Top Banner
ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 1981-2010 ALMIRA ROSALINA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
70

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

Mar 06, 2019

Download

Documents

lamthien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL

DAN PRODUK TEKSTIL (TPT)

PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 1981-2010

ALMIRA ROSALINA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat
Page 3: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya Saing

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Provinsi Jawa Barat Tahun 1981-2010

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, 30 Juni 2013

Almira Rosalina

NIM. H14090078

Page 4: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

ABSTRAK

ALMIRA ROSALINA. Analisis Daya Saing Industri Tekstil dan Produk Teksil

(TPT) Provinsi Jawa Barat Tahun 1981-2010. Dibimbing oleh ALLA ASMARA.

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Provinsi Jawa Barat merupakan sentral

industri TPT di Indonesia yang memiliki potensi yang besar, namun pada kenyataannya

produksi ekspor yang dimiliki industri ini berfluktuatif bahkan terkadang mengalami

penurunan yang cukup besar yang diakibatkan salah satunya tingginya adanya

persaingan global dan minat masyarakat terhadap produk-produk tekstil impor, hal ini

menunjukkan daya saing sebagian pelaku usaha di industri TPT Indonesia khususnya

Jawa Barat masih relatif rendah sehingga belum mampu mengimbangi daya saing

industri TPT dari luar negeri. Penelitian ini bertujuan menganalisis keunggulan

kompetitif dan komperatif industri TPT Jawa Barat, dan menganalisis faktor-faktor

yang memengaruhi daya saing inudstri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tingkat daya saing industri TPT Jawa Barat masih

tergolong tinggi, namun perlu ada proteksi dari pemerintah melalui kebijakan-kebijakan

untuk meningkatkan daya saing industri ini, dan faktor-faktor yang memengaruhi ialah

produktivitas, nilai tukar, berpengaruh positif secara signifikan, sedangkan tingkat

inflasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap daya saing industri TPT Jawa

Barat.

Kata Kunci : Daya saing, Industri TPT, Jawa Barat, OLS

ABSTRACT

ALMIRA ROSALINA. Analysis Competitiveness of Textile Industry and Textile

Product (TPT) in West Java 1981-2010 Period. Supervised by ALLA ASMARA.

Textile industry and textile product (TPT) in West Java Province is the central

of Indonesian TPT industry which has a great potential, but in fact the industry's export

production was fluctuating and sometimes had a substantial reduction caused by the

high global competition and public interest of imported textile products, it indicates the

competitiveness of most businesses in the Indonesian TPT industry particularly in West

Java Province is still relatively low, so it has not able to keep the competitiveness of the

textile industry from foreign countries. This research is aimed to analyze the

competitive and comparative advantages of TPT industry and analyze factors that affect

the competitiveness in West Java. The results showed that the level of competitiveness

of TPT industry in West Java is still relatively high, but there should be protection from

the government through policies to increase the competitiveness of this industry, and

the factors that are affecting productivity, exchange rate, positive and significant effect,

while the negative effect of inflation rate significantly to the competitiveness of TPT

industry in West Java.

Keywords : Competitiveness, Textile and Textile Product Industry, West Java, OLS

Page 5: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL

DAN PRODUK TEKSTIL (TPT)

PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 1981-2010

ALMIRA ROSALINA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat
Page 7: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

Provinsi Jawa Barat Tahun 1981-2010

Nama : Almira Rosalina

NIM : H14090078

Menyetujui,

Dosen Pebimbing,

Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si

Dosen Pebimbing

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

PRAKATA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga penulis diberi kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Tema yang di pilih dalam penelitian ini adalah daya saing, dengan judul Analisis Daya

Saing Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Provinsi Jawa Barat Tahun 1981-2010.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak

yang telah memberikan bimbingan, saran, semangat dan dukungan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, terutama kepada:

1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Dahlan Jambek dan Ibu Sri Herlina Nasution

serta abang M. Zakaria dan juga kak Antis Yulianti kemudian seluruh keluarga

penulis atas doa, motivasi dan dukungan baik moril maupun materiil bagi penulis

dalam menyelesasikan skripsi ini.

2. Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si.selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan secara teknis maupun teoritis dalam penyusunan sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Tanti Noviatnti, M.si selaku dosen penguji utama yang telah bersedia memberikan

masukan dan arahan yang bermanfaat kepada penulis sebagai penyempurnaan

penulisan skripsi ini.

4. Deni Lubis, M.A selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan

banyak masukan mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik.

5. Para dosen, staff dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB yang telah memberikan ilmu selama

penulis menjalani studi di Departemen Ilmu Ekonomi.

6. Sahabat-sahabat penulis Famran Hadi Saputra, Syafira, Tata, Mutia dan Malla,atas

dukungan, semangat dan motivasi dimanapun berada.

7. Teman-teman satu bimbingan Puspita Mega Lestari Effendi, Almira Rosalina,

Ardhi Harry dan Jajang Arif atas kerjasama, motivasi dan semangat selama ini.

8. Teman-teman Ilmu Ekonomi 46 atas kebersamaan dan keceriaan selama di IE.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,penulis

berharap semoga segala kekurangan yang ada pada skripsi ini dapat dijadikan bahan

pembelajaran untuk penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang, dan semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya

Bogor, 30 Juni 2012

Almira Rosalina

Page 9: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 5

Teori Perdagangan Internasional 5

Teori Keunggulan Komparatif 7

Teori Keunggulan Kompetitif 8

Pengertian Daya Saing 10

Teori Daya Saing 10

Pengertian Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) 11

Tinjauan PenelitianTerdahulu 12

Kerangka Pemikiran 13

Hipotesis 15

METODE PENELITIAN 16

Jenis dan Sumber Data 16 Analisis RCA 17

Analisis Potter's Diamond 19

Analisis Regresi Linier Berganda 20

GAMBARAN UMUM 25

Keunggulan Jawa Barat 24

Perkembangan Industri TPT Jawa Barat 26

Peranan Industri TPT Terhadap Perekonomian 27

Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat 28

Kinerja Impor TPT Jawa Barat 29

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 Hasil Analisis Daya Saing (Keunggulan Komparatif) 30

Hasil Analisis Daya Saing (Keunggulan Kompetitif) 35

Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi 45

SIMPULAN DAN SARAN 49 Simpulan 49 Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 50

LAMPIRAN 52

RIWAYAT HIDUP 60

Page 10: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan ekspor TPT Indonesia tahun 2007-2010 2

2 Penelitian terdahulu 15 3 Produk domestik regional bruto Jawa Barat tahun 2005-2010 26 4 Ekspor non migas menurut kelompok barang (juta US Dollar) 28 5 Realisasi ekspor TPT Jawa Barat tahun 2007-2010 29 6 Hasil perhitungan RCA dan indeks RCA 32 7 Jumlah tenaga kerja pada sektor industri TPT di Jawa Barat

tahun 2001-2010 36 8 Tingkat konsumsi masyarakat Jawa Barat terhadap produk industri

TPT Jawa Barat 38 9 Perkembangan ekspor TPT Indonesia ke AS dan Jepang 38

10 Jumlah perusahaan Industri TPT Jawa Barat 2008-2010 40 11 Tingkat Impor TPT ke Indonesia 41 12 Minat Jumlah Proyek (izin pinsip) PMA dan PMDNdi Jawa

Barat menurut Sektor Usaha periode Januari sd Desember 2010 43 13 Hasil estimasi faktor-faktor yang mepengaruhi daya saing

industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat 45

DAFTAR GAMBAR

1 Nilai Ekspor Industri TPT per Provinsi Tahun 2010 3 2 Ekspor industri TPT Jawa Barat 2005-2010 3 3 Indeks pertumbuhan industri TPT Jawa Barat 2008-2010 4 4 Kerangka pemikiran penelitian 16

5 Diamond of competitive advantage 20

6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat 26

7 Kinerja impor TPT Jawa Barat 2008-2010 30

8 Ringkasan analisis faktor-faktor yang memengaruhi daya

saing industri TPT dengan pendekatan Potterr's Diamond 44

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perhitungan RCA 53

2. Hasil perhitunganindeks RCA industri TPT Jawa Barat 54

3. Data nominal periode 1981-2010 55

4. Data nominal 1981-2010 (dalambentukLogarima natural) 56

5. Hasil Estimasidengan Model Ordinary Least Square 57

6. Uji Autokorelasi 58

7. Uji Heteroskedastisitas 58

8. Correlation Matrix 58

9. Uji Normalitas 59

Page 11: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor

lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk industri selalu

memiliki terms of trade yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan

nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini

disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk yang sangat beragam

dan mampu memberikan tambahan manfaat kepada pemakainya (Dumairy, 2000).

Industri tekstil dan produk tekstil atau lebih dikenal dengan industri TPT

adalah salah satu industri perintis dan tulang punggung manufaktur

Indonesia.Terlihat posisi strategis industri ini jika ditinjau dari sisi kontribusinya

terhadap perekonomian khususnya dalam bentuk pendapatan ekspor dan

penyerapan tenaga kerja. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan

salah satu industri andalan Indonesia yang terus memberi kontribusi terhadap

devisa negara. Ekspor Indonesia pada produk-produk yang dihasilkan oleh

industri TPT ini dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang meningkat. Industri

tekstil diharapakan untuk tetap menjadi kontributor utama bagi ekonomi Indonesia

di masa depan. Saat ini perkembangan industri TPT diIndonesia merupakan satu

dari sepuluh klaster industri inti yang menjadi prioritas perkembangan dalam

jangka panjang. Hal tersebut tercantum pada Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005

mengenai perkembangan kesepuluh klaster industri inti tersebut, secara

komprehensif dan integratif, akan didukung oleh industri terkait (related

industries) dan industri penunjang (supporting industries) (Bappenas, 2013).

Alasan industri TPT menjadi salah satu prioritas perkembangan industri

jangka panjang, karena selama ini industri TPT memainkan peran yang cukup

besar terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2006 industri ini memberikan

kontribusi devisa sebesar sebesar 3.8 persen terhadap Produk Domestik Bruto

(PDB) Nasional dengan mencapai USD 10.68 miliar dan di tahun 2007 terjadi

penurunan menjadi sebesar 2.4 persen dengan nilai USD 10.31 miliar, namun

pada tahun 2008 dan 2009 terjadi peningkatan kembali menjadi sebesar 4.3 persen

dan 5 persen, nilai tersebut merupakan penyumbang terbesar PDB yang berasal

dari sektor non migas. Besaran kontribusi yang disumbangkan oleh industri TPT

tersebut berasal dari net ekspor, penjualan domestik serta investasi pada industri

ini, dan dalam hal daya serap tenaga kerja, industri TPT ini menyerap tenaga kerja

sebanyak 1.33 juta orang pekerja pada tahun 2009. Jumlah tersebut merupakan

10.6 persen dari jumlah tenaga kerja yang terserap oleh industri manufaktur

sebanyak 12.62 juta orang (BPS Pusat, 2010).

Dari sisi ekspor, komoditas TPT memiliki peran dalam pembentukan nilai

total ekspor komoditas. Bahkan, pada saat krisis ekonomi global di tahun 2008

ekspor industri TPT masih mampu meraih surplus 5 miliar dollar AS. Kinerja

ekspor Indonesia ini masih mengkukuhkan Indonesia di peringkat ke-11 sebagai

negara pengekspor tekstil dunia dan peringkat ke-9 sebagai negara pengekspor

pakaian jadi (garmen), sedangkan dalam hal produksi Indonesia merupakan

negara penghasil produk TPT nomor 13 terbesar di dunia, nomor 5 di Asia dan

terbesar di Asia Tenggara (API, 2009).

Page 12: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

2

Industri TPT merupakan industri berbasis ekspor yang sebagian besar hasil

industrinya untuk tujuan pasar luar negeri, dari sisi ekspor komoditas TPT

memiliki peran penting dalam pembentukan nilai total ekspor komoditas. Pada

tahun 2007 total ekspor Indonesia atas tekstil dan produk tekstil adalah sebesar

USD 9.815 miliar dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga

mencapai USD 11.190 miliar pada tahun 2010 (BPS Pusat, 2011).

Ekspor komoditasTPTsangat kompetitif sehingga hanya industri yang

memilikidaya saing tinggi akan menang dalam persaingan internasional dan dapat

merebut pangsa pasar. Saat ini diperkirakan produk-produk tekstil asal China,

India dan Korea yang masuk ke Indonesia dapat mengancam keberadaan produk

TPT lokal dalam memenuhi permintaan pasar di dalam negeri. Salah satu faktor

utama penyebabnya adalahharga produk TPT impor tersebut relatif lebih murah

dibandingkan produk lokal, sehingga produk lokal kalah bersaing dipasaran. Pada

Tabel 1 dapat dilihat perkembangan ekspor TPT Indonesia selama tahun 2007-

2010.

Tabel 1 Perkembangan ekspor TPT Indonesia tahun 2007-2010

Tahun Ekspor

(juta US $)

Pertumbuhan

( %)

2007 9.814 -

2008 11.339 15.5

2009 10.421 -8.41

2010 11.190 7.4

Sumber : BPS Pusat, 2010

Distribusi geografis dari industri TPT di Indonesia hampir 90 persen sangat

terkonsentrasi di pulau Jawa, khususnya di Provinsi Jawa Barat (API, 2007).

Sektor industri TPT Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu subsektor industri

pengolahan yang sangat strategisdalam pengembangan perekonomian nasional

maupundaerah dan memiliki peranan cukup besar dalam perekonomian di bidang

perindustrian. Jika dilihat dari beberapa provinsi yang memiliki potensi daya saing

industri TPT yang cukup tinggi seperti Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa

Tengah, dan Provinsi Banten (API, 2007), Provinsi Jawa Barat menduduki urutan

ke-2 dari total nilai ekspor industri TPT. Urutan ekspor industri TPT yang

memiliki potensi daya saing cukup tinggi per Provinsi tahun 2010 dapat dilihat

pada Gambar1.

Page 13: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

3

Gambar 1Nilai Ekspor Industri TPT per Provinsi Tahun 2010

Sumber : BPS Pusat, 2010

Dilihat dari sisi nilai ekspor industri TPT untuk Provinsi Jawa Barat

selama periode 2005 hingga 2010 nilai ekspornya cenderung terus mengalami

kenaikan. Walaupun pada tahun 2009 mengalami penurunan nilai ekspor yang

dikarenakan industri TPT Jawa Barat mulai merasakan imbas dari adanya

persaingan global, namun pada tahun 2010 mengalami peningkatan kembali atas

berbagai usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan kementerian industri

Indonesia terhadap peningkatan daya saing industri TPT Jawa Barat pada tahun

tersebut.

Gambar 2 Ekspor industri TPT Jawa Barat 2005-2010

Sumber : BPS Jawa Barat, 2011

Adanya persaingan bebas yang menyebabkan tidak adanya hambatan

buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar

individu-individudan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Jakarta Jawa Timur Jawa

Tengah

Banten Jawa Barat

Nilai EksporTPT Tahun2010 (USD)

0

2000000

4000000

6000000

2005 2006 2007 2008 2009 2010

US $

Page 14: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

4

berbeda.Negara Cina, Thailand dan Vietnam sudah menjadi ancaman serius bagi

Indonesia, mengingat pemerintah negara tersebut sangat serius mendorong dan

memfasilitasi industri TPT-nya. Indikator daya saing dibutuhkan dan digunakan

untuk melihat seberapa besar kemampuan industri tersebut dibandingkan dengan

industri pesaing dan industri lain yang ada disuatu negara. Selain itu, daya saing

dapat dilihat dari total ekspor komoditi suatu industri dari tahun ke tahun.

Peningkatan ekspor yang dimiliki oleh industri TPT Jawa Barat harus dapat

dipertahankan dimasa mendatang bahkan ditingkatkan agar industri ini memiliki

daya saing dipasar nasional maupuninternasional. Berdasarkan hal tersebut

penulis melakukan penelitian mengenai “analisis daya saing industri tekstil dan

produk tekstil di Provinsi Jawa Barat tahun 1981-2010“.

Perumusan Masalah

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentral Industri TPT di

Indonesia yang mempunyai peluang cukup besar untuk menguasai pasar

ekspor.Pengembangan industri TPT Jawa Barat harus memiliki perencanaan

pengembangan untuk jangka menengah dan jangka panjang karena merupakan

faktor penting dalam pembangunan perekonomian terutama pembangunan

perekonomian nasional dalam bentuk fisik.

Beberapa tahun terakhir terjadi perkembangan ekspor industri tekstil dan

produk tekstil di Jawa Barat kurang kondusif bahkan nilai ekspor dan jumlah

prodksi dengan satuan ton pada industri ini pun berfluktuatif, dan mengalami

penurunan ekspor pada tahun-tahun tertentu, yang diantaranya dapat dilihat antara

tahun 2010. Penurunan nilai ekspor dan jumlah produksi tersebut akan berdampak

pada penurunan tingkat daya saing yang dimiliki industri TPT Jawa Barat dalam

pasar nasional maupun internasional.

Gambar 3Indeks pertumbuhan industri TPT Jawa Barat 2008-2010

Sumber : BPS Jawa Barat,2011

Industri tekstil dan produk tekstil Provinsi Jawa Barat yang berbasis

ekspor berhubungan erat dengan fenomena persaingan global. Persaingan global

menuntutindustri TPT Jawa Barat untuk dapat bersaing dengan provinsi lain

bahkan negara produsen TPT lainnya.Semakin ketatnya persaingan di pasar

75

80

85

90

95

100

105

2007 2008 2009 2010

jumlah produksi per ton

jumlah produksi per ton

Page 15: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

5

domestik maupun internasional,industri TPT Provinsi Jawa Barat harus memiliki

keunggulan dibandingkan industri TPT provinsi lain bahkan dari negara lain.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka permasalahan yang akan

ditelitiadalah :

1. Bagaimana daya saing dengan melihat dari sisi keunggulan komparatif dan

kompetitifyang dimiliki industri TPT Provinsi Jawa Barat tahun 1981-2010?

2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi industri TPT Provinsi Jawa Barat?

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis daya saing dengan melihat dari sisi keunggulan komparatif dan

kompetitifyang dimiiki industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing industri tekstil dan

produk tekstil Jawa Barat.

Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber referensi yang baik bagi

kegiatan penulisan dan penelitian selanjutnya.

2. Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai acuan

dan bahan pertimbangandalam mengambil kebijakan yang paling relevan bagi

kemajuan Jawa Barat.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan umum yang dapat

diambil manfaatnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya dilakukan pada industri TPT Jawa Barat untuk melihat

daya saing industri tersebut dan peneliti hanya menggunakan data dari tahun 1981

sampai tahun 2010.Analisis yang digunakan dalam melihat daya saing industri

TPT Jawa Barat dengan menggunakanpendekatan keunggulan komparatif dan

kompetitif yang dimiliki industri tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Perdagangan Internasional

Todaro (2004) Perdagangan internasional adalah kegiatan pertukaran antar

penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Tidak berbeda dengan

pertukaran antara dua orang disuatu negara.Perbedaannya adalah orang yang satu

kebetulan berada di negara yang berbeda. Perdagangan internasional dalam ilmu

ekonomi dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas

kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak secara bebas

Page 16: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

6

menentukan untung dan rugi dari pertukaran tersebut. Perdagangan akan terjadi

apabila tidak ada satu pihak yang memperoleh keuntungan atau manfaat dan tidak

ada pihak lain yang merasa dirugikan. Perdagangan internasional memegang

peranan penting dalam sejarah pembangunan negara sedang berkembang. Manfaat

perdagangan internasional adalah :

1. Perdagangan merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi yang penting,

dapat memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output

dunia dan memberikan kemudahan untuk mendapatkan sumber daya yang

langka dan pasar dunia bagi produk yang apabila tanpa pasar maka negara-

negara miskin tidak dapat berkembang.

2. Perdagangan mendorong penyebaran keadilan internasional dan domestik

secara lebih merata dengan menyamakan harga faktor produksi, meningkatkan

pendapatan riil negara-negara yang berdagang dan menjadikan penggunaan

sumberdaya dunia dan setiap negara lebih efisien (meningkatkan upah relatif

di negara-negara yang buruhnya berlimpah dan menurunkan upah itu di

negara-negara yang kekurangan tenaga kerja).

