Top Banner
Analisis Resep ASMA BRONKHIALE DENGAN ISPA Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Farmasi Kedokteran Oleh : Trias Rukmana Sari, S.Ked NIM. I1A008016 Pembimbing Dra. Sulistianingtyas, Apt
36

Analisa Resep Trias

Dec 31, 2014

Download

Documents

ayo dobaca
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Analisa Resep Trias

Analisis Resep

ASMA BRONKHIALE DENGAN ISPA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Farmasi Kedokteran

Oleh :

Trias Rukmana Sari, S.KedNIM. I1A008016

Pembimbing

Dra. Sulistianingtyas, Apt

Universitas Lambung MangkuratFakultas Kedokteran

Laboratorium FarmasiBanjarbaru

MARET 2013

Page 2: Analisa Resep Trias

BAB I

PENDAHULUAN

Setelah seorang dokter menentukan diagnosis yang tepat, maka

selanjutnya berupaya melakukan penyembuhan dengan berbagai cara misalnya

dengan pembedahan, fisioterapi, penyinaran, dengan obat dan lain-lain, tetapi

umumnya menggunakan obat. 1

Obat yang diberikan kepada penderita harus dipesankan dengan

menggunakan resep. Satu resep umumnya hanya diperuntukkan bagi satu

penderita. Resep selain permintaan tertulis kepada apoteker juga merupakan

perwujudan akhir dari kompetensi, pengetahuan keahlian dokter dalam

menerapkan pengetahuannya dalam bidang farmakologi dan terapi. Selain sifat-

sifat obat yang diberikan dan dikaitkan dengan variabel dari penderita, maka

dokter yang menulis resep idealnya perlu pula mengetahui penyerapan dan nasib

obat dalam tubuh, ekskresi obat, toksikologi serta penentuan dosis regimen yang

rasional bagi setiap penderita secara individual. Resep juga perwujudan hubungan

profesi antara dokter, apoteker dan penderita. 1,2

1.1 Definisi dan Arti Resep

Definisi

Menurut SK. Mes. Kes. No. 922/Men.Kes/ l.h menyebutkan bahwa resep

adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada

Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat

bagi penderita sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 1

1

Page 3: Analisa Resep Trias

Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan tertulis dari dokter,

dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam

bentuk tertentu dan menyerahkannya kepada penderita. 2

Arti Resep 1

1. Dari definisi tersebut maka resep bisa diartikan/merupakan sarana komunikasi

profesional antara dokter (penulis resep), APA (apoteker penyedia/pembuat

obat), dan penderita (yang menggunakan obat).

2. Resep ditulis dalam rangka memesan obat untuk pengobatan penderita, maka

isi resep merupakan refleksi/pengejawantahan proses pengobatan. Agar

pengobatan berhasil, resepnya harus benar dan rasional.

1.2 Kertas Resep 2

Resep dituliskan di atas suatu kertas resep. Ukuran yang ideal ialah lebar

14 cm dan panjang 21,5 cm. Untuk dokumentasi, pemberian obat kepada

penderita memang seharusnya dengan resep; permintaan obat melalui telepon

hendaknya dihindarkan.

Blanko kertas resep hendaknya oleh dokter disimpan di tempat yang aman

untuk menghindarkan dicuri atau disalahgunakan oleh orang yang tidak

bertanggung jawab, antara lain dengan menuliskan resep palsu meminta obat bius.

Kertas resep harus disimpan, diatur menurut urutan tanggal dan nomor

urut pembuatan serta disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Setelah

lewat tiga tahun, resep-resep oleh apotek boleh dimusnahkan dengan membuat

2

Page 4: Analisa Resep Trias

berita acara pemusnahan seperti diatur dalam SK Menkes RI

no.270/MenKes/SK/V/1981 mengenai penyimpanan resep di apotek.

1.3 Model Resep yang Lengkap 2

Resep harus ditulis dengan lengkap, supaya dapat memenuhi syarat untuk

dibuatkan obatnya di Apotek. Resep yang lengkap terdiri atas :

1. Nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek, dan dapat pula

dilengkapi dengan nomor telepon, jam, dan hari praktek.

2. Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter.

3. Tanda R/, singkatan dari Recipe yang berarti “harap diambil”

(superscriptio).

4. Nama setiap jenis atau bahan obat yang diberikan serta jumlahnya

(inscriptio).

