Top Banner
JSTFI Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138 1 AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis Lam) SEBAGAI ANTIJERAWAT DAN UJI BIOAUTOGRAFI Aris Suhardiman 1* , Hikmiah 1 , Wempi Budiana 1 1 Fakultas Farmasi, Universitas Bhakti Kencana, Jalan Soekarno Hatta No. 754 Cibiru Bandung *Alamat korespondensi: [email protected] Abstrak Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam) merupakan tanaman yang digunakan sebagai obat dan kosmetik. Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang terbuat dari partikel organik dan anorganik. Jerawat merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar– kelenjar polisebasea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas fraksi daun gaharu sebagai antijerawat dan senyawa yang berkhasiat sebagai anitijerawat. Daun gaharu diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96 %. Ekstrak kental kemudian difraksinasi menggunakan metode Ekstraksi Cair-Cair dengan pelarut n-heksana, etil asetat dan metanol-air. Metode pengujian aktivitas fraksi daun gaharu sebagai antijerawat yaitu pada bakteri Propionibacterium acnes menggunakan metode difusi cakram kertas dan mikrodilusi, sedangkan uji bioautografi digunakan untuk mengetahui kandungan senyawa berkhasiat. Hasil pengujian difusi cakram kertas, nilai Konsentrasi Hambat Minimum yang diperoleh dari ekstrak, fraksi n- heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi metanol-air berturut-turut sebesar 125.000 ppm, 500.000 ppm, 125.000 ppm, dan 125.000 ppm dengan diameter zona hambat 7,7 mm; 4,96 mm; 9,46 mm; dan 7,06 mm. Fraksi etil asetat memiliki aktivitas antibakteri yang lebih kuat sehingga pengujian mikrodilusi dilakukan terhadap fraksi etil asetat. Hasil pengujian mikrodilusi, Konsentrasi Hambat Minimum yang diperoleh dari fraksi etil asetat sebesar 3.900 ppm dan Konsentrasi Bunuh Minimum dari fraksi etil asetat lebih dari 62.500 ppm. Aktivitas fraksi daun gaharu sebagai antijerawat yang paling baik dengan konsentrasi fraksi etilasetat 2%. Sedangkan hasil pengujian bioautografi diperoleh senyawa golongan flavonoid. Kata Kunci : Aquilaria malaccensis Lam, gel, Konsentrasi Hambat Minimum, Konsentrasi Bunuh Minimum, uji bioautografi. Abstract Gaharu plant (Aquilaria malaccensis Lam) is a plant used as medicine and cosmetics. Gel is a semi-solid preparation consisting of a suspension made of organic and inorganic particles. Acne is a chronic inflammatory process of the polysebaceous glands. This study aims to determine the activity of gaharu leaf fraction as anti-acne and compounds that have an anti-acne effect. Gaharu leaves were extracted using the maceration method with 96% ethanol solvent. The thick extract was then fractionated using the Liquid-Liquid Extraction method with n-hexane, ethyl acetate and methanol-water as solvents. The method of testing the activity of the agarwood leaf fraction as an anti-acne, namely the Propionibacterium acnes bacteria using the paper disc diffusion method and microdilution, while the bioautography test is used to determine the content of nutritious compounds. The results of the paper disc diffusion test, the Minimum Inhibitory Concentration values obtained from the extract, n-hexane fraction, ethyl acetate fraction, and methanol-water fraction were 125,000 ppm, 500,000 ppm, 125,000 ppm, and 125,000 ppm, respectively, with inhibition zone diameter 7 , 7 mm; 4.96 mm; 9.46 mm; and 7.06 mm. Ethyl acetate fraction has stronger antibacterial activity so that microdilution testing is carried out on ethyl acetate fraction. The microdilution test results, the Minimum Inhibitory Concentration obtained from the ethyl acetate fraction of 3,900 ppm and the Minimum Killing Concentration of the ethyl acetate fraction is more than 62,500 ppm. The activity of agarwood leaf fraction as the
16

AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

Nov 18, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

1

AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis Lam) SEBAGAI

ANTIJERAWAT DAN UJI BIOAUTOGRAFI

Aris Suhardiman1*, Hikmiah1, Wempi Budiana1

1Fakultas Farmasi, Universitas Bhakti Kencana, Jalan Soekarno Hatta No. 754 Cibiru Bandung

*Alamat korespondensi: [email protected]

Abstrak

Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam) merupakan tanaman yang digunakan sebagai obat

dan kosmetik. Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang terbuat dari

partikel organik dan anorganik. Jerawat merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar–

kelenjar polisebasea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas fraksi daun gaharu

sebagai antijerawat dan senyawa yang berkhasiat sebagai anitijerawat. Daun gaharu diekstraksi

menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96 %. Ekstrak kental kemudian difraksinasi

menggunakan metode Ekstraksi Cair-Cair dengan pelarut n-heksana, etil asetat dan metanol-air.

Metode pengujian aktivitas fraksi daun gaharu sebagai antijerawat yaitu pada bakteri

Propionibacterium acnes menggunakan metode difusi cakram kertas dan mikrodilusi, sedangkan

uji bioautografi digunakan untuk mengetahui kandungan senyawa berkhasiat. Hasil pengujian

difusi cakram kertas, nilai Konsentrasi Hambat Minimum yang diperoleh dari ekstrak, fraksi n-

heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi metanol-air berturut-turut sebesar 125.000 ppm, 500.000

ppm, 125.000 ppm, dan 125.000 ppm dengan diameter zona hambat 7,7 mm; 4,96 mm; 9,46 mm;

dan 7,06 mm. Fraksi etil asetat memiliki aktivitas antibakteri yang lebih kuat sehingga pengujian

mikrodilusi dilakukan terhadap fraksi etil asetat. Hasil pengujian mikrodilusi, Konsentrasi

Hambat Minimum yang diperoleh dari fraksi etil asetat sebesar 3.900 ppm dan Konsentrasi

Bunuh Minimum dari fraksi etil asetat lebih dari 62.500 ppm. Aktivitas fraksi daun gaharu

sebagai antijerawat yang paling baik dengan konsentrasi fraksi etilasetat 2%. Sedangkan hasil

pengujian bioautografi diperoleh senyawa golongan flavonoid.

