Top Banner
Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi Kajian Pengantar Ukuran (Pasti) Kepribadian Manusia 2 Apa dan siapakah yang menyebabkan kerusakan bumi pertiwi Indonesia? Hancurnya akhlaq dan mereka yang tak berakhlaq. Apa dan siapakah yang menyebabkan kerusakan bumi pertiwi Indonesia? Hancurnya akhlaq dan mereka yang tak berakhlaq. Ki Moenadi MS Kajian Budaya Ilmu 1431H
33

Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

Mar 19, 2016

Download

Documents

psycology of development
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

Akhlaq Pribadi

Terdidik Ilaahi Rabbi Kajian Pengantar

Ukuran (Pasti) Kepribadian Manusia

2

Apa dan siapakah yang menyebabkan kerusakan bumi

pertiwi Indonesia? Hancurnya akhlaq dan mereka

yang tak berakhlaq.

Apa dan siapakah yang menyebabkan kerusakan bumi

pertiwi Indonesia? Hancurnya akhlaq dan mereka

yang tak berakhlaq.

Ki Moenadi MS Kajian Budaya Ilmu 1431H

Page 2: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

3

Artikel ini merupakan penulisan ulang yang dikerjakan oleh Taufik Thoyib da-

ri Muqaddimah buku “Ukuran (Pasti) Kepribadian Manusia” (terbitan Yaya-

san Badiyo, Malang, 1422H) buah pena Ki Moenadi MS almarhum, se-

moga ridha Allah tercurah kepadanya, amin. Konsep visual dikerjakan oleh

Glagah Nuswantara – Admin

http://kajianbudayailmu.blogspot/com.

Page 3: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

4

Akhlaq

Pribadi

Terdidik

Ilaahi Rabbi

Kajian Pengantar

Ukuran (Pasti)

Kepribadian Manusia

Ki Moenadi MS Kajian Budaya Ilmu 1431H

Page 4: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

5

Sesungguhnya Allah Ta’alaa tidak memandang postur tubuhmu dan tidak pula pada kedudukan mau-

pun harta kekayaanmu, tetapi Allah memandang pada hatimu. Barang

siapa memiliki hati yang shaleh, maka Allah menyukainya. Bani

Adam yang paling dicintai Allah ia-lah yang paling bertaqwa. (HR Ath-

Thabrani dan Muslim)

Page 5: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

Akhlaq:

Ukuran Pertama

Kepribadian Manusia

ampak makin bersemarak dibicarakan di berbagai jenis media massa belakangan ini, topik-topik tentang

kepribadian manusia. Namun sepertinya, belum ada satu pun yang dapat dija-dikan ukuran baku, karena masing-masing pandangan dan pendapat lahir dari rekayasa untuk memperoleh balas jasa.

6

Page 6: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

Bagi yang berpandangan, berpendapat, atau menilai kepribadian dengan ukuran materi, bisa saja di balik teorinya, sebenarnya mempunyai maksud tersembunyi untuk kepentingan dan

keuntungan yang diraih atau datang kepadanya. Pamrih itu misalnya kedudukan, uang, atau ketenaran nama.

Maka yang perlu direnungkan untuk dipertanyakan, dapatkah pandangan-pendapat yang berbeda karena sesuatu pamrih dijadikan suatu tolok-

ukur pasti? Dari manakah dan apakah yang menjadi ukuran kepribadian manusia? Jika materi yang menjadi ukuran berkepribadian, berapa banyak manusia kaya-raya yang tampil menarik-pikat dipandang mata, namun dalam kehidupan diri sen-diri, keluarga rumah-tangga, maupun kehidupan masya-rakatnya, ternyata

7

Page 7: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

penuh dengan permasalahan yang tidak teratasi? Dapatkah keadaannya dikatakan berkepribadian?

