Top Banner

of 21

ALSIN FIRMAN

Jul 08, 2015

Download

Documents

Ira Gustii R
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN TETAP FIELDTRIP PAGARALAM ALAT DAN MESIN PERTANIAN

OLEH : FIRMANSYAH 05091003046

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2011

1

Kata Pengantar

Puji dan syukur salam kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat Nya kita diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan laporan fieldtrip mata kuliah alat dan mesin pasca panen dengan optimal dan tepat waktu. Tak lupa shalawat serta salam nabi besar nabi Muhammad SAW, beserta keluarga serta para sahabatnya yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang menuju alam terang benderang seperti sekarang ini. Ucapan terima kasih kepada dosen pengajar dan juga asisten yang telah membimbing dalam hal materi maupun praktikum ini sehingga kami dapat menyelsaikan laporan ini. Terima kasih kepada teman-teman yang juga ikut mendukung dalam praktikum tersebut. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan maupun kekeliruan dalam laporan ini. Untuk itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang.

Indralaya, 21 Mei 2011

Penulis

2

DAFTAR ISI Kata Pengantar..i Daftar Isi..ii I.Pendahuluan A.Latar Belakang....4 B.Tujuan..7 II.Tinjauan Pustaka A,Teh (Camelia sinensis).....8 B. Kopi (Coffea sp) ....9 C. Bunga Krisan (Chrysanthemum sp) ..11 III.Waktu dan Pelaksanaan.13 IV.Pembahasan A.Teh (Camelia sinensis)...14 B.Kopi (Caffea sp) .15 C.Bunga Krisan (Chrysanthemum sp)16 V.Kesimpulan dan Saran A.Kesimpulan18 B.Saran..18 Daftar pustaka19 Lampiran

3

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Negara Indonesia mempunyai 100 juta penduduknya yang bekerja di dalam sektor pertanian (agraris), Indonesia perlu memiliki kebijakan yang jelas dalam hal pembangunan industri alat dan mesin pertanian (alsintan). Dalam bidang pertanian, terutama bidang teknologi pertanian mempunyai ruang tersendiri, antara lain : prapanen, pasca panen, dan teknik pengolahan hasil pertanian. Khusus dibidang teknologi pertanian kita akan mempelajari tentang alat-alat mesin pertanian dan cara pengolahan hasil pertanian Pertanian di Indonesia secara umum masih diusahakan dengan sistem tradisional dan tingkat efisiensi produksinya relatif sangat rendah. Salah satu upaya peningkatan efisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara itroduksi alat dan mesin pertanian. Introduksi alsin yang kurang tepat dapat memperbesar inefisiensi produksi. Sistem usaha pertanian yang masih perlu ditingkatkan efisiensi produksinya adalah sistem usaha pertanian di lahan kering. Di Indonesia jumlah lahan kering mencapai 4.594.036 Ha di Jawa dan 57.779.658 Ha di luar Jawa (BPS, 2003). Lahan kering mempunyai potensi yang cukup besar untuk meningkatkan pendapatan petani. Pada lahan kering, berbagai jenis tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan dan kehutanan dapat diusahakan. Dibandingkan dengan komoditas padi, harga produk hasil pertanian lahan kering cukup tinggi dan sampai saat ini belum diusahakan secara maksimal. Dukungan alsintan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produksi dan optimalisasi pengolahan pasca panennya, sehingga diharapkan pendapatan petani dapat meningkat Teknologi pertanian mempunyai ruang lingkup tersendiri, antara lain prapanen, pasca panen, dan teknik pengolahan hasil. Di bidang teknologi pertanian kita juga mempelajari tentang alat-alat dan mesin pertanian serta cara pengolahan hasil pertanian tersebut hingga dapat digunakan. Penggunaan alat-alat mekanis dan mesin pertanian ditujukan untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal dan lebih 4

baik. Di zaman yang modern ini penggunaan alat-alat tersebut jauh lebih berkembang dari sebelumnya. Kemajuan teknologi tersebut menyebabkan hasil produksi dapat bertambah serta mutu yang dihasilkan jauh lebih baik dari sebelumnya. Alat-alat dan mesin pertanian tersebut dibuat lebih spesifik sesuai dengan fungsi masing-masing. Alat dan mesin pertanian telah digunakan dalam usaha tani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Penggunaan alat dan mesin pertanian telah dirasakan manfaatnya oleh petani khususnya tanaman pangan dalam mempercepat pengolahan tanah, pengendalian hama, panen dan perontokan khususnya di daerah intensifikasi. Namun demikian jumlah alat dan mesin pertanian masih sangat sedikit dibanding dengan luas lahan yang ada. Ditinjau dari jumlah alat dan mesin yang digunakan, level mekanisasi pertanian masih berada + 30 persen. Indonesia merupakan negara agraris, dimana mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah petani. Indonesia juga merupakan salah satu negara

pegunungan dan sebagian besar dari pegunungan yang ada di Indonesia masih dalam keadaan aktif. Indonesia merupakan wilayah pegunungan, maka suhu atau iklim di Indonesia cocok untuk tanaman yang membutuhkan suhu rendah atau dingin, contohnya adalah tanaman teh dan kopi di bagian wilaya Pagar Alam Sumatra Selatan. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau disebut dengan pertanian dalam arti sempit, perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar), kehutanan, peternakan dan perikanan dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut. Tanah yang baik adalah tanah yang mampu menyediakan unsur-unsur hara secara lengkap, namun pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi doleh faktor-faktor penunjang kesuburan tanah, selain harus mengandung zat oragnik dan anorganik, air dan udara yang tidak kalah penting adalah pengolahan tanah yang bertujuan memperbaiki struktur tanah. Tanah yang gembur akibat pengolahan memiliki

rongga-rongga yang cukup untuk menyimpan air dan udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanamna. Kondisi ini juga menguntungkan bagi mikroorganisme tanah

5

yang berperan dalam proses dekomposisi mineral dan zat oraganik tanah, sehingga zat hara dibutuhkan tanaman mudah diserap oleh tanaman. Tanaman teh masuk ke Indonesia pada tahun 1686 yang dibawa oleh Dr. Andreas eyer yang berkebangsaan Belanda. Pada saat itu teh hanya dikenal sebagai tanaman bonsai atau tanaman hias. Teh sudah dikenal di Cina sejak zaman dahulu, yang mana teh ini dijadikan minuman para bangsawan dan digunakan sebagai obat. Pada tahun 1728, pemerintah Belanda mulai memperhatikan teh dengan mendatangkan biji-biji teh secara besar-besaran dari Cina untuk dibudidayakan di pulau Jawa. Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh Jacobson pada tahun 1828 dan sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan bagi pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat Indonesia. Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Teh Unit Usaha Pagar Alam merupakan salah satu Unit Usaha dari PT. Perkebunan nusantara VII (persero) yang didirikan pada tahun 1929 oleh perusahaan Belanda yaitu NV. Landbouw Maata Chapij. Perusahaan tersebut sempat dikuasai oleh Jepang, tetapi akhirnya berhasil direbut kembali. Perkebunan teh Unit Usaha Pagaralam yang terletak di kaki Gunung Dempo merupakan satu-satunya Unit Usaha di lingkungan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) yang mengelola budidaya teh. Lokasi perkebunan teh Pagaralam berada di Kelurahan Gunung Dempo Kecamatan Pagaralam Selatan yang berjarak 9 km Kota Pagaralam, 69 km dari Kota Lahat, 300 km dari Kota Palembang ibukota Propinsi Sumatera Selatan dan 660 km dari Kantor Direksi PTPN VII (Persero) Bandar Lampung. Kondisi topografi relatif lereng dan bergelombang dengan jenis tanah umumnya Andosol. Areal kebun berada pada ketinggian sekitar 950 M-1.450 M di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata pertahun 2.500 mm-3.000 mm. Musim basah selama 10 bulan dan kering selama 2 bulan, memiliki kelembaban udara berkisar antara 60 %-85 % dengan suhu udara berkisar antara15oC-26oC. Tanaman kopi merupakan komoditi ekspor yang cukup menggembirakan karena mempunyai nilai ekonomis yang relative tinggi di pasaran dunia, di samping

6

itu tanaman kopi ini adalah salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Jawa Barat.Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kopi arabika di Indonesia adalah kurang diperhatikannya penggunaan varietas unggul yang telah diajurkan. Masih banyak pekebun yang menggunakan bahan tanam berasal dari varietas lokal yang diperoleh karena kenampakannnya lebih unggul dibanding kopi disekitarnya. Bahkan beberapa diantaranya menggunakan benih varietas bukan anjuran yang berasal bukan dari kebun benih.Salah satu faktor penentu berhasilnya budidaya kopi arabika adalah penggunaan bahan tanam sesuai anjuran. Dengan bahan tanam pilihan, teknik budidaya yang benarm serta sistem pengolahan yang baku, dapat diharapkan hasil produksi yang berkualitas baik.

Klon Kopi Robusta berdasarkan Iklim dan Tinggi Tempat Klon Kopi Robusta untuk Batang Bawah Harga kopi dipasaran cukuplah tinggi, ini disebabkan karena biaya perawatan

tanaman kopi cukup mahal. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan kualitas yang baik, sekarang para pengelola kopi banyak menggunakan teknologi modern, tapi teknologi modern ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan saja karena alat yang digunakan relatif mahal. Perkebunan ini merupakan kumpulan dari kebunkebun kecil yang dimiliki oleh petani. Mereka tidak mempunyai modal, teknologi, dan pengetahuan yang cukup untuk mengelola tanaman yang mereka miliki secara optimal. Dengan demikian, produktivitas tanaman relatif rendah dibandingkan dengan potensinya. Selain itu, petani umumnya juga belum mampu menghasilkan biji kopi dengan mutu seperti yang dipersyaratkan untuk ekspor.

B. Tujuan Tujuan kunjungan lapangan ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang alat dan mesin pasca panen proses pemetikan teh, penyanggraian kopi dan pembudidayaan bunga krisan.

7

II.TINJAUAN PUSTAKA

A.Teh (Camelia sinensis) Tanaman teh (Camelia sinensis) diduga berasal dari daerah subtropis yang terletak pada 250 350 Lintang Utara, dan 950 1050 Bujur Timur, terutama berpusat pada kawasan antara 290LU dan 980 BT, yaitu daerah aliran sungai Irawa di India. Tanaman teh mempunyai tiga jenis yaitu C. Sinensis var Sinensis (teh cina), varietas assamica (teh asam), dan varietas cambodia. Kemudian dari ketiga varietas ini terjadi hibridisasi alami yang menghasilkan beberapa ratus jenis (Anonim, 2011). Teh sebagai bahan minuman, agar tetap digemari konsumen harus mempunyai mutu yang tinggi dan selalu konstan. Untuk memperoleh hasil yang baik harus sesuai dengan prinsip-prinsip pengolahan teh yang benar seperti melaksanakan pengendalian yang ketat dalam setiap langkah-langkah pengolahan. Mutu hasil kerja pengolahan teh hitam pada saat ini masih perlunya peningkatan dan keseragaman pedoman pengolahan dari setiap tahapan proses pengolahan teh hitam CTC agar diperoleh hasil dengan mutu yang seragam (PTP Nusantara VIII, 1996). Kondisi iklim sangat menentukan kualitas teh, terutama aromanya jika pertumbuhan vegetatifnya baik atau kecepatan tumbuh tunas tinggi, pada umumnya kualitasnya kurang baik. Dari itu pemetik daun harus dapat memilih antara produksi tinggi dan mutu daun teh. Di daerah tropik pada ketinggian 12001800 m dengan tanah yang subur memberikan kualitas daun teh yang sangat baik, namun produksinya rendah (Anggeraini, 2000). Pertumbuhan tanaman teh dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah, dan keserasian tanah dan bentuk lahan. Faktor iklim yang berpengaruh terutama adaah curah hujan, suhu udara, tinggi tempat, sinar matahari, dan angin. Secara umum tanaman teh menghendaki daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi, suhu cukup sejuk, kelembaban relatif cukup tinggi, angin tidak kering, dan elevasi tidak memungkinkan terjadinya embun beku (night frost) (Anggeraini, 2000). Tanaman teh tumbuh dengan baik pada daerah 42o LU27o LS. Pada dataran tinggi (2000 m di atas permukaan laut) hingga dataran yang lebih rendah (200 m di 8

atas permukaan laut). Di Indonesia kebanyakan ditanam pada dataran tinggi. Produksi teh di daerah tropik terjadi sepanjang tahun (Anggeraini, 2000). Teh banyak digemari masyarakat internasional, namun konsumsi teh di Indonesia masih rendah, yaitu 190 g/ kapita/ tahun. Oleh sebab itu, usaha perkebunan teh baik dari perkebunan rakyat, swasta maupun perkebunan Negara sebagai produsen berorientasi ekspor, industri dan konsumsi dalam negeri. Teh di Indonesia ada 3 jenis berdasarkan cara pengolahannya, yaitu teh hitam (black tea/ fermented tea), teh hijau (green tea/ anfermented tea) dan teh wangi (jasmine tea). Sedangkan di Taiwan ada satu jenis legi yaitu teh oolong (semi fermented tea) yang merupakan hasil dari pengolahan antara teh hijau dan teh hitam (Anonim, 2011)..

B.Kopi (Coffea sp.) Kopi adalah suatu jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin. Kopi (Coffea sp.) sebagai bahan minuman sudah tidak asing lagi. Aroma harum, rasa khas nikmat, serta khasiatnya yang menyegarkan badan membuat kopi cukup akrab di lidah dan banyak digemari. Penggemarnya bukan saja bangsa Indonesia, tetapi juga berbagai bangsa di seluruh dunia. Kopi jenis robusta dan kopi yang ditanam di daerah kering biasanya menghasilkan buah pada musim tertentu sehingga pemanenan dilakukan secara musiman (Departemen Pertanian Sumatera Selatan. 1986). Jenis kopi memerlukan tinggi tempat dari permukaan laut dan temperatur yang berbeda-beda. Jenis arabika dapat hidup pada 1000-1700 m diatas permukaan laut dengan suhu 16-20o C. Jenis robusta dapat hidup pada 500-1000 m diatas permukaan laut tetapi yang baik 800 m diatas permukaan laut dengan suhu 20o C. Jenis liberika dapat hidup baik di dataran rendah. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kopi minimal dalam 1 tahun 1000-2000 mm. Kopi robusta menghendaki musim kemarau 3-4 bulan, tetapi pada waktu itu harus sering ada hujan yang cukup. Musim kemarau yang dikehendaki maksimal 1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat, sedangkan masa kering sesudah berbunga lebat sedapat mungkin tidak

9

melebihi 2 minggu. Pohon kopi tidak tahan terhadap angin yang kencang, lebih-lebih dimusim kemarau, karena angin ini akan mempertinggi penguapan air dipermukaan tanah dan juga dapat mematahkan pohon pelindung. Pohon pelindung yang dapat digunakan adalah lamtoro ataupun dadap (Anonim, 2010) Pemetikan buah kopi yang telah betul-betul masak dapat menghasilkan kopi yang bermutu tinggi. Untuk mencapai tahap matang, kopi memerlukan waktu dari kuncup bunga 8 sampai 11 bulan untuk kopi robusta dan 6 sampai 8 bulan untuk kopi arabika. Cara pemetikan yang akan diterapkan akan berhubungan langsung dengan mutu hasil, dan terhadap biaya pemetikan itu sendiri. Jenis kopi banyak ditanam di Indonesia adalah jenis robusta. Jenis kopi ini mempunyai ketahanan terhadap penyakit karat daun disamping pemeliharaannya yang ringan juga produksinya cukup tinggi, Untuk memperoleh biji kopi yang baik, maka perlu dilakukan sortasi yang teliti dengan peralatan-peralatan yang memadai. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk memperoleh mutu yang baik, yaitu kualitas bahan baku, keadaan mesin, dan pengoperasian mesin (Departemen Pertanian Sumatera Selatan. 1986). Warna kopi memberi pengertian mengenai kesegaran biji kopi. Biji kopi yang segar memiliki warna semu kehijauan dan biji kopi dari gudang (stok lama) akan kehilangan semu kehijauan dan biji-biji kopi menjadi berwarna menguning, karenanya sering kalangan eksportir mencantumkan beberapa keterangan mengenai tahun panen. Warna biji perlu diperhatikan, karena warna biji kopi memberikan gambaran mengenai kesegaran biji kopi. Warna biji kopi juga mengidentifikasi lama penyimpanan yang telah dilakukan. Sortasi warna menggunakan ultra sort 800 dengan menggunakan sensor warna. Setelah dilakukan sortasi warna ini, maka kopi di masukkan kedalam karung kemudian dilakukan penyimpanan dan siap untuk di ekspor (Anonim, 2010) Harga, mutu kopi yang rendah juga berpengaruh terhadap kemudahan menembus pasar internasional karena biasanya negara-negara pengimpor

menghendaki kopi berkualitas tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah menetapkan kebijakan yang menekankan pada peningkatan mutu (kualitas) kopi dan membatasi meluasnya areal kopi selain arabika. Dengan kebijakan ini, diharapkan harga dan jumlah ekspor kopi meningkat (Anonim, 2010)

10

Indonesia dikenal dua jenis sistem pengolahan kopi yang biasa digunakan dalam industri, yaitu Pengolahan kopi basah, pada pengolahan kopi dengan cara ini setelah pengupasan kulit buah maka dilakukan tahap fermentasi yang bertujuan untuk menghilangkan lender yang tersisa dpermukaan kulit tanduk. Dan Pengolahan kopi kering. Pengolahan kopi dengan cara ini tidak melakukan tahap fermentasi tetapi langsung dilakukan pengeringan serta pengupasan kulit buah (Departemen Pertanian Sumatera Selatan. 1986). Lebih dari 90% tanaman kopi di Indonesia diusahakan oleh rakyat. Umumnya, tanaman kopi rakyat sudah berumur cukup tua sehingga tidak produktif lagi. Penerapan teknologi yang digunakan pun masih sangat sederhana. Tidak heran bila produksi dan mutunya sangat rendah. Untuk mengatasi hal tersebut maka langkah yang perlu ditempuh oleh petani sebagai berikut : Mengembangkan varietas kopi arabika unggul pada lahan yang sesuai. Mengganti tanaman tua dengan tanaman muda varietas unggul yang dianjurkan (peremajaan). Menerapkan teknik budi daya yang benar, baik sistem penanaman, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, maupun pengaturan naungan. Menerapkan sistem pemanenan dan pengolahan yang benar, baik cara pemetikan, pengolahan, pengeringan, maupun sortasi (Anonim, 2010) Mutu kopi biji ditentukan oleh kegiatan budidaya serta pengolahan oleh petani, pedagang dan eksportir. Salah satu usaha badan Direktorat Standarisasi dan Pengendalian Mutu Barang untuk meningkatkan mutu kopi biji adalah melalui penerapan standar mutu berdasarkan sistem nilai cacat terhadap kopi ekspor Indonesia. Usaha tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani kopi Indonesia. Mutu kopi yang baik sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain jenis bibit yang ditanam, keadaan iklim, cuaca, tinggi tempat. Semua itu mempengaruhi perkembangan hama dan penyakit (Anonim, 2010).

C. Bunga Krisan (Chrysanthemum sp.) Bunga krisan merupakan tanaman hias subtropis. Sehingga untuk daerah tropis, seperti Indonesia, temperatur yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman

11

krisan adalah antara 20 260C (siang hari). Toleransi tanaman krisan terhadap faktor temperatur untuk tetap tumbuh baik adalah antara 17300C. Temperatur berpengaruh terhadap kualitas pembungaan krisan. Temperatur yang ideal untuk pembungaan yaitu antara 16 180C. Pada temperatur yang tinggi (lebih dari 180C) bunga krisan cenderung berwarna kusam, sedangkan temperatur yang rendah (kurang dari 160C) berpengaruh baik terhadap warna bunga, karena cenderung makin cerah (Anonim, 2011). Tanaman krisan umumnya membutuhkan kondisi kelembaban udara (RH) tinggi, sehingga di Indonesia budidaya bunga krisan menggunakan rumah kaca sebagai media pengatur suhu serta pencahayaan. Pada fase pertumbuhan awal, seperti perkecambahan benih atau pembentukan akar bibit setek, diperlukan kelembaban udara antara 90 - 95 %. Tanaman muda sampai dewasa tumbuh dengan baik pada kondisi kelembaban udara antara 70 - 80 %. Hujan deras atau keadaan curah hujan tinggi yang langsung menerpa tanaman krisan juga menyebabkan tanaman mudah roboh, rusak, dan kualitas bunganya rendah, Oleh karena itu pembudidayaan krisan di daerah bercurah hujan tinggi dapat dilakukan di dalam bangunan rumah plastik dan rumah kaca. Penyiraman pun dilakukan dengan ukuran yang sesuai. Sering kali digunakan metode penyiraman tetes agar tanaman tidak terlalu banyak mengandung air (Anonim, 2011). Kadar CO2 memegang peranan penting dalam pertumbuhan krisan. Kadar CO2 yang ideal dan dianjurkan untuk memacu kemampuan fotosintesis tanaman krisan adalah antara 600900 ppm. Pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup seperti rumah plastik dan rumah kaca, dapat ditambahkan CO2 hingga mencapai kadar yang dianjurkan. Mengingat tanaman krisan membutuhkan temperatur untuk pertumbuhan antara 20260C dan pembungaan pada temperatur 16180C dengan kelembaban udara antara 70-80 %, maka lokasi yang cocok untuk budidaya tanaman ini adalah di daerah berketinggian antara 7001200 m dari permukaan laut (Anonim, 2011).

12

III.PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Waktu Dan Tempat Kuliah Lapangan (Fieldtrip) ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2011- 15 Mei 2011 dibeberapa tempat diantaranya: 1) Pemetikan teh PT. Perkebunan Nusantara VII (PTPN), 2) Pengolahan kopi dan 3) Pembudidayaan bunga krisan

13

IV. PEMBAHASAN

A. The (Camelia sinensis) Luas perkebuan teh PTP Nuasantara di Pagar Alam dengan luas 1049 hektar. Tentu memerlukan tenaga kerja pemetik teh yang banyak. Pemetikan dilakukan dilakukan pda pagi hari mulaim pukul 06.00 sampai 10.00 WIB. Dan pemetikan dilakuakan dengan dua cara yaitu secara manual dan dengan menggunakan alat yaitu dengan mesin mist blower dan gunting pangkas. Pemetikan secara manual yaitu memetik dengan menggunakan jari telunjuk dan jempol. Hasil yang diproleh dari pemetikan secara manual tidak begitu maksimal karena hasil yang diproleh tidak optimal karena memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak. Pemetikan menggunakan alat yaitu dengan gunting pangkas dan mesin mist blower. Pada pemetikan teh menggunakan gunting pangkas memiliki keunggulan dari pada pemetikan secara manual terutana hasil yang diproleh dari pemetikan lebih banyak. Hasil Pemetikan teh yang menggunakan mesin mist blower lebih efektif karena hasil yang diperoleh mesin petik ini 600 -700 kg/hari dengan jumlah mesin 10 buah. Satu mesin di operasikan dengan jumlah 5 orang pekerja. Pemakain satu mesin jika dibandingkan dengan pemetikan secara manual yaitu berbanding 15 orang. Tentu ini sangat berpengaruh besar bagi perusahaan dalam biaya upah para pekerja karena tenaga kerja untuk pemetikan teh tidak terlalu banyak. Tipe mesin yang digunakan pada pemetikan teh ini ada 2 yaitu yang pertama Ochai V8 New Zi dan New 8. Dalam satu hari satu mesin memerlukan bahan bakar sebanyak 2,5 liter. Harga satu mesin dengan harga Rp. 40.000.000,00 dengan pemakain selama 4 tahun, setelah 4 tahun harus diganti karena gigi mesin sudah tidak maksimal bekerja. Pemotongan dengan mesin sudah diatur dengan pemotongan tangkai teh dengan diameter 1-1,2 mm. Sehingga kesalahan jarak pemotongan

tangkai dapat dihindari. Jarak waktu setelah pemetikan teh terakhir dengan menggunakan mesin yaitu selama 2 bulan. Pemakain mesin bisa menghemat hingga

14

Rp. 15.000.000,00 dari pada pemetikann secara manual. The yang telah dipetik dengan mesin

B. Kopi (Coffea sp.) Penyangraian biji kopi yang tergantung pada waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang signifikan. Terjadi kehilangan berat kering terutama gas CO2 dan produk pirolisis volatil lainnya. Kebanyakan produk pirolisis ini sangat menentukan cita rasa kopi. Kehilangan berat kering terkait erat dengan suhu penyangraian. Penyangraian sangat menentukan warna dan cita rasa pruduk kopi yang akan dikonsumsi, perubahan warna biji dapat dijadikan dasar untuk sistem klasifikasi sederhana. Perubahan fisik terjadi termasuk kehilangan densitas ketika pecah. Proses penyanggraian, proses penyanggraian ini menggunakan tenaga diesel dengan menggunakan seperti sejenis drum dengan penutup pada kanan-kiri sebagai medianya. Medianya ini diperoleh dengan cara memesan dari bengkel atau drum dimodifikasi terlebih dahulu, sedangkan mesin dieselnya menggunakan bahan bakar bensin. Untuk menggerakan drum horizontal tersebut digunakan vant belt yang dihubungkan pada mesin diesel. Ketika proses penyanggraian, kopi yang sudah dikeringkan dan dicuci dimasukkan kedalam drum. Proses peyanggraian ini menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya. Suhunya adalah diatas 100 oC. Proses penyanggraian ini dilakukan selama 3 jam. Kapasitas yang bisa ditampung dalam satu kali proses adalah 50 kg. Didalam proses ini tidak ditambahkan bahan apapun, semuanya murni dari kopi itu sendiri. Penyanggraian dengan menggunakan media drum dan tenaga diesel lebih banyak hasilnya daripada menggunakan cara yang masih tradisional misalnya dengan menyanggrai layaknya seperti menggoreng. Selain itu penyanggraian dengan menggunakan media drum prosesnya lebih merata. Penyanggraian dilakukan hingga kopi mengeluarkan asap yang mengepul dan aroma yang enak. Setelah itu, kopi diangkat dan disisir dengan menggunakan bak yang telah disiakan. Hal ini dimaksudkan agar kopi menjadi dingin sebelum digiling.

15

Setelah dingin, maka kopi dibawa ketempat penggilingan. Penggilingan ini menggunakan mesin. Biasanya penggilingan hanya dilakukan satu kali, namun tidak menutup kemungkinan melakukan penggilingan sebanyak dua kali, hal ini dilakukan jika bubuk kopi yang dihasilkan masih kurang halus. Hasil penggilingan biji kopi dibedakan menjadi : coarse (bubuk kasar), medium (bubuk sedang), fine (bubuk halus), very, fine (bubuk amat halus). Pilihan kasar halusnya bubuk kopi berkaitan dengan cara penyeduhan kopi yang digemari oleh masyarakat. Kopi bubuk dijual dengan harga Rp.32.000/kg. Selanjutnya selesai menggiling, kopi yang tidak langsung dikemas tetapi harus ditutup rapat agar aroma harumnya dapat bertahan lama. kopi giling halus, pengemasan vakum segera mungkin dilakukan selepas penggilingan tanpa perlakuan lain untuk mencegah terbentuknya tekanan akibat pelepasan CO2 Pada gilingan kasar, umumnya pengemasan ditunda beberapa jam untuk melepaskan CO2 Tindakan ini dapat memastikan penurunan CO2 kopi yang dikemas akibat penyerapan Oksigen. Pengemasan kopi bubuk menggunakan paper sack metal dan alfoil plastik. Dengan cara kopi bubuk dimasukan kedalam plastik kemasan kemudian ditimbang dengan timbangan digital dengan berat 250 gram dan 500 gram, kemudian dipress dengan menggunakan alat implus sealer. Dalam 1 hari pengemasan bisa

menghasilkan 300 bunkus atau 150 kg kopi bubuk. Harga 1 kg kopi bubuk seharga Rp. 32.000,00. Berbeda dengan kopi uak yang harga 1 kg nya yaitu Rp. 200.000,00, karena kopi luak memilki kualitas jauh lebih baik dari pada kopi biasanya.

C. Bunga krisan (Chrysanthemum sp.)

Rumah bunga merupakan tempat pembudidayaan bunga krisan dengan panel yang berbentuk melengkung dengan tujuan unutk menghindari hama penyakit yang menggaggu tanaman tersebut serta untuk mengurangi kebocoran pada saat musim hujan sehingga air tidak dapat masuk kedalam rumah tersebut. Tanaman bunga krisan induk untuk sumber benih ditanam di dalam rumah plastik atau baik di bedengan (petakan) maupun dalam pot. Bibit diproleh dari Bandung Pemeliharaan

16

tanaman induk dilakukan intensif, pengakaran dilakukan selama satu bulan baru dipanen dan dalam kondisi lingkungan berhari panjang dengan penambahan cahaya pada malam hari mulai pukul 10.00 02.00 WIB. Perbayakan tanaman induk secara vegetatif yaitu pengambilan setek pucuk untuk calon benih dilakukan pada tunas yang tumbuh dari cabang sekunder. Penyetekan dipilih cabang yang mencapai panjang 1015 cm tiap 23 minggu sekali. Bila ukuran diameter cabang mengecil seiring dengan pertambahan umur tanaman induk, sebaiknya dilakukan pemangkasan berat untuk disisakan batang pokok dengan percabangan yang besar dan kokoh saja. Kemudian akan tumbuh tunas-tunas baru calon cabang yang dapat dijadikan setek. Penyetekan dihentikan bila tanaman induk menunjukkan gejala pertumbuhan fase generatif atau kuncup bunga. Tanaman induk segera dibongkar untuk diganti dengan tanaman induk yang baru. Penyemaian benih asal setek pucuk dilakukan sebagai berikut : Tempat pesemaian berupa bak berukuran lebar 80 cm, kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan, dan sebaiknya yang berkaki setinggi meja. Bak dilengkapi dengan lubang drainase (pembuangan air). Medium semai berupa pasir steril atau sekam bakar. Medium dimasukkan ke dalam bak hingga cukup penuh dan disiram dengan air hingga basah. Penaburan pupuk kandang dilakukan selama 3 hari pada waktu bibit baru ditanam dengan pemberian pupuk kandang berfungsi unutuk meransang bibit supaya cepat tumbuh. Penyiraman dalam sehari dilakukan secara teratur yaitu 4 kali sehari dan pemupukan sehari sekali. Dan dilakukan penyemprotan sehari sekali untuk mencegah hama penyakit yang mengganggu tanaman. Setelah tanaman tumbuh dipasang jaring untuk menopang bung supaya tidak roboh dan tegak. Setelah tanaman berumur 3 bulan, daun pada bagian bawah bunga dapat dilepas atau dirampel. Pada umur 4 bulan sampai 4 setengah bulan bunga sudah bisa dipanen. Cara pemanen yaitu menggunakan gunting pangkas dengan cara batang bunga dipotong 2 cm dari tanah. Hasil pemanenan dari bunga krisan yaitu dibentuk sebagai hiasan dekorasi dan dirangkai sebagai hiasan dan dijual dengan harga Rp.1500,00 per batang.

17

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat di ambil dari laporan praktikum alat dan mesin pasca panen adalah sebagai barikut : 1. Tipe mesin yang digunakan pada pemetikan teh ini ada 2 yaitu yang pertama Ochai V8 New Zi dan New 8 2. Penggunaan alat dan mesin pemetikan teh dapat menghemat biaya dibandingkan dengan cara manual. 3. Pemetikan teh yang menggunakan mesin mist blower lebih efektif karena hasil yang diperoleh mesin petik ini 600 -700 kg/hari dengan jumlah mesin 10 buah. 4. Penyangraian sangat menentukan warna dan cita rasa pruduk kopi yang akan dikonsumsi 5. Kualitas suatu kopi juga tergantung terhadap kadar air kopi tersebut. Karena akan mempengaruhi pada proses penggilingan. 6. Penyanggraian kopi lebih dipermudah dengan adanya mesin diesel karena dapat menghemat waktu dan juga menghemat biaya. 7. Pengemasan kopi bubuk menggunakan paper sack metal dan alfoil plastik 8. Perbayakan tanaman induk secara vegetatif yaitu pengambilan setek pucuk untuk calon benih dilakukan pada tunas yang tumbuh dari cabang sekunder 9. Pemanen bunga krisan yaitu menggunakan gunting pangkas dengan cara batang bunga dipotong 2 cm dari tanah 10. Hasil pemanenan dari bunga krisan yaitu dibentuk sebagai hiasan dekorasi dan dirangkai.

B. Saran Adapun saran saya yaitu sebaiknya pengelolahan tempat pembudidayaan bunga krisan lebih diperhatikan. Pada alat penyagraian kopi sebaiknya ada penelitian lebih lanjut.

18

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Bunga krisan (online) (http//: Wikipedia-bunga krisan) diakses pada tanggal 21 Mei 2011. Anonim. 2011. Tanaman Teh (online) (http//: Wikipedia-tanaman teh) diakses pada tanggal 21 Mei 2011. Anonim. 2010. Tanaman Kopi. (online) (http//: Wikipedia-tanaman kopi) diakses pada tanggal 21 Mei 2011. Departemen Pertanian Sumatera Selatan. 1986. Budidaya Tanaman Kopi. Dinas Perkebunan. Sumatera Selatan. Departemen Pertanian Sumatera Selatan. 1993. Panduan Usaha Tani PIR Perkebunan TEH. Dinas Perkebunan. Sumatera Selatan. Lubis,Ruzaini.2001.Bahan bacaan Pengantar Teknologi Pertanian. Unsri : Palembang Najiyati, Sri.2008. Pemanfaatan Lahan Untuk Tanaman Pangan. PT Penebar Swadaya: Jakarta. Najiyati,S, Danarti. 1989. Kopi Budidaya Dan Penangan Pasca Panen. PS. Seri Pertanian : Jakarta. Ridwan. 2003. Pengolahan kopi. Uneversitas Sumatra utara : Lampung

19

LAMPIRAN

Gbr 1.Mesin Pemetik Teh

Gbr 2. Sortasi teh manual

Gbr 3. Penimbangan teh

Gbr 4.Mesin Peyanggraian kopi

Gbr 5.Mesin Penggilingan kopi

Gbr 6.Kemasan kopi

Gbr 7.Krisan putih

Gbr 8. Green House

Gbr 9.Kopi masak

20

21