Kata Kunci : Aquilaria malaccensis Lam, gel, Konsentrasi Hambat Minimum, Konsentrasi

Bunuh Minimum, uji bioautografi.

Abstract

Gaharu plant (Aquilaria malaccensis Lam) is a plant used as medicine and cosmetics. Gel is a

semi-solid preparation consisting of a suspension made of organic and inorganic particles. Acne

is a chronic inflammatory process of the polysebaceous glands. This study aims to determine the

activity of gaharu leaf fraction as anti-acne and compounds that have an anti-acne effect. Gaharu

leaves were extracted using the maceration method with 96% ethanol solvent. The thick extract

was then fractionated using the Liquid-Liquid Extraction method with n-hexane, ethyl acetate

and methanol-water as solvents. The method of testing the activity of the agarwood leaf fraction

as an anti-acne, namely the Propionibacterium acnes bacteria using the paper disc diffusion

method and microdilution, while the bioautography test is used to determine the content of

nutritious compounds. The results of the paper disc diffusion test, the Minimum Inhibitory

Concentration values obtained from the extract, n-hexane fraction, ethyl acetate fraction, and

methanol-water fraction were 125,000 ppm, 500,000 ppm, 125,000 ppm, and 125,000 ppm,

respectively, with inhibition zone diameter 7 , 7 mm; 4.96 mm; 9.46 mm; and 7.06 mm. Ethyl

acetate fraction has stronger antibacterial activity so that microdilution testing is carried out on

ethyl acetate fraction. The microdilution test results, the Minimum Inhibitory Concentration

obtained from the ethyl acetate fraction of 3,900 ppm and the Minimum Killing Concentration of

the ethyl acetate fraction is more than 62,500 ppm. The activity of agarwood leaf fraction as the

Page 2: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

2

best anti-acne with a concentration of 2% ethyl acetate fraction. Meanwhile, the results of

bioautographic testing obtained compounds of the flavonoid group.

Keywords: Aquilaria malaccensis Lam, gel, Minimum Inhibitory Concentration, Minimum Kill

Concentration, bioautographic test. ____________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN

Salah satu jenis tanaman yang dapat

dimanfaatkan sebagai obat tradisional

adalah Gaharu (Aquilaria malaccensis

Lam). Berdasarkan penelitian Liana, Y,

2013 bahwa ekstrak daun Gaharu (Aquilaria

malaccensis Lam) memiliki aktivitas

sebagai antibakteri terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

Senyawa metabolit sekunder dari daun

gaharu mengungkapkan bahwa daun gaharu

mengandung alkaloid, flavonoid,

triterpenoid, steroid, dan saponin. Senyawa

dari daun gaharu (Aquilaria malaccensis

Lam) yang berperan sebagai antibakteri

terhadap bakteri Propionibacterium acnes

adalah senyawa flavonoid (Adelina, N.

2008).

Jerawat adalah suatu proses

peradangan kronik kelenjar-kelenjar

polisebasea yang ditandai dengan adanya

komedo, papul, pustul, dan nodul.

Timbulnya jerawat dapat disebabkan oleh

banyak faktor dan salah satu faktor yang

paling berpengaruh adalah bakteri

Propionibacterium acnes. Bakteri ini

merupakan bakteri gram positif berbentuk

batang dan merupakan flora normal kulit

(Bojar, R.A., & Keith, T.H. 2004).

Gel merupakan sistem semipadat

terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel

anorganik yang kecil atau molekul organik

yang besar terpenetrasi oleh suatu cairan

(Departemen Kesehatan RI, 1995). Gel

memiliki karakteristik yang harus sesuai

dengan tujuan penggunaannya. (Zatz &

Kushla, 1996).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui aktivitas dari fraksi daun gaharu

sebagai antijerawat serta mengetahui

golongan senyawa yang berperan dalam

menghambat pertumbuhan bakteri P. acnes.

METODOLOGI

Alat

Alat yang digunakan pada percobaan

ini adalah Rotary vaporator, sinar UV 254

nm dan 366 nm, timbangan analitik, labu

ukur, pipet volume, mikro pipet, pipet tetes,

spatel, gelas kimia, labu erlenmeyer, botol

vial, botol kaca, alumunium foil, oven,

kertas saring, kertas saring bebas abu, cawan

porselen, kaca arloji, krus porselen, tang

krus, batang pengaduk, gelas ukur, corong

kaca, pinset, tabung reaksi, rak tabung

reaksi, penjepit tabung, lemari es, pipa

kapiler, jarum ose, pemanas bunsen, kompor

listrik, penangas air, dan tali kasur.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam

percobaan ini adalah daun gaharu (Aquilaria

Page 3: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

3

malaccensis) diperoleh dari perkebunan

gaharu Palembang. Bakteri P. acnes

(Remel). Media yang digunakan untuk

pertumbuhan bakteri adalah Mueller Hinton

Broth (MHB) (Merck), Mueller Hinton Agar

(MHA) (Merck). DMSO (bratachem), Etanol

96% (bratachem), larutan NaCl (bratachem),

kloroform (bratachem), n-heksana

(bratachem), methanol (bratachem), larutan

amonia 25% (bratachem), larutan HCl 10%

(bratachem), pereaksi Dragendorf (Merck),

pereaksi Mayer (Merck), serbuk Mg

(Merck), HCl pekat (bratachem), amil

alcohol (Merck), HCl 2 N (bratachem),

FeCl3 1% (Merck), gelatin (Merck), pereaksi

Steasny (Merck), natrium asetat (Merck),

NaOH 1 N (bratachem), pereaksi

Lieberman-Buchard (Merck), asam asetat

(bratachem), H2SO4 pekat (bratachem),

AlCl3 (Merck), sitroborat (Merck), plat

alumunium jenis silika F254 (Merck),

karbopol (Merck), propilen glikol (Merck),

metil paraben (Merck), dan aquades

(bratachem).

