Top Banner
ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA Greise Yustikarini-25211011, Nuraziza-25211020, Kustiani-25211025, Hardian Ahmad-25211026 SAPPK Arsitektur Magister Alur Desain Institut Teknologi Bandung Abstrak Budaya merupakan salah satu bahasan yang sulit untuk dirumuskan. Namun budaya dapat ditelusuri perkembangan dan asal usulnya dari aribut-atributnya. Bandung sebagai salah satu kota yang terkenal dengan wisata kulinernya, memiliki salah satu asat bangunan tua yang dapat dianalisa atribut budayanya. Bangunan tua tersebut terletak di jalan Cisangkuy. Pada awalnya, bangunan ini berfungsi sebagai rumah dinas, namun seiring perkembangan waktu, terjadi proses transformasi yang melibatkan atribut-atribut budaya, sehingga bangunan ini beralih fungsi menjadi restoran (bisnis dan penyediaan jasa). Pembahasan atribut ini meliputi tata guna lahan, peraturan setempat, kode zona, nilai property, infrastuktur public, sirkulasi, utilitas, persepsi pengindraan (kebisingan, citra bangunan). Dan pada akhirnya mengevalusi pengaruh nilai sejarah dan budaya lewat atribut-atribut budayanya pada eksistensinya di masa mendatang. Mengenal proses perubahan (sebagai unsur pembeda), sekaligus eksistensi (sebagai unsur yang tetap) yang terjadi pada rumah dan permukiman sekitarnya. Keywords: Atribut Budaya, Bandung, Analisa, Transformasi, Evaluasi Nilai Sejarah dan Budaya, Eksistensi Bandung dikenal sebagai Kota dengan jumlah bangunan cagar budaya terbanyak ke-tiga di dunia 1 , ini terkait dengan digunakannya Kota Bandung sebagai objek eksperimen arsitektural pada masa penjajahan. Perkembangan Bandung sebagai Kota yang demikian besarnya tidak terlepas dari usaha Daendels membangun jalan raya dari Anyer sampai Panarukan. Sebelum kedatangan Daendels ke Kota Kembang, Bandung adalah kabupaten yang lokasi pusat pemerintahannya berada di daerah Karapyak. Oleh karena itu daerah tersebut sekarang dinamakan Dayeuhkolot yang berarti “pusat pemerintahan lama” 2 . Ketika Daendels sampai di Bandung untuk meneruskan jalan raya Anyer- 1 http://bandung.detik.com/read/2009/06/21/10 5645/1151397/486/tv/index.html 2 Kunto, Haryoto.1984. Wajah Bandung Tempo Doeloe. Bandung : Granesia Panarukan (selanjutnya menjadi Jalan Raya Pos atau Groetepostweg) pada tahun 1810, beliau memerintahkan untuk mengembangkannya dan daerah tersebut harus sudah maju ketika nanti beliau datang kembali. “Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is geboud”, “Coba usahakan, bila Saya datang kembali di tempat ini telah dibangun sebuah kota!” ujarnya. Maka seketika itu daerah yang sekarang menjadi patok “0” dikembangkan menjadi pusat pemerintahan baru. Pusat pemerintahan yang tadinya di Dayeuhkolot dipindahkan ke Pendopo Walikota yang berada di sebelah selatan Alun-alun Bandung. Pembangunan Kota Bandung yang begitu pesat akhirnya mengundang arsitek-arsitek ternama pada masanya untuk turut serta menyumbangkan buah pemikirannya bagi Kota
25

ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Dec 12, 2015

Download

Documents

HardianAhmad

analisa atribut budaya pada transformasi bangunan cagar budaya yoghurt cisangkuy dan bangunan galeri kita bandung, atribut budaya yang dibawa rata-rata merupakan peninggalan masa kolonial belanda.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Greise Yustikarini-25211011, Nuraziza-25211020, Kustiani-25211025,

Hardian Ahmad-25211026 SAPPK Arsitektur Magister Alur Desain Institut Teknologi Bandung

Abstrak Budaya merupakan salah satu bahasan yang sulit untuk dirumuskan. Namun budaya dapat ditelusuri perkembangan dan asal usulnya dari aribut-atributnya. Bandung sebagai salah satu kota yang terkenal dengan wisata kulinernya, memiliki salah satu asat bangunan tua yang dapat dianalisa atribut budayanya. Bangunan tua tersebut terletak di jalan Cisangkuy. Pada awalnya, bangunan ini berfungsi sebagai rumah dinas, namun seiring perkembangan waktu, terjadi proses transformasi yang melibatkan atribut-atribut budaya, sehingga bangunan ini beralih fungsi menjadi restoran (bisnis dan penyediaan jasa). Pembahasan atribut ini meliputi tata guna lahan, peraturan setempat, kode zona, nilai property, infrastuktur public, sirkulasi, utilitas, persepsi pengindraan (kebisingan, citra bangunan). Dan pada akhirnya mengevalusi pengaruh nilai sejarah dan budaya lewat atribut-atribut budayanya pada eksistensinya di masa mendatang. Mengenal proses perubahan (sebagai unsur pembeda), sekaligus eksistensi (sebagai unsur yang tetap) yang terjadi pada rumah dan permukiman sekitarnya. Keywords: Atribut Budaya, Bandung, Analisa, Transformasi, Evaluasi Nilai Sejarah dan Budaya, Eksistensi Bandung dikenal sebagai Kota dengan jumlah bangunan cagar budaya terbanyak ke-tiga di dunia1, ini terkait dengan digunakannya Kota Bandung sebagai objek eksperimen arsitektural pada masa penjajahan. Perkembangan Bandung sebagai Kota yang demikian besarnya tidak terlepas dari usaha Daendels membangun jalan raya dari Anyer sampai Panarukan. Sebelum kedatangan Daendels ke Kota Kembang, Bandung adalah kabupaten yang lokasi pusat pemerintahannya berada di daerah Karapyak. Oleh karena itu daerah tersebut sekarang dinamakan Dayeuhkolot yang berarti “pusat pemerintahan lama” 2 . Ketika Daendels sampai di Bandung untuk meneruskan jalan raya Anyer- 1http://bandung.detik.com/read/2009/06/21/105645/1151397/486/tv/index.html 2 Kunto, Haryoto.1984. Wajah Bandung Tempo Doeloe. Bandung : Granesia

Panarukan (selanjutnya menjadi Jalan Raya Pos atau Groetepostweg) pada tahun 1810, beliau memerintahkan untuk mengembangkannya dan daerah tersebut harus sudah maju ketika nanti beliau datang kembali. “Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is geboud”, “Coba usahakan, bila Saya datang kembali di tempat ini telah dibangun sebuah kota!” ujarnya. Maka seketika itu daerah yang sekarang menjadi patok “0” dikembangkan menjadi pusat pemerintahan baru. Pusat pemerintahan yang tadinya di Dayeuhkolot dipindahkan ke Pendopo Walikota yang berada di sebelah selatan Alun-alun Bandung. Pembangunan Kota Bandung yang begitu pesat akhirnya mengundang arsitek-arsitek ternama pada masanya untuk turut serta menyumbangkan buah pemikirannya bagi Kota

