Top Banner
ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU CAIR DI CV. CITA NASIONAL, SALATIGA LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian Oleh : IRA YULIANI PRAJITNO NIM : 14.I1.0151 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2017
89

ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

Mar 06, 2019

Download

Documents

vothuan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN

PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU CAIR DI CV.

CITA NASIONAL, SALATIGA

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Oleh :

IRA YULIANI PRAJITNO

NIM : 14.I1.0151

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2017

Page 2: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

i

Page 3: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan penyertaan-Nya, penulis

boleh menyelesaikan laporan kerja praktek dengan judul “Analisa Keamanan Pangan dan

Pengawasan Mutu Produk Susu Cair di CV. Cita Nasional, Salatiga”. Pelaksanaan Kerja

Praktek dan Laporan Kerja Praktek ini penulis buat sebagai pemenuhan salah satu syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang.

Melalui pelaksanaan Kerja Praktek dan penulisan laporan Kerja Praktek ini penulis

memperoleh pengalaman, pengetahuan, pemahaman mendalam, serta kesempatan untuk

menerapkan apa yang sudah penulis dapatkan pada masa perkuliahan yang telah dilalui

terutama terakit dengan penjaminan mutu di CV. Cita Nasional baik dari bahan baku

hingga menghasilkan produk akhir. Terselesaikannya Program Kerja Praktek dan penulisan

Laporan Kerja Praktek ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, dan arahan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis secara khusus mengucapkan banyak terimakasih

kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan berkat dan penyertaan-Nya

kepada penulis selama melakukan kerja praktek di Salatiga.

2. Bapak Dr. R. Probo Y. Nugrahedi, STP, M.Sc selaku Dekan Fakultas Teknologi

Pertanian, Program Studi Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata

Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat

melakukan kerja praktek.

3. Ibu Inneke Hantoro, S.TP., M.Sc. selaku pembimbing akademik yang telah

meluangkan waktu untuk selalu mendukung, membimbing, dan memberikan arahan

kepada penulis baik selama melakukan kerja praktek maupun selama proses

penulisan laporan kerja praktek.

4. Bapak Mohammad Nur Ali Muslim selaku pembimbing lapangan yang telah

membantu penulis mendapatkan kesempatan untuk dapat melakukan kerja praktek

Page 4: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

iii

di CV. Cita Nasional Salatiga dan selalu memberikan arahan serta bimbingan

kepada penulis selama melakukan kerja praktek.

5. Oh Budiyanto Prajitno dan keluarga, serta Wak Yan yang telah membantu penulis

dalam menjalani kerja praktek dan memenuhi kebutuhan penulis selama di Salatiga.

6. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan moriil dan materiil

kepada penulis selama melakukan kerja praktek di Salatiga.

7. Marcellina Citraswara, Jessica Astelia, dan Webiana Lowisia yang telah membantu

penulis mengurus kebutuhan perkuliahan di Semarang dan selalu memberikan

semangat. Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda, Gloria

Gracia, dan teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

telah memberikan motivasi dan menemani penulis secara tidak langsung selama di

Salatiga.

8. Irawati Febriyana dan Ellen Agustin selaku teman seperjuangan dalam

melaksanakan Kerja Praktek di CV. Cita Nasional Salatiga

9. Laboran QC, karyawan pengemasan, proses, dan limbah yang telah membantu

penulis dalam memberikan arahan selama kerja praktek yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan yang ditulis ini masih jauh dari sempurna sebagai bentuk

adanya kekurangan dan keterbatasan, sehingga penulis meminta maaf apabila terdapat

kesalahan, kekurangan, ataupu hal lain yang kurang berkenan bagi para pembaca. Oleh

sebab keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki penulis, penulis berharap dapat menerima

kritik dan saran dari pembaca agar dapat menuliskan laporan secara lebih maksimal di masa

yang akan datang. Penulis berharap melalui laporan Kerja Praktek ini, dapat memberikan

wawasan dan manfaat bagi para pembaca terkhusus bagi pihak-pihak yang mendalami

usaha pengolahan susu maupun bagi mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Katolik Soegijapranata Semarang yang akan melaksanakan program kerja praktek di masa

mendatang.

Semarang, Desember 2017

Page 5: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

iv

Penulis

Page 6: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

v

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .............................................. Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... ix

1. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2. Tujuan ......................................................................................................................... 1

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................................................. 1

2. PROFIL PERUSAHAAN ........................................................................................... 3

2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ...................................................................... 3

2.2. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan ............................................................................. 4

2.3. Struktur Organisasi Perusahaan .................................................................................. 5

2.4. Ketenagakerjaan ......................................................................................................... 6

3. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK ...................................................... 8

3.1. Bahan Baku ................................................................................................................. 8

3.2. Jenis Produk .............................................................................................................. 10

3.2.1. Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi ........................................................................ 10

3.2.2. Yoghurt ..................................................................................................................... 11

4. PROSES PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DAN HOMOGENISASI.............. 12

4.1. Alur Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi ................................................ 12

4.1.1. Penerimaan Susu Segar ............................................................................................. 12

4.1.2. Pencampuran ............................................................................................................. 13

4.1.3. Pasteurisasi dan Homogenisasi ................................................................................. 14

4.2. Pengemasan .............................................................................................................. 15

4.3. Sanitasi ...................................................................................................................... 16

4.4. Pengolahan Limbah .................................................................................................. 17

5. PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU PASTEURISASI DAN

HOMOGENISASI DI CV. CITA NASIONAL ....................................................... 18

5.1.1. Uji Fisikakimiawi dan Mikrobiologi ........................................................................ 18

Page 7: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

vi

5.1.2. Uji Pemalsuan ........................................................................................................... 23

6. PENYUSUNAN HACCP PLAN ............................................................................. 25

6.1. Penyusunan HACCP Plan ......................................................................................... 25

6.1.1. Tim HACCP ............................................................................................................. 25

6.1.2. Deskripsi Produk dan Identifikasi Penggunaan Produk ........................................... 26

6.1.3. Diagram Alir Produksi .............................................................................................. 26

6.1.4. Analisis Bahaya dan Penetapan Resiko (Prinsip 1) .................................................. 28

6.1.5. Penentuan Critical Control Point (CCP) (Prinsip II) ............................................... 40

6.1.6. Penentuan Critical Limit (Prinsip III) ....................................................................... 44

6.1.7. Penetapan Proses Pemantauan (Prinsip IV) .............................................................. 45

6.1.8. Penetapan Tindakan Koreksi (Prinsip V) ................................................................. 46

6.1.9. Penetapan Prosedur Verifikasi (Prinsip VI) ............................................................. 48

6.1.10. Penetapan Dokumentasi (Prinsip VII) ...................................................................... 51

7. PEMBAHASAN ....................................................................................................... 53

7.1. Pengawasan Mutu ..................................................................................................... 54

7.2. Prinsip Pengujian Laboratorium ............................................................................... 55

7.2.1. Pengawasan Mutu Susu Segar .................................................................................. 57

7.2.2. Pengawasan Mutu Produk Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi ............................. 60

7.3. HACCP Plan ............................................................................................................. 63

8. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 66

8.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 66

8.2. Saran ......................................................................................................................... 66

9. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 67

10. LAMPIRAN ............................................................................................................. 69

Page 8: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi CV. Cita Nasional ..................................................................................... 5

Gambar 2. Produk “Susu Segar Nasional” Produksi CV. Cita Nasional ............................. 11

Gambar 3. Berbagai Produk “Yoghurt Nasional” Produksi CV. Cita Nasional ................... 11

Gambar 4. Proses Penerimaan Susu Segar ........................................................................... 12

Gambar 5. Cooling PHE ....................................................................................................... 13

Gambar 6. Corong Inlet Bahan Baku Tambahan ................................................................. 14

Gambar 7. Proses Pengemasan ............................................................................................. 16

Gambar 8. Hasil Pengujian Kadar Lemak pada Susu ........................................................... 19

Gambar 9. Proses Pengujian Berat Jenis Susu Segar ........................................................... 20

Gambar 10. Pengukuran Nilai TS dengan Moisture Analyzer ............................................. 21

Gambar 11. Hasil Pengujian MBRT .................................................................................... 22

Gambar 12. Proses Pengujian Keberadaan Antibiotik pada Susu Segar .............................. 23

Gambar 13. Diagram Alir Produksi “Susu Segar Nasional” ................................................ 27

Page 9: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Susunan Personalia CV. Cita Nasional .................................................................... 6

Tabel 2. Pembagian Sistem Kerja CV. Cita Nasional ............................................................ 7

Tabel 3. Deskripsi Produk dan Identifikasi Penggunaan Produk “Susu Nasional”.............. 26

Tabel 4. Hasil Analisa Bahaya dan Penetapan Resiko dalam Proses Produksi Susu

Pasteurisasi dan Homogenisasi di CV. Cita Nasional ............................................ 28

Tabel 5. Hasil Penentuan CCP pada Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi

................................................................................................................................ 40

Tabel 6. Penentuan Batas Kritis (Critical Limit) dari CCP Proses Produksi Susu

Pasteurisasi dan Homogenisasi .............................................................................. 44

Tabel 7. Penetapan Proses Pemantauan terhadap CCP dari Proses Produksi “Susu

Nasional” ................................................................................................................ 45

Tabel 8. Penetapan Tindakan Korektif terhadap Critical Limit pada CCP Proses Produksi....

................................................................................................................................ 46

Tabel 9. Hasil Penetapan Prosedur Verifikasi CCP ............................................................. 48

Tabel 10. Hasil Penetapan Dokumentasi Pelaksanaan HACCP Plan ................................... 51

Tabel 11. Perbandingan Karakteristik Susu Segar dengan Standar Perusahaan dan SNI .... 57

Tabel 12. Hasil Pengujian Kualitas Produk Susu Pateurisasi dan Homogenisasi (Juli 2017)

.............................................................................................................................. 60

Page 10: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Industri CV. Cita Nasional ................................................................... 69

Lampiran 2. Struktur Organisasi CV. Cita Nasional ............................................................ 70

Lampiran 3. Tabel Penetapan Signifikansi Bahaya (Faktor Resiko-Keparahan) ................. 71

Lampiran 4. Decision Tree HACCP Plan ............................................................................. 73

Lampiran 5. SNI 01-3141.1-2011 (SNI Susu Sapi Segar) ................................................... 74

Lampiran 6. SNI 01-3951-1995 (SNI Susu Pasteurisasi) ..................................................... 75

Lampiran 7. Hasil Pengujian %Fat Pihak Ketiga pada Produk Susu Pasteurisasi ............... 76

Lampiran 8. Contoh Dokumentasi Peralatan Industri Susu ................................................. 77

Lampiran 9. Layout Area Produksi CV. Cita Nasional ........................................................ 78

Lampiran 10. Layout Area Pengemasan CV. Cita Nasional ................................................ 79

Page 11: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Susu merupakan salah satu produk yang sangat digemari oleh masyarakat dan nlai

nutrisinya cukup lengkap bagi pemenuhan kebutuhan gizi sehari-hari. CV. Cita Nasional

adalah satu dari sekian industri pengolahan susu yang membantu pemenuhan gizi

masyarakat melalui produksi susu pasteurisasi dan homogenisasi yang memiliki bermacam

varian rasa produk dengan harga yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

Di sisi lain, susu juga menjadi produk yang mudah mengalami kerusakan (perishable)

terutama disebabkan oleh mikroorganisme. Oleh sebab itu, penulis ingin melakukan analisa

keamanan pangan produk “Susu Segar Nasional” melalui perancangan hazard analyticital

critical control point (HACCP) plan, serta membahas pengawasan mutu produk yang

dihasilkan sehingga perusahaan dapat menghasilkan produk dengan tingkat keamanan yang

tercukupi dan kualitas yang baik sampai ditangan konsumen.

1.2. Tujuan

Tujuan pelaksanaan kerja praktek di CV. Cita Nasional adalah untuk :

1. Memahami penerapan secara nyata dari ilmu yang didapatkan selama proses

perkuliahan terutama pada industri pengolahan susu segar.

2. Mengetahui proses produksi susu pasteurisasi dan homogenisasi.

3. Mengetahui proses pegawasan mutu pada susu segar dan produk susu pasteurisasi.

4. Memahami proses perancangan HACCP Plan.

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan kerja praktek oleh penulis dilakukan di CV. Cita Nasional yang terletak di

Jalan Raya Salatiga-Kopeng Km. 5 Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Masa

pelaksanaan kerja praktek yakni selama 30 hari kerja yang terhitung dari tanggal 17 Juli

2017 sampai dengan 15 Agustus 2017. Selama masa pelaksanaan kerja praktek, penulis

Page 12: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

2

ditempatkan pada beberapa divisi yakni divisi pemprosesan, pengemasan, dan quality

control (laboratorium).

Page 13: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

3

2. PROFIL PERUSAHAAN

2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Berawal dari cita-cita Bapak H. Rudi Kurnia Danuwijaya untuk dapat menjadi seorang

wirausaha yang tertantang dalam membantu menyukseskan program pemerintah untuk

mencerdaskan sekaligus meningkatkan kesehatan masyarakat, serta adanya dorongan dari

keluarga dalam hal moral dan material, beliau dapat mencapai cita-cita tersebut dengan

mendirikan industri yang bergerak dibidang pengolahan susu murni menjadi susu

pasteurisasi dan homogenisasi yang bernama “CV. Cita Nasional”. Pendirian CV. Cita

Nasional dilakukan pada tanggal 10 November 2000 yang juga turut diresmikan oleh

Menteri Pertanian dan Perkebunan Republik Indonesia yang dijabat oleh Prof. Dr. Ir.

Bungaran Saragih Mec, dengan status perusahaan sebagai milik perseorangan.

Pada tanggal pendirian tersebut, dilakukan produksi susu pasteurisasi dan homogenisasi

pertama kali dengan bahan baku susu murni sebanyak 5.000 liter yang menghasilkan

produk dalam kemasan cup sebanyak 20.000 buah yang dipasarkan ke Surabaya dan

sekitarnya, dimana proses produksi dilakukan dengan bantuan mesin berteknologi modern

yang didatangkan dari luar Indonesia demi penjaminan mutu produk yang lebih baik. Selain

tertantang untuk membantu mencerdaskan dan meningkatkan kesehatan masyarakat,

pendirian CV. Cita Nasional juga membantu perekonomian masyarakat sekitar industri

dengan membeli bahan baku berupa susu murni dari Koperasi Unit Desa (KUD) yang

berada dalam kecamatan yang sama, yakni Kecamatan Getasan, seperti KUD Andini Luhur

dan KUD Sidodadi.

Produk susu pasteurisasi dan homogenisasi yang dihasilkan dijual dengan merek dagang

“Susu Segar Nasional” dengan jenis kemasan yang terbagi pada kemasan cup dan plastik

(prepack). Hingga saat ini selain rasa strawberry dan coklat, terdapat pula varian rasa jeruk

dan mocca untuk kemasan cup, dan rasa putih manis dan plain untuk kemasan prepack.

Selain memproduksi susu pasteurisasi dan homogenisasi, saat ini CV. Cita Nasional juga

memproduksi yoghurt dengan merek dagang “Yoghurt Nasional” dengan varian rasa plain

Page 14: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

4

dan strawberry untuk kemasan botol. Sementara varian rasa strawberry, anggur, manga,

dan blueberry untuk kemasan cup. Selain produk yoghurt dalam kemasan botol dan cup,

jenis yoghurt yang diproduksi juga dibuat dalam bentuk yoghurt set dengan rasa plain yang

dikemas dalam kaleng ber-netto 2,5 kg yang dipasarkan ke hotel di wilayah Yogyakarta.

Seiring dengan berjalannya waktu, bahan baku susu segar mulai diperoleh tidak hanya dari

KUD di Kabupaten Semarang, melainkan juga dari KUD Kabupaten Boyolali. Sementara

produk Susu Segar Nasional mulai dikenal di luar Surabaya dan sekitarnya, melainkan

pemasaran produk mulai berkembang ke Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Solo (tahun

2000). Tahun 2001, pemasaran dikembangkan ke wilayah JABODETABEK dan beberapa

wilayah di Jawa Tengah (Semarang, Kendal, Pati, dan Pekalongan). Perluasan pemasaran

di wilayah Jawa Tengah lebih lanjut dilakukan mulai tahun 2006 dengan daerah sasaran

yaitu Magelang, Purworejo, Purwokerto, dan Temanggung). Sementara pada tahun 2007,

pemasaran ke wilayah Bandung mulai dilakukan. Proses pemasaran yang dilakukan oleh

CV. Cita Nasional dilakukan dengan jual beli secara langsung ke konsumen menggunakan

becak atau jasa loper. Selain itu, pemasaran juga dilakukan secara langsung ke beberapa

industri di Jakarta dan sekitarnya.

