Top Banner
Daftar Isi Halaman Bab 1. Pengantar Evaluasi Log 1.1 Apa yang diperlukan industri perminyakan agar sukses dalam penemuan minyak ? 1.2 Apa yang dapat di lakukan oleh perusahaan jasa logging ? Proses Logging Interpretasi Log Sumur Jasa Penyelesaian Sumur Pengamatan Reservoar 1.3 Pengaturan sistem di lapangan 1.4 Sistem di Permukaan Bab 2. Konsep-konsep Evaluasi Dasar 2.1 Ruanglingkup Logging 2.2 Reservoar Asli 2.3 Dampak dari proses pemboran 2.4 Resistivitas dan Faktor Formasi 2.5 Porositas 2.6 Porositas dan Faktor Formasi 2.7 Kejenuhan 2.8 Hidrokarbon yang dipindahkan Bab 3. Apakah Log itu ? 3.1 Penampilan Log 3.2 Corak, skala, bagan dan simbol Log 3.3 Penampilan log 3.4 Penerapan Log Bab 4. Interpretasi Formasi Bersih 4.1 Lingkungan kerja 4.2 Evaluasi litologi dan porositas 4.3 Pengenalan Litologi Pintas 4.4 Penentuan kejenuhan air Bab 5. Metode Pintas 5.1 Indentifikasi Lapisan 5.2 Kendali Mutu Log (LQC) 5.3 Metode rasio resistivitas 5.4 Metode untuk mencari R.w 5.5 Metode untuk mencari Sw 5.6 Ringkasan dari alat ukur Resistivitas 5.7 Porositas pintas dan Litologi dan 53 5.8 Indentifikasi litologi 55 5.9 Penentuan jenis hidrokarbon 55 5.10 EPT pintas 57 Bab 6. Metode Penentuan Rw 58 6.1 Gambar-silang porositas-resistivitas 58 6.2 Metode rasio resistivitas 59 6.3 Rw dari SP 61 6.4 Pendekatan Rwa 61 6.5 Rw dari EPT : 62 6.6 Rw dari sumber lain 62 Bab 7. Kurva SP 63 7.1 Asal usul SP 63 7.2 Bentuk dari kurva SP 65 7.3 Anomali SP 67 7.4 Pencarian Rw68 Bab 8. Log Sinar Gamma 69 8.1 GR dasar 69 8.2 NGT: GR Spektral 71
86

Adi Harsono Log

Dec 14, 2014

Download

Documents

Ahmad Mustoin
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Adi Harsono Log

Daftar IsiHalaman

Bab 1. Pengantar Evaluasi Log1.1 Apa yang diperlukan industri perminyakan agar sukses dalam penemuan minyak ?1.2 Apa yang dapat di lakukan oleh perusahaan jasa logging ?

Proses LoggingInterpretasi Log SumurJasa Penyelesaian SumurPengamatan Reservoar

1.3 Pengaturan sistem di lapangan1.4 Sistem di Permukaan

Bab 2. Konsep-konsep Evaluasi Dasar2.1 Ruanglingkup Logging2.2 Reservoar Asli2.3 Dampak dari proses pemboran2.4 Resistivitas dan Faktor Formasi2.5 Porositas2.6 Porositas dan Faktor Formasi2.7 Kejenuhan2.8 Hidrokarbon yang dipindahkan

Bab 3. Apakah Log itu ?3.1 Penampilan Log3.2 Corak, skala, bagan dan simbol Log3.3 Penampilan log3.4 Penerapan Log

Bab 4. Interpretasi Formasi Bersih4.1 Lingkungan kerja4.2 Evaluasi litologi dan porositas4.3 Pengenalan Litologi Pintas4.4 Penentuan kejenuhan air

Bab 5. Metode Pintas5.1 Indentifikasi Lapisan5.2 Kendali Mutu Log (LQC)5.3 Metode rasio resistivitas5.4 Metode untuk mencari R.w5.5 Metode untuk mencari Sw5.6 Ringkasan dari alat ukur Resistivitas5.7 Porositas pintas dan Litologi dan 535.8 Indentifikasi litologi 555.9 Penentuan jenis hidrokarbon 555.10 EPT pintas 57

Bab 6. Metode Penentuan Rw 586.1 Gambar-silang porositas-resistivitas 586.2 Metode rasio resistivitas 596.3 Rw dari SP 616.4 Pendekatan Rwa 616.5 Rw dari EPT : 626.6 Rw dari sumber lain 62

Bab 7. Kurva SP 637.1 Asal usul SP 637.2 Bentuk dari kurva SP 657.3 Anomali SP 677.4 Pencarian Rw68

Bab 8. Log Sinar Gamma 698.1 GR dasar 698.2 NGT: GR Spektral 71

Page 2: Adi Harsono Log

Bab 9. Porositas: Log Sonik 749.1 BHC 749.2 Sonik panjang-DDBHC 79

Bab 10. Porositas: Log Lito-Densitas 8010.1 Prinsip dari pengukuran densitas 8010.2 Prinsip faktor penyerapan fotolistrik 8310.3 Interpretasi 8310.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran 8510.5 LDQL 87

Bab 11. Porositas: Log Neutron 8911.1 Prinsip CNT 8911.2 Interpretasi 9211.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran 92

Bab 12. Log EPT12.1 Prinsip EPT12.2 Interpretasi12.3 Faktor yang mempengaruhi pengukuran12.4 Aplikasi alat EPT

Bab. 13 Rt dari alat-alat Resistivitas13.1 Laterolog13.2 Alat Induksi13.3 SFL13.4 Menggunakan RX0 untuk mengoreksi Rt

13.5 Perbandingan Induksi dan Laterolog

Bab 14. Rxo dari alat mikro14.1 MSFL14.2 Microlog

Bab 15. Interpretasi Pasir berlempung (Shaly-sands)15.1 Pengaruh lempung15.2 Penentuan RW15.3 Penentuan Rt dan Rx015.3 Penentuan Rt dan Rx015.4 Indikator-indikator lempung15.5 Koreksi hidrokarbon15.6 Perkiraan densitas hidrokarbon15.7 Flow-chart dari Interpretasi Shaly Sands

Bab 16. Interpretasi Model Dua Air•Prinsip Model Dua Air•Cyberlook

Bab 17. Interpretasi dengan Komputer17.1 Pendahuluan17.2 Proses CPI17.3 Model-model CPI

• Model SARABAND dan CORIBAND• Model VOLAN• Metode GLOBAL• Metode ELAN

Bab 18. Contoh Interpretasi 136LQC 136Log Resistivitas 137Log Porositas 138Log NGT 139Kertas Kerja -1 141

Page 3: Adi Harsono Log

Kertas Kerja -2 143Kertas Kerja -3 144Hasil Interpretasi Komputer: ELAN 146

Apendiks

I. Tentang Porositas Netron 154II. Resolusi Tegak dan Jangkauan Datar dari Beberapa Alat Loging 156III. Tentang Log Quality Control (LQC) 157IV. Tentang Peranan Gambar-silang (Crossplots) dalam Interpretasi 162V. Ringkasan Jenis Koreksi Pengaruh Lubang Bor 166VI. Daftar Istilah Yang Dipakai 167

GlossaryJawaban Kertas Kerja-1 dan 2 Lembar tambahan Kertas Kerja 168

Page 4: Adi Harsono Log

Bab 2 Konsep-konsep Evaluasi Dasar2.1 Ruang lingkup Logging

Tidak banyak yang dapat dipelajari tentang potensi dari suatu sumur yang sedang dibor. Dalamkenyataannya lumpur bor mendesakhidrokarbon masuk kedalam formasi menjauhi lubang bor danmencegah hidrokarbon menyembur keluar permukaan. Pemeriksaan berkas bor (cutting) yang kembalikepermukaan dapat memberikan petunjuk tentang litologi secara gamblang dari formasi yang ditembusoleh pahat dan mungkin juga mampu menyingkap tanda-tanda hidrokarbon, akan tetapi cara ini tidakmampu memperkirakan banyaknya minyak atau gas di lapisan formasi.

Logging memberikan data yg diperlukan untuk mengevaluasi scr kuantitas banyaknya hidrokar-bon di lapisan pada situasi dan kondisi sesungguhnya. Kurva log memberikan informasi yang cukuptentang sifat-sifat batuan dan cairan. Dari sudut pandang pengambil keputusan, logging adalah bagianyang penting dari proses pemboran dan penyelesaian sumur. Adalah mutlak untuk mendapatkan data logyang akurat dan lengkap. Biaya logging diperkirakan hanya sekitar 5% dari total biaya ekplorasi sebuahsumur, sehingga adalah kurang bijaksana bila tahap yang penting ini tidak dilaksanakan dengan baik.

- Lubang BorSituasi lubang bor yang dihadapi oleh operator logging kira-kira adalah demikian:

- Kedalaman yang dapat bervariasi antara 1.000 sampai 25.000’,diameter lubang 5" - 17"- Kemiringan lubang yang berkisar antara 20-700.- Lubang bor yang berliku-liku (dogleg) yang mempersulit masuknya alat logging - Temperatur

dasar lubang antara 100°F sampai 400°F- Salinitas garam lumpur 1.000-200.000 ppm; kadang-kadang lumpurnya adalah lumpur minyak.- Berat lumpur antara 9 sampai 17 lb/gal- Tekanan di dasar lubang 500 - 20.000 psi - Runtuhan serpih atau lapisan pasir yang tidak kuat- Suatu lapisan dari mud cake pada seluruh formasi permeabel dengan ketebalan 0.1" - 1".- Daerah terkontaminasi meluas dari hanya beberapa inci hingga beberapa feet dari lubang bor

dimana kebanyakan cairan di pori-pori telah digantikan oleh cairan pemboran.Seringkali kondisi yang lebih buruk dijumpai. Akan tetapi ini merupakan suatu keadaan yang

penuh tantangan karena dari sana akan diperoleh informasi yang akurat tentang keadaan formasi yangsebenarnya seperti sebelum adanya pemboran.

- Prosedur LoggingSetiba di lapangan sumur, para operator logging mulai mengatur letak kendaraan logging segaris

dengan sumbu sumur, menggelarkan kabel logging melalui roda-katrol bawah dan atas, dan menyambungkan alat-alat logging. Insinyur logging melakukan pemeriksaan dan kalibrasi awal, kemudianrangkaian alat logging diturunkan kedasar sumur secepat mungkin dengan memperhatikan kondisisumur. Setelah sampai di dasar sumur, kalibrasi alat sekali lagi dilakukan, skala-skala pembacaan diatur,dan kabel logging mulai ditarik keluar, maka dimulailah proses logging. Kecepatan pengukuran diaturkonstan antara 1800 s/d 6000 kaki/jam, tergantung pada jenis alat logging yang dipakai. Alat-alat loggingumumnya berdiameter 3-5/8” dengan panjang 20-50 ”. Rangkaian tsb biasanya terdiri dari kombinasi daribbrp alat. Kombinasi alat yang umum adalah contoh kombinasi alat super-combo(Gambar 2.1):

DIL-SLS-GR Dual Induction-Sonic-Gamma RayLDL-CNL-NGL Litho Density-Netron-Natural Gamma RayDLL-MSFL-GR Dual Laterelog-Micro SFL-Gamma RayEPT-ML Electromagnetic Propagation-MicrologSHDT-GR Stratigraphy High resolution Dipmeter Tool-GRKabel logging umumnya mempunyai tujuh buah konduktor yang dilapisi isolator teflon tahan

panas dan dua lapis kawat pembungkus dari baja yang kedap terhadap lumpur. Arus listrik dikirim turunmelalui satu pasang konduktor, sedangkan data logging dikirim ke permukaan melalui 5 konduktor yangtersisa. Fungsi kabel selain sebagai alatkomunikasi antara alat logging didalam sumur dengan perangkatkomputer diatas, juga merupakan alat untuk menentukan kedalaman sumur, dengan kata lain panjangkabel yang diturunkan kedalam sumur sesuai dengan kedalaman sumur tersebut.

Kini sistem permukaan yang lama telah digantikan dengan sistem komputer yang lebih canggihdan mudah dioperasi, misalnya sistem komputer MAXIS-500 yang diperkenalkan oleh Schlumbergerpada awal tahun1990 menggunakan sistem citra (imaging) dengan penampilan grafik yang prima dansistem komunikasi telemetri yang lebih cepat. Kabel loggingpun mengalami perkembangan yang cukuppesat, kini telah tersedia berbagai jenis kabel sesuai dengan kondisi lubang, bahkan teknologi seratoptikpun sudah diterapkan pada kabel logging.

2.2 Reservoar Asal (Tak-terkontaminasi)Gambar 2.2 merupakan gambaran dari batuan kandungan hidrokarbon yang berporipori. Matriks

batuannya terdiri dari butiran-butiran batu pasir, gamping, dolomit, atau campuran dari semuanya. Antarabutiran-butiran ada ruang pori yang berisi air, minyak dan mungkin juga gas. Airnya berupa suatu lapisan

Page 5: Adi Harsono Log

Gambar 2.1. Sketsa Susunan Alat Logging Super-Combo

Page 6: Adi Harsono Log

Gambar 2.2. Profil Rembesan pada Batuan

disekitar butiran-butiran dan berupa cincin-cincin tipis pada kontak antar butiran. Air akan menempaticelah-celah yang sangat halus, dan juga membentuk suatu jalur yang menerus, walaupun sangatberbelit-belit melalui struktur batuan. Minyak akan menempati ruang pori yang lebih besar. Jika terdapatgas, maka gas akan menempati ruang pori yang paling besar, terpisah dari minyak.

Sifat-sifat batuan yang penting untuk analisa log adalah porositas, kejenuhan air danpermeabilitas. Dengan dua parameter yang pertama banyaknya hidrokarbon di lapisan formasi dapatdihitung, sedangkan dengan parameter yang terakhir, dapat ditunjukkan pada tingkat mana hidrokarbondapat diproduksi.

- PorositasPorositas, ditandai dengan , adalah bagian dari volume total batuan yang berpori. Pada formasi-

renggang (unconsolidated formation) besarnya porositas tergantung pada distribusi ukuran butiran, tidakpada ukuran butiran mutlak. Porositas akan menjadi tinggi antara 0.35-0.4 jika semua butirannyamempunyai ukuran yang hampir sama. Dan akan menjadi rendah jika ukuran butir bervariasi sehinggabutiran yang kecil akan mengisi ruang pori diantara butiran yang lebih besar. Malah pada porositas yanglebih rendah partikelpartikel batuan umumnya bergabung bersama material yang mengandung silika atauzat kapur, menghasilkan formasi-rapat (consolidated formation) dengan porositas mendekati nol.

Page 7: Adi Harsono Log

- Kejenuhan AirBagian dari ruang pori yang berisi air disebut kejenuhan air, ditandai dengan Sw. Sisa bagian

yang berisi minyak atau gas disebut kejenuhan hidrokarbon, Sh, sama dengan (1- Sw). Asumsi umumadalah bahwa reservoar mula-mula terisi air dan selang masa perubahan geologi, minyak atau gas yangterbentuk di tempat lain pindah ke formasi berpori, menggantikan air pada ruang pori yang lebih besar.Akan tetapi hidrokarbon pindahan ini tidak pernah bisa menggantikan semua air. Ada Kejenuhan Air-Sisa(irreducible water saturation) Sw(irr) yang menunjukkan air yang tertinggal karena tegangan permukaanpada permukaan butiran, kontak butiran, dan didalam celah-celah yang sangat kecil. Nilainya bervariasidari kira-kira 0.05 pada formasi yang sangat kasar dengan luas permukaan kecil, hingga 0.4 atau lebihpada formasi butiran yang sangat halus dengan luas permukaan besar. Air-sisa tidak akan mengalirketika formasi diproduksi.

Maka bagian dari volume total formasi yang mengandung hidrokarbon adalah • Sh atau• (1-Sw). Tujuan utama dari logging adalah untuk menentukan kuantitas ini. Nilainya bisa dari nol hinggamaksimum 0 • (1- Swirr ).

- PermeabilitasPermeabilitas yang ditandai dengan k, adalah kemampuan mengalir dari cairan formasi. Ini

merupakan pengukuran tingkatan dimana cairan akan mengalir melalui suatu daerah batuan berporidibawah gradian tekanan yang tertentu. Dinyatakan dalam milli-darcies (md); nilai 1000 md adalah tinggidan 1.0 m adalah rendah untuk ukuran produksi.

Berbeda dengan porositas, permeabilitas sangat tergantung pada ukuran butiran dari batuan.Sedimen butiran besar dengan pori-pori besar mempunyai permeabilitas tinggi, sedangkan batuanberbutir halus dengan pori-pori kecil dan alur yang berliku-liku mempunyai permeabilitas rendah.

Porositas berubah dengan faktor 3 sedangkan permeabilitas dengan faktor sekitar 4000. –

Batuan kandung-hidrokarbon (Hydrocarbon-Bearing Rocks)Batuan kandung-hidrokarbon umumnya terdiri dari pasir, gamping dan dolomit.Pasir dapat dipindahkan dan diendapkan oleh aliran air. Semakin deras aliran air, akan semakin

kasar butiran pasirnya. Karena mekanisasi ini maka pasir akan cenderung mempunyai porositas antarbutiran yang seragam.

Gamping dilain pihak, tidak dapat dipindahkan seperti butiran pasir melainkan akan diendapkanoleh gerakan air laut. Sebagianmerupakan endapan dari larutan; dan sebagian adalah timbunan darijasad kerang orgaruk. Ruang pori awal sering berubah oleh disolusi ulang lanjutan dari sejumlah zatpadat. Sehingga porositas gamping cenderung menjadi kurang seragam dibandingkan dengan pasir.Porositas gamping mengandung gerohong dan retakan disebut porositas sekunder (secondary porosity),yang bersisipan (interspersed) dengan porositas primer (primary porosity).

Dolomit terbentuk ketika air yang kaya dengan magnesium mengalir melalui gamping,menggantikan sejumlah kalsium dengan magnesium. Proses ini biasanya menyebabkan penguranganvolume batuan. Sehingga dolomitisasi adalah suatu mekanisme penting dalam menyediakan ruang poriuntuk akumulasi hidrokarbon.

Formasi yang berisi hanya pasir atau karbonat disebut formasi bersih (clean formation), relatifmudah diinterpretasikan dengan log moderen. Bila formasi ini berisi lempung, maka dinamakan formasikotor atau formasi serpih (dirty or shaly formations). Reservoar batuan seperti ini cukup sulitdiinterpretasikan.

- Lempung dan SerpihLempung adalah komponen umum dari batuan sedimen. Susunan kimianya terdiri dari alumino-

silikat biasa berupa montmorillonite, Mite, chlorite, atau kaolinite tergantung pada lingkungan dimanamereka terbentuk.

Lempung mempunyai ukuran partikel yang sangat kecil sekitar 1 hingga 3 tingkatan dibawahbutiran pasir. Akan tetapi rasio permukaan-volumenya sangat tinggi hingga 100-10.000 kali rasio yangdimiliki pasir. Sehingga lempung secara efektif dapat mengikat banyak air yang tidak akan mengalir tetapimempengaruhi tanggapan log.

Serpih adalah campuran dari lempung dan lanau (silika halus) yang diendapkan oleh prosessedimentasi berenergi rendah. Serpih mempunyai porositas yang baik, tetapi permeabilitasnya adalahmutlak sama dengan nol. Sehingga serpih murni tidak begitu berperan dalam produksi hidrokarbon,walaupun merupakan batuan-sumber (source rocks) untuk perminyakan. Dilain pihak, pasir atau karbonatyang mengandung sejumlah lempung atau serpih mungkin penting untuk produksi hidrokarbon.

Dengan adanya lempung dan serpih, analisa formasi hidrokarbon menjadi tidak mudah. Makapertama-tama perlu dimengerti prinsip dari interpretasi log pada formasi bersih dan kemudian analisaformasi kotor.

Page 8: Adi Harsono Log

2.3 Dampak dari Proses PemboranProses pemboran menggunakan sebuah pahat yang dipasang pada ujung pipa bor panjang yang

diputar dari permukaan dengan kecepatan 50-150 rpm. Secara bersamaan, beban sebesar 5.000-20.000kg ditempatkan pd pahat, aksi gabungan ini akan menghancurkan batuan. Berkas batuan yang dihasilkandiangkat dari bawah pahat kepermukan oleh lumpur bor yang dipompa kebawah melalui rongga tengahpipa bor, keluar dari lubanglubang pahat, dan kembali keatas melalui celah-celah formasi dan pipa.

Selama proses pemboran, formasi dapat terkikis atau longsor membuat diameter lubang yanglebih besar dari diameter pahat. Pemboran dapat merusak lapisan permeabel, dan kerak-lumpur dapatterbentuk di lapis an yang sama. Rembesan pada dasarnya merupakan salah satu masalah logging.

- Proses RembesanUntuk mencegah kemungkinan penyemburan-liar (blowout) selama pemboran berlangsung,

tekanan lumpur di dalam anulus, Pm, harus dijaga selalu lebih besar dr pd tekanan hidrostatis cairan didalam formasi, Pr . Perbedaan tekanan, pm - pr yang biasanya beberapa ratus psi, akan mendesakcairan pemboran kedalam formasi. Kejadian ini akan membuat partikel-partikel padat dari lumpurtertahan pada dinding formasi membentuk kerak-lumpur. Cairan yang menembus melalui kerak-lumpurini disebut mud filtrate yang telah disaring melewati formasi dan mendesak atau menggantikan sejumlahcairan reservoar. Daerah berdekatan dng lubang bor yang berisi filtrasi lumpur disebut zona rembesan.

Proses rembesan akan berlangsung cepat pada awal proses tetapi menjadi lambat saat kerak-lumpur mulai terbentuk yang menahan proses rembesan lanjutan. Jika kondisinya statis, kerak-lumpur

akan terus terbentuk dan tingkat filtrasi menurun sebanding dengant

1 dimana t adalah waktu aliran.

Selama pemboran, gerakan sirkulasi lumpur dan cutting bat ditambah getaran yg disebabkanoleh perputaran pipa bor terus mengikis mudcake dan juga formasi. Jika formasi berhenti dikikis, suatukondisi keseimbangan dinamis tercapai dimana kerak-lumpur menebal & tingkat filtrasi menjadi konstan.

Ketika pipa bor ditarik keluar untuk diganti pahat baru, kerak-lumpur mulai terbentuk kembalipada lapisan permeabel dalam kondisi filtrasi yang statis. Ketika pemboran dimulai lagi, kerak-lumpurbagian luar yang baru saja terbentuk akan terkikis dan keseimbangan dinamis sekali lagi akan terjadi.

Akhirnya, ketika semua pipa bor ditarik keluar untuk tujuan proses logging, filtrasi statik akanmulai terjadi lagi dan kerak-lumpur lembut akan terbentuk lagi. Pembentukan tambahan ini seringteramati dengan pengukuran diameter lubang oleh alat-alat logging yang ternyata lebih kecil daridiameter pahat pada lapisan-permeabel dekat di dasar sumur. Tebal kerak-lumpur biasanya berukuran1/8 -3/4 inci pada saat logging.Kedalaman dari rembesan akan naik dengan cepat selama period.e erosi formasi. Kemudian rembesanmenjadi lambat karena keseimbangan dinamis dan tingkat kenaikan dari kedalaman rembesan adalahberbanding terbalik dengan kedalaman rembesan yang telah dicapai untuk tingkatan filtrasi yang tetap.

- Kedalaman rembesan pada saat loggingKedalaman dimana filtrasi lumpur telah menembus suatu formasi berpori pada saat logging

tergantung pada beberapa faktor, yang pertama adalah sifat filtrasi dari lumpur bor dan perbedaantekanan antara lumpur dengan reservoar. Tingkat filtrasi statis dari suatu jenis lumpur dapat dibaca daricatatan air-hilang (water loss) pada kepala-log (log heading). Ini adalah jumlah filtrasi (dalam cc) yangmelalui sehelai saringan kertas dalam waktu 30 menit pada perbedaan tekanan 100 psi dan suhu 76° F(standar API). Nilai air hilang biasanya sekitar 12 cc; kalau 30 cc dianggap sebagai lumpur parah (poorwall building mud), dan 4 cc adalah sangat baik. Akan tetapi pengalaman menunjukkan hanya ada sedikithubungan antara karakteristik filtrasi statis pada temperatur permukaan dengan filtrasi dinamis padatemperatur lubang bor. Akibatnya adalah tidak mungkin untuk meramalkan kedalaman rembesan hanyadari lumpur dan informasi pemboran yang ada. Seorang Analis Log harus menarik kesimpulan sendiridari data-data log.

Walaupun demikian seseorang dapat memperkirakan kedalaman rembesan dari suatu jenislumpur tertentu yang berhubungan dengan porositas. Ketika kerak-lumpur mulai terbentuk,permeabilitasnya menjadi relatif rendah dibandingkan dengan permeabilitas rata-rata formasi sehinggahampir seluruh perbedaan tekanan (Pm - Pr ) dikenai pada kerak-lumpur dan hanya sedikit yangmengenai formasi. Akibatnya kerak-lumpurlah yang mengendalikan kelajuan filtrasi. Pada suatu waktutertentu volume dari cairan yang sama akan merembes formasi yangberbeda, tanpa memandangporositas atau permeabilitas (kecuali permeabilitasnya dibawah 1.0 md). Ini berarti bahwa kedalamanrembesan akan menjadi minimum pada porositas tinggi dimana banyak ruang pori yang tersedia untukcairan rembesan, dan menjadi maksimum pada porositas rendah dimana hanya sedikit ruang pori yangtersedia. Diperkirakan kedalaman rembesan sebanding dengan 1/ dimana adalah porositas.Kedalaman rembesan akanberlipat dua jika porositas berkurang dari 36% hingga 9%, misalnya.Walaupun demikian faktor-faktor lain juga menentukan. Dapat dikatakan bahwa kedalaman rembesanberkisar antara beberapa inci sampai beberapa feet, biasanya sekitar 1-2ft.

Page 9: Adi Harsono Log

- Gambaran dari batuan di daerah rembesanBila kita bisa berjalan dari lubang bor menembus dinding sumur, yang pertama akan dijumpai

adalah daerah rembesan (flushed zone), kemudian daerah transisi (transition zone), dan yang terakhiradalah formasi murni (unperturbed formation). Di daerah rembesan boleh dianggap bahwa semua air-formasi telah digantikan oleh filtrasi-lumpur (yang mungkin juga tidak terlalu benar). Jika formasimengandung hidrokarbon, maka hanya sejumlah tapi tidak seluruh dari hidrokarbon akan terdesak olehfiltrasi-lumpur rembesan. Kejenuhan hidrokarbon yang tersisa berkisar antara 10 sampai dengan 40%.Kejenuhan akan tergantung pada isi hidrokarbon awal dan pada kekontrasan antara mobilitas dari filtrasidan mobilitas dari hidrokarbon. Air akan menggantikan minyak ringan (medium gravity oil) dengan sangatbaik, tetapi sangat buruk dalam hal menggantikan minyak berat (heavy oil) dan gas ringan viscositas-rendah (low-viscosity light gas). (Gambar 2.4).

Di daerah transisi, sejumlah air asal dan sejumlah hidrokarbon, jika ada, akan digantikan, mula-mula berdekatan dengan lubang bor akan tetapi secara perlahan akan bergeser menjauhinya. Ini akanmemakan waktu beberapa hari setelah pemboran formasi dilakukan untuk menjadikan pola rembesanmencapai suatu kondisi keseimbangan.

Pada pasir dengan porositas dan permeabilitas tinggi, cairan rembesan dapat terpisah karenagaya gravitasi (gravity-segregate) secara vertikal maupun lateral. Filtrasi rembesan salinitas-rendah(Low-salinity filtrate) cenderung berada di bagian atas dari lapisan pasir dengan salinitas-tinggi,sedangkan air rembesan di lapisan pasir berminyak cenderung berada di bawah lapisan minyak.Perkembangan ini Bering teramati pada log yang direkam belakangan. Serpih mempunyai permeabilitasmendekati nol, tidak terkontaminasi atau membentuk kerak-lumpur. Lebih sering, air-tawar (fresh water)dari lumpur bor akan menyebabkan lempung didalam serpih mengembang atau membengkak,mengakibatkan formasi itu menjadi berlumpur dan berlubang. Pengaturan kondisi lumpur yang tepatdapat memperkecil masalah ini.

- Penampilan RembesanGambar 2.3 dan 2.4 menunjukkan suatu formasi berpori yang dirembesi oleh filtrasi lumpur

selama pemboran, dan bermacam-macam simbol yang digunakan dalam analisa log. Untuk lengkapnyasilahkan melihat Glossary dibagian akhir dari buku ini.

Page 10: Adi Harsono Log

Dapat dilihat bahwa model yang paling sederhana adalah yang batasannya adalah lapisan yangsederhana, suatu situasi yang memungkinkan kita menggunakan persamaan persamaan linier untukmewakili tanggapan alat.

