Top Banner
ANALISIS NILAI pKa KALIUM DIKLOFENAK DALAM TABLET YANG BEREDAR DI MAKASSAR SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS MEITY PALISUAN N111 09 121 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
75

ANALISIS NILAI pKa KALIUM DIKLOFENAK DALAM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...perdarahan gastrointestinal dan perforasi (3). Kalium diklofenak yang terdapat

Jan 28, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • ANALISIS NILAI pKa KALIUM DIKLOFENAK DALAM TABLET YANG BEREDAR DI

    MAKASSAR SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

    MEITY PALISUAN N111 09 121

    PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

    2013

  • vi

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

    berkat dan rahmatNya, penulis mampu merampungkan penyusunan

    skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan

    pada Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.

    Banyak kendala yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini,

    namun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya

    penulis dapat melewati kendala-kendala tersebut. Oleh karena itu, penulis

    menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

    tingginya kepada:

    1. Ibu Dra. Christiana Lethe, M.Si., Apt. sebagai pembimbing utama yang

    telah sabar dalam memberikan arahan, bimbingan dan solusi selama

    proses penelitian dan penyusunan skripsi, Ibu Yusnita

    Rifai,S.Si.,M.Pharm.,Ph.D.,Apt. sebagai pembimbing pertama yang

    telah memberikan arahan, nasihat, dan solusi-solusi dengan penuh

    kesabaran dan keramahan serta dorongan agar penulis segera

    menyelesaikan studi.

    2. Ibu Dr.Hj. Latifah Rahman,Dess.,Apt, Bapak Usmar S.Si.,M.Si.,Apt. ,

    serta Bapak Drs.Abd.Muzakkir Rewa, M.Si.,Apt atas kesabarnya dan

    kesediaanya dalam menguji.

    3. Dekan, Wakil Dekan, serta staf dosen Fakultas Farmasi Universitas

    Hasanuddin atas bantuan serta motivasi-motivasi yang diberikan.

  • vii

    4. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Anthonius Chindiawan dan

    ibunda Naomi Palisuan, atas segala pengorbanan materi, kasih

    sayang, ketulusan hati mendoakan sehingga penulis bisa

    menyelesaikan kuliah sampai saat ini.

    5. Saudara penulis (Yogi Chindiawan), atas dukungannya dan kasih

    sayang kalian selama ini. Semoga kita senantiasa menjadi anak yang

    berbakti kepada orang tua kita.

    6. Teman-teman farmasi angkatan 2009 (Ginkgo ’09), yang telah

    memberikan semangat selama proses penelitian dan penyusunan

    skripsi

    7. Sahabat-sahabat terdekat penulis, terkhusus Prisillia Ria Niatty

    Andareas S.Si, Ika Chaprianty Pasalli, Amelia S.Si dan Angela F.S.

    Lawalata S.Si, Harold,Kwandi, Albert, Eko, Debbie, Gabriella, Juliana

    yang selalu memberikan semangat selama penulis melakukan

    penelitian dan penyusunan skripsi.

    8. Terima kasih kepada Ibu Adriana Pidun, kak Dewi Primayanti,

    terutama kak Echi, kak Ismail S.Si., Apt., kak Arti, kak Muhammad Tri

    Hidayat S.Si, terima kasih telah memberi bantuan atas segala

    kesulitan yang dihadapi penulis mulai dari awal hingga akhir

    penelitian.

    9. Kepada pihak yang tidak sempat disebut namanya. Semoga Tuhan

    membalas semua kebaikan kalian selama ini.

  • viii

    Penulis menyadari bahwa karya tulis ini sangat jauh dari

    kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

    membangun demi terciptanya suatu karya yang lebih bermutu. Akhirnya,

    semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

    pengetahuan ke depannya.

    Makassar, 13 Agustus 2013

    Penulis

  • ix

  • ix

    ABSTRAK

    Telah dilakukan penelitian mengenai penetapan harga pKa kalium diklofenak BPFI dan beberapa sampel sediaan tablet kalium diklofenak yang terdapat dipasaran dengan menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet. Tablet kalium diklofenak yang terdapat dipasaran diproduksi oleh beberapa industri memiliki formulasi yang berbeda, dengan perbedaan formulasi ini tentu akan mempengaruhi harga pKa dari molekul obat yang akan menentukan absorpsi dan distribusi obat dalam jaringan-jaringan tubuh. Tablet generik kalium diklofenak (Hexapharm Jaya) (6,4), tablet paten A (Sanbe Farma) (6,3), tablet paten B (PT.Guardian Pharmatama) (5,9), tablet paten C (Combiphar) (6,1), serta kalium diklofenak (BPFI) (6,8).

  • x

    ABSTRACT PKa determination research has been done on diclofenac potassium dosage IPRS and some samples contained diclofenac potassium tablet market by using ultraviolet spectrophotometry. Diclofenac potassium that are commercially manufactured by several pharmaceutical industries had different formulations, whom certainly affect the pKa of molecule drug that will determine the absorption and distribution of drugs in the body's tissues. The results showed that generic tablet of Diclofenac Potassium (Hexapharm Jaya) (6.4), patent tablet A ( Sanbe Farma) (6,3), patent tablet B (PT.Guardian Pharmatama) (5.9), patent tablet C (Combiphar) (6.1), as well as raw Diclofenac Potassium (IPRS) (6.8)

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ iv

    LEMBAR PERNYATAAN ............................................................. v

    UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................ vi

    ABSTRAK .................................................................................... ix

    ABSTRACT .................................................................................. x

    DAFTAR ISI ................................................................................. xi

    DAFTAR TABEL .......................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 4

    II.1 Uraian Bahan Kalium Diklofenak ................................... 4

    II.1.1 Farmakologi dan Farmakokinetik Kalium Diklofenak....... 5

    II.1.2 Dosis Pemakaian ................................................... .... 10

    II.1.3 Interaksi Obat .......................................................... ... 10

    II.2 Tablet .......................................................................... .. 12

    II.2.1 Evaluasi Tablet ......................................................... .. 18

    II.2.2 Tablet Salut .............................................................. .. 21

    II.3 Disosiasi Asam-Basa Lemah……………………………. 23

  • xii

    II.4 Hukum Lambert-Beer………………………………………….. 26

    II.5 Spektrofotometri UV-VIS...................……………………….. 27

    II.5.1 Penggumaan Spektrofotometri UV-VIS untuk menentukan nilai pKa .............................................................................. 35

    BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ......................................... 38

    III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan .................................. 38

    III.2 Pembuatan Pereaksi……………………….. .................. 38

    III.2.1 Pengambilan Sampel................................................ 38

    III.2.2 Pembuatan H2SO4 O,2 N............................................. 39

    III.2.3 Pembuatan Natrium Hidroksida o,2 N.......................... 39

    III.2.4 Pembuatan Dapar Fosfat pH (5,0- 6,8)......................... 39

    III.3 Penimbangan Sampel Kalium Diklofenak.....…… ………… 40

    III.5 Pembuatan Larutan Stok Tablet Generik Dan Tablet Paten.... 40

    III.4 Pembuatan Larutan stok Baku Kalium Diklofenak ................. 40

    III.6 Pengenceran Sampel dan Baku Kalium Diklofenak.......... 41

    III.7 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum………………… 41

    III.8 Penetapan Harga pKa Sampel secara Spektrofotometri UV-VIS ............................................................................ 40

    III.9 Pengumpulan Data .... ...........………………..……….. .. 42

    III.10 Pembahasan Hasil ...........……………………….. ....... 42

    III.11 Pengambilan Kesimpulan ...........…………………….. 42

  • xiii

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 43

    IV.1 Hasil Penelitian............................................................. 43

    IV.2 Pembahasan ................................................................ 44

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 47

    V.1 Kesimpulan ................................................................... 47

    V.2 Saran ............................................................................ 46

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 48

    LAMPIRAN .................................................................................. 50

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel halaman

    1. Hasil Pengukuran pKa Kalium Diklofenak ...........................

    43

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar halaman

    1. Kurva Baku Kalium Diklofenak..........................................

    2. Hasil Ekstraksi Tablet Generik Kalium

    Diklofenak(Hexapharm Jaya0...........................................

    3. Hasil Ekstraksi Tablet Paten A ( Sanbe Farma)...............

    4. Hasil Ekstraksi Tablet Paten B ( PT. Guardian Pharmatama).....................................................................

    5. Hasil Ekstraksi Tablet Paten C(Combiphar)......................

    43

    59

    60

    60

    61

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)

    merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga

    digunakan tanpa resep dokter. Beberapa AINS umumnya bersifat anti-

    inflamasi, analgesik, dan antipiretik. Respons individual terhadap AINS bisa

    sangat bervariasi walaupun obatnya tergolong dalam kelas atau derivat

    kimiawi yang sama. Sehingga kegagalan dengan suatu obat bisa dicoba

    dengan obat sejenis dari derivat kimiawi yang sama (1).

    Kalium diklofenak merupakan Nonsteroidal Anti Inflammatory

    Drug (AINS) yang banyak digunakan untuk penyakit–penyakit seperti

    kerusakan musculoskeletal, arthritis, sakit gigi, dan dysmenorrheal sebagai

    penghilang rasa sakit dan inflamasi. Diklofenak merupakan obat Non

    Steroidal Anti Inflammatory (AINS) dengan efek antIIInflamasi, analgesik dan

    antipiretik yang lebih baik dari NSAID lainnya. Diklofenak bekerja dengan

    cara menghambat enzim cyclooxygenase 2 (COX 2). Seperti kebanyakan

    AINS lainnya, diklofenak juga dikenal dapat meningkatkan resiko pendarahan

    pada gastrointestinal dan efek samping kardiovaskular akan tetapi diklofenak

    memiliki indeks terapi yang lebih tinggi dibandingkan dengan AINS lainnya

    (2).

  • 2

    Reaksi suatu larutan tergantung pada tetapan disosiasi asam (Ka) dan

    tetapan disosiasi (Kb). Suatu larutan bereaksi netral jika Ka=Kb, bereaksi

    asam jika Ka>Kb dan bereaksi basa jika Kb >Ka. Pka dapat digunakan untuk

    mengukur kekuatan asam-basa, dimana semakin kecil nilai pKa maka asam-

    basa tersebut semakin kuat begitu juga sebaliknya (4).

    Keuntungan dari metode spektrofotometri UV-VIS ini adalah memiliki

    sensitifitas(>10-6M) dengan berbagai absorpsi koefisien molar, penetapan

    harga pka dengan menggunakan spektrofotometri UV-VIS harus

    menggunakan pelarut yang murni (5).