2.2. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

Proses produksi susu pasteurisasi dan homogenisasi dilakukan di pabrik CV. Cita Nasional

yang berlokasi di Jalan Raya Salatiga-Kopeng Km. 5 Desa Sumogawe, Kecamatan

Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Gambar 1). Topografi berbukit pada

ketinggian 400-500 dpl menjadi wilayah tempat pabrik berada, dimana memiliki suhu udara

rata-rata 250C dengan tingkat kelembaban berkisar antara 80-90%. Memiliki luas areal

sekitar 40.000 m2, tata letak perusahaan CV. Cita Nasional sendiri memiliki 5 bangunan

yang terbagi menjadi bangunan divisi pengemasan baik cup maupun minipack, bangunan

divisi quality control (laboratorium) yang digabung dengan divisi proses serta gudang

penyimpanan bahan, bangunan kantor yang digabung dengan kantin, bangunan

pengemasan yoghurt, dan bangunan divisi service & maintenance (S&M). Selain itu,

Page 15: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

5

terdapat pula area pengolahan limbah dan area pencucian krat. Tata letak perusahaan CV.

Cita Nasional secara mendetail dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 1. Lokasi CV. Cita Nasional

(Sumber : Dokumentasi CV. Cita Nasional)

2.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Sebagai badan usaha berbentuk CV dengan nomor ijin perusahaan (SIUP) No.

155/KWDPP.11/3.1/IX/2000, struktur organisasi Cita Nasional dipimpin oleh Bapak Rudi

Kurnia Danuwijaya selaku Direktur Utama yang bertempat di Jakarta. Dalam pelaksanaan

kegiatan produksi, perusahaan dibantu oleh Plant Manager dan supervisor masing-masing

divisi yang memimpin dan mengarahkan para karyawan. Susunan Personalia di CV. Cita

Nasional dapat dilihat pada Tabel 1., sementara struktur organisasi dari CV. Cita Nasional

dapat dilihat pada Lampiran 2.

Page 16: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

6

Tabel 1. Susunan Personalia CV. Cita Nasional

No Nama Jabatan

1 Rudi Kurnia Danuwijaya Direktur Utama

2 Ir. Iskandar Mukhlas Plan Manajer

3 Enang Komara Kepala Personalia

4 Moh. Nur Ali Muslim, S.Pt Kepala QC dan R&D

5 Supriyati Kepala Administrasi

6 Ade Herman Kepala Mekanik

7 Anjas Asmara Kepala Mekanik

8 Atang Suparman Kepala Gudang

9 Nur Haryanto Asisten Proses Produksi

10 Santosa Asisten Pengemasan

11 Agung Tri Kuncoro, S.Pt Asisten QC dan R&D

12 Ir. Heri Hidayat Konsultan Industri

13 Arifin Konsultan Industri

Sumber : Arsip CV. Cita Nasional, 2014

2.4. Ketenagakerjaan

Pelaksanaan proses produksi maupun administrasi di CV. Cita Nasional dilakukan dengan

bantuan tenaga kerja sebanyak 101 orang. Sistem pembagian kerja yang diterapkan oleh

CV. Cita Nasional adalah dalam bentuk shift dan kelompok, dimana pembagian shift kerja

berbeda antar divisi (Tabel 2). Secara umum, kebijakan jam istirahat yang ditetapkan oleh

perusahaan adalah pada pukul 12.00-13.00 WIB pada hari Senin sampai dengan Kamis,

sementara pada hari Jumat diberlakukan mulai pukul 11.00-13.00 WIB.

Bagi tenaga kerja yang baru masuk, akan diberikan pelatihan mengenai standard operating

procedures (SOP) pada seluruh bagian yang berperan dalam proses produksi, terutama pada

tempat karyawan tersebut akan dipekerjakan nantinya. Para tenaga kerja juga akan

Page 17: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

7

menerima pelatihan mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan menerima

perlengkapan berupa topi produksi, masker, sepatu boot, dan seragam. Sementara untuk

memberikan jaminan kesehatan bagi tenaga kerja, CV. Cita Nasional akan mendaftarkan

para tenaga kerja baik yang sudah berkeluarga maupun belum ke BPJS Kesehatan dan

BPJS Ketenagakerjaan. Sistem pemberian upah yang diterapkan oleh CV. Cita Nasional

sendiri dilakukan sesuai dengan standar minimal dari Departemen Tenaga Kerja yakni

berdasarkan UMR Kabupaten Semarang dan terdapat pula penambahan upah lembur bagi

tenaga kerja yang bekerja melewati batas waktu yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.

Tabel 2. Pembagian Sistem Kerja CV. Cita Nasional

Divisi Sistem Kerja Jam Kerja

Produksi dan Quality

Control

1-1 (1 hari masuk - 1 hari

libur) 07.00 - 18.00 WIB

Pengemasan, Gudang,

S&M

2-1 (2 hari masuk - 1 hari

libur)

A (07.00 - 18.00 WIB)

B (08.00 - 19.00 WIB)

Staff Kantor 5 hari kerja (Senin-Jumat) 08.00 - 16.00 WIB

Page 18: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

8

3. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK

3.1. Bahan Baku

Bahan Baku Utama (Susu Segar)

CV. Cita Nasional yang bergerak dalam industri produksi susu pasteurisasi dan

homogenisasi menggunakan susu sapi segar sebagai bahan utamanya. Susu sapi yang akan

diproses didapatkan dari para supplier yang berjumlah 6 KUD . KUD Andini dan KUD

Cepogo dapat menyuplai susu setiap harinya dengan jumlah sekitar 6.500 L dan 8.000 L.

Sementara KUD lain, yakni KUD SK Pabelan (9.000 L/minggu), KUD Boyolali Kota

(6.000 L/minggu), KUD Getasan (8.000 L/mingu) dan KUD Musuk (4.000 L/minggu) rata-

rata hanya menyuplai kebutuhan susu setiap 2-3 kali dalam seminggu. Selain memperoleh

susu dari KUD sekitar, CV. Cita Nasional juga memperoleh suplai susu dari peternakan

sapi perah yang dikelola sendiri oleh pihak manajemen CV. Cita Nasional, yakni Capita

Farm yang rata-rata mampu menyuplai kebutuhan susu sebanyak 8.000 L dengan periode

suplai 2-3 hari sekali.

Bahan Baku Tambahan

1) Bubuk Cokelat

Salah satu produk susu pasteurisasi yang dihasilkan oleh CV. Cita Nasional memiliki

varian rasa cokelat, dimana dalam memperoleh rasa dan membantu warna produk akhir,

perusahaan menambahkan bubuk coklat ke dalam proses produksi. Bubuk coklat yang

digunakan oleh CV. Cita Nasional memiliki merk dagang bernama BT COCOA yang

diproduksi oleh PT. Bumitangerang Mesindotama, dengan tipe produk berupa coklat bubuk

BT 1000A.

2) Flavor

Flavor merupakan bahan tambahan yang berperan dalam penguat rasa pada produk-produk

CV. Cita Nasional yang memiliki sejumlah varian rasa. Pada produk susu pasteurisasi dan

homogenisasi, flavor coklat, strawberry, dan moka yang ditambahkan diproduksi oleh PT.

Givaudan Indonesia dengan tipe produk secara berurutan adalah DI04253 Chocolate

Page 19: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

9

Flavour, DI04231 Strawberry Flavour Liquid, dan DI04885 Coffee Mocca Flavour; selain

itu untuk flavor jeruk disuplai oleh PT. Scents Image bermerk dagang Alrich Ingredients

dengan nama produk Orange Oil Flavour SS1048. Sementara untuk produk yoghurt, flavor

strawberry diperoleh dari IFF Indonesia dengan tipe produk D-3509 Stawberry; sedangkan

flavor anggur disuplai oleh O.S.F. Flavor dengan jenis produk 24400 Grape Flavor.

3) Gula

Gula atau pemanis ditambahkan dalam proses produksi baik susu pasteurisasi dan

homogenisasi maupun pada produk yoghurt. Gula yang digunakan oleh CV. Cita Nasional

merupakan gula rafinasi yang diproduksi oleh PT. Sentra Usahatama Jaya yang terbagi

menjadi 2 grade, yakni A dan B.

4) Pewarna

Penambahan pewarna ditujukan untuk memberikan warna yang lebih menarik bagi

konsumen pada produk yang dihasilkan oleh CV. Cita Nasional. PT. Roha Lautan Pewarna

adalah pemasok utama pewarna makanan yang digunakan oleh CV. Cita Nasional dengan

merk dagang IDACOL. Susu pasteurisasi rasa jeruk dan strawberry secara berurutan

menggunakan pewarna dengan tipe produk Idacol Sunset Yelow FCF. CI. 15985 dan Idacol

Ponceau 4R CI. 16255.

5) Penstabil

Penstabil yang digunakan oleh CV. Cita Nasional terdapat 2 jenis, yakni Carboxymethyl

cellulose (CMC) dan pektin. CMC digunakan dalam proses pembuatan susu pasteurisasi

dan homogenisasi, diproduksi oleh perusahaan Tiongkok, Changsu Wealthy Science and

Technology dengan merk dagang Wei Yi CMC tipe FH 2000. Sementara pektin digunakan

sebagai penstabil pada produk yoghurt, didatangkan dari Tiongkok yakni hasil produksi

Yantai Andre Pectin dengan tipe produk APA 102 (HM Rapid Set Pectin E440).

6) Susu Bubuk

Page 20: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

10

Susu bubuk digunakan oleh CV. Cita Nasional sebagai susu rekombinan apabila pasokan

susu segar yang diperoleh oleh perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi target

produksi. Selain itu, penambahan susu bubuk juga ditujukan untuk memberi tamabahan

rasa gurih pada produk susu pasteurisasi yang dihasilkan. CV. Cita Nasional memasok susu

bubuk dari PT. Anta Tirta Kirana yang melakukan proses import dari Polandia, yakni

Polmlek dengan tipe produk 220 MTS of Sweet Whey Powder.

3.2. Jenis Produk

3.2.1. Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi

Susu pasteurisasi dan homogenisasi yang diproduksi oleh CV. Cita Nasional dibedakan

menjadi 2 jenis berdasarkan kemasannya, yakni kemasan cup dan kemasan prepack. Pada

produk kemasan cup, CV. Cita Nasional memiliki 4 varian rasa yang meliputi rasa coklat,

moka, strawberry, dan jeruk. Susu pasteurisasi dan homogenisasi kemasan cup ini terbagi

menjadi 2 jenis yakni susu komersial dan susu industri, dimana perbedaan antar 2 jenis ini

terletak pada target konsumen, komposisi, dan volume susu (susu komersial 150 ml dan

susu industri 170 ml). Sedangkan produk berkemasan prepack terbagi menjadi 4 varian rasa

yakni coklat, strawberry, tawar, serta putih manis. Pada kemasan prepack memiliki 2 jenis

yang dibedakan berdasarkan volume susu dalam kemasan. Berbagai varian produk “Susu

Segar Nasional” dapat dilihat pada Gambar 2.

(a) (b)

Page 21: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

11

Gambar 2. Produk “Susu Segar Nasional” Produksi CV. Cita Nasional

(a)“Susu Segar Nasional” komersial, (b) “Susu Segar Nasional” Industri

(Sumber : Dokumentasi CV. Cita Nasional)

3.2.2. Yoghurt

Produk yoghurt yang diproduksi oleh CV. Cita Nasional dibedakan menjadi 3 jenis

berdasarkan kemasannya (Gambar 3) dan diberi merk dagang “Yoghurt Nasional”. Produk-

produk tersebut adalah yoghurt drink yang terkemas dalam kemasan cup (150 ml) dan

kemasan botol (250 ml), serta yoghurt set yang dikemas dalam kaleng (2,5 kg). Yoghurt

drink kemasan cup memiliki 2 varian rasa yakni strawberry dan anggur, sementara pada

kemasan botol 2 varian rasa yang tersedia adalah strawberry dan plain. Produksi yoghurt

set yang dilakukan oleh CV. Cita Nasional hanya memiliki 1 varian rasa yakni plain.

(a) (b) (c)

Gambar 3. Berbagai Produk “Yoghurt Nasional” Produksi CV. Cita Nasional

(a) Yoghurt drink cup; (b) Yoghurt set; (c) Yoghurt drink botol

(Sumber : Dokumentasi CV. Cita Nasional)

Page 22: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

12

4. PROSES PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DAN HOMOGENISASI

4.1. Alur Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi

4.1.1. Penerimaan Susu Segar

Tahap awal dalam proses produksi susu pasteurisasi dan homogenisasi diawali dengan

adanya proses jual beli antara pihak perusahaan dengan supplier yang datang untuk

menyetor susu. Sebelum proses transaksi dilakukan, susu segar yang datang dari supplier

akan melalui tahap pengujian kualitas susu yang dilakukan oleh tim quality control (QC)

dari pihak CV. Cita Nasional. Pengujian yang dilakukan terhadap susu segar tersebut

meliputi uji pH, suhu, organoleptik, methylene blue reduction test (MBRT), kandungan

lemak, total padatan susu (TS), total padatan selain lemak (SnF), uji alkohol, dan berat

jenis. Apabila sampel susu yang diuji memenuhi standar minimal perusahaan maka susu

dari supplier akan diterima oleh perusahaan, dimana dari tangki truk supplier akan difiltrasi

dan selanjutnya dialirkan ke dalam tangki penyimpanan susu mentah (T 301) (Gambar 4).

Sebelum susu ditampang pada tangki T 301, susu akan melalui proses penyaringan dan

pendinginan hingga mencapai suhu ± 40C menggunakan plate heat exchanger (PHE)

(Gambar 5).

(a) (b)

Gambar 4. Proses Penerimaan Susu Segar

(a) Filtrasi; (b) Tangki T 301

(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Page 23: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

13

Gambar 5. Cooling PHE

(Sumber : Dokumentasi pribadi)

4.1.2. Pencampuran

Dalam pembuatan susu pasteurisasi dan homogenisasi, CV. Cita Nasional juga mencampur

sejumlah bahan-bahan tambahan seperti susu bubuk, bubuk cokelat untuk produk dengan

rasa coklat, penstabil (CMC), air, dan gula. Proses pencampuran ini sendiri dilakukan pada

tangki mixing (T 201), dimana bahan-bahan tambahan dimasukkan ke dalam tangki melalui

corong inlet yang berada di sebelah T 201 pada ruang terpisah (Gambar 6). Dalam proses

pencampuran, jumlah susu yang dicampurkan hanyalah sebesar 20% dari total volume yang

akan diproduksi, dimana susu yang akan masuk ke dalam tangki T 201 akan terlebih dahulu

melalui PHE untuk meningkatkan suhu susu tersebut. Susu yang telah melalui proses

proses pencampuran pada T 201 selanjutnya akan disalurkan ke tangki bahan setengah jadi

(T 202) yang menampung susu segar sebanyak 80% dari total volume produksi melalui

PHE untuk menurunkan suhu susu (± 120C). Dalam tangki T 202, ditambahkan bahan-

bahan tambahan lain yang berbentuk cair yakni pewarna dan flavor. Pada proses

pencampuran, baik pada tangki T 201 maupun T 202 dilengkapi dengan agitator yang

membantu proses sehingga menjadi lebih homogen.

Page 24: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

14

Gambar 6. Corong Inlet Bahan Baku Tambahan

(Sumber : Dokumentasi CV. Cita Nasional)

4.1.3. Pasteurisasi dan Homogenisasi

Produk susu setengah jadi yang ditampaung dalam tangki T 202, akan melalui tahap

selanjutnya yakni proses pasteurisasi. Sebelum melalui proses pasteurisasi, susu akan

melalui balance tank sehingga volume susu yang masuk dan keluar seimbang. Proses

pasteurisasi sendiri dilakukan menggunakan PHE, dimana terbagi menjadi 3 bagian

pemanasan (suhu regeneratif). Pada pemanasan bagian pertama, susu akan mengalami

pemanasan hingga mencapai suhu 600C. Susu kemudian akan masuk ke proses

homogenisasi pada homogenizer. Proses homogenisasi sendiri dilakukan dengan tujuan

untuk menyeragamkan ukuran globula lemak yang terdistribusi dalam susu sehingga susu

yang dihasilkan memiliki warna yang lebih putih dan mencegah terjadinya pemisahan

lemak pada produk (Tamime, 2009; McSweeney & Fox, 2009).