Dalam kasus alat resistivitas, perlu dicari 3 parameter: resistivitas-sesungguhnya (true resistivity)Rt, resistivitas dr daerah rembesan Rxo, dan diameter rembesan Di. Shng diperlukan suatu sistim dng 3persamaan linier. Ini dicapai dng menggunakan 3 jenis alat resistivitas dengan kedalaman penyelidikanyang berbeda. Buku grafik berisi grafik-grafik seperti Rint-9 digunakan untuk tujuan itu.

Gambar 2.3 Simbol-simbol dalam Analisa Log

Gambar 2.4 Profil Rembesan dan Resistivitas2.4 Resistivitas dan Faktor Formasi

Misalkan pada kubus dengan volume satu satuan (1m3) yang hanya berisi air dialirkan arus listrik(Gambar 2.5), bila besar arus listrik diketahui mk tahanan kubus tsb dapat diukur. Karena volumenyaadalah satu maka tahanan yang diukur adalah tahanan air itu sendiri yaitu Rw dalam satuan Ohms.

Air formasi adalah konduktif karena adanya komponen garam didalam larutan:NaCl Na+ + Cl-

CaSO4 Ca++ + S04-Pengukuran di laboratorium menunjukkan bahwa resistivitas air formasi Rw akan turun jika

konsentrasi dan temperatur naik. Lihat grafik Gen-9. Sekarang kubus air tadi diisi sejumlah butiran pasiryang tidak konduktif (Gambar 2.6), maka tahanan totalnya (juga tahanan jenisnya) menjadi Ro didalamsatuan Ohms. Banyak percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa terdapat hubungan antararesistivitas air Rw dan resistivitas dari batuan basah Ro. Perbandingannya disebut F, faktor resistivitasformasi: Ro = F. Rw

Page 11: Adi Harsono Log

Satuan untuk mengukur resistivitas adalah Ohm-m2/m, biasanya disingkat Ohm-m. Pada loggingelektrik, kebalikan dari resistivitas (disebut konduktivitas) juga diukur. Satuannya adalah Mho-m/m2.Dalam praktek, satuan ini terlalu besar, sehingga digunakan satuan yang lebih kecil, millimho/meter,satuan dari konduktivitas disingkat dengan mmho.

Jika dari kubus tadi sejumlah air digantikan dengan minyak, maka resistivitas dari kubus menjadiRt. Karena minyak adalah tidak konduktif, resistivitas total dari kubus Rt akan lebih besar dari Ro.

2.5 PorositasDefinisi dari porositas: Porositas adalah bagian dari volume batuan yang tidak terisi oleh benda

padat. Ada beberapa macam porositas:- Porositas Total t, adalah perbandingan antara ruang kosong total yang tidak diisi oleh benda padat

(pori-pori, retakan, rekahan, gerohong) yang ada diantara elemen-elemen mineral dari batuan,

dengan volume total batuan.VtVp

VtVsVt

t

dimana:Vp = volume ruang kosong, biasanya terisi oleh cairan (air, minyak, gas), Vs = volumeyang terisi oleh zat padat, Vt = volume total batuanPorositas total meliputi:

Porositas primer 1 , antar-butir atau antar-kristal. Ini terutama tergantung pada bentukdan ukuran zat padat, dan cara penyortirannya. Biasanya dijumpai pada batuan klastik.

Porositas gerowong yang diperoleh dari proses disolusi, dan porositas rekahan yangdiperoleh secara mekanik, akan membentuk prositas sekunder 2, banyak berhubungandengan batuan zat kimia atau biokimia. Porositas total (t) = 1 + 2

- Porositas Bersambungan (connected porosity) connected,adalah bagian dari ruang kosong bersam-bungan didalam batuan. Bisa jauh lebih sedikit dibandingkan dengan porositas total jika pori-porinyatidak bersambungan (kasus dari batu apung, dimana 1 mendekati 50% dan connected adalah nol).

- Porositas Potensial Pot , istilah porositas ini tidak begitu populer. Pengertian porositas ini dihubungkandengan ukuran jalur pori-pori pada batasan tertentu dimana cairan tak dapat lagi mengalir (misalnya 20µm untuk minyak dan 5 µm untuk gas).

- Porositas efektif e , adalah porositas yang dapat dilalui oleh cairan bebas, tidak termasuk porositasyang tidak bersambungan, dan ruangan yang terisi oleh air-resapan dan air-ikat serpih. Ini adalahdefinisi yang khusus untuk analisa log.

Catatan bahwa porositas adalah tanpa dimensi. Biasanya dinyatakan sebagai angka desimal ataudikalikan dengan 100 dalam %, atau satuan porositas (pu).

2.6 Porositas dan Faktor FormasiPerhatikan gambar 2.7 di bawah ini. Misalkan dalam satu satuan volume dari kubus batuan

ditembus oleh kanal-kanal silinder sejajar yang berisi air dengan resistivitas Rw:Terlihat bahwa dalam formasi air bersih faktor formasi F dinyatakan sbgi rasio dari F = Ro /Rw

Tahanan antara bidang A dan B (dan resistivitasnya) dari kubus satuan meter kubik yang ruangkosongnya secara teori terdiri dari kanal-kanal berbentuk silinder sejajar dengan penampang Sp, adalah

Ro = Rw . 1/SP tetapi Sp sama dengan , karena SpSp

VtVp

1.1.1

.1 sehingga Ro = Rw/dan Ro akan

berbanding terbalik dengan porositas, yang akan menyebabkan F - 1/, dalam kenyataan, arus listrik

Page 12: Adi Harsono Log

VpVw

VpVwVp

Sw

biasanya mengalir melewati jalan berliku-liku dimana penampang Sp -nya akan berubah dengan cepat.Ini adalah fungsi dari struktur batuan.

Gambar 2.7 Porositas dan Faktor Formasi

Banyak percobaan laboratorium telahmenunjukkan bahwa untuk batuan bersih,hubungan antara porositas dan faktor formasiadalah: F = a/m

dimana:a= koefisien yang tergantung pada litologi, berkisar

antara 0.6 dan 2;m= faktor sementasi atau faktor liku-liku (tortuosi-

ty), tergantung dari jenis sedimen, bentukpori, macam sambungan pori serta jenisporositas dan distribusinya, dan juga padakemampatan

Dari studi yang berbeda tampak bahwa m bisa berubah antara 1 dan 3, mungkin juga lebih.Untuk formasi-formasi pasiran, rumus Humble sering digunakan: F = 0.62/2.15

Dalam formasi tidak keras (soft), rumus yang paling klasik adalah F = 0.81/m

Dalam formasi terkompaksi F = 1/m Akhirnya, dalam karbonat dengan porositas rendah, rumus Shelldigunakan F =1/m dengan m = 1.87 + (0.019/) Grafik Por-1 menunjukkan hubungan F -

2.7 KejenuhanKejenuhan adalah rasio dari volume yang terisi oleh cairan tersebut dengan volume porositas

total, ditandai dengan S.Jika cairannya adalah air-formasi Sw = VW/VP

Jika air adalah satu-satunya cairan didalam pori-pori Sw =1Jika terdapat sejumlah hidrokarbon Vhy = VP - Vw dan kejenuhan air Sw adalah:

Kejenuhan tidak berdimensi, karena hanya berupa rasio, akan tetapi sering dikalikan 100 untukdinyatakan dalam persen.

Banyak percobaan di laboratorium menunjukkan kejenuhan air dapat ditulis dalam bentuk

umumnya RtRos n

w dimana:

Ro = resistivitas batuan dng porositas yang hanya diisi oleh air-formasi dengan resistivitas Rw;Rt = resistivitas batuan yang sama diisi oleh air dan sejumlah hidrokarbon, kejenuhan airnya adalah SW.n = eksponen kejenuhan yang ditentukan berdasarkan percobaan, dan bervariasi antara 1.2 dan 2.2.

Pada pendekatan pertama, n biasanya diambil sama dengan 2.

Catatan : bhw jika menggantikan Ro mk didpt nwS

RwFRt . (persamaan Archie untuk formasi bersih).

Kejenuhan hidrokarbon tak pernah mencapai total. Kenyataannya adalah selalu ada sejumlahkecil air didalam tingkatan kapiler yang tidak dapat digantikan oleh hidrokarbon. Ini disebut KejenuhanAir-sisa (irreducible water saturation) Swirr Nilainya tergantung dari jenis porositas, ukuran pori, diameterdari sambungan, dan sifat dasar dari butiran matriks.

Hal yang sama, bahwa tidak semua air dapat digantikan oleh hidrokarbon, juga semuahidrokarbon yang terkandung dalam formasi berpori tidak selalu dapat dipindahkan. Bagian dari volumeberpori yang diisi oleh hidrokarbon yang tidak dapat dipindahkan ini (non-moveable hidrocarbon) disebutkejenuhan-hidrokarbon-sisa (residual hidrocarbon saturation) Shr.

2.8 Hidrokarbon yang dipindahkan (Moved Hydrocarbons )Konsepnya lebih tepat diterapkan untuk reservoar minyak dari reservoar gas. Jika selama

operasi pemboran, sejumlah hidrokarbon terdesak dari lubang bor, maka logikanya selama fase produksisejumlah hidrokarbon yang sama dapat diproduksi oleh formasi yang sama.Terlihat bahwa kejenuhan hidrokarbon-sisa dalam daerah rembesan yang dinamakan Shr, dapatdituliskan dalam SxoShr 1

Volume dari hidrokarbon-pindah dapat ditulis: )1()1.(().( SwSwShrSh atau ).( SwSxo

Page 13: Adi Harsono Log

Bab 3. Apakah Log itu?3.1 Penampilan log

Log adalah suatu grafik kedalaman (kadang-kadang waktu), dari satu set kurva yangmenunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan didalam sebuah sumur.

Dengan tersedianya alat komputer maka saat ini sebuah log dapat merupakan gabungan daribeberapa log.

3.1.1 Jenis-jenis logPada dasarnya ada 3 macam log:

Log Lapangan (Acquisition Logs ) Sering kali ditandai dengan tulisan besar yang bertuliskanField Print . Log ini adalah log lapangan yang orisinil/mentah dan belum dikoreksi sama sekali.

Log Transmisi Sering ditandai oleh tulisan Field Transmitted Log untuk menunjukkan bahwamereka bukan turunan dari log lapangan melainkan log yang telah dikirimkan dari lokasi melaluijasa satelit atau telepon.

Log yang sudah diprosesIni meliputi log yang disunting, diproses pada CSU, dan tidak harus dilapangan, juga meliputi produk-produk FLIC, biasanya ditandai dengan nama FLIC dan nomorreferensi.

Gambar 3.1. Contoh Kepala Log

3.1.2 Kepala-log (Heading) (Gambar 3.1).Sebuah log umumnya memiliki judul/kepala pada bagian atas yang mencantumkan semua

informasi yang berhubungan dengan sumur, misalnya: jenis instrumen yang dipakai, kalibrasi

Page 14: Adi Harsono Log

Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Penerapan umumliner liner liner porositasliner logaritma liner Sonik-Induksiliner logaritma logaritma Dual Laterelog-MSFL

instrumentasi, komentar-komentar mengenai pengukuran, skala kurva dan informasi lain3.1.3 Kolom Log (Tracks)

Bentuk umum dari log mempunyai lebar dengan ukuran 11", terdiri dari satu kolom kedalamandan beberapa kolom kurva, dimana angka kedalaman membagi sumbu panjang log dengan pembagianskala tertentu.

Umumnya terdapat 3 macam kolom kurva, yang dikenal sebagai kolom 1, 2 dan 3, dihitung darikiri kekanan. Kolom kedalaman memisahkan kolom 1 dan 2. Tiap kolom kurva boleh memuat lebih dari 1kurva.

Penyajian lain bisa saja terdiri dari 4 kolom kurva ditambah 1 kolom kedalaman, bahkan produkdari Pusat Komputer FLIC bisa memiliki lebih banyak kolom kurva lagi yang tercetak diatas kertasberukuran 22".3.1.4 Skala Kedalaman

Satuan kedalaman bisa dalam kaki atau meter sesuai dengan satuan yang digunakanperusahaan minyak.

Log standar memiliki dua skala kedalaman, yang satu digunakan untuk korelasi, yang satu lagidigunakan untuk interpretasi yang rinci. Skala korelasi bisa 1:1000 atau 1:500 dan skala rinci 1:200. Padaskala-skala korelasi, garis-garis kedalaman akan terjadi setiap 5 meter atau 10 feet, sedangkan padaskala rinci terjadi setiap 2 feet atau satu meter.3.1.5 Kecepatan Logging

Salah satu proses kendali-mutu-log (LQC) adalah pemeriksaan kecepatan logging, terutamapada log nuklir. Kecepatan logging terekam pada sisi kiri dan kanan dari log lapangan, berupa garispatah-patah. Satu garis patah terjadi setiap satu merit, panjang garis patah dalam feet atau metermenunjukkan kecepatan logging pada kedalaman itu setiap menit, kalau dikalikan dengan 60 akanmemberikan kecepatan dalam feet (atau meter) per jam. Misalnya panjang garis patah itu 30 feet, makalogging speed pada saat dan di kedalaman itu adalah 30 x 60 = 1800 ft/jam. Jika kecepatan loggingterlalu tinggi, kurva-kurva alat nuklir yang berdasarkan perhitungan statistik, akan mempunyai angkastatistik data yang rendah, mengakibatkan resolusi kurva menjadi rendah. Sebaliknya kecepatan loggingyang terlalu rendah walaupun memberikan lebih banyak data, akan tetapi secara keseluruhan tidakefisien dan tidak diperlukan.

Gambar 3.2 Contoh Sepotong Log Lapangan

3.2 Corak, Skala, Bagan dan Simbol (Grids, scales, traces, symbols)3.2.1 CorakAda 3 macam corak yang umum dipakai pada log:

3.2.2 Skala KurvaSkala kurva ditunjukkan pada kepala-log, langsung dalam satuan fisika. Beberapa pengukuran

berupa rasio atau angka-angka desimal, sehingga dalam hal ini tidak ada satuan yang ditampilkan.

Page 15: Adi Harsono Log

Pada bab lain ditunjukkan bahwa adalah penting untuk merekam kurva-kurva porositas secarabersamaan pada skala yang sesuai, sehingga perbandingan secara langsung dapat dilakukan. Ini khususberlaku untuk log netron-densitas.Dengan cara yang sama, log-log resistivitas direkam bersamaan pada skala yang sama dengan skalalogaritma, sehingga memungkinkan penentuan rasio dari dua pengukuran dengan lebih mudah, danmemberikan sensitivitas yang sama pada semua nilai log.

3.2.3 Bagan kurvaSetiap kurva ditunjukkan dengan bagan yang unik, ada yang berbentuk garis patah pendek, garis

patah panjang, garis lurus, garis titik untuk memudahkan pembacaan. Akan tetapi alokasi bagan tidaklahmenyeluruh, dan perhatian besar harus dilakukan untuk mengenal setiap kurva dengan informasi padakepala-log. Bila jenis alat cetak yang dipakai adalah berwarna, tiap-tiap kurva akan diberikan warna yangberbeda sehingga lebih memudahkan pembacaan kurva.

3.2.4 Nama KurvaDengan kehadiran komputer, istilah-istilah digunakan untuk menunjukkan nama kurva, nama

alat, nama pada kepala-log. Lihat daftar istilah untuk lebih mengenal istilah-istilah yang paling umum.

Gambar 3.3 Contoh Sepotong Log Lapangan

Page 16: Adi Harsono Log

3.3 Penampilan LogLog Gamma Ray (GR) yang dapat dikombinasikan dengan alat logging apapun biasanya

ditampilkan pada kolom 1 dengan skala liner dari 0 - 100 atau 0 - 150 GAPI.

3.3.1 Induksi-Sonik (ISS)Ini merupakan perekaman serempak dari log induksi dan log sonik.

Di kolom 1, pada skala linier terdapat:- kurva SP, biasanya 10 mV per divisi, dari -80 s/d 20 mV- kurva Caliper (CALI) diskala dari kiri ke kanan dalam inci, biasanya dari 6 ke 16, tetapi skala dapat

dibesarkan untuk disesuaikan dengan ukuran pahat.- kurva ukuran pahat /Bit Size (BS), suatu kurva tetap yang diatur sesuai dengan ukuran pahat.

Di kolom 2, pada skala logaritma yang biasanya diskala dari kiri ke kanan dari 0.2 ke 20 Ohms terdapat- kurva induksi dalam /deep induction curve (ILD)- kurva resistivitas menengah /medium resistivity curve (SFLU), atau, dengan kombinasi Sonik-

induksi-dua peran /dual-induction-Sonic (DIS), - kurva induksi dalam (ILD)- kurva resistivitas menengah (ILM)

Di kolom 3, pada skala linier terdapat:- kurva interval waktu transit /Interval Transit Time (atau slowness) At diskala dari kanan ke kiri,

biasanya 40-140 is/ft.- kurva tegangan kabel /Cable Tension (TENS), diskala dalam satuan lbs.

Lebih lanjut, Integrated Transit Time (111) ditampilkan dengan pips sepanjang tepi kiri kolom 2. Setiappip kecil adalah 1 ms, dan yangbesar 10 ms. Sedangkan di tepi kanan kolom 1 sering kali ditampilkanIntegrated Hole Volume (IHV) yangberbentuk pips juga, setiap pip kecil IHV adalah 0.1 m3 dan pip besaradalah 1 m3 (atau dalam feet). (Gambar 3.3.)

Gambar 3.4 Contoh Log Resistivitas DLL-MSFL3.3.2 Dual Laterolog-MSFL (DLL-MSFL)

Perekaman bersamaan dari Dual-Laterolog (log resistivitas) dan MSFL (mikro-resistivity log).Micro resistivity log hanya dapat diperoleh jika lumpur bersifat konduktif.Di kolom 1, selalu berskala linier, terdapat:

- kurva SP, biasanya 10 my per divisi- kurva kaliper (CALI), biasanya 6"-16", atau 10" - 20".- kurva ukuran pahat (BS) dengan skala sama dengan kaliper

Di kolom 2 dan 3, berskala logaritma, yg diskala dr kiri ke kanan dari 0.2 ke 20.000 Ohms:- kurva resistivitas dalam (LLd)

Page 17: Adi Harsono Log

- kurva resistivitas dangkal (LLs) - kurva resistivitas mikro (MSFL) Perhatikan gambar 3.4:

3.3.3 Litodensitas-NetronPembacaan bersamaan dari log Lito-densitas dan log Netron. Hampir selalu dengan log GR.- Di kolom 1, ditemui pada skala linier: kurva kaliper (CALI), biasanya 6"46" atau 10" - 20" dan

kurva ukuran pahat (BS) dengan skala sama dengan kaliper- Di kolom 2 dan 3 kurva porositas Netron (NPHI), kiri ke kanan, 0 sd 60 pu. - kurva densitas

(RHOB), kanan ke kiri, 1.7 sd 2.7 gm/cc- Di kolom 2Kurva Litologi (PEF), kanan ke kiri, 0 s/d 10- Di kolom 3 kurva koreksi densitas (DRHO), kiri ke kanan, -.25 s/d.25

3.4. Penerapan log3.4.1 Evaluasi Formasikomputasi di lapangan - produk FLIC3.4.2 Korelasi sumur ke sumur, dan sebelum dan setelah pemasangan selubung baja3.4.3 Deteksi daerah kelebihan tekanan Log Sonik dan Log Densitas dan Di daerah tertentu, log

induksi3.4.4 Kalibrasi Data Seismic Seismogram-Sintetik menggunakan Log Sonik, Log Densitas dan

Survey Seismic Reference (Survei kelajuan)3.4.5 Mekanik batuan Kekuatan Formasi, dan Landaian (Gradien) tekanan rekahan3.4.6 Kualitas semenIndeks Penyemenan (Bond Index) - Volume Semen3.4.7 Lintasan SumurSurvei Deviasi3.4.8 Pemeriksaan dan Pemantauan Reservoar Log Produksi, Analisa Tekanan, dan Log Thermal

Netron Decay (TDT)Penerapan-penerapan banyak-sumur Reservoir Description Services, danPemetaan Reservoar (Mapping Services

Gambar 3.5 Contoh Log Densitas-Netron

Page 18: Adi Harsono Log

Bab 5 Metode Pintas Interpretasi Pintas

Ide dari interpretasi pintas adalah membuat suatu evaluasi log secara cepat tanpa dikenakankoreksi kondisi lubang bor.

Cara ini merupakan penyederhanaan dari pada teknik analisa seperti yang diuraikan pada Bab 4.Tujuannya adalah1. Kendali mutu log2. Mendeteksi lapisan kandung-hidrokarbon3. Memperkirakan nilai dari porositas dan

kejenuhan air

4. Identifikasi jenis hidrokarbon (minyak atau gas)5. identifikasi litologi6. Korelasi dengan sumur-sumur yang berdekatan

dalam hal untuk memutuskan perlu tidaknya al: membor lebih lanjut ?, memasang selubung baja danpengujian (interval yang mana?) dengan asumsi-asumsi yang dibuat :

1. Formasi bersih2. Rembesan menengah3. Kondisi lubang bor bagus

4. Rw adalah konstan5. Litologi sederhana

5.1 Identifikasi lapisanPertama-tama kita ingin mengenal lapisan-permeabel dan menghindari lapisan-tak permeabel.

Bagaimana mengenal lapisan permeabel ?- Kurva SP akan menyimpang dari garis dasar serpih pada lapisan-permeabel ketika Rmf # Rw.- GR rendah menunjukkan kandungan serpih rendah, dan mungkin juga permeabilitas.- Profil resistivitas: pemisahan antara kurva-kurva resistivitas yg memiliki kedalaman investigasi yg

berbeda akan menunjukkan bhw rembesan dari lumpur telah terjadi shg lapisan itu bersifatpermeabel. Diameter rembesan dapat ditentukan dengan menggunakan grafik yang sesuai.

- Kaliper: deteksi terhadap kerak-lumpur dalam kondisi lubang yang lumayan.

2.. SRTCALILDTCALI

hmc

- Kandungan-serpih : dapat diperkirakan dengan mengamati kurva GR.

Penentuan ketebalan lapisan (Lihat bab 4 untuk lebih rinci).Batasan lapisan ditentukan oleh perubahan : litologi dan perubahan porositas atau permeabilitas

5.2 Kendali Mutu LogSebelum suatu usaha evaluasi (termasuk evaluasi pintas), kalibrasi log porositas dapat diuji dalamlapisan yang telah dikenal. Lihat tabel 5-1 untuk sejumlah pembacaan log.

Tabel 5-1pb 4N At Rt GR Pe

ANHYDRITEGARAM (HALITE)BATUBARA

>2.92.0-2.12.0

-1-1.5>40

> 48 - 5265 - 69apa saja

>500>500medium

<20<20rendah

5.054.65<1

Lapisan Porositasrendah

Gunakan gambar-silang netron-densitas sesuai dengan jenis mineral

Karbonat dengan porositas rendah seharusnya digambar pada garis mineral yang sesuai padagambar-silang Pb - W Dalam hal ketaksesuaian, pergeseran log diperlukan sebelum mencoba suatuinterpretasi.

5.3 Metode rasio resistivitasEvaluasi pintas resistivitas berdasarkan pada persamaan Archie dan pada "metode rasio

resistivitas" khususnya. Standarisasi skala log yang sesuai diperlukan untuk memungkinkan penggunaanteknik tumpang-tindih (overlay).

Pembacaan dari log lapangan digunakan secara langsung, tanpa koreksi terhadap kondisilubang bor atau rembesan.Dianggap bahwa: ILd atau LLd = Rt , MSFL= Rxo, dan N atau D = Metode ini hanya dapatdigunakan pada formasi bersih atau kandungan serpih sangat rendah (< 5%).

Hubungan Dasar

Dari ketiga hubungan-hubungan dasar:RtRw

FSw .2 RxoRmf

FS XO .2 SXO= 2.0WS

Page 19: Adi Harsono Log

kita dapatkanRt

RxoRmfRw

SxoSw

.2

........(1)

8/5

.

RtRxo

RmfRw

Sw ....................(2)

Resistivitas Tumpang-tindihDidasarkan pada metode rasio resistivitas. Log resistivitas direkam pada skala logaritma. Dalam

lapisan air, SW = Sxo = 1 dan persamaan 1 menjadi:Rw

RmfRt

Rxo ......(3)

Rasio dari Rxo/Rt adalah maksimum di lapisan air, karena Rt adalah minimum untuk porositas konstan.Untuk menghindari perhitungan, digunakan penggaris transparan dalam mencari Rmf/ Rw dan SW.

5.4 Metode untuk mencari RwPenggaris eksponen 1 (Gambar 5.1) digunakan untuk menyelesaikan persamaan (3) dalam lapisan air.

1. Atur indeks 1 pada kurva Rt.2. Baca rasio Rxo/Rt dimana kurva Rxo menyilang penggaris.3. Pilih suatu level dimana rasio ini adalah maksimum.4. Hitung Rw dng membagi Rmf (pada temperatur) dng rasio yang diperoleh: rasioRmfRw /

5.5 Metode untuk menentukan Sw.

Penggaris eksponen 5/8 digunakan untuk menyelesaikan persamaan (2)8

5

.

RtRxo

RmfRw

Sw

a. Jika Rw = Rmf: (1) Atur penggaris indeks 1 pada kurva Rt. (2). Baca Sw dimana kurva Rxomenyilang penggaris

b. Biasanya RwRmf, dan indeks baru harus dicari pada lapisan air: (1). Atur indeks 1 pada kurva Rxo.(2). Baca indeks baru dimana kurva Rt menyilang penggaris, dan beri tanda pada penggaris.Sekarang, gunakan indeks baru, tentukan Sw pada tiap kedalaman: (3). Atur indeks baru pada kurvaRt, (4). Baca Sw dimana kurva Rxo menyilang penggaris.

c. Tidak ada lapisan air, tetapi Rw diketahui1. Hitung rasio Rmf/Rw. Ini sama dengan Rxo/Rt.2. Pada corak logaritma, atur indeks 1 pada ratio yang didapat.3. Baca indeks baru dimana nilai penggaris menyilang overlay (Rt = 1).4. Baca Sw seperti (3) dan (4) diatas.

5.6 Ringkasan dari Penggaris Resistivitas.Keuntungan-keuntungan

- Metode yang sangat cepat- Hanya menggunakan log resistivitas, sehingga tidak ada pengaruh litologi- Menunjukkan hidrokarbon-pindah

Batasan-batasan- Hanya berlaku dalam formasi bersih- Sxo = SW0.2 adalah berdasarkan percobaan,

dan tidak selalu benar- Lapisan air, atau Rw diperlukan

- Rembesan menengah- Kondisi lubang yang cukup bagus- Rw, adalah konstan- Litologi konstan

5.7 Porositas Pintas dan LitologiMetode ini didasarkan pada perbandingan antara log LDT,dan log CNL. Kedua log dipengaruhi oleh:

• Porositas •Jenis Matriks • jenis cairanSkala yang cocok (compatible) Log Netron dan Densitas seharusnya direkam pada skala yang cocok.Lihat bab 4 untuk lebih rind. Ini berarti bahwa

1. Kedua log seharusnya mempunyai sensitivitas yang sama, misalnya 30 pu per kolom dan 0.5g/cc per kolom.

2. Skala nol hares sesuai dengan matriks gamping, misalnya 4N= 0 dan Pb= 2.7 g/cc.

Porositas Pintas Berdasarkan definisi Porositas Pintas 4ql adalah nilai tengah dari porositas Densitas

dan porositas Netron:2

DNql

Dengan asumsi: • Formasi bersih (tidak ada lempung • Pembacaan LDT dan CNL dalarn satuan porositas gamping • Tidak ada koreksi Litologi • Tidak ada koreksi hidrokarbon

Page 20: Adi Harsono Log

Gambar 5.1 Penggaris Resistivitas yang digunakan untuk Interpretasi Pintas

Gambar 5.2. Contoh penggunaan Penggaris Resistivitas

Gambar 5.3 Penggaris untuk kurva Netron-Densitas, Gb 5. 4 Penggaris untuk kurva Pe

5.8 Identifikasi LitologiLog Densitas dan Netron dikalibrasi untuk membaca dengan tepat dalam formasi gamping

kandung-air. Selisih D-N dan pembacaan kurva Pe dapat menunjukkan litologi. Tabel 5-2 memberikanringkasan litologi dari beberapa mineral umum

Tabel 5-2Litologi Pe Selisih D -N

GampingKuarsaDolomitAnhydriteSerpihGas

5.081.813.145.05.83 s/d 6.031

0+7-12 s/d -16-15s/d -45s/d + 45

Penggaris Litologi LDT-CNL

Page 21: Adi Harsono Log

Penggaris Litologi (Gambar 5.3) dapat digunakan dengan cepat untuk mengenal litologi danmengevaluasi porositas. Caranya: (1) . Atur indeks Netron dari penggaris pada kurva CNL., (2). Bacaangka porositas pada penggaris dimana kurva Pb menyilang penggaris.

