-
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM
PERCEPATAN PENDIDIKAN PERAWAT MELALUI
MEKANISME REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU (RPL)
DI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TESIS
PUSPA INDAH BUDIONO
1606856933
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DEPARTEMEN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
DEPOK
2018
-
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM
PERCEPATAN PENDIDIKAN PERAWAT MELALUI
MEKANISME REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU (RPL)
DI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TESIS
Diajukan sebagai salahsatu syarat memperoleh gelar
Magister Kesehatan Masyarakat
PUSPA INDAH BUDIONO
1606856933
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DEPARTEMEN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
DEPOK
2018
-
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat,
rahmat, kuasa, dan
kehendak-Nya, saya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
magister, mulai dari masa
perkuliahan hingga menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini
dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai gelar Magister
Kesehatan Masyarakat
Jurusan Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK) pada Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari
berbagai pihak, dari awal mula masa perkuliahan sampai pada
penyusunan tesis ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Namun
semua yang saya alami
merupakan proses pembelajaran yang akan berguna di kehidupan
saya ke depan. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ibu Dr. dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS, selaku dosen
pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran, bahkan di hari liburnya
untuk tetap
mengarahkan dan membimbing saya dalam penyusunan tesis ini;
(2) Bapak Prof. dr. Anhari Achadi, SKM, Sc.D, selaku dosen
penguji mulai dari
seminar proposal hingga ujian tesis yang telah memberikan
masukan berharga yang
membangun dalam penyusunan tesis ini;
(3) Ibu Puput Oktamianti, SKM, MM selaku dosen penguji yang
telah memberikan
masukan yang membangun dalam penyusunan tesis ini;
(4) Ibu Yeti Resnayati, S.Kp, M.Kes dari Poltekkes Kemenkes
Jakarta III yang telah
membantu selama penelitian berlangsung, memberikan informasi,
dan memberikan
masukan dalam penyusunan tesis ini;
(5) Ibu Verdhany Puspitasari, S.Kp, MKM selaku penguji dari
Pusat Pendidikan SDM
Kesehatan yang telah memberikan masukan yang membangun dalam
penyusunan
tesis ini;
(6) Pimpinan serta rekan-rekan di Pusat Pendidikan SDM Kesehatan
yang telah banyak
membantu dan mendukung dalam penelitian ini;
(7) Pihak Poltekkes Kemenkes Jakarta III, terutama di Jurusan
Keperawatan yang telah
banyak membantu dalam memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian ini;
-
vi
(8) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan
doa, semangat, dan
dukungan moral;
(9) Sahabat-sahabat kesayangan yang telah mendengarkan cerita,
keluh kesah dan
mendukung dalam setiap langkah perjuangan mulai dari awal kuliah
hingga
penyelesaian tesis ini;
(10) Teman-teman seperjuangan MPK 2016 yang saling membantu dan
memberikan
dukungan dalam menyelesaikan tesis ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu
pengetahuan.
Depok, 25 Juni 2018
Penulis
-
viii
ABSTRAK
Nama : Puspa Indah Budiono
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul : Analisis Implementasi Program Percepatan Pendidikan
Perawat
Melalui Mekanisme Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL)
di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Pembimbing : Dr. dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS
Kualifikasi minimum pendidikan bagi tenaga kesehatan adalah
Diploma III berdasarkan
Undang-undang Nomor 36 tahun 2014, namun Badan Kepegawaian
Negara (2015)
menyatakan bahwa masih terdapat 38.944 orang perawat yang belum
memiliki
kualifikasi pendidikan Diploma III. Kementerian Kesehatan
berkomitmen untuk
meningkatkan pendidikan tenaga kesehatan melalui Program
Percepatan Pendidikan
Tenaga Kesehatan melalui Mekanisme RPL. Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif
dengan melakukan analisis implementasi Program di Poltekkes
Jakarta III mulai dari
input, proses hingga output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar peserta
didik program RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III telah
berusia di atas 50 tahun,
dan berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta; hanya
sebagian kecil peserta
didik yang mendapatkan bantuan biaya pendidikan dari institusi
tempatnya bekerja;
proses asesmen mengalami kendala teknis dalam kuantifikasi hasil
asesmen. Masukan
untuk Poltekkes Kemenkes Jakarta III berdasarkan hasil
penelitian ini adalah sosialisasi
kepada calon peserta terkait program RPL yang dilakukan melalui
website; membentuk
kelompok belajar untuk meningkatkan motivasi belajar para
peserta didik yang sebagian
besar usianya sudah lebih tua; menggunakan tutor sebaya dengan
memberdayakan
peserta didik yang memiliki kemampuan atau pengalaman dalam
mengatasi gap atau
kesenjangan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan pekerjaan
sehari-hari. Masukan
bagi Kementerian Kesehatan adalah membuat pedoman kuantifikasi
yang dapat
dijadikan acuan oleh PT penyelenggara dalam melakukan asesmen
dan kuantifikasi.
Kata kunci:
Pendidikan, Perawat, Rekognisi Pembelajaran Lampau
-
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Puspa Indah Budiono
Study Program : Public Health
Title : Analysis of Implementation of Education Acceleration
Program
for Nurse through Recognition of Prior Learning (RPL)
in Health Polytechnic Jakarta III
Counsellor : Dr. dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS
Based on Indonesia Health Workforce Act, the minimum
qualification of education for
health workforce is Diploma III. However, data of State
Personnel Agency (2015)
shows that there are still 38,944 nurses in Indonesia who do not
yet have a Diploma III
education qualification. As a commitment of the government in
improving the education
of health workforce, Ministry of Health launched Education
Acceleration Program
through the Recognition of Prior Learning (RPL) as mentioned in
Permenkes No. 41 of
2016. This study analyzes the implementation of the Program in
Health Polytechnic
Jakarta III starting from input, process to output. This
research is a qualitative research
design using Rapid Assessment Procedure (RAP). The results
showed that most of the
students were over 50 years old, and came from the DKI Jakarta
Provincial Health
Office; only a small proportion of learners receive educational
tuition from the
institution where they work; the assessment process has
technical constraints in the
quantification of assessment results. Input for Health
Polytechnic Jakarta III is
socialization to prospective participants related to RPL
conducted through the website;
forming learning groups to improve the learning motivation of
learners who are mostly
older; using peer tutors by empowering learners who have the
ability or experience in
overcoming knowledge gaps and experience based on daily work.
Input for the Ministry
of Health is to make quantification guidelines that can be used
as a reference by
educational institution in conducting assessment and
quantification.
Key words: Education, Nurse, Recognition of Prior Learning
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN
.........................................................................................
iii SURAT PERNYATAAN
................................................................................................
iv KATA PENGANTAR
......................................................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
.......................................................................
vii ABSTRAK
....................................................................................................................
viii
DAFTAR ISI
....................................................................................................................
x DAFTAR TABEL
.........................................................................................................
xiii DAFTAR GAMBAR
.....................................................................................................
xiv DAFTAR ISTILAH
........................................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN
.................................................................................................
xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
...............................................................................................
1 1.1 Latar Belakang
.....................................................................................................
1 1.2 Rumusan Masalah
................................................................................................
7
1.3 Pertanyaan Penelitian
...........................................................................................
8 1.4 Tujuan Penelitian
.................................................................................................
8
1.4.1 Tujuan Umum
.............................................................................................
8 1.4.2 Tujuan Khusus
.............................................................................................
8
1.5 Manfaat Penelitian
...............................................................................................
9 1.5.1 Bagi Institusi
...............................................................................................
9 1.5.2 Bagi Peneliti
................................................................................................
9
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
..................................................................................
10
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR
..............................................................................
11 2.1 Sistem
.................................................................................................................
11 2.2 Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
......................................................................
13 2.3 Input Pendidikan
................................................................................................
15
2.3.1 Peserta Didik
.............................................................................................
15
2.3.2 Dosen
.........................................................................................................
18 2.3.3 Pembiayaan
...............................................................................................
19
2.3.4 Sarana & Prasarana
...................................................................................
20 2.3.5 Kurikulum
.................................................................................................
21
2.4 Proses Pembelajaran
..........................................................................................
23 2.4.1 Karakteristik proses pembelajaran
............................................................ 23
2.4.2 Perencanaan proses pembelajaran
.............................................................
24
2.4.3 Pelaksanaan proses pembelajaran
............................................................. 26
2.4.4 Beban belajar mahasiswa
..........................................................................
27 2.4.5 Evaluasi proses pembelajaran
...................................................................
28
2.5 Output Pendidikan
.............................................................................................
29
2.6 Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL)
........................................................... 30
2.6.1 Pengertian dan Tipe Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL)
.................. 30
-
xi Universitas Indonesia
2.6.2 Mekanisme RPL untuk Melanjutkan Pendidikan Formal di
Perguruan
Tinggi
.................................................................................................................
34
2.6.3 Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) pada Pendidikan
Keperawatan . 36 2.6.4 Mekanisme Asesmen RPL pada Pendidikan
Keperawatan ....................... 38
2.7 Perawat
...............................................................................................................
40 2.8 Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
.................................................. 42 2.9 Kerangka
Teori
..................................................................................................
44
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
........................ 47 3.1 Kerangka Konsep
...............................................................................................
47 3.2 Definisi Operasional
..........................................................................................
49
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
.....................................................................
51 4.1 Desain Penelitian
...............................................................................................
51 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
.............................................................................
51 4.3 Teknik pengumpulan data
..................................................................................
52
4.4 Informan
.............................................................................................................
52 4.5 Pengolahan dan Analisis data
............................................................................
53
4.5.1 Pengolahan Data
........................................................................................
53 4.5.2 Analisis Data
.............................................................................................
55
4.6 Validitas Data
.....................................................................................................
