Top Banner
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus : SMF ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA - JAKARTA Periode 18 Mei – 25 Juli 2015 Nama Mahasiswa : Adinda Elisabeth Sugio Tanda Tangan : NIM : 11-2014-238 Dokter Pembimbing : dr. Afaf Susilowati, Sp.A I. IDENTITAS PASIEN Nama : An. B.J Tanggal Lahir (Umur) : 10 Juli 2014 Umur : 10 bulan 9 hari Jenis kelamin : Laki - laki Alamat : Jl. Sungai Timur no. 18 RT 10 / RW 08 Rapanggo, Jakarta Utara Suku Bangsa : Batak Agama : Kristen 1
57

Adinda - Case Report Diare Akut

Jan 11, 2016

Download

Documents

CASE REPORT
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Adinda - Case Report Diare Akut

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus :

SMF ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA - JAKARTA

Periode 18 Mei – 25 Juli 2015

Nama Mahasiswa : Adinda Elisabeth Sugio Tanda Tangan :

NIM : 11-2014-238

Dokter Pembimbing : dr. Afaf Susilowati, Sp.A

I. IDENTITAS

PASIEN

Nama : An. B.J

Tanggal Lahir (Umur): 10 Juli 2014

Umur : 10 bulan 9 hari

Jenis kelamin : Laki - laki

Alamat : Jl. Sungai Timur no. 18 RT 10 / RW 08 Rapanggo, Jakarta Utara

Suku Bangsa : Batak

Agama : Kristen

Pendidikan : -

Tanggal masuk RS : 20 Mei 2015

IDENTITAS ORANG TUA

Ayah

Nama lengkap : Tn. M

Umur : 38 tahun (26 Juli 1976)

Suku Bangsa : Batak

1

Page 2: Adinda - Case Report Diare Akut

Alamat : Jl. Sungai Tiram no 16 RT 08/RW 08, Marunda, Cilincing

Agama : Kristen

Pendidikan : SLTA (tamat)

Pekerjaan : Buruh

Penghasilan : Rp. 2.500.000,-/ bulan

Hubungan dengan orang tua: Anak Kandung

Ibu

Nama lengkap : Ny. Y.E

Umur : 34 tahun (25 November 1980)

Suku Bangsa : Batak

Alamat : Jl. Sungai Tiram no 16 RT 08/RW 08, Marunda, Cilincing

Agama : Kristen

Pendidikan : SLTA ( tamat)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Penghasilan : ( - )

Hubungan dengan orang tua: Anak Kandung

II. ANAMNESIS

Alloanamnesis dengan ibu pasien pada Rabu, 20 Mei 2015, pukul 15.50 WIB.

Keluhan Utama

Diare sejak 3 hari SMRS

Keluhan Tambahan

-

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 3 hari SMRS, ibu pasien mengatakan bahwa pasien mengalami diare sebanyak 5 kali.

Konsistensi tinja cair, terdapat ampas, tidak terdapat lendir ataupun darah. Ibu pasien

mengatakan bahwa sebelum pasien mengalami diare, pasien mengkonsumsi bubur ayam yang

dibeli di pedagang kaki lima.. Riwayat mual dan muntah disangkal. Riwayat buang air kecil 5

kali sehari berwarna kuning. Pasien tidak merasakan adanya demam atau batuk pilek. Nafsu

makan pasien tidak menurun.

2

Page 3: Adinda - Case Report Diare Akut

Dua hari SMRS pasien masih mengalami diare sebanyak 5 kali dengan konsitensi tinja cair,

terdapat ampas, tidak ada lendir maupun darah. Pasien juga mengalami muntah sebanyak 3

kali dengan muntah berisi makanan. Pasien mulai tidak nafsu makan hingga lemas. Pasien

tidak merasakan demam, batuk pilek. Riwayat buang kecil 5 kali sehari berwarna kuning.

Hari masuk rumah sakit pasien mengalami diare yang semakin parah yaitu 10 kali dengan

konsistensi cair, tidak terdapat ampas, tidak ada lendir maupun darah. Pasien semakin lemas

karena tidak makan sejak pagi dan hanya mau ASI. Pasien tidak mengalami mual muntah,

demam, ataupun batuk pilek. Riwayat kejang, kuning, batuk pilek, gangguan berkemih, urin

seperti teh, mimisan, dan nyeri ulu hati disangkal oleh pasien. Riwayat alergi makanan

disangkal oleh ibu pasien.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Sepsis (-) Meningoencephalitis (-) Kejang Demam (-)

Tuberkulosis (-) Pneumonia (-) ISK (-)

Asma (-) Alergic Rhinitis (-) Amoebiasis (-)

Polio (-) Difteri (-) Sindrom Nefrotik (-)

Diare akut (-) Diare kronis (-) Disentri (-)

Kolera (-) Tifus abdominalis (-) DHF (-)

Cacar air (-) Campak (-) Batuk rejan (-)

Tetanus (-) Glomerulonephritis(-) Penyakit Jantung Bawaan(-)

Lain-lain: Batuk pilek (+) Operasi (-) Kecelakaan(-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Penyakit Ya Tidak Hubungan

Alergi √

Asma √

Tuberkulosis √

Hipertensi √

Diabetes √

Kejang Demam √

3

Page 4: Adinda - Case Report Diare Akut

Epilepsi √

SILSILAH KELUARGA ( FAMILY TREE )

Keterangan:

Laki-laki Pasien

Perempuan diare akut

Pasien anak kedua dari 2 bersaudara dan merupakan anak kandung dari kedua orang tuanya.

DATA KELUARGA

AYAH/WALI IBU/WALI

Umur (thn) 38 tahun 34 tahun

Perkawinan ke 1 1

Kosanguinitas Tidak Ada Tidak ada

Keadaan Kesehatan/ Penyakit bila ada Sehat Sehat

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

Kehamilan

Perawatan antenatal : Teratur bidan tiap bulan , suntik TT, tidak pernah USG

Penyakit kehamilan : Tidak ada

Kelahiran

Tempat kelahiran : Rumah Bidan

4

10 bulan7 tahun

38 tahun 34 tahun

58 tahun 52 tahun

Page 5: Adinda - Case Report Diare Akut

Penolong persalinan : Bidan

Cara persalinan : Pervaginam, spontan

Masa gestasi : Cukup bulan (39 minggu)

Keadaan bayi : Berat badan lahir : 2900 gram

Panjang badan lahir : 48 cm

Lingkar kepala : Ibu pasien tidak ingat

Nilai APGAR : Tidak tahu (menurut ibu pasien saat dilahirkan

pasien langsung menangis, bergerak aktif,

kulit berwarna kemerahan)

Kelainan bawaan : Tidak ada

RIWAYAT PERKEMBANGAN

Sektor personal sosial :

- Berusaha menggapai mainan = usia 6 bulan

- Tepuk tangan = 7 bulan

- Saat ini pasien dapat:

Menyatakan keinginan

Daag daag dengan tangan

Sektor motor halus adaptif:

- Mengambil kubus = 7 bulan

- Memegang dengan ibu jari dan jari = 8 bulan

Sektor bahasa:

- Mengoceh = sekitar 7 bulan

- Memanggil papa mama = 9 bulan

Sektor motor kasar:

- Tengkurap = 4 bulan

- Merangkak = 6 bulan

- Duduk = 7 ½ bulan

- Saat ini pasien dapat:

Berdiri dengan pegangan

RIWAYAT IMUNISASI

5

Page 6: Adinda - Case Report Diare Akut

Imunisasi

Waktu Pemberian

Imunisasi Dasar

Bulan

Booster

Tahun

0 1 2 3 4 5 6 9 12 18 2 3 5

BCG I

DPT I II III

Polio (OPV) I II III IV

Hepatitis B I II III

Campak I

III. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal:20 Mei 2013, pukul 15.50 WIB

PEMERIKSAAN UMUM

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, agak lemas

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital :

Frekuensi Nadi : 88 x / menit (kuat)

Suhu : 37,2o C

Frekuensi Nafas : 27 x / menit

Data Antropometri

Berat badan : 7kg

Tinggi badan : 74 cm

Status gizi : BB/U = 7 / 9,6 = 73% gizi kurang

TB/U = 74 / 73 = 101% baik

BB/TB = 7 / 10 = 70% gizi kurang

Lingkar Kepala : 43 cm

Lingkar Perut : 47 cm

Lingkar Lengan : 15 cm

PEMERIKSAAN SISTEMATIS

6

Page 7: Adinda - Case Report Diare Akut

Kepala :Bentuk dan ukuran normocephali , rambut hitam, distribusi merata,

tidak mudah dicabut.

