Page 1
1
OPINI MAHASISWA
www.kampusuth.blogspot.com | EDISI 1 (Kamis, 30 Januari 2014)
Akal dan Nafsu
Foto: Ilustrasi
AKAL adalah suatu
pemberian Tuhan kepada
Hamba-Nya yang
digunakan untuk berfikir
segala hal. Ia juga
digunakan untuk memilih
serta memilah suatu hal.
Akal dapat dikatakan
sebagai kepala suku atau
kepala kelompok terhadap
anggota badan. Disebabkan
tergeraknya anggota badan
itu adalah karena perintah
dari akal tersebut sebagai
motorisasi.
Perlu diketahui jika akal
anda itu berefek negatif,
maka hasilnya akan
menimbulkan hal yang
negatif pula. Begitupun
sebaliknya jika akal anda
berefek positif, maka akan
menghasilkan sesuatu yang
positif. Oleh kerena itu,
pandai-pandailah dalam
menggunakan akal.
Nafsu juga pemberian
Tuhan kepada seluruh
makhluknya. Nafsu juga
kerap kaitannya dengan
emosional. Istilah nafsu
lebih dekat kepada hal yang
negatif. Lalu bagaimana
jika akal vs nasfu?. Jika kita
melihat realita sekarang,
maka jawabannya nafsu
lebih berkuasa daripada
akal. Buktinya ialah dengan
kita melihat banyak
tindakan kriminal yang
terjadi sehari-hari. Seperti
perampokan, pembunuhan,
pemerkosaan, pencuriaan,
dan juga kemalasan yang
tak lepas penyebabnya dari
nafsu itu sendiri. Maka
dalam ini, kita harus
mengakui bahwa nafsu itu
lebih berkuasa di dalam di
jiwa manusia daripada
kegunaan akal itu sendiri.
Lalu sekarang
bagaimana cara kita untuk
bisa mengendalikan nafsu
negatif?. Dan cara apakah
yang dapat digunakan,
untuk lebih mengedepankan
akal sehat kita?.
Salah satu caranya ialah
dengan melihat anjuran di
dalam ajaran agama Islam.
Di karenakan dalam ajaran
Islam, Allah swt
menganjurkan hamba-Nya
untuk lebih meningkatkan
kegiatan spritual kita seperti
shalat, zakat, dsb. Dengan
demikian, „Insya Allah kita
akan mampu untuk lebih
menggunakan akal sehat
daripada nafsu kita.
Ditulis oleh: Muhammad
Iqbal, Mahasiswa angkatan
2011, Jurusan Tafsir Hadits,
Fakultas Ushuluddin.
Editor: Muliadi Abd.
Page 2
2
Kehidupan Sosial
Dalam Perspektif
Al-Qur’an
Foto: Ilustrasi
MENDALAMI Al-
Quran, Surah Al-Hujurat
ayat 13. Sangatlah penting
untuk kehidupan sosial
umat manusia yang berada
di Aceh. Terlebih daerah
Seuramoe Mekkah ini
adalah salah satu provinsi di
Indonesia yang kebanyakan
penduduknya beragama
Islam.
“Hai manusia,
Sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan
menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal” )QS: Al-
Hujurat : 13).
Menurut Ishaq Al-
Mushilli, dalam kitab
Terjemahan Tafsir Al
Maragi Juz 26, halaman
234, karangan Ahmad
Mustafa Al Maragi,
mengatakan: “Manusia di
alam yang nyata ini adalah
sama. Ayah mereka adalah
Adam dan ibunya adalah
Hawa. Jika mereka
mempunyai kemuliaan pada
asal-usul mereka yang patut
dibanggakan, maka tak
lebih dari tanah dan air”.
Penjelasan Secara Umum
Pada ayat yang
disebutkan di atas. Allah
swt lebih menegaskan lagi
larangan menghina,
memanggil dengan gelar
yang buruk, mengejek dan
lain-lain sebagainya kepada
sesama masyarakat. Allah
swt menerangkan bahwa
manusia seluruhnya berasal
dari seorang ayah dan
seorang ibu, yaitu Adam
dan Hawa. Maka kenapa
kita saling mengolok-olok
sesama saudara?. Padahal
Allah swt menjadikan kita
itu bersuku-suku,
berkabilah-kabilah, dan
berbeda-beda, agar diantara
kita terjadi saling mengenal
dan tolong menolong dalam
kemaslahatan.
