AKPER LAMONGAN AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN
Jl. Kusuma Bangsa, 7.A.Belakang RSd.Dr.Soegiri lamongan, Telp.
(0322)324 352, E-Mail: [email protected], Website:
www.akperla.blogspot.comSELAMAT DATANG DI SITUS AKPER
LAMONGANWELCOME TO AKPER LAMONGAN, KAMPUS TERBAIK BAGI ANDA YANG
SUKA DENGAN KESEHATAN DAN KEGIATAN KEMANUSIAAN, KAMPUS KAUM
INTELEKTUAL DENGAN TENAGA PENGAJAR PROVESIONAL DAN LULUSAN YANG
SIAP KERJA.BUAT ANDA YANG BERMINAT MENDAFTAR SEKARANG DIBUKA
GELOMBANG 2 SAMPAI 23 AGUSTUS 2009. PENGUMUMAN KELULUSAN AKAN
DILAKUKAN SECARA ONLINE DI SITUS INI.info; 085645040345
BROSUR PENDAFTARAN MAHASISWA BARU 1
PENDAFTARAN MAHASISWA BARU 1
Jumat, 20 Maret 2009SKRIPSI BANJIR GAMBARAN KESIAPSIAGAAN
MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI PENYAKIT PASCA BANJIR DI DESA GAWEREJO
KECAMATAN KARANG BINANGUN KABUPATEN LAMONGAN
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan Di Akademi
Keperawatan Pemerintah Kabupaten Lamongan
Oleh :
NURUL FATHWANIM : 06.041
AKADEMI KEPERAWATANPEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN2009
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangIndonesia sebagai negara kepulauan, secara
geografis terletak pada titik pertemuan antara tiga lempengan
besar, yaitu lempengan Eurasian di utara, lempengan pasific di
timur dan lempengan Indo Australia di selatan, menyebabkan
Indonesia menjadi daerah yang mempunyai resiko tinggi terhadap
bencana alam, seperti gempa, letusan vulkanik, gelombang Tsunami,
tanah longsor, banjir dan lain sebagainya. Bencana pada dasarnya
dapat terjadi karena memang merupakan gejala alamiah atau Natural
Disaster dan bencana akibat ulah manusia atau Man Made Disaster.
Untuk mencegah terjadinya akibat dari bencana, khususnya untuk
mengurangi dan menyelamatkan korban bencana diperlukan suatu cara
penanganan yang jelas untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan
dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana (DepKesRI,
2006).Banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo di wilayah Lamongan
semakin meluas. Menurut Imam Trisno Edy Sekretaris Satlak
Penanggulangaan Bencana Kabupaten Lamongan hingga Sabtu 14 Februari
2009 menyebutkan kerugian mencapai Rp. 18,241 Miliar, berupa 54
unit rumah yang rusak berat di Desa Gawerejo Kecamatan Karang
Binangun. Selain itu 60 rumah rusak sedang di empat Desa dan rusak
ringan 464 unit rumah di 12 Desa. Dan dari survey awal terhadap
korban banjir di desa Gawerejo Kecamatan Karang Binangun tanggal 15
Pebruari 2009, dari 125 orang korban banjir, 12 diantaranya
mengalami gatal-gatal dan 5 mengalami diare. Dari data tersebut
masalah penelitian adalah masih rendahnya kesiapsiagaan masyarakat
menghadapi penyakit pasca banjir. Kemungkinan disebabkan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi antara lain: Pengetahuan,
ekonomi, sosial budaya, pengalaman dan peran petugas
kesehatan.Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengideraan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera
penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
diperoleh melalui mata dan telinga. Dari pengetahuan manusia dapat
dimengerti dan diketahui lingkungan yang bersih dan kurang bersih
(Soekidjo Notoatmodjo, 1997). Semakin tinggi pengetahuan korban
banjir tentang pentingnya menjaga kebersihan dan sanitasi yang baik
sangat penting untuk mencegah timbulnya penyakit. Sebaliknya bila
pengetahuanya rendah dapat meningkatkan resiko terjangkitnya
penyakit pasca banjir.Masalah ekonomi atau kemiskinan akan sangat
mengurangi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
keluarga mereka terhadap gizi, perumahan kebersihan diri dan
lingkungan yang sehat jelas kemungkinan itu akan dengan mudah dapat
menimbulkan penyakit (Nasrul Effendy, 1998). Semakin tinggi tingkat
ekonomi seseorang, semakin tinggi pula kemampuan seseorang dalam
mempersiapkan diri menghadapi penyakit pasca banjir.Budaya
merupakan segala sesuatu.Menurut Djoko Widagdho (2001:19), sosial
budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk
budi-daya, budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa
dan rasa tersebut. Budaya di sebagian masyarakat bertahan di dalam
rumah saat banjir datang dirasakan lebih baik dari pada mengungsi,
padahal sumber penyakit kebanyakan berada pada daerah yang
tergenang air dan lembab.Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdi diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
atau ketrampilan melalui kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan
(Djoko Wijono, 1999:1314). Semakin tinggi kepedulian tenaga
kesehatan, terutama dalam berperan sebagai educator dalam
memberikan pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan menghadapi
penyakit pasca banjir, maka kemungkinan dapat meminimalisir
terjadinya penyakit pasca banjir. Sebaliknya bila tenaga kesehatan
kurang memberikan pendidikan mengenai kesiapsiagaan menghadapi
penyakit pasca banjir, maka kemungkinan penyakit pasca banjir akan
meluas di masyarakat.Pengalaman adalah segala sesuatu yang telah
diketahui dan dikerjakan (Purwodarminto, 1998). Masyarakat yang
berpengalaman terhadap bencana banjir akan lebih siap dalam
menghadapi bencana banjir terutama penyakit pasca banjir.Dan yang
diperlukan saat ini adalah memperbaiki sanitasi lingkungan, serta
penyediaan sarana kebersihan dan air bersih. Apabila kondisi sarana
yang ada baik dan sesuai dengan persyaratan hidup bersih dan sehat,
maka perilaku hidup bersih dan sehat para korban banjir akan baik
pula. Namun jika kondisi sarana yang ada buruk maka buruk pula
perilaku hidup bersih dan sehat para korban banjir menjadi buruk
pula.Sedangkan sebagai perawat kesehatan masyarakat diharapkan
dapat membantu memberikan informasi tentang masalah penyakit pasca
banjir, cara mencegahnya dan bagaimana penanganannya., agar
masyarakat dapat siapsiaga dalam menghadapi penyakit pasca
banjir.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, dapat
dirumuskan masalah: Bagaimana gambaran kesiapsiagaan masyarakat
menghadapi penyakit pasca banjir di Desa Gawerejo Kecamatan Karang
Binangun Lamongan?1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumMengetahui
gambaran kesiapsiagaan masyarakat menghadapi penyakit pasca banjir
di Desa Gawerejo Kecamatan Karang Binangun Lamongan.1.3.3 Tujuan
Khusus1. Mengidentifikasi kesiapsiagaan aparat menghadapi penyakit
pasca banjir.2. Mengidentifikasi sarana dan prasarana dalam
menghadapi penyakit pasca banjir.3. Mengidentifikasi alat
komunikasi dalam menghadapi penyakit pasca banjir.1.4 Manfaat
Penelitian1.4.1 Bagi Peneliti1.4.1.1 Bagi profesi
keperawatanDiharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi
profesi dalam mengembangkan perencanaan keperawatan yang akan
dilakukan para korban banjir yang terserang penyakit pasca
banjir.1.4.1.2 Bagi peneliti yang akan datangHasil penelitian ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan kesehatan, khususnya bagi
ilmu keperawatan tentang penanganan penyakit pasca banjir.1.4.2
Manfaat Praktis1.4.2.1 Bagi respondenHasil penelitian ini dapat
memberikan informasi tentang pentingnya kesiapsiagaan dalam
menghadapi penyakit pasca banjir.1.4.2.2 Bagi institusi
kesehatanHasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam
meningkatkan mutu pelayanan pada pada korban banjir.1.5 Batasan
MasalahDari latar belakang yang diuraikan diatas, maka penelitian
ini hanya terbatas pada masalah kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi penyakit pasca banjir di Desa Gawerejo Kecamatan Karang
Binangun Lamongan.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan disajikan beberapa konsep dasar yang berkaitan
dengan penelitian antara lain :1).Konsep Bencana Alam, 2).Konsep
Banjir, 3).Konsep Kesiapsiagaan, 4).Penyakit Pasca Banjir,
5).Kerangka konsep penelitian.2.1 Konsep Bencana Alam2.1.1
PengertianBencana alam adalah gangguan ekologis yang melampaui
kapasitas penyesuaian sekelompok makhluk hidup dengan
lingkungannya. (Nasrul Efendi,1998).Namun hanya ketika gejala alam
tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya
(kepemilikan, harta dan benda), kita baru bisa menyebutnya sebagai
bencana. Sebagai misal, jika suatu hantaman tsunami sedahsyat
tsunami tanggal 26 Desember 2004 di Nanggroe Aceh Darussalam
menerpa pantai-pantai dan pulau-pulau yang tidak berpenghuni atau
tidak terdapat lahan-lahan budidaya, maka kita akan menganggap
kejadian tersebut hanya sebagai gejala alam biasa. Tetapi suatu
longsoran kecil saja yang mengubur hanya sebuah rumah telah kita
anggap sebagai bencana alam (http://id.wilkipedia.org/, 2008).2.1.2
Macam Bencana AlamBencana alam, dilihat dari penyebabnya, dapat
dibedakan atas sedikitnya tiga jenis (lihat Tabel 2.1), yaitu
geologis, klimatologis dan ekstra-terestrial. Bencana alam geologis
adalah bencana alam yang disebabkan oleh faktor yang bersumber dari
Bumi, seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi.