Selanjutnya susu yang sudah melalui proses homogenisasi akan kembali masuk ke dalam

PHE pada pemanasan bagian 2, yakni pemanasan pada suhu 800C yang bertindak sebagai

proses pasteurisasi. Pada pemanasan bagian ini dilengkapi dengan sensor dimana susu yang

tidak mencapai suhu 800C akan disalurkan kembali ke pemanasan bagian 1. Sementara susu

yang sudah memenuhi standar suhu sensor akan ditahan selama 15 detik (pasteurisasi) dan

dilanjutkan ke tahap pemanasan 3 dengan suhu sebesar 220C yang diikuti dengan proses

cooling hingga susu mencapai suhu 50C. Susu yang telah melalui tahap cooling akan

ditampung dalam tangki produk jadi (T 401 dan T 402) sebelum disalurkan ke bagian

Page 25: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

15

filling dan pengemasan. Selain itu, susu yang sudah melalui tahap cooling juga akan di

ambil (sampling) untuk dilakukan pengujian kualitas produk oleh tim QC. Layout dalam

area produksi dapat dilihat pada Lampiran 9.

4.2. Pengemasan

Susu yang telah melalui proses pasteurisasi dan homogenisasi selanjutnya akan melalui

proses pengemasan. Proses pengemasan ini sendiri terbagi menjadi 2 jalur yakni jalur

pengemasan cup dan jalur pengemasan prepack (Gambar 7). Sebelum masuk ke dalam

kemasan (filling), susu akan terlebih dahulu melalui balance tank. Proses filling dilakukan

dengan menggunakan alat filomatic automatic in-line cup filler and sealer namun belum

termasuk ke dalam kategori aseptic filling. Kemasan cup sendiri menjadi pengemas primer,

dimana pengemas terbuat dari bahan plastik polypropylene (PP) dan penutup cup (lidcup)

terbuat dari polyethylene (PE) yang kemudian produk jadi akan dikemas kembali dalam

krat yang berperan sebagai pengemas sekunder sebelum masuk ke dalam gudang/truk

distribusi. Sementara pada jalur pack, kemasan primer terbuat dari bahan dasar PE berlapis

anti cahaya dan kemudian dikemas dalam krat sebagai pengemas sekunder. Krat yang

digunakan sebagai pengemas sekunder sendiri berbahan dasar polyvinylchloride (PVC).

Layout dalam area pengemasan dapat dilihat pada Lampiran 10.

Pada produk dalam kemasan cup, terdapat 2 mesin yang dapat menghasilkan kurang lebih

100 krat per jam (126 cup/krat). Pada pengemasan pack, produksi dibantu oleh 16 mesin

yang mampu menghasilkan sekitar 100 krat per jam (250 pack/krat). Selama proses filling

dan pengemasan, dilakukan pula pengujian oleh tim QC. Pengujian tersebut meliputi uji

suhu dan volume produk susu yang sudah jadi, selain itu diambil pula sejumlah sampel

untuk dibawa ke dalam laboratorium sebagai sampel dalam melakukan monitoring produk

(uji harian). Krat-krat yang sudah terisi dengan produk, kemudian akan ditempatkan pada

holding area sebelum dimasukkan ke dalam truk distribusi dimana setiap 10 tumpuk krat

akan ditambahkan es batu diatasnya. Ketika truk distribusi telah memenuhi jumlah produk

yang dipesan, maka proses distribusi dapat dilaksanakan.

Page 26: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

16

(a) (b)

Gambar 7. Proses Pengemasan

(a) Pengemasan cup; (b) pengemasan pack

(Sumber : Dokumentasi CV. Cita Nasional)

4.3. Sanitasi

Proses sanitasi yang dilakukan oleh CV. Cita Nasional terbagi menjadi 4 jenis, yakni

cleaning in place (CIP), cleaning out of place (COP), flushing, dan pembersihan lantai.

Pada proses CIP, dilakukan setiap proses produksi telah selesai seluruhnya dengan

menggunakan asam nitrat 0,5% dan soda kaustik 0,7% yang dilarutkan dalam air panas

untuk selanjutnya dialirkan ke bagian dalam alat dan disirkulasikan selama 15 menit

sebelum akhirnya dibilas dengan air dan diverifikasi pH-nya. Selain dilakukan CIP,

dilakukan pula maintaining nozzle mesin filling setiap hari Kamis oleh para karyawan divisi

filling cup.

Pada proses COP, dilakukan pada alat yang proses pembersihannya bias dijangkau dari luar

dengan menggunakan bantuan teepol. Proses flushing dilakukan dengan menggunakan air,

dimana proses ini diterapkan selama proses produksi yakni ketika proses pergantian rasa

pada produk yang akan dibuat selama antar varian rasa yang akan telah diproduksi dan akan

diproduksi memiliki pH yang kurang lebih sama, sehingga proses flushing ini tidak dapat

diterapkan ketika proses pergantian rasa setelah produksi rasa jeruk dilakukan. Sementara

proses sanitasi pada bangunan industri dilakukan dengan pembersihan lantai dengan

menggunakan kaporit dan porstex.

Page 27: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

17

4.4. Pengolahan Limbah

Pengolahan limbah yang dilakukan oleh CV. Cita Nasional mengambil sistem terapan dari

proses fisika, kimia, dan mikrobiologi. Jalur pembuangan CV. Cita Nasional sendiri terbagi

menjadi 2 jalur, yakni jalur parit atau selokan yang digunakan untuk aliran air hujan dan

jalur penampungan yang digunakan untuk menampung limbah susu baik dari proses hingga

pengemasan. Pada jalur penampungan terdapat 3 tangki penampung. Proses penanganan

limbah olahan susu sendiri diawali dengan filtrasi kasar untuk mencegah adanya plastik

atau kertas yang masuk ke dalam aerator. Proses filtrasi dilanjutkan dengan proses aerasi

yang terbagi menjadi 3 tahap.

Aerasi tahap 1 yang berfungsi sebagai pengembang biak bakteri. Aerasi tahap 2 bertujuan

untuk menghomogenkan limbah dan bakteri pengurai, sementara aerasi 3 akan

menyempurnakan penguraian limbah oleh bakteri. Tahap berikutnya adalah dilakukannya

proses sedimentasi, dimana proses ini dibantu dengan adanya penambahan PAC sebagai

koagulan yang diikuti dengan tahap penjernihan dalam tangki penjernihan. Setelah limbah

olahan susu mengalami proses penjernihan, tahap terakhir adalah tahap mediasi. Tahap

mediasi dilakukan dengan mengalirkan air limbah hasil pengolahan ke dalam kolam ikan,

dimana ikan tersebut akan menjadi indikator pengolahan limbah yang dilakukan.

Page 28: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

18

5. PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU PASTEURISASI DAN

HOMOGENISASI DI CV. CITA NASIONAL

Pengawasan terhadap mutu produk yang telah dilakukan oleh CV. Cita Nasional hingga

saat ini adalah melalui pengujian laboratorium (QC) terhadap susu segar yang datang

sebagai bahan baku serta terhadap produk jadi. Pengawasan yang dilakukan oleh CV. Cita

Nasional sendiri meliputi :

5.1.1. Uji Fisikakimiawi dan Mikrobiologi

Uji Organoleptik

Uji organoleptik di CV. Cita Nasional dilakukan baik pada susu segar maupun pada produk

jadi. Uji organoleptik yang dilakukan meliputi karakteristik warna, rasa, dan aroma.

Pengujian ini sendiri selalu dilakukan oleh para laboran yang sudah senior sehingga baik

kualitas susu segar yang akan diolah maupun produk yang sudah jadi tidak terjadi

penyimpangan dari yang produk yang biasa diterima oleh konsumen.

Uji Alkohol

Dalam prosedur pengujian alkohol pada susu segar, mula-mula tabung reaksi dibilas

terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol. Kemudian tabung reaksi disi dengan alkohol

73% dan susu dengan perbandingan 1:1 (masing-masing 2 ml). Setelah tercapur dengan

rata, tabung di balik untuk melihat apakah susu yang diuji menunjukkan kerusakan yang

dapat dilihat di bagian dinding tabung reaksi.

Uji pH dan Suhu

Uji pH dilakukan pada sampel susu yang sudah diletakkan dalam suatu wadah dengan

menggunakan pH meter hingga menunjukkan angka yang stabil. Pada pengujian suhu,

dilakukan sesegera mungkin setelah sampel susu diambil, yakni dengan menggunakan

termometer (0C).

Page 29: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

19

Uji Kadar Lemak

Pengujian kadar lemak pada sampel susu dilakukan dengan metode Funke Gerber. Mula-

mula butirometer diisi dengan 10 ml asam sulfat (H2SO4) 91%. Selanjutnya susu yang akan

diuji diambil dengan pipet gondok gondok standar Funke Gerber (10,75 ml) dan

dimasukkan ke dalam butirometer berisi H2SO4. Kemudian amil alkohol ditambahkan

sebanyak 1 ml ke dalam campuran tersebut dan butirometer ditutup secara rapat, lalu

dikocok agar campuran merata. Butirometer yang sudah ditutup rata dan dikocok,

dimasukkan ke dalam sentrifuge yang diatur selama 5 menit. Terakhir, butirometer yang

sudah melalui proses sentrifugasi diambil dan dibaca kandungan lemak pada susu melalui

angka yang tertera (Gambar 8).

Gambar 8. Hasil Pengujian Kadar Lemak pada Susu

(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Uji Berat Jenis

Pengujian berat jenis susu sampel dilakukan dengan menggunakan laktodensimeter.

Prosedur pengujian diawali dengan mengisi wadah (gelas ukur 1 L) secara penuh dengan

menggunakan susu yang akan diuji. Selanjutnya, laktodensimeter dimasukkan ke dalam

gelas ukur tersebut hingga stabil (tidak mengalami pergerakan berlebihan) dan dipastikan

tidak terdapat gelembung udara disekitar dinding laktodensimeter (Gambar 9). Angka yang

Page 30: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

20

terbaca pada laktodensimeter terbagi menjadi 2, yakni skala suhu (T, 0C) dan skala densitas

(d, gram/ml). Berat jenis dari sampel susu sendiri dapat dihitung dengan menggunakan

rumus :

Berat Jenis = ((20-T) x 0,0002) – d

Gambar 9. Proses Pengujian Berat Jenis Susu Segar

(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Uji Total Solid (TS) dan Solid Non-Fat (SnF)

Pengujian TS atau total padatan pada sampel susu dilakukan dengan menggunakan alat

moisture analyzer (Gambar 10). Alat ini digunakan untuk mengukur kadar air yang terdapat

pada sampel, dimana ketika kadar air sampel tersebut diketahui maka total padatan sampel

dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Nilai TS (%) = 100 – kadar air terhitung

Page 31: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

21

Ketika total solid dari sampel sudah diketahui, maka nilai dari solid non-fat dapat dihitung

melalui pengurangan nilai total solid yang didapatkan dengan besaran kadar lemak sampel

yang sudah diuji sebelumnya.

Nilai SnF (%) = Nilai TS – besaran kadar lemak sampel

Gambar 10. Pengukuran Nilai TS dengan Moisture Analyzer

(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Uji Methylen Blue Reduction Test (MBRT)

Prosedur pengujian MBRT dilakukan dengan mula-mula membilas tabung reaksi bertutup

dengan sampel susu yang akan diuji. Selanjutnya ke dalam tabung reaksi tersebut,

ditambahkan dengan 10 ml susu dan 5 ml methylene blue. Tabung reaksi kemudian ditutup

dan dikocok hingga tercampur merata (larutan menjadi berwarna biru seluruhnya). Langkah

berikutnya adalah menginkubasi tabung tersebut pada waterbath bersuhu 370C selama

minimal 2 jam. Hasil pengujian MBRT dilihat berdasarkan reduksi warna biru menjadi

putih susu pada sampel (Gambar 11), dimana apabila reduksi warna yang terjadi selama 2

jam pertama masa inkubasi menunjukkan hasil yang minimal atau sedikit maka susu

menunjukkan kualitas mikrobiologi yang cukup baik.

Page 32: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

22

Gambar 11. Hasil Pengujian MBRT

(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Uji Antibiotik

Pengujian antibiotik pada susu dilakukan dengan menggunakan test kit yang menguji

keberadaan β-lactam milik Bioo Scientific. Test kit ini perlu disimpan di dalam suhu

refrigerator (2-80C) agar tidak mengalami kerusakan sebelum tanggal kadaluarsa. Prosedur

pengujian diawali dengan membuka vial reseptor berisi bahan kering yang diletakkan pada

rak test kit. Kemudian dengan menggunakan mikropipet (200 µl), sampel susu diambil dan

dimasukkan ke dalam vial yang sudah disiapkan sebelumnya, lalu ditutup dengan sumbat

vial dan dikocok. Selanjutnya vial didiamkan selama 3 menit. Setelah 3 menit, dipstick

dicelupkan ke dalam vial, dimana tanda panah pada dipstick berada pada bagian bawah

vial. Dipstick yang dicelupkan tersebut setelah beberapa saat akan menunjukkan

penampakan garis kemerahan, dimana garis tersebut akan menjadi indikator positif-negatif

dari keberadaan antibiotik pada sampel susu. Dipstick yang sudah menunjukkan

kemunculan garis kemerahan kemudian dibandingkan dengan interpretasi hasil visual yang

tersedia pada test kit (Gambar 12a ). Hasil pengujian antibiotik yang di lakukan oleh CV.

Cita Nasional dapat dilihat pada Gambar 12b.

Page 33: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

23

(a) (b)

Gambar 12. Proses Pengujian Keberadaan Antibiotik pada Susu Segar

(a) Petunjuk interpretasi hasil uji; (b) Dipstick hasil pengujian

(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Uji Tingkat Kemanisan Produk Jadi

Uji brix dilakukan untuk mengetahui tingkat kemanisa dari sampel, dimana pengujian ini

dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa brix refraktometer. Prosedur pengujian

sendiri diawali dengan membersihkan permukaan prisma refraktometer dengan alkohol dan

diusap perlahan hingga kering. Selanjutnya diteteskan sampel yang akan diuji pada prisma

refraktometer dan ditutup. Terakhir dilakukan pembacaan pada refraktometer dan angka

yang terbaca terhitung sebagai tingkat kemanisan sampel (0Brix).

Uji Volume Produk Jadi

Pengujian volume dilakukan pada produk jadi yang sudah disalurkan ke divisi pengemasan.

Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dengan menggunakan gelas ukur.

5.1.2. Uji Pemalsuan

Uji Karbonat

Penguian kandungan karbonat dilakukan tepat setelah dilakukan pengujian alkohol pada

sampel susu yang sama. Pengujian dilakukan dengan menambahkan 2 tetes reagen Rosolic

acid 1% ke dalam tabung dan dikocok hingga rata. Kepekatan warna merah pada susu yang

diuji diamati dan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.

Page 34: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

24

Uji Glukosa

Langkah awal dalam uji untuk mengetahui apakah terdapat penambahan pemanis atau gula

pada susu segar dilakukan dengan melakukan pencampuran 10 ml susu segar dengan 0,5 gr

ammonium molibdate dan 10 ml HCl 3% ke dalam tabung reaksi berukuran besar.

Selanjutnya, tabung reaksi ditempatkan dalam penangas air bersuhu 800C sembari

diperhatikan perubahan warna yang terjadi pada susu. Apabila terjadi perubahan warna

menjadi warna biru, menunjukkan hasil positif terhadap adanya penambahan gula,

sebaliknya bila tidak terjadi perubahan warna maka menunjukkan hasil negative terhadap

penambahan gula pada susu.

Uji Lemak Nabati

Pengujian adanya penambahan lemak nabati mula-mula dilakukan dengan memasukkan

0,1g resorsinol ke dalam tabung reaksi yang dilanjutkan dengan menambahkan 25 ml susu

dan 2,5 ml HCl pekat. Campuran tersebut kemudian dipanaskan hingga mendidih sembari

terus diaduk. Setelah mendidih, tabung reaksi diangin-anginkan selama 5 menit dan diamati

apakah pada sampel susu yang diuji menunjukkan warna merah jambu yang menandakan

susu tersebut positif mengalami penambahan lemak nabati.

Uji Peroksida

Prosedur untuk mengetahui apakah terdapat penambahan peroksida dalam susu dilakukan

dengan memasukkan susu yang akan diuji sebanyak 10 ml ke dalam tabung reaksi.

Kemudian, ke dalam tabung reaksi tersebut ditambahkan 10 tetes ammonium vanadate dan

dicampurkan dengan baik. Terakhir diamati apakah terbentuk warna kemerahan yang

menunjukkan hasil positif adanya penambahan peroksida pada sampel susu atau tidak.

Page 35: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

25

6. PENYUSUNAN HACCP PLAN

Susu yang dapat dikategorikan sebagai salah satu komponen dalam pola makan kehidupan

sehari-hari masyarakat Indonesia, memiliki kelengkapan nutrisi yang terbilang baik dan hal

tersebut juga menjadi salah satu faktor penyebab mudahnya produk susu mengalami

kerusakan. Sebagai salah satu produsen produk olahan susu sapi, terutama pada jenis susu

pasteurisasi dan homogenisasi, saat ini penjaminan mutu produk di CV. Cita Nasional

hanya dijamin berdasarkan hasil pengujian laboratorium (QC).