    Penyerapan (absorbansi) sinar UV dan sinar tampak pada umumnya

    dihasilkan oleh eksitasi-eksitasi elektron-elektron ikatan, akibatnya panjang

    gelombang pita yang mengabsorbsi dapat dihubungkan dengan ikatan yang

    mungkin ada dalam suatu molekul (6).

    Diklofenak adalah turunan asam fenilasetat sederhana yang

    merupakan penghambat COX yang kuat dengan efek anti-inflamasi,

    analgesik, dan antipiretik. Obat ini cepat diabsorpsi setelah pemberian oral

    dan mempunyai waktu paruh yang pendek. Inhibisi sintesis prostaglandin

    dalam mukosa saluran cerna sering menyebabkan kerusakan gastrointestinal

    (dispepsia, mual dan gastritis). Efek samping yang paling serius adalah

    perdarahan gastrointestinal dan perforasi (3).

    Kalium diklofenak yang terdapat dipasaran diproduksi oleh beberapa

    industri farmasi dan masing-masing industri memiliki formulasi yang berbeda,

  • 3

    dengan perbedaan formulasi ini tentu akan mempengaruhi harga pKa dari

    molekul obat yang akan menentukan absorpsi dan distribusi obat dalam

    jaringan-jaringan tubuh.(6)

    Di Makassar terdapat bebrapa apotik yang menyediakan tablet kalium

    diklofenak dengan nama paten dan nama generik masing-masing 13 merek.

    Pengambilan sampel didasarkan pada beberapa merek obat yang paling

    sering diresepkan di kota Makassar.

    Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dan

    menganalisis nilai pKa kalium diklofenak dari tablet yang beredar dipasaran

    dengan kalium diklofenak BPFI

    Manfaat dari penelitian yaitu diharapkan penetian ini dapat

    memberikan informasi dan gambaran mengenai nilai pKa kalium diklofenak

    dalam tablet.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Uraian Kalium Diklofenak (7)

    Nama kimia : 2-[(2,6-dichlorophenyl)amino]benzeneacetic acid,

    monopotassium salt

    Rumus molekul : C14H10Cl2KNO2

    Berat molekul : 334,2

    Pemerian

    : Serbuk kristal, putih atau agak kekuningan, agak

    higroskopis

    Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, sangat mudah larut

    dalam metanol, larut dalam etanol, sedikit larut

    dalam aseton, praktis tidak larut dalam eter,

    kloroform dan asetat encer

  • 5

    II.1.1 Farmakologi dan Farmakokinetik Kalium Diklofenak (5, 6, 8, 9, 10,

    11, 12)

    Kalium diklofenak adalah derivat sederhana dari asam fenil asetat yang

    menyerupai flurbiprofen dan meclofenamat. Potensinya lebih besar atau dari

    indometasin atau dari naproksen. Obat ini memiliki sifat-sifat antiinflamasi,

    analgesik dan antipiretik. Obat ini digunakan untuk efek-efek analgetik dan

    antipiretik pada simptom artritis reumatoid.

    Kalium diklofenak cepat diabsorpsi melalui saluran cerna setelah

    pemberian oral, efek analgetik dimulai setelah 1 jam dan mempunyai waktu

    paruh 1-2 jam. Kalium diklofenak terakumulasi dalam cairan sinovial setelah

    pemberian oral yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari

    waktu paruh obat tersebut.

    Mekanisme kerja dari kalium diklofenak ini berhubungan dengan sistem

    biosintesis prostaglandin. Golongan obat ini menghambat enzim

    siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 menjadi

    terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan kekuatan dan

    selektivitas yang berbeda.

    Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform disebut COX-1 dan

    COX-2. Kedua isoform tersebut dikode oleh gen yang berbeda dan ekspresinya

    bersifat unik. Secara garis besar COX-1 mengasilkan prostaglandin yang

    bersifar sitoprotektif, siklooksigenase- 2 semula diduga diinduksi berbagai

  • 6

    stimulus inflamatoar, termasuk sitokin, endotoksin dan faktor pertumbuhan

    (growth factors).

    Hambatan terhadap isoenzim COX-1 dan COX-2 oleh AINS berakibat

    hambatan produksi prostaglandin. Kondisi ini akan menurunkan ketahanan

    mukosa lambung. Ketahanan mukosa lambung ditentukan oleh faktor

    defensif yang terdiri dari lapisan pre-epitel, epitel dan sub-epitel. Lapisan pre-

    epitel merupakan sawar terdepan dari mukosa lambung dalam mencegah

    pengaruh isi lumen terhadap lapisan epitel. Peranan mukus dan sekresi

    bikarbonat merupakan faktor utama dalam pencegahan primer maupun

    sekunder lesi mukosa akut oleh AINS. Efek topikal AINS terjadi akibat dari

    kerusakan lapisan mukus, sehingga akan terjadi gangguan permeabilitas

    dinding sel epitel dengan akibat obat akan masuk dan terperangkap di dalam

    sel. Selanjutnya terjadi pembengkakan disertai proses inflamasi dan akan

    terjadi kerusakan sel epitel tersebut. Efek topikal ini akan diikuti oleh efek

    sistemik dalam bentuk hambatan produksi prostaglandin melalui jalur COX-1

    dan COX-2.

    Mekanisme hambatan isoenzim cyclooxygenase tergantung dari

    golongan AINS. Peran faktor agresif seperti asam lambung, pepsin dan

    infeksi Helicobacter pylori akan memperberat lesi mukosa yang terjadi

    diakibatkan bertambahnya proses radang yang terjadi, meskipun masih

    kontroversi. Disamping itu terjadinya dismotilitas lambung akibat AINS juga

    akan memperberat lesi mukosa yang terjadi. Hambatan selektif terhadap

  • 7

    isoenzim Cox-2, tidak menunjukkan hasil yang baik dalam mencegah

    terjadinya lesi mukosa akut. Lesi mukosa akibat AINS dapat terjadi pada

    usus halus atau kolon. Terjadinya lesi akibat efek sistemik dan sebagai faktor

    agresif yaitu bakteri dan asam.

    Terjadinya tukak lambung yang dirangsang oleh obat AINS

    dihubungkan dengan inhibisi cyclooxygenase. Pencegahan prostaglandin

    yang meningkat kan sekresi bikarbonat, inhibisi sekresi asam merangsang

    sintesa musin dan meningkatkan perfusi pembuluh darah.

    Obat antiradang bukan steroid menghambat biosintesis prostaglandin,

    prostasiklin, dan tromboksan melalui penghambatan aktivitas enzim

    siklooksigenase. Prostaglandin berperanan penting pada timbulnya nyeri,

    demam, dan reaksi-reaksi peradangan, maka obat AINS melalui

    penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase, mampu menekan gejala-

    gejala tersebut. Namun demikian, prostaglandin juga berperanan penting

    pada proses-proses fisiologis normal dan pemeliharaan fungsi regulasi

    berbagai organ. Pada selaput lendir traktus gastrointestinal, prostaglandin

    berefek protektif.

    Prostaglandin meningkatkan resistensi selaput lendir terhadap iritasi

    mekanis, osmotis, termis atau kimiawi. Dalam suatu telaah telah ditunjukkan,

    bahwa pengurangan prostaglandin pada selaput lendir lambung memicu

    terjadinya tukak. Hal ini membuktikan peranan penting prostaglandin untuk

    memelihara fungsi barier selaput lender. Dengan demikian, mekanisme kerja

  • 8

    obat AINS sekaligus menjelaskan profil efek utama maupun efek samping

    obat ini terutama toksisitasnya pada traktus gastrointestinal yang membatasi

    peng-gunaan obat ini.

    Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit

    kepala. Efek samping yang terjadi pada kira-kira 20% penderita meliputi distres

    saluran cerna, pendarahan saluran cerna dan timbulnya tukak lambung.

    Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap.

    Obat ini terikat 99 % pada protein plasma. Kalium diklofenak diakumulasi di

    cairan sinovial yang menjelaskan efek terapi disendi jauh lebih lama dari waktu

    paruh obat tersebut. Pemakaian obat ini harus berhati–hati pada penderita

    tukak lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan.

    Diklofenak adalah 100% diserap setelah pemberian oral dibandingkan

    dengan pemberian IV yang diukur dengan pemulihan urin. Namun, karena

    pertama-pass metabolisme, hanya sekitar 50% dari dosis yang diserap

    adalah sistemik tersedia. Dalam beberapa relawan puasa, kadar plasma

    terukur diamati dalam waktu 10 menit dari dosis dengan kalium diklofenak .

    Tingkat puncak plasma tercapai sekitar 1 jam berpuasa sukarelawan normal,

    dengan kisaran 0,33-2 jam. Makanan tidak berpengaruh signifikan terhadap

    tingkat penyerapan diklofenak. Namun, biasanya ada keterlambatan dalam

    timbulnya penyerapan dan penurunan kadar plasma puncak sekitar 30%

    Diklofenak adalah lebih dari 99% terikat dengan protein serum

    manusia, terutama pada albumin. Serum binding protein adalah konstan

  • 9

    selama rentang konsentrasi (0,15-105 mg / mL) dicapai dengan dosis yang

    dianjurkan. Diklofenak berdifusi ke dalam dan keluar dari cairan sinovial.

    Difusi ke dalam sendi terjadi ketika kadar plasma lebih tinggi dibandingkan

    dalam cairan sinovial, setelah proses membalikkan dan tingkat cairan

    sinovial lebih tinggi dari kadar plasma.

    Lima metabolit diklofenak telah diidentifikasi dalam plasma manusia

    dan urin. Metabolit termasuk 4'-hidroksi-, 5-hidroksi-, 3'-hidroksi-, 4 ',5-

    dihidroksi-dan 3'-hidroksi-4'-metoksi diklofenak. Pada pasien dengan

    disfungsi ginjal, konsentrasi puncak metabolit 4'-hidroksi-dan 5-hidroksi-

    diklofenak sekitar 50% dan 4% dari senyawa induk setelah pemberian dosis

    tunggal oral dibandingkan dengan 27% dan 1% pada subyek sehat normal.

    Namun, diklofenak metabolit menjalani glucuronidation lanjut dan sulfasi

    diikuti oleh ekskresi bilier. Satu diklofenak metabolit 4'-hidroksi-diklofenak

    memiliki aktivitas farmakologis sangat lemah.