Secara spesifik dari sudut pandang bahan dan tempat, dalam kategori
ini termasuk pula longsor dan berbagai gerakan tanah. Dalam skala
terbatas menyangkut tempat, dapat digolongkan pula ke dalam
kategori ini banjir dan banjir bandang.Tabel 2.1 Jenis Bencana
AlamJenis Penyebab Bencana AlamBeberapa contoh kejadiannyaBencana
alam geologisGempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi,
longsorataugerakan tanah, amblesan tanah, seicheBencana alam
klimatologisBanjir, banjir bandang, badai, angin puting-beliung,
kekeringan, kebakaran hutan (bukan oleh manusia)Bencana alam
ekstra-terestrialImpactatauhantaman meteor atau benda dari angkasa
luarSumber: http://id.wilkipedia.org/, 2008.2.1.3 Karakteristik
Bencana AlamBencana alam yang ditimbulkan oleh cuaca (klimatologis)
sudah dapat diprediksi kedatangannya, ke arah dan di lokasi mana
daerah yang akan dilanda bencana alam geologis terutama gempa bumi
sampai sekarang masih sulit untuk diprediksi, sehingga fenomena
alam itu sifatnya seolah-olah mendadak dan tidak teratur. Namun
demikian, fenomena atau peristiwa alam pada dasarnya mempunyai
karakteristik umum, yakni gejala awal, gejala utama, dan gejala
akhir. Dengan demikian, jika kita dapat mengetahui secara akurat
gejala awal suatu bencana alam, kemungkinan besar kita dapat
mengurangi akibat yang ditimbulkannya.Selanjutnya, jika gejala awal
dapat diamati dengan baik sehingga gejala utama dapat diterka, maka
persoalan berikutnya adalah sederetan pertanyaan: di mana, kapan,
berapa besar dan berapa lama bencana alam itu berlangsung. Pada
beberapa bencana, persoalan di mana secara umum dapat diterka,
yaitu pada daerah-daerah yang telah ditentukan sebagai daerah rawan
bencana alam (lihat Tabel 2.2). Daerah-daerah rawan bencana banjir,
banjir bandang, longsor dan amblesan tanah relatif mudah
dipersempit untuk dikenal gejala dan daerah mana yang akan terkena.
Tetapi untuk letusan gunung berapi (gunung berapi mana) dan
terutama gempa bumi, adalah persoalan yang tidak mudah. Para ahli
geologi dan geofisika telah membuat peta regional yang menunjukkan
daerah-daerah rawan bencana gempa bumi, tetapi lokasi tepatnya (dan
terutama kapan kejadiannya) adalah persoalan yang masih belum
terpecahkan.Tabel 2.2. Gejala Awal Bencana Alam pada Daerah Rawan
Bencana AlamJenis Bencana AlamDaerah RawanGejala AwalBanjirDataran
banjir, sempadan sungai bermeander, lekukan-lekukan di dataran
aluvialCurah hujan tinggi, hujan berlangsung lama, naiknya muka air
sungai di stasiun pengamatanBanjir bandangDaerah bantaran sungai
pada transisi dataran ke pegununganDaerah pegunungan gundul, batuan
mudah longsor, curah hujan tinggi, hujan berlangsung lama, terjadi
pembendungan di hulu sungaiLongsor atau gerakan tanahDaerah dengan
batuan lepas, batu lempung, tanah tebal, lereng curamCurah hujan
tinggi, hujan berlangsung lama, munculnya retak-retak pada tanah di
lereng atas; tiang listrik, pohon, benteng menjadi miring
Amblesan TanahDaerah plateau karst (dataran tinggi berbatu
gamping), daerah dengan eksploitasi air tanah tinggiTimbulnya
lubang danatauatau retakan dalam di permukaan tanah; dinding,
tembok, lantai retak-retak.Letusan gunung berapiLereng dan kaki
gunung berapi, terutama yang menghadap ke arah kawah sumbing
(breached crater)Naiknya suhu air kawah, perubahan komposisi
kimiawi air dan gas di kawah, guguran kubah lava, adanya
linduataulini, peningkatan tremor pada
seismografTsunamiPantai-pantai yang berhadapan dengan palung
tektonik atau gunung api lautTerjadinya gempa bumi, air laut
surutGempa bumiJalur-jalur tektonik, sesar (patahan)
aktifPeningkatan tremor pada seismograf (yang umumnya sangat
singkat ke gejala utama)Sumber: http://id.wilkipedia.org/,
2008.Dalam banyak peristiwa, ketika para ahli melakukan prediksi
bencana alam dengan pengamatan pada gejala awal, gejala utamanya
tidak terjadi. Hal inilah yang kadang-kadang menjadi dilema besar,
misalnya bagi para ahli vulkanologi ketika harus mengambil
keputusan apakah gunung berapi yang dipantaunya akan meletus atau
tidak. Bila gejala awal letusan gunung berapi begitu meyakinkan,
para ahli vulkanologi memutuskan segera mengontak aparat pemerintah
daerah untuk mengungsikan penduduk. Namun ada kalanya, dengan data
gejala awal yang meyakinkan sekalipun, ternyata gunung berapi tidak
jadi meletus. Penduduk yang telanjur mengungsi dengan kesibukan dan
kepanikan luar biasa menganggap para ahli vulkanologi tidak becus
kerja. Sebaliknya, ketika letusan gunung berapi terjadi begitu
tiba-tiba ketika banyak masyarakat tidak sempat mengungsi,
kesalahan juga ditimpakan kepada para ahli vulkanologi yang dituduh
tidak memberi peringatan dini.Ilustrasi di atas menunjukkan
bagaimana gejala alam masih sulit untuk diramal. Dengan masih
sulitnya menentukan di mana dan kapan tepatnya bencana alam
geologis akan terjadi, maka pada umumnya bencana alam cenderung
untuk tidak teratur. Namun para ahli masih percaya bahwa sebenarnya
kejadian alam itu memang tidak teratur tetapi dalam keteraturan
yang polanya belum dapat dikenali dan dipelajari dengan baik.2.2
Konsep Banjir2.2.1 Pengertian BanjirBanjir, ada yang menyebutnya
bah atau air bah, adalah peristiwa terbenamnya daratan atau yang
biasanya kering karena volume air yang meningkat. Banjir juga dapat
didefinisikan sebagai debit ekstrim dari suatu sungai; untuk Kota
Pontianak adalah Sungai Kapuas dan Sungai Landak. (Abdul Hamid,
2006).Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di
suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, pecahnya
bendungan sungai atau akibat badai tropis. Banjir dan gejala
kebalikannya, kekeringan, merupakan gejala atau fenomena yang
mempunyai latar belakang yang kini kian kompleks, merupakan bagian
dari siklus iklim. Gejala itu kelihatannya non-diskriminatif,
melanda negara negara maju yang manajemen lingkungannya bagus,
maupun negara miskin dan berkembang seperti India dan Indonesia,
yang masih berkekurangan dalam manajemen lingkungan., atau bahkan
belum menerapkan sama sekali manajemen lingkungan. Banjir sebagai
fenomena alam dapat merupakan atau menciptakan petaka bagi manusia.
