Top Banner

AKTIVIS: Agen Perubahan

Apr 06, 2016

Download

Documents

Majalah AKTIVIS

Majalah pertama dari Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA).
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: AKTIVIS: Agen Perubahan
Page 2: AKTIVIS: Agen Perubahan

Kami percaya bahwa para pelajar Indonesia di Australia sedang menimba ilmu yang pastinya akan berguna bagi kemajuan dan kelangsungan negara dan rakyat Indonesia. Namun sungguh disayangkan, ada banyak talenta, prestasi, dan program dari para pelajar yang sepertinya belum banyak mendapat sorotan dari media yang ada saat ini. Oleh karena itu, AKTIVIS sebagai majalah pertama dari Pehimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA), hadir bukan hanya sebagai refleksi dari visi-misi PPIA tahun ini, yakni “Aktif, Kreatif, Visioner”, tetapi juga sebagai sarana untuk berbagi informasi dan memperlihatkan hasil karya para pelajar Indonesia, khususnya di Australia, kepada khalayak umum.

Sesuai dengan nama majalah ini (AKTIVIS), tema edisi pertama ini adalah “Agen Perubahan”. Kami berharap agar konten kami dapat menginspirasi para pembaca untuk semakin aktif berkontribusi demi kemajuan dan perubahan bangsa ke arah yang lebih baik. Semua orang tanpa terkecuali dapat menjadi agen-agen perubahan ini di lingkungannya masing-masing. Agen perubahan yang berada di sekitar kitalah yang menjadi sorotan di AKTIVIS, seperti komunitas tari saman dan musik keroncong di Australia, serta komunitas ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.

Salam Redaksi

Mereka telah membuktikan bahwa menjadi agen perubahan bisa dilakukan kapanpun, dimanapun, dan di bidang apapun selama ada niat untuk berkontribusi positif kepada bangsa dan negara tercinta. Selain itu, AKTIVIS juga mengangkat berbagai tokoh-tokoh yang telah menjadi agen perubahan di bidangnya masing-masing, seperti Raden Mas Tirto Adhi Soerjo dan gubernur baru Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.

Makna dari agen perubahan sendiri tidak tertulis di atas batu, sehingga bisa memiliki arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. Kami berharap, selama kontribusi yang tercapai diarahkan menuju perubahan yang positif, semua orang bisa menjadi agen perubahan melalui caranya masing-masing.

Jika para pembaca sekalian memiliki saran atau kritik mengenai edisi pertama ini, kami dengan senang hati menerima pesan-pesan tersebut melalui [email protected], atau halaman Facebook kami (Majalah PPIA).

Perubahan besar datang dari perubahan kecil yang berkelanjutan. Mari kita menjadi agen perubahan untuk mengharumkan bangsa Indonesia dimanapun kita berada. Selamat membaca!

Salam AKTIVIS,Putu Dea Kartika PutraEditor-in-Chief

01

| SA

LAM

Red

aksi

Page 3: AKTIVIS: Agen Perubahan

Tim Redaksi

02

| T

im

Reda

ksi

Editor-in-Chief

Putu Dea Kartika Putra (VIC)[email protected]

Putu Dea Kartika Putra, atau biasa dipanggil Dea, adalah mahasiswi Master of Global Media Communications di University of Melbourne. Di AKTIVIS, Dea bertanggung jawab untuk memilih dan mengedit artikel yang layak masuk ke majalah, serta mengepalai tim redaksi yang tersebar di berbagai state di Australia. Selain itu, Dea juga adalah salah satu anggota departemen Media & Komunikasi di Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) (2014-2015). Saat ini, Dea juga menjabat sebagai managing editor di Perspektif, majalah berbasis opini yang merupakan proyek dari PPIA Melbourne University. Selain aktif dalam bidang writing and editing, Dea sangat menyukai musik, dan bisa ditemukan di komunitas musik lokal Melbourne, dengan menjadi penonton dan menerbitkan online

zine.

Managing Editor

Lalita Fitrianti Pawarisi (QLD)[email protected]

Lalita Fitrianti Pawarisi adalah mahasiswa program Master of Environmental Management di the University of Queensland dengan fokus pada bidang biologi. Aktivitasnya saat ini antara lain aktif sebagai tim materi di Youth Scientific Community Indonesia, sebuah komunitas berbasis sains di Indonesia. Di bidang media, Lalita memiliki pengalaman antara lain berkontribusi ke beberapa media nasional dan pernah aktif di bidang komunikasi dan informasi mahasiswa saat S1. Lalita juga gemar menulis, dimana tulisannya pernah dimuat di sebuah buku yang dicetak secara independen berjudul Perempuan-

perempuan Ganesha.

Fernanda Santosa (NSW) [email protected]

Fernanda Santosa adalah mahasiswi program Interior Architecture di University of New South Wales. Selain bertanggung jawab menjadi layouter di AKTIVIS, ia juga aktif dalam PPIA UNSW 2014-2015 dalam tim media dan dokumentasi dan juga PPIA NSW 2013-2014 dalam bidang tim kreatif dimana hal-hal yang dikerjakan adalah mendesain merchandise dan poster. Kegemarannya akan typography dan desain grafis mendorong ia untuk tak segan mencoba hal-hal baru dalam bidang desain, seperti layaknya pertama kali

menjadi layouter majalah yaitu AKTIVIS.

Mikhael Geordie Amadeus (NSW) [email protected]

Mikhael Geordie Amadeus adalah mahasiswa program Product Design di University of Technology Sydney. Selagi mendalami bidang design grafis dan prototyping 3d, Mikhael aktif berpartisipasi dalam mendesain di kalangan profit dan non-profit. Mahasiswa yang sering dipanggil Gogon ini juga seorang enthusiast di bidang fotografi, audio, dan teknologi komputer. Mikhael berharap untuk dapat terus mengembangkan talentanya dan mendapat pengalaman baru, serta berbagi ide dan visi tentang

hal-hal terbaru.

Layouter & Designer

Page 4: AKTIVIS: Agen Perubahan

Titik Endahyani (QLD) [email protected]

Titik, sebagai penerima beasiswa Dikti saat ini sedang menjalankan studi di program PhD Creative Industry di QUT, Brisbane. Selama di Indonesia telah berkarir secara profesional di bidang interior desain dengan berbagai latar belakang bisnis, antara lain konsultan dan kontraktor, property management dan retail management. Di bidang akademis, saat ini bergabung sebagai Research Coordinator School of Design Universitas Bina Nusantara (Binus University), Jakarta. Di bidang aktivitas sosial, sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan karakter anak (anak berbakat, anak jalanan dan anak berkebutuhan khusus), pemberdayaan wanita dan mendorong terapresiasinya produk lokal Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), telah menggagas dan menyelenggarakan acara Indonesia Kids Fair (Children Assic Compex: Art, Song, Music, Competition and Exhibition) di tahun 2009 dan 2010, serta Indonesia Kids and Youth Fair di tahun 2012. Bersama dengan dua orang teman telah menerbitkan dua jilid buku belajar menyanyi untuk anak dan satu buku belajar menjahit aplikasi. Sebagian hasil penjualan buku telah didonasikan ke sekolah yang berada di pedesaan berupa rangkaian alat musik angklung. Keanggotaan yang diikuti saat ini adalah anggota profesional Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) dan anggota Indonesia Global Compact Network (IGCN) melalui Assic Creative Management yang dirintis untuk mendukung

terselenggaranya aktivitas sosial.

Joanita Olivia Wibowo (NSW) [email protected]

Joanita saat ini sedang menempuh program Bachelor of Arts (Media and Communications) di University of Sydney dengan fokus di bidang pemerintahan dan hubungan internasional. Selain AKTIVIS, Joanita saat ini juga tergabung dalam divisi Media dan Kreatif PPIA NSW 2014-2015. Joanita juga telah menulis untuk riset Ayo Vote dan juga untuk majalah BULL

dari University of Sydney Union.

Alicia Azzahra Demitri Deswandy (VIC) [email protected]

Alicia saat ini ini sedang menekuni bidang Politik dan Studi Internasional di Monash University dalam program Bachelor of Arts. Mahasiswa yang gemar membaca dan menulis ini pernah aktif dalam organisasi Amnesty International at Monash Caulfield (AIMC) sebagai penulis. Artikel miliknya telah dimuat di berbagai edisi majalah klub tersebut dan juga di salah satu majalah Asylum Seeker Resource Centre (ASRC) yang berbasis di Melbourne, Australia. Alicia saat ini bergabung dalam kepengurusan PPIA Victoria 2014 - 2015 sebagai Media Relations Officer.

Politik & Hukum

03 |

tim

Re

daks

i

Rizal Rickieno (QLD)[email protected]

Kemampuan Rizal dalam dunia editing telah terasah sejak tahun 2005 sejak dia bergabung dengan beberapa penerbit buku di Bandung sebagai editor buku dan menjadi anggota Forum Editor Indonesia (FEI). Pria yang pernah mendapatkan beasiswa untuk mengenyam pendidikan di King Saud University, Riyadh, Saudi Arabia ini, saat ini melakukan aktivitas di Cimahi Creative Association (CCA), sebuah organisasi yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Cimahi untuk membangun industri kreatif di Kota Cimahi, Jawa Barat. Hal inilah yang akhirnya membawanya datang ke Kota Brisbane untuk menjadi mahasiswa Master by Research di Creative Industries Faculty, Queensland University of Technology (QUT). Penelitian yang ingin dilakukannya adalah terkait bagaimana membangun ekosistem industri kreatif di Kota Cimahi sehingga terbuka lapangan kerja yang luas untuk meningkatkan perekonomian kota dan

masyarakat sekitar.

Copy Editor

Seni Budaya & Olahraga

Reo Audi (VIC) [email protected]

Reo Audi, mahasiswa pascasarjana yang sedang menempuh studi Master of Environment di University of Melbourne. Lulusan Teknik Lingkungan dari Institut Teknologi Bandung ini memiliki jiwa olahraga di dalam darahnya sejak lahir. Belum pernah absen menyaksikan timnas Indonesia berlaga, baik di stadion ataupun di balik layar kaca. Gemar melakukan berbagai aktivitas olahraga dikala mengisi waktu luangnya, boleh sepakbola, basket, voli, bulutangkis, tenis meja, maupun renang. Betah berkegiatan di alam terbuka alias anak lapangan. Tidak hanya untuk timnas Indonesia, ia juga suporter

sepanjang masa bagi Arsenal.

Page 5: AKTIVIS: Agen Perubahan

SosialBisnis & Ekonomi

Vania Andreani Pratama (NSW) [email protected]

Vania adalah seorang mahasiswi yang baru saja menyelesaikan program studi tahun pertamanya di University of New South Wales, dengan jurusan Architectural Studies. Di sela-sela kesibukkannya mendesain dan membuat model, ia juga sering membaca berita lokal maupun internasional, mengikuti perkembangan jaman. Di masa sekolah, ia aktif di dalam pembuatan buku tahunan dan organisasi kesiswaan. Vania berharap untuk bisa mendapatkan banyak pengalaman baru selama masa aktifnya sebagai editor divisi Sosial di majalah

AKTIVIS, dan juga masa studinya di Sydney.

Syarif Hamdi (NSW) [email protected]

Mahasiswa yang akrab dipanggil Odi ini tidak bisa hidup tanpa buku catatan kecil dan pensil yang ia selalu bawa kemana-mana. Sesuai dengan posisinya sebagai editor divisi Sosial, Odi gemar mengikuti perkembangan berita dunia beserta juga dengan mencari cerita-cerita dan opini intelektual dari berbagai individu, baik online maupun offline. Saat ini, Odi sedang menempuh program Bachelor of Arts dengan fokus di bidang Cultural Studies, dan selain dari AKTIVIS, Odi juga berperan sebagai ketua bidang Media dan Komunikasi Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) ranting University of Wollongong. Beberapa aktivitas menghabiskan waktu yang senang dilakukan oleh Odi adalah menulis, berolahraga, bermain game komputer, dan membaca buku seri Discworld karya Terry Pratchett sampai

tertawa terbahak-bahak.

Suprehatin (SA)[email protected]

Supre adalah dosen di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB). Saat ini, Supre sedang menyelesaikan program PhD di Global Food Studies, The University of Adelaide (UoA). Sebagai penerima beasiswa John Allwright Fellowship, topik penelitiannya terkait dengan salah satu kegiatan penelitian yang didanai oleh Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) yaitu “Markets for high-value commodities: Promoting competitiveness and inclusiveness”. Sebelumnya, dia menyelesaikan pendidikan S2 di UoA dan S1 di IPB masing-masing pada tahun 2009 dan 2002. Pria kelahiran Kudus, Jawa Tengah ini juga aktif di GoLive Indonesia (http://goliveindonesia.com/). Dengan slogan “creating a better world for everyone through agriculture”, dia berharap dapat terus berkontribusi untuk masyarakat

yang lebih baik.

Adrian Surya Mohammad Hatta (NSW) [email protected]

Adrian adalah Seorang professional muda dengan berbagai pengalamannya. Beliau memperoleh gelar sarjananya dari Universitas Gadjah Mada dan Rijkuniversiteit Groningen dalam bidang akuntansi dan bisnis internasional. Disamping itu, beliau juga merupakan seorang alumni dari The Australia National University. Bidang keilmuannya adalah akuntansi, keuangan serta ekonomi. Dia adalah seorang partner dari sebuah accounting/consultancy firm di Jakarta, Indonesia dan juga berpengalaman sebagai akuntan di Australia. Dalam hal kualifikasi professional, beliau adalah anggota penuh dari Chartered Accountant Indonesia dan juga Institute

of Public Accountant Australia.

04

| tim

Red

aksi

Page 6: AKTIVIS: Agen Perubahan

Fotografi oleh Joshua Irwandi

Page 7: AKTIVIS: Agen Perubahan

Fotografi oleh Joshua Irwandi

Page 8: AKTIVIS: Agen Perubahan

Daftar IsiCover foto oleh Muhammad Yogaswara

01 Salam Redaksi

02 Tim Redaksi

07 Daftar Isi

08 Feature Articles09 Y-Sci : "Kami berharap orang bisa bersikap ilmiah"14 Menjadi Agen Perubahan : Sekedar Intermezzo

17 Social19 Agen Perubahan Tanpa Modal21 Guna Aktif Berorganisasi dalam Membangun Karakter26 Kerukunan Interaksi Antar Umat Beragama28 Refleksi Hari Pahlawan : Kekuatan Pena R.M. Tirto Adhi Soerjo30 Program Tjahaya “Curhat Buat Sahabat”: Esai Foto Sebagai Media Agen Perubahan

33 Politik dan Hukum34 Rent-Seeking: FPI Lawan Ahok37 Opini :"Objektivitas adalah harga mati"40 Polemik UU Pilkada44 Opini : Mengembalikan Semangat Bhinneka Tunggal Ika

46 Seni Budaya dan Olahraga47 Agen Perubahan Seni Budaya : Duta Bangsa yang Menjembatani Lintas Seni Budaya Antar Negara50 Opini: Antara Aku, Saman, dan Australia53 Diplomasi Kebudayaan di Tengah Komunitas Internasional: Memperkenalkan Musik Keroncong di Brisbane57 Menuju Pentas OLYMPPIA 201562 Timnas U-19: Perjuangan Keras Menuju Pantas

61 Bisnis dan Ekonomi62 Survey Biaya Hidup di Australia66 Perkembangan Industri Teknologi Informasi di Indonesia70 Mari Elka Pangestu dan Perubahan73 Peran Investasi dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Mewujudkan Ketahanan Pangan di Indonesia75 Bertani untuk Dunia yang Lebih Baik, Kenapa Tidak?

80 Refleksi Perubahan

07 |

DAF

TAR

ISI

Page 9: AKTIVIS: Agen Perubahan

Feature Articles

08 |

Fea

ture

art

icles

Page 10: AKTIVIS: Agen Perubahan

Feature article Y-Sci: “Kami berharap orang bisa

bersikap ilmiah”Ditulis oleh Lalita Fitrianti Pawarisi, fotografi oleh Adhitya Bayu dan Sheyka Nugrahani

Awalnya sederhana saja; kegemaran terhadap sains. Y-Sci, singkatan untuk Youth Scientific Community of Indonesia, lahir dari sebuah diskusi kecil antara muda mudi domisili Jakarta dan Bandung yang gemar membaca majalah-majalah seperti National Geographic dan Intisari. Berawal dari topik-topik ringan seperti teknologi termutakhir hingga isu-isu nasional seperti ketahanan pangan, Y-Sci perlahan-lahan tumbuh menjadi komunitas yang besar.

“Iptek itu kurang ngetop di kalangan muda kita,” ujar Ariananda Hariadi, pendiri sekaligus ketua YSci.

Sebagai alumni jurusan biologi yang kini berlakon sebagai peneliti di salah satu badan riset milik negara, Aria merasa bahwa bidang sains memiliki banyak tantangan.

“Kita sering bilang bahwa peneliti di Indonesia itu tidak dihargai. Ternyata yang salah bukan di masyarakat kita, namun di peneliti yang tidak bisa mempopulerkan ilmunya ke masyarakat. Akibatnya, ada kesenjangan antara peneliti dan masyarakat secara umum.”

Aria berargumen bahwa dengan pertumbuhan penduduk saat ini, Indonesia akan memiliki bonus demografi sebesar 70 persen dari kelompok usia produktif di tahun 2030. Jika kondisi lapangan kerja di masa mendatang tidak tumbuh dari segi variasi, hal ini akan menjadi buruk. Kompetisi pada skala rekrutmen kerja akan bertambah sengit dan angka pengangguran bisa meningkat jauh lebih tinggi dari kondisi sekarang.

“Sudah rahasia umum ya, sarjana sains banyak yang ujung-ujungnya kerja di lapangan kerja pasaran kayak bank,” ujar Aria yang kebetulan berasal dari jurusan yang kurang populer di pasar lapangan kerja, “Niat dari komunitas ini adalah menjadi sarana untuk mempertahankan ilmu masing-masing. Kami berharap variasi ilmu ini akan tetap bertahan hingga 2030 agar calon-calon ilmuwan memiliki relung di masyarakat kelak.”

Motif inilah yang mendasari pembentukan Y-Sci, yang merupakan komunitas khusus mahasiswa dan young professionals yang berusia 18-30 tahun. Komunitas ini pada dasarnya fokus pada bidang sains, namun tidak terbatas pada bidang profesi tersebut. “It’s not about being a scientist, but being scientific.”

09 |

feat

ure a

rticl

es

Page 11: AKTIVIS: Agen Perubahan

Fotografi oleh Sheyka Nugrahani1 Salah satu diskusi bulanan Y-Sci yang di salah satu kediaman anggota. Diskusi bulanan yang pernah dilakukan sejauh ini

mencakup topik antara lain energi terbarukan dan komoditas pangan. 2 Demi menghimpun massa, Y-Sci membuka kios pada sebuah pameran di JCC, Jakarta. Kios ini mendapatkan banyak

respons positif dari pengunjung.

10 |

fea

ture

art

icles

Page 12: AKTIVIS: Agen Perubahan

1 Demonstrasi Boo Bubbles di SAINTIKA, Bumi Sangkuriang, Bandung. Boo Bubbles, yang dipopulerkan oleh Steve Spangler, adalah eksperimen yang menghasilkan gelembung berisi gas karbon dioksida.

2 Demonstrasi piringan pelangi di SAINTIKA, Bumi Sangkuriang, Bandung. Piringan dibuat dari kertas origami yang dikaitkan ke tali kasur untuk menghasilkan spektrum warna pelangi.

Fotografi oleh Adhitya Bayu

11 | f

eatu

re a

rticl

es

Page 13: AKTIVIS: Agen Perubahan

1 Demonstrasi Boo Bubbles di SAINTIKA, Bumi Sangkuriang, Bandung. Boo Bubbles, yang dipopulerkan oleh Steve Spangler, adalah eksperimen yang menghasilkan gelembung berisi gas karbon dioksida.

2 Salah satu kelompok di workshop SAINTIKA, Bumi Sangkuriang, Bandung. Satu kelompok terdiri dari beberapa murid dan dua kakak pembina.

Fotografi oleh Adhitya Bayu

12 |

fea

ture

art

icles

Page 14: AKTIVIS: Agen Perubahan

Visi Y-Sci adalah menjadi wadah pemuda Indonesia dalam mengkaji serta mempopulerkan iptek. Visi ini diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan berupa kajian dan edukasi. Kajian bulanan mencakup topik-topik seperti bioethanol, panas bumi, ketahanan pangan dan pendidikan. Y-Sci juga baru melaksanakan acara SAINTIKA di Bandung pada awal November lalu yang merupakan program edukasi bagi murid-murid sekolah dasar.

“SAINTIKA adalah workshop ilmiah untuk murid kelas 4-5 SD. Kami mengundang tiga sekolah dasar di Bandung untuk melakukan 15 percobaan. Percobaannya seperti roket dan thaumatrope [mainan tradisional di era Victoria yang bisa digunakan sebagai simulasi animasi sederhana]. Acara ini kerjasama dengan Formind [Forum Peneliti Muda Indonesia] dan Unit Robotika ITB.”

Acara tersebut mendapatkan respon positif dari para peserta. “Ke depannya, kami berharap bias membuat festival dan majalah sains untuk kalangan muda.”

Untuk menghimpun massa, Y-Sci telah beberapa kali mengikuti pameran untuk membesarkan gaungnya.