Kemudian dalam
kehidupan sosial yang baik.
Tentu kita harus mampu
untuk menyesuaikan diri
kita dengan orang lain.
Apabila kita memilih-milih
golongan tertentu untuk
berinteraksi dalam
masyarakat, maka itu
adalah suatu kesalahan
yang sangat besar.
Dikarenakan kita menjadi
manusia yang tidak mau
menerima orang lain di
sekitar kita.
Bila kita memiliki sifat
memilih-milih dalam
berinteraksi. Melihat ayat
Al-Quran yang
dimaksudkan di atas, maka
jelas itu bukan cara yang
dianjurkan oleh agama
Islam kepada kita. Islam
menganjurkan kepada
penganutnya untuk bisa
berinteraksi dengan
siapapun. Kecuali khusus
dalam urusan keyakinan
yang tidak bisa bertoleransi
dengan penganut di luar
Islam.
Sebab Turun Ayat
Tersebut
Ahmad Mustafa Al
Maragi dalam kitab
Terjemahan Tafsir Al
Maragi Juz 26, halaman
235, mengatakan: “Abu
Daud menyebutkan ayat ini
turun mengenai Abu
Hindin. Ia adalah seorang
pembekam Nabi saw.
Katanya bahwa Rasulullah
saw menyuruh Bani
Bidayah agar mengawinkan
Abu Hindin dengan seorang
wanita dari mereka. Maka
mereka berkata kepada
Page 3
3
Rasulullah saw. Apakah
kami harus mengawinkan
anak-anak perempuan kami
dengan bekas-bekas budak
kami?”. Maka Allah swt
menurunkan ayat tersebut.
Kemudian ayat tersebut
juga dikuatkan dengan
adanya hadits Nabi saw
yang diriwayatkan dari Abu
Malik Al-Asy‟ari. Ia
berkata bahwa Rasulullah
saw Bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak
memandang kepada
pangkat-pangkat kalian dan
tidak pula kepada nasab-
nasabmu, dan tidak pula
kepada tubuhmu, dan tidak
pula kepada hartamu, akan
tetapi memandang pada
hatimu. Maka barang siapa
mempunyai hati yang saleh,
maka Allah swt belas kasih
kepadanya. Kalian tak lain
adalah anak cucu Adam.
Dan yang paling dicintai
Allah swt diantara kalian
ialah yang paling bertakwa
diantara kalian”.
Dari hadits Nabi saw di
atas. Dapat kita ambil suatu
pelajaran yang sangat
berharga. Diantaranya ialah
Allah swt tidak memandang
kita itu dari pangkat,
keturunan, fisik, dan juga
harta kita. Akan tetapi
Allah swt melihat kita dari
hati yang saleh, serta yang
paling dilihat dan dicintai
oleh Allah swt itu adalah
ketakwaan kita.
Oleh karenanya, dengan
kita merujuk kepada ayat
Al-Quran dan Al-Hadits di
atas. Maka dapat kita ambil
suatu kesimpulan bahwa:
Masyarakat Aceh harus bisa
saling menghormati dan
menghargai dengan suku
luar daerah yang berada di
Aceh. Terlebih di wilayah
perkotaan seperti Banda
Aceh, Lhokseumawe,
Langsa, dsb. Tentu
wilayah-wilayah tesebut
banyak dihuni oleh
berbagai suku keturunan di
luar Aceh. Baik mereka
yang berpropesi sebagai
pedagang, tukang, maupun
lain sebagainya.
Ditulis oleh: Muliadi Abd,
Mahasiswa Tafsir-Hadits,
Fakultas Ushuluddin, UIN
Ar-Raniry.
Page 4
4
Namanya Suci
Foto: Ilustrasi
“Prakk dum” Suara
ranting pohon yang patah
dan terjatuh di halaman
kampus tercinta. Risky
yang biasanya datang lebih
awal dari teman-temannya,
menyaksikan ranting pohon
yang terjatuh itu. lalu Ia
mengambil ranting pohon
tersebut untuk dibuangnya
ketempat penumpukan
sampah. tiba-tiba datanglah
seorang pemuda yang
ditaksir bernama Iqbal.
