Top Banner
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI PROVINSI DKI JAKARTA ABDUL JAMALUDIN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
87

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

Mar 10, 2019

Download

Documents

LêAnh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH

BERBASIS KOMUNITAS DI PROVINSI DKI JAKARTA

ABDUL JAMALUDIN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah
Page 3: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Kelayakan

Usaha Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Di Provinsi DKI Jakarta (Studi

kasus: Bank Sampah Mapess Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan

Jakarta Utara)” adalah benar karya sendiri dan dengan arahan dosen. Dengan ini

saya menyatakan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2014

Abdul Jamaludin

H34104027

Page 4: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

ii

ABSTRAK

ABDUL JAMALUDIN. Analisis Kelayakan Usaha Pengelolaan Sampah Berbasis

Komunitas di Provinsi DKI Jakarta. Dibimbing oleh DWI RACHMINA.

Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu daerah dengan jumlah sampah

terbesar di Indonesia. Jumlah sampah pada tahun 2010 sebanyak 6 139.33 ton/hari

dan selalu meningkat 1.38% dalam kurun waktu Tahun 1987-2010. Penelitian ini

dilakukan untuk menganalisis pengelolan sampah berbasis komunitas di

Kelurahan Kapuk Muara Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, baik berdasarkan

analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi

lingkungan dan aspek finansial. Agar usaha ini dapat diaplikasikan, maka

digunakan dua skenario yaitu (i) investasi penuh dari program CSR Pertamina,

dan (ii) investasi alternative oleh swadaya masyarakat. Berdasarkan aspek aspek

pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi lingkungan

menunjukkan bahwa usaha pengelolaan sampah berbasis komunitas layak untuk

diusahakan. Berdasarkan analisis finansial kedua skenario layak masing-masing

pada skenario I dan II dengan nilai NPV Rp48 345 205 dan Rp130 972 376 ; IRR

10.41 dan 26.91 persen; B/C Ratio 1.22 dan 2.36 dan PBP 7.7 dan 4.85 tahun.

Kedua skenario sangat sensitif terhadap penurunan harga plastik dibandingkan

penurunan jumlah produksi plastik.

Kata kunci: aspek finansial, aspek non finansial, bank sampah, cash flow

ABSTRACT

ABDUL JAMALUDIN. Feasibility Analysis of Community-Based Waste

Management in Jakarta Province. Supervised by DWI RACHMINA.

DKI Jakarta is one of regions with the biggest amount of waste in Indonesia. The

amount of waste in 2010 was 6 139.33 tons per day and gradually increases up to

1.38% per year from 1987 to 2010. This research focus on analyze the

management of community-based waste in the Village of Kapuk Muara,

Penjaringan District, Jakarta Utara Province either based on the analysis of market

aspects, technical aspects, management aspects, and socio-economic-

environmental aspects and financial aspects. There are two scenarios were used:

(i) full investment from Pertamina CSR programs and (ii) alternative investment

by non-governmental program. Based on market aspects, technical aspects,

management aspects, and socio-economic aspects of the environment shows that

community-based waste management business is feasible. Refer to financial

analysis of both scenarios is feasible, respectively in scenario I and scenario II

with NPV Rp48 345 205 and Rp130 972 376; IRR of 10.41 and 26.91 per cent;

B / C ratio of 1.22 and 2.36 and PBP 7.7 and 4.85 years. Both scenarios are very

sensitive to deviation of price the amount of plastic compared to the production of

plastics.

Keywords: Cash flow, financial non-financial aspects, waste banks

Page 5: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH

BERBASIS KOMUNITAS DI PROVINSI DKI JAKARTA

ABDUL JAMALUDIN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

iv

Page 7: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah
Page 8: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

vi

Page 9: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan

Usaha Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Di Provinsi DKI Jakarta (Studi

kasus: Bank Sampah Mapess Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan

Jakarta Utara)”. Shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW karena perjuangan dan pengorbanan beliau dalam menyeru kepada seluruh

alam.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Dwi Rachmina, M Si selaku

dosen pembimbing, Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator pada saat

kolokium, Yusalina, M Si dan Dr Ir Anna Farianti, MS selaku dosen penguji serta

Program Studi Alih Jenis Agribisnis. Selain itu, penghargaan sebesar-besarnya

kepada pengelola Bank Sampah Mapess atas dukungan informasi dan

datanya.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Ahmad

Muhyidin), ibu (Binti Masfufah), Esti Wulandari dan teman-teman seperjuangan

(Fadli, Aminudin, Arif Rachman, Ika, Rika, Maman, Bayu Saleh, Muhsin dan

Ari).

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

Abdul Jamaludin

Page 10: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah
Page 11: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

i

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ii DAFTAR GAMBAR ii DAFTAR LAMPIRAN iii PENDAHULUAN 1

Latar Belakang .................................................................................................... 1 Perumusan Masalah ............................................................................................. 3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA 6

Karakteristik Sampah .......................................................................................... 6 Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ....................................................... 7 Analisis Kelayakan dalam Pengelolaan Sampah ................................................. 8

KERANGKA PEMIKIRAN 10 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................................. 10 Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................................... 16

METODE PENELITIAN 19 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 19 Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 19 Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. 20 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial ............................................................... 20 Analisis Kriteria Kelayakan Non Finansial ....................................................... 22

Analisis Switching Value ................................................................................... 24 Asumsi Dasar dalam Perhitungan Analisis Finansial ........................................ 24

GAMBARAN UMUM 25 Sejarah Bank Sampah Mapess .......................................................................... 25 Lokasi Bank Sampah Mapess ............................................................................ 26 Struktur Organisasi Bank Sampah Mapess ....................................................... 26 Fasilitas Bank Sampah ...................................................................................... 28 Proses Produksi ................................................................................................. 31

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 Analisis Aspek Pasar ......................................................................................... 36

Aspek Teknis ..................................................................................................... 39 Aspek Manajemen dan Hukum ......................................................................... 42

Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan .......................................................... 43 Analisis Kelayakan Finansial ............................................................................ 46 Arus Manfaat (Inflow) ....................................................................................... 46

Arus Pengeluaran (Outflow) .............................................................................. 47 Hasil Analisis Cash Flow .................................................................................. 51

Hasil Analisis Laba Rugi ................................................................................... 53 Hasil Analisis Switching Value ......................................................................... 54

SIMPULAN DAN SARAN 55 Simpulan ............................................................................................................ 55 Saran .................................................................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA 56 LAMPIRAN 57

Page 12: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

ii

DAFTAR TABEL

1. Kriteria kelayakan aspek finansial 22 2. Kriteria kelayakan aspek non finansial 23 3. Tingkat pendidikan relawan di bank sampah Mapes pada Oktober 2013 27 4. Jumlah rumah tangga dengan cara membuang sampah di DKI Jakarta 45 5. Biaya investasi usaha pengelolaan sampah skenario I 48 6. Biaya investasi usaha pengelolaan sampah skenario II 49 7. Biaya re-investasi skenario I dan skenario II 50 8. Biaya tetap Bank Sampah Mapess 51

9. Biaya variabel Bank Sampah Mapess 51 10. Kriteria kelayakan usaha Bank Sampah Mapess 52 11. Analisis switching value pada skenario I dan skenario II 54

DAFTAR GAMBAR

1. Hubungan antara NPV dan IRR 13 2. Kebutuhan dasar manusia 14 3. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) 15 4. Kerangka operasional 18 5. Struktur organisasi di Bank Sampah Mapess pada Oktober 2013 27

6. Rumah kompos Bank Sampah Mapess (gambar diambil pada 24

November 2011) 28 7. Mesin pengolahan sampah organik; (a) mesin penggiling sampah

organik (b) pengayak kompos 29 8. Mesin penggiling sampah plastik di Bank Sampah Mapess 29 9. Mesin pengepres plastik dan kertas 30 10. Germor (gerobak motor) alat pengangkut sampah dari warga 30 11. Tong komposter sebagai tempat fermentasi kompos 30 12. Timbangan; a) timbangan duduk, b) timbangan gantung 31 13. Proses pembuatan kompos 32

14. Proses pencacahan sampah organik dilakukan oleh pengelola Bank

Sampah Mapess 32

15. Proses fermentasi a) memasukkan sampah dalam komposter, b)

menyemprotkan EM-4 33 16. Kompos yang telah kering sebelum diayak 33 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah 34

19. Penggilingan dan pencucian plastik 35 20. Pengeringan plastik cacah 35 21. Sampah terpilah dari nasabah di Bank Sampah Mapess pada tahun 2012 38 22. Peta Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan 39 23. Layout rumah kompos Bank Sampah Mapess 41

24. Pola membuang sampah di sungai sebelum dan sesudah ada bank

sampah kurun waktu 2011-2014 45

Page 13: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

iii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Komponen Biaya 59 2. Penyusutan 61 3. Cash Flow 62 4. Tabel laba dan rugi 67 5. Kuisioner 70

Page 14: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah
Page 15: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah lingkungan muncul dari aktifitas ekonomi yang mempunyai

dampak eksternal yang negatif atau merugikan. Permasalahan lingkungan yang

ada di wilayah perkotaan disebabkan oleh sampah menjadi fokus utama dalam

penanganannya. Sampah sering diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang tidak

dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, dan umumnya berasal

dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi

yang bukan biologis dan umumnya bersifat padat (Azwar, 1990; Mariama, 2005).

Saat ini, hampir semua pemerintah kota besar di Indonesia terutama di DKI

Jakarta mengalami kesulitan dalam mengelola sampah. Jakarta merupakan salah

satu daerah dengan jumlah sampah terbesar di Indonesia.

Beberapa faktor yang mempengaruhi degradasi lingkungan (environmental

degredation) yaitu faktor penduduk dan pemerintah. Faktor penduduk mengambil

peranan penting dalam proses degradasi lingkungan mulai dari peningkatan

penduduk hingga pola hidup (kebiasaan) penduduk, ditambah dengan

meningkatnya budaya konsumtif masyarakat seiring dengan peningkatan taraf

hidup penduduk perkotaan. Semuanya berimplikasi terhadap peningkatan

timbulan1 sampah yang pada akhirnya memberikan dampak lainnya seperti banjir,

sanitasi, kesehatan dan ketidak nyamanan.

Djuwendah (1998) mengatakan bahwa meningkatnya volume timbulan

sampah sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan berkembangnya aktivitas

sosial ekonomi masyarakat. Tercatat pada tahun 1987 jumlah timbulan sampah di

DKI Jakarta sebanyak 4 930 ton/hari, sedangkan pada tahun 2010 jumlah

timbulan sampah meningkat menjadi 6 139.33 ton/hari. Artinya jumlah timbulan

sampah selalu meningkat sekitar 1.38 persen setiap tahunnya2. Laju peningkatan

jumlah timbulan sampah ini berbanding lurus peningkatan jumlah penduduk di

DKI Jakarta pada kurun waktu 2000-2010 yaitu 1.42 persen pertahun3.

Pemerintah berperan penting dalam mengatur dan memberikan regulasi terhadap

proses pengelolaan, penanganan dan pencegahan dampak yang ditimbulkan

sampah sehingga dapat meminimalisir tingkat degradasi lingkungan. Indikator

kesuksesan regulasi pemerintah terkait jumlah sampah yaitu dengan tertanganinya

sampah.

Berbagai alternatif instrumen kebijakan dan solusi dalam penanganan

masalah sampah di DKI Jakarta belum mampu mengatasi masalah sampah. Salah

satunya masih bersifat konvensional, dimana pemerintah kota mengelola sampah

secara eksklusif tanpa melibatkan masyarakat. Sampah secara mekanis dibuang,

ditumpuk, ditimbun, diratakan, dipadatkan, dan dibiarkan membusuk serta

mengurai sendiri secara alami di tempat pembuangan akhir (TPA).

Pengelolaan sampah secara konvensional tidak lagi relevan dalam

penanggulangan permasalahan sampah di perkotaan karena biayanya yang sangat

1 Banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat. Dapat dinyatakan dalam satuan volume

maupun berat kapita per hari, atau per luas bangunan, atau per panjang jalan 2 Masterplan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta untuk masa 2012 –

2032 (Dikeluarkan oleh Dinas Kebersihan Pemprov DKI Jakarta tahun 2010) 3 Jakarta Dalam Angka: Jakarta in Figures 2011 (dikeluarkan oleh BPS pada tahun 2011)

Page 16: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

2

besar tidak lagi cocok digunakan dalam hal teknis. Setidaknya sebanyak 800

Milyar/tahun dikeluarkan pemerintah untuk menanggulangi permasalahan sampah

di Ibukota negara ini. Angka yang sangat fantastis dan akan semakin meningkat

seiring peningkatan jumlah timbulan sampah setiap tahunnya. Tidak hanya itu,

tingginya jumlah sampah yang tidak tertangani menunjukkan bahwa pengelolaan

sampah yang dilakukan saat ini dinilai tidak relevan. Menurut Dinas Kebersihan

DKI Jakarta dalam laporan triwulan tahun 2011 menunjukkan bahwa, jumlah

sampah yang tertangani sebanyak 5 396.2 ton (87.8%) perhari, sedangkan sampah

yang belum tertangani sebanyak 743 ton (12.1%).

Pengelolaan sampah secara konvensional dalam jangka pendek bisa jadi

tidak memberikan dampak yang signifikan terhadapa degradasi lingkungan. Akan

tetapi, dalam jangka panjang pengelolaan semacam ini menjadi tidak efektif dan

efisien. Pengelolaan sampah secara konvensional dianggap tidak efektif karena

meski dengan mekanisme penanganan sampah yang saat ini sudah dilakukan oleh

pemerintah melalui dinas kebersihannya yaitu dengan mengangkut sampah-

sampah rumah tangga secara periodik kemudian dipindahkan ke suatu wilayah

ternyata masih banyak dijumpai sampah-sampah yang menumpuk di pusat kota,

sungai dan beberapa sudut di DKI Jakarta. Adapun pengelolaan sampah secara

konvensional dianggap tidak efisien karena selain memerlukan biaya pengelolaan

yang sangat besar (high cost) juga keterbatasan daya dukung lahan dan

lingkungan yang semakin lama semakin menipis dan tidak memungkinkan lagi

untuk menampungnya.

Satori (2002) mengatakan bahwa persoalan sampah di perkotaan tidak

hanya sekedar masalah pencemaran lingkungan saja, sebagai akibat tidak

terangkutnya sampah ke TPA, namun juga karena sulitnya mencari lahan yang

dapat digunakan untuk membangun TPA. Selanjutnya dikatakan bahwa kesulitan

tersebut disebabkan oleh harga tanah yang cenderung sangat mahal, dan selalu

berhadapan dengan reaksi masyarakat yang cenderung negatif. Pernyataan

tersebut memperkuat alasan pentingnya membuat sistem pengelolaan sampah

yang lebih efektif dan efisien.

Fakta bahwa hampir semua sampah padat perkotaan dapat diolah untuk

menghasilkan material-material yang dapat dipasarkan dan dikelola, sehingga

kegiatan penanganan sampah secara eksklusif yang ditangani oleh pemerintah

kota dapat diatasi. Sampah padat perkotaan memiliki potensi keuntungan yang

besar apabila dapat dihasilkan dari bisnis pengelolaan sampah, sehingga dapat

menarik pihak swasta dan masyarakat untuk menjadikan sampah sebagai bisnis

yang komersil. Secara ekonomis, manfaat yang dihasilkan dari pengelolaan

sampah lebih besar dari biaya pengelolaan sampah secara konvensional.

Pengelolaan sampah dapat diolah tanpa harus mengeluarkan biaya yang

sangat besar, seperti yang dilakukan oleh pemerintah dengan metode

konvensional. Upaya perbaikan sistem pengelolaan sampah padat perkotaan tidak

akan berlangsung optimal tanpa dukungan dari seluruh pemangku kepentingan

dan elemen masyarakat. Pengelolaan sampah berbasis komunitas merupakan salah

satu pilihan yang lebih murah dan ramah lingkungan. Penggunaan metode ini

sudah lama dikembangkan, tetapi masih sebagian kecil yang melakukannya. Salah

satu usaha pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang sudah berlangsung sejak

tahun 2011 adalah Mapess (masyarakat peduli sampah sejahtera) telah konsisten

berkecimpung dalam pengolahan sampah berbasis komunitas.

Page 17: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

3

Usaha pengelolaan sampah berbasis komunitas adalah usaha pengelolaan

sampah yang tidak menggunakan jasa pemerintah dan masyarakat dilibatkan

secara aktif dalam pengelolaannya. Masyarakat berperan sebagai pengumpul dan

pemilah sampah. Selanjutnya, pengolahan sampah dilakukan oleh pihak-pihak

pengelola yang berasal dari masyarakat. Seperti di Kelurahan Kapuk Muara,

usaha pengelolaan sampah bernama Mapess sudah mampu mengelola sampahnya

sendiri tanpa melibatkan jasa pemerintah. Sampah yang berada di lokasi tersebut

tidak diangkut secara keseluruhan oleh pemerintah, hanya sampah yang berbahaya

dan beracun (B3).

Masyarakat bersama-sama menjalankan tugasnya sehingga mempermudah

dalam pengelolaan sampah. Hasil pengumpulan dan pemilahan sampah kemudian

diolah menjadi material-material yang bernilai ekonomi, seperti kompos dan

penjualan dauran anorganik yang sudah digiling. Jika peran masyarakat dilibatkan

akan mempermudah pengelola dan pemerintah dalam menangani masalah

sampah. Adanya pengelolaan sampah berbasis masyarakat ini akan membuka

peluang kepada daerah-daerah lainnya sehingga sampah yang menumpuk di setiap

lokasi sampah akan berkurang dan dapat memberikan nilai tambah bagi

masyarakat.

Adanya pengelolaan sampah ini dapat perekonomian masyarakat,

mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk selalu

menjaga lingkungan. Kondisi tersebut mendorong upaya pengelolaan sampah kota

yang lebih baik berdasarkan pada usaha penanganan sampah sedini mungkin,

sedekat mungkin dari sumbernya dan sebanyak mungkin mendayagunakan

kembali sampah (Sadoko 1993; Djuwendah 1998). Terjadi perubahan pola

pembuangan sampah serta meningkatkan pemanfaatan, pengurangan timbulan

sampah dan pengolahan sampah yang lebih baik melalui proses reuse, reduce dan

recycle.

Perumusan Masalah

Seperti yang telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya bahwa jumlah

timbulan sampah di DKI Jakarta sebanyak 6 139.33 ton/hari dan yang belum

tertangani mencapai 12.1 persen (743 ton). Jumlah yang sangat fantastis, Jakarta

tinggal menunggu waktu untuk tertimbun sampah dengan segala dampak negatif

yang ditimbulkan. Keberadaan sampah khususnya sampah organik tidak

terpisahkan dari kegiatan agribisnis. Dalam sistem agribisnis sampah seringkali

dihiting nol, padahal dalam penanganannya membutuhkan biaya. Pemanfaatan

sampah menjadi salah satu usaha sebagai tindakan pencegahan terhadap degradasi

lingkungan sekaligus memberi nilai tambah dari sampah yang tidak bernilai

menjadi sampah yang bernilai. Sampah dalam jumlah besar dan tidak tertangani

tentunya akan memberikan dampak negatif bagi lingkungan yaitu lingkungan

menjadikan kumuh, tidak sehat dan tercemar.

Salah satu kegagalan dalam pengelolaan sampah yang ada saat ini adalah

adanya kebiasaan pengelolaan sampah, yaitu sampah dikumpulkan, ditampung di

tempat penampungan sementara (TPS) dan akhirnya dibuang ke tempat

penampungan akhir (TPA). Hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan sampah

di setiap lini Rumah Tangga, TPS dan TPA. Pada tahun 2009, Tempat Pengolahan

Page 18: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

4

Sampah Terpadu (TPSD)4 Bantargebang memiliki daya tampung sampah

sebanyak 4 500 ton sedangkan dengan jumlah sampah yang ada tentu menjadi

masih banyak sampah yang belum tertampung sekaligus menjadi pekerjaan rumah

yang besar untuk mengatasinya. Secara internal, tidak tertanganinya sampah

disebabkan oleh kurang tersedianya sarana dan prasarana pengumpulan,

keterbatasan armada personil kebersihan, biaya yang sangat mahal dan sulitnya

mencari lembaga swadaya yang dapat bermitra dengan pemerintah dalam

penanganan sampah secara baik. Adanya keterbatasan lahan yang dapat

dipergunakan sebagai TPA karena semakin sulitnya memperoleh ruang yang

pantas dan jaraknya semakin jauh dari pusat kota, serta diperlukannya dana yang

besar untuk pembebasan lahan TPA, merupakan faktor eksternal yang turut

mempengaruhi permasalahan persampahan tersebut.

Masyarakat dianggap sebagai salah satu yang sangat berperan penting dalam

pengelolaan sampah. Masyarakat yang kurang mendukung akan menghambat

kerja pemerintah dalam mengatasi masalah persampahan secara menyeluruh. Jika

proses pengelolaan sampah terjadi hambatan, maka dalam waktu singkat sampah

akan menumpuk di mana-mana. Jika masyarakat bersama-sama mengusahakan

pengelolaan sampah dengan baik, mengubah paradigma mereka yaitu dari

“sampah merupakan masalah” menjadi “sampah bermanfaat dan bernilai”, maka

pengelolaan sampah akan maksimal.

Salah satu alternatif penanganan sampah adalah dengan mengikutsertakan

masyarakat dalam mengelola sampah, yaitu dengan cara memanfaatkan dan

mengolah sampah organik menjadi kompos dan usaha dauran sampah anorganik

yang bernilai ekonomi dan sangat berguna bagi bidang petanian serta input bagi

industri. Jumlah sampah di DKI Jakarta yang didominasi oleh sampah organik

yaitu sebanyak 55.37 persen (3 399.35 ton) berpotensi sebagai bahan baku

pembuatan kompos, sisanya sebanyak 44.63 persen (2 739.98 ton) sampah dapat

dipasarkan langsung ke penggilingan sampah atau diolah sendiri menjadi plastik

daur ulang hingga produk kreativitas lainnya. Dapat dibayangkan berapa banyak

kompos dan plastik cacah yang akan dihasilkan dan berapa besar manfaat yang

dapat dirasakan masyarakat Jakarta. Selain itu, kegiatan mengkonsumsi produk

agribisnis yang selalu menyumbang sampah sehingga seringkali sampah

menimbulkan masalah lain dan berdampak terhadap biaya yang tinggi dalam

penanganannya, dengan pengelolaan sampah maka sampah menjadi sesuatu yang

bernilai dan permasalahan yang timbul akibat sampah pun secara berangsur-

angsur dapat tertangani.

Sebagian besar sampah berasal dari sektor perumahan. Masyarakat yang

merupakan produsen utama sampah dan sudah seharusnya melibatkan diri dalam

penanganan sampah. Mereka mendapatkan insentif dari keterlibatannya tersebut.

Pengolahan sampah menjadi kompos dan daur ulang sampah anorganik

merupakan pilihan yang tepat, karena hasil penjualan kompos dan daur ulang

sampah anorganik tersebut akan menjadi insentif bagi masyarakat untuk

berpartispasi dalam pengelolaan sampah. Keuntungan dalam membangun

pengelolaan sampah berbasis komunitas yaitu: 1) mengurangi timbulan sampah,

2) efisiensi biaya hingga dibandingkan dengan sistem pengelolaan sampah secara

4 Tempat pembuangan sampah yang dilengkapi dengan sarana pengolahan dan penanganan

limbah. Bantargebang telah menerapkan sistem ini, sehingga istilahnya berubah dari TPA menjadi

TPST

Page 19: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

5

konvensional, 3) meningkatkan nilai ekonomi dengan penjualan barang daur

ulang atau produk diversifikasi lainnya, 4) menciptakan harmonisasi sosial antara

banyak pihak.

Adanya biaya investasi awal yang cukup tinggi yang harus untuk usaha

tersebut, menyebabkan pengelolaan sampah harus diuji kelayakannya untuk

mengetahui apakah memang usaha tersebut memberikan keuntungan.

Pemanfaatan teknologi dan mempertimbangkan terhadap skala usaha yang akan

dilakukan juga menjadi perhatian utama sehingga dapat menentukan prioritas

investasi dan mengurangi pemborosan sumberdaya yang berimplikasi terhadap

peningkatan manfaat (benefit) sebagai salah satu tujuan dalam membuat suatu

usaha. Apakah pengelolaan sampah berbasis komunitas layak ditinjau dari aspek

teknis, aspek pasar, aspek manajemen dan layak untuk dilaksanakan? Apakah

pengelolaan sampah berbasis komunitas layak ditinjau dari aspek finansial, serta

layakkah untuk dilaksanakan dan perubahan apakah yang mempengaruhi kondisi

kelayakan finansial tersebut?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dibuat, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Menganalisis kelayakan usaha pengelolaan sampah DKI Jakarta berbasis

komunitas secara deskriptif jika dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen, dan aspek sosial ekonomi lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan usaha pengelolaan sampah DKI Jakarta berbasis

komunitas jika dilihat dari aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, PBP).

Manfaat Penelitian

1. Bagi calon investor, pemerintah dan pengusaha pengelolaan sampah

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan dalam

menjalankan operasional dan dalam membuat rencana kerja selanjutnya.