Intervensi manusia terhadap alam kian memperbesar petaka yang
terjadi akibat banjir. Kini, banjir sudah merupakan bagian dari
fenomena global. Ketika banjir merupakan gejala alam, ia dengan
tidak begitu sulit bisa diramalkan karena menjadi bagian dari
siklus iklim, tetapi ketika ia menjadi fenomena global maka ramalan
banjir dapat sering meleset. (Abdul Hamid, 2006).2.2.2 Penyebab
BanjirSesungguhnya kejadian banjir adalah hasil interaksi manusia
dan alam yang keduanya saling memengaruhi dan dipengaruhi. Menunjuk
faktor tunggal penyebab banjir dengan demikian menjadi tidak
bijaksana dan kemungkinan besar, bahkan akan dapat salah arah.
Penyebabnya tidak hanya melibatkan alam, tetapi juga manusia; juga
lokal dan global. Dengan demikian penyebabnya bukan hanya masalah
teknis, tetapi juga nonteknis. Menurut Abdul Hamid (2006). Penyebab
banjir antara lain : 1). Curah hujan yang sangat tinggi. Sebagai
contoh, pada tahun 2004, BMG mencatat curah hujan di Kota Pontianak
Oktober 182,0 mm selama 17 hari, September 308,9 mm selama 21 hari,
November 351,3 mm selama 22 hari, dan Desember 421,6 mm selama 25
hari. Pada tahun 2005, untuk bulan September 229,6 mm selama 16
hari, Oktober 538,3 mm selama 23 hari, dan November tercatat
sebanyak 234,8 mm. selama 18 hari, 2). Pasang surut air laut,
3).Kiriman air hujan dari pehuluan, 4). Kerusakan kawasan Daerah
Aliran Sungai ( DAS ) Kapuas dan Landak, dimana daya tampung palung
sungai menjadi kecil, 5). Saluran air yang tidak berfungsi dengan
baik, karena banyak yang tersumbat, ditutup, atau dicaplok menjadi
lahan rumah sehingga aliran air menjadi tersumbat atau tidak
lancar, 6). Tanah yang mempunyai daya serapan air yang buruk, 7).
Kian meluasnya permukaan tanah yang tertutup atau ditutup. Terjadi
perubahan tata air permukaan karena perubahan rona alam yang
diakibatkan oleh pemukiman, industri dan pertanian. 8).Tingginya
sedimentasi, yang menyebabkan sungai dan parit cepat mendangkal,
9). Permukaan air tanah yang tinggi (daerah datar). Jumlah curah
hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air, sehingga air
mengalir pada permukaan, 10).Buruknya penanganan sampah kota serta
tidak memadainya infrastruktur pengendali air permukaan,
11).Perubahan atau instabilitas iklim yang disertai badai tropis.
Penyimpangan iklim yang disebut gejala El Nino dan La Nina, gejala
ketidakteraturan dan ekstremitas cuaca. Kenaikan suhu mejadikan
gejala El Nino dan La Nina menjadi dominan, dan yang mengacaukan
iklim terutama di kawasan Pasifik, 12).Gelombang besar atau Tsunami
akibat gempa bumi menyebabkan banjir pada daerah pesisir pantai
pada wilayah tertentu di tanah air, 14).Telah tidak berfungsinya
berbagai jenis kawasan lindung untuk menyerap air akibat ulah
manusia, karena besarnya peluang (opportunity sets) bagi perorangan
atau perusahaan merusak sumber daya alam akibat berbagai fungsi
lembaga-lembaga publik yang tidak jalan sebagaimana mestinya.Banjir
yang terjadi dengan waktu yang lama mengakibatkan terganggunya
sejumlah besar aktifitas masyarakat. Sejumlah infrastruktur penting
menjadi rusak, demikian pula kerusakan biofisik yang
diakibatkannya. Korban jiwa dan kerugian materi pun sering
mengikuti setiap terjadi bencana banjir. Oleh karena itu perlu
dilakukan rekayasa antisipasi bencana banjir, guna meminimalisir
akibat dan dampak negatifnya.Pada dasarnya apa yang dikemukan di
atas bukanlah hal yang baru, karena penyebab dan rekomendasi yang
dikemukakan dari waktu ke waktu lebih banyak yang itu-itu juga,
tetapi tampaknya senantiasa kurang adanya pembaruan landasan
kebijakan yang memungkinkan penyebab-penyebab banjir dapat
diminimalkan. Patut disadari bahwa untuk mencegah banjir, apapun
yang dilakukan pemerintah tidak akan efektif kalau tidak ada
perubahan perilaku perilaku warga.Banjir memang tanggungjawab kita
bersama, tetapi perlu diingat pula bahwa persoalan yang paling
mendasar saat ini bukan terletak pada tingkah laku perorangan,
tetapi bagaimana mengaktifkan fungsi dan peranan lembaga atau
institusi terkait sehingga mampu mencegah peluang bagi perorangan
atau perusahaan untuk merusak sumberdaya alam. Disamping itu
komitmen yang jelas dan berkelanjutan dari pemerintah daerah atau
kota, para wakil rakyat serta masyarakat sangat diperlukan dalam
mengantisipasi terjadinya serta dampak negatif yang ditimbulkannya.