    Diklofenak dihilangkan melalui metabolisme dan ekskresi urin

    berikutnya dan empedu dari glukuronida dan konjugat sulfat dari metabolit.

    Sedikit atau tidak ada diklofenak berubah gratis diekskresikan dalam urin.

    Sekitar 65% dari dosis diekskresikan dalam urin dan sekitar 35% dalam

    empedu sebagai konjugat diklofenak berubah ditambah metabolit. Karena

    eliminasi ginjal bukanlah jalur yang signifikan eliminasi untuk diklofenak tidak

    berubah, dosis penyesuaian pada pasien dengan ringan sampai sedang

  • 10

    disfungsi ginjal tidak diperlukan. Terminal paruh diklofenak tidak berubah

    adalah sekitar 2 jam.

    Kalium diklofenak merupakan salah satu golongan obat antiinflamasi non

    steroid (AINS) yang banyak digunakan untuk nyeri dan inflamasi. Kalium

    Diklofenak dalam bentuk lepas lambat terkendali adalah salah satu teknologi

    yang dikembangkan untuk memperbaiki toleransi kalium diklofenak. Beberapa

    studi klinis kalium diklofenak yang diberikan sebagai monoterapi atau

    kombinasi, menunjukkan obat ini efektif meredakan gejala osteoarthritis

    maupun rheumatoid arthritis.

    II.1.3 Dosis Pemakaian (6)

    Dosis oral 3 kali sehari 25-50 mg setelah makan, rektal 1 kali sehari 50

    mg sampai 100 mg, Pada nyeri kolik atau serangan encok pemberian 1-2 kali

    sehari 75 mg selama 1-3 hari.

    II.1.4 Interaksi Obat

    - Aspirin

    Tablet kalium diklofenak bila digunakan dengan aspirin, mengikat

    protein yang berkurang. Signifikansi klinis interaksi ini tidak diketahui, namun,

    seperti dengan AINS lainnya, administrasi seiring diklofenak dan aspirin

    umumnya tidak dianjurkan karena potensi efek samping meningkat.

  • 11

    - Methotrexate

    AINS telah dilaporkan kompetitif menghambat akumulasi methotrexate

    dalam irisan ginjal kelinci. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa mereka bisa

    meningkatkan toksisitas metotreksat.

    - Siklosporin

    Tablet kalium diklofenak, seperti AINS lainnya, dapat mempengaruhi

    prostaglandin ginjal dan meningkatkan toksisitas obat-obatan tertentu. Oleh

    karena itu, terapi bersamaan dengan siklosporin, dapat meningkatkan

    nefrotoksisitas siklosporin ini.

    - ACE inhibitor

    Laporan menunjukkan bahwa AINS dapat mengurangi efek

    antihipertensi ACE-inhibitor. Interaksi ini harus diberikan pertimbangan pada

    pasien yang memakai AINS bersamaan dengan ACE inhibitor.

    - Furosemide

    Studi klinis, serta pengamatan postmarketing, telah menunjukkan

    bahwa Kalium Diklofenak lepas lambat dapat mengurangi efek natriuretik

    furosemide dan tiazid pada beberapa pasien. Tanggapan ini telah dikaitkan

    dengan penghambatan sintesis prostaglandin ginjal. Selama terapi

    bersamaan dengan AINS, pasien harus diamati dengan ketat untuk tanda-

    tanda gagal ginjal, serta untuk menjamin keberhasilan diuretik.

  • 12

    - Lithium

    AINS telah menghasilkan peningkatan pada tingkat lithium plasma dan

    penurunan bea lithium ginjal. Rata-rata minimum konsentrasi lithium

    meningkat 15% dan pembersihan ginjal menurun sekitar 20%. Efek ini telah

    dikaitkan dengan penghambatan sintesis prostaglandin ginjal oleh AINS.

    Jadi, ketika AINS dan lithium yang diberikan bersamaan, subyek harus

    diamati dengan hati-hati untuk tanda-tanda toksisitas lithium.

    - Warfarin

    Efek dari warfarin dan AINS pada perdarahan GI yang sinergis,

    sehingga pengguna kedua obat bersama-sama memiliki risiko perdarahan GI

    serius lebih tinggi daripada pengguna salah satunya saja.

    II.2 Tablet (13,14,15)

    Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau

    tanpa bahan pengisi.

    Ada tiga metode pembuatan tablet, yaitu:

    a. Metode granulasi basah

    Masing-masing zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur

    dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh serbuk dicampur

    bersama-sama dalam alat pencampur, lalu dibasahi dengan larutan bahan

    pengikat. Setelah itu massa lembab diayak menjadi granul menggunakan

    ayakan 6 atau 8 mesh, dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu

  • 13

    50o-60oC. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan

    ukuran yang diperlukan (biasanya digunakan ayakan 12-20 mesh).

    Tambahkan bahan pelicin (lubrikan) kemudian dicetak menjadi tablet dengan

    mesin tablet

    b. Metode Granulasi Kering (slugging)

    Dilakukan dengan mencampurkan zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat

    penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin hingga

    menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pada tekanan

    yang tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik,

    kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel

    yang diinginkan. Setelah itu dicetak sesuai ukuran tablet yang diinginkan

    c. Kempa langsung

    Masing-masing zat aktif, zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur, dan

    zat pelicin dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh

    serbuk dicampur bersama-sama dalam alat pencampur. Campuran serbuk

    yang telah homogen dikempa dalam mesin tablet menjadi tablet jadi.

    Tablet memiliki kelebihan dibandingkan dengan sediaan padat lainnya,

    diantaranya:

    a. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan

    kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran

    serta variabilitas kandungan yang paling rendah.

  • 14

    b. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya

    paling rendah.

    c. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling

    kompak.

    d. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan

    murah untuk dikemas serta dikirim.

    e. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan

    murah.

    f. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal

    di tenggorokan, terutama bila bersalut yang kemungkinan pecah / hancurnya

    tablet tidak segera terjadi.

    g. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pengelepasan khusus,

    seperti pengelepasan di usus atau produk lepas lambat.

    h. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk

    diproduksi secara besar-besaran.

    i. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat

    pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

  • 15

    Penggolongan tablet dapat dibedakan berdasarkan atas:

    1. Berdasarkan metode pembuatan:

    Berdasarkan metode pembuatannya, dikenal dua jenis tablet, yaitu

    tablet cetak dan tablet kempa.

    a. Tablet cetak dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang

    umunya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai

    perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan etanol persentase tinggi.

    Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam

    sistem pelarut, serta derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk

    yang lembab ditekan dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.

    Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering.

    b. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada

    serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.

    2. Berdasarkan Cara Pemakaian

    Berdasarkan cara pemakaiannya, tablet dapat dibagi menjadi:

    a. Tablet biasa / tablet telan. Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral

    dengan cara ditelan, pecah dilambung.

    b. Tablet kunyah (chewable tablet). Bentuknya seperti tablet biasa,

    cara pemakaiannya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya

    tidak pahit.

    c. Tablet isap (lozenges, trochisi, pastiles) adalah sediaan padat yang

    mengandung satu atau lebih bahan obat, umunya dengan bahan dasar

  • 16

    beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan-

    lahan dalam mulut.

    d. Tablet larut (effervescent tablet) adalah tablet yang sebelum

    digunakan dilarutkan terlebih dahulu dalam air dan akan menghasilkan buih.

    Tablet ini selain mengandung zat aktif juga mengandung asam (asam sitrat,

    asam tartrat) dan Na2CO3.

    e. Tablet implant (pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril, dan

    berisi hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit

    sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian dijahit kembali.

    f. Tablet hipodermik adalah tablet kempa, dibuat dari bahan yang

    mudah larut atau larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya digunakan

    untuk membuat sediaan injeksi hipodemik segar dengan melarutkan tablet

    dalam air steril untuk injeksi.

    g. Tablet bukal adalah tablet yang diletakkan antara pipi dan gusi.

    h. Tablet sublingual adalah tablet yang diletakkan di bawah lidah.

    i. Tablet vagina (ovula) adalah tablet sisipan yang didesain untuk

    terdisolusi dan pelepasan lambat zat aktif dalam rongga vagina. Tablet ini

    berbentuk telur atau berbentuk (buah) pir untuk memudahkan penahanan

    dalam vagina, untuk melepaskan zat antibakteri, antiseptik, atau zat astringen

    guna mengobati infeksi vagina atau mungkin melepaskan steroid untuk

    absorpsi sistemik

  • 17

    Berdasarkan penggunaanya tablet diklasifikasikan sebagai berikut;

    a. Tablet Kunyah

    Tablet ini harus lembut (segera hancur ketika dikunyah) atau mudah

    melarut dalam mulut. Pengunyahan dapat mempercepat penghancuran tablet

    dan memberikan keadaan basa untuk garam-garam logam yang digunakan

    dalam tabletantasida. Tablet kunyah diberikan pada pasien yang mengalami

    gangguan menelan tablet.Tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk

    anak-anak (dalam sediaan multivitamin). Penggunaan lain tablet ini adalah

    untuk tablet antasida dan antibiotik.

    b. Tablet sublingual

    Tablet yang disisipkan di bawah lidah. Biasanya berbentuk datar,

    ditujukan untuk obat-obat yang diabsorpsi melalui mukosa oral. Cara ini

    berguna untuk penyerapan obat yang rusak oleh cairan lambung dansedikit

    sekali diabsorpsi oleh saluran pencernaan. Tablet ini dibuat segera melarut

    untuk memberikan efek yang cepat.

    c. Tablet salut selaput

    Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut

    atau tidak larut dalam air, biasanya lapisan ini berwarna. Kelebihannya dari

    penyalutan dengan gula ialah lebih tahan lama, lebih sedikit bahan, waktu

    yang lebih sedikit untuk penggunaanya.Selaput ini pecah dalam saluran

    pencernaan, lambung atau usus

  • 18

    d. Tablet salut Enterik

    Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan lapisan yang

    tidak melarut atau hancur dilambung tapi diusus dengan tujuan supaya tablet

    melewati lambung dan hancur serta diabsorpsi diusus.

    e. Tablet salut gula

    Tablet ini diberi lapisan gula berwarna dan mungkin juga tidak, lapisan

    ini larut dalam air dan dapat cepat terurai begitu ditelan. Gunanya melindungi

    obat dari udara dan kelembapan serta memberi rasa atau untuk

    menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan

    obat.

    f. Tablet Triturat

    Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder, biasanya

    mengandung sejumlah kecil obat keras. Tablet triturat harus cepat dan

    mudah larut seluruhnya dalam air

    .