Mata :Bentuk tidak ada kelainan, kedudukan kedua bola mata simetris,

palpebra inferior kanan dan kiri cekung, konjungtiva anemis -/-, sklera

ikterik -/-, kornea kanan dan kiri jernih, pupil kanan dan kiri bulat

simetris (2,4mm/2,4mm), refleks cahaya +/+.

Telinga : normotia, MAE kanan dan kiri lapang, kedua membran timpani intak,

hiperemis -/-, bulging -/-, refleks cahaya +/+, serumen -/-

Hidung : Bentuk tidak ada kelainan, septum deviasi (-), sekret (+), napas

cuping hidung (-)

Bibir : mukosa bibir agak pucat namun tidak kering, sianosis (-)

Gigi geligi : caries (-)

Mulut : bentuk tidak ada kelainan, mukosa pipi tidak pucat dan tidak kotor

Lidah : bentuk dan ukuran normal, tidak kotor

Tonsil : T1-T1 tenang

Faring : tidak hiperemis, uvula di tengah

Leher : bentuk tidak ada kelainan, KGB tidak teraba membesar.

Toraks:

Paru :

Inspeksi : Bentuk normal, simetris dalam keadaan statis dan dinamis,

retraksi sela iga (-)

Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan dan kiri, nyeri (-)

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonkikering(+/+), wheezing(-/-)

Jantung :

Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis

Palpasi :Pulsasi ictus cordis teraba di sela iga IV mid clavicula

sinistra

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : BJ I-II normal, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi : tampak sedikit membuncit, tidak tampak gambaran vena, tidak

tampak gerakan peristaltik usus

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan(-)

7

Page 8: Adinda - Case Report Diare Akut

Perkusi: timpani

Auskultasi: Bising usus (+) normal, 6 kali per menit

Genitalia eksterna : Laki - laki, tidak tampak adanya radang

Ekstremitas :akral teraba hangat, udema (-), deformitas (-), sianosis (-)

Kulit :sawo matang, sianosis (-), ikterus (-), pucat (-), turgor kulit > 3 detik

Pemeriksaan neurologis : gerak normal, refleks fisiologis normal, rangsang meningeal (-),

refleks patologis (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 20 Mei 2015

Darah Rutin

Hemoglobin : 10,8 g/dL

Jumlah Leukosit : 9.030 /µL

Hematokrit : 30,9%

Jumlah Trombosit : 297.000 / µL

Kimia Klinik

Glukosa sewaktu : 102 mg/dL

Elektrolit

Natrium : 124 mEq/L

Kalium : 3.03 mEq/L

Klorida : 101 mEq/L

RESUME

Seorang anak laki-laki berusia 10 bulan datang dibawa ibunya dengan keluhan diare

sebanyak 10 kali dengan konsistensi cair, tidak terdapat ampas, tidak ada lendir maupun

darah. Tiga hari SMRS pasien mengalami diare sebanyak 5 kali dengan konsistensi cair,

terdapat ampas, tidak ada lendir ataupun darah. Tidak ada mual muntah, demam, atauapun

batuk pilek. Dua hari SMRS pasien masih diare, muntah sebanyak 3 kali. Pasien mulai tidak

nafsu makan sehingga lemas. Satu hari SMRS pasien mengalami diare yang semakin berat

dengan konsistensi cair dan pasien tidak nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

suhu 37,20C , nafas 27 kali/menit , nadi 88 kali/menit, mata cekung.

8

Page 9: Adinda - Case Report Diare Akut

DIAGNOSIS

Diare akut dehidrasi ringan / sedang

Dasar diagnosis : diare sejak 3 hari SMRS dengan konsitensi cair, tidak ada lendir maupun

darah. Mata pasien cekung dan turgor kulit > 3 detik

Hiponatremia

Dasar diagnosis : pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan kadar natrium 124

mEq/L

Hipokalemia

Dasar diagnosis : pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan kadar kalium 3.03

mEq/L

Malnutrisi

Dasar diagnosis: pada perhitungan status gizi menurut perbandingan berat badan terhadap

tinggi badan, didapatkan pasien mengalami gizi kurang

DIAGNOSIS BANDING

Diare akut et causa bakteri

Diare akut et causa virus

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Pemeriksaan feses lengkap

PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa :

1. Tirah baring

2. Asupan Nutrisi

Medikamentosa

Terapi cairan

Maintenance IVFD Ringer Laktat 700 cc/hari

7 kg x 100 cc = 700 cc

Ranitidin 2 x 6,25 IV

9

Page 10: Adinda - Case Report Diare Akut

Zinc 1 x 1 tab

Lacidofil 1 x 1 caps

EDUKASI

- Mengkonsumsi makanan yang lunak dan bergizi

- Istirahat sementara waktu, jangan melakukan aktifitas fisik terlalu berat.

PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

FOLLOW UP

20 / 05 /15 21/ 05 /15

S Demam (-), batuk (+), pilek (+), diare

(+), mual (-) muntah (-) muncul bisul

kemerahan di pipi

Demam (+) , batuk (+), diare (+) 3 kali

konsistensi cair, ada ampas, mual (-)

muntah (-)

O N : 130x/m

S : 36,6C

RR :24x/m

Cor: BJ I-II murni reguler, murmur (-)

gallop (-)

Pulmo: Vesikuler, Rh -/- Wh -/-

Abdomen: supel, BU (+)

Ext : akral hangat

N : 132x/m

S : 37,6C

RR :22x/m

Cor: BJ I-II murni reguler, murmur (-)

gallop (-)

Pulmo: Vesikuler, Rh -/- Wh -/-

Abdomen: supel, BU (+)

Ext : akral hangat

A Diare akut dehidrasi ringan sedang

Hipokalemi

Hiponatremi

Malnutrisi

Impetigo

Diare akut dehidrasi ringan sedang

Hipokalemi

Hiponatremi

Malnutrisi

Impetigo

P IVFD RL 700cc/ hari Ranitidin 2 x 6,5 mg IV

10

Page 11: Adinda - Case Report Diare Akut

Ranitidin 2 x 6,5mg IV

Zinc 1 x 1 tab

Lacidofil 1 x 1 caps

Salep gentamisin kulit

Paracetamol 3 x 0,7 cc

Zinc 1 x 1 tab

Lacidofil 1x1 caps

Salbutamol 0,5 / Ambroxol 3 / CTM 0,5

3x 1 pulv

Salep gentamisin kulit

22 / 05 /15 23/ 05 /15

S Demam (+), batuk (+), pilek (-), diare

(-), mual (-) muntah (-) bisul kemerahan

di pipi

Demam (-) , batuk (+), diare (-) mual (-)

muntah (-) bisul kemerahan di pipi dan

wajah

O N : 128x/m

S : 37,8C

RR :22x/m

Cor: BJ I-II murni reguler, murmur (-)

gallop (-)

Pulmo: Vesikuler, Rh -/- Wh -/-

Abdomen: supel, BU (+)

Ext : akral hangat

N : 120x/m

S : 37C

RR :22x/m

Cor: BJ I-II murni reguler, murmur (-)

gallop (-)

Pulmo: Vesikuler, Rh -/- Wh -/-

Abdomen: supel, BU (+)