Untuk itu marilah kita renung-ulang kembali ukuran kepribadian yang selama ini muncul. Kata “kepribadian” mengandung makna adanya sesuatu yang khusus dan istimewa melekat pada diri manusia, yang bersifat indah-terpuji. Hal ini seirama dengan pernyataan Rasulullah Muham-mad s.a.w. bahwa: “Aku Muhammad diutus tidak lain dalam rangka menyempurnakan akhlaq manusia”. Kesempurnaan akhlaq akan membu-ahkan antara lain:

• Ruh yang senantiasa menjaga hubungan baik sampai pada tingkat dekat-aqrab dengan Allah. Itulah salah satu bentuk pengabdian murni kepada Allah. Artinya, tidak ada unsur berpamrih dalam peng-abdian kepada Allah, kecuali mengharap keridhoan-Nya. Bukan keridhoan dan bu-kan pula pengabdian murni, jika di saat melangsungkan pengabdian itu dirasakan oleh nafsu manis, maka nafsu menyambut-

8

Page 8: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

hangat. Sebaliknya jika dirasakan pahit-pedih, maka keridhoan nafsu tinggallah kata-kata tanpa bukti.

• Rasa yang lembut-halus, mampu bergetaran menjangkau kehidupan alam getaran-ketenagaan. Artinya, perasaannya dapat tampil sebagai jembatan-emas selaku alat penyeberangan dari kehidupan masy-arakat alam lingkungan terbuka-fenomena menuju kehidupan masyarakat alam getaran-ketenagaan di balik fenomena. Perasaan yang lembut ini sangat peka membaca getaran sesuatu.

• Hati yang melahirkan keilmuan yang berketepat-bijak-pastian, atau disebut dengan keilmuan murni terpadu bersifat Qur’ani. Kerjasama yang baik antara perasaan dan hati melahirkan kematangan spritual atau ruhaniyah.

• ‘Aqal yang melahirkan kecerdikan tingkat tinggi sehingga mampu membaca tata bahasa getaran yang ditangkap dari perasaan hati.

9

Page 9: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

• Nafsu yang tampil dengan sifat keindahan dan keterpujian, sehingga dapat dibawa menuju kehidupan berketauhid murni dan dapat dibawa menuju puncak persaksian nyata; di saat itulah haqeqat nafsu bersyahadat kepada Allah.

Ke 5 butir tersebut di atas mutlak menjadi ukuran berkepribadian-tidaknya seseorang. Dengan demikian, dapat dikatakan akhlaq menjadi ukuran pertama bagi kepribadian manusia. Alangkah piciknya jika kepribadian diukur hanya sebatas nilai materi-lahiriyah maupun pengetahuan yang dimiliki manusia, sedangkan perilaku bathiniyah tumpang-tindih dihimpit permasalahan. Belum lagi keadaan nafsu bebas-liar tanpa kendali Al Qur’an. Semakin jelaslah ukuran yang banyak berkembang atas dasar nafsu tersebut pasti subjektif, atau mempunyai pamrih.

Sangat berbeda jika ukuran kepribadian manusia disusun menurut sorotan-pandangan Al-Qur’an. Pasti tidak ada pamrih, unsur kepentingan maupun keuntungan yang dilangsungkan Allah selaku Ar-Rahmaan terhadap manusia. Justru

10

Page 10: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

keuntungan mutlak diserahkan penuh kepada manusia dan kehidupan berkesemestaan. Dalam sorot-pandang Al-Qur’an, kepribadian manusia diukur dari tingkat kemurnian manusia melang-sungkan pengabdian kepada Allah. Makna kepri-badian itu sendiri sangat dekat artinya dengan abdi. Hamba yang mencapai pengabdian murni kepada Allah mendapat julukan-panggilan ‘ibadur-rahman dari Allah, yaitu hamba kesayangan Allah, yang ciri-cirinya antara lain disebutkan dalam firman Allah QS.25:63-73. Seseorang yang kehidupan bathiniyahnya tidak menentu, dihanyutkan berbagai gelombang rasa khawatir-ragu, cemas-gelisah, kecewa-putus-asa, tentu tidak mempunyai ukuran kepastian hidup. Ia belum dapat dikatakan telah berkepribadian, meskipun materi yang dimilikinya tak berlebih bahkan tidak dapat menunjang tampilan lahiriyah untuk menarik-pikat mata kepala. Jadi, nilai kepribadian manusia tidak dapat dilepaskan dari perilaku bathiniyah maupun perilaku dzat ketenagaan hidup bakat-potensi di dalam diri yang diutarakan di atas (ruh, rasa, hati, ‘aqal dan

11

Page 11: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

nafsu). Hal itu sesuai dengan yang tersirat dalam sebuah hadits pembuka tulisan ini.

