE,

Ramdhani, Arima Puspitaningrum, S.Stk, Bebby Noviola, SE, Restika Raditia

Aulia, SE , Akbar Zaenal Muttaqin, SE, Andikha Yuli Sutrisno, SE, Regina

Prameisa, SE, Dinda Puti Denantica, SE, Septiannisa Rahmi, SE, Julia

Rahmamita, SE, Nur Hutami Budiarti, SE, Destia Eka Putri, SE, Meidina

Megan Andriani, SE, dan Tsamaniatul Khusnia atas dukungan, semangat, dan

kebersamaannya selama ini.

10. Ratih Kusuma Ningrum, SE, Eva Aprilalony, SE, Aklima Dhiska, SE, Farisah

Firas, Mizani Adlina, SE, dan Muhammad Fikri, SE, teman satu bimbingan

skripsi di bawah bimbingan Pak Iman dan Bu Ratna.

11. Teman gladikarya Desa Bojong Sawah, Firman Raditya, Putri Nursakinah,

SE, dan Ervan Fahreza, SE, atas sharing dan kebersamaan selama gladikarya.

12. Teman-teman Departemen Agribisnis IPB dan Kelas A21-A22 Angkatan 45

Tingkat Persiapan Bersama yang telah memberikan banyak pengalaman dan

kenangan berharga bagi penulis.

13. Semua pihak yang telah bersedia membantu penulis semasa penulis

menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

Terima kasih banyak.

Bogor, Maret 2013

Andina Gemah Pertiwi

H34080103

iii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vii

I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .............................................................. 7

1.3 Tujuan ................................................................................... 12

1.4 Manfaat ................................................................................. 12

1.5 Ruang Lingkup ...................................................................... 13

II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 14

2.1 Hasil Hutan Bukan Kayu ...................................................... 14

2.2 Gaharu ................................................................................... 14

2.3 Klasifikasi Gaharu ................................................................. 16

2.4 Minyak Gaharu ...................................................................... 17

2.5 Minyak Atsiri ........................................................................ 18

2.6 Studi Empiris Mengenai Nilai Tambah

dan Pemasaran ...................................................................... 19

2.7 Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu .............................. 21

III KERANGKA PEMIKIRAN .................................................... 22

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................ 22

3.1.1 Konsep Nilai Tambah .................................................. 22

3.1.2 Konsep Pemasaran ...................................................... 23

3.1.3 Analisis Peluang Pasar ................................................ 25

3.1.4 Segmentasi, Target, dan Posisi Pasar .......................... 25

3.1.5 Bauran Pemasaran ....................................................... 28

3.1.6 Pelaksanaan dan Pengendalian Pemasaran ................. 33

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ......................................... 33

IV METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 36

4.1 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ............................... 36

4.2 Data dan Instrumentasi .......................................................... 36

4.3 Metode Pengumpulan Data ................................................... 36

4.4 Metode Pengolahan data ....................................................... 37

4.4.1 Analisis Nilai Tambah ................................................. 37

4.4.2 Analisis Proses Manajemen Pemasaran ..................... 40 4.4.2.3 Analisis Bauran Pemasaran 4

4.4.3 Definisi Operasional Variabel ..................................... 43

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................... 46

5.1 Sejarah dan Perkembangan CV Aromindo ........................... 46

5.2 Lokasi Perusahaan ................................................................. 47

5.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ............................. 47

5.4 Sarana dan Prasarana Produksi ............................................. 49

5.5 Penyediaan Bahan Baku ........................................................ 50

iv

5.6 Mesin dan Peralatan .............................................................. 50

5.7 Proses Produksi ..................................................................... 51

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 53

6.1 Analisis Nilai Tambah ........................................................... 53

6.2 Pendapatan Total Perusahaan ................................................ 59

6.3 Analisis Pemasaran Minyak Gaharu ..................................... 60

6.3.1 Analisis Peluang Pasar ................................................ 61

6.3.2 Analisis Segmentasi, Target, dan Positioning ............ 65

6.3.3 Bauran Pemasaran ....................................................... 68

6.3.4 Pelaksanaan dan Pengendalian Usaha

Pemasaran ..................................................................... 72

VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 74

7.1 Kesimpulan ........................................................................... 74

7.2 Saran .................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 76

LAMPIRAN ........................................................................................... 80

v

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Konstribusi Sektor Kehutanan dan Hasil-Hasilnya dalam

Pembentukan Produk Domestik Bruto Harga Konstan 2000 ..... 1

2. Ekspor Gaharu Tahun 2000-2010 ............................................. 3

3. Produksi Gaharu Indonesia Tahun 2004-2009 ......................... 4

4. Perkembangan Kuota dan Realisasi Ekspor

Gaharu Indonesia ...................................................................... 5

5. Harga Kayu Gaharu Sesuai Grade ............................................ 8

6. Ekspor Minyak Gaharu oleh CV Aromindo

Tahun 2007-2011 ...................................................................... 11

7. Perhitungan Nilai Tambah Minyak Gaharu .............................. 39

8. Jenis dan Jumlah Gaharu milik CV Aromindo ......................... 47

9. Informasi Tenaga Kerja CV Aromindo .................................... 48

10. Luas Lahan dan Bangunan CV Aromindo ................................ 50

11. Perhitungan Nilai Tambah Kayu Gaharu Menjadi

Minyak Gaharu ......................................................................... 54

12. Sumbangan Input Lain .............................................................. 56

13. Wilayah Pendistribusian Gaharu ............................................... 71

14. Informasi untuk Perhitungan ..................................................... 86

15. Penyusutan Alat dan Mesin ...................................................... 87

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. 4P Bauran Pemasaran ............................................................... 29

2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................. 35

3. Distribusi Nilai Tambah Pengolahan Minyak Gaharu

Terhadap Imbalan Tenaga Kerja dan Keuntungan ................... 57

4. Besarnya Distribusi Marjin Terhadap Imbalan

Tenaga Kerja, Sumbangan Input Lain, dan Keuntungan .......... 58

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jenis dan Golongan HHBK ...................................................... 81

2. Jenis Jenis Pohon Penghasil Gaharu di Indonesia ................. 82

3. Daftar Minyak Atsiri yang Sedang Berkembang di Indonesia.. . 83

4. Mesin dan Peralatan CV Aromindo .......................................... 85

5. Perhitungan Hari Orang Kerja .................................................. 86

6. Perhitungan Sumbangan Input Lain .......................................... 87

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luasnya hutan di Indonesia menjadikan negara Indonesia sebagai paru-

paru dunia dan dengan kekayaan hutan yang dimilikinya tentu begitu banyak pula

potensi yang dapat dikembangkan dari hasil hutan tersebut. Hutan menurut

Undang-Undang Nomor 41 Tentang Kehutanan Tahun 1999 adalah suatu

kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati

yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang

satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan memiliki kontribusi

terhadap perekonomian nasional melalui perkembangan investasi industri dan

perdagangan hasil hutan (Tabel 1). Akan tetapi, persentase kontribusi sektor

kehutanan terhadap PDB terus menurun dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi

peringatan penting bagi para pelaku usaha di sektor kehutanan agar meningkatkan

produktivitas usahanya sehingga sektor kehutanan tetap mampu memberikan

kontribusi yang tinggi bagi negara.

Tabel 1. Kontribusi Sektor Kehutanan dan Hasil-Hasilnya dalam Pembentukan

Produk Domestik Bruto Harga Konstan 2000

Tahun

Uraian

PDB (milyar

rupiah) Kehutanan

Persen-

tase

Terha-

dap

PDB

(%)

Industri

Kayu dan

Produk

Lainnya

(milyar

rupiah)

Persen-

tase

Terha-

dap

PDB

(%)

Kehutanan

dan Hasil-

Hasilnya

(1+2)

(milyar

rupiah)

Persen-

tase

Terha-

dap

PDB

(%)

2004 1.656.516,80 17.433,80 1,05 20.325,50 1,23 37.759,30 2,28

2005 1.750.656,10 17.176,90 0,98 20.138,50 1,15 37.315,40 2,13

2006 1.846.654,90 16.784,10 0,91 20.006,20 1,08 36.693,10 1,99

2007 1.963.974,30 16.401,40 0,84 19.657,60 1 36.059,00 1,84

2008 2.082.315,90 16.543,30 0,79 20.335,80 0,98 36.879,10 1,77

2009 2.176.975,50 16.793,80 0,77 20.039,20 0,92 36.833,00 1,69

2010 2.310.689,80 17.192,50 0,74 - - - -

2011 2.463.242,00 17.361,80 0,70 - - - -

Sumber: Statistik Kehutanan (2011)

2

Hasil hutan dibedakan menjadi dua, yaitu hasil hutan kayu dan hasil hutan

bukan kayu (HHBK). HHBK dalam pemanfaatannya memiliki keunggulan

dibanding hasil kayu sehingga HHBK memiliki prospek yang besar dalam

pengembangannya (Sudarmalik dkk. 2006). HHBK merupakan salah satu hasil

hutan selain kayu dan jasa lingkungan. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor 35 Tahun 2007, HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun

hewani beserta produk turunan dan budidayanya kecuali kayu yang berasal dari

hutan.