Ext : akral hangat

A Diare akut dehidrasi ringan sedang

Hipokalemi

Hiponatremi

Malnutrisi

Impetigo

Diare akut dehidrasi ringan sedang

Hipokalemi

Hiponatremi

Malnutrisi

Impetigo

P Ranitidin 2 x 6,5mg IV

Paracetamol 3 x 0,7 cc

Zinc 1 x 1 tab

Lacidofil 1 x 1 caps

Salep gentamisin kulit

Salbutamol 0,5 / Ambroxol 3 / CTM

0,5 3x 1 pulv

Ranitidin 2 x 6,5 mg IV

Paracetamol 3 x 0,7 cc

Zinc 1 x 1 tab

Lacidofil 1x1 caps

Salep gentamisin kulit

Salbutamol 0,5 / Ambroxol 3 / CTM 0,5

3x 1 pulv

11

Page 12: Adinda - Case Report Diare Akut

Inhalasi 2 x 1 hari = NaCl 3cc +

Ventolin ½ amp + suction (k/p)

Inhalasi 2 x 1 hari = NaCl 3cc + Ventolin

½ amp + suction (k/p)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

20 Mei 2015

Darah Rutin

Hemoglobin : 10,8 g/dL

Jumlah Leukosit : 9.030 /µL

Hematokrit : 30,9%

Jumlah Trombosit : 297.000 / µL

Kimia Klinik

Glukosa sewaktu : 102 mg/dL

Elektrolit

Natrium : 124 mEq/L

Kalium : 3.03 mEq/L

Klorida : 101 mEq/L

22 Mei 2015

Elektrolit

Natrium : 136 mEq/L

Kalium : 4,68 mEq/L

Klorida : 107 mEq/L

TINJAUAN PUSTAKA

12

Page 13: Adinda - Case Report Diare Akut

Definisi

Diare akut merupakan BAB dengan konsistensi yang lebih lunak atau cair dengan

atau tanpa lendir dan darah yang terjadi dengan frekuensi ≥ 3x dalam 24 jam dan berlangsung

kurang dari 14 hari (atau kurang dari satu minggu). Pada bayi yang masih minum ASI

terutama ASI eksklusif, frekuensi BABnya bisa 3-4 kali/hari, asalkan berat badannya terus

bertambah secara normal hal ini tidak disebut diare hanya intoleransi laktosa sementara.

Sehingga pada bayi dengan ASI eksklusif, definisi diare menjadi meningkatnya frekuensi

BAB atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal.1

Epidemiologi

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang

terutama di Indonesia dimana menjadi salah satu penyebab kematian dan kesakitan pada anak

terutama dibawah lima tahun.1

Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di

rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu

tatalaksana yang cepat dan tepat. Pada survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,

Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kasus diare tersebar di semua

kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu

16,7%. Faktor yang mempengaruh terjadi diare adalah usia, status gizi, ASI, Faktor sosial,

ekonomi, budaya dan higiene-sanitasi lingkungan, diri sendiri serta keadaan mukosa usus3

Klasifikasi Diare

Pengelompokan diare dapat berdasarkan banyak hal. Secara klinis, dapat dibedakan

menjadi dua kelompok sindroma diare, yaitu diare cair dan disentri atau diare berdarah,

masing-masing menggambarkan patogenesis yang berbeda. Klasifikasi diare lain berdasarkan

adanya invasi barier usus oleh mikroorganisme tersering penyebab diare (virus, bakteri

maupun protozoa), dapat dikelompokkan sebagai diare infeksi atau non infeksi.

Berdasarkan patomekanisme terjadinya diare, dapat dibedakan menjadi diare

sekretorik atau diare osmotik. Diare dapat juga diklasifikasikan berdasar derajat dehidrasinya.

Menurut UKK gastro hepatologi IDAI, 2009 berdasarkan derajat dehidrasi yang terjadi, diare

terbagi menjadi dehidrasi berat, dehidrasi tak berat dan tanpa dehidrasi. Pengelompokan

berdasarkan waktu terjadinya diare, meliputi : diare akut, diare kronik dan diare persisten.

13

Page 14: Adinda - Case Report Diare Akut

Patofisiologi

Diare terjadi karena adanya gangguan proses absorpsi dan sekresi cairan serta

elektrolit di dalam saluran cerna. Pada keadaan normal, usus halus akan mengabsorbsi Na+,

Cl-, HC03-. Timbulnya penurunan dalam absorpsi dan peningkatan sekresi mengakibatkan

cairan berlebihan melebihi kapasitas kolon dalam mengabsorpsi.

Mekanisme ini sangat dipengaruhi oleh faktor mukosa maupun faktor intra luminal

saluran cerna. Faktor mukosa dapat berupa perubahan dinamik mukosa yaitu adanya

peningkatan cell turnover dan fungsi usus yang belum matang dapat menimbulkan gangguan

absorpsi-sekresi dalam saluran cema. Penurunan area permukaan mukosa karena atrofi vilus,

jejas pada brush border serta pemotongan usus dapat menurunkan absorpsi. Selain itu,

gangguan pada sistem pencernaan (enzim spesifik) atau transport berupa defisiensi enzim

disakandase dan enterokinase serta kerusakan pada ion transport (Na+/H+, Cl-/HCO3-) juga

menimbulkan gangguan absorpsi.

Faktor-faktor dalam intraluminal sendiri juga ikut berpengaruh, seperti peningkatan

osmolaritas akibat malabsorpsi (defisiensi disakaridase) dan bacterial overgrowth.

Insufisiensi pankreatik eksokrin, defisiensi garam empedu dan parasit adalah faktor intra

luminal lain penyebab penurunan absorbsi. Sedangkan peningkatan sekresi disebabkan oleh

toksin bakteri (toxin cholera, E. coli), mediator inflamasi ( eicosanoids, produk sel mast lain),

asam empedu dihidroksi, asam lemak hidroksi dan obat-obatan.

Diare Infeksi Virus

Beberapa jenis virus seperti rotavirus berkembang biak dalam epitel vili usus halus,

menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara

normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk

kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili

dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim dissakaridase, menyebabkan berkurangnya

absorpsi disakarida terutama laktosa. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan

epitel vilinya menjadi matang.3

Rotavirus adalah penyebab terpenting diare yang berat dan mengancam kehidupan

anak umur kurang dari 2 tahun di seluruh dunia. Ada 4 serotipe rotavirus pada manusia.

Inveksi dengan 1 jenis serotipe menyebabkan imunitas yang tinggi terhadap serotipe tersebut

dan memberikan perlindungan sebagian terhadap serotipe yang lain. Hampir semua anak

terinfeksi paling tidak sekali sebelum berumur 2 tahun, dan infeksi ulangan sering terjadi.

Biasanya hanya infeksi rotavirus pertama kali yang menyebabkan penyakit yang bermakna.

14

Page 15: Adinda - Case Report Diare Akut

Sekitar sepertiga anak kurang dari dua tahun pernah mengalami episod diare karena rotavirus.

Rotavirus kemungkinan menyebar melalui kontak langsung.3

Diare Infeksi Bakteri

Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertama-

tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan terjadi

melalui antigen yang menyerupai rambut getar, disebut pili atau fimbria, yang melekat pada

reseptor di permukaan usus. Hal ini terjadi misalnya E.coli enterotoksigenik dan V.Cholerae

01. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan penebalan epitel

usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan

(misalnya infeksi E coli enteropatogenik atau enteroaggregasi.3

Toksin yang menyebabkan sekresi. E.coli enterotoksigenik, V.Cholerae 01 dan

beberapa bakteri bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel epitel. Toksin

ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin meningkatkan sekresi klorida dari

kripta, yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit

diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.2

Invasi mukosa. Shigella, C.jejuni, E coli enteroinvasile dan Salmonella dapat

menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan kerusakan sel epitel mukosa. Ini terjadi

sebagian besar di kolon dan bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti dengan pembentukan

mikroabses dan ulkus superfisial yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah

putih atau terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini

menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan elektrolit dari

mukosa.2

E.coli enterotoksigenik (ETEC) adalah penyebab penting diare cair akut pada orang

dewasa dan anak-anak di negara berkembang. ETEC tidak masuk kedalam mukosa usus dan

diare yang terjadi disebabkan oleh toksin. Ada dua jenis toksin ETEC yaitu toksin yang tidak

tahan panas (heat labile toksin (LT)) dan toksin yang tahan panas heat stable (ST). Beberapa

strain menghasilkan hanya satu jenis toksin, sedangkan yang lain menghasilkan keduanya.