Bahkan lewat Surah Asy-Syu'ara Ayat 89, Al-Qur’-an memperjelas-tegaskan bahwa keselamatan manusia bukan diukur dari materi-lahiriyah atau pengetahuan yang ia miliki, melainkan diukur dari bersih atau sehat-tidaknya keadaan hati:

kecuali orang-orang yang menghadap Allah

dengan hati yang bersih. (QS.26:89) Munculnya berbagai ragam tolok ukur kepribadian manusia yang tidak tetap, tidak tepat, dan tidak pasti, tentu akan mempersulit manusia untuk menumbuh-kembangkan kepribadian. Oleh kare-na itu perlu adanya suatu ukuran yang tetap-tepat dan pasti, sehingga dapat dijadikan suatu pe-doman, landasan, atau azas yang bersifat tetap. Tolok ukur yang disusun dengan rekayasa untuk suatu kepentingan dan keuntungan, pasti tidak dapat dijadikan ukuran baku kepribadian.

12

Page 12: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

13

mdpe

Page 13: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

14

Tolok ukur

manakah yang ipakai sebagai edoman kaum

muslim?

Page 14: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia

menyusun tubuhmu. (QS.82:8)

15

Page 15: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

Kepastian Kepribadian

Manusia Hanya Dapat

Diukur dengan Al-Qur’an

l Qur'an ialah ide Allah, semesta sei-sinya termasuk

manusia adalah re-alisasi atau perwujudan ide tersebut. Maka,

mau tidak mau ukuran kepribadian yang harus ditam-pilkan manusia

adalah ukuran kepribadian qur’ani. Tanpa kecuali, seluruh bagian tubuh

16

Page 16: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

manusia merupakan terapan dari kei-lmuan Al-Qur’an. Bahkan tidak sedikit dari bagian tubuh manusia yang telah

cukup jelas, merupakan rangkaian dari huruf-anka Al-Qur’an. Itulah sebabnya dengan sentilan halus Allah mengajak

manusia merenung dan berfikir tentang bentukan-kejadian tubuhnya. Hal ini

sekaligus mengisyaratkan bahwa jum-lah terbesar manusia banyak tidak sadar, apalagi mengerti rangkaian

tubuh yang ada pada dirinya sendiri. Hal itu diisyaratkan oleh Surah Al

Infithaar Ayat 8 di atas.

Al-Qur’an tidak berfihak pada suatu pandangan-pendapat manusia, justru Al-Qur’an memberikan penyelesaian

atas berbagai silang pendapat yang terjadi untuk kesetimbangan semua fihak, dengan cakupan kesemestaan pula. Ukuran kepastian kepribadian

manusia dari Al-Qur’an akan mempermudah dan menghantarkan

manusia meraih jenjang

17

Page 17: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

kesempurnaan hidup. Sebaliknya, ukuran kepribadian manusia yang tidak-pasti, pasti cenderung membawa hidup dan kehidupan manusia pada tingkat kehinaan bahkan merusak tatanan ketenagaan hidup semesta. Haqiqat kepribadian itu adalah bagian dari wujud kesempurnaan dan kemuliaan yang dianugerahkan Allah kepada manusia.

Manusia belum dapat dikatakan selaku makhluq paling sempurna, jika pada dirinya tidak tumbuh-berkembang nilai kepribadian Qur’ani. Sedangkan kesempurnaan itu sendiri merupakan bagian dari fithrah manusia. Siapapun manusianya, ia pasti ingin menampilkan suatu kepribadian. Sayangnya, penumbuh-kembangan nilainya banyak yang bersandar pada pandangan-pendapat dari hasil olahan-rekayasa kaum materialistis. Padahal jauh sebelum berkembang berbagai macam buah pemikiran tentang

18

Page 18: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

kepribadian manusia, Al-Qur’an lebih dahulu memberikan ukuran pasti tentang kepribadian manusia. Bahkan Al-Qur’anlah yang mula-pertama mengajak manusia tampil berkepribadian sekaligus berbudaya. Tegasnya, Islamlah yang melahirkan nilai kepribadian dan budaya pada manusia. Sejarah membuktikan sebelum Al-Qur’an diturunkan dan Nabi Muhammad s.a.w. diutus, manusia khususnya di belahan dunia Eropa masih terbelenggu oleh kegelap-bodohan berfikir. Mereka tidak mengenal budaya, apalagi kepribadian. Yang ada pada mereka hanya hidup laksana binatang tanpa kendali dari kaidah pasti.