Produk HHBK Indonesia diminati oleh masyarakat, baik domestik

maupun luar negeri. HHBK mampu memberikan penghasilan bagi masyarakat

sekitar hutan dan juga memiliki peran dalam penambahan devisa negara. HHBK

memiliki berbagai macam jenis dan golongan (Lampiran 1). Menteri kehutanan

pun telah menetapkan jenis-jenis HHBK yang terdiri dari 9 kelompok HHBK

yang di dalamnya terdiri dari 558 spesies tumbuhan dan hewan sesuai dengan

yang tercantum pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35/Menhut-II/Tahun

2007.

Departemen Kehutanan telah mengembangkan lima jenis HHBK yang

menjadi prioritas pengembangan, yaitu rotan, bambu, lebah, sutera dan gaharu. Di

antara kelima prioritas tersebut, gaharu merupakan salah satu produk primadona

ekspor bagi HHBK. Hal tersebut dilihat dari perdagangan HHBK untuk tumbuhan

dan satwa liar ke luar negeri yang didominasi oleh ekspor gaharu dan arwana.

Keduanya berkontribusi menyumbang 65 persen penerimaan devisa hingga 1,7

milyar rupiah untuk kelompok tumbuhan dan satwa liar pada penerimaan devisa

yang dihasilkan dari ekspor produk HHBK1.

Perdagangan gaharu di Indonesia berlangsung sejak tahun 1918 pada masa

penjajahan Hindia Belanda. Volume perdagangan gaharu saat itu hanya sekitar 11

ton per tahun. Setelah kemerdekaan, ekspor perdagangan gaharu terus

berkembang tidak saja ke daratan China, tetapi juga ke Korea, Jepang dan USA

serta ke beberapa negara Timur Tengah dengan permintaan yang tidak terbatas

(Biro KLN dan Investasi 2002). Volume perdagangan gaharu mengalami

1 Bambang, Novianto. 2011. Kemenhut Desak Perubahan Tarif Perdagangan Tanaman Satwa Liar.

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/12/04/25/m30diq-kemenhut-desak-perubahan-

tarif-perdagangan-tanamansatwa-liar [diakses 10 Januari 2012]

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/12/04/25/m30diq-kemenhut-desak-perubahan-tarif-perdagangan-tanamansatwa-liarhttp://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/12/04/25/m30diq-kemenhut-desak-perubahan-tarif-perdagangan-tanamansatwa-liar

3

peningkatan yang sangat drastis pada tahun 2010. Total volume ekspor gaharu

saat itu mencapai 573 ton, naik signifikan dari tahun 2006 sebesar 170 ton.

Persentase kenaikan volume perdagangan tersebut mencapai lebih dari 100 persen

yaitu 337 persen dengan perkiraan perolehan devisa pada tahun 2006 sebesar US$

26.086.350 dan meningkat menjadi US$ 85.987.500 pada tahun 2010 (Bintoro

2011).

Perdagangan gaharu yang semakin meningkat menyebabkan intensitas

perburuan gaharu alam tidak terkendali karena gaharu yang diperdagangkan

selama ini merupakan gaharu yang tumbuh di hutan alam. Masyarakat mengambil

gaharu dengan cara menebang pohon hidup dan mencacahnya untuk memperoleh

bagian kayu bergaharu tanpa memikirkan dampak yang terjadi pada pohon

penghasil gaharu.

Tabel 2. Ekspor Gaharu Indonesia Tahun 2000-2010

Tahun Total Volume Ekspor Gaharu (Ton)

2000 155,790

2001 197,426

2002 175,000

2003 174,085

2004 175,000

2005 171,424

2006 170,000

2007

2008

2009

2010 573,000

Keterangan: alasan ketidaktersediaan tidak diketahui

Sumber: CITES (2003) dan PHKA (2011)

Pada tahun 1995 pohon penghasil gaharu Aquilaria sp dimasukkan dalam

daftar kelompok Apendix II CITES (Convention on International Trade in

Endangered Species of Wild Fauna and Flora) karena perburuan yang tidak

terkendali. Sejak dimasukkan dalam daftar kelompok Apendix II CITES, kuota

ekspor gaharu dibatasi hanya 250 ton per tahun. Namun sejak tahun 2000, total

4

ekspor gaharu dari Indonesia terus menurun hingga jauh dibawah ambang kuota

CITES. Semakin sulitnya mendapatkan gaharu di hutan alam telah mengakibatkan

semua pohon gaharu (Aquilaria sp dan Gyrinops sp) dimasukkan dalam Apendix

II pada konvensi CITES tanggal 2-14 Oktober 2004 di Bangkok. Eksploitasi hutan

dan perburuan gaharu yang tidak terkendali menyebabkan penurunan kemampuan

ekspor gaharu Indonesia. Sebagai gambaran, pada Tabel 2 disajikan data hasil

kajian tentang perdagangan ekspor gaharu di Indonesia.

Kekhawatiran akan punahnya spesies gaharu di Indonesia membuat

Departemen Kehutanan menurunkan kuota ekspor menjadi hanya 125 ton per

tahun sejak tahun 2005. Hingga saat ini, belum terdapat akurasi data produksi

dari berbagai daerah penghasil. Namun, produksi gaharu dapat diperkirakan oleh

departemen kehutanan seperti yang tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi Gaharu Indonesia Tahun 2004-2009

Tahun Produksi (Ton)

2004 6.175

2005 231

2006 668

2007 -

2008 -

2009 714

Sumber: BPS Kehutanan (2010)

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa terdapat penurunan yang tajam

produksi gaharu dari tahun 2004 ke 2009. Departemen Kehutanan melihat potensi

penurunan produksi gaharu tersebut sejak beberapa tahun lalu. Oleh karena itu,

pada tahun 2001 eksportir gaharu diwajibkan memiliki lahan seluas minimal dua

hektar untuk membudidayakan pohon gaharu. Pembudidayaan gaharu oleh

masyarakat menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi pasokan gaharu dunia

dengan total kebutuhan dunia sebesar 4.000 ton per tahun. Setelah tahun 2006,

kuota untuk masing-masing jenis tumbuhan gaharu semakin mengalami fluktuasi

begitu pula dengan realisasi ekspornya. Hal tersebut terlihat pada Tabel 4.

5

Tabel 4. Perkembangan Kuota dan Realisasi Ekspor Gaharu Indonesia

Tahun Jenis Gaharu Kuota (kg) Realisasi (kg) Persentase realisasi terhadap

kuota (%)

2007

Aquilaria Malaccensis 30.000 23.709 79

Aquilaria Filaria 76.000 76.000 100

Gyrnops 24.000 8.000 33

2008

Aquilaria Malaccensis 30.000 30.000 100

Aquilaria Filaria 65.000 65.000 100

Gyrnops 25.000 25.000 100

2009

Aquilaria Malaccensis 173.250 74.890 43

Aquilaria Filaria 455.000 326.882 72

Gyrnops - - -

Sumber: Siran & Turjaman (2011)

Kuota ekspor gaharu pada tahun 2007 dari ketiga jenis yang dapat

dipenuhi hanya dari jenis Aquilaria filaria, sedangkan untuk Aquilaria

malaccensis tidak dapat dipenuhi, bahkan untuk Gyrinops realisasi ekspornya

hanya mencapai 33 persen dari kuota yang ditetapkan. Pada tahun 2008, realisasi

ekspor gaharu untuk ketiga jenis dapat terpenuhi 100 persen dari kuota yang

ditetapkan. Pada tahun 2009, kenaikan kuota yang signifikan terjadi pada jenis

Aquilaria malaccensis sebanyak hampir enam kali lipat, sedangkan pada

Aquilaria filaria sebanyak tujuh kali lipat.

Penurunan kemampuan ekspor gaharu Indonesia sangat berpengaruh

terhadap perkembangan harga gaharu, baik di pasar dunia maupun ditingkat

pedagang pengumpul dikarenakan Indonesia merupakan produsen terbesar gaharu

dunia. Pada tahun 1980, harga gaharu ditingkat pedagang pengumpul berkisar Rp

80.000 per kg untuk kualitas super. Awalnya, kenaikan harga gaharu relatif

lambat, yaitu hanya naik menjadi Rp 100.000 per kg pada tahun 1993. Kenaikan

pesat terjadi pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1997, dimana

harga gaharu mencapai Rp 3-5 juta per kg. Kenaikan harga gaharu berlanjut dan

makin tajam hingga mencapai Rp 10 juta per kg pada tahun 2000 dan meningkat

lagi hingga mencapai Rp 15 juta per kg pada tahun 2009 (Adijaya 2006 dan

Wiguna 2009).

6

Perkembangan harga yang semakin baik, membuat prospek gaharu

semakin baik untuk pasar luar negeri karena permintaan luar negeri cukup tinggi.