Determinasi Daun Gaharu

Daun gaharu diperoleh dari

Palembang dan dilakukan determinasi di

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI

Bogor) dengan No SK:

2438/IPH.1.01/II.07/XI/2018. Hasil

determinasi juga dibandingkan dengan

pustaka dari ITIS (Integrated Taxonomic

Information Systems, 2019).

Karakterisasi Simplisia

Karakterisasi simplisia yang

dilakukan meliputi pemeriksaan penetapan

kadar abu total, penetapan kadar abu tidak

larut asam, penetapan kadar sari larut air,

penetapan kadar sari larut etanol, dan

penetapan susut pengeringan (Harborne,

1996).

a. Penetapan kadar abu total

Krus silikat dipijarkan dan ditandai

terlebih dahulu dan dimasukkan 2 gram

simplisia daun gaharu. Kemudian dipijarkan

secara perlahan–lahan hingga arang habis,

didinginkan, dan ditimbang. Filtrat yang

diperoleh kemudian diuapkan dan dipijarkan

hingga bobot tetap. Kadar abu total

diperoleh dalam % b/b terhadap bobot

serbuk simplisia (Harborne, J.B.2013).

b. Penetapan kadar abu tidak larut asam

Dididihkan abu total yang diperoleh

dengan 25 ml asam sulfat encer selama 25

menit. Bagian yang tidak larut dalam asam

dikumpulkan dengan cara disaring melalui

krus kaca masir atau dengan kertas saring

bebas abu, dicuci dengan air panas,

dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang.

Kadar abu tidak larut asam diperoleh dalam

% b/b terhadap bobot serbuk simplisia

(Harborne, J.B.2013).

c. Penetapan kadar sari larut air

Serbuk simplisia daun gaharu

sebanyak 5 gram dimaserasi dengan 100 ml

air jenuh kloroform menggunakan labu

bersumbat selama 24 jam. Dilakukan

pengocokan berkali–kali untuk 6 jam

pertama dan kemudian didiamkan selama 18

Page 4: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

4

jam. Maserat disaring dan diambil 20 mL

filtrat untuk diuapkan hingga kering dalam

cawan dangkal berdasar rata yang telah

ditandai. Pengeringan dilakukan pada suhu

105oC hingga bobot tetap. Dihitung kadar

dalam persen senyawa yang larut dalam air

terhadap bobot simplisia awal (Harborne,

J.B.2013).

d. Penetapan kadar sari larut etanol

Serbuk simplisia daun gaharu

sebanyak 5 gram dimaserasi dengan 100 ml

etanol 95% menggunakan labu bersumbat

selama 24 jam. Dilakukan pengocokan

berkali–kali untuk 6 jam pertama dan

kemudian didiamkan selama 18 jam.

Maserat disaring cepat dengan

menghindarkan penguapan etanol,

kemudian diambil 20 mL filtrat untuk

diuapkan hingga kering dalam cawan

dangkal berdasar rata yang telah ditandai.

Pengeringan dilakukan pada suhu 105oC

hingga bobot tetap. Dihitung kadar dalam

persen senyawa yang larut dalam etanol 95%

terhadap bobot simplisia awal (Harborne,

2013).

e. Penetapan susut pengeringan

Dimasukan 2 gram serbuk simplisia

daun gaharu ke dalam alat Moisture balance

menggunakan wadah berlapis aluminium

foil yang telah ditandai, kemudian diamati

susut pengeringannya pada suhu 105°C

hingga alat menunjukan angka konstan

(Harborne, 2013).

Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan untuk

mengetahui golongan senyawa yang

terdapat dalam daun gaharu. Penapisan

fitokimia yang dilakukan meliputi

pemeriksaan alkaloid, flavonoid, saponin,

tannin, kuinon, steroid, dan triterpenoid

(Farnsworth, 1966).

a. Uji alkaloid

10 mg ekstrak ditambahkan 5 ml

ammonia 25% dan 20 ml kloroform.

Campuran disaring sehingga diperoleh

lapisan air dan lapisan organik. Lapisan air

ditambah 2 tetes pereaksi dragendorff atau

peraksi Mayer. Jika terbentuk warna orange

dengan pereaksi dragendorff atau terbentuk

endapan putih dengan penambahan pereaksi

Mayer berarti ekstrak mengandung alkaloid

(Farnsworth, 1966).

b. Uji flavonoid

Sebanyak 10 mg ekstrak ditambahkan

magnesium 0,1 mg, 4 mL amil alkohol, dan

4 mL etanol, kemudian campuran dikocok.

Reaksi positif ditunjukkan dengan warna

merah, kuning atau jingga pada lapisan amil

alkohol (Farnsworth, 1966).

c. Uji saponin

Sebanyak 2 gram ekstrak daun gaharu

dilarutkan dengan air panas dan

ditambahkan 1 tetes HCl 2N kemudian

dikocok kuat. Saponin akan menghasilkan

busa yang stabil terlihat selama 5 menit dan

tidak hilang dan menunjukkan positif

saponin (Farnsworth, 1966).

