Top Banner
ANALISIS ERGONOMI PADA DESAIN PRODUK JOK MOBIL PENGEMUDI TIPE MINIBUS Oleh: Hendri Setiawan 1314071028 Sofyan Sambudi 1314071053 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
32

Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

Jul 11, 2016

Download

Documents

HendriSetiawan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

ANALISIS ERGONOMI PADA DESAIN PRODUKJOK MOBIL PENGEMUDI TIPE MINIBUS

Oleh:

Hendri Setiawan 1314071028Sofyan Sambudi 1314071053

JURUSAN TEKNIK PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG2015

Page 2: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari aktivitas mulai dari

berjalan, duduk, tidur, makan dan lain sebagainya. Semua aktivitas tersebut

tentunya berhubungan langsung dengan berbagai alat atau produk yang

menunjang. Manusia merancang alat atau produk tersebut sesuai dengan

kebutuhan yang ingin dipenuhi. Sebagian besar produk atau alat yang

diperuntukkan bagi manusia itu sendiri selama ini ternyata belum mampu

membantu banyak dan kurang bernilai positif. Salah satu hal yang

menyebabkannya adalah faktor perancangan dimana perancangan ini melibatkan

segi ukuran, bahan, fungsi, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan

penggunaannya. Perancangan menjadi faktor yang vital karena berfungsi dengan

baik tidaknya hasil rancangan akan sangat ditentukan oleh faktor ini. Oleh karena

itu dibutuhkan pemikiran yang cukup baik mengenai perancangan yang baik pula.

Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada jok mobil pengemudi tipe

minibus, terdapat beberapa keluhan yang dirasakan oleh responden. Tentunya

dalam jangka waktu yang lama keluhan tersebut akan menibulkan penyakit atau

kelainan-kelainan seperti lordosis, kifosis dan lain sebagainya. Rapid Upper Limb

Assesment adalah salah satu metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi

yang menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang dialakukan oleh tubuh

bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti khusus dalam memberikan

pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas sejalan dengan fungsi

otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh. Oleh sebab itu metode RULA

dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang berisiko dan dilakukan

perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996). Berdasarkan hal tersebut akan

dilakukan evaluasi keergonomisan jok mobil pengemudi tipe minibus yang

Page 3: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

merupakan lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Evaluasi

akan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer, yaitu CATIA

dengan metode RULA. Perangkat lunak ini dipilih karena selain memiliki

kemampuan mengevaluasi keergonomisan sebuah produk, perangkat lunak ini

juga merupakan teknologi yang banyak digunakan di perusahaan manufaktur.

1.2 Tujuan

Tujuan perancangan yang dilaksanakan ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis postur tubuh saat duduk pada jok mobil pengemudi tipe

minibus menggunakan CATIA V5R17 agar diperoleh suatu posisi duduk

yang nyaman bagi pengemudi.

2. Menganalisis aktivitas duduk pada jok mobil pengemudi tipe minibus

berdasarkan analisis RULA (Rapid Upper Limb Assessment )

menggunakan CATIA V5R17.

3. Memberikan rekomendasi perbaikan desain produk jok mobil

pengemudi tipe minibus.

Page 4: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

II. TINJAUAN PUSTAKA

Egonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan

informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk

merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem

itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu

dengan efektif, aman, dan nyaman (Sutalaksana, 2006).

Prinsip yang harus selalu digunakan adalah “sesuaikan pekerjaan dengan

pekerjanya, bukan pekerja yang menyesuaikan diri dengan pekerjaannya”.

Dengan demikian pekerjaanlah yang harus disesuaikan agar berada dalam

jangkauan kemampuan dan keterbatasan manusia.

2.1 Antropometri

Menurut Sutalaksana, antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan

pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan

sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk

maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang

berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:

1. Perancangan areal kerja

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas ( tools) dan

sebagainya.