Toksin LT berhubungan erat dengan toksin cholera. ETEC menyebar terutama melalui

makanan dan air tercemar.2

V.Cholera 01, penyebab cholera, mempunyai 2 biotipe (klasik dan eltor) dan dua

serotipe (ogawa dan inaba). V.cholera ini adalah kuman yang tidak invasive, diare terjadi

karena toksin kolera yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit di usus halus. Diare sering

berat dan menyebabkan dehidrasi, kolaps serta kematian dalam beberapa jam bila dehidrasi

15

Page 16: Adinda - Case Report Diare Akut

tak segera diatasi. Di daerah endemik, kolera lebih sering terjadi pada anak-anak daripada

orang dewasa karena sudah adanya imunitas. Di daerah nonendemik, wabah menyebabkan

penyakit dengan frekuensi yang sama antara dewasa dan anak-anak. Antimikroba dapat

memperpendek lama penyakit dan dengan sendirinya memudahkan tatalaksan penderita.

Tetrasiklin (atau doxicycline) adalah obat yang paling luas digunakan tetapi didapatkan

resistensi di beberapa daerah. Dalam hal ini, antimikroba lain seperti furazolidone,

trimetroprim-sulfametokxazole, eritromisin atau kloramfenicol biasanya masih efektif.2

Protozoa

Penempelan mukosa. G.lamblia dan Cryptosporidium menempel pada epitel usu halus

dan menyebabkan pemendekan vili, yang kemungkinan menyebabkan diare.

Invasi mukosa. E.histolitica menyebabkan diare dengan cara menginvasi epitel mukosa di

kolon (atau ileum) yang menyebabkan mikroabses dan ulkus. Namun begitu keadaan ini baru

terjadi bila strainnya sangat ganas. Pada manusia, 90% infeksi terjadi oleh strain yang tidak

ganas; dalam hal ini tidak ada invasi ke mukosa dan tidak timbul gejala/tanda-tanda,

meskipun kista amoeba dan trofozoit mungkin ada didalam tinjanya.2

Diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare, frekuensi,

volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah

volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8jam

terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakahh panas atau penyakit

lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah

dilakukan ibu selama anak diare: member oralit, memabwa berobat ke puskesmas atau ke

rumah sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.4

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut

jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda tambahan

lainya:ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air

mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.4

16

Page 17: Adinda - Case Report Diare Akut

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolic. Bising usus

yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena

perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya

atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif yaitu dengan membandingkan

berat badan sebelum dan sesudah diare. Subjektif dengan menggunakan criteria WHO dan

MMWR.

Symptom Minimal atau tanpa

dehidrasi, kehilangan

BB<3%

Dehidrasi ringan sedang,

kehilangan BB 3%-9%

Dehidrasi berat, kehilangan

BB>9%

Kesadaran Baik Normal, lelah, gelisah, irritable Apatis, letargi, idak sadar

Denyut jantung Normal Normal meningkat Takikardi, bradikardi, (kasus

berat)

Kualitas nadi Normal Normal melemah Lemah, kecil tidak teraba

Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam

Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong

Air mata Ada Berkurang Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Cubitan kulit Segera kembali Kembali<2 detik Kembali>2detik

Cappilary refill Normal Memanjang Memanjang, minimal

Ekstremitas Hangat Dingin Dingin,mottled, sianotik

Kencing Normal Berkurang Minimal

Tabel.1 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003

Penilaian A B C

Lihat:

Keadaan umum

Mata

Air mata

Mulut dan lidah

Rasa haus

Baik,sadar

Normal

Ada

Basah

Minum biasa,tidak haus

*Gelisah,rewel

Cekung

Tidak ada

Kering

*haus ingin minum banyak

*lesu,lunglai/tidak sadar

Sangat cekung

Kering

Sangat kering

*malas minum atau tidak bias

minum

Periksa: turgor kulit Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang

Bila ada 1 tanda* ditambah 1

atau lebih tanda lain

Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda* ditambah 1

atau lebih tanda lain

Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Tabel 2. Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

Menurut tonisistas darah, dehidrasi dapat dibagi menjadi:3

dehidrasi isotonic, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131-150 mEq/L

dehidrasi hipotonik, bila kadar Na+<131 mEq/L

17

Page 18: Adinda - Case Report Diare Akut

dehidrasi hipertonik, bila kadar Na+>150 mEq/L

Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik

Rasa haus - + +

Berat badan Menurun sekali Menurun Menurun

Turgor kulit Menurun sekali Menurun Tidak jelas

Kulit/ selaput lendir Basah Kering Kering sekali

Gejala SSP Apatis Koma Irritable, apatis, hiperfleksi

Sirkulasi Jelek sekali Jelek Relatif masih baik

Nadi Sangat lemah Cepat dan lemah Cepat, dan keras

Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah

Banyaknya kasus 20-30% 70% 10-20%

Tabel 3. Gejala dehidrasi menurut tonisitas

3. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak

diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab

dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita

dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada

sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang

diperlukan pada diare akut:3

darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes

kepekaan terhadap antibiotika

urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika

tinja:

a. Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan

diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa

mucus atau darah biasanya disebabkan oleh enteroksin virus, prontozoa, atau

disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yanga mengandung

darah atau mucus bias disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin

bakteri enteronvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti :

E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam

tinja kecuali pada infeksi dengan E.hystolitica darah sering terdapat pada permukaan

18

Page 19: Adinda - Case Report Diare Akut

tinja dan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan

Strongyloides.

Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja, bau tinja,

adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak terlalu banyak

berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau tua berhubungan dengan adnya

warna empedu akibat garam empedu yang dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada

keadaan bacterial overgrowth. Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau obat

yang dapat menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin. Konsistensi

tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan adanya gas dalam tinja

kaibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket, dan berkilat menunjukan

adanya lemak dalam tinja. Lendir dalam tinja menggambarkan kelainan di kolon ,

khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja yang sangatberbau menggambarkan adanya

fermentasi oleh bakteri anaerob dikolon. Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas

lakmus dapat dilakukan untuk menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam

tinja tersebut adalah asam lemak rantai pendek yang dihasilkan karena fermentasi

laktosa yang tidak diserap di usus halus sehingga masuk ke usus besar yang banyak

mengandung bakteri komensial. Bila pH tinja<6 dapat dainggap sebagai malabsorbsi

laktosa.1

Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim lactose sekunder akibat

rusaknya mikrofili mukosa usus halus yang banyak mengandung enzim lactase.

Enzim laktsae merupakan enzim yang bekerja memecahkan laktosa menjadi glukosa

dan galaktosa, yangs elanjutnya diserap di mukosa usus halus, Salah satu cara

menentukan malabsorbsi laktosa adalah pemeriksaan clinitest dikombinasi dengan

pemeriksaan pH tinja. Pemeriksaan clinitest dilakukan dengan prinsip melihat

perubahan reaksi warna yang terjadi antara tinja yang diperiksa dengan tablet clinitest.

Prinsipnya adalah terdapatnya reduktor dalam tinja yang mengubah cupri sulfat

menjadi cupri oksida. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengambil bagian cair dari

tinja segar (sebaiknya tidak lebih dari 1 jam). Sepuluh tetes air dan 5 tetes bagian cair

dari tinja diteteskan kedalam gelas tabung, kemudian ditambah 1 tablet clinitest.

Setelah 60 detik maka perubahan warna yang terjadi dicocokan dengan warna

standart. Biru berarti negative, kuning tua berarti positif kuat (++++=2%), antara

kuning dan biru terdapat variasi warna hijau kekuningan (+=1/2%), (++=3/4%), (++

+=1%). Sedangkan terdapatnya lemak dalam tinja lebih dari 5 gram sehari disebut

sebagai steatore.