Sebagai badan pelaksana yaitu Bagi Badan Pengelola Lingkungan Hidup

(BPLHD) Provinsi DKI Jakarta, dapat dijadikan sebagai acuan dan alternatif

dalam pengelolaan sampah.

2. Bagi penulis

Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan latihan dalam menerapkan

ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama kuliah. Serta dapat memberikan

wawasan kepada penulis mengenai perkembangan pengelolaan sampah

perkotan terutama di DKI Jakarta.

3. Bagi pembaca,

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi bagi

yang memerlukan serta sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai, maka

pembatasan pada ruang lingkupnya adalah Analisis Kelayakan Usaha

Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di Provinsi DKI Jakarta. Studi

Page 20: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

6

kasus dilakukan di Bank Sampah Mapess Kapuk Muara, Jakarta Utara.

Pengelolaan secara berkomunitas yaitu masyarakat berpartisipasi dalam memilah

sampah selanjutnya sampah dikumpulkan dan dikelola oleh komunitas.

Masyarakat yang memilah sampah disebut sebagai nasabah, sedangkan yang

mengelola sampah adalah petugas bank sampah. Nasabah mendapat uang sebagai

ganti dari sampah yang telah dipilah dan ditabung ke bank sampah. Proses

pengelolaan yang telah dilakukan oleh Mapess yaitu pengomposan dan

penggilingan sampah plastik. Pengomposan masih jarang dilakukan karena

terbatasnya sumberdaya dan pemanfaatan kompos yang masih terbatas yaitu

dimanfaatkan sendiri oleh warga dan selebihnya dari sampah organik yang tidak

dijadikan kompos selanjutnya dimanfaatkan sebagai biopori.

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Sampah

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk

maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau

bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau

dibuang (Hendargo 1994). Sampah sering dianggap sebagai benda yang tidak

berguna, untuk mengelola sampah diperlukan biaya yang besar, apalagi di daerah

perkotaan yang notabene sampah menjadi issu lingkungan utama. Dalam jumlah

besar dan tidak tertangani, sampah dapat menyebabkan masalah-masalah baru

sepertin banjir, sanitasi, kesehatan dan masalah lingkungan yang lainnya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Murtadho (1988)

membedakan sampah atas sampah organik yang mudah lapuk (garbage) dan

sampah anorganik yang tidak mudah lapuk (rubbish). Sampah organik meliputi

limbah padat semi basah berupa bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari

pertanian. Sampah ini mempunyai sifat mudah terurai oleh mikroorganisma dan

mudah membusuk karena mempunyai rantai karbon yang pendek. Sampah

anorganik adalah sampah padat bersifat kering dan sulit terurai oleh

mikroorganisma karena memiliki rantai karbon yang panjang dan komplek seperti

kaca, besi, plastik dan sebagainya.

Timbulan sampah dari masyarakat didominasi oleh sampah organik yaitu

55.37% sampah yang dihasilkan merupakan sampah organik dan sisanya 44.63%

merupakan sampah anorganik5. Adapun sampah anorganik didominasi oleh

sampah kertas dan plastik. Sisanya merupakan sampah kayu, kain, karet logam

dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Sampah B3 merupakan sampah yang

berbahaya apabila tidak ditangani dengan benar.

Sampah yang dapat dimanfaatkan berupa sampah organik yaitu sebagai

bahan baku pembuatan kompos dan sampah anorganik khususnya kertas dan

plastik. Kertas dimanfaatkan untuk membuat kerajinan berbahan dasar kertas,

sedangkan plastik dapat didaur ulang sebagai bahan baku industri. Adapun jenis

plastik terdiri atas PP (Polyprophylene), PE (Poly Ethylene), OPP (Oriented

5 Dinas Kebersihan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Informasi Data Pengelolaan

KebersihanTriwulan I 2010, Januari-Maret Tahun 2010

Page 21: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

7

Polystyrene), HDPE (High Density Polyethylene), LDPE (Low Density

Polyethylene), PET (Polyethylene Terephthalate), PVC (Poly Vinly Chlorine),

Lunchbox Polystyrene dan Plastik Mika. Dari beberapa jenis plastik yang ada

PET, HDPE, HD dan PP merupakan plastik yang paling banyak di hasilkan dari

masyarakat dan juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas

Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor dan

sumber daya, yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk mencapai atau

menyelesaikan suatu tujuan kerja yang tertentu (Prajudi, 1980). Umumnya di

Indonesia, pengelolaan sampah masih dilakukan secara konvensional yaitu dengan

pengumpulan sampah, pemisahan, pembakaran dan pembuangan sampah atau

penimbunan sampah.

Utami et al. (2008) telah melakukan kajian tentang pengelolaan sampah

berbasis komunitas studi kasus pengelolaan sampah di Widomartani (Sleman,

Yogyakarta) dan Banjarsari (Jakarta Selatan) yaitu melihat aspek kelayakan

berdasarkan aspek teknis, ekologi, ekonomi, sosial budaya, kebijakan dan

kelembagaan. Penelitian dilakukan sebagai acuan dalam mengimplementasikan

kedua pola pengelolan di Bogor. Dari hasil penelitian, didapatkan informasi

bahwa pengelolaan sampah berbasis komunitas memberikan beberapa keuntungan

yaitu : 1) mengurangi 50-70 persen dari total jumlah sampah; 2) efisisen biaya

sebesar 23-37 persen dibandingkan pengelolaan sampah secara konvensional; 3)

meningkatkan nilai ekonomi dengan penjualan daur ulang serta bentuk-bentuk

diversifikasi lainnya; 4) meciptakan harmoni antar banyak pihak. Hanya saja,

implementasi kedua pola belum bisa dilakukan secara optimal di Bogor karena

belum memenuhi prasyarat yaitu tingkat biaya operasional belum dapat dicapai

secara menguntungkan.

Pola pengelolaan sampah di Widomartani dilakukan oleh sekelompok

masyarkat yang tergabung dalam Karya Pengayuh Sentosa (KPS), meski basis

pengelolaan secara komunal, komunitas sampah yang lahir pada tahun 1996 ini

masih sangat sederhana dalam pengelolaan sampahnya yaitu dengan

pengumpulan, pemindahan, pemilahan, perlakuan, pengangkutan, dan

pembuangan. Pengelolan Widomartani ini lemah pada awalnya karena pemilahan

tidak dilakukan dari sumbernya yaitu masyarakat. Berbeda dengan pola

pengelolan Banjarsari yang melakukan pemilahan mulai dari sumbernya.

Pengelolaan sampah yang sederhan ini memerlukan biaya operasional yang cukup

tinggi meski lebih kecil dibandingkan pengelolaan secara konvensional, dapat

menghemat hingga 23%. Masyarakat sekedar diedukasi untuk memilah

selanjutnya sampah dikumpulkan berdasar hasil pilahan yang akhirnya sampah di

buang ke TPA tanpa adanya pemanfaatan sampah yang bernilai seperti kompos

dan plastik. Rata-rata kemampuan memilah sampah di tingkat rumah tangga

adalah 56%. Artinya sampah terpilah yang sempurna sesuai kategorinya (organik

dan anorganik) sebanyak 56% dan sisanya sebanyak 44% masih tercampur aduk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi dalam pemilihan sampah adalah

pendidikan, jenis kelamin dan persepsi warga. Semakin tinggi pendidikan dan

semakin baik persepsi seseorang terhadap kebersihan maka semakin tinggi pula

kemampuan dalam memilah sampah.

Page 22: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

8

Penelitian serupa dilakukan oleh Sitohang (2008) yaitu analisis finansial

dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan dana untuk biaya-biaya operasional

serta mengidentifikasi laba rugi usaha baik selama beroperasi dengan subsidi

pemerintah maupun tanpa subsidi pemerintah. Layak tidaknya subsidi untuk

diinvestasikan pada usaha pengelolaan sampah Rumah kompos ini tergantung

pada hasil analisis NPV, IRR, Net B/C ratio dan sensitivitas.

Hasil analisis dari aspek non finansial (aspek teknis, aspek manajemen,

aspek sosial, dan aspek pasar) diperoleh bahwa usaha pengelolaan sampah

berbasis komunitas dengan melihat usaha pengelolaan sampah Rumah Kompos

layak untuk dilaksanakan. Sedangkan hasil analisis finansial menunjukkan usaha

pengelolaan sampah berbasis komunitas Rumah Kompos pada Skenario I (modal

awal berasal dari pinjaman bank, yang akan dibayarkam dalam kurun waktu 10

tahun) tidak layak diusahakan secara finansial karena arus dalam penerimaan

hanya berasal dari produksi kompos dan penjualan dauran ulang sampah yang

tidak mampu menutupi pengeluaran dilihat berdasarkan nilai NPV<0, Net B/C<1,

IRR dan Payback period tidak terdefinisi. Beberapa skenario yang dilakukan oleh

penulis menunjukkan hasil yang posistif dengan adanya retribusi dari masyarakat

dan RT.

Bersadarkan dua penelitian di atas, menggambarkan betapa komunitas

pengelola sampah masih belum dapat mengoptimalkan pemanfaatan sampah

sehingga layak secara finansial. Khusus untuk penelitian yang dilakukan oleh

Sitohang 2008, ketidak layakan dikarenakan sekala pengelolaan yang masih

belum cukup besar. Dengan wilayah yang lebih besar maka input sampah untuk

produksi kompos dan dauran ulang lebih banyak, sehingga keuntungan positif pun

akan tercapai tanpa adanya retribusi dari masyarakat dan pemerintah. Sebanyak

504 KK yang menjadi kontributor pemilah sampah dan menghasilkan sebanyak

3 476 kg kompos/bulan dan 1 545 kg plastik giling/bulan. Selain itu, sebanyak

93.5% dari total biaya yang dikeluarkan digunakan untuk tenaga kerja sehingga

biaya pun menjadi sangat tinggi. Seharusnya angka yang dikeluarkan tenaga kerja

dapat ditekan dengan mengoptimalkan tenaga kerja yang lebih sedikit.

Analisis Kelayakan dalam Pengelolaan Sampah

Pemanfaatan sampah adalah usaha untuk mengubah sampah dari barang

yang bersifat economic bad menjadi economic good sehingga dapat masuk

kembali dalam kegiatan produksi dan konsumsi sekaligus mengurangi limbah

yang akan mencemari lingkungan. Dengan adanya pemanfaatan sampah artinya

sisa proses konsumsi yang tidak berguna akan berubah menjadi produk yang

berguna serta memberikan nilai tambah (value added). Selain itu, masih banyak

lagi peluang yang biasa dikembangkan dari sampah diantaranya yaitu bahan

bangunan, kompos, daur ulang plastik, produk diversifikasi lain seperti kerajinan

berbahan dasar sampah.

Sudarmanto (2010) membuat skema pemanfaatan sampah mulai dari

pemisahan sampah organik dan sampah anorganik. Selanjutnya sampah organik

dikumpulkan dan melalui proses composting (pengomposan). Sedangkan untuk

sampah anorganik didaur ulang dengan melalui proses penggilingan. Sampah

anorganik yang telah digiling selanjutnya disalurkan sebagai bahan baku industri.

Guna mewujudkan terciptanya pengelolan sampah yang baik dan valueble, maka

Page 23: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

9

diperlukan sentuhan tektologi. Skema pemanfaatan sampah dengan asumsi 1000

KK (2 ton/hari) menunjukkan jumlah kompos yang dihasilkan dari sampah

organik yaitu sebanyak 0.4 ton (20%) dari 1.6 ton sampah oraganik. Adapun

sampah anorganik yang dimanfaatkan setelah proses daur ulang yaitu sebanyak

0.28 ton (14%) dari 0.4 ton sampah anorganik. Sisa bahan yang tidak dapat didaur

ulang direduksi dengan instalasi pembakaran skala kecil. Sisanya sebanyak 16%

(0.36 ton) di bakar dan dijadikan sebagai bahan konstruksi maupun campuran

kompos untuk menaikkan karbon pada produk tertentu.

Fatimah (2009) menggali aspek kelayakan pengelolaan sampah sebagai

pembangkit tenaga listrik. Hasil analisis deskriptif untuk aspek teknis diketahui

PLTSa berlokasi di TPA Galuga, input 250 ton sampah kota dengan output listrik

1 600 kwh per-hari. Dalam penelitian tersebut, diketahui bahwa untuk membuat

PLTSa membutuhkan sumber daya yang sangat banyak mulai dari kebutuhan

tenaga kerja sebanyak 347 orang dengan total biaya investasi mencapai

Rp50 347 703 000. Fatimah menggunakan dua scenario yaitu i) Discoun rate

tujuh persen dan ii) Discoun rate 17 persen. aspek finansial pada skenario I

menunjukan nilai: NPV Rp10 781 436 315.13 (negatif); IRR 3.02 persen; B/C

Ratio 0.55 dan PBP 72.41 tahun sedangkan untuk skenario II menunjukan

nilai: NPV Rp1 660 445 113.55; IRR 17.78 persen; B/C Ratio 1.10 dan PBP 4.52

tahun. Pada skenario II PLTSa layak dilaksanakan karena dipengaruhi oleh

tippingg fee. Meski sampah sangat bermanfaat sebagai bahan alternatif

pembangkit listrik, mengingat begitu besarnya biaya yang dibutuhkan

dibandingkan dengan pengelolaan sampah sebagai bahan pembuat kompos dan

plastik cacah atau biji plastik seperti pada penelitian yang dilakukan oleh

Sudarmanto (2010). Sudarmanto menyebutkan bahwa selain membutuhkan tidak

terlalu banyak tenaga kerja, investasi yang dibutuhkan relatif kecil yaitu sebanyak

Rp77 450 000. Sementara itu, jika dibandingkan berdasarkan faktor teknis,

pengelolan sampah dengan teknik pembuatan kompos dan penggilingan plastik

lebih aplikatif dibandingkan dengan PLTSa yang tentusaja membutuhkan

kemampuan serta pengetahuan khusus. Hasil analisis uji kelayakan non finansial

lain menunjukkan bahwa:

1. Aspek Pasar

a. Adanya jumlah permintaan kompos dari beberapa konsumen yang tidak

dapat dipenuhi oleh Rumah Kompos sebanyak 12 ton per bulan

b. Jumlah sampah terkumpul sebanyak 13 131 kg/bulan, dengan perincian

11 586 kg sampah organik dan 1 545 kg sampah anorganik.

c. Konsumen dari Rumah Kompos saat ini adalah Cifor IPB, Security

Perumahan Griya Melati, masyarakat yang berada di lingkungan

perumahan Griya Melati dan konsumen yang membeli secara langsung ke

Rumah Kompos.

2. Aspek Teknis

a. Proses pembuatan kompos relatif mudah untuk dilaksanakan, hanya saja

diperlukan 70 pengawasan yang intensif.

b. Sarana yang dibutuhkan dalam pengusahaan produksi kompos dan dauran

sampah anorganik adalah alat pengayak sampah, serokan serta sarana

pendukung lainnya. Seluruh sarana tersebut tersedia siap dipakai atau siap

dibeli dan mudah didapatkan secara bebas di pasaran.

Page 24: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

10

c. Lokasi dan kondisi geografis memenuhi syarat adanya usaha pengelolaan

sampah. Kondisi di sekitar lokasi juga mendukung usaha sehingga sesuai

untuk keberlangsuhan usaha pengelolaan sampah.

3. Aspek Sosial

a. Sistem pengelolaan sampah yang baik adalah sebuah sistem pengolaan

yang sehat, aman dan padat karya.

b. Apabila diterapkan secara benar dapat meningkatkan kualitas kebersihan

dan kesehatan masyarakat.

c. Adanya usaha pengeloaan sampah akan berdampak positif terhadap

lingkungan. Selain akan mengurangi pencemaran lingkungan, usaha

tersebut hanya menggunakan input sampah yang tidak dipakai lagi oleh

masyarakat. Kondisi tersebut akan membantu beban pemerintah

menangani masalah persampahan yang tidak kunjung habis-habisnya.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Pengertian Usaha

Usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan memanfatkan sumber

daya yang ada dengan tujuan memperoleh hasil berupa keuntungan, upah, atau

laba usaha secara maksimal. Adapun sumber daya yang dimaksud yaitu Sumber

Daya Manusia (SDM), bahan baku dan modal usaha. Pelaku usaha mengupayakan

menggunakan sumber daya sedikit mungkin untuk mendapatkan laba yang

sebesar-besarnya.

Dalam praktiknya, seorang pengusaha seringkali mengalami kerugian

karena mengesampingkan aspek-aspek kelayakan usaha. Aspek kelayakan usaha

adalah beberapa aspek yang perlu ditelaah atau dianalisis dari suatu kegiatan

investasi untuk memberikan gambaran apakah usaha memberikan manfaat atau

hasil bila dilaksanakan. Aspek kelayakan sangat penting dalam memulai suatu

usaha. Melalui penekatan aspek kelayakan ini, calon pelaku usaha dapat

menentukan usahanya layak atau tidak untuk diusahakan. Selain itu, pelaku usaha

dapat melihat besaran investasi yang perlu disiapkan, kapan invetasi tersebut

dapat kembali dan profit yang dihasilkan dari kegiatan usaha tersebut. Nurmalina

et al. (2009) menyebutkan bahwa aspek studi kelayakan terdiri dari dua kelompok

yaitu aspek finansial dan non finansil.

Aspek Kelayakan Finansial

Analisis finansial dilakukan dengan tujuan untuk melihat suatu hasil

kegiatan investasi. Analisis finansial merupakan analisis manfaat dan biaya yang

berpusat pada hasil dari modal yang ditanamkan dalam usaha dan merupakan

penerimaan langsung bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaannya.

Analisis finansial penting artinya dalam memperhitungkan insentif bagi orang-

orang yang terlibat langsung dalam menyukseskan usaha tersebut (Kadariah et al,

1999). Dalam analisis finansial yang perlu diperhatian adalah hasil dari modal

saham (equity capital) yang ditanam dalam usaha.

Page 25: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

11

Analisis finansial didasarkan pada keadaan sebenarnya dengan

menggunakan data harga yang ditemukan di lapangan. Dengan mengetahui hasil

analisis finansial, para pembuat keputusan dapat melihat apa yang terjadi pada

usaha dalam keadaan yang sebenarnya dan para pembuat keputusan juga dapat

segera melakukan penyesuaian apabila usaha berjalan menyimpang dari rencana

semula. Salah satu cara untuk melihat kelayakan dari analisis finansial adalah

dengan menggunakan metode cash flow analysis (Gittinger 1986). Cash flow

analysis dilakukan setelah komponen-komponennya ditentukan dan diperoleh

nilainya. Komponen tersebut dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu

penghasilan atau manfaat.

a. Teori Manfaat dan Biaya

Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan sedangkan

manfaat adalah segala sesuatu yang dapat membantu tujuan (Gittinger 1986).

Dalam suatu analisis finansial, biaya yang umumnya digunakan adalah biaya

langsung yaitu biaya operasional, biaya investasi, dan biaya lainnya. Manfaat

lebih berupa nilai produksi total, pinjaman, nilai sisa, dan pendapatan lainnya.

Analisis biaya manfaat menurut Gittinger (1986) adalah suatu analisis yang

ditujukan untuk melihat besarnya biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang

akan diterima pada suatu kegiatan ekonomi. Analisis ini dapat membantu dalam

pengambilan keputusan mengenai pengalokasian sumber daya yang langka.

Pada dasarnya analisis biaya manfaat merupakan suatu cara untuk

menghitung manfaat-manfaat yang akan diperlukan dan kerugian-kerugian yang

harus ditanggung akibat dari suatu kegiatan ekonomi. Dalam analisis biaya

manfaat juga dilakukan perhitungan terhadap biaya dan manfaat yang akan

diterima oleh masyarakat dan individu. Analisis biaya manfaat yang ditujukan

untuk melihat suatu usaha dari sudut pandang kelembagaan atau badan-badan

yang mempunyai kepentingan langsung dalam usaha tersebut disebut analisis

finansial.

Menurut Gittinger (1986), manfaat atau benefit adalah sesuatu yang

dihasilkan oleh suatu kegiatan yang menggunakan sejumlah biaya. Menurut

Kadariah et al. (1999), manfaat dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Manfaat langsung (direct benefit) yang diperoleh dari adanya kenaikan nilai

output, fisik, dan penurunan biaya.

2. Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yang disebabkan oleh adanya

usaha tersebut biasanya dirasakan oleh orang tertentu serta masyarakat

berupa adanya efek ganda, skala ekonomi yang lebih besar dan adanya

dynamic secondary effect, misalnya perubahan dalam produktivitas tenaga

kerja.

3. Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible

effect), misalnya perbaikan lingkunan hidup.

b. Konsep Nilai Waktu Terhadap Uang (Time Value of Money)

Investasi suatu unit usaha berkaitan dengan usaha dalam jangka waktu yang

panjang. Uang memiliki nilai waktu, yaitu uang dihargai secara berbeda dalam

waktu yang berbeda. Konsep nilai waktu uang (time value of money) menyatakan

bahwa uang yang diterima sekarang lebih berharga daripada uang yang diterima

kemudian atau nilai sekarang adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada

masa yang akan datang (Gittinger, 1986).

Page 26: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

12

Waktu mempengaruhi nilai uang, sehingga untuk membandingkan nilai

uang yang berbeda pada waktu penerimaan dan pengeluarannya perlu dilakukan

penyamaan nilai uang tersebut dengan menggunakan tingkat diskonto (discount

rate) yang bertujuan untuk melihat nilai uang di masa yang akan datang (future

value) pada saat sekarang (present value).

c. Umur Usaha

Untuk menentukan panjangnya umur usaha, terdapat beberapa pedoman

yang dapat menjadi acuan, antara lain ( Kadariah et.al,1999) :

1. Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu) yang

kira-kira sama dengan umur ekonomis dari suatu aset. Yang dimaksudkan

dengan umur ekonomis suatu aset ialah jumlah tahun selama pemakaian aset

tersebut dapat meminimumkan biaya tahunannya.

2. Untuk usaha-usaha yang mempunyai investasi modal yang sangat besar,

umur usaha yang digunakan adalah umur teknis. Dalam hal ini, untuk usaha-

usaha tertentu, umur teknis dari unsur-unsur pokok investasi adalah lama,

tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena obsolescence

(ketinggalan zaman karena penemuan teknologi baru yang lebih efisien).

3. Untuk usaha-usaha yang umurnya lebih dari 25 tahun dapat diambil 25

tahun, karena nilai-nilai sesudah itu, jika di-discount dengan discount rate

sebesar 10 persen ke atas maka Present Value-nya sudah sangat kecil.

Kriteria-kriteria yang digunakan dalam melakukan analisis kelayakan

finansial adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net

Benefit Cost (Net B/C), dan Payback Period.

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan manfaat bersih yang diterima selama umur

usaha pada tingkat diskonto tertentu. Ukuran ini bertujuan untuk mengurutkan

alternatif yang dipilih karena adanya kendala biaya modal, dimana usaha ini

memberikan NPV biaya yang sama atau NPV penerimaan yang kurang lebih

sama setiap tahun. Usaha dinyatakan layak atau bermanfaat jika NPV lebih

besar dari 0. Jika NPV sama dengan nol, berarti biaya dapat dikembalikan

persis sama besar oleh usaha. Pada kondisi ini usaha tidak untung dan tidak

rugi. NPV lebih kecil dari nol, usaha tidak dapat menghasilkan senilai biaya

yang dipergunakan dan ini berarti bahwa usaha tersebut tidak layak dilakukan.

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return menunjukkan rata-rata tingkat keuntungan internal

tahunan perusahaan yang melaksanakan investasi dan dinyatakan dalam

persen. IRR adalah tingkat suku bunga yang membuat nilai NPV usaha sama

dengan nol (Gambar 1). Baik NPV atau IRR memberikan rekomendasi yang

sama untuk menerima ataupun menolak ususlan usaha. Investasi dikatakan

layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto, sedangkan jika IRR lebih

kecil dari tingkat diskonto maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan.

Tingkat IRR mencerminkan tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh

usaha untuk sumber daya yang digunakan. Suatu investasi dinyatakan layak

jika IRR lebih besar dari dari tingkat bunga yang berlaku.

Page 27: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

13

Gambar 1. Hubungan antara NPV dan IRR

Sumber : Buku studi kelayakan bisnis Departemen Agribisnis IPB (2009)

3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net Benefit Cost Ratio adalah besarnya manfaat tambahan pada setiap

tambahan biaya sebesar satu satuan. Net B/C adalah merupakan perbandingan

antara nilai sekarang (present value) dari net benefit yang positif dengan net

benefit yang negatif. Usaha dikatakan layak bila Net B/C Ratio lebih besar dari

satu (Gray et al,1992).

4. Payback Period

Payback Period merupakan penilaian kelayakan investasi dengan mengukur

jangka waktu pengembalian investasi. Semakin cepat waktu pengembalian

investasi, maka semakin baik untuk diusahakan.