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian , kursi, meja, komputer

dan lain-lain.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Antropometri dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Antropometri Statis (struktural)

Page 5: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

Antropometri statis disebut juga dengan pengukuran dimensi struktur

tubuh. Anthropometri statis berhubungan dengan pengukuran dengan

keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan diam atau dalam posisi

standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain berat

badan, tinggi tubuh, ukuran kepala, panjang lengan dan sebagainya.

2. Antropometri Dinamis (fungsional)

Antropometri dinamis berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-

ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-

gerakan yang mungkin terjadi saat pekerjaan tersebut melaksanakan

kegiataannya.

Hal-hal yang mempengaruhi dimensi antropometri manusia adalah sebagai berikut

1. Umur

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20

tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita.

2. Jenis kelamin

Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian

dada dan pinggul.

3. Rumpun dan suku bangsa.

4. Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh.

5. Kondisi ekonomi dan gizi juga berpengaruh terhadap ukuran antropometri

meskipun juga bergantung pada kegiatan yang dilakukan.

6. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh.

7. Kondisi waktu pengukuran.

2.2 Perancangan

Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisis, menilai

memperbaiki dan menyusun suatu sistem, baik sistem fisik maupun non fisik yang

Page 6: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan informasi yang

ada.

Menurut Mustafa, Pulat, (Industrial ergonomics case studies, 1992) proses

perancangan yang merupakan tahapan umum teknik perancangan dikenal dengan

sebutan NIDA, yang merupakan kepanjangan dari need, idea, decision, dan

action. Artinya tahap pertama seorang perancang menetapkan dan

mengidentifikasi kebutuhan (need). Sehubungan dengan alat atau produk yang

harus dirancang. Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan ide-ide (idea) yang

akan melahirkan berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan tadi dilakukan

suatu penilaian dan penganalisaan terhadap berbagai alternatif yang ada, sehingga

perancang akan dapat memutuskan (decision) suatu alternatif yang terbaik.

Akhirnya dilakukan suatu proses pembuatan (action). Perancangan suatu peralatan

kerja dengan berdasarkan data antropometri pemakainya betujuan untuk

mengurangi tingkat kelelahan kerja, meningkatkan performansi kerja, dan

meminimasi potensi kecelakaan kerja (dian.staff.gunadarma.ac.id/Downloads).

2.3 Perangkat Lunak Catia Dalam Ergonomi

Catia (Computer aided Three –dimensional interactive application) adalah

perangkat lunak yang dapat dijalankan dalam multi patfom, yang salah satu

keunggulannya adalah dapat melakukan pendisaian dan analisis suatu produk

sehingga dapat dihasilkan suatu produk yang ergonomis. Disain dan analisis

ergonomi menggunakan Catia dibagi dalam empat bagian, yaitu Human Builder,

Human Measurements Editor, Human Activity Analysis, Human Posture Analysis.

2.4 RULA (Rapid Upper Limb Assesment)

RULA atau Rapid Upper Limb Assesment dikembangkan oleh Dr. Lynn Mc

Attamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergononom dari universitas di

Nottingham (University’s NottinghamInstitute of Occupational ergonomics).

Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 1993

(Lueder, 1996). Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang dikembangkan

dalam bidang ergonomi yang menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang

dialakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti khusus

Page 7: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

dalam memberikan pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas

sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh.

Penilaian dengan menggunakan metode RULA membutuhkkan waktu sedikit

untuk melengkapi dan melakukan scoring general.

pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang

diakibatkan pengangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan

dan dipakai pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas

(McAtamney, 1993).

Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi pastur atau sikap, kekuatan dan

aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang (repetitive

starain injuries). Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang

berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi

menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk

dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan

menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. Oleh sebab itu

metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang berisiko dan

dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996).

Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan, tubuh

dibagi dalam segmen-segmen yang membentuk dua kelompok atau grup yaitu

grup A dan B. Grup A meliputi bagian lengan atas dan bawah, serta pergelangan

tangan. Sementara grup B meliputi leher, punggung, dan kaki. Hal ini untuk

memastikan bahwa seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan

atau batasan postur oleh kaki, punggung atau leher yang mungkin saja

mempengaruhi postur anggota tubuh bagian atas dapat tercakup dalam penilaian.

