Top Banner

of 17

Akad-Akad Dalam Bank Syariah

Feb 11, 2018

Download

Documents

ardywijaya27
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    1/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    63

    BAB 5AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    A. ANTARA WAAD DENGAN AKAD

    Fikih muamalat Islam membedakan antara waaddengan akad.Waadadalah janji (promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya,sementara akadadalah kontrak antara dua belah pihak. Waad hanyamengikat satu pihak, yakni pihak yang memberi janji berkewajibanuntuk melaksanakan kewajibannya. Sedangkan pihak yang diberi janji

    tidak memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainnya. Dalamwaad, terms and condition-nya belum ditetapkan secara rinci danspesifik (belum well defined). Bila pihak yang berjanji tidak dapatmemenuhi janjinya, maka sanksi yang diterimanya lebih merupakan

    sanksimoral.

    Di lain pihak, akad mengikat kedua belah pihak yang salingbersepakat, yakni masing-masing pihak terikat untuk melaksanakankewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati terlebihdahulu. Dalam akad, terms and condition-nya sudah ditetapkan secararinci dan spesifik (sudah well-defined). Bila salah satu atau keduapihak yang terikat dalam kontrak itu tidak dapat memenuhikewajibannya, maka ia/mereka menerima sanksi seperti yang sudahdisepakati dalam akad.

    Waad:1.Janji (promise) antara satu pihak kepada pihak

    lainnya (hanya mengikat satu pihak)one-way.

    2.Terms & Condition-nya tidak well-defined; atau

    3.Belum ada kewajiban yang ditunaikan oleh pihak

    manapun, walaupun terms & condition-nya sudah

    well-defined

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    2/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    64

    B. ANTARA TABARRU DENGAN TIJARAH

    Selanjutnya, dari segi ada atau tidak adanya kompensasi, fikihmuamalat membagi lagi akad menjadi dua bagian, yakni akadtabarrudan akad tijarah/muawadah.

    I. AKAD TABARRUAkad tabarru (gratuitous contract) adalah segala macam

    perjanjian yang menyangkut not-for profit transaction (transaksi nir-laba). Transaksi ini pada hakekatnya bukan transaksi bisnis untukmencari keuntungan komersil. Akad tabarrudilakukan dengan tujuantolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan (tabarruberasal darikata birr dalam bahasa Arab, yang artinya kebaikan). Dalam akadtabarru, pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhakmensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dariakad tabarru adalah dari Allah SWT, bukan dari manusia. Namundemikian, pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh memintakepada counter-part-nya untuk sekadar menutupi biaya (cover thecost) yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad tabarru

    tersebut. Tapi ia tidak boleh sedikitpun mengambil laba dari akadtabarru itu. Contoh akad-akad tabarruadalah qard, rahn, hiwalah,wakalah, kafalah, wadiah, hibah,waqf, shadaqah,hadiah, dll.

    Pada hakekatnya, akad tabarru adalah akad melakukan kebaikanyang mengharapkan balasan dari Allah SWT semata. Itu sebabnya

    akad ini tidak bertujuan untuk mencari keuntungan komersil.

    Konsekuensi logisnya, bila akad tabarru dilakukan denganmengambil keuntungan komersil, maka ia bukan lagi akad tabarru.

    Ia akan menjadi akad tijarah.

    Bila ia ingin tetap menjadi akad tabarru, maka ia tidak boleh

    mengambil manfaat (keuntungan komersil) dari akad tabarrutersebut. Tentu saja ia tidak berkewajiban menanggung biaya yangtimbul dari pelaksanaan akad tabarru. Artinya, ia boleh meminta

    pengganti biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan akad tabarru.

    Memerah susu kambing sekedar untuk biaya memeliharakambingnya, merupakan ungkapan yang dikutip dari hadits ketikamenerangkan akad rahn yang merupakan salah satu akad tabarru.

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    3/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    65

    Gambar 5.1. Skema Akad Tabarru

    Gambar 5.1. di atas memberikan skema akad-akad tabarrutersebut. Pada dasarnya, akad tabarruini adalah memberikan sesuatu(giving something) atau meminjamkan sesuatu (lendingsomething).