Disamping itu, penggaris Pef dapat juga digunakan untuk menentukan litologi, (Gambar 5.4).Pada kenyataannya alat-alat bantu interpretasi pintas yang berupa penggaris-penggaris seperti yangditerangkan diatas tidak terlalu populer lagi dipakai. Ini mungkin akibat dari tersedianya kalkulator ataukomputer PC yang telah menggantikan penggaris-penggaris tersebut.

5.9 Penentuan jenis HidrokarbonGas mempunyai indeks hidrogen yg lebih

rendah dibandingkan dng minyak, sehingga N akanbaca terlalu rendah. Sebaliknya gas menurunkandensitas formasi, sehingga: D akan baca terlalu tinggi

Maka lapisan yang mengandung gas akancepat dikenal dari pembacaan porositas Netron yangrendah dan Densitas yang tinggi. Pada gambar 5.5disamping ini ditunjukkan secara grafik gambar-silangNetron-Densitas bagaimana pengaruh gas pada titik B.Koreksi pengaruh gas pada titik B tersebut adalahtergantung pada masa jenis gas itu, secara kuantitatifhal ini akan dijelaskan pada bab-15.

Gambar 5.5 Pengaruh gas pada netron dan densitas

5.10 EPT pintasEPT (Electromagnetic Propagation Tool) memberi tanggapan terutama terutama terhadap air

didalam formasi. Lihat bab 12 untuk lebih rinci.Digunakan dalam hubungan dengan log Resistivitas, dan kombinasi LDT-CNL, interpretasi pintas

cairan dapat dibuat. Dengan adanya alat EPT masalah jenis cairan dapat disederhanakan, terutamadalam lingkungan air-tawar (fresh water - air dengan kadar garam rendah).

Kesimpulan- Log Netron dan Densitas harus dalam skala yang sesuai (presentasi standar yang dianjurkan).- Diperlukan formasi bersih dan kondisi lubang yang baik- Dapat diperoleh nilai porositas yang baik.- Tidak diperlukan koreksi terhadap litologi atau pengaruh gas.- Indikasi litologi yang baik.- Pengaruh gas biasanya jelas.- Pengawasan mutu terhadap log dibandingkan dengan informasi lain (litologi,sebuk bor, dll.).

Page 22: Adi Harsono Log

Bab 6 Metode Penentuan Rw

Pada dasarnya terdapat 2 kelompok metode untuk mencari RW dlm menyelesaikan persamaankejenuhan, yang pertama hanya menggunakan log, yang lain tanpa menggunakan log sama sekali.Terdapat 4 metode umumuntuk mencari Rw dari log yang akan dibahas dibawah ini. Metode-metode inidapat diterapkan pada sumur-sumur eksplorasi, pada lapisan baru sumur-sumur tua dan bila Rw adalahkonstan.

6.1 Gambar-silang Porositas-Resistivitas6.1.1 Metodenya

Ini adalah penyelesaian secara grafis dari persamaan kejenuhan Archie dan telah dibahassecara rinci dalam bab Interpretasi Pintas.

Ringkasannya sbb:1. Pilih grafik porositas-resistivitas yg sesuai untuk dikerjakan (hal 92 atau 93 dari buku grafik 1986)2. Pilih skala dari porositas (ρb, N, t). Titik matriks harus didalam skala yang dipilih.3. Gambar nilai log yang dibaca langsung dari log resistivitas-dalam dan log porositas didalam lapisan

yang dikehendaki (skala resistivitas diatur agar sesuai dengan nilai resistivitas).4. Tarik grs dr titik matriks (jika diketahui) melalui titik-titik paling kiri (utara-barat) didapat garis-air, di-

mana SW = 100%. Setiap ttk pd garis itu memberikan nilai porositasnya dan resistivitas R0.yg sesuai.5. Untuk memperoleh RW nyatakan skala porositas dalam absis (pakai grafik yang sesuai),

• kemudian umpamakan F =1 /)2, tarik garis vertical dari titik = 20 (F=25), atau dari titik = 10(F=100) ke garis-air• kemudian tarik garis horizontal ke ordinat baca R0 hitung Rw = Ro/F untuk F = 0.62/)2.15 ,

pakai = 20 dengan cara yang sama.Contoh gambar-silang resistivitas-densitas, lihat gambar 6.1.

Jika litologi adalah gamping, diberikan data dalam tabel di bawah ini, gambarlah titik-titiknya padagrafik Sw-16 untuk F = 1/)2.

Densitas matriks dari gamping adalah 2.71 g/cc. Jika gamping dalam formasi memberikanpembacaan densitas ini, maka resistivitas yang bersangkutan akan tak terhingga. Ini merupakan satu titikpada garis-air yang mudah didapat. Untuk =10%, F = 1/)2 =100.

Nilai dari Rt yang sesuai dengan = 10% adalah 6.5 (= R0).Sehingga Rw = Ro/F = 6.5/100 = .065

Rt ρb

’20.0 2.60’ 3.0 2.46 ’ 2.2 2.42’ 2.3 2.39’ 2.1 2.28 ’50.0 2.64

Gambar 6.1 didapat dengan meng-gunakan data- data yang tercantum pada tabel diatas. Tabel tersebut sebetulnya panjang, disinihanya diambil 6 titik data saja.

Gambar 6.1

Page 23: Adi Harsono Log

6.1.2 AsumsiAgar metode ini benar, maka aumsi-asumsi ini harus dipenuhi

1. R(dalam) = Rt2. formasi bersih (Vcl < 15%)3. Rw konstan4. litologi tidak kompleks

5. kondisi lubang bagus6. hubungan F-4 yang sesuai7. pengaruh gas (tergantung pada log porositas) kecil

6.2 Metode Rasio ResistivitasKeuntungan dari metode ini adalah bahwa cara ini tidak tergantung pada porositas.

6.2.1 Penjabaran Metode Rasio Dari persamaan kejenuhan Archie, dapat diperoleh suatu persamaanSW sebagai fungsi dari rasio dari resistivitas daerah rembesan dengan daerah asli:

85

.

RmfRw

RtRxo

Sw dimana porositasnya telah ditiadakan.

Di daerah asli, dpt ditulis 2/. WSRwFRt dan pd daerah rembesan 2/. XOSRmfFRxo atau

2

.

SxoSw

RwRmf

RtRxo

Di daerah berair, dimana Sw= SX0=1, Rw, dpt dicari dng maxRw

RmfRt

Rxo

Rumus di atas secara grafik adalah Sw-2.

Latihan 6-1Dengan menggunakan log yang terdapat pada Bab-18, gambar 18-1 dan 18-2, carilah Rw pada

lapisan yang hanya mengandung air.. Juga lihat bab "Interpretasi Pintas" untuk penggunaan teknikoverlay resistivitas.

6.2.2 Asumsi1. R(dalam) = Rt dan R(MSFL) = Rxo2. formasi bersih (VcI < 15%)3. Rw konstan

4. formasi permeabel5. kondisi lubang bagus6. rembesan menengah7. SXO = Sw1 /5

Kesalahan pada Rw akan sama dengan kesa

6.3 Rw dari SP6.3.1 Caranya

1. Baca SSP pada kurva SP. Harga SSP diambil ditempat dimana defleksi SP mencapai maksimum(diukur dari garis dasar serpih), yaitu perbedaan nilai (dalam milli-volts) dari garis dasar serpihdan defleksi maksimum SP.

2. Cari Rmfe, equivalen dari Rmf yang menghasilkan SSP- jika Rmf pada 75°F > 0.1 Ohm, maka Rmfe = 0.85. Rmf- jika Rmf pada 75°F < 0.1 Ohm, maka pakai grafik SP-2

3. Cari rasio Rmfe/RWe dari grafik SP-1 4. Hitung Rwe4. Pakai Rwe mencari Rw dari grafik SP-2

Latihan 6-2 Lihat latihan 7.1 pada Bab-7 mengenai SP.

6.3.2 Batasan-batasanKarena kurva SP dipengaruhi oleh sejumlah faktor (lihat bab SP), secara umum cara menghitung

Rw dari SP ini tidak setepat kedua cara yang telah dibahas didepan. Ada banyak sebab mengapa SPtidak mencapai nilai SSP penuh, sehingga penentuan Rw sering salah. Walaupun demikian, nilai ituseharusnya diuji-ulang terhadap nilai lain yang diperoleh melalui metode lain.

6.4 Pendekatan RwaPada kasus Rw tidak-konstan, metode-metode diatas tidak memberikan hasil yang memuaskan.

Sehingga dianjurkan untuk menggunakan metode gambar-silang seperti SP vs Rwa. Teknik ini adalahstatistik, hanya memungkinkan suatu perkiraan hubungan antara SP-Rwa.

Resistivitas air tampak Rwa ditentukan sebagaiF

dalamRRwa

)( dimana F dicari dari porositas

pintas ql. Kemungkinan lain adalah menggambar SP vs rasio resistivitas R(MSFL)/R(dalam) untukmecari hubungan yang sama.

Page 24: Adi Harsono Log

Latihan 6-3:Pada log yang sama pada latihan 6-1, carilah Rw, dengan metode Rwa dan bandingkan hasilnya denganhasil dari latihan 6-1.

6.5 Rw dari EPT

6.5.1 Caranya Pada bab EPT tersendiri, dapat dilihat bahwa )(EPTEPT Sxo

. Di dalam lapisan

hidrokarbon Sw≤ Sxo. Bila kita menggantikan kedua persamaan itu, maka didapat

2

2

2 .1

EPT

RtRw

Rw≤ 2EPT. Rt

6.5.2 Batasan-batasanBatasan-batasannya adalah: (1) Kandungan-serpih, (2) a,m,n, (3) litologi rembesan

6.6 Rw dari sumber lainResistivitas air kadang-kadang dpt dicari dari sumber lain selain dari log.

1. dari buku Katalog Rw2. dari nilai Rw yang diketahui dalam suatu wilayah3. dari contoh pengukuran resistivitas yang mewakili4. dari alat RFT (Repeat Formation Tester)5. dari DST (Drill Stem Test )6. dari contoh analisa kimia yang mewakili (grafik Gen-8).

Page 25: Adi Harsono Log

Bab 7 Ku rva S P Pengenalan

Kurva SP adalah rekaman perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak didalam lubangbor dengan elektroda dipermukaan. Satuannya adalah millivolt.

SP digunakan untuk1. Identifikasi lapisan-lapisan permeabel.2. Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur berdasarkan batasan lapisan itu.3. Menentukan nilai resistivitas air-formasi, Rw.4. Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih.

Seperti diterangkanpada bab-4 alinea 4.1.4,bahwa pada lapisan serpih,kurva SP umumnya berupagaris lurus yang disebut garis dasar serpih, sedangkan pada formasi permeabel kurva SP menyimpangdari garis dasar serpih dan mencapai garis konstan pada lapisan permeabel yang cukup tebal, yaitu garispasir. Penyimpangan SP dapat ke kiri atau ke kanan tergantung pada kadar garam dari air formasi danfiltrasi lumpur, (gambar 4.1).

SP tidak dapat direkam didalam lubang sumur yang diisi oleh lumpur yang tak konduktif karenadiperlukan medium yang dapat menghantarkan arus listrik antara elektroda alat dan formasi. jika filtrasilumpur dan kadar garam air formasi (resistivitas) hampir sama, penyimpangan SP akan kecil dan kurvaSP menjadi kurang berguna.

7.1 Asal usul SPPenyimpangan SP disebabkan oleh aliran arus listrik didalam lumpur. Penyebab utamanya

adalah dari 2 kelompok tenaga elektromotive didalam formasi, yaitu komponen elektrokimia danelektrokinetik. Mereka berasal dari pemboranlubang, yang memberikan kontak listrik kepada berbagaijenis cairan formasi. '7.1.1 Komponen elekirokimia dari SP

Perhatikan gambar 7.1, bayangkan suatu lapisan permeabel yang diapit oleh dua lapisan serpihdengan filtrasi lumpur dan air formasi terdiri dari larutan garam NaCl.

Karena struktur lempung berlapis dan terjadi muatan listrik pada lapisan, maka serpih bersifatpermeabel terhadap ion positif /kation Na+ tetapi tak-permeabel bagi ion negatif / anion Cl-. Bila serpihberada diantara dua larutan dengan kadar garam yang berbeda, maka kation Na+ (kutub positif) akanberpindah melewati serpih dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke yang lebih rendah. Perpindahan ion-ion yang bermuatan listrik ini adalah aliran arus listrik, dan gaya yang menyebabkan mereka berpindahmembentuk suatu potensial listrik sepanjang lapisan serpih. Karena serpih hanya melewatkan kation,maka serpih bertindak sebagai membran seleksi ion, dan potensial sepanjang serpih disebut teganganmembran (membrane potential), lihat gambar 7.2.

Tegangan Elektrokinetik Tegangan Membran Tegangan Liquid-Junction

Gambar 7.1 Gambar 7.2 Gambar 7.3Nilai tegangan membran pada 77°F adalah: Em = -59.1 log aW/amf

Komponen tegangan elektrokimia yang lain dihasilkan dari kontak antara filtrasi lumpur dan airformasi, yaitu pada tepian daerah rembesan. Disini Na+ dan Cl- dapat pindah dengan mudah dari satularutan ke larutan lain. Karena ion Cl- memiliki mobilitas yang lebih besar dari ion Na+, sehinggamenghasilkan aliran dari muatan negatif (ion-ion Cl-) dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke yang lebihrendah. Ini ekivalen dengan aliran arus listrik pada arah yang berlawanan yang dihasilkan oleh gayagerak listrik (emf ) dengan nama liquid-junction potential. Lihat gambar 7.3. Tegangan Elj ini kira-kira 1/5dari tegangan membran.

Nilai tegangan liquid-junction pada 77°F adalah Elj = -11.5 log aW/amf

Di formasi bersih, total tegangan elektrokimia yang bersangkutan adalah sama dengan Em + Eij EC= -K log aW/amf Dimana aw dan amf adalah aktivitas kimia dari air formasi dan filtrasi lumpur padatemperatur formasi, dan koefisien K adalah fungsi dari temperaturK = 61 + 0.133T(°F) Dalam praktek, aktivitas dari larutan secara kasar adalah sebanding dng

konduktivitasnya, atau berbanding terbalik dng resistivitasnya, shgRweRmf

KEc log Biasanya Ec

adalah 70-100 mV untuk lumpur segar dan air formasi yang mengandung garam.

Page 26: Adi Harsono Log

7.1.2 Komponen elektrokinetik dari SPTegangan elektrokinetik Ek, (juga dikenal sebagai potensial berarus, atau potensial

elektrofiltrasi), dihasilkan oleh gerakan dari elektrolit melalui suatu medium media berpori bukan logam.Besarnya ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah perbedaan tekanan yang menghasilkanaliran, dan resistivitas dari elektrolit. Lihat gambar 7.3.

Suatu gaya gerak listrik elektro kinetik Emc dihasilkan oleh pergerakan filtrasi melalui kerak-lumpur, sedangkan tegangan Esh berada di sepanjang lapisan serpih, kontribusi total untuk SP adalahperbedaan antara keduanya. Keadaan nyata adalah kontribusi bersih dari elektrokinetik umumnya sangatkecil sehingga bisa diabaikan.7.1.3 Tegangan Total

Total SP, yang ditandai dengan SSP adalah sama dengan kontribusi elektrokimia:

RweRfe

SSP log)1337.061( Ini adalah persamaan dasar SP.

7.1.4 SP StatisPada kasus normal dimana lumpur lebih tawar dari pada air formasi, SP akan menyimpang ke

bagian kiri dari garis dasar serpih. Jika sebaliknya air formasi yang lebih tawar dari pada lumpur, makaSP akan menyimpang ke kanan (SP positif).

SP yang diukur hanya menunjukkan suatu bagian dari penurunan tegangan total, karena jugaterdapat penurunan-penurunan potensial didalam formasi. Jika arus listrik dicegah mengalir, maka akandiukur SP statis, atau SSP. Ini dapat diamati pada formasi bersih yang tebal. SSP diukur dari garis dasarserpih.7.2 Bentuk dari kurva SP

Kemiringan kurva pads setiap kedalaman adalah sebanding dengan intensitas arus SP dalamlumpur pada kedalaman tersebut. Intensitas dari arus listrik dalarn lumpur adalah maksimum pada batas-batas formasi permeabel, sehingga kemiringan dari kurva SP adalah maksimum pada batas-batastersebut (ada titik belok). Mk pada titik belok kurva SP suatu batas lapisan dapat dicari. Lihat gambar 4.2.

- Bentuk kurva dan besarnya defleksi SP tergantung pada beberapa faktor- Rasio dari filtrasi lumpur dengan resistivitas air, Rmf/Rw,- Ketebalan h dan resistivitas sesungguhnya Rt, dari lapisan permeabel.- Resistivitas RX0, dan diameter di dari daerah rembesan oleh filtrasi Lumpur.- Resistivitas Rs dari formasi-formasi yang berdekatan.- Resistivitas Rm dari lumpur, dan diameter dh dari lubang bor.

Grafik SP-3 digunakan untuk koreksi ketebalan lapisan dan/atau rembesan.7.2.1 Formasi yang resistif

Dalam formasi yang sangat resistif, arus SP dapat meninggalkan atau masuk kedalam lubangbor pada lapisan permeabel atau serpih. Kurva SP akan menunjukkan suatu rangkaian dari bagian yanglurus dengan perubahan sudut pada setiap interval permeabel dan lapisan serpih. Batasan dari lapisanpermeabel tidak dapat dicari dengan tepat oleh penggunaan SP dalam formasi dengan resistivitas yangtinggi. Lihat gambar 7.4.

Arus yang mengalir dari lapisan serpih Sh,menuju lapisan permeabel P, terbatas padalubang bor antara Sh, dan P2, karena adanyaIapisan dengan resistivitas tinggi diantaranya.Dampak dari keadaan ini adalah SP yangberupa garis miring lurus

Gambar 7.4 Gambaran skematis dari gejalaSP pada formasi denganresistivitas tinggi

7.2.2 Pergeseran Garis,Dasar SerpihKadang-kadang garis dasar serpih bergeser sehingga mempersulit pencarian SSP. Ini akan

terjadi bilamana air formasi dengan kadar garam yang berbeda dipisahkan oleh lapisan serpih yangbukan merupakan suatu membran-ion yang sempurna. Gambar 7.5.

Page 27: Adi Harsono Log

.

Jika tidak terdapat lapisan serpih untuk memisahkanperbedaan kadar garam pada lapisan permeabel, makagaris dasar juga akan bergeser. Pada kasus seperti itukurva SP menunjukkan tidak adanya variasi padskedalaman dimana kadar garamnya berubahLapisan pasir B,D,F,H dibatasi oleh lapisan tipis serpih C,E,G.SSP pada interval B adalah -42mV. Serpih C bukanlahmembran-ion yang sempurna sehingga SP tidak kembali padagarisdasar serpih seperti di Shale-A. Defleksi SP pada intervalD diukurdari lapisan serpih E menunjukkan bahwa E adalahmembranion yang lebih balk daripada C. Garis-dasar Serpihuntuk lapisan D adalah lapisan E dan SSP pada interval Dadalah +44 mV. Demikian juga terlihat bahwa lapisan Gbukanlah membran-ion yang lebih balk daripada E. SSP untuklapisan F menjadi -23 mV

Gambar 7.5 Pergeseran garisdasar SP

Gambar 7.6 SP berbentuk gigi gergaji (sawtooth) Gambar 7.7 Anomali SP disebabkan olehmembran kerak lumpur emf

7.3 Anomali SP

7.3.1 Keadaan rembesanBila pasir yang sangat permeabel berisi air garam tercemar oleh filtrasi lumpur tawar, filtrasi lebih

ringan dari pada air garam sehingga akan mengapung diatas. Akan terlihat bahwa rembesan filtrasilumpur adalah sangat dangkal dibagian bawah dan cukup dalam dibagian batasan atas. Lihat Gambar7.6 dan 7.7.

7.3.2 Gangguan (Noise)Kadang-kadang suatu riak gelombang sinus (gigi gergaji) dengan amplitudo-kecil teramati pada

SP, ini terjadibila sebagian suku cadang dari mesin derek tiba-tiba menjadibermagnit. Dalam hal ini kurvaSP masih berlaku karena gejala termagnetisasi tadi tidak menambah atau mengurangi pembacaan SPnormal. Gejala spikes juga bisa muncul kalau terjadi kontak sementara antara selubung baja dan kabellogging. Hal ini tidaklah menjadi masalah.

Arus listrik langsung yang mengalir melalui formasi dekat elektroda SP akan mengakibatkankasalahan pembacaan pada SP, terutama pada formasi dengan resistivitas tinggi. Arus listrik tersebutbisa disebabkan oleh gejala dua-logam (bimetallism ) yang terjadi jika 2 lembar logam yang berbedasaling menyentuh satu sama lainnya dikelilingi oleh lumpur asin.

Kadang-kadang sulit untuk merekam SP yang baik pada anjungan di lepas pantai. Alat proteksiKatodis(Cathodic protection device) atau kebocoran listrik dapat memberikan pebacaan yang kacau padaSP.

Didarat bila berdekatan dengan kabel listrik tegangan tinggi atau pompa sumur dapatmempengaruhi kurva SP. Banyak dari gangguan ini dapat diperkecil dengan memilih secara seksamalokasi elektroda SP di permukaan tanah.

7.4 Pencarian RwMetode ini seperti berikut

1. Baca SSP2. Tentukan Rmfe

Page 28: Adi Harsono Log

- Jika Rmf pada 75°F > .1 Ohm, maka Rmfe =0.85 x Rmf.- Jika RI„ f pada 75°F <.1 Ohm, maka pakai grafik SP-2.

3. Tentukan rasio Rmfe/Rwe dari grafik SP-1 4.4. Hitung Rwe5. Pakai Rwe untuk mencari Rw dari grafik SP-2.

Ketidak pastian.Dibawah ini adalah sejumlah pembatasan dari kehandalan metode ini

1. Komponen Elektrokinetik dari SP diabaikan.2. Contoh Rmf yang jelek (contoh filtrasi lumpur tidak baik).3. Hubungan antara R41e-Rw dan Rmfe-Rmf, khususnya pada Rw yang tinggi.Sehingga, penggunaan SP untuk menentukan Rw hanya boleh dilakukan bila metode lain tidak

berlaku.

Latihan 7.1Perhatikan gambar 4.1, bila diketahui SSP pada kedalaman 8150 ft adalah 60 mV, Rmf terukur pada 80°F adalah 0.2 Ohm-m, BHT adalah 150 °F.

1. Penyimpangan SP adalah positif atau negatif ? Apa artinya ?2. Berapakah Rw yang terhitung dengan menggunakan SP ?

Page 29: Adi Harsono Log

Bab 8 Log Sinar Gamma

Sejarah Log Sinar Gamma (GR) sudah lama, tapi hanya sedikit pengembangan yang dilakukanpada alat GR atau cara interpretasinya. Dengan kehadiran GR spektroskopi beberapa tahun yang silamtelah membuka era baru bagi kemungkinan interpretasi yang lebih rinci.

8.1 GR DasarPrinsip dari GR adalah perekaman radioaktivitas alamibumi. Radioaktivitas GR berasal dari 3 unsur radioaktifyang ada dalam batuan yaitu Uranium -U, Thorium -Th danPotasium -K, yang secara kontinu mamancarkan GR dalambentuk pulsa-pulsa energi radiasi tinggiSinar Gamma ini mampu menembus batuan dan dideteksioleh sensor sinar gamma yang umumnya berupa detektorsintilasi. Setiap GR yang terdeteksi akan menimbulkanpulsa listrik pada detektor. Parameter yang direkam adalahjumlah dari pulsa yang tercatat per satuan waktu (seringdisebut cacah GR).Gambar 8.1 3 unsur radiasi utama yg umunya ditemukan di

bawah tanah, masing-masing mempunyai tingkattenaga yg berbeda. Alat GR standar (SGT) mengukur total aktivitas dari ketiga unsur ini. Sedangkanalat GR spektroskopi NGT mampu memisahkanke-3 unsur tsb

8.1.1 Log GRLog GR diskala dalam satuan API (GAPI). Satu GAPI =1 /200 dari tanggapan yang didapat dari

kalibrasi standar suatu formasi tiruan yang berisi Uranium, Thorium dan Potasium dengan kuantitas yangdiketahui dengan tepat dan diawasi oleh American Petroleum Institute (API) di Houston, Texas.

Log GR biasanya ditampilkan pada kolom pertama, bersama-sama kurva SP dan Kaliper.Biasanya diskala dari kiri ke kanan dalam 0-100 atau 0-150 GAPI. Tingkat radiasi serpih lebih tinggidibandingkanbatuan lain karena unsur-unsur radioaktif cenderung mengendap di lapisan serpih yangtidak permeabel, hal ini terjadi selama proses perubahan geologi batuan.

Pada formasi permeabel tingkat radiasi GR lebih rendah, dan kurva akan turun kekiri. Sehinggalog GR adalah log permeabilitas yang bagus sekali karena mampu memisahkan dengan baik antaralapisan serpih dari lapisan permeabel.

8.1.2 Pengaruh lubang borTanggapan alat GR dikalibrasi pada keadaan sebagai berikut : diameter alat yang dikalibrasi

adalah 3-5/8" didalam lubang 8" yang berisi lumpur 10 lb/gl . Bila diameter lubang lebih besar dandengan lumpur yang lebih berat akan terdapat penyerapan terhadap sinar gamma yang lebihbanyaksebelum mencapai detektor sehingga tanggapan alat menjadi menurun. Sebaliknya, pada lubang yanglebih kecil dengan lumpur yang lebih ring an tanggapan alat akan naik. Grafik GR-1 digunakan untukkoreksi terhadap pengaruh ini.

Dalam kondisi normal, koreksi dapat diabaikan pada interpretasi pintas. Akan tetapi jika lubangterkikis pada lapisan serpih dan lumpur yang digunakan adalah lumpur berat, maka koreksi tidak dapatdiabaikan begitu saja dalam perhitungan kandungan serpih. Koreksi juga diperlukan pada penggunaanlog GR untuk deteksi penimbunan Uranium dan Potasium, walaupun operasi semacam ini jarang ada.

Dalam kasus lumpur yang kaya dengan Potasium, seperti lumpur KCL, pembacaan latarbelakang sinar gamma akan menjadi lebih tinggi (yang beragam sesuai dengan diameter lubang)disamping tanggapan sinar gamma dari formasi itu sendiri.

8.1.3 Fluktuasi yang statisKarena sifat pancaran sumber radiasi yg tdk pernah konstan, log sinar gamma tdk per-nah

terulang dengan persis, akan tetapi selalu terdapat fluktuasi statis yang tidak dapat diproduksi ulang dantidak menggambarkan tanggapan dari formasi, hal ini berlaku jugs untuk semua log nuklir.

Dalam membaca log nuklir harus diambil nilai rata-rata sepanjang kedalaman 3 sampai dengan 4ft. Pengecualian buat lapisan yang tebalnya kurang dari 3 ft, dimana nilai tertinggi yang seharusnyadigunakan.Sumber dari variasi statistik sinar gamma adalah sifat acak dari proses interaksi nuklir itu sendiri. Pulsa-pulsa dari detektor sinar gamma tampak sebagai urutan yang acak. Jika diambil bilangan pecahan,perbedhan dalam perhitungan pulsa antara dua interval waktu yang sama akan menjadi kecil jika intervalwaktunya cukup panjang. Waktu rata-rata umumnya adalah 2 detik dan kecepatan logging 1800 ft/ hr.

Page 30: Adi Harsono Log

Kombinasi interval waktu dan kecepatan logging ini memberikan resolusi lapisan yang memadai (sekitar4 ft).

Akan tetapi pada unit komputer CSU pembacaan rata-rata cacah sinar gamma adalah 1 ftdengan kata lain pada kecepatan logging 1800 ft/hr, waktu rata-rata efektifnya adalah 2 detik. Jikakecepatan logging dilipat-gandakan, resolusi lapisan akan tetap, tetapi variasi statis akan naik denganfaktor 42.

8.1.4 Penggunaan dari log GR.Karena Uranium, Thorium dan Potasium terkonsentrasi secara besar didalam mineral lempung

maka log GR digunakan secara luas dalam interpretasi batuan pasir-lempung untuk menghitung volumedari lempung Vsh. Metodenya diuraikan secara rinci pada bab 15. Prinsipnya adalah interpolasi linier daripembacaan antara pasir dan serpih. Akan tetapi log GR bukanlah merupakan indikator lempung atauserpih yang selalu tepat, sehingga indikator-indikator serpih lain juga perlu diperhatikan.

Secara khusus log GR berguna untuk definisi lapisan permeabel disaat SP tidak berfungsikarena formasi yang sangat resistif atau bila kurva SP kehilangan karakternya (Rm f = Rte,), atau jugaketika SP tidak dapat direkam karena lumpur yang digunakan tidak konduktif (oil base mud).