Aspek Kelayakan Teknis, Aspek Pasar, Aspek Manajemen dan Aspek Sosial

Ekonomi Lingkungan

Seperti halnya aspek finansial, aspek non finansial juga perlu

dipertimbangkan untuk menentukan manfaat-manfaat yang diperoleh dari suatu

investasi. Baik aspek finansial maupun non finansial, keduanya sangat penting

dan tidak dapat berdiri sendiri dan saling berkaitan. Sebagai contoh aspek pasar

dan teknis yang juga sangat terkait dengan aspek finansial. Aspek non finansial

terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial-ekonomi-bidaya, aspek

manajemen dan hukum dan aspek lingkungan. Secara umum aspek tersebut

adalah:

1. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan aspek yang berhubungan dengan proses

pembangunan usaha secara teknis dan operasi setelah usaha tersebut selesai

dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000). Aspek tersebut menyangkut kaitan

antara faktor produksi input dan hasil produksi (output) yang akan menguji

hubungan teknis dalam suatu usaha, sehingga dapat diidentifikasi perbedaan-

perbedaan yang ada dalam informasi yang harus dipenuhi baik sebelum

maupun sesudah perencanaan usaha atau pada tahap awal pelaksanaan usaha.

Indikator kelayakan mulai dari penentuan tempat, lay-out tempat dan

pemilihan teknologi. Usaha dinyatakan layak bila tempat usaha mudah

diakses, dekat dengan bahan baku dan dekat dengan tempat pemasaran. Selain

itu, layout memungkinkan mempermudah proses produksi sehingga

Page 28: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

14

menghemat penggunaan ruang, efisien dalam penggunaan fasilitas dan

memperseingkat. Teknologi yang digunakan mudah diaplikasikan

(applicable), bisa diterima (acceptable) dan teknologi terjangkau.

2. Aspek Pasar

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), analisis terhadap aspek pasar

ditujukan untuk mendapat gambaran mengenai jumlah pasar potensial yang

tersedia dan jumlah pangsa pasar yang dapat diserap usaha tersebut di masa

datang dan strategi pemasaran yang digunakan untuk mencapai pangsa pasar

yang telah ditetapkan. Analisis aspek pasar terdiri dari rencana pemasaran

output yang dihasilkan oleh usaha dan rencana penyediaan input yang

dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan usaha (Gittinger, 1986).

Indikator kelayakannya berupa potensi pasar, target pasar, bauran pemasaran

dan perkiraan penjualan. Usaha dikatakan layak jika potensi i) pasar masih

terbuka lebar, ii) target pasat jelas, iii) memiliki strategi yang jelas terhadap

empat bauran pemasaran yaitu produk, harga, tempat dan promosi, dan iv)

perkiraan penjualan minimal sanggup menutupi biaya.

3. Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial

Analisis terhadap aspek manajemen dilakukan untuk memperoleh

gambaran mengenai kemampuan staf dalam melaksanakan usaha. Dalam

aspek manajemen perlu dikaji struktur organisasi yang sesuai dengan usaha

yang direncanakan sehingga diketahui jumlah kebutuhan, kualifikasi, dan

deskripsi tugas individu untuk mengelola usaha (Kadariah et al, 1999).

Indikator kelayakannya yaitu usaha memiliki sistem manajemen yang baik,

dengan mengetahui tugas pokok dan fungsi masing-masing anggota dan

terbangunnya sistem yang solit sehingga usaha mampu bertahan dan

berkembang.

4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Serupa dengan undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang peningkatan

prioritas pelayanan bagi masyarakat, Gambar 1 juga menunjukkan bahwa pada

dasarnya kebutuhan dasar manusia berupa certain material goods (makanan,

air, udara, sandang, papan), hubungan sosial yang baik (good sosial relations),

kesehatan fisik dan psikologi (physical and psychological healt). Artinya

kebutuhan dasar manusia tidak hanya berhenti hanya pada kebutuhan ekonomi

saja tetapi, memperoleh lingkungan yang baik dan hubungan sosial yang baik

juga menjadi kebutuhan dasar yang tidak terpisahkan.

Gambar 2. Kebutuhan dasar manusia Sumber : John Croft, dalam “Changing the Paradigm of Being”

Page 29: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

15

Sebagaimana mengacu pada program pembangunan berkelanjutan

(sustainable development) yaitu dengan mempertimbangkan tiga aspek utama.

Tiga aspek tersebut adalah ekonomi, sosial dan lingkungan. Indikator aspek

kelayakan ini terletak pada sejauh mana usaha dapat mengkomparasikan

ketiga aspek sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan sekaligus faktor-

faktor yang mempengaruhinya. Aspek sosial yaitu yang berkenaan dengan

implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, seperti

penyediaan, pengaruh terhadap lingkungan, tenaga kerja dan pemerataan

pendapatan. Aspek ekonomi berkenaan dengan kontribusi usaha terhadap

pembangunan ekonomi secara keseluruhan dan apakah kontribusi tersebut

cukup besar dalam menentukan pembangunan sumber daya yang diperlukan.

Adapun aspek lingkungan yaitu dapat dinilai dari dampak kegiatan usaha

terhadap lingkungan yang ada dimasyarakat, apakah kualitas lingkungan

menjadi semakin baik atau sebaliknya. Secara sederhanya digambarkan pada

Gambar 3.

Gambar 3. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) Sumber : John Croft, dalam “Changing the Paradigm of Being”

Analisis Switching Value

Suatu usaha pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi

perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan atau pengeluaran yang akhirnya

akan mempengaruhi tingkat kelayakan usaha. Analisis sensitivitas bertujuan untuk

melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa usaha jika ada suatu kesalahan

atau perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat

(Kadariah et al, 1999). Pada umumnya usaha-usaha yang dilaksanakan sensitif

berubah-ubah akibat empat masalah utama yaitu harga, kenaikan biaya,

keterlambatan pelaksanaan dan hasil (Gittinger, 1986).

Suatu variasi dari analisis sensivitas adalah nilai pengganti (switching

value). Menurut Gittinger (1986), pengujian ini dilakukan sampai dicapai tingkat

minimum dimana usaha dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya

proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol

(NPV=0). NPV sama dengan nol akan membuat IRR sama dengan tingkat suku

bunga dan Net B/C sama dengan satu. Analisis dilakukan pada dua perubahan,

yaitu: (1) Penurunan harga plastik cacah; dan (2) Penurunan jumlah produksi

plastik

Page 30: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

16

Kerangka Pemikiran Operasional

Pertambahan jumlah sampah berbanding lurus dengan kenaikan jumlah

penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk khususnya di daerah perkotaan akan

mengakibatkan permintaan terhadap kebutuhan ekonomi juga meningkat. Wilayah

DKI Jakarta adalah salah satu Kota yang berkembang pesat, baik dari sisi

ekonomi maupun pertambahan penduduk. Hal tersebut menjadikan DKI Jakarta

menjadi Kota Sentra perekomian. Namun, di sisi lain kondisi tersebut

mengakibatkan DKI Jakarta penuh dengan sampah.

Pesatnya pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta selain membawa

keuntungan dengan tumbuh dan berkembangnya DKI Jakata menjadi pusat

kegiatan ekonomi, industri, sosial dan budaya juga membawa konsekuensi

terhadap meningkatnya biaya sosial, sehingga pada akhirnya menjadikan DKI

Jakarta akan sampai pada tingkat skala disekonomi. Hal ini merupakan akibat

terjadinya kemunduran kualitas lingkungan hidup DKI Jakarta berupa kebisingan,

kemacetan lalu lintas, pencemaran air, udara dan tanah yang disebabkan oleh

limbah industri dan rumah tangga. Dampak perkembangan tersebut adalah

semakin besarnya jumlah limbah yang dihasilkan dan daya dukung lingkungan

yang semakin berkurang akibat limbah tersebut.

Di sisi lain penanganan masalah sampah secara ekslusif oleh pemerintah

tidak efektif lagi karena tidak melibatkan masyarakat sebagai penghasil sampah.

Secara langsung maupun tidak langsung, kondisi tersebut akan mengakibatkan

biaya operasional persampahan semakin meningkat. Adanya Dinas Daerah yang

defenitif sebagai penanggung jawab pengelolaan kebersihan kota sangat penting

karena dengan uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas akan menjadi landasan

yang kuat untuk menyelesaikan dan mengatasi permasalahan yang menyangkut

persampahan. Penanganan persampahan memerlukan beberapa pendekatan, baik

teknis maupun non teknis yang meliputi : aspek institusi, aspek teknis/operasional,

aspek pembiayaan, aspek hukum, aspek peran serta masyarakat dan aspek

lingkungan (Budiarto 1993).

Beberapa kajian menyebutkan bahwa beberapa instrument penanganan

sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta tidak lagi relevan

untuk dilakukan karena permasalahan sampah hingga saat ini pun belum dapat

terselesaikan. Beberapa alasan lain yang menyebutkan bahwa pengelolaan secara

konvensional tidak lagi cocok yaitu: 1) banyak sampah yang belum tertangani, 2)

biaya penanganan sampah sangat besar, 3) rendahnya kesadaran masyarakat, 4)

daya tampung TPA semakin terbatas. Oleh karena itu, diperlukan sitem

pengelolaan yang lebih tepat yaitu usaha pengelolaan sampah rumah tangga

berbasis komunitas dimana masyarakat ikut berperan aktif menjadi salah satu

alternatif yang telah dan dapat dikelola dengan lebih serius. Dengan adanya usaha

pengelolaan sampah tersebut, diharapkan dapat membantu masyarakat dan

pemerintah keluar dari masalah sampah yang tidak ada akhirnya. Dengan

membuka peluang usaha atau usaha pengelolaan sampah di DKI Jakarta tersebut

diharapkan dapat memberikan nilai ekonomis, menciptakan lapangan pekerjaan

khususnya bagi masyarakat miskin, meningkatkan pendapatan masyarakat miskin,

mengurangi pengangguran dan pada akhirnya menciptakan lingkungan yang asri

dan bersih.

Page 31: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

17

Suatu usaha mengindikasikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan

investasi. Dalam hal ini, kegiatan investasi yang dilakukan mempunyai suatu

konsekuensi yang besar. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan serta pengkajian

yang mendalam dan menyeluruh mengenai pemanfaatan modal, untuk melihat

besarnya manfaat yang diperoleh serta biaya yang dikeluarkan. Selanjutnya

diperlukan suatu analisis yang disebut studi kelayakan usaha, yang melihat secara

menyeluruh berbagai aspek mengenai kemampuan suatu usaha dalam

memberikan manfaat sehingga resiko kerugian di masa yang akan datang dapat

dihindari ataupun diantisipasi (Husnan dan Suwarsono, 2000).

Analisis kelayakan yang dimaksud mencakup aspek kelayakan finansial dan

non finansial. Aspek kelayakan finansial yaitu melihat seberapa besar biaya yang

dibutuhkan dan kemungkinan dana diperoleh sebagai pertimbangan untuk melihat

apakah usaha ini layak atau tidak dijalankan secara komersil oleh masyarakat.

Indikator kelayakan finansial yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Payback Periode.

Sedangkan aspek non finansial meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek

sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan. Adapun indikator yang digunakan

untuk memastikan pengelolaan sampah layak, sebagai berikut: 1) aspek teknis

yaitu dengan mempertimbangkan dimana lokasi, besaran skala operasi,

pemanfaatan mesin (teknologi), proses produksi dan pertimbangan penerimaan

masyarakat terhadap teknologi yang digunakan; 2) aspek manajeman yaitu dengan

pendekatan sejauhmana manajemen dapat mencapai berbagai macam tujuan

bisnis; 3) aspek sosial, ekonomi dan budaya yaitu dengan pertimbangan apakah

usaha mendapat tanggapan yang baik dan memberi dampak sosial, ekonomi dan

budaya terhadap masyarakat keseluruhan; 4) aspek lingkungan yaitu dengan

melihat apakah dengan adanya bisnis dapat menciptakan lingkungan semakin baik

atau rusak. Untuk memperjelas gambaran mengenai penelitian yang dilakukan,

dapat dilihat bagan kerangka pemikiran operasional yang disajikan dalam Gambar

4.

Page 32: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

18

Gambar 4. Kerangka operasional

Dapat diusahakan:

- upaya pengembangan

-tujuan usaha mendapat laba maksimal

Pertimbangan sistem

pengelolaan lainnya

layak Tidak Layak

Sampah menjadi salah satu permasalahan

utama di DKI Jakarta

Penanganan secara konvensional tidak relevan

Banyak sampah yang belum tertangani

Biaya penanganan sampah sangat besar

Rendahnya kesadaran masyarakat

Daya tampung TPA semakin terbatas

Sistem pengelolaan sampah berbasis

masyarakat (partisispasi masyarakat)

Uji Kelayakan

1. Aspek Pasar : Potensi pasar, Target pasar, Bauran pemasaran dan

perkiraan penjualan

2. Aspek Teknis : Penentuan tempat, Lay-out dan Pemilihan

teknologi

3. Aspek Manajemen : Sistem manajemen

4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan : Manfaat sosial, Manfaat

ekonomi dan Manfaat lingkungan

5. Aspek Finansial : NPV, IRR, B/C Rasio dan Payback Periode

Page 33: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

19

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di komunitas pengelola sampah berbasis masyarakat

yang berada di Jakarta khususnya Kapuk Muara. Penelitian tersebut akan

didukung dengan adanya wawancara langsung secara dua arah dengan masyarakat

yang berada di lokasi penelitian untuk melihat respon masyarakat tentang adanya

pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang telah dilakukan di lokasi

penelitian.

Pemilihan lokasi penelitian di Jakarta dilakukan dengan sengaja (purposive)

terhadap satu lokasi dengan pertimbangan tujuan penelitian terhadap analisis

kelayakan pengelolaan sampah organik dan sampah anorganik. Lokasi tersebut

yaitu Kelurahan Kapuk Muara sebagai komunitas pengolah sampah anorganik.

Pemilihan Kelurahan Kelurahan Kapuk Muara dengan pertimbangan bahwa lokasi

ini memiliki usaha yang mampu mengelola sampah rumah tangga yang ada di

sekitarnya dan telah berhasil menjadi salah satu teladan dalam usaha pengelolaan

sampah berbasis komunitas di Jakarta Utara yaitu Bank Sampah Mapess. Sejak

tahun 2011, komunitas penggiat daur ulang sampah ini berhasil melakukan

pengelolaan sampah walaupun cakupannya masih relatif kecil dengan

mengangkut sampah dari lingkungan perumahan, kemudian dipisah menurut

jenisnya. Sampah organik sebagian digunakan untuk biopori dan sebagian lagi

diolah menjadi pupuk kompos, sedangkan sampah anorganik digiling dan

selanjutnya dijual sebagai bahan baku industri plastik. Selain itu, penulis merasa

perlu melakukan studi kelayakan finansial dengan acuan terhadap usaha yang

telah dijalankan oleh Rumah Kompos dan Mapess sehingga dapat menjadi

pertimbangan bagi pengelola maupun investor yang akan membuka usaha dengan

bahan dasar sampah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer berupa informasi tentang usaha pengelolaan sampah di

Rumah Kompos Bank Sampah Mapess. Data diperoleh melalui pengamatan

langsung seperti wawancara dengan pengelola rumah kompos, rumah tangga,

pemulung, lapak-lapak, dan pihak-pihak yang terkait. Wawancara dilakukan

dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Informasi diperoleh dari dua kelompok yaitu sampel nasabah (pelaku rumah

kompos) dan informan kunci. Wawancara terhadap pelaku rumah kompos hanya

dilakukan kepada warga Kelurahan Kapuk Muara yang tergabung sebagai

nasabah. Sebanyak 40 sampel dipilih dengan metode nonprobabilitas yaitu

melalui metode (purposive sampling) dari dua RT yaitu RT 02 dan RT 03 masing-

masing 20 nasabah paling aktif. Sedangkan untuk informan kunci, penggalian

informasi dilakukan melalu wawancara mendalam (depth interview). Sebanyak 5

(lima) informan yang akan diwawancarai berasal dari latar belakang pemulung,

penanggungjawab kebersihan (BPLHD DKI), lurah dan tokoh masyarakat.

Diharapkan melalui wawancara ini dapat melihat sikap terhadap pengelolaan

sampah rumah tangganya dan bagaimana pandangan masyarakat terhadap

Page 34: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

20

pengelolaan sampah yang dilakukan pemerintah saat ini serta pandangan terhadap

usaha yang dijalankan oleh Bank Sampah Mapess.

Data sekunder merupakan data yang diolah lebih lanjut yang diperoleh dari

Badan Pusat Statistik (BPS), BPLHD DKI Jakarta, dan instansi-instansi terkait.

Selain itu data sekunder juga didapat dari literatur-literatur yang relevan dengan

penelitian ini misalnya buku, majalah, surat kabar, internet, dan lain-lain.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data meliputi analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif, khususnya mengenai kegiatan

usaha pengelolaan sampah, kegiatan manajemen, kegiatan pemasaran pengelolan

sampah, lingkungan sosial yang mempengaruhi pengelolaan tersebut serta melihat

sikap dan tindakan sampel tentang masalah persampahan secara umum. Analisis

kuantitatif dilakukan untuk menganalisa aspek finansial kelayakan usaha

pengelolaan sampah dengan membandingkan biaya dan manfaat yang diperoleh

pada masa sekarang dengan masa yang akan datang melalui tingkat diskonto

tertentu. Pengambilan sampel data diperoleh dari pengelola Rumah Kompos yang

berada di Kelurahan Kapuk Muara Provinsi DKI Jakarta. Data dan informasi yang

telah diperoleh dan diolah secara manual yaitu dengan menggunakan kalkulator

maupun dengan komputer dengan menggunakan program Excel, kemudian

hasilnya diinterpretasikan secara deskriptif.

Analisis finansial mengolah data dengan menggunakan kriteria kelayakan

finansial yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Payback Periode. Sedangkan analisis non

finansial meliputi aspek teknis aspek pasar, aspek manajemen, aspek ekonomi,

aspek sosial dan lingkungan. Pengolahan data tersebut dilakukan berdasarkan

pada kerangka pemikiran yang telah disusun. Selain itu, dilakukan pula analisis

sensitivitas untuk melihat kepekaan usaha pengelolaan sampah dalam menghadapi

kemungkinan terjadinya perubahan.

Analisis Kriteria Kelayakan Finansial

Terdapat dua skenario yang digunakan yaitu i) biaya investasi oleh CSR dan

ii) biaya investasi dari swadaya. Skenario I merupakan kondisi eksisting dan

skenario II merupakan kondisi ideal yang dapat diaplikasikan. Karena pada

skenario I menggunakan dana CSR, maka dalam memilih komponen investasi

terkadang tidak mempertimbangkan kapasitas tetapi kwalitas sehingga terjadi

pemborosan biaya investasi yang berimplikasi terhadap penurunan manfaat

(benefit) bahkan kerugian usaha. Perbedaan kedua skenario terletak pada

komponen dan spesifikasi beberapa komponen investasi. Beberapa komponen

yang kurang begitu termanfaatkan dihilangkan dan sebagian komponen

diturunkan kapasitasnya. Perubahan komponen ini berimplikasi terhadap besarnya

biaya investasi.

Masing-masing skenario dihitung tingkat kelayakannya mengunakan analis

cash flow dan analisis laba rugi. Analisis cashflow digunakan untuk mengukur

kriteria kelayakan berupa NPV, IRR, Net B/C dan Payback periode. Berikut

merupakan rumus yang digunakan adalah:

Page 35: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

21

a. Net Present Value ( NPV)

Net Present Value adalah manfaat bersih yang diterima selama umur usaha

pada tingkat diskonto tertentu. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV

(Gittinger, 1986) adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun t

Ct = Biaya pada tahun t

t = Jumlah tahun (umur usaha)

i = Tingkat suku bunga (DR)

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV yaitu :

1) NPV > 0, berarti secara finansial usaha layak dilaksanakan karena

manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya

2) NPV = 0, berarti secara finansial usaha sulit untuk dilaksanakan

karena manfaat yang diperoleh diperlukan untuk menutupi biaya

yang dikeluarkan.

3) NPV < 0, berarti secara finansial usaha tidak layak dilaksanakan

karena manfaat yang diperoleh lebih kecil daripada biaya yang

dikeluarkan.

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return menunjukkan rata-rata tingkat keuntungan internal

tahunan perusahaan yang melaksanakan investasi dan dinyatakan dalam

persen. IRR adalah tingkat suku bunga yang membuat nilai NPV usaha sama

dengan nol. Nilai IRR diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

i = Discount rate yang menghasilkan NPV positif

i’ = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif

NPV = NPV yang bernilai positif

NPV’ = NPV yang bernilai negatif

Suatu usaha dikatakan layak jika nilai IRR yang diperoleh usaha tersebut lebih

besar dari tingkat diskonto, dan dikatakan tidak layak jika nilai IRR yang

diperoleh lebih kecil dari tingkat diskonto.

c. Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C Ratio)

Net Benefit Cost Ratio adalah besarnya manfaat tambahan pada setiap

tambahan biaya sebesar satu satuan. Net B/C adalah merupakan perbandingan

antara nilai sekarang (present value) dari net benefit yang positif dengan net

benefit yang negatif. Rumus yang digunakan dalam perhitungan Net B/C

(Kadariah et al,1999) adalah sebagai berikut:

Page 36: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

22

Keterangan :

Bt = Penerimaan pada tahun ke-t

Ct = Biaya pada tahun ke-t

N = Umur usaha (tahun)

i = Tingkat diskonto (%).

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C yaitu :

1) Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak atau menguntungkan.

2) Net B/C < 1, maka usaha tidak layak atau tidak menguntungkan.

d. Payback Periode

Payback Periode atau tingkat pengembalian investasi merupakan metode untuk

mengukur periode jangka waktu atau jumlah tahun yang dibutuhkan untuk

menutupi pengeluaran awal (investasi). Dalam hal ini biasanya digunakan

pedoman untuk menentukan suatu usaha yang akan dipilih adalah suatu usaha

yang paling cepat mengembalikan biaya investasi tersebut. Rumus yang

digunakan dalam perhitungan Payback Periode adalah sebagai berikut:

Keterangan :

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = Manfaat bersih setiap tahunnya

Jika masa pengembalian investasi ( Payback Periode) lebih singkat daripada

umur usaha yang ditentukan, maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan.

Pada dasarnya semakin cepat Payback Periode menunjukkan semakin kecil

resiko yang dihadapi oleh investor (pengusaha).

Tabel 1. Kriteria kelayakan aspek finansial

No Kriteria Kelayakan Layak Tidak Layak

1 Net Present Value (NPV) > 0 < 0

2 Internal Rate of Return

(IRR)

> DR (Discount

rate)

< DR (Discount

rate)

3 B/C Rasio > 1 < 1

4 Payback Periode < Umur usaha > Umur usaha

Analisis Kriteria Kelayakan Non Finansial

1. Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran

mengenai pemilihan lokasi, kapasitas produksi, pemilihan teknologi proses

dan peralatan, penentuan kapasitas produksi disesuaikan berdasarkan jumlah

sampah kota sebagai bahan baku. Penggunaan mesin dan peralatan disesuikan

dengan teknologi proses yang dipilih. Apabila teknologi yang digunakan dapat

dengan mudah dioperasikan dan diterapkan, kapasitas produksi dapat

Page 37: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

23

memenuhi target dan input produksi (sampah) melimpah serta mudah didapat,

maka bisa dikatakan layak berdasarkan aspek teknis.

2. Analisis Aspek Pasar

Analisis yang dilakukan pada aspek ini adalah menganalisis potensi pasar

listrik dan hasil ikutannya berupa abu, karena yang dihasilkan merupakan

kebutuhan pokok masyarakat perkotaan, analisis potensi pasar dengan bauran

pemasaran yang ada seperti Product, Price, Place, Promotion dan

Distribution. Sebagai indikator kelayakan aspek pasar ini yaitu ketersediaan

pasar produk yang dihasilkan oleh komunitas berupa kompos dan plastik

giling, memiliki harga yang cukup tinggi dan promosi pemasaran dapat

dilakukan dengan mudah.

3. Analisis Aspek Manajemen

Kajian terhadap manajemen meliputi pemilihan bentuk perusahaan untuk unit

usaha dan stuktur organisasi yang sesuai, kebutuhan tenaga kerja serta

deskripsi tugas masing-masing jabatan. Sebagai indikator kelayakannya yaitu

dengan pendekatan sejauhmana manajemen dapat mencapai berbagai macam

tujuan bisnis. Apabila manajemen dapat mencapai tujuan usaha rumah kompos

maka dapat dikatakan layak secara aspek manajemen.

4. Analisis Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan

Analisis Aspek sosial, ekonomi dan budaya dilihat dengan pertimbangan

apakah usaha mendapat tanggapan yang baik dan memberi dampak sosial,

ekonomi dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Apabila bisnis

pengolahan sampah yang dilakukan mendapat tanggapan dan antusias yang

baik dari masyarakat, dapat meningkatkan taraf hidup (memberi nilai tambah

bagi masayarakat), dan tidak menyalahi aturan kebudayaan, maka bisa

dikatakan layak secara Aspek sosial, ekonomi dan budaya.

Analisis aspek lingkungan yaitu dengan melihat apakah dengan adanya bisnis

dapat menciptakan lingkungan semakin baik atau rusak. Apabila bisnis

pengolahan sampah yang dilakukan menciptakan lingkungan yang semakin

baik, maka bisa dikatakan layak secara aspek lingkungan.