“Rajinnya, pagi-pagi
sudah seperti orang gotong
royong”. kata Iqbal. “Bukan
rajin Sob, tapi memang
harus. Kalau bukan kita,
siapa lagi?”, balas Risky.
“Tapi, ngemeng-ngemeng
itu sampah dari mana?
Bukankah kampus kita ini
selalu dibersihkan di waktu
sore?”. “Ini sampah dari
pohon itu”, tunjuk Risky
kepada asal mula ranting
pohon itu terjatuh. “Tadi
saat aku sampai, aku
melihat ranting pohon itu
berseseran di halaman
fakultas kita. karena
merusak pandangan dan
juga keindahan, aku berniat
untuk membuangnya
ketempat sampah”. “Tapi
buat apa sih kamu yang
bersihkan?, bukankan di
fakultas kita ini ada petugas
kebersihan”. “Aduh, kamu
ini bagaimana sih?.
meskipun sudah ada
petugas, bukan berarti kita
sebagai penghuni fakultas
diam saja melihat kondisi
halamanya kotor. kita kan
juga harus ikut andil dalam
menjadikan fakultas yang
kita cintai ini, menjadi
indah dan bebas dari
kotoran. kalau kampus kita
bersih, siapa juga yang akan
merasa nyaman ketika
proses belajar mengajar
berlangsung?, kita juga
kan”.
“Lagi pula Allah swt itu
mencintai yang indah-
indah. Ingat loh, kita ini
mahasiswa Jurusan Tafsir
dan Hadits, Fakultas
Ushuluddin. Jadi kita wajib
untuk bisa menjadi contoh
teladan bagi mahasiswa
jurusan lain. Alangkah
ruginya kita ini
mempelajari dan
mendalami isi AlQuran dan
AlHadits, bila tiada pernah
kita amalkan. Lagi pula
kebersihan itu juga
melandaskan kesucian hati
seseorang. Apalagi kita
sudah diajarkan oleh dosen
bahwa: “Allah itu indah,
dan Sesungguhnya Allah
itu mencintai yang Indah-
indah”. Nah, kalau kita
tidak buang sampah yang
berserakan itu, berarti kita
kotor dong. Allah swt tidak
akan pernah mencintai kita,
karena hati dan jiwa kita
terlihat kotor. Apakah kamu
mau seperti itu?”. sambung
Risky. “Iya juga ya”, balas
Firdaus.
Lalu mereka berempat
memasuki ruangan belajar
mereka. Di dalam ruangan,
mereka belajar pembahasan
tentang Adab dalam
menjaga lingkungan. Ketika
itu, dosen yang bernama
Faisal menjelaskan kepada
Risky dan teman-temannya
untuk selalu menjaga
lingkungan. Karena
menurutnya, menjaga
lingkungan merupakan
salah satu adab atau akhlak
manusia terhadap
lingkungan. Dosen
menjelaskan bahwa Adab di
dalam mejaga lingkungan
banyak caranya. Salah
CERPEN dan ARTIKEL MAHASISWA
Page 5
5
satunya ialah selalu
membersihkan kotoran-
kotoran yang ada. karena
dengan kita membersihkan
kotoran yang ada, maka kita
telah menjaga dan
menjadikan lingkungan
disekitar kita menjadi
bersih. Dengan demikian,
kita sudah mampu
menciptakan suatu
keindahan yang kita
harapkan.
“Pak, jika ada orang
yang malas untuk
melestarikan kebersihan,
apa konsekuensinya bila
ditinjau dalam ajaran
Islam?”. Tanya Risky pada
dosennya.
“Bagus pertanyaannya.
Manakala ada orang yang
malas dalam melestarikan
kebersihan. maka orang
tersebut telah menjadi
orang yang tidak
menjalankan kewajiban
dirinya sebagai seorang
muslim. Kewajiban seorang
muslim itu bukan saja
dalam hal Shalat, Puasa,
Zakat dan sebagainnya.