Mengingat demikian buruknya dampak hidup tidak berkepastian, maka sebagai bkti salah satu bentuk kepemurahan kasih-sayang Allah, manusia dicipta-Nya dalam keadaan

19

Page 19: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

sempurna-berkepribadian sekaligus perjalanan hidupnya dibimbing-arah agar selalu berketepat-bijak-pastian meraih tingkat kesempurnaan. Perasaan-hati siapakah yang tidak akan tergugah-getar oleh kelembutan pancingan sifat dan sikap Allah yang demikian luhur dan indah-Nya. Sehingga muncul dorongan kuat dari nurani-hati ungkapkan kata dengan sejujurnya: “Tiada kasih dan sayang yang paling tulus dan luhur-abadi, kecuali ketulusan dan keluhuran-abadi kasih-sayang Allah”. Setetes embun cinta sebagai penyejuk-segar Dia Allah jatuh-lekatkan pada hati. Bukti lain dari kesempurnaan cinta Allah yang dilangsungkan kepada manusia adalah: “Menjaga-pelihara manusia agar berketetapan dalam ruang-lingkup berkepribadian Qur’ani”. Tanpa berkepribadian Qur’ani, derajat manusia pasti akan menjadi hina. Berketetapan dalam ruang-lingkup berkepribadian Qur’ani itulah bagian dari nilai kesempurnaan manusia yang senantiasa dihimbau-langsungkan Allah kepada manusia. Untuk hal itu diturunkan-lah Al-Qur’an selaku alat pengendali atau obat-penawar bagi nafsu yang selalu berkecenderungan kuat ke arah kejahatan-

20

Page 20: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

hina melepas-campak nilai kepribadian Qur’ani. Sekaligus Al-Qur’an menjadi rahmat bagi kehidupan alam semesta sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya QS.17:82.

Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar/obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian. (QS.17:82)

21

Page 21: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

Sudah barang tentu obat yang dimaksud tidak hanya dalam pengertian sempit sebatas penyakit fisiq-jasadiyah. Namun jauh dari itu yang dimaksud adalah obat bagi penyakit pandangan hidup maupun pandangan keilmuan masyarakat jahiliyah, yaitu suatu masyarakat yang tidak memiliki nilai kepribadian karena terbelenggu pola-tradisi berkehidupan laksana binatang tanpa tata-aturan dan ukuran kejelas-pastian.

22

Page 22: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

Pola-tradisi kehidupan demikian itulah yang hingga sekarang ini terus dilanjut-langsung-kembangkan Yahudi dengan sarana-utama tempat penggodokannya adalah kampus. Dapatlah dikata hingga sekarang ini kampuslah yang menjadi ajang utama tempat pelepasan kepribadian Qur’ani. Adapun Islam tinggal sebuah nama tanpa ada aplikasi yang nyata dalam berkehidupan Qur’ani. Disadari ataupun tidak, itulah kenyataan yang kini berlangsung dan berkembang pesat. Hal ini tidak lain disebabkan masyarakat Islam telah jauh berpaling dari isi kandungan Al-Qur’an. Senada dengan hal tersebut Allah menjelaskan dalam firman-Nya QS.25:30. Berkatalah Rasul: “Ya Robbku, sesungguhnya qaumku telah menjadikan Al-Qur'an ini sesuatu yang tidak dipedulikan”. (QS.25:30)

23

Page 23: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

24

Marilah renungkan keseharian kita ummat muslim, khususnya di tanah air ini. Benarkah kita telah menomor-satukan Al Qur’an? Atau lebih mengandalkan buku-buku hasil duga sangka logika manusia?

