This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
TABEL DAN GAMBAR.............................................................................................................iii
BAB I........................................................................................................................................1
Tabel 1. 1. PDRB Propinsi Banten Tahun 2000 Atas Dasar Harga Konstan...........................1
Tabel 2. 1. Bentuk Umum Tabel Transaksi Input-Output.......................................................10
Tabel 3. 1. Index Total Backward Linkage (ITBL) dan Index Total Forward Linkage (TFL) Menurut Tabel Input Output 9 sektor......................................................................................18
Tabel 3. 2 Tujuh Sektor dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Belakang Terbesar Menurut Tabel Input Output 30 sektor Tipe 1.......................................................................................18
Tabel 3. 3 Tujuh Sektor dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Depan Terbesar sub..............19
Tabel 3. 4. Sektor Industri Perekonomian Banten Sub Sektor Industri Pengolahan..............19
Tabel 3. 5. Dampak Pengganda Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Menurut Tabel Input Output 9 sektor.......................................................................................................................21
Tabel 3. 6. Dampak Awal, Luberan, dan Imbasan Konsumsi Pengganda Output, Pendapatan Income dan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan..........................................................21
Tabel 3. 7. Dampak Pengganda Output, Pendapatan Sektor Industri menurut 30 Sektor....22
Tabel 3. 8. Struktur Jumlah Permintaan Akhir Berdasarkan Tabel Input Output 9 Sektor.....23
Tabel 3. 9. Kontribusi Sub Sektor Industri Pengolahan Berdasarkan Jumlah Permintaan Akhir.......................................................................................................................................24
Tabel 3. 10. Struktur Nilai Tambah Bruto Berdasarkan 9 Sektor..........................................25
Tabel 3. 11. Kontribusi Sub Sektor Industri Pengolahan Berdasarkan Jumlah Nilai Tambah Bruto.......................................................................................................................................25
Gambar 2. 1. Diagram Input Output.........................................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desentralisasi fiskal memberikan kebebasan kepada daerah untuk menyusun sendiri
program-program kerja dan merealokasikan anggaran sesuai dengan kebutuhan dan
kapasitas daerah. Esensi dari perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
ini sesungguhnya adalah distribusi sumber daya keuangan (financial sharing) yang bertujuan
memberdayakan dan meningkatkan kemampuan ekonomi daerah, mengurangi kesenjangan
antar daerah dalam kemampuan membiayai otonominya dan menciptakan sistem
pembiayaan yang adil, proporsional, rasional serta kepastian sumber keuangan yang
berasal dari wilayah yang bersangkutan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Otonomi
Daerah memberikan kesempatan bagi pemekaran wilayah, salah satu wilayah baru yang
terbentuk adalah Propinsi Banten yang memisahkan diri dari Propinsi Jawa Barat pada
tahun 2000. Kondisi perekonomian Propinsi Banten pada tahun 2000 tersebar di 9 sektor
dengan data sebagai berikut:
Tabel 1. 1. PDRB Propinsi Banten Tahun 2000 Atas Dasar Harga Konstan(dalam milyar rupiah)
SEKTOR NILAI
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 4,408.17
2. Pertambangan dan Penggalian 43.61
3. Industri Pengolahan 23,851.75
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,672.38
5. Konstruksi 1,179.22
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,097.61
7. Pengangkutan dan Komunikasi 3,332.70
8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 814.33
9. Jasa-jasa 1,912.07
TOTAL 45,311.84
Sumber: BPS
Dalam perekonomian yang lebih luas, hubungan antar kegiatan ekonomi juga
menunjukkan keterkaitan yang semakin kuat dan dinamis. Jenis-jenis kegiatan baru
bermunculan untuk mengisi kekosongan mata rantai kegiatan yang semakin panjang dan
kait mengait. Kemajuan di suatu sektor tidak mungkin dapat dicapai tanpa dukungan sektor-
sektor lain. Begitu juga sebaliknya, hilangnya kegiatan suatu sektor akan berdampak
terhadap kegiatan sektor lain. Berbagai hubungan antar-kegiatan ekonomi (inter-industry
relationship) selanjutnya dapat direkam dalam suatu instrumen yang dikenal dengan model
input-output (I-O). Dalam paper ini model input-output (I-O) digunakan untuk menentukan
kontribusi sektor perindustrian dalam tujuan pembangunan perekonomian Banten.
