AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK SEBAGAI AKUNTANSI MANAJEMEN Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik yang memiliki wilayah lebih luas dan kompleks dibandingkan sektor swasta atau bisnis. Keluasan wilayah publik tidak hanya disebabkan keluasan jenis dan bentuk organisasi yang berada di dalamnya, tetapi juga kompleksitas lingkungan yang mempengaruhi lembaga- lembaga publik tersebut. Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-badan pemerintahan (Pemerintah Pusat dan Daerah serta unit kerja pemerintah), perusahaan milik negara dan daerah (BUMN dan BUMD), yayasan, universitas, organisasi politik dan organisasi massa, serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti politik, sosial, budaya, dan historis, yang menimbulkan perbedaan dalam pengertian, cara pandang, dan definisi. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai entitas yang aktivitasnya menghasilkan barang dan layanan publik dalam memenuhi kebutuhan dan hak publik.
38
Embed
akuntansi sektor publik sebagai akuntansi manajemen
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
SEBAGAI AKUNTANSI MANAJEMEN
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada domain publik yang memiliki wilayah lebih luas dan
kompleks dibandingkan sektor swasta atau bisnis. Keluasan wilayah publik tidak
hanya disebabkan keluasan jenis dan bentuk organisasi yang berada di dalamnya,
tetapi juga kompleksitas lingkungan yang mempengaruhi lembaga-lembaga
publik tersebut.
Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-badan
pemerintahan (Pemerintah Pusat dan Daerah serta unit kerja pemerintah),
perusahaan milik negara dan daerah (BUMN dan BUMD), yayasan, universitas,
organisasi politik dan organisasi massa, serta Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM).
Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
seperti politik, sosial, budaya, dan historis, yang menimbulkan perbedaan dalam
pengertian, cara pandang, dan definisi. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor
publik dapat dipahami sebagai entitas yang aktivitasnya menghasilkan barang dan
layanan publik dalam memenuhi kebutuhan dan hak publik.
American Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993) menyatakan
bahwa tujuan akuntansi pada organisasi sektor publik adalah memberikan
informasi yang diperlukan agar dapat mengelola suatu operasi dan alokasi sumber
daya yang dipercayakan kepada organisasi secara tepat, efisien, dan ekonomis,
serta memberikan informasi untuk melaporkan pertanggung-jawaban pelaksanaan
pengelolaan tersebut serta melaporkan hasil operasi dan penggunaan dana publik.
Dengan demikian, akuntansi sektor publik terkait dengan penyediaan informasi
untuk pengendalian manajemen dan akuntabilitas.
Reformasi keuangan daerah yang berlaku di Indonesia ditandai dengan
dikeluarkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.
25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah yang menggantikan UU No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintah di Daerah dan Undang-Undang No. 32 tahun 1956 tentang
Perimbangan Keuangan antara Negara dengan Daerah yang mengurusi rumah
tangganya sendiri. Atas dasar undang-undang tersebut di atas dikeluarkan pula
peraturan yang mengakibatkan adanya perubahan yang mendasar dalam
pengelolaan anggaran daerah (APBD) yaitu dengan ditetapkannya PP No. 105
tahun 2000 tentang Standar Akuntansi Pemerintah diganti dengan Kepmendagri
No. 29 tahun 2002 dan terakhir dengan Kepmendagri No. 13 tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Secara umum pelaksanaan reformasi keuangan Pemerintah Daerah, yaitu
dengan melakukan perubahan sistem akuntansi keuangan daerah provinsi,
kabupaten, maupun kota, yaitu bergesernya yang dari semula melalui pendekatan
dengan sistem pencatatan Tata Buku Tunggal (Single Entry System) dengan basis
pencatatan atas ‘’dasar kas’’ (kas stelsel basis).
Gambaran umum pelaksanaan sistem akuntansi sektor publik yang berlaku
atau penatausahaan keuangan daerah pada masa lalu dan saat ini tercermin dalam
perhitungan APBD dimana menggunakan sistem pembukuan tunggal yang
berbasis kas. Prinsip basis kas adalah mengakui pendapatan pada saat diterima kas
dan mengakui belanja atau biaya pada saat dikeluarkan kas. Hal tersebut tentu saja
sangat terbatas karena informasi yang dihasilkan hanya berupa kas saja yang
terdiri dari informasi kas masuk, informasi kas keluar, dan saldo kas.