    Bila akadnya adalah meminjamkan sesuatu, maka objekpinjamannya dapat berupa uang (lending $) atau jasa kita (lending

    Akad Tabarrugiving/lending something

    giving something hibah, shadaqah, waqf, etc.

    lending $

    lending yourself

    lending $ Qard

    Rahnlending $ + collateral

    hiwalahlending $ to take overloan from other party

    wakalahlending yourself nowto dosomething on behalfof others

    wadiahwakalah, by specifying the job,i.e. to provide custody

    kafalahcontingent wakalah,i.e. preparing yourself

    to do something if something happens

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    4/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    66

    yourself). Dengan demikian, kita mempunyai 3 (tiga) bentuk umumakad tabarru, yakni:

    1. Meminjamkan Uang (lending $)2. Meminjamkan Jasa Kita (lending yourself)3. Memberikan sesuatu (giving something)

    Ad. 1. Meminjamkan Uang (lending $)Akad meminjamkan uang ini ada beberapa macam lagi jenisnya,

    setidaknya ada 3 jenis, yakni sebagai berikut. Bila pinjaman inidiberikan tanpa mensyaratkan apapun, selain mengembalikan

    pinjaman tersebut setelah jangka waktu tertentu maka bentukmeminjamkan uang seperti ini disebut dengan qard.1

    Selanjutnya, jika dalam meminjamkan uang ini si pemberipinjaman mensyaratkan suatu jaminan dalam bentuk atau jumlahtertentu, maka bentuk pemberian pinjaman seperti ini disebut dengan

    rahn.

    Ada lagi suatu bentuk pemberian pinjaman uang, di manatujuannya adalah untuk mengambil alih piutang dari pihak lain.

    Bentuk pemberian pinjaman uang dengan maksud seperti ini disebuthiwalah.

    Jadi, ada tiga bentuk akad meminjamkan uang, yakni qard, rahn,dan hiwalah.

    Ad. 2. Meminjamkan Jasa Kita (lending yourself)Seperti akad meminjamkan uang, akad meminjamkan jasa juga

    terbagi menjadi 3 jenis. Bila kita meminjamkan diri kita (yakni jasakeahlian/keterampilan, dsb) saat ini untuk melakukan sesuatu atasnama orang lain, maka hal ini disebut wakalah. Karena kita melakukansesuatu atas nama orang yang kita bantu tersebut, maka sebenarnya

    kita menjadi wakil orang itu. Itu sebabnya akad ini diberi namawakalah.

    Selanjutnya, bila akad wakalah ini kita rinci tugasnya, yakni bilakita menawarkan jasa kita untuk menjadi wakil seseorang, dengan

    1 Istilah qard ini jangan dicampuradukkan dengan istilah qard al-hasan, karena

    keduanya berbeda. Qardadalah akad untuk meminjamkan uang. Sedangkan qard al-hasanpada hakekatnya adalah sedekah, karena akad ini tidak mensyaratkan bahwauang yang diberikan harus dikembalikan.

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    5/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    67

    tugas menyediakan jasa custody (penitipan, pemeliharaan), makabentuk peminjaman jasa seperti ini disebut akad wadiah.

    Ada variasi lain dari akad wakalah, yakni contingent wakalah(wakalah bersyarat). Dalam hal ini, maka kita bersedia memberikanjasa kita untuk melakukan sesuatu atas nama orang lain,jika terpenuhikondisinya, atau jika sesuatu terjadi. Misalkan, seorang dosenmenyatakan kepada asistennya demikian: Anda adalah asisten saya.Tugas Anda adalah menggantikan saya mengajar bila sayaberhalangan.. Dalam kasus ini, yang terjadi adalah wakalahbersyarat. Asisten hanya bertugas mengajar (yakni melakukansesuatu atas nama dosen) bila dosen berhalangan (yakni bila terpenuhikondisinya, jika sesuatu terjadi). Jadi asisten ini tidak otomatismenjadi wakil dosen. Wakalah bersyarat ini dalam terminologi fikihdisebut sebagai akad kafalah.

    Dengan demikian, ada 3 (tiga) akad meminjamkan jasa, yakni:

    wakalah, wadiah, dan kafalah.