Tabel 2. Kriteria kelayakan aspek non finansial

No Aspek Kelayakan Kriteria Kelayakan Layak

1 Teknis 1. Penentuan tempat Mudah diakses dan dekat dengan

bahan baku

2. Layout tempat Layout memudahkan proses

3. Pemilihan teknologi Mudah diaplikasikan dan diterima

2 Pasar 1. Potensi pasar Potensi pasar terbuka luas

2. Target pasar Target pasar jelas

3. Bauran pemasaran Strategi 4 bauran pemasaran

4. Perkiraan penjualan Menutupi biaya

3 Manajemen 1. Sistem manajemen Solid dan sesuai tupoksi

4 Sosial, ekonomi

dan lingkungan

1. Manfaat social Bermanfaat dan dapat dirasakan

langsung oleh masyarakat

2. Manfaat ekonomi Bermanfaat dan dapat dirasakan

langsung oleh masyarakat

3. Manfaat lingkungan Bermanfaat, memperbaiki kualitas

ligkungan dandapat dirasakan

langsung oleh masyarakat

Page 38: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

24

Analisis Switching Value

Analisis switching value adalah suatu analisis yang dapat melihat pengaruh-

pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Analisis switching

value bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis usaha

jika terdapat suatu perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat.

Hal tersebut perlu karena analisis usaha didasarkan pada usaha-usaha yang

mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi pada masa yang

akan datang. Analisis switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar

perubahan pada tingkat biaya dan manfaat dapat terjadi, sehingga masih

memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi.

Analisis switching value dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan parameter terhadap perubahan terhadap arus manfaat dan biaya

selama usaha berlangsung. Tingkat diskonto yang digunakan sebesar 6,25 persen

yang diperoleh dari rata-rata tingkat dari bank konvensional rate tanggal 5 Juni

2014. Analisis dilakukan pada dua perubahan, yaitu: (1) Penurunan harga plastik

cacah; dan (2) Penurunan jumlah produksi plastik. Dua parameter perubahan ini

merupakan faktor yang paling mempengaruhi terhadap manfaat (benefit) yang

akan didapatkan. Perubahan produksi kompos tidak dihitung sebab tidak begitu

berpengaruh terhadap manfaat karena produksinya yang masih terbatas.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan kalkulator dan

komputer dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007.

Asumsi Dasar dalam Perhitungan Analisis Finansial

Analisis kelayakan finansial usaha pengelolaan sampah berbasis komunitas

menggunakan beberapa asumsi yaitu

1. Terdapat dua Skenario, Skenario I yaitu usaha pengelolaan sampah

berbasis komunitas menggunakan modal awal berasal dari dana CSR,

Total investasi yang dikeluarkan sebanyak Rp263 453 000. Skenario II

yaitu usaha menggunakan modal yang berasal dari swadaya masyarakat.

Total biaya investasi yang dikeluarkan sebanyak Rp128 453 000.

Perbedaan kedua skenario terletak pada i) penggunaan teknologi dan

penurunan spack berdasarkan kapasitas beberapa komponen investasi

berupa bangunan, mesin pencacah plastik, dan unit komposter dan ii)

peniadaan beberapa komponen investasi berupa laptop dan mesin

pengepress.

2. Dilakukan analisis sensitivitas terhadap perubahan penurunan harga

plastik dan penurunan produksi plastik cacah.

3. Perolehan sampah rata-rata 13.68 Kg/Jiwa/Bulan, sehingga diperoleh

rata-rata produksi sampah adalah 0.46 kg/jiwa/hari. Dari total timbulan

sampah, sebesar 0.296 kg (65%) merupakan sampah organik. Dengan

120 nasabah yang dimiliki Bank Sampah Mapess maka jumlah sampah

organik yang dapat digunakan sebagai bahan baku kompos adalah 35.6

kg per hari dengan penyusutan 40-60% (tergantung jenis bahan

organik) menjadi 21.35 kg per hari.

4. Harga jual yang ditetapkan untuk kompos adalah Rp1 250 per kg.

Volume kompos per kemasan plastik adalah lima kg dengan harga Rp6

Page 39: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

25

250. Dari jumlah produksi kompos serta harga jual, dapat

diperhitungkan besarnya penerimaan jika dikomersilkan. Penerimaan

dari produksi kompos diperoleh sebesar Rp800 280 per bulan atau

setara Rp9 603 360 per tahun.

5. Jumlah sampah terpilah sebanyak 19.15 kg per hari atau dalam satu

bulan rata-rata sampah terkumpul sebanyak 574.56 kg. Sampah

didominasi jenis plastik sebanyak 50 persen, kertas 40 persen dan

sisanya sebanyak 10 persen berupa besi. Setiap bulannya, Bank Sampah

Mapess mampu menghasilkan penghasilan sebesar Rp2 056 924.8 atau

setara Rp24 683 097.6 per tahun.

6. Umur proyek disesuaikan dengan umur pemakaian lahan yaitu selama

10 tahun, karena lahan merupakan aset yang penting dalam proses

pengelolaan sampah yang ada di Rumah Kompos saat ini.

7. Harga yang digunakan dalam perhitungan manfaat dan biaya adalah

harga yang berlaku pada bulan Maret 2014.

8. Produksi kompos dan plastik cacah selalu meningkat sebanyak 10

persen pertahun.

9. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 6.25 persen yang berasal

dari rata- rata tingkat suku bunga bank konvensional tanggal 5 Juni

2014.

10. Penyusutan investasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus

dimana harga beli dikurang nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis.

Nilai sisa ditetapkan untuk aset-aset yang masih memiliki umur

ekonomis ketika umur usaha telah berakhir

11. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pengelolaan sampah terdiri dari

biaya investasi dan biaya operasional. Biaya operasional terdiri dari

biaya tetap dan biaya variabel. Biaya operasional selalu meningkat

sebanyak 10 persen setiap tahunnya sesuai dengan peningkatan

produksi dan peningkatan harga bahan baku akibat inflasi.

GAMBARAN UMUM

Sejarah Bank Sampah Mapess

Bank Sampah Mapess “masyarakat peduli sampah sejahtera” berdiri sejak

Tahun 2011 dan merupakan program lingkungan yang diinisiasi oleh PT.

Pertamina melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bentuk

kepedulian Pertamina terhadap lingkungan dan sosial. Program ini merupakan

kerjasama antara Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah

(P4W-IPB), Pertamina dan pemerintah Jakarta Utara. Mapess menjawab issu

lingkungan yang menjadi salah satu fokus utama pemprov DKI Jakarta yaitu

terkait permasalahan sampah. Beberapa pihak yang terlibat melihat keresahan

masyarakat akibat dampak (impact) yang muncul karena masalah sampah yaitu

dampak kesehatan, dampak folusi dan banjir. Stakeholders paham betul

permasalahan sampah bukan hanya permasalahan pemerintah tetapi merupakan

permasalahan bersama baik dari akademisi, swasta, pemerintah dan masyarakat.

Dalam hal ini, akademisi berperan sebagai konseptor dan rencana aksi,

Page 40: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

26

perusahaan/swasta sebagai supporting pendanaan, pemerintah sebagai regulator

dan masyarakat sebagai ujung tombak program pengentasan masalah sampah.

Perencanaan bank sampah dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan

beberapa stakeholder seperti tokoh masyarakat, Badan Lingkungan Hidup (BLH),

Kelurahan, tim IPB dan tim Pertamina. Melalui proses ini, didapatkan issu

strategis yang pada akhirnya menjadi rencana aksi yaitu program Bank Sampah

Mapess. Mapess dijadikan sebagai simbol bentuk keprihatinan dan kepedulian

masyarakat terhadap permasalah sampah yang selama ini mereka rasakan. Motto

dari Mapess adalah “masyarakat peduli dengan lingkungan karena harapan itu

masih ada untuk hari esok yang lebih baik”.

Dalam perjalanannya, perjuangan stakeholders untuk menyelenggarakan

program bank sampah tidaklah semudah yang dibayangkan. Pemanfaatan fasilitas

umum (fasum) sebagai lokasi Mapess mendapat kritikan dari beberapa

pengembang dan pihak-pihak yang berkepentingan dan ingin memanfaatkan

lokasi tersebut sebagai tempat usaha dan property. Sampai pada akhirnya

bagaikan gayung bersambut, walikota memberikan dukungan penuh terhadap

program ini.

Dengan semangat memperbaiki lingkungan, stakeholder melalui tim

pendamping dari IPB berkampanya “stop nyampah di kali” mengajak masyarakat

di kelurahan Kapuk Muara khususnya RT 02 dan RT 03 RW 5 berperan aktif

dalam mengurangi (reduce), memilah dan memanfaatkan kembali (reuse). Jumlah

nasabah yang semula hanya sembilan pada awal berdirinya Mapess hingga tahun

kedua nasabahnya menjadi 120 nasabah.

Lokasi Bank Sampah Mapess

Bank Sampah Mapess berlokasi di RW 05 Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta

Utara, DKI Jakarta. Mapes terletak ditanah fasilitas umum dengan luas 80 dan

terletak 100 m dari kantor kelurahan Kapuk Muara. Bagian depan berbatasan

dengan jalan komplek perumahan RW 05, belakang berbatasan dengan pabrik

tekstil.

Lokasi Bank Sampah Mapess cukup strategis, selain mudah diakses,

letaknya yang dekat dengan kelurahan mudah pihak kelurahan memonitoring

perkembangan bank sampah ini. Hanya saja, letakknya yang tidaklangsung

berdekatan dengan RT 02 dan 03 sebagai pilot project lokasi dampingan

mengurangi keefektifan dalam pengangkutan sampah terpilah dari warga.

Struktur Organisasi Bank Sampah Mapess

Berbeda dengan perusahaan konvensional yang memiliki karyawan

didalamnya, Bank Sampah Mapess tidak memiliki karyawan tetapi volunter

(relawan) yang berasal dari masyarakat kelurahan Kapuk Muara yang memiliki

kesamaan misi yaitu peduli terhadap lingkungan. Sebagian dari mereka selain

menjadi volunter di Bank Sampah Mapess juga bekerja di tempat lain. Bagi

mereka, Mapess merupakan wadah untuk mengekspresikan bentuk kepedulian

mereka terhadap lingkungan yang tentu saja tidak semua orang memilikinya.

Meskipun begitu, Mapess masih memiliki struktur organisasi yaitu bank

sampah dikepalai oleh manajer lapangan bernama Tafsir Munir. Manajer bertugas

Page 41: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

27

memegang wewenang dan mengkoordinir relawan-relawan lainnya. Dalam setiap

keputusannya, manajer meminta pertimbangan kepada tim pendamping lapangan

dari akademisi (P4W-IPB), selanjutnya pendamping memberi masukan dan

keputusan diserahkan sepenuhnya kepada manajer. Pada mulanya terdapat lima

yang bertindak sebagai manajer sebanyak satu relawan, satu relawan bertanggung

jawab sebagai administrasi dan tiga relawan lainnya bertanggung jawab

mengumpulkan sampah terpilah dari masyarakat. Tingkat pendidikan relawan

dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Tingkat pendidikan relawan di bank sampah Mapes pada Oktober 2013

No Tingkat Pendidikan Jumlah Relawan Jabatan

1 Sarjana dan D3 2 1. Kordinator pendamping

lapangan

2. Pendamping lapangan

2 SMA 3 1. Manajer lapangan

2. Sekretaris

3. Ketua operasional

3 SMP 1 1. Anggota operasional

4 Tidak bersekolah 1 1. Anggota operator

Selain bekerja sesuai dengan tupoksi (tugas pokok dan fungsi), masing-

masing relawan membantu satu sama lain saat pekerjaan berlebih tidak terkecuali

manager juga ikut membantu. Struktur organisasi dan aturan main Bank Sampah

Mapess merepresentasikan kondisi kerja yang egaliter (setara), masing-masing

tahu apa yang menjadi tugasnya tanpa terikat dengan struktur organisasi yang

telah disepakati bersama. Dalam konsep partisipasi sering disebut sebagai full

participatory. Struktur organisasi disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 5. Struktur organisasi di Bank Sampah Mapes pada Oktober 2013

Pada prinsipnya, para relawan tidak terikat waktu hanya saja selalu mereka

sempatkan diwaktu senggang setelah bekerja ditempat lain terutama disore hingga

malam hari untuk menyotir kembali sampah yang terkumpul. Sebagai gantinya,

mereka akan padatkan kegiatan bank sampah pada hari sabtu dan minggu untuk

mengumpulkan, memilah dan menggiling sampah. Sesekali jika sampah terpilah

sudah cukup banyak dan telah tergiling (biasanya sekitar satu bulan) untuk segera

Manajer

Ketua Operasional Administrasi

Anggota I Anggota II

Page 42: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

28

dijual ke pabrik yang membutuhkan bahan baku plastik, kertas dan besi. Hasil

penjualan sampah terpilah dibagi sebagian untuk nasabah, bank sampah dan para

relawan. Meski secara nominal tidak begitu banyak tetapi menurut mereka ada

nilai dan tujuan yang lebih penting dari pada sekedar uang yaitu nilai sosial.

Fasilitas Bank Sampah

Fasilitas yang dimiliki Bank Sampah Mapess yaitu berupa bangunan, energi,

unit pengolahan sampah organik dan anorganik, pengepres plastik dan kaleng,

laptop dan transportasi (gerobak motor).

a. Bangunan

Bank Sampah Mapess memiliki bangunan yang disebut sebagai rumah

kompos dengan luas 10mx8m. merupakan bangunan permanen yang berdiri di

tanah fasum. Lokasi cukup strategis berdekatan dengan kantor kelurahan Kapuk

Muara dan sangat mudah untuk diakses.

Rumah kompos digunakan sebagai tempat menyimpan, menyortir dan

menggiling sampah palastik serta membuat kompos sekaligus tempat edukasi.

Rumah kompos yang rampung di akhir tahun 2011 ini dibangun oleh PT.

Pertamina bekerja sama dengan P4W-IPB. Saat ini masih digunakan dan

diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat.

Gambar 6. Rumah kompos Bank Sampah Mapess (gambar diambil pada 24

November 2011)

b. Energi

Sumber energi berupa listrik berasal dari PLN Jakarta Utara dengan

kapasitas 2 200 watt. Listrik digunakan untuk penerangan karena kegiatan sortir

biasanya dilakukan para relawan pada sore hingga malam hari. Rencana akan

ditingkatkan dayanya menjadi 6 600 watt apabila sekala produksi bank sampah

meningkat. Sedangkan sumber energi yang digunakan untuk proses pengolahan

sampah (penggilingan dan pengayakan) menggunakan diesel solar. Dengan

spesifikasi merek Kubota Jepang, 8.5 PK HP sebanyak dua diesel dan 3 HP

sebanyak satu diesel. Masing-masing digunakan untuk pengolahan sampah

organik sebanyak satu diesel dan dua diesel untuk pengolahan kompos.

c. Unit pengolahan sampah organik dan anorganik

Terdapat dua mesin penggiling yaitu pengiling sampah organik dan plastik.

Masing-masing memiliki diesel penggerak dan berbahan bakar solar. Saat ini,

hanya mesin giling plastik yang sering digunakan karena sebagian besar sampah

organik di bung ke TPS dan sebagian lagi dimasukkan kedalam lubang biopori.

Page 43: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

29

Mesin penggiling sampah organik berkapasitas 1 500 kg per jam

menggunakan alat penggerak diesel dengan potongan 0,5- 5 cm dengan 10 pisau

baja. Sementara untuk mesin pengayak berkapasitas 10 m3per jam dengan mesin

penggerak berupa diesel elektro 3 HP. Satu unit pencacah sampah organik dan

pengayak dibeli dengan harga Rp30 000 000.

(a) (b)

Gambar 7. Mesin pengolahan sampah organik; (a) mesin penggiling sampah

organik (b) pengayak kompos

Mesin pencacah yang dimuliki berkapasitas 1000 kg/hari (8 jam), mesin

penggerak berupa diesel 8.5 PK HP dengan hasil potongan 0.5-1 cm. Terdapat

enam pisau baja steel (58-60 hrc), sistem knock down dan bisa dibongar. Biaya

yang dibutuhkan untuk satu unit mesin pencacah plastik yaitu Rp50 000 000.

Gambar 8. Mesin penggiling sampah plastik di Bank Sampah Mapess

d. Mesin pengepres

Mesin press yang dimiliki berjumlah satu unit, berdiameter 0.8x1 m dan

menggunakan tenaga listrik (Gambar 9). Bisa digunakan untuk mengepres kertas,

plastik (botol mineral) dan kaleng. Mekanisme kerjanya menggunakan sistem

hidrolik dengan memompakan minyak kedalam selang hidrolik selanjutnya

memberikan tekanan. Mesin pres ini dibeli denga harga Rp45 000 000 dengan

umur teknis 10 tahun.

Page 44: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

30

Gambar 9. Mesin pengepres plastik dan kertas

e. Tranportasi

Fasilitas tranportasi yang dimiliki berupa satu unit germor dengan kapasitas

angkut tiga kwintal (Gambar 10). Germor telah diseting agar lebih operasional

untuk mengangkut sampah dari nasabah dan menjual sampah kertas. Harga

germor sebesar Rp20 000 000 dengan umur teknis lima tahun.

Gambar 10. Germor (gerobak motor) alat pengangkut sampah dari warga

f. Tabung komposter

Tabung komposter yang dimiliki sebanyak 20 tabung digunakan untuk

proses pembuatan kompos. Terbuat dari drum berukuran sedang (volume 20 liter)

dengan lubang paralon dibagian bawah tabung (Gambar 11). Dibeli dengan harga

Rp170 000 per unit dengan umur ekonomis selama 10 tahun.

Gambar 11. Tong komposter sebagai tempat fermentasi kompos

Page 45: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

31

g. Timbangan duduk dan timbangan gantung

Timbangan yang dimili Mapess berupa timbangan duduk dan timbangan

gantung (Gambar 12). Timbangan duduk sebanyak 1 (satu) unit dengan kapasitas

maksimal 500 kg. Digunakan untuk menimbang plastik yang siap dijual.

Sedangkan timbangan gantung yang dimiliki sebanyak 1 (satu) unit dengan

kapasitas maksimal 50 kg. Harga timbangan duduk dan timbangan gantung

masing-masing adalah Rp250 000 dan Rp3000 000 per unit dengan umur

ekonomis 10 tahun.

(a) (b)

Gambar 12. Timbangan; a) timbangan duduk, b) timbangan gantung

h. Bak cuci dan pompa air

Bak cuci yang dimiliki sebanyak 1 (satu) unit terdiri dari tiga sekat dan

dibuat secara perpanen mengunakan semen dan batako. Bak cuci digunakan untuk

mencuci plastik setelah digiling. Biaya pembuatan bak cuci sebesar Rp3000 000

dengan waktu ekonomis 10 tahun.

Pompa air digunakan untuk mengalirkan air dari bak culi menuju mesin

giling menggunakan selang 1 inch dan kembali ke bak cuci lagi (resirkulasi).

Harga satu set pompa air Rp700 000 dengan waktu ekonomis 5 (lima) tahun.

Proses Produksi

Proses prosuksi terdiri atas proses (i) pengelolaan sampah organik dan (ii)

pengeloaan sampah anorganik. Sampah organik diproses menjadi kompos

sedangkan sampah anorganik menjadi plastik cacah.

(ii) Proses pengelolaan sampah organik

Proses pembuatan kompos secara sederhana yaitu dengan mengumpulkan,

memilah, menggiling, fermentasi, mengeringkan, mengayak dan mengepak. Alur

kegiatan operasional produksi secara sederhana dilukiskan dalam Gambar 13

melalui tahapan proses berikut:

Page 46: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

32

Gambar 13. Proses pembuatan kompos

1. Pengangkutan

Sampan organik tidak secara rutin dikumpulkan sebagai bahan baku kompos

karena sebagian besar digunakan untuk biopori dan sisanya diangkut ke TPS.

Pengumpulan sampah biasanya dilakukan pada hari sabtu atau minggu. Sampah

dikumpulkan dan diangkut dengan menggunakan gerobak motor. Sampah yang

telah dikumpulkan kemudian diangkut ke Rumah Kompos. Biasanya petugas

mengangkut sampah mulai dari pukul 09:00 WIB sampai pukul 17:00 WIB.

2. Pemilahan

Sampah yang telah diangkut kemudian dipilah di rumah kompos. Proses

pemilahan sampah dilakukan oleh dua relawan. Sampah organik dipilah

berdasarkan sampah yang tidak bisa didaur ulang dan sampah yang dapat didaur

ulang. Sampah organik yang tidak ikut dikomposkan yaitu kayu, bambu, tulang,

dan tanduk. Sampah-sampah ini bisa dikomposkan tetapi membutuhkan waktu

yang lebih lama dan jumlahnya tidak terlalu banyak sehingga tidak dicampurkan

dengan sampah organik yang lain. Proses pemilahan sampah merupakan proses

yang cukup rumit, membutuhkan banyak waktu dan tenaga.

3. Pencacahan

Pencacahan sampah organik dengan menggunakan mesin pencacah

dilakukan setelah proses pemilahan. Sampah organik yang telah telah siap

selanjutnya dimasukkan kedalam penggilingan hingga menjadi potongan-

potongan kecil. Proses pencacahan sampah organik ditunjukkan dalam Gambar

14.

Gambar 14. Proses pencacahan sampah organik dilakukan oleh pengelola Bank

Sampah Mapess

Page 47: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

33

4. Fermentasi

Proses fermentasi hakekatnya memanfaatkan bakteri anaerob untuk

membusukkan sampah organik. Proses dimulai dengan memasukkan sampah yang

telah dicacah kedalam tong berukuran 20 liter. Selanjutnya, ditambahkan

sebanyak 300 ml Effective Microorganism-4 (EM4) dan diatuk secara merata.

Selanjutnya tong komposter ditutup agar tidak terkontaminasi dan menunggu

hingga 14 hari. Proses fermentasi disajikan dalam Gambar 15.

(a) (b)

Gambar 15. Proses fermentasi a) memasukkan sampah

dalam komposter, b) menyemprotkan EM-4

5. Pengeringan

Setelah proses pengomposan selama 14 hari, selanjutnya di tuangkan ke

terpal dan dikeringkan. Pengeringan dilakukan selama 2-3 hari memanfaatkan

sinar matahari. Pengeringan dilakukan untuk menghentikan proses fermentasi.

Kompos kering berdasarkan Gambar 16.

Gambar 16. Kompos yang telah kering sebelum diayak

6. Pengayakan

Kompos yang telah dikeringkan selanjutnya dicampur dengan kotoran

hewan dengan perbandingan 3:1 yaitu tiga untuk kompos dan satu untuk kotoran.

Setelah tercampur dengan merata, tunggu hingga kering yaitu kira-kira 3 hari.

Selanjutnya kompos diayak menggunakan mesin pengayak untuk mesisahkan

kompos yang kasar dan halus.

Page 48: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

34

7. Pengepakan

Kompos yang telah kering selanjutnya dipacking kedalam karung masing-

masing 5 kg. Sebelumnya, karung dilapisi dengan plastik dan kompospun siap

dipasarkan.

(iii) Proses pengelolaan sampah anorganik

Pengelolaan sampah anorganik yaitu dengan mengumpulkan, memilah,

mencacah menjemur dan mengepak. Alur kegiatan operasional produksi secara

sederhana dilukiskan dalam Gambar 17 melalui tahapan proses berikut:

Gambar 17. Proses pengelolaan sampah anorganik

1. Pengangkutan

Sejauh ini masyarakat di lokasi RT 02 da 03 telah memilah sampah menurut

jenisnya. Pemilahan sampah tersebut dilakukan dengan menyediakan karung di

setiap lini rumah tangga yaitu untuk sampah anorganik. Sampah anorganik dipilah

berdasarkan sampah jenis plastik, kertas dan besi.

Sampah dikumpulkan setiap satu kali per dua minggu yaitu pada hari sabtu

atau minggu. Sebelum diangkut, sampah terpilah dari warga ditimbang dan dicatat

kedalam buku tabungan. Selanjutnya, sampah dikumpulkan dan diangkut dengan

menggunakan gerobak motor sampah dengan kapasitas 3 kwintal. Sampah yang

telah dikumpulkan kemudian diangkut ke Rumah Kompos. Biasanya petugas

mengangkut sampah mulai dari pukul 09:00 WIB sampai pukul 17:00 WIB.

Adapun proses pengumpulan penimbangan sampah warga dapat dilihat pada

Gambar 18.

Gambar 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

2. Pemilahan

Sampah yang telah diangkut kemudian dipilah di rumah kompos. Proses

pemilahannya relative lebih mudah karena warga telah memilah berdasarkan

sampah plastik, kertas dan besi. Sampah plastik selanjutnya dipilah berdasarkan

Pengangkutan

Page 49: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

35

warna, jenis plastik. Untuk mempermudah prosespenggilingan, sampah yang

berukuran besar di cacah menggunakan golok atau kapak. Pemilahan sampah dari

nasabah dan non nasabah dilakukan bersama.