Page 5: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

5

d. Uji tannin

Sebanyak 2 gram ekstrak daun gaharu

dilarutkan dengan air lalu direaksikan

dengan larutan besi (III) klorida 10%, jika

terjadi warna biru tua atau hitam kehijauan

menunjukkan adanya tanin (Farnsworth,

1966).

e. Uji kuinon

Sebanyak 5 ml larutan ekstrak

ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1

N. Terbentuknya warna merah menunjukkan

adanya kuinon. Namun, dapat terjadi reaksi

positif palsu dengan tannin. Maka

pemeriksaan dilanjutkan dengan

penambahan gelatin kemudian endapannya

disaring dan filtratnya ditambahkan NaOH 1

N, bila tetap berwarna kuning maka

menunjukkan adanya kuinon (Farnsworth,

1966).

f. Uji steroid/triterpenoid

Sebanyak 5 gram ekstrak ditambahkan

20 mL eter kemudian dimaserasi selama 2

jam dan disaring. Filtrat sebanyak 8 tetes

dipindahkan kedalam kaca arloji dan diberi

pereaksi Liebermann–Bouchard. Kemudian

diamati jika terbentuk warna merah-ungu

menunjukkan adanya triterpenoid dan

terbentuk warna hijau-biru menunjukkan

adanya steroid (Farnsworth, 1966).

Ekstraksi

Ditimbang serbuk simplisia daun

gaharu kemudian direndam menggunakan

pelarut etanol 96% selama 3 kali 24 jam

dengan perbandingan 1:10. Setiap 24 jam

diganti dengan pelarut yang baru kemudian

disaring. Maserat dikumpulkan dan

dipekatkan dengan rotary vaporator.

Ekstrak pekat yang diperoleh ditimbang dan

dihitung rendemen ekstrak.

Fraksinasi

Ekstrak etanol yang diperoleh dan

sudah dipekatkan kemudian difraksinasi

dengan metode ekstraksi cair–cair (ECC)

dengan pelarut n-heksana, etilasetat dan

methanol : air secara berurutan. Urutan

pertama fraksinasi menggunakan pelarut n-

heksana, hasil fraksinasi n-heksana

dikumpulkan, selanjutnya dilakukan

fraksinasi kedua dengan pelarut etilasetat

dan dilakukan sebanyak 3 kali. Kemudian

hasil fraksinasi n-heksana, etil asetat dan

methanol : air dikumpulkan. Fraksi yang

diperoleh dipekatkan dengan rotary

evaporator.

Pemantauan Ekstrak dan Fraksi

Pemantauan senyawa ekstrak dan

fraksi daun gaharu menggunakan

kromatografi lapis tipis dengan fase diam

silica gel F254 dan fase gerak polar yaitu etil

asetat : methanol : air (8:1:1), fase gerak

semi polar kloroform : methanol (9:1). dan

fase gerak non polar n-heksan : etilasetat

(9:1) serta penampak bercak AlCl3 5%,

FeCl3 10%, dan H2SO4.

Uji Aktivitas Antibakteri P. acnes

Tahap – tahap dalam uji aktivitas antibakteri

meliputi:

a. Sterilisasi alat

Page 6: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

6

Alat – alat yang akan digunakan harus

dalam keadaan bersih dan kering, kemudian

dilakukan sterilisasi dengan autoklaf pada

suhu 121°C selama 15 menit.

b. Pembuatan larutan uji

Dibuat larutan uji dengan melarutkan

masing–masing ekstrak dan fraksi daun

gaharu dalam larutan DMSO 2%.

c. Pembuatan media

Sebanyak 2,2 gram Mueller Hinton

Broth (MHB) dididihkan dengan 100 ml

akuades, diaduk hingga terbentuk larutan

warna kuning dan jernih kemudian

disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C

selama 15 menit.

Sebanyak 3,8 gram Mueller Hinton

Agar (MHA) dididihkan dengan 100 ml

akuades, diaduk hingga terbentuk larutan

kuning dan jernih kemudian disterilkan

dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15

menit.

d. Peremajaan bakteri

Bakteri P. acnes ditanam di atas agar

miring Mueller Hinton Agar dalam tabung

reaksi steril secara aseptis, kemudian

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C.

e. Pembuatan biakan bakteri

Dua ose biakan murni bakteri P. acnes

ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl

fisiologis 0,9%. Absorbansi diukur dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang

625 nm.

f. Pembuatan kontrol positif tetrasiklin

10 mg tetrasiklin basa ditimbang lalu

dilarutkan dengan aqua pro injeksi di dalam

labu ukur ad 10,0 ml.

g. Metode difusi cakram kertas

Pengujian aktivitas antibakteri

dilakukan terhadap ekstrak dan fraksi daun

gaharu (Aquilaria malaccensis Lam) dengan

metode difusi cakram. Suspensi bakteri

diambil 100µL dengan mikropipet,

diteteskan ke media MHA, diamkan hingga

suspensi kering. Blank paper disc disimpan

di atas media agar, kemudian diteteskan

ekstrak dan fraksi daun gaharu serta

tetrasiklin sebagai kontrol positif dan

DMSO 2% sebagai kontrol negatif.

Diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu

37°C.

h. Metode Broth Microdilution

Dimasukan Mueller Hinton Broth

(MHB) 100 µL ke dalam plat mikro kolom

pertama sebagai kontrol negatif dan

ditambahkan suspensi bakteri 5 µL ke dalam

10 mL MHB kemudian diaduk dengan alat

vortex. Sebanyak 100 µL campuran tersebut

dimasukkan ke dalam plat mikro pada kolom

2 sampai ke 12. Pada kolom ke 12

ditambahkan 100 µL larutan fraksi daun

gaharu paling aktif kemudian

dihomogenkan, 100 µL kemudian

dipindahkan ke kolom 11 dan pengenceran

dilakukan sampai pada kolom 3 yang akan

memiliki konsentrasi terkecil. Plat mikro

diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam

kemudian diamati bagian yang jernih.

Konsentrasi terkecil pertumbuhan bakteri

ditetapkan sebagai KHM.

Sebanyak 5 µL alikuot dipindahkan

dari setiap bagian yang jernih ke dalam

media agar dan diinkubasi pada suhu 37°C

Page 7: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

7

selama 24 jam kemudian diamati.

Konsentrasi terendah dimana tidak

memperlihatkan pertumbuhan bakteri

ditetapkan sebagai Konsentrasi Bunuh

Minimum (CLSI, 2009).