    II.2.1 Evaluasi tablet

    Untuk menjamin mutu tablet maka dilakukan beberapa pengujian yaitu

    sebagai berikut:

    a. Uji keseragaman bobot

    Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot

    ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat.

    Tablet-tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan

  • 19

    bahan obat yang sama, sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama.

    Keseragaman bobot dapat ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet,

    lalu dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Kemudian timbang tablet satu

    persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-

    rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh satu

    tablet pun bobotnya menyimpang dari rata-rata lebih besar dari yang

    ditetapkan pada kolom B. Jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan tidak

    satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang

    ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B.

    b. Uji kekerasan

    Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi die dan

    gaya kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan, maka kekerasan

    tablet meningkat sedangkan ketebalan tablet berkurang. Selain itu metode

    granulasi juga menentukan kekerasan tablet. Umumnya kekuatan tablet

    berkisar 4 - 8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk

    menghasilkan tablet yang memuaskan. Alat yang digunakan untuk uji ini

    adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang

    diperlukan untuk memecahkan tablet.

    c. Uji waktu hancur

    Peralatan uji waku hancur terdiri dari rak keranjang yang mempunyai

    enam lubang yang terletak vertikal diatas ayakan mesh nomor 10 selama

    percobahan, tablet diletakkan pada tiap lubang keranjang. kemudiaan

  • 20

    keranjang tersebut bergerak naik turun pada larutan transparan dengan

    kecepatan 29 - 32 putaran per menit. Interval waktu hancur adalah 5 - 30

    menit. Tablet dikatakan hancur bila bentuk sisa tablet (kecuali bagian

    penyalut) merupakan massa dengan inti yang tidak jelas.

    d. Uji penetapan kadar zat berkhasiat

    Uji penetapan kadar berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah

    tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat

    tersebut tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi

    yang baik dan tidak layak dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan

    menggunakan cara-cara yang sesuai pada masing-masing monografi

    e. Uji disolusi

    Obat yang telah memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur,

    keregasan, keseragaman bobot, dan penetapan kadar, belum dapat

    menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek terapi, karena itu uji disolusi

    harus dilakukan pada setiap produksi tablet. Disolusi adalah proses

    pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan pada suatu

    medium. Disolusi menunjukkan jumlah bahan obat yang terlarut dalam waktu

    tertentu. Disolusi menggambarkan efek obat secara invitro, jika disolusi

    memenuhhi syarat maka diharapkan obat akan memberikan khasiat secara

    invivo.

  • 21

    II.2.2 Tablet Salut

    Tablet salut yang dikenal secara luas diantaranya adalah tablet salut

    gula, tablet salut tipis (enterik dan non enterik) dan tablet salut kompresi

    ( compression coating). Tujuan penyalutan tablet adalah untuk memperbaiki

    penampilan obat, menutupi rasa, bau rasa dan warna obat yang tidak

    menyenangkan, memberikan perlindungan fisik dan kimia pada obat

    (melindungi obat yang tidak stabil dalam asam dan melindungi lambung dari

    obat yang mengiritasi lambung) serta mengendalikan pelepasan obat dari

    tablet. Ada tiga komponen utama yang penting dalam penyalutan tablet yaitu

    sifat-sifat tablet, proses penyalutan dan suasana penyalut.

    Tablet yang disalut harus memiliki sifat-sifat yang sesuai selama

    proses penyalutan. Tablet inti sebaiknya berbentuk sferis, elips, bikonveks,

    bulat, atau bikonveks oval agar tablet dapat mengikuti perputaran dan

    bergerak bebas dalam panci penyalut. Kekerasan dan keregasan tablet

    menjadi perhatian utama karena pada proses penyalutanakan akan saling

    berbenturan. Jika tablet rapuh maka akan terjadi pecahan-pecahan hasil

    kikisan atau berbenturan yang pada akhirnya menyebabkan rusaknya tekstur

    pada permukaan tablet.

    Tablet salut terdiri dari beberapa macam :

    1. Tablet salut biasa(dragee)

    Tablet ini disalut dengan gula dari suspensi dalam air yang

    mengandungh serbuk tak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau

  • 22

    titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.

    Kelemahan salut gula adalah waktu penyalutan yang lama dan memerlukan

    penyalut yang tahan air. Hal ini akan memperlambat disolusi dan

    memperbesar bobot tablet.

    2. Tablet salut selaput (film coated tablet)

    Tablet ini disalut dengan hidroksipropilmetilselulosa, metilselulosa,

    hidropropiselulosa, Na-CMC serta campuran selulosa asetat ftalat dan PEG

    yang tidak mengandung air atau yang mengandung air.

    3. Tablet salut enterik ( enteric coated tablet)

    Tablet ini disebut juga tablet lepas tunda. Jika obat dapat rusak atau

    tidak aktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung,

    diperlukan penyalut enterik untuk menunda pelepasan obat sampai tablet

    melewati lambung.

    4. Tablet lepas lambat (sustained- release tablet)

    Tablet ini disebut juga tablet efek diperpanjang. Tablet ini dibuat

    sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu

    tertentu setelah obat diberikan.

  • 23

    II.3 Disosiasi asam lemah dan basa lemah (8,9)

    Asam merupakan senyawa – senyawa yang mengalami ionisasi untuk

    melepaskan ion hydrogen (atau proton) ke lingkungan sekitarnya. Basa

    adalah senyawa- senyawa yang dapat menerima ion hydrogen ini, defenisi ini

    merupakan defenisi asam- basa oleh Bronsted - Lowry .

    Dalam kasus disosiasi asam lemah, konstanta kesetimbangan reaksi

    diberi istilah Ka dan disebut konstanta ionisasi atau kadang-kadang dengan

    istilah konstanta keasaman. Persamaan Ka ditulis sebagai berikut

    Ka merupakan suatu tetapan keasaman senyawa tertentu padsa suhu

    tertentu. Semakin besar nilai Ka maka asam semakin kuat .

    Persamaan diatas dapat dimungkinkan untuk menurunkan suatu

    persamaan untuk menetukan kekuatan larutan asam . Jika suatu asam (HA)

    mengalami ionisasi menjadi a mol ion H+ dan a mol ion A- yang mana a

    adalah fraksi asam yang terionisasi maka jumlah mol asam yang tidak

    terdisosiasi diberikan oleh (1-a). Larutan asam ini sekarang disiapkan dengan

    c mol asam dalam 1 liter (1 dm3) yang akan menghasilkan ac mol H+ dan ac

    mol A- sehingga

    Konstanta asam (Ka) diberikan oleh persamaan berikut

    Ka= [H+ ][A−]

    [𝐻𝐴]

    HA↔H+ + A- (1-a)c ac ac

  • 24

    dengan demikian

    Untuk elektrolit lemah a sangat kecil sehingga dapat diabaikan

    karenanya (1-a) adalah mendekati =1 persamaan yang disederhanakan

    sekarang dapat ditulis sebagai:

    Ka=ac2

    Yang mana c adalah konsentrasi dalam mol/liter; dan a adalah tingkat

    keasaman asam sehingga

    a= 𝑐 (𝐾𝑎

    𝑐) = 𝐾𝑎 𝑐

    pH larutan sekarang dapat ditentukan

    [H+]=ac

    Dengan demikian

    [H+] = c 𝐾𝑎

    𝑐 = 𝐾𝑎𝐶

    Ka =𝑎𝑥𝑎

    1−𝑎 𝑐

    Ka= a2xc 2

    1−𝑎 𝑐 Ka=

    𝑎2𝑥𝑐

    (1−𝑎)

  • 25

    Jika bagian kiri dan kanan persamaan diatas dibuat dalam bentuk

    logaritmanya maka

    Log [H+]= ½log Ka +½ Log c

    Dengan mengalikannya dengan -1 akan diperoleh

    -Log[H+] = ½Log Ka =½Log c

    Oleh karena itu

    pH =½Log pKa-½ Log c

    Ka merupakan tetapan bagi senyawa tertentu pada suhu tertentu.

    Sehingga jelas, semakin jauh pergeseran tetapan kesetimbangan kekanan,

    ionisasi asam akan semakin sempurna dan nilai Ka akan semakin besar.

    Untuk sederhananya, semakin besar nilai Ka semakin kuat asamnya.

    Kekuatan asam bergantung pada jumlah ion hidrogen yang

    dibebaskan jika asam mengalami ionisasi dan hal ini bergantung pada derajat

    ionisasi α pada setiap konsentrasi yang diberikan.

    Untuk meyatakan kekuatan asam dan basa, seringkali berguna dan lebih

    baik dengan menggunakan istilah pKa dan hal ini dapat dilakukan dengan

    mempertimbangkan kesetimbangan yang terjadi antara asam dan basa

    konjugasinya.

    pKa asam didefenisikan sebagai logaritma negatif tetapan disosiasi Ka yaitu

  • 26

    Ka merupakan tetapan disosiasi untuk ionisasi suatu asam sehingga

    semakin besar nilai Ka semakin kuat asamnya (karena tetapan

    kesetibangannya bergerak lebih jauh kekanan). pKa adalah negatif logaritma

    Ka dan umum digunakan karena nilai Ka untuk asam-asam organik sangat

    kecil dan sulit untuk diingat (biasanya 10-5). Karena pKa adalah negatif

    logaritma Ka maka semakin kecil nilai pKa semakin kuat asamya.

