-
ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA
PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS III (STUDI KASUS PADA SALAH
SATU SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar
Oleh:
Endang Suprapti
NIM: 151134208
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
i
ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA
PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS III (STUDI KASUS PADA SALAH
SATU SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar
Oleh:
Endang Suprapti
151134208
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karuniaNya
2. Kedua orang tua Bapak Warno Suwignyo dan Ibu Sumiyati yang
senantiasa
memberikan dukungan baik dalam doa maupun materi dan kasih
sayang.
3. Kakak saya Mayang Astia Paramitha S.Pd. yang senantiasa
memberi
dukungan dan semangat.
4. Saudara dan keluarga besar yang senantiasa memberikan doa dan
dukungan.
5. Dosen Pembimbing yang telah membantu saya untuk menyelesaikan
skripsi
Bapak Apri Damai Sagita Krissandi,S.S., M.Pd. dan Ibu Brigitta
Erlita Tri
Anggadewi,M.Psi.
6. Rekan payung skripsi Dinda Marga Saputri.
7. Sahabat saya Irene Pri Septianing, Dinda Marga Saputri,
Melania Chintya
Kusuma Wardhani, Maria Dwi Aria Sari, Christina Dessy
Indriastuti.
8. Kepada almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al
Insyirah; 5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya
tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya
ilmiah.
Yogyakarta, 21 Juni 2019
Peneliti
Endang Suprapti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas
Sanata Dharma:
Nama : Endang Suprapti
Nomor Mahasiswa : 151134208
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA
PEMBELAJARAN KELAS III (STUDI KASUS PADA SALAH SATU
SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA)
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media
lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan
secara terbatas, dan
mempublikasikanya di Internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royaliti kepada
saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal: 21 Juni 2019
Yang menyatakan
Endang Suprapti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
ABSTRAK
ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA
PEMBELAJARAN KELAS III (STUDI KASUS PADA SALAH SATU
SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA)
Endang Suprapti
Universitas Sanata Dharma
2019
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; Bagaimana
desain
Rencana Pelaksanaan pembelajaran yang dirancang guru memuat
indikator
keterampilan berpikir tingkat tinggi, Bagaimana penerapan
keterampilan berpikir
tingkat tinggi pada proses pembelajaran di kelas III, Bagaimana
pelaksanaan
penilaian kelas (assessment) telah mengarah pada keterampilan
berpikir tingkat
tinggi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang
menggunakan desain
penelitian studi kasus.penelitian dilakukan di salah satu
Sekolah Dasar Swasta di
Yogyakarta dengan subjek penelitian Guru dan siswa kelas III.
Teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu, observasi,
dokumentasi,
wawancara, dan kuesioner. Metode yang digunakan untuk
menganalisis data yaitu
metode triangulasi. Uji kredibilitas dengan triangusi serta
expert judgement
digunakan untuk menguji keabsahan data.
Berikut merupakan hasil dari penelitian ini (1) Desan
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang digunakan oleh guru masih
menggunakan
indikator kognitif dengan tingkatan keterampilan berpikir
tingkat rendah. (2)
Proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
cenderung
mengarahkan siswa kepada keterampilan berpikir tingkat rendah
(3) Penliaian
yang digunakan guru untuk mengukur kemampuan siswa yaitu soal
Tes Kendali
Mutu (TKM) yang sebagian besar masih menggunakan kata kerja
operasional
keterampilan berpikir tingkat rendah.
Kata Kunci: Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS),
Kurikulum 2013,
Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, Penilaian
Pembelajaran
(assessment)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF HIGHERORDER THINKING SKILLS IN THIRD
GRADE LEARNING (A CASE STUDY IN ONE OF THE PRIVATE
ELEMENTARY SCHOOLS IN YOGYAKARTA)
Endang Suprapti
Sanata Dharma University
2019
The purpose of this study is to determine (1) How the design of
the Lesson
Plan at one of the private elementary schools in Yogyakarta
loads the indicator of
higher order thinking skills (2) How does the application of
higher order thinking
skills on the learning process in third gradeatone of the
private elementary
schools in Yogyakarta (3) How is the implementation of classroom
assessment at
one private elementary schools in Yogyakarta which has led to
higher order
thinking skills.
This study is a qualitative studyusing the researchdesign ofa
case study.
The study was conducted in one of the Private Elementary Schools
in Yogyakarta
with the research subject of Teachers and students of third
grade. The data
collection techniques used by the researchers are observation,
documentation,
interviews, and questionnaires. The method used to analyze the
data is
triangulation method. Test credibility with triangulation and
expert judgment is
used to ensure the validity of the data.
Here are the results of this study (1) The Design ofLessonPlan
used by the
teachers still use cognitive indicators with levels of lower
order thinking skills. (2)
The implementation process of learning undertaken by the
teachers tends to lead
students towardlower order thinking skills (3) The
assessmentused by the teachers
to measure the ability of students is Quality Control Tests
(QCT), most of which
still use the operational verbs of lower order thinking
skills.
Keywords: Higher Order Thinking Skills (HOTS), 2013 Curriculum,
Lesson Plan,
Learning Implementation, Learning Assessment
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, Karena berkat
dan
rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
”Analisis
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Pembelajaran Kelas III
(Studi Kasus
Pada Salah Satu Sekolah Dasar Swasta di Yogyakarta)”.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar
Sarjan Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Peneliti menyadari selama proses penyususnan skripsi
dilaksanakan
banyak pihak yang telah membantu peneliti untuk menulis skripsi
ini sehingga
dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan kali ini
peneliti akan
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang selalu
mendukung peneliti
baik dalam doa dan semangat. Ucapan terima kasih tersebut
ditunjukan kepada:
1. Dr. Yohans Harsono, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program
Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program
Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku dosen
pembimbing
yang senantiasa bersabar menuntun dan membimbing peneliti
dari
awal hingga akhir penyususnan skripsi.
5. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku dosen
pembimbing
kedua yang senantiasa bersabar menuntun dan membimbing
peneliti
dari awal hingga akhir penyususnan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
6. Theresia Yunia Setyawan,M.Hum. selaku dosen pembimbing
akademik kelas C yang senantiasa bersabar dan penuh kasih
sayang
dalam membimbing kelas kami.
7. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sanata Dharma
8. Segenap Karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan
Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang telah membantu
peneliti dalam proses kelancaran administrasi selama
perkuliahan
berlangsung.
9. Seluruh staff Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang
telah
menyediakan buku dan fasilitas dalam mengerjakan skripsi.
10. Seluruh Staff Biro Keuangan dan Student Staff Keuangan yang
telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
11. Kepala Sekolah di salah satu Sekolah Dasar Swasta di
Kota
Yogyakarta karena telah memberikan izin kepada peneliti
untuk
melakukan penelitian.
12. Guru kelas III di salah satu Sekolah Dasar Swasta di Kota
Yogyakarta
karena bersedia memberikan waktu dan membantu peneliti untuk
melakukan penelitian di kelas.
13. Seluruh siswa kelas III di salah satu Sekolah Dasar Swasta
di Kota
Yogyakarta yang telah membantu mengisis kuesioner saat
proses
observasi.
14. Kedua orang tuaku Warno Suwignyo dan Sumiyati yang
senantiasa
bersabar dan mendukung dengan penuh kasih sayang dalam
bentuk
doa maupun semangat kepada peneliti.
15. Mbah putri Ibu Siwi yang selalu memberikan doa dan dukungan
serta
nasehat yang baik kepada peneliti.
16. Kakakku Mayang Astia Paramitha S.Pd. yang senentiasa
memberikan
dukungan dan doa kepada peneliti.
17. Sahabat karibku Irene Pri Septianing yang selalu memberi
dukungan
dan semangat kepada peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
18. Sahabat seperjuangan Dinda Marga Saputri, Melania Chintya
Kusuma
Wardhani, Christina Desi Indriastuti, Maria Dwi Ariya Sari
yang
selalu memberi semangat dan dukungan kepada peneliti untuk
menyelesaikan skripsi ini.
19. Pandu Kauri yang selalu memberikan dukungan serta doa
selama
perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini tidak sempurna dan
memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu dengan kerendahan
hati
peneliti meminta kritik dan saran terhadap karya tulis ini.
Semoga
karya ini juga dapat memberikan inspirasi bagi pembaca.