Pembuatan Sediaan Gel

Karbomer didispersikan dalam 40 mL

air suhu 70ºC menggunakan mixer

kecepatan rendah sampai homogen. Setelah

busa hilang, ditambahkan larutan NaOH 0,4

% sebanyak 2 mL untuk menetralisir dan

diaduk lagi sampai terbentuk massa gel.

Metil paraben dan propil paraben dilarutkan

dalam air panas, dimasukkan dalam massa

gel dan terus diaduk dengan mixer sampai

homogen. Sebanyak 2 gram fraksi

didispersikan dalam 10 mL propilen glikol

dan 10 mL air, diaduk hingga homogen

kemudian dicampurkan ke dalam massa gel

dan diaduk dengan kecepatan rendah. Sisa

air ditambahkan hingga tepat 100 mL sambil

terus diaduk hingga gel homogen, kemudian

diisikan ke dalam wadah (Djajadisastra et al,

2009).

Tabel 1. Komposisi Sediaan Gel

Bahan Kadar (%)

Fraksi aktif 2

Karbomer 1

NaOH 0,4

Propilen glikol 10

Metil Paraben 0,18

Propil Paraben 0,1

Air Ad 100

Uji Bioautografi Fraksi Aktif dan Sediaan

Gel

Uji bioautografi dilakukan

menggunakan KLT fraksi aktif antibakteri

pada lempeng silika dan dielusi

menggunakan pengembang yang sesuai

yaitu dengan fase gerak kloroform : metanol

(9:1) lalu dimasukkan ke media yang berisi

bakteri. Kemudian plat diangkat dan

diinkubasi pada suhu 30°C selama 24 jam,

daerah hambatan pertumbuhan bakteri

diamati dengan adanya daerah bening pada

spot lempeng KLT. Kemudian disemprot

dengan penampak bercak H2SO4 10%, FeCl3

10%, dan AlCl3 5%. (Choma & Grzelak,

2011).

Uji bioautografi pada gel diawali

dengan melakukan KLT sediaan gel pada

lempeng silika dan elusi menggunakan

pengembang yang sesuai. Kemudian

kromatogram yang telah kering diletakkan

pada permukaan media MHA (Mueller

Page 8: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

8

Hinton Agar) yang telah diinokulasi dengan

suspensi bakteri selama 30 sampai 60 menit.

Masing-masing spot pada KLT yang

dimasukan ke dalam media MHA diberi

tanda. Setelah itu kromatogram diangkat.

Lalu diinkubasi pada suhu 30ºC selama 24

jam, diamati daerah hambatan pertumbuhan

mikroba yang telah terjadi. Adanya daerah

hambatan diberi tanda dengan adanya

daerah bening pada spot lempeng KLT yang

telah ditandai. Untuk mengetahui golongan

senyawa yang diperkirakan aktif sebagai

antibakteri, dilakukan pengujian

kromatografi lapis tipis (KLT) terhadap

sediaan gel dengan fase diam silika F254 dan

fase gerak yang sesuai dengan menggunakan

berbagai penampak bercak. Nilai Rf dari

masing-masing spot dibandingkan dengan

spot yang ditunjukkan dengan adanya

penghambatan terhadap bakteri P. acnes.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi Simplisia

Tujuan karakterisasi simplisia adalah untuk

memastikan kualitas dan mutu dari simplisia

yang digunakan. Hasil karakterisasi

simplisia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia

Uji Karakterisasi Hasil (% b/b)

Kadar Abu Total 3,92

Kadar Abu Tidak Larut Asam 1,17

Kadar Sari Larut Air 8,95

Kadar Sari Larut Etanol 9,27

Susut Pengeringan 9.85

keterangan: b/b (bobot per bobot)

Penetapan kadar abu total bertujuan

untuk memberikan gambaran kandungan

mineral internal dan eksternal dari simplisia

daun gaharu. Selain kadar abu total,

dilakukan juga penetapan kadar abu tidak

larut asam yang bertujuan untuk

memberikan gambaran kandungan mineral

eksternal dalam bahan. Kadar abu tidak larut

asam yang kecil menandakan sedikitnya

pengotor seperti pasir ataupun silikat dalam

simplisia (Saikia and Khan.2012).

Penetapan kadar sari larut air dan larut

etanol dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui gambaran awal jumlah

kandungan suatu senyawa yang larut dalam

pelarut organik dan pelarut non-organik.

Dari hasil penetapan kadar sari

menunjukkan bahwa simplisia daun gaharu

lebih mudah larut dalam etanol.

Penetapan susut pengeringan

dilakukan untuk memberikan batasan

maksimal besarnya senyawa yang hilang

atau menguap dengan proses pengeringan

Page 9: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

9

pada suhu 1050C selama 30 menit atau

sampai berat konstan yang diperoleh 9,85%.

Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan untuk

mengetahui senyawa metabolit sekunder

yang terkandung pada simplisia. Hasil

skrining fitokimia menunjukkan hasil positif

pada semua golongan senyawa yang diuji

sehingga daun gaharu mengandung senyawa

metabolit sekunder yang terdiri dari

alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tannin,

dan steroid/triterpenoid.

Hal ini menunjukkan daun gaharu

dapat memiliki aktivitas dalam

penghambatan bakteri P. acnes karena

memiliki senyawa flavonoid (Chung &

Purwaningsih, 1999).

Ekstraksi

Salah satu parameter mutu ekstrak

adalah rendemen ekstrak yang dihasilkan.

Rendemen adalah perbandingan antara

ekstrak yang diperoleh dengan simplisia

awal. Hasil dari proses ekstraksi yang

dilakukan diperoleh ekstrak kental sebanyak

256,3 g, dan rendemen ekstrak daun gaharu

yang diperoleh sebesar 8,54%.

Fraksinasi

Fraksinasi merupakan proses

penarikan senyawa menggunakan dua

pelarut yang berbeda sifat kepolarannya.