(Abdul Hamid, 2006).2.3 Konsep KesiapsiagaanFase kesiagaan dan fase
respon merupakan bagian dari usaha penanggulangan bencana yang
bernuansa gawat darurat dan sering kali emosional sehingga fungsi
manajemen krisis sangat berperan. Bagian paling menentukan dalam
usaha penanggulangan bencana adalah pada fase respon ini. Namun
demikian, kuaalitas dari respon yang dilakukan sangat tergantung
dari kesiagaan yang telah dilakukan sebelumnya.. Pelaksanaan
manajemen bencana pada kedua fase ini bahkan sering kali mengalami
kekacauan sehingga beberapa aspek dari teori Chaos dapat diterapkan
pada keadaan ini. (Hendro Wartatmo,2008).2.3.1 Resiko gangguan
kesehatan pada bencana.Dalam bencana Hazard diartikan sebagai
besarnya kerusakan ditmbulkan, sedangkan Vulnerabity adalah
kerentanan suatu populasi atau penduduk di suatu tempat. Dengan
pengertian tersebut maka Risk atau resiko yang dtimbulkan adalah
merupakan fungsi perkalian dari hazard dan vulnerability.Risk = f (
Hazards x Vulnerability )Secara umum penduduk miskin akan lebih
rentan oleh karena kapasitas cadangan yang dimiliki lebih sedikit
dibanding penduduk mampu. Oleh karena itu dengan hazard yang sama,
penduduk miskin akan mempunyai resiko gangguan kesehatan yang lebih
besar. Sedang gangguan kesehatan sebagai akibat langsung maupun
tidak langsung dari bencana secara umum dapat dibagi menjadi tiga
kategori yaitu :1. Kematian atau kecacatan2. Hilangnya
infrastruktur dan pasokan3. Terganggunya pelayanan kesehatan baik
preventif maupun kuratif.2.3.2 Organisasi penanggulangan bencana di
bidang kesehatan.Usaha penanggulangan bencana merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, oleh karena itu
dalam pelaksanaannya juga merupakan gabungan aktifitas dari
keduanya. Disamping itu penanggulangan bencana juga merupakan usaha
kemanusiaan, sehingga seharusnya tidak perlu dibatasi oleh wilayah
administrasi negara serta bersifat netral dengan mengedepankan
keselamatan manusia sebagai tujuan utama. Manajemen bencana pada
dasarnya adalah suatu proses manajemen pada usaha penanggulangan
dari dampak bencana. Seperti proses manajemen pada umumnya maka
dalam manajemen bencana juga diperlukan organisasi yang mantap,
dijalankan oleh sumber daya manusia yang berkompeten, memiliki
sarana dan prasarana yang diperlukan, didukung sumber dana yang
kuat, serta mempunyai tujuan yang jelas. Organisasi penanggulangan
bencana sebaiknya merupakan organisasi pemerintah yang mempunyai
akses ke masyarakat dan ke bidang lain. Sebaiknya organisasi ini
merupakan organisasi yang bersifat inklusif dalam arti memanfaatkan
komponen yang sudah ada, sehingga pada keadaan tidak ada bencana
tetap memiliki aktifitas sehari-hari. Namun demikian, karena
keterbatasan sumber daya manusia, sebaiknya organisasi ini
didampingi tenaga profesional sebagai narasumber maupun sebagai
pelaksana kegiatan yang setiap saat dapat bergabung bila
diperlukan. Organisasi seperti ini sudah pernah dirintis oleh
Departemen Kesehatan melalui kelompok kerja Pengembangan Sistim
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu dengan membentuk Brigade Siaga
Bencana yang sudah berdiri di hampir semua rumah sakit pendidikan
dan rumah sakit besar lainnya, baik pemerintah maupun swasta.
Walaupun secara formal keberadaan Brigade Siaga Bencana saat ini
tidak jelas, namun konsep operasionalnya masih jelas terlihat
dijalankan oleh beberapa Tim Penanggulangan Bencana di Indonesia.
(Hendro Wartatmo,2008).
2.3.3 Komitmen dan leadership dalam tim penanggulangan
bencana.Aktifitas organisasi penanggulangan bencana dimulai dari
fase mitigasi. Berbeda pada fase respon akut dimana ada faktor
emosi dan solidaritas kemanusiaan dapat menjadi pendorong yang kuat
bagi aktifitas penanggulangan bencana, pada fase mitigasi dorongan
tersebut umumnya sudah menurun. Dalam situasi dimana antara
kejadian bencana yang satu dengan bencana berikutnya terdapat
rentang waktu yang cukup lama maka kegiatan mitigasi akan menjadi
membosankan. Jadi, di fase mitigasi inilah komitmen organisasi
maupun individu terhadap usaha penanggulangan bencana betul-betul
diuji. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk mendorong
supaya kegiatan mitigasi dapat berjalan secara berkesinambungan.
Bencana adalah keadaan darurat dimana perubahan situasi selalu
terjadi dan berlangsung cepat dengan permasalahan yang kompleks.
Oleh karena itu diperlukan seorang pimpinan yang harus memenuhi
kriteria-kriteria tertentu yang sedemikan sulit untuk dipenuhi
sehingga sangat sulit untuk mendapatkan seorang pimpinan yang
ideal. Walaupun demikian, paling tidak seorang pimpinan harus
memiliki sifat kepemimpinan (leadership) yang didukung sense of
crisis, profesionalisme yang tinggi, serta berkemampuan memimpin
sebagai seorang menejer. (Hendro Wartatmo,2008).Seorang pimpinan
tim penanggulangan bencana pada dasarnya adalah seorang komandan
lapangan atau Field Commander. Seorang komandan lapangan sudah
selayaknya harus selalu berada di lapangan untuk memimpin secara
langsung operasi timnya. Tidak jarang komandan lapangan harus
menyelesaikan masalah teknis medis yang sebenarnya bukan menjadi
tugas utamanya. Oleh karena itu seorang Field Commander harus
memiliki profesionalisme dalam arti menguasai, atau paling tidak
mengerti, mengenai masalah emergency medicine dan disaster
medicine. Sebagai seorang manajer, pimpinan tim sejak awal harus
menyadari bahwa yang dihadapi adalah situasi tidak sama dengan
situasi sehari-hari. Koordinasi dengan anggota tim (internal)
maupun antar tim, sering kali dilakukan dalam situasi yang tegang
(stressfull) karena dihadiri oleh pelaksana lapangan dengan
masalahnya masing-masing yang mengharapkan suatu penyelesaian.
Dalam situasi seperti ini diperlukan seorang pimpinan yang tegas,
berwibawa dan bijaksana. Penyelesaian masalah yang bersifat
kompromistis, yang sekedar menenangkan tapi tidak memberi solusi
yang jelas berpotensi untuk menjadi kontra produktif. Tidak bisa
dipungkiri bahwa dalam pertemuan koordinasi tidak jarang timbul
konflik. Dalam situasi seperti itu, tugas seorang pimpinan adalah
menyelesaikan konflik dan bukannya menghindari konflik. Peran utama
ketua tim dalam menjalankan tugas penanggulangan bencana ada dua,
yaitu untuk menjamin operasi tim berjalan sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan dan membuat strategi yang cepat dan tepat
terhadap masalah yang pasti timbul selama operasi. Oleh karena itu
pemilihan ketua sebaiknya didasarkan atas pertimbangan kompetensi
dan komitmen terhadap masalah kebencanaan, sedangkan pertimbangan
politis dan pertimbangan non teknis lain sebaiknya dihindarkan.
