PROFIL AGRIBISNIS CENGKEH Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar; selain itu juga dibudidayakan di Zanzibar, India, dan Sri Lanka. Cengkeh dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh atau sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia. Terutama di Indonesia, cengkeh digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di Republik Rakyat Cina dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Daun cengkeh kering yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan efektif untuk mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium dengan memberikan 50-100 gram daun cengkeh kering per tanaman. 1
83
Embed
AGRIBISNIS CENGKEH · Web viewPersyaratan jaminan berupa surat tanah yang berlaku atau barang bergerak. Persyaratan yang berlaku sesuai dengan pengajuan Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Pemanfaatan minyak cengkeh, untuk dunia industri memang cukup luas.
terutama untuk keperluan industri farmasi atau obat- obatan. Begitu juga
untuk industri parfum, yang merupakan campuran utama untuk Geranium,
16
Bergamot, Caraway, Cassie dan bahan untuk pembuatan vanillin sintetis
sebagai bahan baku industri makanan dan minuman. Sebagian besar
hasil produksi minyak daun cengkeh diekspor ke luar negeri.
2. PenawaranDari segi penawaran, suplai minyak daun cengkeh relatif masih
kurang. Masih diperlukan tambahan produksi untuk memenuhi permintaan
pasar. Selain Kabupaten Kulon Progo, sentra produksi pengolahan
minyak daun cengkeh juga terdapat di Kabupaten Blitar dan Trenggalek.
Produksi minyak daun cengkeh dari daerah Blitar cukup besar, dengan
rata-rata setiap tahunnya mencapai 80 ton. Berdasarkan data Dinas
Perindustrian Pertambangan dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten
Blitar, produksi rata-rata 80 ton per tahun itu hanya dihasilkan oleh 5 unit
industri yang semuanya tergolong industri kecil.
Potensi usaha minyak daun cengkeh masih sangat luas di
Indonesia terutama di daerah-daerah yang dekat dengan sumber bahan
baku. Saat ini, cengkeh telah dibudidayakan di hampir seluruh wilayah
Indonesia sehingga potensi untuk mendirikan usaha pengolahan minyak
daun cengkeh sangatlah besar.
3. Analisis Persaingan dan Peluang PasarTingkat persaingan minyak daun cengkeh Indonesia di pasar
internasional terutama ditentukan oleh kualitas minyak daun cengkeh
yang dihasilkan Indonesia dan negara-negara pesaing, seperti
Madagaskar, Tanzania dan Srilanka. Negara penghasil minyak atsiri
bukan hanya berasal dari negara-negara berkembang saja, seperti Cina,
Brasil, Indonesia, India, Argentina dan Meksiko melainkan juga negara
maju, seperti Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Italia, dan Inggris.
Perbedaannya, negara-negara berkembang lebih banyak memproduksi
minyak atsiri menjadi bahan setengah jadi dan kemudian mengekspornya
17
ke negara maju. Lain halnya yang dilakukan oleh negara maju. Meskipun
mereka mengimpor bahan setengah jadi dari negara berkembang untuk
diolah menjadi barang jadi, mereka mengekspornya sebagian kembali ke
negara-negara lain termasuk negara berkembang dalam bentuk barang
jadi dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Namun demikian, peluang
pasar minyak daun cengkeh masih terbuka luas terutama di pasar dunia
yang volume permintaannya terus meningkat
ASPEK PEMASARANPemasaran minyak daun cengkeh dapat melalui para pedagang
pengumpul maupun langsung ke pihak produsen barang jadi yang
membutuhkan. Namun pada umumnya jalur penjualan ke pedagang
pengumpul relatif lebih mudah. Harga yang ada di pasar perdagangan
minyak daun cengkeh dalam negeri juga relatif stabil.