Page 8: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

III. PEMBAHASAN

3.1 Rancangan Jok Kursi

Berikut ini merupakan jok mobil pengemudi tipe minibus hasil rancangan Lubis

(2009) seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 1 Rancangan Jok Mobil Pengemudi Tipe MinibusSumber: Lubis (2009)

Jok mobil yang dirancang merupakan suatu fasilitas duduk yang terdiri dari tiga

bagian, yaitu sandaran kepala, sandaran punggung, dan alas duduk. Dalam

perancangannya digunakan beberapa nilai persentil, yaitu 95 dan 5. Persentil 95

digunakan untuk tinggi sandaran kepala serta sandaran punggung, sedangkan

persentil 5 digunakan untuk alas duduk. Perancangan produk ini menggunakan

data antropometri dari sejumlah sampel yang diambil. Adapun jumlah sampel

tersebut adalah sebanyak 149 sampel berdasarkan perhitungan yang telah

dilakukan.

Dalam perancangan produk ini Lubis (2009) mempertimbangkan faktor lain

seperti bahan yang digunakan untuk membuat produk tersebut. Bahan lunak

Page 9: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

diaplikasikan menggantikan bahan yang menurut responden keras. Dengan jok

mobil pengemudi tipe minibus ini, keluhan dari sampel telah berkurang

dibandingkan dengan menggunakan jok mobil yang digunakan sebelumnya.

Namun masih terdapat beberapa keluhan yang tidak bisa diabaikan bila

pemakaian untuk jangka panjang. Dari kuesioner yang telah disebarkan kembali

oleh peneliti pendahulu, disimpulkan bahwa terjadi penurunan keluhan dengan

penggunaan jok mobil pengemudi tipe minibus sebanyak 51,7%. Hasil penuruan

keluhan tersebut terdiri dari berbagai faktor dalam jok mobil tersebut meliputi

dimensi, bahan, bentuk, dan pengaturan fungsi. Dari keempat faktor tersebut,

faktor dimensi masih menjadi keluhan dari responden, yaitu 14 orang dari 149

orang. Dengan kata lain jok mobil hasil rancangan Lubis (2009) masih dirasakan

kurang nyaman oleh sebagian responden.

3.2 Evaluasi Produk

Evaluasi produk dilakukan dengan pertimbangan bahwa hasil penurunan keluhan

tersebut bukan berarti menghilangkan keluhan yang ada, namun hanya sebatas

pengurangan. Oleh karena itulah ingin diketahui bagaimana jok mobil tersebut

dari sisi ergonomi dengan menggunakan metode-metode pada perangkat lunak

CATIA.

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah RULA (Rapid Upper

Limb Assesment) yang merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang

ergonomi yang menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang dialakukan oleh

tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti khusus dalam

memberikan pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas sejalan

dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh. Penilaian

dengan menggunakan metode RULA membutuhkkan waktu sedikit untuk

melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang

mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan

pengangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan dan dipakai

pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas (McAtamney, 1993).

Page 10: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

Dalam tahapan evaluasi ini akan digunakan manekin sebagai model atau alat

bantu yang mewakili sampel penelitian. Manekin tersebut akan mendapatkan

beberapa perlakuan di antaranya diberikan ukuran antropometri sesuai dengan

data antropometri yang telah dikumpulkan. Kemudian manekin juga akan diatur

postur tubuhnya sehingga manekin dalam posisi duduk pada jok mobil yang telah

dirancang tersebut.

3.3 Penentuan Ukuran Manekin

Manekin yang akan digunakan diberikan ukuran antropometri sesuai dengan data

yang diperoleh. Tujuannya adalah sebagai alat bantu untuk mengevaluasi produk

jok mobil pengemudi tipe minibus sebagai objek penelitian. Dalam penentuan

ukuran tersebut digunakan nilai rata-rata dari seluruh sampel yang berjumlah 149

orang. Tabel 1 menunjukkan rangkuman dari data antropometri yang telah

diperoleh.