55 4.7 Etika Penelitian
..................................................................................................
55
BAB 5 HASIL PENELITIAN
......................................................................................
57 5.1 Pelaksanaan Penelitian
.......................................................................................
57
5.2 Karakteristik Informan
.......................................................................................
58 5.3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
..................................................................
59
5.3.1 Visi dan Misi Poltekkes Kemenkes Jakarta III
......................................... 59
5.3.2 Program Studi D-III Keperawatan
............................................................ 62 5.4
Input Pendidikan
................................................................................................
63
5.4.1 Peserta Didik
.............................................................................................
63 5.4.1.1 Karakteristik Peserta Didik
............................................................ 64
5.4.1.2 Rekrutmen Peserta Didik
...............................................................
66
5.4.2 Dosen
.........................................................................................................
68
5.4.3 Pembiayaan
...............................................................................................
69 5.4.4 Sarana & Prasarana
...................................................................................
72
5.4.5 Kurikulum
.................................................................................................
74 5.5 Proses Pembelajaran
..........................................................................................
76
5.5.1 Asesmen
....................................................................................................
76 5.5.2 Perencanaan proses pembelajaran
............................................................. 79
5.5.3 Pelaksanaan proses pembelajaran
.............................................................
80
5.5.4 Evaluasi proses pembelajaran
...................................................................
84 5.6 Capaian Program Percepatan Pendidikan Perawat Melalui
Mekanisme RPL ... 86
BAB 6 PEMBAHASAN
...............................................................................................
89 6.1 Keterbatasan Penelitian
......................................................................................
89
6.2 Input Pendidikan
................................................................................................
89 6.2.1 Peserta Didik
.............................................................................................
89
-
xii
6.2.2 Dosen
.........................................................................................................
91 6.2.3 Pembiayaan
...............................................................................................
93
6.2.4 Sarana & Prasarana
...................................................................................
94 6.2.5 Kurikulum
.................................................................................................
96
6.3 Proses Pembelajaran
..........................................................................................
97 6.3.1 Asesmen
....................................................................................................
98 6.3.2 Perencanaan Proses Pembelajaran
.......................................................... 100
6.3.3 Pelaksanaan Proses Pembelajaran
........................................................... 100
6.3.4 Evaluasi Proses Pembelajaran
.................................................................
102
6.4 Capaian Program Percepatan Pendidikan Perawat Melalui
Mekanisme RPL . 104
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
......................................................................
107 7.1 Kesimpulan
......................................................................................................
107 7.2 Saran
................................................................................................................
108
7.2.1 Poltekkes Kemenkes Jakarta III
..............................................................
108
7.2.2 Dinas Kesehatan
......................................................................................
109 7.2.3 Kementerian Kesehatan
...........................................................................
109 7.2.4 Penelitian Selanjutnya
.............................................................................
110
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................................
111
-
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Prodi yang menyelenggarakan
RPL..................................................... 4
Tabel 2.1 Proses RPL untuk melanjutkan pendidikan di perguruan
tinggi .................... 35
Tabel 2.2 Distribusi Mata Kuliah Program RPL D III Keperawatan
............................. 38
Tabel 2.3 Jumlah Perawat Lulusan SPK
........................................................................
41
Tabel 2.4 Program Studi di Poltekkes Kemenkes
.......................................................... 43
Tabel 2.5 Prodi Program Percepatan Pendidikan di Poltekkes
Kemenkes..................... 44
Tabel 4.1 Informan dan Informasi yang Diharapkan
..................................................... 53
Tabel 5.1 Karakteristik Informan Wawancara Mendalam
............................................. 58
Tabel 5.2 Karakteristik Informan FGD
..........................................................................
59
Tabel 5.3 Jumlah Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jakarta III
...................................... 62
Tabel 5.4 Jumlah Dosen di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
......................................... 62
Tabel 5.5 Karakteristik peserta didik Berdasarkan Jenis Kelamin
................................. 64
Tabel 5.6 Karakteristik peserta didik Berdasarkan Asal Institusi
.................................. 64
Tabel 5.7 Karakteristik peserta didik Berdasarkan Usia
................................................ 65
Tabel 5.8 Sumber Pembiayaan Peserta Program
............................................................ 71
Tabel 5.9 Sarana dan Prasarana di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
.............................. 72
Tabel 5.10 Distribusi Mata Kuliah Kurikulum RPL Keperawatan
................................ 75
Tabel 5.11 Hasil Observasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran
...................................... 80
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hubungan Komponen dalam Sistem
.......................................................... 12
Gambar 2.2 Hubungan Komponen dalam Sistem Pendidikan
....................................... 14
Gambar 2.3 Proses penerimaan peserta didik
.................................................................
18
Gambar 2.4 Skema kurikulum pendidikan tinggi
........................................................... 22
Gambar 2.5 Pemanfaatan RPL
.......................................................................................
31
Gambar 2.6 Skema RPL
.................................................................................................
32
Gambar 2.7 Skema RPL untuk melanjutkan pendidikan di perguruan
tinggi ................ 36
Gambar 2.8 Pengakuan SKS dalam mekanisme RPL Prodi D III
Keperawatan ........... 37
Gambar 2.9 Mekanisme Asesmen
..................................................................................
39
Gambar 2.10 Kerangka teori
..........................................................................................
45
Gambar 3.1Kerangka konsep penelitian
.........................................................................
48
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Poltekkes Kemenkes Jakarta III
................................. 60
-
xv Universitas Indonesia
DAFTAR ISTILAH
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BLU : Badan Layanan Umum
CP : Capaian Pembelajaran
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
RPL : Rekognisi Pembelajaran Lampau
RPS : Rencana Pembelajaran Semester
DIII : Diploma III
Juknis : Petunjuk Teknis
JPM : Jenjang Pendidikan Menengah
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
Kemristekdikti : Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi
KKNI : Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
Prodi : Program studi
Poltekkes : Politeknik Kesehatan
PT : Perguruan Tinggi
PTN : Perguruan Tinggi Negeri
PTS : Perguruan Tinggi Swasta
SKS : Satuan Kredit Semester (SKS)
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Kaji Etik
Lampiran 2 Daftar Pertanyaan Wawancara Mendalam dan FGD
Lampiran 3 Matriks Hasil Wawancara Mendalam dan FGD
-
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas
semakin
meningkat, sejalan dengan perkembangan yang terjadi di dunia
saat ini. Tenaga
kesehatan merupakan salah satu faktor utama dalam upaya
pelayanan kesehatan
sehingga diperlukan peningkatan kualitas tenaga kesehatan. Salah
satu upaya untuk
meningkatkan kualitas tenaga kesehatan diantaranya melalui
pendidikan.
Dalam rangka menjawab tuntutan perkembangan yang terjadi di
dunia dan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan prima serta
mengiringi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, Pemerintah telah menetapkan
kualifikasi minimum
pendidikan bagi tenaga kesehatan adalah Diploma III. Hal
tersebut dituangkan dalam
Undang-Undang No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga kesehatan pasal 9
yang menyatakan
bahwa “tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum
Diploma Tiga kecuali
tenaga medis”. Lebih lanjut Pasal 88 menyatakan bahwa “tenaga
kesehatan lulusan
pendidikan di bawah Diploma Tiga yang telah melakukan praktik,
tetap diberikan
kewenangan untuk menjalankan praktik sebagai tenaga kesehatan
untuk jangka waktu 6
(enam) tahun setelah Undang-Undang diundangkan”. Artinya tenaga
kesehatan yang
memiliki pendidikan di bawah Diploma III tetap dapat menjalankan
praktik atau
pekerjaannya sampai dengan tahun 2020.
Jumlah tenaga kesehatan yang belum memiliki kualifikasi
pendidikan sesuai
amanat Undang-undang Tenaga Kesehatan masih sangat besar.
Berdasarkan data Badan
Kepegawaian Negara (BKN) pada bulan April tahun 2015, masih
terdapat 74.601
tenaga kesehatan tersebar di 34 Provinsi yang masih
berpendidikan setara Jenjang
Pendidikan Menengah (JPM) dan Jenjang Pendidikan Tinggi Diploma
I (JPT-DI) atau
belum memiliki kualifikasi Diploma III (Pusat Pendidikan SDM
Kesehatan
Kementerian Kesehatan, 2017). Tenaga kesehatan tersebut bekerja
di institusi pelayanan
kesehatan milik pemerintah yang apabila ingin terus berkarir
sebagai tenaga kesehatan
maka harus meningkatkan kualifikasi.
Tenaga kesehatan yang belum memiliki kualifikasi minimal sesuai
UU tersebut
berasal dari berbagai bidang kesehatan, yaitu (1) bidan
berjumlah 19.608 orang; (2)
-
2
Universitas Indonesia
perawat berjumlah 38.944 orang; (3) teknisi laboratorium medik
berjumlah 2.935 orang;
(4) perawat gigi berjumlah 3.971 orang; (5) asisten apoteker
berjumlah 5.282 orang; (6)
sanitarian berjumlah 2.461 orang; dan (6) gizi 434 orang (Pusat
Pendidikan SDM
Kesehatan Kementerian Kesehatan, 2017). Angka tersebut dapat
menjadi semakin besar
jika ditambah dengan tenaga kesehatan yang bekerja di institusi
pelayanan kesehatan
milik swasta.