Untuk mempercepat pengembangan perekonomian daerah, maka perlu
memperbesar penanaman investasi pada lapangan usaha yang memiliki keterkaitan yang
besar terhadap lapangan usaha lainnya. Dengan demikian akan dapat mendorong lapangan
usaha lainnya yang mendukung lapangan usaha yang dijadikan kunci tersebut, sehingga
akan bisa meningkatkan produksi regional secara keseluruhan melalui dampak
penggandanya (multiplier). (Ropingi dan Dany Artanto, 2002). Dengan melihat keterkaitan
antar sektor dan memperhatikan efisiensi dan efektifitas yang hendak dicapai dalam
pembangunan maka sektor yang mempunyai keterkaitan tinggi dengan banyak sektor pada
dasarnya merupakan sektor yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Hal ini karena jika
sektor utama yang mendapatkan perhatian lebih tersebut mengalami pertumbuhan maka
sektor yang terkait dengannya akan mengalami pertumbuhan juga.
Industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi,
inovasi spesialisasi, dalam produksi dan perdagangan antarnegara yang pada akhirnya
sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita mendorong perubahan struktur ekonomi.
Industri mempunyai peranan sebagai sektor pemimpin maksudnya dengan adanya
pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor
lainnya seperti sektor pertanian dan jasa.
Menurut Hirschman, pertumbuhan yang cepat dari satu atau beberapa industri
mendorong perluasan industri-industri lainnya yang terkait dengan sektor industri yang
tumbuh lebih dulu. Dalam sektor produksi mekanisme pendorong pembangunan
(inducement mechanisme) yang tercipta sebagai akibat dari adanya hubungan antara
berbagai industri dalam menyediakan barang-barang yang digunakan sebagai bahan
mentah bagi industri lainnya, dibedakan menjadi dua macam yaitu pengaruh keterkaitan ke
belakang (backward linkage effect) dan pengaruh keterkaitan ke depan (forward linkage
effect). Pengaruh keterkaitan ke belakang maksudnya tingkat rangsangan yang diciptakan
oleh pembangunan suatu industri terhadap perkembangan industri lainnya. Sedangkan
pengaruh keterkaitan ke depan adalah tingkat rangsangan yang dihasilkan oleh industri
yang pertama bagi input mereka (Arsyad, 1999).
1.2 Tujuan
Paper ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi sektor industri terhadap
perekonomian Banten melalui model I-O (distribusi input, output, nilai tambah bruto), yaitu
keterkaitan sektor industri dengan sektor lainnya, serta dampak pengganda output,
pendapatan dan tenaga kerja sektor industri pada perekonomian Banten.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Model Input Output
2.1.1. Definisi Input Output
Analisis input output merupakan suatu peralatan analisis keseimbangan umum.
Analisis didasarkan pada suatu situasi perekonomian, bukan pendekatan teoritis semata.
Keseimbangan dalam analisis input output didasarkan arus transaksi antar pelaku
perekonomian. Penekanan utama dalam analisis input output adalah pada sisi produksi.
Teknologi produksi yang digunakan oleh perekonomian tersebut memegang peranan
penting dalam analisis. Lebih spesifik lagi, teknologi yang memegang peranan besar adalah
teknologi dalam kaitannya dengan penggunaan input antara. Sampai tahap tertentu, input
primer dianggap sebagai variabel eksogen, seperti halnya sisi permintaan akhir juga kerap
dijadikan sebagai variabel endogen (Nazara, 2005).
Menurut Jhingan (1996), analisis input output juga merupakan variasi terbaik
keseimbangan umum yang mempunyai tiga unsur utama, yaitu:
1. Analisis input output memusatkan perhatiannya pada perekonomian dalam keadaan
seimbang.