1. HargaHarga minyak daun cengkeh relatif stabil pada tahun 2002 dan
2003. Pada awal tahun 2002 harga minyak daun cengkeh mencapai Rp
29.500,- dan pada tahun 2003 berfluktuasi antara Rp 23.000,- sampai Rp
25.000,- per kilogram. Harga tersebut juga cenderung stabil hingga
memasuki tahun 2004. Fluktuasi harga minyak daun cengkeh sedikit
banyak juga dipengaruhi oleh fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat. Pada saat krisis tahun 1997, harga minyak daun cengkeh bisa
mencapai Rp 57.000,- per kilogram (data primer). Berdasarkan data
primer lapangan yang diperoleh, para pengusaha minyak daun cengkeh
memperkirakan harga untuk kondisi breakeven point (BEP) atau impas
adalah sekitar Rp 20.000,- per kilogram. Dengan melihat selisih harga
pada kondisi BEP dengan harga jual di pasar, maka usaha ini cukup
menjanjikan.
18
2. Jalur Pemasaran Secara umum, jalur pemasaran minyak daun cengkeh tidak
berbeda dengan komoditi pertanian lainnya. Di pemasaran dalam negeri,
produsen menjual produk ke pedagang pengumpul atau agen eksportir.
Barulah kemudian produk tersebut sampai ke tangan eksportir. Seperti
telah disebutkan sebelumnya, sebagian besar perdagangan minyak daun
cengkeh adalah untuk ekspor.
Pada praktiknya, keadaan pasar sering dipengaruhi oleh orang
yang pertama kali melakukan proses transaksi. Ada beberapa situasi
pemasaran yang terjadi. Pertama, pihak produsen langsung menjual
produk ke tengkulak, pedagang perantara, atau agen eksportir. Dalam hal
ini, produsen memiliki posisi tawar yang lemah. Harga lebih banyak
dipengaruhi oleh pembeli. Situasi kedua, pihak pembeli yang mencari
produsen. Pada situasi ini, produsen dapat memperoleh harga yang relatif
lebih baik. Hal ini seringkali terjadi, terbukti dengan adanya pemesanan
dengan uang muka terlebih dahulu oleh pembeli kepada produsen
sementara minyak daun cengkeh masih pada proses produksi.
Jalur pemasaran minyak daun cengkeh dari pengusaha
pengolahan sebagian besar ditampung terlebih dahulu oleh para
pengumpul. Dari survai di wilayah Kulon Progo, setidaknya ada tiga
perusahaan pengumpul yang cukup besar, yaitu PT Djasula Wangi di
Solo, CV Indaroma di Yogyakarta, dan PT Prodexco di Semarang.
Untuk jalur pemasaran luar negeri ada beberapa pihak yang
mungkin terlibat, yaitu pemakai (end-user), broker murni, broker
merangkap trader, dan pedagang (trader). Jalur perdagangan minyak
daun cengkeh dapat digambarkan sebagaimana terdapat pada Gambar 1.
Pemasaran tersebut juga dapat menjadi lebih pendek. Produsen menjual
minyak daun cengkeh pada pedagang kecil dan pedagang besar dan
kedua jenis pedagang tersebut langsung menjualnya pada eksportir,
seperti ditunjukkan pada Gambar 1 bagian bawah.
19
Gambar 1. Jalur Pemasaran Minyak Daun Cengkeh
3. Kendala PemasaranKendala pemasaran yang utama pada minyak daun cengkeh ini
adalah mata rantai perdagangan yang cukup panjang. Para pengusaha
pengolahan minyak daun cengkeh masih mengalami kesulitan untuk
memasok langsung ke eksportir atau end-user. Akibat panjangnya rantai
perdagangan ini adalah ketidakseragaman mutu yang ditetapkan. Faktor
yang harus diperhatikan dalam upaya pemasaran minyak daun cengkeh,
terutama untuk tujuan ekspor adalah dengan memperhatikan kualitas,
harga yang kompetitif dan keberlangsungan produksi. Secara umum,
kendala pemasaran minyak daun cengkeh disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
20
1. mutu yang rendah karena sifat usaha penyulingan minyak daun
cengkeh yang umumnya berbentuk usaha kecil dengan berbagai
keterbatasan modal dan teknologi,
2. pemasaran dalam negeri masih bersifat buyer market (harga
ditentukan pembeli) karena lemahnya posisi tawar pengusaha
pengolah, dan
3. harga yang berfluktuasi (dalam dan luar negeri) akibat tidak
terkendalinya produksi dalam negeri dan persaingan negara
sesama produsen.