Apabila sampai batas waktu masa transisi yang telah ditetapkan
UU, tenaga
kesehatan tersebut belum meningkatkan pendidikan ke jenjang
Diploma III, maka akan
mengalami penurunan status menjadi asisten tenaga kesehatan,
seperti yang telah diatur
dalam Permenkes nomor 80 tahun 2016 tentang penyelenggaraan
pekerjaan asisten
tenaga kesehatan. Perubahan status tersebut akan memberikan
dampak baik bagi tenaga
kesehatan maupun bagi pelayanan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Menghadapi kondisi tersebut maka untuk menjamin perolehan
pendidikan tinggi
sebagaimana amanat UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
dan UU Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, pemerintah
diharapkan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi setiap warga
negara untuk
melanjutkan pendidikan. Sebagai komitmen Kementerian Kesehatan
dalam
meningkatkan pendidikan tenaga kesehatan, dikembangkan Program
Percepatan
Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)
di Poltekkes dan
afirmasi pendidikan melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL)
yang dituangkan
dalam Permenkes Nomor 41 tahun 2016 tentang Program Percepatan
Peningkatan
Kualifikasi Pendidikan Tenaga Kesehatan. Program yang telah
dikembangkan ini
merupakan suatu upaya untuk menjawab tantangan besarnya
kebutuhan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pendidikan lanjutan, meningkatkan
kompetensi,
mengembangkan karir, dan meningkatkan mutu pelayanan kepada
masyarakat tanpa
meninggalkan tempat tugas.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2012 tentang
Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia dan Peraturan Menteri Riset
Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Nomor 26 tahun 2016 Tentang Rekognisi Pembelajaran Lampau
memberikan
kesempatan yang lebih luas kepada setiap orang yang ingin
melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).
RPL merupakan
proses pengakuan terhadap Capaian Pembelajaran (CP) seseorang
yang didapatkan
-
3
Universitas Indonesia
melalui pendidikan formal atau nonformal atau informal, dan/atau
pengalaman kerja.
Pengakuan atas capaian pembelajaran ini ditujukan untuk
menempatkan individu pada
jenjang kualifikasi tertentu sesuai dengan Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia
(KKNI).
Dalam mengembangkan Program Afirmasi melalui Rekognisi
Pembelajaran
Lampau (RPL) bagi tenaga kesehatan, Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) bekerja
sama dengan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikam Tinggi
(Kemenristek
Dikti) dalam pembentukan program peningkatan kompetensi dan
kualifikasi Pendidikan
Tenaga Kesehatan dari Jenjang Pendidikan Menengah (JPM) dan
Diploma I ke Diploma
III. Melalui RPL, tenaga kesehatan yang telah memiliki
pengalaman kerja, pendidikan
nonformal, informal dan sebelumnya, dapat dilakukan pengakuan
capaian pembelajaran
ke dalam pendidikan formal jenjang kualifikasi Diploma III.
Dengan adanya pengakuan
capaian pembelajaran ini, maka tenaga kesehatan yang saat ini
bekerja di institusi
pelayanan kesehatan dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang
kualifikasi Diploma
III tanpa perlu mengikuti semua mata kuliah dalam jenjang
kualifikasi tersebut.
Program Afirmasi melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL)
saat ini
dilaksanakan bagi tenaga bidan, perawat, Farmasi, perawat gigi,
kesehatan lingkungan,
analis kesehatan, gizi serta rekam medis dan informasi
kesehatan. Bagi tenaga perawat,
skema RPL ini sendiri telah dijalankan di beberapa negara
seperti misalnya Swedia dan
Australia. Tujuan program RPL di Swedia adalah memberikan
kesempatan pada health
care assistant (asisten tenaga kesehatan) untuk menjadi licensed
practical nurse
(perawat berlisensi). Mayoritas peserta didik program RPL
perawat di Swedia bekerja di
sektor perawatan terhadap orang tua (Sandberg, 2014). Sementara
di Australia, RPL
telah dijalankan selama lebih dari sepuluh tahun dan menjadi
bagian dari sistem
pendidikan vokasi dan pelatihan di Australia (Pryor, 2012).
Sementara di Indonesia, RPL ini merupakan hal yang baru
diterapkan,
mengingat kebijakan yang mendasarinya baru dibuat pada tahun
2016. Program
Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui Rekognisi
Pembelajaran Lampau
(RPL) telah diresmikan oleh Menteri Kesehatan pada bulan
September 2017 dan mulai
dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 di 30 Perguruan Tinggi (PT)
Rayon, 387 PT Sub
Rayon dan 55 PT Mitra yang telah ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 113/M/KPT/2017 tentang
Perguruan Tinggi
-
4
Universitas Indonesia
Penyelenggara Program Percepatan Pendidikan melalui Rekognisi
Pembelajaran
Lampau.
PT Rayon merupakan PT pembina yang memiliki tugas
merencanakan,
menyiapkan, melaksanakan, melaporkan, dan mengevaluasi
penyelenggaraan Program
Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui RPL secara
terpadu dan menyeluruh.
PT Sub Rayon memiliki tugas menyiapkan dan melaksanakan
pembelajaran Program
Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui RPL. PT Mitra
memiliki tugas
membantu melaksanakan dan menetapkan penjaminan mutu
penyelenggaraan Program
Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui RPL sebagaimana
ditetapkan PT Sub
Rayon. Program Studi (Prodi) yang menyelenggarakan RPL terdiri
dari Prodi DIII
Kebidanan, Keperawatan, Farmasi, Keperawatan Gigi, Kesehatan
Lingkungan, Analis
Kesehatan, Gizi serta Rekam Medis dan Informasi Kesehatan di
Perguruan Tinggi milik
pemerintah (Poltekkes Kemenkes) maupun swasta.
Tabel 1.1 Jumlah Prodi yang menyelenggarakan RPL
(sumber: Keputusan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Nomor 113/M/KPT/2017)
No Program Studi Jumlah PT Penyelenggara Total
Rayon Sub Rayon Mitra
1 DIII Kebidanan 5 160 14 179
2 DIII Keperawatan 5 128 18 151
3 DIII Farmasi 4 20 6 30
4 DIII Keperawatan Gigi 4 13 2 19
5 DIII Kesehatan Lingkungan 3 19 5 27
6 DIII Analis Kesehatan 3 22 5 30
7 DIII Gizi 3 22 6 31
8 DIII Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan
3 5 1 9
Untuk saat ini Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan
melalui
Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) dilaksanakan melalui
mekanisme Izin Belajar
khusus bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan anggota TNI/Polri.
Pembiayaan
penyelenggaraan program percepatan pendidikan bersumber dari
Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
atau sumber
lainnya. Peserta didik mendapatkan bantuan biaya pendidikan yang
diberikan langsung
kepada institusi pendidikan berupa uang pendidikan (Pusat
Pendidikan SDM Kesehatan
Kementerian Kesehatan, 2017). Pemberian bantuan biaya pendidikan
tersebut
merupakan bentuk perhatian pemerintah terhadap tenaga kesehatan,
khususnya tenaga
-
5
Universitas Indonesia
perawat yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan agar
termotivasi untuk
meningkatkan kualifikasi pendidikan ke Diploma III.
Di Provinsi DKI Jakarta masih terdapat 506 orang perawat yang
memiliki
pendidikan Jenjang Pendidikan Menengah (JPM). Jumlah tersebut
akan ditingkatkan
pendidikannya menjadi Diploma III melalui program RPL di
Perguruan Tinggi (PT)
penyelenggara RPL di Provinsi DKI Jakarta sebayak 8 institusi
yang terdiri dari 2 Prodi
DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes dan 6 PT swasta yang
semuanya berada
dibawah PT Rayon Prodi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Bandung. Salah satu
penyelenggara RPL Keperawatan adalah Prodi DIII Keperawatan
Poltekkes Kemenkes
Jakarta III yang memiliki jumlah peserta didik untuk program RPL
Prodi DII
Keperawatan terbesar sebanyak 76 orang (Poltekkes Kemenkes
Jakarta III, 2017).
Poltekkes Kemenkes Jakarta III sebagai Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Kementerian
Kesehatan, memiliki tugas melaksanakan pendidikan vokasi di
bidang kesehatan yang
sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, khususnya pembangunan
di bidang
kesehatan. Poltekkes Kemenkes Jakarta III merupakan pusat
unggulan iptek (center of
excellent) di wilayahnya dalam pengembangan pendidikan dan
profesi tenaga
kesehatan.
Pengembangan pendidikan dan profesi tenaga kesehatan dilakukan
dalam rangka
menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional dan berkualitas
serta memiliki
kompetensi yang sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi
kesehatan global.
Tujuan pendidikan tenaga kesehatan adalah menghasilkan tenaga
kesehatan profesional
di bidangnya, dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan
kesehatan prima. Tenaga kesehatan tersebut dihasilkan melalui
proses pendidikan yang
diselenggarakan oleh institusi pendidikan tenaga kesehatan,
salah satunya adalah
Politeknik Kesehatan Kementerian kesehatan.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai
elemen yaitu
tujuan atau sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola
pendidikan, dan struktur atau
jenjang. Setiap komponen-komponen yang ada dalam sistem
pendidikan tersebut saling
terkait dan mempengaruhi. Sistem dapat diterjemahkan sebagai
suatu kesatuan dari
sejumlah komponen yang saling terhubung. Komponen-komponen
tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain dan bekerja terarah pada pencapain
satu tujuan.
-
6
Universitas Indonesia
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan
pendidikan yang terdiri dari
tiga komponen pokok, yaitu komponen input, komponen proses, dan
komponen output.
Menurut Wibawa (2017), komponen input pendidikan terdiri dari
peserta didik,
kurikulum, tenaga kependidikan, dana, sarana dan prasarana,
regulasi, organisasi, dan
peran masyarakat dalam mendukung pendidikan. Berdasarkan
Permendikbud nomor 49
tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, proses
pembelajaran terdiri
dari karakteristik proses pembelajaran, perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, dan beban belajar mahasiswa. Dalam
pelaksanaan pendidikan,
diperlukan pedoman untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan
dan menjamin agar
proses pembelajaran mencapai mutu yang telah ditetapkan dalam
Standar Nasional
Pendidikan Tinggi.