Peneliti
Endang Suprapti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………….. v
HALAMAN MOTTO …………………………………………………… vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………….. vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……………………..
viii
ABSTRAK ………………………………………………………………… ix
ABSTACK …………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. xi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xiv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xviii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... xx
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
A. Latar belakang …………………………………………………………... 1
B. Rumusan masalah ………………………………………………………. 6
C. Tujuan penelitian ………………………………………………………... 6
D. Manfaat penelitian …………………………………………………….... 7
E Asumsi penelitian ………………………………………………………... 7
F. Definisi Operasional ……………………………………..........................
8
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………. 9
A. Kajian Pustaka …………………………………………………………. 9
1. Teori-teori Yang Mendukung ………………………………………... 9
a. Keterampilan abad ke-21 ………………………………………… 9
b. High Order Thinking Skis (HOTS) ……………………………… 11
c. Low Order Thinking Skis (LOTS) ………………………………… 17
d. Kurikulum 2013 …………………………....……………………… 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ………………………………………. 29
C. Kerangka Berpikir ……………………………………………………... 32
BAB III MEODE PENELITIAN ………………………………………... 34
A. Jenis Penelitian ………………………………………………………… 34
B. Setting Penelitian ………………………………………………………. 35
1. Tempat dan Waktu penelitian …………………………………………… 35
C. Desain Penelitian ………………………………………………………... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………… 36
E. Instrumen Penelitian …………………………………………………….. 38
1. Instrumen Penelitian RPP ……………………………………………….. 38
2. Instrumen Penelitian Pembelajaran ……………………………………... 41
3. Instrumen Penelitian Soal ……………………………………………….. 54
4. Kredibilitas dan Transferabilitas ………………………………………… 57
5. Teknik Analisis Data …………………………………………………..... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………... 60
A. Hasil Penelitian …………………………………………………………. 60
1. Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Pada
Perencanaan
Pembelajaran ………………………………………………………........
60
a. Hasil Analisis Indikator Kognitif RPP …………………………………... 60
2. Penerapan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Pada
Pelaksanaan
Pembelajaran ………………………………………………………......
63
a.Hasil Analisis Kuesioner Siswa …………………………………………. 63
b.Hasil Analisis Kuesioner Guru ………………………………………….. 66
c.Hasil Analisis Wawancara Guru ………………………………….............
70
d.Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran …………………………… 72
3. Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi pada
Penilaian
Pembelajaran …………………………………………………………..
79
B. Pembahasan …………………………………………………………....... 84
1.Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Pada
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran ………………………………………………
84
2.Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Pada
Pelaksanaan Pembelajaran …………………………………………........
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
3. Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Pada
Penilaian
Pembelajaran …………………………………………….........................
91
BAB V PENUTUP ………………………………………………………... 96
A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 96
B. Keterbatasan Peneliti …………………………………………………... 96
C. Saran …………………………………………………………………… 97
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 98
LAMPIRAN ………………………………………………………………. 101
RIWAYAT PWNWLITI ………………………………………………… 236
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pedoman Analisis Desain RPP ……………………………… 39
Tabel 3.2 Lembar Instrumen Perancangan RPP ……………………… 41
Tabel 3.3 Lembar Instrumen Untuk Guru ……………………………… 45
Tabel 3.4 Lembar Instrumen Untuk Siswa …………………………… 47
Tabel 3.5 Pedoman Wawancara Guru ………………………………… 50
Tabel 4.1 Hasil Analisis Indikator RPP ………………………………… 62
Tabel 4.2 Hasil Hitung Skala Likert Kuesioner Siswa …………………
65
Tabel 4.3 Hasil Akhir Kuesioner Siswa………………………………… 67
Tabel 4.4 Hasil Hitung Skala Likert Kuesioner Guru …………………
68
Tabel 4.5 Hasil Akhir Kuesioner Guru ………………………………… 70
Tabel 4.6 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran …………………
74
Tabel 4.7 Hasil Hitung Keseluruhan Soal Evaluasi …………………… 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Piramida Tingkatan Taksonomi Bloom …………………… 14
Gambar 2.2 Piramida Tingkatan Taksonomi Bloom …………………… 19
Gambar 2.3 Prinsip Pembelajaran Abad ke- 21 ………………………… 25
Gambar 2.4 Penelitian Yang Relevan …………………………………… 32
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berpikir ………………………………… 34
Gambar 4.1 Hasil Analisis Indikator RPP oleh Peneliti …………………
61
Gambar 4.2 Hasil Analisis Indikator RPP oleh Rekan Peneliti …………
61
Gambar 4.3 Hasil Akhir Analisis Indikator RPP ……………………… 61
Gambar 4.4 Diagram Batang Hasil Analisis Kuesioner Siswa …………
66
Gambar 4.5 Diagram Batang Hasil Analisis Kuesioner Guru …………
69
Gambar 4.6 Pelaksanaan Wawancara Dengan Guru …………………… 71
Gambar 4.7 Diagram Pie Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 1A ………
80
Gambar 4.8 Diagram Pie Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 1B ………
81
Gambar 4.9 Diagram Pie Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 2A ………
82
Gambar 4.10 Diagram Pie Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 2B ………
82
Gambar 4.11 Diagram Pie Hasil Hitung Keseluruhan Soal Evaluasi
…… 84
Gambar 4.12 Contoh Soal LOTS Tema 1 A …………………………….... 82
Gambar 4.13 Contoh Soal HOTS Tema 1 A ……………………………... 84
Gambar 4.14 Contoh Soal LOTS Tema 1 B …………………………….... 92
Gambar 4.14 Contoh Soal HOTS Tema 1 B ……………………………... 92
Gambar 4.15 Contoh Soal LOTS Tema 2 A …………………………….... 93
Gambar 4.16 Contoh Soal HOTS Tema 2 B ……………………………... 94
Gambar 4.17 Contoh Soal LOTS Tema 2 B …………………………….... 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Izin Penelian ……………………………………… 91
Lampiran 2 Pernyataan Penelitian …………………………………….. 92
Lampiran 3A Validasi Instrumen Kuesioner Siswa …………………… 93
Lampiran 3B Validasi Instrumen Kuesioner Siswa …………………… 94
Lampiran 4A Validasi Instrumen Kuesioner Guru ……………………… 95
Lampiran 4B Validasi Instrumen Kuesioner Guru ……………………… 96
Lampiran 5A Validasi Instrumen Pedoman Wawancara ……………… 97
Lampiran 5B Validasi Instrumen Pedoman Wawancara ……………… 98
Lampiran 6A Validasi Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran …………
99
Lampiran 6B Validasi Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran …………
100
Lampiran 7A Validasi Instrumen Analisis Indikator RPP ………………
101
Lampiran 7B Validasi Instrumen Analisis Indikator RPP ………………
102
Lampiran 8 Validasi Instrumen Analisis Soal Evaluasi ………………
103
Lampiran 9 Lembar Pedoman Analisis RPP ………………………….. 104
Lampiran 10A Hasil Kuesioner Siswa ………………………………… 107
Lampiran 10B Hasil Kuesioner Siswa ……………………………………. 108
Lampiran 11A Hasil Kuesioner Siswa …………………………………… 109
Lampiran 11B Hasil Kuesioner Siswa ……………………………………. 110
Lampiran 12 Hasil Data Kuesioner Siswa ……………………………… 111
Lampiran 13 Hasil Skala Likert Kuesioner Siswa …………………… 119
Lampiran 14A Hasil Kuesioner Guru …………………………………… 120
Lampiran 15 Hasil Data Kuesioner Guru ……………………………… 123
Lampiran 16 Hasil Skala Likert Kuesioner Guru ……………………… 125
Lampiran 17A Hasil Instrumen Wawancara Guru ……………………… 126
Lampiran 17B Hasil Wawancara Guru ………………………………… 130
Lampiran 18 Hasil Pelaksanaan Pembelajaran ………………………… 135
Lampiran 19 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ………………
139
Lampiran 20A Hasil Analisis Indikator RPP …………………………… 152
Lampiran 20B Instrumen Langkah-Langkah Pembalajaran RPP ………
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
Lampiran 21A Soal Evaluasi Tema 1 A ………………………………… 158
Lampiran 21B Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 1 A …………………
168
Lampiran 21C Hasil Hitung Analisis Soal Evaluasi Tema 1 A …………
173
Lampiran 22A Soal Evaluasi Tema 1 B ………………………………… 175
Lampiran 22B Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 1 B …………………
182
Lampiran 22C Hasil Hitung Analisis Soal Evaluasi Tema 1 B …………
188
Lampiran 23A Soal Evaluasi Tema 2 A ………………………………… 190
Lampiran 23B Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 2 A …………………
198
Lampiran 23C Hasil Hitung Analisis Soal Evaluasi Tema 2 A …………
204
Lampiran 24A Soal Evaluasi Tema 2 B ………………………………… 206
Lampiran 24B Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 2 B …………………
213
Lampiran 24C Hasil Hitung Analisis Soal Evaluasi Tema 2 B …………
220
Lampiran 25 Hasil Hitung Keseluruhan Analisis Soal Evaluasi …………
222
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kunci untuk membentuk suatu kemajuan bangsa yaitu dengan
mengutamakan pendidikan. Karena dengan mengembangkan pendidikan
maka
dapat tercipta generasi bangsa yang memiliki pola pikir dan
kebiasaan yang
lebih baik untuk menghadapi suatu persoalan dan tantangan.