3. Membantu berbagai negara untuk mencapai pembangunan dengan

meningkatkan peranan sektor ekonomi yang mempunyai keunggulan

komparatif baik karena efisiensi penggunaan tenaga kerja maupun faktor

produksi.

4. Dalam perdagangan bebas, harga dan biaya poduksi internasional menentukan

sampai seberapa jauh sebuah negara harus berdagang untuk mempertinggi

kesejahteraan nasionalnya. Semua negara harus mengikuti petunjuk-petunjuk

prinsip keunggulan komparatif dan tidak mencoba campur tangan dalam

kebebasan pasar tersebut.

5. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan diperlukan

adanya kebijaksanaan internasional yang berpandangan keluar. Dalam semua

keadaan, kepercayaan pada kekuatan sendiri berdasarkan isolasi sebagian atau

sepenuhnya secara ekonomis dianggap kurang baik dibandingkan dengan

pemerataan dalam perdagangan bebas yang tidak terbatas.

Menurut teori daya saing dari sisi industri, perdagangan internasional adalah

suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi antara negara.

Adam Smith dalam bukunya Ekonomi Internasional dalam Salvatore tahun

1997berpendapat bahwa perdagangan antara dua negara didasarkan pada

keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah negara lebih efisien dari

pada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam

memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau memiliki

kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya,

maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-

masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki

keunggulan absolut dan menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki

kerugian absolute.

Di pasar internasional, besarnya ekspor suatu komoditi dalam perdagangan

internasional akan sama dengan besarnya impor komoditas tersebut. Harga yang

terjadi pada pasar internasional merupakan keseimbangan antara penawaran dan

permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akanmemengaruhi penawaran

dunia dan perubahan dalam konsumsi dunia akan memengaruhi permintaan dunia.

Page 17: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

7

Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan memengaruhi harga dunia

(Salvatore, 1997).

Teori Keunggulan Komparatif

David Ricardo dalam bukunya Principles of Political Economy and

Taxation yang terbit pada tahun 1817 dalam Tambunan yang berisi penjelasan

mengenai hukumkeunggulan komparatif.Hukum ini merupakan salah satu hukum

perdaganganinternasional yang paling penting dan merupakan hukum ekonomi

yang masihbelum mendapat tantangan dari berbagai aplikasi dalam praktek.

Menurut hukumkeunggulan komparatif ,

“meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding (atau memiliki

kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua

komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan

perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama

harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor

komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (ini merupakan

komoditi dengan keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi

yang memiliki kerugian absolut lebih besar (komoditi ini memiliki

kerugian komparatif)” (Salvatore, 1997).

Hukum keunggulan komparatif dalam kasus tertentu mengalami satu

pengecualian, misalkan dalam hal jika kerugian absolut yang dimiliki suatu negara

pada kedua komoditi sama besarnya. Hal ini sangat jarang terjadi, kalaupun ada

hanya kebetulan saja, maka dalam hal ini pernyataan hukum keunggulan

komparatif kemudian sedikit mengalami perubahan sehingga berbunyi,

“meskipun sebuah negara memiliki kerugian absolut terhadap negara

lain dalammemproduksi kedua komoditi, masih terdapat dasar untuk

melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak,

kecuali jika kerugian absolut (salah satu negara) pada kedua komoditi

tersebut memiliki proporsi yang sama” (Salvatore, 1997).

Agar dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan negara lain,

suatu negara akan melakukan spesialisasi dalam produksi komoditi yang dapat

dilakukan lebih efisien (memiliki keunggulan absolut) dan mengimpor komoditi

yang kurang efisien (mengalami kerugian absolut). Konsep yang dipopulerkan

oleh David Ricardo (1923) dalam Tambunan mengenai keunggulan komparatif ini

menyatakan bahwa perdagangan yang saling menguntungkan antar kedua masih

dapat berlangsung sekalipun suatu negara mengalami ketidakunggulan absolut

untuk memproduksi dua komoditi jika dibandingkan dengan Negara lain.

Keunggulan komparatif yang terungkap merupakan salah satu metode

yang digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif di suatu wilayah (negara,

provinsi dan lain-lain) yang cukup sering digunakan. Dengan menggunakan

metode RCA (Revealed Comparative Advantage) konsep ini pertama kali

diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965, yang menganggap bahwa

keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau terungkap dalam

ekspornya. Metode RCA merupakan metode untuk mengetahui sektor atau

komoditi yang memiliki keunggulan atau yang memiliki prestasi ekspor suatu

daerah RCA (Revealed Comparative Advantage) dihitung dengan cara berikut :

Page 18: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

8

R A =XLi / XLw

Xi / Xw

Dimana :

C = angka RCA (Revealed Comparative Advantage)

XL i = nilai ekspor a suatu wilayah

XLw = nilai total ekspor ( industri a dan lainnya) di suatu wilayah

Xi = nilai ekspor a di suatu negara

Xw = nilai total ekspor di suatu negara

Dengan perhitungan ini dapat diketahui keunggulan komparatif industri TPT

di Jawa Barat yang diekspor.Nilai RCA>1, menunjukan bahwa pangsa sektor A di

suatu wilayah lebih besar dari pangsa rata-rata komoditas yang bersangkutan

dalam ekspor di suatu Negara tertentu, artinya bahwa wilayah tersebut relatif lebih

berspesialisasi pada komoditas yang bersangkutan.

Teori Keunggulan Kompetitif

Menurut Michael E. Porter dalam bukunya yang berjudul Competitive

Advantage of Nations terdapat empat faktor utama yang menentukan

keunggulanbersaing industri nasional, yaitu kondisi faktor (factor condition),

kondisipermintaan (demand condition), industri terkait dan industri pendukung

(related and supporting industry), dan struktur, persaingan dan strategi industri

(firm strategy, structure, and rivalry). Selain keempat faktor tersebut terdapat dua

faktor yang memengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor

kesempatan (chance event) dan faktor pemerintah (government). Secara bersama-

sama faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan

dayasaing yang disebut Porter’s Diamond theory. Berikut ini merupakan

penjelasan lebih lanjut mengenai Porter’s Diamond theory :

1. Factor Condition (Kondisi Faktor)

Kondisi faktor merupakan suatu gambaran faktor sumberdaya yang dimiliki

suatu negara yang berkaitan dengan proses produksi suatu industri. Peran

faktor sumberdaya sangat penting dalam proses industri, karena faktor

sumberdaya merupakan modal utama dalam membangun keunggulan

kompetitif suatu industri. Menurut Porter, 1998 faktor sumberdaya

diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu : sumberdaya alam, sumberdaya

manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), modal, dan infrastruktur.

Kelima kelompok tersebut akan menggambarkan keunggulan yang dimiliki

oleh suatu negara dan segala potensi yang dapat dikembangkan oleh negara

tersebut.

2. Demand Condition (Kondisi Permintaan)

Industri terkait dan industri pendukung merupakan salah satu faktor yang

dapat memengaruhi posisi daya saing suatu industri.Untuk itu perlu dijaga

hubungan dan koordinasi dengan para pemasok, khususnya untuk menjaga

dan memelihara rantai nilai produksi dari industri hulu hingga industri hilir.

Keberadaan industri hulu mampu menyediakan bahan baku untuk proses

produksi suatu industri sedangkan industri hilir menggunakan bahan baku

tersebut untuk diproses menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah.

Page 19: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

9

Rantai nilai produksi antara industri hulu dan industri hilir yang terhubung

dengan baik akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi suatu negara.

3. Related and supporting industry (Industri Terkait dan Industri Pendukung)

Kondisi permintaan merupakan faktor penting yang memengaruhi posisi daya

saing nasional, mutu produk dan produktivitas suatu negara akan

memengaruhi kondisi permintaan dan pada akhirnya akan berpengaruh pada

keunggulan kompetitif suatu negara. Mutu persaingan di tingkat global

memberikan tantangan bagi perusahaan perusahaan untuk meningkatkan daya

saingnya. Dalam pengembangan mutu, perusahaan-perusahaan akan

melakukan inovasi serta peningkatan kualitas produk agar sesuai dengan

permintaan konsumen.

4. Firm Strategy, Structure, and rivalry(Persaingan, Struktur dan Strategi

Perusahaan)

Persaingan dalam negeri mendorong perusahaan untuk mengembangkan

produk baru, memperbaiki produk yang telah ada, menurunkan harga dan

biaya, mengembangkan teknologi baru, dan memperbaiki mutu serta

pelayanan. Pada akhirnya, persaingan di dalam negeri yang kuat akan

mendorong perusahaan untuk mencari pasar internasional (berorientasi

ekspor). Globalisasi ekonomi akan menyebabkan terjadinya ketergantungan

antar negara. Masing-masing negara membangun perekonomiannya

berdasarkan kekayaan yang dimiliki, yang merupakan keunggulan

komparatifnya. Namun, keberhasilan pembangunan tersebut lebih ditentukan

pada keunggulan kompetitifnya dikarenakan ada pesaing-pesaing yang dekat,

yaitu negara lain yang membangun keunggulan perekonomian mereka di

sektor atau jenis industri yang sama dengan strategi serupa.

5. Government (Peran Pemerintah)

Peran pemerintah merupakan faktor yang menentukan posisi daya saing suatu

industri.Peran pemerintah dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung,

secara tidak langsung pemerintah dapat memengaruhi permintaan melalui

kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, sedangkan peran pemerintah secara

langsung adalah dengan bertindak sebagai pembeli produk dan

jasa.Pemerintah juga dapat memengaruhi berbagai sumber daya yang tersedia,

berperan sebagai pembuat kebijakan yang menyangkut tenaga kerja,

pendidikan, pembentukan modal, sumber daya alam dan standar produk.

Dalam penerapan kebijakan peran pemerintah tidak selamanya baik, masih

terdapat kemungkinan kegagalan yang dapat dilakukan pemerintah atau biasa

disebut govern mentfailure.

6. Chance event (Peran Kesempatan)

Kesempatan memainkan peranan dalam membentuk lingkungan bersaing

karena peluang merupakan peristiwa yang terjadi di luar kendali perusahaan,

industri dan pemerintah, seperti terobosan besar dalam teknologi, pergeseran

dramatik yang tiba-tiba terjadi dalam biaya faktor atau biaya masukan seperti

krisis minyak, atau perubahan dramatis dalam kurs mata uang. Selain itu

terjadinya peningkatan permintaan produk serta kondisi politik yang stabil

juga merupakan kesempatan yang dapat diambil oleh para pelaku usaha.Peran

kesempatan merupakan suatu hal yang bersifat kecelakaan (accidental),

sehingga dalam kenyataan peran kesempatan bisa terjadi atau tidak

Page 20: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

10

terjadi.Dalam hal ini peran kesempatan bisa menguntungkan atau merugikan

parapelaku usaha.

Pengertian Daya Saing

Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar

luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dalam

artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang

banyak diminati konsumen (Tambunan dalam firdaus, 2005).Dilihat dari

keberadaannya mengenai keunggulan dalam daya saing, maka keunggulan daya

saing dari suatu komoditi dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu keunggulan

alamiah/keunggulan absolut (natural advantage) dan keunggulan yang

dikembangkan (acquired advantage). Pada saat ini keunggulan alamiah atau

keunggulan absolut yang dimiliki oleh suatu negara untuk salah satu komoditinya

tidak secara langsung menyebabkan komoditi tersebut akan menguasai pangsa

pasar dunia, ini dikarenakan jumlah produsen tidak hanya satu negara, akan tetapi

ada beberapa negara yang sama-sama menghasilkan komoditi tersebut dengan

kondisi keunggulan alamiah yang sama. Untuk dapat bersaing di pasaran dunia

maka suatu komoditi harus memiliki keunggulan lain selain keunggulan alamiah,

yaitu keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif suatu komoditi adalah suatu

keunggulan yang dapat dikembangkan, jadi keunggulan ini harus diciptakan untuk

dapat memilikinya.

Teori Daya Saing

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 41 Tahun 2007 tentang standar

proses mendefinisikan daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil

yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang dimaksud

adalah (1) kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya, (2) kemampuan

menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampuan meningkatkan kinerja

tanpa henti, (4) kemampuan meneggakan posisi yang menguntungkan (BSNP,

2013)

Lebih lanjut, daya saing dapat diidentifikasikan dengan masalah

produktivitas, yakni dengan melihat tingkat output yang dihasilkan untuk setiap

input yang digunakan. Meningkatnya produktivitas ini disebabkan oleh

peningkatan jumlah input fisik modal maupun tenaga kerja, peningkatan kualitas

input yang digunakan, dan juga sebagai kemampuan usaha suatu perusahaan

dalam industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang dihadapi. Konsep

daya saing dalam perdagangan internasional sangat terkait dengan keunggulan

yang dimiliki oleh suatu komoditi atau kemampuan suatu negara dalam

menghasilkan suatu komoditi tersebut secara efisien dibanding negara lain. Daya

saing atas suatu komoditi sering diukur dengan menggunakan pendekatan

keunggulan komparatif dan kompetitif. Keunggulan bersaing negara-negara

mencakup tersedianya sumberdaya dan melihat lebih jauh pada keadaan negara

yang memengaruhi daya saing perusahaan-perusahaan internasional pada industri

yang berbeda. Sebagian besar sumberdaya yang penting seperti keahlian tenaga

Page 21: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

11

kerja yang tinggi, teknologi dan sistem manajemen yang canggih diciptakan

melalui investasi.Atribut yang merupakan faktor-faktor keunggulan bersaing

industri nasional, yakni kondisi faktor sumberdaya (resources faktor conditions),

kondisi permintaan (demand conditions), industri pendukung dan terkait, serta

persaingan, struktur dan strategi perusahaan (Porter, 1998).Asian Development

Bank (1992) dalam Ziambong menjelaskan bahwa perbedaan antara keunggulan

komparatif dan kompetitif serta cara mengukurnya. Indikator keunggulan

komparatif digunakan untuk mengetahui apakah suatu negara memiliki

keunggulan ekonomi untuk memperluas produksi dan perdagangan suatu

komoditi. Sedangkan keunggulan kompetitif merupakan indikator untuk melihat

apakah suatu negara akan berhasil dalam bersaing di pasar internasional atas suatu

komoditi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya daya saing

komoditi suatu industri di Indonesia menurut Departemen Perindustrian 2003

diantaranya :

A. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah harga satuan mata uang dalam

negeri terhadap mata uang luar negeri (Salvatore, 1997).Nilai tukar antara dua

negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan

perdagangan (Mankiw, 2000).Kurs efektif yang menguntungkan, dimana

depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat meningkatkan

daya saing suatu negara atau industri.

B. Produktivitas

Porter (1998), daya saing suatu industri nasional identik dengan produktivitas.

Produktivitas merupakan tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit

input yang digunakan..

C. Jumlah Tenaga Kerja.

Porter (1998), salah satu atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan

bersaing industri nasional atau dapat memengaruhi daya saing industri

nasional adalah kondisi faktor sumberdaya manusia yaitu jumlah tenaga kerja.

D. Krisis.

Kestabilan kondisi suatu negara dapat memengaruhi tingkat daya saing suatu

industri. Ketika terjadi krisis disuatu negara yang berarti tinggi nya tingkat

resiko, tingginya biaya input produksi yang akan menurunkan tingkat daya

saing industri.

Sedangkan inflasi dan UMP menjadi variabel tambahan pada penelitian ini

karena kedua variabel tersebut dapat pula memengaruhi tingkat daya saing suatu

industri, dengan teori yang dimilikinya sebagai berikut :

A. Inflasi.

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum.

Peningkatan harga secara umum akan memengaruhi tingkat daya saing suatu

industri. Ketika terjadi inflasi disuatu wilayah/negara, yang berarti

peningkatan seluruh barang bahkan bahan baku, sehingga mengakibatkan

tingginya biaya produksi yang akan menurunkan tingkat daya saing.

B. Upah Minimum Provinsi (UMP).

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER-01/men/1999 UMP

adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan

teteap yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di suatu provinsi. Ketika

adanya penetapan UMP dari gubernur provinsi perusaha-perusahan industri

Page 22: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

12

harus mematuhi peraturan tersebut, dan bagi perusahaan penetapan UMP

merupakan peningkatan biaya untuk tenaga kerja, sehingga tingginya biaya

yang dikeluarkan untuk pekerja akan menurunkan tingkat daya saing industri.

Pengertian Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil)

Tekstil berasal dari bahasa Latin, yaitu texstiles yang berarti menenun atau

kain tenun (BPS, 2005). Tekstil berarti pula:

1. Suatu benda yang terbuat dari benang kemudian dijadikan kain sebagai bahan

pakaian.

2. Suatu benda yang berasal dari serat atau benang yang dianyam (tenun) atau

dirajut, direnda, dilapis, dikempa untuk dijadikan bahan pakaian atau untuk

keperluan lainnya.

Industri TPT merupakan kegiatan industri yang meliputi kegiatan usaha

sektor industri manufakturdari hulu sampai hilir (terintegrasi), meliputi pembuatan

serat dan filamen, benang, kain, sampai dengan pembuatan barang jadi tekstil

lainnya yang selama ini menjadi salah satu penggerak roda perekonomian

nasional (API, 2007). Industri TPT di Indonesia meliputi lima kegiatan industri,

diantaranya adalah:

1. Industri Pembuatan Serat (Fiber Making Industry)

Industri serat merupakan sektor hulu (upstream) pada struktur industry TPT

yang bersifat padat modal dan full automatic dan berskala besar dengan

penyerapan tenaga kerja yang relatif sedikit dengan output besar. Sebagian

besar industri serat Indonesia memproduksi serat buatan

(manmadefiber).Industri serat buatan Indonesia termasuk salah satu terbesar

dunia.

2. Industri Pemintalan (Spinning Industry)

Industri pemintalan termasuk sektor menengah (midstream) yang merupakan

industri semi padat modal, dengan mesin yang terus berkembang teknologinya

dan menyerap tenaga kerja hampir tiga kali lipat dari industri serat.Industri ini

memproduksi benang tenun dan benang rajut (spun yarn) serta benang jahit

(sewing thread).

3. Industri Pertenunan, Perajutan, Pencelupan dan Penyempurnaan (Weaving,

Knitting, Dyeing, Finishing Industry)

Industri pertenunan, perajutan, pencelupan, dan penyempurnaan, juga

termasuk sektor menengah (midstream) yang merupakan industri semi padat

modal dengan mesin yang terus berkembang teknologinya, dan menyerap

tenaga kerja lebih banyak dari industri pemintalan.Industri ini memproduksi

kain tenun lembaran berupa kain grey (woven fabrics), kain finis (fabric finis),

kain rajut (knitting fabrics) dan kain lembaran bukan tenun (non-woven

fabrics).

4. Industri Pakaian Jadi (Garment/Clothing Industry)

Industri pembuatan pakaian jadi (garment), sangat berbeda dengan industri-

industri TPT lainnya, yang pada struktur industri TPT nasional berada paling

hilir (down stream) dengan tingkat penyerapan tenaga kerja sangat besar

(sebagian besar wanita) yang bersifat padat karya.

5. Industri Pembuatan Produk Tekstil Lainnya (Other Textiles Product Industry)

Page 23: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

13

Industri pembuatan produk tekstil jadi lainnya termasuk industri hilir dan

mempunyai kesamaan dengan industri pakaian jadi (garment).Industri ini

menghasilkan produk-produk seperti produk permadani, label, lencana, pita

dan lain-lain.