Sekaitan dengan hal tersebut maka untuk mendukung pelaksanaan
Program
Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui Rekognisi
Pembelajaran Lampau
(RPL), Kementerian Kesehatan telah menyusun dokumen-dokumen
terkait.
Kementerian Kesehatan melalui Pusat Pendidikan SDM Kesehatan
bekerja sama
dengan organisasi profesi keperawatan (PPNI), Asosiasi Institusi
Pendidikan Vokasi
Keperawatan (AIPViKI), serta perwakilan institusi pendidikan
keperawatan telah
menyusun Petunjuk Teknis Desain Pembelajaran RPL Prodi DII
Keperawatan.
Pedoman tersebut mengatur tahapan desain pembelajaran dan
bagaimana desain
pembelajaran tersebut diimplementasikan.
Meskipun telah disusun Petunjuk Teknis yang telah mengatur
secara detail,
namun pelaksanaan RPL di PT, khususnya di Poltekkes Kemenkes
Jakarta III masih
menemui kendala. Untuk meraih gelar ahli madya keperawatan,
peserta didik harus
menempuh mata kuliah sebanyak 108 SKS. Dengan adanya RPL, maka
pendidikan
dapat ditempuh sebanyak 43 SKS. Selisih SKS tersebut diperoleh
melalui hasil asesmen
RPL pada saat calon peserta didik mendaftar. Berdasarkan hasil
laporan kepada Kepala
Pusat Pendidikan SDM Kesehatan, ditemukan adanya kesulitan dalam
kuantifikasi hasil
asesmen dari para peserta didik kedalam Sistem Kredit Semester
(SKS) tersebut. Selain
itu dalam pelaksanaan waktu belajar, terdapat ketidaksesuaian
jam belajar di kelas
seperti yang telah ditentukan. Berdasarkan hal tersebut maka
penulis ingin mengetahui
bagaimana implementasi Program Percepatan Pendidikan Perawat
Melalui Mekanisme
Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) di Poltekkes Kemenkes
Jakarta III.
-
7
Universitas Indonesia
1.2 Rumusan Masalah
Pemerintah telah menetapkan kualifikasi minimum pendidikan bagi
tenaga
kesehatan adalah minimal Diploma III, sesuai Undang-Undang No.
36 tahun 2014
tentang Tenaga kesehatan pasal 9 yang menyatakan bahwa tenaga
kesehatan harus
memiliki kualifikasi minimum Diploma Tiga kecuali tenaga medis.
Jumlah tenaga
kesehatan yang belum memiiki kualifikasi pendidikan sesuai
amanat UU Tenaga
Kesehatan tersebut masih sangat besar. Berdasarkan data Badan
Kepegawaian Negara
(BKN) pada bulan April tahun 2015, masih terdapat 74.601 tenaga
kesehatan tersebar di
34 Provinsi yang masih memiliki kualifikasi pendidikan setara
Jenjang Pendidikan
Menengah (JPM) dan Jenjang Pendidikan Tinggi Diploma I (JPT-DI).
Dari jumlah
tersebut, terdapat 38.944 orang perawat yang memiliki
kualifikasi pendidikan SPK
(Sekolah Perawat Kesehatan), dimana 506 orang diantaranya berada
di Provinsi DKI
Jakarta. Angka tersebut dapat menjadi semakin besar jika
ditambah dengan tenaga
kesehatan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan milik
swasta.
Menanggapi hal tersebut, maka Program Percepatan Pendidikan
Tenaga
Kesehatan dilaksanakan sebagai komitmen Pemerintah, dalam hal
ini Kementerian
Kesehatan dalam meningkatkan pendidikan tenaga kesehatan melalui
Permenkes
Nomor 41 tahun 2016 tentang Program Percepatan Peningkatan
Kualifikasi Pendidikan
Tenaga Kesehatan. Program ini dilaksanakan melalui Pendidikan
Jarak Jauh (PJJ) di
Poltekkes dan afirmasi pendidikan melalui Rekognisi Pembelajaran
Lampau (RPL).
RPL adalah proses pengakuan atas Capaian Pembelajaran (CP)
seseorang yang
diperoleh melalui pendidikan formal atau nonformal atau
informal, dan/atau
pengalaman kerja. Pengakuan atas capaian pembelajaran ini
dimaksudkan untuk
menempatkan seseorang pada jenjang kualifikasi tertentu sesuai
dengan Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Salah satu Program Studi (Prodi) yang menyelenggarakan RPL
adalah Prodi
DIII Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Jakarta III yang memiliki
jumlah peserta
didik untuk program RPL Prodi DII Keperawatan terbesar di
Provinsi DKI Jakarta
sebanyak 76 orang (Poltekkes Kemenkes Jakarta III, 2017).
Poltekkes Kemenkes
Jakarta III merupakan pusat unggulan iptek (center of excellent)
di wilayahnya dalam
pengembangan pendidikan dan profesi tenaga kesehatan.
-
8
Universitas Indonesia
Meskipun telah disusun Petunjuk Teknis yang telah mengatur
secara detail,
namun pelaksanaan RPL di PT, khususnya di Poltekkes Kemenkes
Jakarta III masih
menemui kendala. Untuk meraih gelar ahli madya keperawatan,
peserta didik harus
menempuh mata kuliah sebanyak 108 SKS. Dengan adanya RPL, maka
pendidikan
dapat ditempuh sebanyak 43 SKS. Selisih SKS tersebut diperoleh
melalui hasil asesmen
RPL pada saat calon peserta didik mendaftar. Dalam
pelaksanaannya, ditemukan adanya
kesulitan dalam kuantifikasi hasil asesmen dari para peserta
didik kedalam Sistem
Kredit Semester (SKS) tersebut. Selain itu dalam pelaksanaan
waktu belajar, terdapat
ketidaksesuaian jam belajar di kelas seperti yang telah
ditentukan. Evaluasi terhadap
program ini juga masih belum berjalan. Berdasarkan hal tersebut
maka dilakukan
implementasi Program Percepatan Pendidikan Perawat Melalui
Mekanisme Rekognisi
RPL di Poltekkes Jakarta III sebagai masukan dalam perbaikan
program.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana implementasi Program Percepatan Pendidikan Perawat
Melalui
Mekanisme Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) di Poltekkes
Kemenkes Jakarta III?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis implementasi Program Percepatan Pendidikan
Perawat
Melalui Mekanisme Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) di
Poltekkes Kemenkes
Jakarta III sebagai masukan dalam perbaikan pelaksanaan
program.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis tentang Peserta Didik Program Percepatan
Pendidikan Perawat
Melalui Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
2. Menganalisis tentang Dosen Program Percepatan Pendidikan
Perawat Melalui
Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
3. Menganalisis tentang Pembiayaan Program Percepatan Pendidikan
Perawat Melalui
Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
4. Menganalisis tentang Sarana dan Prasarana Program Percepatan
Pendidikan Perawat
Melalui Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
-
9
Universitas Indonesia
5. Menganalisis tentang Kurikulum Program Percepatan Pendidikan
Perawat Melalui
Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
6. Menganalisis proses asesmen Program Percepatan Pendidikan
Perawat Melalui
Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
7. Menganalisis perencanaan proses pembelajaran Program
Percepatan Pendidikan
Perawat Melalui Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta
III
8. Menganalisis pelaksanaam proses pembelajaran Program
Percepatan Pendidikan
Perawat Melalui Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta
III
9. Menganalisis pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran Program
Percepatan
Pendidikan Perawat Melalui Mekanisme RPL di Poltekkes Kemenkes
Jakarta III
10. Menganalisis capaian Program Percepatan Pendidikan Perawat
Melalui Mekanisme
RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Institusi
1. Sebagai masukan bagi Poltekkes Kemenkes Jakarta III dalam
peningkatan kualitas
penyelenggaraan Program Percepatan Pendidikan Perawat Melalui
Mekanisme RPL.
2. Sebagai masukan bagi Kementerian Kesehatan dalam
penyelenggaraan Program
Percepatan Pendidikan Perawat Melalui Mekanisme RPL.
3. Sebagai bahan referensi dalam implementasi rekognisi
pembelajaran lampau di
bidang pendidikan tenaga kesehatan
1.5.2 Bagi Peneliti
1. Sebagai bahan dalam manuskrip artikel yang akan di
publikasikan di jurnal bidang
kesehatan
2. Hasil penelitian akan disampaikan pada Pertemuan Koordinasi
Pengelola
Pendidikan Tenaga Kesehatan Nasional (Perkonas) yang akan
dilaksanakan oleh
Pusat Pendidikan SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan pada bulan
September
2018.
-
10
Universitas Indonesia
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan analisis
implementasi Program
Percepatan Pendidikan Perawat Melalui Mekanisme Rekognisi
Pembelajaran Lampau
(RPL) mulai dari input, proses hingga output. Penelitian ini
tidak meneliti outcome hasil
akhir proses pendidikan berupa pencapaian kompetensi perawat
karena proses
pembelajarannya baru berjalan selama satu semester sehingga
capaian pembelajaran
secara keseluruhan belum dapat diteliti.
-
11 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN LITERATUR
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen
tujuan atau
sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, dan
struktur atau jenjang.
Setiap komponen-komponen yang ada dalam sistem pendidikan
tersebut saling terkait
dan mempengaruhi. Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan
dari sejumlah
komponen yang saling terhubung dan bekerja terarah menuju satu
tujuan. Pendidikan
merupakan hak setiap warga negara, oleh karena itu pemerintah
diharapkan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi setiap individu
untuk melanjutkan
pendidikan.