Fraksinasi dilakukan menggunakan metode

Ekstraksi Cair-Cair dengan pelarut n-

heksana, etil asetat dan metanol : air. Hasil

rendemen fraksi daun gaharu dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Rendemen Fraksi Daun Gaharu

Fraksi Bobot (g) Rendemen (%)

n-heksana 40,52 20,26

Etil asetat 34,92 12,46

Metanol : air 120,53 60,27

Hasil dari rendemen fraksi yang

diperoleh, senyawa pada daun gaharu

banyak yang terlarut pada pelarut metanol :

air sehingga banyak senyawa yang terlarut

seperti senyawa flavonoid. Senyawa

flavonoid memiliki peran dalam aktivitas

penghambatan enzim alfa glukosidase.

Pemantauan Ekstrak dan Fraksi

Pemantauan ekstrak dan fraksi

dilakukan untuk melihat senyawa yang

terkandung dalam ekstrak dan fraksi secara

kualitatif dengan menggunakan metode

KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dan fase

gerak (Choma & Grzelak, 2011).

Page 10: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

10

Gambar 1. Pemantauan dengan fase gerak polar etil asetat : metanol : air (8:1:1)

Gambar 2. Pemantauan dengan fase gerak semi polar kloroform : metanol (9:1)

Gambar 3. Pemantauan dengan fase gerak non polar polar n-heksana : etilasetat (9:1)

Keterangan gambar:

Kromatogram ekstrak etanol 96 % daun gaharu (1), fraksi metanol-air daun gaharu (2), fraksi etil

asetat (3), fraksi n-heksan daun gaharu (4), fase diam silika gel F254, fase gerak etil asetat : metanol

: air (8 : 1 : 1), visual (a), sinar UV λ 254 nm (b), sinar UV λ 365 nm (c), visual H2SO4 10 % (d),

sinar UV λ 365 nm H2SO4 10 % (e), visual FeCl3 10 % (f), sinar UV λ 365 nm AlCl3 5 % (g).

Pada gambar tersebut, setelah plat

KLT disemprotkan penampak bercak FeCl3

10% (f) terdapat spot berwarna coklat

kehitaman dengan latar warna kuning pada

fraksi n-heksan (f4) diduga terdapat

senyawa fenolat, sedangkan pada plat KLT

dengan penampak bercak AlCl3 5% (g)

muncul fluoresensi berwarna biru pada

fraksi n-heksan (g4), untuk ekstrak etanol

(g1) dan fraksi etilasetat (g3) muncul

fluoresensi warna kuning kehijauan, pada

fraksi metanol : air (g2) muncul fluoresensi

1234 1234 1234 1234 1234 1234 1234 a b c d e f g

1234 1234 1234 1234 1234 1234 1234 a b c d e f g

1234 1234 1234 1234 1234 1234 1234 a b c d e f g

Page 11: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

11

warna biru. Pada ekstrak etanol, fraksi

metanol : air, fraksi etilasetat dan fraksi n-

heksana terdapat senyawa flavonoid.

Uji Aktivitas Antibakteri P. acnes

Uji aktivitas antibakteri dilakukan

menggunakan metode difusi cakram kertas

dengan konsentrasi induk larutan uji

500.000 ppm dan konsentrasi tetrasiklin

sebagai pembanding 10 ppm. Nilai KHM

yang diperoleh pada ekstrak etanol

konsentrasi 125.000 ppm dengan diameter

hambat sebesar 7,7 mm. Pada fraksi n-

heksana konsentrasi 500.000 ppm dengan

diameter hambat 4,96 mm. Pada fraksi

etilasetat konsentrasi 125.000 ppm dengan

diameter hambat 9,46 mm. Pada fraksi

metanol : air konsentrasi dengan diameter

hambat 7,06 mm. Berdasarkan hasil

pengujian aktivitas antibakteri, fraksi

etilasetat daun gaharu (Aquilaria

malaccensis Lam) memiliki nilai KHM

terbaik diantara ekstrak etanol, fraksi n-

heksana dan fraksi metanol : air sehingga

dapat dikatakan bahwa fraksi yang paling

potensial yaitu fraksi etilasetat.

Pengujian Mikrodilusi

Hasil pengujian difusi cakram kertas

dengan konsentrasi larutan induk fraksi

etilasetat dibuat sebesar 125.000 ppm, nilai

KHM pada fraksi etilasetat dengan

konsentrasi 3900 ppm dan nilai KHM pada

antibiotik tetrasiklin dengan konsentrasi

1,25 ppm kemudian pengujian nilai KBM

dengan metode difusi agar. Terbentuknya

zona bening pada media terjadi karena zat uji

berdifusi kedalam agar dan menghambat

perkecambahan serta pertumbuhan bakteri,

kemudian hasil tersebut diinkubasi dan zona

penghambatan pertumbuhan dapat terukur.

Berdasarkan hasil pengujian, tidak

terdapat zona bening pada media agar yang

menunjukan tidak terdapat KBM yang

artinya daun gaharu (Aquilaria malaccensis

Lam) pada fraksi etilasetat hanya dapat

menghambat pertumbuhan bakteri.

Uji Bioautografi Fraksi Aktif

Setelah diperoleh nilai KHM dan

KBM, pengujian dilanjutkan dengan

menggunakan metode bioautografi untuk

mengetahui senyawa yang memiliki

aktivitas sebagai antibakteri P. acnes. Fraksi

aktif yang diperoleh adalah fraksi etilasetat.

Gambar 4. Kromatogram Fraksi etilasetat daun gaharu (1), Hasil kontak antara plat

dengan media agar yang telah diinokulasi (2).

1 2

Page 12: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

12

Gambar 5. Kromatogram fraksi etilasetat daun gaharu visual (1), Kromatogram visual

H2SO4 10% (2), Kromatogram visual FeCl3 10% (3), Kromatogram sinar UV λ 365 nm

AlCl3 5% (4).