Penelitian Terdahulu

Penelitian Widiati dan Kuncoro (2006) dalam jurnalnya mengenai Industri

tekstil dan produk tekstile di Indonesia tahun 1996 dan 2001 dengan

menggunakan pendekatan Cluster dan SCP Approach. Hasil analisis menunjukkan

bentuk struktur pasar tahun 1996 dan 2001 adalah persaingan monopolistik

dengan tingkat persaingan yang relatif tinggi. Nilai produktivitas industri TPT

menunjukan nilai yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan industri

manufaktur pada tahun 1996 dan 2001. Lokasi utama kluster di Jabodetabek

(termasuk Kerawang), Greater Bandung meliputi kabupaten/kota Bandung,

Sumedang dan Semarang Tahun 1996 dan 2001 nilai rata-rata produktivitas rata-

rata dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat konsentrasi, ukuran perusahaan dan

penggunaan input impor, sementara tingkat upah dan lokasi perusahaan tidak

memengaruhi secara signifikan.

Penelitian Mulyani (2007) dalam skripsinya mengenai dampak

restrukturisasi industri tekstil dan produk tekstil terhadap kinerja perekonomian

Jawa Barat dengan menggunakan metode input-output. Tapi dari ketiga jenis

multiplier tersebut, nilai yang paling tinggi dimiliki oleh multiplier tenaga kerja.

Ini menunjukkan bahwa sektor industri TPT lebih mampu memengaruhi

peningkatan penyerapan tenaga kerja daripada memengaruhi output dan

pendapatan, ini menunjkkan bahwa sektor industri TPT merupakan sektor yang

bersifat padat karya sehingga tingkat penyerapan tenaga kerjanya tinggi. Dari

analisis mengenai adanya pengeluaran pemerintah melalui program restrukturisasi

industri TPT tahap 1, menunjukkan bahwa sektor yang paling merasakan

pengaruhnya adalah adalah sektor industri TPT sendiri, sektor industri lainnya

sebagai penyedia input serta sektor penggalian dan pertambangan karena mesin-

mesin yang digunakan masih ada yang menggunakan bahan bakar yang

bersumber dari bahan pertambangan.

Achmad Soleh (2012), dalam jurnalnya mengenai kontribusi dan daya

saing ekspor sektor unggulan dalam perekonomian Jawa Tengah dengan

penggunaan metode RCA(Revealed Comparative Advantage) dalam melihat daya

saing ekspor sektor unggulan tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor

unggulan di Jawa Tengah yang memiliki daya saing ekspor adalah industri kayu

dan bahan bangunan dari kayu, industri barang mineral bukan logam, industri

permintalan, industri semen, dan industri kapur. Nilai RCA tersebut menunjukan

bahwa sektor-sektor unggulan memiliki daya saing ekspor.

Firdaus (2007), dalam skripsinya mengenai analisis daya saing dan faktor

–faktor yang memengaruhi ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia di pasar

Amerika Serikat dengan menggunakan metode RCA (Revealed Comparative

Advantage), Constant Market Share (CMS) dan Teori Vector Error Correction

Model (VECM). Hasil analisis menunujukkan bahwa dari hasil analisis Constant

Market Share, terlihat bahwa efek daya saing dan efek pertumbuhan impor adalah

Page 24: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

14

efek yang paling menentukan dalam peningkatan atau penurunan ekspor TPT

Indonesia dan Cina di pasar Amerika Serikat. Efek daya saing TPT Indonesia

lebih rendah dari Cina dalam memberikan kontribusi ekspor.Daya saing secara

komparatif untuk komoditi pakaian jadi Indonesia lebih baik dibanding komoditi

pakaian jadi Cina.Untuk komoditi kain dan benang Cina lebih memiliki

keunggulan komparatif. Dari perkembangan indeks RCA menunjukkan bahwa

pangsa pasar Indonesia di Amerika Serikat untuk komoditi pakaian jadi, kain dan

benang cenderung berfluktuasi dalam setiap tahunnya, sementara pangsa pasar

Cina di Amerika Serikat cenderung bertambah. Dalam jangka panjang, penurunan

ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat disebabkan oleh peningkatan

harga domestik dan nilai tukar.Peningkatan ekspor pakaian jadi disebabkan oleh

peningkatan harga ekspor dan pemberlakuan kebijakan penghapusan

kuota.Perkembangan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat dalam

jangka panjang tidak dipengaruhi oleh tingkat produksinya.Dalam jangka panjang

peurunan ekspor kain dan benang disebabkan oleh peningkatan produksi dan nilai

tukar rupiah.Peningkatan ekspornya disebabkan oleh peningkatan harga ekspor,

harga domestik dan pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota.

Jiambong Z dalam jurnal internasional yang berjudul Competitiveness of

Chinese Industries - A Comparison with the EU dengan variabel nilai ekspor total

ekspor harga ekspor dan jumlah ekspor (ton), dengan menggunakan metode RCA

dengan hasilnya ialah terlihat bahwa daya saing China bergeser dari low-produk

bernilai tambah tinggi untuk nilai tambahprodukyang sejalan dengan jalur

pertumbuhan yang umum diterima. Penelitian ini mengamati urutan ini dari

perspektif daya saing, menunjukkan hubungan yang melekat antara daya saing

dan kegiatan ekonomi. Rujukan penelitian terdahulu secara ringkas disajikan pada

Tabel 2.

Page 25: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

15

Tabel 2 Penelitian terdahulu

No Penulis Judul/Tahun Hasil

1. Widiati,

dan

Kuncoro

Industri tekstil dan

produk tekstil di

Indonesia tahun 1996

dan 2001

menggunakan

pendekatan Cluster

dan SCP Approach

(2006).

Tahun 1996 dan 2001 nilai rata-rata

produktivitas dipengaruhi secara

signifikan dengan tingkat

konsentrasi, ukuran perusahaan dan

penggunaan input impor, tingkat

upah dan lokasi perusahaan tidak

memengaruhi secara signifikan.

2 Mulyani Dampak

restrukturisasi industri

tekstil dan produk

tekstil terhadap

kinerja perekonomian

Jawa Baratdengan

menggunakan metode

input-output (2007).

Dari analisis mengenai adanya

pengeluaran pemerintah melalui

program restrukturisasi industri

TPT tahap 1, menunjukkan bahwa

sektor yang paling merasakan

pengaruhnya adalah adalah sektor

industri TPT sendiri.

3 Achmad,

Soleh

Kontribusi dan daya

saing ekspor sektor

unggulan dalam

perekonomian Jawa

Tengah(2012)

Nilai RCA tersebut menunjukan

bahwa sektor-sektor unggulan

memiliki daya saing ekspor

4

5

.

Ahmad

Firdaus

Jiambong

Z

Faktor –faktor yang

memengaruhi ekspor

tekstil dan produk

tekstil Indonesia di

pasar Amerika Serikat

Competitiveness of

Chinese Industries - A

Comparison with the

EU

Dari perkembangan indeks RCA

menunjukkan bahwa pangsa pasar

Indonesia di Amerika Serikat untuk

komoditi pakaian jadi, kain dan

benang cenderung berfluktuasi

dalam setiap tahunnya, sementara

pangsa pasar Cina di Amerika

Serikat cenderung bertambah

Penelitian ini mengamati urutan ini

dari perspektif daya saing,

menunjukkan hubungan yang

melekat antara daya saing dan

kegiatan ekonomi

KERANGKA PEMIKIRAN

Penelitian ini di latar belakangi oleh Industri Tekstil dan produk tekstil

(TPT) sebagai komoditi yang memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah

khususnya Jawa Barat.Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang

menjadi pusat atau penghasil TPT terbesar di Indonesia. Fokus strategi

Page 26: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

16

pembangunan industri dimasa depan adalah membangun daya saing sektor

industri yang berkelanjutan di pasar domestik dan internasional, adanya

persaingan global dan banyaknya produk luar negeri yang masuk di Indonesia

yang akan berpengaruh besar terhadap tingkat konsumsi dan tingkat ekspor

produk TPT Jawa Barat di dalam dan di luar negeri yang akan memengaruhi

terhadap daya saing yang dimiliki industri TPT Jawa Barat. Berdasarkan latar

belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian untuk melihat kondisi daya

saing industri TPT Jawa Barat dengan metode RCA dan Potter’s Diamond,dan

menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing tersebut, dengan melihat

produktivitas, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (US$ Dollar), jumlah

tenaga kerja, tingkat inflasi, krisis dan UMP. Kerangka pemikiran dapat dilihat

dibawah ini :

Gambar 4 Kerangka pemikiran penelitian

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat memiliki daya saing yang tinggi.

Impilikasi Hasil Penelitian

OLS (Ordinary least square)

Faktor-faktor yang

memengaruhi daya saing

RCA (Revealed Comparative

Advantage)

Potter’s Diamond

Tingkat Daya Saing TPT

Jawa Barat

TPT sebagai salah satu

komoditi unggulan Indonesia

Provinsi Jawa Barat sebagai

sentral industri TPT

Persaingan

Global

Page 27: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

17

2. Semua variabel bebas yang yang digunakan (produktivitas, nilai tukar nominal

Indonesia terhadap US $, jumlah tenaga kerja, upah minimum provinsi, inflasi

dan krisis) memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebas daya saing

industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat :

a) Produktivitas memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing industri

tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, dimana semakin tinggi produktivitas

maka semakin tinggi daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa

Barat.

b) Nilai tukar nominal rupiah terhadap mata uang asing memiliki koefisien

yang positif terhadap daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa

Barat, dimana ketika terjadi depresiasi nilai tukar nominal rupiah terhadap

mata uang asing dapat meningkatkan daya saing industri tekstil dan

produk tekstil Jawa Barat.

c) Jumlah tenaga kerja memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing

industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, dimana semakin banyak

jumlah tenaga kerja maka semakin tinggi daya saing industri tekstil dan

produk tekstil Jawa Barat.

d) Inflasi memiliki koefisien negatif terhadap daya saing industri tekstil dan

produk tekstil Jawa Barat. Dimana semakin tinggi inflasi maka semkin

rendah daya saing tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.

e) Upah Minimum Provinsi (UMP) memiliki koefisien yang negatif terhadap

daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, dimana semakin

tinggi upah maka semakin rendah daya saing industri tekstiil dan produk

tekstil Jawa Barat.

f) Dummy krisis memiliki koefisian yang negatif terhadap daya saing

industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, dimana ketika terjadi krisis

maka akan menurunkan daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa

Barat.

METODE

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data deret waktu

(time series). Data time series adalah data mengenai fakta-fakta yang terjadi pada

waktu yang berbeda-beda yang dikumpulkan dari kategori sumber yang sama.

Selain itu penulisan ini juga menggunakan jenis data kuantitatif.Data kuantitatif

adalah data yang berupa nilai dan angka yang disajikan dalam bentuk ringkas

yang didapatkan dari beberapa hasil pengamatan yang dimanfaatkan sebagai

bahan argumentasi. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder

dan diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti :

Badan Pusat Statistik Jawa Barat, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan

website Kementrian Perindustian Indonesia, Bank Jabar dan Pusat Data dan

Informasi Tenaga Kerja.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan periode 1981-

2010 dari produktivitas, efisiensi, ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat,

Page 28: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

18

nilai tukar nominal rupiah terhadap mata uang asing, jumlah tenaga kerja, ekspor

tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dan lainnya, total ekspor tekstil dan produk

tekstil Indonesia, total ekspor Indonesia, Upah Minimum Jawa Barat. Adapun

data tahunan periode 2005-2010 yang digunakan adalah data PDRB Jawa Barat,

tingkat konsumsi domestik terhadap industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat,

dan banyaknya perusahaan industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.

Analisis deskriptif untuk menjelaskan perkembangan industri tekstil dan produk

tekstil Jawa Barat, sedangkan analisis kuantitatif untuk mengetahui daya saing

industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, variabel-variabel yang

memengaruhi dayasaingnya serta melihat pengaruh kebijakan upah minimum

Provinsi terhadap daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.

Analisis Daya Saing Revealed Comparative Advantage (RCA)

Salah satu indikator yang dapat menunjukkan perubahan keunggulan

komparatif atau tingkat daya saing suatu industri dari suatu negara adalah dengan

pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA).Metode RCA didasarkan

pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan

keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur

adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu wilayah yang

kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia.

RCA dapat didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor komoditi tekstil dan produk

tekstil Jawa Barat didalam total ekspor produk dari suatu negara lebih besar

dibandingkan pangsa ekspor komoditi TPT di dalam total ekspor produk

Indonesia, diharapkan Negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam

produksi dan ekspor komodititekstil dan produk tekstil. Apabila nilai RCA lebih

besar dari satu berarti negara itu mempunyai keunggulan komparatif untuk

komoditi tekstil dan produk tekstil. Sebaliknya, jika nilainya lebih kecil dari satu

berarti keunggulan komparatif untuk komoditas tekstil dan produk tekstil rendah.

Secara matematis RCA dapat dituliskan seperti persamaan 1.

RCAij =XLi / XLw

Xi / Xw.................................................................. (1)

Dimana :

XLi = nilai ekspor industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat

XLw = nilai total ekspor ( industri TPT dan lainnya) Jawa Barat

Xi = nilai ekspor industry TPT di Indonesia

Xw = nilai total ekspor di Indonesia

t = 1980,…..,2010

Page 29: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

19

Nilai daya saing dari suatu industri ada dua alternatif, yaitu :

1. Jika nilai RCA > 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif pada

komoditi sehingga suatu industri memiliki daya saing kuat.

2. Jika nilai RCA < 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif pada

komoditi sehingga suatu industri memiliki daya saing lemah .

Keunggulan metode RCA ini, metode ini dapat dikatakan merupakan

metode yang sederhana dan menurut Basri (2002) dalam bukunya yang berjudul

Perekonomian Indonesia, RCA dapat mengevaluasi peranan ekspor suatu

komoditas dalam ekspor total negara tersebut, dibandingkan dengan pangsa

komoditas tersebut dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu Melalui analisis

perhitungan RCA, posisi daya saing dan ekspor produk TPT di pasar nasional

dapat diketahui.

Indeks RCA merupakan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan

nilai RCA tahun sebelumnya. Rumus indeks RCA adalah sebagai berikut :

Indeks RCA = RCAt ................................................................. (2)

RCAt-1

Dimana :

RCAt = nilai RCA tahun ke sekarang (t)

RCAt-1 = nilai RCA tahun sebelumnya (t-1)

t = 1981,..., 2010

Nilai indeks RCA berkisar nol sampai tak hingga. Nilai indeks RCA sama

dengan satu berarti tidak terjadi kenaikan RCA atau kinerja ekspor tekstil dan

produk tekstil Jawa Barat di pasar nasional tahun sekarang sama dengan tahun

sebelumnya. Nilai indeks RCA lebih kecil dari satu berarti terjadi penurunan RCA

atau kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat di pasar nasional tahun

sekarang lebih rendah dibanding dengan tahun sebelumnya.Nilai indeks RCA

lebih besar dari satu berarti terjadi peningkatan RCA atau kinerja ekspor tekstil

dan produk tekstil Jawa Barat di pasar nasional tahun sekarang lebih tinggi

dibanding dengan tahun sebelumnya.

Keuntungan menggunakan mrtode atau indeks RCA adalah bahwa indeks

ini mempertimbangkan keuntungan intrinsik komoditas ekspor tertentu dan

konsisten dengan perubahan di dalam suatu ekonomi produktivitas dan faktor

anugerah alternatif.Selain itu, keunggulan dari metode ini juga adalah mengurangi

dampak pengaruh campur tangan pemerintah, sehingga keunggulan komparatif

suatu komoditi dari waktu ke waktu dapat terlihat secara jelas.Namun,

bagaimanapun indeks ini tidak dapat membedakan antara peningkatan di dalam

faktor sumberdaya dan penerapan kebijakan perdagangan yang sesuai. Kelemahan

dalam

metode RCA ini, diantaranya :

1. Pengukuran berdasarkan nilai RCA ini mengesampingkan

pentingnyapermintaan domestik, ukuran dasar domestik, dan

perkembangannya.

2. Indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang

sedang berlangsung tersebut sudah optimal

3. Tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk-produk yang berpotensi

dimasa yang akan datang.

Page 30: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

20

Analisis Daya saing (Potter’s Diamond)

Keunggulan kompetitif dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan Potter’s Diamond.Metode ini merupakan metode kualitatif yaitu

menganalisi tiap komponen dalam Potter’s Diamond, dan dapat dilihat seperti

Gambar 5.

a) Factor condition (FC) yaitu faktor-faktor produksi seperti Sumber Daya Alam,

Sumber Daya Manusia, Modal, infrastruktur dan IPTEK.

b) Demand Condition (DC) yaitu keadaan permintaan atas barang dan jasa dalam

negeri.

c) Related and supporting Industries (RSI) yaitu keadaan industri pendukung

dan terkait yang dapat meningkatkan efisiensi dan sinergi industri.

d) Firm strategy, Structure and Rivalry (FSSR) yaitu strategi yang digunakan

perusahaan pada umumnya, struktur industri serta keadaan kompetisi dalam

industri.

Selain itu terdapat komponen lain yang terkait dengan keempat komponen

utama tersebut yaitu peran pemerintah dan kesempatan. Keempat faktor utama

dan dua faktor pendukung tersebut saling berinteraksi, dari hasil analisis faktor

penentu daya saing selanjutnya ditentukan komponen yang menjadi keunggulan

dan kelemahan daya saing industritekstil dan produk tekstil Jawa Barat.Hasil

keseluruhan interaksi antar komponen yang saling mendukung sangat menentukan

perkembangan yang dapat menjadi competitive advantage dari suatu industri.

Gambar 5.Diamond of competitive advantage

Sumber : Potter, 1998

Model Regresi Linear Berganda

Metode analisis yang digunakan untuk melakukan analisis faktor-faktor

yang memengaruhi daya saing tekstil dan produk tekstil Jawa Barat adalah regresi

linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode

kuadrat terkecil biasa, dengan asumsi-asumsi tertenu.Metode Ordinary Least

Square (OLS) mempunyai beberapa sifat statistik yang membuatnya menjadi satu

Strategi dan

Struktur

Persaingan

Kondisi Faktor

Industri Terkait dan

Pendukung

Demand

Condition

Page 31: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

21

metode analisis regresi yang paling kuat.Menurut Koutsoyianis (1997), terdapat

beberapa kelebihan metode Ordinary Least Square (OLS) seperti berikut:

1. Hasil estimasi parameter yang diperoleh dengan metode OLS memiliki

beberapa kondisi optimal (BLUE)

2. Tata cara pengolahan data dengan dengan metode OLS relatif mudah daripada

metode ekonometrika lain, serta tidak membutuhkan data yang terlalu banyak.

3. Metode OLS telah banyak digunakan dalam peneltian ekonomi dengan

berbagai macam hubungan antar variable dengan hasil yang memuaskan.

4. Mekanisme pengolahan data dengan metode OLS mudah dipahami.

5. Metode OLS juga merupakan bagian dari kebanyakan metode ekonometrik

yang lain meskipun dengan penyesuaian di beberapa bagian.

Beberapa sifat penduga yang utama agar metode OLS dapat digunakan

adalah tidak bias, efisien dan varian minimum (Nachrowi dan Usman, 2003).

Asumsi-asumsi atau persyaratan yang melandasi estimasi koefisien regresi dengan

metode OLS berdasarkan teori Gauss-Markov sebagai berikut:

1. E(ui) = 0 atau E(ui) atau E(Yi ) = β1 + β2Xi

uimenyatakan variable-variabel lain yang memengaruhi Yi akan tetapi tidak

terwakili di dalam model.

2. Tidak ada korelasi antara ui dan uj {cov (ui , uj )= 0}; i≠j

3. Homokedastisitas : yaitu besarnya varian ui sama arau car (ui) = σ2

untuk

setiap i.

4. Kovarian antara ui dan Xi nol. {cov (ui,Xi ) )= 0}.Asumsi tersebut sama artinya

bahwa tiidak ada korelasi antara ui , Xi.

5. Model regresi dispesifikasikan secara benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah:

a) Model harus berpijak pada landasan teori

b) Perhatikan variable-variabel yang diperlukan.

c) Bagaiman bentuk fungsinya.

Sifat yang akan dimiliki oleh estimator pada model regresi OLS dengan

memenuhi asumsi-asumsi di atas adalah BLUE. Ragam minimum (efisien) dan

konsisten serta berasal dari model yang linear. Selain itu, nilai estimasi dari

contoh (sample) akan mendekati populasi.