Sebagai komitmen pemerintah dalam meningkatkan pendidikan
tenaga
kesehatan, maka dikembangkan Program Percepatan Pendidikan
Tenaga Kesehatan
melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) yang dituangkan
dalam Permenkes
Nomor 41 tahun 2016. Program ini merupakan upaya untuk menjawab
tantangan
besarnya kebutuhan tenaga kesehatan dalam mendapatkan pendidikan
lanjutan,
meningkatkan kompetensi, mengembangkan karir, dan meningkatkan
mutu pelayanan
kepada masyarakat. Salah satu tenaga kesehatan yang akan
ditingkatkan pendidikannya
dari Jenjang Pendidikan Menengah (JPM) ke Diploma III adalah
perawat
2.1 Sistem
Menurut Korompis (2015) sistem adalah kumpulan bagian-bagian
yang saling
terkait, berfungsi secara bersamaan untuk mencapai tujuan yang
sama. Suatu sistem
berfungsi dengan memperoleh masukan dari lingkungan eksternal,
mengubahnya
dengan suatu cara, dan memberikan keluaran kembali ke
lingkungan. Komponen dalam
sistem terdiri dari input, proses, dan output, umpan balik, dan
lingkungan. Hal ini
sejalan dengan Muninjaya (2011) yang menyatakan bahwa sistem
adalah suatu
rangkaian komponen atau bagian yang berhubungan satu sama lain
dan mempunyai
tujuan yang sama.
Menurut Uno (2016) sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan
elemen-
elemen yang saling berkaitan dan berinteraksi secara fungsional
dalam memproses
masukan menjadi luaran. Ciri-ciri suatu sistem adalah:
-
12
Universitas Indonesia
1. Terdapat tujuan yang ingin dicapai
2. Terdapat fungsi-fungsi untuk mencapai tujuan
3. Terdapat komponen yang melaksanakan fungsi tersebut
4. Terdapat interaksi antar komponen
5. Terdapat penggabungan yang menimbulkan jalinan
keterpaduan
6. Terdapat proses transformasi
7. Terdapat proses balikan untuk perbaikan
8. Terdapat daerah batasan dan lingkungan
Suatu organisasi dapat dilihat sebagai suatu sistem karena
terdiri dari elemen-
elemen yang saling terhubung. Komponen input dan output
merupakan permulaan yang
menggambarkan suatu organisasi. Jadi dapat dikatakan bahwa
organisasi merupakan
sumber daya (input) dari suatu sistem yang lebih besar
(lingkungan) dimana didalamnya
memproses input dan mengubahnya menjadi output. Efektivitas
suatu organisasi harus
menggambarkan keseluruhan interaksi antara input, proses, dan
output (Ivancevich,
Konopaske, & Matteson, 2005). Hubungan komponen dalam sistem
dapat dilihat dalam
gambar 2.1 dibawah ini:
Gambar 2.1 Hubungan Komponen dalam Sistem
(sumber : Korompis, 2015)
1. Input
Menurut Satrianegara (2014), input merupakan sumber daya yang
dibutuhkan dalam
mencapai tujuan dalam sistem seperti sumber daya manusia, dana,
informasi dan
lainnya. Kualitas dari sumber daya ini akan berpengaruh terhadap
hasil yang
dikeluarkan oleh sistem.
Input Proses
Lingkungan
Umpan Balik
Output Dampak
-
13
Universitas Indonesia
2. Proses
Komponen proses dalam sistem merupakan interaksi kegiatan atau
langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Output
Merupakan hasil dari proses yang dikeluarkan oleh suatu sistem.
Dalam sistem
kesehatan, output merupakan pelayanan kesehatan yang akan
dimanfaatkan oleh
masyarakat.
4. Dampak
Merupakan akibat yang dihasilkan dari output suatu sistem. Jika
output adalah
pelayanan kesehatan maka dampak yang dirasakan oleh masyarakat
adalah
meningkatknya status kesehatan.
5. Umpan balik
Merupakan keluaran dari sistem yang dapat menjadi masukan bagi
perbaikan dalam
kinerja sistem agar menjadi lebih baik kedepannya. Masukan
6. Lingkungan
Merupakan dunia diluar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi memiliki
pengaruh besar terhadap sistem.
Kumpulan elemen dalam sistem ini harus diusahakan agar berfungsi
sesuai yang
telah direncanakan sehingga dapat menjamin tercapainya tujuan
dari sistem.
Berdasarkan hal tersebut maka analisis atau penilaian harus
dilakukan terhadap suatu
sistem secara rutin. Analisis dengan pendekatan sistem digunakan
untuk mengantisipasi
perubahan yang terjadi akibat perkembangan ilmu dan teknologi
(Muninjaya, 2011).
2.2 Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Berdasarkan UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
formal, nonformal, dan
informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Jenjang
pendidikan formal
-
14
Universitas Indonesia
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Pendidikan
tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki
peran strategis dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi
dengan memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora serta
pembudayaan dan
pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan.
Pendidikan tinggi terdiri dari berbagai jenis program studi.
Berdasarkan UU
nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, program Studi
adalah kesatuan
kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang memiliki kurikulum dan
metode
pembelajaran tertentu dalam satu jenis pendidikan akademik,
pendidikan profesi,
dan/atau pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi merupakan
Pendidikan Tinggi program
diploma yang menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan dengan
keahlian terapan tertentu
sampai program sarjana terapan. Program diploma merupakan
pendidikan vokasi yang
diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat
untuk mengembangkan
keterampilan dan penalaran dalam penerapan Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi
(Arikunto & Jabar, 2004).
Pendidikan vokasi sebagai sistem terdiri atas komponen input,
proses, output,
dan outcome, dimana masing-masing komponen dalam sistem tersebut
saling
mempengaruhi (Wibawa, 2017). Setiap sistem memiliki tujuan
dimana dalam
pendidikan tujuannya adalah agar peserta didik belajar dan
mengalami perubahan
perilaku sesuai dengan tingkatan taksonomi yang telah dirumuskan
sebelumnya. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka diperlukan suatu proses yang
mengubah masukan
(input) menjadi hasil (output). Tujuan sistem dalam pendidikan
adalah menimbulkan
belajar (learning) yang komponen-komponen belajarnya yaitu
peserta didik, pendidik,
materi pengajaran, dan lingkungan pengajaran (Uno, 2016). Secara
umum kerangka
pendekatan sistem dalam pendidikan dapat dilihat pada gambar 2.2
dibawah ini:
Gambar 2.2 Hubungan Komponen dalam Sistem Pendidikan
(sumber : Wibawa, 2017)
Input Proses Output Outcome
-
15
Universitas Indonesia
2.3 Input Pendidikan
Input merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya proses
pendidikan khususnya proses belajar mengajar. Dalam pendidikan
vokasi, input
dikategorikan menjadi dua, yaitu input yang diproses dan
pemrosesnya. Input yang
diproses adalah peserta didik, dan input dan pemrosesnsya
meliputi kurikulum, tenaga
pengajar, dana, sarana dan prasarana dalam mendukung pendidikan
(Wibawa, 2017).
2.3.1 Peserta Didik
Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional,
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan
tertentu. Menurut Daryanto & Tarno (2017) dalam proses
pendidikan, peserta didik
adalah salah satu elemen yang menempati posisi utama. Peserta
didik merupakan
pemangku kepentingan utama proses pendidikan juga sekaligus
sebagai orang yang
mendapatkan nilai tambah dalam penyelenggaraan akademik dan
mendapatkan manfaat
dari proses pendidikan. Sistem rekrutmen dan seleksi calon
peserta didik
mempertimbangkan kebijakan pada mutu input, pemerataan akses
baik dari segi
wilayah maupun kemampuan ekonomi, serta sistem rekrutmen yang
dapat
dipertanggungjawabkan dan kesesuaian antara karakteristik mutu
dan tujuan program
studi.
Strategi pembelajaran atau pelayanan pendidikan yang signifikan
perlu disusun
sesuai dengan tingkat perkembangan manusia. Secara umum peserta
didik dapat
dikelompokan berdasarkan perkembangan dalam kajian psikologi
yaitu sebagai berikut:
1. Usia Sekolah Dasar
Peserta didik di usia sekolah dasar berada dalam dua masa
perkembangan psikologi,
yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun) dan masa kanak-kanak
akhir (10-12
tahun).
2. Usia Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Dilihat dari tahapan perkembangan psikologi, peserta didik
sekolah menengah
pertama berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14
tahun)
-
16
Universitas Indonesia
3. Usia Sekolah Menengah Atas (SMA)
Berdasarkan tahapan perkembangan psikologi, peserta didik
sekolah menengah atas
berada pada tahap perkembangan masa remaja (15-18 tahun)
4. Dewasa Muda
Berdasarkan tahapan perkembangan psikologi, peserta didik
kategori dewasa muda
berusia 18-30 tahun
5. Dewasa
Berdasarkan tahapan perkembangan psikologi, peserta didik
kategori dewasa
berusia 31-55 tahun
6. Dewasa Akhir
Berdasarkan tahapan perkembangan psikologi, peserta didik
kategori dewasa akhir
berusia diatas 55 tahun
Pendidikan merupakan hak setiap orang dan proses serta
kebutuhannya
berlangsung sepanjang hidup manusia. Selama hidup, manusia terus
berkembang yang
dipengaruhi oleh pembelajaran atau pengalaman sepanjang
hidupnya. Setiap aspek
perkembangan manusia baik secara fisik, emosi, kognitif maupun
sosial saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Manusia perlu mencari
pengetahuan, pengalaman,
dan pemikiran baru di sepanjang hidupnya. Oleh karena itu,
pendidikan tidak mengenal
usia dan kata terlambat untuk belajar. Pada orang dewasa,
pendidikan dirancang untuk
memperkaya pengetahuan, mengembangkan kemampuan dan
keterampilan, serta
meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau profesionalannya
dalam upaya
mengembangkan pribadi dan mewujudkan peran sertanya dalam
masyarakat (Daryanto
& Tarno, 2017).