Page 24: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

Aliflaamraa. Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan idzin Robb mereka, (yaitu) menuju jalan Robb Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS.14:1)

Aliflaamraa. Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan idzin Robb mereka, (yaitu) menuju jalan Robb Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS.14:1)

25 25

Page 25: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

Kepribadian Luhur

Bangsa-Negeri

Indonesia

enarkah bangsa ini telah mensyukuri keberadaan petunjuk Allah, yaitu Al Qur’an? Kenyataannya justru

sebaliknya. Penggeseran terhadap nilai kepribadian Qur’ani tidak saja berlangsung pada masyarakat Islam, tetapi juga dalam kehidupan negeri-bangsa termasuk Indonesia, dengan begitu mudahnya menggeser-tukar nilai budaya luhur kepribadian bangsa dengan pola-tradisi yang

26

Page 26: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

dikembangkan tidak islami. Sebagai salah satu bukti, kepribadian bangsa yang telah bergeser adalah “nilai kemanusiaan yang adil dan beradab” ditukar-geser dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Padahal jika direnung jauh, muatan yang terdapat dalam HAM berisi kejahatan tingkat tinggi dengan sasaran utama pembunuhan terhadap kepribadian Qur’ani, baik yang melekat pada masyarakat manusianya maupun masyarakat negeri-bangsanya. Mengapa? Karena yang dihembuskan hanyalah kebebasan liar. Itu bertolak belakang dengan “nilai kemanusiaan yang adil dan beradab” yang menyiratkan suatu keterikatan-penuh pada akhlaq indah terpuji atau budi-pekerti yang luhur.

Nilai-nilai demikian inilah yang kini pupus dari kehidupan berbangsa. Apa yang terjadi di negeri-bangsa Indonesia akibat kehilangan mahkota kepribadian luhur-islami? Bencana-kesulitan secara berantai datang menimpa!

27

Page 27: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

Hal ini tidak juga disadari oleh masyarakat bangsa, khususnya para pelaku-pengendali roda pemerintahan. Bahkan lebih naif lagi para pelaku pemerintahan tidak segan-segan lagi menjual harga diri bangsa demi keuntungan (diri pribadi) yang hanya diiming-imingkan oleh fihak luar. Masyarakat-bangsa khususnya yang menamakan tokoh, tidak menyadari bahwa masing-masing negeri memiliki kepribadian yang berbeda. Itulah sebabnya kepribadian suatu bangsa tidak dapat dikembangkan pada bangsa yang lain. Lebih khusus lagi kepribadian yang melekat pada negeri-bangsa Indonesia adalah kepribadian Qur’ani. Begitulah kodrat negeri ini.

Pada “nilai kesatuan dan persatuan”, terselubung maksud-tujuan agar masyarakat bangsa yang hidup dalam keragaman-majemuk dapat dipersatukan dalam ikatan yang kokoh.

28

Page 28: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

Apabila nilai kepribadian bangsa yang demikian indah tersebut digeser-ganti dengan bentuk negara bagian/federal, tunggu dan saksikanlah, cepat atau lambat perjalanan hidup bangsa ini akan semakin terpuruk di jurang kesulitan. Mengapa? Masing-masing bagian-daerah lebih menjunjung tinggi kesukuannya dari pada jiwa kebangsaannya. Sejarah telah membuktikan salah satu keberhasilan penjajah menguasai negeri-bangsa ini adalah karena fanatisme kesukuan.

Seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia sebenarnya telah diwarnai oleh nilai-nilai keilmuan Qur’ani yang luhur. Bahkan kehidupan alamnya pun tuangan-aplikasi dari Al-Qur’an. Hanya saja karena Al-Qur’an telah diabaikan oleh masyarakat Islam khususnya di Indonesia, maka dengan mudahnya nilai-nilai Al-Qur’an baik yang ada pada masyarakat manusianya maupun masyarakat-bangsanya digeser dan akhirnya digusur.