Dalam penelitian ini untuk menganalisi faktor-faktor yang memengaruhi

daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, yang diperoleh dari hasil

penelitian dan jurnal terdahulu, dapat dilihat dari produktivitas, jumlah tenaga

kerja, nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika, inflasi, upah minimum dan

dummy krisis. Secara matematis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing

industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dapat ditulis sebagai berikut :

DSt = α0 + α1Prodt + α2JmlhTk + α3NT +α4INF + α5UMP + α6 Dkt+e1t……(3)

Yang kemudian untuk menyamakan variable yang digunakan di dalam

persamaan, persamaan akan diubah ke dalam bentuk double log (kecuali variable

yang sudah dalam bentuk persen) menjadi:

DSt=α0+α1Prodt+α2LnJmlhTkt+α3LnNt++α4INFt+α5LnUMPt+α6Dkt+e1t.........(4)

Page 32: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

22

Dimana :

DSt = Daya Saing (%)

Prodt = Produktivitas (%)

LnJMlhTKt = Jumlah tenaga Kerja (%)

LnNTt = Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (%)

INFt = Nilai inflasi (%)

LnUMPt = Nilai UMP Jawa Barat (%)

Dkt = Dummy krisis

e1t, e2t = Kesalahan pengganggu (galat)

Pengujian Parameter Persamaaan Regresi

Untuk mendapatkan model terbaik, perlu dilakukan pengujian-pengujian

sebagai berikut:

Uji Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar total

variasi variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh model. R² menunjukan

besarnya pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai

R2akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya jumlah variabel yang

dimasukan kedalam model.

R- Squared = RSS

TSS

dimana :

RSS = Jumlah kuadrat regresi

TSS = Jumlah kuadrat total

Nilai koefisien determinasi yang digunakan adalah 0 ≤ R2 ≤ 1. Jika R

2 = 1

berarti 100 persen keragaman dalam variabel dependen dapat dijelaskan oleh

variabel-variabel independennya. Sedangkan R2 = 0 berarti tidak satupun variabel

dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya. Selain

nilai R2

terdapat juga nilai adjusted- R2. Nilai ini digunakan untuk

membandingkan dua model, semakin besar nilai R2 adj maka makin baik model

tersebut.R2 adj dapat digunakan untuk membandingkan dua model karena nilai

R2adj sudah mengalami koreksi terhadap derajat bebas model sehingga dua model

yang berbeda derajat bebasnya dapat dibandingkan secara adil.

Uji F-statistik

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen dalam model secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel

dependen.Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan distribusi F dengan

membandingkan antara nilai kritis F dengan nilai F-hitung yang terdapat pada

hasil analisis.

Page 33: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

23

Perumusan hipotesis:

H0 :β1 = β2 = β3 = βk = 0, variabel independen secara simultan tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen

H1 : β1 ≠ β2 ≠ ... ≠ βn ≠ 0, variabel independen secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen

Uji statistik F dapat dihitung dengan formula:

Fhitung =R2/(k-1)

(1-R2)/(n-k)

Dimana:

R2 : jumlah kuadrat regresi

(1- R2) : jumlah kuadrat sisa

n : jumlah pengamatan

k : jumlah parameter

Kriteria uji:

Probability F-Statistic < taraf nyata (α), maka tolak H0 dan simpulkan

minimalada variabel bebas (independent) yang mempengaruhi variabel tak bebas

(dependent).

Probability F-Statistic > taraf nyata (α), maka terima H0 dan simpulkan tidak ada

variabel bebas (independent) yang mempengaruhi variabel tak bebas (dependent).

Uji t-statistik

Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikan variabel

bebas(independent) atau untuk menguji secara statistik apakah regresi dari

masing-masingvariabel independen yang dipakai secara terpisah berpengaruh

nyata atautidak terhadap variabel dependen.

Hipotesis:

H0 :βk = 0 (variabel independen k tidak mempengaruhi variabel dependen)

H1 :βk ≠ 0 (variabel independen k mempengaruhi variabel dependen)

Kriteria uji:

Probability t-Statistic < (α), maka tolak H0 dan simpulkan variabel independen

kberpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya.

Probability t-Statistic > (α), maka terima H0 dan simpulkan variabel independen k

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya.

Uji Asumsi Klasik

Terdapat tiga asumsi yang harus diuji dalam analisis regresi, yaitu

multikoleniaritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.Selain itu, ada uji

normalitas untuk melihat apakah error term menyebar normal atau tidak.

Page 34: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

24

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat error term. Jika data sampel yang

digunakan dalam penelitian kurang dari 30 maka perlu dilakukan uji normalitas

dan jika sampel lebih dari 30 maka error term akan terdistribusi normal. Karena

data yang digunakan dalam penelitian ini kurang dari 30, maka uji normalitas

perlu dilakukan.Uji normalitas ini disebut Jarque-Bera Test (J-B) yang

pengujiannya dilakukan pada error term yang harus terdistribusi secara

normal.Kriteria uji yang digunakan adalah :

Hipotesis:

H0 :error term terdistribusi normal

H1 :error term tidak terdistribusi normal

Kriteria uji:

Jika nilai probabilitas > taraf nyata (α) maka terima H0 dan kesimpulannya

errorterm terdistribusi normal.

Jika nilai probabilitas < taraf nyata (α) maka tolak H0 dan kesimpulannya

errorterm tidak terdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas

Asumsi lain yang harus dipenuhi adalah tidak terdapat gejala

multikolinearitas di dalam suatu model regresi, yaitu adanya korelasi yang kuat

antarsesama variabel bebas (eksogen). Uji multikolinearitas dalam Minitab 16

dinamakan uji kolinearitas, yaitu untuk melihat apakah terjadi korelasi yang kuat

antara variabel-variabel independennya. Pengujiannya ada dua cara yaitu:

1. Nilai korelasi dua variabel independen mendekati satu

2. Nilai korelasi parsial akan mendekati nol

Setelah itu ada atau tidaknya kolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF

(Variance Inflation Error), apabila nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terdapat

gejala multikolinearitas.Jika hasil estimasi memiliki nilai R² dan Adjusted R² yang

tinggi tetapi memiliki banyak nilai t-stat yang tidak signifikan sementara hasil F-

stat nyasignifikan, maka hal ini mengindikasikan adanya multikolinearitas

(Juanda, 2009).

Uji Autokorelasi

Uji yang digunakan dalam mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan

menggunakan uji Durbin Watson Statistic (D-W).Jika nilai statistik D-W berada

pada kisaran angka dua, menunjukkan bahwa tidak terdapatnya autokorelasi, dan

begitu juga sebaliknya. Jika semakin jauh dari angka dua, maka akan terjadi

peluang autokorelasi yang besar baik itu autokorelasi positif maupun negatif.

Karena uji D-W memiliki beberapa kelemahan, maka untuk menguji autokorelasi

dapat juga dengan menggunakan uji yang dikembangkan oleh Breusch-Godfrey.

Uji ini dikenal dengan uji Lagrange Multiplier Test. Kriteria uji yang digunakan

untuk mendeteksi autokorelasi dengan uji Lagrange Multiplier, yaitu:

Page 35: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

25

1. Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Square > taraf nyata (α) yang digunakan,

maka model persamaan yang digunakan tidak mengandung autokorelasi.

2. Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Square < taraf nyata (α) yang digunakan,

maka model persamaan yang digunakan mengandung autokorelasi.

Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi jika ragam error tidak

konstan.Gejalaheteroskedastisitas menunjukan bahwa model tersebut tidak

memenuhi syarat sebagai model yang baik. Model yang baik adalah jika

memenuhi ragam error yang sama. Gejala tersebut dapat ditunjukan melalui uji

Breush-Pagan pada program Eviews 6.

Hipotesis:

H0 : Homoskedastisitas

H1 : Heteroskedatisitas

Dengan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini 0,05 (5

persen).Sehingga apabila nilai p-value lebih dari 0,05 (5 persen) maka terima H0

yang artinya ragam residual homogen atau biasa disebut tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model yang diteliti.

GAMBARAN UMUM

Keunggulan Jawa Barat

Keunggulan Jawa Barat dari dominasi sektor industri pengolahan yang

didukung oleh industri kreatif yang melekat pada pencapaian value added yang

lebih tinggi pada tiap-tiap sub sektor, terutama sub sektor tekstil, pakaian dan alas

kaki, sub sektor industri makanan, sub sektor industri pengolahan lainnya yakni

kerajinan tangan, dan juga pada produk jasa berbasis teknologi informasi dan seni.

Program restrukturisasi mesin Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang telah

berjalan sejak tahun 2007, merupakan upaya pemerintah dalam peningkatkan

kemampuan sub sektor ini merespon permintaan ekspor. Keunggulan lain yang

dimiliki Jawa Barat adalah keunggulan lokasi yang menarik sebagai daerah tujuan

investasi, maka PMA di Jawa Barat pun berpotensi meningkat. Aliran PMA

global meningkat dengan cepat pada akhir tahun 2009 yang didorong oleh

berakhirnya resesi di semester II-2009, sehingga kawasan industri terutama di

wilayah Bogor, Bekasi, Karawang, Bandung, Cimahi akan kembali menerima

aliran PMA tersebut. Diperkuat dengan semakin luasnya implementasi program

Pelayanan Terpadu Satu Pintu baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Diproyeksikan ke depan adanya strategi pendekatan revitalisasi kembali kawasan-

kawasan industri Jawa Barat sejalan dengan perubahan-perubahan global ke depan,

dan diliat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pada tahun 2007 masih

didominasi oleh sektor Industri Manufaktur sebesar 43.76 persen, sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 20.84 persen dan sektor Pertanian

sebesar 13.01 persen.

Page 36: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

26

Tabel 3Produk domestik regional bruto Jawa Barat tahun 2006-2010

Uraian Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

PDRB adh

berlaku (juta Rp) 473.556.757 542.272.108 593.914.351 597.759.642 645.414.329

Kontribusi

sektor industri

manufaktur (%)

45.24 41.21 43.37 44.21 44.26

Kontribusi

sektor perdagangan,

hotel dan restoran

(%)

19.40 22.31 26.41 25.13 22.41

Kontribusi

sektor pertanian (%) 11.12 12.45 12.87 11.45 12.61

Sumber : BPS Jawa Barat, 2010

Perkembangan Industri TPT Jawa Barat

Lokasi industri TPT di Jawa Barat tersebar di wilayah-wilayah

Kabupaten/Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Sumedang, Kabupaten

Purwakarta, Kabupaten Bekasi, Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi,

Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Karawang. Provinsi Jawa Barat merupakan

daerah utama produksi TPT di Indonesia, hal tersebut terbukti dengan terdapatnya

57 persen pabrik TPT di Jawa Barat dan berpusat di Kecamatan Majalaya,

Kabupaten Bandung. Pada Gambar 6terlihat banyaknya perusahaan TPT yang

terdapat di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2006 sampai tahun 2010.

Gambar 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

Sumber :BPS Jawa Barat,2010

Jumlah perusahaan TPT dari tahun 2006 hingga 2010 cenderung mengalami

peningkatan, walaupun terjadi pengurangan pada 2009 yang dikarenakan industri

TPT Jawa Barat terkena dampak dari krisis Amerika namun pada 2010

mengalami peningkatan kembali yang sangat tinggi yakni sebesar 253

perusahaan. Hal ini menandakan bahwa para investor baik asing maupun dalam

1300

1350

1400

1450

1500

1550

1600

1650

1700

2006 2007 2008 2009

Jumlah Perusahaan

Jumlah

Perusahaan

Page 37: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

27

negeri mulai memiliki kepercayaan untuk berinvestasi di Provinsi Jawa Barat

dalam kondisi perekonomian yang dimiliki Indonesia pada masa sekarang ini

Peranan Industri TPT terhadap Perekonomian Jawa Barat

Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari industri

tekstil dan produk tekstil yang memberikan kontribusi bagi devisa negara. Peran

penting lainnya adalah sumbangan lapangan pekerjaan yang begitu besar bagi

sebuah negara, tahun 2007 jumlah industri tekstil dan garmen di Indonesia

mencapai 2820 perusahaan. Penyebaran industri tekstil dan garmen di Indonesia

terpusat di pulau Jawa dan lebih dari 50 persen industri tersebut berada di wilayah

Jawa Barat.Tumbuh dan kembangnya industri tekstil dan produk tekstil di Jawa

barat tidak dapat dipungkiri oleh besarnya antusias para sektor-sektor

pendukungnya.

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan industri andalan

dalam menghasilkan devisa dan penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak

dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri, serta memiliki nilai tambah dalam

mengembangkan perekonomian daerah. Beberapa tahun terakhir terjadi

perkembangan yang kurang kondusif.hal ini disebabkan oleh berbagai

permasalahan yang kompleks yang dihadapi industri TPT dewasa ini antara lain

menyangkut permasalahan internal (internal perusahaan/iklim usaha di dalam

negeri) dan permasalahan eksternal (persaingan dan isu-isu internasional).

Indutri tekstil dan produk tekstil di Jawa Barat, khususnya di wilayah

Bandung terdapat lebih dari 300 perusahaan tekstil dan produk tekstil yang

tersebar di 8 wilayah, yaitu wilayah Bojonegara, wilayah Cibeunying, wilayah

Gede Bage, wilayah Karees, wilayah Tegalega, wilayah Ujung Berung, wilayah

Cimahi dan wilayah Padalarang. Proporsi penyebaran industri tekstil dan garmen

terbesar berada di wilayah Tegallega (sepanjang kecamatan Astana Anyar hingga

Banjaran) sebesar 25 persen, lalu diikuti oleh wilayah Cimahi (sepanjang

kecamatan Cimahi Utara hingga Cimahi Selatan) sebesar 21 persen dan wilayah

Gede Bage (sepanjang kecamatan Bandung Kidul hingga kecamatan Bojong

Soang) sebesar 17 persen. Dengan dampak yang sedemikian besarnya industri

tekstil dan produk tekstil dapat menjadi salah satu industri yang dominan di

wilayah Jawa Barat.Dukungan ekspor dari hasil industri tekstil dan produk tekstil

dapat mendorong laju pertumbuhan pendapatan per kapita di Jawa Barat (BPS

2008, Jawa Barat).

Sektor industri TPT merupakan salah satu sektor andalan bagi

perekonomian Jawa Barat, selain itu, industri TPT juga berperan sebagai salah

satu komoditi ekspor unggulan. Tabel 4 menunjukkan bahwa diantara kelompok

barang nonmigas,industri TPT merupakan kelompok yang memiliki nilai ekspor

terbesar keduasetelah kelompok mesin dan pesawat mekanik, perlengkapan

elektronik serta bagiannya. Pada tahun 2008 nilai ekspor industri TPT mencapai

5.088 juta US Dollardan meningkat menjadi 5.655 juta US Dollarpada tahun 2010.

Terlihat pada Tabel 4 bahwa dari beberapa ekspor komoditas unggulan

tersebut, komoditas TPT merupakan salah satu komoditas terbesar dalam industri

pengolahan.Subsektor industri TPT merupakan salah satu sektor andalan

bagiperekonomian Jawa Barat, secara keseluruhan sumbangan sektor industri

Page 38: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

28

TPT terhadap ekspor non migas Jawa Barat menunjukkan peningkatan. Industri

TPT merupakan salah satu komoditi ekspor terbesar Jawa Barat, Selain itu

industri TPT merupakan industri yang bersifat padat karya dimana mampu

menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar yaitu sebanyak 502.234 orang pada

tahun 2010, dengan demikian sektor industri TPT merupakan industri yang

memiliki penyerapan tenaga kerja tinggi atau kedua terbesar di Jawa Barat

setelah sektor pertanian. Hal ini juga menunjukkan bahwa Industri TPT

merupakan sektor penting dan strategis dalam pembangunan Jawa Barat selama

ini. Besarnya kontribusi yang diberikan oleh sektor industri TPT memberikan arti

bahwa sampai saat ini perekonomian Jawa Barat masih didominasi oleh sektor

industri

Tabel 4 Ekspor non migas menurut kelompok barang (juta US Dollar)

Kelompok Komoditi Tahun

2008 2009 2010

Mesin dan Pesawat Mekanik 6.501.408,21 7.066.202,45 8.344.359,21

Tekstil dan Barang dari Tekstil 5.088.097,90 4.623.458,45 5.655.883,98

Plastik, Karet, Barang Plastik 1.843.278,49 1.790.066,6 2.146.478,25

Logam Tidak Mulia 1.146.931,56 641.165,08 797.557,14

Pulp, dan Kertas 1.039.862,65 975.510,16 1.086.243,83

Kendaraan, Pesawat Terbang 986.758,39 677.597,86 990.965,03

Produk Industri Kimia 690.800,50 584.108,0 788.436,9

Makanan,MinumanKeras 477.230,03 512.752,57 712.269,45

Barang dari Batu, Semen. 333.184,08 251.654,94 325.859,99

Alas Kaki, Payung 353.213,05 335.887,21 449.955,71

Alat Optik, Kedokteran. 350.413,99 302.710,93 339.841,13

Kayu, Barang dari Kayu, 186.107,64 165.039,94 192.641,43

Kulit dan Barang dari Kulit 181.615,34 150.340,98 184.388,91

Produk Nabati 162.933,2 168.269,53 178.993,03

Lemak, Minyak dan Malam 53.106,5 55.330,57 84.789,78

Lain-lain 939.066,56 804.864,04 962.614,88

JUMLAH

20.334.008,18 19.104.959,40 23.241.278,66

Sumber :BPS Jawa Barat,2011

Kinerja Ekspor Industri tekstil dan Produk Tekstil Jawa Barat

Realisasi volume dan nilai ekspor komoditas TPT di Jawa Barat cenderung

berfluktuatif, dengan nilai ekspor terbesar yakni pada tahun 2008 sebesar 5,08 M

US$ dan ternyata pada tahun berikutnya yakni pada tahun 2009 mengalami

penurunan kembali masing-masing senilai US 4.6 M US$ 3.2 M. Kemudian pada

Tahun 2010 volume dan nilai ekspor industri TPT ini kembali meningkat menjadi

1.082.536 ton dengan nilai US$ 5.65 M.

Page 39: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

29

Tabel 5 Realisasi ekspor TPT Jawa Barat tahun 2007-2010

Tahun Nilai ekspor

(ribu US$)

Laju

Pertumbuhan

Volume

ekspor (ton)

Laju

Pertumbuhan

(%)

2007 3822000 7.41 973.562 -5.29

2008 5088097 13.4 1.082.536 11.1

2009 4623458 -9,08 963.167 -5.89

2010 5655883 12.3 1.082.536 11.2

Sumber :BPS Jawa Barat, 2011

Dilihat dari nilai ekspor, walaupun berfluktuatif tetapi industri tekstil dan

produk tekstil Jawa Barat memilki potensi yang tinggi besar karena nilai ekspor

yang cukup besar yang dapat mempengaruhi perekonomian bagi Jawa Barat

bahkan nasional.

Industri TPT hingga saat ini masih merupakan industri andalan, sampai

dengan Tahun 2010 jumlah Unit Usaha 713 UU, Nilai Investasi Rp56.100.032,60

dengan penyerapan Tenaga Kerja mencapai 127.780 orang, juga memberikan

kontribusi terhadap perekonomian Jawa Barat. Keberadaan pengolahan produk

TPT di wilayah Jawa Barat sekitar 57 persen secara Nasional. Besaran potensi

unit usaha Industri TPT Jawa Barat saat ini sekitar 1.003 unit usaha (Sumber API).

Kontribusi industri pengolahan terhadap perekonomian Jawa Barat mencapai

43.48 persen, 10.65 persen diantaranya disumbang dari Industri Tekstil, Barang

Kulit & Alas Kaki (BPS Jawa Barat, 2010).

Kinerja Impor TPT di Jawa barat.