Konsep HACCP merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk meminimalisasi atau

mengontrol kemungkinan bahaya yang mungkin muncul pada produk susu. Melalui

HACCP, perusahaan dapat beralih dari pendekatan penjaminan mutu yang dilakukan hanya

berdasarkan pengujian menjadi pendekatan yang juga bersifat preventif, dimana bahaya

potensial pada produk dapat teridentifikasi dan dikontrol dalam lingkungan perusahaan

(Tamime, 2009). Oleh sebab itu, penulis ingin memberikan kontribusi mengenai

perancangan HACCP plan yang mungkin dapat diterapkan di kemudian hari oleh CV. Cita

Nasional sehingga penjaminan mutu terhadap produk Susu Segar Nasional tidak hanya

berdasarkan pengujian laboratorium namun juga memiliki pendekatan preventif sehingga

mampu memberikan pengurangan biaya-biaya tidak terduga apabila pengendalian mutu

hanya didasarkan pada pengujian produk akhir.

6.1. Penyusunan HACCP Plan

6.1.1. Tim HACCP

Tim HACCP merupakan tim yang terdiri dari sejumlah individu yang memiliki

pengetahuan, pengalaman dan keahlian yang memadai berkaitan dengan proses serta

produksi produk susu. Tim harus terdiri dari staf berbagai divisi (multidisiplin) yang

berkaitan dengan jalannya proses produksi (Tamime, 2009). Berdasarkan hal tersebut,

susunan tim HACCP yang menurut penulis memiliki kompetensi untuk menjaga

keberlangsungan sistem HACCP di CV. Cita Nasional tersusun atas Moh. Nur Ali Muslim,

S.pt (Ketua tim), Ade Herman (divisi mekanik), Atang Suparman (divisi gudang), Nur

Page 36: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

26

Haryanto (divisi produksi), Ir. Heri Hidayat (divisi konsultan indusri), Reza M. Fadli, S.Pt

(divisi QC dan R&D), Heri Setiawan, Amd. (divisi QC dan R&D), dan Kristian Buana

(divisi pengemasan).

6.1.2. Deskripsi Produk dan Identifikasi Penggunaan Produk

Deskripsi dari produk susu pasteurisasi dan homogenisasi beserta identifikasi penggunaan

produk “Susu Nasional” dari CV. Cita Nasional dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi Produk dan Identifikasi Penggunaan Produk “Susu Nasional”

Nama Produk Susu pasteurisasi dan homogenisasi "Susu Nasional"

dengan beberapa varian rasa

Komposisi Susu segar, susu bubuk, gula, penstabil, pewarna, flavor,

bubuk cokelat (untuk varian rasa cokelat)

Struktur Fisik dan

Kimiawi

Organoleptik sandard; pH 6,9-7,1; Fat 2,5-2,7%; alkohol

(73%) negatif, tingkat kemanisan 14-150Brix

Metode pengawetan Pasteurisasi (800C, 15 detik) dan homogenisasi

Pengemas Primer PP (cup) dan PE (lidcup)

Pengemas Sekunder Krat (PVC)

Kondisi Penyimpanan Suhu dingin (<40C)

Metode Distribusi

Distribusi secara langsung ke konsumen (melalui depot

dilanjutkan loper) menggunakan truk berisi es batu,

prinsip first in first out (FIFO)

Umur Simpan 7 hari setelah tanggal produksi

Target Konsumen Umum

Persiapan oleh Konsumen Simpan di kulkas pada suhu 40C atau rendah

6.1.3. Diagram Alir Produksi

Proses produksi susu pasteurisasi dan homogenisasi di CV. Cita Nasional disusun oleh

penulis berdasarkan observasi lapangan secara langsung dan wawancara terhadap operator

pada divisi yang bersangkutan (Gambar 13). Proses observasi lapangan dilakukan dengan

tujuan untuk memastikan bahwa setiap tahapan proses produksi sudah tercantum secara

lengkap dan tepat dalam diagram alur proses yang dibuat (Tamime, 2009; Fernandes,

2009).

Page 37: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

27

Gambar 13. Diagram Alir Produksi “Susu Segar Nasional”

Page 38: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

28

6.1.4. Analisis Bahaya dan Penetapan Resiko (Prinsip 1)

Tabel 4. Hasil Analisa Bahaya dan Penetapan Resiko dalam Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi di CV. Cita Nasional

Proses Tipe (F/K/M) Potensi Bahaya Sumber Pengendalian Risiko Tingkat

Keparahan Sig.

Kasus outbreaks

(Sakit/Kematian)*

Penerimaan

susu segar

F Debu, rambut Peralatan

pemerahan,

udara, pekerja

Menerapkan personal

hygiene, filtrasi susu

yang diterima

C 4 TS -

K

(Tamime, 2009;

Fernandes, 2009)

Staphylococcus

enterotoxin A (SEA)

Susu segar

(pakan

ternak)

Melakukan uji

laboratorium,

pembinaan peternak

D 2 TS 1 (>14.500 orang)

Aflatoksin M1 E 1 TS -

M

(Tamime, 2009;

Fernandes, 2009)

Escherichia coli Susu segar Melakukan uji

laboratorium,

pembinaan peternak,

pasteurisasi

C 2 S 7 (>232 orang)

Bacillus sp. A 2 S 280 kasus

Staphylococcus aureus C 2 S 6 (>13.420 orang)

Campylobacter jejuni B 2 S 68 (>1.600 orang)

Listeria monocytogenes C 1 S 5 (>50/3 orang)

Yersinia enterocolitica D 2 TS 3 (>200 orang)

Salmonella sp. B 2 S 29(>200.000 orang)

Filtrasi

F Debu, rambut Susu segar,

pekerja

Melakukan filtrasi

sesuai SOP,

menerapkan personal

hygiene

A 4 S -

K

(Tamime, 2009;

Fernandes, 2009)

Staphylococcus

enterotoxin A (SEA)

Susu segar

(pakan

ternak)

Melakukan uji

laboratorium,

pembinaan peternak

D 2 TS >14.500 orang

Aflatoksin M1 E 1 TS -

M

(Tamime, 2009;

Fernandes, 2009)

Escherichia coli Mesin atau

pipa filtrasi

yang kurang

bersih

Melakukan uji

laboratorium,

pembinaan peternak,

pembersihan alat

C 2 S 7 (>232 orang)

Bacillus sp. A 2 S 280 kasus

Staphylococcus aureus C 2 S 6 (>13.420 orang)

Campylobacter jejuni B 2 S 68 (>1.600 orang)

Listeria monocytogenes C 1 S 5 (>45/3 orang)

Yersinia enterocolitica D 2 TS 2 (>38 orang)

Salmonella sp. B 2 S 29 (>200.000

Page 39: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

29

orang)

Page 40: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

30

Tabel 4. Hasil Analisa Bahaya dan Penetapan Resiko dalam Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi di CV. Cita Nasional

(lanjutan)

Proses Tipe

(F/K/M) Potensi Bahaya Sumber Pengendalian Risiko

Tingkat

Keparahan Sig.

Kasus outbreaks

(Sakit/Kematian)*

Pendinginan

F - - - - - - -

K Residu pembersih Proses

CIP

Melakukan pengujian pH

air seusai proses CIP,

menerapkan SSOP yang

berlaku

C 4 TS -

M

(Tamime

, 2009)

Bacillus sp. Susu,

peralatan

Selektif terhadap susu

segar, menerapkan CIP,

pasteurisasi

A 2 S 280 kasus

Listeria monocytogenes C 1 S 5 (>45/3 orang)

Yersinia enterocolitica D 2 TS 2 (>38 orang)

Tangki

penyimpanan

F - - - - - - -

K Residu pembersih Proses

CIP

Melakukan pengujian pH

air seusai proses CIP,

menerapkan SSOP yang

berlaku

C 3 TS -

M

(Tamime

, 2009)

Bacillus sp. Susu,

peralatan

Melakukan CIP sesuai

SOP, memastikan

pendinginan susu

berjalan baik, tidak

membuka tutup tangki

terlalu sering,

pasteurisasi

A 2 S 280 kasus

Listeria monocytogenes C 1 S 5 (>45/3 orang)

Staphylococcus aureus C 2 S 6 (>13.420 orang)

Yersinia enterocolitica D 2 TS 2 (>38 orang)

Page 41: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

31

Tabel 4. Hasil Analisa Bahaya dan Penetapan Resiko dalam Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi di CV. Cita Nasional

(lanjutan)

Proses Tipe (F/K/M) Potensi Bahaya Sumber Pengendalian Risiko Tingkat

Keparahan

Sig. Kasus outbreaks

(Sakit/Kematian)*

Penerimaan

bahan

tambahan

F Logam, debu,

rambut, serangga

Proses

distribusi,

supplier, pekerja

Meminta CoA dari

supplier

D 3 TS -

K - - - - - - -

M

(Cordier, 1994;

Fernandes,

2009)

Bacillus sp. Bubuk cokelat,

susu skim bubuk

Meminta CoA dari

supplier, pasteurisasi

D 2 TS 280 kasus

Salmonella sp. Bubuk cokelat,

susu skim bubuk

B 2 S 29

(>200.000 orang)

Tangki

mixing

F Debu, rambut,

potongan kertas,

tali dan plastik

Pekerja, proses

input yang tidak

cermat

Menerapkan GMP

personal, mematuhi

SOP, membuka

pengemas bahan

tambahan dengan

benda tajam

B 4 TS -

K Residu pembersih Proses CIP Melakukan

pengujian pH air

seusai proses CIP,

menerapkan SSOP

yang berlaku

C 3 TS -

M

(Jay et al.,

2005; Tamime,

2009;

Fernandes,

2009)

E. coli Susu, bahan

tambahan lain,

pekerja, air,

peralatan

Menerapkan GMP

personal, mematuhi

SOP, melakukan

CIP, menggunakan

air dengan standar

AMDK, pasteurisasi

C 2 S 7 (>232 orang)

Bacillus sp. A 2 S 280 kasus

S. aureus C 2 S 6 (>13.420 orang)

Campylobacter

jejuni

B 2 S 68 (>1.600 orang)

L. monocytogenes C 1 S 5 (>45/3 orang)

Yersinia

enterocolitica

D 2 TS 2 (>38 orang)

Page 42: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

32

Salmonella sp. B 2 S 29

(>200.000 orang)

Page 43: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

33

Tabel 4. Hasil Analisa Bahaya dan Penetapan Resiko dalam Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi di CV. Cita Nasional

(lanjutan)

Proses Tipe

(F/K/M)

Potensi Bahaya Sumber Pengendalian Risiko Tingkat

Keparahan

Sig. Kasus outbreaks

(Sakit/Kematian)*

Tangki

produk

setengah jadi

F Debu, rambut, potongan

kertas, tali dan plastik

Pekerja,

udara

Menerapkan GMP

personal, mematuhi

SOP, tidak membuka

tangki terlalu sering

B 4 TS -

K Residu pembersih Proses CIP Melakukan pengujian

pH air seusai proses

CIP, menerapkan

SSOP yang berlaku

C 3 TS -

M

(Jay et al.,

2005;

Tamime,

2009)

Escherichia coli Susu, bahan

tambahan

lain,

peralatan,

pekerja

Menerapkan GMP

personal, mematuhi

SOP, melakukan CIP,

pasteurisasi

C 2 S 7 (>232 orang)

Bacillus sp. A 2 S 280 kasus

Staphylococcus aureus C 2 S 6 (>13.420 orang)

Campylobacter jejuni B 2 S 68 (>1.600 orang)

Listeria monocytogenes C 1 S 5 (>45/3 orang)

Yersinia enterocolitica D 2 TS 2 (>38 orang)

Salmonella sp. B 2 S 29(>200.000

orang)

Penambahan

flavor dan

pewarna

F Debu, rambut, potongan

kertas, tali dan plastik

Pekerja,

udara

Menerapkan GMP

personal, mematuhi

SOP, tidak membuka

tangki terlalu sering

B 4 TS -

K - - - - - - -

M

(Jay et al.,

2005)

Staphylococcus aureus Air, udara Menerapkan GMP

personal, mematuhi

SOP, menggunakan

air dengan standar

A 2 S 6 (>13.420 orang)

Enterobacteriaceae C 2 S 7 (>232 orang)

Page 44: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

34

AMDK, pasteurisasi

Page 45: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

35

Tabel 4. Hasil Analisa Bahaya dan Penetapan Resiko dalam Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi di CV. Cita Nasional

(lanjutan)

Proses Tipe

(F/K/M) Potensi Bahaya Sumber Pengendalian Risiko

Tingkat

Keparahan Sig.

Kasus outbreaks

(Sakit/Kematian)*

Balance

tank

F Debu, rambut, potongan

kertas, tali dan plastik,

serangga

Pekerja Menerapkan GMP

personal, mematuhi SOP,

menutup balance tank

B 4 TS -

K Residu pembersih Proses CIP Melakukan pengujian pH

air seusai proses CIP,

menerapkan SSOP yang

berlaku

C 3 TS -

M

(Jay et al.,

2005;

Tamime,

2009)

Escherichia coli Susu,

peralatan,

pekerja

Menerapkan GMP

personal, mematuhi SOP,

melakukan CIP,

pasteurisasi

C 2 S 7 (>232 orang)

Bacillus sp. A 2 S 280 kasus

Staphylococcus aureus C 2 S 6 (>13.420 orang)

Campylobacter jejuni B 2 S 68 (>1.600 orang)

Listeria monocytogenes C 1 S 5 (>45/3 orang)

Yersinia enterocolitica D 2 TS 2 (>38 orang)

Salmonella sp. B 2 S 29(>200.000

orang)

Pasteurisasi

F - - - - - - -

K Residu pembersih Proses CIP Melakukan pengujian pH

air seusai proses CIP,

menerapkan SSOP yang

berlaku

C 3 TS -

M

(Tamime,

2009;

Fernandes,

2009)

Bacillus sp. Proses yang

kurang

sempurna,

susu

Melakukan CIP,

mengontrol suhu,

kalibrasi alat

A 2 S 280 kasus

Salmonella sp. B 2 S 29(>200.000

orang)

Listeria sp. C 1 S 5 (>45/3 orang)

Campylobacter jejuni B 2 S 68 (>1.600 orang)

Page 46: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

36

E. coli C 2 S 7 (>232 orang)

Staphylococcus aureus C 2 S 6 (>13.420 orang)

Yersinia enterocolitica D 2 TS 2 (>38 orang)

Page 47: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

37

Tabel 4. Hasil Analisa Bahaya dan Penetapan Resiko dalam Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi di CV. Cita Nasional

(lanjutan)

Proses Tipe

(F/K/M) Potensi Bahaya Sumber Pengendalian Risiko

Tingkat

Keparahan Sig.

Kasus outbreaks

(Sakit/Kematian)*

Homogenis

asi

F - - - - - - -

K Residu pembersih Proses CIP Melakukan

pengujian pH air

seusai proses CIP,

menerapkan SSOP

yang berlaku

C 3 TS -

M

(Tamime,

2009)

Bacillus cereus (spora) Pasteurisasi

yang kurang

sempurna,

susu

Melakukan CIP,

kalibrasi alat,

pasteurisasi

A 2 S 280 kasus

Mycobacterium sp. D 2 TS -

Tangki

bahan jadi

F Debu, rambut, potongan

kertas, tali dan plastik

- - C 4 TS -

K Residu pembersih Proses CIP Melakukan

pengujian pH air

seusai proses CIP,

menerapkan SSOP

yang berlaku

C 4 TS -

M

(Tamime,

2009;

Fernandes,

2009)

Bacillus cereus (spora) Susu,

peralatan

Mematuhi SSOP,

melakukan CIP,

memastikan proses

pasteurisasi

berjalan baik,

pendinginan

A 2 S 280 kasus

Listeria monocytogenes C 1 S 5 (>45/3 orang)

S. aureus C 2 S 6 (>13.420 orang)

Yersinia enterocolitica D 2 TS 2 (>38 orang)

Page 48: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

38

Tabel 4. Hasil Analisa Bahaya dan Penetapan Resiko dalam Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi di CV. Cita Nasional

(lanjutan)

Proses Tipe

(F/K/M) Potensi Bahaya Sumber Pengendalian Resiko

Tingkat

Keparahan Sig.