    Ad. 3. Memberikan sesuatu (giving something)

    Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah akad-akad sebagaiberikut: hibah,waqf, shadaqah,hadiah, dll. Dalam semua akad-akadtersebut, si pelaku memberikan sesuatu kepada orang lain. Bilapenggunaannya untuk kepentingan umum dan agama, maka akadnyadinamakan waqf. Objekwaqf ini tidak boleh diperjualbelikan begitudinyatakan sebagai aset waqf. Sedangkan hibahdan hadiahadalahpemberian sesuatu secara sukarela kepada orang lain.

    Begitu akad tabarrusudah disepakati, maka akad tersebut tidakboleh dirubah menjadi akad tijarah (yakni akad komersil, yang akansegera kita bahas) kecuali ada kesepakatan dari kedua belah pihakuntuk mengikatkan diri dalam akad tijarah tersebut. Misalkan Banksetuju untuk menerima titipan mobil dari nasabahnya (akad wadiah,dengan demikian bank melakukan akad tabarru), maka bank tersebutdalam perjalanan kontrak tersebut tidak boleh merubah akad tersebutmenjadi akad tijarahdengan mengambil keuntungan dari jasa wadiahtersebut.

    Sebaliknya, jika akad tijarahsudah disepakati, maka akad tersebutboleh dirubah menjadi akad tabarrubila pihak yang tertahan haknyadengan rela melepaskan haknya, sehingga menggugurkan kewajibanpihak yang belum menunaikan kewajibannya.

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    6/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    68

    Gambar 5.2. Tijarah dan Tabarru

    Fungsi Akad TabarruAkad tabarru ini adalah akad-akad untuk mencari keuntungan

    akhirat, karena itu bukan akad bisnis. Jadi, akad ini tidak dapatdigunakan untuk tujuan-tujuan komersil. Bank syariah sebagailembaga keuangan yang bertujuan untuk mendapatkan laba tidak

    dapat mengandalkan akad-akad tabarru untuk mendapatkan laba.Bila tujuan kita adalah mendapatkan laba, maka gunakanlah akad-akadyang bersifat komersil, yakni akad tijarah. Namun demikian, bukanberarti akad tabarru sama sekali tidak dapat digunakan dalamkegiatan komersil. Bahkan pada kenyataannya, penggunaan akad

    tabarru sering sangat vital dalam transaksi komersil, karena akadtabarru ini dapat digunakan untuk menjembatani atau memperlancarakad-akad tijarah.

    II. AKAD TIJARAHSeperti yang telah kita singgung di atas, berbeda dengan akad

    tabarru, maka akad tijarah/muawadah (compensational contract)adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for profit

    transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan mencarikeuntungan, karena itu bersifat komersil. Contoh akad tijarahadalahakad-akad investasi, jual-beli, sewa-menyewa, dll. Gambar 5.3.(Skema Akad-Akad) di bawah ini memberikan ringkasan yangkomprehensif mengenai akad-akad yang lazim digunakan dalam fikihmuamalah dalam bidang ekonomi.

    Tijarah

    TabarruXTidak boleh

    boleh

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    7/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    69

    Gambar 5.3. Skema Akad-Akad

    Pertama-tama kita harus membedakan antara waddengan akad(sudah kita bahas di bagian sebelumnya). Selanjutnya, akad initerbagi menjadi dua kelompok besar, yakni akad tabarru (akad

    Waad

    Akad

    TabarruNot for profit

    transaction

    TijarahFor profit transaction

    1.Qard2.Wadiah3.Wakalah4.Kafalah5.Rahn

    6.Hibah7.Waqf 1. Musyarakah

    (wujuh, inan, abdan,

    muwafadhah,

    mudharabah)

    2. Muzaraah3. Musaqah4. Mukhabarah

    Natural CertaintyContracts

    NaturalUncertaintyContracts

    1. Murabahah2. Salam3. Istishna4. Ijarah

    Teori

    Pertukaran

    Teori

    Percampuran

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    8/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    70

    kebaikan) dan akad tijarah(akad bisnis). Akad tabarrudapat berupamemberikan sesuatu atau meminjamkan sesuatu (uang atau jasa).