ASPEK TEKNOLOGI PRODUKSITeknologi yang digunakan dalam proses produksi pengolahan
minyak daun cengkeh ini termasuk teknologi sederhana atau tradisional.
Proses yang umum digunakan adalah penyulingan dengan uap air.
Gambar 4. Penyulingan Sederhana
21
Proses penyulingan dilakukan dengan memanaskan bahan baku
dan air yang dimasukkan dalam ketel seperti tampak pada Gambar 4.4
yang kemudian dipanaskan. Proses pemanasan dapat menggunakan
bahan bakar berupa limbah daun yang disuling sebelumnya. Uap air dan
uap minyak daun cengkeh akan mengalir melalui pipa masuk ke dalam
kondensor. Kondensor tersebut dapat berupa kolam seperti tampak pada
Gambar 4.2. Semakin lama uap minyak daun cengkeh dan uap air berada
dalam kolam pendingin, semakin baik proses kondensasi yang terjadi.
Biasanya para penyuling di pedesaan menggunakan 2 kolam pendingin
untuk proses kondensasi ini. Air kolam harus terus dijaga agar tetap
berada pada suhu yang dingin. Kondensasi mengubah uap air dan uap
minyak daun cengkeh menjadi bentuk cair berupa minyak daun cengkeh
dan air yang ditampung dalam drum.
Gambar 5. Drum Penampung Hasil Proses Penyulingan
Metode penyulingan dengan menggunakan uap air memiliki
kelebihan tersendiri. Penyulingan dengan air dan uap ini relatif murah atau
ekonomis. Biaya yang diperlukan relatif rendah dengan rendemen minyak
daun cengkeh yang memadai dan masih memenuhi standar mutu yang
diinginkan konsumen. Kelemahan utamanya adalah kecepatan
penyulingan yang rendah.
22
PROSES PRODUKSI1. Penyiapan Bahan Baku
Daun cengkeh yang digunakan merupakan daun yang sudah
gugur, kering, masih utuh dan bersih.
2. Penyulingan
Penyulingan dengan menggunakan uap air adalah cara yang paling
banyak digunakan. Cara ini hanya cocok untuk jenis minyak atsiri yang
tidak rusak oleh panas uap air. Salah satunya adalah minyak daun
cengkeh. Bahan baku diletakkan terpisah dengan air. Untuk memudahkan
proses penguapan, bagian ketel untuk bahan baku harus diberi ruang
yang cukup. Bahan tidak boleh dipadatkan. Setelah siap, ketel ditutup dan
kemudian dipanaskan selama 5-7 jam. Uap air dan uap minyak daun
cengkeh dicairkan dengan mengalirkan pipa melingkar ke dalam kolam
pendingin (kondensor). Suhu udara sangat berpengaruh pada suhu air.
Pipa yang berada di dalam kolam pendingin kurang lebih memiliki panjang
10 meter. Semakin panjang pipa yang digunakan, semakin baik proses
kondensasi yang terjadi. Di Samigaluh, seringkali pipa yang digunakan
berbentuk memanjang, tidak melingkar (spiral) karena harganya yang
relatif lebih murah. Pipa tidak boleh bocor dan suhu air harus dijaga untuk
selalu tetap dingin agar proses kondensasi dapat berlangsung dengan
baik.
Hasil sulingan minyak daun cengkeh dan air dialirkan ke dalam
tempat berupa drum yang sudah disediakan. Setelah proses penyulingan
selama kurang lebih 7 jam, hasil proses penyulingan didiamkan beberapa
saat sehingga air dan minyak daun cengkeh terpisah. Minyak daun
cengkeh berada di bawah air karena memiliki berat jenis yang lebih besar.