Kasus outbreaks

(Sakit/Kematian)*

Filling &

primary

packaging

F Debu, rambut,

potongan plastik,

serangga, besi

Pekerja,

lingkunga

n area,

udara

Menerapkan GMP personal,

mematuhi SOP, memasang

perangkap serangga

A 4 S -

K Residu pembersih,

pelumas mesin

Proses

CIP,

proses

perbaikan

alat

Melakukan pengujian pH air

seusai proses CIP,

menerapkan SSOP yang

berlaku, menggunakan

pelumas food

grade/melakukan proses

perbaikan sebelum proses

produksi

C 4 TS -

M

(Jay et al.,

2005;

Tamime,

2009;

Fernandes,

2009)

Staphylococcus aureus Susu,

pekerja,

peralatan

Meminta CoA dari supplier

pengemas, menerapkan

GMP personal, mematuhi

SOP, melakukan CIP,

memasang UV lamp didekat

mesin sepanjang filling-

sealing, memastikan suhu

susu

A 2 S 6 (>13.420 orang)

Enterobacteriaceae C 2 S 7 (>232 orang)

Bacillus sp. (spora) A 2 S 280 kasus

Listeria monocytogenes C 1 S 5 (>45/3 orang)

Yersinia enterocolitica D 2 TS 2 (>38 orang)

Page 49: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

39

Tabel 4. Hasil Analisa Bahaya dan Penetapan Resiko dalam Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi di CV. Cita Nasional

(lanjutan)

Proses Tipe

(F/K/M) Potensi Bahaya Sumber Pengendalian Risiko

Tingkat

Keparahan Sig.

Kasus outbreaks

(Sakit/Kematian)*

Pengemasan

sekunder

F Debu, rambut,

potongan kertas, tali

dan plastik, serangga,

logam, residu susu

Pekerja,

udara, es

batu

Menerapkan GMP personal,

mematuhi SOP, memasang

perangkap serangga,

memastikan sealing

pengemas sempurna,

memastikan mutu es batu

A 5 TS -

K - - - - - - -

M

(Jay et

al.,

2005;

Tamime

, 2009)

Staphylococcus aureus Pekerja, es

batu,

bahan

pengemas

Menerapkan GMP personal,

mematuhi SOP, melakukan

pembersihan pengemas,

pendinginan, menjamin

mutu es batu

A 2 S 6 (>13.420 orang)

Enterobacteriaceae C 2 S 7 (>232 orang)

Bacillus sp. (spora) A 2 S 280 kasus

Listeria monocytogenes C 1 S 5 (>45/3 orang)

Gudang/dist

ribusi

F Debu, rambut Pekerja,

udara

Menerapkan GMP personal,

mematuhi SOP

B 4 TS -

K - - - - - - -

M

(Jay et

al.,

2005;

Tamime

, 2009)

Staphylococcus aureus Udara,

susu, es

batu

Menerapkan GMP personal,

mematuhi SOP, memastikan

suhu pendinginan,

menjamin mutu es batu

A 2 S 6 (>13.420 orang)

Listeria monocytogenes C 1 S 5 (>45/3 orang)

Bacillus sp. (spora) A 2 S 280 kasus

Yersinia enterocolitica D 2 TS 2 (>38 orang)

*)Kasus outbreaks pada produk olahan susu, 1966-2007 (Colostrum, 2012; Fernandes, 2009; Cordier, 1994)

Page 50: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

40

Pada Tabel 4., terlihat bahwa untuk mendapatkan produk susu pasteurisasi dan homogenisasi pada CV. Cita Nasional terdapat 16 proses.

Pada tabel dapat terlihat jenis bahaya yang terbagi menjadi bahaya fisik (F), kimiawi (K), dan mikrobiologi (M). Dalam menentukan tingkat

signifikansi bahaya pada tiap proses dilakukan analisa resiko bahaya dapat terjadi dan tingkat keparahan bahaya tersebut bagi konsumen,

dimana penarikan kesimpulan dari signifikansi (S : signifikan, TS : tidak signifikan) bahaya didasarkan pada tabel resiko-tingkat keparahan

(Lampiran 3). Selain itu dilakukan pula identifikasi pengendalian pada tiap proses yang dilakukan oleh CV. Cita Nasional dalam

meminimalisasi paparan bahaya tersebut.

6.1.5. Penentuan Critical Control Point (CCP) (Prinsip II)

Tabel 5. Hasil Penentuan CCP pada Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi

Proses Tipe

(F/K/M)

Bahaya Pengendalian Decision Tree Status

Bahaya Q1 Q2 Q3 Q4

Penerimaan

susu segar

M Escherichia coli, Bacillus sp., Campylobacter

jejuni, Listeria monocytogenes,

Staphylococcus aureus, Salmonella sp.

(Tamime, 2009; Tamime, 2009)

Melakukan uji laboratorium,

pembinaan peternak,

pasteurisasi

Y Y - - CCP

Filtrasi F Debu, rambut Melakukan filtrasi sesuai

SOP, menerapkan personal

hygiene

Y Y - - CCP

M Escherichia coli, Bacillus sp., Campylobacter

jejuni, Listeria monocytogenes,

Staphylococcus aureus, Salmonella sp.

(Tamime, 2009; Tamime, 2009)

Melakukan uji laboratorium,

pembinaan peternak,

pembersihan alat

Y N Y Y Bukan

CCP

Pendinginan M Bacillus sp., Listeria monocytogenes

(Tamime, 2009; Tamime, 2009)

Selektif terhadap susu segar,

menerapkan CIP, pasteurisasi

Y N Y Y Bukan

CCP

Penerimaan

bahan

tambahan

M Salmonella sp. (Cordier, 1994) Meminta CoA dari supplier,

pasteurisasi

Y N Y Y Bukan

CCP

Page 51: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

41

Tabel 5. Hasil Penentuan CCP pada Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi (lanjutan)

Proses Tipe

(F/K/M)

Bahaya Pengendalian Decision Tree Status

Bahaya Q1 Q2 Q3 Q4

Tangki mixing M Bacillus sp., Campylobacter jejuni,

Listeria monocytogenes, Staphylococcus

aureus, Salmonella sp. (Jay et al., 2005;

Tamime, 2009; Fernandes, 2009)

Menerapkan GMP

personal, mematuhi

SOP, melakukan CIP,

menggunakan air

dengan standar AMDK,

pasteurisasi

Y N N - Bukan

CCP

Tangki produk

setengah jadi

M Bacillus sp., Campylobacter jejuni,

Listeria monocytogenes, Staphylococcus

aureus, Salmonella sp. (Jay et al., 2005;

Tamime, 2009; Fernandes, 2009)

Menerapkan GMP

personal, mematuhi

SOP, melakukan CIP,

pasteurisasi

Y N Y Y Bukan

CCP

Penambahan

flavor/pewarna

M Staphylococcus aureus,

Enterobacteriaceae (Jay et al., 2005)

Menerapkan GMP

personal, mematuhi

SOP, menggunakan air

dengan standar AMDK,

pasteurisasi

Y N Y Y Bukan

CCP

Balance tank M Bacillus sp., Campylobacter jejuni,

Listeria monocytogenes, Staphylococcus

aureus, Salmonella sp. (Jay et al., 2005;

Tamime, 2009; Fernandes, 2009)

Menerapkan GMP

personal, mematuhi

SOP, melakukan CIP,

pasteurisasi

Y N Y Y Bukan

CCP

Pasteurisasi M Bacillus sp., Campylobacter jejuni,

Listeria monocytogenes, Staphylococcus

aureus, Salmonella sp. (Tamime, 2009;

Fernandes, 2009)

melakukan CIP,

mengontrol suhu,

kalibrasi alat

Y Y - - CCP

Page 52: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

42

Tabel 5. Hasil Penentuan CCP pada Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi (lanjutan)

Proses Tipe

(F/K/M)

Bahaya Pengendalian Decision Tree Status

Bahaya Q1 Q2 Q3 Q4

Homogenisasi M Bacillus cereus (spora),

Mycobacterium sp. (Tamime, 2009)

Melakukan CIP, kalibrasi

alat, pasteurisasi

Y N Y Y Bukan

CCP

Tangki bahan

jadi

M Bacillus cereus (spora),

Mycobacterium sp., S. aureus,

Listeria monocytogenes (Tamime,

2009; Fernandes, 2009)

Mematuhi SSOP,

melakukan CIP,

memastikan pasteurisasi

berjalan baik, pendinginan

Y N N - Bukan

CCP

Filling &

primary

packaging

F Debu, rambut, potongan plastik,

serangga, besi

Menerapkan GMP

personal, mematuhi SOP,

memasang perangkap

serangga

Y N N N CCP

M Staphylococcus aureus,

Enterobacteriaceae (Jay et al.,

2005), Bacillus sp. (spora), Listeria

monocytogenes (Tamime, 2009;

Fernandes, 2009)

Meminta CoA dari

supplier pengemas,

menerapkan GMP

personal, mematuhi SOP,

melakukan CIP,

memasang UV lamp

didekat mesin sepanjang

filling-sealing,

memastikan suhu susu

Y N Y N CCP

Page 53: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

43

Tabel 5. Hasil Penentuan CCP pada Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi (lanjutan)

Proses Tipe

(F/K/M)

Bahaya Pengendalian Decision Tree Status

Bahaya Q1 Q2 Q3 Q4

Pengemasan

sekunder

M Staphylococcus aureus,

Enterobacteriaceae (Jay

et al., 2005), Bacillus sp.

(sel vegetatif dan spora),

(Tamime, 2009)

Menerapkan GMP personal,

mematuhi SOP, melakukan

pembersihan pengemas, pendinginan,

menjamin mutu es batu

Y N Y Y Bukan

CCP

Gudang/distribusi F Debu, rambut Menerapkan GMP personal,

mematuhi SOP

Y N N - Bukan

CCP

M Staphylococcus aureus,

Enterobacteriaceae (Jay

et al., 2005), Bacillus sp.

(sel vegetatif dan spora)

(Tamime, 2009)

Menerapkan GMP personal,

mematuhi SOP, memastikan suhu

pendinginan, menjamin mutu es batu

Y Y - - CCP

Pada Tabel 5., dilakukan penentuan titik kritis yang membutuhkan pengendalian (CCP) terhadap proses-proses produksi yang

memiliki bahaya signifikan. Penentuan CCP pada setiap proses dilakukan berdasarkan sejumlah pertanyaan dari decission tree

(Lampiran 4). Berdasarkan proses pengambilan kesimpulan, didapatkan bahwa terdapat 6 proses yang termasuk dalam kategori

sebagai CCP.

Page 54: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

44

6.1.6. Penentuan Critical Limit (Prinsip III)

Tabel 6. Penentuan Batas Kritis (Critical Limit) dari CCP Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi

Proses CCP No. Critical Limit

Penerimaan susu segar 1 Memenuhi standar uji MBRT perusahaan (min. 2 jam)

Filtrasi 2 Tidak ditemukan rambut atau gumpalan pada susu (Tamime, 2009)

Pasteurisasi 3 Pemanasan susu hinnga suhu 720C selama 15 detik (Fernandes, 2009)

Filling & primary

packaging

4 Tidak ditemukan rambut atau kontaminan fisik pada produk,

Susu bersuhu ≤40C saat filling dilakukan (Fernandes, 2009), penetapan ruang filling

sebagai restricted area, penggunaan UV lamp sebelum proses pengemasan berlangsung

(aseptis)

Gudang/distribusi 5 Susu bersuhu ≤40C selama proses distribusi maupun penyimpanan (cold storage)

(Fernandes, 2009)

Pada Tabel 6., dapat dilihat batas kritis pada proses yang masuk dalam kategori CCP berdasarkan pengambilan keputusan dari

prinsip sebelumnya (Tabel 5.)

Page 55: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

45

6.1.7. Penetapan Proses Pemantauan (Prinsip IV)

Tabel 7. Penetapan Proses Pemantauan terhadap CCP dari Proses Produksi “Susu Segar Nasional”

Proses Critical Limit Pemantauan

Apa Bagaimana Kapan Dimana Siapa

Penerimaan susu

segar

Memenuhi standar uji MBRT

perusahaan (min. 2 jam) Waktu

Pengujian dalam

laboratorium

Setiap

supplier

susu datang

Laboratori

um QC

Laboran

QC

Filtrasi Tidak ditemukan rambut atau

gumpalan pada susu

Keberadaan

kontaminan

fisik

Memastikan mesin

filter bersih dan

berjalan dengan baik,

mengisi checklist

Setiap

penerimaan

susu segar

Area

produksi

Operator

produksi

Pasteurisasi Pemanasan susu hingga suhu

720C selama 15 detik

Suhu Sensor temperatur PHE

dan mengisi checklist

Setiap 30

menit Pasteurizer

Operator

produksi

Filling &

primary

packaging

F : Tidak ditemukan serangga,

rambut atau kontaminan fisik pada

susu

Keberadaan

kontaminan

fisik

Memastikan perangkap

serangga berfungsi,

menerapkan GMP

personal dan mengisi

checklist

Sebelum

proses

pengemasan

dan saat

istirahat

Area

pengemasa

n cup

Operator

pengema

san M : Susu bersuhu ≤4

0C saat filling

dilakukan, mengkategorikan ruang

filling sebagai restricted area,

memasang UV lamp pada ruangan

yang dinyalakan sebelum proses

pengemasan berlangsung (aseptis)

Suhu

Sensor temperature

mesin filling dan

mengisi checklist

Setiap 30

menit

Mesin

Filling

Gudang/distribusi

Susu bersuhu ≤40C selama proses

distribusi maupun penyimpanan

(cold storage)

Suhu

menggunakan

termometer ruangan

dan mengisi checklist

Setiap

perubahan

varian

flavor

produk

Cold

storage/tru

k distribusi

Operator

storage

Page 56: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

46

Pada Tabel 7., dapat dilihat bagaimana sebaiknya proses pemantauan terhadap batas kritis pada proses yang bersifat CCP.

Pemantauan pada setiap proses didasarkan pada subjek pemantauan (siapa), objek pemantauan (apa), bagaimana pemantauan

dilakukan, waktu pelaksanaan pemantauan (kapan) dan lokasi pemantauan dilakukan (dimana).

6.1.8. Penetapan Tindakan Koreksi (Prinsip V)

Tabel 8. Penetapan Tindakan Korektif terhadap Critical Limit pada CCP Proses Produksi

Proses Critical Limit Pemantauan Tindakan korektif

Apa Bagaimana Kapan Dimana Siapa

Penerimaan

susu segar

Memenuhi standar

uji MBRT

perusahaan (min. 2

jam)

Waktu Ketika

supplier susu

datang

Setiap

supplier

susu datang

Lab. QC Laboran

QC

Melakukan metode pengujian

secara FCFS, mengutamakan

pengujian terhadap susu yang

datang, pengambilan sampel

langsung dilakukan setelah

pengadukan

Filtrasi Tidak ditemukan

rambut atau

gumpalan pada

susu

Keber

adaan

konta

minan

fisik

Memastikan

mesin filter

bersih dan

berjalan

dengan baik

Setiap

penerimaan

susu segar

Area

produksi

Operator

produksi

Melakukan pemeriksaan

harian pada mesin filter,

menghentikan pemompaan

susu segar bila ditemukan

kontaminan fisik pada tangki

bahan baku

Page 57: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

47

Tabel 8. Penetapan Tindakan Korektif terhadap Critical Limit pada CCP Proses Produksi (lanjutan)

Proses Critical Limit Pemantauan Tindakan korektif

Apa Bagaimana Kapan Dimana Siapa

Pasteurisasi Pemanasan susu hinnga

suhu 720C selama 15

detik

Suhu Sensor

temperatur PHE

dan mengisi

checklist

Setiap 30

menit

Pasteur

izer

Operator

produksi

Memantau suhu pasteurisasi,

melakukan CIP, menjaga

kondisi peralatan

Filling &

primary

packaging

M : Susu bersuhu ≤40C

saat filling dilakukan,

mengkategorikan ruang

filling sebagai restricted

area, memasang UV

lamp pada ruangan yang

dinyalakan sebelum

proses pengemasan

berlangsung (aseptis)

Suhu Sensor

temperature

mesin filling

dan mengisi

checklist

Setiap 30

menit

Mesin

Filling

Operator

pengema

san

Melakukan CIP,

menghentikan proses

pengemasan bila suhu susu

>80C, menonaktifkan filler

bila volume susu tidak 150 ml

F : Tidak ditemukan

serangga, rambut atau

kontaminan fisik pada

susu

Keber

adaan

konta

minan

fisik

Memastikan

perangkap

serangga

berfungsi,

menerapkan

GMP personal

dan mengisi

checklist

Sebelum

proses

pengemas

an dan

saat

istirahat

Area

pengem

asan

cup

Membuang seluruh produk

kemasan cup yang

terkontaminasi secara fisik,

menghentikan proses filling

bila ditemukan kontaminan

fisik pada susu,

Page 58: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

48

Tabel 8. Penetapan Tindakan Korektif terhadap Critical Limit pada CCP Proses Produksi (lanjutan)

Proses Critical Limit Pemantauan Tindakan korektif

Apa Bagaimana Kapan Dimana Siapa

Gudang/dist

ribusi

Susu bersuhu ≤40C

selama proses

distribusi maupun

penyimpanan (cold

storage)

Suhu menggunakan

termometer

ruangan dan

mengisi

checklist

Setiap

perubahan

varian

flavor

produk

Cold

storage

/truck

distribu

si

Operator

storage

Selalu memastikan

ketersediaan es batu,

memastikan gudang/truck

dalam kondisi tertutup bila

proses bongkar-muat tidak

dilakukan

Pada Tabel 8., dilakukan analisa penentuan tindakan korektif pada setiap proses CCP sehingga apabila batas kritis dari setiap

proses tidak terpenuhi dapat dilakukan tindakan secara cepat untuk pengendalian dan pencegahan terhadap bahaya kritis.