    Kemudian, berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang

    diperolehnya, akad tijarahpun dapat kita bagi menjadi dua kelompokbesar, yakni:

    1. Natural Uncertainty Contracts;dan2. Natural Certainty Contracts

    Bagian C berikut ini akan membahas kedua bentuk akad di atasdengan lebih rinci.

    C. ANTARA NATURAL UNCERTAINTY DENGANNATURAL CERTAINTY CONTRACTS

    Dalam bab 4 kita telah menyinggung konsep natural certaintycontracts (NCC) dan natural uncertainty contracts (NUC) dalamkaitannya dengan teori pertukaran dan teori percampuran. Dalambentuk yang pertama, cash flowdan timing-nya bisa diprediksi denganrelatif pasti, karena sudah disepakati oleh kedua belah pihak yang

    bertransaksi di awal akad (fixed and predetermined). Sedangkandalam bentuk yang kedua sebaliknyalah yang terjadi, yakni cash flowdan timing-nya tidak pasti karena sangat bergantung pada hasilinvestasi. Tingkat return investasinya bisa positif, negatif, atau nol(not fixed and not predetermined).

    I. Natural Certainty Contracts (NCC)Dalam NCC, kedua belah pihak saling mempertukarkan aset yang

    dimilikinya, karena itu objek pertukarannya (baik barang maupun jasa)pun harus ditetapkan di awal akad dengan pasti, baik jumlahnya(quantity), mutunya (quality), harganya (price), dan waktupenyerahannya (time of delivery). Jadi, kontrak-kontrak ini secarasunnatullah (by their nature) menawarkan return yang tetap dan

    pasti. Yang termasuk dalam kategori ini adalah kontrak-kontrak jual-beli, upah-mengupah, sewa-menyewa, dll, yakni sebagai berikut:

    a. Akad Jual-Beli (Al-Bai. Salam, dan Istishna)b. Akad Sewa-Menyewa (Ijarah dan IMBT)

    Dalam akad-akad di atas, pihak-pihak yang bertransaksi salingmempertukarkan asetnya (baik real assets maupun financial assets).Jadi masing-masing pihak tetap berdiri-sendiri (tidak saling bercampur

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    9/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    71

    membentuk usaha baru), sehingga tidak ada pertanggungan resikobersama. Juga tidak ada percampuran aset si A dengan aset si B.Yang ada misalnya adalah si A memberikan barang ke B, kemudian

    sebagai gantinya B menyerahkan uang kepada A. Di sini barangditukarkan dengan uang, sehingga terjadilah kontrak jual-beli (al-bai).

    a. Akad Jual-Beli (Al-Bai. Salam, dan Istishna)Gambar 5.4. berikut ini memberikan skema akad jual-beli (al-Bai).

    Pada dasarnya ada 4 (empat) bentuk akad al-Bai, yakni:

    1. al-Bai naqdan2. al-Bai Muajjal3. Salam4. Istishna

    al-Bai naqdanadalah akad jual beli biasa yang dilakukan secaratunai. (Al-Bai berarti jual beli, sedangkan naqdan artinya tunai).Dalam gambar 5.3 di atas terlihat bahwa baik uang maupun barang

    diserahkan di muka pada saat yang bersamaan, yakni di awal transaksi(tunai).

    Jual-beli dapat juga dilaksanakan tidak secara tunai, tapi dengancicilan. Jual beli cicilan ini disebut al-bai muajjal. Pada jenis ini,barang diserahkan di awal periode, sedangkan uang dapat diserahkanpada periode selanjutnya. Pembayaran ini dapat dilakukan secaracicilan selama periode hutang, atau dapat juga dilakukan secarasekaligus (lump-sum) di akhir periode.

    Kita juga mengenal suatu akad jual beli, di mana si penjualmenyatakan dengan terbuka kepada si pembeli mengenai tingkatkeuntungan yang diambilnya. Bentuk jual-beli seperti ini dinamakan

    murabahah (terambil dari kata bahasa Arab ribhu= keuntungan).Dalam ilmu fikih, akad murabahah ini pada mulanya digunakan untukbertransaksi dengan anak kecil atau dengan orang yang kurang

    akalnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari mereka dari penipuan.Dewasa ini, akad murabahahpun digunakan dalam praktek perbankansyariah, karena nasabah diasumsikan tidak begitu mengetahui teknisperhitungan bagi hasil (dengan demikian dapat dianalogikan sebagaiorang yang kurang mengerti, seperti anak kecil). Jadi bank syariahmemberitahukan tingkat keuntungan yang diambilnya kepadanasabah.