Jenis/bahan obat dalam resep terdiri dari :

a. Remedium cardinale atau obat pokok yang mutlak harus ada. Obat

pokok ini dapat berupa bahan tunggal, tetapi juga dapat terdiri dari

beberapa bahan.

b. Remedium adjuvans, yaitu bahan yang membantu kerja obat pokok;

adjuvans tidak mutlak perlu ada dalam tiap resep.

c. Corrigens, hanya kalau diperlukan untuk memperbaiki rasa, warna

atau bau obat (corrigens saporis, coloris dan odoris).

d. Constituens atau vehikulum, seringkali perlu, terutama kalau resep

berupa komposisi dokter sendiri dan bukan obat jadi. Misalnya

konstituens obat minum air.

3

Page 5: Analisa Resep Trias

5. Jumlah bahan obat dalam resep dinyatakan dalam suatu berat untuk bahan

padat (mikrogram, milligram, gram) dan satuan isi untuk cairan (tetes,

milliliter, liter).

Perlu diingat bahwa dengan menuliskan angka tanpa keterangan lain, yang

dimaksud ialah “gram”

6. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki (subscriptio)

misalnya f.l.a. pulv = fac lege artis pulveres = buatlah sesuai aturan obat

berupa puyer.

7. Aturan pemakaian obat oleh penderita umumnya ditulis dengan singkatan

bahasa Latin. Aturan pakai ditandai dengan signatura, biasanya disingkat

S.

8. Nama penderita di belakang kata Pro : merupakan identifikasi penderita,

dan sebaiknya dilengkapi dengan alamatnya yang akan memudahkan

penelusuran bila terjadi sesuatu dengan obat pada penderita.

9. Tanda tangan atau paraf dari dokter/dokter gigi/dokter hewan yang

menuliskan resep tersebut yang menjadikan resep tersebut otentik. Resep

obat suntik dari golongan Narkotika harus dibubuhi tanda tangan lengkap

oleh dokter/dokter gigi/dokter hewan yang menulis resep, dan tidak cukup

dengan paraf saja.

1.4 Seni dan Keahlian Menulis Resep yang Tepat dan Rasional

Penulisan resep adalah “tindakan terakhir” dari dokter untuk penderitanya,

yaitu setelah menentukan anamnesis, diagnosis dan prognosis serta terapi yang

akan diberikan; terapi dapat profilaktik, simptomatik atau kausal. Penulisan resep

4

Page 6: Analisa Resep Trias

yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai ilmu, karena begitu

banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan, maupun variabel unsur obat

dan kemungkinan kombinasi obat, ataupun variabel penderitanya secara

individual. 1

Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca. Misalnya nama obatnya ditulis

secara betul dan sempurna/lengkap. Nama obat harus ditulis yang betul, hal ini

perlu mendapat perhatian karena banyak obat yang tulisannya atau bunyinya

hampir sama, sedangkan khasiatnya berbeda. 2

Resep yang tepat, aman, dan rasional adalah resep yang memenuhi lima

tepat, ialah sebagai berikut : setelah diagnosanya tepat maka kemudian memilih

obatnya tepat yang sesuai dengan penyakitnya diberikan dengan dosis yang tepat

dalam bentuk sediaan yang tepat, diberikan pada waktu yang tepat dengan cara

yang tepat untuk penderita yang tepat. 2

Kekurangan pengetahuan dari ilmu mengenai obat dapat mengakibatkan

hal-hal sebagai berikut : 2

Bertambahnya toksisitas obat yang diberikan

Terjadi interaksi antara obat satu dengan obat lain

Terjadi interaksi antara obat dengan makanan atau minuman tertentu

Tidak tercapai efektivitas obat yang dikehendaki

Meningkatnya ongkos pengobatan bagi penderita yang sebetulnya dapat

dihindarkan.

5

Page 7: Analisa Resep Trias

BAB II

ANALISA RESEP

2.1 Contoh Resep dari Poliklinik Penyakit Dalam

A. Keterangan Resep

Klinik : Penyakit Dalam

Tanggal : 21 Februari 2013

Nama Pasien : Tn. Sumaryanto

No. RMK : 1.03.52.20

Alamat : Jl. Kelayan A Gang. sadar RT. 15 No.43 Banjarmasin

Keluhan : sesak nafas, batuk berdahak, suara nafas ngik bila udara

dingin

Diagnosis : Asma Bronkhiale dengan ISPA

2.2 Analisa Resep

2.2.1 Penulisan Resep

Pada resep ini ukuran kertas yang digunakan lebarnya 10 cm dan

panjangnya 15 cm. Ukuran kertas resep yang ideal adalah lebar 10-12 cm dan

panjang 15-18 cm.2 Berdasarkan ketentuan tersebut, ukuran kertas yang

digunakan pada resep ini, baik panjang dan lebarnya sudah ideal. Penulisan pada

resep ini bisa dibaca. Pada penulisan resep yang benar tulisan harus dapat dibaca

6

Page 8: Analisa Resep Trias

dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat.2 Sehingga pada

resep ini untuk penulisannya sudah cukup baik.