Untuk
memperoleh suatu pendidikan yang berkualitas harus menentukan
rencana
serta tujuan yang yang pasti dan terarah agar dapat menciptakan
generasi
yang lebih berkualitas untuk mendorong kemajuan bangsa.
Berdasarkan hasil survei pertama “Trends in International Math
and
Science” pada tahun 2007 yang dilakukan oleh Global Institute,
menunjukan
hanya lima persen peserta didik di Indonesia mampu mengerjakan
soal
penalaran berkategori tinggi (HOTS) padahal peserta didik di
Korea dapat
mencapai 71 persen. Sebaliknya, 78 persen peserta didik di
Indonesia mampu
mengerjakan soal hafalan yang berkategori rendah (LOTS),
Sementara siswa
di korea 10 persen. Kemudian data lain juga diungkapkan oleh
Programme
For International Students Assesment (PISA) dalam survei ke
dua.
Pengambilan data dilakukan pada tahun 2009 dan menyatakan
bahwa
Indonesia terdapat pada peringkat 10 paling bawah dari 65 negara
peserta
PISA. Hasil menyatakan peserta didik di Indonesia menguasai
pelajaran hanya
sampai level tiga sementara Negara lain dapat menguasai
pelajaran hingga
level empat, lima, bahkan level enam Saputra (2016: 86-87).
Berdasarkan
kedua hasil survei tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi
peserta didik di
Indonesia masih kurang bahkan tertinggal jauh dari Negara
lainnya.
Oleh sebab itu pemerintah harus memperhatikan sistem pendidikan
di
Indonesia agar peserta didik di Indonesia siap menghadapi abad
ke-21 ini.
Keterampilan di abad ke-21 menuntut siswa untuk memiliki
berbagai
keterampilan. Keterampilan-keterampilan penting yang terdapat di
abad ke-21
mencakup empat pilar kehidupan yaitu ; learning to know,
learning to do,
learning to be, dan learning to live together. Empat
keterampilan itu tentunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
perlu diberdayakan dalam kegiatan belajar seperti keterampilan
untuk berpikir
kritis dan kreatif. Demi tercapainya keterampilan yang terdapat
dalam abad
ke-21 maka pemerintah harus memperbaiki program pendidikan agar
dapat
membentuk generasi yang berkualitas untuk mendorong kemajuan
bangsa.
Apa itu pendidikan? mengapa pendidikan sangat berperan penting
untuk
kemajuan Bangsa dan Negara?
Pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia untu
meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya,
yaitu
rohani (piker, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani
(pancaindra
serta keterampilan-keterampilan) Syam (dalam Danim,2011: 4).
Pendidikan
merupakan proses membawa perubahan yang diinginkan dalam
perilaku
manusia. Pendidikan dapat juga didefinisikan sebagai proses
perolehan
pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan melalui pembelajaran atau
studi
(Dahama & Bhatnager (1980:3-4). Pendidikan merupakan usaha
yang
dilakukan untuk mengembangkan kepribadian serta potensi yang ada
dalam
dirinya melalui pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran.
Hal ini
disebutkan juga oleh Prof. Rechey (Planning for teaching and
introduction to
education) istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas
dari
pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama
membawa
warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian
kewajiban dan
tanggung jawabnya di dalam masyarakat (Ahmadi Rulam, 2014: 34-35
dan
37).
Pendidikan berarti sebuah proses yang dilakukan untuk memperoleh
ilmu
pengetahuan dan meningkatkan potensi yang ada pada diri sendiri
yang
bertujuan untuk mengembangkan membawa kehidupan generasi
masyarakat
yang lebih baik lagi dan mampu mendorong kemajuan bangsa.
Karena
semakin baik pendidikan yang diperoleh maka pengetahuan yang
dihasilkan
akan lebih berkualitas sehingga dapat membentuk pola pikir
masyarakat
khususnya generasi baru menjadi lebih kritis dalam menyikapi
setiap
persoalan.
Dalam proses pendidikan salah satu hal yang penting untuk
diperhatikan
adalah kegiatan berpikir. Berpikir pada dasarnya merupakan
sebuah proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian
gerak
pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya
sampai
pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan (Suriasumantri,
1978: 1).
Dengan demikian kegiatan berpikir merupakan sarana untuk
memperoleh
pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan potensi
pendidikan.
Kegiatan berpikir sendiri dibagi menjadi dua, yaitu berpikir
tingkat tinggi
atau Higer Order Thinking (HOT) dan berpikir tingkat rendah atau
Lower
Order Thinking (LOT). HOTS sendiri merupakan suatu proses
berpikir anak
didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan
dari berbagai
konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti
metode
Problem Solving Krulik dan Rudrinck (1998), Taksonomi Bloom
(1956), dan
Taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian dari Anderson
dan
Krathwohl (2001).
Mulyadi (2010) mengemukakan, kemampuan berpikir tingkat
tinggi
Hinger Order Thinking Skills (HOTS) adalah cara berpikir yang
diharapkan 1)
mencipta, 2) mengefaluasi, dan 3) menganalisis (Desstya, 2015:
261).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses bepikir yang
tidak
hanya sebatas menghafal materi saja melainkan dapat membuat
siswa berpikir
lebih kritis lagi untuk dapat mengatasi masalah dengan
menggunakan cara
atau pendapatnya sendiri. Hingher Order Thinking Skill (HOTS)
adalah
kemampuan berpikir yang menuntut pemikiran secara kritis,
kreatif, analisis
terhadap infotmasi dan data dalam memecahkan permasalahan
(Barratt, 2014)
Tujuan utama dari HOTS ini adalah bagaimana cara
meningkatkan
kemampuan berpikir anak pada level yang lebih tinggi, terutama
yang
berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam
menerima
berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan
masalah dengan
pengetahuan yang dimilikinya serta membuat putusan dalam
situasi-situasi
yang kompleks. Sedangkan manfaat berpikir tingkat tinggi secara
umum
untuk memperoleh informasi baru dan disimpan dalam memori dan
saling
berkaitan atau menata ulang memperluas informasi tersebut untuk
mencapai
tujuan atau menemukan kemungkinan jawaban dalam kondisi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
membingungkan. Oleh sebab itu kemampuan berpikir tingkat tinggi
sangat
berpengaruh bagi siswa agar siswa dapat berlatih mengembangkan
pola pikir
siswa.
Untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam mencapai
tujuan yang
ditetapkan maka HOTS ini dikembangkan melalui metode Taksonomi
kognitif
Bloom dan revisi Taksonomi Bloom oleh Anderson dan
Krathwohl.
Taksonomi bloom sendiri merupakan pengelompkan atau klasifikasi
benda
berdasarkan cirri-ciri tertentu. Taksonomi sendiri digolongkan
dalam tiga
domain yang menunjang keutuhan pemahaman dan kedirian anak
didik, yakni
: (1) domain kognitif (cognitive domain) ; (2) domain afektif
(affective
domain) ; (3) domain psikomotorik. Domain tersebut harus menjadi
sasaran
dalam menjalankan praktik pembelajaran agar anak dapat
mengeluarkan
potensinya secara maksimal. Taksonomi bloom juga terdiri dari
berbagai
tingkatan atau level mulai dari jenjang rendah hingga jenjang
yang tinggi.
Level tersebut yakmi ; (C-1) Pengetahuan (Knowledge) ; (C-2)
Pemahaman
(Comprehension) ; (C-3) Penerapan (Application) ; (C-4) Analisis
(Analysis) ;
(C-5) Sintesis (Synthesis) ; (C-6) Evaluasi (Evaluation).
Selain memperhatikan pola pikir siswa, untuk mencapai tahap
kemampuan
berpikir tingkat tinggi guru juga harus mengetahui sifat dan
karakter siswa.
Hal tersebut bertujuan agar guru dapat memberikan pembelajaran
dan binaan
yang tepat untuk siswa. Apa lagi untuk perkembangan siswa
Sekolah Dasar
Untuk menciptakan pemebelajaran efektif seperti yang termuat
dalam
taksonomi bloom maka guru harus melakukan perencanaan yang
tersususn
dengan baik. Cara yang harus dilakukan yaitu dengan menyusun
Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum melakukan proses kegiatan
belajar
mengajar. Tujuannya adalah agar kata kerja yang termuat dalam
taksonomi
bloom dapat tercapai dengan baik.
Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat
kegiatan
dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah
yang antisipatif
guna memperkecil kesenjangan yang terjadi, sehingga kegiatan
tersebut
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sementara itu,
pembelajaran adalah
kegiatan mengajar yang bukan sekedar menyampaikan materi
pembelajaran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
melainkan juga sebagai proses belajar-mengajar siswa dijadikan
sebagai pusat
dari kegiatan. Hal ini dimaksud untuk membentuk watak,
peradaban, dan
meningkatkan mutu kehidupan siswa. Dengan kata lain, dari kedua
makna
kata, baik makna kata perencanaan maupun makna kata
pembelajaran, maka
dapat kita pahami bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu
cara yang
memuaskan disertai dengan langkah-langkah antisipatif untuk
untuk membuat
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Sehingga dapat
membentuk watak,
peradaban dan meningkatkan mutu kehidupan siswa Uno (dalam
Prastowo,
2015). Penyususnan RPP dilakukan dengan tujuan agar dapat
membentuk pola
pikir siswa sesuai dengen tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu
pembuatan RPP
harus disusun secara perinci agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
Perlunya perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat
dicapai
perbaikan pembelajaran. Menurut Callahn & Clark (dalam
Prastowo: 2015)
bahwa perencanaan pembelajaran memiliki kedudukan yang esensial
dalam
pembelajaran yang efektif, karena akan membuat disiplin kerja
yang baik,
suasana yang lebih menarik, dan pembelajaran yang
diorganisasikan secara
baik, relevan, dan akurat. Oleh sebab itu guru harus memiliki
kemampuan
untuk menyusun RPP dengan baik, bukan hanya sekedar pada
tahap
menghafal saja melainkan dapat membentuk siswa menjadi lebih
kreatif dan
berpikir kritis. Selain itu guru juga harus membuat siswa
memahami materi
yang diberikan bukan hanya menerima saja. Langkah-langkah yang
terdapat di
dalam RPP harus di deskripsikan secara jelas sehingga tujuan
yang ada dalam
setiap pembelajaran dapat tercapai dan dapat membentuk siswa
menjadi lebih
kritis.
Pada dasarnya kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa
penting
dibentuk sejak dini mengingat sumber daya manusia yang semakin
meningkat.
Sehingga lembaga pendidikan harus semakin giat dalam
pembelajaran yang
lebih berkualitas. Tidak hanya menerapkan kemampuan menghafal
pada siswa
karena dengan menghafal saja belum tentu siswa mengerti tentang
materi
pembelajaran yang disampaikan. Selain itu siswa juga tidak
terbiasa untuk
dapat berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut dapat berakibat
fatal bagi
perkembangan siswa karena siswa tidak memiliki pemikiran yang
kritis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
keinginan untuk menjadi lebih maju. Maka dari itu, pemerintah
harus lebih
memperhatikan peningkatan mutu pendidikan agar dapat membentuk
generasi
bangsa yang lebih baik dan mampu bersaing dalam era persaingan
global.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan demikian penelitian
ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi dunia pendidikan
agar tidak
selalu menggunakan kemampuan menghafal saja dalam kegiatan
pembelajaran. Seorang pendidik juga harus mampu
mengembangkan
kemampuan kognitif lainnya agar dapat membentuk siswa menjadi
lebih aktif
dan kreatif. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan
diatas maka
peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul
“ANALISIS
KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA
PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS III (STUDI KASUS PADA
SALAH SATU SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA).
Peneliti menyamarkan nama sekolah tempat penelitian dengan
tujuan agar
pihak sekolah tidak merasa dirugikan dengan penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
Berikut ini merupakan beberapa rumusan masalah dari peneliti
:
1. Sejauh mana implementasi keterampilan berpikir tingkat tinggi
pada
desain Rencana Perlaksanaan Pembelajaran di salah satu Sekolah
Dasar
swasta di Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta?
2. Sejauh mana implementasi keterampilan berpikir tingkat tinggi
pada
kegiatan pembelajaran di salah satu Sekolah Dasar swasta di
Kecamatan
Ngaglik, Sleman, Yogyakarta?
3. Sejauh mana implementasi keterampilan berpikir tingkat tinggi
pada
penilaian kelas (assessment) di salah satu Sekolah Dasar swasta
di
Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
C. Tujuan Penelitian
Peneliti merumuskan tujuan penelitiannya adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mendeskripsikan sejauh mana Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP) di salah satu sekolah dasar di Kecamatan, Ngaglik,
Sleman,
Yogyakarta memuat indikator keterampilan berpikir tingkat
tinggi.
2. Untuk mendeskripsikan sejauh mana kegiatan pembelajaran di
salah
satu sekolah dasar di Kecamatan, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta
mengarah
pada keterampilan berpikir tingkat tinggi.
3. Untuk mendeskripsikan soal evaluasi di salah satu sekolah
dasar di
Kecamatan, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta telah menunjukkan
indikator
pengukuran keterampilan berpikir tingkat tinggi.
D. Manfaat Penelitian
Berikut ini merupakan manfaat dari penelitian :
1. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi
guru.
Khususnya dalam merancang RPP dan saat proses pembelajaran
sehingga
guru tidak hanya menerapkan keterampilan menghafal namun guru
dapat
membentuk kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.
2. Bagi Universitas
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bacaan bagi mahasiswa
khususnya
bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma untuk menjadi refrensi
pada
penelitian berikutnya.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat membantu penulis untuk
mendapatkan
informasi lebih banyak lagi mengenai kegiatan berpikir tingkat
tinggi
pada siswa Sekolah Dasar.
E. Asumsi Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa asumsi yaitu :
1. Keterampilan abad ke-21
Proses berpikir kreatif yang dapat menciptakan pembelajaran yang
lebih
kondusif guna untuk meningkatkan kemampuan berpikir yang
terdapat
dalam 4C (Communication, Collaborative, Crittical Thinking &
Problem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
Solving, Creativity) yang dapat digunakan untuk menganalisis
proses
pelaksanaan pembelajaran.
2. High Order Thinking Skills
Adalah kegiatan berpikir pada tingkat yang lebih tinggi yang
bertujuan
untuk membuat siswa dapat mencipta dan mencapai metode,
pendekatan
dan pembelajaran yang yang sudah dipelajari yang mengacu
pada
taksonomi bloom dan kata kerja operasional
3. Low Order Tinking Skill
Adalah kegiatan berpikir yang hanya meliputi mengetahui sesuatu
dan
mengingat suatu konsep dasar.
4. Kurikulum 2013
Adalah konsep belajar mengajar yang dilakukan untuk
memperoleh
pengalaman belajar pada siswa. Proses pengajaran tersebut
berpedoman
pada 4 aspek yaitu kognitif, efektif, sosial dan spiritual
5. Studi Kasus
Adalah proses untuk mencari pengetauan tentang pentingnya
kemampuan
berpikir tingkat tinggi bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu
F. Definisi Operasional
Berikut ini merupakan beberapa definisi operasional dalam
penelitian:
1.Keterampilan abad ke-21
Adalah proses berpikir kreatif yang dapat menciptakan
pembelajaran yang
lebih kondusif guna untuk meningkatkan kemampuan berpikir
yang
terdapat dalam 4C (Communication, Collaborative, Crittical
Thinking &
Problem Solving, Creativity) yang dapat digunakan untuk
menganalisis
proses pelaksanaan pembelajaran.
2.High Order Thinking Skills
Adalah kegiatan berpikir pada tingkat yang lebih tinggi yang
bertujuan
untuk membuat siswa dapat mencipta dan mencapai metode,
pendekatan
dan pembelajaran yang yang sudah dipelajari yang mengacu
pada
taksonomi bloom dan kata kerja operasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
3.Low Order Tinking Skill
Adalah kegiatan berpikir yang hanya meliputi mengetahui sesuatu
dan
mengingat suatu konsep dasar.
4.Kurikulum 2013
Adalah konsep belajar mengajar yang dilakukan untuk
memperoleh
pengalaman belajar pada siswa. Proses pengajaran tersebut
berpedoman
pada 4 aspek yaitu kognitif, efektif, sosial dan spiritual.