    II.4 Hukum Lambert-Beer (11)

    Pengukuran serapan cahaya oleh larutan molekul dengan hukum

    Lambert – Beer yang ditulis sebagai berikut:

    A= - Log T= Log (Io/I)=εbc

    Notasi Io adalah intensitas radiasi yang masuk

    Ii adalah intensitas radiasi yang ditransmisikan

    A adalah absorbans dan merupakan ukuran jumlah cahaya yang

    diserap oleh sampel

    ε adalah tetapan yang dikenal sebagai absortivitas molar dan

    merupakan absorbans larutan 1 M analit tersebut

    b adalah panjang jalur sel dalam 1 cm

    c adalah konsentrasi analit dalam mol per liter

    pKa=-log10 Ka

  • 27

    dalam produk farmasi konsentrasi dan jumlah biasanya dinyatakan dalam

    gram atau milligram dan bukan mol sehingga untuk keperluan analisis produk

    ini, Hukum Lambert-Beer ditulis dalam bentuk berikut ini:

    A= A(1%,1cm)bc

    Notasi A adalah absorbans yang diukur

    A(1%,1cm) adalah absorbansi larutan 1% b/v (1g/100ml)dalam suatu

    sel berukuran 1 cm

    b adalah panjang jalur dalam cm (biasanya 1 cm)

    c adalah konsentrasi sampel dalam g/100 ml

    Pengukuran biasanya dibuat dalam sel berukuran 1 cm, persamaan

    tersebut dapat ditulis sebagai berikut

    menghasilkan konsentrasi analit dalam g/100ml

    II.5 Spektrofotometri (3,11)

    Spektrum UV-VIS merupakan korelasi antara absorbansi (sebagai

    ordinat) dan panjang gelombang (sebagai absis) bukan merupakan garis

    spektrum akan tetapi merupakan suatu pita spektrum. Terbentuknya pita

    spectrum UV-VIS tersebut disebabkan oleh terjadinya aksitasi elektronik lebih

    dari satu macam pada gugus molekul yang sangat kompleks. Terjadinya dua

    atau lebih pita spektrum UV-VIS diberikan oleh molekul dengan struktur yang

    [c= 𝐴

    𝐴(1%,1𝑐𝑚 ) ]

  • 28

    lebih kompleks karena terjadi beberapa transisi sehingga mempunyai lebih

    dari satu panjang gelombang maksimal.

    Spektrofotometri adalah salah satu cabang spektrometri yang

    mencakup pengukuran absorbsi oleh senyawa- senyawa kimia, pengukuran

    energi radiasi panjang gelombang pendek dan tertentu , mendekati radiasi

    monokromatik.

    Radiasi monokromatik adalah radiasi pada satu panjang gelombang

    dalam prakteknya radiasi ini didapat dengan menggunakan prisma atau kisi.

    Cahaya adalah suatu bentuk energi radiasi yang mempunyai sifat

    sebagai gelombang dan partikel. Sifatnya sebagai gelombang dapat dilihat

    dengan terjadinya pembiasan dan pemantulan cahaya oleh suatu medium,

    sedangkan sifatnya sebagai partikel dapat dilihat dengan terjadinya efek foto

    listrik.

    Energi radiasi terdiri dari sejumlah besar gelombang elektromagnetik

    dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Bagian-bagian suatu radiasi

    dapat dipisah-pisahkan menjadi spectrum elektromagnetik

    Cahaya Tampak hanyalah merupakan bagian kecil dari seluruh radiasi

    elektromagnetik. Spektrum cahaya tampak terdiri dari komponen-komponen

    merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu, dimana masing-masing warna

    mempunyai panjang gelombang yang berbeda. Satuan yang banyak

    dipergunakan untuk menyatakan panjang gelombang adalah

    Angstrom, 1 A = 10-10

    meter.

  • 29

    Metode Spektrofotometri Ultraviolet dan Sinar Tampak telah banyak

    diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya

    dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil

    Dalam suatu larutan gugus molekul yang dapat mengabsorpsi cahaya

    dinamakan gugus kromofor, contohnya antara lain: C = C, C = O, N = N, N =

    O, dan sebagainya. Molekul-molekul yang hanya mengandung satu gugus

    kromofor dapat mengalami perubahan pada panjang gelombang.

    Dalam analisis kimia farmasi pengukuran yang sederhana yang

    dilakukan secara spektrometri adalah:

    - Pengukuran posisi (panjang gelombang) dalam spektrum

    eletromagnetik dimana energi radiasi mengadakan interaksi

    dengan senyawa kimia

    - Pengukuran tenaga dari energi yang diteruskan yang dibias,

    dipendarkan dari energi yang dikeluarkan.

    Spektrum eletromagnetik adalah istilah yang dipakai untuk membatasi

    suatu sistem energi yang sempurna yang disiarkan dalam bentuk gelombang.

    energi disini ditandai dengan energi radiasi yang terdapat dalam berbagai

    bentuk misalnya sinar matahari, warna, gelombang radio dan lain-lain.

    Akan tetapi harus diketahui bahwa bentuk energi radiasi mempunyai

    sifat-sifat tertentu yang saling berkaitan

    C= v ג

    Notasi c= kecepatan cahaya (3x 1010 cm/detik)

  • 30

    V = frekuensi (cm/detik)

    (cm) panjang gelombang =ג

    Persamaan diatas menunjukkan bahwa :

    1. Kecepatan dari semua bentuk energi radiasi dalam medium yang

    diberikan adalah konstan

    2. Perbedaanya terletak pada frekuensi (percepatan) dan panjang

    gelombang

    Energi radiasi disini menunjukkan energi dalam daerah ultraviolet,

    daerah tampak dan daerah inframerah dari spektrum elektromagnetik

    Molekul yang mengandung dua gugus kromofor atau lebih akan

    mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang yang hampir sama dengan

    molekul yang hanya mempunyai satu gugus kromofor tertentu, tetapi

    intensitas absorpsinya adalah sebanding dengan jumlah kromofor yang ada.

    Interaksi antara dua kromofor tidak akan terjadi, kecuali kalau memang

    antara dua kromofor itu ada kaitannya. Walaupun demikian, suatu kombinasi

    tertentu dari gugus fungsi akan menghasilkan suatu sistem kromoforik yang

    dapat menimbulkan pita-pita absorpsi yang karakteristik

    Banyak zat organik juga menunjukkan absorpsi khusus, misalnya

    permanganat, ion nitrat, ion kromat, dan ruthenium, molekul iodium dan ozon.

  • 31

    Banyak pereaksi akan bereaksi dengan zat yang tidak mengabsorpsi

    memberikan hasil yang akan mengabsorpsi sinar Ultraviolet atau Sinar

    Tampak dengan kuat.

    Pereaksi organik yang membentuk kompleks berwarna yang stabil

    adalah ᴑ-phenanthrolin untuk besi, dimetil glioksim untuk nikel, dietil thio

    karbamat untuk tembaga, dan sebagainya

    Daerah-daerah panjang gelombang energi radiasi yang penting dalam

    spektrofotometri adalah sebagai berikut :

    Ultraviolet 185-380mµ

    Cahaya tampak 380-780mµ

    Inframerah dekat 780-3000mµ

    Inframerah sedang 3,0-15mµ

    Inframerah jauh 15-40mµ

    Fotometri adalah istilah yang dipakai untuk jenis spektrofotometri yang

    menggunakan radiasi cahaya tampak dimana berkas sinar yang datang tidak

    monokromatis tetapi sangat dibatasi dengan mempergunakan filter.

    Spektrofotometri didasarkan pada persamaan yang dikenal sebagai

    Hukum Lambert Beer atau hukum Beuguer-Beer dan yang menghubungkan

    intersitas radiasi yang datang, radiasi yang diteruskan panjang jarak radiasi

    serta kadar dari larutan. Hubungan ini secara matematik dinyatakan sebagai

    berikut:

  • 32

    I = I0 e -kcb

    T= I/ I0= e -kcb

    A= log 1/T =abc

    Notasi : I = intensitas radiasi yang diteruskan

    I0 = intensitas radiasi yang datang

    e= logaritma alam= 2,7184

    k= koefisien ekstinsi merupakan suatu tetapan

    c= konsentrasi senyawa kimia dalam larutan biasanya g/L

    b= jarak radiasi dalam cm

    (-) = tanda negatif yang artinya intensitas radiasi yang diteruskan akan

    berkurang jika konsentrasi zat dalam larutan bertambah

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis secara spektrofotometri

    UV-VIS

    1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV

    Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap

    pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah

    menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi

    yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan :

    a. Reaksinya selektif dan sensitif

    b. Reaksinya cepat, kuantitatif dan reprodusibel

  • 33

    c. Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama

    Keselektifan dapat dinaikkan dengan mengukur pH, pemakaian

    masking agent atau penggunaan teknik ekstraksi

    2. Waktu operasional

    Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau

    pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran

    hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan.

    3. Pemilihan panjang gelombang

    Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah

    panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih

    panjang gelombang maksimal dilakukan dengan membuat kurva hubungan

    absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada

    konsentrasi tertentu.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan UV-Vis

    1. Kromofor

    Kromofor merupakan semua gugus atau atom dalam senyawa

    organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak kromofor

    yang paling banyak ditemukan dalam molekul obat adalah cincin benzen.

    Meringkas pita-pita serapan yang ditemukan dalam beberapa sistem aromatis

  • 34

    sederhana dan kromofor–kromofor /auksokrom-auksokrom ini memberikan

    dasar serapan radiasi UV- Vis oleh beberapa molekul obat.

    Aukskrom-auksokrom gugus amino dan hidroksil dipengaruhi pH

    (ada pengaruh batokromik dan hiperkromik ) ketika suatu proton dihilangkan

    dari molekul pada suasana basa dan menyebabkan molekul ini mempunyai

    elektron bebas yang berlebih. Pengaruh ini akan lebih nyata dalam gugus -

    gugus amina aromatik. Spektrum serapan molekul obat disebabkan oleh

    kombinasi tertentu kromofor dan auksokrom yang terdapat pada strukturnya.

    2. Pengaruh pelarut

    Spektrum serapan UV senyawa-senyawa obat sebagian tergantung

    pada pelarut yang digunakan untuk melarutkan obat . Suatu obat dapat

    menyerap sinar UV dalam jumlah yang maksimal di satu pelarut dan akan

    menyerap secara minimal di pelarut yang lain.

    Perubahan-perubahan nyata spektrum ini secara eksklusif karena

    gambaran-gambaran sifat-sifat pelarut, sifat pita serapan, dan sifat solut.

    Dengan demikian pemilihan pelarut untuk digunakan spektroskopi UV-Vis

    merupakan sesuatu yang penting .

    Kriteria pertama pelarut yang bagus adalah bahwa pelarut tersebut tidak

    menyerap radiasi UV didaerah yang sama yang mana daerah spektrum

    senyawa yang aka dianalisis digunakan.