Namun, produksi gaharu Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan gaharu

dunia. Indonesia bersaing dengan negara-negara penghasil gaharu lainnya. Jika

Indonesia dapat memanfaatkan peluang tersebut, maka Indonesia dapat menjadi

negara pengekspor yang dapat diandalkan, selain meningkatkan keuntungan bagi

setiap pengusaha juga dapat menunjang devisa dan perluasan kesempatan kerja.

Berbagai daerah di Bangka, Sukabumi, Bogor, Lampung dan NTT mulai

mengembangkan pembudidayaan gaharu untuk mengantisipasi berkurangnya

produksi gaharu Indonesia. Daerah Bogor merupakan daerah yang sangat serius

dalam melakukan budidaya gaharu. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kehutanan Bogor sudah melakukan penelitian gaharu semenjak tahun 2000 dan

sudah menemukan teknik budidaya gaharu yang dipastikan bisa menghasilkan

gubal gaharu yang harum dan mempunyai nilai rupiah yang sangat tinggi.

Nilai guna gaharu awalnya hanya digunakan sebagai bahan pengharum

tubuh dan ruangan dengan cara pembakaran (fumigasi) serta sebagai bahan baku

dupa atau hio yang digunakan dalam upacara ritual keagamaan masyarakat Hindu

dan Budha. Pada saat ini, gaharu banyak dibutuhkan sebagai bahan baku industri

pengikat (fixatif) minyak wangi serta bahan baku industri obat tradisional herbal.

Sementara ini, produk ekspor gaharu Indonesia sebagian besar masih dalam

bentuk potongan kayu. Oleh karena itu, untuk memperoleh nilai tambah perlu

digalang bermacam jenis produk perdagangan ekspor gaharu dalam berbagai

bentuk produk barang setengah jadi dan barang jadi dengan kualitas dan

kontinuitas yang tertata secara baik sesuai perkembangan permintaan pasar dunia.

CV Aromindo adalah satu perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan

gaharu di Bogor, tepatnya terletak di daerah Cilendek Barat. Perusahaan ini

menjual berbagai jenis gaharu, mulai dari yang natural atau bahan baku mentah,

sampai pada gaharu yang sudah melalui processing atau pengolahan menjadi

produk jadi. Berkembangnya teknologi industri menyebabkan berkembangnya

tataniaga gaharu dalam bentuk produk minyak atsiri yang secara teknis diperoleh

melalui penyulingan.

7

CV Aromindo memanfaatkan peluang yang ada dengan membuat produk

minyak gaharu yang dibutuhkan sebagai bahan dasar untuk membuat minyak

wangi maupun minyak aromaterapi. Melalui penciptaan minyak gaharu yang

semula hanya berupa potongan kayu gaharu menjadi minyak gaharu, maka

menciptakan nilai tambah bagi produk tersebut. Besarnya nilai tambah produk

minyak gaharu selama ini tidak diketahui secara pasti oleh perusahaan. Padahal,

dengan mengetahui besarnya nilai tambah yang dihasilkan, perusahaan dapat

mengetahui secara pasti besar keuntungan yang didapatkan dari proses

pengolahan gaharu menjadi minyak gaharu sehingga memacu perusahaan untuk

terus melakukan pengembangan terhadap produk yang dijual agar memiliki nilai

tambah guna meningkatkan pendapatan perusahaan.

Produksi Gaharu di dalam negeri, lebih sering untuk memenuhi kebutuhan

pasar ekspor, seperti China, Eropa dan Arab Saudi2. Begitu pun dengan CV

Aromindo turut menjual minyak gaharu ke pasar tersebut. Perilaku kebutuhan

masyarakat terhadap produk olahan gaharu seperti dupa, hio, minyak wangi, dan

minyak aromaterapi berbahan dasar gaharu yang memiliki wangi khas

menyebabkan industri pengolahan gaharu di pasar ekspor berkembang. Oleh

karena itu, CV Aromindo perlu melakukan proses manajemen pemasaran yang

baik agar dapat bersaing di pasar tersebut dan mampu mencapai tujuan pemasaran

perusahaannya. Proses manajemen pemasaran ini dapat menentukan keberhasilan

perusahaan dalam menjangkau pasar-pasar yang tepat dan potensial. Pada

prosesnya, dapat dilihat peluang pasar bagi CV Aromindo, penerapan strategi

pemasaran yang dilakukan melalui analisis segmentasi, targeting, dan positioning,

bauran pemasaran produk, harga, distribusi, dan promosi yang dilakukan, serta

pelaksanaan dan pengendalian pemasaran CV Aromindo. Oleh karena itu,

penelitian ini diarahkan pada analisis nilai tambah dan pemasaran gaharu.

1.2 Permasalahan

Saat ini, gaharu sebagian besar dijual dalam bentuk mentah (potongan

kayu). Padahal, beragamnya nilai guna gaharu merupakan indikator dalam

pengusahaan gaharu, sehingga pengelolaan sumberdaya dan produksi diharapkan

2 http://www.hariansumutpos.com/2012/05/34648/melihat-potensi-gaharu-produk-ekspor-unik-

dan-mahal#ixzz2KkjpBihH [Diakses 18 Februari 2012]

http://www.hariansumutpos.com/2012/05/34648/melihat-potensi-gaharu-produk-ekspor-unik-dan-mahal#ixzz2KkjpBihHhttp://www.hariansumutpos.com/2012/05/34648/melihat-potensi-gaharu-produk-ekspor-unik-dan-mahal#ixzz2KkjpBihH

8

dapat berkembang sebagai lahan pengusahaan gaharu bagi Indonesia yang

berperan penting dalam menggalang pendapatan masyarakat dan negara.

Gaharu tidak banyak dikonsumsi di dalam negeri lantaran harganya yang

mahal. Hal ini membuat para pengusaha gaharu lebih memilih mengekspor ke

pasar internasional, sebab permintaan pasar internasional tinggi. Berbagai negara

konsumen atas produk komoditi gaharu antara lain, berbagai negara Timur

Tengah, China, Jepang, Korea, Taiwan, Eropa, Amerika, Jerman, dan Belanda.

Dari beberapa negara tersebut, kontribusi ekspor terbesar ke wilayah Timur

Tengah, sebesar 60 hingga 70 persen3.

Gaharu merupakan produk yang memiliki nilai jual tinggi walaupun tidak

diolah atau masih dalam bentuk kayu. Namun, ketika produk gaharu tersebut

diolah, maka akan semakin meningkatkan nilai jualnya. Pada tahun 2010, nilai

jual gaharu sebelum diolah ditingkat pedagang pengumpul lokal berkisar Rp

10.000,00 per kg untuk gaharu kualitas paling rendah hingga mencapai Rp

15.000.000,00 per kg untuk gaharu kualitas super, yaitu tergantung seberapa

banyaknya kandungan resin pada gaharu tersebut (Anonim 2010). Harga gaharu

pada tahun 2010 ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Harga Kayu Gaharu Sesuai Grade Tahun 2010 di Pulau Jawa

No Grade Kayu Gaharu Harga (Rp/kg)

1 Grade A Super king 15.000.000

2 Grade A 10.000.000

3 Grade AB 5.000.000

4 Grade C 2.000.000

5 Grade D 1.000.000

6 Grade E 500.000

7 Low Grade 100.000 - 300.000

8 Gaharu untuk minyak 10.000 - 100.000

Sumber: Anonim (2010)

3 A, Mashur M. 2011. China Impor Kayu Gaharu Tanpa Perantara.

http://medan.tribunnews.com/2011/03/16/china-impor-kayu-gaharu-tanpa-perantara [Diakses

10 Januari 2012]

http://medan.tribunnews.com/2011/03/16/china-impor-kayu-gaharu-tanpa-perantara

9

Harga jual gaharu di pasar lokal berbeda dibandingkan dengan yang

beredar di pasar internasional, karena negara-negara pengekspor gaharu yang ada,

mampu menjual gaharu dalam bentuk yang lebih bernilai jual. Peningkatan nilai

jual pada suatu produk dapat dilakukan dengan pengubahan bentuk dari produk

mentah menjadi produk olahan, baik berupa produk setengah jadi, maupun produk

jadi. Produk jadi ini memiliki nilai tambah dan mampu meningkatkan pendapatan

bagi perusahaan yang memproduksinya.

Salah satu alternatif dalam meningkatkan nilai tambah pengusahaan dapat

dilakukan dengan mengembangkan jenis produk jadi yang memiliki nilai

ekonomis pasar yang menguntungkan, salah satunya yaitu pengembangan produk

minyak atsiri gaharu. Harga ekspor minyak gaharu di pasaran dunia sangat tinggi,

berdasarkan pengalaman salah satu penyuling, titik terendah harga minyak gaharu

sudah mencapai 7000 US$ per kg. Selain harga bahan baku yang mahal, tingginya

harga minyak gaharu juga dipengaruhi oleh keterbatasan bahan baku dan

rendemen minyak yang diperoleh dari hasil penyulingan relatif sedikit.