5.Studi Kasus
Adalah proses untuk mencari pengetauan tentang pentingnya
kemampuan
berpikir tingkat tinggi bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini terdapat uraian yang berisi landasan teori,
penelitian yang
relevan dan kerangka berpikir
A. Kajian Pustaka
Di dalam bagian ini, peneliti menulis mengenai teori yang
mendukung yang
terkait dalam penelitian, kemudian peneliti akan menyimpulkan
dari setiap
teori yang sudah dituliskan. Teori tersebut berupa (1) Berpikir
Tingkat Tinggi
(2) Kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking
Skill), (3)
Berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking Skill), dan
Kurikulum 2013..
1. Teori-teori yang Mendukung
a. Keterampilan abad ke-21
1. Pengertian Keterampilan abad ke-21
Dengan berkembangnya kemajuan teknologi pada era globalisasi
seseorang harus menguasai berbagai keterampilan. Sehingga
pendidikan
diharapkan untuk membentuk siswa untuk memiliki kemampuan
berpikir
tingkat tinggi. Berdasarkan dimensi pendidikan pada abad ke-21
output student
profil yang diharapkan yaitu kemampuan 4C (Critical thinking and
problem
solving, collaborative, creativity, dan communication).
Kemampuan berpikir
kritis sebagai cara berpikir rasional dan reflektif dalam
membuat keputusan
tentang hal yang harus dipercayai atau dilakukan. Rasional
berarti mempunyai
keyakinan dan pandangan yang disertai oleh bukti yang standar,
aktual, cukup
dan relevan; refelktif berarti harus mempertimbangkan secara
aktif, hati-hati
dan tekun segala alternatif solusi pemecahan masalah sebelum
mengambil
keputusan Dewey ( dalam Susilowati, 2017;224).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mencangkup 4C
(Critical
thinking and problem solving, collaborative, creativity, dan
communication)
merupakan fundamental pada pembelajaran abad ke-21. Kemampuan
berpikir
kritis (Critical Thinking and Problem Solving) mencakup
kemampuan
mengakses, menganalisis, mensistematis informasi yang dapat
dibelajarkan,
dilatihkan dan dikuasai mensitesis informasi yang dapat
dibelajarkan, dilatikan
dan dikuasai Redecker (dalam Zubaidah 2016) . Keterampilan
berpikir kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
juga menggambarkan keterampilan lainnya seperti keterampilan
komunikasi
dan informasi, serta kemampuan untuk memeriksa, menganalisis,
menafsirkan
dan mengevaluasi bukti. Sedangkan kemampuan menyelesaikan
masalah
mencangkup keterampilan lain seperti identifikasi dan kemampuan
mencari,
memilih, mengevaluasi, mengorganisir, dan mempertimbangkan
berbagai
alternatif dan menafsirkan informasi. Kolaborasi (Collaborative)
kemampuan
berkolaborasi dapat dikembangkan melalui pengalaman yang ada di
sekolah,
antar sekolah dan di luar sekolah (P21, 2007a). Komunikasi
(Communication)
Kemampuan komunikasi mencangkup keterampilan menyampaikan
pemikiran
dengan jelas dan persuasive secara oral maupun tertulis,
kemampuan
menyampaikan opini dengan kalimat yang jelas, menyampaikan
perintah
dengan jelas dan dapat memotivasi orang lain melalui kemampuan
berbicara.
Kreativitas (Creativity) adalah kemampuan untuk
mengembangkan,
melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada orang
lain.
Kreativitas dan inovasi akan semakin berkembang jika siswa
memiliki
kesempatan untuk berpikir devergen. Siswa harus dipicu untuk
berpikir diluar
kebiasaan yang ada, melibatkan cara berpikir baru, memperoleh
kesempatan
untuk menyampaikan ide-ide dan solusi baru, mengajukan
pertanyaan yang
tidak lazim, dan mencoba mengajukan jawaban ( dalam Zubaidah,
2016;3-4).
Berdasarkan cara pandang dari 4C dapat dilihat bahwa seluruh
konsep
yang terdapat di dalamnya sangat penting bagi perkembangan cara
berpikir
siswa mulai dari taap berpikir tingkat rendah hingga mencapai
tahap berpikir
tingkat tinggi. Karena pada dasarnya keterampilan berpikir
tingkat tinggi akan
semakin diperlukan guna untuk membentuk generasi yang lebih
kreatif dan
dapat berpikir kritis mengenai keadaan di lingkungan sekitar.
Setiap siswa
harus mampu menganalisis semua informasi yang di dapatkan
sehingga
informasi tersebut dapat dipertanggung jawabkan ketika
disampaikan kepada
orang lain.
Berpikir tingkat tinggi adalah (1) berpikir tingkat tinggi
berada pada
bagian atas taksonomi kognitif bloom, (2) tujuan pengajaran
dibalik tksonomi
kognitif yang dapat membekali peserta didik untuk melakukan
transfer
pengetahuan, (3) mampu berpikir artinya peserta didik mampu
menerapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
pengetahuan dan keterampilan yang mereka kembangkan selama
belajar pada
konteks yang baru. Dalam hal ini yang dimaksud ”baru” adalah
aplikasi konsep
yang belum terpikirkan sebelumnya oleh peserta didik, namun
konsep tersebut
sudah diajarkan, ini berarti belum tentu suatu yang universal
baru. Berpikir
tingkat tinggi berarti kemampuan peserta didik untuk
mengubungkan
pembelajaran dengan hal-hal lain yang belum pernah diajarkan.
Brookart
(2010, p.5).
Menurut Gunawan (dalam Novirin, 2014) mengatakan bahwa
berpikir
tingkat tinggi adalah proses berpikir yang mengharuskan peserta
didik untuk
memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang
memberi mereka
pengertian dalam implikasi baru. Sedangkan menurut Heong dkk
(dalam
Novianti, 2014:4) Kemampuan berpikir tingkat tinggi di
definisikan sebagai
pengggunaan pikiran secara luas untuk menemukan tantangan
baru.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini menghendaki seseorang
untuk
menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan
memanipulasi
informasi untuk menjangkau kemaungkinan jawaban dalam situasi
yang baru
(Wiwin, 2018;45).
Berdasarkan pernyataan beberapa ahli yang telah disebutkan di
atas maka
dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi
merupakan
keterampilan yang bukan hanya sebatas mengafal namun siswa harus
memiliki
kemampuan kognitif lainnya seperti menyimpulkan dan
memanipulasi
informasi yang didapatkan untuk disapaikan kepada orang lain
namun dapat
dipertanggung jawabkan. Selain itu berpikir tingkat tinggi juga
merupakan
keterampilan yang sangat dibutukan untuk membantu siswa berpikir
kritis dan
kreatif.
b. High Order Thinking Skill
1. Pengertian High Order Thinking Skill
High Order Tinking Skill merupakan suatu proses berpikir anak
didik
dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari
berbagai
konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti
metode
Problem Solving Krulik dan Rudnick (1998), taksonomi Bloom
(1956), dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian dari Anderson
dan
Kratwohl (2001) (Saputra, 2016:91)
Characteristics of higher-order tinking skills: higher-order
thinking skills
encompass both chritical thinking and creative thinking.
Artinya, karakteristik
keterampilan berpikir tingkat tinggi mencakup berpikir kritis
dan berpikir
kreatif. Berpikir kritis dan kreatif merupakan dua kemampuan
manusia yang
sangat mendasar karena keduannya dapat mendorong seseorang
untuk
senentiasa memandang setiap permasalahan yang dihadapi secara
kritis serta
mencoba mencari jawabannya secara kreatif sehingga diperoleh
suatu hal baru
yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupannya Coklin (dalam
Budiman,
2014;141).
HOTS (High Order Thinking Skill) atau kemampuan berpikir tingkat
tinggi
adalah proses berpikir yang mengharuskan siswa untuk
memanipulasi
informasi yang ada dengan ide-ide dengan cara tertentu yang
memberikan
mereka pengertian dan implikasi baru. Misalnya, ketika siswa
menggabungkan fakta dan ide dalam proses mensitesis, melakukan
hipotesis
dan analisis, hingga siswa sampai pada suatu kesimpulan.
Selanjutnya Rosnawati (2013:3) menjelaskan kemampuan berpikir
tingkat
tinggi dapat terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi yang
baru diterima
dengan informasi yang sudah tersimpan dalam ingatannya
kemudian
menghubung-hubungkannya dan atau menata ulang serta
mengembangkan
informasi tersebut sehingga tercapai suatu tujuan ataupun suatu
penyelesaian
dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan (Lailly, 2015;28).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang disebutkan di
atas
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah
kemampuan
yang dimiliki siswa bukan hanya sebatas kemampuan menghafal
melainkan
mencapai pada kemampuan kognitif yang dapat mendorong siswa
untuk
berpikir kritis dan kreatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
2. Indikator Pengukur Higher Order Thinking Skills Menurut
Revisi
Taksonomi Bloom
Menurut Krathwohl (2002) dalam A revision of Bloom’s Taxonomy :
an
overview – Theory Into Practice menyatakan bahwa indikator
untuk
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi
Gambar 2.1 Piramida Tingkatan Taksonomi Bloom
(1) Menganalisis (Analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari
keterkaitan
dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana
keterkaitan
tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan
menganasilis
merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan
pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran
menuntut
siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan
terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering
kali
cenderung lebih penting dari pada dimensi proses kognitif yang
lain
seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran
sebagian
besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan
pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi
pendukung.
Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi
atribut
(attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi
atribut
akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan
kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi
permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada
informasi-informasi
asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan.
Mengorganisasikan menunjukan identifikasi unsur-unsur hasil
komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana
unsur-unsur
ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan
memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan
koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal
pertama
yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur
yang
paling penting dan relevan dengan permasalahan kemudian
melanjutkan
dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang
telah
diberikan.
(2) Mengevaluasi (Evaluate)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan
penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang
biasanya
digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, konsistensi.
Kriteria
atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa.
Standar ini
dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat
ditentukan sendiri
oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan
penilaian
merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir semua dimensi
proses
kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian
yang
dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah
pada
standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau
kriteria
yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan
dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur
yang
digunakan maka yang dilakukan siswa merupakan kegiatan
evaluasi.
Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi
(critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal
yang
tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk.
Jika
dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan
mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada
penetapan
sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi
mengarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada
kriteria dan
standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir
kritis.
Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan
positif dari
suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar
ini.
(3) Mencipta (Create)
Mencipta mengarah pada proses kognitif meletakan unsur-unsur
secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren
dan
mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru
dengan
mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola
yang
berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat
dengan
pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun
menciptakan mengarahkan pada proses berpikir kreatif namun
tidak
secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk
menciptakan.
Menciptakan disini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan
dan
menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa.
Perbedaan
menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah
pada
dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis
siswa
bekerja dengan informasi yang sudah dikenali sebelumnya,
sedangkan
pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan suatu yang
baru.
Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan
memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan
kegiatan
merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif
hipotesis
yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan
berpikir
divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif.
Memproduksi
mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan
yang
diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi
pengetahuan
yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakologis
(Gunawan&Palupi, 2015;105-108).
3. Konseptual HOTS (Higher Order Thinking Skill)
Menurut Saputra ( Dinni, 2018) Tujuan utama dari HOTS adalah
bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir anak didik pada level
yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
lebih tinggi, terutama yang berkaitan kemampuan untuk berpikir
secara
kritis dalam menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif
dalam
memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang
dimiliki
serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang kompleks.
Konsep
HOTS ini dikembangkan dari metode problem solving Krulik dan
Rudnick, taksonomi kognitif Bloom, dan revisi taksonomi Bloom
oleh
Anderson dan Krathwohl.
Apa yang dimaksud dengan Problem Solving sendiri adalah
sebuah
proses di mana seseorang menggunakan berbagai informasi dan
pengetahuan yang dimilikinya untuk kemudian diolah dalam satu
situasi
yang belum dialami sebelumnya atau untuk menyelesaikan persoalan
yang
baru dan berbeda.
Mengutip Krulik dan Rudnick (1998:3):
Promblem solving is process. It is the means by which an
individual
uses previously acquired knowledge, skills, understanding to
satisfy the
demands of an unfamiliar situation. The process begins with the
inital
confrontation and concludes when an answer has been obtained
and
consideres with regard to the initial conditions. Thr student
must
synthesize what he or she has learned, and apply it to the new
and
different situation.
Pola pemecahan masalah (Problem solving) tersebut dijabarkan
oleh
Krulik dan Rudnick (1998:19-27) dalam langkah-langkah berikut
yang
bisa diajarkan pada anak didik dalam pembelajaran, yaitu:
a. Read (baca); membaca persoalan ini membuat tindakan-tindakan
seperti
memperjelas situasi dan membayangkan tindakan yang akan
dilakukan,
menjelaskan masalah dengan kalimat sendiri, memahami apa
yang
ditanyakan dan menjadi persoalan, memahami kunci persoalan
dan
informasi yang berkaitan dengannya.
b. Explore (kembangkan); yakni tindakan menata informasi dan
menganalisis serta membuat sintesa atau informasi yang
terkandung
dalam masalah yang sudah dibaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
c. Select a strategy (memilih strategi); yakni mengenali pola,
membuat
perkiraan berdasarkan informasi dan melakukan uji coba
penyelesaian,
mereduksi masalah dan berlatih memecahkannya, merumuskan
logika
secara deduktif, serta membagi dan menguasai masalah
berdasarkan
strategi yang sudah dipilih dan diuji pada masalah yang lebih
sempit.
d. Solve (pemecahan); yakni menyelesaikan masalah berdasarkan
analisis
data informasi yang sudah dilakukan dan strategi yang sudah
ditetapkan.
Langkah ini juga bisa memuat penggunaan matematika atau
perhitungan
seperti keterampilan komputasional, geometri, serta logika
dasar.
e. Look back and extend (memeriksa kembali dan meluaskan);
perlu
diingat bahwa suatu jawaban bukanlah sebuah solusi (the answer
is not
the solution. Soluasi adalah sebuah proses di mana suatu
jawaban
didapatkan. Kerena itu, jawaban tersebut harus diperiksa kembali
untuk
kemudian dikembangkan pada kasus yang serupa dalam skala yang
lebih
besar atau konteks yang berbeda. Langkah-langkah pemecahan
masalah
di atas merupakan gambaran bagaimana guru mengajarkan pada
anak
didik untuk berpikir secara kritis dan kreatif (critical and
creative
thinking)sebagai lanjutan atas pemahaman terhadap materi
pelajaran
(informasi dan pengetahuan) baik ysng bersifat recall
(pengulangan)
atau basic (mendasar atau kemampuan memahami dan
mengaplikasikan
pengetahuan).
c. Low Order Thinking Skill
1. Pengertian Low Order Thinking Skill
Kemampuan berpikir tingkat renda (LOTS) didefinisikan
sebagai
kemampuan dalam mnegetahui dan mengingat sesuatu konsep dasar
Zoller
(dalam Sutrisno dkk, 2018). LOTS (Low Order Tinking Skill)
adalah
keterampilan berpikir yang hanya menuntut seseorang untuk
mengingat,
memaami, dan mengaplikasikan sesuatu rumus atau hukum Thomas
& Thome
(dalam Gunawan, 2008).
Bloom (dalam Anderson dan Krathwohl, 2010) mengungkapkan
bahwa
kemampuan berpikir rendah umumnya hanya difokuskan pada
kemampuan
mengingat informasi, mengumpulkan informasi, menjelaskan ulang
informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
dengan kata-kata sendiri (Susanti, 2014). Berdasarkan pengertian
beberapa ahli
yang sudah disebutkan di atas penulis menyimpulkan bahwa
kemampuan
berpikir tingkat rendah merupakan kemampuan berpikir yang hanya
melibatkan
kemampuan mengingat, mengumpulkan,dan mengulang informasi yang
sudah
didapatkan.
2. Indikator Low Order Thinking Skill
Gambar 2.2 Piramida Tingkatan Taksonomi Bloom
Berdasarkan revisi taksonomi Bloom yang termasuk dalam
kategori
kemampuan berpikir tingkat rendah atau Low Order Tinking Skill
adalah pada
tingkatan mengingat (Remembering), memahami (Understanding),
dan
menerapkan (applying). Berikut ini merupakan uraian mengenai
kategori Low
Order Thinking Skill:
(1) Mengingat (Remember)
Mengingat merupakan usaha untuk mendapatkan kembali
pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik
yang
baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan.
Mengingat
merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses
pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masala
(problem
solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan
berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
permasalahan yauh lebih kompleks. Mengingat meliputi
mengenali
(recognition) dan memanggil kembali (recalling). Menggali
berkaitan
dengan mengetetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan
dengan
hal-hal yang konret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan
usia,
sedangkan memangil kembali (recalling) adalah proses kognitif
yang
membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.
(2) Memahami (Understand)
Memahami atau mengerti berkaitan dengan membangun sebuah
pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan
komunikasi.
Memahami atau mengerti berkaitan dengan aktivitas
mengklasifikasikan
(classification) dan membandingkan (comparing).
Mengklasifikasikan
akan muncul ketika seorang siswa berusaha menggali pengetahuan
yang
merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertuntu.
Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi
yang
spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.
Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan
perbedaan
dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau
situasi.
Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan
satu
persatu ciri-ciri dari obyek yang dibandingkan.
(3) Menerapkan (Apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan
atau
menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan
dimensi
pengetahuan procedural (procedural knowledge). Menerapkan
meliputi
kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan
mengimplementasikan
(implementing).
Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam
menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan dimana
siswa
sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan
dengan
pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa
tidak
mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan dalam
menyelesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi
dari
prosedur baku yang sudah ditetapkan.
Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan
menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau
masih
asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini maka siswa
perlu
mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu kemudian
baru
menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
Mengimplementasikan berkatan erat dengan dimensi proses
kognitif
yang lain yaitu mngerti dan menciptakan.
Menerapkan merupakan proses kontinu, dimulai dari siswa
menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur
baku/standar
yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga
siswa
benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah,
kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan
baru
yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal
dengan
baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tetap
untuk
menyelasaikan permasalahan (Gunawan&Palupi,
2015;105-108).
d. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Menurut pandangan Sani (dalam Prastowo, 2015) Kurikulum 2013
ini
merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan untuk menghasilkan
lulusan
yang kreatif dan mampu menghadapi kehidupan di masa yang akan
datang. Hal
tersebut juga diungkapkan oleh Abdul Madjid (dalam Prastowo,
2015)
Pengembangan Kurikulum 2013 adalah bagian dari strategi
meningkatkan
capaian pendidikan. Kurikulum menurut undang-undang Nomor 20
Tahun
2003 pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan
tertentu (Morelent & Syofiani, 2015). Berdasarkan beberapa
pendapat ahli
yang sudah di sebutkan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa
kurikulum
2013 adalah pengembangan kurikulum yang dilakukan untuk
mengupayakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
peningkatan mutu dalam pendidikan guna untuk membentuk lulusan
yang
kreatif dan mampu mengadapi perkembangan dimasa yang akan
datang.
2. Kerangka Dasar Kurikulum 2013
Kerangka dasar kurikulum berisi landasan filosofis,
psikopedagogis dan
yuridis sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Kerangka
dasar kurikulum
digunakan sebagai acuan dalam pengembangan struktur kurikulum
pada tingkat
nasional sebagai acuan dalam pengembangan struktur kurikulum
pada tingkat
nasional sebagai acuan pengembangan muatan lokal pada tingkat
daerah, dan
sebagai pedoman dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan.
1. Landasan Filosofis
a. Filosofis pendidikan berbasis nilai-nilai luhur, nilai
akademik, kebutuhan
peserta didik, dan masyarakat.
b. Kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi.
2. Landasan Psikopedagogis
a. Relevansi
b. Kurikulum berbasis kompetensi
c. Proses pembelajaran yang berisi aktivitas belajar, output,
dan outcomes.
d. Penilaian yang autentik (input, proses, dan output) dan
sesuai dengan 3
ranah kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan)
3. Landasan Yuridis
a. Undang-undang Disdiknas, PP32, dan Permendikbud.
b. RPJMN 2010-2014 Sektor pendidikan tentang perubahan
metodelogi
pembelajaran dan penataan kurikulum.
c. Inpres No 1 tahun 2010 tentang percepatan pelaksanaan
prioritas
Pembangunan Nasional: penyempurnaan kurikulum dan metode
pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk
membentuk
daya saing karakter bangsa.
e. Komponen dalam kurikulum 2013
a. Standar isi (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Salah satu komponen penting yang terdapat dalam kurikulum 2013
adalah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Uno (dalam Prastowo,
2015)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
mengungkapkan bahwa perencanaan adalah suatu cara yang
memuaskan
untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai
dengan berbagai
langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang
terjadi, sehingga
kegiatan tersebut mencapai tujuan hyang telah ditetapkan.
Sementara itu,
pembelajaran adalah kegiatan mengajar yang bukan sekedar
menyampaikan
materi pembelajaran, melainkan juga sebagai proses mengatur
lingkungan
supaya siswa belajar. Dengan kata lain, dalam proses belajar
mengajar siswa
dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini dimaksud untuk
membentuk
watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan siswa. Dengan
kata
lain, dari kedua makna kata perencanaan maupun makna kata
pembelajaran,
maka dapat kita pahami bahwa perencanaan pembelajaran adalah
suatu cara
yang memuaskan disertai dengan langkah-langkah antisipatif untuk
membuat
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat
membentuk watak,
peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan siswa.
Sementara menurut Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013
tentang
perubahan atas peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar
Nasional Pendidikan pasal 20 dijelaskan, bahwa ”Perencanaan
pembelajaran
adalah penyususnan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap
muatan
pembelajaran” (Prastowo,2015)
2. Komponen RPP
Menurut Permendikbud RI No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
dan
Permendikbud RI No. 81a Tahun 2013 komponen yang terdapat dalam
RPP
yakni sebagai berikut:
a. Identitas RPP
Identitas RPP ini menyajikan tentang data informasi nama
sekolah,
Tema/Subtema, Kelas/Semester, materi pokok, dan alokasi
waktu.
b. Kompetensi inti
Kompetensi inti merupakan gambaran secara kategorial
mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetauan, dan keterampilan yang
harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan
mata pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
c. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi dasar merupakan kemampuan spesifik yang mencakup
sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata
pelajaran.
Sedangkan indikator, merupakan tujuan pembelajaran yang
diharapkan dapat
dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran
tertentu.
d. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran memuat penguasaan kompetensi yang
bersifat
operasional yang ditargetkan /dicapai dalam RPP.
e. Materi Pembelajaran
Merupakan materi yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran .
f. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
melaksanakan
strategi pembelajaran
g. Alat dan Sumber Pembelajaran
Media pembelajaran berupa alat yang digunakan untuk
menyampaikan
materi pembelajaran.
h. Langkah-langkah pembelajaran
Langkah pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti,
dan
kegiatan penutup. Masing-masing disertai alokasi waktu yang
dibutuhkan.
i. Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
ketercapaian
suatu kompetensi dasar pembelajaran.
j. Penilaian
Penilaian pencapaian KD dilakukan berdasarkan indikator.
Penilaian
dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes.
k. Pengesahan
Pada bagian pengesahan menyajikan tanda tangan dari pihak
yang
bertanggung jawab terhadap penyusunan RPP.
b. Standar Proses Pembelajaran Kurikulum 2013
1. Pradikma proses dalam pembelajaran abad ke-21
Dengan berjalannya waktu perkembangan jaman semakin luas dan
sumber
daya manusia yang berkualitas akan semakin diperlukan. Untuk
membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
generasi yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi
pemerintah harus
sealalu memperbaiki sistem pendidikan. Seperti pada kehidupan di
abad ke-21
yang menuntut siswa untuk memiliki berbagai macam keterampilan.
Oleh
sebab itu pendidik harus mampu menyiapkan siswa agar mengusai
berbagai
keterampilan tersebut dan mampu bersaing di era globalisasi
ini.
Nichols (dalam Zubaidah, 2016) menyederhanakan prinsip
pembelajaran
dalam abad ke-21 menjadi empat hal berikut ini
1. Intruction Should be student-centered
Pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan yang berpusat
kepada
siswa. Siswa sebagai subjek pembelajaran yang secara aktif
mengembangkan
minat dan potensinya. Siswa tidak dituntut untuk menghafal
materi
pembelajaran yang diberikan guru, tetapi mengkontruksi
pengetahuan dan
keterampilannya.
2. Education should be collaborative
Siswa harus diajarkan untuk berkolaborasi dengan orang lain,
yang
berbeda latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Siswa perlu
didorong
untuk bisa berkolaborasi dengan teman di kelasnya dalam menggali
informasi
dan membangun makna, menghargai kekuatan dan talenta setiap
orang serta
bagaimana mengambil peran menyesuaikan diri di tempat
mereka.
3. Learning should have context
Materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
siswa
karena pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak diberi
dampak
terhadap kehidupan siswa di luar sekolah.
4. Schools should be integrated with society
Sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat
dalam
lingkungan sosialnya, dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi
warga yang
bertanggung jawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
Gambar 2.3 Empat prinsip pembelajaran abad ke-21
2. Standar Proses Pembelajaran
Standar proses merupakan salah satu dari 8 bagian Standar
Nasional
Pendidikan yang menjadi salah satu bagian terpenting dalam
proses kegiatan
belajar mengajar. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005
tantang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang
harus
dikembangkan yaitu standar proses. Standar proses adalah Standar
Nasional
Pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada
satuan
pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan yang sudah
ditetapkan.