Disamping itu perlu ditekankan bahwa pekerjaan memimpin tim bencana
ada bukanlah pekerjaan sambilan. Walaupun kegiatan organisasi tidak
berlangsung secara terus menerus sepanjang tahun, diperlukan
seorang ketua full timer yang bersedia bekerja all out. Dengan kata
lain, diperlukan totalitas dari pimpinan tim. Oleh karena itu
sebaiknya ketua tim adalah seseorang yang disamping tugasnya
sebagai ketua tim, dalam kesehariannya juga melakukan pekerjaan
yang tidak jauh dari masalah bencana. Untuk itu, sebagai ketua tim
bencana rumah sakit Kepala Unit Gawat Darurat adalah figur yang
paling memenuhi syarat. Pilihan lain masih dimungkinkan sepanjang
bersifat obyektif dan dapat dipertanggung jawabkan. Anggota
organisasi atau komunitas penanggulangan bencana pada umumnya
merupakan individu dengan motivasi khusus yang kuat. Pada saat
terjadi bencana mereka akan segera bergerak dengan atau tanpa
diperintah oleh pimpinannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada umumnya 80% korban sudah ditolong oleh penduduk lokal yang
bergerak secara spontan, saat tim penolong datang. Jadi bergerak
atau tidaknya individu individu bukan ditentukan oleh ada tidaknya
ketua, tapi karena spontanitas bersama. Peran ketua tim disini
adalah bagaimana memimpin individu-individu tersebut supaya
bergerak secara efektif dan efisien melalui suatu perencanaan dan
strategi yang matang dan mantap.(Hendro Wartatmo,2008).2.3.4 Model
operasional unit kesehatan pada bencana.Selama ini usaha
pertolongan korban yang dilakukan oleh berbagai unit kesehatan baik
dari provider lokal maupun asing selalu terkesan tanpa koordinasi
yang baik sehingga tidak efektif. Hal ini karena sampai saat ini
belum terlihat adanya pola penanganan yang jelas. Secara umum
keberadaan Bakornas, Satkorlak maupun Satlak memberikan hasil yang
masih jauh dari yang diharapkan. Usaha Departemen Kesehatan sebagai
otoritas tertinggi di bidang kesehatan juga belum menunjukkan hasil
yang memuaskan. Melalui Deklarasi Makasar tahun 2000 yang mencakup
Safe Community dan Sistim Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT) DepKes sudah merintis usaha penanggulangan dampak bencana,
sayang bahwa usaha tersebut belum berjalan sperti yang diharapkan
karena belum ada model atau konsep operasional yang jelas. Demikian
pula pembentukan Brigade Siaga Bencana yang telah dimulai di RS
pendidikan dan RS besar lainnya, saat ini terhenti aktifitasnya dan
belum jelas kelanjutannya. Secara garis besar respon unit kesehatan
pada bencana dilakukan di dua tempat, yaitu di rumah sakit dan di
lapangan yang dilakukan oleh Tim Medis Lapangan. Organisasi atau
unit kerja yang akan melakukan operasi pelayanan medis ini paling
tidak harus dapat menjalankan 5 fungsi pokok yaitu : manajemen,
administrasi, operasional, logistik dan perencanaan. (Hendro
Wartatmo,2008).Unit kerja ini merupakan enclave organization dimana
masing-masing bidang beranggotakan para profesional yang sudah tahu
dan menguasai pekerjaannya masing-masing. Sebagai pengendali adalah
suatu tim yang anggotanya terpilih berdasar kompetensi profesional
dengan, seorang ketua yang mampu membuat strategi operasional.
Organisasi semacam ini sebaiknya dipimpin oleh seorang birokrat
sektor kesehatan dengan didukung para pakar profesional sebagai
pelaksana di lapangan. (Hendro Wartatmo,2008).2.3.5 Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit.Disaster Plan merupakan kumpulan prosedur
yang harus dilakukanbila terjadi bencana, dimana secara umum ada
dua macam, yaitu :1. Bila bencana terjadi di RS2. Bila terjadi
bencana dan RS menjadi tempat untuk menolong korban dalam jumlah
yang tidak melebihi kapasitas RS. Bila kapasitas RS jauh
terlampaui, maka bisa diberlakukan seperti bila bencana terjadi di
RS.Pelaksanaan prosedur pada Disaster Plan meliputi 4 fase, yaitu :
peringatan, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Setiap tahap dari
prosedure tersebut harus benar-benar dilatih dan dikuasai sehingga
benar-benar dapat operasional. Fase evaluasi seringkali tidak atau
terlambat dilakukan karena beberapa hal, diantaranya karena
kesibukan kerja atau kuatir mendapatkan hasil yang tidak sesuai
keinginan. Supaya Disaster Plan dapat berjalan baik, diperlukan
organisasi yang solid yang didukung personil yang profesional.
Organisasi yang umumnya disebut sebagai Tim Penanggulangan Bencana
tersebut, harus dapat dapat menjalankan fungsi manajemen bencana
dengan benar. (Hendro Wartatmo,2008).2.3.6 Pelayanan Kesehatan di
Lapangan.Berbeda dengan TMRS. Manajemen TML harus mencakup pemetaan
geografis maupun pemetaan situasi lokasi yang dituju, sebagai
bagian dari usaha rapid assessement sebelum memulai suatu operasi.
Pelayanan kesehatan di lapangan pada fase akut dapat berupa pos
kesehatan, rumah sakit lapangan, atau tim mobil/keliling. Tim
surveillance umumnya bekerja setelah fase akut untuk mengantisipasi
timbulnya penyakit menular ataupun gangguan kesehatan lainnya
sebagai akibat buruknya sanitasi. Aktifitas dari Tim Medis Lapangan
seharusnya adalah menunjang provider kesehatan setempat, bukan
menggantikannya. Untuk itu TML harus selalu berkoordinasi dan
bekerjasama dengan provider kesehatan setempat, serta menyesuaikan
aktifitasnya dengan keperluan masyarakat setempat. (Hendro
Wartatmo,2008).2.4. Penyakit Akibat BanjirBanjir mengakibatkan
banyak faktor negatif dan faktor positif . Faktor negatifnya
seperti: lumpuhnya perekonomian, sarana vital & infrastructure
misalnya jalan tol, jalan protokol, publict transportation misalnya
kereta api, bis, pesawat udara, kantor-kantor, pertokoan pun
mendapatkan imbas dari banjir. Sedangkan faktor positif yang
ditimbulkan oleh banjir adalah nama Indonesia terutama Jakarta
makin ngetop, hitung hitung nebeng promosi pariwisata banjir. Yang
terpenting dalam keadaan banjir adalah bahaya timbulya penyakit
akibat banjir yang mengancam masyarakat dari semua golongan . Hal
ini dikarenakan banyaknya sampah yang terhanyut terbawa air banjir,
air got yang bersatu dengan air banjir yang menimbulkan bau yang
tidak sedap ataupun septik tank yang luber dan isinya terbawa air
kemana-mana, Akibatnya lingkungan kita menjadi sangat kotor,
sehingga mempermudah timbulnya penyakit pasca banjir : diare, DBD,
leptospirosis, ISPA, cacingan dan berbagai penyakit penyerta lain.
Bahkan tidak jarang juga menimbulkan kasus penyakit yang luar biasa
atau outbreak. Banjir juga menimbulkan dampak menurunnya kondisi
tubuh & daya tahan terhadap stress. (Lilis Wijaya, 2008).