Log GR dapat digunakan untuk mendeteksi dan evaluasi terhadap mineral-mineral radioaktif,seperti biji potasium atau uranium.

Log GR juga dapat digunakan untuk mendeteksi mineral-mineral yang tidak radioaktif, termasuklapisan batu bara.

Log GR digunakan scr luas untuk korelasi pd sumur-sumur berselubung. Gabungan perekamanGR dengan CCL (casing collars locator) memungkinkan alat perforasi diposisikan dng akurat di depanlapisan yang akan dibuka.

Korelasi dari sumur ke sumur sering dilakukan dengan menggunakan log GR, dimana sejumlahtanda-tanda perubahan litologi hanya terlihat pada log GR.

1. Ringkasan dari kegunaan Log GR2. Evaluasi kandungan serpih Vsh.3. Menentukan lapisan permeabel.4. Evaluasi biji mineral yang radioaktif.5. Evaluasi lapisan mineral yang bukan radioaktif. 5. Korelasi log pada sumur berselubung.6. Korelasi antar sumur.

8.2 NGT: GR spektraUnsur-unsur

radioaktif uranium, thoriumdan potasiummemancarkan sinargamma dengan tingkattenaga yang berbeda.

Gambar 8.2Sistem alat NGTmempunyai 5 bh jen-delapengukuran tingkat tenagaradiasi yg disebut W1,W2,W3,W4 dan W5. Daricacah aktivitas 5pengukuran ini, komputerkmdn membedakan ketigaunsur radiasi

Potasium memiliki tenaga tunggal 1.46 MeV. Uranium dan Thorium memancarkan sinar- gammadengan tingkat tenaga yang beragam.

Secara teori adalah mungkin untuk membedakan ketiga unsur radioaktif yang berbeda itutenaganya sangat rendah akan tetapi saat ini kemajuan teknologi telah memungkin-kan kita untukmemisahkan log GR keda-lam 3 komponen unsur radioaktif, dan menghasilkan GR spektral yangmenunjuk-kan scr langsung konsentrasi dari masing-masing unsur ddlm formasi

8.2.1 Log NGSHasil dari logging NGT disebut log NGS. Uranium dan thorium diskala dalam ppm (part per

million), dan potasium dalam persen bobot (1% = 104 ppm). Walaupun konsentrasipotasiumjauhlebihbesar dibandingkan dengandua unsur lainnya, tingkat aktivitas ketiga unsur radioaktif

Page 31: Adi Harsono Log

itu adalah hampir sama.

Gambar 8.3 Gambar silang Thorium-Potasiumdad alat NGT

Penampilan dr log lapangan yg umum adlh- Pada kolom-1, biasanya 0 ke 150 GAPI kiri

ke kanan, SGR - total GR dan CGR(corrected GR yi: total GR tanpa unsururanium)

- Pada kolom 2 dan 3,Konsentrasi dari Th,U dan K. Untuk analisa volume serpih daninterpretasi mineralogi, kompu ter CSU dptmenampilkan bentuk pre-sentasi lain,seperti pada gambar 8.3:

- Pada kolom 1, dng skala linier danbiasanya 0 ke 150 GAPI kiri ke kanan, SGRdan CGR

- Pd kolom 2, dng skala logaritma dr 0.2 ke20 kiri ke kanan, Rasio dr Thorium dngPotasium (TPRA)

- Pada kolom 3, dng linier, Konsentrasi dr3 komponen Th, U, K, dng cara sede-mikian rupa shg menampilkan Mae Westeffect antara Thorium dan Potasium sbgsuatu indikasi dari kandungan serpih.

Kegunaan Log NGSLog NGS selain digunakan seperti halnya GR biasa (paragraf 8.1), juga berfungsi sebagai salah

satu alat untuk membedakan jenis lempung yaitu ilit, montmorilonit dan kaolinit disamping beberapamineral yang lain. Metode interpretasi mineral yang sering dipakai adalah gambar-silang, misalnyagambar-silang Potasium danThorium seperti yang terlihat pada Gambar 8.3. Apendiks-IV memberipenjelasan lebih banyak mengenai kegunaan Gambar-silang.

Page 32: Adi Harsono Log

Bab 9 Porositas: Log Sonik

Pengukuran porositas

Dari persamaan dasar kejenuhan Archie:RtRw

FSW .2

Kita telah mempelajari cara mencari RW.. Parameter yang akan kita pelajari adalah faktor formasi(F ) yang merupakan fungsi dari porositas dan resistivitas Rt.

Disini akan ditinjau kembali bagaimana memperoleh porositas dari alat-alat porositas. Akandipelajari prinsipnya saja tanpa memandang segi teknis. Juga akan dipelajari cara menginterpretasi-kannya dan meninjau faktor-faktor yang mempengaruhi pengukurannya.

Ada tiga jenis pengukuran porositas yang umum digunakan di lapangan saat ini: Sonik, Densitas,dan Netron. Nama-nama ini berhubungan dengan besaran fisika yang dipakai dimana pengukuran itudibuat sehingga timbulah istilah-istilah "Porositas Sonik", "Porositas Densitas", dan "Porositas Netron".

Penting untuk disadari bahwa porositasporositas ini bisa tidak sama antara satu dengan yanglain atau tidak bisa mewakili "Porositas Benar". Ini disebabkan karena alat-alat itu tidak membacaporositas secara langsung. Porositas didapat dari sejumlah interaksi fisika didalam lubang bor. Hasilinteraksi dideteksi dan dikirim ke permukaan barulah porositas dijabarkan.

Jenis alat porositas pertama adalah Sonik.

9.1 BHCBorehole Compensated Sonic Tool atau disingkat BHC adalah alat sonik yang menggunakan

rangkaian pasangan Pemancar-Penerima sedemikian rupa sehingga pengaruh dari lubang bor dapatdikecilkan. Cara kerjanya akan dibahas dibelakang.

9.1.1 Latar BelakangSetiap benda padat dapat menyalurkan gelombang akustik. Contoh sederhana adalah sebatang

balok dimana bila salah satu ujungnya dipukul akan terjadi gelombang suara yang dapat dideteksi padaujung yang lain pada suatu jangka waktu tertentu. Yang diperlukan adalah sumber tenaga suara dan alatdetektor. Jika waktu rambat gelombang suara dari satu ujung ke ujung yang lain dan panjang dari balokdiketahui, maka kecepatan gelombang suara dapat dihitung. Kecepatan rambatan ini tidak sama untukberbagai jenis benda padat sehingga dapat digunakan sebagai karakteristik dari bahan balok itu sendiri.

9.1.1.1 Penyebaran gelombang pads media tak berbatasAda dua jenis gelombang yang dipropagasikan dalam media tak berbatas

1. Gelombang-mampat atau gelombang-PGelombang-P sering disebut juga gelombang tekanan (Pressure waves) adalah jenis khusus dari

gelombang panjang (longitudinal). Gelombang ini disebarkan dalam bentuk yang dimampatkan(compressional mode), yaitu arah rambatan gelombang sejajar dengan arah gerak partikel.

Gas, cairan dan benda-benda padat cenderung melawan pemampatan; sehingga gelombang-Pdapat menjalar melalui media-media ini.

Kelajuan Vp dari gelombang-mampat adalah2

13.1

K

Vp dimana K = bulk modulus, =

shear modulus,ρ = densitas dari media

2. Gelombang Shear atau gelombang-SGelombang-S sering disebut juga gelombang distorsi (distortional waves) adalah jenis khusus

dari gelombang transversal. Gelombang ini disebarkan dalam bentuk Shear, yaitu arah rambatan gelom-bang tegak lurus dengan arah gerak partikel.

Karena sifat yang kaku benda-benda padat cenderung melawan pergeseran yaitu gaya yangcenderung menyebabkan 2 bagi dari benda bergeser relatif satu terhadap yg lain. Shg gelombang-Sdapat disebarkan melalui benda-benda padat. Sedangkan gas dan cairan tidak memiliki kekakuan (jikaviskositas diabaikan) dan tak dapat melawan geseran; sehingga gelombang-S tidak dapat disebarkan

melalui media-media tersebut. Kelajuan Vs dari gelombang-S adalah2

1

Vs

Umumnya Vs adalah 1.6 hingga 2.4 kali lebih rendah dari pada VP. Pengukuran terhadap kelajuangelombang-S dapat menambah nilai terhadap evaluasi sifat-sifat mekanisasi batuan.

9.1.1.2 Penyebaran gelombang dalam media terbatasAda dua jenis gelombang lain yang disebarkan

Page 33: Adi Harsono Log

1. Gelombang RayleighGelombang ini terdapat pada bidang pemisah formasi dan Lumpur dan kelajuannya mendekati

kelajuan gelombang shear. Vg = O.9 VS Gelombang ini merupakan kombinasi dari dua komponen,yang satu paralel, dan lainnya tegak lurus pada permukaan. Gelombang ini cepat melemah dan tidakakan merambat jauh.

2. Gelombang StoneleyTerdapat pada lumpur oleh interaksi antara lumpur dan formasi dan sangat sensitif terhadap

kekukuhan dinding sumur. Tenaga gelombang ini disebarkan pada frekuensi rendah dengan sedikitpelemahan. Kelajuannya lebih rendah dibandingkan dengan kelajuan gelombang-P di lumpur. Yangditerima oleh alat penerima Sonik adlh kombinasi dari kedatangan berbagai jenis gelombang tsb diatas.

.9.1.1.3 Bentuk penyebaran dalam sumur

Pada formasi homogen, gelombang yang dipancarkan daripemancar akan menyebar dengan cepat melalui lumpur. Tergantung daripada sudut pancarnya, sebagian gelombang akan dibelokkan atau dipantulkan, sebagian lagi akan menyebar sbg gelombang-mampat dan sebagianlagi akan meram-bat sebagai gelombang-S sepanjang dinding sumur

9.1.1.4 Penjelasan mengenai alatObyektif dari alit Sonik adalah untuk mengukur waktu rambatan

gelombang suara melalui formasi pada jarak tertentu. Pada dasarnyadiperlukan pemancar dan penerima yang dipisahkan dalam jarak tertentu.Akan tetapi ada kemungkinan terjadi masalah dng pengaturan daripemancar dan penerima ini, sbg contoh kikisan besar akan mempengaruhisinyal sonik sehingga alat Sonik tidak lagi membaca sinyal dari formasimelainkan sinyal lumpur. Untuk mengatasi masalah ini digunakan rangkaian2 bh penerima. Tetapi masih ada masalah lain yi:pengaruh kemiringan alat,maka untuk menghilangkan masalah ini, diciptakan suatu sistem balik ganda(double inverted system) dng 2 pemancar dan 4 penerima. Di lapangansistem ini dikenal sbg Borehole Compensated (BHC), (Gambar 9.1 dan 9.2.)

Gambar 9.1 Konsep BHC

9.1.2 InterpretasiWalaupun alat Sonik mengukur kelajuan gelombang suara akan tetapi secara praktis log Sonik

diskalakan menurut besaran waktu-transit (transit time) yang mempunyai satuan is/foot (juga dikenalsebagai slownwess). Ini adalah satuan yang baik sekali karena memberikan pembacaan yang ditemukandalam kondisi logging normal berkisar antara 40-200 µs /ft. Kenyataannya kebanyakan formasi mem-berikan tanggapan diantara 40-140 µs/ft (Tabel 9-1), maka skala log yang dipakai umunya adalah 140-40µs/ft per kolom atau 240 - 40 / ft untuk 2 kolom, krn ini memudahkan pembacaan thdp log. Istilah tuntuk sistem CSU adalah DT (delta-T). Alat Sonik dapat dikombinasikan dengan alat-alat logging lain,misalnya dengan slat Sinar Gamma dan alat Induksi.

Untuk menghitung porositas Sonik dari pembacaan log Atharus terdapat hubungan antara waktu transit dengan porositas.Seorang sarjana teknik Wyllie mengajukan persamaan waktu rata-rata,yang merupakan hubungan linier antara waktu dan porositas. Bentukumumnya adalah shshshmaluidf VtVittt .).(.log

Tabel 9.1

Litologi tma(ms/ft)Batuan Pasir 55.5Gamping 47,5Dolomit 43.5

Pada formasi bersih, persamaan tersebut disederhanakan dengan menghilangkan komponenlempungnya, menjadi )1.(.log tmatfluidt Dari sini porositas sonik(s) dapat dijabarkan

tmtfluidtmat

s

log Secara grafik persamaan ini dilukiskan dengan grafik Por-3. Parameter-

parameter yang diperlukan: Kelajuan matriks Vma (atau kelambatan tma), dan Kelajuan cairan Vfl (ataukelambatan tma) Rumus waktu rata-rata hanya berlaku pada kondisi-kondisi tertentu:

Porositas antar butir yang seragam Formasi mengandung-air

Formasi bersih, tidak mengandung serpih Formasi yang padat

Jika salah satu atau lebih dari kondisi-kondisi diatas tidak dipenuhi, maka perlu diadakan modifikasi padarumus dasar.

Page 34: Adi Harsono Log

Akhir-akhir ini Raymer-Hunt mengajukan persamaan derajat II (tidak liner), yg nampaknyabekerja lebih baik, artinya lebih mencerminkan hasil di lapangan, tetapi lebih sulit dilakukan tanpabantuan alat kalkulator atau komputer. Grafik Por-3juga menampilkan konversi waktu ke porositasmetode Raymer-Hunt berupa garis-garis litologi melengkung.

9.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran

9.1.3.1 kepadatanSifat elastis dari batuan dianggap konstan jika tekanan pada batuannya adalah cukup besar

(beberapa ribu psi).Pada tekanan yang lebih rendah (kedalaman yang dangkal), waktu transit yang diamati akan

lebih besar akan tetapi hubungan dan t masih liner, dalam hal in suatu faktor koreksi diperlukan, yaitu

faktor kepadatan Cp, agar mendapatkan porositas yang benarCptmatfluid

tmatScor

1.

log

Faktor kepadatan Cp dapat dicari dengan cara pendekatan dengan membagi kelajuan sonik dilapisan serpih terdekat dengan nilai 100. Akan tetapi cara yang terbaik adalah dengan membandingkanscor: dengan porositas yang diperoleh dari sumber lain, misalnya porositas densitas-netron.

9.1.3.2 Kandungan-serpihJika terdapat serpih dalam batuan, maka akan memberikan konstribusi waktu transit tsh.

Persamaan umum menjadi VshtshVshtmatfluidt .)1.(.log

9.1.3.3 HidrokarbonPada umumnya dianggap bahwa hidrokarbon tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap

waktu transit, akin tetapi hidrokarbon ringan atau gas akan membuat waktu transit menjadi lebih besar,sehingga seringkali sonik juga digunakan sebagai indikator gas yang cukup bagus. Beberapa studimenunjukkan bahwa rasio Vp/Vs adalah sangat berguna bagi deteksi gas (baca makalah 'Deteksi Gasdengan Gelombang Akustik', Simposium IATMI, 1992).

9.1.3.4 Rekahan dan GerohongJika terdpt rekahan atau gerohong, maka

Sonik akan cenderung mengabaikan pengaruh darirekahan tsbt, yg dikenal sbg porositas sekunder.Shg porositas Sonik akan cenderung menjadi lebihrendah dibanding porositas total benar.

Jadi bila porositas dr formasi rekahan tersedia dr sumber lain, katakanlah dr log Netron, mkbesarnya porositas sekunder dr rekahan dpt dihi-tung Indeks Porositas Sekunder (SPI) = -s

9.1.3.5 Pengaruh dari lubang borLubang bor harus diisi dng cairan sbg me-

dia penghantar (acoustic coupling) gelombang sua-ra dr alat Sonik ke formasi dan kembali ke detektorSonik. Ukuran lubang tidak boleh melebihi 50% drukuran pahat. Lubang yg terlalu besar akan menyebabkan pengurangan sinyal di detektor jauh, Iniakan mengakibatkan perubahan mendadak padat atau sering disebut dengan istilah cycle skipping

Gambar 9.2

9.2 Sonik panjang -DDBHCDari ukuran fisik, alat Sonik Panjang LSS (Long Spacing Sonic) memang lebih panjang dari alat

Sonik biasa. Jarak Pemancar ke detektor dibuat lebih besar dengan tujuan agar gelombang suara dapatmasuk lebih dalam kedalam formasi menghindari daerah rembesan atau pengaruh lubang jelek. Sepertipada BHC, alat LSS juga menggunakan sistem kompensasi yang disebut DDBHC singkatan dari DepthDrive Bore Hole Compensated. Dibandingkan alat Sonik BHC yang standar alat ini memberikan korelasiyang lebih baik pada data sismik.

Page 35: Adi Harsono Log

Bab 10 Porositas: Log Lito-Densitas

Alat porositas kedua yang akan ditinjau adalah Alat Lito-Densitas atau Litho-Density Tool (LDT).Alat ini merupakan perkembangan baru dari alat FDC (Formation Density Compansated Tool), dansebagai tambahan terhadap densitas standar, LDT mengukur sifat batuan lain yang disebut photoelectricabsorption indeks - Pe.

10.1 Prinsip dari Pengukuran DensitasMenurut teori Fisika Nuklir, bila sinar gamma dengan tenaga tinggi ditembakkan ke formasi ada 3

macam interaksi yang mungkin terjadi yaiut: Gejala Fotol-istrik, bila E < 100 keV, Hamburan Compton,bila 75 keV< E<2 MeV, dan Produksi kembar, bila E > 1.2 MeV

E adalah tenaga sinar gamma mula-mula.Alat LDT dirancang untuk memberikan tanggapan thdp Gejala Fotolistrik & Hamburan Compton

dng cara memilih sumber radioaktif yg memproduksi sinar gamma dengan tingkat tenaga antara 75 keVdan 2 MeV, misalnya unsur Cesium-137 yang mempunyai puncak tenaga sinar gamma pada 662 keV.

Sinar gamma mempunyai sifat yg men-dua artinya pada suatu saat dapat berbentuk gelombangelektromagnetik dan menjadi partikel photon pada saat yang lain. Pada kejadian Hamburan Compton,photon Sinar Gamma bertumbukan dengan elektron dari atom didalam batuan, photon akan kehilangantenaga karena proses tumbukan dan dihamburkan ke arah yang tidak sama dng arah awal, sedangkantenaga photon yang hilang sebetulnya diserap oleh elektron sehingga elektron dapat melepaskan diri dariikatan atom menjadi elektron bebas. Photon yang dihamburkan ini masih mampu 'menendang' keluarelektron-elektron dari atom-atom lain selama proses tumbukan sampai akhirnya photon yang sudahmelemah tersebut terserap secara keseluruhan sebagai akibat dari gejala fotolistrik. Jumlah elektronyang'ditendang' keluar oleh photon merupakan fungsi dari tenaga photon dan jenis mineral.

Catatan : bahwa Densitas yang diukur oleh alat LDT sebagai akibat dari hamburan comptonsebetulnya adalah densitas elektron (Jumlah dari elektron persatuan volume). Akan tetapi dapat dicarihubungan antara densitas elektron dan densitas formasi dengan cukup mudah.Kembali pada konsep-konsep dasar Fisika Nuklir- A =Berat Atom (berat satu atom dari unsur)- Z = Nomor Atom (Jumlah proton dalam inti atom, atau jumlah elektron dalam satu atom stabil)- N =Bilangan Avogadro (Jmlh kadar molekul dalam 1 mole atau berat grammolekuler dari suatu zat).- N =6.02x1023

Jumlah elektron dalam 1 gram-atom dinyatakan sbgi elektron/ gram-atom Shg jumlah dari elektron pergram dinyatakan sbgN• Z(elektron-elektron)/A(gram-atom)Jumlah elektron per gram hrs dikalikan dng densitas formasi yg sesungguhnya untuk mendptkan jmlh

elektron per cc, bAZN

Ne ..

AZ

bNNe . Densitas elektron Pe didefinisikan sbg NNee 2

Substitusikan Ne:N

bNe A

Z..2 bAZ

e ).2

( Didapat : be , jika 12 AZ

Untuk mineral umum dalam perminyakan, hubungan ini hampir selalu benar. Sehingga untuksebagian besar formasi, densitas yang dibaca oleh alat LDT apparent density -Pa adalah ekivalendengan densitas yang sebenarnya. Lihat tabel 10-1.

Mineral RumusKimia

Densitassebenarnya A

Z2 ρe a seperti terbacapada log

Kuarsa Si02 2.654 0.9985 2.65 2.648

Kalsit CaCO3 2.710 0.9991 2.708 2.710Dolomit CaCO3 MgCO3 2.870 0.9977 2.863 2.876Anhydrit CaSO4 2.960 0.9990 2.957 2.977Sylvit KCL 1.984 0.9657 1.916 1.863Halit NaCI 2.165 0.9581 2.074 2.032Air tawar H2O 1.000 1.1101 1.110 1.000Air asin 200 kppm 1.146 1.0797 1.237 1.135Minyak n(CH2) 0.850 1.1407 0.970 0.850Batubara 1.200 1.0600 1.272 1.173

Tabel 10-110.1.1 Penjelasan Mengenai Alat

Alat densitas yang pertama (FDL) terdiri dari satu sumber radiasi dan satu detektor ditempatkanpada suatu bantalan (Pad ). Sumber yang digunakan adalah Cesium-137, berkekuatan 1.5 Curie denganpuncak tenaga 662 keV. Rumah tempat sumber radiasi itu dirancang sedemikian rupa sehingga sinar

Page 36: Adi Harsono Log

gamma yang dipancarkan dipaksa melalui celah yang sempit terfokuskan pada dinding lubang bor.Detektornya diletakkan kira-kira 1 kaki diatas sumber, pada sumbu yang sama. Alat ini sangatdipengaruhi oleh kondisi lubang khususnya oleh lubang jelek dan kasar sehingga bantalan alat tidakmenempel dinding lubang bor dengan sempurna, akibatnya lumpur yang terjebak diantara bantalan dandinding lubang bor ikut menyumbangkan pembacaan, padahal yang ingin dibaca oleh alat ini adalahsinyal yang murni berasal dari formasi, bukan lumpur.

Rancangan yang lebih canggih menggunakan sistem dengan dua detektor, yang dinamakanFormation Density Compensated tool (FDC). Detektor yang letaknya lebih jauh dari sumber radiasidisebut detektor sumbu-panjang, detektor ini memegang peranan dalam pengukuran densitas.Sedangkan detektor yang lebih dekat dengan sumber radiasi disebut detektor sumbu-pendek, detektor inisangat dipengaruhi oleh kerak-lumpur, sehingga kehadiran dari detektor sumbu-pendek inisesungguhnya merupakan detektor pembantu untuk kompensasi pengaruh kerak-lumpur dan lubangjelek. Densitas yang terbaca oleh tiap detektor adalah tidak sama. Jika kerak-lumpur lebih berat dariformasi, makh akan terbaca densitas yang lebih tinggi, dan sebaliknya untuk kerak-lumpur dengandensitas yang lebih rendah. Perbedaan antara densitas sumbu-panjang dan sumbu-pendekmemberikanbesarnya koreksi yangharus ditambahkan atau dikurangkankepada detektor sumbu-panjang.Koreksi dikerjakan secara otomatis dan kedua kurva ditampilkan.

Saat ini alat FDC sudah digantikan dng alat densitasyg lebih canggih disebut LDT (Litho-Density Tool). Walaupunbentuk alatnya mirip FDC dng sistem 2 detektor, akan tetapibanyak kelebihan yg dijum-pai pd LDT. Misalnya detektoryang dipakai adalah lebih sensitif, stabiliasator teganganlistrik untuk detektor terpasang langsung pada sistemelektronika detektor dan sinar gamma yang dideteksi diukurpada dua jendela tingkat tenaga yang terpisah dimanajendela tenaga-tinggi terdiri dari informasi densitas saja,sedangkan jendela dengan tenaga-rendah berisi informasidensitas dan fotolistrik juga. Kurva baru yang berhubungandengan gejala fotolistrik ini dinamakan Pe (atau PEF padaCSU). Dari kurva ini dapat dicari informasi tentang litologisecara langsung (lihat table 10-2).

Gambar 10.1 Sketsa Bagian Bantalan alat Densitas10.1.2 Penampilan Log

Kurva densitas diskala secara langsung dalam g/cc. Jika alatnya dikerjakan tersendiri, skala darikurva Pb (istilahpada CSU disebut RHOB) biasanya 2-3 g/cc. Tetapi biasanya alat Densitas dikerjakanbersama-sama dengan alat Netron, maka skalanya diatur menjadi 1.95-2.95 g/cc. hal ini dilakukan untukmemudahkan pembacaan porositas karena tanggapan alat Densitas dan Netron akan sama pada lapisangamping kandung-air. Cara ini memungkinkan pencarian porositas pintas secara langsung (lihat bab 4).Kurva Pe biasanya direkam pada kolom 2, dari kiri ke kanan dengan skala 0-10 barns.

10.2 Prinsip Faktor Penyerapan FotolistrikIni adalah kurva tambahan yang diperoleh dari jendela tenaga-rendah. Pengukuran dengan

sistem jendela digunakan untuk menentukan jumlah sinar gamma yang akan terkena penyerapanfotolistrik. Dari sini parameter Pe ditemukan yang merupakan karakteristik utama dari matriks batuan. Petidak begitu tergantung pada porositas dan kadar cairan dalam formasi. Satuan Pe dinyaakan dalam

jumlah elektron per atom (Z) dari formasi 6.3

10ZPe

10.3 Interpretasi10.3.1 Densitas

Alat LDT mengirimkan pulsa-pulsa dari rangkaian elektronik sumbu-panjang (LS) dan sumbu-pendek (SS) ke komputer dipermukaan. Pulsa-pulsa diterima oleh komputer dan dihitung per intervalwaktu disebut cacah (count rate) biasanya CPS (Count per second) banyaknya cacah perdetik, cacah inidigunakan untuk menghitung densitas.`Hubungan antara cacah detektor sumbu panjang (LSCR) dansumbu pendek (SSCR) dalam menghitung densitas adalahRHOBLS = ALS + BLS•log(LSCR)RHOBSS = ASS + BSS • log(SSCR)

Konstan A dan B merupakan fungsi dari geometri alat, kekuatansumber radioaktif dan sensitivitas detektor

Karena kedua faktor terakhir ini maka alat LDT perlu dikalibrasikan setiap bulan atau setiap 7 kaliturun kesumur. Parameter lain yg dihitung pd permukaan DRHO = RHOBLS–RHOBSS dan RHOB = RHOBLS ± DRHOSS

Page 37: Adi Harsono Log

Penentuan PorositasBila densitas formasi Pb yang benar telah ditentukan, maka dapat dihitung porositasnya. Ketika

mengukur densitas dari formasi, tidak hanya matriks formasi yang diukur, tetapi juga kadar cairan dalamruang porinya. Krn densitas dari cairan formasi adalah berbeda dari densitas batuan, maka pembacaandensitas dari formasi berpori tidak sama dengan pembacaan densitas dari batuan yang sama tanparuang pori. Sehingga bila LDT mengukur densitas formasi, nilai dari densitas yang diukur adalahtergantung pads densitas batuan, jumlah ruang pori matriks, dan densitas dari cairan pengisi ruang pori.Ini mencerminkan porositas, karena porositas dinyatakan sebagai cairan yang berisi ruang pori.

Sebelum porositas dapat ditentukan, harus diketahui terlebih dahulu densitas litologi dandensitas cairan yang terkandung dalam formasi. Untuk formasi bersihberpori dengan densitas batuanyang diketahui, Pma, diisi oleh suatu cairan dengan densitas rata-rata p f, densitas Pb adalah jumlahlinier dr kontribusi densitas-densitas yg berurutanρb = .ρ1+(1- )ρma atau krn pb dibaca langsung

dari log, porositas 1 dpt dicari1

ma

bma.Scr grafik persamaan ini ditampilkan dalam grafik Por-5.

10.3.1 Faktor Penyerapan FotolistrikAplikasi Pe adalah banyak sekali1. Identifikasi batuan secara kualitatif dengan metode pintas2. Evaluasi lempung tambahan3. Mengenal adanya mineral berat didalam formasi4. Deteksi rekahan dengan bantuan lumpur barite5. Parameter penting pada program LDQLSayangnya Pe sangat dipengaruhi lumpur barite dan tak dapat dikoreksi dengan tepat.. Secara

praktis didalam interpretasi lebih sering digunakan istilah volumetric photolistrik absorption indeks U yangmerupakan perkalian Pe dan densitas elektron U=Pe. ρe. atau pendekatan lainnya U= Pe.ΡbSpt halnya densitas persamaan U dalam hubungan dng porositas adalah Ulog = .Ufluida+(1-). Umatriks

Ufluida bisa diabaikan krn nilainya kecil dibandingkan dng yg lain, maka U matriks yg tdk tergantung pd porositas dpt disamakan dng apparent matrix volumetric absorption index Umaa Umaa =Ulog / (1- )Umaa bila digabungkan dng rma akan memberikan solusi yang baik untuk masalah litologi tiga-mineral.Lihat grafik segitiga CP-21.