Langkah-langkah dalam pemberian ukuran pada manekin adalah sebagai berikut

a. Klik Start, ergonomics design & analysis, human measurement editor.

b. Kemudian klik tubuh manekin yang menjadi model penelitian.

c. Lakukan pengaturan pada kotak dialog, yaitu penentuan posisi manekin. Pilih

sitting (duduk) pada submenu construction.

d. Berikan ukuran-ukuran yang diminta oleh perangkat lunak seperti yang terlihat

pada manekin sesuai dengan dimensinya. Untuk dimensi yang ditunjukk an

oleh nomor 1 merupakan dimensi tin ggi badan duduk. Oleh karena itu

diberikan ukuran sebesar 850,51 mm dengan terlebih dahulu mengatur

management menjadi m anual.

Page 11: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

Tabel 1 Rangkuman Data Antropometri

No Dimensi Simbol

Nilai rata-

rata

(mm atau

Kg)

1. Tinggi Badan Duduk TBD 850,51

2. Tinggi sandaran punggung TSDP 426,58

3. Tinggi tengkuk TTGK 62,52

4. Tinggi mata duduk TMD 730,34

5. Tinggi popliteal TPOP 463,72

6. Tinggi lutut duduk TLD 514,20

7. Tinggi pinggang TPIG 218,09

8. Jarak pantat ke popliteal JPP 455,50

9. Jarak pantat ke lutut JPL 543,59

10. Lebar bahu LBHU 448,32

11. Lebar pinggul LPGL 369,34

12. Lebar sandaran duduk LSD 329.63

13. Lebar pinggang LPG 299.79

14. Lebar kepala LKP 157,89

15. Berat badan B 59,63

Sumber: Lubis (2009)

Page 12: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

Gambar 2 Pemberian Dimensi Pada Tubuh Manekin Tampak Samping

3.3 Penentuan Postur Manekin

Manekin yang telah diberikan dimensi harus diposisikan pada produk jok mobil

yang akan dianalisis. Cara yan g bisa ditempuh adalah dengan member ikan

pengaturan dengan menggunakan peng atur koordinat.

Gambar 3 Pengatur Koordinat

Pengatur koordinat tersebut diposisikan terhadap manekin, kemu dian dilakukan

pengaturan sedemikian rupa sehingga manekin berada di atas jok mobi l

pengemudi tipe minibus yang telah dirancang seperti terlihat pada Gambar 3.

3.4 Analisis RULA Terhadap Produk Dengan Menggunakan CATIA

Page 13: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

Aplikasi dalam penggunaa n RULA digunakan sebagai alat untuk me lakukan

analisis awal yang mampu menentukan seberapa jauh resiko pekerja untuk

terpengaruh oleh faktor-faktor penyebab cedera (postur, kontraksi otot statis,

gerakan berulang-ulang, dan gaya). RULA juga digunakan untuk menentukan

prioritas pekerjaan berdasarkan faktor resiko cedera, menemukan tindakan yang

paling efektif untuk pekerjaan yang memiliki resiko relatif tinggi, dan

menentukan sejauh mana pengaruh suatu modifikasi atas pekerjaan (Kemala,

2006). Berdasarkan penilaiannya, RULA dibedakan atas dua kelompok yaitu

kelompok A (lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan) dan kelompok

B (leher, punggung, dan kaki).

Dalam RULA digunakan skor yang mengindikasi baik atau tidaknya bagian tubuh

tertentu dalam posisi bersangkutan. Interpretasi dari nilai tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Nilai 1 dan 2 : (Hijau) mengindikasikan postur kerja dianggap masih dapat

diterima, selama pekerja tidak berada terlalu lama atau beulang-ulang pada

kondisi tersebut.

b. Nilai 3 dan 4 : (Kuning) mengindikasikan diperlukan analisis lanjut dan

perubahan mungkin dibutuhkan.

c. Nilai 5 dan 6 : (Oranye) mengindikasikan analisis lebih lanjut dan perubahan

dibutuhkan segera.

d. Nilai 7: (Merah) mengindikasikan analisis lebih lanjut dan perubahan

dibutuhkan sangat segera.