19

Page 20: Adinda - Case Report Diare Akut

b. Pemeriksaan mikroskopik

Infeksi bakteri invasive ditandai dengan ditemukannya sejumlah besar leukosit

dalam tinja yang menunjukan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan leukosit tinja

dengan cara mengambil bagian tinja yang berlendir seujung lidi dan diberi ½ tetes

eosin atau Nacl lalu dilihat dengan mikroskop cahaya:6

bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar disebut negative

bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)

bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)

bila terdapat leukosit lebih dari ½ lapang pandang besar disebut (+++)

bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang besar disebut (++++)

Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan sudan III

yang mengandung alcohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat diwarnai secara

mikroskopis dengan pembesarn 40 kali dicari butiran lemak dengan warna kuning

atau jingga. Penilaian berdasarkan 3 kriteria:5

(+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100 buah per

lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai ½ lapang pandang

(++) bila tampak sel lemak dnegan jumlah lebih 100 per lapang pandang atau

sel memenuhi lebih dari ½ lapang pandang

(+++) bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh lapang pandang.

Pemeriksaan parasit paling baik dilakukan pada tinja segar. Dengan memakai

batang lidi atau tusuk gigi, ambilah sedikit tinja dan emulsikan delam tetesan NaCl

fisiologis, demikian juga dilakukan dengan larutan Yodium. Pengambilan tinja cukup

sedikit saja agar kaca penutup tidak mengapung tetapi menutupi sediaan sehingga

tidak terdapat gelembung udara. Periksalah dahulu sediaan tak berwarna (NaCL

fisiologis), karena telur cacing dan bentuk trofozoid dan protozoa akan lebih mudah

dilihat. Bentuk kista lebih mudah dilihat dengan perwanaan yodium. Pemeriksaan

dimulai dengan pembesaran objekstif 10x, lalu 40x untuk menentukan spesiesnya.

20

Page 21: Adinda - Case Report Diare Akut

Tata Laksana

Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan nutrisi,

pemberian obat sesuaiindikasi dan edukasi pada orang tua. Tujuan pengobatan:5

1. Mencegah dehidrasi

2. Mengatasi dehidrasi yang telah ada

3. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah diare

4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan

memberikan suplemen zinc

Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi yang

sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:7

1. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah

Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah:

Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)

Jelaskan pada ibu:

- pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang

utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.

- jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang sebagai

tambahan

- jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini:

oralit, cairan makanan(kuah sayur, air tajin) atau air matang

Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:

- anak telah diobati dengan rencana terapi B atau dalam kunjungan

- anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah berat

Ajari pada ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit

(200ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukan pada ibu berapa banyak cairan

termasuk oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairanya

sehari-hari:

- <2 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali BAB

21

Page 22: Adinda - Case Report Diare Akut

- > 2 tahun : 100 samapai 200 ml setiap kali BAB

Katakan pada ibu

- agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/ cangkir/gelas

- jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudia lanjutkan lagi dengan lebih

lambat.

- lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

Beri tablet Zinc

Pada anak berumur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan dosis :

- umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) perhari

- umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) perhari

Lanjutkan pemeberian makanan

Kapan harus kembali

2. Rencana terapi B

Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik sesuai yang

dianjurkan selama periode 3 jam.

Usia <4 bulan 4-11 bulan 12-23 bulan 5-4 tahun 5-14tahun >15 tahun

Berat badan <5 kg 5-7,9 kg 8-10,9 kg 11-15,9 kg 16-29,9 kg >30 kg

Jumlah (ml) 200-400 400-600 600-800 800-1200 1200-2200 2200-4000

Jumlah oralit yang diperlukan 75 ml/kgBB. Kemudian setelah 3 jam ulangi penilaian

dan klasifikasikan kemabali derajat dehidrasinya, dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk

melanjutkan pengobatan. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai tunjukan

cara menyiapkan oralit di rumah, tunjukan berapa banyak larutan oralit yang harus

diberikan dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pertama. Beri bungkus oralit yang cukup

untuk rehidrasi dengan menambah 6 bungkus lagi sesuai yang dainjurkan dalam rencana

terapi A. Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas, berikan sesuai

kehilangan cairan yang sedang berlangsung. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang

tidak menyusu, beri juga 100-200 ml air matang selama periode ini. Mulailah member

makan segera setelah anak ingin amkan. Lanjutkan pemberian ASI. Tunjukan pada ibu cara

memberikan larutan oralit. berikan tablet zinc selama 10 hari.

22

Page 23: Adinda - Case Report Diare Akut

3. Rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat dengan cepat)

Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut,

sementara infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau ringer asetat (atau jika

tak tersedia, gunakan larutan NaCl). Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status

hidrasi belum membaik, beri tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira

5ml/kgBB/jam) segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2

jam (anak) dan beri anak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali

bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam (klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih

rencana terapi) untuk melanjutkan penggunaan.

Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan untuk

memberikan pada penderita:

1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit

2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi

3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung.

Pada diare CRO merupakan terapi cairan utama. CRO telah 25 tahun berperan dalam

menurunkan angka kematian bayi dan anak dibawah 5 tahun karena diare. WHO dan

UNICEF berusaha mengembangkan oralit yang sesuai dan lebih bermanfaat. Telah

dikembangkan oralt baru dengan osmolalitas lebih rendah. Keamanan oralit ini sama dengan

oralit yang lama, namun efektifitasnya lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru

dengan low osmolalitas ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu

mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.

Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan WHO dan UNICEF untuk diare akut

non kolera pada anak.5,8

Komplikasi

1. Gangguan elektrolit

- Hipernatremia

Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L memerlukan pemantauan

berkala yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-

lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena

23

Page 24: Adinda - Case Report Diare Akut

dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit

adalah cara terbaik dan paling aman. Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat

dilakukan menggunakan cairan 0,45% saline-5% dextrose selama 8 jam. Hitung

kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium

plasma setelah 8jam. Bila normal lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan

8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan

0,18% saline-5% dekstrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl

pada setiap 500 ml cairan infuse setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian

diet normal dapat mulai diberikan. lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap

BAB, sampai diare berhenti.5

- Hiponatremia

Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung

sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L). Hiponatremia sering

terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan odema.

Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari hamper semua anak dengan hiponatremi.

Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi

yaitu : memakai ringer laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125-

kadar Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh

diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak

boleh melebihi 2 mEq/L/jam.5

- Hiperkalemia

Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium

glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan monitor detak

jantung.5

- Hipokalemia

Diakatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menuurut kadar K: jika

kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila <2,5

mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4

jam. Dosisnya: (3,5-kadar K terukurx BBx0,4 +2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam

4 jam lemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5-kadar K terukurx BBx 0,4+1/6x2

mEqxBB). Hipokalemia dapat menyebakan kelemahan otot, paralitik usus, gangguan

fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium

24

Page 25: Adinda - Case Report Diare Akut

dapat dikoreksi dengan menggunakan makanan yang kaya kalium selama diare dan

sesudah diare berhenti1

2. Demam

Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus. Pada umunya

demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus.

Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul akibat dehidrasi

pada umunya tidak tinggi dan akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup.

Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam. Pengobatan: kompres dan/

antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi.9

3. Edema/overhidrasi

Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala yang tampak

biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila ada edema otak. Edema

paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang diberi larutan garan faali.

Pengobatan dengan pemberian cairan intravena dan atau oral dihentikan,

kortikosteroid jika kejang.9

4. Asidosis metabolik

Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnay basa cairan

ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang ditandai dengan

pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull). pemberian oralit yang cukup

mengadung bikarbonas atau sitras dapat memperbaiki asidosis.

5. Ileus paralitik

Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil sebagai

akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut kembung,

muntah, peristaltic usu berkurang atau tidak ada. Pengobatan dengan cairan per oral

dihentikan, beri cairan parenteral yang mengandung banyak K.9

6. Kejang

o Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila penderita

dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberika iv, dengan dosis 2,5

25

Page 26: Adinda - Case Report Diare Akut

mg/kgBB, diberikan dalam waktu 5 menit. Jika koma tersebut disebabkan

oleh hipoglikemia dengan pemberian glukosa intravena, kesadaran akan cepat

pulih kembali.

o kejang demam

o Hipernatremia dan hiponatremia

o penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada hubungannya dengan diare,

seperti meningitis, ensefalitis atau epilepsy.

7. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa

Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu formula selama

diare dapat menyebabkan:

- Volume tinja bertambah

- berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk

- dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.