3. Pencacahan dan pencucian

Sampah yang telah terpilah berdasarkan jenis dan warna selanjutnya di

cacah. Sebelum itu, isi bak pencucian dengan air dan deterjen. Pompa air

dihidupkan dan pastikan sirkulasi air lancer dari bak pencucian menuju pencacah

dan kembali lagi ke bak pencucian. Selanjutnya, sampah dimasukkan secara

bertahap kedalam mesin cacah. Sampah yang telah bersih diambil menggunakan

saringan dan dimasukkan ke dalam karung. Adapun proses pencacahan dan

pencucian plastik dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Penggilingan dan pencucian plastik

4. Pengeringan

Pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari yaitu dengan

menebarkan plastik yang telah dicacah dan dicuci ke terpal. Plastik dibalik secara

bertahap agar kering merata. Proses ini memerlukan waktu kira-kira 3-4 jam

tergantung intensitas sinar matahari. Adapun proses pencacahan dan pencucian

plastik dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Pengeringan plastik cacah

5. Pengepakan

Pengepakan dilakukan setelah Plastik benar-benar kering. Plastik cacah

dimasukkan kedalam karung 25 kg dan ditimbang masing-masing 25 kg per

karung. Selanjutnya ditata dan siap untuk dipasarkan.

Page 50: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

36

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Aspek Pasar

Dalam aspek non finansial akan dikaji potensi pasar, target pasar, bauran

pemasaran dan perkiraan penjualan.

a. Potensi Pasar

Potensi pasar dapat diartikan sebagai gap (selisih) antara permintaan dan

penawaran. Apabila terdapat selisih antara permintaan dan penawaran maka pasar

dapat dikatakan berpotensi (berpeluang untuk dimasuki). Permintaan baik produk

sampah organik dan anorganik di Provinsi DKI Jakarta belum dapat

diproyeksikan. Hanya saja timbulan sampah yang selalu meningkat sebesar 1,42

persen rata-rata pertahun selain menjadi masalah apabila tidak terkelola dengan

baik, tetapi disisi lain juga menjadi peluang apabila dimanfaatkan. Meskipun

berpeluang, meningkatnya volume sampah bukan berarti baik, terlebih apabila

sampah yang dihasilkan tidak terkelola dan termanfaatkan. Tentu akan

menimbulkan masalah baru. Untuk itu, yang terpenting adalah lebih

mengutamakan mengurangi (reduce) timbulan sampah.

1. Sampah organik

Penanganan sampah organik dianggap high cost karena selama ini hanya

diangkut dan ditimbun di TPA tanpa menghasilkan pemasukan (income). Sebagai

contoh TPA Bantar Gebang, sebanyak 836 877 ton sampah ditampung dan hanya

25 persennya terkelola itupun didominasi sampah anorganik yang bernilai seperti

botol plastik. Selebihnya, hanya sekitar tujuh persen dari total 55 persen sampah

organik saja yang dikelola menjadi kompos. Padahal apabila 50 persen saja

dimanfaatkan menjadi kompos tentu hasilnya sangat fantastis. Selain meringankan

petani dengan harga kompos yang relatif lebih murah, juga dapat mendapatkan

pemasukan yang cukup besar. Pasarpun terbuka lebar meski Jakarta bukan

menjadi pusat pertanian, tetapi daerah-daerah penyangga seperti Karawang,

Indramayu, Bogor, Bandung dan beberapa daerah penyangga lainnya merupakan

daerah pusat pertanian mulai hortikultura, padi hingga tanaman perkebunan.

Kenyataan ini tentu menjadi peluang bagi pelaku bisnis kompos berbahan dasar

sampah organik mengingat harga pupuk yang semakin mahal dan sulit diakses

sebagian besar petani. Selain itu melimpahnya bahan baku berupa sampah organik

dan kotoran hewan semakin mempermudah peningkatan skala usaha kedepannya.

2. Sampah anorganik

Tingginya peluang permintaan terhadap plastik cacah sebagai bahan baku

produksi berbahan dasar plastik ditunjukkan dari semakin meningkatnya

perusahaan yang memanfaatkan plastik. Tercatat Tahun 2013 kemarin kebutuhan

plastik dalam negeri sebesar 1.9 juta ton, meningkat 22.58% dari 2012, yaitu 1.55

juta ton, dan kebutuhan tersebut diprediksi tiap tahunnya akan meningkat secara

terus-menerus. Dari total kebutuhan plastik tersebut, sebanyak 794 ribu ton masih

harus diimpor dari luar dan akan terus meningkat seiring meningkatnya kebutuhan

plastik setiap tahunnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, importasi plastik

dan barang dari plastik selama 2013 naik 11.7 persen yaitu menjadi 2.48 miliar

US Dollar dari yang sebelumnya tahun 2012 sebesar 2.22 miliar US Dollar.

Dalam hal ini, pemanfaatan limbah plastik dalam batas tertentu dapat menghemat

sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor.

Page 51: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

37

Di DKI Jakarta saja, pada tahun 2010 setidaknya sebanyak 2 321 315 ton

sampah yang bisa dimanfaatkan. Meski dari jumlah tersebut sebesar 91.40 persen

atau 2 121 768 ton sampah yang telah terkelola dan sisanya sebanyak 199 547 ton

(8.6%) belum terkelola6. Namun pengelolaan yang dimaksud adalah dengan hanya

menimbun di TPA. Jika benar-benar serius untuk memanfaatkannya kembali

(recycle), diperkirakan DKI Jakarta dapat menyumbang sebesar 464 263 ton

plastik.

Fenomena meningkatnya pemanfaatan sampah di DKI Jakarta tergambarkan

berdasar semakin diburunya plastik daur ulang oleh industri-industri plastik dalam

negeri terutama daerah Jawa Barat, Semarang dan DKI Jakarta sendiri. Di Jakarta,

khususnya di Kapuk Muara para pelaku industri pemanfaat bahan plastik daur

ulang berebut bahan baku, bahkan tidak jarang mereka berani memberikan

sejumlah uang terlebih dahulu untuk memastikan plastik cacahnnya dijual ke

pengusaha tersebut.

b. Target pasar Target pasar sering diartikan kepada siapa produk yang dibuat akan

ditujukan. Menentukan target berdasarkan atas apakah dan untuk apa fungsi

produk yang dibuat? dan siapa yang menjadi pemanfaat produk? Dalam hal ini,

produk yang dipasarkan berupa kompos dan plastik cacah.

Kompos merupakan hasil akhir pengomposan yang dapat digunakan sebagai

pupuk organik. Kandungan unsur nitrogen, fosfor dan kalium dalam kompos tidak

setinggi pupuk buatan (anorganik). Kompos juga sangat kaya akan unsur-unsur

hara mikro seperti besi, boron, belerang, kalsium, dan magnesium yang tidak

terdapat dalam pupuk buatan pada umumnya (Center for Policy and

Implementation Studies, 1994 dalam Wiwik ,1998).

Dalam bidang pertanian, kompos selain dapat meningkatkan hara tanah dan

mengurangi erosi pada tanah kritis tetapi juga dapat digunakan untuk substitusi

penggunaan pupuk buatan. Secara umum kompos sebagai pupuk organik sangat

dibutuhkan dalam usaha pertanian, perkebunan, perikanan, dan penghijauan.

Dengan demikian kompos dapat dipasarkan di kalangan yang cukup luas dalam

berbagai kelompok pengguna terutama di daerah sentra petani seperti Bogor,

Bandung, Karawang, Indramayu, dan Sukabumi.

Sementara plastik cacah saat ini banyak diburu pelaku industri. Seiring

dengan semakin banyaknya pemanfaat sampah plastik, permintaan industri

terhadap bahan dauran anorganik dari waktu ke waktu juga semakin meningkat.

c. Bauran Pemasaran

Mencakup strategi yang akan dilakukan berdasarkan bauran pemasaran 4P

yaitu Product (produk), Price (harga), Place (tempat) and Promotion (promosi).

1. Produk (product)

Produk yang dihasilkan Bank Sampah Mapess adalah kompos dan plastik

cacah. Meski untuk saat ini kompos yang diproduksi tidak rutin dan tidak

dikomersilkan tetapi kompos yang saat ini dimanfaatkan sendiri oleh warga

terbukti cukup bagus diaplikasikan ke tanaman. Sementara produk berbahan

dasar sampah anorganik berupa plastik, kertas dan besi. Plastik digiling

berdasarkan jenis dan warna dengan size 0.5 cm. Beberapa jenis plastik

6 Status lingkungan hidup daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2010

(BPLHD Provinsi Provinsi DKI Jakarta 2010)

Page 52: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

38

tersebut yaitu PP, HD, dan HDPE, saat ini permintaan produk tersebut relatif

tinggi.

2. Harga (price)

Harga ditetapkan berdasarkan harga pasar. Rencananya kompos dipasarkan

perkarung yaitu 5 kg per karung dengan harga Rp1 250 per kilo setara dengan

Rp6 250 per karung. Sementara untuk sampah plastik masing-masing dari

produk plastik cacah memiliki harga yang cukup bervariatif mulai harga

Rp5 000 per kg-Rp8 500 per kg. Harga yang ditetapkan merupakan harga

terendah karena mapes saat ini menjadi pendatang baru (new comer).

3. Tempat (place)

Letak Bank Sampah Mapess berdekatan dengan industri pemanfaat plastik

bekas (recycle) memudahkan untuk memperkenalkan produk. Layout dibuat

sedemikian mungkin agar memudahkan mobilisasi barang. Produk yang siap

dipasarkan diletakkan ditempat yang paling aman agar tetap terjaga

kualitasnya Karen Kapuk Muara sering terjadi banjir.

4. Promosi (promotion)

Hingga saat ini strategi promosi yang cukup efektif dilakukan dengan

memberikan sampel kepada industry plastik. Selanjutnya Mapess menetapkan

harga terendah di pasaran dan memastikan produk yang dijual sesuai dengan

sampel yang diberikan. Kualitas produk menjadi fokus utama agar pembeli

tidak kecewa. Strategi ini dilakukan untuk mengenalkan produk-produk

Mapess kepada para pelaku usaha plastik.

d. Perkiraan Penjualan Saat ini, sampah dari warga yang terkumpul setiap bulannya rata-rata

sebanyak 500 kg sampah anorganik. Sampah terdiri atas plastik, kertas dan besi

masing-masing rata-rata 50 persen, 40 persen dan 10 persen. Jumlah tersebut

belum dapat memenuhi biaya operasional sehingga perlu mendatangkan sampah

dari lapak sebanyak 1 000 kg/bulan. Sementara untuk sampah organik yang

dimanfaatkan sebagai kompos sebanyak 40 kg/bulan dan itu pun tidak rutin.

Sebagian besar sampah organik dimanfaatkan untuk biopori dan sisanya dibuang

ke TPS. Untuk lebih jelas dapat dilihat berdasarkan Gambar 21.

Gambar 21. Sampah terpilah dari nasabah di Bank Sampah Mapess pada tahun

2012

Page 53: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

39

Aspek Teknis

Analisis dalam aspek teknis mencakup lokasi, lay-out dan teknologi yang

digunakan. Berikut merupakan hasil analisis terhadap aspek teknis.

a. Lokasi Mapess

Bank Sampah Mapess berlokasi di RT 02 dan RT 03 RW 05 Kelurahan

Kapuk Muara Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta.

Gambar 22. Peta Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan Sumber : data base masyarakat miskin cipta karya kementrian PU (2012)

Beberapa pertimbangan lokasi Bank Sampah Mapess adalah 1) ketersediaan

bahan baku, 2) sampah terkelola rendah, 3) kesadaran masyarakat rendah, 4)

lokasi dekat dengan pinggir sungai, 5) mudah diakses, 6) kelembagaan dan 6)

ketersediaan pasar.

1. Ketersediaan bahan baku

Jumlah penduduk di RW 05 kelurahan Kapuk Muara sebanyak 34 544 jiwa

yang terbagi atas 9 (Sembilan) RW dan 93 RT. Secara geografis RW 05 terletak di

pinggir sungai berbatasan dengan sungai Ciliwung. Timbulan sampah

diperkirakan sekitar 15 752 kg per hari terdiri atas sampah organik dan sampah

anorganik. Sampah didominasi sampah organik dengan persentase 60-70%

sampah sisanya sebanyak 30-40% berupa sampah anorganik.

2. Sampah terkelola rendah

Berdasarkan hasil pengamatan sebelumnya, dari total timbulan sampah

perhari masih banyak yang tidak terkelola. Data menunjukkan lebih dari 5 (lima)

persen sampah tidak terkelola dengan baik. Pengamatan fisik dan waewancara

dengan beberapa masyarakat dan petugas kebersihan didapat informasi bahwa

masyarakat sering complain ke kelurahan karena armada pengangkut sampah

tidak cukup akibatnya sampah tidak terangkut dan menumpuk di TPS.

3. Rendahnya kesadaran masyarakat

Masyarakat Kapuk Muara khususnya yang berada di kawasan bantaran

sungai sering membung sampah di sungai dan lingkungan. Data statistik Pemprov

DKI Jakarta tahun 2010 menunjukkan bahwa setidaknya sebanyak 3.08 persen

Kel. Kapuk Muara

Page 54: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

40

keluarga yang ada di Jakarta Utara membung sampah di sungai7. Dampak yang

timbul dari kebiasaan seperti ini adalah lingkungan yang kumuh dan lebih parah

lagi penumpukan sampah secara terus-menerus mengakibatkan pendangkalan

sungai hingga berakibat terjadinya banjir. Normalisasi sungai sering kali

dilakukan. Tetapi membuang sampah sembarangan seolah menjadi kebiasaan

yang selalu diulang sehingga langkah pemerintah dalam mengentaskan banjir

semakin jauh dari keberhasilan.

Perlu disadari bersama bahwa sebenarnya tidak hanya masyarakat Kapuk

Muara saja yang memiliki kebiasaan membuang sampah di sungai. Sehingga

muncul paradok bahwa “mengelola sampah di Kapuk Muara seperti menggarami

air laut”. Artinya program bank sampah yang ber outcome “meningkatnya

kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah” tidak berpengaruh signifikan

terhadap perbaikan kondisi lingkungan dan mengurangi masalah di Kapuk Muara

dan DKI Jakarta pada umumnya.

Sebuah pemahaman terbalik yaitu, lakukan hal kecil untuk sesuatu yang

besar. Meskipun skala pendampingan bank sampah untuk saat ini sangat kecil

yaitu pada level RW, tetapi apabila pengelolaan dilakukan dengan konsisten dan

persisten juga pergerakan yang masif, maka berangsur-angsur permasalahan

lingkungan di DKI Jakarta dapat terselesaikan.

4. Lokasi dekat dengan bantaran sungai

Program bank sampah difokuskan pada kawasan bantaran sungai sehingga

Kapuk Muara menjadi kandidat utama aspek pemilihan lokasi. Mapess muncul

untuk mengembalikan konsep pembangunan dengan memperhatikan aspek

lingkungan sepertihalnya daya dukung udara, air, dan tanah sebagai aspek yang

sangat penting untuk Jakarta yang berkelanjutan.

Kecenderungan membuang sampah di sungai selalu dikaitkan dengan

masyarakat yang tinggal di bantaran sungai termasuk pabrik yang seringkali

membuang limbah berbahaya (B3) ke sungai. Lemahnya pengawasan pemerintah

ditambah rendahnya kesadaran masyarakat membuat masalah perusakan

lingkungan semakin akut. Melalui program bank sampah ini diharapkan secara

berangsur dapat merubah pola pikir (mindset) masyarakat serta dapat

meminimalisir jumlah sampah yang dibuang di sungai.

5. Mudah diakses (accessible)

Lokasi bank sampah yang dekat dengan jalan raya akan memudahkan dalam

proses transportasi terutama saat menjual barang. Hanya saja, letak bank sampah

yang berada cukup jauh dengan wilayah pendampingan menjadi kendala dan

dinilai kurang efisien. Meskipun begitu karena lahan kosong di wilayah perkotaan

khususnya Jakarta sangat terbatas maka lokasi mapess sekarang ini menjadi satu-

satunya solusi terselenggaranya pengelolaan sampah berbasis komunitas ini.

6. Kelembagaan

Fungsi lembaga sebagai pembuat aturan main dan pengawal program belum

diperankan secara optimal oleh lembaga kebersihan kelurahan. Hal ini tergambar

berdasarkan tingginya masalah yang muncul akibat tidak terkelolanya sampah di

kelurahan Kapuk Muara. Mapess muncul sebagai pendukung kelembagaan yang

telah ada.

7 Status lingkungan hidup daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2010

(BPLHD Provinsi Provinsi DKI Jakarta 2010)

Page 55: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

41

5

1

10

7

3 4

8

9

2

6

b. Layout Proses Produksi

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan

fasilitas-fasilitas produksi dalam Bank Sampah Mapess. Layout dibuat untuk

memudahkan proses prosuksi sehingga relawan dapat melakukan kegiatan dengan

baik dan benar. Beberapa manfaat layout adalah 1) menghemat penggunaan

ruang, 2) efisiensi penggunaan fasilitas, 3) mempersingkat waktu proses, 4)

mengurangi kesimpang-siuran. Layout rumah kompos Bank Sampah Mapess

disajikan dalam Gambar 23.

Gambar 23. Layout rumah kompos Bank Sampah Mapess

Layout didesain untuk memudahkan proses produksi mulai dari reserver

area (area 1) berfungsi meletakkan sampah terangkut dari warga selanjutnya

sampah disortir berdasarkan jenis plastik pada sortir area (area 2), sampah yang

telah disortir dikumpulkan di area 3 selanjutnya sampah digiling di area

pengilingan (area 4), dicuci (area 5), dijemur, selanjutnya masuk dalam area

packing ( area 6) dan terakhir disusun secara rapih di area plastik siap dipasarkan

(area 7). Sementara area pengomposan ditunjukkan pada layout area delapan.

Secara detail area composting terbagi atas penggilingan, pengayakan dan

pengomposan.

c. Pemilihan Jenis Teknologi

Esensi pengelolaan sampah berbasis komunitas yaitu menggunakan inovasi

sistem pengelolaan sampah yang termutakhirkan. Sebagai salah satu tujuannya

yaitu meningkatkan added value sehingga mendorong Bank Sampah Mapess

untuk memanfaatkan teknologi. Adapun teknologi yang digunakan berupa

teknologi berbasis industri kecil pengelolaan sampah. Dengan memanfaatkan

mesin cacah plastik berkapasitas sedang (1 ton per hari) dan mesin cacah sampah

organik. Tidak hanya itu inovasi berbasis lingkungan berupa lubang biopori yang

saat ini banyak diadobsi di beberapa wilayah juga mulai dilakukan di komunitas

Mapess.

Page 56: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

42

Para relawan menuturkan bahwa teknologi yang digunakan oleh Bank

Sampah Mapess cukup aplikatif. Masyarakat cukup dilatih mekanisme kerja alat

composting maupun mesin penggiling plastik kemudian menerapkannya.

Teknologi pengolahan sampah sudah cukup umum digunakan, karena harganya

yang cukup mahal, jadi hanya sebagian kecil pengusaha pengolahan sampah saja

yang menggunakan teknologi ini.

Adapun untuk pengelolaan sampah organik relatif lebih efisien, pada

prinsipnya pencacahan sampah organik berfungsi mempercepat proses

pembusukan pada tabung dekomposter, sehingga pencacahan sampah organik

tidak harus menggunakan mesin dan tetap menambahkan EM-4. Teknologi ini

akan terus berkembang seiring dengan semakin tingginya masyarakat yang

memanfaatkan sampah organik sebagai bahan baku pupuk.

Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen sangat penting diperhatikan untuk melihat sejauh mana

kegiatan pengelolaan Bank Sampah Mapess masih tetap eksis dan berjalan dengan

baik. Untuk itu diperlukan sistem manajemen yang baik dengan mengetahui

tupoksi (tugas pokok dan fungsi) mulai dari manager hingga masing-masing

anggota.

Membangun manajemen sistem yang solid tidaklah mudah, apalagi jika

dihadapkan hirarki organisasi yang sebenarnya tidak mengikat karena pengelola

merupakan sama-sama relawan. Akan tetapi, berbekal semangat dan tujuan yang

sama antara masing-masing pengelola yaitu kepedulian terhadap lingkungan dan

sosial maka sebenarnya benang merah permasalah inipun sudah terpecahkan.

Sebagaimana telah tercantun struktur organisasi Bank Sampah Mapess pada

bab sebelumnya yaitu pada Tabel 1. Hasil pengamatan menunjukkan secara umum

manajemen pengelolaannya sudah berjalan. Relawan bekerja sebagaimana tugas

yang diamanatkan dalam struktur organisasi. Hanyasaja, permasalahan yang

muncul saat ini adalah seringkali relawan disibukkan dengan pekerjaan utamanya

dan berimplikasi terhadap penundaan pekerjaan. Sebagai contoh adalah tidak

rutinnya pengambilan sampah dari masyarakat, penyortiran terlamban dan

berpengaruh terhadap proses-proses lainnya.

Meski masyarakat mengakui adanya bank sampah berpengaruh signifikan

mengurangi permasalahan lingkungan di wilayahnya, tetapi sebagai corrective

action terhadap proses bank sampah yang telah berjalan sebanyak 77,5% atau

sebanyak 31 responden menyatakan sistem pengelolaan Bank Sampah Mapess

perlu diperbaiki. Perbaikan yang dimaksud adalah i) pengambilan sampah

hendaknya lebih rutin karena seringkali terjadi keterlambatan dalam mengambil

sampah dari warga, ii) harga sampah terpilah hendaknya ditingkatkan dan iii)

diperluasnya area pengambilan sampah.

Adapun secara hukum, Bank Sampah Mapess belum memproses legalitas

secara formal melalui akte notaris. Akan tetapi secara non formal bank sampah

mendapat legitimasi penuh dari masyarakat , kelurahan hingga level wali kota.

Rencananya, ditahun 2015 akan dilakukan revitalisasi program termasuk

memproses legalitas formal Bank Sampah Mapess.

Page 57: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

43

Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Menjelaskan seberapa besar dampak Bank Sampah Mapess terhadap aspek

sosial, ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat kelurahan Kapuk Muara.

Mengkomparasikan ketiga aspek sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan

sekaligus faktor-faktor yang mempengaruhinya. Prinsip sebagaiman ditunjukkan

pada gambar 2 menggugurkan pandangan kesejahteraan hanya dinilai berdasarkan

indikator ekonomi. Perlu diakui semangat pembangunan pemerintahan sekarang

ini seringkali hanya memprioritaskan aspek ekonomi dan tidak mempedulikan

dampak perusakan lingkungan dan kebutuhan sosial. Padahal, kerugian yang

disebabkan pola prioritas pembangunan seperti ini sangatlah besar.

Analisis lingkungan Indonesia menyebutkan kerugian besar pada kesehatan,

air, pariwisata, dan kesejahteraan lain yang terkait dengan sanitasi yang buruk

lebih dari 2 persen PDB tahun itu. Dampak kesehatan akibat pencemaran udara

dalam dan luar ruang nilainya telah diperkirakan sekitar US$5 5 miliar per tahun,

atau sekitar 1.3 persen dari PDB (2007). Angka yang sangat fantastis belum lagi

jika ditambah kerugian akibat perusakan lingkungan yang lainnya seperti

perusakan hutan, trumbu karang, tanah dan perubahan iklim. Lalu apa yang dapat

kita banggakan dengan peningkatan ekonomi rata-rata 5.9 persen pertahun yang

telah digemborkan oleh pemerintah. Padahal angka tersebut belum dikurangi nilai

perusakan yang harus ditanggung oleh negara.

Hasilnya, pemenuhan terhadap kebutuhan dasar manusia sebagaimana

digambarkan pada Gambar 2 tidak tercapai. Untuk itu, dibutuhkan pemahaman

dari berbagai pihak mulai pemerintah, swasta dan masyarakat. Semua pihak

bersinergi menjaga lingkungan dan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.

Perbaikan lingkungan ini tentu saja akan membutuhkan waktu yang sangat lama.

Munculnya kegiatan-kegiatan berbasis lingkungan meski bersekala kecil untuk

saat ini sangatlah penting untuk didukung. Memulai dari hal kecil dan akan

memunculkan perubahan yang besar melalui pergerakannya yang simultan.

Dalam hal ini juga, memestikan bahwa Bank Sampah Mapess memberikan

kebermanfaatan bagi sosial, ekonomi dan lingkungaan. Berikut merupakan

analisis mengenai tiga aspek di atas adalah:

a. Aspek sosial

Semua responden atau 100 persen responden menyatakan adanya bank

sampah di kelurahan Kapuk Muara memberikan dampak positif terhadap aspek

sosial. Dapak positif itu adalah meningkatnya awareness (kesadaran masyarakat)

dalam memperhatikan lingkungannya dan mengembalikan budaya gotong royong.

Pada mulanya, bagi masyarakat sampah merupakana sumber masalah, saat

ini bergeser menjadi peluang. Meski secara ekonomi tidak seberapa tetapi ada

values yang lebih penting yaitu terciptanya kepedulian terhadap lingkungan.

Selain itu, dengan adanya program ini muncul relawan-relawan lingkungan yang

berjuang menjaga kelestarian dan kebersihan di wilayah mereka.