“Sebenarnya kita pikir kita gak bakal ngetop karena bidangnya yang kurang populer. Eh, taunya yang mau ikutan kajian kita banyak!” kenang Aria. “Contohnya SAINTIKA, kami pikir akan kesulitan mendapatkan sukarelawan karena kurangnya minat itu. Namun ketika kami minta tolong, eh, sukarelawannya malah terlalu banyak! Kami sampai bingung, ha ha ha...”

Kendati begitu, Aria paham bahwa bidang iptek bukan bidang yang diprioritaskan di Indonesia. Meskipun massanya bertambah banyak, Aria tahu bahwa membentuk Y-Sci merupakan tantangan tersendiri. Sebagai negara berkembang, iptek tidak akan menjadi bidang yang diprioritaskan dalam beberapa lama. Namun, Aria tidak putus asa.

“Untuk Indonesia, kami berharap adanya sinergi antara pemerintah, industri, dan institusi pendidikan. Untuk skala komunitas, kami berharap orang bisa bersikap ilmiah. Jadi, orang itu harus kritis, bisa mempertanyakan sebuah isu, dan mau mencari kredibilitas data.”

Tertarik bergabung dengan Y-Sci?Teman-teman yang tertarik bergabung bisa menghubungi Aria atau buka http://y-sci.tumblr.com dan http://www.facebook.com/YouthScientificCommunityofIndonesia.

Ariananda Hariadi, akrab dipanggil Aria, adalah ketua umum Y-Sci. Sebelumnya Aria mengemban pendidikan sarjana di program studi Biologi di Institut Teknologi Bandung. Selain sibuk dengan Y-Sci, Aria saat ini berprofesi sebagai peneliti bidang biologi molekuler di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.

13 |

fea

ture

art

icles

Page 15: AKTIVIS: Agen Perubahan

Menjadi Agen Perubahan : Sekedar Intermezzo

Ditulis oleh Dhimas Wisnu Mahendra, ilustrasi oleh Dhimas Wisnu Mahendra

Manusia adalah makhluk berakal dan berbudi. Berbekal otak dan hati, dengan mengoptimalkan potensi terbaik yang dimiliki, manusia mampu membangun peradaban yang tinggi dan mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Salah satu wujud pencapaian dalam peradaban manusia adalah berkesenian. Seni adalah buah cita rasa hasil cipta dan karsa yang diolah dalam kreasi dan inovasi hingga menjadi karya yang bernilai tinggi sebagai ekspresi keluhuran akal serta budi. Sebagai bentuk ekspresi, karya seni bisa berupa apa saja, mulai dari lukisan, tulisan, foto, lagu, musik, pahatan, ukiran, anyaman, rajutan hingga bangunan.

Saya senang menulis, tapi juga gemar melukis. Sebagai penulis, saya butuh menuangkan gagasan dan isi pikiran saya agar tak mengendap lalu menguap. Sebagai pelukis, saya juga butuh meluapkan gejolak rasa dan ekspresi jiwa ke dalam suatu gambar atau lukisan. Jika melihat lukisan di atas, apa kesan pertama di benak Anda?

Gambar sederhana itu saya buat tepat di hari peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2014, yang kami rayakan dengan sederhana pula di Wollongong, New South Wales, Australia, bersama teman-teman PPIA University of Wollongong satu minggu kemudian. Sebagai wujud kecintaan saya pada tanah air, hasrat yang menguat kala itu menjadikan lukisan tersebut lahir. Maka dengan sumringah, saya upload di laman Facebook dan mendapat tanggapan beragam.

Beberapa komentar ternyata justru seragam menengarai, si tokoh - benar, itu personifikasi saya - ingin melebarkan sayap, menganeksasi, mencaplok hingga menjadikan Australia bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, hwarakadah! Meski konteksnya boleh jadi bercanda, tak ayal saya jadi merenung. Apakah benar begitu kesan umum yang tertangkap? Bagaimana pendapat Sobat AKTIVIS?

Padahal, saya hendak menyampaikan semangat, bahwa dimanapun bumi dipijak atau langit dijunjung, di dalam hati tetap satu cinta, tanah airku, Indonesia! Ternyata, menyampaikan isi pesan tidak semudah yang dikira. Peluang multitafsir selalu ada. Dengan begitu, bertambah lagi satu ilmu baru, berhati-hatilah dalam mengomunikasikan suatu pesan. Sedapat mungkin upayakan pemilihan kata yang tepat, supaya tak menimbulkan ambiguitas atau bermakna ganda hingga berdampak disalahartikan.

14 |

fea

ture

art

icles

Page 16: AKTIVIS: Agen Perubahan

1 5 |

feat

ure a

rticl

es

Page 17: AKTIVIS: Agen Perubahan

Sebagai bagian dari proses pembelajaran dan penalaran, saya yang waktu itu belum paham betul makna agen perubahan, berupaya mengaitkan konteks dan menganggap menjadi seorang agen perubahan itu sungguh keren! Seorang detektif yang bisa berubah jadi ksatria baja! Saya jadi senang menginvestigasi, juga terus belajar serta berubah, untuk jadi lebih baik tiap kali. Kini, setelah saya mulai mengerti, ada hal yang lebih penting dari sekedar keren dengan menjadi Agent of Change! Peter Parker di balik topeng Spiderman diwasiati mendiang paman Ben sebelum wafat: with great power, comes great responsibility! Bersama kekuatan yang besar, terdapat tanggung jawab yang besar pula! Jadi ada elemen esensial yakni tanggung jawab ketika kita memutuskan untuk mengambil peranan yang lebih besar dalam kehidupan.

Sebagai sebuah refleksi, saat saya memilih untuk belajar di luar negeri, ada tanggung jawab moral yang saya pikul, bahwa dimanapun, kapanpun dan dalam situasi apapun, aksi dan reaksi, sikap, perilaku, serta perbuatan saya, adalah cerminan yang mewakili wajah bangsa Indonesia. Melakukan hal yang tak pantas berarti turut mencoreng muka negeri sendiri. Sebaliknya, mengukir prestasi melalui kiprah yang positif dapat mengangkat citra negara di mancanegara. Hal mana, mengguratkan sebuah janji dalam hati!

Saya bertekad menjadi bagian dari “Agen Perubahan” itu, lantaran besar cinta saya pada Indonesia!

Setidaknya, itulah interpretasi menjadi Agents of Change yang saya resapi, lalu tuangkan pada gambar di atas. Bagaimana dengan Anda?

Dalam konteks sebagai Aktivis PPIA dengan beraneka dinamika, saya mencermati beberapa hal menarik pada awal periode kepengurusan 2014-2015. Gejolak itu biasa, namanya juga Aktivis. Meski demikian, etika, norma dan budaya luhur bangsa yang mengedepankan sopan santun, tepo seliro, tenggang rasa, saling menghargai dan menghormati, hendaknya tetap digenggam, dihayati dan diamalkan. Kritis adalah sifat alamiah pemuda. Saya pernah muda, belum tua, baru beranjak dewasa, karena itu baru saya sadari, seiring proses pendewasaan diri, ternyata mengritisi pun ada seni dan ilmunya. Seperti halnya merespon suatu kritik, membangun maupun merusak sekalipun, cara kita menanggapi dengan santun, arif, bijak, menunjukkan kadar pencapaian dan kedewasaan, yang tentunya masih bisa terus dikembangkan.

Saya bukan pengritisi yang baik, juga masih harus belajar untuk menyampaikan pesan. Saya hanya ingin berbagi tulisan ringan untuk kali ini. Terkait tema tentang menjadi agen perubahan, saya jadi ingat kali pertama mendengar frasa yang ketika itu saya anggap keren. Kesan pertama saya terhadap kata “Agen” spontan tertuju pada peran spionase, detektif, yang tugasnya menyelidiki atau menginvestigasi. Ya, bisa jadi hal itu dikarenakan masa remaja saya era delapanpuluhan marak dengan film bertema agen rahasia yang dipopulerkan Warkop DKI (Warung Kopi: Dono-Kasino-Indro). Adapun kata “Perubahan”, tepatnya,

“Berubah!”, terstigma di benak saya pada sosok karismatik Kotaro Minami alias Ksatria Baja Hitam.

Penulis adalah mahasiswa pascasarjana MBA Advanced di University of Wollongong, NSW dan Project Officer Diary PPIA, Departemen Media dan Komunikasi, PPIA Aktivis 2014-2015.

Dhimas Wisnu Mahendra

1 6 |

feat

ure a

rticl

es

Page 18: AKTIVIS: Agen Perubahan

SOSIAL 17 |

SOS

IAL

Page 19: AKTIVIS: Agen Perubahan

18 |

sos

ial

Page 20: AKTIVIS: Agen Perubahan

Agen Perubahan Tanpa ModalDitulis oleh Hendra Makgawinata, fotografi oleh Abigail Wiantono

Pada tanggal 1 Desember 1955 di kota Alabama, Amerika Serikat, seorang wanita kulit hitam berusia 40-an pulang dengan menumpang sebuah bus setelah bekerja seharian di tempat penjahitan baju. Dia duduk di kursi yang diperuntukkan khusus untuk ras berwarna dan dengan tenang memandang penumpang lain naik ke dalam bus. Suasana berubah menjadi tegang ketika supir bus meminta wanita tersebut memberi kursinya untuk seorang penumpang berkulit putih karena bus penuh. “Tidak,” ucapnya. Si supir kemudian mengancam akan memanggil polisi untuk menahannya dengan tuduhan melanggar hukum segregasi ras. “Silahkan Anda lakukan,” sahut wanita tersebut. Martin Luther King Jr., seorang pastor karismatik dan pejuang hak kaum sipil, mendengar kabar tersebut dan mendukung aksinya. Ia memanfaatkan momentum tersebut untuk memperjuangkan hak-hak sipil warga berkulit hitam di Amerika Serikat. Rosa Parks, seorang warga negara biasa yang awalnya berkepribadian pemalu, miskin, dan tidak mempunyai kedudukan sosial dan politik berhasil menjelma menjadi salah satu ikon pergerakan hak-hak sipil di balik orasi dan karisma King.

Beberapa puluh tahun kemudian di negara yang berbeda seorang pemuda Hong Kong berusia 18 tahun telah membuat pemerintah Tiongkok berang. Beijing mengecap Joshua Wong sebagai ekstremis karena perannya sebagai pengurus dalam organisasi pelajar Scholarism yang menuntut pemerintah Tiongkok untuk menarik kurikulum Moral and National Education. Tuntutan ini dilakukan dengan aksi protes seperti menempati pusat pemerintahan Hong Kong dan mogok makan.

Aksi Revolusi Payung, sebuah protes yang menolak campur tangan Beijing dalam pemilihan langsung kepala pemerintahan Hong Kong juga tidak lepas dari peran Joshua Wong. Selain rutin menayangkan tulisan kritis di blog pribadinya, Wong memanfaatkan aplikasi messaging FireChat yang berbasis bluetooth (Untuk berjaga-jaga kalau jaringan internet diputus pemerintah) yang diikuti ratusan ribu pelajar untuk berkomunikasi dalam aksinya. Pertanyaannya, bagaimanakah seorang awam yang tidak memiliki basis kekuatan tradisional, seperti jabatan dan uang dapat menjadi sebuah sosok agen perubahan? Pada awalnya, Parks dan Wong bukan siapa-siapa, namun mereka berhasil memaksa otoritas setempat untuk menanggapi.

Dalam kasus Parks, aksi pembangkangan kecilnya bermetamorfosa menjadi ikon perlawanan terhadap anti rasialisme berkat peran besar King yang karismatik dan memiliki banyak pengikut. Pada masa Parks, di mana tidak ada akses teknologi informasi, kekuasaan bersifat lebih hierakis Sebuah aspirasi hampir selalu harus melalui perantara orang yang berpengaruh bila ingin mencapai ribuan pengikut, atau setidaknya untuk bisa didengar khalayak ramai. Malcolm Gladwell dalam bukunya Tipping Point menyebut peran tipe ini sebagai “connectors”.

Wong, di sisi lain tumbuh besar di abad teknologi informasi yang penuh dengan media sosial. Penyebaran internet telah membuat konsep kekuasaan menjadi lebih cair; suara dari bawah ke atas sekarang menjadi tidak kalah keras gaungnya. Internet telah memudahkan individu menjalin hubungan dan mempengaruhi langsung target pendengar tanpa pendengarnya tanpa melalui perantara hierakis atau melewati jalur formal.

19 |

SOS

IAL

“A small group of thoughtful people could change the world. Indeed, it’s the only thing that ever has.”

- Margaret Mead -

Page 21: AKTIVIS: Agen Perubahan

Media sosial berbentuk blog ‘keroyokan’ seperti Kompasiana dalam perkembangannya telah menjadi salah satu medium whistleblower yang paling berpengaruh di tanah air. Kompasiana memungkinkan siapapun untuk menuliskan reportase maupun opini mereka yang seringkali tidak dapat dimuat pada media mainstream karena berbagai alasan.

Salah satu contoh dari kejadian whistleblower ini adalah kasus penguakan tulisan plagiasi dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Anggito Abimanyu oleh akun “Penulis UGM” pada tanggal 15 Februari 2014, dimana tulisan ini juga sempat dimuat di kolom opini Kompas cetak. Sebuah instansi militer yang secara historis pantang untuk dikritik juga digugat oleh akun bernama "Putra Angkasa” lewat tayangan tulisan. Disiarkan pada tanggal 26 Januari 2013, kritik ini membongkar dugaan skandal korupsi di Angkatan Udara RI. Meskipun keduanya menggunakan nama samaran, hal tersebut sama sekali tidak mengurangi substansi isu yang yang dipaparkan.

Kita mungkin tidak akan pernah tahu orang dibalik tulisan diatas, namun pihak otoritas yang notabene lebih berpangkat dari penulisnya sendiri dipaksa untuk memberikan respon. Penyebaran internet dan jaminan kebebasan berpendapat memungkinkan orang awam bisa berlaku menjadi seorang agen perubahan. Jadi, tidak heran jika sebuah pemerintahan yang takut dengan rakyatnya sendiri akan melakukan regulasi sensor secara membabi-buta demi kelanggengan kekuasaan, dengan dalih untuk menjaga kestabilan sosial.

Tentu saja atmosfir kebebasan berpendapat dan teknologi informasi juga melahirkan efek samping yang tidak diinginkan. Dunia terasa lebih kacau; perubahan terkadang berjalan terlalu cepat tanpa kesiapan mengelolanya; paham radikalisme lebih mudah menyebar tanpa mengenal batas geografis. Zaman ini juga mengalami sindrom information overload dan oleh karena itu, penerima informasi harus lebih kritis memilah informasi apa yang layak dicerna. Fenomena ini terlihat mencolok selama kampanye pemilihan presiden Republik Indonesia 2014 kemarin dimana terjadi penggiringan opini dimana-mana baik offline maupun online yang menghalalkan berbagai cara, diantaranya termasuk fitnah dan memainkan isu SARA demi kemenangan salah satu pihak.

Rosa Parks mungkin tidak pernah menyangka bahwa aksi kecilnya yang menolak menyerahkan kursi yang ia tempati ke warga berkulit putih dapat menyebabkan riak perubahan yang begitu besar. Joshua Wong dan rekan-rekan pelajar lainnya mungkin juga tidak menyangka bahwa aksi mereka dapat memukul mundur kebijakan salah satu pemerintahan otoriter sedunia. Penulis-penulis whistleblower dibalik nama samaran mungkin tidak menyangka tulisan mereka juga akan ditanggapi secara serius oleh para pihak yang berwenang.

Majalah Time memilih “You” (Anda) sebagai Person of the Year tahun 2006 sebagai penghargaan atas berjuta-juta orang di seluruh dunia yang telah memberi kontribusi dan membentuk arah perubahan bagi dunia, perubahan yang dimudahkan untuk semua di dalam abad informasi. Seorang agen perubahan sejatinya memiliki misi yang lebih besar dari diri sendiri, bukan demi kepentingan pribadi atau kepuasan ego yang fana. Temukan misi itu dan mulailah dari hal kecil, maka dunia pun akan satu langkah menjadi tempat yang lebih baik bagi kita semua.

Hendra Makgawinata adalah lulusan S1 dari Sydney University (akuntansi & keuangan) dan S2 dari University of Technology, Sydney (manajemen). Lahir dan besar di Jakarta, saat ini berdomisili di Sydney bersama seorang istri dan anak. Menyalurkan hobi menulis lewat Kompasiana sejak tahun 2012 dan

bercita-cita menghasilkan tulisan sekaliber Malcolm Gladwell, Naomi Klein, Robert Greene dan Jacob Lund Fisker.

Hendra Makgawinata

20 |

sosia

l

Page 22: AKTIVIS: Agen Perubahan

Guna Aktif Berorganisasi dalamMembangun Karakter

Ditulis oleh Syarif Odi Hamdi, fotografi dokumen PPIA Macquarie

Sebagai salah satu organisasi terbesar di universitasnya, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) ranting University of Sydney telah menggelar acara Nusantawa beberapa waktu lalu, mengundang tiga komedian stand-up asal Indonesia untuk menghibur puluhan warga Indonesia maupun Australia.

Acara ini disukseskan oleh berbagai sponsor, diantaranya Garuda Indonesia dan Metro Hotel. Konsulat Jendral Republik Indonesia di Sydney beserta Kedutaan Besar Indonesia di Canberra juga tampak mendukung acara ini sepenuhnya. Namun, terlihat juga beberapa oposisi yang menyatakan keengganannya dengan Nusantawa.

Jeanny Saraswati, selaku ketua panitia acara Nusantawa dan pimpinan PPIA University of Sydney merasa bahwa pertanyaan ini telah beberapa kali dinyatakan, dan dia secara hormat mengungkapkan ketidaksetujuannya.

“Kalau boleh jujur, acara ini memang berbasis entertainment, namun itu bukan berarti kita bisa langsung mengambil perspektif bahwa acara ini tidak edukatif. Kami selalu berupaya untuk meningkatkan kegunaan dari acara kami, baik secara internal maupun eksternal.”

Julius Wijaya yang berperan sebagai koordinator sponsor juga berpendapat bahwa acara ini tidak mungkin disponsori berbagai macam perusahaan besar jika semata-mata untuk menghibur penonton dalam beberapa jam saja.

Dalam kehidupan berorganisasi, salah satu hal yang dapat pelajari anggota adalah cara mengelola sebuah acara, dengan harapan bahwa hal ini dapat memberikan pengalaman bagi mereka di masa mendatang. Staf Nusantawa sendiri berjumlah sekitar 20 mahasiswa, dengan 10 orang untuk seksi dokumentasi.

Kami ingin seluruh staf Nusantawa untuk mempunyai inisiatif dan sense of ownership,” ungkap Jeanny, “Acara ini adalah acara mereka. Jika berhasil, itu karena mereka. Namun jika gagal maka itu pun juga karena mereka.”

Ketika ditanya mengenai makna dari acara ini diluar dari membangun karakter para anggota staf, Julius menyatakan bahwa mereka ingin berkontribusi kembali untuk negaranya. “Saya merasa begitu karena saya adalah mahasiswa yang (beruntung) untuk bisa sekolah di luar negeri,” ungkapnya, “selain dari memberi tawa ke komunitas, kami ingin menekankan tujuan charity kami bagi seluruh pengunjung acara.”

21 |

sos

ial

Page 23: AKTIVIS: Agen Perubahan

22 |

sos

ial

Page 24: AKTIVIS: Agen Perubahan

23 |

sos

ial

Page 25: AKTIVIS: Agen Perubahan

24 |

sos

ial

"Tahun lalu kami mempunyai komedian yang membawa isu tentang masyarakat Indonesia dan penggunaan Bahasa Inggris yang masih bermasalah. Saya rasa komedian, selain dari pekerjaannya untuk membawa komedi, adalah agen yang cukup terbuka untuk mendiskusikan berbagai isu, termasuk politik. Walaupun ketika dibawakan kesannya adalah hanya untuk bahan lawakan, isu-isu yang diangkat bisa saja akan terus dipikirkan oleh para penontonnya setelah acara.”

Bentuk komedi sebagai sindiran untuk mengkritik isu politik terbukti cukup berhasil di Amerika, dengan acara seperti The Colbert Report yang telah mengumpulkan pentonton sekitar 1,1 juta per tahunnya.

Dalam pesannya untuk Nusantawa tahun depan, Jeanny mengungkapkan bahwa mereka ingin acara tersebut untuk bisa lebih bermakna bagi Indonesia, terutama dalam bidang amal. Julius juga menekankan kembali pendapatnya bahwa masyarakat Indonesia di luar negeri adalah mereka yang mempunyai kesempatan untuk melakukan perubahan. Kita telah (terbuka) oleh dunia luar, dan oleh karena itu kita bisa melihat berbagai macam hal positif dan negatif di negara Indonesia, yang tentu juga perlu untuk ditingkatkan,” ucapnya, “Saya rasa hal yang paling penting adalah bagi Anda untuk mencari kelebihan dari diri Anda, dan menggunakan keahlian tersebut untuk ikut membangun Indonesia ke arah yang lebih baik.”

Seluruh profit dari acara Nusantawa tahun ini maupun tahun lalu akan diamalkan ke program Pintu Belajar dan Yayasan Prima Unggul. Pintu Belajar adalah program pengembangan masyarakat dibawah Buddhist Fellowship Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan standar edukasi bagi para anak-anak yang kurang mampu di Indonesia.