2.4.1 Macam Penyakit Pasca Banjir2.4.1.1 DiareAdalah keluarnya
BAB yang sering dan mengandung banyak air, encer dalam satu hari
disertai rasa mulas, biasanya terjadi karena hasil rangsangan atau
radang pelapis usus yang mengakibatkan buangan dalam usus besar
tidak mempunyai waktu untuk diserap airnya. Diare kebanyakan
disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali
akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan
dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat
biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan
paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau
kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat
mengancam-jiwa bila tanpa perawatan. Perawatan untuk diare
melibatkan pasien mengkonsumsi sejumlah air yang mencukupi untuk
menggantikan yang hilang, lebih baik bila dicampur dengan
elektrolit untuk menyediakan garam yang dibutuhkan dan sejumlah
nutrisi. Untuk banyak orang, perawatan lebih lanjut dan medikasi
resmi tidak dibutuhkan. Untuk Diare minumlah satu atau dua gelas
air putih atau air mineral yang bersih dan sudah dimasak. Minumlah
oralit yang merupakan larutan gula garam untuk membantu pembentukan
energi dan menahan diare atau berak setelah habis BAB. Hindari
minum kopi, teh dan lain sebagainya yang mampu merangsang asam
lambung. Makan Makanan Khusus. Hindari makan makanan yang berserat
seperti agar-agar, sayur dan buah karena makanan berserat hanya
akan memperpanjang masa diare. Bagi penderita diare sebaiknya makan
makanan rendah serat dah halus seperti bubur nasi atau nasi lemes
dengan lauk telur asin. Istirahat yang Cukup, segera lah rujuk ke
Rumah Sakit. (Lilis Wijaya, 2008).2.4.1.2 MuntaberPenyakit diare
yang disertai mual dan muntah. Penyakit ini mudah terserang pada
pasien dengan daya tahan tubuh yang menurun. Ini terjadi mengingat
kondisi kebersihan baik lingkungan maupun makanan dan minuman yang
dikonsumsi tidak sesuai dengan kualitas makanan dan minuman yang
sehat. Selain itu Umumnya para pengungsi tidur dengan alas ala
kadarnya. Ada yang dengan tikar, koran dan sebagian dengan
menggunakan karpet. Umumnya mereka juga tidur ditempat terbuka.
Disisi lain cuaca tetap belum bersahabat mengingat hujan dan angin
kencang masih muncul sehingga memperburuk kondisi para pengungsi.
Kondisi tempat berteduh dan istirahat yang buruk ini memang sangat
berdampak pada korban banjir terutama pada bayi, anak-anak dan
orang tua. Upaya-upaya yang yang dapat dilakukan antara lain agar
para pengungsi dapat ditempatkan pada tempat pengungsian yang
layak. Perlu selimut dan alas tidur yang memadai agar para
pengungsi terutama bayi, anak dan orang tua terhindar dari paparan
udara dingin. Berikan makanan yang bersih secara teratur, air minum
yang bersih, berikan oralit , berikan obat diare atau segera rujuk
ke RS. (Lilis Wijaya, 2008).2.4.1.3 Infeksi Saluran Pernafasan
AtasInfeksi saluran nafas atas dalam bahasa Indonesia juga di kenal
sebagai ISPA atau Infeksi Saluran naPas Atas atau URI dalam bahasa
Inggris adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran
pernafasan, hidung, sinus, faring, atau laring. Yang termasuk
gejala dari ISPA adalah badan pegal pegal atau myalgia, beringus
atau rhinorrhea, batuk, sakit kepala, sakit pada tengorokan.
Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri dan jamur.
Kebanyakan adalah virus. Segera ruTerapi yg diberikan pada penyakit
ini biasanya pemberian antibiotik walaupun kebanyakan ISPA
disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
pemberian obat obatan terapeutik, pemberian antibiotik dapat
mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian
obat obatan symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotik
dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial,
pemberian, pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus
diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi
kumanataubaterial di kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA yg
sudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yg sudah menjadi
hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan karena dengan
gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yg terlibat. (Lilis
Wijaya, 2008).2.4.1.5 Demam Berdarah DengueAedes Aegypti yang
menularkan virus demam berdarah dengue atau DBD, genangan air
akibat banjir dapat menimbulkan sarang nyamuk. Biasanya banyak
menyerang anak-anak karena daya tahan tubuh yang rendah. Gejala
demam 4-7 hari, sakit kepala, flu like syndrome, mual, muntah, pada
kasus yang parah sampai timbul mimisan, perdarahan. Bahkan bisa
menyebabkan presyok atau syok. Pertolongan dini adalah mengatasi
presyok atau syok yang terjadi dengan memberikan minum
sebanyaknya,bila perlu beri cairan melalui infus, kompres , berikan
obat penurun panas, segera rujuk ke Rumah sakit terdekat.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk di sepanjang
siang hari atau pagi sampai sore karena nyamuk aedes aktif di siang
hari bukan malam hari. Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan
menghindari berada di lokasi-lokasi yang banyak nyamuknya di siang
hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Bila memang
sangat perlu untuk berada di tempat tersebut kenakan pakaian yang
lebih tertutup, celana panjang dan kemeja lengan panjang misalnya.
gunakan cairan atau krim anti nyamuk atau mosquito repellant yang
banyak dijual di toko-toko, pada bagian badan yang tidak tertutup
pakaian. Buang atau timbun benda-benda tak berguna yang menampung
air, atau simpan sedemikian rupa sehingga tidak menampung air.
Taburkan serbuk abate yang dapat dibeli di apotik pada bak mandi
dan tempat penampung air lainnya, juga pada parit atau selokan di
dalam dan di sekitar rumah, terutama bila selokan itu airnya tidak
atau kurang mengalir. Kolam atau akuarium jangan dibiarkan kosong
tanpa ikan, isilah dengan ikan pemakan jentik nyamuk. Semprotlah
bagian-bagian rumah dan halaman yang merupakan tempat
berkeliarannya nyamuk, dengan obat semprot nyamuk yang banyak
dijual di toko-toko bila tampak nyamuk berkeliaran di pagi atau
siang atau sore hari. hubungi puskesmas setempat untuk meminta
fogging di rumah-rumah di lingkungan setempat untuk pembersihan
sarang nyamuk ( PSN) atau lakukan Abatisasi untuk memutuskan mata
rantai pembiakan. (Lilis Wijaya, 2008).2.4.1.6 LeptosiprosisAdalah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Penularan
penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi kambing, kuda dll.
Untuk kasus banjir penularannya melalui air kencing tikus. Dimana
air kencing tikus terbawa banjir masuk dalam tubuh manusia. Kuman
Leptospira biasanya memasuki tubuh lewat luka atau lecet kulit, dan
kadang-kadang lewat selaput di dalam mulut, hidung dan mata.
Berbagai jenis binatang bisa mengidap kuman Leptospira di dalam
ginjalnya. Penyampaiannya bisa terjadi setelah tersentuh air
kencing hewan itu atau tubuhnya. Tanah, lumpur atau air yang
dicemari. Gejala dini Leptospirosis umumnya adalah demam, sakit
kepala parah, nyeri otot, merah, muntah dan mata merah. Aneka
gejala ini bisa meniru gejala penyakit lain seperti selesma, jadi
menyulitkan diagnosa. Malah ada penderita yang tidak mendapat semua
gejala itu. Pertolongan pertama ada umumnya dengan antibiotika
seperti doxycycline atau penicillin. Rujuk ke Rumah Sakit .
Pengobatan dengan antibiotika dianggap paling efektif jika dimulai
dini.2.4.1.7 CacinganMenurut Adi Sasongko (2008), kunci
pemberantasan cacingan adalah memperbaiki higiene dan sanitasi
lingkungan. Misanya, tidak menyiram jalanan dengan air got.
Sebaiknya, bilas sayur mentah dengan air mengalir atau
mencelupkannya beberapa detik ke dalam air mendidih. Juga tidak
jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka. Biasakan
pula mencuci tangan sebelum makan, bukan hanya sesudah makan.