Litologi yg lebih kompleks dpt dngn tepat dijelaskan dng menggabungkan U dan Pb dng sonik At.Lihat tabel 10-2 untuk mineral-mineral umum. 10.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran

Lubang jelek Walaupun dengan sistem 2 detektor, lubang yang jelek akan memberi pembacaan yangbelum pasti. Pembacaan DRHO harus kurang dari 0.1 g/cc untuk meyakinkan kompensasi yang baikterhadap pengaruh lubang yang jelek, sehingga pengukuran densitasnya bagus.

Kandungan-serpih Serpih mempengaruhi pengukuran densitas sebesar jmlh volumenya. Koreksi thdHal 86 hilang

Hidrokarbon Jika terdapat hidrokarbon maka densitas air p f dalam rumus mungkin perlu dirubahuntuk memperoleh porositas Densitas.

Lumpur Barite Dengan penampang penyerapan fotolistrik yang begitu besar, barite sangatmempengaruhi pengukuran Pe, dan menganggu aplikasi litologi. Barite dalam lumpur sering dapatdideteksi oleh penyimpangan yang tajam dari kurva Pe kearah kanan. Pada kenyataannya Pe dalamkondisi semacam itu menjadi indikator rekahan (fracture ) yang baik.

10.5 LDQL (LDT Quick Look)Komputer CSU menawarkan kemungkinan membuat analisa bersambung dari data yang diukur

dengan LDT. Programnya disebut LDQL, singkatan dari LDT Quick Look. Program ini memberikandensitas butiran ρma, porositas tampak a dan indeks volumetrik fotolistrik tampak Umaa denganmenggunakan densitasρb, porositas Netron N, dan faktor fotolistrik Pe.

Kemudian LDQL menghitung persentasi dari 3 macam mineral yang dipilih dalam matriks danmemberikan output langsung dari 3 jenis gambar-silang: Umaa vsρma,ρb vs N, dan Pe vs GR.

Program ini berfungsi dng baik untuk formasi bersih campuran dng 3 jenis mineral atau untuk 1mineral dng 2 mineral lempung yang lain. Data yang diperlukan meliputi log LDT, log CNL dan GR.

Presentasi dari log- Kolom 1 mencakup densitas matriks, Pe, kurva mutu.- Kolom 2 dan 3 mencakup porositas tampak, porositas Netron dan porositas densitas.

Page 38: Adi Harsono Log

- Kolom kedalaman mencakup persentasi dari mineral 1 dalam bagian yang kering dari formasi,persentasi mineral 2 dan persentasi mineral 3.

Persentasi volume V diperoleh dari penyelesaian persamaan-persamaan liner dibawah in. .ρmaa = V1 • ρ1 + V2 • ρ2 + V3 • ρ3

Umaa„=V1•U1+V2•U2+V3•U3

1=V1+V2+V3 dimanasa

UUmaa

1

sasab

maa

1

Contoh LDQL

Page 39: Adi Harsono Log

Bab 12 Log EPT

Teknik BaruElectromagnetic Propagation Tool (EPT) adalah sangat peka terhadap air, sedangkan alatalat

porositas lainnya dipengaruhi oleh air dan hidrokarbon. Sehingga bila EPT dikombinasi-kan dengan logDensitas dan log Netron akan memungkinkan analisa lebih tepat untuk membedakan hidrokarbon dari airdi daerah rembesan. Lihat Gambar 12.2.

12.1 Prinsip EPTEPT mengukur dua parameter formasi yang tidak tersedia sebelumnya. Suatu gelom-bang

elektromagnetik UHF (1.1 GHz) dipancarkan ke formasi, waktu perambatan (tp dalam nano-second/meter, ns/m) dan tingkat atenuasi (A dlm decibels/ m, dB/m) diukur pada 2 bh perangkat penerima yangberdekatan. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi perambatan dari gelombang elektromagnetikdidalam bahan adalah permiativitas dielektrik (dielectic permittivity) a dari bahan tersebut.

Pada frekuensi tertentu permiativitas dielektrik dari setiap media adalah sebanding terhadapdipole permanen dari air, bukan terhadap isi dari garam-garam yang larut. Yang menarik dalammenghitung konstan dielektrik adalah kemampuan yang tinggi dari parameter ini dalam membedakanminyak dan air. Yang lebih menarik lagi adalah bahwa alat EPTbekerj a paling baik didalam air tawardimana pendekatan resistivitas klasik justru kurang berhasil.

Bantalan antena memuat sistem pemancar/penerima yang serupa dengan alat Sonik BHC,sehingga pengaruh kemiringan bantalan dapat dikompensasikan. Gelombang UHF merambat padapermukaan antara kerak-lumpur dan formasi. Kelajuanrambatan sepanjang permukaan ini ditentukanoleh permiativitas dari formasi. Satu putaran yang lengkap (dari Pemancar-penerima, seperti sistem BHCyang telah dijelaskan dalam seksi Sonik) dibuat setiap 1/60 detik.Resolusi vertikal dari EPT adalah 4 cm.-->Kedalaman investigasi EPT adalah dangkal antara 2 dan 15cm, tergantung pada konduktivitas lumpur dan formasi.Gambar alat EPT

Alat EPT adalah alat baru dari generasiCCS (Cable Communication System)dan sekarang dpt dikombinasikan dngLDT, CNL,GR atau NGT. Pada mikrologdari alat PCD (Power Caliper Device) juga dpt dipasang untuk memberikan kurva-kurva mikro, spt MINV (Micro Invert)dan MNOR (Micro Normal

Gambar 12.1 Bgn dr Sensor EPT, T1 &T2 adlh Pemancar GelombangMikro, sedangkan R1 dan R2adlh Penerima Gelombang

Seperti halnya alat Sonik BHC, tidak ada kalibrasi lapangan untuk alat EPT, hanya beberapa prosedurteknis yang melibatkan pemeriksaan fungsi elektronik dari pemancar.

12.2 Interpretasi (Tabel 12-1)Karena alat EPT hanya membaca daerah rembesan, persamaan tanggapan waktu perambatan

tp (tergantung litologi ) dapat ditulis)().1.()(..)(.)().1( hytpSwwtpSxoshtpVshmatpVshtp atau

penyelesaian terhadap

)()(

)()()()()(

.

..

hyw

mashmahyma

tptp

tptpVshtptptptpSxo

dan persamaan untuk Atenuasi-A (tergantung litologi) shshw AVASxoA ... atau

persamaan penyelasaian untukAw

AshVshASxo

..

Perbandingan Y'EPr dengan prositas sesungguhnya (dari netron-densitas), juga dapat dipakai untuk

memberikan saturasi air daerah rembesan EPTSxo

Catatan untuk lumpur minyak (oil based mud): Jika Sxo = SW maka Sw = Sw(irr), danJika Sxo < SW maka akan terjadi produksi air

Tabel 12-1 menunjukkan dan tp untuk persenyawaan petrofisika yang umum

Page 40: Adi Harsono Log

Mineral Konstante Dieletrik Relative Tp (ns/m)Batuan Pasir 4.65 7.2

Dolomit 6.8 8.7

Gamping 7.5-9.2 9.1-10.2

Anhydrit 6.35 8.4

Gas 1.0 3.3Minyak 2.2 4.9

Air 56-80 25-30

12.3 Faktor-faktor yang mempengaruhipengukuran

1. Kekasaran lubang bor dalam lumpur biasa.Tetapi tidak penting dalam Lumpur minyak.

2. Ukuran lubang: minimum 8-1/4" denganpad ML, 6-1/2"tanpa pad ML.

12.4 Aplikasi alat EPT Tiga macam aplikasiutama dari EPT:

1. Penentuan sisa HC jika Rw tdk diketahui,tanpa memperhitungkan kadar garam air.

2. Mendeteksi keberadaan & gerakan darihidrokarbon dlm hal minyak berat ataupasir tar.

3. Penentuan dari Sw(irreducible) dalamlumpur minyak (menggantikan log Rxo).

Gambar 12.2 Perbedaan pembacaan log di air danhidrokarbon

Page 41: Adi Harsono Log

Bab 13 Rt dari Alat-alat Resistivitas

Di depan telah dibahas bahwa nilai Rt diperlukan untuk menyelesaikan persamaan kejenuhan.Alat-alat yang khusus dirancang untuk mencari Rt terdiri dari dua kelompok yaitu Leterolog dan Induksi.Yang umum dikenal sebagai log Rt adalah LLd, LLs, ILd, IL,n, dan SFL.

Mari kita tinjau kembali kegunaan log Rt1. Interpretasi pintas: deteksi terhadap hidrokarbon2. Penentuan kejenuhan air Sw,3. Penentuan diameter rembesan di4. Penentuan resistivitas air Rw ditempat asal (insitu).

Semua log resistivitas umumnya mencakup kurva Spontaneous Potential (SP) dan/atau kurva SinarGamma (GR). Kedua kurva ini berguna untuk menentukan reservoar potensial dan ketebalannya. Iniakan dipelajari pada bab terpisah.

Dalam bab ini akan ditinjau prinsip kerja dan cara interpretasi dari alat-alat Rt. Juga akan dibahasbagaimana log RX0 digunakan untuk koreksi pengukuran terhadap rembesan lumpur, dan akhirnyabagaimana untuk memilih alat Rt agar memberikan hasil yang terbaik.

Kita tidak akan membicarakan teknologi dari alat-alat tersebut. Karena hal itu akan dibahas padabagian yang terpisah dari buku ini.

13.1 Leterolog

13.1.1 Prinsip dari leterolog-ganda DLT

Gambar 13.1 Prinsip Kerja Alat DLT

Alat DLT memfokuskan arus listrik secaralateral kedlm formasi dlm bentuk lembaran tipis.Ini dicapai dng menggunakan arus-pengawal(bucking current) yang fungsinya untuk mengawalarus utama (measured current) masuk kedlm formasi sedalam-dalamnya. Dng mengukur tegangan listrik yang diperlukan untuk menghasilkanarus listrik utama yg besarnya tetap, resistivitasdapat dihitung dengan hukum Ohm.Sebenarnya alat DLT terdiri dari 2 bag: satubagian mempunyai elektroda yang berjaraksedemikian rupa untuk memaksa arus utamamasuk sejauh mungkin kedalam formasi danmengukur LLd, resistivitas leterolog dalam. Yanglain mempunyai elektroda berjarak sedemikianrupa membiarkan lembar arus utama terbukasedikit, dan mengukur LLS, resistivitas laterologdangkal. Hal ini tercapai karena arus yangdipancarkan adalah

arus bolak-balik dengan frekuensi yang berbeda. Arus LLd menggunakan frekuensi 28 kHz, sedangkanfrekuensi arus LLS adalah 35 kHz.

13.1.2 InterpretasiSebagai pendekatan pertama, resistivitas-dalamLLd dapatdianggap sebagai Rt. Akan tetapi agar

lebih tepat, kedua besaran LLd dan LLs perlu dikoreksi terhadap sejumlah faktorlubang bor grafik Rcor-2Data yang diperlukan untuk koreksi resistivitas dangkal dan dalam adalah diameter lubang bor

(dh) dari kaliper, resistivitas lumpur (Rm) dan resistivitas lapisan-bahu (Rs) pada temperatur formasi,kemudian koreksi terhadap: Tebal Lapisan - grafik Rcor-10 dan Rembesan - grafik Rint-9

Perhatian bahwa Rcor-2 dan Rint-9 terdr dr bbrp sub-grafik sesuai dng jenis alat leterolog DLS-Batau DLS-D/E, juga posisi dari alat tersebut (centered atau eccentered)

Keterangan. mengenai jenis alat dan posisi alat saat logging dapat didapatkan dari kepala-log.Profil step-contact digunakan untuk interpretasi adalah yang paling sederhana, data kombinasi

yang diperoleh dari tiga pengukuran dengan kedalaman pengukuran yang berbeda akan memungkinkanpenyelesaian dari tiga bilangan anu yang tidak diketahui: di, Rt, dan Rxo/Rt. Secara grafik untukLeterolog-ganda dipakai grafik Rint-9.

Dampak Groningen pada kurva LLdBila alat DLT mendekati formasi dengan resistivitas sangat tinggi atau selubung baja, bentuk

arus DLT akan terpengaruh. Ini akan mengakibatkan pembacaan yang terlalu tinggi pada LLd. Pengaruhini disebut Groningen effect.

Page 42: Adi Harsono Log

DLT generasi baru telah dilengkapi dengan suatu rangkaian elektronik yang mampu mendeteksidampak Groningen ini dengan menampilkan kurva LLg. Bila pembacaan LLg lebih rendah dari LLd, makakemungkinan telah terjadi dampak Groningen. Dalam hal ini LLg yang digunakan untuk menghitung Rtmenggantikan LLd.

13.1.3 Aplikasi DLTLeterolog-ganda menawarkan banyak kelebihan dibandingkan alat induksi lama:

1. Mampu memngukur resisitivitas dari dari 0.2 s/d 40.000 Ohms. _2. Dapat dikombinasikan dengan alat Rxo.3. Dapat digunakan pada lumpur garam dengan kadar dari yang menengah hingga tinggi.4. Memberi hasil yang baik dalam rasio kontras yang tinggi dari Rt/Rm.5. Resolusi vertikal lebih baik dari pada alat induksi.

Alat DLT dapat dikombinasikan dengan MSFL, sinar gamma dan SP.

13.1.4 LogKonfigurasi standar meliputi DLT-SRT-SGT untuk mendptkan kurva-kurva sbb

1. Leterolog Dalam LLd2. Leterolog Dangkal LLs3. Log Mikro Terfokus MSFL

4. Kaliper CALI5. Sinar Gamma dan SP6. Tegangan kabel

Log dicatat dengan bentuk logaritma di kolom 2 dan 3, sehingga memberikan sensitivitasmaksimum pada semua tingkat resistivitas.

13.2 Alat InduksiAlat Induksi ada bbrp jenis: IRT (Induction Resistivity Tool ), DIT-D (Dual Induction Tool jenis D)

dan DIT-E (Dual Induction Tool jenis E ). Log yang dihasilkan mempunyai nama ynag berbeda. ISF untukIRT, DIL untuk DIT-D dan PI untuk DIT-E.

13.2.1 Prinsip dari Alat Induksi Terfokuskan (Spherically-Focussed Induction ) ISFSonde terdiri dari 2 set kumparan disusun dalam batangan fiberglass non-konduktif Suatu

rangkaian osilator menghasilkan arus konstan ke kumparan pemancar. Dari hukum fisika kita pelajaribahwa bila sebuah kumparan dialirkan arus listrik bolakbalik akan menghasilkan medan magnet, dansebaliknya medan magnet akan menimbulkan arus listrik pada kumparan. Sehingga arus listrik yangmengalir dlm kumparan alat induksi ini menghasilkan medan magnit di sekeliling sonde. (Gambar 13.2).

Medan magnit ini menghasilkan arus-eddy (eddy current) didalam formasi disekitar alat sesuaidengan hukum Faraday.

Formasi konduktif disekitar alat bereaksi seperti kumparan-kumparan kecil. Bisa dibayangkanterdapat berjuta juta kumparan-kumparan kecil didalam formasi yang mengalirkan arus eddy terinduksi.

Arus eddy pd gilirannya menghasilkaan medan magnit sendiri yg dideteksi dng kumparanpenerima. Kekuatan dari arus pada penerima adalah sebanding dengan kekuatan dari medan magnetyang dihasilkan dan sebanding dengan arus eddy dan juga konduktivitas dari formasi.

Maka alat induksi disebut alat konduktivitas, sedangkan alat leterolog yang telah kita bahasdidepan disebut alat resistivitas, walaupun kedua alat itu memberikan satu pengukuran akhir yang samayaitu Rt.. Perbedaan ini perlu dimengerti denganbaik untuk menentukan jenis alat mana yang palingsesuai dengan kondisi lumpur dan formasi untuk program logging.

Gambar 13.2 Prinsip Kerja Alat Induksi

Dapat dilihat dari gambar 13.2diatas bahwa pada kumparan penerimasesungguhnya terdapat 2 jenis sinyal.Yang satu berasal dari interaksi dngformasi disebut sinya lR dan yng satulagi merupakan pengaruh langsung darikumparan pemancar disebut sinyal-X.Tentu saja kita tidak menginginkansinyal-X ini karena tidak ada hubungansama sekali dengan formasi yangdiukur.

Untungnya sinyal-R dan sinyalX mempunyai beda fasa sebesar 90',sehingga dengan rangkaian elektronikayang sedikit rumit kita bisa menekansinyal-X dan hanya memngambilkomponen sinyal-R saja

Page 43: Adi Harsono Log

Alat logging induksi yang terbaru disebut Phasor Induction justru menggunakan sinyal-X untukmemperbaiki sinyal-R, teknologi ini menghasilkan alat induksi yang ampuh sekali dalam memperbaikiresolusi dari alat induksi.

Alat induksi akan mengubah sinyal yang diterima ke arus DC yang sebanding kemudian dikirimke komputer dipermukaan. Kemudian komputer menterjemahkan sinyal DC ini ke nilai konduktivitas danseterusnya diubah ke nilai resistivitas dalam Ohms.

Sebagian dari sonde juga berisi beberapa elektroda dari sistem SFL dan elektroda SP. Prinsipkerja SFL mirip sekali dengan alat leterolog --> Alat induksi lain yait Induksi-Ganda (Dual-Induction) DILyang berdasarkan pada prinsip yang sama, dan mengukur resistivitas induksi yang menengah maupunyang dalam.

13.2.2 Interpretasi1. Sebelum mendapatkan nilai kuantitas untuk Rt, harus dibuat bbrp koreksi pd pembacaan log, LLd,

ILm, SFL untuk pengaruh berikutlubang bor grafik Rcor-4 untuk ILd dan ILmlubang bor grafik Rcor-1 untuk SFLketebalan lapisan grafik Rcor-5 ke 7

Data yang diperlukan meliputi diameter lubang bor dh dari kaliper, Rte, pada temperatur formasi, danposisi alat (ditengah-tengah lubang atau berjarak dari dinding/stand-off ).

Dan akhirnya kita dapat menggabungkan log RX0 dengan log induksi menengah dan dalamuntuk mengoreksinya dan menyelesaikan untuk Rt, Rt/Rxo, dan dl. Ini berdasarkan pada asumsi dariprofil step-contact dari rembesan. Grafik untuk log induksi adalah grafik Rint-1 sampai 5 tergantung padakombinasi alat.Contoh Misalkan tdpt kondisi sbb: diameter lubang dh=16", stand off, S.O=1.5" dan resistivitas lumpur,Rm=0.1 Ohm, mk konduktivitas lumpur adlh:Cm=10.000 mmhos dan dari grafik Rcor-4 Gh = 0.003= 3. 10-3 Kontribusi dari lubang bor ke tanda total adalah Gh . Cm = 30 mmhos.

Rt Ct Clog Rlog % Kesalahan1 1000 1030 0.97 30.25 4000 4030 0.25 010 100 130 7.7 30100 10 40 25 30010000 0.1 30 33 >100000

Catatan bhw sinyal lubang bor kecil itu adlh tdk berarti kecuali kalau dibandingkan dng sinyal formasi.2. Sekarang kita telah memiliki nilai-nilai dari pembacaan log yang telah dikoreksi, nilainilai ini dapat

digabungkan dengan R,. yang telah dikoreksi untuk mendapatkan Rt.13.2.3 Aplikasi alat DIL

1. Ciri khas dari alat DIL adlh dpt bekerja pd lumpur tak- konduktif seperti air dan Lumpur minyak.2. Memberikan hasil yg lebih baik dlm formasi resistivitas rendah atau konduktivitas tinggi.3. Dapat dikombinasikan dengan alat R,,0.4. Untuk lapisan dengan ketebalan lebih dari 5-6 ft, dan tidak lebih dari 100 Ohms.

13.2.4 Log Konfigurasi alat yang standar meliputi alat-alat DIL-SLT-SRT-SGT, yang memberikankurva-kurva berikut Induksi Dalam ILd Induksi Menengah ILm Log terfokus (Spherically Focussed Log) SFL Micro Spherically Focussed Log MSFL

Waktu Transit Sonik At Kaliper dan SP Sinar gamma GR Tegangan Kabel

Bentuk log induksi menggunakan kolom 2 dalam skala logaritma, dan kolom 3 dalam skala linier untukbagian Sonik.

13.3 SFL

13.3.1 Prinsip dari SFLSistem SFL adlh satu set dr elektroda pd sonde Induksi. Sistem ini ber operasidng model yang serupa dengan Leterolog kecuali fokusnya lebih dangkal. Sinyalnya juga dirubah ke arusDC yang sebanding dengan konduktivitas, dan dikirim ke komputer.

13.3.2 InterpretasiPembacaan log harus dikoreksi terhadap pengaruh-pengaruh dibawah inilubang bor grafik Rcor -1

ketika dipakai dalam hubungannya dengan alat Induksi-Ganda, grafik Rint-2c akan memberikanpenyelesaian di dan Rt.

Page 44: Adi Harsono Log

13.4 Menggunakan RXO untuk mengoreksi RtKeberadaan 3 jenis pengukuran resistivitas yg bersamaan dng kedalaman investigasi yang

berbeda akan memberikan solusi dr 3 variabel Rt, RXO, dan di. Umumnya untuk kombinasi LeterologGanda-MSFL, dipakai grafik Rint-9 untuk mencari di dan Rt.Catatan bhw data seharusnya tlh dikoreksi thdp pengaruh kondisi lubang bor sebelum bisa diterapkan kegrafik ini. Dalam kasus kombinasi dari Induksi-MSFL, grafik Rint-5 yang dipakai.

13.5 Perbandingan Induksi-LeterologKita telah mempelajari bahwa alit

Induksi lebih tepat untuk resistivitas rendahhingga menengah, dan alat Leterolog untukresistivitas menengah hingga tinggi. Tetapi alatmana yang sesuai untuk mendeteksihidrokarbon?

Gunakan grafik gambar 13.3. Di daerahdimana keduanya dianjurkan, pilihlah alatdimana resistivitas rendah adalahyang terbaikdilihat oleh Induksi, dan resistivitas tinggi olehLeterolog.

Gambar 13.3 Pemilihan Jenis Pengukuran

Page 45: Adi Harsono Log

Bab 14. Rxo dari Alat Mikro

Telah diketahui bahwa RXO berguna untuk koreksi pengukuran Rt. Kita akan pelajari satukelompok log yang dikenal sbg log RXO. Log ini dirancang khusus untuk menyelidiki lapisan rem-besan yghanya bbrp inci dr lubang bor. Jenis log RXO adlh: PL, MLL, MSFL, dan Microlog lama.

Dibawah ini adalah peninjauan kembali dari bermacam-macam kegunaan dari log RxO: Dalamhubungan dengan log Rt memberikanpenentuan dari - hidrokarbon yang dipindahkan

- porositas formasi bersih- resistivitas filtrasi lumpur Rmf- resistivitas lumpur Rm- ketebalan dari kerak lumpur hmc

dan koreksi - log Rt terhadap pengaruh rembesan- log porositas tehadap pengaruh hidrokarbon

Microlog adlh alat yg paling unggul untuk penentuan lap permeabel dan ketebalan kerak-lumpur.

14.1 MSFL MSFL biasanya dikerjakan dalam kombinasi dengan alat Induksi atau Leterolog.Alat SRTyang menghasilkan kurva ini juga dapat dikombinasikan dengan alat Sonik dan alat SinarGamma.

14.2 Mikrolog Microlog adalah alat yang sangat tua dan merupakan alat jenis bantalan yang pertama.Alat mikrolog jenis baru disebut PCD (Powered Caliper Device) dikerjakan dalam kombinasidengan EPT, keduanya memiliki resolusi vertikal yang sangat tinggi.

Gambar 14.1 Penampang Bantalan Mikrolog

14.2.1 Prinsip2alat jarak-pendek dng kedalaman

investigasi yang berbeda akan memberikanpengukuran thdp resistivitas kerak-lumpur danformasi yg berada sedikit dibelakang keraklumpur. Bantalan karet (rubber pad) mikrologyg berisi 3 bush elektroda kecil di susun scrvertikal dng jarak 1 inci, satu dng lainnyaditekan menempel dinding sumur. Darielektroda-elektroda ini dihasilkan kurvamikroinverse 1"x1" (R1"x1"), dan mikronormal 2" (R2"). Dng dmkn perbedaan pembacaan antara 2 kurva mikrolog tsb akanmemberikan indikasi adanya kerak lumpur, dngkata lain bila terdpt kerak lumpur pasti telahterjadi rembesan filtrasi lumpur, jadi formasitersebut adalah permeabel.

Pada saat filtrasi lumpur bor masuk ke formasi permeabel, kerak-lumpur akan terbentuk.Resistivitas dr kerak-lumpur kira-kira sama dng atau sedikit lebih besar dari resistivitas lumpur. Biasanyadianggap lebih kecil dr resistivitas di daerah rembesan yg berdekatan dng lubang bor.

2" mikronormal mempunyai kedalaman investigasi yang lebih besar dr pd mikroinverse 1"x1",shng tdk banyak dipengaruhi oleh kerak-lumpur. Bila membaca resistivitas yang lebih tinggi, akanmenghasilkan pemisahan yang positif. Untuk kerak-lumpur dng resistivitas yg rendah, kedua alat akanmengukur resistivitas yang pantas, biasanya dari 2 hingga 10 kali Rm.

14.2.2 InterpretasiPemisahan positif di lapisan permeabel dan bukti adanya kerak lumpur oleh alat kaliper akan

menunjukkan permeabilitas. Akan tetapi tidak dapat disimpulkan permeabilitas secara kuantitatif . Bilatidak ada kerak-lumpur, mikrolog dapat memberikan informasi berguna seperti keadaan lubang bor ataulitologi, tetapi tidak dapat diinterpretasikan secara kuantitatif.Pada kondisi lubang yang baik, nilai RX0 dapat dicari dari Mikrolog dengan menggunakan grafik Rxo-1.Data yang diperlukan meliputi resistivitas kerak-lumpur Rmc pada temperatur formasi, dan ketebalankerak lumpur hmc dari kaliper.Batasan-batasan

- Rxo/Rmc < 15 (porositas > 15%)- hmc tidak lebih besar dari 1/2 inci- kedalaman rembesan > 4 inci, bila tidak maka Mikrolog akan dipengaruhi oleh Rt.

Page 46: Adi Harsono Log

14.1.1 Prinsip MSFLSerupa dng alat mikrolog, pengukuran terhadap MSFL dibuat dng sebuah bantalan elektroda

khusus yang ditekan ke dinding lubang bor dengan bantuan sebuah kaliper.Pada bantalan tersebut dipasang suatu rangkaian bingkai-bingkai logam yang konsentrik

(Gambar 14.2) disebut elektroda yang mempunyai fungsi memancarkan, mefokuskan dan menerimakembali arus listrik yang hampir sama seperti cara kerja elektroda Leterolog. Karena bantalannya kecildan susunan elektrodanya berdekatan, maka hanya beberapa inci dari formasi dekat lubang bor yangdiselidiki. Sehingga kita akan mempunyai suatu pengukuran dari resistivitas didaerah rembesan.Pengukuran terhadap diameter lubang secara bersamaan oleh kaliper yang merupakan bagian takterpisahkan dari alat MSFL.

14.1.2 InterpretasiKrn kedalaman investigasi MSFL begitu kecil, maka pengaruh dari kerak-lumpur tidak bisa

diabaikan, shg koreksi thdp pengaruh kerak lumpur diperlukan untuk memperoleh Rxo yang benar. Inidilakukan dengan grafik Rxo-2 MSFL.

.Gambar 14.2 Gambar skematis alat MSFL

Penampang Bantalan MSFL

Data yang diperlukan : resistivitaskerak-lumpur, Rmc pada temperatur formasi,dan ketebalan kerak-lumpur hmc dari kurvakaliper Peringatan : Harus diingat bahwa alatMSFL mrpkan alat yang memancarkan aruslistrik kedalam formasi sehingga diperlukanlumpur konduktif. Ini tidak dapat dilakukan dlmlumpur minyak. Sehingga hidrokarbon yangpindah tidak dapat ditentukan dalam lumpurminyak dengan alat ini.

Alat-alat mikro yang lama meliputiProximity Log (PL), dan Microleterolog (MLL)bisa dikerjakan bersama-sama tetapi tidakdapat dikombinasikan dengan alat-alat Rt.Mereka bekerja dengan prinsip yang sama danmemerlukan koreksi kerak-lumpur yang sama(grafik Rxo-2).

Peringatan : Harus diingat bhw alat MSFL mrpkan alat yang memancarkan arus listrik kedalam formasisehingga diperlukan lumpur konduktif. Ini tidak dapat dilakukan dalam lumpur minyak. Sehinggahidrokarbon yang pindah tidak dapat ditentukan dalam lumpur minyak dengan alat ini.Alat-alat mikro yang lama meliputi Proximity Log (PL), dan Microleterolog (MLL) bisa dikerjakan bersama-sama tetapi tidak dapat dikombinasikan dengan alat-alat Rt. Mereka bekerja dengan prinsip yang samadan memerlukan koreksi kerak-lumpur yang sama (grafik Rxo-2).