6.1.9. Penetapan Prosedur Verifikasi (Prinsip VI)

Tabel 9. Hasil Penetapan Prosedur Verifikasi CCP

Proses Critical

Limit

Pemantauan Tindakan korektif Verifikasi

Apa Bagaimana Kapan Dimana Siapa

Penerimaan

susu segar

Memenuhi

standar uji

MBRT

perusahaan

(min. 2 jam)

Waktu Ketika

supplier

susu datang

Setiap

supplier

susu

datang

Lab.

QC

Laboran

QC

Melakukan metode

pengujian secara FCFS,

mengutamakan pengujian

terhadap susu yang datang,

pengambilan sampel

langsung dilakukan setelah

pengadukan

Kalibrasi alat

laboratorium,

Melakukan

pengujian

mikrobiologi

pada pihak

ketiga

Page 59: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

49

Tabel 9. Hasil Penetapan Prosedur Verifikasi CCP (lanjutan)

Proses Critical Limit Pemantauan

Tindakan korektif Verifikasi Apa Bagaimana Kapan Dimana Siapa

Filtrasi Tidak ditemukan

rambut atau gumpalan

pada susu

Keber

adaan

konta

minan

fisik

Memastikan

mesin filter bersih

dan berjalan

dengan baik

Setiap

penerima

an susu

segar

Area

produksi

Operator

produksi

Melakukan pemeriksaan

harian pada mesin filter,

menghentikan pemompaan

susu segar bila ditemukan

kontaminan fisik pada tangki

bahan baku

Mengkalibr

asi filter

Pasteurisasi Pemanasan susu hinnga

suhu 720C selama 15

detik

Suhu Sensor temperatur

PHE dan mengisi

checklist

Setiap 30

menit

Pasteuriz

er

Operator

produksi

Memantau suhu pasteurisasi,

melakukan CIP, menjaga

kondisi peralatan

Mengkalibr

asi alat

pasteurisasi

Filling &

primary

packaging

M : Susu bersuhu ≤40C

saat filling dilakukan,

mengkategorikan ruang

filling sebagai restricted

area, memasang UV

lamp pada ruangan

yang dinyalakan

sebelum proses

pengemasan

berlangsung (aseptis)

Suhu Sensor

temperature

mesin filling dan

mengisi checklist

Setiap 30

menit

Mesin

Filling

Operator

pengema

san

Melakukan CIP,

menghentikan proses

pengemasan bila suhu susu

≤40C, menonaktifkan filler

bila volume susu tidak 150 ml

Mengkalibr

asi mesin

filling

F : Tidak ditemukan

serangga, rambut atau

kontaminan fisik pada

susu

Keber

adaan

konta

minan

fisik

Memastikan

perangkap

serangga

berfungsi,

menerapkan GMP

personal dan

mengisi checklist

Sebelum

proses

pengema

san dan

saat

istirahat

Area

pengema

san cup

Membuang seluruh produk

kemasan cup yang

terkontaminasi secara fisik,

menghentikan proses filling

bila ditemukan kontaminan

fisik pada susu,

Mengecek

fungsi alat

Page 60: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

50

Tabel 9. Hasil Penetapan Prosedur Verifikasi CCP (lanjutan)

Proses Critical Limit Pemantauan

Tindakan korektif Verifikasi Apa Bagaimana Kapan Dimana Siapa

Gudang/dist

ribusi

Susu bersuhu

≤40C selama

proses distribusi

maupun

penyimpanan

(cold storage)

Suhu menggunakan

termometer

ruangan dan

mengisi

checklist

Setiap

perubaha

n varian

flavor

produk

Cold

storage/t

ruck

distribusi

Operator

storage

Selalu memastikan

ketersediaan es batu,

memastikan

gudang/truck dalam

kondisi tertutup bila

proses bongkar-muat

tidak dilakukan

Memasang

pengukur

suhu

terkalibrasi

Pada Tabel 9., menunjukkan bagaimana metode verifikasi yang perlu dilakukan terhadap tindakan korektif dari bahaya pada

proses yang termasuk dalam kategori CCP selama pengolahan susu di CV. Cita Nasional. Verifikasi sendiri akan berperan dalam

menjamin bahwa batas kritis dari tiap proses dapat teratasi dengan tindakan korektif sebagai tindakan preventif munculnya resiko

bahaya pada produk.

Page 61: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

51

6.1.10. Penetapan Dokumentasi (Prinsip VII)

Tabel 10. Hasil Penetapan Dokumentasi Pelaksanaan HACCP Plan

Proses Critical Limit Tindakan korektif Verifikasi Dokumentasi

Penerimaan susu

segar

Memenuhi standar uji

MBRT perusahaan

(min. 2 jam)

Melakukan metode pengujian

secara FCFS, mengutamakan

pengujian terhadap susu yang

datang, pengambilan sampel

langsung dilakukan setelah

pengadukan

Kalibrasi alat

laboratorium,

melakukan pengujian

jumlah mikrobiologi ke

pihak ketiga secara

berkala

Hasil pengujian lab,

sertifikasi kalibrasi

alat, hasil pengujian

pihak ketiga

Filtrasi Tidak ditemukan rambut

atau gumpalan pada

susu

Melakukan pemeriksaan harian

pada mesin filter, menghentikan

pemompaan susu segar bila

ditemukan kontaminan fisik pada

tangki bahan baku

Mengkalibrasi filter Checklist harian

pengecekan fungsi

filter, sertifikasi

kalibrasi alat

Pasteurisasi Pemanasan susu hinnga

suhu 720C selama 15

detik (Fernandes, 2009)

Memantau suhu pasteurisasi,

melakukan CIP, menjaga kondisi

peralatan

Mengkalibrasi alat

pasteurisasi

Suhu susu, sertifikasi

kalibrasi alat

Page 62: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

52

Tabel 10. Hasil Penetapan Dokumentasi Pelaksanaan HACCP Plan

Proses Critical Limit Tindakan korektif Verifikasi Dokumentasi

Filling &

primary

packaging

F : Tidak ditemukan

serangga, rambut atau

kontaminan fisik pada

susu

Membuang seluruh produk

kemasan cup yang terkontaminasi

secara fisik, menghentikan proses

filling bila ditemukan kontaminan

fisik pada susu,

Mengecek fungsi alat Checklist harian

pengecekan fungsi

alat, sertifikasi garansi

alat

M : Susu bersuhu ≤40C

saat filling dilakukan,

mengkategorikan ruang

filling sebagai restricted

area, memasang UV

lamp pada ruangan yang

dinyalakan sebelum

proses pengemasan

berlangsung (aseptis)

Melakukan CIP, menghentikan

proses pengemasan bila suhu susu

≤40C, menonaktifkan filler bila

volume susu tidak 150 ml

Mengkalibrasi mesin

filling

Suhu dan volume susu,

sertifikasi kalibrasi

alat

Gudang/distribusi Susu bersuhu 40C

selama proses distribusi

maupun penyimpanan

(cold storage)

(Fernandes, 2009)

Selalu memastikan ketersediaan

es batu, memastikan gudang/truck

dalam kondisi tertutup bila proses

bongkar-muat tidak dilakukan

Memasang pengukur

suhu terkalibrasi

suhu truk

distribusi/cold storage,

sertifikasi kalibrasi

thermometer

Pada Tabel 10., dapat dilihat bahwa dokumentasi dilakukan pada hasil dari tindakan korektif serta hasil verifikasi yang

dilakukan pada masing-masing proses. Salah satu contoh dokumentasi pada tahapan proses pasteurisasi dapat dilihat pada

Lampiran 8.

Page 63: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

53

7. PEMBAHASAN

Susu merupakan dispersi koloidal yang mengandung kasein micelle, globula lemak, dan

protein whey dalam larutan laktosa, mineral, dan sejumlah komponen minor lainnya

(emulsi o/w). Kandungan nutrisi susu yang terbilang lengkap menyebabkan susu menjadi

produk yang mudah rusak (perishable) terutama disebabkan oleh mikrobiologi. Selain

mikrobiologi, karakteristik fisik dan kimia dari susu juga akan mempengaruhi kualitas dari

susu tersebut, dimana ketiga karakteristik tersebut bergantung pada faktor internal

(komposisi) dan faktor eksternal (lingkungan maupun proses pemerahan) (McSweeney &

Fox, 2009; Tamime, 2009; Gemechu et al.,2015).

Sifat susu yang mudah rusak dapat ditanggulangi salah satunya adalah melalui proses

pasteurisasi. Proses pasteurisasi merupakan salah satu metode pemanasan yang umum

dilakukan dalam pengolahan susu sapi berdasarkan prinsip pemanasan High Temperature

Short Time (HTST). Tujuan utama dilakukannya proses pasteurisasi adalah mengurangi

jumlah kontaminan mikrobiologi dalam susu sehingga dapat memperpanjang umur simpan

dari produk tersebut dengan perubahan karakteristik fisik, kimia, dan sensori secara

minimal. Pasteurisasi secara kontinyu dapat dilakukan dengan minimal menggunakan suhu

720C selama 15 detik. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas susu pasteurisasi

antara lain kualitas susu segar, kondisi pemprosesan yang meliputi suhu dan lama

pemanasan, kontaminasi setelah pemprosesan (PPC), dan suhu penyimpanan (Tamime,

2009).

Produk olahan susu pasteurisasi berkualitas baik dapat dihasilkan dengan memastikan

bahwa bahan baku, kondisi pemprosesan, dan pengemasan serta penyimpanan dilakukan

dengan baik dan sesuai SOP yang diberlakukan. Selain itu perlu juga dilakukan proses

pengujian terhadap sejumlah atribut pada masing-masing karakteristik baik pada susu segar

maupun produk jadi, sehingga produk yang dihasilkan dapat diterima dengan baik oleh

konsumen (Tamime, 2009; McSweeney & Fox, 2009).

Page 64: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

54

7.1. Pengawasan Mutu

Penjaminan mutu yang umum dilakukan oleh perusahaan tidak terkecuali CV. Cita

Nasional adalah melalui pengujian laboratorium baik pada bahan baku maupun pada

produk jadi sehingga produk yang dihasilkan mampu memenuhi standar kualitas

perusahaan serta standar nasional sebelum produk diterima oleh konsumen. Menurut

Robinson (2002), kualitas suatu produk pangan dapat ditentukan melalui nilai nutrisi,

evaluasi sensori, dan melalui karakteristik fisik, kimia, dan mikrobiologinya. Kualitas

bahan baku yang baik merupakan salah satu langkah awal untuk mendapatkan produk

dengan kualitas yang sama baiknya (Tamime, 2009). Pernyataan tersebut juga menjadi

alasan utama CV. Cita Nasional melakukan pengujian laboratorium terutama terhadap susu

segar dari supplier sebagai bahan utama pembuatan produk susu pasteurisasi dan

homogenisasi. Selain melakukan pengujian terhadap bahan baku dan produk jadi,

pengendalian mutu yang dilakukan oleh CV. Cita Nasional juga meliputi monitoring

produk melalui pengujian pH harian terhadap sampel selama masa simpan (7-8 hari) secara

berturut-turut.

Sebelum proses pengujian dilakukan, prosedur yang harus dilakukan pada susu segar yang

datang adalah dilakukannya pengadukan terlebih dahulu oleh staff Quality control (QC).

Susu yang memiliki sifat emulsi oil in water, dapat memungkinkan komponen lemak dalam

susu untuk naik ke bagian atas susu ketika didiamkan selama beberapa saat sebagai akibat

dari perbedaan berat jenis air dan lemak (Walstra et al., 2006). Apabila kemudian susu

tersebut diambil sebagai sampel pengujian laboratorium, dapat memberikan data yang bias

karena kondisi susu yang tidak homogeny, terlebih pada data pengujian kandungan lemak.

Oleh sebab itu, prosedur pengambilan sampel pengujian susu segar pada CV. Cita Nasional

selalu diawali dengan melakukan pengadukan terlebih dahulu terhadap susu segar yang

dibawa oleh supplier. Sementara itu, pengendalian bahan baku selain susu segar seperti

bubuk coklat, gula rafinasi, flavor, pewarna, dan sebagainya hanya didasarkan dengan

keterangan CoA dari supplier masing-masing bahan.

Page 65: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

55

Pengujian susu segar yang dilakukan oleh CV. Cita Nasional antara lain pengujian primer

yang meliputi organoleptik, pengujian karakteristik fisik, kimia, mikrobiologi. Selain itu

pada kasus tertentu, dapat pula dilakukan pengujian pemalsuan. Pengujian karakteristik

fisik antara lain meliputi pengujian pH, alkohol, suhu dan pengujian berat jenis. Pengujian

terhadap karakteristik kimiawi meliputi TS, kandungan lemak, antibiotik, dan SnF.

Sementara pengujian mikrobiologi dilakukan dengan metode pengujian MBRT. Dalam

pengujian adanya pemalsuan, yang paling sering dilakukan adalah pengujian penambahan

karbonat, namun apabila diperlukan CV. Cita Nasional juga memiliki peralatan pengujian

penambahan lemak nabati, pembahan glukosa, dan uji peroksida. Pengujian primer yang

dilakukan oleh CV. Cita Nasional tidak hanya terbatas pada susu segar sebagai bahan baku,

melainkan dilakukan juga terhadap produk jadi dimana perusahaan juga telah memiliki

standar internal bagi produk yang dihasilkan. Pengujian tambahan yang dilakukan pada

produk jadi adalah pengujian suhu dan volume pada produk sebelum melalui proses

sealing.

7.2. Prinsip Pengujian Laboratorium

Pengujian alkohol dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan (derajat keasaman) susu.

Hasil pengujian alkohol yang positif menandakan bahwa susu mulai megalami pengasaman

yang mana ditunjukkan dengan susu yang tampak “pecah” akibat terjadinya koagulasi

ketika ditambahkan dengan alkohol (73%) yang memiliki sifat mengdehidrasi. Menurut

Gemechu et al. (2015), pH normal susu berada pada kisaran 6,6 – 6,8. Nilai pH dibawah

6,6 mengindikasikan peningkatan keasaman pada susu sebagai akibat dari pertumbuhan dan

multiplikasi bakteri yang memproduksi asam. Hasil pengujian alkohol kemudian

dilanjutkan dengan melakukan uji karbonat yang bertujuan untuk mengetahui apakah pada

susu yang diuji terdapat pemalsuan oleh supplier. Menurut Wulandari (2012), dengan

melakukan pengujian karbonat maka dapat diketahui apakah di dalam sampel uji terdapat

penambahan karbonat yang bersifat basa. Sifat basa dari karbonat biasa ditambahkan untuk

meningkatkan pH dari susu yang telah mengalami kerusakan sehingga menjadi netral

kembali. Reagen uji yang digunakan oleh CV. Cita Nasional yakni asam rosolic yang akan

Page 66: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

56

menunjukkan warna merah mawar ketika mendeteksi keberadaan basa pada susu,

sementara susu murni akan menunjukkan warna kecoklatan (FSSAI, 2015).

Pengujian lemak dilakukan dengan metode Gerber. Prinsip pengujian ini yakni susu yang

dicampurkan dengan H2SO4 dalam butirometer Gerber dan ditambahkan dengan isoamil

alkohol, dimana campuran kemudian dikocok untuk menghancurkan lapisan pelindung

globula lemak sehingga kandungan lemak dapat terpisahkan. Lemak yang terlepas akan

diisolasi dengan proses sentrifugasi dan diukur dengan skala pada butirometer Gerber

tersebut (AOAC, 2002).

Pengujian TS yang dilakukan menggunakan moisture analyzer, dimana alat tersebut akan

memanaskan sampel uji pada suhu tinggi yang terkontrol dan secara otomatis akan

mengukur prosentase berat yang hilang sebagai kadar air dari sampel sehingga pengukuran

TS dilakukan dengan mengurangkan nilai 100% dengan prosentase tertera (Nielsen, 2010).