Akan tetapi kewajiban
seorang muslim, juga harus
menjaga dan merawat
lingkungan tempat
tinggalnya. contohnya:
Bukankah manusia itu
tinggal dan beristirahat di
dalam rumah? tentu
jawabannya iya. kalau
rumah yang menjadi tempat
kita beristirahat itu kotor
karena tidak dibersihkan,
maka kuman-kuman atau
sumber penyakit akan
berdatangan dan tinggal di
dalamnya. Orang itu
pastinya akan terkena
penyakit yang disebabkan
oleh kuman dan bakteri
tersebut. Otomatis secara
tidak sadar Orang itu telah
lalai dalam menjaga
kesehatannya. Tentunya hal
itu semua dapat menjadi
sebuah faktor penghambat
baginya untuk beribadah
kepada Allah swt”. Jawab
Pak Faisal.
“Nah, kalau begitu
terbukti bahwa di dalam
ajaran Islam, melestarikan
kebersihan itu sangatlah
dianjurkan.
Detik demi detik telah
mereka lewati. Waktu yang
berputar menandakan jam
kuliah pada hari itu telah
selesai. Risky dan teman-
temannya berlalu
meninggalkan ruangannya.
Karya: Muliadi Abd
Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin, UIN Ar-
Raniry.
Pahlawanku
Foto: Cut Nyak Dien
Derui angin yang sejuk
melambai, kisah cinta
terangkai di waktu senja,
bunga di taman semerbak
indahnya, kampusku
tercinta bagaikan istana.
Begitulah suasana di
kampus yang sangat Risky
cintai itu.
“Hari ini hari pahlawan
yaa” tanya firdaus kepada
Risky.
“iya sob, jika
menurutmu siapa pahlawan
yang sangat kamu suka”
“Kalau aku sih, Cut
Nyak Dien, sudah cantik
jadi pahlawan lagi”
“Dari mana kamu tau
beliau itu cantik, apa kamu
sudah pernah berjumpa
dengannya”
“Belum sih, tapi kan ada
photonya”
“hehehe, apa kamu
yakin itu photo asli beliau”
“entahlah, yang penting
beliau adalah seorang
pahlawan kita. Terus kalau
kamu siapa”
Page 6
6
“Kalau aku siiiiih,
dosen-dosenku semua yang
ada di kampus ini”
“loh, kenapa begitu...?”
“ya iya lah, coba kamu
berfikir, dari mana ilmu
yang kita dapatkan”
“dari mereka”
“nah itu kamu tau,
pahalwan itu menurut aku
bukan hanya pahlawan
yang terjun dalam medan
perperangan, akan tetapi
pahlawan itu juga ada
dalam dunia keilmuan, jika
tiada mereka, mungkin kita
ini akan menjadi orang
yang bodoh sepanjang
masa, dan kita juga akan
mudah terjerumus ke dalam
hal-hal yang di anggap
sesat, bila tiada di ajarkan
ilmu oleh mereka kepada
kita”
“iya juga ya, kenapa aku
tidak berfikir seperti itu”
“hehehe”
“Assalamu‟alaikum “
salam Lainun kepada Risky
dan Firdaus.
“Wa‟alaikum salam”
“Asik bener
perbincangan kalian,
hayooo, lagi ngegosipin
apa...hahaha”
“loh, siapa yang lagi
ngegosip, kita lagi
ngomongin tentang
pahlawan kok” jawab
Firdaus
“iya.iya, becanda pun
tak boleh, hehehe.
Memengnya pahlawan apa
yang kalian bicarakan ?
balas Lainun.
“alah, anak kecil mau
tau aja...hahaha” balas
Firdaus.
“kalian gitu banget sih,
“ jawab lainun sambil
mengambek.
“hmm, ada-ada saja
kalian, udah ah, jangan asik
bercanda. Begini Lainun,
kami tadi membicarakan
perihal pahlawan-pahlawan
yang kami suka, jika
Firdaus suka kepada
pahlawan kita cut nyak
dien, akan tetapi jika Risky
sendiri sih, selain
mengidolakan pahlawan
medang perang seperti yang
telah disebutkan oleh
Firdaus, aku juga
mengidolakan pahlawan di
medan ilmu pengetahuan,
seperti dosen-dosen atau
guru-guru kita, gitu Lainun”
sambung Risky
menjelaskan.
“Oooooo, gitu...”
“Jika begitu, bagaimana
kira-kira cara kita untuk
menghormati para
pahlawan yang berada di
medan peperangan dengan
pahlawan yang lebih berada
di dalam medan ilmu
pengetahuan” tanya Lainun.