Julius juga menyatakan bahwa negara Indonesia butuh inisiatif dari para penduduknya yang mampu, terutama dari mahasiswa yang mampu menimba ilmu di luar negeri. Beberapa hal yang dia sampaikan adalah hasil dari perbandingan negara Indonesia dengan berbagai negara-negara yang ia telah pijakkan.

“Kalau kita pikirkan, negara kita masih perlu mendukung para masyarakat yang kurang mampu di Indonesia. Untuk contoh simple-nya, di Australia ada toilet untuk orang-orang disabled, yang bersifat lebih lega dan nyaman bagi mereka yang memakai kursi roda, sedangkan di Indonesia saya hampir tidak bisa menemukan toilet yang seperti itu. Itulah, saya pikir, cara dimana mahasiswa Indonesia di luar negeri bisa ambil andil. Itulah caranya kita untuk berkontribusi kembali, untuk bantu membangun masyarakat.”

Selain dari berkontribusi kembali ke masyarakat dan membangun karakter pemimpin bagi para anggotanya, Jeanny merasa bahwa salah satu poin penting dalam mendirikan suatu acara adalah untuk meningkatkan kesadaran akan realita sekitar.

Nusantawa adalah program tahunan Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) University of Sydney yang mulai dijajakkan pada tahun 2013 lalu. Program berbasis charity ini mengundang beberapa stand-up comedian dari Indonesia untuk mempertunjukkan aksinya kepada masyarakat Indonesia di Australia, tidak terbatas untuk pelajar saja. Nusantawa melibatkan lebih dari 30 mahasiswa dan staff non-PPIA dalam tahap perencanaan dan

eksekusinya, dan seluruh profit dari program besar di dalam tahun 2014 ini diberikan seluruhnya untuk Yayasan Prima Unggul di Indonesia.

Nusantawa

Page 26: AKTIVIS: Agen Perubahan

25 |

sos

ial

Page 27: AKTIVIS: Agen Perubahan

Kerukunan Interaksi Antar UmatBeragama

Ditulis oleh Syarif Odi Hamdi, fotografi oleh Putu Dea. K. Putra

Jika anda buka situs merdeka.com dan ikuti tautan mTAG, anda bisa lihat bahwa ada topik panas yang dimuat dengan tagar ‘#AhokVsFPI’. Topik ini meliputi pertentangan antara Basuki Tjahja Purnama selaku Gubernur DKI Jakarta dengan Front Pembela Islam (FPI). Hal ini sangat sensitif mengingat kondisi bangsa yang bersifat multi-kultural sehingga berpotensi menimbulkan konflik.

Sebagaimana diungkapkan pada program Obrolan Santai dari Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) cabang University of Wollongong 10 Oktober lalu, segregasi adalah hal terakhir yang diinginkan oleh Bangsa Indonesia. Diskusi ini dibawakan oleh Nur Hasyim, mahasiswa pascasarjana di School of Humanities and Social Enquiries, dan Parulian Silaen, dosen di bidang akuntansi yang turut membangun PPIA University of Wollongong pada tahun 1989.

Dalam prinsipnya, Indonesia adalah rumah bagi enam agama besar dan ratusan kepercayaan adat lainnya yang tidak tercatat di dalam sensus. Oleh karena itu, interaksi antar umat beragama diperkirakan vital dalam menjunjung kesejahteraan di dalam seluruh lapisan masyarakat.

Berlawanan dengan pendapat khalayak umum, Silaen berargumen bahwa sekarang sudah tidak ada masalah antar agama. ”Saya rasa Indonesia sudah semakin dewasa dalam artian caraberfikir. Saya pikir sudah tidak ada masalah bentrok antar agama. (Bukankah) baru-baru saja ini ada berita umat Muslimdipersilahkan shalat di lapangan gereja karena masjidnya kurangtempat?“

Peristiwa yang dimaksud Silaen adalah shalat jemaah Idul Adha pada 5 Oktober lalu di Masjid Agung kota Malang, Jawa Timur. Sebanyak 35.000 warga ikut serta dalam shalat jemaah tersebut.

Pimpinan Masjid Agung mengutarakan permintaan maaf bagi para jemaat GPIB Immanuel atas kejadian ini. Namun, Pendeta GPIB Immanuel mengaku bahwa sejak awal pihak gereja sudah mengetahui bahwa jadwal ibadah akan bersamaan dan sudah menginformasikan jemaatnya untuk menyesuaikan dengan waktu kebaktian yang baru.

Jika hal tersebut sudah berlangsung dengan sendirinya di dalam lapisan masyarakat, seharusnya permasalahan seperti ‘#AhokVsFPI’ atau penyerbuan gereja beberapa bulan silam tidak perlu terjadi. Hasyim berpendapat bahwa ini adalah masalah interaksi antar agama, namun hal tersebut bersifat lebih ke politik dibandingkan dengan murni urusan agama.

“Permasalahan bukanlah antar agama, tetapi lebih ke antar-kelompok. Bagi beberapa kelompok tersebut, ada faktor ‘politik identitas’. Ada kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agama mereka untuk kepentingan politik mereka sendiri. Oleh karena itu, kecenderungan konflik itu pasti selalu ada.” jelas Hasyim.

Silaen juga menambahkan bahwa antar kelompok sosial seharusnya tidak boleh memaksakan kehendaknya dengan kelompok yang lain.

“Jika kita bicara mengenai agama, orang itu mempunyai hak mengenai iman mereka masing-masing. Kita tidak perlu mengkritik mereka, namun kita perlu mengenalkan budaya kita ke kelompok lain, agar kita saling mengenal.”

Masalah toleransi menjadi kritis jika dibiarkan maupun disulut lebih jauh. Namun, seperti yang diperlihatkan oleh jemaat GPIB Immanuel terhadap jemaat Masjid Agung di Malang, dapat disimpulkan bahwa masalah ini dapat dihindari jika setiap kelompok bisa mengenal tetangganya.

Pada akhirnya, seluruh kelompok ini adalah bagian penting dari bangsa Indonesia, seperti pepatah “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Toleransi adalah hal yang esensial dalam kehidupan berwarganegara di Indonesia.

26 |

sos

ial

Obrolan Santai Sore Hari adalah program berulang PPIA University of Wollongong yang bertujuan untuk membuka kesempatan berdiskusi antara masyarakat Indonesia dengan pakar suatu bidang tertentu. Pakar-pakar yang diundang antara lain kandidat PhD di University of Wollongong, Lecturer, mahasiswa lainnya, begitu juga dengan mengundang pihak Konsulat Besar Republik Indonesia di Canberra, Australia. Bahan-bahan dan bidang yang didiskusikan tidak terbatas, namun diusahakan relevan dengan isu-isu terbaru, seperti diskusi kerukunan bersosialisasi antar-golongan beragama, dan

juga yang baru-baru ini tentang penemuan lukisan gua di Flores dengan bapak Thomas Sutikna.

OBRAS ( Obrolan Santai Sore Hari )

Page 28: AKTIVIS: Agen Perubahan

27 |

sosia

l

Page 29: AKTIVIS: Agen Perubahan

Refleksi Hari Pahlawan : KekuatanPena R.M. Tirto Adhi Soerjo

Ditulis oleh Faqih Ashri, fotografi oleh Mikhael Geordie

Apa yang terbersit dalam pikiran kita jika mendengar kata “pahlawan”? Bukankah kebanyakan dari kita seketika akan membayangkan tokoh-tokoh sejarah zaman perang atau pergerakan nasional dahulu? Kita, para pemuda masa kini, secara konsisten telah dijejali pengetahuan sejarah oleh guru-guru di sekolah, dosen-dosen di kampus, maupun informasi dari berbagai media sosial, namun selalu dibarengi dengan semangat dan kebanggaan yang semakin luntur dari waktu ke waktu. Entahlah, mungkin hanya perasaan saya saja. Padahal Bapak Proklamator sekaligus Presiden RI pertama, Soekarno, pernah mengingatkan kepada seluruh pelaku sejarah tentang "Jasmerah" (Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah). Jargon Bung Karno itu bukan hanya perihal mengenang pahlawan dalam bentuk tulisan di atas secarik kertas, maupun kegiatan seremonial semata, namun bagaimana menjaga dan meneruskan semangat perubahan yang mereka kobarkan kepada generasi-generasi selanjutnya.

Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi seorang pahlawan selain absensi pengakuan atas jasa-jasanya. Para pahlawan tidak pernah meminta harta, tahta, atau perlindungan terhadap keluarganya. Mereka hanya ingin terbaring dalam peristirahatan panjangnya dengan keadaan tersenyum karena yakin kesan baik yang ditinggalkan akan terus dikenang.

Setidaknya begitu yang dirasakan oleh seorang pahlawan besar bernama Raden Mas Tirto Adhi Soerjo. Dedikasinya yang luar biasa bagi negeri tercinta terpaksa "dikerdilkan" oleh pemerintah kolonial. Tidak banyak sejarah tertulis lengkap tentang dirinya. Akar kisah perjuangannya seakan dipotong sama sekali sehingga tidak banyak yang tahu tentangnya. Kisahnya tertutup kabut tebal selama berpuluh-puluh tahun.

Tabir itu terbuka pada tahun 1980an oleh Pramoedya Ananta Toer, yang juga masih berasal dari garis keturunan R.M. Tirto Adhi Soerjo. Karya fenomenalnya, Tetralogi Buru—yang terdiri dari Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca—mengguncang negeri. Sejarah kecemerlangan R.M. Tirto Adhi Soerjo pun terungkap. Namun, Tetralogi Buru tidak diizinkan beredar di Indonesia pada masanya karena dianggap menyiratkan ajaran Marxisme-Leninisme.

Saat membaca buku-buku Pramoedya, kita seakan benar-benar digiring untuk melakoni sejarah kelam era R.M. Tirto Adhi Soerjo. Beliau berjuang melalui media cetak; menulis dengan kritis, mengkritisi kebijakan-kebijakan Pemerintah Belanda melalui tulisan-tulisannya. Kita juga diajak merasakan bagaimana ketika karya selalu dikekang, bagaimana rasanya diasingkan demi perjuangan atas nama rakyat, bagaimana rasanya tidak diindahkan ketika mengungkapkan kritik yang membangun.

28 |

sos

ial

Page 30: AKTIVIS: Agen Perubahan

Kini, seiring berlalunya waktu, pengetahuan sejarah kaum muda secara umum cenderung berkurang. Kita acapkali terpaku dan terpana dengan fakta sejarah tentang pejuang-pejuang seputar peristiwa proklamasi. Padahal, sebelumnya telah banyak tokoh penentu pijakan menuju atmosfer kemerdekaan.

R.M. Tirto Adhi Soerjo, yang dalam Tetralogi Buru beralias Raden Mas Minke, aktif membangun cikal peradaban sejarah jurnalistik Indonesia selama periode 1898-1912. Beliau dilahirkan di Blora pada tahun 1880 dan kemudian wafat pada usia yang relatif muda di tahun 1918. Hidupnya yang singkat tidak membuat dirinya kehilangan momentum perjuangan. Beliaulah pelopor terbentuknya berbagai surat kabar ternama kala itu, sekaligus orang pertama yang secara resmi menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembangun opini publik. Tidak heran jika pemerintah kolonial saat itu segan pada R.M. Tirto Adhi Soerjo, sehingga mereka memutuskan untuk menangkap dan mengasingkannya ke Pulau Bacan, Maluku Utara.

Selama periode perjuangannya, beliau merupakan pelopor surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907), Poetri Hindia (1908). Selain itu, beliau turut mendirikan Sarekat Dagang Islam dan ikut berkontribusi dalam terbentuknya Boedi Oetomo. Beliau pula yang menjadi motor penggerak awal emansipasi wanita melalui wadah aspirasi wanita di dalam surat kabarnya. Perjuangannya mulai diakui ketika pemerintah menamakannya sebagai Bapak Pers Nasional pada tahun 1973. Tiga decade berikutnya, beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional melalui Keppres RI Nomor 85 Tahun 2006.

R.M. Tirto Adhi Soerjo memberikan contoh bagi kita bahwa perjuangan tidak harus menggunakan kekuatan fisik. Terkadang tulisan menjadi sangat efektif untuk mengarahkan publik kepada apa yang kita harapkan. Kita sebagai kaum muda memang masih memiliki emosi yang labil dan sulit terkendali sehingga mudah tersulut. Emosi itu yang kemudian diekspresikan melalui demonstrasi ricuh, status provokatif di media sosial, tawuran antar pelajar, dan lain-lain. Sikap-sikap yang seperti itu seharusnya sudah tidak relevan lagi di era keterbukaan saat ini. Semua aspirasi dapat disampaikan baik-baik secara lisan maupun tulisan tanpa ada pengekangan.

Sekarang, segala bentuk ketidaksetujuan terhadap kebijakan pemerintah dapat diselesaikan dengan elegan dan damai. Kritik dan saran dapat disampaikan dengan terbuka ke instansi pemerintah. Bertepatan dengan 69 tahun peringatan Hari Pahlawan ini, marilah kita semua memperbaharui semangat perubahan dalam diri dengan merenungkan kisah para pahlawan. Perubahan berawal dari pikiran dan pikiran bisa diwujudkan dalam tulisan. Majalah dan publikasi mahasiswa bisa menjadi wadah yang sama dalam mengadopsi semangat perubahan R.M. Tirto Adhi Soerjo. Selamat Hari Pahlawan, mari terus menularkan semangat perubahan!

Faqih lahir di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. Sekarang Faqih menetap di kota kelahirannya setelah menyelesaikan kuliah sarjana (S1) di jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2012. Saat ini Faqih sedang tidak memiliki organisasi, walaupun dulu saya pernah aktif dalam berbagai organisasi sebelum dan selama kuliah. Faqih pernah menjadi anggota aktif Pelajar Islam Indonesia (PII), Pramuka, Dewan Teknik, dan Himpunan

Jurusan. Saat ini Faqih baru diterima sebagai Asisten Frontline di Bank BNI Kantor Cabang Bima.

Faqih Ashri

29 |

sos

ial

Page 31: AKTIVIS: Agen Perubahan

“Melihat banyaknya krisis yang terjadi di berbagai belahan dunia, pada tanggal 26 Juli 2000, Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada waktu itu, Kofi Anan, membuat terobosan dengan membentuk United Nations Global Compact (UNGC) yang dideklarasikan di New York. Pembentukan UNGC merupakan inisiatif yang mengajak dunia usaha dan LSM untuk bergabung bersama-sama untuk mengatasi berbagai dampak krisis multi-sektor akibat dari pelanggaran hak asasi manusia, ketenaga kerjaan, lingkungan hidup dan korupsi. Di Indonesia, Indonesia Global Compact Network (IGCN) secara resmi diluncurkan pada tanggal 8 April 2006, bersamaan dengan acara United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP). Sebagai organisasi yang merupakan bagian dari inisiatif global terbesar di dunia, IGCN mempunyai visi sebagai agen perubahan dalam proses percepatan perubahan negara menuju pencapaian hak asasi manusia, ketenaga kerjaan yang kompetitif, kelestarian lingkungan hidup, dan praktik bisnis yang beretika.”

(Sumber: Buku Panduan Program Tjahaya, 2010*)

Ketika Halaman Rumahku Penuh jemuaran Ikan....(tak ada lagi ruang bermain kami...), fotografi oleh Adita Nuraini dan Wulan Febriyanti

30 |

sos

ial

Program Tjahaya “Curhat Buat Sahabat”: Esai Foto Sebagai

Media Agen PerubahanDitulis oleh Titik Endahyani, fotografi oleh para peserta Program Tjahaya

Page 32: AKTIVIS: Agen Perubahan

1 Mengais Rejeki di tempat Sampah, fotografi oleh Putut Irmawanto dan M. Riski Ananda2 Ketika Kubangan menjadi kolam Renang, fotografi oleh Wulan Febriyanti dan Adita Nuraini

31 |

sos

ial

Page 33: AKTIVIS: Agen Perubahan

Program Tjahaya "Curhat Buat Sahabat" merupakan kegiatan yang mengajarkan anak-anak berusia 10-15 tahun cara mengekspresikan dan mengkomunikasikan ide, pendapat, dan keinginan mereka melalui media visual. Media visual yang dicanangkan program ini berupa esai foto. Program ini dibentuk sebagai salah satu upaya penerapan prinsip global compact yang pertama, yakni hak asasi manusia. Program ini juga bentuk kepedulian terhadap perkembangan karakter anak-anak Indonesia. Program ini diinisiasi dan dikelola oleh Indonesia Global Compact Network (IGCN) bersama World Vision Indonesia dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia.

Menurut Y. W. Junardi, presiden IGCN, Program Tjahaya ini bertujuan untuk melahirkan anak-anak sebagai agen perubahan bagi komunitasnya di berbagai daerah Indonesia melalui media esai foto. Melalui pelatihan dan pembinaan, anak-anak dilatih untuk dapat menuturkan dunia melalui kamera. Anak-anak dibimbing untuk dapat menceritakan apa yang dilihat, dirasakan, dan dipikirkan sehingga kelak dapat membentuk karakter positif bagi dirinya dan bagi lingkungan sekitarnya. Junardi mengungkapkan bahwa melalui program ini anak-anak diharapkan menjadi lebih proaktif, peka terhadap lingkungan, mampu berkomunikasi, dan mengekspresikan pendapatnya.

Nuning Barwa, wakil presiden bagian program IGCN, turut mengemukakan bahwa Program Tjahaya merupakan contoh kegiatan pembelajaran yang strategis dan efektif bagi bangsa Indonesia. Program ini menunjukkan bahwa sebuah kegiatan yang mendapat dukungan dari berbagai pihak dapat menghasilkan kegiatan yang berkualitas, berintegritas, dan sesuai dalam mengimplementasikan suatu tujuan.

Secara umum, Nuning mengungkapkan bahwa karya anak-anak pada Program Tjahaya diharapkan dapat menjadi potret kalangan bawah yang terpublikasi di masyarakat sehingga dapat memberikan masukan bagi pemerintah dan penentu kebijakan lainnya dalam merencanakan kepentingan masyarakat di masa depan. Program ini juga diharapkan dapat menjadi wadah bagi peningkatan partisipasi generasi muda serta harapan yang cerah bagi anak-anak dalam era pembangunan Indonesia di masa depan.

Program Tjahaya “Curhat Buat Sahabat” dipamerkan sebagai rangkaian acara Indonesia Kids Fair, sebuah acara kesenian untuk anak. Acara ini diadakan di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta pada tahun 2010.

*Junardi, Y. W. dan Barwa, N. 2010. Buku Panduan Program Tjahaya. Jakarta: Indonesia Global Compact Network (IGCN)

32 |

sos

ial

Page 34: AKTIVIS: Agen Perubahan

POLITIK DAN

HUKUM 33 |

pol

itik

dan

huku

m

Page 35: AKTIVIS: Agen Perubahan

Rent-Seeking: FPI Lawan AhokDitulis oleh Noor Huda Ismail, ilustrasi oleh Tarcicius Aditya

Basuki Tjahaja Purnama yang berhak menjadi Gubernur DKI Jakarta. Pria yang akrab dipanggil Ahok ini berasal dari kaum yang tergolong minoritas di Jakarta. Akibatnya, tidak semua elemen masyarakat bisa legowo menerima kenyataan tersebut. Salah satu dari kelompok yang menentang kenaikan Ahok adalah Front Pembela Islam (FPI).

Namun, yang menjadi polemik di sini bukan soal kenaikan seorang anggota minoritas sebagai gubernur, tapi perihal sebuah ormas (organisasi masyarakat) bisa begitu menentang keras kejadian tersebut.

FPI dibangun oleh Muhammad Rizieq Shihab, atau lebih dikenal sebagai Habib Rizieq, yang merupakan keturunan Yaman. Konon beliau mempunyai garis keturunan yang dapat ditelusuri kembali ke Nabi Muhammad SAW. Organisasi ini dibentuk di Pondok Pesantren Al Um, Jakarta pada 17 Agustus 1998 oleh sejumlah ulama, sang Habib, Mubaligh dan para petinggi militer termasuk Kapolda Metro Jaya yang pada saat itu Nugroho Djajusman1.

Saat itu, Indonesia sedang berusaha bangkit dari krisis moneter yang melanda Asia. Hal ini berdampak pada krisis politik di dalam negeri, ditandai dengan lengsernya rezim Soeharto. Posisi pemerintah yang lemah ini membuka ruang bagi aktor politik di luar sistem, termasuk tokoh FPI.

Menurut beberapa media, FPI menjalin kedekatan pribadi dengan sejumlah kalangan Angkatan Darat seperti Panglima Kostrad Letjen TNI Djadja Suparman, Mayor Jenderal TNI Kivlan Zein dan Mayor Jenderal TNI Zacky Anwar Makarim. Pada saat yang sama, FPI juga menjadi dekat dengan beberapa pejabat kepolisian2.

Salah satu rumor yang kerap didengar merupakan perihal kedekatan FPI dengan Prabowo Subianto. Saat Prabowo masih aktif di TNI, FPI dikabarkan menjadi salah satu kelompok yang dibina olehnya. Pada periode ini, FPI berperan sebagai pressure group bagi pihak kepolisian agar Polri terhindar dari kritik pelanggaran HAM3.

Hal ini membuat FPI menjadi salah satu contoh dari fenomena yang kerap terjadi pada paska reformasi. Fenomena kehadiran aktor informal sering digunakan sebagai alat bagi kepentingan kelompok tertentu. Dalam ilmu ekonomi politik, fenomena ini sering disebut sebagai rent-seeking.