Air dan minyak daun cengkeh dapat dipisahkan dengan sejenis kain
khusus atau dipisahkan secara manual. Sisa air yang telah dipisahkan
23
masih mengandung minyak daun cengkeh dan masih dapat dipisahkan
lagi setelah beberapa lama.
PRODUKSI OPTIMUMProduksi minyak daun cengkeh yang optimum tergantung pada
kapasitas ketel yang digunakan. Ketel dengan kapasitas 1,3 ton daun
cengkeh dapat menghasilkan kurang lebih 35 kg minyak daun cengkeh.
Dengan menggunakan dua ketel dan dua kali proses suling per ketel
maka dalam sehari dapat dihasilkan minyak daun cengkeh sebanyak 1,4
kwintal.
KENDALA PRODUKSIKendala produksi utama yang dihadapi oleh pengusaha minyak
daun cengkeh ini terutama terkait dengan pengadaan bahan baku yang
bersifat musiman. Ketersediaan bahan baku daun cengkeh sangat
tergantung pada musim. Pada musim penghujan, pasokan bahan baku
bisa dikatakan tidak ada sehingga para pengusaha tidak berproduksi.
Hambatan yang kedua adalah kapasitas produksi yang masih sangat
terbatas. Seringkali pengusaha kecil penyulingan minyak daun cengkeh di
pedesaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen dalam jumlah
besar pada waktu tertentu.
PEMILIHAN POLA USAHAUsaha kecil minyak daun cengkeh semakin berkembang karena
tingkat teknologi yang digunakan sangat sederhana dan tidak memerlukan
biaya yang besar. Proses penyulingan tidak memerlukan mesin-mesin
atau alat-alat canggih yang menggunakan listrik.
Jenis minyak daun cengkeh juga dipilih karena persyaratan atau
standar kualitas yang ditetapkan pembeli relatif longgar sehingga
memudahkan pengusahaannya. Pengusaha kecil dengan teknologi
24
sederhana dapat memprosesnya dengan mudah. Tidak diperlukan mesin-
mesin dengan ketrampilan khusus untuk usaha ini.
BIAYA OPERASIONALBiaya operasional adalah biaya variabel (tidak tetap) yang
besarnya tergantung pada jumlah minyak daun cengkeh yang diproduksi.
Biaya operasional meliputi bahan baku berupa daun cengkeh, tenaga
kerja, konsumsi tenaga kerja (makan dan rokok), biaya pemeliharaan,
biaya telepon, dan listrik. Dalam satu bulan diperlukan biaya operasional
sebesar Rp 47.500.000,- kecuali pada awal usaha karena pengusaha
harus membeli bahan bakar sebesar Rp 400.000,- dan di bulan keenam
karena ada biaya pemeliharaan sebesar Rp 100.000,- berupa perbaikan
ketel. Harga per kilogram daun cengkeh kering adalah Rp 300,-. Jika
pengusaha memiliki 2 buah ketel dan masing-masing ketel dapat
beroperasi 2 kali sehari dan hari kerja 25 hari per bulan, maka diperlukan
biaya sebesar 1300 kg x 2 penyulingan x 2 ketel x 25 hari x Rp 300,00/kg=
Rp 39.000.000,00 per bulan untuk memperoleh bahan baku daun cengkeh
kering. Tenaga kerja tetap dengan gaji Rp 500.000,00 per bulan terdiri
dari dua orang dengan waktu 6 bulan kerja per tahun. Pada prakteknya,
tenaga kerja tetap ini biasanya adalah anggota keluarga sendiri termasuk
pemilik. Tenaga kerja tidak tetap bersifat borongan yang diupah Rp
1.750,00 untuk setiap kilogram minyak daun cengkeh yang dihasilkan
sehingga besarnya upah tidak tergantung jumlah tenaga kerja yang
digunakan. Dalam 1 (satu) hari, pengusaha menghasilkan 140 kg minyak
daun cengkeh sehingga memerlukan Rp 6.125.000,- per bulan untuk
membayar tenaga kerja borongan. Uang makan dan rokok untuk tenaga
kerja adalah Rp 4.000,00 sekali makan ditambah rokok dengan asumsi
dibutuhkan 12 orang pekerja per hari. Biaya telepon dan listrik
diasumsikan tetap sebesar Rp 100.000,- dan Rp 15.000,- per bulan.
