Top Banner
ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA (Pendekatan Structure-Conduct-Performance) OLEH RYAN FEBRIYANTI H14102071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKUTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
119

ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

Mar 03, 2019

Download

Documents

doquynh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA

(Pendekatan Structure-Conduct-Performance)

OLEH RYAN FEBRIYANTI

H14102071

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKUTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Page 2: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

RINGKASAN

RYAN FEBRIYANTI. Analisis Industri Pakaian Jadi (Garmen) di Indonesia (Pendekatan Structure-Conduct-Performance) (dibimbing oleh BUNGARAN SARAGIH).

Industri pakaian jadi merupakan industri yang bersifat padat karya dan memiliki kontribusi yang cukup tinggi pada nilai ekspor TPT di Indonesia. Namun terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh industri pakaian jadi pada saat ini, antara lain mengenai penyelundupan produk pakaian jadi dari China dengan harga murah serta masalah restrukturisasi permesinan. Hal ini tentu mengakibatkan ketatnya persaingan yang terjadi pada industri pakaian jadi di Indonesia. Ketatnya persaingan dapat mempengaruhi bentuk struktur pasar, perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisa struktur, perilaku dan kinerja industri pakaian jadi di Indonesia (2) menganalisa pengaruh struktur dan faktor-faktor lainnya terhadap kinerja industri pakaian jadi di Indonesia. Untuk menganalisa struktur pasar, perilaku dan kinerja dari industri pakaian jadi di Indonesia dilakukan analisis deskriptif, sedangkan untuk membahas pengaruh struktur dan faktor-faktor lainnya terhadap kinerja dilakukan analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Squared (OLS), dengan menggunakan software E-views 4.1.

Hasil penelitian menunjukkan industri pakaian jadi di Indonesia termasuk ke dalam tipe pasar persaingan monopolistik dimana pasar ini bersifat banyak penjual dan pembeli, produk yang heterogen, serta hambatan untuk masuk dan keluar dari pasar yang rendah. Perilaku-perilaku yang terdapat pada industri pakaian jadi antara lain adalah perilaku dalam menentukan harga berdasarkan pada jenis bahan, inovasi produk pada desain dan warna, promosi produk melalui contact buyer (menghubungi pembeli), pola distribusi yang cenderung ekspor, adanya integrasi vertikal pada industri ini serta perilaku sourcing atau tindakan untuk mencari bahan baku. Kinerja industri pakaian jadi di Indonesia sudah relatif baik dengan menerima margin keuntungan atas biaya langsung (PCM) yang cukup rendah dengan rata-rata sebesar 24,93 persen dan tingkat efisiensi-X yang cukup tinggi sebesar 60,27 persen.

Berdasar pada hasil regresi yang telah dianalisis dapat diketahui pengaruh struktur dan faktor-faktor lainnya terhadap kinerja. Variabel CR4 yang mewakili struktur pasar berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap kinerja (PCM). Karena tingginya tingkat persaingan yang terdapat pada industri pakaian jadi di Indonesia akan semakin mengurangi keuntungan yang diterima. Faktor lainnya yang diwakili oleh variabel Growth berpengaruh secara signifikan terhadap PCM. Sementara variabel krisis (dummy) tidak berpengaruh terhadap PCM. Variabel efisiensi-X dan Produktivitas berpengaruh secara signifikan terhadap PCM. Oleh karena itu jika terjadi peningkatan terhadap ketiga variabel yang signifikan

Page 3: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

tersebut maka kinerja dari industri pakaian jadi di Indonesia juga akan mengalami peningkatan.

Berdasar pada hasil penelitian ini dapat dibuat saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu agar meneliti industri-industri lain yang tergabung dalam industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia. Sehingga dapat diketahui bagaimana bentuk struktur pasar, perilaku dan kinerja yang terdapat pada industri lainnya sebagai bagian dari industri TPT di Indonesia.

Page 4: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA

(Pendekatan Structure-Conduct-Performance)

Oleh

RYAN FEBRIYANTI H14102071

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKUTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Page 5: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Ryan Febriyanti

Nomor Registrasi Pokok : H14102071

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Industri Pakaian Jadi

(Garmen) di Indonesia

(Pendekatan Structure-Conduct-Performance)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec. NIP. 130 350 045

Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi.

Dr. Ir.Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872

Tanggal Kelulusan:

Page 6: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU HASIL KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2006

Ryan Febriyanti H14102071

Page 7: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ryan Febriyanti lahir pada tanggal 1 Februari 1985 di

Jakarta, Ibukota negara Republik Indonesia. Penulis adalah anak pertama dari

empat bersaudara, dari pasangan Mufrizal Ramadhani dan Sri Nurdiaty. Jenjang

pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan. Penulis menamatkan sekolah dasar

pada SDN 07 Pagi Jakarta Timur, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 252

Jakarta Timur dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima

di SMUN 81 Jakarta dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis meninggalkan Ibukota Jakarta tercinta untuk

melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB)

menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan

mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi sumber daya yang berguna bagi

pembangunan Ibukota Jakarta pada khususnya dan kota-kota lain pada umumnya.

Penulis masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program

Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan

Manajemen.

Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan

menjabat sebagai bendahara. Keikutsertaan penulis pada organisasi ini telah

memberikan banyak manfaat dan pengalaman.

Page 8: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI.................................................................................................... i

DAFTAR TABEL............................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................................. 5

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 9

2.1. Pengertian Industri .................................................................................... 9

2.2. Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja ...................................................... 10

2.3. Pengertian Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) .............................. 12

2.4. Struktur Pasar ............................................................................................ 14

2.4.1 Pangsa Pasar..................................................................................... 17

2.4.2 Konsentrasi....................................................................................... 17

2.4.3 Hambatan Untuk Masuk .................................................................. 18

2.4.4. Pasar Persaingan Monopolistik ....................................................... 19

2.5. Perilaku Pasar............................................................................................ 20

2.5.1. Kerjasama dan Kolusi ..................................................................... 21

2.5.2. Integrasi Vertikal, Konglomerasi dan Merger ................................ 22

2.5.3. Diferensiasi Produk......................................................................... 23

2.6. Kinerja Pasar ............................................................................................. 24

2.7. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 26

2.8. Kerangka Pemikiran.................................................................................. 29

2.9. Hipotesis.................................................................................................... 30

Page 9: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

ii

III. METODOLOGI PENELITIAN................................................................. 32

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 32

3.2. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 32

3.3. Metode Analisis ........................................................................................ 33

3.3.1. Struktur Pasar .................................................................................. 34

3.3.2. Perilaku Pasar.................................................................................. 36

3.3.3. Kinerja Pasar ................................................................................... 38

3.3.4. Hubungan Struktur dan Faktor Lainnya dengan kinerja ................. 39

3.3.5. Uji Statistika dan Ekonometrika ..................................................... 45

IV. GAMBARAN INDUSTRI PAKAIAN JADI DI INDONESIA................ 50

4.1. Sejarah Pertumbuhan Industri Pakaian Jadi (Garmen) ............................. 50

4.2. Periode Pada Industri Pakaian Jadi ........................................................... 52

4.2.1. Periode Sebelum Krisis ................................................................... 52

4.2.2. Periode Krisis .................................................................................. 54

4.2.3. Periode Pasca Krisis........................................................................ 56

4.3. Struktur Biaya Industri Pakaian Jadi Indonesia ........................................ 59

V. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 60

5.1. Struktur Pasar ............................................................................................ 60

5.1.1. Pangsa Pasar.................................................................................... 61

5.1.2. Konsentrasi...................................................................................... 62

5.1.3. Hambatan Masuk ............................................................................ 63

5.2. Perilaku Pasar............................................................................................ 64

5.2.1. Strategi Harga dan Produk ............................................................. 64

5.2.2. Strategi Promosi ............................................................................. 66

5.2.3. Strategi Distribusi........................................................................... 66

5.2.4. Integrasi Vertikal............................................................................ 67

5.2.5. Perilaku Lainnya yang Terkait dengan Industri Pakaian Jadi di Indonesia .................................................................................... 68

5.3. Kinerja Pasar ............................................................................................. 70

5.4. Hubungan Struktur dan Faktor Lainnya dengan Kinerja .......................... 71

V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 83

Page 10: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

iii

6.1. Kesimpulan ............................................................................................... 83

6.2. Saran.......................................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86

LAMPIRAN..................................................................................................... 88

Page 11: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Tabel Profil Industri Pakaian Jadi ............................................................. 2

2.1. Tabel Ciri-ciri Tipe Pasar.......................................................................... 15

4.1. Tabel Utilitas Produksi Industri Pakaian Jadi ........................................... 54

4.2. Tabel Ekspor dan Impor Industri Pakaian Jadi ......................................... 58

5.1. Hasil Dugaan Awal Persamaan PCM Pada Industri Pakaian jadi Indonesia ........................................................ 72

5.2. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen Tahap Awal ........................... 74

5.3. Hasil Dugaan Persamaan PCM Pada Industri Pakaian Jadi Indonesia ..... 75

5.4. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen ................................................ 76

Page 12: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Hubungan Struktur-Perilaku-Kinerja ........................................................ 11

2.2. Bagan Kerangka Pemikiran ...................................................................... 30

4.1. Nilai Ekspor Industri yang Terdapat Pada Industri TPT Nasional ........... 57

Page 13: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Nama-Nama Perusahaan Garmen Berskala Besar ....................................... 88

2. Struktur Biaya Industri Pakaian Jadi Indonesia ........................................... 89

3. CR4 Industri Pakaian Jadi Indonesia ........................................................... 90

4. Nilai Minimum Efficiency Scale (MES) Industri Pakaian Jadi Indonesia(1983-2003)................................................ 91

5. Price-Cost-Margin Industri Pakaian Jadi Indonesia (1983-2003) ............... 92

6. Nilai Efisiensi-X Industri Pakaian Jadi Indonesia (1983-2003) .................. 93

7. Growth Industri Pakaian Jadi Indonesia (1983-2003) ................................. 94

8. Produktivitas Industri Pakaian Jadi Indonesia (1983-2003) ........................ 95

9. Hasil Estimasi Output Regresi Dan Uji Ekonometrika................................ 96

10. Uji Multikolinearitas .................................................................................. 97

11. Hasil Estimasi Output Regresi Dan Uji Ekonometrika Tahap 1................ 98

12. Uji Multikolinearitas Tahap 1 .................................................................... 99

13. Hasil Output Minitab Tahap 1 ................................................................... 100

14. Hasil Estimasi Output Regresi Dan Uji Ekonometrika Tahap 2................ 101

15. Hasil Estimasi Output Regresi Dan Uji Ekonometrika Tahap 3................ 102

16. Hasil Estimasi Output Regresi Dan Uji Ekonometrika Tahap 4................ 103

17. Barang Hasil Produksi Industri Pakaian Jadi (Garmen) ............................ 104

Page 14: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) berperan cukup penting bagi

banyak negara dalam memulai proses industrialisasi. Bagi Indonesia, TPT yang

semula hanya merupakan produksi substitusi impor saat ini telah berubah menjadi

komoditi ekspor andalan. Menurut ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API),

Benny Sutrisno, ekspor industri TPT Indonesia pada tahun 2005 mencapai US$

7,5 Miliar dan diproyeksikan untuk tahun 2006 ini mencapai US$ 8,35 Miliar

(Kompas, 2006).

Menurut API, TPT Indonesia juga memiliki daya saing yang relatif baik di

pasar internasional. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki industri pertekstilan

yang lengkap dari hulu ke hilir, yakni dari produk serat (fibers), produk

benang/pemintalan (spinning), pertenunan (weaving), rajutan (knitting), pakaian

jadi (garment), dan produk tekstil lainnya (other textile). Indonesia memiliki

industri pemintalan (spinning) yang besar di kawasan Asia dan Oceania.

Demikian pula dengan industri pertenunan yang produksinya kedua terbesar

setelah Cina, serta industri pakaian jadi yang dikenal di dunia internasional.

Sampai saat ini Indonesia menjadi negara pengekspor ke-11 terbesar di dunia

dengan pangsa pasar 3,15 persen dari total pasar tekstil dunia sebesar US$ 194,7

Miliar pada tahun 2004. Untuk ekspor pakaian jadi, Indonesia menempati urutan

kesembilan dengan pangsa pasar sebesar 4,45 persen dari total nilai pasar tekstil

dunia sebesar US$ 258,1 Miliar (Kompas, 2006).

Page 15: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

2

Pada industri TPT ini, salah satu sub sektor yang cukup menjadi pusat

perhatian adalah sub sektor industri pakaian jadi atau garmen. Hal tersebut

dikarenakan industri pakaian jadi merupakan sub-sektor industri hilir dengan sifat

padat karya. Selain itu, sub sektor ini memiliki kontribusi yang cukup tinggi pada

nilai ekspor TPT di Indonesia. Seperti yang sudah terangkum dalam tabel 1.1,

pada tahun 2004 industri pakaian jadi mengalami peningkatan kapasitas produksi

dan produksi riil yang masing-masing sebesar 12,88 persen dan 12,14 persen

dibandingkan tahun 2003. Pada tahun 2004 terjadi penurunan volume ekspor

sebesar 2,84 persen dibanding tahun sebelumnya. Namun karena rata-rata unit

price produk pakaian jadi pada tahun tersebut meningkat 13,17 persen, maka

secara keseluruhan terjadi peningkatan nilai ekspor sebesar 9,94 persen.

Tabel 1.1. Tabel Profil Industri Pakaian Jadi

Tahun Deskripsi Unit 2002 2003 2004 2005

Perusahaan Unit 849 855 861 n/aInvestasi Kapital Milyar Rp 2.913 2.958 n/a n/aMesin Unit 285.136 290.838 n/a n/aTenaga Kerja Pekerja 350.901 352.457 353.590 n/aKapasitas Produksi ‘000 Ton 591 590 666 n/a

Value Milyar Rp 52.085 54.637 55.887 48.545Produksi Volume ‘000 Ton 462 461 517 383Value Juta US$ 3.805 3.926 4.289 4.899Ekspor Volume ‘000 Ton 328 332 324 367

Sumber: API, 2005

Namun terdapat beberapa permasalahan yang harus dihadapi oleh industri

pakaian jadi pada saat ini. Impor produk pakaian jadi ilegal atau penyelundupan

merupakan isu utama yang bahkan tidak saja harus dihadapi oleh industri pakaian

jadi tetapi juga merupakan isu utama yang harus dihadapi oleh industri tekstil dan

Page 16: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

3

produk tekstil (TPT) nasional. Penyelundupan yang terjadi lebih dikarenakan

banyaknya produk-produk pakaian jadi dengan harga murah yang berasal dari

Cina memenuhi pasar pakaian jadi didunia. Sehingga banyak dari pengusaha yang

melihat peluang tersebut memasukkan produk-produk pakaian jadi dari Cina ke

Indonesia dengan berbagai cara.

Menurut Sekretaris Eksekutif BPN API, Ernovian G. Ismy, data

penyelundupan TPT selama tahun 2004 meningkat. Ini berdasarkan total

konsumsi nasional sebanyak 881.904 ton, tetapi total penjualan produsen TPT

lokal hanya sebanyak 634.000 ton. Artinya terdapat selisih angka sebanyak

247.904 ton, atau TPT ilegal mengambil porsi TPT domestik sebesar 20 persen

(Bisnis Indonesia, 2006).

Sekretaris Eksekutif BPN API, Ernovian G. Ismy, menjelaskan

keberadaan produk TPT ilegal tersebut semakin mengganggu produk lokal,

terutama kategori produk pakaian jadi yang dihasilkan oleh industri menengah-

kecil. Peranan industri pakaian jadi menengah-kecil dan rumahan, imbuhnya,

sangat besar menyerap output industri pertenunan (weaving) dan perajutan

(knitting). Jika pasar industri pakaian jadi menengah-kecil dan rumahan

mengalami gangguan, maka hal ini juga akan menggganggu industri di sektor

hulu pertenunan dan perajutan, bahkan produsen serat (Bisnis Indonesia, 2006).

Dari data penjualan TPT domestik, diketahui bahwa industri pakaian jadi

menengah-kecil dan rumahan punya peran sentral dalam rantai pola distribusi,

khususnya sebagai pembeli utama produk kain domestik. Dari total output produk

kain tahun 2004 sebanyak 131 juta ton, sebanyak 39,4 persen diserap oleh industri

Page 17: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

4

pakaian jadi menengah-kecil dan rumahan, sementara 42,6 persen diserap oleh

industri pakaian jadi besar dan sisanya diekspor (Bisnis Indonesia, 2006).

Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah di dalam menghadapi

permasalahan penyelundupan yang tengah dialami oleh industri TPT adalah

dengan diterbitkannya Surat Keputusan (SK) oleh Menperindag No.

276/MPP/Kep/4/2003 tentang Varifikasi atau Penelusuran Teknis Impor Tekstil

dan Produk Tekstil (TPT). SK tersebut bertujuan untuk mengantisipasi kegiatan

penyelundupan yang masih marak terjadi di Indonesia, meningkatkan upaya

perlindungan konsumen dari dampak negatif importasi tekstil dan produk tekstil

dan meningkatkan iklim usaha yang kondusif. Kebijakan tersebut diharapkan

dapat mengurangi tingkat penyelundupan yang semakin marak terjadi dan

memberikan berbagai dampak positif lainnya bagi industri pakaian jadi di

Indonesia.

Masalah lain yang juga dialami oleh industri pakaian jadi Indonesia adalah

masalah restrukturisasi mesin. Industri pakaian jadi memiliki mesin berusia lebih

dari 10 tahun sebanyak 31.997 unit. Industri pakaian jadi sebagai bagian dari

industri TPT termasuk ke dalam industri yang beresiko tinggi, hal ini membuat

perbankan nasional sangat berhati-hati dalam menyalurkan kredit mereka kepada

industri pakaian jadi (Sinar Harapan, 2006).

Standar operasional bank menerapkan aturan pengajuan kredit harus

dianalisis melalui 5C, yakni pertama, Carracter guna menunjukkan track record

debitur; kedua, Capital untuk mengetahui kemampuan finansial mengembalikan

kredit; ketiga, Condition of Economy yakni prospek bisnis berkaitan dengan

Page 18: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

5

situasi sekarang dan dimasa mendatang; keempat, Capacity adalah kemampuan

meningkatan usahanya dalam memenuhi kewajiban kepada bank; dan kelima,

Collateral untuk mengetahui jaminan debitur terhadap kemungkinan risiko yang

timbul. Dari kelima analisis tersebut, industri TPT paling tidak memenuhi syarat

Capacity. Sektor ini dinilai tidak mampu meningkatkan kemampuan usahanya

yang diduga disebabkan oleh masalah manajerial yang masih kurang baik

sehingga kinerjanya tidak kompetitif. Hal ini juga dialami oleh industri pakaian

jadi nasional sebagai bagian dari industri TPT (Sinar Harapan, 2006).

Pada sisi lain, pihak perbankan membantah tidak menyalurkan kredit

kepada sektor TPT. Bank tetap bersedia menyalurkan kredit kepada industri TPT

guna mendorong industri TPT agar dapat menyelesaikan masalah yang kini

tengah dihadapi oleh industri tersebut. Namun, hal tersebut dilakukan perbankan

secara selektif dan melihat perkembangan dari sektor-sektor TPT, termasuk di

dalamnya industri pakaian jadi. Jika restrukturisasi permesinan dapat segera

dilakukan, maka produsen-produsen pakaian jadi nasional tentu akan dapat

bersaing dengan produsen-produsen lainnya yang berasal dari luar negeri.

Berdasarkan pada situasi yang tengah dihadapi oleh industri pakaian jadi saat ini,

maka penelitian mengenai industri pakaian jadi ini dirasakan cukup menarik bagi

peneliti untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

1.2. Perumusan Masalah

Industri pakaian jadi merupakan industri padat karya yang dapat

memperkerjakan jutaan pekerja. Selain itu, investasi yang terdapat pada industri

Page 19: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

6

ini memiliki nilai yang sangat besar. Investasi yang terdapat pada industri pakaian

jadi sebagai bagian dari industri TPT pada tahun 2003 jumlahnya hampir

mencapai US$ 3 Miliar dengan tenaga kerja langsung sebanyak 360.000 orang

dan tenaga kerja tidak langsung 700.000 orang (Sinar Harapan, 2006).

Industri pakaian jadi sebagai penyumbang ekspor terbesar dari seluruh

ekspor TPT pada saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan antara lain

perubahan permintaan pasar yang semakin cepat. Seiring dengan percepatan

perkembangan fashion dunia yang tidak hanya mengandalkan musim tetapi trend

mode, menyebabkan pesanan untuk pakaian jadi pun cepat berubah. Kemampuan

industri pakaian jadi untuk berkompetisi tidak hanya di pasar global tetapi juga di

pasar domestik sangatlah tergantung pada keseriusan semua pihak sehingga

industri ini dapat terus berkembang.

Kondisi lainnya yang saat ini juga dihadapi oleh industri pakaian jadi

Indonesia adalah produk-produk pakaian jadi dari Cina yang semakin memenuhi

pasar domestik, baik yang legal maupun ilegal. Data API menunjukkan total

pertumbuhan impor pakaian jadi Cina yg tercatat resmi, belum termasuk ilegal,

dalam lima tahun terakhir, tahun 2004 mencapai 380 persen (Kompas, 2006).