Beberapa pengaturan dilakukan pada analisis RULA di antaranya pemilihan

jumlah pengulangan postur tubuh saat beraktivitas dengan menggunakan produk.

Pada penelitian ini dipilih intermittent karena jumlah pengulangan postur tubuh

berlangsung kurang dari 4 kali dalam 1 menit. Pengaturan yang lain adalah bahwa

adanya dukungan dari lengan pada posisi tersebut, yaitu dukungan karena lengan

bertumpu pada setir kendaraan. Dengan demikian beban yang ada sebagian

terbagi atau tersalurkan ke setir. Berikut merupakan keluaran dari pengolahan

RULA dengan menggunakan perangkat lunak CATIA.

Page 14: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

Gambar 4 Keluaran Dari Pengolahan RULA

Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa skor akhir menunjukkan angka 2 dan

berwarna hijau. Dengan demikian nilai tersebut juga mengindikasikan postur kerja

pada produk jok mobil tersebut dianggap masih dapat diterima, selama pengmudi

tidak berada terlalu lama atau berulang-ulang pada kondisi tersebut.

3.5 Rekomendasi Perbaikan Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

Berdasarkan perhitungan metode RULA secara rinci terlihat bahwa lengan bawah

memiliki skor yang berbeda, yaitu 3 yang mengindikasikan perlu analisis lebih

lanjut dan perubahan mungkin dibutuhkan. Hasil dari metode RULA tersebut juga

menunjukkan resiko produk terhadap lengan bawah lebih besar dari pada bagian

tubuh lain. Penyebab permasalahan pada lengan bawah tersebut dikarenakan

postur lengan bawah yang menggantung dan tidak bertumpu pada benda apapun.

Posisi ini sebenarnya tidak begitu menjadi masalah bila tidak dilakukan dengan

intensitas yang cukup tinggi. Namun secara umum, jok mobil pengemudi tipe

minibus hasil rancangan Lubis (2009) ergonomis atau nyaman digunakan karena

skor akhir dari metode RULA adalah 2 dan berwarna hijau.

Hasil pada lengan bawah sebenarnya tidak menunjukkan bahwa de sain yang tidak

ergonomis. Skor 3 mengi ndikasikan adanya perubahan baik itu pada postur

ataupun pada desain. Postur lenga n bawah dari pengguna akan selalu beruba h

Page 15: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

karena dalam mengendarai kendaraan setir akan selalu bergerak. Namun untuk

memb antu mengurangi resiko yang berlebihan per lu dibantu dengan adanya

perubahan desain pada jok mobil tersebut.

Rekomendasi yang diberik an untuk mengurangi resiko pada lengan baw ah salah

satunya adalah dengan menambah beberapa komponen dari jok mobil ters ebut.

Salah satu komponen yang ditambah kan adalah dengan menambahkan

pengaturan maju mundur. Jok mobil dapat diposisik an mendekat atau menjauhi

setir atau ke mudi kendaraan. Dengan demikian maka po stur lengan bawah yang

beresiko dapat dikurangi. Pengaturan tersebut juga direkomend asikan karena

pada hasil penelitian Lub is (2009) juga menghasilkan bahwa ranca ngan jok

mobil masih dikeluhkan mengenai pengaturan atau fungsi yang ada.

Berdasarkan hasil peneliti an Lubis (2009) juga didapatkan bahwa hasil jok mobil

rancangannya mendapatka n suara terbanyak untuk keluhan pada dimensi. Oleh

karena itu pada jok mobil akan ditambahkan dimensi dan komponen lain, yaitu

shoulder support, yaitu penyangga bahu fungsinya menjaga badan dan bahu tetap

pada posisi utamanya akibat tekanan G-force. Tekanan G-force sendiri adalah b

esar beban atau gaya yg diterima tubuh saat mengalami percepatan.

Bila memungkinkan dari s isi keuangan, direkomendasikan juga agar setir atau

sistem kemudi dari kendaraan ini juga menggunakan tilt steering dan telesco pe

steering. Tilt steering merupakan teknol ogi dimana roda kemudi dapat diatur naik

turun sesuai tinggi1.