2. Tidak memusatkan perhatian pada analisis permintaan tetapi masalah teknis
produksi.
3. Analisis input output didasarkan pada penelitian empiris.
2.1.2. Distribusi Input dan Output Produksi
Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk
mengubah input menjadi output. Dunia usaha meliputi mereka yang memproduksi komoditas
barang dan jasa. Diagram berikut menjelaskan konsep dasar input output.
Gambar 2. 1. Diagram Input Output(Sumber : Suahasil Nazara, 2004)
Jika total output sektor i diberi notasi Xi, nilai uang dari arus barang atau nilai transaksi dari
sektor i ke sektor j diberi notasi Zij, total permintaan akhir sektor i tersebut diberi notasi Yi,
jadi dapat dituliskan distribusi dari output sektor i sebagai berikut:
Xi = Zi1 + Zi2 + Zi3 + . . . Zin + Yi ........(1)
Dalam konteks input antara terjadi arus/perpindahan barang antarsektor yaitu dari sektor i ke
sektor j. Bisa juga terjadi perpindahan intrasektor, yaitu dari sektor i ke i itu sendiri.
Jika ada n sektor di ekonomi, dapat dituliskan bahwa terdapat n-buah (artinya n-
baris) persamaan seperti di atas, yang dapat dinyatakan dalam suatu sistem persamaan
seperti berikut:
......................(2)
Secara baris, kita melihat struktur distribusi output antara masing-masing sektor ke pemakai
antara dan pemakai akhir. Secara kolom, kita melihat distribusi input antara masing-masing
sektor dari produsen input antara dan input primer. Koefisien Z11 mencerminkan jumlah input
antara yang diperlukan oleh sektor 1 yang berasal dari sektor 1 itu sendiri. Begitu pula, Z21
adalah jumlah input antara bagi sektor 1 yang berasal dari sektor 2. Dengan begitu, vektor
kolom menunjukkan struktur input antara sektor 1 tersebut.
2.2 Tabel Input Output
Tabel input output adalah suatu sistem yang menyajikan informasi tentang transaksi
barang dan jasa serta keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor lainnya dalam
perekonomian yang disusun dalam bentuk matriks baris dan kolom. Dalam penyusunan
tabel I-O maupun analisis ekonomi yang menggunakan model I-O, terdapat beberapa
besaran (variabel) yang perlu untuk dijelaskan. Besaran tersebut menyangkut output, input
antara, input primer (nilai tambah), permintaan akhir.
2.2.1. Output
Output merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh
sektor-sektor perekonomian. Secara umum pengertian mengenai output dan cara
memperkirakan output berdasarkan produksi. Namun untuk beberapa sektor, agak berbeda
atau bersifat khusus, seperti sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor keuangan, dan
sektor pemerintahan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Output sektor bangunan adalah seluruh nilai proyek yang telah diselesaikan selama
periode penghitungan tanpa memperhatikan apakah bangunan tersebut sudah
selesai seluruhnya atau belum dan berlokasi pada wilayah domestik. Oleh karena itu
output dari sektor ini pada umumnya diperoleh berdasarkan perkiraan.
b. Output sektor perdagangan mencakup seluruh margin perdagangan yang timbul dari
kegiatan perdagangan pada suatu wilayah domestik. Margin perdagangan adalah
selisih antara nilai penjualan dengan nilai pembelian dari komoditas yang
diperdagangkan dikurangi dengan biaya pengangkutan yang telah dikeluarkan dalam
rangka memperdagangkan komoditas-komoditas tersebut.
c. Output sektor keuangan (bank) teridiri dari jasa pelayanan di bidang perbankan
(service charge) dan imputasi jasa bank (imputed service charge) yaitu selisih antara
bunga yang diterima dengan bunga yang dibayar.
d. Output sektor pemerintahan terdiri atas belanja pegawai dan penyusutan barang
modal milik pemerintah. Dalam kerangka model I-O, output biasanya dinotasikan
dengan X (Xi atau Xj) sedangkan penyajian Tabel I-O Propinsi Banten, output
diberikan kode 210.