Page 2: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Bandung, sehingga banyak karya arsitektur yang dihasilkan dan bertahan hingga masa kini sebagai karya cagar budaya. Setelah daerah patok 0 yang sekarang menjadi Jalan Asia-Afrika dan Alun-alun Kota Bandung, pengembangan yang selanjutnya terjadi adalah upaya pemindahan pusat pemerintahan Hindia Belanda ke Kota Bandung dikarenakan isu-isu keamanan yang terjadi di Kota Batavia. Lahan yang terpilih adalah lahan yang sekarang menjadi Gedung Sate, Lapangan Gasibu, menerus sampai Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat3 Dari pengembangan kawasan pusat pemerintahan maka muncullah kawasan-kawasan hunian yang letaknya saling berdekatan guna mengakomodasi pegawai-pegawai pemerintahan tersebut. Kawasan pengembangan hunian tersebut diantaranya kawasan hunian di daerah Jalan Cisangkuy dan Jalan Riau. Seiring waktu berlalu rumah-rumah dinas tersebut ada yang berganti kepemilikan, dilanjutkan lagi oleh keturunannya masing-masing, beralih fungsi menjadi tempat usaha atau karena nilai historisnya yang tinggi, rumah-rumah dinas tersebut dialihfungsikan dengan fungsi kebudayaan seperti galeri dan museum oleh pemerintah. Di satu pihak alih fungsi bangunan cagar budaya menjadi fungsi pariwisata dan komersial dapat membangkitkan kembali spirit of place dari bangunan itu, dengan syarat pemiliknya memiliki kesadaran akan bangunan cagar budaya. Tetapi di lain pihak alih fungsi tersebut dapat pula menghancurkan secara perlahan-lahan bangunan-bangunan cagar budaya apabila pemiliknya tidak memiliki

3 Suganda, Her.2010. Jendela Bandung. Bandung : Kompas

kesadaran tersebut. Rata-rata para pemilik yang tidak memiliki kesadaran adalah pemilik dari pihak swasta atau pribadi dan hanya memikirkan keuntungan dari usaha yang mereka miliki di bangunan-bangunan cagar budaya. Tulisan ini mengambil contoh kasus bangunan yang beralih fungsi pada 2 (dua) daerah tersebut yaitu Café Cisangkuy di Jalan Cisangkuy yang tepat berada di sisi timur Gedung Sate dan Galeri Kita yang berada di Jalan L.L.R.E Martadinata kemudian mengkajinya secara budaya menggunakan atribut-atribut budaya berupa tata guna lahan, peraturan, zonasi, nilai properti, infrastruktur umum, sirkulasi, utilitas, karakter bangunan dan sekelilingnya, riset sejarah, dan tanggapan yang dihasilkan dari pancaindera. YOGHURT CISANGKUY Yoghurt Cisangkuy merupakan salah satu daya tarik wisata kuliner khas Kota Bandung. Terletak di Jl. Cisangkuy no. 64, maka bisnis restoran ini pun mengadopsi nama jalan tersebut sebagai merek yoghurtnya. Restoran ini beroperasi setiap hari dari pukul 06.30-20.30 WIB. Daya tarik restoran ini didukung oleh keunggulan lokasi yang menawarkan suasana pemukiman alami rumah pada jaman Belanda. Konteks sejarahnya pun terkait dengan Gedung Sate yang lokasinya berdekatan. Umumnya pengunjung betah untuk berlama-lama di restoran ini. Andalan penggunaan ruangnya pun terletak pada pekarangan restoran ini yang bersinergi dengan taman Lansia di sebrangnya dan factory outlet di sekitarnya serta penataan lansekapnya pun mengoptimalkan pohon-pohon di sekitar halaman depan untuk menikmati kesejukan hawa Kota Bandung.

Page 3: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Selain minum yoghurt, di sepanjang jalan CIsangkuy juga banyak kuda yang disewakan untuk mengelilingi taman atau dapat juga menyewa becak kecil yang telah dihias untuk ditumpangi oleh anak-anak dan orangtualah yang menjalankan becak. Adanya taman yang sejuk telah membuat ada banyak sarana transportasi tradisional yang dimanfaatkan agar Anda dapat mengelilingi taman ini. Peraturan Yoghurt Cisangkuy terletak di Kelurahan Citarum, Kecamatan Bandung Wetan dimana lokasi ini terdapat banyak bangunan cagar budaya. Maka terkait dengan fakta tersebut, berikut ditekankan mengenai peraturan setempat yakni Pasal 14 dengan isu Strategi untuk perwujudan keseimbangan proporsi kawasan lindung sebagaimana dimaksud huruf meliputi: d. mengembangkan kawasan jalur hijau pengaman prasarana dalam bentuk jalur hijau sempadan sungai, jalur tegangan tinggi, dan jalur rel kereta api; e. mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada dan tidak memberi izin alih fungsi ke fungsi lain didalam mencapai penyediaan ruang terbuka hijau; meminimalkan dampak resiko pada kawasan rawan f. melestarikan dan melindungi kawasan dan bangunan cagar budaya yang telah ditetapkan, terhadap perubahan dan kerusakan struktur, bentuk, dan wujud arsitektural; bencana. Property Value Dibangun pada tahun 1932. Menurut analisa yang didukung pernyataan Paguyuban Bandung Heritage, besar kemungkinannya bahwa kawasan perumahan di daerah Cisangkuy ini pada umumnya

merupakan rumah dinas pejabat PT.Pos, Dinas PU atau Dinas Telekomunikasi pada masa itu. Rumah-rumah tersebut memiliki tipikal bentuk fasade dan ruang yang sama, hal tersebut mengindikasikan bahwa mereka dibangun oleh pihak developer/institusi yang sama. Rumah Yoghurt Cisangkuy ini pun masih mengacu ke peraturan rumah dinas pada zaman belanda, yang tidak mengikat stasus kepemilikan rumah dinas setelah masa non aktif jabatan (pensiun). Maka ada perubahan nilai asset bangunan ini. Hal yang paling signifikan berkenaan latar belakang peralihan ke kemerdekaan Indonesia, maka dari rumah dinas, rumah ini beralih fungsi menjadi rumah dengan kepemilikan personal (bukan institusi). Seiring perkembangan waktu sebagai rumah pribadi, pada tahun 1962, keluarga ini memulai bisnis. Nilai investasi yang ditananamkan pada bisnis ini belum bernilai besar pada saat itu. Karena niat awal dari si pemilik hanya memperluas distributsi susu yang dijual di tetangganya yang berlokasi dikawasan cisangkuy juga. Mulai muncul ide mengembangkan susu tersebut menjadi yoghurt. Yoghurt adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri. Rata-rata yoghurt yang diproduksi sekarang adalah yoghurt yang terbuat dari susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa) menghasilkan asam laktat, yang berperan dalam protein susu untuk menghasilkan tekstur seperti gel dan bau yang unik pada yoghurt. Selain rasanya yang segar dan nikmat, yoghurt memiliki banyak kandungan bakteri yang menguntungkan dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Orang yang alergi terhadap susu tidak perlu khawatir mengkonsumsi yoghurt karena struktur laktosa pada susu sudah di rusak, sehingga tidak akan menimbulkan alergi.

Page 4: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Ternyata penjualan yoghurt tersebut mendapat respond baik dari masyarakat setempat, sehingga bisnis tersebut makin berkembang. Menu yang ditawarkan pun semakin variatif. Dengan kata lain, bisnis yoghurt ini pun mendongkrak nilai asset dari bangunan ini. Dari fungsi perumahan pemukiman, bertransformasi menjadi fungsi bisnis. Saat ini Yoghurt Cisangkuy berpenghuni tetap 7 orang (orang tua pemilik, kerabat saudara, dan pegawai rumah Yoghurt). Penggunaan bangunan ini lebih mengoptimumkan kebutuhan bisnis daripada kebutuhan pribadi. Sedang pada kesehariannya rata-rata pengunjung bisa mencapai 500 orang. Didukung dengan RTRW kota Bandung, bangunan ini juga berada di kawasan strategis pusat kota Bandung. Lokasi yang strategis, menggeser peruntukan daerah ini dari kawasan perumahan menjadi kawasan bisnis sekaligus kawasan konservasi budaya. Singkat kata transformasi property value dari bangunan ini semakin meningkat dari segi ekonomi, budaya. Namun secara social property value bangunan ini hanya sekedar tempat bernostalgia. Historic Research Cisangkuy Café berlokasi di Jalan Cisangkuy 66 Bandung, letaknya berdekatan dengan taman cilaki dan ikon Kota Bandung yaitu Gedung Sate.