Page 16: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

Gambar 5 Rancangan Jok Mobil Hasil Rekomendasi

Page 17: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa

kesimpulan pada tugas akhir ini antara lain sebagai berikut:

a. Pada postur tubuh yang nyaman bagi pengemudi, posisi bagian lengan atas

dan lengan bawah dari manekin baik kiri maupun kanan diberikan

perlakuan yang sama yang akan membuat seolah-olah tangan menuju setir

kendaraan. Beberapa pengaturan tersebut di antaranya lengan atas

membentuk sudut 38,21o, lengan bawah membentuk sudut 29,89o,

pergelangan tangan membentuk sudut 0o, leher membentuk sudut 1,765o,

batang tubuh/ punggung membentuk sudut 0,457o, dan kaki berada pada

posisi normal/ seimbang.

b. Berdasarkan analisis RULA (Rapid Upper Limb Assessment )

menggunakan CATIA V5R17, dapat dilihat bahwa skor akhir

menunjukkan angka 2 dan berwarna hijau. Dengan demikian nilai tersebut

juga mengindikasikan postur kerja pada produk jok mobil tersebut

dianggap masih dapat diterima, selama pengmudi tidak berada terlalu lama

atau berulang-ulang pada kondisi tersebut.

c. Analisis dan perubahan yang diperlukan adalah dilakukan perubahan

desain dari jok mobil tipe minibus tersebut pada bagian yang berhubungan

dengan lengan bawah. Rekomendasi yang diberikan untuk mengurangi

resiko pada lengan bawah salah satunya adalah dengan menambah

komponen pada jok mobil. Salah satu komponen yang ditambahkan adalah

dengan menambahkan pengaturan maju mundur. Jok mobil dapat

diposisikan mendekat atau menjauhi setir atau kemudi kendaraan. Jok

mobil juga akan ditambahkan dimensi dan komponen lain, yaitu shoulder

support, yaitu penyangga bahu fungsinya menjaga badan dan bahu tetap

Page 18: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

pada posisi utamanya. Selain itu direkomendasikan juga agar setir atau

sistem kemudi dari kendaraan ini juga menggunakan tilt steering dan

telescope steering.

Page 19: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

DAFTAR PUSTAKA

Kemala, Dian. 2006. Modul Pelatihan Perancangan Ergonomika Menggunakan

Ergoweb 4.0. Depok: Universitas Gunadarma.

Lubis, Umar Rumoden. 2009. “Analisis Bentuk Jok Pengemudi Mobil Type

Minibus Dengan Menggunakan Desain Ergonomi Untuk Mendapatkan

Tingkat Kenyamanan”. Skripsi: Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Teknologi Industri. Universitas Gunadarma. Jakarta.

Lueder, R. 1996. A Proposed RULA for Computer Users, Procceding of the

Ergonomic Summer Workshop, San Francisco.

McAtamney, L. and Corlett, E.N., 1993. “RULA : A Survey Based Method for

the Investigation of Work Related Upper Limb Disorders“, Applied

Ergonomics, 24(2).91-99.

McCormick, Ernest J. 1979. Human Factors In Engineering And Design. New

Delhi: McGraw-Hill Publishing Company Limited.

Nurmianto, Eko, 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna

Widya.

Nurmianto, Eko. 2005. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya:

Institut Teknologi Sepuluh November.

Pangaribuan, Dina Meliana.2009. Analisa Postur Kerja Dengan Metode Rula

Pada Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan USU Medan. Medan.

Page 20: Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus

Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics. Work and Health. Houndmills: MacMillan

Press. Pinem, Mhd Daud. 2009. Catia. Surabaya: Kawan Pustaka.

Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan, Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher.

Sutalaksana, Iftikar Z dkk. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung:

ITB. Tarwaka, dkk, 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja

dan Produktifitas.Penerbit Uniba Press. Surakarta

Y.P, Liliana, 2007. Suharyo Widagdo, dan Ahmad Abtokhi. “Pertimbangan

Antropometri Pada Pendisainan”. Tangerang.