“sangat banyak, , ,salah
satunya ialah kita benar-
benar menyimak ilmu yang
diberikan kepada kita disaat
dosen atau guru
menerangkan, kemudian
jika untuk pahlawan di
medan pertempuran caranya
ialah dengan menjaga
pusaka yang telah mereka
perjuangkan dan
meneruskan perjuangan
mereka yaitu membangun
peradaban negeri yang
makmur sejahtera dan
tenteram” jawab Risky
“loh, bukankah itu tugas
pemerintah ???”
“Lainun, tugas
membangun peradaban itu
bukan hanya tugas
pemerintah, tapi itu juga
menjadi tugas penting bagi
kita, kita kan punya hak dan
kewajiban atas warga
negara, jika inginkan hak
tentu laksanakan terlebih
dahulu kewajiban kita, jika
kita sebagai mahasiswa
harus belajar ilmu
pengetahuan itu dengan
baik, karena dengan
demikian ilmu yang sudah
dituntut di masa sekarang,
Page 7
7
bisa diaplikasikan kepada
negara kita di masa depan.”
Sambung Risky kembali
“iya yaa, npa aku tidak
berpikiran seperti itu ya”
“hehehe. Makanya
banyakin online daripada
ngebaca buku” balas
Firdaus
“hmm, udah-udah, asik
berantem aja, nanti jadi
cinta loh, hehehe” Ujar
Risky
“Ih, siapa yang mau
sama orang macem dia,
amit-amit deh” balas
Lainun
“siapa juga yang mau
sama kamu ?” kata Firdaus
“hahahahaha, ada-ada
saja kalian ini, udah-udah
ah, kalian itu kok ga pernah
akur sieh, gimana mau jadi
seperti pahlawan jika kalian
terus seperti ini, ingat
bersatu kita teguh, bercerai
kita runtuh hahahahaha”
balas Risky
***
Setelah pembicaraan
tersebut, mereka kembali
memasuki perkuliahan yang
kedua, pada kesempatan
kali ini sang dosen yang
senior bernama Pak Arief
memberikan mata
kuliahnya tentang peran
pahlawan sebagai agent of
change, atau biasa disebut
pelopor perubahan. Beliau
menjelaskan tentang
pahlawan tersebut yang
merupakan pahlawan di
bidang ilmu pengetahuan,
seorang dosen atau orang
yang sering memberikan
ilmu untuk mahasiswa juag
disebut dengan pahlawan,
dikarenakan beliau
mengajarkan dan
menerapkan ilmu yang
dipelajari untuk
dikembangkan, dengan
demikian beliau telah
menjadi pelopor perubahan
dengan ilmu yang telah
disaurkan kepada kita.
“Pak, kalau demikian
bagaimana kita memaknai
agent of change itu sebagai
pahlawan, sedangkan agent
itu kan agen honda yang
membantu dengan
mengharap pamrih” tanya
Ilham
“ Hmm, bila kita
menilai agent of change itu
hanya sebatas seperti yang
Ilham katakan maka agent
itu jadi agen honda saja,
namun yang sebenarnya
agent of change itu bukan
hanya berarti demikian,
melainkan bisa berarti
pelopor yang membawa
perubahan” sambung Pak
Arief.
***
“Ah, pahlawan mmm,
apa aku bisa ya seperti
mereka, rasanya ingin
banget jadi pahlawan yang
mau membantu orang yang
lemah, gimana caranya ya,
lihat anjing menggonggong
saja jadi takut, apalagi mau
melawan penjahat, huuuh”
Cerutu Firdaus dalam hati
“kenapa sob, asik
melamun aja ???” tanya
Risky
“Ky, aku mikir pengen
dech jadi pahlawan, tapi
gimana mau jadi pahlawan
coba, lihat anjing saja jadi
takut”
“Firdaus, ini aku kasih
tau sama kamu ya,
pahlawan itu tidak hanya
orang yang memiliki tenaga
seperti superhiro, superman
lah, atau semacamnya. tapi
pahlawan itu bisa juga
disebut bila orang itu
mampu membawa
perubahan yang menjadi
lebih baik pada suatu
tempat yang ia kehendaki,
kan sudah dijelaskan oleh
pak Arief seorang pahlawan
itu juga sama halnya
dengan agent of change”
Page 8
8
“oh, iya ya, kenapa aku
jadi lupa gitu yaaa Ky”
“hahaha, asik mikir
yang tidak-tidak kali tuh
daus”
“hahaha, iya juga kali
Ky”
***
Akhirnya mereka
mendapatkan ilmu yang
sangat bermakna. Risky,
Lainun, Ilham dan Firdaus
serta kawan yang lainpun
terasa bahagia, karena
betapa besar ilmu yang
mereka dapatkan hari ini.