Sebenarnya tidaklah terlalu sulit untuk menyikapi Al-Qur’an, karena selaku suri-tauladan penyikap-laksanaan terhadap wahyu Al-Qur’an, telah diutus

29

Page 29: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

hamba kecintaan-Nya Nabi Muhammad s.a.w. Lengkaplah Allah dalam mewujudkan rasa kasih-sayang-Nya terhadap manusia, dengan cara memberi kemudahan bagi manusia menumbuh-kembangkan kepribadian Qur’ani. Keberadaan Al-Qur’an maupun Rasulullah Muhammad s.a.w. di tengah-tengah kehidupan manusia dan semesta tidak lain sebagai contoh-tauladan yang sempurna sebagaimana diisyarat-tegaskan pada firman-Nya QS.33:21.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari qiyamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS.33:21) Rasulullah Muhammad s.a.w. menghimbau-ajak ummat keluar dari segala bentuk kegelap-bodohan berfikir atau tampil dengan berkepribadian Qur’ani. Dari gelap terbitlah terang, dari pola-

30

Page 30: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

tradisi jahiliyah yang serba terbelenggu kegelap-bodohan berfikir, beralih menuju hidup berkepastian berfikir. Itulah yang tampaknya menjadi tujuan utama Allah menurunkan Al-Qur’an serta mengutus Rasul-Nya Nabi Muhammad s.a.w. ke seluruh ummat manusia bahkan semesta, sebagaimana dijelaskan dalam

firman-Nya QS.14:1 yang tersaji di atas.

Maka, atas kesediaan Rasulullah Muhammad s.a.w. ditampilkan selaku panutan ummat dan

semesta dengan berbagai rangkaian derita pengorbanan, tiada kata yang patut dan dapat diungkapkan dari kedalaman lubuk-hati sekaligus sebagai tanda ungkapan penghargaan atas jasa besar beliau yang telah mengeluar-entaskan hidup dan kehidupan manusia dari belenggu kejahilan selain ungkapan-kata: “Salam-shalawat kami haturkan kepada Nabi akhir zaman Rasulullah Muhammad s.a.w. kekasih Allah”.

31

Page 31: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

Meskipun berjarak-jauh dari zaman kerasulan Nabi Muhammad s.a.w., namun ketauladanan beliau tidak pernah tenggelam ditelan masa, justru tampak semakin berakar dan berkekekalan. Sekalipun orang-orang kafir membencinya, bahkan selalu berupaya memadamkan ketauladanan cahaya kebenaran yang ditampilkan Allah pada pribadi Nabi Muhammad s.a.w., namun hal itu tidak akan pernah terjadi. Salah satunya yang senantiasa diperjuangkan Rasulullah Muhammad s.a.w. ialah mengajak ummat manusia tampil di tengah-tengah kehidupan semesta selaku makhluq “berbudi-budaya” yang luhur. Dalam hal ini budaya dan budi merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, keduanya terangkai-ikat dalam wadah kepri-badian. Adapun budi dapat dikatakan sebagai alat pengikat-kendali pertumbuhan suatu budaya. Budaya yang tidak diikat-kendali oleh budi akan melahirkan budaya biadab, lepas dari segala nilai-nilai kemanusiaan; sifatnya cenderung merusak-hancurkan tatanan kehidupan bersemesta.

32

Page 32: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

Budaya yang lepas dari kendali budi tidak akan pernah melahirkan keilmuan pasti, yang ada hanyalah pengetahuan yang belum tentu bernilai kepastian. Dalam hal ini budi terlahir dari akhlaq-pekerti yang indah-terpuji, kemudian berkembang menjadi budaya berkepribadian, baik dalam pengertian budaya masyarakat maupun budaya bangsa. Budaya yang tumbuh-berakar dari budi akan membentuk kepribadian bangsa yang luhur. Apabila arah perjalanan hidup bangsa tetap lurus di atas nilai kepribadiannya, tidak mustahil negeri-bangsa Indonesia ini akan menjadi negeri yang besar dalam arti berkemakmuran. Kehidupan masyarakatnya rukun-damai-bersahaja karena terikat oleh tali kesatuan yang bernilai tauhid. Hanya pribadi yang mengenal dengan pasti kepribadian bangsanya yang bernilai Qur’anilah, yang dapat mengeluarkan kehidupan bangsa ini dari jerat-kesulitan. Selanjutnya pribadi itu baru dapat membawa-hantarkan hidup dan kehidupan masyarakat-bangsanya meraih kemakmuran hidup yang bersahaja.

33

Page 33: Akhlaq Pribadi Terdidik Ilaahi Rabbi

34