Tingginya minat masyarakat terhadap produk-prouk tekstil impor

menunjukkan daya saing sebagian pelaku usaha di industri TPT Indonesia masih

relatif rendah sehingga belum mampu mengimbangi daya saing industri TPT dari

luar negeri, khususnya Cina. Dengan semakin banyaknya produk TPT impor yang

masuk ke pasar dalam negeri, serta kesulitan industri TPT lokal untuk

meningkatkan daya saing, maka beban para pelaku usaha industri TPT di

Indonesia akan semakin bertambah berat. Masuknya produk-produk TPT dari

negara pesaing ke pasar dalam negeri, termasuk adanya impor ilegal.Apabila

kendala-kendala ini kedepan tidak dapat teratasi, tentunya dapat menjadi ancaman

terhadap perkembangan industri TPT dalam negeri. Khususnya untuk impor TPT

di provinsi Jawa Barat masih cukup tinggi, dapat dilihat dari Gambar 7 dibawah

berikut, selisih dari tahun 2008 ke tahun 2009 memang mengalami penurunan

impor yaitu sebesar 416.98 US$, namun pada tahun 2010 mengalami peningkatan

yang cukup tinggi yakni sebesar 811.523 US$.

Page 40: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

30

Gambar 7 Kinerja impor TPT Jawa Barat 2008-2010

Sumber:BPSJawa Barat,2010

Terlihat masih tingginya impor bagi industri TPT di provinsi Jawa Barat,

sedangkan Provinsi Jawa Barat sendiri merupakan sentral produksi industri TPT

Indonesia hal ini menjadi ironi pasalnya salah satu penyebabnya ialah karena

sudut pandang masyarakat di Jawa Barat dan masyarakat luar Jawa Barat yang

lebih mempercayai kualitas barang-barang impor dibandingkan dengan produk

lokal. Hal ini juga akan mengancam tingkat daya saing industri TPT Jawa Barat

dengan negara-negara penghasil produk industri TPT.

HASIL PEMBAHASAN

Daya saing Industri TPT Jawa Barat (Keunggulan Komparatif)

Analisis daya saing industri Tekstil dan Produk Tekstil Jawa Barat

menggunakan pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA). Metode

RCA didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya

menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel

yang diukur adalah kinerja ekspor komoditi TPT Jawa Barat terhadap total ekspor

TPT dan lainnya yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam

perdagangan Indonesia.

RCA dapat didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor TPT Jawa Barat

didalam total ekspor produk Jawa Barat lebih besar dibandingkan pangsa ekspor

TPT di dalam total ekspor produk Indonesia, diharapkan Jawa Barat memiliki

keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor. Apabila nilai RCA lebih besar

dari satu berarti negara itu mempunyai keunggulan komparatif untuk industri TPT.

Sebaliknya, jika nilainya lebih kecil dari satu berarti keunggulan komparatif untuk

komoditas TPT rendah. Analisis daya saing industri TPT Jawa Barat dihitung

sejak tahun 1981 hingga 2010 meskipun beberapa saat pernah mengalami

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

6000000

2008

2009

2010

Page 41: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

31

penurunan jumlah ekspor karena adanya gejolak permintaan komodi TPT di

dalam negeri.

Terlihat dari hasil analisis ditampilkan pada Tabel 6, nilai RCA memiliki

kemampuan daya saing komoditas tekstil dan produk tekstil Jawa Barat

mengalami peningkatan secara berangsur-angsur. Diawali pada tahun 1981 hingga

tahun 1982, nilai perhitungan RCA berada di posisi kurang dari satu yaitu pada

tahun 1981 sebesar 0.98 pada tahun 1982 sebesar 0.97 menandakan Provinsi Jawa

Barat mempunyai keunggulan komparatif untuk komoditas tekstil dan produk

tekstil yang rendah, bisa juga diartikan bahwa pangsa pasar tekstil dan produk

tekstil Jawa Barat lebih rendah daripada pangsa pasar tekstil dan produk tekstil

pesaingnya di Indonesia, ini diesebabkan karena produksi TPT Jawa Barat yang

masih sangat rendah karena lemahnya nilai ekspor industri TPT Jawa Barat yang

dikarenakan pengutamaan ekspor non migas bagi Indonesia sendiri baru mulai

digalakkan sejak tahun 1983.

Sejak tahun 1983, ekspor non migas menjadi perhatian dalam memacu

pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari

penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor.Konsumen

dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang

domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim.Persaingan sangat tajam antar

berbagai produk.Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu

daya saing suatu produk, sehingga peningkatan daya saing industri TPT Jawa

Barat pun dimulai pada tahun 1983.

Tahun 1983-1986 nilai RCA yang dimiliki oleh komoditas industri tekstil

dan produk tekstil Jawa Barat lebih besar dari satu yang berarti bahwa Provinsi

Jawa Barat mempunyai keunggulan komparatif pada komoditas tekstil dan produk

tekstil tinggi, salah satu penyebabnya karena adanya kebijakan outward looking

dan deregulasi dalam perdagangan dan investasi pada pertengahan 1980-an

menguntungkan strategi orientasi ekspor industri tekstil Indonesia. Pemerintah

telah menciptkan iklim investasi yang memadai untuk mendorong ekspansi

produk tekstil domestik, dan turunnya biaya produksi di industri tekstil di

Indonesia. Pada era proteksi tinggi, industri tekstil Indonesia terhambat oleh

tingginya tarif bahan baku dari luar negeri. Liberalisasi impor setelah tahun 1985

telah menghapus proteksiada tahun 1985 sehingga Indonesia bahkan Jawa Barat

telah mulai meningkatkan ekspor tekstil dan pakaian jadi (BKPM, 2011)

Tahun 1987-1994 industri TPT Jawa Barat mengalami penurunan yang

dikarenakan salah satu masalah yang dihadapi dunia usaha umumnya maupun

industri TPT khususnya adalah memburuknya tingkat pertumbuhan ekonomi

global, kebijaksanaan uang ketat dan tingkat suku bunga tinggi. Memburuknya

pertumbuhan ekonomi menyebabkan pertumbuhan TPT tidak sebaik tahun

sebelumnya, sedangkan kebijaksanaan uang ketat dan suku bunga tinggi akan

mengahambat rehabilitas maupun moderinasasi mesin-mesin yang sudah tua dan

tidak efisien lagi.

Pada tahun 1995-1997 sektor industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat

mulai mengalami peningkatan kembali dengan melihat nilai RCA yang dimiliki

lebih dari satu, hal ini dikarenakan terjadi peningkatan dalam jumlah

produksinya dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya, peningkatan

produksi ini terutama disebabkan oleh meningkatnya konsumsi dan

permintaan tekstil baik di dalam negeri maupun di luar negeri, namun pada

Page 42: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

32

tahun 1998 terjadi penurunan yang cukup besar yang dikarenakan terjadi krisis.

Nilai RCA dipengaruhi oleh nilai ekspor yang dihitung dalam dollar AS, hasil

analisis ditampilkan pada Tabel 6

Tabel 6 Hasil perhitungan RCA dan indeks RCA

Sumber:Hasil pengolahan menggunakan program Ms. Excel 2007

Ketika krisis ekonomi, nilai ekspor akan berkurang secara drastis. Hal ini

disebabkan nilai ekspor yang dihitung dalam dollar AS dipengaruhi oleh nilai

tukar rupiah yang saat itu terdepresiasi, sehingga nilai RCA pada tahun tersebut

menurun secara drastis. Akan tetapi, menurut teori perdagangan internasional

Tahun RCA Daya Saing Industri TPT Jawa

Barat Indeks RCA

1981 0.98010 Lemah 0

1983 0.97002 Lemah 0.98979

1983 1.01319 Kuat 1.04452

1984 1.03089 Kuat 1.01746

1985 1.02346 Kuat 0.99279

1986 1.061937 Kuat 1.03759

1987 0.870201 Lemah 0.81925

1988 0.67120 Lemah 0.77149

1989 0.55177 Lemah 0.82206

1990 0.50545 Lemah 0.91605

1991 0.47047 Lemah 0.93079

1992 0.51622 Lemah 1.09724

1993 0.66748 Lemah 1.29301

1994 0.87995 Lemah 1.31831

1995 1.03896 Kuat 1.18070

1996 1.07430 Kuat 1.03401

1997 1.08736 Kuat 1.01215

1998 0.96306 Lemah 0.88568

1999 1.19044 Kuat 1.23610

2000 1.20786 Kuat 1.01463

2001 1.12431 Kuat 0.93083

2002 1.04298 Kuat 0.92765

2003 1.10321 Kuat 1.05774

2004 1.02388 Kuat 0.92809

2005 1.01316 Kuat 0.98953

2006 1.01649 Kuat 1.00328

2007 1.06382 Kuat 1.04656

2008 1.13579 Kuat 1.06765

2009 1.00030 Kuat 0.88070

2010 1.17422 Kuat 1.17386

Page 43: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

33

ketika nilai tukar terdepresiasi akan berdampak pada kenaikan jumlah ekspor

barang tersebut. Hal ini disebabkan antara lain karena dengan terdepresiasinya

nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, sehingga harga barang tersebut menjadi

relatif lebih murah di mata para importer luar negeri, namun menurut data yang

diperoleh dari BPS Jawa Barat, volume ekspor menunjukkan penurunan yang

cukup signifikan pada masa krisis. Pada masa krisis dimana nilai tukar

berfluktuasi dari Rp2900/US$ pada tahunn 1997 ke kisaran Rp10.000/US$ dan

sempat menembus ke angka Rp16.000/US$ pada tahun 1998, yang kemudiam ke

kisaran Rp7.800/US$ pada tahun 1999 dan kembali pada kisaran Rp8400/US,

ternyata dapat mempengaruhi jumlah ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat

yang semula pada tahun 1997 sebesar 1.527.656 kilogram dan pada tahun 1998

menjadi 1.501.693 kilogram.

Pada masa setelah krisis, kondisi daya saing tekstil dan produk tekstil Jawa

Barat membaik Pada tahun 1999 hingga tahun 2010, nilai perhitungan RCA

mengalami peningkatan hingga berada diposisi lebih dari satu yang berarti bahwa

Provinsi Jawa Barat mempunyai keunggulan komparatif pada komoditas TPT

tinggi karena pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kementrian Industri melakukan

berbagai usaha untuk melakukan peningkatan daya saing industri tekstil dan

produk tekstil teresebut karena besarnya potensi dan sumbangannya terhadap

PDRB maupun devisa negara. Salah satu upayanya melakukan restrukturisasi

mesin-mesin teksil pada tahun 2007, dan industri TPT Jawa Barat yang berbasis

ekspor, dan pada massa krisis terjadi depsresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar

yang menguntungkan dalam perdagangan internasional sehingga pada masa

setelah krisis nilai tukar yang cukup tinggi dibandingkan pada masa sebelum

krisis menyebabkan industri TPT Jawa Barat memiliki nilai ekspor yang lebih

tinggi dibandingkan pada massa sebelum krisis.

Tahun 2009 terjadi penurunan nilai ekspor walaupun nilai RCA tidak

memliki dampak hingga kurang dari satu, tapi penurunan nilai ekspor pada tahun

tersebut disebabkan karena pada tahun tersebut Jawa Barat mulai merasakan

dampak dari dibelakukannya perdagangan bebas, yakni produk TPT Jawa Barat

ini kalah bersaing dengan produk testil dari Cina di salah negara tujuan ekspor

TPT utama Jawa Barat yakni Amerika Serikat. Namun, pada tahun 2010 Industri

Jawa Barat kembali mengalami peningkatan nilai ekspor hal ini merupakan kerja

sama pemerintah daerah dan kementrian industri Indonesia yang mendorong daya

saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dengan salah satunya

peningkatan kualitas SDM para pekerja di industri TPT Jawa Barat dengan

melakukan pelatihan-pelatihan dan perbaikan teknologi secara bertahap.

Selain dapat menganalisis daya saing industri tekstil dan Industri

Indonesia, bisa juga melihat kinerja ekspor ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa

Barat di pasar dunia setiap tahunnya sejak tahun 1981 hingga 2010 dengan indeks

RCA. Indeks RCA merupakan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan

nilai RCA tahun sebelumnya.Berdasarkan hasil perhitungan indeks RCA dari

Tabel. diatas, maka dapat dijelaskan bahwa pada tahun 1981 nilai indeks RCA

bernilai nol, berarti tidak terjadi perubahan pada kinerja ekspor tekstil dan produk

tekstil Jawa Barat di pasar nasional 1981 sama dengan tahun 1980. Pada tahun

1982 nilai indeks RCA meningkat mendekati angka 1 sebesar 0.989, berarti terjadi

peningkatan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipasar nasional

tahun 1982 lebih tinggi dibandingkan tahun 1981. Pada tahun 1983 nilai indeks

Page 44: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

34

RCA lebih besar dari satu yaitu sebesar 1.04452, berarti terjadi peningkatan

kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat di pasar nasional tahun 1983

lebih rendah dibandingkan tahun 1982. Pada tahun 1984 nilai indeks RCA lebih

besar dari satu yaitu sebesar 1.01746, berarti terjadi peningkatan kinerja ekspor

tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipasar nasional dibandingkan tahun 1983.

Pada tahun 1985 nilai indeks RCA lebih kecil dari satu yaitu sebesar

0.99279, berarti terjadi penurunan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa

Barat dipasar nasional tahun 1985 lebih rendah dibandingkan tahun 1984. Pada

tahun 1986 nilai indeks RCA lebih dari satu yaitu sebesar 1.03759, berarti terjadi

peningkatan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat di pasar nasional

1986 lebih tinggi dibandingkan tahun 1985. Pada tahun 1987 nilai indeks RCA

lebih kecil dari satu yaitu sebesar 0.81925, berarti terjadi penurunan kinerja

ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat di pasar nasional tahun 1987 lebih

rendah dibandingkan tahun 1986. Pada tahun 1988 nilai indeks RCA lebih kecil

dari satu yaitu sebesar 0.77149, berarti terjadi penurunan kinerja ekspor tekstil dan

produk tekstil Jawa Barat dipasar nasional tahun 1988 lebih rendah dibandingkan

tahun 1987. Pada tahun 1989 nilai indeks RCA lebih kecil dari satu yaitu sebesar

0.82206, berarti terjadi penurunan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa

Barat dipasar nasional dibandingkan tahun 1988.Pada tahun 1990 nilai indeks

RCA lebih kecil dari satu yaitu sebesar 0.91605, berarti terjadi penurunan kinerja

ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipasar nasional dibandingkan tahun

1989.

Pada tahun 1991 nilai indeks RCA lebih kecil dari satu yaitu sebesar

0.93079, berarti terjadi penurunan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa

Barat dipasar nasional tahun 1991 lebih tinggi dibandingkan tahun 1990. Pada

tahun 1992 nilai indeks RCA lebih besar dari satu yaitu sebesar 1.09724, berarti

terjadi peningkatan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipasar

nasional tahun 1992 lebih rendah dibandingkan tahun 1991. Pada tahun 1993 nilai

indeks RCA lebih besar dari satu yaitu sebesar 1.29301, berarti terjadi

peningkatan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Badan dipasar nasional

tahun 1993 lebih tinggi dibandingkan tahun 1992. Pada tahun 1994 nilai indeks

RCA lebih besar dari satu yaitu sebesar 1.31831, berarti terjadi peningkatan

kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipasar nasional tahun 1994

lebih tinggi dibandingkan tahun 1993.

Pada tahun 1995 nilai indeks RCA lebih besar dari satu yaitu sebesar

1.18070, berarti terjadi peningkatan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa

Barat dipasar nasional tahun 1995 lebih tinggi dibandingkan tahun 1994. Pada

tahun 1996 nilai indeks RCA lebih besar dari satu yaitu sebesar 1.03401, berarti

terjadi peningkatan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipasar

nasional tahun 1996 lebih tinggi dibandingkan tahun 1995. Pada tahun 1997 nilai

indeks RCA lebih besar dari satu yaitu sebesar 1.01215, berarti terjadi

peningkatan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipasar nasional

tahun 1997 lebih tinggi dibandingkan tahun 1996.

Pada tahun 1998 nilai indeks RCA lebih kecil dari satu yaitu sebesar

0.88568, berarti terjadi penurunan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa

Barat dipasar nasional tahun 1998 lebih rendah dibandingkan tahun 1997. Pada

tahun 1999 nilai indeks RCA lebih besar dari satu yaitu sebesar 1.23610, berarti

terjadi peningkatan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipasar

Page 45: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

35

nasional tahun 1999 lebih tinggi dibandingkan tahun 1998. Pada tahun 2000 nilai

indeks RCA lebih besar dari satu yaitu sebesar 1.01463, berarti terjadi

peningkatan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipasar nasional

tahun 2000 lebih tinggi dibandingkan tahun 1999. Pada tahun 2001 nilai indeks

RCA lebih kecil dari satu yaitu sebesar 0.93083, berarti terjadi penurunan kinerja

ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipasar nasional tahun 2001 lebih

rendah dibandingkan tahun 2000. Pada tahun 2002 nilai indeks RCA lebih kecil

dari satu yaitu sebesar 0.92765, berarti terjadi penurunan kinerja ekspor tekstil dan

produk tekstil Jawa Barat dipasar nasional tahun 2002 lebih rendah dibandingkan

tahun 2001. Pada tahun 2003 nilai indeks RCA lebih besar dari satu yaitu sebesar

1.05774, berarti terjadi peningkatan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa

Barat dipasar nasional tahun 2003 lebih rendah dibandingkan tahun 2002.

Pada tahun 2004 nilai indeks RCA lebih kecil dari satu yaitu sebesar

0.92809, berarti terjadi penurunan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa

Barat dipasar nasional tahun 2004 lebih rendah dibandingkan tahun 2003. Pada

tahun 2005 nilai indeks RCA lebih besar dari satu yaitu sebesar 0.98953, berarti

terjadi penurunan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipasar

nasional tahun 2005 lebih rendah dibandingkan tahun 2004 Pada tahun 2006 nilai

indeks RCA lebih kecil dari satu yaitu sebesar 1.00328, berarti terjadi peningkatan

kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipasar nasional tahun 2006

lebih rendah dibandingkan tahun 2005.

Pada tahun 2007 nilai indeks RCA lebih besar dari satu yaitu sebesar

1.04656, berarti terjadi peningkatan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa

Barat dipasar nasional tahun 2006 lebih tinggi dibandingkan tahun 1995. Pada

tahun 2008 nilai indeks RCA lebih besar dari satu yaitu sebesar106.765,berarti

terjadi peningkatan kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipasar

nasional tahun 2008 lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. Pada tahun 2009 nilai

indeks RCA lebih kecil dari satu yaitu sebesar 0.88070, berarti terjadi penurunan

kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipasar nasional tahun 2009

lebih rendah dibandingkan tahun 2008. Pada tahun 2010 nilai indeks RCA lebih

besar dari satu yaitu sebesar 1.17386, berarti terjadi peningkatan kinerja ekspor

tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipasar nasional tahun 2010 lebih tinggi

dibandingkan tahun 2009.

Analisis Daya Saing Industri TPT Tekstil Jawa Barat

(Keunggulan Kompetitif)

Dalam perdagangan dunia strategi persaingan adalah hal yang sangat

menentukan dalam mencapai keberhasilan atau kegagalan, hal ini berlaku baik

untuk suatu perusahaan, industri maupun negara. Terlebih lagi dalam, era

perdagangan bebas, dimana halangan perdagangan (trade barriers)baik yang

bersifat tarif maupun non tarif tidak lagi menjadi penghambat dalam perdagangan.

Suatu negara tidak bisa lagi menggantungkan keunggulannya hanya kepada

keunggulan komparatif yang dimilikinya sebagai endowment factors yaitu faktor

yang dimiliki secara alamiah, tetapi juga harus didukung dengan keunggulan

kompetitif yang kuat. Keunggulan kompetitif dapat dilihat dengan mrtode Potter’s

Diamond, dan ada empat unsur penting yang dapat menetukan mengapa industri

Page 46: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

36

tertentu dalam suatu negara dapat memenangkan persaingan internasional, yaitu

kondisi faktor, kondisi permintaan, keberadaan industri pendukung, kondisi

persaingan dan strukutur persaingan dalam negeri.