Page 47: Adi Harsono Log

Bab 15 Interpretasi Pasir Serpihan

KenyataanPerlu diingat bahwa log porositas (ρb, N) dikalibrasi dalam satuan porositas gamping. Porositas

gamping ini dapat dirubah ke porositas batupasir atau dolomit dengan bantuan grafik.Apapun jenis litologinya, perhitungan terhadap porositas hanya benar untuk formasi bebas-serpih

(formasi bersih) dan formasi kandung-air tanpa hidrokarbon. Jika dijumpai serpih atau hidrokarbon,koreksi tambahan harus dibuat untuk mendapatkan porositas dan kejenuhan air yang benar.

15.1 Pengaruh Serpih

Dpt dilihat bhw persamaan Archie untuk formasi bebas-hidrokarbon yg bersih adalah: m

RwaRt

.

Untuk gamping, batupasir dan mineral karbonat dengan rekahan, persamaan diatas masing-masing dpt

dituliskan sbb: 2Rw

Rt 2

.81,0

RwRt 51to

RwRt

Semua rumus diatas dijabarkan scr eksperi-

men saja. Jika hidrokarbon ditambahkan pada batuan, porositasnya berkurang menjadi-SW, rumus

diatas dapat ditulis dalam bentuk mSw

RwaRt

..

atau realisasinya adlh : nm Sw

RwaRt

..

Dari hubungan ini kita dapat menentukan kejenuhan air (Sw) yang tidak scr langsung dpt diukur oleh alat-

alat logging. Persamaan ini dpt ditulis dlm bentuk lain RwaSw

Rt

nm

..1 2/2/

Jika tdpt lempung, mk

persamaan kejenuhan hrs dirubah. Suatu persamaan yg dianjurkan krn memberikan hasil baik dlm ba-

nyak hal adlh Persamaan Kejenuhan Indonesia yg klasik

RwaSw

SwRcl

VclVcl

Rt

nmn

..

.211 2/2/2/

2/

2/

..

.211 nm

SwRwaRcl

VclVcl

Rt

15.2 Penentuan RwLihat pada bab dengan nama yang sama untuk lebih rinci.

15.2.1 Metode Rasio Pada formasi bersih

SxoSw

RwRmf

RtRxo

. Rasio Rxo/Rt menjadi maksimum

bila Sw = Sxo = 1 (SW menurun lebih cepat dr pada Sxo). Bila formasi hanya mengandung air,

maka Sw = Sxo = 1, persamaan di atas bisa ditulis sbb:Rw

RmfRt

Rxo

RxoRt

RmfRw .

15.2.2 Gambar silang Gambar-silang antara resistivitas Rt dan porositas (1 /Rt vs ρb, N, t) pd

formasi bersih menghasilkan Rw berdasarkan hubungan Rwa

Rt .2

15.2.3 SP Penentuan Rw dng SP pd lapisan berlempung umumnya tidak selalu dpt dihandalkan.Dipakai sbg perbandingan.

15.3 Rt dan Rxo Lihat pd bab Rt dan RX0 untuk lebih rinci. Ingat bhw:LLd#Rt LLd#Rt MSFL#RxoPakai grafik-grafik dari bagian Rint dari buku grafik untuk koreksi thdp pengaruh rembesan.

15.4 Indikator-indikator Lempung Indikator lempung didapat dengan cara kalibrasi tanggapan darialat porositas antara titik bersih (bebas serpih) dan titik serpih. Ini dilakukan dengan carssedemikian rupa sehingga pengaruh lubang yang lain akan cenderung untuk menaikkan nilai dariVsh yang dihitung.Ada 2 cara untuk menentukan koreksi thdp serpih yi: scr grafik dan dng rumus. Dari indikator-indikator lempung apa saja, nilai minimum dari Vsh adlh yg paling mendekati kebenaran. Ada 2kelompok indikator lempung yi: indikator kurva-tunggal dan indikator kurva-ganda(gambar silang).

15.4.1 Indikator kurva-tunggal Indikator kurva-tunggal yg klasik adlh Sinar Gamma, SP, Netron danResistivitas

15.4.1.1 GR Yang paling populer dari indikator kurva-tunggal adalah log Sinar Gamma. Teknik yang

serupa dapat digunakan untuk kurva-kurva lainnya seperti Sonik, dll.bersihserpih

bersih

GRGRGRGR

Vsh

Page 48: Adi Harsono Log

15.4.1.2 SP Dng SP, interpolasi scr langsung juga digunakanserpihbersih

bersih

GRSPSPSP

Vsh

Indikator

SP akan memberikan hasil Vsh terlalu tinggi pada lapisan berhidrokarbon.

15.4.1.3 Netron Dng pendekatan yg sama log Netron memberikanmin

min

NNNN

Vshserpih

Indikator Netron pd khususnya bekerja dng baik dlm formasi dng porositas rendah dan dlmreservoar gas yg jenuh.

15.4.1.4 Resistivitas Dng resistivitas, rumus yg dianjurkan adlhb

RclRRtR

RtRcl

Vsh/1

limlim

.

Suatu

transformasi digunakan untuk menyelesaikan rumus ini spt diuraikan dlm buku Essentials, hal 35.15.4.1.5 NGTSbg tambahan, NGT memberikan indikator lempung yg paling baik. Lihat bab Sinar GR.15.4.1.6 LDTLDT yg memiliki kurva Indeks Volumetrik Penyerapan Fotolistrik U menawarkan kemung-

kinan indikator lempung yg lain. Persamaan umumnya adalah U≈ Pe•ρb = (1--Vcl) • Uma+.• Sxo •Uf + • (1-Sxo) • Uh+Vcl•Ucl .........................(1)Bagian •xo•Uf dapat diabaikan jika formasi terembes oleh air segar (koreksi hanya diperlukanuntuk lumpur yang sangat asin).Demikian juga •(1-Sxo)•Uh selalu dapat diabaikan krn Uh < 0.12. Setelah menghilangkankomponenUf dan Uh, persamaan (1) yang digunakan scr langsung dpt memberikan indikator

lempung tambahan U≈ (1--Vcl) •Uma +Vcl•Ucl -->macl

ma

UUUU

Vcl

).1(

15.4.1.7 Penentuan jenis lempung melalui gambar-silang Adalah berguna untuk mengetahui jenisdari lempung untuk pemahaman geologi tahap pengendapan. Cara pintas mungkin tidak jelasdalam membedakan kaolinite dan montmorillonite. Alat LDT dapat membantu menentukan jenislempung bila dikombinasi dengan informasi yang didapat dari alat-alat logging lain.Khususnya bila log NGT juga tersedia, maka gambar-silang dari Pe vs Th, Pe vs K, dan Pe vsTh/K sangat membantu dalam penentuan jenis lempung.

15.4.2 Gambar-silang Indikator kurva-ganda yg paling efektif adlh Gambar-silang Densitas-NetronPakai garis matriks minimum yg berbeda untuk gas, minyak dan air. Gambar-silang Densitas-SonikPakai gambar-silang Densitas-Sonik jika litologi dan kadar air tidak diketahui. Hasil gambar-silangakan terpengaruhi jika lubang sumur jelek.

ContohPerhatikan grafik gambar 15.1.Misalnya suatu matriks batupasir (dengan ρma = 2.65 g/cc) yang sederhana. Satu titik data log (A)dapat ditunjukkan pada gambar dengan koordinat N dan ρb. Dengan cara yang sama, dapatdicari titik lempung (C) dan menggambarkannya pada grafik. Koordinatnya adalah pembacaanterhadap log di titik dimana kita pilih sebagai titik lempung yang representatif pada log untuklapisan yang dipelajari.

Contoh dari koreksi lempung secara grafik1. Tentukan titik lempung (C) dengan koordinatnya, misalnyaρb= 2.45 g/cc dan N = 50%.2. Gambar garis-garis porositas yang paralel dengan garis porositas-nol, yang menggabungkan titik

matriks dengan titik lempung. Mereka melalui nilai-nilai porositas pada garis batuanpasir.3. Gambar garis-garis lempung. Garis lempung-nol menggabungkan titik matriks ke titik air (ρb = 1,

N=100%), yang jatuh diluar grafik. Bagikan garis porositas nol dalam persen dari volumelempung, misalnya setiap 10%. Garis-garis lempung menggabungkan titik-titik itu pada titik air.Mereka bukan garis-garis paralel.

4. Gambar titik data A (ρb = 2.20 g/cc dan N 33%).Dimisalkan formasi batupasir berlempung, dan tidak ada koreksi thdp hidrokarbon mk dalamsistem sumbu porositas Vcl titik A mempunyai porositas sebesar 23% dan kadar lempung (Vcl)sebesar 16%.

Kemudian buat garis dari titik lempung C melalui titik A ke titik X sedemikian rupa shg AX/CX = Vcl.Titik X ini adlh titik bersih (yang sudah dikoreksi terhadap lempung). Catatan bhw titik X hanyalahmerupakan (1-Vcl)% dari total formasi, shg porositas yg didapat dr cara diatas hrs dikalikan dng (1-VcI) untuk mendptkan porositas benar. Cara perhitungannya adlh berdsrkan pd persamaan ygditurunkan untuk log porositas. Persamaan-persamaannya adlh: Untuk NetronN = Nclean - (1 - Vcl) + Ncl. Vcl0

Page 49: Adi Harsono Log

)1(.

cl

clclclean V

VNNN

(Ncl adlh pembacaan porositas Netron di lempung) dan serupa buat

Densitas ρb = ρb.clean • (1 - Vcl) + ρb,cl - Vcl )1(.

cl

clclclean V

Vbnb

Nilai ρb,bersih dan

N,bersih kmdn dpt digambar pd gambar-silang Densitas. Netron, untuk mendptkan porositasbenar scr langsung.

Gambar 15.1. Catatan: Posisi titik A dlm gambar ini adlh sedemikian rupa shg rasio jarak XA/XC = 16/100 atau 16%sesuai dng volume lempung. Titik X adlh titik'bersih' krn komponen lempung sudah dihilangkan. Porositas titik Xsekarang adlh 26%, akan tetapi karena titik X hanyalah merupakan (1-Vcl)% dad total volume formasi, makaporositas dari formasi berlempung yang sebenarnya adalah 0.26 x (1-0.16) =22%.

15.5 Koreksi hidrokarbon Koreksi thdp hidrokarbon dibuat dlm formasi bersih, yi: setelah dilakukankoreksi thdp lempung. Jumlah dari koreksi yang akan diterapkan pada pembacaan log ditandaidengan simbol A .Secara grafik, koreksi hidrokarbon terutama gas diperlihatkan pada gambar 15.3.

15.5.1 Koreksi densitasρb = 1.07.•Sw,.[(1.11-0.15P)•ρmf-1.15ρh]dimana P adalah salinitas filtrasi dalam ppm/106.

Page 50: Adi Harsono Log

15.5.2 Koreksi CNL

mf

hmfhrN P

PSA

.1

17.067.1.1...

dimana A adalah faktor yang

berhubungan dengan kedalaman investigasi dari CNL yang dibandingkan dengan alat Densitas.A = 1 untuk lapisan minyak, A = 1.3 untuk lapisan gas dengan porositas tinggi.

Contoh dari koreksi hidrokarbonDiketahui dari pembacaan log:ρb=2.3,N=20%, Rxo=20,ρmf=1, P=O, Rmf=0.4 danρh=0.5

1. Cari porositas pintas dari gambar-silang Densitas-Netron Caranya : Gunakan grafik Por-5untuk mengubah densitas ρb = 2.3 ke porositas, didapat D = 24%. Sehingga porositaspintasnya adalah (D+N)/2 = 22%.

2. Hitung Shr Caranya: Pakai rumus Archie. 1.

1. 2Sxo

RmfRxo

2.RxoRmf

Sxo

65.022.0.204.0

2 35.01 SxoShr

3. Koreksi Densitas1. ρb =1.07..Sw.[(1.11-0.15 P).ρmf -1.15ρb] =1.07x 0.22 x 0.35.[(1.11- 0) x1–1.15 x 0.5}2. ρb =2.3 + 0.044 = 2.344 g/cc jadi ρbCORR= 2.3 + 0.044 = 2.344 g / cc

4. Koreksi Netron

mf

mf

P

bPShrAN

.1

17.067.1)1(...

1.01

17.05.0.67.11).01(.35.0.22.0.1

N =0.226

Jadi NCORR = 0.20 + 0.026 = 0.226KemudianρbCORR dan NCORR dimasukkan ke dalam grafikDensitas-Netron, didapat CORRma = 2.73 g/cc

15.6 Perkiraan dari Densitas HidrokarbonBila Shr telah ditentukan, maka dapat dicari densitas hidrokarbon ρh dengan bantuan grafik CP-

10. Pada sumbu ordinat diperlukan rasio dari porositas Densitas dan Netron yang telah dikoreksiterhadap pengaruh serpih Bila litologi tidak diketahui dengan pasti, maka ph diperkirakan terlebih dahuluuntuk kasus ekstrim (misalnya batuan dianggap 100% pasir dan 100% dolomit) kemudian diambil nilaitengah dan dilakukan koreksi berulang terhadap hidrokarbon untuk meyakinkan litologi dengan lebih baik,sehingga diperoleh Ph yang lebih baik

Contoh dalam reservoir gamping-dolomit.Dari pembacaan log: Pb = 2.1 . N = 15%, Rxo = 4 dan Rmf = 0.1 pada BHT.Dua kasus ekstrim ditinjau1. Reservoir itu hanya terdiri dari batuan gamping

Cara penyelesaiannya: Dng grafik Por-5 konversikan ρb=2.1 g/cc ke porositas gamping, diperolehD=36%. Karena porositas netron = 15%, maka dengan menggunakan grafik CP-9 didpt porositas

pendekatan pertama = 34% ( 1 dari CP-9). 2.RxoRmf

Sxo = 0.52 Shr =1- Sxo = 0.50 dng

CP - 10 didapat:ρh=0.3g/cc2. Reservoar itu hanya terdiri dari batuan dolomit

Cara penyelesaiannya: Dng grafik Por-5 konversikan ρb=2.1 g/cc ke porositas dolomit diperolehD = 41%. Krn porositas netron =15%, mk dng menggunakan grafik CP-9 didpt porositas

pendekatan pertama = 34% (1dari CP-9). 2.RxoRmf

Shr = 0.52Shr=1-Sxo = 0.48

dengan CP -10 didapat: ρh =0.15 g/ccDi lapisan ini kita menggunakan ρh, = 0.2 g/cc. Jika litologisudah diketahui, kita dapat menghitungρh dengan lebih tepat lagi.

15.7 Ringkasan-grafik dari Interpretasi Shaly Sands Lihat ringkasan-grafik (flow-chart) terlampir,yang merupakan ringkasan kejadian-kejadian yang berurutan dari interpretasi pasir-serpihan yang telahkita bahas di dalam bab ini:15.7.1 Metode

1. Pilih pembacaan log ditempat yang baik dan mewakili.2. Buat semua koreksi terhadap kondisi lubang bor.3. Evaluasi VCL dan buat koreksi serpih pada log- porositas.

Untuk DensitasρbCORR =ρb + VCL. (ρma -ρCL,)Atau dalam bentuk porositas DCORR = D - DVCL

Page 51: Adi Harsono Log

Dimanamfma

CLmaCLD

dan untuk Netron Ncorr = N - VCL - NCl

NCL adalah porositas Netron lempung4. Masukkan ke CP-9 untuk mendapatkan 01. Secara matematis bisa dituliskan

= 1•(1 - 0.10 x Shr)1 = 2 x Ncorr + 7 x Dcorr

Grafik CP-9 adalah penyelesaian secara grafik dari persamaan diatas. Di lapisan bersih, tentukanρh dengan bantuan CP-10.

5. Dengan 1, VCL dan RX0 diketahui, sekarang gunakan persamaan Indonesia untuk SX0 dan

menghitung Shr 2..

1 221

nSRaR

V

RW

W

m

CL

V

CL

XO

CL

Shr =1 - SXO

6. Masukkan ke CP-9 dengan Shr yang baru diperoleh untuk mendapatkan porositas benar.7. Dengan porositas benar yang baru diperoleh, selesaikan SW dengan persamaan Indonesia

2..

1 221

nSRaR

V

RtW

W

m

CL

V

CL

CL

Ringkasan-grafik

Page 52: Adi Harsono Log

Bab 16 Interpretasi Model Dua Air

Latar BelakangPada tahun 1968 Waxman dan Smits berdasarkan studi teoritis dan experimen di labo ratorium

memperkenalkan hubungan antara saturasi dan resistivitas untuk formasi serpihan yang mengkaitkankonstribusi resistivitas dari serpih (relatif terhadap resistivitas dari formasi) thd CEC (Cation ExchangeCapasity) dari serpih. Akan tetapi hasil studi Waxman-Smits ini terlalu teoritis krn pd saat itu pengukuranin-situ parameter CEC batuan belum dapat dilakukan, oleh sebab itu pada tahun 1977 Clavier dankawan-kawan mengembangkan model dua-air (Dual Water Model) sebagai suatu solusi yang lebihpraktis.

Prinsip Model Dua AirPada dasarnya model dua-air menganggap bhw formasi serpihan adalah formasi bersih dengan

porositas, susunan butiran dan kandungan fluida yang sama, kecuali air yang terkandung nampaknyalebih konduktif dr yg diharapkan dibandingkan salinitas kesuluruhannya. Kelebihan konduktivitas inidisebabkan oleh tambahan ion-ion positif (Na+,K+, Ca++) yang terikat pada lapisan difusi disekelilingkristal lempung. Kation-kation ini diperlukan untuk mengimbangi kelainan listrik yang terjadi didalamkristal lempung itu. Jumlah ion pengimbang ini menyusun apa yang disebut CEC.

1. Secara ringkas model dua-air ini menerapkan tiga dalil yaitu: (Gambar 16.1)2. Konduktivitas dari lempung disebabkan oleh parameter CECnya.3. CEC dr lempung murni adlh sebanding dngn luas penampang dari lempung.4. Didlm larutan garam, anion ditarik keluar dr lapisan air yg mengelilingi permukaan kristal

lempung. Ketebalan dr lapisan ini bertambah dng menurunnya salinitas dr larutan itu sam pai pdbatasan tertentu. Ketebalan ini juga merupakan fungsi dari temperatur.

Gambar 16.1.Lapisan tipis dr air tanpa-garam ini (air lempung) memegang peranan penting krn kristal lempung

mempunyai permukaan yg relatif luas sekali mencapai 6300 acres/ft3, bandingkan dng luas permukaanbutiran pasir yg hanya 0.1-0.2 acres/ft3, mk volume dr air lempung tdk bisa diabaikan begitu saja.

Secara singkat, model dua-air mengatakan bahwa formasi serpihan dapat dianggap sebagaiformasi bersih dengan mengandung dua jenis air:

1. Air yang berasosiasi dengan lempung, disebut air-ikat dengan konduktivitas CWb. Air-ikat ini tidakdapat diproduksikan karena merupakan bagian dari lempung.

2. Air lain yang berasosiasi dengan batuan lain kecuali lempung disebut air-bebas.Karena mineral lempung (lempung kering) dapat dianggap tidak menghantarkan listrik, mk

lempung dpt diperlakukan spt mineral lain. Scr skematis kita dpt menggambarkan formasi serpihandengan model dua-air dalam Tabel 16.1.

Zat Padat Cairan/fluidaMatriks Lanau Lempung kering Air-ikat Air-bebas Hidrokarbon

Matriks Serpih Porositas Efektif

Porositas Total

Tabel 16.1. Model Dua AirDengan asumsi bahwa formasi serpihan itu bisa dianggap sebagai formasi bersih, maka hukum saturasiair Archie dapat berlaku, walaupun perlu dimodifikasi untuk mengakomodasikan air-ikat. Persamaan

Archie bila ditulis dlm bentuk konduktivitas adlh: we

nwt

mt C

aS

Ct ..

………..(16-1)

dimana: a, m, dan n adalah konotasi persamaan Archie yang kita sudah pelajari sebelumnya.Ct adalah konduktivitas dari formasi ash (Ct adalah kebalikan dari Rt )Cwe adalah konduktivitas ekivalen dari air yg tdpt dlm ruang kosong batuan.

Perhatikan bahwa , & Sw, menyatakan volume total termasuk volume yg berisi air-ikat dan air-bebas.

Page 53: Adi Harsono Log

Persamaan 16-1 sekarang dituliskan sbg:wbw

wbwbwwwe VV

CVCVC

..

………..(16-2)

dimana Vw dan Vwb adalah volume keseluruhan dari air-bebas dan air-ikat dengan konduktivitas Cw danCwb. Dalam bentuk saturasi air, persamaan 16-2 dapat ditulis sebagai:

wewbtwbwt

wbwbtwwbwt CSSS

CSCSSCwe .

.).(..).(.(

………..(16-3a)

atau

wbwt

wbw

wt

wbwt CSS

CS

SSCwe ..

...............(16-3b)

atau wwbwt

wbwwe CC

SS

CC

.. ……………………..(16-3c)

dimana Swb adlh saturasi air-ikat yi: bag dr total volume ruangan kosong batuan yg terisi dng air-ikat.

Dng menggantikan Cwt rmss 16-1 menjadi: wwbw

nwt

mt

t CCSwtSwb

CaS

C

..

......(16-4)

Porositas dan saturasi dr formasi bersih didpt dng mengurangi bag volume dr air ikat ( • Swb). Mkporositas efektif adlh: = 1.(1–Swb) ……………….(16-5)

dan saturasi air adalah:wb

wbwtw S

SSS

1

… …………….(16-6)

Kesimpulan1. Untuk mengadakan evaluasi formasi serpihan dengan model dua-air diperlukan empat parameter

yaitu Cw (atau Rw), Cwb (atau Rwb), t dan Swb

2. 1, dpt dicari dengan menggunakan gambar silang netron-densitas.3. Swb didpt dr bbrp pengukuran indikator lempung seperti yang dijelaskan dalam bab-15.4. Rw didpt dr berbagai sumber spt yg dijelaskan dlm bab-bab sebelumnya. Rwb dicari dr

pembacaan resistivitas dilapisan 100% serpih. Kedua parameter ini biasanya ditentukan olehseorang Log-Analyst berdasarkan pengetahuan dan pengalaman suatu lapangan.

CyberlookModel dua-air dipakai pd komputer lapangan CSU sejak th 1978, dikenal sbg Cyberlook. Salah

satu masalah yang dihadapi oleh persamaan saturasi (16-6) model dua-air adalah bhw bila SWb =SW,=100% mk scr matematis persamaan (16-6) tidak berfungsi. Masalah ini diatasi oleh Cyberlook dngpendekatan yg lain yi: dng membandingkan rasio resistivitas formasi mengandung air 100% dng

resistivitas formasi total:RtRw

Sw .......... (16-7)

Dimana wbwbwfwbt

wbwf

RSRS

RRRo

.1..

.2

………………(16-8)

Rwf. pada prinsipnya sama dengan Rw hanya istilah Rwf digunakan untuk membedakannya dngresistivitas air-ikat RWb. Untuk mengerti program Cyberlook dng rinci, silahkan membaca dokumen-dokumen bersangkutan yg bisa diperoleh pd kantor-kantor Schlumberger terdekat. Model dua-air jugadipakai pd Model VOLAN (Volumetric Analysis), GLOBAL dan ELAN (Elemental Log Analysis), ini akandibahas pada bab berikutnya.

Page 54: Adi Harsono Log

Bab 17 Interpretasi dengan Komputer

17.1. PendahuluanKelebihan interpretasi dng komputer adlh bhw suatu evaluasi thdp data sumur dpt dilaku- kan:

scr berkesinambungan lebih akurat hemat waktu untuk model yang kompleksDengan makin majunya teknologi komputer, program-program analisa log juga menjadi lebih

canggih dan mudah dioperasikan. Didalam bab ini akan dibahas scr singkat sejarah perkem bangan CPI(Computer Processed Interpretation) terutama yg dikembangkan oleh Schlumberger, baik yang tersediapada komputer besar maupun komputer PC.

17.2. Proses CPI

Field tape, pita data magnetik dr lapangan, biasanya berbentuk reel tape (pilihan lain adalah DAT, TK-50, cartridge tape atau disket PC) dlm format LIS atau DLIS dng kerapatan 800, 1600 atau 6250BPI (Bit Per Inch) untuk jenis reel tape.

Loading, proses pemindahan data dari pita magnetik ke hard-disk komputer dengan hanya memilihfile/informasi yang diperlukan.

Data Editing, proses penyuntingan data, koreksi terhadap perbedaan kedalaman dan perbaikanterhadap data yang rusak misalnya cycle skiping dari kurva sonik.

Pre-processing, trdr dr rangkaian proses koreksi data krn pengaruh lubang bor thdp semua jenispengukuran mulai dr GR, SP sampai dng densitas-netron dan pencarian harga Rt, RX0, prorositasN-D, sonik dsb, spt yg dijelaskan pada Bab-2. Hasil dari pre-processing ini dicetak keluar dandibandingkan dng data asli. Proses LQC sekali lagi dilakukan sebelum memasuki prosesselanjutnya. Dlm tahap ini biasanya dibikin gambar-silang (lihat Apendiks-IV) untuk menentukanparameter yang diperlukan buat proses interpretasi.

Interpretation, model interpretasi dpt dipilih sesuai dgn pengalaman lapangan, kebiasaan dan hasil ygdiinginkan. Model-model CPI akan dibahas dlm paragraf selanjutnya, Tujuan interpretasi adlhuntuk mencari parameter saturasi, porositas efektif dan jenis litologi. Inter-pretasi lanjutan akanmenghasilkan juga parameter permeabilitas dan saturasi air-sisa.

Output, hasil dari interpretasi dpt berupa log yg menampilkan parameter-parameter saturasi air, litologi,porositas total/efektif, permeabilitas dll, dan pita data magnetik yg mengandung semua parameterdan hasil interpretasi. Suatu listing juga dilampirkan yg memberikan laporan tentang data-data ygterkandung didalam pita data itu. Biasanya suatu hasil sementara (provisional result) diberikan kpdlangganan untuk disetujui ttg parameter-para meter yg dipakai (perubahan mungkin terjadi bila tdptmasukan hasil UKL) kemudian hasil akhir (final result) dibuat.

17.3. Model-model CPI

17.3.1. Model SARABAND dan CORIBANDDiawal tahunl970-an, Schlumberger memperkenal 2 program CPI yg disebut Saraband dan

Coriband menggunakan komputer mainframe microvax serf 780 dari Digital Cooperation.Tanggapan dari log densitas didalam formasi serpihan yg mengandung hidrokarbon

adalah: mashshshhXOmfXO VVSSb )1(.)1()1(. .......(17-1)

Page 55: Adi Harsono Log

Anggaplah densitas filtrasi lumpur ρmf dan densitas dr lempung ρh diketahui, mk tdpt 5 parameter dlmpersamaan 17-1 yang perlu dicari, yaituρh, , Sxo, Vsh danρma .Persamaan 17-1 yg serupa dpt ditulis untuk log netron dan log mikro-resistivitas (krna log resis tivitaslebih kurang mengukur volume batuan yg sama, ditambah log GR atau SP atau indikator lempung yanglain, akan memberikan 4 dari 5parameter yang belum diketahui diatas.

Bila litologi reservoir tidak berubah-rubah dan diketahui, maka jumlah parameter yang tidakdiketahui berkurang menjadi empat. Sehingga dalam kasus formasi serpihan dimana litologi reservoiradalah pasir (kuarsa), kombinasi densitas, netron, mikroresistivitas dan GR dapat memberikan porositas,saturasi hidrokarbon dan air didaerah rembesan, jenis hidrokarbon dan volume dari lempung atau serpih.Selanjutnya bila pengukuran resistivitasdalam dan harga RN, tersedia maka dengan menggunakanpersamaan Archie atau Indonesia (Bab-15) dapat dicari saturasi air dan hidrokarbon. ProgramSARABAND dirancang untuk tujuan perhitungan diatas.

Apabila litologi yg dijumpai bukanlah model pasir-serpih ttpi yg lebih kompleks, misalnya karbonatatau evaporit, mk untuk mengurangi masalah persamaan 17-1 dr 5 parameter anu menjadi 4 saja perludiambil asumsi thdp salah satu dr parameter itu. Dlm hal ini parameter jenis hidrokarbon yang menjadipilihan karena pengaruh jenis hidrokarbon tidak begitu kritis terhadap tanggapan alat kecuali bila terdapatgas atau jenis hidrokarbon yang ringan. Seperti halnya dengan SARABAND, kombinasi dari densitas,netron, mikroresistivitas, resistivitas dan log GR dapat digunakan untuk mencari porositas, saturasi airdan hidrokarbon, volume serpih dan litologi matriks. Program CORIBAND dirancang untuk tujuanperhitungan diatas.