Produsen penyuling minyak gaharu masih sangat minim jumlahnya,

karena untuk melakukan penyulingan pada gaharu, modal yang dibutuhkan tidak

sedikit. Namun, berdasarkan kenyataan mengenai tingginya nilai jual produk

olahan gaharu, maka semakin banyak perusahaan yang tertarik untuk

mengembangkan produk olahan gaharu, seperti minyak gaharu, dupa, hio, sabun,

teh gaharu, dll. Hal itu dilakukan perusahaan demi mendapatkan keuntungan yang

maksimal dari pengushaan gaharu tersebut.

CV Aromindo merupakan perusahaan yang melakukan pengolahan untuk

produk gaharu. Perusahaan ini mempunyai alat penyulingan gaharu yang

dirancang sendiri dan memiliki hak cipta atas mesin tersebut. CV Aromindo juga

sering dijadikan percontohan bagi perusahaan lain ataupun individu yang ingin

berbisnis gaharu melalui kegiatan seminar dan pelatihan. Adapun CV Aromindo

menjual gaharu dalam bentuk mentah dan juga produk jadi. Produk mentah yang

dijual berupa natural gaharu yaitu produk gaharu yang kualitasnya tinggi. process

gaharu yaitu produk gaharu yang diolah agar memiliki kualitas yang lebih baik

dan adapula minyak gaharu yang dihasilkan dengan menggunakan peralatan

10

canggih. Selain itu, terdapat produk olahan gaharu lain yang dihasilkannya, yaitu

dupa, sabun, hio, dan hiasan artistik dari kayu gaharu.

CV Aromindo memanfaatkan pengetahuan dan teknologi yang ada dengan

menjual gaharu dalam berbagai produk olahan, diantaranya dupa, hio, minyak

gaharu, dan hiasan artistik kayu gaharu. Produk olahan terbaik yang dihasilkan

oleh CV Aromindo adalah minyak gaharu yang diproduksi dengan menggunakan

peralatan canggih. Minyak gaharu tersebut diproduksi dengan penyulingan sistem

manual dan menggunakan tekanan uap tinggi. Peralatan yang digunakan

dirancang sendiri oleh CV Aromindo dengan perpaduan peralatan penyulingan

minyak gaharu dari Thailand dan India.

Harga minyak gaharu yang dihasilkan oleh CV Aromindo bervariasi

tergantung pada proses produksinya. Harga yang ditetapkan perusahaan tersebut

dapat berubah mengikuti nilai tukar rupiah terhadap dollar yang terjadi, karena

CV Aromindo ini menjual minyak gaharu ke pasar ekspor. Dari segi ukuran,

minyak gaharu yang dijual oleh CV Aromindo dijual dalam satuan kg.

CV Aromindo sebagai perusahaan yang bergerak dalam industri gaharu

dan produk turunannya mempunyai peran yang cukup strategis dalam

perekonomian. Dalam aktivitas usahanya, selain berorientasi pada keuntungan,

CV Aromindo juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan, memberikan nilai

tambah dan menyumbang devisa bagi negara. Akan tetapi, perkembangan usaha

gaharu CV Aromindo belum seperti yang diharapkan karena beberapa kendala, di

antaranya yaitu ketersediaan bahan baku yang tidak menentu, persaingan yang

ketat dikarenakan pasar tujuan dari minyak gaharu ini adalah berorientasi ekspor,

kemampuan tenaga penjual yang masih terbatas, serta masalah lain yang berkaitan

dengan pengembangan usaha.

Menyadari kontribusi yang diberikan melalui adanya usaha minyak gaharu

ini, menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk mempertahankan

kesinambungan dan kestabilan aktivitas usahanya. Seperti yang diketahui, minyak

gaharu memiliki nilai jual yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kayu

gaharu. Hal ini dapat dilihat dari harga minyak gaharu yang lebih tinggi

dibandingkan dengan gaharu dalam bentuk kayu. Produk olahan gaharu tersebut

menghasilkan nilai tambah yang bisa meningkatkan pendapatan bagi CV

11

Aromindo. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana usaha pengolahan produk

gaharu menjadi minyak gaharu ini dapat memberikan nilai tambah dan

keuntungan bagi perusahaan dan faktor-faktor produksi lainnya sehingga mampu

menjaga kesinambungan usaha CV Aromindo.

Permasalahan lain yang dihadapi CV Aromindo dalam mencapai

keuntungannya yaitu penjualan minyak gaharu yang masih jauh dari target

perusahaan akibat dari permintaan yang belum sesuai. Permintaan terhadap

minyak gaharu CV Aromindo menjadi penentu besarnya penjualan produk yang

dilakukan perusahaan karena selama ini perusahaan menjual minyak gaharu jika

ada permintaan melalui pemesanan. Oleh karena itu, perusahaan harus meninjau

kembali langkah pemasaran yang dilakukan perusahaan. Langkah pertama dalam

perencanaan bisnis adalah langkah pemasaran, dimana pasar sasaran dan strategi

pemasarannya ditentukan, dan tujuan penjualan serta sumber-sumber daya untuk

mencapai tujuan ini ditetapkan (Kotler 1993). Adapun target hasil penjualan

produksi minyak gaharu yang ingin dicapai perusahaan sebesar 38,4 kg per tahun.

Penetapan target ini didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam memproduksi

minyak gaharu sesuai dengan kapasitas mesin produksi yang dimiliki perusahaan

juga banyaknya bahan baku yang mampu didapatkan dan waktu yang dibutuhkan

untuk proses penyulingan gaharu menjadi minyak gaharu. Besarnya volume

penjualan ekspor minyak gaharu oleh CV Aromindo dapat dilihat dari pada Tabel

6.

Tabel 6. Ekspor Minyak Gaharu oleh CV Aromindo Tahun 2007-2011

Tahun Volume Penjualan Minyak Gaharu (kg)

2007 6,58

2008 2,00

2009 5,00

2010 18,00

2011 2,00

Sumber: Data Sekunder Perusahaan (2012)

Tujuan pemasaran perusahaan CV Aromindo salah satunya yaitu

pencapaian target penjualan minyak gaharu sesuai yang telah ditetapkan

12

perusahaan. Akan tetapi, hal tersebut belum mampu dicapai oleh perusahaan

terbukti dari data penjualan pada tabel 6. Manajer pemasaran menjalani proses

pemasaran untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut (Kotler 1993).

Keberhasilan dalam mencapai tujuan pemasaran perusahaan salah satunya dapat

ditentukan oleh proses manajemen pemasaran yang baik. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini penulis menganalisis proses manajemen pemasaran yang dilakukan

perusahaan. Manajemen pemasaran dalam hal ini ditujukan pada analisis peluang

pasar minyak gaharu, penetapan segmentasi, target, dan posisi produk di pasar

serta bauran pemasaran produk, harga, distribusi dan promosi, serta pelaksanaan

dan pengendalian pemasaran yang dilakukan CV Aromindo. Berdasarkan uraian

tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Bagaimana nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik

faktor-faktor produksi yang dihasilkan melalui adanya usaha pengolahan

kayu gaharu menjadi minyak gaharu?

2) Bagaimana pelaksanaan proses manajemen pemasaran minyak gaharu di CV

Aromindo?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka tujuan dari penelitian antara lain:

1) Mengetahui besarnya nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah terhadap

pemilik fakor-faktor produksi yang dihasilkan melalui adanya usaha

pengolahan kayu gaharu menjadi minyak gaharu.

2) Mengetahui dan menganalisis pelaksanaan proses manajemen pemasaran

minyak gaharu di CV Aromindo.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

yang berguna dan membangun bagi:

1) peneliti, sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan yang

akan menjadi penyeimbang pada dunia kerja dalam hal memperluas wawasan

dan melatih kemandirian;

13

2) Perusahaan, untuk mempertimbangkan dan menentukan kebijakan-kebijakan

yang harus diambil dan dilaksanakan yang berkaitan dengan peningkatan nilai

tambah usaha dan penentuan manajemen pemasaran yang tepat;

3) pemerintah, diharapkan menjadi salah satu masukan untuk merumuskan

strategi yang tepat untuk meningkatkan efektifitas pemasaran gaharu dan

olahannya; dan

4) pembaca, sebagai referensi, pedoman, literatur, dan inspirasi mengenai

analisis nilai tambah dan pemasaran produk olahan gaharu dan sebagai

masukan bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada analisis nilai tambah dan pemasaran produk

olahan gaharu. Produk yang dihasilkan berupa minyak gaharu. Penelitian ini

dilakukan di CV Aromindo. Alat analisis yang digunakan untuk menghitung nilai

tambah pada penelitian ini adalah analisis nilai tambah dengan metode Hayami,

sedangkan untuk menganalisis proses manajemen pemasarannya yaitu melalui

analisis peluang pasar, penelitian dan pemilihan pasar sasaran, pengembangan

strategi bauran pemasaran, serta pelaksanaan dan pengendalian usaha pemasaran

CV Aromindo.