Prognosis

Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar (90%)

kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan

melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%( akan menjadi diare

persisten.5

Malnutrisi

Malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor

ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent (kuman

penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang peranan

penting tetapi faktor lain ikut menentukan. Marasmus adalah compensated malnutrition atau

sebuah mekanisme adaptasi tubuh terhadap kekurangan energi dalam waktu yang lama.

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk empertahankan hidup

dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan

karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan

kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan

26

Page 27: Adinda - Case Report Diare Akut

bakar, tetapi kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit. Akibatnya

katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang

segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama kurangnya intake makanan,

jaringan lemak akan dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Setelah lemak tidak

dapat mencukupi kebutuhan energi, maka otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton

bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan. Pada akhirnya setelah semua tidak

dapat memenuhi kebutuhan akan energi lagi, protein akan dipecah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme basal tubuh. Proses ini berjalan menahun, dan merupakan respon

adaptasi terhadap ketidak cukupan asupan energi dan protein.10

Klasifikasi

Klasifikasi menurut Wellcome pada MEP berat dapat digunakan sampai usia lebih

dari 20 tahun. Klasifikasi menurut Wellcome ini sangat sederhana karena hanya melihat %

BB/U dan ada atau tidaknya edema. Terdapat kategori kurang gizi ini meliputi anak dengan

PEM sedang atau yang mendekati PEM berat tapi tanpa edema, pada keadaan ini % BB/U

berada diatas 60%.11

Klasifikasi MEP berat menurut Wellcome Trust11

% BB/U Dengan edema Tanpa edema

60-80 Kwashiorkor Kurang Gizi

<60 Marasmus- kwashiorkor Marasmus

Klasifikasi MEP berat menurut Gomez11

Klasifikasi % BB/U

Normal >90

Grade I ( Mallnutrisi Ringan) 75-89.9

Grade II ( Mallnutrisi sedang) 60-74.9

Grade III (Mallnutrisi Berat) <60

Antopometri

Berat Badan

27

Page 28: Adinda - Case Report Diare Akut

Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah diukur dan

diulang dan merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. Hasil pengukuran berat badan

dipetakan pada kurva standar Berat badan/ Umur (BB/U) dan Berat Badan/ Tinggi Badan

(BB/TB). Adapun interpretasi pengukuran berat badan yaitu:11

BB/U dibandingkan dengan acuan standard (CDC 2000) dan dinyatakan dalam

persentase:11

> 120 % : disebut gizi lebih

80 – 120 % : disebut gizi baik

60 – 80 % : tanpa edema ; gizi kurang dengan edema ; gizi buruk

(kwashiorkor)

< 60% : gizi buruk : tanpa edema (marasmus) dengan edema (marasmus –

kwashiorkor)

Tinggi Badan (TB)

Tinggi badan pasien harus diukur pada tiap kunjungan . Pengukuran berat badan akan

memberikan informasi yang bermakna kepada dokter tentang status nutrisi dan pertumbuhan

fisis anak. Seperti pada pengukuran berat badan, untuk pengukuran tinggi badan juga

diperlukan informasi umur yang tepat, jenis kelamin dan baku yang diacu yaitu CDC 2000.11

Interpretasi dari dari TB/U dibandingkan standar baku berupa:11

90 – 110 % : baik/normal

70 – 89 % : tinggi kurang

< 70 % : tinggi sangat kurang

Rasio Berat Badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Rasio BB/TB bila dikombinasikan dengan beraat badan menurut umur dan tinggi badan

menurut umur sangat penting dan lebih akurat dalam penilaian status nutrisi karena ia

mencerminkan proporsi tubuh serta dapat membedakan antar “wasting” dan “stunting” atau

28

Page 29: Adinda - Case Report Diare Akut

perawakan pendek. Indeks ini digunakan pada anak perempuan hanya sampai tinggi badan

138 cm, dan pada anak lelaki sampai tinggi badan 145 cm. Setelah itu rasio BB/TB tidak

begitu banyak artinya, karena adanya percepatan tumbuh (growth spurt). Keuntungan indeks

ini adalah tidak diperlukannya faktor umur, yang seringkali tidak diketahui secara tepat.11

BB/TB (%) = (BB terukur saat itu) (BB standar sesuai untuk TB terukur) x 100%,

interpretasi di nilai sebagai berikut:11

> 120 % : Obesitas

110 – 120 % : Overweight

90 – 110 % : normal

70 – 90 % : gizi kurang

< 70 % : gizi buruk

Gejala Klinis

Pada kasus malnutrisi yang berat, gejala klinis terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu

kwashiokor dan marasmus. Pada kenyataannya jarang sekali ditemukan suatu kasus yang

hanya menggambarkan salah satu dari bagian tertentu saja. Sering kali pada kebanyakan

anak-anak penderita gizi buruk, yang ditemukan merupakan perpaduan gejala dan tanda dari

kedua bentuk malnutrisi berat tersebut. Marasmus lebih sering ditemukan pada anak-anak

dibawah usia satu tahun, sedangkan insiden pada anak-anak dengan kwashiokor terjadi pada

usia satu hingga enam tahun. Pada beberapa negara seperti di Asia dan Afrika, marasmus

juga didapatkan pada anak yang lebih dewasa dari usia satu tahun (toddlers), sedangkan di

Chili, marasmus terjadi pada bulan pertama kehidupan anak tersebutnya.10

Gejala pertama dari malnutrisi tipe marasmus adalah kegagalan tumbuh kembang. Pada

kasus yang lebih berat, pertumbuhan bahkan dapat terhenti sama sekali. Selain itu didapatkan

penurunan aktifias fisik dan keterlambatan perkembangan psikomotorik. Pada saat dilakukan

pemeriksaan fisik, akan ditemukan suara tangisan anak yang monoton, lemah, dan tanpa air

mata, lemak subkutan menghilang dan lemak pada telapak kaki juga menghilang sehingga

memberikan kesan tapak kaki seperti orang dewasa. Kulit anak menjadi tipis dan halus,

mudah terjadi luka tergantung adanya defisiensi nutrisi lain yang ikut menyertai keadaan

marasmus. Kaki dan tangan menjadi kurus karena otot-otot lengan serta tungkai mengalami

29

Page 30: Adinda - Case Report Diare Akut

atrofi disertai lemak subkutan yang turut menghilang. Pada pemeriksaan protein serum,

ditemukan hasil yang normal atau sedikit meningkat. Selain itu keadaan yang terlihat

mencolok adalah hilangnya lemak subkutan pada wajah. Akibatnya ialah wajah anak menjadi

lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Tulang rusuk tampak lebih jelas.

Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi kurang dari 60%

berat badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang.

Cengeng dan rewel serta lebih sering disertai diare kronik atau konstipasi, serta penyakit

kronik. Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan menjadi berkurang.

Pada kasus malnutrisi kwashiokor marasmik ditemukan perpaduan gejala antara

kwashiokor dan marasmus. Keadaan ini ditemukan pada anak-anak yang makanan sehari-

harinya tidak mendapatkan cukup protein dan energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada

anak-anak penderita kasus ini disamping terjadi penurunan berat badan dibawah 60% berat

badan normal seusianya, juga memperlihatkan tanda-tanda kwashiokor, seperti edema,

kelainan rambut, kelainan kulit, dan kelainan biokimiawi. Kelainan rambut pada kwashiokor

adalah rambut menjadi lebih mudah dicabut tanpa reaksi sakit dari penderita, warna rambut

menjadi lebih merah, ataupun kelabu hingga putih. Kelainan kulit yang khas pada penyakit

ini ialah crazy pavement dermatosis, yaitu kulit menjadi tampak bercak menyerupai petechiae

yang lambat laun menjadi hitam dan mengelupas di tengahnya, menjadikan daerah sekitarnya

kemerahan dan dikelilingi batas-batas yang masih hitam. Adanya pembesaran hati dan juga

anemia ringan dikarenakan kekurangan berbagai faktor yang turut mengiringi kekurangan

protein, seperti zat besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C, dan tembaga. Selain itu juga

ditemukan kelainan biokimiawi seperti albumin serum yang menurun, globulin serum yang

menurun, dan kadar kolesterol yang rendah.