Program Percepatan Pendidikan Perawat melalui RPL dilaksanakan
melalui
mekanisme izin belajar khusus bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dan anggota TNI/Polri.
Proses penerimaan peserta didik Program Percepatan Pendidikan
perawat dimulai dari
surat edaran oleh Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan
kepada Kepala
Unit Utama Kementerian Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi, dan Kepala
Dinas Kesehatan TNI/Polri yang berisi informasi program,
persyaratan peserta, kuota
peserta per provinsi, serta perguruan tinggi penyelenggara.
Proses selanjutnya adalah
pengusulan calon peserta, seleksi administrasi dan seleksi
akademik serta penetapan
peserta. Persyaratan peserta didik Program Percepatan Pendidikan
Perawat terdiri dari:
-
17
Universitas Indonesia
1. Lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)
2. Telah menjalankan pekerjaan keprofesiannya di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
paling sedikit 5 (lima) tahun pada saat dilakukan asesmen
RPL
3. Melampirkan surat izin belajar dari pejabat pembina
kepegawaian dan pimpinan
instansi
4. Melampirkan surat keterangan tidak sedang memperoleh bantuan
biaya
pendidikan/kuliah dari instansi/unit lain;
5. Melampirkan surat pernyataan kesediaan :
a) menyelesaian pendidikan sampai dengan selesai;
b) mengabdi di tempat tugas setelah selesai pendidikan, dan
diketahui pimpinan
instansi;
6. Mengambil Program Studi yang sesuai dengan profesi di
pelayanan kesehatan;
7. Melampirkan copy ijazah terakhir;
8. Melampirkan biodata.
Pengusulan calon peserta Program Percepatan Pendidikan dilakukan
oleh
Sekretariat Unit Utama Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan
Provinsi atau
Kementerian/Lembaga lainnya. Tata cara pengusulan calon peserta
Program Percepatan
Pendidikan Tenaga Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Pimpinan unit kerja/organisasi/UPT Dinas Kesehatan Kab/Kota
mengajukan usulan
calon peserta kepada Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota.
Selanjutnya Dinas
Kesehatan Kab/Kota mengajukan usulan calon peserta kepada Kepala
Dinas
Kesehatan Provinsi;
2. UPT Pusat mengirimkan calon peserta kepada Unit Utama
Kemenkes dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
3. Unit Utama Kemenkes mengirimkan calon peserta Kepala Badan
Pengembangan
Pemberdayaan SDM Kesehatan (BPPSDMK) c.q Kepala Pusat Pendidikan
SDM
Kesehatan.
4. Lembaga TNI/Polri mengirimkan calon peserta kepada Kepala
BPPSDMK c.q
Kepala Pusat Pendidikan SDM Kesehatan dengan ditembuskan kepada
Dinas
Kesehatan Provinsi.
-
18
Universitas Indonesia
5. Selanjutnya Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan daftar
usulan calon peserta
berdasarkan kuota per PT penyelenggara Program Percepatan
Pendidikan, ditujukan
kepada Kepala BPPSDMK c.q Kepala Pusat Pendidikan SDM Kesehatan
dengan
tembusan kepada PT penyelenggara Program Percepatan
Pendidikan.
Proses penerimaan peserta didik Program Percepatan Pendidikan
perawat dapat
dilihat pada gambar 2.3 berikut:
Gambar 2.3 Proses penerimaan peserta didik
(sumber: Kementerian Kesehatan, 2017)
2.3.2 Dosen
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas
utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan,
teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. Dosen
menentukan mutu penyelenggaraan akademik program studi.
Berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 tahun 2014 tentang
Standar Nasional
Pendidikan Tinggi, dosen wajib memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk
menyelenggarakan pendidikan dalam rangka pemenuhan capaian
pembelajaran lulusan.
Surat Edaran Badan
PPSDM Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Unit Utama Kemenkes Lembaga
TNI/Polri
Pengusulan Calon Peserta
Seleksi Administrasi dan Akademik
Penetapan Peserta
-
19
Universitas Indonesia
Dosen harus memiliki kualifikasi akademik berupa pendidikan
paling rendah yang harus
dipenuhi oleh seorang dosen dan dibuktikan dengan ijazah. Untuk
dosen program
diploma tiga harus memiliki kualifikasi akademik paling rendah
lulusan magister atau
magister terapan yang relevan dengan program studi, dan juga
memiliki sertifikat
profesi yang relevan dengan program studi dan berkualifikasi
paling rendah setara
dengan jenjang 8 (delapan) KKNI).
Kegiatan pokok dosen mencakup: perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian
proses pembelajaran; pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran;
pembimbingan dan
pelatihan; penelitian; dan pengabdian kepada masyarakat. Dosen
berperan sebagai
sumber belajar, fasilitator pemberian pelayanan dalam proses
pembelajaran,
pembimbing, dan motivator bagi peserta didik. Pendidikan
merupakan suatu sistem
dimana dosen merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung
dengan peserta
didik dan proses pembelajaran (Sanjaya, 2006). Dalam pelaksanaan
proses
pembelajaran, dosen dalam mengajar harus berdasarkan pengalaman
yang sudah
dimiliki oleh peserta didik. Pengetahuan dan keterampilan yang
disampaikan harus
bersifat praktis dan aplikatif serta mudah dipahami oleh peserta
didik (Uno, 2016).
2.3.3 Pembiayaan
Pembiayaan merupakan suatu usaha penyediaan, pengelolaan serta
peningkatan
mutu anggaran yang memadai untuk mendukung penyelenggaraan
program-program
akademik yang bermutu di program studi diploma dalam suatu
lembaga pendidikan.
Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu investasi dimana
pendidikan dapat
memberikan dampak ekonomi yang diantaranya adalah berkembangnya
kesempatan
masyarakat untuk meningkatkan kesehatan, pengetahuan,
keterampilan, kemampuan,
serta wawasan. Anggaran pendidikan tidak sepenuhnya menjadi
tanggung jawab
pemerintah. Kontribusi masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan
sangat besar
(Wibawa, 2017).
Pemerintah menyediakan bantuan biaya pendidikan bagi tenaga
khusus misalnya
guru, dosen, dan tenaga kesehatan sebagai penghargaan telah
melaksanakan pengabdian
kepada masyarakat. Bantuan biaya pendidikan tersebut juga
menambah motivasi bagi
mereka untuk terus meningkatkan kompetensi dan kualifikasinya.
Pembiayaan
pendidikan dapat bersumber dari APBN, APBD, peserta didik, serta
sumber lainnya.
-
20
Universitas Indonesia
Pada Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan, bantuan
biaya pendidikan
adalah pemberian bantuan biaya pendidikan yang langsung
diberikan kepada institusi
pendidikan berupa uang pendidikan yang besarannya disesuaikan
dengan alokasi
anggaran yang tersedia.
Perguruan Tinggi (PT) penyelenggara Program Percepatan
Pendidikan terdiri
dari PT Negeri (BLU dan Non BLU) dan PT Swasta, sebagaimana
ditetapkan dengan
Surat Keputusan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Nomor
113/M/KPT/2017 tentang Perguruan Tinggi Penyelenggara Program
Percepatan
Pendidikan Melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau. Dengan adanya
variasi PT
penyelenggara tersebut, terdapat variasi biaya penyelenggaraan
pendidikan, dengan
perhitungan rata-rata sebesar Rp. 6.500.000 (enam juta lima
ratus ribu rupiah) per
mahasiswa per semester. Dari besaran penyelenggaraan pendidikan,
dialokasikan dari
dana APBN sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) per
mahasiswa per semester,
sedangkan selisih biaya sebesar maksimal Rp. 3.500.000,- (tiga
juta lima ratus ribu
rupiah) per mahasiswa per semester, dapat bersumber dari APBD
dan atau peserta
Program Percepatan Pendidikan. Bantuan biaya program percepatan
pendidikan bagi
tenaga kesehatan dialokasikan melalui dana DIPA Pusat Pendidikan
SDM Kesehatan
Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan
2.3.4 Sarana & Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang secara langsung mendukung
kelancaran
proses pembelajaran, seperti gedung, kelas, media pembelajaran,
alat-alat pembelajaran,
perlengkapan di dalam kelas, dan lainnya. Prasarana adalah
hal-hal yang yang tidak
secara langsung mendukung keberhasilan proses pembelajaran,
seperti jalan atau akses
menuju tempat belajar, listrik atau penerangan, toilet, dan
lainnya. Kelengkapan sarana
dan prasana berperan penting dalam membantu terselenggaranya
proses pembelajaran.
Kelengkapan sarana dan prasarana di perguruan tinggi dapat
meningkatkan motivasi
dosen dalam mengajar dan merangsang mahasiswa untuk belajar
(Sanjaya, 2006).
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional
Pendidikan pasal 42 menyatakan bahwa setiap institusi pendidikan
wajib memiliki
sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan
sumber belajar lainnya, serta perlengkapan lain yang diperlukan
untuk menunjang
-
21
Universitas Indonesia
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan, dan juga
setiap institusi pendidikan
wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel
kerja, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat
beribadah dan tempat ruang
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan
berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut maka program studi
tenaga kesehatan perlu
memiliki laboratorium yang sesuai standar agar pengalaman
praktik yang dilakukan
oleh peserta didik menghasilkan keterampilan sesuai dengan
kompetensi yang telah
ditentukan. Keseimbangan antara jumlah mahasiswa dengan
kapasitas sarana dan
prasarana harus dijaga agar pencapaian kompetensi mahasiswa
dapat mencapai target.