    3. Pengaruh suhu

  • 35

    Suhu rendah menawarkan pita serapan senyawa-senyawa obat yang

    lebih tajam dibandingkan suhu kamar. Resolusi- resolusi (daya pisah)

    vibrasional akan lebih baik pada suhu rendah karena dua alasan yaitu:

    a. Level vibrasional yang ditempati lebih sedikit

    b. Tingkat interaksi solut – pelarut diminimalkan

    4. Ion-ion organik

    Sifat kromoforik yang terdapat dalam senyawa- senyawa

    anorganik ada 2 jenis yaitu:

    a. Melibatkan beberapa atom seperti permanganate(Mn04-)dan

    dikromat (Cr2O72- )

    b. Yang melibatkan atom-atom tunggal yakni atom-atom yang tidak

    mempunyai kulit electron terluar d- yang tidak lengkap seperti

    senyawa-senyawa yang mengadakan ikatan koordinasi dengan

    Be,Sr,Ra serta unsur-unsur transisi seperti Cr, Mn, Ni, Pt, Ag, Pd,

    Ag, Pd, Cd, Hg dan Au

    5. Pengaruh pH

    pH pelarut dalam solute terlarut didalamnya dapat mempunyai suatu

    pengaruh yang penting pada spectrum. Di antara senyawa yang

    menghadirkan pengaruh pH ini adalah indicator kimia yang perubahan

    warnanya digunakan pada asidimetri.

  • 36

    II.5.1 Penggunaan spektrofotometri UV/VIS untuk menentukan nilai pKa

    (11,12,21)

    Pengambilan sampel merupakan masalah yang sangat penting dalam

    analisis kimia sebab untuk mengetahui kadar atau konsentrasi suatu

    senyawa tertentu dalam sampel hanya dilakukan terhadap sejumlah kecil

    sampel.

    Rumus yang digunakan dalam perhitungan konversi penimbangan

    sampel tablet adalah sebagai berikut:

    𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔

    𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡=

    𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓

    𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡

    Aplikasi spektrofotometri UV-VIS untuk menetukan nilai pKa

    didasarkan pada pengukuran serapan /absorbansi dengan berbagai pH.

    Ketika terjadi pergeseran uv yang tergantung pH, pergeseran tersebut

    dapat digunakan untuk menetukan nilai pKa gugus dapat terionisasi yang

    menyebabkan pergeseran. Persamaan umum untuk menentukan nilai pKa

    dari pengukuran absorbansi pada panjang gelombang tertentu diberikan

    dibawah ini.

    Notasi Ai adalah absorbansi spesies yang mengalami ionisasi penuh

    Notasi A adalah absorbansi terukur dalam larutan buffer dengan pH tertentu

    pada panjang gelombang yang terpilih untuk analisis

    Notasi Au adalah absorbansi spesies yang tidak mengalami ionisasi.

    pKa=pH+ log 𝐴𝑖−𝐴

    𝐴−𝐴𝑢

  • 37

    Persamaan diatas digunakan untuk suatu asam(untuk suatu basa,

    bagian log dikurangkan) yang mana peningkatan pH menghasilkan

    pergeseran batokromik dan diikuti dengan peningkatan intensitas

    (hiperkromik)

    Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis adalah panjang

    gelombang mana yang terdapat perbedaan terbesar antara spesies yang

    terionisasi dengan yang tidak terionisasi.

    Pengetahuan nilai pendekatan pKa diperlukan untuk memilih nilai pH

    yang sesuai dalam kisaran ±1 unit untuk nilai pKa pengukuran A. untuk

    penentuan yang akurat, pengukuran dibuat pada sejumlah kisaran pH yang

    berdekatan

  • 38

  • 38

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan

    Alat-alat yang digunakan adalah beker (Pyrex®), gelas ukur (Iwaki®),

    labu Erlenmeyer (Pyrex®), labu tentukur (Pyrex®), mikropipet (Socorex®),

    spektrofotometer UV-Vis (Hewlett-Packard®), timbangan analitik (Sartorius®),

    dan pH meter (Sartorius®)

    Bahan-bahan yang digunakan adalah aquadest, etanol p.a, NaOH

    0,2N, H2SO4 0,2N, heksan teknis, metanol teknis, Na2HPO4, NaH2PO4, tablet

    generik kalium diklofenak (Hexapharm Jaya), tablet paten A (Sanbe Farma),

    tablet paten B (PT.Guardian Pharmatama), tablet paten C (Combiphar), serta

    kalium diklofenak (BPFI)

    III.2. Pembuatan pereaksi

    III.2.1 Pengambilan Sampel

    Sampel tablet generik kalium diklofenak (Hexapharm Jaya), tablet

    paten A (Sanbe Farma), tablet paten B (PT.Guardian Pharmatama), tablet

    paten C (Combiphar), diperoleh dari apotek yang ada di Makassar

    berdasarkan merek obat yang paling banyak diresepkan.

  • 39

    III.2.2 Pembuatan H2SO4 0,2N

    H2SO4 pekat diambil 5,6 ml lalu dicukupkan volumenya hingga

    1.000 ml aquadest

    III.2.3 Pembuatan natrium hidroksida 0,2N

    NaOH ditimbang 8,2 g, dilarutkan sedikit demi sedikit dengan air

    bebas CO2 dalam labu tentukur , dicukupkan volumenya sampai 1000 ml.

    III.2.4 Pembuatan dapar fosfat (pH 5-6,8)

    Larutan A Na2HPO4

    Na2HPO4 ditimbang 17,8 g masukkan kedalam labu tentukur 1 liter

    tuangi aquadest ¼ labu, dan homogenkan, tambah lagi aquadest sampai

    batas tanda

    Larutan B NaH2PO4

    NaH2PO4 ditimbang 15,6 g masukkan kedalam labu tentukur 1 liter

    tuangi aquadest ¼ labu dan homogenkan, tambah lagi aquadest sampai

    batas tanda

    Sejumlah larutan A ditambah sejumlah larutan B dengan volume tertentu

    dicampur . Kemudian pH diukur dengan pH-meter, apabila larutan terlalu

    asam ditambah tetes demi tetes larutan B sampai pH yang dikehendaki.

    Sebaliknya apabila larutan terlalu basa ditambahkan larutan A tetes demi

    tetes sampai pH yang dikehendaki yaitu pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 dan pH 6,8.

  • 40

    III.3 Penimbangan Sampel Kalium Diklofenak (21)

    Tablet generik Kalium Diklofenak (hexapharm Jaya), tablet paten A

    (Sanbe Farma), tablet paten B (PT. Guardian Pharmatama), tablet paten C

    (Combiphar) ditimbang masing-masing 10 tablet kemudian digerus. Tablet

    generik kalium diklofenak ditimbang teliti 1,56g , tablet paten A ditimbang

    teliti 1,03g, tablet paten B ditimbang teliti 0,66g , tablet paten C ditimbang

    teliti 0,802g. Di ekstraksi 5 ml heksan kemudian disentrifuge selama 15

    menit, dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil supernatan dibuang sedangkan yang

    endapan dilarutkan kembali dengan metanol masing-masing 5 ml lalu

    disentrifuge selama 15 menit, bagian yang larut ditampung dicawan porselen

    dan diuapkan sehingga diperoleh hasil ekstraksi.

    III.4 Pembuatan larutan stok dari tablet generik dan tablet paten

    Hasil ekstraksi masing-masing ditimbang 10 mg dilarutkan dan

    dicukupkan volumenya dalam labutentukur dengan masing-masing dapar

    fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH 6,8), NaOH dan H2SO4) hingga 10 ml

    dengan konsentrasi 1.000 bpj.

    III.5 Pembuatan larutan stok dari baku kalium diklofenak

    Baku kalium diklofenak ditimbang 11,3 mg setara 10 mg, kemudian

    dilarutkan dengan masing-masing dapar fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH

    6,8), NaOH dan H2SO4) hingga 10 ml dengan konsentrasi 1.000 bpj

  • 41

    III.6 Pengenceran Sampel dan Baku Kalium Diklofenak

    Dari larutan stok masing-masing sampel dan baku kalium diklofenak

    diambil 1.000 mikroliter kemudian dicukupkan volumenya dalam labu tentukur

    hingga 10 ml dapar fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH 6,8), NaOH dan

    H2SO4) sehingga diperoleh konsentrasi 100 bpj , kemudian dipipet lagi

    sebanyak 750 mikroliter dicukupkan volumenya dalam labutentukur hingga 5

    ml dengan masing-masing dapar fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH 6,8),

    NaOH dan H2SO4) sehingga diperoleh konsentrasi konsentrasi 15 bpj

    III.7 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

    Baku kalium diklofenak ditimbang teliti 10 mg dicukupkan volumenya

    dalam labutentukur dengan 10ml etanol p.a, sehingga diperoleh konsentrasi

    1000bpj lalu, dipipet diambil 1.000 mikroliter kemudian dicukupkan

    volumenya dalam labu tentukur hingga 10 ml dengan etanol p.a sehingga

    diperoleh konsentrasi 100 bpj, kemudian dipipet lagi sebanyak 750 mikroliter

    dicukupkan volumenya dalam labutentukur hingga 5 ml dengan etanol p.a

    sehingga diperoleh konsentrasi konsentrasi 15 bpj, diukur panjang

    gelombang maksimum pada spektrofotometer uv-vis pada panjang

    gelombang 200-400nm, sehingga diperoleh panjang gelombang

    maksimumnya adalah 276 nm

  • 42

    III.8 Penetapan Harga Pka Sampel Secara Spektrofotometri Ultraviolet

    Hasil ekstrasi dari masing-masing tablet generik kalium diklofenak,

    tablet paten serta baku kalium diklofenak yang telah dibuat dalam konsentrasi

    15 bpj diukur absorbansinya dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-

    VIS dengan panjang gelombang 276nm

    III.9 Analisis Data

    Data absorbansi yang diperoleh dihitung dgn menggunakan rumus

    sbb:

    pKa = pH + 𝐿𝑜𝑔𝐴𝑖−𝐴

    𝐴−𝐴𝑢

    III.10 Pembahasan

    Pembahasan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh

    III.11 Kesimpulan

    Kesimpulan berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan

  • 43

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil Penelitian

    Hasil pengukuran pKa dengan menggunakan spektrofotometri UV- VIS

    dengan berbagai pH adalah sebagai berikut:

    Tabel 1. Hasil Pengukuran pKa Kalium Diklofenak

    Sampel Dapar pH Nilai

    absorbansi Nilai pKa

    pKa rata-

    rata

    Baku kalium

    dikofenak (BPFI)

    pH 5,0 0,45155 5,5

    pH 5,6 0,41715 6,1

    pH 6,2 0,67314 7,3 6,8

    pH 6,8 0,77394 8,4

    Tablet generik

    kalium diklofenak

    (Hexapharm Jaya)

    pH 5,0 0,28344 5,0

    pH 5,6 0,30034 5,9

    pH 62 0,37515 7,0 6,4

    pH 6,8 0,42805 7,8

    Tablet paten A

    (Sanbe Farma)

    pH 5,0 0,32468 5,0

    pH 5,6 0,34338 5,9 6,3

    pH 6,2 0,44579 6,9

    pH 6,8 0,46830 7,7

    Tablet paten B

    (PT.Guardian

    Pharmatama)

    pH 5,0 0,33980 4,8

    pH 5,6 0,35169 5,6

    pH 6,2 0,38369 6,4 5,9

    pH 6,8 0,39199 7,1

    pH 5,0 0,27294 4,8

    Tablet paten C (Combiphar)

    pH 5,6 0,30861 5,8 6,1

    pH 6,2 0,32438 6,4

    pH 6,8 0,39894 7,5

  • 44

    Gambar 1. kurva baku kalium diklofenak

    IV.2 Pembahasan

    Sifat fisika molekul organik seperti pKa dan koefisien partisi

    berhubungan erat dengan bidang farmasi, pKa memuat dengan tepat

    hubungan yang sama untuk Ka sebagaimana pH digunakan untuk

    menunjukkan konsentrasi ion hydrogen. Menurut Arhenius, asam merupakan

    pendonor H+ dan basa adalah pendonor OH-. Menurut Bronsted Lowry, asam

    adalah senyawa yang cenderung melepaskan proton dan basa adalah

    senyawa yang cenderung menangkap proton. Sedangkan menurut Lewis,

    asam adalah penerima pasangan elektron dan basa adalah senyawa yang

    cenderung menangkap proton (5).

    y = 0,298x - 1,529R² = 0,975

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0,7

    0,8

    0,9

    0 2 4 6 8 10

    Series1

    Linear (Series1)

  • 45

    Penelitian dilakukan dengan mengukur nilai pKa dari baku kalium

    diklofenak , generik kalium diklofenak serta tiga obat paten lainnya dari

    berbagai merek. Nilai pKa diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi

    dengan menggunakan alat spektrofotometri UV-VIS. Kalium diklofenak

    diabsorbsi di usus sehingga pemilihan pH disini berdasarkan pH usus yaitu

    5,5-6,8.

    Sampel di ekstraksi untuk memisahkan zat aktif dari zat tambahan

    yang ada pada tablet generik dan paten kalium diklofenak. Hasil ekstraksi

    dibuat dengan konsentrasi 15 bpj lalu diukur absorbansinya dengan berbagai

    pH pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan. Hasil

    penentuan panjang gelombang maksimum adalah 276 nm sedangkan

    menurut Moffat, panjang gelombang maksimum diklofenak adalah 272 -275

    nm

    Hasil yang diperoleh yaitu, tablet generik kalium diklofenak

    (Hexapharm Jaya) (6,4), tablet paten A (Sanbe Farma) (6,3), tablet paten B

    (PT.Guardian Pharmatama) (5,9),, tablet paten C (Combiphar) C (6,1),, serta

    kalium diklofenak (BPFI) (6,8).

    Sebagian besar obat yang bersifat asam atau basa lemah, bentuk

    tidak terionisasinya dapat memberikan efek biologis. Hal ini dimungkinkan

    bila kerja obat terjadi di membran sel atau didalam sel. Obat modern

    sebagian besar bersifat elektrolit lemah, yaitu asam atau basa lemah, dan

  • 46

    derajat ionisasi atau bentuk ionisasi dan tidak terionisasinya ditentukan oleh

    nilai Ka dan suasana pH lingkungan.

    Harga pKa menentukan absorpsi dan distribusi obat dalam jaringan

    tubuh semakin besar nilai pKa suatu senyawa maka semakin besar pula

    jumlah obat tak terionya sehingga jumlah obat yang menembus membran

    biologis semakin besar. Akibatnya kemungkinan obat untuk berinteraksi

    dengan reseptor semakin tinggi dan aktivitas biologisnya semakin meningkat,

    sebaliknya semakin kecil nilai pKa suatru senyawa maka semakin besar

    kemungkinan obat untuk berinteraksi dengan reseptor semakin rendah dan

    aktivitas biologisnya semakin menurun.

    Suatu senyawa dapat mempunyai beberapa harga pKa, tergantung

    pada jumlah gugus fungsi yang dapat terionisasi. Senyawa itu digolongkan

    sebagai amfoter jika mempunyai substituen ionisasi asam (pemberi proton)

    maupun basa (penerima proton), misalnya tetrasiklindan semua asam amino

    .

  • 47

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    V.1 Kesimpulan

    Hasil penelitian diperoleh dengan menggunakan metode

    spektrofotometri UV-VIS yaitu dengan nilai pKa rata-rata . Tablet generik

    kalium diklofenak (Hexapharm Jaya) (6,4), tablet paten A (Sanbe Farma)

    (6,3), tablet paten B (PT.Guardian Pharmatama) (5,9), tablet paten C

    (Combiphar) (6,1), serta kalium diklofenak (BPFI) (6,8). Dari hasil diatas

    diketahui bahwa pKa . Tablet generik kalium diklofenak (Hexapharm

    Jaya)serta tablet paten A (Sanbe Farma) tidak berbeda jauh dengan

    kalium diklofenak BPFI sedangkan tablet paten B (PT.Guardian

    Pharmatama), tablet paten C (Combiphar) nilai pKa nya agak berbeda

    v.2 Saran

    disarankan agar peneliti selanjutnya dapat menentukan parameter uji

    yang lain sehingga dapat mendukung informasi mengenai data harga pKa

    dalam tablet.

  • 48

    Daftar Pustaka

    1. Gunawan S. G. Farmakologi dan terapi. Departemen Farmakologi dan terapeutik fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007. Hal. 230, 239, 240, 230, 23.

    2. Hendriraidi E. Optimasi Selektivitas sediaan tramsdermal patch Kalium Diklofenak. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga: 2009. Hal. 6.

    3. Gholib Ibnu. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar Dosen Fakultas

    Farmasi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 2008. Hal. 61-62;66,228;220;221;222;240;252.

    4. Katzung, B .G. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika.

    Jakarta. 2002. Hal. 462.

    5. Tan.H.T, dan Kirana R. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Edisi Kelima. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. 2000. Hal. 134 -135, 328.

    6. Rohman A. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Pertama. Penerbit

    Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2007. Hal. 61.

    7. Direktorat Jendral POM. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 1995. Hal. 1066.

    8. Voet, D. und J.G. Voet, Übersetzungherausgeben von A. Maelicke

    und W. Müller-Ester. Biochemie. VCH Verlagsgesellschaft mbH, Weinheim. 1992. pp:661-665.

    9. Robert, A., J.E. Nezamis, C. Lancarter, A.J. Hanchar. Cytoprotection by Prostaglandin in Rats. Prevention of Gastric Necrosis Produced by Alcohol, HCl, NaOH, Hypertonic NaCl, and Thermal Injury. US National Library Medicine National Institutes Of Health. 2007. pp: 77, 433-443.

    10. Meyer, K. J , Schrör, K. Cyclooxygenase-2 Inhibition and Side-Effects of Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs in the Gastrointestinal Tract, Curr. Med. Chem. US National Library Medicine National Institutes Of Health.. 2000. pp:7, 1121-1129.

  • 49

    11. Redfern, J.S., E. Lee, M. Feldman. Effects of Immunization with Prostaglandin Metabolites on Gastrointestinal Ulceration. US National Library Medicine National Institutes Of Health. 1998. pp: 255, 723-730.

    12. Redfern, J.S., M. Feldman. Role of Endogenous Prostaglandins in Preventing Gastrointestinal Ulceration: Induction of Ulcers by Antibodies to Prostaglandin. US National Library Medicine National Institutes Of Health. 1989. pp: 96, 596-605.

    13. Ganiswara, S. G. Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. bagian

    Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1995. Hal. 590-592.

    14. Cains,D. Intisari Kimia Farmasi. Edisi kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2004. Hal: 4,7,8.

    15. Gandjar, G.H., dan Rohman, A. Analisis obat secara spektrofotometri

    dan kromatografi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 2012 Hal. 6-9, 69-70, 73,79.

    16. Watson,D.G. Analisis farmasi. Buku kedokteran EGC. Jakarta. 2007.

    Hal. 109-110.

    17. Syamsyuni. Farmasetika dasar dan hitungan Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal. 78, 79, 80, 82, 85.

    18. Lachman, L., Liebermann, H.A. dan J.I. Kanig. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Kedua. Jakarta: UI Press. 1994. Hal. 1140-1142.

    19. Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet:

    Dasar-Dasar Praktis. Jakarta: EGC. 2010. Hal. 40-42.

    20. Siswandono dan Soekarjo,B. Prinsip-prinsip Rancangan Obat. Cetakan pertama. Surabaya. Penerbit Erlangga University Press. 2000. Hal. 202.

    21. Simanjuntak,E.M . Penetapan Kadar Tablet Kalsium Laktat Produksi

    P.T. Kimia Farma( PERSERO) Tbk. Plant Medan secara Titrasi Kompleksometri. Tugas Akhir. Universitas Sumatra Utara. 2012

  • 50

    Lampiran 1

    Skema Kerja

    Pengambilan Sampel

    Apotik di Makassar Penyiapan Sampel

    -Ditimbang tablet generik dan tablet paten A, Paten B dan Paten C - Digerus - Diekstraksi

    Penentuan Panjang gelombang maksimum

    Penetapan nilai pKa secara spektrofometri UV-VIS

    Analisis data

    Pembahasan

    Kesimpulan

    Pembuatan larutan stok Pembuatan larutan stok tablet Baku kalium dikofenak1.000bpj generik dan tablet paten1.000bpj

    pengenceran dengan dapar fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH 6,8), NaOH dan H2SO4fosfat

    pengenceran dengan dapar fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH 6,8), NaOH dan H2SO4fosfat

    100 bpj 15 bpj 100 bpj 15 bpj

  • 51

    Lampiran 2

    Pengenceran Baku kalium diklofenak pada penentuan panjang

    gelombang maksimum

    10 mg 10 ml etanol Pa (1.000 bpj)

    1.000 mikroliter 10 ml etanol pa (100 bpj)

    750 mikroliter 5 ml etanol pa (15 bpj)

    Pengenceran hasil ekstraksi tablet generik kalium diklofenak, tablet paten

    kalium diklofenak dan baku kalium diklofenak

    10 mg 10 ml dapar fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH 6,8),

    NaOH dan H2SO4) (1.000 bpj)