Diagnosis

Diagnosis marasmus dibuat berdasarkan gambaran klinis, tetapi untuk mengetahui

penyebab harus dilakukan anamnesis makanan dan kebiasaan makan anak serta riwayat

penyakit yang lalu. Pada awalnya, terjadi kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan

kehilangan berat badan sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga

menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang. Lemak pada daerah pipih adalah

bagian terakhir yang hilang sehingga untuk beberapa waktu muka bayi tampak relative

normal sampai nantinya menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung atau datar dan

30

Page 31: Adinda - Case Report Diare Akut

gambaran usus dapat dengan mudah dilihat. Terjadi atrofi otot dengan akibat hipotoni. Suhu

biasanya subnormal, nadi mungkin lambat, dan angka metabolism basal cenderung menurun.

Mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian menjadi lesu dan nafsu makan hilang. Bayi

biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul diare dengan buang air besar sering, tinja berisi

mucus dan sedikit.12

Ciri dari marasmus antara lain:

- Penampilan wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus

- Perubahan mental

- Kulit kering, dingin dan kendur

- Rambut kering, tipis dan mudah rontok

- Lemak subkutan menghilang sehingga turgor kulit berkurang

- Otot atrofi sehingga tulang terlihat jelas

- Sering diare atau konstipasi

- Kadang terdapat bradikardi

- Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebaya

- Kadang frekuensi pernafasan menurun

Selain itu marasmus harus dapat dibedakan dengan kasus malnutrisi lainnya yaitu

kwashiokor agar tidak terjadi kesalahan dalam penegakkan diagnosa yang dapat berpengaruh

pada tindak lanjut kasus ini. Kwashiorkor merupakan sindroma klinis akibat dari malnutrisi

protein berat (MEP berat) dengan masukan kalori yang cukup. Bentuk malnutrisi yang paling

serius dan paling menonjol di dunia saat ini terutama yang berada didaerah industri belum

berkembang. Kwashiorkor berarti “anak tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi

menghisap, gejalanya dapat menjadi jelas sejak masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun,

biasanya sesudah menyapih dari ASI. Walaupun penambahan tinggi dan berat badan

dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat badan

anak normal.

Ciri dari Kwashiorkor menurut antara lain:12

- Perubahan mental sampai apatis

31

Page 32: Adinda - Case Report Diare Akut

- Sering dijumpai Edema

- Atrofi otot

- Gangguan sistem gastrointestinal

- Perubahan rambut dan kulit

- Pembesaran hati

- Anemia

Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori dan

tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat

berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik, sedangkan

penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu

mendapat perawatan di rumah sakit. Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi

dalam dua fase.10,11

Pada fase initial, tujuan yan diharapkan adalah untuk menangani atau mencegah

hipoglikemia, hipotermi, dan dehidrasi. Tahap awal yaitu 24-48 jam per-tama merupakan

masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamat-kan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan

dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena. Cairan yang diberikan ialah

larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200

ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml

sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.

Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada keadaan ini

anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain

mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak

tetap dapat bernafas.

Semua anak, menurut guideline dari WHO, diberikan antibiotic untuk mencegah

komplikasi yang berupa infeksi, namun pemberian antibiotic yang spesifik tergantung dari

diagnosis, keparahan, dan keadaan klinis dari anak tersebut. Pada anak diatas 2 tahun

diberikan obat anti parasite sesuai dari protocol

Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi

cairan dan elektrolit, sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap

pemberian makanan. Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60

kalori/kg BB/hari atau rata-rata 50 kalori/kg BB/hari, dengan protein 1-1,5 g/kg BB/hari.

Jumlah ini dinaikk;an secara berangsur-angsur tiap 1-2 hari sehingga mencapai 150-175

kalori/kg BB/hari dengan protein 3-5 g/kg BB/hari. Waktu yang diperlukan untuk mencapai

32

Page 33: Adinda - Case Report Diare Akut

diet tinggi kalori tinggi protein ini lebih kurang 7-10 hari. Cairan diberikan sebanyak 150

ml/kg BB/hari. Formula yang biasa diberikan dalam tahap ini adalah F-75 yang mengandung

75kcal/100ml dan 0,9 protein/100ml) yang diberika terus menerus setiap 2 jam.10,12

Pemberian vitamin dan mineral yaitu vitamin A diberikan sebanyak 200.000. i.u

peroral atau 100.000 i.u im pada hari pertama kemudian pada hari ke dua diberikan 200.000

i.u. oral. Vitamin A diberikan tanpa melihat ada/tidaknya gejala defisiensi Vitamin A untuk

mencegah terjadinya xeroftalmia karena pada kasus ini kadar vitamin A serum sangat rendah.

Mineral yang perlu ditambahkan ialah K, sebanyak 1-2 Meq/kg BB/hari/IV atau dalam

bentuk preparat oral 75-100 mg/kg BB/hari dan Mg, berupa MgS04 50% 0,25 ml/kg BB/hari

atau magnesium oral 30 mg/kg BB/hari. Dapat diberikan 1 ml vitamin B (IC) dan 1 ml vit. C

(IM), selanjutnya diberikan preparat oral atau dengan diet.

Fase rehabilitasi dimulai saat nafsu makan anak meningkat dan infeksi yang ada

berhasil ditangani. Formula F-75 diganti menjadi F-100 yang dikurangi kadar gulanya untuk

mengurangi osmolaritasnya. Jenis makanan yang memenuhi syarat untuk penderita malnutrisi

berat ialah susu dan diberikan bergantian dengan F-100. Dalam pemilihan jenis makanan

perlu diperhatikan berat badan penderita. Dianjurkan untuk memakai pedoman BB kurang

dari 7 kg diberikan makanan untuk bayi dengan makanan utama ialah susu formula atau susu

yang dimodifikasi, secara bertahap ditambahkan makanan lumat dan makanan lunak.

Penderita dengan BB di atas 7 kg diberikan makanan untuk anak di atas 1 tahun, dalam

bentuk makanan cair kemudian makanan lunak dan makanan padat.

Tabel 4. Sepuluh langkah tatalaksana gizi buruk

No Tindakan Pelayanan Fase Stabilisasi Fase Rehabilitasi Fase Tindak lanjut *)

H 1 - 2 H 3 - 7 Minggu ke 3 - 6 Minggu ke 7 -26

1. Mencegah dan mengatasi

hipoglikemia

2. Mencegah dan mengatasi

hipotermia

3. Mencegah dan mengatasi

33

Page 34: Adinda - Case Report Diare Akut

dehidrasi

4. Memperbaiki gangguan

keseimbangan elektrolit

5. Mengobati infeksi

6. Memperbaiki zat gizi mikro Tanpa Fe Dengan Fe

7. Memberikan makanan

untuk stabilisasi dan

transisi

8. Memberikan makanan

untuk tumbuh kejar

9. Memberikan stimulasi

tumbuh kembang

10. Mempersiapkan untuk

tindak lanjut di rumah

*) Pada fase tindak lanjut dapat dilakukan di rumah, dimana anak secara berkala (1minggu/

kali) berobat jalan ke Puskesmas atau Rumah Sakit.

Pada pasien dengan gizi buruk dibagi dalam 2 fase yang harus dilalui yaitu fase

stabilisasi (Hari 1-7), fase transisi (Hari 8 – 14), fase rehabilitasi (Minggu ke 3 – 6), ditambah

fase tindak lanjut (Minggu ke 7 – 26) seperti tampak pada tabel diatas.

Impetigo

Impetigo secara klinis didefinisikan sebagai penyakit infeksi menular pada kulit yang

superfisial yaitu hanya menyerang epidermis kulit, yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-

lepuhan kecil berisi nanah (pustula) seperti tersundut rokok/api. Penyakit ini merupakan

salah satu contoh pioderma yang sering dijumpai di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Terdapat dua jenis impetigo yaitu impetigo bulosa yang disebabakan oleh Stafilokokus

aureus dan non-bulosa yang disebabkan oleh Streptokokus β hemolitikus. Dasar infeksinya

adalah kurangnya hygiene dan terganggunya fungsi kulit.