2.3.5 Kurikulum
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49
tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, kurikulum
adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan,
bahan kajian, proses,
dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
program studi.
Kurikulum pendidikan tinggi juga berisi cara penyampaian dan
penilaian yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar di Perguruan
Tinggi. Kurikulum Pendidikan Tinggi dikembangkan oleh setiap
Perguruan Tinggi
dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk
setiap Program Studi
yang mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia,
dan keterampilan .
Kurikulum pendidikan tinggi disusun untuk menghasilkan lulusan
yang
memiliki kemampuan setara dengan capaian pembelajaran yang telah
dirumuskan
dalam jenjang kualifikasi Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI),
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012.
KKNI merupakan
kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan
bidang pelatihan
kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan
kompetensi kerja
sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Selanjutnya
UU Nomor 12 tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi pada Pasal 29 ayat (2) menegaskan
bahwa KKNI
menjadi acuan pokok dalam penetapan kompetensi lulusan
pendidikan akademik,
pendidikan vokasi, dan pendidikan profesi.
-
22
Universitas Indonesia
Gambar 2.4 Skema kurikulum pendidikan tinggi
(Sumber: Kemristekdikti, 2016)
Berdasarkan gambar 2.4 diatas dapat dilihat bahwa untuk
menghasilkan lulusan
yang memiliki kemampuan sesuai capaian pembelajaran yang telah
dirumuskan dalam
jenjang kualifikasi KKNI, kurikulum disusun berdasarkan profil
lulusan yang
dikembangkan menjadi capaian pembelajaran lulusan (CPL). CPL
tersebut di
kembangkan menjadi bahan kajian/materi ajar yang dibangun
berdasarkan beberapa
pertimbangan saat kurikulum disusun untuk menjadi mata kuliah.
Selanjutnya mata
kuliah disusun menjadi suatu rangkaian yang disebut struktur
kurikulum. Proses
selanjutnya adalah penyusunan rancangan pembelajaran semester
dimana rencana
proses pembelajaran disusun untuk kegiatan pembelajaran selama
satu semester guna
memenuhi capaian pembelajaran yang dibebankan pada mata kuliah.
Kemudian
dilanjutkan ke proses pembelajaran dimana terjadi proses
interaksi mahasiswa dengan
dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Untuk menghasilkan tenaga perawat yang berkualitas, maka
diperlukan
kurikulum pendidikan Keperawatan berbasis KKNI yang dilaksanakan
oleh pendidikan
tinggi kesehatan. Kurikulum pendidikan Diploma III Keperawatan
yang disusun dengan
berbasis KKNI diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan,
sehingga pada
akhirnya dapat memenuhi standar kompetensi guna menjawab
tantangan dan
permasalahan kesehatan yang semakin komplek. Pendidikan tinggi
kesehatan
-
23
Universitas Indonesia
merupakan jenjang kelanjutan dari pendidikan menengah yang
diselenggarakan untuk
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan
akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
2.4 Proses Pembelajaran
Pembelajaran dalam pendidikan tinggi adalah proses interaksi
mahasiswa
dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Tujuan proses
pembelajaran ini adalah untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu
capaian pembelajaran
yang harus dicapai dalam program studi yang ditempuh.
Keberhasilan pencapaian
pembelajaran ini sangat bergantung pada pelaksanaan proses
pembelajaran yang
dilakukan oleh dosen (Sanjaya, 2006).
Untuk menjamin pelaksanaan pembelajaran pada program studi
dalam
memperoleh capaian pembelajaran lulusan, Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi
mengatur standar proses pembelajaran yang terdiri dari
karakteristik proses
pembelajaran, perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, dan
beban belajar mahasiswa.
2.4.1 Karakteristik proses pembelajaran
Karakteristik proses pembelajaran pendidikan tinggi terdiri
memiliki sifat
interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual,
tematik, efektif, kolaboratif, dan
berpusat pada mahasiswa.
1. Interaktif memiliki arti capaian pembelajaran lulusan diraih
dengan mengutamakan
proses interaksi dua arah antara mahasiswa dan dosen.
2. Holistik memiliki arti proses pembelajaran mendorong
terbentuknya pola pikir
yang komprehensif dan luas dengan menginternalisasi keunggulan
dan kearifan
lokal maupun nasional.
3. Integratif memiliki arti capaian pembelajaran lulusan diraih
melalui proses
pembelajaran yang terintegrasi untuk memenuhi capaian
pembelajaran lulusan
secara keseluruhan dalam satu kesatuan program melalui
pendekatan antardisiplin
dan multidisiplin.
-
24
Universitas Indonesia
4. Saintifik memiliki arti capaian pembelajaran lulusan diraih
melalui proses
pembelajaran yang mengutamakan pendekatan ilmiah sehingga
tercipta lingkungan
akademik yang berdasarkan sistem nilai, norma, dan kaidah ilmu
pengetahuan serta
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kebangsaan.
5. Kontekstual memiliki arti capaian pembelajaran lulusan diraih
melalui proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kemampuan
menyelesaikan
masalah dalam ranah keahliannya.
6. Tematik memiliki arti capaian pembelajaran lulusan diraih
melalui proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik keilmuan
program studi dan
dikaitkan dengan permasalahan nyata melalui pendekatan
transdisiplin.
7. Efektif memiliki arti capaian pembelajaran lulusan diraih
secara berhasil guna
dengan mementingkan internalisasi materi secara baik dan benar
dalam kurun
waktu yang optimum.
8. Kolaboratif memiliki arti capaian pembelajaran lulusan diraih
melalui proses
pembelajaran bersama yang melibatkan interaksi antar individu
pembelajar untuk
menghasilkan kapitalisasi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
9. Berpusat pada mahasiswa memiliki arti capaian pembelajaran
lulusan diraih
melalui proses pembelajaran yang mengutamakan pengembangan
kreativitas,
kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta
mengembangkan
kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan.
2.4.2 Perencanaan proses pembelajaran
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49
tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, perencanaan
proses pembelajaran
disusun untuk setiap mata kuliah dan disajikan dalam Rencana
Pembelajaran Semester
(RPS) atau istilah lain. RPS dibuat dan dikembangkan oleh dosen
secara mandiri atau
bersama dalam kelompok keahlian suatu bidang ilmu pengetahuan
dan/atau teknologi
dalam program studi. RPS yang telah disusun harus dievaluasi dan
disesuaikan secara
berkala dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. RPS
paling sedikit
memuat:
1. Nama program studi, nama dan kode mata kuliah, semester, SKS,
nama dosen
pengampu
-
25
Universitas Indonesia
2. Capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada mata
kuliah
CP yang tertulis dalam RPS merupakan sejumlah capaian
pembelajaran lulusan
yang dibebankan pada mata kuliah yang dimaksud, yang bisa
terdiri dari unsur
sikap, ketrampilan umum, ketrampilan khusus, dan pengetahuan.
Rumusan capaian
pembelajaran lulusan yang telah dirumuskan dalam dokumen
kurikulum dapat
dibebankan kepada beberapa mata kuliah, sehingga CP yang
dibebankan kepada
suatu mata kuliah merupakan bagian dari usaha untuk memberi
kemampuan yang
mengarah pada pemenuhan CP.
3. Kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap
pembelajaran untuk
memenuhi capaian pembelajaran lulusan
4. Bahan kajian yang terkait dengan kemampuan yang akan
dicapai
Merupakan materi pembelajaran yang terkait dengan kemampuan
akhir yang hendak
dicapai oleh peserta didik. Deskripsi materi pembelajaran dapat
disajikan secara
lebih lengkap dalam sebuah buku ajar atau modul atau buku teks
sehingga peserta
didik dapat mengakses dengan mudah. Materi pembelajaran ini
merupakan uraian
dari bahan kajian bidang keilmuan yang dipelajari dan
dikembangkan oleh dosen
atau kelompok dosen program studi.
5. Metode pembelajaran;
Penetapan metode pembelajaran didasarkan pada keharusan bahwa
kemampuan
yang diharapkan telah ditetapkan dalam suatu tahap pembelajaran
akan tercapai
dengan metode pembelajaran yang dipilih. Metode pembelajaran
dapat berupa:
diskusi kelompok, simulasi, studi kasus, pembelajaran
kolaboratif, pembelajaran
kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, atau metode
pembelajaran lain yang
dapat secara efektif memfasilitasi pemenuhan capaian
pembelajaran lulusan. Setiap
mata kuliah dapat menggunakan satu atau gabungan dari beberapa
metode
pembelajaran.
6. Waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap
tahap pembelajaran;
7. Pengalaman belajar mahasiswa yang diwujudkan dalam deskripsi
tugas yang harus
dikerjakan oleh mahasiswa selama satu semester
8. Kriteria, indikator, dan bobot penilaian;
9. Daftar referensi yang digunakan.
-
26
Universitas Indonesia
2.4.3 Pelaksanaan proses pembelajaran
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49
tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, pelaksanaan
proses berlangsung
dalam bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, dan sumber
belajar dalam lingkungan
belajar tertentu. Proses pembelajaran di setiap mata kuliah
dilaksanakan sesuai dengan
RPS yang telah disusun. Proses pembelajaran melalui kegiatan
kurikuler wajib
menggunakan metode pembelajaran yang efektif sesuai dengan
karakteristik mata
kuliah untuk mencapai kemampuan tertentu yang ditetapkan dalam
matakuliah dalam
rangkaian pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. Metode
pembelajaran yang dapat
dipilih untuk pelaksanaan pembelajaran mata kuliah antara lain:
diskusi kelompok,
simulasi, studi kasus, pembelajaran kolaboratif, pembelajaran
kooperatif, pembelajaran
berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, atau metode
pembelajaran lain, yang
dapat secara efektif memfasilitasi pemenuhan capaian
pembelajaran lulusan. Setiap
mata kuliah dapat menggunakan satu atau gabungan dari beberapa
metode pembelajaran
dan diwadahi dalam suatu bentuk pembelajaran. Bentuk
pembelajaran dapat berupa
kuliah, tutorial, seminar, praktikum atau praktik lapangan.
