Date post: | 16-Nov-2015 |
Category: | Documents |
View: | 136 times |
Download: | 10 times |
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA AIR
Oleh :
WAHYU MAEKARATRI
NIM. P27834113012
SEMESTER 3 REGULER
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D4
2014 - 2015
Materi praktikum : Penentuan Aciditas
Tujuan : 1. Melakukan standarisasi dengan titrasi alkalimetri
2. Menetapkan kadar CO2 dalam sampel air sumur
Metode : Alkalimetri
Prinsip : Penetralan asam basa
Aciditas dalam air dinetralkan dengan NaOH menggunakan
indikator fenolftalein(PP).
Reaksi : H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O
Tinjauan Pustaka :
Asiditas adalah kemampuan air untuk menetralkan larutan basa / kapasitas kuantitatif
air untuk bereaksi dengan basa kuat sehingga menstabilkan pH hingga mencapai 8,3 atau
kemampuan air untuk mengikat OH- untuk mencapai pH 8,3 dari pH asal yang rendah.
Semua air yang memiliki pH < 8,5 mengandung asiditas.
Pada dasarnya, asiditas (keasaman) tidak sama dengan pH. Asiditas melibatkan dua
komponen, yaitu jumlah asam, baik asam kuat maupun asam lemah (misalnya asam
karbonat dan asam asetat), serta konsentrasi ion hidrogen. Menurut APHA (1976) dalam
Effendi (2003), pada dasarnya asiditas menggambarkan kapasitas kuantitatif air untuk
menetralkan basa sampai pH tertentu, yang dikenal dengan base-neutralizing capacity
(BNC); sedangkan Tebbut (1992) dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa pH hanya
menggambarkan konsentrasi ion hidrogen.
Pada kebanyakan air alami, air buangan domestik, dan air buangan industri bersifat
buffer karena sistem karbondioksida-bikarbonat. Pada titrasi beberapa asam lemah, dapat
diketahui bahwa titik akhir stokiometri dari asam karbonat tidak dapat dicapai sampai pH
sekitar 8,5. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semua air yang memiliki pH < 8,5
mempunyai sifat asiditas. Biasanya titik akhir phenophtalein pada pH 8,2 sampai 8,4
digunakan sebagai titik referensi.
Dari titrasi terhadap asam karbonat dan asam kuat, diketahui bahwa asiditas dari air
alami disebabkan oleh CO2 yang merupakan agen efektif dalam air yang memiliki pH > 3,7
atau disebabkan oleh asam mineral kuat yang merupakan agen efektif dalam air dengan pH
< 3,7. Dapat dikatakan bahwa asiditas di dalam air disebabkan oleh CO2 terlarut dalam air,
asam-asam mineral (H2SO4, HCl, HNO3), dan garam dari asam kuat dengan basa lemah.
Asiditas Total (Asiditas Phenophtalein)
Asiditas total merupakan asiditas yang disebabkan adanya CO2 dan asam mineral.
Karbondioksida merupakan komponen normal dalam air alami. Sumber CO2 dalam air
dapat berasal dari adsorbsi atmosfer, proses oksidasi biologi materi organik, aktivitas
fotosintesis, dan perkolasi air dalam tanah. Karbondioksida dapat masuk ke permukaan air
dengan cara adsorbsi dari atmosfer, tetapi hanya dapat terjadi jika konsentrasi CO2 dalam
air < kesetimbangan CO2 di atmosfer. Karbondioksida dapat diproduksi dalam air melalui
oksidasi biologi dari materi organik, terutama pada air tercemar. Pada beberapa kasus, jika
aktivitas fotosintesis dibatasi, konsentrasi CO2 di dalam air dapat melebihi keseimbangan
CO2 di atmosfer dan CO2 akan keluar dari air. Air permukaan secara konstan mengadsorpsi
atau melepas CO2 untuk menjaga keseimbangan dengan atmosfer.
Air tanah dan air dari lapisan hypolimnion di danau dan reservoir biasanya
mengandung CO2 dalam jumlah yang cukup banyak. Konsentrasi ini dihasilkan dari
oksidasi materi organik oleh bakteri dimana materi organik ini mengalami kontak dengan
air dan pada kondisi ini CO2 tidak bebas untuk keluar ke atmosfer. CO2 merupakan produk
akhir dari oksidasi bakteri secara anaerobik dan aerobik. Oleh karena itu konsentrasi CO2
tidak dibatasi oleh jumlah oksigen terlarut.
Asiditas Mineral (Asiditas Metil Orange)
Asiditas mineral merupakan asiditas yang disebabkan oleh asam mineral. Dapat juga
disebut asiditas metil orange karena untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan
indikator metil orange untuk mencapai pH 3,7. Asiditas mineral di dalam air dapat berasal
dari industri metalurgi, produksi materi organik sintetik, drainase buangan tambang, dan
hidrolisis garam-garam logam berat.
Asiditas mineral terdapat di limbah industri, terutama industri metalurgi dan produksi
materi organik sintetik. Beberapa air alami juga mengandung asiditas mineral. Kebanyakan
dari limbah industri mengandung asam organik. Kehadirannya di alam dapat ditentukan
dengan titrasi elektrometrik dan gas chromatografi.
Garam logam berat, terutama yang bervalensi 3, terhidrolisa dalam air untuk
melepaskan asiditas mineral sesuai dengan reaksi (2.25).
FeCl3 + 3 H2O Fe (OH)3 + 3 H+ + 3 Cl
- (2.25)
Kehadirannya dapat diketahui dari pembentukan endapan ketika pH larutan meningkat
selama netralisasi. Air yang mengandung asiditas biasanya bersifat korosif sehingga
memerlukan banyak biaya untuk menghilangkan/mengontrol substansi yang menyebabkan
korosi (umumnya CO2). Jumlah keberadaan asiditas merupakan faktor penting dalam
penentuan metode pengolahan, apakah dengan aerasi atau netralisasi sederhana dengan
kapur atau sodium hidroksida. CO2 merupakan pertimbangan penting dalam mengestimasi
persyaratan kimia untuk pelunakan kapur/kapur soda. Dalam penelitian ini, digunakan
titrasi asam basa dengan indikator phenophtalein (p) dan metil orange (m) sesuai reaksi
(2.26) sampai (2.28).
H+ + OH
- H2O (2.26)
CO2 + OH- HCO3
- (2.27)
HCO3 + H+ H2O + CO2 (2.28)
Karbondioksida dan asiditas mineral dapat diukur dengan larutan standar menggunakan
reagen alkaline. Asam mineral dapat diukur dengan titrasi pada pH 3,7 sehingga disebut
asiditas metil orange. Titrasi contoh air pada pH mencapai 8,3 dapat mengukur asam
mineral dan asiditas dari asam lemah. Asam mineral dapat dinetralkan ketika pH mencapai
3,7. Hasil yang diperoleh dinyatakan dalam CaCO3. Karena CaCO3 memiliki berat
ekivalen 50, maka N/50 NaOH digunakan sebagai agen penitrasi sehingga 1 ml ekivalen
dengan 1 mg asiditas.
Bahan : a. larutan H2C2O4 0,1000 N
b. larutan NaOH 0,1 N
c. Indikator PP 1%
d.Aquades
Alat : a. Labu Erlenmeyer 250 ml
b. Buret 50 mL
c. Pipet tetes
d. Statif
e. Beaker glass
f. Pipet volume 10mL, 50mL
Sampel : Air sumur
Prosedur :
1. Titrasi Standarisasi
a. Melakukan perencanaan penimbangan dengan menghitung massa H2C2O4.2
H2O yang dibutuhkan
Pembuatan larutan primer : 250 mL H2C2O4.2 H2O 0,1000 N
m = N x V x BE
= 0.1000 N x 0.25 L x
= 1,5759 gram
b. Melakukan penimbangan dan didapat hasil penimbangan seberat 1,5869 gram
c. Menghitung konsentrasi H2C2O4.2H2O terstandarisasi sesuai hasil
penimbangan
=
= 0.1007 N
d. Melarutkan dengan teliti H2C2O4.2H2O kedalam beaker glass
e. Memindahkan kedalam labu ukur dengan volume yang sesuai dan
menambahkan aquades menggunakan pipet tetes hingga tanda tera lalu kocok
hingga homogen
f. Mencuci dan mengisi buret dengan larutan NaOH 0.1 N
g. Memipet 10.0 mL larutan H2C2O4.2H2O kedalam Erlenmeyer
h. Menambahkan indikator PP 1 % sebanyak 1- 2 tetes
i. Melakukan titrasi hingga terjadi perubahan warna dari jernih menjadi merah
muda
j. Mencatat volume titrasi dan menghitung konsentrasi NaOH.
2. Penetapan Kadar
a. Mengisi buret dengan larutan NaOH terstandarisasi
b. Memipet 50,00 mL sampel kedalam labu erlenmeyer, dan menambahkan 1-2
tetes indikator PP 1%.
c. Melakukan titrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari jernih
menjadi merah muda.
d. Menghitung aciditas sebagai kadar CO2.
Hasil percobaan :
Data titrasi standarisasi
Volume H2C2O4. 2H2O
(mL)
Normalitas
H2C2O4.2H2O (N)
Volume
NaOH (mL)
Normalitas NaOH
( N )
10,00 0,1007 V1 = 10,40 0,0968
10,00 0,1007 V2 = 10,38 0,0970
N rata-rata = 0,0969
Data titrasi penetapan kadar
Volume sampel (mL)
Normalitas NaOH (N)
Volume NaOH
(mL)
Kadar CO2 (mg/L)
50,00 0,0969 V1 = 0,2 17,06
50,00 0,0969 V2 = 0,3 25,59
Kadar CO2 rata-rata =
21,325
Perhitungan :
a. Titrasi standarisasi
Diketahui : V H2C2O4.2 H2O = 10,00 mL
N H2C2O4.2 H2O = 0,1007 N
Vi NaOH = 10,40 mL
Vii NaOH = 10,38 mL
Maka Normalitas NaOH terstandarisasi :
i. V H2C2O4.2 H2O x N H2C2O4.2 H2O = V NaOH x N NaOH
10,00 mL x 0,1007 N = 10,40 mL x N NaOH
N NaOH terstandarisasi = 0,0968 N
ii V H2C2O4.2 H2O x N H2C2O4.2 H2O = V NaOH x N NaOH
10,00 mL x 0,1007 N = 10,38 mL x N NaOH
N NaOH terstandarisasi = 0,0970 N
Maka Normalitas rata-rata NaOH terstandarisasi
= 0,0969 N
i. Titrasi penetapan kadar
Diketahui
Click here to load reader