Dengan begitu, rantai penularan cacingan bisa diputus. Obati segera
semua anak yang menderita cacingan , beri obat cacing, tak berarti
masalah cacingan akan selesai saat itu juga. Cacingan telah
merugikan negara miliaran rupiah. Pekerjaannya mencuri makanan di
usus kita. Akibatnya, banyak murid SD yang seharusnya pandai
menjadi kurang gizi dan ngantukan karena cacingan. Begitulah cacing
yang hidup di perut kita. Siklus hidupnya melewati tempat-tempat
kotor. Namun, nama-nama mereka lumayan elok. Ada Trichuris
trichuria (cacing cambuk), Ascaris lumbricoides (cacing gelang),
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (tambang), serta
Enterobius vermicularis (cacing keremi).2.4.1.8 Deman
ChikungunyaMerupakan suatu jenis penyakit akibat virus Chikungunya
dengan gejala demam mendadak, nyeri sendi terutama di sendi siku,
lutut, pergelangan kaki dan sendi-sendi kecil pergelangan tangan
dan kaki, disertai juga nyeri otot yang berlangsung selama beberapa
hari sampai minggu. Pada kebanyakan penderita, radang sendi diikuti
dengan bintik bintik merah ruam selang waktu sekitar 1 10 hari,
biasanya bintik merah tersebut gatal, namun ada juga yang tidak
gatal. Penyakit ini dapat sembuh sendiri (self limiting disease).
Terjadi penyembuhan sempurna dan diikuti dengan terbentuknya
imunitas di dalam tubuh penderita. Pertolongan dini berikan obat
analgetik untuk menghilangkan nyeri , latihlah untuk mengerakkan
persendiannya, segeralah untuk dirujuk ke Rumah Sakit. (Lilis
Wijaya, 2008).2.4.2 Bagaimana menghindari timbulnya penyakit Pasca
BanjirMenurut Lilis Wijaya (2008). Cara menghindari timbulnya
penyakit pasca banjir adalah:Bersihkan lingkungan tempat
tinggal,kumpulkan & buanglah sampah yang terbawa arus air ke
dalam lubang dihalaman rumah atau atau ketempat sampah . Bersihkan
lantai & dinding didalam rumah bersihkan dengan cairan
desifektanKuburlah lubang-lubang bekas air.Air sumur atau air keran
yang berpotensi terkontaminasi, sebaiknya tidak digunakan dulu ,
meskipun akan dimasakatau direbus dulu sebelum digunakan. Check
dahulu air yang akan digunakan secara fisik ( warna, rasa, bau) dan
diajurkan untuk menganalisa air secara kimia ( PH,Fe,Na, Ni, Chlor
dll),dan biologi ( E Coli). Sampai dipastikan bahwa air tersebut
layak untuk dikonsumsi.Pakai Alat pelindung yang beralas keras (
Sandal atau sepatu) apabila berjalan dalam genangan airTingkatkan
daya tahan tubuh , minumlah supplemen vitamin, konsumsilah makanan
yang bergizi dan teratur, istirahatlah yang cukupBuanglah makanan
yang telah terkontaminasiCucilah sayuran terlebih dahulu sebelum
dimasak, hindari mengkonsumsi sayuran yang telah terkontaminasi.
Tutuplah makanan yang akan disajikanObati luka yang terbuka dengan
plester tahan airCucilah tangan dengan sabun sebelum atau sesudah
makanLaranglah anak anak anda bermain didaerah banjir, bila
melakukannya mandi & cuci tangan yang bersih.Hindari tempat
persembunyian tikus, dengan menutup lobang tikus yang ada
2.5 Kerangka KonsepKonsep adalah abstruksi dari suatu realita
agar dapat dikemukakan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan
suatu variabel (baik variabel yang di teliti maupun yang tidak
diteliti). (Nursalam,2003).Faktor-faktor yang mempengaruhiPenyakit
paska banjirKesiapsiagaan
- Pengetahuan- Sosial Budaya- Tenaga kesehatan- Pengalaman-
Ekonomi
Keterangan :: Diteliti: Tidak ditelitiGambar 2.1 Kerangka Konsep
Gambaran Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Penyakit Pasca
Banjir Di Desa Gawerejo Kecamatan Karang Binangun Kabupaten
Lamongan Tahun 2009
BAB 3METODE PENELITIANMetode penelitian adalah cara
menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode keilmuan. Pada bab
ini akan disajikan desain penelitian kerangka kerja, populasi,
sample, dan sampling, identifikasi variabel, pengumpulan dan
analisa data, etika dalam penelitian dan keterbatasan.
3.1 Desain PenelitianDesain penelitian adalah karakteristik
permulaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi
beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian
(Bans and Grovers yang dikutip Nursalam, 2003: 80). Dalam
penelitian ini menggunakan desain Deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menjelaskan
fenomena dalam menemukan ide baru, dalam penelitien ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran keluarga berkaitan dengan penyakit pasca
banjir di Desa Palangan Kecamatan Karangbinangun Kabupaten
Lamongan.
3.2 Waktu dan tempat penelitian3.2.1 Waktu penelitianWaktu
dimulainya dan disusunnya proposal bulan Februari Maret tahun
2009.
3.2.2 Tempat penelitianTempat penelitian dilakukan di Desa
Palangan Kecamatan Karangbinangun Kabupaten Lamongan.3.3 Kerangka
Penelitian.Kerangka penelitian merupakan tahapan dalam suatu
penelitian yangmenyajikan alur penelitian, terutama variabel yang
akan digunakan dalampenelitian (Nursalam, 2003: 211).Dalam
penelitian ini digambarkan kerangka penelitian sebagai berikut
:Populasi: semua korban banjir di Desa Palangan Kecamatan
Karangbinagun Lamongan Tahun 2009Penarikan kesimpulanPengolahan
data dan analisa data koding, scoring, tabulasi.Pengumpulan data :
ObserfasiDesain penelitian : DeskriptifSampel: seluruh korban
banjir di Desa Palangan Kecamatan Karangbinagun Lamongan yang
memenuhi kriteria inklusiyang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 90
KKSampling: Total samplingGambar 3.1 Kerangka Kerja Gambaran
Penyakit Pasca Banjir di Desa Palangan Kecamatan Karang Binangun
Lamongan Tahun 2009.
3.4 Sampling Desain3.4.1 Populasi penelitianPopulasi adalah
keseluruhan dari objek penelitian atau obyek yang diteliti
(Soekidjo, 2000: 165). Pada penelitian ini populasinya adalah semua
korban banjir di Desa Palangan Kecamatan Karangbinagun Lamongan
Tahun 20093.4.2 Sampel penelitianSampel adalah sebagian dari
keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili obyek
populasi (Nursalam, 2003 : 165). Sampel pada penelitian ini adalah
seluruh korban banjir di Desa Palangan Kecamatan Karangbinagun
Lamongan yang memenuhi kriteria yang dijelaskan di bawah ini :1)
Kriteria inklusi(1) Kriteria inklusiKriteria inklusi adalah
karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target dan
terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2001 : 65). Pada
penelitian ini inklusinya adalah sebagai berikut :a.Warga yang
bersedia diteliti dengan menandatangani informed consent.b.Warga
yang bisa baca tulisc.Warga yang kooperatif.(2) Kriteria Eksklusia.
warga yang berada di luar wilayah desa Palangan danb. Buta
huruf.
2) Besar sampelKarena menggunakan sample Nonrandom Sampling maka
populasi dimasukkan menjadi sample yaitu semua korban banjir di
Desa Palangan Kecamatan Karangbinagun Lamongan.3.4.3
SamplingSampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi (Nursalam, 2003 : 97).Pada penelitian ini
setiap korban banjir di Desa Palangan Kecamatan Karangbinagun
Lamongan yang memenuhi Kriteria inklusi dimasukkan dalam
penelitian, teknik sampling yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan non probability sampling yaitu jenis sampel
total sampling dengan metode non random sampling, dimana peneliti
mengambil sampel yang ada pada saat penelitian yang memenuhi
kriteria inklusi.3.5 Identifikasi Variabel3.5.1 Identifikasi
Variabel.Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006 : 118). Pada
penelitian ini hanya menggunakan variabel dependent yaitu penyakit
pasca banjir.