25
Tabel 3. Biaya Operasional Usaha Kecil
No Jenis Biaya Satuan
Biaya Per
Bulan<FONT(Bulan 1 )
Biaya Per
Bulan<FONT(Bulan 2-5)
Biaya Per
Bulan<FONT(Bulan 6)
1 Bahan Baku Daun Rp 39.000.000 39.000.000 39.000.000
2 Bahan Bakar Awal Rp 400.000
3 Tenaga kerja a. Tetap Rp 1.000.000 1.000.000 1.000.000
b. Tidak tetap (borongan) Rp 6.125.000 6.125.000 6.125.000
4 Konsumsi tenaga kerja Rp 1.200.000 1.200.000 1.200.000
5 Biaya Telepon Rp 150.000 150.000 150.000 Biaya Listrik Rp 25.000 25.000 25.000
8 Biaya Pemeliharaan Rp 100.000
Jumlah Rp 47.900.000 47.900.000 47.900.000 Sumber: Hasil Sumulasi BI.
Pada prakteknya, karena hasil suling dapat diperoleh tiap hari pada
musim kemarau, penjualan hasil produk minyak daun cengkeh dapat
dilakukan dalam hitungan minggu bahkan hari. Hasil penjualan tersebut
digunakan pengusaha untuk membiayai kebutuhan operasional
berikutnya. Dalam sehari, pengusaha dapat menghasil-kan 140 kg minyak
daun cengkeh senilai Rp 3.500.000,- sehingga jumlah biaya operasional
yang cukup besar dalam satu tahun tersebut hanyalah gambaran biaya
kumulatif per tahun yang sebenarnya dapat dipenuhi dari penjualan hari
atau minggu sebelumnya atau kredit bank dari satu proses penyulingan ke
penyulingan berikutnya.
26
KEBUTUHAN INVESTASI DAN MODAL KERJAKebutuhan dana usaha kecil penyulingan minyak daun cengkeh
dapat dirinci berdasarkan biaya investasi dan biaya operasional. Para
pengusaha kecil penyulingan minyak daun cengkeh biasanya
membutuhkan kredit di awal usaha, yaitu untuk meningkatkan kapasitas
usaha (biaya investasi) dan biaya untuk pembelian bahan baku (biaya
operasional). Biaya operasional (modal kerja) sebesar Rp 285.500.000,-
adalah jumlah kumulatif biaya operasional dalam 1 tahun (6 bulan kerja)
pertama. Pada kenyataannya, pengusaha kecil hanya membutuhkan
modal awal untuk operasional selama seminggu atau sebulan tergantung
permintaan konsumen dan kondisi pasar.
Tabel 5. Kebutuhan Dana
No Rincian Biaya Proyek Total Biaya (Rp)1 Dana investasi yang bersumber dari a. Kredit 25.000.000 b. Dana sendiri 18.774.000 Jumlah dana investasi 43.774.0002 Dana modal kerja yang bersumber dari a. Kredit 25.000.000 b. Dana sendiri 260.500.000 Jumlah dana modal kerja 285.500.0003 Total dana proyek yang bersumber dari a. Kredit 50.000.000 b. Dana sendiri 279.274.000 Jumlah dana proyek 329.274.000
Sumber: Hasil Sumulasi BI.
Dalam simulasi perhitungan, modal awal yang dibutuhkan adalah
Rp 47.900.000,- untuk biaya operasi selama 1 bulan. Biaya operasional
bulan berikutnya dapat dipenuhi dari penerimaan dari hasil penjualan
minggu atau bulan sebelumnya.