Sementara untuk pengukuran SnF dilakukan dengan mengurangkan nilai TS dengan nilai

fat hasil pengujian.

Pengujian antibiotik dilakukan dengan menggunakan beta-lactam strip test kit dari Bioo

Scientific yang berbasis emas koloid kompetitif. Susu dalam mikrotiter akan mengaktifkan

dengan reagen lipofilisasi dan diinkubasi selama 3 menit agar β-lactam pengikat protein

pada partikel emas dapat bergabung dengan berbagai antibiotic β -lactam yang terdapat

dalam susu. Kertas uji yang dicelupkan dalam mikrotiter akan memvisualisasikan adanya

partikel emas yang tidak berikatan dengan antibiotik pada susu, akan diikat oleh antibiotik

beta-lactam dan menunjukkan sinyal (garis merah) pada test line (t-line). Apabila beta-

lactam pengikat protein oada partikel emas berikatan dengan antibiotik pada sampel susu,

partikel emas akan mengalir melewati t-line dan mencapai control line (c-line). Interpretasi

hasil dilakukan berdasarkan intensitas sinyal pada t-line. Apabila sinyal t-line lebih kuat

dibandingkan dengan sinyal c-line maka pengujian menunjukkan hasil negatif, sementara

apabila sinyal t-line sama atau lebih lemah dibandingkan dengan sinyal c-line maka

Page 67: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

57

mengindikasikan keberadaan antibiotik beta-lactam pada sampel (Bioo Scientific Corp.,

2014).

Pengujian MBRT yang dilakukan dalam pengujian karakteristik mikrobiologi yang

menyatakan banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk membuat warna methylene blue

menjadi tidak berwarna (putih susu) semenjak inkubasi dilakukan. Uji MBRT digunakan

untuk mengukur densitas atau jumlah bakteri dalam sampel secara tidak langsung, sehingga

bergantung pada kemampuan bakteri dalam susu untuk tumbuh dan mengkonsumsi oksigen

terlarut, sehingga menurunkan potensi oksidasi-reduksi dalam medium. Selain itu,

perubahan warna methylene blue menjadi tidak berwarna juga dapat disebabkan karena

reduksi secara enzimatis oleh bakteri melalui proses metabolismenya. Lama waktu reduksi

warna akan berbanding terbalik dengan jumlah bakteri dalam sampel (AOAC, 1953;

Robinson, 2002; Sudhasaravanan dan Binukumari, 2015; Nandy dan Venkatesh, 2010).

7.2.1. Pengawasan Mutu Susu Segar

Data hasil pengujian yang sudah dilakukan oleh tim QC terhadap susu segar yang datang

akan menentukan apakah susu yang datang akan di terima atai tidak. Selain itu, hasil

beberapa pengujian seperti berat jenis, kandungan lemak, dan total padatan akan digunakan

oleh perusahaan untuk menentukan harga beli dari susu yang diterima. Perbandingan antara

kualitas susu yang diterima oleh CV. Cita Nasional selama bulan Juli 2017 terhadap standar

internal perusahaan dan SNI 01-3141.1-2011 (BSN, 2011) dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Perbandingan Karakteristik Susu Segar dengan Standar Perusahaan dan SNI

Karakteristik Uji Susu supplier

(mean±SD) Standar Cita Nasional SNI

Alkohol (73%) Negatif Negatif Negatif

Suhu (0C) 4,90±1,22 ≤ 7 -

Fat (%) 3,93±0,19 Min 3,35 Min 3,0

SnF (%) 7,58±0,34 - Min 7,8

TS (%) 11,51±0,41 11,20 -

pH 7,03±0,12 6,7-6,8 6,3-6,8

MBRT 5,57±1,45 jam Min. 2 jam -

Page 68: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

58

30±4,63 menit

Karbonat 2,49±0,62 ≤ 3 Negatif

Berat jenis (g/ml) 1,026±0,0013 - 1,0270

Organoleptik Normal Normal Normal

Berdasarkan Tabel 11., menunjukkan bahwa pada beberapa karakteristik uji, CV. Cita

Nasional memiliki standar yang lebih tinggi dan ketat dibandingkan dengan standar SNI

seperti pada batas minimal kandungan lemak (3,35% berbanding 3,0%), TS (11,20%

berbanding 10,80%), dan range pH (6,7-6,8 berbanding 6,3-6,8). Namun sebaliknya pada

karakteristik uji karbonat, SNI memiliki standar yang lebih ketat. Data pengujian terhadap

susu yang diterima oleh CV. Cita Nasional selama bulan Juli 2017 menunjukkan

ketidaksesuaian baik terhadap standar perusahaan maupun SNI pada beberapa parameter

antara lain SnF, pH, kandungan karbonat, dan berat jenis.

Pada parameter pH secara rerata menunjukkan bahwa susu supplier yang di terima oleh

CV. Cita Nasional tidak memenuhi standar perusahaan yang diterapkan. Menurut Gemechu

et al. (2015), susu sapi segar memiliki kisaran pH 6,6-6,8. pH yang melebihi 6,8 dapat

mengindikasikan kemungkinan mastitis susu. Selain itu, nilai pH rerata yang bernilai 7,03

dari susu yang diterima oleh CV. Cita Nasional dapat disebabkan karena adanya toleransi

penambahan karbonat pada standar perusahaan (maks. +3), dimana karbonat merupakan

komponen basa yang akan meningkatkan pH dari susu tersebut (FSSAI, 2015). Susu dari

supplier akan langsung ditolak apabila memiliki pH dibawah 6,7 yang dapat

mengindikasikan bahwa susu mulai mengalami pengasaman sebagai akibat dari metabolism

bakteri sehingga dapat mempengaruhi organoleptik dari susu. Selain itu Walstra et al.

(2006) juga menyatakan apabila pH terus mengalami penurunan dapat menyebabkan

protein pada susu mengalami denaturasi bahkan menggumpalkan kasein ketika mencapai

pH isoelektriknya (pH 4,6).

Pada parameter berat jenis meskipun perusahaan tidak menetapkan standar secara tertulis,

namun berat jenis rerata susu yang diterima tidak dapat memenuhi standar SNI yang

bernilai 1,027 g/ml. Berat jenis susu normal memiliki kisaran 1,027-1,035 g/ml (Tamime,

2009), dimana berat jenis susu yang bernilai dibawah 1,020 dapat mengindikasikan adanya

Page 69: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

59

penambahan air pada susu oleh supplier sehingga dapat meningkatkan kuantitas susu

(Gemechu et al., 2015). Ketidaksesuaian susu yang diterima dengan standar SNI dapat

disebabkan karena adanya perbedaan temperatur pada susu ketika pengukuran berat jenis

dilakukan (Anton Paar, 2009). Pengukuran berat jenis yang dilakukan pada CV. Cita

Nasional didasarkan dengan konversi pengukuran pada suhu susu 200C, sementara standar

SNI menyatakan nilai berat jenis yang dilakukan berdasarkan pengukuran pada suhu

27,50C. Anton Paar (2009) menyatakan bahwa berat jenis susu pada suhu 20

0C adalah

sebesar 1,026-1,034 g/cm3. Selain suhu, faktor lain yang mempengaruhi nilai berat jenis

dari susu antara lain gelembung udara dalam susu, pemadatan lemak akibat penyimpanan

suhu rendah, serta komposisi dalam susu itu sendiri (Anton Paar, 2009; Rachmawati,

2001). Meskipun secara tertulis perusahaan tidak memiliki standar berat jenis susu segar,

namun secara lisan perusahaan dapat menerima susu yang memiliki berat jenis dalam

kisaran 1,025-1,030 g/ml sehingga rerata berat jenis susu selama bulan Juli 2017

menunjukkan bahwa susu masih memenuhi standar.

Selain parameter-parameter yang tertera pada Tabel 11., masih terdapat sejumlah parameter

pada SNI (Lampiran 5) yang disebabkan karena adanya keterbatasan perusahaan

menyebabkan CV. Cita Nasional belum dapat atau tidak selalu melakukan pengujian

tersebut, seperti uji peroksida, cemaran mikroba, dan sebagainya sehingga kualitas susu

segar yang diterima oleh CV. Cita Nasional masih belum dapat terpenuhi secara nasional.

Secara keseluruhan meskipun susu tidak memenuhi sejumlah standar internal perusahaan

pada sejumlah parameter, CV. Cita Nasional tetap menerima susu tersebut karena

perusahaan mengkategorikan parameter uji menjadi 2 jenis, yakni primer dan sekunder.

Parameter primer merupakan parameter yang harus dipenuhi dan supplier akan menerima

penolakan apabila parameter primer hasil pengujian tidak memenuhi standar. Parameter

primer ini sendiri meliputi organoleptik (rasa, warna, bau), alkohol, suhu, pH, dan MBRT.

Namun pada keadaan tertentu, parameter pH dapat ditoleransi selama masih berkisar pada

pH normal meskipun hal tersebut akan menyebabkan kualitas susu mengalami penurunan.

Sementara itu, parameter sekunder adalah paramater yang mana perusahaan memiliki batas

Page 70: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

60

toleransi dari standar yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan perusahaan. Parameter

yang termasuk dalam kategori sekunder antara lain berat jenis, kandungan TS, fat,

antibiotik dan SnF. Selain itu sistem produksi pada CV. Cita Nasional yang didasarkan

pada banyaknya pemesanan dapat menjadi salah satu faktor diterimanya susu segar yang

tidak memenuhi standar SNI maupun standar perusahaan menyebabkan perusahaan

memiliki batas toleransi pada sejumlah parameter dengan pertimbangan suplai susu

memenuhi namun kualitas susu yang akan diolah tidak memiliki perbedaan yang mencolok.

7.2.2. Pengawasan Mutu Produk Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi

Selain pada susu segar sebagai bahan baku, pengawasan mutu melalui uji laboratorium juga

dilakukan terhadap produk jadi pada setiap varian rasa (cokelat, strawberry, moka, putih

manis, dan purepack). Jenis pengujian yang dilakukan terhadap produk jadi hampir sama

dengan jenis pengujian yang dilakukan terhadap susu segar, antara lain meliputi pengujian

pH, TS, fat, organoleptik, tingkat kemanisan (Brix), alkohol, serta suhu dan volume pada

saat proses filling dengan harapan mampu memenuhi standard perusahaan sehingga

kualitas produk yang sampai ke tangan konsumen dapat terjamin. Hasil pengujian yang

dilakukan selama bulan Juli 2017 dapat dilihat pada Tabel 12 dan dibandingkan dengan

standar internal perusahaan serta SNI 19-1502-1989 (Lampiran 6)

Tabel 12. Hasil Pengujian Kualitas Produk Susu Pateurisasi dan Homogenisasi (Juli 2017)

Parameter Varian Susu (mean±SD) Standard

Internal Cokelat Strawberry Moka

Suhu (0C) 6,14±1,41

5,67±1,09 5,38±1,14 7 - 8

Fat (%) 1,05±0,22a

1,05±0,2a 1,13±0,24

a 2,5-2,7

pH 6,72±0,09a 6,65±0,07

a 6,68±0,06

a 6,9-7,1

Brix (0Brix) 12,97±0,18

b 12,65±0,49

a 12,9±0,3

b 14-15

TS (%) 13,99±0,43b

13,01±0,59a 13,35±0,89

a -

Alkohol

(73%) Negatif Negatif Negatif Negatif

Organoleptik Standard Standard Standard Standard

Page 71: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

61

Pada Tabel 12., dapat dilihat hasil rerata pengujian pada parameter standard terhadap 3

varian rasa produk susu pasteurisasi yakni cokelat, strawberry, dan moka selama bulan Juli

2017. Hasil pengujian terhadap suhu menunjukkan bahwa susu yang diproduksi meskipun

tidak memenuhi standard internal perusahaan, data menunjukkan suhu yang lebih rendah

dibandingkan standard. Hal ini dapat diterima karena baik proses filling maupun proses

penyimpanan yang dilakukan pada suhu rendah dapat membantu memperpanjang umur

simpan dari produk susu. Suhu yang rendah akan menghambat proses perkembangbiakan

bakteri terutama bakteri yang masih dapat bertahan setelah proses pasteurisasi maupun

bakteri yang dapat mengkontaminasi produk selama proses pengisian dalam pengemas,

sehingga tingkat populasi awal dari mikroba pada susu merupakan faktor penting yang

menentukan efek suhu rendah terhadap umur simpan produk (Tamime, 2009). Proses

pengukuran suhu dilakukan bersamaan dengan pengujian volume susu pada kemasan saat

proses filling berlangsung. Proses pengujian volume dilakukan sebanyak 3 kali ulangan

dengan membandingkan volume pada kemasan sebelum di sealing dengan volume bersih

yang tertera pada kemasan. Selama proses pengujian, tidak jarang ditemui volume dalam

suatu kemasan yang tidak sesuai dengan volume tertera, sebagai akibat tekanan udara pada

nozzle filler yang memompa susu ke dalam kemasan tidak merata.

Melalui pengujian secara statistika menggunakan SPSS metode ANOVA yang diikuti

dengan uji Duncan pada tingkat kepercayaan 95%, hasil pengujian fat dalam produk,

menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata kandungan lemak dalam 3 varian rasa (cokelat,

strawberry, dan moka). Hasil pengujian fat yang dilakukan menunjukkan bahwa produk

tidak memenuhi standard perusahaan (2,5-2,7%) maupun standard SNI (2,80%). Namun,

pengujian terhadap kandungan lemak yang dilakukan oleh pihak ketiga (Lampiran 7)

terhadap 3 varian rasa menunjukkan bahwa kandungan lemak pada produk susu (3,27-

3,40%) memenuhi standard. Pada hasil pengujian parameter pH menunjukkan kisaran 6,65-

6,72; dimana pH pada masing-masing varian tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

nyata. pH terendah dihasilkan dar varian rasa strawberry (6,65) sementara tertinggi pada

varian cokelat (6,72). Meskipun parameter pH tidak memenuhi standard minimal

perusahaan, namun menurut Aggad et al. (2010) pH normal dari susu pasteurisasi adalah

Page 72: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

62

pada kisaran 6,5-6,7 sehingga produk yang dihasilkan selama bulan Juli masih memiliki

kualitas yang dapat diterima oleh masyarakat.

Sementara dalam pengujian tingkat kemanisan (Brix), menunjukkan tingkat kemanisan

varian strawberry yang paling rendah dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan varian

rasa cokelat dan moka, namun antar 2 varian rasa tersebut tidak menunjukkan perbedaan

yang nyata. Hasil pengujian yang tidak masuk ke dalam standard dapat terjadi karena

selama pelaksanaan kerja praktek, alat refraktometer yang digunakan untuk mengukur

tingkat kemanisan memiliki sedikit kerusakan sehingga sulit untuk digunakan dan banyak

didasarkan pada dokumentasi tingkat kemanisan terdahulu pada formulasi yang serupa.

Pada parameter uji TS, meskipun perusahaan tidak memberikan standard, data

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada produk susu cokelat dengan

produk susu strawberry dan moka, dimana TS susu cokelat memiliki nilai tertinggi

(13,99%). Tingginya TS dalam susu cokelat dapat disebabkan karena penambahan bubuk

cokelat yang membantu memberikan warna dan rasa pada produk, dimana hal serupa tidak

dilakukan pada proses produksi varian lainnya. Adanya penambahan bubuk cokelat yang

juga mengandung lemak, mineral, dan komponen dapat meningkatkan kandungan total

padatan yang dihitung berdasarkan kandungan lemak dan padatan bukan lemak (SnF) suatu

produk (Anton Paar, 2009).

Sedangkan pada parameter pengujian alkohol menunjukkan hasil negatif dengan

karakteristik organoleptik normal yang sesuai dengan standard pada ketiga varian rasa.

Sejumlah parameter lain yang juga masuk dalam standard national (SNI) belum dapat

dilakukan secara mandiri oleh CV. Cita Nasional seperti kandungan koliform, logam, dan

lain-lain sehingga membutuhkan bantuan pihak ketiga, namun pengujian oleh pihak ketiga

yang dilakukan secara periodik memungkinkan terjadinya kemungkinan penurunan kualitas

produk susu yang dihasilkan.

Pada masing-masing parameter, terdapat beberapa kriteria yang tidak memenuhi baik

standard perusahaan maupun standard SNI. Selain faktor penyebab yang disebutkan

Page 73: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

63

sebelumnya, perbedaan ini juga dapat disebabkan adanya perbedaan formulasi antar varian

serta inkonsistensi formulasi selama produksi bulan Juli dapat pula mempengaruhi sifat

fisik-kimia dari produk susu pasteurisasi yang dihasilkan. Misalnya pada parameter pH,

penambahan susu rekombinan (Aggad et al., 2010) ketika jumlah suplai susu tidak

mecukupi untuk memenuhi target produksi.