Karya: Muliadi Abd
Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin, UIN Ar-
Raniry.
Rahmat Allah
Mengatasi
Murkanya
Foto: Ilustrasi
ع ات ششج سض اهللا ع
لال سسل هللا صه هللا : لال
ا خهك هللا انخهك :عهى سهى ن
ف عذ فق , كتة ف كتاب
سحت تغهة : انعشش إ
غهثت : ف ساح ).غضث
سثمت : ف ساح . غضث
ع ات ششج سض (غضث
لال سسل هللا : اهللا ع لال
ا خهك :صه هللا عهى سهى ن
,هللا انخهك كتة ف كتات
كتة عه فس ضع
سحت : عذ عه انعشش إ
: سا انثخاس). تغهة غضث
ع ات ششج سض 7404
لال سسل هللا : اهللا ع لال
ا لض :صه هللا عهى سهى ن
هللا انخهك كتة ف كتات عه
:ف يضع عذ , فس إ
سحت تغهة غضث
Menurut Abi Dzar
yang terdapat dalam kitab
Syarah Hadits Fathul Bari,
pada potongan hadits
كتة عه فس كتة ف كتات
ada pendapat yang
mengatakan tanpa menulis
huruf () waw. Maka
menurutnya jumlah atau
kalimat ini dinamakan
dengan jumlah haliyyah.
Kemudian pada
potongan hadits كتة عه
itu merupakan bayaan فس
(penjelas) dari lafaz كتة.
Lalu pada lafadz ضع dapat
dibaca dengan dua cara,
yaitu dengan fathah ضع
dan dapat juga dibaca
dengan sukun يضع.
Dalam hal ini, digambarkan
oleh I‟yadh dari riwayat
Abi Dzar bahwa ضع
dengan fathah itu
merupakan fi‟il madhi yang
mabni bagi fa‟il.
Kemudian juga,
riwayatnya dalam penulisan
yang mu‟tamad (kuat) dapat
dibaca dengan kasrah dhah
beserta tanwin ضعع. Pada
sabda Rasulullah saw: كتة
yaitu, Allah ف كتاب
memerintahkan Qalam
untuk mencatat dalam
kitab-Nya. Maksud dari itu
adalah: Pencatatan tersebut
Page 9
9
bukan bertujuan agar Dia
tidak lupa, tapi ini
merupakan bentuk
perhatian atas besarnya
urusan itu. Di atas Arsy,
ilmu itu di sisi-Nya tertulis
dan disembunyikan dari
seluruh makhluq.
Kemudian maksud
dari kalam Allah سحت إ
:ialah تغهة غضث
Kemurkaan merupakan
ketetapan dari murka.
Maksud dari kalimat di atas
ialah menimpakan siksa
kepada orang yang terkena
murka-Nya. Dalam hal ini,
mendahului dan
memenangkan itu dengan
melihat kepada ta‟alluq-
Nya, yaitu ta‟alluq rahmat
lebih kuat dari pada ta‟alluq
murka. Oleh karenanya
rahmat itu merupakan
ketetapan-Nya, sedangkan
murka itu tergantung
kepada amal hamba-Nya.
Ada beberapa ayat
yang berhubungan dengan
hadits tersebut. Diantaranya
ialah surah al-An‟am, ayat
54 yang tertera sebagai
berikut:
Artinya: “Apabila orang-
orang yang beriman kepada
ayat-ayat kami itu datang
kepadamu, Maka
Katakanlah: "Salaamun
alaikum‟‟. Tuhanmu telah
menetapkan atas Diri-Nya
kasih sayang, (yaitu)
bahwasanya barang siapa
yang berbuat kejahatan di
antara kamu lantaran
kejahilan, kemudian ia
bertaubat setelah
mengerjakannya dan
Mengadakan perbaikan,
Maka Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”.