Analisis peluang pasar pada penelitian ini dilihat dari lingkungan

pemasaran perusahaan baik mikro maupun makro. Adapun lingkungan pemasaran

mikro meliputi perusahaan, pemasok, pesaing, dan pembeli. Lingkungan

pemasaran makro meliputi demografi, ekonomi, politik, teknologi, dan sosial

budaya. Pada penelitian dan pemilihan pasar sasaran, dilakukan dengan

menganalisis segmentasi, target, dan posisi produk perusahaan di pasar.

Pengembangan strategi bauran pemasaran dianalisis melalui bauran produk,

harga, distribusi/tempat, dan promosi. Tahap akhir yaitu pelaksanaan dan

pengendalian perusahaan dilihat dari pelaksanaan kegiatan pemasaran pada divisi

pemasaran CV Aromindo.

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Hutan Bukan kayu

Keberadaan hutan di Indonesia sebagai sumberdaya alam memiliki

keunggulan tersendiri terutama karena hasil hutannya yang melimpah. Salah satu

hasil hutan yang memiliki nilai manfaat tinggi yaitu hasil hutan bukan kayu

(HHBK). Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999 menyebutkan bahwa

HHBK adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya serta jasa yang

berasal dari hutan. Adapun FAO mendefinisikan HHBK sebagai produk biologi

asli selain kayu yang diambil dari hutan, lahan perkayuan dan pohon-pohon yang

berada di luar hutan. Pemanfaatan HHBK di Indonesia belum dilakukan secara

optimal sehingga masih harus terus dikembangkan.

Berbagai jenis tanaman penghasil HHBK merupakan tanaman serbaguna

yang dapat memberikan berbagai manfaat sosial kepada masyarakat setempat,

manfaat ekonomi untuk meningkatkan devisa negara dan manfaat lingkungan

untuk menjaga keseimbangan ekosistem. HHBK yang sudah biasa dikomersilkan

diantaranya cendana, gaharu, sagu, rotan, aren, sukun, bambu, sutera alam, madu,

jernang, kemenyan, kayu putih, kayu manis, kilemo, pinang, ylang-ylang, gemor,

masohi, aneka tanaman hias dan tanaman obat serta minyak atsiri. Agar ekosistem

hutan tetap terjaga, maka pengembangan HHBK lebih diarahkan pada

peningkatan usaha budidaya dan pemanfaatan produksi yang dapat meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan kelestarian

lingkungan (Sunaryo 2008).

2.2 Gaharu

Gaharu merupakan komoditi HHBK andalan yang mempunyai nilai

ekonomi tinggi terutama untuk pemenuhan kebutuhan pasar industri kosmetik dan

farmasi. Permintaannya yang tinggi serta ketersediaannya yang terbatas di alam

menyebabkan harga komoditi ini relatif sangat tinggi (Nurapriyanto dkk. 2004).

Gaharu berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu aguru yang berarti kayu berat

(tenggelam). Gaharu adalah produk komoditas HHBK dalam bentuk kayu

serpihan, potongan, serutan dan atau bubuk yang di dalamnya terkandung

komponen kimia berupa resin dan bila dibakar akan mengeluarkan aroma

15

keharuman yang khas. Masyarakat awam seringkali mengaburkan istilah gaharu

dengan pohon gaharu.

Menurut SNI 01-5009.1-1999 gaharu didefinisikan sebagai sejenis kayu

dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar

damar wangi yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang

tumbuh secara alami dan telah mati sebagai akibat dari suatu proses infeksi yang

terjadi baik secara alami atau buatan pada suatu jenis pohon dan pada umumnya

terjadi pada pohon Aquilaria sp. Beberapa nama diberikan pada gaharu, seperti

agarwood, aloeswood, gaharu (Indonesia), ood, oudh, oodh (Arab), chenxiang

(China), pau daquila (Portugis), bois daigle (Perancis), dan adlerholz (Jerman).

Di Indonesia, gaharu memiliki nama yang berbeda-beda menurut daerah, seperti

karas, alim, garu, dll. Gaharu dihasilkan oleh tumbuhan dari famili Thyeleaceae

dengan 6 genus, Euphorbiaceae 1 genus dan Leguminoceae 1 genus. Selain

Indonesia, gaharu juga dihasilkan dari beberapa negara seperti India, Myanmar,

Thailand, Malaysia, Filiphina, Brunei Darusalam, Papua New Gini, China dan

Indochina. Jenis-jenis pohon penghasil gaharu di Indonesia dapat dilihat pada

Lampiran 2, dimana gaharu tersebut tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan

dihasilkan dari jenis pohon yang berbeda pula untuk setiap daerah.

Gaharu di Indonesia mulai dikenal masyarakat sejak tahun 1200-an dan

sebagain besar produksi hingga saat ini masih merupakan produksi hutan secara

alami. Semula gaharu diburu masyarakat dengan cara dipungut dari pohon alam

yang telah mati dengan sebagian besar produk tergolong dalam kelas gubal,

dimana dengan kandungan resin yang tinggi di alam tidak akan lapuk dimakan

usia. Namun, semakin sulitnya memperoleh pohon yang mati, masyarakat

pemburu gaharu di berbagai daerah penghasil, mencari gaharu dengan cara

menebang pohon hidup, kemudian mencari bagian kayu dengan cara

mencacahnya untuk mendapatkan kayu berwarna hitam, hitam-coklat dan putih-

kuning bergaris-garis hitam. Cara tersebut berdampak buruk bagi kelestarian

sumberdaya pohon penghasil gaharu, sehingga Convention International Trade

Endangered Species (CITES) menetapkan 2 genus Famili Thymeleaceae yaitu

Aquilaria sp dan Gyrinops sp masuk sebagai tumbuhan dilindungi dalam

kelompok Apendix II CITES.

16

Gaharu terbentuk dalam jaringan kayu akibat pohon terinfeksi penyakit

cendawan (fungi) yang masuk melalui luka batang (patah cabang). Adapun jenis-

jenis penyakit dari genus cendawan (fungi) yang terdapat di berbagai wilayah

sentra produksi yang diduga sebagai postulat pembentuk gaharu adalah Fusarium

sp, Phytium sp, Libertella sp, Rizoctonia sp, Trichoderma sp, Thiolaviopsis sp,

Acremonium sp, Botrydiplodia sp, Penicillium sp dan Lasiodiplodia sp.

2.3 Klasifikasi Gaharu

Gaharu memiliki klasifikasi tersendiri sesuai dengan mutu kualitas yang

diberikan. Adapun klasifikasi gaharu tersebut menurut standarisasi gaharu dalam

SNI 01-5009.1-1999 yang ditetapkan oleh departemen kehutanan yaitu:

1) Gubal gaharu dibagi dalam tanda mutu, yaitu :

a) Mutu utama, dengan tanda mutu U, setara mutu super.

b) Mutu pertama, dengan tanda mutu I, setara mutu AB.

c) Mutu kedua, dengan tanda mutu II, setara mutu sabah super.

2) Kemedangan dibagi dalam 7 (tujuh) kelas mutu, yaitu :

a) Mutu pertama, dengan tanda mutu I, setara mutu TGA atau TK I.

b) Mutu kedua, dengan tanda mutu II, setara mutu SB I.

c) Mutu ketiga, dengan tanda mutu III, setara mutu TAB.

d) Mutu keempat, dengan tanda mutu IV, setara mutu TGC.

e) Mutu kelima, dengan tanda mutu V, setara mutu M 1.

f) Mutu keenam, dengan tanda mutu VI, setara mutu M 2.

g) Mutu ketujuh, dengan tanda mutu VII, setara mutu M 3.

3) Abu gaharu dibagi dalam 3 (tiga) kelas mutu, yaitu :

a) Mutu Utama, dengan tanda mutu U.

b) Mutu pertama, dengan tanda mutu I.

c) Mutu kedua, dengan tanda mutu II.

Pada klasifikasi tersebut terdapat beberapa istiah untuk gaharu. Berikut

adalah pengertian dari istilah tersebut, yaitu:

1) Abu gaharu adalah serbuk kayu gaharu yang dihasilkan dari proses

penggilingan atau penghancuran kayu gaharu sisa pembersihan atau

pengerokan.

17

2) Damar gaharu adalah sejenis getah padat dan lunak, yang berasal dari pohon

atau bagian pohon penghasil gaharu dengan aroma yang kuat, dan ditandai

oleh warnanya yang hitam kecoklatan.

3) Gubal gaharu adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon

penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang agak

kuat, ditandai oleh warnanya yang hitam atau kehitam-hitaman berseling

coklat.

4) Kemedangan adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon

penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang

lemah, ditandai oleh warnanya yang putih keabu-abuan sampai kecoklat-

coklatan, berserat kasar, dan kayunya yang lunak.

2.4 Minyak Gaharu

Minyak gaharu merupakan minyak yang berasal dari proses penyulingan

gaharu. Penyulingan gaharu dapat dilakukan dengan metode destilasi uap dan

manual. Minyak Gaharu biasanya berwarna kuning atau coklat gelap. Gaharu

yang digunakan untuk membuat minyak gaharu adalah gaharu kualitas

kamedangan.