7.3. HACCP Plan

Penjaminan mutu melalui pengujian laboratorium yang saat ini telah dilakukan oleh CV.

Cita Nasional memiliki beberapa kelemahan antara lain pengujian yang dilakukan pada

produk akhir memiliki resiko terjadinya pembuangan produk dalam jumlah besar sebagai

akibat adanya penemuan ketidasesuaian dengan standar yang baru diketahui oleh

perusahaan setelah pengujian dilakukan. Oleh sebab itu salah satu cara pencegahan resiko

tersebut adalah melalui penerapan kosep HACCP. Menurut Tamime (2009) dan Fernandes

(2009), konsep HACCP merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk meminimalisasi

atau mengontrol kemungkinan bahaya yang mungkin muncul pada produk susu. Melalui

HACCP, perusahaan dapat beralih dari pendekatan penjaminan mutu yang dilakukan hanya

berdasarkan pengujian menjadi pendekatan yang juga bersifat preventif, dimana bahaya

potensial pada produk dapat teridentifikasi dan dikontrol dalam lingkungan perusahaan.

Selain itu keuntungan dari penerapan sistem HACCP antara lain menurunkan tekanan

terhadap pengujian produk akhir, memberikan penjaminan yang tinggi terhadap keamanan

produk olahan susu, mampu memenuhi kebutuhan dan ekspektasi konsumen, meningkatkan

kepercayaan konsumen terhadap produk olahan susu, membantu menjamin integritas merk,

mengurangi komplain dari konsumen, meminimalisasi terjadinya penahanan/penarikan

produk dari pasaran, dan sebagainya (Tamime, 2009).

Meskipun mampu memberikan penjaminan terhadap mutu produk secara lebih baik,

Tamime (2009) mengungkapkan pentingnya komitmen dari setiap individu dalam

perusahaan terutama petinggi perusahaan, dimana komitmen tersebut akan menentukan

kesuksesan dari implementasi sistem HACCP yang sudah dibuat. Melalui komitmen yang

ditunjukkan, akan memberikan dukungan pada sumber daya manusia lain dalam

perusahaan untuk juga turut serta dalam memulai, mengimplementasikan, dan menjalankan

Page 74: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

64

program tersebut secara konsisten. Langkah awal dalam implementasi sistem HACCP

adalah dengan menyusun terlebih dahulu HACCP plan dalam proses produksi yang

dilakukan oleh perusahaan. Penyusunan sistem HACCP terdiri dari 6 langkah yang

meliputi penyusunan tim HACCP, deskripsi produk dan identifikasi penggunaan serta

target konsumen, penyusunan diagram alir yang mendeskripsikan proses, verifikasi

diagram alir dengan proses lapangan, dan penyusunan HACCP plan yang terdiri dari 7

prinsip (analisa potensi bahaya tiap proses serta pengendalian dari tiap kemungkinan

bahaya, penentuan CCP, penentuan batas kritis pada tiap CCP, penentuan sistem

monitoring pada masing-masing CCP, penentuan tindakan korektif bila terjadi deviasi dari

batas kritis yang ditentukan, penentuan proseur verifikasi, dan penentuan proses

dokumentasi) (BSN, 1998; Tamime, 2009; Fernandes, 2009).

Dari hasil penyusunan HACCP plan yang dilakukan oleh penulis (Bab 5), dalam proses

produksi susu pasteurisasi dan homogenisasi yang dilakukan oleh CV. Cita Nasonal

ditemukan bahwa terdapat 5 tahapan proses yang masuk ke dalam kategori CCP, dimana

bahaya yang paling berperan dalam titik kritis tersebut adalah kategori bahaya mikrobiologi

dan beberapa bahaya fisik. Bahaya mikrobiologi yang dapat mengkontaminasi produk susu

pasteurisasi antara lain Escherichia coli, Bacillus sp., Campylobacter jejuni, Listeria

monocytogenes, Staphylococcus aureus, Yersinia enterocolitica, Salmonella sp., dimana

kontaminasi mikrobiologi dapat terjadi baik sebelum (pre-) maupun setelah (post-)

pasteurisasi dilakukan (Colostrum, 2012; Tamime, 2009; Fernandes, 2009). Dari potensi

bahaya mikrobiologi tersebut, maka batas kritis dan pemantauan yang paling banyak

diterapkan adalah didasarkan pada atribut suhu selama proses produksi berlangsung serta

parameter waktu. Selain itu dalam menerapkan tindakan pencegahan, akan lebih baik

apabila perusahaan juga menerapkan pembatasan akses pekerja pada area beresiko

kontaminasi tinggi, seperti pada area pengemasan cup (Lampiran 10) yang menerepkan

metode cold filling. Hal lain yang dapat diterapkan untuk membantu pencegahan

munculnya bahaya mikrobiologis adalah melalui pemasangan lampu UV pada ruangan dan

membatasi para pekerja yang memiliki akses untuk dapat masuk ke ruang filling (Tamime,

2009).

Page 75: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

65

Ketika suatu perusahaan sudah dapat menerapkan HACCP plan yang sudah dibuat, maka

perlu dilakukannya proses audit terhadap proses HACCP yang berjalan dalam perusahaan,

baik audit yang bersifat internal maupun eksternal. Proses audit akan dilakukan dengan

tujuan untuk melakukan inspeksi dan monitoring pada tiap-tiap proses yang berlangsung

dalam proses produksi, dimana umumnya proses audit secara internal dilakukan antar lintas

divisi sementara audit eksternal akan dilakukan oleh pihak ketiga (Tamime, 2009).

Page 76: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

66

8. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Terdapat 5 tahapan proses produksi yang termasuk dalam kategori CCP yakni meliputi

penerimaan susu segar, filtrasi, pasteurisasi, filling & primary packaging, dan

penyimpanan atau distribusi.

Bahaya yang paling dominan dalam keamanan produk susu pasteurisasi dan

homogenisasi adalah bahaya yang bersifat mikrobiologi dan fisik.

Penjaminan mutu produk CV. Cita Nasional dapat ditingkatkan dengan menerapkan

sistem HACCP.

Proses pasteurisasi menjadi proses paling penting dalam mengendalikan bahaya

mikrobiologis dalam pengolahan susu, dengan batas kritis suhu 720C selama 15 detik.

Suhu menjadi batas kritis dalam sejumlah proses kategori CCP (selain proses

pasteurisasi) untuk membantu meminimalisasi bahaya mikrobiologi yakni ≤40C.

8.2. Saran

Perusahaan mulai menerapkan sistem HACCP dalam proses produksi.

Perusahaan menerapkan penentuan high/low risk area, serta memberikan pembatasan

akses pada area dalam kategori high risk untuk meminimalisasi terjadinya kontaminasi.

Melakukan kalibrasi dan perawatan pada alat laboratorium, mesin produksi dan filling.

Memberikan edukasi dan pelatihan mengenai pentingnya hygiene practices selama

proses produksi terutama personal hygiene bagi para karyawan.

Perusahaan melakukan monitoring dan inspeksi secara berkala terhadap higenitas

personal dan menempatkan supervisor selama proses produksi berjalan.

Perusahaan memasang UV lamp pada ruangan high risk area.

Perusahaan mengevaluasi ulang standar internal dan meminimalisir adanya toleransi

pada sejumlah parameter yang dapat mempengaruhi kualitas produk jadi.

Page 77: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

67

9. DAFTAR PUSTAKA

Aggad, H., M. Bridja, B. Aek, M. Benaouali, dan A. Djebli. 2010. Some Quality Aspects of

Pasteurized Milk in Algeria. World Journal of Dairy & Food Sciences; 5(1) : 21-24.

https://www.researchgate.net/profile/Hebib_Aggad2/publication/262600869_Some_

Quality_Aspects_of_Pasteurized_Milk_in_Algeria/links/542961ff0cf2e4ce940d71c3/

Some-Quality-Aspects-of-Pasteurized-Milk-in-Algeria.pdf (Diakses pada 31 Agustus

2017).

Anton Paar. 2009. Density Measurement in Dairy Industri.

http://www.mep.net.au/foodlab/FL_5/MEP_DMA35_dairy.pdf (Diakses pada 31

Agustus 2017).

AOAC. 1953. Standard Methods for The Examination of Dairy Products : Microbial and

Chemical 10th

Ed. American Public Health Association, Inc. USA.

AOAC. 2002. AOAC Official Method : Fat Content of Raw and Pasteurized Whole Milk,

Gerber Method by Weight. AOAC Internasional.

Bioo Scientific Corp. 2014. Beta-lactam Strip Test Kit Manual.

http://www.generon.it/dati/allegati/originali/auroflow-beta-lactam-strip-test-manual-

bos1067-01-02-um-en-20160318.pdf (Diakses pada 12 Oktober 2017).

BSN. 1998. SNI 01-4852-1998 : Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis

(HACCP) serta Pedoman Penerapannya. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

BSN. 2011. SNI 01-3141.1-2011 : Susu Segar-Bagian 1 : Sapi. Badan Standardisasi

Nasional. Jakarta.

BSN. 1995. SNI 01-3951-1995. Susu Pasteurisasi. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Colostrum, R. B. 2012. Comparing the Food Safety Record of Pasteurized and Raw Milk

Products.http://www.foodpoisonjournal.com/uploads/file/Comparing%20Food%20Sa

fety%20Record_Revised(1).pdf (Diakses pada 7 November 2017).

Cordier, J. L. 1994. HACCP in The Chocolate Industri. Food Control; 5(3) : 171-175.

FDA. 2011. Milk Plant Equipment Tests Report.

https://www.fda.gov/downloads/AboutFDA/ReportsManualsForms/Forms/FoodForm

s/UCM053467.pdf (Diakses pada 10 November 2017)

Fernandes, R. 2009. Microbiology Handbook Dairy Products. Leatherhead Publishing. UK.

Page 78: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

68

FSSAI. 2015. Manual Methods of Analysis of Food : Milk and Milk Products.

http://old.fssai.gov.in/Portals/0/Pdf/Draft_Manuals/MILK_AND_MILK_PRODUCT

S.pdf (Diakses pada 31 Agustus 2017).

Gemechu, T., F. Beyene, dan M. Eshetu. 2015. Physical and Chemical Quality of Raw

Cow’s Milk Produced and Marketed in Shashemene Town, Southern Ethiopia.

ISABB-Journal of Food and Agricultural Science; 5(2) : 7-13.

Jay, J. M., M. J. Loessner, D. A. Golden. 2005. Modern Food Microbiology, 7th

Ed.

Springer. USA.

McSweeney, P. L. H. & P. F. Fox. 2009. Advanced Dairy Chemistry, Volume 3: Lactose,

Water, Salts and Minor Constituents. Springer Science. New York.

Nandy, S. K. dan K. V. Venkatesh. 2010. Application of Methylen Blue Dye Reduction

Test (MBRT) to Determine Growth and Death Rates of Microorganisms. African

Journal of Microbiology Research; 4(1) : 61-70.

Nielsen, S. S. 2010. Food Analysis Laboratory Manual 2nd

Ed. Springer. New York.

Robinson, R. K. 2002. Dairy Microbiology Handbook : The Microbiology of Milk and

Milk Products, 3rd

Ed. John Wiley and Sons, Inc. USA.

Sudhasaravanan, R. dan S.Binukumari. 2015. Microbial Quality of Raw and Pasteurized

Milk Sample Collected From Different Regions of Madurai District, (T.N.) India.

IOSR Journal of Environmental Science, Toxicology and Food Tchnology; 9(1) : 71-

73.

Tamime, A. Y. 2009. Milk Processing and Quality Management. Blackwell Publishing,

Ltd. UK.

USDA. 1997. Guidebook for The Preparation of HACCP Plans. www.fsis.usda.gov

(Diakses pada 26 September 2017).

Walstra, P., J. T. M. Wouters, T. J. Geurts. 2006. Dairy Science and Technology, 2nd

Ed.

CRC Press. Boca Raton.

Wulandari, F. 2012. Komposisi, Kesegaran, dan Dugaan Pemalsuan Susu Segar Sebagai

Bahan Dasar Keju pada Industri Pengolahan Susu (IPS). Fakultas Kedokteran Hewan,

Institut Pertanian Bogor, Bogor. Skripsi.

Page 79: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

69

10. LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Industri CV. Cita Nasional

Keterangan :

Page 80: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

70

Lampiran 2. Struktur Organisasi CV. Cita Nasional

Page 81: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

71

Lampiran 3. Tabel Penetapan Signifikansi Bahaya (Faktor Resiko-Keparahan)

Tingkat

Keparahanb)

Resikoa)

A B C D E

1 1* 2* 4* 7* 11

2 3* 5* 8* 12 16

3 6* 9* 13 17 20

4 10* 14 18 21 23

5 15 19 22 24 25

*)Faktor signifikansi bernilai ≤ 10 termasuk dalam kategori signifikan

a) Tabel Deskripsi Level pada Faktor Resiko

Level Kategori Deskripsi

A Common repeating

occurrence

Dapat terjadi sewaktu-waktu, sudah sering terjadi

sebelumnya dalam fasilitas perusahaan (potensial terjadi

secara berulang)

B Know to occur or “it

has happened”

Dapat terjadi berdasarkan situasi terntentu, pernah terjadi

dalam suatu interval tertentu sebelumnya pada fasilitas

perusahaan

C Could occur or

“heard it happened” Dapat terjadi sesekali dalam fasilitas perusahaan

D Not expected to

occur

Dapat terjadi di waktu yang akan datang, jarang ditemukan

namun pernah terjadi dalam fasilitas perusahaan

E Virtually impossible Hanya dapat terjadi dalam kondisi pengecualian, tidak

pernah terjadi dalam fasilitas perusahaan

Page 82: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

72

b) Tabel Deskripsi Level pada Faktor Tingkat Keparahan

Level Kategori Deskripsi

1 Fatality Bahaya yang akan mengakibatkan kematian

2 Serious

injury/illness

Bahaya dapat menyebabkan konsumen yang terpapar menjadi

terluka atau membutuhkan perawatan medis/rumah sakit serta

rehabilitasi sebelum kembali melakukan aktivitas sehari-hari

3 Product recall

Bahaya dapat menimbulkan adanya penarikan produk dari

pasaran dan memberikan dampak jangka panjang terhadap

bisnis perusahaan

4 Customer

complaint

Ketidaksesuaian produk atau proses akan menyebabkan

ketidaknyamanan bagi konsumen, sehingga perusahaan

menuai komplain

5 Insignificant

Produk tidak menyebabkan resiko apapun yang tidak

memberikan dampak negatif pada konsumen dan tidak

menyebabkan penyakit atau luka

Page 83: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

73

Lampiran 4. Decision Tree HACCP Plan

(Fernandes, 2009)

Page 84: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

74

Lampiran 5. SNI 01-3141.1-2011 (SNI Susu Sapi Segar)

Page 85: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

75

Lampiran 6. SNI 01-3951-1995 (SNI Susu Pasteurisasi)

Page 86: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

76

Lampiran 7. Hasil Pengujian %Fat Pihak Ketiga pada Produk Susu Pasteurisasi

(a) susu rasa moka; (b) susu rasa cokelat; (c) susu rasa strawberry

(a) (b)

(c)

Page 87: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

77

Lampiran 8. Contoh Dokumentasi Peralatan Industri Susu

Page 88: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

78

(FDA, 2011)

Lampiran 9. Layout Area Produksi CV. Cita Nasional

Keterangan :

1. Area persediaan bahan tambahan

a. Corong inlet bahan tambahan menuju tangki pencampuran

b. Persediaan bahan tambahan yang akan digunakan

2. Area administrasi (kantor) divisi produksi

3. Area proses produksi susu pasteurisasi dan homogenisasi

a. Tangki produk jadi (T 402)

b. Tangki produk jadi (T 401)

c. Tangki produk setengah jadi (T 202)

d. Tangki susu segar (T 301)

e. Tangki pencampuran (T 201)

f. Balance tank

g. Mesin pasteurisasi

h. Tangki bahan proses CIP

Out

(pengemasan)

Rencana

produksi

Page 89: ANALISA KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK SUSU ...repository.unika.ac.id/15561/1/14.i1.0151 Ira Yuliani P.pdf · Debora Nastiti, Devina Hertanu, Sanny Dwi, Silvia Melinda,

79

Lampiran 10. Layout Area Pengemasan CV. Cita Nasional

Keterangan :

1. Area holding produk siap kirim

2. Area pengemasan produk susu purepack

3. Area filling & primary packaging produk kemasan minipack

4. Area filling & primary packaging produk kemasan cup