Gambar 2 Foto udara lokasi Cisangkuy café

tahun 2010

Yang menarik dari Cisangkuy Café adalah selain menu spesial pada yoghurt sebagai menu andalannya juga terdapat lingkungan yang masih asri di sekelilingnya dan bentuk bangunan art deco yang masih nyaman dan asli. Bangunan fisik cisangkuy café berbentuk rumah tinggal bergaya arsitektur Tropical Art Deco Belanda yang hingga saat ini tidak mengalami perubahan, tetapi hanya mengalami penambahan pada bagian- bagian tertentu menyesuaikan dengan berubahnya fungsi dan kebutuhan pada beberapa bagian rumah ini . Sebagian besar bangunan bergaya arsitektur Art Deco di Kota Bandung dibangun pada tahun 1920-an sejalan dengan pembangunan sarana untuk persiapan dipindahkannya Ibu Kota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung. Dan Cisangkuy Café ini mulai ditempati sebagai rumah tinggal pada tahun 1932 oleh kedua orang tua Pak H. Suharto (nara sumber).

Gambar 3 Foto udara Cisangkuy Café dan Gedung Sate Bandung tahun 1925

Cisangkuy Cafe

Gedung Sate

Cisangkuy Cafe

Gambar 1 Foto udara lokasi Cisangkuy café dan Gedung Sate Bandung

Page 5: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Seiring dengan bertambahnya kebutuhan hidup dan biaya sekolah anak- anak beliau, pada tahun 1968 kedua orang tua Pak H. Suharto memulai usaha menjual susu murni di rumah tinggal mereka sebagai usaha mencari tambahan (bukan bisnis). Pada awalnya usaha menjual susu murni ini hanya diketahui dan dikonsumsi oleh para tetangga kemudian usaha ini berkembang lagi pada tahun 1969 yaitu susu murni + yoghurt dan hingga saat ini menu yang ditawarkan semakin betambah dan bervariasi. Perkembangan usaha yang dialami kel. H. Suharto ini sedikit demi sedikit mulai merubah fungsi awal kediaman keluarga ini, yang awalnya utuh sebagai rumah tinggal kemudian sekarang berubah menjadi rumah tinggal mixed-use dengan café.

Gambar 4 Tampak depan Cisangkuy café

(2012) Land Use

Gambar 5 Batas-batas lahan Café Cisangkuy Pada tahun 1920-1990an di sekitar Café Cisangkuy fungsi- fungsi bangunan masih berupa perumahan pejabat kota Bandung, taman cilaki, perkantoran swasta/ pemerintahan dan

beberapa fungsi komersil. Batas lahan Cisangkuy Café antara lain sebagai berikut : Utara berbatasan dengan rumah

tinggal yang sekarang beralih fungsi penuh menjadi usaha bisnis (tidak sebagai rumah tinggal lagi)

Timur berbatasan dengan rumah tinggal

Selatan berbatasan dengan rumah tinggal yang saat ini beralih fungsi juga sebagai tempat usaha bisnis (bentuk sudah berubah/renovasi total)

Barat berbatasan dengan jalan cisangkuy dan taman Cilaki, dari dahulu hingga sekarang tetap terjaga kelestariannya, dan Cisangkuy Café dengan sukarela berperan penuh dalam menjaga kelestariannya karena pada saat ini hanya satu- satunya penghuni asli di kawasan Taman Cilaki ini.

Perbandingan tata guna lahan pada Cisangkuy Café sebelum memulai usaha keluarga :

Gambar 6 Perbandingan Tata Guna Lahan

pada Café Cisangkuy

Taman/ vegetasi di halaman depan rumah Halaman samping rumah dan carport Rumah tinggal 1 lantai Paviliun Taman/ vegetasi di halaman belakang rumah Halaman belakang (tanpa

barat

utara

timur

selatan

Page 6: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

vegetasi) perkerasan untuk ruang jemur

entrance Taman Cilaki dipisahkan

dengan Jalan Cisangkuy Sebelum memulai usaha keluarga, tata guna lahan masih terlihat private dan teratur dari segi fungsi dan kegunaan masing- masing ruang. Setelah memulai usaha keluarga tata guna lahannya menjadi sebagai berikut :

perluasan café di buat di daerah taman dan dibuat perkerasan,

namun vegetasi berupa pohon tetap dipertahankan, daerah entrance, daerah garasi, teras, ruang tamu, dan kamar depan

Pedestrian di depan rumah digunakan untuk berjualan

makanan tradisional, pedagang berasal dari kerabat pegawai cisangkuy café.

di bagian entrance dijadikan sebagai lahan parkir kendaraan

roda dua dan di bagian muka taman cilaki dijadikan sebagai lahan parkir kendaraan roda empat

Ruangan yang tersisa di rumah tinggal; ruang keluarga, dapur,

ruang tidur, dan toilet ruang jemur berubah fungsi menjadi :

perluasan ruang keluarga (lt. 1) ruang cuci piring café (lt. 1) dapur kotor (lt. 1) tempat tinggal pegawai (lt. 2)

taman belakang berubah menjadi dapur kotor café dan

toilet pegawai, paviliun menjadi ruang kerja dan gudang Zoning Codes Perubahan zoning terjadi beberapa tahap di Cisangkuy Café : Awal (1932- 1969)

keterangan :

benar- benar private berfungsi sebagai rumah tinggal. Sudah memulai usaha keluarga namun

hanya menjual susu murni, dan itu hanya di konsumsi oleh para tetangga, sehingga belum terjadi perubahan pada rumah tinggal. - Usaha mulai berkembang (1969) keterangan :

zona private sebagai rumah tinggal yang belum mengalami

perubahan: ruang keluarga 3 ruang tidur (2 ruang tidur

anak di depan, 1 ruang tidur utama di belakang)

Page 7: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

toilet dapur bersih & sink diluar garasi carport paviliun

zona publik pada tahun 1969, usaha susu murni berkembang

menjadi susu + yoghurt dan terjadi perubahan fungsi mulai dari ruang tamu berubah fungsi menjadi cashier, teras sampai ke halaman depan, dijadikan sebagai café untuk melayani pembeli dengan adanya meja-meja dan tempat duduk.

zona service, sesuai kebutuhan produksi maka keluarga mulai memperluas dapur yang semula

hanya berada di dalam rumah, dengan menambah di bagian belakang rumah untuk memproduksi minuman susu+yoghurt, dan tempat tinggal pegawai/ pembantu café.

zona entrance

- Usaha berkembang (1970- sekarang)

keterangan :

zona private sebagai rumah tinggal

zona service, sesuai kebutuhan produksi maka keluarga mulai memperluas dapur yang semula

hanya berada di dalam rumah, dengan menambah di bagian belakang rumah untuk memproduksi minuman susu+yoghurt, dan tempat tinggal pegawai/ pembantu café.

zona entrance berubah menjadi area parkir untuk kendaraan roda dua tamu café cisangkuy

dan area berjualan majalah Bagian-bagian yang tidak mengalami perubahan:

1 ruang tidur utama Toilet Dapur bersih & sink diluar Paviliun

Gambar 7 Bagian-bagian rumah yang tidak

berubah Bagian-bagian yang mengalami perubahan :

ruang keluarga diperluas dan dibuat bertingkat, dengan fungsi sebagai ruang tidur di lantai dua-nya.

Denah lt. 1 Denah lt. 2

Page 8: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

dua buah ruang tidur anak di bagian depan dirubah menjadi cafe.

ruang tamu berubah fungsi menjadi kasir dan café.

carport menjadi café dan dua buah toilet tamu

garasi menjadi ruang serbaguna atau gudang, pernah dicoba menjadi butik

teras sampai ke halaman depan dijadikan sebagai café untuk melayani pembeli dengan adanya meja-meja dan tempat duduk dan tempat berjualan majalah.

pedestrian di depan cisangkuy

café dijadikan area berjualan makanan khas tradisional Bandung, yang berjualan adalah kerabat pegawai café cisangkuy.