    1.000 mikroliter 10 ml dapar fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ;

    pH 6,2 ; pH 6,8), NaOH dan H2SO4)

    (100 bpj)

    750 mikroliter 5 ml dapar fosfat

    (pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH 6,8),

    NaOH dan H2SO4) (15 bpj)

  • 52

    Lampiran 3

    Perhitungan Konversi Penimbangan dari Sampel Tablet Generik dan

    Tablet Paten Kalium Diklofenak

    Rumus konversi:

    Berat yang ditimbang= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎

    𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡

    Tablet Generik Kalium diklofenak (Hexapharm Jaya)

    Berat setara = 250 mg= 0,25 g

    Berat Etiket 50 mg= 0,05 g

    Berat rata-rata tablet

    0,3512+0,3582+0,3459+0,2962+0,3458+0,3523+0,3662 +0,3476+0,3578

    10=

    3,121

    10= 0,3121

    Jadi berat yang dtimbang adalah = 0,25

    0,05𝑥0,3121 = 1,56 𝑔

    Tablet Paten A (Sanbe Farma)

    Berat setara= 250 mg= 0,25 g

    Berat Etiket 50 mg= 0,05 g

    Berat rata-rata tablet

    = 0,2043+0,2070+0,2079+0,2046+0,2156+0,2102+0,2042+0,2062+0,2117

    10=

    2,077

    10= 0,2077

    Jadi berat yang dtimbang adalah = 0,25

    0,05𝑥0,2077 = 1,03 𝑔

  • 53

    Tablet B (P.T Guardian Pharmatama)

    Berat setara 250 mg= 0,25 g

    Berat Etiket 50 mg= 0,05 g

    Berat rata-rata tablet

    0,1408+0,1346+0,1356 +0,1280+0,1288+0,1238+0,1482 +0,1310+0,1300+0,1358

    10=

    1,337

    10=

    0,133

    Jadi berat yang dtimbang adalah = 0,25

    0,05𝑥0,133 = 0,66 𝑔

    Tablet Paten C (Combiphar)

    Berat setara 250 mg= 0,25 g

    Berat Etiket 50 mg= 0,05 g

    Berat rata-rata tablet

    = 0,1637+0,1606 +0,1591+0,1582+0,1438+0,1662+0,2244+0,1573+0,1636

    10=

    1,605

    10= 0,1605

    Jadi berat yang dtimbang adalah = 0,25

    0,05𝑥0,1605 = 0,802 𝑔

  • 54

    Lampiran 4

    Perhitungan pKa

    pKa=pH+ log[ 𝐴𝑖−𝐴

    𝐴−𝐴𝑢]

    Notasi Ai adalah absorbansi sampel yang mengalami ionisasi penuh

    Notasi A adalah absorbansi terukur dalam larutan buffer dengan pH

    tertentu pada panjang gelombang yang terpilih untuk analisis

    Notasi Au adalah absorbansi spesies yang tidak mengalami ionisasi.

    Baku kalium diklofenak

    pH dapar5 menjadi 5,9 dengan absorbansi 0,45155

    pKa=6+ Log [0,26197−0,45155

    0,45155−0,88542]

    = 5,9+ Log[−0,1895

    −0,43387]

    = 5,9+Log 0,4228

    = 5,9-0,3738

    =5,5

    pH dapar 5,6 menjadi 6,6 dengan absorbansi 0,41715

    pKa=6,6 + Log [0,26197−0,41715

    0,41715−0,88542]

    = 6,6 + Log[−0.15518

    −0,46827]

    = 6,6 + Log 0,3313

    = 6,6- 0,47977

    =6,1

  • 55

    pH dapar 6,2 menjadi 7,1dengan absorbansi 0,67314

    pKa=7,1 + Log [0,26197−0,67314

    0,67314−0,88542]

    = 7,1+ Log[−0,41117

    −0,21228]

    = 7,1+ Log1,9369

    = 7,1+ 0,287

    =7,3

    pH dapar 6,8 menjadi 7,8 dengan absorbansi 0,77394

    pKa=7,8+ Log[ 0,26197−0,77394

    0,77394−0,88542]

    = 7,8+ Log[−0,51197

    −0,11148]

    = 7,8+ Log 4,5924

    = 7,8 + 0,6620

    =8,4

    pKa rata-rata dari baku kalium diklofenak adalah 5,5+ 6,1+7,3+8,4

    4 = 6,8

    Tablet Generik Kalium Diklofenak (Hexapharm Jaya)

    pH dapar 5 menjadi 5,9 dengan absorbansi 0,28344

    pKa=5 + Log 0,23294−0,28344

    0,28344−0,60506

    =5,9 + Log−0,0505

    −0,32162

    =5,9 + Log 0,1570

    = 5,9 - 0,8041

    =5,0

  • 56

    pH dapar 5,6 menjadi 6,6 dengan absorbansi 0,30034

    pKa=6,6+ Log 0,23294−0,30034

    0,30034−0,60506

    = 6,6+ Log−0,068

    −0,30472

    = 6,6+ Log 0,2231

    = 6,6- 0,6515

    =5,9

    pH dapar 6,2 menjadi 7,1 dengan absorbansi 0,39865

    pKa=7,1+ Log 0,23293−0,39865

    0,39865−0,60506

    = 7,1 + Log−0,16571

    −0,20641

    = 7,1 + Log 0,802

    = 7,1- 0,0905

    =7,0

    pH dapar 6,8 menjadi 7,8 dengan absorbansi 0,42805

    pKa=7,8+ Log 0,23294−0,42805

    0,42805−0,60506

    = 7,8+ Log−0,19511

    −0,17701

    = 7,8+ Log 1,1022

    = 7,8 +0,0422

    =7,84

    pKa rata-rata dari tablet kalium diklofenak (generik) adalah

    5,0+ 5,9+7,0+7,84

    4= 6,43

  • 57

    Tablet paten A (Sanbe Farma)

    pH dapar 5 menjadi 5,9 dengan absorbansi 0,32468

    pKa=5,9 + Log 0,26617−0,32468

    0,32468−0,72030

    =5,9+ Log−0,05851

    −0,39562

    =5,9+ Log 0,1465

    = 5,9 - 0,8341

    =5,0

    pH dapar 5,6 menjadi 6,6 dengan absorbansi 0,34338

    pKa=6,6+ Log 0,26617−0,34338

    0,34338−0,72030

    = 6,6+ Log−0,07667

    −0,37692

    = 6,6+ Log 0,20341

    = 6,6- 0,6916

    =5,9

    pH dapar 6,2 menjadi 7,1 dengan absorbansi 0,44579

    pKa=7,1+ Log 0,26617−0,44579

    0,44579−0,72030

    = 7,1 + Log−0,17908

    −0,27451

    = 7,1 + Log 0,6523

    = 7,1- 0,1855

    =6,9

    pH dapar 6,8 menjadi 7,8 dengan absorbansi 0,46830

  • 58

    pKa=7,8+ Log 0,26617−0,46830

    0,46830−0,72030

    = 7,8+ Log−0,2013

    −0,252

    = 7,8+ Log 0,8021

    = 7,8 -0,0957

    =7,7

    pKa rata-rata dari tablet paten A adalah 5,0+ 5.9+6,9+7,7

    4= 6,3

    Tablet paten B (PT.Guardian Pharmatama)

    pH dapar 5 menjadi 5,9 dengan absorbansi 0,33982

    pKa=5,9 + Log 0,299980−0,33982

    0,33982−0,77527

    =5,9+ Log−0,03962

    −0,43547

    =5,9 + Log 0,09098

    = 5,9- 1,04100

    =4,8

    pH dapar 5,6 menjadi 6,6 dengan absorbansi 0,35169

    pKa=6,6+ Log 0,299980−0,35169

    0,35169−0,77527

    = 6,6+ Log−0,05171

    −0,42358

    = 6,6+ Log 0,1220

    = 6,6- 0,913

    =5,6

    pH dapar 6,2 menjadi 7,1 dengan absorbansi 0,38369

  • 59

    pKa=7,1+ Log 0,29980−0,38369

    0,299980−0,77527

    = 7,1 + Log−0,08371

    −0,39158

    = 7,1 + Log 0,2137

    = 7,1- 0,670

    =6,43

    pH dapar 6,8 menjadi 7,8 dengan absorbansi 0,399199

    pKa=7,8+ Log 0,299980−0,39199

    0,39199−0,77527

    = 7,8+ Log−0,09201

    −0,38328

    = 7,8+ Log 0,2400

    = 7,8 -0,6197

    =7,1

    pKa rata-rata dari tablet paten B adalah 4,8+ 5,6 +6,43 +7,1

    4= 5,9

    Tablet paten C (Combiphar)

    pH dapar 5 menjadi 5,9 dengan absorbansi 0,27294

    pKa=5,9 + Log 0,23568−0,27294

    0,27294−0,68454

    =5,9+ Log−0,03726

    −0,4116

    =5,9+ Log 0,0905

    = 5,9 - 1,04

    =4,8

    pH dapar 5,6 menjadi 6,6 dengan absorbansi 0,30861

  • 60

    pKa=6,6+ Log 0,23568−0,30861

    0,23568−0,68454

    = 6,6+ Log−0,07293

    −0,37593

    = 6,6+ Log 0,19399

    = 6,6- 0,7122

    =5,8

    pH dapar 6,2 menjadi 7,1 dengan absorbansi 0,32438

    pKa=7,1+ Log 0,23568−0,32438

    0,32438−0,68454

    = 7,1 + Log−0,0887

    −0,36016

    = 7,1 + Log 0,24627

    = 7,1- 0,6085

    =6,4

    pH dapar 6,8 menjadi 7,8 dengan absorbansi 0,39894

    pKa=7,8+ Log 0,23568−0,39894

    0,39894−0,68454

    = 7,8+ Log−0,16326

    −0,2856

    = 7,8+ Log 0,5716

    = 7,8 -0,2429

    =7,5

    pKa rata-rata dari tablet paten C adalah 4,8+ 5,8 +6,4 +7,5

    4= 6,1

  • 61

    Lampiran 5

    Gambar penelitian

    Gambar 2.

    Hasil ektraksi Generik Tablet Kalium

    Diklofenak ( Hexapharm Jaya)

    Gambar 3. Hasil ekstraksi tablet paten A

    (Sanbe Farma)

  • 62

    Gambar 4. Hasil ekstraksi tablet paten B

    (PT. Guardian Phartama)

    Gambar 5. Hasil ekstraksi Tablet paten C

    (Combiphar)