Definisi rent-seeking pertama kali digagas pada tahun 1967 olehGordon Tullock dari George Mason University School of Law. Teori ini lalu dikembangkan oleh Anne Krueger di tahun 1974, seorang ahli ekonomi internasional dari World Bank. IMF mendefinisikan rent-seeking sebagai fenomena mencari untung dengan memanipulasi kondisi politik dibandingkan kondisi ekonomi.

Salah satu cara mengeksekusikan rent-seeking adalah dengan menggunakan konsep conflict by proxy atau berkonflik dengan menggunakan aktor lain untuk menghantam lawan politiknya.

Jika benar hal ini dipraktekkan, motivasi FPI menjadi mudah dimengerti. Aksi penolakan FPI terjadi bertepatan saat Ahok memutuskan keluar dari Partai Gerindra. Indikasi bahwa aksi ini mendapat dukungan dari Partai Gerindra tampak ketika anggota DPRD fraksi Gerindra, Fajar Siddiq, mengakui adanya koordinasi antara FPI dan partainya dalam aksi tersebut. Tanpa rasa takut, agenda penolakan Ahok sebagai Gubernur juga dipasang dalam situs resmi FPI.

1http://komunitasembunpagi.blogspot.com.au/2008/06/siapa-dibalik-fpi.html; Komunitas Embun Pagi adalah komunitas intelek muda asal Semarang yang mewadahi diskusi antara lain bidang sosial, politik, agama dan filsafat

2http://www.tribunnews.com/nasional/2011/09/04/polri-hubungan-dengan-fpi-sebatas-mitra3http://www.thejakartapost.com/news/2011/09/05/wikileaks-national-police-funded-fpi-hard-liners.html

34 |

pol

itik

dan

huku

m

Page 36: AKTIVIS: Agen Perubahan

35 |

Pol

itik

dan

huku

m

Page 37: AKTIVIS: Agen Perubahan

Bagi sebagian masyarakat yang lain, gaya Ahok ini justru menjadi daya tarik karena mewakili suara masyarakat yang selama ini kecewa dengan kinerja para birokrat di Indonesia. Namun tidak sedikit pula yang merasa apa yang dilakukan Ahok justru sering kontraproduktif karena terkesan konfrontatif dan tidak mencari solusi yang menguntungkan semua pihak.

Dalam prakteknya, Ahok sangat mematuhi peraturan. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap sebagian besar warga Jakarta yang masih berada di akar rumput. Kondisi sosial dan ekonomi yang lemah membuat mereka rentan terhadap provokasi yang membawa unsur SARA, terutama jika sering disertai imbalan finansial.

Absensi negara dalam setiap aksi anarkis telah gagal memberikan rasa aman pada warga. Sentimen-sentimen SARA acapkali digunakan untuk menyulut emosi. Dalam beberapa kasus pelaku aksi anarki ormas ini mendapat hukuman yang kecil atau bahkan dibebaskan.

Dari kejadian ini, dapat disimpulkan bahwa pengaruh kepentingan pihak-pihak tertentu di atas kepentingan rakyat masih terasa kuat. Hal ini berdampak besar bagi tokoh-tokoh berpotensi besar yang terhambat oleh perihal SARA. Negara harus menutup semua kanal bagi munculnya para rent-seekers. Untuk mengadapi ini, suara bulat Bangsa Indonesia sangat dibutuhkan.

Konflik antara FPI dan Ahok ini juga dapat dibaca sebagai simbol pertarungan kepentingan elitis politik dengan masyarakat Jakarta. Rakyat Indonesia, terutama yang berada di daerah perkotaan, cukup paham bahwa FPI bergerak atas agenda kelompok politik tertentu.

Hal ini terlihat pada kasus aksi anarkis 3 Oktober 2014. Pihak polisi menemukan fakta bahwa mayoritas pendukung FPI yang terlibat dalam aksi ricuh penolakan Ahok bukan berasal dari Jakarta. Intimidasi dan aksi anarki FPI justru menjadi titik rawan bagi masyarakat yang berada di daerah pedesaan dengan tingkat akses informasi dan budaya kritis yang minim.

Akibat hubungan berbasis kepentingan antara pihak politisi dan FPI, pembubaran FPI menjadi hal yang sulit dilakukan. Perannya sebagai pressure group terbukti membawa untung bagi pihak-pihak berkepentingan.

Dalam konteks ini, FPI bertugas untuk menaikkan isu dan menggiring opini publik agar sesuai dengan tujuan politik kelompok tertentu. Sebagai imbalan, FPI mendapatkan keuntungan dalam aspek politik maupun finansial. Meskipun bukti tertulis yang terdapat masih minim, banyak saksi mata yang memperkuat adanya kongkalikong antara kedua pihak

Gaya kepemimpinan Ahok yang lugas, tegas dan transparan memang menimbulkan ketakutan beberapa pihak yang selama ini telah memiliki zona nyaman dengan pola birokrasi lama sehingga kepentingan ekonominya pun terganggu.

Noor Huda Ismail adalah pendiri Institute for International Peace Building di Jakarta. Ia mendapatkan beasiswa Chevening Scholarship dari pemerintah Inggris untuk menyelesaikan S2 International Security di St Andrews University, Skotlandia. Sekarang ia sedang menyelesaikan gelar doktor (PhD) mendalami

studi di bidang terorisme dan keamanan di Monash University, Australia

Noor Huda Ismail

36 |

pol

itik

dan

huku

m

Page 38: AKTIVIS: Agen Perubahan

Bagi pelajar Indonesia yang sedang berkelana di negeri seberang, berita berita mengenai Indonesia selalu menjadi bahan bacaan yang menarik. Ada sedikit kerinduan yang terobati ketika sebuah artikel yang saya baca ditulis dalam bahasa Ibu; tentu disertai kelegaan karena tak harus berlelah mengartikan kata-kata dalam bahasa Inggris. Beberapa bulan terakhir ini, linimasa saya di Facebook selalu penuh dengan berita dari Indonesia. Topiknya, apalagi kalau bukan politik.

Ah, politik. Dari meja kuliah sampai ke meja makan di kos-kosan, topik ini selalu menjadi pilihan yang tepat sembari minum minum kopi atau mie instan. Semua orang tampaknya gemar membicarakan tentang politik, baik melalui tulisan di status pribadi ataupun berbagi tautan di Facebook. Banyak yang akhirnya menanggapi dengan berkomentar sinis, "Ah, tiba-tiba semua semua orang berubah jadi ahli politik! Emangnya mereka ngerti politik itu apa?"

Saya tak mengerti dengan sentimen ini. Apanya yang salah, bukankah ini kemajuan? Sebuah bangsa yang selama ini apatis tiba-tiba jadi larut dalam antusiasme yang luar biasa dengan dunia politik. Semua orang berani untuk mengemukakan pendapatnya masing-masing. Diskusi adalah cara yang tepat untuk meningkatkan pemahaman akan politik; tidak akan ada diskusi yang terjadi apabila tidak ada tabrakan antara dua pendapat yang berseberangan.

Opini: “Objektivitas adalah harga mati”

Ditulis oleh Audi Tri Harsono, fotografi oleh Mikhael Geordie

Namun, tidak bisa dipungkiri juga, saya pun mengerti perasaan orang-orang yang jengah dengan ‘antusiasme’ di media sosial ini. Banyak sekali komentar dan tulisan yang berat sebelah, hanya berisi fitnah dan hinaan, atau berusaha mempresentasikan opini yang dibawanya sebagai fakta.

Segala hal yang berlebihan akan menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Dalam hal ini, postingan tanpa henti di media sosial adalah luapan dari antusiasme yang sudah menjelma menjadi fanatisme. Ketika fanatisme sudah dijunjung tinggi, objektivitas dalam melihat kebenaran akan dikorbankan. Tanpa adanya objektivitas, tidak akan ada titik temu yang tercapai. Akhirnya, tulisan yang dibawa pun tidak akan menghasilkan diskusi yang berkualitas, tapi hanya menjadi ajang saling serang antara kedua belah pihak.

Tokoh yang bagi saya konsisten dalam memegang teguh objektivitasnya adalah Soe Hok Gie. Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia kelahiran tahun 1942 ini adalah salah seorang tokoh yang sangat keras mengkritik Soekarno di akhir masa-masa pemerintahannya.

37 |

pol

itik

dan

huku

m

Page 39: AKTIVIS: Agen Perubahan

Bagi Gie, Soekarno gagal sebagai presiden karena sudah mengkhianati prinsip demokrasi dengan bersikap layaknya diktator, dengan memberangus segala kritik di media yang ditujukan pada pemerintahannya yang korup. Gie pun mengkritik Soekarno yang masih bisa bermewah-mewah bersama istrinya yang banyak di saat jutaan rakyat Indonesia yang lain bahkan sulit untuk mendapatkan sesuap nasi. Kritik Gie berlanjut, hingga akhirnya orde lama tumbang, dan Soeharto menggantikan Soekarno.

Pergantian kekuasaan ini sayangnya meliputi pembantaian ribuan anggota PKI di seluruh Indonesia. Di saat aktivis anti-Soekarno pada masa itu diam, puas karena Soekarno sudah jatuh, Gie adalah salah satu orang yang tetap konsisten dengan kebenarannya. Dengan berani, Gie mengkritik pembantaian PKI yang terjadi di Bali. Ia yang tadinya gigih mengkritik Soekarno, juga tegas mengkritik pemerintahan Soeharto, yang tak kalah korupnya dengan pemerintahan Soekarno.

Apa yang bisa kita cermati dari cerita ini? Tiada musuh dan teman yang abadi dalam politik. Ia yang sekarang menjadi pahlawan, belum tentu masih menjadi pahlawan di hari esok. Bagi seorang Gie, objektivitas adalah harga mati; hanya kebenaranlah yang selalu bisa ia junjung tinggi. Presiden ataupun partai politik, semua itu adalah ilusi yang hanya akan menjadi barang usang begitu mereka melenceng dari jalurnya. Fanatisme pada hal-hal tadi hanya akan menghambat proses demokrasi yang sedang berjalan.

Kemajuan teknologi memungkinkan siapa saja untuk menulis, berkomentar, ataupun berdiskusi di dunia maya. Hanya dengan tetap memegang teguh objektivitas, kita bisa membawa Indonesia keluar dari jeratan masalah yang membelitnya.

Penulis adalah seorang mahasiswa semester 3 di jurusan Master of Biotechnology, University of Melbourne. Di antara deadline tugas-tugas serta mengamati timeline Facebooknya, penulis aktif di grup tari Saman Melbourne serta tergabung dalam kepengurusan PPIA Victoria 2014/15 divisi Eksternal.

Audi Tri Harsono

38 |

pol

itik

dan

huku

m

Page 40: AKTIVIS: Agen Perubahan

39 |

pol

itik

dan

huku

m

Page 41: AKTIVIS: Agen Perubahan

Peresmian UU Nomor 22 Tahun 2014 mengenai pemilihan kepala daerah telah menimbulkan polemik di Indonesia. Diluncurkannya Perppu Nomor 1 Tahun 2014 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk membatalkan UU ini pun tidak mengurangi kecemasan di tengah masyarakat. Berbagai pendapat dan analisis mengenai dampak UU ini juga telah memicu perdebatan sosial.

Yang tidak bisa dipungkiri adalah penolakan mayoritas masyarakat terhadap Pilkada melalui DPRD. Protes-protes dari berbagai pihak bermunculan di dalam maupun luar negeri, tidak terkecuali Australia dimana aksi penolakan UU Pilkada telah dilakukan di empat kota.

Ada kecurigaan bahwa hal ini didasari kepentingan politik. Menurut Eko Waluyo, alumni School of Social Sciences and International Studies, University of New South Wales, anggapan ini bukan tanpa alasan. Saat RUU tersebut pertama kali diusulkan dalam masa pemerintahan Yudhoyono, semua partai politik menolak. Namun, dukungan tersebut berkurang seiring dengan meningkatnya elektabilitas Jokowi menjelang pemilu presiden.

“Hanya koalisi Jokowi-JK yang menolak RUU Pilkada itu sendiri,” jelas Eko.

Pendapat ini juga didukung oleh Pan Mohamad Faiz, kandidat doktor Hukum Tata Negara di School of Law, the University of Queensland. “Pengalihan Pilkada langsung menjadi tidak langsung diprediksi dapat membawa keuntungan tersendiri bagi parpol atau koalisi parpol yang memegang suara mayoritas di DPRD.”

Kendati kentalnya isu adanya bkecenderungan politis, survei LSI membuktikan 75,2 persen masyarakat Indonesia mendukung Perppu Presiden untuk membatalkan UU tersebut tanpa terpengaruh pilihan partai mereka. Ini menunjukkan bahwa pokok permasalahan pada UU Pilkada lebih mengarah pada metode, esensi, dan implementasi demokrasi itu sendiri dibandingkan ketidaksukaan terhadap pihak-pihak tertentu.

Polemik UU PilkadaDitulis Oleh Joanita Olivia Wibowo, fotografi oleh Putu Dea. K. Putra

"Pembahasan UU ini harus lebih substansial pada tema ‘demokrasi untuk kesejahteraan rakyat’, bukan pada analisis politiknya yang cenderung menjadi bias,” kata Purwono Budi Santoso, anggota divisi edukasi Indonesian Islamic Society of Brisbane 2014.

Ancaman bagi Partisipasi Publik

Alasan utama penolakan UU Pilkada oleh masyarakat adalah terancamnya proses demokrasi di Indonesia. Eko berpendapat bahwa partisipasi masyarakat dalam politik dapat terbentuk dengan adanya reformasi dan desentralisasi kekuasaan. “Esensi dari pemilihan secara langsung adalah hidupnya suatu proses demokratisasi lokal. Semenjak reformasi sampai sekarang, memang ada suatu perubahan. Sudah banyak contoh-contoh kepala daerah yang luar biasa. Artinya demokrasi tingkat lokal berjalan.” kata Eko.

Faiz juga berpendapat bahwa Pilkada melalui DPRD tidak serta-merta merepresentasikan pilihan rakyat.

“Berbagai hasil Pilkada membuktikan bahwa calon kepala daerah yang didukung oleh mayoritas partai politik belum tentu dapat terpilih dalam Pilkada langsung. Dengan demikian, pilihan rakyat sebenarnya tidaklah selalu sejalan dengan pilihan partai politik di DPRD.” jelas Faiz.

Meskipun tidak menyangkal maraknya politik uang pada para pemilih, Eko memperhatikan bahwa sistem itu tidak selalu efektif. “Seandainya dikembalikan pemilihan ke DPRD, ini akan menjadi masalah--terutama seperti (yang) muncul (di) beberapa analisis KPK, disinyalir akan terjadi suatu korupsi yang lebih sistematis."

Eko mengkhawatirkan beralihnya tanggung jawab dan prioritas kepala daerah dari elektoratnya ke para anggota DPRD. “Asal anggota DPRD puas, tidak ada masalah (buat kepala daerah). Lingkaran elektorat akan sangat apatis tentang program-program pembangunan yang diajukan.”

Faiz menambahkan bahwa peresmian UU Pilkada merupakan ancaman bagi demokrasi nasional yang masih dalam fase perkembangan.

40 |

pol

itik

dan

huku

m

Page 42: AKTIVIS: Agen Perubahan

Politik Desentralisasi

Meskipun banyak perlawanan, kemungkinan Perppu Presiden ditolak dan UU Pilkada kembali diresmikan tetap nyata.

Purwono berpendapat bahwa ini bukan hal buruk. Purwono menyebut Amerika Serikat sebagai contoh demokrasi dengan pemilihan presiden melalui perwakilan negara bagian. “Praktik ini sudah berlangsung ratusan tahun dan tidak ada yang mencibirnya sebagai ‘oligarki politik’ atau tidak demokratis.”

Namun, Faiz menganggap bahwa sistem pemerintahan Amerika Serikat dengan Indonesia tidak bisa disamakan.

“Adanya perbedaan sistem kepartaian dengan two-party system, perbedaan sistem parlementer, perbedaan konsep dan kewewenangan negara federal, dan faktor-faktor lainnya, menjadikan perbandingan sistem Pilkada kedua negara ibarat membandingkan jeruk dengan apel.”

Meskipun begitu, Purwono percaya Pilkada melalui DPRD tetap adil dalam konteks Indonesia.

“Pemilihan kepala daerah sesuai dengan Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 dipilih secara demokratis (…) ini dianggap oleh MK dalam putusan MK Nomor 97/PUU-XI/2013 terkait perkara Pengujian UU Nomor 12 Tahun 2008 sebagai ‘open legal policy’, artinya dapat dipilih secara langsung oleh rakyat maupun oleh DPRD disesuaikan dengan perkembangan masyarakat dan kondisi di setiap daerah.”

Menentukan Sistem yang Lebih Baik

Purwono beragumen bahwa Pilkada langsung maupun tidak langsung tetap demokratis. “Perdebatannya bukan lagi pada demokratis atau tidaknya dua model Pilkada tersebut, melainkan seperti apa evaluasi obyektif terhadap pelaksanaan Pilkada langsung oleh rakyat selama ini.”

Pendapat ini juga disetujui oleh Febi Dwirahmadi, kandidat PhD Perubahan Iklim di Griffith University. Febi percaya Pilkada melalui DPRD dapat menghemat biaya ekonomi dan sosial. “Pemilihan kepala daerah secara langsung adalah politik biaya tinggi. Sebagai konsekuensinya, pelanggaran dan kecurangan marak terjadi.”

Ia juga menganggap Pilkada langsung dapat memicu keberpihakan di masyarakat sesuai dengan calon yang ada.

Apabila situasi ini tidak dapat dikelola dengan baik, dapat mengakibatkan friksi diantara masyarakat sehingga akan ada ongkos sosial yang harus dibayar. Lalu kapan kita mau berpikir untuk memajukan daerah kita apabila selalu disibukkan hal-hal seperti ini setiap tahun pemilihannya?”

Purwono berpendapat serupa. Dengan adanya kesenjangan ekonomi dan pendidikan, Purwono merasa segregasi masyarakat menjadi sulit dihindari.

41 |

POL

ITIK

DAN

HUKU

M

Page 43: AKTIVIS: Agen Perubahan

“Pelaksanaan Pilkada langsung oleh rakyat ternyata malah semakin menimbulkan situasi chaotic dan mobokrasi (…) diantaranya rawan memicu konflik horizontal, menyuburkan praktik politik uang, menelan biaya besar. Padahal kewenangan gubernur sangat terbatas dan belum mampu menghasilkan kepemimpinan daerah yang berkualitas.”

Purwono juga berpendapat bahwa kepala-kepala daerah yang terbilang sukses adalah anomali karena jumlahnya yang kecil dan area elektoratnya yang mayoritas di kota-kota besar. “Sejumlah kepala daerah lainnya yang terkena kasus korupsi adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri dari Pilkada langsung selama ini.”

Namun, Faiz berargumen bahwa konflik yang ada timbul dari provokasi calon-calon kepala daerah.

"Munculnya ketegangan dan kerawanan sosial dalam Pilkada langsung tidak dapat dilepaskan dari bagaimana para calon kepala daerah ataupun elit partai politik bersikap dan memberi teladan kepada para pendukungnya. Para elit partai politik seyogianya menunjuk hidungnya terlebih dahulu untuk memperbaiki sikap atas tindak-tanduknya yang seringkali memprovokasi massa pendukung ataupun mengintervensi jajaran birokrat.”

Merujuk pada hasil kajian dan data KPK, Faiz berargumen bahwa korupsi yang dilakukan kepala daerah bukan akibat Pilkada langsung, namun konsekuensi sistem desentralisasi. “Artinya, mengembalikan Pilkada melalui DPRD juga tidak menjamin bahwa korupsi kepala daerah akan berkurang. Sebaliknya, hasil studi Universitas Gajah Mada menunjukkan bahwa mekanisme Pilkada melalui DPRD akan menyuburkan potensi terjadinya korupsi struktural dan kolusi antara kepala daerah dengan anggota DPRD.”

Faiz merekomendasikan perbaikan Pilkada langsung, bukan pengalihan kepada DPRD. Hal ini termasuk penyelenggaraan Pilkada secara serentak di seluruh daerah di Indonesia untuk mempermudah implementasi.

Sebaliknya, Febi menekankan bahwa rakyat perlu menaruh kepercayaan pada pemerintah. “Kalau memang sudah ada ketidakpercayaan, mau dipilih sedemokratis apapun, tetap akan dipermasalahkan.”

Menurut Febi, masalah ini bisa ditekan dengan hubungan dan partisipasi yang mendalam antara rakyat dan wakilnya. “Pastikan orang yang kita pilih adalah orang yang baik dan dapat mewakili suara kita. Pelajari partai beserta calon legislatif yang akan kita pilih, jangan hanya ikut-ikutan saja, apalagi golput.” Pada akhirnya, apapun hasil perundingan Perppu, diperlukan adanya kepedulian masyarakat untuk membangun hubungan dengan wakil rakyat dan mengawal proses pemerintahan dan demokrasi di Indonesia secara objektif.

"Mari kita terus berdiskusi secara cerdas dan berimbang.” ungkap Purwono.