Standar proses sendiri berisi kriteria minimal proses
pembelajaran pada
satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah Negara
Kesatuan
Republik Indonesia. Standar proses berlaku pada jenjang
pendidikan dasar dan
menengah untuk jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada
sistem
kredit semester.
Beberapa aspek yang menjadi bagian dari standar proses yaitu
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran guna
untuk
menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efesien.
Berikut ini
merupakan penjelasan dari isi standar proses :
a. Perencanaan Proses Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
Perancanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan RPP yang
dapat
digunakan untuk mendorong guru agar lebih siap dalam melakukan
kegiatan
pembelajaran dengan perencanaan yang matang.
b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pelaksanaan proses pembelajaran adalah implementasi dari
RPP.
Pelaksanaan proses pembelajaran sendiri terdiri dari kegiatan
pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
c. Penilaian Hasil Pembelajaran
Peniliaian hasil pembelajaran dilakukan oleh guru terhadap
hasil
pembelajaran guna untuk mengukur tingkat pencapaian pada peserta
didik dan
digunakan untuk bahan penyusunan laporan hasil belajar serta
memperbaiki
proses kegiatan pembelajaran. Penilaian yang dilakukan harus
konsisten,
sistematik, dan terprogram baik menggunakan tes maupun non tes.
Penilaian
yang digunakan harus berdasarkan pada standar penilaian
pendidikan dan
panduan penilaian kelompok mata pelajaran.
d. Pengawasan Prosen Pembelajaran
Terdapat beberapa langkah dalam pengawasan proses pembelajaran
yaitu:
1) Pemantuan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap
perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan
dilakukan dengan
cara diskusi kelompok terfokus,pengamatan, pencatatan,
perekaman,
wawancara dan dokumentasi.
2) Supervisi
Supervisi merupakan proses pembelajaran yang dilakukan pada
tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
Supervisi
pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh,
diskusi,
pelatihan, dan konsultsi. Kegiatan ini dilakukan oleh kepala dan
pengawas
satuan pendidikan.
3) Evaluasi
Evaluasi merupakan proses pembelajaran yang dilakukan untuk
menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup
tahap
perencanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil
pembelajaran. Evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara membandingkan
proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses
kemudian
diidentifikasi dalam proses pembelajaran sesuai dengan
kompetensei guru.
Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja
guru
dalam proses pembelajaran.
4) Pelaporan
Pelaporan merupakan hasil kegiatan pemantauan, supervise, dan
evaluasi
proses pemeblejaran dilaporkan pada pemangku kepentingan.
5) Tindak Lanjut
Proses tindak lanjut merupakan penguatan dan penghargaan
diberikan
kepada guru yang telah memenuhi standar. Serta teguran yang
mendidik
diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar kemudian guru
akan
diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan lebih lanjut.
c. Standar Penilaian ( Pelaksanaan Penilaian Kelas )
1. Pengertian Penilaian
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (Wijaya,
2019).
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
belajar peserta
didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan
sehingga
menjadi informasi bermakna dalam pengambilan keputusan
(Wijayani, 2006).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
penilaian
merupakan kegiatan untuk mengukur hasil belajar peserta didik
yang
dilakukan melalui proses pembelajaran.
2. Pendekatan Penilaian
Berdasarkan panduan penilaian yang diterbitkan oleh
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, penilaian dalam kurikulum 2013 bukan
sebatas
mengukur hasil belajar peserta didik. Penilaian seharusnya
mampu
meningkatkan kopetensi peserta didik dalam proses pembelajaran.
Oleh krena
itu, penilaian dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu
:
1. Penilaian atas pembelajaran (assessment of learning) adalah
penilaian yang
dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Penilaian ini
digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
mengukur capaian peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran. Yang
termasuk dalam assessment of learning yaitu Penilaian Tengah
Semester
(PTS), Penilaian Akhir Semester (PAS), Penilaian Akhir Tahun
(PAT), Ujian
Sekolah Berstandar Naional (UNBK), serta Ujian Nasional
(UN).
2. Penilauan untuk pembelajaran (assessment for learning)
dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung. Assessment of learning
dijadikan sebagai
dasar untuk melakukan perbaikan pembelajaran.
3. Penilaian sebagai pembelajaran (Assesment as learning)
merupakan penilaian
yang juga dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Penilaian ini
melibatkan peserta didik aktif dalam kegiatan penilaian. Adapun
yang
termasuk dalam assessment as learning yaitu penilaian diri dan
penilaian antar
teman. Pada penilaian ini, peserta didik diberi kesempatan untuk
menilai
dirinya sendiri sekaligus menilai temannya secara jujur.
3. Prinsip Penilaian
Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
23
Tahun 2016 adapun prinsip-prinsip dalam penilaian sebagai
berikut :
1. Sahih (Valid)
Penilaian hasil belajar didasarkan pada data yang
mencerminkan
kompetensi yang dapat diukur.
2. Objektif
Penilaian hasil belajar didasarkan pada prosedur dan kriteria
yang jelas
serta tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilaian.
3. Adil
Penilaian hasil belajar tidak menguntungkan atau merugikan
peserta didik
dengan kebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama,
suku budaya,
adat istiadat, status sosial ekonimi, dan gender.
4. Terpadu
Penilaian hasil belajar merupakan salah satu komponen yang
tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka
Prosedur, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat
diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
6. Menyeluruh dan Berkeseimbangan
Penilaian hasil belajar mencakup semua aspek kompetensi
dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai untuk mamantau
dan
menilai perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis
Penilaian hasil belajar dilakukan secara terencana dan bertahap
dengan
mengikuti langkah-langkah buku.
8. Memiliki Acuan Kriteria
Penilaian hasil belajar didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi
yang ditetapkan.
9. Akuntabel
Penilaian hasil belajar dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segi
mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya. (Wijayani,
2006)
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini merupakan penelitian yang releven terkait dengan
penelitian ini:
1. Pengembangan Paket Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Matematika Berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom Pada Siswa
Kelas
V SD (Rofiyah ,2015)
Dalam penelitian ini penulis menuliskan permasalahan yang
terjadi
di sekolah yaitu Munculnya sikap kebencian terhadap
pelajaran
matematika di Sekolah Dasar, karena matematika dianggap
sebagai
ilmu yang membosankan yang hanya merupakan kumpulan angka-
angka dan rumus yang tidak diterapkan dalam kehidupan sehari
–hari.
Kemudian peneliti menggunakan Jenis Penelitian penelitian
pengembangan, untuk subejknya sendiri yang digunakan
peneliti
adalah siswa kelas V SDN JEMBER. Hasil dari penelitian ini
adalah
Penelitian ini menggunakan pengembangan model 4D yang
dikembangkan oleh Thiagarajan.
2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam
Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Peserta Didik Sekolah Dasar Melalui
Model
Pembelajaran Treffinger (Annuuru, Johan, Ali,2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
Dalam penelitian ini peneliti menuliskan permasalahan yang
muncul disekolah yaitu peserta didik belum diajarkan
kemampuan
berpikir tingkat tinggi, melainkan sebatas kemampuan tingkat
rendah
saja yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.
Sedangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang terdiri
dari
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta tidak diajarkan
secara
intensif. Kondisi ini juga berlaku pada SD yang belum
mengajarkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi secara intensif. Peserta
didik
kesulitan untuk memahami materi yang disampaikan pendidik
dan
kesulitan dalam mengerjakan soal yang berkaitan dengan
materi
tersebut. Peserta didik belum terampil dalam mengontruksi
pengetahuan mereka sendiri dan hanya menunggu materi yang
disampaikan pendidik tanpa menemukan sendiri konsep
pembelajaran.
Kemudian untuk penelitian ini peneliti menggunakan
penelitian
kualitatif.
3. Penerapan model problem solving dalam meningkatkan
kemampuan
hot (higher order thinking) siswa sdn banyu landas
(Uyaniv,2016)
Dalam penelitian ini peneliti menuliskan permasalahan yang
muncul di sekolah yaitu Pelajaran yang diajarkan di kelas VI
adalah
pelajaran yang pernah diterima siswa sejak kelas I hingga kelas
v,
maka di kelas VI siswa hanya perlu mempertajam dan
meningkatkan
pemahaman konsep saja. Kenyataannya di SDN Banyu Landas,
kurang
berhasilnya kegiatan pembelajaran terutama di kelas III, IV dan
V
menyebabkan siswa di kelas VI terkesan harus mempelajari
segala
sesuatu dari dasar mulai dari awal lagi. Fenomena ini terjadi
karena
saat duduk di kelas III, IV dan V si