Penyulingan gaharu melalui teknik distilasi uap menggunakan potongan

gaharu yang dimasukkan ke dalam peralatan distilasi uap. Tenaga uap tersebut

menyebabkan sel tanaman gaharu dapat terbuka dan menghasilkan minyak dan

senyawa aromatik untuk parfum. Kemudian uap air akan membawa senyawa

aromatik tersebut melalui tempat pendinginan yang membuatnya terkondensasi

kembali menjadi cairan. Cairan yang berisi campuran air dan minyak kemudian

dipisahkan hingga membentuk lapisan minyak di bagian atas dan air di bawah

(Dewan Atsiri Indonesia dan IPB 2009).

Proses penyulingan minyak gaharu secara manual dilakukan dengan cara

merendam kayu gaharu dalam air kemudian memindahkannya ke dalam wadah

untuk menguapkan air hingga minyak yang terkandung keluar ke permukaan

wadah dan senyawa aromatik yang menguap dapat dikumpulkan secara terpisah

(Dewan Atsiri Indonesia dan IPB 2009).

18

2.5 Minyak Atsiri

Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang.

Minyak atsiri merupakan bahan yang bersifat mudah menguap, mempunyai rasa

getir dan bau mirip tanaman asalnya. Umumnya minyak atsiri larut dalam pelarut

organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri juga disebut dengan essential oils,

etherial oils, atau volatile oils. Minyak atsiri adalah ekstrak alami dari jenis

tumbuhan tertentu, baik berasal dari daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit

kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh

tanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat

secara sintetis (Dewan Atsiri Indonesia dan IPB 2009). Tanaman yang

menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman

yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae,

Myrtaceae dan Umbelliferaceae.

Mengacu pada Dewan Atsiri Indonesia dan IPB (2009) proses produksi

minyak atsiri dapat ditempuh melalui 3 cara, yaitu: (1) pengempaan (pressing),

(2) ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction), dan (3) penyulingan

(distilation). Penyulingan merupakan metode yang paling banyak digunakan

untuk mendapatkan minyak atsiri. Penyulingan dilakukan dengan mendidihkan

bahan baku di dalam ketel suling sehingga terdapat uap yang diperlukan untuk

memisahkan minyak atsiri dengan cara mengalirkan uap jenuh dari ketel pendidih

air (boiler) ke dalam ketel penyulingan.

Minyak atsiri memiliki kegunaan yang sangat banyak tergantung dari jenis

tumbuhan yang diambil hasil sulingnya. Minyak atsiri ini digunakan sebagai

bahan baku minyak wangi, komestik, flavour makanan dan obat-obatan. Industri

komestik dan minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan

pembuatan sabun, pasta gigi, shampo, lotion dan parfum. Industri makanan

menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Industri

farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri.

Fungsi minyak atsiri sebagai wewangian juga digunakan untuk menutupi bau tak

sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh

industri bahan pengawet dan bahan insektisida.

19

Komoditi minyak atsiri banyak dikembangkan oleh negara-negara, seperti

Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jepang, Jerman, Swiss, Belanda, Hongkong,

Irlandia dan Kanada. Berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh Essential Oil

Association of India dalam publikasinya yang berjudul Vasion 2005 India

Essential Oil Industry, peringkat pertama produsen minyak atsiri dunia adalah

Brasil disusul oleh Amerika Serikat dan India. Setidaknya ada 70 jenis minyak

atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis di

antaranya dapat diproduksi di Indonesia (Lutony dan Rahmayati 2000). Meskipun

banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil

jenis minyak atsiri yang telah diusahakan di Indonesia.

Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor agroindustri

potensial yang dapat menjadi andalan bagi Indonesia untuk mendapatkan devisa.

Data statistik ekspor-impor dunia menunjukan bahwa konsumsi minyak atsiri dan

turunannya naik sekitar 10 persen dari tahun ke tahun. Kenaikan tersebut terutama

didorong oleh perkembangan kebutuhan untuk industri food flavouring, industri

komestik dan wewangian (Dewan Atsiri Indonesia dan IPB, 2009).

Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah muncul sejak jaman

penjajahan (Lutony dan Rahmayati 2000). Namun, jika dilihat dari kualitas dan

kuantitasnya tidak mengalami banyak perubahan. Hal tersebut karena sebagian

besar pengolahan minyak atsiri masih menggunakan teknologi

sederhana/tradisional dan umumnya memiliki kapasitas produksi yang terbatas.

Daftar minyak atsiri yang berkembang di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran

3.

2.6 Studi Empiris Mengenai Nilai Tambah dan Pemasaran

Penelitian mengenai nilai tambah dan pemasaran yang dilakukan oleh

penulis ini didasarkan pada beberapa penelitian terdahulu, diantaranya adalah

hasil penelitian Tinaprilla (1992) tentang Analisis Titik Impas, Nilai Tambah dan

Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus Jacqu:Fr. Kumm) Studi Kasus

pada CV Tunas Sari Kotamadya Bogor. Penelitian tesebut bertujuan untuk

mempelajari kegiatan perusahaan, menganalisis biaya produksi, titik impas,

kemampuan memperoleh laba, nilai tambah dan mempelajari proses manajemen

pemasaran yang telah dilakukan oleh perusahaan. Penentuan lokasi berdasarkan

20

pada teknik purposive sampling. Dalam menjawab pertanyaan mengenai nilai

tambah dalam penelitian Tinaprillia (1992) menggunakan metode Hayami.

Analisis didasarkan pada kegiatan perusahaan selama satu tahun mulai Januari

sampai Desember 1991. Nilai tambah yang diperoleh perusahaan melalui aktivitas

usaha jamur tiram putih yaitu sebesar Rp 114.514,46 per kg per tahun. Dari hasil

perhitungan dengan menggunakan metode Hayami tersebut dapat diketahui bahwa

perusahaan cenderung lebih padat karya karena kontribusi faktor tenaga kerja

dalam pembentukan marjin cukup besar yaitu 11,95 persen, sedangkan untuk

modal hanya 1,06 persen. Adapun balas jasa terbanyak berasal dari faktor bahan

penolong yaitu sebesar 44,10 persen. Dari hasil penelitian mengenai pemasaran

pada CV Tunas Sari diketahui bahwa perusahaan telah menerapkan manajemen

pemasarannya walaupun masih relatif sederhana. Peluang pasar dilihat oleh

perusahaan dari segi pemasok, pesaing dan pelanggan dimana sasaran perusahaan

adalah konsumen golongan menengah ke atas. Pada tahap pengembangan strategi

pemasaran, perusahaan melakukan kebijaksanaan produk, harga, promosi dan

distribusi serta untuk pengendalian pemasaran, perusahaan berusaha

mempertahankan pelanggan yang sudah ada.

Selain itu, ada pula penelitian yang dilakukan oleh Munawar (2010)

mengenai Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Gergajian (Studi Kasus di

Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor). Penelitian tersebut bertujuan untuk; (1)

menghitung nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan

komoditas kayu bulat menjadi produk gergajian, (2) menganalisis saluran

pemasaran yang meliputi: saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur

pasar, dan tingkah laku pasar, dan (3) menganalisis efisiensi pemasaran

berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio

keuntungan dan biaya.

Penelitian mengenai Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu

Gergajian tersebut dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa

Barat. Penelitian tersebut menggunakan metode Hayami yaitu nilai tambah dan

analisis pemasaran dengan alat analisis kualitatif dan kuantitatif. Penentuan lokasi

berdasarkan pada teknik purposive sampling.

21

Hasil analisa yang dilakukan oleh Munawar (2010) menunjukkan bahwa

nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kayu menjadi kayu olahan pada IPK

skala usaha kecil Rp. 103.879,02 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah

sebesar 18,00 persen, adalah nilai tambah terkecil. Nilai tambah pada IPK skala

usaha menengah sebesar Rp. 117.972,15 per m3 bahan baku dengan rasio nilai

tambah 19,09 persen dan nilai tambah terbesar pada IPK skala usaha besar

Rp.137.348,23 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 24,22 persen

merupakan nilai tambah terbesar. Perbedaan nilai tambah disebabkan oleh

perbedaan nilai produk, harga input bahan baku dan perbedaan nilai sumbangan

input lain pada masing-masing skala usaha yang dikategorikan.

2.7 Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pada studi literatur yang telah dilakukan terdapat persamaan

dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Persamaan pada

penelitian ini adalah Tinaprilla (1992) dan Munawar (2010) menggunakan metode

Hayami untuk menganalisis nilai tambah. Dalam menganalisis pemasaran, alat

analisis yang digunakan yaitu dengan metode deskriptif. Selain itu, penelitian ini

juga sama-sama melakukan analisis nilai tambah pengolahan produk pertanian.

Penentuan lokasi dengan teknik purposive sampling. Tujuan penelitian pada

keduanya sama-sama menganalisis nilai tambah dan pemasaran.

Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada penelitian

Munawar (2010) analisis pemasaran yang dilakukan mengarah kepada analisis

pemasaran dari sudut pandang ekonomi. Sedangkan pada penelitian yang

dilakukan oleh penulis, analisis pemasaran dilihat dari sudut pandang manajemen.

Perbedaan juga terdapat pada pemilihan komoditi dan lokasi yang dijadikan

sebagai objek penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu

menganalisis nilai tambah dan pemasaran minyak gaharu di CV Aromindo.

22

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini dilandasi oleh teori-teori

mengenai konsep nilai tambah dan konsep pemasaran. Konsep pemasaran disini

ditekankan pada konsep pemasaran dari sisi manajemen.

3.1.1 Konsep Nilai Tambah

Keuntungan yang diterima oleh perusahaan dan imbalan bagi tenaga kerja

dapat digambarkan oleh besarnya persentase terhadap nilai tambah. Tujuan dari

analisis nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku

sistem (pedagang atau pengusaha) dan kesempatan kerja yang dapat diciptakan

oleh sistem komoditi tersebut. Beberapa metode dapat digunakan untuk

mengukur nilai tambah suatu komoditi pertanian, diantaranya:

1) Metode Hayami

Metode Hayami merupakan salah satu metode analisis nilai tambah yang

sering dipakai. Hayami menerapkan analisis nilai tambah pada subsistem

pengolahan (produksi sekunder). Produksi sekunder merupakan kegiatan produksi

yang mengubah bentuk produk primer.

2) Metode M. Dawam Rahardjo

Metode yang dikemukakan Rahardjo (1986) mendefinisikan nilai tambah

sebagai selisih nilai produk bruto dengan total pengeluaran. Nilai produk bruto

yang dimaksud disini adalah nilai output ditambah dengan nilai jasa yang

diberikan. Total pengeluaran yang dimaksud meliputi gaji/upah, bahan baku,

bahan bakar dan biaya lainnya.

Analisis nilai tambah yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

yang dikemukakan oleh Hayami. Menurut Hayami et al. (1987) nilai tambah

adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang

diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa

proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility),

maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan

bagi tenaga kerja, modal dan manajemen.

23

Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah, yaitu nilai tambah untuk

pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi

nilai tambah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor teknis dan faktor pasar.

Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku

yang digunakan, dan tenaga kerja. Faktor pasar yang berpengaruh adalah harga

output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, dan harga input lain. Hayami et al.

(1987) menjelaskan dalam analisis nilai tambah terdapat tiga komponen

pendukung, yaitu: (1) Faktor konversi, menunjukkan banyaknya output yang

dihasilkan dari satu satuan input, (2) Faktor koefisien tenaga kerja, menunjukkan

banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input, dan

(3) Nilai produk, menunjukkan nilai output persatuan input. Kelebihan analisis

nilai tambah yang dikemukakan Hayami adalah: (1) lebih tepat digunakan untuk

proses pengolahan produk-produk pertanian, (2) dapat diketahui produktivitas

produksinya (rendemen, pangsa ekspor dan efisiensi tenaga kerja), (3) dapat

diketahui balas jasa bagi pemilik faktor produksinya, dan (4) dapat dimodifikasi

untuk menganalisis nilai tambah selain subsistem pengolahan.

Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan

dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan keterampilan,

serta kualitas bahan baku. Apabila penerapan teknologi cenderung padat karya,

maka proporsi bagian tenaga kerja yang diberikan lebih besar daripada proporsi

bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan apabila diterapkan teknologi

padat modal maka besarnya proporsi bagian manajemen lebih besar daripada

proporsi bagian tenaga kerja.

3.1.2 Konsep Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu unsur penting diantara kegiatan pokok

yang dilakukan oleh perusahaan dalam menentukan kesuksesan suatu organisasi

bisnis. Kotler (1993) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan

manajerial dimana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa

yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan melalui penciptaan,

penawaran, dan pertukaran produk-produk yang bernilai. Menurut sudut pandang

ekonomi, Kohl dan Uhl (1985) mendefinisikan pemasaran merupakan keragaan

dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang dan jasa suatu komoditas mulai

24

dari tingkat produksi sampai konsumen akhir, yang mencakup aspek input dan

output. Menurut Limbong (1987) pemasaran adalah serangkaian proses kegiatan

atau aktivitas yang ditujukan untuk menyalurkan barang-barang atau jasa dari

tangan produsen ke konsumen.

Pada penelitian ini penulis memfokuskan pemasaran pada sisi

manajemennya. Menurut Assauri (2004) konsep pemasaran merupakan orientasi

manajemen yang menekankan bahwa kunci pencapaian tujuan organisasi terdiri

dari kemampuan perusahaan menentukan kebutuhan dan keinginan pasar yang

dituju (sasaran) dan kemampuan perusahaan tersebut memenuhinya dengan

kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dari para pesaing.

Manajemen pemasaran menurut Asosiasi Pemasaran Amerika dalam

Kotler (2002) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan, pemikiran, penetapan

harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan

pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Manajemen

pemasaran merupakan proses menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan,

dan mengendalikan program yang menyangkut pengkonsepan, penetapan harga,

promosi, distribusi dari produk, jasa dan gagasan yang dirancang untuk

menciptakan dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pasar

sasaran untuk mencapai tujuan sasaran (Boyd et al. 2000).

Angiopora (2002) melihat manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu

untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, menjaga, dan menambah jumlah

pelanggan melalui penciptaan, penyerahan, dan pengkomunikasian nilai

pelanggan yang unggul. Proses manajemen pemasaran dapat dibagi dalam

beberapa langkah kegiatan sebagai berikut:

1) Menganalisa peluang pasar.

2) Memilih pasar sasaran (target pasar).

3) Mengembangkan marketing mix.

4) Mengelola usaha pemasaran.

Menurut Swastha dan Sukotjo (2000), pemasaran adalah sistem

keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan produk,

menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang

dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

25

3.1.3 Analisis Peluang Pasar

Peluang pemasaran perusahaan adalah sebuah arena yang menarik untuk

tindakan pemasaran perusahaan di mana perusahaan tersebut akan dapat meraih

keuntungan persaingan. Peluang-peluang tersebut dapat diidentifikasi melalui

monitoring lingkungan pemasaran. Lingkungan pemasaran suatu perusahaan

terdiri dari pelaku-pelaku dan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi perusahaan

untuk mengembangkan dan mempertahankan transaksi-transaksi dan hubungan

yang menguntungkan dengan pelanggan sasarannya (Kotler 1993).

Perusahaan umumnya harus memonitor lingkungan pemasaran makro

yang terdiri dari lingkungan demografi, ekonomi, politik/hukum, teknologi dan

sosial budaya. Lingkungan makro terdiri dari kekuatan-kekuatan sosial yang lebih

besar yang mempengaruhi seluruh pelaku dilingkungan mikro perusahaan.

Lingkungan mikro ini terdiri dari pelaku-pelaku dalam lingkungan perusahaan

yang dekat yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pasarnya.

Lingkungan mikro utama yang terdiri dari pelanggan, pesaing dan pemasok

perusahaan.

3.1.4 Segmentasi, Target dan Posisi Pasar

Dalam konsep pemasaran pemenuhan kepuasan pelanggan menjadi hal

terpenting. Setiap konsumen memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda,

sehingga perusahaan harus berhati-hati dalam menerapkan strategi pemasarannya.

Oleh karena itu, penetapan segmentasi pasar, target pasar dan posisi pasar harus

dilakukan dalam strategi pemasaran. Segmentasi, Targeting, Positioning (STP)

merupakan penjabaran konseptual dari strategi pemasaran yang mencakup

pengidentifikasian basis segmentasi, membuat ukuran dari daya tarik pasar, serta

menentukan posisi untuk setiap segmen pasar yang telah dipilih (Amir 2005).

Menurut Kotler dan Armstrong (2008) dalam pemasaran terarah ada tiga

langkah yang perlu diketahui perusahaan sebelum memasuki pasar yaitu,

segmentasi pasar, target pasar dan menentukan posisi pasar. Langkah pertama

dimulai dengan menetukan segmentasi pasar (segmentation) yaitu membagi pasar

berdasarkan kelompok pembeli yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan,

karakteristik dan tingkah laku konsumen. Langkah kedua adalah target pasar

(targeting) yaitu mengevaluasi setiap segmen pasar dan memilih satu atau

26

beberapa segmen sebagai calon target dengan potensi paling besar untuk

dimasuki. Langkah ketiga adalah menentukan posisi pasar (positioning) yaitu

mengatur produk pada tempat yang jelas, diinginkan dan berbeda dengan tetap

mempertimbangkan produk pesaing.