Sistem akuntansi yang berbasis kas memiliki kelemahan-kelemahan
sebagai berikut :
a) Informasi yang lebih kompleks yang sebenarnya dibutuhkan oleh pemakai
laporan keuangan tidak dapat disediakan oleh system akuntansi berbasis kas.
b) Relevansi laporan keuangan baggi para pengambil keputusan sangat kurang,
karena basis kas hanya berfokus pada aliran kas dan mengabaikan aliran
sumber daya lain.
c) Pertanggungjawaban ke public terbatas pada penggunaan kas saja, tidak
dicantumkan pertanggungjawaban atas pengelolaan aktiva lainnya dan utang
atau kewajiban.
Dengan adanya kelemahan-kelemahan yang diuraikan di atas, maka
mengharuskan adanya suatu pengembangan sistem akuntansi yang baru, yaitu :
1) Pengembangan system pembukuan berganda (double entry book keeping),
yaitu setiap transaksi dilakukan pencatatan saling berpasangan, Debit dan
Kredit.
2) Direkomendasikan accrual basis (basis akrual), yaitu dengan mengembangkan
prinsip dan asumsi bahwa pencatatan transaksi keuangan bukan hanya pada
saat terjadi penerimaa uang atau dilakukan pembayaran saja. Dengan basis
akrual akan memberikan informasi kepada pemakai, tidak hanya transaksi
masa lau, yang melibatkan penerimaan dan pengeluaran kas, tetapi juga
kewajiban kas di masa depan, serta mempresebtasikan kas yang akan diterima
di masa depan.
Di era reformasi sekarang ini, sistem pencatatan yang digunakan adalah
‘’sistem ganda’’ (Double Entry System) dengan basis pencatatan atas dasar kas
modifikasi (Modified Cash Basis) yang mengarah pada basis aktual dan sistem ini
diatur dalam Kepmendagri No. 29 tahun 2002 dan UU No. 1 tahun 2004.
Pengaplikasian pencatatan dengan sistem pembukuan berpasangan dikenal dengan
istilah debit dan kredit. Artinya, pada setiap transaksi terdapat dua rekening (akun)
yang akan dipengaruhi.
Dalam sistem pembukuan berpasangan dikenal dengan istilah debit dan
kredit dan dicatat dalam buku jurnal. Setiap rekening yang didebit pemasukan
diikuti dengan rekening lain yang dikredit (dikeluarkan), demikian pula
sebaliknya. Jumlah sisi debit dan kredit harus sama, jika tidak sama maka
pencatatannya menjadi salah, neraca yang dihasilkan menjadi tidak seimbang.
Antara sisi asset (aktiva) dan pasivanya yang disebut ‘’akuntansi’’ dalam sistem
pembukuan tunggal single entry yang disebut ‘’tata buku’’ sudah diterapkan
masih pada zaman Belanda yang dikenal ICW untuk keuangan negara, sedangkan
untuk keuangan provinsi dikenal dengan Provinciale Ordonansi Stb/432, sedang
kabupaten (kota) diksual dengan Gemeente Ordonansi 180 sistem single entry ini
atau Tata Buku.
Sistem semulanya dipakai sebagai dasar pembukuan di pemerintahan
karena mudah dan praktis. Namun seiring dengan kemajuan ekonomi, sosial ilmu
pengetahuan dan teknologi terutama dimana akuntansi sudah menjadi disiplin
ilmu yaitu ‘’ilmu akuntansi’’ maka sistem pembukuan secara tata buku (single
entry) tidak memadai lagi. Terjadi reformasi (perubahan) dari sistem tunggal ke
sistem pembukuan berpasangan. Sistem pembukuan tunggal mulai ditinggalkan
oleh banyak negara, termasuk negara Indonesia sendiri yang mulai dilakukan pada
1999. Saat mulai ditabuhnya reformasi di segala bidang termasuk reformasi
keuangan daerah di Indonesia.
Pengaplikasian pencatatan transaksi dengan sistem “double entry’’
dilakukan karena memiliki beberapa karakteristik dan kelebihan yaitu:
1. laporan keuangan yang dihasilkan lebih mudah untuk dilakukan audit
(auditable)
2. pelacakan antara bukti transaksi, catatan dan keberdayaan kekayaan, utang,
piutang dan ekuitas organisasi lebih mudah dilakukan (traceable)
3. pengukuran kinerja dapat dilakukan secara lebih komprehensif, karena
mengikuti model penyusunan anggaran yang ‘’berbasis kinerja’’
4. keadaan asset dan hutang piutang dapat diketahui secara lebih akurat.
Secara khusus, pergeseran terjadi dalam pengelolaan APBD terdapat 6
(enam) penggeseran yang terjadi yaitu:
a. dalam akuntabilitas yaitu dari akuntabilitas vertikal menjadi horizontal
b. penyusunan anggaran dari proses tradisional menjadi proses penyusunan
anggaran berbasis kinerja (performance budget)
c. pengendalian dan audit keuangan bergeser kepada pengendalian dan audit
keuangan dan kinerja
d. penggunaan dana APBD dari tidak adanya penerapan konsep 3E yaitu
Ekonomi, Efisien dan Efektif, diubah menjadi 3E yang dikenal dengan
‘’Value for money’’. Hal ini mendorong Pemda untuk selalu melakukan
‘’Prudential Management’’ (management kehati-hatian) bahwa tiap sen/rupiah
akan menjadi lebih baik
e. penerapan pusat pertanggungjawaban semulanya tidak dilakukan, diubah
menjadi adanya ‘’revenue center’’ di Dispenda. Semua sumber dana
penerimaan pelaporannya hendaknya melalui Dinas Pendapatan/Penerimaan,
Biro/Bagian Pemda sebagai Pusat Pendataan Expenditure (pengeluaran), dan
BUMD/BPD sebagai Pusat Laba untuk kontribusi bagi keperluan membiayai
pembangunan daerah
f. mengubah sistem akuntansi Pemda yang dari semula dengan sistem ‘’Tata
Buku’’ (single entry), memberlakukan sistem akuntansi ‘’double entry’’,
dengan basis pencatatan atas dasar ‘’cash basis’’, yang mengarah kepada basis
akrual atau gabungan modified cash basis seperti yang dianut dalam
Kepmendagri No. 29 tahun 2002, sedang basis akrual diatur dalam UU No. 1
tahun 2004.
Adapun dasar ketentuan reformasi tentang sistem Akuntansi Keuangan
Pemda telah dijabarkan dalam Keputusan Mendagri No. 13 tahun 2006 yang
intinya merupakan suatu sistem yang secara komprehensif mengatur prosedur-
prosedur akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas, prosedur akuntansi selain
kas, dan prosedur akuntansi asset. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
setiap prosedur tersebut adalah fungsi yang terkait, dokumen yang digunakan,
laporan yang dihasilkan, dan uraian teknis prosedur. Semua prosedur-prosedur ini
telah dituangkan format-format dalam Permendagri tersebut di atas.
Sesuai amanat Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara, pemerintah diwajibkan menerapkan basis akuntansi akrual secara penuh
atas pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja negara paling lambat
tahun anggaran 2008. Sedangkan basis akuntansi yang sekarang ini diterapkan
oleh pemerintah dalam pembuatan laporan keuangan pemerintah sesuai dengan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam Exposure Draft Standar
Akuntansi Pemerintahan (per 04 Februari 2004) adalah dual basis. Yang
dimaksud dengan dual basis adalah pengakuan pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran menggunakan basis kas,
sedangkan untuk pengakuan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.
Penggunaan dual basis tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa
pemerintah diwajibkan membuat neraca yang hanya dapat dibuat dengan
akuntansi berbasis akrual, sedangkan di sisi lain juga wajib membuat laporan
realisasi anggaran atau yang dulu di kenal dengan nama Perhitungan Anggaran
Negara (PAN) yang dibuat dengan akuntansi berbasis kas. Terlepas dari basis
akuntansi mana yang dipakai, tulisan ini akan membahas jenis-jenis basis
akuntansi yang ada dalam praktek, baik pada sektor privat maupun sektor publik
termasuk pemerintahan.
Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan
kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan
keuangan. Basis akuntansi ini berhubungan dengan waktu kapan pengukuran
dilakukan. Basis akuntansi pada umumnya ada dua yaitu basis kas dan basis
akrual. Selain kedua basis akuntansi tersebut terdapat banyak variasi atau
modifikasi dari keduanya, yaitu modifikasi dari akuntansi berbasis kas, dan
modifikasi dari akuntansi berbasis akrual. Jadi dapat dikatakan bahwa basis
akuntansi ada 4 macam, yaitu:
1. Akuntansi berbasis kas (cash basis of accounting)
2. Modifikasi dari akuntansi berbasis kas (modified cash basis of accounting)
3. Akuntansi berbasis akrual (accrual basis of accounting)
4. Modifikasi dari akuntansi berbasis akrual (modified accrual basis of
accounting)
Pembagian basis pencatatan (akuntansi) ini bukan sesuatu yang mutlak,
dalam Government Financial Statistic (GFS) yang diterbitkan oleh International
Monetary Fund (IMF) menyatakan bahwa basis pencatatan (akuntansi) dibagi
menjadi 4 macam, yaitu accrual basis, due-for-payment basis, commitments basis,
dan cash basis.
A. Akuntansi Berbasis Kas
Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain
diakui ketika kas diterima atau dibayarkan. Basis kas ini dapat mengukur
kinerja keuangan pemerintah yaitu untuk mengetahui perbedaan antara
penerimaan kas dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Basis kas
menyediakan informasi mengenai sumber dana yang dihasilkan selama satu
periode, penggunaan dana dan saldo kas pada tanggal pelaporan. Model
pelaporan keuangan dalam basis kas biasanya berbentuk Laporan Penerimaan
dan Pembayaran (Statement of Receipts and Payment) atau Laporan Arus Kas
(Cash Flow Statement). Selain itu perlu dibuat suatu catatan atas laporan
keuangan atau notes to financial statement yang menyajikan secara detail
tentang item-item yang ada dalam laporan keuangan dan informasi tambahan
seperti :
1. Item-item yang diakui dalam akuntansi berbasis akrual, seperti aktiva
tetap dan utang/pinjaman.
2. Item-item yang biasa diungkapkan dalam akuntansi berbasis akrual,
seperti komitmen, kontinjensi, dan jaminan.
3. Item-item lain, seperti informasi yang bersifat prakiraan (forecast).
Pada praktek akuntansi pemerintahan di Indonesia basis kas untuk
Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas
diterima oleh Rekening Kas Umum Negara/Daerah, dan belanja diakui pada
saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Secara rinci
pengakuan item-item dalam laporan realisasi anggaran, sesuai dengan
Exposure Draft PSAP Pernyataan No. 2 tentang Laporan Realisasi Anggaran
adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
2. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran
melalui pemegang kas pengakuannya terjadi pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan
3. Dana Cadangan diakui pada saat pembentukan yaitu pada saat
dilakukan penyisihan uang untuk tujuan pencadangan dimaksud. Dana
Cadangan berkurang pada saat terjadi pencairan Dana Cadangan.
4. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas
Umum Negara/Daerah.
5. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening
Kas Umum Negara/Daerah.
Akuntansi berbasis kas ini tentu mempunyai kelebihan dan
keterbatasan. Kelebihan-kelebihan akuntansi berbasis kas adalah laporan
keuangan berbasis kas memperlihatkan sumber dana, alokasi dan penggunaan
sumber-sumber kas, mudah untuk dimengerti dan dijelaskan, pembuat laporan
keuangan tidak membutuhkan pengetahuan yang mendetail tentang akuntansi,
dan tidak memerlukan pertimbangan ketika menentukan jumlah arus kas
dalam suatu periode. Sementara itu keterbatasan akuntansi berbasis kas adalah
hanya memfokuskan pada arus kas dalam periode pelaporan berjalan, dan
mengabaikan arus sumber daya lain yang mungkin berpengaruh pada
kemampuan pemerintah untuk menyediakan barang-barang dan jasa-jasa saat
sekarang dan saat mendatang; laporan posisi keuangan (neraca) tidak dapat
disajikan, karena tidak terdapat pencatatan secara double entry; tidak dapat
menyediakan informasi mengenai biaya pelayanan(cost of service) sebagai
alat untuk penetapan harga (pricing), kebijakan kontrak publik, untuk kontrol
dan evaluasi kinerja.
B. Modifikasi Dari Akuntansi Berbasis Kas
Basis akuntansi ini pada dasarnya sama dengan akuntansi berbasis kas,
namun dalam basis ini pembukuan untuk periode tahun berjalan masih
ditambah dengan waktu atau periode tertentu (specific period) misalnya 1 atau
2 bulan setelah periode berjalan (?leaves the books open?). Penerimaan dan
pengeluaran kas yang terjadi selama periode tertentu tetapi diakibatkan oleh
periode pelaporan sebelumnya akan diakui sebagai penerimaan dan
pengeluaran atas periode pelaporan yang lalu (periode sebelumnya). Arus kas
pada awal periode pelaporan yang diperhitungkan dalam periode pelaporan
tahun lalu dikurangkan dari periode pelaporan berjalan.
Laporan keuangan dalam basis ini juga memerlukan pengungkapan
tambahan atas item-item tertentu yang biasanya diakui dalam basis akuntansi
akrual. Pengungkapan tersebut sangat beragam sesuai dengan kebijakan
pemerintah. Sebagai tambahan atas item-item yang diungkapkan dalam basis
kas, ada beberapa pengungkapan yang terpisah atas saldo near-cash yang
diperlihatkan dengan piutang-piutang yang akan diterima dan utang-utang
yang akan dibayar selama periode tertentu dan financial assets and liabilities.
Sebagai contoh Pemerintah Malaysia menggunakan specified period dalam
laporan keuangan tahunan, yang mengungkapkan beberapa catatan (memo)
mengenai : aktiva, investasi, kewajiban, utang pemerintah (public debt),
jaminan (guarantees), dan notes payable.
Dalam basis ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Fokus pengukuran di bawah basis ini adalah pada sumber keuangan
sekarang (current financial resources) dan perubahan-perubahan atas
sumber-sumber keuangan tersebut. Basis akuntansi ini mempunyai
fokus pengukuran yang lebih luas dari basis kas, pengakuan
penerimaan dan pembayaran kas tertentu selama periode spesifik
berarti bahwa terdapat informasi mengenai pituang dan hutang,
meskipun tidak diakui sebagai aktiva dan kewajiban.
2. Penetapan panjangnya periode tertentu bervariasi antara beberapa
pemerintah, namun ada beberapa ketentuan, yaitu :
a. periode tertentu diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun
b. periode tertentu harus sama untuk penerimaan dan pembayaran kas
c. kriteria yang sama atas pengakuan penerimaan dan pembayaran
kas selama periode tertentu harus diterapkan untuk seluruh
penerimaan dan pembayaran
d. satu bulan adalah waktu yang tepat, karena pembelian barang
secara kredit umumnya diselesaikan dalam periode tersebut,
periode tertentu yang terlalu lama mungkin mengakibatkan
kesulitan dalam menghasilkan laporan keuangan
e. kebijakan akuntansi yang dipakai harus diungkapkan secara penuh
(fully disclosed)
3. Kriteria pengakuan atas penerimaan selama periode tertentu adalah
bahwa penerimaan harus berasal dari periode yang lalu, namun
penerapan ini tidak seragam untuk semua negara. Beberapa pemerintah
menganggap bahwa seluruh penerimaan yang diterima selama periode
tertentu adalah berasal dari periode sebelumnya, sedangkan pemerintah
yang lain mengakui hanya beberapa dari penerimaan tersebut.
C. Akuntansi Berbasis Akrual
Akuntansi berbasis akrual berarti suatu basis akuntansi di mana
transaksi ekonomi dan peristiwa-peristiwa lain diakui dan dicatat dalam
catatan akuntansi dan dilaporkan dalam periode laporan keuangan pada saat
terjadinya transaksi tersebut, bukan pada saat kas atau ekuivalen kas diterima
atau dibayarkan. Akuntansi berbasis akrual ini banyak dipakai oleh institusi
sektor non publik dan lembaga lain yang bertujuan mencari keuntungan.
International Monetary Fund (IMF) sebagai lembaga kreditur menyusun
Government Finance Statistics (GFS) yang di dalamnya menyarankan kepada
negara-negara debiturnya untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam
pembuatan laporan keuangan. Alasan penerapan basis akrual ini karena saat
pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya. Jadi
basis akrual ini menyediakan estimasi yang tepat atas pengaruh kebijakan
pemerintah terhadap perekonomian secara makro. Selain itu basis akrual
menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus
sumber daya dicatat, termasuk transaksi internal, in-kind transaction, dan
arus ekonomi lainnya.
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh atas penerapan basis
akrual, baik bagi pengguna laporan (user) maupun bagi pemerintah sebagai
penyedia laporan keuangan. Manfaat tersebut antara lain :
1. dapat menyajikan laporan posisi keuangan pemerintah dan
perubahannya
2. memperlihatkan akuntabilitas pemerintah atas penggunaan seluruh
sumber daya
3. menunjukkan akuntabilitas pemerintah atas pengelolaan seluruh aktiva
dan kewajibannya yang diakui dalam laporan keuangan
4. memperlihatkan bagaimana pemerintah mendanai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya
5. memungkinkan user untuk mengevaluasi kemampuan pemerintah
dalam medanai aktivitasnya dan dalam memenuhi kewajiban dan
komitmennya
6. membantu user dalam pembuatan keputusan tentang penyediaan
sumber daya ke atau melakukan bisnis dengan entitas
7. user dapat mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal biaya
pelayanan, efisiensi dan penyampaian pelayanan tersebut.
Sesuai dengan Exposure Draft Standar Akuntansi Pemerintahan, basis
akrual untuk neraca berarti bahwa aktiva, kewajiban, dan ekuitas dana diakui
dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau
kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Secara rinci
pengakuan atas item-item yang ada dalam neraca dengan penerapan basis
akrual adalah :
a. Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal. Persediaan diakui pada saat diterima atau hak