27
Sumber kredit adalah kredit komersial dari perbankan yang
ketentuannya berbeda untuk masing-masing bank. Berdasarkan survai
yang dilakukan, pinjaman berjangka 6 bulan yang diangsur per bulan
dengan suku bunga flat 18 persen per tahun. Dengan bunga flat maka
dalam satu bulan angsuran bunga yang harus dibayarkan adalah 1,5
persen. Berdasarkan hal tersebut pembiayaan angsuran pokok dan bunga
ditunjukkan pada Tabel 5.
Pada tahun 0 pengusaha meminjam sebesar 50 juta rupiah yang
terdiri dari modal investasi 25 juta rupiah dan modal kerja 25 juta rupiah
sehingga harus mengangsur keduanya pada tahun pertama. Di awal
tahun ke-2 hingga tahun ke-5, pengusaha meminjam kembali sebesar 25
juta rupiah tiap tahunnya berupa modal kerja dan membayar angsuran
modal kerja sebesar Rp 4.541.667,- per bulan selama 6 bulan dari total
pinjaman 25 juta rupiah.
Tabel 5. Angsuran Pokok dan Bunga Kredit
Tahun Periode Kredit Angsuran Angsuran Total Saldo Saldo
Tahun 0 50.000.000 50.000.000 50.000.000
Tahun 1 Bulan 1 8.333.333 750.000 9.083.333 50.000.000 41.666.667
Bulan 2 8.333.333 750.000 9.083.333 41.666.667 33.333.333
Bulan 3 8.333.333 750.000 9.083.333 33.333.333 25.000.000
Bulan 4 8.333.333 750.000 9.083.333 25.000.000 16.666.667
Bulan 5 8.333.333 750.000 9.083.333 16.666.667 8.333.333
Bulan 6 8.333.333 750.000 9.083.333 8.333.333 0
Tahun 1 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Tahun 2 Bulan 1 4.166.667 375.000 4.541.667 25.000.000 20.833.333
Bulan 2 4.166.667 375.000 4.541.667 20.833.333 16.666.667
Bulan 3 4.166.667 375.000 4.541.667 16.666.667 12.500.000
Bulan 4 4.166.667 375.000 4.541.667 12.500.000 8.333.333
Bulan 5 4.166.667 375.000 4.541.667 8.333.333 4.166.667
Bulan 6 4.166.667 375.000 4.541.667 4.166.667 0
Sumber: Hasil Sumulasi BI.
PROYEKSI LABA RUGI DAN BREAK EVEN POINT
28
Hasil proyeksi rugi laba menunjukkan bahwa pada tahun pertama
usaha ini sudah memperoleh laba sebesar Rp 151.805.677,- dengan profit
margin usaha penyulingan minyak daun cengkeh mencapai 28,92 persen
pada tahun pertama dan 33,33 persen pada tahun kedua hingga tahun
kelima atau sebesar Rp 174.968.177,-.
Hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa BEP rata-rata
berdasarkan total biaya adalah Rp 16.495/kg pada tahun pertama dan Rp
15.198/kg pada tahun kedua hingga tahun keempat, dengan BEP rata-
rata Rp 15.475,-. BEP produksi rata-rata dalam satu tahun adalah 3.429
kg. Proyeksi laba rugi secara lengkap ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Proyeksi Laba Rugi Usaha Pengolahan Minyak Daun Cengkeh
No Uraian Tahun 1 Tahun 2-5 Jumlah1 Pendapatan 525.000.000 525.000.000 2.625.000.0002 Pengeluaran a. Biaya operasional 285.500.000 285.500.000 1.427.500.000 b. Penyusutan 6.405.086 6.405.086 32.025.429 c. Angsuran pokok 50.000.000 25.000.000 150.000.000 d. Bunga bank 4.500.000 2.250.000 13.500.000 Jumlah 346.405.086 319.155.086 1.623.025.429 Laba sebelum pajak 178.594.914 205.844.914 1.001.974.571 e. Pajak 15% 26.789.237 30.876.737 150.296.1863 Laba rugi 151.805.677 174.968.177 851.678.3864 Profit margin % 28.92% 33.33% 32,44% BEP (nilai penjualan) 133.508.017 73.774.196 428.604.802