Pergeseran pola pikir sosial ini dinilai sebagai sebuah capaian (achievement)

yang sangat berharga. Kilas balik tujuan dan esensi dari program ini yaitu sebagai

sebuah program penyadaran, membangun partisipasi masyarakat untuk bersama-

sama menjaga lingkungannya pun akhirnya tercapai. Melalui langkah kecil ini

akan memunculkan pahlawan-pahlawan lingkungan yang menularkan pesan

kepedulian.

Page 58: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

44

Selain memilah sampah, salah satu kegiatan yang dilakukan dan di prakarsai

oleh Bank Sampah Mapess yaitu kegiatan kerja bakti yang dilakukan setiap dua

minggu sekali. Melalui kegiatan ini masyarakat diajak untuk bergotong royong

membersihkan lingkungan mereka mulai dari pelataran hingga gorong-gorong.

Kegiatan semacam ini sangat penting dilakukan mengingat budaya gotong–

royong terutama di daerah perkotaan saat ini sudah mulai hilang. Masyarakat

hanya disibukkan dengan aktivitas kerja sehari-hari tanpa mempedulikan keadaan

sekitar termasuk lingkungan sosialnya.

b. Aspek ekonomi

Untuk aspek ekonomi, semua responden yaitu sebanyak 40 responden atau

100 persen mengaku bahwa adanya bank sampah memberikan nilai tambah bagi

mereka. Meski secara nominal tidak seberapa, masyarakat mengaku terbantu.

Semula untuk pengangkutan sampah, masyarakat diwajibkan membayar Rp5 000

per bulan. Sekarang ini, justru mereka menuai hasilnya dengan mengumpulkan

sampah 2-5 kg setiap 2 minggu, masyarakat mendapatkan penghasilan sebesar

Rp4 000-10 000.

Biasanya, nasabah Bank Sampah Mapess mengambil tabungan hasil

pemilahan sampah saat memasuki lebaran dan tahun baru ajaran sekolah.

Masyarakat mengaku sangat senang, uang yang mereka hasilkan bermanfaat

disaat yang mendesak.

c. Aspek lingkungan

Sementara untuk aspek lingkungan, sebanyak 100 persen responden

mengaku adanya bank sampah berkontribusi dalam memperbaiki kualitas

lingkungan di kelurahan Kapuk Muara terutama wilayah RW 05. Masyarakat

yang saat itu sudah sangat gerah dengan sampah yang menumpuk, lingkungan

yang kumuh dan diperparah dengan banjir akibat luapan sungai, akhirnya saat ini

kondisi itu berangsur membaik. Sampah yang tadinya tercecer akhirnya dipilah

dan tidak lagi dibuang di lingkungan mereka. Meskipun banjir masih saja mereka

alami bahkan hampir setiap hujan tetapi setelan surut secara bersama-sama

mereka mulai bersihkan.

Perbaikan lingkungan berangsur-angsur akan meningkat seiring dengan

meningkatnya kesadaran masyarakat. Sebagaiman ditunjukkan pada Gambar 22

menyebutkan sebelum ada bank sampah, sebanyak 17 responden (42.5%)

menyatakan sering membuang sampah di sungai, 16 responden (40%) tidak lagi

membuang sampah di sungai dan sisanya sebanyak 7 responden (17.5%) kadang-

kadang membuang sampah di sungai. Setelan ada Bank Sampah Mapess, pola

buang sampah di sungai menurun yaitu sebanyak 34 responden (85%)

mengatakan sudah tidak lagi membuang sampah di sungai sisanya sebanyak 15

persen menyatakan kadang-kadang membuang sampah di sungai. Menurunnya

kebiasaan membuang sampah di sungai karena sampah yang mereka hasilkan

setiap harinya sudah dimanfaatkan dengan diangkut oleh bak sampah untuk

sampah anorganik dan dimasukkan ke lubang biopori untuk sampah organiknya.

Page 59: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

45

Gambar 24. Pola membuang sampah di sungai sebelum dan sesudah ada bank

sampah kurun waktu 2011-2014

Dari penjelasan di atas, menunjukkan bahwa Bank Sampah Mapess

berpengaruh positif terhadap aspek sosial, ekonomi dan laingkunga. Lalu

bagaiman jika perbaikan lingkungan tidak dilakukan secara masif di semua

wilayah yang ada di Jakarta? Apakah yang akan terjadi jika masyarakat selalu

membuang sampah di sungai? Apa dampahnya bagi tiga aspek itu? Manfaat apa

yang didapat jika program bank sampah ini diterapkan di semua wilayah Jakarta?

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) pada tahun

2010 sebagaiman tertera pada Tabel 3 menunjukkan bahwa sebanyak 91.4%

(2 321 315 RT) membuang sampah dengan diangkut, 3.9% (90 011 RT) di

timbun, 1.48% (34 321 RT) di bakar dan sisanya sebanyak 2.05% (47 619 RT)

sampah dibuang ke sungai. Angka ini sebenarnya menunjukkan angka optimis,

informasi lain didapat bahwa sebanyak 6 139.33 ton/hari sampah yang dihasilkan

DKI Jakarta dan hanya sebanyak kurang lebih 4 000 ton sampah perhari yang

mampu dikelola (ditimbun dan dimanfaatkan) di TPA Bantar Gebang. Lalu

bagaimana dengan 2 000 ton sampah sisanya. Hasil penelitian Dinas Kebersihan

Propinsi DKI Jakarta mencatat rata-rata sebanyak 921 m3/hari volume sampah

yang dihasilkan dari sistem drainase dan sungai. Data rumahtangga membuang

sampah disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah rumah tangga dengan cara membuang sampah di DKI Jakarta

No Kabupaten/Kota Jumlah

RT

Cara Pembuangan

Angkut

(ton)

Timbun

(ton)

Bakar

(ton)

ke Kali

(ton)

Lainnya

(ton)

1 Jakarta selatan 512 190 469 638 19 959 3 697 12 088 6 808

2 Jakarta Timur 628 695 571 452 22 210 15 418 12 631 6 984

3 Jakarta Pusat 234 781 220 819 7 040 3 417 2 513 992

4 Jakarta Barat 540 964 498 129 21 369 8 605 8 070 4 791

5 Jakarta Utara 400 081 361 730 15 673 2 386 12 317 7 975

6 Kep. Seribu 4.604 - 3 760 798 - 46

Jumlah 2 321 315 2 121 768 90 011 34 321 47 619 27 596

Persentase (%) 100 91.40 3.88 1.48 2.05 1.19

Sumber : Badan Pusat Statistik Pemprov DKI Jakarta (2010)

Jum

lah

res

pon

den

(%

)

Page 60: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

46

Angka timbulan sampah akan semakin meningkat seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola hidup konsumtif masyarakat

perkotaan terutama DKI Jakarta. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anonim

(2010) memperkirakan bahwa pada Tahun 2033 jumlah timbulan sampah DKI

Jakarta mencapai 7 602 ton/hari. Dengan sarana yang dimiliki Pemprov saat ini,

masih belum cukup untuk menanggulangi permasalahan sampah di DKI Jakarta.

Apalagi dengan jumlah sampah yang lebih banyak tentu sampah yang tidak

tertangani semakin meningkat jika permasalahan hanya dibebankan kepada

pemerintah tanpa campur tangan masyarakat dan swasta.

Masalah-masalah lainpun akan muncul seperti kesehatan, polusi dan

banjir. Kerugian yang diakibatkan oleh sampah sangatlah tinggi. Penumpukan

sampah di sungai mengakibatkan air tercemar, Jakarta yang dahulu terkenal akan

sungai ciliwung yang bersih sekarang memiliki wajah yang berbeda. Sungai

ciliwung yang sangat kumuh dan tidak sehat hasilnya banyak timbul penyakit.

Lebih parahnya lagi, intensitas banjir semakin meningkat, akibat banjir

perekonomian pun terganggu, banyak sekolah yang diliburkan karena sekolahnya

terendam. Begitu besar korbanan akibat permasalahan sampah yang hingga saat

ini belum bisa terselesaikan sepenuhnya. Oleh karena ini kepedulian terhadap

lingkungan hendaknya segera ditularkan kepada masyarakat Jakarta melalui

program-program berbasis lingkungan seperti halnya Bank Sampah Mapess.

Analisis Kelayakan Finansial

Analisis finansial usaha pengelolaan sampah dilakukan untuk melihat

apakah usaha bank sampah menguntungkan secara finansial yaitu dengan

membandingkan aspek penerimaan dan pengeluaran. Hasil analisis finansial

diperoleh berdasarkan pengamatan di lapangan selama penelitian berlangsung.

Terdapat tiga skenario dalam menganalisis penerimaan yaitu (i) skenario I

adalah kondisi eksisting yaitu semua investasi awal ditanggung oleh swasta

melalui program CSR dan (ii) skenario dua adalah biaya ditanggung dengan

swadaya masyarakat. Data sampah yang gunakan untuk menghitung cash flow

merupakan data eksisting (jumlah sampah terkelola saat ini) oleh Bank Sampah

Mapess di kelurahan Kapuk Muara.

Untuk melihat kondisi keuangan usaha tersebut dapat dilihat dari hasil

analisis kriteria-kriteria kelayakan finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR,

dan Payback Period. Untuk menghindari kegagalan yang tidak diharapkan.

Arus Manfaat (Inflow)

Manfaat merupakan sesuatu yang dapat menambah pendapatan bagi usaha

dengan kata lain segala sesuatu yang diperoleh setelah adanya pengorbanan atau

biaya. Pada unit usaha Bank Sampah Mapess, manfaat yang diperoleh berasal dari

penjualan pupuk kompos dan penjualan dauran ulang sampah. Penerimaan dari

hasil penjualan dihitung dari perkiraan jumlah produksi dikalikan dengan harga

jualnya. Jumlah manfaat dikalikan 10 persen setiap tahunnya sesuai dengan

asumsi peningkatan produksi dan jumlah nasabah sebanyak 10 persen per tahun.

Page 61: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

47

1. Pupuk kompos

Berdasarkan pengamatan selama penelitian diperoleh bahwa total penduduk

lokasi penelitian adalah 34.544 jiwa, dengan hasil perolehan sampah diperkirakan

adalah 15.752 kg per hari. Dari hasil konversi berdasarkan responden diperoleh

bahwa rata-rata perolehan sampah 13,68 Kg/Jiwa/Bulan, sehingga diperoleh rata-

rata produksi sampah adalah 0,46 kg/jiwa/hari. Rata-rata produksi sampah padat

ini lebih rendah daripada penelitian yang telah dilakukan Sudrajat (2007) bahwa

rata-rata produksi sampah padat di Jakarta, DKI Jakarta, Bandung, dan Surabaya

diperoleh 0.5 kg/jiwa/hari.

Dari total timbulan sampah, sebesar 0.296 kg (65%) merupakan sampah

organik. Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan pengamatan yang dilakukan

oleh Suprihatin, et.al. (1999) diperoleh bahwa kandungan persentase bahan

organik dalam sampah dan pengelolaannya di negara berkembang tergolong tinggi

yaitu 50%-75% dan sampah umumnya basah/lembab. Hasil pengamatan yang

sama juga dilakukan Sudrajat (2007) bahwa 75 persen dari limbah padat

perkotaan di kota-kota didominasi oleh sampah organik.

Dengan 120 nasabah yang dimiliki Bank Sampah Mapess maka jumlah

sampah organik yang dapat digunakan sebagai bahan baku kompos adalah 35.6 kg

per hari dengan penyusutan 40-60% (tergantung jenis bahan organik) menjadi

21.35 kg. Saat ini, kompos yang diproduksi tidak dikomersilkan dan hanya

dimanfaatkan oleh warga untuk pekarangannya. Produksi kompos tidak dilakukan

secara rutin, sebagian besar sampah organik dimasukkan kedalam lubang biopori.

Harga jual yang ditetapkan untuk kompos adalah Rp1 250 per kg. Volume

kompos per kemasan plastik adalah lima kg dengan harga Rp6 250. Penerimaan

dari produksi kompos diperoleh sebesar Rp800 280 per bulan atau setara

Rp9 603 360 per tahun.

2. Plastik cacah

Rata-rata jumlah sampah terpilah sebanyak 19.15 kg per hari atau dalam

satu bulan rata-rata sampah terkumpul sebanyak 574.56 kg. Sampah didominasi

jenis plastik sebanyak 50 persen, kertas 40 persen dan sisanya sebanyak 10 persen

berupa besi. Setiap bulannya, Bank Sampah Mapess mampu menghasilkan

penghasilan sebesar Rp2 056 924.8 atau setara Rp24 683 097.6 per tahun.

Selain bahan baku dari nasabah, sebanyak satu ton bahan baku juga

didatangkan dari lapak-lapak setiap bulannya. Bahan baku yang didatangkan dari

hasil pemilahan nasabah masih belum cukup untuk menutupi biaya operasional.

Total penerimaan yang dihasilkan dari sampah non nasabah sebesar Rp6 750 000

atau Rp81 000 000 per tahun. Dengan peningkatan 10 persen setiap tahunnya

berdasarkan peningkatan jumlah nasabah dan jumlah produksi.

Arus Pengeluaran (Outflow)

Arus pengeluaran menunjukkan pengeluaran biaya-biaya yang mengakibatkan

pengurangan kas pada aliran cash flow. Pengurangan ini diakibatkan biaya -biaya

yang harus dikeluarakan untuk membiayai kegiatan usaha seperti kegiatan

investasi, re-investasi dan kegiatan operasional usaha. Biaya investasi dikeluarkan

pada awal mendirikan usaha, biaya re-investasi dikeluarkan jika umur ekonomkis

sudah habis sedangkan biaya produksi masih berjalan, sedangkan biaya

operasional dikeluarkan selama proses produksi berlangsung.

Page 62: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

48

1. Biaya investasi

Total biaya investasi yang dikeluarkan untuk skenario I yaitu sebanyak

Rp263 453 000. Umur usaha pengelolaan sampah yaitu selama 10 tahun. Dari

total biaya investasi diperoleh bahwa pengeluaran terbesar adalah biaya lahan dan

bangunan yaitu sebesar 46 persen dan lebih dari 36 persen dikeluarkan untuk

peralatan dan perlengkapan pengelolaan sampah. Secara terperinci dapat dilihat

berdasarkan Tabel 5.

Tabel 5. Biaya investasi usaha pengelolaan sampah skenario I

No Komponen biaya Satuan Jumlah

fisik

Umur

ekonomis

(tahun)

Biaya

Investasi

(Rp 000)

1 Bangunan Unit 1 10 100 000

2 Mesin press Unit 1 10 45 000

3 Pencacah plastik Unit 1 10 50 000

4 Pencacah kompos Unit 1 10 30 000

5 Pompa air Unit 1 5 700

6 Germor Unit 1 5 20 000

7 Lory Unit 2 5 1 000

8 Timbangan duduk Unit 1 5 3 000

9 Timbangan gantung Unit 1 5 250

10 Meja Unit 2 2 450

11 Kursi Unit 2 2 400

12 Laptop Unit 1 5 5 000

13 Printer Unit 1 5 1 000

14 Buku tabungan Unit 200 2 400

15 Ember sortir Unit 5 3 150

16 Sepatu boot unit 4 3 160

17 Selang air meter 20 5 220

18 Skop unit 2 5 75

19 Gerinda unit 1 4 350

20 Gunting unit 3 2 30

21 Golok unit 4 4 240

22 Kapak unit 2 4 300

23 Kater unit 4 2 40

24 Tong komposter unit 20 10 3400

25 Terpal lembar 3 2 600

26 Staples 3 2 63

27 Mesin jahit karung unit 1 5 625

Jumlah 263 453

Total biaya investasi yang dikeluarkan untuk skenario II yaitu sebanyak

Rp128 453 000. Bangunan menjadi komponen investasi dengan biaya tertinggi

yaitu Rp50 000 000 atau setara dengan 38,9 persen dari total investasi.

Beberapa komponen investasi yang tidak banyak dimanfaatkan dan nilainya

tinggi pada skenario I sepertihalnya mesin press dihilangkan. Beberapa komponen

lainnya seperti mesin cacah plastik, pencacah kompos dan bangunan diturunkan

nilai dan spesifikasinya. Pencacah plastik diturunkan kapasitasnya penjadi empat

Page 63: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

49

hingga lima kwintal per delapan jam dengan harga Rp25 000 000 sementara untuk

pencacah sampah organik berkapasitas lima kwintal per jam dengan harga

Rp20 000 000. Secara terperinci dapat dilihat berdasarkan Tabel 6.

Tabel 6. Biaya investasi usaha pengelolaan sampah skenario II

No Komponen biaya Satuan Jumlah

fisik

Umur

ekonomis

(tahun)

Biaya invertasi

(Rp 000)

1 Bangunan unit 1 10 50 000

2 Pencacah plastik unit 1 10 25 000

3 Pencacah kompos unit 1 10 20 000

4 Pompa air unit 1 5 700

5 Germor unit 1 5 20 000

6 Lory unit 2 5 1 000

7 Timbangan duduk unit 1 5 3 000

8 Timbangan gantung unit 1 5 250

9 Meja unit 2 2 450

10 Kursi unit 2 2 400

11 Printer unit 1 5 1 000

12 Buku tabungan unit 200 2 400

13 Ember sortir unit 5 3 150

14 Sepatu boot unit 4 3 160

15 Selang air meter 20 5 220

16 Skop unit 2 5 75

17 Gerinda unit 1 4 350

18 Gunting unit 3 2 30

19 Golok unit 4 4 240

20 Kapak unit 2 4 300

21 Kater unit 4 2 40

22 Tong komposter unit 20 10 3400

23 Terpal lembar 3 2 600

24 Staples 3 2 63

25 Mesin jahit karung unit 1 5 625

Jumlah 128 453

Biaya re-investasi dikeluarkan untuk peralatan yang umur ekonomisnya di bawah

10 tahun. Total biaya re-investasi yaitu sebesar Rp42 512 000,00. Masing-masing

biaya dikeluarkan berdasarkan tahun yang berbeda sesuai dengan umur

ekonomisnya. Baik skenario I atau skenario II memiliki biaya re-investasi yang

sama. Germor menjadi komponen re-investasi dengan biaya tertinggi yaitu

Rp20 000 000 setara dengan 47 persen biaya re-investasi. Secara terperinci dapat

dilihat berdasarkan Tabel 7.

Page 64: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

50

Tabel 7. Biaya re-investasi skenario I dan skenario II

No Komponen biaya Tahun re-investas

(tahun ke-)

Biaya re-investasi

(Rp 000)

1 Pompa air 5 700

2 Germor 5 20 000

3 Lory 5 1 000

4 Timbangan duduk 5 3 000

5 Timbangan gantung 5 250

6 Meja 2,4,6,8 1 800

7 Kursi 2,4,6,9 1 600

8 Laptop 5 5 000

9 Printer 5 1 000

10 Buku tabungan 2,4,6,9 1 600

11 Ember sortir 3,6,9 450

12 Sepatu boot 3,6,10 480

13 Selang air 5 220

14 Skop 5 75

15 Gerinda 5 700

16 Gunting 2,4,6,9 120

17 Golok 4,8 480

18 Kapak 4,8 600

19 Kater 2,4,6,9 160

20 Terpal 2,4,6,9 2 400

21 Staples 2,4,6,9 252

22 Mesin jahit karung 5 625

Jumlah 42 512

2. Biaya operasional

Merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh Bank Sampah Mapess

dalam kegiatan produksi selama umur usaha. Biaya ini terdiri atas biaya tetap (fix

cost) dan biaya variabel (variable cost). Total biaya operasional yang dikeluarkan

adalah sebesar Rp83.267.865.6 di tahun pertama dan diasumsikan akan selalu

meningkan sebanyak 10 persen sesuai rata-rata inflasi di Indonesia dan

peningkatan produksi sebanyak 10 persen setiap tahunnya dengan pertimbangan

peningkatan jumlah nasabah sebanyak 10-20 persen per tahun. Baik untuk

skenario I maupun skenario II memiliki biaya operasional sama karena

diasumsikan cakupan wilayah yang sama besar yaitu dua RT dengan jumlah

nasabah dan sumber daya manusia sama.

a. Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan setiap tahun yang besarnya tidak

terpengaruh langsung dengan jumlah output yang dihasilkan. Biaya tetap yang

dikeluarkan adalah perawatan alat-alat, pajak germor dan alat tulis kantor. Biaya

perawatan alat-alat digunakan untuk merawat mesin kompos, mesin pencacah

plastik dan germor. Setiap tahun total biaya perawatan yang dikeluarkan sebesar

Rp6,000,000. Selanjutnya, biaya pajak germor yang dibayarkan setip tahunnya

sebesar Rp300 000. Sementara biaya alat tulis kantor digunakan untuk membeli

tinta printer, kertas, pena dan spidol. Total biaya alat tulis yang dikeluarakan

Page 65: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

51

sebesar Rp1.200 000. Perincian biaya tetap Rumah Kompos disajikan pada Tabel

8.

Tabel 8. Biaya tetap Bank Sampah Mapess

No Komponen Biaya

Tahunke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(Rp 000)

1 Perawatan alat-alat 6 000 6 600 7 260 7 986 8 784 9 663 10 629 11 692 12 861 14 147

2 Pajak germor 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300

3 Alat tulis kantor 1 200 1 320 1 452 1 597 1 756 1 932 2 125 2 338 2 572 2 829

Jumlah Biaya tetap 7 500 8 220 9 012 9 883 10 841 11 895 13 055 14 330 15 733 17 277

b. Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah selama proses produksi

berlangsung. Total biaya variabel yang dikeluarkan Bank Sampah Mapess yaitu

sebanyak Rp77 267 866. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam biaya variabel

adalah insentif relawan, biaya bensin dan solar, kotoran ternak, EM4, bahan baku

sampah dari nasabah dan non nasabah dan pembelian bahan-bahan pengemasan

kompos.

Dari semua komponen biaya variabel yang ada, bahan baku plastik non

nasabah menyumbang biaya tertinggi dengan Rp48 000 000 pada tahun ke-1 dan

meningkat 10 persen setiap tahunnya dengan pertimbangan peningkatan sekala

usaha dan pengoptimalan kapasitas mesin. Sementara insentif dikeluarkan untuk

para relawan yang berjumlah lima orang. Biaya untuk insentif pengelola usaha

nominalnya tidak tetap sesuai dengan penerimaan bersih bank sampah. Dari total

penerimaan bersih, sebanyak 60 persen digunakan untuk insentif relawan dan

selebihnya sebanyak 40 persen untuk pengembangan bank sampah. Perincian

biaya variabel Rumah Kompos disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Biaya variabel Bank Sampah Mapess

No Komponen Biaya

Tahunke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rp 000

1 Relawan 60 persen dari manfaat bersih analisis laba rugi 2 Bensin 450 495 544 598 658 724 797 877 964 1 061 3 Solar 1 320 1 452 1 597 1 756 1 932 2 125 2 338 2 572 2 829 3 112 4 Listrik 1 200 1 320 1 452 1 597 1 756 1 932 2 125 2 338 2 572 2 829 5 Air 3 600 3 960 4 356 4 791 5 270 5 797 6 377 7 015 7 716 8 488 6 Karung 1 200 1 320 1 452 1 597 1 756 1 932 2 125 2 338 2 572 2 829 7 Tali rapiah 360 396 435 479 527 579 637 701 771 848 8 EM-4 936 1 029 1 132 1 245 1 370 1 507 1 658 1 823 2 006 2 207 9 Kotoran ayam 1 224 1 346 1 481 1 629 1 792 1 971 2 168 2 385 2 623 2 886

10 Sampah anorganik dari warga

- - - - - - - - - -

Plastik 8 618 9 480 10 428 11 471 12 618 13 880 15 268 16 794 823 18 474 20 321 Besi 1 378 1 516 1 668 1 835 2 018 2 220 2 442 2 687 172 2 955 3 251 kertas 1 930 2 123 2 336 2 569 2 826 3 109 3 420 3 762 040 4 138 4 552

11 Sampahanorganikdarilapak

48000 52 800 58 080 63 888 70 276 77 304 85 035 93 538 421 102 892 113 181

JumlahBiayaVariabel 70 217 77 239 84 963 93 459 102 805 113 086 124 395 136 834 150 518 165 570

Hasil Analisis Cash Flow

Hasil analisis cash flow menunjukkan kedua skenario layak berdasarkan

hasil NPV, Net B/C, IRR dan PP yaitu memenuhi kriteria kelayakan berupa

NPV>0, Net B/C>1, IRR>diskon rate dan PP<tahun usaha. Untuk lebih rinci,

perbandingan di atas dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 66: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

52

Tabel 10. Kriteria kelayakan usaha Bank Sampah Mapess

No

.

Kriteri Investasi Skenario I Skenario II

1 Net Present Value (NPV) Rp48 345 205 Rp130 972 376

2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1.22 2.36

3 Internal Rate of Return (IRR) 10.41% 26.91%

4 Payback Period (PP) 7.7 Tahun 4.85 Tahun

Berdasar Tabel 10, didapat nilai NPV pada skenario I sebesar Rp48 345 205

artinya jika usaha tersebut terus dijalankan hingga 10 tahun maka keuntungan

yang akan diperoleh pihak Bank Sampah Mapess yaitu sebesar Rp48 345 205.