2.2.2 Kelengkapan Resep

1. Pada resep ini identitas dokter berupa nama, unit di Rumah Sakit dan tanda

tangan dokter penulis resep sudah dicantumkan.

2. Nama kota, tanggal, bulan, tahun resep sudah ditulis oleh dokter.

3. Tanda R/ juga sudah tercantum pada resep ini (superscriptio).

4. Inscriptio

a) Jenis/bahan obat dalam resep ini terdiri dari :

Remedium Cardinale atau obat pokok yang digunakan adalah

antibiotic azytromisin dan salbutamol

Remedium Adjuvans atau obat tambahan yang digunakan dalam resep

ini adalah ambroxol, dextrometorphan, methylpednisolon dan

interhistin

Corrigens tidak digunakan walaupun obat dalam resep ada yang dalam

magistralis.

Constituens atau vehikulum, tidak ada.

b) Jumlah bahan obat dalam resep dinyatakan dalam suatu berat untuk bahan

padat (mikrogram, miligram, gram) dan satuan isi untuk cairan (tetes,

milimeter, liter). Pada resep kedua bahan merupakan BSO padat yang

kemudian diracik menjadi pulvis dan yang satu tetap dalam sediaan padat.

Satuan yang digunakan dalam milligram sehingga lebih mudah dalam

penyeragaman, dan untuk menegaskan ketepatan dalam peracikan obat

7

Page 9: Analisa Resep Trias

dengan bentuk sediaan pulvis. Dalam hal ini penulisan resep sudah

rasional.

c) Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki (subscriptio)

misalnya m.f.l.a. pulv = misca fac lege artis pulveres = campur dan buatlah

sesuai aturan obat berupa puyer. dtd = da toles dosis = berikan sebanyak

dosis tersebut telah sesuai dengan cara penulisan resep yang benar dalam

memformulasikan resep magistralis. Namun, Penulisan untuk jumlah

serbuk (pulvis) yang akan dibuat sudah didahului dengan nomero (No.)

sebelum penulisan jumlah obat dalam angka romawi, dan cara penulisan

sudah cukup jelas .

d) Aturan pemakaian obat oleh penderita umumnya ditulis dengan singkatan

bahasa Latin. Aturan pakai ditandai dengan signatura, biasanya disingkat S

pada resep ini telah dicantumkan.

e) Pada resep ini:

Obat pokok yaitu azythromisin sudah dituliskan bentuk sediaannya

tetapi untuk jumlah pemberian obatnya terlalu banyak yaitu 10 biji,

umumnya penggunaan antibiotik 3-5 hari sehingga untuk numero

dituliskan III atau V. Dosis pada pasien ini sudah tepat yaitu 500mg

per hari, sedangakan dosis untuk anak 10mg/kgBB selama 3hari. Obat

pokok salbutamol sudah dituliskan dengan dosis yang tepat dan diracik

dalam magistralis, dosis dewasa salbutamol 2mg dan 4mg.

8

Page 10: Analisa Resep Trias

Obat tambahan yaitu ambroxol, dextrometorphan, methylprednisolon,

interhistin sudah dicantumkan bentuk sediaan dan dosis yang diberikan

sesuai dengan usia dan berat badan pasien.

5. Pada resep ini frekuensi pemberian “1 dd “ dan “3 dd”, pada penulisan “1 dd”

sudah benar. Namun, untuk penulisan “3 dd” tidak dituliskan “p.r.n (kalau

perlu” sedangkan pada resep tertulis jika sesak, jumlah pemberian tiap

frekuensi pemberian ditulis dengan urutan yang salah dan tidak menggunakan

nomero. Pada resep 3 dd caps 1 seharusnya 3 dd caps No. I.

6. Dalam penulisan aturan pakai pada resep ini belum lengkap, karena pada

pemberian obat tidak dicantumkannya waktu pemakaian. Seharusnya tetap

dicantumkan keterangan waktu pemakaian misalnya sebelum makan (ac),

sesudah makan (pc), sehingga nantinya didapatkan hasil yang optimal.

7. Nama penderita di belakang kata Pro sudah dicantumkan namun umur dan

alamat tidak ada. Seharusnya identitas penderita ditulis lengkap dan

meminimalkan tertukarnya obat, serta mempermudah menelusuri bila terjadi

sesuatu dengan obat pada penderita. Selain alamat, pada resep ini berat badan

penderita juga tidak dicantumkan.

2.2.3 Keabsahan Resep

Keabsahan suatu resep, harus tercantumkan nama, alamat, bagian/unit

pelayanan Rumah Sakit tersebut disertai tanda tangan dokter penulis resep.

Pada resep ini, tanda tangan dari dokter yang menuliskan resep sudah ada,

namun alamat Rumah Sakit tidak dicantumkan. Seharusnya ditulis Rumah

9

Page 11: Analisa Resep Trias

Sakit Umum Daerah Ulin Jl. A. Yani Km. 1,5 Banjarmasin Telp. (0511)-

3252180.

2.2.4 Dosis Obat, Frekuensi, Lama dan Waktu Pemberian

a. Azythromisin

Azitromisin adalah antibiotik golongan makrolida pertama yang

termasuk dalam kelas azalide. Azitromisin diturunkan dari eritromisin dengan

menambahkan suatu atom nitrogen ke cincin lakton eritromisin A. Pemberian

azitromisin secara oral diserap secara cepat dan segera didistribusi ke seluruh

tubuh. Bakteri aerob gram positif : Staphylococcus aureus, Streptococcus

agalactiae, Streptococcus pneumoniae, dan Streptococcus pyogenes.

Bakteri aerob gram negatif : Haemophilus ducreyi, Haemophilus influenzae,

Moraxella catarrhalis, dan Neisseria gonorrhoeae. Mikroorganisme lainnya :

Chlamydia pneumoniae, Chlamydia trachomatis, dan Mycoplasma

pneumonia.

Dosis & Cara Pemberian:

Dewasa dan lansia : 500 mg per hari selama 3 hari

Anak > 6 bulan : dosis tunggal 10 mg/kg selama 3 hari.

Pemberian antibiotik yang tepat untuk Tn. Sumaryanto yaitu :

Dosis untuk dewasa yaitu 500mg perhari. Sediaan Azythromisin tablet

yaitu 250 mg dan 500 mg.Untuk pasien Tn. Sumaryanto untuk 3 hari

pengobatan seharusnya dibutuhkan 3 tablet. Pada resep ini dosis yang

diberikan dokter yaitu 1 kali 1 tablet (500 mg azythromisin) per hari.

10

Page 12: Analisa Resep Trias

Dosis yang diberikan tersebut sudah tepat, tetapi jumlah obat yang

diberikan terlalu banyak yaitu 10 tablet.

Waktu pemberian Azythromisin pada resep tersebut tidak dituliskan tetapi

azythromisin aman untuk diberikan baik pada sebelum maupun sesudah

makan sebab Azythromisin stabil dalam suasana asam, tetapi lebih baik

diberikan sebelum makan karena absorbsi obat lebih baik ketika

lambung kosong.

Lama pemberian 3 hari, karena pada status pasien data hanya berupa

keluhan berupa sesak dan batuk berdahak tanpa anamnesa dan

pemeriksaan fisik yang jelas maka pemberian diberikan selama 3 hari.

Didasarkan oleh hal tersebut untuk dosis dan frekuensi obat yang

diberikan seharusnya pada pasien tersebut sudah rasional. Sedangkan untuk

lama pemberian obat tersebut tidak rasional. Antibiotik pilihan untuk infeksi

saluran nafas atas sebenarnya cukup menggunakan antibiaotik golongan

penisilin, dan infeksi saluran nafas atas yang disebabkan karena virus bisa

diberikan imunomodulator.

Lama pemberian obat Azythromisin (antibiotik) tidak sama seperti pada

obat-obat simptomatis. Pada pengobatan simptomatis obat-obat dihentikan

jika gejala berhenti, sedangkan antibiotik harus dihabiskan sampai pada waktu

tertentu.

11

Page 13: Analisa Resep Trias

b. Salbutamol

Salbutamol merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan

paling efektif. Obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma.Selain

untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit, obat ini juga efektif

untuk mencegah timbulnya exercise-induced broncospasm (penyempitan

saluran pernafasan akibat olahraga). β2-Agonis ini banyak dipakai pada

pengobatan asma karena kemampuannya menimbulkan bronkodilatasi melalui

reseptor beta adrenergik di paru.  Mengaktifkan kompleks reseptor β-adenil

siklase yang mengkatalisasi produksi adenosine monofosfat (AMP) dari

adenosine trifosfat (ATP), hingga mengakibatkan peningkatan kadar cAMP

dalam sel yang menyebabkan relaksasi otot polos bronkus.

Dosis salbutamol : sirup 2mg/5ml, Tablet 2 mg,4 mg, Inhaler100

mcg/semprot

Dalam kasus ini salbutamol diberikan dalam bentuk puyer sediaan 1 mg 3

kali sehari selama 5 hari dan sesuai dosis anjuran bila sesak nafas. Seharusnya

pengobatan simptomatk diberikan selama 3 hari dan diberikan jika perlu (nyeri).

Pada resep ini obat diberikan selama 5 hari dan dituliskan obat diminum jika perlu

(sesak). Pada resep ini tidak dicantumkan waktu pemberiannya, apakah sebelum

atau setelah makan. Tetapi penggunaan obat ini tidak berefek pada waktu

pengosongan lambung sehingga bisa diminum sebelum dan sesudah maka.

C. Ambroxol

Ambroxol, yang berefek mukokinetik dan sekretolitik, dapat

mengeluarkan lendir yang kental dan lengket dari saluran pernafasan dan

12

Page 14: Analisa Resep Trias

mengurangi staknasi cairan sekresi. Pengeluaran lendir dipermudah sehingga

melegakan pernafasan. Sekresi lendir menjadi normal kembali selama pengobatan

dengan Ambril. Baik batuk maupun volume dahak dapat berkurang secara

bermakna. Dengan demikian cairan sekresi yang berupa selaput pada permukaan

mukosa saluran pernafasan dapat melaksanakan fungsi proteksi secara normal

kembali.

Dewasa: sehari 3 kali 1 tablet 30 mg. Anak-anak 5 - 12 tahun : sehari 3

kali 1/2 tablet. Anak-anak 2 - 5 tahun : sehari 3 kali 7,5 mg Anak-anak di bawah

2 tahun : sehari 2 kali 7,5 mg Dosis dapat dikurangi menjadi 2 kali sehari, untuk

pengobatan yang lama.

Pada resep pemberian ambroxol 1/2tablet (15 mg) dalam puyer 3xsehari.

Pemberian pada kasus ini masih dibolehkan dilihat dari keluhan pasien apakah

batuk telalu mengganggu atau tidak, tetapi pada anamnesa tidak jelas sehingga

range untuk pemberian dosis, lama pemberiandan frekuensi pemberian masih

rasional.

D. Dextrometorphan

Manfaat utama DMP adalah menekan batuk akibat iritasi tenggorokan dan

saluran napas bronkhial, terutama pada kasus batuk pilek. Obat ini bekerja sentral,

yaitu pada pusat batuk di otak. Caranya dengan menaikkan ambang batas

rangsang batuk. Sebagai catatan, beberapa obat batuk lain bekerja langsung di

saluran napas. Dextromethorphan diabsorpsi dengan baik melalui saluran

cerna.Dimetabolisme dalam hati dan diekskresi melalui ginjal dalam bentuk tidak

berubah ataupun bentuk dimetilated morfinon. Dextromethorphan merupakan

13

Page 15: Analisa Resep Trias

antitusif non narkotik yang dapat meningkatkan ambang rangsang refleks batuk

secara sentral.

Dosis dextromethorpan

Tablet :

Dewasa   :1 tablet tiap 4 jam atau 2 tablet tiap 6 jam, maksimum sehari 8 tablet.

Anak-anak : 1 mg/kg BB dibagi dalam 3-4 kali pemberian per hari.

Syrup :

Dewasa :1-2 sendok teh tiap 4 jam atau 3 sendok teh tiap 6 jam maksimum 12 sendok teh sehari

Anak-anak

: 1 mg per kg berat badan dibagi dalam 3-4 kali pemberian perhari.

Pada resep dextrometorphan diberikan ½ tablet 3xsehari selama 5 hari,

pemberian pada pasien ini masih dibawah dosis maximal harian sehingga masih

aman digunakan, tetapi obat ini diberikan dalam satu puyer dengan obat batuk

golongan lain (antimukolitik).

E. Methylprednisolon

Methylprednisolone adalah suatu glukokortikoid alamiah (memiliki sifat

menahan garam (salt retaining properties)), digunakan sebagai terapi pengganti

pada defisiensi adrenokortikal. Analog sintetisnya terutama digunakan sebagai

anti-inflamasi pada sistem organ yang mengalami gangguan. Glukokortikoid

menimbulkan efek metabolisme yang besar dan bervariasi. Glukokortikoid

merubah respon kekebalan tubuh terhadap berbagai rangsangan.

Dosis awal bervariasi antara 4–48 mg/hari tergantung pada jenis dan

beratnya penyakit, serta respon penderita. Bila telah diperoleh efek terapi yang

memuaskan, dosis harus diturunkan sampai dosis efektif minimal untuk

pemeliharaan.

14

Page 16: Analisa Resep Trias

Pemberian obat secara ADT (Alternate-Day Therapy) : adalah rejimen dosis untuk

2 hari diberikan langsung dalam 1 dosis tunggal pada pagi hari (obat diberikan

tiap 2 hari sekali). Tujuan dari terapi ini meningkatkan farmakologi pasien

terhadap pemberian dosis pengobatan jangka lama untuk mengurangi efek-efek

yang tidak diharapkan termasuk supresi adrenal pituitari, keadaan :”Cushingoid”,

simptom penurunan kortikoid dan supresi pertumbuhan pada anak.

Pada penderita usia lanjut : Pengobatan pada penderita usia lanjut, khususnya

dengan jangka lama harus direncanakan terlebih dahulu, mengingat resiko yang

besar dari efek samping kortikosteroid pada usia lanjut, khususnya osteoporosis,

diabetes, hipertensi, rentan terhadap infeksi dan penipisan kulit.

Pada anak-anak : Dosis umum pada anak-anak harus didasarkan pada respon

klinis dan kebijaksanaan dari dokter klinis. Pengobatan harus dibatasi pada dosis

minimum dengan periode yang pendek, jika memungkinkan, pengobatan harus

diberikan dalam dosis tunggal secara ADT.

Pemberian pada resep 2 mg 3xsehari selama 5 hari, untuk dosis pada

pasien ini masih rasional tetapi penggunaannya harus diperhatikan untuk

menurunkan dosis dan memantau efek samping obat.

F. Interhistin

Interhistin mengandung Mebhydroline suatu antihistamin yang umum

digunakan untuk pengobatan reaksi-reaksi alergi.    Pemberian pada berbagai

macam alergi seperti rinitis,urtikaria.

15

Page 17: Analisa Resep Trias

Dosis pemakaian dibagi dalam beberapa takaran tunggal dan diberikan

beberapa kali dalam sehari. interhistin diminum waktu makan atau sesudah

makan,tidak dianjurkan pada waktu lambung kosong.

Dewasa : Sehari 2-6 tablet dalam dosis bagi

Anak-anak :Umur 2-5 tahun : Sehari 1-3 tablet dalam dosis bagi            

Umur 5-10 tahun : Sehari 2-4 tablet dalam dosis bagi

Pada resep menggunakan ½ tablet 50 mg 3xsehari selama5 hari.

Pemberian masih dalam batas dosis maximal perhari, dan pemberian dijelaskan

jika perlu (sesak).

2.2.5 Bentuk Sediaan Obat

Bentuk sediaan yang diberikan pada resep ini adalah dalam bentuk tablet

dan capsul Pemilihan bentuk sediaan ini dianggap sudah tepat dengan

memperhatikan bahwa pasien adalah orang dewasa yang kooperatif, tidak ada

kesulitan menelan dan masih dalam keadaan sadar.

2.2.6 Interaksi Obat

Obat yang diberikan pada kasus ini yaitu, antibiotic, glukokortikostreroid,

antitusif, antimukolitik, bronkodilator dan antihistamin. Pada resep ini seharusnya

tidak dianjurkan untuk memberikan 2jenis obat batuk dengan golongan yang

berbeda. Tidak ada interaksi yang saling menghambat dan mempengaruhi antara

satu obat dengan obat yang lain.

16

Page 18: Analisa Resep Trias

2.2.7 Efek Samping Obat

1. Azythromisin

Efek samping: Mual, rasa tidak nyaman di perut, muntah, kembung, diare,

gangguan pendengaran, nefritis interstisial, gangguan ginjal akut, fungsi hati

abnormal, pusing/vertigo, kejang, sakit kepala, dan somnolen.

2. Salbutamol

Efek samping: Nyeri kepala, pusing, mual, tremor tangan. Pada OD dapat

terjadi takikardia, palpitasi, aritmia dan hipotensi

3. Ambroxol

Ambroksol umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping yang ringan

pada saluran pencernaan dilaporkan pada beberapa pasien. Reaksi alergi.

4. Methylprednisolon

Efek samping biasanya terlihat pada pemberian jangka panjang atau

pemberian dalam dosis besar, misalnya gangguan elektrolit dan cairan tubuh,

kelemahan otot, retensi terhadap infeksi menurun, gangguan penyembuhan luka,

meningkatnya tekanan darah, katarak, gangguan pertumbuhan pada anak – anak,

insufisiensi adrenal, Cushing’s Syndrome, osteoporosis, tukak lambung.

5. Dextrometorphan

Efek samping : Pusing, mengantuk, mual, konstipasi.Pada dosis tinggi

dapat terjadi depresi pernapasan.

6. Interhistin

Sedatif (megantuk)

17

Page 19: Analisa Resep Trias

2.2.8 Analisis Diagnosa

Berdasarkan data yang diperoleh dari status pasien, dari anamnesis dapat

diketahui bahwa pasien mengeluh sesak nafas, batuk berdahak dan ada suara ngik

bila udara dingin. Pada pemeriksaan fisik didapatkan whezing (-/-) ronkhi (-/-),

pada gambaran foto thorak masih dalam batas normal. Diagnosis yang ditegakkan

pada kasus ini adalah Asma bronkhiale dengan ISPA (Infeksi Saluran Nafas

Atas).

Pemilihan terapi oleh dokter sudah tepat yaitu antibiotic dengan obat

simptomatik untuk sesak nafas, dan batuk. Namun, sebaiknya pemberian obat

disesuaikan dengan keluhan pasien, pada kasus ini pasien mengeluh batuk

berdahak, tetapi pada resep selain antimukolitik juga diberikan antitusif dalam

satu capsul yang sebelumnya dipuyerkan.

Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh peningkatan

daya responsif percabangan trakeobronkial terhadap berbagai jenis stimulus.

Penyakit asma mempunyai manifestasi fisiologis berbentuk penyempitan yang

meluas pada saluran udara pernafasan yang dapat sembuh spontan atau dapat

sembuh dengan terapi dan secara klinis ditandai oleh serangan mendadak dipsnue,

batuk serta mengi. Secara khas, sebagian besar serangan berlangsung singkat

selama beberapa menit hingga beberapa jam dan sesudah itu, pasien tampaknya

mengalami kesembuhan klinis yang total.

Penyebab asma sangat kompleks dan bervariasi diantara berbagai

kelompok populasi dan bersifat individual. Diduga yang memegang peranan

18

Page 20: Analisa Resep Trias

utama ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperaktivitas bronkus ).

Hiperaktivitas bronkus ini belum diketahui dengan jelas penyebabnya.

Berdasarkan referensi ISPA dikelompokkan menjadi lima

kelompok penyakit, yaitu :8

1. Infeksi saluran pernapasan atas : Rhinitis, Faringitis, Tonsilitis, Otitis

media

2. Laringo-trakeo bronchitis atau croup

3. Bronkhitis

4. Bronkiolitis

5. Pneumonia

Ditinjau dari etiologi, sebagian besar infeksi saluran pernafasan akut

adalah disebabkan oleh virus. Batuk dan pilek atau flu (common cold)

biasanya berlangsung 1-2 minggu disertai dengan gejala demam, bersin,

batuk, pilek. Batuk dan pilek sangat umum terjadi pada anak. Bahkan

menurut penelitian  dalam setahun seorang anak dapat terkena 8-12 kali dan

hal itu merupakan normal, kecuali bayi-bayi yang berusia dibawah 3 bulan,

karena pada umur tersebut gejala flu bisa berkembang dengan cepat menjadi

penyakit yang serius seperti bronchiolitis atau pneumonia sehingga batuk dan

pilek tetap membutuhkan perhatian khusus.8

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena

menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1

dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode

ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh

19

Page 21: Analisa Resep Trias

penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup

20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan

pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.8

Tujuan utama pengobatan ISPA adalah untuk mengurangi atau

menghilangkan keluhan panas, batuk, pilek. Ditinjau dari etiologi, sebagian

besar infeksi saluran pernafasan akut adalah disebabkan oleh virus.