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    10/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    72

    Bentuk jual beli yang ketiga adalah jual beli salam. Dalam jual-belijenis ini, barang yang ingin dibeli biasanya belum ada (misalnya masihharus diproduksi). Jual beli salam adalah kebalikan dari jual belimuajjal. Dalam jual beli salam, uang diserahkan sekaligus di mukasedangkan barangnya diserahkan di akhir periode pembiayaan.

    Gambar 5.4. Akad Al-Bai

    Bentuk jual beli yang terakhir adalah jual beli istishna. Akadistishna sebenarnya adalah akad salam yang pembayaran atasbarangnya dilakukan secara cicilan selama periode pembiayaan (jaditidak dilakukan secara lump-sumdi awal).

    Rp

    Al-Bai Naqdan

    Rp

    Salam

    Rp RpRp Rp

    Bai muajjal

    Istishna

    Rp RpRp RpRp

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    11/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    73

    Akad-akad al-Bai ini akan kita bahas lebih lanjut di bab 7 ketikakita membicarakan pembiayaan murabahah.

    b. Akad Sewa-Menyewa (Ijarah dan IMBT)Selain akad jual beli, dalam NCC ada pula akad sewa menyewa,

    yakni akad ijarah, ijarah muntahia bittamlik (IMBT), dan jualah.Skema akad sewa-menyewa ini diberikan pada gambar 5.5. di bawah

    ini.

    Gambar 5.5. Akad Al-Ijarah

    Ijarah adalah akad untuk memanfaatkan jasa, baik jasa atasbarang ataupun jasa atas tenaga kerja. Bila digunakan untukmendapatkan manfaat barang, maka disebut sewa-menyewa.Sedangkan jika digunakan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja,disebut upah-mengupah. Sedangkan jualahadalah akad ijarahyang

    pembayarannya didasarkan atas kinerja (performance) objek yangdisewa/diupah. Pada ijarah, tidak terjadi perpindahan kepemilikanobjekijarah. Objekijarahtetap menjadi milik yang menyewakan.

    Namun demikian, pada zaman modern ini muncul inovasi barudalam ijarah, di mana si peminjam dimungkinkan untuk memiliki objek

    ijarahnya di akhir periode peminjaman. Ijarah yang membuka

    Ijarahno transferof title

    Rp Rp Rp Rp Rp

    IMBTtransfer of title atthe end of period

    Rp Rp Rp Rp Rp

    promise to sell orhibah at thebeginning of period

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    12/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    74

    kemungkinan perpindahan kepemilikan atas objek ijarahnya ini disebutsebagai Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT).

    Akad-akad al-Ijarahini akan kita bahas lebih lanjut di bab 8 ketikakita membicarakan pembiayaan ijarah dan IMBT.

    II. Natural Uncertainty Contracts (NUC)

    Dalam NUC, pihak-pihak yang bertransaksi saling mencampurkanasetnya (baik real assets maupun financial assets) menjadi satukesatuan, dan kemudian menanggung resiko bersama-sama untukmendapatkan keuntungan. Di sini, keuntungan dan kerugian

    ditanggung bersama. Karena itu, kontrak ini tidak memberikankepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah (amount)maupun waktu (timing)-nya. Yang termasuk dalam kontrak ini adalahkontrak-kontrak investasi. Kontrak investasi ini secara sunnatullah(by their nature)tidak menawarkan return yang tetap dan pasti. Jadisifatnya tidak fixed and predetermined.

    Contoh-contoh NUC adalah sebagai berikut:a. Musyarakah

    (wujuh, inan, abdan, muwafadhah, mudharabah)b. Muzaraahc. Musaqahd. Mukhabarah

    Gambar 5.5. berikut ini memberikan ikhtisar akad-akad NUC di atas.