Penjelasannya ialah:
ح ح انش كتة ستكى عه فس
“Rabbmu telah menetapkan
atas diri-Nya kasih sayang
(rahmat)”. Ayat ini
menunjukkan sifat kitabah
dan sifat rahmat bagi Allah.
Kemudian surah Thaha ayat
عه انعشش :5 ح انش
Rabb Yang (Yaitu)“است
Maha Pemurah. Yang
menetap tinggi di atas
„Arsy”. Lalu surah al-Kahfi
ayat 58: ستك انغفس ر
ح ح Dan Rabbmulah“ انش
yang Maha Pengampun,
lagi mempunyai rahmat”.
At-Turbusyi dalam
kitab Bad‟ul Khalqi
mengatakan bahwa, dalam
mendahulukan Rahmat ada
Page 10
10
keterangan makhluq itu
lebih banyak mendapat
keadilan dalam rahmat dari
pada dalam siksa. Hal itu
dikarenkan rahmat Allah
akan didapat meskipun dia
tidak berhak, tetapi
kemurkaan itu akan
diterima oleh orang yang
berhak.
Di dalam Fathul
Bari, hadits di atas
menjelaskan bahwa rahmat
Allah ta‟ala lebih dahulu
ada dan lebih luas daripada
murka-Nya. Hal itu
disebabkan rahmat Allah
ta‟ala adalah sifat yang
sudah melekat pada diri-
Nya (sifat dzatiyyah) dan
diberikan kepada makhluk-
Nya tanpa sebab apapun.
Dengan kata lain, walaupun
tidak pernah ada jasa dan
pengorbanan dari makhluk-
Nya, pada asalnya Allah
ta‟ala tetap sayang kepada
makhluk-Nya. Dia
menciptakannya, memberi
rizki kepadanya dari sejak
dalam kandungan, ketika
penyusuan, sampai dewasa,
walaupun belum ada amal
darinya untuk Allah ta‟ala.
Sementara murka-
Nya timbul dengan sebab
pelanggaran dari makhluk-
Nya. Maka dari itu, rahmat
Allah ta‟ala sudah tentu
mendahului murka-Nya.
Dari hadits di atas juga
menunjukkan betapa
luasnya rahmat Allah yang
diberikan kepada makhluk-
Nya. Berikut kami
sampaikan beberapa
riwayat yang berkaitan
dengan luasnya rahmat
Allah ta‟ala.
Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu„anhu berkata:
Saya mendengar Rasulullah
shallallahu „alaihi wasallam
bersabda,“Allah
menjadikan rahmat (kasih
sayang) itu seratus bagian,
lalu Dia menahan di sisi-
Nya 99 bagian dan Dia
menurunkan satu bagiannya
ke bumi. Dari satu bagian
inilah seluruh makhluk
berkasih sayang sesamanya,
sampai-sampai seekor kuda
mengangkat kakinya karena
takut menginjak anaknya.”
Dari Umar bin Al Khattab
radhiyallahu „anhu, beliau
menuturkan: Rasulullah
shallallahu „alaihi wasallam
kedatangan rombongan
tawanan perang. Di tengah-
tengah rombongan itu ada
seorang ibu yang sedang
mencari-cari bayinya.
Tatkala dia berhasil
menemukan bayinya di
antara tawanan itu, maka
dia pun memeluknya erat-
erat ke tubuhnya dan
menyusuinya. Rasulullah
shallallahu „alaihi wasallam
bertanya kepada kami,
“Apakah menurut kalian
ibu ini akan tega
melemparkan anaknya ke
dalam kobaran api?” Kami
menjawab, “Tidak
Page 11
11
mungkin, demi Allah.
Sementara dia sanggup
untuk mencegah bayinya
terlempar ke dalamnya.”
Maka Rasulullah
shallallahu „alaihi wasallam
bersabda, “Sungguh Allah
lebih sayang kepada
hamba-hamba-Nya
daripada ibu ini kepada
anaknya.
Salah satu bentuk
luasnya rahmat Allah
adalah luasnya ampunan
Allah bagi para hamba-Nya
yang pernah melakukan
kemaksiatan kepada Allah
dengan cacatan selama
hamba tersebut mau
bertaubat.