Public Infrastructure circulation

Gambar 8 Sirkulasi kendaraan di sekitar Cafe

Cisangkuy

Page 9: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Keterangan : kendaraan yang melewati jl. Diponegoro (2arah ) :

Kendaraan pribadi roda2 dan roda4

Kendaraan umum roda 2 (ojek& becak) dan roda4 (angkot& bus)

Kendaraan yang melewati jl. Cisangkuy (searah) :

kendaraan pribadi roda2 dan roda4

kendaraan umum roda 2 (ojek& becak) dan roda4 (bus pariwisata)

kuda (objek wisata) kendaraan yang melewati jl. Cilaki (searah) :

kendaraan pribadi roda2 dan roda4

kendaraan umum roda 2 (ojek& becak) dan roda4 (bus pariwisata)

kuda (objek wisata) Building & Neighborhood Character Dahulunya bangunan di sekitar Cisangkuy café ini khususnya di jl. Diponegoro sebagian besar merupakan bangunan pemerintahan seperti; Gedung Sate, Museum Geologi Bandung, dan Gedung Pengadilan Bandung. Sedangkan di Jl. Cisangkuy dan Jl. Cilaki merupakan kawasan perumahan pejabat/ petinggi kota dinaungi sejuknya pepohonan Taman Cilaki.

Gambar 9 Gedung sate Bandung tahun 1925

Taman Cilaki Bandung 1929

Pada saat ini, di jl. Diponegoro selain bangunan pemerintahan juga banyak terdapat fasilitas komersil/bisnis, seiring berkembangnya kota Bandung sebagai kota kuliner dan fashion maka banyak ditemui café- café dan factory outlet di sepanjang jl. Diponegoro ini. Di jl. Cisangkuy dan jl. Cilaki yang semula merupakan kawasan perumahan pejabat kota, sekarang juga berubah menjadi kawasan komersil/ bisnis. Banyak ditemui café, factory outlet dan hotel di kawasan ini. Pemilik Cisangkuy Café merupakan satu- satunya penghuni asli yang tersisa di kawasan ini. Pak Suharto (pemilik Café Cisangkuy) juga aktif merawat taman Cilaki yang berada tepat di depan Cafenya, beliau juga yang membiayai secara pribadi agar keasrian dan kebersihan taman tetap terjaga.

Gambar 10 Taman Cilaki Bandung 2012, dirawat oleh Pak Suharto dengan membuat

perkerasan dan penambahan jenis pepohonan dan bunga

Page 10: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Gambar 11 Foto bersama Pak Suharto

(pemilik Cisangkuy Café)

Sensory Perception Atribut sensory perception akan membahas transformasi pada Yoghurt Cisangkuy yang dapat terindikasi dari pengindraan dasar manusia. Pengindraan tersebut berupa pendengaran untuk mempelajari kebisingan, peraba untuk memahami kepadatan, penglihatan untuk mempelajari kualitas visual, pengecapan untuk mempelajari cita rasa. Kebisingan (noise) Yoghurt Cisangkuy yang legendaris memang tetap memiliki kualitas cita rasa yang sama hingga saat ini. Namun tidak dengan tingkat kebisingannya. Pada awalnya, Yoghurt Cisangkuy yang namanya diambil dari nama jalan dimana toko ini berada, yaitu Jalan Cisangkuy, memiliki hawa sejuk khas Bandung dan suasananya jauh dari lalu-lalang kendaraan. Dan hal ini menjadi salah satu keunggulan suasana yang ditawarkan, yakni tenang dan nyaman. Namun dengan meningkatnya jumlah kendaraan di Bandung, dan lokasinya yang berada di pusat kota, maka peningkatan kebisingan pun sulit untuk dihindari. Perubahan fungsi dari pemukiman menjadi kawasan bisnis dan penyediaan jasa , juga berkontribusi dalam menambah kebisingan dari area ini. Isu kebisingan tersebut tidaklah bersifat mengganggu,

namun jelas mengalami proses transformasi. Bangunan Yoghurt Cisangkuy yang berarsitektur rumah zaman belanda dirubah menjadi bangunan cafe dengan pilihan indoor dan outdoor. Areal indoor dibuka dari jam 08.00-17.00 WIB. Sedangkan area outdoor (pekarangan) bisa digunakan hingga jam 21.00. Tanaman pada pekarangan tersebut juga berperan dalam meredam kebisingan yang ada sekaligus dimanfaatkan sebagai tepat untuk bersantai.

Gambar 12 Area Pekarangan Yoghurt

Cisangkuy

Gambar 13 Area Pekarangan Yoghurt

Cisangkuy Taman Lansia yang berada di sebrangnya juga berkontribusi dalam meredam kebisingan kendaraan di daerah ini. Namun ada banyak orang yang datang dan pergi ke lokasi ini akibat Taman Lansia. Pagi hari, taman ini sudah ramai oleh orang-orang yang berolah raga di taman ini. Ada yang sekedar jalan sehat, ada juga yang sambil berlari. Kebanyakan dari mereka orang tua. Siang ke sore hari agak berubah banyak anak muda yang mengunjungi taman ini.

Page 11: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Kepadatan Terjadi peningkatan kepadatan pengunjung pada kawasan ini. Peningkatan tersebut terjadi akibat sinergi antara Taman Lansia, Rumah Cisangkuy dan restoran-restoran, kawasan bisnis, dan penyediaan jasa di sepanjang Jalan Cisangkuy, Museum Geologi – Jl Diponegoro, Gedung Sate Bandung (Kantor Gubernur Jawa Barat), Lapangan Gasebu (Gabungan Sepakbola Bandung Utara). Di sekitar Taman Lansia, dan di depan Yoghurt Cisangkuy ini banyak sekali pedagang makanan, baik berupa warung tenda atau juga dalam bentuk resto atau café. Pedagang mainan, barang bekas juga tidak mau ketinggalan untuk melebur di kawasan taman ini. Uniknya setiap hari Sabtu Minggu atau hari libur, taman ini akan menjadi lebih ramai. Ada sewa becak mini, naik kuda keliling taman, yang jualan mainan dan makan juga menjadi lebih banyak.

Gambar 14 PKL yang memadati Yoghurt

Cisangkuy

Gambar 15 Taman lansia menjadi katalis yang mengatasi kepadatan dan kebisingan kawasan

ini.

Visual Quality Tidak banyak perubahan dari kondisi fisik bangunan Yoghurt Cisangkuy ini. Hal ini dikarenakan pemeliharan bangunannya cukup intensif. Pemilik dari properti ini memiliki apresiasi besar untuk mempertahankan kondisi fisik bangunannya. Perubahan yang terjadi pada denah atau tata ruang terjadi karena ekspansi bisnis yang semakin berkembang. Pada awalnya seperti tipikal bangunan zaman Belanda, organisasi ruang dibagi menjadi ruang privat, paviliun (untuk tamu) dan service, dan dengan taman yang depan dan belakang yang luas. Namun karena aktifitas Yoghurt Cisangkuy sebagai restoran, maka terjadi renovasi untuk mengakomodasi jumlah konsumen yang meningkat, kamar karyawan, dan dapur sebagai area servis yang lebih leluasa. Ruang privatpun semakin diperkecil dan ada beberapa tambahan di lantai 2. Berikut analisa detail bangunannya berdasarkan visualitas: Façade Secara fisik bangunan, bangunan ini memang tidak mengalami banyak perubahan. Namun kehadiran PKL mengubah akses visual ke dalam bangunan, dan menghalangi akses ke fasade utama.

Gambar 16 PKL pada pelataran muka

bangunan

Page 12: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Gambar 17 Detail Fasade yang tidak

mengalami perubahan signifikan. Namun penambahan canopy pada bagian depan

bangunan ini, secara tidak langsung meutupi wajahnya.