    Akad musyarakah(atau disebut juga syirkah) mempunyai 5 (lima)variasi, yakni: mufawadhah, inan, wujuh, abdan, dan mudharabah.Dalam syirkah mufawadhah, para pihak yang berserikatmencampurkan modal dalam jumlah yang sama, yakni Rp X dicampurdengan Rp X juga. Sedangkan pada syirkah inan, para pihak yangberserikat mencampurkan modal dalam jumlah yang tidak sama,misalnya Rp X dicampur dengan Rp Y. Dalam syirkah wujuh, terjadi

    percampuran antara modal dengan reputasi/nama baik seseorang(wujuh, berasal dari kata bahasa Arab yang berarti wajah=reputasi).

    Bentuksyirkahselanjutnya adalah syirkah abdan, di mana terjadipercampuran jasa-jasa antara orang yang berserikat. Misalnya ketikakonsultan perbankan syariah bergabung dengan konsultan informationtechnology untuk mengerjakan proyek sistem informasi Bank SyariahZ. Dalam syirkahbentuk ini, tidak terjadi percampuran modal (dalam

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    13/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    75

    arti uang), tetapi yang terjadi adalah percampuran keahlian/keterampilan dari pihak-pihak yang berserikat.

    Gambar 5.6. Akad Tijarah, Natural Uncertainty Contracts

    Bentuksyirkahyang terakhir adalah syirkah mudharabah. Dalamsyirkah ini, terjadi percampuran antara modal dengan jasa(keahlian/keterampilan) dari pihak-pihak yang berserikat.

    syirkah mudharabahRp X+

    Bila untung, pembagian berdasarkan kesepakatan nisbah.S

    Y

    IR

    K

    A

    H

    atau

    M

    U

    S

    Y

    A

    R

    A

    K

    A

    H

    MUZARAAH= Pertanian tanaman setahun

    MUKHABARAH= bila bibitnya berasal dari pemilik tanahMUSAQAT= Pertanian tanaman tahunan

    Rp X +

    R X + R X syirkah mufawadhah

    R X + R Y syirkah inan

    syirkah wujuh

    syirkah abdan+

    Bila rugi, pembagian berdasarkan porsi modal.

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    14/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    76

    Dalam semua bentuk syirkah tersebut, berlaku ketentuan sebagaiberikut: bila bisnis untung maka pembagian keuntungannya didasarkanmenurut nisbah bagi hasil yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang

    bercampur. Bila bisnis rugi, maka pembagian kerugiannya didasarkanmenurut porsi modal masing-masing pihak yang bercampur.

    Perbedaan penetapan ini dikarenakan adanya perbedaankemampuan menyerap (absorpsi) untung dan rugi. Untung sebesarapapun dapat diserap oleh pihak mana saja. Sedangkan bila rugi,tidak semua pihak memiliki kemampuan menyerap kerugian yangsama. Dengan demikian, bila terjadi kerugian, maka besar kerugianyang ditanggung disesuaikan dengan besarnya modal yangdiinvestasikan ke dalam bisnis tersebut.

    Dengan demikian, dalam syirkah mufawadhah, karena porsi modal

    pihak-pihak yang berserikat besarnya sama, maka besarnya jumlahkeuntungan maupun kerugian yang diterima bagi masing-masing pihakjumlahnya sama pula.

    Dalam syirkah inan, karena jumlah porsi modal yang dicampurkanoleh masing-masing pihak berbeda jumlahnya, maka jumlahkeuntungan yang diterima berdasarkan kesepakatan nisbah.Sedangkan bila rugi, maka masing-masing pihak akan menanggung

    dibagi menurut

    nisbah

    dibagi menurut

    porsi modal

    Untung$$$$$$

    Bisnis

    Rugi

    1. Bila untung, pembagian berdasarkan kesepakatan

    nisbah.2. Bila rugi, pembagian berdasarkan porsi modal.

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    15/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    77

    kerugian sebesar proporsi modal yang ditanamkan dalam syirkahtersebut.

    Dalam syirkah wujuh, bila terjadi laba, maka keuntungan pundibagi berdasarkan kesepakatan nisbah antara masing-masing pihak.Sedangkan bila rugi, maka hanya pemilik modal saja yang akanmenanggung kerugian finansial yang terjadi. Pihak yang

    menyumbangkan reputasi/nama baik, tidak perlu menanggungkerugian finansial, karena ia tidak menyumbangkan modal finansialapapun. Namun demikian, pada dasarnya ia tetap menanggungkerugian pula, yakni jatuhnya reputasi/nama baiknya.