42 |

POL

ITIK

DAN

HUKU

M

Page 44: AKTIVIS: Agen Perubahan

43 |

POL

ITK D

AN H

UKUM

Page 45: AKTIVIS: Agen Perubahan

Terharu, bangga dan optimis. Tiga kata itulah yang mendeskripsikan perasaan saya ketika sedang bersantai sembari menonton inaugurasi Presiden ketujuh kita, Ir. Joko Widodo. Bagi saya, pidato serta sikap beliau selama kelangsungan upacara mencerminkan niat baik serta ketulusannya dalam membangun Ibu Pertiwi. Di sisi yang lain, oposisi di bagian legislatif pun telah menyatakan sikapnya bukan untuk menghalangi, namun untuk bekerja bersama dengan badan eksekutif demi menerapkan kebijakan-kebijakan yang pro-rakyat.

Kini, rakyat telah melihat kedua pihak yang bertarung habis-habisan sudah berdamai, telah bersatu demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat, adil dan sejahtera. Pertanyaannya, sudahkah rakyat melakukan hal yang sama? Apakah yang terjadi justru sebaliknya? Sayangnya, rakyat terpecah belah oleh realitas politik; setidaknya itulah yang saya rasakan dan perhatikan akhir-akhir ini.

Opini : Mengembalikan Semangat Bhinneka Tunggal Ika

Ditulis oleh Mustika Indah Khairina, fotografi oleh Muhammad Yogaswara

Hangatnya polemik politik di Indonesia beberapa bulan terakhir ujung-ujungnya berimbas kepada rakyat. Rekan dan keluarga berselisih, media sosial dipenuhi oleh caci-makian dari berbagai pihak, sampai aksi demonstrasi yang sebenarnya tidak memiliki pengaruh dan dampak positif bagi kita. Sebagian besar media pun tiada habishabisnya memanfaatkan dan bahkan memperburuk keadaan dengan "berita-berita" yang tampaknya hanya berniat untuk menjatuhkan satu sama lain.

Melihat situasi, kita tentu tidak boleh berdiam diri. Sebagai pelajar, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki keadaan? Tugas kita adalah menjadi agen perubahan di komunitas masing-masing dan menjadi teladan bagi sesama, menunjukkan bahwa sesungguhnya Indonesia masih memiliki banyak aktivis-aktivis muda yang peduli dengan negaranya. Mengutip kata-kata Anies Baswedan, ada empat hal yang dibutuhkan anak muda untuk menjadi agen perubahan: kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir secara analitis serta kemampuan memecahkan masalah.

"Kini saatnya, kita menyatukan hati dan tangan... Persatuan dan gotong royong adalah syarat bagi kita untuk menjadi bangsa besar. Kita tidak akan pernah besar jika terjebak

dalam keterbelahan dan keterpecahan…”

- Ir. Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia ke-7 -

44 |

POL

ITIK

DAN

HUKU

M

Page 46: AKTIVIS: Agen Perubahan

Ada ungkapan bijak yang mengatakan “Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka.” Benar, perubahan dimulai dari diri kita sendiri. Masa dimana kita memandang satu sama lain berdasarkan afiliasi politik sudah lewat, sekarang saatnya kita ‘bekerja, bekerja dan bekerja’ serta bergotong-royong demi mewujudkan mimpi para pendiri dan leluhur kita. Pendapat dan prinsip individu boleh berbeda-beda, namun demi kemajuan negara, marilah kita bersama-sama melupakan perselisihan di masa lampau, mendukung pemerintah apabila tindakannya pro-rakyat dan mengkritik apabila bertindak sebaliknya.

Akhir kata, saya ingin mengakhiri dengan mengutip ucapan Pak Prabowo Subianto di akun media sosialnya, “Mari kita terus kobarkan semangat bela negara, UUD 1945 dan semangat persaudaraan dalam membangun bangsa ber-Bhinneka Tunggal Ika yang aman, damai, kuat, adil, makmur dan sejahtera.”

Mustika Indah Khairina adalah pelajar tahun kedua di Monash University, Australia, yang sedang menekuni bidang Politik dan Studi Internasional( Asian Studies Stream ).

Mustika Indah Khairina

Kemampuan berkomunikasi dan berpikir secara analitis merupakan dua hal yang saling melengkapi. Dalam perbincangan sehari-hari maupun diskusi kelompok, memang mudah untuk mendengarkan tanpa memahami atau mencerna perkataan orang lain. Itulah pentingnya menajamkan kemampuan kita untuk berpikir secara kritis agar kita dapat menyaring segala hal yang kita baca di media dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang kerap bersifat memihak.

Di segi lain, kepemimpinan secara harfiah dapat diartikan sebagai kemampuan untuk merubah pikiran dan merangkul sekelompok orang demi tercapainya sebuah tujuan. Para calon pemimpin atau ketua organisasi sepatutnya bertindak sebagai teladan dalam menyatukan para anggotanya; memecahkan masalah dengan mengambil tindakan yang benar, bukan semata-mata karena tindakan tersebut dianggap populer.

Fotografi oleh Mikhael Geordie

45 |

POL

ITIK

DAN

HUKU

M

Page 47: AKTIVIS: Agen Perubahan

SENI BUDAYADAN

OLAHRAGA 46 |

SEN

I BUD

AYA

DAN

OLAH

RAGA

Page 48: AKTIVIS: Agen Perubahan

Agen Perubahan Seni Budaya : Duta Bangsa yang MenjembataniLintas Seni Budaya Antar Negara

Wawancara Zeby Febrina oleh Titik Endahyani, fotografi oleh Faizal Rahman (Eve magazine)

Mendengar kata "agen perubahan", hal pertama yang muncul di pikiran Zeby, seorang pegiat seni sekaligus pegiat lingkungan, adalah seseorang yang bukan hanya berbeda. Menurutnya, seorang agen perubahan harus mampu berpikir dan berani berbeda. Karakter ini esensial jika ingin berkreasi dan berkarya secara optimal serta memberi inspirasi dan manfaat nyata bagi masyarakat luas.

Saat ini, agen perubahan di bidang seni budaya sangat dibutuhkan mengingat perkembangan zaman. Hubungan antar manusia di berbagai belahan dunia sudah tidak lagi mengenal waktu, jarak, dan batas. Hal tersebut diwujudkan melalui teknologi informasi dan komunikasi serta jaringan media sosial. Hubungan lintas budaya yang intensif ini membantu penyebaran wawasan dan inspirasi bagi seluruh masyarakat.

Para agen perubahan di bidang seni budaya saat ini juga dibutuhkan sebagai duta bangsa yang mewakili negara asal para agen perubahan sehingga bisa mempererat hubungan antar negara. Salah satu contohnya adalah pop korea (K-pop) yang semakin mendunia melalui lagu Gangnam Style, yang dapat menyatukan perbedaan dalam kebersamaan serta menginspirasi banyak orang untuk berkreasi, seperti dengan menciptakan berbagai remix, lagu cover dan bahkan parodi.

Melihat fenomena ini, Zeby percaya bahwa semua bentuk produk kreasi seni budaya dapat mendunia. Namun, hal ini tidak lepas dari dukungan optimal dari berbagai pihak.

Di Indonesia sudah banyak sekali pecinta dan pelaku-pelaku seni budaya yang menampilkan kreasi seninya melalui jaringan internet YouTube maupun ajang-ajang pencarian bakat. Hal ini terbukti meningkat akses publik terhadap kreasi tokoh-tokoh tersebut. Contohnya, seniman Indonesia dapat berkreasi di jalur internasional, antara lain dengan memperkenalkan seni bela diri seperti pencak silat atau berkolaborasi dengan seniman negara lain.

Para perancang busana Indonesia pun turut mengharumkan nama bangsa dengan dipakainya karya mereka oleh selebriti internasional. Kartunis tanah air pun telah mendapat peluang untuk menggambar bagi komik Marvel, perusahaan komik papan atas dari Amerika. Adapun informasi terbaru dari dunia musik, dimana mahasiswa Indonesia jurusan desain komunikasi visual telah mendapat kesempatan untuk merancang sampul album grup musik ternama Maroon 5.

Prestasi-prestasi tersebut mampu memberi inspirasi dan gairah pada generasi muda Indonesia. Ini membuktikan bahwa kaum muda mudi bangsa sangat berpotensi dalam memperkenalkan seni budaya Indonesia ke tingkat dunia. Hal ini juga menunjukkan bahwa kreativitas bangsa mampu berkompetisi dengan negara lainnya.

Namun, Zeby berargumen bahwa pemerintah Indonesia belum memberikan perhatian dan dukungan yang optimal bagi pelaku industri ekonomi kreatif tanah air. Para pelaku seni budaya dari berbagai daerah masih banyak disponsori oleh pihak swasta atau bahkan pihak asing yang membiayai perjalanan mereka untuk promosi ke luar negeri. Contohnya seperti beberapa perancang busana. Para perancang busana ini lebih banyak dibantu oleh komunitas-komunitas berkaitan dan tidak jarang pula harus secara mandiri mencari sponsor bagi untuk kelangsungan karirnya. Selain itu, lokasi pagelaran budaya yang ada di Jakarta masih banyak dibangun dan dikelola oleh pihak swasta. Gedung Kesenian Jakarta yang merupakan pusaka sejarah pun harus berjuang mencari dana secara mandiri.

47 |

SEN

I BUD

AYA

DAN

OLAH

RAGA

Page 49: AKTIVIS: Agen Perubahan

48 |

SEN

I BUD

AYA

DAN

OLAH

RAGA

Page 50: AKTIVIS: Agen Perubahan

Setelah kembali ke Indonesia, Zeby mendedikasikan diri untuk berkecimpung dalam pelestarian keanekaragaman hayati sebagai pegiat Komodo Indonesia serta membangun perkumpulan Sahabat Ragunan bersama pegiat konservasi lainnya di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta. Kegiatannya antara lain berpartisipasi langsung di lapangan, melakukan pameran di berbagai acara nasional, berperan serta dalam forum diskusi internasional mengenai lingkungan hidup, sampai melakukan edukasi ke berbagai sekolah termasuk berpartisipasi dalam beberapa acara seperti Indonesia Kids Fair dan Indonesia Kids Fair Goes to School. Selain itu, Zeby juga pernah berpartisipasi pada pameran foto bertema flora dan fauna, menjadi pegiat komodo di skala nasional maupun internasional, serta narasumber bagi program-program TV swasta dalam negeri.

Selain kiprahnya sebagai pegiat komodo, Zeby juga aktif sebagai pegiat Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur bersama Alfonsa Horeng, seorang budayawati tenun ikat asal Desa Sikka, Flores. Bersama, Zeby dan Alfonsa telah membawa tenun ikat ke kancah internasional.

Cerita Zeby menunjukkan bahwa seni dan budaya negeri bukan hanya mampu bersaing, namun juga bisa dijadikan media penyampaian. Melestarikan budaya lokal sudah menjadi hal yang biasa. Zeby menunjukkan dengan karyanya bahwa keanekaragaman hayati tanah air perlu dilestarikan.

Mengutip kata Zeby, menjadi agen perubahan “[bukan hanya berpikir] out of the box, [tapi juga] thinking and doing without boxes.” Seorang agen perubahan bukan hanya harus inovatif, tapi juga harus bergerak jauh di luar batasan-batasan yang ada.

Seni budaya yang sukses terbukti mampu mencerahkan persepsi umum bahwa bidang tersebut kurang menguntungkan. Saat ini peran bidang seni budaya sudah dapat mendukung industri ekonomi kreatif dan turut memberikan kontribusi signifikan. Bidang ini mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar serta memotivasi pelaku-pelakunya untuk terus berkarya dan berkembang secara optimal. Hal ini juga didukung dengan banyaknya sekolah tari tradisional dan kontemporer yang bermunculan di ibu kota. Disamping itu, telah banyak pula acara pameran produk seni budaya yang hampir setiap bulan diadakan di Jakarta. Namun, kegiatan seperti ini belum terjadi secara paralel di propinsi lainnya.

Sebagai negara dengan beragam suku, budaya, maupun keanekaragaman hayati, Zeby yakin bahwa pemerintah sadar bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar, khususnya di bidang seni budaya. Namun, Zeby merasa pemerintah belum memberikan dukungan cukup.

“Apakah yang menghambat pemerintah untuk lebih mengembangkan dan melindungi seni budaya Indonesia untuk menjadi industri ekonomi kreatif yang mumpuni, termasuk hasil budaya yang tangible dan intangible yang harus segera dipatenkan ke dunia internasional?”

Bercermin pada pengalaman pribadi, Zeby berpendapat bahwa seseorang akan lebih mudah tergerak dari sisi nasionalisme sebagai bangsa Indonesia dengan menyadari sesungguhnya akan segala kelebihan dan kekayaan yang dimiliki bangsanya. Tujuan kita menuntut ilmu di negara lain diharapkan dapat turut membangun dan memajukan bangsa Indonesia.

Membangun identitas negeri sendiri tidak perlu dengan secara fisik berada di Indonesia. Berkarya dengan identitas Indonesia dapat dilakukan dimanapun. Warga Indonesia yang merantau di luar dapat menjadi agen penggerak seni budaya melalui berbagai tindakan nyata. Contohnya, mengadakan pelatihan tari dan musik tradisional, paduan suara lagu-lagu tradisional Indonesia, atau kursus masakan Indonesia. Menyelenggarakan festival atau program bertema seni budaya tanah air pun dapat dilakukan.

Zeby Febrina adalah salah seorang pegiat di dunia fashion, seni, flora dan fauna yang ruang geraknya telah mencakup lingkup internasional, dengan sederet aktivitas sosial yang telah dilakukan sejak lebih dari belasan tahun lalu. Zeby telah lebih dari enam tahun berkiprah dengan perannya sebagai pegiat Komodo Indonesia, perkumpulan Sahabat Ragunan, dan pegiat tenun bagi Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur. Zeby juga aktif dalam perkumpulan Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT). Saat ini Zeby aktif sebagai narasumber bagi berbagai acara seminar, antara lain Badan Pelestari Pusaka Indonesia, Hari Satwa

Sedunia, serta narasumber bagi media dan TV nasional dan internasional.

Zeby Febrina

49 |

SEN

I BUD

AYA

DAN

OLAH

RAGA

Page 51: AKTIVIS: Agen Perubahan

Opini: Antara Aku, Saman, danAustralia

Ditulis oleh Arief Rochman, fotografi oleh Kuntoro Windu

Sebagai salah seorang warga negara Indonesia, tentu saja saya sangat bangga dengan keanekaragaman budaya yang berasal dari Sabang sampai Merauke. Setiap daerah pasti mempunyai elemen tersendiri yang membedakan dari budaya daerah lain. Hal ini bisa berasal dari bahasa, pakaian, hingga adat istiadat yang memang sudah dipraktikkan secara turun temurun. Kebudayaan Indonesia yang sangat beragam merupakan daya tarik tersendiri bagi penduduk di berbagai belahan dunia. Tidak sedikit dari mereka yang tertarik untuk mencoba mempelajari budaya kita, karena mereka menganggap bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang unik, yang tidak bisa mereka temukan di belahan bumi yang lain.

Di era globalisasi sekarang ini, kemudahan informasi memungkinkan terjadinya pertukaran budaya. Komunikasi antar negara semakin cepat dengan maraknya penggunaan internet. Namun, berbagai permasalahan mengenai budaya pun turut muncul. Kaum muda-mudi Indonesia, yang diberi tanggung jawab untuk melestarikan budaya malah tidak peduli dengan kekayaan bangsa sendiri. Mereka merasa bahwa budaya Indonesia itu adalah budaya yang kuno dan tidak menarik. Dahulu kala, anak-anak masih mengenal dengan permainan yang membutuhkan fisik dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, permainan tradisional macam galasin dan benteng yang merupakan kegiatan wajib di sore hari. Di zaman ini, anak-anak kurang mengetahui permainan tradisional, mereka lebih akrab dengan istilah gadget atau game online yang memang sangat populer. Hal ini tentu saja bisa menjadi peringatan bagi masyarakat tentang cikal bakal kepunahan budaya Indonesia yang kita banggakan. Sungguh suatu kondisi yang sangat memprihatinkan.

Hal yang mesti kita lakukan adalah untuk mencoba menjaga kelestarian budaya itu sendiri. Ini sudah merupakan tugas dan tanggung jawab bagi seluruh penduduk Indonesia di segala usia. Namun, harus ada motivasi yang kuat dari setiap anggota masyarakat sehingga hasil yang kita inginkan bisa terwujud: menjaga, mempertahankan dan mewariskan warisan budaya untuk generasi penerus. Ironisnya, meskipun masyarakat kita mengetahui seberapa penting kebudayaan ini, rasa kesadaran untuk melestarikan warisan bangsa masih terasa sangat minim. Hal inilah yang mesti kita ubah bersama sehingga budaya Indonesia pun tidak akan larut dimakan usia.

Sebagai salah satu mahasiswa di negeri orang, saya pun merasa bahwa menjaga kelestarian Indonesia merupakan keharusan bagi setiap penduduk, tanpa terkecuali dimanapun mereka berada. Saya pun kagum dengan eksistensi komunitas-komunitas budaya yang berada di Australia, seperti misalnya kelompok tari Rindang Saman Adelaide, kelompok musik Rebana El Musafir, kelompok Reog Singo Sarjono, kelompok gamelan Sekar Laras, serta kelompok musik Angklung Adelindo. Kelompok-kelompok ini juga tidak hanya beranggotakan warga Indonesia, tetapi juga warga lokal Australia. Hal ini membuat saya kagum sekaligus malu, warga negara tetangga saja mau mempelajari budaya Indonesia, mengapa kita sebagai pemilik malah tidak meneruskan?

50 |

SEN

I BUD

AYA

DAN

OLAH

RAGA

Page 52: AKTIVIS: Agen Perubahan

Saman Melbourne

51 |

SEN

I BUD

AYA

DAN

OLAH

RAGA

Page 53: AKTIVIS: Agen Perubahan

Tong kosong nyaring bunyinya. Ya, sayapun beranggapan bahwa kemauan kita untuk memperjuangkan budaya bangsa harus diikuti dengan tindakan, bukan hanya sebatas omongan saja. Berbekal dari rasa penasaran, saya pun uji coba untuk menjadi anggota kelompok tari saman Rindang Adelaide. Selama ini saya hanya pernah melihat tari saman di televisi, namun begitu saya mencobanya, ternyata tari ini bukanlah hal yang mudah. Mengingat tarian ini mengandalkan kekompakan, kerjasama dan otak kiri otak kanan, maka apabila salah satu penari saja “lalai” dengan salah satu gerakan, keindahan tarian itu akan berkurang. Saya pun sempat merasa lelah dengan latihan-latihan yang cukup menyita waktu, tetapi ego saya mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya kesempatan untuk mempelajari budaya negeri sendiri. Pertunjukkan demi pertunjukkan, pengalaman demi pengalaman, membuat saya semakin mantap untuk terus eksis di dunia saman. Tawaran-tawaran tampil juga semakin banyak, baik di acara komunitas Indonesia maupun event lokal di Adelaide. Rasa bangga untuk bisa memperkenalkan budaya Indonesia di negeri orang sungguh merupakan perasaan yang tak ternilai.

Pengalaman saya dengan menjadi penari saman merupakan bentuk perjuangan untuk memelihara budaya Indonesia, menjaga eksistensi bangsa di kancah internasional. Saya pun tidak berhenti untuk terus mengajak generasi muda di Adelaide untuk ambil bagian di dalam komunitas-komunitas yang bertujuan untuk melestarikan budaya Indonesia. Dengan begitu, kita tidak akan kehilangan identitas sebagai negara yang kaya akan budaya di mata negara lain. Budaya-budaya yang terdapat di Indonesia merupakan salah satu harta terbesar yang kita miliki. Kita pun boleh berbangga bahwa budaya adalah salah satu aspek yang bisa membedakan negara kita dengan berbagai macam negara di luar sana. Namun, sikap kita sebagai pemilik budaya tidak mencerminkan upaya untuk memelihara aset yang tak ternilai ini. Sikap yang seharusnya kita tunjukkan adalah untuk mencoba menjaga dan memelihara budaya dengan sekuat tenaga sampai titik darah penghabisan. Maka dari itu, kita harus memposisikan diri kita sebagai agen perubahan di lingkungan sekitar. Mari lakukan aksi, jangan hanya bicara saja. Tidak adil rasanya jika kita berteriak lantang dan keras agar budaya kita tidak diklaim negara lain, tapi kita sendiri tidak ikut memeliharanya. Apa kata dunia?

Saya Arief Rochman. Saat ini saya sedang menempuh kuliah post graduate Master of Education Leadership and Management) di Flinders University, Adelaide, South Australia. Kebetulan sekarang saya adalah Ketua PPIA Flinders University periode 2014-2015. Komunitas budaya yang saya ikuti sekarang

adalah Rindang Saman Adelaide dan Rebana El Musafir.

Arief Rochman

52 |

SEN

I BUD

AYA

DAN

OLAH

RAGA

Page 54: AKTIVIS: Agen Perubahan

Diplomasi Kebudayaan di Tengah Komunitas Internasional:

MemperkenalkanMusik Keroncong di Brisbane

Ditulis oleh Tri Mulyani Sunarharum dan Wenny Bekti Sunarharum, fotografi oleh Wenny Bekti Sunarharum dan Johan Ramandias

Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman seni dan budaya. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, negara kita adalah negara kepulauan terbesar di dunia.Sebanyak 17.504 pulau telah ditemukan, dimana 13.466 diantaranya telah diverifikasi. Di pulau pulau inilah tersebar berbagai suku bangsa yang jumlahnya berkisar kurang lebih sejumlah 1.300 suku etnis. Suku-suku tersebut berkontribusi terhadap keanekaragaman seni budaya bangsa yang menjadi identitas nasional, seperti semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu”.