Tipikal finishing dinding Tidak terjadi perubahan dalam penyelesaian material dinding. Perawatan berkala (pengecatan dinding, revarnish pintu dan jendela) dilakukan setiap tahun. Secara garis besar tipikal penyelesaian dinding memakai cat putih. Namun pada fasade utama dinding dilpisi batu kali pada parapet (setinggi 900 mm), lalu dialanjutkan dengan cat putih sampai langit-langit (setinggi 2500mm). Maka tinggi FCL pada bagian beranda adalah 3400 mm.

Gambar 18 Fasade utama dinding dilpisi batu

kali pada parapet (setinggi 900 mm), lalu dialanjutkan dengan cat putih sampai langit-

langit (setinggi 2500mm)

Gambar 19 Dekorasi dinding pada area depan counter yang menggunakan list kayu, dengan

warna yang senada dengan eksisting kayu jendel dan pintu.

Gambar 20 Penyelesaina dinding area Garasi

didominasi dengan material batu kali yang dicat hitam dengan tinggi 2400mm

Lantai Tidak seperti penyelesaian dindingnya, Terdapat beberapa perubahan dalam penyelesaian lantai bangunan. Meskipun tidak serupa, namun material penggantinya dipilih yang paling mendekati kondisi eksisting.

Gambar 21 Area Paviliun yang sekarang beralih menjadi gudang memakai parquet

lapis. Parket merupakan material yang biasa diaplikasikan di ruang yang butuh kehangatan seperti ruang keluarga, atau ruang tidur (tidak

dingin seperti keramik). Namun kebutuhan mendesak atas gudang yang lebih besar,

berakibat konversi area ini.

Page 13: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Gambar 22 Pada bagian garasi, keramik

lantai sudah mengalami perubahan. Namun pemilihan warna dan tekstur mendekati

kondisi eksistingnya.

Gambar 23 Pada bagian ruang tamu, lantainya menggunakan keramik 30x30 cm

dengan 2 kombinasi warna. Kondisi keramiknyapun mayoritas masih dalam kondisi

yang baik.

Gambar 24 Karena ada konversi ruang dari

area service menjadi ruang keluarga tambahan, maka area ini memakai keramik

baru.

Gambar 25 Area service yang dahulunya area hijau, mengganti tanahnya dengan perkerasan

yang memakai homogeneous tile 30x30 cm,

yang bertekstur kasar. Hal ini juga dikombinasikan dengan paving. Kombinasi ini

agak terlalu dipaksakan, karena joint materialnya yang tidak senada.

Langit-langit Arsitektur Jengki terkenal dengan level ketinggian langit-langitnya. Secara garis besar, kecuali area tambahan, ketinggian langit-langit masih relative sama yakni 3400mm. Langit-langit bangunan ini menggunaka triplek dengan modul 1200x1200, dan dicat putih serta memakai list kayu.

Gambar 26 Langit-langit pada area teras dan

kounter kasir

Gambar 27 Langit-langit pada area service (tambahan dari kondisi eksisting). Meskipun

modulnya hampir mirip, namun ketinggiannya dan jenis cat yang glossy, menunjukkan

kontras visual dari bagian lainnya.

Ventilasi

Gambar 28 Tidak terjadi perubahan pada

sistem ventilasi.

Page 14: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Pintu Kualitas daun pintu bangunan ini sangat baik. Daun pintu dan jendela pada bangunan ini tidak pernah diganti. Materialnya menggunakan Jati. Jenis perawatannya pun hanya sekedar revarnish. Tinggi pintu rata-rata 2400mm, dengan lebar bukaan yang berbeda. Pada beberapa ruang tambahan pintu tambahan hanya menggunakan material PVC. Pemilihan pintu yang baru lebih mempertimbangkan factor ekonomis dan efisiensi.

Gambar 29 Akses masuk utama menggunakan

double door dengan kayu Jati sebagai materialnya. Tinggi pintu utama 2400mm.

Gambar 30 Pintu kamar mandi pada area

paviliun

Gambar 31 Pintu kamar utama

Gambar 32 Pintu kamar mandi tambahan

pada area garasi dengan material PVC dengan ketinggian 2100 mm.

Jendela

Gambar 33 Kualitas kayu jati yang baik

menjadi bahan baku dari jendela eksisting.

Gambar 34 Perubahan pada daun jendela

diarea garasi ini mempertimbangkan privasi ruang keluarga. Setengah dari kaca jendela ini

diganti dengan cermin dan diberi list disekitarnya guna menutup akses visual dari

luar Struktur Secara garis besar bangunan ini menggunakan beton bertulang, dengan dinding yang terdiri dari 2 bata (300 mm). Kualitas strukturnya masih prima. Namun sesuai kebutuhan, penambahan canopy dengan struktur

Page 15: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

kayu dan aluminium terdapat di teras dan halaman belakang.

Gambar 35 Penambahan canopy dengan

struktur kayu pada area teras. Elektrikal Pada sistem elektrikal Yoghurt Cisangkuy terjadi transformasi. Sekring listrik terdiri dari dua bangian yang memisakan zona kebutuhan restoran, dan kebutuhan pribadi.

Gambar 36 Sekring eksisting ini awalnya

berada di luar. Namun penambahan dinding pada area ini menjadikannya berada di dalam

ruang serba guna

Plumbing

Gambar 37 Pemipaan yang terekspose pada

area dapur.

Tropical approach Secara garis besar, arsitektur Belanda pada bangunan Yoghurt Cisangkuy sangat mempertimbangkan aspek iklim Tropis . Akibatnya bangunan ini mudah dirawat dan masih kokoh. Transformasinya pun mempertimbangkan aspek iklim dan curah hujan. Hal ini dapat dilihat dari penambahan canopy pada teras dan taman belakang yang terkonversi menjadi area dapur. Cita Rasa Cita rasa juga merupakan salah satu atribut budaya yang dapat mengindikasikan transformasi budaya. Hal ini didukung oleh suatu artikel salah satu situs travelling terkemuka didunia, Lonely Planet. Dalam artikelnya, dikemukakan, ” A huge part of the travel experience is getting to know local traditions, history and culture. Happily, you can get in touch with all three aspects of a national identity just by eating.”4

4 http://www.lonelyplanet.com/india/travel-tips-and-articles/76979?affil=twit#ixzz29fQ6TexM

Page 16: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Sebagai salah satu tujuan wisata kuliner Bandung, Yoghurt bisa menjadi salah satu media yang menjelaskan bahwa selera dari cita rasa orang Bandung yang dinamis. Meskipun pada awalnya bisnis ini dimulai dari distribusi susu, namun karena kreatifitas dan cita rasa yang berkembang, bisnis ini menjadi focus kepada menu yoghurt. Bahkan saat ini, menu yang disajikan juga sudah lebih bervariasi dari awal dimulainya restoran ini.

Gambar 38 Menu barat dengan penyajian

lokal Dari jenis makanan yang tersaji di Rumah Yoghurt ini dapat diindikasikan dampak akulturasi makanan barat dan local. Sebut saja pisang keju, strawberry yoghurt dengan tambahan rum, menu tersebut mengandalkan ketersediaan cita rasa local, dengan tambahan keju, rum yang tanpa alcohol. Rum tanpa alcohol tersebut juga disajikan dengan mempertimbangkan mayoritas penduduk Indonesia yang berumat muslim. Umat muslim secara agama tidak memperkenankan pengkonsumsian zat tersebut. Namun konsep akulturasi lokal-barat pada menu makanan Cafe Cisangkuy menghadirkan varian-varian unik dalam menunya dan cita rasa khas

tersebutlah yang menjadi potensi Yoghurt Cisangkuy. Harga menu yang cukup ekonomis mengindikasikan bahwa bahan-bahan dasar dari menu-menunya mayoritas didapat secara lokal.

Gambar 39 Keunikan dari kentang goreng

sosis di cisangkuy adalah saus yang disajikan, yaitu saus barbeque.

GALERI KITA Keberadaan Galeri Kita di Jalan L.L.R.E Martadinata 209 menjadi salah satu tempat yang memberikan ruang bagi para seniman untuk memamerkan karya. Di saat yang sama, publik pun memiliki kesempatan untuk mengapresiasi karya para seniman. Berada di bawah pengelolan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, bangunan ini dibangun pada tahun 1935 dengan gaya bangunan Art Nouveau 5 . Perlu diketahui bangunan dengan gaya ini hanya ada 2 (dua) di Bandung, satu lagi berada di Jalan Braga dan sayangnya sudah dihancukan. Sempat digunakan sebagai bangunan Kanwil Depdikbud Jawa Barat, pada tahun 1970 digunakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan bagian kearsipan. Pada tahun 2001 di bawah kepemimpinan Memet Hamdan selaku Kepala Disbudpar Jawa Barat barulah bangunan ini direstorasi dan dijadikan galeri oleh kelompok seniman di Kota Bandung. Para seniman mengambil nama Galeri Kita dengan arti “galeri milik kita-kita semua masyarakat Bandung”. 5 Hasil wawancara dengan Dr. Dibyo Hartono, IAI.

Page 17: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Tata Guna Lahan Berdasarkan Peta Heritage tahun 19336, lokasi Galeri Kita yang berada di Riouw Straat atau Jalan L.L.R.E. Martadinata telah di-plot tata guna lahannya sebagai Steenen Bebouwing atau Bangunan Gedung Biasa (warna merah bata). Status kepemilikannya adalah milik swasta atau pribadi, walaupun pada kenyataannya berdasarkan hasil wawancara dengan Dr. Dibyo Hartono selaku Galeri Kita kemungkinan besar adalah digunakan sebagai rumah dinas pejabat pemerintahan atau militer dilihat dari kedekatan lokasinya dengan Gedung Sate, Makodam III dan Groethe Postweg.

Gambar 40 Peta Peruntukan Lahan Kota Bandung Tahun 1933 (sumber : Bandung

Heritage) Menurut RTRW Kota Bandung tahun 2013, tata guna lahan untuk kawasan Jalan L.L.R.E. Martadinata di-plot menjadi kawasan perumahan (warna krem) kecuali bagian yang menghadap langsung ke jalan digolongkan menjadi Jasa (warna magenta). Apabila melihat peruntukan lahannya digunakan untuk bidang jasa maka hal ini sangat cocok mengingat fungsi galeri merupakan fungsi jasa.

6 Bandung Heritage

Gambar 41 Peta Peruntukan Lahan Kota

Bandung Tahun 2013 (sumber : RTRW Kota Bandung Tahun 2013)

Gambar 42 Peta Rencana Kawasan Lindung Kota Bandung Tahun 2013 (sumber : RTRW

Kota Bandung Tahun 2013) Selain berdasarkan fungsinya, tata guna lahan di kawasan Galeri Kita berada juga masuk ke dalam tata guna lahan berdasarkan Rencana Kawasan Lindung Kota Bandung. Oleh karena itu bangunan-bangunan yang bertanda merah pada Gambar 3 termasuk ke dalam bangunan kategori A dimana proses-proses adaptasi terhadap fungsi baru harus dilaksanakan secara ketat. Peraturan-peraturan Tidak jauh berbeda dengan Café Yoghurt Cisangkuy, peraturan-peraturan yang mengikat bangunan ini pun terkait dengan peraturan mengenai kawasan lindung yaitu UU no. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Hanya saja yang perlu dibedakan adalah Café Cisangkuy tidak termasuk ke dalam daftar bangunan yang perlu dilestarikan di dalam Undang-undang tersebut sehingga pengawasannya tidak terlalu ketat. Tetapi Café Cisangkuy termasuk ke dalam daftar inventarisasi bangunan Cagar Budaya Kota

Page 18: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Bandung oleh Paguyuban Pelestarian Bandung Heritage, sehingga pengawasannya berasal dari paguyuban tersebut, bukan pemerintah secara langsung. Bagaimana dengan Galeri Kita? Bangunan Galeri Kita termasuk ke dalam daftar 101 bangunan cagar budaya yang harus dilindungi di Kota Bandung yang dikeluarkan terdapat pada UU no. 11 tahun 2010. Oleh karena itu bangunan ini tergolong dalam kategori A, yaitu bangunan yang harus dilindungi dan diawasi secara ketat oleh pemerintah secara langsung. Maka ketika bangunan yang pada awalnya rumah dinas dialihfungsikan menjadi galeri seni, semua elemen dari bangunannya tidak ada yang berubah. Apabila ada penggantian dengan material baru harus menggunakan material yang diusahakan sama dengan material awalnya. Nilai Properti Nilai properti atau aset pada bangunan Galeri Kita sangat tinggi. Selain faktor sejarah yang mendasarinya, tingginya nilai aset pada bangunan ini adalah langgam arsitektur yang dimilikinya. Bedasarkan hasil wawancara dengan Dr. Dibyo Hartono, IAI., bangunan yang sekarang dimiliki oleh Disparbud Provinsi Jawa Barat ini menggunakan langgam arsitektur Art Nouveau. Bangunan yang memiliki langgam serupa pada masanya hanya ada 2 (dua) di Kota Bandung yaitu Galeri Kita dan satu lagi adalah bangunan yang berada di Jalan Braga.

Gambar 43 Ciri utama arsitektur Art Nouveau, penggunaan elemen estetika berupa kaca patri

dengan corak alami

Sayangnya bangunan satu lagi yang terletak di Jalan Braga tersebut sudah hilang dan berganti rupa menjadi fungsi komersial yang Pak Dibyo sendiri lupa namanya. Oleh karena itu saat ini hanya bangunan Galeri Kita saja satu-satunya bangunan dengan langgam arsitektur Art Nouveau di Kota Bandung. Infrastruktur Jaringan infrastruktur terutama jalan pada kawasan di mana Galeri Kita berada dapat dilalui 2 (dua) arah. Fungsi dari jalan ini adalah sebagai kolektor prime guna mengumpulkan seluruh sirkulasi di kawan ini menuju arteri primer yaitu Jalan Ahmad Yani atau pada masa lalu adalah Groethe Postweg (Jalan Raya Pos). Jalan Raya Pos digunakan untuk kebutuhan transportasi, komunikasi, dan militer. Kebutuhan khusus di bidang kemiliteran ini adalah menghubungkan Makodam yang terletak di Jalan Aceh dengan fungsi yang berada di ujung timur Jalan Raya Pos ini yaitu pabrik senjata dan mesiu yang sekarang bernama PINDAD. Zonasi Zonasi pada saat masih digunakan sebagai rumah dinas benar-benar mengacu pada zonasi yang digunakan oleh masyarakat Eropa terhadap rumah tinggal mereka. Hal ini terlihat jelas pada pembagian rumah inti yang terpisah dengan area servis terutama dengan tempat tinggal pembantu rumah tangga. Dapat dilihat pada gambar di bawah mengenai pembagian zonasi Galeri Kita.

Page 19: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Gambar 44 Zonasi pada saat fungsi masih

sebagai rumah dinas

Keterangan : Area Servis, meliputi dapur, ruang makan, kamar mandi,

tangga, gudang, dan kamar-kamar pekerja/ pembantu rumah tangga.

Area privat, meliputi kamar-kamar dari penghuni rumah dinas ini.

Area Publik, meliputi ruang tamu dan ruang keluarga. Area tamu, merupakan bangunan terpisah yang digunakan untuk tamu

menginap, meliputi kamar, kamar mandi, dan dapur yang benar-benar digunakan hanya oleh tamu. Budaya dan pola pikir dari Eropa selain gaya arsitektur yang dipilih adalah pengelompokan zona-zona ini. area servis selalu diletakkan di belakang dan terpisah dengan bangunan utama. Banguna utama benar-benar terisi oleh fungsi-fungsi yang digunakan oleh pemiliknya. Pada

masa sekarang fungsi-fungsi ini telah berganti menjadi kantor untuk banguna nyang tadinya servis dan terpisah dengan bangunan utama, sedangkan pada bangunan utama benar-benar difungsikan sebagai galeri pameran. Karakter Bangunan dan Tetangga Kevin Lynch (1960), dalam “The Image of the City”, mengusulkan tipologi untuk menjelaskan bagaimana orang membentuk peta kognitif, atau citra mental lingkungan yang dibangun. Karakter lingkungan juga dipengaruhi oleh pengaturan jalan dan penggunaan lahan, ukuran, penempatan, dan desain ruang terbuka di luar ruangan. Vegetasi naturalisasi juga berkontribusi dengan identitas sebuah tapak. Teed dan lain-lain (2002), mengembangkan pola tipologi termasuk bahan bangunan lokal dan gaya arsitektur yang dapat didokumentasikan untuk memandu konteks-sensitif perencanaan tapak dan arsitektur. Karakteristik Bangunan Galeri Kita dilihat dari fungsi dan langgam arsitekturnya ternyata memilki pengaruh historis yang sangat kental terhadap perkembangan sejarah bangunan heritage sejak masa pembangunan awalnya pada tahun 1935 sampai saat ini.

Page 20: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Terlihat pada gambar di atas, bangunan “Galeri Kita” dikelilingi oleh bangunan komersil yang telah menjadi bangunan baru.

Bangunan dalam kompleks “Galeri kita” yang merupakan bangunan Kantor Disparbud, Untuk sayap kanan digunakan untuk sekretariat Dharma Wanita, sedangkan sayap kiri antara lain digunakan untuk sekretariat Bandung Heritage. Untuk Bangunan inti, dibagi menjadi dua dengan kantor Disparbud. Historic Resources Penilaian sumber daya budaya mendokumentasikan lokasi, kualitas, dan signifikansi bangunan bersejarah dan unsur-unsur lainnya buatan manusia, serta penggunaan lahan sebelumnya. Makna bersejarahnya struktur atau lingkungan didasarkan pada beberapa kriteria, termasuk usia, kualitas, kelangkaan, dan keterwakilan (Ames dan McClelland, 2002). Berdasarkan data yang didapat dari pakar Bandung Heritage, Bpk. Dibyo Hartono, bahwa sejarah bangunan Galeri Kita ini cukup unuik, dilihat dari sejarah lokasi, tempat, dan juga kekayaan budaya arsitekturnya. Bangunan ini awalnya merupakan bangunan rumah tinggal yang berfungsi sebagai rumah dinas para pejabat militer Belanda. Lokasi yang cukup potensial, terletak di ruas jalan raya post pada masa penjajahan Belanda

pada awal masa 1910-an. Pada masa penjajahan kolonial Belanda, kawasan ini merupakan kawasan militer, dimana sepanjang ruas jalan RE.Martadinata ini merupakan kawasan para pejabat militer, sehingga salah satu peninggalannya adalah berupa kantor dan rumah tinggal dalam satu kawasan. Semakin berkembangnya kawasan, maka sekarang kawasan ini menjadi milik pemerintah, yaitu Kanwil Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat pada tahun 1970, yang berkembang menjadi bangunan baru menjadi kantor DISPARBUD bagian kearsipan.. Bangunan Galeri Kita direstorasi pada tahun 2002-2003, Kualitas bangunan Galeri Kita yang berada pada tingkat A, mengharuskan restorasi untuk mengembalikan bangunan ke bentuk aslinya. Bangunan Galeri Kita memiliki dua sayap, kanan dan kiri. Untuk sayap kanan digunakan untuk sekretariat Dharma wanita, sedangkan sayap kiri antara lain digunakan untuk sekretariat Bandung Heritage. Untuk Bangunan inti, dibagi menjadi dua dengan kantor Disparbud. Sayap timur mengalami restorasi dan rekonstruksi. Begitupun dengan tangga kayu serta kaca patri jendela yang diganti dengan tekstur dan warna yang tepat. Berdasarkan sumber dari Bandung detik.com, Keberadaan Galeri Kita memberikan manfaat yang cukup besar bagi para seniman maupun publik dan mahasiswa, terutama yang memerlukan ruang untuk memamerkan hasil karyanya. Pada awal terbentuknya bangunan ini, dinamakan “Galeri Kita” berdasarkan sumber yang didapat, karena pemilik Galeri ini merupakan seniman lukis yang memang memiliki apresiasi khusus terhadap seni, desain, arsitektur, maupun fotografi dan arsitektur sehingga dinamakan “Galeri kita” yang artinya galeri untuk kita

Page 21: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

bersama , “Kita” disini adalah rangkaian para pecinta seni. Sensory Perception Kemampuan Kita untuk melihat, merasakan, sentuhan, dan mendengar memberi kita akses untuk mendapatkan informasi tambahan mengenai persepsi lingkungan di sekitar. Dalam hal ini, Kemampuan tersebut dapat dilihat dan dirasakan pada bentuk, desain dan kejadian yang sering terjadi di lingkungan bangunan.

Visual Quality Kualitas bangunan tampak sangat jelas terlihat pada fasade bangunan. 'Unsur budaya dengan langgam arsitektur kolonial Belanda sangat terlihat pada bentuk dan desain bangunan “Galeri Kita”

Berdasarkan pengamatan dan data yang didapat, bangunan Galeri Kita ini merupakan bangunan dengan gaya arsitektur berlanggam Art Nouveau, dengan sedikit percampuran dari gaya Amsterdam School pada awal arsitektur modern. Bangunan awal modern ditandai dengan beberapa penemuan atau inovasi-inovasi yang jika diliahat lebih banyak ke pada struktur-struktur penyusun bangunan diantaranya :

bagian-bagian seperti pada jendela, pintu sudah menyatu dengan dinding.

sudah mengenal bahan kaca sebagai setruktur pengganti penutup atap.

mengenal setruktur kolom beton bertulang, yang mengakibatkan ditemukannya cara perhitungan struktur kerangka penyusun bangunan secara sistematis.

mengenal keramik sebagai bahan pelapis dinding ataupun sebagai lantai.

sudah mengenal beton pracetak dan struktur baja rangka atap.

biasanya setruktur penyusun dinding terbuat dari bahan batu bata.

dibandingkan dengan bangunan sebelum-sebelumnya atau bangunan sebelum moderen, bangunan moderen bentuknya lebih terkesan sederhana. Ini dapat dilihat dari jarangnya hiasan pada ujung maupun sudut-sudut dindingnya. (http://www.pangupodit.com/2012/10/ciri-dan-bentuk-bangunan-berarsitektur-moderen)

Art Nouveau merupakan langgam arsitektur pada masa 1890 -1910, dengan ciri khas pada ornamen dengan pemakaian elemen flora pada detail – detail bangunan. Detail Seperti contohnya pada detail kaca, detail pintu, detail ubin lantai. Karya Art Nouveau biasanya dicirikan dengan bentuk-bentuk plastis dan organis, tapi tetap mengandalkan prinsip-prinsip geometris (sebagai perbandingan: Art Deco yang geometris, kaku meski menggambarkan figur-figur hewan, bunga, atau manusia). Selain itu terjadi akulturasi kebudayaan yang terlihat pada ornamen jendela, pintu serta lantai akibat pengaruh langgam Amsterdaam School.

Page 22: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

Langgam ini Menghasilkan bangunan berdasarkan pengolahan massa yang kompak dan plastis, bahan dasarnya diambil dari alam. Ornamentasi bahan dan pengolahan berdasarkan pada garis-garis lengkung. Bangunan dianggap sebagai karya seni, dan interior daing-gap bagian tak terpisah dari bangunan. Karyanya sering disebut sebagai individual art. Elemen Dinding

Bentuk fasade bangunan terdefinisikan sebagai bangunan dengan bentuk arsitektur kolonial, tepatnya pengaruh langgam arsitektur amsterdam school terlihat dengan gaya bangunan yang seperti villa dengan perpaduan kerangka bangunan yang terdiri dari kepala, badan, kaki.

Bangunan ini berkarakter kuat dalam masalah struktur, struktur

dinding bearing wall masih merupakan struktur yang dominan dipakai karena pada zaman dulu belum tercipta teknologi struktur yang lebih efisien, namun karakteristik struktur yang cukup tebal kurang lebih 30 cm, sangat dipengaruhi oleh unsur langgam arsitektur kolonial yang memang mempertahankan 3 unsur teori vitruvius, yaitu firmitas, venustas, dan utilitas. Elemen dinding yang terdiri atas: (a) dan (b) bentuk frame pada bidang ruang terlihat dengan batasan atas frame yang sesuai dengan karakteristik arsitektur kolonial Belanda.(c) Dinding berlapis ubin dengan ukuran 20 x 20 cm, terlihat sangat dipengaruhi oleh detail ubin arsitektur kolonial Belanda. (d) Lapisan dinding di area kulit bangunan dengan dominasi bebatuan yang menyiratkan kesan arsitektur Belanda berupa kaki bangunan. Elemen Lantai

Gambar (a) memperlihatkan detail lantai yang ada di teras bangunan, perkerasan dengan menggunakan bebatuan merupakan salah satu ciri khas yang dipakai oleh bangunan Tropikal Kolonial Amsterdaam School. Pada gambar (b)

kepala

badan

kaki

(a) (b)

(c)

(d)

(a) (b)

(c)

Page 23: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

ubin dengan ukuran 20 x 20 cm berhiaskan ornamen dan tekstur flora yang didominasi oleh perpaduan langgam amsterdam school. Pada gambar (c) terlihat lantai berlapis parket yang telah mengalami rekonstruksi pada tahun 2001.

Elemen Tangga

Desain tangga mengalami restorasi dan rekonstruksi pada tahun 2001, namun unsur yang baru ini tetap serasi dan selaras dengan furnitur yang ada.

Detail tangga yang diselaraskan dengan perpaduan unsur art deco stramline dengan bentuk lengkungan pada tepi railing-nya. Elemen Plafond

Plafond dalam bangunan “Galeri Kita” memiliki ketinggian sekitar 5 meter per lantainya, pengaruh

ketinggian ini merupakan salah satu ciri khas dari bangunan kolonial Belanda. Selain berfungsi sebagai keseimbangan estetika, berfungsi juga sebagai salah satu elemen tropis bangunan, dimana semakin tinggi plafond bangunan maka sirkulasi udara dalam ruang akan semakin baik. Elemen Pintu

Bentuk dan desain pintu terlihat sangat jelas terpengaruh langgam arsitektur tropis kolonial dengan ketinggian kusen sekitar 220 cm, dan dilengkapi dengan bouvenlich sekitar 50 cm. (a) dan (b) merupakan area pintu utama dengan dominasi desain arsitektur kolonial Belanda bercirikan tinggi kusen yang cukup tinggi serta lebarnya pun lebih lebar dibandingkan dengan desain pintu zaman sekarang. Pengaruh Art Nouveau terlihat pada kaca patri yang merupakan elemen pada kaca pintu dan bouvenlich yang terletak di atas, dengan detail flora. (c) dan (d) Pintu yang terletak di dalam bangunan , dominasi elemen kaca patri tetap dipertahankan dalam desain daun pintunya. Elemen Jendela Tipologi bentuk jendela tepengaruh dari bentuk dan desain arsitektur tropis kolonial Belanda, dengan ciri kusennya yang tinggi dan detail pada kacanya sangat kentara

(a) (b)

(c) (d)

Page 24: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

dengan detail dari ornamen flora art nouveau.

Pencahayaan dan Ventilasi

Pencahayaan dalam bangunan ini sudah cukup baik, dilihat dari jumlah jendela yang cukup banyak, dan tinggi jendela yang cukup potensial memasukkan cahaya ke dalam bangunan. Pencahayaan buatan seperti adanya penambahan lampu dalam bangunan difungsikan sebagai elemen

cahaya tambahan untuk display ruang, karena fungsi bangunan ini adalah tempat pameran. Ventilasi pada bangunan ini cukup baik karena banyak terdapat bukaan dan sangat berpotensi memasukkan cahaya dan angin secara efisien terhadap bangunan. Tropical Approach Pengaruh arsitektur kolonial yang cukup dominan, ternyata berpengaruh terhadap unsur budaya tropis, dimana bentuk dan desain bangunan banyak diadaptasi dari bentukan tropis, seperti pada bentuk atap yang memiliki teritisan yang cukup lebar dan kusen jendela.yang cukup tinggi. KESIMPULAN Dari pembahasan yang dipaparkan sebelumnya mengenai atribut budaya dalam transformasi fungsi bangunan cagar budaya dapat disimpulkan bahwa atribut-atribut budaya yang dimiliki dari sebuah bangunan dapat membantu untuk mengidentifikasi sejarah di masa

Page 25: ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA

lampau dari bangunan tersebut. Biarpun sebuah bangunan bersejarah telah mengalami alih fungsi menjadi fungsi baru yang sifatnya berbeda dengan sebelumnya, tetap saja akan teridentifikasi sejarah, asal-usulnya, dan latar belakang dibangunnya bangunan tersebut di tiap-tiap elemen bangunan dan atribut budaya yang dibawanya. Walaupun atribut budaya yang dibawa oleh bangunan-bangunan cagar budaya tersebut berasal dari Eropa, atribut-atribut budaya yang menekankan pada lokalitas tetap terbawa. Seperti contoh adalah munculnya langgam baru seperti Tropical Art Deco seperti pada bangunan Cafe Cisangkuy. Art Deco sendiri tidak mengenal istilah tropis di tempat asalnya, setelah dibawa ke Indonesia dan mengalami permasalahan iklim dalam pengaplikasiannya barulah muncul istilah Tropical Art Deco. Alih fungsi bangunan cagar budaya menjadi fungsi komersial atau pariwisata memiliki beberapa motif, dalam kasus ini motif yang terlihat adalah motif ekonomi untuk Cafe Cisangkuy dan motif pelestarian untuk Galeri Kita. Dengan dilatarbelakangi motif ekonomi maka segala potensi yang ada pada Cafe Cisangkuy dijual kepada pengunjung terutama “kenangan”. Motif ekonomi dapat membangkitkan kembali nilai dari bangunan (property value), atau malah sebaliknya menghancurkan bangunan tesebut dengan alasan ekonomi pula. Berbeda dengan motif pelestarian pada bangunan Galeri Kita dimana tujuan utama dari motif ini adalah benar-benar mempertahankan eksistensi suatu bangunan cagar budaya secara fisik. REFERENSI Ames, David L., and Linda Flint McClelland. 2002. National

Register Bulletin: Historic Residential Suburbs. Guidelinesfiw Evaluation and Documentation/or the National Register o.l Historic Places. Washington, D.C : U.S. Department of thc Interior National Park Service Kunto, Haryoto.1984. Wajah Bandung Tempo Doeloe. Bandung : Granesia LaGro Jr., James A.2008.Site Analysis. New Jersey : John Wiley & Sons Lynch, Kevin. The Images of The City. Suganda, Her.2008. Jendela Bandung. Jakarta : Kompas http://bandung.detik.com/read/2009/06/21/105645/1151397/486/tv/index.html http://www.lonelyplanet.com/india/travel-tips-and-articles/76979?affil=twit#ixzz29fQ6TexM Bandung Heritage.2008.Daftar Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya di Kota Bandung