Kondisi Faktor

Kondisi faktor sumberdaya berpengaruh terhadap daya saing industri tekstil

dan produk tekstil. Penggunaan faktor produksi yang efektif dan efisien akan

mampu meningkatkan produktivitas suatu usaha. Demikian juga penggunaan

faktor produksi yang harus dilakukan dalam usaha industri tekstil dan produk

teksil. Output yang dihasilkan oleh perusahaan tergantung pada teknik produksi

yang digunakan dengan jumlah input yang tetap dan dengan penggunaan teknik

produksi yang lebih efisien, maka akan lebih besar output yang mampu dihasilkan

oleh suatu industri.

Masalah penggunaan faktor produksi yang yang ada secara apa adanya dan

dikelola dengan menajemen dan teknik yang seadanya menjadi kendala utama.

Padahal Jawa Barat memiliki faktor produksi yang lebih banyak dibandingkan

dengan provinsi lain seperti tenaga kerja, dan produksi TPT yang melimpah yang

sebenarnya harus mampu dikombinasikan dengan baik.

Tabel 7 Jumlah tenaga kerja pada sektor industri TPT di Jawa Barat tahun 2001-

2010

Sumber : BPS Jawa Barat, 2012

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

peningkatan daya saing produk TPT Jawa Barat bahkan nasional di pasar global

diantara faktor-faktor yang lainnya, yaitu: perbankan, energi, infrastruktur dan

jarak/letak geografis negara Indonesia. Tekstil dan produk tekstil Jawa Barat

memiliki jumlah tenaga kerja yang cukup besar yang dapat dilihat pada Tabel 7

yang secara bertahap meningkatkan penyerapan tenaga kerja bagi provinsi Jawa

Barat tersebut. Masalah tenaga kerja yang dihadapi industri TPT Jawa Barat

bahkan nasional yang mengakibatkan industri ini sulit bersaing dengan industri

TPT dari negara-negara lain adalah rendahnya produktivitas pekerja dan tenaga

professional, yakni disektor industri weaving untuk bidang pemasaran. Demikian

juga tantangan yang dihadapi penyelenggara pendidikan bidang busana harus

mampu menyediakan SDM berkualitas dan kompeten di bidang busana dari aspek

disain, material, teknologi dan nilai fungsi produk fashion di berbagai bidang

kehidupan sehingga mampu menciptakan tren produk fashion di pasar domestik

dan internasional, yang perlu disadari untuk menghasilkan produk dan SDM

Tahun

Jumlah Tenaga

Kerja (orang)

Tahun Jumlah Tenaga Kerja

(orang)

2001 530 469 2006 545 940

2002 500 103 2007 507 144

2003 468 692 2008 445 349

2004 382 118 2009 472 682

2005 451 218 2010 502 234

Page 47: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

37

berkualitas dibutuhkan hubungan sinergis antara dunia usaha dan industri dengan

lembaga pendidikan.

Modal merupakan aspek penting dalam industri, dengan ketidakseterdian

modal suatu industri tidak dapat bekerja.Demikian juga dengan industri tekstil dan

produk tekstil Jawa Barat, dimana ketersedian akses untuk memperoleh modal

dari lembaga keuangan yang cukup sulit karena serapan kredit untuk subsektor

industri tekstil dan produk tekstil tergolong rendah karena masih adanya anggapan

bahwa TPT merupakan sunset industri.Pangsa kredit ke subsektor TPT masih

sebesar 2.19 persen dengan angka pertumbuhan kredit sebesar 19.4 persen. Angka

ini masih lebih rendah jika dilihat dari pertumbuhan total kredit secara nasional

sebesar 23.1 persen . Total kredit secara nasional sebesar Rp1.780,35 triliun

dan untuk industri pengolahan 280.95 triliun sedangkan untuk subsektor TPT

jumlahnya hanya sebesar Rp38.97 triliun tetapi, dibandingkan dengan triwulan

I/2010 jumlah ini mengalami peningkatan. (Bisnis Jawa Barat, 2010).

Teknologi merupakan faktor yang cukup penting dalam pengembangan

industri.kompleksitas masalah yang dihadapi akan menyulitkan industri tekstil

dan produk tekstil (TPT) menghadapi persaingan dengan negara-negara produsen

TPT lainnya. Kinerja ekspor selama lima tahun terakhir cenderung melambat. Hal

ini merupakan dampak dari kompleksitas berbagai faktor yang dihadapi industri

TPT.Masalah teknologi merupakan salah satu faktor penghambat bagi produksi

industri tekstil dan produk tekstil di Jawa Barat, terdapat dua faktor potensial yang

melemahkan daya saing, pertama faktor internal seperti teknologi permesinan

yang sudah usang, mesin dan peralatan industri TPT yang sudah tua sehingga

produktivitas maupun kualitas produksinya relatif rendah. (Kementerian

Perindustrian).

Apabila dilihat dari segi infrastruktur yang menunjang industri tekstil dan

produk tekstilJawa Barat, ketersediaan infrastruktur masih kurang memadai.

Permasalahan yang dihadapi antara lain seperti rendahnya fasilitas transportasi

melalui diversifikasi moda dan peningkatan produktifitas kinerja pelabuhan,

dalam proses pengirman barang atau jasa menggunakan waktu yang cukup lama.

Permasalahan kedua adalah dengan mengatur biaya THC agar lebih

kompetitif.Walaupun biaya THC kita sempat turun pada tahun 2005, namun biaya

tersebut masih relatif tinggi di banding negara-negara lainnya.Di bidang energi,

permasalahan pokoknya adalah keterbatasan suplai dari PLN yang belum dapat

memenuhi kebutuhan industri.Padahal kepastian ketersediaan suplai energi adalah

hal utama dalam dunia industri. Berkaitan dengan tarif, sebenarnya tarif PLN

sudah cukup kompetitif yaitu sebesar 4 cent/kwh, akan tetapi harga aplikasinya

(applied rate) karena adanya program dayamax, multiguna,PPJU dan PPn

menjadi tidak kompetitif (8 cent/kwh).(API Jawa Barat, 2007).

Kondisi Permintaan

Kondisi permintaan domestik untuk komoditi tekstil dan produk tekstil di

Jawa Barat masih cukup rendah dibandingkan dengan permintaan ekspornya,

tingkat konsumsi masyarakat Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai

berikut.

Page 48: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

38

Tabel 8 Tingkat konsumsi masyarakat Jawa Barat terhadap produk industri

TPT Jawa Barat

Jenis

komoditi Satuan 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tekstil dan

produk tekstil Ton 1.87 1.92 2.07 2.02 2.09 2.13

Sumber : BPS Jawa Barat, 2011

Untuk kondisi permintaan pasar luar negeri, pasar utama yang dimiliki

industri tekstil dan produk tekstil Indonesia ialah Amerika serikat dan Jepang,

berikut data ekspor TPT Indonesia dengan tujuan negaranya AS dan Jepang.

Tabel 9 Perkembangan ekspor TPT Indonesia ke AS dan Jepang

Tahun 2007 2008 2009 2010

Amerika

Serikat

3.759.300.081 3.796.091.942 3.479.813.510 4.140.962.070

Jepang 499.017.151 536.172.276 469.890.989 620.070.694

Sumber : Kementerian Perindustrian, 2013.

Terlihat bahwa perkembangan ekspor yang industri TPT Indonesia ke

negara AS dan Jepang cenderung mengalami peningkatan, sehingga bisa

dikatakan permintaannya pun ikut meningkat dari tahun-ketahun.Industri TPT

Indonesia yang cukup besar di dominasi oleh TPT Jawa Barat pun

mengindikasikan bahwa permintaan industri TPT Jawa Barat untuk pasar

utamanya ialah AS dan Jepang tergolong cukup besar pula, apabila dilihat lebih

lanjut dapat dikatakan bahwa industri tekstil dan produk tekstil lebih ditunjukan

untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri dibandingkan untuk memenuhi

permintaan pasar domestik.

Akan tetapi, jika dilihat dari kondisi pangsa pasar yang dimiliki untuk

komoditi teksil dan produk tekstil Jawa Barat di pasar domestik, pangsa pasar

yang dimiliki Jawa Barat pada tahun 2008 hanya 22 persen karena industri TPT

ini masih kalah bersaing terutama dengan Cina, namun permintaan pada industri

TPT Jawa Barat berpotensi akan terus meningkat untuk di massa yang akan

datang, dilihat dari populasi penduduk Indonesia maupun di Provinsi Jawa Barat

sendiri yang terus meningkat, Penduduk Jawa Barat berdasarkan hasi BPS Jawa

Barat 2008 berjumlah sebesar 42.19 juta jiwa terdiri dari penduduk laki-laki

sebesar 21.26 juta jiwa (50.39 persen) dan penduduk perempuan sebesar 20.93

juta jiwa (49.61persen).Di Indonesia, Jawa Barat merupakan provinsi dengan

jumlah penduduk terbesar dibandingkan dengan provinsi lain (API Jawa Barat,

2008)

Page 49: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

39

Industri Pendukung

Industri pendukung memiliki peranan dalam mengembangkan tekstil dan

produk tekstil yang ada, industri pendukung dalam faktor produksi diantaranya :

1. Industri mesin-mesin tekstil, komponen mesin tekstil, industri kimia tekstil,

dan asesoris.

Menurut API Jawa Barat, dapat dilihat dalam permasalahan penggunaan

teknologi industri TPT Jawa Barat yaitu penggunaan teknologi permesinan

yang sudah usang, mesin dan peralatan industri TPT yang sudah tua sehingga

produktivitas maupun kualitas produksinya relatif rendah, hal ini dapat terjadi

apabila indusri pendukung industri mesin-mesin tekstil dan industri komponen

mesin tekstil tidak dapat bekerja dengan baik dalam hal penyediaan mesin-

mesin baru yang lebih baik dan berinovasi tinggi.

2. Transportasi memegang perananan yang penting dalam meningkatkan kinerja

ekspor.

Pelabuhan laut merupakan sarana pendukung yang penting untuk kelancaran

ekspor dan berpengaruh besar pada harga jual produk di pasar

internasional.Transportasi yang murah juga merupakan hal yang menjadi

permasalahan bagi komoditas ekspor. Mengingat biaya pengangkutan dapat

menimbulkan peningkatan harga jual barang ekspor, contohnya sebagai

komparasidari Singapura ke Jepang biaya kapal USD 600 dan biaya pelabuhan

USD 200, sementara dari Jakarta ke Medan biaya kapal Rp 6 juta sedangkan

biaya pelabuhan Rp 3.5 juta. Dalam persaingan ekspor dengan negara

lain .Indonesia seringkali kalah bersaing dalam hal tersebut.(API, 2007)

3. Industri jasa pelatihan khususnya dalam pelatihan tenaga kerja.

Misalnya pelatihan tenaga kerja dalam desain printing dan desain tenun dan

pengetahuan bahan tekstil dan teknologi garmen dimana nilai produk juga

ditentukan oleh desain produk yang dihasilkan. Sementara di Jawa Barat

bahkan scara nasional, Indonesia masih memiliki kualitas desain yang kurang

dapat bersaing dengan produsen industri TPT dari negara luar terutama Cina,

dan tenaga kerja yang terampil yang memiliki desain yang unik dan

pengetahuan yang cukup sehingga dapat menarik pasar lebih tinggi

dibandingkan Indonesia.

Persaingan, Struktur, dan Strategi Perusahaan

Beberapa fakor yang dapat dikategorikan kedalam faktor penentu

persaingan dan strategi perushaan adalah :

1. Diferensiasi produk, identitas produk dan informasi.

Dalam menghadapi pasar bebas industri TPT harus mampu menghasilkan

produk tekstil yang berkualitas, halus dan indah, high function, inovatif dan

kompetitif untuk mendukung pengembangan produk fashion guna

membangun Indonesia fashion image dengan brand dalam negeri. Demikian

juga tantangan yang dihadapi penyelenggara pendidikan bidang busana harus

mampu menyediakan SDM berkualitas dan kompeten di bidang busana dari

aspek disain, material, teknologi dan nilai fungsi produk fashion di berbagai

bidang kehidupan sehingga mampu menciptakan tren produk fashion di pasar

Page 50: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

40

domestik dan internasional Diferensiasi produk sebagai bagian dari strategi

merebut pasar nampaknya masih belum begitu diperhatikan dari para

perusahaan. Hal ini nampak dari kurangnya perhatian pengusaha terhadap

desain akhir yang digunakan cenderung kurang menarik. Dengan melakukan

perlakuanakhir yang berbeda akan mampu menciptkan produk yang berbeda

pula. Hal inilah yang akan mempengaruhi pola konsumsi karena komoditas

yang bersangkutan akan dianggap sebagai komoditas yang berbeda meski

sebenarnya berasal dari bahan baku yang sama.

2. Adanya merk tertentu pada suatu kemasan akan ikut mempengaruhi posisi dan

kemampuan daya saing perusahaan. Dengan adanya merk maka konsumen

akan cepat mengetahui apakah komoditas tersebut sesuai dengan kebutuhan

dan keinginan atau tidak. Masalah pengepakan dan pemberian merk,

nampaknya masih kurang diperhatikan dari pengusaha. Para produsen belum

menyadari bahwa pengepakan yang baik dan pemberian merk merupakan

masalah bagi mereka, padahal salah satu kelemahan dalam industri ini ialah

pengepakan dan pemberian merk (labeling).

3. Faktor penentu lainnya ialah adalah akses informasi yang mampu diperoleh

oleh suatu perusahaan. Dalam era globalisasi sekarang ini, siapa yang

memiliki akses terhadap informasi lebih banyak maka akan mampu

memenangkan persaingan. Demikian juga dengan akses pasar terhadap produk

industri tekstil dan produk tekstil. Informasi pasar potensial dan efektif perlu

didapat, terutama desain yang sedang digemari di masyarakat. Hal ini dapat

dilakukan dengan pengenalan produk secara domestik, nasional dan

internasional, dalam hal ini diharapkan pemerintah mampu membantu

pengenalan produk industri tekstil dan produk tekstil tersebut (BSN, 2013).

Dari segi struktur, struktur yang dimiliki industri TPT Jawa Barat dapat

dilihat dari banyaknya perusahaan TPT yang belokasi di Jawa Barat, beikut data

2008-2010 jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat:

Tabel 10 Jumlah perusahaan Industri TPT Jawa Barat 2008-2010

Tahun Jumlah Perusahaan

2008 1650

2009 1627

2010 1880

Sumber :BPS Jawa Barat, 2010

Dalam Tabel 10 terlihat banyaknya perusahaan yang merupakan bentuk

struktur yang dimiliki oleh industri TPT Jawa Barat yang memiliki lebih 1500

perusahaan TPT yang berlokasi di Jawa Barat, sehingga bisa dikatakan struktur

yang di TPT Jawa Barat memiliki struktur yang cukup baik, dalam

perkembangannya perusahaan TPT di Jawa Barat dari tahun 2009 ke 2010

mengalami peningkatan yang cukup besar yakni sebesar 267 perusahaan.

Dalam persaingan dilihat dari kondisi persaingan produk TPT di pasar dunia

dalam beberapa tahun terakhir ini semakin ketat, khususnya setelah era pasca

kuota.Apalagi setelah munculnya negara-negara pesaing baru seperti Thailand,

Malaysia, dan Vietnam. Menurut API 2009 negara-negara berikut merupakan

jumlah pengimpor TPT yang cukup banyak di Indonesia, sehingga dapat

Page 51: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

41

menurunkan tingkat daya saing industi TPT Jawa Barat bahkan bagi industri TPT

Indonesia.

Tabel 11 Tingkat Impor TPT ke Indonesia

Negara Nilai Impor TPT ke Indonesia

2008 2009 2010

Cina 1.025.035.193 1.034.915.291 1.682.332.145

Thailand 172.932.491 156.668.440 228.429.771

Malaysia 101.400.700 74.806.072 108.935.593

Vietnam 53.652.267 63.647.433 110.880.186

Sumber : Kementrian Perindustrian Indonesia, 2013

Di pihak lain teknologi proses dan jaringan pemasaran masih dikuasai oleh

Multinational Corporation (MNCs), sedangkan negara maju masih banyak yang

mengenakan proteksi yang berbentuk non tariff barrier (lingkungan, sosial,

dumping, tenaga kerja dan lain-lain.). Namun sebaliknya, kalangan perusahaan

Indonesia masih kurang aktif berpromosi ke luar negeri.Bahkan kinerja ekspor

TPT Indonesia masih jauh tertinggal dengan Vietnam.Perbaikan kualitas agar

menjaga daya saing industri tekstil dalam negeri. Apalagi Indonesia akan ikut

serta dalam ASEAN EconomicCommunity/AEC atau masyarakat ekonomi

ASEAN.

Peranan Pemerintah

Peran pemerintah daerah Jawa Barat dalam mendukung perkembangan

industri tekstil dan produk tekstil sangat diharapkan oleh pengusaha-pengusaha

industri dan konsumen, pemerintah telah berupaya untuk memajukan

pengembangan industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, salah satunya dapat

dilihat dari indikasi rencana program prioritas dalam Perubahan RPJM Daerah

Provinsi Jawa Barat yaitu industri TPT sebagai program penataan struktur dan

peningkatan kemampuan teknologi industri dengan sasaran:

1. Mendorong tumbuhnya industri-industri andalan masa depan (industri agro,

industri kreatif dan industrit eknologi informasi komunikasi)

2. Meningkatnya sinergitas pengembangan industri;

3. Meningkatnya penguasaan teknologi industri terutama industri tekstil dan

produk tekstil, industri keramik, industri logam, serta teknologi informasi

komunikasi;

4. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja oleh industri besar.

Terdapat pula Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1980 yakni Ketentuan

Wajib Uji Barang-Barang Hasil Industri Tekstil Dalam Wilayah Provinsi Daerah

Tingkat I Jawa Barat bahwa mengingat pesatnya perkembangan industri tekstil

khususnya di Jawa Barat, maka untuk melindungi baik kepentingan masyarakat

konsumen maupun produsen terhadap mutu barang-barang hasil industri tekstil

yang diperdagangkan, yang dimaksud dianataranya ialah pengujian/pemeriksaan

atas suatu barang hasil industri tekstil secara fisis dan atau kimiawi di

laboratorium, dan terdapat jaminan mutu yang menyatakan bahwa suatu barang

hasil industri tekstil telah memenuhi suatu standar kualitas yang ditetapkan

sebelumnya. Selain hal tersebut, pemerintah Provinsi Jawa Barat telah

Page 52: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

42

memfasilitasi dan menerima audiensi dari PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung

(JIEP) dalam relokasi kawasan industri tekstil dan industri lainnya ke kawasan

industri tekstil Majalengka.Pada pertemuan fasilitasi tersebut diarahkan untuk

dikembangkan kerjasama Businessto Business dalam pengembangan Kawasan

Industri Tekstil di Majalengka. Pada tahun 2012, Pemerintah Provinsi Jawa Barat

akan menyiapkan kajian perencanaan kawasanAerocity, dimana didalamnya

termasuk kawasan rencana pengembangan industri tekstil.

Serta terdapat juga peran Kementrian Perindustrian dalam upaya

pengembangan industri prioritas di Jawa Barat agar sejalan dengan Kebijakan

Industri Nasional, untuk mengembangkan 11 industri prioritas yang berbasis padat

karya (TPT, alas kaki,furniture), industri kecil menengah, industri barang modal,

industri berbasis sumber daya alam, dan industri pertumbuhan tinggi, serta 3

industri prioritas khusus. Pada Tahun 2010-2014, dalam rangka meningkatkan

daya saing industri nasional, Kemenperin mempunyai lima fokus kebijakan yaitu :

1. Mendorong penyebaran industri manufaktur ke seluruh wilayah Indonesia,

terutama ke wilayah yang industrinya belum tumbuh secara optimal, namun

wilayah tersebut memiliki sumber daya yang melimpah;

2. Meningkatkan kompetensi inti industri daerah dengan mendorong

dihasilkannya produk-produk yang bernilai tambah tinggi;

3. Memperdalam struktur industri nasional dengan mendorong tumbuhnya

industri pionir dalam rangka melengkapi pohon industri. Selama ini industri

hilir di dalam negeri belum tumbuh secara maksimal seperti industri hilir

CPO, kakao dan karet;

4. Mendorong tumbuhnya industri komponen dan industri pendukung di dalam

negeri untuk mengurangi ketergantungan bahan baku dan komponen impor

seperti pada industri elektronika, otomotif dan permesinan; dan

5. Meningkatkan daya saing industri prioritas yang sesuai dengan amanat Perpres

No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.