Allah ta‟ala
berfirman dalam surah az-
Zumar ayat 53:
انز لم ا عثاد
ا عه افسى ال تمطا اسشف
ي سحح اهللا اع هللا غفز
انغفس انزب جعا اع
Katakanlah: “Hai“ انشحى
hamba-hamba-Ku yang
malampaui batas terhadap
diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus
asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha
Penyayang.”
Ibnu Katsir
Rahimahullah menafsirkan
ayat di atas, “Ayat yang
mulia ini berisi seruan
kepada setiap orang yang
berbuat maksiat baik
kekafiran dan lainnya untuk
segera bertaubat kepada
Allah. Ayat ini
mengabarkan bahwa Allah
akan mengampuni seluruh
dosa bagi siapa yang ingin
bertaubat dari dosa-dosa
tersebut, walaupun dosa
tersebut amat banyak,
bagaikan buih di lautan.”
Kemudian beliau
menambahkan, “Berbagai
hadits menunjukkan bahwa
Allah mengampuni setiap
dosa (termasuk pula
kesyirikan) jika seseorang
mau bertaubat. Janganlah
seseorang berputus asa dari
rahmat Allah, walaupun
begitu banyak dosa yang ia
lakukan karena pintu taubat
dan rahmat Allah begitu
luas.”
Kemudian dari Anas
Radhiyallahu „anhu, Saya
mendengar Rasulullah
shalallahu „alaihi wasallam
bersabda, Allah ta‟ala
berfirman, “Hai anak
Adam, sungguh seandainya
kamu datang menghadapKu
dengan membawa dosa
sepenuh bumi, dan kau
datang tanpa
menyekutukan-Ku dengan
sesuatupun. Sungguh Aku
akan mendatangimu dengan
ampunan sepenuh bumi
pula.” (HR. Tirmidzi,
hasan) Banyak manusia
yang terlena karena luasnya
Page 12
12
rahmat dan kasih sayang
Allah terhadapnya,
sehingga menjadikan dia
merasa aman dari
datangnya murka Allah
disebabkan dosa dan
kemaksiatan yang ia
lakukan.
Perlu diingat bahwa:
kemurkaan Allah bisa
datang berupa adzab dan
siksa baik di dunia maupun
di akhirat. Allah ta‟ala
berfirman, افايا يكش هللا فال
اي يكش هللا ااال انمو
Maka apakah“ انخاسش
mereka aman dari adzab
Allah (yang tidak terduga-
duga datangnya)? Tiadalah
yang merasa aman dari
adzab Allah kecuali orang-
orang yang merugi.” (QS.
Al A‟raf: 99).
Ayat tersebut
menjelaskan bahwa diantara
sifat orang-orang musyrik
adalah mereka merasa aman
dari siksa Allah dan tidak
merasa takut dari siksa-
Nya. Maka hakikat adzab
(makar) Allah ta‟ala ialah
Allah memberikan
kelonggaran kepada
seorang hamba yang
senantiasa berbuat dosa dan
maksiat dengan
memudahkan urusannya
(dalam bermaksiat)
sehingga dia benar-benar
merasa aman dari murka
dan siksa-Nya.
Dalam hal ini Allah
berfirman:
فها سا يا ركشا ت فتحا
عهى اتاب كم شئ حت إرا
فشحا تا أت أخزاى تغتح
فاءرا ى يثهس
“Maka ketika
mereka melupakan
peringatan yang telah
diberikan kepada mereka,
Kami pun membukakan
semua pintu-pintu
kesenangan untuk mereka,
Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong. Maka
ketika itu mereka terdiam
dan berputus asa.” (QS. Al
An'am: 44).
Ditulis oleh: Muhammad
Iqbal, Mahasiswa angkatan
2011, Jurusan Tafsir Hadits,
Fakultas Ushuluddin.
Editor: Muliadi Abd.
Buletin Edisi UTH
Pembina: Dr. Abdul
Wahid, M.Ag.
Ketua: Muliadi Abd
Wakil: Muhammad
Iqbal
Penulis:
Muliadi Abd
Muhammad Iqbal
Note: Bagi mahasiswa yang
punya tulisan berupa opini,
artikel, cerpen, pantun, dsb
kirim ke inbox facebook
(Muliadi Ady Uth) dalam
bentuk file. Tulisan dalam
bentuk Times New Roman.
HMJ-UTH