Organisme penyebab adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus beta-hemolyticus

grup A (dikenal dengan Streptococcus pyogenes), atau kombinasi keduanya. Staphylococcus

34

Page 35: Adinda - Case Report Diare Akut

dominan ditemukan pada awal lesi. Jika kedua kuman ditemukan bersamaan, maka infeksi

streptococcus merupakan infeksi penyerta. Kuman S. pyogenes menular ke individu yang

sehat melalui kulit, lalu kemudian menyebar ke mukosa saluran napas. Berbeda dengan S.

aureus, yang berawal dengan kolonisasi kuman pada mukosa nasal dan baru dapat ditemukan

pada isolasi kuman di kulit pada sekitar 11 hari kemudian. Impetigo menyebar melalui kontak

langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Pasien dapat lebih jauh menginfeksi

dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan

cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak dan juga pada tempat dengan higiene yang

buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk.

Klasifikasi Impetigo

Terdapat dua bentuk dari impetigo, yaitu:

1. Impetigo Krustosa (impetigo kantagiosa, impetigo vulgaris, impetigo Tilibury Fox)

Impetigo krustosa, disebabkan biasanya oleh Streptococcus B hemolyticus.Tidak disertai

gejala umum, hanya terdapat pada anak.Tempat predileksi di muka, yakni sekitar lubang

hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dan daerah tersebut. Kelainan kulit berupa

eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika pendenita datang berobat yang terlihat

ialah krusta tebal berwama kuning seperti madu. Jika krusta dilepaskan akan tampak erosi

dibawahnya, krusta sering menyebar ke penifer dan sembuh di bagian tengah.

Komplikasinya glomerulonefritis (2-5%), yang disebabkan oleh sero tipe tertentu.

Diagnosis bandingnya adalah Ektima. Pengobatan yang dipakai jika krusta sedikit, lepaskan

krusta dan diberi antibiotik. Jika krusta banyak, diberikan pengobatan antibiotik sistemik 12

2. Impetigo bulosa (Impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet)

Impetigo bulosa biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus, keadaan umum

tidak dipengaruhi, dengan predileksi di daerah ketiak, dada, punggung.Sering bersama-saina

miliaria, terdapat pada anak dan orang dewasa.Kelainan kulit berupa eritema, bula dan hula

hipopion. Kadang-kadang saat datang berobat, vesikel/bula sudah memecah sehingga yang

tampak hanyalah koleret dan dasamya masih eritematosa. Diagnosis banding dan impetigo ini

adalah dermatofitosis (jika sudah pecah dan tampak koleret).

Pada anamnesis hendaknya ditanyakan, apakah sebelumnya terdapat lepuh. Jika ada,

diagnosisnya adalah impetigo bullosa. Pengobatannya jika hanya terdapat beberapa vesikel

bula ditangani dengan cara memecahkan bula, lalu berikan salep antibiotik atau cairan

antiseptik. Jika bula vesikel banyak maka berikan pula antibiotic sistemik 12

35

Page 36: Adinda - Case Report Diare Akut

Terapi

Tujuan pengobatan impetigo adalah menghilangkan rasa tidak nyaman dan

memperbaiki kosmetik dan lesi impetigo, mencegah penyebaran infeksi ke orang lain dan

mencegah kekambuhan

a. Penatalaksanaan Farmakologis

Syarat pengobatan yang baik adalah pengobatan harus efektif, tidak mahal dan

memiliki sedikit efek samping. Antibiotik topikal (lokal) menguntungkan karena hanya

diberikan pada kulit yang teriafeksi sehingga meminimalkan efek samping. Kadangkala

antibiotik topikal dapat menyebabkan reaksi sensitifitas pasa kulit orang-orang tertentu. Pada

lesi yang terlokalisir maka pemberian antibiotik topilcal diutamakan. Karena antibiotilc

topikal sama efektifnya dengan antibiotik oral. Pilihan antibiotik topikal adalah mupirocin

2% atau asam fusidat. Antibiotilc oral disimpan untuk kasus dimana pasien sensitif terhadap

antibiotik topikal, lesi lebih luas atau dengan penyakit penyerta yang berat.Penggunaan

disinfektan topikal tidak direkomendasikan dalam pengobatan impetigo.Obat topikal yang

diberikan mupirocin 2% diberikan di kulit yang terinfeksi 3x sehari selania tiga sampai lima

hari. Antibiotik oral yang dapat diberikan adalah Amoxicillin dengan asam kiavulanat;

cefuroxime;cephalexin; dieloxacillin; atauenitromiein selama 10 hari 13

Analisa Kasus

Diare akut merupakan BAB dengan konsistensi yang lebih lunak atau cair dengan

atau tanpa lendir dan darah yang terjadi dengan frekuensi ≥ 3x dalam 24 jam dan berlangsung

kurang dari 14 hari (atau kurang dari satu minggu). Pasien ini mengalami BAB dengan

frekuensi ≥ 10x dalam 24 jam dan berlangsung selama 3 hari terakhir dengan konsistensi cair.

Pasien mengalami dehidrasi ringan sedang dengan kondisi fisik lemas, capillary refill time ≤

2 detik, mata cekung, kualitas nadi dan pernapasan normal.

Penatalaksaan yang dilakukan sudah tepat yaitu pemberian ringer laktat untuk

mengatasi dehidrasi, pemberian Zinc sebagai mikronutrien untuk mengurangi lamanya dan

tingkat keparahan episode diare dan menurunkan kejadian diare pada 2 – 3 bulan berikutnya.

Lacidofil sebagai probiotik untuk pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan

lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua

pemberian sebanyak 1 – 2 kali.

Malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor

ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent (kuman

36

Page 37: Adinda - Case Report Diare Akut

penyebab), environment (lingkungan). BB/U dibandingkan dengan acuan standard (CDC

2000) dan dinyatakan dalam persentase 73% yaitu gizi buruk. Rasio BB/TB pasien

didapatkan presentase 70% gizi kurang.

Impetigo secara klinis didefinisikan sebagai penyakit infeksi menular pada kulit

yang superfisial yaitu hanya menyerang epidermis kulit, yang menyebabkan terbentuknya

lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula). Pada pasien ditemukan pustula disekitar wajah,

pipi, dan kepala.

Daftar Pustaka

1. IDAI. Buku ajar gastrologi hepatologi. Jilid 1. Jakarta: IDAI, 2010.h.87-118

2. Thomsen M. Probiotics enhancing health with beneficial bacteria. Alternative &

Complementary Therapies 2006; 12: 14-20

3. WHO. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: WHO, 2009.h 131-142

4. Hay WW, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR, editor. Current diagnosis &

treatment in pediatrics. 18th ed. US: The MCGraw-Hill companies; 2007. P.506-8,

521-3, 1049-50.

5. Firmansyah A dkk. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta: Badan

Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005.

37

Page 38: Adinda - Case Report Diare Akut

6. Pickering LK. Gastroenteritis in Nelson textbook of pediatrics 19 th edition. United

Stated of Amrica, Lippincot wiliams

7. Sidhartani M. Peran penatalaksanaan asma pada anak. Disampaikan pada Upaca

Penerimaan Jabatan Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Diponegoro,

Semarang, 28 Juli 2007. H.12-8, 24-5.

8. Suandi IKG. Manajemen nutrisi pada gastroenteritis dalam Kapita Selekta

Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:84-100.

9. Suraatmaja Sudaryat. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:

Sagung Seto. 2007:1-24

10. Pudjiadi Solihin. Penyakit KEP (Kurang Energi dan Protein) dari Ilmu Gizi Klinis

pada Anak edisi keempat, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2005 :

95-137

11. Behrman RE, RM Kliegman, HB Jenson. Food Insecurity, Hunger, and

Undernutrition in Nelson Textbook of Pediatric 18th edition, 2004 : 225-232

12. Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi ke-4. Jakarta : FKUI. 2006.

13. Arthur Rook, D.S. Wilkinson, F.J.G Ebling. Impetigo. Textbook of Dermatology.

Edisi ke-3, Vol 2, Hal 338-341. 1979.

38