Saat ini, karya-karya seni dan budaya bangsa sedang mengalami krisis. Krisis itu bisa berupa kepunahan atau dicuri atau dipatenkan pihak lain karena kurangnya perhatian bangsa terhadap seni budaya lokal serta nasional. Disamping itu, globalisasi juga turut ambil andil dalam mempengaruhi perubahan seni budaya bangsa. Dalam hal ini, seni budaya Indonesia mulai berevolusi menjadi lebih modern. Hal ini tampak dari banyaknya modifikasi baju-baju daerah, gerakan tari tradisional, dan modernisasi musik-musik tradisional. Meskipun perubahan tersebut masih mempertahankan eksistensi budaya nasional, sungguh disayangkan semakin banyak generasi muda Indonesia yang enggan mengenal dan belajar seni budaya Indonesia. Padahal, seni budaya yang beraneka ragam tersebut seyogyanya diterima dan disadari sebagai harta karun bangsa yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Salah satu seni budaya Indonesia yang terancam punah adalah musik keroncong. Musik keroncong adalah salah satu warisan budaya bangsa yang terbentuk dari akulturasi budaya asing dan budaya lokal di Indonesia.

Musik keroncong telah mengalami evolusi sejak kedatangan bangsa Portugis ke tanah air pada tahun 1522. Musik ini awalnya disebut moresco, yang merupakan musik dengan tarian dari bangsa atau kaum Moor. Kaum Moor adalah kelompok etnis berkulit hitam dan beragama Islam yang berasal dari pantai utara Afrika. Saat itu, daerah ini merupakan daerah jajahan bangsa Portugis.

Pada abad ke-19, musik ini berubah secara pelafalan sesuai lidah orang Indonesia. Nama keroncong diambil dari alat musik khasnya berbunyi “creng crong”, yaitu cak dan cuk. Keunikan lainnya adalah adanya alat musik cello bersenar tiga yang dimainkan dengan cara dipetik. Permainan alat-alat musik ini kemudian diadaptasikan ke budaya lokal di Indonesia. Akhirnya, musik keroncong dimainkan dengan alat musik tradisional seperti sitar, gamelan, rebab, suling bambu, gendang, dan kenong.

53 |

SEN

I BUD

AYA

DAN

OLAH

RAGA

Page 55: AKTIVIS: Agen Perubahan

1 Fotografi oleh Wenny B. Sunarharum2 Fotografi oleh Johan Ramandias

54 |

SEN

I BUD

AYA

DAN

OLAH

RAGA

Page 56: AKTIVIS: Agen Perubahan

Meskipun sempat besar di masanya, musik keroncong BKB adalah salah satu agen perubahan yang masih peduli dengan kelestarian seni budaya Indonesia. Memiliki kesempatan untuk studi di luar negeri dapat dipandang sebagai kesempatan emas untuk dapat berkontribusi lebih untuk bangsa Indonesia dalam bidang apapun, tidak terkecuali bidang seni budaya. Dengan semangat kebangsaan dan kecintaan terhadap tanah air yang kuat, sumbangsih untuk negeri dapat diberikan meskipun warganya berada jauh di luar negeri.

Meskipun sempat besar di masanya, musik keroncong menjadi semakin langka di tanah air. Menyadari hal ini, komunitas Indonesia di Brisbane, Australia membentuk Buaya Keroncong Brisbane (BKB). Berawal dari kepedulian terhadap kelestarian budaya Indonesia, BKB bervisi untuk ikut serta dalam upaya melestarikan musik keroncong. Adapun nama “Buaya Keroncong” diambil dari istilah julukan yang diberikan untuk salah satu tokoh keroncong terkenal di Indonesia yang menciptakan lagu Bengawan Solo, yaitu Bapak Gesang. Dengan kata lain, semangat Bapak Gesang untuk melestarikan musik keroncong juga melekat pada jiwa para generasi muda di Brisbane yang kemudian menamakan diri mereka BKB.

Menempuh studi di Australia menjadikan BKB semakin termotivasi untuk memperkenalkan musik keroncong sebagai salah satu seni musik Indonesia yang harus dijaga. Upaya ini sekaligus merupakan bagian dari diplomasi kebudayaan di tengah komunitas internasional di Australia, sesuai dengan jargon BKB--“a cultural diplomacy to save our keroncong”. Komitmen ini telah dibuktikan BKB sejak terbentuknya di tahun 2013, yaitu dengan berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat Indonesia serta dalam festival seni budaya baik lokal maupun internasional di Brisbane. Menurut manager BKB, A. Khoirul Umam, kehadiran BKB ini tidak hanya menjadi duta musik Indonesia, melainkan juga sebagai duta keragaman budaya yang disimbolisasikan oleh beragamnya latar belakang, suku, ras, dan agama para pemainnya. Hal ini menunjukkan bahwa BKB juga turut mengejawantahkan semboyan bangsa Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

Penulis pertama, Tri Mulyani Sunarharum, adalah founding member dan pengurus inti dari QUT Intercultural Sharing Arts and Group Enthusiasts yang menempuh studi PhD di Queensland University of Technology. Penulis kedua, Wenny Bekti Sunarharum, adalah peraih UQ Alumni Inspirational Awards 2010 dan peraih the Prime Minister’s Australia Asia Endeavour Award, yang sedang menempuh studi PhD di University of Queensland. Kedua penulis ini

adalah co-founder dari Komunitas Gelora Indonesia.

Tri Mulyani Sunarharum dan Wenny Bekti Sunarharum

55 |

SEN

I BUD

AYA

DAN

OLAH

RAGA

Page 57: AKTIVIS: Agen Perubahan

56 |

SEN

I BUD

AYA

DAN

OLAH

RAGA

Page 58: AKTIVIS: Agen Perubahan

Menuju Pentas OLYMPPIA 2015Ditulis oleh Reo Audi, fotografi oleh Mikhael Geordie

Olimpiade Persatuan Pelajar Indonesia di Australia, yang dikenal akrab dengan nama OLYMPPIA, merupakan agenda olahraga dua tahunan yang dimotori oleh PPIA Pusat bekerja sama dengan PPIA Cabang. Acara berskala nasional ini kali pertama diadakan di Melbourne tahun 2006. Sejak saat itu, OLYMPPIA rutin diadakan bergantian di berbagai state di Australia dan tahun depan giliran New South Wales yang akan bertindak sebagai "tuan rumah" OLYMPPIA 2015. Maret 2015, akan menjadi waktu penyelenggaran acara akbar ini.

Sebanyak lebih dari 17.000 pelajar Indonesia yang tersebar di 7 negara bagian di Australia akan memiliki kesempatan untuk saling bertemu dan mempererat tali silaturahmi lewat olahraga yang dikemas dalam acara dua tahunan ini. OLYMPPIA merupakan hasil karya pelajar dalam perannya sebagai agen perubahan di bidang olahraga. OLYMPPIA menjadi wadah untuk menyalurkan bakat dan kreatifitas seluruh pelajar Indonesia dalam berbagai cabang perlombaan. Koordinator OLYMPPIA 2015, Fauzan Ramadhan mengatakan, “OLYMPPIA juga bertujuan untuk membentuk dan mendewasakan pola pikir, dimana teman-teman akan punya sarana untuk meningkatkan mental sportivitas dan solidaritas, serta menjadi media pemersatu yang diharapkan mampu mempererat rasa kekeluargaan diantara teman-teman PPIA antar negara bagian.” Fauzan juga berharap kekompakan dalam PPIA cabang dan PPIA ranting akan semakin tercipta khususnya di New South Wales, tempat diselenggarakannya OLYMPPIA 2015.

New South Wales, tuan rumah OLYMPPIA 2015

PPIA cabang New South Wales memang berkeinginan untuk menjadi tuan rumah OLYMPPIA 2015. Persiapan matangpun dilakukan sejak lama.

“Dalam waktu yang diberikan, PPIA New South Wales mengirimkan proposal kegiatan kepada PPIA Pusat agar dapat dipertimbangkan sebagai calon tuan rumah,” ujar Fauzan. Setelah melalui proses seleksi dari PPIA Pusat, akhirnya PPIA New South Wales pun mendapat kepercayaan terpilih sebagai tuan rumah OLYMPPIA 2015. Fauzan menjelaskan terdapat beberapa keunggulan yang di dimiliki oleh PPIA New South Wales dalam mengemban tugas menyelenggarakan OLYMPPIA 2015. “PPIA cabang New South Wales memiliki sumber daya yang memadai, lokasi yang strategis, pengalaman dalam mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan olahraga dan kesenian baik di tingkat cabang maupun ranting. Oleh karena itu, kami optimis dapat menyelenggarakan OLYMPPIA 2015 secara professional,” tutup Fauzan.

Perlombaan di OLYMPPIA 2015

Pelajar, sebagai agen perubahan, tak boleh berhenti menelurkan gagasan dan ide-ide baru. Termasuk inovasi dalam bidang perlombaan di OLYMPPIA tahun ini. OLYMPPIA 2015 tidak hanya akan memperlombakan cabang olaharaga saja, melainkan akan diselenggarakannya cabang baru yaitu kesenian dan mini games. Project Manager OLYMPPIA, Nafil Lukman S menjelaskan perlombaan bidang olahraga akan dibagi dalam 4 cabang, yaitu basketball 3 on 3 (putra), futsal (putra), tenis meja (tunggal putra, tunggal putri, dan ganda campuran), bulutangkis (ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran). “OLYMPPIA 2015 akan berbeda dengan OLYMPPIA sebelumnya, karena kali ini juga akan diadakan perlombaan di bidang kesenian yang dibagi ke dalam 3 cabang, yaitu fotografi, singing contest, dan dance competition. Ada pula mini games yang akan diadakan di sela-sela acara OLYMPPIA agar para penonton pun dapat terlibat aktif meramaikan acara ini karena akan ada hadiah menarik yang disediakan oleh panitia,” ujar Naufal. Sukses, OLYMPPIA 2015!

57 |

SEN

I BUD

AYA

DAN

OLAH

RAGA

Page 59: AKTIVIS: Agen Perubahan
Page 60: AKTIVIS: Agen Perubahan

Timnas U-19: Perjuangan Keras Menuju Pantas

Di awal Oktober 2013, ucapan penuh percaya diri tersebut terlontar dari mulut pelatih timnas Indonesia U-19 Indra Sjafri sesaat sebelum laga pamungkas kualifikasi Piala Asia U-19 antara tim garuda muda melawan tim negeri ginseng yang punya reputasi mentereng di kawasan Asia. Hasilnya, 12 Oktober 2013, Indonesia berhasil menekuk Korea Selatan dengan skor akhir 3-2. Kemenangan ini tidak hanya membuat Indonesia lolos ke Piala Asia U-19, tetapi juga mengamankan kualifikasi sebagai juara grup.

Keberhasilan ini melengkapi prestasi timnas U-19 sebulan sebelumnya saat keluar sebagai juara Piala AFF U-19, kejuaraan sepakbola junior se-ASEAN. Atas dua kesuksesan ini, idola baru persepakbolaan tanah air seakan muncul. Bocah-bocah penghuni skuad timnas U-19 sontak menjadi primadona. Mereka dianggap sebagai penghapus dahaga gelar juara sepakbola Indonesia di kancah internasional. Maklum saja, banyak orang sudah lupa kapan Indonesia pernah merengkuh gelar juara sepakbola. Kini, lewat anak-anak muda, masyarakat menitipkan harapan selanjutnya yang digantung setinggi langit. Timnas U-19 ditargetkan lolos ke Piala Dunia U-20 2015 di Selandia Baru.

Pada Oktober 2014, Piala Asia U-19 dimulai. Tim asuhan Indra Sjafri berangkat ke Myanmar sebagai tuan rumah gelaran Piala Asia dengan target tak tertulis dari sebagian besar pecinta bola tanah air--lolos menjadi salah satu semifinalis. Dengan menjadi semifinalis maka otomatis tiket Piala Dunia U-20 2015 di Selandia Baru akan dimiliki.

Namun apa daya, tiga kekalahan di tiga laga grup, masing-masing takluk 1-3 dari Uzbekistan, dijegal 0-1 oleh Australia, dan digulung 1-4 oleh Uni Emirat Arab, menyudahi langkah anak-anak tim garuda muda dari pentas Piala Asia. Timnas U-19 yang di awal turnamen digadang-gadang bakal masuk semifinal demi membawa pulang tiket Piala Dunia kenyataannya harus pulang lebih awal.

Sebagian besar masyarakat Indonesia larut dalam kekecewaan akibat kegagalan ini. Diam-diam masyarakat sudah menuntut anak-anak muda ini untuk harus lolos ke Piala Dunia seakan-akan Indonesia sudah langganan masuk ke ajang sepak bola paling akbar tersebut.

Kembali ke tahun 1961, Indonesia U-19 mengakhiri turnamen sebagai juara Piala Asia di Bangkok. Saat itu, kondisi persepakbolaan tanah air hampir sama dengan hari ini dengan adanya konflik di tubuh induk sepakbola tanah air, PSSI.

Pada 1978, timnas U-19 kembali lolos ke Piala Asia dan mengakhiri turnamen di babak semifinal. Saat itu, hanya dua negara finalis yang berhak lolos ke Piala Dunia. Namun akhirnya, Indonesia-lah yang dipilih FIFA untuk mengantikan Irak sebagai wakil Asia di Piala Dunia U-20 karena dianggap memiliki sistem pembinaan pemain yang lebih bagus dan mempunyai turnamen di berbagai kelompok usia.

“Jangan terlalu dibesar-besarkan soal Korea Selatan. Indonesia lebih besar dari Korea Selatan.”

Indra Sjafri, pelatih tim nasional (timnas) Indonesia U-19

Ditulis oleh Reo Audi, fotografi oleh Putu Dea K. Putra

59 |

SEN

I BUD

AYA

DAN

OLAH

RAGA

Page 61: AKTIVIS: Agen Perubahan

Jalan timnas U-19 masih panjang, dan untuk menjadi emas, butuh tempaan yang keras. Mereka butuh perjalanan yang keras untuk menjadi pantas. Timnas U-19 telah berhasil mengingatkan kembali masyarakat Indonesia akan pentingnya bergerak menjadi agen perubahan. Mereka berperan menumbuhkan harapan akan munculnya bibit-bibit cerah bagi prestasi persepakbolaan tanah air di masa depan. Mereka telah membuka pintu gerbang mereka sendiri menuju kesuksesan lewat perjuangan, sekaligus mengetuk pintu hati masyarakat Indonesia lainnya untuk sama-sama berperan menjadi agen perubahan untuk masa depan yang gemilang.

Pada November 2014, timnas Indonesia senior akan berjuang di Piala AFF 2014 Vietnam-Singapura. Semangat perubahan sudah pasti terpatri di sanubari para punggawa timnas senior berkat inspirasi yang secara tidak langsung diberikan oleh adik-adiknya di timnas U-19. Apapun hasilnya kelak, semangat dalam berlatih, bertanding, dan berusaha patut dikedepankan.

Berlaga di Piala Dunia U-20 untuk pertama kalinya, Indonesia gagal total setelah dihajar Argentina 0-5, dihabisi Yugoslavia 0-5, dan digunduli Polandia 0-6. Di level senior, medali emas SEA Games 1991 merupakan prestasi tertinggi terakhir milik Indonesia. Lebih dari 20 tahun silam, Indonesia terakhir berdiri di podium tertinggi sepak bola internasional. Selama lebih dari dua dekade, Indonesia langganan runner-up, itu pun hanya di skala Asia Tenggara melalui SEA Games dan Piala AFF.

Karena itu, ketika Indonesia meraih juara Piala AFF U-19 serta lolos ke Piala Asia U-19, ditambah kemenangan atas Korea Selatan dalam kualifikasi, masyarakat seakan baru sadar ada timnas baru yang punya masa depan cerah. Minimnya prestasi bangsa di kancah sepakbola dunia membuat masyarakat terbenam dalam euforia. Mereka tak peduli entah itu U-19, U-23, atau senior--yang penting Indonesia juara.

Benar bahwa timnas U-19 merupakan harapan bagi kebangkitan sepakbola Indonesia. Betul bahwa kemenangan hingga juara adalah hal yang ingin diraih. Namun hasil akhir bukanlah satu-satunya faktor. Bagian perjuangan dalam berlatih, bertanding, dan berusaha dalam koridor pembinaan sepakbola usia mudalah yang menjadi kebanggaan bagi kita.

60 |

SEN

I BUD

AYA

DAN

OLAH

RAGA

Page 62: AKTIVIS: Agen Perubahan

BISNIS DAN

EKONOMI 61 |

BISN

IS DA

N EK

ONOM

I

Page 63: AKTIVIS: Agen Perubahan

Survey Biaya Hidup di AustraliaDitulis oleh Adrian Surya Mohammad Hatta, infografis oleh Mikhael Geordie

Beberapa minggu yang lalu, tim redaksi dari majalah AKTIVIS mengadakan sebuah survey melalui jejaring sosial Facebook untuk mendapatkan gambaran tentang biaya hidup bulanan warga Indonesia di Australia. Survey ini diikuti lebih dari 120 responden dari seluruh Australia, yang dimana 54 persen adalah pria dan 46 persen wanita. Dari segi umur, mayoritas dari para responden masih berada dalam kategori umur produktif bekerja (antara 20 hingga 40 tahun). Secara geografis, Para responden tersebar luas diseluruh Australia, dari Western Australia hingga Victoria. Persebaran terbesar berasal dari NSW (35%), VIC (25%), QLD (14%), dan SA (13%).

Seperti yang terpapar di grafik, sekitar 13 persen merupakan lulusan college/TAFE, 50 persen dari seluruh responden adalah lulusan S1. 26 persen memegang ijazah S2, dan 4 persen adalah tamatan doktoral. Dari angka tersebut dapat kita simpulkan pula bahwa masyarakat Indonesia di Australia adalah kelompok masyarakat terdidik.

Hal ini sangat drastis perbedaannya dibandingkan dengan data demografis penduduk lokal Indonesia yang memiliki tingkat enrolment ratio antara 9 sampai 11 persen. Hal ini data pula menjadi sebuah indikasi terjadinya brain drain, sebuah pola migrasi yang dimana penduduk-penduduk Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan memilih untuk meninggalkan negerinya menuju negara-negara yang lebih menjanjikan kemakmuran ataupun kehidupan yang layak.

Selain itu, tim redaksi AKTIVIS juga mengajukan pertanyaan seputar pekerjaan sambilan para mahasiswa Indonesia di Australia. Hasil survey kami menunjukkan bahwa sepertiga dari total jumlah responden yang masih kuliah memiliki pekerjaan part-time diluar aktivitas kesehariannya di kampus. Secara ekonomi, warga Indonesia yang bertempat tinggal di Australia telah berkontribusi positif terhadap sistem perekonomian Australia.

62 |

BISN

IS DA

N EK

ONOM

I

Page 64: AKTIVIS: Agen Perubahan

63 |

BISN

IS DA

N EK

ONOM

I

Page 65: AKTIVIS: Agen Perubahan

Bagi responden yang sudah berkeluarga, 44 persen menyatakan bahwa pengeluaran bulanan mereka berada di bawah AUD 2.000. 41 persen berikutnya mengaku memiliki pengeluaran bulanan antara AUD 2.001 hingga AUD 3.000. 15 persen sisanya berpengeluaran diatas AUD 3.000 per bulannya. Tentu saja pengeluaran rumah tangga per bulannya dipengaruhi berbagai macam faktor, salah satunya adalah jumlah anak di dalam keluarga tersebut.

Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan rata-rata pengeluaran bulanan antara mereka yang belum memiliki anak dan mereka yang memiliki 3 anak. Mayoritas keluarga yang belum memiliki anak berpengeluaran bulanan dibawah AUD 2.000. Sedangkan keluarga dengan 3 anak memiliki pengeluaran bulanan rata-rata diatas AUD 3.000.

Demikianlah hasil survey biaya hidup bulanan di Australia yang kami lakukani, semoga informasi ini bermanfaat bagi para pembaca yang sedang mempertimbangkan untuk berangkat sekolah ataupun bermigrasi ke Australia.

Dalam hal pengeluaran, secara rata-rata, lebih dari 76 persen warga Indonesia di Australia memiliki pengeluaran bulanan dibawah AUD 2.000. Jumlah pengeluaran ini terdiri dari biaya hidup seperti sewa tempat tinggal, biaya transportasi dan biaya makan. Namun, angka ini diluar biaya kuliah maupun biaya cicilan rumah sebagai asumsinya. Dikarenakan pertimbangan bahwa biaya-biaya tersebut nominalnya sangat signifikan dan merupakan sebuah faktor penentu tersendiri.

Selain beberapa faktor yang telah disebutkan diatas, ada beberapa faktor lain yang akan mempengaruhi biaya hidup bulanan, semisal saja status pernikahan. Pengeluaran bulanan tentu saja akan sangat berbeda antara mereka yang masih single dibandingkan dengan mereka yang sudah berkeluarga. Responden yang sudah berkeluarga tentu akan memiliki pengeluaran bulanan lebih besar daripada mereka yang masih single.