3.6 Definisi Operasional.Tabel 3.1 Definisi Operasional Gambaran
Penyakit Pasca Banjir di Desa Palangan Kecamatan Karang Binangun
Lamongan Tahun 2009.VariabelDefinisi OperasionalIndikatorAlat
ukurSkalaSkorPenyakit pasca banjir
Penyakit pasca banjir adalah semua penyakit yang terjadi akibat
atau setelah bencana banjir
1.Observasi
Ordinal
3.7 Pengumpulan dan Analisa Data3.7.1 Instrumen
penelitianInstrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2003 : 108)Pada penelitian
ini instrumen yang digunakan adalah observasi. Pada keluarga desa
Ploso Mbuden yang memenuhi kriteria inklusi, peneliti akan
memberikan kuesioner yaitu daftar pertanyaan tertulis yang sudah
tersusun dengan baik, sudah matang untuk memperoleh informasi dari
responden dapat memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda
tertentu (Soekidjo, 2002 : 116).Dalam hal ini kuesioner yang
diajukan pada responden berbentuk pertanyaan tertutup atau close
ended questioner, sebanyak 30 pertanyaan. Dimana kuesioner tersebut
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang
gambaran perilaku masing-masing keluarga berkaitan dengan kejadian
demam berdarah dengue.3.7.2 Pengumpulan dataSetelah mendapatkan
surat rekomendasi dari Akademi dan mendapatkan ijin dari Kepala
desa Ploso Mbuden, kemudian peneliti melakukan pendekatan dengan
responden untuk mendapatkan persetujuannya sebagai subyek
penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian data diperoleh
dengan memberikan lembar kuesioner kepada responden,dimana soal
tersebut dijawab oleh responden sendiri. Dengan kunci jawaban yaitu
:Soal pengetahuan no. 1, 3 sampai 10 jawaban benar sedang no. 2
jawaban salah.Sedangkan soal tindakan atau usaha jawaban yang benar
adalah no. 1, 2, 6, 7 dan no. 10 sedangkan lainnya jawaban
salah.Kemudian pemberian kode 1 adalah jawaban yang benar dan kode
0 adalah jawaban yang salah, dimana diisi oleh petugas
sendiri.Setelah data terkumpul semua dan hasil pengisian maka
dilakukan penyuntingan data, koding dan scoring. Kemudian
pengolahan data dengan cara tabel distribusi frekuensi kemudian
dianalisis secara diskriptif (Arikunto, S 1998 : 246) dengan rumus
:
xp : n x 100 %
Keterangan :p : Proposix : Jumlah frekuensin : Jumlah
sampelKemudian data diinterpresentasikan dengan modifikasi
penarikan kesimpulan yaitu :Seluruhnya : 100 %Hampir seluruhnya :
76 99 %Sebagian besar : 51 75 %Sebagian atau setengahnya : 50
%Hampir sebagian : 26 49 %Sebagian kecil : 25 %Langkah berikutnya
mengklasifikasikan tingkat perilaku adalah sebagai berikut :1.
Perilaku baik (Kode A) : responden mampu menjawab 76 % - 100 % dari
semua pertanyaan (sebanyak 21 30 pertanyaan dengan jawaban
benar).2. Perilaku cukup (Kode B) : responden mampu menjawab 56 % -
75 % dari semua pertanyaan (sebanyak 11 20 pertanyaan dengan
jawaban benar).3. Perilaku kurang (Kode C) : responden mampu
menjawab Diposkan oleh akperlamongan di Jumat, Maret 20, 2009 0
komentar: Poskan Komentar Link ke posting iniBuat sebuah Link
Posting Lebih Baru Halaman Muka Langgan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog 2009 (58) Oktober (1) WISUDA DAN PENGLEPASAN IX 2009
Agustus (23) Konsep Dasar Lanjut Usia Konsep Pernikahan Konsep
Perawatan Luka Konsep Dasar Fraktur Konsep Pemberian Obat Konsep
Kepatuhan Konsep Hipertensi Konsep Bronkitis Kronis Konsep Pola
Makan Konsep Gastritis Konsep Perilaku Konsep Diabetes Melitus
Konsep Status Gizi Konsep Masa Nifas Konsep Personal Hygiene Konsep
Anak Sekolah Konsep orang tua Konsep BAB di Sembarang Tempat Konsep
Pengetahuan Konsep Dasar Keluarga KONSEP REMAJA KONSEP DASAR
BELAJAR MOTIVASI Juni (22) JERAWAT Gagal Ginjal Kronik TUBERKULOSIS
PERTUSIS ASHMA HIRSCHPRUNG HIPEBILIRUBINEMIA TRAUMA PERSALINAN
SEPSIS NEONATURUM SIROSIS HEPATIS LUKA BAKAR APPENDIKSITIS Myoma
Uteri ENSEFALITIS DIARE DENGUE HEMORHAGIC FEVER LEUKEMIA ASFIKSIA
FIBROADENOMA MAMMAE Kankerpayudara Tetanus batuempedu Mei (7)
PRAKTEK KOMUNITAS LAPANGAN PENDAFTARAN MAHASISWA BARU 1 PENDAFTARAN
MAHASISWA BARU 1 DOKUMENTER OF AKPERLA 4 April (1) Maret (4)
SKRIPSI MORNING SICKNESS SKRIPSI KEHAMILAN SKRIPSI SEXUALITAS GANDA
SKRIPSI BANJIR
PENULIS
MUHAMAD GANDA SAPUTRA Amd.Keplamongan, LAMONGAN, IndonesiaAKPER
LAMONGANLihat profil lengkapku
Dok
DOK
DOKUMENTER 2
LangganPost Atom Post Komentar Atom Komentar
KAMPUS LESTARI
VISI AKPER LAMONGAN
Pengikut
BAGAIMANA MANFAAT BLOG INI
DOKUMENTER 1
NEWSREELApple Google MicrosoftApple Readies 'World Mode' iphone,
Report SaysPC World- Nov 07, 2009- Nov 07, 2009A new report from
OTR Global says Apple plans to release a UMTS/CDMA hybrid iphone in
the third quarter of 2010. If true, the new iphone will play nice
with ...Related Articlesclipped from Google - 11/2009No Droid For
Me, iPhone Is The PC Of SmartphonesPC World- Nov 07, 2009- Nov 07,
2009This is the opposite of the situation that Apple finds itself
in with computers. In computing, a Mac comes close but is not, in
the end, a real PC. Why? ...Related Articlesclipped from Google -
11/2009Doom game creator suggests Apple embarrassed about iPhone
gamingApple Insider- Nov 06, 2009- Nov 06, 2009By Brian Garner John
Carmack, creator of the classic PC game Doom, described working
with Apple as a "rollercoaster ride," and suggested that company
...Related Articlesclipped from Google - 11/2009Apple Store Opens
First Retail Store in FranceTidBITS- Nov 07, 2009- Nov 07,
2009There's been just one serious lacuna, in my estimation: the
absence of an Apple Store. Sure, lots of retail stores here sell
Macs, and there's no shortage ...Related Articlesclipped from
Google - 11/2009powered by
AKTIVITAS LUAR KAMPUS
GAME HANGMAN
Fast Castle Defense
Google Hot Trends
LangganPost Atom Post Komentar Atom Komentar