Penampak bercak H2SO4 merupakan

penampak bercak universal yang dapat

memunculkan semua jenis senyawa yang

akan nampak sebagai bercak hitam.

Penampak bercak FeCl3 merupakan

penampak bercak spesifik, sehingga

senyawa yang bersifat sebagai antibakteri

adalah senyawa golongan fenolat atau

polifenol. Senyawa polifenol merupakan

senyawa tumbuhan yang mengandung

cincin aromatis dengan satu atau lebih gugus

hidroksil dan dengan penambahan FeCl3

akan memberikan bercak warna hitam

dengan latar belakang berwarna kuning.

Aktivitas antibakteri polifenol dikarenakan

adanya gugus hidroksil yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri dengan

mekanisme denaturasi protein bakteri.

Polifenol terdiri atas golongan fenol

sederhana dan asam fenolat, kuinin,

flavonin, flavonoid dan flavonols, tanin serta

kumarin. Penampak bercak AlCl3

merupakan penampak bercak spesifik untuk

mendeteksi senyawa flavonoid. Dari hasil

pengamatan kromatogram pada sinar UV λ

365 nm terdapat fluoresensi biru dan kuning

kehijauan, menurut literatur disebutkan

bahwa identifikasi flavonoid akan

memberikan warna kuning setelah

penggunaan penampak bercak AlCl3

(Choma, I.M dan Grzelak, E.M. (2011).

Maka diduga bahwa pada

kromatogram hasil elusi KLT yang memiliki

aktivitas sebagai antibakteri dengan

menghasilkan zona hambat pada media

bakteri merupakan senyawa flavonoid.

Pembuatan Sediaan Gel

Bentuk sediaan yang dibuat dalam

penelitian ini adalah hidrogel. Hidrogel

dipilih karena daya sebar hidrogel pada kulit

baik, tidak menghambat fungsi fisiologis

kulit, memberikan efek dingin, serta mudah

dicuci dengan air (Voigt, 1994).

Formula gel fraksi daun gaharu terdiri

dari fraksi daun gaharu 2%, karbomer 940,

propilen glikol, metil paraben, propil

paraben, NaOH, dan akuades. Sediaan gel

yang dibuat selanjutnya akan diuji

bioautogtafi kontak untuk mengetahui

senyawa yang bertindak sebagai antibakteri

pada sediaan gel.

(1) (2) (3) (4)

Page 13: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

13

Fraksi daun gaharu berfungsi sebagai

zat aktif yang memiliki aktivitas antibakteri.

Pembuatan gel fraksi daun gaharu ini

menggunakan karbopol sebagai gelling

agent yang merupakan bahan pembentuk

gel. Karbopol sering digunakan sebagai

gelling agent karena karbopol dapat

memberikan karakteristik gel yang baik. Gel

karbopol juga memiliki stabilitas yang baik

terhadap panas (Osborne & Amann, 1990).

Penggunaan karbopol pada sediaan

gel fraksi gaharu yaitu 2 %. Propilen glikol

sebagai humektan yang akan menjaga

kestabilan sediaan dengan cara

mengabsorbsi lembab dari lingkungan dan

mengurangi penguapan air dari sediaan.

Selain menjaga kestabilan sediaan, secara

tidak langsung humektan juga

mempertahankan kelembaban kulit sehingga

kulit tidak kering. Metil paraben dan propil

paraben berfungsi sebagai pengawet.

Pengawet diperlukan dalam formulasi gel

mengingat bahwa tingginya kandungan air

dalam sediaan gel yang dapat menyebabkan

terjadinya kontaminasi mikroba. NaOH

digunakan sebagai pembasa untuk

menetralkan karbomer. Akuades berfungsi

sebagai pelarut dalam formulasi gel.

Uji Bioautografi Sediaan Gel

Metode bioautografi merupakan

metode yang spesifik untuk mendeteksi

bercak pada kromatogram hasil

kromatografi lapis tipis (KLT) yang

mempunyai aktivitas sebagai antibakteri

(Novitasari et al, 2015).

Sediaan gel fraksi daun gaharu 2 %

ditotol pada plat KLT kemudian dielusi

dengan fase gerak kloroform : metanol (9 :

1), lalu dimasukkan ke media yang berisi

bakteri. Dipilihnya metode bioautografi

kontak karena lebih mudah, sederhana dan

paling sering digunakan. Bioautogrfi kontak

diperoleh proses perpindahan senyawa aktif

ke dalam medium agar yang dapat

menghasilkan zona hambatan dan

kemampuan membedakan antara senyawa

aktif dengan nilai Rf yang sama (Khaerati et

al, 2011). Setelah plat dikontakan dengan

media, plat diangkat lalu diinkubasi.

1 2

Gambar 6. Kromatogram gel fraksi etil asetat daun gaharu (1), hasil kontak antara plat

dengan media agar yang telah diinokulasi (2).

Page 14: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

14

Pada Gambar 6, terdapat bercak yang

memiliki zona bening pada media agar

dengan Rf 0,12, nilai Rf hasil KLT sediaan

gel lebih rendah dari nilai Rf hasil KLT

fraksi etil asetat. Dengan nilai Rf tersebut,

bercak yang sama dengan nilai Rf 0,12

adalah bercak yang ada pada plat yang

direaksikan dengan H2SO4 10 %, FeCl3 10

%, dan AlCl3 5 % pada Gambar 7.

Gambar 7. Kromatogram fraksi daun gaharu visual (1), Kromatogram visual H2SO4 10 %

(2) Kromatogram visual FeCl3 10 % (3) kromatogram sinar UV λ 365 nm AlCl3 5 % (4).