Menurut hasil survey kami, sekitar 17 persen dari responden yang masih single memiliki pengeluaran bulanan dibawah AUD 1.000. 70 persen lainnya menyatakan bahwa pengeluaran bulanan mereka berada di kisaran AUD 1.000 hingga AUD 2.000. Sisanya memiliki pengeluaran bulanan diatas AUD 2.000. Angka ini memang jauh lebih mahal daripada biaya hidup di Indonesia, dan apabila dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya, sebut saja UK dan USA. Namun, menurut data dari Biro Statistik Australia (ABS), upah minimum di Australia juga tergolong lebih tinggi dari negara-negara tersebut.

64 |

BISN

IS DA

N EK

ONOM

I

Page 66: AKTIVIS: Agen Perubahan

65 |

BISN

IS DA

N EK

ONOM

I

Page 67: AKTIVIS: Agen Perubahan

Perkembangan Industri TeknologiInformasi di Indonesia

Ditulis oleh Rizal Rickieno, ilustrasi oleh Mikhael Geordie

Dibelinya Koprol oleh Yahoo! membuka wawasan kita bahwa invensi anak bangsa ternyata bernilai tinggi di mata korporasi tingkat dunia. Daya jual Indonesia dengan berbagai kecantikan alam dan budayanya, justru mengundang banyak perusahaan Information, Communication and Technology (ICT) membangun industrinya di sini. Contohnya, perusahaan biotech simulation software yang bernama Labster, memilih kawasan Batu Bulan, Bali sebagai lokasi workshop-nya dan banyak programmer handal Indonesia yang sudah bekerja di sana. Jika perusahaan mancanegara saja menganggap Indonesia sudah mumpuni dalam bidang ICT, sudah saatnya kita berpartisipatif aktif.

Pada 10 Oktober 2014, redaksi Majalah AKTIVIS berkesempatan untuk mewawancarai mentor beberapa tim yang telah berhasil mengharumkan nama Indonesia dengan berbagai kejuaraan ICT tingkat dunia. Beliau adalah Tauhid Nur Azhar, seorang dosen multi talenta di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, Fakultas Psikologi Universitas Maranatha, dan Fakultas Informatika Institut Teknologi Bandung.

Bagaimana awal mula Anda memulai menjadi mentor bagi berbagai kompetisi ICT tingkat nasional maupun internasional?

Berawal dari sebuah perbincangan hangat usai pengajian yang diselenggarakan oleh masjid Syamsul Ulum IT Telkom (kini Telkom University), saya berkenalan dengan Kang Dody Qori Utama. Beliau saat itu baru saja lulus dari jurusan informatika. Perjumpaan itu membuahkan lahirnya sebuah tim bernama Chandradimuka. Tim ini terdiri dari beberapa mahasiswa yang berasal dari jurusan teknik telekomunikasi dan informatika di IT Telkom. Semula mereka mengajak saya berdiskusi tentang apa yang dibutuhkan oleh bangsa ini, khususnya di sektor kesehatan. Lebih spesifik lagi, yang bisa dicarikan solusinya melalui teknologi komunikasi dan informatika. Karena Dody anak seorang bidan di Bogor, maka keminatan beliau adalah soal ibu dan anak.

Bagaimana dengan tim-tim yang lain?

Nah, tim saya yang lain mencoba membuat sistem pelaporan berbasis SMS dan aplikasi sederhana yang kami namakan LIFE. Aplikasi ini sangat sederhana dan bisa digunakan oleh para kader posyandu di mana saja. Kami tidak menyangka kalau LIFE dapat lolos sampai ke final dalam ajang kompetisi bergengsi Microsoft Imagine Cup pada tahun 2010 yang diselenggarakan di Warsawa, Polandia.

Pada tahun 2011 kami masuk final dunia di New York dengan aplikasi kembangan yang kami namakan Childhood yang sudah mengoptimalkan pemanfaatan teknologi seluler terkini yang tertanam di piranti seluler Windows Phone. Kami membuat sebuah terobosan melalui apps tambahan yang dinamai Body Signal Detector (BSD) melalui interferensi gelombang elektromagnetik (EM) tubuh pada gelombang EM sinyal telepon genggam dikonversi dan dihitung bukan sebagai faktor distortif, melainkan justru sebagai indikator adanya perubahan atau kelainan patologis dari sistem dan organ tubuh.

Pada 2012, tim dengan sebagian besar anggota baru, kembali memenangi ajang Microsoft Imagine Cup nasional yang diadakan di Jakarta. Selain itu, tim ini juga memenangi sejumlah penghargaan, seperti di Indonesia ICT Award (Inaicta) dan Mandiri Young Technopreneur. Sebagai konsekuensi menjadi juara nasional Microsoft Imagine Cup, kami dikirim untuk berlaga di Sydney, Australia. Produk kami ini berangkat dari inovasi mengenai persinyalan tubuh yang mungkin sedikit lebih rumit daripada sinyal kereta api. Tim berinovasi untuk mengolah sinyal otak, alat dan aplikasi yang dinamakan Brainstat. Meski gagal mendapatkan hasil yang terbaik di Sydney, tetapi inovasi ini mengundang perhatian dari juri dan penonton, hingga reporter majalah teknologi dari Jepang.

66 |

BISN

IS DA

N EK

ONOM

I

Page 68: AKTIVIS: Agen Perubahan

Ada tim Antareja yang luar biasa, karena hanya diawaki oleh satu orang saja, Mas Rangga Praduwiratna. Mahasiswa multi talenta yang kuliahnya berganda, yaitu di Informatika Universitas Maranatha dan Arsitektur ITB. Serta saya sendiri sebagai mentornya. Aplikasi yang kami buat adalah aplikasi sederhana yang digunakan untuk memfoto konjungtiva atau bagian dalam kelopak mata, dan dari analisa spektrum warna merahnya, kita bisa tentukan kadar hemoglobin (Hb) darah untuk dapat menentukan seseorang anemia atau tidak. Untuk apps ini, kami hanya sampai peringkat 7 dunia di kategori interoperability. Namun, pada tahun 2014 aplikasi-aplikasi sejenis, bahkan sama persis, jadi juara 1 dunia di kategori World Citizenship.

Tim lain yang saya bimbing mencoba memanfaatkan sensor sinyal jantung dan menjadikannya sebagai bagian dari sistem peringatan untuk pertolongan pertama yang diintegrasikan ke jejaring sosial yang kami namai Circle of Help (COH). Prinsip dasarnya, teman, relasi, dan followers yang secara geoposisi berada dalam radius terdekat dapat memberikan pertolongan tercepat.

Sepertinya, tim-tim Anda lebih banyak berkreasi membuat aplikasi-aplikasi untuk kesehatan, apa yang memotivasi hal tersebut?

Bangsa yang maju adalah bangsa yang tidak saja terdefinisikan sebagai welfare state yang bertumpu pada indikator ekonomi saja. Kini, konsep majunya peradaban juga ditentukan oleh human development index dan indikator psiko-sosial seperti happiness index. Untuk mencapai level kebahagiaan warga bangsa sebuah negara, antara lain dapat diukur melalui indikator kesehatan.

Teknologi, dalam hal ini, menjadi faktor krusial yang kini terbukti mampu mengubah paradigma masyarakat dalam hal gaya hidup sehat. Adanya kemudahan dalam melakukan proses pemantauan, dan mudahnya data multimedia integrasi suara, video, dan teks dalam suatu sistem pemantauan, akan menjadi faktor terciptanya kebijakan kesehatan yang lebih baik. Di tataran operasional pun akan terjadi peningkatan kualitas layanan karena dukungan teknologi informasi, biomedika, ataupun juga kefarmasian.

67 |

BISN

IS DA

N EK

ONOM

I

Page 69: AKTIVIS: Agen Perubahan

Konsep pemberdayaan sumber daya manusia ini juga akan menjadi penggerak ekonomi kreatif. Bisnis kreatif di bidang telekomunikasi yang bertumpu pada konten dan inovasi teknologi, pada gilirannya akan bermuara pada kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia. Oleh karena itu, tim-tim yang lahir dari berbagai ajang kompetisi sains dan teknologi tingkat dunia, selain dapat menjadi sumber inspirasi yang memotivasi, juga akan menjadi bagian dari proses mengoptimalkan kapasitas sumber daya manusia yang kelak akan menjadi asset bangsa.

Menurut Anda, apa yang perlu dipersiapkan dalam menyongsong era ekonomi kreatif, terutama dalam bidang ICT?

Menurut saya, yang perlu dipersiapkan dalam menyongsong era ekonomi kreatif adalah pengembangan platform dan sistem yang dapat mengakomodir potensi-potensi kreatif di berbagai penjuru dunia yang tentu saja harus bersifat multi-disiplin. Harus ada perubahan paradigma yang konsisten dan revolusioner dalam mengalokasikan sumber daya negara untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan industri kreatif.

Oleh karena itu, budaya inovasi dan lahirnya genre baru Generasi Y yang memiliki kemampuan tinggi dalam teknologi serta dibekali soft skill dalam berkomunikasi. Jika sentra industri kreatif seperti di Cimahi, Batam, Bandung, Yogyakarta, dan Denpasar bisa mendapatkan lingkungan yang kondusif serta difasilitasi dengan infrastruktur yang baik dan keberpihakan regulasi yang tepat, karya anak-anak muda Indonesia akan semakin bersaing.

Sebagai mentor, apa yang Anda harapkan dari tim-tim yang Anda bimbing tersebut?

Saya rasa, apa yang saya lakukan saat ini menjadi sumbangan kecil yang bermakna dalam konteks pembangunan manusia Indonesia. Inovasi yang saat ini dirasa belum menjadi solusi praktis pun pada saatnya dapat menjadi bagian dari pengentasan masalah yang kelak akan muncul di masa depan. Misal, tim Merapi dengan Ednaz sebagai leader-nya menggagas optimasi halte bus di perkotaan sebagai pusat daur hidrologi, urban farming, energi terbarukan, dll. Konsep-konsep ini mungkin bagi sebagian kalangan saat ini masih belum terasa manfaatnya secara ekonomi. Namun, sudah banyak sekali mitra bisnis mancanegara yang menunjukkan keminatan serius untuk meminang tim tersebut sebagai mitra bisnis kelas dunia.

Sejauh mana tim-tim Anda dapat menggerakkan perekonomian bangsa?

Tim-tim yang lahir dari kompetisi pada tahap selanjutnya haruslah memasuki fase inkubasi dan mengembangkan diri sebagai pilar-pilar technopreneur yang dapat mengembangkan inovasinya sampai ke tingkat atau skala yang bermanfaat secara luas di masyarakat. Jika dalam proses yang berjalan ada pertimbangan yang ternyata inovasi sulit untuk dikembangkan menjadi produk yang siap pakai, setidaknya tim telah memiliki modal berupa kemampuan untuk berinovasi dan mampu mengoptimasi kreativitas.

Tauhid Nur Azhar menempuh pendidikan S1 Universitas Diponegoro dan S2 Universitas Indonesia dan meraih kehormatan sebagai the best graduate from Diponegoro University post graduate program 2000 (cum laude with GPA 3.82). Tak lama setelah itu, pada 2001 Tauhid mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan program doktoral di Health Science Technology Harvard-MIT, dan menyelesaikan S3-nya di Medical Microbiology and Immunology di Fakulti Perubatan Universiti Kebangsaan Malaysia (2001). Tauhid adalah penulis lebih dari 30 buku sains populer, artikel ilmiah di beberapa jurnal sains di berbagai media, konseptor beberapa aplikasi seluler, dan pembimbing berbagai kejuaraan ICT. Selain sebagai anggota dari International Brain Research Organization (BRO), dan juga konsultan berbagai perusahaan dan institusi pendidikan, saat ini Tauhid berprofesi sebagai dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, dan ketua MD Project jurusan Informatika dan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung.

Pembaca dapat menghubungi Tauhid melalui email [email protected].

Dr. dr. Tauhid Nur Azhar, M.Si.Med, M.Kes, PhD.

68 |

BISN

IS DA

N EK

ONOM

I

Page 70: AKTIVIS: Agen Perubahan

69 |

BISN

IS DA

N EK

ONOM

I

Page 71: AKTIVIS: Agen Perubahan

Mari Elka Pangestu dan PerubahanDitulis oleh Adrian Surya Mohammad Hatta, Ilustrasi Oleh Mikhael Geordie

Pada awal tahun 2000, pembangunan Indonesia masih berfokus di seputar reformasi politik. Baru setelah itulah Indonesia mulai disibukkan dengan reformasi ekonomi dan birokrasi. Banyak pembenahan yang dapat dibilang sukses, walaupun secara institusional masih bermasalah. Namun, perubahan dan perbaikan di segi ekonomi akan terus ada.

Dalam 10 tahun terakhir, kondisi perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang relatif lebih tinggi dibanding negara-negara lain. Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang diperhitungkan di lingkungan ekonomi global. Performa positif ini dapat kita lihat dari jumlah produk domestik bruto (PDB) yang naik, inflasi yang terkontrol, nilai rupiah yang terjaga, serta tingkat pertumbuhan ekonomi. Hasil positif ini merupakan hasil dari peran pemerintah melalui kementerian-kementerian dan lembaga-lembaga otoritas sebagai kepanjangan tangannya.

Kesuksesan dan pencapaian ini tentunya tidak datang tanpa faktor ataupun tokoh yang sangat berjasa di dalamnya. Salah satu tokoh yang sangat berjasa di dalam reformasi ekonomi ini adalah Mari Elka Pangestu. Beliau meraih gelar bachelor dan master dalam bidang ekonomi dari Australian National University. Berselang enam tahun kemudian, beliau juga berhasil menyelesaikan studi doktornya di University of California, juga di bidang ekonomi. Topik dari disertasi beliau adalah The Effect of Oil Shocks on a Small Oil Exporting Country: The Case of Indonesia.

Pengalaman dan keahlian beliau di bidang ekonomi sudah sangat teruji. Dalam bidang pendidikan dan penelitian, beliau pernah berkecimpung dalam bidang penelitian ekonomi di CSIS (Center for Strategic and International Studies) selama hampir satu dekade. Posisi terakhir yang beliau pegang di CSIS adalah direktur eksekutif. Bersamaan dengan tanggung jawab beliau di CSIS, beliau juga aktif mengajar di Universitas Indonesia dalam program studi Ekonomi.

Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan periode 2004-2011. Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, tingkat ekspor negara meningkat dari USD 6.626 juta pada akhir tahun 2004 menjadi USD 16.957 juta per data Oktober 2011. Peningkatan drastis ini jelas berkat kerja keras berbagai pihak, terutama dari sosok Mari Elka Pangestu yang berhasil mengarahkan kementerian dan membawa perubahan positif di dalamnya.

Pada Oktober 2011, beliau melepas jabatan di Kementerian Perdagangan dan dipercaya untuk mengepalai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Beliau menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif hingga pergantian kabinet Oktober lalu. Dibawah kepemimpinan beliau, jumlah wisatawan mancanegara meningkat secara signifikan. Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 7 juta individu di tahun 2010. Pada periode yang sama di tahun 2013, jumlah wisatawan mancanegara mencapai angka 8,8 juta individu.

70 |

bisn

is da

n ek

onom

i

Page 72: AKTIVIS: Agen Perubahan

Peningkatan tersebut membawa kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan devisa negara dari sektor pariwisata. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan jumlah lapangan kerja di sektor pariwisata. Pada tahun 2013, sektor tersebut telah mempekerjakan lebih dari 10 juta penduduk. Selain itu, berkembangnya industri pariwisata juga berdampak positif terhadap industri–industri lain, seperti jasa, keuangan, logistik, dan properti. Hal ini dikarenakan saling berhubungannya antara satu industri dengan yang lain. Ini menciptakan efek domino dan ‘multiplier effect’ terhadap industri-industri lainnya.

Pencapaian-pencapaian ini tentu tidak lepas dari perubahan yang dibawa oleh seorang Mari Elka Pangestu. Kontribusi beliau sangat besar baik dalam hal perencanaan arah pembangunan kepariwisataan maupun pelaksanaannya ke daerah-daerah. Pada masa kepemimpinan beliau, kepariwisataan di Indonesia memiliki arah pembangunan yang jelas. Perencanaannya dibangun melalui konsep Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Pencapaian-pencapaian ini terlaksanakan melalui koordinasi yang baik dengan kementerian-kementerian lainnya, seperti Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Lingkungan Hidup.

Di dalam perencanaan tersebut, ada beberapa area yang menjadi fokus perhatian. Salah satunya adalah konsep komersialisasi warisan nasional. Beberapa hal penting yang tercakup di dalamnya adalah preservasi nilai-nilai budaya lokal. Tujuannya adalah untuk menjaga dan memaparkan budaya dan warisan lokal dengan baik, demi menjaga autentisitas dan meningkatkan nilai jual budaya tersebut. Kebijakan-kebijakan yang beliau buat bertujuan untuk menjadikan kearifan lokal sebagai komoditas. Dengan begitu, keanekaragaman budaya Indonesia dapat terlestarikan dalam bentuk cagar budaya. Maka dari itu, kebijakan ini dapat digunakan sebagai daya saing pariwisata lokal di kancah regional.

Dalam hal ekonomi kreatif, khususnya perfilman, beliau sangat gencar mencanangkan pembangunan industri perfilman Indonesia. Hal ini terlihat dengan ditandatanganinya beberapa peraturan tentang pembatasan impor film serta praktek monopoli. Pada 15-17 Januari 2014, pemerintah melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membentuk Badan Perfilman Indonesia sebagai sebuah organisasi payung yang akan mengurusi industri perfilman negara Undang-undangnya sendiri sudah dicanangkan sejak 2007. Hal - hal tersebut diatas tentu saja tidak lepas dari kinerja positif yang ditunjukkan oleh seorang Mari Elka Pangestu beserta jajarannya.

Menurut penghimpunan suara yang dilakukan pihak koalisi mengenai menteri yang didukung untuk bergabung di jajaran kabinet Jokowi dan Jusuf Kalla, salah satu nama yang dicetuskan adalah Mari Elka Pangestu. Hal ini menunjukkan bahwa ada kepercayaan dan pengakuan akan kinerja beliau selama aktif di Kabinet Indonesia Bersatu, baik jilid satu maupun jilid dua.

Harus kita akui bahwa bangsa Indonesia sangat terbantu dengan munculnya tokoh-tokoh seperti beliau. Namun kedepannya, Negara akan membutuhkan lebih banyak lagi ahli-ahli ekonomi yang bisa membuat perubahan untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Ahli–ahli ekonomi ini dalam arti bukan sekedar mengerti bagaimana membaca dan mengolah angka, tetapi juga memahami cara memajukan serta memberdayakan lingkungan sekitar secara positif. Oleh sebab itu, generasi-generasi muda harus menyiapkan diri agar di masa depan dapat maju dan menggantikan generasi tua dengan bertanggung jawab.

71 |

bisn

is da

n ek

onom

i

Page 73: AKTIVIS: Agen Perubahan

72 |

bisn

is da

n ek

onom

i

Page 74: AKTIVIS: Agen Perubahan

Peran Investasi dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Mewujudkan

Ketahanan Pangan di IndonesiaDitulis oleh Fajar B. Hirawan, ilustrasi Oleh Mikhael Geordie

Pada tanggal 20 Oktober 2014, Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) secara resmi dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019. Rakyat Indonesia memiliki harapan besar terhadap kepemimpinan nasional yang baru ini. Harapan besar rakyat Indonesia tersebut berusaha direspon oleh Jokowi dan JK dengan membentuk Kabinet Kerja yang diumumkan enam hari setelah pelantikan Jokowi dan JK. Meskipun setelah pengumuman Kabinet Kerja banyak pro dan kontra yang muncul di masyarakat, namun pembentukan Kabinet Kerja perlu diapresiasi karena Jokowi-JK melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Dengan memiliki empat Kementerian Koordinator, antara lain Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam), Perekonomian, Kemaritiman dan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kabinet Kerja Jokowi-JK berusaha untuk merealisasikan janji-janjinya ketika masa kampanye, khususnya yang berkaitan dengan penguatan di sektor kemaritiman guna menyokong perekonomian nasional. Tim ekonomi di Kabinet Kerja saat ini juga bisa dibilang memiliki komposisi menteri yang cukup baik dan diyakini mampu dalam menangani permasalahan ekonomi nasional.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki prospek baik dalam bidang perekonomian. Salah satu bukti yang perlu dicatat adalah ketika Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang positif ketika terjadi krisis keuangan global pada tahun 2008. Selain itu, ekonomi Indonesia juga tercatat sebagai salah satu ekonomi terbesar di dunia berdasarkan laporan Bank Dunia setelah Amerika Serikat, RRT, India, Jepang, Jerman, Rusia, Brasil, Perancis dan Inggris Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihitung berdasarkan daya beli masyarakat atau Purchasing Power Parity (PPP). Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dalam kisaran 4-6 persen sejak tahun 2002 merupakan faktor utama yang mampu menjadikan ekonomi Indonesia sebagai salah satu ekonomi terbesar di dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri memang masih disokong oleh sektor konsumsi. Namun, setidaknya, terjadi tren peningkatan kontribusi pada sektor lainnya, khususnya sektor investasi.