17.3.1.1 Model SARABAND

Gambar 17.1 Bentuk dr lempung dipandangdr cara distribusinya didlm formasi Gambar 17.2 Model dasar SARABAND

Program SARABAND menggunakan model pasir-lanau-serpih dimana serpih dapat berupa lami-nated,disperserd atau structural. Gambar 17.1.

Model dasar dr SARABAND adlh gambar-silang netron-densitas spt yg digambarkan pd gambar17.2. Gambar ini memperlihatkan kelompok titik-titik data yang mewakili pasir, serpih dan pasir-serpihan.Umumnya hanya ada 2 kelompok data yi: kelompok A mrpkan pasir dan pasir-serpihan dan kelompok Bsbgi serpih. Titik-titik data pada kelompok B sesungguhnya terdiri dari campuran mineral lempung, airdan lanau. Lanau adalah mineral yang sangat halus umumnya terdiri dari kuarsa, tapi sering juga terdiridari feldspar,kalsit dan mineral lain. Secara pukul rata lanau memiliki sifat-sifat netron-densitas sepertipasir kuarsa. Titik Q merupakan titik pasir dan titik Cl adalah titik serpih basah tanpa lanau, sedangkantitik Sho adalah titik serpih dengan kandungan lanau maksimum.Pd kelompok A, data dari serpih laminar akan jatuh pada garis Sd-Sho, disebelah kiri dari garis ini adalah

data lempung dispersi dan disebalah kanan merupakan daerah serpih struktural.Daerah C merupakan daerah dimana data-data biasanya yang dipengaruhi oleh lubang jelek atau litologi

formasi yang dianalisa bukan lagi suatu formasi pasir-serpihan, melainkan karbonat, lignit danlain-lainnya.

Page 56: Adi Harsono Log

Gambar 17.3 Hasil SARABAND

17.3.1.2 Model CORIBANDModel CORIBAND adlh program metode in-

ter pretasi litologi kompleks, termasuk pasirserpihan.Berbeda dengan Saraband, program ini memberikanporositas yg sudah dikoreksi thdp pengaruh hidrokarbon didalam litologi standar spt: silika, gamping,dolomit dan anhidrit dan litologi lain yang diketahui.Model Coriband juga menggunakan gambar silangnetron-densitas untuk mencari porositas dandensitas matriks. Skala dari densitas matriks dibuatdengan cara interpolasi nilai densitas keempat jenismineral diatas, lihat gambar 17.4, dari pasir silika 2.6gr/cc sampai dengan anhidrit 2.98 gr/cc.

Gambar 17.4 Gambar-silang SNP densitas-

Demikian juga nilai porositas. Keunikan dari gambar-silang ini adalah bahwa suatu titik data logdpt diinterpretasi-kan menurut kombinasi dari dua jenis mineral yang menghasilkan harga porositas yangcukup baik tidak tergantung pada jenis litologi. Misalkan titik A pada gambar 17.4, bila dianggaplitologinya terdiri dari campuran: (1) Gamping & dolomit, maka = 10.2% dan ρma = 2.76 g/cc. (2)Dolomit & pasir, maka =10.7% dan ρma = 2.77 g/cc dan (3) Pasir-anhidrit, maka =11% dan ρma.-=2.78%. dan seterusnya. Jadi jika diketahui formasi terdiri dari 4 jenis mineral tersebut tetapi tidakdiketahui denganpastikomposisinya, porositas titik A akan mempunyai nilai 10.6±0.4% nilai densitasmatriksnya 2.77± 0.01 g/cc. Satu hal yg perlu diingat, bhw titik A itu haruslah bersih dr serpih danpengaruh hidrokarbon sebel um bisa diterapkan pd gmb 17.4. Silahkan baca kembali Bab-15 (ttg koreksilempung & Hidrokarbon).

Page 57: Adi Harsono Log

Gambar 17.5 Contoh Hasil CoribandGambar 17.7 Hasil VOLAN

17.3.2 Model VOLANProgram interpretasi VOLAN diran-

cang untuk litologi gugusan-klastis (clasticsequence) dan karbonat dng menggunakan model dua-air. Pengukuran densitas,netron dan resistivitas digunakan untukmencari porositas, saturasi air, analisa per-meabilitas, jenis dan banyaknya hidrokar-bon, analisa volume batuan/cairan terma-suk lempung, lanau dan air-ikat.

Pengukuran-pengukuran lain sptEPT dapat digunakan untuk meningkatkandan mengembangankan hasil interpretasi.Program VOLAN menyelesaikan masalahmodel dua-air yang dibahas pada Bab-16dan dilukiskan pada Table 16-1. Sepertihalnya program Saraband dan Coriband,program VOLAN juga dirancang dng menggunakan gambar silang netron-densitas.

Gambar 17.6

Page 58: Adi Harsono Log

Gambar 17.8

Gambar 17.9 Contoh Hasil GLOBALGambar 17.6 menunjukkan gambar-silang yang digunakan untuk menentukan harga porositas total,volume lanau dan lempung dan juga saturasi air ikat t, Vsl,Vcl, dan Swb).

Sedikit berbeda dengan Saraband, gambar-silang VOLAN memerlukan 4 titik mineral untukmembentuk segitiga yang terbagi dalam skala yang sama untuk memberikan berbagai volume batuan.Bentuk segitiga ini umumnya tetap untukformasi pasir-serpihan. Titik lempung basah (CL) ditentukandengan mengambarkan titik-titik data yang diambil dari log pada daerah 100% lempung, sedangkan titiklempung-kering (DC) ditentukan berdasarkan jenis lempung dan pengalaman geologi setempat.

Yang tidak tampak dalam Gambar 17.6 ini adalah garis-garis Swb. Garis Swb = 0 sesungguhnyaterletak pada garis Q-W dan Swb =100% pada garis Q-CL, dengan titik poros ada di Q. Sebagai contoh,titik A dengan D = 0.20 dan N= 0.30, bila digambarkan padaGambar 17.6 akan memberikan hasil sbb:t, = 24%, Vdc= 20%, Vcl, = 28.6%, Sw = 35.5`% , dengan menggunakan definisi dari Tabel 16.1, didapat:wb = Vcl - Vdc = 8.6% dan = t - wb = 15.6%

Perlu diingat bahwa titik A adalah titik yang berada pada formasi kandungan air dimanapembacaan densitas dan netron tidak terpengaruh oleh lubang jelek atau hidrokarbon. Jika tidak, makaperlu dicari harga Swb dari sumber yang lain, antara lain dari GR, SP, gambar-silang sonik-densitas.Gambar 17.7 adalah contoh hasil VOLAN yang mempunyai presentasi lengkap: volume dari mineral,fluida, saturasi air, permeabilitas dan kurva-kurva penting lainnya.

17.3.3. Metode GLOBALMetode interpretasi yang dinamakanGLOBAL merupakan terobosan dalam metode interpretasi

CPI. GLOBAL mempunyai stuktur yang tidak tergantung pada model geologi dan kurva/alat perekam.Masukan parameter tidak harus berasal dari hasil logging akan tetapi GLOBAL mampu menampungpengetahuan geologi lokal atau hasil analisa inti misalnya, asalkan semua parameter atau masukan itudapat dinyatakan secara matematis berupa persamaan-persamaan tanggapan.GLOBAL akan menyelesaikan persamaanpersaman itu secara serempak dengan cara optimisasi untukmencari jawaban yang paling mendekati kebenaran.

Program GLOBAL didasarkan pada model dua-air, memberikan hasil analisa berupa volumemineral mencakup beberapa jenis lempung, porositas total maupun efektif dan saturasi air serta jenishidrokarbon. Berbeda dengan program SARABAND, CORIBAND atau VOLAN, GLOBAL tidak

Page 59: Adi Harsono Log

mempunyai model yang tetap, seorang log analis secara bebas dapat mendefinisikan model mineral dariformasi lubang berupa pasir, gamping, dolomit dan sampai dengan empat jenis lempung atau mineral lainyang bukan empung dapat ditampung.

Program GLOBAL sangat unik, karena memiliki kemampuan solusi forward dan solusi-inverse.Artinya, program ini mula-mula mencari solusi awal dari volume mineral dan fluida seperti halnya programinterpretasi pada umumnya, kemudian dari hasil awal ini dibentuk kembali log teoritis berdasarkanpersamaan tanggapan dari masing-masing log. Pada setiap level kedalaman, suatu program kecilmencari solusi akhir dengan menggunakan perbedaan yang paling kecil anatara log sesungguhnya danlog teoritis hasil GLOBAL. Teknik ini lebih dikembangkan pada program ELAN. Secara skematik, programGLOBAL ini dapat digambarkan pada gambar 17.8, dan contoh hasil interpretasi GLOBAL ditampilkanpada gambar 17.9.

17.3.3. Metode ELAN

Gambar 17.10

Program ELAN menggunakan kerangka program komputer yg canggih untuk meng-adakan evaluasi data logging secara interaktif.

Evaluasi ini dpt dilakukan thdp hampirsemua jenis log, baik itu log lubang-buka ataulubang-selubung, juga terbuka bagi data-datanon-logging seperti data inti dan basil UKL.

Prinsip kerja dr program ELAN ditampilkan pd gambar 17.10 dan 17.11. Evaluasi datadilakukan dng cara mengoptimasikan secaraserempak persamaan-persamaan tanggap-anyang ditentukan oleh model-model interpretasi.Model-model yang ditentukan oleh log analisini memberikan instruksi kpd program bagaimana menghubungkan parameter dng persamaantanggapannya dng hasil pengukuran log untukmencari jawaban volume mineral dan fluida.

Program ELAN sangat berbeda dngprogram interpretasi lainnya, krn didalam program ELAN tdk dijumpai model internal hanyadng satu pengecualian yi: bhw jumlah dr semua volume harus sama dengan 100%. Tanpakekangan volume ini, program ELANbisadisejajarkan dengan program solusi universal.Dengan kekangan inipun, sebetulnya ELANmendekati solusi universal karena mampumenampung data log maupun data bukan log.

Sesungguhnya program ELAN merupakan suatu paket program yang terdiri dari ELAN, RECONdan CALPAR, lihat gambar 17.11. Program ELAN sendiri mrpkn suatu solusi-balik (inverse solver) ygmenggunakan TOOLS (t) dan RESPONSE (r) untuk mencari VOLUMES (v), sedangkan programRECON (dari kata Reconstructed) adalah solusi-forward (forward solver) dng menggunakan VOLUMESdan RESPONSE untuk mencari TOOLS. Program CALPAR (dari kata Calibrate Parameters) adalahprogram external yg memakai hasil VOLUMES dan TOOLS untuk mencari parameter tanggapanRESPONSE.

Page 60: Adi Harsono Log

Gambar 17.2 Contoh Hasil ELAN

Gambar 17.3Contoh hasil rekontruksi proses ELAN Salah satu carauntuk LOC hasil ELAN adalah melihat seberapabagusnya kurva ash dengan kurva teoritis/terkonstruksi

Kemampuan program ELAN hanya terbatas pd hukum matematis, bhw jumlah bilangan anu hrssama atau lebih kecil dari pada jumlah persamaan matematik yang tersedia Misalnya bila formasihanya tdr dr batuan gamping dan air mk bilangan anu yg hrs dicari adlh: Volume gamping (Vcalcite) danporositas (), untuk itu kita perlu paling sedikit 2 persamaan tanggapan, atau kita harus mempunyai kurvalog yang bisa memberikan dua persamaan itu. Kita pilih kurva densitas RHOB, persamaan tanggapannyaadalah: ρB =ρma.. • (1- ) +ρf. Vcalcite = 1 - Makin rumitnya suatu model interpretasi, makin banyak kurva log (persamaan tanggapan) yg diperlukan.Modul interpretasi ELAN dibagi dalam tiga kelompok:1. Modul Solid, tdr dr volume mineral. Jenis mineral yg tersedia dalam program ada 22 jenis, misalnya

Pasir, Gamping, Ilit, Kaolinit, Semectit, Dolomit, Batubara, Serpih, Lanau, Albit, Orthoclase, dan lain-lain.

Page 61: Adi Harsono Log

t or TOOLS = log measurementsv or VOLUMES = the volumetric constituents of theformationsr or RESPONSE= response equations relating tools,volumes and parameters ELAN= Inverse solverRECON - Forward solver (included inside ELANprogram) CALPAR = Parameters Solver (externalprogram)

Gambar 17.11

2. Modul Fluida, terdiri dari fluida pd daerah rembesandan daerah tak-terembesi yg bisa berupa air, minyakdan air atau fluida khusus lainnya. Komponen air inikemudian dibagi lagi menjadi filtrasi lumpur dan airformasi (air-bebas, air-ikat dan air sisa).

3. Modul Saturasi, tersedia persamaan model dua-airsederhana, Indonesia, Waxman-Smits, Archie Linierdan SimandouxKarena program ELAN telah menjadi program

interpretasi yang makin populer karena program itu begitufleksibel dan berkemampuan menyelesaikan masalahinterpretasi yang run-tit, mudah diterima dan dipelajarioleh seorang log analis.

Saat ini program ELAN tersedia pada komputermainframe dan workstation.

Untuk mengetahui lebih rinci mengenai programELAN ini, dapat dibaca buku ELAN User's Guide, terbitanSchlumberger Data Services 1992

.

Page 62: Adi Harsono Log

Bab 18 Contoh Interpretasi

Contoh formasi QCD (Quartz Calcite Dolomite)Sumur: Seminar-1

Log yg tersedia: 1. DLL-MSFL-GR (Gbr 18.1) 2. LDL-CNL-GR (Gbr 18.2) 3. NGS (Gbr 18.3)Informasi dari kepala-log: Ukuran Pahat (BS) = 8,5 inci, Densitas Lumpur = 9.0 g/cc Resitivitas Lumpur =0.285 ohm-m pada 90°F, Filtrasi lumpur 0.20 ohm-m pada 87°F, Kerak Lumpur = 0.455 ohm-m pada87°F, Kandungan Barite = tidak ada, Temperatur BHT 234°FTujuan : Mencari litologi, Rw, dan Sw, dengan metode (1). Interpretasi pintas, (2). Koreksi pengaruh

lubang bor terhadap kurva resistivitas dan porositas. (3). Koreksi lanjutan terhadap pengaruhlempung dan hidrokarbon terhadap porositas.

Sebelum dimulai suatu interpretasi hendaklah dilakukan LQC terlebih dhl thdp semua data yang ada.LQCKarena tidak terdapat lampiran kalibrasi alat, maka LQC langsung diadakan pd tanggapanmasing-masing kurva (baca Apendiks III).Kurva SP

SP pada log DLL-MSFL-GR tidaklah aktif, hampir tidak terlihat penyimpangan SP di daerah formasiair bersih, jika bukan disebabkan karena kelainan alat SP, maka tentulah gejala SP yang lurus inimemberikan indikasi bahwa Rw, mendekati Rmf. Dari kepala-log diketahui bahwa Rmf pada BHTadalah 0.08, maka nilai Rw, yang kita cari pastilah tidak jauh dari harga ini.Terjadi pergeseranmekanik pada SP dikedalaman 5764 ft.

Kurva GRTampaknya tidak ada masalah dengan data GR, pada umumnya pembacaan GR cukup konsistensesuai dengan perubahan litologi dari satu lapisan permeabel ke lapisan yang lain. Terdapat duabuah kurva sinar gamma, yang satu adalah GR biasa disebut SGR dan lainnya adalah CGR, kedua-duanya dihasilkan oleh alat NGT. Perbedaan SGR dng CGR memberikan indikasi pengaruh en-dapan mineral radioaktivitas. Misalnya formasi diatas 5750 feet sesungguhnya sangat bersih karenamemiliki CGR yang sangat rendah. SGR minimum adalah 12 GAPI, maksimum mencapai 150 GAPI.

Kurva CaliperDidaerah bersih kaliper membaca kurang dari 8.5 inci memberikan indikasi terbentuknya keraklumpur dan lapisan itu permeabel. Sedangkan didaerah serpih, pembacaan kaliper lebih besar dari8.5 inci, malah sedikit washed-out pada lapisan serpih 5755 ft.

Kurva MSFLBila harga Rmf dr kepala-log dpt dipercayai, mk kita bisa LQC kurva MSFL dng menggunakan rumusArchie pd daerah bersih dan hanya mengandung air. Kita ambil interval 5820-5830 ft. yang diduga

hanya mengadung air:Rw

RmfSxo

.21

atau 2

RmfRxo =

227.008.0

= 1.1

Dapat dilihat bahwa nilai Rxo ini tidak jauh berbeda dengan pembacaan MSFL di interval ini.Kesimpulan bahwa alat MSFL memang berfungsi dengan baik sekali.

Kurva LLS dan LLDKedua kurva ini secara konsisten membaca nilai yang rendah pada formasi air bersih dan tinggipada formasi mengandung hidrokarbon. Separasi antara kedua kurva ini memberikan indikasiterjadinya rembesan.-Oleh karena itu LLD Rt karena masih perlu dikoreksi terhadap rembesan.Pembacaan LLD selalu lebih tinggi daripada LLS merupakan gejala yang normal. Dibeberapadaerah kurva-kurva resistivitas menjadi sangat tinggi, memberikan indikasi adanya mineral lainselain QCD, dalam hal ini adalah batu-bara.

Kurva NPHI, RHOB, DRHO dan PEFSeparasi NPHI dan RHOB di lapisan permeabel (interval 5938 s/d 5910 m) berkisar antara +6 s/d 7p.u., kurva PEF membaca sekitar 1.85 memberikan indikasi batuan pasir bersih mengandung air.Pada interval 5680-5665 m, separasi kedua kurva porositas hampir tidak ada dan pembacaan PEFsekitar 5, formasi ini adalah gamping, apakah ini sesuai dengan laporan pemboran (mud log) ?Kurva DRHO yang memberikan indikasi koreksi yang diterapkan pada kurva RHOB, berkisar diantarnilai nol, artinya pengaruh lubang bor (keraklumpur dan pelebaran lubang bor) tidak besar.

Kurva DTTidak teramati gejala cycle skipping, pembacaan DTpada daerah pasir (5934 ft) memberikan nilai 92gs /ft, bila dikonversikan ke porositas pasir memberikan harga yang serupa dengan hasil porositasgabungan netron-densitas.

Kurva THOR, POTA dan URANPembacaanTHOR, POTA & URAN sangat rendah pd lapisan karbonat atas, sedangkan pd lapserpih ke-3 kurva ini memberikan harga yg tinggi spt yg diharapkan. Kurva rasio UPRA (UraniumPotassium RAtio), TURA & TPRA dengan jelas memberikan indikasi dari lapisan batubara.

Pencocokan kedalaman (Depth Matching)

Page 63: Adi Harsono Log

Tidak terdapat perbedaan kedalaman yg menyolok dari semua kurva-kurva diatas. Perbedaansampai dng 50 cm atau 1 kaki masih diperkenankan untuk jenis pengukuran resolusi rendah.Setelah kita yakin dengan kualitas dari semua kurva yang akan dipakai dalam interpretasi, tahapberikutnya adalah pengisian kertas kerja.

I. Kertas Kerja-1, Interpretasi PintasSesuai dengan istilahnya, interpretasi pintas ini dapat dilakukan di lapangan secara cepat denganatau tanpa kalkulator, dan tidak diadakan koreksi pengaruh lubang bor, jadi:Rt = LLD, Rxo = MSFL,= porositas gabungan densitas-netron m=n=2, a=1

Catatan tentang porositas:1. Pendekatan = (N + D)/2 adalah benar pada lapisan gamping mengandung air2. Porositas gabungan pada formasi gas adalah = (2 N + 7 D) /9.

DiskusiSeperti yang dijelaskan pada Bab-5 bahwa pendekatan = (N + D)/2 tidak tergantung pada

jenis litologi, sehingga D dan N bisa dibaca langsung dari log densitas-netron yang biasanya direkamdalam satuan gamping. Apakah terdapat perbedaan yang besar jika kita mengubah terlebih dahululitologi dari gamping ke pasir atau dolomit ? Jawabannya tidak banyak. Kita perhatikan gambar silangCP-le, sebagai contoh kita ambil level B dari kertas kerja-1, N = 21 (gamping) dan D = 29.3 (gamping),rata-rata = 25.1, sedangkan kalau dikonversikan ke batuan-pasir nilai N bertambah = 26.2 dan Dberkurang menjadi 26.5 atau rata-rata = 26.3. Jadi perbedaannya adalah kurang dari 5%.

Harga RwSudah diterangkan didepan bahwa karena kurva SP hampir rata, maka nilai Rw dari SP adalahmendekati nilai Rmf pada suhu BHT, yaitu mendekati 0.08 ohm-m. Metode lain untuk mencari Rw adalah

dengan metode rasio, diambil pada level air BRxoRt

RmfRw Rw = 0.08.17.1

= 0.136

atau metode Rwa

17.1.251.0 2

aRt

Rwm

=0.11

Dari ketiga metode ini dapat disimpulkan bahwa harga Rw adalah berkisar antara 0.11(Metode SP mendapatkan nilai Rw 0.08, metoda Rasio Rw = 0.136, dan Rwa menghasilkan 0.11)Dalam pembahasan lebih lanjut kita akan melihat bahwa metode rasio dan Rwa akan memberikanhasilyangberbeda jika nilai Rtdan Rxo yangbenar sudah diketahui. juga akan tampak bahwa sesungguhnyasalinitas air pada lapisan pasir dan karbonat adalah tidak sama.

Saturasi Air

Dalam metode pintas ini kita cukup menggunakan rumus Archie:Rt

RwaSw m .

.

danRw

RmfaSw m .

.

(dng a=1; m=n=2)atau menggunakan grafik Sw-lb. Hasilnya ditampilkan dlm Kertas Kerja-1Pertanyaan

1. Apakah kelebihan dan kelemahan dari metode ini ?2. Bagaimana hubungan antara SW dan Sxo ? Apakah Sxo >- SW ? Mengapa ?3. Bila terjadi Sxo < Sw, kira-kira apa yang menyebabkannya ?

Porositas SonikPorositas Sonik didapat dengan menggunakan grafik Por-3: masukan harga t pada sumbu datar, tarikgaris lurus hingga memotong kurva litologi yang sesuai, lalu nilai dibaca pada sumbu tegak. Nilaiporositas dari sonik diharapkan lebih besar atau sama dengan porositas densitasnetron. Bila tidak,kemungkinan terdapat porositas sekunder, yang besarnya bisa dicari dari hubungan 2 =t -S, sepertiyang telah dibahas pada bab porositas.Porositas sonik dalam latihan ini tidak dipakai sama sekali, ia hanya diperlukan bila densitas-netron gagalmemberikan porositas-benar karena lubang jelek misalnya.

KesimpulanDidalam latihan ini kita melihat bahwa interpretasi metode pintas sudah cukup memadai untukmemberikan jawaban cepat di lapangan. Selanjutnya pada latihan kedua kita akan memulai koreksipengaruh lubang bor tehadap kurva resistivitas dan densitas-netron, kemudian hasilnya di bandingkandengan latihan pertama.

II. Kertas Kerja-2, Koreksi Lubang BorIsi lembar Kertas Kerja-2 sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Didalam latihan ini kita mulai

Page 64: Adi Harsono Log

mengadakan koreksi pada semua kurva resistivitas dan porositas terhadap pengaruh lubang bor. Koreksiterhadap kurva GR dan densitas sementara kita abaikan karena koreksinya kecil. Tahap berikutnyaadalah koreksi lempung dan hidrokabon pada kurva porositas, hal ini kita kerjakan pada Kertas Kerja-3.

11.1. Koreksi-koreksi kurva resistivitasKrn alat resistivitas yg dipakai adlh MSFL dan dual laterolog (DLL), mk grafik koreksi yg dipakai

adlh Rxo-3 untuk MSFL dan Rcor-2, Rcor-10 untuk DLL, kemudian dngn Rcor-9 kita mencari Rt dan Di.Pada grafik Rxo 3, terdpt 2 bh grafik koreksi, yg atas untuk MSFL standar dan yg bawah khusus

untuk pad MSFL yang kecil (slimhole). Pad MSFL yang kecil umumnya digunakan pada lubang dibawah8.5 inci atau pada sumur yang sulit dimasuki pad ukuran standar karena penyempitan lubang atau sudutkemiringan tinggi. Bila tidak terdapat keterangan apa-apa pada log, bisa dianggap MSFL standar yangdipakai. Untuk mendapatkan resistivitas MSFL yang benar (RMSFLcor), perlu diketahui nilai Rmc pada suhudikedalaman dan tebal kerak lumpur (hmc). RMSFLcor yang diperolell dari grafik Rxo 3 adalah RXO.

Koreksi terhadap LLS dan LLD mengalami 3 tahap,1. Pertama adalah Koreksi Lubang Rcor2. Rcor-2 dibagi menjadi 3 grafik sesuai dengan jenis Laterlog

yang dipakai dan posisi alat DLT itu pada saat logging. Misalnya Rcor-2a untuk alat DLT-B (alatlama, tidak diproduksi lagi. Alat ini hampir selalu dalam posisi centered). Alat DLT-D atau E adalahpengganti DLT-B, bisa dipasang dalam posisi tengah (centered) atau pinggir (eccentered).Umumnya bila DLT-D/E di kombinasikan dengan SRT-B (alat MSFL), boleh dikatakan posisiAyapastilah eccentered, sehingga grafik Rcor-2c lebih sering digunakan.

2. Tahap kedua adalah bila tebal lapisan yang dianalisa kurang dari 5 meter, dan kontras antar lapisansangat tinggi, maka Koreksi Tebal-Lapisan Rcor-10 perlu dilakukan.

3. Tahap ketiga ialah mencari Rt dan Di dengan menggunakan nilai RXO, RLLDcor dan RLLScor yangdiperoleh pada tahap sebelumnya. Tahap ini disebut Koreksi Rembesan terdiri dari dua grafik Rint-9untuk DLT-B dan DLT-D/E.

11.2. Koreksi kurva porositas netron NPHISeperti yang dijelaskan pada Apendiks-I, kurva NPI- I perlu dirubah dulu ke TNPH sebelum bisa

dikenakan koreksi-koreksi Por-14c dan Por-14d.Secara grafik prosedur koreksi NPHI adalahPertanyaan:Dari Por-14c dan Por-14d, koreksi jenis apa ygpaling berpengaruh pd NPHI ?

III. Kertas Kerja-3, Interpretasi RindDidalam latihan ini, harga-harga porositas

densitas dan porositas diperbaiki lagi dng menerapkan 2jenis koreksi spt dijelaskan pada Bab-15, yaitu:

1. Koreksi terhadap pengaruh lempung2. Koreksi terhadap pengaruh hidrokarbon (Urutan ini tidak boleh dibalik).

Volume dari lempung Vclay dicari menurut tiga jenis indikator lempung yaitu GR, Netron dangambar-silang densitas-netron. Kurva SP juga merupakan indikator lernpung yang baik, sayangnyadalam contoh log kita iru kurva SP tidak aktif.111.1 Volume lempung dari kurva GR

minmaxmin

GRGRGRGR

Vclay

•GR adlh pembacaan GR pd kedalaman interpretasi. • GR min, bacaGR minimum, umumnya pd zona pasir/karbonat bersih. •GR max, bacaGR max rata-rata pd zona yg bisa dianggap 100% lempung

111.2 Volume lempung dari kurva Netron

minminNNclay

NNVclay

baca porositas netron (N) pd kedalaman interpretasi, baca porositasnetron (Nmin) pada daerah gas, dan baca porositas netron (Nclay)rata-rata zona yang bisa dianggap 100% lempung 111.3 Volume lempungdari gambar silang densitas-netron

Dengan metode yang sudah dijelaskan pada Bab-15, Gambar 15.1, volume lempung denganmudah dapat dicari dengan menggunakan grafik Por-le.

Dari ketiga nilai Vclay yang didapat, biasanya para log analis cenderung mengambil nilai Vclayyang terkecil, atau nilai rata-rata. Sekali lagi tidak ada pedoman yang mengharuskan cara menentukannilai Vclay, semua itu berdasarkan pertimbangan pengalaman pribadi, pengetahuan geologi lokal, hasilanalisa inti, mutu (LQC) dari masing-masing kurva dan faktor-faktor lain.

Dengan nilai Vclay yang didapat, kemudian porositas densitas dan netron dikoreksi terhadappengaruh Vclay ini seperfi yang dijelaskan pada paragraf 15.7.1.

III.4 Koreksi HidrokarbonGrafik CP-9 digunakan untuk mencari nilai porositas akhir yang diperlukan pada perhitungan

Page 65: Adi Harsono Log

saturasi. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa porositas densitas D. % netronN haruslah dalamlitologi yang sebenarnya, artinya kalau dalam tahap koreksi lempung N & D masih dalam unitlimestone, maka mereka harus dikonversikan ke litologi pasir atau karbonat dengan grafik Por-13bterlebih dahulu. Untuk menggunakan CP-9 perlu dicari saturasi Shr =1 - Sxo terlebih dahulu dan mencari, porositas yang benar = 1 + dari CP-9 kemudian dipakai sebagai nilai porisitas yang digunakanpada Rumus Saturasi Indonesia.