Penanganan ISPA yang ideal untuk anak, yaitu pemberian obat

simptomatis. Berdasarkan diagnosis yang ditegakkan pada kasus ini, yaitu

ISPA, maka terapi yang diberikan sebagai lini pertama adalah terapi

simptomatik. Hal ini dikarenakan sebagian besar kasus ISPA adalah infeksi

oleh virus dan pada kasus ini belum ada bukti kuat adanya infeksi bakteri,

maka pengobatan kausatif tidak diberikan, tetapi lebih kepada gejalanya saja.

Sedangkan, untuk keluhan asma pada pasien ini cukup diberikan

bronkodilator dan antihistamin karena pada pasien ini juga mengeluh kambuh

jika dingin, sehinga diperlukan antihistamin untuk mencegah berulangnya

keluhan asma.

2.3 Usulan Resep untuk Kasus Tersebut

PROPINSI PEMERINTAH DAERAH TINGKAT IKALIMANTAN SELATAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH “ULIN”BANJARMASIN

Jl. A. Yani km 1,5 Banjarmasin Telp : (0511) 3252180 Nama Dokter : dr. Trias Rukmana S, Sp.PD Tanda Tangan NIP : 145 201 079 DokterUPF/Bagian : Penyakit DalamSIP : No. 079/SPD/II/08/2011

20

Page 22: Analisa Resep Trias

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan 5 tepat pada resep rasional, maka :

1. Tepat obat

Pemilihan obat dalam kasus ini sudah tepat tapi perlu dituliskan anamnesa

lebih jelas apakah ISPA karena bakteri atau virus, untuk obat simptomatik

PROPINSI PEMERINTAH DAERAH TINGKAT IKALIMANTAN SELATAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH “ULIN”BANJARMASIN

Jl. A. Yani km 1,5 Banjarmasin Telp : (0511) 3252180 Nama Dokter : dr. Trias Rukmana S, Sp.PD Tanda Tangan NIP : 145 201 079 DokterUPF/Bagian : Penyakit DalamSIP : No. 079/SPD/II/08/2011

21

Page 23: Analisa Resep Trias

pada pasien ini sebaiknya untuk keluhan batuk tidak boleh digabung dengan

2 golongan yang berbeda.

2. Tepat dosis

Dosis yang diberikan pada resep ini sudah tepat karena sesuai dengan dosis

dewasa

3. Tepat bentuk sediaan

Bentuk sediaan yang diberikan sudah tepat sesuai dengan keadaan pasien.

4. Tepat waktu pemberian

Pada resep ini tidak dituliskan dengan jelas kapan obat oral seharusnya

diminum.

5. Tepat penderita

Penggunaan obat telah sesuai dengan keadaan penderita. Kelengkapan lain

yang perlu ditulis adalah : Identitas pasien seperti umur, berat badan dan

alamat. Adapun karena tidak diketahui informasi tentang status sosio-

ekonomi pasien maka pertimbangan harga obat sudah diperhitungkan oleh

dokternya sehingga resep ini dianggap sudah tepat penderita.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lestari, CS. Seni Menulis Resep Teori dan Praktek. PT Pertja. Jakarta, 2001

2. Joenoes, Nanizar Zaman. Ars Prescribendi – Penulisan Resep yang Rasional 1. Airlangga University Press. Surabaya, 1995.

22

Page 24: Analisa Resep Trias

3. Winotopradjoko, M dkk. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Akarta, Volume 39, 2004.

4. Katzung, B.G. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VI. EGC. Jakarta. 1998.

5. Darmansjah, I dkk. Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000. Depkes RI Dirjen POM. Jakarta, 2000.

6. Ganiswarna, S.G (ed). Farmakologi dan Terapi edisi 4. Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta, 1995.

7. Hardjasaputra, S.L.P dkk. Data Obat di Indonesia edisi 10. Grafidian Medipress. Jakarta, 2002.

8. Yunus F, Penatalaksanaan Batuk dalam Praktek Sehari-hari. Bagian Pulmonologi FK UI Unit Paru RS Persahabatan, Jakarta. Dalam : Cermin Dunia Kedokteran No. 85, 1993; 43-45

23