2.2.2. Input Antara
Input antara mencakup penggunaan berbagai barang dan jasa oleh suatu sektor
dalam kegiatan produksi. Barang dan jasa tersebut berasal dari produksi sektor-sektor lain,
dan juga produksi sendiri. Barang-barang yang digunakan sebagai input antara biasanya
habis sekali pakai, seperti bahan baku, bahan penolong, bahan bakar dan sejenisnya.
Dalam model I-O, penggunaan input antara diterjemahkan sebagai keterkaitan antara sektor
dan dinotasikan dengan Xij, yaitu input antara yang berasal dari produksi sektor-i yang
digunakan oleh sektor-j dalam rangka menghasilkan output Xj. Xij disebut sebagai total input
antara sektor j, dan dalam tabel I-O Propinsi Banten diberikan kode 190.
Dalam suatu tabel I-O, input antara dinilai dengan dua jenis harga. Input antara atas
dasar harga pembeli menggunakan harga beli konsumen sebagai dasarnya. Dalam harga
tersebut tentunya margin distribusi (keuntungan pedagang dan ongkos angkut) sudah
termasuk didalamnya. Sebaliknya input antara atas dasar harga produsen penggunaan
harga pabrik sebagai dasarnya, yang tentunya margin distribusi tidak termasuk di dalamnya.
Margin distribusi selanjutnya diperlukan sebagai input yang berasal dari sektor perdagangan
dan angkutan.
Input antara sebenarnya mencakup dua komponen, komponen input yang berasal
dari produksi Propinsi Banten sendiri dan komponen impor (dari luar Propinsi Banten). Oleh
karena itu suatu tabel I-O yang ingin menggambarkan secara langsung hubungan produksi
Propinsi Banten (domestik) dengan berbagai sektor pemakai, harus memisahkan komponen
impor dari setiap input antara. Dalam model I-O, analisis dengan menggunakan input antara
domestik lebih sering dipakai.
2.2.3. Input Primer (Nilai Tambah Bruto)
Input primer atau lebih dikenal dengan nilai tambah merupakan balas jasa yang
diciptakan/diberikan kepada faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi.
Balas jasa tersebut mencakup upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak
langsung. Upah dan gaji merupakan balas jasa yang diberikan kepada buruh/karyawan, baik
dalam bentuk uang maupun barang, termasuk dalam upah dan gaji, semua tunjangan
(perumahan, kendaraan dinas, kesehatan) dan bonus, uang lembur yang diberikan
perusahaan kepada pekerja. Semua pendapatan pekerja tersebut masih dalam bentuk bruto
atau sebelum dipotong pajak penghasilan.
Surplus usaha mencakup sewa properti (tanah, hak cipta/paten), bunga neto (bunga
yang diterima dikurangi bunga yang dibayar) dan keuntungan perusahaan. Keuntungan
perusahaan dalam bentuk bruto, yaitu sebelum dibagikan kepada pemilik saham berupa
deviden dan sebelum dipotong pajak perseroan. Penyusutan merupakan nilai penyisihan
keuntungan perusahaan untuk akumulasi pengganti barang modal yang habis pakai.
Sedangkan pajak tak langsung merupakan pajak yang dikenakan pemerintah untuk setiap
transaksi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan seperti pajak pertambahan nilai (PPN).
Dalam model I-O, nilai tambah biasanya dinotasikan dengan Vj, dan untuk setiap
komponennya mengunakan notasi h. Jadi Vhj merupakan nilai tambah yang diciptakan di
sektor j untuk komponen h. Untuk I-O Propinsi Banten, komponen nilai tambah berkode 201
sampai 204 dan jumlah nilai tambah untuk setiap sektor diberi kode 209.