Namun kekurangan dari pemerintah salah satunya ialah kurangnya

melakukan promosi atau melakukan pameran-pameran untuk memperkenalkan

produk TPT Jawa Barat di luar negeri sehingga salah satunya berdampak pada

sektor industri TPT Jawa Barat yaitu kurang dikenalnya produk industri tersebut

secara internasional.

Kesempatan

Dalam RKPD Jawa Barat tahun 2011oleh menjelaskan bahwa Jawa Barat

memiliki keunggulan lokasi yang menarik sebagai daerah tujuan investasi, maka

PMA di Jawa Barat pun berpotensi meningkat. Aliran PMA global meningkat

dengan cepat pada akhir tahun 2009 yang didorong oleh berakhirnya resesi di

semester II-2009, sehingga kawasan industri terutama di wilayah Bogor, Bekasi,

Karawang, Bandung, Cimahi akan kembali menerima aliran PMA tersebut.

Terlebih jika kawasan industri di daerah-daerah tersebut akhirnya terpilih sebagai

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) maka aliran PMA akan lebih besar lagi

dibandingkan dengan tahun 2009. Diperkuat dengan semakin luasnya

implementasi program pelayanan terpadu satu pintu baik di tingkat provinsi

maupun kabupaten/kota. Diproyeksikan ke depan adanya strategi pendekatan

Page 53: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

43

revitalisasi kembali kawasan-kawasan industri Jawa Barat sejalan dengan

perubahan-perubahan global ke depan (Bappeda Jawa Barat, 2013)

Diliat dari minat jumlah proyek PMA dan PMDN industri teksti Jawa

Barat ini masih berpotensi sangat besar dengan jumlah investasinya lebih dari Rp3

Miliar, dapat dilihat pada Tabel 12 sebagai berikut.

Tabel 12 Minat Jumlah Proyek (izin pinsip) PMA dan PMDN di Jawa Barat

menurut Sektor Usaha periode Januari sd Desember 2010

Peringkat Sektor Usaha

Jumlah

Proyek

(buah)

Investasi

(Rp.)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

Ind. Logam, Mesin & Elektronik

Industri Tekstil

Industri Lainnya

Ind. Karet dan Plastik

Industri Makanan

Ind. Kimia dan Farmasi

Perdagangan & Reparasi

Ind. Kendaraan Bermotor & Alat

Transportasi Lain

Jasa Lainnya

Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki

Ind. Kertas dan Percetakan

Listrik, Gas dan Air

Industri Kayu

Hotel & Restoran

Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik

dan Jam

Konstruksi

Peternakan

Perumahan, Kawasan Ind & Perkantoran

Tanaman Pangan & Perkebunan

Kehutanan

Perikanan

Total

101

68

55

51

34

29

29

23

11

9

8

4

3

2

2

1

1

1

0

0

0

0

0

0

9.365.827.385.481

3.299.783.977.402

12.653.385.491.000

8.453.090.572.048

3.522.745.688.869

4.858.593.669.000

801.330.539.941

873.732.309.250

324.500.000.000

908.080.072.000

526.169.340.000

2.971.500.000,000

16.000.000.000

122.500.000.000

43.221.000.000

900.000.000.000

35.000.000.000

3.000.000/000

0

0

0

0

0

49.678.460.044.991

Sumber :BKPPMD Jawa Barat, 2010

Terlihat peringkat industri TPT ini berada pada peringkat kedua setelah

industri logam, mesin an elektronik. Kesempatan lainnya yang dimiliki industri ini

ialah permintaan TPT Jawa Barat untuk ekspor masih terbuka dan industri

TPTtelah mampu mengikuti standar internasional (ISO 9001, ISO 14001) dan

juga permintaan tekstil Jawa Barat untuk ekspor masih terbuka produk tekstil

telah internasional. Berikut gambar ringkasan menggunakan Potter’s Diamond

Page 54: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

44

Gambar 8 Ringkasan analisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing industri

TPT dengan pendekatan Potterr's Diamond

Pemerintah

- Perda Nomor 6 tahun 1980 yakni Ketentuan Wa jib Uji

Barang-Barang Hasil Industri Tekstil Dalam Wilayah

Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat (+)

- Perubahan RPJM Daerah Provinsi Jawa Barat yaitu

industri TPT sebagai program penataan struktur dan

peningkatan kemampuan teknologi (+)

- Kurangnya promosi luar negeri (-)

- Memiliki jumlah tenaga kerja yang

cukup besar(+) - Ketersedian akses untuk memperoleh

modal dari lembaga keuangan yang

cukup sulit karena serapan kredit untuk subsektor industri tekstil dan produk

tekstil di tergolong rendah(-)

- Teknologi permesinan yang sudah usang, mesin dan peralatan industri TPT

yang sudah tua(-)

- Diferensiasi produk sebagai bagian dari

strategi merebut pasar nampaknya masih

belum diperhatikan(-)

- Munculnya negara-negara pesaing baru

seperti Thailand, Malaysia, dan

Vietnam(-)

- Jumlah perusahaan TPT yang berada di

Jawa Barat dari tahun ke tahun

meningkat(+)

Kondisi

Faktor

Strategi, struktur,

dan Persaingan

Kondisi

Permintaan

Industri Pendukung

- Kurangnya kerja sama dengan industri mesin-mesin tekstil dan industri komponen

mesin tekstil (-)

- industri jasa pelatihan khususnya dalam pelatihan tenaga kerja misalnya pelatihan

tenaga kerja dalam desain printing dan desain tenun(-)

- Populasi penduduk yang besar

meningkatkan permintaan tekstil

dan produk tekstil (+) - Industri tekstil dan produk

tekstil berorienatsi ekspor dan

masih tingginya nilai ekspor di pasar utama yakni Negara Cina

dan Jepang.(-)

- Minat PMA terhadap industri TPT

yang tinggi(+) - -Permintaan ekspor masih terbuka

(+)

- -Industri tekstil telah mampu mengikuti standar internasional(+)

Kesempatan

Page 55: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

45

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Industri Tekstil dan

Produk Tekstil Jawa Barat

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat daya saing industri TPT

Provinsi Jawa Barat didapat dengan menggunakan metode Kuadrat Terkecil atau

biasa disebut OLS (Ordinary Least Square). Data-data yang diperoleh diolah

menggunakan Microsoft Office Excel 2007kemudian data-data yang telah diolah

tersebut diestimasikan menjadi sebuah model dengan menggunakanEviews 6

danMinitab 16.Menurut (Gudjarati, 2004) model ekonometrika yang baik

harusmemenuhi kriteria ekonometrika dan kriteria statistik. Suatu model dapat

dikatakan baik apabila memenuhi asumsi klasik, seperti harus terbebas dari gejala

multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

Tabel 13 Hasil estimasi faktor-faktor yang mepengaruhi daya saing industri tekstil

dan produk tekstil Jawa Barat

Variable Coefficient Prob.

PROD 0.414501 0.0495*

LnNT 0.192923 0.0090*

LNUMP 0.006437 0.9136

LnJmlhTK -0.092317 0.5485

INF -0.002163 0.0012*

DUMMY 0.029179 0.7324

C -0.201425 0.9183

AR(1) 0.805124 0.0002

R-squared 0.852533

Adjusted R-squared 0.803378

F-statistic 17.34358

Prob(F-statistic) 0.000000

*) Signifikan pada taraf nyata : 5%

Sumber: Hasil pengolahan menggunakan program Eviews 6

Faktor-faktor yang digunakan pada persamaan daya saing industri TPT

Jawa Barat (DS) adalah Produktivitas (Prod), Upah Minimum Provinsi Jawa Barat

(UMP), Nilai Tukar (Nt), Inflasi (Inf), Jumlah tenaga kerja (JmlhTk) pada sejktor

industri TPT di Provinsi Jawa Barat dan Dummy Krisis. Hasil regresi pada Tabel

10 menunjukan bahwa terdapat 3 dari 6 variabel independen yang berpengaruh

nyata terhadap tingkat daya saing industri TPT Jawa Barat dengan taraf nyata 0,05

(5 persen). Variabel-variabel tersebut adalah Produktivitas, Nilai tukar dan Inflasi

dengan nilai probabilitas masing-masing sebesar 0,0495 ; 0,0090 dan 0.0012

(Tabel 13). Sedangkan variabel independen yang tidak berpengaruh nyata

terhadap tingkat daya saing industri TPT Jawa Barat dalah variabel UMP, jumlah

tenaga kerja dan variabel dummy krisis dengan nilai probabilitasnya sebesar

0.9136 ; 0.5485 dan 0.7324.

Page 56: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

46

Hasil regresi menunjukan bahwa variabel produktivitas, nilai tukar, inflasi

berpengaruh terhadap tingkat daya saing industri TPT Provinsi Jawa Barat,

sedangkan variabel UMP, jumlah tenaga kerja dan dummy krisis tidak

memengaruhi tingkat daya saing industri TPT Provinsi Jawa Barat sehingga

didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:

DS = -0.201425 + 0.414501 Prod + 0.192923Ln Nt - 0.002163 Inf

Dari hasil estimasi berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa produktivitas

berpengaruh positif signifikan terhadap daya saing industri tekstil dan produk

tekstil Jawa Barat dengan koefisien sebesar 0.41450 artinya jika produktivitas

meningkat sebesar satu persen maka daya saing industri TPT Jawa Barat

meningkat sebesar 0.414501 persen, cateris paribus. Pada dasarnya daya saing

identik dengan produktivitas karena peningkatan produktivitas berarti bahwa

tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan meningkat

sehingga dapat memberikan keunggulan (keuntungan) dan erat kaitannya dengan

peningkatan kemampuan aktivitas produksi, distribusi dan konsumsi. Peningkatan

produktivitas terutama faktor total produksi sangat menentukan kemampuan daya

saing suatu industri pada tingkat global, regional maupun dalam negeri.

Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (US$) mempunyai pengaruh

positif signifikan terhadap daya saing industri TPT Jawa Barat dengan koefisien

sebesar 0.192923 artinya jika nilai tukar nominal rupiah terhadap mata uang asing

mengalami peningkatan yang berarti terjadi depresiasi pada mata uang rupiah

sebesar satu persen maka daya saing industri tekstil dan produk tekstil Indonesia

meningkat sebesar 0.192923 persen, asumsi cateris paribus. Depresiasi rupiah

setelah krisis disatu sisi berhasil meningkatkan daya saing industri TPT Jawa

Barat.Hal ini dikarenakan ketika mata uang Indonesia lemah terhadap mata uang

asing (US$) maka harga komoditi TPT yang ditawarkan Indonesia lebih murah

dibandingkan dengan harga TPT yang ditawarkan dunia, yang berarti bahwa harga

TPT Indonesia mempunyai kompetitif yang baik.Ketika harga TPT Indonesia

lebih kompetitif dibanding negara-negara lain di dunia menunjukkan bahwa

industri TPT Jawa Barat memiliki tingkat daya saing yang kuat di pasar nasional

maupun dunia.

Upah minimum memperlihatkan nilai positif akan tetapi tidak signifikan

pada taraf nyata lima persen dan tidak sesuai hipotesis. Hasil yang tidak signifikan

dimungkinkan terjadi karena peningkatan upah minimum bagi perusahan-

perusahaan merupakan kenaikan upah dan tambahan biaya yang akan direspon

perusahaan salah satunya dengan mengurangi produksinyadisebut dengan efek

skala produksi (scale effect), sedangkan dalam jangka panjang kenaikan upah

akan menyebabkan perusahaan melakukan penyesuaian terhadap input yang

digunakan. Perusahaan akan menggunakan teknologi padat modal dalam proses

produksinya dan mengganti tenaga kerja dengan barang modal seperti mesin, dll.

Penurunan penggunaan tenaga kerja karena adanya penggantian atau penambahan

penggunaan mesin-mesin/teknologi disebut dengan efek substitusi tenaga kerja

(capital intensive), dan dalam konteks hubungan industrial antara buruh dan pihak

manajemen perusahaan, diyakini bahwa upah buruh merupakan indikator penting

untuk mengurangi konflik diantara dua pihak tersebut. Apabila upah buruh

meningkat maka konflik industrial akan menyempit.

Page 57: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

47

Jumlah tenaga kerja mempunyai nilai negatif tidak signifikan pada taraf

nyata lima persen dan tidak sesuai hipotesis. Hasil yang tidak signifikan

dimungkinkan terjadi karena pada industri TPT Jawa barat telah menyerap tenaga

kerja yang sangat tinggi setiap tahunnya, sehingga peningkatan tenaga kerja dapat

menurunkan daya saing industri tersebut apalagi apabila penyerapan tenaga kerja

tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan modal, energi dan teknologi. Hal ini,

disesuaikan dengan teori ekonomi dalam fungsi produksi, dimana fungsi produksi

= f (tenaga kerja, modal, energi, teknologi).

Tingkat inflasi mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap daya

saing industri TPT Jawa Barat dengan koefisien sebesar 0.002179 artinya jika

tingkat inflasi menurun sebesar satu persen maka daya saing industri TPT maka

daya saing industri TPT Jawa Barat meningkat sebesar 0.002179 persen, asumsi

cateris paribus. Inflasi cenderung meningkat sejalan dengan perkembangan

perekonomian dunia yang mendorong kenaikan harga-harga komoditas global.

Tingkat inflasi tersebut menyebabkan harga industri TPT Jawa Barat lebih tinggi

daripada hargaTPT provinsi-provinsi pesaing di Indonesia. Ketika harga TPT

Jawa Barat lebih tinggi daripada harga TPT nasional berarti industri TPT tersebut

tidak memiliki keunggulan kompetitif dalam harga sehingga industri TPT Jawa

Barat kalah bersaing dengan negara-negara pesaing di dunia.

Variabel dummy krisis yang ditandai dengan kenaikan tingkat resiko dan

peningkatan pada semua biaya input menunjukkan nilai positif tidak signifikan

pada taraf nyata lima persen dan tidak sesuai hipotesis. Hasil yang tidak signifikan

dimungkinkan terjadi karena pada saat krisis terjadi depresiasi nilai tukar rupiah

terhadap dollar Amerika dan menurut teori perdagangan internasional ketika nilai

tukar terdepresiasi akan berdampak pada kenaikan jumlah ekspor barang tersebut.

Hal ini disebabkan antara lain karena dengan terdepresiasinya nilai tukar rupiah

terhadap dollar AS, sehingga harga barang tersebut menjadi relatif lebih murah di

mata para importir luar negeri namun dalam masa krisis memiliki tingkat resiko

dan ketidakpastian yang tinggi terhadap perekonomian Indonesia, kenaikan

tingkat resiko menyebabkan para investor enggan untuk menanamkan modalnya

ke Indonesia. Hal ini sangat berdampak buruk kepada industri TPT Jawa Barat

karena industri tersebut membutuhkan modal besar dari para investor dalam

berproduksi, tetapi karena tingkat resiko tinggi maka tidak ada investasi yang

masuk ke industri tersebut untuk menambah modal.

Berdasarkan kriteria statistik yang terdapat pada Tabel 13 diperoleh nilai

koefisien determinasi atau nilai R-squared sebesar 0.852533 (85.25 persen) yang

artinya seluruh variabel bebas pada model secara bersamaan memberi pengaruh

yang cukup besar terhadap daya saing industri TPT Jawa Barat. Hal ini

menunjukkan bahwa uji ketepatan perkiraan (goodness of fit) model adalah

baik.Model ini mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebas didalamnya sebesar

85.25 persen dan sisanya 14.75 dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Model ini merupakan model terbaik karenauntuk mendapatkan model

terbaik dalam model telah dilakukan pengujian-pengujian.Menurut Gujarati

(2004), model yang baik harus memenuhi asumsi model linear klasik yang artinya

model terbebas dari masalah multikolineritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas

serta didasarkan pada asumsi bahwa faktor kesalahan menyebar secara normal.

Tahap uji asumsi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 58: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

48

1. Kriteria statistik lain yang dipakai yaitu uji F. Berdasarkan kriteria statistik

pada Tabel 13. diperoleh nilai Uji F-statistik sebesar 117.34358 dengan

probabilitas F-statistik sebesar 0.00000 pada taraf nyata 5 persen.

Berdasarkan pengujian diatas, karena nilai probabilitas F-statistik lebih

kecil dari alpha 5 persen maka dapat disimpulkan bahwa minimal ada satu

variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap daya saing industri TPT

Jawa Barat..

2. Uji T Hasil uji t-statistik dilakukan dengan melihat nilai probabilitas dari

masing-masing variabel bebas tersebut. pada Tabel 13. dapat disimpulkan

bahwa produktivitas, nilai tukar dan inflasi berpengaruh nyata terhadap

tingkat daya saing industri TPT Jawa Barat pada taraf nyata 5 persen (5%),

sedangkan jumlah tenaga kerja, UMP dan dummy krisis tidak berpengaruh

nyata terhadap tingkat daya saing industri TPT Jawa Barat pada taraf nyata

5 persen (5%).

3. Hasil uji normalitas dianalisis melalui nilai probabilitas yang diperoleh

untuk menentukan bahwa error term pada model dapat terdistribusi

normal. Untuk menguji apakah data yang diteliti terdistribusi normal atau

tidak digunakan Jarque-Bera Test (J-B) dengan hipotesis H0 : residual

menyebar normal dan H1 : residual tidak menyebar normal. Berdasarkan

hasil statistik pada data yang diteliti,menghasilkan nilai Jarque-Bera Test

(J-B) sebesar 0.905717 dengan taraf nyatasebesar 0,05 (5 persen). Karena

nilai Jarque-Bera Test (J-B) yang dihasilkan lebihdari taraf nyata 5 persen

maka terima H0, yang artinya residual telah menyebarnormal (Lampiran

9.)

4. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan

linear diantara semua atau beberapa variabel bebas dari model regresi.

Pada penelitian ini, gejela terdapat atau tidaknya multikolinearitas dapat

dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor). Pada Lampiran 5. dapat

dilihat bahwa nilai VIF semua variabel independen kurang dari 10,

sehingga tidak ada multikolinearitas.

5. Uji autokorelasi yang digunakan untuk melihat galat tidak menyebar bebas

dilakukan dengan melihat nilai-p dari Uji Breusch-Godfrey Serial

Correlation. Hipotesis pada uji ini adalah H0 : Tidak ada autokorelasi dan

H1: Ada autokorelasiPada Lampiran 5. dapat diketahui nilai probabilitas

pada penelitian kali ini adalah sebesar 0.0722 lebih besar dari taraf nyata

sebesar 0.05 (5 persen) artinya galat tidak menyebar bebas atau tidak ada

autokorelasi.

6. Uji yang terakhir adalah uji heteroskedastisitas yang dilakukan

menggunakan uji Breusch-Pagan-Godfrey dapat dilihat dari nilai-p.