Produk-produk tersebut diperjualbelikan dengan harga yang jauh lebih

murah dibandingkan dengan produk-produk dari dalam negeri, hal ini tentu saja

sangat merugikan produsen pakaian jadi nasional. Selain murah, produk dari Cina

juga memiliki keunggulan dalam desain. Sebagai contoh, setelan baju tidur (anak

perempuan) dari Cina dijual seharga Rp 350.000 per kodi (20 pasang atau Rp

17.500 per pasang). Harga untuk produk lokal yang sejenis adalah lebih dari Rp

Page 20: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

7

400.000 per kodi atau Rp 20.000 per pasang. Setelan pakaian anak-anak yang

terdiri dari celana, rompi, dan kaus diperdagangkan hanya Rp 40.000 per pasang.

Sementara itu celana untuk anak-anak buatan dalam negeri dijual dengan harga

Rp 30.000 per potong (Kompas, 2006).

Masalah restrukturisasi permesinan pada industri pakaian jadi juga

merupakan sebuah hambatan dalam meningkatkan produktivitas dalam industri

ini. Sebagian besar mesin tergolong tua, buatan tahun 1970-an, dengan tingkat

efisiensi yang rendah. Data API menyebutkan bahwa pada industri pakaian jadi

terdapat sekitar 81 persen mesin tua yang memerlukan adanya peremajaan

(Kompas, 2006).

Berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh industri pakaian jadi serta

semakin meningkatnya jumlah perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia,

mengakibatkan ketatnya persaingan yang terjadi pada industri ini. Hal ini tentu

mempengaruhi bentuk struktur pasar dari industri industri pakaian jadi di

Indonesia. Selanjutnya untuk dapat terus bertahan dalam persaingan yang semakin

ketat, perusahaan-perusahaan tersebut melakukan beberapa perilaku. Kinerja dari

industri pakaian jadi pada akhirnya yang menentukan apakah perusahaan-

perusahaan yang berada dalam industri tersebut sudah termasuk perusahaan-

perusahaan yang sudah dikelola dengan baik.

Dari berbagai hal yang telah diuraikan maka permasalahan yang akan

dibahas pada penelitian ini, yaitu :

1) Bagaimana struktur, perilaku, dan kinerja dari industri pakaian jadi di

Indonesia?

Page 21: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

8

2) Bagaimana pengaruh struktur (CR4) dan faktor-faktor lainnya (Growth,

Produktivitas, dan Dummy) terhadap kinerja (PCM) industri pakaian jadi di

Indonesia?

I.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1) Menganalisa struktur, perilaku dan kinerja industri pakaian jadi di Indonesia,

2) Menganalisa pengaruh struktur (CR4) dan faktor-faktor lainnya (Growth,

Produktivitas, dan Dummy) terhadap kinerja (PCM) industri pakaian jadi di

Indonesia.

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

1) Gambaran yang lebih jelas mengenai industri pakaian jadi di Indonesia.

2) Bahan rujukan bagi pembaca dan informasi untuk penelitian selanjutnya.

3) Sarana pembelajaran bagi penulis dalam memahami industri pakaian jadi dan

dalam menerapkan ilmu yang telah didapatkan.

Page 22: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam memahami dan menganalisis perihal hubungan struktur, perilaku

dan kinerja pasar akan diperlukan pengetahuan tentang teori dalam ekonomi

industri. Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi

yang membantu menjelaskan mengapa pasar perlu diorganisir dan bagaimana

pengorganisasiannya mempengaruhi cara kerja pasar industri. Ekonomi industri

menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan

pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar, perilaku

dan kinerja pasar (Jaya, 2001).

2.1. Pengertian Industri

Industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan

barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat saling

mengganti yang erat (Hasibuan, 1993). Sedangkan menurut Dumairy (1995)

istilah industri mempunyai dua arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan

perusahaan-perusahaan sejenis. Dalam konteks ini sebutan industri tekstil,

misalnya, berarti himpunan atau kelompok perusahaan penghasil tekstil. Kedua,

industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat

kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi

atau barang jadi.

Sementara itu, industri berbeda dengan perusahaan, sebab perusahaan

menurut Badan Pusat Statistik (2002) merupakan suatu satuan usaha yang

melakukan kegiatan ekonomi dengan tujuan menghasilkan dan atau menjual

Page 23: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

10

barang atau jasa. Perusahaan tersebut terletak atau menempati lokasi tersendiri

dan bersifat menetap, mempunyai aktivitas dan catatan administrasi yang dapat

dipisahkan dari kegiatan lain serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab

penuh atas resiko usaha serta dapat menjamin kelangsungan usaha tersebut baik

sebagai pemilik atau pimpinan ataupun sebagai pekerja.

2.2. Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja

Model Struktur-Perilaku-Kinerja (Structure-Conduct-Performance), pada

awalnya menggunakan kesimpulan dari analisis mikroekonomi untuk membahas

organisasi industri. Dalam paradigma Struktur-Perilaku-Kinerja, suatu industri

sangat bergantung kepada perilaku pembeli dan penjual, dimana perilaku ini

bergantung kepada struktur pasar sedangkan struktur pasar pada gilirannya

bergantung kepada kondisi-kondisi dasar atau awal seperti teknologi dan

permintaan terhadap suatu produk. Hubungan yang sesungguhnya, bagaimanapun

tidak pernah dijelaskan secara detail (Carlton, D.W., et al., 2000).

Hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja ditunjukkan dalam gambar

2.1 dimana struktur pasar dianggap mempengaruhi perilaku melalui tingkah laku

perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam industri dan pada akhirnya akan

mempengaruhi kinerjanya dalam hubungan satu arah atau satu jalur. Sejalan

dengan perkembangan studi ekonomi industri maka hubungan antara ketiga

variabel semakin kompleks, bukan lagi hanya hubungan satu arah tetapi juga

hubungan dua arah (hubungan sebab akibat). Namun sebagian besar analisis

Page 24: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

11

hubungan sebab akibat dimulai secara terarah dari struktur yang akhirnya

mempengaruhi perilaku dan atau kinerja.

Sumber: Jaya, 2001

Gambar 2.1 Hubungan Struktur-Perilaku-Kinerja

Dalam penelitian-penelitian empiris pada umumnya tingkah laku

perusahaan seringkali diabaikan. Pengujian hipotesa dengan pola hubungannya

seperti di atas selalu terbentur variabel tingkah laku yang sulit diukur dan

Kondisi pasar Permintaan Penawaran Elastisitas harga Elastisitas harga Tingkat pertumbuhan Teknologi Bentuk pemasaran Daya tahan produk Metode pembelian Bahan mentah Elastisitas silang dan elastisitas subtitusi Kebijakan pemerintah

Struktur (Structure) Struktur biaya Integrasi vertikal Difereniasi produk Skala ekonomi Hambatan masuk (barriers to entry) Struktur biaya Diversifikasi

Perilaku (Conduct) Strategi harga Tingkat kerjasama Iklan Riset dan inovasi Strategi produk

Kinerja (Performance) Efisiensi Pemeratan Kemajuan teknologi Pertumbuhan Full employment

Page 25: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

12

dijabarkan sehingga sulit untuk mendapatkan hasil pengujian yang berarti untuk

hubungan antara struktur dan perilaku. Oleh karena itu, perkiraan atas kinerja

industri dapat diketahui melalui unsur-unsur yang dimasukkan sebagai variabel

bebas.

Pengujian hipotesa pola hubungan struktur dan kinerja dapat dilakukan

dengan menggunakan salah satu indikator tertentu dari struktur pasar seperti

tingkat konsentrasi penjual dan menggunakan PCM sebagai indikator kinerja.

Tetapi akan lebih baik bila memasukkan unsur-unsur struktur pasar yang lain

dalam pengujian.

2.3. Pengertian Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil)

Tekstil merupakan hasil dari proses pertenunan atau perajutan benang

yang hasilnya akan berbentuk tekstil lembaran, tenunan dan rajutan. Produk tekstil

adalah hasil proses lanjutan dari tekstil lembaran yang produknya antara lain

berupa pakaian jadi untuk keperluan individu (Hartanto, NS dan Watanabe, 1993).

Industri tekstil dan industri produk tekstil memiliki pengertian yang

terpisah menurut API (2005), industri tekstil merupakan gabungan dari industri

pembuatan serat, pemintalan, pertenunan, pencelupan dan penyempurnaan kain.

Sementara industri produk tekstil adalah industri yang mencakupi industri pakaian

jadi atau garmen dan industri produk tekstil lainnya. Sehingga industri tekstil dan

produk tekstil (TPT) merupakan industri yang mencakup mulai dari industri serat

hingga industri produk tekstil lainnya.

Page 26: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

13

Secara teknis, struktur industri TPT nasional dibagi menjadi tiga subsektor

(Djafrie dalam Yulaekha, 2005), yaitu :

1. Sektor hulu (upstream)

Industri sektor hulu adalah industri pembuat serat (fibre) dan pemintal

(spinning), seperti serat kapas, serat sintetik, serat selulosa dan bahan baku serat

sintetik. Pada umumnya sifat yang dimiliki oleh industri pada sektor hulu adalah

padat modal, full-automatic, berskala besar, output tenaga kerja besar dan jumlah

tenaga kerja sedikit.

2. Sektor menengah (midstream)

Sektor ini meliputi industri yang bergerak pada bidang pemintalan

(spinning), pertenunan (weaving) dan pencelupan atau penyempurnaan

(dyeing/finishing). Pada umumnya sifat yang dimiliki oleh sektor menengah

adalah semi padat modal dan teknologi yang digunakan telah berkembang serta

penyerapan tenaga kerjanya lebih besar dari sektor hulu.

3. Sektor hilir (downstream)

Industri yang terdapat pada sektor hilir adalah industri pakaian jadi

(garment). Industri pakaian jadi ini merupakan industri yang mengolah bahan kain

menjadi produk akhir berupa pakaian jadi yang siap dikonsumsi. Sifat industrinya

yang padat karya, mengindikasikan bahwa sektor ini adalah sektor yang paling

banyak menyerap tenaga kerja. Pembeda pada sektor-sektor ini adalah pada

jumlah tenaga kerjanya, yaitu sebagian besar dari tenaga kerjanya adalah wanita.

Page 27: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

14

2.4. Struktur Pasar

Istilah struktur pasar (market structure) mengacu pada semua aspek

(feature) yang dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja perusahaan di suatu

pasar, misalnya, jumlah perusahaan di pasar, atau jenis produk yang mereka jual

(Lipsey, et al., 1996). Untuk menyederhanakan analisis struktur pasar, para ahli

ekonomi memusatkan perhatian pada empat struktur pasar teoritis yang

mencakupi sebagian besar keadaan aktual. Struktur ini dinamakan persaingan

sempurna, monopoli, persaingan monopolistik, dan oligopoli.

Perbedaan struktur pasar yang ada dapat terjadi karena (Legowo, 1996) :

1. Adanya perbedaan dalam tingkat konsentrasi antara penjual dengan pembeli

yang diukur dari jumlah penjual dan pembeli yang termasuk dalam pasar

tersebut.

2. Tingkat mobilitas sumberdaya, dapat diketahui melalui kemudahan produk

perusahaan untuk masuk ke dalam pasar atau ada hambatan masuk dalam

industri (barriers to entry).

3. Sifat-sifat produk yang ditawarkan, homogen atau heterogen.

4. Kemampuan perusahaan dalam menguasai atau memproduksi sendiri bahan-

bahan (input) untuk produksi serta kemampuan dalam menguasai saluran

distribusi dari produk yang dihasilkan (integrasi vertikal).

5. Tingkat kekuatan perusahaan dalam menguasai sejumlah pasar dari produk

yang dihasilkan yang telah didiferensiasi.

6. Tingkat pengetahuan dari pelaku ekonomi (perusahaan, pemasok, konsumen)

terhadap harga dan biaya produksi.

Page 28: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

15

Ciri-ciri dan tipe pasar suatu industri dapat diketahui sebagai berikut :

Tabel 2.1. Ciri-ciri Tipe Pasar

Ciri-ciri Monopoli Perusahaan Dominan

Oligopoli Persaingan Monopolistik

Persaingan Murni

Kondisi utama

Memiliki 100 persen pangsa pasar

Menguasai 50 persen sampai dengan 100 persen pangsa pasar tanpa pesaing kuat

Gabungan beberapa perusahaan terkemuka yang pangsa pasarnya 60 persen sampai dengan 100 persen

Banyak pesaing yang efektif dan tidak satu pun memiliki lebih dari 10 persen pangsa pasar

Lebih dari 50 pesaing yang tidak satupun memiliki pangsa pasar yang berarti

Indeks Hirschman-Herfindhal (HHI)

HHI = 10.000

2.500<HHI<10.000

1.000<HHI<2.500

100<HHI< 1000

HHI<100

Jumlah Produsen

Satu Banyak Sedikit Banyak Sangat Banyak

Entry/Exit barrier

Sangat tinggi

Tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Tipe produk Heterogen Heterogen Homogen/ Heterogen

Heterogen Homogen

Kekuasaan menentukan

Sangat besar

Relatif Relatif Sedikit Tidak ada

Persaingan selain harga

Tidak ada Besar Besar Besar Tidak ada

Informasi Sangat terbatas

Cukup terbuka

Terbatas Cukup terbuka

Terbuka

Profit Berlebih Berlebih Agak berlebih

Normal Normal

Efisiensi Kurang baik

Kurang baik

Kurang baik

Cukup baik Baik

Sumber: diolah dari berbagai sumber.

Pasar monopoli terdiri dari satu produsen yang menguasai pangsa pasar

keseluruhan atau sebesar 100 persen dan memiliki hambatan masuk pasar yang

sangat tinggi karena produsen yang menguasai pasar akan berusaha keras agar

tidak ada pesaing pada pasar yang dipimpinnya. Pada struktur pasar yang

Page 29: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

16

dipimpin oleh perusahaan dominan, pelaku usaha terdiri dari beberapa perusahaan

namun hanya ada satu pelaku usaha yang terlihat mendominasi pasar. Hambatan

untuk masuk pasar ini cukup tinggi namun biasanya informasi pasarnya cukup

terbuka.

Pada pasar oligopoli terdapat beberapa pelaku usaha yang memimpin pasar

dengan pangsa pasar gabungannya sebesar 60 persen sampai dengan 100 persen.

Hambatan masuknya cukup tinggi dan informasi yang diterima terbatas. Para

oligopolis juga bertindak sebagai monopolis terutama jika mereka melakukan

kerjasama sehingga efisiensinya menjadi kurang baik.

Pasar monopolistik terdiri dari banyak produsen dimana banyak pesaing

yang efektif dan tidak ada satu pun yang memiliki pangsa pasar diatas 10 persen.

Para produsen menjual produknya dengan karakteristik yang berbeda-beda dan

dapat menjualnya dengan harga yang diinginkan. Hambatan masuk dan

informasinya cukup terbuka sehingga tingkat persaingannya tinggi dan

efisiensinya cukup baik. Sementara pasar persaingan murni setiap produsen tidak

memiliki pangsa pasar yang berarti. Dengan hambatan masuk yang rendah dan

informasi yang terbuka maka para pesaing potensial dapat mudah memasuki

pasar. Struktur pasar merupakan suatu pokok bahasan yang kompleks, dengan

sejumlah konsep yang terpadu serta dibutuhkan banyak data untuk

mengevaluasinya (Jaya, 2001).

Page 30: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

17

2.4.1. Pangsa Pasar

Pangsa pasar dapat juga diartikan sebagai persentase perusahaan dari total

pendapatan industri yang dapat diukur dari 0 persen hingga 100 persen. Pangsa

pasar yang besar biasanya menandakan kekuatan pasar yang besar, sebaliknya

pangsa pasar perusahaan yang kecil berarti perusahaan tidak mampu bersaing

dalam tekanan persaingan.

Peranan pangsa pasar, seperti halnya elemen struktur pasar lainnya, adalah

sebagai sumber keuntungan bagi perusahaan. Hipotesa umum mengatakan adanya

hubungan antara tiap pangsa pasar perusahaan dengan tingkat keuntungannya

(Jaya,2001).

2.4.2. Konsentrasi

Konsentrasi merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-

perusahaan oligopolis di mana mereka menyadari adanya suatu ketergantungan

(Jaya, 2001). Kelompok perusahaan ini terdiri dari 2 sampai 8 perusahaan.

Kombinasi pangsa pasar mereka membentuk suatu tingkat pemusatan dalam

pasar.

Alat yang digunakan untuk mengukur konsentrasi perusahaan dalam

penelitian ini adalah Concentration Ratio (CR4), yaitu alat ukur paling sederhana

untuk mengukur tingkat konsentrasi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki

pangsa pasar terbesar. CR4 dirumuskan:

Total jumlah penjualan 4 perusahaan terbesar CR4 = (2.1) Total penjualan industri

Page 31: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

18

Nilai CR4 yang dihasilkan antara nol sampai satu. Semakin besar nilai

CR4 yang dihasilkan maka struktur pasar semakin monopoli, sebaliknya jika

nilainya semakin kecil (mendekati nol) maka persaingannya sempurna (Jaya,

2001). Rasio konsentrasi yang standar memerlukan data mengenai ukuran pasar

secara keseluruhan dan ukuran perusahaan-perusahaan yang memimpin pasar.

Pengukuran ini lebih jelas daripada pengukuran yang lain dan mempunyai

pengertian yang lebih mantap.

2.4.3. Hambatan Untuk Masuk

Menurut Jaya (2001) ada beberapa hal umum mengenai hambatan

memasuki suatu pasar yang harus dipahami. Pertama, hambatan-hambatan timbul

dalam kondisi pasar yang mendasar, tidak hanya dalam bentuk perangkat yang

legal ataupun dalam bentuk kondisi-kondisi yang berubah dengan cepat.

Kedua, hambatan dibagi dalam tingkatan mulai dari tanpa hambatan sama

sekali (“bebas masuk”), hambatan rendah, sedang sampai tingkatan tinggi di mana

tidak ada lagi jalan masuk. Ketiga, hambatan merupakan sesuatu yang kompleks.

Peranan hambatan untuk masuk suatu pasar masih diperdebatkan.

Hal lain yang dapat dijadikan faktor hambatan masuk adalah dengan

pengukuran Minimum Efficiency Scale (MES). Pesaing baru tidak akan masuk

kecuali yakin akan memperoleh keuntungan setelah masuk dalam pasar. Jika MES

relatif besar terhadap pasar maka perusahaan baru tidak akan dapat membuka

pabrik yang beroperasi secara efisien tanpa meningkatkan output industri.

Page 32: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

19

Perusahaan yang memasuki pasar dengan kondisi di bawah MES tidak akan

sanggup bersaing dengan perusahaan yang telah ada di pasar.

Beberapa ukuran yang dapat dijadikan proksi bagi MES yaitu output dari

pabrik terbesar, ukuran rata-rata dari seluruh pabrik yang berada pada kelas

distributor tinggi dan ukuran rata-rata dari beberapa pabrik yang terbesar yang

menguasai 50 persen output industri.

2.4.4. Pasar Persaingan Monopolistik

Persaingan monopolistik adalah suatu jenis pasar yang mempunyai sifat-

sifat sebagai berikut (Jaya, 2001):

1) Banyak perusahaan dan pembeli

Pasar terdiri dari sejumlah besar perusahaan dan pembeli yang bertindak

secara bebas.

2) Produk yang dibedakan

Produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan yang bersaing memiliki

perbedaan dalam satu atau lebih hal antara satu produk dengan yang lainnya.

Perbedaan-perbedaan ini mungkin dalam hal fisiknya yaitu yang meliputi

penampilan atau perbedaan-perbedaan yang diciptakan melalui iklan dan promosi

penjualan.

3) Pasar yang bebas dimasuki dan ditinggalkan

Pasar yang tidak memiliki hambatan-hambatan untuk dimasuki (barriers to

entry) oleh perusahaan-perusahaan baru atau hambatan-hambatan bagi

perusahaan-perusahaan yang sudah ada di dalam pasar tersebut untuk ke luar.

Page 33: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

20

4) Dalam jangka pendek akan menghasilkan laba diatas normal

Dalam jangka panjang laba diatas normal akan menyebabkan perusahaan-

perusahaan baru memasuki pasar, yang kemudian akan mengakibatkan turunnya

volume penjualan pada tingkat harga yang berlaku. Proses masuknya perusahaan-

perusahaan baru akan berlangsung sampai laba lebih yang diperoleh sebelumnya

tidak ada lagi. Posisi laba yang normal dari perusahaan untuk jangka panjang

adalah sama dengan posisi keseimbangan jangka panjang perusahaan tersebut

dalam persaingan sempurna.

Akan tetapi persaingan monopolistik akan menghasilkan kinerja pasar

yang kurang efisien bila dibandingkan dengan persaingan sempurna. Khususnya

bagi perusahaan monopolistik yang bersaing untuk memproduksi tingkat output

yang lebih rendah dan menjual output tersebut dengan haga yang lebih tinggi

dibndingkan dengan harga-harga output perusahaan yang bersaing secara

sempurna.

2.5. Perilaku Pasar

Perilaku pasar merupakan tindakan dan kegiatan yang dilakukan

perusahaan-perusahaan dalam kapasitasnya sebagai produsen atau penjual dan

pembeli barang dan jasa. Beberapa elemen yang menentukan perilaku pasar

(Legowo, 1996):

1. Tujuan perusahaan (Firm Objectives). Contohnya: Laba, target pertumbuhan

perusahaan dan lainnya.

Page 34: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

21

2. Cara berkompetisi yang dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuannya,

terutama dalam kebijakan menentukan harga, besarnya produksi, adanya

diferensiasi produk yang dihasilkan.

3. Pengaturan perilaku perusahaan. Seberapa jauh diperkenankannya adanya

persaingan antara perusahaan-perusahaan dalam pasar. Kemungkinan

terjadinya koordinasi di antara perusahaan dalam menentukan harga dan

melakukan kolusi secara terang-terangan (kartel) atau secara diam-diam (price

leadership).

Perilaku perusahaan menjadi subjek analisis yang menarik hanya jika

persaingan yang terjadi tidak sempurna, akan berbeda jika yang terjadi pasar

persaingan sempurna. Pada pasar persaingan tidak sempurna, ada insentif bagi

perusahaan untuk melakukan promosi, mengamati tindakan pesaing, melakukan

kolusi atau kerjasama, atau berusaha menghalangi masuknya perusahaan baru

(Jaya, 2001).

2.5.1. Kerjasama dan Kolusi

Kerjasama yang dapat bertahan lama akan memberikan keuntungan lebih

banyak bagi kelompok perusahaan yang melakukan kerjasama tersebut. Hal itu

dikarenakan dengan adanya kerjasama maka kelompok perusahaan dapat

menaikkan harga. Kerjasama yang dapat bertahan lama akan menjadikan kolusi

berjalan dengan sangat efektif. Semakin sempurnanya kerjasama diantara

perusahaan-perusahaan tersebut, pasar akan semakin menyerupai pasar monopoli

(Shepperd, 1990).

Page 35: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

22

Kondisi-kondisi yang mendorong adanya kolusi antara lain adalah

konsentrasi dan kelangkaan, biaya, kondisi permintaan, “titik pusat”, persaingan

bukan harga dan informasi. Ada beberapa macam kolusi yang dilakukan oleh

perusahaan dalam suatu industri. Kategori-kategori utamanya adalah kartel,

pengawasan terhadap masuknya perusahaan baru dan daerah pasar, persetujuan

penetapan harga, dan kolusi terselubung (Jaya, 2001).

2.5.2. Integrasi Vertikal, Konglomerasi Dan Merger

Merger adalah suatu penggabungan (kombinasi) dua atau lebih perusahaan

yang kemudian diberi nama (yang hidup) salah satu dari perusahaan yang

bergabung itu. Merger biasanya dilakukan atas dasar pengujian bersama yang

bertujuan meningkatkan efisiensi karena diharapkan ada pengaruh sinergis

(Legowo, 1996).

Terdapat tiga tipe merger:

1. Merger Horizontal adalah merger antara perusahaan-perusahaan dalam pasar

yang sama (pesaing dalam pasar). Contoh: pabrik semen A merger dengan

pabrik semen B, dll.

2. Merger Vertikal adalah merger perusahaan-perusahaan antara kolom

perusahaan (kolom dari industri hulu ke hilir). Contoh: pabrik tepung terigu

merger dengan pabrik mie instan, dll.

3. Merger Konglomerat adalah merger antara perusahaan-perusahaan yang tidak

ada hubungannya dalam pasar baik vertikal maupun horizontal. Tujuannya

Page 36: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

23

untuk melakukan diversifikasi kegiatan dan menyebar resiko. Contoh: bank

merger dengan perusahaan otomotif, dll.

Integrasi vertikal adalah penggabungan perusahaan-perusahaan yang

mempunyai kelanjutan proses produksi. Jenis integrasi juga dapat dibagi menjadi

dua, yaitu integrasi ke hulu (up stream) dan integrasi ke hilir (down stream). Jadi,

integrasi dapat terjadi antara perusahaan-perusahaan yang mempunyai proses

produksi yang berkelanjutan, baik di hulu maupun di hilir (Hasibuan, 1993).

Selanjutnya, istilah konglomerat, yang artinya tidak lebih dari perkumpulan atau

pengelompokan memilki sebutan yang lebih umum yaitu merger konglomerat.

2.5.3. Diferensiasi Produk

Persaingan akan berjalan dengan sempurna apabila pembeli dapat

membandingkan barang yang satu dengan barang yang lainnya. Bila barang-

barang didiferensiasi maka persaingan menjadi tidak efektif. Perbandingan produk

yang satu dengan yang lainnya menjadi sulit dilakukan karena memang berbeda.

Pembeli menjadi tertarik pada suatu produk tertentu.

Suatu perusahaan tidak dapat bertahan hidup tanpa menciptakan produk

baru. Produk yang sebelumnya dihasilkan akan menjadi semakin dewasa dan pada

suatu saat nanti akan mengalami penurunan sehingga layak digantikan. Oleh

karena itu sebuah produk memiliki siklus yang dapat dibagi menjadi empat fase,

yaitu perkenalan (introduction), pertumbuhan (growth), kedewasaan (maturity)

dan penurunan (decline) (Jaya, 2001).

Page 37: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

24

Perilaku pasar menggambarkan tindakan-tindakan perusahaan sebagai

akibat dari struktur pasar yang dihadapinya. Perilaku pada penelitian ini dapat

dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu : perilaku dalam startegi harga, strategi

produk, strategi promosi, dan strategi distribusi. Selain keempat jenis perilaku

tersebut, penelitian ini juga akan membahas perilaku lainnya yang terkait dengan

industri pakaian jadi di Indonesia.

2.6. Kinerja Pasar

Kinerja pasar adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan

perilaku industri (Hasibuan, 1993). Elemen-elemen yang terdapat di dalam kinerja

pasar adalah (Legowo,1996):

1. Efisiensi dalam produksi. Kemampuan berproduksi dengan efisien.

2. Efisiensi dalam penyaluran. Kemampuan mendistribusikan hasil produksi

dengan biaya yang rendah (efisien).

3. Efisiensi dalam mengalokasikan sumber daya sehingga harga yang dikenakan

kepada pembeli bisa rendah sesuai dengan rendahnya biaya produksi termasuk

keuntungan yang normal bagi produsen.

4. Kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi, sehingga dapat diperoleh

biaya produksi yang rendah dan teknik distribusi yang lebih tepat.

5. Kinerja berupa mutu, harga dan jumlah (variasi produk) yang sesuai dan bisa

memuaskan konsumen (masyarakat).

Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek namun

biasanya dipusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi

Page 38: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

25

dan keseimbangan dalam industri (Jaya, 2001). Efisiensi mempunyai dua bagian

utama, yaitu efisensi internal dan efisiensi alokasi.

Tingkat efisiensi internal menggambarkan perusahaan yang dikelola

dengan baik. Efisiensi ini diukur dengan perbandingan nilai tambah dan nilai

input setiap perusahaan. Sedangkan efisiensi alokasi menggambarkan alokasi

sumber daya ekonomi sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam

berproduksi yang dapat menaikkan nilai output.

Kemajuan teknologi dan tindakan inovasi merupakan suatu bentuk upaya

terus-menerus untuk melakukan tindakan-tindakan yang memberikan dorongan

kemajuan. Sementara keseimbangan dalam industri dilihat dalam pemenuhan

kebutuhan dan keinginan untuk memenuhi harapan-harapan serta penghargaan

yang nyata dan bernilai.

Kinerja juga dapat dilihat dari pola keuntungan yang didapat perusahaan-

perusahaan dalam industri. Pola keuntungan ini dapat digambarkan oleh Price-

Cost-Margin (PCM). Penggunaan PCM sebagai variabel kinerja pertama kali

digunakan oleh Collins dan Preston pada tahun 1968. PCM dapat diperoleh

dengan membagi selisih antara nilai tambah dikurangi upah yang harus

dibayarkan terhadap nilai pengiriman (Jaya, 2001).

Nilai tambah adalah nilai pengiriman dikurangi nilai material, persediaan

dan tempat penyimpanan, bahan bakar, tenaga listrik dan kontrak kerja. Upah

yang harus dibayarkan merupakan total pengeluaran perusahaan untuk membayar

tenaga kerja. Sedangkan nilai barang yang dihasilkan adalah bagian dari nilai

output perusahaan yang menunjukan jumlah total dari hasil produksi. Analisis

Page 39: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

26

tentang hubungan stuktur dan kinerja pasar akan berusaha menunjukan adanya

pengaruh antara variabel-variabel struktur pasar terhadap keuntungan yang

diproksi dengan PCM. Tingkat PCM yang tinggi hanya dapat tercipta jika terdapat

monopoly power atau rasio konsentrasi yang tinggi.

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Struktur-Perilaku-Kinerja dari suatu industri telah

dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Meskipun begitu penelitian-

penelitian tersebut meneliti industri yang berbeda-beda dan penelitian ini juga

meneliti industri yang berbeda pula dengan penelitian sebelumnya. Dua

diantaranya adalah penelitian dengan judul “Analisis Structure-Conduct-

Performance industri ban di Indonesia” yang telah dilakukan oleh Delima (2005)

kemudian mengenai industri susu dengan judul “Analisis Struktur-Perilaku-

Kinerja Industri Susu Di Indonesia” yang telah dilakukan oleh Andiani (2006).

Hasil penelitian Delima (2005) menunjukkan bahwa struktur pasar industri

ban di Indonesia adalah termasuk ke dalam tipe pasar oligopoli ketat dimana pasar

ini terbentuk dikarenakan penggabungan pangsa pasar dari empat perusahaan

besar yang menghasilkan pangsa pasar sebesar 60 persen sampai dengan 100

persen.

Perilaku dari industri ban Indonesia berdasarkan pada hasil penelitian

Delima (2005) antara lain menunjukkan adanya strategi dalam harga berupa

adanya kesepakatan harga yang terjadi dalam pasar yang dilakukan oleh asosiasi

produsen ban di Indonesia, pengembangan feature produk dengan cara

Page 40: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

27

memodifikasi karakteristik fisik produk, mengembangkan kualitas yang sesuai

dengan SNI, dan menambah model serta ukuran, perilaku promosi yang dilakukan

oleh industri ban Indonesia melalui media massa baik cetak maupun media

elektronik. Perilaku pengalihan dari pasar domestik ke pasar ekspor ketika pasar

domestik mengalami kelesuan adalah strategi distribusi yang dilakukan oleh

produsen ban Indonesia.

Dari segi kinerja, industri ban di Indonesia menerima margin keuntungan

atas biaya langsung (PCM) sebesar 17,41 persen selama tahun 1985 sampai

dengan tahun 2003. Diduga kasus yang terjadi pada industri ban di Indonesia

adalah penurunan konsentrasi rasio disebabkan karena pertambahan jumlah

perusahaan pada industri mampu meningkatkan persaingan. Pertambahan jumlah

perusahaan (yang relatif cukup besar) pada industri yang bersangkutan, selain

menekan konsentrasi rasio juga mampu menciptakan andil pendapatan yang besar.

Sehingga secara keseluruhan pendapatan industri yang bersangkutan mengalami

peningkatan pertumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan

yang ada pada industri merupakan perusahaan-perusahaan yang besar dan

mempunyai daya saing yang tinggi.

Penelitian selanjutnya mengenai industri susu dengan judul “Analisis

Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Susu Di Indonesia” telah dilakukan oleh

Andiani (2006). Hasil dari penelitian dengan menggunakan data dari tahun 1983

sampai dengan tahun 2003 tersebut menunjukkan bahwa industri susu di

Indonesia memiliki struktur pasar oligopoli ketat. Hal ini berdasarkan pada cukup

Page 41: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

28

tingginya tingkat konsentrasi dari industri susu di Indonesia, dengan nilai rata-rata

CR4 sebesar 73,79 persen.

Perilaku yang terdapat pada industri susu di Indonesia berdasarkan pada

hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya strategi harga dan

produk serta strategi promosi. Dalam melakukan penetapan harga, umumnya

perusahaan susu melakukan pengamatan tingkat harga yang ditetapkan pesaing

dengan asumsi harga yang ditetapkan semua pesaing adalah harga yang tinggi.

Strategi produk yang dilakukan oleh produsen susu adalah melakukan inovasi

melalui produk dan merek dengan memproduksi susu sesuai dengan jenis.

Terdapat tiga jenis susu yang diklasifikasikan lagi sesuai dengan umur konsumen.

Pemberian merek dagang pada setiap kemasan yang menarik akan menjadi

perhatian konsumen dalam memilih produk untuk dikonsumsi. Sementara itu,

strategi promosi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan susu adalah melalui

promosi berbentuk merek, promosi berdasarkan industri atau pasar dan promosi

secara politik.

Kinerja dari industri susu di Indonesia menunjukkan hasil bahwa nilai

efisiensi-X dan nilai margin keuntungan atas biaya langsung (PCM) yang cukup

tinggi. Rata-rata efisiensi-X pada industri ini mencapai 66,99 persen. Sementara

itu nilai rata-rata PCM pada industri susu mencapai 43,28 persen.

Struktur pasar oligopoli ketat memiliki efisiensi yang kurang baik dan

keuntungan yang agak berlebih. Meskipun begitu, kebijakan yang dibuat oleh

produsen dari masing-masing industri dapat mengantisipasi kelemahan yang

terjadi sebagai dampak dari bentuk struktur pasar. Untuk industri susu, produsen

Page 42: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

29

dalam industri ini menjaga keseimbangan antara penawaran produksi dan

permintaannya yang bertujuan untuk menghindari dari kerugian perusahaan.

Sehingga meskipun memiliki struktur pasar yang sama dengan industri ban,

industri susu memiliki kinerja yang lebih baik.

2.8. Kerangka Pemikiran

Di dalam kerangka pemikiran untuk menganalisis berjalannya suatu proses

pasar perlu diketahui bahwa ada hubungan antara struktur (structure), perilaku

(conduct) dan kinerja (performance) dari industri tersebut. Ketiga unsur tersebut

saling berinteraksi, struktur pasar akan mempengaruhi perilaku dan kinerja dari

pasar tersebut. Sebaliknya, perilaku pasar dapat mempengaruhi struktur dan

kinerja pasar. Demikian pula kinerja pasar dapat mempengaruhi struktur dan

perilaku pasar.

Pada penelitian ini terlebih dahulu akan menganalisa struktur pasar dan

perilaku industri, kemudian untuk selanjutnya menganalisa kinerja industri.

Tujuannya adalah untuk menganalisa apakah terdapat suatu kesesuaian hubungan

yang tercipta antara struktur dengan perilaku pada industri pakaian jadi di

Indonesia dimana kesesuaian maupun ketidaksesuaiannya dapat mempengaruhi

kinerja dari industri pakaian jadi di Indonesia.

Konsumen atau masyarakat mengharapkan adanya kinerja pasar yang bisa

memberikan kesejahteraan kepada mereka antara lain dapat memperoleh barang

dan jasa dengan harga murah, mutu baik, jumlah yang cukup, cepat diperoleh dan

lain-lainnya. Untuk bisa mendapatkan hal tersebut, maka perlu dilakukan kinerja

Page 43: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

30

yang efisien. Semua ini bisa diperoleh jika perilaku industri serta struktur

pasarnya mendukung kinerja industri yang bisa mencapai tujuan yang dimaksud.

Selain struktur pasar (CR4), variabel efisiensi-X (XEff) dan produktivitas

(Prod), penelitian ini juga akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja (PCM) dari industri pakaian jadi di Indonesia diantaranya adalah

pertumbuhan output industri (Growth) dan dummy yang berguna untuk

membedakan periode sebelum dan sesudah krisis.

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Pemikiran

2.9. Hipotesis

Berdasarkan keadaan industri pakaian jadi atau garmen di Indonesia dan

teori-teori yang mendasari penelitian ini maka hipotesis yang diajukan adalah:

1. Pendugaan terhadap struktur, perilaku dan kinerja industri pakaian jadi di

Indonesia yaitu:

Struktur Pasar Kinerja

Faktor-faktor Lainnya: 1. Growth 2. Produktivitas 3. Dummy atau

Krisis

Industri Pakaian Jadi di

Indonesia Perilaku

Page 44: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

31

a. Struktur pasar industri pakaian jadi di Indonesia diduga merupakan

struktur pasar yang bersifat persaingan monopolistik.

b. Perilaku yang dimiliki oleh industri pakaian jadi di Indonesia diduga

merupakan perilaku yang terkait dengan harga, produk, promosi dan

distribusi produk, serta perilaku-perilaku lainnya yang pada umumnya

terdapat di dalam suatu industri karena dipengaruhi oleh struktur pasar.

c. Diduga kinerja industri pakaian jadi di Indonesia memiliki tingkat

efisiensi-X dan tingkat keuntungan yang diperoleh cukup rendah. Hal ini

dikarenakan banyaknya perusahaan yang terdapat dalam industri pakaian

jadi dan tingginya persaingan yang terjadi.

2. Mengenai analisis pengaruh struktur dan faktor-faktor lainnya terhadap kinerja

diduga struktur pasar (CR4) berpengaruh positif terhadap kinerja (PCM).

Variabel lain (Growth, Xeff, Prod) diduga berpengaruh positif terhadap

kinerja (PCM). Sedangkan variabel dummy atau krisis diduga berpengaruh

negatif terhadap kinerja (PCM).

Page 45: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data sekunder yang

berasal dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Badan Pusat Statistik,

Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan yang semuanya berlokasi

di Jakarta. Penelitian ini berlangsung pada bulan Januari - Juni 2006.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diambil dari data-data yang telah diolah pada instansi-instansi terkait yaitu API,

BPS dan Departemen perindustrian. Pengumpulan data juga diperoleh dari studi

kepustakaan serta literatur yang relevan dengan penelitian ini. Data tersebut

berasal dari perpustakaan pusat Institut Pertanian Bogor, perpustakaan Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, dan dengan mengambil data-data dari laporan-

laporan industri melalui internet. Unit analisa yang digunakan pada penelitian ini

adalah industri garmen di Indonesia dan tidak menggunakan unit analisa berupa

pemilihan perusahaan. Sehingga tidak diperlukan penjelasan mengenai penentuan

sampel dalam penelitian ini.

Data yang digunakan untuk analisis SCP secara deskriptif adalah data dari

tahun 1983 sampai 2003. Data statistik yang diestimasi merupakan data time

series dari tahun 1983 sampai 2003 dan diolah dengan menggunakan software

EViews. 4.1. Data statisitk yang diperoleh harus disesuaikan dalam bentuk riil

Page 46: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

33

agar dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya pada saat ini dengan cara

membagi data nominal dengan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

kemudian dikalikan dengan 100.

Nilainominal Nilairiil = X 100 (3.1) IHPB

IHPB adalah angka indeks yang menggambarkan besarnya perubahan

harga perdagangan besar atau harga grosir dari komoditas-komoditas yng

diperdagangkan di suatu negara atau daerah. Komoditas tersebut merupakan

produksi dalam negeri yang dipasarkan di dalam negeri, diekspor, atau diimpor

(Badan Pusat Statisitk, 2003). IHPB yang digunakan pada penelitian ini adalah

IHPB Indonesia dengan tahun dasar 1993 (1993 = 100) yang diperoleh dari BPS.

3.3. Metode Analisis

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan memberikan gambaran

dari hasil penelitian maupun secara kuantitatif dengan melihat pengaruh variabel-

variabel yang saling berhubungan. Pada awal pembahasan mengenai struktur

pasar, perilaku dan kinerja dari industri pakaian jadi di Indonesia akan dianalisis

dengan menggunakan metode deskriptif, sedangkan untuk membahas hubungan

struktur dan faktor-faktor lainnya dengan kinerja digunakan metode kuantitatif.

Statistik deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan

dan penyajian yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus

data sehingga memberikan informasi yang berguna (Walpole, 1995). Proses

deskripsi data pada dasarnya meliputi upaya penelusuran dan pengungkapan

Page 47: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

34

informasi yang relevan yang terkandung dalam data dan penyajian hasilnya dalam

bentuk yang lebih ringkas dan sederhana, sehingga pada akhirnya mengarah pada

keperluan adanya penjelasan dan penafsiran. Statistik kuantitatif digunakan dalam

menentukan hubungan antara struktur dan faktor-faktor lainnya dengan kinerja

pada industri pakaian jadi di Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan untuk melihat kondisi Industri pakaian

jadi (garmen) di Indonesia adalah pendekatan SCP (Structure-Conduct-

Performance) dengan penjelasan sebagai berikut :

3.3.1. Struktur Pasar (Market Structure)

a. Pangsa Pasar

Setiap perusahaan memiliki pangsa pasarnya sendiri yang berkisar antara 0

persen hingga 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Menurut literatur

Neo-Klasik landasan posisi pasar perusahaan adalah pangsa pasar yang diraihnya.

Pangsa pasar menggambarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil

penjualannya.

si msi = X 100% (3.2) stot

Keterangan:

msi = pangsa pasar perusahaan i (%),

si = penjualan perusahaan i,

stot = penjualan total seluruh perusahaan.

Page 48: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

35

b. Konsentrasi Industri

Tingkat konsentrasi industri merupakan suatu variabel yang dapat diukur.

Dengan mengetahui tingkat konsentrasi maka tipe pasar yang dihadapi suatu

industri juga dapat diketahui. Penggunaan CR dalam menjelaskan struktur pasar

dilakukan agar konsisten dengan penjelasan hubungan struktur pasar pada

hubungan tersebut. CR juga digunakan dalam model untuk menggantikan Indeks

Hirschman-Herfindahl (Hd) karena dianggap lebih mewakili kondisi industri

pakaian jadi di Indonesia.

si msi = X 100% (3.3) stot

Keterangan:

CRm = rasio konsentrasi sebanyak m perusahaan (%),

msi = pangsa pasar perusahaan ke-i (%).

c. Hambatan Masuk Pasar

Hambatan masuk pasar dapat dilihat dari mudah atau tidaknya pesaing-

pesaing potensial untuk masuk ke suatu pasar. Segala sesuatu yang

memungkinkan terjadinya penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya

pesaing baru merupakan hambatan untuk masuk. Hambatan-hambatan ini tidak

hanya dalam bentuk perangkat-perangkat yang legal tapi juga dapat terjadi secara

alami. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat hambatan masuk adalah

dengan mengukur skala ekonomis yang didekati melalui output perusahaan yang

menguasai pasar lebih dari 50 persen. Nilai output tersebut kemudian dibagi

Page 49: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

36

dengan output total industri. Data ini disebut sebagai Minimum Efficiency Scale

(MES),

Output perusahaan terbesar MES = (3.4) Output total

3.3.2. Perilaku Pasar (Market Conduct)

Penelitian dalam melihat bagaimana perilaku dari pelaku usaha yang

berada dalam industri pakaian jadi di Indonesia akan dilakukan dengan penjelasan

deskriptif. Pembentukan perilaku yang secara umum dipengaruhi oleh struktur

dan kinerja pasar akan dapat dilihat dari variabel-variabel struktur pasar (tingkat

konsentrasi perusahaan dan hambatan masuk ke dalam pasar) dan variabel kinerja

pasar (PCM dan efisiensi internal).

Elemen-elemen dalam perilaku pasar dari industri pakaian jadi Indonesia

dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Strategi harga dan produk

Dalam hal ini akan dilihat bagaimana strategi penetapan harga yang akan

dilakukan oleh industri pakaian jadi serta bagaimana strategi khusus dalam

menentukan produk yang akan dijual. Penetapan harga pada industri pakaian jadi

pada umumnya tergantung pada bahan baku sebagai faktor produksi.

2. Strategi promosi

Strategi promosi merupakan salah satu perilaku yang dibutuhkan oleh

produsen untuk menarik konsumen.

Page 50: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

37

3. Strategi distribusi

Strategi distribusi juga diperlukan agar produk yang dihasilkan dapat

didistribusikan dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

Bentuk-bentuk perilaku lainnya dari pelaku usaha industri pakaian jadi di

Indonesia yang mungkin terjadi antara lain adalah integrasi vertikal dan Sourcing.

Hal tersebut didasarkan atas informasi yang berasal dari Asosiasi Pertekstilan

Indonesia, yang diterima oleh peneliti. Perilaku integrasi vertikal yang terjadi

pada industri pakaian jadi disebabkan karena industri pakaian jadi itu sendiri

merupakan bagian dari industri tekstil dan produk tekstil yang saling

berhubungan. Industri pakaian jadi membutuhkan industri serat dan industri

lainnya yang terdapat pada industri TPT untuk menunjang kelangsungan industri

pakaian jadi itu sendiri.

Perilaku sourcing yang terjadi pada industri pakaian jadi merupakan suatu

perilaku atau kegiatan untuk mencari bahan baku. Pembeli (buyer) dalam industri

ini terlebih dahulu akan melakukan pemesanan baju, dimana pembeli akan

menunjukkan bahan seperti apa yang diinginkannya untuk membuat baju yang

akan dipesan. Kemudian produsen pakaian jadi yang menerima pesanan akan

mencari bahan tersebut. Kegiatan pencarian bahan inilah yang dinamakan

sourcing. Informasi mengenai perilaku dari industri pakaian jadi ini diperoleh dari

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) serta penelitian kepustakaan dan informasi

dari berbagai media.

Page 51: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

38

3.3.3. Kinerja Pasar (Market Performance)

Untuk menjelaskan kinerja suatu industri dilakukan dengan menggunakan

analisis efisiensi internal atau efisiensi-X dan Price-Cost Margin (PCM). Efisiensi

internal menunjukkan kemampuan perusahaan dalam kemampuan suatu industri

dalam menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Semakin efisien suatu

perusahaan, semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh. Untuk

mengukur tingkat efisiensi internal adalah dengan membagi nilai tambah dengan

input industri tersebut.

nilai tambah industri XEff = (3.5) nilai input industri

Nilai tambah diperoleh dengan mengurangkan biaya input terhadap nilai

outputnya. Nilai output itu sendiri adalah nilai dari seluruh barang dan jasa atau

disebut juga sebagai produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan

memanfaatkan faktor produksi yang tersedia seperti tenaga listrik yang dijual, jasa

industri, keuntungan jual beli, pertambahan stok barang jadi dan penerimaan lain.

Sementara itu nilai input memiliki pengertian yang dikelompokkan

menjadi dua yaitu :

Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa

yang digunakan habis dalam proses produksi (bahan baku, bahan penolong,

jasa perbankan).

Input primer adalah biaya yang timbul sebagai akibat dari pemakaian faktor

produksi dalam suatu kegiatan ekonomi antara lain tenaga kerja, tanah, modal

Page 52: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

39

dan kewirausahaan. Contoh : upah gaji, surplus usaha, penyusutan barang

modal, dan pajak tidak langsung netto.

Variabel yang digunakan sebagai indikator kinerja yang berikutnya adalah

proksi dari keuntungan Price-Cost Margin (PCM). PCM dinyatakan sebagai

indikator kemampuan perusahaan untuk meningkatkan harga diatas biaya

produksi. PCM diperoleh dengan membagi selisih antara nilai tambah yang

dikurangi pengeluaran upah bagi pekerja dengan nilai barang jadi (output yang

dihasilkan). Tingkat PCM yang tinggi umumnya dapat tercipta jika terdapat rasio

konsentrasi pasar yang tinggi.

P – AVC nilai tambah – upah total PCM = = (3.6) P barang yang dihasilkan

3.3.4. Hubungan Struktur dan Faktor Lainnya dengan Kinerja

Hubungan struktur suatu industri dan faktor-faktor lainnya yang dapat

mempengaruh kinerja industri tersebut dapat dilihat dengan menggunakan analisis

regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Squared (OLS) seperti

persamaan 3.7.

Pemilihan metode OLS untuk meramalkan model disebabkan oleh

mudahnya penggunaan serta pendeskripsian hasil dari regresi. Disamping itu

metode ini juga lebih sederhana jika dibandingkan dengan metode lain. Metode

ini merupakan salah satu metode yang cukup sering digunakan para peneliti di

bidang ekonomi untuk melihat hubungan antar variabel-variabel ekonomi.

Page 53: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

40

Variabel terikat dalam model ini adalah proksi dari keuntungan suatu

industri yaitu PCM (%). Variabel bebas yang digunakan adalah konsentrasi empat

perusahaan terbesar (CR4), pertumbuhan output (growth), effisiensi-X (XEff),

produktivitas (Prod), dan dummy untuk membedakan periode sebelum dan

sesudah krisis. Penggunaan variabel PCM sebagai proksi keuntungan telah

digunakan oleh Collins dan Preston pada tahun 1968 kemudian digunakan pula

oleh Shepherd pada tahun 1972 dan kini semakin banyak digunakan dalam

penelitian-penelitian ilmiah (Delima, 2005).

Penelitian ini menggunakan model yang pernah digunakan oleh Delima

(2005) yang juga mengacu kepada model (persamaan 3.7) yang pernah digunakan

oleh Chou (1986). Aspek perdagangan luar negeri dimasukkan sebagai faktor

yang diperkirakan mempengaruhi hubungan struktur dengan kinerja. Kemudian

Delima (2005) menggantikan beberapa variabel karena dianggap tidak sesuai

dengan kondisi industri yang ditelitinya.

PCMt = a0+a1HDt+a2MESMSt+a3GRSt+a4Pet+a5Tmt+a6Txt+a7FDIt+ut (3.7)

Keterangan:

PCM = Price-Cost Margin,

HD = Indeks Hirschman-Herfindahl,

MESMS = Pangsa pasar domestik tiap perusahaan untuk mencapai

skala efisiensi minimum,

GRS = Tingkat pertumbuhan nilai produksi industri yang

mewakili kondisi permintaan pasar,

PE = Variabel dummy yang mewakili perusahaan Negara,

Page 54: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

41

Tm = Intensitas impor,

Tx = Intensitas ekspor,

FDI = Rasio jumlah perusahaan asing terhadap total jumlah

perusahaan yang ada,

u = Unsur gangguan,

a0 = Intercept,

a1,a2,a3,a4,a5,a6,a7 = Koefisien kemiringan parsial,

a1>0 ; a2>0 ; a3>0 ; a4>0 ; a5<0 ; a6<0 ; a7<0.

Delima (2005) menggantikan variabel Hd dengan variabel CR4 karena

dianggap lebih mewakili struktur industri yang ditelitinya. Variabel MESMS dan

FDI juga tidak digunakan karena adanya keterbatasan data. Sementara itu variabel

PE tidak digunakan pula karena sudah tidak ada lagi perusahaan yang berstatus

sebagai perusahaan negara. Variabel MES juga tidak dapat digunakan, hal ini

dikarenakan variabel ini tidak memberikan hasil terbaik pada penelitian ini.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka model yang digunakan oleh Delima

(2005) dan yang akan digunakan sebagai model acuan pada penelitian ini adalah:

PCMi=a0+a1CR4t+a2Growtht+a3Tmt+a4Txt+a5XEfft+a6Prodt+a7dummy+ut (3.8)

Keterangan: PCMi = Rasio keuntungan industri yang mencerminkan

kelebihan atas biaya langsung pada tahun ke-t (%)

CR4t = Konsentrasi empat perusahaan terbesar dalam suatu

industri pada tahun ke-t (%)

Page 55: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

42

GRSt = Tingkat pertumbuhan nilai produksi industri yang

mewakili kondisi permintaan pasar pada tahun ke-t

(%)

Tmt = Intensitas impor tahun ke-t (%)

Txt = Intensitas ekpor tahun ke-t (%)

XEfft = Rasio efisiensi yang dinyatakan sebagai

perbandingan antara nilai tambah dan nilai input

industri pada tahun ke-t untuk mengukur efisiensi

industri (%)

Prodt = Produktivitas yang dinyatakan sebagai

perbandingan antara nilai output dan nilai input

tenaga kerja pada tahun ke-t (%)

dummy = Variabel pembeda periode sebelum dan sesudah

krisis

ut = Unsur gangguan

a0 = Intercept

a1,a2,a3,a4,a5,a6,a7 = Koefisien kemiringan parsial

a1>0 ; a2>0 ; a3<0 ; a4>0 ; a5>0 ; a6>0 ; a7<0.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Nilai tambah - upah PCMi = x 100% (3.9) Barang yang dihasilkan

Imports Tmt = x 100% (4.0) Sales

Page 56: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

43

Exports Txt = x 100% (4.1) Sales

Nilai tambah industri XEfft = x 100% (4.2) Barang yang dihasilkan

Nilai output Prodt = x100% (4.3) Nilai input tenaga kerja

Model yang akan digunakan pada penelitian ini dan yang telah digunakan

oleh Delima (2005), menggunakan variabel efisiensi-X. Hal ini didasarkan pada

pendapat Shepherd (Shepherd dalam Delima, 2005) yang mengatakan bahwa

kinerja merupakan fungsi dari pangsa pasar, konsentrasi, hambatan masuk,

efisiensi internal, dan kondisi eksternal. Variabel produktivitas juga digunakan

dalam model PCM pada penelitian ini. Penggunaan variabel produktivitas dalam

model PCM ini mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu Delima (2005) dan

Andiani (2006).

Pemilihan variabel CR4 dilakukan karena variabel ini dapat mewakili

kondisi industri pakaian jadi di Indonesia. Variabel Tx dan Tm tidak dapat

digunakan dalam penelitian ini karena adanya keterbatasan data, dimana data

penjualan (sales) tidak dapat dipublikasikan oleh perusahaan-perusahaan pakaian

jadi (garmen). Selain itu, variabel Growth digunakan untuk meneliti pertumbuhan

output yang terjadi pada industri pakaian jadi di Indonesia. Berdasarkan pada

penjelasan sebelumnya maka model yang akan digunakan pada penelitian ini

adalah persamaan (4.4), atau

PCMt = a0+a1CR4t+a2Growtht+a3XEfft+a4Prodt+a5dummy+ut (4.4)

Page 57: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

44

Keterangan: PCMt = Rasio keuntungan industri yang mencerminkan

kelebihan atas biaya langsung pada tahun ke-t (%)

CR4t = Konsentrasi empat perusahaan terbesar dalam suatu

industri pada tahun ke-t (%)

Growtht = Mencerminkan pertumbuhan output yang terjadi

pada tahun ke-t (%)

XEfft = Rasio efisiensi yang dinyatakan sebagai

perbandingan antara nilai tambah dan nilai input

industri pada tahun ke-t untuk mengukur efisiensi

industri (%)

Prodt = Produktivitas yang dinyatakan sebagai

perbandingan antara nilai output dan nilai input

tenaga kerja pada tahun ke-t (%)

dummy = Variabel pembeda periode sebelum dan sesudah

krisis

ut = Unsur gangguan

a0 = Intercept

a1,a2,a3,a4,a5 = Koefisien kemiringan parsial

a1>0 ; a2>0 ; a3>0 ; a4>0 ; a5<0.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Nilai tambah - upah PCMt = x100% (4.5) Nilai barang yang dihasilkan

Page 58: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

45

Output riil pada tahun ( t) – Output riil pada tahun (t-1)

Growtht = x100% (4.6) Output riil pada tahun (t-1)

Nilai tambah industri XEfft = x 100% (4.7) Nilai input industri

Nilai output Prodt = x100% (4.8) Nilai input tenaga kerja

3.3.5. Uji Statistika dan Ekonometrika

Setelah mendapatkan parameter estimasi, langkah selanjutnya adalah

melakukan pengujian terhadap parameter estimasi tersebut agar suatu model

dikatakan baik. Pengujian-pengujian tersebut yaitu uji statistik terhadap model

penduga melalui uji F dan pengujian untuk parameter-parameter regresi melalui

uji t serta melihat berapa persen variabel bebas dapat dijelaskan oleh variabel-

variabel terikatnya melalui koefisien determinasi (R-Squared). Uji ekonometrika

yang dilakukan antara lain uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji

heteroskedastisitas.

a. Uji R-Squared (R2)

Mengukur tingkat keberhasilan model regresi yang digunakan dalam

memprediksi nilai variabel terikat. Nilai R2 memiliki dua sifat yaitu memiliki

besaran positif dan besarannya adalah 0 ≤ R2 ≤ 1. Jika R2 sebesar nol maka hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antar variabel terikat dengan variabel

bebas sedangkan jika R2 sebesar satu maka terdapat kecocokan yang sempurna

antar variabel terikat dengan variabel bebas. Nilai R2 ini juga merupakan fraksi

dari variasi yang mampu dijelaskan oleh model. Selain nilai R2 terdapat pula nilai

Page 59: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

46

Adjusted-R2. Nilai ini akan memberikan penalty atau hukuman terhadap setiap

penambahan variabel yang tidak memberikan pengaruh. Nilai adj R2 tidak akan

pernah melebihi nilai R2 bahkan dapat turun jika anda menambahkan variabel

bebas yang tidak perlu. Dan bahkan untuk model yang memiliki kecocokan yang

rendah (goodness of fit) adj R2 dapat memiliki nilai yang negatif.

b. Uji F

Pengujian ini bertujuan untuk menjelaskan kemampuan variabel secara

bersamaan dalam menjelaskan keragaman dari variabel terikat. Untuk

menjelaskan uji signifikansi masing-masing variabel bebas, maka dihipotesiskan

bahwa variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Hipotesis

ini disebut hipotesis nol.

Hipotesis :

H0 : Semua βi=0, tidak ada variabel bebas yang mempengaruhi PCM

H1 : βi ≠ 0, setidaknya ada satu variabel bebas yang mempengaruhi PCM

Kriteria Uji :

Probabilitas (F-stat) < taraf nyata tolak H0

Probabilitas (F-stat) > taraf nyata terima H0

Jika probabilitas (F-stat) < taraf nyata maka tolak H0 berarti ada minimal

satu parameter dugaan yang tidak nol dan berpengaruh nyata terhadap keragaman

variabel terikat. Probabilitas (F-stat) > taraf nyata maka terima H0 berarti secara

bersama variabel bebas yang digunakan tidak bisa menjelaskan secara nyata

keragaman dari variabel terikat.

Page 60: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

47

c. Uji t

Pengujian ini bertujuan untuk menguji secara statistik apakah koefisien

regresi dari masing-masing variabel bebas yang dipakai secara terpisah

berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat.

Hipotesis :

H0 : βi = 0

H1 : βi ≠ 0 ; i = 1,2,…., k

Kriteria Uji :

Probabilitas (t-stat) < taraf nyata tolak H0

Probabilitas (t-stat) > taraf nyata terima H0

Jika H0 ditolak berarti variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel

terikat dalam model dan sebaliknya, jika H0 diterima maka variabel bebas tidak

berpengaruh terhadap variabel terikat.

d. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan jika sampel yang digunakan kurang dari 30, karena jika

sampel lebih dari 30 maka error term akan terdistribusi secara normal. Uji ini

disebut Jarque-Bera Test. Langkah-langkah untuk melakukan uji normalitas error

term adalah :

H0 : error term terdistribusi normal

H1 : error term tidak terdistribusi normal

Jika α = 5% maka daerah kritis penolakan H0 adalah Jarque-Bera

(J-B) > χ2 df =2 atau Probability (P-Value) < α

Jika P-Value > α maka terima H0

Page 61: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

48

e. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antara serangkaian

observasi yang diurutkan menurut deret waktu (time series) (Gujarati, 1978).

Suatu model dikatakan baik apabila telah memenuhi asumsi tidak terdapat gejala

autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah hasil estimasi

model tidak mengandung korelasi diantara disturbance term. Pada program E-

Views, uji autokolerasi dilakukan dengan melihat probability Obs*R-squared pada

uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM.

Kriteria uji yang digunakan:

Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Squared > taraf nyata (α) yang digunakan,

maka persamaan tidak mengalami autokorelasi.

Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Squared < taraf nyata (α) yang digunakan,

maka persamaan terdapat autokorelasi.

f. Uji Heteroskedastisitas

Suatu fungsi dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas

(tidak terjadi heteroskedastisitas) atau memiliki ragam error yang sama.

Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketakbiasan dan konsistensi dari penaksir

OLS, tetapi penaksir tadi tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar

(yaitu asimtotik) (Gujarati, 1978). Gejala adanya heteroskedastisitas dapat

ditunjukkan oleh probability Obs*R-squared pada uji White Heteroskedasicity.

Kriteria uji yang digunakan:

Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Squared > taraf nyata (α) yang digunakan,

maka persamaan tidak mengalami heteroskedastisitas.

Page 62: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

49

Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Squared < taraf nyata (α) yang digunakan,

maka terdapat heteroskedastisitas dalam persamaan tersebut.

g. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang sempurna di antara

beberapa atau semua variabel penjelas dalam model regresi (Frisch dalam

Gujarati, 1978). Dalam penetapan suatu model seringkali terdapat kesulitan untuk

memisahkan pengaruh antara dua atau lebih variabel bebas dengan variabel

terikat. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat koefisien korelasi antar

variabel bebas yang terdapat pada matriks korelasi. Jika terdapat koefisien

korelasi yang lebih besar dari |0.8| maka terdapat gejala multikolinearitas.

Page 63: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI PAKAIAN JADI DI INDONESIA

4.1. Sejarah Pertumbuhan Industri Pakaian Jadi (Garmen)

Industri pakaian jadi atau garmen merupakan salah satu sub sektor dalam

industri TPT di Indonesia, selain pembuatan serat, pemintalan, pertenunan dan

perajutan, serta pencelupan, pencapan dan penyempurnaan kain. Industri pakaian

jadi di Indonesia dimulai pada tahun 1969, awal Pelita I, tetapi perkembangannya

yang lebih berarti terjadi pada Pelita II. Pertumbuhan industri pakaian jadi sebagai

salah satu sub sektor dari industri TPT ditandai dengan meningkatnya penanaman

modal di bidang ini setelah mulai diberlakukannya UU No. 1 Tahun 1967 tentang

Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN). Peningkatan ini juga disertai dengan peningkatan

tenaga kerja yang diserap oleh industri tersebut.

Pada Pelita I kenaikan rata-rata jumlah tenaga kerja 4,1 persen per tahun

kemudian pada Pelita II naik menjadi 19 persen per tahun (Deprind, 1982).

Meningkatnya perdagangan pakaian jadi dunia pada tahun-tahun tersebut

memberikan prospek yang baik pada Indonesia untuk meningkatkan ekspor

pakaian jadinya. Pada tahun 1975 nilai ekspor tekstil dan pakaian jadi hanya

sebesar 0,18 persen dari nilai seluruh ekspor. Kemudian terus mengalami

peningkatan selama lima tahun ke depan. Bila dibandingkan dengan keseluruhan

nilai ekspor, maka ekspor tekstil dan pakaian jadi baru mencapai sekitar 2 persen,

dari nilai ekspor non minyak dan hanya 0,99 persen dari nilai seluruh ekspor

dalam tahun 1979.

Page 64: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

51

Ekspor tekstil pada Pelita II meningkat 6 kali lipat sedang ekspor pakaian

jadi 10 kali lipat bila dibandingkan dengan Pelita I. meskipun demikian neraca

perdagangan tekstil Indonesia masih tetap minus yang berarti impor lebih besar

dari pada ekspor. Juga meskipun ekspor tekstil meningkat dengan pesat, ekspor

tersebut hanya merupakan sebagian kecil saja dari pada ekspor industri kita.

Tingginya nilai impor tersebut dikarenakan masih tinggi pula ketergantungan

terhadap impor bahan baku, mesin-mesin dan kimia. Meskipun begitu,

pengembangan industri-industri yang dapat menunjang pertumbuhan industri

tekstil tersebut masih cukup mempunyai prospek yang sangat baik di Indonesia.

Sejak tahun 1973 pemasaran tekstil dunia diatur atas dasar Multi Fiber

Agreement (MFA) yang merupakan perluasan dari Short Term Cotton Agreement

(STCA) yang lahir tahun 1961. MFA adalah persetujuan multilateral dalam

rangka GATT yang ditanda tangani oleh negara importir dan eksportir yang

bertujuan untuk mengatur laju pertumbuhan impor TPT disuatu negara agar tidak

membahayakan industri TPT negara pengimpor.

Sejak adanya MFA negara pengimpor TPT utama (Amerika Serikat,

Kanada, Scandinavia, dll) mengendalikan pertumbuhan impor dari negara

pemasok utama seperti Hongkong, Taiwan dan Korea Selatan. Sebagai

kompensasinya mereka mencari negara pemasok baru antara lain Indonesia, dan

negara-negara lainnya yang belum terkena kuota. Sehingga dengan adanya MFA,

TPT Indonesia termasuk di dalamnya industri pakaian jadi ikut terbantu dalam

menembus pasaran ekspor.

Page 65: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

52

Setelah Indonesia dianggap menjadi negara eksportir TPT, mulai tahun

1979 negara-negara pengimpor seperti Amerika Serikat, Swedia, MEE, Kanada

dan Norwegia mengadakan persetujuan bilateral dengan Indonesia. Isi persetujuan

tersebut antara lain berupa pembatasan volume ekspor TPT Indonesia ke negara

yang bersangkutan dalam bentuk kuota. Tingkat pertumbuhan ekspor yang

diperkenankan dibatasi maksimum hanya 3 persen hingga 7 persen dari volume

ekspor tahun sebelumnya. Hal ini tentu saja berdampak pula bagi industri pakaian

jadi yang memang merupakan bagian dari pada industri TPT Indonesia.

4.2. Periode pada Industri Pakaian Jadi

4.2.1. Periode Sebelum Krisis

Selama tahun 1985 hingga tahun 1990, industri pakaian jadi juga

berkembang sangat pesat, terutama akibat berdirinya perusahaan-perusahaan baru

dengan kapasitas besar. Sebagian dari perusahaan-perusahaan tersebut didirikan

oleh investor asing asal beberapa negara Asia seperti Taiwan, Korea Selatan,

Hongkong dan Jepang yang merelokasi pabrik pakaian jadinya ke Indonesia, baik

secara sendiri ataupun bekerjasama dengan mitra lokal. Banyak investor

merelokasikan industrinya karena di negara mereka industri tersebut tidak lagi

memiliki keunggulan komparatif disebabkan oleh mahalnya biaya tenaga kerja.

Berdasarkan nilai, 70 persen investasi pada industri pakaian jadi di Indonesia

adalah PMA, sedangkan PMDN hanya 30 persen. Hal tersebut membuktikan

bahwa Indonesia merupakan salah satu negara sasaran relokasi industri pakaian

jadi yang menarik.

Page 66: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

53

Pada tahun 1989 jumlah industri pakaian jadi di Indonesia adalah 513

perusahaan dengan kapasitas 71,7 juta lusin per tahun. Dari segi lokasi sebagian

besar terletak di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Di kedua daerah tersebut masing-

masing terdapat 277 perusahaan dengan kapasitas 33,0 juta lusin dan 120

perusahaan dengan kapasitas 25,5 juta lusin. Menurut Asosiasi Pertekstilan

Indonesia (API), pada tahun 1991 jumlah perusahaan pakaian jadi yang tergabung

dalam asosiasi adalah 194 perusahaan dengan jumlah mesin 162.600 unit. Dengan

asumsi satu unit mesin menghasilkan 2,80 lusin per hari, maka kapasitas

seluruhnya adalah 136,6 juta lusin per tahun.

Walaupun pertumbuhan industri pakaian jadi mengalami pertumbuhan

yang sangat pesat akan tetapi perkembangan ekspor pada industri ini terhambat

oleh adanya sistem kuota. Sementara ekspor ke negara non kuota menghadapi

kendala antara lain tidak terjaminnya stabilitas permintaan dan kecilnya margin

yang diperoleh dibanding non dengan ekspor kuota. Meskipun demikian, ekspor

ke negara non kuota tetap perlu digalakkan.

Neraca perdagangan TPT Indonesia sejak tahun 1981 sampai dengan tahun

1985 menunjukkan defisit, namun mulai tahun 1985 sampai dengan tahun 1990

menunjukkan surplus. Nilai surplus untuk tahun 1990 adalah US$ 125 Juta.

Apabila dilihat per sub sektor, sumbangan devisa terbesar adalah dari ekspor

tekstil yang meliputi benang dan kain serta pakaian jadi. Rata-rata pertumbuhan

volume ekspor pakaian jadi sejak tahun 1983 sampai dengan 1990 adalah sebesar

27,75 persen per tahun. Peningkatan yang pesat terjadi pada tahun 1985 sampai

dengan tahun 1986 yaitu mencapai pertumbuhan 59,03 persen sedangkan pada

Page 67: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

54

tahun 1986 sampai dengan tahun 1987 mengalami penurunan sebesar -3,87 persen

(Bank Bumi Daya, 1992).

4.2.2. Periode Krisis

Berdasarkan Tabel 4.1, perkembangan industri pakaian jadi mulai dari

sebelum krisis di tahun 1995 hingga periode krisis bahkan pasca krisis, terus

mengalami peningkatan jika didasarkan pada kapasitas dan produksinya. Pada

tahun 1995 kapasitas produksi sebesar 441.168 ton meningkat terus bahkan

dimasa krisis sekalipun, menjadi 572.026 ton di tahun 1999. Peningkatan

kapasitas terpasang diikuti dengan peningkatan jumlah produksi dari 402.460 ton

di tahun 1995 menjadi 543.150 ton di tahun 1999. peningkatan realisasi produksi

tersebut meningkatkan utilisasi pada tahun 1995 hingga tahun 1999 dari 91 persen

menjadi 95 persen.

Tabel 4.1. Utilisasi Produksi Industri Pakaian Jadi

Tahun Kapasitas (Ton) Produksi (Ton) Utilisasi (%) 1995 441.168 402.460 911996 469.000 427.740 911997 486.062 460.365 951998 564.900 535.034 951999 572.026 543.150 952000 573.502 554.436 972001 584.972 565.524 972002 591.231 462.343 782003 590.322 461.632 782004 666.748 516.987 78

Sumber: Departemen Perindustrian dan API, 2005

Selama periode krisis yang terjadi di Indonesia, untuk daerah jawa tengah

setidaknya hampir 50 persen tenaga kerja di industri pakaian jadi tidak bisa

Page 68: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

55

bekerja penuh, meskipun mereka tidak sampai mengalami PHK. Bahkan tingkat

produksi yang diperoleh hanya tinggal 60 persen dari normal. Hal tersebut juga

dikarenakan seluruh produksi adalah untuk konsumsi ekspor, sehingga masih bisa

mempertahankan sekitar 300 pekerja.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh para produsen tersebut adalah dengan

mengantisipasi pasar, misalnya dengan mencari pembeli baru dan tidak hanya

berharap pada pelanggan tradisional. Selain itu, hal yang lain yang perlu

dilakukan adalah melakukan diversifikasi usaha meskipun masih dalam satu

bidang usaha. Sebagai contoh, seperti yang dilakukan oleh batik tobal, selain

berusaha meningkatkan produksi pakaian jadi, sejak awal dilakukan diversifikasi

dengan memproduksi sarung palekat. Upaya ini dilakukan sebagai cara untuk

mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja.

Sedangkan pada industri pakaian jadi untuk konsumsi domestik yang

sangat tergantung pada produksi tekstil dalam negeri, mengalami penurunan

sekitar 40 persen dari rata-rata produksi 600 potong seminggu. Penurunan ini

bahkan belum pulih benar pasca krisis moneter. Apalagi pengaruh kenaikan nilai

Rupiah tidak banyak berarti bagi kebutuhan bahan baku tekstil.

Industri pakaian jadi sebagai salah satu sub sektor dari industri TPT,

berperan penting dalam menyerap tenaga kerja dan ekspor non-migas. Sumbangan

industri pakaian jadi beserta tekstil dan sepatu dalam konfigurasi ekspor non

migas dari industri padat karya (Unskilled Labour Intensive Industry/ULI)

mencapai 86 persen, dengan nilai ekspor hampir US$ 8 Miliar. Namun, ekspor

komoditas pakaian jadi di ikuti tekstil dan sepatu terus-menerus mengalami

Page 69: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

56

penurunan sejak tahun 1994. Dilihat dari nilai ekspor memang mengalami

kenaikan, tetapi pangsanya terhadap total ekspor ULI cenderung menurun dari

tahun ke tahun.

Ada beberapa faktor yang dituding sebagai penyebab utama menurunnya

ekspor non migas. Pertama, menurunnya permintaan di negara-negara tujuan

ekspor nonmigas dari Indonesia, yang bersamaan dengan faktor struktural

terutama meningkatnya persaingan dan menurunnya produktivitas. Kedua,

menurunnya ekspor ULI disebabkan banyaknya perusahaan yang menutup

usahanya akibat krisis ekonomi maupun kalah bersaing dengan negara-negara

pengekspor produk yang sama (Kuncoro, 2006).

4.2.3. Periode Pasca Krisis

Pada periode ini industri pakaian jadi atau garmen memiliki nilai ekspor

yang jauh lebih tinggi daripada nilai ekspor industri-industri lain yang tergabung

dalam industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia (Gambar 4.1). Nilai

ekspor dari industri pakaian jadi ditahun 2001 sebesar US$ 4.344 Juta meskipun

kemudian mengalami sedikit penurunan ditahun-tahun berikutnya, akan tetapi

nilai dari industri-industri lainnya yang tergabung pada industri TPT ini tidak ada

yang mencapai US$ 4 Juta. Hal ini mengindikasikan bahwa produk pakaian jadi

memiliki kualitas yang cukup tinggi.

Page 70: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

57

Sumber: API, 2005 Keterangan : Tanda (*) menunjukkan data Januari-Juni

Gambar 4.1. Nilai Ekspor Industri yang Terdapat Pada Industri TPT Nasional

Namun di sisi lain, terdapat permasalahan yang sedang dihadapi oleh

industri pakaian jadi nasional sebagai bagian dari industri TPT di Indonesia.

Masalah mengenai penyelundupan saat ini dirasakan sangat merugikan industri

pakaian jadi bahkan bagi industri TPT nasional. Akibat penyelundupan tersebut,

banyak produk-produk pakaian jadi dari Cina yang memenuhi pasar dalam negeri,

sehingga hal ini merugikan para produsen pakaian jadi dalam negeri.

Menurut data dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia, impor ilegal pakaian

jadi dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 terus meningkat sebesar 281

persen dari segi volume dan 136 persen dari segi nilai barang. Disamping itu bila

diperhatikan antara volume impor dengan nilai impor dari tahun 2001 sampai

dengan tahun 2005 pada kenyataannya indikasi barang-barang yang diimpor

merupakan kualitas rendah. Oleh karena itu, apabila tidak ada perlindungan dari

pemerintah maka dapat dipastikan setengah dari jumlah pengusaha pakaian jadi

02.000.0004.000.0006.000.0008.000.000

10.000.000

2001 2002 2003 2004 2004 *) 2005 *)

Thou

sand

s

Fibers Yarn Fabric Garment Oth. Text. Prod. Total

Page 71: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

58

menengah-kecil akan gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan produk-

produk dari Cina.

Tabel 4.2. Ekspor dan Impor Industri Pakaian Jadi

Tahun Unit Ekspor Impor Balance Kg 339.627.367 7.878.191 331.749.1761999 US$ 3.735.067.318 17.372.097 3.717.695.221Kg 364.859.727 13.257.786 351.601.9412000 US$ 4.561.846.704 25.458.645 4.536.388.059Kg 317.514.266 11.946.656 305.567.6102001 US$ 4.000.200.682 17.561.012 3.982.639.670Kg 379.905.979 11.647.343 368.258.6362002 US$ 3.805.458.457 27.635.883 3.777.822.574Kg 314.613.600 3.623.365 310.990.2352003 US$ 3.671.586.223 14.981.378 3.656.604.845Kg 305.674.310 3.205.819 302.468.4912004 US$ 4.037.110.492 27.708.497 4.009.401.995

Sumber: API, 2005

Data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menunjukkan total

pertumbuhan impor pakaian jadi dari Cina yang tercatat resmi, belum yang

termasuk ilegal, dalam lima tahun terakhir tahun 2004 mencapai 380 persen. Akan

tetapi sampai saat ini pakian jadi, termasuk industri TPT, masih menjadi sektor

ekspor non migas yang terbesar dan tempat paling fleksibel untuk menampung

luapan tenaga kerja. Berdasarkan pada tabel 4.2 mengenai ekspor dan impor pada

industri pakaian jadi, dapat diketahui bahwa kinerja ekspor terus meningkat dari

US$ 3,7 Miliar di tahun 1999 mengalami peningkatan terus hingga tahun 2001

sebesar US$ 4 Miliar. Akan tetapi penurunan sedikit terjadi pada tahun 2002 dan

2003 menjadi US$ 3,8 Miliar dan US$ 3,6 Miliar. Kemudian mengalami

peningkatan kembali pada tahun 2004 menjadi US$ 4 Miliar.

Page 72: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

59

4.3. Struktur Biaya Industri Pakaian Jadi Indonesia

Berdasarkan pada lampiran 2 maka dapat diketahui bahwa industri pakaian

jadi merupakan industri yang mengandalkan bahan baku. Jika dirata-ratakan

hampir 70 persen biaya dari total biaya dikeluarkan untuk bahan baku dan

penolong. Hal ini menunjukkan bahwa industri pakaian jadi di Indonesia

merupakan industri yang cenderung padat modal.

Industri pakaian jadi juga merupakan industri yang padat karya karena

biaya untuk tenaga kerja yang dikeluarkan jumlahnya cukup besar. Berdasarkan

pada lampiran 2, pada tahun 2000 pengeluaran untuk tenaga kerja sebesar 12,6

persen dan proporsinya meningkat pada tahun 2001 sebesar 16,2 persen dan pada

tahun 2002 sebesar 21,4 persen. Akan tetapi terjadi penurunan pada tahun 2003

menjadi sebesar 17,6 persen, namun angka ini masih bernilai cukup besar bila

dibandingkan dengan tahun 2001 dan tahun 2000. Nilai input tenaga kerja yang

terdapat pada industri pakaian jadi jauh lebih rendah di bawah nilai output.

Berdasarkan pada hal tersebut maka dapat diperkirakan bahwa produktivitas yang

diberikan cukup tinggi.

Page 73: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Struktur Pasar

Pakaian merupakan salah satu dari kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh

manusia pada saat ini. Oleh karena itu permintaan terhadap pakaian jadi tidak

akan menurun atau setidaknya bersifat konstan. Barang-barang lain pada

umumnya dapat mengalami penurunan permintaan dari konsumen terhadap

barang tersebut, akan tetapi konsumen akan selalu membutuhkan pakaian

sehingga permintaan konsumen terhadap pakaian setidak-tidaknya bersifat

konstan.

Klasifikasi yang terdapat dalam industri pakaian jadi di Indonesia secara

garis besar dapat dibedakan berdasarkan pada usia, jenis kelamin konsumen, dan

pakaian yang digunakan berdasarkan pada situasi dan kondisi. Pakaian

berdasarkan pada usia, yaitu untuk anak-anak dan dewasa. Pakaian berdasarkan

pada jenis kelamin, yaitu untuk pria dan wanita. Pakaian berdasarkan pada situasi

dan kondisi, yaitu pakaian eksklusif dan pakaian biasa.

Sementara itu, klasifikasi pakaian jadi yang ditetapkan oleh Badan Pusat

Statistik (2003) lebih beragam (Lampiran 17). Beragamnya klasifikasi pakaian

jadi tersebut akan menyulitkan untuk menganalisis struktur pasar dari tiap-tiap

jenis pakaian jadi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini industri pakaian jadi di

Indonesia akan digeneralisasikan secara umum. Menurut hasil penelitian yang

telah dilakukan, struktur pasar dari industri pakaian jadi di Indonesia merupakan

struktur pasar persaingan monopolistik, dimana pasar ini bersifat banyak penjual

Page 74: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

61

dan pembeli, produk yang heterogen, hambatan untuk masuk dan keluar dari pasar

yang rendah serta tingkat keuntungan yang normal.

5.1.1. Pangsa Pasar

Peranan pangsa pasar adalah sebagai sumber keuntungan bagi perusahaan.

Keuntungan yang diperoleh dari pangsa pasar bisa besar atau kecil dan

keuntungan ini mencerminkan kekuatan pasar atau efisiensi yang lebih baik.

Dalam industri pakaian jadi atau garmen, menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia,

perusahaan-perusahaan pakaian jadi tersebut tidak memiliki pangsa pasar lebih

dari 5 persen pada pasar domestik. Hal ini berlaku bagi semua golongan

perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil. Data 18 perusahaan pakaian jadi

yang tergolong besar terdapat pada lampiran 1. Untuk data pangsa pasar yang

lebih spesifik dari perusahaan-perusahaan tersebut tidak dapat dipublikasikan.

Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor utama pakaian jadi di

dunia memiliki pangsa pasar sebesar 1,7 persen pada tahun 2004 dan menduduki

peringkat nomor sembilan dengan nilai sebesar US$ 4,45 Miliar. Dimana

peringkat pertama ditempati oleh negara-negara Eropa dengan pangsa pasar

sebesar 29,0 persen dan nilai sebesar US$ 74,92 Miliar. Sementara posisi kedua

dan ketiga di tempati oleh negara Cina dan Hongkong sebagai bagian dari negara

Cina. Total nilai keseluruhan dari negara-negara pengekspor pakaian jadi di dunia

adalah sebesar US$ 258,10 Miliar (API, 2005).

Berdasarkan pada teori dan penjelasan yang telah diberikan maka dapat

disimpulkan bahwa industri pakaian jadi Indonesia termasuk pada industri yang

Page 75: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

62

persaingannya bersifat monopolistik. Karena produk yang dihasilkan oleh industri

pakaian jadi ini adalah produk yang heterogen (Lampiran 17). Perbedaan produk

yang ditawarkan baik secara fisik atau citra mereknya maupun perbedaan yang

diciptakan melalui promosi penjualan.

5.1.2. Konsentrasi

Konsentrasi pasar yang merupakan suatu variabel dapat dihitung dengan

menggunakan beberapa metode. Pada penelitian ini metode yang digunakan

adalah perhitungan rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4). CR4

industri pakaian jadi di Indonesia dapat dilihat pada lampiran 3. Berdasarkan pada

nilai konsentrasi CR4 yang cukup kecil pada lampiran 3 maka dapat diketahui

bahwa perusahaan pakaian jadi berskala besar yang terdapat di Indonesia tidaklah

cukup dapat menguasai pasar. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata CR4 dari tahun

1983 sampai dengan tahun 2003 sebesar 16,22 persen.

CR4 mempunyai nilai yang cukup kecil dan jumlahnya berfluktuasi

dengan nilai CR4 terbesar pada tahun 1993 sebesar 41,59 persen dan nilai CR4

terkecil pada tahun 2002 sebesar 7,24 persen. Hal ini diduga sebagai dampak dari

penghapusan sistem kuota dan semakin tingginya tingkat penyelundupan produk-

produk dari Cina.

Tingkat konsentrasi industri pakaian jadi yang relatif rendah ini

menggambarkan struktur pasar yang dimiliki oleh industri pakaian jadi Indonesia

adalah struktur pasar persaingan monopolistik. Struktur pasar ini menandakan

bahwa tingkat konsentrasi yang cukup rendah, entry condition yang berukuran

Page 76: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

63

rendah dan jenis produk yang berupa heterogen. Industri pakaian jadi atau garmen

yang memiliki struktur pasar persaingan monopolistik menunjukkan bahwa

perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri ini telah menghasilkan kinerja

yang cukup efisien.

5.1.3. Hambatan Masuk

Sebelum dihapuskannya sistem kuota, dimana dalam perdagangan TPT

dunia yang selama ini memperkenankan adanya pembatasan impor melalui sistem

kuota, ada anggapan bahwa sistem kuota tersebut akan menghambat masuknya

produk-produk dari negara lain secara berlebihan dan dapat melindungi para

produsen dalam negeri. Selain itu, tarif bea masuk garmen atau pakaian jadi

sebesar 15-20 persen yang pada saat ini direncanakan untuk ditingkatkan menjadi

40 persen pun ditetapkan oleh pemerintah sebagai salah satu cara untuk

membatasi impor pakaian jadi atau garmen.

Keberadaan perusahaan terbesar yang telah ada sebelumnya dalam suatu

industri merupakan salah satu hal yang dapat menjadi hambatan bagi pesaing

potensial untuk masuk ke dalam industri tersebut. Berdasarkan pada teori yang

telah ada, diketahui bahwa untuk dapat mempertahankan eksistensi dalam industri

pakaian jadi atau garmen di Indonesia maka para pesaing potensial harus memiliki

skala minimum efisiensi (MES) yang setara dengan yang dimiliki oleh perusahaan

terbesar. Namun pada industri pakaian jadi di Indonesia tidak terdapat adanya

perusahaan terbesar yang dapat menguasai pasar.

Page 77: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

64

Nilai MES diperoleh dari perbandingan nilai output perusahaan-

perusahaan terbesar dengan nilai output total. Nilai MES industri pakaian jadi di

Indonesia dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2003 dapat dilihat pada lampiran

4. Berdasarkan pada lampiran 4 dan teori yang ada maka dapat diketahui bahwa

jika pelaku baru ingin bersaing dalam industri pakaian jadi Indonesia maka

setidak-tidaknya output minimal yang harus dihasilkan adalah rata-rata sebesar

5,94 persen dari total output pakaian jadi di Indonesia.

Nilai MES yang lebih besar dari 10 persen menunjukkan hambatan masuk

yang tinggi pada suatu industri (Comanor dan Wilson dalam Alistair, 2004).

Berdasarkan pada teori yang ada, semakin besar nilai MES suatu industri maka

semakin tinggi pula hambatan masuk pada industri tersebut. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa hambatan masuk pada industri pakaian jadi Indonesia

sangatlah rendah. Oleh karena itu banyak perusahaan-perusahaan baru yang dapat

masuk ke dalam industri pakaian jadi Indonesia dengan mudah.

5.2. Perilaku Pasar

5.2.1. Strategi Harga dan Produk

Pada suatu industri, para produsen perlu memiliki strategi tertentu dalam

penetapan harga. Hal ini juga diperlukan untuk menghadapi persaingan dengan

produk-produk sejenis. Dalam industri pakaian jadi ini harga bersifat sensitif,

dimana para produsen cenderung untuk bersaing dalam menurunkan harga,

kecuali untuk produk-produk yang sudah memiliki merek terkenal dipasaran.

Selain itu, penetapan harga yang beragam juga ditetapkan berdasarkan jenis bahan

Page 78: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

65

yang akan digunakan untuk membuat pakaian jadi tersebut. Terdapat empat jenis

bahan yang umumnya digunakan untuk membuat pakaian adalah :

1) Poliester 3) Cotton

2) Rayon 4) Campuran

Bahan campuran adalah bahan yang terbentuk dari penggabungan antara

dua jenis bahan dari ketiga bahan lainnya, seperti cotton dengan poliester, cotton

dengan rayon, dll. Strategi harga yang ditetapkan berdasarkan ke-empat jenis

bahan ini adalah penetapan harga yang paling tinggi untuk pakaian dengan jenis

bahan rayon. Untuk pakaian yang terbuat dari poliester, harga yang ditetapkan

adalah harga yang paling murah. Harga pakaian dari cotton tidak berbeda jauh

dengan harga pakaian dari poliester. Sementara untuk pakaian yang terbuat dari

bahan campuran memiliki harga yang variatif akan tetapi tidak lebih mahal dari

rayon dan tidak lebih murah dari poliester. Penetapan-penetapan harga tersebut

dengan mengasumsikan bahwa ketebalan kain yang digunakan adalah sama.

Inovasi produk yang lebih difokuskan pada desain dan warna merupakan

strategi produk dalam industri pakaian jadi atau garmen di Indonesia. Dimana,

perusahaan yang dapat mengikuti trend warna dan desain adalah perusahaan yang

akan memperoleh keuntungan lebih besar dan dapat bersaing dipasaran. Akan

tetapi untuk saat ini banyak dari perusahaan pakaian jadi atau garmen yang lebih

memilih untuk memproduksi produk sesuai pesanan luar negeri ketimbang

mengikuti atau meniru apa yang menjadi trend mode pada saat ini. Akibatnya

banyak dari perusahaan-perusahaan tersebut yang merugi dan tidak dapat bersaing

dengan produk-produk dari luar negeri.

Page 79: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

66

5.2.2. Strategi Promosi

Strategi promosi dengan berbagai cara juga perlu dilakukan oleh produsen

untuk meningkatkan volume penjualan dan menarik pelanggan. Dari struktur

pasar yang telah dianalisis, diketahui bahwa struktur pasar industri pakaian jadi

atau garmen merupakan pasar dengan persaingan monopolistik, dimana terdapat

banyak pembeli dan penjual yang bertindak secara bebas. Sehingga dalam industri

ini bagi perusahaan-perusahaan pakaian jadi berskala kecil tidak memerlukan

adanya strategi promosi karena perusahaan-perusahaan tersebut dapat langsung

menghubungi retailer mereka masing-masing seperti Sogo departement store,

Ramayana, dll. Sementara itu bagi perusahaan-perusahaan pakaian jadi atau

garmen berskala besar strategi promosi yang umumnya dilakukan adalah

mengikuti contact buyer dan pameran di luar negeri.

5.2.3. Strategi Distribusi

Pada industri pakaian jadi atau garmen, ketika kebutuhan pasar ekspor

telah terpenuhi maka produsen akan menjual kelebihan produk yang dihasilkan ke

pasar domestik. Hal ini dikarenakan para produsen pakaian jadi atau garmen

Indonesia masih berorientasi ekspor daripada memenuhi kebutuhan pasar

domestik. Padahal pangsa pasar lokal sesungguhnya sangat besar dan potensial

untuk digarap karena menyangkut jumlah penduduk sekira 250 juta orang.

Menurut API (2005), berdasarkan pada pola distribusi suplai kain dan

garmen tahun 2004 dapat diketahui bahwa perusahaan-perusahaan garmen dan

konveksi kecil telah menyumbangkan keseluruhan produksi mereka sebesar

Page 80: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

67

511.167 ton untuk pasar domestik. Sementara itu perusahaan-perusahaan garmen

berskala besar hanya menyumbangkan 26,08 persen dari keseluruhan produksi

mereka. Karena produk mereka sebelumnya telah dijual kepasar ekspor sebesar

73,92 persen atau 414.411 ton.

5.2.4. Integrasi Vertikal

Perusahaan-perusahaan yang termasuk ke dalam integrasi vertikal adalah

perusahaan-perusahaan yang proses produksinya lebih awal atau di bagian hulu,

dan pada tahap memproduksi ke arah atau sampai dengan barang-barang final

(hilir). Dalam hal ini perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam industri

pakaian jadi atau garmen di Indonesia mempunyai proses final atau hilir dalam

industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia.

Integrasi vertikal bermanfaat dalam industri pakaian jadi karena dapat

menjamin penyediaan masukan atau bahan baku dan saluran-saluran distribusi

yang dapat dipercaya untuk dapat mempertahankan daya saing. Dampak integrasi

vertikal yang lebih luas pada pelaksanaan pasar, pada satu sisi, dapat

meningkatkan efisiensi pasar yang lebih besar dalam penggunaan sumber daya,

atau pada sisi lain, dengan membatasi persaingan akan mengakibatkan

pengalokasian sumber daya yang kurang efisien. Hal inilah yang mendasari cukup

efisiennya kinerja dari industri pakaian jadi Indonesia.

Page 81: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

68

5.2.5. Perilaku Lainnya yang Terkait dengan Industri Pakaian Jadi di Indonesia

Perilaku lainnya yang terdapat pada industri pakaian jadi di Indonesia

adalah tindakan Sourcing. Tindakan sourcing ini adalah suatu tindakan untuk

mencari bahan baku. Pembeli (buyer) terlebih dahulu melakukan pemesan

pakaian, dimana pembeli tersebut akan menentukan bahan apa yang

diinginkannya. Kemudian produsen pakaian jadi yang menerima pesanan akan

mencari bahan yang telah ditentukan sebelumnya.

Sebagai contoh, pada awal tahun 2005 sebelum sistem kuota dihapuskan,

pembeli (buyer) mendirikan kantor di Indonesia kemudian pembeli tersebut

mencari perusahaan-perusahaan pakaian jadi dalam negeri yang diinginkannya

untuk selanjutnya melakukan pemesanan kepada perusahaan-perusahaan tersebut.

Dari tindakan sourcing ini sebenarnya para produsen pakaian jadi Indonesia

diuntungkan sebab tidak memerlukan adanya promosi, hal ini dikarenakan para

pembeli atau buyer tersebutlah yang akan mencari dan mengajak kerjasama para

produsen pakaian jadi dalam negeri. Akan tetapi semenjak dihapuskannya sistem

kuota kegiatan sourcing ini menjadi berbalik, dimana para produsen pakaian jadi

Indonesia yang kemudian melakukan tindakan sourcing dengan cara mengikuti

pameran atau mencari para pembeli (buyer) di luar negeri.

Perilaku lainnya yang dianggap merugikan oleh para produsen pakaian

jadi di Indonesia adalah tindakan penyelundupan. Modus operandi penyelundupan

yang terjadi pada industri TPT di Indonesia, yang turut pula mempengaruhi

industri pakaian jadi sebagai bagian dari industri TPT adalah sebagai berikut:

Page 82: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

69

a. Penyelundupan fisik secara langsung melalui pelabuhan-pelabuhan kecil yang

tidak dijaga oleh Bea Cukai pada dasarnya jumlahnya tidak terlalu banyak,

karena hanya diangkut oleh perahu-perahu kecil. Barang-barang yang

diselundupkan sebagian besar adalah TPT bekas.

b. Penyelundupan dengan menggunakan pemalsuan dokumen (under invoice

baik dalam bentuk pemalsuan volume barang dan pergeseran nomor HS)

yang biasanya dilakukan melalui transit via Singapura, dimana setelah

mendapatkan sinyal hijau dari sindikat, barang tersebut masuk melalui

pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Emas atau Tanjung Perak.

c. Penyelundupan melalui pemanfaatan fasilitas kawasan berikat (dengan alasan

akan direekspor). Setelah barang berada di kawasan berikat, barang tersebut

diselundupkan ke Daerah Pabean Indonesia lainnya.

d. Penyelundupan melalui impor borongan (container borongan). Pemasukan

barang impor yang dilegalkan oleh oknum petugas dengan membayar

sejumlah tarif tertentu tanpa pemeriksaan apapun, container bisa bebas masuk

ke Daerah Pabean Indonesia.

Dalam undang-undang No. 10/1995 tentang kepabeanan ditentukan bahwa

tindakan penyelundupan dikategorikan sebagai pelanggaran administrasi yang

dikenakan sanksi administrasi, dirasakan masih belum berfungsi secara optimal

karena masih banyak pihak yang tidak konsisten terhadap kebijakan yang telah

dibuat tersebut.

Page 83: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

70

5.3. Kinerja Pasar

Indikator yang digunakan untuk dapat menganalisis kinerja industri

pakaian jadi di Indonesia adalah melalui perolehan keuntungan dalam industri

pakaian jadi. Di dalam menganalisis kinerja industri pakaian jadi, kendala utama

yang dihadapi adalah tidak tersedianya data laba perusahaan maupun industri

pakaian jadi. Untuk mengatasi kendala tersebut maka digunakan pendekatan

Price-Cost Margin (PCM) sebagai persentase keuntungan dari kelebihan

penerimaan atas biaya langsung. Nilai PCM industri pakaian jadi Indonesia

(1983-2003) dapat dilihat pada lampiran 5.

Pada tahun 1998, industri pakaian jadi menerima marjin keuntungan

sebesar 26,12 persen. Angka ini cukup besar bagi industri pakaian jadi di

Indonesia mengingat tahun 1998 masih berada pada peiode krisis yang tengah

terjadi di Indonesia. Akan tetapi pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2001

terjadi penurunan marjin keuntungan sebesar 6 persen dari 27,98 persen menjadi

21,98 persen. Namun ditahun-tahun berikutnya terjadi peningkatan kembali.

Berdasarkan pada lampiran 5 dapat dilihat bahwa rata-rata margin keuntungan

industri pakaian jadi selama tahun 1983 sampai dengan tahun 2003 adalah sebesar

24,93 persen. Penerimaan margin keuntungan terbesar terdapat pada tahun 2002

sebesar 30,17 persen, sedangkan penerimaan margin keuntungan terendah pada

tahun 1993 sebesar 12,16 persen.

Pada lampiran 6, terdapat nilai efisiensi-X industri pakaian jadi di

Indonesia selama tahun 1983 hingga 2003. Lampiran 6 menunjukkan bahwa pada

tahun 1998 efisiensi-X dari industri pakaian jadi nilainya cukup rendah yaitu

Page 84: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

71

sebesar 49,29 persen. Akan tetapi untuk tahun 1999 terjadi peningkatan nilai

efisiensi-X menjadi sebesar 59,39 persen. Nilai efisiensi-X terbesar terdapat pada

tahun 2002 sebesar 82,23 persen. Rata-rata efisiensi-X industri pakaian jadi dari

tahun 1983 sampai dengan tahun 2003 yaitu sebesar 60,27 persen. Berdasarkan

pada teori yang ada, efisiensi internal yang tinggi menggambarkan perusahaan

yang dikelola dengan baik, usaha yang maksimum dari para pekerja, dan

terhindarnya kejenuhan dalam pelaksanaan jalannya perusahaan.

5.4. Hubungan Struktur dan Faktor Lainnya dengan Kinerja

Pendekatan Structure-Conduct-Performance (SCP) menjelaskan bahwa

struktur pasar akan mempengaruhi profitabilitas secara positif. Kemudian hal ini

menjadi hipotesis pada analisis hubungan struktur dan profitabilitas industri

pakaian jadi di Indonesia. Struktur pasar dianalisis dengan menggunakan CR4

yang menunjukkan bahwa industri pakaian jadi termasuk ke dalam tipe pasar

persaingan monopolistik. Indikator yang digunakan dalam menganalisis kinerja

industri pakaian jadi Indonesia adalah PCM. Tingkat keuntungan perusahaan yang

sebenarnya merupakan ukuran yang baik dalam menggambarkan kinerja suatu

perusahaan tidak dapat digunakan karena adanya keterbatasan data.

Dalam menganalisis hubungan antara struktur dan kinerja ini dimasukkan

pula variabel-vaiabel bebas yang diperkirakan dapat turut mempengaruhi

keuntungan, antara lain rata-rata tingkat pertumbuhan nilai output industri

(growth), efisiensi-X (XEff), produktivitas (prod) dan dummy untuk membedakan

Page 85: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

72

periode sebelum dan sesudah krisis. Hasil estimasi model dan uji ekonometrika

dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Hasil Dugaan Awal Persamaan PCM pada Industri Pakaian Jadi Indonesia.

Variabel Koefisien St Error t-Statistik Probablititas

C -9,506994 6,537991 -1,454115 0,1665CR4 -0,058096 0,061785 -0,940297 0,3620GROWTH 0,048372 0,018962 2,551017 0,0222XEFF 0,377490 0,078554 4,805490 0,0002PROD 0,012372 0,002962 4,176829 0,0008DUMMY 1,341737 1,505902 0,890986 0,3870R-squared 0,783051Adjusted R-squared 0,710735S.E. of regression 1,954284

D-W stat 2,019906 F-Statistik 10,82813 Prob(F-statistic) 0,000149

Sumber: Lampiran 11 Keterangan : Menggunakan taraf nyata 5 persen

Berdasarkan pada hasil pengolahan model awal pada penelitian ini dengan

menggunakan software Eviews, dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi

(R-squared) adalah sebesar 0,783051. Artinya model regresi yang menggunakan

PCM industri pakaian jadi sebagai variabel terikat mampu dijelaskan sebanyak

78,30 persen oleh variabel-variabel bebasnya secara bersamaan (CR4, growth,

efisiensi-X, produktivitas, dan dummy). Sisanya sebesar 21,69 persen dijelaskan

oleh variabel lain di luar model.

Hubungan struktur dan kinerja pada industri pakaian jadi di Indonesia

yang digambarkan oleh model pada penelitian ini harus memenuhi syarat

ekonometrika. Syarat-syarat ekonometrika yang harus dipenuhi tersebut yaitu

tidak terdapatnya gejala-gejala seperti autokorelasi, heteroskedastisitas, dan

multikolinearitas.

Page 86: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

73

Uji pertama yang dilakukan adalah uji normalitas yang terdapat pada

lampiran 12. Berdasarkan pada lampiran 12, nilai Probability (P-Value) yang

diperoleh adalah sebesar 0,291097 lebih dari taraf nyata 5 persen, maka terima H0.

Sehingga dapat disimpulkan data yang digunakan terdistribusi normal.

Uji autokorelasi dapat dilihat pada lampiran 11. Pengujian autokorelasi

tersebut dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation

LM. Apabila nilai probability obs*R-squared lebih besar dari taraf nyata (α) maka

hasil regresi tidak mengandung autokorelasi. Berdasarkan pada lampiran 11 dapat

dilihat bahwa nilai Probability (P-Value) sebesar 0,940348 lebih dari taraf nyata 5

persen, maka terima H0. sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan

yang digunakan dalam penelitian ini tidak memiliki masalah autokorelasi.

Pengujian heteroskedastisitas (Lampiran 11) bertujuan untuk melihat

apakah terdapat atau tidaknya variabel pengganggu yang memiliki varian yang

sama (homoskedastisitas). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji white

heteroskedasticity, dimana nilai probability obs*R-squared pada model

persamaan adalah 0,037672 yang bernilai kurang dari taraf nyata yaitu 5 persen.

Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa model persamaan yang

digunakan dalam penelitian ini memiliki masalah heteroskedastisitas.

Uji multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan dua pengujian.

Pengujian yang pertama dengan menggunakan software Eviews. Dimana suatu

model diasumsikan terdapat gejala multikolinearitas jika terdapat suatu hubungan

kausalitas pada variabel-variabel bebasnya. Model persamaan regresi PCM pada

penelitian ini tidak memiliki masalah multikolinearitas, dimana semua variabel

Page 87: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

74

yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai nilai mutlak korelasi yang tidak

lebih besar dari |0.8|.

Tabel 5.2. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen Tahap Awal

PCM CR4 GROWTH XEFF PROD DUMMYPCM 1,000000 -0,407130 0,310431 0,256086 0,319444 0,373556CR4 -0,407130 1,000000 -0,176624 0,345836 -0,487863 -0,462914GROWTH 0,310431 -0,176624 1,000000 -0,087790 0,040572 -0,462795XEFF 0,256086 0,345836 -0,087790 1,000000 -0,721059 0,049177PROD 0,319444 -0,487863 0,040572 -0,721059 1,000000 0,305853DUMMY 0,373556 -0,462914 -0,462795 0,049177 0,305853 1,000000

Sumber: Lampiran 12

Pengujian yang kedua adalah dengan menggunakan software minitab.

Dimana suatu model diasumsikan terdapat masalah multikolinearitas apabila nilai

VIF (Variance Inflation Factors) pada tampilan hasil output lebih dari 10. Hasil

output minitab pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 13. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa nilai VIF kurang dari 10, sehingga tidak terdapat masalah

multikolinearitas pada model persamaan PCM dalam penelitian ini.

Berdasarkan pada pengujian-pengujian yang telah dilakukan dan dapat

dilihat pada tabel 5.1 dan tabel 5.2, maka dapat disimpulkan bahwa model

persamaan PCM pada penelitian ini bebas dari masalah normalitas, autokorelasi

dan multikolinearitas, namun tidak terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

Sehingga model persamaan PCM tersebut tidak dapat menghasilkan koefisien

dugaan terbaik (BLUE).

Estimasi ulang diperlukan pada penelitian ini, karena tidak dapat

terpenuhinya salah satu syarat ekonometrika pada pengolahan data tahap pertama.

Estimasi ulang yang dilakukan adalah dengan menambahkan variabel PCM(-1)

Page 88: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

75

dan variabel AR(1). Hasil dugaan persamaan PCM yang berasal dari estimasi

ulang yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Hasil Dugaan Persamaan PCM pada Industri Pakaian Jadi Indonesia

Variabel Koefisien St Error t-Statistik Probablititas C -23,60763 4,363567 -5,410167 0,0002CR4 -0,166643 0,042393 -3,930908 0,0023GROWTH 0,037651 0,014133 2,664097 0,0220XEFF 0,456346 0,053378 8,549288 0,0000PROD 0,012511 0,001989 6,288630 0,0001DUMMY -1,376205 1,069238 -1,287089 0,2245PCM(-1) 0,489386 0,089063 5,494820 0,0002AR(1) -0,710023 0,224868 -3,157512 0,0091R-squared 0,924435Adjusted R-squared 0,876347 S.E. of regression 1,334379

D-W stat 2,236158 F-Statistik 19,22417 Prob(F-statistic) 0,000024

Sumber: Lampiran 9 Keterangan: Menggunakan taraf nyata 5 persen

Syarat-syarat ekonometrika yang harus dipenuhi dari estimasi ulang ini

adalah dengan melakukan beberapa pengujian seperti pada pengolahan data

sebelumnya. Uji pertama yang dilakukan adalah uji normalitas (Lampiran 10).

Berdasarkan pada lampiran 10 dapat dilihat bahwa nilai Probability (P-Value)

sebesar 0,578129 lebih dari taraf nyata 5 persen, maka terima H0. Sehingga dapat

disimpulkan data yang digunakan terdistribusi normal.

Pada lampiran 9 dapat dilihat uji autokorelasi yang dilakukan melalui

perangkat E-views 4.1. Pada lampiran 9 diketahui nilai probability obs*R-squared

adalah 0,103744 yang artinya bernilai lebih besar dari taraf nyata yaitu 5 persen.

Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa model persamaan yang

digunakan dalam penelitian ini tidak memiliki masalah autokorelasi.

Page 89: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

76

Pengujian heteroskedastisitas yang terdapat pada lampiran 9 bertujuan

untuk melihat apakah terdapat atau tidaknya variabel pengganggu yang memiliki

varians yang sama (homoskedastisitas). Pengujian ini dilakukan dengan

menggunakan white heteroskedasticity, dimana nilai probability obs*R-squared

pada model persamaan adalah 0,518749 yang bernilai lebih dari taraf nyata yaitu 5

persen. Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa model persamaan

yang digunakan dalam penelitian ini tidak memiliki masalah heteroskedastisitas.

Uji multikolinearitas pada estimasi ulang ini tidak perlu menggunakan

software minitab (Tabel 5.4). Dimana suatu model diasumsikan terdapat gejala

multikolinearitas jika terdapat suatu hubungan kausalitas pada variabel-variabel

bebasnya. Model persamaan regresi PCM tidak memiliki masalah

multikolinearitas, dimana semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini

mempunyai nilai mutlak korelasi yang tidak lebih besar dari |0.8|.

Tabel 5.4. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen

PCM CR4 GROWTH XEFF PROD DUMMY PCM 1,000000 -0,407130 0,310431 0,256086 0,319444 0,373556CR4 -0,407130 1,000000 -0,176624 0,345836 -0,487863 -0,462914GROWTH 0,310431 -0,176624 1,000000 -0,087790 0,040572 -0,462795XEFF 0,256086 0,345836 -0,087790 1,000000 -0,721059 0,049177PROD 0,319444 -0,487863 0,040572 -0,721059 1,000000 0,305853DUMMY 0,373556 -0,462914 -0,462795 0,049177 0,305853 1,000000

Sumber: Lampiran 10

Berdasarkan pada pengujian yang telah dilakukan dan dapat dilihat pada

tabel 5.3 dan tabel 5.4 maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan PCM

pada penelitian ini terbebas dari masalah autokorelasi, heteroskedastisitas dan

multikolinearitas sehingga menghasilkan koefisien dugaan terbaik (BLUE).

Page 90: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

77

Berdasarkan pada hasil pengolahan model dengan menggunakan software

Eviews, didapatkan nilai koefisien determinasi (R-squared) sebesar 0,924435

Artinya model regresi yang menggunakan PCM industri pakaian jadi sebagai

variabel terikat (dependen) mampu dijelaskan sebanyak 92,44 persen oleh

variabel-variabel bebasnya (independen) secara bersamaan (CR4, growth,

efisiensi-X, produktivitas, dan dummy), sehingga dapat disimpulkan bahwa model

persamaan PCM tersebut dapat diterima. Sisanya sebesar 7,55 persen dijelaskan

oleh variabel lain di luar model.

Uji F dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel bebas secara

serentak berpengaruh pada variabel terikatnya. Nilai F-statistic sebesar 19,22417

dengan probability (F-statistic) sebesar 0,000024 yang lebih kecil dari taraf nyata

5 persen menjelaskan bahwa minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh

nyata terhadap variabel terikatnya, sehingga model penduga yang diajukan sudah

layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi. Uji t dilakukan untuk

melihat apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh nyata terhadap

variabel terikatnya. Jika nilai probability t-statistic pada masing-masing variabel

bebas lebih kecil dari taraf nyata 5 persen, maka dapat disimpulkan bahwa

variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap variabel terikatnya. Hasil

pengujian yang dilakukan memperlihatkan bahwa keempat variabel bebas, yaitu

CR4, Growth, Efisiensi-X dan Produktivitas berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel terikat nyata pada taraf 5 persen. Sementara itu variabel Dummy

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat tidak nyata pada

taraf 5 persen.

Page 91: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

78

Setelah model pada penelitian ini melakukan uji ekonometrika dan uji

statistik maka tahap selanjutnya adalah melakukan interpretasi terhadap hasil

dugaan persamaan PCM industri pakaian jadi Indonesia (Tabel 5.3). Berdasarkan

pada analisis pengaruh struktur terhadap kinerja, didapatkan bahwa hipotesa awal

yang mengatakan bahwa pengaruh struktur terhadap profitabilitas adalah positif

tidak dapat terpenuhi pada industri pakaian jadi di Indonesia. Variabel CR4

signifikan pada pada taraf 5 persen, namun didapatkan nilai negatif pada koefisien

CR4 sebesar -0,166643. Sehingga menurut hasil regresi, setiap peningkatan

konsentrasi empat perusahaan besar sebesar 1 persen maka PCM akan berkurang

sebesar 0,166643 persen, asumsi ceteris paribus.

Fungsi dari rasio konsentrasi sejumlah perusahaan besar adalah untuk

mengukur pangsa pasar relatif dari total output industri yang

dipertanggungjawabkan oleh perusahaan-perusahaan itu. Nilai pangsa pasar dari

industri pakaian jadi yang tidak dapat dipublikasikan, menurut API tidak ada yang

melebihi 5 persen untuk pasar domestik menyebabkan rata-rata rasio konsentrasi

pada industri pakaian jadi di Indonesia memiliki nilai yang sangat rendah.

Menurut Leonard Weiss terdapat suatu hubungan yang positif antara

keuntungan dengan produk-produk berkonsentrasi tinggi. Adanya hubungan yang

positif antara keuntungan dan tingkat konsentrasi merupakan halangan masuk

yang besar bagi perusahaan baru, karena dengan keuntungan yang mereka

dapatkan, perusahaan-perusahaan yang ada pada industri itu berusaha

meningkatkan lagi konsentrasinya (Weiss dalam Jaya, 2001).

Page 92: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

79

Sebelumnya pada penelitian ini telah dijelaskan bahwa struktur pasar dari

industri pakaian jadi di Indonesia merupakan pasar persaingan monopolistik yang

memiliki pangsa pasar, CR4 dan hambatan masuk ke dalam industri yang bernilai

rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara keuntungan dan

tingkat konsentrasi pada industri pakaian jadi di Indonesia adalah negatif. Hal

inilah yang mendasari terdapatnya nilai negatif pada koefisien variabel CR4

dalam penelitian ini.

Variabel growth berpengaruh nyata positif terhadap PCM industri pakaian

jadi di Indonesia pada taraf nyata 5 persen. Nilai koefisien growth sebesar

0,037651 dan nyata pada taraf 5 persen menunjukkan bahwa jika growth

meningkat sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan PCM sebesar 0,037651

persen, asumsi ceteris paribus. Hubungan ini sesuai dengan teori, dimana

kenaikan pertumbuhan output industri pakaian jadi akan meningkatkan PCM

industri pakaian jadi tersebut.

Variabel efisiensi-X signifikan pada taraf 5 persen dan memiliki koefisien

sebesar 0,456346. Hal ini menunjukkan bahwa diduga setiap peningkatan

efisiensi-X sebesar 1 persen akan meningkatkan PCM sebesar 0,456346 persen,

asumsi ceteris paribus. Semakin efisien suatu perusahaan, semakin besar pula

keuntungan yang akan diperoleh. Variabel prod (produktivitas) nyata pada taraf 5

persen dan memiliki koefisiensi sebesar 0,012511. Hal ini menunjukkan bahwa

diduga setiap peningkatan produktivitas sebesar 1 persen akan meningkatkan

PCM sebesar 0,012511 persen, asumsi ceteris paribus. Hubungan-hubungan

Page 93: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

80

tersebut sesuai dengan hipotesis dan teori dimana kenaikkan efisiensi-X dan

produktivitas akan meningkatkan proksi keuntungan industri pakaian jadi.

Nilai produktivitas dari industri pakaian jadi ini sebenarnya dapat

ditingkatkan lagi jika masalah restrukturisasi permesinan dapat segera

diselesaikan. Untuk masalah restrukturisasi permesinan pemerintah mengharapkan

perodusen pakaian jadi dapat menyelesaikannya dengan berbagai pendekatan.

Sebagai contoh, pengusaha bisa melakukan imbal beli, yaitu membeli sebuah

mesin dari produsen tekstil di luar negeri. Hasil dari industrinya itulah yang dijual

ke negara tersebut. Dengan demikian, restrukturisasi ini diharapkan dapat

menciptakan diversifikasi produk yang tidak bisa dilakukan oleh mesin-mesin tua.

Variabel dummy yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen

menunjukkan bahwa krisis diduga tidak berpengaruh terhadap PCM, asumsi

ceteris paribus. Karena pada saat krisis terjadi, nilai tukar rupiah terhadap dollar

mengalami depresiasi. Dimana produk pakaian jadi Indonesia di pasar luar negeri

menjadi murah, hal ini kemudian akan meningkatkan permintaan dari negara-

negara lain atas produk pakaian jadi tersebut. Sehingga ekspor pakaian jadi dari

Indonesia akan mengalami peningkatan. Keuntungan yang diperoleh dari ekspor

yang mengalami peningkatan tersebut akan digunakan untuk menutupi kerugian

yang dialami oleh industri pakaian jadi di Indonesia. Oleh karena itu, industri

pakaian jadi di Indonesia dapat bertahan di dalam menghadapi krisis.

Dalam pengolahan data pada penelitian ini juga ditambahkan dua variabel

yang berfungsi untuk mengatasi pelanggaran asumsi OLS. Kedua variabel

tersebut adalah variabel PCM(-1) dan AR(1). Variabel PCM(-1) yang signifikan

Page 94: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

81

pada taraf 5 persen menunjukkan bahwa variabel PCM sekarang dipengaruhi

secara nyata positif terhadap PCM 1 tahun sebelumnya pada taraf nyata 5 persen.

Nilai koefisien PCM(-1) atau PCM 1 tahun sebelumnya sebesar 0,489386

menunjukkan bahwa jika PCM 1 tahun sebelumnya meningkat sebesar 1 persen,

maka diperkirakan PCM sekarang akan naik sebesar 0,489386 persen, asumsi

ceteris paribus. Pengolahan data pada penelitian ini juga menggunakan variabel

AR(1) atau Auto Regressive sebagai salah suatu cara untuk menghilangkan

masalah autokorelasi. Nilai Inverted AR roots adalah kurang dari 1 menunjukkan

nilai yang stasioner.

Pada pengolahan data tanpa menggunakan variabel PCM(-1) dan AR(1)

ditemukan pelanggaran-pelanggaran terhadap asumsi OLS yaitu pelanggaran

autokorelasi atau pelanggaran heteroskedastisitas. Pada pengolahan data tahap

yang kedua (Lampiran 14) dengan hanya menambahkan variabel PCM(-1) ke

dalam persamaan, ditemukan pelanggaran asumsi autokorelasi. Karena dalam

pengujian dengan menggunakan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM, nilai

probability obs*R-squared yang diperoleh adalah sebesar 0,011777 yang nilainya

lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Variabel bebas yang tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel terikatnya pada taraf nyata 5 persen pada pengolahan

data tahap ini hanya variabel growth dan dummy.

Pengolahan data yang ketiga (Lampiran 15) dengan menambahkan

variabel PCM(-1) dan PCM(-2) ke dalam persamaan, kembali ditemukan adanya

pelanggaran asumsi autokorelasi. Karena dalam pengujian dengan menggunakan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM, nilai probability obs*R-squared yang

Page 95: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

82

diperoleh adalah sebesar 0,005477 yang nilainya lebih kecil dari taraf nyata 5

persen. Variabel growth dan dummy adalah kedua variabel bebas yang tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya pada taraf nyata 5

persen pada pengolahan data yang ketiga ini.

Pengolahan data yang keempat (Lampiran 16) dengan hanya

menambahkan variabel AR(1) ke dalam persamaan, ditemukan adanya

pelanggaran asumsi heteroskedastisitas. Karena dalam pengujian dengan

menggunakan white heteroskedasticity, nilai probability obs*R-squared yang

diperoleh adalah sebesar 0,025899 yang nilainya lebih kecil dari taraf nyata 5

persen. Disamping itu ketiga variabel bebasnya, yaitu CR4, growth dan dummy,

dari kelima variabel yang digunakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel terikatnya pada taraf nyata 5 persen. Oleh karena itu pada penelitian ini

digunakan variabel PCM(-1) dan AR(1) untuk mencegah terjadinya pelanggaran

terhadap ketiga asumsi OLS tersebut.

Page 96: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis yang didapatkan pada industri pakaian jadi di Indonesia

maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :

1. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan jenis

struktur pasar, perilaku dan kinerja dari industri pakaian jadi di Indonesia

adalah sebagai berikut :

a. Industri pakaian jadi di Indonesia termasuk ke dalam tipe pasar persaingan

monopolistik dimana pasar ini bersifat banyak penjual dan pembeli,

produk yang heterogen, serta hambatan untuk masuk dan keluar dari pasar

yang rendah. Rata-rata CR4 dari industri pakaian jadi di Indonesia selama

tahun 1983 sampai dengan tahun 2003 adalah sebesar 16,22 persen.

b. Terdapat beberapa perilaku pada industri pakaian jadi di Indonesia.

Perilaku ini dipengaruhi oleh jenis struktur pasar yang dimiliki oleh

industri pakaian jadi Indonesia. Perilaku-perilaku tersebut antara lain

adalah perilaku dalam menentukan harga yang bervariasi berdasarkan pada

jenis bahan, melakukan inovasi produk pada desain dan warna, promosi

produk melalui contact buyer (menghubungi pembeli), pola distribusi

yang cenderung untuk ekspor, adanya integrasi vertikal pada industri ini

dan perilaku lainnya yang hanya terdapat pada industri pakaian jadi

Indonesia, yaitu perilaku sourcing atau suatu tindakan untuk mencari

bahan baku.

Page 97: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

84

c. Dari segi kinerja, industri pakaian jadi di Indonesia menerima margin

keuntungan atas biaya langsung (PCM) selama tahun 1983 sampai dengan

tahun 2003 dengan rata-rata sebesar 24,93 persen, tingkat efisiensi-X

sebesar 60,27 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat PCM

yang rendah tersebut pada umumnya disebabkan oleh rendahnya rasio

konsentrasi pasar. Tingginya nilai efisiensi-X menggambarkan bahwa

suatu industri dan perusahaan sudah dikelola dengan baik.

2. Dari hasil regresi yang telah dianalisis dapat diketahui pengaruh struktur dan

faktor-faktor lainnya terhadap kinerja. Variabel CR4 yang mewakili struktur

pasar berpengaruh negatif terhadap kinerja (PCM). Karena tingginya tingkat

persaingan yang terdapat pada industri pakaian jadi di Indonesia akan semakin

mengurangi keuntungan yang diterima. Faktor lainnya yang diwakili oleh

variabel Growth, berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja (PCM).

Sementara faktor lainnya yang diwakili oleh variabel krisis (dummy) ternyata

tidak berpengaruh terhadap kinerja (PCM) dari industri pakaian jadi di

Indonesia. Variabel efisiensi-X dan Produktivitas berpengaruh secara

signifikan terhadap kinerja (PCM). Oleh karena itu, jika terjadi peningkatan

terhadap ketiga variabel yang signifikan tersebut maka kinerja dari industri

pakaian jadi di Indonesia juga akan mengalami peningkatan.

Page 98: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

85

6.2. Saran

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini berdasarkan hasil yang

diperoleh adalah bagi penelitian selanjutnya untuk meneliti industri-industri lain

yang tergabung dalam industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia.

Sehingga dapat diketahui bagaimana bentuk struktur pasar, perilaku dan kinerja

yang terdapat pada industri lainnya sebagai bagian dari industri TPT di Indonesia.

Page 99: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

DAFTAR PUSTAKA

Alistair, A. 2004. Analisis Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja Pada Industri Tepung Terigu di Indonesia Pasca Penghapusan Monopoli BULOG [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Andiani, I. 2006. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Susu di Indonesia

[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Asosiasi Pertekstilan Indonesia. 2005. The Industrial Development Plan in Facing

Trade Globalization Era. Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Jakarta. Badan Pusat Statistika. Statistika Industri Besar dan Sedang Volume I. Edisi

Tahun 1983-2003. Jakarta. Bank Bumi Daya. 1992. Industri Tekstil dan Produk Tekstil: Produksi,

Pemasaran dan Prospek. Bank Bumi Daya, Jakarta.

Bisnis Indonesia. 2005. “TPT Ilegal Ambil Pangsa Pasar Lokal 28%”. http://www.textile.web.id/news/news_detail.php?art_id=675 [30 Juni 2006].

Carlton, D.W. dan Jeffrey M. Perloff. 2000. Modern Industrial Organization. Artists Right Society, New York.

Chou, T. C. 1995. Industrial Organization in a Dichotomous Economy : The Case

of Taiwan. Brookfield: Ave bury. Delima, D.K. 2005. Analisis Structure-Conduct-Performance Industri Ban di

Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Departemen Perindustrian. 1982. Keadaan dan Perkembangan Industri Tekstil di

Indonesia Sampai Tahun 1980. Departemen Perindustrian, Jakarta. Dumairy, M.A. 1995. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Gujarati, D.N. 1978. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [penerjemah].

Erlangga, Jakarta. Hartanto, N.S. dan Watanabe. 1993. Teknologi Tekstil. Pradnya Paramita. Jakarta

Page 100: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

87

Hasibuan, N. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli, dan Regulasi. LP3ES, Jakarta.

Jaya, W.K. 2001. Ekonomi Industri. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE. Kompas. 2005. “Produk China Mengancam Industri Lokal”.

http://groups.google.co.id/perdagangan+industri+pakaian+jadi=dbc4bc10 [ 01 Februari 2006].

Kuncoro, M. 2005. ”Industri Indonesia di Persimpangan Jalan”. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0502/19/Fokus/1565611.htm [14 april 2006].

Legowo. 1996. Persaingan Usaha dan Pengambilan Keputusan Manajerial. Jakarta: UI-Press.

Lipsey, R.G., et al. 1996. Penghantar Mikroekonomi Jilid 2. Edisi Ke-10.

Maulana dan Saputra [penerjemah]. Binarupa Aksara, Jakarta. Nicholson, W. 1985. Teori Ekonomi Mikro, Prinsip Dasar dan

Pengembangannya. Deliarnov [penerjemah]. PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.

Shepherd, W.G. 1990. The Economics of Industrial Organization. Edisi Ketiga.

New Jersey: Prentice Hall. Sinar Harapan. 2004. ”Perdagangan Bebas TPT, Ancaman Sekaligus Tantangan”.

http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/industri/2004/0825/ind1.html [18 Mei 2006].

Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta. Yulaekha, S. 2005. Analisis Produktivitas Industri TPT Indonesia (Periode 1983-

2002) [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 101: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

88

Lampiran 1. Nama-nama Perusahaan Pakaian Jadi Indonesia Berskala Besar

No Perusahaan Status Jumlah Pekerja

Tahun Berdiri

Kapasitas Produksi (Dozen)

1. APAC CITRA CENTERTEX TBK., PT.

PMDN 3.000 1996 --

2. Batara Wahanamas, PT. PMDN 706 1984 240.0003. Batik Danar Hadi, PT. PMDN -- -- --4. Batik Keris, PT. PMDN 2.000 -- --5. BEHAESTEX, PT. PMDN 1.850 -- --6. Delami Garment Industries, PT. PMDN 2.500 1979 --7. Dease Garmin, PT. PMDN 1.700 1989 1.155.0008. Eratex Djaya LTD. TBK., PT. PMA 4.800 -- --9. Evershine Textile, PT. PMDN 2.200 1975 --10. Fit-U Garment, PT. PMDN 1.354 1980 --11. Great Golden Star, PT. PMDN 3.500 1977 250.00012. Great River International, PT. PMDN 11.500 -- --13. Karwel Indonesia, PT. PMDN 15.000 -- 300.00014. Muara Krakatau, PT. PMDN 2.000 2000 100.00015. Mulia Knitting Factory, PT. PMDN 1.670 1991 700.00016. Mulia Lestari, PT. PMDN 437 1967 --17. Sakhuntala Knitting Industry, PT. PMDN 250 -- 100.00018. JACOLINTEX, PT. PMDN 703 2000 120.346

Sumber : API, 2005. Keterangan : Tanda (--) menunjukkan data tidak tersedia

Page 102: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

89

Page 103: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

90

Lampiran 3. CR4 Industri Pakaian Jadi Indonesia

Tahun CR4 1983 26,501984 33,141985 17,021986 38,781987 14,371988 15,091989 13,381990 11,521991 7,511992 8,291993 41,591994 9,731995 15,201996 20,701997 11,351998 10,321999 10,752000 7,562001 10,462002 7,242003 10,03

Rata-rata 16,22Sumber : BPS, 1983-2003, diolah

Page 104: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

91

Lampiran 4. Nilai Minimum Efficiency Scale (MES) Industri Pakaian Jadi Indonesia (1983-2003)

Tahun Nilai Output Perusahaan

Terbesar (Rp) Nilai Output Total

(Rp) MES (%)

1983 12.707.672 180.506.709 7,041984 31.051.316 254.518.979 12,201985 28.734.844 419.486.773 6,851986 128.316.929 566.520.657 22,651987 26.285.870 712.354.208 3,691988 57.116.836 1.096.292.432 5,211989 55.277.091 1.413.736.349 3,911990 89.866.140 2.597.287.285 3,461991 72.107.692 3.623.502.127 1,991992 107.460.784 4.572.799.333 2,351993 335.913.382 2.469.951.338 13,601994 132.522.868 4.836.601.014 2,741995 423.264.682 5.344.251.040 7,921996 646.503.357 6.624.009.807 9,761997 307.572.819 7.465.359.695 4,121998 262.229.353 8.799.642.702 2,981999 297.219.190 9.649.973.693 3,082000 216.723.553 9.718.544.980 2,232001 362.257.189 10.204.427.850 3,552002 230.326.772 10.146.553.850 2,272003 366.900.806 11.324.098.940 3,24

Rata-rata 5,94Sumber : BPS, 1983-2003, diolah. Keterangan : Tahun dasar 1993 (1993=100)

Page 105: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

92

Lampiran 5. Price-Cost Margin Industri Pakaian Jadi Indonesia (1983-2003)

Tahun Nilai Tambah (Rp)

Pengeluaran Tenaga Kerja (Rp)

Barang yang Dihasilkan (Rp)

PCM (%)

1983 70.095.068 26.549.872 172.793.384 24,121984 106.415.069 37.792.202 242.523.647 26,961985 166.969.235 55.018.076 397.677.682 26,681986 220.842.428 70.286.655 535.940.935 26,571987 217.432.555 49.492.165 682.147.380 23,571988 389.880.049 117.157.419 1.049.967.115 24,871989 494.466.999 155.547.592 1.314.445.486 23,971990 930.497.282 317.702.656 2.484.238.741 23,591991 1.213.828.011 398.254.130 3.395.203.428 22,501992 1.476.126.995 472.877.225 4.238.060.133 21,931993 1.009.303.317 708.933.798 5.967.384.142 12,161994 1.974.049.208 710.628.498 4.262.311.382 26,121995 2.126.475.514 744.298.411 4.679.351.200 25,861996 2.564.006.548 779.361.756 5.938.954.356 26,941997 2.736.466.016 808.999.295 6.955.312.122 25,811998 2.905.228.653 606.346.925 8.195.799.489 26,121999 3.595.746.822 849.798.636 8.588.032.038 28,452000 3.604.319.054 884.919.074 8.782.384.287 27,982001 3.498.816.899 1.255.048.256 9.620.034.353 21,982002 4.578.519.274 1.516.608.738 8.749.128.660 30,172003 4.518.835.220 1.452.067.700 9.442.806.612 27,08

Rata-rata 24,93Sumber : BPS, 1983-2003, diolah. Keterangan : Tahun dasar 1993 (1993=100)

Page 106: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

93

Lampiran 6. Nilai Efisiensi-X Industri Pakaian Jadi Indonesia (1983-2003)

Tahun Nilai Tambah (Rp) Nilai Input (Rp) Xeff (%) 1983 70.095.068 110.411.641 63,491984 106.415.069 148.103.911 71,851985 166.969.235 252.517.539 66,121986 220.842.428 345.678.229 63,891987 217.432.555 494.921.653 43,931988 389.880.049 706.412.383 55,191989 494.466.999 919.269.349 53,791990 930.497.282 1.666.790.003 55,831991 1.213.828.011 2.409.674.117 50,371992 1.476.126.995 3.096.672.339 47,671993 1.009.303.317 1.460.648.021 69,101994 1.974.049.208 2.862.551.805 68,961995 2.126.475.514 3.217.775.525 66,091996 2.564.006.548 4.060.003.259 63,151997 2.736.466.016 4.728.893.679 57,871998 2.905.228.653 5.894.414.052 49,291999 3.595.746.822 6.054.226.871 59,392000 3.604.319.054 6.114.225.924 58,952001 3.498.816.899 6.705.610.954 52,182002 4.578.519.274 5.568.034.581 82,232003 4.518.835.220 6.805.263.725 66,40

Rata-rata 60,27Sumber : BPS, 1983-2003, diolah Keterangan : Tahun dasar 1993 (1993=100)

Page 107: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

94

Lampiran 7. Growth Industri Pakaian Jadi Indonesia (1983-2003)

Tahun Nilai Output (Rp) Growth (%) 1982 122.447.8571983 180.506.709 47,421984 254.518.979 41,001985 419.486.773 64,821986 566.520.657 35,051987 712.354.208 25,741988 1.096.292.432 53,901989 1.413.736.349 28,961990 2.597.287.285 83,721991 3.623.502.127 39,511992 4.572.799.333 26,201993 2.469.951.338 -45,991994 4.836.601.014 95,821995 5.344.251.040 10,501996 6.624.009.807 23,951997 7.465.359.695 12,701998 8.799.642.702 17,871999 9.649.973.693 9,662000 9.718.544.980 0,712001 10.204.427.850 5,002002 10.146.553.850 -0,572003 11.324.098.940 11,61

Rata-rata 27,98Sumber : BPS, 1982-2003, diolah. Keterangan : Tahun dasar 1993 (1993=100)

Page 108: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

95

Lampiran 8. Produktivitas Industri Pakaian Jadi Indonesia (1983-2003)

Tahun Nilai Output (Rp) Nilai Input TK (Rp) Produktivitas (%) 1983 180.506.709 26.549.872 679,871984 254.518.979 37.792.202 673,461985 419.486.773 55.018.076 762,451986 566.520.657 70.286.655 806,011987 712.354.208 49.492.165 1439,321988 1.096.292.432 117.157.419 935,741989 1.413.736.349 155.547.592 908,871990 2.597.287.285 317.702.656 817,521991 3.623.502.127 398.254.130 909,841992 4.572.799.333 472.877.225 967,011993 2.469.951.338 708.933.798 348,401994 4.836.601.014 710.628.498 680,601995 5.344.251.040 744.298.411 718,021996 6.624.009.807 779.361.756 849,921997 7.465.359.695 808.999.295 922,781998 8.799.642.702 606.346.925 1451,251999 9.649.973.693 849.798.636 1135,562000 9.718.544.980 884.919.074 1098,342001 10.204.427.850 1.255.048.256 813,072002 10.146.553.850 1.516.608.738 669,022003 11.324.098.940 1.452.067.700 779,86

Rata-rata 874,61Sumber : BPS, 1983-2003, diolah. Keterangan : Tahun dasar 1993 (1993=100).

Page 109: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

96

Lampiran 9. Hasil Estimasi Output Regresi dan Uji Ekonometrika Dependent Variable: PCM Method: Least Squares Date: 06/25/06 Time: 23:19 Sample(adjusted): 1985 2003 Included observations: 19 after adjusting endpoints Convergence achieved after 7 iterations

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -23,60763 4,363567 -5,410167 0,0002

CR4 -0,166643 0,042393 -3,930908 0,0023GROWTH 0,037651 0,014133 2,664097 0,0220

XEFF 0,456346 0,053378 8,549288 0,0000PROD 0,012511 0,001989 6,288630 0,0001

DUMMY -1,376205 1,069238 -1,287089 0,2245PCM(-1) 0,489386 0,089063 5,494820 0,0002

AR(1) -0,710023 0,224868 -3,157512 0,0091R-squared 0,924435 Mean dependent var 24,86053Adjusted R-squared 0,876347 S.D. dependent var 3,794702S.E. of regression 1,334379 Akaike info criterion 3,710371Sum squared resid 19,58624 Schwarz criterion 4,108029Log likelihood -27,24852 F-statistic 19,22417Durbin-Watson stat 2,236158 Prob(F-statistic) 0,000024Inverted AR Roots -,71

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1,618679 Probability 0,232063

Obs*R-squared 2,647023 Probability 0,103744

Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 0,726733 Probability 0,694838

Obs*R-squared 10,12982 Probability 0,518749

Page 110: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

97

Lampiran 10. Uji multikolinearitas

PCM CR4 GROWTH XEFF PROD DUMMY PCM 1,000000 -0,407130 0,310431 0,256086 0,319444 0,373556 CR4 -0,407130 1,000000 -0,176624 0,345836 -0,487863 -0,462914

GROWTH 0,310431 -0,176624 1,000000 -0,087790 0,040572 -0,462795 XEFF 0,256086 0,345836 -0,087790 1,000000 -0,721059 0,049177 PROD 0,319444 -0,487863 0,040572 -0,721059 1,000000 0,305853

DUMMY 0,373556 -0,462914 -0,462795 0,049177 0,305853 1,000000

Uji Normalitas

0

1

2

3

4

5

6

-2 -1 0 1 2

Series: ResidualsSample 1985 2003Observations 19

Mean -2.73E-12Median 0.177550Maximum 1.771292Minimum -1.716620Std. Dev. 1.043132Skewness -0.069451Kurtosis 1.831659

Jarque-Bera 1.095915Probability 0.578129

Page 111: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

98

Lampiran 11. Hasil Estimasi Output Regresi dan Uji Ekonometrika Tahap 1 Dependent Variable: PCM Method: Least Squares Date: 07/26/06 Time: 16:18 Sample: 1983 2003 Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -9,506994 6,537991 -1,454115 0,1665

CR4 -0,058096 0,061785 -0,940297 0,3620GROWTH 0,048372 0,018962 2,551017 0,0222

XEFF 0,377490 0,078554 4,805490 0,0002PROD 0,012372 0,002962 4,176829 0,0008

DUMMY 1,341737 1,505902 0,890986 0,3870R-squared 0,783051 Mean dependent var 24,92524Adjusted R-squared 0,710735 S.D. dependent var 3,633620S.E. of regression 1,954284 Akaike info criterion 4,412882Sum squared resid 57,28841 Schwarz criterion 4,711317Log likelihood -40,33526 F-statistic 10,82813Durbin-Watson stat 2,019906 Prob(F-statistic) 0,000149 Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0,003734 Probability 0,952137

Obs*R-squared 0,005600 Probability 0,940348

Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 6,777128 Probability 0,002178

Obs*R-squared 17,79141 Probability 0,037672

Page 112: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

99

Lampiran 12. Uji Multikolinearitas Tahap 1

PCM CR4 GROWTH XEFF PROD DUMMY PCM 1,000000 -0,407130 0,310431 0,256086 0,319444 0,373556 CR4 -0,407130 1,000000 -0,176624 0,345836 -0,487863 -0,462914

GROWTH 0,310431 -0,176624 1,000000 -0,087790 0,040572 -0,462795 XEFF 0,256086 0,345836 -0,087790 1,000000 -0,721059 0,049177 PROD 0,319444 -0,487863 0,040572 -0,721059 1,000000 0,305853

DUMMY 0,373556 -0,462914 -0,462795 0,049177 0,305853 1,000000

Uji Normalitas Tahap 1

0

2

4

6

8

10

12

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Series: ResidualsSample 1983 2003Observations 21

Mean 9.07E-15Median 0.494322Maximum 2.544458Minimum -4.087276Std. Dev. 1.692460Skewness -0.838009Kurtosis 3.108452

Jarque-Bera 2.468200Probability 0.291097

Page 113: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

100

Lampiran 13. Hasil Output Minitab Regression Analysis: PCM versus CR4; GROWTH; XEFF; PROD; DUMMY The regression equation is PCM = - 9,51 - 0,0581 CR4 + 0,0484 GROWTH + 0,377 XEFF + 0,0124 PROD + 1,34 DUMMY Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -9,507 6,538 -1,45 0,167 CR4 -0,05810 0,06178 -0,94 0,362 2,1 GROWTH 0,04837 0,01896 2,55 0,022 1,8 XEFF 0,37749 0,07855 4,81 0,000 2,8 PROD 0,012372 0,002962 4,18 0,001 2,9 DUMMY 1,342 1,506 0,89 0,387 2,8 S = 1,954 R-Sq = 78,3% R-Sq(adj) = 71,1% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 5 206,776 41,355 10,83 0,000 Residual Error 15 57,288 3,819 Total 20 264,064 Source DF Seq SS CR4 1 43,770 GROWTH 1 15,507 XEFF 1 48,865 PROD 1 95,602 DUMMY 1 3,032 Unusual Observations Obs CR4 PCM Fit SE Fit Residual St Resid 11 41,6 12,160 16,247 1,593 -4,087 -3,61R R denotes an observation with a large standardized residual

Page 114: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

101

Lampiran 14. Hasil Estimasi Output Regresi dan Uji Ekonometrika Tahap 2

Dependent Variable: PCM Method: Least Squares Date: 07/26/06 Time: 16:27 Sample(adjusted): 1984 2003 Included observations: 20 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -19,83180 6,451094 -3,074177 0,0089CR4 -0,102530 0,054603 -1,877734 0,0830

GROWTH 0,056497 0,016469 3,430512 0,0045XEFF 0,420186 0,067125 6,259715 0,0000PROD 0,011572 0,002497 4,634351 0,0005

DUMMY 0,126356 1,320494 0,095688 0,9252PCM(-1) 0,376421 0,127371 2,955301 0,0112

R-squared 0,870409 Mean dependent var 24,96550Adjusted R-squared 0,810597 S.D. dependent var 3,723207S.E. of regression 1,620356 Akaike info criterion 4,072386Sum squared resid 34,13220 Schwarz criterion 4,420892Log likelihood -33,72386 F-statistic 14,55254Durbin-Watson stat 2,885318 Prob(F-statistic) 0,000043

Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 5,574820 Probability 0,035979 Obs*R-squared 6,344099 Probability 0,011777

Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 2,597430 Probability 0,092894 Obs*R-squared 15,62504 Probability 0,155632

Uji Multikolinearitas

PCM CR4 GROWTH XEFF PROD DUMMY PCM 1,000000 -0,407130 0,313599 0,256086 0,319444 0,373556 CR4 -0,407130 1,000000 -0,178528 0,345836 -0,487863 -0,462914

GROWTH 0,313599 -0,178528 1,000000 -0,083574 0,039146 -0,461026 XEFF 0,256086 0,345836 -0,083574 1,000000 -0,721059 0,049177 PROD 0,319444 -0,487863 0,039146 -0,721059 1,000000 0,305853

DUMMY 0,373556 -0,462914 -0,461026 0,049177 0,305853 1,000000

Page 115: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

102

Lampiran 15. Hasil Estimasi Output Regresi dan Uji Ekonometrika Tahap 3

Dependent Variable: PCM Method: Least Squares Date: 06/19/06 Time: 15:59 Sample(adjusted): 1985 2003 Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -22,56495 11,04279 -2,043411 0,0657

CR4 -0,224038 0,074847 -2,993279 0,0122GROWTH 0,012976 0,032048 0,404895 0,6933

XEFF 0,465276 0,095046 4,895263 0,0005PROD 0,012663 0,003527 3,589856 0,0042

DUMMY -2,476615 1,946236 -1,272515 0,2294PCM(-1) 0,363062 0,201129 1,805123 0,0985PCM(-2) 0,130482 0,183428 0,711352 0,4917

R-squared 0,785441 Mean dependent var 24,86053Adjusted R-squared 0,648903 S.D. dependent var 3,794702S.E. of regression 2,248492 Akaike info criterion 4,753958Sum squared resid 55,61288 Schwarz criterion 5,151617Log likelihood -37,16260 F-statistic 5,752550Durbin-Watson stat 2,921972 Prob(F-statistic) 0,005391 Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 6,836073 Probability 0,025837

Obs*R-squared 7,714708 Probability 0,005477

Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 16,89946 Probability 0,002851Obs*R-squared 18,57720 Probability 0,136807

Uji Multikolinearitas

PCM CR4 GROWTH PROD XEFF DUMMY PCM 1,000000 -0,407130 -0,245985 0,319444 0,256086 0,373556 CR4 -0,407130 1,000000 0,224064 -0,487863 0,345836 -0,462914

GROWTH -0,245985 0,224064 1,000000 -0,319403 0,068643 -0,668160 PROD 0,319444 -0,487863 -0,319403 1,000000 -0,721059 0,305853 XEFF 0,256086 0,345836 0,068643 -0,721059 1,000000 0,049177

DUMMY 0,373556 -0,462914 -0,668160 0,305853 0,049177 1,000000

Page 116: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

103

Lampiran 16. Hasil Estimasi Output Regresi dan Uji Ekonometrika Tahap 4

Dependent Variable: PCM Method: Least Squares Date: 06/27/06 Time: 21:50 Sample(adjusted): 1984 2003 Included observations: 20 after adjusting endpoints Convergence achieved after 21 iterations

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -12,52113 8,333686 -1,502471 0,1569

CR4 -0,145094 0,071300 -2,034981 0,0628GROWTH -0,012408 0,032553 -0,381173 0,7092

XEFF 0,458079 0,096437 4,750045 0,0004PROD 0,014992 0,003724 4,025867 0,0014

DUMMY -1,806095 1,865771 -0,968015 0,3507AR(1) -0,122316 0,320947 -0,381109 0,7093

R-squared 0,702524 Mean dependent var 24,96550Adjusted R-squared 0,565227 S.D. dependent var 3,723207S.E. of regression 2,454981 Akaike info criterion 4,903332Sum squared resid 78,35013 Schwarz criterion 5,251839Log likelihood -42,03332 F-statistic 5,116835Durbin-Watson stat 2,007658 Prob(F-statistic) 0,006651Inverted AR Roots -,12 Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0,319135 Probability 0,582535

Obs*R-squared 0,518113 Probability 0,471648

Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 19,42816 Probability 0,000034Obs*R-squared 18,91806 Probability 0,025899

Uji Multikolinearitas

PCM CR4 GROWTH XEFF PROD DUMMY PCM 1,000000 -0,407130 -0,245985 0,256086 0,319444 0,373556 CR4 -0,407130 1,000000 0,224064 0,345836 -0,487863 -0,462914

GROWTH -0,245985 0,224064 1,000000 0,068643 -0,319403 -0,668160 XEFF 0,256086 0,345836 0,068643 1,000000 -0,721059 0,049177 PROD 0,319444 -0,487863 -0,319403 -0,721059 1,000000 0,305853

DUMMY 0,373556 -0,462914 -0,668160 0,049177 0,305853 1,000000

Page 117: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

104

Lampiran 17. Barang Hasil Produksi Industri Pakaian Jadi (Garmen)

No. Barang hasil produksi industri pakaian jadi (Garmen)

No. Barang hasil produksi industri pakaian jadi (Garmen)

1. Pakaian luar pria dari batik (dewasa/anak-anak)

30. Setelan batik wanita

2. Pakaian luar pria selain dari batik (dewasa/anak-anak)

31. Blouse batik wanita

3. Pakaian dalam pria (dewasa/anak-anak)

32. Kemeja batik wanita

4. Pakaian dalam wanita (dewasa/anak-anak)

33. Gaun motif batik wanita

5. Pakaian bayi 34. Rok dan rok terpisah batik 6. Pakaian olah raga pria/wanita

lainnya 35. Celana panjang dan pendek batik

wanita 7. Pakaian jadi lainnya 36. Daster batik 8. Jaket batik pria 37. Gaun malam batik wanita 9. Kemeja lengan panjang batik pria 38. Mantel wanita 10. Kemeja lengan pendek batik pria 39. Setelan wanita lainnya 11. Celana panjang dan pendek batik

pria 40. Jas/blazer wanita lainnya

12. Setelan pria lainnya 41. Jaket wanita lainnya 13. Jas/blazer pria lainnya 42. Baju hangat wanita lainnya 14. Jaket pria lainnya 43. Rompi wanita 15. Baju hangat pria lainnya 44. Blouse wanita 16. Rompi pria lainnya 45. Kemeja wanita 17. Jas hujan pria lainnya 46. Kebaya 18. Kemeja lengan panjang pria lainnya 47. Gaun wanita 19. Kemeja lengan pendek pria lainnya 48. Rok dan rok terpisah 20. Celana panjang dan pendek pria

lainnya 49. Celana panjang dan pendek wanita

21. Piyama pria lainnya 50. Daster lainnya 22. Jubah pria lainnya 51. Gaun malam wanita lainnya 23. Pakaian renang pria 52. Piyama wanita 24. Baju koko 53. Pakaian luar wanita lainnya 25. Pakaian luar pria lainnya 54. Pakaian dalam wanita lainnya 26. Pakaian luar wanita dari batik

(dewasa/anak-anak) 55. Pakaian renang wanita

27. Pakaian luar wanita selain dari batik (dewasa/anak-anak)

56. Pakaian training

28. Pakaian dalam pria lainnya 57. Pakaian adat (bukan kebaya) 29. Pakaian kerja khusus 58. Perlengkapan bayi lainnya

Page 118: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...

Lampiran 2. Struktur Biaya Industri Pakaian Jadi di Indonesia

Biaya 2000 2001 2002 2003 Jumlah (000 Rp) % Jumlah (000 Rp) % Jumlah (000 Rp) % Jumlah (000 Rp) % Bahan baku dan penolong 11.896.133.548 74,6 13.113.849.614 69,4 11.885.833.174 66,2 14.345.270.647 66,7Bahan bakar, tenaga listrik dan gas 207.811.723 1,3 623.263.854 3,3 560.382.312 3,1 1.002.980.786 4,6Bahan lainnya 221.473.133 1,4 - - - - - - Pemeliharaan dan jasa industri 419.283.363 2,6 - - - - - - Sewa gedung, mesin dan alat 114.272.914 0,7 182.762.502 1 193.397.960 1,1 297.387.312 1,4Jasa non industri 1 075.346.206 6,8 1.904.436.212 10,1 1.467.002.170 8,2 2.088.197.998 9,7Pengeluaran untuk tenaga kerja 2.016.730.570 12,6 3.064.827.841 16,2 3.842.328.237 21,4 3.783.943.220 17,6Total biaya 15.951.051.457 100 18.889.140.023 100 17.948.943.853 100 21.517.779.963 100Nilai output 22.148.564.012 24.919.212.827 25.706.294.198 29.509.469.443

Sumber : BPS, 2000-2003.

Page 119: ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA ... · perilaku dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. ... penulis aktif pada organisasi Hipotesa dan ...