2.2.4. Permintaan Akhir
Permintaan akan barang dan jasa dibedakan antara permintaan oleh sektor-sektor
produksi untuk proses produksi disebut permintaan antara dan permintaan oleh konsumen
akhir disebut permintaan akhir. Dalam tabel I-O, permintaan akhir mencakup pengeluaran
konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap,
perubahan stok, ekspor dan impor.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga (kode 301) mencakup semua pembelian
barang dan jasa oleh rumah tangga, baik untuk makanan maupun non makanan. Termasuk
pula pembelian barang-barang tahan lama (durable goods), seperti perlengkapan rumah
tangga, kendaraan bermotor dan sebagainya. Satu-satunya pembelian yang tidak termasuk
dalam konsumsi rumah tangga adalah bangunan tempat tinggal, karena dianggap sebagai
pembentukan modal di sektor persewaan bangunan. Konsumsi rumah tangga mencakup
pula barang-barang hasil produksi sendiri dan pembelian pihak lain.
Pengeluaran komsumsi pemerintah (kode 302) mencakup semua pembelian barang
dan jasa oleh pemerintah yang bersifat rutin (current expenditure), termasuk pembayaran
gaji para pegawai (belanja pegawai). Sedangkan pengeluaran pembangunan untuk
pengadaan sarana dan berbagai barang modal, termasuk dalam pembentukan modal.
Pembentukan modal tetap (kode 303) mencakup semua pengeluaran untuk pengadaan
barang modal baik dilakukan oleh pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta
(bisnis). Barang modal dapat terdiri dari bangunan/konstruksi, mesin dan peralatan,
kendaraan dan angkutan serta barang modal lainnya.
Sedangkan perubahan stok (kode 304) sebenarnya juga merupakan pembentukan
modal (tidak tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok akhir dan stok awal periode
penghitungan. Stok biasanya dipegang oleh produsen merupakan hasil produksi yang belum
sempat dijual, oleh pedagang sebagai barang dagangan yang belum sempat dijual dan oleh
konsumen sebagai bahan-bahan (inventory) yang belum sempat digunakan. Ekspor dan
impor (kode 305 dan 409) merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara
penduduk Propinsi Banten dengan penduduk luar Propinsi Banten, baik penduduk propinsi
lain maupun dari luar negeri. Perbandingan ekspor dan impor baik keseluruhan maupun
untuk setiap kelompok komoditi menunjukkan terjadinya surplus atau defisit perdagangan
antara Propinsi Banten dengan luar Propinsi Banten.
2.2.5. Asumsi
Dalam suatu tabel input ouput yang bersifat terbuka dan statis, transaksi yang
digunakan dalam penyusunan tabel input output harus memenuhi tiga asumsi dasar, yaitu:
1. Keseragaman (homogeneity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor ekonomi hanya
memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam)
dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari sektor yang berbeda.
2. Kesebandingan (proportionality), yaitu asumsi bahwa hubungan antara input dan
ouput pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan
penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan
input dari sektor yang bersangkutan.
3. Penjumlahan (additivity), yaitu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi di
berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing- masing kegiatan.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka tabel input output sebagai model kuantitatif
memiliki keterbatasan, yaitu bahwa koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap
(konstan) sepanjang periode analisis atau proyeksi. Produsen tidak dapat menyesuaikan
perubahan-perubahan inputnya atau mengubah proses produksi. Karena koefisien teknis
dianggap konstan, maka teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses
produksi pun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu
sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output. Apabila output naik dua kali lipat,
maka input juga akan naik dua kali lipat. Asumsi ini menolak adanya pengaruh perubahan
teknologi atau produktivitas, serta perubahan relatif harga. Walaupun mengandung
keterbatasan, model input ouput tetap merupakan alat analisis ekonomi yang lengkap dan
komprehensip.
2.2.6. Ilustrasi
Untuk memberikan gambaran tentang tabel I-O, berikut diberikan suatu ilustrasi tabel
I-O dengan asumsi suatu sistem perekonomian hanya terdapat 2 sektor produksi, yaitu
sektor 1 dan sektor 2 (disebut juga tabel I-O 2 x 2 sektor); terdapat empat komponen
permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga (C), investasi perusahaan (I), pengeluaran
pemerintah (G), dan ekspor luar negeri (E); dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dengan
balas jasa upah (L) dan kapital dengan balas jasa sewa (N). Di samping itu, sektor-sektor
produksi maupun pengguna akhir juga dapat membeli barang dari luar negeri dalam bentuk
impor (M).