Sesungguhnya = 1 + bukanlah nilai akhir dari porositas, karena Sw yang baru akandiperoleh dari penggunaan dan diterapkan lagi pada grafik CP-9, diperoleh harga porositas baru = 1+ 2, dan seterusnya, sampai suatu tahap dimana koreksi 2 = 0. Proses intersai yang panjang inidengan mudah dan cepat bisa ditangani oleh komputer. Grafik CP-10 digunakan untuk menentukan jenishidrokarbon. Untuk ρh ≤ 2, umumnya dianggap gas, dan untuk ρh ≥ 6 adalah minyak, akan tetapidefinisi ini adalah relatif sekali.

IV. Hasil Interpretasi Komputer: ELANPerkerjaan manual yang telah kita lakukan dalam latihan Kertas Kerja-1 sampai dengan Kertas

Kerja-3 dapat dilakukan dengan komputer dengan cepat sekali dengan selang interval 6 inci (resolusinormal). Suatu kelebihan interpretasi dengan komputer adalah bahwa gambar-silang dapat dilakukandengan mudah sekali untuk menentukan parameter-parameter yang diperlukan dalam prosesinterpretasi. Misalnya harga exponen m pada rumus Archie dapat dicari dengan menggunakan PickettPlot (baca Apendiks IV), seperti yang ditampilkan pada gambar 18.4 dan 18.5.

Kemudian jenis litologi batuan dapat ditentukan dengan menggunakan gambar-silang densitas-netron seperti pada gambar 18.6, 18.7 dan 18.8. Sedangkan log NGT memberikan masukan tentangjenis lempung dengan menggunakan gambar-silang Th-K pada gambar 18.9. Hasil dari interpretasikomputer ditampilkan pada gambar 18.10, bandingkan hasil yang diperoleh dari Kertas Kerja-1 sampaidengan Kertas Kerja-3, kesimpulan apa yang dapat ditarik ?

Gambar 18.4 Gambar-silang:Resitivi-tas-Porositas (PickettPlot) pd lap pasir-air 5940-5915’’.

Garis lurus ditarik sedemikianrupa shg melewati titik-titik pasir-air dimana Sw=1 00% danmemotong sumbu resistivitasbagian atas di titik ax Rw, dalamhal ini dianggap a = 0.81 makaRw adalah 0.14. Kemiringan atauslope dan garis tersebut adalahharga m pada rumus Archie,dalam contoh ini harga m adalahsama dengan 2.

Gambar 18.5 Gambar-silang:Resitivi-tas-Porositas (PickettPlot) pd lap karbonat-air 5745-5700’’.Seperti mode pada gbr 18.4harga m pada lapisan ini 1.8.

Page 66: Adi Harsono Log

Gambar 18.6 Gambar-silang:Densitas-Neutron pd lap pasir-air(interval 5930-55920’).Titik-titik umumnya jatuh disekitargaris pasir, menunjukan bahwalitologi lapisan ini umumnya terdiridari pasir

Gambar 18.7 Gambar-silang:Densitas-Neutron pd lap pasir-air(interval 5820-5790’).Titik-titik mengambang di atasgaris pasir, karena pengaruh gas

Gambar 18.8 Gambar-silang:Densitas-Neutron pd lap pasir-air(interval 5680-5600.2’).Titik-titik umumnya jatuh disekitargaris gamping, menunjukanbahwa litologi lapisan iniumumnya adalah gamping

Page 67: Adi Harsono Log

Gambar 18.9 Gambar-silang: Potasium dan Thorium memberikan indikasibahwa mineral serpih ygdominan adalah dari jenisfilit

Gambar 18.10 Gambar-silang: Potasium danThorium pada interval5758-5775’ memberikan indikasi bahwa mineralserpih yg dominan adalahdari jenis filit,

Page 68: Adi Harsono Log
Page 69: Adi Harsono Log
Page 70: Adi Harsono Log
Page 71: Adi Harsono Log
Page 72: Adi Harsono Log

Apendiks-ITentang Porositas Netron...

Porositas neutron thermal yg brdsrkan rasio cacah dua detektor netron sudah menjadi standar industri perminyakan sejak tahun 1971. Akan tetapi ide rasio 2 detektor ternyata tdk menyelesaikan semuamasalah pengaruh lubang bor. Sejak tahun 1986 suatu porositas netron thermal baru disebut TNPHmulai diperkenalkan. TNPH ini adalah porositas netron thermal yang telah dikoreksi terhadap pengaruhlubang bor dengan menggunakan serangkaian logika koreksi baru seperti terlihat pada Tabel-1.

Tabel-1Latar Belakang

Sebelum program CSU versi CP30 diperkenalkan, di lapangan hanya tersedia porositas NPHIyang dijabarkan dari rasio cacah partikel netron dua detektor sesuai dengan matriks batuan tertentu(misalnya gamping) dan koreksi lubang denganbantuan kaliper. Koreksikoreksi lain seperti koreksiterhadap kerak lumpur, salinitas, tekanan dan temperatur hanya dapat dilakukan dengan bantuankomputer besar atau secara grafik.PermasalahanPengamatan di laboratorium akhir-akhir ini ternyata menunjukkan bahwa:

1. Tanggapan matriks alat netron tergantung pd salinitas air formasi dan penyerapan thermaldisamping litologi.

2. Koreksi salinitas air formasi dan penyerapan thermal adalah sangat penting.3. Standoff (jarak alat ke dinding sumur) alat dalam lubang bor juga penting.4. Koreksi standoff berubah sesuai dengan besar lubang.

Pemecahan MasalahSuatu perubahan total thdp tanggapan alat netron dan koreksi lubang bor telah dilakukan ber-

dsrkan percobaan laboratorium thdp 467 contoh pengukuran dan simulasi model-model matematika.Koreksi standoff otomatis sekarang dapat dilaksanakan kalau alat PCD (Powerd Caliper Device)terpasang juga dlm rangkaian alat logging. Koreksi penyerapan thermal dpt dilaksanakan juga jika besaran Sigma ditentukan. Konversi rasio ke porositas terkoreksi sekarang menjadi lebih akurat. Koreksi-koreksi ini dpt diikutkan didlm TNPH yg merupakan salah satu output dari program CSU sesudah versi CP30.

Catatan Krn transformasi matriks baru berbeda antara NPHI yg tradisional dng TNPH yang baru,

Page 73: Adi Harsono Log

pemakai jasa logging akan mengamati perbedaan pembacaan antara NPHI dan TNPH. WalaupunTNPH lebih disukai, kedua porositas masih juga dipertahankan dalam program sesudah versi CP30.

Penggunaan Graft Koreksi NetronUntuk log dengan label NPHI:1. Jika porositas netron tidak dilabel dengan "limestone", maka gunakan grafik Por-13a untuk

merubah harga NPHI ke "Satuan Limestone".2. Kemudian gunakan grafik Por-14e untuk merubah NPHI ke TNPH.3. TNPH yang diperoleh kemudian dimasukkan ke Por-14c dan Por-14d untuk mendapatkan TNPH

yang terkoreksi terhadap semua pengaruh lubang bor, termasuk standoff4. Terakhir, gunakanlah Por-13b untuk konversi matriks ke sandstone atau dolomite sesuai dengan

litologi formasi.

Page 74: Adi Harsono Log

Apendiks-IIITentang LQC (Log Quality Control)...Dahulu, kualitas dr hasil logging sering diartikan sbgi kemampuan dari perusahaan logging tsbt dlm menghindari kerusakan alat selama proses logging shg menghemat waktu pemboran (rig time). Kecenderungan yg berlebihan dlm mengurangi rig-time tsbt sering mengorbankan kualitas dari data logging.

Perlu ditekankan disini bhw yg dimaksud dengan konsep Kendali-Mutu adalah Kualitas Totalyang mencakup: • Efisiensi kerja (mengurangi kerusakan alat, menghemat rig-time) • Kualitas data(kualitas intrinsik dari data) • Relevansi dari data (data yang berisi, yang relevan dengan formasi)

Secara umum definisi dari LQC adalah: metode untuk identifikasi dan analisa deviasi data dariharga patokan dan kerangka solusi dari masalah yang timbul.LQC dari data logging dapat digolongkan menjadi dua kelompok:

1. LQC statis,pemeriksaan atas data-data kalibrasi dari alat.2. LQC dinamis, pemeriksaan atas kurva2 log pd setiap kedalaman yg relevan dng kondisi formasi.

Page 75: Adi Harsono Log

1. LQC StatisSetiap alat ukur harus dikalibrasikan terhadap suatu besaran fisika yang standar, misalnya alat ukurpanjang (meteran) dikalibrasikan terhadap sebatang logam dengan dua buah tanda goresan yangtersimpan di Paris sebagai definisi panjang satu meter.

Untuk alat-alat pengukuran di dunia perminyakan, lembaga yang berwenang menentukanstandar pengukuran adalah API (American Petroleum Institute). Semua alat logging dikalibrasikanterhadap standar API yang biasanya terdapat di HoustonTexas, disebut standar primer. Standarsekunder yang mudah dipindah-pindahkan dibuat sesuai dengan standar primer. Beberapa jenis alatlogging bahkan memiliki standar tersier yang dapat dibawa ke lapangan.

Kalibrasi terhadap standar sekunder sering dilaksanakan didalam workshop perusahaan loggingdisebut MA5rER atau SHOP CALIBRATION. Di lap sebelum proses logging dimulai, dilakukan kalibrasiulang dng menggunakan standar tersier, tahap ini disebut BEFORE SURVEY CALIBRATION. Setelah

Page 76: Adi Harsono Log

proses logging selesai, kalibrasi sekali lagi dilakukan yang disebut AFTER SURVEY CALIBRATION.Hasil BEFORE dan AFTER SURVEY CALIBRATION kemudian dibandingkan untuk mendapatkan suatugambaran tentang konsistensi alat logging selama proses logging. Lihat Gambar-1.

Toleransi kalibrasi alat-alat logging Schlumberger diberikan didalam Tabel-1. Toleransi ini dapatberubah sesuai dng perkembangan alat logging yg menghasilkan kurva tsb. Misalnya, kurva MSFL yg dihasilkan oleh alat SRS tdk sama dng yg dihasilkan oleh alat SRT. Perusahaan logging wajib memberikaninformasi yg lengkap mengenai toleransi alat logging spt Log Quality Reference Manual dr Schlumberger.

2. LQC Dinamis

Contoh log dari lapangan, diketahui litologi lapisan adalah batuan pasir:

Pemeriksaan kualitas logtdk cukup hanya berdsrkanangka-angka yg tercantumpd SHOP, BEFORE danAFTER SURVEY CALIBRA-TION SUMMARY. Krn bilaterjadi kesalahan pd prose-dur kalibrasi atau pemilihanparameter masukan yg sa-lah, akan mengakibatkan kesalahan sistematik pd datayg terekam (contoh soal pdTable-1). Shg kebiasaan ygpaling baik adalah melaku-kan LQC tanggapan kurva--kurva log pd formasi batuanyg telah diketahui.

Seperti dijelaskan pada Bab-4, latihan 4-1,bahwa bila litologi suatu formasi diketahui, misalkan batuanpasir bersih mengandung hanya air, maka kurva GR akan membaca rendah, kurva PEF membacasekitar 1.85 dan separasi porositas netron-densitas adalah +7 p.u. gamping.Contoh log dari lapangan, diketahui litologi lapisan adalah batuan pasir:

Contoh soalAda dua parameter litologi masukan yang sangat penting didalam logging netron-thermal yaitu MATRdan POUT. MATR (Matrix) adalah parameter litologi yang berhubungan dengan skala data masukan,misalnya MATR=LIME mempunyai arti bahwa skala porositas yang dipakai adalah limestone-compatible.Pemilihan MATR ini harus sesuai dengan satuan porositas litologi yang digunakan saat kalibrasi SHOP,yg umumnya adlh LIMESTONE. POUT adlh paramter yg berhubn dng skala data keluaran. Ketidak pa-haman ttg pemilihan ke-2 parameter ini akan berakibat fatal pada data yang direkam saat logging sepertiyang ditunjukkan pada Table-1 dibawah ini dengan asumsi bahwa NPHI sesungguhnya = 20.0

MATR\POUT SAND LIMESAND 20.0 15.8

LIME 24.4 20.0

Tabel-1Contoh akibat kesalahan dalam pemilihanparameter MATR dan atau POUT

Disamping LQC terhadap data-data logging, umumnya LQC total termasuk juga LQC terhadap:1. Penampilan Log harus bersih, jelas dan tajam2. Presentasi Log sesuai standar API3. Kelengkapan data sumur pada kepala log4. Validitas dari kalibrasi Shop5. Kualitas dari data yang terekam pada pita magnetik

Selain buku referensi LQC yg diterbitkan scr berkala oleh perusahaan logging, salah satu buku tentangLQC yg perlu dibaca adlh Log Data Acquisition And Quality Control oleh Philippe P. Theys, tahun 1991.

Apendiks-IV Tentang Gambar-silang...

Gambar-silang atau crossplot merupakan bagian dari suatu rangkaian interpretasi yang tidakboleh diabaikan. Gambar-silang sangat berguna untuk

1. Menentukan jenis lempung, contoh: gambar-silang Th-K, gambar IV-1.2. Menentukan jenis mineral, contoh: Mid Plot, gambar IV-2.3. Menentukan Rw dan faktor m, Rt-4) crossplot, Pickett Plot dan lain-lain4. Menentukan jenis hidrokarbon, rasio - saturasi minyak (CP-10)5. Menentukan litologi dan volume lempung, gambar-silang N-D, gambar IV-4.

Page 77: Adi Harsono Log

Tujuan lain dari metodegambar silang didalam interpretasiialah untuk mengurangi kesalahan/ralat yg dihasilkan dari masing-masingpengukuran. Sebagai contoh gambar-silang densitas-netron sering diguna-kan untuk menentukan porositas se-sungguhnya, karena masing-masingporositas netron atau densitas tidakbegitu bisa dihandalkan bila formasimengandung minyak/gas dan tidakbersih. Dampak gas pada netron ada-lah mengecilkan porositas sedangkanpada densitas justru sebaliknya, se-hingga gabungan netron dan densitasakan mengurangi kesalahan inter-pretasi porositas formasi gas

Gambar IV-1 Gambar-silang Th-K dadslat NGT berguna untuk menentukan

jenis lempung

Beberapa contoh dari gambar-silang:

Gambar IV-2 Gambar IV-3Pickett Plot

Secara umum rumus Archie dapat ditulis sebagai berikut:

RtRwa

S mnw

bila diambil harga logarimiknya menjadi: log Rt= -m log+ log(a . RW) - n log SwPersamaan ini menunjukkan bhw bila hargaa, Rw, n dan SW adalah konstan, makagambar log Rt lawan log akanmenghasilkan garis lurus dengan slope -m.Gambar ini dikenal sebagai Pickett Plot.Didalam contoh ini, bila harga Rw tidakdiketahui maka harga a harus diasumsikandulu (a=1 untuk gamping misalnya), dan dariperpotongan garis air dengan sumbu absisatas pada titik a Rw dapat dicari Atausebaliknya bila harga RW sudah diketahui drsumber lain, maka harga a bisa dijabarkan

Page 78: Adi Harsono Log

Dalam contoh ini harga a Rw = 0.02, bila harga a =1 maka Rw=0.02 Ohm-m.Pickett Plot lebih sesuai pada daerah batuan keras, ini sangat penting pada formasi dengan

porositas rendah dimana perubahan yang kecil pada harga m akan menyumbangkan perubahan yangcukup besar pada perhitungan Sam,. Porositas yang dianjurkan adalah porositas Netron-Densitas, hal iniuntuk menghindari ketidak pastian densitas matriks atau waktu rambat alat sonik.

GambarIV-4

Apendiks VIDaftar Istilah Yang Dipakai

batugamping limestone skala yang cocok compatible scales

batupasir sandstone penggaris scale transparent

batuan rock formasi formation

serpih shale evaluasi evaluation

lempung clay corak grids

lempung basah wet clay skala scales

lempung kering dry clay bagan traces

lanau silt simbol symbols

illit illite kolom log tracks

kalsit calcite sonik sonik

kuarsa quartz sinar gamma gamma ray

dolomit dolomite induksi induction

ketakpastian uncertainties hidrokarbon-pindah moved hydrocarbon

persamaan tanggapan response equation hidrokarbon-sisa residual hydrocarbon

harga baku default value landaian gradient

air-ikat bound water rekahan fracture

air-bebas free water tengah-lubang centered

densitas density garis serpih shale base line

porositas porosity lapisan-bahu shoulder beds

resistivitas resistivity gangguan sonik cycle skipping

model dua-air dual water model matrik (batuan) matrix

patokan predefined kerak-lumpur mudcake

singkatan/istilah mnemonic filtrasi lumpur mud filtrate

berhubungan associated interpretasi pintas quicklook interpretation

gambar-silang crossplot ion positif anionparagraf section ion negatif cation

bab chapter saturasi air sisa irreducible water saturation

Page 79: Adi Harsono Log

rasio ratio log lumpur mud logs

koheren coherent perolehan hidrokarbon hydrocarbon recovery

takkoheren incoherent pelubangan/perforasi perforatinghistogram histogram roda-katrol sheave wheels

ketelitian precision permiabilitas permeability

bobot weight formasi rapat consolidated formation

grafik chart batuan-sumber source rockstekstur texture air-hilang water loss

Karbonat bergerohong vuggy carbonate kepala-log log heading

zona/lapisan rembesan invaded zone air tawar fresh water

zona/lapisan asli virgin/univaded zone resistivitas-sesungguhnya true resistivity

keulangan repeatibility konduktivitas conductivity

rekonstruksi reconstructed log lapangan acquisition logslumpur-air water based mud litologi lithology

lumpur-minyak oil based mud tak-permeabel impermeabel

lubang jelek badhole pencocokan kedalaman depth matching

terkikis/hancur washedout kurva curve .

kelajuan velocity jendela energi energy windows

porositas sekunder secondary porosity gelombang mampat compressional waves

kurva penuh solid curve gelombang shear shear wavesformasi bersih clean formation interpretasi interpretation

kejenuhan/saturasi saturation arus pengawal bucking current

lubang-buka openhole arus utama measured currentlubang-selubung casedhole elektroda electrodes

antar butir intergranular koreksi lubang bor environmental correction

gerowong vugular porositas-sesungguhnya true porosity

buku-grafik chartbook formasi kandung air water bearing formation

lubang sumur borehole

GLOSSARY SINGKATAN (Alat dan Log)AIT' Array Induction ImagerAMS Auxiliary Measurement SondeBGT Borehole Geometry ToolBHC' Borehole Compensated Sonic LogCBL Cement Bond LogCCL Casing Collar LocatorCCS Cable Communication SystemCDR Continuous Directional SurveyCET Cement Evaluation ToolCFM Continuous FlowmeterCMT Circumferential Microsonic ToolCNLt Compensated Neutron LogCPI Computer Processed InterpretationCRA' Cased Reservoir AnalysisCST Core Sample TakerCSU Schlumberger+ Cyber UnitDCA Detection of Conductivity AnomaliesDDBHCDepth Derived BHC logDIL' Dual Induction LogDLL' Dual LaterologDSI' Dipole SOnic ImagerEPT' Electromagnetic Propagation ToolETT Electromagnetic Thickness ToolFAL' Flow Analyasis LogFBS Full Bore Flowmeter SondeFDC' Formation Density Log (Compensated)FIL' Fracture Identification LogFLIC Field Log Interpretation CentreFMS' Formation Micro ScannerFMI* Formation Micro Scanner ImagerGCT Guidance Continuous Tool

IES Induction Electrical SurveyIL Induction LogISF* Induction Spherically Focussed LogLDT Litho-Density' ToolLL Laterolog'LSS' Long Spacing Sonic Log MAXIS500 New

Logging Unit systemMDT' Modular Downhole Sampling ToolMID Matrix IdentificationML Microlog'MLL Microlaterolog'MSFL MicroSFL'NGS' Natural Gamma Ray SpectrometryNML' Nuclear Magnetism LogNPLT' Nuclear Porosity Litho-Density ToolPAL Pipe Analysis LogPCT Production Combination ToolPI Pahsor InductionPL Proximity LogPLT* Production Logging ToolPST Production Sample TakerRDS Reservoir Description ServicesRFT* Repeat Formation TesterRML' Reservoir Management LogSDT* Sonic Digital ToolSGT Scintillation Gamma-ray ToolSHDT Stratigraphic Dipmeter ToolSFL' Spherically Focussed LogSIT Stuck-Point Indicator ToolSLT Sonic Logging ToolSP Spontaneous PotentialSRT SFL Resistivity Tool

Page 80: Adi Harsono Log

GM Gradiomanometers ToolGNT Gamma Ray Neutron ToolGR Gamma RayGST' Gamma Ray Spectrometry ToolHDT' High Resolution Dipmeter ToolHEL Hostile Environment LoggingHRT High Resolution Thermometer Tool

TBT Through-Tubing Bridge Plug ToolTDT* Thermal Decay Time ToolTTC Through-Tubing CaliperUBI' Ultrasonic Borehole ImagerVDL Variable Density' LogVSP Vertical Seismic ProfileWPA Well Performance AnalysisWST' Well Seismic Tool

NAMA PRODUK KOMPUTERATLANTIS* Computer Interpretation SystemBORESCAN* Computer program for FMS image processingCLUSTER* Computer program for dip computationCORIBAND* Inpretation process for complex lithologiesCSB* Continuous Side-by-Side Processing for SHDT toolCYBER SERVICE UNIT' Computerized logging unitCYBERBOND- (=BIQL) Wellsite cement bond evaluation programCYBERDIP* Wellsite dip evaluation programCYBERLOOK' (=DWQL) Wellsite formation evaluation programCYBERSCAN* Wellsite evaluation program using TDT dataDETFRA Computer program for detection of tracturesDUALDIP' Dip evaluation program using SHDT dataELAN* Elemental Log Analysis, state of the art Petrophysical Analysis ProgramsELMOD' Electromagnetic Modelling programEMOP Wellsite moved oil evaluation programFACIOLOG* Interpretation process for determination of electrofaciesFAL Flow ANalysis Log for PLT toolGEODIP* Computer program for detailed dip computationGEOGRAM* Computer program for generating synthetic seismogramsGLOBAL* Interpretation process for formation evaluationLOCDIP* Derivative processing for SHDT toolLUMP Reservoir summation (lumping) programMECHPRO Computer program for determining the mechanical properties of the formationMSD* Mean Square Dip, similar to CLUSTER but it is the processing for SHDTMWDB Multiwell Data Base systemNODAL* IPR curves and pressure drop analysisRIG, RTGLOB Computer programs of the GLOBAL typeSARABAND* Computer program for shaly sands lithologiesSPAN' Schlumberger Perforation Analysis programSTAR' Transient Analysis and Report program for DST or any well testsSYNDIP* Synthetic logs generated from dipmeterVOLAN* Volumetric Log AnalysisWELLSITE QUICKLOOK Wellsite computer-generated products:- BIQL Bond Index Quicklook (=CYBERBOND)- DWQL Dual Water Quicklook (=CYBERLOOK)- LDQL Litho-Density Quicklook- RFQL Repeat Formation Tester Quicklook- SQL Seismic Quicklook- TDQL Thermal Decay Quicklook (=CYBERSCAN)- PLQL Production Logging (PLT) QuicklookWSC Well Seismic Calibration processing

Page 81: Adi Harsono Log

ISTILAH YANG DIPAKAI DALAM CSUAFCD Area of future casing MNOR Micro-normal resistivity

AMPL E2 Amplitude (Sonic) MP Manometer pressure

ASIG Sigma water apparent MSFL MSFL resistivity

AZIM Azimuth pad 1 MSI Minimum shale index

BI Bond Index NITD TDT Near detector count rate, gate 1

BILI Bond Index level for isolation NPHI Neutron porosity

BS Bit size NPL Neutron porosity, limestone units

BVW Bulk volume water ODRI Orthogonal drift

C1 Caliper 1 OVAL Ovality

C2 Caliper 2 PEF Photoelectric factor

CALI Caliper PHIA Apparent total porosity

CBL El Amplitude (Sonic) PHIC TDT count rate porosity

CCL Casing collar locator PHE Effective porosity

CGR Corrected Gamma Ray PHIT Total porosity

CLOS Closure PHIX Crossplot porosity

CSMN Minimum compressive strength PHUN Pressure, hundreds digit

CSMX Maximum compressive xtrength PONE Pressure, units digit

CVEL Cable Velocity POTA Potassium

DCAL Differential caliper PRES Pressure

DEVI Deviation PROX Proximity (or MLL) resistivity

DIA1 Diameter 1 PTEN Pressure, tens digit

DPHI Density porosity PTHO Pressure, thousands digit

DPL Porosity from Density, limestone units RO Water-filled formation resistivity

DRHO Bulk density correction RB Relative bearing

DRIF Drift RFA Apparent resistivity of fluid

DT Sonic interval transit time RHGA Apparent grain (matrix) density

DTL 10'-12' interval transit time RHGF Formation grain density

EATT EPT attenuation RHOB Bulk density

EMCP EPT matrix corrected porosity RMFA Apparent mud filtrate resistivity

EPHI EPT porosity RT True resistivity

ETIM Elapsed time RWA Apparent water resistivity

EXCE eccentricity RXO Resistivity Or flushed zone

FHPG Fractional part of HP gauge pressure SA Small arm caliper

FITD TDT Far detector count rate, gate 1 SATT Sonic attenuation

GR Gamma ray SFLU Unaveraged SFL resistivity

GRHO Gradiomanometer density SGP Strain gauge pressure

GRS Gamma ray (production) SGR Spectroscopy gamma ray

G RTE Trace ejector gamma ray SGS Spherical gas slope

HAZI Hole azimuth SIGM TDT Capture cross section (sigma)

HD Hole diameter SP Spontaneous potential

HDS Horner gas slope SPHI Sonic porosity

HPGD HP gauge digital pressure SPIN Flowmeter spinner speed

HSLO Horner slope SRAT Sonic ratio (near/far amplitude)

HTF Horner time function SSGP Smoothed strain gauge pressure

IHPG Integral part of HPGP STF Spherical time function

Page 82: Adi Harsono Log

ILD Deep induction resistivity SW Water saturation

ILM Medium induction resistivity SWT Total water saturation

ITT Integrated interval transit time SXO Flushed zone water saturation

IVEL Interval velocity TAU Neutron decay time

LA Large arm caliper TEMP Temperature

LLD Deep Laterolog resistivity TENS Cable tension

LLS Shallow Laterolog resistivity THOR Thorium

MDEP Measured depth TPHI TDT ratio porosity

MDIA Mean diameter TPL EPT lossy formation propagation time

MINV Micro-inverse resistivity TPMA Apparent matrix propagation time

TPRA Thorium/potassium ratioTRAT TDT ratio (near/far counts)TT Single receiver transit timeTT1 Transit time for subcycle 1 (Sonic)TURA Thorium/uranium ratioUMAA Apparent matrix volumetric capture cross sectionUPRA Uranium/potassium ratioURAN UraniumVSCG Shale volume from CGRVSH Shale volumeVSPC Shale volume from POTAVSSG Shale volume from SGRVSTC Shale volume from THORVSUC Shale volume from URANVW Bulk volume of waterVWXO Flushed zone water volumeVVSIG Sigma water wet

Mark of Schlumberger

Acuan:

1. Log Interpretation Principles/Applications, Schlumberger Educational Services, 1989, USA

2. Log Interpretation Charts, Schlumberger Educational Services, 1991, USA

3. The Essentials of Log Interpretation Practice, Services Techniques Schlumberger 1972, France

4. Basic Log Interpretation Seminar, Schlumberger Educational Services, 1986 5. Oilfield Review,Schlumberger, July 1989 6. Data Services Catalog, Schlumberger Educational Services, 1990,USA 7. Clay, Silt, Sand, Shales, by O. Serra, Schlumberger,1990 8. Log Data Acquisition AndQuality Control, by Ph. Theys, 1991 9. Log Quality Control Reference Manual, Schlumberger,1989 10. ELAN User's Guide, Schlumberger Educational Services, 1992

Page 83: Adi Harsono Log
Page 84: Adi Harsono Log
Page 85: Adi Harsono Log

Resolusi TinggiSalah satu kelebihan alat logging teknologi baru adalah ketajaman atau resolusi data yang Iebih baik.Mengapa resolusi tinggi ? Apa nilai tambahnya ? Apa manfaat bagi perhitungan cadangan ?Contoh di bawah ini membandingkan alat logging resistivitas umum (DIT) dengan FMI dengan jelasmenjawab semua pertanyaan di atas:Pertanyaan:Berapakah tebal lapisan reservoar ini ?

Page 86: Adi Harsono Log