Sektor ini memang merupakan sektor yang diharapkan terus mengalami pertumbuhan yang positif karena sektor ini memiliki efek multiplier yang lebih baik. Selain mampu meningkatkan produksi di dalam negeri, sektor investasi juga mampu membuka kesempatan kerja bagi masyarakat Indonesia. Secara sektoral, investasi sektor sekunder atau manufaktur masih menjadi incaran para investor, baik dalam maupun luar negeri, yang ingin berinvestasi di Indonesia. Sedangkan, sektor tersier atau jasa serta sektor primer masih menjadi prioritas kedua dan ketiga bagi para investor. Investasi yang berasal dari luar negeri tersebut pada umumnya berasal dari wilayah Asia, Eropa dan Amerika. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebagai lembaga negara yang menangani investasi di Indonesia masih secara intensif memprioritaskan para investor yang ingin berinvestasi di tiga sektor utama, yaitu infrastruktur, pertanian dan energi.

Dalam kaitannya dengan peranan investasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, beberapa studi seperti Seifipour, dkk. (2014), Zeb, dkk. (2014), Khan, dkk. (2012), Lee dan Tcha (2004) dan Asafu-Adjaye (2000) berkesimpulan bahwa investasi, khususnya Foreign Direct Investment (FDI), memiliki hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi. Sejak tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tren penurunan dari 6,49 persen di tahun 2011 menjadi 5,8 persen di tahun 2013. Tren penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut bertolak belakang dengan nilai realisasi investasi, baik luar negeri maupun domestik, yang mengalami pertumbuhan positif pada periode tahun 2011-2013. Dengan menggunakan analisa sederhana untuk melihat hubungan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi, diperoleh sebuah kesimpulan bahwa pada periode tahun 2005-2013, pertumbuhan investasi memiliki hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi. Dalam analisis ini, FDI dibagi ke dalam beberapa wilayah, antara lain Asia, Australia dan Pasifik, Amerika dan Eropa. Selain dibagi berdasarkan wilayah, FDI juga dibagi berdasarkan sektor, yaitu sektor primer, sekunder dan tersier.

73 |

bisn

is da

n ek

onom

i

Page 75: AKTIVIS: Agen Perubahan

Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan instrumen statistik dan ekonometrika, diperoleh hasil dimana FDI berdasarkan wilayah asal investor luar negeri dan FDI berdasarkan sektor menunjukkan hubungan yang negatif dengan upaya perwujudan ketahanan pangan di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investasi pada dasarnya bukanlah satu-satunya jawaban untuk mengatasi permasalahan ketahanan pangan di Indonesia, khususnya pada periode 2005-2013.

Pada akhirnya, kita perlu garisbawahi bahwa investasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Maka dari itu, Indonesia melalui pemerintahan baru harus lebih aktif dalam forum-forum bisnis dan investasi, baik secara multilateral, regional maupun bilateral. Selain fokus terhadap wilayah atau negara tertentu, pemerintah juga perlu memprioritaskan investasi pada sektor-sektor yang bukan hanya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mampu mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia, seperti sektor transportasi dan infrastruktur, sehingga Indonesia mampu meningkatkan kinerja logistiknya sebagai negara kepulauan. Sekali lagi perlu ditekankan bahwa investasi terbukti berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun, dalam kaitannya dalam perwujudan ketahanan pangan, peran investasi masih menjadi tanda tanya besar. Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini adalah investasi masih sangat berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, akan tetapi mungkin bukan merupakan instrumen yang cukup jitu untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.

Dari hasil analisa tersebut, pertumbuhan FDI yang berasal dari Asia memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan FDI dari wilayah lainnya, sedangkan sektor sekunder memiliki pengaruh paling besar dibandingkan sektor tersier dan primer. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, pemerintahan yang baru perlu terus melanjutkan kerjasama investasi dengan negara-negara di wilayah Asia dan memprioritaskan investasi pada sektor sekunder atau industri manufaktur. Akan tetapi penjajakan kerjasama investasi dengan negara-negara di wilayah lain, seperti Afrika, Australia dan negara-negara di Pasifik, serta diversifikasi secara sektoral juga perlu dilakukan guna menghindari ketergantungan investasi dari wilayah atau sektor tertentu.

Selanjutnya, berkaitan dengan peranan investasi dalam mewujudkan ketahanan pangan, beberapa studi yang pernah dilakukan setelah tahun 1990an menunjukkan hasil yang cukup beragam, contohnya seperti studi Wimberley dan Bello (1992) dengan Mihalache-O’keef dan Li (2011). Wimberley dan Bello berkesimpulan bahwa FDI yang berasal dari industri manufaktur memiliki dampak negatif terhadap ketahanan pangan, khususnya berkaitan dengan konsumsi pangan, sedangkan studi Mihalache-O’keef dan Li, 9 tahun setelahnya, menemukan bahwa FDI di sektor sekunder atau manufaktur berdampak positif terhadap upaya perwujudan ketahanan pangan. Dalam kasus Indonesia, dengan menggunakan data dengan rentang waktu 2005-2013, kesimpulan yang diperoleh sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Wimberley dan Bello pada tahun 1992.

Fajar B Hirawan, atau yang biasa disapa Fajar adalah kandidat PhD yang juga berperan sebagai asisten pengajar di School of Economics, University of Sydney. Saat ini, Fajar yang juga salah satu penerima Australia Awards Scholarship sudah memasuki tahun keduanya di universitas tersebut. Hingga kini, Fajar masih tercatat sebagai salah satu peneliti di departemen ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) sejak tahun 2006. Tidak hanya itu, di kepengurusan PPI Australia 2013-2014, Fajar diamanahkan untuk menjadi wakil ketua departemen akademik dan kajian. Di tahun yang sama, Fajar juga memfasilitasi forum diskusi

di kota Sydney dan sekitarnya, khususnya dengan membentuk forum Indonesia berDiskusi untuk Edukasi atau yang biasa dikenal dengan IDE.

Fajar B. Hirawan

74 |

bisn

is da

n ek

onom

i

Page 76: AKTIVIS: Agen Perubahan

Bertani untuk Dunia yang Lebih Baik, Kenapa Tidak ?

Ditulis oleh by Suprehatin, fotografi oleh Gun Soetopo

Perkembangan informasi dan teknologi saat ini telah banyak mengubah pandangan anak muda terkait cita-cita. Di banyak daerah yang mempunyai keunggulan dalam pertanian, sejauh ini hanya ditemui petani-petani berusia lanjut. Hampir tidak ada regenerasi karena minimnya anak muda yang terjun dan mempunyai cita-cita untuk bertani. Mengapa? Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi perubahan dalam pandangan anak muda saat ini, baik dari sisi calon pelaku bisnis maupun dari faktor lain seperti karakteristik agribisnis itu sendiri.

Menjadi petani atau pengusaha agribisnis acapkali dianggap bukan profesi yang bergengsi dan prestisius karena seolah terkesan kumuh dan kotor, tidak modern, ataupun dianggap tidak menjanjikan masa depan. Agribisnis sendiri identik dengan resiko tinggi karena berkaitan dengan mengelola makhluk hidup seperti tanaman, ternak atau ikan. Namun Ir. M. Gunung Soetopo yang akrab dipanggil Gun Soetopo dan lebih populer dengan nama PakDe Gun justru memilih untuk serius menjalankan usaha agribisnis Sabila Farm di Pakem, Sleman, Yogyakarta. Uniknya lagi, PakDe Gun memiliki tema dalam bertani yaitu “buah-buahan yang mempunyai khasiat untuk kesehatan dan di tanam di lahan marginal (sub-optimal)”. Beliau tidak hanya seorang pengusaha agribisnis yang semata mencari keuntungan, namun juga berperan dalam masyarakat dengan berbagi ilmu serta pengalamannya. Dari pengalaman tersebut, PakDe Gun mampu menginspirasi dan memotivasi generasi muda Indonesia untuk kembali mencintai pertanian sebagai salah satu bidang usaha yang sudah seharusnya menjadi icon atau keunggulan Indonesia.

Berikut hasil wawancara dari Majalah AKTIVIS dengan PakDe Gun, pemilik usaha Sabila Farm.

Bagaimana awal mulanya PakDe Gun mendirikan Sabila Farm ?

Saya bertani sejak tahun 1985 dan sudah berhasil baik, khususnya tanaman hias dan sayuran. Namun bertaninya pada saat itu hanya untuk meraih keuntungan diri sendiri. Pada titik tertentu saya merasa bosan. Tiap saat saya berdoa agar dalam menjalankan usahatani dapat bermanfaat untuk masyarakat. Pada tahun 2005, Alhamdulillah, saya mendirikan bendera baru usahatani dengan nama SABILA FARM (SF). Sabila kependekan dari “Sarana Belajar Ilmu Allah” dan kebetulan itu nama anak perempuan saya.

Agribisnis itu sendiri sarat akan resiko. Bagaimana pengalaman PakDe Gun mengelola resiko dalam menjalani usaha Sabila Farm?

Iya benar, menjalani bisnis pertanian tidak terlepas dari resiko. Kami di SF menerapkan manajemen resiko dari saat budidaya (produksi) sampai paska panen (pemasaran). Alhamdulillah sudah kami tangani dan hasilnya baik. Kesemuanya ini dasarnya adalah kembali ke alam dan sunnatullah (lebih baik jika dilaksanakan). Sebagai contoh, di tahapan budidaya, lokasi SF di lereng gunung Merapi sangat beresiko terkena dampak erupsi abu volkanik. Namun kami melihatnya lain, yaitu justru itu kami syukuri sebagai “pupuk” untuk tanaman tertentu. Pada tahapan pemasaran, kami belum mempunyai alat pengangkutan sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut, kami menjalin kerjasama dengan perusahaan transportasi sehingga hasil produksi dapat didistribusikan ke konsumen dengan baik dan meminimalisir kerusakan.

Sabila Farm sering kedatangan tamu-tamu dari beragam kalangan di Indonesia, bahkan dari luar negeri dari yang sekedar wisata maupun untuk belajar bertani. PakDe Gun sendiri juga sering sering diundang ke beberapa institusi seperti IPB, UNY dan lainnya untuk berbagi pengalaman. Apa makna nilai berbagi ini bagi bapak dan Sabila Farm?

75 |

bisn

is da

n ek

onom

i

Page 77: AKTIVIS: Agen Perubahan

1 Panen raya Buah Naga di Kebun Sabila Farm 20122 Kunjungan Kelompok Tani dari Sukoharjo Jawa Tengah di kebun buah naga Sabila Farm 2014

76 |

bisn

is da

n ek

onom

i

Page 78: AKTIVIS: Agen Perubahan

1 Foto bersama setelah Pelantikan Mahasiswa Magang-PKL di Sabila Farm dengan melempar Caping 2014 2 Mahasiswa dari Unesa Surabaya Jurusan Tataboga di Sabila Farm 2014

77 |

bisn

is da

n ek

onom

i

Page 79: AKTIVIS: Agen Perubahan

Seperti yang sudah saya sampaikan, niat saya sejak awal bertani di Sabila Farm (SF) adalah agar dapat bermanfaat bagi orang banyak. Orang-orang boleh belajar dan bertanya apa saja di SF dan insyaAllah tidak ada yang kami rahasiakan. Ada yang mengatakan bahwa sebaiknya kalau “punya” 10 maka yang dibagi cukup tujuh saja supaya masih ada “rahasia” keunggulan yang dipegang. Namun itu tidak berlaku bagi saya. Semuanya dapat saya bagikan. Saya percaya bahwa bahwa rejeki itu datangnya hanya dari Allah SWT dan rejeki saya sudah pasti. Baik saya berbagi ilmu maupun tidak, rejeki saya sudah pasti. Lebih kurang ada 4.000 orang setiap tahun yang datang ke SF, baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, guru/pengajar, dosen, peneliti, PNS dan perusahaan swasta. Termasuk beberapa tamu dari luar negeri.

Di Sabila Farm, anda sangat kental dengan Kreasi dan Inovasi (Kreanova). Inikah kunci sukses Sabila Farm?

Ya, Kreasi dan Inovasi ini kami jadikan “alat” untuk menuju sukses. Sebetulnya ada lagi kuncinya yaitu: (1) membangun karakter pribadi; (2) bertani yang berkarakter, misalnya orang dapat dan boleh melihat teknik budidaya, paska panen dll di SF dan; (3) jejaring untuk menjamin pasar dan kualitas produksi.

Seiring perjalanan Sabila Farm, PakDe Gun sangat perhatian dengan peran generasi muda untuk memajukan agribisnis Indonesia. Seberapa pentingkah peran generasi muda tersebut dan sejauh mana kontribusi Sabila Farm?

Iya, namun perlu diperjelas bahwa saya lebih fokus ke generasi muda “sarjana”, dimana tidak harus yang berasal dari jurusan pertanian. Saya yakin mereka dapat menjadi agen pembangunan pertanian Indonesia yang berbasis Krenova. Kondisi saat ini, hampir 75 persen petani Indonesia tidak lulus SD dan mayoritas adalah generasi tua. Lebih lanjut, hanya sekitar 1 persen yang lulus sarjana (S1). Hal ini sangat memprihatinkan bagi keberlanjutan pembangunan pertanian Indonesia. Berangkat dari situlah maka saya mempunyai keinginan untuk ikut berkontribusi nyata mendidik generasi muda “sarjana” tersebut agar memiliki kemampuan dan wawasan yang dapat menjadi dasar untuk terus berkreasi dan berinovasi.

Untuk mau memulai sekaligus bertahan menjalankan usaha di bidang agribisnis, apa saran bapak bagi generasi muda Indonesia?

Generasi muda “sarjana” yang mau menjadi pengusaha agribisnis itu harus memiliki dan memelihara tiga hal berikut yaitu tekad, semangat dan nekad. Di SF, ketiga hal tersebut dikenal sebagai tiga JEBRET. Dimana dasar dari ketiga “jebret” tersebut adalah adanya ilmu pengetahuan dan wawasan yang cukup. Oleh karena itu, saran saya untuk para calon pengusaha agribisnis muda, harus focus pada dua hal yaitu: (1) buku apa yang harus dibaca, yang berkaitan dengan usahanya dan; (2) bergaul dengan siapa siapa yang berkaitan dengan usahanya. Nah, untuk ini diusahakan juga untuk mempunyai “mentor” yang bersedia membimbing atau setidaknya dapat memberikan wawasan. Wawasan dari mentor ini sangat penting sekali untuk menimalkan resiko usaha agribisnis dan yang juga tak kalah penting yaitu “memperpendek” waktu untuk meraih keberhasilan. Sebagai contoh saat ini saya menjadi mentor beberapa generasi muda “sarjana” dari Institut Pertanian Bogor dan lembaga Indonesia Bangun Desa.

Seiring perjalanannya mengelola SF, PakDe Gun sudah beberapa kali mendapatkan penghargaan. Diantara belasan penghargaan yang sudah diterima diantaranya adalah penghargaan sebagai Pelopor Perkebunan Buah Nusantara skala Orchard di Indonesia dari IPB tahun 2014, Motivator dan Penggerak Hortikultura Indonesia dari Dies Natalis 50 Tahun IPB tahun 2013 dan Alumnus Fakultas Pertanian Terbaik dari Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPT-PI) tahun 2012. Menurut pengakuan PakDe Gun, tidak ada hal yang istimewa dan bahkan tetap merasa biasa-biasa saja dengan semua penghargaan tersebut. Namun dengan melihat lembaga atau institusi yang memberikan penghargaan-penghargaan tersebut setidaknya dapat dijadikan sebagai kalibrasi sejauhmana kontribusi atau keilmuan yang sudah PakDe Gun dan Sabila Farm dapat bagikan untuk menjadikan masyarakat dan pembangunan agribisnis yang lebih baik.

78 |

bisn

is da

n ek

onom

i

Page 80: AKTIVIS: Agen Perubahan

79 |

bisn

is da

n ek

onom

i

Page 81: AKTIVIS: Agen Perubahan

RefleksiPerubahan

Ditulis oleh Lalita Fitrianti Pawarisi, fotografi oleh Mikhael Geordie

Di tahun 1818, dua pria Inggris menemukan bunga yang aneh di pedalaman hutan Bengkulu. Bunga itu besar, tidak berdaun, dan dikelilingi lalat. Mereka langsung mendokumentasikannya dalam catatan kecil. Sebuah bunga berdiameter minimal satu meter, tidak bertangkai maupun berdaun, mengeluarkan bau bangkai dan bersifat parasitik—mengambil zat hara tumbuhan yang ditumpangi. Kala itu, bunga ini belum bernama.

Lama setelah Thomas Stamford Bingley Raffles dan Joseph Arnold meninggal dunia, bunga ini diberi nama Rafflesia arnoldii.

Raffles maupun Arnold tidak bisa mendeskripsikan bagaimana bunga yang begitu aneh bias tumbuh. Dengan pemahaman ilmu botani saat itu, sudah seyogyanya tumbuhan memiliki daun meskipun tidak berbunga. Rupanya, keunikan Rafflesia arnoldii masih dipertanyakan peneliti hingga saat ini.

Kelompok tumbuhan tersegregasi dari organisme lain karena kemampuannya menghasilkan makanan sendiri. Di pelajaran IPA, fenomena ini disebut fotosintesis, yang dilakukan dengan adanya hijau daun. Namun, absensi daun dari Rafflesia arnoldii membuatnya sebuah anomali.

Berdasarkan sebuah penelitian oleh Charles C. Davis, seorang asisten professor dari Harvard University, bunga ini diduga berevolusi dari bunga ‘biasa’. Sebagai bentuk kompetisi dalam bertahan hidup, bunga ini memodifikasi beberapa fiturnya sehingga berbentuk seperti sekarang.

Jika dirunut ke konsep evolusi, apa yang dilakukan Rafflesia arnoldii adalah semata-mata untuk bertahan hidup. Ia mengikuti arus perubahan habitatnya dan berubah menjadi sesuatu yang tidak lekang oleh zaman.

Begitu juga dengan manusia. Sejarah telah mencatat berbagai macam bentuk perubahan dalam evolusi sebuah kaum. Dari ketika manusia masih menganut gaya hidup nomaden hingga diperkenalkan dengan sistem pemerintahan terpusat. Berkali-kali pula sejarah mencatat konflik yang mendasari tiap perubahan itu. Karl Marx menyatakan bahwa konflik adalah proses perubahan dari kondisi tidak stabil menjadi kondisi stabil melalui restrukturisasi masyarakat. Meskipun konflik dalam definisi anarkis bisa dihindari, bisa disimpulkan bahwa perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dielak.

80 |

Ref

leks

i

“Segala sesuatu mengalir dan tidak ada yang menetap.” - Heraclitus -

Page 82: AKTIVIS: Agen Perubahan

Disinilah letak kejanggalan itu. Kalau kita kembali ke cerita tentang Rafflesia arnoldii, kita tahu bahwa ia mampu berubah akibat tekanan lingkungan di sekitarnya. Ia berubah karena ia hanya memiliki dua pilihan—bertahan hidup atau mati.

Jika memang betul begitu, bukankah ini adalah fakta yang ironis? Mengapa kita membutuhkan “agen perubahan” untuk mendorong kita? Jika perubahan memang alamiah, bukankah kita bisa menjadi agen perubahan untuk kita sendiri?

Seperti kata filsuf asal Yunani, Heraclitus, “Πάντα ῥεῖ καὶ οὐδὲν μένει.”1 Segala sesuatu mengalir dan tidak ada yang menetap.

Di sini, kita bisa lihat bahwa alam telah berkali-kali menunjukkan bahwa perubahan itu mutlak. Lalu mengapa kita begitu sulit berubah? Mengapa masih ada kemiskinan, kesenjangan, intoleransi dan hal-hal buruk lainnya?

Sudah lebih dari 60 tahun kita merdeka, tapi kita tampak seperti berjalan di atas conveyor belt sebuah alat treadmill—bergerak semu. Kita seperti bocah kecil yang diberi rokok kretek dua bungkus. Baru belajar berjalan tapi sudah menghisap asap rokok yang berkadar jauh di atas ambang batas. Kita masih berkembang, tapi sudah diberikan sesuatu yang melebihi kapasitas kita sendiri. Jadilah kita hanya diam di tempat, sesat dalam rasa bingung yang ditutup oleh rasa sok tau.

Dewasa ini, kita diperkenalkan dengan “agen perubahan” atau istilah lain untuk pencetus sebuah pergerakan alternatif yang lalu menjadi terkenal akibat dukungan kaum muda. Selama beberapa tahun terakhir, kita telah banyak melihat contoh seperti ini. Bonus demografi kita yang didominasi oleh usia muda mendukung agen-agen ini mencapai posisi strategis demi kemajuan bangsa kita.

1Dibaca: “Panta rhei kai uden menei”

81 |

ref

leks

i

Page 83: AKTIVIS: Agen Perubahan

82

Page 84: AKTIVIS: Agen Perubahan

83

We are glad to announce that PPIA Merchandise is now officially launched! What are you waiting for?

Get yours now!

How to buy? • Please click http://ppi-australia.org/merchandise-ppia/ for more details.

Who and when can I buy the merchandise?•Everyone who stays in Australia can make an order, no goods will be shipped to Indonesia/other countries

•All goods are non-cancellable and non-refundable•Pre-order is now open and will be closed on the 5th January 2015

How can I get my order?•Please note in Address Line 1 column, put your UNIVERSITY NAME. Eg. University of Melbourne.

•All goods will be shipped to your respective University PPIA President by the latest March 2015. We will announce it if all the goods have been shipped and you can then contact your respective PPIA President to

obtain your purchase.•Find their contact details in http://ppi-australia.org/te…/daftar-ppia-cabang-dan-ranting/

Should you have any queries, please do not hesitate to contact us [email protected]

Page 85: AKTIVIS: Agen Perubahan

84

Page 86: AKTIVIS: Agen Perubahan

2014