Menurut Sanjaya (2006) terdapat prinsip khusus dalam pengelolaan
metode
pembelajaran yang efektif yaitu bersifat interaktif, inspiratif,
menyenangkan,
menantang, dan memberikan motivasi belajar kepada mahasiswa.
Pemilihan strategi
pembelajaran harus mempertimbangkan pada kesesuaian dalam
memberikan capaian
pembelajaran lulusan. Pendidikan vokasi menyiapkan lulusannya
untuk memiliki
keahlian terapan tertentu sehingga proses pendidikan lebih
difokuskan pada
keterampilan. Dengan demikian capaian pembelajaran harus menjadi
dasar dalam
pemilihan bentuk/strategi pembelajarannya
Proses belajar manusia berlangsung sepanjang hayat (long life
education).
Namun terdapat korelasi antara pertambahan usia dengan kemampuan
belajar. Semakin
bertambahnya usia maka akan semakin sulit untuk belajar karena
menurunnya fungsi
fisiologis seperti daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan
berkonsentrasi dan lainnya
(Daryanto & Tarno, 2017). Oleh karena itu dalam pembelajaran
kepada orang dewasa,
kemampuan atau pengetahuan yang telah dimiliki atau dipelajari
sebelumnya memiliki
peranan penting. Kemampuan atau pengetahuan yang telah dimiliki
atau dipelajari
sebelumnya dapat digunakan sebagai pijakan dalam pemilihan
metode pembelajaran
-
27
Universitas Indonesia
yang optimal. Kemampuan atau pengetahuan yang telah dimiliki
memiliki peranan
penting dalam meningkatkan kebermaknaan pengajaran yang
selanjutnya dapat
memudahkan mahasiswa dalam proses belajar (Uno, 2016).
Proses pembelajaran pada orang dewasa harus memotivasi atau
mendorong para
peserta didik untuk mencari pengetahuan yang lebih tinggi.
Pengalaman atau
pendidikan pada masa lampau sangat berpengaruh sehingga perlu
digali dan
ditumbuhkembangkan. Proses belajar lebih ditekankan pada metode
yang menyaring
pengalaman, seperti melalui diskusi kelompok, metode kasus,
simulasi, dan lain
sebagainya. Proses belajar lebih diarahkan kepada aplikasi
praktis dimana dalam
pengenalan konsep baru dosen memberikan penjelasan melalui
pengalaman yang
berasal dari peserta didik itu sendiri (Daryanto & Tarno,
2017).
Dalam Program Percepatan Pendidikan, proses pembelajaran yang
diikuti oleh
peserta didik adalah melalui:
a. Belajar mandiri, dengan menggunakan bahan ajar cetak dan
bahan ajar non cetak.
b. Belajar terbimbing, melalui tutorial dan pembelajaran
kolaboratif/ kelompok belajar.
c. Belajar praktik, meliputi praktik laboratorium dan praktik
klinik di tempat kerja
masing masing atau di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
dengan tempat kerja
peserta. Praktik laboratorium adalah serangkaian kegiatan yang
memungkinkan
peserta Program Percepatan Pendidikan menerapkan keterampilan
atau
mempraktekan kompetensi dengan menggunaan phantoom, peralatan
lain dan bahan
praktikum yang diperlukan. Praktik klinik adalah kegiatan
praktek atau tindakan
mandiri yang dilakukan peserta program secara langsung kepada
klien/pasien di
rumah sakit, puskesmas atau fasyankes lainnya.
2.4.4 Beban belajar mahasiswa
Beban belajar mahasiswa dinyatakan dalam besaran Satuan Kredit
Semester
(SKS). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 49 tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, satu SKS sama
dengan 160 (seratus
enam puluh) menit kegiatan belajar per minggu per semester.
Setiap mata kuliah paling
sedikit memiliki bobot satu sks. Semester merupakan satuan waktu
kegiatan
pembelajaran efektif yang dilakukan selama 16 (enam belas)
minggu. Satu SKS pada
bentuk pembelajaran kuliah dan tutorial mencakup:
-
28
Universitas Indonesia
1. Kegiatan belajar melalui tatap muka 50 (lima puluh) menit per
minggu per semester;
2. Kegiatan belajar dengan penugasan terstruktur sebanyak 50
(lima puluh) menit per
minggu per semester
3. Kegiatan belajar mandiri sebanyak 60 (enam puluh) menit per
minggu per semester.
Sementara itu untuk bentuk pembelajaran seminar atau bentuk
pembelajaran lain
yang sejenis, satu SKS mencakup kegiatan belajar tatap muka 100
(seratus) menit per
minggu per semester dan kegiatan belajar mandiri 60 (enam puluh)
menit per minggu
per semester. Pada bentuk pembelajaran praktikum, praktik
lapangan, dan/atau bentuk
pembelajaran lain yang setara, satu sks adalah 160 (seratus enam
puluh) menit per
minggu per semester.
Beban normal belajar mahasiswa adalah 8 (delapan) jam per hari
atau 48 (empat
puluh delapan) jam per minggu setara dengan 18 (delapan belas)
SKS per semester,
sampai dengan 9 (sembilan) jam per hari atau 54 (lima puluh
empat) jam per minggu
setara dengan 20 (dua puluh) SKS per semester. Untuk memenuhi
capaian pembelajaran
lulusan program diploma tiga, mahasiswa wajib menempuh beban
belajar paling sedikit
108 SKS.
2.4.5 Evaluasi proses pembelajaran
Menurut Uno (2016) evaluasi hasil pembelajaran merupakan suatu
proses yang
dimulai dari penentuan objek yang diukur, pengukurannya,
melakukan transformasi
kedalam nilai, dan mengambil keputusan lulus tidaknya mahasiswa,
menilai efektif atau
tidaknya dosen mengajar, serta melihat interaksi antara dosen
dan mahasiswa dalam
proses belajar mengajar. Evaluasi hasil belajar difungsikan dan
digunakan untuk
mengukur pencapaian akademik mahasiswa, kebutuhan akan remedial
serta evaluasi
yang memberikan masukan untuk perbaikan sistem pembelajaran.
Evaluasi mencakup
semua ranah belajar dan dilakukan secara objektif, transparan,
dan akuntabel dengan
menggunakan instrumen yang dapat diandalkan. Evaluasi yang
digunakan adalah
berupa ujian untuk mengukur dan menilai hasil belajar mahasiswa
dalam mencapai
capaian pembelajaran yang telah ditentukan. Selain itu, ujian
juga dapat dipakai sebagai
alat ukur evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh dosen,
apakah telah mencapai
sasaran atau tidak. Ujian terdiri dari serangkaian soal yang
telah disusun dalam suatu
-
29
Universitas Indonesia
struktur yang sedemikian rupa sehingga menunjukan representatif,
seimbang, dan
relevan dengan sasaran belajar.
Soal ujian dibuat secara spesifik sesuai dengan tingkat
kemampuan yang
ditetapkan dalam sasaran belajar. Hasil ujian merupakan hasil
pengukuran yang
dinyatakan secara objektif dan kuantitatif. Hasil ujian tersebut
digunakan untuk
menentukan kelulusan mahasiswa dalam mata kuliah yang diambil.
Dalam penentuan
kelulusan digunakan dua acuan yaitu:
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Dalam PAP, penentuan kelulusan mengacu pada nilai baku yang
telah ditetapkan
terlebih dahulu sebelum ujian dilakukan. Mahasiswa yang dapat
memperoleh nilai
diatas nilai baku maka akan dinyatakan lulus. Penentuan nilai
baku ini ditujukan
untuk menjaga mutu pendidikan.
2. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Dalam PAN, penentuan kelulusan mengacu pada norma kelas atau
norma kelompok.
Norma ini tidak ditentukan sebelum pelaksanaan ujian, namun
setelah ujian. Nilai-
nilai ujian yang dihasilkan akan dihitung rata-ratanya yang
kemudian akan
ditetapkan sebagai norma kelulusan. Metode PAN sulit digunakan
dalam
mengevaluasi standar mutu pendidikan namun dapat menggambarkan
kemampuan
umum mahasiswa.
Pada Program Percepatan Pendidikan, penilaian hasil belajar
disesuaikan dengan
peraturan akademik masing-masing institusi penyelenggara. Namun
mengingat berbagai
kendala yang akan dihadapi oleh peserta, seperti keterbatasan
waktu yang dimiliki oleh
para peserta karena pada umumnya peserta adalah tenaga pelayan
kesehatan yang
dibutuhkan kehadirannya di tempat kerja secara rutin, maka
penilaian hasil belajar dapat
dilakukan secara fleksibel di tempat kerja atau di tempat lain
yang sedapat mungkin
tidak berjauhan dengan tempat kerja.
2.5 Output Pendidikan
Institusi pendidikan menghasilkan keluaran yaitu output dan
outcome. Output
pendidikan berupa hasil langsung dan segera dari pendidikan,
dalam hal ini adalah
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan sesuai capaian
pembelajaran.
Outcome pendidikan adalah efek jangka panjang dari proses
pendidikan misalnya
-
30
Universitas Indonesia
dampak, manfaat, harapan perubahan dari sebuah kegiatan atau
pelayanan suat