    Dalam syirkah abdan, demikian pula halnya. Bila terjadi laba,maka laba itu akan dibagi menurut nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak yang berserikat. Sedangkan bila terjadi kerugian, maka keduabelah pihak akan sama-sama menanggungnya, yakni dalam bentukhilangnya segala jasa yang telah mereka kontribusikan.

    Dalam syirkah mudharabah, bila terjadi keuntungan maka labatersebut dibagi menurut nisbah bagi hasil yang disepakati oleh kedua

    belah pihak. Sedangkan bila rugi, maka penyandang modal (shahib al-mal) yang akan menanggung kerugian finansialnya. Pihak yangmengkontribusikan jasanya (mudharib) tidak menanggung kerugianfinansial apapun, karena ia memang tidak memberikan kontribusifinansial apapun. Bentuk kerugian yang ditanggung oleh mudharibberupa hilangnya waktu dan usaha yang selama ini sudah ia kerahkantanpa mendapatkan imbalan apapun.

    Selain musyarakah, terdapat juga kontrak investasi untuk bidangpertanian yang pada prinsipnya sama dengan prinsip syirkah. Bentukkontrak bagi hasil yang diterapkan pada tanaman pertanian setahundinamakan muzaraah. Bila bibitnya berasal dari pemilik tanah, makadisebut mukhabarah. Sedangkan bentuk kontrak bagi hasil yangditerapkan pada tanaman pertanian tahunan disebut musaqat.

    Pembedaan antara natural certainty contracts (NCC) dengannatural uncertainty contracts (NUC) ini sangat penting, karenakeduanya memiliki karakteristik khas yang tidak bolehdicampuradukkan. Bila Natural Certainty Contracts dirubah menjadiuncertain, maka terjadilah gharar (ketidakpastian, unknown to bothparties). Dengan kata lain, kita merubah hal-hal yang sudah pasti

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    16/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    78

    menjadi tidak pasti. Hal ini melanggar sunnatullah, karena itudilarang.

    Gambar 5.7. Riba Nasiahdan Gharar

    Demikian pula sebaliknya dilarang, yakni bila Natural UncertaintyContractsdirubah menjadi certain, maka terjadilah riba nasiah. Artinyakita merubah hal-hal yang harusnya tidak pasti menjadi pasti. Hal inipun melanggar sunnatullah, karena itu dilarang2. Tetapi justru halitulah yang dilakukan oleh perbankan konvensional dengan penerapansistem bunganya. Ilustrasi kejadian ini diberikan pada gambar 5.7.

    berikut.

    2 Wama tadri nafsun ma dza taksibu ghadan, dan seorang itu tidak mengetahui apayang dihasilkannya esok, QS Luqman: 34.

    Contracts

    Natural CertaintyContracts:

    certain cash-flow, baikamount maupun timing-nya.

    (Kontrak J ual-Beli, Sewa, Upah)

    NaturalUncertaintyContracts:

    uncertain cash-flow, baikamount maupun timing-

    nya.

    X

    GhararX

    RibaGharar(ketidakpastian, uncertain to both parties). BilaNatural Certainty Contracts dirubah menjadi uncertain.

    Riba Nasiah Bila Natural Uncertainty Contracts dirubahmenjadi certain.

    Riba Nasiah

  • 7/23/2019 Akad-Akad Dalam Bank Syariah

    17/17

    BAB 5, AKAD-AKAD DALAM BANK SYARIAH

    79

    D. PENUTUP

    Bahasan kita di bab 5 ini telah mencakup semua akad-akad fikihmuamalah Islam dalam bidang ekonomi yang lazim digunakan.

    Setelah kita memiliki bekal pengetahuan akad-akad ini, maka langkahselanjutnya adalah menerapkan konsep akad-akad tersebut ke dalampraktek perbankan modern. Karena itu, kita harus mencoba untuk

    menerjemahkan konsep akad-akad ini ke dalam produk-produkperbankan. Bab selanjutnya, yakni bab 6 akan membahas produk-produk dan jasa yang lazim ditawarkan oleh suatu bank syariahmodern.