Sementara untuk skenario II didapat nilai NPV sebesar Rp130 972 376. Artinya

usaha pengelolaan sampah pada skenario II memberikan maanfaat yang positif

dengan manfaat yang diperoleh selama 10 tahun yaitu sebesar Rp130 972 376.

Nilai Net B/C pada skenario I diperoleh sebesar 1.22. Artinya dari setiap

satu rupiah yang dikeluarkan selama umur usaha mampu menghasilkan manfaat

sebesar 1.22. Sementara pada skenario II nilai Net B/C yang diperoleh yaitu

sebesar 2.36. Artinya dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur usaha

mampu menghasilkan manfaat sebesar 2.36 rupiah. Artinya kedua sekenario layak

untuk dijalankan.

Nilai IRR pada skenario I yaitu sebesar 10.41 persen, lebih besar dari

tingkat suku bunga sebesar 6.25 persen. Sedangkan pada skenario II nilai IRR

yang diperoleh yaitu sebesar 26.91 persen, lebih besar dari tingkat suku bunga

sebesar 6.25 persen. Artinya investasi pada kedua skenario lebih menguntungkan

dari pada menabung di sebuah bank dengan tingkat suku bunga deposito 6.25

persen.

Payback Period (PP) pada skenario I yaitu selama 7.7 tahun, yang artinya

usaha ini mampu mengembalikan modal lebih lama dari umur bisnis (10 tahun).

Modal investasi yang dikeluarkan mampu dikembalikan selama tujuh tahun

delapan bulan dan empat hari. Sementara pada skenario II PP yang diperoleh yaitu

selama 4.85 tahun yang artinya usaha ini mampu mengembalikan modal lebih

cepat dari umur bisnis (10 tahun). Modal investasi yang dikeluarkan mampu

dikembalikan selama empat tahun 10 bulan 2 hari. Artinya kedua skenario layak

untuk dijalankan.

Analisis di atas menunjukkan kedua skenario usaha pengolahan sampah

layak secara finansial. Hanya saja, berdasarkan besarnya investasi dan lamanya

masa usaha maka perolehan manfaat bersih pada kedua skenario perlu lebih di

optimalkan. Sehingga perlu dilakukan peningkatan produksi baik produk kompos

maupun plastik cacah dengan i) memperluas skup wilayah pendampingan, ii)

memperbanyak jumlah nasabah dan iii) memperluas kerjasama dengan lapak.

Untuk mencapai peningkatan produksi maka diperlukan relawan yang lebih

banyak dengan intensitas kerja yang lebih padat. Kondisi Mapess saat ini yang

hanya mengandalkan hasil dari pengolahan sampah yang ada akan tidak berlanjut

tanpa adanya relawan. Sedangkan untuk mencari relawan yang benar-benar

perduli sangat sulit. Penghasilan yang tidak mencukupi membuat relawan tidak

dapat bekerja maksimal karena disibukkan dengan bekerja ditempat lain. Kondisi

ini tentu saja mempengaruhi dan mengganggu jalannya produksi. Solusi yang

Page 67: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

53

terbaik adalah dengan memberikan insentif secara provesional kepada para

relawan sebagai gantinya, relawan bekerja dengan maksimal dan fokus di kegiatan

pengolahan sampah. Dengan strategi ini diharapkan peningkatan produksi dapat

tercapai.

Selain itu, salah satu komponen outflow yang belum dimaksimalkan adalah

kompos karena pemanfaatan dan ketersediaan pasar yang masih kecil. Padahal,

mempertimbangkan begitu besarnya potensi wilayah pertanian yang berapa

disekitar Jakarta, sebenarnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari

hasil memanfaatkan kompos masih sangat terbuka lebar. Oleh karena itu, perlu

dilakukannya kerjasama Mapess dengan pemanfaat kompos (petani dan penjual

pupuk).

Hasil Analisis Laba Rugi

Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan laba usaha

yang dihasilkan setiap tahunnya selama umur usaha. Perhitungan laba rugi setiap

tahun digunakan untuk melihat pendapatan bersih setelah dikurangi nilai bunga.

Khusus untuk usaha pemanfaat limbah tidak dikenakan pajak seperti halnya

usaha-usaha komoditi lainnya. Insentif bagi relawan diberikan sebesar 60 persen

dari keuntungan.

Penyusunan laporan laba rugi terdapat komponen biaya penyusutan dari

nilai barang invesatasi, komponen penyusutan termasuk kedalam biaya tetap.

Hasil perhitungan laba-rugi usaha pengelolaan sampah pada skenario I diperoleh

proyeksi laba bersih sebesar Rp15 536 415 per tahun. Sementara pada skenario II

didapatkan hasil rata-rata laba bersih sebesar Rp19 671 540 per tahun.

Berbeda dengan hasil yang ditunjukkan pada cash flow, pada analisis laba

rugi menunjukkan bahwa usaha pengelolaan sampah pada kedua skenario layak

diusahakan. Hal ini disebabkan karena pada analisis laba rugi tidak

mempertimbangkan diskon rate. Diskon rate tersebut untuk menghitung time

value of money yaitu nilai pada tahun ke t dilihat pada nilai sekarang. Nilai uang

menurut waktu mempunyai harga yang berbeda, karena setiap rupiah hari ini akan

lebih bernilai dibandingkan dengan nilai rupiah di masa mendatang. Perbedaan

tersebut disebabkan inflasi, konsumsi dan produktivitas.

Faktor inflasi berpengaruh terhadap nilai uang yang semakin kecil dan harga

sumber daya yang semakin mahal. Barang-barang atau bahan baku yang mampu

dibeli dengan jumlah tertentu di waktu sekarang tidak lagi terbeli dimasa yang

akan datang dengan jumlah yang sama. Faktor konsumsi yaitu berpengaruh

terhadap penundaan konsumsi memiliki biaya (opportunity cost) yang memiliki

risiko dan ketidak pastian dimasa mendatang. Sementara faktor produktivitas

yaitu dengan mempertimbangkan kesempatan untuk mendepositokan uang di

bank dengan harapan adanya return dari nilai uang dimasa mendatang (vuture

amout).

Page 68: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

54

Hasil Analisis Switching Value

Analisis Switching value digunakan untuk mengukur perubahan maksimum

dari perubahan suatu komponen inflow ataupun outflow yang masih dapat

ditoleransi agar usaha masih tetap layak untuk dijalankan. Penentuan perubahan

ini ditentukan dengan cara interpolasi sampai berapa persen perubahan yang bisa

terjadi dengan masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi seperti

NPV sama dengan nol, IRR sama dengan umur usaha dan Net B/C sama dengan

satu.

Komponen perubahan yang digunakan yaitu jumlah produksi dari total

produksi sebanyak 1 287 kg perbulan pada tahun pertama dan harga plastik dari

harga dasar sebesar Rp7 500 per kg plastik cacah. Analisis switching value

digunakan untuk mendapat persentase penurunan harga plastik cacah dan

penurunan total produksi plastik sehingga nilai NPV, rasio B/C, IRR dan PP

berada pada titik impas. Perubahan komponen yang lainnya seperti harga dan tolat

produksi kompos tidak dimasukkan karen produksinya yang masih sedikit

sehingga tidak begitu mempengaruhi kelayakan.

Tabel 11. Analisis switching value pada skenario I dan skenario II

No Parameter Skenario I (%) Skenario II (%)

1 Penurunan harga plastik cacah 4.27 11.36

2 Penurunan produksi plastik 9.18 36.85

Berdasarkan Tabel 11, pada skenario I didapat hasil analisis yang

menyebutkan bahwa usaha Bank Sampah Mapess akan mendapat nilai impas

(break even point), jika terjadi penurunan harga plastik sebesar 4.27 persen dan

penurunan produksi sebesar 9.18 persen. Artinya usaha akan tetap layak apabila

terjadi penurunan harga di bawah 4.27 persen dan akan rugi jika penurunannya

diatas 4.27 persen. Selain itu, usaha ini dapat mentoleransi penurunan produksi

plastik hingga 9.18 persen dari produksi ditahun pertama dan akan rugi apabila

penurunan produksinya melebihi 9.18 persen. Berdasarkan hal ini, maka dapat

disimpulkan bahwa usaha bank sampah pada skenario I lebih sensitif terhadap

perubahan harga plastik cacah dibandingkan dengan perubahan total produksi

plastik

Sementara untuk kenario II menunjukkan bahwa batas penurunan jumlah

produksi manimal yang dapat ditoleransi dan akan mendapat nilai impas yaitu

29.1 persen dan penurunan harga jual plastik hingga 7.8 persen. Artinya usaha

pada skenario II akan tetap layak apabila terjadi penurunan harga kurang dari

11.36 persen dari harga dasar dan akan rugi apabila penurunan harga lebih dari

11.36 persen. Selain itu, usaha pada skenario II dapat mentoleransi terhadap

perubahan berupa penurunan total produksi plastik hingga 36.85 persen. Apabila

penurunan produksi plastik melebihi 36.85 persen maka akan mengalami

kerugian. Dari hasil analisis switching value tersebut diketahui bahwa usaha Bank

Sampah Mapess pada skenario II sangat sensitif terhadap perubahan harga plastik

dibandingkan jumlah produksi.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diketahui bahwa usaha

pengolahan sampah pada skenario II lebih toleransi terhadap perubahan baik

harga plastik maupun total produksi plastik. Hal ini terjadi karena pada skenario II

Page 69: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

55

memiliki tingkat kelayakan lebih tinggi dengan nilai NPV, IRR, dan R/C rasio

lebih tinggi dibandingkan pada skenario I. Alasanya karena, penggunaan

komponen investasinya pada skenario II lebih mempertimbangkan kebutuhan dan

skala produksi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Usaha pengelolaan sampah Bank Sampah Mapess layak berdasarkan aspek

pasar, aspek teknis, aspek hukum dan kelembagaan serta aspek lingkungan,

ekonomi dan sosial.

2. Usaha pengelolaan sampah pada kedua skenario layak berdasarkan aspek

finansial. Kedua skenario sangat sensitif terhadap penurunan harga plastik

dibandingkan penurunan jumlah produksi plastik.

Saran

1. Usaha pengelolaan sampah berbasis komunitas dapat diaplikasikan dan

diadopsi oleh masyarakat.

2. Agar usaha pengelolaan sampah ini tetap bertahan dan berkembang, maka

perlu dilakukan pencegahan terjadinya penurunan produksi akibat turunnya

ketersediaan bahan baku serta dilakukannya peningkatan produksi dengan i)

memperluas wilayah pendampingan, ii) memperbanyak jumlah nasabah dan

iii) memperluas kerjasama dengan lapak.

3. Memberikan insentif secara profesional kepada para relawan agar

meningkatkan kinerja dan relawan fokus terhadap usaha bank sampah.

4. Mempertimbangkan besarnya potensi pasar yang ada, maka kedepannya

produksi kompos dapat ditingkatkan.

Page 70: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

56

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1990. Pengantar Ilmu Lingkungan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta

Badan Lingkungan Hidup 2010. Status lingkungan hidup daerah Provinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2010. DKI Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2011. Jakarta Dalam Angka: Jakarta in Figures 2011. BPS.

DKI Jakarta

Budiarto, Teguh. Dasar Pemasaran-seri diktat kuliah. Penerbit Gunadarma,

Jakarta : 1993

Croft J. 2012. Changing the Paradigm of Being. http://thechangingways.com

/2012/12/21/changing-the-paradigm-of-being-part-2-manifesto/ (diunduh

pada 27 Oktober 2014 pukul 8:14 WIB)

Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2010. Masterplan dan Kajian Akademis

Persampahan Provinsi DKI Jakarta untuk masa 2012 – 2032. DKI Jakarta.

Djuwendah, E. 1998. Analisis Keragaan Ekonomi dan Kelembagaan Penanganan

Sampah Perkotaan. Tesis. Program Pendidikan Pasca Sarjana, IPB. Bogor.

Fatimah S. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sampah Menjadi

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Kota Bogor. Skripsi.

Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. IPB. Bogor.

Gittinger, JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah

Slamet Sutomo dan Komel Mangiri. Penerbit: Universitas Indonesia.

Jakarta.

Hendargo I I. 1994. Kamus Istilah Lingkungan. Jakarta: P.T. Bina Rena Pariwara

Husnan, S dan S. Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Penerbit UPP AMP

YKPN. Yogyakarta.

Kadariah L, Karlina, dan C. Gray. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Butt desighn

and printing. Bogor

Prajudi A. 1980. Administrasi dan Manajemen Umum. Jakarta. Glaria Indonesia

Sadoko 1993; Djuwendah 1998). Analisis Keragaan Ekonomi dan Kelembagaan

Penanganan Sampah Perkotaan. Tesis. Program Pendidikan Pasca Sarjana,

IPB. Bogor.

Satori, Mohamad. (2010). Pengolahan Sampah Terpadu 3R, Era Baru Manajemen

Kota. LPPM. 25 Oktober 2010. http://litabamas-sb.info/pengelolaan-

sampah-terpadu-3r-era-baru-manajemen-sampah-kota/

Sitohang L.2008. Analisis Finansial Proyek Usaha Pengelolaan Sampah Kota

Bogor Berbasis Komunitas. Studi kasus :Kelurahan Bubulak, Kec. Bogor

barat, Kota Bogor. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

Bogor.

Sudarmanto B. 2010. Penerapan Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatannya

Dalam Pengelolaan Sampah. Prosiding Seminar Nasional Sains dan

Teknologi 2010. Semarang.

Utami B D, Indrasti N S, Dharmawan A H. 2008. Pengelolaan Sampah

Rumahtangga Berbasis Komunitas: Teladan dari Dua Komunitas di

Semarang dan Jakarta Selatan. Pasca Sarjana Pengelolaan Sumber Daya

Alam dan Lingkungan. IPB. Bogor.

Page 71: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

57

LAMPIRAN

Page 72: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

58

Lampiran 1. Aktivitas pendampingan pengelolaan sampah Bank

Sampah Mapess

Kunjungan ke walikota Jakarta Utara Sosialisasi ibu-ibu RT 02

Sosialisasi bank sampah Kerja bakti

Sosialisasi bank sampah

Page 73: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

59

Lampiran 1. Komponen Biaya a. Tabel biaya investasi

No Komponen Biaya Jumlah

Fisik Satuan Harga (Rp 000)

Nilai Sisa (salvage value)

Rp 000

Umur Ekonomis

(tahun)

Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rp 000

1 Bangunan 1 Unit 100 000

10 100 000

2 Mesin Press 1 Unit 45 000 10 000 10 45 000

3 Pencacah plastik 1 Unit 50 000 10 000 10 50 000

4 Pencacah

kompos 1 Unit 30 000 5 000 10 30 000

5 Pompa air 1 Unit 700 200 5 700

700

6 Germor 1 Unit 20 000 5 000 5 20 000

20 000

7 Lory 2 Unit 1 000 200 5 1 000

1 000

8 Timbangan

duduk 1 Unit 3 000 500 5 3 000

3 000

9 Timbangan

gantung 1 Unit 250 80 5 250

250

10 Meja 2 Unit 450 100 2 450 450

450

450

450

11 Kursi 2 Unit 400 80 2 400 400

400

400

400

12 Laptop 1 Unit 5 000 1 000 5 5 000

5 000

13 Printer 1 Unit 1 000 100 5 1 000

1 000

14 Buku tabungan 200 Unit 400 - 2 400 400

400

400

400

15 Ember sortir 5 Unit 150 - 3 150

150

150

150

16 Sepatu boot 4 Unit 160 - 3 160

160

160

160

17 Selang air 20 meter 220 - 5 220

220

18 Skop 2 Unit 75 - 5 75

75

19 Gerinda 1 Unit 350 - 4 350

350

350

20 Gunting 3 Unit 30 - 2 30 30

30

30

30

21 Golok 4 Unit 240 - 4 240

240

240

22 Kapak 2 Unit 300 - 4 300

300

300

23 Kater 4 Unit 40 - 2 40 40

40

40

40

24 Tong Komposter 20 Unit 3 400 1 000 10 3 400

25 Terpal 3 lembar (16 m/lmbr)

600 - 2 600 600

600

600

600

26 Staples 3

63 - 2 63 63

63

63

63

27 Mesin jahit

karung 1 Unit 625 100 5 625

625

Jumlah 218 453 218 453 1 983 310 2 873 31 870 2 293 - 2 873 310 -

Page 74: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

60

b. Tabel biaya variabel (lampiran 1)

No Komponen biaya Jumlah Fisik Satuan Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Relawan 2 Bensin 5 Liter 450 000 495 000 544 500 598 950 658 845 724 730 797 202 876 923 964 615 1 061 076

3 Solar 20 Liter 1 320 000 1 452 000 1 597 200 1 756 920 1 932 612 2 125 873 2 338 461 2 572 307 2 829 537 3 112 491

4 Listrik 1 Paket 1 200 000 1 320 000 1 452 000 1 597 200 1 756 920 1 932 612 2 125 873 2 338 461 2 572 307 2 829 537

5 Air 1 Paket 3 600 000 3 960 000 4 356 000 4 791 600 5 270 760 5 797 836 6 377 620 7 015 382 7 716 920 8 488 612

6 Karung 100 Lembar 1 200 000 1 320 000 1 452 000 1 597 200 1 756 920 1 932 612 2 125 873 2 338 461 2 572 307 2 829 537

7 Tali rapiah 3 rol 360 000 396 000 435 600 479 160 527 076 579 784 637 762 701 538 771 692 848 861

8 EM-4 3 botol 936 000 1 029 600 1 132 560 1 245 816 1 370 398 1 507 437 1 658 181 1 823 999 2 006 399 2 207 039

9 Kotoran ayam 17 karung 1 224 000 1 346 400 1 481 040 1 629 144 1 792 058 1 971 264 2 168 391 2 385 230 2 623 753 2 886 128

10 Sampah anorganik dari warga 574.56 kg - - - - - - - - - -

Plastik 287.28 kg 8 618 400 9 480 240 10 428 264 11 471 090 12 618 199 13 880 019 15 268 021 16 794 823 18 474 306 20 321 736

Besi 57.456 kg 1 378 944 1 516 838 1 668 522 1 835 374 2 018 912 2 220 803 2 442 883 2 687 172 2 955 889 3 251 478

Kertas 229.824 kg 1 930 522 2 123 574 2 335 931 2 569 524 2 826 477 3 109 124 3 420 037 3 762 040 4 138 244 4 552 069

11 Sampah anorganik dari lapak 1000 kg 48 000 000 52 800 000 58 080 000 63 888 000 70 276 800 77 304 480 85 034 928 93 538 421 102 892 263 113 181 489

Jumlah Biaya Variabel 70 217 866 77 239 652 84 963 617 93 459 979 102 805 977 113 086 575 124 395 232 136 834 755 150 518 231 165 570 054

Page 75: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

61

61

Lampiran 2. Penyusutan a. Tabel Penyusutan

No Komponen biaya Harga Nilai sisa (salvage value)

Umur ekonomis

(tahun)

Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Bangunan 100 000 000 10 10 000 000 10 000 000 10 000 000 10 000 000 10 000 000 10 000 000 10 000 000 10 000 000 10 000 000 10 000 000 2 Pencacah plastik 50 000 000 10 000 000 10 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 3 Pencacah kompos 30 000 000 5 000 000 10 2 500 000 2 500 000 2 500 000 2 500 000 2 500 000 2 500 000 2 500 000 2 500 000 2 500 000 2 500 000 4 Pompa air 700 000 200 000 5 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000 5 Germor 20 000 000 7 000 000 5 2 600 000 2 600 000 2 600 000 2 600 000 2 600 000 2 600 000 2 600 000 2 600 000 2 600 000 2 600 000 6 Lory 1 000 000 200 000 5 160 000 160 000 160 000 160 000 160 000 160 000 160 000 160 000 160 000 160 000 7 Timbangan duduk 3 000 000 500 000 5 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000 8 Timbangan gantung 250 000 80 000 5 34 000 34 000 34 000 34 000 34 000 34 000 34 000 34 000 34 000 34 000 9 Meja 450 000 100 000 2 175 000 175 000 175 000 175 000 175 000 175 000 175 000 175 000 175 000 175 000

10 Kursi 400 000 80 000 2 160 000 160 000 160 000 160 000 160 000 160 000 160 000 160 000 160 000 160 000 11 Laptop 5 000 000 1 000 000 5 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 800 000 12 Printer 1 000 000 100 000 5 180 000 180 000 180 000 180 000 180 000 180 000 180 000 180 000 180 000 180 000 13 Buku tabungan 400 000 - 2 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 14 Ember sortir 150 000 - 3 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 15 Sepatu boot 160 000 - 3 53 333 53 333 53 333 53 333 53 333 53 333 53 333 53 333 53 333 53 333 16 Selang air 220 000 - 5 44 000 44 000 44 000 44 000 44 000 44 000 44 000 44 000 44 000 44 000 17 Skop 75 000 - 5 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 18 Gerinda 350 000 - 4 87 500 87 500 87 500 87 500 87 500 87 500 87 500 87 500 87 500 87 500 19 Gunting 30 000 - 2 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 20 Golok 240 000 - 4 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 21 Kapak 300 000 - 4 75 000 75 000 75 000 75 000 75 000 75 000 75 000 75 000 75 000 75 000 22 Kater 40 000 - 2 20 000 20 000 20 000 20 000 20 000 20 000 20 000 20 000 20 000 20 000 23 Tong Komposter 3 400 000 1 000 000 10 240 000 240 000 240 000 240 000 240 000 240 000 240 000 240 000 240 000 240 000 24 Terpal 600 000 - 2 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 25 Staples 63 000 - 2 31 500 31 500 31 500 31 500 31 500 31 500 31 500 31 500 31 500 31 500 26 Mesin jahit karung 625 000 100 000 5 105 000 105 000 105 000 105 000 105 000 105 000 105 000 105 000 105 000 105 000 Jumlah 218 453 000 22 505 333 22 505 333 22 505 333 22 505 333 22 505 333 22 505 333 22 505 333 22 505 333 22 505 333 22 505 333

Page 76: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

62

Lampiran 3. Cash Flow a. Tabel cash flow skenario I

No Komponen biaya

Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RP

1 Nilai produk total dari nasabah

Plastik 23 269 680 25 596 648 28 156 313 30 971 944 34 069 138 37 476 052 41 223 658 45 346 023 49 880 626 54 868 688

Besi 2 757 888 3 033 677 3 337 044 3 670 749 4 037 824 4 441 606 4 885 767 5 374 344 5 911 778 6 502 956

kertas 3 309 466 3 640 412 4 004 453 4 404 899 4 845 389 5 329 927 5 862 920 6 449 212 7 094 133 7 803 547

2 Nilai produk total non nasabah (lapak)

81 000 000 89 100 000 98 010 000 107 811 000 118 592 100 130 451 310 143 496 441 157 846 085 173 630 694 190 993 763

3 Kompos 9 622 800 10 585 080 11 643 588 12 807 947 14 088 741 15 497 616 17 047 377 18 752 115 20 627 326 22 690 059

4 Nilai Sisa 0 180 000 0 180 000 9 180 000 180 000 0 180 000 0 35 360 000

Jumlah 119 959 834 132 135 817 145 151 399 159 846 539 184 813 192 193 376 512 212 516 163 233 947 779 257 144 557 318 219 013

Out Flow Investasi 1 Bangunan 100 000 000

2 Press 45 000 000

3 Pencacah plastik 50 000 000

4 Pencacah kompos 30 000 000

5 Pompa air 700 000 700 000

6 Germor 20 000 000 20 000 000

7 Lory 1 000 000 1 000 000

8 Timbangan duduk 3 000 000 3 000 000

9 Timbangan gantung 250 000 250 000

10 Meja 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000

11 Kursi 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000

12 Laptop 5 000 000 5 000 000

13 Printer 1 000 000 1 000 000

14 Buku tabungan 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000

15 Ember sortir 150 000 150 000 150 000 150 000

16 Sepatu boot 160 000 160 000 160 000 160 000

17 Selang air 220 000 220 000

18 Skop 75 000 75 000

19 Gerinda 350 000 350 000 350 000

20 Gunting 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000

21 Golok 240 000 240 000 240 000

Page 77: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

63

No Komponen biaya

Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RP

22 Kapak 300 000 300 000 300 000

23 Kater 40 000 40 000 40 000 40 000 40 000

24 Tong Komposter 3 400 000

25 Terpal 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000

26 Staples 63 000 63 000 63 000 63 000 63 000

27 Mesin jahit karung 625 000 625 000

Jumlah 263 453 000 1 983 000 310 000 2 873 000 31 870 000 2 293 000 0 2 873 000 310 000 0

Fix cost

1 Perawatan alat-alat 6 000 000 6 600 000 7 260 000 7 986 000 8 784 600 9 663 060 10 629 366 11 692 303 12 861 533 14 147 686

2 Pajak germor 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000

3 Alat tulis kantor 1 200 000 1 320 000 1 452 000 1 597 200 1 756 920 1 932 612 2 125 873 2 338 461 2 572 307 2 829 537

Jumlah Biaya tetap 7 500 000 8 220 000 9 012 000 9 883 200 10 841 520 11 895 672 13 055 239 14 330 763 15 733 839 17 277 223

Variable cost 1 Relawan 9 702 881 12 255 399 15 063 169 18 151 716 21 549 117 25 286 259 29 397 115 33 919 056 38 893 192 44 364 741