Hipotesis pada uji ini adalah H0 : Homoskedastisitas dan H1 :

Heteroskedastisitas, dengan melihat taraf nyata P-value lebih besar dari

0,05 (5 persen) maka terima H0 yang artinya asumsi homoskedastisitas

terpenuhi. Nilai p-value pada penelitian ini sebesar 0.5757 yang lebih

besar dari taraf nyata 0.05 artinya ragam residual homogen atau tidak

terjadi heteroskedastisitas (Lampiran 7)

Page 59: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

49

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Industri tekstil dan Produk teksil Jawa Barat memiliki daya saing yang cukup

tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional. Hal ini dapat dilihat dari hasil

perhitungan RCA yang didominasi oleh angka lebih dari satu selama periode

1981-2010, sedangkan dari analisis komoponen daya saing industri tekstil dan

produk tekstil Jawa Barat memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan

industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat yang dapat menyebabkan daya

saing industri tekstil dan produk tekstil tinggi tersebut adalah faktor pemerintah,

permintaan dan kesempatan. Akan tetapi kondisi faktor, faktor industri terkait

dan pendukung, faktor persaingan serta struktur dan strategi perusahaan masih

terdapat beberapa kelemahan dibandingkan dengan keunggulannyanamun

kelemahan tersebut dapat diminimalisasi dengan proteksi dari pemerintah

melalui kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan daya saing industri tekstil

dan produk tekstil Jawa Barat, sehingga dari kedua metode yang digunakan

dalam penelitian ini terlihat bahwa potensi tingkat daya saing yang dimiliki

industri TPT Jawa Barat masih cukup besar.

2. Daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat dipengaruhi secara

signifikan bernilai positif oleh produktivitas dan nilai tukar Indonesia terhadap

dollar Amerika, dan inflasi berpengaruh secara signifikan bernilai negatif,

sedangkan jumlah tenaga kerja, UMP dan dummy krisis tidak berpengaruh

terhadap daya saing industri TPT Provinsi Jawa Barat.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan untuk

peningkatan daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat adalah:

1. Pemerintah daerah harus bisa mendorong kinerja ekspor TPT Jawa Barat

untuk mempertahankan kawasan ini sebagai pusat industri TPT nasional.

Misalnya dengan mengadakan program perkenalan dan promosi pemakaian

produk TPT Jawa Barat secara domestik maupun nasional.

2. Pelaku usaha harus selalu berinovasi dalam membuat produk-produk

terbarunya dengan bantuan dari lembaga keuangan untukmemberikan

kemudahan permodalan bagi pelaku usaha industri TPT Jawa Barat, sehingga

para pelaku usaha bisa memunculkan produk khas yang selalu berbeda.

3. Pelaku usaha juga harus berusaha lebih memperhatikan pola pengembangan

teknologi, diversifikasi produk dan peningkatan produktivitas serta persaingan

dagang khususnya para pesaingdari provinsi lain maupun dari negara lain.

4. Meningkatkan kualitas produk eksporyang meliputi aspek design, bahan baku

dan nilai fungsi produk fashion dengan dasar peningkatan kualitas tenaga

kerja atau SDM yang dimiliki industri TPT tersebut, sehingga mampu

menciptakan tren produk fashion di pasar domestik dan internasional.

Page 60: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

50

DAFTAR PUSTAKA

[API] Asosiasi Pertekstilan Indonesia. 2007. Revitalisasi Daya Saing Industri

Tektsil dan Produk Tekstil (TPT Indonesia).Jakarta(ID): API.

[API] Asosiasi Pertekstilan Indonesia.2013. Kinerja Industri Tekstil dan Produk

Tekstil Jawa Barat 2000-2008.[API Online].[diacu dari 1 Maret 2013].

Tersedia dari : www.apijawabarat.blogspot.com.

Arief S. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi.Jakarta(ID): UIPress.

[Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah 2013.Rencana Kerja

Pemerintah2011. [Bappeda Online]. [ diunduh 18 April 2013]. Tersedia dari:

www.jabarprov.go.id/root/RKPD/2011/pdf

[Bappenas] Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. 2013. Peraturan

Presiden No. 7 tahun 2005 [Bappenas Online].[diacu 28 Mei 2013]. Tersedia

dari: http://www.bappenas.go.id/node/131/57/

Basri. 2002. Peekonomian Indonesia. Jakarta (ID): Erlangga

Bisnis Jawa Barat. 2013. Pemeberian Total Kredit Secara Nasional di Sektor

Industri pada tahun 2010. [Bisnis Jabar Online].[diacu 8 Febuari 2013].

Tersedia dari :http://www.bisnis-jabar.com/index.php.

[BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Modal.2011. Kajian Pengembangan

Industri Tekstil dan Produk Tekstil.[BKPM online]. [diacu 29 Mei 2013].

Tersedia dari: http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/202011.pdf

[BKPPMD] Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Provinsi

Jawa Barat. 2013. Minat Jumlah Proyek (izin pinsip) PMA dan PMDN di Jawa

Barat menurut Sektor Usaha periode Januari sd Desember 2010. [BKPPMD

Online]. [diacu dari 29 Mei 2013]. Tersedia dari :www.westjavainvest.com

[BPS] Badan Pusat Statistik Pusat. 2012 Industri Pengolahan Skala Sedang dan

BesarBerbagai Edisi.Jakarta(ID): BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Provinsi Jawa Barat dalam Angka Berbagai

Edisi.Bandung(ID): BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik Pusat. 2010. Keadaan Tenaga Kerja di

IndonesiaBerbagai Edisi.Jakarta(ID): BPS.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2013. SNI Penguat Daya Saing Pangsa

Industri TPT Indonesia 2009. [BSN Online].[diunduh 07

Maret2013].Tersediadari :http://www.bsn.go.id/files//BAB_2.pdf

[BSNP] Badan Standar Pendidikan Nasional.Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional 41 Tahun 2007 [BSPN Online]. [diacu 27 Mei 2013]. Tersedia dari:

http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=105/ Departemen Perindustrian. 2003. Laporan Akhir : Analisa Daya Saing ProdukIndustri

Tekstil dan Produk Tekstil. Jakarta(ID): Departemen Perindustrian.

Dumairy. 2000. Perekonomian Indonesia. Jakarta(ID): Penerbit Erlangga.

Firdaus A.H. 2007. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia di Pasar Amerika Serikat

[Skripsi].Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Bogor.

Gudjarati D. 2004.Ekonometrika Dasar. Zain Sumarno dan Zein [penerjemah].

Jakarta(ID): Erlangga.

Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan.Bogor(ID):IPB Press.

Page 61: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

51

Kementrian Perindustrian. 2013. Data Ekspor TPT Indonesia Ke Negara AS dan

Jepang Tahun 2007-2010. [Kementrian Online]. [diunduh 28 Mei 2013].

Tersedia dari :www.kemenperin.go.id/data/ekspor/TPT/

Kementrian Perindustrian. 2013. Data Impor TPT Ke Indonesia Oleh Cina,

Thailand, Vietnam, Malaysia Tahun 2010.[Kementrian Online]. [diunduh 28

Mei 2013]. Tersedia dari :www.kemenperin.go.id/data/impor/TPT/

Kementrian Perindustrian Indonesia. 2013. Kemenprin Dorong Daya Saing

Industri TPT Jawa Barat.. [Kemenprin Online].[diunduh18 Februari 2013].

Tersedia dari :www. kemenperin.go.id/artikel/28/.

Kementerian Tenagakerja dan Transmigrasi.1980-2010. Data dan Informasi

Ketenagakerjaan Indonesia.Jakarta(ID) : Kementerian Tenagakerja dan

Transmigrasi

Koutsoyianis A. 1977. Theory of Econometrics Second Edition. USA.

Harper&Row Publisher.

Mankiw Gregory N. 2007. Teori Makroekonomi. Edisi ke-6.Nurmawan

[penerjemah].Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.

Mulyani S. 2007. Dampak Restrukturisasi Industri Tekstil dan Produk Tekstil

Terhadap Kinerja Perekonomian Jawa Barat Dengan Menggunakan Metode

Input-Output [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Bogor.

Nachrowi D, Usman, H. 2003. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika.

Jakarta(ID) : Universitas Indonesia

Nicholson W. 1999.Teori Mikroekonomi : Prinsip Dasar Dan Perluasan Jilid 2.

Daniel Wirajaya [penerjemah]. Jakarta(ID): Binarupa Aksara

Porter M.E. 1998. The Competitive Advantage of Nations.New York.Free Press.

Pusat Data dan Informasi Tenaga Kerja. 2011. Upah Minimum Per Provinsi.

[Pusdatinaker Online].[diacu 21 Februari 2013]. Tersedia dari :

www.pusdatinakerbalitfo.depnakertrans.go.id/ .

Salvatore D. 1997. Ekonomi Internasional. Jakarta(ID): Penerbit Erlangga

Soleh A. 2012. Kontribusi dan Daya Saing Ekspor Sektor Unggulan Dalam

Perekonomian Jawa Tengah.Diponegoro Journal of Economics.1-13(1):2012.

Tambunan.2001. Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang.Jakarta(ID):

Ghalia Indonesia.

Todaro M.P. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Kedelapan Jilid

2.Jakarta(ID): Erlangga.

Verma S. 2002. Export Competitiveness of Indian Textile and Garment Industry.

Working Paper.94(1):2002.

Widiati R, M. Kuncoro. 2006. Industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia

tahun 1996 dan 2001 dengan menggunakan pendekatan Cluster dan SCP

Approach. Journal of Sosiosains.19(1):2006.

Zhang Jiambong. 2012. Competitiveness of Chinese Industries - A Comparison

with the EU. Review Journal of European Studies 04(1):2012

Page 62: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

52

LAMPIRAN

Page 63: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

53

Lampiran 1. Perhitungan RCA

Tahun TPT JAWA

BARAT TPT dan lainnya

TPT

INDONESIA

Ekspor

INDONESIA RCA

1981 100900 8900112 289890994 25164500000 0.9801

1982 137101 8674320 362230218 22268300000 0.97002

1983 171600 8872881 403571804 21145900000 1.01319

1984 250750 9681530 477614774 21868000000 1.03089

1985 285670 9599011 541486719 18586700000 1.02346

1986 449735 9010800 694941489 14805100000 1.061937

1987 485260 9217260 1025259739 17135600000 0.870201

1988 497071 9901178 1423105412 19218500000 0.6712

1989 509239 10110410 2022762272 22158900000 0.55177

1990 524689 9911991 2688899159 25675300000 0.50545

1991 647475 982019 4010391078 29142213000 0.47047

1992 912957 10100000 5957301523 33967000000 0.51622

1993 1046615 10310330 6021088758 38823000000 0.66748

1994 1263870 9964422 5784992233 40053431000 0.87995

1995 1312768 9505381 6063757517 45418000000 1.03896

1996 1433638 10109305 6572576064 49814875000 1.0743

1997 1527656 10270898 7310386555 53443641000 1.08736

1998 1501693 10198914 7433859100 48847654000 0.96306

1999 2486312 13963170 7279201336 48665414000 1.19044

2000 3504000 21500000 8377396706 62124000000 1.20786

2001 3203000 20572779 7799109000 56320938000 1.12431

2002 3896000 30663000 6963260000 57158869000 1.04298

2003 4198979 32722000 7102139000 61058207000 1.10321

2004 3151000 28584870 7707010000 71585104000 1.02388

2005 3446000 33599952 8671109000 85660000000 1.01316

2006 3614000 37896010 9474000000 1.00799E+11 1.01649

2007 3822000 38643480 10608000000 1.14101E+11 1.06382

2008 5088097 59021002 10400000000 1.3702E+11 1.13579

2009 4623458 57179218 9418000000 1.1651E+11 1.0003

2010 5655883 67733587 11220000000 1.57779E+11 1.17422

Page 64: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

54

Lampiran 2. Hasil perhitungan indeks RCA industri TPT Jawa Barat

Tahun RCA Indeks RCA

1981 0.984122762 0

1982 0.971644886 0.989795918

1983 1.012205744 1.044525773

1984 1.304409884 1.017469576

1985 1.032287633 0.992792635

1986 1.075234265 1.037595021

1987 0.880769634 0.81925764

1988 0.677975462 0.771494253

1989 0.55176766 0.822064958

1990 0.505454505 0.916051978

1991 0.500423484 0.930794342

1992 0.526670925 1.097243182

1993 0.648241037 1.293014606

1994 1.000710003 1.318316654

1995 1.034438397 1.180703449

1996 1.074834575 1.034014784

1997 1.087358741 1.012156753

1998 0.963059278 0.885686433

1999 1.190442138 1.236103813

2000 1.280703019 1.014634489

2001 1.124317232 0.930831251

2002 1.042978415 0.927656332

2003 1.103211401 1.057747991

2004 1.023879669 0.92809166

2005 1.013164678 0.989530023

2006 0.984563281 1.003286746

2007 1.063824473 1.04656659

2008 1.135797146 1.067654651

2009 1.000307025 0.880709226

2010 1.174229451 1.173869044

Page 65: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

55

Lampiran 3. Data nominal periode 1981-2010

Tahun

Jumlah

TK Output (Rp) Input (Rp)

Produktivitas

(%) Inflasi (%) UMP(Rp)

Nilai Tukar

(Rp/Us$)

1981 87050 400390690 278608390 1.437109234 7.20 18780 632

1982 89007 489012980 363987658 1.343487806 8,98 19500 661

1983 98715 558161444 396474894 1.407810311 10.9 19500 909

1984 114055 846915450 563216262 1.503712707 9.78 20250 1026

1985 170246 1476725527 1026283907 1.438905469 2.79 20250 1111

1986 174120 1955637037 1264521244 1.546543442 11.29 20250 1283

1987 238528 1850949500 1071147313 1.728006482 2.32 20250 1644

1988 215021 3319543421 2452399212 1.353590152 111.24 22500 1686

1989 241078 4462523900 3219605760 1.386046688 6.64 22500 1770

1990 316393 5804274578 4060809996 1.429339118 7.56 22500 1843

1991 495278 9339563897 6725686490 1.388640983 8.99 36000 1950

1992 608357 12936164000 8842431000 1.462964653 4.56 54000 2030

1993 674725 15282149000 10412190000 1.46771707 9.76 54000 2087

1994 707597 18945627000 12224385000 1.549822506 6.78 66000 2161

1995 756712 22748663000 14458318000 1.573396228 10.54 114000 2249

1996 783745 29435143000 19033393000 1.546500038 8.70 138000 2383

1997 789035 30466788000 19641568000 1.55113828 13.10 156000 2909

1998 525000 42983310000 28050105000 1.532376082 83.56 172000 10014

1999 616192 61359334000 40675663000 1.508502369 1.37 195800 7855

2000 655889 60286294000 37620876000 1.602469172 5,73 230000 9595

2001 530469 43384963000 29896398000 1.451176928 11/5 270000 10400

2002 500103 47583773000 30698625000 1.550029456 11.8 245000 8940

2003 468692 52847824000 35525482000 1.487603293 6.8 280779 8465

2004 382118 46992027823 40019349000 1.17423269 6.1 320000 9290

2005 451218 49329240064 44141688000 1.117520473 10.5 366500 9830

2006 545940 53325732925 42209958000 1.263344847 13.1 408260 9020

2007 507144 80495413000 52145130000 1.543680359 6.70 516000 9419

2008 445349 70344851000 47813766000 1.471225902 9.80 568183 9666

2009 472682 87199263000 49693196000 1.754752562 4.80 628191 9447

2010 502234 96831388000 50999890300 1.820227209 5.10 671500 9036

Page 66: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

56

Lampiran 4. Data nominal 1981-2010 (dalam bentuk Logarima natural)

Tahun

Ln Jumlah

TK

Ln UMP Ln Nilai Tukar

(Rp/US$)

1981 11.3742 9.84054 6.448889

1982 11.39647 9.87816 6.493753

1983 11.49999 9.87816 6.812345

1984 11.6444 9.915910 6.933423

1985 12.4501 9.915910 7.013015

1986 12.0675 9.915910 7.156956

1987 12.3822 10.02127 7.404887

1988 12.2784 10.02127 7.430114

1989 12.3922 10.02127 7.478734

1990 12.6647 10.49127 7.519149

1991 13.1128 10.89673 7.575584

1992 13.3185 10.89673 7.615791

1993 13.4220 13.39999 7.643482

1994 13.4696 11.64395 7.678326

1995 13.5367 11.83500 7.718240

1996 13.5718 11.95761 7.776115

1997 13.5785 12.05815 7.975566

1998 13.1711 12.18484 9.217739

1999 13.3310 12.34583 8.968905

2000 13.3937 12.50617 9.168997

2001 13.1815 12.40901 9.249561

2002 13.1225 12.54532 9.098290

2003 13.0577 12.67607 9.043695

2004 12.8534 12.81175 9.136693

2005 13.0197 12.91965 9.193194

2006 13.2102 13.01177 9.107199

2007 13.1365 13.15386 9.105484

2008 13.0061 13.25210 9.176369

2009 13,0066 13.35059 9.153452

2010 13,1268 13.41729 9.108971

Page 67: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

57

Lampiran 5. Hasil Estimasi dengan Model Ordinary Least Square

Dependent Variable: RCA

Method: Least Squares

Date: 05/09/13 Time: 17:35

Sample (adjusted): 1982 2010

Included observations: 29 after adjustments

Convergence achieved after 36 iterations

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. VIF

PROD 0.414501 0.198829 2.084709 0.0495 1.2

LnNT 0.192923 0.067040 2.877744 0.0090 9.9

LNUMP 0.006437 0.058598 0.109845 0.9136 6.8

LnJmlhTK -0.092317 0.151393 -0.609780 0.5485 5.2

INF -0.002163 0.000577 -3.748462 0.0012 1.1

DUMMY 0.029179 0.084193 0.346570 0.7324 7.0

C -0.201425 1.940441 -0.103804 0.9183

AR(1) 0.805124 0.179549 4.484149 0.0002

R-squared 0.852533 Mean dependent var 0.948007

Adjusted R-squared 0.803378 S.D. dependent var 0.216737

S.E. of regression 0.096106 Akaike info criterion -1.617786

Sum squared resid 0.193962 Schwarz criterion -1.240601

Log likelihood 31.45790 Hannan-Quinn criter. -1.499656

F-statistic 17.34358 Durbin-Watson stat 1.418162

Prob(F-statistic) 0.000000

Inverted AR Roots .81

Page 68: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

58

Lampiran 6. Uji Autokorelasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing

Industri TPTJawa Barat

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.103737 Prob. F(2,19) 0.1495

Obs*R-squared 5.257649 Prob. Chi-Square(2) 0.0722

Lampiran 7. Uji Heteroskedastisitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya

Saing Industri TPT Jaw Barat

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 0.806548 Prob. F(6,22) 0.5757

Obs*R-squared 5.228878 Prob. Chi-Square(6) 0.5148

Scaled explained SS 2.997840 Prob. Chi-Square(6) 0.8091

Lampiran 8. Correlation Matrix

RCA PROD NT LNUMP LNKRJA INF

DUMMY

RCA 1.000000 0.318953 0.546630 0.406777 0.075989 0.018440 0.552871

PROD 0.318953 1.000000 0.351287 0.343445 0.416287 0.014064 0.186408

NT 0.546630 0.351287 1.000000 0.881155 0.750014 0.163622 0.837024

LNUMP 0.406777 0.343445 0.881155 1.000000 0.764973 0.085706 0.780823

LNKRJA 0.075989 0.416287 0.750014 0.764973 1.000000 0.096824 0.412439

INFLASI 0.018440 0.014064 0.163622 0.085706 0.096824 1.000000 0.189178

DUMMY 0.552871 0.186408 0.837024 0.780823 0.412439 0.189178 1.000000

Page 69: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

59

Lampiran 9.Uji Normalitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya

SaingIndustri TPT Jawa Barat.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

-0.2 -0.1 -0.0 0.1 0.2

Series: ResidualsSample 1982 2010

Observations 29

Mean -1.01e-11

Median 0.006891Maximum 0.186138

Minimum -0.184770Std. Dev. 0.083230Skewness -0.422701Kurtosis 3.186691

Jarque-Bera 0.905717Probability 0.635808

Page 70: ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK … · ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL ... Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat ... 6 Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat

60

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Almira Rosalina lahir pada tanggal 01 September 1991 di

Bogor.Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Dahlan

Jambek dan Sri Herlina Nasution.Jenjang pendidikan penulis dimulai di SDN

Polisi 5, lalu melanjutkan pendidikan di SMPN 5 Bogor, kemudian melanjutkan

pendidikan ke SMAN 2 Bogor dan lulus pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur

Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK) IPB dan diterima sebagai

mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen