Top Banner
2020 AKUNTANSI MANAJEMEN BAB 10 PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
23

AKUNTANSI MANAJEMEN BAB 10 - stie-igi.ac.id...akuntansi manajemen bab 10 penggunaan informasi akuntansi diferensial dalam perencanaan laba jangka pendek. 1 penggunaan informasi akuntansi

Oct 22, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 2020

    AKUNTANSI MANAJEMEN BAB 10

    PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK

  • 1

    PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM

    PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK

    Perencanaan Laba Jangka Pendek

    Perencanaan Laba Jangka Pendek dilakukan sebagai bagian dari proses

    penyusunan anggaran perusahaan. Dalam perencanaan laba jangka pendek,

    manajemen mempertimbangkan berbagai usulan yang berakibat pada :

    · Harga Jual

    · Volume Penjualan

    · Biaya Variabel

    · Biaya Tetap

    · Laba bersih

    Oleh karena itu dalam perencanaan jangka pendek manajemen membutuhkan

    informasi akuntansi differensial berupa :

    (1) Taksiran pendapatan diferensial

    (2) Taksiran biaya diferensial yang berdampak pada laba bersih

    Dampak terhadap laba bersih tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam

    memutuskan usulan kegiatan dalam proses perencanaan anggaran.

    Alat analisis yang mampu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam

    proses penyusunan anggaran dan berbagai parameter yang bermanfaat untuk

    perencanaan laba jangka pendek yaitu:

    1. Impas

    Impas memberikan informasi tingkat penjualan suatu usaha yang labanya

    sama dengan nol. Paramater ini memberikan informasi kepada manajemen,

    dari jumlah target pendapatan penjualan yang dianggarkan, berapa

    pendapatan penjualan minimum yang harus dicapai agar usaha perusahaan

    tidak mengalami kerugian.

  • 2

    2. Margin of safety

    Memberikan informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau

    pendapatan penjualan tertentu maksimum boleh turun agar suatu usaha

    tidak menderita rugi.

    3. Shut – down point

    Memberikan informasi pada tingkat penjualan berapa suatu usaha secara

    ekonomis sebaiknya ditutup karena pendapatan penjualannya hanya dapat

    digunakan untuk menutup biaya tunai saja.

    4. Degree of operating leverage

    Memberikan informasi berapa kali lipat presentase tertentu perubahan

    pendapatan penjualan mengakibatkan perubahan laba bersih.

    5. Laba kontribusi perunit (Contribution margin)

    Memberikan informasi kemampuan suatu produk dalam memanfaatkan

    sumber daya yang langka untuk memberikan kontribusi dalam menutup

    biaya tetap dan menghasilkan laba. (Kelebihan pendapatan penjualan di atas

    biaya variabel)

    Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan yang penting bagi

    manajemen dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam proses

    penyusunan anggaran perusahaan. Dalam proses perencanaan laba jangka

    pendek manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial untuk

    mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga jual & biaya

    terhadap laba perusahaan. Analisis impas & analisis biaya-volume-laba

    merupakan teknik untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka

    pendek.

    Untuk memberikan gambaran proses perencanaan laba jangka pendek,

    berikut ini diberikan Contoh 1 .

    Departemen anggaran PT.X menyajikan laporan L/R projeksian

    (Projected Income Statement ) untuk tahun anggaran 20X2 sbb:

  • 3

    PT. X

    Laporan Laba Rugi Projeksian

    Tahun Anggaran 20X2

    Dalam proses penyusunan anggaran induk perusahaan, laporan L/R

    yang disusun dengan metode variable costing yang membantu manajemen

    puncak dalam mempertimbangkan usulan kegiatan yang diajukan oleh

    manajemen menengah. Keputusan jangka pendek umumnya menyangkut

    penambahan / pengurangan volume kegiatan.

    Dari laporan L/R yang disusun menurut metode variabel costing,

    manajemen dapat memperoleh pemanfaatan dari alat-alat analisis diatas yaitu

    :

    1. Impas

    Dari lap.L/R diatas target pendapatan (revenues) yang diharapkan

    perusahaan Rp. 500.000.000, dari target tersebut manajemen memerlukan

    informasi berapa pendapatan minimum yang harus dicapai perusahaan untuk

    tahun anggaran yang akan datang agar tidak rugi. Dari target tersebut diatas

    impas dapat dihitung sebesar Rp. 375.000.000 ( Rp. 500.000.000 / 40 % ). Angka

    tersebut diatas menunjukkan bahwa dari target pendapatan penjualan (revenues)

    yang direncanakan sebesar Rp. 500.000.000 minimum perusahaan harus dapat

    menjual Rp. 375.000.000 agar perusahaan tidak rugi.

    Jika perusahaan mampu memperoleh pendapatan penjualan diatas impas,

    perusahaan baru dapat menghasilkan laba. Semakin rendah impas berarti

    semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh kesempatan untuk

    mendapatkan laba.

    2. Margin Of Safety

    Pendapatan Jumlah

    Rp. 500.000.000

    %

    100%

    penjualan

    Biaya Variabel

    Rp. 300.000.000

    60%

    Laba kontribusi Rp. 200.000.000 40%

    Biaya tetap Rp. 150.000.000 30%

    Laba bersih Rp. 50.000.000 10%

  • 4

    Dari target pendapatan penjualan tersebut, manajemen memerlukan informasi

    berapa jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan boleh terjadi,

    agar penurunan tersebut tidak mengakibatkan perusahaan menderita kerugian.

    Untuk menjawab pertanyaan tersebut manajemen memerlukan informasi margin

    of safety dari anggaran laba projeksian tahun anggaran yang akan datang. Dari

    data dalam contoh 1. karena impas diatas sebesar 375.000.000, maka jumlah

    maksimum penurunan target pendapatan penjualan yang tidak menyebabkan

    perusahaan mengalami kerugian adalah Rp. 125.000.000 ( Rp. 500.000.000 –

    Rp. 375.000.000) atau 25% (Rp.

    125.000.000/Rp.500.000.000).

    - Semakin besar margin of safety semakin besar kesempatan perusahaan

    memperoleh laba, semakin kecil margin of safety semakin rawan

    perusahaan terhadap penurunan target pendapatan penjualan.

    - Jika margin of safety ratio, yang merupakan ratio antara margin of safety

    dan pendapatan penjualan sebesar 25%, berarti penurunan target pendapatan

    penjualan sedikit diatas 25% telah menyebabkan perusahaan menderita

    kerugian.

    3. Titik penutupan usaha ( Shut Down Point )

    Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika

    pendapatan penjualannnya tidak cukup untuk menutup biaya tunainya. Dari

    contoh 1 diketahui bahwa biaya tetap perusahaan tersebut sebesar Rp.

    150.000.000, 100.000.000 merupakan biaya tunai, maka anggaran thn 20X2,

    titik penutupan usaha sebesar Rp.250.000.000 ( 100.000.000/40%). Hal ini

    berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar 250.000.000, usaha perusahaan

    secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan karena pendapatan penjualan

    dibawah jumlah terebut akan mengakibatkan perusahaan tidak mampu

    membayar biaya tunainya.

    4. Degree of Operating Leverage

    Ukuran ini menunjukkan persentase perubahan laba bersih sebagai

    dampak terjadinya sekian persen perubahan pendapatan penjualan. Dari contoh

    diatas DOL dihitung adalah 4X (Rp. 200.000.000/Rp. 50.000.000)

  • 5

    yang berarti setiap 1% kenaikan pendapatan penjualan akan mengakibatkan

    4% (4X1%) kenaikan laba bersih.

    Jika usulan kegiatan diharapkan dapat menaikkan pendapatan penjualan

    sebesar 5% maka dalam tahun anggaran tersebut laba bersih perusahaan akan

    mengalami kenaikan 20% (4X5%).

    5. Laba kontribusi perunit

    - Kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel

    - Memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap &

    menghasilkan laba.

    - Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang diperoleh

    perusahaan untuk menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba.

    Laba kontribusi perunit merupakan merupakan laba kontribusi dibagi

    dengan volume penjualan. Jika informasi laba kontribusi perunit dihubungkan

    dengan penggunaan sumber daya yang langka (scarce resources), manajemen

    akan memperoleh informasi kemampuan berbagai macam produk untuk

    menghasilkan laba. Informasi ini memberikan landasan bagi manajemen dalam

    pemilihan produk yang menghasilkan laba tertinggi.

    Contoh laba kontribusi setiap produk disajikan berikut ini:

    A B C Total

    Volume penjualan 500 300 200 1000

    Pendapatan penjualan Rp.700.000 Rp.500.000 Rp.1.000.000 Rp. 2.500.000

    Biaya Variabel 300.000 500.000 600.000 1.400.000

    Laba kontribusi Rp.400.000 Rp.300.000 Rp.400.000 Rp.1.100.000

    Biaya tetap 800.000

    Laba bersih Rp. 300.000

    Laba kontribusi perunit Rp. 800 Rp. 1.000 Rp. 2.000 Rp. 1.100

    Produk Konsumsi Jam Jumlah Contribition Contribition Peringkat

  • 6

    mesin perunit produk yang margin perunit margin Per jam kemampuan

    Produk dihasilkan

    perjam mesin

    1: (1)

    produk mesin

    (2) X (3)

    produk dalam

    memanfaatkan

    sumberdaya yang

    langka (1) (2) (3) (4) (5)

    A 5 0,20 Rp. 800 160 1

    B 10 0,10 1000 100 2 C 25 0,04 2000 80 3

    Dari contoh diatas seolah-olah produk C menghasilkan laba kontribusi

    perunit sebesar Rp.2000 yang memiliki kemampuan tertinggi untuk memberikan

    kontribusi dalam menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba. Kemampuan

    produk dalam menutup biaya tetap & menghasilkan laba tidak diukur hanya atas

    dasar informasi laba kontribusi perunit, namun diukur dari laba kontribusi

    perunit yang dihubungkan dengan pemanfaatan sumber daya yang langka.

    Ternyata produk A menduduki peringkat pertama dalam kemampuan

    memanfaatkan sumberdaya yang langka ( jam mesin )untuk menutup biaya tetap

    & menghasilkan laba. Setiap jam mesin yang dimanfaatkan untuk memproduksi

    produk A mampu menghasilkan laba kontribusi sebesar Rp. 760 per jam mesin.

    Rekayasa Parameter Untuk Perencanaan Laba Jangka Pendek

    1. Impas

    Impas (break-even) adalah:

    a. keadaan usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.

    b. jika jumlah pendapatan ( revenues ) sama dengan jumlah biaya

    c. laba kontribusi hanya bisa menutupi biaya tetap saja.

    d. Suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu

    usaha tidak menderita rugi dan laba sama dengan 0

    Ada 2 cara untuk menentukan impas :

    a. Pendekatan teknik persamaan

    b. Pendekatan grafis

  • 7

    a. Pendekatan teknik persamaan

    Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan

    mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah

    laba.Atau laba adalah sama dengan pendapatan penjualan dikurangi biaya.

    Dapat dinyatakan dalam persamaan sbb:

    Y=cx-bx-a

    Keterangan :

    y=laba

    c=harga jual persatuan

    x=jumlah produk yang dijual

    b=biaya variabel persatuan

    a=biaya tetap

    Jika persamaan tersebut dinyatakan dalam laporan laba rugi metode

    variable costing, persamaan tersebut sbb:

    Pendapatan penjualan cx

    Biaya variabel bx _ _

    Laba kontribusi cx-bx

    Biaya Tetap a _ _

    Laba bersih y

    Perusahaan akan mencapai keadaan impas jika jumlah pendapatan sama

    dengan jumlah biaya (laba=0),atau jika dinyatakan dalam persamaan sbb:

    0 = cx - bx

    cx = bx + a

    Persamaan tersebut diselesaikan sbb:

    cx – bx = a

    x(c-b) = a

    x’ = a / (c-b)

    Keterangan :

    cx = bx + a Pendapatan penjualan = biaya

    cx – bx = a Laba kontribusi = biaya tetap

  • 8

    x’ = a / (c-b) Impas (dalam satuan produk) = biaya tetap dibagi dengan selisih

    antara harga jual persatuan dengan biaya variabel persatuan

    X’ adalah kuantitas yang dijual pada keadaan impas

    Jadi rumus perhitungan impas dalam satuan produk yang dijual adalah :

    Impas dlm (Q) = Biaya tetap _

    Harga jual persatuan – Biaya variabel persatuan

    Impas dalam rupiah penjual dapat dicari rumusnya dengan cara

    mengalikan rumus impas tersebut diatas dengan c, yaitu harga jual persatuan

    produk.

    Jadi impas dalam rupiah penjualan dpt dihitung dengan rumus sbb:

    Impas (Rp) = Biaya tetap _

    Contribution margin ratio

    Contoh 2:

    Dalam suatu pasar malam, pak Amat akan membuka tempat penitipan

    sepeda. Dia menyewa tempat yang dapat menampung 500 sepeda. Sewa

    tersebut permalam Rp.1.500. Untuk menjaga sepedadia akan mepekerjakan

    dua orang, dengan upah Rp. 1.000 semalam perorang, ditambah upah insentif

    sebesar Rp. 2,50 perorang untuk setiap sepeda yang masuk titipan. Tarif titipan

    yang dibebankan kepada pemakai jasa adalah sebesar Rp 25 persepeda

    semalam. Perhitungan proyeksi laba permalam apabila 500 sepeda masuk ke

    tempat penitipan sepeda pak Amat disajikan sbb:

    JUMLAH %

    Pendapatan penjualan

    jasa titipan sepeda

    Biaya variabel:

    Upah insentif untuk

    dua karyawan

    500 X Rp.25 Rp. 12.500 100

    500 X 2 X2.500 _ 20

    Rp.2.50

    Laba kontribusi Rp. 10.000 _ 80

    Biaya tetap:

    Sewa tempat titipan Rp. 1.500

    Upah dua orang

    karyawan

    2.000 +

  • 9

    Rp. 3.500 28

  • 10

    Laba bersih Rp. 6.500 52

    Pak Amat ingin memperoleh informasi berapa jumlah minimum sepeda yang

    harus masuk setiap malam ketempat penitipan sepedanya,agar usaha titipan

    tersebut tidak mengalami kerugian.

    Jumlah sepeda minimum yang harus masuk setiap malam agar usaha pak Amat

    dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam adalah :

    Impas ( dlm kuantitas ) = Biaya tetap _

    Harga jual persatuan – By Variabel persatuan

    = 3.500 _ = 175

    25-5

    Jika sepeda yang masuk titipan semalam minimum berjumlah 175 buah, maka

    usaha pak Amat akan dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam,

    sehingga usaha tersebut tidak mengalami kerugian.

    Impas juga dapat dinyatakan dalam jumlah rupiah pendapatan dari usaha

    titipan sepeda sbb:

    Impas (Rp) = Biaya tetap _

    Contribution Margin ratio

    = 3.500 _ = Rp.4.375

    80%

    Jika pada suatu malam pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa

    titipan sepeda sebanyak Rp.4.375, dia dapat tenang hatinya karena dari

    pendapatan penjualan jasa tersebut, minimum dia sudah dapat menutup biaya

    yang dikeluarkan malam ini. Dengan kata lain sepeda yang masuk sudah

    mendatangkan laba 80% (contribution margin ratio) dari uang pendapatan

    penjualan jasa titipan sepeda yang diterimanya. Bukti bahwa pada pak Amat

    menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan sebanyak Rp.4.375 usahanya

    belum memperoleh laba,tetapi juga tidak rugi dapat diikuti dalam perhitungan

    sbb:

    Pendapatan penjualan jasa titipan sepeda 175 x Rp.25 = Rp. 4.375

    Biaya variabel 175 x Rp. 5 =Rp. 875

    Laba kontribusi Rp. 3.500

  • 11

    Biaya tetap :

    Sewa tempat titipan Rp. 1.500

    Upah dua orang karyawan Rp. 2.000 Rp. 3.500

    Contoh 3:

    PT. Eliona memproduksi produk A. Rencana produksi untuk thn anggaran

    20X1 adalah sbb: Kg

    Sediaan awal 100

    Rencana produksi 1.100

    1.200

    Rencana penjualan 1.000

    Sediaan akhir 200

    Laporan Biaya Produksi Projeksian Thn 20x1

    Biaya variabel standar per kg

    produk :

    Biaya bahan baku Rp. 10.000

    Biaya tenaga kerja variabel 7.000

    Biaya overhead variabel 8.000

    Jumlah biaya produksi variabel Rp. 25.000

    Biaya administrasi & umum

    variabel

    10.000

    Biaya pemasaran variabel 8.000

    Jumlah biaya variabel Rp.43.000

    Biaya tetap pertahun terdiri

    dari :

    Biaya overhead pabrik tetap Rp.37.400.000

    Biaya pemasaran tetap 15.000.000

    Biaya administrasi & umum 25.000.000

    Jumlah biaya tetap setahun Rp.77.400.000

    Harga jual produk Rp. 172.000 per kg

    PT. ELIONA

    Laporan Laba-Rugi Tahun 20x1 Projeksian Jumlah %

    Pendapatan penjualan 1000XRp 72.000 Rp. 2.500.000 Rp.172.000.000 100%

  • 12

    Biaya variabel: 100 X Rp.25.000 Rp.27.500.000 Rp. 43.000.000 25%

    Sediaan awal 1.100XRp.25.000 Rp.30.000.000 Rp 129.000.000 75%

    Biaya produksi 200 X Rp. 25.00 5.000.000 Rp. 77.400.000

    variabel X Rp.8.000 Rp.25.000.000 Rp. 51.600.000

    Sediaan akhir 1.000XRp.10.000 8.000.000

    Biaya non produksi 10.000.000

    variabel: Rp.37.400.000

    By. pemasaran 15.000.000

    variabel 25.000.000

    By. administrasi &

    umum variabel

    Jumlah biaya

    variabel

    Laba kontribusi

    Biaya tetap:

    Biaya overhead

    pabrik tetap

    Biaya pemasaran

    tetap

    Biaya administrasi

    & umum tetap

    Jumlah biaya tetap

    Laba bersih

    Dari informasi diatas diperoleh perhitungan :

    Impas (Rp) = Rp. 77.400.000 = Rp.103.200.000

    75 %

    Dari target pendapatan penjualan sebesar Rp.172.000.000 dlm thn

    20X1,minimum PT.Eliona harus mencapai pendapatan penjualan sebesar

    Rp.103.200.000 agar perusahaan tidak menderita kerugian. Kuantitas produk

    minimum yang harus dijual agar perusahaan tidak mengalami kerugian, maka

    :

  • 13

    Impas (kg) = Rp.77.400.000 = 600 kg

    Rp.172.000 – Rp. 43.000

    Dalam setiap penjualan 1 kg produk A berikutnya, perusahaan akan

    memperoleh laba sebesar Rp.129.000 (75% X Rp.172.000) karena biaya tetap

    seluruhnya telah tertutup dari penjualan 600 kg tersebut.

    Misalkan dalam contoh 2 diatas , manajemen memerlukan informasi pada

    volume penjualan berapa perusahaan harus menjual produknya dalam tahun

    anggaran 20X1 untuk mendapatkan keuntungan misalnya Rp. 90.000.000.

    Maka Perencanaan volume penjualan dihitung sbb:

    Volume penjualan = Biaya tetap + Laba yang diinginkan Contribution Margin

    ratio

    Berdasarkan data dalam contoh 2 diatas , volume penjualan yang dapat

    menghasilkan laba bersih Rp.90.000.000 dihitung sbb:

    Volume penjualan (Q) = 77.400.000 + 90.000.000 = 1,297 kg

    127.000 – 43.000

    Volume penjualan (Rp) = 77.400.000 + 90.000.000 =Rp. 223.200.000

    75 %

    Jika dalam tahun 20X1 PT. Eliona mencapai tingkat penjualan sebanyak 1,297

    kg atau dalam rupiah Rp. 223.200.000, maka laba bersih diperkirakan Rp.

    90.000.000

    b. Perhitungan Impas dengan pendekatan grafis

    Titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya

    merupakan titik impas. Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat

    grafik dengan sumbu datar menunjukkan volume penjualan, sedangkan sumbu

    tegak menunjukkan biaya dan pendapatan.

    Jika harga jual produk persatuan sebesar c, kuantitas produk yang dijual

    sebesar X,biaya tetap sebesar a dan biaya variabel sebesar b persatuan x, untuk

    volume penjualan sebesar X maka :

    Pendapatan penjualan = cx

    Biaya variabel = bx

    Biaya tetap = a

  • 14

    Contoh 4

    Dalam contoh 2 diatas diketahui bahwa :

    Harga jual produk persatuan (c) = Rp. 172.000

    Biaya variabel persatuan (b) = Rp. 43.000

    Biaya tetap pertahun (a) = Rp. 77.400.000

    Untuk berbagai macam volume penjualan (x) pendapatan penjualan,biaya

    variabel,biaya tetap dan total biaya disajikan berikut ini:

    Volume

    Pendapatan

    Angka Rupiah Dalam Ribuan

    Biaya Biaya tetap Total Biaya

    Laba

    Impas Dalam Lingkungan Manufaktur Maju

    Karakteristik biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju ditandai

    dengan berkurangnya unsur biaya tenaga kerja langsung dan membesarnya

    proporsi biaya overhead pabrik. Teknologi manufaktur maju memungkinan

    peusahaan melakukan diversifikasi produk yang diproduksi dan menyebabkan

    semakin besarnya proporsi biaya overhead yang tidak berkaitan dengan unit

    produk yang diproduksi (non unit related overhead costs).

    Setiap produk yang diproduksi mengkonsumsi non unit related overhead

    costs) dengan proporsi yang berbeda-beda. Beda perhitungan impas

    konvensional dengan activity based costing terletak pada unsur biaya variabel

    berdasarkan perilaku biaya dalam hibungannya dengan unit level activities

    saja.

    Dalam perhitungan impas konvensional, total biaya terdiri dari biaya tetap

    dan biaya variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :

    K = a + bx

    Penjualan

    X

    Penjualan

    cx

    Variabel

    bx

    a

    a+bx

    (Rugi)

    cx-(a+bx)

    1.000 Rp.172.000 Rp.43.000 Rp.77.400 Rp.120.400 Rp.51.600

    800 137.600 34.400 77.400 111.800 25.800

    600 103.200 25.800 77.400 103.200 0

    400 68.800 17.200 77.400 94.600 (25.800) 200 34.400 8.600 77.400 86.000 (51.600)

  • 15

    Keterangan :

    K = total biaya

    a = total biaya tetap

    b = biaya variabel perunit

    x = unit level activities

    Dalam perhitungan impas berdasarkan activity based costing, total biaya

    terdiri dari biaya tetap dan berbagai tipe biaya variabel, yang dinyatakan dalam

    persamaan berikut ini :

    K = a + b1x1 + b2x2 + b3x3

    Keterangan :

    k = Total biaya

    a = facility sustaining activity cost

    b1 = biaya variabel persatuan unit level activity

    b2 = biaya variabel persatuan batch related activity

    b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity

    x1 = unit level activities

    x2 = batch related activities

    x3 = product sustaining activities

    Jika harga jual persatuan produk sama dengan c, maka persamaan laba

    berdasarkan activity based costing adalah :

    Y = cx1 - a – b1x1 – b2x2 – b3x3

    Keterangan :

    Y = laba

    cx1 = Pendapatan penjualan (harga jual perunit kali kuantitas yang dijual

    yang ditunjukkan oleh unit level activities)

    a = facility sustaining activity costs

    b1 = biaya variabel persatuan unit level activity

    b2 = biaya variabel persatuan batch related activity

    b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity

    x1 = unit level activities

    x2 = batch related activities

  • 16

    x3 = product sustaining activities

    Dari persamaan dapat dihitung rumus perhitungan impas berdasarkan

    activity based costing :

    X’ = a + b2x2 + b3x3

    c-b1

    Keterangan :

    x’= volume penjualan pada kondisi impas

    a = facility sustaining activity costs

    b1 = biaya variabel persatuan unit level activity

    b2 = biaya variabel persatuan batch related activity

    b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity

    x1 = unit level activities

    x2 = batch related activities

    x3 = product sustaining activities

    Contoh 5

    PT X memproduksi satu macam produk dengan struktur biaya sebagai berikut

    :

    Biaya variabel perunit Rp. 12.000

    Biaya tetap setahun Rp. 100.000.000

    Harga jual produk perunit Rp. 20.000

    Impas dengan pendekatan konvensional :

    Berdasarkan data tersebut dihitung impas dengan pendekatan konvensional

    yaitu :

    Impas = Biaya tetap

    = Harga jual perunit – biaya variabel perunit

    = 100.000.000 _

    20.000 - 12.000

    = 12.500 unit

    Impas dengan pendekatan activity based costing

  • 17

    Dengan pendekatan activity based costing, biaya diatas perlu dirinci lebih

    lanjut seperti disajikan berikut:

    Jenis biaya Jumlah cost driver Cost driver Biaya/unit

    Unit level activity costs

    Biaya bahan baku Rp. 6.000

    Biaya tenaga kerja langsung Rp. 5.000

    Biaya overhead pabrik variabel Rp. 500

    Biaya pemasaran variabel Rp. 500

    Unit yg dijual Rp. 12.000

    Batch related activity costs 20 jam setup Rp. 1.000.000

    Product sustaining activity costs 1.000 jam rekayasa Rp. 30.000

    Facility sustaining activity costs Rp. 50.000.000

    Dari data diatas dapat dihitung biaya tetap sbb :

    Batch related activity costs 20 x Rp. 1.000.000 Rp. 20.000.000

    Product sustaining activity costs 1.000 x Rp. 30.000 30.000.000

    Facility sustaining activity costs 50.000.000

    Biaya tetap dgn pendekatan activity based costing Rp.100.000.000

    Impas =

    Facility sustaining activity costs + Product sustaining activity costs + Batch related activity costs

    Harga jual/unit – Unit level activity cost

    = Rp. 50.000.000 + ( 20 x Rp. 1.000.000 ) + ( 1000 x Rp. 30.000)

    Rp. 20.000 – Rp. 12.000

    = 12.500 unit

    2. Margin Of Safety

    Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume

    penjualan minimum agar perusahaan tidak menderita kerugian. Jika angka

    impas dihubungkan dengan angka pendapatan penjualan yang dianggarkan

    atau pendapatan penjualan tertentu, akan diperoleh informasi berapa volume

    penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu boleh turun

    agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih antara volume penjualan yang

  • 18

    dianggarkan dengan volume penjualan impas merupakan angka margin of

    safety.

    Dalam contoh 3, PT. Eliona merencanakan volume penjualan dalam tahun

    anggaran 20X1 sebesar Rp. 172.000.000 sedangkan menurut perhitungan,

    impas tercapai pada volume penjualan sebesar Rp. 103.200.000. Angka margin

    Of Safety adalah sebesar Rp. 68.800.000 (Rp. 172.000.000 – Rp. 103.200.000).

    Atau jika dinyatakan dalam persentase dari angka volume penjualan yang

    dianggarkan adalah sebesar 40% (Rp. 68.800.000 / Rp.172.000.000).

    Angka margin of safety ini memberikan informasi berapa maksimum

    volume penjualan yang direncanakan tersebut boleh turun, agar perusahaan

    tidak menderita rugi atau dengan kata lain angka margin of safety memberikan

    petunjuk jumlah maksimum penurunan volume penjualan yang

    direncanakan,yang tidak mengakibatkan kerugian. Dari data diatas dapat

    diambil kesimpulan bahwa jika volume penjualan tahun 20X1 yang

    dianggarkan tersebut tidak dapat dicapai, maka maksimum penurunan yang

    boleh terjadi adalah sebesar Rp. 68.800.000 atau 40% nya, agar perusahaan

    tidak menderita kerugian.

    Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila

    dihubungkan dengan marginal income ratio (profit-volume ratio )

    Laba = Profit volume ratio x Margin of safety ratio

    Laba = Laba kontribusi x Margin of safety _

    Pendapatan penjualan Pendapatan penjualan

    Dengan memakai data dalam contoh 3 dapat diketahui bahwa :

    Laba = 75 % x 40 % = 30 %

    Margin of safety ( M/S ratio ) dapat pula dihitung dengan rumus :

    M/S ratio = Profit ratio _

    Profit-volume ratio

    Dari contoh di atas M/S ratio = 30% = 40%

    75%

    3. Titik Penutupan Usaha ( Shut Down Point )

  • 19

    Apabila ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup

    usaha dilakukan dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan

    biaya tunai (cash cost atau out atau out of pocket cost atau biaya keluar dari

    saku). Biaya tunai adalah biaya-biaya yang memerlukan pembayaran segera

    dengan uang kas. Dalam pengambilan keputusan untuk menutup usaha harus

    diadakan pembedaan antara biaya keluar dari saku (out –of pocket cost )

    dengan biaya terbenam (sunk cost ), yaitu pengeluaran yang dilakukan pada

    masa yang lalu, yang manfatnya masih dinikmati samapai sekarang). Contoh

    biaya terbenam adalah biaya depresiasi,amortasi dan deplesi.

    Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh tidak

    dapat menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan

    berapa suatu usaha harus dihentikan dapat dilakukan dengan mencari

    perpotongan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya tunai dalam

    grafik impas.

    Contoh 8

    Apabila dalam contoh 3, biaya tetap sebesar Rp. 77.400.000 tersebut

    terdiri dari biaya keluar dari dari kantong Rp. 64.500.000 dan biaya terbenam(

    sunk cost ) sebesar Rp. 12.900.000, maka dapat dibuat taksiran laba tunai dan

    laba akuntansi (accounting profit , yaitu pendapatan penjualan dikurangi

    dengan biaya –biaya, baik terbenam maupun biaya keluar dari saku

    ). Titik penutupan usaha dapat pula dihitung dengan menggunakan rumus

    berikut ini :

    Titik penutupan usaha = Biaya tetap tunai _

    Contribution margin ratio

    Jika datanya berasal dari contoh 3, titik penutupan usaha ditentukan sbb:

    Titik penutupan usaha = 64.500.000 = Rp. 86.000.000

    75%

    Atau dalam satuan produk, titik penutupan usaha dihitung sbb:

    Titik penutupan usaha = 64.500.000 = 500 kg

  • 20

    172000 – 43.000

    Dengan demikian usaha pengolahan produk A dalam contoh 3 harus

    dihentikan jika penjualannya berada dibawah titik penutupan usaha sebesar Rp.

    86.000.000 atau 500 kg.

    4. Degree Of Operating Leverage (DOL)

    Degree Of Operating Leverage memberikan ukuran dampak perubahan

    pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.

    Dengan parameter ini, manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak

    setiap usulan kegiatan yang menyebabkan pendapatan penjualan terhadap laba

    bersih perusahaan.

    Degree of operating Leverage dihitung dengan rumus :

    DOL = Laba kontribusi

    Laba bersih

    Karena laba kontribusi berubah sebanding dengan perubahan pendapatan,

    dengan demikian setiap perubahan pendapatan penjualan dapatdiketahui

    dengan cepat dampak perubahannya terhadap laba bersih dengan

    menggunakan degree of operating leverage .

    PT. Eliona

    Laporan Laba rugi projeksian

    Pendapatan penjualan Rp. 172.000.000

    Biaya variabel 43.000.000

    Laba kontribusi Rp. 129.000.000

    Biaya tetap 77.400.000

    Laba bersih Rp. 51.600.000

    Dari laporan laba rugi projeksian diatas, pada tingkat penjualan Rp.

    172.000.000, DOL perusahaan tersebut adalah sebesar 2,5 kali ( Rp.

    129.000.000 / Rp. 51.600.000).

    Pada tingkat penjualan tersebut jika misalnya Departemen pemasaran

    mengusulkan promosi produk dengan cara tertentu, yang diperkirakan akan

    mengakibatkan kenaikan volume penjualan sebesar 5%, maka dengan cepat

  • 21

    manajemen dapat memperkirakan kenaikan laba bersih sebesar 12,5% (2,5 X

    5 %).

    DOL menjadi semakin tinggi jika perusahaan beroperasi disekitar keadaan

    impas. Misalnya PT.Eliona beroperasi pada volume penjualan 5% diatas impas,

    maka laporan laba rugi dan DOL dapat dilihat seperti berikut ini:

    Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000

    Biaya variabel 27.090.000

    Laba kontribusi Rp. 81.270.000 Biaya

    tetap 77,400.000

    Laba bersih Rp. 3.870.000

    Misalnya pendapatan penjualan mengalami penurunan 2% saja pada

    tingkat penjualan Rp. 108.360.000 tersebut, maka laba bersih akan mengalami

    penurunan sebesar 42 % (21 X 2%). Sebagai bukti dapat dilihat laporan laba

    rugi berikut:

    Pendapatan penjualan Perubahan turun 2%

    Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000 Rp. 106.192.800 -2 %

    Biaya variabel 27.090.000 26.548.200

    Laba kontribusi Rp. 81.270.000 Rp. 79.644.600

    Biaya tetap 77.400.000 77.400.000

    Laba bersih Rp. 3.870.000 Rp. 2.244.600 -42%

    Penurunan pendapatan penjualan 2%, laba bersih turun sebesar Rp.

    1.625.000 atau sebesar 42% (Rp. 1.625.400 / Rp.3.870.000)

  • 22