Berdasarkan bentuk umum tabel I-O di atas, kerangka umum tabel I-O terdiri atas 4
kuadran yaitu:
Kuadran I (kelompok kiri atas): menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan
dan digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi. Transaksi yang
terjadi pada kuadran I lebih dikenal sebagai transaksi antara (intermediate
transaction).
Kuadran II (kelompok kanan atas): menunjukkan permintaan akhir (final demand)
serta penyediaan barang dan jasa. Permintaan akhir terdiri atas konsumsi rumah
tangga, konsumsi pemerintah, investasi perusahaan, dan ekspor.
Kuadran III (kelompok kiri bawah): menunjukkan input primer sektor-sektor
produksi berupa upah/gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung
neto. Sering disebut juga nilai tambah.
Kuadran IV (kelompok kanan bawah): menunjukkan input primer yang langsung
didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Informasi ini digunakan dalam
Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Dalam penyusunan Tabel I-O kuadran ini
tidak disajikan.
Tabel 2. 1. Bentuk Umum Tabel Transaksi Input-Output
Sektor Produksi Permintaan Akhir Total Output
1 2 C I G E X
Sektor
Produksi
1 Z11 Z12 C1 I1 G1 E1 X1
2 Z21 Z22 C2 I2 G2 E2 X2
Nilai Tambah L L1 L2 LC LI LG LE L
N N1 N2 NC NI NG NE N
Impor M M1 M2 MC MI MG ME M
Total Input X X1 X2 C I G E X
Tiap kuadran tersebut di atas dinyatakan dalam bentuk matriks. Kuadran I yang berukuran
matriks nxn menunjukkan banyaknya sektor yang dihitung menurut klasifikasi sektor dengan
memperhatikan kegiatan ekonomi yang dianggap potensial di suatu wilayah/daerah.
Pada garis horizontal atau baris, isian–isian sel memperlihatkan bagaimana output
suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara (intermediate
demand) sebagian lagi dipakai untuk memenuhi permintaan akhir (final demand).
Permintaan antara adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang digunakan untuk
proses lebih lanjut pada sektor produksi. Sedangkan permintaan akhir adalah permintaan
untuk konsumsi akhir yang terdiri dari konsumsi rumah tangga, pemerintah, pembentukan
modal dan ekspor.
Isian sel menurut garis vertikal atau kolom, menunjukkan pemakaian input antara
maupun input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk pelaksanaan produksi.
Input primer dalam istilah yang lebih populer disebut nilai tambah yang terdiri dari upah/gaji,
surplus usaha (sewa tanah, bunga neto, dan keuntungan), penyusutan barang modal, dan
pajak tidak langsung netto.
Setiap angka dalam sel sistem matriks tersebut mempunyai pengertian ganda.
Misalnya di kuadran pertama yaitu transaksi antara (permintaan antara dan input antara),
dimana tiap angka dilihat secara horizontal merupakan alokasi output suatu sektor kepada
sektor lainnya, dan pada waktu yang bersamaan dilihat secara vertikal merupakan input bagi
suatu sektor yang diperoleh dari sektor lainnya.
2.3 Aljabar Matriks
2.3.1. Matriks Transaksi Antara atau Input Antara
Berdasarkan tabel 2.1 di atas, terdapat tiga daerah yang diberi arsir abu-abu.
Masing-masing kelompok tersebut dapat dijadikan satu matriks tersendiri. Matriks dengan
elemen kelompok di kiri atas berisikan transaksi antar sektor diperekonomian. Karena
transaksi ini adalah transaksi input antara maka matriks ini kerap disebut matriks transaksi
input antara. Matriks transaksi input antara ini lazim disebut matriks Z yang isinya ialah:
Z =
Jika ada n sector produksi, maka akan ada nxn banyaknya transaksi input antara sehingga
keseluruhan transaksi input antara matriksnya sebagai berikut.