Penampak bercak H2SO4 merupakan

penampak bercak universal yang dapat

memunculkan semua jenis senyawa dengan

mengoksidasi solut-solut organik yang akan

nampak sebagai bercak hitam. Penampak

bercak FeCl3 merupakan penampak bercak

spesifik, sehingga senyawa yang bersifat

sebagai antibakteri adalah senyawa

golongan fenolat atau polifenol. Senyawa

polifenol merupakan senyawa tumbuhan

yang mengandung cincin aromatis dengan

satu atau lebih gugus hidroksil dan dengan

penambahan FeCl3 akan memberikan bercak

warna hitam dengan latar belakang berwarna

kuning. Aktivitas antibakteri polifenol

dikarenakan adanya gugus hidroksil yang

dapat menghambat pertumbuhan bakteri

dengan mekanisme denaturasi protein

bakteri. Polifenol terdiri atas golongan fenol

sederhana dan asam fenolat, kuinin,

flavonin, flavonoid dan flavonols, tanin serta

kumarin (Ulfa et al, 2013).

Penampak bercak AlCl3 merupakan

penampak bercak spesifik untuk mendeteksi

senyawa flavonoid. Dari hasil pengamatan

kromatogram pada sinar UV λ 365 nm

terdapat fluoresensi biru, diduga bahwa pada

kromatogram hasil elusi KLT yang memiliki

aktivitas sebagai antibakteri dengan

menghasilkan zona hambat pada media

bakteri merupakan senyawa flavonoid.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih

untuk fasilitas Laboratorium di fakultas

farmasi Universitas Bhakti Kencana

Bandung.

(1) (2) (3) (4)

Page 15: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

15

KESIMPULAN

Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap

bakteri P. acnes yang memiliki aktivitas

dalam menghambat bakteri P. acnes adalah

fraksi etilasetat dan senyawa yang diduga

memiliki aktivtas antibakterinya adalah

senyawa flavonoid.

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, N. 2008. Aquilaria malaccencis

Lam., Forest and Landscape (138).

Bojar, R.A., & Keith, T.H. 2004. Acne and

Propionibacterium acnes. Clinics in

Dermantology. 22:275-379.

Choma, I.M & Grzelak, E.M. 2011.

Bioautography detection in thin layer

chromatography. Journal of

Chromatography A. 1218:2684-2691.

CLSI. 2009. Methods For Dilution

Antimicrobial Susceptibility Test For

Bacteria That Grow Aerobically,

Approved standard-Ninth Edition

M07-A8. National Commite for

Clinical Laboratory Standard. 29.

Chung, R.C.K. & Purwaningsih. 1999.

Aquilaria malaccensis Lam. In: L.P.A.

Oyen and Nguyen Xuan Dung

(Editors). Plants Resources of South-

EastAsia no 19 Essential-oil plants,

Backhuys Publishers, Leiden the

Netherlands. pp : 64-67.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

1995. Farmakope Indonesia, Ed. IV,

Jakarta.

Djajadisastra, J., Mun’im, A., & NP, D.

2009. Formulasi Gel Topikal Dari

Ekstrak Nerii Folium Dalam Sediaan

Anti Jerawat. Jurnal Farmasi

Indonesia. 4:210-216.

ITIS (Integrated taxonomic information

system). 2019. “Taxonomic

Hierarchy: Aquilaria malaccensis

Lam.”

https://www.itis.gov/servlet/SingleRp

t/SingleRpt?search_topic=TSN&sear

ch_value=845890#null, diakses 18

Juli 2019.

Farnsworth, N.R. 1966. Biological and

phytochemical screening of plants.

Journal of Pharmaceutical Sciences.

55(3):225–276.

doi:10.1002/jps.2600550302.

Harborne, J. 1984. Phytochemical Methods :

A Guide to Modern Technique of

Plant Analysis. (2nd edn). Chapman

and Hall.London. 19:37–168.

Khaerati, K & Ihwan. 2011. Uji Efek

Antibakteri Ekstrak Etanol Herba

Seledri (Apium graveolens Linn.)

Terhadap Escheria coli dan

Staphylococcus aureus dan Analisis

KLT Bioautografi. Biocelebes. 5.

Liana, Y. 2013. Antibacterial Activity Test

of Agarwood Leaf Fraction (Aquilaria

malaccensis Lam) Against

Staphylococcus aureus ATCC 25923

In Vitro. Thesis, Biomedical-

Pharmacology Study Program,

Faculty of Medicine, Sriwijaya

University, Palembang.

Novitasari, M.R., Agustina, R., Ramdani,

A., & Rusli, R. 2015. Profil

Page 16: AKTIVITAS FRAKSI DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis …

JSTFI

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia

Vol. IX, No. 1, April 2020 ISSN: 2303-2138

16

Kromatografi Senyawa Aktif

Antioksidan dan Antibakteri Fraksi

Etil Asetat Daun Libo (Ficus

variegata Blume.). Jurnal Sains dan

Kesehatan. 3:131-137.

Osborne, D.W & Amann, A.H. 1990.

Topical Drug Delivery Formulation,

Marcel Dekker In, USA.

Saikia & Khan. 2012. Aquilaria malaccensis

Lam., a Red-listed and highly

exploited tree species in the Assamese

home garden. Current Science.

102(4).

Ulfa, E.U., Sari, D.S., & Wijaya, D. 2013.

Aktivitas Antibakteri dan KLT

Bioautografi Ekstrak Etanol Daun

Sirsak Naga (Drymoglossum

piloselloides) Terhadap Streptococcus

mutans, Jurnal Kedokteran Gigi.

10:42.

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi

Farmasi, edisi kelima, UGM Press,

Yogyakarta.

Wil, N.N.A.N., Omar, N.A. Mhd., Ibrahim,

N.A., & Tajuddin, S.N. 2014. In vitro

antioxidant activity and

phytochemical screening of Aquilaria

malaccensis leaf extracts. Journal of

Chemical and Pharmaceutical

Research. 6:688-693.

Zatz, J.L., & Kushla, G.P. 1996. Gels. In

Lieberman, H.A., Rieger, M.M., &

Banker, G.S. Pharmaceutical

Dossage Forms: Disperse System. (2nd

ed. Vol 2, pp. 495-510). New York :

Marcel Dekk