2 Bensin 450 000 495 000 544 500 598 950 658 845 724 730 797 202 876 923 964 615 1 061 076

3 Solar 1 320 000 1 452 000 1 597 200 1 756 920 1 932 612 2 125 873 2 338 461 2 572 307 2 829 537 3 112 491

4 Listrik 1 200 000 1 320 000 1 452 000 1 597 200 1 756 920 1 932 612 2 125 873 2 338 461 2 572 307 2 829 537

5 Air 3 600 000 3 960 000 4 356 000 4 791 600 5 270 760 5 797 836 6 377 620 7 015 382 7 716 920 8 488 612

6 Karung 1 200 000 1 320 000 1 452 000 1 597 200 1 756 920 1 932 612 2 125 873 2 338 461 2 572 307 2 829 537

7 Tali rapiah 360 000 396 000 435 600 479 160 527 076 579 784 637 762 701 538 771 692 848 861

8 EM-4 936 000 1 029 600 1 132 560 1 245 816 1 370 398 1 507 437 1 658 181 1 823 999 2 006 399 2 207 039

9 Kotoran ayam 1 224 000 1 346 400 1 481 040 1 629 144 1 792 058 1 971 264 2 168 391 2 385 230 2 623 753 2 886 128

10 Sampah anorganik dari warga

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Plastik 8 618 400 9 480 240 10 428 264 11 471 090 12 618 199 13 880 019 15 268 021 16 794 823 18 474 306 20 321 736

Besi 1 378 944 1 516 838 1 668 522 1 835 374 2 018 912 2 220 803 2 442 883 2 687 172 2 955 889 3 251 478

Kertas 1 930 522 2 123 574 2 335 931 2 569 524 2 826 477 3 109 124 3 420 037 3 762 040 4 138 244 4 552 069

11 Sampah anorganik dari lapak

48 000 000 52 800 000 58 080 000 63 888 000 70 276 800 77 304 480 85 034 928 93 538 421 102 892 263 113 181 489

Jumlah Biaya Variabel 79 920 746 89 495 051 100 026 786 111 611 695 124 355 094 138 372 834 153 792 347 170 753 812 189 411 423 209 934 795

Total Outflow 350 873 746 99 698 051 109 348 786 124 367 895 167 066 614 152 561 506 166 847 586 187 957 575 205 455 262 227 212 019 Manfaat Bersih (Net Benefit) (230 913 913) 32 437 766 35 802 613 35 478 644 17 746 578 40 815 006 45 668 577 45 990 204 51 689 295 91 006 994 DISCOUNT FACTOR (DR 6 25%) 0.941 0.886 0.834 0.785 0.739 0.695 0.654 0.616 0.579 0.545 PV/TAHUN (217 330 741)

NPV (6 25%) 48 345 206

IRR 10.41%

PV POSITIF 265 675 947

PV NEGATIF (217 330 741)

NET B/C 1.22

Payback Periode 7.7140

Page 78: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

64

b. Tabel cash flow skenario II

No Komponen biaya Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rp 1 Nilai produk total dari

nasabah

Plastik 23 269 680 25 596 648 28 156 313 30 971 944 34 069 138 37 476 052 41 223 658 45 346 023 49 880 626 54 868 688

Besi 2 757 888 3 033 677 3 337 044 3 670 749 4 037 824 4 441 606 4 885 767 5 374 344 5 911 778 6 502 956

kertas 3 309 466 3 640 412 4 004 453 4 404 899 4 845 389 5 329 927 5 862 920 6 449 212 7 094 133 7 803 547

2 Nilai produk total non nasabah (lapak)

81 000 000 89 100 000 98 010 000 107 811 000 118 592 100 130 451 310 143 496 441 157 846 085 173 630 694 190 993 763

3 Kompos 9 622 800 10 585 080 11 643 588 12 807 947 14 088 741 15 497 616 17 047 377 18 752 115 20 627 326 22 690 059

4 Nilai Sisa 0 180 000 0 180 000 9 180 000 180 000 0 180 000 0 35 360 000

Jumlah 119 959 834 132 135 817 145 151 399 159 846 539 184 813 192 193 376 512 212 516 163 233 947 779 257 144 557 318 219 013

Out Flow Investasi 1 Bangunan 50 000 000

2 Pencacah plastik 25 000 000

3 Pencacah kompos 20 000 000

4 Pompa air 700 000 700 000

5 Germor 20 000 000 20 000 000

6 Lory 1 000 000 1 000 000

7 Timbangan duduk 3 000 000 3 000 000

8 Timbangan gantung 250 000 250 000

9 Meja 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000

10 Kursi 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000

11 Printer 1 000 000 1 000 000

12 Buku tabungan 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000

13 Ember sortir 150 000 150 000 150 000 150 000

14 Sepatu boot 160 000 160 000 160 000 160 000

15 Selang air 220 000 220 000

16 Skop 75 000 75 000

Lanjutan tabel analisis cash flow skenario I (Iampiran 3)

Page 79: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

65

No Komponen biaya Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rp 17 Gerinda 350 000 350 000 350 000

18 Gunting 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000

19 Golok 240 000 240 000 240 000

20 Kapak 300 000 300 000 300 000

21 Kater 40 000 40 000 40 000 40 000 40 000

22 Tong Komposter 3 400 000

23 Terpal 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000

24 Staples 63 000 63 000 63 000 63 000 63 000

25 Mesin jahit karung 625 000 625 000

Jumlah 128 453 000 1 983 000 310 000 2 873 000 26 870 000 2 293 000 0 2 873 000 310 000 0

Fix cost 1 Perawatan alat-alat 6 000 000 6 600 000 7 260 000 7 986 000 8 784 600 9 663 060 10 629 366 11 692 303 12 861 533 14 147 686

2 Pajak germor 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000

3 Alat tulis kantor 1 200 000 1 320 000 1 452 000 1 597 200 1 756 920 1 932 612 2 125 873 2 338 461 2 572 307 2 829 537

Jumlah Biaya tetap 7 500 000 8 220 000 9 012 000 9 883 200 10 841 520 11 895 672 13 055 239 14 330 763 15 733 839 17 277 223

Variable cost 1 Relawan 16 319 081 18 871 599 21 679 369 24 767 916 28 165 317 31 902 459 36 013 315 40 535 256 45 509 392 50 980 941

2 Bensin 450 000 495 000 544 500 598 950 658 845 724 730 797 202 876 923 964 615 1 061 076

3 Solar 1 320 000 1 452 000 1 597 200 1 756 920 1 932 612 2 125 873 2 338 461 2 572 307 2 829 537 3 112 491

4 Listrik 1 200 000 1 320 000 1 452 000 1 597 200 1 756 920 1 932 612 2 125 873 2 338 461 2 572 307 2 829 537

5 Air 3 600 000 3 960 000 4 356 000 4 791 600 5 270 760 5 797 836 6 377 620 7 015 382 7 716 920 8 488 612

6 Karung 1 200 000 1 320 000 1 452 000 1 597 200 1 756 920 1 932 612 2 125 873 2 338 461 2 572 307 2 829 537

7 Tali rapiah 360 000 396 000 435 600 479 160 527 076 579 784 637 762 701 538 771 692 848 861

8 EM-4 936 000 1 029 600 1 132 560 1 245 816 1 370 398 1 507 437 1 658 181 1 823 999 2 006 399 2 207 039

9 Kotoran ayam 1 224 000 1 346 400 1 481 040 1 629 144 1 792 058 1 971 264 2 168 391 2 385 230 2 623 753 2 886 128

10 Sampah anorganik dari warga

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Plastik 8 618 400 9 480 240 10 428 264 11 471 090 12 618 199 13 880 019 15 268 021 16 794 823 18 474 306 20 321 736

Besi 1 378 944 1 516 838 1 668 522 1 835 374 2 018 912 2 220 803 2 442 883 2 687 172 2 955 889 3 251 478

kertas 1 930 522 2 123 574 2 335 931 2 569 524 2 826 477 3 109 124 3 420 037 3 762 040 4 138 244 4 552 069

11 Sampah anorganik dari 48 000 000 52 800 000 58 080 000 63 888 000 70 276 800 77 304 480 85 034 928 93 538 421 102 892 263 113 181 489

Page 80: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

66

No Komponen biaya Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rp lapak

Jumlah Biaya Variabel 86 536 946 96 111 251 106 642 986 118 227 895 130 971 294 144 989 034 160 408 547 177 370 012 196 027 623 216 550 995

Total Outflow 222 489 946 106 314 251 115 964 986 130 984 095 168 682 814 159 177 706 173 463 786 194 573 775 212 071 462 233 828 219

Manfaat Bersih (Net Benefit)

(102 530 113) 25 821 566 29 186 413 28 862 444 16 130 378 34 198 806 39 052 377 39 374 004 45 073 095 84 390 794

DISCOUNT FACTOR (DR 6 25%)

0.941 0.886 0.834 0.785 0.739 0.695 0.654 0.616 0.579 0.545

PV/TAHUN (96 498 930) 22 873 083 24 332 902 22 647 348 11 912 416 23 770 445 25 547 293 24 242 537 26 119 023 46 026 260

NPV (6 25%) 130 972 377 (73 625 847) (49 292 945) (26 645 598) (14 733 182) 9 037 263 34 584 557 58 827 094 84 946 117 130 972 377

IRR 26.91%

PV POSITIF 227 471 307

PV NEGATIF (96 498 930)

NET B/C 2.36

Payback Periode 4.85

NET B/C 0.49

Payback Periode 4.2038

Lanjutan tabel analisis cash flow skenario II (Iampiran 3)

Page 81: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

67

Lampiran 4. Tabel laba dan rugi a. Tabel laba dan rugi skenario I

No Uraian

Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rp

PENERIMAAN 1 Nilai produk total dari nasabah

Plastik 23 269 680 25 596 648 28 156 313 30 971 944 34 069 138 37 476 052 41 223 658 45 346 023 49 880 626 54 868 688

Besi 2 757 888 3 033 677 3 337 044 3 670 749 4 037 824 4 441 606 4 885 767 5 374 344 5 911 778 6 502 956

kertas 3 309 466 3 640 412 4 004 453 4 404 899 4 845 389 5 329 927 5 862 920 6 449 212 7 094 133 7 803 547

2 Nilai produk total non nasabah (lapak) 81 000 000 89 100 000 98 010 000 107 811 000 118 592 100 130 451 310 143 496 441 157 846 085 173 630 694 190 993 763

3 Kompos 9 622 800 10 585 080 11 643 588 12 807 947 14 088 741 15 497 616 17 047 377 18 752 115 20 627 326 22 690 059

TOTAL PENERIMAAN 119 959 834 131 955 817 145 151 399 159 666 539 175 633 192 193 196 512 212 516 163 233 767 779 257 144 557 282 859 013

BIAYA VARIABEL 1 Relawan 9 702 881 12 255 399 15 063 169 18 151 716 21 549 117 25 286 259 29 397 115 33 919 056 38 893 192 44 364 741

2 Bensin 450 000 495 000 544 500 598 950 658 845 724 730 797 202 876 923 964 615 1 061 076

3 Solar 1 320 000 1 452 000 1 597 200 1 756 920 1 932 612 2 125 873 2 338 461 2 572 307 2 829 537 3 112 491

4 Listrik 1 200 000 1 320 000 1 452 000 1 597 200 1 756 920 1 932 612 2 125 873 2 338 461 2 572 307 2 829 537

5 Air 3 600 000 3 960 000 4 356 000 4 791 600 5 270 760 5 797 836 6 377 620 7 015 382 7 716 920 8 488 612

6 Karung 1 200 000 1 320 000 1 452 000 1 597 200 1 756 920 1 932 612 2 125 873 2 338 461 2 572 307 2 829 537

7 Tali rapiah 360 000 396 000 435 600 479 160 527 076 579 784 637 762 701 538 771 692 848 861

8 EM-4 936 000 1 029 600 1 132 560 1 245 816 1 370 398 1 507 437 1 658 181 1 823 999 2 006 399 2 207 039

9 Kotoran ayam 1 224 000 1 346 400 1 481 040 1 629 144 1 792 058 1 971 264 2 168 391 2 385 230 2 623 753 2 886 128

10 Sampah anorganik dari warga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Plastik 8 618 400 9 480 240 10 428 264 11 471 090 12 618 199 13 880 019 15 268 021 16 794 823 18 474 306 20 321 736

Besi 1 378 944 1 516 838 1 668 522 1 835 374 2 018 912 2 220 803 2 442 883 2 687 172 2 955 889 3 251 478

Kertas 1 930 522 2 123 574 2 335 931 2 569 524 2 826 477 3 109 124 3 420 037 3 762 040 4 138 244 4 552 069

11 Sampah anorganik dari lapak 48 000 000 52 800 000 58 080 000 63 888 000 70 276 800 77 304 480 85 034 928 93 538 421 102 892 263 113 181 489

TOTAL BIAYA VARIABEL 79 920 746 89 495 051 100 026 786 111 611 695 124 355 094 138 372 834 153 792 347 170 753 812 189 411 423 209 934 795

LABA KOTOR 40 039 087 42 460 766 45 124 613 48 054 844 51 278 098 54 823 678 58 723 816 63 013 967 67 733 134 72 924 217

BIAYA TETAP

1 Penyusutan 26 070 500 26 070 500 26 070 500 26 070 500 26 070 500 26 070 500 26 070 500 26 070 500 26 070 500 26 070 500

2 Perawatan alat-alat 6 000 000 6 600 000 7 260 000 7 986 000 8 784 600 9 663 060 10 629 366 11 692 303 12 861 533 14 147 686

3 Pajak germor 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000

Page 82: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

68

No Uraian

Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rp

4 Alat tulis kantor 1 200 000 1 320 000 1 452 000 1 597 200 1 756 920 1 932 612 2 125 873 2 338 461 2 572 307 2 829 537

TOTAL BIAYA TETAP 33 570 500 34 290 500 35 082 500 35 953 700 36 912 020 37 966 172 39 125 739 40 401 263 41 804 339 43 347 723

EBIT (total penerimaan - Total biaya) 6 468 587 8 170 266 10 042 113 12 101 144 14 366 078 16 857 506 19 598 077 22 612 704 25 928 795 29 576 494

BIAYA BUNGA (6 25%) 404 287 510 642 627 632 756 321 897 880 1 053 594 1 224 880 1 413 294 1 620 550 1 848 531

EBT (setelah dikurang bunga) 6 064 300 7 659 624 9 414 480 11 344 822 13 468 198 15 803 912 18 373 197 21 199 410 24 308 245 27 727 963

Pajak 25 %

EAT (EBT-pajak) 6 064 300 7 659 624 9 414 480 11 344 822 13 468 198 15 803 912 18 373 197 21 199 410 24 308 245 27 727 963

Lanjutan tabel laba dan rugi analisis (Iampiran 4)

Page 83: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

69

b. Tabel laba dan rugi skenario II

No Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PENERIMAAN

1 Nilaiproduktotaldarinasabah

Plastik 23,269,680 25,596,648 28,156,313 30,971,944 34,069,138 37,476,052 41,223,658 45,346,023 49,880,626 54,868,688

Besi 2,757,888 3,033,677 3,337,044 3,670,749 4,037,824 4,441,606 4,885,767 5,374,344 5,911,778 6,502,956

kertas 3,309,466 3,640,412 4,004,453 4,404,899 4,845,389 5,329,927 5,862,920 6,449,212 7,094,133 7,803,547

2 Nilaiproduktotalnonnasabah(lapak) 81,000,000 89,100,000 98,010,000 107,811,000 118,592,100 130,451,310 143,496,441 157,846,085 173,630,694 190,993,763

3 Kompos 9,622,800 10,585,080 11,643,588 12,807,947 14,088,741 15,497,616 17,047,377 18,752,115 20,627,326 22,690,059

TOTALPENERIMAAN 119,959,834 131,955,817 145,151,399 159,666,539 175,633,192 193,196,512 212,516,163 233,767,779 257,144,557 282,859,013

BIAYAVARIABEL

1 Bensin 450,000 495,000 544,500 598,950 658,845 724,730 797,202 876,923 964,615 1,061,076

2 Solar 1,320,000 1,452,000 1,597,200 1,756,920 1,932,612 2,125,873 2,338,461 2,572,307 2,829,537 3,112,491

3 Listrik 1,200,000 1,320,000 1,452,000 1,597,200 1,756,920 1,932,612 2,125,873 2,338,461 2,572,307 2,829,537

4 Air 3,600,000 3,960,000 4,356,000 4,791,600 5,270,760 5,797,836 6,377,620 7,015,382 7,716,920 8,488,612

5 Karung 1,200,000 1,320,000 1,452,000 1,597,200 1,756,920 1,932,612 2,125,873 2,338,461 2,572,307 2,829,537

6 Talirapiah 360,000 396,000 435,600 479,160 527,076 579,784 637,762 701,538 771,692 848,861

7 EM-4 936,000 1,029,600 1,132,560 1,245,816 1,370,398 1,507,437 1,658,181 1,823,999 2,006,399 2,207,039

8 Kotoranayam 1,224,000 1,346,400 1,481,040 1,629,144 1,792,058 1,971,264 2,168,391 2,385,230 2,623,753 2,886,128

9 Sampahanorganikdariwarga - - - - - - - - - -

Plastik 8,618,400 9,480,240 10,428,264 11,471,090 12,618,199 13,880,019 15,268,021 16,794,823 18,474,306 20,321,736

Besi 1,378,944 1,516,838 1,668,522 1,835,374 2,018,912 2,220,803 2,442,883 2,687,172 2,955,889 3,251,478

kertas 1,930,522 2,123,574 2,335,931 2,569,524 2,826,477 3,109,124 3,420,037 3,762,040 4,138,244 4,552,069

10 Sampahanorganikdarilapak 48,000,000 52,800,000 58,080,000 63,888,000 70,276,800 77,304,480 85,034,928 93,538,421 102,892,263 113,181,489

TOTALBIAYAVARIABEL 70,217,866 77,239,652 84,963,617 93,459,979 102,805,977 113,086,575 124,395,232 136,834,755 150,518,231 165,570,054

LABAKOTOR 49,741,968 54,716,165 60,187,781 66,206,559 72,827,215 80,109,937 88,120,931 96,933,024 106,626,326 117,288,959

BIAYATETAP

1 Relawan - - - - - - - - - -

2 Penyusutan 15,043,500 15,043,500 15,043,500 15,043,500 15,043,500 15,043,500 15,043,500 15,043,500 15,043,500 15,043,500

3 Perawatanalat-alat 6,000,000 6,600,000 7,260,000 7,986,000 8,784,600 9,663,060 10,629,366 11,692,303 12,861,533 14,147,686

4 Pajakgermor 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000

5 Alattuliskantor 1,200,000 1,320,000 1,452,000 1,597,200 1,756,920 1,932,612 2,125,873 2,338,461 2,572,307 2,829,537

TOTALBIAYATETAP 22,543,500 23,263,500 24,055,500 24,926,700 25,885,020 26,939,172 28,098,739 29,374,263 30,777,339 32,320,723

EBIT(totalpenerimaan-Totalbiaya) 27,198,468 31,452,665 36,132,281 41,279,859 46,942,195 53,170,765 60,022,191 67,558,761 75,848,987 84,968,235

BIAYABUNGA(6,25%) 1,699,904 1,965,792 2,258,268 2,579,991 2,933,887 3,323,173 3,751,387 4,222,423 4,740,562 5,310,515

EBT(setelahdikurangbunga) 25,498,564 29,486,873 33,874,014 38,699,868 44,008,308 49,847,592 56,270,804 63,336,338 71,108,425 79,657,721

Page 84: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

70

Lampiran 5. Kuisioner

KUISIONER

Analisis Kelayakan Usaha Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di

Provinsi DKI Jakarta (Studi Kasus:) Abdul Jamaludin H34104027, Ilmu Ekonomi

Institut Pertanian Bogor

KUESIONER / PANDUAN WAWANCARA KOMUNITAS SAMPAH

1. Nama Komunitas :

2. Alamat :

3. Lay-out ( tata letak usaha) :

4. Keadaan/lingkungan sekitar Usaha :

5. Lama Usaha:

A. Karakteristik Pengelola Usaha sampah

1. Jenis Kelamin : ………………

2. Umur : ………………

3. Pendidikan Formal : SD/SMP/SMU/PT

4. Pendidikan Non Formal : ......................... Diperoleh pada tahun ...

5. Jumlah tanggungan saat ini : ……………

B. Karakteristik Input dan Proses produksi Sampah menjadi Kompos

1. Jenis sampah yang diolah :

a) Rumput

b) …..

c) …..

2. Sumber bahan baku ( pemasok) :

3. Kapasitas mesin penggilingan/minggu : per bulan:

4. Perolehan sampah yang masuk untuk digiling setiap periodenya

Periode Minggu Jumlah ( kg)

5. Tahapan proses/ teknik produksi secara keseluruhan :

Proses Produksi Waktu/Lama proses

Page 85: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

71

6. Jadwal Produksi Pengelolaan Sampah (hari):

Konfigurasi Mesin Penggilingan

Jenis Penggilingan : besar/kecil/sedang

Jenis alat penggilingan yang dipakai :

Harga beli mesin :

Umur Penggilingan :

7. Kriteria Infestasi

No Barang Investasi Nilai Masa guna

C. Karakteristik Output yang dihasilkan

a) Berbagai bentuk output yang dihasilkan dan persentase masing-masing

dari keseluruhan total output per Minggu (sekali olahan) :

1. Kompos, sebanyak = ……….kg/minggu= ………kg/bulan

2. Sampah Anorganik daur ulang , sebanyak = ………

kg/minggu=………kg/bulan

3. sebanyak =…. ……kg/minggu =……....kg/bulan

4. sebanyak = ……….kg /minggu=……....kg/bulan

b) Harga jual masing-masing output :

1. Kompos = ……… ( Rp/kg )

2. Sampah Anorganik Daur Ulang = ……… ( Rp/kg)

3. Tanpa daur ulang dan hanya dipilah saja = ………. ( Rp/kg)

D. Pemasukan

Sumber

Pemasukan Jumlah Harga Jual(Rp/kg) Total Pemasukan

1. Sistem Pembayaran Penjualan :

2. Saluran Pemasaran Kompos :

3. Sistem Penentuan Harga :

4. Besarnya Pajak Penghasilan :

E. Lain-lain

1. Permasalahan apa yang saat ini cukup menganggu produksi pengelolaan

sampah?

2. Harapan mengenai usaha pengelolaan sampah kompos ke depannya ?

Page 86: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

72

KUESIONER / PANDUAN WAWANCARA MASYARAKAT (base line)

1. Desa,RT dan RW:

2. Nama Responden

3. Usia :

4. Sumber air bersih untuk minum dan memasak

1. Air Sungai 2. Air Sumur 3 Air PDAM 4.lainnya

5. Sumber air bersih untuk mandi dan mencuci

6. Berapa jauh jarak dengan tempat pembungan sampah

7. Berapa rata-rata sampah yang dihasilkan

8. Bagaimana sistem penanganan sampah

1. Air Sungai 2. pilah 3.timbun 4.bakar 5. Biopori 6. Angkut

9. Apakah memilah sampah mudah dilakukan

1. Mudah 2. Tidak Mudah

10. Apakah sering membuang sampah dikali

a. Sebelum ada bank sampah

b. Sesudah ada bank sampah

11. Berapa besar pendapatan dari sampah perpengangkutan?

12. Apakah sering terjadi banjir? 1. Ya 2. Tidak

13. Jika “iya”berapa kali intensitas banjir setahun?

14. Apakah daerah anda termasuk daerah kumuh? 1. Ya 2. Tidak

15. Apakah system pegelolaan sampah sekarang sudah lebih baik? 1. Ya 2. Tidak

16. Apakah peran pemerintah dalam menangani sampah sudah berhasil? 1. Ya 2.

Tidak

17. Apakah menjadi nasabah Bank Sampah Mapess? 1. Ya 2. Tidak

18. Apakah Bank Sampah Mapess bermanfaat ?

a. secara ekonomi? 1. Ya 2. Tidak

b. secara sosial? 1. Ya 2. Tidak

c. secara lingkungan? 1. Ya 2. Tidak

19. Apakah Bank Sampah Mapess perlu diperbaiki manajemennya?

20. Saran dan masukan untuk Bank Sampah Mapess

Page 87: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH … · Penggolongan Sampah Berbasis Komunitas ... 17. Proses pengelolaan sampah anorganik 34 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

73

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Labuhan Maringgai, Provinsi Lampung pada tanggal

10 Mei 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan

Bapak Ahmad Muhyidin dan Ibunda Binti Masfufah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Bratasena

Adiwarna pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada

tahun 2004 di SMP Negeri 1 Bratasena Adiwarna. Pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA 64 Al-Muayyad Surakarta dan lulus pada tahun 2007.

Penulis diterima di Program Diploma Istitut Pertanian Bogor, Program

Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007 dan lulus pada tahun

2010. Kemudian setelah menyelesaikan pendidikan diploma (D3) pada tahun

2010 Penulis melanjutkan studinya di Pendidikan Sarjana (S1) melalui Program

Sarjana Alih Jenis Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat aktif dalam kegiatan

perencanaan wilayah dan pendampingan masyarakat di bawah Pusat Pengkajian

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W-IPB).