3.1.4.1 Segmentasi Pasar (Segmentation)

Penerapan segmentasi pasar dilakukan dengan berbagai cara. Manajemen

dapat mengkombinasikan beberapa variabel untuk memperoleh cara yang terbaik

dalam segmentasi pasarnya. Segmentasi pasar dilakukan melalui identifikasi dan

membuat profil dari kelompok-kelompok pembeli yang berbeda, yang mungkin

lebih menyukai atau menginginkan bauran produk dan jasa yang beragam, dengan

meneliti perbedaan geografik, demografis dan psikografis (Kotler dan Keller,

2009). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan segmentasi

pasar menurut Umar (2000), diantaranya yaitu:

1) Dapat diukur, artinya besar pasar dan daya beli di segmen ini dapat diukur

walaupun ada beberapa komponen variabel yang sulit diukur.

2) Dapat dijangkau, artinya sejauh mana segmen ini dapat secara efektif dicapai

dan dilayani, meskipun ada beberapa kelompok yang sulit dijangkau.

3) Besar segmen yang diharapkan, artinya berapa banyak segmen yang harus

dijangkau agar dapat menguntungkan.

4) Dapat dilaksanakan, artinya sejauh mana program yang efektif dapat

dilaksanakan untuk mengelola segmen ini.

Menurut Kasali (2003), segmentasi pada dasarnya adalah suatu strategi

untuk memahami struktur pasar. Dengan demikian pasar yang dilihat oleh dua

orang berbeda, yang didekati oleh metode segmentasi yang berbeda, akan

menghasilkan peta yang berbeda pula. Segmentasi adalah proses mengkotak-

kotakan pasar yang heterogen ke dalam kelompok-kelompok potential costumer

yang memiliki respon yang sama dalam membelanjakan uangnya.

Pada penelitian ini pasar yang dituju adalah pasar bisnis. Pasar bisnis

terdiri dari semua organisasi yang mendapatkan barang dan jasa lain yang dijual,

disewakan, atau dipasok kepada pihak lain (Kotler 1997). Pasar bisnis dapat

disegmentasi dengan menggunakan beberapa variabel seperti geografi, manfaat

yang dicari, dan tingkat pemakaian. Menurut Bonoma dan Shapiro dalam Kotler

27

(2002) pemasar bisnis juga dapat menggunakan variabel lain, seperti variabel

demografis yaitu industri, ukuran perusahaan, lokasi, variabel operasi yaitu

teknologi, status pemakaian, kemampuan pelanggan, pendekatan pembelian yaitu

organisasi fungsi pembelian, struktur kekuatan, sifat hubungan alami yang ada,

kebijakan pembelian umum, kriteria pembelian, faktor situasi yaitu tingkat

kepentingan, penawaran khusus, ukuran pesanan, dan karakteristik pribadi yaitu

kesamaan pembeli-penjual, sikap terhadap risiko, dan kesetiaan.

3.1.4.2 Target Pasar (Targeting)

Apabila segmentasi telah dilakukan, maka selanjutnya perusahaan

melakukan pemilihan segmen untuk menentukan segmen-segmen mana yang akan

dimasuki. Pemilihan segmen ini disebut targeting. Menurut Kotler (2004), dalam

memilih segmen mana yang dijadikan sasaran, perusahaan dapat memilih untuk

memusatkan perhatian pada satu segmen, beberapa segmen produk yang spesifik,

pasar yang spesifik, atau seluruh pasar.

Adanya targeting ini berarti merupakan upaya menempatkan sumberdaya

perusahaan secara berdaya guna. Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau

lebih segmen pasar yang akan dimasuki (Rangkuti 2005). Sedangkan menurut Kasali

(2003) targeting adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan

menjangkau pasar. Bagaimana menyeleksi pasar tersebut tergantung atau sangat

ditentukan oleh bagaimana pemasar melihat pasar itu sendiri.

3.1.4.3 Menentukan Posisi Pasar (Positioning)

Penentuan posisi (positioning) adalah tindakan merancang penawaran dan

citra perusahaan, sehingga menempati suatu posisi kompetitif yang berarti dan

berbeda dalam benak pelanggan sasarannya (Kotler 1997). Tujuan positioning

adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk

yang ada di pasar ke dalam benak konsumen (Rangkuti 2005).

Menurut Amir (2005), unsur-unsur pembeda yang dapat ditonjolkan dalam

penentuan posisi (positioning) produk suatu perusahaan antara lain terdapat pada

karakteristik produk, pelayanan, citra (image), serta sumber daya manusia yang

dimiliki perusahaan. Positioning berkaitan dengan bagaimana produsen

memposisikan produk dan mereknya diantara pesaing dan memposisikan

28

produknya dengan merek dibenak konsumen atau pelanggan (Kasali 2003). Agar

dapat bersaing, penentuan posisi pasar dilaksanakan melalui tiga langkah, yaitu:

1) Mengidentifikasi Keunggulan Kompetitif.

Jika perusahaan dapat menentukan posisinya sebagai pemberi nilai

superior kepada sasaran terpilih, maka dapat memperoleh keunggulan komparatif.

Posisi diperoleh dengan mengadakan pembedaan atas tawaran pemasaran

perusahaan, sehingga perusahaan akan memberikan nilai lebih besar daripada

tawaran pesaing.

2) Memilih Keunggulan Kompetitif.

Jika perusahaan telah menemukan beberapa keunggulan kompetitif yang

potensial. Satu keunggulan kompetitif harus dipilih sebagai dasar bagi kebijakan

penentuan posisinya. Perusahaan harus menetapkan berapa banyak perbedaan dan

menentukan mana yang akan dipromosikan.

3) Mewujudkan dan Mengkomunikasikan Posisi.

Perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk mewujudkan dan

mengkomunikasikan posisi yang diinginkan kepada konsumen. Jika perusahaan

memutuskan membangun posisi atas dasar mutu dan pelayanan yang lebih baik,

maka harus mewujudkan posisi tersebut. Posisi tersebut dapat berkembang secara

berangsur-angsur sesuai dengan lingkungan pemasaran yang selalu berubah.

Berdasarkan beberapa teori menurut berbagai ahli mengenai penentuan

posisi pasar, maka dapat disimpulkan bahwa posisi pasar menimbulkan citra

khusus suatu produk dalam benak konsumennya. Oleh karena itu, agar produk

perusahaan dapat diingat secara baik oleh konsumen, perusahaan harus

menempatkan produk dengan tepat sesuai dengan keunggulan yang dimiliki

produk tersebut.

3.1.5 Bauran Pemasaran

Strategi pemasaran dapat dilakukan melalui penerapan pemasaran

(marketing mix). Swastha dan Sukotjo (2000) menyatakan bauran pemasaran

adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari

sistem pemasaran perusahaan, yakni produk, harga, kegiatan promosi, dan sistem

distribusi. Bauran pemasaran adalah suatu istilah yang menggambarkan seluruh

unsur pemasaran dan faktor produksi yang dikerahkan guna mencapai tujuan

29

usaha, misalnya laba, penghasilan dari harta yang ditanam, omset penjualan, dan

bagian dari pasar yang ingin direbut (Faster 1992).

Bauran pemasaran merupakan sekelompok variabel yang sering digunakan

perusahaan untuk mengkaji dan meningkatkan jumlah penjualan di pasar.

Kegiatan tersebut diarahkan untuk dapat menghasilkan omset penjualan yang

maksimal atas produk yang dipasarkan dengan memberikan kepuasan pada para

konsumen. Dikaitkan dengan positioning, maka bauran pemasaran ini perlu

merujuk pada penempatan citra yang telah ditentukan oleh perusahaan terhadap

produk yang dimiliki. Hal tersebut karena ketepatan bauran pemasaran yang

dilakukan akan menimbulkan kepuasan bagi konsumen karena nilai produk yang

ditawarkan sesuai dengan citra yang ada.

Sumber: Kotler & Keller (2009)

Gambar 1. 4P Bauran Pemasaran

Dalam pemasaran, bauran pemasaran mempunyai peranan yang sangat

penting. Bauran pemasaran adalah kombinasi dari variabel-variabel pemasaran

yang dapat dikendalikan oleh manajer untuk menjalankan strategi pemasaran

dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan di dalam pasar sasaran tertentu (Boyd

et al. 2000). Variabel-variabel bauran pemasaran yang terdiri dari product

(produk), price (harga), place (tempat atau saluran distribusi) dan promotion

(promosi) dapat dilihat pada Gambar 1.

Product

Price

Promotion

Place

Ragam produk

Kualitas

Design

Fitur

Nama merek

Kemasan

Ukuran

Layanan

Jaminan

Pengembalian

Daftar harga

Diskon

Potongan harga

khusus

Periode

Pembayaran

Syarat Kredit

Promosi

penjualan

Periklanan

Tenaga penjualan

Hubungan

masyarakat

Pemasaran

langsung

Saluran

pemasaran

Cakupan pasar

Pilihan

Lokasi

Persediaan

Transportasi

Bauran

Pemasaran

Bauran Pemasaran

30

3.1.5.1 Produk

Produk adalah sesuatu yang ditawarkan pada pasar untuk mendapat

perhatian, untuk dimiliki dan digunakan ataupun dikonsumsi yang bisa

me


Recommended